Anda di halaman 1dari 11

Pengantar

A. Gambaran Umum Kesehatan Mental


1. Pengertian

Menurut Semiun (2006) secara singkat dapat dikatakan ilmu kesehatan


mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Sama
seperti ilmu pengetahuan yang lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek
khusus untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Alexander Schneiders
mengatakan bahwa: “Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mengembangkan
dan menerapkan seperangkat prinsip yang praktis dan bertujuan untuk
mencapai

2. Teori Kesehatan mental


A. Teori Kesehatan Mental Aliran Psikoanalisa
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikonalisa. Menurutnya
pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sember perilaku yang tidak
normal/menyimpang. Dalam psikologi Freudian, ketiga tingkat kehidupan mental
ini dipahami, baik sebagai proses maupun lokasi. Tentu saja, keberadaan lokasi
dari ketiga tingkat tersebut bersifat hipotesis dan tidak nyata ada di dalam tubuh.
Sekalipun demikian, ketika membahas alam tidak sadar, Freud melihatnya sebagai
suatu alam tidak sadar sekaligus proses terjadi tanpa disadari
a. Sadar dan ketidaksadaran
Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang
nampak. Kesadarn itu merupak bagian kecil dari kepribadian.
Ketidak sadaran merupakan bagian kecil dari gunung es dibawah
permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku
manusia. Dalam preconcius (prasadar) stimulus-stimulus belum
direpres,sehingga dengan mudah dimunculkan kembali dalam
kesadaran.
Selanjutnya Freud mempunyai pandangan bahwa kepribadian terdiri
dari Id,Ego,Superego

 Id : Satu-satunya komponen yang hadir sejak lahir. Instink


dorongan atau keinginan yang hadir sejak lahir (kebutuhan
makan,minum dan seks) bersifat subjektif.
 Ego : Penjembatan antara id dan superego, atau pemuas id dengan
cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Memperoleh energi
dari id, mengetahui dunia subjektif dan objektif
 Superego : Norma-norma,pedoman untuk membuat penilaian. Kata
hati (menghukum tingkah laku yang salah) dan ego ideal (yang
mengajarkan tingkah laku yang baik)
b. Insting dan Kecemasan

Insting merupakan kumpulan hasrat atau keinginan (wishes). Tujuan dari


insting-insting adalah mereduksi ketegangan (tension reducttion) yang dialami
sebagai suatu kesenangan. Insting terdiri dari insting hidup (life instinct) dan
insting untuk mati (death instinct).
Kecemasan mempunyai peranan sentral dalam teori psikonalisis,
kecemasan digunakan oleh ego sebgai isyarat adanya bahaya yang mengancam.
Ada tiga macam kecemasan yaitu :
 Kecemasan objektif
Merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutuan terhadap
bahaya yang nyata.
 Kecemasan neorotik
Kecemasan atau rasa takut akan mendapatkan hukuman atas
keinginan yan implus
 Kecemasan moral
Kecemasan yang berkaitan dengan moral. Misalnya,seseorang
merasa cemas karena melanggar moral-moral.
c. Mekanisme Pertahanan
Bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak
dapat dibenarkan oleh super ego dan ego. Mekanisme ini berfungsi untuk
melindungi superego dan ego dari ancaman dorongan primitif yang mendesak
terus karena tidak diijinkan muncul oleh superego. Sembilan mekanisme
pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah Represi, Proyeksi,
Pembeentuksn Reaksi (reaction formation), Penempatan Yang Keliru
(Displacement), Fiksasi, Regresi, Rasionalisasi, Sublimasi, dan Identifikasi

B. Teori Kesehatan Mental Aliran Behavioristik


Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon).
Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras
bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-
kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri
pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Teori behavioristik adalah proses belajar serta peranan lingkungan yang
merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan perilaku dan semua
bentuk tingkah laku manusia. Pavlov, Skinner, dan Watson dalam berbagai
eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya pengaruh lingkungan
terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah laku yang tidak
dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari lingkungan.
Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen
dari perilaku
2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang
tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku
yang bersifat bawaan.
3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada
perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang.

