Anda di halaman 1dari 153

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN

KESEJAHTERAAN PADA SISWA PENGHAFAL AL-QURAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana ( S-1 ) Psikologi

HALAMAN DEPAN

Diajukan oleh :
Devita Ayu Rahmawati
F100120008

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN
KESEJAHTERAAN PADA SISWA PENGHAFAL AL-QURAN
2

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Gelar Derajat Sarjana ( S-1 ) Psikologi

HALAMAN JUDUL

Diajukan oleh:
Devita Ayu Rahmawati
F100120008

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
3

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN


KESEJAHTERAAN PADA SISWA PENGHAFAL AL-QURAN

HALAMAN PERSETUJUAN

Diajukan oleh:
Devita Ayu Rahmawati
F 100120008

Telah disetujui untuk dipertahankan


Di depan Dewan Penguji

Telah disetujui oleh :


Pembimbing

Usmi Karyani,S.Psi, M.Si


NIK.659
4

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN

PADA SISWA PENGHAFAL AL-QURAN

Diajukan oleh:

DEVITA AYU RAHMAWATU

F 100120008

Telah Disetujui untuk Dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada Tanggal ________________

dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Penguji Utama

Usmi Karyani,S.Psi., M.Si ________________________

Penguji Pendamping I.

____________________ ________________________

Penguji Pendamping II

____________________ ________________________

Surakarta, _____________

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Psikologi

Dekan,

HALAMAN PENGESAHAN
5

(Taufik, M.Si, Ph.D)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Devita Ayu Rahmawati

NIM : F 100120008

Fakultas : Psikologi

Judul : HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN

KESEJAHTERAAN PADA SISWA PENGHAFAL AL-

QURAN

Saya juga menyatakan bahwa hasil karya ini adalah benar-benar karya

saya pribadi, sama sekali tidak melakukan plagiat ataupun meminta jasa

pembuatan skripsi dari pihak lain.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan segala kesungguhan

apabila dilain waktu ditemukan hal-hal yang bertentangan dengan pernyataan

saya, maka saya bersedia menerima konsekuensinya. Surat pernyataan ini

merupakan tanggung jawab moral saya sebagai penulis/ peneliti kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Surakarta,

Yang menyatakan,
6

DEVITA AYU RAHMAWATI

F 100120008

VISI DAN MISI DAN TUJUAN FAKULTAS PSIKOLOGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
VISI DAN MISI

VISI
Menjadi pusat pendidikan psikologi yang mendasarkan risalah Islam dan Budaya

Indonesia di tingkat Nasional dan Asia.

MISI
1. Menghasilkan sarjana psikologi yang menguasai dan terampil

mengaplikasikan dasar-dasar psikologi serta memiliki integritas sebagai

ilmuan psikologi.

2. Mengembangkan pusat penelitian psikologi islam dan indegenous yang

menjadi rujukan nasional dan asia.

3. Mengembangkan pusat layanan psikologi bagi masyarakat.

TUJUAN
Menghasilkan sarjana psikologi yang mandiri, jujur, kreatif dan
bertanggung jawab dalam menerapkan dasar-dasar ilmu
psikologi.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian mahasiswa dan
dosen tentang psikologiislam dan indigenous.
7

Meningkatkan peran aktif dosen dan mahasiswa dalam


pelayanan psikologi bagi masyarakat.

VISI, MISI DAN TUJUAN


8

MOTTO

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


(Al Insyirah 94:5)

Sesungguhnya Allah sangat mencintai 0rang-orang yang gigih (tidak putus asa)
dalam berdoa.
(H.R. Thabrani)

banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang0orang tidak menyadari


betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alfa Edision)

Masalah yang kamu hadapi bukan untuk menjatuhkanmu, tetapi agar kau bisa
berpikir lebih dewasa dari hari ini, kemarin, dan sebelumnya.
(Penulis)
9

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, skripsi ini

penulis persembahkan untuk :

Orang tua, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi bagi

penulis.

Adik, yang sealu memberi dukungan dan semangat kepada

penulis dalam meraih masa depan.

Saudara-saudara, yang sealalu memberikan semangat

kepada penulis.

Sahabat dan teman teman penulis, yang selalu memberikan

saran, perhatian dan dukungan kepada penulis.

Kekasih, yang sealau memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis.
10

KATA PENGANTAR

bismillahirrohmanirrohim

Assalamualikum Wr.Wb.

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT

atas limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan skripsi ini sebagai tugas akhir dari Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Selama menyusun skripsi ini tidak lepas dari hambatan serta kesulitan,

namun berkat bimbingan, bantuan, nasehat, dan saran-saran dari berbagai

pihak.Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Taufik, M.Si., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk

melakukan penelitian.

2. Ibu Usmi Karyani S.Psi, M.Si, selaku pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu dengan keikhlasan dan ketulusan dalam membimbing

skripsi serta saran, nasihat, dan ilmu yang sangat bermafaat mengenai

penulisan ilmiah yang diajarkan kepada penulis. Terimakasih telah memberi

kepercayaan kepada penulis.

3. Ibu Juliani Prasetyaningrum, M.Si., S.Psi, selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan arahan dalam proses pencapaian studi dalam perkuliahan.


11

4. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Psikologi yang membentu penulis dalam

melancarkan pembuatan skripsi.

5. Kepada SMP X yang telah memberikan ijin kepada penulis melakukan

penelitian dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

6. Para siswa, terimakasih atas ketersediaannya dan kerja samanya selama

pelaksanaan penelitian.

7. Perpustakaan pusat yang telah mengizinkan peneliti menggunakan buku-buku

dalam mencari sumber referensi.

8. Orang tua, Bapak Rohmat (alm) dan Ibu Siti Mukhayanah (almh), yang selalu

menjadi inspirasi dan motivasi bagi penulis.

9. Bapak Muchibin dan Ibu Siti Rohmah,sebagai om, tante serta orang tua kedua

yang selalu mencurahkan kasih sayang serta mendukung dalam kondisi

apapun.

10. Adik tersayang Ira Rizki Septiana, Ahsan Faiz, Luthfia Rahma, yang sealu

memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam meraih masa depan.

11. Saudara-saudara, yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

12. Sahabat dan teman teman penulis, Adibah P.M.S, Muthi F, Dyah A.M, Amina

k, Pretty A, Emma N.M.S, Ranti R, Renita A.D, yang selalu memberikan

saran, perhatian dan dukungan kepada penulis.

13. Kekasih, Muhammad Nur Aqsho, yang sealau memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis.


12

14. Teman-teman Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

angkatan 2012.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah membantu meyelesaikan skripsi.

Selanjutnya, penulis berdoa semoga amal baik bapak-ibu, saudara-saudari

diterima Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan siapa saja yang membutuhkan.Kurang lebihnya penulis hanya bisa

mengucapkan maaf dan terima kasih.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Surakarta, 2017

Devita Ayu Rahmawati


13

DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN................................................................................................i

HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv

SURAT PERNYATAAN..........................................................................................v

VISI, MISI DAN TUJUAN....................................................................................vi

MOTTO.................................................................................................................vii

PERSEMBAHAN.................................................................................................viii

KATA PENGANTAR.............................................................................................ix

DAFTAR ISI..........................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xvii

ABSTRAKSI......................................................................................................xviii

ABSTRACT..........................................................................................................xix

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................

B. Tujuan Penelitian...........................................................................

C. Manfaat Penelitian.........................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................10

A. Kesejahteraan Siswa....................................................................
14

1. Definisi..................................................................................

2. Aspek aspek........................................................................

3. Faktor.....................................................................................

B. Religiusitas..................................................................................

1. Definisi..................................................................................

2. Dimensi dimensi.................................................................

3. Aspek aspek........................................................................

4. Faktor.....................................................................................

C. Remaja penghafal Al-Quran......................................................

1. Pengertian Remaja.................................................................

2. Tahap Usia Remaja................................................................

3. Menghafal Al-Quran............................................................

4. Metode Menghafal Al-Quran...............................................

D. Keterkaitan teori..........................................................................

E. Hipotesis......................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................42

A. Identifikasi Variabel.....................................................................

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian.....................................

1. Religiusitas (X)......................................................................

2. Kesejahteraan siswa (Y)........................................................

C. Populasi dan Sampel...................................................................

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data...........................................


15

1. Skala Religiusitas..................................................................

2. Skala kesejahteraan siswa......................................................

E. Uji Validitas dan Reliabilitas.......................................................

1. Validitas.................................................................................

2. Reliabilitas.............................................................................

F. Metode Analisis Data..................................................................

BAB IV LAPORAN PENELITIAN...............................................................55

A. Persiapan Penelitian....................................................................

1. Orientasi kancah....................................................................

a. Administrasi.....................................................................

b. Visi dan misi SMP X.......................................................

c. Jumlah guru, siswa, dan pegawai SMP X........................

2. Perizinan................................................................................

3. Penyusunan alat dan pengumpulan data................................

4. Perhitungan validitas.............................................................

B. Pelaksanaan Penelitian................................................................

1. Penentuan subjek penelitian..................................................

2. Pelaksanaan penelitian...........................................................

3. Pelaksanaan skoring..............................................................

4. Perhitungan reliabilitas..........................................................

C. Analisis Data...............................................................................

1. Uji asumsi..............................................................................
16

a. Uji normalitas..................................................................

b. Uji linearitas.....................................................................

2. Uji hipotesis...........................................................................

3. Sumbangan efektif.................................................................

4. Kategorisasi...........................................................................

D. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................

BAB V PENUTUP........................................................................................70

A. Kesimpulan..................................................................................

B. Saran-saran..................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................72

LAMPIRAN...........................................................................................................76
17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blue Print instrumen pengukuran Skala Religiusitas..............................47

Tabel 2. Blue Print instrumen pengukuran Skala Kesejahteraan Siswa...............49

Tabel 3. Krikeria Koefisien Korelasi....................................................................54

Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Validitas.......................59

Tabel 5. Hasil pengambilan sampel penelitian......................................................60

Tabel 6. Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala.......................................................62

Tabel 7. Kategorisasi dan Presentase Religiusitas................................................65

Tabel 8. Kategorisasi dan Presentase Kesejahteraan Siswa..................................65

Tabel 9. Hasil Hipotesis Korelasi Non-Parametrik dan Sumbangan Efektif........66


18

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Juggement Validitas..................................................................77

Lampiran 2 Skala Penelitian..................................................................................80

Lampiran 3 Uji Reliabilitas....................................................................................89

Lampiran 4 Uji Asumsi (Normalitas Dan Linearitas)..........................................112

Lampiran 5 Korelasi Product Moment.................................................................118

Lampiran 6 Kategorisasi......................................................................................123

Lampiran 7 Surat Keterangan..............................................................................126


19

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN


PADA SISWA PENGHAFAL AL-QURAN

Devita Ayu Rahmawati


devitaayurahmawati@gmail.com
Usmi Karyani

Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Penelitian ini dikembangkan berdasarkan fenomena siswa akhir-akhir ini


yang semakin banyak mengalami permasalahan dalam memenuhi harapan-
harapan positif oleh sekolah serta kehidupan sosialnya seperti membolos,
merokok, dan berselisih paham dengan teman sebaya sehingga siswa merasa tidak
sejahtera. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat religiusitas siswa
SMP penghafal Al-Quran, mengetahui tingkat kesejahteraan siswa SMP
penghafal Al-Quran, serta mengetahui korelasi antara religiusitas dengan
kesejahteraan siswa penghafal Al-Quran. Hipotesis yang diajukan adalah ada
hubungan positif antara religiusitas dengan kesejahteraan pada siswa penghafal
Al-Quran. Populasi pada penelitian ini adalah 100 siswa penghafal Al-Quran
pada SMP X dengan prosentase (40 siswa laki-laki dan 60 siswa perempuan)
berusia 12-14 tahun dengan teknik pengambilan sampel menggunakan
proportional random sampling. Alat ukur yang dihunakan adalah skala religiusitas
dan skala kesejahteraan siswa, kemudian dianalisis dengan aplikasi program
product moment pada SPSS 21.00 for windows.Hasil penelitian menunjukkan ada
hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan
pada siswa penghafal Al-Quran dengan nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar
0,713 serta signifikansi (p) = 0,000; (p < 0,01). Kategori religiusitas siswa
tergolong sedang dengan RE sebesar 96,56> RH sebesar 87,5 dan tingkat
kesejahteraan siswa tergolong sedang dengan RE sebesar 98,80> RH sebesar 95.
Sumbangan efektif dari variable religiusitas dengan kesejahteraan siswasebesar
50,8% danmasihterdapat 49,2% faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan
siswa.

Kata Kunci : Religiusitas, Kesejahteraan Siswa


20

THE RELATIONSHIP BETWEEN RELIGIOSITY AND WELL-BEING OF


THE STUDENTS MEMORIZED AL-QURAN

Devita Ayu Rahmawati


devitaayurahmawati@gmail.com
Usmi Karyani

Faculty of Psychology
Muhammadiyah Surakarta University

ABSTRACT

This study is developed based on the phenomenon of students today that


increasingly experienced problems in fulfilling positive expectations with their
school and their social life such as ditching, smoking, and disagreements with
their peers. It makes them feel not safe. This study is aimed to determine the level
of religiosity of junior high school students memorized of the Al-Qur'an, to know
the well-being of junior high school students memorized of the Al-Qur'an, and to
know the correlation between religiosity and well-being of students. The
hypothesis is a positive relationship between religiosity and well-being of the
students memorized of the Al-Qur'an. The population were 100 students
memorized the Al-Quran on Junior High School of Muhammadiyah 1 Surakarta
aged 12-14 years old byusing proportional random sampling obtain percentage
(40 boys and 60 girls), whose average 12-13 years old. Measuring instrument used
are the religiosity scale and well-being student scale. It analyzed by product
moment program on SPSS 21 for windows. The results showed a significant
positive correlation between religiosity and well-being of the students memorized
of the Al-Qur'an with a correlation coefficient (rxy) of 0.713 and significance (p)
= 0,000; (P <0.01). Category religiosity of students classified as moderate by the
RE of 96.56> RH 87.5 and well-being of students classified as moderate by the
RE of 98.80> RH of 95. Effective contribution of variable religiosity and well-
being of the students of 50.8% and there are 49.2% other factors that affect the
well-being of the students.

Keywords:Religiosity, Student well-being

BAB I

PENDAHULUAN
2

A. Latar Belakang

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan sekunder setelah keluarga.

Bagi anak yang sudah bersekolah, lingkungan yang setiap hari dimasukinya selain

lingkungan rumah adalah sekolahnya. Anak remaja yang sudah duduk dibangku

SMP atau SMA umumnya menghabiskan waktu sekitar 7 jam sehari di

sekolahnya. Ini berarti bahwa hampir sepertiga dari waktunya setiap hari di

lewatkan di sekolah.

Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mengajarkan nilai nilai dan norma

norma yang berlaku dalam masyarakat serta mengajarkan berbagai keterampilan

dan kepandaian kepada siswanya. Sekolah yang berhasil adalah sekolah yang

mampu menjadikan siswanya sejahtera. Siswa yang bertanggung jawab, dapat

menyesuaikan diri, dan dapat menyelesaikan tugas dan kewajiban kewajiban

sesuai dengan aturan dan norma yang ada di sekolah sehingga siswa dapat

berkembang sesuai dengan minatnya adalah siswa yang sejahtera.

Noble dan Wyatt, (2008) mengemukakan bahwa kesejahteraan siswa

adalah keadaan yang relatif terjaga dari sikap dan suasana hati yang positif,

mampu beradaptasi dan mengatasi masalah yang dapat menimbulkan tekanan

hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam berhubungan dengan orang

lain, serta dapat memenuhi harapan harapan positif sekolah.

