Anda di halaman 1dari 133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGARUH HIDUP DOA TERHADAP PERKEMBANGAN


SPIRITUALITAS PRODIAKON STASI SANTO YOHANES
CHRISOSTOMUS POJOK PAROKI SANTO PETRUS DAN
PAULUS KLEPU SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Benidiktus Adi Putra


(121124009)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada kedua orang tuaku Sulistiono dan

Florentina Sutijah, kakakku Anastasya Tirta Sari, Sahabat-sahabat angkatan 2012,

dan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan pengalaman terindah dalam

hidupku.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Karena kami tahu, bahwa jika kemah kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah
telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat
kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.”
(2Kor 5: 1)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PENGARUH HIDUP DOA TERHADAP
PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS PRODIAKON STASI SANTO
YOHANES CHRISOSTOMUS POJOK PAROKI SANTO PETRUS DAN
PAULUS KLEPU SLEMAN YOGYAKARTA. Judul ini dipilih berdasarkan
pengamatan serta kerterlibatan penulis mengenai prodiakon di stasi pojok. Penulis
melihat prodiakon yang masih dirasa perlu meningkatkan pengalaman serta
pengetahuan dalam melaksanakan tugas pelayanannya terutama pada saat
memimpin ibadat di lingkungan. Kehidupan doa dalam diri prodiakon yang dirasa
kurang mendalam berpengaruh dalam pelayanannya. Padahal prodiakon memiliki
peran yang penting untuk membantu mengembangkan iman umatnya. Maka dari
itu, hidup doa dari seorang prodiakon harus lebih ditingkatkan. Spiritualitas
prodiakon akan semakin mendalam apabila ia rutin berdoa, serta ia akan lebih
mudah menyampaikan pesan dari Kitab Suci kepada umatnya.
Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah sejauh mana penghayatan hidup
doa prodiakon berdampak pada perkembangan spiritualitas mereka. Untuk
menjawab persoalan tersebut penulis menggunakan studi pustaka dan penelitian.
Studi pustaka dilaksanakan dengan mempelajari berbagai sumber yakni
pandangan dari beberapa ahli. Sedangkan penelitian yang digunakan oleh penulis
adalah penelitian kualitatif. Untuk memperoleh data guna keperluan penelitian
penulis memberikan angket kepada 20 prodiakon sebagai responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prodiakon masih perlu
memperhatikan kehidupan doa dalam keluarganya dan umat tidak meragukan
pelayanan prodiakon tersebut. Selain itu, prodiakon perlu memahami pokok-
pokok doa sehingga mereka tidak lagi mengalami kesulitan dalam
mengembangkan spiritualitasnya. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini,
penulis mengusulkan pelaksanaan kegiatan pembekalan sebagai upaya untuk
meningkatkan hidup doa dan spiritualitas prodiakon. Melalui kegiatan ini
diharapkan prodiakon semakin menghayati panggilannya sebagai seorang pelayan
dan semangat dalam membantu mengembangkan iman umat.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
This tittle of this thesis is “THE INFLUENCE OF LIFE OF PRAYER FOR
THE PRODIAKON SPIRITUAL DEVELOPMENT IN STASI SAINT JOHN
CHRISOSTOMUS POJOK PARISH OF SAINT PETRUS AND PAULUS KLEPU
SLEMAN YOGYAKARTA”. This tittle has been chosen based on the observation
and involvement of the writer to the prodiakon in stasi Pojok. The writer saw the
prodiakon seemed need to increase the experience and knowledge in doing the
responsibility especially when leading the worship. The lives of prayer of the
prodiakon that are poor influents their services. Even though, the prodiakon have
important roles for helping the people faith development. There for, the life of
prayer of a prodiakon should be increased. The spirituality of the prodiakon
would be increased through routine prayer, and the prodiakon would be easier in
delivering the messages of the bible to the people.
The main problem of this essay is to what extend the appreciation of
prayer life of prodiakon are impacting their spiritual development. To answer the
question, the writer used the literature study and research. Literature study was
held with observing many sources which are the opinions of some experts.
Meanwhile the research method used by the writer was qualitative research. For
getting the data for the research, the writer gave questionnaires to 20 prodiakon
as the respondents.
The results showed that the prodiakon still need to pay attention to their
prayer lives in family so the people would not dubious the appreciation of the
prodiakon. Beside, prodiakon need to understand the main prayers, so they would
not experience the difficulty in developing their spirituality. To follow up the
results of this research, the writer proposed implementation of debriefing
activities in order to develop prayer lives and prodiakon spirituality. Through this
activity, the prodiakon are expected to be more really get the feel of their calls as
the servants and spirit to help the people in developing the faith.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH

HIDUP DOA TERHADAP PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS

PRODIAKON STASI SANTO YOHANES CHRISOSTOMUS POJOK

PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU SLEMAN

YOGYAKARTA.

Skripsi ini disusun berdasarkan keprihatinan penulis terhadap

permasalahan kurangnya hidup doa prodiakon di stasi St. Yohanes Chrisostomus

Pojok yang berdampak pada perkembangan spiritualitasnya. Prodiakon dirasa

masih perlu meningkatkan penghayatan hidup doa dalam dirinya maupun dalam

keluarganya, sehingga pelayanannya semakin mendalam. Prodiakon perlu

meningkatkan pengetahuan mengenai pokok-pokok doa dalam Gereja Katolik

yang bisa membuat spiritualitas mereka semakin berkembang. Oleh sebab itu,

penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memberi sumbangan pemikiran bagi

paroki dan stasi untuk meningkatkan hidup doa dan spiritualitas dalam diri

prodiakon.

Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis dengan hati

penuh syukur mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Drs. F. X. Heryatno Wono Wulung, SJ., M.Ed sebagai dosen pembimbing

utama yang selalu memberikan perhatian, meluangkan waktu dan dengan

penuh kesabaran membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Dr. B. A Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Program Studi Pendidikan Keagamaan

Katolik sekaligus DPA dosen penguji II yang telah bersedia membaca,

menguji, memberikan kritik dan masukan, serta dalam menyelesaikan skripsi

ini.

3. P. Banyu Dewa HS, S.Ag., M.Si. selaku dosen penguji III yang telah bersedia

membaca, menguji, memberikan kritik dan saran bagi penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Seluruh staf dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Keagamaan

Katolik yang telah mendidik, dan membimbing penulis sehingga dapat

menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas

Sanata Dharma dengan baik.

5. Kepala paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu yang telah memberikan izin

kepada saya untuk melaksanakan penelitian dan prodiakon di stasi Santo

Yohanes Chrisostomus Pojok yang telah bersedia menjadi responden

penelitian saya.

6. Orang tua, kakak, Gregrorius Dri Risti Kurniawa, Andreas Sigit Kurniawan,

Elisabet Dwi Setiani, Wisnu Himawan, dan Ratna Natalia Wardhani yang ikut

memberikan dukungan, semangat, perhatian, dan doa selama saya menempuh

perkuliahan.

7. Teman-teman mahasiswa terkhusus angkatan 2012 yang selalu memberi

warna, semangat, motivasi, dorongan dan bantuan bagi penulis selama

mengikuti proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
Kata PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 5
D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6
E. Metode Penulisan .............................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7
BAB II. HUBUNGAN HIDUP DOA TERHADAP SPIRITUALITAS
PRODIAKON PAROKI .................................................................. 8
A. Hidup Doa ......................................................................................... 9
1. Esensi Doa .................................................................................. 9
1) Menurut KGK ....................................................................... 9
a. Doa sebagai Anugerah Allah .......................................... 9
b. Doa sebagai Perjanjian ................................................... 10
c. Doa sebagai Persekutuan ................................................ 11
2) Menurut Para Ahli ................................................................ 12
2. Isi Doa ......................................................................................... 14
a. Berkat dan Penyembahan ..................................................... 14
b. Doa Permohonan .................................................................. 14
c. Doa Syafaat ........................................................................... 15
d. Doa Syukur ........................................................................... 16
e. Doa Pujian ............................................................................ 17
3. Bentuk-Bentuk Doa dalam KGK ................................................ 17
1. Doa Lisan .............................................................................. 18

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Doa Renung atau Meditasi .................................................... 18


3. Doa Batin .............................................................................. 19
B. Spiritualitas Prodiakon ...................................................................... 20
1. Spiritualitas ................................................................................. 20
2. Prodiakon .................................................................................... 21
a. Sosok Prodiakon ................................................................... 21
b. Lingkup Kerja Prodiakon Paroki .......................................... 22
1) Prodiakon Paroki adalah Pelayan Yesus Kristus ............ 22
2) Prodiakon Paroki sebagai Orang Beriman ...................... 23
3) Prodiakon Paroki sebagai Pembantu Uskup dan Pastor
Paroki............................................................................... 23
4) Prodiakon Paroki sebagai Anggota dan Pelayan Umat... 24
5) Prodiakon Paroki tetap Bersemangat Awam................... 25
6) Prodiakon Paroki sebagai Anggota Keluarga.................. 25
7) Tugas-tugas Prodiakon Paroki......................................... 26
c. Batas-batas Kewenangan Prodiakon Paroki ......................... 27
d. Syarat-syarat Prodiakon Paroki ............................................ 28
3. Spiritualitas Prodiakon ................................................................ 29
Deskripsi Spiritualitas Prodiakon .............................................. 29
1) Prodiakon Paroki adalah Seorang Awam ........................ 29
2) Bersemangat Pelayanan dan Kerja Sama ......................... 30
3) Memiliki Kualitas Kerohanian yang Mendalam dan
Liturgis ............................................................................. 30
4) Tanggapan terhadap Kebutuhan sesuai Tuntutan Zaman
.......................................................................................... 30
5) Bersemangat Keterbukaan dan Kerendahan Hati............. 31
C. Pengaruh Hidup Doa Terhadap Perkembangan Spiritualitas
Prodiakon .......................................................................................... 35

BAB III. GAMBARAN HIDUP DOA PRODIAKON DI STASI POJOK


DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN
SPIRITUALITAS PRODIAKON ................................................. 37
A. Gambaran Umum Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki
Santo Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta .................................... 38
1. Sejarah Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu ............................ 38
2. Letak Geografis Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu .............. 40
3. Jumlah Umat Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu .................. 41
4. Visi dan Misi St. Petrus dan Paulus Klepu .................................. 41
a. Visi ......................................................................................... 41
b. Misi ........................................................................................ 42

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Perkembangan Umat Katolik di Stasi Yohanes Chrisostomus


Pojok ............................................................................................ 43
a. Sejarah Stasi Pojok ................................................................ 44
b. Situasi Sosial Ekonomi Umat Stasi Pojok ............................. 44
c. Kehidupan Beriman Umat Stasi Pojok .................................. 45
d. Gambaran Kehidupan Prodiakon Stasi Pojok ........................ 46
B. Penelitian Pengaruh Hidup Doa Terhadap Perkembangan
Spiritualitas Prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Paroki
Santo Petrus dan Paulus Klepu ......................................................... 47
1. Latar Belakang .................................................................................. 47
2. Tujuan Penulisan .............................................................................. 49
3. Definisi Operasional ......................................................................... 49
a. Hidup Doa ................................................................................... 49
b. Spiritualitas Prodiakon ................................................................ 49
4. Jenis Penelitian ................................................................................ 50
5. Instrumen Penelitian ......................................................................... 50
6. Responden dan Sampel Penelitian .................................................... 51
7. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 51
8. Variabel Penelitian ............................................................................ 51
9. Kisi-kisi ............................................................................................ 52
C. Laporan Hasil Penelitian ................................................................... 53
1. Laporan Hasil Penelitian melalui Penyebaran Angket...................... 54
a. Variabel 1..................................................................................... 54
b. Variabel 2..................................................................................... 59
2. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................. 63
a. Gambaran Hidup Doa Prodiakon................................................. 64
b. Dampaknya Hidup Doa terhadap Perkembangan Spiritualitas
Prodiakon..................................................................................... 66
3. Kesimpulan Penelitian....................................................................... 70

BAB IV UPAYA MENINGKATKAN HIDUP DOA DEMI


PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS PRODIAKON DI
STASI SANTO YOHANES CHRISOSTOMUS POJOK
PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS KLEPU
YOGYAKARTA ........................................................................... 72
A. Pemikiran Dasar ................................................................................ 73
B. Usulan Program Pembekalan Hidup Doa dan Spiritualitas
Prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok ....................... 74
1. Tema............................................................................................ 75
2. Sub Tema..................................................................................... 75
3. Tujuan.......................................................................................... 75

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Penjelasan Tema.......................................................................... 75
5. Peserta.......................................................................................... 76
6. Tempat dan Waktu....................................................................... 76
7. Sarana.......................................................................................... 76
8. Matriks Kegiatan......................................................................... 77
9. Contoh Kegiatan Pembekalan...................................................... 81
10. Rundown Acara........................................................................... 94

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 96


A. Kesimpulan ....................................................................................... 96
B. Saran ................................................................................................. 97
Daftar Pustaka ............................................................................................... 100
Lampiran ....................................................................................................... 101
Lampian 1: Surat Izin Penelitian ............................................................ (1)
Lampian 2: Surat Izin Pengambilan data ................................................ (2)
Lampian 3: Daftar Prodiakon ................................................................. (3)
Lampian 4: Kuesioner …......................................................................... (7)
Lampian 5: Rekap Hasil Kuesioner ........................................................ (9)

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikut Alkitab

Deuterokanonika © LAI 1976. (Alkitab yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian

Baru dalam terjemahan baru, yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab

Indonesia, ditambah dengan Kitab-kitab Deuterokanonika yang diselenggarakan

oleh Lembaga Biblika Indonesia. Terjemahan diterima dan diakui oleh Konferensi

Wali Gereja Indonesia). Jakarta: LAI, 2009.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang


Gereja, 21 November 1964.

AA : Apostolicam Actousitatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iutis Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

KGK : Katekismus Gereja Katolik, diterjemahkan oleh P. Herman


Embuiru SVD, tahun 1993

C. Singkatan lain

DPA : Dosen Pembimbing Akademik

R : Responden

PRODI : Program Studi

USD : Universitas Sanata Dharma

ST : Santo

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SJ : Serikat Jesus

Pr : Projo

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

KLMTD : Kaum Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel

Lansia : Lanjut Usia

KK : Kartu Keluarga

N : Jumlah Responden

PIA : Pendidikan Iman Anak

PIR : Pendidikan Iman Remaja

OMK : Orang Muda Katolik

KUA : Kantor Urusan Agama

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika manusia menyadari diri sebagai mahkluk ciptaan, tentu ia menyadari

pula dari mana ia berasal. Dalam dirinya ada dorongan untuk mengarahkan diri

pada sumber hidup yakni pada Allah. Doa adalah salah satu cara yang dapat

ditempuhnya dalam usaha mengarahkan diri pada Allah. Dalam kehidupan sehari-

hari, doa itu merupakan unsur terpenting bagi orang beriman termasuk, secara

khusus bagi prodiakon. Tom Jacobs (2004: 23-25) mengatakan doa merupakan

ungkapan iman, sikap dasar dan suatu kesadaran mengenai relasi dengan Allah.

Tetapi, yang paling khas dari doa adalah bahwa secara nyata doa itu ditujukan

kepada Tuhan. Doa yang sejati menempatkan orang di hadirat Allah dan berusaha

menjalin hubungan dengan Allah semakin kuat dan sadar.

Doa adalah suatu rahmat yang dilimpahkan Tuhan kepada manusia. Bagi

prodiakon hidup doa itu sangat penting, karena jika seorang prodiakon tidak

pernah berdoa bagaimana ia akan bisa dekat dan berkomunikasi dengan Tuhan

serta membantu umat dalam beriman. Bila prodiakon sering berdoa, tentu

kehidupan spiritualitasnya akan semakin berkembang dan mampu menghayati

tugasnya sebagai panggilan dari Allah.

Sesungguhnya, Yesus sendiri telah memberi contoh yang amat baik

sehubungan dengan hal berdoa. Dalam Injil banyak ditemukan kisah-kisah tentang

Yesus yang berdoa. Sebagai contoh, Injil Matius 14:23 berkisah tentang Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang pergi ke atas bukit untuk berdoa. Dalam kisah pemilihan kedua belas rasul

(Luk 6:12-16), dikisahkan bagaimana sebelum memilih rasul-rasul-Nya Yesus

berdoa kepada Allah. Dari kisah-kisah itu tampak bahwa doa menjadi hal yang

penting bagi Yesus. Doa mendasari seluruh kegiatan-Nya dan menjadi

perjumpaan-Nya dengan Bapa. Setiap saat, sebelum dan sesudah berkarya, Ia

selalu berdoa. Ia membicarakan segala sesuatu sehubungan dengan karya

perutusan-Nya dengan Bapa.

Berdasarkan contoh yang telah ditunjukkan oleh Yesus itu, seharusnya doa

mendapat tempat yang utama bagi orang beriman sebelum dan sesudah

melakukan tindakan. Sama halnya dengan seorang prodiakon, dalam kegiatan

sehari-hari mereka harus meneladani sikap Yesus yang sering berdoa baik

sebelum dan sesudah melakukan pelayanan. Karena doa akan membantu seorang

prodiakon dalam melakukan karya. Mereka tentunya melakukan pelayanan

dengan setulus hati dan penuh penghayatan.

Thomas Green (1988: 32-33) mengatakan doa itu pada hakekatnya

perjumpaan dialog antara Allah dan manusia. Doa dialami oleh orang beriman

dalam kehidupan sehari-hari sampai saat ini. Sebagaimana telah disinggung di

atas, doa adalah salah satu cara yang dapat ditempuh manusia untuk mengarahkan

diri kepada Allah. Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Allah sebagai manusia

pendoa. Dalam doa, Allah sendiri bersedia menjawab kerinduan-kerinduan

manusia. Dalam doa dan jawaban Allah itulah orang beriman dapat mengalami

gerak rohani hidupnya. Dengan demikian doa dapat dilihat sebagai suatu tindakan

yang dilakukan oleh manusia, yang menunjukkan bahwa dalam dirinya ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemampuan dan kemungkinan untuk mengarahkan diri pada Allah karena rahmat

Allah pula.

Emanuel Martasudjita (2010: 27) berpendapat bahwa spiritualitas

menunjukkan bentuk kehidupan rohani yang dilandasi oleh bimbingan Roh Kudus

sendiri. Spiritualitas selalu menunjuk hidup rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus

untuk semakin mengimani dan mencintai Tuhan Yesus Kristus dan semakin

berkembang dalam iman, harapan, dan kasih. Seorang prodiakon perlu

mengembangkan spiritualitasnya, dengan demikian prodiakon akan dibantu dan

dibimbing oleh Roh Kudus sendiri sehingga akan sungguh-sungguh menanggapi

panggilannya sebagai seorang prodiakon.

P. Go (1984: 14-17) menjelaskan spiritualitas juga berarti hidup menurut

corak kristiani. Kata corak diartikan sebagai bentuk, gaya, cara, pola, dan arah.

Sedangkan yang dimaksud hidup kristiani ialah hidup iman, hidup rahmat, hidup

rohani, dan jawaban atas panggilan kekudusan, sehingga corak hidup kristen dapat

dipahami sebagai panggilan dan perutusan oleh Allah. Spiritualitas juga

mempunyai hakikat sebagai realita maupun dinamika hidup yang digerakkan dan

diarahkan oleh daya roh dalam diri kita.

Menjadi prodiakon adalah panggilah dari Allah untuk menyampaikan kabar

gembira kepada seluruh umat. Meskipun untuk menjadi prodiakon itu dipilih oleh

umat, namun tanpa disadari itu merupakan panggilan hidup. Hidup seorang

prodiakon selalu dinaungi oleh Allah dalam menebarkan benih-benih kerajaan

Allah. Sebagai prodikon harus terbiasa berdoa dalam kehidupan sehari-hari,

karena dengan berdoa mereka akan lebih menghayati tugasnya sebagai prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Selain terbiasa berdoa, seorang prodikon juga harus memiliki spiritualitas dan

tanggungjawab yang dapat membantu memperkembangkan iman umat.

Menurut wawancara dengan salah satu prodiakon dan ketua wilayah di stasi

Pojok paroki Klepu, dari segi tugas prodiakon itu sendiri, terlihat sangat aktif.

Tetapi dalam hal hidup doa mereka masih kurang menghayatinya. Kebanyakan

dari mereka yang menjabat tugas sebagai prodiakon rata-rata dipilih oleh umat.

Hanya ada beberapa saja yang mengajukan diri untuk bertugas menjadi

prodiakon. Terdapat di antara mereka yang juga telah mengajukan diri untuk

menjabat prodiakon tetapi tidak diterima oleh umat. Latar belakang pendidikan

dan pekerjaan sangat mempengaruhi hidup doa prodiakon. Mereka yang bertugas

menjadi prodiakon hanya mengerti tugas prodiakon dalam membantu perayaan

Ekaristi, memimpin ibadat, dan memberi renungan.

