Anda di halaman 1dari 15

MASA DEWASA DINI

PENYESUAIAN PRIBADI DAN SOSIAL


Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan
Dewasa dan Manula
Dosen Pengampu : Nuzul Ahadiyanto, M. SI

Disusun oleh kelompok 2


Nama :
1. Arnetta Dewi Camelia ( D20185001 )
2. Laila Anjumil Musyarrofah ( D20185009 )
3. Finasta Anastasia ( D20185034 )

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang


senantiasa melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dalam
penulisan makalah ini dapat segera di selesaikan. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. sebagai
pembawa kabar gembira bagi umat yang bertaqwa.

Makalah yang berjudul Masa Dewasa Dini ini disusun dalam


rangka memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dewasa
dan Manula. Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk membuat makalah dengan baik dan benar. Kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Nuzul
Ahadiyanto, M. SI selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Perkembangan Dewasa dan Manula.

Penulis banyak menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini,


masih belum sempurna dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Mudah
mudahan dengan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan serta wawasan kita tentang Psikologi Perkembangan Dewasa
dan Manula dengan lebih banyak lagi.

Jember, 09 Maret 2020


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa dewasa adalah masa dimana mulainya mencari jati diri atau
kemantapan dan masa reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah
dan kematangan emosional, perubahan nilai-nilai, punya tanggung jawab,
kematangan, kreativitas dan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
Dewasa secara etimologi adalah organisme yang telah matang yang
lazimnya merujuk pada dewasa bukan anak-anak lagi dan telah menjadi
pria dan wanita. Dan secara istilah dewasa berarti sudah akil baligh.

Masa dewasa menurut hurlock disini dibagi menjadi tiga kelompok


yaitu pertama, masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai 40
tahun. Kedua, masa dewasa madya dimulai dari umur 40 tahun sampai 60
tahun. Ketiga, masa dewasa lanjut dimulai dari umur 60 tahun sampai
kematian.Hurlock mengkategorikan masa dewasa dini ada dua bagian ,
yaitu masa dewasa dini pada konteks penyesuaian pribadi dan sosial dan
masa dewasa dini pada konteks penyesuaian pekerjaan dan keluarga.

Masa dewasa dini merupakan masa yang penuh dengan masalah


dan konflik.orang dewasa dini diharapkan bisa memerankan peranan baru,
seperti peran suami istri, orang tua, pencari nafkah dan lain sebagainya.
Juga pada masa dewasa awal mulai membentuk kehidupan baru bersama
pasangan hidupnya. Mengembangkan karier untuk memenuhi ekonomi
keluarga. Oleh karena banyaknya peran baru diharapkan adanya persiapan
yang matang saat memasuki masa dewasa tersebut agar kita dapat melalui
masa dewasa dini dengan baik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud mobilitas sosial ?
2. Apa penyebab dari seseorang melakukan mobilitas sosial ?
3. Bagaimana cara seseorang dalam menyesuaikan peran seks pada masa
dewasa dini?
4. Apa saja hambatan dalam perkembangan pada masa dewasa dini?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mobilitas Sosial pada Masa Dewasa Dini

Dalam buku hurlock mobilitas di bedakan menjadi 2 yaitu :

1. Mobilitas geografis adalah berpindah dari satu tempat ke tempat lain.


Dalam bagian ini biasanya orang berpindah tempat dikarenakan tuntutan
pekerjaan atau karena ingin mencari suasana baru dari tempat yang lama
ke tempat yang baru.

