Anda di halaman 1dari 160

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Ayu Dian Ningrum
NIM: 121124049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Kedua orang tuaku tercinta (Harsono dan Susilowati)

Kakakku (Ely Vandes dan Rita) dan Semua Saudaraku

Untuk teman sekaligus pacarku (Benidiktus)

Semua teman-teman PAK dan terkhusus angkatan 2012

semua orang yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapatkan;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta,
menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok,
baginya pintu dibukakan”
(Mat 7: 7-8)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN


AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA
BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN. Penulis memilih judul ini berdasarkan
pengalaman dan kesan dari beberapa mahasiswa PAK ketika membicarakan refleksi.
Mereka mengatakan masih sangat kurang menekankan hidup berefleksi. Mereka
melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat
terhadap kejadian pada hari itu. Sebagai mahasiswa PAK penting menekankan kebiasaan
refleksi karena hal ini membawa dampak terhadap perkembangan kepribadian
mahasiswa.
Persoalan pokok yang dibahas dalam skripsi ini adalah sejauh mana mahasiswa
PAK memiliki kebiasaan berrefleksi dan apakah ada dampaknya bagi perkembangan
kepribadian. Menanggapi persoalan tersebut penulis menjelaskan pengertian kebiasaan
berrefleksi, perkembangan kepribadian dan hubungan antara keduanya melalui kajian
pustaka. Kajian pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni
pandangan para ahli. Skripsi ini disusun menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Penulis juga mengadakan penelitian dengan menggunakan
kuesioner dengan 60 mahasiswa serta wawancara dengan 10 mahasiswa semester I-IX
PAK. Hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa Pendidikan Agama Katolik belum
terbiasa melakukan refleksi setiap harinya.
Secara khusus, kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan
kepribadian mahasiswa. Selain penulis memberikan sumbangan pemikiran demi
meningkatkan kebiasaan berrefleksi dan perkembangan kepribadian mahasiswa PAK.
Penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi sebagai upaya untuk meningkatkan
kebiasaan refleksi dalam rangka meningkatkan perkembangan kepribadian mahasiswa.
Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar dari pengalaman dan mampu merefleksikan
supaya memperkembangkan kepribadian sebagai seorang mahasiswa Pendidikan Agama
Katolik.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This paper entitled "THE REFLECTION HABIT OF SANATA DHARMA'S


CHATOLIC RELIGION EDUCATION'S STUDENT AND THE IMPACT
DEVELOPMENT OF PERSONALITY" Writer chose this title based on the experiences
and the opinions from some Chatolic Religion Education students whlie talking about
reflection. They said that they still haven't do enough reflection on their life. They missed
day by day without learn something from what they've experienced, heard, saw toward
the event on that day. As a student of Chatolic Religion Education it's important to
emphasize reflection habit because this thing affect our student's personality
development.
The main problem on this paper is how far Chatolic Religion Education has a
reflection habit and is there any impact for their personality development. In response to
that problem writer explain the meaning of reflection habit, personality development and
the relation of both of them by this literature review. Literature review held by studying
many sources which is expert's point of views. This paper written using descriptive
method with qualitative approach. Writer also held research using questioners with 60
students and interview with 10 students of Chatolic Religion Education from I to IX
semester. The results of the research show that Chatolic Religion Education students
haven't used to do reflection every day.
Especially, reflection habit affect student's personality development. Beside writer
donate thought for the sake to remind Chatolic Religion Education student's reflection
habit and personality development. And thus, students can learn from experience and
able to reflect for develop their personalities as a student of Chatolic Religion Education.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah

membimbing, menerangi dan menguatkan penulis dengan kasih karuniaNya yang

berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul KEBIASAAN

REFLEKSI MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS

SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN

KEPRIBADIAN. Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai sumbangan pemikiran dan

inspirasi bagi para mahasiswa dalam meningkatkan kebiasaan berrefleksi.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat

pendampingan, dukungan, motivasi, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Maka dari

itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M. Ed, selaku dosen utama yang begitu setia

mendampingi, menuntun, mengembangkan ide dan memberi semangat dengan penuh

kesabaran dari awal hingga akhir.

2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK, M.Hum, dosen penguji kedua selaku dosen

pembimbing akademik yang telah menguji serta memberikan masukan demi

penyelesaian skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji ketiga yang telah menguji

serta memberikan masukan demi penyelesaian skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Segenap Staf Dosen Prodi PAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai

terselesaikannya skripsi ini.

5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakaan Prodi PAK maupun USD Pusat dan seluruh

karyawan bagian lain yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam

penulisan skripsi ini.

6. Segenap Petugas Perpustakaan Kolose St. Ignatius yang telah mengizinkan penulis

untuk menggunakan yang diperlukan selama menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluargaku tercinta, Bapak Harsono, Ibu Susilowati, kakakku Ely Vandes dan Rita

yang selalu mencintai, memberi motivasi, perhatian dan dukungan dalam segala hal

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ini.

8. Teman-teman mahasiswa PAK terkhusus teman-teman seperjuangan angkatan 2012

yang selalu memberikan masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman yang sudah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden

peneliatian baik yang pengisian kuesioner maupun yang wawncara, tanpa teman-

teman skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan

bantuan, dukungan, doa, perhatian dan kerjasama sehingga skripsi ini dapat selesai

dengan baik.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca

yang bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya para mahasiswa.

Penulis.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................... iv
HALAMAN MOTTO............................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH.................................................................................................... vii
ABSTRAK............................................................................................................... viii
ABSTRACT.............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR............................................................................................. x
DAFTAR ISI............................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 5
D. Manfaat Penulisan................................................................................... 5
E. Metode Penulisan.................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan............................................................................. 6
BAB II. KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................ 8
A. Kebiasaan Berrefleksi………................................................................. 9
1. Pengertian Kebiasaan....................................................................... 9
2. Pengertian Refleksi.......................................................................... 12
3. Tujuan Kegiatan Refleksi................................................................. 14

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Proses Refleksi................................................................................. 16
a. Pengalaman................................................................................. 16
b. Refleksi....................................................................................... 17
c. Aksi............................................................................................. 17
d. Evaluasi....................................................................................... 18
5. Kebiasaan Berrefleksi...................................................................... 18
6. Perbedaan Refleksi dan Evaluasi..................................................... 19
a. Pengertian Refleksi..................................................................... 19
b. Pengertian Evaluasi..................................................................... 19
B. Perkembangan Kepribadian.................................................................... 21
1. Pengertian Kepribadian.................................................................... 21
2. Pengertian Perkembangan................................................................ 25
3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian......................................... 26
a. Usia 0-3 Tahun............................................................................ 27
b. Usia 4-6 Tahun............................................................................ 27
c. Usia Remaja................................................................................ 28
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Kepribadian...................................................................................... 29
a. Tuhan.......................................................................................... 31
b. Agama......................................................................................... 31
c. Kampus....................................................................................... 32
5. Proses Perkembangan Kepribadian.................................................. 32
a. Individualisme............................................................................. 32
b. Sosialisasi.................................................................................... 32
c. Integrasi....................................................................................... 33
6. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian.............................................. 33
a. Perluasan Perasaan Diri............................................................. 34
b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain........... 34

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Keamanan Emosional................................................................ 35
d. Persepsi Realistis....................................................................... 36
e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas............................ 36
f. Pemahaman Diri........................................................................ 36
g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan........................................ 37
7. Manfaat Perkembangan Kepribadian............................................... 37
a. Keterbukaan pada pengalaman................................................... 38
b. Keterbukan Eksistensial.............................................................. 38
c. Kepercayaan terhadap Orang Lain.............................................. 39
d. Perasaan Bebas............................................................................ 38
e. Kreativitas................................................................................... 39
C. Dampak Kebiasaan Refleksi Dan Dampaknya Bagi Perkembangan
Kepribadian............................................................................................. 40
BAB III. GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK
UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN................................................ 41
A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD 42
1. Sejarah Singkat Prodi PAK-USD................................................... 42
2. Visi dan Misi Prodi PAK-USD.................................................... 44
3. Tujuan Prodi PAK-USD............................................................... 44
4. Gambaran Umum Mahasiswa...................................................... 46
5. Pembelajaran dan Suasana Akademik.......................................... 48
B. Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan
Kepribadian Mahasiswa PAK-USD.................................................... 51
1. Latar Belakang.............................................................................. 51
2. Tujuan Penelitian.......................................................................... 53
3. Jenis Penelitian............................................................................. 54
4. Variabel Penelitian....................................................................... 54

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Definisi Operasional..................................................................... 55
6. Responden Dan Sampel Penelitian............................................... 55
7. Instrumen Penelitian..................................................................... 56
8. Tempat Dan Waktu Penelitian...................................................... 57
9. Kisi-kisi........................................................................................ 57
C. Laporan Hasil Penelitian...................................................................... 59
1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Kuesioner............ 59
2. Laporan Hasil Penelitian Dengan Wawancara............................. 77
3. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................ 81
a. Gambaran Kebiasaan Mahasiswa PAK Berrefleksi................ 81
b. Dampak Kebiasaan Refleksi Terhadap Perkembangan
Kepribadian............................................................................. 83
4. Kesimpulan Penelitian.................................................................. 86
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI DEMI
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA
PAK USD............................................................................................ 86
A. Pentingnya Membiasakan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK
USD Dalam Rangka Meningkatkan Perkembangan Kepribadian....... 86
B. Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa PAK....................... 89
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 106
A. Kesimpulan.......................................................................................... 106
B. Saran.................................................................................................... 108
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 110
LAMPIRAN.......................................................................................................... 112
Lampiran 1 : Surat Permohonan Izin Penelitian.................................... (1)
Lampiran 2 : Kuesioner.......................................................................... (2)
Lampiran 3 : Hasil Penelitian................................................................. (4)
Lampiran 4 : Panduan Pertanyaan Wawancara ..................................... (24)

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5 : Data Responden................................................................ (25)


Lampiran 6 : Transkip Hasil Wawancara.............................................. (27)

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci


Mat : Matius

C. Singkatan Lain
AKKI : Akademik Kateketik
BAPSI : Badan Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi
Dkk : Dan Kawan-kawan
DPA : Dosen Pembimbing Akademik
FIPA : Fakultas Ilmu Pendidikan Agama
KWI : Konferensi Wali Gereja
No : Nomor
PAK : Pendidikan Agama Katolik
P3MP : Pengembang Penjamin Mutu Pembelajaran
PPL : Pengalaman Praktek Lapangan
LPM : Lembaga Penjamin Mutu
STFK : Sekolah Tinggi Filsafatat Kateketik
USD : Universitas Sanata Dharma

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Refleksi adalah satu cara pasti untuk dapat belajar dan bertumbuh. Dengan

refleksi kita dapat hidup lebih baik lagi dan belajar dari pengalaman yang telah

kita lalui. Bagi calon katekis atau pewarta kebiasaan berrefleksi sangat membantu

untuk memperkembangan kepribadiannya secara menyeluruh. Kebiasaan

berrefleksi perlu ditumbuhkan dan dikembangkan serta diterapkan dalam hidup

sebagai pembaharuan diri terus menerus.

Refleksi adalah melihat kembali tentang apa yang baru terjadi atau

berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan dimasa lalu untuk

meningkatkan, memaknai pengalaman dengan sedikit memahami. Refleksi

merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang baru

diterima. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan dimasukkan dalam

struktur kognitif yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari pengetahuan yang

dimilikinya (Trianto, 2007: 115).

Menurut Atmadi (2006: 17) manusia adalah makhluk yang mampu

melakukan self-reflection. Ia mampu keluar dari dirinya dan menengok ke

belakang, kemudian mengadakan penelitian dan permenungan. Dengan

melakukan self-reflection atau berrefleksi pribadi, mahasiswa akan mampu

menemukan kedalaman dari pelajaran yang telah diterima sehingga dapat

menyentuh hati dan mendorong mereka untuk melakukan suatu aksi sebagai hasil

dari permenungan. Mahasiswa hendaknya menyadari bahwa hasil dari


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

permenungan tersebut membutuhkan waktu untuk diwujudnyatakan dalam

kehidupan sehari-hari.

Menurut Barbara K. Given (2008: 302) kemampuan berrefleksi yang

dikembangkan secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai

masalah, mampu membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan

melaksanakan tugas intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena

itu kemampuan reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu

mahasiswa mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan

akan diri dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan

kepribadian menjadi manusia yang semakin dewasa.

Kebiasaan berefleksi ini diambil dari pedagogi Ignasian yang

diperkenalkan dan dikembangkan oleh St. Ignatius, seorang Jesuit. Pengajaran ini

menekankan untuk menyimak kembali pelajaran, pengalaman, ide-ide atau reaksi

supaya menangkap maknanya secara lebih mendalam dan konsekuensinya dalam

kehidupan sehari-hari sehingga semakin hari mahasiswa semakin mengalami

perkembangan.

Kepribadian bisa diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimana pun

kepribadian menunjuk kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwa seseorang.

Dengan begitu kepribadian menyangkut berbagai masalah watak, sifat, tetapi itu

semua tercermin nyata dalam tindakan seseorang (M. Suprihadi Sastrosupono

1979: 6). Harris dan Moran dalam Jack L. Seymour (1997: 61) memahami

kepribadian sebagai kemampuan seseorang untuk mendengarkan kedalaman hidup

batinnya dan menanggapi dengan tindakan lahiriah yang konkret demi hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sendiri maupun orang lain. Mereka berpendapat kepribadian memiliki dua

dimensi yaitu kedalaman hidup (inwardness atau interiority) atau hidup batin

seseorang (inner life) dan relasi dirinya dengan Tuhan, sesama dan alam semesta

yang terungkap dalam tindakan nyata (outer activity). Setiap orang dipanggil

untuk mengembangkan kepribadiannya baik dengan kontemplasi, disiplin

spiritual, retret, maupun membaca buku spiritual.

Menurut M. Suprihadi Sastrosupono (1979: 39) perkembangan

kepribadian atau katakanlah peralihan dan perubahan dalam perkembangan

kepribadian, ada banyak orang yang berpendapat bahwa perkembangan itu seperti

garis lurus. Ada banyak pula yang menganggap perkembangan kepribadian

sebagai suatu proses yang agak rata, yakni suatu perkembangan yang biasa-biasa

saja tak terlalu jadi masalah sebab perkembangan itu tidak terasa. Manusia

berkembang melalui tahap-tahap tertentu, yang tidak terpisahkan secara mutlak

satu dari yang lain. Dengan begitu, perkembangan kepribadian mempunyai tahap-

tahap yang jelas, meskipun tahap-tahap itu juga tak dapat dipisahkan secara tegas.

Prodi PAK adalah salah satu prodi yang ada di Universitas Sanata

Dharma. Mahasiswa prodi PAK ini ialah calon-calon guru agama dan calon

katekis. Sebagai calon guru agama maupun calon katekis tentu perlu

mengembangkan dan menerapkan secara khusus kebiasaan refleksi dalam

kehidupan sehari-hari karena dengan refleksi dapat membantu mahasiswa

mengetahui dan menyadari segala tindakannya, apakah yang telah dilakukan itu

baik atau buruk. Di kampus PAK ini penulis mengamati bahwa mahasiswa PAK

kurang menerapkan kebiasaan berefleksi, padahal hal ini sangat penting bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkembangan kepribadian seseorang. Kepribadian yang meliputi jasmani

maupun rohani, merupakan usaha seseorang dalam merealisasikan diri sebagai

manusia seutuhnya.

Penulis mendapat kesan dari beberapa mahasiswa PAK ketika

membicarakan refleksi, bahwa mahasiswa mengatakan masih sangat kurang

menekankan hidup berefleksi. Mereka melewatkan hari-hari tanpa belajar sesuatu

dari apa yang telah mereka alami, dengar, lihat terhadap kejadian pada hari itu.

Dari kesan mahasiswa PAK, dapat dinyatakan banyak mahasiswa yang tidak

menyediakan waktu untuk berefleksi. Maka disini penulis ingin mengetahui

sejauh mana mahasiswa PAK telah berrefleksi dalam kehidupan sehari-hari,

dengan itu penulis mengambil judul “KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA

PAK UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah ini, penulis merumuskan

pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan kebiasaan refleksi itu dan dampaknya bagi

perkembangan kepribadian?

2. Seberapa jauh mahasiswa PAK USD telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya

bagi perkembangan kepribadian mereka?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan refleksi

mahasiswa PAK USD sehingga semakin ada dampaknya bagi perkembangan

kepribadian?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan skripsi ini bertujuan:

1. Menggambarkan tujuan refleksi dengan perkembangan kepribadian.

2. Mendapatkan gambaran apakah kebiasaan refleksi ada dampaknya bagi

perkembangan kepribadian mahasiswa PAK.

3. Menyampaikan usaha konkrit yang dapat dilakukan sebagai sumbangan pemikiran

yang tepat untuk meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan

kepribadian.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari skripsi ini adalah:

1. Skripsi ini dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana kebiasaan refleksi bagi

perkembangan kepribadian mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma.

2. Menumbuhkan minat mahasiswa PAK untuk mengembangkan kebiasaan

berrefleksi tidak hanya dikampus tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

3. Melalui skripsi ini, mahasiswa PAK semakin disadarkan untuk meningkatkan

kegiatan berefleksi bagi perkembangannya.

E. Metode Penulisan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam skripsi ini menggunakan metode deskripsi analitis, yaitu

menerangkan tentang pengertian kebiasaan refleksi dan perkembangan

kepribadian. Kemudian guna mengetahui apakah kebiasaan refleksi ada

dampaknya dengan perkembangan kepribadian dengan diadakan sebuah penelitian

menggunakan penyebaran kuesioner bagi mahasiswa PAK, kemudian hasil

penyebaran dianalisis dan dijelaskan. Akhirnya penulis memberikan sumbangan

pemikiran berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan

berguna bagi mahasiswa PAK.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih adalah Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK Universitas

Sanata Dharma Dan Dampaknya Bagi Perkembangan Kepribadian. Adapun

rincian setiap bab nya sebagai berikut.

Bab I berisi pendahuluan yang menjelaskan tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

Bab II memberikan gambaran tentang apa itu refleksi, tujuan kegiatan

refleksi, kebiasaan refleksi, dan proses refleksi. Sedangkan bagian perkembangan

kepribadian meliputi pengertian kepribadian, pengertian perkembangan

kepribadian, aspek-aspek perkembangan kepribadian, proses perkembangan

kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian dan manfaat kepribadian. Bab ini

berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian

dari beberapa teori dan pendapat para ahli.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bab III memberikan gambaran umum mengenai mahasiswa PAK USD,

penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan

kepribadian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut

terhadap hasil penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil

penelitian. Sedangkan hasil penelitian meliputi laporan hasil penelitian,

pembahasan dan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut terhadap hasil

penelitian menurut masing – masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian.

BAB IV berisikan sumbangan pemikiran sebagai usaha untuk

meningkatkan kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian mahasiswa PAK

Universitas Sanata Dharma.

Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama

membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan

skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran

yang ditujukan kepada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Katolik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KEBIASAAN REFLEKSI DAN DAMPAKNYA

BAGI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Pada bab sebelumnya, penulis telah menyampaikan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan kemudian ditindaklanjuti dengan memberikan

gambaran tentang kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian secara lebih

mendalam. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai kebiasaan refleksi dan

perkembangan kepribadian dari beberapa teori dan pendapat para ahli serta

memaparkan dampak kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian

mahasiswa sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan

skripsi ini.

Bab II ini menjelaskan mengenai kebiasaan berrefleksi yang merupakan

upaya sadar dan terencana untuk membantu mahasiswa berkembang menjadi

dewasa baik dalam segi intelektual maupun segi pembentukan kepribadian secara

utuh. Dalam dunia pendidikan saat ini perlu diadakan usaha untuk mengingatkan

kembali tujuan dasar dari pendidikan itu sendiri. Kebiasaan berrefleksi dilakukan

sebagai salah satu upaya untuk membantu mahasiswa dalam memperkembangkan

dirinya menjadi lebih dewasa dari segi intelektual maupun segi pembentukan

kepribadian secara utuh. Kegiatan berrefleksi secara terus menerus mampu

membawa dampak baik bagi perkembangan kepribadian mahasiswa, dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berrefleksi mahasiswa akan dapat bertindak dengan baik dan mampu menemukan

makna hidupnya.

Pada bagian pertama bab ini penulis akan membahas mengenai kebiasaan

berrefleksi yang meliputi pengertian kebiasaan, refleksi, tujuan kegiatan refleksi,

proses berrefleksi, kebiasaan berrefleksi dan perbedaan refleksi dengan evaluasi.