Prodiakon di stasi Pojok ini memang sangat rajin jika diminta untuk

memimpin ibadat di lingkungan, karena dalam tugas tersebut prodiakon hanya

membaca buku panduan saja. Namun untuk hidup doa para prodiakon dalam

kehidupan sehari-harinya masih perlu ditingkatkan. Hal tersebut nampak jelas

ketika prodiakon sedang memberikan homili atau renungan. Saat memberikan

homili atau renungan, prodiakon masih bingung dalam menyampaikan inti dari

bacaan Kitab Suci. Dari uraian tersebut bisa dikatakan pelaksanaan tugas

prodiakon di stasi Pojok masih dirasa datar dan perlu meningkatkan

spiritualitasnya. Prodikon diharapkan dapat memberi contoh yang baik bagi umat

sekitar dan mampu melayani umat sesuai dengan kebutuhan umat. Peran

prodiakon di dalam lingkungan sangat penting karena mempengaruhi iman


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perkembangan umat, sehingga seorang prodiakon harus lebih menghayati dan

mendalami iman akan Yesus Kristus. Menanggapi hal tersebut, maka penulis

memilih judul skripsi: PENGARUH HIDUP DOA TERHADAP

PERKEMBANGAN SPIRITUALITAS PRODIAKON DI STASI ST YOHANES

CHRISOSTOMUS POJOK PAROKI ST PETRUS DAN PAULUS KLEPU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis memberi perhatian

khusus pada masalah sebagai berikut:

1. Apa hubungan antara hidup doa dengan perkembangan spiritualitas prodiakon?

2. Seberapa jauh pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas

prodiakon stasi Pojok paroki Klepu?

3. Usaha apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hidup doa bagi

perkembangan spiritualitas prodiakon?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan Skripsi ini bertujuan:

1. Memaparkan apa yang dimaksud dengan pengaruh hidup doa dan perkembangan

spiritualitas prodiakon.

2. Mengetahui apakah hidup doa berdampak bagi perkembangan spiritualitas

prodiakon di stasi Pojok paroki Klepu.

3. Menyampaikan usaha konkrit yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hidup

doa terhadap perkembangan spiritualitas prodikon stasi Pojok paroki Klepu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penulisan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Skripsi ini dapat dipakai untuk mengetahui sejauh mana pengaruh hidup doa

terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon di stasi Pojok paroki Klepu.

2. Prodiakon di stasi Pojok paroki Klepu untuk terus meningkatkan hidup doa

dalam kehidupan sehari-hari.

3. Melalui skripsi ini, prodiakon di stasi Pojok paroki Klepu semakin disadarkan

untuk meningkatkan hidup doa bagi perkembangan spiritualitas.

E. Metode Penulisan

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu

menerangkan tentang hidup doa dan spiritualitas prodiakon. Kemudian guna

mengetahui apakah hidup doa mempengaruhi spiritualitas prodiakon, penulis akan

melakukan penelitian kualitatif dengan menggunakan penyebaran kuesioner bagi

prodiakon di paroki Klepu, hasilnya akan dijelaskan, kemudian dilaporkan, dan

diambil kesimpulan. Akhirnya penulis memberikan sumbangan pemikiran

berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian yang diharapkan berguna bagi

prodiakon di stasi Pojok paroki Klepu.

F. Sistematika Penulisan

Judul yang dipilih oleh penulis adalah Pengaruh Hidup Doa terhadap

Perkembangan Spiritualitas Prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Paroki Santo Petrus dan Pulus Klepu. Adapun rincian setiap babnya sebagai

berikut:

Bab I akan menguraikan latarbelakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II memberikan gambaran tentang apa itu hidup doa, esensi doa, isi doa

dan bentuk-bentuk doa dalam KGK. Sedangkan bagian perkembangan

spiritualitas prodiakon meliputi pengertian spiritualitas, pengertian prodiakon, dan

pengertian spiritualitas prodiakon itu sendiri. Bagian terakhir menjelaskan

pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon. Bab ini

berisikan kajian pustaka mengenai hidup doa dan spiritualitas prodiakon

berdasarkan pendapat para ahli.

Bab III memberikan gambaran umum mengenai gambaran umum stasi St.

Yohanes Chrisostomus Pojok, gambaran kehidupan prodiakon di stasi, penelitian

mengenai hidup doa dan spiritualitas prodiakon, laporan dan pembahasaan hasil

penelitian, dan kesimpulan hasil penelitan. Sedangkan hasil penelitian meliputi

laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan pendalaman lebih lanjut

terhadap hasil penelitian menurut masing-masing variabel.

Bab IV berisikan sumbangan pemikiran sebagai usaha untuk meningkatkan

hidup doa terhadap spiritualitas prodiakon di Paroki Santo Petrus dan Paulus

Klepu.

Bab V berupa penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama

membahas kesimpulan. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada stasi

Santo Yohanes Chrisostomus Pojok paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

HUBUNGAN ANTARA HIDUP DOA DENGAN SPIRITUALITAS


PRODIAKON PAROKI

Pada bab sebelumnya, penulis telah menyampaikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode

penulisan dan sistematika penulisan yang kemudian ditindaklanjuti dengan

memberikan gambaran tentang hidup doa dan spiritualitas prodiakon secara lebih

mendalam. Bab ini berisi kajian pustaka mengenai hidup doa dan perkembangan

spiritualitas dari beberapa dokumen Gereja dan pendapat para ahli serta

memaparkan pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon

sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini.

Bab II ini menjelaskan mengenai hidup doa dan hubungannya dengan

spiritualitas prodiakon. Seorang prodiakon harus membiasakan diri dengan berdoa

supaya memiliki spiritualitas yang kokoh, karena seorang prodiakon harus

memberi contoh yang baik untuk umatnya. Katekismus Gereja Katolik bagian

keempat menjelaskan doa adalah ayunan hati, satu pandangan sederhana ke

surga, satu seruan syukur dan cinta kasih di tengah percobaan dan di tengah

kegembiraan. Seseorang yang terbiasa berdoa maka ia akan mampu

mendengarkan suara hati dan mampu bersyukur. Konstitusi Dogmatis LG Tentang

Gereja art. 32 menjelaskan bahwa spiritualitas prodiakon diartikan sebagai suatu

kedekatan dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Orang yang mimiliki

spiritualitas tentu ia memiliki relasi yang baik dengan Tuhan dan dalam hidup

sehari-hari mampu mendengarkan kerinduan hatinya serta menindaklanjutinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Spiritualitas prodiakon yang dihayati secara mendalam menjadikan seorang

prodiakon dapat melayani kebutuhan iman umatnya dan semakin dekat dengan

Tuhan. Sama halnya dengan teladan Yesus yang melayani umat-Nya dengan

sepenuh hati serta ketaatan-Nya kepada Bapa di surga.

Pada bagian pertama bab ini penulis akan membahas mengenai hidup doa

yang meliputi pengertian hidup doa menurut KGK dan para ahli, bentuk-bentuk

doa dalam KGK. Bagian kedua bab II menjelaskan tentang perkembangan

spiritualitas prodiakon di antaranya lingkup spiritualitas prodiakon. Pada bagian

akhir bab ini, penulis akan menjelaskan hubungan hidup doa terhadap

perkembangan spiritualitas prodiakon.

A. Hidup Doa

1. Esensi Doa

1) Menurut KGK

KGK (1993, 643-645) menjelaskan bahwa doa itu terbagi dalam 3 unsur:

a. Doa sebagai anugerah Allah

Sebagai anugerah dari Allah, doa bisa dikatakan rahmat Allah yang meresap

masuk ke dalam hati. Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau

permohonan dalam hati kepada Tuhan demi hal-hal yang baik. Pengangkatan jiwa

diartikan sebagai tindakan merendahkan diri manusia dan menyadari kelemahan

dirinya kepada Allah. Doa yang manusia ungkapkan kepada Allah benar-benar

dari hati yang paling dalam, bukan semata-mata yang terlintas di pikiran saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Kerendahan hati adalah dasar doa, karena manusia tidak tahu bagaimana

sebenarnya harus berdoa seperti yang tertulis dalam Rom 8: 26 “Demikian juga

Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana

sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah

dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”. Tanpa kita sadari ketika kita

berdoa, Roh telah menuntun dan membantu dalam segala kesusahan kita, oleh

karena itu kita perlu memberi ruang kepada Roh Kudus untuk terus bekerja dalam

hati kita senantiasa.

Supaya mendapatkan anugrah doa, kita harus bersikap rendah hati. Karena di

depan Allah, manusia adalah seorang pengemis (KGK, 2559). Doa permohonan

adalah jawaban atas janji keselamatan yang cuma-cuma, jawaban yang penuh

cinta atas kehausan Putera yang tunggal (KGK, 2561). Ketika kita berdoa dengan

dan rendah hati, Allah tidak akan tinggal diam dengan permohonan yang sudah

kita sampaikan karena Allah akan menyelamatkan kita dan karena besar cinta

Tuhan kepada umat manusia.

b. Doa sebagai perjanjian

Berdoa merupakan perjanjian antara Allah dengan manusia. Janji Allah

tersebut dapat dijumpai di dalam hati manusia. Roh Kudus yang membantu

manusia untuk dapat menyadari akan janji-janji Allah. Kitab Suci merupakan

sarana yang dapat dipakai untuk mengetahui makna dari perjanjian Allah.

Perjanjian itu diartikan sebagai kesejahteraan hidup manusia baik semasa

menjalani kehidupan di bumi maupun saat kembali menghadap Allah di surga.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

Apabila hati manusia itu jauh dari Allah, maka doa yang dicuapkan sehari-hari

tidak mempunyai arti untuk kehidupan (KGK 2562).

Hati adalah tempat perjanjian, karena hati adalah rumah di mana Allah

berada. Dalam kedalaman cita-cita manusia, hati adalah tempat di mana manusia

mengambil keputusannya. Hati adalah tempat kebenaran, di mana manusia

memilih antara hidup dan mati. Hati adalah tempat pertemuan karena manusia

hidup dalam hubungan dengan citra Allah (KGK 2563). Ketika hati manusia

memiliki hubungan baik dengan Allah, maka manusia mampu memilih mana

yang baik dan mana yang buruk karena Allah sendiri sudah tinggal dalam hatinya.

Namun, sering kali manusia tidak menyadari bahwa Allah telah tinggal dalam

hatinya, hanya Roh Kuduslah yang mampu menyadarkan bahwa Allah berada

dalam hatinya.

Doa adalah hubungan perjanjian antara Allah dengan manusia di dalam

Kristus. Doa yang diungkapkan dengan ketulusan hati dapat mengarahkan diri

sepenuhnya kepada Bapa (KGK 2564). Dalam doa tentunya manusia selalu

mohon bimbingan dan arahan dari Bapa baik itu keselamatan maupun mohon

penyertaan. Pusat dari doa perjanjian itu sendiri sebenarnya mengarah pada hati,

karena dengan hati manusia dapat menyadari hadirnya Allah dalam hidupnya.

c. Doa sebagi persekutuan

KGK (2569) menyatakan dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang

hidup antara anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya,

bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Dengan demikian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

kehidupan doa berarti bahwa manusia selalu berada dalam hadirat Allah yang

kudus dan dalam persekutuan dengan Allah. Persekutuan hidup itu memang

mungkin, karena melalui pembabtisan manusia sudah disatukan dengan Kristus.

Doa juga merupakan hubungan baik antara manusia dengan Allah. Ketika

seseorang rajin berdoa maka ia akan semakin dekat dan lebih mengenal Tuhan.

Rajin berdoa dapat membawa manusia ke hadirat Tuhan yang kudus, doa juga

dapat mempersatukan manusia dengan Allah. Persekutuan antara Allah dengan

manusia akan terjalin dengan baik apabila manusia membiasakan diri untuk

berdoa kepada-Nya.

2) Menurut Para Ahli

Green (1988: 32-33) mengatakan bahwa doa itu hakekatnya merupakan

perjumpaan dialogis antara Allah dengan manusia. Perjumpaan antara Allah

dengan manusia yang merupakan dialog tersebut memiliki makna yang

mendalam. Dialog atau perjumpaan dengan Allah tersebut menjadikan manusia

semakin mengenal Allah bahkan semakin dekat dan mengimani Allah.

Menurut Breemen (1983: 55) berdoa berarti memandang dengan mata iman

segala kenyataan dengan lebih utuh dan tepat. Tuhan berbicara kepada seseorang

pribadi setiap saat, asal masing-masing pribadi belajar untuk mendengarkan.

Dalam perjumpaan dengan Tuhan seorang beriman perlu menenangkan hati dan

pikiran sehingga sabda Tuhan benar-benar dapat didengarkan. Menyempatkan diri

untuk berdoa berarti manusia berusaha dengan tekun mencari Tuhan, baik dalam

keadaan kosong ataupun terisi. Doa yang asli berakar dan bertumbuh pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

pengalaman hidup. Suatu peristiwa kehidupan yang dijalani manusia dalam

kesehariannya merupakan rahmat dari Tuhan. Peristiwa itu perlu disyukuri

melalui doa kepada Tuhan. Kebiasan manusia bersyukur atas peristiwa yang telah

dialami dalam kehidupan sehari-hari dapat menuntunnya ke dalam Kerajaan

Allah. Doa dapat mengubah pandangan pribadi terhadap realitas hidup.

Darminta (1982: 49) menguraikan bahwa doa sebagai ungkapan normal dari

cinta manusia kepada Allah, tetapi tidak cukup untuk kehidupan rohani saja,

namun yang lebih penting ialah melaksanakan dengan penuh cinta kehendak

Allah. Mengenal, mencintai, dan melaksanakan kehendak Allah merupakan pokok

hidup iman, harapan, dan cinta. Jadi doa itu tidak hanya uangkapan cinta manusia

kepada Tuhan, namun lebih-lebih bagaimana manusia menunjukkan cintanya

kepada Tuhan melalui tindakan. Doa merupakan gerak Allah kepada manusia dan

manusia menuju kepada Allah.

Go (2008: 43) berpendapat bahwa doa juga merupakan komunikasi pribadi

dengan Allah sebagai Bapa. Allah sebagai Bapa memperlihatkan kedekatan relasi

antara orang beriman dengan Allah. Relasi personal dengan Allah sebagai Bapa

memungkinkan pengenalan akan pribadi Allah sebagai Bapa sekaligus mendorong

manusia untuk berkomunikasi dengan-Nya. Pengenalan bermula dari membuka

diri, menerima, dan mencintai.

Dari pernyataan para ahli, dapat dinyatakan bahwa doa merupakan sarana

yang dapat digunakan manusia untuk berkomunikasi dengan Allah. Dengan doa,

Allah menginginkan agar hubungan manusia dengan-Nya tetap terjalin dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

baik. Doa mampu membuka hati manusia agar selalu mengandalkan kekuatan

Allah dalam setiap langkah hidupnya.

2. Isi Doa

a. Berkat dan Penyembahan

KGK (2626) mengungkapkan bahwa berkat merupakan tindakan dasariah doa

kristen, pertemuan antara Allah dan manusia. Manusia harus menyadari serta

menanggapi berkat Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui ungkapan doa

kepada-Nya. Dalam berkat ini terjadi hubungan timbal balik antara manusia

dengan Allah. Manusia memuji dan mengagungkan kebesaran Allah, sedangkan

Allah sendiri telah memberkati hidup manusia dalam keadaan apapun.

Sedangkan, penyembahan adalah sikap pertama manusia, yang mengakui diri

sebagai makhluk di depan pencipta-Nya. Roh Kudus sebagai utusan Allah

bertugas mendampingi serta menyadarkan manusia untuk tidak melupakan Sang

Pencipta. Sesuai dengan bunyi 10 perintah Allah nomor 1, yakni “Jangan

menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari

segala sesuatu” (KGK 2628).

b. Doa Permohonan

KGK (2629) menjelaskan doa permohonan merupakan kesadaran manusia

akan hubungannya dengan Allah. Doa permohonan pada dasarnya manusia

meminta kepada Allah supaya rencana-Nya dapat terlakasana. Dalam doa Bapa

Kami manusia dilatih untuk memahami makna dari doa permohonan kepada Allah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Bapa. Makna yang utama ialah memohon agar rencana keselamatan Allah

terlaksana.

Sebagai orang berdosa, manusia kerapkali menjauh dan menghindar dari

Allah. Sebab roh jahat selalu menginginkan manusia untuk menjauhi Allah. Doa

permohonan ini merupakan langkah untuk mendekatkan kembali hubungan

manusia dengan Allah. Dalam doa permohonan yang paling penting bukanlah

apakah permohonan dikabulkan atau tidak, melainkan bagaimana hubungan iman

dengan Allah tetap terjaga (KGK 2629).

Mohon pengampunan merupakan bentuk utama dari doa permohonan. Dapat

dilihat dalam doa seorang pemungut cukai: “Ya Allah, kasihanilah aku orang

berdosa ini” (Luk 18:13). Setelah menyadari dosa yang membuat kerenggangan

relasi dengan Allah, doa mohon pengampunan menjadi pokok untuk mendekatkan

kembali diri manusia kepada Allah. Dalam perayaan Ekaristi, doa mohon

pengampunan diucapkan terlebih dahulu sebelum dimulainya perayaan ekaristi

(KGK 2631).

c. Doa Syafaat

Doa syafaat adalah doa permohonan yang membuat doa kita serupa dengan

doa Yesus. Ia adalah Perantara satu-satunya pada Bapa untuk semua manusia.

Doa syafaat merupakan bagian dari doa permohonan melalui perantara Yesus.

Manusia sering mendengar pernyataan dalam Kitab Suci bahwa barang siapa

ingin pergi ke dalam Kerajaan Allah harus melalui Aku (Yesus). Dengan

demikian, untuk menyampaikan doa permohonan manusia kepada Allah Bapa,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

harus melalui perantara Yesus. Selain melalui perantara Yesus, manusia juga

dapat menggunakan perantaraan Bunda Maria, Bapa Gereja, Santo-santa, atau

Roh kudus (KGK 2634-2636).

d. Doa Syukur

KGK (2637) menjelaskan ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam

Gereja. Sesuai dengan sabda Yesus dalam Kitab Suci bahwa syukurilah seluruh

rahmat dari Allah yang telah manusia terima, karena Dia adalah pencipta seluruh

alam semesta. Sering kali manusia selalu tergoda oleh roh jahat yang menjadikan

diri merasa tidak puas dengan apa yang telah didapatkannya dari Allah, baik itu

hal duniawi maupun rohani. Doa syukur merupakan hal dasar yang dapat manusia

lakukan untuk melawan godaan akan rasa kekurangan dalam kehidupan sehari-

hari.

Tiap kejadian dan kebutuhan dapat menjadi kurban syukur. Doa syukur

mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas tindakan-tindakan Allah yang

dialami manusia. Setiap kejadian atau pengalaman yang dialami dalam kehidupan

sehari-hari merupakan anugerah dari Allah, baik itu pengalaman yang

menyenangkan atau menyedihkan. Menyadari pengalaman tersebut, manusia

perlu mensyukurinya lewat doa kepada Allah, karna berkat kuasa-Nya manusia

masih diberi nafas kehidupan untuk dapat merasakan pengalaman-pengalaman

tersebut. Syukur dan terima kasih merupakan reaksi manusia yang mengakui

bahwa Allah menganugerahkan segala sesuatu yang diperlukan untuk hidup

terlebih cinta Allah (KGK 2638).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

e. Doa pujian

Doa pujian adalah bentuk doa yang mengakui Allah secara paling langsung.

Doa pujian merupakan pengakuan akan kuasa Allah sebagai sang pencipta alam

semesta. Dalam ajaran Gereja Katolik telah dijelaskan bahwa Allah adalah yang

empunya Kerajaan Surga. Manusia sebagai makhluk ciptaan diharapkan selalu

memuji keagungan Allah. Doa ini memandang Allah dalam diri-Nya sebagai

pribadi yang tak terjangkau, kekal, dan sumber segala sesuatu. Melalui doa pujian,

Roh Kudus mempersatukan diri dengan manusia untuk menyaksikan bahwa

manusia adalah anak-anak Allah. Roh Kudus yang berkiprah di dalam hati

menyadarkan manusia sebagai anak-anak Allah. Seluruh hidup manusia hanya

ditujukan kepada Allah, karena Dialah yang mengatur semua tentang

kehidupannya (KGK 2639).

Ekaristi mencakup dan menyatakan semua bentuk doa ini. Perayaan Ekaristi

merupakan bentuk dari doa pujian ini, karena di dalam pelaksanaanya penuh

dengan pujian-pujian akan Allah sebagai Tri Tunggal Maha Kudus. Dalam

perayaan Ekaristi terdapat pujian terhadap Yesus Kristus yang rela disalib untuk

menebus dosa-dosa manusia, serta penghormatan akan Tubuh Kristus yang

menjadi kurban keselamatan. Menurut tradisi, perayaan Ekaristi disebut juga

dengan kurban pujian (KGK 2643).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

3. Bentuk-bentuk Doa

KGK (2721) menjelaskan Tradisi Kristen mengenal tiga bentuk ungkapan

kehidupan doa: doa lisan, doa renung, dan doa batin. Dari ketiga bentuk berdoa

tersebut, manusia dapat memilih sesuai apa yang menjadi kebutuhan hidup doa.

Namun dari ketiga doa tersebut semuanya menuntut ketenangan hati.

1. Doa Lisan

KGK (2722) mengungkapkan bahwa doa lisan itu berbentuk kata-kata, baik

yang dipikirkan maupun yang diucapkan. Tetapi yang terpenting bahwa hati

manusia sungguh hadir di depan Tuhan. Manusia sadar kepada siapa dia berbicara

dalam doa. Pada dasarnya Allah mendengarkan doa dan permohonan manusia dan

tentunya Allah tidak akan tinggal diam dengan apa yang sudah disampaikannya

melalui doa. Namun semua doa itu tidak tergantung banyak atau sedikit manusia

berbicara dalam doa tetapi lebih pada kesungguhan hati dan jiwanya ketika

berdoa.