C. Teori Kesehatan Mental Aliran Humanistik


Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam
tahun 1950-an. Aliran humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog
terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk
mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja
mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan
memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan
benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon
pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman
masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi
setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik
menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri dan mengatualisasikan diri.
Menurut Abraham Maslow Orang yang sehat secara Psikologis adalah
orang yang terpenuhi akan kebutuhan-kebutuhan ini
1) Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
2) Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs / the security needs)
3) Kebutuhan rasacinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
4) Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)

3. Gangguan Mental
Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik
cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala
penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di adalm satu
atau lebih fungsi yang penting dari manusia. Sebagai tambahan,
disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah disfungsi dalam segi perilaku,
psikologik, atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak
di dalam hubungan orang dengan masyarakat (Maslim, 2001)
Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa di dalam
konsep gangguan mental (mental disorder) terdapat butir-butir sebagai
berikut:
1) Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa:
 Sindrom atau pola perilaku
 Sindrom atau pola psikologik
2) Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress),
antara lain berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram,
terganggu, disfungsi organ tubuh, dll
3) Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability)
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan
diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll). (Maslim,
2001).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan mental (mental
disorder) adalah ketidakmampuan seseorang atau tidak berfungsinya segala
potensi baik secara fisik maupun phsikis yang menyebabkan terjadinya
gangguan dalam jiwanya
Konsep dasar kesehatan mental

1. Sehat / Tidak Sehat


Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga
sangat sulit memberikan batasan yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akan
tetapi, meng- amati fenomena tersebut, maka diyakini taraf kesehatan seseorang
dapat ditingkatkan bahkan dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari Gerakan
Kesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya memandang bagaimana seseorang
sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan
seseorang menjadi lebih optimal (Dewi, 2012).

Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan


tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap
hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi inter-
personal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut
Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki
kemampuan untuk menahan diri, menunjuk- kan kecerdasan, berperilaku
dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang
bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua
sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu
ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik
individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti:
kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang
kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).
Menurut Semiun (2006) kesehatan mental tertentang dari yang baik
sampai dengan yang buruk, dan setiap orang akan mengalaminya. tidak sedikit
orang, pada waktu-waktu tertentu mengalami masalah-masalah kesehatan mental
selama rentang kehidupannya. Fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan, sikap,
pandangan dan keyakinan hidup, harus dapat saling membantu dan bekerjasama
satu sama lain sehingga dapat dikatakan adanya keharmonisan yang menjauhkan
orang dari perasaan ragu dan terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin
(konflik).
Karakteristik mental yang sehat :

 Dapat menyesuaikan diri


 Terhindar dari gangguan jiwa
 Memanfaatkan potensi semaksimal mungkin
 Tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain

Karakteristik mental tidak sehat :

 Perasaan tidak nyaman


 Perasaan tidak aman
 Kurang memiliki rasa percaya diri
 Kurang memahami diri
 Kurang mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
 Ketidakmatangan emosi
 Kepribadiannya terganggu

2. Paradigma Kesehatan Mental


Prinsip-prinsip dalam memahami Kesehatan Mental telah diungkap
Schneiders sejak tahun 1964 (Dewi, 2012), yang mencakup tiga hal :
Pertama, 11 prinsip yang didasari atas sifat manusia, yaitu:
1. Kesehatan dan penyesuaian mental tidak terlepas dari kesehatan fisik
dan integritas organisme.
2. Dalam memelihara kesehatan mental, tidak terlepas dari sifat manusia
sebagai pribadi yang bermoral, intelek, religius, emosional, dan sosial.
3. Kesehatan dan penyesuaian mental memerlukan integrasi dan
pengendalian diri, meliputi: pengendalian pemikiran, imajinasi, hasrat,
emosi dan perilaku.

4. Memperluas pengetahuan diri merupakan keharusan dalam pencapaian


dan memelihara kesehatan mental.
5. Kesehatan mental memerlukan konsep diri yang sehat, meliputi:
penerimaan dan usaha yang realistik terhadap status dan harga diri.
6. Pemahaman dan penerimaan diri harus ditingkatkan dalam usaha
meningkatkan diri dan realisasi diri untuk mencapai kesehatan mental.
7. Stabilitas mental memerlukan pengembangan yang terus- menerusdalam
diri individu, terkait dengan: kebijaksanaan, keteguhan hati, hukum,
ketabahan, moral, dan kerendahan hati.
8. Pencapaian dalam pemeliharaan kesehatan mental terkait dengan
penanaman kebiasaan baik.
9. Stabilitas mental menuntut kemampuan adaptasi, kapasitas mengubah
situasi dan kepribadian.
10. Stabilitas mental memerlukan kematangan pemikiran, keputusan,
emosionalitas, dan perilaku.
11. Kesehatan mental memerlukan belajar mengatasi secara efektif dan
secara sehat terhadap konflik mental, kegagalan, serta ketegangan yang
timbul.
Kemudian sebagai prinsip yang kedua adalah 3 prinsip yang
didasari atas hubungan manusia dengan lingkungannya, yaitu:
1. Kesehatan mental dipengaruhi oleh hubungan interpersonal yang sehat,
khususnya di dalam keluarga.
2. Penyesuaian yang baik dan kedamaian pikiran dipengaruhi oleh
kecukupan individu dalam kepuasan kerja.
3. Kesehatan mental memerlukan sikap yang realistik, yaitu menerima
realita tanpa distorsi dan objektif.
Serta prinsip yang terakhir, merupakan 2 prinsip yang didasari atas
hubungan individu dengan Tuhan, yaitu:
1. Stabilitas mental memerlukan pengembangan kesadaran atas
realitas terbesar dari dirinya yang menjadi tempat bergantung
kepada setiap tindakan yang fundamental.
2. Kesehatan mental dan ketenangan hati memerlukan hubungan yang
konstan antara manusia dengan Tuhannya.

