Anda di halaman 1dari 149

HUBUNGAN REGULASI EMOSI DAN KECEMASAN PADA PASIEN

KANKER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi


Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Oleh
Een Nuraeni
16320110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020
HUBUNGAN REGULASI EMOSI DAN KECEMASAN PADA PASIEN
KANKER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi


Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia
Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Oleh
Een Nuraeni
16320110

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul:


HUBUNGAN REGULASI EMOSI DAN KECEMASAN PADA PASIEN
KANKER

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Pada Tanggal
5 November 2020
_________________________

Oleh:
Een Nuraeni
16320110

Mengesahkan,
Program Studi Psikologi
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Ketua Program Studi

Resnia Novitasari S.Psi., M.A.

Dosen Penguji Tanda Tangan

1. Rr Indahria Sulistyarini S.Psi., M.A., Psikolog ___________________


2. Dr. Phil. Qurotul Uyun S.Psi., M.Si., Psikolog ___________________
3. Libbie Annatagia S.Psi., M.Psi., Psikolog ___________________

ii
4.

Yogyakrta, 01 Oktober 2020

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Subhana Wata’ala yang telah melimpahkan

rahmat dan nikmat-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat

serta salam terhaturkan kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam, keluarga

sahabt serta umat yang mengikutinya. Limpahan terimakasih penulis ucapkan

untuk semua kasih sayang, do’a dan dukungan dari:

Emak, Tetah dan Aa

Terima kasih untuk segala doa, dukungan, perhatian dan kekuatan yang sudah

Emak, teteh dan aa berikan. Karya tulis ini merupakan salah satu bentuk

terimakasih saya kepada Emak, Teteh dan Aa. Semoga dengan adanya pencapaian

ini bisa membuat Emak, Teteh dan Aa menjadi bahagia. Semoga pencapaian ini

merupakan langkah awal saya dalam mebantu dan membalas budi kepada Emak,

Teteh dan Aa.

Sahabat Mujahidah

Terimakasih untuk segala dukungan, doa, dan bimbingan semua sahabat saya

yaitu Lisda, Afrida, Tika, Ami, Nisa dan Tata. Terima kasih karena telah menjadi

iv
tempat saya berbagi cerita dalam proses pengerjaan karya tulis ini. Semoga

keberkahan dan limpahan Rahmat Nya selalu menyertai sahabat Mujahidah.

HALAMAN MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”

Q.S. Al-Baqarah (2): 286

“Do your best and let God do the rest.”

-Dr. Ben Carson-

“Successful people don’t have fewer problems. They have determined that

nothing will stop them from going forward”

-Dr. Ben Carson-

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, penulis hatuskan kepada Allah Subhana Wataala yang telah

memberikan nikmat dan hidayah-Nya sebagai kekuatan dan kemudahan untuk

menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan. Skripsi in idi buat untuk

memenuhi tugas akhir sebgai mahasiswa di Universitas Islam Indonesia. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Pada proses penulisan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Fuad Nashori, S. Psi., M. Si., Psi. Selaku Dekan Fakultas Psikologi

dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

2. Ibu Yulianti Dwi Astuti, S. Psi., M. Soc.Sc. selaku Ketua Program Studi

Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam

Indonesia.

3. Ibu Nanum Sofia S.Psi., S. Ant., M.A. sebagai Dosen Pembimbing Akademik,

yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran dalam memberikan arahan,

motivasi dan bimbingan yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

4. Rr. Indaria Sulistyarini, S. Psi., M.A., Psikolog selaku Dosen Pembimbing

Skripsi, yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, berkenan meluangkan

waktu, memberikan pengetahuan, mendampingi, memberikan do’a serta

kemudahan juga kesempatan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi.

vi
5. Segenap Dosen Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia, yang berkenan menyalurkan ilmu pengetahuan

serga pengalaman kepada peneliti.

6. Seluruh staf Bagian Pengajaran, Perpustakaan, Unit Laboratorium, serta

karyawan Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia, yang menunjang fasilitas, informasi dan bantuan

dalam memudahkan berjalannya proses belajar di Prodi Psikologi Fakultas

Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya.

7. Seluruh responden yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan

pikirannya guna membantu kelancaran dalam pengambilan data penilitian,

serta memberikan banyak motivasi dan pembelajaran kepada penliti untuk

tetap semangat.

8. Ema, Teteh dan Aa yang selalu sabar mendoakan, memberikan semangat dan

mmeberikan pengertian hingga peneliti berada di titik sekarang. Terimkasih

atas kasih sayng dan dukungan secara moral maupun materi yang tidak henti

diberikan kepada peneliti.

9. Untuk sahabat Mujahidah terimakasih atas dukungannya selama ini,

bantuannya, nasihat-nasihat dan motivasi dalam kehidupan peneliti.

10. Untuk Fahmi yang telah menjadi sahabat, sodara dan orang terkasih selama

proses pengerjaan penelitian ini. Terimakasih atas dukungan dan doanya.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHANHALAMAN MOTTO ........................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xi
ABSTRAK ............................................................................................................ xii
BAB I .................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................................ 9
C. Manfaat ...................................................................................................... 9
1. Manfaat Teoritis ................................................................................. 9
2. Manfaat Praktis .................................................................................. 9
D. Keaslian Penelitian .................................................................................... 9
1. Keasliaan Topik.................................................................................. 10
2. Keaslian Teori .................................................................................... 11
3. Keaslian Alat Ukur ............................................................................. 12
4. Keaslian Subjek Penelitian ................................................................. 12
BAB II ................................................................................................................... 13
A. Kecemasan ................................................................................................ 13
1. Definisi Kecemasan............................................................................ 13
2. Aspek-aspek kecemasan ..................................................................... 16
3. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ............................................ 17
B. Regulasi Emosi .......................................................................................... 19

viii
1. Definisi Regulasi Emosi ..................................................................... 19
2. Aspek-Aspek Regulasi Emosi ............................................................ 20
C. Kanker ....................................................................................................... 22
1. Definisi Kanker .................................................................................. 22
2. Jenis-jenis Kanker .............................................................................. 22
3. Dampak Psikologis pada Kanker ....................................................... 25
D. Hubungan Regulasi Emosi dan Kecemasan Pada Pasien Kanker ............. 28
E. Hipotesis .................................................................................................... 33
BAB III ................................................................................................................. 34
A. Identifikasi Variabel Penlitian ................................................................... 34
B. Definisi Operasional Variable Penelitian .................................................. 34
C. Subjek Penlitian......................................................................................... 35
D. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 35
E. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................... 37
F. Metode Analisis Data ................................................................................ 38
BAB IV ................................................................................................................. 39
A. Orientasi Kancah dan Persiapan ................................................................ 39
1. Orientasi Kancah ................................................................................ 39
2. Persiapan Penelitian ........................................................................... 40
B. Laporan Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 42
C. Hasil Penelitian ......................................................................................... 43
1. Deskripsi Subjek Penelitian ............................................................... 43
2. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 45
3. Hasil Uji Asumsi ................................................................................ 48
D. Pembahasan ............................................................................................... 52
BAB V................................................................................................................... 59
A. Kesimpulan................................................................................................ 59
B. Saran .......................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint DASS-A (Depression, Anxiety, Stress, Scale) ........................ 36

Tabel. 2 Blueprint ERQ (Emotion Regulation Questionnaire) ............................. 37

Tabel. 3 Distribusi Aitem Skala DASS-A Setelah Uji Coba ................................ 41

Tabel. 4 Distribusi Skala Regulasi Emosi ............................................................. 42

Tabel. 5 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ................. 43

Tabel. 6 Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kanker ................... 43

Tabel. 7 Deskripsi Responden Penilitian Berdasarkan Usia ................................. 45

Tabel. 8 Deskripsi Penelitian Hipotetik dan Empirik ........................................... 45

Tabel. 9 Rumus Kategorisasi ................................................................................ 46

Tabel. 10 Kategorisasi Responden pada Variabel Regulasi Emosi ...................... 46

Tabel. 11 Norma Kategorisasi Skala DASS-A ..................................................... 47

Tabel. 12 Kategorisasi Responden pada Variabel Kecemasan ............................. 47

Tabel. 13 Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 48

Tabel. 14 Hasil Uji Linearitas ............................................................................... 49

Tabel. 15 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................ 50

Tabel. 16 Hasil Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin .......................................... 50

Tabel. 17 Hasil Uji beda Berdasarkan Usia .......................................................... 51

Tabel. 18 Hasil Uji Korelasi Aspek VB ke VT ..................................................... 51

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Try Out ..................................................................................... 67

Lampiran 2 Tabulasi Data Try Out ....................................................................... 83

Lampiran 3 Data Induk Try Out ............................................................................ 88

Lampiran 4 Hasil Analisis Aitem Try Out ............................................................ 91

Lampiran 5 Skala Setelah Try Out ........................................................................ 93

Lampiran 6 Tabulasi Data Setelah Try Out .......................................................... 110

Lampiran 7 Data Induk Penelitian ........................................................................ 113

Lampiran 8 Kategorisasi Data Penelitian .............................................................. 118

Lampiran 9 Uji Normalitas ................................................................................... 122

Lampiran 10 Uji Linearitas ................................................................................... 124

Lampiran 11 Uji Hipotesis .................................................................................... 126

Lempiran 12 Uji Beda ........................................................................................... 128

Lampiran 13 Informed Consent ............................................................................ 131

xi
HUBUNGAN REGULASI EMOSI DAN KECEMASAN PADA PASIEN
KANKER

Een Nuraeni1, Rr. Indahria Sulistyarini2


Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Emai: 16320110@students.uii.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memngetahui hubungan regulasi emosi dan


kecemasan pada pasien kanker. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan
negatif antara regulasi emosi dan kecemasan pada pasien kanker. Subjek pada
penlitian ini adalah pasien kanker yang berasal dari Semarang, Salatiga, Solo dan
Yogyakarta yang terdiri atas 55 responden. Skala regulasi emosi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala dari Gross dan John (2003) yang telah
dimodifikasi oleh Sirajuddin (2020). Skala kecemasan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala DASS dari Lovibond dan Lovibond (1995). Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis Spearman Rho yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara regulasi emosi dan
kecemasan pada pasien kanker dengan nilai koefisien korelasi r = -0,442 dan nilai
signifikasni p = 0,000 (p<0,01). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat regulasi emosi yang dimiliki pasien kanker, semakin rendah tingkat
kecemasan yang dialami. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara regulasi emosi dan kecemasan pada
pasien kanker sehingga hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima.

Kata Kunci: Regulasi emosi, kecemasan , pasien kanker

xii
THE RELATIONSHIP BETWEEN EMOTION REGULATION AND
ANXIETY IN CANCER PATIENTS

Een Nuraeni1, Rr. Indahria Sulistyarini2


Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Emai: 16320110@students.uii.ac.id

ABSTRACT

This research aims to find the relationship between emotion regulation and
anxiety in cancer patients. The hypothesis in this research is that there is a
negative relationship between emotion regulation and anxiety in cancer patients.
The subjects in this study are cancer patients from Semarang, Salatiga, Solo and
Yogyakarta, which consist of 55 respondents. The emotional regulation scale used
in this study is the scale from Gross and John (2003) that modified by Sirijuddin
(2020). The anxiety scale used in this study is DASS from Lovibond and
Lovibond (1995). Data analysis in this research use Spearman Rho which shows a
result that there is a negative relationship between emotion regulation and anxiety
in cancer patients with a correlation coefficient r = -0,442 and significant value p
= 0,000 (p<0,01). This result shows that the higher the level of emotion regulation
the patients have, the lower the level of anxiety the patients have. According to
the result of the data analysis shows that there is a relationship between emotion
regulation and anxiety in cancer patients so that this research hypothesis is
accepted.

Keywords: Emotion Regulation, anxiety, cancer patients

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kanker merupakan pertumbuhan dan penyebaran sel yang tidak terkendali

dalam tubuh. Hal ini dapat mempengaruhi hampir semua bagian tubuh.

Penyerangan sel kanker dapat menyerang jaringan di sekitarnya dan dapat

bermetastasis ke tempat yang jauh (WHO, 2014). Menurut Yayasan Kanker

Indonesia kanker juga dapat diartikan sebagai penyakit yang dapat menyerang

seluruh bagian tubuh akibat pertumbuhan sel yang tidak terkontrol sehingga

menjadi benjolan yang disebut tumor (Irianto, Kristiyawati, dan Supriadi, 2014).

Ada beberapa jenis kanker yang mematikan yaitu kanker prostat, kanker serviks,

kanker hati, kanker kolorektal (usus), kanker payudara dan kanker paru-paru.

Pada tahun 2018 terdapat 9,6 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit

kanker karena kanker termasuk dalam kategori kedua penyakit yang

menyebabkan kematian di dunia. Sekitar 70% kematian akibat kanker terjadi di

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Kanker dapat disebabkan oleh 5

resiko perilaku dan pola makan utama yaitu berat badan yang berlebih, asupan

buah dan sayuran yang rendah, kurangnya aktivitas fisik, perokok dan pengguna

alkohol (WHO, 2018). Berdasarkan data estimasi presentase kasus baru dan

kematian akibat kanker pada penduduk di dunia pada tahun 2012 kanker payudara

(43,1%), kanker prostat (30,7%) dan kanker paru-paru (23,1%) memiliki

presentase tertinggi kasus baru (Kementrian Kesehatan RI, 2015).

1
2

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018), prevalensi kanker di

Indonesia terjadi peningkatan yaitu pada tahun 2013 terdapat 1,4 persen dan pada

tahun 2018 meningkat menjadi 1,8 persen. Menurut Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2018) DI Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki

tingkat prevalensi tertinggi yaitu sebesar 4,9 persen dan Jawa Tengah memiliki

tingkat prevalensi sebesar 2,11 persen. Pada rentan usia 55-64 tahun kerap terjadi

kanker dengan angka prevalensi kanker tertinggi yaitu sebesar 4,62 persen.

Perempuan memiliki tingkat prevalensi penyakit kanker tertinggi yaitu sebesar 2.9

persen sedangkan laki-laki hanya 0,7 persen. Prevalensi kanker tertinggi juga

dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan dibanding di perdesaan yaitu

dengan nilai prevalensi sebesar 2,09 persen di perkotaan dan 1,47 persen di

perdesaan. Kanker juga banyak terjadi pada individu yang bekerja sebagai PNS,

TNI, Polri, BUMN, dan BUMD dengan angka prevalensi sebesar 4,1 persen

(Riskesdas, 2018). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) ada

beberapa jenis tatalaksana kanker pada penduduk semua umur yang didiagnosis

kanker oleh kanker yaitu pembedahan atau operasi (61,8%), radiasi atau

penyinaran (17,3%), kemoterapi (24,9%) dan tatalaksana lainnya (24,1%).

Berdasarkan data di atas dapat dikatakan setiap tahunnya tingkat kematian

akibat kanker semakin meningkat. Hal tersebut membuat banyak orang menjadi

takut terhadap kanker karena penyakit ini dianggap sebagai lonceng kematian

(Anna, 2013). Reaksi tersebut dapat memimbulkan perasaan cemas pada

seseorang ketika sedang membahas tentang penyakit kanker. Kecemasan

merupakan salah satu perasaan yang kerap dirasakan oleh pasien kanker. Menurut
3

Setiawan (2015) kecemasan merupakan perasaan khawatir yang tidak jelas

terhadap sesuatu yang tidak pasti atau sesuatu yang belum terjadi.

Kecemasan yang sering dialami pasien kanker dapat diakibatkan oleh

perasaan ketidakpastian tentang penyakit, pengobatan dan prognosa (Shaha,

2008). Prognosa yang belum tentu memberikan hasil yang baik membuat pasien

menjadi lebih khawatir untuk menghadapi masa yang akan datang seperti halnya

kematian. Hal tersebut dikarenakan peluang untuk pasien sembuh sangat rendah.