Bagian II menjelaskan tentang perkembangan kepribadian. Secara rinci bagian ini

meliputi pengertian perkembangan, pengertian kepribadian, proses perkembangan

kepribadian, ciri-ciri perkembangan kepribadian, dan manfaat dari perkembangan

kepribadian. Pada bagian akhir bab ini, penulis akan menjelaskan dampak dari

kebiasaan refleksi bagi perkembangan kepribadian.

A. Kebiasaan Berefleksi

1. Pengertian Kebiasaan

Menurut Kartini Kartono (1984: 128) kebiasaan adalah bentuk tingkah

laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang

mengandung unsur afektif perasaan. Suatu kebiasaan ditentukan oleh lingkungan

sosial dan kebudayaan yang kemudian dikembangkan oleh manusia. Kebiasaan

merupakan tingkah laku yang telah distabilkan, dimana kebutuhan tertentu

mendapatkan kepuasaan karena kebutuhanya terpenuhi. Kebiasaan pada dasarnya

merupakan sesuatu yang dilakukan dengan cara yang sama dan berulang-ulang

dalam periode waktu yang lama sehingga akhirnya orang melakukannya secara

otomatis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Julian James (2007: 40) menegaskan bahkan saat seseorang sebenarnya

tidak ingin melakukannya dengan sendirinya ia akan melakukannya karena sudah

terbiasa. Melalui kebiasaan inilah akan tercermin bagian terbesar dari kepribadian.

Kebiasaan bisa bersifat positif dan bisa bersifat negatif. Kebiasaan yang bersifat

positif misalnya bangun pagi, rajin berdoa. Sedangkan kebiasaan yang bersifat

negatif misalnya merokok dan malas-malasan.

Kartini Kartono (1984: 129) menjelaskan pula bahwa kebiasaan menjadi

produk dorongan. Dorongan adalah desakan yang alami untuk memuaskan

kebutuhan hidup dan merupakan kecenderungan untuk mempertahankan hidup.

Dorongan ini sudah ada sejak lahir. Dorongan sering tidak disadari dan terlepas

dari kontrol manusia. Pendidikan dan kebiasaan yang baik ikut mempengaruhi

dorongan tersebut bahkan dapat memperkuatnya.

Begitu banyak perbuatan manusia yang berupa kebiasaan. Sebagian besar

dari kebiasaan itu hanya setengah disadari, atau bahkan tidak disadari lagi. Pada

awal pembentukannya kebiasaan ini masih disadari dan dipertimbangkan oleh

akal. Lama-kelamaan kesadaran ini semakin berkurang dan semakin menipis. Lalu

kebiasaan menjadi otomatis dan tidak disadari lagi, contohnya saja berjalan, naik

sepeda, bernafas dan lainnya. Namun, sewaktu-waktu pertimbangan akal ini dapat

ditimbulkan kembali pada mahasiwa, khususnya jika dibutuhkan untuk mengubah

kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang lebih baik.

Muhibbin Syah (2012: 128) menjelaskan perubahan kebiasaan tidak dapat

dilakukan begitu saja, melainkan membutuhkan kesediaan belajar terus

melakukannya dan berproses untuk menjadi sebuah kebiasaan. Belajar yang baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

kebiasaan adalah proses pembentukan untuk memiliki kepribadian yang lebih

baik, misalnya yang malas berdoa menjadi rajin berdoa. Belajar kebiasaan, selain

menggunakan kemauan, komitmen juga memerlukan pengalaman khusus. Orang

yang ingin melakukan kebiasaan tentunya belajar dari pengalaman serta

berkomitmen untuk melakukan kebiasaan yang mampu mengembangkan

kepribadian menjadi lebih baik.

Julian (2007: 39) menegaskan kembali kebiasaan merupakan kebutuhan

pertama dalam pembentukan karakter mahasiswa, dimana kebiasaan itu nantinya

akan mencerminkan kepribadian mahasiswa. Kebiasaan akan membentuk sifat

dasar mahasiswa. Jika seseorang mempunyai temperamen kalem dan tidak suka

menggunakan kata-kata kasar, itu berarti ia sudah terlatih dalam cara hidup yang

tenang dan ia memiliki latar belakang yang baik sehingga kebiasaan tersebut

membawa dampak yang baik dalam hidup mahasiswa dan menjadikan

kepribadiannya lebih baik. Sebaliknya jika mahasiswa terbiasa melakukan

kebiasaan buruk, maka akan sulit untuk mengubah cara hidupnya meski tidak

menutup kemungkinan untuk dapat berubah menjadi baik tentu membutuhkan

proses dan waktu yang cukup lama, karena untuk mengubah kebiasaan atau cara

hidup seseorang itu bukan hal yang mudah.

Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus menerus atau

mengulangi sesuatu yang sama berkali-kali dalam rentang waktu yang lama dalam

waktu berdekatan, kebiasaan juga keadaan jiwa yang mendorong untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa berfikir ulang. Kebiasaan sudah menjadi

sebuah rutinitas sehingga tanpa harus disuruh ia akan melakukan dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

sendirinya dan kebiasaan akan mampu menggambarkan kepribadian mahasiswa

atau karakter yang ada dalam dirinya.

2. Pengertian Refleksi

Huijbers (1987: 207) menerangkan kata refleksi berasal (dari bahasa Latin

reflectere) berarti “membungkuk atas”. Dengan melayangkan perhatiannya

kepada dirinya sendiri, mahasiswa membungkuk atas dirinya sendiri. Jadi refleksi

menyangkut tindakan manusia sebagai subjek pengalaman, dimana

pengalamannya sendiri yang menjadi bahan mahasiswa untuk dapat berrefleksi.

Refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali

masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk

direfleksikan. Dari pengalaman tersebut mahasiswa dapat mengingat kembali dan

berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai

yang membawa mahasiswa untuk menjadi lebih baik. Bahan refleksi itu berasal

dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun tidak

menyenangkan. Berdasar pengalaman refleksi mahasiswa diharapkan dapat

menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang.

Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang

sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari

pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau

yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu

memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu

kegiatan penting agar mahasiswa lebih mampu memahami materi pembelajaran

atau proses pembelajaran dengan baik.

Menurut Subagya (2008: 22-55) istilah refleksi dipakai juga dalam artian:

menyimak kembali penuh perhatian bahan studi tertentu, pengalaman, ide-ide,

usul-usul, atau reaksi spontan supaya dapat menangkap maknanya secara lebih

mendalam. Jadi refleksi adalah suatu proses yang memunculkan makna dalam

pengalaman manusiawi. Refleksi adalah menyimak kembali pengalaman untuk

memahami lebih mendalam, seperti menemukan makna, menyadari adanya

gerakan-gerakan batin, motivasi keinginan, dan dapat memunculkan perubahan

dalam diri mahasiswa.

Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan

Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model

Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai

proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat,

pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman,

ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

dari apa yang dipelajari.

Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi

ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu

digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan

dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika mahasiswa

mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan

kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya

sehingga diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah

yang lebih baik. Refleksi membantu mahasiswa untuk mengingat kembali

pengalaman dan merencanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya

serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh.

Dari pendapat ahli-ahli di atas dapat dipahami bahwa refleksi merupakan

upaya mengambil jarak sejenak dari aktivitas tertentu untuk mengingat kembali

pengalaman dalam keheningan untuk memaknai setiap peristiwa yang dialami.

Refleksi yaitu melihat diri sendiri seperti di depan cermin, memandang diri dalam

suasana batin yang hening, tenang, damai, dan terbuka agar lebih mengenal diri

serta mampu menentukan langkah-langkah yang hendak ditempuh selanjutnya

dalam rangka meningkatkan atau menyempurnakan diri. Refleksi merupakan

suatu proses menuju perubahan pribadi yang dapat mempengaruhi perubahan

lingkup sekitar.

3. Tujuan Kegiatan Refleksi

Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku

“Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20)

mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: Menangkap arti atau nilai hakiki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

dari apa yang sudah dipelajari, Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan

realitasnya, Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya dan

membentuk hati nurani.

1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah

didapat dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu

apa yang telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik

dan mana yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup

sehari-hari.

2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah

kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan

merenungkan terkadang mahasiswa menyadari bahwa pengetahuan yang sudah

didapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang

akan mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa

mahasiswa menjadi lebih baik.

3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua

kegiatan sebaiknya direfleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan

tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan

merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh mahasiswa tentu akan

menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang

dimiliki akan lebih berguna. Mahasiswa yang dapat merefleksikan kegiatannya

sehari-hari tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab,

karena tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu

seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh

baik dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri mahasiswa dan dapat

memilih mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan

setiap harinya mampu membentuk hati nurani. Mahasiswa yang memiliki hati

nurani tentu akan memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut

memilik pedoman hidup yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan

positif dengan kesadaran penuh dari dari dalam hati. Setiap manusia

mempunyai hati nurani yang menuntut manusia untuk bersikap berdasarkan

prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik, jujur, benar dan adil.

4. Proses Berrefleksi

Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks

belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukkan

cara-cara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan,

seperti yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma

tersebut yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

a. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan

yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan

juga keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu

pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya

situasi pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

sosial, home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk

pengalaman tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh

informasi mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau

menyimak gambar. Hal ini dapat dilakukan melalui proses perangsangan indera

dan daya imajinasi melalui simulasi, permainan atau tayangan video-visual.

b. Refleksi

Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan

dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi

merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan,

nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar mahasiswa mampu menjadi pribadi

yang lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran

akan benar dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan

tersebut. Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna

dalam pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi

sosok teladan yang baik untuk sesama.

c. Aksi

Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan

pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa

reaksi afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar mahasiswa untuk

merasakan dan mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif

merupakan daya yang menggerakkan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah

aksi di sini merujuk pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan

berdasarkan pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif mahasiswa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

sangat penting untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang

ada dengan dorongan dari dalam diri mahasiswa akan memiliki aksi yang dapat

memperkembangkan dirinya.

d. Evaluasi

Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan

akademis, tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada

sesama. Kebiasaan refleksi akan dapat membantu mahasiswa

memperkembangkan kepribadiannya, karena dengan berrefleksi mahasiswa akan

mampu berfikir jernih sebelum bertindak dan menjadi pribadi yang lebih baik.

Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui dengan tepat kemampuan dan kondisi

tantangan yang harus dihadapi. Sehingga seseorang perlu mengadakan evaluasi

dengan mengukur atau menilai sejauhmana kegiatan refleksi yang dilakukan

berhasil dan membuat mahasiswa menjadi semakin berkembang.

5. Kebiasaan Berrefleksi

Menurut penelitian Huijbers (1987: 218) kebiasaan berrefleksi dalam proses

pendidikan memang sangat penting. Apalagi kebiasaan berrefleksi ini tidak

terbentuk begitu saja melainkan membutuhkan upaya untuk menciptakan suatu

kebiasaan berrefleksi. Keberhasilan mahasiswa tidak hanya didukung oleh

kemampuan kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam

merefleksikan proses pembelajaran. Melalui kegiatan refleksi, mahasiswa mampu

mengkonstruksi pengetahuan sendiri atas materi pembelajaran berdasarkan

pengalaman belajar yang ia peroleh sehingga mereka akan memiliki pemahaman


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

dalam dirinya sendiri mengenai materi pembelajaran. Refleksi ialah proses

pembelajaran yang berdampak sangat positif bagi mahasiswa karena akan

mengembangkan dan meningkatkan kepribadian mahasiswa. Karena itu,

kebiasaan berefleksi dalam proses perkuliahan perlu ditingkatkan.

6. Perbedaan Refleksi dengan Evaluasi

a. Pengertian refleksi

Menurut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang

sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, mahasiswa

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari

pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk

mengkontruksi kembali pengalaman dan pengetahuan yang terjadi di masa lalu

atau yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu

memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu

kegiatan penting bagi mahasiswa agar mereka lebih mampu memahami materi

pembelajaran atau proses pembelajaran dengan baik.

b. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,

organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak

akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,

pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi sudah menjadi kosa kata dalam bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Indonesia akan tetapi kata ini adalah kata serapan dari bahasa Inggris

yaitu evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (Echols, 2002: 220).

Sedangkan menurut Purwanto (2009: 54) istilah evaluasi merupakan kegiatan

yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan

instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh

kesimpulan. Untuk memastikan bahwa suatu kegiatan program atau proyek

mencapai sasaran dan tujuan yang direncanakan, maka perlu diadakan evaluasi

dengan melihat sejauh mana kegiatan tersebut berhasil dan peningkatan kinerja

program. Seperti yang diungkapkan oleh Purwanto (2009: 78) bahwa evaluasi

adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan melihat sejauh mana keberhasilan

program yang dilaksanakan.

Pengertian evaluasi lebih dipertegas lagi oleh Arikunto dan Jabar (2004: 99)

yang menyatakan pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hierarki. Evaluasi

didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan

pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai kegiatan membandingkan hasil

pengamatan dengan kriteria. Penilaian (assessment) merupakan kegiatan

menafsirkan dan mendeskripsikan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi

merupakan penetapan nilai atau implikasi perilaku dengan batasan sebagai proses

memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu

kriteria tertentu. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan

dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria namun

dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian

baru membandingkannya dengan kriteria.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Dari kedua uraian di atas yang menjadi dasar perbedaan antara refleksi dan

evaluasi ialah jika refleksi berpusat pada subjek atau diri sendiri, melihat sejauh

mana diri seseorang berkembang. Sedangkan evaluasi ialah objek atau kegiatan

yang sedang dilakukan, sehingga evaluasi bisa diartikan untuk mengukur sejauh

mana kegiatan yang dilakukan berhasil.

B. Perkembangan Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Menurut Agus Sujanto dkk (1980: 18) kepribadian dietimologikan dalam

bahasa Inggris disebut personality merupakan kata yang berasal dari bahasa latin

kuno prosopon atau persona yang berarti “kedok” atau “topeng”. Yaitu tutup

muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk

menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Allport dalam Paulus

Budiraharjo (1997: 86-90) mengatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dari

sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaiannya

yang unik terhadap karakteristik perilaku dan pemikirannya. Kata dinamis

menunjukkan bahwa kepribadian secara konstan dapat berkembang dan berubah.

Organisasi menunjukkan bahwa dalam diri individu ada semacam pusat

pengaturan yang menyatukan berbagai komponen kepribadian dan

menghubungkan komponen-komponen tersebut secara erat. Kepribadian

merupakan suatu bagian fungsional individu yang memainkan peran aktif dalam

perilaku individu. Kepribadian adalah bagian dari jiwa yang membangun

keberadaan manusia menjadi satu kesatuan, tidak terpecah-pecah dalam fungsi-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

fungsi. Memahami kepribadian berarti memahami diri atau memahami manusia

seutuhnya (Alwison, 2004: 2).

Yayasan Cipta Loka Caraka (2002: 15) mengatakan kepribadian adalah

pola menyeluruh dari semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang

baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial, mempunyai arti bahwa

kepribadian bukan hanya tumpukan sifat-sifat yang terpisah-pisah. Kepribadian

seharusnya merupakan suatu kesatuan yang harmonis. Kesatuan atau pola inilah

yang membedakan orang yang satu dengan orang yang lainnya. Hal ini juga

menunjukkan bahwa kepribadian bukan hanya kecerdasan, perasaan yang dewasa,

atau cita-cita yang luhur semata. Kepribadian merupakan gabungan organis yang

harmonis dari sifat-sifat yang dimiliki seseorang.

Menurut Elizabet B. Hurlock (1989: 236-239) ada lima persamaan yang

menjadi ciri bahwa definisi-definisi tersebut adalah definisi kepribadian.

a. Kepribadian bersifat umum: kepribadian menunjuk kepada sifat umum

seseorang, pikiran, kegiatan, dan perasan yang berpengaruh secara sistematik

berpengaruh terhadap seluruh tingkah lakunya.

b. Kepribadian bersifat khas: kepribadian dipakai untuk menjelaskan sifat

individu yang membedakan orang satu dengan yang lain.

c. Kepribadian berjangka lama: kepribadian dipakai untuk menggambarkan sifat

individu yang awet, tidak mudah berubah sepanjang hayat.

d. Kepribadian bersifat kesatuan: kepribadian dipakai untuk memandang diri

sebagai unit tungal, terstruktur yang membentuk kesatuan dan konsisten.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

e. Kepribadian bisa berfungsi baik atau bersifat buruk: kepribadian adalah cara

bagaimana orang berada di dunia. Apakah ia tampil dalam tampilan yang baik,

kepribadiannya sehat dan kuat. Atau sebaliknya, kepribadiaanya menyimpang

dan lemah.

Menurut Tarsis Tarmudji (1998: 11) kepribadian yang sehat merupakan

unsur yang sangat penting dalam pembentukan hidup manusia. Dewasa ini

semakin banyak orang yang merasakan pentingnya mengembangkan kepribadian.

Paulus Budiharjo (1997: 66-69) menjelaskan kepribadian merupakan suatu pola

menyeluruh pada semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang baik

yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial. Kepribadian merupakan

satu-kesatuan yang harmonis. Kepribadian seharusnya merupakan sesuatu yang

ditentukan oleh kekuatan sosial yang mempengaruhi individu dalam masa kanak-

kanaknya, dan merupakan kekuatan historis yang mempengaruhi perkembangan

manusia.

Kepribadian meliputi banyak unsur jasmani dan rohani. Kepribadian juga

merupakan sesuatu yang ditata, diatur dan diusahakan oleh setiap orang secara

khas atas beberapa pengaruh yang ada. Kepribadian tersebut pada akhirnya akan

tampak dan terwujud dalam tindakan seseorang.

Abin Syamsudin dalam Syamsu Yusuf (2007: 127) menjelaskan bahwa

kepribadian dapat diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang tampak dalam

melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik. Keunikan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

penyesuaian tersebut sangat berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian itu sendiri,

yaitu meliputi hal-hal berikut:

a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku konsekuen

atau tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

b. Temperamen, yaitu cepat/lambatnya reaksi terhadap rangsangan-rangsangan

yang datang dari lingkungan.

c. Stabilitas emosi, merupakan kadar kestabilan reaksi emosi terhadap rangsangan

dari lingkungan, misalnya mudah tidaknya tersinggung, marah, putus asa, dan

lain sebagainya.

d. Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan untuk menerima resiko dari

tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Misalnya mau menerima resiko secara

wajar, atau malah melarikan diri dari resiko.

e. Sosiabilitas, yaitu disposisi pribadi berkaitan dengan hubungan interpersonal

yang tampak dalam pribadi yang terbuka atau tertutup; kemampuan

berkomunikasi dengan orang lain.

Suprihadi Sastrosupono (1979: 6-9) mengatakan bahwa kata kepribadian

sering kita dengar berhubugan dengan keadaan seseorang. Kepribadian bisa

diartikan sebagai identitas seseorang. Bagaimanapun kepribadian menunjuk

kepada suatu keadaan tetapi juga karakter jiwani seseorang. Kepribadian

menyangkut watak, sifat, tetapi itu semua tercermin nyata dalam perbuatan atau

nampak dalam tindakan seseorang. Dengan kata lain, seseorang yang dapat

mengatakan siapakah dirinya itu berarti bahwa orang memiliki kepribadian. Orang

sadar akan dirinya dan dapat mengerti secara tepat tentang pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Bandingkan dengan seorang anak kecil umumnya belum dapat mengatakan

dengan sadar siapa dirinya, dan belum dapat mengatakan “aku”, anak-anak

cenderung mengatakan namanya sendiri.

Max Scheler dalam Suprihadi Sastrosupono (1979: 67) menyebutkan

bahwa persona adalah subyek bukan obyek. Itu berarti bahwa seseorang yang

berkepribadian kuat adalah yang dapat menentukan dirinya sendiri berbuat apa

sebagai apa, mau apa dan lain-lain. Pribadi yang kuat adalah pribadi yang tidak

ditentukan oleh orang lain semata-mata dan bahwa persona itu justru merupakan

hal yang paling esensial dalam pribadi seseorang.

2. Pengertian Perkembangan

Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan

kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup dan secara

kontinyu berkembang dan belajar menuju realisasi diri. Proses tersebut tidaklah

mudah bahkan terkadang merupakan proses yang sulit dan menyakitkan. Proses

untuk mengaktualisasikan diri tidak dapat terjadi secara otomatis. Jika seseorang

hidup dalam lingkungan yang sehat, maka akan hidup menjadi individu yang utuh

serta dewasa. Sebaiknya, jika seseorang tumbuh dalam lingkungan yang tidak

sehat maka kemungkinan perkembangan kepribadiannya akan mengalami

gangguan.

