Anda di halaman 1dari 138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

EVALUASI PROGRAM LIVE IN


BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMPK ST. MARIA
KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Agnes Virgiana
NIM: 121124026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
SKRIPSI

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:


* Suster Visitatris Puteri Kasih dan Para Suster Serikat Puteri Kasih

Propinsi Indonesia yang membiayai pendidikan saya, dan telah

memberi kesempatan kepada saya untuk menjalani perutusan studi di

Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

* Orang tua tercinta, kakak dan saudara-saudariku yang dengan penuh

perhatian mendoakan.

* Suster Pamong Unit, Kepala Sekolah, Para Guru yang mengampu

pembiasaan Vinsensian serta Pembina Live in, staf, karyawan dan

siswa-siswi SMPK St. Maria Kediri yang memberi kesempatan bagi

saya dalam menulis skripsi ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah manara tidak
duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk
menyelesaikan pekerjaan itu”
(Luk 14:28)

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh
pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kendak Allah:
apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”
(Rm 12:2)

“ Pendidikan harus ditinjau agar tidak hanya demi kesenangan dan kemajuan
pribadi atau untuk mengetahui lebih banyak lagi. Pendidikan harus dilaksanakan
dalam rangka demi peningkatan kebutuhan pelayanan orang miskin”
(Menuju kesucian Louisa de Marillac hal 152)

“Ilmu pengetahuan harus dipahami dengan sungguh-sungguh baru bisa menjadi


kebijaksanaan bagi diri sendiri”

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran


pembiasaan Vinsensian yang diimplikasikan melalui program live in
exposure in the poor bagi peserta didik kelas IX SMPK. St. Maria Kediri
Jawa Timur tahun pelajaran 2015/2016. Peneliti mengevaluasi sejauhmana
proses dan hasil program live in exposure in the poor berdampak dalam
pembentukan karakter peserta didik.
Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai
interaksi guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal menuju tujuan
tertentu, melalui rangkaian kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Sedangkan live in adalah kegiatan tinggal dan hidup bersama dalam
masyarakat tertentu untuk beberapa hari, supaya peserta didik dapat
mengalami perjumpaan dan belajar memahami situasi masyarakat serta
lingkungan sekitar sehingga dapat membentuk konsep diri yang tangguh
dan berkarakter.
Jenis penelitian ini adalah evaluatif deskriptif kuantitatif dengan
teknik pengumpulan data melalui wawancara, studi dokumen dan penyebaran
angket. Evaluasi menggunakan model Stakes yang menekankan dua hal
pokok yaitu: (1) deskripsi, (2) pertimbangan, serta membedakan adanya tiga
dimensi yakni: (1) anteseden/konteks, (2)transaksi/proses, (3) luaran/hasil.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX SMPK St. Maria Kediri Jawa
Timur, tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 165 peserta didik.
Pada dimensi proses/transaction dapat ditemukan bahwa sekolah telah
mengadakan studi kelayakan sebelum pelaksanaan live in. Live in didasarkan
pada data yang valid yakni: pernah dilakukan survey, ada data-data yang menjadi
daya dukung untuk pembuatan program live in. Pada tahap perencanaan ada
administrasi manajerial dan logistik, ada pembentukan panitia live in, ada
buku panduan live in. Hal ini dapat dikatakan bahwa dari segi perencanaan
program telah dipersiapkan dengan melihat latarbelakang seperti ada data
yang melibatkan pihak Yayasan, Guru, Sekolah, Orangtua, Komite sekolah,
Stakeholders, dan masyarakat. Sedangkan dari dimensi hasil/luaran (output-
outcome) live in hanya ditentukan dari hasil refleksi laporan pengalaman live
in yang dibuat peserta didik secara kelompok dengan panduan pertanyaan
refleksi yang diberikan oleh Pembina live in.
Dengan demikian dapat disimpulkan pada dimensi proses dan hasil
live in yang meliputi tahap perencanaan, persiapan, pengelolaan, evaluasi dan
hasil live in, secara umum dikatakan memenuhi persyaratan terlaksananya
sebuah program.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

This research aims to come to know the learning process of Vincentian


habituation implied in the program live in exposure in the poor for 9th
class students of St. Maria Junior High School Kediri, East Java in the
academic year 2015/2016. The researcher evaluates the impact of the
process and results of the program live in exposure in the poor in shaping
the student’s character.
Evaluation of learning is an activity to measure and assess the
relationship among teacher, student interaction, external conditions of the
initial state compared to a certain goal, with a series of activities in
continuity. While live in is the activity of staying and living together in a
particular community for a few days, so that the learners experience the
encounter and learn to understand the situation of the community, and the
surrounding in order to shape a strong self-concept and character.
The research is evaluative descriptive quantitative. The data collecting
techniques are interviews, document studies and questionnaires. The evaluation
model is Stakes one which emphasizes two main points: (1) description, (2)
consideration. The model employed differentiates their three dimensions: (1)
the antecedents, (2) transaction, (3) outcomes. The subjects are 9th class students
of St. Maria Junior High School Kediri, East Java, in the academic year
2015/2016, and the numbers are 165 learners.
On the dimensions of the transaction the finding shows that the school
has conducted a feasibility study before live in. The program is based on the
reliable data because of the pre-survey, and the availability of supporting
data to design the program. On the planning stage, there are managerial and
logistics administration, the formation of the live in committee, and a live in
guidance book. It can be said that in of program is well prepared due to the
finding of the data revialing, the involment of the Foundation, Teacher,
School, Parents, School Committee, stakeholders, and the people. On the
output the finding shows that the output compused, from the reflection of
the live in experience. The reflection is done in group with a question -
guidance from the tutor.
It can be concluded, that in general on the dimensions of the process
and the results the program covering the planning, preparation, management
are evaluation. The reliability qualitation meets to implementation of a
program.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa atas

segala berkat dan kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul EVALUASI PROGRAM LIVE IN BAGI PESERTA DIDIK KELAS

IX SMPK ST. MARIA KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN

2015/2016. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Agama Katolik di

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis juga menyadari akan rahmat Allah yang bekerja melalui

banyak pihak dengan dukungan, perhatian, kasih dan kesetiaan yang sangat

berarti bagi penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan

lancar. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak FX. Dapiyanta, SFK, M.Pd, selaku dosen pembimbing utama yang

dengan sabar dan setia, membimbing dan memotivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

2. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II yang menyediakan

waktu dan kebaikan hati untuk menjadi dosen penguji dalam skripsi ini.

3. Bapak Drs. L. Bambang Hendarto Yuliwarsono, M. Hum. selaku dosen

penguji III yang mendampingi dan bersedia menjadi dosen penguji

dalam skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Romo Drs. FX. Heryatno Wono Wulung, SJ, M.Ed selaku Kaprodi PAK

(Pendidikan Agama Katolik) Universitas Sanata Dharma, yang memberikan

dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama

menjalani perkuliahan di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) Universitas

Sanata Dharma.

6. Seluruh karyawan Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) yang secara tidak

langsung telah mendukung dan memberi dukungan bagi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Suster Visitatris Puteri Kasih dan Dewan Provinsi yang telah mengutus

penulis untuk menjalani perutusan di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik)

Universitas Sanata Dharma.

8. Para Suster Puteri Kasih komunitas St. Louisa de Marillac Kediri Jawa

Timur yang mendukung dalam doa, perhatian dan cinta kepada penulis selama

studi hingga proses penyelesaian skripsi ini.

9. Para Guru, Staf dan karyawan, SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur atas

kerjasama dan bantuannya yang memberikan kesempatan dan mendukung

selama proses penyelesaian skripsi ini.

10. Suster Pamong Unit dan Kepala sekolah SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur

serta para siswa kelas IX yang memberikan kesempatan dan dukungan yang

baik pada penulis dalam penelitian serta penyelesaian skripsi ini.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Teman-teman angkatan 2012 yang selalu mendukung dan mendoakan

selama menjalani studi di Prodi PAK (Pendidikan Agama Katolik) hingga

penyelesaian skripsi.

12. Bapak-mama tercinta, kakak Romo, ponakan, sahabat serta seluruh

keluarga yang mendukung penulis dengan doa, perhatian dalam menjalani

studi hingga penyelesaian skripsi ini.

Menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka

dengan segala keterbukaan dan kerendahan hati mohon saran dan kritik demi

perbaikan penulisan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 29 Nopember 2016

Penulis

Agnes Virgiana

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………. i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………… iv
MOTTO …………………………………………………………………. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................... vii
ABSTRAK ………………………………………………………………. viii
ABSTRACT ………………………………………………………………. ix
KATA PENGANTAR …………………………………………………... x
DAFTAR ISI …………………………………………………………….. xiii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………... xvi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….. xvii
DAFTAR GRAFIK ……………………………………………………… xviii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………… 10
C. Batasan Masalah …………………………………………......... 10
D. Rumusan Masalah ……………………………………………... 11
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 11
F.Manfaat Penelitian …………………………………………….. 11
G. Metode Penelitian ……………………………………………... 12
H. Sistematika Penulisan …………………………………………. 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS …………………….
A. Kosep Evaluasi Porgram ………………………………….. 14
1. Pengertian Evaluasi …………........................................... 14
2. Tujuan Evaluasi …………………………………….. 17
3. Manfaat Evaluasi ............................…………….. 20

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Prinsip-prinsip Evaluasi ........................................................ 25


5. Alat-alat Evaluasi ................................................................. 29
6. Model-model Evaluasi .......................................................... 33
B. Konsep Kegiatan Live in ………………........................... 38
1. Pengertian Live in ................……………………………... 38
2. Tujuan Live in …..…………………………….. 41
3. Aspek-aspek Live in ............................................................ 44
a. Aspek Filosofis Live in …..……………………....... 44
b. Aspek psikologis Live in …….……………………… 46
c. Aspek Empiris Live in .........................................……… 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………………..
A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 50
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………. 51
C. Populasi dan Sampel …………………………………………... 51
1. Variabel Penelitian ………………………………………… 52
a. Definisi Konseptual ........................................................... 52
b. Definisi Operasional Variabel ………………………...... 53
2. Teknik Pengumpulan Data ………………………………… 53
3. Instrumen Penelitian ............................................................ 54
4. Kisi-kisi Instrumen ……………………………………… 55
D. Pengembangan Instrumen ......................................................... 56
1. Uji Coba Terpakai ………………………………………….. 56
2. Uji Validitas Instrumen ......................................................... 57
3. Uji Reabilitas Instrumen ...................................................….. 61
4. Teknik Analisis Data ………………………………….. 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...
A. Hasil Penelitian ………………………………………………... 66
1. Deskripsi Data Keseluruhan Evaluasi Program Live in 67
71
2. Deskripsi dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)
74

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Deskripsi dimensi transaksi/proses (transaction/process) 77


81
4. Deskripsi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)
84
B. Hasil wawancara ........................................................................ 85
86
C. Studi Dokumen ..........................................................................
88
D. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………….. 91
95
1. Dimensi anteseden/konteks …………….……………….
95
2. Dimensi transaksi/proses ………….……………………….
101
3. Dimensi Hasil/luaran ……………………………………...
103
E. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..
F. Refleksi penelitian ……………………………………………
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………
A. Kesimpulan ……………………………………………………. (1)
B. Saran …………………………………………………………... (2)
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… (3)
(4)
LAMPIRAN (5)
Lampiran 1: Surat ijin Penelitian ………………………………… (6)
Lampiran 2: Instrumen penelitian ………………………………....
Lampiran 3: Data awal penelitian ………………………………….
Lampiran 4: Teks wawancara Pembina ……………………………
Lampiran 5: Teks wawancara responden ………………………….
Lampiran 6: Hasil cek list responden ……………………………...

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Teks Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia.

Luk : Lukas

Rm : Roma

B. Singkatan Lain

Sr : Suster

PK : Suster-Suster Puteri Kasih Indonesia

SJ : Sociatas Jesu

Ocarm : Ordo Carmel

Konstitusi : Pedoman hidup Serikat Puteri Kasih

RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

UU : Undang-undang

N : Jumlah Responden

∑ : Jumlah pertanyaan setiap sub variabel penelitian

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor alternatif jawaban variabel Program Live in 54

Tabel 2 : Kisi-kisi angket evaluasi program live in exposure in the

poor 55

Tabel 3 : Kriteria klasifikasi tingkat validitas 57

Tabel 4 : Hasil Uji Validitas dimensi anteseden/konteks

(antecedents/konteks), dimensi transaksi/proses

(transaction/process),dimensi luaran/hasil (output-

outcome). 59

Tabel 5 : Uji reliabilitas dengan teknik formula Alpha Reliability

Statistics 62

Tabel 6 : Kriteria reliabilitas 62

Tabel 7 : Rumus penentuan Kriteria 63

Tabel 8 : Kriteria dimensi anteseden/konteks(antecedents/context) 64

Tabel 9 : Kriteria dimensi transaksi/proses (transaction/process) 64

Tabel 10 : Kriteria dimensi luaran/hasil (output-outcome) 65

Tabel 11 : Deskripsi statistik keseluruhan program live in 67

Tabel 12 : Kualifikasi nilai keseluruhan program live in 70

Tabel 13 : Statistik dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) 71

Tabel 14 : Kualifikasi dimensi anteseden/konteks(antecedents) 73

Tabel 15 : Statistik dimensi transaksi/proses (transaction/process) 74

Tabel 16 : Kualifikasi dimensi transaksi/proses (transaction) 76

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel 17 : Stastistik dimensi luaran/hasil (output-outcomes) 77

Tabel 18 : Kualifikasi dimensi luaran/hasil (output-outcomes) 79

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Frekuensi Keseluruhan program live in 70

Grafik 2 : Frekuensi dimensi anteseden/konteks(antecedents) 73

Grafik 3 : Frekuensi dimensi transaksi/proses(transactions) 77

Grafik 4 : Frekuensi dimensi luaran/hasil (output-outcomes) 80

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nilai bukan hanya masalah tahu tentang “apa yang baik”.

Orang mengira “mengetahui” seakan-akan sama dengan sudah melakukan”

padahal masih ada jarak antara “tahu” dan “tindakan”. Arah pendidikan nilai

seharusnya fokus pada modalitas, yaitu bagaimana menjembatani agar nilai-nilai

menjadi tindakan yang nyata (Kompas, Haryatmoko, 2015:7). Nilai dianggap

sesuatu yang berharga bagi suatu kelompok masyarakat yang berupa standar

perilaku atau dasar moral untuk mengarahkan dan evaluasi tindakan (Kolthoff,

2007:39). Nilai-nilai membentuk orang berkarakter, komitmen, jujur, kompeten,

terbuka, jiwa pelayanan, belarasa dan pengorbanan. Dengan kata lain pendidikan

nilai tidak lepas dari pembentukan habitus, yakni melalui pelatihan, pembiasaan,

pengalaman, dan perjumpaan.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

pada pasal 3 yang menyebutkan: “Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beiman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

berdemokrasi serta bertanggungjawab” (Doni Koesoema A, 2012:4). Dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

demikian pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi

muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi

penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.

Dalam konteks modern pendidikan senantiasa diletakkan dalam kerangka

kegiatan yang ditujukan bagi generasi yang sedang ada dalam masa-masa

pertumbuhan oleh sebab itu, pendidikan lebih mengarahkan dirinya pada

pembentukan dan pendewasaan pengembangan kepribadian individu yang

mengutamakan aspek-aspek dinamis, dan aktif, seperti proses pengembangan

dan pembentukan diri secara terus menerus (on going formation), (Doni

Koesoema A, 2007:4).

Berdasarkan beberapa gagasan pendidikan nilai di atas, maka Yayasan St.

Louisa Kediri, mencanangkan sebuah rancangan pendidikan yang bukan hanya

menitikberatkan pada perkembangan intektual melainkan juga pembentukan

karakter dan budi pekerti peserta didik.

Sebagai sekolah yang berada dalam naungan Yayasan St. Louisa, SMPK

St. Maria Kediri mengaplikasikan rancangan pendidikan nilai tersebut dengan

menambahkan pembelajaran yang khas bagi peserta didik yakni pelajaran

pembiasaan Vinsensian. Pembiasaan ini sebagai usaha untuk membangun

karakter dan nilai-nilai hidup Vinsensian Kristiani peserta didik. Pembiasaan

Vinsensian adalah wadah untuk menumbuhkembangkan sikap batin peserta didik

dengan keutamaan Vinsensian. Dengan keutamaan tersebut diharapkan peserta

didik memiliki sikap batin yang semakin berkembang serta mampu melihat

kebaikan Tuhan dalam dirinya, sesama dan lingkungan sekitarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SMPK St. Maria Kediri merupakan Sekolah yang berada dalam Yayasan

St. Louisa dari Serikat Puteri Kasih yang juga memprioritaskan pelayanannya

dalam karya sosial, kesehatan, termasuk juga pendidikan dan pembinaan kaum

muda. Melalui karya-karya pelayanan tersebut, Serikat Puteri Kasih mengabdikan

diri sebagai Serikat hidup kerasulan ( Konstitusi 1.b). Karya kerasulan bidang

pendidikan merupakan karya yang diwariskan oleh pendiri Serikat Puteri Kasih

yaitu St. Vinsensius dan St. Louisa. Dalam seruannya pemimpin tertinggi Puteri

Kasih: “Serikat bersifat misioner pada hakekatnya, para pendiri mengatakan,

menjadi seorang Puteri Kasih, adalah melakukan apa yang dilakukan Putera

Allah di dunia, bekerja secara terus menerus bagi sesama, mengunjungi dan

merawat mereka yang sakit, mengajar mereka yang tidak mengerti demi

keselamatan mereka (Sirkuler, 2014:5). Gagasan di atas meyakinkan Serikat

Puteri Kasih tetap bertekat bulat mempertahankan warisan pendiri, dalam karya

kerasulan bidang pendidikan dan pembinaan nilai-nilai hidup Vinsensian

kristiani. Salah satu upaya demi mempertahankan karya kerasulan Serikat yaitu

nilai-nilai keutamaan Vinsensian. Keutamaan-keutamaan tersebut dijabarkan

dalam materi yang diberi nama pembiasaan Vinsensian. Pembelajaran pembiasaan

ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan sehingga dapat diterima dan dipahami

oleh semua peserta didik.

Perencaaan pembiasaan Vinsensian diolah dengan beberapa sumber bahan:

Kitab Suci, dan buku-buku yang terkaitan dengan spiritualitas Vinsensius, buku

pembiasaan Vinsensian, RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) dan silabus.

Pembelajaran pembiasaan Vinsensian masuk mata pelajaran agama yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

seharusnya empat jam pelajaran, tetapi menurut kurikulum 2013, hanya tiga jam

pelajaran maka satu jam tersebut untuk pembelajaran pembiasaan Vinsensian.

Semua sekolah di bawah naungan Yayasan St. Louisa wajib menerapkan pelajaran

pembiasaan Vinsensian. Tujuan pembelajaran pembiasaan Vinsensian tersebut

adalah untuk menumbuhkan sikap batin peserta didik dengan semangat

kesederhanaan, kerendahan hati, kelemahlembutan, matiraga, penyelamatan jiwa-

jiwa sebagai spiritualitas Vinsensian dan dalam pembelajaran disebut dengan

istilah lima keutamaan Vinsensian. Keutamaan ini membangun perkembangan

sikap batin yang menghasilkan buah-buah persaudaaran sejati, dengan

persaudaraan sejati peserta didik dapat menerima perbedaan-perbedaan yang ada

sehingga terjadi sikap saling menghormati, saling menghargai, saling

mempercayai, saling menolong, saling memberikan semangat, saling mencintai

dan kerjasama. Diharapkan peserta didik kelak menjadi dewasa serta mampu

menerapkan dan dapat melakukan perubahan-perubahan sosial demi

kesejateraan bersama.

Demi mewujudkan sikap tersebut SMPK St. Maria menggunakan metode

yang efektif sebagai aksi dari teori pembiasaan Vinsensian, dilaksanakan beberapa

program, salah satunya adalah live in exposure in the poor untuk kelas IX.

Kegiatan live in sebagai puncak dari semua pembelajaran pembiasaan Vinsensian,

dengan maksud agar peserta didik tidak hanya menerima teori saja, tetapi bisa

praktek secara nyata di tengah masyarakat yang di pedesaan. Kegiatan yang khas

dengan tema “live in exposure in the poor” merupakan salah satu program

pembelajaran pembentukan karakter peserta didik. Bentuk kegiatannya adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

peserta didik kelas IX tinggal bersama dengan keluarga lain di suatu daerah

tertentu selama tiga hari dua malam. Dengan kegiatan live in exposure in the

poor yang singkat ini, diharapkan peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan

situasi dan kondisi dari keluarga dan lingkungan masyarakat setempat.

Penyesuaian dengan masyarakat setempat akan memudahkan peserta didik dalam

mengaplikasikan lima keutamaan Vinsensian sehingga mampu terbentuk pola

pikir yang kritis, baik dan benar sesuai dengan tujuan dari program live in.

Persiapan kegiatan live in diawali dengan survei oleh tim pembina live in,

guna mengetahui situasi dan kondisi serta program kegiatan di desa tersebut.

Dengan harapan melihat kondisi masyarakat dan program setempat dapat

memudahkan peserta didik untuk peduli serta terlibat dalam kegiatan program

desa misalnya gotong royong desa maupun baksos bagi warga yang miskin.

Selanjutnya pengajuan proposal dan program kegiatan live in kepada pamong

desa setempat dengan persetujuan dari seluruh pihak yang berkaitan dengan

kegiatan live in.

Dalam pelaksanaan kegiatan live in tersebut SMPK St. Maria Kediri,

mengusahakan persiapan yang baik, yaitu dengan membuat buku panduan live in,

selanjutnya peserta didik diberi pembekalan tentang lima keutamaan Vinsensian.

Pembekalan materi yang diberikan lebih menekankan penghayatan akan nilai-

nilai keutamaan sebagai sikap hidup, sehingga peserta didik mampu

menginternalisasikan dalam diri tentang nilai tersebut sebagai sikap hidupnya

setiap hari. Selain itu peserta didik diminta membuat laporan pengalaman live in

dalam bentuk paper yang memuat hasil kegiatan dan refleksi mulai hari pertama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kedua dan ketiga, dan laporan ini dibuat perkelompok dengan maksud untuk

memudahkan dalam penilaian. Laporan yang bersifat kelompok itu memuat

beberapa panduan pertanyaan refleksi. Di samping itu dengan refleksi kelompok

diharapkan adanya kerjasama, menghargai, serta dapat membentuk konsep diri

dengan pengalaman live in exposure in the poor. Dengan demikian pengalaman

hidup bersama tersebut dapat membentuk karakter pribadi sebagai manusia yang

utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mencintai sesama dalam hidup

sehari-hari. Pendidikan nilai tidak lepas dari pembentukan habitus, yaitu melalui

pelatihan, pembiasaan, pengalaman, dan perjumpaan. Dalam keterlibatan

membawa pengalaman, perjumpaan dan pembiasaan melalui live-in atau

pelayanan masyarakat (Kolthoff, 2007:39).

