Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PAMERAN PERAYAAN AKHIR PERKULIAHAN

“SMAK SANTO STANISLAUS SURABAYA”

Untuk memenuhi UAS mata kuliah


Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya
Dosen Pengampu: Dr. Tri Lestari, M.Pd

Disusun Oleh:
1. Ina Fatikha Dwi Lestari (1212422053)
2. Wella Nur Apriliyanti (1212422060)
3. Wildan Navisa Barra (1212422061)

PRODI PENDIDIKAN PROFESI GURU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan “Laporan Pameran Perayaan Akhir
Perkuliahan SMAK Santo Stanislaus Surabaya”. Laporan ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu persyaratan kegiatan Ujian Akhir Semester (UAS) Pemahaman
tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya yang merupakan salah satu mata kuliah
Pendidikan Profesi Guru Prabajatan 2022 Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya. Laporan ini dibuat untuk menjelaskan solusi atas permasalalahan yang
terjadi dalam kelas selama pelaksanaan PPL.
Berbagai hambatan telah dialami penulis selama menyusun laporan ini yang
tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Kuncoro Foe , G.Dip.Sc., Ph.D., Apt., selaku Rektor Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya
2. Ibu Maria G. Retno Palupi, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Guru Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
3. Bapak Dr. V. Luluk Prijambodo, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
4. Bapak Drs. J.V. Djoko Wirjawan, Ph.D., Ketua Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika Surabaya
5. Bapak Drs. G. Budijanto Untung, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Lapangan yang
telah membimbing, memberikan arahan, dan meluangkan waktu.
6. Seluruh Dosen Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.
7. Bapak Drs. Florensius Pambong, M.Pd., selaku Kepala Sekolah SMAK Santo
Stanislaus Surabaya
8. Ibu Dhiyan Widha Eka Santi, S.Pd., selaku guru pamong yang telah meluangkan
waktu, memberi arahan, dan memberikan dukungan selama pelaksanaan observasi.

ii
9. Siswa dan siswi SMAK Santo Stanislaus Surabaya yang telah membantu
berjalannya observasi dengan baik.
10. Rekan-rekan sesama mahasiswa PPL I yang telah memberikan informasi dan
dukungan dalam menyelesaikan program ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan observasi ini jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Besar harapan penulis kepada semua
pihak untuk memberikan segala kritik dan saran demi kebaikan laporan ini. Harapan
penulis semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Surabaya, 26 Januari 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
I. Latar Belakang Permasalahan................................................................................. 1
II. Analisis Permasalahan Berdasarkan Kajian Teori ................................................... 3
III. Output Produk yang telah Dibuat ........................................................................... 5
IV. Kesimpulam dan Saran ........................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................... Error! Bookmark not defined.