Menurut Wong (2002) kecemasan terhadap kematian merupakan bentuk

kecemasan yang terjadi dalam pikiran individu yang dipelajari dari pengalaman

terdahulu dalam kehidupan sehari-harinya.

Penelitian tentang kecemaan pada pasien kanker pernah dilakukan oleh

Linden, Vodermaier, MacKenzie dan Greig (2012) tentang anxiety and depression

after cancer diagnosis: prevalence rates by cancer type, gender, and age. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata 19% pasien memiliki tingkat kecemasan

klinis dan 22,6% dilaporkan sebagai gejala subklinis. Pasien kanker wanita

hampir dua kali lebih memungkinkan dibanding laki-laki dalam mengalami

kecemasan klinis yaitu sebesar 24,0% berbanding 12,9%. Adapun tingkat

kecemasan klinis sebesar 30% dialami oleh pasien kanker wanita dengan kanker

hematologis dan kanker paru-paru.

Berkaitan dengan kecemasan pada pasien kanker penelitian yang dilakukan

oleh Butar-butar, Yustina dan Harahap (2015) menunjukkan bahwa terdapat

42.3% responden yang mengalami kecemasan berat dan kebanyakan pasien yang

mengalami kecemasan berat berada pada stadium 3 yaitu sebanyak 32,7%.


4

Berdasarkan penelitian Lufta dan Maliya (2008) tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr.

Moewardi Surakarta menyatakan bahwa tingkat kecemasan pasien kemoterapi di

RSUD dr. Moewardi rata-rata adalah sedang yaitu sebanyak 50% dari total

responden. Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Misgiyanto

dan Susilawati (2014) tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif

mayoritas ada pada tingkat sedang.

Hasil wawancara pada subjek berinisial YB yang merupakan salah satu

pasien kanker payudara stadium III di Yogyakarta. YB menyatakan sudah

mengidap kanker semenjak 2016. Pada awal diagnosis subjek mengalami

kecemasan yang cukup tinggi. Subjek merasa takut dan cemas karena memikirkan

bagaimana kondisi anaknya kedepan nanti. Subjek juga memiliki beberapa pikiran

ketakutan terhadap masa depan dan berpikir sesuatu yang buruk akan terjadi tanpa

adanya kepastian. Selama proses pengobatan dan kemoterapi subjek mengalami

beberapa perubahan fisik seperti turun berat badan secara drastis, nafsu makan

menurun, dan tubuh sering terasa lemas (Wawancara, 08/11/19).

Berdasarkan hasil wawancara pada subjek berinisial T yang merupakan

pasien kanker otak, subjek juga merasakan kecemasan di waktu pertama kali

subjek mendengar diagnosis dokter bahwa ada tumor di otaknya dan mengganggu

penglihatannya. Subjek merasa semakin cemas ketika mengalami kebutaan akibat

kanker yang dideritanya. Subjek mengalami penurunan berat badan yang cukup

drastis karena subjek merasa tidak nafsu makan apapun. Subjek merasa takut

terhadap masa depan yang akan di alaminya. Subjek merasa takut untuk menerima
5

dampak setelah operasi seperti kebutaan permanen. Secara fisik subjek sering

merasakan jantung yang berdebar begitu kencang dan tangan yang sering gemetar

disetiap mengingat kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang

(Wawancara, 11/02/20). Pada subjek berinisial M yang merupakan pasien kanker

dubur. Subjek M merasa cemas ketika pertama kali didiagnosa oleh dokter bahwa

penyakit kanker yang dialaminya semakin parah dan harus menjalankan operasi.

Subjek M merasa cemas terhadap dampak operasi yang akan mempengaruhi

aktivitas yang dilakukan dimasa yang akan didatang (Wawancara, 20/06/20).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa subjek YB,

T dan M memiliki jenis penyakit kanker yang berbeda-beda cenderung memiliki

kecemasan diawal diagnosa dokter dan rasa cemas terhadap dampak setelah

operasi. Kecemasan yang dirasakan oleh individu dapat muncul sendiri atau dapat

bergabung dengan gejala-gejala lain dari gangguan emosi atau fisik. Hal tersebut

dikarenakan perasaan tertekan yang diakibatkan oleh gangguan fisik dapat

menimbulkan kecemasan pada diri individu (Ramaiah, 2002). Sehingga gejala

yang muncul bukan hanya secara psikologis namun juga secara fisiologis.

Menurut Nevid (2006) gejala kecemasan dibagi menjadi 3 bagian yaitu gejala

fisik, behavioral dan kognitif. Kedua subjek memiliki gejala-gejala tersebut baik

secara fisik, behavioral dan kognitif. Secara fisik subjek mengalami kegelisahaan

tak menentu, tubuh yang sering terasa lemas dan perubahan berat badan yang

cukup drastis. Secara behavioral kedua subjek merasa sangat terguncang ketika

mendengar diagnosa pertama dokter terkait kanker yang dideritanya. Kedua

subjek juga terganggu pada bagian kognitifnya. Kedua subjek merasa takut
6

dengan masa yang akan datang dan takut terhadap dampak operasi yang akan

dijalani seperti kebutaan permanen dan diangkatnya payudara. Yani (2007)

menyatakan bahwa individu dengan kanker akan mengalami pola perilaku yang

berbeda yaitu shock, marah, denial, bargaining, keadaan tidak berdaya dan

keputusasaan.

Individu dengan kanker mengalami tingkat kecemasan yang cukup tinggi

pada tahun pertama setelah diagnosa (Septian & Puspitosari, 2019). Kondisi

tersebut akan bertambah sulit jika individu dengan kanker mengalami stressor dan

trauma tersendiri dalam dirinya (Nolen-Hoeksema, 2014). Stressor dan trauma

tersebut yang memunculkan perasaan-perasaan negatif seperti munculnya rasa

khawatir yang berlebihan, kecemasan dalam menghadapi proses pengobatan

seperti kemoterapi dan rasa ketidakberdayaan dalam menghadapi kehidupan. Hal

tersebut dapat mempengaruhi kondisi individu dengan kanker baik secara fisik

ataupun psikis. Distres yang dirasakan oleh pasien kanker menyebabkan pasien

kesulitan dalam mengenal, mengelola, dan mengekspresikan emosi yang

diarasakan. Berdasarka hasil penelitian Sari dan Hayati (2015) menunjukkan

bahwa regulasi emosi dapat memberikan dampak yang baik seperti individu dapat

memperoleh kebahagiaan yang lebih besar, terhindar dari emosi-emosi negatif

seperti rasa sedih, cemas, atau depresi.

Regulasi emosi merupakan suatu proses pencapaian seseorang dalam

memiliki keseimbangan emosional. Keseimbangan emosional dapat tercapai

ketika seseorang mampu untuk menilai, mengatasi dan mengungkapkan emosi

pada situasi yang tepat (Greenberg, 2002). Penelitian tentang hubungan regulasi
7

emosi dan kecemasan pada individu pernah dilakukan Aprisandityas dan Elfida

(2012). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara

kecemasan dan regulasi emosi pada ibu hamil. Semakin tinggi tingkat regulasi

emosi maka semakin rendah tingkat kecemasan yang dirasakan. Individu yang

memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dapat melakukan penilaian yang

cukup baik terhadap emosi sehingga dapat mengendalikan kecemasan dalam diri

individu tersebut (Cisler, Ollatunji. Feldner, dan Fosyth, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Feldner, Zvolensky, Eifert

dan Spira (2003) menunjukkan bahwa penekanan perilaku menjadi salah satu

bentuk regulasi emosi untuk melihat bagaimana pengalaman emosi dapat

menghindari instruksi kognitif sebagai penekanan kecemasan. Hal tesebut

didukung oleh penelitian yang di lakukan oleh Sills dan Barlow (2007)

menyatakan bahwa seseorang yang mengalami kecemasan diakibatkan oleh

adanya penurunan regulasi emosi. Individu tidak berusaha untuk dapat menekan

atau menghalangi rasa cemas yang akan datang. Penilitian yang dilakukan oleh

Gross (dalam Cisler, 2010) juga menunjukkan bahwa individu yang memiliki

regulasi emosi yang cukup baik akan melakukan pertimbagan ulang terhadap

emosi yang sedang di hadapi dan dapat mengelola penekanan kecemasan,

sebaliknya individu yang tidak dapat melakukan penilaian kembali pada emosinya

dan tidak dapat menekan kecemasaan yang di alami dapat dikatakan memiliki

tingkat regulasi emosi yang rendah.

Penelitian yang sama tentang regulasi emosi dalam menurunkan tingkat

kecemasan juga pernah dilakukan oleh Gunawan dan Kristinawati (2018). Hasil
8

penelitian tersebut menunjukkan partisipan ada yang memiliki tingkat kecemasan

rendah dan sedang. Partisipan mengalami kecemasan dalam bentuk rasa khawatir,

takut akan dampak setelah operasi, dan takut terhadap kondisi kesehatannya.

Partisipan dapat melakukan regulasi emosi dengan baik. Emosi negatif yang

muncul dapat dikelola dengan baik dan menghasilkan emosi positif. Pemaparan

penelitian tersebut didukung oleh pernyataan Cisler, Olatunji, Feldner, dan

Forsyth (2010) yang menyatakan bahwa regulasi emosi dapat mengurangi

kecemasan pada individu.

Mennin, Heimberg, Turk dan Fresco (2005) menyatakan bahwa individu

yang mengalami kecemasan sering kali sulit dalam mengelola emosi dan sulit

dalam menenangkan diri. Kesadaran dan ketidaksadaran secara psikologis,

perilaku, dan proses kognitif merupakan konsep dari regulasi emosi

(Aprisandityas, 2011). Efektivitas regulasi emosi dan munculnya gejala

kecemasan ditentukan oleh kapasitas dan strategi individu dalam melakukan

regulasi emosi. Hal tersebut dapat dilihat dari emosi yang cenderung cepat dan

mudah berubah sehingga emosi menjadi sulit untuk didentifikasi (Cisler &

Olatunji, 2012). Maka dapat dikatakan bahwa melalui regulasi emosi individu

dapat menangani ketegangan jiwa dan kecemasan dalam dirinya dengan

memunculkan perasaan positif. Regulasi emosi pada pasien kanker dapat

dihubungkan dengan kamampuan pasien dalam beradaptasi dengan penyakit yang

dideritanya, kemampuan pasien dalam mengelola emosi yang dirasakan menjadi

sebuah motivasi, dan pasien dapat mengekspresikan emosi yang dirasakan

(Vaziri, Mashhadi, Zohreh & Shahidsales, 2016).


9

Ditinjau dari pentingnya regulasi emosi seperti yang telah dipaparkan pada

penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki tingkat

regulasi yang tinggi maka skor kecemasan rendah. Hal tersebut dikarenakan

melalui regulasi emosi pasien kanker dapat mengelola dan memodifikasi emosi

negatif menjadi emosi yang positif. Sehingga kondisi kesehatan pasien menjadi

lebih baik dan pasien dapat mengikuti proses pengobatan dengan cukup baik.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan

regulasi emosi dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan regulasi

emosi dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Kajian karya ilmiah ini diharapkan akan memberikan ilmu pengetahuan

tambahan dan dapat memberikan pengetahuan terkait hubungan regulasi emosi

dengan kecemasan pada pasien kanker.

2. Manfaat praktis

Kajian karya ilmiah ini diharapkan akan memberikan manfaat kepada

masyarakat dan meningkatkan kesadaran kepada masyarakat terkait kondisi


10

psikologis pasien kanker. Sehingga masyarakat dapat membantu meningkatkan

regulasi emosi kepada pasien kanker.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu yang

mempuanyai karakterisitik yang relatif sama dalam segi tema, kajian, namun

berbeda dalam hal kriteria subjek. Penelitian yang akan dilakukan adalah

penelitian tentang hubungan regulasi emosi terhadap penurunan kecemasan pada

pasien kanker. Penelitian terkait dan hampir sama adalah penelitian yang

dilakukan oleh Setiana (2016) yang menunjukkan bahwa terdapat pebedaan

tingkat kecemasan yang cukup signifikan pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol setelah diberikan pelatihan regulasi emosi dengan skor p pada

pasca tes, p=0,028 (p < 0,05) dan tindak lanjut p= 0,004 (p < 0,05).

Selain itu penelitian yang juga dilakukan oleh Aprisandityas dan Elfida

(2012) tentang hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan pada ibu hamil.

Penelitian tersebut menggunakan metode penilitian kuantitatif. Skala kecemasan

yang digunakan adalah skala dari Haber & Ruyon (1984) dan skala regulasi emosi

dari Gross dan John (2004). Subjek penelitiannya ada 73 orang ibu hamil yang

memiliki karakteristik usia kehamilan berkisar antara 1 sampai 36 minggu. Data

subjek dapat diambil dari rumah sakit, puskerskas dan klinik yang ada di

Pekanbaru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hubungan regulasi emosi dan

kecemasan adalah negatig. Semakin tinggi regulasi emosi maka semakin rendah

kecemasan yang dimiliki oleh individu.


11

Penelitian mengenai pelatihan regulasi emosi juga sebelumnya telah di

lakukan oleh Gunawan dan Kristinawati (2018) tentang regulasi emosi

menghadapi kecemasan pada pasien pre operasi mayor. Pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pengekatan kualitatif. Model penelitian

kualitatif yang digunakan adalah studi kasus. Jumlah partisipan penelitian ini

adalah 3 orang, yaitu 2 orang wanita dan 1 orang pria. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan partisipan dalam penelitian ini mampu melakukan regulasi emosi

dengan baik. Emosi negatif yang muncul dapat dikelola dengan baik dan

menghasilkan emosi positif.

Berdasarkan uraian diatas mengenai penelitian-penelitian sebelumnya,

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti mengenai hubungan regulasi emosi

dan kecemasan pada individu dengan kanker memiliki perbedaan yang mendasar

yaitu:

1. Keaslian Topik

Setiana (2016) telah melalakukan penelitian dengan topik kecemasan

pada ibu hamil dengan hipertensi. Pelatihan yang digunakan untuk

menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil dengan hipertensi adalah

pelatihan regulasi emosi. Kemudian ada dua penelitian lain yang juga

menggunakan pelatihan regulasi emosi untuk individu dengan penyakit kronis

yaitu pertama penelitian yang dilakukan oleh Aprisandityas dan Elfida (2012)

tentang Hubungan antara regulasi emosi dengan kecemasan pada ibu hamil.

Penelitian kedua dilakukan oleh Gunawan dan Kristinawati (2018) regulasi

emosi menghadapi kecemasan pada pasien pre operasi mayor. Ketiga


12

penelitian tersebut menggunakan pelatihan yang sama namun subjek yang

digunakan berbeda. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat dikatakan

bahwa peneliti akan menggunakan topik yang bebeda yaitu hubungan

regulasi emosi dan kecemasan pada individu dengan kanker.

2. Keaslian Teori

Pada penelitian yang dilakukan oleh Setiana (2016) menggunakan teori

kecemasan dari Daradjat (1990). Berdasarkan penelitian Gunawan &

Kristinawati (2018) menggunakan teori kecemasan dari Long (2000) dan

teori regulasi emosi dari Gross (2013). Sedangkan teori yang digunakan

dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu teori

kecemasan dari Lovibond & Lovibond (1995) dan teori regulasi emosi dari

Gross (2003).

3. Keaslian Alat ukur

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitin ini adalah skala

kecemasan yang dibuat oleh Lovibond & Lovibond (1995) dan skala regulasi

emosi oleh Gross (2002). Alat ukur yang di gunakan oleh peneliti berbeda

dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal tersebut karena pada penelitian

yang di lakukan oleh Aprisandityas dan Elfida (2012) menggunakan alat ukur

kecemasan dari Haber & Runyon (1984) dan skala regulasi emosi dari Gross

dan John (2004).

