Anda di halaman 1dari 14

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

Disusun Oleh :

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN 2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat, taufik serta hidayah-Nya yang sangat besar sehingga kami pada akhirnya
bisa menyelesaikan Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.
Rasa terima kasih juga kami ucapkan kepada ibu dosen yang selalu memberikan
dukungan serta bimbingannya sehingga Makalah Pancasila Sebagai Ideologi Nasional dapat
disusun dengan baik.
Semoga makalah yang telah kami susun ini turut memperkaya khazanah ilmu pancasila
serta bisa menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 11 September 2019

Penulis

ii
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................


A. Pengertian Ideologi ...................................................................................................... 2
B. Penerapan Ideologi ...................................................................................................... 3
C. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional ........................................................................... 3
D. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka ............................................................................ 6
E. Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila ........................................................... 7

BAB III PENUTUP .........................................................................................................................


Kesimpulan ...................................................................................................................... 10
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Negara memiliki ideologi masing-masing sebagai dasar bangsa dan Negara
sebagai filsafat hidup Negara tersebut. Karena ideologi ini merupakan dasar atau ide atau cita-
cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Ideologi digambarkan sebagai
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, ideologi juga dirumuskan sebagai suatu
pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalami tentang tujuan-tujuan yang hendak
dicapai masyarakat, dan sebagai cara untuk mencapai tujuan oleh masyarakat.
Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh
hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Selain itu, semakin
maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak
bahwa Indonesia sebuah negara yang merdeka dan mandiri.
Banyak tingkah laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai
dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari
ideologi Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain Pancasila
tetapi juga bangsa Indonesia kurang mengerti ideologinya dan bahkan tidak tahu sama sekali.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan judul Pancasila sebagai Ideologi nasional
agar kita dapat mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideologi kita.

C. Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ideologi?
2. Bagaimanakah Pancasila sebagai Ideologi Nasional?
3. Bagaimanakah Penerapan Ideologi Pancasila?
4. Bagaimanakah Pancasila sebagai Ideologi terbuka?
5.  Bagaimana  mekanisme pengembangan Ideologi Pancasila?
B. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Memahami pengertian Ideologi.
2. Memahami  Pancasila sebagai Ideologi Nasional.
3. Memahami  Penerapan Ideologi Pancasila.
4. Mengetahui Pancasila sebagai Ideologi terbuka.
5. Mengetahui mekanisme pengembangan Ideologi Pancasila.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk, yaitu idea dan logus, yang berasal dari
bahasa Yunani eidos dan logos. Secara sederhana, Ideologi berarti suatu gagasan yang
berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata
luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan
keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian ini,
ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh
tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mennetukan dengan mutlak bagaimanan manusia harus
hidup dan bertindak. Artinya ini disebut juga ideologi tertutup. Kata ideologi sering juga
dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup dimana teori-teori
bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan kepentingan kekuasaan
tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal itu, ideologi diasosialisasikan kepada hal
yang bersifat negatif.

Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini,
kebenarannya yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam
menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bermegara (Bahan Penataran Bp-7 Pusat, 1992). Suatu pandangan hidup akan meningkat
menjadi suatu falsafah hidup, apabila telah mendapat landasan berpikir maupun motivasi yang
lebih jelas, sedangkan kristalisasinya kemudian membentuk suatu ideologi dengan pandangan
hidup akan membedakan ideologi suatu bangsa dengan bangsa lain.

Dalam praktik orang menganut dan mempertahankan ideologi sebagai cita-cita, karena
ideologi merumuskan cita-cita hidup. Oleh karena itu, menurut gunawan Setiardja (1993),
ideologi dapat dirumuskan sebagai seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas
yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ideologi berada satu tingkat lebih rendah dari
filsafat. Berbeda dengan filsafat yang digerakkan oleh kepada kebenaran dan sering tanpa pamrih
apapun juga, maka ideologi digerakkan oleh tekad untuk mengubah keadaan yang tidak
diinginkan, menuju ke arah keadaan yang diinginkan. Dalam ideologi sudah ada suatu
komitmen, sudah terkandung wawasan masa depan yang dikehendaki oleh hendak diwujudkan
dalam kenyataan.