2. Mobilitas sosial adalah berpindah dari satu kelompok sosial ke


kelompok sosial yang lain. Dalam hal ini biasanya orang berpindah
dikarenakan ingin menjadi kelompok yang lebih baik dari yang
sebelumnya akan tetapi tidak menutup kemungkinan orang juga berpindah
dikarenakan faktor ekonomi yang menurun sehingga menyebabkan
berpindah ke kelompok yang lebih rendah yang biasanya disebut dengan
mobilitas secara vertikal. Bisa juga orang berpindah ke kelompok yang
sama derajat sosialnya yang biasanya disebut dengan mobilitas secara
horizontal. Umumnya orang merasa kurang puas saat berpindah ke
kelompok yang sama apalagi ke jenjang sosial yang lebih rendah.1

Pria dan wanita umumnya mencapai status sosial dan ekonomi


yang paling tinggi pada usia dewasa di mulai dari umur 30 tahun sampai
keatas. Orang-orang lebih cenderung berusaha secepat mungkin untuk
dapat mencapai status yang mereke inginkan. Berikut merupakan kondisi-
kondisi yang memudahkan orang untuk meningkatkan mobilitas sosialnya:

1. Tingkat pendidikan yang tinggi merupakan dasar keberhasilan dari


individu di bidang profesi karena dapat terbukanya akses korelasi dengan
orang-orang yang lebih tinggi.

1
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1980), hlm 265
2. Menikah dengan orang yang statusnya lebih tinggi.

3. Uang, baik dari hasil dari kerja keras sendiri maupun dari warisan yang
digunakan untuk membeli rumah yang lebih bagus dan di lingkungan yang
lebih baik pula.

4. Lulusan dari perguruan tinggi yang ternama.

5. Mempunyai peran aktif dalam kegiatan-kegiatan golongan atas.

6. Hubungan keluarga sebagai katrol dalam bidang pekerjaan.

7. Menerima dan menerapkan kebiasaan, nilai dan lambang dari suatu


kelompok yang lebih tinggi.

Para pria umumnya naik ke jenjang sosial yang lebih tinggi karena usaha kerja
keras sendiri sedangkan wanita umumnya melalui perkawinannya dengan
pria yang berstatus sosial yang lebih tinggi atau mereka yang mau bekerja
sama melalui usaha dan prestasi pribadi. Daya tarik fisik adalah modal
yang paling penting bagi wanita dalam mobilitas sosial. Sedangkan pria
pendidikan lebih penting daripada penampilan fisik. 2

Sedangkan dalam jurnal yang saya temukan bahwa orang yang mengalami
mobilitas bukan hanya karena kondisi-kondisi di atas saja melainkan
adanya motivasi dan kepuasan kerja. Motivasi kerja dibutuhkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari supaya
semangat dalam bekerja. Dan kepuasan dalam bekerja yaitu berupa gaji
atau upah, hubungan dengan sesama rekan kerja, pemimpin yang bijaksana
dan faktor lain yang menjadi faktor puas atau tidaknya dalam bekerja.

Dari data yang si penulis temukan bahwa memang kebanyakan responden


melakukan mobilitas sosial di karenakan untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi yang semakin lama semakin naik dan karena tidak seimbanganya
antara upah dan pekerjaan yang mereka lakukan. Maka sebab itu
2
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1980), hlm : 266
responden banyak yang melakukan perpindahan kerja ke Unpad. Hal ini
dikarenakan bekerja di Unpad dianggap lebih baik daripada bekerja di
tempat yang sebelumnya sehingga banyak dari para responden yang
menyimpan harapan agar dalam pekerjaan yang baru mereka bisa merubah
nasibnya. Selain karena gaji atau upah yang memang lebih besar, bekerja
di Unpad juga memiliki imbalan-imbalan lainnya yang dirasa lebih
menguntungkan.

Para petugas K3L di Unpad setahun sekali diberikan thr dengan hitungan
sekali gaji yang didapatkan, mereka juga sering mendapatkan pinjaman
uang atau beras dari pihak Unpad yang bertanggung jawab untuk petugas
K3L, dan setahun sekali suka diadakan rekreasi bersama para petugas
K3L. Dari penuturan responden, mereka merasa betah dan senang bekerja
di Unpad karena hubungan antar rekan kerjanya sangat baik, dan suka
saling membantu satu dengan yang lainnya. Bentuk mobilitas sosial yang
dilakukan oleh para responden termasuk ke dalam mobilitas sosial
horizontal. Karena gerak sosial ini tidak membuat seseorang menjadi naik
kelas atau turun kelas, tetapi hanya membuat responden mengalami
perpindahan dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang
tingkatnya sederajat.