4. Keaslian Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya adalah ibu

hamil dan pasien pre operasi mayor. Dalam penelitian ini juga memilih
13

subjek penilitian dengan penyakit kronis namun dengan syarat berbeda

seperti tingkat stadium kanker minimal stadium 1 dan usia minimal 17 tahun.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Kecemasan merupakan salah satu bagian dari distres. Menurut

Lovibond dan Lovibond (1995) distres merupakan konsep yang merujuk pada

kombinasi dari gejala emosi negatif seperti depresi (ketidakberdayaaan,

kurangnya rasa ketertarikan, pemaknaan hidup yang rendah, memiliki tingkat

kesenangan yang rendah, dan tidak ingin melakukan apa-apa), kecemasan

(kecemasan situasional, kecemasan pada fisik, dan gairah otonom), dan stres

(sulit merasa tenang, resah, mudah marah, tidak sabar, dan reaksi yang

berlebihan terhadap suatu masalah). Menurut Lovibond dan Lovibond (1995)

kecemasan merupakan rasa takut atau khawatir terkait kejadian yang tidak

menyenangkan di masa yang mendatang. Dimana kecemasan tersebut

ditandai oleh perasaan terkait masalah pada bagian otonomik, masalah pada

otot, dan perasaan pada situasi yang salah atau tidak menyenangkan atau

perasaan yang tidak jelas, selain itu adanya perasaan tidak menyenangkan

yang dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu.

Kecemasan dapat diartikan pula sebagai gejolak emosi seseorang yang

berhubungan dengan sesuatu di luar diri dan mekanisme dalam dirinya dalam

mengatasi permasalahannya (Asmadi, 2009). Menurut Chaplin (2009)

kecemasan merupakan perasaan campuran dari rasa takut dan keprihatinan

mengenai masa-masa mendatang tanpa adanya sebab khusus dan bersifat

13
14

individual. Kecemasan merupakan perasaan kekhawatiran terhadap sesuatu

yang tidak jelas dan tidak pasti, walaupun keadaan emosi ini tidak memiliki

objek yang jelas, namun masih dapat diukur melalui respon fisiologis seperti

sistem kardiovaskular, pernapasan, neuromuscular, gastrointestinal, saluran

kemih dan kulit (Setiawan, 2015).

Brunner dan Suddart (2002) menggambarkan kecemasan sebagai reaksi

terhadap penyakit karena dirasakan sebagai suatu ancaman, rasa tidak

nyaman akibat rasa nyeri dan keletihan, perubahan diet, berkurangnya

kepuasan seksual, munculnya krisis finansial, frustrasi dalam mencapai

tujuan, tidak adanya ketidakpastian masa kini dan masa depan yang

memunculkan rasa bingung. Tirtojiwo (2012) menambahkan kecemasan

merupakan tanda atau gejala pertama bahwa individu memiliki penyakit

medis dan terdapat beberapa kasus juga kecemasan disebabkan oeleh kondisi

medis yang memerlukan perawatan. Menurut Zainal (2013) kecemasan

merupakan manifestasi dari beberapa emosi campuran yang telah diproses

ketika individu sedang mengalami tekanan perasaan seperti frustrasi dan

pertentangan batin atau konflik.

Spielberger (2010) menyatakan bahwa kecemasan adalah reaksi

emosional tidak menyenangkan terhadap bahaya nyata atau tidak nyata yang

disertai dengan perubahan pada sistem saraf otonom dan pengalaman

subjektif sebagai tekanan, ketakutan dan kegelisahan. Spielberger (2010)

membedakan kecemasan menjadi dua yaitu state anxiety dan trait anxiety.

State anxiety adalah gejala kecemasan yang tidmbul akibat adanya suatu hal
15

yang dianggap mengancam dan bersifat sementara. Trait anxiety adalah

kecemasan yang sifatnya menetap pada individu tersebut. Berdasarkan agama

islam juga telah disampaikan bahwa kecemasan merupakan emosi negatif

yang tidak disenangi oleh Allah karena Allah menjadikan manusia untuk

memiliki jiwa yang tenang. Allah berfirman dalam (Q.S Al-Fajr: 27-30) “Hai

jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi

diridhai Nya, maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hambaku, masuklah

kedalam surgaku”.

Kecemasan juga memiliki dampak yang negatif terhadap kondisi

psikologis pasien kanker. Mohammed dan Baqutayan (2012) menyatakan

bahwa efek kecemasan pada pasien kanker payudara bisa meningkatkan rasa

nyeri, mengganggu kemampuan tidur, meningkatkan rasa mual dan muntah

setelah proses kemoterapi, dan terganggunya kualiatas hidup diri pasien.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bintang (2012) dinyatakan bahwa

kecemasan yang terjadi pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi bisa

mengakibatkan pasien untuk menghentikan proses kemoterapinya.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan

merupakan salah satu bagian dari distres. Kecemasan merupakan rasa

khawatir yang berlebih tekait masa yang akan datang. Individu yang merasa

cemas mengalami beberapa tekanan sehingga membuat dirinya tidak mampu

dalam menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi. Kecemasan itu

sendiri dapat berdampak pada fisiologis dan psikogis individu.


16

2. Aspek-aspek kecemasan

Crawford (2003) memaparkan beberapa aspek yang telah

dikembangkan dari aspek kecemasan yang disusun oleh Lovibond dan

Lovibond (1995), berikut adalah uraian dari rincian yang telah dibuat:

a. Rangsangan otonom merupakan gejala yang muncul secara fisiologis

seperti meningkatnya aktivitas jantung, berkeringat, mulut kering, sulit

bernafas dan sulit menelan.

b. Respon otot rangka merupakan respon yang diberikan tubuh untuk

menunjukan tingkat kekuatan tubuh yang menurun seperti lunglai dan

gemetar.

c. Kecemasan situasional dapat diindikasikan dengan rasa kekhawatiran, rasa

cemas, dan perasaan diabaikan atau terbuang

d. Perasaan cemas yang subyektif, perasaan yang di rasakan ketika adanya

ancaman dan rasa yang tidak menyenangkan dengan diiringi perasaan

panik, perasaan takut, dan merasa ingin pingsan.

Snaith (1976) dalam skala kecemasan leads scale for the self-

assessment of anxiety mengindikasikan kecemasan dengan beberapa keadaan

yaitu panik, kurangnya istirahat, ketakutan terhadap tempat umum, mudah

terkejut, jantung sering berdebar, ketakutan yang berlebihan dan memiliki

tekanan psikis. Jika dihubungkan dengan aspek kecemasan menurut

Lovibond dan Lovibond (1995) maka kecemasan dapat diindikasikan sebagai

berikut:
17

a. Jantung yang sering berdebar masuk dalam aspek rangsangan saraf

otonom

b. Kurangnya isitirahat, ketakutan berada di tempat umum, dan tekanan

psikologis masuk dalam aspek kecemasan situasional

c. Mudah terkejut dapat masuk dalam aspek cemas yang subyektif

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa aspek-aspek

yang diuraikan oleh Snaith (1976) kurang mewakili aspek yang telah

dipaparkan oleh Lovibond dan Lovibond (1995) karena tidak adanya aspek

terkait respon otot rangka. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian

ini akan menggunakan aspek yang telah diperinci oleh Crawford (2003) dari

aspek-aspek Lovibond dan Lovibond (1995).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan

Kecemasan yang dirasakan oleh pasien dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Berdasarkan vulnerability model of anxiety disorder kecemasan

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu biological, psychological dan Social.

Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan gangguan kecemasan jika adanya

stressor dan trauma yang berlebih pada individu (Nolen-Hoeksema, 2014).

Menurut Adler dan Rodman terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi

kecemasan yaitu (Ghufron & Risnawita, 2014):

a. Pengalaman negatif pada masa lalu

Pengalaman masa lalu yang negatif dapat menjadi penyebab utama

munculnya rasa cemas pada individu. Rasa tidak nyaman dan gagalnya

individu dalam menghadapi situasi yang pernah dialami di masa lalu


18

membuat individu menjadi merasa cemas untuk menghadapi situasi yang

sama di masa yang akan datang.

b. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional memiliki beberapa bentuk yaitu:

1) Kegagalan katastropik

Kegagalan katastropik merupakan keadaan dimana individu memiliki

asumsi tersendiri terkait sesuatu yang buruk akan terjadi. Hal tersebut

membuat individu menjadi merasa tidak mampu dalam menghadapi

permasalahan yang sedang di hadapi.

2) Kesempurnaan

Kesempurnaan yang menutut individu untuk dapat melakukan segala

sesuatunya menjadi baik sesuai dengan ekspektasinya. Ketika

ekspektasi tersebut tidak memenuhi kesempurnaan yang di inginkan

oleh individu tersebut maka rasa cemas cenderung muncul.

3) Persetujuan

Ketidakmampuan individu dalam menolak ketika seseorang meminta

bantuan di luar kemampuan individu tersebut membuat inidividu

menjadi cemas bahwa dirinya tidak dapat membuat orang lain menjadi

tidak menyukainya. Sehingga individu cenderung setuju apapun yang

akan di minta orang lain walaupun permintaan tersebut di luar batas

kemampuannya.
19

4) Generalisasi yang tidak tepat

Pikiran pikiran negatif membuat individu menggeneralisasikan

sesuatunya dengan tidak tepat. Hal tersebut disebabkan karena

individu memiliki pengalaman yang sedikit.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan menurut Adler dan Rodmann

yaitu pengalaman negatif masa lalu dan pikiran yang tidak rasional (Ghufron

& Risnawita, 2014). Pemikiran yang tidak rasional memiliki 4 jenis yaitu

kegagalan katastropik, kesempurnaan, persetujuan dan generalisasi yang tidak

tepat. Menurut Nolen-Hoeksema (2014) kecemasan dipengaruhi oleh tiga

faktor yaitu biological, psychological dan Social.

B. Regulasi Emosi

1. Definisi Regulasi Emosi

Regulasi emosi merupakan kemampuan seseorang dalam menilai,

mengatasi dan mengungkapkan emosi pada situasi yang tepat sehingga

seseorang dapat mencapai keseimbagan emosional (Greenberg, 2002).

Regulasi emosi merupakan sebuah proses intrinsik dan ekstrinsik melalui

pemantauan, pengevaluasian dan modifikasi, reaksi-reaksi sesuai dengan

tujuan individu itu sendiri (Thompson, 1994). Sedangkan menurut Gross dan

John (2003) regulasi emosi merupakan pemikiran dan perilaku yang

dipegaruhi oleh emosi individu, bagaimana individu dapat mengungkapkan

dan mengalami emosinya. Ketika individu mengalami emosi yang negatif


20

maka individu tersebut cenderung tidak berpikir jernih dan melakukan

sesuatu yang negatif di luar kesadarannya.

Berdasarkan pemaparan parah ahli dapat dikatakan bahwa regulasi

emosi merupakan kemampuan individu dalam mengelola dan memodifikasi

emosi dalam dirinya. Selain itu emosi juga dapat memperngaruhi perilaku

dan pikiran individu. Semakin negatif emosi yang dialami oleh individu maka

pikiran dan perilaku individu akan cenderung negatif. Regulasi emosi dapat

membantu individu dalam meningkatkan respon positif terhadap emosinya

dan menghambat respon emosi negatif.

2. Aspek-aspek Regulasi Emosi

Berdasarkan model proses regulasi emosi, terdapat 2 aspek regulasi

emosi yaitu (Gross & John, 2003):

a. Cognitive Reappraisal

Cognitive reappraisal (penilaian kembali kognitif) merupakan kondisi

dimana individu membentuk sebuah penilaian untuk mengubah pola

pikirnya sehingga mengurangi dampak emosi yang akan muncul dan

mengubah perilaku emosinya. Cognitive reappraisal merupakan

antecendant-focused strategy sehingga terjadi pada awal sebelum

kecenderungan respon emosi diaktifkan atau perilaku terjadi.

b. Expressive Supression

Expressive suppression merupakan modifikasi respon perilaku dimana

individu dapat merubah respon perilaku emosional yang keluar ketika

individu sudah dalam keadaan emosional sehingga dapat mengurangi


21

dampak perilaku negatif yang muncul. Expressive suppression dapat

mengurangi ekspresi emosi negati dan respon perilaku negatif namun akan

memunculkan ketidaksesuaian antara pengalaman dengan ekspresi yang

diberikan oleh individu.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua

aspek regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan expressive suppression.

Cognitive reappraisal merupakan proses pembentukan pola pikir untuk

mengurangi dampak emosi dan perilaku yang akan muncul. Expressive

suppression merupakan proses dimana individu memodifikasi respon perilaku

ketika individu sudah dalam keadaan emosional. Hal tersebut dapat

mengurangi respon perilaku yang negatif tetapi akan memuncul kan

ketidaksuaian antara pengalaman dengan ekspresi yang diberikan.

C. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya pembelahan

sel yang tidak terkendali dan sel-sel tersebut dapat menyerang jaringan

biologis lain dalam tubuh, baik dengan tumbuh langsung dalam jaringan

terdekat atau dapat tumbuh ke jaringan tubuh yang cukup jauh (Amalia,

2009). Menurut Diananda (2008) kanker bukanlah penyakit yang menular,

melaikan pertumbuhan sel yang tidak normal yaitu tumbuh sangat cepat,

tidak terkontrol dan tidak beriramaa yang dapat masuk ke jaringan tubuh
22

normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi

tubuh.

Kanker juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana sel telah

kehilangan pengedalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker juga bisa

terjadi dari berbagai jaringan dalam berbagai organ seperti sel kulit, sel hati,

sel darah, sel otak, sel lambung, sel usus, sel paru, sel saluran kecing dan

berbagai sel tubuh lainnya (Diananda, 2009).

