Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH IPA SEKOLAH 2

Nama Anggota:

1. Anisya Rahmania Nasra 1916041013


2. Nur Fadhilah Hasan 1916042015
3. Huznul Amalia 1916042021
4. Deviani L 1916042023
5. Hardianti S 1916042003
6. Rahmah Djabal Arfah 1916042007

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam
semoga senantiasa dilimpahkan selalu kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
keluarganya, para sahabatnya, serta umat yang senantiasa mengikuti dan melaksanakan
ajarannya.
Selama pelaksanaan penyusunan makalah ini, kami tidak lepas dari kesulitan dan
hambatan-hambatan yang dihadapi. Namun atas bantuan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih kami
ucapkan kepada dosen yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini, serta ucapan
terimakasih kepada teman-teman yang telah mendukung penyelesaian makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan banyak manfaat kepada para pembaca.

Makassar, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................7
LANDASAN TEORI............................................................................................................................7
A. Kajian Teori...............................................................................................................................7
1. Hasil Belajar..............................................................................................................................7
b. Hasil Belajar..............................................................................................................................9
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).................................................................................................12
b. Tujuan Pembelajaran IPA........................................................................................................14
c. Cara Berpikir IPA....................................................................................................................16
d. Cara Penyelidikan IPA.............................................................................................................17
3. Materi Cahaya dan Alat Optik.................................................................................................18
a. Pengertian Metode Pembelajaran.............................................................................................21
BAB III................................................................................................................................................29
HASIL ANALISIS & SOLUSINYA...................................................................................................29
BAB V.................................................................................................................................................30
PENUTUP...........................................................................................................................................30
A. Kesimpulan..............................................................................................................................30
B. Saran.......................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32

4
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses pembinaan perkembangan


manusia yang dilakukan secara sadar dan terencana. Pendidikan memiliki peranan
penting dalam kemajuan suatu bangsa yaitu kemampuan bersaing dan penguasaan
IPTEK. Ukuran kesejahteraan suatu bangsa yang dulunya diukur dari sumber daya
alam atau modal fisik telah bergeser digantikan dengan modal intelektual dan
pengetahuan. Disinilah pendidikan memainkan perannya, karena didalam pendidikan
terdapat proses perubahan tingkah laku manusia yang bertujuan membangun manusia
seutuhnya, yaitu manusia sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan, dan kebangsaan sebagai bangsa indonesia.
Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan diantaranya adalah pemenuhan sarana dan prasarana, peningkatan mutu
guru melalui pendidikan dan latihan, penataran dan seminar pendidikan. Pada sistem
pendidikan itu sendiri, pemerintah sangat gigih dalam mencari jalan terbaik untuk
sistem pendidikan di Indonesia, diantaranya perubahan kurikulum pada berbagai
aspek yaitu tujuan, kompetensi, struktur, program dan deskripsi materi pelajaran.
Perubahan kurikulum tidak akan banyak berarti jika perilaku dan cara guru
mengajar tidak ada perubahan. Salah satu ciri dalam perubahan ini adalah bagaimana
seorang guru dapat mempersiapkan program pembelajaran secara cermat, sehingga
kegiatan pembelajaran terlaksana secara menarik, melibatkan siswa, sumber daya
yang tersedia dan bermakna. Masalah yang sering ditemui dalam dunia pendidikan
adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi
belajarsiswa.
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya sesuai pendapat
Sardiman (2010:21). Kemungkinan siswa belajar atau mengalami perubahan tingkah
laku dapat dilihat dari pengukuran/penilaian. Demikian juga dalam proses
5
pembelajaran, dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang dan kurang
pandai dengan mengetahui hasil belajarnya. Proses belajar sedikitnya akan menempuh
sejumlah tahapan, salah satunya yaitu mengenal dan memahami pengetahuan,
termasuk memahami materi fisika.
Secara umum siswa merasa bahwa mata pelajaran fisika merupakan mata
pelajaran yang sulit. Hal ini disebabkan pada sulitnya siswa dalam memahami materi
yang disajikan pada saat proses belajar mengajar, meskipun guru telah berusaha
menstranfer ilmu yang dimiliki dengan berbagai macam metode, tetapi karena adanya
perbedaan karakteristik siswa dalam memahami materi sehingga menimbulkan
penerimaan siswa pada materi yang disampaikan berbeda pula. Faktor–faktor yang
mempengaruhi proses pembelajaran dibagi menjadi faktor eksternal dan faktor
internal. Menurut Nasution (2006:50), faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman
siswa diantaranya: bakat untuk mempelajari sesuatu, mutu pengajaran, kesanggupan
memahami pengajaran, ketekunan, waktu yang tersedia untuk belajar.
Faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran siswa
adalah faktor intern yang berupa kemampuan pemahaman materi yang dimiliki dan
dikuasai oleh siswa. Apabila faktor intern dapat teratasi maka dapat memudahkan
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dalam memahami pelajaran Fisika yang
diberikan oleh guru sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Indikasi kesulitan belajar yang terlihat dari data awal siswa yang belum
mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah siswa salah dalam menjelaskan
suatu pengertian, siswa salah menyebutkan fungsi bagian mata, siswa salah dalam
menggambarkan cara kerja alat optik, serta tidak mampu menerapkan materi
pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari- hari. Untuk itu perlu adanya
pemikiran dan penelitian yang dapat memberikan masukan bagi guru, siswa dan pihak
lainnya tentang “Analisis Potensi Kesulitan Pemahaman Konsep pada materi getaran,
gelombang, cahaya, dan alat optik beserta solusinya pada peserta didik kelas VIII”