2. Doa Renung atau Meditasi

KGK (2705) menjelaskan doa renung atau meditasi pada dasarnya sebagai

satu pencarian. Roh mencari agar manusia mengerti alasan dan cara kehidupan

Kristen, agar menyetujui dan menjawab apa yang dikehendaki Tuhan. Doa renung

atau meditasi meliputi pikiran, imajinasi, kerinduan, keinginan untuk

memperdalam iman, pertobatan hati, dan memperkuat kehendak manusia untuk

mengikuti Yesus Kristus. Doa ini adalah langkah pertama manusia menuju

persatuan cinta dengan Allah secara langsung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Doa renung atau meditasi ini merupakan doa di mana manusia dapat

menghadirkan Allah dalam hati. Dengan menghadirkan Allah, manusia mencoba

menyadari akan kekuatan dan cinta kasih Allah, serta dapat menuntunnya untuk

selalu mengikuti Yesus Kristus. Dengan merunung manusia akan mencari

kerinduan hati yang selama ini belum pernah terwujud. Dengan demikian manusia

akan disadarkan pada perbuatan yang dirasa tidak pantas di hadapan Tuhan.

3. Doa Batin

KGK (2709) menyatakan doa batin adalah ungkapan sederhana tentang

misteri doa. Manusia memandang Yesus dengan penuh iman, mendengarkan

sabda Allah, dan mencintai Yesus tanpa banyak kata. Yesus mempersatukan

manusia dengan doa Kristus, sejauh dia mengikutsertakan Yesus dalam hati. Doa

batin juga merupakan penyerahan yang rendah hati diri manusia seutuhnya kepada

Bapa yang penuh cinta dalam persatuan yang semakin dalam dengan Yesus

Kristus sendiri.

Doa batin adalah persatuan dengan doa Yesus, sejauh doa itu membawa

manusia mengambil bagian dalam misteri Kristus. Misteri Kristus dirayakan oleh

Gereja di dalam Ekaristi. Roh Kudus membuatnya menjadi hidup lagi dalam doa

batin, sehingga ia dapat menyatakan dalam amal cinta.

Doa ini bisa manusia lakukan dan rasakan ketika mengikuti perayaan Ekaristi.

Di bawah dorongan Roh Kudus, manusia mengarahkan hati dan seluruh dirinya

dengan sadar kepada kediaman Tuhan. Manusia perlu mengarahkan kembali hati

kepada Tuhan yang mencintainya, untuk menyerahkan diri kepada-Nya sebagai

persembahan yang suci dan kudus.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

B. Spiritualitas Prodiakon

1. Spiritualitas

Dalam hidup sehari-hari orang mengenal pasang surut semangat yang

dimiliki. Saat mengalami kelesuan, seseorang perlu menghidupkan spirit atau

semangatnya, sehingga kembali memiliki gairah hidup. Spirit atau semangat

sudah dikenal oleh masyarakat secara umum.

Spiritualitas dalam arti harafiah adalah “kerohanian” atau “hidup rohani”.

Sebagaimana yang dituliskan oleh Martasudjita (2002: 11), bahwa spiritualitas

berasal dari kata Latin “spiritus” yang berarti Roh. Spiritualitas juga mempunyai

hakikat sebagai realita maupun dinamika hidup yang digerakkan dan diarahkan

oleh daya roh dalam diri manusia. Dasarnya adalah kehadiran dan kegiatan Roh

Kudus.

Magnis Suseno (1993: 114) menerangkan bahwa “spiritualitas adalah

keterarahan batin dalam setiap sikap yang kita ambil, yang berdasarkan sesuatu

yang rohani, yang mengatasi diri sendiri”. Spiritualitas merupakan suatu hal yang

menyangkut hubungan antara manusia dengan Tuhan. Spiritualitas menyangkut

kehidupan rohani seseorang dalam hubungannya dengan Allah yang

perwujudannya tampak dalam perilaku sehari-hari baik dalam cara berfikir,

merasa, bertindak maupun dalam berdoa. Dapat juga dikatakan bahwa spiritualitas

adalah roh atau kekuatan dari Allah yang memberi daya kesanggupan kepada

seseorang untuk mempertahankan, memperkembangkan, mengolah dan

mewujudkan seluruh aspek kehidupannya. Dalam Gereja Katolik manusia

mengenal beberapa model spiritualitas Kristiani, misalnya: spiritualitas Ignasian,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

spiritualitas Dominikan, spiritualitas Agustinus, spiritualitas Fransiskus Asisi, dll.

Pada dasarnya model spiritualitas tersebut sama karena mengalir dari satu sumber

yaitu Yesus Kristus.

Martasudjita (1998: 52) menyatakan di luar Gereja kita juga mengenal

spiritualitas yang dihayati oleh banyak orang, misalnya ada yang disebut

spiritualitas Kejawen dan spiritualitas yang dihayati kelompok-kelompok

penghayatan kepercayaan. Spiritualitas yang demikian itu berlaku untuk semua

orang yang mau menghayatinya. Secara umum orang yang memberi diri untuk

menanggapi kehendak Allah akan dibantu dan digerakan oleh Roh Allah sendiri

untuk mengembangkannya

2. Prodiakon

a. Sosok Prodiakon

Martasudjita (1998: 12) berpendapat bahwa prodiakon adalah:

Orang-orang awam yang ditugaskan oleh uskup untuk membantu


menerimakan Tubuh Tuhan (komuni) dalam rangka perayaan Ekaristi,
Liturgi Sabda, dan kepada orang sakit serta memimpin ibadat non-
sakramental dan tanpa (memberikan) berkat.

Istilah prodiakon paroki dipakai sejak tahun 1985, sebelumnya memakai istilah

diakon awam. Prodiakon merupakan orang awam, tetapi prodiakon mendapatkan

tugas khusus dari uskup untuk ikut ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi.

Prodiakon juga mempunyai tugas memimpin ibadat non-sakramental tanpa

memberikan berkat, karena yang dapat memberikan berkat hanya yang

tertahbiskan. Prodiakon berperan penting dalam meningkatkan iman kepercayaan

akan Yesus Kristus, karena tidak semua tugas Gereja dapat dikerjakan oleh imam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Seorang prodiakon dituntut untuk terampil, berpengetahuan luas dan bisa

menghayati nilai-nilai hidup rohani.

Martasudjita (1998: 23-24) menjelaskan dua pertimbangan teologis pokok

sebagai dasar pelayanan para prodiakon.

1) Berkat imamat umum melalui Baptisan, Krisma, dan Ekaristi partisipasi

awam dalam liturgi Gereja mengalir dari hakikat imamat umum yang dimiliki

oleh setiap orang beriman. Oleh karena itu kaum awam ikut serta mengemban

tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, menunaikan bagian mereka dalam

perutusan segenap umat Allah dalam Gereja dan di dunia (LG, art. 31)

2) Liturgi merupakan upaya yang membantu kaum beriman dalam menghayati

misteri Kristus serta hakikat asli Gereja yang sejati. Atas dasar segi perayaan

Gereja inilah, liturgi menjadi urusan semua orang beriman dan bukan hanya

pastor saja.

b. Lingkup Kerja Prodiakon Paroki

1) Prodiakon Paroki adalah Pelayan Yesus Kristus.

Siswata (1991: 19-20) mengatakan prodiakon paroki dipilih pertama-tama

untuk membantu membagikan tubuh Kristus. Ini terlaksana di dalam Perayaan

Ekaristi maupun di luar Perayaan Ekaristi. Dengan demikian prodiakon paroki

merupakan pelayan Yesus Kristus. Untuk itu prodiakon paroki diharapkan

memiliki semangat hidup Yesus Kristus sendiri. Prodiakon dituntut untuk

mengenal Yesus Kristus terutama seperti yang ada dalam Kitab Suci. Dalam

Perayaan Ekaristi Kristus hadir dalam komuni (persekutuan). Di samping itu,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

prodiakon paroki sebagai pelayan Yesus Kristus diharapkan bisa membantu umat

dan memberi contoh baik.

2) Prodiakon Paroki sebagai Orang Beriman.

Dia adalah seorang beriman karena menanggapi tawaran keselamatan Allah,

baik untuk seluruh manusia maupun untuk dirinya sendiri. Semangat babtisannya

perlu dijadikan landasan semangat hidupnya. Itu berarti bahwa semangat dasar

dalam hidupnya adalah meninggalkan dosa dan hidup seturut kehendak Allah

(bdk Rm 6:1-14).

3) Prodiakon Paroki sebagai Pembantu Uskup dan Pastor Paroki.

Prodiakon paroki sebagai awam memang memerlukan ijin dari uskup untuk

menerimakan tubuh Kristus. Kanon 910 paragraf 2 berbunyi “Pelayan luar biasa

komuni suci adalah akolit atau orang beriman lain yang ditugaskan sesuai

ketentuan kanon 230 par 3”. Sedangkan Kanon 203 paragraf 3 berbunyi “Di mana

kebutuhan Gereja memintanya dan bila tidak ada pelayan-pelayan rohani, juga

awam bukan lektor atau akolit dapat menjalankan beberapa tugas yakni pelayanan

sabda, memimpin doa-doa liturgi, memberikan permandian, dan membagikan

komuni suci menurut ketentuan hukum”. Maka dalam surat tugas prodiakon

paroki telah ditegaskan bahwa yang bertugas membantu membagikan komuni saat

perayaan ekaristi adalah prodiakon paroki, apabila jumlah umat pada saat itu

telalu banyak. Prodiakon hanya diperbolehkan membagikan komuni saja, tidak

dengan memberikan berkat atas komuni, karena hanya kaum tertahbislah yang

dapat memberikan berkat komuni. Prodiakon paroki juga mendapatkan tugas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

untuk memimpin berbagai macam ibadat di lingkungan sebagai pengganti peran

pastor paroki.

Siswata (1991: 20-21) berpendapat bahwa di lain pihak, prodiakon paroki

juga dipilih dan diangkat untuk melakukan tugas yang diberikan pastor paroki,

misalnya memimpin ibadat sabda, memberikan homili, memimpin upacara liturgi,

dan lain sebagainya. Jelas bahwa prodiakon paroki diharapkan memiliki semangat

untuk senantiasa membantu uskup dan pastor paroki apapun resikonya. Untuk itu

perlu dialog, pengertian, terbuka agar tugas terselesaikan dengan baik.

4) Prodiakon Paroki sebagai Anggota dan Pelayan Umat

Siswata (1991: 19) menjelaskan prodiakon paroki adalah angota umat baik di

tingkat Kring, Lingkungan, Wilayah, Stasi, Paroki, maupun Keuskupan bahkan

anggota Gereja semesta sepanjang masa. Karena babtisannya ia berada di dalam

persekutuan umat beriman. Kegiatan, kehidupan, kegembiraan, dan keprihatinan

umat beriman juga menjadi miliknya. Maka diharapkan prodiakon paroki adalah

orang yang diterima oleh umat. Dalam lingkungan umat beriman, seorang

prodiakon paroki dipilih sebagai salah satu dari banyak pelayan umat beriman.

Ada bermacam-macam pelayan umat beriman dalam kelompok religius misalnya

Uskup, Imam, Diakon, dan kelompok awam yaitu prodiakon paroki khususnya

dalam kegiatan liturgi. Prodiakon paroki bukan pesaing dan perampas tugas

pelayan lain, melainkan bekerja sama dengan pelayan yang ada untuk melayani

kepentingan umat beriman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

5) Prodiakon Paroki tetap Bersemangat Awam

Siswata (1991: 21) menjelaskan bahwa prodiakon paroki tetap awam bukan

anggota hirarki. Dalam lingkungan Gereja Katolik istilah awam dikenakan bagi

semua orang yang sudah dibabtis yang tidak ditahbiskan. Biasanya umat memilih

salah satu orang yang telah dipercaya dan memiliki kehidupan yang baik di

masyarakat. Kekhasan para awam terutama terletak pada sifat keduniawian. Para

awam diharapkan mencari Kerajaan Allah dengan mengurus hal-hal dunia dan

mengaturnya sesuai kehendak Allah (LG, 31). Prodiakon tersebut diharapkan

memiliki iman yang kuat, sehingga mampu menuntun umatnya menuju Kerajaan

Allah. Prodiakon sangat perlu memahami makna Kitab Suci dalam melayani

umatnya.

Meskipun para awam terlibat dalam perkara dunia, di Keuskupan Agung

Semarang di mana tenaga imam kurang, para awam diharapkan ikut terlibat dalam

tugas-tugas hirarki. Sebab Gereja hampir tak mungkin hadir dan aktif tanpa

kegiatan kaum awam (AA, 1). Di banyak tempat tanpa keterlibatan aktif para

awam, para gembala (hirarki) tak mungkin bisa mencapai hasil. Para awam

sungguh melengkapi apa yang kurang dari para gembalanya (AA, 10).

6) Prodiakon Paroki sebagai Anggota Keluarga

Siswata (1991: 18) menjelaskan bahwa di banyak paroki, prodiakon

umumnya seorang anggota keluarga. Dia bisa bapak atau ibu atau seorang

bujangan dalam keluarga. Pilihan dan pengangkatan prodiakon paroki juga

menyangkut seluruh keluarganya, yang punya nama baik diharapkan bukan hanya

pribadi prodiakon paroki, tetapi juga keluarganya (istri/suami/orang tua dan anak).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Seluruh anggota keluarga prodiakon paroki diharapkan menjadi keluarga beriman.

Kiranya surat pertama Santo Paulus kepada Timotius (1 Tim 3:8-13) bisa

dijadikan bahan bandingan dan inspirasi bagi semangat hidup prodiakon paroki

beserta keluarganya.

7) Tugas-tugas Prodiakon Paroki

Martasudjita (1998: 32) mengatakan bahwa pada prinsipnya, prodiakon

paroki mempunyai dua tugas utama, yaitu:

a) Membantu menerimakan komuni, ini bisa terwujud di dalam Perayaan

Ekaristi dan di luar Perayaan Ekaristi seperti dalam Liturgi sabda dan

pengiriman komuni kepada orang sakit atau sedang dipenjara.

b) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh pastor paroki, seperti:

memimpin ibadat sabda, memberikan homili, memimpin liturgi

pemakaman, memimpin berbagai ujub doa di lingkungan atau wilayah.

Tetapi secara rinci Martasudjita (1998: 12) mengemukakan bahwa tugas

pelayanan prodiakon dibedakan dengan jabatan diakonat. Perbedaan itu dapat

dilihat dalam bagan berikut:

No Diakon Tahbisan Prodiakon Paroki

1 Menerima tahbisan dari Uskup. Dilantik oleh pastor paroki.

2 Masuk kelompok klerus Tetap menjadi kaum awam.

hierarki.

3 Menerima materai imamat Tidak menerimakan materai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

tingkat terendah yang tak Imamat.

terhapuskan.

4 Jabatan yang berlaku tetap atau Berlaku sementara (3 tahun) dan

seumur hidup. dapat dipilih kembali

5 Wilayah pelayanan luas Wilayah pelayanan hanya paroki

sendiri

6 Tugas-tugas yang lebih luas Tugas-tugas sesuai penugasan dari

uskup dan pastor paroki

Tabel di atas menjelaskan perbedaan antara prodiakon dengan diakon

tertahbis. Tugas diakon tertahbis dalam menggembala umatnya sangat luas

dibandingkan dengan prodiakon paroki. Diakon tertahbis terikat dengan

komunitas atau konggregasi, sedangkan prodiakon tidak memiliki suatu ikatan

organisasi, namun prodiakon dibentuk oleh diakon tertahbis berdasarkan

persetujuan umat. Siswata (1991: 16) menyebutkan bahwa prodiakon paroki

dipilih untuk melaksanakan sebagian tugas dari Diakon Tahbisan. Maka

semestinya para prodiakon paroki ini juga memiliki sebagian semangat tugas

pelayanan para diakon.

c. Batas-batas Kewenangan Prodiakon Paroki

1) Prodiakon Paroki diangkat oleh uskup atas usulan pastor paroki. Sebelum

mengusulkan pengangkatan prodiakon, pastor beserta umatnya melalukan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

pemilihan dahulu. Prodiakon yang akan dilantik telah mempersiapkan diri

untuk menjadi pelayan kaum awam.

2) Prodiakon paroki bersifat sementara, yaitu untuk tugas pelayanan selama 3

tahun, waktu ini bisa diperpanjang atau diperpendek. Untuk dapat

memperpanjang dan memperpendek tugas seorang prodiakon, tergantung

pada ketulusan dan penghayatan diri dalam melakukan pelayanannya.

3) Prodiakon hanya berhak melayani jemaat di wilayah paroki tempat ia tinggal.

Apabila ia berpindah tempat, ia tidak otomatis menjadi prodiakon di paroki

barunya (Martasudjito, 1998:32).

d. Syarat-syarat Prodiakon Paroki

Untuk dapat menjadi prodiakon paroki bukanlah sekedar dituntut mau dan

rela, tetapi gereja menetapkan beberapa syarat, yakni:

1) Memiliki nama baik sebagai pribadi maupun keluarga.

Ia harus seorang bapak atau ibu yang baik, apabila ia belum menikah ia harus

seorang yang mempunyai nama baik, baik perilaku, hidup iman, dan moralnya.

2) Diterima oleh umat

Kriteria diterimanya umat bisa bermacam-macam, yaitu perilakunya yang baik,

kemampuan yang memadai, dedikasi yang tinggi, berwibawa, dan memiliki

pribadi yang baik.

3) Mempunyai penampilan yang layak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Prodiakon harus dapat membawakan diri secara baik dalam liturgi dan hidup

sehari-hari. Untuk dapat tampil layak seorang prodiakon perlu dibina dan

dilatih (Martasudjito, 1998:30).

3. Spiritualitas Prodiakon

Deskripsi Spiritualitas Prodiakon

Martasudjita (1998: 36) menjelaskan bahwa spiritualitas prodiakon diartikan

sebagai suatu kedekatan dengan Tuhan dalam hidup sehari-hari. Kehidupan dalam

persatuan mesra dengan Kristus itu dalam Gereja dipupuk dengan bantuan-

bantuan rohani, yang diperuntukan bagi semua orang beriman, terutama dengan

keikutsertaan aktif dalam liturgi suci. Upaya-upaya itu sangat relevan digunakan

oleh para awam sedemikian rupa, sehingga mereka menunaikan dengan seksama

tugas-tugas duniawi dalam keadaan hidup yang serba biasa.

Martasudjita (1998: 35-48) mengemukakan bahwa, spiritualitas prodiakon

paroki dapat digali dari hakikat dan penugasan pelayanan prodiakon. Spiritualitas

prodiakon diuraikan dalam 5 cara:

1) Prodiakon Paroki adalah Seorang Awam

Sebagai awam, identitas ini hendaknya disadari benar oleh para prodiakon. Ia

harus menjadi bapak atau ibu yang baik dalam keluarga. Jadi seorang prodiakon

harus sungguh menyadari diri, status, dan tugas mulianya sebagai awam, sebab

justru dengan itu mereka melayani Gereja menurut panggilannya dan menapaki

jalan kesucian menurut martabatnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

2) Bersemangat Pelayanan dan Kerja Sama

Melalui pastor paroki, uskup mengangkat dan melantik orang-orang terpilih

bagi pelayanan umat. Jadi tugas pelayanan prodiakon ini selalu dilihat dalam

konteks eklesial, yakni dalam kesatuan dengan Uskup dan para pembantunya,

terutama para imam dan diakon tertahbis. Dengan pelayanannya tersebut,

prodiakon paroki hendaknya bisa bekerja sama dengan kawan sekerjanya,

khususnya dalam melaksanakan tugas kegerejaan sebagai pembantu pastor paroki.

3) Memiliki Kualitas Kerohanian yang Mendalam dan Liturgis

Vatikan II mengajarkan bahwa awam juga dipanggil untuk ikut serta dalam

ibadat Gereja yang sebenarnya merangkum seluruh hidup mereka dan terutama

yang terungkap dalam liturgi. Menurut Martasudjita (1998: 41), LG art.34

menjelaskan tentang dasar spiritualitas teladan para awam dan prodiakon, yakni

hidup dalam kesatuan dan penyerahan diri kepada Allah melalui Kristus dengan

cara setia pada pimpinan Roh Kudus. Karena bersangkut-paut dengan pelayanan

doa dan hal-hal suci, para prodiakon harus akrab dengan Tuhan, maka katekese

sangatlah perlu untuk membina para Prodiakon Paroki ini, supaya ia bisa

melaksanakan tugas dengan baik.

4) Tanggap terhadap Kebutuhan Umat sesuai Tuntutan Zaman terutama terhadap


Mereka yang Lemah, Sakit, dan Miskin

Kepekaan itu bukan hanya menyangkut isi kotbah, kalau ia harus berkotbah.

Seorang prodiakon dituntut untuk dapat memberikan kotbah yang tidak hanya

menyampaikan tentang Kerajaan Allah, namun ia harus kreatif saat berkotbah

agar umat tidak bosan dan dapat dijadikan pedoman hidup. Kepekaan itu juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

merangkum berbagai hal akan segala kejadian yang menuntut spontanitas

pelayanan. Seorang prodiakon harus melayani umatnya tanpa pandang bulu.