2. Jenis-jenis kanker

Secara umum kanker dibagi menjadi 4 jenis yaitu (Mangan, 2005):

a. Karsinoma yaitu kanker yang tumbuh dan berkembang di sel epitel

b. Sarcoma yaitu kanker yang tumbuh dan berkembang di jaringan

penunjang, seperti jaringan penunjang payudara

c. Leukemia yaitu kanker yang menyerang jaringan yang menghasilkan

darah.

d. Limfoma yaitu kanker yang menyerang jaringan limpa

Menurut Tambunan (1995) ada sepuluh jenis kanker terbanyak di

Indonesia yaitu:

a. Karsinoma Serviks Uteri

Karsinoma seviks uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan

masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara yang sedang

berkembang termasuk Indonesia.

b. Karsinoma Payudara
23

Karsinoma payudara merupakan salah satu penyakit kanker yang sangat

ditakuti oleh kaum wanita dimana terdapat benjolan di area payudara.

c. Karsinoma kulit

Kanker kulit, nonmelanotik dan melanoma, merupakan golongan kanker

yang sering ditemukan. Di Indonesia kanker kulit berada pada urutan

ketiga setelah kanker serviks uteri dan payudara. Di negara maju

neoplasma ini merupakan yang terbanyak, terutama pada orang kulit putih.

d. Karsinoma nasofaring

Karsinoma nasofaring merupakan salah satu tumor ganas yang banyak

mendapat perhatian dari kalangan medik. Pada umumnya ditemukan pada

stadium lanjut dengan gejala klinis yang karakteristiknya antara lain

hidung tersumbat dan epistaksis, gangguan pendengaran dan tinitus,

gangguan penglihatan, ptosis, sakit kepala dan pembekakan kelenjar getah

bening di leher ipsilateral ataupun bilateral.

e. Limfoma

Limfoma adalah kanker yang berasal dari jaringan limfoid mencakup

sistem limfatik dan imunitas tubuh.

f. Karsinoma kolon dan rectum

Kanker yang menyerang usus besar dan rectum. Sembilan puluh persen

dari kanker kolon dan rectum (kolorektal) terdiri dari adenokarsinoma,

sedang sisanya merupakam limfoma ekstranodal, leiomiosarkoma, dan

liposarkoma.

g. Karsinoma paru
24

Karsinoma paru merupakan penyakit dengan ciri khas adanya

pertumbuhan sel yang tidak terkontrol pada jaringan paru-paru. Jika tidak

ada penanganan lebih lanjut maka pertumbuhan sel akan menyebar luas

keluar dari paru-paru dan menyerang organ yang lain.

h. Kanker ovarium

Kanker ovarium merupakan kondisi dimana tumor tumbuh berkembang di

dalam indung telur, dimana telur dan sel-sel hormone wanita diproduksi.

i. Karsinoma kelenjar tiroid

Karsinoma kelenjar tiroid adalah pertumbuhan sel abnormal yang terjadi

dalam kelenjar tiroid. Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang

terletak pada bagian leher. Kelenjar ini berfungsi untuk memproduksi

hormone yang mengatur metabolisme, pertumbuhan, suhu tubuh, denyut

jantung, tekanan darah, berat badan dan lainnya.

j. Karsinoma rongga mulut

Kanker mulut merupakan kanker yang tumbuh dan berkembang dalam

rongga mulut misalnya pada bibir, lidah,gusi, dinding mulut, serta langit-

langit mulut. Kanker ini dapat menyebar secara langsung ke jaringan-

jaringan di sekitar mulut atau melalui kelenjar getah bening.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa secara garis

besar penyakit kanker memiliki empat jenis yaitu karsinoma, sarcoma,

leukemia dan limfoma. Karsinoma adalah kanker yang tumbuh pada sel

epitel. Sarcoma merupakan kanker yang berkembang pada jaringan

penunjang seperti jaringan penunjang yang tumbuh di payudara. Individu


25

yang mengalami leukemia terdapat kanker yang menyerang jaringan darah

dan limfoma merupakan pertumbuhan kanker pada jaringan limpa.

3. Dampak Psikologis Kanker

Menurut Suharyanto (2017) terdapat 12 dampak psikologis pada pasien

kanker yaitu:

a. Kecemasan

Dalam proses diagnosis dan juga penyembuhan pada pasien kanker

perasaan cemas kerap terjadi. Berbagai pertanyaan akan muncul dalam

pikiran pasien seperti apakah proses pengobatan sudah tepat, apakah

kanker akan segera menyebar dan kecemasan terhadap kesembuhan yang

belum pasti dimasa yang akan datang.

b. Depresi

Pasien kanker yang depresi memiliki perasaan cemas, tidak berdaya, putus

asa, dan negatif dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu lebih dari dua

minggu.

c. Bayang-bayang kematian

Bayangan akan kematian mengakibatkan pasien kanker mengalami

rangkaian emosi seperti ketidakberdayaan, duka, kemarahan, penolakan

dan rasa sakit secara psikologis.

d. Post-traumatic stress disorder

Reaksi berlebih dari stress yang mengakibatkan trauma, misalnya seperti

tekanan yang diberikan oleh lingkungan rumah sakit dengan banyaknya


26

jarum suntik dan alat bantu lainnya sehingga membuat pasien menjadi

takut dan trauma dengan melihat simbol-simbol tersebut.

e. Merasa marah pada diri sendiri atau pada kehidupan

Perasaan marah yang muncul dikarenakan adanya perasaan frustrasi pasien

terkait penyakit nya yang sulit untuk disembuhkan sehingga pasien merasa

marah dan mulai menyalahkan diri sendiri dan kehidupan disekitarnya.

f.Isolasi diri

Pada kenyataannya pasien kanker biasanya malas untuk berhubungan

kontak mata dengan lingkungan sosialnya, kehilangan motivasi dalam

perawatan dan merasa lelah secara berkepanjangan.

g. Rasa tegang

Pasien kanker sering mengalami jantung berdebar, sesak nafas dan

kelelahan karena ketegangan yang berlebihan. Hal ini juga disebabkan

oleh rasa ketidakpercayaan diri karena tidak memiliki tubuh yang

sempurna.

h. Kebutuhan akan terapi psikologi

Pasien kanker kerap mengalami gejala psikologis sehingga peran psikiater

atau psikolog sangat dibutuhkan agar dapat membantu pasien dalam

mengungkapkan emosi yang ada dalam dirinya dan juga membantu pasien

untuk menyadari terkait gejala psikologis yang ada pada dirinya.

i. Kebutuhan dukungan dari keluarga


27

Dukungan menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh pasien kanker

selama menjalani proses pengobatan.

j. Tekanan jiwa karena rasa nyeri

Penyesuaian diri pasien terhadap nyeri atau sakit yang dirasakan secara

fisiologis sehingga tetap dibutuhkan seorang psikiater untuk dapat

membimbing pasien mempersiapkan diri untuk menghadapi tekanan yang

ada.

k. Kebutuhan empati dan kasih sayang

Selain dukungan keluarga maka empati dan rasa sayang pun dibutuhkan

untuk dapat membantu dan memberi dukungan dalam mengelola emosi

pasien.

l. Teringat akan agama atau spiritual

Kesembuhan pasien kanker yang belum pasti membuat pasien memiliki

perasaan positif seperti kepasrahan kepada Tuhan.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa individu

dengan kanker akan mengalami beberapa dampak psikologis yaitu

kecemasan, depresi, bayang-bayang akan kematian, post-traumatic stress

disorder, merasa marah pada diri sendiri dan kehidupan, cenderung

mengisolasi diri sendiri dari lingkungan, sering mengalami gejala fisik yang

tegang seperti jantung berdebar dengan cepat, merasa butuh untuk

penanganan psikologis, mengalami tekanan jiwa karena rasa sakit yang

diderita, membutuhkan rasa empati dan kasih sayang, dan terakhir individu

akan sering ingat akan Tuhan dan agama.


28

D. Hubungan Regulasi Emosi dan Kecemasan pada Pasien Kanker

Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal yang tumbuh sangat

cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama sehingga mempengaruhi fungsi tubuh

(Diananda, 2008). Ada beberapa jenis kanker yaitu karsinoma, sarkoma, leukemia

dan limfoma (Mangan, 2005). Hinga kini penyebab kanker masih menjadi ajang

penelitian dokter, dikalangan akademik maupun di rumah sakit. Kanker juga

menimbulkan beberapa gejala sama seperti penyakit lainnya. Gejala-gejala kanker

biasanya waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau

gangguan, kesulitan dalam menelan, munculnya benjolan pada bagian tubuh

tertentu dan kondisi fisik yang menurun seperti mudah lelah (Mangan, 2005).

Pasien kanker tidak hanya merasakan dampak secara fisiologis, namun juga

merasakan dampak secara psikologis. Menurut Surharyanto (2017) ada beberapa

dampak psikologis pada penyakit kanker yaitu kecemasan, depresi, ketakutan

akan kematian, PTSD, kemarahan terhadap diri sendiri atau kehidupan, isolasi

diri, rasa tegang, kebutuhan akan terapi psikologis, kebutuhan akan dukungan dari

keluarga, tekanan jiwa karena rasa nyeri, kebutuhan empati dan kasih sayang, dan

teringat akan agama atau spiritual. Kecemasan merupakan salah satu dampak

psikologis yang kerap dirasakan oleh pasien kanker. Kecemasan merupakan rasa

takut atau khawatir terkait kejadian yang tidak menyenangkan dimasa yang

mendatang (Lovibong & Lovibond, 1995).

Diagnosis penyakit yang mengancam jiwa seperti kanker dapat

menimbulkan ketakutan dan kecemasan tentang kematian. Kecemasan terhadap

kematian telah diakui sebagai fenomena psikologis yang dapat mempengaruhi


29

kualitas hidup baik untuk kelompok klinis atau nonklinis (Soleimani, Lehto,

Negarandeh, Bahrami, & Chan, 2016). Kecemasan yang kerap dialami oleh

individu dengan kanker dapat diakibatkan oleh diagnosis, pengobatan,

kekambuhan, perawatan akhir hidup, kemampuan pasien dalam bertahan hidup,

dan perubahan fisik yang disebabkan oleh kemoterapi (Pitman, Suleman, Hyde &

Hodgkiss, 2018). Hasil prognosa yang tidak menentu mengakibatkan individu

dengan kanker semakin merasa khawatir yang berlebih. Menurut Seprian dan

Puspitosari (2019) individu dengan kanker mengalami tingkat kecemasan yang

cukup tinggi pada tahun pertama setelah diagnosis. Kondisi tersebut dapat

bertambah sulit jika individu dengan kanker memiliki emosi-emosi negatif seperti

munculnya rasa khawatir yang berlebihan, kecemasan dalam menghadapi proses

pengobatan seperti kemoterapi dan rasa ketidakberdayaan dalam menghadapi

kehidupan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi individu dengan kanker

baik secara psikologis maupun fisiologis.

Kecemasan memiliki beberapa gejala yaitu biologoical, behavioral dan

social (Nolen-Hoeksema, 2014). Secara biologis individu mengalami kegelisahan,

anggota tubuh yang bergetar atau gemetar dan jantung yang berdetak dengan

cepat. Gejala behavioral yang muncul ketika mengalami kecemasan yaitu perilaku

menghindar, perilaku dependen, dan perilaku terguncang. Terakhir individu yang

mengalami kecemasan dapat merasakakan gejala sosial seperti ketakutan terhadap

masa yang akan datang, keyakinan bahwa yang buruk akan terjadi tanpa adanya

kejelasan, dan ketidakmampuan individu dalam mengatasi masalah. Gejala

kecemasan tersebut mengakibatkan individu menjadi kesulitan dalam mengenal


30

dan mengelola emosi yang dirasakan. Kondisi fisik individu memiliki hubungan

yang saling bekaitaan dengan emosi, semkin negatif emosi yang dirasakan oleh

individu maka semakin buruk kondisi kesehatan yang dialami (Gunawan &

Kristinawati, 2018). Menurut Sari dan Hayati (2015) individu yang memiliki

regulasi emosi yang dapat memberikan kebahagiaan, terhindar dari distres, dan

memiliki hubungan interpersonal yang baik.

Menurut Greenberg (2002) regulasi emosi merupakan kemampuan

seseorang dalam menilai, mengatasi dan mengungkapkan emosi pada situasi yang

tepat sehingga seseorang dapat mencapai keseimbagan emosional. Individu yang

mengalami kecemasan sering kali sulit dalam mengelola emosi dan menenangkan

diri. Perasan yang cenderung mudah berubah menjadikan individu kesulitan

dalam mengenali atau memahami emosi yang sedang dirasakan. Regulasi emosi

dapat membantu individu dalam menangani ketegangan jiwa dan kecemasan

dalam dirinya dengan cara memunculkan perasaan atau pola pikir yang positif.

Regulasi emosi memiliki dua aspek yaitu cognitive reappraisal dan expressive

suppression.

Cognitive reappraisal merupakan cara individu dalam mengatasi masalah

emosi dengan menilai kembali sebuah situasi yang dihadapinya sebelum emosi

atau perasaan tersebut diekspresikan. Pasien kanker melalui strategi cognitive

reappraisal dapat mengurangi aspek kecemasan rangsangan otonom dan respon

otot rangka. Berdasarkan kedua aspek tersebut individu akan mengalamai gejala-

gejala fisik seperti jantung yang berdebar cukup cepat dan tubuh yang sering

terasa lemas. Perubahan fisik tersebut dapat dipengaruhi oleh pola pikir yang
31

negatif yang dibentuk oleh individu. Maka dapat dikatakan untuk dapat mencegah

munculnya gejala fisik yang bisa membuat diri pasien merasa tidak nyaman,

strategi cognitive behavioral dapat digunakan untuk dapat mengubah pola pikir

pasien sebelum mengekspresikan emosi dan perilaku yang akan muncul. Hal

tersebut didukung oleh hasil penelitian Peh, Bishop, Chan, Chua, Kua dan

Mahendran (2018) yang menunjukkan semakin tinggi cognitive reappraisal,

kecemasan yang dialami oleh pasien kanker cenderung rendah. Troy, Wilhelm,

Shallcross dan Mauss (2010) menyatakan bahwa individu yang melakukan

cognitive reappraisal cenderung dapat menanhan efek buruk dari peristiwa

menekan.

Expressive suppression lebih terfokus pada pengendalian respon yang

diberikan setelah dalam kondisi yang sudah emosional. Strategi ini termasuk

cukup efektif dalam mengurangi eskpresi-ekspresi negatif yang dimunculkan oleh

individu. Kecemasan situasional dapat ditangani oleh strategi espressive

suppression. Keadaan individu cenderung mudah panik, gelisah dan takut ketika

menghadapi kecemasan situasional dan kecemasan subyektif. Perasaan-perasaan

negatif tersebut dapat dihambat dengan cara melakukan aktivitas yang disukai

oleh individu atau sekedar mengambil waktu untuk sendiri di kamar. Expressive

suppression memang dapat mengatur respon emosional atau perilaku namun tidak

banyak membantu individu untuk mengatur respon emosional internal. Hal

tersebut telah terbukti penggunaan expressive suppression dapat menciptakan

ketidaksesuaian antara emosi internal individu dan ekspresi emosi luar (Dryman

& Heimberg, 2018).


32

Aspek-aspek regulasi emosi dapat mengurangi aspek-aspek kecemasan pada

individu. Individu yang menggunakan expressive supression cenderung

menunjukkan perilaku seperti menyembunyikan perasaan, merasa tidak sanggup

menyimpan perasaan sendiri, menangis, menghindar, dan memilih untuk sendiri.

Sebaliknya, individu yang menggunakan cognitive reappraisal cenderung

menunjukkan perilaku seperti mempertimbangkan konsekuensi, hati-hati dalam

mengambil keputusan, dan hanya menyampaikan masalah pada keluarga

(Gunawan & Kristinawati, 2018). Kedua aspek tersebut memiliki tujuan yang

sama yaitu mengurangi emosi negatif dan mengelola emosi pada diri individu.

Menurut Vaziri, Mashhadi, Zohreh dan Shahidsales (2016) regulasi emosi pada

pasien kanker dapat dihubungkan dengan kemampuan pasien dalam beradaptasi

dengan emosi, mengelola emosi dan mengekspresikan emosi yang dirasakannya.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa individu

dengan kanker yang mengalami kecemasan cenderung sulit dalam mengelola

emosi dan menenangkan diri. Perubahan emosi yang cenderung cepat membuat

individu menjadi sulit dalam mengidentifikasi emosi yang dirasakan oleh dirinya.

Regulasi emosi merupakan salah satu strategi yang dapat membantu individu

dalam mengenali, memahami dan mengelola emosi yang dirasakan dengan cara

mengubah emosi negatif menjadi positif. Emosi positif dapat mengurangi efek

dari kecemasan sehingga dapat meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan

psikologis (Taylor, Lyubomirsky, & Stein, 2017). Maka dari itu dapat dikatakan

jika tingkat regulasi emosi tinggi maka tingkat kecemasan pada pasien kanker

rendah
33

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara regulasi emosi

dan kecemasan pada indiviu dengan kanker. Semakin tinggi skor regulasi emosi

maka semakin rendah skor kecemasan. Sebaliknya, Semakin rendah nilai skor

regulasi emosi maka semakain tinggi skor kecemasn.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Untuk menjawab tujuan dan hipotesis penelitian yang diajukan, maka

variabel dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

1. Variabel Tergantung : Kecemasan

2. Variabel Bebas : Regulasi emosi

B. Definisi Operasional

1. Kecemasan

Kecemasan merupakan rasa takut atau khawatir terkait kejadian yang

tidak menyenangakan dimasa yang akan datang (Lovibond & Lovibond,

1995). Adapun aspek-aspek yang terdapat di dalam kecemasan yaitu

rangsangan otonom, respon otot rangka, kecemasan situasional dan perasaan

cemas yang subyektif. Kecemasan dalam penelitian ini menggunakan

Depresion, Anxiety, Stress Scale (Lovibond dan Lovibond, 1995), DASS

berjumlah 42 aitem yang mengukur tiga keadaan emosi yang berbeda yaitu

depresi, kecemasan dan stress. Setiap keadaan mengandung 14 aitem

kuesioner. Semakin tinggi skor yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat

kecemasan yang dialami subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang

diperoleh, maka tingkat kecemasan yang dimiliki subjek rendah.