iv
I. Latar Belakang Permasalahan

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan


meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu negara (Lu, 2019). Kualitas hidup warga
negara semakin baik dengan adanya program pendidikan (Powdthavee, Lekfuangfu &
Wooden, 2015). Pendidikan menjadi salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan membantu masyarakat
untuk meningkatkan posisi sosial, memiliki pendapatan yang lebih tinggi, lebih bahagia
dan memiliki kesehatan fisik yang lebih baik (Savani, Rattan & Dweck, 2017).
Masyarakat memperoleh pengetahuan melalui pengalaman selama masa pendidikan.
Pengetahuan yang diperoleh masyarakat diharapkan dapat membangun lingkungan
sekitar dengan lebih baik.
Setiap warga negara Indonesia wajib mendapatkan pendidikan, tak terkecuali di
daerah Surabaya, propinsi Jawa Timur. Selama observasi kegiatan Praktik Pembelajaran
Lapangan (PPL) di kelas XI IPA SMA Katolik Santo Stanislaus, Surabaya ditemukan
berbagai macam karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik sangat bervariasi
di dalam kelas, mulai dari kemampuan akademik/kognitif, sikap, gaya belajar, sikap,
cara berkomunikasi, berinteraksi, latar belakang ekonomi, perkembangan sosial, moral,
motorik, emosi dan gaya belajar yang bervariasi. Selain itu, minat, motivasi, kultural,
etnik, dan kemampuan awal peserta didik SMA Katolik Santo Stanislaus dalam belajar
Fisika berbeda-beda. Pembentukan kelas berdasarkan heterogenitas peserta didik
memudahkan guru untuk pembelajaran kooperatif. Dengan membentuk kelas yang
terdiri dari peserta didik dengan kemampuan dan sifat yang bervariasi bertujuan supaya
peserta didik dapat beradaptasi dengan berbagai karakter peserta didik yang lain dan
memikirkan cara untuk mengupayakan keberhasilan seluruh anggotanya (Putri, 2019).
Berbagai macam karakteristik lebih sesuai apabila menerapkan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik dengan menggunakan metode diskusi kelompok, tanya
jawab. Hal ini dikarenakan peserta didik tidak perlu malu untuk bertanya dan dapat
bertukar pendapat secara bebas.
Selama kegiatan observasi ditemukan peserta didik yang bernama Han Christian
Gunawan yang duduk di kelas XI MIPA SMA Katolik Santo Stanislaus, Surabaya. Han
1
Christian Gunawan biasa dipanggil Han, lahir di Surabaya pada tanggal 28 Juli 2006
yang berumur saat ini yaitu 16 tahun dan beragama Kristen. Latar belakang keluarganya
dengan kondisi sosial ekonomi kelas menengah. Han mengikuti OSIS di sekolah
sehingga kemampuan bersosialisasinya sangat baik. Han tergolong anak berkemampuan
kognitif yang tinggi dan memiliki motivasi belajar Fisika yang tinggi untuk terlibat
dalam segala aktivitas pembelajaran Fisika. Han memiliki fisik yang normal dan tidak
mengalami gangguan penglihatan. Han berasal dari etnis Jawa yang lahir di Han
tergolong peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran Fisika karena Han sering
bertanya kepada guru apabila terdapat konsep Fisika yang belum dipahami.
Perkembangan moral Han cukup baik, selalu bersikap santun dan membantu teman
yang kesulitan dalam belajar Fisika dengan memberikan tutorial kepada temannya yang
berkemampuan sedang atau rendah. Selain itu, Han selalu mengucapkan salam, selalu
mengucapkan maaf dan tolong sehingga terlihat Han termasuk peserta didik yang dapat
menghargai orang lain. Han memiliki gaya belajar visual dan kinestetik karena ketika
guru menyampaikan materi dalam bentuk gambar, video simulasi, atau melalui kegiatan
praktikum, Han lebih mudah memahami Fisika. Foto untuk peserta didik Han Christian
Gunawan dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Han Christian Gunawan