Fenomen perilaku siswa sekarang mengundang keprihatianan berbagai

pihak, sebagaimana yang menjadi sorotan media masa. Pada akhir akhir ini
3

banyak siswa yang melanggar atau melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan

norma yang telah ditetapkan oleh sekolah seperti pada hari kamis tanggal 1

September 2016, Satpol PP kabupaten Karanganyar menangkap dan membina 7

pelajar yang tertangkap basah membolos pada saat jam pelajaran di salah satu

toko di Desa Wonolopo, Tasikmadu. Mereka sudah saling mengenal satu sama

lain karena mereka merupakan teman SMP dan teman satu kampung. Sehingga

kegiatan membolos tersebut sudah mereka rencanakan sebelumnya. Anggota

Satpol PP juga menemukan video porno pada salah satu handpone milik pelajar.

Bukan hanya itu, mereka juga didapati tengah merokok di tempat mereka

membolos. Tujuh pelajar tersebut mendapatkan sanksi, mereka diminta

menyanyikan lagu Indonesia Raya dan hormat kepada bendera merah putih.

Mereka juga diminta push up dan diminta membuat surat pernyataan yang

ditandatangani oleh orang tua (Solopos.com, 2016). Fenomena lain adalah :

Pada hari jumat tanggal 2 september 20016, Satpol PP melakukan razia di

lokasi wisata Gunung Taruwongso, Kecamatan Tawangsati, Sukoharjo. Hasilnya

terdapat belasan pelajar diketahui membolos dan berwisata di lokasi tersebut.

Tidak sedikit dari mereka yang tertangkap basah sedang bermesraan di tempat

tersebut.Tokoh desa tersebut juga menyatakan bahwa tempat wisata tersebut

sering disalah gunakan menjadi tempat untuk berbuat asusila. Untuk selanjutnya,

para pelajar yang terazia segera dibawa ke kantor untuk dilakukan pembinaan

(Solopos.com, 2016).
4

Dari fenomena diatas menunjukkan bahwa tidak sedikit siswa yang belum

mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri, mengatasi masalah yang

dapat menimbulkan tekanan hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam

berhubungan dengan orang lain, serta dapat memenuhi harapan harapan positif

sekolah.

Salah satu cara yang dilakukan sekolah agar siswa dapat memenuhi

harapan harapan positif yang sesuai dengan yang sekolah harapkan, serta untuk

meningkatkan minat dan bakat siswa, sekolah mengadakan berbagai macam

program. Salah satunya adalah kegiatan penghafal Al Quran.

Kegiatan kegiatan berbasis keagamaan untuk menjadikan siswa lebih

religius dan berahlak mulia, sehingga dapat menghindarkan siswa melakukan

tindakan tindakan negatif salah satunya adalah menghafal al-Quran.

Menghafal al-Quran adalah salah satu metode untuk meningkatkan

religiusitas dan akhlak peserta didik. Diponegoro (2012) menyatakan bahwaAl-

quran dan hadist merupakan pedoman umat muslim di dunia, untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam Al-Quran dan Hadist banyak ditemukan

nilai-nilai yang penting bagi kehidupan. Komposisi huruf, kombinasi kata demi

kata, maupun hubungan antar ayat dalam Al-Quran merupakan suatu kesulitan

tersendiri bagi peserta didik dalam menghafal Al-Quran.Kesulitan dalam

menghafal Al-Quran merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar untuk

memutar otak bagaimana cara dan metode apa yang dapat mempermudah

pesertadidik dalam menghafal Al-Quran. Pendidik perlu memahami kekuatan


5

jiwa manusia dan mengetahui hukum hukum psikologis yang mendasari setiap

aktivitas anak didik. Agar para pendidik dapat lebih mengenal hakikat anak didik,

sehingga mereka mampu membimbing dan melayani belajar anak secara lebih

tepat dan efektif (Soemanto, 1998).

Kegiatan menghafal al-Quran mengandung banyak manfaat yang besar

bagi penghafalnya, diantaranya adalah dicintai Allah Swt, menjadi pionir yang

berarti merupakan orang yang disegani dalam segala kehidupan manusia,

mengangkat derajat penghafal dan orang tua si penghafal, sebagai ilmu dunia dan

akhirat yang mengandung kisah kisah terdahulu maupun yang akan datang,

sebagai teman yang setia, dan menjadi mentoring yang ideal bagi penghfal Al-

Quran (Herry, 2012).

Dari hasil wawancara peneliti kepada salah satu petugas di DIKDASMEN

Surakarta menyatakan bahwa SMP yang telah menerapkan program hafidz adalah

SMP 1, 8, 4, 5, dari 10 sekolah yang dikelola oleh DIKDASMEN dan menurut

informasi yang telah diberikan oleh beliau, bahwa SMP 1 Muhammadiyah telah

mengadakan wisuda bagi siswa yang telah hafidz. Serta SMP 8 Muhammadiyah

yang memiliki program penghafal khusus putri. Pelaksanan program hafidz

tergantung dari sekoalahnya sendiri, karena program tersebut tidak berasal dari

DIKDASMEN melainkan dari sekolah itu sendiri. Tujuan dari adanya program

penghafal adalah agar siswa punya hafalan minimal 15 18 surat pendek. Namun,

hal tersebut kembali kepada masing masing sekolah yang mengadakan program

tersebut. Respon masyarakat untuk program penghafal banyak yang tertarik, dan
6

biasanya anak yang mengikuti program penghafal lebih mudah memahami

pelajaran di kelas. Semakin banyak hafalan, semakin tinggi prestasi siswa

tersebut. Hal tersebut bisa terjadi karena mereka mempunyai tingkat konsentrasi

yang tinggi. Untuk program di sekolah sekolah, DIKDASMEN juga menawarkan

program program lain seperti kurukulum berbasis DEPAG, juga khusus untuk

mata pelajaran agama islam sendiri dalam satu minggu diadakan selama 7 jam

mata pelajaran.

Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru agama di SMP X, bahwa

program yang ada di SMP X adalah ekstra wajib, mulai kelas 7 9 minimal hafaal

1 juz yaitu juz 30. Namun guru tidak menolak menerima setoran hafalan untuk

siswa yang ingin menghafal lebih dari 1 juz, ada juga siswa yang masuk smp

tersebut yang sudah hafal lebih dari 1 juz. Namun, dari pihak sekolah tidak

langsung mengakui bahwa siswa tersebut memiliki hafalan lebih banyak dari

siswa lain. Siswa tersebut harus di tes terlebih dahulu oleh guru apakah kaidah

kaidah dalam membaca Al Quran sudah baik atau belum. Juka belum, nanti

akan di ikutkan dalam program taksinul quran untuk membaguskan bacaan, lalu

tahfidz untuk menyempurnakan hafalan. Untuk siswa yang hafal akan diberikan

beasiswa oleh sekolah. Untuk yang juz 30 mendapatkan beasiswa 2 bulan senilai

500 ribu, tapi hafalan siswa tetap harus di cek oleh guru agama terlebih dahulu

apakan sudah benar atau belum. Dan salah satu siswa di sekolah ada yang telah

hafal 10 juz dan memiliki prestasi yang bagus dan mendapatkan beasiswa hafidz

juga beasiswa untuk siswa yang berprestasi. Dari pihak sekolah sendiri tidak
7

melarang apabila siswa juga belajar menghafal di luar lingkungan sekolah. Pada

tahun 2016 ini, sekolah menerapkan program khusus yang pada dulunya 3 tahun

hanya 1 juz, untuk tahun ini program hafalan 1 tahun 1 juz, jadi 3 tahun siswa

sudah menghafal 3 juz dalam al Quran. Untuk yang program khusus yang baru

diterapkan pada tahun 2016 masuk pada mata pelajaran, namun program yang

lama masih ada dalam bentuk ekstra wajib yang harus diikutu oleh semua siswa.

Jumlah siswa yang mengikuti program khusus sendiri berjumlah 27 siswa.

Program khusus sendiri terditi dari beberapa mata pelajaran yakni UN, Bahasa

Inggris, Bahasa Arab, dan tahfidz. Sebelum memasuki tahun ajaran baru, siswa

harus ujian atau di sebut juga dengan setoran kepada guru agama. Sehingga pada

saat lulus sekolah anak minimal hafal juz 30. Disekolah tersebut memiliki 19

ekstra kulikuler termasuk metode menghafal Al Quran. Respon masyarakat

terhadap porogram penghafal cukup bagus karena dengan adanya program

tersebut, masyarakat lebih antusias mendaftarkan anak anaknya di sekolah dan

mengikuti program penghafal agar anak anak mereka lebih pada membaca dan

menghafal Al Quran serta supaya akhlak anak anak mereka berubah menjadi

lebih baik. Untuk respon dari siswa, dahulu ada siswa yang susah mengikuti mata

pelajaran dan siswa tersebut ingin mengikuti program penghafal agar

konsentrasinya lebih bagus dan bisa lebih mudah memahami pelajaran yang

diberikan. Secara tidak langsung, siswa yang hafalannya bagus juga memiliki

prestasi yang bagus, karena dalam menghafal dibutuhkan konsentrasi yang tinggi.

Siswa yang memiliki hafalan yang bagus memiliki sikap yang berbeda terutama
8

kepada lawan jenis. Mereka lebih menjaga diri mereka karena mereka tahu bahwa

itu bukan muhrimnya.

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa siswa yang

mengikuti kegiatan tambahan atau biasa disebut dengan ekstra kulikuler terutama

program penghafal Al Quran lebih melikili keadaan yang relatif terjaga dari

sikap dan suasana hati yang positif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang

dikemukakan oleh Hafizh (2004) bahwa umat muslim yang sejati adalah yang

telah berhasil menjauhkan dirinya dari aktivitas yang tidak ada nilainya di sisi

Allah. Ia harus memiliki aktivitas dan sikap yang mengarah ke arah yang

positif.Serta siswa mampu beradaptasi dan mengatasi masalah yang dapat

menimbulkan tekanan hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam

berhubungan dengan orang lain, serta dapat memenuhi harapan harapan positif

sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Engel,dkk (2004) bahwa

kesejahteraan siswa merupakan keadaan emosi positif yang diakibatkan leh

adanya keselarasan antara faktor faktor spesifik dan kebutuhan personal siswa

serta harapan terhadap sekolah.

Hubungan antara religiusitas dan well being/kesejahteraan adalah sebuah

paradoxical.Secara umum, religiusitas seseorang cenderung untuk mengalami

kesejahteraan yang lebih tinggi, dan lebih spesifik, partisipasi dalam pelayanan

keagamaan, kekuatan dalam affiliasi keagamaan, hubungan dengan Tuhan, dan

seseorang yang berdoa telah berasosiasi dengan tingkat kesejahteraan yang lebih

tinggi.Dalam sebuah tingkat nasional, tingkat religiusitas yang lebih tinggi telah
9

dihubungkan dengan kepuasan hidup yang lebih tinggi dan tingkat bunuh diri

yang rendah.Hubungan positif antara kesejahteraan yang tinggi dan religiusitas

bermula dari sebuah arti dan tujuan hidup dan dari jaringan sosial serta sistem

pendukung yang dibuat oleh organisasi keagamaan (Diener dan Ryan, 2009).

Dari uraian diatas di jelaskan bahwa ada keterkaitan antara religiusitas

dengan kesejahteraan siswa. Dengan demikian berarti seseorang dengan

religiusitas yang baik juga akan memiliki kesejahteraan yang baik. Namun

demikian pada kenyataannya tidak seperti itu. Tidak semua orang yang memiliki

religiusitas baik akan memiliki kesejahteraan yang baik pula.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti menganggap bahwa penelitian

ini perlu dilakukan karena di Indonesia yang mayoritas penduduknyamemeluk

agama Islam, penelitian yangmeneliti tentang religiusitas Islam dan kesejahteraan

belum banyak dilakukan, terlebih pada subjek khusus seperti siswa penghafal Al-

Quran. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kesejahteraan Pada Siswa Penghafal

Al-Quran.

B. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini ditujukan untuk siswa SMP penghafal Al-Quran

2. Mengetahui tingkat religiusitas siswa SMP penghafal Al-Quran

3. Mengetahui tingkat kesejahteraan siswa SMP penghafal Al-Quran

4. Mengetahui korelasi antara religiusitas dengan kesejahteraan siswa


10

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan kajian dan

wacana bagi perkembangan psikologi positif kesejahteraan .Selain itu,

penelitian ini juga diharapkan menjadi penunjang refrensi bagi penelitian

selanjutnya, terutama pada kajian bidang psikkologi positif.

2. Manfaat Praktis

Manfaat Praktis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah

diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para guru sekolah

menengah pertama dalam memenuhi kebutuhan baik dari sisi fisik maupun

psikis bagi siswa penghafal al-quran.


11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Kesejahteraan Siswa

1. Definisi

Menurut Ryan & Deci (2001) kesejahteraan merupakan sebuah konsep

yang kompleks yang mana selalu memperhatiakan optimalisasi dari

pengalamn dan fungsi psikologis seseorang. Kesejahteraan mengacu pada

pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal yang meliputi fungsi dari

otonomi diri, penguasaan, lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif

dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan

penerimaan diri (Ryff, 1989).

Kesejahteraan siswa adalah keadaan yang relatif terjaga dari sikap dan

suasana hati yang positif, mampu beradaptasi dan mengatasi masalah yang

dapat menimbulkan tekanan hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun

dalam berhubungan dengan orang lain, serta dapat memenuhi harapn

harapan positif sekolah (Noble dan Wyatt, 2008).

Kesejahteraan siswa merupakan keadaan emosi positif yang

diakibatkan oleh adanya keselarasan antara faktor faktor spesifik dan

kebutuhan personal siswa serta harapan terhadap sekolah (Engel,dkk, 2004).

Menurut pendapat Frailon (2004) kesejahteraan siswa merupakan

derajat kefektifan fungsi siswa dilihat dari dua dimensi, yakni intrapersonal dn
12

interpersonl. Dimensi intrapersonl merupakan internalisasi perasaam diri

sebagai siswa dan efektifitas fungsinya dalam komunitas sekolah. Sementara

itu dimensi interpersonal terkait dengan penilaian siswa terhadap

lingkungannya dan keefektifan fungsinya dalam komunitas sekolah.

Kesejahteraan siswa adalah derajat dimana siswa merasa baik di

lingkungan sekolah (De Fraine, dkk, 2005). Kesejahteraan siswa mencakup

adanya keadaan yang relatif terjaga (sustainable) dari sikap dan suasana hati

yang positif, resilien, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam

berhubungan dengan oran lain, dan harapan harapan dari sekolah (Australian

Chatolic University dan Erebus International, 2008).

Kesejahteraan siswa juga dapat diartikan sebagai sikap, suasana hati,

kesehatan, resiliensi dan kepuasan siswa terhadap diri sendiri serta hubungn

dengan orang lain dan pengalaman di sekolah ( The Departement of Education

and Early Childhood Development Victoria Australia, 2010).

Ryff (1989) menjelaskan bahwa kesejahteraan siswa sebagai

pencapaian penuh dari potensi seseorang, dimana seseorang tersebut dapat

menerima kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, sehingga mampu

menciptakan hubungan positif dengan orang lain yang ada disekitarnya,

memiiki kemampuan untuk mengambil keputusan dan kemandirian serta

mampu dan berkompetensi untuk mengatur lingkungan, memiliki tujuan hidup

dan merasa mampu untuk melalui tadapan perkembangan dalam hidupnya.


13

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan siswa

merupakan keadaan dimana siswa mempunyai sikap positif, emosi yang

positif, madiri, percaya diri, mampu beradaptasi, serta dapat menyelesaikan

masalah yang ada pada dirinya, sehingga siswa dapat berkembang sesuai

minat dan dapat memenuhi ketentuan positif yang ada di sekolah.

