Kurikulum 2013
Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
14 Panduan Pembelajaran
Setiap tingkat kompetensi berimplikasi terhadap tuntutan proses
pembelajaran dan penilaian. Penjabaran tingkat kompetensi lebih lanjut
pada setiap jenjang pendidikan sesuai pencapaiannya pada tiap kelas
akan dilakukan oleh Tim Pengembang Kurikulum. Tingkat kompetensi
yang berbeda menuntut pembelajaran dan penilaian dengan fokus dan
penekanan yang berbeda pula. Semakin tinggi tingkat kompetensi, semakin
kompleks intensitas pengalaman belajar peserta didik dan proses
pembelajaran serta penilaian.
Tabel 1. Kompetensi Inti Tingkat Kelas VII-IX SMP/MTs/
SMPLB/PAKET B
Sekolah Menengah Pertama
15
c. Prinsip-prinsip Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Pembelajaran pada jenjang SMP berdasarkan Kurikulum 13 mengacu
pada sejumlah prinsip-prinsip pembelajaran seperti yang tertulis
pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. Berikut adalah prinsipprinsip
pembelajaran yang tertulis dalam Permendikbud tersebut:
1. Peserta didik mencari tahu;
2. Pembelajaran berbasis aneka sumber belajar;
3. Pembelajaran berbasis proses untuk penguatan pendekatan ilmiah;
4. Pembelajaran berbasis kompetensi;
5. Pembelajaran terpadu;
6. Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi;
7. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan keterampilan
aplikatif;
8. Pembelajaran yang menjaga pada keseimbangan antara keterampilan
fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills);
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan
(ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta
didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat;
12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah
kelas;
13. Pembelajaran yang memanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran;
dan
14. Pembelajaran yang mengakomodasi perbedaan individual dan
latar belakang budaya peserta didik.
16 Panduan Pembelajaran
Proses pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip di atas harus secara
sadar diciptakan oleh guru untuk pencapaian Standar Kompetensi
Lulusan. Pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip-prinsip
di atas adalah Pendekatan Pembelajaran Kontekstual yang memiliki tujuh
komponen utama pembelajaran, yakni kontruktivisme (constructivism),
bertanya (questioning), menyelidiki (inquiry), masyarakat belajar
(learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian autentik (authentic assessment). Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual ini akan memfasilitasi penguatan proses berpikir ilmiah
yang disarankan oleh Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016.
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual yang memperkuat proses
berpikir ilmiah ini akan menghasilkan pembelajaran siswa aktif yang
mengintegrasikan pendidikan karakter.
Pengintegrasian pendidikan
karakter dalam proses pembelajaran dapat direalisasikan di sejumlah
komponen seperti dokumen RPP, materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, fungsi guru dan siswa. Pendekatan Pembelajaran
Kontekstual ini menjadi acuan utama buku panduan teknis ini.
Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk merealisasikan
Pendekatan Pembelajaran Kontekstual seperti yang diterangkan
di atas ANTARA LAIN adalah Pembelajaran dengan Metode Ilmiah,
Inquiry/discovery Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-
Based Learning), dan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning). Disamping itu, untuk pembelajaran bahasa, dapat digunakan
antara lain Pembelajaran Berbasis Teks/Wacana (Text/Genre-Based
Instruction)
yang diperkaya dengan prinsip-prinsip konstruktivisme.
Selain itu, guru juga dapat menggabungkan beberapa fitur yang saling
melengkapi dari berbagai metode untuk pembelajaran yang lebih
efektif dan efisien.
Tahap kegiatan inti adalah tahap yang paling penting di mana metode
yang sudah dipilih akan diimplementasikan secara operasional
dalam berbagai kegiatan yang berpusat pada siswa dan yang harus berorientasi
pada pencapaian semua aspek kompetensi yaitu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
4) Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan dengan kapan dan
di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara individu,
berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi
terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian
tugas yang pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik
terbiasa kerja dengan cepat sehingga menghargai waktu dengan baik.
Sementara itu kerja kelompok dapat menjadikan siswa memperoleh
kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan lain-lain.
5) Peran guru
Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar biasanya tidak
dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru pada
umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan
secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap
peran guru pada kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku
guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi tumbuhnya budi pekerti antara
lain guru sebagai fasilitator, motivator, partisipan, dan pemberi umpan
balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru yang dengan
efektif dan efisien menumbuhkan budi pekerti adalah mereka yang
ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/
memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah peserta
didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan
mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat
dan dorongan bagi peserta didik).
6) Peran peserta didik
Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan belajar pada
Sekolah Menengah Pertama 23
buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit
juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis pada
buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit,
guru perlu melakukan inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan
kegiatan pembelajaran.
Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal, menjadi peduli,
dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi peran
aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai
partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi
dan eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
2. Melaksanakan Pembelajaran
Proses pembelajaran di dalam dan luar kelas pada Kurikulum 2013
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Sebagian atau seluruh
kegiatan pembelajaran dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik
memperoleh pengetahuan tentang nilai, memahami atau meresapi pentingnya
nilai, dan mempraktikkan nilai-nilai karakter. Berikut disajikan
bagaimana menumbuhkan budi pekerti pada tahap pendahuluan, inti
dan penutup.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan, umumnya guru:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai;
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai,
memahami pentingnya nilai, dan memfasilitasi pelaksanaan nilai-nilai
karakter (budi pekerti) pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa
contoh.
1) Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditumbuhkan:
disiplin)
24 Panduan Pembelajaran
2) Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika
memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditumbuhkan: santun,
peduli)
3) Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditumbuhkan:
religius)
4) Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditumbuhkan:
disiplin)
5) Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan
lainnya (contoh nilai yang ditumbuhkan: religius, peduli)
6) Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai
yang ditumbuhkan: disiplin)
7) Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang
ditumbuhkan: disiplin, santun, peduli)
8) Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan
butir-butir karakter (budi pekerti) yang hendak dikembangkan
selain yang terkait dengan SK/KI/KD
b. Inti
Kegiatan pembelajaran pada kegiatan inti pada dasarnya mengikuti
sintaks metode yang diterapkan oleh guru. Berikut disajikan contoh sikap
yang ditumbuhkan apabila guru menerapkan pembelajaran dengan
metode ilmiah.
1) Mengamati
Pada langkah ini siswa mengamati fenomenon dengan indera
(mendengarkan, melihat, membau, meraba, mengecap) dengan atau
tanpa alat (untuk menemukan masalah/gap of knowledge or skill).
Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh melalui kagiatan
pada langkah ini antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
2) Menanya
Dalam langkah ini siswa merumuskan pertanyaan berangkat dari
masalah (gap of knowledge and/or skill) yang diperoleh dari pengamatan.
Nilai-nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh melalui
kagiatan pada langkah ini dapat sama dengan pada langkah mengamati,
antara lain rasa ingin tahu dan kritis.
3) Mengumpulkan informasi/mencoba
Dalam langkah ini siswa mengumpulkan informasi/data dengan
Sekolah Menengah Pertama 25
satu atau lebih teknik yang sesuai, misalnya eksperimen, pengamatan,
wawancara, survei, dan membaca dokumen-dokumen. Nilainilai
sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh melalui kagiatan pada
langkah ini antara lain ketelitian, kejujuran, kesabaran, dan ketangguhan.
4) Menalar/mengasosiasi
Dalam langkah ini siswa menggunakan informasi/data yang sudah
dikumpulkan (dimiliki) untuk menjawab pertanyaan yang dirumuskan
sebelumnya dan menarik kesimpulan. Nilai-nilai sikap
(budi pekerti) yang dapat tumbuh melalui kagiatan pada langkah ini
antara lain saling menghargai, ketelitian, kejujuran, sikap kritis, dan
berfikir logis.
5) Mengomunikasikan
Dalam langkah ini siswa menyampaikan jawaban atas pertanyaan
(kesimpulan) berdasarkan hasil penalaran/asosiasi informasi/
data secara lisan dan/atau tertulis. Nilai-nilai sikap (budi pekerti)
yang dapat tumbuh melalui kagiatan pada langkah ini antara lain
saling menghargai, rasa percaya diri, kesantunan dalam berkomunikasi,
sikap kritis, dan berfikir logis.
6) Mencipta
Dalam langkah ini siswa mencipta dan/atau menginovasi produk,
model, gagasan dengan pengetahuan yang telah diperoleh. Nilai-
nilai sikap (budi pekerti) yang dapat tumbuh melalui kagiatan
pada langkah ini antara lain saling menghargai, inovatif, dan kreatif.
c. Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
1) bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditumbuhkan:
mandiri, kerjasama, kritis, logis);
2) melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang
sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh
nilai yang ditumbuhkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran
(contoh nilai yang ditumbuhkan: saling menghargai, percaya
diri, santun, kritis, logis);
26 Panduan Pembelajaran
4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau
memberikan tugas, baik tugas individual maupun kelompok sesuai
dengan hasil belajar peserta didik; dan
5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar penumbuhan budi
pekerti terjadi dengan lebih intensif selama tahap penutup.
1) Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar
peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga
yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses
pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan
dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
2) Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan
dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan
karakter mereka.
3) Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses,
harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai
dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
4) Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling
menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
5) Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program
pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas
baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka
tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual,
tetapi juga kepribadian.
6) Berdoa pada akhir pelajaran.
Ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong
dipraktikkannya nilai-nilai selama proses pembelajaran berlangsung.
Pertama, guru harus merupakan seorang model dalam berperilaku.
Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan
guru harus merupakan cerminan dari nilai-nilai budi pekerti yang hendak
ditumbuhkannya.
Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan budi pekerti
yang dikehendaki dan pemberian perhatian kepada mereka yang
Sekolah Menengah Pertama 27
berperilaku dengan nilai-nilai karakter yang tidak dikehendaki. Reward
dan perhatian yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non
verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan
perkembangan budi pekerti, dan sebagainya. Untuk itu guru harus
menjadi pengamat perkembangan budi pekerti yang baik bagi setiap
siswanya selama proses pembelajaran.
Ketiga, harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat
atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/
relevan. Kebiasaan olok-olok tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan
sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif,
rasa percaya diri, dan sebagainya.
Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian
kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi
yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa. Guru
memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah
baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian
menunjukkan yang belum atau baru mulai tumbuh dengan ‘hati’. Dengan
cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis,
kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.