Anda di halaman 1dari 22

Pembelajaran Sesuai Tahap Capaian Belajar

Pembelajaran sesuai tahap capaian belajar murid (teaching at the right level) adalah pendekatan
belajar yang berpusat pada kesiapan belajar murid, bukan pada tingkatan kelas.
Apa tujuan pembelajaran ini?
 Sebagai bentuk implementasi filosofi ajar Ki Hadjar Dewantara yang berpusat pada murid
 Menguatkan kompetensi numerasi dan literasi murid
 Agar setiap murid mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
Bagaimana pembelajaran dilakukan?
Murid dalam fase perkembangan yang sama bisa memiliki tingkat pemahaman dan kesiapan yang
berbeda. Karena itu, pada model pembelajaran ini, cara dan materi pembelajaran divariasikan
berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan murid.
Apa itu fase perkembangan?
Fase atau tingkatan perkembangan adalah capaian pembelajaran yang harus dicapai murid, yang
disesuaikan dengan karakteristik, potensi, serta kebutuhannya.
SD, SMP, SMA, SMK (MI, MTs, MA, MAK)
 Fase A: SD/MI kelas 1–2
 Fase B: SD/MI kelas 3–4
 Fase C: SD/MI kelas 5–6
 Fase D: SMP/MTs kelas 7–9
 Fase E: SMA/MA, SMK/MAK kelas 10
 Fase F: SMA/MA, SMK/MAK kelas 11–12
Sekolah Luar Biasa
 Fase A: usia mental ≤ 7 tahun
 Fase B: usia mental ± 8 tahun
 Fase C: usia mental ± 8 tahun
 Fase D: usia mental ± 9 tahun
 Fase E: usia mental ± 10 tahun
 Fase F: usia mental ± 10 tahun
Sinkronisasi Jenjang, Usia Mental, dan Usia Kronologis
Fase A
 Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 1–2)
 Usia kronologis: ≤ 6–8 tahun
 Usia mental: ≤ 7 tahun
Fase B
 Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 3–4)
 Usia kronologis: 9–10 tahun
 Usia mental: ± 8 tahun
Fase C
 Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 5–6)
 Usia kronologis: 11–12 tahun
 Usia mental: ± 8 tahun
Fase D
 Jenjang/kelas: SMP/MTs (kelas 7–9)
 Usia kronologis: 13–15 tahun
 Usia mental: ± 9 tahun
Fase E
 Jenjang/kelas: SMA/MA, SMK/MAK (kelas 10)
 Usia kronologis: 16–17 tahun
 Usia mental: ± 10 tahun
Fase F
 Jenjang/kelas: SMA/MA, SMK/MAK (kelas 11–12)
 Usia kronologis: 17–23 tahun
 Usia mental: ± 10 tahun
Bagaimana cara menentukan kemajuan hasil belajar?
Kemajuan hasil belajar murid dilakukan melalui evaluasi pembelajaran atau asesmen. Murid yang
belum mencapai capaian pembelajaran akan mendapatkan pendampingan agar mencapai capaian
pembelajarannya.
Bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen?
Perencanaan
Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, yang mencakup rencana asesmen formatif yang
akan dilakukan di awal pembelajaran dan asesmen sumatif di akhir pembelajaran.
Asesmen Awal Pembelajaran
 Asesmen awal bertujuan untuk untuk menilai kesiapan masing-masing murid untuk mempelajari materi
yang telah dirancang.
 Dengan demikian, guru bisa melakukan pengelompokkan murid berdasarkan tingkat kesiapan yang
sama.
Pembelajaran
 Selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen formatif secara berkala.
 Di akhir proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi
ketercapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini juga bisa digunakan sebagai asesmen awal pada
pembelajaran berikutnya.
Pengorganisasian Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka, pengorganisasian pembelajaran perlu diperbarui.
Salah satu caranya adalah dengan mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan
satuan pendidikan.
Kewenangan Pemerintah Pusat
1. Struktur kurikulum
2. Profil Pelajar Pancasila
3. Capaian Pembelajaran
4. Prinsip pembelajaran dan asesmen
Kewenangan Satuan Pendidikan
1. Visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Kebijakan lokal terkait kurikulum
3. Proses pembelajaran dan asesmen
4. Pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan
5. Pengembangan perangkat ajar
Struktur Kurikulum Merdeka

PAUD/RA-SMA/MA

SLB

SMK/MAK

KESETARAAN

Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu berbasis kompetensi, pembelajaran
yang fleksibel, dan karakter Pancasila.
Berikut adalah beberapa prinsip pengembangan struktur Kurikulum Merdeka.
Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun, satuan pendidikan bisa
mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi, misi, dan sumber daya yang
tersedia.
Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan guru untuk merancang proses dan
materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
Sederhana
Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun tetap signifikan. Tujuan, arah
perubahan, dan rancangannya dibuat jelas sehingga mudah dipahami sekolah dan pemangku
kepentingan.
Gotong Royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil kolaborasi puluhan institusi, di antaranya
Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya.