Menurut Duane Schult (1991: 41-50) pribadi yang berfungsi sepenuhnya

mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau

kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari kepribadian sehat adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

memiliki perasaan yang kuat, dapat memilih, bertindak bebas, kreatif dan spontan.

Memiliki keberanian untuk menjadi “ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa

bersembunyi di balik topeng atau berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan

dirinya. Perkembangan kepribadian merupakan perubahan dalam organisasi dan

struktur tingkah laku. Semakin bertambah umur seseorang, semakin bervariasi

tingkah laku yang berubah atau bertambah menjadi semakin kompleks.

Mengembangkan kepribadian berarti mengembangkan bakat yang dimiliki,

mewujudkan mimpi, meningkatkan kepercayaan diri dan menjalin relasi yang

baik dengan sesama. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan ada interaksi dengan sesama. Melalui interaksi individu tumbuh

menjadi pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan

segala sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin

baik setiap harinya.

3. Aspek-aspek perkembangan kepribadian

Kepribadian seseorang tidak dibawa dari lahir. Perkembangan kepribadian

manusia merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan

yang sangat panjang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Perkembangan

kepribadian yang berjalan dengan baik dan positif dapat membentuk manusia

menjadi pribadi khas atau unik. Mengemukakan pendapat Allport Paulus

Budiraharjo (1997: 88-90) menuliskan bahwa proprium adalah sesuatu yang

langsung kita sadari, atau sesuatu yang merupakan pusat hidup kita. Proprium

terdiri dari hal-hal atau proses yang penting dan bersifat pribadi yang dialami dan

dirasakan oleh seorang individu, segi-segi tersebut yang menentukan seseorang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

menjadi unik. Pada intinya proprium mencakup semua aspek kepribadian yang

membuat kesatuan batin. Proprium berkembang dari bayi hingga akhir hidup dan

bergerak melalui 7 aspek perkembangan sebagai berikut: usia 0-3 tahun, usia 4-11

tahun, usia12-17 tahun, dan usia 18-30 tahun.

a. Usia 0-3 tahun

1) The bodily self; bagi seorang bayi, tubuh menjadi sangat penting, bayi secara

kontinyu menerima sensor informasi dari organ internal dan otot-otot bersamaan

dengan urat-urat. Sensasi ini menjadi terasa ketika bayi lapar dan frustasi. Dalam

situasi tersebut bayi belajar akan keterbatasan tubuh.

2) Self identity; aspek ini terjadi kurang lebih 18 bulan. Anak-anak menyadari bahwa

dirinya tetap orang yang sama walaupun terus berubah dan berkembang. Hal ini

ditandai dengan mengenal nama diri sebagai identitas utama. Nama itu menjadi

lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinyadan membedakan dari

semua diri yang lain di dunia.

3) Self esteem; aspek ini terjadi kira-kira 2-3 tahun. Aspek ini membuat anak-anak

lebih mengenal lingkungan. hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak

sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri.

Anak bersifat agresif, ingin membuat benda-benda, menyeidiki dan memuaskan

perasaan ingin tahunya tentang lingkungan tersebut. Menurut Allport, hal ini

merupakan tahap perkembangan kepribadian yang menentukan. Apabila orang tua

menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang

timbul dapat rusak yang menimbulkan perasaan dihina dan marah.

b. Usia 4-11 Tahun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

1) Self extention; pada aspek ini pusat perhatian lebih kepada kepemilikan. Secara

tipikal anak pada aspek ini sangat egoistis. Anak menjadi sangat tertarik pada

kepemilikan material.

2) Self image; gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Self image atau

gambaran diri memiliki 2 komponen, yaitu belajar peran dan aspirasi bagi masa

depan. Gambaran diri berkembang dari interaksi-interaksi orang tua dengan anak.

c. Usia 12 - 17

1) The self as rational coper atau diri sebagai pelaku rasional. Pada tahap ini anak

mulai menyusun strategi untuk memecahkan masalah-masalah. Aturan-aturan dan

harapan-harapan dari guru dan teman sekolah, secara aktivitas-aktivitas dan

tantangan-tantangan yang dapat mengembangkan intelektual penting untuk

diberikan. Melalui hal-hal tersebut anak akan belajar memecahkan masalah

menggunakan proses-proses rasional dan logis.

2) Proprium striving; tahap ini pada umumnya mulai terbentuk pada usia 12 tahun.

Aspek proprium striving dapat diartikan dengan kesatuan kepribadian. Kesatuan

dan keutuhan kepribadian mungkin tidak pernah dapat tercapai secara sempurna,

namun orang akan terus melakukan proses untuk menjadi lebih utuh lagi. Oleh

karena itu menurut Allport pada tahap ini merupakan masa yang paling

menentukan di mana orang sibuk dalam mencari identitas.

d. Usia 18 – 30

Early Adulthood tahap ini adalah periode pemantapan diri terhadap pola hidup

baru. Banyak kegiatan yang mulai ditinggalkan seperti hura-hura dan nongkrong.

Memikirkan hal yang lebih penting seperti memilih pasangan hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

menjadikan cita-cita lebih real. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan

terus berkembang, berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal

keterampilan dan aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial dan tentunya

perkembangan kepribadiannya semakin berkembang.

Senada dengan pendapat Allport tentang perkembangan kepribadian pada

usia remaja, mengungkapkan bahwa remaja adalah pemuda-pemudi yang berada

pada masa perkembangan yang disebut masa “adolesensi” (masa remaja menuju

kedewasaan). Masa ini merupakan tahap perkembangan dalam kehidupan

manusia, tetapi juga belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini

disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa kanan-kanak menuju

kearah kedewasaan yang terjadi pada usia 18-30 tahun. Masa remaja adalah masa

kegoncangan dan kebimbangan. Akibatnya remaja melakukan penolakan-

penolakan pada kebiasaan rumah, sekolah, membentuk kelompok hanya untuk

“gengnya”. Mereka mudah tergincang dan bingung.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian

Faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian adalah faktor

genetik atau hereditasi dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan faktor

dari dalam atau faktor yang dibawa sejak lahir. Faktor ini bisa bersifat kejiwaan

atau bersifat kebutuhan. Kejiwaan merupakan faktor yang berwujud pikiran,

perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan lain-lain yang dibawa sejak lahir.

Menurut Syamsu Yusuf (2007: 21-22) masa dalam kandungan dipandang

sebagai periode yang kritis dalam perkembangan kepribadian individu, sebab


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

tidak hanya sebagai saat pembentukan pola-pola kepribadian, tetapi juga sebagai

pembentukan kemampuan-kemampuan yang menentukan jenis penyesuaian

individu terhadap kehidupan setelah kelahiran. Fungsi genetik dalam kaitannya

dengan perkembangan kepribadian adalah sebagai bahan mentah (raw materials)

kepribadian seperti fisik, inteligensi dan temperamen. Fungsi genetik juga

membatasi perkembangan kepribadian individu, dalam artian meskipun kondisi

lingkungan sangat kondusif, namun perkembangan kepribadian tidak bisa

melebihi kapasitas atau potensi hereditas. Hal ini membantu individu untuk

memperkembangkan pribadinya. Selain itu keadaan fisik juga turut

mempengaruhi perkembangan pribadi seseorang seperti panjang pendeknya leher,

susunan urat saraf, otot-otot dan lain-lain. Fungsi genetik berpengaruh pula

terhadap keunikan kepribadian individu.

Sedangkan faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berasal dari

luar seseorang baik yang hidup maupun yang mati. Lingkungan adalah

keseluruhan fenomena baik peristiwa, situasi atau kondisi fisik/alam atau sosial

yang mempengaruhi perkembangan individu. Faktor lingkungan masyarakat yang

beraneka ragam dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang,

misalnya lingkungan yang kacau, tidak tenang dan tidak terkendali akan

membentuk kepribadian yang kurang baik. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa kepribadian terbentuk dari keadaan-keadaan lingkungan, baik lingkungan

fisik maupun sosial yang terjalin di tengah masyarakat dan keluarga yang dibawa

sejak lahir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Selain faktor-faktor tersebut, faktor lain yang ikut mempengaruhi

perkembangan kepribadian menurut Caraka (2002: 24-29) antara lain Tuhan,

agama dan kampus.

a) Tuhan

Ada orang yang begitu sibuk memperkembangkan kepribadiannya dengan

bergaul dengan sesama manusia, hingga lupa bergaul dengan Tuhan. Padahal

relasi dengan Tuhan dapat membantu seseorang menjadi pribadi yang dewasa,

pribadi yang mampu mendengarkan suara hati dan pribadi yang bertanggung

jawab. Allah telah mengutus Tuhan sebagai teladan pribadi yang sempurna. Kasih

Allah mendorong manusia untuk berusaha semakin mendekati teladan itu dan

rahmat-Nya akan mendukung usaha tersebut. Orang yang dekat dengan Tuhan

biasanya perkembangan kepribadiannya akan baik karena kerap meneladani

kepribadian Tuhan.

b) Agama

Agama mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian.

Agama menjadi tempat untuk memperkembangkan nilai-nilai iman, harapan dan

kasih. Nilai-nilai iman memberi keyakinan bahwa kepribadian ideal merupakan

cita-cita yang tepat. Harapan menumbuhkan sikap optimis dalam hidup dan

keyakinan akan kemampuan untuk berkembang. Tanpa kemampuan mengasihi

dengan tulus, orang tidak akan mencapai kepribadian yang dewasa. Dengan

demikian agama memberikan pandangan hidup yang mengarah cara berpikir dan

sikap seseorang. Berkat inilah kepribadian yang sedang berkembang dapat

menjadi utuh dan seimbang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

c) Kampus

Kampus mempunyai pengaruh yang kuat atas perkembangan kepribadian.

Mengembangkan bakat dan kepribadian manusia secara penuh dan utuh sehingga

tercapai taraf kedewasaan intelektual, psikologis, moral, dan artistik demi

pelayanan kepada sesama. Mengembangkan tiga nilai unggulan dimensi

kemanusiaan dibidang ilmu, teknologi, dan seni, yakni kompetensi (competence),

kesadaran etis (conscience), dan bela rasa (compassion).

5. Proses Perkembangan Kepribadian

Kepribadian tidak tumbuh dan berkembang secara instan melainkan

melalui proses. Setiap individu harus melewati serangkaian tahap perkembangan

dalam proses menjadi orang dewasa. Kartini Kartono (1984: 121-122)

mengemukakan bahwa kepribadian seseorang bertumbuh dan berkembang melalui

tiga proses, yaitu:

a. Individualisme

Individualisme adalah suatu proses menjadi manusia, perubahan masa bayi

yang sangat bergantung menjadi tidak bergantung. Proses ini membantu individu

memperluas kesadaran identitas pribadinya, penerimaan diri, dan kepastian akan

dirinya.

b. Sosialisasi

Sosialisasi yaitu suatu proses dinamis di mana individu mempelajari

keterampilan-keterampilan, informasi, dan pemahaman kebutuhan, berhubungan

secara efektif dengan orang lain.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

c. Integrasi

Integrasi merupakan suatu proses yang mengkombinasikan, mengorganisir

dan mengerjakan bersama bagian-bagian yang berbeda atau sifat-sifat khas dari

seseorang individu menuju ke tingkat yang lebih tinggi sebagai sesuatu

keseluruhan yang kompleks.

Dalam ketiga proses tersebut, setiap individu mempunyai pengalaman-

pengalaman. Pengalaman-pengalaman tersebut bisa saja pengalaman yang

menyenangkan dan bisa saja pengalaman yang tidak menyenangkan. Pengalaman-

pengalaman yang diperoleh individu dalam proses di atas, baik secara langsung

maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian

individu. Pengalaman-pengalaman tersebut dapat bersifat positif (membantu)

maupun bersifat negatif menghambat perkembangan kepribadian. Semua itu tentu

tergantung dari bagaimana individu mengolah pengalaman-pengalaman yang

diterimanya.

6. Ciri-ciri Perkembangan Kepribadian

Kepribadian merupakan apa yang ditampilkan oleh seseorang. Orang yang

kepribadiannya berkembang secara sehat tentu akan menampilkan sesuatu yang

membawa dampak positif baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Menurut

Allport dalam Schultz (1991: 30-36) ada 7 kriteria yang menandakan kepribadian

berkembang secara sehat, antara lain: perluasan diri, hubungan hangat atau akrab

dengan orang lain, keamanan emosional, persepsi realistis, keterampilan-

keterampilan dan tugas, pemahaman diri dan filsafat hidup yang mempersatukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

a. Perluasan Perasaan Diri

Perluasan perasaan diri ketika diri seseorang berkembang, maka diri orang

tersebut meluas menjangkau banyak orang dan benda. Kemudian ketika lingkaran

pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita

yang abstrak. Dengan kata lain, ketika seseorang menjadi matang, dia akan

mengembangkan perhatian-perhatian di luar diri. Akan tetapi tidak cukup jika

hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang di luar diri, misalnya seperti

pekerjaan belumlah cukup. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan

penuh.

Allport menambahkan bahwa partisipasi otentik yang dilakukan oleh

orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia. Orang harus

meluaskan diri dalam aktivitas. Suatu aktivitas harus relevan, penting dan berarti

bagi diri orang tersebut, apabila seseorang mengerjakan sesuatu pekerjaan karena

ada perasaan percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, atau

menyenangkan, maka orang tersebut merupakan seorang partisipan yang otentik.

Semakin seseorang terlibat secara penuh dalam berbagai aktivitas, orang atau ide,

maka ia akan semakin sehat secara psikologis dan menjadi perluasan perasaan

diri.

b. Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain

Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-

orang lain, yaitu kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.

Orang yang memiliki kepribadian atau orang yang sehat secara psikologis akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

mampu memperlihatkan keintiman atau cinta terhadap orang-orang yang

dicintainya, misalnya saja orang tua, saudara, teman, dan lain-lain.

Sedangkan perasaan terharu, tipe kehangatannya yang kedua adalah suatu

pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan

semua orang tanpa membeda-bedakan. Orang yang berkepribadian memiliki

pemahaman akan kondisi orang lain dan mampu berempati dengan orang lain.

c. Keamanan Emosional

Keamanan emosional meliputi penerimaan diri, menerima emosi manusia

dan sabar. Penerimaan diri merupakan kemampuan untuk menerima kelemahan

atau kekurangan tanpa menyerah pada titik kelemahan melainkan berproses untuk

memperbaiki diri. Kualitas berikutnya ialah mampu menerima emosi-emosi

manusia dan berusaha mengontrolnya sehingga tidak mengganggu aktivitas

pribadi dan mengarahkan pada hal-hal yang lebih baik.

Orang yang memiliki kepribadian akan selalu sabar ketika menghadapi

masalah dalam hidup tanpa menyerahkan diri kepada kekecewaan melainkan

berusaha memikirkan cara-cara yang berbeda untuk mencapai tujuan yang

diharapkan.

d. Persepsi Realistis

Orang yang berkepribadian akan memandang dunia mereka secara

obyektif, dan memiliki kemampuan memandang orang lain tanpa prasangka.

Mereka tidak lagi percaya bahwa orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat

atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadinya. Mereka menerima

realitas sebagaimana adanya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

e. Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas

Orang yang berkepribadian tidak akan merasa cukup hanya dengan

memiliki keterampilan yang relevan, melainkan ia akan berpikir untuk

mengembangkan dan menggunakan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya

secara iklas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya dalam

pekerjaan atau tugas pekerjaannya. Orang yang berkepribadian akan melakukan

pekerjaan yang penting dengan dedikasi, komitmen dan keterampilan-

keterampilan.

f. Pemahaman Diri

Seseorang yang memiliki kepribadian yang utuh dan sehat berarti telah

mencapai pemahaman diri dan pengenalan diri yang menuntut pemahaman

tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki

seseorang dengan gambaran dirinya sendiri menurut keadaan yang sesungguhnya.

Ia akan terbuka terhadap pendapat orang lain dalam merumuskan suatu gambaran

diri yang obyektif.

g. Filsafat Hidup yang Mempersatukan

Orang yang memiliki pribadi yang sehat dan utuh selalu mengarahkan

hidupnya ke masa depan dengan didorong oleh tujuan-tujuan tertentu dan

rencana-rencana jangka panjang. Mereka mempunyai keinginan kuat untuk

mengerjakan sesuatu sampai selesai, mereka mempunyai arah hidup. Arah

membimbing semua segi kehidupan menuju suatu tujuan atau rangkai tujuan serta

memberikan orang tersebut suatu alasan untuk hidup. Selain itu, suara hati juga

berperan dalam suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

berkepribadian sehat dan matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung

jawab kepada diri sendiri dan kepada orang lain, dan mungkin berakar dalam

nilai-nilai agama atau ciri-ciri etis. Seorang pribadi yang matang telah

mengembangkan berbagai macam unsur seperti tujuan, nilai, suara hati dan

pandangan-pandangan yang membuat menjadi terarah.

7. Manfaat Perkembangan Kepribadian

Agus Sujanto (1980: 5-6) menyatakan bahwa manfaat dari perkembangan

kepribadian adalah manusia dapat mengetahui pribadi seseorang, itu merupakan

hal yang pertama dan utama, orang atau diri sendiri. Hal itu dapat diketahui

dengan melakukan intropeksi diri, yaitu melihat kepada diri sendiri, dengan begitu

orang dapat mengoreksi dirinya sendiri. Dengan demikian orang dapat langsung

merubah ketika melakukan kekeliruan sebelum orang lain merubahnya atau

sebelum merugikan orang lain dan diri sendiri.

Kepribadian akan membuat seseorang menjadi lebih bermakna dalam

hidupnya. Dengan kepribadian seseorang dapat menunjukkan bahwa dirinya

mempunyai kualitas hidup. Orang yang memiliki kepribadian tidak akan pernah

merasa takut dalam menghadapi segala hal yang terjadi dalam hidupnya.

Kepribadian yang utuh mendorong seseorang untuk lebih bertanggung jawab

dalam hidupnya dan tidak mudah putus asa dalam mencapai cita-cita dan masa

depan yang lebih baik.

Senada dengan pendapat di atas, Alwison (2004: 51-55) mengemukakan

bahwa tujuan hidup adalah mencapai aktualisasi diri, atau memiliki ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

kepribadian yang membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya. Individu yang

mampu membuat kehidupan menjadi sebaik-baiknya adalah pribadi yang

berfungsi penuh. Perkembangan kepribadian yang berfungsi penuh tersebut

meliputi lima ciri, yaitu: keterbukaan pada pengalaman, keterbukaan eksistensial,

kepercayaan terhadap orang lain, perasaan bebas dam kreativitas.

a. Keterbukaan pada pengalaman

Keterbukaan pada pengalaman memiliki arti bahwa seseorang tidak

bersifat kaku tetapi fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang

diberikan oleh kehidupan, tetapi juga menggunakan dalam membuka

kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.

b. Keterbukan Eksistensial

Keterbukaan eksistensial merupakan kehidupan seseorang yang tidak

mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman-pengalaman

melainkan dapat menyesuiakan diri karena kepribadiaannya terus menerus

terbuka kepada pengalaman-pengalaman baru.

c. Kepercayaan terhadap Orang Lain

Kepercayaan terhadap orang lain mempunyai arti bahwa orang

bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang

sangat diandalkan dalam pengambilan keputusan daripada rasional dan

intelektual ketika mengalami situasi sulit. Orang yang berfungsi secara utuh

dapat bertindak bijaksana dalam berprilaku dan mempunyai kebebasan serta

memperhatikan konsekuensi-konsekuensi.

d. Perasaan Bebas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin ia mengalami

kebebasan untuk memilih dan bertindak. Ia memiliki perasaan berkuasa secara

pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan bergantung pada

dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan dan peristiwa masa lampau.

Oleh karena itu, ia mempunyai banyak pilihan dalam kehidupan dan merasa

mampu melakukan apa saja yang dapt dilakukan.

e. Kreativitas

Seorang pribadi yang kreatif akan bertindak dengan bebas serta

menciptakan hidup dan dapat mewujudkan kebutuhan serta potensinya secara

kreatif dengan cara yang memuaskan. Orang yang kreatif tidak akan merasa

terbelenggu dalam peraturan konvensional serta kebiasaan masyarakat. Orang

yang memiliki pribadi yang penuh akan lebih mampu menyesuaikan diri dan

bertahan pada perubahan-perubahan yang drastis dalam kondisi-kondisi yang

dihadapi.