34
35

2. Regulasi Emosi

Regulasi emosi merupakan pemikiran dan perilaku yang dipengaruhi

oleh emosi individu, bagaimana individu mengungkapkan dan mengalami

emosi yang dialami (Gross & John, 2003).. Adapun aspek-aspek yang

terdapat di dalam regulasi emosi yaitu cognitive reappraisal dan expressive

suppression Regulasi emosi dalam penelitian ini menggunakan skala regulasi

emosi dari Gross (2003) yang telah di modifikasi oleh Sirajudin (2020).

Tingkat regulasi emosi akan diukur dengan jumlah skor yang diperoleh.

Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin tinggi regulasi emosi.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang di peroleh maka semakin rendah

regulasi emosi.

C. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek pada penelitian ini menggunakan tektnik purposive

sampling. Purposive sampling merupakan teknik dimana peneliti telah

menentukan kriteria khusus untuk subjek penelitian (Etikan, Musa, & Alkassim,

2016). Oleh karena itu subjek dalam penelitian adalah pasien kanker dengan

minimal usia 18 tahun ke atas berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Metode

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert. Ada

dua skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala DASS-A (Depression

Anxiety Stress Scale) dan skala regulasi emosi.


36

1. Skala Kecemasan

Metode pengumpulan data untuk mengetahui tingkat kecemasan

dilakukan dengan menggunakan skala DASS (Depression, Anxiety, Stress

Scale) dari Damanik (2011). Skala ini terdiri dari 42 item dengan aspek-aspek

kecemasan yang meliputi rangsangan otonom, respon otot rangka, kecemasan

situasional dan perasaan cemas yang subjektif. Semakin tinggi skor yang

diperoleh, maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami subjek.

Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka tingkat kecemasan

yang dimiliki subjek rendah.

Pada skala DASS hanya memiliki aitem favorable. Setiap pernyataan

memiliki empat alternatif jawaban yaitu, tidak pernah, kadang-kadang, sering

dan sangat sering. Pada aitem aitem tersebut, jawaban tidak pernah diberi

skor dengan nilai 0, jawaban kadang-kadang diberi dengan nilai 1, jawaban

sering diberi nilai 2, dan jawaban sangat sering diberi nilai 3.

Tabel 1. Blueprint DASS-A (Depression, Anxiety, Stress Scale)


Aitem
Aspek Total
Favorable Unfavorable
Rangsangan otonom 2, 4, 19, 23, 25 - 5
Respon otot rangka 7, 41 - 2
Kecemasan situasional 40, 9, 30 - 3
Perasaan cemas yang
28,36,20,15 - 4
subyektif
Total 14 - 14

2. Skala Regulasi Emosi

Tingkat regulasi emosi pada penelitian ini dapat dilihat dari skor skala

regulasi emosi yang dimodifikasi oleh Sirajuddin (2020) dari skala Gross dan

John (2003). Hasil uji coba skala yang dilakukan Sirajuddin (2020) pada 40
37

subjek kanker menunjukkan hasil relialibilitas (a=0,783) dan validitas dengan

menggunakan teknik uji validitas internal dan didapati 9 aitem yang valid dan

1 aitem yang gugur dengan nilai (r=0,378). Hasil nilai realibilitas tersebut

menunjukkan bahwa alat ukur Regulasi Emosi dapat diterima.

Table 2. Blueprint ERQ (Emotion Regulation Questionnaire)


Aitem
Aspek Total
Favorable Unfavorable
Cognitive reappraisal (1), 3, 5, 7, 8,
- 5
10
Expressive suppression 2, 4, 6, 9 - 4
Total 9 - 9

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah pengukuran yang menunjukan ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya. Validnya alat

ukur tergantung pada kemampuan alat ukur dalam mencapai tujuan dari

sebuah penelitian yang akan dilakukan. Alat ukur yang memiliki nilai

korelasi di atas 0,30 tmenunjukan bahwa alat ukur tersebut sah atau valid

(Azwar, 2010).

2. Realibilitas

Menurut Azwar (2010) reliabilitas merupakan kestabilan, konsisten dan

keajegan dari sebuah alat ukur. Hasil pengukuruan realibilitas dapat

menunjukan bagaimana alat ukur dapat dilakukan pengukuran ulang terhadap

suatu kelompok responden yang sama dan menunjukkan hasil yang relatif

sama. Pada penelitian ini, uji realibilitas dengan teknik Cronbach Alpha
38

melalui SPSS for Macbook Pro 23.0. Jika koefisien realibilitas mendekati

angka 1, maka semakin tinggi reliabilitasnya dan alat ukur tersebut dapat

dikatakan reliable. Sebaliknya, apabila nilai koefisien tidak mendekati angka

1 maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tidak reliable.

F. Metode Analisis Data

Peniltian ini menggunakan metode analisis data dengan analisis statistik.

Teknik statistik yang digunakan pada penelitian ini melalui SPSS for Macbook

Pro 23.0 Version. Serangkaian analisis statistik yang di lakukan oleh peneliti

diantaranya uji reliabilitas, uji normalitas, uji lineritas, dan uji hipotesis. Uji

hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui hubungan negatif

antara regulasi emosi dan kecemasan pada pasien kanker.


BAB IV

PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Orientasi Kancah dan Persiapan

1. Orientasi Kancah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara regulasi

emosi dan kecemasan pada pasien kanker. Sebelum proses pengambilan data

dilakukan, peneliti melakukan orientasi kancah untuk dapat memahami

tempat pengambilan datanya. Hal tersebut dilakukan karena untuk

mempersiapkan apa saja yang akan dilakukan dan kemungkinan-

kemungkinan apa yang akan terjadi nanti. Seperti yang telah dipaparkan oleh

Riset Kesehatan (2018) Indonesia mengalami peningkatan prevalensi kanker

yaitu pada tahun 2013 terdapat 1,4% dan pada tahun 2018 meningkat menjadi

1,8%. Maka dari itu peneliti memilih untuk melakukan penelitian ini di

beberapa kota seperti Semarang, Salatiga, Solo, dan Yogyakarta. Responden

penelitian ini adalah pasien kanker di beberapa kota dengan latar belakang

usia, jenis kelamin, jenis kanker yang dialami dan lama mengalami penyakit

kanker yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan dengan menyebar skala

secara online kepada pasien kanker di kota Semarang, Salatiga, dan

Yogyakarta. Penelitian ini melibatkan sebanyak 55 responden yang

memenuhi kriteria responden penelitian.

39
40

2. Persiapan Penlitian

a. Persiapan Administrasi

Peneliti melakukan persiapan administrasi sebelum proses

pengambilan data dimulai. Persiapan administrasi yang dilakukan yaitu

penyusunan informed concent, skala online dan poster penyebaran

kuesioner penelitian. Informed concent diberikan di awal pengisian skala.

Selanjutnya, ketika responden telah menyetujui untuk mengisi skala maka

responden dapat mengisi skala online yang telah diberikan oleh peneliti

melalui link. Poster penyebaran skala digunakan untuk mempermudah para

responden dalam membaca beberapa kriteria responden penelitian dan

media untuk mendapatkan responden dalam jumlah banyak.

b. Persiapan Alat Ukur

Persiapan alat ukur dalam penelitian ini adalah skala regulasi emosi

dan DASS-A. Skala yang disusun merupakan skala online yang bertujuan

untuk mengukur tingkat regulasi emosi dan kecemasan. Skala regulasi

emosi disusun oleh Gross (2003) dan dimodifikasi oleh Sirajuddin (2020).

Di setiap pernyataan dalam skala tersebut terdapat 7 alternatif jawaban

yaitu, sangat setuju, setuju, agak setuju, netral, agak tidak setuju, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Sementara skala kecemasan DASS-A

disusun oleh Lovibond dan Lovibond (1995) dan telah diterjemahkan ke

dalam Bahasa Indonesia oleh Damanik (2011). Setiap pernyataan DASS-A

memiliki 4 alternatif jawaban yaitu tidak sesuai, kadang-kadang, sesuai,

dan sering sekali.


41

c. Uji Coba Alat Ukur

Sebelum melakukan penyebaran skala online kepada responden

kanker, peneliti melakukan uji coba alat ukur. Hal tersebut dilakukan

bertujuan untuk menentukan kelayakan skala yang akan digunakan dalam

penelitian melalui uji validitas dan uji reliabilitas. Uji coba dilakukan pada

tanggal 11 Agustus 2020. Uji coba ini melibatkan 55 responden kanker di

seluruh Indonesia pada alat ukur DASS. Responden diminta untuk mengisi

informed consent, skala regulasi emosi dan skala DASS. Data dari

responden akan di uji coba alat ukur kemudian akan digunakan kembali

pada analisis akhir.

d. Hasil Coba Alat Ukur

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan menggunakan kedua

skala tersebut didapatkan adalah sebagai berikut:

1) Skala DASS-A (Depression, Anxiety, Stress Scale)

Berdasarkan hasil analisis uji coba yang dilakukan oleh peneliti,

diperoleh hasil uji reliabilitas dengan koefisien Alpha Cronbach sebesar

0,943. Adapun 14 aitem kecemasan adalah aitem yang valid. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa tidak ada aitem dari skala DASS-A

yang gugur. Nilai koefisien correlated item-total correlation bergerak

antara 0,528 sampi 0,800. Berikut adalah lampiran tabel distribusi butir

skala DASS-A setelah dilakukan uji coba:

Tabel 3. Distribusi Aitem Skala DASS-A setelah uji coba


Aspek Butir Jumlah Aitem
Rangsangan otonom 2, 4, 19, 23, 25 5
Respon otot rangka 7, 41 2
42

Kecemasan situasional 40, 9, 30 3


Perasaan cemas yang subyektif 28, 36, 20, 15 4
Total 14 14

2) Regulasi Emosi (Emotion Regulation Questionnaire)

Berdasarkan hasil analisis data tryout yang telah dilakukan oleh

Sirajuddin (2020) terhadap 40 responden kanker di Yogyakarta. Hasil

dari data tryout tersebut menunjukkan bahwa nilai koefisien Alpha

Cronbach yang didapatkan sebesar 0,783. Nilai koefisien tersebut dapat

diartikan bahwa alat ukur regulasi emosi reliabel karena nilai koefisien

diatas 0,6 dan semakin mendekati angka 1. Namun berdasarkan hasil uji

validitas, hasil analisis menunjukkan bahwa dari 10 aitem terdapat 1

aitem yang gugur, nilai koefisien corrected item-total correlation yang

terpilih bergerak dari 0,358 sampai 0,593. Berikut adalah distribusi

aitem regulasi emosi setelah uji coba:

Tabel 4. Distribusi Skala Regulasi Emosi


Aitem
Aspek Total
Favorable Unfavorable
(1), 3, 5, 7,
Cognitive reappraisal - 5
8, 10
Expressive Suppression 2, 4, 6, 9 - 4
Total 9 - 9

B. Laporan Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara online. Penelitian ini dilakukan

mulai tanggal 23 Juli 2020 sampai tanggal 4 Agustus 2020. Penelitian ini

melibatkan responden dengan kriteria pasien kanker dengan kategori kanker

minimal stadium I dan usia minimal 17 tahun berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan. Penyebaran skala dilakukan dengan cara menyebar poster yang telah
43

dibuat oleh peneliti. Persyaratan awal sebelum mengisi skala adalah mengisi

informed consent secara online. Jika responden menyetujui untuk mengisi skala

maka responden dapat melanjutkan mengisi skala yang telah diberikan secara

online.

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penlitian

Penelitian ini memiliki beberapa kriteria untuk subjek penelitian yaitu

subjek merupakan individu dengan kanker, usia responden minimal 17 tahun,

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, dan minimal stadium I. Jumlah

responden yang didapatkan oleh peniliti adalah 55 pasien kanker. Berikut

merupakan gambaran umum terkait deskripsi responden yang dapat dilihat

melalui tabel di bawah ini:

Tabel 5. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)
Perempuan 45 81,8%
Laki-laki 10 18,2%
Total 55 100,0%

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bawah penelitian ini terdiri dari

45 responden perempuan dengan presentase 81,8% dan 10 responden laki-

laki dengan persentase 18,2%. Jumlah persentase yang lebih tinggi adalah

responden yang berjenis kelamin perempuan.

Table 6. Deskripsi Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kanker


Jenis
Jumlah Responden Persentase
Penyakit
Payudara 33 60,0%
Rahim 2 3,6%
44

Darah 6 10,9%
Serviks 3 5,5%
Kanker
1 1,8%
Sublingual
Kanker Polip 1 1,8%
Kanker
1 1,8%
Endometrium
Kanker Saraf 1 1,8%
Kanker
2 3,6%
Nasofaring
Kanker Otak 1 1,8%
Kanker Usus 1 1,8%
Kanker
1 1,8%
Lambung
Kanker Dubur 1 1,8%
Kanker
1 1,8%
Selaput Otak
Total 55 100,0%

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa terdapat 12 jenis penyakit

kanker yang dialami oleh keseluruhan responden dalam penelitian ini. Hasil

tersebut menunjukan bahwa dari total 55 respoden terdapat 33 responden

yang mengalami kanker payudara, 2 responden mengalami kanker rahim, 6

responden mengalami kanker darah, 3 responden mengalami kanker serviks,

2 responden mengalami kanker nasofaring, 1 responden mengalami kanker

sublingual, 1 responden kanker polip, 1 responden mengalami kanker

endometrium, 1 responden mengalami kanker saraf, 1 responden mengalami

kanker otak, 1 responden mengalami kanker usus, 1 responden mengalami

kanker lambung, 1 responden mengalami kanker dubur, dan 1 responden

mengalami kanker selaput otak. Responden yang memiliki persentase


45

tertinggi adalah responden yang mengalami kanker payudara dengan nilai

persentasenya sebesar 60%.

Tabel 7. Deskripsi responden penilitian berdasarkan usia


Usia Jumlah Responden Persentase (%)
18-40 11 20,0%
41-60 36 65,5%
>60 8 14,5%
Total 55 100,0%

Berdasarkan data di atas peneliti mengkategorisasikan responden

penelitian berdasarkan usia dengan 3 kategori yaitu usia 18-40 tahun, 41-60

tahun, dan di atas 60 tahun. Data tersebut juga menunjukkan bahwa terdapat

11 responden yang masuk dalam kategori usia 18-40 tahun. 36 responden

masuk dalam kategori usia 41-60 tahun dan 8 responden masuk dalam

kategori usia diatas 60 tahun. Sebagian besar responden mengalami kanker

pada usia 41-60 tahun dengan nilai persentase sebesar 65,5%.

