Anda di halaman 1dari 25

RESUME BAHAN AJAR

PERANGKATAN PEMBELAJARAN (KB 1,2,3 & 4)


TELAAH STANDAR KELULUSAN- KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR
DAN MERANCANG PROGRAM TAHUNAN DAN SEMESTER

Qur'an Hadis-D
Hasbullah

A. URAIAN MATERI
1. Konsep SKL-KI-KD pada kurikulum 2013 dan SKL–Capaian pembelajaran pada
kurikulum Merdeka
a. Konsep SKL KI KD pada Kurikulum 2013
Permendikbudristek No 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah, merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan
Peserta Didik dari hasil pembelajarannya pada akhir Jenjang Pendidikan
Ketiga kriteria tersebut diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa
belajarnya di satuan pendidikan pada suatu jenjang pendidikan. Pada
kurikulum 2013, SKL merupakan acuan utama dalam pengembangan
Kompetensi Inti (KI), selanjutnya KI dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar
(KD). Dan dari KD tersebut kemudian diturunkan menjadi beberapa
Indikator. Rumusan SKL tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 20 Tahun 2016
tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap
tingkat kelas. Artinya ia merupakan operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas
yang harus dimiliki peserta didik pada setiap tingkat kelas atau program yang
menjadi dasar pengembangan KD.
KI mencakup sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan.
Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang seimbang antara
pencapaian hard skills dan soft skills. KI berfungsi sebagai pengintegrasi
muatan pembelajaran, mata pelajaran atau program dalam mencapai SKL
sebagai wujud dari prinsip keterkaitan dan kesinambungan. KD merupakan
kemampuan yang harus diperoleh peserta didik untuk mencapai
Kompetensi Inti melalui pembelajaran yang berisi sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai baik pada aspek sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan dalam mata pelajaran tertentu. KD menjadi rujukan
penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.
sebagaimana rumusan KI dan KD yang juga tertuang dalam: Permendikbud
RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ? IPK atau sering
disebut indikator merupakan ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri
ketercapaian baik ketercapaian pada ranah sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan.

b. Konsep SKL–Capaian pembelajaran pada kurikulum Merdeka


Tujuan Pendidikan yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2013, tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
pelajar mendapatkan pendidikan agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Profil Pelajar Pancasila dapat dinyatakan “Pelajar
Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi
global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”. Dari pernyataan Profil
Pelajar Pancasila tersebut, enam karakter/kompetensi dirumuskan sebagai
dimensi kunci. Keenam dimensi tersebut adalah:
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
2) Berkebinekaan global,
3) Bergotong-royong,
4) Mandiri,
5) Bernalar kritis,
6) Kreatif.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dirumuskan berdasarkan pada tujuan


pendidikan nasional; tingkat perkembangan Peserta Didik; kerangka
kualifikasi nasional Indonesia; dan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan dalam


pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan,
standar tenaga kependidikan, standar sarana prasarana, standar
pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Standar Kompetensi Lulusan terdiri pada pendidikan anak usia dini; pada
Jenjang Pendidikan dasar; dan Pendidikan menengah, termasuk pendidikan
kesetaraan.

SKL yang dalam pendidikan anak usia dini disebut dengan standar tingkat
pencapaian perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :

a. Mengenal dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengenal ajaran
pokok agama, dan menunjukkan sikap menyayangi dirinya, sesama
manusia serta alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa melalui
partisipasi aktif dalam merawat diri dan lingkungannya;
b. Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah, dan
masyarakat, mengetahui dirinya merupakan bagian dari warga Indonesia,
serta mengetahui keberadaan negara lain di dunia;
c. Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai sikap
menghargai keinginan orang lain, dan mampu berinteraksi dengan teman
sebaya;
d. Mengenali serta menghargai kebiasaan dan aturan yang berlaku, serta
memiliki rasa senang terhadap belajar, menghargai usahanya sendiri
untuk menjadi lebih baik, dan memiliki keinginan untuk berusaha
kembali ketika belum berhasil;
e. Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan ekspresi
pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk tindakan sederhana
dan/atau karya yang dapat dihasilkan melalui Kemampuan kognitif,
afektif, rasa seni serta keterampilan motorik halus dan kasarnya;
f. Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu
memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui hubungan sebab
akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh hukum alam;
g. Mampu menyimak, memiliki kesadaran akan pesan teks, alfabet dan
fonemik, memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk menulis,
memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan pertanyaan dan
gagasannya serta mampu menggunakan kemampuan bahasanya untuk
bekerja sama; dan
h. Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran dengan
satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan perbedaan
karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran ruang dan waktu.

Standar Kompetensi Lulusan pada Jenjang Pendidikan Dasar


difokuskan pada:

a) persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang beriman


dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
b) penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan
c) penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi Peserta Didik untuk
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa/paket A/bentuk lain yang
sederajat dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi
yang terdiri dari:
1) Mengenal Tuhan Yang Maha Esa melalui sifat-sifatNya, memahami
ajaran pokok agama/kepercayaan, melaksanakan ibadah dengan
bimbingan, bersikap jujur, menunjukkan perilaku hidup sehat dan
bersih, menyayangi dirinya, sesama manusia serta alam sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, serta taat pada aturan;
2) Mengenal dan mengekspresikan identitas diri dan budayanya,
mengenal dan menghargai keragaman budaya di lingkungannya,
melakukan interaksi antarbudaya, dan mengklarifikasi prasangka
dan stereotip, serta berpartisipasi untuk menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3) Menunjukkan sikap peduli dan perilaku berbagi serta berkolaborasi
antar sesama dengan bimbingan di lingkungan sekitar;
4) Menunjukkan sikap bertanggung jawab sederhana, kemampuan
mengelola pikiran dan perasaan, serta tak bergantung pada orang
lain dalam pembelajaran dan pengembangan diri;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan, membuat
tindakan atau karya kreatif sederhana, dan mencari alternatif
tindakan untuk menghadapi tantangan, termasuk melalui kearifan
lokal;
6) Menunjukkan kemampuan menanya, menjelaskan dan
menyampaikan kembali informasi yang didapat atau masalah yang
dihadapi;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
mencari dan menemukan teks, menyampaikan tanggapan atas
bacaannya, dan mampu menulis pengalaman dan perasaan sendiri;
dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri dan lingkungan terdekat.

Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah


pertama/madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama luar
biasa/paket B/bentuk lain yang sederajat dirumuskan secara terpadu
dalam bentuk deskripsi kompetensi sebagai berikut:

1) Mencintai Tuhan Yang Maha Esa dan memahami kehadiran Tuhan


Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari, memahami ajaran
agama, melaksanakan ibadah secara rutin dan mandiri sesuai dengan
tuntunan agama/kepercayaan, berani menyatakan kebenaran,
menyayangi dirinya, menyadari pentingnya keseimbangan kesehatan
jasmani, mental dan rohani, menghargai sesama manusia, berinisiatif
menjaga alam, serta memahami kewajiban dan hak sebagai warga
Negara.
2) Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai keragaman masyarakat dan budaya nasional, terbiasa
melakukan interaksi antar budaya, menolak stereotip dan
diskriminasi, serta berpartisipasi aktif untuk menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
3) Menunjukkan perilaku terbiasa peduli dan berbagi, serta kemampuan
berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan terdekat dan lingkungan
sekitar;
4) Terbiasa bertanggung jawab, melakukan refleksi, berinisiatif dan
merancang strategi untuk pembelajaran dan pengembangan diri,
serta mampu beradaptasi dan menjaga komitmen untuk meraih
tujuan;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan orisinal,
membuat tindakan atau karya kreatif sesuai kapasitasnya, dan
terbiasa mencari alternatif tindakan dalam menghadapi tantangan;
6) Menunjukkan kemampuan mengidentifikasi informasi yang relevan
atau masalah yang dihadapi, menganalisis, memprioritaskan
informasi yang paling relevan atau alternatif solusi yang paling tepat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menginterpretasikan dan mengintegrasikan teks, untuk
menghasilkan inferensi sederhana, menyampaikan tanggapan atas
informasi, dan mampu menulis pengalaman dan pemikiran dengan
konsep sederhana; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat, dan
masyarakat sekitar.

Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan Jenjang


Pendidikan menengah umum difokuskan pada:

1) persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang beriman


dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia;
2) penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan
3) pengetahuan untuk meningkatkan kompetensi Peserta Didik agar
dapat hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa/ Paket C/bentuk lain yang
sederajat dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi
yang terdiri atas:
1) Menyayangi dirinya, menghargai sesama dan melestarikan alam
semesta sebagai wujud cina kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Menunjukkan sikap religius dan spiritual sesuai ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama secara utuh, rutin melaksanakan ibadah dengan penghayatan,
menegakkan (mengedepankan) integritas dan kejujuran, pembelaan
pada kebenaran, pelestarian alam, menyeimbangkan kesehatan
jasmani, mental, dan rohani, serta pemenuhan kewajiban dan hak
sebagai warga negara;
2) Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai dan menempatkan keragaman masyarakat dan budaya
nasional dan global secara setara dan adil, aktif melakukan interaksi
antarbudaya, menolak stereotip dan diskriminasi, serta berinisiatif
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi,
serta kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan
terdekat, lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
4) Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga
komitmen untuk meraih tujuan;
5) Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang
terdokumentasikan, serta senantiasa mencari alternatif solusi
masalah di lingkungannya;
6) Menunjukkan kemampuan permasalahan dan gagasan dan kompleks,
menyimpulkan hasilnya dan argumen yang mendukung berdasarkan
data yang akurat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
mengevaluasi dan merefleksikan teks untuk menghasilkan inferensi
kompleks menulis ekspositori maupun naratif dengan berbagai sudut
pandang; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat, masyarakat
sekitar, dan masyarakat global.

Adapun Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah


kejuruan/madrasah aliyah kejuruan/bentuk lain yang sederajat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirumuskan secara terpadu dalam
bentuk deskripsi kompetensi yang terdiri atas:

a. Menyayangi dirinya, menghargai sesama dan melestarikan alam semesta


sebagai wujud cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap
religius dan spiritualitas sesuai ajaran agama/kepercayaan yang dianut,
memahami sepenuhnya ajaran agama secara utuh, rutin melaksanakan
ibadah dengan penghayatan, menegakkan (mengedepankan) integritas
dan kejujuran, pembelaan pada kebenaran, pelestarian alam,
menyeimbangkan kesehatan jasmani, mental, dan rohani, serta
pemenuhan kewajiban dan hak sebagai warga negara;
b. Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai dan menempatkan keragaman masyarakat dan budaya
nasional dan global secara setara dan adil, aktif melakukan interaksi
antarbudaya, menolak stereotip dan diskriminasi, serta berinisiatif
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi, serta
kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan terdekat,
lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
d. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga komitmen
untuk meraih tujuan;
e. Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang terdokumentasikan,
serta senantiasa mencari alternatif solusi masalah di lingkungannya;
f. Menunjukkan kemampuan menganalisis permasalahan dan gagasan
yang kompleks, menyimpulkan hasilnya dan menyampaikan argumen
yang mendukung pemikirannya berdasarkan data yang akurat;
g. Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menganalisis teks untuk menghasilkan inferensi, menyampaikan
tanggapan atas informasi, serta menulis ekspositori maupun naratif yang
relevan dengan bidang kejuruannya;
h. Menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah praktis yang relevan dengan bidang
kejuruannya; dan
i. Menunjukkan kemampuan keahlian sesuai dengan kejuruannya untuk
menguatkan kemandirian serta kesiapan memasuki dunia kerja.