C. Dampak Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian

Pada bagian terakhir bab ini penulis akan menjelaskan dampak kebiasaan

berrefleksi bagi perkembangan kepribadian. Jika dilihat dari segi psikologi,

kebiasaan refleksi berdampak bagi perkembangan kepribadian. Seseorang yang

terbiasa melakukan kegiatan refleksi tentu akan memiliki pribadi yang utuh

karena setiap kegiatan yang dilakukan ia mencoba menemukan makna dan nilai

yang menjadikan dirinya lebih baik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Refleksi merupakan tanggapan secara mendalam dan kritis seseorang atas

pengalamannya sendiri. Melalui proses refleksi mahasiswa berusaha semakin

memahami makna hidup dan konsekuensi dari pengalaman sehingga mampu

memilih tindakan yang cocok untuk pengembangan dirinya. Refleksi sebagai

kegiatan intelektual dan afektif dimana mahasiswa terlibat dalam upaya

mengeksplorasi pengalaman dalam rangka mencapai pemahaman dan menemukan

nilai yang dapat memperkembangkan hidupnya ke arah yang mampu membawa

perubahan positif pada dirinya.

Mengingat pentingnya perkembangan kepribadian bagi kehidupan, upaya

untuk memperkembangkan kepribadian individu perlu terus dilakukan untuk

mencapai kehidupan yang lebih baik. Kebiasaan refleksi ialah cara agar seseorang

dapat semakin berkembang dalam segi kepribadiannya, ketika seseorang dapat

melakukan kegiatan berrefleksi setiap harinya maka akan mampu menjadi pribadi

yang lebih baik.

Kebiasaan berrefleksi tidak muncul dengan sendirinya melainkan

membutuhkan latihan-latihan secara khusus. Dalam hal ini mahasiswa perlu

melatih dirinya secara terus menerus untuk membentuk kebiasaan berrefleksi

sehingga kebiasaan berrefleksi yang dilakukan dapat lebih terarah dan semakin

maksimal. Kegiatan berrefleksi yang dijadikan suatu kebiasaan dan dilaksanakan

secara konsisten dan berkelanjutan akan membantu seseorang lebih siap mengolah

pengalamannya sehingga mejadi bahan baginya untuk tumbuh dan berkembang

menjadi dirinya, yaitu pribadi yang semakin dewasa dan peduli terhadap sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

GAMBARAN KEBIASAAN REFLEKSI MAHASISWA PAK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA DAN DAMPAKNYA BAGI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN YANG UTUH

Bab III ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai

seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi

perkembangan kepribadian. Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan

tentang pengertian kebiasaan berrefleksi, perkembangan kepribadian serta

dampaknya kebiasaan berrefleksi bagi perkembangan kepribadian.

Untuk mengetahui sejauh mana mahasiswa telah terbiasa berrefleksi dan

dampaknya bagi perkembangan kepribadian maka penulis menyusun bab III

dalam beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis menguraikan

gambaran umum prodi PAK Universitas Sanata Dharma yang meliputi visi, misi,

tujuan, gambaran umum serta pembelajaran dan suasana akademik. Bagian kedua

membahas mengenai penelitian yang mencakup: latar belakang, variabel, definisi

konseptual, tujuan, jenis, instrumen pengumpulan data, responden, tempat, waktu

serta kisi-kisi instrumen penelitian.

Bagian berikutnya berupa laporan hasil penelitian. Laporan disajikan

berdasarkan penelitian yang diadakan di kampus PAK, selanjutnya dibahas dan

dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk memperoleh pembuktian

mengenai seberapa jauh mahasiswa PAK telah terbiasa berrefleksi dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dampaknya bagi perkembangan kepribadian. Pada bagian bab akhir berupa

kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk menyusun upaya pada bab

berikutnya.

A. Gambaran Umum Prodi PAK-USD

1. Sejarah Singkat Prodi PAK

Prodi PAK didirikan pada tanggal 1 Agustus 1962 yang waktu itu

menyandang nama Yayasan Akademik Kateketik Katolik Indonesia (AKKI).

Kemudian pada tanggal 31 Maret 1971 AKKI berubah nama menjadi Sekolah

Tinggi Kateketik Pradnyawidya, berdasarkan proses Sekolah Tinggi Kateketik

Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana

penuh dipadukan kedalam bentuk baru berupa program sarjana satu (S1) dengan

nama Sekolah Tinggi Filsafat Kateketik Pradnyawidya atau biasa disebut STFK.

Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama program

studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD

berubah menjadi program studi dengan nama Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) dan menjadi bagian FKIP USD.

Prodi PAK pada tahun 2004 mengajukan akreditasi kepada BAN PT dan

pada 21 April 2004 berdasarkan SK ketua BAN-PT No: 014/BAN-PT/Ak-

VII/S1/IV/2004 mendapatkan skor 393 dengan peringkat A. 5 tahun berikutnya,

prodi mengajukan lagi akreditasi dan pada tanggal 19 juni 2009 berdasarkan SK

BAN-PT No: 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009 mendapatkan skor 377 dengan

peringkat A. Setelah 2 kali berturut-turut mendapat peringkat A, prodi

memutuskan mengikuti gerak universitas dengan mengenakan cara pandang baru


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dalam melaksanakan visi dan misi yang dituangkan dalam Renstra Prosi 2009-

2013. Cara pandang yang dimaksud adalah outward looking yakni cara pandang

yang lebih berorientasi pada tindakan yang perlu dilakukan oleh prodi supaya

secara aktif berperan serta dalam pembangunan Gereja Indonesia dengan cara

memanfaatkan secara optimal potensi internal yang ada di dalam prodi. Cara

pandang yang baru ini dipahami oleh prodi sesuai dan relevan sejak 51 tahun yang

lalu untuk ikut meningkatkan pengembangan hidup beriman umat Katolik dan

mengembangkan karya-karya katekese di Indonesia.

Kekhasan Prodi PAK adalah adanya kesadaran dan penghayatan bahwa

belajar di Prodi PAK merupakan suatu panggilan khusus dari Tuhan sendiri.

Kesadaran akan panggilan Tuhan untuk mewartakan sabda-Nya memotivasi

mereka secara religius dalam belajar. Sedangkan peluang mahasiswa untuk

memperkembangkan diri secara utuh sungguh menjadi salah satu prioritas utama

Prodi. Dengan penuh kesadaran Prodi PAK memadukan pelaksanaan mata kuliah-

mata kuliah kurikuler yang berstatus sks dengan mata kuliah yang berstatus ko-

kurikulertanpa nol sks, disertai kegiatan ekstrakurikuler.

Di dalam Prodi PAK kurikulum dipandang sebagai jalan yang harus

ditempuh atau proses yang harus dilalui untuk mencapai profil lulusan yang

dicita-citakan. Walaupun kurikulum bukan segalanya, tetapi perannya sangat

strategis dalam membantu lulusan menjadi guru-guru agama katolikatau katekis

yang berintegritas dan beriman secara mendalam. Integritas pribadi dan

kedalaman iman terwujud bukan hanya melalui banyaknya informasi dan prestasi

akademis yang dicapai oleh mahasiswa melainkan melalui refleksi pengalaman


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

dan pembinaan spiritualitas. Prodi melalui kurikulum, kegiatan rohani,

kokurikuler, dan ekstrakulikuler menyediakan sarana dan menciptakan atmosphir

yang memungkinkan, bahkan mendorong mahasiswa untuk membina spiritualitas

dan merefleksikan serta memaknai pengalaman hidup dan studinya.

2. Visi dan Misi Prodi PAK-USD

Visi Prodi PAK:

“Prodi PAK sebagai lembaga pendidikan mendidik calon Sarjana Pendidikan

Agama Katolik yang beriman tangguh dan profesional demi terwujudnya Gereja

yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat”.

Misi Prodi PAK:

a. Mendidik kaum muda menjadi Sarjana Pendidikan Agama Katolik yang dapat

berprofesi sebagai Guru Agama Katolik, Katekis, Pengembangan karya katekese

dalam konteks Gereja Indonesia.

b. Mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi terwujudnya masyarakat

Indonesia yang semakin bermartabat.

3. Tujuan Prodi PAK-USD

Prodi IPPAK mempunyai tujuan yaitu:

a. Menghasilkan Sarjana pendidik Agama Katolik yang beriman mendalam,

berkompeten, berkepribadian, dan berintegritas dengan sikap yang unggul dan

dapat membantu sesama umat beriman mengembangkan iman, yang dapat

berprofesi menjadi Guru Agama Katolik, Katekis, dan Pengembangan karya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

katekese melalui kerjasama dengan tokoh-tokoh umat dan pemimpin gerejawi

lainnya.

b. Menghasilkan karya-karya pengembangan katekese. Prodi PAK adalah salah satu

prodi yang mempelajari tentang pendidikan agama katolik, bukan hanya

pendidikan namun juga belajar tentang katekese. Sebagai calon pendidik iman

tentu harus memahami tentang katekese, tujuan, arah katekese dan kebutuhan

umat. Mahasiswa di haruskan untuk mampu menggali dan mendalami katekese

supaya ketika sudah lulus dan terjun langsung umat mahasiswa dapat berkatekese

dengan baik dan menjawab semua kebutuhan umat sehingga iman umat dapat

terus berkembang dan mampu menghasilkan karya-karya katekese di tengah umat.

Tim penyusun Borang Akreditasi tahun 2013 menjelaskan bahwa Prodi

PAK - USD semakin belajar bagaimana mengembangkan kurikulum perkuliahan

yang relevan untuk zaman sekarang ini terutama akan kebutuhan umat yang akan

dilayani. Karena zaman yang semakin berkembang maka dosen juga semakin

mempersiapkan diri dengan meningkatkan produktivitas, kualitas mengajar, dan

juga penelitian. Itu semua dilakukan oleh dosen PAK untuk mempersiapkan

mahasiswanya agar dapat menghadapi tuntutan zaman sekarang.

Menghadapi berkembangnya zaman dan tuntutannya, Prodi PAK tidak

berdiam diri untuk melakukan perubahan misalnya dengan semakin

berkembangnya program-program unggulan semisal Teater Rakyat, dimana

kegiatan ini mengasah kemampuan mahasiswa-mahasiswi untuk mampu

mengolah dan juga mengemukakan pendapatnya mengenai masalah atau isu yang

sedang hangat di masyarakat. Selain itu ada Pembinaan Spiritualitas yang ada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

tiap semester (mulai dari semester I sampai VIII). Dalam Pembinaan Spiritualitas

ini terdapat tema-tema yang diolah pada tiap semester. Tema-tema ini diharapkan

memacu mahasiswa-mahasiswi untuk semakin mampu melihat dirinya sebagai

pribadi yang otentik dan juga menghargai temannya yang lain. Tapi yang paling

utama mahasiswa mampu mendapatkan ilmu terutama akan pelatihan soft skills.

4. Gambaran Umum Mahasiswa-mahasiswi PAK - USD

Mahasiswa-mahasiswi PAK sangat beragam, karana datang dari berbagai

suku, budaya, daerah yang berbeda-beda namun di kampus PAK semua disatukan

tanpa melihat perbedaan satu sama lain. Kaum awan dan religius semua menyatu

dengan rasa kekeluargaan yang begitu erat, tanpa melihat status dan pangkat.

Pengalaman penulis pada awal kuliah merasa segan ketika berbincang dengan

kaum religius, karena penulis merasa mereka berbeda dengan kaum kaum awam.

Namun, seiring berjalannya waktu menjadi terbiasa justru merasa bahwa ini

adalah anugrah bisa bersahabat dan dekat dengan kaum religius. Di kampus PAK

ini penulis merasa menemukan banyak saudara karena antara dosen dengan

mahasiswa sangat menjalin relasi yang begitu baik dengan begitu penulis merasa

bahwa di kampus PAK ini adalah rumah yang mampu memberi kebahagiaan.

Di prodi PAK, mahasiswa-mahasiswi mempunyai dosen pembimbing

(DPA) masing-masing untuk mendampingi studi selama kuliah, dan juga

mendampingi ketika ada persoalan, sehingga tidak mengganggu kelancaran studi.

DPA juga mengamati berkembangnya mahasiswa-mahasiswi di dalam proses

kuliah maupun di luar kuliah. Ini semua terjalin dengan baik dan penuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

keakraban. Penulis merasa bahwa DPA ini sangat penting karena penulis merasa

memiliki orang tua baru yang selalu bisa membimbing kita disaat mengalami

kesusahan dan selalu memberi saran yang terbaik.

Selain belajar katekese, diawal studi mahasiswa-mahasiswi prodi PAK

dibekali bagaimana dapat mengekspresikan diri lewat mata kuliah yang

mendukung, seperti teater dan pembinaan ekspresi. Di sini mahasiswa-mahasiswi

dilatih untuk berani tampil di muka umum, mampu berkomunikasi dengan efektif,

serta mampu mengutarakan ide (gagasan) di dalam kelompok. Mahasiswa dilatih

untuk berani mengutarakan pendapat, dan berani berbicara di depan umum, agar

ketika terjun langsung ke umat mahasiswa sudah bisa menghadapi umat dan

mampu mengkomunikasikan katekese dengan baik.

Selain itu, di prodi PAK juga mengajak mahasiswa untuk terlibat dalam

organisasi-organisasi yang ada di Universitas Sanata Dharma, baik lingkup Prodi

maupun Universitas. Dengan harapan agar mahasiswa dapat menjalin komunikasi

dan bertukar pengalaman dengan mahasiswa lainnya.

Prodi PAK juga menyelenggarakan kegiatan yang mendukung

mahasiswanya seperti kuliah umum, misa kampus yang diadakan tiap minggu

pertama setiap bulan, retret dan juga rekoleksi dan kegiatan rohani lain yang

mendukung. Dengan kegiatan tersebut diharapkan mahasiswa-mahasiswi PAK

mampu mendalami panggilannya sebagai calon ketekis atau pendidik iman.

Mahasiswa-mahasiswi PAK setelah lulus dituntut mempunyai soft skllis

untuk mendukung pelayanannya sebagai guru agama maupun katekis. Prodi

mempunyai tujuan yaitu menghasilkan lulusan yang berkarakter utuh dan kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

dalam 3 C, yaitu competence, conscience, dan compassion. Semua ini bertujuan

untuk membina lulusan yang berbudi luhur, berkarakter, jujur, bertanggungjawab,

dan juga disiplin. Ini juga didasari oleh nilai-nilai Kristiani dan juga visi Ignasian.

Dalam nilai-nilainya, prodi menekankan bahwa lulusannya harus mampu

mempunyai profesionalitas dalam mendidik, mampu mempunyai kreativitas

dalam mendidik, dan juga membangun sikap murah hati.

Ciri khas yang lebih ditekankan lagi di prodi PAK ialah mahasiswa-

mahasiswi mendapatkan pelayanan, baik itu dari para dosen maupun dari pihak

universitas sendiri. Setiap semesternya prodi PAK selalu memberi mata kuliah

Pembinaan Spiritualitas, meskipun kuliah ini tidak memberi bobot SKS tetapi

bagi penulis kuliah Pembinaan Spiritualitas ini sangat penting dan mendukung

perkembangan kepribadian mahasiswa. Yang dapat membawa semangat dan

motivasi mahasiswa untuk terus menggali dan menggali sejauh mana imannya

berkembang dan mendekatkan mahasiswa dengan Yesus Kristus.

5. Pembelajaran dan Suasana Akademis Prodi PAK-USD

Proses pembelajaran di Prodi PAK berlangsung dengan lancar tertib dan

disiplin, karena dukungan sistem informasi akademik yang telah dikembangkan

oleh BAPSI (Biro Adiministrasi Perancanaan dan Sistem Informasi), fasilitas

buku-buku perpustakaan prodi yang memadahi, dedikasi dosen dan yang lebih

utama adalah partisipasi mahasiswa. Pembelajaran dilaksanakan dengan berpusat

pada kebutuhan mahasiswa dengan menekankan peran aktif mereka. Metode

dialog, diskusi kelompok, praktikum, pengamatan, dan presentasi merupakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

pilihan utama metode para dosen Prodi PAK. Untuk monitoring proses

pembelajaran, Pusat Peningkatan dan Penjaminan Mutu Pembelajaran (P3MP)

Universitas Sanata Dharma setiap tahun mengadakan pelatihan dan memberikan

dana insentif bagi para dosen untuk meningkatkan proses pembelajaran dengan

menggunakan Model Pendagogi Ignatian. Suasana akademik sudah tercipta tetapi

sangat perlu untuk ditingkatkan terutama kegiatan prodi untuk

mempertanggungjawabkan secara ilmiah pendekatan pembelajaran yang

dilaksanakan oleh para dosen.

Sedangkan kompetensi yang mendukung lulusan dari prodi PAK adalah

mahasiswa yang menguasai dasar-dasar ilmu teologi dan mampu menguasai

dasar-dasar ilmu pendidikan. Mata kuliah di Prodi PAK wajib diambil seluruhnya

oleh mahasiswa karena sudah sesuai dengan yang dibutuhkan. Selain mata kuliah

yang berbobot 2 SKS, ada juga mata kuliah yang nol ( 0 ) SKS. Ini menjadi

kekhasan kokuriluler prodi PAK karena bertujuan agar mahasiswa memiliki bekal

ketrampilan berekspresi, memiliki kerohanian yang kuat, dan juga berkepribadian

yang mantab. Mata kuliah kokurikuler ini juga menjadi prasyarat dalam yudisium.

Praktek lapangan menjadi salah satu hal yang penting bagi prodi PAK,

karena beberapa mata kuliah harus dipraktekkan setelah memahami teori.

Misalnya mata kuliah PPL PAK Dasar dan Menengah dimana mahasiswa-

mahasiswi terjun secara langsung mengajar di sekolah, begitu juga ada KKN

(KBP/Karya Bakti Paroki) yang terjun langsung ke tengah-tengah hidup umat di

paroki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Suasana akademis di prodi PAK selama ini penulis rasakan sangat kental

dengan persaudaraan dan saling membantu satu sama lain. Rasa persaudaraan itu

terbina antar mahasiswa, antar dosen, dan juga karyawan. Pada umunya hubungan

serta partisipasi mahasiswa terhadap segala kegiatan di kampus begitu aktif

terlibat dan sangat mendukung misalnya ketika semester II ada kegiatan Teater

Rakyat yang itu merupakan salah satu dari mata kuliah, semester yang lain pun

ikut mengapresiasi dengan menyaksikan penampilan mereka.

Ada hal lain yang membuat prodi PAK berbeda dari prodi lain yaitu

bagaimana sikap persaudaraan dan kekeluargaan dipupuk di dalam kampus.

Misalnya ketika perkuliahan berlangsung mahasiswa pun dapat berpartisipasi

secara aktif. Keterlibatan mahasiswa ini merupakan dampak dari pembelajaran

yang menyentuh pribadi mereka karena paradigma yang digunakan di prodi

IPPAK didasarkan pada pedagogi reflektif. Maka di setiap kegiatan maupun

pembelajaran selalu dilengkapi dengan refleksi dan evaluasi, hal ini tidak lepas

dari spiritualitas yang dihidupi oleh lembaga yaitu Spiritualitas Ignasian.

Selain itu, dosen termasuk DPA (Dosen Pembimbing Akademis)

melakukan monitoring kepada mahasiswanya misalnya dengan mengadakan

pertemuan rutin atau bertanya hal-hal yang dapat membantu mahasiswa untuk

semakin serius dalam kuliah. Prodi PAK menyediakan segala hal untuk

membantu mahasiswa mengembangkan dirinya dalam berbagai bidang misalnya

dalam berorganisasi maupun hal-hal yang dapat membantu mahasiswa semakin

berkembang dan mengasah soft skill, misalnya dalam acara makrab yang

merancang dan mengurus semua kegiatan dari mahasiswa atau ketika ada kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

seminar dosen mahasiswa diminta membantu serta ikut terlibat dalam seminar

tersebut.

Sikap saling menghormati, menerima dan saling percaya antar

pendamping dan juga mahaiswa merupakan kekhasan prodi PAK. Dosen

mengenakan pendekatan secara personalis supaya tercipta suasana yang nyaman

dalam proses perkuliahan maupun pendampingan. Suasana keterbukaan itu

menyingkirkan rasa tak aman, namun mahasiswa juga mempunyai sikap tenggang

rasa karena saling menghargai perbedaan di antara mereka. Selain itu di dalam

kampus ada suasana kebersamaan dan kerjasama, karena pada dasarnya manusia

adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Dalam kebersamaan itu

seseorang dapat tumbuh dan berkembang baik itu dari segi pribadi maupun hidup

sosialnya juga berpengaruh untuk segi spiritualitasnya. Dalam prodi PAK

kegiatan kebersamaan cukup banyak misalnya kuliah umum, Makrab, Rekoleksi

Prodi, dan Misa kampus.