6
BAB II

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori

1. Hasil Belajar

a. Belajar
Belajar menurut B. F. Skinner (1958)

dalam Asih dan Eka (2014) adalah suatu proses

adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang

berlangsung secara progresif. Belajar juga

dipahami sebagai suatu perilaku. Belajar juga

dapat diartikan perubahan dalam peluang

terjadinya suatu proses. Adapun menurut Skinner

nilai yang baik dalam belajar merupakan “Operant

Conditioning”. Operant conditioning tersebut

dibagi menjadi dua bentuk yaitu respondent

response (bersifat relatif tetap) dan operant

response (bersifat dapat dimodifikasi sehingga

respon inilah yang akan dioptimalkan dalam proses

pembelajaran seorang individu). Berhubungan

dengan pembelajaran IPA teori ini dapat

diimplementasikan dalam kegiatan lingkungan

sebagai stimulus yang akan menentukan respons

peserta didik.

Sedangkan menurut Robert M. Gagne

(1992) dalam Asih dan Eka (2014) menyatakan

bahwa belajar merupakan usaha yang


7
dilakukan manusia untuk mencapai tujuan

yang telah ditentukan. Artinya proses belajar

bisa saja terjadi secara sengaja maupun tidak

disengaja, yang kesemuanya tersebut

mempunyai keuntungan dan

8
mudah diamati. Menurut Gagne, ada tiga tahapan dalam belajar,

yaitu (1) persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan

mengarahkan perhatian, pengharapan, dan mendapatkan kembali

informasi; (2) pemerolehan dan unjuk perbuatan (performa)

digunakan untuk persepsi selektif, sandi sematik, pembangkitan

kembali, respons dan penguatan; (3) alih belajar, yaitu

pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara

umum (Asih dan Eka, 2014: 33). Dihubungkan dengan

pembelajaran IPA teori ini dapat dilaksanakan untuk mencapai

kompetensi pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk

penyesuaian fase belajar dengan pembelajaran.

Konsep-konsep tersebut merupakan acuan dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru dalam

merencanakan suatu proses pembelajaran haruslah memahami

konsep belajar untuk mencapai hasil yang maksimal selama proses

pembelajaran.

b. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu

kegiatan pembelajaran. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai

lebih kemudian akan mendapat tempat di dalam perbendaharaan

pengetahuan siswa dan di setiap penambahannya akan

mempengaruhi struktur perbendaharaan itu secara menyeluruh lagi.

Darmo (2014) dalam Ernawita (2017) mengemukakan bahwa hasil

9
belajar adalah mengukur kemampuan siswa yang meliputi

kemampuan memprediksi, menyimpulkan, membuat hipotesis,,

mengklarifikasi, mengenaralisasi, membuat skala prioritas, dan

mengevaluasi. Hasil belajar seringkali digunakan untuk mengukur

sejauh mana seseorang tersebut menguasai materi apa yang

diajarkan.

Menurut Gunarto dalam bukunya yang berjudul Model dan Metode


Pembelajaran di Sekolah mengemukakan bahwa hasil belajar dirumuskan dalam
bentuk kemampuan dan kompetensi yang dapat diukur dan ditampilakan melalui
performance siswa. Adapun indikator hasil belajar siswa adalah mengidentifikasi
(identify), menyebutkan (name), menyusun (construct), menjelaskan (describe),
mengatur (order), dan membedakan (different). Sedangkan menurut Sudjana (2009)
dalam Gunarto (2013) kriteria keberhasilan pembelajaran dari sudut prosesnya:

1. Pembelajaran direncanakan dan dipersiapkan terlebih dahulu oleh

guru dengan melibatkan siswa secara sistematik, ataukah suatu

proses yang bersifat otomatis dari guru disebabkan telah menjadi

pekerjaan rutin.