c. Karakteristik Perilaku Hasil Belajar sesuai Taksonomi


Taksonomi dimaknai sebagai seperangkat prinsip klasifikasi atau struktur dan
kategori ranah kemampuan tentang perilaku peserta didik yang terbagi ke
dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. untuk mengetahui hasil
belajar dapat dirumuskan dalam tiga kelompok ranah taksonomi.
(1) Sikap (affective) merupakan perilaku, emosi dan perasaan dalam bersikap
dan merasa,
(2) Pengetahuan (cognitive) merupakan kapabilitas intelektual dalam bentuk
pengetahuan atau berpikir,
(3) Keterampilan (psychomotor) merupakan keterampilan manual atau
motorik dalam bentuk melakukan.
I. Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan pertama dalam
perumusan kompetensi lulusan, selanjutnya diikuti dengan rumusan ranah
pengetahuan dan keterampilan.
Ada 5 tahap dalam mengembangkan kemampuan sikap peserta didik
mulai dari
1) menerima;
2) menanggapi atau merespon;
3) menghargai atau memberi nilai;
4) menghayati, mengatur diri, atau internalisasi nilai; dan
5) mengaktualisasikan nilai, menjadikan pola hidup atau karakter.
II. Terdapat 6 perkembangan kognitif, yaitu:
a. C1 (Cognitive 1), mengingat (remember): peserta didik mengingat
kembali pengetahuan dari memorinya;
b. C2, memahami (understand): kemampuan mengkonstruksi makna dari
pesan pembelajaran baik secara lisan, tulisan maupun grafik;
c. C3, menerapkan (apply): penggunaan prosedur dalam situasi yang
diberikan atau situasi baru;
d. C4, menganalisis (analyse): penguraian materi ke dalam bagian- bagian
dan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan satu sama
lainnya dalam keseluruhan struktur;
e. C5, mengevaluasi (evaluate): kemampuan membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar; dan
f. C6, mengkreasi (create): kemampuan menempatkan elemen- elemen
secara bersamaan ke dalam bentuk modifikasi atau mengorganisasikan
elemen-elemen ke dalam pola baru (struktur baru).
III. Pada ranah keterampilan mengarah pada pembentukan keterampilan konkrit
(yang dapat diindera dan lebih bersifat motorik) dan keterampilan abstrak
(yang tidak dapat diindera dan lebih bersifat mental skill seperti kemampuan
menyaji, mengolah, menalar, dan mencipta).
Tahapan Kemampuan Keterampilan Gradasi dari Dyers mulai dari:
1) Mengamati (observing);
2) Menanya (questioning);
3) Mencoba (experimenting);
4) Menalar (associating);
5) Menyaji (communicating); dan
6) Mencipta (creating).
Sedangkan pada keterampilan kongkrit memiliki tahapan dari:
1) Imitasi;
2) Manipulasi;
3) Presisi;
4) Artikulasi;
5) Naturalisasi.
Pembentukan keterampilan konkrit menggunakan gradasi olahan Simpson
dengan tingkatan: persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan gerakan,
mahir, menjadi gerakan alami, dan menjadi gerakan orisinal.
Perilaku hasil belajar merupakan capaian yang bersifat hirarkis, Pada tataran
realita terkadang seorang guru sudah merasa puas dengan capaian kognitif
peserta didik saja dalam pembelajaran.
Dalam Islam terdapat 3 konsep untuk mencapai keutuhan pribadi muslim. 3
Konsep tersebut justru melampaui capaian pada konsep-konsep taksonomi.
Konsep Islam, Iman, dan Ihsan yang merupakan capaian tertinggi dalam
Pembelajaran dalam Islam.
Konsep Islam merupakan amalan lahiriyah yang mencakup syahadat, shalat,
puasa, zakat, dan haji. Saat seseorang melakukan 5 amalan ini, maka orang
tersebut dikatakan sebagai muslim. Pada Konsep Islam terdapat integrasi
kemampuan kognitif dan psikomotorik. Proses pemberian pengetahuan harus
ditindaklanjuti dengan contoh dan pelaksanaan. Dalam Islam, pemahaman yang
dikuatkan dalam pelaksanaan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan. Kesatuan ini menunjukkan betapa dalam Islam hanya paham saja
belum menunjukkan keberhasilan pembelajaran jika tidak sampai
mengimplementasikan.
Tingkatan kedua yaitu Iman, konsep iman merupakan tingkatan afeksi pada
taksonomi bloom. Aspek afektif taksonomi bloom dalam tinjauan ilmu
pendidikan Islam adalah pembinaan sikap mental (mental attitude) yang baik
dan matang. Aspek sikap ini dapat memberikan teladan bukan hanya pada
tataran teoritis. Pada proses pemberian pengetahuan ini harus ditindaklanjuti
dengan contoh yang sebelumnya guru perlu memberikan pengetahuan terlebih
dahulu sebagai landasannya pembelajaran.
Keimanan merupakan sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar paham dan bisa
melakukan. Konsep iman menjadi ruh dalam konsep Islam itu sendiri. Iman
menjadi penentu perbuatan seseorang diterima atau tidak oleh Allah SWT.
c. Hubungan Standar Kelulusan-Kompetensi Inti-Kompetensi Dasar-
Penilaian dan Hasil Belajar
SKL adalah profil kompetensi lulusan yang akan dicapai oleh peserta didik
setelah mempelajari semua mata pelajaran pada jenjang tertentu yang
mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya SKL
diterjemahkan dalam bentuk Kompetensi Inti merupakan tangga pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran dirinci dalam rumusan
Kompetensi Dasar. Kompetensi lulusan, kompetensi inti.

Kompetensi Inti pada ranah pengetahuan (KI-3) memiliki dua dimensi dengan
batasan-batasan yang telah ditentukan pada setiap tingkatnya.
a. Dimensi pertama adalah dimensi perkembangan kognitif (cognitive
process dimension) :

b. Dimensi kedua adalah dimensi pengetahuan (knowledge dimension):


1. Pengetahuan faktual yakni pengetahuan terminologi atau
pengetahuan detail yang spesifik dan elemen.
2. Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks berbentuk klasifikasi, kategori, prinsip dan generalisasi.
3. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana melakukan
sesuatu termasuk pengetahuan keterampilan, algoritma (urutan
langkah-langkah logis pada penyelesaian masalah yang disusun secara
sistematis), teknik, dan metoda seperti langkah-langkah pelaksanaan
wudhu, shalat, dan haji.
4. Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi
(mengetahui dan memahami) yang merupakan tindakan atas dasar
suatu pemahaman meliputi kesadaran dan pengendalian berpikir, serta
penetapan keputusan tentang sesuatu.