Berdasarkan dari penjelasan diatas maka, motivasi kerja berperan secara


tidak langsung terhadap keinginan pindah kerja melalui kepuasan kerja
yang dirasakan oleh pekerja. Motivasi kerja mempunyai peranan terhadap
kepuasan kerja. Selanjutnya kepuasan kerja itu sendiri merupakan faktor
yang mempunyai peranan terhadap keinginan pindah kerja, maka kepuasan
kerja yang dirasakan oleh seorang individu merupakan akibat dari motivasi
kerja yang dapat mempengaruhi seseorang berkeingan untuk berpindah
kerja atau mobilitas sosial.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi bekerja, yaitu


atasan yang bijaksana, rekan kerja yang meyenangkan dan mendukung,
kompensasi yang sesuai, dan pekerjaan yang sesuai dengan kepribadian.
Atasan yang bijaksana dan selalu memperhatikan pekerjanya akan lebih
disenangi, atasan yang seperti itu akan mencerminkan bagaimana kondisi
pekerjaan. Suasana kerja yang seperti ini akan membuat seseorang nyaman
dan betah dalam bekerja, diluar pekerjaan tersebut sesuai dengan
kepribadian dia atau tidak. Tetapi jika pekerjaannya sesuai, maka itu jauh
lebih baik dalam mendorong semangat seseorang dalam bekerja,
produktivitas akan meningkat, dan tujuan akan tercapai. Oleh karena itu,
kinerja perusahaan dapat dinilai dari motivasi kerja pegawainya.

Hal utama adalah gaji atau upah yang diberikan, jika hal tersebut diperhatikan
oleh perusahaan, maka motivasi kerja dapat meningkat sehingga kerja
pegawai juga meningkat. Demikian, seseorang tidak akan mempunyai
keinginan untuk berpindah kerja ketempat yang lain. Tetapi jika semua
faktor motivasi kerja tersebut tidak terpenuhi dalam diri seseorang, maka
wajar jika keinginan untuk pindah kerja itu muncul. Mengingat kebutuhan
yang semakin meningkat, dan biaya hidup yang semakin mahal, seseorang
pasti akan mencari pekerjaan yang jauh lebih baik dan terjamin untuk
memperbaiki nasib keluarga.

Dalam kehidupan bermasyarakat, mutlak adanya lapisan-lapisan atau kelas


sosial didalamnya. Orang-orang biasa menilai perbedaan tersebut menjadi
dua golongan, yaitu orang kaya dan orang miskin. Siapapun pasti tidak
ingin menjadi jatuh miskin, bahkan orang yang miskinpun ingin bangkit
untuk memperbaiki kehidupannya dengan melakukan mobilitias sosial.
Dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa para responden yang
memutuskan pindah bekerja sebagai petugas K3L di Unpad merupakan
usaha untuk melakukan mobilitas sosial tersebut. Dan bentuk mobilitas
sosial yang dilakukan adalah mobilitas sosial horizontal, yaitu gerak sosial
yang memungkinkan individu hanya berpindah dari kelompok sosial satu
ke kelompok sosial yang lainnya. Dalam mobilitas sosial ini seseorang
tidak menjadi naik ke kelas atas, juga tidak turun ke kelas bawah. Namun
dengan mobilitas sosial horizontal ini tetap dianggap sebagai usaha
seseorang dalam berusaha mengubah status sosialnya, meskipun tetap
tidak mendapatkan kedudukan.