2. Kegiatan siswa belajar dimotivasi guru sehingga ia melakukan

kegiatan belajar dengan penuh kesadaran, kesungguhan, dan tanpa

paksaan untuk memperoleh tingkat penguasaan pengetahuan,

kemampuan serta sikap.

10
3. Siswa menempuh beberapa kegiatan belajar sebagai akibat

penggunaan multi metode dan media yang dipakai guru atau

terbatas dalam satu kegiatan belajar saja.

4. Siswa mempunyai kesempatan untuk mengontrol dan menilai

sendiri hasil belajar yang dicapainya atau ia tidak mengetahui

apakah yang ia lakukan tersebut benar atau salah.

5. Proses pembelajaran dapat melibatkan semua siswa dalam satu

kelas tertentu yang aktif belajar.

6. Suasana pembelajaran atau proses belajar-mengajar cukup

menyenangkan dan merangsang siswa untuk belajar ataukah

suasana yang mencemaskan dan menakutkan.

7. Kelas memiliki sarana belajar yang baik sehingga dapat menjadi

tempat belajar untuk mengembangkan pengetahuan ataukah tidak

memiliki sarana yang baik sehingga sulit untuk mengembangkan

apa yang dipelajari.

Oleh karena itu, dengan keadaan-keadaan di atas dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Pembelajaran akan dikatakan

berhasil jika siswa mampu mencapai tujuan-tujuan dalam

pembelajaran. Memberikan suasana yang nyaman dengan media

yang menyenangkan mampu menumbuhkan dan meningkatkan

keinginan siswa dalam belajar, sehingga proses belajar-mengajar

akan berjalan dengan baik dan dibarengi dengan hasil belajar yang

memuaskan.

11
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu pengetahuan

teoritis yang diperoleh atau disususn dengan cara yang khas atau

khusus, yaitu melakukan observasi eksperimen, penyususnan teori,

penyimpulan, demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang

satu dengan cara yang lain (Saronom, 2017: 17). Fakta-fakta yang

ada di dunia ini mulai dari kebendaan atau alam diselidiki melalui

percobaan (eksperimen), yang mana dari hasil percobaan tersebut

akan muncul hasil yang membentuk suatu teori. Cara mendapatkan

pengetahuan tersebut yang biasa disebut dengan metode ilmiah.

Pada dasarnya metode ilmiah merupakan cara yang logis untuk

memecahkan suatu masalah tertentu dan menghasilkan bentuk

yang real dan dapat diuji ulang.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah,

yaitu pengetahuan yang telah mengalami uji kebenaran melalui

metode ilmiah, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal,

dan tentatif (Trianto, 2012: 170). Pada dasarnya IPA memiliki

hakikat yang memiliki empat unsur, yaitu:

1) Sikap; rasa ingin tahu akan benda, fenomena alam, makhluk

hidup, serta hubungan sebab akibat hingga menimbulkan

masalah baru yang hanya dapat dipecahkan dengan prosedur

yang benar

12
2) Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah

yang meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen,

evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan

3) Produk; berupa fakta, prinsip, teori serta hukum

4) Aplikasi; penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari

Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Dalam pembelajaran IPA keempat

unsur tersebut akan muncul secara alami sehingga peserta didik

dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, dan dapat

memahami fenomena alam melalui pemecahan masalah , metode

ilmiah, dan menemukan fakta baru. Fakta dilapangan

menunjukkan bahwa peserta didik saat ini hanya mempelajari IPA

pada domain kognitif yang terendah, sehingga mengakibatkan

mereka menjadi malas berpikir secara mandiri. Melalui

pembelajaran IPA terpadu, diharapkan peserta didik dapat

membangun pengetahuannya melalui cara kerja ilmiah, bekerja

sama dalam kelompok, belajar berinteraksi dan berkomunikasi

serta bersikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tiga

kemampuan yaitu: kemampuan untuk mengetahui apa yang

diamati, kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati

dan menguji tindak lanjut hasil eksperimen, dan dikembangkannya

sikap ilmiah (Trianto, 2012: 172). Pembelajaran IPA menekankan

13
pada pengalaman

14
secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta

didik mampu memahami lingkungan sekitar melalui proses

“mencari tahu” dan “berbuat”, hal tersebut akan membantu peserta

didik mudah memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.