2. Aspek aspek

Aspek-aspek yang mempengaruhi kesejahteraan siswa yakni sebagi

berikut:

Hasil penelitian dari Karyani dkk (2015) mengungkapkan aspek

kesejahteraan siswa yang meliputi:

a. Sosial

Kesejahteraan yang berkaitan dengan adanya perasaan nyaman dalam

relasi interpersonal di lingkungan sekolah, baik teman, guru maupun staf

sekolah.

b. Kognitif

Kesejahteraan yang berkaitan dengan kepuasan kognitif, seperti

memecahkan masalah dan berprestasi akademik.

c. Emosi

Kesejahteraan yang berkaitan dengan emosi positif.

d. Pribadi

Kesejahteraan dalam perkembangan/pertumbuhan pribadi (self) yang

berhubungan dengan identitas, kemandirian dan integrutas pribadi.


14

e. Fisik

Kesejahteraan yang berhubungan dengan perasaan tercukupinya

kebutuhan fisik terutama kesehatan dan materian seperti misalnya;

kecukupan materi, kesehatan, keamanan lingkungan rumah dan sekolah,

kenyamanan lingkungan sekolah.

f. Spiritual

Kesejahteraan yang berkaitan dengan semangat untuk berhubungan dan

mendekatkan diri kepada Tuhan.

Konu & Rimpela (2002) meyatakan bahwa ada 4 aspek kesejahteraan,

yakni:

a. Memiliki (having)

Having terkait dengan kondisi sekolah yang mencakup lingkungan fisik di

lingkungan sekolah dan dilingkungan dalam sekolah. Terdapat tiga area

yang terkait dengan kondisi sekolah, yakni : keamanan lingkungan kerja,

lingkungan belajar, dan layanan untuk siswa. Keamanan lingkungan kerja

meliputi, kenyamanan, kebisingan, ventilasi udara, temperatur.

Lingkungan belajar meliputi, kurikulim, jumlahsiswa dalam kelas, jadwal

pelajaran, hukuman. Layanan untuk siswa meliputi, makan siang,

perawatan kesejatan, perwalian dan konseling.

b. Mencintai (loving)

Loving mencakup hubungan sosial, merujuk kepada lingkungan

pembelajaran sosial, hubungan antara guru dan murid, hubungan dengan


15

teman sekelas, dinamisasi kelompok, bulliying, kerja sama antara sekolah

dan rumah, pengambilan keputusan di sekolah, serta keseluruhan atsmosfir

sekolah.

c. Menjadi (being)

Being terkait dengan pemenuhan diri, yang dapat diartikan sebagai

terdapatnya penghormatan individu sebagai seseorang yang bernilai di

dalam masyarakat. Dalam konteks sekolah, being dilihat sebagai cara

sekolah memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pemenuhan

diri. Hal tersebut dapat berupa adanya kesempaan yang sama bagi semua

siswa untuk untuk menjadi bagian dari masyarakat sekolah, serta adanya

kesempatan untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan

berdasarkan minat siswa.

d. Status kesehatan (health)

Status kesehatan dilihat dalam bentuk yang sederhana yakni, tidak adanya

sumber penyakit dan siswa yang sakit. Status kesehatan siswa meliputi

aspel fisik dan mental yang berupa simtom psikomatis, penyakit kronis,

penyakit ringan, dan penghayatan akan keadaan diri.

Kesejahteraan siswa memiliki 7 aspek penting (Souter, dkk, 2012)

yaitu:

a. Having (kondisi fisik)


16

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan aset eksternal yang berupa

kebendaamaterial yang diperoleh melalui upaya sendiri maupun

pemberian.

b. Being

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan aset internal dan pemenuhan diri.

c. Relating

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan pengalaman pengalaman dalam

berhubungan dengan orang lain, tempat, maupun pengalaman

transendental.

d. Feeling

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan pengalaman afektif.

e. Thinking

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan penilaian kognnitif (cognitive

appraisal)

f. Functioning

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan keberfungsian seseorang dalam

lingkungan.

g. Striving

Kesejahteraan yang dikaitkan dengan motivasi, dan pencapaian tujuan

hidup.
17

Ryff (1989) menyatakan bahwa ada enam aspek yang diukur dalam

kejahteraan, keenam aspek itu antara lain:

a. Penerimaan diri (Self acceptance).

Seseorang yang psychological wellbeingnya tinggi memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan

negatif dalam dirinya, dan perasaan positif tentang kehidupan masa lalu.

b. Hubungan positif dengan orang lain (Positive relations with others).

Banyak teori yang menekankan pentingnya hubungan interpersonal yang

hangat dan saling mempercayai dengan orang lain. Kemampuan untuk

mencintai dipandang sebagai komponen utama kesehatan mental.

Psychological wellbeing seseorang itu tinggi jika mampu bersikap hangat

dan percaya dalam berhubungan dengan orang lain, memiliki empati,

afeksi, dan keintiman yang kuat, memahami pemberian dan penerimaan

dalam suatu hubungan.

c. Kemandirian (Autonomy).

Merupakan kemampuan individu dalam mengambil keputusan sendiri dan

mandiri, mampu melawan tekanan sosial untuk berpikir dan bersikap

dengan cara yang benar, berperilaku sesuai dengan standar nilai individu

itu sendiri, dan mengevaluasi diri sendiri dengan standar personal.

d. Penguasaan lingkungan (Environmental mastery).


18

Mampu dan berkompetensi mengatur lingkungan, menyusun kontrol yang

kompleks terhadap aktivitas eksternal, menggunakan secara efektif

kesempatan dalam lingkungan, mampu memilih dan menciptakan konteks

yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai individu itu sendiri.

e. Tujuan hidup (Purpose in life).

Kesehatan mental didefinisikan mencakup kepercayaan kepercayaan

yang memberikan individu suatu perasaan bahwa hidup ini memiliki

tujuan dan makna. Individu yang berfungsi secara positif memiliki tujuan,

misi, dan arah yang membuatnya merasa hidup ini memiliki makna.

f. Pengembangan pribadi (Personal growth).

Merupakan perasaan mampu dalam melalui tahaptahap perkembangan,

terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya,

melakukan perbaikan dalam hidupnya setiap waktu.

Statham & Chase (2010) menatakan bahwa kesejahteraan anak

meliputi beberapa aspek yakni aspek objektif dan aspek subjektif.

Aspek objektif meliputi :

a. Keadaan yang tampak jelas. Seperti (pendapatan keluarga, struktur

keluarga, pendidikan, dan status kesehatan)

b. Keadaan yang dipersepsikan oleh anak terhadap kehidupan mereka secara

keseluruhan.

Sedangkan aspek subjektif merupakan indikator yang didasarkan pada

pandangan anak terhadap aspek aspek dari kehidupan anak misalnya:


19

a. Kebahagiaan

b. Hubungan sosial

c. Kepuasan hidup

Dari beberapa aspek diatas, peneliti menggunakan aspek yang

dikemukakan oleh (Karyani dkk, 2015) yang meliputi sosial, kognitif, emosi,

pribadi, fisik, dan spiritual.

3. Faktor

Faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan menurut Arianti

(2010) antara lain :

a. Harga diri positif

Harga diri yang tinggi akan menyebabkan seseorang memiliki kontrol diri

yang baik terhadap rasa marah, mempunyai hubungan yng intim dan baik

dengan orang lain, serta kapasitas produktif dalam pekerjaan.

b. Kontrol diri

Kontrol diri diartikan sebagai keyakinan individu bahwa ia akan mampu

berperilaku dalam cara yang tepat ketika menghadapi suatu peristiwa.

Kontrol diri ini akan mengaktifkan proses emosi, motivasi, perilaku, dan

aktifitas fisik.

c. Ekstraversi

Individu dengan kepribadian ekstravet aka tertarik pada hal hal yang

terjadi di luar dirinya, seperti lingkungan fisik dan sosialnya.


20

d. Optimis

Orang yang optimis mengenai masa depan akan merasa lebih bahagia dan

puas dengan kehidupannya. Individu yang mengevaluasi dirinya dengan

cara yang positif, akan memiliki kontrol yang baik terhadap hidupnya,

sehingga memiliki impian dan harapan yang positif tentang masa depan.

e. Relasi sosial yang positif

Relasi sosial yang positif akan tercipta bila adanya dukungan sosial dan

keintiman emosional. Hubungan yang didalamnya ada hubungan dan

keintiman akan membuat individu mampu mengembangkan harga diri,

meminimalkan masalah masalah psikologis, kemampuan pemecahan

masalah yang adaptif, dan menjadi individu yang sehat secara fisik.

f. Memiliki arti dan tujuan dlam hidup

Arti dan tujuan hidup sering dikaitkan dengan religiusitas. Individu yang

memiliki kepercayaan religi yang besar, memiliki kesejahteraan

psikologis yang besar.

Menurut Eddington dan Shuman (2005) beberapa faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan, antara lain :

a. Jenis kelamin

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor

yang sangat kecil dalam kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang.

b. Pendidikan
21

Dalam Al-Quran Surat Al-Mujadillah : 11 menjelaskan bahwa Allah SWT

meninggikan orang orang yang berilmu dan beriman dengan beberapa

derajat sesuai yang Allah berkan kepadanya berupa ilmu dan iman. Allah

berfirman :

Wahai orang orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu. Beriah

kelapangan didalam majelis majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah

akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabia dikatatan. Berdirilah

kamu, maka berdrilah, niscaya Allah mengangkat derajat orang orang

yang beriman diantaramu dan orang orang yang diberi ilmu beberapa

derajat.(QS: Al-Mujadillah : 11).


22

c. Kesehatan

Hubungan yang kuat antara kesehatan dan kesejahteraan muncul pada

pengukuran kesehatan melalui self-report, tidak pada penelitian secara

objektif oleh ahli.

d. Agama

Banyak survei yang mnunjukkan bahwa kesejahteraan berkorelasi

signifikan dengan agama, hubungan seseorang ndengan tuhan, pengalaman

doa dan partisipasi didalam aspek keagamaan.

e. Waktu luang

Kegiatan yang dilakukan pada waktu luang dapat meningkatkan

kebahagiaan seperti, aktivitas menyenangkan bersama teman, kegiatan

olahraga, dan liburan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor faktor

kesejahteraan siswa antara lain jenis kelamin, pendidikan, kesehatan,

lingkungan sosial, kontrol diri, serta tujuan hidup yang berkaitan dengan

agama atau religiusitas seseorang.

D. Religiusitas

1 Definisi

Glock dan Stark (1968) mendefinisikan religiusitas sebagai sistem

simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang

terlembagakan, yang semuanya itu berpusat pada persoalan-persoalan yang

dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning). Glock dan Stark
23

(1969) juga menambahkan bahwa religiusitas adalah sikap yang dihasilkan

dari internalisasi agama ke dalam seseorang. Seorang yang religius akan selalu

mencoba untuk taat pada ajaran agamanya, berusaha untuk belajar

pengetahuan tentang agamanya, berusaha menjalankan ritual agamanya,

meyakini doktrin-doktrin agamanya dan merasakan pengalaman beragama.

Reliugitas merupakan hubungan praktis yang dirasakan dengan apa

yang dipercayai sebagi makhluk atau wujud yang lebih tinggi dari manusia

(thoules, 2000)

Dari uraian diatas dapat didimpulkan bahwa religiusitas adalah

kedalaman seseorang dalam meyakini suatu agama disertai dengan tingkat

pengetahuan terhadap agama yang diwujudkan dengan patuh dengan aturan

aturan dan menjauhi segala larangan yang ada pada agama tersebut dengan

hati yang ikhlas dan dengan niat untuk beribadah.

4. Dimensi dimensi

Ancok & Suroso (1994) secara terperinci menyebutkan lima dimensi

religiusitas, yaitu:

a. Dimensi ideologis (ideological dimention)

Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang menerima halhal yang

dogmatik dalam agamanya. Misalnya kepercayaan terhadap Tuhan, surga,

dan neraka.

b. Dimensi intelektual (intellectual dimention)


24

Yaitu sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaranajaran

agamanya, terutama yang ada di dalam kitab suci.

c. Dimensi ritualitas (ritualistic dimention)

Yaitu tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban

kewajiban ritual dalam agamanya. Misalnya shalat, zakat, berpuasa, dan

haji.

d. Dimensi pengalaman (experiential dimention )

Yaitu perasaanperasaan atau pengalamanpengalaman keagamaan

yang pernah dialami dan dirasakan. Misalnya perasan dekat dengan

Tuhan, merasa dilindungi Tuhan, dan merasa doanya dikabulkan.

e. Dimensi konsekuensi (consequential dimention)

Yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang

dimotivasi oleh ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Misalnya

apakah dia menjenguk temannya yang sakit dan membantu teman yang

sedang mengalami kesusahan.

Sedangkan Huber dan Huber (2012) menyatakan bahwa ada lima

dimensi religiusitas, antara lain:

a. The intellectual dimension

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial yang orang-orang religius

memiliki pengetahuan agama, dan bahwa mereka dapat menjelaskan

pandangan mereka tentang transendensi, agama dan religiusitas. Dalam


25

sistem konstruk keagamaan pribadi dimensi ini direpresentasikan sebagai

tema yang menarik, keterampilan hermeneutis, gaya pemikiran dan

interpretasi, dan sebagai tubuh pengetahuan. Indikator umum untuk

dimensi intelektual adalah frekuensi berpikir tentang isu-isu agama. Hal ini

menunjukkan seberapa sering isi agama di updated melalui media

pemikiran, yang mengarah ke jantung dimensi intelektual. Selanjutnya, isi

dari indikator ini adalah kebebasan dari pengakuan bias atau afiliasi

keagamaan. Oleh karena itu hal ini dapat diterapkan di seluruh agama.

b. The dimension of ideology

Dimensi ideologi mengacu pada harapan sosial yang para individu

beragama memiliki keyakinan mengenai eksistensi dan esensi dari realitas

transenden dan hubungan antara transendensi dan manusia. Dalam sistem

konstruk keagamaan pribadi dimensi ini diwakili sebagai keyakinan,

keyakinan yang dipertanyakan dan pola hal yang masuk akal. indikator

umum dari dimensi ini harus fokus hanya pada aspek masuk akal dari

keberadaan realitas transenden, misalnya, -Untuk apa memperbesar apakah

Anda percaya pada keberadaan Tuhan atau sesuatu yang ilahi. Ini -dasar-

iman paling umum untuk tradisi keagamaan, karena merupakan prasyarat

untuk semua konsep lebih lanjut dan dogma-dogma tentang esensi realitas

ini. Setelah responden menganggap realitas transenden masuk akal,

konstruksi spesifik transendensi lazim dalam tradisi yang berbeda bisa

menjadi psikologis yang relevan.