Dengan prioritas “melakukan” atau “bertindak” nilai-nilai yang

dipraktekkan bisa lebih efektif mengatur perilaku sehari-hari untuk membentuk

etos. Etos menandai karakter seseorang. Karakter terwujud dalam sikap dan

kepribadian yang memengaruhi kemampuan bersikap sejalan dengan

tanggungjawab moral (Kompas, Haryatmoko, 2015:8)

Menanggapi kenyataan yang di atas maka lulusan SMPK St. Maria Kediri

mestinya menjadi pribadi yang memiliki daya tahan, karakter yang kuat.

Karakter yang terus menerus dibangun supaya menjadi habitus, dan milik

peserta didik baik dari tingkat pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan

tinggi. Karakter yang mampu mempergunakan pikirannya secara otentik dan

bertindak secara lebih aktif-positif serta trampil untuk mengakses informasi

sekaligus mampu mengkaji dan menyeleksi informasi yang berguna dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

proses pembelajaran dan kehidupannya serta mampu menjadi pelaku-pelaku

perubahan-perubahan sosial bagi tanah air.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru yang mengampu pembiasaan

pembiasaan Vinsensian dalam live in exposure in the poor di SMPK St. Maria

Kediri Jawa Timur, mengatakan bahwa masih mengalami kesulitan dalam hal

penanaman nilai-nilai hidup kristiani seperti lima keutamaan Vinsensian,

walaupun kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2007.

Sejauh pendampingan kami bahwa peserta didik SMP yang masih remaja
dan dalam usia mencari jadi diri tidaklah mudah dalam penanaman nilai-
nilai hidup kristiani. Hal ini terlihat masih ada yang terlambat ke Sekolah,
masih ada yang belum peduli atau kurang respon sesama teman yang susah
serta masih pilih-pilih teman. (wawancara, 5 April 2016).

Selain itu kegiatan pembiasaan Vinsensian dengan live in exposure in the

poor dari segi perencanaan ada pembekalan materi tentang lima keutamaan

Vinsensian sebelum pelaksanaan live in. Pembekalan mengikuti silabus yang

sudah ada, namun dirasakan masih kurang dalam hal sumber bahan dokumen

gereja, buku-buku Vinsensian yang diperlukan untuk dasar pemahaman akan

nilai-nilai kristiani. Karena relevansi pandangan-pandangan iman kristiani dari

dokumen-dokumen gereja sangat yang berkaitan dengan lima keutamaan

Vinsensian sebagai ciri khas pastoral sekolah katolik seperti diungkapan (Piet

Go,O Carm,1995:12) pendidikan nilai dianggap sebagai bagian dari pastoral

sekolah, sejauh berusaha menumbuhkan dalam peserta didik penghargaan dan

komitmen terhadap nilai-nilai.

Sesuai pengamatan penulis selama ini di SMPK St. Maria Kediri, dalam

mengaplikasikan lima keutamaan Vinsensian susunan program mengikuti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

silabus yang sudah disusun oleh tim pembina Vinsensian. Kemudian untuk

kegiatan live in exposure in the poor, untuk hari pertama sebelum berangkat

diawali doa bersama, perjalanan menuju tempat live in, kemudian serah terima

peserta ke pamong desa setempat, pembagian orang tua angkat, doa bersama,

tinggal bersama keluarga. Kemudian hari kedua dan ketiga mengikuti aktifitas

keluarga dan program kegiatan desa setempat. Pada akhir kegiatan pembina

mengajak peserta didik untuk membuat refleksi dari kegiatan hari pertama hingga

ketiga, sebagai tanggapan atas kegiatan live in exposure in the poor. Kegiatan ini

dilaksanakan setiap tahun dan menjadi program rutin dengan praktek nyata dari

lima keutamaan Vinsensian tetapi dirasakan bahwa refleksi pendalaman akan

kegiatan live in tersebut belum maksimal untuk peserta didik, mengingat refleksi

dikerjakan secara berkelompok.

Beberapa suster memberi tanggapan positif terhadap pelaksanaan kegiatan

live in exposure in the poor dengan harapan agar kualitas lulusan yang

mempunyai kompetensi bukan hanya dalam hal intelektual, tetapi juga

kepribadian yang utuh dan seimbang.

Kami berharap suatu saat peserta didik menjadi pribadi yang utuh dalam
arti bukan hanya pintar secara akademik tetapi juga dalam sikap hidup
seperti kepekaan terhadap kesulitan sesama dan akhirnya menjadi pelaku-
pelaku perubahan sosial. (wawancara 5 April 2016).

Pembentukan kepribadian siswa yang utuh dan seimbang menjadi sangat

penting sehingga dalam pelaksanaan kegiatan live in exposure in the poor perlu

ada usaha peningkatan mutu dan kualitas melalui evaluasi periodik secara

komprehensif dan valid demi tercapainya tujuan pembentukan nilai-nilai hidup

kristiani seperti yang tertuang dalam lima keutamaan Vinsensian. Pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kenyataannya evaluasi secara periodik belum dilaksanakan dengan data-data

instrumen untuk penilaian yang lengkap mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pembinaan, hingga pelaksanaan program kegiatan, serta evaluasi hasil. Dari fakta

lapangan berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa SMPK St. Maria Kediri,

menanggapi kegiatan live in exposure in the poor secara keseluruhan memang

cukup menarik.

Menurut saya live in menyenangkan karena bertemu banyak orang yang


jadi saudara, saya dapat keluarga baru. Makin bersyukur dalam hidup
dengan belajar dari orang lain. Setiap hari sudah ada jadwal juga dalam
membuat refleksi bersama. (wawancara 6 April 2016).

Live in yang singkat dalam tiga hari menjadi kegiatan diminati peserta

didik hal ini terlihat dari laporan dan refleksi yang positif. Namun di sisi lain

sebagian peserta didik belum memaknai kegiatan ini sebagai pembentukan

karakter, melainkan hanya sebagai kegiatan rutinitas program sekolah yang

wajib diikuti.

Hal lain dalam perencanaan, pelaksanaan kurang mempersiapkan dengan

baik seperti instrumen-instrumen penilaian yang di perlukan siswa, juga evaluasi

hasil kegiatan. Kenyataan selama ini evaluasi dilakukan dalam bentuk klasikal,

pertanyaan spontan di dalam kelas waktu pelajaran pembiasaan Vinsensian.

Evaluasi yang demikian kurang mengena dan mengesan hati peserta didik akan

pemahaman, pemaknaan lima keutamaan Vinsensian dalam live in exposure in

the poor. Persoalan lain dalam pembinaan yang diberikan kepada peserta didik

hanya dalam bentuk laporan dan refleksi singkat tentang apa yang dialami dalam

kelompok mengenai kegiatan live in, jadi laporan dan refleksi tersebut kurang

mengena situasi konkret peserta didik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Menanggapi pemaparan tersebut di atas, jelaslah persoalan yang menjadi

fokus dari penelitian penulisan ini adalah mengenai proses pembelajaran

pembiasaan Vinsensian melalui praktek lima keutamaan Vinsensian dalam live

in exposure in the poor terutama di kelas IX SMPK St. Maria Kediri. Penulis

akan mengadakan penelitian dan evaluasi yang komprehensif mengenai proses

dan hasil pelaksanaan live in exposure in the poor dengan judul EVALUASI

PROGRAM LIVE IN BAGI PESERTA DIDIK KELAS IX SMPK ST.

MARIA KEDIRI JAWA TIMUR TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan dalam latar belakang

penulisan skripsi ini, maka dapat diindentifikasi sebagai berikut:

 Pemahaman siswa terhadap pembiasaan Vinsensian dinilai masih kurang.

 Pendalaman materi pembiasaan Vinsensian dinilai masih kurang.

 Pembekalan maksud dan tujuan pembiasaan Vinsensian melalui live in

exposure in the poor dinilai masih kurang.

 Bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil live in exposure in the

poor dan tanggapan peserta didik terhadap program live in?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang teridentifikasi di atas, maka penulis dalam

penelitian ini, secara khusus membatasi pada masalah Evaluasi pembiasaan

Vinsensian dalam live in exposure in the poor yang dicanangkan oleh SMPK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

St. Maria Kediri-Jawa Timur. Dalam hal ini peneliti menggunakan model

evaluasi Countenance Evaluation Model dikembangkan oleh Stakes.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri?

2. Seberapa jauh hasil live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang secara spesifik dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui proses live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri.

2. Mengetahui hasil live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi sumbangan baik secara teoritis maupun

praktis.

1. Secara teoritis:

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis bagi

pemahaman terhadap pembiasaan Vinsensian dalam live in exposure in the

poor di SMPK St. Maria Kediri. Data tersebut menjadi dasar untuk

pengembangan program kegiatan live in.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

2. Secara praktis:

Penelitian ini dapat memberi pamahaman dan wawasan baru bagi SMPK St.

Maria Kediri, diharapkan penelitian ini memberikan sumbangan dalam

perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, evaluasi hasil kegiatan live in

sehingga dapat mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik akan kegiatan

live in exposure in the poor.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Evaluatif deskriptif dengan dukungan

data kuantitatif.

H. Sistematika penulisan

BAB I : pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : membahas tentang pengertian program evaluasi, tujuan

evaluasi program, manfaat evaluasi, prinsip-prinsip evaluasi, alat-alat evaluasi,

model-model evaluasi program, pengertian live in, tujuan live in, aspek-aspek

live in,

BAB III : membahas mengenai metodologi penelitian yakni jenis

penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik

dan instrumen pengumpulan data dan teknik analisis data.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

BAB IV : membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang

meliputi, hasil penelitian berdasarkan kuesioner/angket, wawancara, studi

dokumen, pembahasan hasil penelitian yang meliputi tiga dimensi yakni (1)

anteseden/konteks(antecedents/context), (2)transaksi/proses(transaction/process),

(3)luaran/hasil(output-outcomes), keterbatasan penelitian, refleksi penelitian.

BAB V : merupakan bagian penutup penulisan skripsi mengenai

kesimpulan dan saran yang berguna bagi semua pihak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Kualitas hidup manusia dapat ditingkatkan dengan membangun

pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar mengenai seluruh aspek-

aspek hidup manusia sebagai makluk sosial yang holistik. Dunia pendidikan

menjadi salah satu ladang yang tepat dalam pembentukan generasi muda yang

berkarakter. Generasi yang memiliki visi mengkontruksi pengetahuan dari

abstraksi pengalaman, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Dengan

demikian evaluasi dan monitoring sangat diperlukan dalam mengevaluasi

program kegiatan peserta didik dalam proses pembelajaran. Berikut dapat

dipelajari berbagai kajian evaluasi program, prinsip-prinsip evaluasi, alat evaluasi

program, program kegiatan live in dan aspek-aspek live in.

A. Konsep Evaluasi Program

1. Pengertian evaluasi

“Evaluasi” berarti: penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu

dan bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap

proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses

belajar itu, sampai berapa jauh keduanya dapat dinilai baik. peninjauan evaluatif

yang pertama, memusatkan perhatian pada produk atau efek yang dihasilkan

oleh siswa, sesuai dengan semua tujuan instruksional yang seharusnya dicapai;

evaluasi demikian dikenal sebagai evaluasi produk (Winkel, 2014:531).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai seseorang dengan

menggunakan patokan-patokan tertentu untuk mencapai tujuan (Eveline

Siregar, 2014:35). Penilaian lebih menekankan kepada proses pembuatan

keputusan terhadap sesuatu ukuran baik buruk yang bersifat kuantitatif

(Suharsimi Arikunto, 1990).

Nana sudjana menjelaskan evaluasi adalah pemberian keputusan tentang

nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja,

pemecahan, metode, materiil dll. Bila dilihat dari segi tersebut maka evaluasi

perlua adanya suatu kriteria atau standart tertentu.

Evaluasi berasal dari kata “evaluation” berarti menilai, namun sebelum

menilai orang mengadakan pengukuran lebih dahulu (Suharsimi Arikunto,

1990:3). Evaluasi pembelajaran adalah kegiatan mengukur dan menilai interaksi

guru-murid-kondisi eksternal dari keadaan awal tertentu menuju tujuan tertentu.

Pengukuran dan penilaian ketercapaian tujuan belajar adalah evaluasi belajar.

Pengukuran dan penilaian interaksi guru-murid-kondisi eksternal adalah evaluasi

proses belajar (Dapiyanta, 2008:10).

Sedangkan untuk pengertian istilah “program” dibagi menjadi dua yaitu

pengertian secara khusus dan secara umum. Secara umum “program” dapat

diartikan sebagai “rencana” misalnya seorang siswa ditanya oleh guru, apa

program setelah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di sekolah yang diikuti

maka arti “program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan yang

akan dilakukan setelah lulus. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk

melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi, mencari perkerjaan, membantu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

orang tua dalam usaha, mungkin juga belum menentukan program apapun. Ada

tiga pengertian penting yang perlu ditekankan dalam menentukan program,

yaitu (1) realisasi atau implementasi suatu kebijakan, (2) terjadi dalam waktu

yang relative lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan

(3) terjadi dalam organiasasi yang melibatkan sekelompok orang. Pengertian

“program” adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan maka program merupakan

sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali

tetapi berkesinambungan. Pengertian program yang di kemukan diatas adalah

pengertian secara umum. Selain itu dalam kehidupan terdapat juga “program”

yang berlangsung hanya dalam waktu singkat misalnya peringatan program

hari bersa nasional di OSIS, HUT RI, Hardiknas, Harkitnas, Lahirnya Pancasia,

Natal, Bulan Ramadhan, Nyepi, Imlek. Program pengingatan hari besar ini juga

melalui suatu proses yang panjang, tetapi pelaksanaan hanya sebentar artinya

tidak lebih dari khusus ini adalah bagian dari program khusus. Dengan

pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa program-program itu

menunjukkan adanya kegiatan jamak yang merupakan rangkaian pembelajaran

dan proses seperti kegiatan belajar mengajar, pembuatan rencana mengajar dan

lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa gagasan di atas mengenai evaluasi program maka

dapat dipahami evaluasi program merupakan penelitian evaluatif untuk

mengetahui proses interaksi guru-murid, kondisi eksternal dari keadaan awal

menuju tujuan tertentu. Di sini “evaluasi produk” dan “evaluasi proses”

dipandang sebagai dua bentuk dasar dalam evaluasi belajar. Evaluasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

dilakukan guna mengetahui hasil belajar siswa yakni seberapa besar siswa

telah menguasai hasil belajar, ketrampilan, sikap sebagaimana dirumuskan dalam

tujuan program. Di samping itu evaluasi produk merupakan evaluasi untuk

memperoleh keterangan tentang hasil belajar siswa. Misalnya pengukuran

prestasi belajar siswa pada akhir suatu semester sesuai dengan tujuan yang harus

dicapai. Sedangkan evaluasi proses dengan maksud untuk memberi umpan

balik akan jalannya proses, yakni kekurangan, hambatan, hingga kemungkinan

tidak berjalannya suatu proses sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan pada

proses selanjutnya (Dapiyanta, 2008:15).

Dengan kata lain evaluasi terhadap proses ini akan berguna sebagai dasar

bagi berbagai tindakan korektif terhadap proses belajar mengajar, sehingga

produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan mutunya. Selain itu juga dengan

hasil akhir dari suatu kebijakan tersebut dapat mendukung untuk rekomendasi atas

kebijakan yang lalu dan menentukan kebijakan selanjutnya.

2. Tujuan evaluasi

Telah di jelaskan sebelumnya bahwa tujuan diadakannya evaluasi program

untuk mengetahui pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui

keterlaksanaan kegiatan program, karena evaluator program ingin mengetahui

bagaimana dari komponen dan subkomponen yang belum terlaksana dan apa

sebabnya. Oleh sebab itu, sebelum mulai dengan langkah evaluasi, evaluator

perlu memperjelas dirinya dengan apa tujuan program akan dievaluasi. Misalnya

ingin mengevaluasi program IPA. Tujuan ini diharapkan dapat tercapai apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

semua komponen pendukung merupakan faktor penentu pencapaian tujuan sudah

bekerja secara efektif, dengan pencapaian faktor-faktor yang berpengaruh pada

ketercapaian pembelajaran dimaksud adalah; (1) siswa, (2) guru, (3) materi yang

dipelajari, (4) sarana belajar, (5) pengelolaan, dan (6) lingkungan.

Evaluasi secara mendasar sudah terkandung dalam pengertian kata

evaluasi dan pembelajaran itu sendiri. Evaluasi berarti menilai atau mengambil

keputusan, dan pembelajaran berarti interaksi guru-murid-kurikulum sesuai

kondisi siswa menuju tujuan tertentu. Pembelajaran dapat diartikan sebagai

proses transformasi dari masukan menjadi keluaran (Dapiyanta, 2008:12)

sehubungan dengan gagasan diatas dapat dirumuskan tujuan evaluasi sebagai

berikut:

a). Seleksi

Data hasil evaluasi masuk sekolah siswa, sekolah dapat mengambil

keputusan tentang siswa-siswa mana yang diterima dan mana yang tidak

tergantung kriteria yang ditetapkan. Misalnya untuk melanjutkan program atau

naik kelas ditetapkan kriteria rata-rata nilai minimal 6, dengan nilai agama,

bahasa, kewarganegaraan. Dengan kriteria tersebut siswa siswi yang

memenuhi syarat tersebut dapat naik kelas, sedangkan yang tidak harus

mengulang program.

b) Diagnostik

Data hasil evaluasi yang alatnya dirancang sedemikian rupa untuk

memenuhi persyaratan maka data hasil evaluasi tersebut akan diketahui


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

kelemahan dan kekuatan siswa serta sebab-sebabnya. Dengan data tersebut guru

dapat mengatasi kelemahan dan makin meningkatkan kekuatannya.

c) Penempatan

Pada jenjang tertentu dilakukan penjurusan pada siswa, penjurusan

disesuaikan atas dasar hasil evaluasi dari sekolah. Evaluasi mengungkap bakat

dan minat siswa. Bakat dan minat dapat terungkap pada mata pelajaran tertentu

siswa berprestasi dalam pelajaran tertentu dapat di simpulkan bahwa siswa

tersebut berbakat. Jika pada mata pelajaran siswa berprestasi tinggi berminat

maka penjurusan menjasi kuat. Namun jika siswa tidak berminat maka siswa

dapat memilih jurusan yang diminati dan tetap mendasarkan diri pada bakat yang

memungkinkan.

c) Pengukur keberhasilan

Tujuan pengukur keberhasilan terkait dengan fungsi sumatif dan

evaluasi. Data hasil evaluasi dapat dipakai untuk menilai apakah program yang

dilaksanakan sudah berhasil atau tidak, namun belum diketahui faktor-faktor

manakah yang berperan dalam keberhasilan program ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, antara lain; guru, siswa, metode, media, sarana, sistem,dan

sebagainya. Perlu dilakukan evaluasi yang terinci baik menyangkut proses

maupun hasil supaya dapat diketahui sejauh mana keberhasilan program dan

faktor-faktor yang berperanan.

Dengan demikian tujuan evaluasi program tidak terlepas dari tujuan

program yang akan dievaluasi. Keduannya saling terkait karena merupakan

tujuan program itu merupakan dasar untuk merumuskan tujuan evaluasi program.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Tujuan evaluasi program harus dirumuskan dengan titik tolak tujuan program

yang dievaluasi. Ada dua macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan

khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan

tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Dalam menentukan

tujuan program, evaluator program harus dapat menangkap harapan dari

penentu kebijakan yang mungkin bertindak sebagai pengelola. Sebelum

melakukan evaluasi harus mencermati tujuan program dan merenungkan apa yang

menjadi tujuan evaluasi program. adapun unsur-unsur yang perlu diperhatikan di

dalam kegiatan yaitu; (what) apa yang digarap, (who) siapa yang menggarap,

(how) bagaimana menggarapnya (Suharsimi Arikunto, 2014:27). Unsur-unsur di

atas adalah cara untuk mempermudah mengidenfikasi tujuan evaluasi program.

3. Manfaat evaluasi

Evaluasi program dapat disamaartikan dengan kegiatan supervisi, secara

singkat supervisi diartikan sebagai upaya mengadakan peninjauan untuk

memberikan pembinaan maka evaluasi program adalah langkah awal dalam

supervisi, yaitu mengumpulkan data yang tepat agar dapat dilanjutkan dengan

pemberian yang tepat pula. Kebijakan supervisi dapat dikatakan sama dengan

evaluasi program, sasarannya ditekankan pada kegiatan pembelajaran. Dengan

kata lain prestasi belajar menjadi titik pusat perhatian. Oleh karena itu tujuan

utamanya memperhatikan prestasi belajar . Dari ruang lingkup supervisi

dibedakan menjadi tiga yaitu (1) supervisi kegiatan pembelajaran, ((2)

supervisi kelas, (3) supervisi sekolah. Supervisi sekolah yang diartikan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

evaluasi program, dapat disamaartikan dengan validasi lembaga dan akreditasi.

Evaluasi program merupakan langkah awal dari proses akreditasi dan validasi

lembaga. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi program pendidikan

tidak lain adalah supervisi pendidikan dalam pengertian khusus, tertuju pada

lembaga secara keseluruhan. Evaluasi sangat berguna dalam pengambilan

keputusan atau kebijakan lanjutan dari program, karena dari masukan hasil

evaluasi program itulah para pengambil keputusan akan menentukan tindak lanjut

dari program yang sedang atau telah dilaksanakan. Wujud dari evaluasi adalah

sebuah rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan (decision maker)

(Suharsimi Arikunto, 2014:21-22).

Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolah, evaluasi atau

penilaian mempunyai makna atau manfaat dari berbagai segi, yaitu makna bagi

siswa, makna bagi guru dan makna bagi sekolah.

a) Makna atau manfaat bagi siswa

Dengan diadakan penilaian atau evaluasi siswa dapat mengetahui sejauh

mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Ada dua

kemungkinan hasil yang diperoleh dari pekerjaan menilai.

