Anda di halaman 1dari 25

Dosen pengampu : 1. Dr. Ismarli Muis, S.Psi.,M.Si.

,Psikolog

2. Dr. Rahmah Rifani, S.Psi.,M.Psi.,Psikolog

3. Dr. Asniar Khuma, S.Psi., M.Psi.

4. Lukman, S.Psi., M. App. Psy,

5. Dr. Reskiani Mas Bakar, S.Psi.,M.Si.,Psikolog

6. Nur Akmal, S.Psi., M.A.

7. Andi Halimah, S.Psi., M.A.

METODE PENELITIAN KUANTITATIF

“HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PROSOSIAL DENGAN KEBAHAGIAAN PADA


MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR”

Disusun Oleh :

ADINDA TRI AYU WULANDARI

1971042053

KELAS A

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AKADEMIK 2021


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi seperti saat ini semua aspek kehidupan manusia semakin
kompleks. Ekonomi, Politik, Kesehatan, Pendidikan, Sosial, dan Teknologi Informasi
misalnya, pemenuhan aspek-spek tersebut menjadi serba cepat, luas, praktis, dan semakin
efisien. Namun karena tuntutan untuk praktis dan efisien semakin besar, usaha serta harga
guna memperolehnya juga semakin tinggi. Disadari atau tidak, masyarakat pun berlomba
dalam tuntutan tersebut. Globalisasi sendiri memberikan ruang dan pengaruh dalam
masyarakat berupa kebebasan (freedom).
Seolah tanpa batas, orang-orang semakin mudah dan bebas dalam memperoleh
serta memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun karena terlalu bebas dan mudah itulah,
masyarakat menjadi berlebihan dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (terutama materi)
dan seolah lupa akan intisari kehidupan serta nilainilai kehidupan yang lebih penting dan
meaningful, mereka hidup dengan harapan yang sama, mengejar kebahagiaan . Alasan
mendasar mengapa manusia harus bahagia adalah karena dengan bahagia membuat
manusia menjadi positif atau baik. Sedangkan bersedih atau tidak bahagia membuat
manusia menjadi tidak nyaman dan menjadi negatif.
Alasan mendasar mengapa manusia harus bahagia adalah karena dengan bahagia
membuat manusia menjadi positif atau baik. Sedangkan bersedih atau tidak bahagia
membuat manusia menjadi tidak nyaman dan menjadi negatif. Kebahagiaan merupakan
konsekuensi yang mungkin terjadi dari keterlibatan sepenuhnya dalam kehidupan.
Kondisi kebahagiaan itu sendiri bukanlah merupakan kekuatan yang memotivasi tetapi
merupakan dampak dari termotivasinya aktivitas seseorang. Sehingga kebahagiaan
tercipta oleh sesuatu hal, tidak datang secara tiba-tiba. Kemudian yang patut dicermati,
disaat seseorang dapat merasa bahagia, pastilah dia pernah merasa sedih, tidak ada
seorang pun yang kebal terhadap sedih dan luka. Allport (Wirawan, 2010)

Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam
kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan atau
direncanakan untuk menolong tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Tindakan
menolong sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu
untuk dirinya. Tindakan prososial lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari si pelaku
dan bersifat sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada
untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial (Asih & Pratiwi, 2010). Ada empat
karakteristik yang selalu ada pada orang yang memiliki kebahagiaan dalam hidupnya,
yaitu mampu menghargai diri sendiri, memiliki optimisme tinggi, terbuka serta mampu
mengendalikan dirinya, (Myers, 2013)

Pengambilan data awal dengan metode wawancara juga telah dilakukaan dengan
menginterview 3 orang mahasiswa di kota Makassar, yang pertama ada D, MH, ALF
terkait apakah perilaku prososial memiliki hubungan dengan kebahagiaan pada remaja.
Berdasarkan hasil dari pengambilan data awal ketiga subjek mengatakan bahwa perilaku
prososial sangat memengaruhi mempengaruhi kebahagiaan pada mahasiswa, oleh karena
hal tersebut dapat dipastikan bahwa perilaku prososial memiliki hubungan dengan
kebahagiaan pada mahasiswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa orang yang sering
melakukan perilaku prososial adalah orang yang sering bahagia, sementara orang yang
mengejar kebagiaan bagi dirinya sendiri bukan orang yang paling bahagia, melainkan
orang yang peduli terhadap orang lainlah yang paling bahagia.