26

c. The dimension of public practice

Dimensi praktek umum mengacu pada harapan sosial para individu

beragama milik umat beragama yang diwujudkan dalam partisipasi publik

dalam ritual keagamaan dan kegiatan komunal. Dalam sistem konstruk

keagamaan pribadi dimensi ini direpresentasikan sebagai pola tindakan dan

sebagai rasa terhadap tubuh sosial tertentu serta imajinasi ritual tertentu

transendensi tersebut. Intensitas umum dimensi ini dapat diukur dengan

mudah dengan bertanya tentang frekuensi saat seseorang mengambil bagian

dalam ibadah keagamaan. Dalam studi antaragama itu dianjurkan untuk

beragam label untuk ibadah sesuai dengan agama yang dianut responden,

misalnya beribadah ke gereja bagi orang Kristen, dan solat Jumat bagi umat

Islam.

d. The dimension of private practice

Dimensi ini merujuk pada harapan sosial para individu beragama

mengabdikan diri untuk transendensi dalam kegiatan individual dan ritual

di ruang pribadi. Dalam sistem konstruk keagamaan pribadi dimensi ini

direpresentasikan sebagai pola aksi dan gaya pribadi ketaqwaan kepada

transendensi tersebut. Hal ini masuk akal untuk mempertimbangkan baik

doa dan meditasi ketika mengukur intensitas umum dari praktik pribadi,

karena mereka mengekspresikan bentuk dasar dan tereduksi dalam

menangani diri untuk transendensi. Bawaan pada struktur ibadah adalah

tindakan mengatasi sebuah tandingan. Dinamika ini berarti pola dialogis


27

spiritualitas. Sebaliknya, meditasi terstruktur lebih mendasar dengan

mengacu pada diri dan / atau prinsipnya semua-meresap, dan karena itu

lebih sesuai dengan pola partisipatif spiritualitas. Mengingat kedua bentuk

praktek keagamaan pribadi berarti bahwa kedua pola dasar spiritualitas

tertutup.

e. The dimension of religious experience

Dimensi ini mengacu pada harapan sosial para individu beragama

memiliki beberapa jenis hubungan langsung ke realitas yang

mempengaruhi mereka secara emosional. Dalam sistem konstruk

keagamaan pribadi dimensi ini direpresentasikan sebagai pola persepsi

agama dan sebagai badan pengalaman religius dan perasaan. Dengan

analogi ke praktik pribadi, dua bentuk dasar dari pengalaman transendensi

dapat dibedakan, -satu-ke-satu pengalaman yang sesuai dengan pola

spiritualitas dialogis dan pengalaman berada di salah satu yang sesuai

dengan yang partisipatif. Oleh karena itu, kami menyarankan penggunaan

kedua ekspresi dari pengalaman religius untuk pengukuran intensitas

umum.

Glock dan Stark (1968) mengemukakan bahwa ada lima dimensi

religiusitas, yang diantaranya :

a. Dimensi praktek ibadah(ritualistic)


28

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal

yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama

yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas

penting, yaitu:

1). Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaanformal

dan praktek-praktek suci yang semua mengharapkan parapemeluk

melaksanakan.

2). Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meskiada

perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen

sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga

mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi

personal yang relatif spontan, informal dan khas pribadi.

b. Dimensi keyakinan(ideology)

Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religious

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui

kebenaran doktrin - doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan

seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat.

Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak

hanya diantara agama-agama, tetapi seringkali juga diantara tradisi-tradisi

dalam agama yang sama.

c. Dimensi pengetahuan agama(intelektual)


29

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang

beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisitradisi. Dimensi

pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena

pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimaannya.

Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat

pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada

keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan dengan kuat tanpa

benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar

pengetahuan yang amat sedikit.

d. Dimensi pengalaman (eksperensial)

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua

agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat

jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu

waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai

kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan

supernatural. Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,

perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami

seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu

masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi

ketuhanan, yaitu dengan Tuhan, kenyataan terakhir, dengan otoritas

trasendental.
30

e. Dimensi konsekuensional

Konsekuensi komitmen agama berlainan dari keempat dimensi

yang sudah dijelaskan diatas. Dimensi ini mengacu pada identifikasi

akibatakibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan

pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah kerja dalam pengertian

teologis digunakan disini. Walaupun agama banyak menggariskan

bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak dalam

kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-

konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau

semata-mata berasal dari agama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensii religiusitas

meluputi dimensi intelektual, dimensi pengalaman, dimensi konsekuensi,

dimensi praktek ibadah, dan dimensi keyakinan.

5. Aspek aspek

Menurut Glock dan Stark (1986) ada lima aspek religiusitas yaitu:

a. Aspek ideologi (the ideological dimension) berkaitan dengan tingkatan

seseorang dalam menyakini kebenaran ajaran agamanya (religious belief).

Tiaptiap agama memiliki seperangkat keyakinan yang harus dipatuhi oleh

penganutnya, misalnya kepercayaan adanya Tuhan.

b. Aspek ritualistik (the ritulistic dimension) yaitu tingkat kepatuhan

seseorang mengerjakan kewajiban ritual sebagaimana yang diperintahkan


31

dalam agamanya (religious practice), misalnya kewajiban bagi orang Islam

seperti; sholat, zakat, puasa, pergi haji bila mampu.

c. Aspek eksperiensial (the experiential dimension) yaitu tingkatan seseorang

dalam merasakan dan mengalami perasaan perasaan atau pengalaman

pengalaman keagaman (religious feeling). Semua agama memiliki harapan

bagi individu penghayatannya akan mencapai suatu pengetahuan yang

langsung mengenai realitas yang paling sejati atau mengalami emosi

emosi religius misalnya; merasa doanya dikabulkan, merasa diselamatkan

Tuhan.

d. Aspek inteklektual (the intelectual dimension) berkaitan dengan tingkatan

pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap ajaran agama yang

dianutnya (religious knowledge).

e. Aspek konsekuensial (the consequential dimension) yaitu aspek yang

mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran

agamanya dalam kehidupan sosial, yakni bagaimana individu berhubungan

dengan dunia terutama dengan sesama manusia (religious effect).

Hawari (2002) mengungkapkan terdapat dimensi religiusitas dalam

agama islam, yaitu : a) rukun iman, b) rukun Islam, dan c) pengamalan.

Sumaith (1998) menjabarkan pengertian dari masing-masing dimensi rukun

iman dan rukun islam sebagai berikut :

a. Rukun Iman, yang terdiri dari :

1) Iman kepada Allah SWT


32

Iman kepada Allah adalah membenarkan bahwa Allah itu ada,

dengan cara mengetahui dan meyakini bahwa tiada tuhan selain Allah.

Dengan iman kepada Allah seseorang akan melakukan apa yang

diperintahkan oleh Allah dan menjauhi larangan-Nya semata-mata

hanya untuk ibadah kepada Allah.

2) Iman kepada para Malaikat

Iman kepada para Malaikat adalah meyakini bahwa para

malaikat adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Selain

mempercayai bahwa malaikat itu ada, manusia hendaknya berusaha

untuk mengikuti sifat-sifat yang dimiliki malaikat. Malaikat tidak

pernah melakukan kemaksiatan kepada Allah dan selalu taat pada

segala perintah Allah.

3) Iman kepada para Nabi dan Rasul

Iman kepada para Nabi adalah meyakini bahwa Allah SWT

mengutus rasul-rasul kepada manusia sebagai pemberi petunjuk.

Beriman kepada para nabi dan rasul memiliki makna bahwa seseorang

seharusnya menjadikan sifat tauladan para nabi dan rasul untuk

diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Nabi dan rasul merupakan

orang-orang yang jujur dan tidak pernah berdusta, apa yang mereka

beritakan dari Allah bebas dari cacat atau kurang.

4) Iman kepada kitab


33

Iman kepada kitab adalah meyakini bahwa kitab-kitab tersebut

dating dari Allah yang diturunkan kepada sebagian rasul. Segala yang

termuat didalam kitab-kitab tersebut adalah sebuah kebenaran.

Walaupun ada beberapa kitab yang turun yang wajib kita imani seperti

Taurat, Injil dan Zabur, akan tetapi yang wajib kita imani dan gunakan

untuk pedoman umat islam saat ini adalah Al-Quran yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad. Manusia harus berpegang teguh kepada

AlQuran dengan mengamalkan apa yang terkandung di dalamnya.

5) Iman kepada hari kiamat

Hari kiamat merupakan hari kebangkitan, yaitu keluarnya

manusia dari kubur mereka dalam keadaan hidup. Manusia diwajibkan

beriman terhadap segala hal yang terjadi sesudah kematian. Iman

kepada hari akhir merupakan cara agar kita senantiasa ingat untuk

kembali ke jalan yang diridhoi Allah.

6) Iman kepada takdir

Iman kepada takdir adalah meyakini bahwa Allah telah

menentukan kebaikan dan keburukan sebelum manusia diciptakan.

Semua perbuatan manusia, baik yang dilakukan dengan kemauan

sendiri atau tanpa kemauanya merupakan kehendak Allah. Akan tetapi

manusia memiliki pilihan untuk melakukan atau tidak.

b. Rukun Islam, yang terdiri dari :

1) Mengucap dua kalimat syahadat


34

Sebagai sahnya seseorang sebagai islam, seseorang harus dapat

mengucapkan secara urut dan benar serta memahami maknanya. Dua

kalimat syahadah ini mengandung pengertian bersaksi bahwa tiada

tuhan selain Allah dan bersaksi Muhammad adalah utusan Allah.

2) Mendirikan sholat

Sholat merupakan rukun iman yang kedua, dikatakan dalam

sebuah hadits bahwa sholat merupakan tiangnya agama. Mendirikan

sholat adalah melaksanakanya secara kontinu sesuai atau tepat dengan

waktu-waktu yang yang telah ditetapkan dengan memenuhi syarat dan

rukunya. Sholat merupakan salah satu syiar agama yang paling

penting serta ibadah utama untuk mendekatkan diri kepada Allah.

3) Mengeluarkan zakat

Rukun islam yang ketiga adalah mengeluarkan zakat,

membayar zakat dalam hal ini diperuntukkan kepada fakir miskin dan

kelompok-kelompok lain yang berhak untuk menerima. Dengan

mengeluarkan zakat seseorang belajar untuk ikhlas dan senantiasa

bersyukur terhadap nikmat Allah.

4) Puasa ramadhan

Rukun islam yang keempat adalah puasa di bulan Ramadhan,

puasa pada bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim.


35

Diperbolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit dan ia tidak

sanggup untuk berpuasa, serta orang yang berpergian jauh untuk tujuan

yang baik, maka mereka wajib mengqadha di hari lain. Demikian pula

halnya dengan orang yang sudah sangat tua dan orang sakit yang tidak

diharapkan kesembuhanya. Maka keduanya harus mengganti dengan

membayar fidyah. Berpuasa tidak hanya sekedar menahan lapar dan

haus tetapi yang terpenting adalah seseorang mampu menahan hawa

nafsu.

5) Menunaikan ibadah haji

Menunaikan ibadah haji yaitu ke Baitullah merupakan suatu

kewajiban bagi setiap muslim yang mampu. Mampu dalam arti mampu

secara fisik maupun materi, seseorang mampu menanggung biaya

mulai dari keberangkatan, biaya di Baitullah, hingga saat kepulangan.

Menunaikan ibaadah haji yang terpenting adalah seseorang memiliki

rasa optimis untuk hal yang baik serta tetap berada di jalan Allah.

c. Pengamalan

1) Keimanan

Asti (2004) mengungkapkan bahwa keimanan adalah

keyakinan yang tertanam di dalam hati. Akan tetapi maksud dari

keyakinan dalam hati tidak hanya sebatas diyakini dalam hati, akan

tetapi semua berawal dari hati yang kemudian dilakukan melalui

ucapan dan kemudian diamalkan dengan anggota badan.


36

2) Keilmuan

Riswanto (2013) mengungkapkan bahwa ilmu dalam islam

sendiri ilmu dari berbagai sumber dapat berupa ilmu yang langsung

melalui wahyu-Nya kepada manusia, yang kedua adalah ilmu yang

merujuk pada sains atau pengetahuan yang didapatkan melalui

penelitian, pengamatan dan juga pengalaman. Islam sangat

menekankan agar seseorang semasa hidup untuk senantiasa mencari

ilmu yang bermanfaat. Seseorang yang hendak melakukan sesuatu

amalan hendaknya di dasari dengan ilmu yang benar.

3) Pengendalian Diri

Islam selalu mengajarkan umatnya agar menahan dari segala

sesuatu yang tidak baik. Ada beberapa pengendalian diri yang

dianjurkan pada setiap orang, diantaranya adalah seseorang harus

mampu mengendalikan diri dari perkataan atau ucapan yang tidak

baik, menahan diri untuk berbuat dosa, serta menahan emosi atau lebih

bersabar .

4) Kekeluargaan

Atsariyyah (2011) mengungkapkan bahwa islam memberikan

perhatian yang besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan

kaida yang manfaat agar tetap harmonis. Keluarga merupakan pondasi

utama untuk mencapai masyarakat muslim yang sesungguhnya.

5) Pergaulan Sosial
37

Islam sangat memperhatikan bagaimana sikap individu dengan

individu yang lainya, terutama dalam kehidupan sosial. Maulan (2013)

mengungkapkan bahwa pergaulan sosial dalam masyarakat islam

merupakan masyarakat yang saling menjaga kehormatan dengan

memberi manfaat satu sama lain, sopan santun, berbudi luhur, serta

menjaga silaturrahmi untuk mempererat persaudaraan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

dimensi religiusitas secara umum ada lima yaitu dimensi pengalaman, dimensi

ideologis, dimensi ritualistik, dimensi intelektual, dimensi konsekwensi, dan

juga dimensi penghayatan. Sedangkan religiusitas dalam agama islam secara

khusus yaitu rukun iman, rukun islam, dan pengamalan. Dimensi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi religiusitas milik Hawari

(2002), hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan dengan karakteristik siswa

yang beragama Islam. Selain itu dimensi milik Hawari dapat dikatakan sangat

lekat dengan kepribadian seorang muslim.

6. Faktor

Thouless (2000) mengemukakan empat kelompok faktor yang

mempengaruhi perkembangan religiusitas, yaitu:

a. Faktor sosial, meliputi semua pengaruh sosial seperti; pendidikan dan

pengajaran dari orangtua, tradisi tradisi dan tekanan tekanan social.


38

b. Faktor alami, meliputi moral yang berupa pengalaman pengalaman baik

yang bersifat alami, seperti pengalaman konflik moral maupun

pengalaman emosional.

c. Faktor kebutuhan untuk memperoleh harga diri dan kebutuhan yang timbul

karena adanya kematian.

d. Faktor intelektual yang menyangkut proses pemikiran verbal terutama

dalam pembentukan keyakinankeyakinan agama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor dari religiusitas

adalah faktor sosial, faktor alami, faktor kebutuhan, dan faktor intelektual

seseorang.

E. Remaja penghafal Al-Quran

1 Pengertian Remaja

Menurut Batubara (2010) remaja (dolesen) merupakan masa transisi

dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini berbagai perubahan terjadi

baik perubahan hormonal, fisik, psikologis maupun sosial. Perubahan

psikososial yang terjadi pada anak seperti dalam tingkah laku, hubungan

dengan lingkungan serta ketertarikan dengan lawan jenis.

Santrock (2011) menyatakan bahwa masa remaja adalah suatu periode

transisi dalam rentang kehidupa manusia, yang menjembatani masa kanak-

kanak dengan masa dewasa. Remaja selalu mencoba banyak hal, berusaha

mencari hal yang cocok dengan dirinya. Sama halnya dengan anak-anak,
39

perkembangan remaja meliputi interaksi faktor genetik, biologis, lingkungan,

dan sosial. Dari sisi kognitif, cara berpikir remaja menjadi lebih abstrak dan

idealistik. Perubahan tubuh yang terjadi memicu minat terhadap citra tubuh.

Beberapa isu penting dalam perkembangan remaja meliputi: pubertas,

seksualitas, penggunaan dan penyalahgunaan narkoba egosentrisme, aktivitas

ekstrakulrikuler, pencarian identitas, konflik dengan orang tua, otonomi dan

kelekatan, persahabatan, teman sebaya, serta religi/agama.

Sedangkanmenurut Hurlock (1999) secara psikologis masa remaja

adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di

mana remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua

melainkan berada dalam tingkatan yang sama. Masa remaja dimulai pada saat

remaja secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat individu

mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja berawal di usia 13 tahun

dan berakhir pada usia 17-18 tahun.

7. Tahap Usia Remaja

Menurut Batubara (2010) perubahan psikososial pada remaja dibagi

dalam tiga tahap yaitu:

a. Remaja awal (early adolescent)

Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada

usia usia 12-14 tahun. Padamasa remaja awal anak-anak terpapar pada
40

perubahantubuh yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan

perubahan komposisi tubuh disertai awal pertumbuhan seks sekunder.

b. Pertengahan (middle adolescent)

Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17

tahun.

c. Akhir (late adolescent)

Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh

tercapainya maturitas fisik secara sempurna.