B. Penyesuaian Peran Sex pada Masa Dewasa Dini

Jauh sebelum masa remaja berakhir anak laki-laki dan perempuan telah
menyadari pembagian peran sexs yang telah direstui mayarakat, tetapi
belum tentu mereka mau menerimanya sepenuhnya. Pada saat ini banyak
wanita yang menginginkan perkawinan bukan berdasar impian namun
berdasarkan kesadaran bahwa telah terjadi perubahan yang mencolok
dalam pola kehidupan orang dewasa. Sebagai contoh, para isteri sering
bekerja samapa suaminya menyelesaikan studinya atau telah mapan dalam
suatu bisnis agar mereka memperoleh berbagai macam lambang status
yang diinginkan yang tidak dapat dibeli andaikan istri ikut bekerja. Yang
paling penting adalah wanita muda sadar akan hilangnya “standar ganda”,
tidak hanya pada perilaku dalam seksual dan moral, tapi juga dalam
kehidupan sosial, bisnis dan profesi.

1. Konsep peran sexs dewasa

a. Konsep Tradisional

Lebih ditekankan pada suatu pola perilaku tertentu yang tidak


memperhitungkan minat dan kemampuan individu

1) Pria

Diluar rumah pria menduduki posisi yang berwenang dan berprestasi dalam
masyarakat dan dunia bisnis. Dirumah dia pencari nafkah, pemberi
keputusan, keputusan dan tokoh yang mendisiplinkan anak-anak.

2) Wanita

Baik diluar maupun di rumah, wanita lebih berorientasi untuk mendapat


kepuasan lewat pengabdian pada orang lain.
b. Konsep Egalitarian

a. Pria

Diluar maupun dirumah pria bekerjasama dengan wanita. Ia tidak merasa


dijajah istri bila ia memperlakukan sebagai rekan yang sederajat.
Begitupula ia tidak merasa malu jika istrinya memiliki pekerjaan yang
lebih berprestasi.

b. Wanita

Diluar maupun dirumah, wanita memiliki kesempatan mengaktualisasikan


potensinya. Ia tidak merasa bersalah apabila ia memanfaatkan
kemampuannya dan pendidikannya untuk kepuasan dirinya.

Kenyataannya konsep tradisional lambat taun mulai diganti dengan konsep


egalitarian, yaitu konsep yang menekankan pola yang serupa bagi pria
maupun wanita. Konsep persamaan ini telah diterima di antar kelompok
sosial termasuk kepada mereka yang dulunya berpegang teguh terhadap
peran wanita dan pria tradisional.3

C. Bahaya Personal dan Sosial pada Masa Dewasa Dini

Menurut buku Hurlock bahaya personal dan sosial pada masa dewasa dini itu
berasal dari kegagalan untuk menguasai beberapa atau sebagian besar
tugas perkembangan yang penting pada usia tersebut, yang mengakibatkan
seorang individu tampak belum matang dibanding dengan orang dewasa
muda lainnya. Secara bertahap, lewat prestasi dan harapan baru dari
kelompok sosial, sikap ketidakmatangan yang menandai awal periode ini
menghilang, digantikan oleh perkembangan yang lebih seimbang dan lebih
matang. Kegagalan dalam menguasai tugas-tugas perkembangan masa
dewasa dini yang mengakibatkan kegagalan memenuhi harapan sosial
dalam berbagai aspek perilaku mempengaruhi penyesuaian pribadi dan

3
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1980), hlm : 267
sosial seseorang. Contohnya, orang muda dengan minat yang kekanak-
kanakan yang gagal mengembangkan minat yang lebih matang oleh orang
lain dianggap tidak dewasa, dan sebagai akibat timbul berbagai perasaan
kecewa padanya. Kekecewaan ini adalah suatu sikap yang merupakan
pembawaan dari masa remaja. 4

Beberapa bahaya terhadap penyesuaian diri dan sosial yang sangat umum dan
sering muncul selama tahun-tahun awal akil baligh secara ringkas akan
dibahas di bawah ini.

• Bahaya fisik

Bahaya fisik adalah ancaman dan bahaya yang paling penting dan yang paling
umum pada masa dewasa awal dikarenakan bentuk fisik dan penampilan
kurang menarik akan mempersulit penyesuaian pribadi dan kehidupan
sosial. Adanya cacat fisik ini berbahaya bagi kehidupan sosial maupun
kehidupan pribadi suatu individu.