Berbagai penelitian mengenai kebahagiaan terus dilakukan, guna menemukan


lebih banyak lagi prediktor juga sumber bagi kebahagiaan. Sumber kebahagiaan menjadi
hal yang sangat penting dalam kebahagiaan, dan salah satu cara yang dapat membuat
individu bahagia adalah dengan berperilaku prososial. Perilaku prososial didefinisikan
sebagai perilaku yang memberi konsekuensi positif pada orang lain (Faturochman, 2006).
Dimaksud dengan konsekuensi positif karena pihak yang diberi pertolongan akan
mendapatkan sesuatu baik berupa material maupun non material. Sesuatu tersebut
sangatlah bermanfaat dan diharapkan oleh yang ditolong.
Sehingga secara kasat mata perilaku prososial merupakan perilaku yang
menguntungkan orang lain. Menariknya, perilaku prososial seperti memiliki keterkaitan
cukup erat dengan kebahagiaan. Kebahagiaan yang didapat dari perilaku prososial terlihat
seperti memiliki makna lebih dalam dan lebih luas.
Seperti penelitian (Meier & Stutzer, 2008) mengenai kerelawanan (volunteering),
kepuasan hidup, dan kebahagiaan di Jerman. Didalamnya terdapat skor bahwa individu
yang melakukan kegiatan relawan (volunteering) disetiap pekan memiliki tingkat
kepuasan hidup hingga 7.3 poin, kemudian yang setiap bulan mencapai 7.2 poin, lalu
yang kurang dari sebulan memiliki 7.1 poin, dan yang tidak pernah melakukan kegiatan
volunteering mempunyai tingkat kepuasan hidup 6.9 poin saja. Kesimpulan dasar dari
penelitian diatas, dikatakan bahwa dengan menolong orang lain dapat meningkatkan
kesejahteraan dan kebahagiaan individu.

Penelitian kebahagiaan lain yang terkait dengan perilaku prososial, seperti


penelitian Aknin dan Norton (Wirawan, 2010) yang mengadakan penelitian dengan 630
orang Amerika Serikat yang hasilnya bahwa partisipan yang membelanjakan uangnya
untuk orang lain ternyata lebih bahagia dibandingkan dengan partisipan yang
membelanjakan uangnya untuk kepentingannya sendiri. Penelitian Larsen (Wirawan,
2010) dari Texas Tech University, menemukan bahwa partisipan yang merasa bersyukur
atas kehidupannya dan menunjukkan rasa terima kasih serta penghargaan kepada orang
lain ternyata memiliki kebahagiaan yang sangat tinggi. Membantu orang lain adalah hal
yang penting dan merupakan bentuk rasa berterima kasih.

Kebahagiaan bagi mahasiswa merupakan hal yang sangat penting. Hal tersebut
ditegaskan oleh Balatsky dan Diener yang menyatakan bahwa kebahagiaan menjadi
dambaan mahasiswa baik di negeri Barat maupun Timur. Dalam sebuah penelitian
kebahagiaan, dikatakan bahwa mahasiswa-mahasiswa yang merasa paling bahagia adalah
mereka yang merasa puas dengan kehidupanya yang memiliki relasi sosial yang baik
(Muslim dan Nashori, 2007).

Kemudian pada penelitian lain di Amerika, dikatakan bahwa dari 800 alumnus
sebuah perguruan tinggi, saat ditanyakan ”Apakah yang diperlukan untuk kebahagiaan
Anda?”, lebih dari 50% responden memiliki alasan akan kepuasan dalam hubungan erat
dengan keluarga, teman-teman, dan pasangan (Candra, 2010). Data lain dari World Value
Survey mengungkapkan bahwa ternyata tingkat ekonomi yang sangat tinggi maupun
status sosial yang tinggi bukan merupakan sumber terpenting dalam menghasilkan
kebahagiaan (Diener dalam Wirawan, 2010).

Sementara Seligman (2005) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kekayaan


ternyata hanya memiliki korelasi rendah dengan tingkat kebahagiaan. Namun faktanya
mengatakan sebaliknya, saat ditanyakan secara langsung pada mahasiswa apa yang
membuat mereka bahagia, bermacam-macam jawabnya, kerja dengan penghasilan yang
cukup, sukses dalam berkerja, nilai IPK yang tinggi, dan bahkan mendapatkan pasangan
yang serasi pun menjadi alternatif jawaban mereka, tidak ada perilaku prososial, tidak ada
hubungan erat. 9 Perilaku prososial dan kekayaan (status sosial ekonomi) merupakan
beberapa faktor yang mempengaruhi kebahagiaan seorang mahasiswa. Dan kebahagiaan
yang didapat mungkin akan berbeda antara mahasiswa yang memiliki prososial tinggi
serta yang rendah juga mahasiswa yang kaya dan yang miskin, namun seperti yang telah
diteliti oleh banyak pihak, pada intinya kebahagiaan dapat membuat pengaruh positif
terhadap diri mahasiswa itu sendiri.