8. Menghafal Al-Quran

Zen (1985) menyatakan bahwa tahfidz atau menghafal Al-Quran

merupakan suatu perbuatan yang sangat mulia dan terpuji. Sebab, orang yang

menghafal Al-Quran merupakan salah satu hamba yang ahlullah di muka

bumi. Dengan demikian pengertian Tahfidz yaitu menghafal materi baru yang

belum pernah dihafal.

9. Metode Menghafal Al-Quran

Zawawie (2011) menguraikan beberapa metode yang paling banyak

dilakukan dan mencetak Huffazh, sebagai berikut:

a. Menghafal Sendiri

b. Mengahafal Berpasangan

Menghafal berpasangan dilakukan oleh dua orang Huffazh secara bersama-

sama. Hafalan dimulai setelah mereka menyepakati ayat-ayat yang akan

dihafalkan.
41

c. Menghafal dengan bantuan Al-Quran digital.

Menghafal Al-Quran dapat kita lakukan dengan menggunakan pocket Al-

Quran atau Al-Quran digital yang telah dirancang secara khusus. Kita

bisa memilih ayat yang kita kehendaki dan mendengarkannya secara

berulang-ulang. Lalu, berusaha mengikutinya sampai benar-benar hafal

kemudian baruberpindah pada ayat seterusnya. Setelah benar-benar yakin

hafal, kita mencoba mnegulangnya sendiri tanpa bantuan Al-Quran

digital.

d. Menghafal dengan alat perekam

Metode ini diawali dengan merekam suara kita sendiri yang sedang

membaca beberapa ayat yang kita kehendaki. Selanjutnya, kita aktifkan

alat tersebut dan berusaha mengikuti bacaan-bacaan dalam rekaman

tersebut sampai benar-benar hafal. Setelah itu, kita mencoba mengulang

hafalan tanpa bantuan alat perekam

e. Menghafal dengan menulis

Metode ini banya dilakukan di pondok pesantren yang mendidik calon-

calon Huffazh yang masih kecil, tetapi sudah bisa membaca dan menulis

dengan benar

Sedangkan menurut Sadullah (2008) macam-macam metode

menghafal al-quran adalah:

a. Bi al-ndzar, yaitu membaca dengan cermat ayat-ayat al-Quran yang

akan dihafal dengan melihat mushaf secara berulang-ulang.


42

b. Takrr, yaitu menghafal sedikit demi sedikit al-Quran yang telah dibaca

secara berulang-ulang tersebut

c. Talaqqi, menyetorkan atau mendengarkan hafalan yang baru dihafal

kepada seorang guru.

d. Tasmi, yaitu mendengarkan hafalan kepada orang lain baik kepada

perseorangan maupun kepada jamaah

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja penghafal

Al-Quran adalah seseorang yang berada dalam masa transisi dari anak anak

menuju dewasa yang sedang melakukan kegiatan menghafal Al-Quran.

F. Keterkaitan teori

Seorang siswa idealnya memiliki kesejahteraan yang baik supaya memiliki

kualitas hidup yang baik. Kesejahteraan siswa yang dimaksut meliputi

keamandirian, kebahagiaan, kesehatan jasmani rohani, dapat menyelesaikan

masalah, dan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Pernyataan tersebut sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh (Noble dan Wyatt, 2008) bahwa

kesejahteraan siswa adalah keadaan yang relatif terjaga dari sikap dan suasana hati

yang positif, mampu beradaptasi dan mengatasi masalah yang dapat menimbulkan

tekanan hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam berhubungan dengan

orang lain, serta dapat memenuhi harapan harapan positif sekolah.

Tidak sedikit siswa menganggap bahwa dirinya akan merasa sejahtera

apabila memiliki uang saku yang cukup, memperoleh nilai yang memuaskan,
43

fasilitas sekolah yang memadai, serta memiliki banyak teman disekolah. Namun,

ada salah satu faktor lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan siswa, yaitu

religiusitas dari siswa itu sendiri. Glock dan Stark (1969) menyatakan bahwa

religiusitas adalah sikap yang dihasilkan dari internalisasi agama ke dalam

seseorang. Seorang yang religius akan selalu mencoba untuk taat pada ajaran

agamanya, berusaha untuk belajar pengetahuan tentang agamanya, berusaha

menjalankan ritual agamanya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan

merasakan pengalaman beragama

Apabila seorang siswa memiliki religiusitas yang baik, maka dalam

menghadapi permasalahan yang terjadi akan disikapi sesuai dengan ajaran

agamanya.Sedangkan orang-orang dengan religiusitas yang rendah adalah mereka

yang tidak memandang segala sesuatu dengan positif (suul dzon), kurang sabar

dalam mengatasi kesulitan hidup, kurang ikhlas dalam menerima segala sesuatu

dan kurang mentaati norma agama serta tidak menerapkannya dalam keseharian.

Penelitian Diener (2000) dan Myers (2000) menunjukkan bahwa agama

berperan penting dalam kehidupan manusia karena dapat membawa pemeluknya

ke arah kehidupan yang lebih baik. Penelitian Hair dan Boowerts (1992)

menyimpulkan bahwa manifestasi dari kehidupan religiusitas yang baik dapat

meningkatkan kesejahteraan individu. Selanjutnya penelitian Seligman dan

Csikszentmihalyi (2000) menjelaskan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam

ajaran agama penting dalam mengatasi berbagai masalah psikologis, yaitu dengan
44

cara membangun emosi positif. Hal ini sangat bermakna karena religiusitas

mempunyai pengaruh terhadap kesejahteraan psikologis remaja.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka dapat dikatakan seorang

siswa yang memiliki religiusitas yang tinggi akan lebih memiliki kesejahteraan

yang lebih baik dibanding siswa yang memiliki religiusitas yang rendah.

G. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah Ada hubungan positif antara

religiusitas dengan kesejahteraan pada siswa penghafal Al-Quran.


45

BAB III

METODE PENELITIAN

A Identifikasi Variabel

Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangatlah penting, karena

keberhasilan suatu penelitian terutama dalam menentukan benar salahnya dalam

pengambilan data dan kesimpulan sangat ditentukan oleh metode penetilitian yang

digunakan. Metode penelitian ini merupakan cara yang utama dipergunakan untuk

mencapai suatu tujuan penelitian.

Berdasarkan pokok masalah dan hipotesis yang diajukan, variabel-

variabel dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Variabel bebas atau variabel independen, yaitu variabel yang menjadi

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen/variabel terikat.

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan (Creswell, 2012) bahwa variabel bebas merupakan variabel

yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome.

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah Religiusitas.

2. Variabel terikat atau variabel dependen, yaitu variabel yang menjadi akibat

karena adanya variabel bebas. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

(Creswell, 2012) yang menyatakan bahwa variabel terikat merupakan outcome

atau hasil dari pengaruh variavel variabel bebas. Dalam penelitian ini, yang

menjadi variabel terikat adalah kesejahteraan siswa.


46

H. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional adalah definisi mengenai variabel yang dirumuskan

berdasarkan karakteristik karakteristik variabel yang dapat diamati.

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1 Religiusitas (X)

Religiusitas adalah sikap yang dihasilkan dari internalisasi agama kedalam

seseorang. Seorang yang religious akan selalu mencoba untuk taat pada ajaran

agamanya, berusaha untuk belajar pengetahuan tentang agamanya, berusaha

menjalankan ritual agamanya, meyakini doktrin-doktrin agamanya dan

merasakan pengalaman beragama. Religiusitas dalam penelitian ini diukur

menggunakan skala yang diadaptasi modifikasi dari Putri (2013) berdasarkan

skala Hawari (2002) yang terdiri dari 35aitem.

10. Kesejahteraan siswa (Y)

Kesejahteraan merupakan. Merupakan suatu keadaan dimana siswa terebut

dapat merasakan nyaman, tenang, dan damai ketika berada di lingkungan

sekolah, sehingga siswa tersebut dapat mengoptimalkan apa yang ada dalam

dirinya untuk sekolah dan lingkungannya secara positif. Kesejahteraan siswa

dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala dari penelitian

Karyani, dkk yang terdiri dari 39 aitem.


47

I. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok atau kumpulan individu-individu atau obyek

penelitian yang memiliki standar-standar tertentu dari ciri-ciri yang telah

ditetapkan sebelumnya.Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah

Siswa SMP X.

Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi. Penentuan sampel

dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling. Proportional

random sampling merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara

memilih individu individu (sampel) secara acak (Creswell, 2012). Metode

proportional random sampling memberikan peluang yang sama bersifat tak

terbatas untuk setiap elemen populasi untuk dipilih menjadi sample yang diambil

berdasarkan strata (kelas) dengan jumlah yang proporsional. Peneliti mengambil

sampel berjumlah 100 sampel dari seluruh kelas pada siswa SMP X yang

mengikuti kegiatan menghafal Al-Quran.

J. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data berhubungan erat dengan instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian. Metode penelitian merupakan cara yang digunakan

peneliti untuk memperoleh data yang akan diteliti sesuai dengan tujuan penelitian

yang dilakukan.
48

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

cara kuesioner secara persoal. Metode ini memberikan tanggapan atas pernyataan

kuesioner. Dalam penelitian ini kuesioner dibagikan langsung pada responden dan

peneliti dapat memberikan penjelasan mengenai tujuan survey dan pertanyaan

yang kurang dipahami oleh responden serta tanggapan atas kuesioner dapat

langsung dikumpulkan oleh peneliti setelah diisi oleh responden. Kuesioner secara

personal digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari

kontruk - kontruk yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini kuesioner

dalam penelitian ini menggunakan rating scale.

Rating scale adalah rangkaian pilihan jawaban dimana responden diminta

untuk menggunakannya dalam menunjukkan respon atau sikap. Skala pengukuran

ini terdiri dari serangkaian label dengan deskripsi tertulis.

Dalam penelitian ini, responden diberikan kebebasan untuk

memberikan penilaian atau menentukan pendapat sesuai dengan pengalaman

mengenai indikator indikator pada kuesioner dengan memilih salah satu dari lima

pilihan jawaban yang tersedia. Dan dalam penelitian ini alat pengumpulan data

yang digunakan adalah skala Reliugitas dan kesejahteraan.

1 Skala Religiusitas

Skala ini dikembangkan oleh Hawari (2002) dan dimodifikasi oleh

peneliti dengan alasan model skala yang kurang sesuai dengan maksud dan

tujuan peneliti serta adanya aitem-aitem yang perlu ditambahkan untuk

mengungkap tingkat religiusitas pada lansia muslim. Selain itu agar subjek
49

dapat mengerti dan memahami maksud kalimat dari aitem tersebut. Skala ini

disusun berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas Hawari (2002) yaitu: a)

rukun iman, yang terdiri dari iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman

kepada nabi, iman kepada kitab suci, iman kepada hari kiamat, iman kepada

takdir; b) rukun islam, yang terdiri dari mengucap dua kalimat syahadah,

mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan, menunaikan ibadah

haji; c) pengamalan yang terdiri dari keimanan, keilmuan, pengendalan diri,

kekeluargaan, pergaulan sosial.

Berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas tersebut, maka dapat dibuat

blue print seperti di bawah ini : Skala ini terdiri dari 35 pernyataan yang

memiliki pilihan jawaban: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

dan sangat tidak sesuai (STS). Skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable, yang bobot nilai bergerak dari angka 1 sampai 4.

a. Untuk pernyataan favourable, respon yang menjawab

Sangat sesuai (SS) = dinilai 4

Sesuai (S) = dinilai 3

Tidak sesuai (TS) = dinilai 2

Sangat tidak sesuai (STS) = dinilai 1

b. Untuk pernyataan unfavorable, respon yang menjawab

Sangat sesuai (SS) = dinilai 1

Sesuai (S) = dinilai 2

Tidak sesuai (TS) = dinilai 3


50

Sangat tidak sesuai (STS) = dinilai 4


51

Tabel 1. Blue Print instrumen pengukuran Skala


Religiusitas
ButirSoal
No Aspek Indikator Total
Favorable Unfavorable
Iman Kepada Allah
1 2 2
SWT
Iman Kepada
3 1
Malaikat
Iman Kepada para
4 5 2
1. Rukun Iman Nabi
Iman Kepada Kitab
6 7, 8 3
Suci
Iman Kepada Hari
9 10 2
Kiamat
Iman Kepada Takdir 11 12 2
Mengucap 2
13 14 2
Kalimat Syahadah
Mendirikan Sholat 15, 16 17 3
Mengeluarkan
2. Rukun islam 18, 19 20 3
Zakat
Puasa Ramadhan 21 22 2
Menunaikan Ibadah
23 24 2
Haji

Keimanan 25 26 2
Keilmuan 27 28 2
3. Pengamalan Pengendalan Diri 29 30 2
Kekeluargaan 31 1
Pergaulan Sosial 32, 33 34, 35 4
Jumlah 19 16 35
52

11. Skala kesejahteraan siswa

Skala ini dikembangkan oleh Karyani, dkk berdasarkan aspek yang

terdiri dari; a) sosial yang meliputi merasa nyaman dalam menjalin relasi

sosial dengan teman, merasa nyaman menjalin relasi sosial dengan guru dan

staf sekolah, merasa nyaman dalam menjalin relasi dengan orang tua dan

anggota keluarga., b) kognitif yang meliputi senang memecahkan masalah,

bangga dengan prestasi akademik., c) emosi yang terdiri dari merasa bahagia,

dan tidak mudah kecewa/tertekan bila menghadapi masalah., d) pribadi

personal yang meliputi perasaan posotif terhadap diri pribadi, memliki

kemandirian dalam menentukan pendapat, dan memiliki integritas pribadi., e)

fisik dan materi yang meliputi perasaan tercukupi secara materi, sehat, serta

aman dan nyaman dilingkungan sekolah., f) spiritual yang terdiri dari

menjalankan ibadah. Skala kesejahteraan siswa terdiri dari 39 pernyataan yang

memiliki pilihan jawaban: sangat sesuai (SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS),

dan sangat tidak sesuai (STS). Skala ini terdiri dari pernyataan favorable dan

unfavorable, yang bobot nilai bergerak dari angka 1 sampai 4.

a. Untuk pernyataan favourable, respon yang menjawab

Sangat sesuai (SS) = dinilai 4

Sesuai (S) = dinilai 3

Tidak sesuai (TS) = dinilai 2

Sangat tidak sesuai (STS) = dinilai 1


53

b. Untuk pernyataan unfavorable, respon yang menjawab

Sangat sesuai (SS) = dinilai 1

Sesuai (S) = dinilai 2

Tidak sesuai (TS) = dinilai 3

Sangat tidak sesuai (STS) = dinilai 4

Tabel 2. Blue Print instrumen pengukuran Skala Kesejahteraan Siswa

Butir Soal
No
Aspek Indikator Unfavorabl Total
. Favorable
e
Merasa nyaman
1, 2, 3, 4, 5,
dalam menjalin 7, 8, 9, 10 10
6
relasi sosial
Merasa nyaman
menjalin relasi
11, 12, 13, 14 4
sosial dengan guru
1. Sosial
dan staf sekolah
Merasa nyaman
dalam menjalin
relasi dengan orang 15 16 2
tua dan anggota
keluarga
Senang
memecahkan 17, 18 19 3
2. Kognitif masalah
Bangga dengan
20 21 2
prestasi akademik
3. Emosi Merasa bahagia 22 23 2
Tidak mudah 24 25 2
kecewa/tertekan
bila menghadapi
54

masalah
Perasaan positif
26 27 2
terhadap diri pribadi
Memiliki
Pribadi/persona kemandirian dalam
4. 28 29, 30 3
l menentukan
pendapat
Memiliki integritas
31, 32 2
pribadi
Perasaan tercukupi
33 34 2
secara materi
Sehat 35 1
5. Fisik dan materi Aman dan nyaman

di lingkungan 36, 37 2
sekolah
6. Spiritual Menjalankan ibadah 38 39 2
Jumlah 18 21 39

K. Uji Validitas dan Reliabilitas

1 Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidak suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan atau pernyataan

pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut (Ghozali, 2013). Validitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah untuk mengetahui relevansi aitem dengan indikator perilaku dan
55

tujuan ukur, yaitu dengan validasi logik (logical) yang merupakan bagian dari

validasi isi (Azwar, 2014). Relevansi tersebut memerlukan kesepakatan

penilaian dai beberapa penilai yang kompeten (expert judgement). Apabila

sebagian besar penilai sepakat bahwa suatu aitem adalah relevan, maka aitem

tersebut dinyatakan sebagai aitem yang layak mendukung validitas isi skala.