Struktur Per Jenjang


Pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka diatur berdasarkan jenjang, yaitu PAUD, SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA, dan SMK/MAK.
Pengertian Profil Pelajar Pancasila
Definisi Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila merupakan sejumlah karakter dan kompetensi yang diharapkan untuk diraih
oleh peserta didik, yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Kegunaan Profil Pelajar Pancasila
 Menerjemahkan tujuan dan visi pendidikan ke dalam format yang lebih mudah dipahami oleh seluruh
pemangku kepentingan pendidikan
 Menjadi kompas bagi pendidik dan pelajar Indonesia
 Tujuan akhir segala pembelajaran, program, dan kegiatan di satuan pendidikan
Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya.
Dimensi dan Elemen Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi dan beberapa elemen di dalamnya.
Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia
Pelajar Pancasila mengimani dan mengamalkan nilai dan ajaran agama/kepercayaannya. Hal ini
diwujudkan dalam akhlak yang baik pada diri sendiri, sesama manusia, alam, dan negara Indonesia
(nasionalisme).
Berkebinekaan global
Pelajar Pancasila mengenal dan mencintai budaya dan negaranya (nasionalisme), menghargai budaya
lain, serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi antar budaya. Mereka juga melakukan refleksi
terhadap pengalaman kebinekaannya, sehingga dapat menyelaraskan perbedaan budaya untuk
mewujudkan masyarakat inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Mandiri
Pelajar Pancasila memiliki pemahaman terhadap diri dan situasi yang dihadapi, serta regulasi diri untuk
mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Bergotong royong
Pelajar Pancasila melakukan kolaborasi yang dibangun atas dasar kemanusiaan dan kepedulian
kepada bangsa dan negara, sehingga dapat berbagi kepada sesama.
Bernalar kritis
Pelajar Pancasila yang bernalar kritis menganalisa dan mengevaluasi semua informasi maupun
gagasan yang diperoleh dengan baik. Mereka juga mampu mengevaluasi dan merefleksi penalaran
dan pemikirannya sendiri.
Kreatif
Pelajar Pancasila yang kreatif adalah pelajar yang bisa menghasilkan gagasan, karya, dan tindakan
yang orisinal. Mereka juga memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan.
Lihat Capaian per Fase
Prinsip Dasar
Akhlak beragama
Fase D
Mengenal dan Mencintai Tuhan Yang Maha Esa
Memahami kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari serta mengaitkan pemahamannya tentang
kualitas atau sifat-sifat Tuhan dengan konsep peran manusia di bumi sebagai makhluk Tuhan yang
bertanggung jawab.
Pemahaman Agama/ Kepercayaan
Memahami makna dan fungsi, unsur-unsur utama agama /kepercayaan dalam konteks Indonesia,
membaca kitab suci, serta memahami ajaran agama/ kepercayaan terkait hubungan sesama manusia
dan alam semesta.
Pelaksanaan Ritual Ibadah
Melaksanakan ibadah secara rutin dan mandiri sesuai dengan tuntunan agama/kepercayaan, serta
berpartisipasi pada perayaan hari-hari besarnya
Akhlak Pribadi
Fase D
Integritas
Berani dan konsisten menyampaikan kebenaran atau fakta serta memahami konsekuensi-
konsekuensinya untuk diri sendiri dan orang lain
Merawat Diri secara Fisik, Mental, dan Spiritual
Mengidentifikasi pentingnya menjaga keseimbangan kesehatan jasmani, mental, dan rohani serta
berupaya menyeimbangkan aktivitas fisik, sosial dan ibadah.
Akhlak kepada manusia
Fase D
Mengutamakan persamaan dengan orang lain dan menghargai perbedaan
Mengenal perspektif dan emosi/perasaan dari sudut pandang orang atau kelompok lain yang tidak
pernah dijumpai atau dikenalnya. Mengutamakan persamaan dan menghargai perbedaan sebagai alat
pemersatu dalam keadaan konflik atau perdebatan.
Berempati kepada orang lain
Memahami perasaan dan sudut pandang orang dan/atau kelompok lain yang tidak pernah dikenalnya.
Akhlak kepada alam
Fase D
Memahami Keterhubungan Ekosistem Bumi
Memahami konsep sebab-akibat di antara berbagai ciptaan Tuhan dan mengidentifikasi berbagai
sebab yang mempunyai dampak baik atau buruk, langsung maupun tidak langsung, terhadap alam
semesta.
Menjaga Lingkungan Alam Sekitar
Mewujudkan rasa syukur dengan berinisiatif untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan alam
sekitarnya dengan mengajukan alternatif solusi dan mulai menerapkan solusi tersebut.
Akhlak bernegara
Fase D
Melaksanakan Hak dan Kewajiban sebagai Warga Negara Indonesia
Menganalisa peran, hak, dan kewajiban sebagai warga negara, memahami perlunya mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi sebagai wujud dari keimanannya kepada Tuhan YME.
Mengenal dan menghargai budaya
Fase D
Mendalami budaya dan identitas budaya
Menjelaskan perubahan budaya seiring waktu dan sesuai konteks, baik dalam skala lokal, regional,
dan nasional. Menjelaskan identitas diri yang terbentuk dari budaya bangsa.