Walker (2007) mengemukakan terdapat hubungan yang menarik antara


kebahagiaan dengan perilaku menolong (perilaku prososial), orang yang sering
melakukan perilaku prososial adalah orang yang sering bahagia, sementara orang yang
mengejar kebagiaan bagi dirinya sendiri bukan orang yang paling bahagia, melainkan
orang yang peduli terhadap orang lainlah yang paling bahagia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku prososial


dengan kebahagiaan, dengan kebahagiaan sebagai variabel dependen dan perilaku
prososial sebagai variabel independen. Hipotesis penelitian ini yaitu terdapat hubungan
positif antara perilaku prososial dengan kebahagiaan. Subjek penelitian ini yaitu 81
anggota komunitas sosial di Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan yaitu Skala
Kebahagiaan dan Skala Perilaku Prososial. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara perilaku prososial dengan kebahagiaan
(r = 0,722; p = 0,000 (p = < 0,01)). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini diterima bahwa terdapat hubungan antara perilaku prososial dengan
kebahagiaan.
Terkait dengan hasil fenomena diatas dan referensi-referensi yang telah dibaca
oleh peneliti, maka muncul permasalahan, apakah ada hubungan antara perilaku prososial
dengan kebahagiaan? Dan berdasarkan rumusan masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Perilaku Prososial dengan
Kebahagiaan Pada Mahasiswa di Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Adakah Hubungan antara perilaku prososial dengan kebahagiaan pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk Mengetahui
Hubungan perilaku prososial dengan kebahagiaan.

D. Manfaat
a. Aspek Teoritis
Manfaat teori dari penelitian ini yaitu dapat menjadi referensi bagi pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya ilmu psikologi sosial mengenai hubungan perilaku
prososial dengan kebahagiaan, serta pengembanan teori teori yang sudah ada terkait
dengan prososial dan kebahagiaan.
b. Aspek Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membuat pihak terkait meningkatkan
kebahagiaannya, terutama dengan melakukan perilaku prososial serta pihak terkait
mampu lebih memahami kebahagiaan secara mendalam dan memandang kebahagiaan
lebih luas dengan hal tersebut. Sehingga pihak terkait tidak matang secara akademis
saja tetapi juga matang dalam bersikap.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Kebahagiaan
Kebahagiaan timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, dan merupakan
penyebab atau sarana untuk menikmati. Kebahagiaan dapat diraih apabila kebutuhan
serta harapan dapat diraih. Melalui pemenuhan tersebut, individu akan mendapatkan
kepuasan sebagai tanda kebahagiaan. Kepuasan yang dirasakan membuat individu dapat
menikmati kehidupannya dengan tenang dan damai (Hurlock, 1997).
Kebahagiaan adalah tujuan bagi setiap manusia. Kebahagiaan adalah sesuatu hal yang
menyenangkan, suka cita, membawa kenikmatan serta tercapainya sebuah tujuan.
Kebahagiaan pada tiap orang memang berbeda, karena kebahagiaan adalah hal yang
subjektif. Kebahagiaan tiap individu berbeda satu sama lain meskipun mengalami
kejadian yang sama. Kebahagiaan pada tiap individu tergantung pada pemaknaan dan
memahami kebahagiaan (Lukman, 2008).
Kebahagiaan merupakan suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan dan
ketentraman hidup secara lahir dan batin yang bermakna untuk meningkatkan fungsi diri.
Kebahagiaan membuat individu memiliki kepribadian yang sehat. Suasana hati yang
positif dapat membuat individu lebih obyektif menyikapi sesuatu, kreatif, toleran, tidak
defensif, murah hati dan lateral atau mampu memecahkan masalah secara kreatif (Yulia
Woro Puspitorini, 2012)
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi kebahagiaan
(happiness) dalam penelitian ini adalah kesenangan dan ketenteraman hidup secara lahir
dan batin yang diraih melalui kepuasan pemenuhan kebutuhan dan harapan yang
digunakan untuk meningkatkan fungsi diri. Kepuasan yang didapatkan individu
merupakan suatu pertanda bahwa individu bahagia. Semakin individu merasa puas, maka
individu semakin bahagia.

B. Aspek-Aspek Kebahagiaan
Terdapat tiga aspek yang terkandung di dalam kebahagian menurut Hurlock
(1997) yaitu berupa:
a. Sikap menerima (acceptance)
kebahagiaan adalah bagaimana individu memandang keadaan diri sendiri
dan bukan membandingkan dengan milik orang lain. Kebahagiaan bergantung
pada sikap menerima dan menikmati keadaan orang lain dan apa yang dimiliki,
serta mempertahankan keseimbangan antara harapan dan prestasi.
b. Kasih sayang (affection)
Kasih sayang merupakan hal yang normal yang dialami manusia. Kasih sayang
muncul dari sikap penerimaan orang lain terhadap diri sendiri. Semakin diterima
baik oleh orang lain, maka semakin banyak kasih sayang yang diharapkan.
Dengan semakin banyak kasih sayang yang dirasakan, maka semakin banyak pula
kebahagiaan yang dialami individu.
c. Prestasi (achievement)
Prestasi adalah ketercapaiannya sebuah tujuan seseorang. Kebahagiaan akan
tercipta seiring dengan prestasi yang diraihnya. Jika individu memiliki tujuan
yang kurang realistis, maka akan menimbulkan kegagalan yang berakibat
timbulnya rasa tidak puas dan tidak bahagia.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kebahagiaan


Kebahagiaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Hurlock (1997),
yaitu sebagai berikut:
a. Kesehatan
Kesehatan yang baik memungkinkan individu untuk melakukan apa yang
diinginkan. Namun, hal yang sebaliknya terjadi jika kesehatan buruk terjadi. Hal
tersebut akan berdampak pada kepuasan hidup dan kebahagiaannya.
b. Daya tarik fisik
Daya tarik fisik merupakan salah satu alasan seseorang individu diterima
oleh orang lain. Melalui daya tarik fisik, prestasi dapat diraih.
c. Tingkat otonomi
Semakin besar otonomi yang dapat dicapai, semakin besar kesempatan
untuk memperoleh kebahagiaan. Adanya kesempatan, merupakan bentuk
beraktualisasi dalam upaya pencapaian harapan dan meraih kebahagiaan.
d. Kesempatan-kesempatan interaksi di luar keluarga
Individu akan merasa lebih bahagia jika dapat berinteraksi dengan orang-
orang di luar lingkungan keluarga. Individu yang berbahagia memiliki lebih
banyak teman dibandingkan dengan mereka yang tidak bahagia. Melalui
interaksi, akan terjadi hubungan timbal balik, sehingga timbul eksistensi individu
di masyarakat.
e. Jenis pekerjaan
Semakin rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk
otonomi dalam pekerjaan, maka akan semakin kurang memuaskan atau kurang
membahagiakan.
f. Status kerja
Dalam sebuah pekerjaan, semakin berhasil melaksanakan tugasnya, maka
akan semakin mendekati prestasi yang akan diraih. Hal tersebut akan
menimbulkan kepuasan dan kebahagiaan.
g. Kondisi kehidupan
Kondisi kehidupan yang memungkinkan seseorang mengadakan interaksi
yang baik dengan orang lain. Adanya interaksi memberikan kepuasan untuk
kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial. Kondisi kehidupan yang sesuai juga
akan membuat seseorang merasa nyaman dan bahagia.
h. Pemilikan harta benda
Kebahagiaan tidak hanya dari banyaknya harga yang dimiliki, namun dapat
berasal dari rasa kepemilikan atas apa yang dimiliki. Selain itu adanya rasa
bersyukur dengan apa yang dimiliki akan semakin membuat bahagia seseorang.
i. Keseimbangan antara harapan dan pencapaian
Kebahagiaan akan tercapai apabila harapan-harapan yang realistis dapat
tercapai tujuannya.
j. Penyesuaian emosional
Individu yang dapat menyesuaikan diri dan bahagia akan lebih mampu
menahan emosi negatifnya.
k. Sikap terhadap periode usia tertentu
Perasaan bahagia yang akan dialami pada usia tertentu sebagian ditentukan
oleh pengalaman sendiri bersama orang lain pada waktu kanak-kanak dan
pengaruh stereotip budaya.
l. Realisme dari konsep diri
Individu yang memiliki keyakinan lebih, namun ternyata gagal dalam
pencapaian suatu tujuan, akan lebih mungkin mengalami ketidakbahagiaan.
m. Realisme dari konsep-konsep peran
Individu cenderung menginginkan peran yang akan dimainkan pada usia
tertentu di masa depan. Jika peran tersebut tidak tercapai di masa mendatang,
maka akan mungkin terjadi ketidakbahagiaan. Selain itu, pada masa kanak-kanak
dan remaja, mereka cenderung menginginkan peran yang kurang realistis.
Sehingga pada masa-masa tersebut akan menimbulkan perasaan kurang bahagia.

D. Teori Mengenai Kebahagiaan


a. Grand theory
Kebahagiaan timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, dan merupakan
penyebab atau sarana untuk menikmati. Kebahagiaan dapat diraih apabila
kebutuhan serta harapan dapat diraih. Melalui pemenuhan tersebut, individu akan
mendapatkan kepuasan sebagai tanda kebahagiaan. Kepuasan yang dirasakan
membuat individu dapat menikmati kehidupannya dengan tenang dan damai
(Hurlock, 1997).

b. middle range theory

Kebahagiaan adalah tujuan bagi setiap manusia. Kebahagiaan adalah sesuatu


hal yang menyenangkan, suka cita, membawa kenikmatan serta tercapainya
sebuah tujuan. Kebahagiaan pada tiap orang memang berbeda, karena
kebahagiaan adalah hal yang subjektif. Kebahagiaan tiap individu berbeda satu
sama lain meskipun mengalami kejadian yang sama. Kebahagiaan pada tiap
individu tergantung pada pemaknaan dan memahami kebahagiaan (Lukman,
2008).