Adapun rumus formula Aikens V sebagai berikut :

s
V=
n( c1)

Keterangan :

lo : angka penilaian validitas terendah (dalam hal ini = 1)

c : angka penilaian validitas tertinggi (dalam hal ini = 5)

r : angka yang diberikan oleh seorang penilai

s : r - lo

n : jumlah penilai

12. Reliabilitas

Selain valid instrumen yang digunakan dalam penelitian juga harus

reliabel. Menurut Sugiyono (2007) instrumen yang reliable berarti instrumen

yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan

menghasilkan data yang sama. Penggunaan instrumen yang reliable

diharapkan untuk mendapatkan data penelitian yang juga reliabel. Untuk

mengetahui reliabilitas dari instrument maka dilakukan uji reliabilitas. Suatu


56

instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reabilitas yang tinggi,

apabila test yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa

yang hendak diukur.

Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel

(reliable), yaitu mampu menghasilk,an skor yang cermat dengan eror

pengukuran kecil (Azwar, 2014). Kemudian Azwar (2012) menyatakan bahwa

reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu proses pengukuran dapat dipercaya.

Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha

Cronbach sebagai berikut (Azwar, 1997)

[ ][ si
]
2
k
= 1
k 1 st2

Keterangan:

= reliabilitas seluruh instrumen

k = jumlah aitem dalam instrumen

si2 = jumlah varian skor tiap butir

st2 = varian total

L. Metode Analisis Data

Metode analisis data yaitu cara cara ilmiah yang dipersiapkan untuk

menganalisa data penyelidikan yang berwujud angka angka. Dalam analisis

data akan menguraikan serta memecahkan masalah yang diteliti berdasarkan data

data yang diperoleh. Data yang dikumpulkan melalui skala religiusitas dan skala
57

kesejahteraan siswa dihitung dengan metode statistik. Statistik merupakan cara

untuk mengolah data dan menarik kesimpulan kesimpulan yang diteliti dan

kesimpulan logik dari pengolahan data tersebut.

Adapun alasanpeneliti menggunakan metode statistik adalah untuk

menghindari faktor subjektif, serta dengan metode statistik ini diharapkan

memperoleh hasil yang objektif karena data yang diperoleh berbentuk angka

angka. Anailisis data menggnakan korelasi product moment dari Karl Pearson.

Suliyanto (2011) menyatakan bahwa korelasi product-moment digunakan

untuk mengetahui hubungan antar variabel. Dasar pemikiran analisis korelasi

product-moment adalah perubahan antar variabel. Artinya jika perubahan suatu

variable diikuti perubahan variabel yang lain maka kedua variable tersebut saling

berkorelasi. Teknik korelasi product-moment ini menggunakan program SPSS

21.00 for windows.

Formula untuk Pearson-Product Moment adalah:

N . X . Y X . Y
rxy= 2 2 2 2
{N X ( X ) }{N Y ( Y ) }

Keterangan:

rxy :Korelasi Pearson

X : Data-data dari variabel independent/variabel bebas

Y : Data-data dari variabel dependen/variabel terikat

Untuk mempermudah pemberian kategorisasi koefisien korelasi maka

dibuat criteria pengukuran sebagai berikut :


58

Tabel 3. KrikeriaKoefisienKorelasi
Nilai r Kriteria
0,00 0,29 Korelasisangatlemah
0,30 0,49 Korelasilemah
0,50 0,69 Korelasicukup
0,70 0,79 Korelasikuat
0,80 1,00 Korelasisangatkuat
59

BAB IV

LAPORAN PENELITIAN

A Persiapan Penelitian

1 Orientasi kancah

a. Administrasi

Dilihat dari sejarahnya, SMP X berdiri pada tanggal 1 Agustus

1952 dengan Surat Keputusan Muhammadiyah bagian pengajaran cabng

Surakarta SLTP Muhammadiyah 1 Surakarta secara resmi berdiri dengan

status swasta penuh dan berlokasi sebagian di komplek perguruan simpon

dan sebagian di komplek kemlayan. Di komplek perguruan simpon pada

saat itu ditempati oleh 3 sekolah yakni SMP Muhammadiyah 1, SMP

Muhammadiyah 3, dan SPG Muhammadiyah 1.

Pada tahun 1972 Pimpinan Majelis Pendidikan dan Kebudayaan

Kodia Surakarta mengambil keputusan memadatkan SMP

Muhammadiyah dan 3 dipadatkan menjadi satu dengan nama SMP X

bersubsidi di Surakarta. Sedangkan SMP Muhammadiyah 3 Surakarta

dengan status perbantuan diberikan kepada SMP Muhammadiyah yang

berlokasi di pasar kliwon Surakarta yang dulu bernama SMP Wustho.

Mulai saat itu SMP X mulai berkembang baik dan melangkah dengan

kelengkapan sarana dan prasarana maupun mutu dan kwalitasnya.


60

Hingga pada tahun 1996 mengajukan kareditasi dengan hasil disama

serta tahun 2005 terakreditasi dengan nilai A (amat baik).

b. Visi dan misi SMP X

SMP X memiliki visi membentuk sekolah Muhammadiyah yang

unggul kompetitif dan terdepan dengan mewujudkan sumber daya insani

yang berakhlaq mulia cerdas percaya diri sehat berprestasi dalam

pengembangan ilmu pengetahuandan teknologi. Dan misi dari SMP X

adalah:

1) Menyelenggarakan kegiatan pembelajaran dan kegiatan yang

efektifyang mampu mengembangkan potensi siswa secara optimal.

2) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, nyaman, bersih

dengan mewujudkan sarana yang ramah dan memadai.

3) Mengembangkan budaya giat belajar dan kerja keras, dengan

bertumpupadabudaya bersih, tertip, disiplin, santun, saling

menghormati bagisemuakomponen sekolah.

4) Menanamkan siswa untuk memiliki budaya cerdas, percaya diri,

berakhlaq mulia, sehat jasmani dan rohani, berguna bagi dirinya,

nusabangsa dan agama islam dan berjuang mewujudkan masyarakat

islamyang sebenar-benarnya.

5) Menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia, berkualitas, kompetitif,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan mandiri.

c. Jumlah guru, siswa, dan pegawai SMP X


61

Jumlah guru pada SMP X adalah 51 guru. SMP Muhammadiyah 1

Surakarta juga memiliki staf sebanyak 11 orang, sertamemiliki 7

pengurus sekolah. Siswa yang terdaftar di SMP X sebanyak 640 siswa

yang menempati 24 kelas. yang terdiri dari 267 siswa kelas VII, 227siswa

kelas VIII, serta 146 siswa kelas IX.

13. Perizinan

Sebelum penelitian dilakukan, pada awalnya peneliti meminta surat

ijin survei pengambilan data sekolah yang memiki siswa penghafal Al-Qur,an

di DIKDASMEN Surakarta melalui TU Fakultas Psikologi UMS, lalu oleh

lembaga terkait, peneliti diberikan surat rujukan untuk pengambilan data awal

di SMP X. Setelah mendapatkan data yang sesuai dengan kriteria subjek,

peneliti minta surat ijin untuk melakukan penelitian di SMP X melalui TU

Fakultas Psikologi UMS. Surat permohonan ijin penelitian diperoleh pada

tanggal 14 Desember 2016 dengan nomor 537/D.2-II/PS/XII/2016.

14. Penyusunan alat dan pengumpulan data

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini

terdiri dari skala religiusitas dan skala kesejahteraan siswa.

a. Skala religiusitas

Skala religiusitas pada penelitian ini disusun berdasarkan dimensi

- dimensireligiusitas yang dikemukakan oleh (Hawari, 2002) yaitu: a)

rukun iman, yang terdiri dari iman kepada Allah, iman kepada malaikat,

iman kepada nabi, iman kepada kitab suci, iman kepada hari kiamat,
62

iman kepada takdir; b) rukun islam, yang terdiri dari mengucap dua

kalimat syahadah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, puasa

ramadhan, menunaikan ibadah haji; c) pengamalan yang terdiri dari

keimanan, keilmuan, pengendalan diri, kekeluargaan, pergaulan sosial.

Skala religiusitas berjumlah 40 aitem yang terdiri dari 19 aitem

favorable dan 21 aitem unfavorable.Terdapat 4 alternatif piliha jawaban

yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS

(Sangat Tidak Sesuai).

b. Skala kesejahteraan siswa

Skala kesejahteraan siswa yang digunakan dalam penelitian ini

adalah skala yang dikembangkan oleh (Karyani,dkk) berdasarkan aspek

yang terdiri dari sosial, kognitif, emosi, pribadi/personal, fisik dan materi,

serta spiritual.

Skala kesejahteraan siswa berjumlah 39 aitem yang terdiri dari 18

aitem favorable dan 21 aitem unfavorable.Terdapat 4 alternatif piliha

jawaban yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan STS

(Sangat Tidak Sesuai).

15. Perhitungan validitas

Perhitungan validitas pada skala religiusitas dilakukan dengan uji

validitas isi.Uji validitas isi dilakukan melalui expert judgement oleh tiga

dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang diminta

untuk memberikan penilaian dan masukan terhadap aitem pada satu skala.
63

Penilaian dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk aitem yang Sangat

Tidak Relevan, skor 2 untuk aitem yang Tidak Relevan, skor 3 untuk aitem

yang Agak Relevan, skor 4 untuk aitem yang Relevan, skor 5 untuk aitem

yang Sangat Relevan.Hasil expert judgement kemudian dilakukan analisis

menggunakan formula aikens untuk menghitung koefisien validitas. Apabila

koefisien vaiditas sama atau lebih besar dari 0,6 (0,6) maka aitem tersebut

memenuhi kriteria validitas dan layak digunakan, begitu pula sebaliknya.

Tabel 4.
Distribusi Aitem Skala Religiusitas Setelah Uji Validitas
No Aspek Nomor aitem Jumlah
. Faforable Unfaforable valid
Valid gugu valid gugu
r r
1. Rukun iman
a. Iman Kepada 1 - 2 - 2
Allah SWT
b. Iman Kepada 3 - 1
Malaikat
c. Iman Kepada 4 - 5 - 2
para Nabi
d. Iman Kepada 6 - 7, 8 - 3
Kitab Suci
e. Iman Kepada 9 - 10 - 2
Hari Kiamat
f. Iman Kepada 11 - 12 - 2
Takdir
2. Rukun islam
a. Mengucapkan 2 13 - 14 - 2
kalimat
Syahadah
b. Mendirikan 15, 16 - 17 - 3
Sholat
c. Mengeluarkan 18, 19 - 20 - 3
64

Zakat
d. Puasa 21 - 22 - 2
Ramadhan
e. Menunaikan 23 - 24 - 2
Ibadah Haji
3. Pengamalan
a. Keimanan 25 - 26 2
b. Keilmuan 27 - 29(28) 28 2
c. Pengendalian 30(29) - 33(30) 31, 32 2
Diri
d. Kekeluargaan 34(31) - 35 1
e. Pergaulan
Sosial 36(32), 38(34), 39 4
37(33) 40(35)
Jumlah 19 16 35

M. Pelaksanaan Penelitian

1 Penentuan subjek penelitian

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah siswa yang

mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur,an pada SMP X berjumlah 100 siswa.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random

sampling.

Tabel 5.
Hasil pengambilan sampel penelitian
Identitas diri Jumlah subjek presentase
Jenis kelamin Laki laki 40 40%
Perempuan 60 60%
Usia 12 40 40%
13 38 38%
14 22 22%
Kelas VII 57 57%
VIII 36 36%
IX 7 7%
Lama menghafal 1 bulan 1 tahun 51 51%
65

Lebih dari 1 49 49%


tahun
Pengajian diluar Mengikuti 78 78%
sekolah Tidak 23 23%

16. Pelaksanaan penelitian

Pengambilan data diakukan pada hari selasa tanggal 10 Januari 2017

di SMP X pada pukul 09:00 11:30 WIB. Pengambilan data dilakukan

secara acak pada siswa kelas VII, VIII, dan IX. Proses pengambilan data

dibantu oleh seorang guru agama guna untuk mengumpulkan siswa di aula

sekolah agar dapat mengisi form berupa skala secara serentak.

17. Pelaksanaan skoring

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yaitu melakukan

skoring untuk keperluan analisis data.Pemberian skor berdasarkan pada

jawaban subjek dan sifat aitem yaitu favorable dan unfavorable.Skor masing-

masing aitem untuk skala religiusitas dan kesejahteraan siswa berkisar dari 1

sampai 4. Nilai tertinggi masing-masing aitem adalah 4 dan terendah adalah

1. Proses pelaksanaan skoring digunakan untuk menguji reliabilitas dan

hipotesis dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution).

18. Perhitungan reliabilitas

Reliabilitas skala dihitung dengan teknik Alpha Cronbach untuk

mengetahui koefisien reliabilitas ().Koefisien reliabilitas () berada pada

rentang 0 sampai dengan 1.Apabila koefisien reliabilitas () semakin


66

mendekati angka 1 maka semakin reliabel. Nilai Cronbachs Alpha yang

diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai Cronbachs Alpha if Item

Deleted. Apabila nilai Cronbachs Alpha if Item Deleted lebih besar dari

Cronbachs Alpha maka aitem tersebut dinyatakan gugur dan dihapus.

Pada skala Religiusitas, diketahui bahwa nilai alpha () yang diperoleh

yaitu 0,834.Dari 35 aitem terdapat 8 aitem yang tidak reliabel yaitu aitem 1, 4,

5, 9, 15, 20, 22, dan 32.Kemudian hasil uji reliabilitas pada skala

Kesejahteraan siswa diperoleh nilai alpha () sebesar 0,875.Dari 38 aitem

terdapat 9 aitem yang tidak reliabel yaitu aitem 13, 14, 16, 18, 23, 26, 28, 29,

dan 36.

Adapun rangkuman hasil reliabilitas skala dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 6.
Rangkuman Hasil Reliabilitas Skala
Nilai Koefisien
Variabel Jumlah Aitem
Reliabilitas
Religiusitas alpha () = 0, 834 27
Kesejahteraan siswa alpha () = 0,875 29

N. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini adalah analisis korelasi Product Moment Pearson. Sebelum

digunakan uji hipotesis, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi yaitu Uji

Normalitas dan Uji Linearitas. Selanjutnya, peneliti menghitung


67

sumbanganefektif, dan peneliti menentukan kategori. Berikut ini merupakan hasil

dari pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini :

1 Uji asumsi

Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui

bahwa terpenuhi atau tidaknya syarat syrat yang diperlukan oleh suatu dan

untuk dapat dianalisis. Adanya perhitungan analisis data dilakukan, untuk

mengetahui hipotesis setelah setelah dilakukannya uji asumsi meliputi uji

normalitas dan uji linieritas. Analisis data dilakukan dengan program statistik

(SPSS) edisi 20.0 for windiws program.

a Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran

data dari variabel keputusan membeli dan skala daya tarik iklan. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov Z,

apabila p>0,05 maka sebaran data normal, sebaliknya jika p<0,05 maka

sebaran data dikatakan tidak normal. Hasil uji normalitas terhadap ketiga

variabel sebagai berikut:

1) Hasil uji normalitas pada variabel religiusitas diperoleh nilai

Kolmogrov-Smirnow Z= 0,810; sig. p= 0,529 (p>0,05) termasuk

kategori normal.
68

2) Hasil uji normalitas pada variabel subjective well-being nilai

Kolmogrov-Smirnow Z= 0,826; sig. p= 0,502 (p>0,05) termasuk

kategori tidak normal.

d. Uji linearitas

1) Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan

variabel tergantung berkorelasi linier. Suatu data dikatakan linier

apabila p<0,05.