Kemungkinan pertama (1) memuaskan; siswa memperoleh hasil memuaskan

tentu kepuasan ini ingin diperoleh lagi pada kesempatan lain. Akibatnya siswa

mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat, agar mendapat

nilai yang memuaskan lagi. Sebaliknya dapat terjadi yakni siswa sudah merasa

puas yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali. Kemungkinan

kedua (2) Tidak memuaskan, siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

akan berusaha agar keadaan itu lain kali tidak terulang lagi. Maka ia belajar

dengan giat, sebaliknya dapat terjadi ada siswa yang lemah kemauannya, akan

menjadi putus asa dengan hasil yang kurang memuaskan yang diterimanya.

b) Makna atau manfaat bagi guru

Penilaian merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan

keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik yang

mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu, diperlukan data sebagai

informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan keputusan.

(1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui siswa

mana yang bisa melanjutkan pelajarannya karena sudah berhasil menguasai

meteri, maupun siswa-siswi yang belum berhasil menguasai materi. Guru perlu

mengetahui sebab-sebab dan guru akan memberikan perhatian yang memusat dan

memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya

diharapkan.

(2) Guru akan mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa

sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu mendatang tidak perlu ada

diadakan perubahan.

(3)Guru akan mengetaui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika

sebagian besar siswa memperoleh nilai jelek pada penilaian yang diadakan,

mungkin disebabkan oleh pendekatan atau metode yang kurang tepat. Guru harus

mawas diri dan mencoba mencari metode lain dalam mengajar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

c) Makna bagi sekolah

Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak

positif bagi sekolah, dengan demikian penilaian menjadi tolok ukur keberhasilan

bagi sekolah. Selain itu untuk mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh

sekolah sesuai dengan harapan atau belum, maka hasil belajar merupakan cermin

kualitas suatu sekolah.

(1)Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil

belajar siswa-siswinya maka dapat diketahui apakah kondisi belajar yang

diciptakan oleh sekolah sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar

merupakan cermin suatu sekolah.

(2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat

menjadi bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa

mendatang.

(3)Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan

sebagai pedoman bagi sekolah. Apakah yang dilakukan oleh sekolah sudah

memenuhi standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya

angka-angka yang diperoleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2012:16).

Adapun beberapa ciri-ciri dan persyaratan evaluasi program menurut

(Suharsimi Arikunto, 2014:8) sebagai berikut:

1. Proses kegiatan penelitian tidak menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku

bagi penelitian pada umumnya.

2. Dalam melaksanakan evaluasi, peneliti harus berpikir secara sistematis, yaitu

memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang terdiri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan satu sama lain dalam

menunjang keberhasilan kinerja dari obiek yang dievaluasi.

3. Agar dapat mengetahui secara rinci kondisi dari obiek yang dievaluasi, perlu

adanya identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi

keberhasilan program.

4. Menggunakan standar, ktiteria dan tolok ukur sebagai perbandingan dalam

menentukan kondisi nyata dari data yang diperoleh dan untuk mengambil

kesimpulan

5. Kesimpulan atau hasil penelitian digunakan sebagai masukan atau rekomendasi

bagi sebuah kebijakan atau rencana program yang telah ditentukan. Dengan

kata lain, dalam melakukan kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat

pada tujuan program kegiatan sebagai standart, kriteria, atau tolok ukur.

6. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan kondisi nyata secara

rinci untuk mengetahui bagian mana dari program yang belum terlaksana,

maka perlu ada identifikasi komponen yang dilanjutkan dengan identifikasi sub

komponen, sampai pada indikator dari program yang dievaluasi.

7. Standart, kriteria dan tolok ukur diterapkan pada indikator, yaitu bagian yang

paling kecil dari program agar dapat dengan cermat diketahui letak kelemahan

dari proses kegiatan.

8. Dari hasil penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan

akurat sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.

Keberhasilan program ditentukan beberapa faktor yaitu; guru, metode

mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi. Beberapa uraian diatas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

dapat disimpulkan bahwa manfaat evaluasi atau penilaian program harus

mengarah pada pengambilan keputusan sehingga diakhiri dengan rekomendasi

kepada pengambil keputusan. Untuk jelasnya, perhatikan gambar berikut

mengenai perbedaan langkah akhir dari penelitian dan evaluasi program.

Gambar 1.

Penelitian : Kesimpulan Saran


Analisis
an

Evaluasi Program : Analisis Kesimpulan Rekomendasi

4. Prinsip-prinsip evaluasi

Menurut (Dapiyanta, 2008:15) ada lima prinsip evaluasi pembelajaran dapat

dijelaskan sebagai berikut ;

a) Sebagai alat bimbingan ; evaluasi sebagai alat bimbingan maksudnya ialah

data-data evaluasi tharus dipergunakan sebagai dasar untuk membantu siswa

dalam mencapai tujuan belajar, bukannya sebagai alat untuk menvonis atau

bahkan menghukum siswa

b) Objektif : penyelenggaraan, pemilihan, penafsiran, penggunaan alat, data

maupun kriteria harus bebas dari subjektivitas guru, dengan begitu data

sungguh menggambarkan secara akurat keadaan yang sebenarnya dan dapat

dipertanggungjawabkan. Untuk mendukung objektivitas tersebut maka

evaluasi perlu memenuhi syarat validitas dan reabilitas serta penafsiran secara

bertanggungjawab. Valid artinya alat yang digunakan tepat sasaran, mengukur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

apa yang hendak diukur. Reliabel artinya handal, tidak berubah-ubah. Alat

yang reliable berarti alat tersebut ketika digunakan untuk berbagai kelompok

hasilnya relatif sama. Penafsiran bertanggungjawab berarti ada dsar dan kriteria

yang baku dan umum dipakai. Tentang validitas dan reliabilitas akan dibahas

lebih lanjut dalam persyaratan alat evaluasi.

c) Menyeluruh ; evaluasi yang menyeluruh maksudnya mencakup evaluasi

masukan, proses, produk, konteks dan hasil belajar dalam berbagai aspek;

pengetahuan, sikap, ketrampilan, program-program kegiataan dan pembiasaan

dalam berbagai tingkatannya.

d) Berkesinambungan : agar data hasil evaluasi berguna bagi diagnosa kesulitan

serta mempunyai kemampuan prediksi sehingga menjadi alat bimbingan yang

baik maka evaluasi mesti berkesinambungan. Prinsip berkesinambungan dapat

terwujud jika evaluasi dibuat secara terencana, bertahap dan terus menerus.

e) Variatif : mengingat obiek evaluasi bermacam-macam, maka tidak mungkin

dapat diukur hanya satu macam jenis alat evaluasi. Konteks ini prinsip variatif

dikenakan. Dengan menggunakan berbagai macam jenis dan alat evaluasi

diharapkan data menyeluruh tentang siswa dapat diperoleh.

Menurut (Suharsimi, 2012:38) memaparkan ada satu prinsip umum dan

penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat

tiga komponen yaitu; (1) tujuan pembelajaran, (2) kegiatan pembelajaran atau

KBM, (3) evaluasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

Triangulasi dapat digambarkan sebagai berikut;

Gambar. 2

Tujuan

KBM Evaluasi

Triangulasi dapat dijelaskan sebagai berikut;

a) Hubungan antara tujuan dengan KBM

Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar

disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Anak

panah menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan

makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah pada KBM,

menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.

b) Hubungan antara tujuan dengan evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data dengan mengukur sejauh

mana tujuan sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal

dari evaluasi menuju ke tujuan. Jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat

evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.

c) Hubungan antara KBM dan evaluasi

Seperti yang sudah disebutkan pada nomor (1), KBM dirancang dan

disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan, juga disebutkan

pada nomor (2), bahwa alat evaluasi juga disusun dengan mengacu pada tujuan,

Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu pada KBM yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dilaksanakan. Misalnya kegiatan belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan

menitikberatkan pada ketrampilan, evaluasinya harus mengukur tingkat

keberhasilan siswa, bukannya aspek pengetahuan.

Menurut (Nana sudjana, 2016:8-9) dipaparkan bahwa pentingnya penilaian

dalam evaluasi karena sebagai penentu kualitas pendidikan maka upaya penilaian

hendaknya memerhatikan beberapa prinsip dan prosedur penilaian sebagai

berikut :

a) Dalam menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga

jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi

hasil penilaian. Sebagai patokan atau rambu-rambu dalam merancang penilaian

hasil belajar adalah kurikulum hendaknya diperhatikan tujuan instruksionalnya,

pokok bahasan yang diberikan , ruang lingkup, urutan penyajian, dan pedoman

bagaimana pelaksanaanya.

b) Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dalam proses belajar

mengajar. Artinya penilaian senantiasa dilaksanakan pada setiap proses belajar

mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.

c) Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian menggambarkan

prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya. penilaian harus

menggunakan berbagai alat penilaian yang sifatnya komprehensif dimaksudkan

segia atau abilitas yang dinilainya tidak hanya aspek kognitif, tetapi juga aspek

efektif dan psikomotoris. Aspek kognitif sebaiknya mencakup semua aspek,

yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi, penilaian, analisis, sintesis, dan evaluasi

secara seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

d) Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil

penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, perlu

dicatat secara teratur dalam catatan khusus mengenai kemajuan siswa. Dari data

hasil penilaian harus dapat ditafsirkan sehingga guru dapat memahami para

siswanya terutama prestasi dan kemampuan yang dimilikinya. Hasil penilaian

juga hendaknya dijadikan bahan untuk menyempurnakan program pengajaran,

memperbaiki kelemahan-kelemahan pengajaran, memberikan bimbingan belajar

kepada siswa yang memerlukannya.

Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada

hakikatnya dalam melakukan proses penilaian (evaluasi) pendidik harus

memperhatikan prinsip-prinsip penilaian agar tujuan penilaian dapat tercapai

dengan baik.

5. Alat-alat evaluasi

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam

suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik

menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar

seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik

lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya.

Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh guru tetapi dibantu

untuk mencapai apa yang diharapkan dalam tujuan awal pembelajaran tersebut.

Menurut (Dapiyanta, 2008:17-18) dijelaskan bahwa alat-alat evaluasi

dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu tes dan nontes.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

a) Tes

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk

memeroleh data-data atau keterangan yang di inginkan tentang seseorang. Amir

Dalen (Suharsimi Arikunto, 1990:29).

Tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau

tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seorang murid atau kelompok murid.

Amir Daien Indrakusuma, (Suharsimi Arikunto, 2012:46). Selanjutnya definisi

yang dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,

inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.

Kutipan ini dalam buku Encylopedia of Educational Evaluation menyederhanakan

definisi menjadi, tes adalah penilaian yang komprehenship terhadap seorang

individu atau keseluruhan usaha evaluasi program (Suharsimi Arikunto, 2012:46).

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tes merupakan suatu alat

pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat lain, tes bersifat

lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan. Tes pada umumnya digunakan

untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa terutama hasil belajar kognitif

berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan

dan pengajaran. Walaupun demikian tes juga dapat digunakan untuk mengukur

atau menilai hasil belajar di bidang afektif dan psikomotoris.

a) Jenis-jenis tes berdasarkan status keadaannya

1) Tes standar ialah tes yang isi, tujuan, perumusan, dan susunannya telah teruji,

mantap dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai alat ukur yang objektif. Tes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

standar terbagi dua macam yakni tes bakat dan tes prestasi. Kedua macam tes

tersebut biasanya menggunakan perhitungan, symbol dan perbendaharaan kata.

Kedua tes standar tersebut sama-sama digunakan untuk meramalkan hasil pada

masa yang akan datang.

2) Tes buatan guru adalah tes yang dibuat oleh guru dengan cakupan, tujuan, dan

susunan sesuai kebutuhan. Tes buatan guru pada umumnya disusun sendiri

oleh guru, beberapa mungkin mengambil dari literatur, jarang ada masukan

dari ahli, jarang yang diuji coba sebelum dipakai, dan karang analisis sehingga

tidak diketahui tingkat validitas dan reliabilitasnya. Tes buatan guru digunakan

untuk mengukur dan menilai pencapaian hasil belajar siswa dalam pelajaran.

Tes buatan guru dapat digunakan pula untuk mendiagnosa kesulitan belajar

siswa, penentuan status siswa sehingga dapat digunakan bimbingan siswa

secara optimal.

b) Jenis tes berdasar ragam dan bentuk soal terdiri atas tes objektif, benar dan

salah, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan ganda hubungan hal, melengkapi

atau isian. Selain itu ada tes uraian ialah serangkaian pertanyaan yang

memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

c) Nontes

Nontes ialah cara evaluasi yang ditempuh tanpa mengajukan serangkaian

daftar pertanyaan yang jawabannya memerlukan pengorganisaian pemikiran.

Nontes ini meliputi angket, daftar cocok, wawancara, skala bertingkat, perbedaan

semantik, observasi, catatan anekdot, portofolio, refleksi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik melalui

bentuk tes uraian maupun tes objektif, tetapi juga dapat dinilai oleh alat-alat

nontes atau bukan tes. Kelebihan nontes dari tes adalah sifatnya lebih

komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari

individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek

afektif dan psikomotoris.

Dalam pengertian umum adalah sesuatu yang digunakan untuk

mempermudah seseorang dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan

secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa juga disebut dengan istilah

“instrument” dengan demikian alat juga dikenal dengan instrument evaluasi

(Suharsimi Arikunto, 2012:40). Dengan pengertian di atas alat evaluasi

dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan

yang dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut evaluator menggunakan cara

atau teknik, maka di kenal dengan teknik evaluasi yaitu teknik nontes dan teknik

tes (Suharsimi Arikunto, 2012:10).

Keberhasilan tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa,

tetapi juga dari segi prosesnya. Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari

suatu proses belajar. Ini berarti optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula

pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru, maka sangat perlu dilakukan

evaluasi atau penilaian terhadap proses belajar mengajar. Hal ini memungkinkan

untuk mengetahui kegiatan belajar mengajar, terutama efisiensi, keefektifan dan

produktivitasnya dalam mencapai tujuan pengajaran (Nana Sudjana, 2016:65).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

6. Model-model evaluasi program

Ada banyak model yang digunakan untuk mengevaluasi suatu program

dalam ilmu evaluasi program pendidikan. Model-model evaluasi ada yang

dikategorikan berdasarkan ahli yang menemukan dan yang mengembangkannya

serta ada juga yang diberi sebutan sesuai dengan sifat kerjanya (Suharsimi

Arikunto, 2014). Beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu

model evaluasi program adalah Stufflebeam, Metfessel, Michael Sricven, Stake,

dan Glaser. Kaufman dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi delapan

yaitu:

1) Goal Oriented Evaluasi Model, yang dikembangkan oleh Tyler

2) Goal free Evaluasi Model dikembangkan oleh Michael Scriven

3) Formatif Summatif Evaluasi Model, dikembangkan oleh Michael Scriven

4) Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

5) Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake

6) CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada “kapan” evaluasi dilakukan

7) CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh Stufflebeam

8) Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus

Dari kedelapan model tersebut di atas penulis memilih Countenance

Evaluation Model. Alasannya model ini paling efektif karena mendeskripsikan

tiga hal yakni: konteks, proses, dan hasil yang digunakan dalam penelitian

evaluasi progam pembiasaan Vinsensian dalam Live in dan sesuai dengan

tujuan penelitian ini. Dengan demikian model yang dipakai sebagai strategi atau

pedoman kerja yang berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi program yakni:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Countenance Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stakes (Suharsimi

Arikunto, 2014:43).

Stake’s menekankan pada adanya pelaksanaan dua hal pokok, yaitu

(1)deskripsi(description), (2)pertimbangan(judgments) serta membedakan adanya

tiga tahap dalam evaluasi program, yaitu (1)anteseden/konteks

(antecedents/contex), (2)transaksi/proses (transaction/process), dan (3)

luaran/hasil (output-outcames). Oleh Stake model evaluasi yang diajukan dalam

bentuk diagram, menggambarkan deskripsi dan tahapan berikut:

Gambar 3.
Desain Evaluasi Model Stake

Deskripsi matrix Judgement Matrix

RATIONAL: INTENS OBSERVATION STANDARD


(Tujuan /KRITERIA JUDGEMENT R
Latarbelakang program) E
Kenyataan K
 Keberadaan
atau Program
O
permasalahan M
Konteks  Kesesuaian JUDGEMENT
yang terjadi. yang Konteks program E
diharapakan Yang diamati
dengan N
kebutuhan D
 Guru/Pembina
 Siswa
A
S
Proses yang Proses yang I
diharapkan diamati
 Pembelajaran
 Kegiatan JUDGEMENT /
pembelajaran
 Penilaian
 Pengawasan
Hasil yang
 Sarana,Prasarana
S
diharapkan Hasil yang
diamati
 Peran serta A
masyarakat
R
A
 Prestasi Belajar
JUDGEMENT
N
siswa, hasil Live in
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Tiga hal yang dituliskan diantara dua diagram menunjuk obyek atau

sasaran evaluasi. Dalam setiap program yang dievaluasi, evaluator harus

mampu mengidentifikasi tiga hal, yakni: (1) anteseden-yang diartikan sebagai

konteks sebagai input/masukan. Contohnya: latar belakang guru dan peserta

didik, ketersediaan sumber daya. (2) transaksi-yang diartikan sebagai proses,

Contohnya: interaksi antara guru dengan peserta didik, interaksi lingkungan

kegiatan berlangsung. (3) outcomes-yang diartikan sebagai hasil/luaran,

Contohnya: hasil belajar peserta didik. Selanjutnya, kedua matriks yang

digambarkan sebagai deskripsi dan pertimbangan, menunjukkan langkah-langkah

yang terjadi selama proses evaluasi. Matriks pertama, yaitu matriks deskripsi,

berkaitan atau menyangkut dua hal yang menunjukkan posisi sesuatu (yang

menjadi sasaran evaluasi), yaitu:

1. Apa maksud/tujuan yang diharapkan oleh program (intens)

2. Apa yang sesungguhnya terjadi atau apa yang benar-benar terjadi (observation).

Selanjutnya evaluator mengikuti matriks yang kedua, yaitu matriks

pertimbangan, yang menunjukkan langkah pertimbangan (judgement), yang

dalam langkah tersebut mengacu pada standar acuan (standard).

Model evaluasi Stake dapat membawa dampak yang cukup besar dalam

penilaian, dan merupakan konsep yang cukup kuat untuk perkembangan yang

lebih jauh dalam bidang evaluasi. Matriks deskripsi dan pertimbangan dapat

dilihat penjelasan dari penjelasan berikut beserta contohnya:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

1. Matriks Deskripsi : Matriks deskripsi terdiri atas dua kategori. Kategori

pertama adalah sesuatu yang direncanakan pengembang kurikulum atau

program.

Dalam konteks KTSP, kurikulum tersebut adalah kurikulum yang

dikembangkan atau digunakan oleh satu satuan pendidikan. Sedangkan

program adalah silabus dan Rencana Program Pengajaran (RPP) yang

dikembangkan guru. Guru sebagai pengembang program merencanakan

keadaan/persyaratan yang diinginkannya untuk suatu kegiatan kelas tertentu.

Misalnya yang berhubungan dengan minat, kemampuan, pengalaman, dan lain

sebagainya dari peserta didik. Kategori kedua dinamakan observasi, berhubungan

dengan apa yang sesungguhnya sebagai implementasi yang diinginkan pada

kategori yang pertama. Kategori ini juga sebagaimana yang pertama terdiri

atas antecedents, transaksi, dan hasil. Evaluator harus melakukan observasi

(pengumpulan data) mengenai antecendents, transaksi , dan hasil yang ada di

suatu satuan pendidikan.

2. Matriks Pertimbangan : Matriks pertimbangan terdiri atas kategori standard

dan pertimbangan, dan fokus antecedents, transaksi, dan outcomes (hasil yang

diperoleh).

Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau

program yang dijadikan evaluan. Standar dapat dikembangkan dari karakteristik

yang dimiliki kurikulum, tetapi dapat juga dari yang lain (pre-ordinate, mutually

adaptive, proses). Kategori kedua adalah kategori pertimbangan. Kategori ini

menghendaki evaluator melakukan pertimbangan dari apa yang telah dilakukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

dari kategori yang pertama dan kedua matriks Deskripsi sampai kategori

pertama matriks Pertimbangan (Rusdiana, 2014:92).

Menurut Howard, E (2008), kelebihan dan kelemahan evaluasi model

Countenance Stake’s adalah:

Kelebihannya adalah:

1. Dalam penilaiannya melihat kebutuhan program yang dilayani oleh evaluator.

2. Upaya untuk mendeskripsikan kompleksitas program sebagai realita yang

mungkin terjadi.

3. Memiliki potensi besar untuk memperoleh wawasan baru dan teori-teori

tentang lapangan dan program yang akan di evaluasi.

Kelemahannya adalah:

1 Pendekatan yang dilakukan terlalu subjektif.

2 Terjadinya kemungkinan dalam meminimalkan pentingnya instrument

pengumpulan data dan evaluasi kuantitatif.

3 Kemungkinan biaya yang terlalu besar dan padat karya.

Selain hal tersebut menurut Kemble (2010), mengatakan bahwa kelebihan

evaluasi model Countenance Stake antara lain adalah:

1. Dalam evaluasi memasukkan data tentang latarbelakang program, proses dan

hasil yang merupakan perluasan ruang lingkup evaluasi pada tahun 1970-an.

2. Evaluator memegang kendali dalam evaluasi dan juga memutuskan cara yang

paling tepat untuk hadir dan menggambarkan hasil.

http://hakekatpendidikan.blogspot.co.id/2011/10/evaluasi-kurikulum-model-model

countenance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Menurut (Suharsimi, 2014:44) Stake menekankan ketika evaluator sedang

mempertimbangkan program, mereka harus melakukan dua perbandingan, yaitu:

1. Membandingkan kondisi hasil evaluasi program tertentu dengan yang terjadi

pada program yang lain, dengan objek sasaran yang sama.

2. Membandingkan kondisi hasil pelaksanaan program dengan standar

yang diperuntukkan bagi program yang bersangkutan, didasarkan pada

tujuan yang akan dicapai.