b. Tujuan Pembelajaran IPA

Berdasarkan Prasetyo (2013) dalam bukunya yang berjudul

Konsep Dasar Pendidikan IPA menyatakan bahwa tujuan

pembelajaran IPA terpadu adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang

harus dicapai oleh peserta didik masih dalam lingkup kajian

energi dan perubahannya, materi dan sifatnya, serta makhluk

hidup dan proses pendidikan. Tidak sedikit yang mengatakan

bahwa pembelajaran IPA yang disajikan secara disiplin

keilmuan dianggap terlalu dini bagi anak usia 7−14 tahun,

karena anak pada usia tersebut masih dalam masa transisi dari

berpikir operasional konkret ke berpikir abstrak. Tidak hanya

itu, peserta didik juga masih melihat dunia secara holistik. Atas

dasar tersebut, pembelajaran IPA hendaknya disajikan secara

utuh bukan secara parsial atau setengahnya saja. Adanya

keterpaduan bidang kajian dapat mendorong guru untuk

mengembangkan kreatifitas tinggi karya karena adanya

tuntutan untuk memahami keterekaitan antara suatu materi

15
dengan

16
materi yang lain. Guru juga dituntut memiliki kecermatan,

kemampuan analitik, dan kemampuan kategori agar dapat

memahami keterkaitan atau kesamaan materi maupun

metodologi.

2) Meningkatkan minat dan motivasi

Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk

mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyuluruh,

dinamis dan bermakna sesuai dengan harapan serta

kemampuan guru, serta kebutuhan dan kesiapan peserta didik.

Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi

pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tema

yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan

memotivasi peserta didik untuk mengenal, menerima,

menyerap serta memahami keterkaitan antara konsep

pengetahuan dan nilai yang termuat dalam tema tersebut.

Model pembelajaran tersebut yang terpadu dan sesuai dengan

kehidupan sehari-hari, peserta didik untuk berpikir luas dan

mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan

konseptual yang disajikan oleh guru.

Membiasakan hal tersebut akan memudahkan peserta didik

terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh, menyeluruh, sistimik,

dan analitik. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar

bila
17
mereka merasa bahwa pembelajaran itu bermakna baginya, dan

bila mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

3) Beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus

Model pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu,

tenaga, dan sarana serta biaya karena pembelajaran beberapa

kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu,

pembelajaran terpadu juga menyederhanakan langkah-langkah

pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena adanya proses

pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi,

kompetensi dasar, dan langkah pembelajaran yang dipandang

memiliki kesamaan atau keterkaitan.

c. Cara Berpikir IPA

Berdasarkan Ananda dan Abdillah (2018) dalam bukunya

Pembelajaran Terpadu menyatakan bahwa cara berfikir IPA

berlangsung didalam pikiran orang-orang yang berkecimpung

didalam bidang tersebut. Kegiatan mental yang dilakukan oleh para

ilmuwan memberikan gambaran tentang rasa ingin tahu

(curiousity) dan hasrat manusia untuk memahami suatu fenomena

alam. Dengan didorongnya rasa ingin tahu dan alasan yang kuat

para ilmuwan berusaha untuk menggambarkan dan menjelaskan

fenomena alam tersebut. Oleh karena itu, argumentasi para

ilmuwan dalam memberikan tanda-tanda penting yang

berhubungan dengan hakikat IPA.

18
Kecenderungan para ilmuwan untuk menemukan sesuatu

dimotivasi oleh, rasa percaya bahwa hukum-hukum alam disusun

dari hasil observasi dan dijelaskan dengan pikiran dan alasan

tertentu. Rasa ingin tahu tersebut merupakan hasil dari eksplorasi

terhadap lingkungan mereka sehingga mereka sering bertanya

“mengapa sesuatu itu dapat terjadi?”. Bahkan lebih dari itu, rasa

ingin tahu merupakan karakteristik para ilmuwan yang memiliki

ketertarikan pada fenomena alam yang kadang-kadang jauh di luar

jangkauan pikiran orang pada umumnya.

d. Cara Penyelidikan IPA

Berdasarkan Saronom (2017) dalam bukunya yang berjudul

Dasar-dasar Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

menyatakan bahwa cara penyelidikan IPA memberikan ilustrasi

tentang pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menyusun

pengetahuan. Dalam IPA mengenal banyak yang namanya metode,

yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah.

Beberapa metode yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut

mendasarkan pada keinginan laboratorium atau eksperimen yang

memfokuskan pada hubungan sebab-akibat. Oleh karena itu, orang

yang ingin memahami fenomena alam beserta hukum-hukum yang

berlaku, haruslah mempelajari objek-objek dan kejadian-kejadian

yang ada pada alam. Objek serta kejadian alam tersebut harus

19
diselidiki melalui eksperimen, observasi dan penjelasannya melalui

proses pemikiran untuk mendapat kan alasan atau argumentasi.