2) Berdasarkan uji linearitas hubungan antara religiusitas dengan

kesejahteraan siswa diperoleh nilai F sebesar 100,312 dengan

signifikansi (p)= 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan variabel

bebas (religiusitas) dengan variabel tergantung (kesejahteraan siswa)

memiliki korelasi yang linier.

19. Uji hipotesis

Untuk mengetahui hubungan kedua variabel maka dilakukan

perhitungandengan teknik analisis product moment dari pearson. Berdasarkan

perhitungan pada penelitian ini diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar

0,713 serta signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01) artinya ada hubungan positif

yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan siswa pada

siswa penghafal Al-Qur,an. Semakin tinggi religiusitas yang dimiliki seorang

siswa penghafal Al-Qur,an maka semakin tinggi pula kesejahteraan siswa

yang dimiliki, demikian pula sebaliknya semakin rendah religiusitas


69

yangdimiliki siswa penghafal Al-Quran, maka semakin rendah kesejahteraan

siawa yang dimiliki.

20. Sumbangan efektif

Sumbangan efektif menunjukan seberapa besar kontribusi variabel

bebas dalam mempengaruhi variabel tergantung. Koefisien determinasi (r2)

sebesar 0,508 menunjukkan sumbangan efektif dari variabel religiusitas

dengan kesejahteraan siswa sebesar 50,8% dan masih terdapat 49,2% faktor

lain yang mempengaruhi kesejahteraan siswa.

21. Kategorisasi

Hasil analisis variable religiusitas diketahui rerata empirik (RE)

sebesar 96,56 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 87,5 yang berarti religiusitas

pada subjek tergolong sedang. Kategori kepuasan kerja dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 7.
Kategorisasi dan Presentase Religiusitas
Rerata Rerata
Interval Frekuensi
Kategori Empirik Hipotik Prosentase
Skor ( N)
(RE) (RH)
35-56 Sangat Rendah 0 0%
56-77 Rendah 0 0%
77-98 Sedang 96,56 87,5 61 61%
98-119 Tinggi 39 39%
119-140 Sangat Tinggi 0 0%
Jumlah 100 100%
70

Variabel kesejahteraan siswa diketahui rerata empirik (RE) sebesar

98,80dan rerata hipotetik (RH) sebesar 95yang berarti kesejahteraan siswa

tergolong sedang. Kategorisasi kesejahteraan siswa dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 8.
Kategorisasi dan Presentase Kesejahteraan Siswa
Rerata Rerata
Frekuensi
Interval Skor Kategori Empirik Hipotik Prosentase
( N)
(RE) (RH)
8-60,8 Sangat Rendah 0 0%
60,8-83,6 Rendah 0 0%
83,6-106,4 Sedang 98,80 95 80 80%
106,4-129,2 Tinggi 20 20%
129,2-152 Sangat Tinggi 0%
Jumlah 100 100%

Hasil uji hipotesis korelasi product moment dan sumbangan efektif

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9.
Hasil Hipotesis Korelasi Non-Parametrik dan Sumbangan Efektif
Uji Hipotesis Variabel Hasil Keterangan
Korelasi non- X dengan Y R= 0,713 Ada hubungan positif antara
parametrik p= 0,000 religiusitas dengan
(p<0,01) kejahteraan siswa

Sumbangan X dengan Y R2=0,508atau Sumbangan daya religiusitas


Efektif 50,8 % sebesar 50,8% dan 49,2%
dipengaruhi faktor lain.

Kategorisasi X RE= 96,56 Tergolong sedang


RH= 87,5
71

Y RE= 98,80 Tergolong sedang


RH= 95

O. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik analisis

product moment dari Pearson diperoleh nilai koefisien korelasi (rxy) sebesar

0,713 serta signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01). Hal ini menunjukan ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan kesejahteraan siswa pada

siswa SMP X. Semakin tinggi religiusitas siswa maka semakin tinggi

kesejahteraan siswa yang dimiliki siswa SMP X. Selain itu religiusitas juga dapat

dijadikan sebagai prediktor kesejahteraan siswa terutama pada siswa di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta. Hal ini dikarenakan religiusitas merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan siswa. Arianti (2010)

menyatakan bahwa individu yang memiliki kepercayaan religi yang besar,

memiliki kesejahteraan psikologis yang besar. Berdasarkan penelitian tersebut

hipotesis peneliti menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara religiusitas

dengan kesejahteraan siswa, sehingga terbukti bahwa hipotesis peneliti diterima.

Salah seorang guru agama di SMP X menyatakan bahwa siswa yang

memiliki religiusitas yang baik akan lebih berkonsentrasi dalam belajar, lebih

rajin mengikuti kegiatan berbasis keagamaan disekolah, dapat mengendalikan diri,

dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar.Religiusitas tidak hanya

terjadi jika seseorang melakukan ibadah, akan tetapi juga aktivitas lain yang
72

didorong kekuatan spiritual, tidak hanya dapat dilihat mata tetapi apa yang juga

terjadi didalam hati (Ancok dan Suroso, 1994).

Hasil penelitian dari identitas subjek sebanyak 100 orang yang sampelnya

diambil secara acak menunjukkan 60% siswa perempuan atau 60 orang siswa dan

40% siswa laki-laki atau 40 orang siswa; berusia 12 tahun sebanyak 40% atau 40

orang siswa, 13 tahun sebanyak 38% atau 38 orang siswa, 14 sebanyak 22% atau

22 orang siswa; dengan lama menghafal 1 bulan 1 tahun sebanyak 51% atau 51

siswa, lebih dari 1 tahun sebanyak 49% atau 49 siswa; serta sebanyak 78% atau

78 siswa yang mengikuti kegiatan berbasis keagamaan di luar sekoalah dan 22%

atau 22 orang siswa yang tidak mengikuti kegiatan berbasis keagamaan di luar

lingkungan sekolah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel religiusitas

terhadap kesejahteraan siswa menunjukkan nilai sebesar 50,8%. hal ini

menunjukkan masih terdapat 49,2% variabel lain yang tidak diungkap dalam

penelitian ini turut berperan dalam mempengaruhi variabel kesejahteraan siswa.

Variabel tersebut antara lain jenis kelamin, pendidikan, kesehatan, lingkungan

sosial, dan kontrol diri.

Kesejahteraan pada siswa mencerminkan sejauh mana siswa dapat merasa

nyaman, mempunyai sikap positif, emosi yang positif,madiri, lebih percaya diri,

mampu beradaptasi, serta dapat menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya,

sehingga siswa dapat berkembang sesuai minat dan dapat memenuhi ketentuan

positif yang ada di sekolah. Noble dan Wyatt (2008) menyatakan bahwa
73

kesejahteraan siswa adalah keadaan yang relatif terjaga dari sikap dan suasana hati

yang positif, mampu beradaptasi dan mengatasi masalah yang dapat menimbulkan

tekanan hidup, serta kepuasan terhadap diri, maupun dalam berhubungan dengan

orang lain, serta dapat memenuhi harapan harapan positif sekolah.

Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel kesejahteraan pada siswa

SMP X memiliki rerata empirik (RE) sebesar 98,80 dan rerata hipotetik 95 yang

berarti bahwa kesejahteraan siswa pada subjek penelitian yang dilakukan

tergolong sedang. Untuk kategorisasi variabel religiusitas pada siswa SMP X

memiliki rerata empirik (RE) sebesar 96,56 dan rerata hipotetik 87,5 yang berarti

bahwa religiusitas pada subjek penelitian yang dilakukan tergolong sedang.

Dengan adanya religiusitas manusia bisa terhindar dari berbagai macam tindakan-

tindakan negatif yang cenderung keluar dari norma kehidupan sehari-hari

sehingga manusia dapat hidup dengan damai dan sejahtera. Nilai-nilai ajaran

agama yang terkandung dalam berbagai kitab suci menurut Seligman (2000) juga

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan subyektif, karena mengandung nilai

hidup yang positif. Orang-orang dengan iman agama yang kuat memiliki laporan

kepuasan hidup yang lebih besar, kebahagiaan pribadi yang lebih besar, dan lebih

sedikit konsekuensi negatif peristiwa traumatis kehidupan dibandingkan dengan

orang-orang yang tidak religius (Taylor, 2006). Dalam penelitian Diener (2000)

dan Myers (2000) menunjukkan bahwa agama berperan penting dalam kehidupan

manusia karena dapat membawa pemeluknya ke arah kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya penelitian Hair dan Boowerts (1992) menyimpulkan bahwa


74

manifestasi dari kehidupan religiusitas yang baik dapat meningkatkan

kesejahteraan individu.

Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa religiusitas memuliki hubungan

positif terhadap kesejahteraan siswa. Namun, ada beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan kurang mendalam sehingga masih terdapat banyak

data yang belum diungkap oleh peneliti.

2. Pada saat pengambilan data, tidak sedikit subjek yang menyamakan jawaban

dengan teman sebelahnya.

3. Setiap subjek memiliki kondisi fisik dan psikis yang berbeda sehingga

mempengaruhi mood subjek pada saat pengisian skala.

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara religiusitas dengan

kesejahteraan pada siswa penghafal Al-Quran. Semakin tinggi religiusitas

yang dimiliki siswa maka semakin tinggi pula kesejahteraan yang dimiliki

oleh siswa, demikian pula sebaliknya semakin rendah religiusitas yang


75

dimiliki siswa maka semakin rendah pula kesejahteraan siswa. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai kefisien korelasi (rxy) sebesar 0,713 serta

signifikansi (p) =0,000; (p < 0,01).

2. Tingkat religiusitas siswa penghafal Al-Quran di SMP Muhammadiyah 1

Surakarta termasuk dalam kategori sedang. Hal ini ditunjukkan dengan rerata

empirik (RE) sebesar 96,56 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 87,5.

3. Tingkat kesejahteraan pada siswa penghafal Al-Quran di SMP

Muhammadiyah 1 Surakarta termasuk dalam kategori sedang. Hal ini

ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar 98,80 dan rerata hipotetik

(RH) sebesar 95.

4. Sumbangan efektif religiusitas terhadap kesejahteraan siswa sebesar 50,8%

yang ditunjukkan oleh koefisien determinan (R) = 0,508. Sehingga masih

terdapat 49,2% variabel lain yang mempengaruhi kesejahteraan siswa.

P. Saran-saran

1. Bagi guru disarankan agar dapat membimbing siswa dalam mengikuti

kegiatan ekstra kulikuler yang berbasis keagamaan agar siswa lebih religius

dan lebih memiiki banyak wawasan mengenai agama.

2. Bagi siswa disarankan agar teatap mempertahankan mengikuti kegiatan-

kegiatan di luar lingkungan sekolah yang berbasis keagamaan yang telah

dilakukan selama ini seperti mengaji, menghadiri pengajian, dan melakukan

amalan-amalan ibadahnya secara rutin.


76

3. Bagi masyarakat disarankan untuk mengadakan kegiatan berbasis keagamaan

secara rutin yang memiliki tema menarik sehingga bermanfaat bagi warga

sekitar terutama remaja dan anak-anak.

4. Bagi praktisi bidang psikologi disarankan dapat dijadikan untuk memberikan

penjelasan dan pemahaman bahwa religiusitas merupakan salah satu faktor

penting yang mempengaruhi kesejahteraan pada siswa penghafal Al-Quran.

5. Bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sejenis

atau yang berkaitan dengan tema kesejahteraan siswa dapat memodifikasi alat

ukur yang lebih sesuai dengan kriteria subjek yaitu siswa, atau dapat

dipadukan menggunakan metode wawancara dan observasi sehingga data

yang diperoleh lebih mendalam. Selain itu dapat juga dilakukan penelitan

lebih lanjut untuk membedakan antara kesejahteraan siswa penghafal dan non

penghafal, kesejahteraan siswa penghafal laki-laki dan siswa penghafal

perempuan.
77

DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin dan Suroso, Fuat Nashori (1994) Psikologi Islam Solusi
Antara Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Angriawan, S. (2016), September 4). Satpol PP Sukoharjo Jaring Belasan Siswa


Membolos. Solopos. Diunduh dari http://www.solopos.com.

Asti, B.M. (2004). Tidak Semua Syahadat Diterima Allah. Yogyakarta : Mutiara
Media Kompleks.

Azwar, Saifuddin. (2014). Pengukuran Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Batubara, Jose, R.L. (2010). Adolescent Development (Perkembangan Remaja).


Sari Pediatri. Vol 12 (1), 21-29.

Creswell, J.W. (2012). ResearchDesign Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


Mixed. Yogyakarta: Pustaka Ajar.

De Fraine, B., Van Landegham, g., & Van Damme J. (2005). An analysis of well-
being in secondary school with multilevel growth curve models and
multilevel multivariate models. Quality & Quantity. 39. 297 316.

Diener, E. (2000). Subjective well-being: the science of happiness and a proposal


for a national index. American Psychologist, Vol 55, 34-43.

Diener, E., Ryan, K. (2009). Subjective Well-Being : a General Overview. South


African Journal of Psychology. Vol 39(4), 391-406.

Diponegoro, A.M. 2012. Konseling dalam Islam. Jurnal Psikopedagogia


Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan, Vol 1(2): 40-47.

Ellison, C.G., Boardman, J. D., Williams, D.R., Jackson, J.S. (2001). Religious
Involvement, Stress, and Mental Health: Findings from the 1995 Detroit
Area Study. Social Forces. Vol 80(1), 215-249.

Ellison, C.G., Levin, J.S. (1998). The Religion-Health Connection:Evidence,


Theory, and Future Directions. Health Education & Behavior. Vol 25(6),
700-720.
78

Engel, N., aelterman, A., Van Petegem, K., & Scepens, A. (2004). Factors which
infuence the well-being of Pupil in Flemish secondary schools. Educational
studies. 30, 2, 127-143. Engel Wood Cliffs, NJ: Prentice. Hall.

Fauqiyah, E. (2010). Hubungan Religiusitas dengan Happiness pada Remaja Panti


Asuhan.Skripsi Fakultas Psikologi UIN: Jakarta.

Frailon, J. (2004). Measuring student well-being in context of Australian


Shooling: discussion Paper. Diunduh pada tanggal 04.09.2016.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program


SPSS.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Glock, C.Y., & Stark, R. 1968. American piety: the nature of religious
commitment. Berkeley : Universitas of California Press

Hair, H. & Boowerts, R.W. (1992). Promoting the development of a


religiouscongregotion through need and resources assesment. Journal
of Community Psychology, Vol 2, 289-303.

Handayani, S., S. (2016). September 1). Satpol PP Tangkap 7 Pelajar Bolos dan
Merokok. Solopos. Diunduh dari http:www.solopos.com.

Hawari, D. (2002). Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Herry, Bahirul Amali. (2012). Agar Orang Sibuk Menghafal Al-quran.


Yogyakarta: Pro-u mediasi.

Hurlock. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan (edisi kelima). Terjemahan Istiwidayanti. Jakarta:
Erlangga.

Karyani, U., Prihartanti, N., Prastiti, W.D., Lestari, R., Hertinjung, W.S.,
Prasetyaningrum, J., Yuwono, S., & Partini. (2015). Pengembangan
instrument pengukuran kesejahteraan siswa. University Research
Colloquium, 65-74.