Kepada siapapun yang membutuhkan bantuannya ia akan bersedia, meski mereka

itu orang miskin, lemah ekonomi, dan imannya. Seorang prodiakon tidak

mempertimbangkan untung-rugi baik moril dan materiil dalam pelayanan.

5) Bersemangat Keterbukaan dan Kerendahan Hati

Semangat keterbukaan menunjukkan kepada kesediaan dini untuk dibentuk,

diarahkan, dan dipimpin. Meskipun ia seorang pemimpin jemaat ia tetap sadar

bahwa ia terikat pada hierarki dan umat beriman. Keterbukaan diri juga meliputi

kesediaan diri untuk belajar terus-menerus. Seorang Prodiakon hendaknya tidak

berpuas diri karena merasa sudah baik dan tahu segala-galanya. Kerendahan hati

untuk belajar dan menerima kritik orang lain merupakan keutamaan penting bagi

kemajuan pelayanan prodiakon yang berkualitas.

Dalam usaha menyadari dan menghayati keberadaan dan jati dirinya, para

prodiakon perlu meneladan dan menumbuhkan keutamaan-keutamaan yang dalam

hidup sehari-hari menjadi spiritualitas dalam menjalankan tugas perutusan sebagai

prodiakon. Spiritualitas menunjuk kepada bentuk hidup rohani yang dilandasi oleh

bimbingan Roh Kudus untuk semakin mengimani dan mencintai Tuhan Yesus

Kristus dan semakin berkembang dalam iman, harapan dan kasih.

Martasudjita (2010: 27-36) menjelaskan spiritualitas menunjuk bentuk

kehidupan rohani yang dilandasi oleh bimibingan Roh Kudus sendiri. Spiritualitas

Kristiani selalu menunjuk hidup rohani yang dipimpin oleh Roh Kudus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

semakin mengimani dan mencintai Tuhan Yesus Kristus dan semakin

berkembang dalam iman, harapan, dan kasih. Spiritualitas hidup prodiakon sangat

penting dibutuhkan dalam pelayannya, karena dapat menjadikan kehidupan rohani

para prodiakon sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam mengembangkan iman,

harapan, dan kasih pada pelayanan kepada Tuhan Yesus Kristus dan umat Allah

atau Gereja-Nya.

Martasudjita (2010: 27-36) menjelaskan tentang beberapa bentuk spiritualitas

hidup prodiakon itu sendiri:

1. Tugas pelayanan prodiakon sebagai panggilan hidup

Menjadi seorang prodiakon adalah sebuah panggilan hidup, karena

Allah sendiri yang telah memanggil untuk melayani umat Allah melalui tugas

pelayanan yang dipercayakan oleh Uskup atas nama Gereja. Kesadaran

menjadi prodiakon adalah panggilan hidup, sehingga sebagai prodiakon harus

mampu melayani dengan kesungguhan hati dan totalitas.

2. Ambil bagian dalam karya pelayanan

Seorang prodiakon yang telah mendapatkan tugas resmi dari Uskup

maupun Gereja mampu dan mau melayani umatnya dengan sepenuh hati.

Prodiakon juga menjadi asisten dari pastor dalam melayani umatnya dari segi

kehidupan rohani.

3. Menjalin tugas pelayanan prodiakon sebagai persembahan hidup

Tantangan mengenai kehidupan dari seorang prodiakon ialah banyaknya

hal yang harus dikorbankan. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa menjadi

prodiakon adalah sebuah pengabdian berbeda dengan menjadi pejabat sipil atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

sebagai guru. Para prodiakon paroki tidak memperoleh gaji atau honor. Selain

tidak mendapat honor seorang prodiakon tidak pernah mengenal lelah dan

menghabiskan waktu untuk sebuah pelayanan. Prodiakon harus dengan tulus

dan iklas mempersembahkan tenaga, waktu, dan pikirannya untuk melayani

menjawab kebutuhan umat.

4. Menghidupi semangat doa yang mendalam dan teratur

Untuk senantiasa menyadari tugas pelayanan prodiakon sebagai sebuah

panggilan penuh pengorbanan untuk ambil bagian dalam karya Tuhan, seorang

prodiakon mesti menghayati semangat doa yang mendalam dan teratur.

Seorang prodiakon harus banyak doa. Sebagai seorang pendoa prodiakon mesti

memiliki semangat doa yang sungguh-sungguh dihayati. Keteladanan hidup

doa seorang prodiakon dapat menjadikan contoh yang baik kepada umatnya,

semakin rajin seorang prodiakon dalam berdoa maka umatnya akan termotivasi

untuk ikut rajin ambil bagian dalam berdoa.

5. Giat mengikuti Perayaan Ekaristi, mendengarkan sabda Allah, dan berdevosi

Prodiakon yang baik mengikuti Perayaan Ekaristi bukan karena ia

sedang bertugas untuk ikut menerimakan komuni dalam Perayaan Ekaristi.

Tetapi, ia mengikuti Perayaan Ekaristi tersebut sebagai sumber dan puncak

hidup dan pelayanannya. Selain Perayaan Ekaristi, prodiakon juga perlu rajin

membaca Kitab Suci. Prodiakon hendaknya membaca Kitab Suci setiap hari

dengan bacaan yang tertera di penanggalan Liturgi. Ketekunan untuk membaca

sabda Allah dalam Kitab Suci dapat membantu prodiakon sebagai manusia

yang hidup dari sabda Allah. Kehidupan rohani akan semakin tumbuh dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

hidup dengan kuat apabila prodiakon juga memiliki doa devosi yang teratur

dan sungguh dijalani dengan gembira. Dari pengalaman tradisi hidup rohani,

devosi sangat membantu dalam menyuburkan hidup rohani hidup prodiakon.

6. Hidup berbagi dan peduli, khususnya pada mereka yang miskin dan lemah

Penghayatan hidup yang Ekaristis akan berbuah pada kehidupan yang

berbagi sebab Perayaan Ekaristi adalah misteri hidup Allah yang dibagikan.

Kristus Tuhan kita telah memberikan hidup-Nya demi keselamatan kita

sebagaimana terlaksana dalam peristiwa wafat dan kebangkitan-Nya. Orang-

orang yang miskin dan lemah itu ialah mereka yang tidak mempunyai apa-apa

untuk membalas jasa prodiakon yang telah datang dan mengirim komuni

kepada mereka. Godaan besar bagi para prodiakon ialah pilih-pilih dalam

pelayanan. Apalagi ketika prodiakon sudah mulai memperoleh amplop yang

berisi uang, ia perlu sungguh waspada pada kecenderungan hati yang ingin

lebih memilih umat yang “punya” daripada yang “tidak punya”. Kemurahan

hati merupakan keutamaan yang memang harus dikembangkan oleh setiap

pelayan umat Allah, termasuk para prodiakon sebab hidup kita ini sendiri

hanya anugerah oleh kemurahan hati Allah sendiri. Terutama kepada mereka

yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir, perhatian kita mesti lebih besar lagi

sebab Tuhan sangat mengasihi orang-orang kicil dan lemah tersebut.

7. Memiliki semangat untuk belajar terus

Sering terjadi adanya prodiakon yang sudah merasa paham segala-

galanya mengenai tugas pelayanan prodiakon, mereka terkadang merasa pandai

akan pengetahuan yang dimiliki. Namun dengan tidakannya tersebut mereka


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

sering lalai atau melupakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang

prodiakon. Menjadi prodiakon harus giat belajar dalam menanggapi

panggilannya sebagai seorang pelayan, terlebih belajar dari umatnya sendiri,

karena pelayanan prodiakon ditujukan untuk perkembangan iman umatnya

sendiri.

C. Pengaruh Hidup Doa terhadap Perkembangan Spiritualitas Prodiakon

Pada bagian terakhir bab ini penulis akan menjelaskan pengaruh hidup doa

terhadap spiritualitas prodiakon. Spiritualitas diartiakan sebagai hidup rohani

manusia. Hidup rohani yang menjalin hubungan dengan Tuhan. Doa dapat

membantu manusia untuk dapat menjalin hubungan dengan Tuhan. Maka doa

merupakan bagian terpenting dalam spiritualitas. Seorang prodiakon perlu

mengahayati hidup sehari-hari dengan sering berdoa, dengan begitu spiritualitas

seorang prodiakon akan semakin berkembang. Prodiakon yang membiasakan diri

dengan terus menerus berdoa maka kebutuhan rohaninya akan merasa terpenuhi,

imannya semakin berkembang dan menjalin relasi yang baik dengan Tuhan dan

sesama. Dengan demikian, seorang prodiakon akan menjalankan tugas-tugasnya

dengan tulus dan benar-benar menanggapi panggilannya sebagai seorang

prodiakon serta mampu menjawab dan memenuhi kebutuhan umat. Pelayanan

tersebut mendapatkan tanggapan positif dari umat gereja.

Darminta (1982: 49) menguraikan bahwa doa sebagai ungkapan normal dari

cinta manusia dalam hadirat Allah, tetapi tidak cukup untuk kehidupan rohani

saja, namun yang lebih penting ialah melaksanakan dengan penuh cinta kehendak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Allah. Dengan mampu mengenal, mencintai, dan melaksanakan kehendak Allah,

kebutuhan pokok hidup iman, harapan, dan cinta manusia dapat terpenuhi. Dari

segi hubungan antar pribadi kerinduan untuk bertemu dengan Allah dilihat

sebagai kepenuhan dan kesempurnaan hidup yang merupakan pendorong untuk

menyapa Allah. Hidup prodiakon akan menjadi tenang dan damai setelah

membiasakan diri untuk rajin berdoa. Kehidupan prodiakon dengan masyarakat

akan terjalin dengan baik karena selalu dinaungi Roh Kudus dalam doa-doanya.

Dengan doa, prodiakon akan merasakan keharmonisan dalam berumah tangga,

karena Roh Kudus senantiasa menaungi kehidupannya. Tutur kata prodiakon yang

telah terbiasa rajin berdoa akan terasa berbeda, setiap ucapannya akan memotivasi

orang lain serta lebih berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata. Tindakan

prodiakon yang telah membiasakan diri untuk rajin berdoa setiap hari dapat

dicontoh oleh umatnya.

Spiritualitas prodiakon diartikan sebagai suatu kedekatan dengan Tuhan

dalam hidup sehari-hari. Kedekatan dengan Tuhan dapat dilakukan oleh manusia

melalui doa, semakin rajin dan khusuk ketika berdoa maka Tuhan selalu

menyertai setiap hidupnya. Persatuan mesra dengan Kristus itu dalam Gereja

dipupuk dengan bantuan-bantuan rohani, yang diperuntukan bagi semua orang

beriman, terutama dengan keikutsertaan aktif dalam liturgi suci. Upaya-upaya itu

hendaknya digunakan oleh para awam sedemikian rupa, sehingga mereka

menunaikan dengan seksama tugas-tugas duniawi dalam keadaan hidup yang

serba biasa (Martasudjita, 1998: 36).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

GAMBARAN HIDUP DOA PRODIAKON DI STASI POJOK


DAN DAMPAKNYA BAGI PERKEMBANGAN
SPIRITUALITAS PRODIAKON

Bab III ini merupakan jawaban dari rumusan masalah kedua mengenai

seberapa jauh pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon.

Pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan tentang pengertian hidup doa,

perkembangan spiritualitas prodiakon serta pengaruh hidup doa bagi

perkembangan spiritualitas prodiakon.

Untuk mengetahui sejauh mana hidup doa prodiakon dan dampaknya bagi

perkembangan spiritualitasnya maka penulis menyusun bab III dalam beberapa

bagian pembahasan. Pada bagian pertama sebagai konteks, penulis menguraikan

gambaran umum Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu serta Stasi Yohanes

Chrisostomus Pojok yang meliputi sejarah paroki dan stasi, letak geografis,

jumlah umat, visi, misi, situasi sosial ekonomi dan kehidupan umat beriman.

Bagian kedua membahas mengenai penelitian yang mencakup: latar

belakang, tujuan, variabel, definisi operasional, jenis, instrumen pengumpulan

data, responden, tempat, waktu serta kisi-kisi instrumen penelitian.

Bagian ketiga berupa laporan hasil penelitian. Laporan disajikan

berdasarkan penelitian yang diadakan di gereja St. Chrisostomus Pojok,

selanjutnya dibahas dan dijelaskan. Pembahasan penelitian ini berguna untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

memperoleh hasil mengenai seberapa jauh hidup doa seorang prodiakon dan

dampaknya bagi perkembangan spiritualitasnya. Bagian akhir bab berupa

kesimpulan dari hasil penelitian yang berguna untuk menyusun dan melanjutkan

bab berikutnya.

A. Gambaran Umum Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok, Paroki Santo


Petrus dan Paulus Klepu, Yogyakarta

1. Sejarah Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

Pada bagian ini penulis ingin memaparkan sejarah singkat Paroki Klepu

tahun 2017 yang disusun oleh Tim Buku Kenangan Paroki Santo Petrus dan

Paulus Klepu 2017. Para misionaris Jesuit yang sebagian besar berkebangsaan

Eropa mulai mendatangi daerah pedesaan untuk menyebarkan agama Katolik.

Pastor Fransikus Strater, SJ. (Romo Strater) datang ke Indonesia pada tahun 1918

dan mengelilingi pedesaan untuk mengenalkan iman Katolik. Paroki Kotabaru

dikelola olah misionaris Jesuit, sehingga Klepu dan sekitarnya masih manjadi

wilayah pewartaan Paroki Kotabaru.

Buku kenangan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu tahun 2017

menjelaskan penduduk pribumi pedesaan awal abad XX, sekitar tahun1900-1920

sebagian besar berprofesi sebagai kuli di perkebunan tebu. Romo Strater,S.J,

dengan peka membaca situasi sosial di masa itu dengan tujuan mengentaskan

penduduk pribumi dengan mendirikan sekolah yang bernama Volkschool (VS).

Pengajaran agama Katolik di Klepu memunculkan ciri khas tertentu yaitu

pengenalan doa yang tadinya menggunakan bahasa latin ke bahasa Jawa.

Penyebaran agama Katolik yang disertai inkulturasi ini sangat berpengaruh pada

jumlah orang yang bersedia dibabtis setiap tahunnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Buku Kenangan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu tahun 2017

menyatakan bahwa gereja baru yang terletak di Klepu diberkati Vikaris Apostolik

Batavia, Mgr. Van Wilkens, SJ pada tanggal 25 Agustus 1929 dengan nama Santo

pelindung Santo Petrus dan Paulus yang diperingati pada setiap 26 Juni. Pada

tahun 1950 Romo Van Lingoed mempelopori pembangunan Gereja baru

disebelah barat gereja lama dan pembangunan dimulai pada tahun 1951. Tanggal

23 Agustus 1953, gereja baru ini diberkati oleh uskup Mgr. Soegijapranata, SJ.

Masa penggembalaan romo Van Wurkens dikenang dengan berdirinya SMP di

Klepu yang kemudian menjadi SMP Kanisius Klepu. Romo Van Wurkens

bertugas sampai tahun 1955 dan digantikan oleh romo Hardaparmoko, SJ yang

dibantu oleh Bruder M. Tirtasumarta, SJ. dan Frater B. Pudjaraharja. Romo

Hardaparmoko, SJ dikenal sebagai bapak pendiri Paroki Klepu dan pada tahun

1955 Stasi Klepu-Ngijon resmi menjadi Paroki Klepu. Tahun 1960 romo

Hardaparmoko, SJ meninggalkan paroki Klepu dan digantikan oleh Romo T.

Wignyosupatmo, SJ yang kemudian mendirikan SMA Albertus di Klepu.

Buku Kenangan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu tahun 2017

mengatakan bahwa pada tahun 1962, Romo T. Wignyosupatmo, SJ digantikan

oleh Romo I.M. Haryadi, Pr bekas pastor militer yang baru saja bertugas bersama

pasukan Garuda. Romo Haryadi adalah romo Projo pertama yang bertugas di

paroki Klepu. H.A.M. Taks, SJ seorang romo berkebangsaan Belanda yang datang

menggantikan romo Haryadi setelah dua tahun bertugas di Klepu. Romo Taks, SJ

bertugas di Klepu dari tahun 1964 sampai 1975. Langkah awal yang dilakukan

romo Taks yaitu pendataan umat di setiap Stasi yang kemudian diubah menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

kring yang bertanggung jawab kepada pengurus PHP (Pengurus Harian Paroki).

Umat didorong untuk lebih produktif dengan pendampingan para peternak ayam

dan pengelolaan koperasi simpan pinjam. Tidak adanya sarana kesehatan yang

mamadai juga mambuat romo Taks menjadi pelopor berdirinya Poliklinik Panti

Baktiningsih yang kemudian berkembang menjadi rumah sakit panti Baktiningsih

dengan meminta bantuan para Suster Charitas.

Buku Kenangan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu tahun 2017

mengatakan bahwa pada tahun 1967 jumlah babtisan di gereja Klepu meningkat

tajam yaitu lebih dari 1000 orang yang bersedia dibabtis. Tahun 1980, kapel Pojok

yang tadinya dijadikan tempat pelayanan umat di kelurahan Sendangagung

ditingkatkan statusnya menjadi gereja Pojok. Tahun 1986 di Jitar didirikan tempat

ziarah bernama Sendang Jatiningsih. Romo M. Supriyatno, Pr adalah romo Projo

pertama yang memimpin Paroki Klepu setelah diserahkannya tongkat

penggembalaan dari Serikat Jesus (SJ) ke Keuskupan Agung Semarang.

2. Letak Geografis Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

Malalui wawancara dengan petugas sekretariat paroki pada tanggal 22 Juni

2017, penulis mendapatkan data-data mengenai letak geografis Paroki Klepu.

Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu secara geografis merupakan Paroki

pedesaan, yang meliputi tiga kecamatan yaitu kecamatan Minggir, sebagian

kecamatan Godean, dan sebagian kecamatan Moyudan.

Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu meliputi batas antara lain:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Sebelah Barat: Berbatasan dengan Paroki Santa Theresia Lisieux Boro dan Paroki

Santa Maria Tak Bernoda Nanggulan

Sebelah Timur: Berbatasan dengan Paroki Santa Maria Asumpta Gamping

Sebelah Utara: Berbatasan dengan Paroki Santo Yoseph Medari

Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Paroki Santa Theresia Sedayu.

3. Jumlah Umat Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

Buku Kenangan 87 tahun Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

menjelaskan bahwa paroki Klepu mengisahkan perkembangan jumlah umat dan

lingkungan. Umat yang berkembang tersebut tidak hanya berada di gereja Santo

Petrus dan Paulus Klepu tetapi juga berada di kapel-kapel lingkungan. Pada

perayaan 75 tahun Paroki Klepu tahun 2005, Romo M. Nurwidi Pranoto, Pr

mempunyai inisiatif untuk memekarkan jumlah lingkungan yang tadinya 53

lingkungan menjadi 81 lingkungan. Pemekaran lingkungan ini terus dikaji dan 4

tahun setelahnya (2009) jumlah lingkungan dimekarkan lagi menjadi 83

lingkungan. Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu terdiri dari 83 lingkungan

dengan 10 wilayah dan 1 stasi dengan jumlah umat sekitar 9129 orang.

4. Visi dan Misi Paroki ST. Petrus dan Paulus Klepu

a. Visi

Umat Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu dalam bimbingan Roh Kudus

mewujudkan diri sebagai persekutuan paguyuban murid-murid Yesus Kristus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

yang menghadirkan Kerajaan Allah, yang meneguhkan, memberdayakan,

memerdekakan warganya dan masyarakat, dan melestarikan keutuhan ciptaan.

b. Misi

1) Mencerdaskan dan memperdalam penghayatan iman seluruh umat serta

memberi perhatian pada panggilan khusus Gereja. Gereja memperhatikan

perkembangan iman umat melalui berbagai kegiatan yang melingkupi

segala macam aspek dari berbagai lingkup paroki. Kegiatan tersebut

meliputi pendampingan iman dalam berbagai tingkat usia (anak-anak,

remaja, dewasa, maupun lansia). Gereja mengajak umat untuk

berpartisipasi dalam berbagai tugas-tugas gereja, seperti misdinar, lektor,

prodiakon, serta dewan paroki. Gereja mengajak umatnya untuk

menanggapi panggilan sebagai biarawan maupun biarawati.

2) Memberdayakan dan mengembangkan kerjasama yang sinergis dari

berbagai paguyuban yang ada. Gereja menjalin komunikasi antar

paguyuban dan melibatkan dalam berbagai kegiatan di paroki.

3) Menyelenggarakan pelayanan bagi umat dan masyarakat, khususnya yang

KLMTD dengan semangat cinta kasih, persaudaraan, dan gotong royong.

Gereja mengajak umatnya untuk tidak membeda-bedakan derajat antar

mereka dalam proses pelayanan. Umat diajak untuk saling menghargai dan

menghormati status sosial. Gereja membentuk bidang sosial untuk

menaungi segala bentuk pelayanan bagi umat khususnya yang KLMTD.

4) Menumbuhkembangkan kepedulian terhadap keutuhan ciptaan dan

membudayakan pola hidup bersih dan sehat. Gereja mengajak umatnya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

untuk peduli terhadap kerapian dan kebersihan lingkungan supaya pola

hidup umat menjadi lebih sehat.