Mengeksplorasi dan membandingkan pengetahuan budaya, kepercayaan, serta praktiknya
Memahami dinamika budaya yang mencakup pemahaman, kepercayaan, dan praktik keseharian
dalam konteks personal dan sosial.
Menumbuhkan rasa menghormati terhadap keanekaragaman budaya
Memahami pentingnya melestarikan dan merayakan tradisi budaya untuk mengembangkan identitas
pribadi, sosial, dan bangsa Indonesia serta mulai berupaya melestarikan budaya dalam kehidupan
sehari-hari.
Komunikasi dan interaksi antar budaya
Fase D
Berkomunikasi antar budaya
Mengeksplorasi pengaruh budaya terhadap penggunaan bahasa serta dapat mengenali risiko dalam
berkomunikasi antar budaya.
Mempertimbangkan dan menumbuhkan berbagai perspektif
Menjelaskan asumsi-asumsi yang mendasari perspektif tertentu. Membayangkan dan mendeskripsikan
perasaan serta motivasi komunitas yang berbeda dengan dirinya yang berada dalam situasi yang sulit.
Refleksi dan bertanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan
Fase D
Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan
Merefleksikan secara kritis gambaran berbagai kelompok budaya yang ditemui dan cara meresponnya.
Menghilangkan stereotip dan prasangka
Mengkonfirmasi, mengklarifikasi dan menunjukkan sikapmenolak stereotip serta prasangka tentang
gambaran identitas kelompok dan suku bangsa.
Menyelaraskan perbedaan budaya
Mengidentifikasi dan menyampaikan isu-isu tentang penghargaan terhadap keragaman dan kesetaraan
budaya.
Refleksi dan bertanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan
Fase D
Refleksi terhadap pengalaman kebinekaan
Merefleksikan secara kritis gambaran berbagai kelompok budaya yang ditemui dan cara meresponnya.
Menghilangkan stereotip dan prasangka
Mengkonfirmasi, mengklarifikasi dan menunjukkan sikapmenolak stereotip serta prasangka tentang
gambaran identitas kelompok dan suku bangsa.
Menyelaraskan perbedaan budaya
Mengidentifikasi dan menyampaikan isu-isu tentang penghargaan terhadap keragaman dan kesetaraan
budaya.
Berkeadilan Sosial
Fase D
Aktif membangun masyarakat yang inklusif, adil, dan berkelanjutan
Mengidentifikasi masalah yang ada di sekitarnya sebagai akibat dari pilihan yang dilakukan oleh
manusia, serta dampak masalah tersebut terhadap sistem ekonomi, sosial dan lingkungan, serta
mencari solusi yang memperhatikan prinsip-prinsip keadilan terhadap manusia, alam dan masyarakat
Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama
Berpartisipasi dalam menentukan kriteria dan metode yang disepakati bersama untuk menentukan
pilihan dan keputusan untuk kepentingan bersama melalui proses bertukar pikiran secara cermat dan
terbuka dengan panduan pendidik
Memahami peran individu dalam demokrasi
Memahami konsep hak dan kewajiban serta implikasinya terhadap ekspresi dan perilakunya. Mulai
aktif mengambil sikap dan langkah untuk melindungi hak orang/kelompok lain.
Kolaborasi
Fase D
Kerja sama
Menyelaraskan tindakan sendiri dengan tindakan orang lain untuk melaksanakan kegiatan dan
mencapai tujuan kelompok di lingkungan sekitar, serta memberi semangat kepada orang lain untuk
bekerja efektif dan mencapai tujuan bersama.
Komunikasi untuk mencapai tujuan bersama
Memahami informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan keprihatinan yang diungkapkan oleh orang
lain menggunakan berbagai simbol dan media secara efektif, serta memanfaatkannya untuk
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal guna mencapai tujuan bersama.
Saling-ketergantungan positif
Mendemonstrasikan kegiatan kelompok yang menunjukkan bahwa anggota kelompok dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing perlu dan dapat saling membantu memenuhi kebutuhan.
Koordinasi Sosial
Membagi peran dan menyelaraskan tindakan dalam kelompok serta menjaga tindakan agar selaras
untuk mencapai tujuan bersama.
Kepedulian
Fase D
Tanggap terhadap lingkungan Sosial
Tanggap terhadap lingkungan sosial sesuai dengan tuntutan peran sosialnya dan berkontribusi sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Persepsi sosial
Menggunakan pengetahuan tentang sebab dan alasan orang lain menampilkan reaksi tertentu untuk
menentukan tindakan yang tepat agar orang lain menampilkan respon yang diharapkan.
Berbagi
Fase D
#N/A
Mengupayakan memberi hal yang dianggap penting dan berharga kepada masyarakat yang
membutuhkan bantuan di sekitar tempat tinggal
Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi
Fase D
Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang dihadapi
Membuat penilaian yang realistis terhadap kemampuan dan minat , serta prioritas pengembangan diri
berdasarkan pengalaman belajar dan aktivitas lain yang dilakukannya.
Mengembangkan refleksi diri
Memonitor kemajuan belajar yang dicapai serta memprediksi tantangan pribadi dan akademik yang
akan muncul berlandaskan pada pengalamannya untuk mempertimbangkan strategi belajar yang
sesuai.
Regulasi Diri
Fase D