B. Penelitian Tentang Kebiasaan Refleksi Bagi Perkembangan Kepribadian

Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma

1. Latar Belakang

Penulis ingin melakukan penelitian bagi mahasiswa-mahasiswi PAK

tentang sejauh mana mereka telah terbiasa berrefleksi dan apa dampaknya bagi

perkembangan kepribadian. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendapatkan

gambaran apakah kebiasaan berrefleksi ada dampaknya bagi perkembangan

kepribadian mahasiswa PAK.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Mahasiswa-mahasiswi perlu memiliki kepribadian yang baik, apalagi

sebagai calon pendidik guru agama Katolik itu sangat penting memiliki

kepribadian yang dapat memperkembangkan diri mereka, karena menjadi seorang

guru itu harus memberi teladan dan tindakan yang baik bukan hanya kepada

siswanya tetapi kepada semua orang. Untuk memiliki kepribadian yang baik itu

bukan hal yang mudah, karena sekarang ini mahasiswa mudah sekali terpengaruh

dan terbawa aruz zaman.

Menurut Given (2008: 302) kemampuan berefleksi yang dikembangkan

secara serius akan membatu mahasiswa mengatasi berbagai masalah, mampu

membuat keputusan, mampu memahami situasi sulit, dan melaksanakan tugas

intelektual lain yang membebani dengan baik. Oleh karena itu kemampuan

reflektif mahasiswa perlu dipupuk karena refleksi membantu mahasiswa

mengenali dirinya sendiri dengan kesadaran yang penuh. Pengenalan akan diri

dengan kesadaran penuh akan membantu dalam memperkembangkan kepribadian

menjadi manusia yang semakin dewasa.

Berdasarkan pengalaman penulis dan melihat mahasiswa angkatan 2012

banyak mahasiswa yang sulit jika diminta untuk berrefleksi. Mereka melakukan

refleksi hanya sebatas tuntutan untuk memenuhi tugas mata kuliah yang

bersangkutan bukan karena keinginan dari diri sendiri, sehingga sangat sulit untuk

menemukan makna atau nilai dari apa yang telah mereka pelajari atau lakukan.

Penulis merasa bahwa menanamkan kebiasaan berrefleksi itu sangat penting bagi

perkembangan hidup mahasiswa, dengan menanamkan kebiasaan berrefleksi

dapat mengantarkan seseorang kedalam kehidupan rohani yang lebih dalam.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Penulis sudah membuktikan sendiri hidup tanpa berrefleksi dan hidup

menanamkan kebiasaan berrefleksi. Seseorang yang tidak pernah berrefleksi

hidupnya akan dangkal, mereka hanya mencari yang enak-enak saja dan

pandangnya begitu sempit sehingga seseorang yang tidak pernah melakukan

refleksi sulit untuk diajak berproses dan hidupnya tidak akan pernah berkembang.

Sedangkan seseorang yang sudah terbiasa melakukan refleksi maka hidupnya

akan lebih terarah dan dapat berproses dalam setiap kegiatan yang dilakukan.

Kebiasaan berrefleksi dalam proses pembelajaran memang sangat penting,

karena keberhasilan belajar mahasiswa tidak hanya didukung oleh kemampuan

kognitifnya saja, namun lebih ditentukan oleh kemampuan dalam merrefleksikan

proses pembelajaran. Berangkat dari beberapa persoalan yang muncul perlu

kiranya penulis meneliti seberapa jauh mahasiswa PAK melakukan kegiatan

refleksi dan adakah dampaknya bagi perkembangan kepribadiannya.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan gambaran sejauh mana mahasiswa memiliki kebiasaan untuk

berrefleksi.

2. Mendapat gambaran apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi

perkembangan kepribadian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan penulis gunakan adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan

dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individual maupun kelompok (Sudjana Nana, 2012: 60).

Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang ada, baik itu alamiah atau

rekayasa manusia (Sudjana Nana, 2012: 72). Sedangkan metode deskriptif analitis

merupakan metode yang menganalisis suatu data yang ditinjau dari dua hal yakni

kenyataan dan ketentuan yang ada.

Desain penelitian ialah Ex Post Facto, Sugiyono (2013: 7)

mengungkapkan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu penelitian yang

dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan

melihat ke belakang faktor-faktor yang relevan, mempengaruhi atau menimbulkan

kejadian atau peristiwa tersebut. Pengertian ini senada dengan pendapat Sugiyono

(1997: 7) yang menyatakan bahwa penelitian Ex Post Facto adalah suatu

penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah

ada dengan melihat kebelakang faktor-faktor yang relevan yang mempengaruhi

atau menimbulkan kejadian atau peristiwa tersebut.

4. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 38) variabel penelitian merupakan suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Kebiasaan berrefleksi

b. Perkembangan kepribadian

5. Definisi Operasional

a. Kebiasaan Berrefleksi

Menurut Subagya (2008: 25) kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah

menjadi rutinitas dan membentuk pola hidup seseorang untuk membantu

mengingat, menghadirkan kembali dan mengolah pengalaman tersebut

sehingga memberi daya gerak untuk berkembang.

b. Perkembangan kepribadian

Menurut Syamsu Yusuf (2007: 127) berpendapat bahwa perkembangan

kepribadian diartikan sebagai kualitas perilaku individu yang didasari oleh

nilai, sikap dan tindakan seseorang dalam melakukan penyesuaian diri secara

menyeluruh serta mau mendengarkan kerinduan hatinya dan bertindak untuk

melayani.

6. Responden dan Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi mahasiswa-mahasiswi PAK. Penulis

mengambil sampel mempergunakan teknik random sampling yaitu mengambil

sampel secara acak sederhana sesuai dengan responden yang sudah ditentukan.

Sedangkan penulis melakukan penarikan sampel dengan metode accidental


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

sampling yaitu penelitian dilakukan secara kebetulan sesuai dengan unit atau

subjek yang ada.

Penulis mengambil sampel dari tiap semester mulai dari semester I, III, V,

VII, dan IX dan pengambilan dengan sistem acak sehingga penulis mendapatkan

jumlah responden sejumlah 60.

7. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui

penyebaran kuesioner. Cara yang dilakukan adalah dengan membuat pertanyaan

berkaitan dengan kebiasaan refleksi dan perkembangan kepribadian. Penyebaran

angket ini diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi PAK semester I, III, V, VII,

dan IX setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti.

Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner. Instrumen ini

bersifat checklist atau daftar cek, artinya suatu daftar yang berisi subjek dan

aspek-aspek yang akan diamati. Menurut Sugiyono (2013: 142), kuesioner

merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Kuesioner merupakan instrumen pengumpulan data yang efisien dan

cukup menjawab masalah penelitian yang dicari. Kuesioner dalam penelitian ini

ditujukan untuk para mahasiswa dan menggunakan skala Likert. Menurut

Riduwan (2013: 85) skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang fenomena sosial.

Dengan menggunakan Skala Likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan

atau pernyataan (Sugiyono, 2013: 93). Aspek sangat sering dinilai sangat setuju =

5, setuju = 4 , netral = 3, tidak setuju = 2 dan sangat tidak setuju = 1. Kuesioner

yang disebarkan terdiri dari 2 bagian. Kuesioner I mengenai kebiasaan berrefleksi

dan kuesioner II mengenai dampak dari perkembangan kepribadian.

8. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kampus Prodi PAK Universitas Sanata

Dharma yang beralamat di Jl. Ahmad Jazuli no 2, Kota baru, Yogyakarta.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan September 2016.

9. Kisi-kisi

Tabel 1

Kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Nomor Jumlah

Kebiasaan a. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap 1-2 2

Berrefleksi peristiwa yang dilaluinya.

b. Mahasiswa memiliki pola hidup 3-4 2

yang lebih terarah dan mendalam.

c. Mahasiswa rutin melakukan 5-6 2

kegiatan berrefleksi setiap hari

d. Mahasiswa selalu berrefleksi setiap 7-8 2


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

mengalami kegagalan maupun

keberhasilan dalam belajar

e. Mahasiswa mampu mengolah 9-10 2

hidupnya dan terus berkembang.

Dampak dari a. Mahasiswa mampu megembangkan 11-12 2

Perkembangan diri dari segi intelektual maupun

Kepribadian kepribadian

b. Mahasiswa memiliki integritas dan 13-14 2

rasa tanggung jawab.

c. Mahasiswa mampu mendengarkan 15 1

suara hati dan peduli terhadap

sesama 16 1

d. Mahasiswa dapat bersosialisasi

dengan lingkungan sekitar. 17-18 2

e. Mahasiswa kritis dan peka terhadap

situasi. 19-20 2

f. Mahasiswa menampilkan diri

sebagai pribadi yang dewasa dan

percaya diri.

Jumlah 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

C. Laporan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian berdasarkan

penelitian mengenai kebiasaan refleksi dan dampaknya bagi perkembangan

kepribadian mahasiswa semester I, III, V, VII dan IX di prodi Pendidikan Agama

Katolik Universitas Sanata Dharma. Penelitian tersebut dilaksanakan pada tanggal 3

- 4 Oktober 2016 menggunakan penyebaran kuesioner. Penulis mendapatkan

presentase kuesioner dengan cara membagi jumlah mahasiswa yang memilih

alternatif jawaban tertentu dengan jumlah total responden, lalu dikali 100%.

Keterangan : P = J/T x 100%

P = Presentase

J = Jumlah mahasiswa yang memilih alternatif jawaban tertentu

T = Jumlah total seluruh responden

1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Angket

Penulis melakukan penelitian dengan membagikan angket sebanyak 60

responden, dan angket yang sudah penulis bagikan semua kembali dengan jumlah

yang sama karena penulis memberikan angket tersebut perorang dengan sistem

acak. Setiap semester penulis mengambil 12 responden terdiri dari semester I, III,

V, VII dan IX.

Pada bagian ini, peneliti akan menunjukan seberapa sering mahasiswa

berrefleksi dan seberapa besar dampaknya bagi perkembangan kepribadian.

Berdasarkan kuesioner, setiap variabel terdiri dari 10 item pernyataan yang tersedia.

Perhitungan skor sebagai berikut:

Keterangan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

SS = sangat setuju (5) TS = tidak setuju (2)

S = setuju (4) STS = sangat tidak setuju (1)

N = netral (3)

Pada tabel di bawah ini, bilangan yang diikuti tanda % menunjukkan

presentase jawaban responden, sedangkan bilangan tanpa tanda % menunjukkan

jumlah jawaban responden pada item pernyataan.

a. Semester I

Tabel 3

Variabel I : Kebiasaan Berrefleksi

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1. Sejak masuk kuliah di prodi 7 3 2 0 0

PAK mahasiswa terbiasa 58,3% 25% 16,7%

berrefleksi setiap kegiatan

2. Setiap selesai kegiatan 2 3 7 0 0

melakukan refleksi baik dalam 16,7% 25% 58,7%

kelompok maupun pribadi

3. Refleksi membawa mahasiswa 5 6 1 0 0

menjadi lebih terarah 41,6% 50% 8,4%

4. refleksi membantu mahasiswa 6 5 1 0 0

menangkap makna dari apa yang 50% 41,6% 8,4%


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

telah dipelajari

5. Setiap hari meluangkan waktu 2 3 7 0 0

10-20 menit untuk berrefleksi 16,7% 25% 58,3%

6. Terbiasa melakukan refleksi 2 5 4 1 0

malam hari atau sebelum tidur 16,7% 41,6% 33,4% 8,3%

7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi 2 7 2 1 0

ketika berhasil dalam belajar 16,7% 58,3% 16,7% 8,3%

8. berrefleksi ketika sedang stres 6 4 1 1 0

50% 33,3% 8,3% 8,3%

9. Dengan refleksi mahasiswa bisa 8 4 0 0 0

belajar pengalaman masalalu 66,7% 33,3%

10. Kegiatan berrefleksi membatu 6 6 0 0 0

mahasiswa terus berproses dan 50% 50%

berkembang

Berdasarkan hasil penelitian pada variabel I, hampir 12 mahasiswa

semester 1 menjawab positif terbiasa melakukan kegiatan berrefleksi, bahkan

sebelum masuk kuliah di PAK mereka menyatakan sudah terbiasa berrefleksi.

Mereka juga setuju dengan pernyataan bahwa kebiasaan refleksi membawa hidup

mereka menjadi lebih terarah dan mampu membantu mahasiswa memaknai setiap

perjalanan. Dengan refleksi juga mahasiswa bisa belajar dari pengalaman

masalalu dan membantu mahasiswa terus berkembang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Tabel 4

Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

11. Mahasiswa mampu mengembangkan 5 6 1 0 0

diri melalui kegiatan akademik 41,7% 50% 8,3%

maupun non akademik

12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum 5 4 3 0 0

bertindak 41,7% 33,3% 25%

13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri 4 6 2 0 0

sendiri dan orang lain 33,3% 50% 16,7%

14. Mampu menunjukan sikap tanggung 5 7 0 0 0

jawab dari setiap tugas yang diberikan 41,7% 58,3%

oleh siapa pun

15. Mampu mendengarkan hati nurani dan 4 6 2 0 0

sikap peduli terhadap penderitaan 33,3% 50% 16,7%

sesama

16. Mampu menjalin hubungan baik 6 3 4 0 0

dengan siapa pun 50% 25% 33,3%

17. Memikirkan konsekuensinya sebelum 3 7 2 0 0

mengambil keputusan 25% 58,3% 16,7%


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

18. Membantu siapa pun yang sedang 5 5 2 0 0

mengalami kesusahan 41,7% 41,7% 16,6%

19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa 4 7 1 0 0

dan percaya diri 33,3% 58,3% 8,3%

20. Dapat membedakan tindakan yang 6 5 1 0 0

baik dan buruk 50% 41,7% 8,3%

Dari pernyataan di atas sudah terlihat jelas bahwa refleksi sangat

membawa dampak bagi perkembangan kepribadian mahasiswa. Hampir dari

semua pernyataan mahasiswa menjawab positif. Artinya mahasiswa PAK

semester 1 begitu merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa

semester 1 juga menyatakan bahwa dengan refleksi mereka bisa bersikap dewasa,

mampu mendengarkan hati nuraninya, berfikir sebelum bertindak, lebih percaya

diri, menjalin relasi dengan siapa saja dan lebih peka dengan keadaan sekitarnya.

b. Semester III (2015)

Tabel 5

Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1. Sejak masuk kuliah di prodi PAK 3 4 4 1 0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap 25% 33,3% 33,3% 8,4%

kegiatan

2. Setiap selesai kegiatan melakukan 4 7 1 0 0

refleksi baik dalam kelompok maupun 33,3% 58,3% 8,4%

pribadi

3. Refleksi membawa mahasiswa 4 7 1 0 0

menjadi lebih terarah 33,3% 58,3% 8,4%

4. refleksi membantu mahasiswa 3 7 2 0 0

menangkap makna dari apa yang telah 25% 58,3% 16,7%

dipelajari

5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 1 1 5 5 0

menit untuk berrefleksi 8,3% 8,3% 41,7% 41,7%

6. Terbiasa melakukan refleksi malam 0 3 6 2 1

hari atau sebelum tidur 25% 50% 16,7% 8,3%

7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika 1 3 8 0 0

berhasil dalam belajar 8,3% 25% 66,7%

8. berrefleksi ketika sedang stres 1 6 4 1 0

8,3% 50% 33,3% 8,3%

9. Dengan refleksi mahasiswa bisa 4 7 1 0 0

belajar pengalaman masalalu 33,3% 58,3% 8,4%

10. Kegiatan berrefleksi membatu 3 6 3 0 0

mahasiswa terus berproses dan 25% 50% 25%

berkembang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan kepada beberapa

mahasiswa semester 3 (tiga) sudah jelas bahwa mereka sudah terbiasa melakukan

kebiasaan berrefleksi, sebagian semester 3 menyatakan bahwa mereka sudah

terbiasa berrefleksi sebelum kuliah di PAK namun ada juga yang menyatakan

bahwa mereka belum terbiasa melakukan kebiasaan berrefleksi. Mahasiswa juga

menyatakan tidak setiap hari melakukan berrefleksi namun mereka sudah terbiasa

melakukan kebiasaan refleksi misal ketika mereka mengalami kegagalan atau

stres. Mahasiswa semester 3 juga menyatakan dengan kebiasaan berrefleksi

mereka semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu berproses.

Tabel 6

Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

11. Mahasiswa mampu mengembangkan 2 8 2 0 0

diri melalui kegiatan akademik 16,7% 66,6% 16,7%

maupun non akademik

12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum 4 8 0 0 0

bertindak 33,3% 66,7%

13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri 2 7 3 0 0

sendiri dan orang lain 16,7% 58,3% 25%


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

14. Mampu menunjukan sikap tanggung 3 5 4 0 0

jawab dari setiap tugas yang diberikan 25% 41,7% 33,3%

oleh siapa pun

15. Mampu mendengarkan hati nurani dan 3 6 3 0 0

sikap peduli terhadap penderitaan 25% 50% 25%

sesama

16. Mampu menjalin hubungan baik 1 7 4 0 0

dengan siapa pun 8,3% 58,4% 33,3%

17. Memikirkan konsekuensinya sebelum 2 8 2 0 0

mengambil keputusan 16,7% 66,6% 16,7%

18. Membantu siapa pun yang sedang 3 6 3 0 0

mengalami kesusahan 25% 50% 25%

19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa 2 7 3 0 0

dan percaya diri 16,7% 58,3% 25%

20. Dapat membedakan tindakan yang 3 7 2 0 0

baik dan buruk 25% 58,3% 16,7%

Dari hasil penelitian variabel ke 2 ini, sudah sangat terlihat jelas bahwa 12

mahasiswa PAK semester 3 sangat setuju dengan semua pernyataan artinya

mereka sangat merasakan dampak dari kebiasaan berrefleksi. Dari kegiatan

berrefleksi mereka menyatakan semakin berkembang baik dari segi akademik

maupun non akademik, mereka menyatakan semakin dapat menjadi pribadi yang

lebih baik dari sebelumnya dan belajar dari pengalaman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

c. Semester V (2014)

Tabel 7

Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1. Sejak masuk kuliah di prodi PAK 1 4 6 1 0

mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap 8,3% 33,3% 50% 8,3%

kegiatan

2. Setiap selesai kegiatan melakukan 1 5 6 0 0

refleksi baik dalam kelompok maupun 8,3% 41,7% 50%

pribadi

3. Refleksi membawa mahasiswa 4 8 0 0 0

menjadi lebih terarah 33,3% 66,7%

4. refleksi membantu mahasiswa 4 7 1 0 0

menangkap makna dari apa yang telah 33,4% 58,3% 8,3%

dipelajari

5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 6 6 0 0 0

menit untuk berrefleksi 50% 50%

6. Terbiasa melakukan refleksi malam 6 5 1 0 0

hari atau sebelum tidur 50% 41,7% 8,3%

7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika 1 5 5 1 0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

berhasil dalam belajar 8,3% 41,7% 41,7% 8,3%

8. berrefleksi ketika sedang stres 9 3 0 0 0

75% 25%

9. Dengan refleksi mahasiswa bisa 7 5 0 0 0

belajar pengalaman masalalu 58,3% 41,7%

10. Kegiatan berrefleksi membatu 8 4 0 0 0

mahasiswa terus berproses dan 66,7% 33,3%

berkembang

Pada variabel 1 mengenai kebiasaan berrefleksi, mahasiswa semester 5

menyatakan bahwa mereka sudah terbiasa berrefleksi baik sebelum kuliah

maupun sesudah kuliah, bahwa setiap harinya mereka menyempatkan waktu 10-

20 menit untuk berrefleksi dan mereka menyatakan berrefleksi ketika malam hari

atau sebelum tidur. Dengan berrefleksi mereka bisa belajardari pengalaman

masalalu dan kegiatan berrefleksi menjadikan mahasiswa terus berproses dan

berkembang.