Kompetensi Inti pada ranah keterampilan (KI-4) mengandung keterampilan


abstrak dan keterampilan kongkret. Keterampilan abstrak lebih bersifat mental
skill, yang cenderung merujuk pada keterampilan menyaji, mengolah, menalar,
dan mencipta dengan dominan pada kemampuan mental keterampilan berpikir.

Berdasarkan KD dari KI-3 dan KI-4, pendidik dapat mengembangkan proses


pembelajaran dan cara penilaian yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran langsung, sekaligus memberikan dampak pengiring (nurturant
effect) terhadap pencapaian tujuan pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching) yaitu pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial. Keterkaitan antara
SKL, KI, KD dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Melakukan linearisasi antara KI dan KD dari pengetahuan (KI-3), dengan cara:
1) Melihat level kognitif pada KD dan KI, dan
2) Melihat hubungan antara level kognitif dan dimensi pengetahuan.

b. Melakukan linierisasi KD dari KI-3 dan KD dari KI-4;


c. Mengidentifikasi keterampilan yang perlu dikembangkan sesuai rumusan KD
dari KI-4; apakah termasuk keterampilan abstrak atau konkrit.
d. Mengidentifikasi sikap-sikap yang dapat dikembangkan dalam kegiatan yang
dilakukan mengacu pada rumusan KD dari sikap spiritual dan sikap social.
2. Analisis SKL-KI-KD, penilaian dan Hasil Belajar
Analisis SKL KI KD merupakan titik awal perencanaan pembelajaran. Kerangka
berpikir analisis SKL KI KD perlu dipahami agar pembelajaran yang disajikan
berjalan sesuai skema besar pencapaian SKL kurikulum. Berangkat dari cita-cita
dan impian, penerapan kurikulum nasional diterapkan bukan sekedar update
pengetahuan dan keterampilan saja. Namun untuk menyiapkan peserta didik agar
memiliki kompetensi baik sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, maupun
keterampilan agar nantinya unggul dalam persaingan global abad 21 ini.
pengembangan keterampilan abad 21 seperti critical thinking, creative
thinking, collaborating, dan communicating (4C). Keunggulan-keunggulan ini
sudah dicanangkan dan dirumuskan dalam SKL.
Tujuan analisis SKL adalah untuk mengetahui arah capaian setiap peserta didik
dalam menuntaskan pembelajaran yang dilakukan. yang sudah ditetapkan
pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 pada setiap jenjang
pendidikan.
Analisis SKL, KI, dan KD inilah wujud langkah guru meluruskan dan melinierkan
perencanaan pembelajaran untuk pencapaian SKL yang diinginkan. Analisis SKL,
KI, dan KD adalah kegiatan menguraikan keterkaitan SKL, KI, dan KD atas berbagai
bagiannya, menelaah bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk
memperoleh berbagai informasi pedagogis yang berguna untuk membuat
perencanaan pembelajaran yang benar.
Jelas kiranya bahwa silabus dan RPP adalah dokumen yang diturunkan dari KI-KD,
dan KI-KD diturunkan dari SKL satuan pendidikan (SD/MI-SMP/MTs-SMA/MA).
agar silabus dan RPP yang dikembangkan benar-benar akurat mengeksekusi
keinginan SKL, maka perlu ada jaminan linieritas KI-KD terhadap SKL-nya. Analisis
SKL, KI, dan KD inilah penjamin linieritas silabus dan RPP terhadap SKL.
Bagaimana langkah analisis SKL KI KD? Analisis dilakukan melalui dua tahapan,
yakni menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan dengan KI-Keterampilan
dan menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4 Keterampilan.
Pertama, menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan dengan KI-
Keterampilan sbb:
ANALISIS SKL KI
KD
Kompetensi Inti
Kompetensi Inti (Ki) Analisis Dan
(4) 4
3 (Pengetahuan) Rekomendasi
(Keterampilan) KI
1 2 3

memahami, menerapkan, mengolah, KI-3 pengetahuan dan


KI-
dan menganalisis menalar, dan
4 keterampilan adalah
pengetahuan faktual, menyaji dalam
untuk program
konseptual, prosedural, ranah konkret pendidikan 3 tahun.
dan metakognitif dan ranah
berdasarkan rasa ingin abstrak terkait KI-3 dan KI-4 tersebut
tahunya tentang ilmu dengan sesuai menjadi
pengetahuan, teknologi, pengembangan rujukan KD-KD mata

seni, budaya, dan dari yang pelajaran Pendidikan


Agama Islam pada
humaniora dengan dipelajarinya di
kompetensi
wawasan kemanusiaan, sekolah secara
pengetahuan dan
kebangsaan, kenegaraan, mandiri, dan keterampilan kelas X,
dan peradaban terkait mampu XI, dan XII.
penyebab fenomena dan menggunakan
kejadian, serta menerapkan metoda sesuai
pengetahuan prosedural kaidah keilmuan
pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

Kedua, menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4 Keterampilan :


ANALISIS SKL KI
KD
Kompe Komp
Rekom
t ensi e tensi
Analis Analis Rekomen Rekomendasi KD-KD
e
Dasar Dasar i s is d asi KD- pada Mapel
ndasi
Penget Keter KD-3 KD-4 4
KD-3
a huan a
mpila
n
KD-3 KD-4 Tingka Kesesua Bentu Kesetaraa ● Ketercapaian
t i an k n Dimensi Kognitif
Dimen Dimensi Takso Taksonom dan Bentuk
si Kognitif n omi i KD dari Pengetahuan
Kognit dengan dan KI- 3 semua KD-3 dalam
i f dan Bentuk Tingka dengan Mapel
Bentu Pengeta t KD dari ● Ketercapaian

k h uan Takso KI- 4 Taksonomi semua


Dimen n omi KD- 4 dalam Mapel
si
Penget
ahuan
1 2 3 4 5 6 7

Langkah-langkah pengisian tabel di atas adalah sebagai berikut:


1. Pada kolom 1, masukan ‘Kompetensi Dasar Pengetahuan’ (KD-3) sesuai mata
pelajaran pada Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016.
2. Pada kolom 2, masukan ‘Kompetensi Dasar Keterampilan’ (KD-4) sesuai mata
pelajaran pada Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016.
3. ada kolom 3, menentukan tingkat dimensi/proses kognitif dan bentuk
pengetahuan dari kompetensi dasar pengetahuan (analisis KD-3). Lihat “Gambar 3:
Dimensi pada Kompetensi Inti Pengetahuan” pada pembahasan “Kegiatan Belajar
1”.
4. Pada kolom 4, menentukan rekomendasi kesesuaian tingkat dimensi/proses
kognitif dengan bentuk pengetahuan dari kompetensi dasar. Bila tidak ada
rekomendasi, tidak apa-apa, tulis saja “tidak ada rekomendasi perubahan” pada
kolom tersebut.
5. Pada kolom 5, menentukan tingkat taksonomi dan bentuk taksonomi dari
kompetensi dasar keterampilan (analisis KD-4). Lihat ranah keterampilan Dyers,
Simpson, dan Dave pada pembahasan “Kegiatan Belajar 1”.
6. Pada kolom 6, menentukan ‘kesetaraan’ taksonomi KD Pengetahuan dan
taksonomi KD Keterampilan dan rekomendasinya.
7. Pada kolom 7, tuliskan rekomendasi di antara KD-3 dari KD-KD pengetahuan
mata pelajaran yang harus mencapai tingkat taksonomi (KKO) tertinggi sesuai KI-
3, dan tuliskan rekomendasi diantara KD-4 dari KD-KD keterampilan mata
pelajaran yang harus mencapai tingkat taksonomi (KKO) tertinggi sesuai KI-4.

a. Perumusan IPK Kurikulum 2013 berorientasi Abad 21


Indikator Pencapaian Kompetensi menjadi pedoman dalam merancang,
melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Rancangan
penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan jenis
penilaian, serta pengembangan indikator penilaian antaranya :
a. Indikator dirumuskan dari KD
b. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur.
c. Indikator dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan
mudah dipahami.
d. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda.
e. Hanya mengandung satu kompetensi atau tindakan
f. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi dan
kebutuhan peserta didik, sekolah, masyarakat dan lingkungan.
Berikut ini langkah-langkah merumuskan indicator;
a. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
1) Memahami Kata Kerja Operasional dalam Taxonomi Bloom.
2) Menetapkan KD yang akan diturunkan menjadi indikator.
3) Menentukan kata kerja dari Kompetensi Dasar sesuai
dengan Taxonomy Bloom.
b. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK
(Urgensi,Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian) kompetensi pada
KD
1) UKRK dijadikan kriteria dalam memilih dan memilah
ketepatan indikator kunci atau indikator penunjang. (Fikri, A., &
Hasudungan, A. N., 021)
2) Kategorikan Indikator:
a) Indikator Kunci
● Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
● Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi
minimal yang terdapat pada KD.
● Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian
standar minimal dari KD.
● Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan
RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan
proses pembelajaran.
b) Indikator Pendukung atau indikator prasyarat
● Membantu peserta didik memahami indikator
kunci.
● Kompetensi yang sebelumnya telah dikuasai peserta
didik dikaitkan dengan indikator kunci yang
dipelajari.
c) Indikator Pengayaan
● Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi
dari tuntutan kompetensi dari standar minimal.
● Tidak harus selalu ada.
● Dirumuskan apabila peserta didik berpotensi
memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu
peningkatan dari standar minimal. Lihat lebih detail
pada

3. Program Tahunan dan Semester


Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan.
kumpulan instruksi tertulis atau suatu bagian yang executable berupa urutan
langkah, untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam arti lain, ia merupakan
rancangan mengenai asas serta usaha dalam suatu bidang yang akan dijalankan
secara harmonis dan terpadu dalam mencapai suatu sasaran. suatu program
pembelajaran adalah mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang berada di
bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang saling bergantung
dan saling melengkapi, yang semuanya harus dilaksanakan secara integratif,
sistemik, dan sistematis.
Desain dalam perspektif pembelajaran adalah rencana pembelajaran. Rencana
pembelajaran disebut juga dengan program pembelajaran. Untuk mewujudkan
program pembelajaran secara integratif, sistemik, dan sistematis sekolah
membuat dua tahapan, yakni :
1. Program Tahunan (prota)
2. Program Semester (prosem)
Prota (program tahunan) dan promes (program semester) merupakan
administrasi pembelajaran yang menjadi dasar bagi susunan administrasi
pembelajaran lainnya. Prota adalah susunan alokasi waktu pembelajaran
selama satu tahun untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi
dasar (KD) yang diharapkan. Prota biasanya dilakukan di awal tahun ajaran
baru.
Kenapa Prota dan Promes harus dibuat? Beberapa fungsi Prota adalah:
1) mengorganisir pembelajaran agar bisa berjalan secara optimal;
2) menjadi pedoman untuk menyusun promes;
3) menjadi pedoman dalam menyusun kalender pendidikan;
4) Digunakan sebagai acuan untuk mengoptimalkan penggunaan waktu
efektif pembelajaran yang tersedia.

Sedangkan Fungsi promes adalah:


1) mempermudah tugas guru saat mengadakan pembelajaran selama satu
semester;
2) Mampu mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah diprogram;
3) Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang
ikut serta dalam pembelajaran;
4) Menjadi pedoman guru dan dalam bekerja dan belajar;
5) Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses pembelajaran;
6) Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga terbentuk keseimbangan kerja;
7) Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat penunjang karena
pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

Fungsi program tahunan dan semester pembelajaran tersebut bagi guru adalah:
a. Sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Semakin
matang rencana yang dipersiapkan maka akan semakin bagus pula usaha itu
dilaksanakan.
b. Menjadikan guru lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan tugas
mengajar.
c. Dengan adanya desain bagi seorang guru, akan dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar dan akhirnya akan menjadikan
pembelajaran akan berkualitas dan bermakna bagi peserta didik.
d. Karena adanya perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan
efektif.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan program tahunan


adalah:
1. Menelaah kalender pendidikan, dan ciri khas sekolah/madrasah berdasarkan
kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
2. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif, belajar,
waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari libur meliputi:
a. Jeda tengah semester
b. Jeda antar semester
c. Libur akhir tahun pelajaran
d. Hari libur keagaman
e. Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
f. Hari libur khusus
3. Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam satu tahun
dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia
4. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata pelajaran,
pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif, sesuai ruang
lingkup cakupan materi, tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut,
serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi.