2
II. Analisis Permasalahan Berdasarkan Kajian Teori

Belajar merupakan upaya setiap orang dalam memenuhi kebutuhannya untuk


mendapatkan ilmu yang belum dimiliki sebelumnya sehingga memberikan dampak
perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
mengimplementasikan dan memiliki tentang sesuatu. Dalam proses pembelajaran dari
peserta didik yang teramati yaitu Han Christian Gunawan, maka belajar dapat dilihat
menggunakan tiga sudut pandang yaitu behaviorisme, kognitif-sosial dan
konstruktivisme. Teori behaviorisme mempunyai ciri bahwa tingkah laku peserta didik
untuk mencapai capaian pembelajaran dikendalikan dengan cara memberikan hadiah
dan penguatan dari lingkungan serta menekankan pada pentingnya latihan (Harasim,
2017). Hal ini tampak ketika Han berinisiatif mengerjakan latihan soal secara mandiri,
selalu mencatat materi yang telah disampaikan guru serta dan termotivasi setelah
mendapat pujian dari guru.
Perilaku Han ditinjau dari sudut pandang teori belajar kognitif sosial. Teori
kognitif sosial adalah teori yang menonjolkan gagasan bahwa sebagian besar
pembelajaran yang dialami oleh setiap orang terjadi dalam sebuah lingkungan sosial
(Yanuardianto, 2019). Teori kognitif sosial dicirikan dengan mengamati perilaku orang
lain dalam lingkungan sosial sehingga seseorang memperoleh pengetahuan,
keterampilan, strategi dan sikap. Bentuk implementasi teori kognitif sosial yakni peserta
didik yang bernama Han Christian Gunawan yang telah berkembang sesuai dengan
tingkat usianya, dimana mereka mampu bersosialisasi dengan guru dan teman sebaya.
Han mampu bersoialisasi dan berdiskusi dengan baik dengan teman sebanyanya
ataupun dengan guru.
Kegiatan diskusi kelompok membantu Han lebih mudah menyelesaikan
persoalan-persoalan dalam topik Fisika. Hal ini dikarenakan kegiatan diskusi kelompok
lebih berkesan pada diri peserta didik karena peserta didik saling bertukar pikiran dalam
membangun model ilmiah dalam memahami suatu topik yang dipelajari (Berraondo,
Guisasola & Zuza, 2019). Selama di sekolah, Han tidak pernah menyendiri saat
istirahat, dia selalu berkumpul bersama teman-temannya. Han tidak pernah mengalami
bullying dan Han selalu menaati peraturan di Sekolah. Informasi ini mengindikasikan
3
bahwa Han diterima oleh teman-temannya. Secara moral, Han termasuk remaja yang
mempunyai sikap santun terhadap guru ataupun teman-temannya. Penyebab seseorang
mengalami perundungan karena sikap yang arogan dan kasar yang mana berakibat
lingkungan pertemanannya tidak bisa menerimanya (Alwi, 2021). Akibatnya, mereka
melakukan balas dendam dengan cara perundungan (bullying).
Sudut pandang ketiga dalam teori belajar adalah teori konstruktivisme, misalnya
teori konstruktivisme Jean Piaget. Teori konstruktivisme Jean Piaget menekankan pada
pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun berdasarkan
realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme Jean
Piaget hanya sebagai fasilitator. Dalam teori konstruktivisme Jean Piaget, peserta didik
mengintegrasikan apa yang dipahami dari pengetahuan baru mengenai informasi yang
sudah ada sebelumnya, yang berarti menggabungkan informasi yang baru diserap
dengan pengetahuan yang sudah dimiliki (Mohammed & Kinyo, 2020). Selama proses
ini, orang tersebut menggunakan interpretasi dan penalaran logis untuk memahami
berbagai hal dan menghubungkannya dengan gaya belajar yang berbeda, yang berasal
dari dimensi humanistik dan perilaku. Contohnya, peserta didik yang bernama Han
termasuk remaja yang kritis dan aktif bertanya sehingga pengetahuan sebelumnya yang
diperoleh dari SMP diasimilasi dengan pengetahuan baru yang diperoleh melalui
kegiatan tanya-jawab dengan guru sehingga pengetahuannya semakin lengkap. Selain
itu, Han juga aktif mengerjakan tugas. Han juga mempunyai kemampuan menulis yang
baik dan rapi serta mampu menggambar bentuk sederhana seperti simbol lingkaran,
segitiga maupun sebagainya. Dalam proses belajar dan sehar-hari Han mampu berbicara
dengan jelas. Berdasarkan semua informasi di atas, model pembelajaran yang cocok untuk
peserta didik yang bernama Han Christian Gunawan adalah model pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik. Selain itu, karena gaya belajar Han adalah visual dan
kinestetik, maka guru dapat menggunakan pendekatan pembelajaran Technological
Pedagogical Content Knowledge (TPACK).