c. specific theory
Kebahagiaan merupakan suatu keadaan pikiran atau perasaan kesenangan dan
ketentraman hidup secara lahir dan batin yang bermakna untuk meningkatkan
fungsi diri. Kebahagiaan membuat individu memiliki kepribadian yang sehat.
Suasana hati yang positif dapat membuat individu lebih obyektif menyikapi
sesuatu, kreatif, toleran, tidak defensif, murah hati dan lateral atau mampu
memecahkan masalah secara kreatif (Yulia Woro Puspitorini, 2012)

E. Definisi Perilaku Prososial


Perilaku prososial merupakan perilaku menguntungkan orang lain yang dilakukan
secara sukarela dan tanpa keuntungan yang nyata bagi orang yang memberikan
bantuan (Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Perilaku prosoisal merupakan hasrat untuk
menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan sendiri (Myers, 2010).
Perilaku menolong atau prosisal dapat mencakup bentuk tindakan yang dilakukan
atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan motif-motif si
penolong (Mahmudah, 2012).
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi prososial
merupakan segala perilku (tindakan) yang dilakukan seseorang yang dilakukan
secarasukarela untuk menyongkong kesejahtraan orang lain baik fisik maupun psikis
tanpa memikirkan kepentingan sendiri.

F. Aspek-Aspek Perilaku Prososial


Ada beberapa aspek-aspek perilaku prososial meliputi menurut Munssen, dkk
(Nashori, 2008) yaitu:
a) Menolong, yaitu membantu orang lain dengan cara meringankan beban fisik atau
psikologis orang tersebut.
b) Berbagi rasa, yaitu kesediaan untuk ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain.
c) Kerjasama, yaitu melakukan pekerjaan atau kegiatan secara bersama-sama
berdasarkan kesepakatan untuk mencapai tujuan bersama.
d) Menyumbang, yaitu berlaku murah hati kepada orang lain.
e) Memperhatikan kesejahteraan orang lain, yaitu peduli terhadap permasalahan orang
lain.
G. Faktor-Faktor yang Mempengauhi Perilaku Prososial
faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu: (Dayakisni &
Hudaniah, 2009)
a. Self-Gain
Harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu.
b. Personal Values and Norm
Adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diintegrasikan oleh individu selama
mengalami sosialisasi dan sebagai nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan
tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan serta
adanya norma timbal balik.
c. Empathy
Kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau penglaman orang lain.
Kemampuanuntuk empati ini erat kaitannya dengan pengambilan peran. Jadi
prasyarat untuk mampu melakukan empati, individu harus memiliki kemampuan
untuk melakukan pengambilan peran.

G. Teori Mengenai Prososial


a. Grand theory
Perilaku prososial merupakan perilaku menguntungkan orang lain yang
dilakukan secara sukarela dan tanpa keuntungan yang nyata bagi orang yang
memberikan bantuan (Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Perilaku prosoisal
merupakan hasrat untuk menolong orang lain tanpa memikirkan kepentingan
sendiri (Myers, 2010).
b. middle range theory
Perilaku menolong atau prosisal dapat mencakup bentuk tindakan yang
dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain, tanpa mempedulikan
motif-motif si penolong (Mahmudah, 2012).

c. specific theory
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi prososial
merupakan segala perilku (tindakan) yang dilakukan seseorang yang dilakukan
secarasukarela untuk menyongkong kesejahtraan orang lain baik fisik maupun
psikis tanpa memikirkan kepentingan sendiri.

H. Keterkaitan Antara Kedua Variabel


Menolong orang lain dapat meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan
individu. Walker (2007) mengemukakan terdapat hubungan yang menarik antara
kebahagiaan dengan perilaku menolong (perilaku prososial), orang yang sering
melakukan perilaku prososial adalah orang yang sering bahagia, sementara orang yang
mengejar kebagiaan bagi dirinya sendiri bukan orang yang paling bahagia, melainkan
orang yang peduli terhadap orang lainlah yang paling bahagia. Oleh karena hal tersebut
peneliti menyimpulkan bahwa perilaku prososial dapat mempengaruhi kebahagiaan
individu.

I. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Berfikir
Bagan Kerangka Berfikir

Prososial Kebahagiaan
Keterangan:
Merah: Variabel Independent
Hitam: Variabel Dependent

J. Hipotesis
H0 : tidak ada Hubungan antara perilaku prososial dengan kebahagiaan pada mahasiwa di
Kota Makassar.
Ha : Adanya Hubungan antara perilaku prososial dengan kebahagiaan pada mahasiwa di
Kota Makassar.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel dua arah.
(A)Variabel Terikat (Y) : Prososial
(B)Variabe Bebas (X) : Kebahagiaan

B. Operasionalisasi Variabel

a. Variabel Independen
Prososial merupakan segala perilku (tindakan) yang dilakukan seseorang
yang dilakukan secarasukarela untuk menyongkong kesejahtraan orang lain
baik fisik maupun psikis tanpa memikirkan kepentingan sendiri.
b. Variabel Dependent
kebahagiaan merupakan kesenangan dan ketenteraman hidup secara lahir
dan batin yang diraih melalui kepuasan pemenuhan kebutuhan dan harapan
yang digunakan untuk meningkatkan fungsi diri. Kepuasan yang didapatkan
individu merupakan suatu pertanda bahwa individu bahagia. Semakin individu
merasa puas, maka individu semakin bahagia.