a. Tahapan Merancang Program Semester


Langkah-langkah perancangan program semester adalah:
1. Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (HBE) dan Jam Belajar Efektif
(JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.
2. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu KD serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi.
Target yang harus dicapai pada pemahaman KD adalah:
a. Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang bersesuaian
b. Tingkat kedalaman materi yang dibahas pada kompetensi inti dan
kompetensi dasar yang bersesuaian
c. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membuat peserta didik kompeten
terhadap kompetensi dasar yang bersangkutan.
3. Guru selanjutnya menentukan alokasi waktu dari setiap KD, yakni:
a. Alokasi waktu dirinci untuk setiap Kompetensi Dasar.
b. Alokasi waktu pembelajaran untuk setiap KD tergantung pada
kompleksitas KD, keluasan KD, strategi/metode pembelajaran, alat,
bahan, dan sumber belajar yang tersedia.
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar,
melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah dan di sekolah
5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis, dalam
karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR, DAN INSTRUMEN PENILAIAN
(KB 2)

A. Uraian Materi
1. Pengembangan Materi Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik
Materi pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Untuk merancang pembelajaran kita perlu memikirkan materi/bahan
pelajaran apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mencapai
kompetensi yang diinginkan, karena itulah kita perlu mengembangkan bahan
pembelajaran.
Dalam mengembangkan materi ajar dapat mengacu pada dua hal, yaitu konteks tempat
penyelenggaraan pendidikan dan bentuk kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Ada lima faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan materi ajar yaitu
karakteristik peserta didik, bentuk kegiatan pembelajaran, konteks tempat
penyelenggaraan pendidikan, strategi pembelajaran, dan alat penilaian hasil belajar.

a. Pengertian Materi Pembelajaran


Bahan atau materi pembelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu yang
menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata
pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran dapat dibedakan
menjadi:
1) Pengetahuan (Kognitif),
2) Sikap (Afektif)
3) Keterampilan (Psikomotor).
Dalam mengembangkan materi perlu diperhatikan cakupan pengetahuan yang
terdiri dari 4 jenis pengetahuan, yaitu:
1) Pengetahuan Fakta,
2) Pengetahuan Konsep,
3) Pengetahuan Prosedur,
4) Pengetahuan Metakognitif

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan materi ajar,


yaitu:
1) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
2) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual
peserta didik
3) Kebermanfaatan bagi peserta didik
4) Struktur keilmuan
5) Berbagai sumber belajar (referensi yang relevan dan termutakhir digital
maupun non digital).
6) Alokasi waktu.

Ada Beberapa pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan dalam mengemas


materi pelajaran menjadi bahan belajar di antaranya adalah :
1) Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
2) Kesederhanaan
3) Unsur-unsur desain pesan
4) Pengorganisasian bahan dan
5) Petunjuk cara penggunaan

Pengemasan materi dan pesan pembelajaran melalui bahan ajar dapat dilakukan
dengan berbagai cara baik itu visual, audiovisual atau cetakan. Berikut akan
dijelaskan lebih rinci tentang berbagai jenis bahan ajar :
1) Bahan Ajar Cetak
a) Handout, yaitu bahan tertulis yang disiapkan guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik.
b) Buku, yaitu bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan.
c) Modul yaitu sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat
belajar mandiri dengan atau tanpa guru.
d) Lembar Kerja Peserta didik, yaitu lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan peserta didik.
e) Brosur, yaitu bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem/cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman atau
selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tapi lengkap tentang perusahaan
atau organisasi.
f) Leaflet, yaitu bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/jahit.
g) Wallchart, yaitu bahan cetak, yang berupa bagan/siklus/ grafik yang bermakna
menunjukan posisi tertentu.
h) Foto/ Gambar,
i) Model/maket Penggunaan model sebagai bahan ajar, memberikan makna yang
hampir sama dengan aslinya, sehingga mempermudah peserta didik untuk
mempelajarinya.

2) Bahan Ajar Dengan (Audio)


a) Kaset/piringan hitam/compact disk
b) Radio

3) Bahan Ajar Audio-Visual


a) Video/Film /Program Video
b) Orang/nara sumber

4) Bahan Ajar Interaktif

b. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik


LKPD merupakan lembaran petunjuk dan langkah-langkah tugas yang disediakan
untuk peserta didik dalam proses pembelajaran, baik secara kelompok maupun
perorangan. LKPD sendiri sebagai sarana untuk mempermudah terbentuknya
interaksi antara guru dengan peserta didik dalam meningkatkan aktivitas
pembelajaran.
fungsi LKPD di antaranya:
1) Meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran;
2) Membantu peserta didik untuk mengembangkan konsep materi pembelajaran;
3) Melatih peserta didik dalam menemukan sesuai tujuan pembelajaran dan
mengembangkan aspek keterampilan;
4) Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses
pembelajaran;
5) Menambah informasi bagi peserta didik tentang konsep materi pembelajaran
melalui kegiatan belajar yang sistematis;
6) Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran.
manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan LKPD dalam proses
pembelajaran adalah:
1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran;
2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep
3) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan
keterampilan proses;
4) Membantu peserta didik memperoleh catatan terkait materi yang dipelajari
melalui proses pembelajaran;
5) Dan membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep
yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis;
6) peserta didik akan dapat belajar dan memahami secara mandiri serta
menjalankan tugas secara lebih mendalam.

Dilihat dari segi tujuan disusunnya LKPD, maka LKPD dapat dibagi menjadi lima
macam bentuk yaitu:
1) LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep
2) LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan
berbagai konsep yang telah ditemukan;
3) LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar;
4) LKPD yang berfungsi sebagai penguatan;
5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum.
Komponen yang harus dipersiapkan pendidik dalam membuat LKPD yaitu berupa:
1) Lembar Kerja (Nama Peserta didik, Kelas, Tema, Tujuan Pembelajaran
dan Langkah-Langkah Kegiatan);
2) Lembar Jawaban; dan
3) Penilaian.