2. Deskripsi Data Penelitian

Deskripsi data penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat tinggi

rendahnya skor regulasi emosi dan kecemasan pada subjek kanker. Hasil

analisis pada penelitian ini menunjukkan beberapa hasil dari deskripsi data

penelitian hipotetik dan empirik yaitu berupa nilai Xmin (skor minimal),

Xmax (skor maksimal), Mean (rata-rata), dan Standar Deviasi sebagai

berikut:

Tabel 8. Deskripsi penelitian hipotetik dan empirik


Hipotetik Empirik
Variabel
Xmin Xmax Mean SD Xmin Xmax Mean SD
Kecemasan 0 42 21 7 26 63 50,49 7,59
Regulasi
9 63 36 9 0 35 14,11 10,47
Emosi
46

Data deskripsi penelitian hipotetik dan empirik di atas merupakan acuan

peneliti dalam menentukan kategorisasi tingkata regulasi emosi pada

responden. Peneliti menggunakan lima kategorisasi data yaitu sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Berikut adalah penjabaran lima

kategorisasi:

Tabel 9. Rumus Kategorisasi


Kategorisasi Norma Kategorisasi
Sangat Rendah X < μ - 1,8 SD

Rendah μ - 1,8 SD ≤ x ≤ μ - 0,6 SD
Sedang μ - 0,6 SD < x ≤ μ + 0,6 SD
Tinggi μ + 0,6 SD < x ≤ μ + 1,8 SD
Sangat Tinggi X > μ + 1,8 SD
Keterangan:

X = Skor total responden


μ
 = Rata-rata
SD = Standar Deviasi

Berdasarkan norma kategorisasi di atas, maka 55 responden dalam

penelitian ini akan dikelompokkan ke dalam kategori regulasi emosi. Berikut

adalah tabel kategorisasi dari regulasi emosi:

Tabel 10. Kategorisasi Responden pada Variabel Regulasi emosi


Kategorisasi Norma Kategorisasi Jumlah Persentase
Sangat rendah X < 19,8 0 0%
Rendah 19,8 ≤ x ≤ 30,6 1 1,8%
Sedang 30,6 < x ≤ 41,4 3 5,5%
Tinggi 41,4 < x ≤ 52,2 26 47,3%
Sangat Tinggi X > 52,2 25 45,5%
Total 55 100,0%

Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 1 responden memiliki

tingkat regulasi yang rendah, 3 responden memiliki tingkat regulasi emosi

yang sedang, 26 responden memiliki tingkat regulasi emosi yang tergolong


47

tinggi, dan 25 responden memiliki tingkat regulasi emosi yang sangat tinggi.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang terlibat

dalam penliitan ini memiliki tingkat regulasi emosi yang tinggi dan sangat

tinggi dengan nilai persentase sebesar 47,5% dan 45,5%.

Variabel kecemasan pada skala DASS (Lovibond & Lovibond)

memiliki kategorisasi tersendiri. Berikut adalah penjabaran kategorisasi skala

DASS-A:

Tabel 11. Noma kategorisasi Skala DASS-A


Norma Kategorisasi
Kategorisasi
(Total Skor)
Normal 0-7
Ringan 8-9
Sedang 10 - 14
Parah 15 - 19
Sangat Parah >20

Berdasarkan tabel norma kategorisasi di atas, selanjutnya 55 responden

penelitian ini dikelompokkan ke dalam lima kategorisasi pada variabel

kecemasan. Berikut adalah kategorisasi pada variabel kecemasan:

Tabel 12. Kategorisasi Responden pada Variabel Kecemasan


Norma
Kategorisasi Jumlah Persentase
Kategorisasi
Normal 0-7 21 38,2%
Ringan 8-9 4 7,3%
Sedang 10-14 5 9,1%
Parah 15-19 11 20%
Sangat Parah >20 14 25,5%
Total 55 100,0%

Data tabel di atas menunjukkan bahwa 21 responden memiliki tingkat

kecemasan yang tergolong normal, 4 responden memiliki tingkat kecemasan

yang tegolong ringan, 5 responden memiliki tingkat kecemasan yang

tergolong sedang, 11 responden memiliki tingkat kecemasan yang tergolong


48

parah dan 14 responden memiliki tingkat kecemasan yang tergolong sangat

parah. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat kecemasan yang tegorolong normal dengan nilai persentase sebesar

38,2%.

3. Uji Asumsi

Penelitian ini juga melakukan analisis uji asumsi untuk dapat

mengetahui normalitas dan linearitas dari alat ukur yang digunakan. Uji

asumsi dilakukan dengan menggunakan bantuan Statistical Product and

Service Solution (SPSS) for MacBook Pro version 23.

a. Uji Normalitas

Peneliti melakukan uji normalitas untuk mengetahui normal atau

tidaknya sebaran data dari variabel yang dianalisis. Teknik perhitungan

yang digunkaan oleh peniliti adalah Kolmogorov Sminorv. Data yang

normal menunjukkan nilai standar koefisien signifikansi p lebih besar dari

0.05 (p>0,05. Berikut adalah hasil uji normalitas yang dilakukan oleh

peniliti:

Tabel 13. Hasil Uji normalitas


Variabel Koefisien Signifikansi (p) Keterangan
Regulasi Emosi 0,200 Normal
Kecemasan 0,006 Tidak normal

Berdasarkan pada tabel hasil uji normalitas pada kedua variabel

menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel regulasi emosi sebesar

p=0,200 dan variabel kecemasan menunjukkan nilai signifikansi sebesar

p=0,006. Maka dapat dikatakan bahwa variabel regulasi emosi memiliki


49

sebaran data normal sedangkan variabel kecemasan memiliki sebaran data

tidak normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat hubungan linear antara kedua

variabel. Teknik yang digunakan oleh peneliti pada uji linearitas ini

menggunakan teknik Compare Means. Jika variabel memiliki nilai

signifikansi p<0,05 maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara kedua

variabel adalah linear. Berikut adalah tabel yang menunjukkan hasil uji

linearitas:

Tabel 14. Hasil Uji linearitas


Variabel Koefisien F Koefisen signifikansi keterangan
Regulasi
Emosi X 9,576 0,004 Linear
Kecemasan

Data hasil uji lineritas pada variabel regulasi emosi dan kecemasan

menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang

linear dengan nilai F= 9,576 dan p=0,004 (p<0,050).

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis bertujuan untuk melihat korelasi antara variabel bebas

dan variabel tergantung. Berdasarkan hasil uji asumsi data dalam

penelitian ini dinyatakan tidak terdistribusi secara normal tetapi

berhubungan secara linear. Hal tersebut dapat diartikan bahwa data dalam

penilitian ini tidak terpenuhi asumsinya, sehingga teknik korelasi yang

digunakan adalah teknik non-parametrik Spearman rho melalui SPSS for

MacBook Pro Version 23.0. Jika nilai signifikansi menunjukkan nilai di


50

bawah 0,05 maka terdapat hubungan antar variabel yang diteliti. Berikut

adalah hasil uji hipotesis antara variabel regulasi emosi dan variabel

kecemasan:

Tabel 15. Hasil Uji Hipotesis


Spearman’s rho
Variabel
r p (Nilai Sig) r2 Keterangan
Regulasi
Sangat
emosi dan -0,442 0,000 0,195
Signifikan
kecemasan

Berdasarkan hasil uji hipotesis dapat dikatakan bahwa nilai koefisien

korelasi (r) sebesar -0,442 dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,01).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara

regulasi emosi dengan kecemasan pada pasien kanker. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini diterima.

d. Analisis Tambahan

Penelitian ini melakukan beberapa analisis tambahan terkait regulasi

emosi dengan kecemasan berdasarkan jenis kelamin dan usia. Selain itu,

peneliti juga melakukan uji korelasi antar aspek regulasi emosi terhadap

kecemasan. Uji beda pada penelitian ini menggukan tes non-parametrik

dengan analisis Mann Whitney U test dan One Way Anova. Jika hasil

analisis data Mann Whitney U Test dan One Way Anova menunjukkan

nilai signifikansi di bawah 0,05 maka data tersebut memiliki perbedaan.

Tabel 16. Hasil Uji Beda Berdasarkan Jenis Kelamin


Mean
Variabel N
Regulasi Emosi Kecemasan
Laki-laki 15,20 42,10 10
Perempuan 30,84 24,87 45
Nilai Signifikan (p) 0,005 0,002 55
51

Pada tabel di atas menunjukan hasil uji beda berdasarkan jenis

kelamin pada variabel regulasi emosi dapat dilihat terdapat perbedaan

dengan nilai signifikansi p=0,005 (p<0,05). Begitupula pada variabel

kecemasan, hasil uji beda menunjukkan bawah terdapat perbedaan tingkat

kecemasan berdasarkan jenis kelamin dengan nilai signifikasi p=0,003

(p<0,05). Maka dapat disimpulkan bawah terdapat perbedaan regulasi

emosi dan kecemasan antara responden kanker laki-laki dan perempuan.

Tabel 17. Hasil Uji Beda Berdasarkan Usia


Mean
Variabel N
Regulasi Emosi Kecemasan
Dewasa Awal 45,45 17,27 11
Dewasa Madya 52,11 12,25 36
Dewasa Akhir 50,13 18,13 8
p (Nilai
0,035 0,192 55
Signifikansi)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil uji beda berdasarkan usia

menunjukkan tidak terdapat perbedaan regulasi emosi dengan nilai

signifikan sebesar p=0,035 (p<0,05). Sebaliknya, pada variabel kecemasan

yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p=0,192 (p>0,05), oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa tidak ada perbedaan variabel kecemasan

berdasarkan usia. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

regulasi emosi berdasarkan usia, namun pada variabel kecemasan tidak

menunjukan tidak ada perbedaan berdasarkan usia.

Tabel 18. Hasil Uji Korelasi Aspek VB ke VT


Varibel
Variabel Bebas
r r2 p Keterangan
tegantung (Regulasi
Emosi)
Cognitive Sangat
Kecemasan -0,458 0,21 0,000
Reappraisal Signifikan
52

Expressive
-0,335 0,11 0,006 Signifikan
Suppression

Pada tabel 17 dapat dilihat bahwa hasil uji korelasi aspek variabel

bebas ke variabel tergantung menunjukkan hasil nilai signifikansi antara

aspek cognitive reappraisal dan kecemasan sebesar 0,000 dengan nilai r=-

0,458. Selanjutnya, pada aspek expressive suppression dan kecemasan

menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,006 denan nilai r=-0,335. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

aspek cognitive reappraisal dan expressive suppression dengan kecemasan

pada pasien kanker.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis penelitian dapat dilihat bahwa nilai koefisien

korelasi (r) sebesar -0,442 dengan nilai signifikansi p=0,000 (p<0,01). Hasil

tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis penelitian ini diterima dan terdapat

hubungan negatif antara regulasi emosi dengan kecemasan pada pasien kanker.

Selain itu, peneliti juga melakukan uji linearitas untuk mengetahui tingkat

linearitas antar variabel. Hasil dari uji linearitas menunjukkan bahwa regulasi

emosi dan kecemasan memiliki hubungan yang linear dengan nilai linearitas

sebesar p=0,004 (p<0,05). Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa regulasi

emosi dan kecemasan memiliki nilai (r2) sebesar 0.181 yang menunjukkan bahwa

regulasi emosi memberikan kontribusi besar 18,1% kepada kecemasan terhadap

pasien kanker.
53

Berdasarkan hasil uji hipotesis dan linearitas tersebut dapat disimpulkan

bahwa hubungan regulasi emosi dan kecemasan pada pasien kanker memiliki

hubungan yang negatif. Pasien kanker cenderung memiliki kemampuan regulasi

emosi yang rendah ketika sedang merasakan kecemasan yang cukup tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Peh, Liu, Bishop, Chan, Chua, Kua

dan Mahendran (2016) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara regulasi emosi dan kecemasan pada pasien kanker. Hasil penelitan tersebut

juga menunjukkan prevalensi tingkat kecemasan pada pasien yang baru

terdiagnosa kanker cukup tinggi yaitu sebesar 36,6%. Tingginya tingkat

prevalensi kecemasan maka dibutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi pada

pasien kanker.

Penelitian yang serupa dilakukan oleh Gunawan dan Kristinawati (2018)

yang menunjukkan bahwa responden pre operasi mayor pada memiliki tingkat

kecemasan sedang dan rendah. Sebagian besar responden menunjukkan rasa

cemas dalam bentuk rasa khawatir terhadap dampak setelah operasi dan takut

akan kondisi kesehatan. Penyakit kronis yang kerap dialami oleh para pasien

kanker menyebabkan munculnya emosi negatif dan menyebabkan pasien menjadi

kesulitan dalam mengenal, mengelola dan mengekspresikan emosi yang dialami.

Regulasi emosi dapat menjadi strategi individu dalam mengelola emosi yang

dirasakan. Berpikir positif dapat membantu pasien kanker dalam menangani

penekanan emosi yang dialami (Boyle, Stanton, Ganz. Crespi, & Bower, 2017).

Penyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Sari dan Hayati

(2015) yang menunjukkan regulasi emosi memberikan dampak yang baik seperti
54

individu dapat memperoleh kebahagiaan yang lebih besar, terhindar dari emosi-

emosi negatif seperti rasa sedih, cemas atau depresi dan memiliki hubungan

interpersonal yang cukup baik. Hal tersebut membantu para responden untuk

menjaga stamina fisik yang dirasakan. Oleh sebab itu, pasien kanker dapat

mengurangi beberapa gejala kecemasan.

Berdasarkan hasil analisis korelasi antara aspek-aspek regulasi emosi

dengan kecemasan menunjukkan kedua aspek regulasi emosi memiliki hubungan

yang negatif dengan kecemasan dan nilai signifikansi dibawah 0.01 pada setiap

aspeknya. Aspek cognitive reappraisal memiliki pengaruh lebih besar terhadap

kecemasan yaitu 21%. Sedangkan aspek expressive suppression memiliki

pengaruh terhadap kecemasan sebesar 11%. Berdasarkan pemaparan hasil uji

korelasi antara aspek regulasi emosi dengan kecemasan menunjukkan bahwa

aspek cognitive reappraisal memiliki pengaruh yang lebih besar dibanding aspek

expressive suppression terhadap aspek kecemasan. Tingkat kontribusi Cognitive

reappraisal yang tinggi pada kecemasan dikarenakan seseorang yang melakukan

cognitive reappraisal cenderung dapat menahan efek buruk dari peristiwa yang

menekan (Troy, Wilhelm, Shallcross & Mauss, 2010). Melalui cognitive

reappraisal seseorang dapat mengubah pola pikirnya yang berdampak pada

perubahan perilaku dan dapat mencegah munculnya emosi yang negatif. Hal

tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa cognitive

reappraisal memiliki kontribusi yang lebih besar dibanding expressive

suppression yang dikaitkan dengan hasil psiko-emosianal yang lebih baik pada

pasien kanker atau penyakit kronis lainnya (Peh, Liu, Bishop, Chan, Chua, Kua,
55

& Mahendran, 2016). Sebaliknya, rendahnya tingkat kontribusi expressive

suppression pada kecemasan dikarenakan expressive suppression dapat

menciptakan ketidaksesuaian antara emosi internal individu dengan ekspresi

emosi luar (Dryman & Heimberg, 2018).

Peneliti juga melakukan uji beda pada masing-masing variabel untuk

melihat perbedaan berdasarkan jenis kelamin pada pasien kanker. Berdasarkan

hasil uji beda menunjukkan bahwa regulasi emosi memiliki nilai signifikansi

sebesar 0,005 sedangkan kecemasan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,003.