B. Populasi dan Sample


a. Populasi
Populasi merupakan sekelompok subjek yang akan dijadikan untuk
generalisasi hasil penelitian. Sekelompok subjek ini mempunyai ciri atau
karakteristik bersama yang dapat membedakan dari kelompok subjek yang lain.
Karakteristik ini dapat berasal dari karakteristik individu dan tidak terbatas hanya
pada ciri lokasi. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mahasiswa
perguruan tinggi (Azwar, 2016).

b. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melibatkan


mahasiswa dan mahasiswi aktif salah satu perguruan tinggi di Makassar. Jumlah
sampel secara yang akan digunakan secara keseluruhan yaitu sebesar 46
makasiswa.

a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


fenomena alam ataupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2010). Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan skala. Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala likert. Skala Likert merupakan skala yang paling banyak digunakan
dalam penyusunan skala. Skala ini pertama kali digunakan untuk skala sikap
seperti motivasi berprestasi, kepuasan kerja, komitmen organisasi, kepercayaan
diri, dan efikasi diri.

Dalam skala Likert, terdapat dua jenis item, yaitu favorable (F) dan
unfavorable (UF). Pemberian skor pada favorable biasanya “1, 2, 3, 4, 5”
sedangkan pemberian skor pada unfavorable kebalikan dari favorable, yaitu “5, 4,
3, 2, 1” (Periantalo dan Jelpa, 2015). Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini adalah skala kebahagiaan dan skala perilaku prososial. Peneliti menyusun
instrumen pengumpulan data yang diperlukan untuk mengumpulkan data.

Tabel 3.1 Blue Print Skala Body Disstasfaction

VARIABEL ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL


FAV UNFAV
PERILAKU
Tingkat Acceptance Sikap menerima 2,4 1,3 37,5%
Kebahagiaan keadaan
Mempertahankan 6,8 5,7
harapan
Menikmati keadaan 10,12 9,11
orang lain dan apa
yang dimiliki
Affection Mendapatkan 14,16 13,15 37,5%
kepuasan dari diri
sendiri
Mendapatkan kasih 18,20 17,19
sayang dari teman
Mendapatkan kasih 22,24 21,23
sayang dari keluarga

Achievement Pencapaian prestasi 26,28 25,27 25%


Pencapaian tujuan 30,32 29,31
Total 100%

Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku Diet

VARIABEL ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL


FAV UNFAV
Perilaku Menolong Membantu orang 1, 21 11, 35 20%
Prososial lain.
Meringankan beban 2, 40 12, 22 20%
orang lain.
Berbagi rasa Memahami perasaan 3, 23 13, 34 20%
orang lain.
Merasakan apa yang 4, 24 14, 36 20%
dirasakan orang lain.
Kerjasama Gotongroyong. 5, 25 15, 37 20%
Keikutsertaan dalam 6, 26 16,33 20%
suatu kegiatan.
Menyumban Murah hati. 7, 27 17, 38 20%
Mudah memberi. 8, 28 18,39 20%
g
Mempertimb Peduli terhadap 9, 29 19, 31 20%
angkan orang lain.
Mendahulukan 10, 30 20, 32 20%
kesejahtraan
kepentingan orang
orang lain
lain.
Jumlah 100%

E. Teknik Analisis Data


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengujiasumsi bahwa data yang akan
dianalisis terdistribusi secara normal atau tidak.Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan formula saphiro-wilk dengan bantuan program SPSS 25.0 for
Windows.Dengan taraf signifikan yang digunakan sebesar 0,05 yaitu jikaP>0,05
maka sebarannya dinyatakan normal sedangkan P ≤ 0,05dinyatakan tidak normal
(Sugiono, 2014).

a. Uji Linearitas
Uji linearitas merupakan jenis analisis datayang bertujuan untuk menguji
asumsi bahwa data yang digunakan memilikihubungan yang linear atau tidak.
Perhitungan data meliputi uji prasyarat dananalisis korelasi dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS23.0 for Windows.Taraf yangdigunakan
dalam uji linearitas hubungan antara variabel bebas danvariabel terikat pada
penelitian ini adalah taraf signifikansi = 0,000 (≤0,05). Jika p > 0.05 maka
hubungan antara keduanya adalahl inear dan sebaliknya apabila p ≤ 0.05 maka
hubungan antara keduavariabel tidak linear (Sugiyono, 2014).

b. Uji Hipotesis
Jenis uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
spearman dengan bantuan SPSS 25,0 for windows. Teknik teknik spearman
digunakanuntuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua
variablebila kedua data variable berbentuk interval atau ratio, dan sumber data
sama (Sugiyono, 2014).