Jika filsafat merupakan kegemaran sebagian kecil orang saja, karena memang tidak
semua orang mempunyai kecenderungan pribadi mencari kebenaran tertinggi itu, maka ideologi
diminati oleh lebih banyak manusia. Menurut Edward Shils (lihat Bp-7 Pusat, 1991, 382-384),
salah seorang pakar mengenai ideologi, jika manusia sudah mencapai taraf pengembangan
intelektual tertentu, maka kecenderungan menyusun ideologi ini merupakan suatu ciri dasar
kemanusiaannya. Manusia sebagai makhluk berpikir akan selalu semakin cerdas dan semakin

2
terdidik sebagai warga masyarakat, dan semakin meningkat kebutuhannya akan wawasan
ideologi. Oleh karena itu, ideologi merupakan wawasan yang hendak diwujudkan, maka ideologi
selalu berkonotasi politik.

Dewasa ini ideologi telah menjadi suatu pengertian yang kompleks. Perkembangan akhir-
akhir ini menunjukkan terajadinya pembedaan yang makin jelas antara ideologi, filsafat, ilmu,
dan teologi. Ideologi dipandang sebagai pemikiran yang timbul karena pertimbangan
kepentingan. Di dalam ideologi orang tidak mempermasalahkan nilai kebenaran internalnya.
Ideologi bersifat refleksif, kritis, dan sistematik, dimana pertimbangan utamanya adalah
kebenaran pemikiran. Karena perbedaan itu, ideologi disebut juga sebagai suatu sistem
pemikiran yang sifatnya tertutup. (Pranarka, 1985:372).

Dalam perkembangan itu, ideologi mempunyai arti yang berbeda. Pertama, ideologi


diartikan sebagai Weltanschuung, yaitu pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran
besar, cita-cita besar, menbgenai sejarah, manusia, masyarakat, Negara (science of ideas. Dalam
pengertian ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran filsafat. Kedua, ideologi
diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran internal dan kenyataan
empiris, ditunjukkan dan tunbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan karena itu
ideologi cenderung menjadi bersifat tertutup. Ketiga, ideologi diartikan sebagai suatu believe
system dan arena itu berbeda dengan ilmu, filsafat, ataupun teologi yang secara formal
merupakan suatu knowledge system (bersifat refleksif, sistematis, dan kritis).

B. Penerapan Ideologi

Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “Politik” . karena itu sering
terjadi bahwa ideologi dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya : merbut kekuasaan Ideologi
dalam kehidupan kenegaraan dapat diartikalan sebagai suatu kosensus mayoritas warga negara
tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan dengan mendirikan negara. Dalam hal ini sering
juga disebut Philosofiche Gronslag atau Weltanschauung yang merupakan fikiran-fikiran
terdalam, hasrat terdalam warga negaranya, untuk di atasnya didirikan suatu negara.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan menunjukkan beberapa arti.
Menurut Destutt de Tracy pada tahun 1796, semua arti itu memakai istilah ideologi dengan
pengertian science of ideas, yaitu suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Prancis. Namun, Napoleon mencemooh sebagai khayalan belaka
yang tidak punya arti praktis, ideologi semacam itu adalah impian semata yang tidak punya arti
praktis. Ideologi semacam itu adalah impian semata yang tidak punya arti praktis. Namun

3
demikian, ideologi punya arti orientasi yang menempatkan seseorang dalam lingkungan ilmiah
dan sosial. Dalam orientasi ini ideologi mempunyai pandangan tentang alam, masyarakat,
manusia, dan segala realitas yang dijumpai serta dialami semasa hidupnya.

            Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991-384), yaitu sebagai berikut :

1. Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memlihara keadaan yang ada (Statusquo),
setidak-tidaknya secara umum, walaupun membuka kemungkinan perbaikan dalam hal-hal
teknis.

2. Kontra ideologi, yaitu melegatimasikan penyimpangan yang ada dalam masyarakat


sebagai yang sesuai dan malah dianggap baik.

3. Ideologi reformis, yaitu berkehendak untuk mengubah keadaan.

4. Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh sistem nilai
masyarakat itu.

Suatu ideologi yang sama, dalam perjalanan hidup yang cukup panjang, biasa berubah
tipe. Ideologi komunis yang pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa, menjadi sangat
konservatif setelah para pendukungnya berkuasa. Dalam perjalanan sejarah, Pancasila
merupakan ideologi yang mengandung sifat reformis dan revolusioner.

Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi bangsa, dan
ideologi nasional. Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan penyelenggaraan
pemerintahan Negara. Sedangkan ideologi nasional mencakup ideologi Negara dan idelogi yag
berhubungan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia, ideologi nasionalnya tercermin
dan terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Ideologi Nasional bangsa Indonesia tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD
1945 adalah ideologi perjuangan, yaitu yang sangat sarat dengan jiwa dan semangat perjuangan
bangsa untuk mewujudkan Negara merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Bahan
Penataran, BP-7 Pusat, 1993).

Pancasila sebagai ideologi nasional, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang
memuat pandangan dasar dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hukum, dan
Negara Indonesia, yang bersumber dari kebudayaan Indonesia.

a)      Makna Ideologi bagi Negara

Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia,


yaitu cara berpikir dan cara kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang

4
sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai dasar Negara, Pancasila perlu dipahami dengan
latar belakang konstitusi proklamasi aau hukum dasar kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, serta Penjelasan UUD 1945.

Pancasila bersifat integralistik yaitu paham tentang hakikat Negara yang dilandasi dengan
konsep kehidupan bernegara. Pancasila yang melandasi kehidupan bernegara menurut Supomo
adalah dalam kerangka Negara Integralistik, untuk membedakan paham-paham yang digunakan
oleh pimikir kenegaraan lain. Untuk memahami konsep Pancasila bersifat intergralistik, maka
terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori (paham) mengenai dasar Negara, yaitu sebagai
berikut :

         Teori perseorangan (Individualistik)

Sarjana-sarjana yang membahas teori individualistik adalah Hebert Spencer (1820-1903)


dan Horald J. Laski (1893-1950). Pada intinya, menurut teori ini Negara adalah masyarakat
hukum (legal society) yang disususn atas kontrak antara seluruh orang dalam masyarakat itu.
(social contract). Hal ini mempunyai pengertian, bahwa Negara dipandang sebagai organisasi
kesatuan pergaulan hidup manusia yang tertinggi.

         Teori Golongan (Class Theory)

Teori ini diajarkan, antara lain oleh Karl Marx (1818-1883). Menurut Karl Marx, Negar
merupakan penjelmaan dari pertentangan-pertentangan kekuatan ekonomi. Negara dipergunakan
sebagai alat oleh mereka yang kuat untuk menindas golongan ekonomi yang lemah. Yang
dimaksud dengan golongan ekonomi yang kuat adalah merek yang memiliki alat-alat produksi.

         Teori Kebersamaan (Integralistik)

Teori intergralistik semula diajarkan oleh Spinoza, Adam Muhler, dan lain-lain yang
mengemukakan bahwa Negara adalah suatu susunan masyarakat yang integral diantara semua
golongan dan semua bagian dari seluruh anggota msyarakat.

Negara dalam cara pandang integralistik Indonesia, tidak akan memiliki kepentigan
sendiri (kepentingan pemerintah) terlepas atau bahkan bertenangan dengan kepentingan orang-
orang (rakyat), di dalam Negara semua pihak mempunyai fngsi masing-masing dalam kesatuan
yang utuh yang oleh Prof. Supomo disebutkan sebagai suatu totalitas. Kesatuan dan integritas
yang dicita-citakan dalam UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dalam ketetapan MPR tentang
GBHN.

Pancasila bersifat intergralistik karena :

         Mengandung semangat kekeluargaan dalam kebersamaan,

         Adanya semangat kerja sama (gotong royong),

5
         Memeihara persatuan dan kesatuan, dan

         Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

D. Pancasila Sebagai ideologi terbuka

1. Arti Ideologi Terbuka

            Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar,
melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat sendiri.
Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan oleh negara.

            Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman
dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat
dalam penjelasan umum UUD 1945, yang menyatakan ”terutama bagi negara baru dan negara
muda, lrbih baik  hukum dasar  yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedangkan
aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada UU yang lebih mudah
cara membuatnya, mengubahnya, dan mencabutnya”. Selanjutnya dinyatakan “yang sangat
penting dalam pemerintahan dan dalam hidupnya bernegara ialah semangat, semangat para
penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan”

Faktor pendorong keterbukaan ideologi pancasila

         Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang
secara cepat.

         Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku, cenderung
meredupkan perkembangan dirinya.

         Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.

         Tekad untuk memperkokoh akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat abadi dan harap
mengembangkan secara kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.

2. Sifat-sifat Ideologi Terbuka

         Dimensi realita

Menurut pandangan Alfian(BP-7 Pusat,1992;192), pancasila mengandung dimensi realita


ini dalam dirinya. Nilai-nilai yang terkanding dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai riil yang
hidup dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul
merasakan dan mengahayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah dimiliki bersama dengan begitu
nilai-nilai ideologi itu tertanam dan berakar dalam masyarakat.

         Dimensi Idialisme
6
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi harapan yang masuk akal,
bukanlah lambungan angan-angan yang sama sekali tidak mungkin direalisasikan. Oleh karena
itu dalam suatu ideologi yang tangguh biasanya terjalinberkaitan yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi realita dan dimensi idealism yang terkandung didalamnya.
Logikanya pancasila bukan saja memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi pertama(dimensi realita) dan dimensi kedua(dimensi idealisme).

         Dimensi Fleksibilitas

Melalui pemikiran baru dalam dirinya, ideologi itu memelihara dan memperkuat
relevansinya dari waktu ke waktu kiar disimpulakn bahwa suatu ideologi terbuka, karena itu
memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut yang dinamakan dinamika mengandung dan
merangsang mereka yang meyakinkan untuk pemikiran-pemikiran baru tentang dirinya tanpa
khawatir atau curiga akan kehilangan hakikat dirinya. Melalui hal itu kita yakin bahwa relevansi
ideologi kita akan makin kuat, jati dirinya akan mantap dan berkembang sejalan dengan itu, kita
yakini bahwa pancasila memiliki dimensi 3.

Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila :

1.      Stabilitas nasional yang dinamis.

2.      Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme.

3.      Mencegah berkembangnya paham liberal.

4.      Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat.

5.      Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

E. Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila


Pengembangan atas nilai-nilai  dasar Pancasila menjadi nilai-nilai instrument atau
operasional dalam Garis-aris Besar Haluan Negara bukan sesuatu yang baru. Formalnya dapat
dikatakan sejak bangsa Indonesia berhasil mencanangkan pembangunan nasional di segala
bidang meliputi bidang-bidang Ideologi,politik, Ekonomi,Sosial, Budaya dan Pertahanan
Kemanan Nasional ( IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS) sebgaimana tertuang dalam Ketetapan-
ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) dianggap sebagai salah
satu wujud pengembangan daripada nilai-nilai dasar Pancasila.
Pembangunan yang merupakan implementasi ideologi Pancasila sebagai ideologi
terbuka,dalam pemikiran kenegaraan dapat diawali pada 3 (tiga) sumber materi penyusunan
pembangunan, yaitu :

7
1.      Dilingkungan praktisi, terutama pada instansi lingkungan penyelenggara negara.
2.      Dilingkungan ilmuwan dan pengamat.
3.      Dilingkungan organisasi kemasyarakata.

Sehubungan dengan pentingnya aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka.


Moerdiono memaparkan perbedaan ketiga macam nilai diatsa sebagai berikut :

1. Nilai Dasar
Ialah nilai yang bersifat abstrak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat, dengan
kandungan kebenarannya bagaikan satu aksiom
Dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu,
yang mncakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya.
Nilai dasar ditetapkan oleh para pendiri negara, dan pada dasarnya nilai ini tidak akan
berubah sepanjang zaman. Hal itu bias tercapai justru oleh karena sifatnya yang amat abstrak,
yangterlepas dari pengaruh perubahan waktu atau tempat.
Pada dasarnya nilai dasar yang dianut bangs Idonesia adalah : Kebersamaan, persatuan
dan kesatuan, baik dalam bidang IPOLSEK-SOS maupun HANKAM. Yang disebut dengan
istilah lebih halus sebagai kekeluargaan, yang menolak faham individualism dan egoisme, baik
egoisme perorangan maupun egoisme kelompok. Dari nilai dasar ii pulalah bersumbernya
wawasan nasional kita tentang kerakyatan, keadilan sosial, bahkan wawasan nusantara.
Dihubungkan dengan system ketatanegaraan Indonesia, nilai dasar tercantum dalam
hokum dasar tertulis, ysng meliputi : Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. Di
dalam dokumen tersebut terkandung kaidah-kaidah paling hakiki, cita-cita dan tujuannya, tatanan
dasar dan juga ciri-ciri khasnya.