Ilmu Pengetahuan Alam memiliki beberapa ciri khusus yang

membedakannya dengan ilmu pengetahuan yang lain, yaitu:

a. Bersifat universal

b. Konsisten, yang berarti dapat diuji kebenarannya setiap saat

c. Bersifat tentatif (sementara), yang artinya konsep dan hukum

IPA yang ada dapat berubah apabila ditemukan fakta baru

yang dapat mendukung konsep dan hukum tersebut

Selain itu Ilmu Pengetahuan Alam juga memiliki beberapa

fungsi, seperti:

a. Mengembangkan pola pikir manusia

b. IPA untuk menjelaskan

c. IPA untuk meramal

d. IPA mengontrol dan menguasai lahan guna kesejahteraan alam

(Saronom, 2017: 28).

3. Materi Cahaya dan Alat Optik

Berdasarkan buku Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VIII SMP/MTs

Semester 2 yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2017 menyatakan bahwa

cahaya adalah suatu hal yang hanya bisa dirasakan tanpa bisa dilihat.

Dengan berbagai sifatnya yang dapat merambat lurus dan dipantulkan,

cahaya dapat dirasakan ketika kita mematikan dan menyalakan lampu.

20
Cahaya

21
dapat mengenai benda sebagian akan dipantulkan ke mata dan

sebagian lagi akan diserap benda sebagai energi. Cahaya akan

dibiaskan ketika melalui dua medium dengan kerapatan optik yang

berbeda. Benda hanya memantulkan spektrum cahaya yang warnanya

sama dengan warna permukaan benda tersebut, sehingga kita dapat

mengindrai dengan tepat warna-warna benda tersebut.

Penerapan sederhana cahaya dan olat optik yang sederhana adalah

kamera dan mata. Kamera dan mata memiliki fungsi yang hampir sama

di mana ketika menerima cahaya dan membentuk bayangan bagian

yang digunakan adalah kornea, iris, lensa dan retina. Misalnya saja

lensa, cahaya yang masuk melalui lensa kamera tersebut memfokuskan

bayangan benda pada film foto. Sehingga bayangan yang terbentuk

pada kamera menjadi nyata, terbalik dan lebih kecil dari benda aslinya.

Ukurang bayangan tersebut bergantung pada panjang fokus lensa, dan

jarak lensa tersebut pada film.

Cahaya merupkan suatu hal yang tidak bisa dilihat namun bisa

dirasakan seperti halnya ketika kita menyalakan dan mematikan lampu.

Cahaya memiliki banyak sifat yaitu merambat lurus, dapat dipantulkan,

dapat dibiaskan dan merupakan gelombang elektromagnetik. Selain itu

cahaya juga memiliki beberapa bayangan yang dapat dipantulkan

dengan pemantulan baur yaitu terjadi jika cahaya dipantulkan oleh

bidang yang tidak rata seperti aspal, sedangkan pemantulan teratur yaitu

terjadi jika cahaya dipantulkan oleh bidang yang rata seperti cermin

datar atau
22
permukaan datar. Cahaya juga dapat dipantulkan pada cerminn datar,

cermin cekung dan cermin cembung, selain itu cahaya juga dibiaskan

ketika melalui dua medium dengan kerapatan optik yang berbeda.

Benda hanya memantulkan spektrum cahaya yang warnanya sama

dengan warna permukaan benda tersebut, sehingga kita dapat

mengindrai dengan tepat warna-warna benda tersebut. Gelombang

cahaya terbentuk karena adanya perubahan medan magnet dan medan

listrik secara periodik, sehingga merupakan gelombang

elektromagnetik.

Pembentukan bayangan pada cermin dan lensa menggunakan sinar-

sinar istimewa. Bayangan bersifat nyata apabila titik potongnya

diperoleh dari perpotongan sinar-sinar pantul yang konvergen

(mengumpul). Sebaliknya, bayangan bersifat maya apabila titik

potongnya merupakan hasil dari perpanjangan sinar-sinar pantul yang

divergen (menyebar). Dari bayangan yang terbentuk pada cermin, dapat

diketahui bahwa bayangan pada cermin datar bersifat maya, sedangkan

bayangan pada cermin cembung bersifat maya, tegak dan diperkecil.

Dan bayangan yang terbentuk pada cermin cekung bersifat maya,

terbalik dan diperbesar. Pembentukan bayangan pada mata manusia

merupakan bentuk pemanfaatan alat optik pada kehidupan sehari-hari.