B. Konsep Kegiatan Live in

Pendidikan di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha peserta didik

secara individual atau berkat interaksi siswa dengan guru dalam proses

belajar mengajar, melainkan juga interaksi peserta didik dengan lingkungan

sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya di dalam maupun di

luar sekolah. Pembelajaran di sekolah bertalian dengan transmisi pengetahuan,

sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada

generasi muda. Hampir segala sesuatu yang dipelajari dalam kelas merupakan

hasil hubungan dengan orang lain di rumah, sekolah, masyarakat, tempat

permainan dan sebagainya. Dengan demikian kegiatan live in sangat efektif

untuk membangun karakter individu peserta didik.

1. Pengertian Live in

Menurut Webster’s enchyclopedia unabridged Dictionary of the English

(1989) dijelaskan pengertian live in or out; to reside at or away from the place of
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

one’s employment, esp. as a domestic servent; the butler, cook, and chauffeur live

in, but the two mainds live out. Begitu pula dalam The Comtemparory English-

Indo Dictionary dijelaskan live in dari kata to live in yang berarti; tinggal dalam.

The workers of the works. Selain itu dalam Kamus Inggris-Indonesia menjelaskan

live in dari kata keterangan to live in; tinggal di dalam. to live in fear of o’s life

hidup dalam ketakutan akan kehilangan jiwanya. to live in an apartment tinggal di

flat. to live in style hidup (mewah) menuruti (panggilan) zaman.

Live in merupakan suatu kegiatan menghargai dan mengetahui makna

kehidupan yang di lakukan dengan cara tinggal di rumah-rumah penduduk dan

mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan oleh keluarga yang mereka di

tempati itu, serta mengenal penduduk dan keadaan masyarakat sekitar. Live in

merupakan suatu kegiatan dalam bentuk tinggal dan hidup bersama dalam

masyarakat untuk beberapa hari agar peserta didik dapat mengalami dan belajar

memahami situasi masyarakat dan lingkungan sekitar.

Live in merupakan kegiatan yang dirancang sedemikian rupa sehingga

memungkinkan individu untuk berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda

(status sosial ekonomi budaya) dalam kehidupan nyata. Live in pada dasarnya

memiliki manfaat sesuai dengan tujuan dilakukannya kegiatan. Misalnya saja

meningkatkan kepekaan sosial, meningkatkan hardiness, resiliensi,

membentuk karakter positif, ataupun sarana pendidikan multikulturalisme.

http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/80/Live-in-dan-Pendidikan-

Perkembangan sosial dimaksudkan sebagai pencapaian kematangan

dalam hubungan atau interaksi sosial juga diartikan sebagai proses untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama.

Berkat perkembangan sosial peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan

kelompok teman sebaya maupun lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam

proses belajar di sekolah kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan

atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang

membutuhkan tenaga (seperti membersihkan kelas dan halaman sekolah),

maupun tugas yang membutuhkan pikiran, seperti merencanakan kegiatan

Camping atau Live in dan membuat laporan study tour (Cicih Juarsih, 2014:33-

34).

Dengan menjadikan karakteristik masyarakat Indonesia sebagai landasan

dalam pengembangan kurikulum, maka pembelajar yang diajar nantinya tidak

akan tereliminasi dari lingkungan sosialnya. Lembaga pendidikan sebenarnya

dibentuk oleh masyarakat dan dihidupi oleh masyarakat, karena pendidikan

harus memberi kemanfaatan kepada masyarakat dan kurikulum yang

dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Eveline Siregar,

2014:41)

Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan pendidikan dianggap

sebagai badan yang sanggup memperbaiki masyarakat. Pendidikan merupakan

alat untuk mencapai kemajuan sosial, dimana interaksi peserta didik dengan

lingkungan lambat laun akan menjadi kesadaran baru akan dirinya sebagai

pribadi. Sekolah memegang peranan penting dalam proses sosialisasi peserta

didik, mengalami perubahan kelakuan sosial ketika berjumpa dengan lingkungan

masyarakat sosial. Dengan sendirinya sekolah perlu menyediakan wadah yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

tepat bagi peserta didik melalui pengalaman di luar sekolah (live in) seperti

ketrampilan bertukang, bertani, memelihara ternak dan gotong royong desa.

2. Tujuan live in

Live in di desa merupakan kegiatan tinggal dan hidup di desa bersama

masyarakat pedesaan, mengikuti segala aktivitas penduduk desa. Dengan kata

lain Program live in juga merupakan program pembelajaran untuk mengenal

sebuah lingkungan penduduk desa, dengan mengikuti semua kegiatan mereka baik

di rumah maupun saat bekerja di luar. Para peserta didik ini akan diajarkan hidup

mandiri seperti melakukan kegiatan rutin sehari hari misalnya ke ladang atau

sawah, ke pasar, memasak, mencuci piring dan perabotan dapur lainnya,

menimba air, beternak, perikanan, bergotong royong dengan masyarakat dimana

mereka tinggal. Tujuan dari Program live in ini adalah menanamkan nilai nilai

atau sikap sikap dan budi pekerti luhur yang disinyalir sudah mulai luntur

dikalangan anak muda sekarang. Dengan program kegiatan Live In di desa ini

para peserta didik dapat mempelajari, memahami, mengenal, merasakan dan

merefleksikan kegiatan, pola kehidupan dan nilai-nilai budaya masyarakat desa.

Mereka dapat belajar tentang unggah ungguh, gotong royong, tepo sliro,

kerjasama, hidup sederhana, sikap hidup bekerja keras, mengalah, memiliki

jiwa sosial yang tinggi. Selain itu dengan program kegiatan Live in ini,

mereka dapat mempelajari norma/nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat

desa, mengalami, memiliki dan merasakan hubungan kekeluargaan masyarakat

desa, mengamati pola kehidupan sosial, ekonomi, strata kependudukan,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

ekogeografi dan kesehatan, menumbuhkan penghargaan pada kesederhanaan,

kesetiakawanan sosial, rasa syukur, dan hormat kepada orang lain.

http://sewasepedajogja.com/program-live-in-di-desa-wisata-jogja/.

Pembelajaran di sekolah diharapkan membentuk manusia-manusia sosial

yang dapat berinteraksi dan bergaul dengan sesamanya sekalipun berbeda

agama, status sosial, suku bangsa, pendirian, dan sebagainya. Pengalaman

interaksi dengan lingkungan sosialnya peserta didik mengalami perubahan dalam

kelakuan sosial dan kesadaran baru akan dirinya, lebih mengenal dirinya dalam

lingkungan sosialnya. Dengan kata lain dalam interaksi sosial itu memperoleh

self concept atau suatu konsep tentang dirinya (Nasution, 2015:39).

Pembentukan kepribadian dan hidup bila dipandang dari segi manusia

merupakan soal disposisi batin atau diri serta kecenderungan dalam menghadapi

dan menanggapi keadaan serta peristiwa hidup. Disposisi batin serta

kecenderungan seseorang untuk menanggapi keadaan serta peristiwa hidup

merupakan buah pengalaman awal manusia, dimana manusia menyerap nilai-nilai

yang dianggapnya baik untuk diri serta hidup. Dari pengalaman-pengalaman itu

orang dapat mengenali dua sikap dasar, yaitu terhadap diri sendiri dan terhadap

lingkungan (Darminta, 2006:34).

Kecerdasan sosial, yang diaktiualisasinya berupa ketrampilan/kecakapan

sosial, mencakup kecakapan berkomunikasi dan bekerjasama (berkolaborasi).

Komunikasi tidak hanya lisan tetapi juga tertulis dalam berbagai konteks.

Kecakapan berkolaborasi memerlukan kesalingtergantungan, dengan kemandirian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

yang dimiliki seseorang dapat memberi kontribusi untuk memecahkan masalah

yang dihadapi bersama (Darmiyati Zuchdi, 2010:112).

Organisme manusia berkembang secara biologis dalam relasi dengan

lingkungan. Jelas bahwa proses menjadi manusia ada dalam konteks interelasi

dengan lingkungannya, baik yang alamiah maupun manusiawi. Dalam pengertian

ini dapat dikatakan bahwa manusia ada hanya dalam relasi dengan manusia lain.

Kontruktivisme sosiologis menekankan bahwa pengetahuan ilmiah merupakan

kontruksi sosial, bukan kontruksi individual. Konstruktivisme sosiologis

mempertahankan bahwa pengetahuan ilmiah dibentuk dan dibenarkan secara

sosial (Suparno, 1997:48).

Menurut Driver dkk, (1994). Konstruktivisme sosial menekankan bahwa

belajar berarti dimasukkannya seseorang ke dalam suatu dunia simbolik.

Pengetahuan dan pengertian dikonstruksi bila seseorang terlibat secara sosial

dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman. Dalam

konteks ini kegiatan-kegiatan yang memungkinkan siswa berdialog dalam hal

pengalaman, pengetahuan yang dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan

yang berpengaruh terhadap hasil belajar.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses

pembelajaran peserta didik tidak lepas dari lingkungan sosial masyarakat.

Pengetauan yang diterima di kelas tidak terpisahkan dengan konteks kenyataan

masyarakat. maka pembelajaran di sekolah hendaknya membekali setiap peserta

didik dapat maju dalam hidupnya, memiliki disposisi batin sebagai manusia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

bertanggungjawab dalam kenyataan dunia serta menjadi pelaku-pelaku perubahan

sosial di kanteks jaman yang berubah-ubah.

3. Aspek-aspek kegiatan live in

Secara harafiah Live in berarti tinggal dalam, tinggal bersama dengan,

tinggal dengan … orang atau situasi tertentu yang dipilih sebagai tempat Live in.

Entah itu orang cacat, entah itu orang terlantar, orang sakit, orang terbuang, orang

terasing, Lansia, para buruh dan sebagainya. Dengan demikian tujuan menjadi

jelas, yakni ingin mengalami situasi dan suasana atau keadaan seperti yang terjadi

dan ada dalam diri dan situasi dimana ditempatkan untuk Live in.

a) Aspek filosofis live in

Manusia merupakan makhluk sosial. Secara kodrati, setiap manusia

selalu terkait dengan sesamanya. Ia berasal dari masyarakat dan hidup serta

berkembang dalam kebersamaan. Dia bukan hanya membutuhkan sesama

melainkan hidup dalam relasi timbal balik dengan sesama dan sejarah umat

manusia. Dia tidak bisa menolak kebersamaan. Sosialitas manusia bukan hanya

merupakan kebutuhan manusia sendiri melainkan sebagai anugerah alamiah

dan sekaligus partisipasi dan realitas sosial dan kodrat manusiawinya (Mulyatno,

2009:56).

Sesungguhnya seorang dilahirkan dalam suatu lingkungan sosial dan

kultural dimana semua obiek dan kejadian yang ditemukan mempunyai arti yang

khusus yang juga dikontruksikan. Melalui interaksi dengan unsur-unsur yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

hidup dan yang tidak hidup dalam lingkungan semua cara belajar berlangsung

secara sosial. Oleh karena itu studi tentang belajar dan mengajar perlu juga

memperhatikan segi sosial dalam pembentukan arti (Tobin, Tippins, dan Gallard,

1994).

Menurut (Suparno, 1997:62) Belajar itu suatu perkembangan pemikiran

dengan membuat kerangka pengertian yang berbeda. Pelajar harus punya

pengalaman dan membuat hipotesis, memanipulasi obiek, memecahkan

persoalan, mencari jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan

refleksi, mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan dan lain-lain

untuk membentuk kontruksi baru.

Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari

apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Belajar bukanlah kegiatan

mengumpulkan fakta, melainkan suatu pengembangan pemikiran dengan

membuat pengertian baru. Belajar bukanlah hasil perkembangan melainkan

merupakan perkembangan itu sendiri (Fosnot, 1996), suatu perkembangan

yang menuntut penemuan dan pengaturan kembali pemikiran seseorang.

Berdasarkan beberapa pemikiran di atas dapat disimpulkan bahwa

proses belajar peserta didik selalu berhubungan dengan sesama dan lingkungan

masyarakat, dimana nilai-nilai yang dianut di sekolah sejalan dengan yang

dianut dalam masyarakat setempat. Proses pembelajaran peserta didik tidak

hanya terjadi dalam kelas melainkan juga di luar kelas, dimana peserta didik

dapat berinteraksi dengan kondisi fakta di lapangan seperti live in, kemping

rohani dan sebagainya. Dari proses interaksi dan pengalaman yang di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

lapangan, peserta didik dapat memberi merefleksikan, menginternalisasikan nilai-

nilai seperti; kepedulian, tanggungjawab, kemandirian, solider, kerjasama.

b) Aspek psikologis live in

Pendidikan di sekolah mengarahkan belajar siswa supaya dia memperoleh

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, sikap dan nilai yang semuannya

menunjang perkembangannya. Pengetahuan dan pemahaman psikologis mutlak

diperlukan terlebih mengenai proses perkembangan yang umumnya dilalui oleh

siswa dan mengenai belajar itu sendiri, khususnya pendampingan siswa

dalam belajar pengetahuan, pemahaman, dan ketrampilan motorik (Winkel,

2012: 29).

Menurut Piaget pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari

kegiatan/tindakan seseorang. Pengetahuan ilmiah itu berevolusi. Berubah dari

waktu ke waktu. Setiap pengetahuan mengandaikan suatu interaksi dengan

pengalaman. Tanpa interaksi seorang anak tidak dapat mengkontruksi gambaran

korespondensi satu-satu dalam matematika dan memahami pengertian akan

bilangan. Piaget membedakan ada tiga macam pengetahuan: (1)pengetahuan fisis,

(2)metematis-logis, dan (3)sosial. Masing-masing pengetahuan ini membutuhkan

tindakan atau kegiatan seseorang tetapi dengan berbeda alasannya (Suparno,

1997:38-39).

Menurut (Wina sanjaya, 2012:57) Iklim sosio-psikologis secara internal

adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya

iklim sosial antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Iklim sosial-psikologis adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah

dengan dunia luar, hubungan sekolah dengan orang tua dan dengan masyarakat.

Dengan relasi yang baik dengan masyarakat maupun lembaga luar akan

menambah kelancaran program sekolah, sehingga upaya meningkatan kualitas

pembelajaran mendapat dukungan dari banyak pihak.

Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat,

motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Maka belajar adalah proses

pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap, dari yang sederhana

menuju yang kompleks, oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi

sesuai dengan irama kemampuan siswa. Selain itu melalui proses refleksi peserta

didik akan memperbaharui pengetahuan yang telah dibentuknya, atau menambah

khazanah pengetahuannya. Maka konsep pembelajaran contextual teaching and

learning (CTL) sebagai suatu pembelajaran yang menekankan pada proses

keterlibatan siswa yang secara penuh untun menemukan materi yang sedang

dipelajari dan meghubungkannya serta mnerapkannya dalam situasi kehidupan

yang nyata.

Berdasarkan gagasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian peserta

didik dibentuk menurut corak kelakuan kelompok atau iklim kelompok ia

berada. Iklim yang dialami tersebut membentuk pola pikir dan bertindak peserta

didik dalam bersosialisasi. Bila dilihat dari aspek psikologis lebih berkaitan

dengan psikososial dimana dengan live in peserta didik belajar di luar

khusunya masyarakat tertentu. Peserta didik melibatkan diri dengan masyarakat

setempat dan belajar interaksi dengan orang banyak. Dengan melibatkan diri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

lingkungan sosial peserta didik juga dapat melatih kemampuan beradaptasi,

mengubah pola pikir, sikap dan perilaku yang dengan situasi masyarakat

setempat. Perilaku yang benar sesuai dengan harapan masyakat, juga dalam

sikap kemandirian dan tanggungjawab pribadi. Sisi lain peserta didik

meninggalkan rumahnya dan tinggal dengan orang lain di masyarakat luas

dengan keadaan yang baru dan secara tidak langsung situasi itu dapat mendorong

peserta didik untuk lebih mandiri, terlepas dari pengaruh tanggungjawab

langsung dari orangtua. Dalam hal ini peserta didik terlatih untuk mandiri dan

bertanggungjawab pada diri sendiri serta mampu bekerjasama dalam kelompok.

c) Aspek empiris live in

Menurut Driver dkk. (1994), konstruktivisme sosial menekankan bahwa

belajar berarti dimasukkannya seseorang ke dalam suatu dunia simbolik.

Pengetahuan dan pengertian dikontruksi bila seseorang terlibat secara sosial

dalam dialog dan aktif dalam percobaan-percobaan dan pengalaman.

Pengalaman di live in peserta didik belajar mempertanggungjawabkan

hasil belajarnya di dalam kelas. Peserta didik membawa pengertiannya yang lama

dalam situasi belajar yang baru, membuat penalaran atas apa yang dipelajari

dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah ia

ketahui serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia ketahui

dengan apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru (Suparno, 1997:62).

Belajar bermasyarakat bertujuan mengekang dorongan dan kecenderungan

spontan, demi kehidupan bersama, dan memberikan kelonggaran kepada orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

lain untuk memenuhi kebutuhannya. Belajar ini mencakup fakta seperti didirikan

PBB demi mengatur kehidupan bangsa-bangsa ; konsep-konsep yakni solidaritas,

penghargaan dan kerukunan, relasi-relasi, metode dan cara-cara kehidupan

bersama misalnya sopan santun dan tata cara (Winkel, 2012:83).

Jacquest Mariatin adalah seorang tokoh yang menekan aspek sosial dari

seorang pribadi, berpendapat bahwa sosialitas manusia merupakan bagian tak

terpisahkan dari kenyataan seorang pribadi. Setiap pribadi adalah bagian dari

keseluruhan alam semesta. Dengan kata lain setiap pribadi adalah daya untuk

mencintai dan dicintai secara timbal balik di dalam kehidupan sosial yang terarah

demi kebaikan bersama (Mulyatno, 2009:53)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Live in adalah media

pengolahan diri, dikatakan demikian karena saat live in peserta didik mengalami

perubahan cara belajar yang tadinya hanya lebih menekankan teori dan berganti

berpusat pada interaksi dengan orang lain. Dalam live in peserta didik

memperoleh pengalaman dengan membuat hipotesis, memecahkan persoalan,

mencari jawaban, menggambarkan, berdialog, mengadakan refleksi bersama,

mengungkapkan pertanyaan dan sebagainya sehingga dapat membentuk

pemahaman yang baru.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian memerlukan suatu cara pendekatan yang tepat untuk memperoleh

data yang akurat. Maka metodologi sebagai suatu sarana untuk memperoleh

hasil yang tepat dan efektif dalam bentuk data-data yang dibutuhkan dalam sebuah

penelitian. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (research

design) tertentu. Rancangan ini mengambarkan prosedur atau langkah-langkah

yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan cara pengolahannya.

Dengan demikian dalam bab ini akan diuraikan metodologi penelitian evaluasi

program Live in yang meliputi metode penelitian, tempat dan waktu

penelitian, populasi dan sampel, teknik instrument pengumpulan data, teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian evaluatif deskriptif kuantitatif.

Penelitian evaluatif merupakan suatu desain dan prosedur evaluasi dalam

mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis untuk menentukan nilai

atau manfaat (worth) dari suatu praktik pendidikan berdasarkan atas hasil

pengukuran atau pengumpulan data dengan menggunakan standar atau kriteria

tertentu yang digunakan secara absolut maupun relatif. Model evaluasi yang

digunakan yaitu model evaluasi Stakes yang menyatakan bahwa penekanan

evaluasi pada dua jenis operasional, yaitu deskripsi (description) dan

pertimbangan (judgements), serta membedakan tiga fase dalam evaluasi

program yakni : (1) anteseden/konteks(antecedents/context), (2) transaksi/proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

(transaction/process) serta (3) luaran/hasil (output-outcomes). Model Stakes ini

digunakan karena peneliti ingin mengetahui pelaksanaan pembelajaran dari

sudut perencanaan/persiapan, pelaksanaan dan hasil. Melalui studi evaluatif

deskriptif kuantitatif diharapkan memperoleh informasi atau data yang

komprehensif, sistematis dan mendalam mengenai masalah penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti akan melaksanakan penelitian ini pada awal Agustus 2016 hingga

akhir Agustus 2016 di SMPK St. Maria Kediri yang ada di Kediri Jawa Timur.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono,

2014:49). Berdasarkan judul penelitian ini, maka yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX SMPK St. Maria Kediri yang

berjumlah 165.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2015:81). Selanjutnya teknik sampling adalah

teknik pengambilan sampel. Maka teknik sampling yang digunakan adalah

teknik populatif. Teknik populatif adalah menggunakan seluruh jumlah

populasi yang ada sebagai sampel dalam penelitian.

jumlah populasi sebanyak 165 orang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

1. Variabel Penelitian

Disebabkan bentuk permasalahan dalam penelitian ini bersifat evaluatif

deskriptif kuantitatif, maka hanya ada satu aspek atau variabel yang di ukur

dalam penelitian yakni variabel mengenai “Program Live In” dengan

menggunakan model evaluasi Stakes (countenance model evaluation) yang

meliputi anteseden/konteks (antecedents/context), transaksi/proses

(transaction/process), luaran/hasil (output-outcomes).

a. Definisi Konseptual Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitan ini, untuk mengetahui proses dan hasil

live in maka, definisi live in secara konseptual adalah kegiatan tinggal dan hidup

bersama dalam masyarakat tertentu untuk beberapa hari, supaya peserta didik

dapat mengalami perjumpaan dan belajar memahami situasi masyarakat serta

lingkungan sekitar sehingga dapat membentuk konsep diri yang tangguh dan

berkarakter. Adapun tujuan dari live in yakni sebagai implikasi dari terori

pembiasaan Vinsensian, yaitu untuk membangun karakter peserta didik agar

tumbuh sikap batin yang penuh semangat kesederhanaan, kerendahan hati,

kelemahlembutan, matiraga, penyelamatan jiwa-jiwa sebagai dasar dari

spiritualitas Vinsensian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

b. Definisi Operasional Variabel

Evaluasi Program Live in secara operasional didefinisikan kegiatan tinggal

bersama di dalam masyarakat atau tempat tertentu yang terdiri dari

anteseden/konteks (antecedents/context) (Tujuan program live in, sasaran progam

live in, Siswa/i, Pembina live in, materi live in, sarana/prasarana, manajemen

pengelolaan, lingkungan, dana dan waktu). Transaksi/proses (transaction/process)

(perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi), dan luaran/hasil (output-

outcomes) (hasil memenuhi kriteria sasaran).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data (Sugiyono,

2014:62). Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa cara antara lain:

1. Wawancara : dilakukan dengan Kepala Sekolah, Suster pamong unit dan

pembina live in, sebagai masukan untuk latarbelakang serta pada peserta didik

sebagai studi banding penelitian yang terlibat langsung dalam program

kegiatan live in exposure in the poor SMPK St. Maria Kediri. Wawancara

bertujuan untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam mengenai

penyelenggaraan live in exposure in the poor.