Dalam jurnal yang saya temukan bahwa penyandang tuna daksa salah satunya
di BBRSBD Surakarta yang berjumlah 128 tuna daksa. Ada yang bawaan
dari lahir dan akibat kecelakaan. Tuna daksa artinya adalah kerusakan,
kacacatan, ketidaknormalan pada bentuk tubuhnya atau kelainan fisik pada
tulang atau gangguan pada sendi atau otot yang mengakibatkan
kekurangan kapasitas normal individu untuk bergerak dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

Dampak psikologis penyandang tuna daksa tersebut adalah depresi, trauma,


marah, syok, stress, dan berpikir untuk bunuh diri. Faktor keluarga
memilki pengaruh besar dalam perkembangan kehidupan dan kualitas
penyandang disabilitas terutama pengaruhnya terhadap faktor psikologis.
Permasalahan psikologis yang dihadapi penyandang tuna daksa di
BBRSBD salah satunya adalah depresi. Berdasarkan teknik pengambilan

4
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, (Jakarta : Erlangga, 1980), hlm :269
sampel penelitian ini adalah purposive sampling didapatkan subjek
penelitian berjumlah 80 siswa. Penyandang tuna daksa bawaan lahir
berjumlah 40 siswa dan penyandang tuna daksa akibat kecelakaan
berjumlah 40 siswa.

Berdasarkan analisis data, tingkat depresi 40 subjek penyandang tuna daksa


bawaan lahir 7,38 tergolong kategori tidak ada gejala dan 40 subjek
penyandang tuna daksa akibat kecelakaan 11,10 tergolong pada kategori
rendah. Pada data awal penelitian ini menunjukkan asumsi bahwa depresi
pada kategori sedang/tinggi namun setelah penilitian menunjukkan tingkat
depresi tergolong rendah hal ini dikarenakan masa tinggal direhabilitasi
berbeda dengan masa tinggal pengumpulan data awal.

Hal ini sesuai dengan penelitian Bujawati dkk (2015) bahwa sebelum
menjalani proses rehabilitasi responden mengakui bahwa mereka pernah
merasa tidak adil dengan kedisabilitasannya dan merasa malu terhadap
orang lain, sehingga sulit bagi responden untuk bersosialisasi dengan
nyaman. Tetapi setelah mereka mengikuti proses rehabilitasi, banyak
perubahan dalam diri mereka. Mereka merasa lebih berharga setelah
dibekali ilmu dan keterampilan yang didapatkan dari kegiatan rehabilitasi.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Masa dewasa adalah masa dimana mulainya mencari jati diri atau
kemantapan dan masa reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah
dan kematangan emosional, perubahan nilai-nilai, punya tanggung jawab,
kematangan, kreativitas dan penyesuaian diri dengan lingkungan baru.
Pada masa ini seseorang memegang peranan penting.

Masa ini adalah masa peralihan dari masa remaja yang masih
bergantung menjadi masa dewasa yang menuntut untuk bisa mandiri.
Sehingga masa dewasa awal adalah masa yang paling penting dalam hidup
seseorang dalam masa berkeluarga dengan pasangan hidupnya dan meniti
karier untuk memenuhi kebutuhan. Dalam masa ini diharapkan seseorang
dapat menempatkan dirinya dalam berbagai situasi baik yang senang-
senang maupun dalam berbagai masalah yang rumit-rumit.

Daftar Pustaka

Elizabeth B. Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Rohmaniar, S dan Krisnani, h. 2018. Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Mobilitas Sosial Yang Dilakukan Petugal K3L Universitas Padjajaran.
Jurnal Pekerjaan Sosial. 1(2) : 44-53

Arianti,E.F dan Partini. 2017. Tingkat Depresi Ditinjau Dari Latar Belakang
Penyebab Kecacatan Dan Penyandang Tuna Daksa. Jurnal Ilmiah Psikologi. 2(2)

Anda mungkin juga menyukai