5) Menyelenggarakan pendidikan kewarganegaraan dan mengembangkan

peran dan partisipasi umat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan

politik. Selain memberikan pelayanan iman, Gereja juga memberikan

wawasan kebangsaan untuk semakin menumbuhkan rasa cinta tanah air

dan menjunjung tinggi nasionalisme sehingga umat dapat berperan dan

berpartisipasi lebih luas dalam kegiatan kemasyarakatan dan politik.

Gereja juga mengajarkan umatnya untuk saling toleransi dengan umat

yang berbeda agama sehingga dapat menjalin kehidupan bermasyarakat

yang sejahtera.

5. Gambaran Umum Umat Katolik di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok

Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai gambaran umum umat

di stasi Pojok berdasarkan Buku Kenangan Paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

dan wawancara dengan Ketua stasi Pojok pada tanggal 19 Juni 2017. Stasi Pojok

merupakan bagian dari paroki Klepu yang mengalami perkembangan yang sangat

pesat dari segi jumlah umat, kegiatan Gereja maupun pembangunan di gereja

stasi. Ketua stasi Pojok memberikan informasi kepada penulis bahwa stasi Pojok

ingin berpisah dengan paroki Klepu dan hendak mendirikan paroki sendiri. Umat

di stasi pun semakin aktif terlibat dalam kegiatan menggereja dan mendukung

supaya stasi Pojok dapat menjadi paroki.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

a. Sejarah Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok

Buku Kenangan 75 tahun Gereja Paroki Santo Petrus dan Paulus Pojok

menjelaskan bahwa pada tanggal 29 Juni 1980 dirayakan pesta emas Gereja Santo

Petrus dan Paulus Klepu dan tanggal 30 September 1986 Mgr. Julius

Darmaatmadja SJ meresmikan gereja stasi Yohanes Chrisostomus Pojok. Stasi

Yohanes Chrisostomus Pojok adalah stasi di paroki Santo Patrus dan Paulus

Klepu Yogyakarta. Umat di stasi Pojok sekitar 2200 orang dengan jumlah KK

sekitar 700 KK dari keseluruhan umat di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu

sekitar 9000 orang.

Stasi Pojok saat ini terdiri dari 20 lingkungan yaitu: Antonius Kwayuhan,

Agustinus Plombangan, Albertus Diro, Bonaventura Jombaran, Stefanus Pojok,

Hilarius Badran, Tarsisius Dukuhan, Maria Tak Bernoda Pakelan, Patrus Brajan,

Theresia Kliran Wetan, Agustina Blimbingan, Maria Bunda Hati Kudus Bontitan,

Petrus Calistinus Dondongan, Paulus Minggir, Petrus Kisik, Benedictus

Watugajah, Cristoporus Tengahan, Veronika Bekelan, Faustina Kliran Kulon, dan

Mikael Sawo.

b. Situasi Sosial Ekonomi Umat Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok

Berdasarkan wawancara dengan ketua Stasi Pojok pada tanggal 18 Juni

2017, sebagian besar umat Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok bermata

pencaharian sebagai buruh tani. Kehidupan umat terjalin dengan baik, hal ini juga

didukung oleh kegiatan kerohanian yang diikuti oleh anak-anak, remaja dan

kesepuhan. Kegiatan tersebut antara lain: gotong royong yang diadakan setiap hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Minggu baik di gereja stasi maupun di lingkungan, PIA, PIR, dan lain-lain. Situasi

sosial ekonomi umat di stasi Yohanes Chrisostomus Pojok menengah ke bawah

dan umat saling membantu satu sama lain. Umat di stasi Pojok tidak pernah

membeda-bedakan status sosial dalam bermasyarakat, mereka memiliki ikatan

persaudaraan yang kuat antara satu keluarga dengan keluarga yang lain, bahkan

dengan yang berbeda keyakinan.

c. Kehidupan Beriman Umat di Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok

Berdasarkan wawancara dengan ketua stasi pada tanggal 18 Juni 2017,

penulis mendapatkan informasi bahwa stasi mengadakan perayaan Ekaristi ulang

tahun Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok yang ke 29 pada tanggal 29 September

2011. Dalam perayaan Ekaristi ulang tahun ini, sekaligus juga dibuka Kapel

Adorasi Ekaristi Abadi yang ketiga di paroki Santo Petrus dan Paulus Klepu.

Perayaan Ekaristi ini merupakan perayaan yang sangat meriah dan membuat

kenangan yang indah bagi umat di stasi karena telah didirikan Kapel Adorasi,

sehingga umat mendapatkan fasilitas untuk berdoa dengan khusuk. Umat di stasi

semakin rajin berdoa setelah didirikan kapel adorsi, bahkan mereka membuat

jadwal piket untuk menjadi kapel adorasi. Perayaan Ekaristi ini dihadiri oleh umat

sekitar 700 orang. Katekese bagi calon komuni pertama dan ketekese bagi calon

Krisma dilakukan setiap hari Minggu setelah perayaan Ekaristi di SD Kanisius

Minggir.

Penulis mengamati dan ikut terlibat dalam kegiatan doa di lingkungan yang

telah berjalan dengan baik dan kebanyakan yang hadir pada saat itu adalah orang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

orang tua. Muda-mudi di stasi Pojok kurang berminat mengikuti doa rutin di

lingkungan, tetapi mereka terlibat aktif dalam kegiatan OMK di stasi maupun

paroki. Menurut penulis setelah mengamati dan mengikuti doa di lingkungan,

pemimpin doa masih menggunakan metode lama, sehingga banyak anak-anak

atau OMK merasa bosan untuk mengikutinya. Terkadang juga masih ada orang

tua yang belum mendukung anaknya untuk terlibat aktif dalam kegiatan

menggereja.

d. Gambaran Kehidupan Prodiakon di Stasi Santo Yohanes


Chrisostomus Pojok

Berdasarkan wawancara dengan ketua stasi Pojok pada tanggal 18 Juni 2017

dan 10 September 2017, penulis mendapatkan gambaran tentang kehidupan para

prodiakon yang ada di stasi Pojok. Prodiakon di stasi Pojok kebanyakan bermata

pencaharian sebagai petani dan kehidupan rumah tangga mereka terjalin

harmonis. Penulis mendapatkan informasi mengenai salah satu prodiakon yang

menikah di KUA, tetapi ia terlibat aktif dalam kegiatan prodiakon, serta

kehidupan rumah tangganya juga terjalin harmonis.

Prodiakon merasa sangat terpaksa saat pertama dipilih untuk menjalankan

tugas sebagai prodiakon paroki. Namun setelah menjadi prodiakon, mereka

semakin bersemangat dan mengakui bahwa menjadi prodiakon merupakan

panggilan hidupnya. Latar belakang pendidikan dan pekerjan sangat

mempengaruhi kinerja para prodiakon. Mereka kebanyakan lulusan SLTA,

sehingga untuk kemampuan berpikir dan menyumbangkan gagasan dalam

tugasnya sebagai pelayan sangat terbatas. Hal tersebut nampak saat memimpin

ibadat di lingkungan. Umat sangat tertarik untuk mengikuti ibadat apabila


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

prodiakonnya kreatif dan memiliki pengatahuan yang luas dalam memimpin doa,

sehingga umat dapat menangkap inti dari renungan yang dibawakan oleh

prodiakon tersebut.

B. Penelitian Pengaruh Hidup Doa Terhadap Perkembangan Spiritualitas


Prodiakon di Stasi St Yohanes Chrisostomus Paroki Santo Petrus Dan
Paulus Klepu

1. Latar Belakang

Prodiakon paroki merupakan kaum awam yang mendapatkan tugas untuk

membantu imam paroki dalam melayani iman umatnya. Prodiakon yang telah

dipilih oleh umat mendapatkan kepercayaan dari umat untuk melayani mereka.

Umat telah memilih prodiakon berdasarkan sudut pandang kehidupan prodiakon

yang baik dan kemantapan imannya. Umat tidak akan memilih prodiakon yang

kurang berpartisipasi dalam kehidupan menggereja.

Prodiakon yang terlibat aktif dalam kegiatan menggereja akan semakin

mudah dalam melaksanakan pelayanannya kepada umat. Umat akan semakin

terbuka dan percaya akan pelayanan prodiakon. Pelayanan prodiakon tidak hanya

di dalam perayaan Ekaristi, melainkan juga dalam memimpin ibadat-ibadat di

lingkungan. Prodiakon yang baik di hadapan umat yakni prodiakon yang

melaksanakan tugas pelayanannya dengan tulus hati dan tanpa mengharapkan

imbalan, serta tidak memilih-milih dalam melayani umatnya.

LG art. 32 menjelaskan bahwa spiritualitas diartikan sebagai suatu

kedekatan manusia dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat

mendekatkan diri kepada Tuhan, tentunya prodiakon harus rajin berdoa. Doa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

dimaksud bukan hanya sekedar doa makan, doa tidur, atau doa di gereja, tetapi

doa yang mengandung unsur berkat, penyembahan, pujian, syukur, serta

permohonan. Prodiakon yang telah membiasakan diri untuk rajin berdoa akan

selalu didampingi Roh Kudus dalam semua karyanya saat melayani umat

Menurut wawancara kepada ketua stasi Pojok pada tanggal 18 Juni 2017,

penulis mendapatkan informasi mengenai prodiakon di Stasi Pojok bahwa

terdapat beberapa di antara mereka yang masih butuh bimbingan dan pengetahuan

dalam berkatekese. Penulis memiliki kesan pribadi mengenai kualitas pelayanan

prodiakon yang masih perlu ditinggkatkan, terutama saat memimpin ibadat di

lingkungan. Maka penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data apakah

kesan pribadi penulis sesuai dengan tujuan penelitian. Penulis telah mengamati

hal tersebut tersebut ketika melaksanakan kaderisasi untuk prodiakon di stasi

Pojok dan keterlibatan penulis di dalam kegiatan di lingkungan seperti mengikuti

ibadat doa di lingkungan, ibadat syukuran, ibadat memule, dan kegiatan yang

lainnya. Banyak di antara mereka yang masih perlu memahami secara penuh

mengenai tugas dan tanggung jawab seorang prodiakon. Mereka masih

menjalankan tugas prodiakon dengan setengah hati, sehingga membuat mereka

kurang menghayati dan memaknai tugasnya sebagai panggilan dari Allah.

Prodiakon masih berpatokan pada buku panduan ibadat saat memimpin doa,

sehingga umat merasa bosan dan ngantuk. Sebagian dari prodiakon masih belum

terlalu bisa menafsirkan isi dari bacaan Kitab Suci, sehingga mereka kesulitan

untuk mengambil inti dari Kitab Suci untuk dimaknai pada kehidupan sehari-hari.

Mereka yang menjadi prodiakon pun masih perlu meningkatkan hidup doa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

supaya dengan kekuatan doa mampu membuat prodiakon mengandalkan Roh

Kudus dalam pelayanannya.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mendapatkan gambaran sejauh mana hidup doa prodiakon.

2) Mengetahui pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas

prodiakon.

3. Definisi Operasional

a. Doa

KGK (1993, 643) menjelaskan bahwa “doa adalah pengangkatan jiwa kepada

Tuhan, atau permohonan dalam hati kepada Tuhan demi hal-hal yang baik.”

Pengangkatan jiwa diartikan sebagai tindakan merendahkan diri manusia dan

menyadari kelemahan dirinya kepada Allah.

b. Spiritualitas prodiakon

Martasudjita (2010: 27) berpendapat bahwa spiritualitas menunjukkan bentuk

kehidupan rohani prodiakon sesuai dengan tuntunan Roh Kudus dalam

mengembangkan iman, harapan, dan kasih pada pelayanan kepada Tuhan Yesus

Kristus dan umat Allah atau Gereja-Nya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif dan analisis data. Sugiyono (2014: 8) berpendapat bahwa penelitian

kualitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu dan

pengumpulan datanya menggunakan instrumen penelitian. Data yang

dikumpulkan berupa kata-kata yang memberi gambaran mengenai hidup doa dan

spiritualitas prodiakon. Hasil penelitian dilaporkan, kemudian dijelaskan dan

diambil kesimpulan.

Desain penelitian ialah ex post facto Sugiyono (2013: 7) mengungkapkan

bahwa penelitian ex post facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk

meneliti suatu kejadian atau peristiwa yang telah ada dengan melihat faktor-faktor

yang relevan serta mempengaruhi kejadian atau peristiwa tersebut.

5. Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran

kuesioner yang berkaitan dengan hidup doa dan perkembangan spiritualitas

prodiakon. Penyebaran kuesioner ini diberikan kepada prodiakon di Stasi Pojok

dan setelah diisi kuesioner dikembalikan pada peneliti.

Menurut Sugiyono (2013: 142), kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan

instrumen pengumpulan data yang efisien dan cukup menjawab masalah

penelitian yang dicari. Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan kepada para

prodiakon. Kuesioner yang disebarkan terdiri dari 2 bagian. Kuesioner I mengenai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

hidup doa dan kuesioner II mengenai dampak dari perkembangan spiritualitas

prodiakon.

6. Responden dan Sampel Penelitian

Penelitian ini mengambil populasi prodiakon di Stasi Pojok. Prodiakon di

Stasi Pojok yang berjumlah 41 orang. Penulis mengambil sampel mempergunakan

teknik purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel sumber data dengan

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2014: 218-219). Jumlah responden ditentukan

oleh ketua prodiakon sebanyak 20 orang. Kriteria responden yang dipilih oleh

ketua prodiakon meliputi: yang bisa dijumpai di rumah, jarak rumah yang

berdekatan, dan yang masih bisa memahami pernyataan-pernyataan yang terdapat

pada kuesioner.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di gereja stasi St. Yohanes Chrisostomus paroki

Petrus dan Paulus Pojok, Sleman, Yogyakarta. Penyebaran kuesioner dilakukan

pada bulan November 2017.

8. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 38) variabel penelitian merupakan suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini adalah:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

a. Hidup doa prodiakon

b. Dampaknya terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon

9. Kisi-kisi

Tabel 1
Kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator Nomor Jumlah


Hidup Doa a. Prodiakon memahami arti hidup 1-2 2

doa.

b. Prodiakon rutin melakukan doa. 3-4 2

c. Prodiakon telah menerapkan 5-7 3

bentuk-bentuk doa di dalam

doanya.

d. Prodiakon selalu 8-10 3

memperhatikan isi doa pada saat

memimpin doa.

Dampaknya a. Prodiakon menyadari bahwa 11-12 2


pada
Perkembangan menjadi prodiakon adalah
Spiritualitas
Prodiakon panggilan Tuhan.

b. Doa berperan penting dalam 13-14 2

kehidupan prodiakon.

c. Bentuk-bentuk doa dapat


15-16 2
membantu prodiakon saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

berkatekese.

d. Prodiakon mampu 17-18 2

mengembangkan spiritualitas

pelayanan melalui doa yang

diungkapkan.

e. Doa dapat menjadikan 19-20 2

prodiakon tanggap terhadap

kebutuhan umat.

Jumlah 20

C. Laporan Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyampaikan hasil penelitian mengenai

pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon di Stasi St.

Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu. Penelitian

tersebut dilaksanakan pada tanggal 23 November - 3 Desember 2017

menggunakan penyebaran kuesioner. Penulis mendapatkan persentase kuesioner

dengan cara membagi jumlah prodiakon yang memilih alternatif jawaban tertentu

dengan jumlah total responden, lalu dikali 100%.

Keterangan: P = J/T x 100%

P = Presentase

J = Jumlah prodiakon yang memilih alternatif jawaban tertentu


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

T = Jumlah total seluruh responden

1. Laporan Hasil Penelitian Melalui Penyebaran Angket

Penulis melakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada 20

responden, dan kuesioner yang sudah penulis bagikan semua kembali dengan

jumlah yang sama. Penulis mendapatkan bantuan dari ketua prodiakon untuk

memilih beberapa prodiakon berdasarkan latar belakang yang berbeda-beda.

Ketua prodiakon yang menentukan jumlah responden berdasarkan jarak rumah,

yang bisa dikunjungi di rumah, dan yang mampu memahami pernyataan-

pernyataan yang terdapat dalam kuesioner.

Pada bagian ini, penulis akan menunjukan seberapa pengaruh hidup doa dan

dampaknya terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon. Berdasarkan

kuesioner, setiap variabel terdiri dari 10 item pernyataan yang tersedia.

a. Variabel 1

Tabel 2
Variabel 1 : Hidup Doa
N = 20

No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memahami makna dari setiap doa 8 12 0 0
yang saya ungkapkan kepada Bapa. 40% 60%
2 Saya menyadari pentingnya peran doa di 11 9 0 0
dalam kehidupan ini. 55% 45%
3 Saya setiap hari rutin meluangkan waktu 3 6 11 0
untuk berdoa bersama keluarga. 15% 30% 55%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

4 Saya tidak begitu memperhatikan 0 10 6 4


kehidupan doa keluarga saya. 50% 30% 20%
5 Saya hanya mampu berdoa dengan cara 4 7 5 4
doa lisan. 20% 35% 25% 20%
6 Saya merasa tidak berdoa bila tidak 0 4 12 4
berdoa dengan cara meditasi. 20% 60% 20%
7 Saya tidak dapat melakukan doa batin 2 4 9 5
karena saya susah mencari suasana 10% 20% 45% 25%
hening.
8 Saya lebih mengutamakan berkat 4 9 4 3
daripada permohonan ketika berdoa. 20% 45% 20% 15%
9 Saya terbiasa melakukan doa 3 5 8 4
permohonan. 15% 25% 40% 20%
10 Saya jarang melakukan doa pujian. 2 8 7 3
10% 40% 35% 15%

Berdasarkan hasil penelitian pada pernyataan pertama tabel 2 tentang

memahami makna dari doa yang diungkapkan kepada Bapa memperoleh jawaban

sangat setuju 40% atau setara 8 orang, sedangkan 60% atau setara 12 orang lainnya

menjawab setuju, sehingga dengan hasil tersebut dapat dikatakan para prodiakon

telah memahami setiap doa-doanya.

Pernyataan kedua mengenai kesadaran akan pentingnya doa terdapat jawaban

55% atau setara 11 orang menjawab sangat setuju, sedangkan 45% atau setara 9

orang menjawab setuju. Penulis mendapatkan gambaran bahwa peran doa

dianggap sangat penting dalam kehidupan para prodiakon karena tidak ada yang

memilih tidak setuju atau sangat tidak setuju dari analisis data yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Pernyataan ketiga mengenai kerutinan prodiakon dalam meluangkan waktunya

untuk berdoa bersama keluarga terdapat jawaban 15% atau setara 3 orang

menjawab sangat setuju, 30% atau setara 6 orang menjawab setuju, dan 55% atau

setara 11 orang menjawab tidak setuju. Melihat dari hasil data tersebut, penulis

mendapatkan gambaran bahwa sebagian besar dari mereka tidak dapat meluangkan

waktu untuk berdoa bersama keluarganya. Hal tersebut disebabkan oleh macam-

macam kesibukan dari prodiakon, misalnya sibuk mencari nafkah buat mencukupi

kebutuhan hidup keluarganya, namun sebagian kecil telah sering melakukan doa

bersama keluarganya.

Pernyataan keempat mengenai kurangnya perhatian prodiakon terhadap

kehidupan doa keluarganya terdapat jawaban 50% atau setara 10 orang menjawab

setuju, 30% atau setara 6 orang menjawab tidak setuju dan 20% menjawab sangat

tidak setuju. Berdasarkan data yang ada, penulis berpendapat bahwa 10 orang telah

memperhatikan kehidupan doa keluarganya dan 10 orang lainnya tidak

memperhatikan karena faktor kesibukan dengan kerjaannya atau sibuk dengan

urusan pribadi pada masing-masing orang.

Pernyataan kelima mengenai prodiakon yang hanya mampu berdoa secara lisan

mendapatkan jawaban 20% atau setara 4 orang menjawab sangat setuju, 35% atau

setara 7 orang menjawab setuju, 25% atau setara 5 orang menjawab tidak setuju,

dan 20% atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju. Dengan data tersebut

penulis mendapat gambaran bahwa 11 orang telah mampu melakukan doa secara

lisan dan 9 orang belum mampu melakukan doa secara lisan dikarenakan

pengetahuan dan kemampuan setiap orang berbeda-beda.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Pernyataan keenam mengenai prodiakon yang tidak merasa benar-benar berdoa

apabila tidak berdoa dengan cara meditasi mendapatkan jawaban 20% atau setara 4

orang menjawab setuju, 60% atau setara 12 orang menjawab tidak setuju, dan 20%

atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju. Melihat hasil dari data tersebut,

penulis mendapatkan gambaran bahwa 16 orang mampu berdoa meskipun tidak

dengan cara meditasi melainkan dengan bentuk-bentuk doa lainnya dan 4 orang

merasa sungguh-sungguh berdoa dengan cara meditasi.

Pernyataan ketujuh mengenai prodiakon yang tidak mampu melakukan doa

batin karena susah untuk mencari sausana hening mendapatkan jawaban 10% atau

setara 2 orang menjawab sangat setuju, 20% atau setara 4 orang menjawab setuju,

45% atau setara 9 orang menjawab tidak setuju, dan 25% atau setara 5 orang

menjawab sangat tidak setuju. Dari hasil data yang ada, peneliti mendapatkan

gambaran bahwa 14 orang mampu melakukan doa batin meskipun dalam suasana

keramaian sedangkan 6 orang hanya mampu melakukan doa hening di tempat yang

hening.

Pernyataan kedelapan mengenai prodiakon yang lebih mengutamakan berkat

daripada permohonan dalam isi doanya mendapatkan jawaban 20% atau setara 4

orang menjawab sangat setuju, 45% atau setara 9 orang menjawab setuju, 20%

atau setara 4 orang menjawab tidak setuju, dan 15% atau seetara 3 orang menjawab

sangat tidak setuju. Berdasarkan data tersebut, peneliti mendapatkan gambaran

bahwa 13 orang mengutamakan doa berkat atau memuji dan mengagungkan

kebesaran Allah dan 7 orang mengutamakan doa permohonan kepada Allah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Pernyataan kesembilan mengenai prodiakon yang terbiasa melakukan doa

permohonan mendapatkan jawaban 15% atau setara 3 orang menjawab sangat

setuju, 25% atau setara 5 orang menjawab setuju, 40% atau setara 8 orang

menjawab tidak setuju, dan 20% atau setara 4 orang menjawab sangat tidak setuju.

Dengan data tersebut penulis mendapat gambaran bahwa 8 orang telah terbiasa

melakukan doa permohonan sedangkan 12 orang tidak terbiasa melakukan doa

permohonan, mungkin karena mereka lebih memilih doa syukur atau doa

penyembahan kepada Allah.

Pernyataan kesepuluh mengenai prodiakon yang jarang melakukan doa pujian

mendapatkan jawaban 10% atau setara 2 orang menjawab sangat setuju, 40% atau

setara 8 orang menjawab setuju, 35% atau setara 7 orang menjawab tidak setuju,

dan 15% atau setara 3 orang menjawab sangat tidak setuju. Berdasarkan hasil dari

data yang diperoleh, penulis mendapatkan gambaran bahwa 10 orang sering

melakukan doa pujian dan 10 orang jarang melakukan doa pujian melainkan

mereka lebih memilih isi doa lainnya misalnya doa berkat, penyembahan,

permohonan, maupun doa syukur.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

b. Variabel 2

Tabel 3
Variabel 2 : Dampaknya terhadap Perkembangan Spiritualitas
N = 20

No Pernyataan SS S TS STS
11 Melalui doa, saya tidak merasa bosan 8 9 3 0
untuk memimpin ibadat di 40% 45% 15%
lingkungan meskipun yang hadir
hanya sedikit.
12 Melalui doa, saya selalu 0 8 7 5
mendahulukan tugas di gereja 40% 35% 25%
daripada kepentingan di rumah.
13 Melalui doa, saya mampu menjalin 11 7 2 0
relasi dengan baik di dalam keluarga 55% 35% 10%
maupun di masyarakat.
14 Melalui doa, saya selalu sabar dan 7 13 0 0
tabah saat menghadapi masalah 35% 65%
dalam kehidupan.
15 Melalui bentuk doa yang saya 6 10 4 0
lakukan, saya merasa tidak kecil hati 30% 50% 20%
apabila pelayanan saya tidak
ditanggapi oleh umat.
16 Melalui bentuk doa, saya mampu 4 11 5 0
memotivasi umat untuk semakin rajin 20% 55% 25%
ke gereja.
17 Melalui doa, saya merasakan 4 7 9 0
kehadiran Roh Kudus yang 20% 35% 45%
menjadikan saya semakin yakin akan
panggilan saya sebagai pewarta.
18 Melalui doa, saya mampu 7 13 0 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

mengendalikan pikiran, ucapan, 35% 65%


maupun tindakan dalam melakukan
pelayanan.
19 Melalui doa, saya merasa Tuhan telah 9 11 0 0
menjadikan saya sebagai prodiakon 45% 55%
yang tidak pandang bulu saat
melakukan pelayanan.
20 Melalui doa, saya tidak pernah 5 13 2 0
mengharapkan imbalan saat melayani 25% 65% 10%
umat.

Berdasarkan hasil penelitian pada pernyataan nomor 11 yang terdapat dalam

tabel 3 mengenai prodiakon tidak merasa bosan untuk memimpin doa di

lingkungan meskipun umat yang hadir sedikit mendapatkan jawaban 40% atau

setara 8 orang menjawab sangat setuju, 45% atau setara 9 orang memilih setuju,

dan 15% atau setara 3 orang memilih tidak setuju. Dengan data tersebut penulis

mendapatkan gambaran bahwa 17 orang tidak pernah merasa bosan untuk

memimpin ibadat di lingkungan meskipun yang hadir hanya sedikit. Tindakan ini

merupakan dampak positif dari doa yang mereka ungkapkan kepada Allah,

sedangkan 3 orang yang memilih tidak setuju belum mendapatkan pengaruh dari

setiap doanya.

Pernyataan pada nomor 12 mengenai prodiakon yang mendahulukan tugas di

gereja daripada kepentingan di rumah mendapatkan jawaban 40% atau setara 8

orang memilih setuju, 35% atau setara 7 orang memilih tidak setuju, dan 25% atau

setara 5 orang memilih sangat tidak setuju. Melalui data yang telah diperoleh,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

penulis mendapat gambaran bahwa 12 orang lebih mementingkan urusan di rumah

daripada melaksanakan tugasnya sebagai prodiakon di gereja sedangkan 8 orang

lainnya lebih mendahulukan tugas di gereja.

Pernyataan pada nomor 13 mengenai prodiakon yang telah menjalin relasi

dengan baik dalam keluarga maupun masyarakat mendapatkan jawaban 55% atau

setara 11 orang memilih sangat setuju, 35% atau setara 7 orang memilih setuju,

dan 10% atau setara 2 orang memilih tidak setuju. Dengan data ini penulis

mendapat gambaran bahwa 18 orang merasakan bahwa melalui doanya, mereka

mampu menjalin relasi dengan baik di dalam keluarga maupun di masyarakat,

sedangkan yang 2 orang belum menemukan dampak dari doa-doa mereka.

Pernyataan pada nomor 14 mengenai prodiakon yang selalu sabar dan tabah

saat menghadapi masalah mendapatkan jawaban 35% atau setara 7 orang memilih

sangat setuju, dan 65% atau setara 13 orang memilih sangat setuju. Dari hasil data

tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa doa telah membuat 20 prodiakon

menjadi sabar dan tabah saat menghadapi masalah di dalam kehidupannya.

Pernyataan pada nomor 15 mengenai prodiakon yang tidak kecil hati apabila

pelayanannya tidak ditanggapi umat mendapatkan jawaban rata-rata 30% atau

setara 6 orang memilih sangat setuju, 50% atau setara 10 orang memilih setuju

dan 20% atau setara 4 orang memilih tidak setuju. Dengan data ini penulis

mendapat gambaran bahwa 16 orang merasakan fungsi dari bentuk-bentuk doa

sehingga mereka tidak kecil hati apabila pelayanannya tidak diterima oleh umat

dan 4 orang masih merasa kecil hati bila pelayanannya diterima oleh umat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Pernyataan pada nomor 16 mengenai prodiakon mampu memotivasi umatnya

untuk rajin ke gereja mendapatkan jawaban rata-rata 20% atau setara 4 orang

memilih sangat setuju, 55% atau setara 11 orang memilih setuju, dan 25% atau

setara 5 orang memilih tidak setuju. Berdasarkan data tersebut penulis mendapat

gambaran bahwa 15 orang prodiakon telah mampu mengajak umat untuk semakin

rajin pergi ke gereja dengan yang 5 orang belum berhasil.

Pernyataan pada nomor 17 mengenai prodiakon yang menyadari akan

panggilannya sebagai pewarta mendapatkan jawaban rata-rata 20% atau setara 4

orang memilih sangat setuju, 35% atau setara 7 orang memilih setuju, dan 45%

atau setara 9 orang memilih tidak setuju. Dari data tersebut, penulis mendapat

gambaran bahwa 11 orang telah menyadari panggilan hidupnya sebagai seorang

pewarta dan 9 orang lainnya masih belum merasakan peran dari doa yang mampu

menjadika mereka menyadari akan panggilannya sebagai seorang pewarta kabar

gembira.

Pernyataan pada nomor 18 mengenai prodiakon yang mampu mengendalikan

pikiran, ucapan maupun tindakannya saat melakukan pelayanan mendapatkan

jawaban rata-rata 35% atau setara 7 orang memilih sangat setuju, dan 65% atau

setara 13 orang memilih setuju. Dengan data ini penulis mendapat gambaran

bahwa semua prodiakon mampu mengendalikan pikiran, ucapan, maupun

tindakan dalam melakukan pelayanan namun dari 20 prodiakon terdapat 7 orang

yang dengan sangat yakin dengan sepenuh hati menjawab sangat setuju.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Pernyataan pada nomor 19 mengenai prodiakon yang tidak pandang bulu saat

melakukan pelayanan mendapatkan jawaban rata-rata 45% atau setara 9 orang

memilih sangat setuju, 55% atau setara 11 orang memilih setuju. Berdasarkan data

yang terlah diperoleh, penulis mendapatkan gambaran bahwa semua prodiakon

tidak pandang bulu dalam melayani umatnya.

Pernyataan pada nomor 20 mengenai prodiakon yang tidak mengharapkan

imbalan saat melakukan pelayanan mendapatkan jawaban rata-rata 25% atau

setara 5 orang memilih sangat setuju, 65% atau setara 13 orang memilih setuju,

dan 10% atau setara 2 orang memilih tidak setuju. Dengan data tersebut penulis

mendapatkan gambaran bahwa 18 orang tidak mengharapkan imbalan saat

melakukan pelayanan, sedangkan ada 2 orang yang masih mengharapkan imbalan

saat melayani umatnya dan 2 orang ini tidak merasakan berkat dari setiap doa

yang telah diungkapkan kepada Allah.

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini berdasarkan data dari laporan hasil penelitian,

studi pustaka mengenai pengaruh hidup doa dan perkembangan spiritualitas

prodiakon sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Pembahasan dibagi

berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian dalam skripsi ini ialah

memperoleh gambaran sejauh mana hidup doa seorang prodiakon dan mengetahui

pengaruh hidup doa terhadap perkembangan spiritualitas prodiakon.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

a. Gambaran Hidup Doa Prodiakon

Untuk memperoleh gambaran sejauh mana prodiakon stasi Pojok memiliki

hidup doa penulis mengadakan penelitian dengan menyebarkan kuesioner kepada

prodiakon di stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok Paroki St. Petrus dan Paulus

Klepu. Dengan hasil tersebut penulis dapat membedakan prodiakon yang mampu

mengolah hidup doanya di dalam kehidupannya dan yang belum menghayati

hidup doanya (pernyataan 3,4,7,10,12, dan 17).

Go (2008: 43) berpendapat bahwa doa merupakan komunikasi pribadi dengan

Allah sebagai Bapa. Allah sebagai Bapa memperlihatkan kedekatan relasi dengan

orang beriman. Relasi personal dengan Allah sebagai Bapa memungkinkan

pengenalan akan pribadi Allah sebagai Bapa sekaligus mendorong manusia untuk

berkomunikasi dengan-Nya. Pengenalan bermula dari sikap membuka diri,

menerima, dan mencintai. Pada tabel 2 penyataan nomor 3 nampak jelas bahwa

prodiakon belum memahami serta menerapkan kebiasaan berdoa dalam diri

maupun dalam keluarga mereka, karena hasil dari data terdapat 55% prodiakon

memilih tidak setuju dengan pernyataan “saya setiap hari rutin meluangkan waktu

untuk berdoa bersama keluarga”. Namun pernyataan pada nomor 4 tabel 1

menjelaskan bahwa 50% prodiakon telah memperhatikan kehidupan doa keluarga

mereka, namun sisanya yang terdiri dari 30% yang memilih tidak setuju dan 20%

memilih sangat tidak setuju untuk memperhatikan kehidupan doa pada keluarga

mereka. Hal tersebut terjadi karena mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga

belum mampu meluangkan waktu untuk memperhatikan kehidupan doa

keluarganya (pernyataan nomor 3).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

KGK (2722) mengungkapkan bahwa doa lisan itu berbentuk kata-kata, baik

yang dipikirkan maupun yang diucapkan. Tetapi yang terpenting bahwa hati

manusia sungguh hadir di depan Tuhan. Bentuk doa lisan ini sangat sederhana

digunakan manusia. Kebanyakan orang mampu berdoa secara lisan. Namun 25%

prodiakon memilih tidak setuju bahwa ia hanya mampu berdoa secara lisan, dan

20% prodiakon memilih sangat tidak setuju (pernyataan 15). Hasil ini

menggambarkan bahwa mereka tidak hanya mengetahui dan mampu melakukan

doa lisan saja, mereka mampu berdoa dengan cara lainnya seperti meditasi.

Sedangkan 20% prodiakon memilih sangat setuju dan 35% prodiakon memilih

setuju bahwa mereka hanya mampu berdoa secara lisan saja. Bentuk-bentuk doa

dalam gereja Katolik tidak begitu banyak orang yang memperhatikannya,

kebanyakan orang hanya mampu berdoa secara lisan saja. Sedangkan bentuk doa

seperti meditasi dapat membuat doa menjadi lebih mendalam dan mampu

menyadari akan kehadiran Allah yang selalu menaungi hidup manusia.

KGK (2629) menjelaskan doa permohonan merupakan kesadaran manusia

akan hubungannya dengan Allah. Doa permohonan pada dasarnya manusia

meminta kepada Allah supaya rencana-Nya dapat terlaksana. Isi dari doa yang

salah satunya adalah doa permohonan sering kali dipakai oleh manusia untuk

memohon kepada Allah bantuan atau petunjuk untuk menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan. Terdapat 40% jawaban tidak setuju dan 20%

sangat tidak setuju bahwa prodiakon terbiasa melakukan doa permohonan.

Dengan hasil tersebut penulis mendapat gambaran bahwa sebagian besar dari

mereka tidak terlalu sering memohon keselamatan dari Allah. Doa permohonan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

merupakan langkah untuk mendekatkan kembali hubungan manusia dengan

Allah. Dalam doa permohonan yang paling penting bukanlah permohonan

tersebut dikabulkan atau tidak, melainkan bagaimana hubungan iman dengan

Allah tetap terjaga.

Memiliki hidup doa memang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Dengan berdoa seseorang akan merasakan ketenangan hati serta keyakinan bahwa

Allah selalu menyertai setiap langkah yang akan dilakukan, memiliki pola hidup

yang lebih terarah, dan mampu memaknai pengalaman hidupnya. Dari hasil

penyebaran kuesioner, penulis mendapatkan gambaran bahwa prodiakon masih

perlu meningkatkan hidup doa sehingga mampu menjadi contoh dalam keluarga

maupun umatnya (pernyataan 3 dan 4). Pengetahuan akan bentuk-bentuk doa serta

isi-isi doa harus lebih dipahami, supaya prodiakon lebih mudah dalam memimpin

doa di lingkungan (pernyataan 5-10). Berdasarkan pengamatan penulis dan

didukung oleh hasil kuesioner bahwa prodiakon di Stasi St. Yohanes

Chrisostomus Pojok perlu meningkatkan kehidupan doanya.

b. Dampaknya Hidup Doa terhadap Perkembangan Spiritualitas


Prodiakon

Membiasakan untuk berdoa secara rutin dan khusuk memang bukan hal yang

mudah dan setiap orang memiliki kesibukan yang berbeda-beda. Hidup doa itu

sebenarnya berawal dari kemauan diri sendiri, apakah dirinya itu ingin lebih

mendekatkan diri kepada Allah atau sibuk dengan hal duniawi (pernyataan 12,

tabel 3). Dari penelitian ini juga, penulis ingin memperoleh gambaran hidup doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

dan dampaknya bagi perkembangan spiritualitas prodiakon stasi St. Yohanes

Chrisostomus Pojok.

Menurut hasil penelitian, prodiakon stasi Pojok belum memiliki hidup doa

yang mampu mendekatkan diri dan menerima Allah yang menaungi seluruh

hidupnya (pernyataan nomor 3,4,5,9,10,12, dan 17). Dari hasil penelitian, penulis

mendapatkan jawaban mengenai prodiakon yang belum sepenuhnya mendapatkan

buah doa yang telah diungkapkannya kepada Allah, karena 35% prodiakon

memilih tidak setuju dan 25% sangat tidak setuju dengan pernyataan mengenai

prodiakon lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada tugasnya

(pernyataan 12). Kurangnya penghayatan prodiakon terhadap doanya dapat

membuat ia sulit untuk mengembangkan spiritualitas pelayannya. Terdapat 40%

prodiakon menjawab setuju bahwa ia telah menjalankan tugas pelayanannya

dengan semangat yang mereka dapatkan dari rutinitas doa sehari-hari. Ini terlihat

dari hasil penelitian yang sudah penulis lakukan (pernyataan 12).

Berdasarkan data pada pernyataan 14 terdapat jawaban sangat setuju 35% dan

setuju 65% mengenai prodiakon telah merasakan dampak dari doa yang mampu

membuat ia selalu sabar dan tabah saat menghadapi masalah dalam kehidupan.

Hal ini menunjukkan bahwa prodiakon mendapatkan jawaban dari doa yang ia

ungkapkan kepada Allah, sehingga naungan Roh Allah selalu menyertai

kehidupan prodiakon. Pada pernyataan 15 terdapat juga jawaban sangat setuju

30% dan setuju 50% mengenai bentuk-bentuk prodiakon yang tidak berkecil hati

apabila pelayanannya tidak ditanggapi oleh umatnya dan juga terdapat 20%

prodiakon yang tidak setuju. Dengan hasil tersebut, bentuk-bentuk doa telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

membuat sebagian besar prodiakon tidak kecil hati jika pelayanannya tidak

ditanggapi oleh umatnya. Martasudjita (2010: 27-36) menjelaskan spiritualitas

menunjuk bentuk kehidupan rohani yang dilandasi oleh bimibingan Roh Kudus

sendiri. Spiritualitas merupakan semangat pelayanan rohani yang diberikan

melalui Roh Kudus. Dalam melayani umat, spiritualitas prodiakon harus lebih

ditingkatkan. Prodiakon yang telah memiliki spiritualitas yang sangat kuat, dapat

menjalankan tugasnya dengan sepenuh hati, sehingga umat akan lebih mudah

memahami pewartaan iman yang diberikan oleh prodiakon. Doa memiliki peran

yang sangat penting bagi prodiakon untuk meningkatkan spiritualitas. Doa dapat

membawa manusia menjadi lebih dekat dengan Allah karena dengan doa manusia

dapat berkomunikasi dan menjalin kedekatan relasi dengan Allah.

Berdasarkan penelitian ada 20% menyatakan sangat setuju dan 35% setuju

bahwa melalui doa, prodiakon merasakan kehadiran Roh Kudus yang

menjadikannya semakin yakin akan panggilan sebagai pewarta, namun 45% tidak

setuju (pernyataan 17). Dari hasil tersebut, lebih banyak yang belum menyadari

bahwa menjadi prodiakon merupakan panggilan hidup sebagai seorang pewarta

sabda Allah. Siswata (1991: 20-21) berpendapat bahwa prodiakon paroki juga

dipilih dan diangkat untuk melakukan tugas yang diberikan pastor Paroki,

misalnya memimpin ibadat sabda, memberikan homili, memimpin upacara liturgi,

dan lain sebagainya. Jelas bahwa prodiakon paroki diharapkan memiliki semangat

untuk senantiasa membantu tugas-tugas Uskup dan Pastor Paroki apapun

resikonya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Berdasarkan penelitian ada 45% menyatakan sangat setuju dan 55% setuju

bahwa Tuhan telah menjadikan mereka sebagai prodiakon yang tidak pandang

bulu saat melakukan pelayanan (pernyataan 19). Hasil tersebut menyatakan bahwa

semua prodiakon tidak pandang bulu saat melayani umatnnya. Berdasarkan

penelitian ada 25% menyatakan sangat setuju dan 65% setuju bahwa prodiakon

tidak pernah mengharapkan imbalan saat melayani umat, namun terdapat 10%

yang masih mengharapkan imbalan (pernyataan 20). Dengan hasil ini, ternyata

masih ada diantara mereka yang masih mengharapkan imbalan. Martasudjita

(2010: 27-36) mengatakan bahwa tantangan mengenai kehidupan dari prodiakon

ialah banyaknya hal yang harus dikorbankan. Hal ini tidak lepas dari kenyataan

bahwa menjadi prodiakon adalah sebuah pengabdian, berbeda dengan menjadi

pejabat sipil atau sebagai guru. Para prodiakon paroki tidak memperoleh gaji atau

honor. Selain tidak mendapatkan honor, seorang prodiakon tidak mengenal lelah

dan menghabiskan waktunya untuk sebuah pelayanan. Prodiakon harus dengan

tulus dan ihklas mempersembahkan tenaga, waktu, dan pikirannya untuk melayani

menjawab kebutuhan iman umat.

Prodiakon sangat perlu membiasakan diri untuk rajin berdoa setiap hari. Doa

dapat membuat prodiakon lebih dekat dengan Tuhan, sehingga kehidupan

rohaninya selalu dinaungi oleh Roh Kudus. Hidup kerohanian prodiakon akan

mempermudah dalam mewartakan Injil kepada umatnya. Doa juga dapat membuat

kehidupan keluarga mereka semakin harmonis dan dapat menjalin relasi dengan

baik dalam masyarakat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

3. Kesimpulan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, penulis akan menyampaikan 2

kesimpulan penelitian. Pertama, penulis menyampaikan gambaran hidup doa

prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok. Melalui penelitian, penulis

menjadi lebih tahu tingkat pemahaman tentang hidup doa dan pelaksanaannya.