2. Studi Dokumen : dokumen yang dimaksud adalah berupa arsip-arsip yang

digunakan untuk memperoleh tentang kualitas output/luaran (peserta didik)

yang mengikuti live in exposure in the poor di SMPK St. Maria Kediri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

3. Penyebaran Angket : pengumpulan data dengan beberapa pertanyaan berupa

angket/skala sikap kepada peserta didik untuk mengetahui tanggapan siswa

terhadap program live in exposure in the poor.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati sehingga memperoleh data hasil

penelitian (Sugiyono, 2015:102). Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari wawancara, studi dokumen, dan angket/skala sikap. Sebagai

pedoman untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan skala likert

untuk mengukur skala sikap, maka disusun dalam bentuk suatu pertanyaan dan

diikuti oleh lima repons yang menunjukkan tingkatannya. Misalnya: SS = Sangat

Setuju, S = Setuju, N= Netral, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju

(Sugiyono, 2015:93).

Tabel 1:
Skor alternatif jawaban variabel Program Live in

Item favorable 5 4 3 2 1

Item Non-faforable 1 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

4. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 2.
Kisi-kisi angket
Evaluasi program live in exposure in the poor

Dimensi Sub Indikator Indikator Jumlah


item
1. Anteseden  Tujuan  Tujuan program 2
(Antecedents perencanaan berdasarkan konteks (1,2)
/context) program live in

 Sasaran  Sasaran konkret terukur 2


perencanaan (3,4)
program live in
 Siswa  Ada studi awal tentang 3
keadaan siswa, dengan (5,6,7)
berbagai macam situasi
dan kondisi awal siswa.
 Pembina live in  Ada data-data mengenai 3
situasi awal dari pembina (8,9,10)
program
 Materi/  Relevan dengan tujuan, 3
Kurikulum siswa, guru/pembina (11,12,
13)
 Sarana/prasarana  Studi data awal sesuai 3
tujuan dan sasaran (14,15,
16)
 Manajemen/  Ada tahap-tahap persiapan 3
pengelolaan secara pengelolaan (17,18,
(rundown acara) 19)
 Lingkungan  Studi awal tentang 3
lingkungan mengenai (21,21,
kondisi sekolah dan daya 22)
dukung
 Dana  Dana sudah dipikirkan 1
dengan baik dan (23)
memenuhi kebutuhan
 Waktu  Waktu berapa lama 1
(24)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

2. Transaksi  Persiapan  Managerial 6


(Transaction/proc dan logistik
ess) sesuai dengan (25, 26,
 Pelaksanaan perencanaan 27,28,
29,30)
 Pelaksanaan
 Pengelolaan sesuai dengan
perencanaan
dan mencapai
program

 Kegiatan
terlaksana
secara efektif
dan efisien
sesuai jadwal
yang ditetapkan
3. Luaran/ hasil  Penilaian hasil  Memenuhi 10
(output-outcomes) kriteria sasaran
(31, 32, 33, 34,
35, 36, 37, 38,
39, 40)

D. Pengembangan instrumen

1. Uji coba terpakai

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

mendapatkan data (mengukur) itu valid. Dalam uji coba instrumen ini

berbentuk uji coba terpakai. Artinya peneliti hanya satu kali menyebarkan

angket kepada responden untuk dipakai dalam mengumpulkan data penelitian,

dengan maksud supaya perolehan data yang masuk benar-benar murni karena

pertama kali digunakan, juga untuk menjaga agar tidak terjadi rekayasa dalam

pengambilan datanya. Selanjutnya butir instrumen yang sudah diisi oleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

responden akan diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Kemudian butir

instrumen yang tingkat validitasnya sangat rendah tidak dipakai. Setelah itu

dianalisis data untuk mendeskripsikan evaluasi program live in dengan

menggunakan instrumen yang valid. Untuk mengetahui apakah perbedaan itu

signifikan atau tidak, maka harga t hitung perlu dibandingkan dengan harga t

tabel. Bila t hitung lebih besar dengan t tabel, maka perbedaan itu signifikan,

sehingga instrument dinyatakan valid (Sugiyono, 2015:127-128). Kriteria

klasifikasi tingkat validitas sebagai berikut:

Tabel .3
Kriteria klasifikasi tingkat validitas

No r Hitung r tabel Keputusan


r1y 0,95 0,30 Valid
r2y 0,79 0,30 Valid
r3y 0,22 0,30 Tidak valid
r4y 0,73 0,30 Valid
r5y 0,79 0,30 Valid

2. Uji Validitas instrumen

Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang di ukur. Maka setelah data terkumpul,

penulis memasukkan data berdasarkan dimensi-dimensinya, lalu mulai menguji

tingkat validitas data yang sudah didapat. Validitas sebuah tes dapat diketahui

dari hasil pemikiran dan dari hasil pengalaman (Suharsimi Arikunto, 2012:40).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari suatu pengukuran

menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Oleh sebab itu diperlukan uji

validitas instrumen supaya gambaran dan kesimpulan hasil penelitian benar-

benar sesuai dengan keadaan yang di evaluasi.

Salah satu cara untuk menentukan validitas instrument adalah dengan

menggunakan teknik korelasi product moment yang dikemukan oleh Pearson

dalam Dapiyanta (2008: 49) sebagai berikut:

Keterangan:

rxy : koefisien korelasi variabel x dengan y

XY : hasil perkalian antara variabel x dengan y

X : jumlah nilai setiap item

Y : jumlah nilai konstan

N : jumlah subyek penelitian

Analisis butir soal dalam penelitian ini menggunakan program IBM SPSS

Statistic 21. Butir soal tersebut dikatakan valid, jika r hitung > r tabel.

Besarnya r tabel ditentukan oleh jumlah sampel dalam penelitian. Dalam uji

coba angket ini, responden sebanyak 136 dengan taraf signifikan 5 % maka

besarnya r tabel adalah 0,361 (Sugiyono, 2012:455) .


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Tabel 4. Hasil Uji Validitas


Dimensi anteseden/konteks (antecedents/konteks)

item r Hitung r Tabel Keterangan


1 0,427 0,361 Valid
2 0,611 0,361 Valid
3 0,598 0,361 Valid
4 0,491 0,361 Valid
5 0,552 0,361 Valid
6 0,533 0,361 Valid
7 0,606 0,361 Valid
8 0,656 0,361 Valid
9 0,591 0,361 Valid
10 0,598 0,361 Valid
11 0,628 0,361 Valid
12 0,700 0,361 Valid
13 0,712 0,361 Valid
14 0,507 0,361 Valid
15 0,536 0,361 Valid
16 0,462 0,361 Valid
17 0,598 0,361 Valid
18 0,604 0,361 Valid
19 0,641 0,361 Valid
20 0,533 0,361 Valid
21 0,545 0,361 Valid
22 0,684 0,361 Valid
23 0,704 0,361 Valid
24 0,572 0,361 Valid

Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Item r r Keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Hitung Tabel
25 0,728 0,361 Valid

26 0,731 0,361 Valid

27 0,684 0,361 Valid

28 0,712 0,361 Valid

29 0,725 0,361 Valid

30 0,696 0,361 Valid

Dimensi keluaran/hasil (output-outcomes)


item r r Keterangan
Hitung tebel
31 0,703 0,361 Valid

32 0,721 0,361 Valid

33 0,715 0,361 Valid

34 0,728 0,361 Valid

35 0,742 0,361 Valid

36 0,740 0,361 Valid

37 0,777 0,361 Valid

38 0,732 0,361 Valid

39 0,694 0,361 Valid

40 0,679 0,361 Valid

Berdasarkan hasil analisis data di atas yang terdiri dari 40 butir soal yang

dilakukan dengan bantuan IBM SPSS Statistic 21 tersebut menunjukkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

koefisiensi korelasi lebih besar atau sama dengan 0,361 dianggap valid dan layak

digunakan dalam penelitian ini.

3. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi hasil pengukuran. Menurut

Nana Sukmadinata (2015:230), reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegkan

atau ketetapan hasil pengkuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reabilitas

yang memadai, bila instrumen tersebut digunakan mengukur aspek yang diukur

beberapa kali dan hasilnya relatif sama. Pengukuran reliabilitas dari penelitian

ini akan dilakukan dengan cara satu kali pengukuran guna mencari reliabilitas

internal dari setiap item instrumen. Besar koefisien reliabilitas berkisar antara

0,00 sampai dengan 1,00. Jika koefisien semakin mendekati 1,00 maka

reliabilitas hasil pengukurannya sangat tinggi. Menurut Dapiyanta (2008:57)

pengujian reliabilitas dapat dilakukan dengan rumus Alpha, yakni:

Rumus uji Reliabilitas

Keterangan:

reliabilitas alpha

Si = varian responden untuk item 1

K = jumlah item

St = jumlah varian skor total


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik formula Alpha dengan

menggunakan program IBM SPSS Statistic 21. Hasil pengujian reliabilitas dapat

di lihat dalam tabel berikut:

Tabel.5
Reliability Statistics

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items

0.942 40

Dari data tersebut terdapat 40 butir soal yang valid. Maka diketahui nilai

Cronbach’s Alpha sebesar 0,942 yang berarti reliabilitas soal tinggi.

Tabel 6.
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :

Range Keterangan
0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat rendah

4. Teknik analisis data

Analisis data adalah kegiatan menggelompokan data berdasarkan variabel

dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh

responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

untuk menjawab rumusan masalah (Sugiyono, 2015:147). Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, teknik

analisis data yang digunakan adalah Statistik deskriptif . Statistik deskriptif

adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana

adanya tanpa membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

Teknik analisis data ini mendiskripsikan data dari masing-masing dimensi

yang dievaluasi dari dimensi anteseden (antecedents/context), transaksi

(transaction/process), dan luaran/hasil (output-outcomes) pelaksanaan Program

Live in bagi peserta didik kelas IX SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur.

Selanjutnya untuk mendeskripsikan masing-masing variabel dengan data yang

akan diuji melalui statistik deskriptif meliputi data berupa tabel, grafik, serta

memperhitungkan nilai yang sering muncul (modus), nilai tengah (median),

pengukuran tedensi sentral/rata-rata (mean), simpang baku (standar deviasi),

variance, range (rentang skor), skor terendah (minimum), skor tertingi

(maksimum), serta perhitungan persentase.

Tabel 7.
Rumus Penentuan Kriteria

Keterangan:
Smak = skor maksimal
Smin = skor minimal
n = rentang skala setiap item instrument
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

1. Dimensi anteseden (antecedents/context)

Dari 24 butir soal dengan skala 1-5 instrumen yang telah diperoleh skor

tertinggi adalah 120, dan skor terendah adalah 24 serta intervalnya sebagai

berikut:

Maka 120-24 = 96 = 19,2


5 5

Tabel. 8
Kriteria Dimensi 1. Anteseden/konteks(antecedents/context)

Kategori Interval
Setuju setuju 100,9-120
Setuju 81,7-100,8
Netral 62,5-81,6
Tidak setuju 43,3-62,4
Sangat tidak setuju 24-43,2

2. Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Dari 6 butir soal dengan skala 1-5 instrumen yang telah diperoleh skor

tertinggi adalah 30, dan skor terendah adalah 6 serta intervalnya sebagai berikut:

Maka : 30-6 = 24 = 4,8


5 5

Tabel. 9
Kriteria Dimensi 2. Transaksi/proses (transaction/process)

Kategori Interval
Setuju setuju 25,3-30
Setuju 20,9-25,2
Netral 15,7-20,8
Tidak setuju 10,9-15,6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Sangat tidak setuju 6-10,8

3. Dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Dari 10 butir soal dengan skala 1-5 dari instrumen yang telah diperoleh

skor tertinggi adalah 50, dan skor terendah adalah 10 serta intervalnya sebagai

berikut:

Maka : 50-10 = 40 = 8
5 5

Tabel. 10
Kriteria Dimensi : Luaran/hasil (output-outcomes)

Kategori Interval
Setuju setuju 43-50
Setuju 35-42
Netral 27-34
Tidak setuju 19-26
Sangat tidak setuju 10-18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang data hasil penelitian, proses dan hasil

pelaksanaan program live in, keterbatasan penelitian dan refleksi penelitian.

Peneliti memperoleh data hasil penelitian ini dari hasil wawancara, studi

dokumen serta hasil penyebaran angket kepada peserta didik kelas IX SMPK

St. Maria Kediri. Hasil penelitian akan dibahas dalam bentuk evaluatif deskriptif

kuantitatif data secara keseluruhan yang meliputi: Dimensi (1) anteseden

(antecedents/context), (2) transaksi (transaction/process). (3) Hasil/luaran

(output-outcomes).

A. Hasil penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini, melalui teknik pengumpulan data

yang meliputi wawancara, studi dokumen dan kuesioner atau penyebaran

angket. Berhubungan dengan hal tersebut, maka yang menjadi data pokok dalam

penelitian ini adalah hasil kuisioner/penyebaran angket, karena menjadi bagian

penting dalam analisis data, sedangkan wawancara dan studi dokumen menjadi

data pendukung untuk perbandingan yang akan digunakan peneliti dalam

melakukan penelitian di SMPK St. Maria Kediri. Kemudian instrumen

kuesioner/angket dalam penelitian ini menggunakan model Stake’s yang

meliputi tiga dimensi yakni (1) anteseden (antecedents/context), (2)

transaksi/proses (transaction/process), (3) Hasil/luaran (output-outcomes).

Penyebaran angket dalam penelitian ini, disesuaikan dengan keadaan peserta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

didik yang berjumlah 165, tetapi angket yang terkumpul hanya berjumlah 136

responden yang sudah melaksanakan program Live In. Awalnya penyebaran

angket tertunda kerena peserta didik yang telah mengikuti program Live in

tersebut sudah lulus. Melihat situasi tersebut peneliti bekerjasama dengan para

guru/pembina Live in, agar menghubungi semua peserta didik supaya bisa hadir

di Sekolah. Waktunya disesuaikan dengan jadwal pengambilan ijazah di sekolah

sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik. Pemilihan responden dalam

penelitian ini hanya peserta didik saja, mengingat peserta didik menjadi

komponen yang paling pokok dalam pelaksanaan program kegiatan Live in.

Selain itu dapat mendukung kelancaran dalam penelitian, guna mengetahui sejauh

mana tingkat keberhasilan proses dan hasil dari program live in tersebut. Hasil

pengumpulan data yang diperoleh berdasarkan wawancara, studi dokumen dan

data angket/kuisioner hasil yang akan diolah dengan menggunakan program IBM

SPSS Statistic 21.

1. Deskripsi data keseluruhan Evaluasi Program Live in

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari Evaluasi Program

Live in dapat di deskripsikan sebagai berikut:

Tabel 11.
Deskripsi Statistik Keseluruhan program Live in

Statistik Keseluruhan program live in


N Valid 136
Missing -
∑ Instrumen 40
Mean 162
Median 162
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Mode 166
Std. Deviation 16
Variance 272
Skewness -1
Std. Error of Skewness 0
Kurtarsis 3
Range 105
Minimum 95
Maximum 200
Sum 22094

Berdasarkan hasil penelitian mengenai evaluasi program live in bagi peserta

didik kelas IX SMPK St. Maria Kediri terdapat dari hasil tabel statistik deskripsi

nilai keseluruhan Program Live in di atas dapat diketahui N Valid 136 dengan

jumlah instrumen yang valid sebanyak 40 butir soal dan tidak ada data yang

hilang (missing). Data ini terdiri dari tiga dimensi:

Pertama (1) anteseden (antecedents/context), yang meliputi indikator

tujuan perencanaan program (2 item), sasaran konkret terukur (2 item), ada studi

awal tentang siswa dengan berbagai macam situasi dan kondisi (3 item), ada

data-data mengenai situasi awal dari pembina live in (3 item), live in relevan

dengan tujuan, siswa, pembina (3 item), studi data awal sesuai dengan tujuan dan

sasaran (3 item), ada tahap persiapan secara pengelolaan (3 item), studi awal

tentang kondisi lingkungan sekolah dan daya dukung (3 item), dana sudah

dipikirkan dengan baik dan memenuhi kebutuhan (1 item), waktu berapa lama (1

item).

Kedua (2) transaksi/proses (transaction/process), meliputi indikator

manajerial dan logistik yang sesuai dengan rencana (2 item), pelaksanaan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

dengan perencanaan dan mencapai program (2 item), pengelolaan kegiatan

terlaksana secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang ditetapkan (2

item).

Ketiga (3) Luaran/hasil (output-outcomes) meliputi indikator penilaian

hasil memenuhi kriteria sasaran (10 item). Ketiga dimensi tersebut dapat

diketahui bahwa skor terendah (minimum) 95 dan skor tertinggi (maximum)

sebesar 200. Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar

162 dan simpangan baku (std. deviation) sebesar 16. Nilai variance sendiri

sebesar 272 dengan nilai tengah (median) 162 dan nilai yang sering muncul

(mode) sebesar 166. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai

maximum dan nilai minimum adalah sebesar 105 dengan tingkat kemencengan

(skewness) sebesar -1 dan (std. error Skewness sebesar (0) sedangkan tingkat

keruncingan kurtosis (3) serta nilai sum pada periode pengamatan sebesar 22,094.

Item-item tersebut di atas di fokuskan kebutuhan siswa akan program live in

(Target Live in jelas dan sesuai dengan tujuan rencana program live in) dengan

kategori keseluruhan terdapat 136 responden dan 40 item pertanyaan dengan

kualifikasi nilai 44 responden 32% (sangat setuju), 88 responden 65% (setuju), 2

responden 2% (netral), 2 responden 2% (tidak setuju) serta 0 responden 0%

(sangat tidak setuju) nilai skor 2% pada kriteria netral dan tidak setuju,

menunjukkan dua kemungkinan yakni kemungkinan pertama program live in

tidak sesuai dengan keadaan responden, kedua program live in kurang

mendukung penghayatan responden terhadap spiritualitas Vinsensian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Tabel 12.
Kualifikasi nilai Keseluruhan Program Live in

Kriteria Interval Jumlah Persentase


Responden (%)
Sangat Setuju 169-200 44 32%
Setuju 137-168 88 65%
Netral 105-136 2 2%
Tidak setuju 73-104 2 2%
Sangat tidak setuju 40-72 0 0%
Total 136 100%

Grafik 1.
Frekuensi keseluruhan Program Live in

Berdasarkan grafik di atas tampak bahwa ada 43 responden (32%) yang

sangat setuju dengan program live in, 88 responden (65%) masuk kriteria

(setuju), 3 responden (2%) masuk kriteria (netral), 2 responden masuk kriteria


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

(tidak setuju) 2 %, dan tidak ada kriteria (sangat tidak setuju) 0% dalam hal

pelaksanaan program live in. Dengan demikian hasil penelitian tersebut dapat

disimpulkan kebanyakan siswa kelas IX SMPK St. Maria Kediri tahun ajaran

2015/2016 membutuhkan pelaksanaan program live in.

2. Deskripsi dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)

Tebel. 13
Statistik dimensi anteseden/konteks(antecedents/context)

Statistik dimensi anteseden/konteks


(antecedents/context)
N Valid 136
Missing -
∑ Instrumen 24
Mean 95
Median 95
Mode 96
Std. Deviation 11
Variance 116
Skewness -1
Std. Error of Skewness 0
Kurtosis 3
Range 69
Minimum 51
Maximum 120
Sum 12970

Dari statistik deskripsi tabel di atas dapat di lihat bahwa N Valid 136

dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 24 butir soal dan tidak ada data

yang hilang (missing). Data ini merupakan hasil dari dimensi anteseden/konteks

(antecedents/context) yang meliputi indikator tujuan perencanaan program (2

item), sasaran konkret terukur (2 item), ada studi awal tentang siswa dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

berbagai macam situasi dan kondisi (3 item), ada data-data mengenai situasi

awal dari pembina live in (3 item), live in relevan dengan tujuan, siswa, pembina

(3 item), studi data awal sesuai dengan tujuan dan sasaran (3 item), ada tahap

persiapan secara pengelolaan (3 item), studi awal tentang kondisi lingkungan

sekolah dan daya dukung (3 item), dana sudah dipikirkan dengan baik dan

memenuhi kebutuhan (1 item), waktu berapa lama (1 item). Dimensi anteseden

(antecedents/context) dapat diketahui bahwa skor terendah (minimum) 51 dan

skor tertinggi (maximum) sebesar 120. Dengan nilai rata-rata pada periode

pengamatan (mean) sebesar 95 dan simpangan baku (std. deviation) sebesar 11.

Nilai variance sendiri sebesar 116 dengan nilai tengah (median) 95 dan nilai

yang sering muncul (mode) sebesar 96. Nilai kisaran (range) yang merupakan

selisih antara nilai maximum dan nilai minimum adalah sebesar 69 dengan

tingkat kemencengan (skewness) sebesar (-1) dan (std. error Skewness sebesar

(0) sedangkan tingkat keruncingan (kurtasis) sebesar (3) serta nilai sum pada

periode pengamatan sebesar 12970. Item-item tersebut di atas difokuskan pada

tujuan dan sasaran program live in (target live in sesuai dengan visi dan misi

sekolah) dengan kategori anteseden (antecedents/context) terdapat 136 responden

dan 24 item pertanyaan dengan kualifikasi nilai 39 responden 29% (sangat setuju),

92 responden 68% (setuju), 3 responden 2% (netral), 2 responden 1% (tidak

setuju) dan 0 responden 0% (sangat tidak setuju). Skor 2% pada kriteria netral

menunjukkan (tempat live in kurang mendukung karena belum sesuai dengan

maksud perencanaan program live in), skor 1% pada kriteria (tidak setuju) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

skor 0% pada kriteria (sangat tidak setuju) menunjukkan (program live in kurang

sesuai dengan visi dan misi sekolah).