Dari ketiga komponen diatas, hanya LKPD yang diserahkan pada peserta didik,
sementara lembar jawaban dan penilaian disimpan oleh guru. Lembar jawaban
menjadi patokan guru untuk menilai walaupun di kemudian akan menjadi relative
atau berkembang. Sementara penilaian merupakan lembaran yang diisi guru.
Persiapan LKPD Sebagai Berikut :
1) Analisis kurikulum
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD
3) Menentukan judul-judul
4) Penulisan LKPD sbb :
a. Perumusan KD yang Harus dikuasai
b. menentukan alat penilaian,
c. penyusunan materi dari berbagai sumber,
d. memperhatikan struktur LKPD
Apa yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan LKPD, Beberapa hal penting
yang harus diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Aspek penyajian materi:
a. Judul lembar kerja harus sesuai dengan materinya;
b. Materi harus sesuai dengan perkembangan peserta didik;
c. Materi disajikan secara sistematis dan logis;
d. materi disajikan secara sederhana dan jelas; e)
e. menunjang keterlibatan dan kemauan peserta didik untuk ikut aktif.
2) Aspek Tampilan:
a) Penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami;
b) Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya;
c) Tata letak gambar, tabel, pertanyaan harus tepat;
d) Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas;
e) Mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berfikir.

2. Pengembangan Media Pembelajaran


Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat membantu guru dalam
memperkaya wawasan peserta didik, dengan berbagai jenis media pembelajaran
oleh guru maka dapat menjadi bahan dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada
peserta didik.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ”tengah”,
”perantara” atau ”pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau
pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Jadi, media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran. Penggunaan media
pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut Pengalaman (cone of
experience), yang melukiskan bahwa semakin konkrit peserta didik mempelajari
bahan pelajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang didapatkan. Tetapi
sebaliknya, jika semakin abstrak peserta didik mempelajari bahan pelajaran maka
semakin sedikit pula pengalaman yang akan didapatkan oleh peserta didik. ada
beberapa fungsi dari penggunaan media pembelajaran yaitu:
1) Fungsi komunikatif
2) Fungsi motivasi
3) Fungsi kebermaknaan
4) Fungsi penyamaan persepsi
5) Fungsi individualitas

diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:


1) Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya didengar saja.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
b) seperti radio dan televisi.
c) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
d) ruang dan waktu seperti film slide, film, video.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
sebagainya
b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Yusufhadi Miarso, pengklasifikasian media
berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan taksonomi media, yaitu:
1) Media penyaji, yang terdiri dari:
a) Kelompok satu: Grafis, Bahan Cetak, dan Gambar Diam
b) Kelompok Dua: Media Proyeksi Diam
c) Kelompok Tiga: Media Audio
d) Kelompok Empat: Audio ditambah Media Visual Diam
e) Kelompok Lima: Gambar Hidup (film)
f) Kelompok Eman: Televisi
g) Kelompok Tujuh: Multimedia

3. Pengembangan Sumber Belajar Digital


Sumber belajar digital (e Learning) dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk
teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan berupa website yang dapat
diakses di mana saja. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
E-learning berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai kebebasan
memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik atau tidak.

4. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dan Karakter (profil Pancasila)


Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat
pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi :
1. aspek menerima atau memerhatikan (receiving atau attending),
2. merespons atau menanggapi (responding),
3. menilai atau menghargai (valuing),
4. mengorganisasi atau mengelola (organization),
5. berkarakter (characterization).
Dalam kurikulum 2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial.
Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti 1(KI 1) untuk sikap spiritual
dan kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial.
Pada kurikulum 2013, mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD
pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi
Pekerti dan PPKn dibelajarkan secara langsung (direct teaching) maupun tidak
langsung (indirect teaching) yang memiliki dampak instruksional (instructional effect)
dan memiliki dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan untuk mata pelajaran
lain, tidak terdapat KD pada KI-1 dan KI-2. selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
dan PPKn tidak dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring dari
pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
a. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap harus mengacu pada indikator yang dirinci dari Kompetensi Dasar
(KD) sbb:
b. Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap
spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada indikator pencapaian
kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari
kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial.

c. Penilaian Antar Peserta Didik atau Penilaian Antar Teman


Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual
maupun sosial dengan cara meminta peserta didik untuk menilai satu sama lain.
Penilaian antar-teman dapat mendorong:
(a) objektivitas peserta didik,
(b) empati,
(c) mengapresiasi keragaman/perbedaan,
(d) refleksi diri.
Kriteria penyusunan instrumen penilaian antarteman sebagai berikut.
a) Sesuai dengan indikator yang akan diukur.
b) Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik.
c) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak
berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda.
d) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik.
e) Menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik.
f) Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang
nyata atau sebenarnya dan dapat diukur.
Penilaian antarteman dapat dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan
didalam dan/atau di luar kelas.

d. Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS


Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) bukanlah kemampuan untuk
mengingat, mengetahui, atau mengulang. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), berpikir
kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Tingkat kesukaran dalam butirs soal tidak sama dengan kemampuan
berpikir tinggi.
Beberapa karakteristik soal-soal HOTS adalah :
a) Bersifat divergen
b) Menggunakan Multi represetasi
c) Berbasis permasalahan kontekstual
d) Menggunakan bentuk soal beragam

Teknik menilai kompetensi pengetahuan bisa melalui:


(1) tes tertulis dengan menggunakan butir soal,
(2) tes lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik
menggunakan daftar pertanyaan,
(3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang harus dikerjakan
oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu.
e. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan (Kompetensi, Karakter,
dan Literasi
Penilaian keterampilan (psikomotorik) adalah penilaian yang dilakukan guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik
yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
a. Teknik Penilaian Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dapat dilakukan dengan
berbagai teknik, antara lain
(1) penilaian kinerja yaitu penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan suatu tertentu menggunakan tes praktek (unjuk kerja)
dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan (observasi),
(2) proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian dokumen
laporan proyek,
(3) penilaian portofolio dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk.

b. Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik


Penilaian unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang
secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai
informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang
diharapkan muncul dalam diri peserta didik. Pengamatan unjuk kerja perlu
dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai kemampuan berbicara yang
beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan- kegiatan seperti:
diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan wawancara.
Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh.

c. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam
waktu atau periode tertentu. Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau
penelitian sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi
KD tertentu mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau informasi,
pengolahan data, penyajian data dan menyusun laporan.

d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat
berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi
lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (KB 3)


A. Uraian Materi
1. Konsep, prinsip Pengembangan, dan Komponen RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap
muka untuk satu pertemuan atau lebih, dikembangkan berdasarkan silabus untuk
mengarahkan kegiatan pembelajaran dan penilaian peserta didik dalam mencapai
Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru di setiap satuan pendidikan wajib menyusun RPP
untuk kelas di mana guru tersebut mengajar.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh masing-masing guru atau kelompok guru
mata pelajaran tertentu yang difasilitasi dan disupervisi oleh kepala sekolah atau guru
senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah, atau melalui MGMP antar sekolah atau antar
wilayah yang dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.
a. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat dijelaskan
sebagai berikut.
1) Memperhatikan KI-KD jika menggunakan kurikulum 2013 dan Capaian
Pembelajaran jika menggunakan kurikulum merdeka
2) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
3) RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan
sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar
belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
4) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
5) Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
6) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
7) Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
9) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
10) Keterkaitan dan keterpaduan

b. Komponen RPP dan Langkah-Langkah Pengembangannya


1) Komponen dan Sistematika RPP
Mengacu pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran, RPP
merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pembelajaran atau tema tertentu sesuai dengan silabus.
Komponen RPP mencakup:
(1) identitas sekolah/nama satuan pendidikan, mata pelajaran, dan
kelas/semester;
(2) alokasi waktu;
(3) KI, KD, Indikator Pencapaian Kompetensi;
(4) tujuan pembelajaran;
(5) materi pembelajaran;
(6) pendekatan, model dan metode;
(7) media/alat, bahan, dan sumber belajar;
(8) langkah-langkah pembelajaran,
(9) penilaian pembelajaran.
2. Pengembangan RPP Kurikulum 2013
RPP disusun melalui langkah-langkah berikut;
a) Analisis Program Semester
b) Mengembangkan RPP
Terkait dengan penyusunan RPP yang sering kali dianggap terlalu banyak
komponennya sehingga memberatkan dan memerlukan waktu banyak pada guru
dalam penyusunannya. Dalam kaitan dengan kebijakan merdeka belajar, RPP yang
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22
Tahun 2016 harus memuat 13 komponen yaitu
(1) identitas sekolah,
(2) identitas mata pelajaran atau tema/subtema
(3) kelas dan semester
(4) materi pokok
(5) alokasi waktu
(6) tujuan pembelajaran,
(7) Kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi
(8) materi pembelajaran
(9) metode pembelajaran
(10) media pembelajaran
(11) sumber belajar
(12) langkah-langkah pembelajaran
(13) penilaian hasil pembelajaran dilakukan perubahan dengan penyederhanaan
komponen yang ada dalam RPP.
Menurut surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu inisiatif Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam mengeluarkan kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar”.

1. Pengembangan RPPM dan RPPH Kurikulum 2013


a. Konsep RPPM dan RPPH
Rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM) merupakan rencana
kegiatan yang disusun untuk pembelajaran selama satu minggu. Perencanaan
kegiatan mingguan dapat berbentuk jaringan tema (web). Jaringan tema berisi
projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema
yang menunjukkan prestasi peserta didik. Puncak tema dapat berupa kegiatan
antara lain membuat kue/makanan, makan bersama, pameran hasil karya,
pertunjukan, panen tanaman, dan kunjungan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah perencanaan program
harian yang akan dilaksanakan oleh pendidik / pengasuh pada setiap hari atau
sesuai dengan program lembaga. Komponen RPPH, antara lain: tema/sub
tema/sub-sub tema, alokasi waktu, hari/tanggal, kegiatan pembukaan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup.
RPPH adalah perencanaan program harian yang akan dilaksanakan oleh
pendidik/pengasuh pada setiap hari atau sesuai dengan program lembaga.
Komponen RPPH, antara lain: tema/sub tema/sub-sub tema, alokasi waktu,
hari/tanggal, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Penyusunan RPPM memperhatikan hal-hal sbb:
1) Diturunkan dari program;
2) Berisi sub tema – KD – materi – rencana kegiatan;
3) Penyusunan kegiatan mingguan disesuaikan dengan strategi pengelolaan
kelas (area, sentra, kelompok usia) yang ditetapkan masing-masing satuan
PAUD.
b. Pengembangan RPPM
1) Tuliskan Identitas Program
o Semester/ bulan/ minggu
o Tema
o Kelompok sasaran
o Kompetensi dasar

2) Mengembangkan rencana mingguan


o Nomor urut diisi sesuai urutan
o Sub tema diambil dari bagian tema di program semester
o Materi diturunkan dari pengetahuan yang akan dikenalkan sesuai KD
o Rencana kegiatan diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan anak
selama satu minggu.
3) Pengulangan Materi
Materi yang ditetapkan pada setiap sub tema akan digunakan terus selama
sub tema tersebut dibahas tetapi disampaikan melalui kegiatan bermain
yang berbeda di setiap model pembelajaran sentra/area/kegiatan sudut.
4) Pengembangan RPPH
Dalam penyusunan RPPH perlu diperhatikan sebagai berikut
1) disusun berdasarkan kegiatan mingguan atau RPPM
2) Kegiatan harian berisi kegiatan awal/pembukaan, inti, istirahat/makan bersama
dan akhir/penutup
3) Pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip pembelajaran anak usia dini
4) Penyusunan kegiatan harian disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan masing-masing dan menggunakan pendekatan saintifik.
5) Kegiatan harian dapat dibuat oleh satuan pendidikan dengan format sesuai
kebutuhan masing-masing
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM PEMBELAJARAN (KB 4)

Anda mungkin juga menyukai