4
III. Output Produk yang telah Dibuat

Berdasarikan hasil observasi kegiatan pembelajaran Fisika di SMA Katolik Santo


Stanislaus, Surabaya. Guru perlu membuat perangkat pembelajaran atau Subject Spesific
Pedagogy (SSP) yang disesuaikan karakteristik peserta didik yang bernama Hans
Christian Gunawan. Produk SSP yang disusun guru meliputi Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RRP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan instrumen penilaian.
Adapun dalam menyusun RPP terdiri dari komponen-komponen: (1) identitas
pembelajaran; (2) tema pembelajaran; (3) Kompetensi Inti (KI); (4) Kompetensi Dasar
(KD); (5) Indikator Pencapaiak Kompetensi (IPK); (6) Tujuan Pembelajaran (TP); (7)
materi pelajaran; (8) metode pembelajaran; (9) pendekatan pembelajaran; (10) media
pembelajaran; (11) sumber belajar: (12) Langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan
(13) penilaian hasil belajar meliputi kognitif, sikap dan psikomotorik. RPP yang disusun
menggunakan model pembelajaran discovery. Model pembelajaran discovery
merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam
menyelidiki sendiri pengalaman-pengalamannya sendiri (Martaida, Bukit & Ginting,
2017). Model pembelajaran discovery dirancang sehingga dapat menemukan konsep
dan prinsip melalui proses mental peserta didik itu sendiri. Model pembelajaran
discovery dilandasi oleh konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget bahwa
pengetahuan akan bermakna jika dicari dan ditemukan sendiri oleh peserta didik
(Wartini, Khoirul & Multahada, 2017). Implementasi model discovery learning dalam
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dalam tahapan berikut (Achmad, 2022):
Tabel 1. Tahapan model pembelajaran discovery
No Tahap-tahap Kegiatan guru
1 Stimulus atau Guru memulai proses belajar mengajar dengan
pemberian rangsangan mengajukan pertanyaan.
2 Problem statement atau Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
identifikasi masalah untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah-
masalah yang relevan dengan bahan ajar, kemudian
salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk

5
hipotesis.
3 Data collection atau Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya
yang relevan untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis, misalnya membaca literatur, mengamati
objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji
coba sendiri dan sebagainya.
4 Data processing atau Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi
pengolahan data dan sebagainya. Kemudian, diolah diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi bahkan jika perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.
5 Verification atau Guru membimbing peserta didik melakukan
pembuktian pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing.
6 Generalization atau Peserta didik membuat kesimpulan yang dapat
membuat kesimpulan dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi.

Kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran discovery, dengan


menggunakan pendekatan TPACK dan metode eksperimen, diskusi kelompok dan tanya
jawab. Sedangkan, untuk media pembelajarannya menggunakan spidol, whiteboard,
LCD, komputer, dan PhET. Metode eksperimen, diskusi dan tanya jawab sangat sesuai
digunakan untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi dan kognitif, dan
menumbuhkan empati peserta didik yang bernama Han Christian Gunawan. Metode
diskusi dan tanya jawab dapat meningkatkan sikap sosial Han pada aspek kejujuran,
tanggung jawab, percaya diri, tidak mudah menyerah, responsif, pro-aktif, komunikasi
dan kerjasama. Sikap sosial peserta didik dinilai menggunakan lembar rubrik penilaian
6
sikap peserta didik. Lembar rubrik penilaian sikap terdiri dari sikap sosial dan sikap
spiritual.
Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Fisika untuk materi
gelombang cahaya adalah PhET. Adapun simulasi PhET dapat dilihat dalam Gambar 2.
PhET adalah media pembelajaran yang sangat efektif untuk mendorong penalaran Han
selaku peserta didik dan menumbuhkan motivasi belajar Fisika dari Han. Pembelajaran
dengan bantuan PhET membuat peserta didik menikmati proses belajar Fisika yang
menyenangkan sehingga mendorong keingintahuan peserta didik untuk melakukan
berbagai variasi percobaan secara mandiri, yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan motivasi belajar peserta didik terhadap Fisika (Hilalliati et al., 2019).
Animasi dalam simulasi PhET menyajikan fenomena Fisika secara virtual dapat
memotivasi peserta didik sehingga mendorong peserta didik untuk melakukan
penyelidikan melalui eksperimen virtual (Mahulae, Sirait & Sirait, 2017). Instruksi-
instruksi dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) diintegrasikan dengan PhET.
Dengan menggunakan pendekatan TPACK, metode diskusi kelompok dan media
pembelajaran PhET, peserta didik semakin antusias dalam pembelajaran Fisika.