Regulasi emosi
Memahami dan memprediksi konsekuensi dari emosi dan pengekspresiannya dan menyusun langkah-
langkah untuk mengelola emosinya dalam pelaksanaan belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya
Merancang strategi yang sesuai untuk menunjang pencapaian tujuan belajar, prestasi, dan
pengembangan diri dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dirinya, serta situasi yang
dihadapi.
Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri
Mengkritisi efektivitas dirinya dalam bekerja secara mandiri dengan mengidentifikasi hal-hal yang
menunjang maupun menghambat dalam mencapai tujuan.
Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri
Berkomitmen dan menjaga konsistensi pencapaian tujuan yang telah direncanakannya untuk mencapai
tujuan belajar dan pengembangan diri yang diharapkannya
Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif
Membuat rencana baru dengan mengadaptasi, dan memodifikasi strategi yang sudah dibuat ketika
upaya sebelumnya tidak berhasil, serta menjalankan kembali tugasnya dengan keyakinan baru.
Regulasi Diri
Fase D
Regulasi emosi
Memahami dan memprediksi konsekuensi dari emosi dan pengekspresiannya dan menyusun langkah-
langkah untuk mengelola emosinya dalam pelaksanaan belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya
Merancang strategi yang sesuai untuk menunjang pencapaian tujuan belajar, prestasi, dan
pengembangan diri dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dirinya, serta situasi yang
dihadapi.
Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri
Mengkritisi efektivitas dirinya dalam bekerja secara mandiri dengan mengidentifikasi hal-hal yang
menunjang maupun menghambat dalam mencapai tujuan.
Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri
Berkomitmen dan menjaga konsistensi pencapaian tujuan yang telah direncanakannya untuk mencapai
tujuan belajar dan pengembangan diri yang diharapkannya
Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif
Membuat rencana baru dengan mengadaptasi, dan memodifikasi strategi yang sudah dibuat ketika
upaya sebelumnya tidak berhasil, serta menjalankan kembali tugasnya dengan keyakinan baru
Regulasi Diri
Fase D
Regulasi emosi
Memahami dan memprediksi konsekuensi dari emosi dan pengekspresiannya dan menyusun langkah-
langkah untuk mengelola emosinya dalam pelaksanaan belajar dan berinteraksi dengan orang lain.
Penetapan tujuan belajar, prestasi, dan pengembangan diri serta rencana strategis untuk mencapainya
Merancang strategi yang sesuai untuk menunjang pencapaian tujuan belajar, prestasi, dan
pengembangan diri dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan dirinya, serta situasi yang
dihadapi.
Menunjukkan inisiatif dan bekerja secara mandiri
Mengkritisi efektivitas dirinya dalam bekerja secara mandiri dengan mengidentifikasi hal-hal yang
menunjang maupun menghambat dalam mencapai tujuan.
Mengembangkan pengendalian dan disiplin diri
Berkomitmen dan menjaga konsistensi pencapaian tujuan yang telah direncanakannya untuk mencapai
tujuan belajar dan pengembangan diri yang diharapkannya
Percaya diri, tangguh (resilient), dan adaptif
Membuat rencana baru dengan mengadaptasi, dan memodifikasi strategi yang sudah dibuat ketika
upaya sebelumnya tidak berhasil, serta menjalankan kembali tugasnya dengan keyakinan baru.
Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan
Fase D
Mengajukan pertanyaan
Mengajukan pertanyaan untuk klarifikasi dan interpretasi informasi, serta mencari tahu penyebab dan
konsekuensi dari informasi tersebut.
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan
Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan menganalisis informasi yang relevan serta memprioritaskan
beberapa gagasan tertentu.
Menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya
Fase D
#N/A
Membuktikan penalaran dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu simpulan atau keputusan.
Refleksi pemikiran dan proses berpikir
Fase D
Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
Menjelaskan asumsi yang digunakan, menyadari kecenderungan dan konsekuensi bias pada
pemikirannya, serta berusaha mempertimbangkan perspektif yang berbeda.
Menghasilkan gagasan yang orisinal
Fase D
#N/A
Menghubungkan gagasan yang ia miliki dengan informasi atau gagasan baru untuk menghasilkan
kombinasi gagasan baru dan imajinatif untuk mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya.
Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
Fase D
#N/A
Mengeksplorasi dan mengekspresikan pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk karya dan/atau
tindakan, serta mengevaluasinya dan mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain
Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan
Fase D
#N/A
Menghasilkan solusi alternatif dengan mengadaptasi berbagai gagasan dan umpan balik untuk
menghadapi situasi dan permasalahan

Pengertian Capaian Pembelajaran


Capaian Pembelajaran (CP) merupakan kompetensi pembelajaran yang harus dicapai murid pada
setiap fase perkembangan, yang dimulai dari fase Fondasi pada PAUD. Capaian Pembelajaran
mencakup sekumpulan kompetensi dan lingkup materi, yang disusun secara komprehensif dalam
bentuk narasi. Capaian pembelajaran memuat sekumpulan kompetensi dan lingkup materi yang
disusun secara komprehensif dalam bentuk narasi.
Capaian Pembelajaran untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) terdiri atas satu fase, yaitu fase
Fondasi.
Capaian Pembelajaran untuk pendidikan dasar dan menengah terdiri dari 6 fase (A–F), atau tahapan
yang meliputi seluruh jenjang pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
SMK/MAK, SDLB, SMPLB, SMALB, Paket A, Paket B, dan Paket C). Capaian Pembelajaran untuk
pendidikan dasar dan menengah juga disusun untuk setiap mata pelajaran.
Murid berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual dapat menggunakan CP pendidikan khusus.
Sementara itu, murid berkebutuhan khusus tanpa hambatan intelektual dapat menggunakan CP umum
dengan menerapkan prinsip modifikasi kurikulum.

Konsep Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran adalah deskripsi pencapaian tiga aspek kompetensi, yakni pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, yang diperoleh murid dalam satu atau lebih kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran disusun dengan memperhatikan eviden atau bukti yang dapat diamati dan diukur
pada murid, sehingga murid dapat dinyatakan mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Penulisan tujuan pembelajaran sebaiknya memuat 2 komponen utama, yaitu kompetensi dan lingkup
materi.
1. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan yang perlu didemonstrasikan oleh murid untuk menunjukkan
dirinya telah berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan guru
dalam menyusun tujuan pembelajaran, antara lain:
 Secara konkret, kemampuan apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?
 Tahap berpikir apa yang perlu didemonstrasikan oleh murid?
2. Lingkup materi
Lingkup materi merupakan konten dan konsep utama yang perlu dipahami pada akhir satu unit
pembelajaran. Pertanyaan panduan yang bisa digunakan guru dalam menyusun tujuan pembelajaran,
antara lain:
 Hal apa saja yang perlu dipelajari murid dari suatu konsep besar yang dinyatakan dalam CP?
 Apakah lingkungan sekitar dan kehidupan keseharian murid dapat digunakan sebagai konteks untuk
mempelajari konten dalam CP? (misal: proses pengolahan hasil panen digunakan sebagai konteks
untuk belajar tentang persamaan linear di SMA)
Contoh Capaian Pembelajaran:
Menganalisis hubungan antara kegiatan manusia dengan perubahan alam di permukaan bumi
dan menarik kesimpulan penyebab-penyebab utamanya (akhlak kepada alam).
Catatan:
 Kompetensi (kata kerja yang menunjukkan keterampilan/aksi) –> menganalisis, menarik kesimpulan
 Konten (materi yang dipelajari) —> hubungan kegiatan manusia dengan perubahan alam (akhlak
kepada alam)
Konsep Alur Tujuan Pembelajaran (ATP)
Jika Capaian Pembelajaran adalah kompetensi yang diharapkan dapat dicapai murid di akhir fase,
maka Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) adalah rangkaian tujuan pembelajaran yang tersusun secara
sistematis dan logis di dalam fase pembelajaran.
 Alur menjadi panduan guru dan murid untuk mencapai Capaian Pembelajaran di akhir suatu fase.
 Tujuan pembelajaran disusun secara kronologis berdasarkan urutan pembelajaran dari waktu ke
waktu.
 Guru dapat menyusun ATP masing-masing, yang terdiri dari rangkaian tujuan pembelajaran.
 Pemerintah akan menyediakan beberapa contoh ATP yang bisa langsung digunakan atau dimodifikasi,
dan membuat panduan untuk penyusunan perangkat ajar.
Konsep dan Komponen Modul Ajar
Konsep Modul Ajar
 Modul ajar merupakan salah satu jenis perangkat ajar yang memuat rencana pelaksanaan
pembelajaran, untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran mencapai Capaian Pembelajaran
(CP).
 Jika satuan pendidikan menggunakan modul ajar yang disediakan pemerintah, maka modul ajar
tersebut dapat dipadankan dengan RPP Plus, karena modul ajar tersebut memiliki komponen yang
lebih lengkap dibanding RPP.
 Jika satuan pendidikan mengembangkan modul ajar secara mandiri, maka modul ajar tersebut dapat
dipadankan dengan RPP.
 Satuan pendidikan dapat menggunakan berbagai perangkat ajar, termasuk modul ajar atau RPP,
dengan kelengkapan komponen dan format yang beragam sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan
murid.
Tujuan Pengembangan Modul Ajar
Pengembangan modul ajar bertujuan untuk menyediakan perangkat ajar yang dapat memandu guru
melaksanakan pembelajaran.
Dalam penggunaannya, guru memiliki kemerdekaan untuk:
 Memilih atau memodifikasi modul ajar yang sudah disediakan pemerintah untuk menyesuaikan dengan
karakteristik murid, atau
 Menyusun sendiri modul ajar sesuai dengan karakteristik murid
Kriteria yang harus dimiliki modul ajar adalah:
1. Esensial: pemahaman konsep dari setiap mata pelajaran melalui pengalaman belajar dan lintas
disiplin.
2. Menarik, bermakna, dan menantang: menumbuhkan minat belajar dan melibatkan murid secara aktif
dalam proses belajar; berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya
sehingga tidak terlalu kompleks, namun juga tidak terlalu mudah untuk tahap usianya.
3. Relevan dan kontekstual: berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
sebelumnya, serta sesuai dengan konteks waktu dan lingkungan murid.
4. Berkesinambungan: keterkaitan alur kegiatan pembelajaran sesuai dengan fase belajar murid.
Komponen Modul Ajar
 Modul ajar sekurang-kurangnya berisi tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran (yang mencakup
media pembelajaran yang akan digunakan), asesmen, serta informasi dan referensi belajar lainnya
yang dapat membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran.
 Komponen modul ajar bisa ditambahkan sesuai dengan mata pelajaran dan kebutuhannya.
 Guru di satuan pendidikan diberi kebebasan untuk mengembangkan komponen dalam modul ajar
sesuai dengan konteks lingkungan dan kebutuhan belajar murid.
Komponen inti modul ajar dapat diuraikan sebagai berikut:
Komponen inti modul ajar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan pembelajaran
 Tujuan pembelajaran harus mencerminkan hal-hal penting dari pembelajaran dan harus bisa
diuji dengan berbagai bentuk asesmen sebagai bentuk dari unjuk pemahaman.
 Tujuan pembelajaran akan menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang digunakan,
kesesuaian dengan keberagaman murid, dan metode asesmen yang digunakan.
 Tujuan pembelajaran pun bisa mencakup berbagai bentuk, mulai dari pengetahuan (fakta dan
informasi), prosedural, pemahaman konseptual, pemikiran dan penalaran keterampilan, serta
kolaborasi dan strategi komunikasi.
2. Kegiatan pembelajaran
 Mencakup urutan kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk langkah-langkah konkret, yang
disertakan opsi/pembelajaran alternatif dan langkah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan
belajar murid.
 Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara berurutan sesuai dengan durasi waktu yang
direncanakan, dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup berbasis metode
pembelajaran aktif.
3. Rencana asesmen
 Rencana asesmen mencakup instrumen serta cara melakukan penilaian. Kriteria pencapaian
harus ditentukan dengan jelas sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
 Asesmen dapat berupa asesmen formatif maupun asesmen sumatif. Namun, kedua jenis
asesmen ini tidak harus selalu digunakan dalam modul ajar, melainkan dapat disesuaikan
tergantung pada cakupan tujuan pembelajaran dan kebutuhan murid.
 Dalam merencanakan asesmen, guru juga perlu memahami salah satu prinsip asesmen dalam
Kurikulum Merdeka adalah mendorong penggunaan berbagai bentuk asesmen, bukan hanya
tes tertulis. Hal ini dilakukan agar pembelajaran bisa lebih terfokus pada kegiatan yang
bermakna, serta informasi atau umpan balik dari asesmen tentang kemampuan murid juga
menjadi lebih kaya dan bermanfaat dalam proses perancangan pembelajaran berikutnya.
Prinsip Pembelajaran dan Asesmen
Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara murid, guru, dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran dirancang dengan mempertimbangkan tahap perkembangan dan tingkat pencapaian
murid, sesuai dengan kebutuhan belajar, serta mencerminkan karakteristik dan perkembangan murid
yang beragam. Dengan demikian, pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
Contoh:
o Pada awal tahun ajaran, guru berusaha mencari tahu kesiapan belajar murid dan pencapaian
sebelumnya. Misal: melalui dialog dengan murid, sesi diskusi kelompok kecil, tanya jawab, pengisian
survei/angket, dan/atau metode lainnya yang sesuai.
o Guru merancang atau memilih ATP sesuai dengan tahap perkembangan murid, atau mengacu ke
tahap awal. Guru bisa menggunakan atau mengadaptasi contoh tujuan pembelajaran, ATP, dan modul
ajar yang disediakan oleh Kemendikbudristek.
2. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan untuk membangun kapasitas murid menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Contoh:
o Guru mendorong murid untuk melakukan refleksi untuk memahami kekuatan diri dan area yang perlu
dikembangkan.
o Guru senantiasa memberikan umpan balik langsung yang mendorong kemampuan murid untuk terus
belajar dan mengeksplorasi ilmu pengetahuan.
3. Proses pembelajaran mendukung perkembangan kompetensi dan karakter murid secara holistik.
Contoh:
o Guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi dan untuk membantu murid
mengembangkan kompetensi. Misal: belajar berbasis inkuiri, berbasis projek, berbasis masalah, dan
pembelajaran terdiferensiasi.
o Guru merefleksikan proses dan sikapnya untuk memberi keteladanan dan sumber inspirasi positif bagi
murid.
4. Pembelajaran yang relevan, yaitu pembelajaran yang dirancang sesuai konteks, lingkungan, dan
budaya murid, serta melibatkan orang tua dan komunitas sebagai mitra.
Contoh:
o Guru menyelenggarakan pembelajaran sesuai kebutuhan dan dikaitkan dengan dunia nyata,
lingkungan, dan budaya yang menarik minat murid.
o Guru merancang pembelajaran interaktif untuk memfasilitasi interaksi yang terencana, terstruktur,
terpadu, dan produktif antara guru dan murid, sesama murid, serta antara murid dan materi belajar.
5. Pembelajaran berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
Contoh:
o Guru berupaya untuk mengintegrasikan prinsip kehidupan keberlanjutan (sustainable living) pada
berbagai kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai dan perilaku yang menunjukkan
kepedulian terhadap lingkungan dan masa depan bumi. Misal: menggunakan sumber daya secara bijak
(hemat air, listrik, dll.), mengurangi sampah.
o Guru memotivasi murid untuk menyadari bahwa masa depan adalah milik mereka, sehingga mereka
perlu mengambil peran dan tanggung jawab untuk masa depan mereka.
Prinsip Asesmen
Asesmen atau penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar murid. Prinsip asesmen adalah sebagai berikut:
1. Asesmen merupakan bagian terpadu dari proses pembelajaran, fasilitasi pembelajaran, dan
penyediaan informasi yang holistik, sebagai umpan balik untuk guru, murid, dan orang tua/wali agar
dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
Contoh:
o Guru menguatkan asesmen di awal pembelajaran yang digunakan untuk merancang pembelajaran
sesuai dengan kesiapan murid.
o Guru merencanakan pembelajaran dengan merujuk pada tujuan yang hendak dicapai dan memberikan
umpan balik agar murid menentukan langkah untuk perbaikan ke depannya.
2. Asesmen dirancang dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk
menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran.
Contoh:
o Guru memikirkan tujuan pembelajaran pada saat merencanakan asesmen dan memberikan kejelasan
pada murid mengenai tujuan asesmen di awal pembelajaran.
o Guru menggunakan teknik asesmen yang beragam sesuai dengan fungsi dan tujuan asesmen. Hasil
dari asesmen formatif digunakan untuk umpan balik pembelajaran, sementara hasil dari asesmen
sumatif digunakan untuk pelaporan hasil belajar.
3. Asesmen dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan
kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah selanjutnya, dan sebagai dasar untuk
menyusun program pembelajaran yang sesuai ke depannya.
Contoh:
o Guru menyediakan waktu dan durasi yang cukup agar asesmen menjadi sebuah proses pembelajaran
dan bukan hanya untuk kepentingan menguji.
o Guru menentukan kriteria sukses dan menyampaikannya pada murid, sehingga mereka memahami
ekspektasi yang perlu dicapai.
4. Laporan kemajuan belajar dan pencapaian murid bersifat sederhana dan informatif, memberikan
informasi yang bermanfaat tentang karakter dan kompetensi yang dicapai, serta strategi tindak lanjut.
Contoh:
o Guru menyusun laporan kemajuan belajar secara ringkas, mengutamakan informasi yang paling
penting untuk dipahami oleh murid dan orang tua.
o Guru memberikan umpan balik secara berkala kepada murid dan mendiskusikan tindak lanjutnya
bersama-sama, serta melibatkan orang tua.
5. Hasil asesmen digunakan oleh murid, guru, tenaga kependidikan, dan orang tua/wali sebagai bahan
refleksi untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Contoh:
o Guru menyediakan waktu untuk membaca, menganalisis, dan melakukan refleksi hasil asesmen.

o Guru menggunakan hasil asesmen sebagai bahan diskusi untuk menentukan hal-hal yang sudah
berjalan baik dan area yang perlu diperbaiki.
o Satuan pendidikan memiliki strategi agar hasil asesmen digunakan sebagai refleksi oleh murid, guru,
tenaga kependidikan, dan orang tua untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen Formatif dan Sumatif
Sesuai dengan tujuannya, asesmen dapat dibedakan menjadi asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Definisi Asesmen Formatif
 Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran,
serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, asesmen formatif
dapat dilakukan di awal dan di sepanjang proses pembelajaran.
 Melalui asesmen ini, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, hambatan atau kesulitan
yang mereka hadapi, serta untuk mendapatkan informasi perkembangan murid. Informasi tersebut
kemudian dijadikan umpan balik baik bagi murid maupun guru.
 Bagi murid, asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan memonitor kemajuan belajarnya,
tantangan yang dialaminya, serta langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus
capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
 Bagi guru, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya,
serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen
ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar muridnya.
 Agar asesmen dapat bermanfaat bagi murid dan guru, beberapa hal yang perlu diperhatilan guru dalam
merancang asesmen formatif di antaranya adalah sebagai berikut:
o Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk tujuan
pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan
kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.
o Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen
dikategorikan sebagai asesmen formatif jika tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses
belajar.
o Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung
sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
o Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen
tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
o Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada guru
tentang kesiapan belajar murid. Berdasarkan asesmen ini, guru perlu menyesuaikan/memodifikasi
rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan murid.
o Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang
masih perlu ditingkatkan oleh murid, serta mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan,
karya, atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah
angka.
Definisi Asesmen Sumatif
Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai
pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil
belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini (PAUD), asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui
capaian perkembangan murid dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau
kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian
pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup
materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir
fase. Sementara khusus pada akhir semester, asesmen sumatif bersifat pilihan.
 Asesmen sumatif bisa dilakukan pada akhir semester jika guru merasa masih memerlukan konfirmasi
atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar murid. Sebaliknya, jika guru merasa
bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu lagi
dilakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, guru
dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat
menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau
membuat portofolio).
 Umpan balik dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan
murid, untuk memandu guru merancang aktivitas pada pembelajaran berikutnya.
Pada Kurikulum Merdeka, guru diharapkan untuk lebih banyak mengutamakan asesmen formatif, untuk
mendapatkan umpan balik dan mengetahui perkembangan murid. Namun, asesmen sumatif juga tetap
digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Teknik Asesmen
Setelah tujuan dirumuskan, guru memilih dan/atau mengembangkan instrumen asesmen yang sesuai.
1. Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru.
Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan asesmen
formatif maupun sumatif:
1. Observasi
Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala.
Observasi dapat difokuskan untuk semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan
dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
2. Kinerja
Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke
dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa
praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.
3. Projek
Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
4. Tes tertulis
Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh
informasi tentang kemampuan murid. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau
bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.
5. Tes lisan
Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat
diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.
6. Penugasan
Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi murid memperoleh
atau meningkatkan pengetahuan.
7. Portofolio
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid dalam bidang tertentu, yang
mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

Prinsip Dasar

Tentang Mata Pelajaran


Rasional
Matematika merupakan ilmu atau pengetahuan tentang belajar atau berpikir logis yang sangat
dibutuhkan manusia untuk hidup yang mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika
mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Matematika dipandang sebagai materi pembelajaran yang harus dipahami sekaligus sebagai alat
konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi tersebut, mengasah, dan melatih
kecakapan berpikir yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan. Belajar
matematika dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif. Kompetensi tersebut diperlukan agar pebelajar memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,
penuh dengan ketidakpastian, dan bersifat kompetitif. Mata Pelajaran Matematika membekali peserta
didik tentang cara berpikir, bernalar, dan berlogika melalui aktivitas mental tertentu yang membentuk
alur berpikir berkesinambungan dan berujung pada pembentukan alur pemahaman terhadap materi
pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, relasi, masalah, dan solusi matematis
tertentu yang bersifat formal-universal. Proses mental tersebut dapat memperkuat disposisi peserta
didik untuk merasakan makna dan manfaat matematika dan belajar matematika serta nilai-nilai moral
dalam belajar Mata Pelajaran Matematika, meliputi kebebasan, kemahiran, penaksiran, keakuratan,
kesistematisan, kerasionalan, kesabaran, kemandirian, kedisiplinan, ketekunan, ketangguhan,
kepercayaan diri, keterbukaan pikiran, dan kreativitas. Dengan demikian relevansinya dengan profil
pelajar Pancasila, Mata Pelajaran Matematika ditujukan untuk mengembangkan kemandirian,
kemampuan bernalar kritis, dan kreativitas peserta didik. Adapun materi pembelajaran pada Mata
Pelajaran Matematika di setiap jenjang pendidikan dikemas melalui bidang kajian Bilangan, Aljabar,
Pengukuran, Geometri, Analisis Data dan Peluang.

Tujuan Belajar Matematika
Mata Pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. memahami materi
pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis dan
mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis
(pemahaman matematis), 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika (penalaran dan pembuktian matematis), 3. memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau
menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis). 4. mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta
menyajikan suatu situasi kedalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi
matematis), 5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan
relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan (koneksi matematis), dan 6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(disposisi matematis).
Baca lebih sedikit
Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen konten dan lima elemen
kecakapan. 1. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa
matematika sebagai materi pembelajaran (subject matter) yang harus dipahami peserta didik.
2.Elemen kecakapan dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa matematika
sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi pembelajaran matematika
berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir dan alur pemahaman yang dapat
mengembangkan kecakapan-kecakapan.
Baca lebih sedikit

Anda mungkin juga menyukai