3. Pendekatan Dalam Kesehatan Mental


Menurut Dewi (2012) ada 4 pendekatan dalam kesehatan mental, yakni :

A. PENDEKATAN BIOLOGIS.

Dengan mempelajari fungsi otak, kelenjar endokrin, dan fungsi sensoris,


pendekatan tersebut meyakini bahwa kesehatan mental individu sangat
dipengaruhi oleh faktor genetik dan kondisi saat ibu hamil, serta faktor
eksternal terkait: gizi, radiasi, usia, komplikasi penyakit.

B. PENDEKATAN PSIKOLOGIS.

Pendekatan tersebut meyakini bahwa faktor psikologis berpengaruh besar


pada kondisi mental seseorang, dimana dalam pendekatan psikologis memiliki
3 pandangan yang besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:
1. PSIKOANALISA
Pendekatan yang meyakini bahwa interaksi individu pada awal
kehidupannya serta konflik intrapsikis yang terjadi akan
mempengaruhi perkembangan kesehatan mental seseorang. Faktor
Epigenetik mempelajari kematangan psikologis seseorang yang
berkembang seiring pertumbuhan fisik dalam tahap-tahap
perkembangan individu, juga merupakan faktor penentu kesehatan
mental individu.
2. BEHAVIORISTIK
Pendekatan yang meyakini Proses pembelajaran dan Proses belajar
sosial akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kesalahan individu
dalam proses pembelajaran dan belajar sosial akan mengakibatkan
gangguan mental.
3. HUMANISTIK
Perilaku individu dipengaruhi oleh hirarkhi kebutuhan yang dimiliki.
Selain itu, individu diyakini memiliki kemampuan memahami potensi
dirinya dan berkembang untuk mencapai aktualisasi diri.

C. PENDEKATAN SOSIO-KULTURAL.

Memiliki beberapa pendekatan, yaitu: STRATIFIKASI SOSIAL yang


membahas faktor sosial-ekonomi dan seleksi sosial; INTERAKSI SOSIAL yang
membahas fungsi dalam suatu hubungan interpersonal (Teori Psikodinamik, Teori
rendahnya interaksi sosial : isolasi, kesepian); TEORI KELUARGA yang
mempelajari pengaruh pola asuh, interaksi antar anggota keluarga, dan fungsi
keluarga terhadap kesehatan mental individu: PERUBAHAN SOSIAL, yang
mengkaitkan perubahan jangka panjang, migrasi dan industrialisasi, serta kondisi
krisis dengan kondisi mental individu;

1. SOSIAL-BUDAYA, yang mempelajari pengaruh agama dan budaya pada


kondisi mental seseorang;
2. STRESSOR SOSIAL, yang mempelajari pengaruh berbagai situasi
sosial yang berdampak psikologis (misal: perkawinan, meninggal,
kriminalitas, resesi) terhadap kondisi mental individu.

D. PENDEKATAN LINGKUNGAN.

Pendekatan ini memiliki dua dimensi:

1. DIMENSI LINGKUNGAN FISIK, yang terkait dengan: ruang, waktu, dan


sarana (gizi) yang menyertai.
2. DIMENSI LINGKUNGAN KIMIAWI DAN BIOLOGIS, yang terkait dengan:
polusi, radiasi, virus dan bakteri, populasi makhluk hidup lain.
DAFTAR PUSTAKA

Maslim, R., 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari


PPDGJ-III. Jakarta: PT. Nuh Jaya
Semiun. Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta : Kanisius
Dewi, Kartika Sari. 2012. Buku Ajar Kesehatan Mental. Semarang :
Universitas Diponegoro

Anda mungkin juga menyukai