Berdasarkan penelitian dengan menggunakan kuesioner hampir semua prodiakon

menjawab negatif (pernyataan 3,4,5,8,9,10,12, dan 17), misalnya prodiakon

kurang rutin berdoa bersama keluarga serta kurang memperhatikan kehidupan doa

dalam keluarga, kemudian prodiakon hanya memahami doa secara lisan saja, serta

prodiakon belum memahami bentuk-bentuk doa. Berdasarkan hasil penelitian,

penulis merasa bahwa prodiakon masih perlu meningkatkan pengetahuannya

tentang unsur doa dan bentuk-bentuk doa, sehingga prodiakon mampu lebih

mendekatkan diri kepada Allah. Prodiakon juga perlu membiasakan berdoa

bersama keluarga, agar kehidupan rohani dalam keluarga semakin berkembang,

sehingga membuat keluarga semakin mantap dalam mengimani Yesus Kristus.

Bagian kedua menjelaskan tentang pengaruh hidup doa terhadap

perkembangan spiritualitas prodiakon. Prodiakon di stasi St. Yohanes

Chrisostomus Pojok masih dirasa kurang mengutamakan tugas pelayanan,

sehingga mereka masih mementingkan urusan pribadinya daripada melayani

umat. Rutinitas doa yang dilakukan prodiakon masih belum dapat menyadarkan

mereka bahwa menjadi prodiakon paroki adalah panggilan dari Allah. Hanya

sedikit dari mereka yang menjadi prodiakon berdasarkan keinginannya sendiri dan

sisanya menjabat sebagai prodiakon paroki hanya dipilih oleh umat saja. Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

diantara mereka juga masih ada yang mengharapkan imbalan saat melaksanakan

pelayanannya di lingkungan. Hal tersebut tampak pada saat penulis mengamati

hasil penelitian yang telah dijawab oleh prodiakon. Doa yang dilakukan secara

rutin mampu membuat spiritualitas pelayanan prodiakon semakin berkembang.

Namun hanya beberapa diantara prodiakon yang mampu menyadari hal tersebut

[tebel 3 (pernyataan 14, 16, 18, dan 19)]. Mungkin karena perbedaan pendidikan

yang sangat berpengaruh dalam pengetahuan dan semangat pelayanan. Prodiakon

paroki dituntut untuk dapat membiasakan diri untuk berdoa, agar mampu

menghadirkan Allah dalam setiap langkah hidupnya. Dengan rajin berdoa,

prodiakon tidak akan pernah merasakan kekosongan hati saat melayani kebutuhan

iman umatnya. Prodiakon akan selalu dituntun oleh Roh Kudus pada saat

menjalankan tugasnya.

Dari hasil penelitian, prodiakon di stasi Pojok belum menerapkan hidup doa

di dalam kesehariannya bahkan masih ada beberapa dari mereka yang masih

belum memahami makna spiritualitas. Untuk menciptakan dan membiasakan

prodiakon di stasi Pojok dengan kegiatan berdoa, penulis mengusulkan program

pembekalan mengenai pengetahuan hidup doa dan spiritalitas prodiakon. Dengan

pembekalan tentang pengetahuan hidup doa dan spiritualitas prodiakon ini

diharapkan prodiakon mampu menghayati panggilannya sebagai seorang pelayan

dengan sepenuh hati.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

UPAYA MENINGKATKAN HIDUP DOA DEMI PERKEMBANGAN


SPIRITUALITAS PRODIAKON DI STASI SANTO YOHANES
CHRISOSTOMUS POJOK PAROKI SANTO PETRUS DAN PAULUS
KLEPU YOGYAKARTA

Pada bab III telah dibahas mengenai gambaran hidup doa prodiakon di

stasi Pojok dan dampaknya bagi perkembangan spiritualitas prodiakon. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pemahaman prodiakon tentang hidup doa masih

perlu ditingkatkan. Namun prodiakon masih merasakan kurangnya wawasan

mengenai unsur dan bentuk doa sehingga menghambat prodiakon dalam

pelayanannya dan juga ada di antara mereka yang tidak begitu memperhatikan

perkembangan doa dalam keluarga mereka. Sebagai tindak lanjut dari hasil

penelitian ini, penulis menyampaikan usulan kegiatan sebagai upaya untuk

meningkatkan hidup doa prodiakon demi perkembangan spiritualitas prodiakon di

stasi St. Yohanes Chrisostomu Pojok paroki St. Petrus dan Paulus Klepu

Yogyakarta.

Bab IV ini merupakan tindak lanjut terhadap hasil penelitian yang telah

dilakukan. Penulis mengusulkan kegiatan pembekalan mengenai pengetahuan

hidup doa dan spiritualitas prodiakon di stasi Pojok. Bab ini terdiri dari dua

bagian. Bagian pertama menjelaskan pemikiran dasar kegiatan dan bagian kedua

berupa usulan kegiatan pembekalan kepada prodiakon di stasi St. Yohanes

Chrisostomus Pojok paroki St. Petrus dan Paulus Klepu Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

A. Pemikiran Dasar Kegiatan

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa prodiakon di stasi Pojok telah

memahami makna dari hidup doa dan merasakan dampaknya dalam kehidupan

sehari-hari baik di dalam masyarakat, gereja, maupun di rumah. Doa-doa yang

diungkapkan sehari-hari telah memberikan dampak positif oleh prodiakon.

Dampak positif tersebut dapat dilihat ketika prodiakon mampu mengendalikan

ucapan, pikiran, serta tindakannya dan prodiakon juga selalu sabar dan tabah saat

mengalami masalah di dalam hidupnya. Sementara pengetahuan tentang unsur dan

bentuk-bentuk doa, prodiakon masih kurang wawasan, sehingga saat memimpin

doa di lingkungan umat sering merasa bosan dengan metode pelayanan yang

diterapkan oleh prodiakon. Terdapat beberapa di antara prodiakon yang masih

belum yakin terhadap panggilannya sebagai seorang pelayan dan mereka hanya

menjalankan tugasnya sebagai prodiakon paroki karena telah dipilih oleh umat

bukan dari gerakan hatinya.

Prodiakon harus memiliki spiritualitas atau hidup rohani supaya mampu

memberikan semangat dalam melayani umat. Doa merupakan bagian yang

terpenting untuk dapat mengembangkan spiritualitas prodiakon. Bukan hanya

sekedar doa pada saat hendak makan, atau setelah makan, saat tidur, maupun di

gereja saja yang harus diperhatikan, namun unsur dan bentuk-bentuk doa juga

mampu mengembangkan spiritualitas prodiakon. Prodiakon yang telah

memperhatikan unsur dan bentuk-bentuk doa akan semakin berkembang imannya

dan tidak gampang mengeluh saat menghadapi masalah dalam kehidupannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Unsur dan bentuk-bentuk doa mampu mempermudah prodiakon dalam

mengembangkan spiritualitas prodiakonnya. Melihat kurangnya wawasan

mengenai unsur dan bentuk doa, maka prodiakon perlu belajar untuk memahami

unsur dan bentuk doa. Untuk itu penulis mengusulkan program pelatihan dan

pembekalan mengenai hidup doa dan spiritualitas prodiakon.

Para prodiakon memiliki jadwal petemuan rutin satu bulan sekali, dan

penulis akan memanfaatkan pertemuan tersebut untuk melaksanakan program

pelatihan dan pembekalan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu, karena

mengikuti jadwal dari pertemuan rutin prodiakon. Pembekalan dilaksanakan

dalam empat kali pertemuan. Model yang digunakan pada saat kegiatan adalah

sharing pengalaman hidup yang dibuat santai tapi serius agar tujuan dari

pertemuan dapat tersampaikan kepada peserta. Untuk menghemat biaya, kegiatan

ini dilaksanakan di dalam gereja stasi Pojok. Pendamping bekerjasama dengan

ketua prodiakon sebagai moderator dalam kegiatan tersebut. Kegiatan ini

diharapkan mampu menjadikan prodiakon semakin memahami serta menghayati

hidup doanya dan mampu mengembangkan spiritualitas prodiakon.

B. Usulan Program dan Gambaran Pelaksanaan Pembekalan Hidup Doa


dan Spiritualitas Prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok

Usulan program yang akan penulis laksanakan untuk prodiakon di stasi

Pojok membutuhkan persiapan yang matang supaya dapat terlaksana dengan baik

dan bermanfaat. Persiapan ini dimaksudkan untuk mempermudah dan

memperlancar pelaksanaan pembekalan hidup doa dan spiritualitas prodiakon di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Stasi Yohanes Chrisostomus Pojok paroki Santo Petrus dan Pulus Klepu

Yogyakarta. Pembekalan ini akan dilaksanakan dalam dua bulan, dimana satu

bulan terdapat dua kali pertemuan dan penulis memilih hari Minggu karena

menyesuaikan jadwal pertemuan rutin prodiakon di gereja stasi Pojok. Setiap

pertemuan dibutuhkan waktu selama dua jam agar tujuan dari kegiatan

pembekalan ini dapat tercapai. Kegiatan pembekalan ini akan dilaksanakan oleh

penulis dan dibantu oleh ketua prodiakon stasi Pojok. Setiap pertemuan akan

diadakan evaluasi bersama pada akhir sesi.

1. Tema : Pendalaman Hidup Doa dan Spiritualitas Prodiakon

2. Sub Tema:

a. Hidup Doa dalam Kehidupan Umat Beriman Katolik

b. Hidup Doa untuk Menggerakkan Orang Lebih Giat Melakukan

Pelayanan

c. Spiritualitas dalam Diri Orang Katolik

d. Peran Spiritualitas saat Pelayanan Prodiakon

3. Tujuan: Prodiakon menyadari pokok-pokok doa dalam Gereja Katolik,

sehingga mampu mengembangkan spiritualitas pelayanan, serta semakin

sadar akan tugas dan tanggung jawabnya.

4. Penjelasan Tema: Tema ini diambil dari permasalahan yang terdapat

pada prodiakon dan sekaligus judul skripsi. Tema ini masih sangat relevan

dengan situasi prodiakon yang saat ini mengalami kerentanan dalam hal

berdoa dan semangat pelayanan mereka. Tema ini membantu prodiakon


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

untuk menyadari bahwa doa mempunyai peran yang sangat penting dalam

kehidupan. Doa merupakan sarana yang menghubungkan manusia dengan

Allah. Dengan berdoa prodiakon mampu mengandalkan kuasa Allah untuk

selalu mendampingi dan menaungi semua rutinitas hidup prodiakon,

terutama dalam hal pelayan iman. Tema ini akan diolah dalam bentuk

pembekalan dengan suasana santai, menyenangkan sekaligus bermakna

sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5. Peserta: Prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok

6. Tempat dan Waktu

a. Tempat: Gereja Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok

b. Waktu: 17 dan 24 Juni 2018 dan 8 dan 15 Juli 2018

7. Sarana: Sarana yang digunakan untuk mendukung kegiatan adalah

refleksi pengalaman, sharing, diskusi, dan video pendek.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

9. Contoh Persiapan Pembekalan

a. Pemikiran Dasar

Pendamping melihat prodiakon di Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok yang

masih memerlukan penyegaran rohani. Bertolak dari hal tersebut, pendamping

mengajak peserta untuk mendalami pengelaman peserta mengenai kehidupan

doanya. Pendamping mencoba membangkitkan spiritualitas dalam diri peserta

supaya mampu menjalakan tugasnya sebagai seorang prodiakon paroki dengan

sepenuh hati. Melalui refleksi dan sharing, peserta diajak untuk semakin

meneguhkan hati dari pengalaman berdoanya. Kegiatan pembekalan ini

bertujuan untuk mengajak peserta untuk menyadari pokok-pokok doa dalam

Gereja Katolik.

b. Salam dan Pengantar

Pendamping menyapa selamat siang dan selamat datang kepada para

prodiakon, selanjutnya mengucapkan terima kasih atas kesempatan untuk

dapat berkumpul bersama melaksanakan pembekalan. Pendamping juga

menyampaikan tujuan pelaksanaan pembekalan agar dapat berjalan dengan

lancar dan memberikan manfaat bagi prodiakon. Tujuan secara khusus,

mengajak prodiakon untuk semakin menyadari pentingnya peran doa di

dalam kehidupan dan doa mampu mengembangkan spiritualitas pelayanan

prodiakon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

c. Doa Pembukaan

Pendamping: Marilah kita hening sejenak untuk menyiapkan hati, pikiran dan

tindakan kita sebelum mengikuti kegiatan pembekalan ini. Silahkan bapak/ibu

prodiakon duduk dengan posisi yang nyaman, kita mohon kehadiran Roh

Kudus dalam seluruh rangkaian kegiatan pelatihan dan pembekalan ini.

Allah Bapa yang Maha Pengasih, kami mengucap syukur kepadaMu karena

berkat yang berkelimpahan selalu menaungi di setiap hidup kami. Kami juga

berterimakasih kapadaMu karena Engkau telah mempercayakan kami untuk

menyebarkan kabar gembira dengan menjadi prodiakon paroki. Bapa

berkatilah kegiatan pada hari ini, supaya kami semakin diperkaya akan

pengetahuan yang berguna dalam menjalankan tugas sebagai prodiakon

paroki. Utuslah Roh KudusMu untuk selalu menyertai kami dalam melayani

kebutuhan iman umat di gereja.

d. Sesi I: Hidup doa sebagai umat beriman Katolik

- Tujuan: Peserta bersama pendamping mengetahui sejauh mana bentuk-

bentuk doa Gereja Katolik dan penghayatannya dalam hidup doa sebagai

umat beriman.

Bahan: - KGK (1993, 661-679)

Metode: Refleksi dan dinamika kelompok, sharing, pemaparan handout, dan

informasi

Sarana: Video dan Handout


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Langkah-langkah:

- Pengantar: pendamping memberi pengantar mengenai tema pertemuan,

tujuan dan gambaran pertemuan.

- Pendamping menyangkan sebuah video singkat mengenai seorang anak

kecil yang mengandalkan kuasa Tuhan dalam doanya supaya diberikan

kekuatan untuk menjalani hidupnya. Setelah menayangkan video tersebut,

pendamping mengajak peserta untuk berrefleksi dan sharing dalam

kelompok kecil berjumlah 4 orang dengan pertanyaan yang telah

disiapkan.

Pertanyaan:

1. Apakah anda merasa berdoa itu beguna bagi hidup anda? Jelaskan

alasannya!

2. Bentuk-bentuk doa seperti apa yang telah anda ketahui dan sudah lakukan

dalam kehidupan sehari-hari? Mengapa memilih bentuk doa tersebut?

3. Dari berbagai isi doa dalam Gereja Katolik, manakah isi doa yang sering

anda ungkapkan dan apa alasan serta tujuannya?

4. Bagaimana cara anda berdoa? Apakah harus dalam suasana hening atau

tidak?

5. Apa peran doa dalam hidup anda?

- Setelah berrefleksi dan sharing dalam kelompok kecil, masing-masing

kelompok mensharingkan kembali dalam kelompok besar. Kemudian

pendamping memberikan peneguhan dari hasil sharing peserta serta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

dikaitkan mengenai pesan dari video pendek dan membagikan materi

tentang hakekat doa, isi dan bentuk doa dalam Gereja Katolik untuk

menambah wawasan prodiakon.

Dalam lagu tersebut terdapat lirik yang sangat berkesan untuk direnungkan

peserta, sehingga membuat peserta semakin sadar bahwa doa memiliki

kekuatan yang sangat luar biasa. Anak kecil yang tidak dapat melihat itu

menyanyikan lagu dengan penuh perasaan mendalam dan mengaharapkan

kekuatan Tuhan untuk selalu menuntun hidupnya. Doa merupakan sarana

untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Dengan doa, kita dapat bersyukur serta

mengungkapkan semua keluh kesah kita kepada Tuhan. Doa membuat

hubungan kita dengan Tuhan akan semakin dekat. Kita harus memperhatikan

unsur-unsur dari doa yang kita ungkapkan kepada Allah. Dengan

memperhatikan unsur-unsur doa tersebut, maka kita akan semakin mudah

untuk merangkai kata-kata yang akan kita ungkapkan dalam doa, serta kita

mengerti maksud dan tujuan dari isi doa yang akan diungkapkan kepada Allah.

- Membagikan handout materi

1. Hakekat Doa

Dalam KGK (1993, 643-645) terdapat beberapa penjelasan tentang doa yang

terbagi dalam 3 unsur:

a) Doa sebagai anugerah Allah

Sebagai anugerah dari Allah, doa bisa dikatakan rahmat Allah yang meresap

masuk ke dalam hati. Doa adalah pengangkatan jiwa kepada Tuhan, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

permohonan dalam hati kepada Tuhan demi hal-hal yang baik. Pengangkatan

jiwa diartikan sebagai tindakan merendahkan diri manusia dan menyadari

kelemahan dirinya kepada Allah. Doa yang manusia ungkapkan kepada Allah

benar-benar dari hati yang paling dalam, bukan semata-mata yang terlintas di

pikiran saja.

b) Doa sebagai perjanjian

Berdoa merupakan perjanjian antara Allah dengan manusia. Janji Allah

tersebut dapat dijumpai di dalam hati manusia. Roh Kudus yang membantu

manusia untuk dapat menyadari akan janji-janji Allah. Kitab Suci merupakan

sarana yang dapat dipakai untuk mengetahui makna dari perjanjian Allah.

Perjanjian itu diartikan sebagai kesejahteraan hidup manusia baik semasa

menjalani kehidupan di Bumi maupun saat kembali menghadap Allah di

surga. Apabila hati manusia itu jauh dari Allah, maka doa yang dicuapkan

sehari-hari tidak mempunyai arti untuk kehidupan (KGK 2562).

Doa adalah hubungan perjanjian antara Allah dengan manusia di dalam

Kristus. Doa yang diungkapkan dengan ketulusan hati dapat mengarahkan diri

sepenuhnya kepada Bapa (KGK 2564). Dalam doa tentunya manusia selalu

mohon bimbingan dan arahan dari Bapa baik itu keselamatan maupun mohon

penyertaan. Pusat dari doa perjanjian itu sendiri sebenarnya mengarah pada

hati, karena dengan hati manusia dapat menyadari hadirnya Allah dalam

hidupnya.

c) Doa sebagi persekutuan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

KGK (2569) menyatakan dalam Perjanjian Baru, doa adalah hubungan yang

hidup antara anak-anak Allah dengan Bapanya yang tidak terhingga baiknya,

bersama Putera-Nya Yesus Kristus dan dengan Roh Kudus. Dengan demikian,

kehidupan doa berarti bahwa manusia selalu berada dalam hadirat Allah yang

kudus dan dalam persekutuan dengan Allah. Persekutuan hidup itu memang

mungkin, karena melalui pembabtisan manusia sudah disatukan dengan

Kristus.

Doa juga merupakan hubungan baik antara manusia dengan Allah. Ketika

seseorang rajin berdoa maka ia akan semakin dekat dan lebih mengenal

Tuhan. Rajin berdoa dapat membawa manusia ke hadirat Tuhan yang kudus,

doa juga dapat mempersatukan manusia dengan Allah. Persekutuan antara

Allah dengan manusia akan terjalin dengan baik apabila manusia

membiasakan diri untuk berdoa kepada-Nya.

- Green (1988: 32-33) mengatakan bahwa doa itu hakekatnya merupakan

perjumpaan dialogis antara Allah dengan manusia. Perjumpaan antara

Allah dengan manusia yang merupakan dialog tersebut memiliki makna

yang mendalam. Dialog atau perjumpaan dengan Allah tersebut

menjadikan manusia semakin mengenal Allah bahkan semakin dekat dan

mengimani Allah.

- Go (2008: 43) berpendapat bahwa doa juga merupakan komunikasi pribadi

dengan Allah sebagai Bapa. Allah sebagai Bapa memperlihatkan

kedekatan relasi antara orang beriman dengan Allah. Relasi personal

dengan Allah sebagai Bapa memungkinkan pengenalan akan pribadi Allah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

sebagai Bapa sekaligus mendorong manusia untuk berkomunikasi dengan-

Nya. Pengenalan bermula dari membuka diri, menerima, dan mencintai.

2. Isi Doa

a) Berkat dan Penyembahan

KGK (2626) mengungkapkan bahwa berkat merupakan tindakan dasariah doa

kristen, pertemuan antara Allah dan manusia. Manusia harus menyadari serta

menanggapi berkat Allah dalam kehidupan sehari-hari melalui ungkapan doa

kepada-Nya. Dalam berkat ini terjadi hubungan timbal balik antara manusia

dengan Allah. Manusia memuji dan mengagungkan kebesaran Allah,

sedangkan Allah sendiri telah memberkati hidup hidup manusia dalam

keadaan apapun.