Tabel. 14
Kualifikasi dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)

Jumlah Persentase
Kriteria Interval
Responden (%)
Sangat Setuju 100,9-120 39 29%
Setuju 81,7-100,8 92 68%
Netral 62,5-81,6 3 2%
Tidak setuju 43,3-62,4 2 1%
Sangat tidak setuju 24-43,2 0 0%
Total 136 100%

Grafik. 2.
Frekuensi dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Grafik di atas menunjukkan bahwa target pelaksanaan program live in

sesuai dengan visi misi sekolah. Dari 136 responden terdapat 92 responden 68%

kriteria (setuju), yang menunjukkan pembekalan program live in sesuai dengan

kebutuhan responden dan 39 responden 29% dengan kriteria (sangat setuju), yang

menunjukkan kelancaran transportasi live in tercukupi dan sesuai kebutuhan dan

ada 3 responden 2% kriteria (netral), menunjukkan program live in kurang

adanya obeservasi tempat live in dan kurang sesuai dengan keadaan responden,

serta 2 responden 1% kriteria yang (tidak setuju), tidak ada responden masuk

dalam kriteria (sangat tidak setuju) (0%). Dengan demikian hasil penelitian

tersebut, dapat disimpulkan kebanyakan responden kelas IX SMPK St. Maria

Kediri tahun pelajaran 2015/2016 mengerti maksud tujuan dan sasaran program

live in.

3. Deskripsi Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Tabel. 15
Statistik dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Statistik dimensi transaksi/proses


(transaction/process)
N Valid 136
Missing -
∑ Instrumen 6

Mean 25

Median 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Mode 24

Std. Deviation 3

Variance 9

Skewness 0

Std. Error of Skewness 0

Kurtosis 1

Range 16

Minimum 14

Maximum 30

Sum 3376

Berdasarkan tabel statistik dimensi transaksi/proses (transaction/process)

pelaksanaan program live in, mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan

pengelolaan live in. Pada tabel di atas statistik deskripsi dapat di lihat bahwa N

Valid 136 dengan jumlah instrumen yang valid sebanyak 6 butir soal dan tidak

ada data yang hilang (missing). Hasil data di atas terdapat dari dimensi

transaksi/proses (transaction/process) yang meliputi indikator manajerial dan

logistik yang sesuai dengan rencana (2 item), pelaksanaan sesuai dengan

perencanaan dan mencapai program (2 item), pengelolaan kegiatan terlaksana

secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang ditetapkan (2 item). Dapat

dilihat bahwa skor terendah (minimum) 14 dan skor tertinggi (maximum) sebesar

30. Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean) sebesar 26 dan

simpangan baku (std. deviation) sebesar 3. Nilai variance sendiri sebesar 9 dengan

nilai tengah (median) 24 dan nilai yang sering muncul (mode) sebesar 24. Nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum dan nilai

minimum adalah sebesar 16 dengan tingkat kemencengan (skewness) sebesar (0)

dan (std. error Skewness sebesar (0) sedangkan tingkat keruncingan (kurtosis)

sebesar (1) serta nilai sum pada periode pengamatan sebesar 3376.

Item-item tersebut di atas difokuskan pada (program live in berjalan

sesuai dengan rencana dari persiapan, pelaksanaan, pengelolaan) dimensi

transaksi/proses (transaction/process) terdapat 136 responden dengan 6 item

pertanyaan dengan kualifikasi nilai 45 respoden 62% (sangat setuju), 84

responden 33% (setuju), 6 responden 4% (netral), 1 responden 1% (tidak setuju),

0 responden 0% (sangat tidak setuju). Skor 4% pada kriteria (netral) menunjukan

(selama live in responden kurang menggunakan kesempatan dengan baik

membuat refleksi pengalaman). Sedangkan skor 1% menunjukkan (jika terjadi

perubahan jadwal dalam live in perlu dikonfirmasikan kepada responden).

Tabel .16
Kualifikasi dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Jumlah Persentase
Kriteria Interval
Responden (%)
Sangat Setuju 25,3-30 45 62%
Setuju 20,9-25,2 84 33%
Netral 15,7-20,8 6 4%
Tidak setuju 10,9-15,6 1 1%
Sangat tidak setuju 6-10,8 0 0%
Total 136 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Grafik. 3
Frekuensi dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Grafik di atas menunjukkan kategori baik dapat dilihat ada 45 responden

33% kriteria (sangat setuju) 84 responden 62% kriteria (setuju), 6 responden

4% kriteria (netral), dan 1 responden 1% (tidak setuju), serta 0 responden 0%

kriteria (sangat tidak setuju). Hal ini dapat disimpulkan pada umumnya program

live in berjalan sesuai rencana dan tujuan bagi responden kelas XI SMPK St.

Maria Kediri.

4. Deskrispsi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Tabel. 17
Statistik dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Statistik dimensi luaran/hasil (output-outcomes)


N Valid 136
Missing -
∑ Instrumen 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Mean 42

Median 42

Mode 40

Std. Deviation 5

Variance 26

Skewness 0

Std. Error of Skewness 0

Kurtosis 0

Range 22

Minimum 28

Maximum 50

Sum 5748

Dimensi luaran/hasil (output-outcomes) pelaksanaan program live in

dikatakan berhasil atau tidak, jika hasil penilaian responden terhadap program

live in memenuhi persyaratan tujuan program. Pada tabel di atas statistik

deskripsi dapat dilihat bahwa N Valid 136 dengan jumlah instrumen yang

valid sebanyak 10 butir soal dan tidak ada data yang hilang (missing).

Hasil ini dikategorikan baik dan termasuk dimensi luaran/hasil (output-

outcomes) yang meliputi indikator penilaian hasil memenuhi kriteria sasaran (10

item). Dapat dilihat bahwa skor terendah (minimum) 28 dan skor tertinggi

(maximum) sebesar 50. Dengan nilai rata-rata pada periode pengamatan (mean)

sebesar 42 dan simpangan baku (std. deviation) sebesar 5. Nilai variance sendiri

sebesar 26 dengan nilai tengah (median) 42 dan nilai yang sering muncul (mode)

sebesar 40. Nilai kisaran (range) yang merupakan selisih antara nilai maximum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

dan nilai minimum adalah sebesar 22 dengan tingkat kemencengan (skewness)

sebesar (0) dan (std. error Skewness sebesar (0) sedangkan tingkat keruncingan

(kurtosis) sebesar (0) serta nilai sum pada periode pengamatan sebesar 5748.

Item-item tersebut di atas difokuskan pada (live in membangun sikap bersyukur,

peduli, sederhana, rendah hati, matiraga, tanggungjawab, kerjasama, menghargai,

dan menjadi pribadi yang berkarakter tangguh, kritis dan kreatif serta menjadi

pelaku perubahan sosial).

Dengan kategori luaran/hasil (output-outcomes) terdapat 66 responden 48%

kriteria (sangat setuju), 65 responden 48% kriteria (setuju), 5 responden 4%

kriteria (netral), 0 responden 0% kriteria (tidak setuju) dan (sangat tidak setuju).

Pada skor 4% menunjukkan dua kemungkinan, pertama live in belum sepenuhnya

mengembangkan karakter yang tangguh, solidaritas, jujur, pada responden.

Kedua responden kurang paham dan tahu arah live in karena belum ada evaluasi

secara pribadi oleh responden setelah kegiatan live in ).

Tabel. 18
Kualifikasi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Jumlah Persentase
Kriteria Interval
Responden (%)
Sangat Setuju 43-50 66 48%

Setuju 35-42 65 48%

Netral 27-34 5 4%

Tidak setuju 19-26 0 0%

Sangat tidak setuju 10-18 0 0%


Total 136 100%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Grafik. 4.
Frekuensi dimensi luaran/hasil (output-outcomes)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa tujuan program live in

tercapai. Sebagian besar responden merasa terbantu dalam mempraktekkan

keutamaan Vinsensian (sederhana, kelembutan, rendah hati, matiraga,

penyelamatan jiwa-jiwa). Hasil di atas terdapat dari 136 responden dan 10

item pertanyaan yang terdiri dari 66 responden 48% kriteria (setuju), 65

responden 48% kriteria (setuju), 5 responden 4% kriteria (netral), dan 0

responden 0% (kriteria sangat tidak setuju dan tidak setuju). Dengan demikian

pada dimensi luaran/hasil secara umum dapat dilihat sebagaian besar program live

in membantu perkembangan karakter peserta didik.

B. Hasil Wawancara

 Dimensi Anteseden/konteks (antecedents/context)

1. Menurut pengetahuan/pendapatmu apa itu Live in?


Responden 1:Menurut pemahamanku live in adalah saat dimana saya
meninggalkan aktivitas-aktivitas yang sering kulakukan untuk
terjun ke tempat tertentu dengan tujuan untuk belajar hidup
sederhana, matiraga, bersyukur.
Responden 2: Menurut pendapat saya live in ialah kegiatan dimana saat saya
meninggalkan sejenak dari kesibukan yang sering biasa saya
lakukan, dan pergi ke tempat tertentu dengan tujuan untuk belajar
hidup sederhana, dan lebih semangat lagi dengan melihat dan
merasakan pengalaman di tempat live in.

2. Menurut anda apakah target live in jelas dan sesuai dengan tujuan rencana
program live in?
Responden 1: Ya sesuai target. Karena Sekolah mempunyai kewajiban untuk
membentuk pribadi peserta didik maka diadakan pelaksanaan
kegiatan live in. Selain itu saya dan teman yang dari kota dapat
belajar hidup sederhana, merasakan hidup yang di desa dengan
segala keadaan yang terbatas, pekerjaan yang sederhana seperti:
berkebun, beternak.
Responden 2: Ya sesuai target. Karena SMPK bernaung di bawah Yayasan st.
Louisa yang mempunyai spirit vinsensian yang mengajarkan lima
keutamaan Vinsensian (sederhana, kerendahan hati,
kelemahlembutan, mati raga, penyelamatan jiwa-jiwa). Maka
dalam live in saya dan teman-teman mempraktekkan lima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

keutamaan tersebut, juga membantu para siswa semakin mengerti


dan bersyukur dalam hidup.

3. Apakah Tujuan live in mengenai (tempat) sesuai dengan situasi keadaanmu?


Responden 1: Menurut saya belum. Karena saya merasakan keadaan tempat live
in kurang mendukung. Alasannya masyarakat sebagian keluarga
mampu punya mobil, memang tempat jauh dari kota tetapi
masyarakat setempat terdiri dari golongan menengah dan punya
lahan serta peserta didik tinggal di rumah-rumah tersebut.
Sedangkan tujuan live in supaya siswa benar-benar belajar di
tempat yang sungguh-sungguh masyarakat berkekurangan.
Responden 2 : Menurut saya belum sesuai. Karena tempat live in belum sesuai
dengan maksud dan rencana live in. Tempat yang saya tinggal
orang mampu punya kendaraan mobil trek. Selain itu saya juga
tidak senang karena tempat enak maka dalam kelompok saya ada
teman yang masih suka tidur-tiduran, dengarin musik, main hp
dan tidak membantu keluarga tempat tinggal live in. Padahal ada
teman yang pergi cari air dan cuci piring, bantu masak. Padahal
tujuannya untuk belajar praktek hidup sederhana, kerjasama,
solidaritas.

4. Apakah pembina live in mempersiapkan pembekalan program live in dan


paham keadaanmu?
Respoden 1: Sesuai pengetahuanku pembina live in paham keadaan kami. Karena
siswa sudah mengikuti pembelajaran vinsensian dan puncaknya
kegiatan live in di kelas IX dan sebelum berangkat ada pembekalan
siswa tentang live in. Siswa dikumpulkan dan dibagi dalam
kelompok, ada penjelasan rundown acara, ada tim pembina live in
yang menyiapkan kelancaran transportasi.
Respoden 2: Menurut saya pembina live in sudah mempersiapkan dengan baik
dari soal pembekalan. Ada refleksi yang harus dibuat saat live in.
ada dana di persiapkan oleh sekolah untuk live in. Penjelasan
tentang tata tertib dan tujuan program live in.

 Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

5. Apakah selama live in ada perubahan jadwal?


Responden 1: Setahu saya selama live in pernah ada perubahan jadwal tetapi
pembina live in sudah memberitahukan kepada para siswa
sehingga tidak mengganggu keefektifan dan kelancaran kegiatan
live in.
Responden 2: Menurut saya soal perubahan jadwal kurang dikonfimasikan,
karena selama live in dalam kelompok saya ada teman yang
kurang terima perubahan jadwal yang terjadi maka ada beberapa
teman mengeluh. Tetapi pembina live in menjelaskan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

memberi masukan sehingga siswa dapat menerima keadaan.


Maka tahap persiapan masih kurang menurut saya.

6. Bagaimana perasaan dan pengalamanmu dalam kelompok dan apakah semua


pengalaman ditulis dalam buku refleksi ?
Responden 1 : Saya senang mengikuti live in. karena dalam live in banyak
teman, ada kerjasama, saling menolong, makin bersyukur
dengan belajar dari orang lain. Selama live in kami wajib
membuat refleksi pengalaman setiap hari mulai dari hari
pertama dan hari ketiga. Tetapi masih ada teman yang malas
membuat refleksi, sehingga mengganggu temannya dalam
kelompok.
Responden 2 : Menurutku live in menyenangkan karena bertemu banyak orang
yang jadi saudara, saya dapat keluarga baru dan belajar dari
orang lain. Setiap hari sudah ada jadwal untuk membuat
refleksi. Dengan refleksi kami semakin dapat memaknai semua
pengalaman live in.

7. Apakah pembagian kelompok dalam live in diperlukan?


Responden 1: Menurut saya sangat baik dan diperlukan supaya saya dapat
belajar kerjasama dengan teman, saling menghargai dan
mendengarkan. Dalam pengamatan saya masih ada teman yang
belum mengerti dalam tugas kelompok, ada teman yang tidak
mau terlibat dalam kelompok.
Responden 2: Pengamatan saya pembagian kelompok sangat baik. Saya dan
teman-teman dapat saling belajar dan bekerjasama yang baik,
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Tetapi dalam kelompok
saya ada teman yang tidak mau membaur, senangnya di kamar
saja.

 Dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

8. Apakah dengan program live in ini membentuk karakter anda?


Responden 1: Menurut saya live in membentuk karakter saya dalam
mempraktekkan lima keutamaan Vinsensian. Tetapi belum
semua karakter saya terbentuk, karena saya masih sulit untuk
mempraktekan nilai kerendahan hati, interaksi dengan
masyarakat dan daya juang yang tinggi dan kritis.
Responden 2: Menurut saya belum seluruhnya membantu perkembangan
karakter siswa. Karena saya hanya bisa mempraktekkan
hidup sederhana dan matiraga, dan perlu waktu untuk belajar
lagi untuk berubah.

9. Bagaimana kesan anda secara keseluruhan tentang live in?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Responden 1 : Secara umum live in sudah baik, dan usul saya perlu ditingkatkan
persiapan yang baik lagi, karena masih ada yang belum paham
dengan kegiatan live in karena ada siswa yang hanya ikut karena
kewajiban dari sekolah. Siswa hanya bermain-main dan
bermalasan tidak membantu keluarga. Maka perlu ada
penjelasan tujuan live in bagi siswa di setiap kelompok oleh
pembina live in.
Responden 2: Secara keseluruhan live in sudah baik, tetapi masih perlu
persiapkan lagi oleh Pembina tentang kerjasama yang baik
antara sesama teman juga mengerti tugas-tugas untuk
membantu keluarga tempat live in.
10. Apakah selesai live in anda mengisi lembaran evaluasi kegiatan live in?
Responden 1: Setahu saya selesai live in tidak ada evaluasi secara pribadi.
Pembina tidak menyiapkan lembaran evaluasi.
Responden 2 : Menurut pengalamanku selesai live in, tidak evaluasi baik secara
pribadi tetapi hanya klasikal di tanyakan oleh pembina live in
dalam kelas.
Kediri, Wawacara 2 Nopember 2016

C. Studi Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Kajian

dokumen merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung

ditujukan kepada subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi terkait

objek penelitian. Maka hasil studi dokumen berikut ini dijabarkan berdasarkan

dimensi (1) anteseden/konteks (antecedents/context), (2) transaksi/proses

(transaction/process), (3) luaran/hasil (output-outcomes).

 Dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)

Pada dimensi anteseden/konteks (antecedents/contex) ada kajian studi

dokumen berupa informasi data-data, dokumen, serta arsip-arsip terkait yang

menjadi bahan pertimbangan dan alasan yang pikirkan sebelum pelaksanaan

program live in. Adapun data atau dokumen tersebut seperti surat edaran orang

tua, surat ke kepala dusun, dinas, dokumen proposal, buku panduan live in, visi

misi sekolah, surat peminjaman HT, silabus pembiasaan Vinsensian (lima


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

keutamaan Vinsensian). Data atau dokumen tersebut terkait dalam indikator : ada

studi kelayakan yang rasional mengenai tujuan perencanaan program, sasaran

konkret terukur, ada studi awal tentang siswa dengan berbagai macam situasi dan

kondisi, ada data-data mengenai situasi awal dari pembina live in, live in relevan

dengan tujuan, siswa, pembina, studi data awal sesuai dengan tujuan dan sasaran,

ada tahap persiapan secara pengelolaan, studi awal tentang kondisi lingkungan

sekolah dan daya dukung, dana sudah dipikirkan dengan baik dan memenuhi

kebutuhan, waktu berapa lama.

 Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Pada dimensi transaksi/proses (transaction/process) ada kajian studi

dokumen berupa informasi data-data, dokumen, serta arsip-arsip terkait yang

menjadi bahan pertimbangan atau alasan yang pikirkan dalam proses pelaksanaan

program live in. Data atau dokumen tersebut terkait dalam indikator managerial

dan logistik yang sesuai dengan perencanaan (kalender sekolah, proposal, sesuai

dengan dokumen atau data dari dimensi anteseden/konteks (antecedents/context),

pelaksanaan (rundown acara, buku refleksi, tata tertib, pembagian kelompok)

pengelolaan (hasil live in berupa refleksi siswa) kegiatan live in sehingga

terlaksana secara efektif dan efisien sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.

 Dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Pada dimensi luaran/hasil (output-oucomes) ada kajian studi dokumen

berupa informasi data-data, dokumen, serta arsip-arsip terkait yang menjadi bahan

pertimbangan atau alasan yang pikirkan dalam proses pelaksanaan program live
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

in. Data atau dokumen tersebut terkait dalam indikator penilaian hasil memenuhi

kriteria sasaran yakni laporan dan refleksi siswa tentang kegiatan live in.

D. Pembahasan hasil penelitian

Untuk membatasi pembahasan dan menghindari pengulangan yang tidak

perlu, maka pembahasan hasil penelitian dimulai dari dimensi anteseden/konteks

(antecedents/context), transaksi/proses (transaction/process), luaran/hasil (output-

outcomes). Pembahasan ini akan dibandingkan dengan data hasil kuisioner, hasil

wawancara dan studi dokumen yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

alasan-alasan mengapa program live in tersebut dibuat.

1. Dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)

Pada dimensi ini pembahasan difokuskan apakah program live in sudah ada

data-data yang jelas dalam arti sekolah melaksanakan studi kelayakan sebelum

program live in (live in sudah didasarkan pada data-data yang valid), yakni

pernah dilakukan survei, pernah dicari data-data, dokumen survei yang menjadi

daya dukung untuk pembuatan program live in.

Dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) terlihat kualifikasi nilai

dengan skor 92 responden 68 % kriteria (setuju), 39 responden 29% (sangat

setuju), 3 responden 2% (netral), 2 responden 1% (tidak setuju). Skor ini

menunjukkan bahwa anteseden/kontkes (antecedents/context) sungguh

diperhatikan. Hasil data kuisioner di atas termasuk kategori yang mendukung

bahwa program sudah dipersiapkan dan dipertimbangkan dengan alasan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

latarbelakang dari visi misi sekolah, pembina/guru, keadaan peserta didik,

kondisi dan keadaan sekolah, lingkungan, materi, sarana/prasarana, dana, waktu,

rencana program, dalam arti ada data yang melibatkan pihak yayasan, guru-guru,

sekolah, orangtua, komite sekolah, stakeholders, dan masyarakat. Data-data

tersebut termasuk dalam indikator (item 3) target live in jelas dan sesuai rencana

program live in), peserta didik mampu memberi alasan-alasan mengapa perlu

diadakannya program live in.

Jika dibandingkan dari hasil wawancara ada perbedaan peserta didik

mengatakan bahwa target live in sesuai dengan visi misi sekolah (item 4),

pembina/guru sudah mempersiapkan dengan baik perencanaan kegiatan live in

(item 9), pengetahuan peserta didik bahwa pembina live in mempersiapkan

dengan baik program live in serta memahami keadaan peserta didik. Tetapi dalam

(item 18) obeservasi tempat live in kurang sesuai dengan keadaan peserta didik

dengan alasan bahwa tempat live in masyarakatnya golongan menengah keatas

bahkan punya mobil trek dan bukan sungguh-sungguh semuanya berkekurangan

atau miskin sedangkan target live in jelas sesuai visi misi sekolah yang

sesungguhnya difokuskan pada masyarakat yang berkekurangan atau miskin,

dimana peserta didik dapat mempraktekkan lima keutamaan Vinsensian

(sederhana, rendah hati, kelembutan, matiraga, penyelamatan jiwa-jiwa).

Jika bila dibandingkan dengan hasil studi dokumen data-data yang

ditemukan terdapat surat edaran orang tua, surat ke kepala dusun, dinas, surat

peminjaman HT, silabus pembiasaan Vinsensian (lima keutamaan Vinsensian),

visi misi sekolah, buku panduan live in, dokumen hasil survei, dokumen proposal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

yang menjelaskan latarbelakang, tujuan program live in, jadwal kegiatan. Maka

dari segi studi dokumen belum sepenuhnya memenuhi persyaratan studi

kelayakan yang lengkap, belum menjelaskan laporan-laporan hasil kegiatan,

gambaran umum situasi tempat, letak geografis, program yang dibutuhkan,

refleksi dan evaluasi pelaksanaan kegiatan. Kemungkinan besar dokumen-

dokumen tersebut sudah dilakukan dalam program tersebut, meskipun belum

dilaporkan tetapi sebenarnya harus dilaporkan dalam bentuk laporan

pertanggungjawaban bahwa ada data-data studi kelayakan agar menjadi pijakan

dalam pembuatan program apakah program layak atau tidak.

Kesimpulannya bahwa anteseden/konteks (antecedents/context) secara

umum memenuhi persyaratan suatu program. Tetapi dalam wawancara, studi

dokumen perlu diperhatikan karena masih ada alasan-alasan yang belum

mendukung seperti survei tempat yang belum sesuai dengan tujuan program live

in dan laporan hasil survei oleh pembina yang menjadi dasar untuk pembuatan

program live in. Maka hal ini menjadi evaluasi bahwa program live in selanjutnya

harus dipertimbangankan lebih lanjut diperlukan data-data yang akurat dan valid

seperti laporan hasil survei dan tempat yang sesuai dengan rencana program.

