DosenPembimbing :
Nuram Mubina, M.Psi, Psikolog
Disusun Oleh :
ABSTRAK
Berangkat dari steorotip wanita di era ini yang menganggap bahwa kulit putih berarti
cantik dan menjadi dambaan kebanyakan wanita sehingga banyak wanita yang
membeli produk kecantikan dengan klaim dapat memutihkan kulit, hal itu
memungkinkan mereka mendapatkan kepuasan tersendiri. Banyak yang memiliki
persepsi bahwa warna kulit yang putih dapat meningkatkan rasa percaya diri, akibatnya
bagi wanita yang terlahir dengan warna kulit gelap akan memiliki kepercayaan diri
yang rendah sehingga dapat mempengaruhi harga dirinya. Hal ini berkaitan dengan
persepsi diri, yaitu proses pemaknaan dan pengetahuan diri sendiri. Jika seseorang
mempersepsikan warna kulitnya negatif maka dia akan dengan mudah
mempersepsikan negatif pula terhadap orang lain yang memiliki warna kulit yang
sama. Kepuasan hidup secara dapat diartikan sebagai penilaian terhadap kehidupan
secara umum dan bagian-bagian spesifik kehidupan individu salah satunya adalah
kepuasan diri sendiri. Pemahaman tentang diri sendiri dapat mempengaruhi penilaian
kita terhadap orang lain juga. Seseorang yang merasa puas dengan dirinya sendiri
termasuk dengan warna kulitnya akan memiliki indikator kesejahteraan secarfa psikos.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh persepsi dan kepuasan
warna kulit terhadap harga diri mahasiswi. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian non-eksperimental. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling dangen teknik pengambilan sampel
kuota. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswi Universitas Buana Perjuang
Karawang angkatan 2016, 2017, 2018, 2019. Jumlah sampel penelitian adalah 150
responden. Variabel independen yaitu persepsi dan kepuasan warna kulit, sedangkan
variabel dependen adalah harga diri. Data dikumpulkan dengan menggunakan
kuisioner. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji linieritas
dan uji hipotesis.
2.2 Persepsi
2.2.1 Definisi
Berdasarkan teori mengenai persepsi yang dikemukakan oleh seorang ahli yaitu
Robbins (2015, hlm. 103) bahwa "persepsi merupakan sebuah proses individu
mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk memberikan
pengertian pada lingkungannya.” Teori tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi
merupakan upaya untuk melihat pendapat atau pandangan dari seseorang terhadap
suatu keadaan yang terjadi di sekelilingnya dengan berdasarkan pada hal-hal yang
dapat dirasakan oleh dirinya.
Teori tersebut kemudian diperkuat oleh Wirawan (2013, hlm. 751) yang
mengemukakan bahwa “persepsi merupakan proses mengidentifikasi, mengorganisasi,
dan menginterpretasikan informasi yang ditangkap oleh pancaindra untuk melukiskan
dan memahaminya.” Pandangan tersebut semakin memperjelas bahwa suatu persepsi
akan timbul bila berbagai informasi yang ditangkap oleh indera penglihatan, indera
penciuman, indera pendengaran dan indera peraba telah diidentifikasi, kemudian
dirangkai (diorganisasikan) dan kemudian disimpulkan (interpretasi).
Persepsi sebagai suatu proses yang dijalankan oleh seorang individu untuk
memahami suatu hal dalam lingkungannya kembali dijelaskan oleh Rivai dan Mulyadi
(2013, hlm. 236) bahwa "persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk
mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan
makna bagi lingkungan mereka."
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu
proses yang diperlukan oleh manusia untuk dapat memahami serta menafsirkan hal-hal
yang terjadi di sekelilingnya.
Sebagai suatu upaya dan proses untuk memahami serta memberikan penafsiran
terhadap suatu situasi yang terjadi di lingkungan sekitarnya, persepsi menjadi penting
keberadaannya dalam kajian-kajian ilmu sosial terutama yang menyangkut perilaku
individu dan persepsi secara berbeda terkait suatu kondisi yang ideal. Persepsi
merupakan proses yang hampir bersifat otomatik dan persepsi bekerja dengan cara
yang hampir sama pada setiap individu. Namun demikian, persepsi setiap individu pasti
akan berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya.
Persepsi merupakan suatu hal yang wajar terjadi pada suatu komunitas atau
organisasi dan bahkan pada tataran lingkungan masyarakat yang selalu mengalami
dinamika sesuai dengan pernyataan Robbins dan Judge (2015, hlm. 103) bahwa
"persepsi penting bagi perilaku organisasi karena perilaku orang-orang didasarkan
pada persepsi mereka tentang realita apa yang ada, bukan mengenai realita itu sendiri.”
Berdasarkan pada pernyataan-pernyataan di atas, maka persepsi dapat diartikan
sebagai proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu. Persepsi merupakan proses
yang dimul ai dari penglihatan hingga terbentuknya suatu tanggapan yang terjadi dalam
diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu yang sedang terjadi pada
lingkungannya melalui indera.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Mustafa dan Maryadi (2017) Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses yang mempengaruhi persepsi.
Faktor tersebut adalah :
1. Semakin besar ukuran suatu obyek fisik, semakin besar
kemungkinan obyek tersebut dipersepsikan.
2. Intensitas. Semakin besar intensitas suatu stimulus semakin
besar kemungkinannya diperhatikan.
3. Frekuensi. Semakin sering frekuensi suatu stimulus
disampaikan, semakin besar kemungkinannya stimulus tersebut diperhatikan.
4. Kontras. Stimulus yang kontras atau menyolok dengan lingkungan sekelilingnya
kemungkinan
dipilih untuk diperhatikan atau semakin besar daripada stimulus yang sama
dengan lingkungannya.
5. Gerakan. Stimulus yang bergerak lebih diperhatikan dari pada
stimulus yang tetap atau tidak bergerak.
6. Perubahan. Suatu stimulus akan diperhatikan jika stimulus
atau obyek tersebut dalam bentuk yang berubah-ubah.
7. Baru. Suatu stimulius yang baru dan unik akan lebih cepat
mendapatkan perhatian dari pada suatu stimulus yang biasa dilihat.
Menggunakan Make up
Harga Diri
KD = koefisien determinasi
R = koefisien korelasi
3.6.5. Uji Kategorisasi
Peneliti melakukan kategorisasi di dalam penelitian ini berdasarkan
ketegorisasi jenjang (ordinal) dan kategorisasi bukan jenjang (nominal). Uji
kategorisasi ditunjukan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok
yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur
(Azwar, 2018). Kontinum terdiri dari tiga kategori, yaitu:
Dengan rumus:
𝜇 + 1,0𝜎 ≥ 𝑋 ≥ 𝜇 − 1,0𝜎
DAFTAR PUSTAKA