Sedangkan, penyembahan adalah sikap pertama manusia, yang mengakui diri

sebagai makhluk di depan pencipta-Nya. Roh Kudus sebagai utusan Allah

bertugas mendampingi serta menyadarkan manusia untuk tidak melupakan

Sang Pencipta. Sesuai dengan bunyi 10 perintah Allah nomor 1, yakni “Jangan

menyembah berhala, berbaktilah kepada-Ku saja, dan cintailah Aku lebih dari

segala sesuatu” (KGK 2628).

b) Doa Permohonan

KGK (2629) menjelaskan doa permohonan merupakan kesadaran manusia

akan hubungannya dengan Allah. Doa permohonan pada dasarnya manusia

meminta kepada Allah supaya rencana-Nya dapat terlakasana. Dalam doa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Bapa Kami manusia dilatih untuk memahami makna dari doa permohonan

kepada Allah Bapa. Makna yang utama ialah memohon agar rencana

keselamatan Allah terlaksana.

Sebagai orang berdosa, manusia kerapkali menjauh dan menghindar dari

Allah. Sebab roh jahat selalu menginginkan manusia untuk menjauhi Allah.

Doa permohonan ini merupakan langkah untuk mendekatkan kembali

hubungan manusia dengan Allah. Dalam doa permohonan yang paling penting

bukanlah apakah permohonan dikabulkan atau tidak, melainkan bagaimana

hubungan iman dengan Allah tetap terjaga (KGK 2629).

Mohon pengampunan merupakan bentuk utama dari doa permohonan. Dapat

dilihat dalam doa seorang pemungut cukai: “Ya Allah, kasihanilah aku orang

berdosa ini” (Luk 18:13). Setelah menyadari dosa yang membuat

kerenggangan relasi dengan Allah, doa mohon pengampunan menjadi pokok

untuk mendekatkan kembali diri manusia kepada Allah. Dalam perayaan

Ekaristi, doa mohon pengampunan diucapkan terlebih dahulu sebelum

dimulainya perayaan ekaristi (KGK 2631).

c) Doa Syafaat

Doa syafaat adalah doa permohonan yang membuat doa kita serupa dengan

doa Yesus. Ia adalah Perantara satu-satunya pada Bapa untuk semua manusia.

Doa syafaat merupakan bagian dari doa permohonan melalui perantara Yesus.

Manusia sering mendengar pernyataan dalam Kitab Suci bahwa barang siapa

ingin pergi ke dalam Kerajaan Allah harus melalui Aku (Yesus). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

demikian, untuk menyampaikan doa permohonan manusia kepada Allah Bapa,

harus melalui perantara Yesus. Selain melalui perantara Yesus, manusia juga

dapat menggunakan perantaraan Bunda Maria, Bapa Gereja, Santo-santa, atau

Roh kudus (KGK 2634-2636).

d) Doa Syukur

KGK (2637) menjelaskan ucapan syukur merupakan ciri khas doa di dalam

Gereja. Sesuai dengan sabda Yesus dalam Kitab Suci bahwa syukurilah

seluruh rahmat dari Allah yang telah manusia terima, karena Dia adalah

pencipta seluruh alam semesta. Sering kali manusia selalu tergoda oleh roh

jahat yang menjadikan diri merasa tidak puas dengan apa yang telah

didapatkannya dari Allah, baik itu hal duniawi maupun rohani. Doa syukur

merupakan hal dasar yang dapat manusia lakukan untuk melawan godaan akan

rasa kekurangan dalam kehidupan sehari-hari.

Tiap kejadian dan kebutuhan dapat menjadi kurban syukur. Doa syukur

mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas tindakan-tindakan Allah

yang dialami manusia. Setiap kejadian atau pengalaman yang dialami dalam

kehidupan sehari-hari merupakan anugerah dari Allah, baik itu pengalaman

yang menyenangkan atau menyedihkan. Menyadari pengalaman tersebut,

manusia perlu mensyukurinya lewat doa kepada Allah, karna berkat kuasa-

Nya manusia masih diberi nafas kehidupan untuk dapat merasakan

pengalaman-pengalaman tersebut. Syukur dan terima kasih merupakan reaksi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

manusia yang mengakui bahwa Allah menganugerahkan segala sesuatu yang

diperlukan untuk hidup terlebih cinta Allah (KGK 2638).

e) Doa pujian

Doa pujian adalah bentuk doa yang mengakui Allah secara paling langsung.

Doa pujian merupakan pengakuan akan kuasa Allah sebagai sang pencipta

alam semesta. Dalam agama manusia telah dijelaskan bahwa Allah adalah

yang empunya Kerajaan Surga. Manusia sebagai makhluk ciptaan diharapkan

selalu memuji keagungan Allah. Doa ini memandang Allah dalam diri-Nya

sebagai pribadi yang tak terjangkau, kekal, dan sumber segala sesuatu.

Melalui doa pujian, Roh Kudus mempersatukan diri dengan manusia untuk

menyaksikan bahwa manusia adalah anak-anak Allah. Roh Kudus yang

berkiprah di dalam hati menyadarkan manusia sebagai anak-anak Allah.

Seluruh hidup manusia hanya ditujukan kepada Allah, karena Dialah yang

mengatur semua tentang kehidupannya (KGK 2639).

Ekaristi mencakup dan menyatakan semua bentuk doa ini. Perayaan Ekaristi

merupakan bentuk dari doa pujian ini, karena di dalam pelaksanaanya penuh

dengan pujian-pujian akan Allah sebagai Tri Tunggal Maha Kudus. Dalam

perayaan Ekaristi terdapat pujian terhadap Yesus Kristus yang rela disalib

untuk menebus dosa-dosa manusia, serta penghormatan akan Tubuh Kristus

yang menjadi kurban keselamatan. Menurut tradisi, perayaan Ekaristi disebut

juga dengan kurban pujian (KGK 2643).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

3. Bentuk-bentuk Doa

KGK (2721) menjelaskan Tradisi Kristen mengenal tiga bentuk ungkapan

kehidupan doa: doa lisan, doa renung, dan doa batin. Dari ketiga bentuk

berdoa tersebut, manusia dapat memilih sesuai apa yang menjadi kebutuhan

hidup doa. Namun dari ketiga doa tersebut semuanya menuntut ketenangan

hati.

- Doa Lisan

KGK (2722) mengungkapkan bahwa doa lisan itu berbentuk kata-kata, baik

yang dipikirkan maupun yang diucapkan. Tetapi yang terpenting bahwa hati

manusia sungguh hadir di depan Tuhan. Manusia sadar kepada siapa dia

berbicara dalam doa. Pada dasarnya Allah mendengarkan doa dan

permohonan manusia dan tentunya Allah tidak akan tinggal diam dengan apa

yang sudah disampaikannya melalui doa. Namun semua doa itu tidak

tergantung banyak atau sedikit manusia berbicara dalam doa tetapi lebih pada

kesungguhan hati dan jiwanya ketika berdoa.

- Doa Renung atau Meditasi

KGK (2705) menjelaskan doa renung atau meditasi pada dasarnya sebagai

satu pencarian. Roh mencari agar manusia mengerti alasan dan cara kehidupan

Kristen, agar menyetujui dan menjawab apa yang dikehendaki Tuhan. Doa

renung atau meditasi meliputi pikiran, imajinasi, kerinduan, keinginan untuk

memperdalam iman, pertobatan hati, dan memperkuat kehendak manusia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

untuk mengikuti Yesus Kristus. Doa ini adalah langkah pertama manusia

menuju persatuan cinta dengan Allah secara langsung.

Doa renung atau meditasi ini merupakan doa dimana manusia dapat

menghadirkan Allah dalam hati. Dengan menghadirkan Allah, manusia

mencoba menyadari akan kekuatan dan cinta kasih Allah, serta dapat

menuntunnya untuk selalu mengikuti Yesus Kristus. Dengan merunung

manusia akan mencari kerinduan hati yang selama ini belum pernah terwujud.

Dengan demikian manusia akan disadarkan pada perbuatan yang dirasa tidak

pantas di hadapan Tuhan.

- Doa Batin

KGK (2709) menyatakan doa batin adalah ungkapan sederhana tentang

misteri doa. Manusia memandang Yesus dengan penuh iman, mendengarkan

sabda Allah, dan mencintai Yesus tanpa banyak kata. Yesus mempersatukan

manusia dengan doa Kristus, sejauh dia mengikutsertakan Yesus dalam hati.

Doa batin juga merupakan penyerahan yang rendah hati diri manusia

seutuhnya kepada Bapa yang penuh cinta dalam persatuan yang semakin

dalam dengan Yesus Kristus sendiri.

Doa batin adalah persatuan dengan doa Yesus, sejauh doa itu membawa

manusia mengambil bagian dalam misteri Kristus. Misteri Kristus dirayakan

oleh Gereja di dalam Ekaristi. Roh Kudus membuatnya menjadi hidup lagi

dalam doa batin, sehingga ia dapat menyatakan dalam amal cinta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Doa ini bisa manusia lakukan dan rasakan ketika mengikuti perayaan Ekaristi.

Di bawah dorongan Roh Kudus, manusia mengarahkan hati dan seluruh

dirinya dengan sadar kepada kediaman Tuhan. Manusia perlu mengarahkan

kembali hati kepada Tuhan yang mencintainya, untuk menyerahkan diri

kepada-Nya sebagai persembahan yang suci dan kudus.

- Pendamping memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya

mengenai materi yang belum jelas. Dengan adanya tanya jawab ini,

pendamping ingin meyakinkan bahwa materi telah tersampaikan sesuai dengan

tujuan.

- Pendamping mengajak semua peserta untuk mengevaluasi kegiatan pada

hari ini. Evaluasi dilakukan supaya tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai.

Dengan adanya evaluasi, pendamping dapat mengoreksi diri apabila masih ada

kekurangan atau kesalahan selama kegiatan berlangsung.

e. Penutup

Pendamping mempersilahkan ketua prodiakon untuk menutup kegiatan pada

hari ini serta mengajak peserta untuk menyantap hidangan yang telah

disediakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

10. Rundown Acara

Tabel 5
Susunan Kegiatan Pembekalan
No Waktu Acara Petugas

Minggu
1 09.00-09.15 - Doa Pembuka Pendamping
- Perkenalan
- Mendengarkan mp3
2 09.15-11.00 - Sesi I: Hidup doa dalam kehidupan Pendamping
umat beriman Katolik
- Menonton video
- Refleksi dan sharing dalam
kelompok kecil dan besar
- Peneguhan dan tanya jawab meteri
3 11.00 - Penutupan dan snack Ketua prodiakon
Minggu
1 09.00-09.15 - Doa Pembuka Pendamping
- Penjelasan Tujuan Pertemuan
2 09.15-11.00 - Sesi II: Hidup doa untuk Pendamping
menggerakan orang lebih giat
melakukan pelayanan
- Menonton video singkat
- Refleksi dan sharing dalam
kelompok kecil maupun besar
- Peneguhan
3 11.00 - Penutupan dan snack Ketua prodiakon
Minggu
1 09.00-09.15 - Doa pembukaan Pendamping
- Penjelasan maksud dan tujuan
pertemuan
2 09.15-11.00 - Sesi III: Spiritualitas dalam diri Pendamping
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

orang Katolik
- Sharing kelompok kecil dengan
panduan pertanyaan yang sudah
disiapkan.
- Diskusi dalam kelompok kecil.
- Mensharingkan dalam kelompok
besar, serta berbagi pengalaman
hidup mengenai spiritualitas
sebagai orang Katolik
3 11.00 - Penutupan dan snack Ketua Prodiakon
Minggu
1 09.00-09.15 - Doa pembukaan Pendamping
- Penjelasan maksud dan tujuan
pertemuan
2 09.15-11.00 - Sesi IV: Peran spiritualitas saat Pendamping
pelayanan prodiakon
- Menonton cuplikan video “Pedro
Calungsod”
- Diskusi dalam kelompok kecil
mengenai pesan dari video dengan
panduan pertanyaan yang telah
disiapkan.
- Sharing dalam kelompok kecil dan
dilanjutkan sharing dalam
kelompok besar.
3 11.00 - Penutup dan makan siang Ketua Prodiakon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

Bab ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama merupakan kesimpulan dari

rumusan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab I. Bagian kedua

menyampaikan saran untuk beberapa pihak yang terkait mengenai apa yang

menjadi harapan untuk meningkatkan hidup doa dan mengembangkan spiritualitas

prodiakon.

A. Kesimpulan

Doa merupakan sarana untuk berkomunikasi dengan Tuhan melalui hati

terdalam manusia. Doa yang diajarkan Yesus Kristus kepada umatNya

dimaksudkan supaya hubungan Allah dan manusia tetap terjaga dengan baik.

Karena dengan berdoa manusia dapat berkomunikasi dengan Allah. Semua

pengalaman suka duka yang dialami manusia adalah rencana dari Allah dan

manusia hanya mampu menjalankan dan memohon kekuatan melalui doa yang

diungkapkan dalam kesehariannya. Semakin sering berdoa maka iman yang

dimiliki akan semakin kuat dan Allah akan selalu menyertai manusia agar mampu

menghadapi segala masalah dalam kehidupan.

Berdasarkan hasil penelitian, hampir seluruh prodiakon telah memahami

makna dari doa yang ia ungkapkan. Namun mereka masih perlu memperhatikan

kehidupan doa terutama di dalam keluarganya. Umat tidak hanya menilai hidup

rohani dari diri prodiakon saja, melainkan anggota keluarganya juga. Maka dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

itu prodiakon harus membangun iman dalam keluarga. Prodiakon juga belum

mengenal secara mendalam tentang unsur dan bentuk-bentuk doa dalam Gereja

Katolik, sehingga ia merasa kesulitan dalam meningkatkan spiritualitas

prodiakonnya. Dengan doa prodiakon dapat menguatkan iman dalam hidup

kerohaniannya, sehingga bisa menuntun jalan hidupnya sebagai seorang pelayan

dan pewarta sabda Allah.

Menanggapi hal tersebut, penulis mengusulkan kegiatan pembekalan

sebagai upaya membantu prodiakon untuk memahami unsur dan bentuk doa

sehingga mampu mengembangkan spiritualitas prodiakonnya. Melalui kegiatan

ini, prodiakon dapat merenungkan dan melihat kembali pengalaman hidupnya

terlebih selama menjalan tugas sebagai prodiakon paroki. Para prodiakon dapat

mengolah pengalamannya melalui refleksi dan sharing dalam berbagai sesi yang

telah disiapkan. Selain itu, para prodiakon dapat berbagi pengalaman melalui

sharing dan diskusi agar semakin giat berdoa. Dengan demikian, para prodiakon

dapat menentukan aksi untuk kedepannya yang hendak dilakukan untuk

membiasakan dan meningkatkan hidup doa.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyampaikan saran kepada

beberapa pihak sebagai upaya untuk meningkatkan hidup doa prodiakon stasi St.

Yohanes Chrisostomus Pojok bagi perkembangkan spiritualitasnya.

- Bagi Prodiakon

Prodiakon di stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok agar lebih

memperhatikan kehidupan doa dalam keluarganya. Prodiakon harus sering


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

mengajak keluarganya untuk rutin berdoa, supaya kehidupan rohani dalam

keluarga semakin mengimani Yesus Kristus. Prodiakon juga harus menggali

pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan doa, baik itu hakekat

doa, isi dalam doa, maupun bentuk-bentuk doa. Dengan memahami hal

tersebut, prodiakon akan semakin dimudahkan dalam pelayanan serta

mampu mendekatkan diri kepada Allah.

- Bagi Pengurus Prodiakon Stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok

Pengurus prodiakon stasi St. Yohanes Chrisostomus Pojok harus

memberikan fasilitas yang dapat mendukung kinerja prodiakon, baik itu

dengan cara memberikan buku-buku pengetahuan mengenai tugas-tugas

prodiakon dan merencanakan pertemuan rutin untuk mendengarkan keluh

kesan para prodiakon dalam menjalankan tugasnya. Apabila kegiatan

pertemuan yang diadakan di stasi dapat berjalan dengan lancar, maka para

prodiakon akan mengalami perkembangan baik dari segi pengetahuan,

pengalaman, maupun imannya, sehingga prodiakon akan melayani

kebutuhan iman umatnya dengan sepenuh hatinya.

- Bagi Pengurus Prodiakon tingkat Paroki

Pengurus prodiakon tingkat paroki harus memperhatikan perkembangan

prodiakon pada masing-masing stasi maupun wilayah, tidak hanya berfokus

pada prodiakon paroki saja. Stasi atau wilayah yang jaraknya jauh dari

paroki juga perlu diberikan dana maupun fasilitas dari paroki supaya

kegiatan yang ada di stasi atau wilayah dapat berjalan dengan baik.

Pengurus prodiakon tingkat paroki juga harus membuat pertemuan rutin


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

dengan cara mengadakan retret atau rekoleksi prodiakon separoki, sehingga

peran prodiakon sebagai rekan kerja pastor untuk melayani kebutuhan iman

umatnya akan berjalan sesuai dengan visi dan misi gereja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

Daftar Pustaka
Breemen, Van, P. (1983). Ku Panggil Engkau dengan Namamu. Yogyakarta:
Kanisius.
Darminta, J. (1981). Doa Berdoa. Yogyakarta: Kanisius.
_________. (1982). Hidup Berdoa. Yogyakarta: Kanisius.
_________. (1983). Hidup Bersama Allah. Yogyakarta: Kanisius.
Djono Moi, A. Alberto, O.Carm. (2008). Menimba Kekuatan Doa. Yogyakarta:
Pustaka Nusantara.
Go, P. (1986). Spiritualitas Awam. Malang: N.A.
Green, Thomas, H. (1988). Bimbingan Doa. Yogyakarta: Kanisius.
Grun, Anselm. (1985). Doa dan Mengenal Diri. Yogyakarta: kanisius.
Jacobs, Tom. (2004). Teologi Doa. Yogyakarta: Kanisius.
Katekismus Gereja Katolik. (1993). Nusa Tenggara Timus: Arnoldus, Ende.
Konsili Vatikan II. (2002). Dokumen Konsili Vatikan II (R. Hardawiryana,
penerjemah). Jakarta: Obor. (Dokumen asli diterbitkan tahun 1996).
Magnis-Suseno, F. (1993). Beriman dalam Masyarakat. Yogyakarta: Kanisius.
Martasudjita, E. (1997). Tugas Pelayanan Prodiakon Paroki: Bahan Penataran.
Semarang: Komisi Liturgi Keuskupan Agung Semarang.
_____________. (1998). Tugas Pelayanan Prodiakon Paroki. Yogyakarta:
Kanisius.
_____________. (2010). Kompendium Tentang Prodiakon. Yogyakarta: Kanisius.
Martini, C.M. (1987). Menyelami Alam Doa Bersama St. Lukas. Yogyakarta:
Kanisius.
Salkind, Neil. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia. Bandung: Nusa Media
Siswata, Y, Pr. (1991). Prodiakon Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Sugiyono, Prof. Dr. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Tim Penyusun Buku Kenangan Paroki St. Petrus dan Paulus. (2005). Kenangan
HUT ke-75 Tahun, Hari Jadi Gereja Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu.
Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu.
_____________. (2017). Kenangan HUT ke-87 dan Pemberkatan Gereja St.
Petrus dan Paulus. Paroki St. Petrus dan Paulus Klepu.
Zulkifli. (1987). Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Karya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1: Surat ijin penelitian

[1]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2: Surat ijin pengambilan data

[2]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3: Daftar nama prodiakon

[3]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[4]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[5]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[6]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4: Koesioner

1. HIDUP DOA
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memahami makna dari setiap doa yang saya
ungkapkan kepada Bapa.
2 Saya menyadari pentingnya peran doa di dalam
kehidupan ini.
3 Saya setiap hari rutin meluangkan waktu untuk
berdoa.
4 Saya tidak begitu memperhatikan kehidupan doa
keluarga saya.
5 Saya hanya mampu berdoa dengan cara doa lisan.
6 Saya merasa tidak berdoa bila tidak berdoa secara
meditasi.
7 Saya tidak dapat melakukan doa batin karena saya
susah mencari suasana hening.
8 Saya lebih mengutamakan berkat daripada
permohonan ketika berdoa.
9 Saya terbiasa melakukan doa permohonan.
10 Saya jarang melakukan doa pujian.

2. SPIRITUALITAS PRODIAKON
No Pernyataan SS S TS STS
11 Melalui doa, saya tidak merasa bosan untuk
memimpin ibadat di lingkungan meskipun yang
hadir hanya sedikit.

[7]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12 Melalui doa, saya selalu mendahulukan tugas di


gereja daripada kepentingan di rumah.
13 Melalui doa, saya mampu menjalin relasi dengan
baik di dalam keluarga maupun di masyarakat.
14 Melalui doa, saya selalu sabar dan tabah saat
menghadapi masalah dalam kehidupan.
15 Melalui bentuk doa yang saya lakukan, saya
merasa kecil hati apabila pelayanan saya tidak
ditanggapi oleh umat.
16 Melalui bentuk doa, saya mampu memotivasi
umat untuk semakin rajin ke gereja.
17 Melalui doa, saya merasakan kehadiran Roh
Kudus yang menjadikan saya semakin yakin akan
panggilan saya sebagai pewarta.
18 Melalui doa, saya mampu mengendalikan pikiran,
ucapan maupun tindakan dalam melakukan
pelayanan.
19 Melalui doa, saya merasa Tuhan telah menjadikan
saya sebagai prodiakon yang tidak pandang bulu
saat melakukan pelayanan.
20 Melalui doa, saya tidak pernah mengharapkan
imbalan saat melayani umat.

[8]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5: Rekap hasil

[9]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[10]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[11]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[12]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[13]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

[14]

Anda mungkin juga menyukai