Gambar 2. Simulasi PhET – Pembelokan Cahaya

Guru dapat meningkatkan hasil belajar Han menjadi lebih baik lagi dengan
menggunakan model dan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar,

7
kemampuan sosialisasi dan karakter Han. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru
untuk meningkatkan hasil belajar Han menjadi semakin baik dengan menggunakan
discovery learning model. Discovery learning model sangat sesuai dengan karakteristik
Han yang mana model pembelajaran ini berpusat pada peserta didik. Han mempunyai
kemampuan kognitif dan sosial yang baik. Oleh karena itu, discovery learning model
dapat menjadi alternatif bagi guru untuk mengoptimalkan kemampuan dan karakter
Han. Sedangkan, media pembelajaran yang yang dapat dipilih guru untuk
mengoptimalkan kemampuan Han adalah Physics Educational Technology (PhET).
PhET yang dilengkapi simulasi dan fitur-fitur yang yang menarik dapat menarik
perhatian Han untuk semakin antusias dalam belajar Fisika. Semakin antusias Han
belajar Fisika, maka semakin baik pula hasil belajarnya. Setelah guru melaksanakan
pembelajaran Fisika, asesmen dapat dilaksanakan. Asesmen dapat dilaksanakan dalam
bentuk tes dengan soal pilihan ganda, misalnya menggunakan QUIZZIZ. Teknik tes
cocok diterapkan guru untuk mengukur kemampuan kognitif Han dikarenakan Han
tergolong peserta didik dengan kemampuan kognitif yang tinggi.
Model pembelajaran discovery membantu Han yang merupakan peserta didik
dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Sintaks model pembelajaran discovery
berbantuan PhET memfasilitasi perkembangan kognitif Han dan perkembangan motorik
Han. Visualisasi PhET yang menarik mampu menstimulasi Han sebagai peserta didik
dengan gaya belajar visual. Sedangkan, langkah-langkah model pembelajaran discovery
learning sangat cocok untuk peserta didik dengan kemampuan kognitif yang tinggi dan
gaya belajar kinestetik. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan praktikum virtual
menggunakan PhET menginstruksikan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan
pembelajaran mulai dari mengobservasi fenomena dalam PhET, mengumpulkan data
praktikum virtual, menganalisis data hingga membuat kesimpulan.
Untuk mengukur sejauh mana peserta didik mampu mencapai tujuan
pembelajaran dan sejauh mana peserta didik mampu mencapai Nilai Ketetuntasan
Minimal (KKM), maka dilakukan pengukuran. Adapun aspek-aspek penilaian peserta
didik yang bernama Han Christian Gunawan disajikan dalam Tabel 2. Penilaian
keterampilan untuk peserta didik yang bernama Han diobservasi dengan memperhatikan
4 aspek ketika Han berpraktikum virtual dalam diskusi kelompok: (1) berpendapat

8
dengan benar dan sesuai; (2) mempresentasikan hasil diskusi dengan sistematika yang
baik dan bahasa yang benar; (3) menjawab dengan benar dan tepat pertanyaan yang
diberikan oleh guru; dan (4) menanyakan hal yang belum dipahami dari diskusi.
Berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan, maka guru dapat melakukan
refleksi pembelajaran. Refleksi pembelajaran dapat berguna bagi guru dan peserta didik
untuk dapat saling melakukan umpan balik. Apabila peserta didik telah mencapai KKM,
maka dapat dilakukan kegiatan pengayaan misalnya dengan memberikan penugasan
diskusi kelompok. Sementara untuk peserta didik yang belum mencapai KKM, maka
dapat dilakukan kegiatan remedial. Dengan demikian, kualitas pembelajaran guru akan
semakin baik apabila guru senantiasa melakukan inovasi dalam pembelajaran dan
melakukan refleksi pembelajaran serta rencana tindak lanjut.
Tabel 2. Penilaian Hasil Pembelajaran
Aspek
No Teknik Penilaian Instrumen Penilaian
Penilaian
1 Pengetahuan Tugas LKPD Instrumen tes berupa Lembar Kerja
Tes Evaluasi Peserta didik dan Tes Evaluasi
2 Sikap Pengamatan sikap saat Lembar penilaian sikap
tanya jawab
3 Keterampilan Pengamatan Lembar penilaian keterampilan
keterampilan peserta
didik saat tanya jawab