Menurut Dapiyanta, (2008:15) evaluasi yang dilakukan guna mengetahui

hasil belajar siswa yakni seberapa besar siswa telah menguasai hasil belajar,

ketrampilan, sikap sebagaimana dirumuskan dalam tujuan program. Di samping

itu evaluasi produk merupakan evaluasi untuk memperoleh keterangan tentang

hasil belajar siswa. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan tujuan

evaluasi program tidak terlepas dari tujuan program yang akan dievaluasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Keduannya saling terkait karena merupakan tujuan program menjadi dasar untuk

merumuskan tujuan evaluasi program.

2. Dimensi transaksi/proses (transaction/process)

Pada dimensi ini dapat dilihat sejauhmana transaksi/proses

(transaction/process) sudah mempertimbangkan dengan baik dari dimensi

anteseden/konteks (antecedents/context). Dalam arti survei tempat live in dan

perencanaan perlu dipertimbangkan sasaran tempat, soal waktu, cuaca alam,

sehingga dapat disimpulkan bahwa dimensi transaksi/proses (transaction/process)

berjalan sesuai dengan rencana atau tidak. Jika dilihat dari hasil data

kuisioner kualifikasi nilai skornya ada 84 responden 62% kriteria (sangat setuju),

45 responden 33% kriteria (setuju), 6 responden 4% kriteria (netral), 1 responden

1% kriteria (tidak setuju). Hasil ini terdapat dalam (item 21) program live in

sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan meningkatkan mutu sekolah), (item

17) ada rundown acara live in atau buku panduan yang membantu kedisiplinan

dan keefektifan kegiatan live in. Beberapa item ini berkaitan dengan indikator

manajerial dan logistik yang sesuai dengan rencana yang meliputi bagian dari

perencanaan tahap persiapan, (tempat live in sudah di survei dan berjalan sesuai

dengan rencana), perencanaan dengan melihat kalender sekolah, cuaca, proposal,

buku panduan live in, tatatertib,) dan pelaksanaan (pembagian kelompok, jadwal,

mengisi panduan refleksi), juga dalam pengelolaan perencanaan program live in

telah dipertimbangkan dengan dimensi anteseden/konteks (antecedents/context)

yang mendasari dimensi transaksi/proses (transaction/process) dan tujuan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

program live in. Hasil data kuisioner di atas telah menunjukkan bahwa

transaksi/proses (transaction/process) yang telah dipertimbangkan dengan

dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) yang mendukung kelancaran

transaksi/proses (transaction/process) live in berjalan sesuai rencana.

Jika dibandingkan dengan hasil wawancara ada perbedaan atau kurang

sesuai dengan skor tinggi data kuisioner. Peserta didik mengatakan (item 28) ada

perubahan jadwal dalam live in tetapi perlu dikonfirmasikan karena ada beberapa

teman yang mengeluh jika jadwal kegiatan terlambat. Selain itu juga (item 29)

kurang ada pemahaman yang jelas mengenai tugas refleksi pribadi, alasannya

masih ada teman yang malas membuat refleksi. Sedangkan mengenai (item 30)

pembagian kelompok dikatakan sangat mendukung dan membantu untuk

kerjasama dan saling belajar. Item yang belum memenuhi persyaratan program

merupakan faktor penghambat sekaligus tantangan yang perlu diperhatikan

dengan sungguh untuk program selanjutnya.

Jika dibandingkan dengan hasil studi dokumen pada dimensi ini tidak

terlepas dari dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) yaitu hasil proposal

dan persiapan dokumen laporan hasil survei program live in. Mengenai proposal

sudah ada namun dalam penjelasannya menyebutkan pengertian program live in

dan tujuannya, jadwal kegiatan harian. Secara umum tahap ini belum sepenuhnya

memberi dasar penjelasan dan latarbelakang apa yang menjadi alasan-alasan

rasional yang komperhenship mengapa diadakan program live in, mengingat

hal tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam membuat suatu program. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

studi dokumen hanya ditemukan data laporan hasil survei pembina live in yang

menjelaskan laporan-laporan kegiatan pelaksanaan live in dan laporan

pertanggungjawaban panitia. Kemungkinan seperti yang sudah dijelaskan

pada dimensi anteseden/konteks (antecedents/context) bahwa hal ini sudah

dipersiapkan dalam program tetapi belum dilaporkan dalam data-data yang

rasional dan yang menjadi sumber dokumen untuk dasar pertimbangan dalam

pembuatan program.

Kesimpulannya dimensi ini secara umum memenuhi persyaratan umum

dalam sebuah program. Tetapi dalam wawancara responden dan studi dokumen

masih perlu diperhatikan dan ditingkatkan beberapa hal yang berkaitan dengan

alasan-alasan yang kurang mendukung keberhasilan program. Seperti panduan

kriteria refleksi yang baik dan perlu dirumuskan sehingga membantu peserta didik

muda memahami dan memaknai, proposal dan laporan hasil dokumen survei serta

data-data yang komperhenship, refleksi dan evaluasi dari pembina live in

berdasarkan program yang dilaksanakan bagi peserta didik sehingga program live

in sungguh-sungguh didasarkan pada data-data yang akurat dan valid.

Hal ini sejalan dengan pendapat (Dapiyanta, 2008: 15) evaluasi proses

dengan maksud untuk memberi umpan balik akan jalannya proses, yakni

kekurangan, hambatan, hingga kemungkinan tidak berjalannya suatu proses

sehingga dapat dilakukan suatu perbaikan pada proses selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan evaluasi terhadap proses ini

akan berguna sebagai dasar bagi berbagai tindakan korektif terhadap proses

belajar mengajar, sehingga produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan mutunya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Selain itu juga dengan hasil akhir dari suatu kebijakan tersebut dapat mendukung

untuk rekomendasi atas kebijakan yang lalu dan menentukan kebijakan

selanjutnya.

3. Dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

Pada dimensi ini pembahasan difokuskan pada : live in memenuhi kriteria

sasaran dengan tujuan, selain itu harus punya kriteria. Sesuai dengan data hasil

kuisioner menunjukkan 66 responden 48% kriteria (sangat setuju), 65 responden

48% kriteria (setuju), 5 responden 4% kriteria (netral). Skor di atas memuat item-

item berikut yakni membangun rasa peduli, syukur, sikap sederhana, dan rendah

hati, matiraga dan bertanggungjawab menjadi pribadi yang berkarakter tangguh,

Kritis dan reflektif dan menjadi pelaku perubahan sosial. Kualifikasi nilai di atas

dapat disimpulkan bahwa pada dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

pelaksanaan program live in berdasarkan tujuan yang diharapkan. Selain tujuan

program live in perlu ada kriteria untuk menyatakan berhasil atau tidaknya suatu

program tetapi sekolah belum menetapkan kriteria atau standart nilai keberhasilan

untuk program live in, meskipun evaluasi program hasil kuisioner live in rata-rata

bagus.

Jika dibandingkan dengan data wawancara ada perbedaan dan kurang sesuai

dengan skor tinggi data kuisioner, (item 31) program live in membentuk karakter

peserta didik. Ada kesan yang berbeda dari peserta didik yakni belum sepenuhnya

live in membangun karakter peserta didik karena masih banyak nilai-nilai yang

harus diperjuangkan, masih sulit praktek lima keutamaan dan perlu butuh belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

lagi. Selain itu (item 39) evaluasi secara periodik dari setiap siswa, belum

dilaksanakan tetapi hanya secara klasikal ditanyakan dalam kelas saat pelajaran.

Hal ini kurang mendukung keberhasilan suatu program, yang semestinya perlu

ada saran dan masukan dari responden supaya menjadi bahan pertimbangan untuk

perkembangan program selanjutnya.

Jika dibandingkan dengan studi dokumen secara umum ada hal yang

menjadi catatan yang perlu diperhatikan bahwa live in belum ada kriteria atau

standart, sehingga hal ini sebagai hambatan untuk menyatakan berhasil atau

tidaknya suatu program. Selain itu diperlukan indikator-indikator kriteria

ketercapaian program yang bisa dilihat sebagai bukti bahwa program live in

berhasil baik dari sisi proses maupun hasil. Kriteria menjadi penting supaya ada

standart yang jelas dan tidak bisa di ubah-ubah dan juga untuk penilaian bagi

peserta didik dalam live in. Adapun dari sisi hasil dokumen berupa refleksi

namun perlu dirumuskan panduan refleksi yang singkat dan jelas, sehingga

peserta didik, orang tua, sekolah dapat mengetahui kriteria refleksi yang ideal.

Hal ini memungkinkan untuk bisa saling mengevaluasi.

Dari dimensi luaran/hasil (output-outcomes) juga harus dipertimbangkan

dengan visi misi sekolah, anteseden/konteks (antecedents/context),

transaksi/proses (transaction/process) sehingga mencapai hasil yang sesuai

dengan tujuan program. Selain itu perlu ada dokumen hasil evaluasi kegiatan live

in baik dari peserta didik, pembina, dan orangtua. Berdasarkan hasil wawancara

dikatakan bahwa evaluasi live in peserta didik hanya dilakukan secara klasikal

dalam kelas, maka hal ini menjadi penghambat untuk saling mengevaluasi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

mengecek sejauh mana perkembangan karakter (sederhana) dalam keluarga

maupun di sekolah.

Kesimpulannya secara teoritis dari dimensi luaran/hasil (output-outcomes)

menjadi catatan yang perlu diperhatikan yaitu: panduan refleksi yang ideal,

kriteria atau standart live in. Dalam hal ini mengenai kriteria sekolah perlu

menentukan standart tersebut. Maka hal ini menjadi catatan sebagai studi

evaluasi, perlu diingat dan dibuat demi perkembangan suatu program ke

depannya. Mengingat kriteria merupakan suatu target untuk berhasil atau

tidaknya sebuah program, dan peserta didik juga tahu berhasil atau tidak program

kegiatan tersebut. Peserta didik dan orang tua perlu tahu apa yang mau dicapai

dalam live in. Perlu juga ada evaluasi yang berkala baik bagi peserta didik secara

pribadi maupun bagi guru dan orang tua. Maksudnya untuk memudahkan

sekolah, dan orang tua, guru dalam mengecek apakah ada perubahan peserta didik

dalam hal karakter maupun tingkah laku. Maka sangat dibutuhkan komitmen yang

sungguh-sungguh sehingga suatu program benar-benar maksimal, ada

keterhubungan antara teori dan praktek yang dilaksanakan, dan mencapai suatu

perubahan bagi karakter peserta didik.

Sejalan dengan pendapat (Kompas, Haryatmoko, 2015:7) pendidikan nilai

bukan hanya masalah tahu tentang “apa yang baik” orang mengira “mengetahui”

seakan-akan sama dengan sudah melakukan” padahal masih ada jarak antara

“tahu” dan “tindakan”. Arah pendidikan nilai seharusnya fokus pada modalitas,

yaitu bagaimana menjembatani agar nilai-nilai menjadi tindakan yang nyata.

Nilai-nilai membentuk orang berkarakter: komitmen, jujur, kompeten, terbuka,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

jiwa pelayanan, belarasa dan pengorbanan. Dengan kata lain pendidikan nilai

tidak lepas dari pembentukan habitus, yakni melalui pelatihan, pembiasaan,

pengalaman, dan perjumpaan.

Gagasan di atas sesuai dengan upaya Serikat Puteri Kasih, dalam

mempertahankan karya kerasulan Serikat yaitu nilai-nilai keutamaan Vinsensian.

Keutamaan-keutamaan tersebut dijabarkan dalam materi yang diberi nama

pembiasaan Vinsensian (lima keutamaan) salah satunya adalah program Live in

yang merupakan puncak dari seluruh pembelajaran, sebagai implikasi dalam

menjembatani nilai-nilai tersebut melalui tindakan yang nyata.

E. Keterbatasan penelitian

Secara umum penelitian ini relevan dan bermanfaat bagi sekolah dalam

pembentukan karakter peserta didik. Namun di sisi lain penulis mengalami

keterbatasan penelitian:

1. Mengenai jarak tempat penelitian jauh di Jawa Timur. Maka peneliti

mengalami keterbatasan, kemungkinan masih ada kekuarangan dalam hasil

penelitian.

2. Peneliti kurang tepat dalam perkiraan waktu untuk pengisian kuisioner/angket

kepada responden. Sehingga pengisian angket/kuisioner oleh responden, harus

menunggu saat pengambilan ijasah dan merepotkan pembina live in.

3. Dalam mengisi kuisioner/angket kemungkinan responden kurang mencermati

pertanyaan sehingga muncul perbedaan antara hasil data wawancara dan hasil

data kusioner. Hal ini mungkin responden kurang terkondisi dan belum ada

pengantar dari peneliti sebelum menjawab pertanyaan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

4. Peneliti mengalami keterbatasan dalam data studi dokumen mengingat

data-data dokumen mengenai studi kelayakan yang di dapat secara umum

belum lengkap.

F. Refleksi Penelitian

“Evaluasi adalah sebuah proses transformasi diri”

Ayahku adalah seorang petani yang sabar dan bijaksana. Berkat

kesabarannya kebutuhan hidup keluarga kami selalu terpenuhi. Setiap hari

pekerjaannya adalah berladang. Dari hasil pertanian tersebut kebutuhan kami

sekeluarga tidak kekurangan dan menanam padi menjadi pekerjaan pokok

keluarga kami. Mengingat menanam itu menjadi kebiasaan kami maka masih

terniang dan terlintas dalam benakku akan proses menanam padi. Bagi Ayah

bertani adalah pekerjaan utama dan menjadi pembiasaan maka pagi-pagi ia sudah

berangkat ke ladang. Ayah sangat peka dan tahu serta memperhatikan, melihat

dan memperhitungkan situasi cuaca dan musim yang cocok untuk bertanam.

Bulan berganti tibalah musim berladang dan ayah melihat lahan mana yang

cocok untuk ditanam. Rencananya ingin menanam lima karung padi supaya dapat

memanen sepuluh karung padi. Setelah itu Ayah memperhitungkan berapa luas

lahan serta ukurannya untuk menanam padi tersebut. Seperti biasa Ayah lakukan

adalah berdoa terlebih dahulu sebelum membersihkan lahan yang digunakan

untuk menanam. Selanjutnya lahan dibersihkan ditebang rumputan yang tinggi

dan dicangkul hingga tanahnya gembur, bersih dan menunggu hujan membasahi

tanaman tersebut supaya dapat ditanam padi. Setelah ditanam, sebulan kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

tumbuhlah padi yang hijau beserta rumputnya. Ayah selalu tekun membersihkan

rumput-rumput yang tumbuh bersama padi, supaya tanaman padi bisa tumbuh

dengan sehat dan subur. Tiga bulan telah berlalu dan tibalah saatnya memanen

hasil tanaman. Setelah dipanem hasil padi lumayan baik namun belum

sepenuhnya memenuhi harapan Ayah untuk mendapatkan 10 karung padi. Ayah

hanya mendapatkan delapan karung padi. Selain itu juga ternyata masih ada hama

tikus yang merusak tanaman padi kami. Dengan keadaan ini membuat kami

sekeluarga merasa kecewa, sedih, tetapi Ayah selalu memberi harapan bahwa kita

harus optimis, mencari solusi yang tepat. Ayah mulai kembali melihat apa yang

belum diperhatikan sebelum persiapan tanam, pembersihan rumput, hingga panem

padi. Dengan pengalaman tersebut Ayah mengatakan bahwa hama tikus perlu

dicek saat membersihkan rumput, caranya diberi asap dilubang tanah tempat

tinggal tikus, selain itu saat mencangkul rumput-rumput langsung dipindahkan

dan jangan hanya dibakar sehingga kalau saat musim hujan rumput tidak tumbuh

lagi. Pesan Ayah menjadi komitmen kami untuk merubah cara atau strategi yang

lebih baik lagi dalam menanam padi. Harapannya supaya hasil panenan sesuai

dengan rencana kami.

Kisah singkat tentang proses penanaman padi tersebut di atas memberikan

gambaran tentang makna sebuah evaluasi. Melakukan evaluasi diri berarti berani

belajar dari setiap pijakan langkah, karya, tindakan, sikap-sikap sebelumnya untuk

mengatur langkah-langkah baru yang lebih baik dan lebih efektif dalam mencapai

apa yang menjadi tujuan hidup. Setiap langkah ke depan adalah kesempatan baru

dalam meningkatkan kualitas diri. Dengan evaluasi diri, menjadi lebih mengenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

siapa diriku, secara benar dan dengan itu memudahkan dalam meningkatkan

kualitas kehidupan ke depan.

Dalam kisah (Luk 14:28) “Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau

mendirikan sebuah manara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya,

kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu”. Teks ini

menekankan pentingnya evaluasi diri dalam sebuah tanggungjawab tugas. Yesus

mengajarkan bahwa barangsiapa ingin mengikuti Dia dan menjadi murid-Nya

harus memutuskan lebih dahulu apakah ia telah siap untuk membayar harganya.

Harga kemuridan yang sejati adalah mengorbankan semua hubungan dan harta

milik, yaitu segala sesuatu yang kita miliki: barang materiel, keluarga, kehidupan,

cita-cita, rencana dan kepentingan kita sendiri. Ini berarti diperlukan sikap daya

juang dan berani berkorban meninggalkan apa yang tidak berkenan

dihadapanNya, dan menyerahkan segala yang dimiliki untuk melayani Kristus

dan berada di bawah tuntunan-Nya.

Maka secara pribadi sejauh pengalaman saya bahwa studi di PAK

(Pendidikan Agaman Katolik) selama empat tahun ini, merupakan sebuah

perutusan dari Tuhan. Perutusan yang membutuhkan sebuah proses yang tidak

selamanya menyenangkan ataupun menggembirakan. Setiap pembelajaran selalu

memberikan hal-hal baru dan bermakna bagi hidupku. Namun di sisi lain

kutemukan berbagai kelemahan dalam diri, yang kadang menjadi batu sandungan

bagi orang lain. Awal studi merupakan persiapan bagi saya secara mental sebagai

mahasiswa religius. Pengalaman yang belum terbiasa dengan budaya luar dengan

orang muda yang usia di bawah saya, dan dengan dunia pendidikan yang kian hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

kian berkembang. Ada saat-saat semester yang menjadi pengalaman transisi bagi

saya. Pengalaman merasakan beban yang berat, situasi yang tidak kondusif baik

dengan sesama teman maupun matakuliah yang dihadapi.

Setelah merenungkan dan melihat kembali bahwa sejauh ini saya telah

belajar banyak hal mengenai ilmu-ilmu, teori-teori dalam pembelajaran dari para

dosen yang sungguh-sungguh menambah pengetahuan dan wawasan hidup.

Namun bagi saya sadari bahwa ilmu tidaklah cukup hanya teori tetapi lebih

penting bagaimana ilmu itu harus dipahami dengan sungguh-sungguh, agar bisa

menjadi kebijaksanaan dalam diri sendiri artinya tampak dalam sikap hidup setiap

hari. Oleh karena itu selama proses belajar di PAK (Pendidikan Agama Katolik)

saya merasakan diubah oleh keadaan secara utuh baik dalam teori maupun

praktek. Saya yang awalnya pengetahuan mengajar belum mantap namun setelah

menerima ilmu dan praktek di Sekolah, saya makin menyadari dan memahami

bahwa menjadi pendidik tidak cukup hanya transfer ilmu tetapi juga memerlukan

kesaksian hidup, kerendahan hati, sabar dan bijak dalam mendidik, dengan

sungguh-sungguh memahami latarbelakang karakter peserta didik. Mengingat hal

ini sangat mendukung dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu diperlukan

kreativitas dan ketrampilan serta metode mengajar yang menarik sehingga peserta

didik senang dan gembira dalam belajar, bertumbuh dan berkembang secara utuh.

Saya yang awalnya juga kurang memahami dan mengerti bagaimana cara

berketekese yang baik, tetapi dengan mengenyam teori dan praktek berkatekese di

Lingkungan, Paroki, stasi saya merasa semakin diperkaya, bahwa menjadi seorang

katekis tidaklah cukup hanya pandai dalam berbicara, tetapi diperlukan kesiap-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

sediaan melayani serta mengembangkan iman umat. Maka panggilan sebagai

pendidik maupun katekis tidak terlepas dari kedekatan relasi personal dengan

Tuhan. Relasi yang kuat dengan Tuhan menjadi fondasi untuk terus setia dan

tekun dalam menjalani tugas perutusan yang terus menerus berbuah bagi

kepentingan banyak orang.

Semua refleksi pengalaman ini menjadi proses transformasi diri. Proses

untuk terus menerus mengevaluasi diri, untuk semakin menjadi lebih baik. Setiap

hari belajar memproses diri melalui pengalaman dan perjumpaan dengan sesama

artinya belajar tak ada kata akhir, belajar hidup sampai akhir hayat. Maka dalam

penulisan skripsi ini saya memilih judul evaluasi, sebagai usaha dan komitmen

dalam memberikan sumbangan kepada pihak sekolah akan pentingnya proses

evaluasi pembelajaran yang harus dijalani demi memperoleh hasil yang

berkualitas dan berdaya guna bagi perkembangan karakter peserta didik dan

dalam dunia pendidikan. Amin.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian pustaka dan penelitian dapat disimpulkan sebagai

berikut.

1. Proses/transaksi (process/transaction) live in

Pelaksanaan program live in dalam dimensi proses, tidak terlepas dari

dimensi anteseden/konteks (antecedents/context. Artinya sejauhmana dimensi

transaksi/proses (transaction/process) dilaksanakan dengan mempertimbangkan

dimensi anteseden/konteks (antecedents/context). Seperti sekolah telah

melaksanakan studi kelayakan sebelum pelaksanaan program live in. Live in

sudah didasarkan pada data-data yang valid yakni: pernah dilakukan survei, ada

data-data yang menjadi daya dukung untuk pembuatan program live in.

Dari tahap perencanaan segi administrasi ada surat menyurat ke kepala

Dusun setempat, Dinas, Orangtua, pemberitahuan ke Kabupaten. Setelah itu ada

survei tempat live in guna mencari data-data yang diperlukan untuk keterlibatan

peserta didik selama live in, dan ada pembentukan panitia live in. Dari proposal

hasil survei dibuat buku panduan live in yang memuat pengantar, tujuan live in,

waktu pelaksanaan, tempat live in, jumlah peserta, bentuk kegiatan, dan susunan

panitia. Hal ini dapat dikatakan bahwa perencanaan mendukung dan program

sudah dipersiapkan serta dipertimbangkan dengan alasan latarbelakang, dalam arti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

ada data yang melibatkan pihak Yayasan, Guru-guru, Sekolah, Orangtua, Komite

Sekolah, Stakeholders, dan masyarakat.

Sedangkan tahap pelaksanaan dan pengelolaan seperti rundown, yang

dilakukan saat live in, tata tertib, perlengkapan yang dibawa, daftar pertanyaan

refleksi, dan pembagian kelompok untuk tempat tinggal dan kendaraan. Maka

dapat disimpulkan bahwa secara umum dari tahap proses/transaksi

(transaction/proses) dalam pengelolaan kegiatan terlaksana secara efektif dan

efisien sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, sehingga mendukung pelaksanaan

program live in. Selanjutnya dari tahap evaluasi kegiatan belum ada pelaksanaan

evaluasi secara berkala, baik bagi peserta didik, Guru dan Orang tua.

2. Hasil/luaran (output-outcomes) live in

Secara keseluruhan pada dimensi hasil/luaran (output-outcomes) live in

hanya ditentukan dari hasil refleksi semacam laporan hasil live in yang dibuat

oleh peserta didik secara kelompok dengan panduan pertanyaan refleksi yang

diberikan oleh pembina mengenai laporan kegiatan harian yang direfleksikan.

Laporan hasil tersebut berisi kata pengantar, daftar isi, pendahuluan, isi/kegiatan

live in, refleksi dan harapan. Dari laporan hasil live in tersebut oleh guru atau

pembina live in memberi penilaian berdasarkan hasil laporan kelompok live in

yang dibuat oleh peserta didik dan nilai tersebut masuk dalam nilai mata pelajaran

Pendidikan Agama Katolik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

B. SARAN

Pada dimensi konteks/anteseden (antecedents/context) disarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Kriteria atau standart dalam live in menjadi sangat penting dalam sebuah

program yakni untuk menyatakan berhasil atau tidaknya suatu program.

Berdasarkan hal ini maka disarankan ada penentuan kriteria tujuan live in juga

perlu ada indikator-indikator yang dapat dilihat sebagai bukti bahwa program

live in berhasil, baik dari sisi proses maupun hasil.

2. Disarankan perlu memperhatikan survei tempat untuk live in, dan harus ada

pedoman yang jelas mengenai tempat live in. Misalnya tempat seperti apa yang

dibutuhkan untuk kegiatan live in, sehingga memudahkan untuk penempatan

tempat live in yang cocok dan sesuai dengan target visi dan misi sekolah.

3. Disarankan agar ada dokumen studi kelayakan berupa data-data yang jelas

semacam laporan hasil survei yang berisikan gambaran situasi umum maupun

khusus tempat live in. Dokumen ini sebagai dasar penjelasan apa yang menjadi

alasan-alasan rasional yang komperhenship. Mengapa diadakan program live

in, mengingat hal tersebut menjadi dasar pertimbangan dalam membuat

suatu program.

Pada dimensi transaksi/proses (transaction/process) disarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Berdasarkan dimensi ini disarankan perlu dibuat panduan refleksi yang singkat

dan jelas agar memudahkan peserta didik memahami dan memaknai

pentingnya refleksi pribadi. Selain itu membantu pembina atau guru serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

orang tua untuk mengecek perkembangan refleksi peserta didik, sejauhmana

live in membantu perkembangan karakter peserta didik. Hal ini menjadi

catatan yang perlu diperhatikan untuk program selanjutnya.

Pada dimensi hasil/luaran (output-outcomes) disarankan hal-hal sebagai

berikut:

1. Disarankan perlu ada evaluasi yang berkala dan komprehenship dari peserta

didik, sekolah, masyarakat tempat live in. Evaluasi secara pribadi maupun

bersama dan perlu ada pedoman evaluasi yang jelas dan berguna untuk

mengecek sejauh mana keberhasilan suatu program.

2. Mengingat hasil kegiatan live in tidak langsung tetapi membutuhkan suatu

proses, maka diusulkan perlu ada evaluasi kepada orangtua peserta didik

yang ikut live in setelah beberapa lama. Jika hal ini mungkin sudah dilakukan

tetapi perlu didokumentasikan data-data hasil evaluasi tersebut, sehingga data

ini berguna untuk mengetahui hasil-hasil yang dicapai peserta didik dalam live

in serta sebagai pijakan program live in berikutnya.

3. Disarankan perlu diperkirakan waktu lamanya live in, jika dimungkinkan satu

Minggu. Mengingat perjumpaan dan pengalaman peserta didik dengan

masyarakat setempat akan lebih mendalam, dan menyentuh pengalaman

pribadi peserta didik. Keadaan ini akan berpengaruh pada pembentukan

karakter dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

DAFTAR PUSTAKA

Cicih Juarsih. (2014). Karekteristik Peserta Didik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.


Darminta, SJ. (2006). Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: PT Kanisius.
Dapiyanta, FX. (2008). Evaluasi Pembelajaran. Diktat pada matakuliah
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah untuk mahasiswa semester V,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter Strategi mendidik anak di
Zaman Global. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Doni Koesoema A. (2015). Strategi pendidikan Karakter Revolusi Mental dalam
lembaga Pendidikan. Yogyakarta : PT Kanisius.
Darmiyati Zuchdi. (2010). Humanisasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Elis Ratnawulan. ( 2014). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: CV Pustaka Setia.
Konstitusi Serikat Puteri Kasih. (2004). Konstitusi dan Statuta. Jawa Timur.
Listyo Yuwanto. http://www.ubaya.ac.id.content/articles-detail/80/Live-in-dan-
Pendidikan accessed on March 11, 2013.
Mulyatno, CB. (2009). Menguak Misteri Manusia. Yogyakarta: PT Kanisius.
Maritan Nirmalasari. http://www.hakekatpendidikan.blogspot.co.id.evaluasi-
kurikulum-model-model countenance. accessed on October 13, 2011.
Mas Minto. http://www.sewasepedajogja.com.program-live-in-di-desa-wisata-
jogja. accessed on Agustus 20, 2015.
Nana Sudjana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nasution. (2015). Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Piet Go, O,Carm. (1995). Pastoral Sekolah. Malang: Penerbit Dioma
Paul Suparno, SJ. (2015). Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: PT
Kanisius.
----------.(1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: PT
Kanisius .
Ponticelli, CM. (2012). Menjadi Vinsensian. Malang: Seminari Tinggi CM.
Rusdiana. (2014). Evaluasi program pembelajaran dan praktek. Bandung: PT.
Rosdakarya.
Serikat Puteri Kasih. (2014). Dokumen Sirkuler. Kediri: Suster PK Indonesia
Sutarjo Adisusilo, J.R. (2013). Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Suharsimi Arikunto. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
----------.(2014). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
Sugiyono. (2014). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Alfabeta
----------.(2015). Metode Penelitian Kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabeta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Siregar Eveline. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Ciawi-Bogor: PT


Ghalia Indonesia.
Staf Dosen Prodi Pendidikan Agama Katolik. (2012). Pedoman Penulisan Skripsi.
Yogyakarta: Prodi Pendidikan Agama Katolik.
Uyanto Stanislaus. (2009). Pedoman analisis data dengan SPSS. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Tim Vinsensian. (2011). Pembiasaan Vinsensian. Yogyakarta: PT Kanisius.
Winkel Ws. (2012). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: PT Media Abadi.
Wina Sanjaya. (2012). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran (1)

(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran (2)

INSTRUMEN PENELITIAN (1)


“Evaluasi Program Live in di SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur”

Instruksi:
1. Isilah identitas anda pada kotak identitas yang tersedia
2. Beri tanda centang (  ) pada pertanyaan berikut:
 SS : Bila anda SANGAT SETUJU
 S : Bila anda SETUJU
 N : Bila anda NETRAL
 TS : Bila anda TIDAK SETUJU
 STS : Bila anda SANGAT TIDAK SETUJU
3. Isilah dengan jujur dan teliti, jawablah sesuai dengan kondisi anda, dan
jawaban pertama itulah yang paling diharapkan.
4. Contoh cara menjawab :
SOAL SS S N TS STS
SMPK St. Maria Kediri merupakan sekolah yang 
bernaung di bawah Yayasan St. louisa

===============Selamat mengerjakan=================

Nama : _____________________________________
NO. SOAL SS S N TS STS
Menurut saya tujuan pelaksanaan
program live in sesuai dengan Visi
1 vinsensian.
Sebelum live in Pembina/guru
2 menanyakan tentang keadaan siswa.
Target live in jelas dan sesuai dengan
tujuan rencana program live in.
3
Target live in sesuai dengan visi misi
sekolah
4

(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NO. SOAL SS S N TS STS

Sebelum live in saya telah mengikuti


5 pembelajaran pembiasaan Vinsensian.
Tujuan live in sesuai dengan situasi dan
6 keadaan saya.
Saya memahami maksud dan tujuan
7 program live in.
Sejauh pengalamanku guru/Pembina live
in menghayati dengan baik Spiritualitas
8 Vinsensian.
Sejauh pengetahuanku guru/pembina
mempersiapkan dengan baik perencanaan
9 kegiatan live in
Sejauh pengalamanku guru/pembina live
in memahami dengan baik tentang
10 keadaan saya
Materi pembekelan program live in sesuai
11 dengan Visi dan misi Vinsensian.
Sejauh pemahaman saya materi
pembekalan program live in menarik
12 minat siswa.
Sejauh pemahaman saya materi
pembekalan program live in sesuai
13 dengan kebutuhan siswa.
Sejauh pengetahuanku kelancaran
program live in karena ada penyediaan
sumber buku-buku yang mendukung
14 pemahaman tentang tujuan live in.
Sejauh pengetahuanku program live in
mendukung penghayatan saya tentang
15 Visi dan Misi Vinsensian.
Menurut saya, kelancaran transportasi
kegiatan live in tercukupi dan sesuai
16 kebutuhan.

(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NO. SOAL SS S N TS STS

17 Menurut saya penyediaan buku


panduan/rundown acara live in membantu
kedisiplinan dan keefektifan kegiatan live
in.
18 Sebelum live in pembina/guru melakukan
observasi tempat live in.
19 Sejauh pengetahuan saya ada
pembentukan panitia pelaksanaan
kegiatan live in.
20 Sejauh pengetahuan saya program live
in penting bagi perkembangan kondisi
dan keadaan sekolah.
21 Sejauh pengetahuan saya program live in
mengembangkan potensi siswa terhadap
kondisi sekolah dan masyarakat.
22 Menurut pemahaman saya program live
in meningkatkan mutu kondisi sekolah.
23 Menurut pengetahuan saya dana yang
digunakan dalam live in tercukupi dan
sesuai dengan kebutuhan.
24 Menurut pengalaman saya waktu live in
tiga hari dua malam kurang.

INSTRUMEN PENELITIAN (2)

(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Evaluasi Program Live in di SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur”

NO. SOAL SS S N TS STS

Sebelum live in Pembina/guru


mempersiapkan surat menyurat dan
25 menyerahkan proposal ke tempat live in.
Sebelum berangkat live in saya
menyiapkan perlengkapan yang harus
26 dibawa.
Menurut pengalaman saya pelaksanaan
program live in berjalan sesuai dengan
27 rencana.
Menurut pengalaman saya ada
perubahan jadwal dalam live in tetapi
28 bisa dipertanggungjawabkan.
Selama live in saya mengisi buku refleksi
29 pribadi yang disediakan Pembina/guru.
Menurut pengalaman saya pembagian
kelompok dalam kegiatan live in
30 diperlukan.

INSTRUMEN PENELITIAN (3)


“Evaluasi Program Live in di SMPK St. Maria Kediri Jawa Timur”

(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NO. SOAL SS S N TS STS

31 Program live in merupakan salah satu


upaya pembentukan karakter.
32 Program live in membangun rasa
kepedulian dan solidaritas dengan
sesama.
33 Program live in membantu saya belajar
semakin bersyukur dalam hidup.
34 Program live in membekali saya agar
mampu berinteraksi dengan baik
terhadap lingkungan masyarakat.
Program live in membuat saya lebih
dewasa dan menghargai kekurangan
35 orang lain.
Program live in memudahkan saya
dalam mempraktekkan lima keutamaan
36 Vinsensian.
Program live in membuat saya
memiliki daya juang yang tinggi dan
mampu bersikap kritis dan reflektif
37 dalam hidup sehari-hari.
Program live in memampukan saya
menjadi generasi yang pantang
38 menyerah dalam menghadapi persoalan.
Program live in diadakan setiap tahun
39 dan dievaluasi secara periodik.
Program live in memampukan saya
belajar bertanggungjawab dan menjadi
pribadi yang berkarakter tangguh dan
40 humanis.

Lampiran (4)

Hasil Wawancara Responden

(6)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dimensi Konteks/antecedents
1. Menurut pengetahuan/pendapatmu Apa itu Live in?
Responden 1: Menurut pemahamanku live in adalah saat dimana saya
meninggalkan aktivitas-aktivitas yang sering kita lakukan untuk
terjun ke tempat tertentu dengan tujuan untuk belajar hidup
sederhana, matiraga, bersyukur dll. Selain itu kegiatan ini
mengajak orang-orang yang hidup di kota untuk belajar
kehidupan sederhana di pedesaan.
Responden 2 : Menurut pendapat saya live in ialah kegiatan dimana saat saya
meninggalkan sejenak dari kesibukan yang sering biasa kita
lakukan ke suatu tempat tertentu dengan tujuan untuk belajar
hidup sederhana, dan lebih semangat lagi dengan melihat dan
merasakan pengalaman di tempat live in.
Responden 3 :Menurut saya kegiatan ini sangat baik, namun masih perlu juga
dibina iman dari setiap peserta didik. kegiatan ini sebagai wujud
dari iman. Maka saya mendapatkan pengalaman baru ketika hidup
bersama di pedesaan. Maksudnya perjumpaan dengan orang desa
juga merupakan wujud dari iman.

2. Menurut anda apakah target live in jelas dan sesuai dengan tujuan
rencana program live in?
Responden 1: Ya sesuai target. Karena Sekolah mempunyai kewajiban untuk
membentuk pribadi peserta didik maka diadakan pelaksaan
kegiatan live in. selain itu saya prihatin dengan melihat teman-
teman yang masih memilih hal-hal yang negatif. Maka kegiatan
ini menjadi menarik juga untuk membentuk karakter setiap
pribadi. Di desa bisa bisa belajar hidup, merasakan hidup yang di
desa dengan segala keadaan yang terbatas, pekerjaan yang
sederhana seperti: berkebun, beternak, bertani.
Responden 2: Ya sesuai target. Karena SMPK bernaung di bawah Yayasan st.
Louisa yang mempunyai spirit Vinsensian yang mengajarkan lima
keutamaan Vinsensian (sederhana, kerendahan hati,
kelemahlembutan, mati raga, penyelamatan jiwa-jiwa). Maka
dalam live in saya dan teman-teman mempraktekkan lima
keutamaan tersebut, juga membantu para siswa semakin mengerti
dan bersyukur bahwa hidup.
Responden 3:Live in menarik dan menurut saya belum sepenuhnya sesuai target
tujuan program. Karena praktek live in masih kurang dalam hal
pembekalan mengenai iman dan pemahaman nilai-nilai Vinsensian.

(7)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Maka diantara siswa masih ada yang motivasi hanya sekedar ikut-
ikutan.

3. Apakah Tujuan live in sesuai dengan situasi keadaanmu?


Responden 1: Menurut saya belum sepenuhnya karena saya merasakan keadaan
tempat live in di Kampungbaru kurang mendukung. Memang
tempat jauh dari kota tetapi masyarakat setempat terdiri dari
golongan menengah ke atas (ada yang mempunyai mobil) dan
sebagian besar peserta didik tinggal di rumah-rumah tersebut.
Sedangkan tujuan supaya siswa benar-benar belajar di tempat yang
sungguh-sungguh masyarakat berkekurangan.
Responden 2: Menurut saya belum karena tempat live in tidak sesuai dengan
maksud dan rencana live in. Tempat yang saya tinggal orang
kaya/mapan. Saya tidak senang karena dalam kelompok saya ada
teman yang masih suka tidur-tiduran, dengarin musik, main hp dan
tidak membantu keluarga tempat tinggal live in. Padahal ada teman
yang pergi cari air dan cuci piring, bantu masak. Padahal tujuannya
untuk belajar praktek hidup sederhana, kerjasama, solidaritas.
Responden 3: Saya merasakan tempat live in secara umum belum memenuhi
persyaratan target program. Karena belum semuanya siswa
mengerti akan tujuan kegiatan. Saya ingat waktu dalam kelompok
tidak semua teman mau mengerti tugas-tugas.

4. Apakah Pembina live in mempersiapkan pembekalan program live in dan


paham keadaanmu?
Responden 1: Sesuai pengetahuanku pembina live in paham keadaan kami.
Karena siswa sudah mengikuti pembelajaran Vinsensian dan
puncaknya kegiatan live in di kelas XI dan sebelum berangkat ada
pembekalan siswa tentang live in. siswa dikumpulkan dan dibagi
dalam kelompok, ada penjelasan rundown acara, ada tim Pembina
live in yang menyiapkan kelancaran transportasi.
Responden 2: Menurut saya Pembina live in sudah mempersiapkan dengan baik
dari soal pembekalan. Ada refleksi yang harus dibuat saat live in.
ada dana di persiapkan oleh sekolah untuk live in. Penjelasan
tentang tatatertib dan tujuan program live in.
Responden 3 : Saya ingat bahwa refleksi yang diberikan Pembina sangat baik.
Karena menanyakan soal pengalaman kegiatan live in. Tetapi
pertanyaan terlalu banyak dan refleksi dikerjakan kelompok
sehingga kurang mengena. Baiknya masing-masing siswa.
Dimensi Proses/transcation

(8)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Apakah selama live in ada perubahan jadwal?


Responden 1: Setahu saya selama live in pernah ada perubahan jadwal tetapi
Pembina live in sudah memberitahukan kepada para siswa
sehingga tidak mengganggu keefektifan dan kelancaran kegiatan
live in.
Responden 2: Menurut saya selama live in dalam kelompok saya ada teman yang
kurang terima perubahan jadwal yang terjadi karena ada beberapa
teman mengeluh. Tetapi Pembina live in menjelaskan dan memberi
masukan sehingga siswa dapat menerima keadaan.
Responden 3: Perubahan jadwal tidak terjadi secara keseluruhan dan saya rasakan
tidak mengganggu kegiatan live in.

6. Bagaimana perasaan dan pengalamanmu dalam kelompok dan apakah


semua pengalaman ditulis dalam tugas refleksi ?
Responden 1 : Menurutku perasaan saya senang mengikuti live in. ada kerjasama,
saling menolong, makin bersyukur dengan belajar dari orang
lain. Selama live in kami wajib membuat refleksi pengalaman
setiap hari mulai dari hari pertama dan hari ketiga. Tetapi masih
ada teman yang malas membuat refleksi, sehingga mengganggu
temannya dalam kelompok.
Responden 2 : Menurutku live in menyenangkan karena banyak teman, dapat
keluarga baru dan belajar dari orang lain. Setiap hari sudah ada
jadwal untuk membuat refleksi. Dengan refleksi kami semakin
dapat memaknai semua pengalaman.
Responden 3 : Hidup bersama orang pedesaan menyenangkan. Saat live in saya
belajar mandiri selain itu tugas refleksi bersama kadang kurang
kami gunakan dengan baik.

7. Apakah pembagian kelompok dalam live in diperlukan?


Responden 1: Menurut saya sangat baik dan diperlukan supaya saya dapat
belajar kerjasama dengan teman, saling menghargai dan
mendengarkan. Dalam pengamatan saya masih ada teman yang
belum mengerti dalam tugas kelompok maka perlu ada jadwal
kelompok yang jelas.
Responden 2: Pengamatan saya pembagian kelompok sangat baik. saya dan
teman-teman dapat saling belajar dan bekerjasama yang baik,
dapat berinteraksi dengan lingkungan. Tetapi dalam kelompok
saya ada teman yang tidak mau membaur, senangnya di kamar
saja.

(9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Responden 3: Kerjasama dengan sesama teman dalam kelompok sangat terbantu.


Pembagian kelompok membantu kelancaran jadwal kegiatan.
Dimensi hasil/outcome
8. Apakah dengan program live in ini membentuk karakter anda?
Responden 1: Menurut saya live in membentuk karakter saya dalam
mempraktekkan lima keutamaan Vinsensian. Tetapi belum
semuanya karakter saya terbentuk, karena saya masih sulit untuk
mempraktekan nilai kerendahan hati, interaksi dengan masyarakat
dan daya juang yang tinggi dan kritis.
Responden 2: Menurut saya belum seluruhnya membantu perkembangan karakter
siswa. Karena saya hanya bisa mempraktekan hidup sederhana
dan matiraga, dan perlu waktu untuk belajar lagi untuk berubah.
Responden 3: Live in membantu saya dalam praktek lima keutamaan vinsensian
namun belum sepenuhnya bisa karena kadang masih terhambat
dengan situasi diri dan teman-teman. Perlu waktu untuk berubah.

9. Bagaimana kesan anda secara keseluruhan tentang live in?


Responden 1 : Secara umum live in sudah baik, dan usul saya perlu persiapkan
lagi siswa karena masih ada yang belum paham dengan kegiatan
live in karena ada siswa yang hanya kewajiban dari sekolah.
Siswa hanya bermain-main dan bermalasan tidak membantu
keluarga. Maka perlu ada penjelasan tujuan live in bagi siswa di
setiap kelompok oleh Pembina live in.
Responden 2 : Secara keseluruhan live in sudah baik, tetapi masih perlu
persiapkan lagi oleh Pembina tentang kerjasama yang baik antara
sesama teman juga mengerti tugas-tugas untuk membantu
keluarga tempat live in.
Responden 3: Di Pedesaan orangnya ramah-ramah, tidak seperti di kota semua
piker diri sendiri. Saya merasakan seperti berjumpa dengan
keluarga sendiri.

10. Apakah selesai live in anda mengisi lembaran evaluasi kegiatan live in?

Responden 1: Setahu saya selesai live in tidak ada evaluasi. Pembina tidak
menyiapkan lembaran evaluasi.
Responden 2 :Menurut pengalamanku selesai live in, tidak evaluasi baik secara
pribadi maupun bersama.
Responden 3: Saya tidak mengisi lembaran evaluasi, tetapi hanya dalam
pertanyaan singkat dari guru saat pelajaran di Kelas.

(10)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(11)

Anda mungkin juga menyukai