2. Nilai Instumental
Ialah penjabaran dari nlai dasar, yang merupakan arahan kinerjanya untuk waktu dan
kondisi  tertentu. Sifat ini sudah lebih kontekstual, dapat dan bahkan harus disuakan dengan
tuntunan zaman.
Dari segi nilai kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijakan,
strategi, organisasi, sistem,rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang menindaklanjuti
nilai dasar.
Nila instrumental terpengaruh oleh  perubahan  waktu, keadaan , atau tempat , sehingga
secara berkala memerlukan penyesuaian. Nilai Instrumental merupakan kontekstual dar nilai
dasar yang menjamin agar nilai dasar tersebut tetap relevan dengan masalah-masalah utama yang
dihadapi masyarakat dalam zaman tersebut. Nilai ini dikembangkan oleh lembaga-lembaga
penyelenggara negara yang dibentuk kemudian.

8
Nilai instrumental tercantum dalam selurh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti
UUD dan belum termasuk kepada nilai praktis, seperti GBHN, UU dan peraturan
pelaksanaannya.
Jika ditinjau dari segi lembaga yang berwenang menyusun nilai instrumental ini ada 3
(tiga) lembaga yang bertanggung jawab utuk itu, yakni MPR, Presiden dan DPR.
Ke dalam nilai instrumental juga dapat dimasukkan hukum dasar tidak tertulis, yang
tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara.

3. Nilai Praksis
Ialah interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat tertentu dan
situasi tertentu.
Sifat daripada nilai ini amat dinamis, karena yang diinginkan adalah tegaknya nilai
instrumental itu dalam kenyataan.
Dari segi kandungan nilanya, nilai praksis merupakan gelanggang pertarungan antara
idealisme dan realitas.
Nilai praksis terdapat banyak wujud penerapan nilai-nilai pancasila baik secara tertulis
maupun secara tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, cabang legislatif, cabang yudikatif, oleh
organisasi kekuatan sosial-politik, oleh organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi
oleh pemimpin kemasyarakatan, maupun oleh warga negara secara perseorangan.
Nilai praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu dalam cara bagaimana kita
melaksanakan nilai-nilai Pancasiala.
Kritik yang sering terjadi tidak diarahkan pada nilai dasar maupun nilai instrumentalnya,
melainkan kepada nilai praksisnya, terutama jika dalam keadaan normal terjadi pelanggaran
nilai-nilai yang justru seharusnya ditegakkan. Misalnya korupsi,kolusi, penyikasaan terhadap
tahanan, perselingkuhan guru dengan murid, perjudian yang justru dilindungi, dan sebagainya.

9
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-
nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif.
Dalam artian ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah gagasan atau teori
yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang menentukan dengan mutlak
bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak. Artinya ini disebut juga ideologi tertutup. Kata
ideologi sering juga dijumpai untuk pengertian memutlakkan gagasan tertentu, sifatnya tertutup
dimana teori-teori bersifat pura-pura dengan kebenaran tertentu, tetapi menyembunyikan
kepentingan kekuasaan tertentu yang bertentangan dengan teorinya. Dalam hal itu, ideologi
diasosialisasikan kepada hal yang bersifat negatif.

Indonesia yang memiliki dasar filsafat negara berupa Pancasila. Pancasila adalah sebagai
dasar filsafat Negara Indonesia yang diangkat dari nilai-nilai religius, norma-norma serta adat-
istiadat yang terdapat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk Negara.
Maka Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya
bangsa, yang berisi nilai-nilai ketakwaan kepada Allah Swt, Kemanusiaan, Persatuan,
Kekeluargaan, Demokrasi, Nasionalisme, sehingga Pancasila menjadi dasar ideologi Nasional.

10
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di peruguruan


Tinggi. Bandung: Alfabeta.
Al-Marsudi, Subandi. 2003. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta: PT
Raja Garindo Persada
http://pknburahmaayue.blogspot.co.id/2012/12/pancasila-sebagai-ideologi-terbuka_16.html

11

Anda mungkin juga menyukai