Hasil tersebut dapat diartikan bahwa terdapat perbedaan antara regulasi emosi dan

kecemasan berdasarkan jenis kelamin. Selain itu, peneliti juga melakukan analisis

rata-rata setiap variabel berdasarkan jenis kelamian. Hasilnya menunjukkan

bahwa laki-laki cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan tingkat

regulasi emosi yang rendah dengan nilai mean regulasi emosi sebesar 15,20 dan

mean kecemasan sebesar 42,10. Sebaliknya, perempuan memiliki tingkat regulasi

yang tinggi dan tingkat kecemasan yang cenderung rendah dengan nilai mean

regulasi emosi sebesar 30,24 dan mean kecemasan sebesar 24,87. Hasil uji beda

tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Kati, Opod, dan Pali

(2018) menunjukkan bahwa nilai afek positif yang dimiliki perempuan lebih besar

dibandingkan laki-laki dengan nilai persentase sebesar 87,7% dan 98%. Walaupun

menggunakan perasaan namun bukan berarti semua perempuan memiliki

pengelolaan emosi yang buruk. Penurunan tingkat regulasi emosi pada laki-laki

dipengaruhi oleh ketidaksadarannya terhadap regulasi emosi yang mengarahkan


56

laki-laki untuk menekan dan melupakan pengalaman emosi daripada perempuan

(Ratnasari & Suleeman, 2017).

Di tinjau dari segi usia, hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan regulasi emosi berdasarkan usia namun tidak terdapat perbedaan

kecemasan berdasarkan usia. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai signifikansi pada

variabel regulasi emosi sebesar 0,035 (p<0,05) dan variabel kecemasan sebesar

0,192 (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa pada variabel

regulasi emosi dan variabel kecemasan memiliki nilai mean yang berbeda antara

dewasa awal, dewasa madya dan dewasa akhir. Pada variabel regulasi emosi dapat

dilihat bahwa nilai mean dewasa awal sebesar 45,45, dewasa madya sebesar

52,11, dan dewasa akhir sebesar 50,13. Pada variabel kecemasan menunjukkan

nilai mean dewasa awal sebesar 17,27, dewasa madya sebesar 12,25, dan dewasa

akhir sebesar 18,13. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dewasa madya

memiliki tingkat regulasi emosi yang paling tinggi dibandingkan dewasa awal dan

dewasa akhir, sedangkan kecemasan tertinggi terjadi pada dewasa akhir. Hal

tersebut di dukung penelitian yang dilakukan oleh Aninditas dan Bashori (2012)

yang menyatakan bahwa secara regulasi emosi seseorang yang sudah dewasa

madya cenderung dapat mengelola dan menyalurkan emosi dengan baik dalam

menghadapi masalah kehidupan. Sedangkan menurut Lesmana (2014) masa

dewasa akhir merupakan masa perkembangan yang rentan karena pada masa

tersebut seseorang mangalami perubahan fisik yang melemah dan mengalami

kecemasan yang tinggi terhadap kehidupan.


57

Hasil kategorisasi pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden kanker memiliki tingkat regulasi emosi pada kategori tinggi dengan

persentase sebesar 47,3% yaitu 26 responden dan kategori sangat tinggi dengan

persentase sebasar 45,5% yaitu 25 responden. Hasil pengkategorisasian penelitian

tidak menunjukkan tingkat regulasi emosi yang sangat rendah pada responden.

Hal tersebut dapat dikatakan bahwa responden kanker memiliki kemampuan

regulasi emosi yang cukup baik. Hal ini juga dapat dilihat dari tingkat kecemasan

yang sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan yang normal yaitu

38,2%. Hasil kategorisasi tingkat kecemasan pada responden tersebut dapat

disebabkan oleh beberapa faktor selain regulasi emosi. Nolen-Heksema (2014)

menyatakan bahwa tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh hubungan sosial

yang dijalani oleh individu di masa lalu yang mengakibatkan traumatis dan pola

asuh yang tidak baik.

Berdasarkan pemaparan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa

regulasi emosi memiliki hubugan yang negatif dengan kecemasan pada pasien

kanker. Individu yang memiliki penyakit kronis cenderung memunculkan emosi-

emosi yang negatif seperti rasa khawatir yang berlebih dan menjadikan individu

tersebut dalam mengenal dan mengelola emosi yang ada pada dirinya. Campbell-

Sills dan Barlow (2007) berpendapat bahwa seseorang yang mengalami

kecemasan disebabkan oleh menurunnya tingkat regulasi emosi. Regulasi emosi

memiliki peran penting dalam implikasi pada kesehatan, terutama pada pasien

dengan penyakit kronis (Smyth & Arigo, 2009). Regulasi emosi dapat

memberikan dampak yang positif terhadap individu dengan meningkatnya rasa


58

bahagia, berkurangnya perasaan khwatir dan meningkatnya hubungan secara

interpersonal. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Patrika (2018) yang

menyatakan bahwa individu yang memiliki emosi yang positif lebih bisa bersikap

adaptif terhadap stressor yang sedang dihadapi.

Secara garis besar penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu jumlah

responden yang terlalu sedikit, sehingga peneliti harus menggunakan tryout

terpakai. Penelitian ini memiliki kekurangan dalam pendataan secara demografis.

Penelitian ini juga dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel lain yang tidak dapat

dikontrol oleh peneliti sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Teknik

pengambilan data dalam penelitian ini juga melalui kuesioner online sehingga

peneliti tidak dapat mengontrol para responden saat melengkapi kuesioner.


59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hail analisis data yang telah dilakukan melalui uji korelasi non-

parametrik Spearman rho menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang

signifikan antara regulasi emosi dan kecemasan pada pasien kanker. Hal tersebut

dapat diartikan bahwa jika responden memiliki tingkat regulasi yang tinggi maka

semakin rendah tingkat kecemasan yang dialami oleh responden. Sebaliknya, jika

responden memiliki tingkat regulasi emosi yang rendah maka semakin tinggi

tingkat kecemasan yang dialami oleh responden. Oleh sebab itu hipotesis dalam

penelitian ini diterima. Hasil dari uji korelasi antar varibel juga diperkuat dengan

hasil uji korelasi antar aspek-aspek pada masing-masing variabel. Hasil uji

korelasi antar aspek-aspek regulasi emosi dan aspek-aspek kecemasan

menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan. Berdasarkan

hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan antara regulasi emosi dan

kecemasan berdasarkan jenis kelamin. Namun tidak terdapat perbedaan

kecemasan berdasarkan usia.

B. Saran

1. Bagi Subjek Penelitian

Peneliti memiliki beberapa saran untuk pasien kanker yaitu pertama

subjek disarankan untuk dapat mendatangi pihak yang lebih professional

seperti psikolog atau psikiater untuk dapat menangani kecemasan yang sangat

tinggi. Selain itu pasien kanker juga disarankan untuk dapat mengikuti
60

pelatihan regulasi emosi sehingga penanganan emosi yang negatif berlebihan

dapat ditangani. Hal tersebut jelas membantu pasien secara psikologis sehinga

dapat menjalankan proses pengobatan dengan perasaan lebih tenang dan baik.

2. Bagi peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk dapat melakukan

pengambilan data dengan jumlah responden yang lebih banyak sehingga dapat

mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik. Peneliti selanjutnya dapat

memastikan kembali saat melakukan pengambilan data kondisi pasien tidak

sedang menjalani kemoterapi atau proses pengobatan lainnya. Jika peneliti

selanjutnya tertarik untuk meneliti hubungan regulasi emosi dan kecemasan,

diharapkan dapat memerhatikan lebih teliti terkait beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi. Selain itu peneliti selanjutnya bisa menggunakan hasil

penelitian korelasi untuk menjadi bahan intervensi karena melalui metode

intervensi akan berdampak baik juga terhadap kondisi pasien yang sangat

membutuhkan penanganan secara psikologis.


Daftar Pustaka

Aesijah, S., Prihartanti, N., & Pratisti, W. D. (2016). Pengaruh regulasi emosi
terhadap kebahagiaan remaja panti asuhan yatim piatu. Jurnal Indigenous,
1(1), 39-47

Amalia, L. (2009). Mengobati Kanker Serviks dan 33 jenis Knker lainnya.


Yogyakarta: Landscape.

Aninditas, D. & Bashori, K. (2012). Kohesivitas suami istri di usia madya.


Humanitas, 9(1), 12-27.

Anna, L. K. (2013). Harapan bagi pasien kanker stadium lanjut.


https://health.kompas.com/read/2013/04/04/10500266/harapan.b
agi.pasien.kanker.stadium.lanjut?page=all. Diakses: 4 Juni 2020.
Aprisandistyas, A., & Elfida, D. (2019). Hubungan antara regulasi emosi dengan
kecemsan pada ibu hamil. Jurnal Psikologi, 8(2), 80-89.

Asmadi. (2009). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan dasar Klien. Jakarta: Salemba
Medika.

Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bintang,Y. A. (2012). Gambarang tongkat kecemasan, stress, dan depresi pada


pasien kanker yang menjalani kemoterapi di RSUP. Dr. Hasa Sadikin
Bandung. Students e-Journal UNPAD.

Boyle, C. C., Stanton, A. L., Ganz, P. A.. Crespi, C. M., & Bower, J. E. (2017).
Improvement in emotion regulation following mindfulness meditation:
Effects on depressive symptoms and perceived stress in younger breast
cance survivor. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 85(4), 397-
402.

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 1. Jakarta:


EGC.

Butar-butar, D., Yustina, I., & Harahap, I.A. (2015). Hubungan karakteristik nyeri
dengan kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi
di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Idea Nursing Journal. ISSN: 2087-2879

Campbell-Sills, L. & Barlow, D. H. (2007). Incorporating Emotion Regulation


into Coceptualization and Treatment of Anxiety and Mood Disorder. Dalam
J. J. Gross (ed). Handbook of emotion regulation (p. 542-559). The Guilford
Press.

Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

61
62

Persada

Cisler, J. M., Olatunji, B. O., Feldner, M. T., & Forsyth, J. P. (2010). Emotion
Regulation and the Anxiety Disorders: An Integrative Review. Journal of
Psychopathology and Behavioral Assessment, 32(1), 68–82.

Cisler, J. M., & Olatunji B. O. (2012). Emotion regulation and anxiety disorders.
Current Psychiatry Reports. 14(3). 182-187.

Crawfard, J.R., & Hendry. J.D. (2003). The Depression Anxiety stress scale
(DASS): Normative data and latent structure in a large non-clinical sample.
British Journal of Clinical Psyachology, 42, 111-13.

Damanik, E. D. (2011). DASS Translated Questionnaire to Bahasa Indonesia.


http://www2.psy.unsw.edu.au/dass/Indonesian/Damanik.htm. Diakses: 15
Agustus 2020.

Diananda, R. (2008). Mengenal Seluk Beluk Kanker. Yogyakarta: Katahati.

Diananda, R. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta: Mirta


Media Pustaka.

Dryman, M. T., & Heimberg R. G. (2018). Emotion regulation in social anxiety


and depression: A systematic review of expressive suppression and
cognitive reappraisal. Clinical Psychology Review, 65, 17-42.

Etikan, I., Musa, S. A., & Alkassim, R. S. (2016). Comparison of convenience


sampling and purposive sampling. American Journal of Theoretical and
Applied Statistics, 5(1), 1-4.

Feldner, M., Zvolensky, M., Eifert, G., & Spira, A. (2003). Emotional avoidance:
An experimental test of individual differences and response suppression
using biologival challenge. Behaviour Reseach and Therapy, 42(4), 403-
411.

Ghufron, M. N., & Risnawati. N. R. (2014). Teori-teori Psikologi. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Greenberg, L.S. (2002). Emotion-Focused Therapy: Coching Clients to Work


Their Feeling. Washington DC: Americal Psychological Association.

Greenberg, M. A, &Stone, A. A., (1992). Emotional Disclosure About


Traumasandits RelationtoHealth: Effectof Previous Disclosureand Trauma
Severity. Journal of Personality and Social Psychology, 63(1), 75-84.

Gross, J. J., & John, O. P. (2003). Individual differences in two emotion


regulation processes: Implications for affect, relationship, and well-being.
Journal of Personality and Social Psychology, 85(2). 348-362.
63

Gunawan, Y. & Kristinawati, W. (2018). Regulasi emosi menghadapi kecemasan


pada pasien pre operasi mayor. Jurnal Psikohumanika, 10(1), 42-60.

Hannesdottir, D. K., & Ollendick, T. H. (2007). The role of emotion regulation in


the treatment of childe anxiety disorders. Clinical Child and Family
Psychology Review, 10(3), 275-293.

Hendriati, N. 2018. Pelatihan regulasi emosi untuk menurunkan kecemasan pada


Ibu hamil. Skripsi.

Hinz, A., Krauss., Hauss., J. P., Hockel, M., Kortmann, R. D., Stolezenburg, J. U.,
& Schwarz, R. (2009). Anxiety and depression in cancer patients compared
with the general population. European Journal of Cancer Care, 19(4), 522-
529.

Irianto, A., Kristiyawati. S. P., dan Supriyadi. (2014). Pengaruh hipnoterapi


terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien yang menjalani
kemoterapi di RS Telogorejo Semarang. Jurnal Keperawatan dan
Kebidanan, 1-10.
Kati, R. K., Opod, H., & Pali, C. (2018). Gambaran emosi dan tingkat kecemasan
pada pasien hipertensi di Puskesmas Bahu. Jurnal e-Biomedik, 6(1), 1-15.

Lesmana, D. (2012). Kecerdasan spiritual dengan kecemasan menghadapi masa


pensiun. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 168-183.

Linden, W., Vodermaier,A. MacKenzie, R. & Greig, D. (2012). Anxiety and


depression after cancer diagnosis: Prevalence rates by cancer type, gender
and age. Journal of Affective Disorders, 141, 343-351.

Lufta U., & Maliya, A. (2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


pasien dalam tindakan kemoterapi di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta.
Berita Ilmu Keperawatan. 1(4), 187-192.

Makmuroch. (2014). Keefektifan Pelatih- an Ketrampilan Regulasi Emosi


terhadap Penurunan Tingkat Ekspresi Emosi pada Caregiver Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Wacana Jurnal
Psikologi, 6, 70-89.

Mangan, Y. (2005). Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta: Agro Media


Pustaka.

Mawandha, H. G. (2009). Terapi kognitif perilaku dan kecemasan menghadapi


medis pada anak penderita leukemia. Jurnal Intervensi Psikologi, 1(1), 75-
91.

Mennin, D. S., Heimberg, R. G., Turk., C. L., & Fresco, D. M. (2005).


Preliminary evidence for an emotion dysregulation model of generalized
64

anxiety disorder. Behavoir Research and Therapy, 43(10), 1281-1310.

Misgiyanto. & Susilawati, D. (2014). Hubungan antara dukungan keluarga dengan


tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif. Jurnal Keperawatan,
5(1), 1-15.

Nevid, J. S. (2006). Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga.

Nolen-Heksema, S. (2014). Abnormal Psychology. New York: McGraw-Hill


Education.

Patrika, F. J. (2018). Efektivitas pelatihan Regulasi Emosi untuk menurunkan


stress dan meningkatkan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus tipe
II. Jurnal Psikologi Indonesia, 7(2). 135-150.

Peh, C. X., Liu, J., Bishop, G. D., Chan, H. Y., Chua, S. M., Kua, E. H., &
Mahendra, R. (2016). Emotion regulation and emotional distress: The
mediating role of hope on reappraisal and anxiety/depression in newly
diagnosed cancer patients. Psycho-Oncology, 26(8),1191-1197.

Pitman, A., Suleman, S., Hyde, N., & Hodgkiss, A. (2018). Depression and
anxiety in patients with cancer. The British Medical Journal, 1-6.

Prawitasari, J. E. (1995). Mengenal emosi melalui komunikasi nonverbal. Bulletin


Psikologi, (1), 27-43.

Rahmawati, N. A. L., Khafid, M., & Padoli. (2017). Pengaruh terapi progressive
muscle relaxation terhadap penurunan kecemasan dan depresi pada klien
kanker di Yayasan Knaker Indonesia (YKI) Surabaya. Jurnal
Keperawatan, 10(1), 17-25.