Jenis alat optik dalam kehidupan sehari-hari seperti kamera, lup,

mikroskop, teropong dan teleskop. Pengaplikasian alat opti kamera

seperti halnya prinsip kerja pada mata, bagianmata yang banyak

berperan pda proses pembentukan bayangan benda adalah kornea, iris,


23
lensa dan retina.

24
Adapun alat optik tersebut mengalami gangguan, gangguan tersebut

diantaranya adalah miopi, hipermetropi, buta warna, presbiopi dan

antigmatisma.

4. Hakikat Metode Pembelajaran Team Teaching

a. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan

rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang

telah disusun tercapai dengan optimal (Sardiman, 2014: 231).

Dengan kata lain yaitu pola umum rentetan kegiatan yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu dalam pembelajaran.

Menurut Trowbridge dan Bybee (1996) dalam Made (2008)

menyatakan bahwa pembelajaran siklus merupakan salah satu

model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model

tersebut pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus dalam

Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Pembelajaran siklus

terdiri dari tiga tahap yakni, eksplorasi (exploration), pengenalan

konsep (concept introduction) dan penerapan konsep (concept

application), namun sekarang sudah berkembang menjadi 5 tahap

yakni, pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration),

penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration/extention) serta

evaluasi (evaluation).

25
b. Pengertian Team Teaching

Menurut Latifah (2013) metode pembelajaran team

teaching adalah suatu metode pembelajaran yang ketika mengajar

pendidiknya lebih dari satu orang dan telah memiliki tugas masing-

masing. Metode team teaching ini dibagi menjadi dua yaitu semi

team teaching dan team teaching penuh. Team teaching penuh

adalah pelaksanaan bersama, di mana seorang guru sebagai penyaji

atau menyampaikan informasi dan seorang guru yang lain

membimbing diskusi kelompok atau membimbing latihan

individual.

Pengajaran tim merupakan metode pengajaran yang

dilakukan bersama-sam. Menurut Quin dan Kamter (1984) dalam

Suparlan (2014) mendefinisikan bahwa pengajaran tim adalah

“simply team works between two qualitied instructors who

together make presentarions to an audience”. Pengajaran yang

dilakukan secara tim sederhana antara dua orang pengajar yang

saling berkualifikasi membentuk suatu presentasi untuk suatu

pembelajaran di kelas. Selama proses pembelajaran Team

Teaching seluruh aktifitas mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

sampai pada evaluasi dilakukan bersama-sama.

Team Teaching merupakan salah satu bentuk strategi

pembelajaran siswa, yang dilakukan dengan cara membagi peran

dan tanggung jawab secara jelas dan seimbang. Tim pengajar atau

26
guru yang menyajikan bahan pengajaran dengan cara mengajar

beregu ini membuat bahan pengajaran yang sama dalam waktu

yang sama dan dengan tujuan yang sama pula. Setelahnya juga

akan melakukan persiapan, pelaksanaan, dan mengevaluasi hasil

belajar siswa bersama. Pelaksanaannya pun bisa dilakukan secara

bergilir atau bersama-sama dengan metode diskusi.

Adapun penggunaan metode Team Teaching ini sangat baik

bagi pengajar pemula yang masih dalam tahap pengembangan diri

di dunia pengajaran. Guru yang telah berpengalaman dapat

membantu kesulitan-kesulitan pengajar pemula dengan membagi

beberapa tugas yang dibebankan. Penggunaan metode ini juga

sangat menguntungkan karena tugas guru yangharusnya dikerjakan

satu orang menjadi ringan karena dikerjakan bersama dan suasana

kelas menjadi lebih kondusif karena ada dua pengendali di dalam

kelas. Namun, hal tersebut akan menjadi sangat tidak kondusif

ketika dua pengajar tersebut kurang dalam koordinasi. Suasana

kelas akan menjadi sulit untuk dikendalikan karena terjadi miss

communication antar guru yang mengajar di kelas.

c. Jenis Strategi Team Teaching

Menurut Suparlan (2014) menyatakan bahwa Team

Teaching ini mempunyai beberapa strategi dalam prakteknya,

diantaranya adalah sebagai berikut:

27
1) Semi Team Teaching

Merupakan pembuatan rencana bersama, mengajar sendiri-

sendiri. Ada beberapa tipe dalam strategi semi Team Teaching

ini, diantaranya adalah:

Tipe 1 : Sejumlah guru mengajar mata pelajaran yang sama

di kelas yang berbeda. Namun, dalam perencanaan materi dan

metode disepakati bersama.

Tipe 2 : Satu mata pelajaran disajikan sejumlah guru secara

bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh

guru masing-masing.

Tipe 3 : Satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih,

waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran atau materi

tertentu dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara

bersama dan sepakat satu sama lain.

2) Team Teaching Penuh

Merupakan satu tim dalam mengajar di satu kelas dalam

waktu yang sama. Adapun beberapa tipe dalam Team

Teaching penuh ini, yaitu:

Tipe 1 : Pelaksanaannya dilakukan bersama di mana

seorang guru sebagai penyaji atau menyampaikan informasi,

sedangkan seorang guru yang lain membimbing diskusi

kelompok atau membimbing latihan individual.

28
Tipe 2 : Anggota tim melakukan secara bergantian

menyajikan topik atau materi. Diskusi dibimbing secara

bersama dan saling melengkapi jawaban dari anggota tim.

Tipe 3 : Seorang guru senior menyajikan langkah latihan,

observasi, praktek serta informasi seperlunya. Peserta didik

dibagi menjadi dua kelompok yang mana setiap kelompoknya

dibimbing oleh seorang guru (tutor, mediator, fasilitator).

Kemudian di akhir pembelajaran masing-masing kelompok

memberikan laporan baik itu lisan maupun tulis dan ditanggapi

bersama serta disimpulkan bersama.

d. Tahapan Pembelajaran Team Teaching

1) Tahap Awal

a) Melakukan perencanaan pembelajaran yang disusun

bersama, seperti membuat RPP mulai dari standar

kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang harus

diraih oleh peserta didik.

b) Menyusun alur proses pembelajaran agar tidak kehilangan

arah pembelajaran.

c) Sesama partner Team Teaching harus sama-sama

memahami materi dan isi pembelajaran Team Teaching.

Hal ini bertujuan agar keduanya dapat bisa saling

melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada dalam diri

masing- masing.

29
d) Pembagian peran dan tanggung jawab secara jelas.

2) Tahap Inti

Ada dua jenis pembagian dalam tahap ini, yaitu:

a) Satu guru bertindak sebagai pemateri selama dau jam mata

pelajaran secara penuh, dan satu orang sebagai pengawas

dan pembantu team.

b) Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam

pelajaran, dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri

dibagi menjadi dua dalam dua jam pelajaran yang ada.

3) Tahap Evaluasi

a) Evaluasi guru, dilakukan oleh partnerteam setelah jam

pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masing-masing

partner dengan memberikan kritik dan saran untuk

membangun perbaikan kualitas proses pembelajaran

selanjutnya.

b) Evaluasi siswa, dilakukan bersama-sama yang mencakup

pembuatan soal evaluasi dan merencanakan evaluasi

(Suparlan: 2014).

e. Kelebihan dan Kelemahan Team Teaching

Menurut Margaret dan Kimberly (2004: 76) menyatakan bahwa

metode pembelajaran Team Teaching ini dapat dijadikan alternatif

untuk mengatasi permasalahan yang menyangkut pembelajaran.

30
Adapun keunggulan dari penerapan metode

pembelajaran Team Teaching ini adalah:

a. Metode Team Teaching diharapkan dapat

membangun budaya kemitraan yang positif

antar guru sehingga terjalin kerjasama

dalam peningkatan kualitas pembelajaran.

b. Dapat mematangkan kegiatan perencanaan

dan persiapan mengajar karena antar guru

tersebut dapat saling berdiskusi perihal

pembelajaran yang akan dilakukan.

c. Menjamin pengawasan pembelajaran

secara efektif. Dengan melibatkan guru

lebih satu dalam kelas menjadikan siswa

mendapatkan perhatian yang cukup dalam

memahami pelajaran yang diberikan.

d. Menjalin komunikasi yang intensif antar

guru. Seperti yang dilakukan oleh seorang

guru pemula dengan guru senior dapat

saling bertukar pengalaman dan

melengkapi kekurangan satu sama lain.

Selain adanya kelebihan, Team Teaching

ini juga memiliki beberapa kelemahan,

diantaranya adalah:

a. Membutuhkan persiapan dan waktu ekstra.

31
b. Tidak mudah untuk menjadi tim yang

kompak tanpa adanya persiapan yang

matang.

c. Membutuhkan fasilitas yang ekstra.

32
BAB III

HASIL ANALISIS & SOLUSINYA

Peserta didik masih sering merasa kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat disebabkan
karena kurangnya dorongan dari lingkungan untuk mengembangkan potensi mereka sehingga
dapat menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar. Banyak dari pengajar yang masih
menggunakan metode pengajaran yang monoton dan media yang kurang menarik minat
peserta didik untuk belajar. Oleh sebab itu, motivasi merupakan hal yang sangat penting yang
harus dilakukan oleh guru bersama dukungan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar
peserta didik sangat diperlukan.

Kesulitan yang dialami oleh peserta didik dapat dihadapi bersama-sama sehingga
tujuan yang ingin dicapai dapat termaksimalkan. Berikut solusi yang dapat diberikan kepada
masing-masing peran.

1. Guru
Sebaiknya guru lebih kreatif dalam mengemas pembelajaran agar siswa tidak mudah
bosan selama proses pembelajaran berlangsung, seperti menggunakan model-model
pembelajaran yang mengacu pada cara belajar siswa yang aktif dengan
mengoptimalkan kemampuan siswa.
2. Siswa
Diharapkan selama pembelajaran berlangsung siswa lebih aktif, kreatif dan kritis
dalam mengikuti pembelajaran khususnya pelajaran IPA.
3. Sekolah
Sekolah merupakan wadah yang memiliki peran aktif mengikutsertakan siswa dalam
kejuaraan atau lomba mata pelajaran IPA baik itu berupa cerdas cermat atau lomba-
lomba yang lain yang dapat membuat siswa lebih tertarik dan bersemangat pada
waktu pembelajaran IPA berlangsung.

33
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis potensi kesulitan peserta didik dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode Team Teaching dan media Crossword Puzzle dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA materi cahaya dan alat optik pada
siswa kelas VIII. Karena dengan metode team teaching dan media Crossword Puzzle
peserta didik lebih paham terkait materi getaran, gelombang, cahaya, dan optic.
Penggunaan media pembelajaran untuk meringankan guru dalam mengajar terkadang
sukar untuk dilaksanakan. Hal tersebutlah yang menyebabkan banyak dari pengajar
yang kurang memaksimalkan adanya media pembelajaran. Media Crossword Puzzle
ini merupakan suatu permainan edukasi (education game) yang melatih siswa untuk
berpikir kritis, sebagai upaya memecahkan teka-teki tersebut siswa harus menjawab
pertanyaan dan menentukan jawaban serta bentuk yang cocok sehingga antara
jawaban yang satu dengan yang lainnya berhubungan. Kebijaksanaan dalam memilih
jawaban dan bentuk yang pas satu sama lain dalam permainan ini sangat diperlukan
agar puzzle-puzzle tersebut dapat terpasang dengan serasi. Kemudian media team
teaching dimana guru yang telah berpengalaman dapat membantu kesulitan-kesulitan
pengajar pemula dengan membagi beberapa tugas yang dibebankan. Penggunaan
metode ini juga sangat menguntungkan karena tugas guru yangharusnya dikerjakan
satu orang menjadi ringan karena dikerjakan bersama dan suasana kelas menjadi lebih
kondusif karena ada dua pengendali di dalam kelas. Sehingga dengan metode tersebut
maka potensi kesulitan siswa dalam hal materi getaran, gelombang, cahaya dan optic
dapat terselesaikan. Walaupun materi ini sebenarnya membuat siswa untuk berfikir
kritis tpi dapat diselesaikan dengan 2 metode tadi.

B. Saran
1. Guru
Kegiatan belajar mengajar guru harus memilih dan merancang metode
pembelajaran yang tepat agar siswa terhindar dari kesulitan belajar, guru
hendaknya mau mendengarkan dan memperhatikan keluhan dan kesulitan
yang dihadapi siswa
2. Siswa

34
Diharapkan dapat memahami materi terkait IPA
3. Sekolah
Sekolah memfasilitasi para siswanya untuk belajar terkait IPA seperti
Laboratorium sehingga keterampilan yang dimiliki peserta didik dapat
berkembang.

35
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, M., Chamalah, Evi., dan Wardani, Oktarina Puspita. 2013. Model
dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula Press.
Ahmad, Maskur. 2018. Penerapan Metode Team Teaching untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PAI Kelas IX di SMP Taman
Siswa Teluk Betung Bandar Lampung. Skripsi UIN Lampung: Fakultas Tarbiyah
` dan Keguruan.
Ananda, Rusydi dan Abdillah. 2018. Pembelajaran Terpadu Karakteristik,
Landasan, Fungsi, Prinsip dan Model. Medan: LPPPI.
Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas Edisi
Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
Arifah, Fita Nur. 2017. Panduan Menulis Penelitian Tindakan Kelas dan Karya
Tulis Ilmiah untuk Guru. Yogyakarta: Araska.

36

Anda mungkin juga menyukai