F. Tahapan Penelitian
1. Persiapan
Sebelum mengumpulkan data, peneliti terlebih dahulu memiminta ijin kepada peneliti
sebelumnya pada masing masing variabel yaitu Skala Prososial dan Kebahagiaan.
Setelah mendapatkan ijin penelini kemudian menyebarkan skala melakui google
form.
2. Pengumpulan data
Proses pengambilan data tidak dapat dilakuakan secara langsung karena melihat
kondisi yang tidak memungkinkan akibat Covid-19 sehingga pengumpulaan data
pada penelitian ini dilakukan melalui google form pada tanggal 8-27 Mei 2021.
Peneliti kemudian menyebarkan link google form melalui media sosial seperti
whasapp dan instagram. Sebanyak 50 responden yang berpartisipasi untuk mengisi
skala yang disebar oleh peneliti.
3. Analisis Data
Data yang telah rampung dianalisis pada tanggal 28 Mei 2021. Peneliti memasukkan
data ke dalam tabulasi dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dengan
jumlah responden 50 orang.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Deskripsi Subjek
Subjek pada penelitian ini sebanyak mahasiswa aktif yang berada di kota makassar
berusia 17 – 21 tahun yang berdomisili di Kota Makassar. Adapun data demografi
subjek yaitu usia,jenis kelamin,suku. Berikut ini adalah pengambaran dari kategori
tersebut.

Tabel 4.1 Usia subjek penelitian

Usia Frekuensi Persentase (%)


17 tahun 2 4
18 tahun 7 14
19 tahun 18 36
20 tahun 16 32
21 tahun 7 14

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dari 50 subjek, terdapat 5


kategori usia yaitu 17 tahun (4%), 18 tahun(14%), 19 tahun (36%), 20 tahun(32%),
dan 21 tahun(14%). Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa subjek di
dominasi oleh remaja akhir yang berusia 19 tahun.

Tabel 4.2 Jenis kelamin Subjek penelitian

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-Laki 27 54
Perempuan 23 46

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dari 50 subjek yang


berpartisipasi pada penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin Laki-laki dibanding
jenis kelamin Perempuan (54%).

Tabel 4.3 Suku Subjek Penelitian

Suku Frekuensi Persentase (%)


Bugis 12 24
Jawa 1 2
Mandar 1 2
Makassar 29 58
Mamasa 2 4
Toraja 3 5
Bekasi 1 2
Kaili 1 2

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dari 50 subjek, terdapat 8


kategori suku yaitu berasal dari suku bugis 12 subjek (24%), berasal dari suku jawa 1
subjek, berasal dari suku mandar 1 subjek (2%), berasal dari suku makassar 29 subjek
(58%), berasal dari suku mamasa 2 subjek (4%), berasal dari suku toraja 3 subjek
(5%),berasal dari suku bekasi 1 subjek (2%), dan berasal dari suku kaili 1 subjek
(2%)Dengan demikian, maka disimpulkan, bahwa suku yang mendominasi adalah suku
Makassar.

2. Hasil Uji Asumsi


a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
dalam penelitian ini berdisteribusi secara normal atau tidak. uji normalitas ini
dianalisis menggunakan SPSS 22 for windows. Kaidah yang digunakan untuk
mengetahui normalitas seberan data ini yaitu dengan melihat nilai signifikasi.
Peneliti melihat signifikasi pada tabel kolmogrov smirnov karena subjek dalam
penelitian lebih dari 50 orang. Apabila sig > 0,05 maka sebaran dikatakan
berdistribusi normal. Apabila sig < 0,05 maka sebaran dikatakan berdistribusi
tidak normal.
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test

Kolmogorov-Smirnov Test
Variabel Keterangan
Unstandardized Residual

Prososial dan 0.200 Data terdistribusi


Kebahagiaan normal
Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa jika melihat Kolmogorov-
Smirnov Test nilai sig sebesar 0.200. Dengan demikian, disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas mempunyai
hubungan yang linear dengan variabel terikat.
Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas

Anova Sig.
Prososial dan Linearity 0,004
Deviation from 0,180
Kebahagiaan
Linearity

Berdasarkan hasil analisis diatas menunjukkan bahwa nilai signifikansi linearity


sebesar 0,004 yang berarti hubungan antar variabel dapat dijelaskan menggunakan
model linear. Nilai signifikansi deviation from linearity adalah 0,180 berarti
hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen adalah linear.

a. Hasil Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat pada tabel anova. Hasil
yang diperolah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis

Variabel Correlations Prososial Kebahagiaan


Body Pearson Correlation 1 ,387**
Sig. (2-tailed) - ,005
Disstasfaction
N 50 50
Perilaku diet Correlation
,387** 1
Coefficient
Sig. (2-tailed) ,005 -
N 50 50
Uji normalitas yang dianalisis menggunakan spss 22.0 for windows. Berdasarkan
hasil analisis menunjukkan bahwa dengan melihat Kolmogorov-Smirnov Test nilai sig
sebesar 0.200 Dengan demikian, disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
Uji linearitas yang dianalisis menggunakan spss 22.0 for windowns. Dan
berdasarkan hasil analisis menunjjukan bahwa nialai signifikasi linearity sebesar 0,004
yang berarti hubungan antar variabel dapat dijelaskan menggunakan model linear. Nilai
signifikansi deviation from linearity adalah 0,180 berarti hubungan antar variabel
dependen dengan variabel independen adalah non-linear.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat diketahui bahwa
tingkat kebahagian pada mahasiswa di Kota Makassar berada pada kategori sedang,
sedangkan tingkat Perilaku prososial berada pada kategori sedang. Sedangkan nilai
koefisien korelasi sebesar 0,422 yang berarti > 0,01. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
Ha di terima dan Ho di tolak dan terdapat hubungan positif antara perilaku prososial
dengan kebahagiaan pada mahasiswa di Kota Makassar. Artinya semakin tinggi tingkat
prososial maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan pada mahasiswa, begitu pula
dengan semakin rendah tingkat kebahagiaan, maka semakin rendah juga tingkat perilaku
prososial mahasiswa.

C. Keterbatasan Penelitian
Setelah dilakukan pembahasan terhadap hasil penelitian, peneliti menyadari
bahwa penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini yaitu
peneliti tidak memiliki banyak waktu untuk membuat dan menyebarkan skala, serta
penliti juga kesulitan mencari subjek dikarenakan universitas yang ada di Makassar di
liburkan selama masa pandemic, sehingga peneliti harus menggunakan google form
untuk menyebar skala.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
1. Tingkat kebahagian pada mahasiswa di Kota Makassar berada pada kategori sedang,
sedangkan tingkat Perilaku prososial berada pada kategori sedang.
2. Terdapat hubungan positif antara perilaku prososial dengan kebahagiaan pada
mahasiswa di Kota Makassar. Artinya semakin tinggi tingkat prososial maka
semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan pada mahasiswa, begitu pula dengan
semakin rendah tingkat kebahagiaan, maka semakin rendah juga tingkat perilaku
prososial mahasiswa.
Saran
Berdasarkan hasil secara keseluruhan dari penelitian ini, ada beberapa saran yang
peneliti berikan terkait dengan proses dan hasil penelitian ini. Adapun saran-saran yang
diberikan antara lain:
1. Bagi Mahasiswa di Kota Makassar
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan peneliti bahwa sebagian besar
mahasiswa di kota Makassar memiliki perilaku prososial dan tingkat kebahagiaan
dalam kategori sedang. Oleh karena itu bagi mahasiswa yang memiliki perilaku
prososial dan tingkat kebahagiaan yang sedang agar meningkatkannya dengan cara
lebih memanfaatkan apa yang dimilikinya secara positif sesuai dengan situasi dan
kondisi apapun yang dihadapi maupun yang akan di hadapi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya dapat memaksimalkan jumlah subjek yang digunakan
agar sesuai dengan standar atau kriteria yang seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA

Wirawan, E.H. (2010). Kebahagiaan Menurut Dewasa Muda Indonesia. Jakarta: Universitas
Tarumanagara.

Yulia Woro Puspitorini. (2012). Tingkah Laku Prososial dan Kebahagiaan. Skripsi Publikasi: Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.


Jakarta: Erlangga

Lukman, M. Edy.(2008). Bahagia Tanpa Menunggu Kaya. Jawa Timur: Kanzun Book
Asih, G. Y., & Pratiwi, M. M. S. (2010). Perilaku Prososial Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan
Emosi. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus.

Buono, A. F. (2013). Hubungan Antara Perilaku Prososial Dengan Kebahagiaan (Doctoral


dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

WARDHANI, M. A. K. (2016). Hubungan Antara Perilaku Prososial dengan Kebahagiaan Anggota


Komunitas Sosial (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).

Walker, M. (2007). Happy People Pills and Prosocial Behaviour. Philosophica 79 (2007) pp. 93-111.

Myers, D. G. (2013). Psychology Ninth Edition in Modules. In Journal of Chemical Information and
Modeling. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Puspitorini, Y. W. (2012). TINGKAH LAKU PROPOSIAL DAN KEBAHAGIAAN (Doctoral dissertation,


Prodi Psikologi Unika Soegijapranata).

Septian, L. H., Kurniati, F., & Tampubolon, A. C. (2021). Faktor Pengaruh Kebetahan Dan Kebahagiaan
Pada Ruang Yang Sering Digunakan Di Rumah. Tesa Arsitektur, Journal of Architectural
Discourses, 18(2), 104-116.

Myers, D. G. (2010). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

Nashori, Fuad. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung: PT Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai