Pembelajaran sesuai tahap capaian belajar murid (teaching at the right level) adalah pendekatan
belajar yang berpusat pada kesiapan belajar murid, bukan pada tingkatan kelas.
Apa tujuan pembelajaran ini?
Sebagai bentuk implementasi filosofi ajar Ki Hadjar Dewantara yang berpusat pada murid
Menguatkan kompetensi numerasi dan literasi murid
Agar setiap murid mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan
Bagaimana pembelajaran dilakukan?
Murid dalam fase perkembangan yang sama bisa memiliki tingkat pemahaman dan kesiapan yang
berbeda. Karena itu, pada model pembelajaran ini, cara dan materi pembelajaran divariasikan
berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan murid.
Apa itu fase perkembangan?
Fase atau tingkatan perkembangan adalah capaian pembelajaran yang harus dicapai murid, yang
disesuaikan dengan karakteristik, potensi, serta kebutuhannya.
SD, SMP, SMA, SMK (MI, MTs, MA, MAK)
Fase A: SD/MI kelas 1–2
Fase B: SD/MI kelas 3–4
Fase C: SD/MI kelas 5–6
Fase D: SMP/MTs kelas 7–9
Fase E: SMA/MA, SMK/MAK kelas 10
Fase F: SMA/MA, SMK/MAK kelas 11–12
Sekolah Luar Biasa
Fase A: usia mental ≤ 7 tahun
Fase B: usia mental ± 8 tahun
Fase C: usia mental ± 8 tahun
Fase D: usia mental ± 9 tahun
Fase E: usia mental ± 10 tahun
Fase F: usia mental ± 10 tahun
Sinkronisasi Jenjang, Usia Mental, dan Usia Kronologis
Fase A
Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 1–2)
Usia kronologis: ≤ 6–8 tahun
Usia mental: ≤ 7 tahun
Fase B
Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 3–4)
Usia kronologis: 9–10 tahun
Usia mental: ± 8 tahun
Fase C
Jenjang/kelas: SD/MI (kelas 5–6)
Usia kronologis: 11–12 tahun
Usia mental: ± 8 tahun
Fase D
Jenjang/kelas: SMP/MTs (kelas 7–9)
Usia kronologis: 13–15 tahun
Usia mental: ± 9 tahun
Fase E
Jenjang/kelas: SMA/MA, SMK/MAK (kelas 10)
Usia kronologis: 16–17 tahun
Usia mental: ± 10 tahun
Fase F
Jenjang/kelas: SMA/MA, SMK/MAK (kelas 11–12)
Usia kronologis: 17–23 tahun
Usia mental: ± 10 tahun
Bagaimana cara menentukan kemajuan hasil belajar?
Kemajuan hasil belajar murid dilakukan melalui evaluasi pembelajaran atau asesmen. Murid yang
belum mencapai capaian pembelajaran akan mendapatkan pendampingan agar mencapai capaian
pembelajarannya.
Bagaimana tahapan pelaksanaan pembelajaran dan asesmen?
Perencanaan
Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, yang mencakup rencana asesmen formatif yang
akan dilakukan di awal pembelajaran dan asesmen sumatif di akhir pembelajaran.
Asesmen Awal Pembelajaran
Asesmen awal bertujuan untuk untuk menilai kesiapan masing-masing murid untuk mempelajari materi
yang telah dirancang.
Dengan demikian, guru bisa melakukan pengelompokkan murid berdasarkan tingkat kesiapan yang
sama.
Pembelajaran
Selama proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen formatif secara berkala.
Di akhir proses pembelajaran, guru akan mengadakan asesmen sumatif sebagai proses evaluasi
ketercapaian tujuan pembelajaran. Asesmen ini juga bisa digunakan sebagai asesmen awal pada
pembelajaran berikutnya.
Pengorganisasian Pelaksanaan Pembelajaran
Untuk mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka, pengorganisasian pembelajaran perlu diperbarui.
Salah satu caranya adalah dengan mengatur pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan
satuan pendidikan.
Kewenangan Pemerintah Pusat
1. Struktur kurikulum
2. Profil Pelajar Pancasila
3. Capaian Pembelajaran
4. Prinsip pembelajaran dan asesmen
Kewenangan Satuan Pendidikan
1. Visi, misi, dan tujuan sekolah
2. Kebijakan lokal terkait kurikulum
3. Proses pembelajaran dan asesmen
4. Pengembangan kurikulum operasional di satuan pendidikan
5. Pengembangan perangkat ajar
Struktur Kurikulum Merdeka
PAUD/RA-SMA/MA
SLB
SMK/MAK
KESETARAAN
Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu berbasis kompetensi, pembelajaran
yang fleksibel, dan karakter Pancasila.
Berikut adalah beberapa prinsip pengembangan struktur Kurikulum Merdeka.
Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun, satuan pendidikan bisa
mengembangkan program dan kegiatan tambahan sesuai dengan visi, misi, dan sumber daya yang
tersedia.
Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan guru untuk merancang proses dan
materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.
Sederhana
Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun tetap signifikan. Tujuan, arah
perubahan, dan rancangannya dibuat jelas sehingga mudah dipahami sekolah dan pemangku
kepentingan.
Gotong Royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil kolaborasi puluhan institusi, di antaranya
Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya.
o Guru menggunakan hasil asesmen sebagai bahan diskusi untuk menentukan hal-hal yang sudah
berjalan baik dan area yang perlu diperbaiki.
o Satuan pendidikan memiliki strategi agar hasil asesmen digunakan sebagai refleksi oleh murid, guru,
tenaga kependidikan, dan orang tua untuk meningkatkan mutu pembelajaran.
Asesmen Formatif dan Sumatif
Sesuai dengan tujuannya, asesmen dapat dibedakan menjadi asesmen formatif dan asesmen sumatif.
Definisi Asesmen Formatif
Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran,
serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, asesmen formatif
dapat dilakukan di awal dan di sepanjang proses pembelajaran.
Melalui asesmen ini, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, hambatan atau kesulitan
yang mereka hadapi, serta untuk mendapatkan informasi perkembangan murid. Informasi tersebut
kemudian dijadikan umpan balik baik bagi murid maupun guru.
Bagi murid, asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan memonitor kemajuan belajarnya,
tantangan yang dialaminya, serta langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus
capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang
hayat.
Bagi guru, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya,
serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen
ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar muridnya.
Agar asesmen dapat bermanfaat bagi murid dan guru, beberapa hal yang perlu diperhatilan guru dalam
merancang asesmen formatif di antaranya adalah sebagai berikut:
o Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk tujuan
pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan
kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.
o Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen
dikategorikan sebagai asesmen formatif jika tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses
belajar.
o Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung
sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.
o Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen
tersebut dapat diperoleh dengan cepat.
o Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada guru
tentang kesiapan belajar murid. Berdasarkan asesmen ini, guru perlu menyesuaikan/memodifikasi
rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai
dengan kebutuhan murid.
o Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang
masih perlu ditingkatkan oleh murid, serta mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan,
karya, atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah
angka.
Definisi Asesmen Sumatif
Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai
pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar
penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil
belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini (PAUD), asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui
capaian perkembangan murid dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau
kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian
pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup
materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir
fase. Sementara khusus pada akhir semester, asesmen sumatif bersifat pilihan.
Asesmen sumatif bisa dilakukan pada akhir semester jika guru merasa masih memerlukan konfirmasi
atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar murid. Sebaliknya, jika guru merasa
bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu lagi
dilakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, guru
dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat
menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau
membuat portofolio).
Umpan balik dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan
murid, untuk memandu guru merancang aktivitas pada pembelajaran berikutnya.
Pada Kurikulum Merdeka, guru diharapkan untuk lebih banyak mengutamakan asesmen formatif, untuk
mendapatkan umpan balik dan mengetahui perkembangan murid. Namun, asesmen sumatif juga tetap
digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Teknik Asesmen
Setelah tujuan dirumuskan, guru memilih dan/atau mengembangkan instrumen asesmen yang sesuai.
1. Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru.
Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan asesmen
formatif maupun sumatif:
1. Observasi
Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala.
Observasi dapat difokuskan untuk semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan
dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.
2. Kinerja
Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke
dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa
praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.
3. Projek
Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
4. Tes tertulis
Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh
informasi tentang kemampuan murid. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau
bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.
5. Tes lisan
Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat
diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.
6. Penugasan
Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi murid memperoleh
atau meningkatkan pengetahuan.
7. Portofolio
Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid dalam bidang tertentu, yang
mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.
Prinsip Dasar
Tujuan Belajar Matematika
Mata Pelajaran Matematika bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: 1. memahami materi
pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan relasi matematis dan
mengaplikasikannya secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah matematis
(pemahaman matematis), 2. menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematis dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika (penalaran dan pembuktian matematis), 3. memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematis, menyelesaikan model atau
menafsirkan solusi yang diperoleh (pemecahan masalah matematis). 4. mengomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, serta
menyajikan suatu situasi kedalam simbol atau model matematis (komunikasi dan representasi
matematis), 5. mengaitkan materi pembelajaran matematika berupa fakta, konsep, prinsip, operasi, dan
relasi matematis pada suatu bidang kajian, lintas bidang kajian, lintas bidang ilmu, dan dengan
kehidupan (koneksi matematis), dan 6. memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap kreatif, sabar, mandiri, tekun, terbuka, tangguh, ulet, dan percaya diri dalam pemecahan masalah
(disposisi matematis).
Baca lebih sedikit
Karakteristik Mata Pelajaran Matematika
Mata Pelajaran Matematika diorganisasikan dalam lingkup lima elemen konten dan lima elemen
kecakapan. 1. Elemen konten dalam Mata Pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa
matematika sebagai materi pembelajaran (subject matter) yang harus dipahami peserta didik.
2.Elemen kecakapan dalam mata pelajaran Matematika terkait dengan pandangan bahwa matematika
sebagai alat konseptual untuk mengonstruksi dan merekonstruksi materi pembelajaran matematika
berupa aktivitas mental yang membentuk alur berpikir dan alur pemahaman yang dapat
mengembangkan kecakapan-kecakapan.
Baca lebih sedikit