9
IV. Kesimpulam dan Saran

A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan praktik pembelajaran dan asesmen, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Han Christian Gunawan selaku peserta didik di kelas XI SMA Katolik Santo
Stanislaus, Surabaya memiliki karakteristik yakni gaya belajar visual dan
kinestetik dengan moral, sosio, psikis yang cukup baik. Han tergolong peserta
didik yang pandai, dan mampu menempatan dirinya dalam lingkungan
sekitar, suka dengan mata pelajaran Fisika dan aktif serta kritis dalam setiap
kegiatan pembelajaran.
2. Model pembelajaran discovery, pendekatan TPACK serta media
pembelajaran PhET sangat sesuai untuk mengembangkan kemampuan Han
Christian Gunawan secara holistik. Asesmen dalam bentuk tes dan observasi
sesuai dengan karakteristik Han Christian Gunawan yang memiliki gaya
belajar kinestetik dan visual.
B. Saran
Berdasarkan hasil penilaian dan praktik pembelajaran yang telah dilakukan,

maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Model pembelajaran discovery berbantuan PhET dapat menjadi alternatif bagi

guru untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara holistik,

khususnya untuk peserta didik yang kritis, aktif, kreatif, motivasi belajar

tinggi.

2. Dalam menyusun RPP, seorang guru dapat memahami karakteristik peserta

didik sehingga dapat menyesuaikan tujuan pembelajaran.

3. Data hasil profiling peserta didik dapat digunakan sebagai acuan dalam

menentukan model dan metode pembelajaran yang tepat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, I. N. (2022). Mengenal Karakteristik Good Governance Melalui Model


Discovery Learning. Bekasi: Mikro Media Teknologi.

Alwi, S. (2021). Perilaku Bullying di Kalangan Santri Dayah Terpadu Kota


Lhokseumawe. Medan: Pusdikra

Berraondo, G. J., Guisasola, J., & Zuza, K. (2019). Addressing undergraduate students’
difficulty in learning the Generalized Work-Energy Principle in introductory
Mechanic. Journal of Physics: Conference Series, 1287, 1-9.
http://dx.doi.org/10.1088/1742-6596/1287/1/012024

Harasim, L. (2017). Learning Theory and Online Technologies, Second Edition. New
York: Routledge, Taylor and Francis Group.

Hilalliati, N., Jumadi, Kuswanto, H., & Wilujeng, I. (2019). Scientific attitudes mapping
of students after using PhET assisted group investigation models. Journal of
Physics: Conference Series, 1233 012050, 1-8. http://dx.doi.org/10.1088/1742-
6596/1233/1/012050

Lu, C.H. (2019). Child labor and compulsory education: the effects of government
education policy on economic growth and welfare. Economic Theory, 69, 637 –
666. https://doi.org/10.1007/s00199-019-01176-w

Mahulae, P.S., Sirait, M., & Sirait, M. (2017). The effect of inquiry training learning
model using PhET media and scientific attitude on students’ science process
skills. IOSR Journal of Research & Method in Education, 7(5), 24-29.

Martaida, T., Bukit, N & Ginting, E., M. (2017). The Effect of discovery learning model
on student’s critical thinking and cognitive ability in junior high school. Journal
of Research & Method in Education, 7(6), 1-8.

Mohammed, S. H., & Kinyo, L. The role of constructivism in the enhancement of social
studies. Journal of Critical Reviews, 7(7), 249-256.
http://dx.doi.org/10.31838/jcr.07.07.41

Powdthavee, N., Lekfuangfu, W.N., & Wooden, M. (2015). What’s the good of
education on our overall quality of life? A simultaneous equation model of
education and life satisfaction for Australia. Journal of Behavioral and
Experimental Economics, 54, 1–41. https://doi.org/10.1016/j.socec.2014.11.002

Putri, S.U. (2019). Pembajaran Sains untuk Anak Usia Dini. Sumedang: UPI Sumedang
Press.

11
Savani, K., Rattan, A., & Dweck, C. S. (2017). Is education a fundamental right?
people’s Lay theories about intellectual potential drive their positions on
education. Personality and Social Psychology Bulletin, 43(1), 1284-1295.
https://dx.doi.org/10.1177/0146167217711935

Wartini, A., Khoirul, M. H., & Multahada, A. (2017). Menggagas Model Pembelajaran
Discovery-Inquiry pada Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Intizar, 23(1), 151-
164.

Yanuardianto, E. (2019). Teori kognitif sosial Albert Bandura (studi kritis dalam
menjawab problem pembelajaran di MI). Jurnal Auladuna, 1(2), 94-111.

12

Anda mungkin juga menyukai