Konu, A., & Rimpela, M. (2002). Well-being in school: a conceptual model:


Health Promotion International, Vol. 17(1), 79 89.
79

Myers, D. G. (2000). Funds, friend, and faith of happy people.The American


Psychologist Association,Vol 55(1), 56-67.

Noble, T. Dan Wyatt, T. (2008). Scoping study in to appoaches to student well-


being. Finalreport. Australian Chatolic University & Erebus International

Rifqi. (2010). Hubungan Antara Tingkat Religiusitas Dengan Sikap Terhadap


Pornoaksi Pada Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Perbanas.
Jakarta: skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah.

Ryan, Richard, M. & Deci, E. L. (2001). On Happiness and Human Potensials: A


Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annu. Rev.
Psychol. 52, 141-166.

Ryff,C. D. (1989). Happiness Is Everything, or Is It? Explorationson the Meaning


of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology.
Vol 57(6), 1069-1081.

Santrock, J. W. (2011). Life Span Development. Perkembangan Masa Hidup Edisi


Ketigabelas. Jakarta: Erlangga.

Sadullah, (2008), 9 Cara Praktis Menghafal Al-Quran, Jakarta: Gema Insani.

Seligman, M. E. P., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology.


American Psychologist, Vol 55,5-14. New York: Elsevier Inc.

Soemanto, W. (1998). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Souter, A.K., OSteen, B., & Gilmore, A (2012). Studentsand teacherss


perspective on wellbeing in a secior secondary environment. Journal of
Student Wellbeing, March 2012, Vol. 5(2), 34 67.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suliyanto. (2011). Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi Dengan SPSS.


Yogyakarta: Andi Offset.

Sumaith, Z.B.I. (1998). Mengenal Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, dan Rukun
Ihsan. Bandung : Al-Bayan.
80

Taylor, Shelley E. (2006). Health Psychology. America, New York: McGraw-


HillCompanies, Sixth Edition.

Thouless, Robert H. (2000). Pengantar Psikologi Agama. Ed. 1.Cet. 3. Jakarta:


Rajawali Press.

Trankle, Theresa M. (2009). Psychological Well-Being, Religious Coping, and


Religiosity in College Students. Adolescent Religiosity and Psychological
Well-Being. 29-33.

Wong, T. P. (1989). Personal meaning and successful aging. Canadian


Psychology. Vol 30(3), 516-525.

Zawawie, Mukhlisoh. (2011). P-M3 Al-Quran Pedoman Membaca, Mendengar,


dan Menghafal Al-Quran. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Zen, Muhaimin. (1985). Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Quran dan


Petunjuk Petunjuknya. Jakarta: PT Maha Grafindo.
81

LAMPIRAN
82

LAMPIRAN 1
HASIL JUGGEMENT VALIDITAS
83

SKALA RELIGIUSITAS

Formula Aikens:

V = s / [n (c-1)]

Keterangan :
s = r - lo
lo = Angka penilaian validitas yang terendah (dalam hal ini =
1)
c = Angka penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini =
5)
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai

Keterangan ( Standar
Aitem n1 n2 n3 V
Validitas)
1 5 4 4 0,833333333 VALID
2 5 4 4 0,833333333 VALID
3 5 4 4 0,833333333 VALID
4 4 5 4 0,833333333 VALID
5 3 4 4 0,666666667 VALID
6 5 5 4 0,916666667 VALID
7 4 4 4 0,75 VALID
8 3 4 4 0,666666667 VALID
9 4 4 4 0,75 VALID
10 4 4 4 0,75 VALID
11 4 5 4 0,833333333 VALID
12 4 5 4 0,833333333 VALID
13 4 4 4 0,75 VALID
14 4 4 4 0,75 VALID
15 3 4 4 0,666666667 VALID
16 5 4 4 0,833333333 VALID
17 5 4 4 0,833333333 VALID
18 5 4 4 0,833333333 VALID
19 5 4 4 0,833333333 VALID
20 5 4 4 0,833333333 VALID
21 5 4 4 0,833333333 VALID
22 4 4 4 0,75 VALID
23 4 4 4 0,75 VALID
24 4 4 4 0,75 VALID
84

25 5 4 4 0,833333333 VALID
26 4 4 4 0,75 VALID
27 4 4 4 0,75 VALID
28 3 2 4 0,5 GUGUR
29 4 4 4 0,75 VALID
30 4 4 4 0,75 VALID
31 3 2 4 0,5 GUGUR
32 3 2 4 0,5 GUGUR
33 5 2 4 0,666666667 VALID
34 4 4 4 0,75 VALID
35 4 2 4 0,583333333 GUGUR
36 4 3 4 0,666666667 VALID
37 5 2 4 0,666666667 VALID
38 5 3 4 0,75 VALID
39 4 2 4 0,583333333 GUGUR
40 4 3 4 0,666666667 VALID
85

LAMPIRAN 2
SKALA PENELITIAN
86

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Berikut ini adalah skala mengenai hal-hal yang terkadang anda alami
dalam kehidupan sehari-hari. Informasi yang akan Anda berikan akan digunakan
sebagai data penelitian di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Identitas Saudara tidak akan dipublikasikan secara personal, oleh karena


itu Anda diharapkan memberi informasi apa adanya. Terima kasih atas kesedian
dan bantuan Anda untuk mengisi skala ini.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


87

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Kelas :

Lama menghafal :

Pendidikan terakhir orang tua :

a. Ayah :
b. Ibu :

*). Mengikuti Pengajian di masjid, kampung, atau tempat lain : YA / TIDAK


Catatan : Khusus tanda *) lingkari yang sesuai kondisi Anda.

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

1. Tulislah terlebih dahulu identitas Anda.


2. Pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia dengan memberikan
tanda silang (X) pada kolom yang telah disediakan. Adapun pilihan
jawaban yang tersedia adalah :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai

3. Bacalah dengaan teliti sebelum mengisi jawaban pernyataan yang ada.


4. Apabila Anda ingin memperbaiki jawaban Anda, cukup dengan mencoret
jawaban yang Anda anggap salah dan memberi tanda silang (X) pada
jawaban yang Anda anggap benar.
88

5. Semua jawaban adalah benar selama Anda memberikan respon dengan


jujur atau sesuai dengan keadaan Anda.
6. Pastikan kembali apakah semua pernyataan sudah terjawab.

Selamat Mengerjakan
89

Skala X

No. Pernyataan Pilihan jawaban


SS S TS STS
1. Saya yakin bahwa tiada Tuhan selain SS S TS STS
Allah SWT.
2. Saya tidak yakin bahwa Tuhan selalu SS S TS STS
mengawasi saya.
3. Saya yakin bahwa malaikat adalah SS S TS STS
hamba hamba Allah yang dimuliakan.
4. Saya meyakini bahwa Muhammad SS S TS STS
adalah nabi terakhir yang diutus oleh
Allah SWT.
5. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada SS S TS STS
nabi baru setelah nabi Muhammad.
6. Pikiran dan hati saya menjadi tenang SS S TS STS
ketika membaca ayat suci Al-Quran.
7. Membaca ayat suci Al-Quran hal yang SS S TS STS
berat bagi saya.
8. Ayat dalam Al-Quran sulit dijadikan SS S TS STS
sebagai pedoman.
9. Jika waktunya sudah tiba, dunia akan SS S TS STS
kiamat dan tak satupun manusia maupun
makhluk hidup lainnya bisa selamat.
10. Bagi saya hidup masih panjang, tidak SS S TS STS
perlu memikirkan masalah akhirat
terlebih dahulu.
11. Saya yakin bahwa semua yang dialami SS S TS STS
oleh manusia adalah kehendak Allah.
12. Saya masih mempercayai ramalan SS S TS STS
ramalan orang tentang masa depan.
13. Sebelum memeluk agama Islam, SS S TS STS
seseorang harus mengucapkan dua
90

kalimat syahadah dan memahami


artinya.
14. Menurut saya untuk memeluk agama SS S TS STS
Islam tidak perlu mengucap dua kalimat
syahadah terlebih dahulu.
15. Saya merasa tidak tenang ketika SS S TS STS
menunda nunda waktu sholat.
16. Saya melaksanakan sholat lima waktu SS S TS STS
setiap hari.
17. Tidak apa bila sesekali meninggalkan SS S TS STS
sholat.
18. Saya merasa senang apabila bisa berbagi SS S TS STS
dengan orang yang membutuhkan.
19. Saya membayar zakat fitrah di bulan SS S TS STS
ramadhan tepat waktu.
20. Saya merasa berat hati jika memberikan SS S TS STS
uang saya kepada orang yang
membutuhkan.
21. Berpuasa membuat saya menjadi lebih SS S TS STS
sabar.
22. Saya tidak dapat berpuasa sebulan penuh SS S TS STS
di bulan suci ramadhan.
23. Menunaikan ibadah haji merupakan hal SS S TS STS
yang wajib dilakukan bagi umat Islam
yang mampu.
24. Ibadah haji tidak wajib dilaksanakan SS S TS STS
oleh umat islam.
25. Dalam melakukan aktivitas sehari hari SS S TS STS
saya meniatkan untuk ibadah.
26. Ketika saya selamat dari musibah, hal ini SS S TS STS
sama sekali bukan karena pertolongan
Allah, tetapi karena faktor
keberuntungan saja.
27. Saya rutin mengikuti kegiatan sekolah SS S TS STS
91

yang berbasis keagamaan.


28. Saya jarang mengikuti kegiatan sekolah SS S TS STS
yang berbasis keagamaan.
29. Hati saya menjadi khawatir ketika saya SS S TS STS
melakukan perbuatan dosa.
30. Saya mudah menaruh dendam terhadap SS S TS STS
orang yang pernah menyakiti saya.
31. Saya sering sholat berjamaah bersama SS S TS STS
keluarga di rumah.
32. Saya tidak mempermasalahkan jika saya SS S TS STS
seorang muslim mendapatkan teman
yang non muslim.
33. Jika ada orang yang membutuhkan SS S TS STS
bantuan, saya akan membantunya
dengan ikhlas.
34. Saya jarang silaturahmi dan bertegur SS S TS STS
sapa dengan teman di sekolah.
35. Saya memiliki prasangka buruk terhadap SS S TS STS
teman saya.
92

Skala Y

No. Pernyataan Pilihan Jawaban


SS S TS STS
1. Melakukan kegiatan positif bersama sama SS S TS STS
teman
2. Mudah bergaul dengan teman sebaya SS S TS STS
3. Mempunyai banyak teman SS S TS STS
4. Bercanda dengan teman teman SS S TS STS
5. Kumpul kumpul bersama teman SS S TS STS
6. Membantu teman yang sedang kesulitan SS S TS STS
7. Diolok olok teman teman SS S TS STS
8. Dijauhi teman teman sekolah SS S TS STS
9. Bertengkar dengan teman SS S TS STS
10. Diremehkan teman SS S TS STS
11. Diperlakukan dengan ramah oleh guru SS S TS STS
12. Mendapat pujian dari guru SS S TS STS
13. Membantah guru SS S TS STS
14. Dimarahi pegawai sekolah SS S TS STS
15. Ayah dan ibu rukun dan saling menyayangi SS S TS STS
16. Bertengkar dengan adik/kakak SS S TS STS
17. Giat belajar SS S TS STS
18. Tertantang mengerjakan tugas sulit dari guru SS S TS STS
19. Malas mengerjakan tugas dari sekolah SS S TS STS
20. Mendapat nilai bagus SS S TS STS
21. Tidak mampu mengikuti pelajaran sekolah SS S TS STS
22. Merasa bahagia menjalin kehidupan SS S TS STS
23. Sedih karena banyak kekurangan SS S TS STS
24. Tetap semangat meskipun sedang banyak masalah SS S TS STS
25. Mudah putus asa SS S TS STS
26. Merasa puas dengan apa yang dimiliki SS S TS STS
27. Merasa tidak ada yang bisa dibanggakan SS S TS STS
28. Diberi kesempatan unyuk memilih sendiri apa SS S TS STS
yang diinginkan
29. Dilibatkan ketika mengambil keputusan SS S TS STS
30. Terkekang oleh aturan orang tua SS S TS STS
31. Berbohong SS S TS STS
32. Berkata kotor SS S TS STS
33. Memiliki punya uang saku yang cukup SS S TS STS
34. Terlambat membayar uang sekolah SS S TS STS
35. Mudah sakit SS S TS STS
36. Lingkungan sekolah kotor dan terasa pengap SS S TS STS
93

37. Diancam oleh seseorang di sekolah SS S TS STS


38. Berdoa sebelum melakukan aktifitas SS S TS STS
39. Bosan dengan rutinitas ibadah SS S TS STS
94

LAMPIRAN 3
UJI RELIABILITAS
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116

LAMPIRAN 4
UJI ASUMSI (NORMALITAS DAN
LINEARITAS)
117
118
119
120
121

LAMPIRAN 5
KORELASI PRODUCT MOMENT
122
123
124
125

LAMPIRAN 6
KATEGORISASI
126

KATEGORISASI RELIGIUSITAS

Jumlah Aitem Valid : 35 Skor Tertinggi : 4 x 35 = 140


RE (Rerata Empirik) : 96,56 Skor Terendah : 1 x 35 = 35
RH (Rerata Hipotetik) : 35 x 2,5 = 87,5 Rentang : 140 35 = 105
SD : 105/ 6 = 17,5

1. RH-3(SD) RH-1,8(SD)
87,5-(3x17,5) 87,5-(1,8x17,5)
87,5-52,5 x <87,5-31,5 (Sangat Rendah)
35 56

2. RH-1,8(SD) RH-0,6(SD)
87,5-(1,8x17,5) 87,5-(0,6x17,5)
87,5-31,5 x <87,5-10,5 (Rendah)
56 77

3. RH-0,6(SD) RH+0,6(SD)
87,5-(0,6x17,5) 87,5+(0,6x17,5)
87,5-10,5 x <87,5+10,5 (Sedang)
77 98

4. RH+0,6(SD) RH+1,8(SD)
87,5+(0,6x17,5) 87,5+(1,8x17,5)
87,5+10,5 x <87,5+31,5 (Tinggi)
98 119

5. RH+1,8(SD) RH+3(SD)
87,5+(1,8x17,5) 87,5+(3x19,5)
87,5+31,5 x < 87,5+52,5 (Sangat Tinggi)
119 140

KATEGORISASI SUBJECTIVE WELL-BEING

Jumlah Aitem Valid : 38 Skor Tertinggi : 4 x 38 = 152

RE (Rerata Empirik) : 98,80 Skor Terendah : 1 x 38 = 38

RH (Rerata Hipotetik) : 38 x 2,5 = 95 Rentang : 152 38 = 114

SD : 114 / 6 = 19
127

1. RH-3(SD) RH-1,8(SD)
95-(3x19) 95-(1,8x12)
95-57 x < 95-34,2 (Sangat Rendah)
8 60,8

2. RH-1,8(SD) RH-0,6(SD)
95-(1,8x19) 95-(0,6x19)
95-34,2 x < 95-11,4 (Rendah)
60,8 83,6

3. RH-0,6(SD) RH+0,6(SD)
95-(0,6x19) 95+(0,6x19)
95-11,4 x < 95+11,4 (Sedang)
83,6 1006,4
4. RH+0,6(SD) RH+1,8(SD)
95+(0,6x19) 95+(1,8x19)
95+11,4 x < 95+34,2 (Tinggi)
106,4 129,2
5. RH+1,8(SD) RH+3(SD)
95+(1,8x19) 95+(3x19)
95+34,2 x < 95+57 (Sangat Tinggi)
129,2 152
128

LAMPIRAN 7
SURAT KETERANGAN
129
130
131
132
133

Anda mungkin juga menyukai