Ratnasari, S., & Suleeman, J. (2017). Perbedaan regulasi emosi perempuan dan
laki-laki di perguruan tinggi. Jurnal Psikologi Sosial. 15(1). 35-46

Ramaiah, S. (2003). Bagaimana Mengatasi Penyebabnya Kecemasan. Jakarta:


Pustaka Populer Obor.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 Essesntial Skiil for
Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York: Random House, Inc.

Sari, M. D. I., & Hayati, E. N. (2015). Regulasi emosi pada penderita HIV/AIDS.
Jurnal Fakultas Psikologi, 3(1). 23-30.

Setiawan, D. S. (2015). The effect of chemotherapy in cancer patient to anxiety.


Journal Majority, 4(4), 94-99.

Septian, D. & Puspitosari, W. A. (2019). Regulasi emosi dalam tatalaksana pasien


kanker: A literature review. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta. 6(2),
65

597-605.

Shaha, M., Cox, C. L., Talman, K., & Kelly, D. (2008). Uncertainty in breast,
prostate, and colorectal cancer: Implications for supportive care. Journal of
Psychosomatic Research, 58, 225-233.

Sirajuddin, L. (2020). Hubungan regulasi emosi dan penerimaan diri pada pasien
kanker. Fakultas Ilmu Sosial dan Budaya Universitas Islam Indonesia.
Skripsi.

Smyth, J. M., & Arigo, D. (2009). Recent evidence supports emotion-regulation


intervention for improving healt in at-risk and clinical populations. Current
Opinion in Psychiatry, 22(2), 205-210.

Snaith, R.P., Bridge, G.W.K., & Max, H. (1976). The leeds scales for the self
assessment of anxiety and depression. British Journal Psychiatry, 128, 156-
165.

Soleimani, M. A., Lehto, R. H., Negarandeh, R., Bahrami, N., & Chan, Y.H.
(2016). Death anxiety and quality of life in iranian caregivers of patients
with cancer. Cancer Nursing, 40(1), 1-10.

Spielberger, C. D. (2010). State-Trait Anxiety inventory. John Wiley & Sons, Inc.

Suharyanto, A. 2018. 12 Dampak Psikologis pada Penderita Kanker.


https://dosenpsikologi.com/dampak-psikologis-pada-penderita-kanker.
Diakeses: 20 Maret 2020.

Thompson, R. A. (1994). Emotion Regulation: A Theme in Search of Definition.


Monograph of The Society for Research in Child Development, 59 (24), 2-3.

Tambunan, G. W. (1991). Diagnosis dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker


Terbanyak di Indonesia. Jakarta: EGC.

Taylor, C. T., Lyubomirsky, S., & Stein, M. B. 2017. Upregulating the positive
affect system in anxiety and depression: Outcomes of a positive activity
intervention. Depression and Anxiety, 34(3), 267-280.

Tirtojiwo. 2012. Anxiety (kecemasan). http://tirtojiwo.org/wp-


%20content/uploads/2012/06/kuliah-%20anxiety/. Diakses: 16 April 2019.

Troy, A. S., Wilhelm, F. H., Shallcross, A. J. & Mauss, I. B. (2010). Seing the
silver lining: Cognitive reappraisal ability moderates the relationship
between stress and depressive symtomps. Emotion, 10(6), 783-795.

Vaziri, Z. S., Mashadi, A., Sepehri, S. Z., & Shahidsales, S. (2016). Mindfulness-
based cognitive therapy, cognitive emotion regulation and clinical
symptoms in females with breast cancer. Iranian Journal of Psychiatry and
66

Behavioral Science, 11(4), 1-6.

WHO. 2014. Topic: Cancer. WHO. 2018. Fact Sheets: Cancer.


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cancer. Diakses: 09
Maret 2019 Diakses: 09 Maret 2019
WHO. 2018. Fact Sheets: Cancer. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/cancer. Diakses: 09 Maret 2019
Wiedemann, K. (2015). Anxiety and anxiety disorders. International
Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, 1, 804-810.
Wijayanti, D. (2016). Relaksasi autogenik menurunkan kecemasan pasien kanker
serviks. Jurnal keperawatan, 9(1), 33-40.

Wjayanto, T. (2017). Pendidikan kesehatan terhadaptingkat kecemasan pada


pasien preoperasi kanker payudara. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1), 13-19.

Wong, P. T. P. (2002). From The Anxiety Toward the Death Acceptance. Taiwan:
Conferension Death and Life in Changhua University.
Yani, D.I. (2007). Pengalaman hidup klien serviks di Bandung. Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran. Skripsi.

Zainal, A. (2013). Konseling Keseharan Mental. Bandung: CV Yrama Widya.


67
LAMPIRAN 1
SKALA TRY OUT

67
68

Skala DASS
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

Skala Regulasi Emosi


80

Skala Regulasi Emosi


81
82
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA TRYOUT

83
84

A. Tabulasi Data Try Out DASS


85
86

B. Tabulasi Data Try Out ERQ (Emotion Regulation Questionnaire)


87
LAMPIRAN 3
DATA INDUK TRY OUT

88
89

Tabulasi Data Induk Tryout


Lama sakit Regulasi
Responden JK Jenis Kanker Kecemasan
(Bulan) Emosi
1 1 Kanker Payudara 48 55 9
2 1 Kanker Payudara 18 45 6
3 1 Kanker Sublingual 12 54 19
4 1 Kanker Payudara 48 63 5
5 1 Kanker Payudara 60 52 9
6 1 Kanker Payudara 96 50 4
7 1 Kanker Payudara 108 56 7
8 1 Kanker Rahim 48 48 32
9 1 Kanker Payudara 60 56 5
10 1 Kanker Rahim 2 57 5
11 1 Kanker Payudara 48 62 4
12 1 Kanker Payudara 30 54 4
13 1 Kanker Payudara 36 49 6
14 1 Kanker Payudara 24 57 11
15 1 Kanker Payudara 60 55 1
16 1 Kanker Payudara 8 58 3
17 1 Kanker Payudara 48 54 19
18 1 Kanker Payudara 60 63 8
19 2 Kanker Darah 48 51 16
20 2 Kanker Polip 3 53 29
21 1 Kanker Payudara 48 52 4
Kanker
22 1 24 57 20
Endometrium
23 2 Kanker Saraf 5 32 34
24 1 Kanker Payudara 12 61 5
25 1 Kanker Payudara 11 47 2
26 1 Kanker Payudara 12 63 4
27 1 Kanker Darah 12 49 20
28 1 Kanker Payudara 108 59 0
29 1 Kanker Payudara 18 43 5
30 1 Kanker Payudara 60 53 5
31 1 Kanker Payudara 12 42 19
32 1 Kanker Payudara 36 53 22
33 1 Kanker Payudara 24 53 14
34 2 Kanker Nasofaring 12 52 14
35 2 Kanker Darah 36 45 18
36 1 Kanker Otak 12 26 12
37 1 Kanker Payudara 19 49 3
38 1 Kanker Payudara 48 57 8
39 1 Kanker Payudara 24 44 14
40 1 Kanker Usus 36 43 18
90

41 2 Kanker Lambung 84 40 22
42 1 Kanker Payudara 108 53 4
43 1 Kanker Payudara 27 51 15
44 2 Kanker Darah 24 37 17
45 1 Kanker Payudara 84 46 1
46 1 Kanker Darah 168 45 16
47 1 Kanker Payudara 96 63 16
48 2 Kanker Dubur 12 44 18
Kanker Selaput
49 1 72 45 30
Otak
50 2 Kanker Nasofaring 8 47 33
51 1 Kanker Payudara 24 46 28
52 1 Kanker Serviks 8 47 31
53 1 Kanker Serviks 24 50 35
54 1 Kanker Serviks 36 46 33
55 2 Kanker Darah 36 45 34
LAMPIRAN 4
HASIL ANALISIS AITEM TRY OUT

91
92

Hasil Analisis Kecemasan Try Out


LAMPIRAN 5
SKALA SETELAH TRY OUT

93
94

Skala DASS
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107

Regulasi Emosi
108
109
LAMPIRAN 6
TABULASI DATA SETELAH TRY OUT

110
111

A. Tabulasi Data Try Out DASS


112
113

B. Tabulasi Data Try Out ERQ (Emotion Regulation Questionnaire)


114
LAMPIRAN 7
DATA INDUK PENELITIAN

115
116

Tabulasi Data Induk Tryout


Lama
Regulasi
Responden JK Jenis Kanker sakit Kecemasan
Emosi
(Bulan)
1 1 Kanker Payudara 48 55 9
2 1 Kanker Payudara 18 45 6
3 1 Kanker Sublingual 12 54 19
4 1 Kanker Payudara 48 63 5
5 1 Kanker Payudara 60 52 9
6 1 Kanker Payudara 96 50 4
7 1 Kanker Payudara 108 56 7
8 1 Kanker Rahim 48 48 32
9 1 Kanker Payudara 60 56 5
10 1 Kanker Rahim 2 57 5
11 1 Kanker Payudara 48 62 4
12 1 Kanker Payudara 30 54 4
13 1 Kanker Payudara 36 49 6
14 1 Kanker Payudara 24 57 11
15 1 Kanker Payudara 60 55 1
16 1 Kanker Payudara 8 58 3
17 1 Kanker Payudara 48 54 19
18 1 Kanker Payudara 60 63 8
19 2 Kanker Darah 48 51 16
20 2 Kanker Polip 3 53 29
21 1 Kanker Payudara 48 52 4
22 1 Kanker Endometrium 24 57 20
23 2 Kanker Saraf 5 32 34
24 1 Kanker Payudara 12 61 5
25 1 Kanker Payudara 11 47 2
26 1 Kanker Payudara 12 63 4
27 1 Kanker Darah 12 49 20
28 1 Kanker Payudara 108 59 0
29 1 Kanker Payudara 18 43 5
30 1 Kanker Payudara 60 53 5
31 1 Kanker Payudara 12 42 19
32 1 Kanker Payudara 36 53 22
33 1 Kanker Payudara 24 53 14
34 2 Kanker Nasofaring 12 52 14
35 2 Kanker Darah 36 45 18
36 1 Kanker Otak 12 26 12
37 1 Kanker Payudara 19 49 3
38 1 Kanker Payudara 48 57 8
39 1 Kanker Payudara 24 44 14
40 1 Kanker Usus 36 43 18
117

41 2 Kanker Lambung 84 40 22
42 1 Kanker Payudara 108 53 4
43 1 Kanker Payudara 27 51 15
44 2 Kanker Darah 24 37 17
45 1 Kanker Payudara 84 46 1
46 1 Kanker Darah 168 45 16
47 1 Kanker Payudara 96 63 16
48 2 Kanker Dubur 12 44 18
49 1 Kanker Selaput Otak 72 45 30
50 2 Kanker Nasofaring 8 47 33
51 1 Kanker Payudara 24 46 28
52 1 Kanker Serviks 8 47 31
53 1 Kanker Serviks 24 50 35
54 1 Kanker Serviks 36 46 33
55 2 Kanker Darah 36 45 34
LAMPIRAN 8
KATEGORISASI DATA PENELITIAN

118
119

A. Regulasi Emosi

1. Skor hipotetik

a. Total Aitem =9

b. Xmin = ∑aitem x skor terkecil pada skala

=9x1

=9

c. Xmax = ∑aitem x skor terbesar pada skala

=9x7

= 63

d. Mean = 1⁄2 (Xmax+Xmin)


= 1⁄2 (63+9)

= 36

e. SD = 1/6 (Xmax –Xmin)

= 1/6 (63-9)

= 9

2. Skor Empirik

3. Kategorisi Skor Regulasi Emosi

a. Sangat rendah

X < μ -1,8 SD

X < 36 - 1,8 (9)


120

X < 36 – 16,2

X < 19,8

b. Rendah

μ – 1,8 SD ≤ X ≤ μ – 0,6 SD

36 – 1,8 (9) ≤ X ≤ 36 – 0,6 (9)

36 – 16,2 ≤ X ≤ 36 – 5,4

19,8 ≤ X ≤ 30,6

c. Sedang

μ – 0,6 SD < X ≤ μ + 0,6 SD

36 – 0,6 (9) < X ≤ 36 + 0,6 (9)

36 – 5,4 < X ≤ 36 + 5,4

30,6 < X ≤ 41,4

d. Tinggi

μ + 0,6 SD < X ≤ μ + 1,8 SD

36 + 0,6 (9) < X ≤ 36 + 1,8 (9)

36 +5,4 < X ≤ 36 + 16,2

41,4 < X ≤ 52,2

e. Sangat Tinggi

X > μ + 1,8 SD

X > 36 + 1,8 (9)

X > 36 + 16,2

X > 52,2
121

B. Kecemasan

1. Skor Hipotetik

a. Total Aitem = 14

b. Xmin = ∑aitem x skor terkecil pada skala

= 14 x 0

=0

c. Xmax = ∑aitem x skor terbesar pada skala

= 14 x 3

= 42

d. Mean = ½ (Xmax+Xmin)

= ½ (42+0)

= 21

e. SD = 1/6 (Xmax-Xmin)

=1/6 (42-0)

=7

2. Skor Empirik
LAMPIRAN 9
UJI NORMALITAS

122
123

Hasil Uji Normalitas


LAMPIRAN 10
UJI LINEARITAS

124
125

Hasil Uji Linearitas


LAMPIRAN 11
UJI HIPOTESIS

126
127

A. Hasil Uji Hipotesis Penelitian

B. Hasil Uji Korelasi antar Aspek Regulasi Emosi dan Kecemasan


LAMPIRAN 12
UJI BEDA

128
129

Hasil Uji Beda


A. Jenis Kelamin
130

B. Usia
LAMPIRAN 13
INFORMED CONSENT

131
132

Informed Concent
Penggunaan : Mata Kuliah Skripsi

Saudara yang kami hormati,


Saya adalah mahasiswa S1 Psikologi Fakultas Psikologi dan Sosial
Budaya Universitas Islam Indonesia,
Nama : Een Nuraini
No. Mhs. : 16320110

Yang akan melakukan serangkaian prosedur psikologis kepada Saudara


dalam rangka penelitian skripsi.
Biodata atau identitas diri Saudara adalah:
Nama :
Jenis kelamin :
Tgl Lahir :
Alamat :

Demi memperlancar keseluruhan tahapan dalam prosedur tersebut di atas,


sangat dibutuhkan kerja sama dari pihak Saudara. Beberapa hal yang penting
diketahui adalah:
1. Prinsip kesukarelaan
Keterlibatan Saudara dalam praktek ini adalah berdasarkan prinsip
kesukarelaan, tanpa ada paksaan dan ancaman dari siapapun.
2. Masalah kerahasiaan
Kami akan merahasiakan informasi dari Saudara dan kami berharap bahwa
informasi yang diberikan adalah kenyataan yg sebenarnya. Dalam prosedur
di atas, ada kemungkinan dari kami akan melakukan perekaman. Hasil
rekaman tersebut hanya akan kami sampaikan kepada sesama profesi dan
tidak akan kami sebarluaskan kepada khalayak.
3. Lingkup kompetensi
Kami masih dapat dikatakan sebagai pemula. Dalam perkuliahan telah
mendapatkan materi yang mendukung keprofesian Psikologi, namun
demikian, Saudara dapat memberikan komentar atas performa kami dalam
praktek tersebut apabila masih terdapat hal-hal yang kurang berkenan.
Kami juga berharap, Saudara dapat menyampaikan manfaat yang didapat
4. Resiko
Apabila di tengah jalan dalam proses penelitian ini, Saudara merasa
keberatan untuk melanjutkannya, maka Saudara dapat menyatakan untuk
berhenti.

Anda mungkin juga menyukai