Tabel 8

Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

11. Mahasiswa mampu mengembangkan 5 7 0 0 0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

diri melalui kegiatan akademik 41,7% 58,3%

maupun non akademik

12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum 9 3 0 0 0

bertindak 75% 25%

13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri 10 2 0 0 0

sendiri dan orang lain 83,3% 16,7%

14. Mampu menunjukan sikap tanggung 10 2 0 0 0

jawab dari setiap tugas yang diberikan 83,3% 16,7%

oleh siapa pun

15. Mampu mendengarkan hati nurani dan 6 6 0 0 0

sikap peduli terhadap penderitaan 50% 50%

sesama

16. Mampu menjalin hubungan baik 10 2 0 0 0

dengan siapa pun 83,3% 16,7%

17. Memikirkan konsekuensinya sebelum 2 9 1 0 0

mengambil keputusan 16,7% 75% 8,3%

18. Membantu siapa pun yang sedang 6 5 1 0 0

mengalami kesusahan 50% 41,7% 8,3%

19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa 12 0 0 0 0

dan percaya diri 100%

20. Dapat membedakan tindakan yang 12 0 0 0 0

baik dan buruk 100%


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Dari kebiasaan berrefleksi yang sudah dilakukan oleh semester 5 begitu

membawa damapak positif, hal ini terlihat jelas dengan hasil penelitian bahwa

semua hasilnya positif bahkan hampir 95% mahasiswa semester 5 begitu

mendapatkan hasil yang begitu positif dari kegiatan berrefleksi. Dengan kebiasaan

refleksi mahasiswa semester 5 semakin menjadi pribadi yang lebih baik dan

berkembang.

d. Semester VII (2013)

Tabel 9

Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1. Sejak masuk kuliah di prodi PAK 3 6 2 1 0

mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap 25% 50% 16,7% 8,3%

kegiatan

2. Setiap selesai kegiatan melakukan 1 6 4 1 0

refleksi baik dalam kelompok maupun 8,3% 50% 33,4% 8,3%

pribadi

3. Refleksi membawa mahasiswa 6 5 1 0 0

menjadi lebih terarah 50% 41,7% 8,3%

4. refleksi membantu mahasiswa 4 7 1 0 0

33,3% 58,4%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

menangkap makna dari apa yang telah 8,3%

dipelajari

5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 3 3 6 0 0

menit untuk berrefleksi 25% 25% 50%

6. Terbiasa melakukan refleksi malam 3 3 5 1 0

hari atau sebelum tidur 25% 25% 41,7% 8,3%

7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika 3 5 4 0 0

berhasil dalam belajar 25% 41,7% 33,3%

8. berrefleksi ketika sedang stres 2 4 3 3 0

16,7% 33,3% 25% 25%

9. Dengan refleksi mahasiswa bisa 6 5 1 0 0

belajar pengalaman masalalu 50% 41,7% 8,3%

10. Kegiatan berrefleksi membantu 6 6 0 0 0

mahasiswa terus berproses dan 50% 50%

berkembang

Dari hasil penelitian terhadap semester 7 juga 12 mahasiswa menyatakan

sudah terbiasa berrefleksi karena hampir 80% mahasiswa menjawab positif.

Mahasiswa semester 7 sudah melakukan refleksi sebelum kuliah di PAK. Mereka

menyatakan bahwa kegiatan berrefleksi mengajarkan mereka untuk selalu belajar

dari pengalaman masalalunya. Namun juga ada beberapa mahasiswa yang tidak

setuju melakukan kegiatan berrefleksi ketika ia mengalami stres dan hampir 75%

mahasiswa menyatakan setuju berrefleksi ketika mendapatkan kesuksesan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Mahasiswa semester 7 semua setuju bahwa dengan berrefleksi dapat membuat

dirinya semakin berkembang dan mampu berproses.

Tabel 10

Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

11. Mahasiswa mampu mengembangkan 2 8 2 0 0

diri melalui kegiatan akademik 16,7% 66,6% 16,7%

maupun non akademik

12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum 4 4 4 0 0

bertindak 33,3% 33,3% 33,4%

13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri 6 4 2 0 0

sendiri dan orang lain 50% 33,3% 16,7%

14. Mampu menunjukan sikap tanggung 4 7 1 0 0

jawab dari setiap tugas yang diberikan 33,4% 58,3% 8,3%

oleh siapa pun

15. Mampu mendengarkan hati nurani dan 4 7 1 0 0

sikap peduli terhadap penderitaan 33,3% 58,3% 8,4%

sesama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

16. Mampu menjalin hubungan baik 4 7 1 0 0

dengan siapa pun 33,3% 58,4% 8,3%

17. Memikirkan konsekuensinya sebelum 3 5 4 0 0

mengambil keputusan 25% 41,7% 33,3%

18. Membantu siapa pun yang sedang 3 6 3 0 0

mengalami kesusahan 25% 50% 25%

19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa 3 8 1 0 0

dan percaya diri 25% 66,7% 8,3%

20. Dapat membedakan tindakan yang 7 5 0 0 0

baik dan buruk 58,3% 41,7%

Dari kebiasaan refleksi yang dilakukan semester 7, ternyata membawa

dampak yang begitu positif bagi perkembangan kepribadian mahasiswa semester

7. Dengan kebiasaan refleksi mereka semakin dapat membedakan mana tindakan

yang baik dan buruk, mereka semakin dapat menjadi mahasiswa yang

bertanggungjawab dalam setiap tugasnya, menjadi pribadi yang percaya diri dan

selalu memikirkan konsekuensinya sebelum bertindak.

e. Semester IX (2012)

Tabel 11

Variabel I: Kebiasaan Berrefleksi

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

5 4 3 2 1

1. Sejak masuk kuliah di prodi PAK 2 2 5 3 0

mahasiswa terbiasa berrefleksi setiap 16,7% 16,8% 41,7% 25%

kegiatan

2. Setiap selesai kegiatan melakukan 0 4 8 0 0

refleksi baik dalam kelompok maupun 33,3% 66,7%

pribadi

3. Refleksi membawa mahasiswa 0 7 5 0 0

menjadi lebih terarah 58,3% 41,7%

4. refleksi membantu mahasiswa 2 8 2 0 0

menangkap makna dari apa yang telah 16,7% 66,6% 16,7%

dipelajari

5. Setiap hari meluangkan waktu 10-20 0 3 5 4 0

menit untuk berrefleksi 25% 41,7% 33,3%

6. Terbiasa melakukan refleksi malam 1 1 7 3 0

hari atau sebelum tidur 8,3% 8,3% 58,4% 25%

7. Mahasiswa terbiasa berrefleksi ketika 2 2 8 0 0

berhasil dalam belajar 16,7% 16,7% 66,6%

8. Berrefleksi ketika sedang stres 5 4 3 0 0

41,7% 33,3% 25%

9. Dengan refleksi mahasiswa bisa 4 7 1 0 0

belajar pengalaman masalalu 33,3% 58,4% 8,3%

10. Kegiatan berrefleksi membatu 3 8 1 0 0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

mahasiswa terus berproses dan 25% 66,7% 8,3%

berkembang

Dari hasil penelitian semester 9 ini, ada mahasiswa yang sudah terbiasa

berrefleksi namun juga ada mahasiswa yang belum terbiasa melakukan kegiatan

refleksi. Banyak mahasiswa semester 9 yang menjawab netral bahkan ada yang tidak

setuju dengan pernyataan mahasiswa meluangkan waktu 10-20 menit dan melakukan

refleksi malam hari atau sebelum tidur. Namun mahasiswa semester 9 banyak yang

menyatakan bahwa kegiatan refleksi membatu mahasiswa terus berproses dan

berkembang.

Tabel 12

Variabel II: Dampak dari Perkembangan Kepribadian

N = 12

No Pernyataan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

11. Mahasiswa mampu mengembangkan 1 8 3 0 0

diri melalui kegiatan akademik 8,3% 66,7% 25%

maupun non akademik

12. Mahasiswa mampu berfikir sebelum 1 6 5 0 0

bertindak 8,3% 50% 41,7%

13. Mahasiswa mampu jujur dengan diri 0 7 5 0 0


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

sendiri dan orang lain 58,3% 41,7%

14. Mampu menunjukan sikap tanggung 2 7 2 1 0

jawab dari setiap tugas yang diberikan 16,7% 58,3% 16,7% 8,3%

oleh siapa pun

15. Mampu mendengarkan hati nurani dan 1 6 5 0 0

sikap peduli terhadap penderitaan 8,3% 50% 41,7%

sesama

16. Mampu menjalin hubungan baik 2 7 3 0 0

dengan siapa pun 16,7% 58,3% 25%

17. Memikirkan konsekuensinya sebelum 3 5 3 1 0

mengambil keputusan 25% 41,7% 25% 8,3%

18. Membantu siapa pun yang sedang 2 7 3 0 0

mengalami kesusahan 16,6% 58,3% 25%

19. Dapat menjadi pribadi yang dewasa 1 8 3 0 0

dan percaya diri 8,3% 66,7% 25%

20. Dapat membedakan tindakan yang 4 5 3 0 0

baik dan buruk 33,3% 41,7% 25%

Dari kebiasaan refleksi mahasiswa semester 9 begitu merasakan

dampaknya. Mereka menyatakan bahwa dengan kegiatan berrefleksi membantu

mereka untuk dapat semakin berkembang, semakin dapat menjadi pribadi yang

lebih baik dan mampu membedakan mana yang harus ia lakukan dan mana yang

tidak dilakukan. Mahasiswa semester 7 menyatakan bahwa dengan kebiasaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

refleksi ia menjadi pribadi yang percaya diri dan mampu menjalin hubungan baik

dengan siapa saja.

2. Laporan Hasil Penelitian dengan Wawancara

Dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan dengan menggunakan

angket, penulis mencurigai responden karena hasilnya hampir semua positif

padahal menurut penulis dan berdasarkan pengamatan hasilnya negatif. Dengan

begitu penulis memutuskan untuk melakukan penelitian ulang dengan wawancara

dan penulis ingin melihat kembali apakah hasil angket itu benar-benar kenyatan

dari mahasiswa atau hanya muncul dari pemikiran. Penulis melakukan wawancara

setiap angkatan 2 mahasiswa.

Pada bagian ini juga penulis akan melaporkan hasil penelitian wawancara

yang dilaksanakan pada tanggal 26 mei 2016 bertempat di prodi PAK kampus V

USD. Responden penelitian wawancara ini ialah mahasiswa semester I – IX,

namun dari setiap semester hanya di ambil 2 mahasiswa. Dalam melaporan kasil

wawancara, penulis menggunakan code:

R = Responden

1-10 = menunjukkan no responden

S = Semester

1-9 = menunjukkan semester

Pertanyaan pertama, mahasiswa benar-benar melakukan refleksi atau

tidak. R8S7 yang didukung R1S1 menjawab tidak pernah melakukan kegiatan

refleksi, ketika disuruh atau saat ada tugas kuliah sekalipun sulit sekali untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

berrefleksi. Kemudian R9S9 didukung oleh R5S5, R6S5, R7S7, R2S1 dan R10S9

tidak selalu berrefleksi namun pernah melakukan refleksi ketika ia sedang

dihadapkan dengan masalah yang ia rasa berat dan membuat hidupnya menjadi

lebih buruk, namun tidak setiap masalah itu direfleksikan karena rasa malas lebih

besar dari kemauan untuk berrefleksi. Selanjutnya R3S3 dipertegas R4S3

mengungkapkan hanya kadang-kadang melakukan refleksi. Ia melakukan ketika

ada pengalaman yang mengena di hati atau yang membuat dirinya bahagia, namun

juga tidak semua yang membuat bahagia direfleksikan karena terkadang

kebahagiaan tersebut berubah menjadi rasa malas.

Pertanyaan kedua, apa yang mahasiswa cari dari refleksi. R8S7 didukung

oleh R2S1, R3S3, R1S1 dan R6S5 bahwa mereka masih bingung apa yang harus

dicari ketika sedang berrefleksi, sekalipun ketika ada tugas ataupun ada masalah

mereka tidak tahu apa yang harus direfleksikan dan juga tidak tahu bagaimana

refleksi sesungguhnya. Kemudian R9S9 didukung oleh R4S3, R5S5, R7S7, dan

R10S9 yang mereka cari dari refleksi ialah kedamaian, ketenangan, kedewasaan,

buah-buah rohani yang mampu membantu untuk menyelesaikan masalah dan

sebuah makna yang mampu menjadikan pembelajaran untuk kedepannya dan

sikap yang lebih baik.

Pertanyaan ketiga, perasaan dan manfaat apa yang dirasakan dari kegiatan

berrefleksi. R9S9 didukung oleh R8S7 dan R1S1 mengungkapkan perasaan yang

dirasakan ialah kebingungan dan rasa tidak tahu karena mereka belum bisa

berrefleksi dengan sungguh-sungguh dan belum bisa menemukan manfaat yang

mampu membuat dirinya berkembang, namun sedikit manfaat yang mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

rasakan ialah mereka bisa belajar dari pengalaman masalalunya. Kemudian R10S7

yang didukung oleh R3S3, R5S5, R7S7 dan R2S1 ketika berrefleksi mereka merasa

lega dan tenang meskipun kegiatan refleksi dilakukan hanya kadang dan itupun

mereka tidak tahu apa yang harus ia refleksikan. Manfaat dari refleksi ialah

mereka dapat menemukan jawaban atas masalah dan persoalan yang dihadapi.

Selanjutnya R4S3 ditegaskan oleh R6S5 perasaan yang dirasakan ialah semakin

diteguhkan melalui kegiatan refleksi meskipun melakukan refleksi tidak setiap

hari dan manfaat yang diperoleh ialah dapat menjadi pribadi yang lebih baik, tegar

dan mampu mengenali diri sendiri.

Pertanyaan keempat, faktor pendukung dan penghambat ketika berrefleksi.

R8S7 didukung R2S2 dan R1S1 faktor pendukung untuk berrefleksi ialah ketika

ada tugas dan faktor penghambatnya ialah rasa malas dan rasa tidak ingin tahu dan

tidak mau belajar bagaimana refleksi sesungguhnya itu. R7S7 didukung R4S3 dan

R3S3 menjawab faktor pendukungnya ialah pengalaman yang mampu menyentuh

hati dan dijadikan bahan untuk berrefleksi dan faktor penghambatnya selain rasa

malas ialah rasa kepuasan dengan apa yang sudah dimiliki dan menganggap diri

sudah paling benar. Kemudian R10S9 kembali ditegaskan oleh R6S5, R9S9 dan

R5S5 mengatakan faktor pendorong untuk melakukan refleksi ialah ingin keluar

dari masalah yang dirasa itu membebani hidupnya dan faktor penghambat adalah

rasa dari dalam diri tidak ada kemauan untuk berubah yang paling mendasar ada

rasa malas, capek dan pada akahirnya memilih untuk tidur.

Pertanyaan kelima, apakah refleksi membawa dampak bagi perkembangan

kepribadian. R4S3 didukung R2S1, R3S3 dan R1S1 mengungkapkan memang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

benar refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian namun mereka

belum sepenuhnya merasakan karena mereka menyadari bahwa belum melakukan

refleksi tidak setiap hari. Selanjutnya R8S7 ditegaskan kembali oleh R6S5, R7S7,

R5S5, R9S9 dan R10S9 dengan refleksi mereka semakin dapat berkembang dari

segi kepribadiaannya, meskipun mereka tidak selalu melakukan kegiatan

berrefleksi tetapi mereka merasakan bahwa refleksi itu membawa pengaruh yang

baik bagi perkembangan kepribadian

Pertanyaan keenam, dari refleksi perkembangan kepribadian seperti apa

yang diperoleh. R1S1 mengatakan belum bisa memperoleh apa-apa karena ia

menyadari bahwa ia belum bisa sungguh-sungguh berrefleksi dan belum tahu apa

yang dicari dari refleksi. R4S3 didukung oleh R3S3 dan R2S1 dengan refleksi ia

lebih bisa mengenali diri sendiri, mengontrol emosi, mampu menempatkan diri

dengan baik, menerima kritikan dari orang lain, lebih bisa menghargai orang lain

dan dapat belajar dari kesalahan. Kemudian R5S5 ditegaskan R6S5 bahwa dengan

refleksi menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Tuhan dan dapat menjalin

komunikasi serta relasi yang baik dengan Tuhan. R7S7 didukung oleh R8S7

dengan refleksi ia lebih mampu bersyukur dan dapat belajar dari pengalaman.

Selanjutnya R9S9 didukung oleh R10S9 kegiatan refleksi dapat membantu

mengolah diri, tidak mengulang kesalahan yang sama, menjadi pribadi yang

percaya diri, mampu bertanggungjawab dan dapat berproses.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil

penelitian, kajian teori mengenai kebiasaan berrefleksi dan perkembangan

kepribadian sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembahasan dibagi

berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ialah

memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki kebiasaan untuk

berrefleksi dan mengetahui apakah kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi

perkembangan kepribadian.

a. Gambaran kebiasaan mahasiswa PAK berrefleksi

Untuk memperoleh gambaran sejauh mana mahasiswa PAK memiliki

kebiasaan berrefleksi peneliti mengadakan penelitian dengan menyebarkan

kuesioner dan wawancara kepada mahasiswa PAK semester I, III, V, VII dan IX.

Melihat hasil penelitian melalui penyebaran angket yang hampir semua

menjawab positif tetapi penulis mencurigai bahwa mahasiswa menjawab angket

tidak sesuai dengan fakta yang ada. Karena itu penulis mengambil keputusan

untuk melakukan wawancara. Dan hasilnya hampir berbanding kebalik, ketika

dalam angket mereka menjawab sering melakukan kegiatan refleksi namun ketika

wawancara kebanyakan dari mereka menjawab bahwa melakukan refleksi ketika

ada tugas dan ketika ada masalah atau ketika disuruh. Hal ini sudah terlihat bahwa

mereka tidak sungguh-sungguh melakukan refleksi.

Namun dari hasil wawancara sebagian mahasiswa menjawab berdasarkan

persepsi atau asumsi belum sampai pada fakta. Mahasiswa menjawab begitu

merasakan dampak dari kegiatan berrefleksi, sedangkan yang terjadi mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

belum terbiasa berrefleksi bahwa mereka masih masih bingung apa yang harus

direfleksikan. Karena untuk memiliki kebiasaan refleksi memang bukan hal yang

mudah, perlu latihan terus menerus sampai mahasiswa menjadi terbiasa dengan

refleksi dan mereka tahu apa yang direfleksikan.

Menurut Julian (2007: 39) kebiasaan merupakan kebutuhan pertama dalam

pembentukan karakter seseorang, dimana kebiasaan itu nantinya akan

mencerminkan kepribadian seseorang. Kebiasaan akan membentuk sifat dasar

seseorang. Kemudian menurut Huijbers (1987: 207) Refleksi bertolak pada

pengalaman dirinya sendiri, dengan melihat kembali masa lalu yang sudah dialami

dan kejadian yang sudah terjadi sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari

pengalaman tersebut seseorang dapat mengingat kembali dan berimajinasi tentang

kejadian mana yang dapat direfleksikan agar dapat menemukan nilai yang

membawa seseorang untuk menjadi lebih baik. Bahan utama untuk berrefleksi itu

berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang menyenangkan

maupun tidak menyenangkan. Dari pengalaman seseorang diharapkan dapat

menemukan makna hidup yang mampu membuat kepribadianya berkembang.

Memiliki kebiasaan berrefleksi memang sangat penting. Dengan berrefleksi

seseorang akan lebih berkembang, memiliki pola hidup yang lebih terarah dan

mampu memaknai pengalaman hidupnya. Dari hasil penyebaran angket hampir

semua mahasiswa menjawab positif namun dari hasil wawancara mahasiswa

menyatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan mereka masih bingung apa yang

harus direfleksikan. Berdasarkan pengamatan penulis dan didukung oleh hasil


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

wawancara bahwa mahasiswa PAK belum benar-benar melakukan refleksi atas

kemauan dari diri sendiri.

b. Dampak kebiasaan refleksi terhadap perkembangan kepribadian

Memiliki kepribadian yang baik itu memang bukan hal yang mudah dan

setiap orang pasti memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Untuk memiliki

kepribadian yang baik itu sebenarnya kemauan dari diri sendiri, apakah dirinya itu

mau berkembang atau tidak. Dari penelitian ini juga peneliti ingin memperoleh

apakah kebiasaan refleksi membawa dampak bagi perkembangan kepribadian

mahasiswa PAK.

Menurut hasil penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki

kebiasaan berrefleksi bahkan mereka tidak tahu apa yang harus dicari dari

kegiatan refleksi. Ketika penulis melakukan wawancara, hampir semua

mahasiswa menyatakan bahwa refleksi ini begitu berpengaruh bagi perkembangan

kepribadian. Sebagian kecil mahasiswa merasakan dampaknya, yaitu mereka

mampu menjadi pribadi yang lebih baik dan sebagian mahasiswa mengatakan

mereka belum bisa merasakan dampak dari refleksi karena mereka memang

belum terbiasan berrefleksi. Ini terlihat dari hasil wawancara yang sudah penulis

lakukan.

Paulus Budiharjo (1997: 53-56) berpendapat bahwa perkembangan

kepribadian merupakan suatu dinamika yang terjadi sepanjang hidup Individu

secara kontinyu berkembang dan belajar keterampilan baru serta bergerak menuju

realisasi diri. Perkembangan kepribadian tidak terjadi dengan sendirinya

melainkan adanya hubungan serta interaksi dengan sesama selain itu kepribadian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

dapat terbentuk dari dalam diri. Melalui interaksi individu tumbuh menjadi

pribadi yang utuh dan dewasa, semakin bijaksana dalam melakukan segala

sesuatu, belajar dari pengalaman-pengalamannya untuk menjadi semakin baik

setiap harinya.

4. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penulis akan

menyampaikan kesimpulan penelitian menjadi 2 bagian guna menanggapi tujuan

penelitian. Mahasiswa PAK sejak awal masuk kuliah sudah banyak dibekali

kemampuan serta pengetahuan untuk berrefleksi dan untuk mengembangkan

iman.

Pertama, menyampaikan gambaran kebiasaan berrefleksi mahasiswa di

Pendidikan Agama Katolik. Melalui penelitian dan wawancara, penulis menjadi

lebih tahu seberapa sering mahasiswa PAK berrefleksi. Berdasarkan penelitian

dengan menggunakan angket semua mahasiswa menjawab positif mereka

menyatakan selalu berrefleksi setiap hari, namun berdasarkan wawancara ternyata

hasilnya negatif, mahasiswa mengatakan belum terbiasa berrefleksi bahkan

mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Berdasarkan hasil penelitian dan

wawancara penulis cenderung percaya dengan hasil wawancara bahwa mahasiswa

PAK belum terbiasan berrefleksi. Bahkan dari hasil wawancara mahasiswa

mengatakan mereka masih bingung apa yang harus mereka cari dari refleksi.

Kedua, kebiasaan berrefleksi membawa dampak bagi perkembangan

kepribadian. Mahasiswa PAK menyadari bahwa kebiasaan refleksi membawa

dampak positif bagi perkembangan kepribadian. Namun kepribadian itu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

berkembang tidak semata-mata dari kegiatan berrefleksi, kepribadian dapat

berkembang bisa dari dalam diri maupun dari faktor luar yang mendukung

perkembangan itu sendiri. Mereka menyatakan dengan berrefleksi mereka mampu

mendengarkan hati nuraninya, bersikap peduli dengan siapa pun, mampu menjadi

pribadi yang lebih dewasa dan percaya diri. Selain itu mahasiswa lebih dapat

mengenali diri sendiri dan tidak melakukan kesalahan yang sama. Sebagai

mahasiswa PAK atau calon pendidik iman, mereka harus mampu bersikap

dewasa, berrelasi baik dengan siapa pun, dan bertindak lebih baik. Sebagai calon

pendidik tentu harus memiliki kepribadian yang dapat membawa dirinya semakin

berkembang dan mampu terus berproses.

Dari hasil penelitian ini akan ditindak lanjuti di bab IV. Dari hasil

penelitian dan wawancara, mahasiswa PAK belum memiliki kebiasan berrefleksi

bahkan mereka masih belum mengetahui apa itu refleksi. Untuk menciptakan dan

membiasakan mahasiswa PAK dengan kegiatan berrefleksi, penulis mengusulkan

program pelatihan refleksi. Dengan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa

mau menciptakan kebiasaan refleksi dalam setiap harinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

UPAYA MENINGKATKAN KEBIASAAN REFLEKSI

DEMI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PAK

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Pada bab sebelumnya penulis telah mengemukakan hasil penelitian melalui

kuesioner dan wawancara kebiasaan refleksi mahasiswa PAK Universitas Sanata

Dharma dan dampaknya bagi perkembangan kepribadian dan membahas hasil

penelitian tersebut. Dari penelitian dapat dilihat bahwa mahasiswa PAK belum

secara mandiri melakukan kegiatan refleksi, sesungguhnya mahasiswa tahu arti

refleksi itu apa. Kebiasaan berrefleksi dipahami sangat berpengaruh baik untuk

perkembangan kepribadian mahasiswa.

Pada bab IV ini penulis memaparkan mengenai upaya yang diharapkan dapat

meningkatkan kebiasaan berrefleksi demi perkembangan kepribadian mahasiswa

berdasarkan kajian pustaka bab II dan hasil penelitian di bab III. Penulis akan

membagi bab IV ini kedalam tiga bagian: pertama, menjelaskan tentang pentingnya

meningkatkan kebiasaan refleksi bagi mahasiswa PAK. Kedua, contoh usulan

kegiatan yang dapat mendukung upaya tersebut. Ketiga, penulis akan menyampaikan

rincian usulan kegiatan.

A. Pentingnya Meningkatkan Kebiasaan Refleksi Mahasiswa PAK

Berdasarkan penelitian dan didukung hasil wawancara penulis mendapatkan

kesimpulan bahwa mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma masih perlu

ditingkatkan kegiatan berrefleksi. Sebenarnya mereka sudah begitu terbiasa dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

kegiatan refleksi, bahkan setiap kegiatan selalu diakhiri dengan refleksi. Namun,

untuk refleksi secara mandiri mereka belum terbiasa. Oleh karena itu perlu usaha

secara khusus untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi, pentingnya meningkatkan

kebiasaan berrefleksi perlu di dasarkan 3 hal: Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang

bersifat pribadi bukan hanya formal, Refleksi sebagai bagian esensial dalam

pembentukan kepribadian, dan Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk

kepribadian secara personal dan utuh.

1. Refleksi perlu menjadi kebiasaan yang bersifat pribadi bukan hanya formal

Kebiasaan berrefleksi sangat berpengaruh bagi perkembangan kepribadian

mahasiswa. Kebiasaan berrefleksi ini sangat penting untuk perkembangan

kepribadian, karena dengan berrefleksi seseorang selalu belajar dari pengalaman dan

mampu menjadi orang yang lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara, mahasiswa

PAK masih perlu ditingkatkan lagi kebiasaan berrefleksi baik di rumah maupun di

kampus secara pribadi, bukan hanya formal dikampus saja melainkan secara mandiri.

Oleh karena itu mahasiswa perlu didorong untuk membiasakan diri melakukan

kegiatan refleksi supaya mereka juga tahu apa yang harus direfleksikan dan apa yang

sebenarnya dicari dari kegiatan refleksi itu sendiri.

2. Refleksi bagian esensial dalam pembentukan kepribadian sebagai calon katekis

Sebagai calon katekis atau guru agama mendekatkan diri atau memiliki

relasi baik dengan Tuhan itu sangat penting. Karena dengan begitu seseorang mampu

mendengarkan kedalaman hatinya, dan mampu menjadi pribadi yang baik. Hal yang

memprihatinkan mahasiswa Pendidikan Agama Katolik masih bingung apa refleksi

itu sesungguhnya dan apa yang harus ia cari dari kegiatan berrefleksi dalam kaitan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

dengan panggilannya sebagai calon katekis. Maka penulis mengusulkan kegiatan

pelatihan refleksi untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi mahasiswa PAK

sehingga membawa dampak bagi perkembangan kepribadian sebagai calon katekis.

Kegiatan pelatihan ini mengajak mahasiswa PAK untuk dapat membentuk hati

nurani, menangkap nilai dari apa yang sudah dipelajari dan mampu

mengimplikasikan pengetahuannya. Sebagai para calon pendidik juga penting

menyadari karya Allah dan tanggapan mereka terhadap karya Allah itu, terutama

dalam karya sebagai calon pendidik iman. Melalui kegiatan tersebut, mahasiswa

diharapkan mau membiasakan diri untuk berrefleksi.

3. Refleksi adalah cara untuk mampu membentuk kepribadian secara personal dan utuh

Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan

Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran

Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi sebagai proses

mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman,

imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang

diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai dari apa yang

dipelajari. Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan

refleksi ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.

Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu digarisbawahi

bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan dengan menggunakan

daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang mengadakan refleksi perlu

mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan kembali pengalaman dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

berimajinasi dan menggunakan perasaannya diharapkan mampu menemukan nilai

untuk membawa dirinya ke arah yang lebih baik. Refleksi membantu seseorang

untuk mengingat kembali pengalaman dan merecanakan langkah hidup yang lebih

baik untuk selanjutnya serta dengan refleksi mampu membentuk kepribadian yang

utuh.

B. Usulan Pelatihan Refleksi Bagi Para Mahasiswa Pendidikan Agama Katolik

1. Latar belakang

Penulis mengusulkan program pelatihan refleksi, karena mahasiswa perlu

dibimbing kembali dan mendapat pelatihan mengenai refleksi. Dengan begitu

mereka tahu dan paham apa tujuan dari refleksi dan bagaimana cara refleksi

sesungguhnya dilakukan. Dengan kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan

mahasiswa dapat meningkatkan dan membiasakan diri dengan berrefleksi.

Dengan kegiatan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan hati nurani,

mengenali dan memahami kerinduan hati serta dapat mewujudkan melalui studi dan

tindakan cinta kasih. Seseorang yang terbiasa berrefleksi tentu hidupnya akan lebih

bermakna dan terarah, karena dengan refleksi ia mampu mendengarkan suara hati,

menjawab kerinduan hatinya dengan penuh tanggungjawab dan bertindak dengan

penuh kasih.

Kepribadian seseorang dapat berkembang memang semata-mata bukan

karena kebiasaan berrefleksi, namun memiliki kebiasaan refleksi menjadi salah satu

kegiatan yang akan mengantar mahasiswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Dengan kebiasaan berrefleksi mahasiswa lebih mampu berproses, tidak akan

mengalami kesalahan yang sama dan akan selalu belajar dari pengalaman.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, peristiwa-peristiwa seringkali berlalu

begitu saja tanpa sempat kita refleksikan sehingga kita tidak mengetahui makna

dibaliknya. Sementara iman kita mengatakan bahwa Tuhan hadir dalam peristiwa-

peristiwa yang kita alami setiap harinya, sehingga dalam hidup sehari-hari penting

sekali membiasakan diri untuk berrefleksi. Dalam membuat usulan pelatihan refleksi

ini, penulis menyusun langkah-langkah yang perlu dipersiapkan untuk memperlancar

rangkaian kegiatan sehingga tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai.

2. Tema dan Tujuan Pelatihan Refleksi

Kegiatan pelatihan refleksi kali ini mengangkat tema “Malas No, Refleksi

Yes”. Tema ini diambil untuk menyadarkan dan membantu para mahasiswa agar

menciptakan kebiasaan berrefleksi dan berani memberantas rasa malas yang ada

dalam dirinya. Memiliki kebiasaan berrefleksi akan membuat mahasiswa mampu

mendengarkan suara hati, menjadi pribadi yang dewasa dan bertindak dengan cinta

kasih, karena dengan kebiasaan berrefleksi tersebut mahasiswa lebih dapat

berkembang, berproses, lebih dekat dengan Tuhan dan mampu mengenali diri sendiri

lebih dalam lagi.

Tujuan:

1. Peserta mampu menangkap arti dari apa yang sudah dipelajari.

2. Peserta mampu menemukan keterkaitan antara pengetahuan dan realita.

3. Peserta mampu mengimplikasikan pengetahuan dan bertanggungjawab.

4. Peserta mampu mendengarkan hati nuraninya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

3. Peserta

Peserta pelatihan refleksi adalah mahasiswa semester 2 Pendidikan Agama

Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Pendamping: Dr. B. Rukiyanto, SJ dan bekerjasama dengan Tim Spiritualitas Prodi.

5. Tempat dan Waktu

Pelatihan ini dilaksanakan hari sabtu dan minggu supaya tidak mengganggu

jadwal kuliah mahasiswa sehingga semua mahasiswa bisa mengikutinya. Tempat

pelaksanaan menyesuiaikan angkatan.

6. Bentuk Pelatihan Refleksi

Pelatihan refleksi dilaksanakan dengan pengolahan pengalaman, sharing

kelompok, sharing pengalaman, penyampaian materi dan latihan refleksi langsung.

Pelatihan ini dilaksanakan dengan santai namun mendalam.

7. Sumber Bahan

Pelatihan ini dirancang dengan menggunakan sumber bahan yang memperkaya

dan menunjang pelatihan refleksi (buku-buku). Sumber bahan tersebut diantaranya

pengalaman baik selama di PAK maupun di luar kampus, latihan rohani dan latihan

refleksi.

8. Metode

Metode yang digunakan dalam pelatihan ini yaitu mengolah pengalaman,

refleksi pribadi, sharing kelompok, ceramah/informasi dan latihan langsung.

9. Sarana

Sarana pendukung kelancaran pelatihan refleksi ini ialah laptop, hand out, LCD,

dan speaker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

10. Susunan Acara

Susunan Kegiatan Pelatihan Refleksi Mahasiswa PAK USD

No Waktu Acara Petugas

1. 15.00 Sampai di lokasi Petugas

2. 15.00-15.30 Snack Petugas

3. 15.30-16.30 Mandi Pribadi

4. 16.30-17.00 Pengantar dan pembuka Pendamping

5. 17.00-19.00 Sesi 1: Pengolahan Pengalaman Pendamping

berrefleksi

6. 19.00-19.30 Makan malam Petugas

7. 19.30-22.00 Sesi 2: Pengayaan Mengenai Refleksi Pendamping

8. 22.00-23.00 Refleksi pribadi Pribadi

9. 23.00 Istirahat

10. 06.30-07.30 Misa Pagi Petugas

11. 07.30-08.00 Sarapan pagi Petugas

12. 08.00-10.00 Sesi 3: Latihan Refleksi Pendamping

13. 10.00-10.30 Snack Petugas

14. 10.30-11.00 Ice breaking Petugas

15. 11.00-13.00 Sesi 4: Perencanaan Kedepan Pendamping

16. 13.00-14.00 Makan siang dan Pulang Petugas

11. Uraian Kegiatan Dari Setiap Sesi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

a. Salam dan Pengantar

Selamat sore dan selamat datang kepada para mahasiswa selanjutnya

mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk dapat berkumpul bersama

melaksanakan pelatihan refleksi. Kegiatan ini diadakan karena berdasarkan hasil

penelitian sudah jelas bahwa mahasiswa PAK belum begitu paham dengan refleksi.

Pendamping juga menyampaikan tujuan dari kegiatan pelatihan refleksi. Pelatihan

refleksi ini mengajak mahasiswa menyadari bahwa memiliki kebiasaan berrefleksi

ini sangat penting dalam hidup. Orang yang tidak pernah berrefleksi maka hidupnya

akan dangkal dan datar karena ia akan sulit untuk berproses. Orang yang memiliki

kebiasaan berrefleksi maka hidupnya akan lebih terarah karena setiap peristiwa atau

kejadian yang dialaminya selalu dijadikan pelajaran untuk kedepannya sehingga

tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Selain itu orang yang sering berrefleksi

tentunya ia akan memiliki relasi yang baik dengan Tuhan karena ia selalu

menyempatkan waktu untuk merenung bersama Tuhan. Melatih diri untuk

berrefleksi untuk dapat mewujudkan perkembangan kepribadiannya sebagai seorang

mahasiswa.

b. Doa Pembukaan

Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran dan

tindakan kita sebelum mengikuti kegiatan rekoleksi ini, kemudian memejamkan mata

sambil mendengarkan lagu “Semua baik” lalu berusaha menyadari kasih Allah dan

kehadiran-Nya dalam hidup kita. Disusul doa pembukaan dengan mengucap syukur

atas kesempatan kegiatan pelatihan refleksi dan memohon kasih penyertaan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

agar kegiatan ini memberi buah-buah positif untuk memperkembangkan kepribadian

dengan belajar meneladani Yesus.

c. Sesi 1 : Pengolahan pengalaman

Tujuan: peserta bersama pendamping diharapkan mampu mengolah pengalamannya

baik itu pengalaman buruk maupun yang mengesankan, karena pengalaman adalah

guru yang ilmu yang paling berharga. Dengan mampu mengolah pengalaman

mahasiwa akan menjadi pribadi yang lebih baik dan akan semakin berkembang.

Peserta diminta membagi diri dalam kelompok, setiap kelompok 5-7 mahasiswa

untuk sharing pengalaman berrefleksi selama ini dalam kelompok dengan panduan

pertanyaan dibawah ini.

Panduan sharing pengalaman:

1. Apa yang kamu refleksikan selama ini?

2. Apa yang kamu cari ketika berrefleksi?

3. Ceritakanlah pengalaman yang mengesankan ketika melakukan refleksi?

4. Selama ini apa yang kamu pahami mengenai refleksi?

5. Hambatan apa yang membuat kamu sulit untuk berrefleksi?

Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan mahasiswa mampu mengingat

kembali dan mengolah pengalamannya, mereka menyadari pentingnya

merrefleksikan pengalaman yang terjadi untuk pembelajaran kedepannya dan

menjadi kunci supaya mereka tidak melakukan kesalahan yang sama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Setelah sharing pengalaman dalam kelompok, peserta berkumpul kembali di ruangan

dan pleno hasil sharing pengalamnya. Sesudah pleno pendamping sedikit memberi

penegasan dan menyimpulkan hasil dari sharing pengalaman peserta.

d. Sesi II. Pemahaman Tentang Refleksi (akan dijelaskan dengan Power Point)

1. Pengertian Refleksi

Huijbers (1987: 207) refleksi bertolak pada pengalaman dirinya sendiri, dengan

melihat kembali masalalu yang sudah dialami dan kejadian yang sudah terjadi

sebagai bahan untuk direfleksikan. Dari pengalaman tersebut seseorang dapat

mengingat kembali dan berimajinasi kejadian mana yang dapat direfleksikan agar

dapat menemukan nilai yang membawa seseorang untuk menjadi lebih baik.

Bahan refleksi itu berasal dari pengalaman pribadi baik itu pengalaman yang

menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Berdasar pengalaman yang

seseorang diharapkan dapat menemukan makna hidup yang mampu membuat

kepribadianya berkembang.

Menutut Trianto (2007: 113) refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang

sudah dilakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Melalui refleksi, orang

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Dari

pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa refleksi merupakan suatu cara untuk

mengkontruksi kembali pengalaman lebih-lebih yang terjadi di masa lalu atau

yang baru saja diterima menjadi suatu bentuk pengetahuan baru yang mampu

memperkaya struktur pengetahuan yang telah dimiliki. Refleksi menjadi suatu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

kegiatan penting agar seseorang lebih mampu memahami materi pembelajaran

atau proses pembelajaran dengan baik.

Sehubungan dengan pengertian refleksi, tim Pusat Pengembangan dan

Penjamin Mutu Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM)

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model

Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian (2012: 18) memaknai refleksi

sebagai:

• Proses mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat


• Pemahaman
• Imajinasi
• perasaan yang menyangkut bidang ilmu
• pengalaman
Berdasarkan pengertian tersebut sudah sangat jelas bahwa kegiatan refleksi

ingin menemukan makna hidup dan menangkap nilai yang sudah dipelajari.

Namun untuk sampai bisa menemukan makna dan nilai tersebut perlu

digarisbawahi bahwa refleksi merupakan kegiatan mengadakan pertimbangan

dengan menggunakan daya ingat, imajinasi dan perasaan. Ketika seseorang

mengadakan refleksi perlu mengingat sesuatu yang sudah terjadi, merenungkan

kembali pengalaman dengan berimajinasi dan menggunakan perasaannya

diharapkan mampu menemukan nilai untuk membawa dirinya ke arah yang lebih

baik. Refleksi membantu seseorang untuk mengingat kembali pengalaman dan

merecanakan langkah hidup yang lebih baik untuk selanjutnya serta dengan

refleksi mampu membentuk kepribadian yang utuh.

2. Tujuan Kegiatan Refleksi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Tim P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dalam buku

“Pedoman Model Pembelajaran Berbasis Pedagogis Ignasian” (2012: 20)

mengungkapkan tujuan kegiatan refleksi yaitu: menangkap arti atau nilai hakiki,

menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya, memahami implikasi

pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya, dan membentuk hati nurani.

1) Menangkap arti atau nilai hakiki dari apa yang sudah dipelajari dan telah didapat

dalam kegiatan sehari-hari. Dengan menangkap arti dan nilai sesuatu apa yang

telah dipelajari seseorang akan mampu membedakan mana yang baik dan mana

yang buruk, sehingga dapat bertindak dan menerapkan dalam hidup sehari-hari.

2) Menemukan keterkaitan antar pengetahuan dengan realitasnya. Refleksi adalah

kegiatan merenungkan kembali sesuatu yang sudah kita dapat, dengan

merenungkan terkadang seseorang menyadari bahwa pengetahuan yang sudah di

dapat itu ada yang realitas dan ada yang tidak. Melalui refleksi ini seseorang akan

mampu menemukan pengalaman baru dan nilai yang akan membawa seseorang

menjadi lebih baik.

3) Memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggungjawabnya. Semua

kegiatan sebaiknya di refleksikan dengan merenungkan kembali tugas dan

tanggungjawab tentu untuk kedepannya agar lebih baik lagi. Dengan

merefleksikan pengetahuan apa yang sudah dimiliki oleh seseorang tentu akan

menambah wawasan yang lebih luas lagi dan tentunya pengetahuan yang dimiliki

akan lebih berguna. Seseorang yang dapat merefleksikan kegiatannya sehari-hari

tentu akan lebih baik dan menjadi sosok yang bertanggungjawab, karena tidak

akan mengulangi kesalahan yang sama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

4) Membentuk hati nurani. Dengan menekankan kebiasaan berrefleksi tentu

seseorang akan dapat membentuk hati nuraninya. Mampu membedakan roh baik

dan jahat, mengembangkan kesadaran dalam diri seseorang dan dapat memilih

mana yang terbaik untuk dirinya. Kegiatan refleksi yang dilakukan setiap harinya

mampu membentuk hati nurani. Seseorang yang memiliki hati nurani tentu akan

memiliki kepribadian yang baik karena orang tersebut memilik pedoman hidup

yang akan menuntun ke arah yang lebih baik dan positif dengan kesadaran penuh

dari dari dalam hati. Setiap manusia mempunyai hati nurani yang menuntut

manusia untuk bersikap berdasarkan prinsip-prinsip moral, seperti bertindak baik,

jujur, benar dan adil.

3. Proses Berrefleksi

Dalam Pedagogi Ignasian, paradigma yang baik harus memperhatikan konteks

belajar dalam proses pedagogisnya. Paradigma tersebut juga harus menunjukan cara-

cara yang mendukung keterbukaan pada pertumbuhan secara keseluruhan, seperti

yang ditegaskan oleh Subagya (2008: 41-44). Langkah-langkah paradigma tersebut

yaitu: pengalaman, refleksi, aksi dan evaluasi.

a. Pengalaman

Pengalaman yang dimaksud dalam pedagogi ini merupakan setiap kegiatan

yang di dalamnya bercirikan pemahaman kognitif dari bahan yang disimak dan juga

keterlibatan dimensi afektif. Pengalaman bisa dibedakan menjadi dua yaitu

pengalaman langsung dan tidak langsung. Pengalaman langsung di antaranya situasi

pembelajaran, biasanya berupa: diskusi, penelitian, kegiatan lapangan, aksi sosial,

home stay, karya wisata, dan lain sebagainya. Sedangkan yang termasuk pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

tidak langsung dalam situasi pembelajaran yaitu upaya memperoleh informasi

mengenai sebuah peristiwa melalui kegiatan membaca, mendengar atau menyimak

gambar.

b. Refleksi

Dalam refleksi, daya ingat, pemahaman, daya khayal, dan perasaan

dipergunakan untuk menangkap arti dan nilai yang sedang dipelajari. Refleksi

merupakan sebuah proses yang membentuk suara hati yang terdiri dari keyakinan,

nilai, sikap, serta seluruh cara bertindak agar seseorang mampu menjadi pribadi yang

lebih baik. Suara hati memungkinkan untuk mengembangkan kesadaran akan benar

dan salah, baik dan jahat, dan dimana posisi seseorang pada keadaan tersebut.

Dengan kata lain refleksi merupakan proses untuk menemukan makna dalam

pengalaman manusiawi, dengan begitu seseorang diharapkan menjadi sosok teladan

yang baik untuk sesama.

c. Aksi

Refleksi dalam Pedagogi Ignasian menjadi mentah jika hanya menghasilkan

pemahaman dan reaksi-reaksi afektif saja. Meskipun tidak dipungkiri bahwa reaksi

afektif juga penting. Reaksi afektif akan mengantar seseorang untuk merasakan dan

mengenyam yang dapat memperdalam pengalaman. Unsur afektif merupakan daya

yang menggerakan pengertian menjadi tekad perbuatan. Istilah aksi di sini merujuk

pada pertumbuhan sikap batin dan tindakan yang ditampilkan berdasarkan

pengalaman yang telah direfleksikan. Pengalaman afektif seseorang sangat penting

untuk membangun aksi, merefleksi pengalaman-pengalaman yang ada dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

dorongan dari dalam diri seseorang akan memiliki aksi yang dapat

memperkembangkan dirinya.

d. Evaluasi

Dampak refleksi tidak hanya pada pertumbuhan dan perkembangan akademis,

tetapi juga perkembangan kepribadian dan kepeduliannya kepada sesama. Kebiasaan

refleksi akan dapat membantu seseorang memperkembangkan kepribadiannya,

karena dengan berrefleksi seseorang akan mampu berfikir jernih sebelum bertindak

dan menjadi pribadi yang lebih baik. Evaluasi di sini ialah cara untuk mengetahui

dengan tepat kemampuan dan kondisi tantangan yang harus dihadapi. Sehingga

seseorang perlu mengadakan evaluasi dengan mengukur atau menilai sejauh mana

kegiatan refleksi yang dilakukan berhasil dan membuat seseorang menjadi semakin

berkembang.

 Setelah peserta mendengarkan penjelasan dari pendamping, pendamping membuka

sesi tanya jawab kiranya ada peseta yang belum paham mengenai materi yang sudah

di sampaikan.

e. Refleksi Pribadi

Tujuan: setelah belajar mengolah pengalaman dan penjelasan mengenai refleksi.

Mahasiswa diharapkan dapat memahami arti refleksi sesungguhnya dan tahu apa

yang ia cari dari refleksi. Sebelum istirahat mahasiswa diminta untuk berrefleksi.

Dengan panduan pertanyaan:

1. Apa yang kamu dapat sepanjang hari ini?

2. Ceritakalah pengalaman yang tak terlupakan selama ini?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

3. Bagaimana diri kalian menurut orang lain dan menurut anda sendiri?

4. Simbol apa yang cocok untuk memcerminkan diri anda? (misal lilin, air, api atau

yang lainnya) berikan alasanya!

5. Ceritakan pengalaman suka duka pada semester ini?

Sebelum peserta melakukan refleksi, pendamping menuntup kegiatan pada hari ini

dengan berdoa. Pendamping mengajak peserta untuk hening dan memejamkan mata,

peserta diminta menyadari akan hadirnya Tuhan dalam hatinya dan dilanjutkan doa

penutup dengan mengucap syukur atas hari yang boleh dilalui dan semoga kegiatan

pelatihan refleksi ini mampu menyadarkan mahasiswa pentingnya berrefleksi dalam

hidup. Selanjutnya mohon perlindungan untuk malam ini supaya kasih-Mu selalu

menyertai niat dan usaha peserta.

f. Misa Pagi

Tujuan: semoga peserta lebih mampu bersykur atas hari dan menyadari kasih-Mu

yang sungguh luar biasa.

Misa akan dipimpin oleh Romo Ruki SJ yang sudah diersiapkan oleh pendamping.

g. Sesi 3: Latihan Refleksi

Tujuan: peserta diharapkan bisa melakukan refleksi sungguh-sungguh, tahu apa yang

dicari dari refleksi dan menciptakan kebiasaan refleksi dalam kesehariannya.

Sebelumnya pendamping akan memberi pengarah bagaimana melakukan refleksi.

Untuk melakukan kegiatan refleksi perlu memahami beberapa unsur pokok yang

dapat mengantar mahasiswa benar-benar dapat berrefleksi dengan sungguh dan

peserta tahu arah dari refleksi. Peserta diminta mengingat kembali pengalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

selama 1 bulan yang sudah dilalui. Pendamping menjelaskan atau mengarahkan

langkah-langkah untuk latihan refleksi:

1. Kesadaran dihadapan Tuhan

Dalam keheningan mahasiswa diminta untuk membuka hatinya dan menyadari akan

kehadiran Tuhan. Mahasiswa harus menyadari bahwa semua pengalaman dan semua

peristiwa yang dilalui itu adalah campur tangan dari Tuhan.

2. Memutar kembali pengalaman

Setelah itu peserta diminta memutar, mengingat dan melihat kembali pengalaman

yang sudah terjadi dan sudah dilalui. Ingat kembali pengalaman tersebut, jadikan

pengalaman itu sebuah pelajaran.

3. Mencari apa yang pantas disyukuri  mencari apa yang pantas disesali  tindak

lanjut untuk kedepan apa yang ingin ditingkatkan.

• Mencari apa yang pantas disyukuri

Dari pengalaman 1 bulan, peserta diminta mengingat kembali pengalaman selama ini

yang pantas disyukuri ari sekian banyak pengalaman.

• Mencari apa yang pantas disesali

Peserta kembali merenungkan pengalamanya selama 1 bulan, mengingat dan melihat

kembali pengalaman apa yang harus peserta sesali dan dijadikan pelajaran untuk

kedepannya.

• Tindak lanjut untuk kedepan yang ingin ditingkatkan

Dari pengalaman yang sudah disyukuri dan disesali, peserta bisa merenungkan

kembali pengalamannya, kemudian memikirkan tindak lanjut untuk kedepannya baik

pengalaman yang sudah disyukuri maupun pengalaman yang sudah disesali.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

Sehingga peserta dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dari

sebelumnya.

4. Mohon rahmat dari Tuhan

Setelah menyadari, mensyukuri, menyesali dan menindak lanjuti pengalaman.

Peserta diharapkan mohon rahmat dari Tuhan semoga pengalaman yang ia dapatkan

mampu menjadikan pembelajaran dan semoga aksi yang akan dilakukan mampu

peserta wujudkan.

Setelah memahami dan mengetahui langkah-langkah dari refleksi peserta diberi

waktu untuk latihan berrefleksi secara pribadi. Dengan langkah-langkah yang sudah

dijelaskan oleh pendamping semoga peserta bisa mendengarkan kerinduan hatinya

selama ini dan menindaklanjuti kerindunya tersebut. Adapun petunjuk untuk

berrefleksi:

• Dari sekian banyak pengalaman yang kamu miliki, pilihlah satu pengalaman saja

yang kamu anggap pengalaman itu sungguh mengispirasi kalian? Mengapa?

• Bagaimana relasi mu dengan orang-orang sekitar kamu, khususnya di kampus

PAK?

• Sejauh ini bagaimana relasi mu dengan Tuhan?

• Kesulitan apa yang kamu temui ketika berrefleksi?

Setelah peserta melakukan refleksi secara pribadi, peserta diminta berkumpul

kembali dan meminta beberapa peserta untuk mensharingkan hasil refleksinya.

Kemudian pendamping memberi waktu peserta apabila ada hal yang ingin

ditanyakan terkait tentang latihan refleksi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

Kegiatan latihan refleksi ini akan di lanjutkan dengan perkuliah pembinaan

spiritualitas, supaya kegiatan refleksi tidak berhenti disini akan tetapi berlanjut untuk

kedepannya sehingga peserta memiliki kebiasaan untuk berrefleksi baik secara

pribadi dirumah maupun kegiatan dikampus.

h. Ice Breaking

Pendamping dibantu oleh petugas dan mengajak peserta untuk mencairkan suasana

dengan mengikuti gerak lagu Positive Thinking dan game singkat.

i. Sesi 4: perencanaan kedepan

Tujuan: dari kegiatan pelatihan refleksi ini diharapkan mahasiswa memiliki

perencanaan untuk kedepannya seperti apa, sehingga peserta dapat berkembang dan

memiliki arah serta tujuan yang pasti.

Pendamping memberi rangkuman mengenai kegiatan pelatihan refleksi ini,

pendamping berharap melalui pelatihan ini peserta menjadi lebih tahu dan mengerti

apa sesungguhnya refleksi itu, apa yang di cari dan bagaimana cara berrefleksi yang

benar. Melalui kegiatan ini kita kembali disadarkan dan diingatkan akan pengalaman

atau peristiwa yang sudah kita lalui selamai ini kurang lebih 1 bulan ini. Pengalaman

adalah pelajaran yang baik untuk kita, dengan pengalaman kita akan dapat belajar

dari masalalui. Sebagai mahasiswa Pendidikan Agama Katolik atau calon katekis kita

pantas menjalin relasi yang baik dengan Tuhan dan mampu mendengarkan suara

hati.

Dengan kegiatan pelatihan refleksi, sekarang peserta diminta membuat perencanan

dari mulai 1 semester kedepan dan ketika itu sudah terwujud bisa dilakukan lagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

untuk kedepan, misal dari yang tidak pernah berdoa memiliki komitmen untuk rajin

berdoa. Bisa juga perencanan yang kalian inginkan selama ini dan boleh lebih dari

satu. Panduan:

• Perencanan apa yang akan kalian lakukan untuk kedepan? (bisa diawali dengan satu

bulan kedepan terlebih dahulu).

• Dari perencanan yang kamu buat, apa yang akan kamu lakukan untuk mewujudkan

rencana tersebut?

Dari perencanan tersebut peserta dapat menjadi pribadi yang lebih berkembang,

memiliki komitmen hidup dan memiliki semangat untuk mewujudkannya.

j. Penutup

Dari kegiatan pelatihan ini, mahasiswa diharapkan sadar bahwa memiliki

kebiasaan refleksi itu penting bagi perkembangan kepribadian. Setelah mengikuti

pelatihan ini, mahasiswa diharapkan menanamkan atau menumbuhkan kegiatan

refleksi dalam hidupnya. Dengan berrefleksi mahasiswa mampu mendengarkan suara

hati dan bertindak dengan cinta kasih, selain itu dengan refleksi mahasiswa tidak

akan mengulang kesalahan yang sama dan menjadi mahasiswa yang selalu

berkembang baik dari segi kepribadian maupun segi akademis.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan kesimpulan berdasarkan rumusan

permasalahan dan tujuan penelitian, dengan didukung dengan hasil penelitian.

Kemudian berikutnya berisi saran untuk beberapa pihak yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini.

A. Kesimpulan

Kebiasaan berrefleksi ialah kegiatan yang sudah menjadi rutinitas dan

membentuk pola hidup seseorang untuk membantu mengingat, menghadirkan

kembali dan mengolah pengalaman tersebut sehingga memberi daya gerak untuk

berkembang. Menurut tim Pusat Pengembangan dan Penjamin Mutu

Pembelajaran dan Lembaga Penjamin Mutu (P3MP &LPM) Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta dalam buku Pedoman Model Pembelajaran Berbasis

Pedagogis Ignasian (2012: 18) menyatakan refleksi merupakan proses

mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat,

pemahaman, imajinasi, dan perasaan yang menyangkut bidang ilmu, pengalaman,

ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai

dari apa yang dipelajari. Dengan refleksi seseorang dapat menyimak kembali

pengalaman serta memahami lebih dalam, menemukan makna atau hikmanya,

menyadari adanya gerakan-gerakan batin dan dapat memunculkan perubahan

positif dalam dirinya.

Dengan refleksi seseorang dapat mengolah kembali pengalamannya dan

tidak mengulangi kesalahan yang sama, karena dengan refleksi kita dapat melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

kembali pengalaman di masa lalu baik itu pengalaman baik maupun buruk.

Kebiasaan berrefleksi akan membantu seseorang dalam membentuk

perkembangan kepribadian. Ketika seseorang sudah terbiasa berrefleksi maka ia

tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, dengan begitu kepribadian

seseorang akan semakin berkembang. Seseorang yang kepribadiannya

berkembang, ia dapat menjawab kerinduan hatinya dan bertanggungjawab untuk

menjawab kerinduan hatinya.

Berdasarkan penelitian, mahasiswa PAK USD belum memiliki kebiasaan

refleksi. Meskipun setiap kegitan maupun ada acara di kampus mahasiswa PAK

selalu mengakhiri dengan refleksi, namun dari hasil penelitian mereka

mengatakan tidak tahu apa yang harus mereka cari dari refleksi dan apa

sebenarnya itu refleksi. Namun adapun faktor yang menghambat mahasiswa tidak

pernah berrefleksi ialah karena tuntutan tugas yang banyak sehingga menyita

waktu mereka, kesibukan tersebut menjadikan mahasiswa tidak pernah

berrefleksi. Kebiasaan akan membawa dampak bagi perkembangan kepribadian.

Mahasiswa yang mempunyai kebiasaan refleksi tentu ia akan memiliki

kepribadian yang baik, karena dengan refleksi mahasiswa mampu mendengarkan

suara hatinya, menangkap makna atau arti dari setiap pelajaran dan tidak akan

mengulangi kesalahan yang sama.

Menanggapi hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan pelatihan refleksi

sebagai upaya membantu mahasiswa PAK untuk menanamkan kebiasaan refleksi

dalam dirinya. Melalui kegiatan ini, para mahasiswa dapat meluangkan waktu

untuk merenungkan dan melihat kembali pengalaman hidupnya terlebih selama


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

kuliah di PAK. Para mahasiswa dapat mengolah dirinya melalui berbagai sesi

yang telah disiapkan dengan mengolah pengalaman pribadi dan latihan untuk

berrefleksi. Selain itu, para mahasiswa dapat berbagai pengalaman melalui sharing

dan diskusi agar semakin memahami apa sebenarnya refleksi dan apa yang

seharusnya dicari dari refleksi. Dengan demikian, para mahasiswa dapat

menentukan aksi untuk kedepannya yang hendak dilakukan untuk membiasakan

dan meningkatkan kebiasaan refleksi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyampaikan saran kepada

beberapa pihak sebagai upaya untuk meningkatkan kebiasaan berrefleksi

mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma bagi Perkembangan kepribadian.

1. Bagi Para Mahasiswa PAK Universitas Sanata Dharma

a. Memiliki kemauan untuk mengikuti segala bentuk bimbingan dan

pembinaan yang diselenggarakan oleh pihak kampus dalam kegiatan

berrefleksi yang dapat membantu untuk menumbuhkan sikap reflektif dan

perkembangan kepribadian.

b. Mahasiswa bersedia terus-menerus dengan kesadaran diri untuk

mengembangkan kepribadian agar semakin dapat menjadi pribadi yang

lebih dewasa.

c. Mahasiswa mau menanamkan kebiasaan berrefleksi dalam hidup sehari-hari

guna untuk meningkatkan perkembangan kepribadian.

2. Bagi Kampus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

a. Diperluhkan adanya pembinaan dan bimbingan lebih dalam lagi tentang

pentingnya penguasaan melakukan refleksi bagi para mahasiswa.

b. Perlu memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk mengembangkan

kreativitas dalam hal kegiatan berrefleksi yang mendukung mahasiswa mau

membiasakan diri dengan kegiatan refleksi.

c. Perlu diadakan pelatihan refleksi atau pemahaman mengenai refleksi

sehingga mahasiswa benar-benar memahami arti refleksi.

3. Bagi Dosen

a. Dosen perlu menciptakan kelas sebagai komunitas belajar yang menerapkan

komponen kepribadian dalam proses belajar sehingga dapat membantu

mahasiswa dalam proses pengembangan kepribadiannya.

b. Setiap akhir semester baiknya dosen selalu merrefleksi mata kuliah yang

sudah ditempuh selama satu semester.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Daftar Pustaka

Alwison. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UPT Penerbitan Universitas


Sanata Muhammadiyah.
Arikunto, S dan Jabar. (2004). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Atmadi. (2006). Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga.
Yogyakarta: Kanisius.
Cipta Loka Caraka. (2002). Tantangan Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan
Cipta Loka Caraka
Duane Schultz. (1991). Model-Model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius
Echols Shadily. (2002) Pengertian Evaluasi. Jakarta: Erlangga.
Elizabeth B. Hurlock (1989). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Given, B. K. (2008). merancang kegiatan belajar-mengajar yang melibatkan
Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis dan Reflektif. Jakarta: Kaifa.
Harris, Maria & Gabriel Moran, “Educating Persons” dalam Jack. L. Seymour.
(1997). “Mapping Christian Education: Approach to Congregational
Learning”, Nashville: Abingdon Press.
Huijbers. (1987). Manusia merenungkan dirinya. Yogyakarta: Kanisius.
Julian James. (2007). Belajar Kepribadian. Yogyakarta: Kanisius.
Kartini Kartono. (1984). Psikologi Umum. Jakarta: CV. Rajawali.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (2007). Silabus Pendidikan Agama Katolik.
Yogyakarta: Kanisius.
Muhibbin Syah. (2012). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Paulus Budiraharjo. (1997). Mengenal Teori Kepribadian Mutakhir. Yogyakarta:
Kanisius.
Purwanto. (2009). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Hasil Belajar
Riduwan. (2013). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Sastrosupono Suprihadi. (1979). Etika dan Kepribadian. Semarang: Satya
Wacana.
Subagya. (2008). Paradigma Pedagogi Reflektif. Yogyakarta: Kanisius.
Sudjana Nana. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Sugiyono. (1997). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta, CV.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sujanto, Agus. dkk (1980). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Askara Baru.
Tim Penyusun P3MP & LPM Universitas Sanata Dharma (2012). Pedoman
Model Pembelajaran Berbasis Pendagogi Ignasian. Yogyakarta: LPM
USD.
Tarsis Tarmuji. (1998). Pengembangan Diri. Yogyakarta: Liberty.
Trianto. (2007). Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Yusuf Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan dan Remaja. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai