Anda di halaman 1dari 175

KETERLIBATAN KAUM AWAM

DALAM TUGAS KERASULAN GEREJA


SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI
DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
M. Triyono Yuliyanto
NIM: 031124033

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009

i
ii
iii
PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada


Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ) Propinsi Indonesia,
pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta,
dan
kampus IPPAK USD Yogyakarta.

iv
MOTTO

“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan,


dan menaruh harapan pada-Nya.”
(Yer 17:7)

v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar

pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 20 Desember 2008

Penulis

M. Triyono Yuliyanto

vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : M. Triyono Yuliyanto

Nomor Mahasiswa : 031124033

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan


Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN
GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI
SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Darma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta, 20 Desember 2008

Yang menyatakan,

M. Triyono Yuliyanto

vii
ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM


TUGAS KERASULAN GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN
PAROKI DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,
YOGYAKARTA. Penulis memilih judul ini berdasarkan hasil wawancara dan
penyebaran kuesioner, penulis mempunyai keprihatinan bahwa masih sedikit
umat yang bersedia untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja, terutama
keterlibatan dalam karya kerasulan. Salah satu wujud keterlibatan kaum awam
diwujudkan dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.
Sebagai usaha melihat seberapa besar keterlibatan kaum awam dalam karya
kerasulan Gereja, penulis memperoleh data menggunakan penelitian kualitatif
dengan wawancara dan penyebaran kuesioner. Wawancara dan penyebaran
kuesioner ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta.
Kaum awam, berkat Sakramen Permandian dan Penguatan, dipanggil untuk
mewartakan karya keselamatan Allah. Oleh sebab itu kaum awam turut
mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah
diwujudkan oleh Gereja kepada dunia yang mengarahkannya kepada Kristus.
Kaum awam terlibat dalam karya keselamatan Allah dengan mengambil bagian
dalam tritugas Kristus, yakni imamat (tugas menguduskan), nabi (tugas
mewartakan), dan raja (tugas menggembalakan). Dalam melaksanakan karya
kerasulan Gereja, kaum awam mewartakan karya keselamatan Allah kepada
semua manusia melalui kenyataan hidup sehari- hari, baik dalam Gereja maupun
dalam masyarakat. Kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja untuk
membawa kesaksian akan misteri rencana karya keselamatan Allah bagi
penebusan manusia. Salah satu perwujudan keterlibatan kaum awam dalam karya
kerasulan adalah keterlibatan dalam kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki
merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat Allah, baik imam
sebagai wakil Uskup maupun kaum awam sebagai wakil umat yang bersama-
sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus.
Sebagai usaha meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan
Dewan Paroki penulis mengusulkan program katekese dengan model Shared
Christian Praxis (SCP). Model SCP mempunyai kekhasan bersifat dialogal dan
partisipatif sarta menggarisbawahi peranan peserta sebagai subjek yang bebas dan
bertanggung jawab. Program pendampingan ketekese model SCP ditujukan
kepada pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
Yogyakarta dengan tujuan untuk membantu meningkatkan kesadaran dan peranan
pengurus Dewan Paroki dalam membangun jemaat, sehingga kaum awam
semakin meningkatkan keterlibatan dalam karya kerasulan Gereja.

viii
ABSTRACT

The title of this thesis is THE PARTICIPATION OF LAITY IN THE


CHRUCH MINISTRY AS THE OFFICIALS OF THE PARISH
COMMITTEE IN SAINT JOHN THE DISCIPLE PARISH OF
PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. The writer chose this title based on the
result of interviews and questionnaires which show us that there are only a few
number of lay persons who are available to engage actively in the Church;
especially on her ministerial task. One of the realizations of the participation of
the laity is their role as the members of the parish committee. The writer collected
some data using qualitative research through interviews and random
questionnaires in order to see the range of participation of the laity in the church
ministry. The interviews and questionnaires were aimed to the officers of the
Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta.
Laity, for having accepted the Sacraments of Baptist and Confirmation, is
called to proclaim God’s works of salvation. Therefore, the laity also participates
in the saving action of the Lord. Church takes God’s work of salvation into its
shape by directing the world to Christ. Laity is engaged to this work of salvation
by taking part to the three- fold works of Christ, as a priest (to sanctify), a prophet
(to proclaim), and a king (to shepherd). In accomplishing the ministerial works of
the Church, lay persons proclaim the saving actions of the Lord through daily
reality, both in the body of the Church herself and in the society. The laity
ministerial service is a mission of the Church to wit nessing the God’s mystery of
the works of salvation for the redemption of the mankind. One of the completions
of the laity participation in the ministerial task is the involvement in the Parish
Committee. Parish Committee is one model of unity of the God’s people
ministers; with the priests as the vicars of the Bishops and laity as the
representatives of all God’s people who together accomplish the task and vocation
to partaking into the Christ’s three- fold works.
As an effort to increase the participation of the laity in Parish Committee,
the writer suggests the catechetical program modeled in the Shared Christian
Praxis (SCP). This SCP Model has the dialogical and participative character and it
underlines as well the roles of the participants as free and responsible subjects.
This SCP model of program as catecheses is aimed to the offials/members of the
Parish Committee in Saint John the Disciple Parish of Pringwulung, Yogyakarta .
It is meant to help them increase the consciousness and the role of the Parish
Committee officers in building Church community, so that the laity will also
increase their participation in the ministerial tasks of the Church.

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa karena kasih-Nya

yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

KETERLIBATAN KAUM AWAM DALAM TUGAS KERASULAN

GEREJA SEBAGAI PENGURUS DEWAN PAROKI DI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA. Skripsi

ini ditulis bertolak dari keprihatinan penulis akan masih sedikitnya kaum awam

yang terlibat aktif dalam kegiatan hidup menggereja terutama keterlibatan dalam

kepengurusan Dewan Paroki. Oleh sebab itu penulisan skripsi ini dimaksudkan

untuk memberikan sumbangan dalam meningkatkan keterlibatan kaum awam

dalam karya kerasulan Gereja.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak,

yang dengan sepenuh hati, setia, meluangkan waktu, mendampingi, memberikan

semangat, membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberikan dukungan

melalui doa, motivasi, dan sumbangan ide- ide yang baik. Pada kesempatan ini

penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Rm. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A., selaku dosen pembimbing utama, yang

telah memberikan perhatian, meluangkan waktu, mendampingi, membimbing

penulis dengan penuh kesabaran, memberikan semangat, dorongan, dan

memberikan masukan serta koreksi dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Rm. Dr. C. Putranta, S.J., selaku dosen penguji II dan dosen pembimbing

akademik yang selalu mendampingi, mendukung, menguatkan, membimbing,

x
dan memberikan semangat kepada penulis selama menempuh studi di IPPAK

USD ini, dan dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. Bapak P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si., selaku dosen penguji III yang telah

memberikan dukungan dan evaluasi kepada penulis dalam

mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap staf dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis

selama studi hingga selesainya skripsi ini.

5. Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr., Rm. Adolpus Suratmo, Pr., selaku Pastor

paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dan segenap pengurus

Dewan Paroki Pringwulung, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan

pikiran selama proses wawancara dan penyebaran kuesioner untuk membantu

penulis sehingga penulis memperoleh data yang dibutuhkan.

6. Rm. Alexander Sapta Dwi Handoko, S.C.J., sebagai Pater Propinsial

Kongregasi S.C.J. Indonesia yang telah memberikan tugas perutusan kepada

penulis untuk studi di IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

7. Rm. Yohanes Juliwan Maslim, S.C.J., selaku Rektor Skolastikat S.C.J. dan

Rm. Agustinus Riyanto, S.C.J., Rm. Dr. C.B. Kusmaryanto, S.C.J, Rm. Dr.

F.A. Purwanto, S.C.J., dan Rm. P. Sugiarto, S.C.J. selaku staf Skolastikat

S.C.J., konfrater S.C.J. II komunitas Visma Vijaya Praya (Fr. Rudiyanto,

S.C.J., Fr. Mardani S.C.J., Fr. Marianus, S.C.J., Fr. Oki, S.C.J., Fr. Louis,

S.C.J., Fr. Guntoro, S.C.J., Fr. Sriyanto, S.C.J., Fr. Alfonsus, S.C.J., dan Fr.

xi
Indri, S.C.J.), dan para konfrater yang telah memberikan dukungan, semangat,

motivasi, bantuan, usulan, sarana dan prasarana selama penulis menempuh

studi dan proses penyelesaian skripsi.

8. Sahabat-sahabatku yang baik (Sr. Oktaviana K.S.F.L., Sr. Gratiana S.F.D., Fr.

Irenius B.H.K., Marina Yulita, Br. Eduardus B.M., Sr. Angelina F.C.J.M., Sr.

Yulia H.K., Hendi Kurniawan, dan Citra Kania Rahmawati Intan Putri).

9. Teman-teman angkatan 2004 yang telah memberikan dukungan, perhatian

kepada penulis selama penulis menempuh studi dan atas kerjasama yang baik

selama perjalanan studi di kampus IPPAK USD.

10. Kedua orang tua, kakak dan adik yang senantiasa memberi dukungan,

semangat, perhatian, cinta, dan doa selama penulis menjalankan tugas

perutusan untuk studi di Yogyakarta.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per-satu, yang selama ini

dengan tulus telah memberikan dukungan kepada penulis selama studi dan

dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kasih membalas budi baik mereka semua

dengan berkat dan rahmat yang melimpah. Akhirnya penulis berharap semoga

karya tulis ini dapat memberikan sumbangan dan manfaat bagi pembaca,

khususnya bagi kaum awam yang peduli tehadap perkembangan Gereja.

Yogyakarta, 20 Desember 2008

Penulis

M. Triyono Yuliyanto

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR.................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................. xiii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan.................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 6
D. Manfaat Penulisan............................................................................ 7
E. Metode Penulisan.............................................................................. 7
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 8
BAB II. GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM
DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN
PAROKI PAROKI SANTO YOHANES RASUL,
PRINGWULUNG, YOGYAKARTA ............................................. 10
A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
Yogyakarta ..................................................................................... 10
1. Sejarah dan Perkembangan Paroki............................................. 11
2. Visi dan Misi Paroki................................................................... 16

xiii
3. Situasi Goegrafis Paroki............................................................. 17
4. Situasi Umat Paroki.................................................................... 18
B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja sebagai
Pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 23
1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul
Primngwulung ............................................................................ 23
2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya
Kerasulan Gereja........................................................................ 27
3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung
tentang Makna Dewan Paroki .................................................... 29
4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja
sebagai Pengurus Dewan Paroki ................................................ 33
C. Rangkuman Permasalahan-Permasalahan Pokok dalam
Keterlibatan Kaum Awam di Paroki St. Yohanes Rasul,
Pringwulung, Yogyakarta............................................................... 34
1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja ....... 35
2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan
Paroki ......................................................................................... 36
3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas-
tugasnya ...................................................................................... 37
4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya
Kerasulan Gereja........................................................................ 39
BAB III. KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA
KERASULAN GEREJA SEBAGAI DEWAN PAROKI.............. 40
A. Identitas Kaum Awam.................................................................... 40
1. Pengertian Awam secara Umum................................................ 41
2. Pengertian Awam dalam Gereja................................................. 41
B. Kerasulan Gereja ............................................................................ 42
1. Tritugas Kerasulan Gereja.......................................................... 44
a. Kerasulan imamat ................................................................... 45
b. Kerasulan kenabian................................................................ 47
c. Kerasulan rajawi..................................................................... 49
2. Peranan Kerasulan dalam Gereja ............................................... 51

xiv
C. Kerasulan Awam dalam Gereja ...................................................... 52
1. Kerasulan Awam........................................................................ 53
a. Pengertian kerasulan awam.................................................... 53
b. Dasar kerasulan awam............................................................ 56
c. Arah dan tujuan kerasulan awam ........................................... 61
d. Spiritualitas kerasulan awam.................................................. 65
2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam .......................................... 67
a. Pembinaan manusiawi............................................................ 69
b. Pembinaan rohani................................................................... 70
c. Pembinaan pengetahuan teologis ........................................... 71
3. Bidang-Bidang Kerasulan Awam............................................... 71
D. Dewan Paroki ................................................................................. 73
1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki.................................. 74
a. Sejarah Dewan Paroki ............................................................ 74
b. Pengertian Dewan Paroki....................................................... 76
c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki ........................................... 77
2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki........................................ 79
a. Dewan Paroki sebagai persekutuan umat............................... 80
b. Pedoman dasar Dewan Paroki................................................ 82
3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja ........................ 96
BAB IV. USULAN PROGRAM KATEKESE UNTUK
MENINGKATKAN KETERLIBATAN KAUM AWAM
DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI DI PAROKI
ST. YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,
YOGYAKARTA........................................................................... 100
A. Latar Belakang Pemilihan Program ............................................... 101
B. Alasan Pemilihan Tema.................................................................. 102
C. Rumusan Tema dan Tujuan............................................................ 103
D. Penjabaran Program ....................................................................... 105
E. Petunjuk Pelaksanaan Program....................................................... 108
F. Contoh Satuan Persiapan ................................................................ 109

xv
BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 124
A. Kesimpulan..................................................................................... 124
B. Saran............................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130
LAMPIRAN .................................................................................................. 133

xvi
DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan kitab suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjamjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru dengan pengantar dan catatan

singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas

Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV).

Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 13.

B. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang

Kerasulan Awam, 7 Desember 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kagiatan Misioner

Gereja, 7 Desember 1965.

CFL : Christi Fideles Laici, Imbauan Apostolik Pasca Sinode Bapa

Suci Yohanes Paulus II tentang Panggilan dan Tugas Kaum

Awam Beriman di dalam Gereja dan di dalam Dunia, 12 Maret

1989.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh

Paus Yohanes Paulus II, 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang

Gereja, 21 November 1964.

xvii
C. Singkatan lain

Art : Artikel

Bdk : Bandingkan

HAK : Hubungan antar Agama dan Kepercayaan

Kan : Kanon

KAS : Keuskupan Agung Semarang

Litbang : Penelitian dan Pengembangan

PANKAT : Panitia Katekese

PD : Persekutuan Doa

PDDP : Pedoman Dasar Dewan Paroki

PGPM : Pengurus Gereja Papa Miskin

PIA : Pendampingan Iman Anak

PIR : Pendampingan Iman Remaja

PIU : Pendampingan Iman Umat

PKL : Paguyuban Ketua Lingkungan

PPDP : Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki

RAPB : Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja

SCP : Shared Christian Praxis

Sosek : Sosial ekonomi

St : Santo

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Peristiwa Pentakosta menjadi peristiwa pertobatan orang-orang yang

berada di kota Yerusalem dengan menyediakan diri untuk dibaptis dan menjadi

pengikut Kristus. Mereka datang dari berbagai bangsa di bawah kolong langit

(Kis 2:1-13) untuk menerima Pembaptisan dari para rasul. Jumlah orang yang

menyediakan diri untuk dibaptis pada hari itu sangat banyak, jumlah mereka

bertambah kira-kira tiga ribu jiwa (Kis 2:41). Dengan bertambahnya umat yang

dibaptis pada saat itu, maka dibutuhkan pula para pelayan/murid untuk

menjamin iman mereka. Karena keterbatasan jumlah para rasul, maka mereka

memilih dan mengangkat murid-murid untuk menjamin iman umat pada saat

itu. Bahkan para rasul secara khusus memilih tujuh orang untuk melayani orang

miskin dan para janda (Kis 6:3-6).

Umat kristiani, seiring perkembangan zaman, mengalami perkembangan

di berbagai penjuru dunia. Dengan bertambahnya jumlah umat kristiani tersebut,

maka dibutuhkan pelayan-pelayan bagi mereka dalam bidang rohani. Pada

awalnya umat kristiani senantiasa mendapatkan pelayanan dari kaum klerus atau

imam dan biarawan/biarawati. Menyadari akan kebutuhan pelayanan umat yang

semakin berkembang memunculkan kesadaran kaum awam. Kebutuhan kaum

awam turut serta dalam karya pelayanan (kerasulan) umat untuk mengambil

bagian dan terlibat dalam karya pelayanan umat semakin besar dan mendesak
2

(CFL, art. 3). Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan dan karya

kerasulan diungkapkan dalam dokumen Apostolicam Actuositatem:

Adapun zaman sekarang kita menuntut semangat merasul kaum awam


yang tidak kalah besar. Bahkan situasi sekarang ini jelas memerlukan
kerasulan mereka yang lebih intensif dan lebih luas. Sebab semakin
bertambahnya jumlah manusia, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, hubungan-hubungan antar manusia yang lebih erat, bukan
saja memperluas tanpa batas gelanggang kerasulan awam, yang sebagian
terbuka bagi mereka, melainkan juga menimbulkan masalah- masalah
baru, yang menuntut perhatian serta usaha mereka yang cekatan.
Kerasulan itu semakin mendesak, karena otonomi banyak bidang
kehidupan manusiawi, sebagaimana wajarnya, amat banyak bertambah,
adakalanya disertai suatu penyimpangan dari tata kesusilaan dan
keagamaan, serta bahaya besar bagi hidup kristiani. Selain itu dibanyak
daerah, jumlah imamnya sangat sedikit (AA, art. 1).

Menanggapi perkembangan umat beriman yang semakin pesat Paus

Celasius (492-496) membagi daerah-daerah pedesaan menjadi paroki-paroki

(Gitowiratmo, 2003: 21). Status pembentukan paroki semakin diperjelas

terutama dalam Konsili Trente tahun 1563 dan lebih dipertegas lagi pada tahun

1917 dengan adanya ketentuan Hukum Gereja (Gitowiratmo, 2003: 21-26).

Imam, dalam tugas penggembalaannya, menggembalakan umat lebih kurang

1.000-10.000 jiwa. Melihat kenyataan tersebut mau tidak mau para

gembala/imam membutuhkan peran serta kaum awam dalam tugas

penggembalaan.

Konsili Vatikan II mengadakan perubahan besar dalam Gereja. Salah

satu perubahan yang dihasilkan dalam Konsili Vatikan II antara lain mengenai

paroki yaitu mengikutsertakan seluruh umat dalam persekutuan orang beriman

Kristiani (KHK, kan. 581). Hal tersebut dipertegas oleh Gitowiratmo (2003: 29)

yang mengatakan, “sejak tahun 1965, suasana hidup menggereja lambat laun

berubah, disadari bahwa Gereja adalah seluruh umat Allah (imam dan awam)
3

yang saling bersekutu karena sama-sama menerima panggilan Allah dalam

Kristus”. Melalui ungkapan tersebut, semakin jelas bahwa kaum awam juga

mempunyai peranan penting dalam kehidupan menggereja. Konsili Vatikan II

menegaskan:

Jadi kaum beriman kristiani, yang berkat baptis telah mejadi anggota
Tubuh Kristus, terhimpun menjadi umat Allah, dengan cara mereka
sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus, dan
dengan demikian sesuai dengan kemampuan mereka melaksanakan
persatuan segenap umat kristiani dalam Gereja dan di dunia (LG, art.
31).

Berkat Sakramen Permandian kaum awam dipanggil untuk berpartisipasi

dalam tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (CFL, art. 23). Peran serta

kaum awam dalam karya kerasula n Gereja meliputi berbagai bidang kerasulan

antara lain kerasulan jemaat-jemaat kristiani, kerasulan keluarga, kerasulan

kaum muda, kerasulan lingkungan sosial, dan kerasulan bidang-bidang nasional

dan internasional (AA, art. 10-14). Salah satu wujud nyata dari peranan umat

dalam karya kerasulan Gereja yakni terlibat di dalam kepengurusan Dewan

Paroki. Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki, kaum awam turut

terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan

menggembalakan. Kaum awam, selain terlibat dalam tritugas Kristus, juga turut

serta menampakkan persekutuan Allah Tritunggal yang melandasi segala

kehidupan Gereja (KAS, 2004: 15).

Peran serta kaum awam sangat dibutuhkan dalam usaha pendampingan

hidup rohani umat beriman saat ini. Panggilan kaum awam untuk merasul

merupakan panggilan kristiani. Melalui Sakramen Permandian kaum awam

secara langsung menerima panggilan untuk mewartakan karya keselamatan


4

Allah. Dengan menerima Sakramen Penguatan panggilan untuk merasul bagi

orang kristiani semakin dipertegas. Hal senada juga diungkapkan dalam

dokumen Apostolicam Actuositatem art. 3 yang mengungkapkan bahwa

kewajiban dan hak kaum awam untuk merasul berdasarkan persatuan mereka

dengan Kristus sebagai kepalanya. Sebab, Sakramen Permandian meleburkan

mereka ke dalam tubuh mistik Kristus, dan Sakramen Penguatan mengukuhkan

mereka dengan daya Roh Kudus, dan dengan demikian oleh Tuhan sendiri

menetapkan tugas kerasulan. Panggilan khusus para awam ialah mengikhtiarkan

Kerajaan Allah dengan menyelenggarakan urusan-urusan duniawi dan

mengaturnya menurut kehendak Tuhan (Heuken, 1967: 5). Kaum awam, dalam

tugas perutusannya, mempunyai kekhasan yakni bersifat khas duniawi. Hal

tersebut dipertegas oleh Tondowidjojo (1990: 32) yang mengatakan:

Kaum awam itu hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan setiap
jabatan serta kegiatan dunia, dan dalam situasi hidup berkeluarga dan
hidup kemasyarakatan yang biasa, yang merajut seluruh keberadaan
mereka. Di sana mereka dipanggil Allah agar - dalam menjalankan tugas
khususnya, dibimbing oleh semangat Injil - mereka menyumbang
pengudusan dunia dari dalam laksana ragi. Jadi tugas mereka secara
khusus ialah: menerangi dan menata semua hal ikhwal dunia, yang erat
behubungan dengan mereka sehingga selalu terjadi dan berkembang
sesuai dengan Kristus, dan merupakan pujian bagi Pencipta dan
Penyelamat.

Peran serta kaum awam dalam kehidupan menggereja sangat dibutuhkan

dan menjadi partner kerja para imam dalam pelayanan dan penggembalaan umat

(Tondowidjojo, 1990: 59). Kaum awam seringkali masih kurang menyadari dan

kurang memahami betapa pentingnya kehadiran mereka dalam kehidupam

menggereja terutama dalam karya kerasulan. Salah satu bentuk karya kerasulan

yang membutuhkan peranan kaum awam antara lain keterlibatan di dalam


5

kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam beranggapan bahwa karya kerasulan

merupakan tugas para imam, religius, dan kaum biarawan/biarawati (tanggung

jawab kaum berjubah). Sebagai akibat dari anggapan tersebut kaum awam

kurang melibatkan diri dalam karya kerasulan baik di paroki, lingkungan

masing- masing, maupun di dalam masyarakat.

Dewan Paroki merupakan le mbaga Gereja yang kehadirannya sangat

dibutuhkan di dalam suatu paroki. Dewan Paroki mempunyai peranan sentral di

dalam paroki karena Dewan Paroki merupakan suatu bentuk persekutuan umat

yang didalamnya orang-orang beriman tertentu (kaum awam) menerima

tanggung jawab pelayanan pastoral bersama dengan gembala mereka sebagai

pemersatunya. Hidup matinya Dewan Paroki sebagai lembaga pelayanan umat

sungguh-sungguh tergantung dari dukungan, keterlibatan, dan peran serta umat

setempat.

Kekurang-terlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki dapat

disebabkan oleh berbagai latar belakang, seperti merasa tidak pantas, kurang

mampu, mempunyai kesibukan kerja atau masih aktif di dunia kerja, dan

sebagainya. Keterlibatan kaum awam juga sangat dibutuhkan, antara lain dalam

hal pendampingan, membutuhkan pemimpin atau orang yang dituakan (pemuka

umat) untuk menjamin kehidupan iman mereka.

Penulis mengalami keprihatinan ketika melihat bahwa kaum awam

masih kurang terlibat aktif untuk mengambil bagian dalam tugas kerasulan

Gereja salah satunya keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki. Sebagai

wujud keprihatinan penulis, maka dalam penulisan ini, penulis mencoba

mengangkat masalah tersebut dengan mengambil judul “Keterlibatan kaum


6

awam dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di

Paroki Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta”.

B. Rumusan Permasalahan

Permasalahan pokok yang ingin dibahas oleh penulis dalam skripsi ini

dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Sejauh mana kaum awam di paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,

terlibat di dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

2. Sejauh mana Gereja memahami keterlibatan kaum awam dalam karya

kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki?

3. Sejauh mana peranan katekese dalam meningkatkan peranan kaum awam

dalam kepengurusan Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul

Pringwulung?

C. Tujuan Penulisan

Untuk lebih jelasnya tujuan penulisan “Keterlibatan kaum awam

dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki

Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana keterlibatan kaum awam di paroki St.

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta dalam tugas perutusan Gereja

terutama dalam keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki.

2. Untuk memberikan sumbangan kepada Gereja tentang pemaha man Dewan

Paroki sebagai salah satu perwujudan tugas kerasulan Gereja.


7

3. Untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja

sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,

Yogyakarta.

4. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu persyaratan kelulusan sarjana Strata 1

(S1) Program Studi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

1. Melalui penulisan, wawancara, dan penyebaran kuesioner ini penulis

memperoleh wawasan yang luas tentang teori keterlibatan kaum awam

dalam tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St.

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

2. Melalui penulisan ini, dapat dijadikan oleh penulis sebagai dasar untuk

semakin mendalami peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja

sebagai pengurus Dewan Paroki.

3. Melalui penulisan ini, dapat semakin memperluas wawasan, sebagai bahan

refleksi, dan untuk meningkatkan peranan kaum awam dalam tugas

kerasulan sebagai kepengurusan Dewan Paroki.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode deskriptif yaitu mendalami tentang keterlibatan kaum awam dalam

karya kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes

Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Sebagai dasar dari penulisan ini, penulis


8

melakukan pengedaran angket dan melakukan wawancara kepada anggota dan

pengurus Dewan Paroki serta kepada romo paroki. Selain itu penulis juga

berusaha menge mbangkan refleksi pribadi melalui studi pustaka menggunakan

buku-buku pendukung dari para ahli yang berkompeten di bidangnya selama

penulisan skripsi ini. Akhirnya menjadi sebuah bahan refleksi bagi kaum awam

dan pengurus Dewan Paroki untuk terlibat di dalam mengambil bagian dalam

tugas kerasulan Gereja. Semoga melalui refleksi tersebut semakin banyak kaum

awam yang terlibat di dalam karya kerasulan Gereja terutama keterlibatan kaum

awam di dalam kepengurusan Dewan Paroki.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini yang berjudul “Keterlibatan kaum awam dalam

tugas kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” terdiri dari beberapa bab, yakni

sebagai berikut:

Bab I berisi pendahuluan. Pada bab pendahuluan ini, penulis menuliskan

latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Bab II memberikan gambaran umum keterlibatan kaum awam dalam

karya kerasulan sebagai pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta. Bertolak dari judul bab tersebut penulis pertama-tama

mengangkat tentang sejarah paroki, situasi umat paroki, dan keterlibatan kaum

awam dalam kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki.


9

Bab III menjelaskan kerasulan awam dalam karya kerasulan Gereja

sebagai Dewan Paroki. Dari judul besar tersebut penulis mencoba menjelaskan

tentang identitas kaum awam, kerasulan awam dalam Gereja, kerasulan Gereja,

dan membahas tentang Dewan Paroki yang berisi Dewan Paroki dalam Konsili

Vatikan II, struktur kelembagaan Dewan Paroki, dan Dewan Paroki Sebagai

tugas kerasulan Gereja.

Bab IV menjabarkan usulan program katekese untuk meningkatkan

keterlibatan kaum awam kepengurusan Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes

Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Penulis dalam penulisan ini menjabarkan

tentang latar belakang pemilihan program, alasan pemilihan tema, penjabaran

program, rumusan tema dan tujuan, petunjuk pelaksanaan program, dan contoh

satuan persiapan.

Bab V sebagai bagian penutup untuk mengakhiri rangkaian penulisan

skripsi ini. Pada bagian ini penulis memberikan kesimpulan dari karya tulis ini

serta memberikan beberapa saran untuk meningkatkan peranan kaum awan

dalam tugas kerasulan Gereja terutama sebagai pengurus Dewan Paroki.


10

BAB II

GAMBARAN UMUM KETERLIBATAN KAUM AWAM

DALAM KARYA KERASULAN SEBAGAI DEWAN PAROKI PAROKI

SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG, YOGYAKARTA

Perkembangan Gereja yang semakin pesat menumbuhkan kesadaran

umat untuk terlibat dalam karya penggembalaan. Kesadaran Gereja dalam turut

mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat dapat diwujudkan melalui

berbagai macam bentuk keterlibatan sesuai kemampuan masing- masing. Santo

Paulus mengatakan: “Ada rupa-rupa karunia, tetapi satu Roh. Dan ada rupa-rupa

pelayanan tetapi satu Tuhan” (1 Kor 12:4-5). Setiap orang mendapatkan

anugerah dan talenta yang berbeda-beda (Mat 25:14-30) untuk dikembangkan

dalam berbagai bentuk pelayanan. Kehidupan menggereja mempunyai banyak

bentuk pelayanan yang dapat dilaksanakan dan dikembangkan yang bertujuan

agar semua manusia me mperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan lain- lain.

A. Gambaran Umum Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Gereja, yang merupakan paguyuban umat yang beriman kepada Yesus

Kristus, dipahami sebagai kesatuan iman yang dibangun bersama-sama oleh

seluruh umat beriman Katolik, sehingga kehidupan dan perkembangannya

menjadi tanggung jawab bersama. Sebagai salah satu usaha mengembangkan

kehidupan umat dan mempermudah pengkoordinasian umat dibentuklah paroki-

paroki. Paroki, dalam PDDP Keuskupan Agung Semarang 2004, sebagai bentuk

persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian dari


11

keuskupan dalam batas-batas teritorial tertentu. Dengan adanya persekutuan

umat yang memiliki batas-batas teritorial tertentu maka pengkoordinasian dan

pelayanan umat dapat semakin dipermudah dan lebih maksimal. Salah satu

wujud paguyuban umat Allah berdasarkan batas teritorial tertentu yakni Paroki

St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Untuk mengenal lebih jauh

Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta, maka pada bagian ini

membicarakan tentang sejarah dan perkembangan, Visi dan misi, letak

geografis, dan situasi umat Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

1. Sejarah dan Perkembangan Paroki

Sejak didirikannya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun

1955, ternyata membawa perkembangan baru dalam Gereja terutama gereja

Paroki Baciro. Pada tahun 1964, saat itu romo Paroki Baciro yakni Romo J.

Stormmesand, S.J. Setelah Universitas Sanata Dharma didirikan, umat kring

Mrican dan kring Kolombo tidak perlu jauh-jauh pergi ke Paroki Baciro untuk

merayakan Perayaan Ekaristi harian maupun hari Minggu, melainkan di kapel

Sanata Dharma (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

Pringwulung, 2007: 15).

Pada tahun 1967 terjadi pergantian romo Paroki Baciro, dari Romo J.

Stormmesand, S.J. digantikan oleh Romo A. Prodjosuto, S.J. Pergantian romo

paroki ternyata juga membawa perubahan kebijakan yang berbeda yakni bahwa

seluruh kegiatan umat di wilayah Baciro dipusatkan di paroki. Setelah

pergantian pastor paroki yang baru yaitu Romo F.X. Tan Soe Ie, S.J. pada tahun

1970, kebijakan berubah lagi. Beliau menekankan agar kegiatan-kegiatan umat


12

berkembang di lingkungan- lingkungan. Kebijakan ini juga diteruskan oleh romo

paroki yang menggantikannya pada tahun 1977 yaitu Romo Al. Utoyo, Pr. Ia

memberikan perhatian khusus pada kegiatan di lingkungan- lingkungan yang

berada di bagian utara Paroki Baciro. Umat lingkungan Mrican dan lingkungan

Kolombo mengalami perkembangan, maka dua lingkungan tersebut dimekarkan

menjadi 4 (empat) lingkungan yaitu lingkungan Mrican, Pringgodani,

Karangasem, dan Deresan, pemekaran tersebut terjadi pada tahun 1978. Pada

tahun-tahun berikutnya Lingkungan Kolombo dimekarkan menjadi 5 (lima)

lingkungan yaitu lingkungan Kolombo, Kepuh, Demangan, Ambarukmo, dan

Janti (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

15).

Pada saat Romo F.A. Susilo, S.J. ditunjuk untuk membantu romo paroki,

beliau mendapat tugas secara khusus untuk memimpin umat yang kegiatannya

berpusat di kapel Sanata Dharma. Pada tahun itu pula Romo Susilo, S.J.

membentuk “Dewan Stasi” yang diketuai oleh Bapak G.A. Karyono. Pada saat

itulah dianggap sebagai “Berdirinya stasi Mrican”. Dengan berdirinya stasi

Mrican, sejak 1 Juli 1981 keuangan stasi dipisahkan dari keuangan pastoran

Sanata Dharma dan dikelola oleh umat sendiri (Tim Penyusun Buku Kenangan

Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

Pada tahun 1982 Romo Vicaris Capitularis Keuskupan Agung Semarang

berkunjung ke Paroki Baciro dalam rangka penerimaan Sakramen Krisma.

Kesempatan ini dimanfaatkan umat stasi Mrican untuk mengungkapkan

keinginannya agar stasi Mrican dalam waktu dekat dapat menjadi paroki dan

pada saat itu secara resmi mendirikan Pengurus Gereja dan Papa Miskin
13

(PGPM) di wilayah gereja St. Ignatius Mrican. Pada tahun yang sama, wakil

umat bertemu Provinsial S.J., Romo J. Darmaatmaja, S.J., kepada beliau

dikemukakan permohonan menggunakan kapel Sanata Dharma sebagai gereja

paroki (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

16).

Berdasarkan surat keputusan No. 002/II/1983, tanggal 1 Februaru 1983,

PGPM membentuk suatu susunan Panitia Persiapan Pendirian Paroki Mrican,

yang diketuai oleh Bapak A. Tutoyo. Sementara itu permohonan penggunaan

kapel Sanata Dharma sebaga i gereja paroki kepada Dewan Pengurus dan

Kurator Yayasan Sanata Dharma telah dikabulkan dengan surat keputusan No.

042/ AK/84, tanggal 25 Juni 1984. Pada tahun tersebut stasi Mrican untuk

pertama kalinya menyelenggarakan Sakramen Krisma (Tim Penyusun Buk u

Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).

Setelah menjabat romo stasi selama 6 (enam) tahun, pada tahun 1986

Romo F.A. Susilo, S.J. digantikan oleh Romo J. Madyasusanta, S.J. dan romo

Paroki Baciro digantikan oleh Romo Al. Wahyosudibya, Pr yang dibantu oleh

Romo P. Supriyanto, Pr. Pada tuhun tersebut terjadi pembagian wilayah yaitu

lingkungan Ambarukmo dimekarkan menjadi 2 (dua), wilayah di sisi selatan

Jalan Solo masuk Paroki Baciro dan wilayah utara Jalan Solo masuk stasi

Mrican, lalu berganti nama menjadi lingkungan Nologaten. Pada tahun 1987,

lingkungan Pringwulung yang semua menjadi bagian dari Paroki Banteng

bergabung menjadi warga umat stasi Mrican. Dengan penggabungan tersebut

stasi Mrican memiliki 11 lingkungan (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang

Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 16).


14

Pada 15 Mei 1989 dikeluarkan surat keputusan romo Paroki Baciro, Romo

Al. Wahyosudibya, Pr, No. 001/Rm.P/SK.P/DPGKRB/89, tentang pengangkatan

Panitian Pembangunan Gereja Mrican kedua, masa bakti 1989 sampai 1992.

Pada saat itu tanah yang akan digunakan untuk pembangunan gereja, panti

paroki, dan pastoran sudah tersedia di Pandean, Gandok, Condongcatur seluas

3.165 m2 (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung,

2007: 17).

Pada 15 Mei 1992, kepanitiaan Pembangunan Gereja Mrican berakhir,

akan tetapi tugas belum selesai. Maka pada 25 Juni 1993 dilakukan

pembentukan panitia dan pengurus yang baru dan dilantik pada 1 Juli 1993

dengan masa bakti sampai dengan 31 Desember 1996. Panitia pembangunan

yang baru ini kembali diketuai oleh Bapak J.B. Daliyo SH. Saat Bupati Dati II

Sleman dijabat oleh Bapak Drs. H. Arifin Ilyas, beliau menyarankan

memindahkan lokasi pembangunan gedung gereja. Maka lokasi pembangunan

gereja yang semula berlokasi di sebelah barat Sungai Gajah Wong, Pandean,

Gandok, Condongcatur ditukar dengan tanah kas desa Condongcatur yang

terletak di tepi Sungai Gajah Wong Pringwulung dengan pertimbangan bahwa

tanah tersebut lebih sesuai. Pada tanggal 23 Februari 1993 sertifikat tanah

pengganti diterima (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

Pringwulung, 2007: 17).

Pembangunan gereja, panti paroki, dan pastoran dimulai pada tanggal 10

April 1994. Pada saat itu penggembalaan umat stasi Mrican dilaksanakan

langsung di bawah koordinasi romo Paroki Baciro, Romo J.M. Harjoyo, Pr,

yang kemudian digantikan oleh Romo FX. Wiyono, Pr yang dibantu oleh Romo
15

S. Atas Wahyudi, Pr. Sejak 27 Desember 1996 status Stasi Mrican ditingkatkan

menjadi Paroki Administratif dengan pelindung St. Yohanes Rasul dan Romo S.

Atas Wahyudi, Pr sebagai romo Paroki Administratif. Nama Mrican pun

bergeser sesuai dengan nama dusun tempat gereja dibangun yaitu Pringwulung.

Pada tanggal 27 Desember 1997 gereja Paroki Administratif St. Yohanes

Pringwulung diresmikan, sekaligus penetapan dari paroki Administratif menjadi

paroki mandiri, dengan Romo S. Atas Wahyudi, Pr sebagai romo paroki (Tim

Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 17-18).

Pada tahun 1997 Paroki Pringwulung telah terbentuk, ada 11 lingkungan

yang termasuk dalam paroki ini yaitu Deresan, Karangasem, Kepuh, Kolombo,

Kuningan, Mrican, Nologaten, Pringgodani, Pringwulung I, Pringwulung II, dan

Samirono. Pada tahun 1998, Lingkungan Ngropoh yang semula bagian dari

Paroki Banteng bergabung dengan Paroki Pringwulung. Pada tahun 2000,

Romo Paulus Susanto, Pr ditugaskan oleh keuskupan untuk membantu

pelayanan umat di paroki tersebut. Sejak berdirinya Paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta sampai tahun 2008 ini ada beberapa romo yang

bertugas di paroki tersebut dan beberapa kali pergantian pastor paroki antara lain

Romo Bonifasius Benny Bambang Sumintarto, Pr., Romo FX. Sumantoro, Pr.,

Romo Yohanes Iswahyudi, Pr., dan pada tahun 2007 sampai sekarang Paroki St.

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta digembalakan oleh Romo Ignatius

Sukawalyana, Pr selaku romo kepala dan Romo Adolfus Suratmo Atmamartaya,

Pr (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).

Gereja Paroki Pringwulung menggunakan nama Santo Yohanes Rasul

sebagai nama pelindung paroki. Alasan umat memilih Santo Yohanes Rasul
16

sebagai pelindung Gereja ini antara lain bahwa Santo Yohanes adalah seorang

rasul yang mempunyai semboyan hidup: “Yesus adalah jalan, kebenaran, dan

hidup” (Yoh 14: 6). Santo Yohanes berusaha sekuat tenaga agar hidupnya bisa

dihayati dan dijiwai cinta kasih Kristus. Pengalaman dikasihi Allah (Yoh 13:23)

menjadikan pengalaman pribadi yang ditawarkan kepada semua orang. Santo

Yohanes Rasul memberikan teladan agar Gereja tetap mengikuti jalan Yesus

yang mengungkapkan cintakasih Allah dan menerima setiap orang sebagai

sahabat-sahabatnya (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

Pringwulung, 2007: 30).

2. Visi dan Misi Paroki

Paroki St. Yoha nes Rasul Pringwulung memiliki visi dan misi paroki

sebagai arah dan tujuan paroki agar menjadi seperti diharapkan oleh umat paroki

setempat. Visi dan misi Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung (Tim Penyusun

Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 3) dirumuskan

sebagai berikut:

Visi
Umat Allah Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung bercita-cita menjadi
murid Yesus yang setia mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan
rahmat Allah, menghayati, mengungkapkan, dan mewujudkan iman dalam
hidup menggereja dan hidup memasyarakat.

Misi
1. Menumbuh kembangkan iman dalam keluarga sebagai basis hidup
beriman.
2. Membangun dan mengembangkan paguyuban-paguyuban yang berciri
terbuka.
3. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pemberdayaan umat dan
masyarakat dengan mendayagunakan seluruh potensi dan aspirasi umat
secara terkoordinasi.
17

4. Menyelenggarakan pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan


dan pembinaan demi peningkatan kesejahteraan umat dan masyarakat
sekitar.
5. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada seluruh umat terutama
mereka yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir serta cacat.
6. Membangun habitus baru; mengangkat martabat pribadi manusia dan
melestarikan keutuhan ciptaan.

3. Situasi Geografis Paroki

Gereja Santo Yohanes Rasul Pringwulung sejak 27 Desember 1996 telah

berubah statusnya dari stasi Mrican menjadi Paroki Administratif dan menjadi

paroki mandiri. Paroki Santo Yohanes Rasul beralamatkan di Jalan Panuluh no.

377 A, Pringwulung, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sebelah barat bangunan

gereja berbatasan langsung dengan Sungai Gajah Wong, yang memebatasi

rumah penduduk dengan gereja, sebelah timur gereja merupakan tanah lapangan

kosong milik desa yang biasa digunakan oleh masyarakat sekitar untuk sepak

bola atau bola volley, akan tetapi bila hari besar seperti Natal dan Paskah

digunakan sebagai lahan parkir kendaraan umat. Bagian utara gereja merupakan

pemukiman penduduk dan terdapat juga Wisma keuskupan (Wisma Domus

Pacis). Adapun batas-batas wilayah Paroki Santo Yohanes Pringwulung

[Lampiran 5: (24)] adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Paroki Banteng dan Minomartani.

Sebelah timur : Paroki Baciro (stasi Babarsari).

Sebelah selatan : Paroki Baciro.

Sebelah barat : Paroki Kota Baru.

Jarak gereja Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung dengan jalan raya

(Jalan Afandi dahulu Jalan Gejayan) lebih kurang 300 meter. Dengan jarak yang
18

demikian bagi umat yang mempunyai kendaraan pribadi bukan menjadi kendala,

akan tetapi bagi umat yang tidak mempunyai kendaraan pribadi bukan hal yang

mudah. Karena bagi yang menggunakan kendaraan bus umum harus berjalan

kaki 10 sampai 15 menit untuk sampai ke gereja. Maka kadang ada umat yang

merasa keberatan untuk pergi ke gereja Pringwulung terutama bagi orang-orang

tua. Sebagai solusi dan alternatif lain mereka sebagian pergi ke gereja lain

seperti gereja Kota Baru, kapel Mrican, kapel Santa Anna, kapel Panti Rapih

dan biara Klaris yang lebih mudah di jangkau. [Lampiran 3:(15)].

4. Situasi Umat Paroki

Gereja Pringwulung sebagai paroki mandiri baru berusia beberapa tahun

dan dapat digolongkan sebagai paroki muda. Peningkatan dari Paroki

Administratif menjadi paroki mandiri sudah seharusnya diikuti dengan

mengetahui dan memperhitungkan keadaan lingkungan yang ada di paroki

tersebut. Hal tersebut dikarenakan paroki terbentuk karena adanya lingkungan-

lingkungan. Paroki St. Yohanes Pringwulung saat ini telah mempunyai 13

lingkungan. Nama-nama lingkungan yang ada di Paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta tersebut yakni [Lampiran 4: (23)]:

a. Lingkungan St. Albertus Magnus Deresan


b. Lingkungan St. Stephanus Kepuh
c. Lingkungan St. Philipus Kuningan
d. Lingkungan St. Stanislaus Karangasem
e. Lingkungan Brayat Minulyo Nologaten
f. Lingkungan Maria Carmel Kolombo
g. Lingkungan St. Yusup Mrican
h. Lingkungan Santa Perawan Maria Ngropoh
i. Lingkungan Emmanuel Pringgondani
j. Lingkungan St. Patricius Pringwulung I
k. Lingkungan Angela Merici Pringwulung II
19

l. Lingkungan St. Margareta Maria Alacoque Pringwulung III


m. Lingkungan St. Kristoforus Samirono.

Jumlah umat Katolik Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

secara keseluruhan berdasarkan statistik 31 Desember 2007 berjumlah 3.946

jiwa (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung, 2007:

22). Jumlah tersebut tidak termasuk mahasiswa/pelajar dan biarawan/biarawati

yang tinggal dan berdomisili di wilayah Paroki Pringwulung. Jumlah mahasiswa

yang berdomisili dan kos di wilayah Paroki Pringwulung lebih kurang 1.000

orang, hal tersebut didukung dengan banyaknya Universitas dan sekolah yang

berada di wilayah Paroki Pringwulung seperti Universitas Sanata Dharma,

Universitas Atma Jaya, Universitas Negeri Yogyakarta, AKS Tarakanita,

Akademi Pariwisata, Sekolah Tinggi Pertanian, Kolese De Brito, dan lain- lain.

Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung salah satu kekhasannya adalah

mempunya i banyak kaum muda baik yang asli maupun pendatang. Jumlah kaum

muda pendatang di paroki ini sangat banyak, hal ini disebabkan dengan adanya

universitas- universitas besar yang ada di sekitar paroki. Dengan adanya kaum

muda di Paroki Pringwulung ini tentu membawa warna yang khusus apalagi

mereka berasal dari berbagai daerah yang ada di belahan Nusantara ini.

Kehadiran kaum muda yang beraneka ragam dan beraneka budaya memberikan

kekayaan tersendiri bagi Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

Menanggapi hal ini paroki memberikan perhatian kepada kaum muda dengan

melibatkan dalam berbagai kegiatan. Salah satu bentuk perhatian paroki

terhadap kaum muda seperti paduan suara mudika dan misa inovatif dengan

gaya anak muda (Tim Penyusun Buku Kenangan Ula ng Tahun Paroki
20

Pringwulung, 2007: 22). Untuk tindakan lebih lanjut sampai saat ini pihak

paroki belum mempunyai kebijakan berkaitan dengan banyaknya kaum muda

yang kos di wilayah Paroki Pringwulung tetapi sudah menjadi sebuah wacana

dan pemikiran kedepan [Lampiran 3: (16)].

Kekhasan lain yang dimiliki oleh Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung

lainnya yaitu banyak komunitas imam biarawan biarawati yang berada di

wilayah paroki ini. Ada lebih kurang 27 komunitas religius baik imam, Bruder,

maupun komunitas suster (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki

Pringwulung, 2007: 73-78; bdk. KAS, 2008: 163-174) yakni sebagai berikut:

• Tarekat Suster Cinta Kasih Santo Boromeus (C.B.)

• Kongregasi Pengikut Yesus (C.I.J. = Congregatio Imitationis Jesu)

• Kongregasi Frater Santa Perawan Maria Bunda Berbelaskasih (C.M.M. =

Congregatio Fratrum Beatae Mariae Virginis Matris Misericoriae)

• Suster Pasionis Santo Paulus dari Salib (C.P.)

• Sahabat Setia Yesus (F.C.J. = Faithful Companis of Jesus)

• Putri Cintakasih Canossiana (F.d.C.C. = Figlie della Carita Canossiana)

• Putri Bunda Hati Kudus (P.B.H.K.)

• Kongregasi Fransiskus Misionaris Maria (F.M.M.)

• Fransiskanes Santa Elisabeth (F.S.E.)

• Frater Hamba- hamba Kristus (H.H.K.)

• Suster-suster Belaskasih dari Hati Kudus Yang Maha Kudus (H.K.)

• Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (K.S.F.L.)


21

• Ordo Saudara-saudara Hina Fransiskan (O.F.M. = Ordo Fratrum

Minorum)

• Ordo Santa Ursula (O.S.U.)

• Kongregasi Imam- imam Hati Kudus Yesus (S.C.J. = Congregatio

Sacerdotum a Sacro Corde Jesu)

• Serikat Jesus (S.J. = Societas Jesu)

• Kongregasi Suster Cintakasih dari Maria Bunda yang Berbelaskasih

(S.C.M.M. = Congregatio Sororum Caritatis a Nostra Domina Matre

Misericordiae)

• Suster Dina Santo Yosef (S.M.S.J. = Sorores Minores Sancti Josephi)

• Serikat Sabda Allah (S.V.D. = Societas Verbi Divini)

• Kongregasi Suster Fransiskus Dina (S.F.D. = Congregatie Zusters

Franciscanessen van Dongen)

• Wisma Imam Projo Keuskupan Ruteng

• Wisma Imam Projo Atambua

• Kongregasi Suster Cintakasih dari Yesus dan Maria Bunda Pertolongan

Baik (K.Y.M.)

• Kongregasi Suster Santa Perawan Maria (S.P.M. = Zusters van Onze Lieve

Vrouw)

• Ordo Suster Santa Klara (OSC = Ordo Sanctae Clarae)

• Kongregasi Suster Fransiskanes Sambas (K.F.S.)

• Wisma Imam Projo Keuskupan Agung Semarang “Domus Pacis”


22

Dengan banyaknya komunitas tarekat religius maupun imam yang berada

di Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung ini membawa warna tersendiri dalam

kehidupan menggereja umat setempat. Kehadiran komunitas religius dan imam

banyak membantu kegiatan rohani maupun kegiatan yang lain di Paroki

Pringwulung. Romo paroki menyadari bahwa selama ini kurang menyapa

komunitas-komunitas religius yang bedomisili di paroki Pringwulung. Untuk

kembali menjalin komunikasi dengan komunitas religius seperti yang pernah

diadakan oleh romo paroki sebelumnya, romo paroki mempunyai program untuk

mengadakan kunjungan dan menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas

religius yang berada di paroki Pringwulung. [Lampiran 3: (16-17)].

Sebagai usaha meningkatkan perkembangan iman, Paroki St. Yohanes

Rasul Pringwulung memberikan kesempatan kepada umat untuk membentuk

dan bergabung ke dalam kelompok komunitas-komunitas dan paguyuban-

paguyuban. Adapun kelompok komunitas dan paguyuban yang ada di Paroki

Pringwulung antara lain Putra-Putri Altar St. Dominicus Savio, mudika paroki,

paduan suara mudika paroki Cantemus, komunitas lektor St. Yohanes

Krisostomus, persekutuan doa karismatik, paguyuban kasepuhan Yuswa Adi,

paguyuban Santa Monika, paguyuban seni gerak badan pernafasan Cokro

Kembang Indonesia, dan komunitas Sant’Egidio. Beberapa komunitas dan

paguyuban yang ada tersebut (kemungkinan masih banyak lagi bentuk kegiatan

yang lain) sebagai wujud peran serta umat paroki dalam mengembangkan bakat

dan iman melalui berbagai kegiatan. Gereja juga membuka kemungkinan adanya

kegiatan umat demi pengembangan umat (Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang

Tahun Paroki Pringwulung, 2007: 18).


23

B. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus

Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Kepemimpinan dalam Gereja Vatikan II bukanlah kepemimpinan

hierarkis, tetapi kepemimpinan partisipatif. Seluruh umat terlibat dalam

membangun dan mengembangkan Gereja umat Allah. Seluruh umat dipanggil

untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja di tempat-tempat dan keadaan-

keadaan manapun yang menuntut keterlibatan seluruh umat. Kristus

menghendaki agar kesaksian dan pelayanan-Nya dilanjutkan oleh Gereja; maka

Kristus menganugerahkan tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus kepada

Gereja.

1. Gambaran Umum Dewan Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung

Kemajuan dan perkembangan suatu paroki tidak dapat lepas dari

peranserta anggota Gereja setempat. Demikian halnya yang terjadi dengan

Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta. Berkat usaha dan kerja

sama umat setempat, Paroki Pringwulung yang semula hanya sebuah stasi

akhirnya dapat menjadi paroki yang besar. Itulah yang menjadi kerinduan umat

stasi Mrican pada saat itu untuk mempunyai gereja paroki. Peran serta umat

begitu gigih untuk mendirikan suatu paroki seperti yang mereka harapkan. Akan

tetapi pembangunan suatu paroki tidak hanya berhenti dengan terwujudnya

suatu bangunan gereja akan tetapi juga memperhatikan pembangunan jemaat

setempat.

Kaum awam, dengan menerima Sakramen Permandian, Penguatan, dan

Ekaristi, mereka dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah. Melalui


24

panggilan tersebut kaum awam menyadari akan tugas perutusan mereka untuk

mewarakan Kristus melalui kekhasan hidup mereka yakni meresapi hidup

sehari- hari dalam setiap pekerjaan mereka dengan semangat Kristus (Sumarno

Ds., 2005: 3). Paus Yohanes Paulus II dalam anjuran apostolik Christi Fideles

Laici art. 7 me ngatakan sebagai berikut: kaum awam beriman memp unyai

peranan yang hakiki dan tidak tergantikan dalam pewartaan Injil ini dan dalam

kesaksian ini: melalui merekalah Gereja Kristus dihadirkan di dalam berbagai

sektor dunia, sebagai tanda dan sumber pengharapan serta kasih.

Kaum awam mempunyai peranan ya ng sangat penting dan tidak

tergantikan dalam karya pewartaan Injil dan kesaksian hidup di tengah dunia.

Salah satu wujud peranan kaum awam dalam Gereja yakni terlibat dalam

kepengurusan Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu wadah

peningkatan peranan kaum awam dalam perutusan Gereja (Sumarno Ds., 2005:

3). Menurut PDDP Keuskupan Agung Semarang Dewan Paroki merupakan:

persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam sebagai wakil

Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada) sebagai wakil umat

bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas

Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan (KAS, 2004:

15).

Keterlibatan sebagai pengurus Dewan Paroki, kaum awam bertindak

sebagai wakil umat, berperan sebagai pelayan umat bersama romo paroki dalam

tugas pengudusan, pewartaan, dan penggembalaan. Sebagai wakil umat maka

Dewan Paroki berfungsi sebagai badan konsultatif yang menampung suara dan

aspirasi umat, mengkoordinasikan hubungan dan interaksi yang hidup antara


25

imam dan umat, sehingga peranan kaum awam tampak dalam dinamika paroki

(KHK, kan. 536). Dewan Paroki sebagai organ tanggung jawab bersama atas

kehidupan dan kesaksian Kristus yang diwujudkan melalui ibadat, pewartaan,

karya misioner, amal, pendidikan, kerasulan umum, dan khususnya diantara

muda-mudi. Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting

dalam perkembangan suatu paroki.

Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

dalam pelaksanaannya sesuai dengan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan

Agung Semarang tahun 2004. Pelaksanaan dan semua penyelenggaraan tata

penggembalaan Dewan Paroki senantiasa menyesuaikan dan menyelaraskan

dengan PDDP yang telah disusun oleh keuskupan setempat yakni Keuskupan

Agung Semarang. Sebagai paroki muda, Paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung,

terus menerus berusaha meningkatkan dan mengembangkan tata penggembalaan

Dewan Paroki agar dapat semakin sesuai dengan perkembangan zaman dan

perkembangan umat. Sebagai salah satu usaha yang nyata dalam mengusahakan

peningkatan dan pengembangan umat Dewan Paroki sedang menyusun

Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP).

Dewan Paroki sebagai wadah peningkatan peranan kaum awam dalam

perutusan Gereja dan badan konsultatif (Sumarno Ds., 2005: 3). Dewan Paroki

Pringwulung memiliki beberapa bidang antara lain Bidang Liturgi dan

Peribadatan, Bidang Pewartaan, Bidang Paguyuban dan Persaudaraan, Bidang

Pelayanan Kemasyarakatan, Bidang Fasilitas dan Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

Bidang Liturgi dan Peribadatan meliputi tim kerja Prodiakon, tim kerja

Lektor, tim kerja Putra altar dan Koor Bosco, tim kerja Koor Dirigen dan
26

Organis, tim kerja Pemazmur, tim kerja Paramenta, tim kerja Misa Harian, dan

tim kerja Tatalaksana Mingguan. Bidang Pewartaan meliputi tim kerja PIA, tim

kerja PIR, tim kerja PIU, tim kerja Katekis, dan tim kerja Kitab Suci. Bidang

Paguyuban dan Persaudaran meliputi tim kerja PD St. Monica, tim kerja

Paguyuban Remaja, tim kerja Cendikiawan, tim kerja Mariage Encounter, tim

kerja Ibu- ibu Paroki, tim kerja Kasepuhan, tim kerja Mudika, tim kerja

Kebatinan, tim kerja Karismatik, dan tim kerja Worosemedi. Bidang Pelayanan

Kemasyarakatan meliputi tim kerja Pendidikan, tim kerja Kesehatan, tim kerja

Pengembangan SOSEK, tim kerja Bina Arta, tim kerja TCK, tim kerja Komsos,

tim kerja Pangurtiloyo, tim kerja HAK, dan tim kerja Kerasulan Awam. Bidang

Fasilitas dan Litbang meliputi tim kerja Rumah Tangga Pasturan, tim kerja

Pembangunan, tim kerja Rumah Tangga Gereja, Keamanan dan Perparkiran, tim

kerja Listrik dan Sound System, tim kerja Wisma Paroki dan Prasarana

Lingkungan, tim kerja Kekaryawanan, tim kerja Inventarisasi, dan tim kerja

Litbang [Lampiran 4: (21-23)].

Pembentukan bidang pelayanan dan tim kerja Dewan Paroki Pringwulung

bertujuan agar pelayanan dan pengembangan umat dapat lebih maksimal serta

sesuai dengan kebutuhan umat setempat. Dengan pelayanan yang lebih

maksimal dan menjangkau seluruh kehidupan umat sehingga diharapkan umat

paroki dapat semakin berkembang dalam berbagai segi kehidupan. Untuk

semakin meningkatkan pelayanan dalam karya penggembalaan umat, pengurus

Dewan Paroki terutama Dewan Harian, mengadakan pertemuan satu bulan

sekali pada hari Kamis minggu ke dua dalam bulan dan PKL (Paguyuban Ketua

Lingkungan) mengadakan pertemuan satu bulan sekali pada hari Kamis minggu
27

ke tiga dalam bulan. Pertemuan tim- tim kerja dalam PD diatur oleh koordinator

tim kerja masing- masing.

2. Pemahaman Anggota Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan Gereja

Untuk mengetahui seberapa besar pemahaman anggota Dewan Paroki

terhadap kerasulan Gereja maka penulis melakukan penelitian dengan

melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner tertutup. Penelitian ditujukan

kepada seluruh pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki yang mejadi

sasaran penelitian antara lain anggota Dewan Harian, para pamong lingkungan,

dan koordinator tim kerja Dewan Paroki. Berdasarkan hasil penelitian melalui

kuesioner tertutup yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sebagai

anggota Dewan Paroki sudah cukup memahami karya kerasulan Gereja. Karya

kerasulan Gereja dipahami sebagai semua bentuk kegiatan-kegiatan baik yang

bersifat rohani maupun duniawi yang dilakukan umat Allah yang mengarah pada

tujuan Gereja. Tujuan Gereja yang dimaksudkan adalah karya keselamatan

Allah kepada manusia dan kesatuan dengan Allah. Melalui berbagai kegiatan

yang bersifat rohani maupun duniawi karya kerasulan Gereja bertujuan

penginjilan, pengudusan, dan memperbaharui tatanan dunia secara kris tiani

[Lampiran 2: (8)].

Karya kerasulan Gereja menuntut keterlibatan umat dalam karya

pewartaan karya keselamatan Allah. Karya kerasulan menuntut semua anggota

Gereja tanpa terkecuali untuk terlibat aktif sesuai dengan situasi hidup masing-

masing. Karya kerasulan Gereja tidak terbatas pada bidang-bidang tertentu tetapi

mencakup semua bidang. Karya kerasulan bertujuan untuk mewartakan nilai-


28

nilai kristiani dimana pun mereka berada sesuai dengan kemampuan dan profesi

masing- masing. Setiap anggota Gereja secara hakiki dipanggil untuk melakukan

karya kerasulan karena telah menerima Sakramen Permandian, Sakramen

Krisma, dan Sakramen Ekaristi. Maka dapat dikatakan bahwa yang menjadi

dasar panggilan karya kerasulan Gereja adalah dasar sakramen. Selain itu karya

kerasulan juga mempunyai dasar kristologis yakni bahwa Kristus memanggil

semua umat beriman untuk mewartakan karya keselamatan [Lampiran 2: (8-9)].

Karya kerasulan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

kehidupan dan perkembangan Gereja. Dengan turut serta dalam karya kerasulan

berarti ikut mengambil bagian dalam memberikan pelayanan kepada umat dalam

seluruh bidang kehidupan. Selain peran pelayanan umat seluruh bidang

kehidupan, karya kerasulan juga mempunyai peran turut mengambil bagian

dalam pengembangan iman umat serta membantu imam dalam tugas

penggembalaan umat. Karya kerasulan Gereja mencakup bidang-bidang yang

sangat luas dan mencakup keseluruhan hidup umat Allah yakni bidang rohani,

bidang moral, dan bidang sosial. Bidang rohani berarti mengembangkan iman

umat yang berkaitan dengan liturgi, peribadatan, dan pendalaman iman. Bidang

moral menyangkut perkembangan kepribadian, tingkahlaku, budipekerti, dan

sopan santun dalam masyarakat. Sedangkan bidang sosial berkaitan dengan

kesejahteraan umat, perhatian kepada kaum lemah, miskin, dan terlantar

[Lampiran 2: (9)].

Ciri khas karya kerasulan yakni melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali

dan karya kerasulan mencakup seluruh bidang kehidupan manusia. Karya

kerasulan melibatkan seluruh umat tanpa terkecuali berarti menyangkut seluruh


29

usia. Bagi pengurus Dewan Paroki yang menjadi spiritualitas dalam

melaksanakan karya kerasulan Gereja yaitu karena panggilan Kristus untuk

mewartakan karya kerasulan. Selain itu mereka sebagai warga Gereja menyadari

akan pentingnya peranan kaum awam dalam kehidupan menggereja maka

mereka merasa mempunyai tanggung jawab untuk terlibat dalam kehidupan

menggereja [Lampiran 2: (9)].

Karya kerasulan Gereja masih sangat relefan pada zaman ini karena umat

senantiasa membutuhkan pewartaan dan pendampingan agar hidupnya

senantia sa terarah pada Kristus. Mengingat karya kerasulan mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupan menggereja maka membutuhkan

pendampingan dan pembinaan karya kerasulan. Pembinaan karya kerasulan

dimaksudkan agar dalam melaksanakan kerasulan benar-benar mengena pada

sasaran dan kebutuhan umat setempat. Adapun bidang-bidang yang dibutuhkan

dalam pembinaan karya kerasulan yakni bidang pembinaan rohani, bidang

pembinaan pengetahuan teologis, serta bidang pembinaan manusiawi [Lampiran

2: (9-10)].

3. Pemahaman Anggota Dewan Paroki Pringwulung tentang Makna Dewan

Paroki

Berdasarkan hasil yang diperoleh melalui kuesioner tertutup yang

ditujukan kepada pengurus Dewan Paroki, sebagai pegurus Dewan Paroki

sebagian besar telah memahami apa itu Dewan Paroki dan tugas-tugasnya.

Berdasarkan pendapat mereka (pengurus Dewan Paroki) pengertian Dewan

Paroki adalah persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari imam
30

sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (bila ada)

sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk

terlibat dalam tritugas Kristus, yakni menguduskan, mewartakan, dan

menggembalakan. Para pengurus Dewan Paroki memahami pengertian Dewan

Paroki berdasarkan PDDP KAS 2004. Berdasarkan pengertian tersebut maka

Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang terdiri dari imam,

biarawan/biarawati dan wakil umat yang melaksanakan tugas tritugas Kristus

[Lampiran 2: (10)].

Sebagai pengurus Dewan paroki mereka sangat memahami apa yang

menjadi tujuan Dewan Paroki. Tujua n Dewan Paroki adalah sebagai berikut:

- Menyelenggarakan tata penggembalaan dengan melibatkan dan

mengembangkan serta memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan karya

paroki.

- Membangun kerja sama dengan siapa pun yang berkehendak baik dalam

hubungan antar agama dan kepercayaan.

- Mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam masyarakat yang majemuk,

dan memperhatikan kaum lemah, miskin, dan terlantar.

Selain memahami tujuan Dewan Paroki mereka juga sebagian besar sudah

memahami apa yang menjadi fungsi Dewan Paroki. Adapun fungsi Dewan

Paroki adalah sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh

umat dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja [Lampiran 2:

(10-11)].

Berdasarkan PDDP KAS tahun 2004 pengurus Dewan Paroki St. Yohanes

Rasul Pringwulung sebagian besar telah memahami apa yang menjadi


31

wewenang Dewan Paroki. Wewenang Dewan Paroki menurut pemahaman

mereka yakni mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam kesatuan

dengan arah pastoral keuskupan. Dewan Paroki selain mempunyai wewenang

juga mempunyai tanggung jawab. Tanggung jawab Dewan Paroki berdasarkan

pemahaman pengurus Dewan Paroki Pringwulung adalah bertanggung jawab

atas pelaksanaan keputusan kepada umat paroki dan Uskup. Selain memiliki

wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki juga mempunyai tugas umum

yang diemban oleh pengurus Dewan Paroki. Adapun tugas-tugas yang harus

dilaksanakan sebagai pengurus Dewan Paroki menurut pendapat mereka adalah

sebagai berikut: menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan

dalam terang iman Dewan Paroki bertugas memutuskan,

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa pastoral paroki yang

meliputi bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan, pelayanan kemasyarakatan,

serta paguyuban dan organisasi [Lampiran 2: (11)].

Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan

Paroki. Walaupun semua anggota Gereja mempunyai hak menjadi pengurus

Dewan Paroki tentu harus memenuhi syarat dan kriteria yang telah ditentukan

baik yang berasal dari paroki yang bersangkutan maupun yang berasal dari

keuskupan. Persyaratan atau kriteria ideal untuk menjadi anggota Dewan Paroki

yakni aktif dalam kegiatan menggereja, bersemangat hidup menggereja dan

bersedia melayani umat, mempunyai nama baik, diterima oleh umat, mempunyai

kemampuan bekerjasama dan bermasyarakat, serta rajin mengikuti perayaan

Ekaristi. Menjadi pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya juga mempunyai


32

semangat untuk melayani, kerjasama, dan penggembalaan umat [Lampiran 2:

(11-12)].

Sebagai anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk

mengembangkan umat paroki melalui tugas pelayanan, pewartaan, dan

penggembalaan. Atas kesadaran tersebut banyak umat yang terlibat dalam

berbagai kegiatan dan persekutuan dalam paroki. Sebagai salah satu bentuk

keterlibatan mereka adalah menjadi pengurus Dewan Paroki. Berbagai alasan

yang mendasari umat Allah mau terlibat dalam kepengurusan Dewan Paroki

antara lain sebagai anggota merasa mempunyai kewajiban untuk

mengembangkan umat, mempunyai semangat untuk melayani dan turut serta

dalam tugas penggembalaan umat, serta ingin menyumbangkan apa yang

dimiliki untuk mengembangkan umat [Lampiran 2: (12)].

Semua anggota Gereja mempunyai hak untuk menjadi pengurus Dewan

Paroki akan tetapi tidak sedikit orang yang merasa keberatan duduk di dalam

kepengurusan DP. Dewan Paroki menurut padangan beberapa orang sebagai

kedudukan yang tinggi maka harus mempunyai kemampuan yang lebih dan

berasal dari kalangan kaum terpelajar. Salah satu alasan yang yang

memberatkan seseorang untuk menjadi pengurus Dewan Paroki yakni merasa

kurang mampu dan kurang pantas menjadi pengurus DP karena masih banyak

orang yang mempunyai kemampuan dan lebih pantas, lalu juga kesibukan kerja

karena masih terikat dan aktif dalam pekerjaan. Akan tetapi setelah terlibat di

dalam kepengurusan DP banyak keuntungan yang bisa diterima oleh mereka.

Pengurus DP selama menjabat dalam kepengurusan DP mereka dapat belajar

banyak dalam hal berorganisasi dalam Gereja, dapat membangun kerjasama


33

antar pengurus, dapat mengembangkan pelayanan dan kepedulian kepada

sesama, selain itu juga semakin memperteguh iman. Sebagai pengurus DP

mereka tidak pernah merasa rugi baik dalam hal materi maupun yang lain

[Lampiran 2: (12)].

4. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja sebagai

Pengurus Dewan Paroki

Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang melaksanakan tugas

perutusan dan panggilan untuk terlibat di dalam tritugas Kristus yakni

menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Maka DP sebagai salah satu

perwujudan karya kerasulan Gereja karena selaras dengan tujuan karya

kerasulan. Bahkan dapat dikatakan bahwa DP perwujudan utuh karya kerasulan

karena DP melayani semua bidang, baik bidang rohani maupun pelayanan

kemasyarakatan secara luas [Lampiran 2: (12-13)].

Sebagai pengurus DP, selain melaksanakan tugas-tugas sebagai pengurus

DP, mereka juga senantiasa terbuka dalam keterlibatan-keterlibatan lain di

dalam hidup menggereja maupun di dalam masyarakat. Keterlibatan di dalam

masyarakat menjadi kesempatan untuk melakukan kegiatan pewartaan dengan

menanamkan nilai- nilai kristiani di dalam masyarakat. Melalui keterbukaan

tersebut pengurus Dewan Paroki mempunyai keterlibatan yang sangat besar

dalam karya kerasulan Gereja. Sebagai pengurus DP banyak karya yang dapat

dilakukan kebagai perwujudan karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (13)].

Keberadaan Dewan Paroki menurut pengurus DP St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta mempunyai peranan yang sangat besar dalam karya


34

kerasulan Gereja. Menurut pendapat mereka Dewan Paroki mempunyai peran

yang sangat besar dalam karya kerasulan, karena turut mengembangkan iman

umat dan mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat. Selain itu ada

yang berpendapat bahwa Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar

dalam karya kerasulan, karena DP bertujuan mengembangkan iman umat dan

terbuka membangun kerjasama dengan agama lain serta memperhatikan kaum

miskin, lemah, dan terlantar [Lampiran 2: (13)].

Dewan Paroki sebagai salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan

Gereja oleh pengurus DP dipahami sebagai:

1. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

bertujuan menyelenggarakan tata penggembalaan umat paroki dalam

berbagai bidang kehidupan.

2. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan karya kerasulan Gereja.

3. Salah satu wujud pelaksanaan karya kerasulan Gereja karena Dewan Paroki

turut melaksanakan tugas-tugas kerasulan Gereja.

Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki sangat disadari bahwa

menjadi pengurus Dewan Paroki berarti turut mewujudkan dan mengambil

bagian dalam karya kerasulan Gereja [Lampiran 2: (14)].

C. Rangkuman Permasalahan-permasalahan Pokok dalam Keterlibatan

Kaum Awam di Paroki St. Yohane s Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Setiap paroki, dalam usaha memajukan dan mengembangkan diri, tentu

menghadapi permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi. Sebagai Gembala


35

dan anggota Gereja mempunyai tanggung jawab untuk melihat secara kritis dan

bijaksana permasalahan-permasalahan yang ada sehingga mampu

menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Berdasarkan hasil yang

diperoleh melalui kuesioner tertutup dan wawancara penulis menemukan

beberapa masalah pokok berkait an dengan keterlibatan kaum awam dalam

kerasulan Gereja, keterlibatan kaum awam dalam kepengurusan Dewan Paroki,

pemahaman pengurus Dewan Paroki terhadap tugas-tugasnya, dan keterlibatan

pengurus Dewan Paroki terhadap karya kerasulan Gereja.

1. Keterlibatan Kaum Awam dalam Karya Kerasulan Gereja

Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta saat ini masih berusia

lebih kurang 10 tahun. Dengan usia tersebut dapat digolongkan sebagai paroki

muda. Sebagai paroki muda mereka (umat Allah) masih berusaha mencari

bentuk yang sesuai dengan situasi setempat agar dapat berkembang sesuai

dengan apa yang diharapkan. Suatu paroki yang masih muda tentu situasi umat

sangat berbeda dibandingkan dengan paroki-paroki yang lain seperti paroki-

paroki yang ada di sekitar Yogyakarta ini [Lampiran 3: (17)].

Paroki Pringwulung sebagai paroki muda terus menerus mengusahakan

perkembangan dalam berbagai hal salah satunya pembangunan jemaat. Dalam

usaha pembangunan jemaat tentu tidak cukup hanya dilakukan oleh gembalanya

saja akan tetapi membutuhkan keterlibatan umat. Menurut beberapa pengamatan

baik dari imam maupun umat setempat, situasi umat Paroki Pringwulung masih

ada yang memiliki mentalitas biasa dilayani. Sebagai gembala umat, romo

paroki, sangat mengharapkan keterlibatan umat dalam pembangunan jemaat,


36

karya-karya paroki, dan mampu merubah mentalitas dilayani menjadi melayani.

Gembala, dalam hal ini imam, sangat menghargai umat yang menyediakan diri

menjadi aktivis-aktivis paroki. Bagi imam pertama-tama bukan mencari yang

terbaik tetapi mencari orang yang mempunyai kerelaan untuk terlibat aktif

[Lampiran 3: (17)].

Alasan lain kurang terlibatnya sebagian umat adalah bahwa mereka banyak

yang pendatang atau baru bergabung dengan Paroki Pringwulung. Karena

mereka masih baru tidak jarang hati mereka masih berada di paroki yang lama

sehingga loyalitas terhadap paroki baru (Paroki Pringwulung) belum

sepenuhnya. Sebagai akibat loyalitas yang belum sepenuhnya tersebut umat

kurang terlibat aktif dalam turut serta membangun paroki. Akan tetapi sebagain

umat sudah mulai ada usaha untuk terlibat aktif dalam berbagai karya paroki

yang sesuai dengan bidang dan keahlian mereka [Lampiran 3: (17)].

Sebagai umat paroki bila dilihat secara keseluruhan umat sudah mulai

terlibat aktif dalam karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan Gereja mempunyai

makna dan memberikan jangkauan yang sangat luas sehingga terbuka bagi

seluruh umat. Umat dapat terlibat dalam karya kerasulan Gereja sesuai dengan

kemampuan dan situasi hidup masing- masing baik dalam Gereja maupun dalam

masyarakat umum melalui kesaksian hidup [Lampiran 3: (17)].

2. Keterlibatan Kaum Awam dalam Kepengurusan Dewan Paroki

Menjadi umat dalam suatu paroki tentu berkewajiban dan mempunyai

tanggung jawab untuk membangun dan mengembangkan paroki mereka masing-

masing. Bentuk-bentuk ketelibatan umat dalam suatu paroki dapat beraneka


37

ragam sesuai dengan keahlian dan kemampuan masing- masing serta sesuai

dengan situasi hidup masing- masing. Salah satu bentuk keterlibatan dalam

pembangunan jemaat dan paroki adalah kesiapsediaan menjadi pengurus Dewan

Paroki.

Keterlibatan kaum awam dalam karya penggembalaan umat sebagai

pengurus Dewan Paroki sangat dibutuhkan bagi perkembangan dan kemajuan

sebuah paroki dalam berbagai bidang yang sangat luas. Mengingat pentingnya

keberadaan pengurus Dewan Paroki maka dibutuhkan totalitas dan kerelaan dari

dalam diri untuk terlibat dalam kepengurusan tersebut. Sejauh ini tidak

mengalami kesulitan yang berarti dalam pemilihan pengurus Dewan Paroki dan

anggota-anggotanya [Lampiran 3: (17-18)].

Keterlibatan di dalam kepengurusan Dewan Paroki bukan tugas yang

ringan karena memegang tanggung jawab yang besar sehingga banyak alasan

umat untuk bersedia ataupun menolak untuk terlibat dalam kepengurusan

tersebut. Kaum awam menyadari akan peranan dan tanggung jawab dalam

pembangunan jemaat maka menyediakan diri untuk terlibat didalam

kepengurusan Dewan Paroki. Kaum awam yang menolak atau tidak bersedia

menjadi pengurus Dewan Paroki dikarenakan mereka merasa sibuk dan masih

aktif sebagai pegawai, ada sebagian umat yang merasa tidak pantas atau tidak

mampu [Lampiran 3: (17-18)].

3. Pemahaman Pengurus Dewan Paroki terhadap Tugas-tugasnya

Sebagai pengurus Dewan Paroki setidak-tidaknya sudah memahami apa

yang menjadi tugas-tugas mereka. Agar memahami tugas dan peranannya


38

pengurus Dewan Paroki hendaknya memahami Pedoman Dasar Dewan Paroki.

Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS tahun 2004 sebagai patokan umum Dewan

Paroki mengingat Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki Pringwulung belum

selesai disusun (sedang dalam proses penyelesaian) [Lampiran 3: (18-19)].

Tugas-tugas yang diemban oleh pegurus Dewan Paroki sebagian besar

telah dipahami oleh mereka terutama bagi Dewan Harian dan pamong

lingkungan. Hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai jadwal pertemuan

bulanan untuk rapat dan membicarakan banyak hal berkaitan dengan tugas-tugas

dan lain- lain. Bagaimana dengan tim kerja dan anggotanya dalam penghayatan

tugas-tugas mereka? Situasi setiap anggota beragam dalam penghayatan tugas-

tugas mereka. Sebagian besar anggota sudah memahami apa yang menjadi tugas

mereka, akan tetapi ada yang tidak tahu sama sekali, ada yang tahu tetapi tidak

mampu melaksanakan, tetapi ada juga yang tidak tahu tetapi mempunyai

kemampuan untuk melaksanakan [Lampiran 3: (18-19)].

Dewan Paroki merupakan team work maka semua tugas dilaksanakan

bersama-sama dan satu dengan yang lain saling melengkapi dan saling mengisi

sehingga semua tugas-tugas dapat ditangani bersama anggota tim. Setiap

anggota secara pribadi juga berusaha untuk tahu dan melakukan apa yang

menjadi tugas mereka sebagai anggota Dewan Paroki. Usaha lain yang

dilakukan yaitu ketua bidang atau koordinator tim kerja mengumpulkan

anggotanya pada saat-saat tertentu atau pada saat mereka dibutuhkan. Pertemuan

yang diadakan menjadi kesempatan untuk melakukan pembinaan dan

pembekalan kepada anggotanya [Lampiran 3: (18-19)].


39

4. Keterlibatan Pengurus Dewan Paroki terhadap Karya Kerasulan

Gereja

Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS 2004 menjelaskan dengan rinci

syarat-syarat keanggotaan Dewan Paroki. Persyaratan tersebut antara lain aktif

dalam lingkungan atau kelompok kategorial, bersemangat hidup menggereja

dengan bersedia melayani umat, mempunyai nama baik di tengah umat dan

masyarakat, diterima oleh umat, mempunyai kemampuan bekerjasama dan

bermusyawarah, dan rajin mengikuti Perayaan Ekaristi atau ibadat hari Minggu

(KAS, 2004: 33). Persyaratan tersebut sudah jelas bahwa sebagai pengurus

Dewan Paroki sekurang-kurangnya aktif dalam kegiatan-kegiatan lingkungan

[Lampir an 3: (19)].

Persyaratan keanggotaan pengurus Dewan Paroki yang ada tersebut

menjadikan penggerak bagi anggota Dewan Paroki untuk terlibat aktif dalam

berbagai keterlibatan dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Melalui

keterlibatan tersebut dapat diketahui bahwa anggota Dewan Paroki sudah turut

mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja. Akan tetapi di sisi lain ada

kesan bahwa dalam tubuh Dewan Paroki kurang mempunyai greget atau

gregetnya belum terasa, sehingga kegiatan-kegiatan yang diadakan juga kurang

kreatif [Lampiran 3: (19-20)].


40

BAB III

KERASULAN KAUM AWAM DALAM KARYA KERASULAN GEREJA

SEBAGAI DEWAN PAROKI

Konsili Vatikan II, yang diselenggarakan pada tahun 1962-1965,

merupakan salah satu tonggak sejarah bagi Gereja dalam memasuki era baru.

Melalui Konsili Vatikan II Gereja mulai membuka pintu dan jendela lebar- lebar

sehingga dapat melihat dunia secara lebih luas. Begitu juga sebaliknya, Gereja

menerima masukan dari dunia. Maka Konsili Vatikan II mengadakan

penyegaran dan pembaharuan dala m Gereja. Salah satu penyegaran dan

pembaharuan yang dihasilkan oleh Konsili Vatian II adalah dekrit tentang

Kerasulan Awam (Apostolicam Actuositatem ). Dekrit yang dihasilkan oleh

Konsili Vatikan II ini berisikan ajaran Gereja tentang kaum awam dalam tugas

sebagai pewarta kabar gembira.

A. Identitas Kaum Awam

Awam mempunyai makna dan arti berbeda, tergantung dari konteks orang

memandang awam. Karena kata “awam” mempunyai makna yang luas dan

berbeda maka perlu adanya pembahasan identitas kaum awam. Pembahasan

tentang identitas kaum awam ini untuk semakin memperjelas siapakah kaum

awam baik secara umum maupun kaum awam dalam Gereja. Pembahasan

tentang identitas kaum awam menguraikan tentang pengertian awam secara

umum dan pengertian awam dalam Gereja.


41

1. Pengertian Awam Secara Umum

Awam, menurut kata sifat, berarti ‘umum’, ‘kebanyakan’, ‘biasa’, dan

‘tidak istimewa’. Sedangkan menurut kata bendanya, awam adalah

‘kebanyakan’, ‘orang biasa’, ‘bukan ahli’, ‘bukan rohaniwan’, dan ‘bukan

militer’ (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 57). Dari

pengertian menurut kata sifatnya, identitas awam dapat digolongkan sebagai

orang yang bukan termasuk dalam kelompok tertentu, yang diakui masyarakat,

dan memiliki kema mpuan khusus dalam bidangnya. Dengan kata lain, awam

menunjuk pada pribadi di luar kelompok masyarakat yang memiliki keahlian

khusus. Mereka disebut sebagai orang biasa dan bukan ahli.

Menurut arti katanya “awam” yang digunakan dalam bahasa Indonesia

berasal dari bahasa Arab al-‘awamm (jamak: ‘amma) yang berarti ‘orang

kebanyakan’, ‘rakyat jelata’, ‘umum’. Dalam konteks yang asli ini, al-‘awamm

dipertentangkan dengan kata khass (jamak: khusus), yang berarti ‘istimewa’,

‘terdidik’, ‘berilmu banyak’, dan ‘pandai’ (Budi Kleden, 2006: vii).

2. Pengertian Awa m dalam Gereja

Awam dalam kehidupan menggereja biasanya sering diartikan secara

negatif. Awam sering diartikan mereka yang bukan termasuk golongan imam

(klerus), bukan termasuk golongan biarawan/biarawati, dan yang tidak di

tahbiskan. Arti seperti inilah yang hidup dalam bahasa sehari- hari apabila

seseorang berbicara mengenai kata “awam” (Heuken, 1996: 144). Istilah awam

menurut Konsili Vatikan II dijelaskan sebagai “semua orang beriman kristiani

kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau status religius yang diakui
42

dalam Gereja” (LG, art. 31). Pengertian tentang awam dipertegas oleh A.

Heuken (1996: 144-145), sebagai berikut:

Semua orang beriman kristiani, selain anggota-anggota yang menerima


tahbisan suci dan mereka yang termasuk kaum rohaniwan yang diakui
Gereja; yakni semua orang beriman yang dibangun dengan Kristus oleh
Pembaptisan, dijadikan anggota umat Allah dan dengan caranya sendiri
mengambil bagian dalam jabatan sebagai imam, nabi, dan raja. Sesuai
dengan kedudukan masing- masing, mereka menjalankan pengutusan
seluruh umat kristiani baik dala m Gereja maupun dalam dunia. Ciri
keduniaan adalah khas dan khusus bagi kaum awam.

Kata awam berasal dari kata Yunani, “laikos”, yang berarti ‘orang’ atau

‘bangsa’. Di dalam kitab suci terjemahan Yunani (septuaginta) kata “laikos”

menunjuk orang atau bangsa pilihan, yang membedakan mereka dari bangsa-

bangsa kafir dan asing. Menurut pengertian tersebut kaum awam menunjuk pada

orang atau bangsa baru yang percaya pada Yesus Kristus, dipersatukan dengan-

Nya melalui Pembaptisan (Tondowidjojo, 1990: 17). Awam yang dipergunakan

dalam Perjanjian Baru erat hubungannya dengan istilah “apostolos” artinya yang

diutus. Kata “apostolos” dalam Perjanjian Baru lebih dekat dengan arti awam

dalam lingkup Gereja.

B. Kerasulan Gereja

Gereja, yang juga dikenal dengan istilah kaum beriman kristiani, dipanggil

untuk mewartakan dan menyebarkan kerajaan Allah serta mewartakan karya

keselamatan Allah kepada semua orang. Yesus bersabda pada murid-murid-Nya:

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka

dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan

segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20a). Dari


43

kutipan Injil Matius tersebut, semakin jelas bahwa sebagai murid- murid Yesus

mendapat tugas perutusan dan pewartaan kepada semua orang agar menerima

Yesus Kristus dan meneladan ajaran-Nya.

Konsili Vatikan II dalam AA artikel 6 (enam) memberikan gambaran

tentang kerasulan sebagai berikut: Gereja dilahirkan untuk mewartakan kerajaan

Kristus ke seluruh bangsa manusia demi kemuliaan Allah Bapa. Dengan

demikian semua anggota Gereja turut mengambil bagian dalam karya penebusan

yang menyelamatkan dan melalui mereka seluruh dunia benar-benar diarahkan

kepada Kristus. Semua usaha Tubuh Mistik yang mempunyai tujuan ini

dinamakan kerasulan (Tondowidjojo, 1990: 15). Kerasulan dijalankan oleh

Gereja melalui anggotanya yakni umat Allah “diwajibkan memumaikan

kerasulan Gereja yang fundamental yakni evangelisasi” (CFL art. 51). Gereja

menjalankan kerasulan dengan cara mereka masing- masing sesuai dengan

profesi dan bidangnya, serta kemampuan yang mereka miliki. Seperti dalam

kesatuan badan yang hidup, setiap anggota tubuh mempunyai peran dan tugas

masing- masing sesuai dengan fungsinya. Santo Paulus dalam suratnya

mengatakan: “Dari padaNya-lah seluruh tubuh ----- yang rapih tersusun dan diikat

menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan

tiap-tiap anggota ------ menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam

kasih” (Ef 4:16).

Dalam Apostolicam Actuositatem terutama pada artikel 2 (dua), kata

“kerasulan” diberi pengertian yang sangat luas dan menyeluruh. Kerasulan

mencakup setiap kegiatan apapun bentuknya dan kegiatan tersebut menga rah

pada tujuan Gereja. Kerasulan, ditegaskan oleh Tondowidjojo (1990: 16) dalam
44

tulisannya yang mengutip dari dokumen Gereja tentang kerasulan awam

mengatakan:

Kerasulan dikatakan sebagai berikut: awam siapapun, yang dihimpun


dalam umat Allah dan disejajarkan dalam satu Tubuh Kristus di bawah
satu kepala, sebagai anggota yang hidup, dipanggil untuk menyumbangkan
seluruh tenaganya, yang diterima karena kemurahan Pencipta dan Rahmat
Juru Selamat, bagi pengembangan dan perutusan Gereja yang
berkesinambungan. Maka kerasulan awam adalah peran serta dalam
perutusan penyelamatan Gereja. Untuk kerasulan ini semua orang
ditugaskan Tuhan sendiri, lewat Permandian dan Penguatan.

Kerasulan mencakup arti yang sangat luas yakni segala kegiatan yang

bersifat gerejani dan sesuai dengan tujuan Gereja. Semua tugas dan kegiatan

pewartaan akan Kerajaan Allah dan karya keselamatan yang terjadi dalam diri

Yesus Kristus disebut sebagai kerasulan. Kerasulan dilaksanakan oleh Gereja

melalui semua anggotanya, dengan berbagai cara sesuai dengan kekhasan hidup

mereka masing- masing. Para rasul serta para pengganti-penggantinya, dipanggil

oleh Kristus untuk diserahi tugas mengajar, memimpin, dan menyucikan atas

nama dan kuasa-Nya (AA, art. 2). Berkat Sakramen Pembaptisan dan Sakramen

Penguatan, umat Allah turut serta dalam mewujudkan tritugas kersulan Gereja

(tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus) dan peranan kerasulan dalam

Gereja.

1. Tritugas Kerasulan Gereja

Gereja mempunyai bentuk-bentuk pengabdian yang berbeda-beda. Para

rasul dan para penggantinya, oleh Kristus mereka diberi wewenang atau tugas

mengajar, menguduskan, dan memimpin atas nama dan dengan kuasa-Nya.

Begitu juga pada umumnya para awam mengambil bagian dalam tugas Kristus
45

tersebut, mereka menjalankan peranan tersebut dalam perutusan seluruh umat

Allah, baik dalam dunia maupun dalam Gereja.

Tugas perutusan untuk pengudusan, pengajaran, dan pelayanan Kristus

disebut juga sebagai tritugas kerasulan Gereja. Tritugas kerasulan Gereja, yang

adalah kerasulan imamat, kerasulan kenabian, dan kerasulan rajawi, mempunyai

kekhasan dan peranan masing- masing.

a. Kerasulan imamat

Imamat, menurut tradisi Perjanjian Lama, semula disebut hiereus (imam).

Imam dalam konteks Perjanjian Lama berarti orangnya Yahwe; “milik atau harta

kesayangan Allah” (Yer 2:3). Maka segenap umat Israel (keturunan Abraham,

Ishak, dan Yakub) adalah imam Yahwe. Yahwe merupakan kudus adanya maka

umat-Nya disebut sebagai umat kudus (Ul 26:9), yang nantinya langsung

berpautan dengan ibadat- ibadat suci. Imamat segenap bangsa Israel terjadi

karena Yahwe sendirilah yang menjadikan dalam perjanjian. Dalam Perjanjian

Lama dalam peristiwa bangsa Israel keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa,

Allah memilih Harun dan seluruh keturunannya untuk menerima jabatan imam

(Kel 28:1). Secara umum fungsi para imam adalah menjaga kekudusan umat

Allah. Imamat umum segenap umat beriman dipersempit dengan imamat

khusus. Imamat khusus dipilih Allah untuk menjaga kekudusan umat Allah

dengan mengurbankan kurban persembahan kepada Yahwe (Wahyu Harjanto,

2006: 1).

Imamat tradisi Perjanjian Baru dalam Surat Ibrani dikatakan bahwa Yesus

Kristus digelari sebagai imam besar abadi seperti imam agung Melkisedek (Ibr
46

7:8). Imamat Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru dapat dikatakan sebagai

kontinuitas dari imamat Perjanjian Lama, akan tetapi mempunyai makna

baru, bahkan ditegaskan bahwa Yesus bukan hanya imam tetapi satu-satunya

imam yang sesungguhnya (Wahyu Harjanto, 2006: 4). Imamat Yesus Kristus

tampak dalam peristiwa perjamuan terakhir Yesus, sebagai tindakan Agung

Yesus saat Ia membagi-bagi roti dan anggur kepada murid- murid-Nya. Dari

peristiwa tersebut menunjukkan tindakan imami Yesus. Inti pokok dari imamat

Yesus yakni terjadi dalam kurban Yesus Kristus di kayu Salib demi penyucian

dan penghapusan dosa manusia. Korban Yesus memperdamaikan hubungan

manusia denga n Allah. Imamat Yesus Kristus hingga saat ini senantiasa

dikenangkan oleh Gereja dalam Perayaan Ekaristi.

Kaum beriman kristiani dengan menerima Pembaptisan telah dipersatukan

oleh Yesus Kristus menjadi anggota Gereja. Gereja yang telah dipersatukan

dengan Yesus Kristus dengan sendirinya mereka menerima karunia imamat

Yesus Kristus, dengan demikian Gereja senantiasa ikut mengambil bagian dalam

imamat umum Yesus Kristus. Karena persatuannya dengan Yesus Kristus

maka kaum awam disucikan oleh Roh Kudus (van der Heijden, 1977: 27).

Kaum awam ikut serta mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus

berarti senantiasa mempersatukan diri dengan Allah, bertindak sebagai

pengantara antara Allah dan manusia, membawa Allah kepada manusia, dan

membawa manusia kepada Allah. Sebagai kaum awam, semua karya, doa, dan

usaha kerasulan mereka, hidup mereka sebagai keluarga, jerih payah sehari- hari,

istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bila dijalankan dengan rela, bahkan beban-

beban hidup bila ditanggung dengan sabar, maka “akan menjadi korban rohani
47

yang dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah” (LG, art.

34). Kaum awam yang berbakti kepada Allah dengan hidup suci dan

membaktikan dunia kepada Allah, merupakan perwujudan keikutsertaan dalam

imamat Yesus Kristus. Adolf Heuken (1996: 110) mengatakan bahwa “orang

beriman berdasarkan imamat rajawi, mereka ikut mempersembahkan Ekaristi,

mereka mengamalkan imamat tersebut dalam penerimaan sakramen-sakramen,

dalam doa dan ucapan syukur, serta dalam kesaksian hidup suci, penyangkalan

diri dan perbuatan amal”. Jadi tugas awam melalui karunia imamat (umum)

Yesus Kristus berarti ikut mengambil bagian dalam menyucikan tatanan dunia

dengan semangat Yesus Kristus dan “menahbiskan dunia kepada Allah” (CFL

art. 14).

b. Kerasulan kenabian

Kitab Suci Perjanjian Lama cukup banyak berbicara tentang peranan para

nabi dalam karya keselamatan bangsa Israel. Nabi merupakan seseorang yang

ditetapkan atau dipilih oleh Allah untuk mewartakan karya Allah (keselamatan)

kepada manusia, orang yang terpanggil ataupun orang yang melakukan, orang

yang membawa pesan serta seorang juru bicara Allah (Haag, 1980: 297).

Menurut kitab suci Perjanjian Lama, seorang nabi juga kadangkala dikatakan

sebagai pelihat, abdi Allah, atau orang yang berbicara atas nama

Yahwe/bernubuat (Yer 19:1; bdk. Yes 6:1). Seorang nabi merupakan seorang

yang dipenuhi Roh Kudus melalui doa-doa, pergaulan yang intim dengan Allah,

orang yang setia pada perintah Allah, juga orang yang senantiasa mendengarkan

Sabda Allah (Tondowidjojo, 1990: 39). Mgr. I. Suharyo (2005: 78) dalam
48

Pertemuan Nasiona l Katekis tahun 2005 mengatakan bahwa nabi dituntut oleh

Allah menjadi “the wounded healer” (penyembuh bagi yang terluka)

sehingga kehadirannya menjadi pewarta pengharapan. Peran para nabi

merupakan seseorang yang berbicara tentang kehendak Allah, mewartakan

karya keselamatan Allah dan memberikan harapan baru kepada bangsa manusia

(bangsa Israel) melalui berbagai cara dan berbagai situasi hidup.

Kitab suci Perjanjian Baru sudah hampir tidak pernah berbicara tentang

karya para nabi. Dalam Perjanjuan Baru hanya Yohanes Pembaptis yang

disebut-sebut sebagai nabi terakhir sebelum kedatangan Yesus Kristus (Luk

1:76). Menurut kepercayaan, Yesus Kristus merupakan nabi agung, karena

“Yesus Kristus telah memaklumkan Kerajaan Allah melalui kesaksian seluruh

hidup-Nya maupun kekuatan sabda-Nya” (LG, art. 35). Yesus Kristus disebut

sebagai nabi agung karena Ia menunaikan tugas kenabia n-Nya hingga

menampakkan kemuliaan Allah sepenuhnya yaitu karya keselamatan kepada

manusia. Gerakan kenabian Yesus merupakan suatu upaya untuk membangun

situasi yang baru, suatu keadaan baru yang didasari oleh nilai- nilai universal

yang hakiki bagi semua orang. Yesus tak jemu-jemunya mewartakan kabar

gembira:

Roh Tuhan ada di atas-Ku, sebab Ia telah mengurapi Aku untuk


menyampaikan kabar baik kepada orang miskin; dan Ia telah mengutus
Aku untuk memberikan kebebasan bagi orang-orang tahanan dan
penglihatan bagi orang-orang buta, untuk memberikan pembebasan bagi
orang yang tertindas dan untuk memberitakan bahwa kesukaan telah
datang (Luk 4:18-19).

Sebagai anggota Gereja, ikut mengambil bagian dalam karya kenabian

Yesus Kristus berarti turut mengambil bagian dalam tugas pewartaan Kerajaan
49

Allah dan karya keselamatan Allah melalui pewartaan dan kesaksian hidup

sehari- hari dalam perkataan dan perbuatan (CFL art. 14). Terutama bagi para

kaum awam, mereka menjadi bentara yang tangguh, pewarta iman akan hal- hal

yang diharapkan (Ibr 11:1), bila mereka tanpa ragu-ragu memadukan

pengakuan iman dan penghayatan iman. Peranan kaum awam menjadi seorang

“Pewartaan Injil yaitu mewartakan Yesus Kristus, yang diwartakan melalui

kesaksian hidup dan kata-kata memperoleh ciri yang khas dan daya guna yang

khas justru karena dijalankan dalam keadaan yang biasa di dunia ini” (LG, art.

35). Kesaksian iman akan Yesus Kristus akan nampak ketika mereka sibuk

dengan urusan duniawi, dengan kekhasan dan cara hidup, dalam kehidupan

berkeluarga mereka yang menampakkan kehadiran Kerajaan Allah sehingga

membuat “Injil bersinar dalam hidup sehari- hari” (Heuken, 1980a: 14).

c. Kerasulan rajawi

Dalam tradisi Perjanjian Lama raja dipilih dan ditentukan oleh Allah

sendiri. Pada awalnya raja bagi bangsa Israel adalah Allah sendiri. Dalam

perkembangannya, bangsa Israel menghendaki seorang raja ya ng berasal dari

kalangan mereka. Maka Allah memilih Saul dengan perant araan Nabi Samuel

sebagai raja bangsa Israel (1 Sam 10:1), melalui pengurapan (1 Sam 10:1;

16:13; bdk. 1 Raj 1:39). Peran raja adalah wakil Tuhan untuk memimpin bangsa

Israel, sehingga raja bertindak atas perintah Tuhan. Dalam tradisi bangsa Israel

raja ditetapkan oleh Tuhan sebagai tangan kanan Tuhan atau orang yang

bertindak atas nama Tuhan dalam memimpin bangsa pilihan-Nya. Raja juga

berfungsi sebagai pelayan. Pelayanan bertujuan agar bangsa yang dipercayakan


50

Tuhan kepadanya memperoleh kesejahteraan hidup, keselamatan,

ketenteraman, kedamaian, dan lain- lain.

Bangsa Israel senantiasa menantikan kedatangan seorang pemimpin (raja)

yang membebaskan mereka dari perbudakan, penindasan dan kesengsaraan.

Kedatanga n Yesus di tengah-tengah bangsa manusia (Israel) berperan sebagai

raja. Kedatangan-Nya sebagai raja tidak menjalankan fungsi rajawi yang

sesungguhnya (Jacobs, 1974: 668) seperti yang diharapkan oleh bangsa Israel.

Kata “raja” yang dikenakan Yesus adalah nama kehormatan, terutama dikenakan

guna menerangkan martabat dan karya Yesus, yakni “mengekspresikan

kemuliaan Kristus” (Jacobs, 1974: 668). Kedatangan Yesus Kristus mewartaan

Kerajaan Allah dan untuk membebaskan semua manusia dari perbudakan

kebinasaan, dan memasuki kebebasan kemuliaan anak-anak Allah (LG, art. 36).

Allah menghendaki kaum beriman senantiasa mengambil bagian dalam

menyebar luaskan Kerajaan Allah (CFL art. 14). Kedatangan Kerajaan Allah

saat ini terwujud apabila tercipta suasana saling mengasihi, damai, sejahtera,

suasana bahagia, dimana “Allah mewahyukan dan memberikan diri kepada

manusia” (Banawiratma & Suharyo, 1990: 16). Panggilan untuk senantiasa

memperjuangkan Kerajaan Allah merupakan panggilan bagi semua umat Allah.

Keikutsertaan umat Allah mengambil bagian dalam pewartaan Kerajaan Allah

berarti mereka turut mengambil bagian dalam imamat Yesus Kristus. Fungsi

rajawi bagi kaum awam menurut model Kristus adalah “menjadi seorang

pelayan, mengabdi, menaruh perhatian terhadap semua orang” (Jacobs, 1974:

679). Kaum awam menjalankan tugas rajawi lebih- lebih di dalam pertarungan

rohani untuk mengalahkan dalam diri mereka kuasa dosa (CFL art. 14).
51

2. Peranan Kerasulan dalam Gereja

Kerasulan merupakan seluruh bentuk kegiatan yang mengarah pada tujuan

Gereja yang dilakukan baik di dalam Gereja maupun di dalam masyarakat dunia.

Adapun peranan kerasulan dalam Gereja diungkapkan oleh Tondowidjojo

(1990: 16) sebagai berikut :

Awam siapapun, yang dihimpun dalam umat Allah dan disejajarkan dalam
satu tubuh Kristus di bawah satu kepala, sebagai anggota yang hidup,
dipanggil untuk menyumbangkan seluruh tenaganya, yang diterima karena
kemurahan pencipta dan rahmat juru selamat, bagi pengembangan dan
pengutusan Gereja yang berkesinambungan.

Umat Allah tanpa terkecuali mendapat tugas perutusan yang sama yakni

dipanggil untuk pengembangan dan perutusan Gereja. Salah satu wujud

pengembangan dan perutusan Gereja yakni melalui kerasulan. Kerasulan awam

mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja dalam mewartakan karya

keselamatan dan cinta kasih Allah kepada seluruh manusia. Perkembangan

Gereja, yang semakin meluas dan tersebar di berbagai tempat, membutuhkan

peranan “rasul-rasul” zaman sekarang. Situasi Gereja saat ini oleh Romo

Mangunwijaya (1999: 27) dikatakan sebagai “Gereja diaspora” artinya “benih-

benih yang tersebar dan terpencar”, sebagai komunitas yang heterogen di tengah

dunia yang penuh tantangan dengan mobilitas yang tinggi. Peranan kerasulan

dibutuhkan manusia untuk memberikan pelayanan kepada seluruh umat, antara

lain pembekalan rohani, pendampingan moral, serta etika dan peneguhan iman,

harapan dan cinta kasih kristiani. Peranan kerasulan dalam kehidupan

menggereja sangat dibutuhkan untuk membantu para gembala dalam

menggembalakan domba-dombanya yang sedang berziarah di dunia ini. Tugas

kerasulan merupakan tugas seluruh Gereja. Maka semua anggota Gereja tanpa
52

terkecuali memp unyai tanggung jawab dalam tugas kerasulan tersebut (Panitia

Wali Gereja Indonesia untuk Aksi Katolik, 1966: 15).

Kerasulan yang dilakukan oleh Gereja mempunyai tiga penugasan.

Tugas kerasulan Gereja yang pertama mengiktiarkan kesucian umat dan seluruh

manusia (Mangunwijaya, 1999: 55). Tugas mengiktia rkan kesucian kepada umat

dan manusia sangat dibutuhkan oleh Gereja yang kendati sudah disucikan oleh

penebusan Yesus Kristus akan tetapi manusia masih sering jatuh ke dalam dosa.

Tugas mengusahakan kesucian bertujuan agar hubungan antara manusia dan

Tuhan dipulihkan kembali. Tugas kerasulan Gereja yang kedua adalah tugas

pewartaan (Mangunwijaya, 1999: 55). Tugas pewartaan yaitu mewartakan

Kabar Gembira Kristus kepada semua manusia. Di zaman moderen ini banyak

orang mengalami penderitaan, ketidakpastian hidup, kehilangan makna hidup,

maka kerasulan bertugas memberikan pengharapan kepada manusia akan kabar

gembira akan karya keselamatan Allah, terutama kepada kaum miskin, lemah,

dan terlantar. Tugas kerasulan Gereja ketiga yaitu tugas menuntun, memimpin,

mengarahkan, dan menata umat (Mangunwijaya, 1999: 56). Tugas kerasulan di

tengah dunia merupakan panggilan Allah untuk menjadi garam dan terang dunia

dalam semangat Kristus.

C. Kerasulan Awam dalam Gereja

Karya kerasulan Gereja membutuhkan peran serta seluruh anggota Gereja

antara lain para imam (kaum klerus ), biarawan, biarawati, dan kaum awam pada

umumnya. Melalui fungsi dan profesi masing- masing anggota Gereja

diharapkan ikut mengambil bagian dalam karya kerasulan. Pada bagian ini
53

secara khusus dibicarakan tentang karya kerasulan Gereja yang dilakukan oleh

para awam, maka pembahasan meliputi kerasulan awam, pembinaan karya

kerasulan awam, dan bidang-bidang kerasulan awam.

1. Kerasulan Awam

Menurut ajaran Konsili Vatikan II sebagai seorang awam dalam Gereja

merupakan salah satu panggilan Allah. Panggilan awam untuk mewartakan

karya keselamatan, panggilan untuk merasul, mewujudkan cinta kasih Allah

melalui hubungan harmonis suami istri, dan sebagainya sesuai kemampuan

masing- masing. Berkaitan panggilan kaum awam, kerasulan awam pada bagian

ini akan membicarakan pengertian kerasulan awam, dasar kerasulan awam, arah

dan tujuan kerasulan awam, dan spiritualitas kerasulan awam.

a. Pengertian kerasulan awam

Kerasulan awam sudah muncul sejak zaman Tuhan Yesus di Yerusalem.

Pada zaman Gereja perdana, Yesus Sang Utusan Bapa berkeliling di daerah

Palestina untuk mewartakan kasih Allah kepada manusia. Tugas kerasulan

tersebut dilakuan oleh Yesus bersama ke-12 (dua belas) murid-Nya, akan tetapi

ada orang-orang yang juga melakukan karya kerasulan di luar kelompok 12 (dua

belas) rasul seperti Yohanes Pembaptis (Yoh 1:29), seseorang bukan murid

Yesus (Mrk 9:38-41), tujuh puluh murid (Luk 10:17-20), dan lain- lain. Itu hanya

contoh kecil orang-orang yang terlibat karya kerasulan pada zaman Yesus,

masih banyak orang yang terlibat dalam karya kerasulan seiring perkembangan

Gereja sejak Gereja perdana, zaman para bapa Gereja sampai saat ini.
54

Definisi kerasulan awam yaitu suatu usaha Gereja sebagai persekutuan

orang beriman yang secara spontan dan dengan hidupnya yang konkrit

melaksanakan diri dalam masyarakat (Wiharjono, 1981: 16). Definisi tersebut

menjelaskan bahwa semua anggota Gereja terlibat dalam tugas karya

kerasulan. Demikian juga Tondowidjojo (1990: 16) mendefinisikan kerasulan

awam sebagai “peran serta dalam perutusan dan penyelamatan Gereja”. Tugas

kerasulan merupakan tugas perutusan yang diberikan oleh Tuha n melalui

Sakramen Permandian dan Saktamen Penguatan. Kaum awam, melalui kedua

sakramen tersebut, secara khusus dipanggil untuk menghadirkan dan

mengaktifkan Gereja di daerah-daerah dan keadaan-keadaan dimana Gereja

tidak dapat menggarami dunia selain berkat jasa para kaum awam (LG, art. 33).

Kerasulan kaum awam mempunyai kekhasan dalam mengakarkan Gereja dalam

realitas hidup manusia. Oleh karena itu kerasulan awam dapat disebut sebagai

partisipasi dalam misi keselamatan Gereja serta berbagai usaha untuk

menghadirkan dan mengaktifkan Gereja. Kaum awam sejauh mungkin

hendaknya bekerja sama di dalam karya kerasulan dan pelayanan (CFL art. 27).

Kaum awam dihimpun dalam umat Allah, dilebur dalam Tubuh Kristus

yang satu. Semua orang yang telah dibaptis dan menerima Sakramen Penguatan

dipanggil untuk mengembangkan Gereja dan senantiasa menyucikannya.

Kerasulan awam mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja sendiri untuk

mewartakan keselamatan. Seperti telah dijelaskan, melalui Sakramen

Permandian dan Sakramen Penguatan, Tuhan sendiri menugaskan umat Allah

untuk tugas kerasulan Gereja. Terutama bagi kaum awam, mereka dipanggil

untuk “menghadirkan dan menggiatkan Gereja dimanapun mereka berada”


55

(Tondowidjojo, 1990: 53). Mereka dalam perutusan hadir untuk menjadi garam

dan terang dunia dalam Gereja secara khusus dan masyarakat secara umum.

Dengan turut mengambil bagian dalam karya kerasulan, umat kristiani

mengambil tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Kaum awam ikut

mengambil bagian dalam imamat Kristus berarti mereka ikut mengambil bagian

dalam “tugas menyucikan dan menguduskan dunia ” (CFL art. 17). Sedangkan

mengambil tugas sebagai nabi, kaum awam mempunyai tugas pewartaan dan

memberikan kesaksian hidup. Salah satu bentuk kesaksian hidup para awam

yakni dalam keluarga dengan membangun rumah tangga sebagai suami istri

yang mempunyai panggilan khusus yaitu agar satu dengan yang lain

“mewujudkan cinta kasih Kristus kepada manusia” (AA, art. 11). Kaum awam

turut mengambil bagian dalam tugas rajawi Kristus dengan melaksanakan tugas

mempersatukan dan melaya ni.

Kerasulan awam sebagai panggilan kristiani mempunyai ciri khas yang

berbeda dengan kerasulan hirarki. Perbedaan antara kerasulan hirarki dengan

kerasulan awam bukan terletak pada bentuk kerasulannya, akan tetapi dalam

hakekatnya berhubungan denga n tujuan masing- masing pelayanan. Kerasulan

hirarki mempunyai tujuan primer yang ditentukan oleh tujuan gerejani

(Wiharjono, 1981: 22), sedangkan kerasulan awam ditentukan oleh otonomi

dunia. Maka sebagai konsekwensinya dalam kerasulan awam, hierarki

menceburkan diri ke dalam pekerjaan profan dengan mengindahkan dan

menghormati otonomi dunia. Begitu juga seorang awam yang berperan dalam

kerasulan hirarki, maka ia harus menyesuaikan diri dengan tuntutan khas

hirarkis. Kerasulan kaum awam memiliki kekhasan yang menonjol, bahwa


56

mereka menjalankan tugas perutusan sesuai dengan profesi masing- masing

dalam masyarakat, seperti yang tertulis dalam Kitab Hukum Kanonik kanon 216,

sebagai berikut:

Semua orang kristiani, karena mengambil bagian dalam tugas perutusan


Gereja, mempunyai hak untuk memajukan atau mendukung karya
kerasulan, juga dengan usaha-usaha sendiri, menurut status dan kedudukan
masing- masing; tetapi tiada satu usaha pun boleh memakai nama Katolik
tanpa persetujuan otoritas gerejawi yang berwenang.

b. Dasar kerasulan awam

Setiap anggota Gereja dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan

Allah, itulah panggilan hakiki anggota Gereja. Panggilan untuk melakukan

karya pewartaan disebut juga merasul. Kerasulan awam dirumuskan sebagai:

setiap kegiatan yang dilakukan oleh umat/orang beriman sebagai anggota Gereja

entah secara perorangan maupun yang dilakukan bersama-sama atas dasar

penugasan dari Tuhan sendiri melalui Sakramen Permandian dan Sakramen

Penguatan yang telah diterimanya untuk menjadi peserta dalam kuasa

sakramental, daya penyelamatan Kristus untuk dunia. Karya kerasulan awam

mempunyai dasar sakramental, yuridis dan kristologis.

1). Dasar sakramental

Gereja dipanggil untuk menyebarluaskan Kerajaan Allah, dasar panggilan

itu ialah mereka telah dipersatukan dengan Kristus sebagai kepala, telah

dipersatukan dengan Tubuh Mistik Kristus melalui Pembaptisan dan dikuatkan

oleh Roh Kudus, karena Sakramen Penguatan. Tugas kerasulan atau tugas

misioner Gereja dan setiap persekutuan diakarkan oleh dekrit tentang karya
57

misioner Gereja dalam sakramen-sakramen inisiasi (Budi Kleden, 2006: 58).

Konstitusi dogmatis Lumen Gentium secara lebih rinci membahas tentang dasar

sakramen sebagai tugas kerasulan. Lumen Gentium menjelaskan sakramen

sebagai dasar panggilan kristiani bagi anggo ta Gereja untuk turut mengambil

bagian dalam tugas kerasulan bagi kaum awam. Lumen Gentium artikel 11

membicarakan sakramen sebagai dasar tugas perutusan sebagai berikut:

Dengan baptis kaum beriman dimasukkan ke dalam tubuh Gereja; dengan


menerima materai mereka ditugaskan untuk menyelenggarakan ibadat
agama kristiani, karena sudah dilahirkan kembali menjadi anak-anak
Allah, mereka wajib mengakui di muka orang-orang, iman yang telah
mereka terima dari Allah melalui Gereja. Berkat Sakramen Penguatan
mereka terikat pada Gereja secara lebih sempurna, dan diperkaya dengan
daya kekuatan Roh Kudus yang istimewa; dengan demikian mereka
semakin diwajibkan untuk menyebarluaskan dan membela iman sebagai
saksi Kristus yang sejati, dengan perkataan maupun perbuatan. Dengan
ikut serta dalam korban Ekaristi, sumber dan puncak seluruh hidup
kristiani, mereka mempersembahkan Anak Domba ilahi dan diri sendiri
bersama dengan-Nya kepada Allah; demikianlah semua menjalankan
peranannya sendiri dalam perayaan liturgis, baik dalam persembahan
maupun dalam komuni suci, bukan dengan campur baur, melainkan
masing- masing dengan caranya sendiri.

Melalui Sakramen Permandian, kaum awam diterima menjadi anggota

Gereja dan diangkat menjadi anak-anak Allah. Sebagai anggota Gereja mereka

mendapat tugas menyelenggarakan ibadat agama kristiani. Keterikatan umat

Allah dengan Gereja semakin disempurnakan oleh Sakramen Penguatan.

Melalui Sakramen Penguatan umat Allah diutus menyebarluaskan dan membela

iman akan Kristus Yesus. Tugas perutusan umat Allah yang mempunyai dasar

sakramen juga dijelaskan dalam Ad Gentes artikel 36 sebagai berikut:

Sebagai anggota Kristus yang hidup, semua orang beriman, yang melalui
Permandian, Penguatan serta Ekaristi disaturagakan dan diserupakan
dengan Dia, terkait kewajiban untuk menyumbangkan tenaga demi
perluasan dan pengembangan Tubuh-Nya, untuk menghantar-Nya selekas
mungkin kepada kepenuhan-Nya.
58

Kutipan dari dokumen Gereja tentang kegiatan misioner Gereja dijelaskan

bahwa hendaknya semua anggota Gereja mempunyai kesadaran akan tanggung

jawab mereka terhadap dunia, memupuk semangat Katolik sejati dalam diri

mereka, dan dengan segenap tenaga mewartakan karya keselamatan. Melalui

Sakramen Permandian, Penguatan, dan Ekaristi umat beriman dipersatukan

dengan Kristus sendiri, maka mereka juga turut mengambil bagian dalam tugas

pewartaan karya keselamatan (kerasulan). Tugas karya kerasulan yang pertama

dan utama adalah menghayati hidup kristiani yang mendalam.

2). Dasar yuridis

Tugas perutusan kaum awam untuk ikut mengambil bagia n dalam karya

kerasulan dibahas di dalam Codex Iuris Canonici (KHK). KHK kanon 208

menjelaskan bahwa semua orang beriman kristiani, berkat kelahiran kembali

yaitu Sakramen Permandian, sesuai dengan kekhasan masing- masing, turut

mengambil bagian dalam karya pewartaan yang bertujuan untuk menyebarkan

dan membangun Tubuh Kristus. Dalam kitab tersebut cukup jelas dibicarakan

tentang tugas kerasulan awam. Semua orang beriman kristiani, berkat kelahiran

kembali mereka dalam Kristus, ada kesamaan sejati dalam martabat dan

kegiatan; dengan itu mereka semua sesuai dengan kondisi khas dan tugas

masing- masing, bekerja sama membangun Tubuh Kristus (KHK, kan. 208).

Melalui kelahiran kembali (Sakramen Permandian) kaum awam/umat

beriman kristiani ikut mengambil bagian dalam karya kerasulan. Melalui

Sakramen Permandian mereka mempunyai martabat dan panggilan yang sama,

maka mereka mempunyai kewajiban sama yakni bersama-sama membangun


59

Tubuh Kristus sesuai dengan situasi masing- masing. Panggilan karya kerasulan

umat beriman juga terdapat dalam kanon lain yang membahas tugas karya

kerasulan bagi kaum awam dengan kekhasan hidup masing- masing di dalam

dunia ini, sebagaimana diungkapkan dalam KHK kanon 55 sebagai berikut:

§ 1. Kaum awam yang seperti semua orang beriman kristiani berdasarkan


Permandian dan Penguatan ditugaskan Allah untuk merasul, terkait
kewajiban umum dan mempunyai hak, baik sendiri- sendiri maupun
tergabung dalam perserikatan, untuk mengusahakan, agar warta ilahi
keselamatan dikenal dan diterima oleh orang di seluruh dunia; kewajiban
itu semakin mendesak dalam keadaan-keadaan di mana Injil tidak dapat
didengarkan dan Kristus tak dapat dikenal orang sela in lewat mereka.
§ 2. Mereka, setiap orang menurut kedudukan masing- masing, juga terkait
kewajiban khusus untuk meresapi dan menyempurnakan tata duniawi
dengan semangat injili, dan dengan demikian khususnya dalam menangani
masalah- masalah itu dan dalam memenuhi tugas-tugas keduniaan memberi
kesaksian tentang Kristus.

Dalam KHK nampak jelas bahwa semua orang beriman kristiani melalui

Sakramen Permandian dan Penguatan mendapat tugas dari Allah untuk

melaksanakan tugas kerasulan, dengan demikian warta tentang keselamatan

Allah dapat dikenal oleh semua orang. Kekhasan yang menonjol bagi kerasulan

kaum awam ya itu mereka bisa masuk ke tempat dimana pewartaan akan karya

keselamatan dan Kristus tidak dapat dikenal selain lewat mereka. Pada artikel

kedua ditegaskan bahwa karya kerasulan juga hendaknya nampak dalam

kesaksian hidup sehari- hari di dalam dunia. Kesaksian hidup sebagai seorang

kristiani hendaknya senantiasa berusaha meresapi dan menyempurnakan tatanan

dunia melalui semangat Injil dan memberikan kesaksian tentang Kristus.

Memalui karya kerasulan di tengah dunia sebagai orang kristiani memberikan

kesaksian tentang Kristus melalui “kesaksian hidup sebagai warga masyarakat

dan dalam keadaan status hidup mereka masing- masing” (CFL art. 56).
60

Kesaksian hidup kaum beriman dapat juga diwujudkan melalui profesi masing-

masing (sebagai guru, pegawai pemerintahan, tokoh masyarakat, dan lain- lain).

3). Dasar kristologis

Dasar kristologis kerasulan awam dapat direfleksikan dari Gereja sebagai

misteri umat Allah yang bermakna kesatuan. Maksud kesatuan Gereja dengan

Allah tersebut dapat digali melalui gambaran pokok anggur yang benar. “Akulah

pokok anggur dan kamulah ranting- rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam

Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak

dapat burbuah apa-apa” (Yoh 15:5). Dari perikopa tersebut, tentang pokok

anggur yang benar, Kristus lah yang menjadi pokok anggur dan kaum beriman

kristiani adalah ranting-rantingnya. Pokok memberikan kehidupan kepada

cabang-cabangnya, begitupun sebaliknya, cabang-cabangnya/ranting- rantingnya

akan tetap hidup dan dapat menghasilkan buah jika bersatu dengan pokoknya.

Dasar kristologis kerasulan awam berarti bahwa kaum awam agar

senantiasa mempersatukan diri dengan Kristus agar dapat tetap berkembang dan

menghasilkan buah, karena “kesatuan dengan Kristus, karya kerasulan akan

tumbuh subur” (AA, art. 4). Hanya dari dalam misteri persekutuan/persatuan

Gereja dengan Kristus itulah “jati diri” kaum awam dinyatakan, dan martabat

mereka disingkapkan (CFL art. 8).

c. Arah dan tujuan kerasulan awam

Hak dan kewajiban kerasulan awam pada semua orang Katolik muncul

karena ikatannya dengan Yesus Kristus. Berhasil dan tidaknya sebuah karya
61

kerasulan yang dilaksanakan oleh kaum awam tergantung pada kesatuan hidup

dengan Yesus Kristus sendiri, sebab: “Barang siapa tinggal di dalam Aku dan

Aku ada di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat

berbuat apa-apa” (Yoh 15:5b). Kerasulan awam melaksanakan tugas perutusan

tidak lain yaitu menjalankan tugas perutusan Gereja itu sendiri yakni menjadi

saksi bagi misteri rencana karya keselamatan Allah bagi penebusan manusia.

Tugas menjadi saksi bagi rencana keselamatan Allah sebagai tugas perutusan

Gereja tidak hanya membawa warta Kristus dan rahmat-Nya kepada manusia,

tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tata dunia dengan Injil. Para kaum

awam dalam melaksanakan tugas perutusan Gereja melaksanakan tugas

kerasulan baik di dalam Gereja maupun di dalam dunia, baik dalam tata hidup

rohani maupun dalam masyarakat, baik dalam bidang rohani maupun dalam

bidang duniawi (AA, art. 5).

Kaum awam setelah menyadari akan panggilan dan tugas perutusannya,

perlu mengerti isi atau tujuan dari tugas perutusan Gereja itu sendiri. Kerasulan

awam bukan dilakukan karena sekedar hobi atau karena sekedar mengisi waktu

luang saja, tetapi itu muncul karena kodrat panggilan sebagai pengikut

Kristus, yang dipanggil untuk melaksanakan tugas kerasulan melalui Sakramen

Permandian, Penguatan, dan Ekaristi. Hal yang terpenting yang harus menjadi

pegangan dalam kegiatan kerasulan yaitu arah dan tujua n kerasulan, “arah dan

tujuan dari kerasulan kaum awam tergantung pada perutusan Gereja, akan tetapi

Gereja sendiri bukanlah akhir dari kerasulan itu sendiri” (Tondowidjojo, 1990:

43). Karya kerasulan Gereja merupakan sebagai sarana untuk mendekatkan diri

dan mempersatukan diri pada Yesus Kristus, seperti yang diungkapkan dalam
62

Konsili Vatikan II: “Di dalam Kristus Gereja merupakan sakramen, yaitu tanda

dan alat kesatuan mesra dengan Allah dan persatuan seluruh umat manusia”

(LG, art. 1).

Arah dan tujuan kerasulan awam ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan,

hal ini ditujukan agar arah dan tujuan karya kerasulan dapat tercapai. Arah dan

tujuan kerasulan awam tersebut meliputi penginjilan, pengudusan, dan

pembaharuan tata dunia secara kristiani, sebagai berikut:

1). Penginjilan

Tugas kerasulan awam merupakan tugas perutusan Gereja menyangkut

keselamatan umat manusia, maka “pertama-tama kerasulan Gereja ditujukan

untuk mewartakan Kristus kepada dunia melalui kesaksian hidup maupun

dengan kata-kata” (AA, art. 6). Penginjilan merupakan mewartakan Kabar

Gembira akan Keselamatan Allah dalam diri Yesus Kristus (Tondowidjojo,

1990: 44). Yesus mengadakan penginjilan dengan berkeliling di Palestina untuk

mewartakan Kerajaan Allah yang sudah dekat: “Waktunya telah genap;

Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah pada Injil” (Mrk 1:15).

Tugas pewartaan Yesus dilanjutkan oleh para rasul dan diteruskan oleh

murid- murid yang lain dan para pengikut-Nya hingga saat ini. Tugas penginjilan

tidak hanya menjadi tugas para kaum klerus tetapi juga menjadi tugas para kaum

awam. Kaum awam, justru sebab mereka itu anggota-anggota Gereja,

mempunyai panggilan serta tugas mewartakan Injil (CFL art. 33). Karya

penginjilan kaum awam mempunyai kekhasan yaitu menurut gaya awam dengan

berbagai cara yang sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh kaum awam dan
63

kesaksian hidup mereka. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan

orang supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu

yang di surga (Mat 5:16).

2). Pengudusan

Pada hakekatnya kaum beriman kristiani adalah kudus karena telah

dipersatukan dengan Yesus Kristus yang adalah kudus dan karena karya

penebusan-Nya kepada manusia melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya.

Konsili Vatikan II mengatakan Yesus Kristus bermaksud menguduskan dan

menyelamatkan semua umat manusia (LG, art. 32). Dalam diri Yesus Sang Putra

melalui karya penyelamatan-Nya telah menguduskan seluruh dunia, “sehingga

pada dasarnya dunia itu kudus ” (Tondowidjojo, 1990: 46).

Allah, karena kasih-Nya kepada manusia, Ia memberikan kebebasan, akan

tetapi karena kebebasan itulah manusia jatuh ke dalam dosa. Dosa membuat

hubungan antara manusia dengan Tuhan menjadi semakin jauh, sehingga

perlulah manusia dibawa kembali kepada Kristus. Tugas inilah yang

menjadi tugas kaum awam dalam tugas kerasulan yaitu membawa manusia

kepada Allah. Maka harus dimengerti oleh kaum awam, bahwa ia senantiasa

bertindak suci, dan mambawa dunia itu sendiri kepada Allah (LG, art. 34).

Tugas menguduskan merupakan tugas mengkomunikasikan rahmat,

membiarkan semua orang masuk ke dalam penghayatan keselamatan dengan

menjadi murid- murid Kristus sepenuhnya dan dengan pengurapan Roh Kudus

(Tondowidjojo, 1990: 45).


64

3). Pembaharuan tata dunia secara kristiani

Allah pada hakekatnya adalah kudus maka dunia yang diciptakan-Nya juga

kudus adanya. Karena kedosaan serta keserakahan manusia tatanan dunia

menjadi hancur. Dalam rangka memulihkan tata dunia yang telah hancur

tersebut, Allah mempunyai rencana mengenai dunia : “supaya umat manusia

seia-sekata membaharui dan terus menerus menyempurnakan tata dunia ” (AA,

art. 7). Kekhasan kaum awam sebagai anggota Gereja dan masyarakat yang

mendunia mempunyai tugas karya kerasulan agar semangat Injil diresapkan di

dalam dunia, karya penebusan Allah dalam diri Yesus Kristus menyangkut

penyelamatan semua manusia, akan tetapi karya penebusan Kristus juga

mencakup pembaharuan seluruh tatacara hidup duniawi. Oleh sebab itu

perutusan Gereja tidak saja membawakan warta keselamatan Kristus dan

rahmat-Nya kepada manusia, tetapi juga meresapi dan menyempurnakan tatanan

dunia dengan semangat Injil (AA, art. 5). Berkaitan dengan pembaharuan tata

dunia CFL art. 34 menegaskan: “tidak dapat diragukan bahwa perbaikan tatanan

masyarakat diperlukan secara mendesak di semua bagian dunia.”

Membaharui tata dunia secara kristiani berarti pertama-tama memberikan

penilaian yang adil dan yang positif terhadap dunia dan segala hal ikhwal yang

ada di dalamnya. Hal ini bertujuan agar dunia kembali seperti keadaan semula

seperti sewaktu Allah menciptakan dunia dengan mengatakan: “Dan Allah

melihat segala sesuatu yang diciptakan-Nya, dan itu semua baik” (Kej 1:31).

Tatanan dunia saat ini telah hancur yang diakibatkan oleh kedosaan manusia

seperti keserakahan, kemerosotan moral, merendahkan martabat manusia, dan

lain- lain. Tugas kerasulan awam meliputi mengusahakan manusia kembali


65

mampu menyusun seluruh tatanan dunia dengan seksama dan mengarahkannya

kepada Allah melalui Kristus, seperti yang diungkapkan dalam AA, art. 7

sebagai berikut: “Adapun kaum awam wajib menerima pembaharuan tatanan

dunia sebagai tugasnya yang khusus, dan dibimbing oleh cahaya Injil dan

maksud- maksud Gereja serta didorong oleh cinta kasih kristiani bertindak secara

langsung dan terarah pada tugas-tugas tersebut.”

d. Spiritualitas kerasulan awam

Istilah “spiritualitas” berasal dari ungkapan Prancis spiritualité yang

berarti kerohanian. Sedangkan “spiritualitas” dalam bahasa Latinnya spiritus,

terjemahan dari kata Yunani pneuma dan kata Ibrani ruah, yang dalam bahasa

Indonesia diterjemahkan dengan kata “roh” (Tondowidjojo, 1990: 69). Maka

kata spiritualitas dapat dimengerti sebagai roh atau daya atau kekuatan yang

mendorong seseorang sehingga orang tersebut mampu melakukan sesuatu karya,

tugas pelayanan, perutusan, sebagaimana “Kristus yang diutus oleh Bapa

menjadi sumber dan asal seluruh kerasulan Gereja” (AA, art. 4). Spiritualitas

kaum awam hendaknya memperoleh ciri yang khas sesuai dengan situasi hidup

mereka (CFL art. 56).

Kesuburan karya kerasulan awam tergantung pada persatuan Gereja

dengan Kristus yang memang sangat dibutuhkan demi kelangsungan hidup

Gereja. Yesus Kristus sendiri bersabda begitu jelas dalam Injil-Nya: “Akulah

pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam

Aku dan Aku ada di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak

dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Perumpamaan pokok anggur tersebut,


66

sebagai pengikut Kristus dalam menjalankan tugas perutusan, kaum awam harus

senantiasa mempersatukan diri dengan Kristus sang pokok pemberi hidup agar

Gereja senantiasa hidup dan menghasilkan buah dalam menjalankan tugas

kerasulannya. Kaum awam dalam usaha untuk senantiasa bersatu dengan Kristus

dapat diusahakan antara lain dengan turut mengambil bagian di dalam perayaan

sabda dan pemecahan roti (Ekaristi), doa-doa, mendengarkan sabda, devosi, dan

lain- lain. Kaum awam sangat diharuskan, dalam menjalankan tugas kerasulan,

senantiasa membina dan memupuk kehidupan rohani agar terus berkembang,

sebagaimana diungkapkan oleh Tondowidjojo (1990: 75) sebagai berikut:

Agar para awam mampu mengemban tugas panggilan dan perutusannya


di dalam dunia dan di tengah-tengah dunia, maka dalam diri para awam
dituntut adanya suatu kedalaman spiritualitas batin. Kedalaman rohani
itu dilahirkan dari iman yang hidup, dari doa yang intensif, dari
kehidupan sakramen yang konstan. Justru karena awam itu hidup dan
bekerja di dalam dunia, ia perlu selalu bertindak dalam suasana yang
benar-benar adikodrati. Di samp ing menghadirkan Kristus di dalam
sejarah, perlulah ia menyelami Kristus sedalam-dalamnya melalui doa,
dan mengubah diri Kristus dengan Ekaristi.

Semakin mendalam hubungan dan relasi kaum awam dengan Kristus,

tugas kerasulan yang diembannya akan semakin membuahkan hasil, Yesus

bersabda, “barang siapa ada di dalam Aku dan Aku ada di dalam dia, ia akan

menghasilkan buah” (Yoh 15:5). Selain Yesus Kristus yang menjadi pusat

teladan dalam karya kerasulan, teladan yang juga sempurna bagi hidup rohani

dan hidup merasul yaitu Santa Perawan Maria Ratu para rasul (AA, art. 4).

Bunda Maria menjadi teladan dalam membina hidup rohani dalam keluarga di

Nazaret. Ia menjalani hidup di dunia seperti orang kebanyakan sebagai ibu

rumah tangga, penuh kesibukan keluarga dan jerih payah, tetapi ia selalu

merasakan persatuan dengan Sang Putra, dan dengan cara yang sangat istimewa
67

ia menjadi partner karya Sang Penyelamat. Kesetiaan Bunda Maria dalam

mendampingi Puteranya sampai sehabis-habisnya dan mendampingi para rasul

yang masih melakukan perziarahan hingga mencapai kebahagiaan abadi.

Hendaknya kaum awam menghidupi semangat Bunda Maria dalam

melaksanakan tugas karya kerasulan.

2. Pembinaan Karya Kerasulan Awam

Kegiatan kerasulan dapat mencapai kesuburan seperti yang diharapkan bila

ada pembinaan-pembinaan yang beraneka ragam dan lengkap. Sasaran

fundamental pembinaan kaum awam ialah semakin jelas ditemukannya

panggilan seseorang dan semakin besar kerelaan dalam menjalankan tugas

perutusan (CFL art. 58). Tuntutan suatu pembinaan bukan saja untuk awam itu

sendiri agar tetap terus berkembang dalam hidup rohani dan pengetahuan-

pengetahuan tentang Gereja pada umumnya, melainkan karena “setiap karya

kerasulan yang dilakukan agar sesuai dengan situasi, orang atau sasaran, profesi

umat” (AA, art. 28) dimana karya pelayanan dilakukan. Karya kerasulan awam

agar sesuai dengan situasi umat harus berangkat dari kehidupan nyata umat

setempat, dalam katekese umat dikatakan bahwa sifat katekese itu “dari umat,

oleh umat, dan untuk umat” (Telaumbanua, 1999: 87).

Pembinaan karya kerasulan hendaknya dilakukan sejak dini yaitu mulai

masa kanak-kanak secara terus menerus, karena panggilan untuk merasul adalah

panggilan Gereja, maka semua anggota Gereja mempunyai kewajiban untuk

melakukan karya kerasulan. Pembinaan karya kerasulan pertama-tama menjadi

tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Selain itu tugas orang tua mengajar
68

sedikit demi sedikit, terutama dengan teladan, untuk memperhatikan kebutuhan-

kebutuhan jasmani maupun rohani sesama (AA, art. 30).

Seluruh keluarga dan kebersamaan hidup kaum awam menjadi masa

persiapan untuk merasul. Pendidikan kerasulan juga menjadi tugas para imam

sang pelayan sabda dan gembala, pendidikan-pendidikan di sekolah, kolese-

kolese, serta lembaga- lembaga Katolik. Bagi semua orang yang sudah

berkecimpung dalam karya kerasulan hendaknya mengkader kaum muda agar

turut mengambil bagian dalam karya-karya kerasulan.

Pembinaan karya kerasulan hendaknya menyesuaikan dengan berbagai

bidang karya kerasulan dan “sesuai dengan persatuan yang timbul dari

keberadaan mereka sebagai anggota-anggota Gereja dan warga masyarakat”

(CFL art. 59). Hal ini dilakukan agar tujuan karya kerasulan yang diharapkan

dapat berhasil dengan baik. Sebagai pendukung karya kerasulan bagi kaum

awam banyak upaya- upaya yang dilakukan seperti: sidang-sidang, kongres-

kongres, rekoleksi, latihan rohani, konfrensi-konfrensi, buku-buku seperti

tenang kitab suci, ajaran-ajaran Katolik, ajaran sosial, metode- metode atau

model- model karya pengembangan karya kerasulan yang sesuai (AA, art. 32).

Untuk tujuan karya kerasulan Gereja telah didirikan berbagai macam pusat-

pusat atau lembaga- lembaga pendidikan tinggi kateketik. Tujuan didirikannya

lembaga pendidikan kateketik tersebut untuk menjamin mutu dari petugas

kerasulan. Masalah mutu petugas kerasulan, ditekankan oleh PANKAT KAS

(1993: 49), mempunyai 4 (empat) hal pokok yang harus diperhatikan yakni

masalah visi atau wawasan berimannya pengetahuan imannya,ketrampilan

mendampingi (metode), dan semangat atau spiritualitas pendamping.


69

Keikutsertaan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja diperlukan

pembinaan bagi kaum awam. Pembinaan tersebut sangat penting karena dalam

menjalankan tugas kerasulannya kaum awam mendapatkan ciri yang istimewa

dari sifat keduniaan mereka serta corak hidup rohani yang khas bagi status

sebagai awam. Pembinaan kerasulan hendaknya memenuhi dasar-dasar

pembinaan manusiawi, pembinaan rohani, dan penbinaan pengetahuan teologis

(AA, art. 32).

a. Pembinaan manusiawi

Pembinaan manusiawi dimaksudkan agar kaum awam menjalankan tugas

perutusan harus utuh, dewasa, dan sesuai dengan situasi hidup masing- masing.

Sebagai seorang awam yang sudah mengenal dunia zaman sekarang dengan

baik, hendaknya menjadi anggota yang sungguh berintegrasi dalam masyarakat

serta kebudayaannya sendiri (AA, art. 29). Pembinaan kaum awam juga

hendaknya menyeluruh artinya pembinaan tersebut mencakup semua tingkat

hidup yaitu: budaya, teknik, profesional, dan sosial.

Pembinaan-pembinaan yang dilakukan tersebut agar membentuk suatu

pandangan yang tidak bisa dilupakan agar kerasulan kaum awam secara wajar

berkembang dengan baik (Tondowidjojo, 1990: 79). Pembinaan manusiawi

hendaknya menghargai keahlian profesional, semangat kekeluargaan dan

kewargaan, dan keutamaan-keutamaan yang berhubungan dengan perilaku

sosial, seperti kejujuran, keadilan, ketulusan, keteguhan hari, kebaikan; tanpa

hal- hal tersebut tidak mungkin ada kehidupan kristiani (CFL ar. 60).
70

b. Pembinaan rohani

Pembanaan rohani sangat dibutuhkan oleh kaum awam dalam karya

kerasulan. Kaum awam, dalam menjalankan tugas karya kerasulan, harus selalu

menyadari dan menghayati secara mendalam hidup yang diterangi oleh iman,

didorong oleh harapan, dan dijiwai oleh cinta kasih berkat anugerah Roh Kudus

sendiri (Tondowidjojo, 1990: 80). Imbauan Apostolik CFL art. 60

menambahkan bahwa pembinaan rohani patutlah menduduki tempat yang

istimewa di dalam kehidupan kaum awam.

Pembinaan kerohanian para awam setidak-tidaknya ada tiga kriteria yang

harus dipenuhi. Kriteria pembinaan rohani yang pertama: iman yang mendalam.

Kaum awam pertama-tama harus belajar memahami tugas perutusan Kristus dan

Gereja dengan hidup dari iman akan misteri ilahi, ciptaan, dan penebusan (AA,

art. 29). Kriteria pembinaan kerohanian yang kedua: adanya harapan. Sebagai

kaum awam sudah seharusnya memiliki pengharapan akan terungkapnya putra-

putri Allah sambil mengenangkan salib dan kebangkitan Tuhan (Tondowidjojo,

1990: 81). Kriteria pembinaan kerohanian yang ketiga: pendidikan rohani para

awam. Pendidikan rohani para awam hendaklah terarah agar hidup dan aktifitas

misioner mereka selalu terdorong oleh semangat cinta kasih.

c. Pembinaan pengetahuan teologis

Kaum awam dalam melaksanakan tugas kerasulan selain mendapatkan

pembinaan manusiawi dan rohani juga diperlukan “pendidikan pengetahuan

yang tangguh dan lengkap” (Tondowidjojo, 1990: 82). Pendidikan

pengetahuan teologis ini penting dalam pelaksanaan tugas perutusan. Bidang-


71

bidang yang perlu didapat dalam pembinaan pengetahuan teologis antara lain

bidang teologi, etika, filsafat, dan lain- lain yang sesuai dengan kebutuhan umat

setempat. Pelaksanaan karya kerasulan agar sesuai dengan situasi umat juga

dibutuhkan “pendidikan praktis dan teknis” (AA, art. 29). Pendidikan praktis

dan teknis sangat dibutuhkan dalam karya kerasulan agar proses dapat berjalan

lancar dan sesuai dengan situasi umat setempat. Imbauan Apostolok tentang

Panggilan dan tugas kaum awam (CFL) art. 60 menegaskan:

Situasi dewasa ini menunjukkan urgensi yang semakin meningkat untuk


pembinaan doktrinal kaum awam, bukan sekedar dalam pengertian yang
lebih baik yang memang wajar untuk dinamisme iman melainkan juga
dalam memungkinkan mereka supaya “memberikan alasan akan
pengharapan mereka” dalam menghadapi dunia dan masalah- masalahnya
yang pelik dan rumit.

3. Bidang-bidang Kerasulan Awam

Kaum awam dihimpun dalam umat Allah, dilebur dalam Tubuh Kristus

yang satu. Semua orang yang telah menerima Permandian dan Sakramen

Penguatan dipanggil untuk mengembangkan Gereja dan melaksanakan tugas

kerasulan. Kerasulan awam mengambil bagian dari tugas perutusan Gereja

untuk mewartakan keselamatan. Kaum awam dalam tugas perutusan hadir untuk

menjadi garam dan terang dunia dalam Gereja dan masyarakat serta

“menjalankan tugas kerasulan serba ragam baik di dalam Gereja maupun di

dalam dunia” (Tondowidjojo, 1990: 49). Kaum awam dalam menjalankan tugas

pelayanan dijalankan sesuai dengan panggilan khas mereka sebagai kaum awam

(CFL art. 23).

Kaum awam, sebagai petugas kerasulan, mengambil bagian dalam tugas

imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Kaum awam turut mengambil bagian
72

dalam tugas imamat Kristus berarti mereka turut mengambil bagian dalam

tugas menyucikan dan menguduskan dunia. Peranan kaum awam dalam

mengambil tugas kenabian Kristus berarti turut mewartakan karya keselamatan

dan memberikan kesaksian hidup. Salah satu bentuk kesaksian hidup para awam

yakni dalam dalam keluarga. Kaum Awam dalam membangun rumahtangga

sebagai suami istri yang mempunai panggilan khusus agar “satu dengan yang

lain mewujudkan cinta kasih sejati Kristus” (Heuken, 1967: 39) kepada dunia.

Kerasulan para suami istri dan keluarga-keluarga kristiani mempunyai makna

yang istimewa pentingnya bagi Gereja maupun dalam masyarakat (AA, art. 11)

karena “menunjukkan hubungan yang mendalam antara perkawina n dan misteri

Kristus dan Gereja” (CFL art. 40). Tugas kerasulan kaum awam mengambil

bagian dalam tritugas Kristus berarti turut mengambil bagian dalam tugas

mempersatukan dan melayani dapat diwujudkan dalam berbagai bidang

pelayanan yang sangat luas baik dalam Gereja maupun masyarakat.

Bidang-bidang kerasulan awam dalam Gereja sangat banyak dan

beragam bentuk dan macamnya. Dekrit Konsili Vatikan II Apostolicam

Actuositatem, membagi beberapa bidang pelayanan kerasulan, kerasulan jemaat-

jemaat gerejawi, kerasulan keluarga, kerasulan kaum muda, kerasulan

lingkungan sosial, kerasulan bidang nasional dan internasional (AA, art. 10-14).

Pembagian pelayanan karya kerasulan kaum awam berdasarkan bidang-

bidang yang ada bertujuan agar karya kerasulan semakin dipermudah dan

semakin maksimal dengan menyesuaikan dengan kemampuan dan keahlian

masing- masing. Bidang jemaat gerejani disini mempunyai makna yang luas,

seperti kegiatan katekese, aktif dalam kegiatan-kegiatan Gereja, seperti menjadi


73

pengurus Dewan Paroki dan lain- lain. Untuk bidang kelua rga terlibat dalam

penyuluhan keluarga, katekese keluarga, rekoleksi pasangan suami istri, kursus

persiapan perkawinan, Marriage Encounter, begitu juga bidang-bidang nasional

dan internasional juga membutuhkan keterlibatan umat seperti terlibat di dalam

“kebudayaan, lembaga masyarakat politik, turut mengambil bagian dalam

masalah Ajaran Sosial Gereja” (Tondowidjojo, 1990: 51). Lingkup dan sifat

karya penebusan Allah luas dan menyeluruh, maka praktis tidak ada yang tidak

tersentuh oleh karya kerasulan awam.

D. Dewan Paroki

Dewan Paroki merupakan salah satu wujud nyata peranan kaum awam

dalam melaksanakan tugas kerasulan Gereja. Menjadi anggota Dewan paroki

berarti turut mengembangkan Gereja melalui berbagai bidang yang ada dalam

Dewan Paroki. Untuk mengenal Dewan Paroki lebih lanjut, dalam bagian ini

akan membahas selayang pandang tentang Dewan Paroki, struktur kelembagaan

Dewan Paroki, dan Dewan Paroki sebagai tugas kerasulan Gereja.

1. Selayang Pandang tentang Dewan Paroki

Selayang pandang tentang Dewan Paroki pada bagian ini, hendak

membahas sejarah, pengertian, tujuan, serta fungsi Dewan Paroki.

a. Sejarah Dewan Paroki

Pada abad IV seiring perkembangan Gereja, hidup orang kristiani mulai

berkumpul dan berpusat di sekitar pusat-pusat peribadatan yaitu basilika,


74

sehingga basilika menjadi pusat kegiatan rohani. Pada abad tersebut,

teknologi mengalami perkembangan. Perkembangan teknologi yang terjadi

membawa dampak bagi Gereja. Karena alasan tertentu, umat tidak mungkin

lagi tinggal di sekitar basilika dan tidak mungkin setiap kali datang ke basilika

untuk beribadat. Menanggapi hal tersebut, Paus Calesius I (492-496),

sebagaimana dikutip oleh Gitowiratmo (2003: 21), menyelesaikan masalah yang

terjadi dengan membagi daerah-daerah pedesaan yang jauh dari basilika menjadi

paroki-paroki dan setiap paroki dilayani oleh seorang pastor.

Pada tahun 1962, Paus Yohanes XXIII mengundang para wakil Gereja

untuk mengadakan sidang konsili, yaitu Konsili Vatikan II. Cita-cita dasar

Konsili Vatikan II ialah untuk menyegarkan kembali kehidupan Gereja, agar

Gereja tidak ketinggalan zaman. Salah satu topik yang dibahas dalam Sidang

Konsili Vatikan II yakni berbicara tentang Gereja. Dalam sidang tersebut

dihasilkan rumusan bahwa Gereja merupakan persekutuan umat Allah. Sebagai

persekutuan umat Allah, Gereja tergabung dalam Kristus dan mengambil

bagian dalam imamat, kenabian, dan rajawi Kristus; dan menurut bagiannya

menjalankan perutusan seluruh umat Kristiani dalam dunia (Sumarno Ds., 2005:

3). Semakin berkembangnya Gereja, banyak kaum awam yang menyadari akan

peranan mereka dalam Gereja. Mereka tidak hanya sebagai objek perutusan

Gereja, tetapi mereka dapat berperan aktif dan terlibat sesuai dengan

pengetahuan dan kemampuan mereka (Sumarno Ds., 2005: 3).

Kemajuan zaman semakin berkembang, demikian juga Gereja mengalami

perkembangan yang semakin pesat. Sebagai dampak dari perkembangan

tersebut, Gereja membutuhkan peranan kaum awam untuk membantu para


75

gembala dalam tugas penggembalaan. Keikutsertaan kaum awam dalam tugas

penggembalaan mempunyai peranan khas. Kekhasan peranan kaum awam

dalam tugas kegembalaan yaitu meresapi hidup konkrit dalam setiap karya

mereka dengan semangat Kristus (Sumarno Ds., 2005: 3). Peranan kaum awam

dalam tugas penggembalaan di sebuah paroki membutuhkan suatu wadah.

Wadah tersebut bertujuan agar peranan mereka dapat terkoordinir dan semakin

ditingkatkan. Sebagai wujud dari usaha umat dalam hal tersebut, dibentuklah

Dewan Paroki. Dewan Paroki merupakan salah satu wadah peningkatan peranan

kaum awam dalam melaksanakan perutusan Gereja (Sumarno Ds., 2005: 3).

Keberadaan Dewan Paroki dalam sebuah paroki sebagai sebuah lembaga

pelayanan di tengah jemaat, merupakan gejala hidup menjemaat di zaman

moderen khususnya sesudah Konsili Vatikan II (Gitowiratmo, 2003: 33). Dewan

Paroki merupakan salah satu usaha kaum awam untuk mengambil bagian dalam

pembentukan pelayanan-pelayanan iman yang memadai serta sebagai usaha

membentuk pelayanan-pelayanan baru yang memungkinkan kaum awam

berperan lebih aktif dan bertanggung jawab atas perutusan seluruh Gereja

(Sumarno Ds., 2005: 3).

b. Pengertian Dewan Paroki

Tugas penggembalaan umat beriman kristiani, merupakan wujud nyata

keterlibatan kaum awam mengambil bagian dalam tugas rajawi Yesus Kristus,

yakni senantiasa mengembangkan Kerajaan Allah di dunia. Tuhan ingin

memperluas kerajaan-Nya juga melalui kaum awam, yakni kerajaan kebenaran

dan kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat, kerajaan keadilan, cinta kasih,
76

dan damai (LG, art. 36). Keterlibatan kaum awam dalam pengembangan

Kerajaan Allah tidak lepas dari peranan menata Gereja secara terus menerus.

Kegiatan menata Gereja dapat mencakup berbagai bidang, seperti pengelolaan

karya pastoral paroki, pengelolaan administrasi paroki dan lain- lain. Usaha

penataan demikian membutuhkan wadah, sehingga komunikasi dan partisipasi

seluruh umat mempunyai tempat. Wadah tersebut dinamakan Dewan Paroki.

Kepengurusan Dewan Paroki berasal dari umat, yang berkarya diantara umat itu

sendiri, dan demi perkembangan uma t dalam paroki yang bersangkutan

(Prasetya, 2007: 29).

Dewan paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat

Allah, yang terdiri dari imam sebagai wakil uskup dan kaum awam termasuk

biarawan-biarawati (jika ada) sebagai wakil umat (Prasetya, 2007: 6). Seluruh

anggota Dewan Paroki bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk

terlibat dalam tritugas Kristus yakni menguduskan, mewartakan, dan

menggembalakan.

Dewan Paroki mempunyai pengertian berbeda-beda antara

keuskupan/paroki yang satu dengan keuskupan/paroki yang lain menyesuaikan

kebutuhan setempat. Keuskupan Agung Semarang mendefinisikan Dewan

Paroki sebagai suatu badan dimana para gembala dan wakil umat bersama-sama

memikirkan, memutuskan, dan melaksanakan apa yang perlu atau ya ng

bermanfaat untuk mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan rahmat Allah, dan

membimbing umat supaya dapat menghayati, mengungkapkan, merayakan, dan

mewujudkan iman (Gitowiratmo, 2003: 30-31). Berkaitan dengan Dewan

Paroki Kitab Hukum Kanonik dalam kanon 536 §1 mengatakan:


77

Jika menurut pandangan Uskup diosesan setelah mendengarkan dewan


imam, dianggap baik, maka hendaknya di setiap paroki didirikan dewan
pastoral yang diketuai oleh pastor-pastor paroki, dalam dewan pastoral itu
kaum beriman kristiani bersama dengan mereka yang berdasarkan
jabatannya mengambil bagian dalam reksa pastoral di paroki, hendaknya
memberikan bantuannya untuk mengembangkan kegiatan pastoral.

Berbagai macam pengertian tentang Dewan Paroki yang berbeda-beda

dikarenakan mempunyai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda-beda antara

keuskupan yang satu dengan keuskupan lain. Dari berbagai macam pengertian

Dewan Paroki, Gitowiratmo (2003: 32) menyimpulkan 2 (dua ) pokok pengertian

Dewan Paroki sebagai berikut :

• Mencerminkan fungsi dan dinamika pelayanan dan pengembangan


seluruh jemaat sehingga semakin hidup dalam Kristus.
• Mendukung dan mempermudah terwujudnya persekutuan jemaat
beriman walau di dalamnya ada bermacam- macam tanggung jawab dan
karisma anugerah Roh Kudus.

c. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki

Dewan Paroki dalam pelaksanaannya memiliki tujuan dan fungsi yang

dirumuskan dalam beraneka ragam pengertian menyesuaikan kebutuhan dan

situasi setempat. Tujuan dan fungsi Dewan Paroki akan dipahami berdasarkan

Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004.

1). Tujuan Dewan Paroki

Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004

membahas tujuan Dewan Paroki dalam pasal 5 (lima). Tujuan Dewan paroki

menurut pasal 5 (lima) PDDP KAS tahun 2004 yakni menyelenggarakan tata

penggembalaan paroki. Dalam usaha menyelenggarakan tata penggembalaan


78

paroki, hendaknya melibatkan, mengembangkan, dan memberdayakan seluruh

umat paroki yang bersangkutan. Dengan melibatkan seluruh umat, diharapkan

dalam usaha menyelenggarakan tata penggembalaan, Dewan Paroki mampu

menemukan ungkapan dan perwujudan iman yang khas dalam persekutuan

dengan paroki-paroki sekeuskupan. Tujuan Dewan Paroki selain demi

perkembangan iman umat, Dewan Paroki juga bertujuan membangun kerjasama

dengan berbagai pihak. Kerjasama yang dibangun antara lain kerjasama antar

agama dan aliran kepercayaan. Dengan membangun kerjasama tersebut,

diharapkan bersama-sama mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam

masyarakat yang majemuk. Selain itu, juga bekerjasama dalam memperhatikan

masyarakat yang kecil, lemah, miskin, dan tersingkir (KAS, 2004: 21)

2). Fungsi Dewan Paroki

Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang berbicara

tentang fungsi Dewan Paroki secara khusus dibahas dalam pasal 6 (enam)

(2004: 21): “sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh umat

dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja”. Gitowiratmo

(2003: 40-46) merumuskan 4 (empat) hal pokok fungsi yang dimainkan oleh

Dewan Paroki yakni fungsi pelayanan, fungsi kepemimpinan, fungsi

representasi, dan fungsi penggerak. Fungsi pelayanan bertujuan untuk

memajukan perkembangan hidup Gereja sehingga umat semakin berkembang

dalam iman dan persekutuan. Fungsi kepemimpinan bertujuan untuk

menghimpun dan mempersatukan Gereja yang bekerjasama dengan imam sang

gembala umat. Maka Dewan Paroki sebagai team kerja/partnership atau team
79

pelaksana kerja para gembala/pastor. Fungsi representasi mempunyai tujuan

mewujudkan keberadaan umat, memberi laporan secara administratif,

komunikator antara umat dengan imam, antar paroki dengan paroki lain,

kevikepan, dan keuskupan, dan juga menjadi wakil umat yang berhubungan

dengan badan-badan hukum dan masyarakat lain. Fungsi penggerak mempunyai

tujuan sebagai fungsi dinamisator kehidupan jemaat, menyediakan sarana

prasarana demi perkembangan umat.

Fungsi- fungsi Dewan Paroki dalam sebuah paroki seringkali dijabarkan

dalam berbagai bentuk job description atau anggaran rumah tangga paroki yang

bermacam- macam. Anggaran rumah tangga paroki seringkali berbeda-beda

antara paroki satu dengan yang lain berdasarkan kebijakan dan kebutuhan paroki

masing- masing.

2. Struktur Kelembagaan Dewan Paroki

Dewan Paroki dalam sebuah paroki harus memiliki struktur kelembagaan

yang jelas. Kejelasan struktur kelembagaan dalam Dewan Paroki bertujuan agar

mempunyai job description yang jelas bagi semua bidang. Struktur kelembagaan

Dewan Paroki dalam bagian ini membicarakan tentang Dewan Paroki sebagai

persekutuan umat dan pedoman dasar Dewan Paroki.

a. Dewan Paroki sebagai Persekutuan Umat

Umat beriman kristiani, berkat Sakramen Permandian, dipersatukan oleh

Allah menjadi anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, umat beriman kristiani

mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Persekutuan umat beriman kristiani
80

sebagai Gereja merupakan persekutuan (communio) umat beriman, yang

disatukan berdasarkan kesatuan antara Bapa, Putera, dan Roh Kudus (LG, art.

4). Persukutuan dengan Allah Tritunggal bukan hanya merupakan sumber dan

pola kesatuan Gereja tetapi juga sumber dan tujuan seluruh hidup manusia

(KAS, 2004: 1). Karena bersatu dalam Allah Tritunggal maka umat beriman ikut

mengambil bagian dalam karya keselamatan manusia, serta dipanggil untuk

menjadi “terang dan garam dunia” (Mat 5:13-14). Rasul Paulus dalam suratnya

yang pertama kepada jemaat di Korintus menggambarkan persekutuan sebagai

gambaran tubuh (banyak anggota tetapi satu tubuh) (1 Kor 12:12-31).

Panggilan umat beriman kristiani, dalam persekutuan (communio) dengan

Allah Tritunggal, dalam tugas perutusan karya keselamatan, dapat diwujudkan

dalam “persekutuan antar anggota Gereja” (CFL art. 32). Salah satu wujud

persekutuan (communio) umat beriman dalam mewujudkan karya keselamatan,

yakni dengan turut mengambil bagian dalam kepengurusan Dewan Paroki.

Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan umat

Allah, yang terdiri dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam termasuk

biarawan-biarawati (jika ada) sebagai wakil umat (Prasetya, 2007: 6). Dewan

Paroki sebagai persekutuan umat beriman dimana para gembala dan wakil umat

bersama-sama mewartakan sabda Tuhan, mengembangkan rahmat Allah, dan

membimbing umat supaya dapat menghayati, mengungkapkan, merayakan, dan

mewujudkan iman (Gitowiratmo, 2003: 30-31). Dewan Paroki menjadi orga n

tanggung jawab bersama atas kehidupan serta kesaksian Kristus yang

diwujudkan mela lui ibadat, pewartaan, karya misioner, amal, pendidikan, dan

khususnya di antara muda-mudi dan lain- lain (Sumarno Ds., 2005: 2).
81

Kepengurusan Dewan Paroki sebagai persekutuan (communio) merupakan

lembaga resmi Gereja, maka dibutuhkan struktur kelembagaan yang jelas.

Keberadaan stuktur kelembagaan Dewan Paroki dimaksudkan untuk kelancaran

tugas pelayanan bagi jemaat. Struktur kelembagaan dalam Dewan Paroki harus

menampakkan mekanisme komunikasi yang lincah dan luwes demi tercapainya

tujuan pelayanan (Gitowiratmo, 2003: 76). Jadi diharapkan dalam kelembagaan

adanya unsur kerjasama antara satu dengan yang lain sebagai suatu persekutuan.

Struktur dasar Dewan Paroki dibagi menjadi 3 (tiga) tahap (Gitowiratmo, 2003:

74) sebagai berikut:

1. Dewan Harian, terdiri dari (para) imam sebagai ketua umum, para
ketua (awam), para sekretaris, dan para bendahara.
2. Dewan Inti, terdiri dari Dewan Harian ditambah ketua-ketua seksi.
3. Dewan Pleno, terdiri dari Dewan Inti ditambah dengan ketua-ketua
lingkungan/ kring-stasi dan wakil (sejauh ada) dari organisasi jemaat,
biara, karya-karya pastoral profesi dan karya kastoral karitatif.

Dewan Paroki merupakan dewan umat di bawah romo paroki yang

memiliki wewenang tertinggi dalam sebuah paroki (Sumarno Ds., 2005: 3).

Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

dan perkembangan sebuah paroki. Dewan Paroki sebagai bentuk persekutuan

umat (communio), merupakan lembaga teringgi dan pemuka jemaat dalam

sebuah paroki. Semua tugas perutusan dan tanggung jawab akan berhasil bila

senantiasa bersatu dengan Yesus sang gembala utama.

b. Pedoman dasar Dewan Paroki

Pedoman Dasar Dewan Paroki merupakan pedoman yang berisikan tata

cara dan aturan yang mengatur segala sesuatu yang menyangkut Dewan Paroki.
82

Pedoman Dasar Dewan Paroki yang diangkat oleh penulis yakni Pedoman

Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004. penulis

mengambil PDDP KAS tahun 2004 dikarenakan Pedoman Dasar Dewan Paroki

tersebut lengkap dan terperinci. Adapun PDDP KAS tahun 2004 terdiri dari 9

(sembilan) bab yang meliputi 32 pasal serta didahului dengan pembukaan.

Secara terperinci, 9 (sembilan) bab tersebut antara lain bab I berbicara tentang

pengertian disekitar Dewan Paroki; bab II berbicara tentang tujuan, fungsi,

wewenang, dan tanggung jawab Dewan Paroki; bab III berbicara tentang tugas

Dewan Paroki; bab IV berbicara tentang tata kerja Dewan Paroki; bab V

berbicara tentang keanggotaan Dewan Paroki; bab VI berbicara tentang

karyawan paroki; bab VII berbicara tentang harta benda dan keuangan paroki;

bab VIII berbicara tentang lain- lain; dan bab IX tentang penutup.

1). Pembukaan

Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun 2004

didahului dengan pembukaan. Pembukaan dalam PDDP KAS tahun 2004

tersebut membicarakan persekuruan Ilahi, persekutuan dan perutusan gerejawi,

dan tata penggembalaan. Umat Keuskupan Agung Semarang merupakan

persekutuan (communio) umat beriman yang berdasarkan kesatuan Bapa, Putra,

dan Roh Kudus (persekutuan dengan Allah Tritunggal), yang menjadi sumber

dan tujuan hidup seluruh umat manusia. Melalui persekutuan Ilahi tersebut umat

dipanggil dalam karya keselamatan yang bersumber pada persekutuan Allah

Tritunggal, yakni melalui Kristus, menuju Bapa dalam Roh Kudus (KAS, 2004:

1).
83

Persekutuan dan perutusan gerejawi umat beriman menunjuk hakekat,

identitas, dan perutusan Gereja yang bersumber, berdasarkan, dan bertujuan

pada persekutuan ilahi Allah Tritunggal. Hakekat dan identitas Gereja

bersumber pada communio yang tampak dalam panggilannya untuk mengambil

bagian dalam persekutuan hidup Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Gereja

dipanggil untuk menjadi sakramen yakni tanda dan sarana keselamatan bagi

dunia dengan mewartakan dan menghadirkan persekutuan Allah dan kesatuan

dengan umat manusia. Persekutuan paguyuban-paguyuban dalam tugas

perutusan ini sekaligus menempatkan Gereja Keuskupan Agung Semarang

dalam konteks Gereja di Asia yang harus membangun diri melalui 3 (tiga)

dialog yakni dialog dengan kaum miskin, kecil, lemah, dan terlantar; dialog

dengan aneka budaya yang hidup ditengah masyarakat; dan dialog dengan umat

yang beragama dan berkepercayaan lain (KAS, 2004: 5).

Persekutuan umat beriman KAS melaksanakan dan mewujudkan panggilan

dan perutusannya di bidang penggembalaan. Communio menjadi roh dan jiwa

panggilan dan perutusan Gereja melalui keterlibatan aktif dan utuh dalam setiap

karya kegiatan Gereja menurut peran masing- masing. Kepengurusan Dewan

Paroki dipandang sebagai tanda dan sarana keterlibatan umat beriman dalam

melaksanakan panggilan dan perutusan Gereja untuk mewartakan dan

menghadirkan persekutuan hidup Allah Tritunggal (KAS, 2004: 8).

2). Bab I: Pengertian disekitar Dewan Paroki

Pada bab I tentang pengertian disekitar Dewan Paroki meliputi 4 pasal,

yakni sebagai berikut: pasal 1 menjelaskan tentang pengelompokan umat; pasal


84

2 menjelaskan tentang tata penggebalaan; pasal 3 menjelaskan tentang skema

Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang; dan pasal 4 menjelaskan tentang

macam- macam paroki.

Pasal 1 (satu) menjelaskan tentang Pengelompokan umat beriman.

Pengelompokan umat beriman terkecil dalam sebuah paroki berdasarkan

kedekatan tempat tinggal dengan jumlah antara 10-50 kepala keluarga

dinakaman lingkungan. Dari beberapa lingkungan yakni antara 3-8 lingkungan

bergabung membentuk persekutuan yang sedikit lebih besar dinamakan wilayah.

Paroki dimengerti sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman

(1.000-10.000 jiwa) sebagai bagian dari keuskupan dalam batas teritorial

tertentu. Akan tetapi suatu paroki yang memiliki gedung gereja Katedral (ada

tahta Uskup), tempat uskup sebagai pemersatu seluruh umat keuskupan

mempunyai nama istimewa yakni paroki Katedral. Seluruh paroki dalam

wilayah tertentu dengan batas-batas teritorial tertentu yang dipimpin oleh uskup

disebut keuskupan. Tidak jarang apabila jumlah paroki dalam suatu keuskupan

terlalu banyak maka dipecah menjadi beberapa kelompok paroki (persekutuan)

dinamakan kevikepan dan dipimpin oleh seorang Vikaris Episkopalis (Vikep)

yang mendapat ma ndat tertentu dari Uskup. Disebuah paroki terdapat kelompok

kategorial yakni paguyuban umat beriman yang bersekutu berdasarkan kategori

tertentu dengan jumlah relatif kecil. Untuk mempermudah mengkoordinasi

kelompok-kelompok kategorial dalam paroki yang sama, maka dibentuk

koordinasi kategorial (KAS, 2004: 12-13).

Pasal 2 (dua) menjelaskan tentang tata penggembalaan. Tata

penggembalaan dalam sebuah paroki dilaksanakan oleh Dewan Paroki. Dewan


85

Paroki dimengerti sebagai persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri dari

imam sebagai wakil Uskup, dan kaum awam serta biarawan-biarawati (bila ada)

sebagai wakil umat bersama-sama melaksanakan tugas dan panggilan untuk

terlibat dalam tritugas Kristus yakni menguduskan, mewartakan, dan

menggembalakan umat. Keanggotaan Dewan Paroki terdiri dari Dewan Harian,

yang terdiri dari: ketua (ex Officio), wakil ketua I (pastor pembantu ex Officio,

bila ada), wakil ketua II (awam), ketua-ketua bidang, ketua-ketua stasi,

koordinator ketua-ketua wilaya h, sekretaris, dan bendahara; Dewan Inti, yang

terdiri dari: Dewan Harian, ketua-ketua wilayah, koordinator-koordinator tim

kerja, dan ketua-ketua koordinasi kategorial; dan Dewan Pleno, yang terdiri dari:

Dewan Inti, ketua-ketua lingkungan, ketua-ketua kelompok kategorial, wakil-

wakil organisasi, biara, karya pastoral khusus, dan tokoh-tokoh. Dalam

pelaksanaan Dewan Paroki dibantu oleh Tim kerja. Tim kerja (untuk

menggantikan istilah “seksi”) dimengerti sebagai kelompok kecil yang terbentuk

untuk mendampingi gerakan-gerakan pengembangan bidang-bidang kegiatan

Gereja paroki (KAS, 2004: 15).

Pasal 3 (tiga) menjelaskan tentang skema Dewan Paroki Keuskupan

Agung Semarang. Skema dibuat tidak untuk menunjukkan struktur kekuasaan

dalam Dewan Paroki, tetapi untuk mempermudah koordinasi dan alur

komunikasi antar pengurus. Jiwa satu roh yang ingin diwujudkan dalam kerja

Dewan Paroki adalah kerjasama dalam satu jaringan koordinasi. Struktur tidak

untuk menggambarkan kekuasaan jalur komando, melainkan untuk

memperhatikan suatu skema kerja bersifat koordinatif-kemitraan. Communio

adalah semangat yang akan dihayati bersama. Demikian pula bentuk skema
86

yang dipilih bukan piramida atau bulatan melainkan garis koordinasi yang

menyamping dengan maksud agar semakin dihayati semangat kemitra-sejajaran.

Skema ini dibuat dalam pasal tersendiri unt uk menegaskan bahwa semakin

pentinglah jaringan komunikasi dan koordinasi diciptakan dalam pola kerja

Dewan Paroki (KAS, 2004: 17).

Pasal 4 (empat) menjelaskan tentang macam- macam paroki. Macam-

macam paroki dibagi menjadi 2 (dua): paroki dan paroki administratif. Paroki

merupakan persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian

dari keuskupan dalam batas-baras wilaya h tertentu yang sudah memiliki pastor

kepala, yang berdomisili di parokinya sendiri; dan paroki administratif

merupakan persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman sebagai bagian

dari keuskupan dalam batas-baras wilayah tertentu yang pastor kepalanya masih

dijabat oleh pastor kepala paroki (KAS, 2004: 19).

3). Bab II: Tujuan, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki

Pada bagian bab II ini terdiri pasal 5 menjelaskan tentang tujuan Dewan

Paroki; pasal 6 menjelaskan tentang fungsi Dewan Paroki; dan pasal 7

menjelaskan tentang wewenang dan tanggung jawab Dewan Paroki.

Pasal 5 (lima) menjelaskan tentang tujuan Dewan Paroki. Tujuan Dewan

Paroki yakni menyelenggarakan tata penggembalaan yang melibatkan,

mengembangkan, dan memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan kerya

paroki untuk menemukan ungkapan dan dan perwujudan iman yang khas dalam

persekutuan dalam paroki-paroki se-Keuskupan; dan membangun kerjasama

antar agama dan pemeluk kepercayaan, mengembangkan pola hidup dan pola
87

pikir dalam masyarakat yang majemuk, dan memperhatikan yang kecil, lemah,

miskin, dan tersingkir (KAS, 2004: 21).

Pasal 6 (enam) menjelaskan tentang fungsi Dewan Paroki. Dewan Paroki

berfungsi sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh umat

dalam melaksanakan panggilan dan tugas perutusan Gereja (KAS, 2004: 21).

Pasal 7 (tujuh) menjelaskan tentang wewenang dan tanggung jawab

Dewan Paroki. Wewenang Dewan Paroki yakni mengambil keputusan reksa

pastoral paroki dalam kesatuan dengan arah pastoral Keuskupan. Sedangkan

Tanggung jawab Dewan Paroki yakni bertanggung jawab atas pelaksanaan

keputusan kepada umat paroki dan Uskup (KAS, 2004: 21).

4). Bab III: Tugas Dewan Paroki

Tugas Dewan paroki dalam bab III ini terdiri dari pasal 8 menjelaskan

tentang tugas umum Dewan Paroki; pasal 9 menjelaskan tentang tugas Dewan

Paroki; pasal 10 menjelaskan tentang tugas Dewan Inti; pasal 11 menjelaskan

tentang tugas Dewan Pleno; pasal 12 menjelaskan tentang tugas pastor paroki;

pasal 13 menjelaskan tentang tugas ketua stasi, ketua wilayah, ketua koordinasi

kategorial, dan koordinator tim kerja; dan pasal 14 menjelaskan tentang tugas

ketua lingkungan dan ketua kelompok kategorial.

Pasal 8 (delapan) menjelaskan tentang tugas umum Dewan Paroki. Dewan

Paroki bertugas menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan

dalam terang iman memutuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa

pastoral paroki yang meliputi bidang liturgi dan peribadatan, pewartaan,

pelayanan kemasyarakatan, dan paguyuban dan tata organisasi (KAS, 2004: 23).
88

Pasal 9 (sembilan) menjelaskan tentang tugas Dewan Harian. Tugas

Dewan Harian antara lain menangani masalah sehari- hari yang timbul dalam

kehidupan umat beriman; mempersiapkan rapat atau pertemuan dengan

kemungkinan membentuk panitia tersendiri; mengundang rapat Dewan Inti atau

Dewan Pleno atau sebagian secara berkala; dan menyampaikan laporan tahunan

kepada Uskup (KAS, 2004: 23).

Pasal 10 menjelaskan tentang tugas Dewan Inti. Dewan Inti bertugas

menjabarkan proritas reksa pastoral paroki dalam program kerjanya; menyusun

rencana program kerja jangka panjang dan jangka pendek, serta

menyampaikannya kepada Dewan Pleno; melaksanakan program kerja yang

disahkan oleh Dewan Pleno; dan melaporkan dan mempertanggungjawabkan

pelaksanaan program kerja kepada Dewan Pleno sekurang-kurangnya setahun

sekali (KAS, 2004: 25).

Pasal 11 menjelaskan tentang tugas Dewan Pleno. Tugas Dewan Pleno

yakni menentukan prioritas reksa pastoral paroki jangka panjang dan jangka

pendek; mengesahkan rencana program kerja Dewan Inti menjadi program kerja

Dewan Paroki; dan mengevaluasi pelaksanaan program kerja Dewan Paroki

sekurang-kurangnya setahun sekali (KAS, 2004: 25).

Pasal 12 menjelaskan tentang tugas pastor paroki. Pastor paroki bertugas

menampakkan dan menghadirkan jiwa persekutuan dan pelayanan pada

pelaksanaan reksa pastoral dalam kesatuan dengan Uskup dan umat paroki;

menjaga kemurnian ajaran iman dan moral kristiani; mengemban tanggung

jawab reksa pastoral paroki; mengemban tanggung jawab penyelenggaraan

administrasi paroki; mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di pastoran; dan


89

pada waktu pergantian tugas pastor kepala, pastor kepala yang digantikan

menyerahkan laporan tugas kepada penggantinya, dengan berita acara (KAS,

2004: 25).

Pasal 13 menjelaskan tentang tugas ketua stasi, ketua wilayah, ketua

koordinasi kategorial, dan koordinator tim kerja. Tugas ketua stasi antara lain

mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan

antar wilayah (bila ada); mewakili lingkungan- lingkungan dan wilayah-wilayah

(bila ada) di dalam Dewan Paroki; menyampaikan hasil rapat Dewan Paroki

kepada pengurus lingkungan-lingkungan dan wilayah-wilayah (bila ada) yang

berada dalam stasi; dan menyelenggarakan administrasi mandiri. Tugas ketua

wilayah antara lain mengkoordinasi kegiatan antar lingkungan; mewakili

lingkungan- lingkungan dala m wilayah di dalam Dewan Paroki; dan

menyampaikan hasil rapat Dewan Paroki kepada petugas lingkungan-

lingkungan yang berada di dalam wilayah. Tugas koordinasi ketegorial yakni

mengkoordinasi kegia tan antar kelompok katego rial; mewakili kelompok-

kelompok kategorial yang ada dalam koordinasinya di dalam Dewan Paroki; dan

menyampaikan hasil rapat Dewan Paroki kepada pengurus kolompok-kelompok

kategorial yang berada dalam koordinasinya. Sedangkan tugas Tim Kerja yakni

mengkoordinasi kegiatan tim kerjanya; mewakili tim kerjanya di dalam Dewan

Paroki; dan menyampaikan hasil rapat Dewan Paroki kepada tim kerjanya

(KAS, 2004: 27).

Pasal 14 menjelaskan tentang tugas ketua lingkungan dan ketua kelompok

kategorial. Ketua lingkungan bertugas menampung dan mengurus hal-hal yang

berkaitan dengan reksa pastoral warga lingkungan dalam kesatuan dengan ketua
90

wilayah dan/atau stasi; mengadakan pendataan lingkungan setahun sekali

dengan menggunakan pedoman statistik keuskupan; bertanggung jawab atas

terjadinya pertemuan-pertemuan lingkungan; mengadakan dan memimpin

kegiatan umat lingkungan; dan membangun kerjasama antar lingkungan atau

antar lingkungan dan kelompok kategorial untuk perkembangan umat dan

masyarakat. Ketua kelompok ketegorial bertugas menampung dan mengurus

hal- hal yang berkaitan dengan reksa pastoral anggota kelompok kategorial

dalam kesatuan dengan ketua koordinasi kategorial; mengadakan pendataan

anggota kelompok kategorial setahun sekali dengan menggunakan pedoman

statistik keuskupan; dan mengadakan dan memimpin kegiatan kelompok

kategorialnya; membangun kerjasama antar kelompok kategorial atau antar

kelompok kategorial dan lingkungan untuk perkembangan umat dan masyarakat

(KAS, 2004: 29).

5). Bab IV: Tata kerja Dewan Paroki

Tata kerja Dewan Paroki pada bab IV ini, meliputi pasal 15 yang

menjelaskan tentang suasana dan cara kerja; pasal 16 menjelaskan tentang

pengambilan keputusan; dan pasal 17 menjelaskan tentang frekuensi rapat

Dewan Paroki.

Pasal 15 menjelaskan tentang suasana dan cara kerja Dewan Paroki.

Suasana kerja Dewan Paroki menampakkan wajah paguyuban dan cara kerja

Dewan Paroki menggunakan model kerja tim dan/atau panitia tersendiri (ad hoc)

(KAS, 2004: 31).


91

Pasal 16 menjelaskan tentang pengambilan keputusan Dewan Paroki.

Pengambilan keputusan dalam Dewan Paroki dilakukan dengan jalan

musyawarah untuk penegasan bersama; dan pastor paroki sebagai wakil Uskup

dapat menunda pengambilan keputusan atau menunda pelaksanaan dalam

bidang ajaran iman dan moral Gereja serta dalam hal- hal yang berkaitan dengan

hukum Gereja (KAS, 2004: 31).

Pasal 17 menjelaskan tentang frekuensi rapat Dewan Paroki. Frekuensi

rapat Dewan Paroki diperlukan untuk menjamin komunikasi dan berfungsinya

Dewan Paroki hendaknya ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan

Paroki; dan rapat pleno Dewan Paroki diadakan sekurang-kurangnya satu kali

dalam setahun (KAS, 2004: 31).

6). Bab V: Keanggotaan Dewan Paroki

Keanggotaan Dewan Paroki pada bab V meliputi beberapa pasal yakni

sebagai berikut: pasal 18 menjelaskan tentang persyaratan; pasal 19

menjelaskan tentang pemilihan; pasal 20 menjelaskan tentang pelantikan; dan

pasal 21 menjelaskan tentang masa bakti Dewan Paroki.

Pasal 18 menjelaskan tentang persyaratan anggota Dewan Paroki. Semua

kaum awam mempunyai hak untuk menjadi anggota Dewan Paroki. Persyaratan

menjadi anggota Dewan Paroki adalah seorang Katolik yang aktif dalam

lingkungan atau kelompok kategorial; bersemangat hidup menggereja dengan

bersedia melayani umat; mempunyai nama baik di tengah umat dan masyarakat;

diterima oleh umat; mempunyai kemampua n bekerjasama dan bermusyawarah;

dan rajin mengikuti Perayaan Ekaristi atau ibadat hari Minggu (KAS, 2004: 33).
92

Pasal 19 menjelaskan tentang pemilihan Dewan Paroki. Prosedur

pemilihan anggota Dewan Paroki adalah sebagai berikut: pengurus lingkungan

dan kelompok kategorial dipilih langsung oleh warga; ketua wilayah dipilih

oleh pengurus lingkungan- lingkungan; koordinator wilayah dipilih oleh

pengurus wilayah; ketua stasi dipilih oleh pengurus lingkungan dan wilayah

(bila ada) yang ada dalam stasinya; ketua koordinasi kategorial dipilih oleh

kelompok-kelompok kategorial; pengurus karya pastoral khusus dan organisasi

dipilih sesuai dengan aturan yang dimiliki; wakil biara ditentukan oleh

komunitas; tokoh-tokoh ditent ukan oleh Dewan Harian; tim kerja disahkan oleh

Dewan Harian; koordinator tim kerja dipilih oleh anggotanya; dalam hal

fungsionaris Dewan Harian:

• Nama- nama calon, kecuali ketua stasi dan koordinator wilayah, diusulkan

oleh lingkungan dan kelompok kategorial.

• Dewan Pleno memilih panitia tersendiri (ad hoc) atau formatur yang

menetapkan Dewan Harian.

• Dewan Harian melengkapi kepengurusan Dewan Paroki.

• Ketua ex officio pastor kepala dan wakil ketua I (bila ada) ex officio pastor

pembantu.

Dalam prosedur pemilihan anggota Dewan Paroki tersebut sedapat mungkin

dihindarkan fungsi rangkap (KAS, 2004: 33).

Pasal 20 menjelaskan tentang pelantikan Dewan Paroki. Setelah melalui

pemilihan anggota Dewan Paroki sesuai dengan prosedur yang ada maka

anggota Dewan Paroki terpilih dilantik oleh uskup atau yang mendapat delegasi

dari Uskup dan dilaksanakan dalam Perayaan Ekaristi (KAS, 2004: 35).
93

Pasal 21 menjelaskan tentang masa bakti Dewan Paroki. Anggota Dewan

Paroki yang telah ditetapkan, masa bakti sebagai anggota Dewan Paroki selama

3 (tiga) tahun. Kecuali pastor paroki, fungsionaris Dewan Paroki dapat dipilih

kembali untuk masa bakti berikutnya paling banyak satu kali untuk fungsi

yang sama dan masa bakti mulai dihitung pada tanggal dan hari pelantikan

(KAS, 2004: 35).

7). Bab VI: Karyawan paroki

Bab VI membahas tentang karyawan paroki, yang secara khusus

dibicarakan dalam pasal 22. Karyawan paroki diatur dengan pedoman tersendiri

oleh paroki yang bersangkutan yang disahkan oleh Uskup (KAS, 2004: 37).

8). Bab VII: Harta benda dan keuangan paroki

Pembahasan bab VII berbicara tentang harta benda dan keuangan paroki.

Secara khusus harta benda dan keuangan paroki dibahas dalam pasal 23

menjelaskan tentang pengelolaan harta benda; pasal 24 me njelaskan tentang

keuangan; pasal 25 menjelaskan tentang Pengurus Gereja dan Papa Miskin; dan

pasal 26 menjelaskan tentang keangotaan Pengurus Gereja dan Papa Miskin.

Pasal 23 menjelaskan tentang pengelolaan harta benda. Pengelolaan harta

benda paroki ditetapkan dengan pedoman yang diatur oleh paroki yang

bersangkutan yang kemudian disahkan oleh Uskup (KAS, 2004: 39).

Pasal 24 menjelaskan tentang keuangan paroki. Masalah keuangan paroki

diatur dalam Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang tahun

2004 sebagai berikut: Dewan Paroki menyerahkan RAPB kepada Keuskupan


94

pada setiap awal tahun; pastor kepala bertanggung jawab atas laporan keuangan

kepada Uskup dan Dewan Pleno; pastor kepala tidak menjabat sebagai

bendahara; apabila belum ada RAPB paroki atau belum tercantum dalam RAPB

paroki, penerimaan dana dan pengeluaran dalam jumlah besar memerlukan izin

dari Uskup (KAS, 2004: 39).

Pasal 25 menjelaskan tentang Pengurus Gereja dan Papa Miskin. Setiap

Paroki harus mempunyai badan hukum yang berbentuk “Pengurus Gereja dan

Papa Miskin” (PGPM). Badan hukum PGPM ini dibentuk untuk kepentingan

Paroki dalam urusan hak dan kewajiban sipil. PGPM melaksanakan keputusan

Dewan Paroki. Karya-karya khusus yang sudah menjadi besar harus dilepas dari

tanggung jawab PGPM (KAS, 2004: 39).

Pasal 26 menjelaskan tentang keanggotaan Pengurus Gereja dan Papa

Miskin. Keanggotaan Pengurus Gereja dan Papa Miskin (PGPM) terdiri dari 3-

5 orang yang diambil dari fungsionaris Dewan Harian. ketua PGPM dijabat oleh

pastor paroki (ex officio). Kepengurusan PGPM yang ada dalam paroki

ditetapkan dengan surat keputusan Uskup atas usulan Dewan Paroki (KAS,

2004: 41).

9). Bab VIII: Lain-lain

Bab VIII berbicara tentang lain- lain yang mencakup pasal 27 menjelaskan

tentang kederisasi; pasal 28 menjelaskan tentang penyegaran; pasal 29

menjelaskan tentang Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki; dan pasal 30

menjelaskan tentang prodiakon paroki.


95

Pasal 27 menjelaskan tentang kaderisasi. Dalam pergantian fungsionaris

Dewan Paroki aspek kaderisasi harus diperhatikan (KAS, 2004: 43).

Pasal 28 menjelaskan tentang penyegaran. Fungsionaris Dewan Paroki

perlu mendapat penyegaran secara khusus sekutang-kurangnya setahun sekali

(KAS, 2004: 43).

Pasal 29 menjelaskan tentang Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki. Setiap

paroki wajib membuat Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki (PPDP) yang

searah dengan Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan setempat (Keuskupan

Agung Semarang) dan PPDP disahkan oleh Uskup (KAS, 2004: 43).

Pasal 30 menjelaskan tentang prodiakon paroki. Prodiakon paroki diangkat

oleh uskup atas usulan pastor paroki. Untuk mengusulkan prodiakon paroki,

pastor paroki hendaknya memperhatikan aspek kaderisasi, pendapat umat, dan

ketentuan dari Keuskupan (pribadi dan keluarganya baik, diterima umat, dan

penampilannya layak). Prodiakon paroki dalam tugas pelayanan hendaknya

selalu dalam reksa pastoral paroki dan koordinasi pastor paroki, serta prodiakon

paroki termasuk salah satu tim kerja dalam Dewan Paroki (KAS, 2004: 43).

10). Bab IX: Penutup

Pada bab IX berbicara tentang penutup, yang mencakup pasal 31

menjelaskan tentang hal yang belum diatur; dan pasal 32 menjelaskan tentang

masa berlaku Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang

2004.

Pasal 31 menjelaskan tentang hal yang belum diatur dalam Pedoman

Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004. Pasal ini

membicarakan bahwa semua yang belum dibahas dalam Pedoman Dasar Dewan
96

Paroki (PDDP) hendaknya diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki

(PPDP) di paroki setempat (KAS, 2004: 45).

Pasal 32 menjelaskan tentang masa berlaku Pedoman Dasar Dewan

Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004. Pedoman Desar Dewan Paroki ini

mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan dapat ditinjau kembali. PDDP mulai

berlaku sejak ditetapkannya di Semarang pada Hari Raya Pentakosta tanggal 30

Mei 2004 (KAS, 2004: 45).

3. Dewan Paroki sebagai Tugas Kerasulan Gereja

Gereja sebagai persekutuan umat Allah, berkat Sakramen Permandian dan

Sakramen Penguatan secara langsung orang Katolik dipanggil untuk

melaksanakan tugas kerasulan. Panggilan kaum awam dalam tugas kerasulan

dilakukan sesuai dengan profesi dan panggilan hidup masing- masing dalam

masyarakat. Setiap bentuk panggilan hidup mempunyai peranan masing- masing

sesuai dengan talenta yang telah diterimanya (Mat 25:14-30), bila mendapatkan

talenta banyak maka banyak pula yang dituntut darinya. Karena satu martabat

yang mengalir dari Permandian, maka setiap kaum awam, bersama para petugas

tertahbis dan kaum rohaniwan dan biarawati, berbagi tanggung jawab atas tugas

perutusan Gereja (CFL art. 15). Panggilan sebagai kaum awam pun mempunyai

berbagai bentuk sesuai dengan keahlian dan profesi masing- masing. Panggilan

kristiani apapun bentuk dan modelnya mendapat tugas mewartakan karya

keselamatan Yesus Kristus.

Kaum awam dalam hidup menggereja mempunyai berbagai macam bentuk

pengabdian sesuai dengan peranan dan profesi masing- masing. Kendati bentuk
97

pengabdian kaum awam dalam Gereja berbeda akan tetapi mempunyai satu

perutusan yaitu perutusan yang diberikan oleh Kristus. Kaum awam

mendapatkan tugas dan hak atas kerasulan karena “persatuan mereka dengan

Kristus” (Heuken, 1996: 154). Karena persatuan dengan Kristus kaum awam

melaksanakan tugas kerasulan penginjilan dan usaha menguduskan manusia.

Karya kerasulan kaum awam mempunyai kekhasan yaitu “meresapkan semangat

Injil ke dalam tata dunia” (Heuken, 1996: 154). Mela lui profesi masing- masing

kaum awam melaksanakan tugas kerasulan dengan melaksanakan profesinya

dengan semangat dan nilai- nilai kristiani, jujur, tekun, penuh dedikasi, dan

senantiasa “merefleksikan sikap-sikap Kristus” (Widiastono dkk., 1995: 122).

Perlulah kaum awam berpartisipasi dalam paroki karena persekutuan Gereja

sedemikian perlu karena tanpa itu karya kerasulan para Gembala tidak dapat

mencapai kedayagunaannya secara penuh (CFL art. 27).

Salah satu wujud nyata peranan kaum awam dalam tugas kerasulan Gereja

antara lain ikut mengambil bagian dalam tugas kepengurusan Dewan Paroki.

Dewan Paroki merupakan suatu wadah komunikasi dan partisipasi umat dalam

sebuah paroki. Dewan Paroki sebagai “dewan umat” (Sumarno Ds., 2005: 3),

yang dirumuskan sebagai “persekutuan para pelayan umat Allah yang terdiri

dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam serta biarawan/biarawati (jika

ada) sebagai wakil umat melaksanakan tugas dan panggilan terlibat dalam

tritugas Kristus yaitu menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan”

(Prasetya, 2007: 32).

Tugas perutusan Dewan Paroki dapat dipahami berdasarkan tujuan, fungsi,

wewenang, dan tanggung jawab Dewan Paroki, seperti telah dirumuskan di


98

dalam Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Semarang 2004.

Berdasarkan PDDP KAS tahun 2004, Prasetya (2007: 40) merumuskan kembali

tujuan Dewan Paroki sebagai “penyelenggaraan tata penggembalaan yang

melibatkan, mengembangkan, dan memberdayakan seluruh umat dalam hidup

dan karya paroki unt uk menemukan ungkapan dan perwujudan iman yang khas

dalam persekutuan dengan paroki-paroki se-Keuskupan”. Menurut Prasetya

(2007: 41) berdasarkan PDDP KAS tahun 2004 Dewan Paroki mempunyai

wewenang “mengambil keputusan reksa pastoral paroki dalam persatuan dengan

arah pastoral Keuskupan, bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan kepada

umat paroki dan Uskup ”. Maka secara umum Dewan Paroki bertugas untuk

menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat dan dalam terang iman

memutuskan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi reksa pastoral

paroki serta mempertanggungjawabkan kepada umat dan Uskup. Bahkan Dewan

Paroki dipandang sebagai tanda dan sarana keterlibatan seluruh umat beriman

dalam melaksanakan panggilan dan perutusan Gereja (KAS, 2004: 10).

Dari penjelasan tentang Dewan Paroki tersebut, keterlibatan umat di dalam

kepengurusan Dewan Paroki merupakan salah satu perwujudan nyata kaum

awam dalam tugas kerasulan awam dalam Gereja. Kerasulan awam seperti yang

telah diketahui mempunyai arti yang sangat luas dan mencakup berbagai bidang

dan salah satunya yaitu keterlibatan dalam Dewan Paroki. Dewan Paroki

merupakan perwujudan kerasulan awam yang “dilakukan secara organisasi atau

paguyuban” (AA, art. 15).

Dewan Paroki sebagai salah satu keterlibatan umat dalam karya kerasulan

dapat dilihat bidang-bidang yang terdapat dalam kepengurusan Dewan paroki


99

seperti “bidang liturgi dan peribadatan, bidang pewartaan, bidang pelayanan

kemasyarakatan, bidang paguyuban dan tata organisasi” (Prasetya, 2007: 34-35)

dan lain- lain. Bidang-bidang yang ada tersebut telah mencakup segala bidang

kehidupan umat baik dalam pengembangan iman maupun dalam kehidupan

sehari- hari. Dalam menjalankan tugas kerasulan tetap memelihara hub ungan

dengan pemimpin Gereja sebagaimana mestinya. Kaum awam berhak

mendirikan dan memimpin perserikatan, dan masuk anggota perserikatan yang

ada, sehingga secara “bersama-sama mencapai tujuan yang diharapkan” (AA,

art. 19).
100

BAB IV

USULAN PROGRAM KATEKESE

UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN

KAUM AWAM DALAM KEPENGURUSAN DEWAN PAROKI

DI PAROKI SANTO YOHANES RASUL, PRINGWULUNG,

YOGYAKARTA

Dewan Paroki merupakan dewan umat di bawah pastor paroki yang

mempunyai wewenang tertinggi dalam suatu paroki (Sumarno Ds., 2005: 3).

Maka Dewan Paroki mempunyai peranan yang sangat penting bagi

perkembangan dan kehidupan suatu paroki. Untuk meningkatkan peranan

Dewan Paroki turut mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja,

dibutuhkan berbagai macam pembekala n dan pendampingan, salah satu

pembekalan atau pendampingannya adalah melaui katekese.

Katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan pendidikan

iman agar seorang kristiani semakin dewasa dalam iman (Telaumbanua, 2005:

4). Kegiatan katekese bertuj uan agar isi iman dapat dimengerti oleh peserta,

sehingga semakin mendewasakan iman umat. Sasaran pelaksanaan program

pendampingan melalui katekese yakni Dewan Paroki. Dewan Paroki, selain

mempunyai tugas-tugas yang telah diembannya juga mempunyai peranan

penting dalam mengembangkan iman umat. Maka sangat relefan bahwa salah

satu cara pengembangan iman umat adalah melalui katekese. Pada bab ini akan

membahas latar belakang dan alasan pemilihan program, penjabaran program,

petunjuk pelaksanaan program, dan contoh satuan persiapan.


101

A. Latar Belakang Pemilihan Program

Sesuai dengan judul skripsi “Keterlibatan Kaum Awam dalam Tugas

Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo Yohanes

Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” penulis melakukan wawancara dan

penyebaran kuesioner. Berdasarkan wawancara dan penyebaran kuesioner yang

dilakukan kepada pengurus Dewan Paroki di paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta pada bab II, ditemukan suatu kesimpulan bahwa

sebagai pengurus Dewan Paroki sebagaian besar telah mempunyai kesadaran

akan pentingnya peranan mereka dalam karya kerasulan Gereja. Sebagai wujud

tanggung jawab warga paroki untuk mengembangkan dan mengusahakan

kemajuan paroki mereka, mereka menyediakan diri untuk terlibat menjadi

pengurus Dewan Paroki. Kendati dapat dikatakan bahwa anggota Gereja yang

terlibat dalam kepangurusan Dewan Paroki sudah aktif dan terlibat dalam

berbagai tugas karya kerasulan Gereja, melalui penulisan skripsi ini diharapkan

pengurus Dewan Paroki semakin melibatkan diri dan terbuka bagi karya

kerasulan Gereja.

Berdasarkan hasil dan data yang diperoleh, sebagai usaha meningkatkan

peranan pengurus Dewan Paroki dalam karya kerasulan, penulis menggunakan

katekese model Shared Christian Praxis (SCP). Penulis menggunakan katekese

model SCP ini karena model SCP sesuai dengan situasi pengurus Dewan Paroki

yang semua merupakan orang dewasa. Katekese model SCP menekankan proses

berkatekese yang bersifat dialogal dan partisipatif (Sumarno Ds., 2006: 14) dan

sangat menggarisbawahi peran-keberadaan peserta sebagai subjek yang bebas

dan bertanggung jawab (Groome, 1997: 1).


102

Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) dalam prosesnya

mempunyai tiga komponen pokok yakni Shared, Christian, dan Praxis. Shared

disini mengandung makna komunikasi yang timbal balik dari semua peserta dan

sharing juga berarti berbagi rasa, berbagi pengalaman hidup, berbagi

pengetahuan dan juga saling mendengarkan satu dengan yang lain (Tabita, 2008:

1). Christian berarti peserta diharapkan mampu menimba dari kekayaan iman

kristiani sepanjang sejarah sehingga tetap relefa n bagi kehidupan saat ini.

Kekayaan iman kristiani mencakup kitab suci, tradisi, liturgi, pengakuan iman,

dogma, doktrin, ensiklik, teologi, sakramen, kehidupan jemaat dan lain- lain

(Groome, 1997: 3). Praxis adalah keseluruhan keterlibatan manusia di dalam

dunia dengan tujuan untuk mencapai transformasi kehidupan yang meliputi

kesatuan antara praktek dan teori, antara refleksi kritis dan kesadaran historis

(Groome, 1997: 2). Katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini dalam

pelaksanaannya mempunyai 5 (lima) langkah. Langkah I: Mengungkapkan

pengalaman hidup peserta, langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta,

langkah III: Menggali pengalaman iman kristiani, langkah IV: Menerapkan iman

kristiani dalam situasi konkrit peserta, dan langkah V: Mengusahakan suatu aksi

konkrit (Sumarno Ds., 2006: 19-22).

B. Alasan Pemilihan Tema

Melalui penulisan skripsi yang berjudul “Keterlibatan Kaum Awam dalam

Tugas Kerasulan Gereja Sebagai Pengurus Dewan Paroki di Paroki Santo

Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta” penulis memberikan usulan program

katekese yang sesuai dengan kebutuhan umat. Usulan tema umum program
103

pendampingan melalui katekese yang diajukan oleh penulis adalah

“Pendampingan Pengurus Dewan Paroki melalui Katekese”. Tema umum ini

diangkat berdasarkan kebutuhan pengurus Dewan Paroki dan menyesuaikan

situasi yang ada berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner yang

telah dibahas pada bab II. Tujuan pendampingan bagi pengurus Dewan Paroki

adalah membantu meningkatkan kesadaran dan peranan pengurus Dewan

Paroki dalam pembangunan jemaat, sehingga meningkatkan keterlibatan dalam

karya kerasulan Gereja.

Tema umum yang diusulkan oleh penulis dijabarkan dalam 2 (dua) tema

yakni kaum awam dalam karya kerasulan dan peran serta Dewan Paroki dalam

karya kerasulan. Tema pertama yakni kaum awam dalam karya kerasulan

bertujuan untuk membantu kaum awam dalam meningkatkan kesadaran

mereka, sehingga mampu mengambil bagian dan terlibat dalam karya kerasulan

Gereja. Tema kedua yakni peran serta Dewan Paroki dalam karya kerasulan

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para pengurus Dewan Paroki akan

pentingnya peranan mereka dalam karya kerasulan sehingga semakin terlibat

dalam kaya kerasulan Gereja.

C. Rumusan Tema Dan Tujuan

Tema umum : Pendampingan Pengurus Dewan Paroki melalui

katekese.

Tujuan umum : Membantu meningkatkan kesadaran dan peranan

pengurus Dewan Paroki dalam pembangunan


104

jemaat, sehingga meningkatkan keterlibatan

dalam karya kerasulan Gereja.

Tema 1 : Kaum awam dalam karya kerasulan.

Tujuan 1 : Membantu kaum awam dalam meningkatkan

kesadaran mereka, sehingga mampu mengambil bagian

dan terlibat dalam karya kerasulan Gereja.

Tema 2 : Peran serta Dewan Paroki dalam karya kerasulan.

Tujuan 2 : Meningkatkan kesadaran para pengurus Dewan

Paroki akan pentingnya peranan mereka dalam karya

kerasulan, sehingga semakin terlibat dalam kaya

kerasulan Gereja.
105
106
107
108

E. Petunjuk Pelaksanaan Program

Program pendampingan katekese model Shared Christian Praxis (SCP) ini

dilaksanakan bagi pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta. Program dilaksanakan setiap tiga bulan sekali selama

tahun 2009. Setiap pertemuan kegiatan katekese dilaksanakan selama lebih

kurang dua jam yang bertempat di aula Gereja St. Yohanes Rasul, Pringwulung,

Yogyakarta. Tema-tema yang diangkat dalam pendampingan kepada pengurus

Dewan Paroki melalui katekese ini berdasarkan kebutuhan dan harapan

pengurus Dewan Paroki di Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta.

Pelaksanaan program pendampingan ini dilakukan oleh penulis yang

bekerjasama dengan pengurus Dewan Paroki (terutama Ketua Bidang

Pewartaan serta Tim Kerja Katekis) dan romo Paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta. Alasan penulis melibatkan ketua bidang pewartaan

dan tim kerja katekis dalam proses pelaksanaan program pendampingan

katekese model SCP agar mereka juga memahami model katekese SCP dan

mengembangkannya.

Ciri pokok program pendampingan menggunakan katekese dengan model

Shared Christian Praxis (SCP) ini dalam melibatkan seluruh pengurus Dewan

Paroki (peserta katekese). Sebagai suatu proses pendekatan, model SCP

menekankan prosos berkatekese yang bersifat dialogis-partisipatif supaya dapat

mendorong peserta, berdasarkan komunikasi antara “tradisi” dan visi hidup

peserta dengan “tradisi” dan visi kristiani, sehingga baik pribadi maupun

bersama mampu mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi

semakin terwujudnya nilai- nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan manusia.


109

Melalui pendampingan ini, diharapkan pengurus Dewan Paroki dapat

menemukan keterlibatan baru sehingga semakin meningkatkan perananya dalam

mengembangkan paroki.

F. Contoh Satuan Persiapan

Penulis mengajukan contoh persiapan pertemuan satu dengan tema umum

kaum awam dalam karya kerasulan dan judul pertemuan panggilan kaum awam

dalam karya kerasulan. Tema contoh pertemuan satu tersebut diangkat pertama-

tama agar kaum awam semakin menyadari akan panggilan hidupnya sebagai

orang kristiani.

Penulis menyajikan satu contoh satuan pertemuan persiapan katekese

dengan model SCP, yang meliputi lima langkah. Langkah pertama:

Mengungkapkan pengalaman hidup peserta, langkah kedua: Mendalami

pengalaman hidup peserta, langkah ketiga: Menggali pengalaman iman kristiani,

langkah keempat: Menerapkan iman kristiani dalam situasi konkrit peserta, dan

langkah kelima: Mengusahakan suatu aksi konkrit (Sumarno Ds, 2006: 19-22).

1. Identitas Katekese

a. Tema : Panggilan kaum awam dalam karya kerasulan.

b. Tujuan : Membantu kaum awam terutama bagi pengurus Dewan

Paroki agar semakin menyadari peranan dan panggilan

mereka sebagai anggota Gereja, sehingga mereka

senantiasa terlibat dalam karya pewartaan Kris tus

melalui karya kerasulan.


110

c. Peserta : Pengurus Dewan Paroki paroki St. Yohanes Rasul,

Pringwulung, Yogyakarta.

d. Tempat : Aula paroki St. Yohanes Rasul Pringwulung.

e. Hari/tanggal : Kamis, 12 Maret 2009.

f. Waktu : 17.00-19.00 WIB.

g. Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi, dan

bernyanyi.

h. Sarana : Buku Madah Bakti, teks kitab suci Kis 6:1-7, laptop,

proyektor (LCD), hand out, dan teks cerita.

i. Sumber bahan : - KHK, kan. 204, 208, & 216.

- Kis 6:1-7

- Tondowidjojo, John. (1990). Arah dan Dasar

Kerasulan Awam. Yogyakarta: Kanisius, hal. 21-40.

- Panitia Wali Gereja Indonesia untuk Aksi Katolik.

(1966). Pedoman Kerja Kerasulan Umat Katolik

dalam Paroki. Yogyakarta: Kanisius, hal. 14-17.

- AA, art. 2 & 3.

2. Pemikiran Dasar

Umat kristiani sebagai anggota Gereja mempunyai penghayatan iman yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Perbedaan penghayatan iman yang

mereka miliki terwujud dalam tindakan mereka atau keterlibatan mereka dala m

hidup menggereja. Ada warga Gereja yang menghayati imannya bahwa menjadi

Katolik cukup dengan rajin pergi ke gereja setiap minggu saja, tetapi ada juga
111

yang sebagaian umat dalam menghayati imannya selain rajin pergi ke gereja

tetapi juga aktif terlibat dalam kegiatan hidup menggereja. Menjadi pengikut

Kristus, kaum beriman secara hakiki dipanggil untuk mewartakan karya

keselamatan Kristus kepada semua manusia. Pewartaan karya keselamatan Allah

kepada munusia dapat beranekaragam sesuai dengan situasi hidup masing-

masing yang terwujud dalam karya kerasulan Gereja.

Kitab Suci Perjanjian Baru terutama dalam Kisah Para Rasul 6:1-7

menggambarkan pemilihan 7 (tujuh) orang untuk melayani orang miskin.

Dalam perikopa tersebut menceritakan tentang perkembangan umat dan

perkembangan para murid yang semakin banyak. Perkembangan umat yang

semakin pesat membutuhkan para pelayan umat yang semakin banyak pula.

Karena kurangnya pelayan umat yaitu para murid maka pelayanannya kurang

maksimal sehingga terjadi kesenjangan. Kesenjangan tersebut yakni mereka

kurang memperhatikan atau tidak memberikan pelayanan kepada para janda dan

kaum miskin. Orang-orang Yahudi berbahasa Yunani bersungut-sungut kepada

orang Ibrani karena tidak memperhatikan para janda dan orang miskin tersebut.

Karena mereka berpendapat bahwa orang-orang seperti itulah yang hendaknya

mendapatkan perhatian lebih. Setelah keprihatinan umat tersebut disampaikan

kepada keduabelas rasul maka mereka mengumpulkan para murid. Keduabelas

rasul menyadari akan kekurangannya dengan tidak memperhatikan kaum

muskin dan janda. Memalui pertemuan yang diadakan tersebut keduabelas rasul

meminta untuk memilih tujuh 7 (orang) untuk melayani orang miskin. Dengan

terpilihnya orang-orang yang melayani orang miskin, keduabelas rasul dapat

memusatkan tugasnya dalam pelayanan firman dan doa. Semakin banyak jemaat
112

yang turut mengambil bagian dalam karya pelayanan maka mereka dapat saling

melengkapi satu sama lain dan diringankan.

Dari pertemuan ini diharapkan semua anggota Dewan Paroki semakin

menyadari akan panggilan mereka sebagai pewarta dan pelayan umat. Menjadi

pengikut Kristus berarti turut mengambil bagian dalam karya pewartaan Kristus

kepada seluruh manusia. turut serta dalam menjalankan panggilan Kristus

sebagai pewarta berarti bersedia untuk menjadi pelayan bagi sesama terutama

kepada kaum lemah, miskin, dan terlantar. Salah satu wujud keterlibatan dalam

panggilan Kristus yakni turut mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja.

Keterlibatan dalam karya kerasulan Gereja tidak terbatas hanya sekitar hal- hal

rohani (soal peribadatan) tetapi juga mencakup seluruh bidang kehidupan

manusia dengan tujuan membawa manusia ke dalam keselamatan Allah.

3. Pengembangan Langkah

a. Pembukaan

1). Pengantar

Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, pada

sore hari ini kita berkumpul di tempat ini untuk duduk bersama meninggalkan

segala kesibukan yang kita kerjakan hari ini. Pada kesempatan sore hari ini kita

bersama-sama berkumpul untuk kembali merenungkan perjalanan hidup kita

sebagai orang kristiani. Pada pertemuan yang pertama ini kita bersama-sama

merenungkan panggilan kita sebagai kaum awam dalam karya kerasulan Gereja.

Sebagai orang kristiani setiap orang mempunyai panggilan masing- masing yang

berbeda-beda. Berbicara tentang panggilan, sering kali pemahaman kita terbatas


113

pada panggilan khusus untuk biarawan/biarawati atau panggilan imam. Setiap

kaum beriman mempunyai panggilan hidup masing- masing yang berbeda-beda.

Menjadi pengikut Kristus berarti mempunyai panggilan untuk turut serta dalam

karya pewartaan karya keselamatan kepada semua orang. Marilah bapak, ibu

dan saudara-saudari yang terkasih pada kesempatan ini kita merenungkan

panggilan kita sebagai orang kristiani terutama sebagai pengurus Dewan Paroki

sehingga kita mampu untuk turut mengambil bagian dalam karya pewartaan

Kristus dalah hidup sehari- hari kita.

2). Lagu pembukaan Madah Bhakti no. 457 “Pertusan dan Salib”.

3). Doa pembukaan

Ya Bapa Yang Maha Kasih, pada kesempatan sore hari ini kami berkumpul

ditempat ini karena Engkaulah yang memanggil kami. Ya Bapa, berkat

pewartaan Putera-Mu dan melalui sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya kami

Engkau selamatkan. Ya Bapa pada kesempatan ini Engkau mengundang kami

untuk bersama-sama merenungkan sabda-Mu. Bukalah hati kami melalui sabda-

Mu sehingga pada kesempatan ini kami semakin menyadari akan panggilan

kami sebagai pewarta karya keselamatan-Mu. Semoga melalui kesadaran

tersebut kami Engkau mampukan untuk mewartakan kerya keselamatan-Mu di

tengah dunia ini. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu dengan perantaraan

Kristus Tuha n dan juru selamat kami.

Amin.
114

b. Langkah I: Mengungkapkan pengalaman hidup peserta

1). Membagikan teks cerita “ Aku butuh tanganmu” [Lampiran 6: (25)] kepada

peserta dan memberikan waktu kepada peserta untuk membaca teks cerita

tersebut secara pribadi.

2). Penceritaan kembali isi cerita: pendamping meminta salah seorang peserta

untuk membacakan cerita ”Aku butuh tanganmu.”

3). Pengungkapan pengalaman.

Peserta diajak untuk mendalami isi cerita dengan tuntunan pertanyaan sebagai

berukut:

a) Ceritakanlah pergulatan apa yang dialami oleh Margareth sehingga bertobat

dan merasa terpanggil untuk mengabdikan diri kepada orang miskin yang

tinggal di daerah kumuh?

b) Ceritakanlah pergumulan bapak ibu yang menggugah perasaan dan merasa

terpanggil unt uk berbuat kasih kepada sesama.

4). Suatu contoh arah rangkuman

Dalam cerita yang berjudul “Aku butuh tanganmu” merupakan suatu

contoh dimana seseorang terpanggil untuk berbuat kasih karena menyaksikan

secara langsung peristiwa yang membuat dirinya merasa prihatin dan terketuk

untuk berbuat kasih. Tidak tanggung-tanggung Margareth mengabdikan seluruh

hidupnya untuk melayani orang miskin yang tinggal di daerah kumuh agar dapat

bangkit. Margareth merasa prihatin ketika mengunjungi daerah kumuh yang


115

dilanda bencana banjir. Dalam peristiwa tersebut hatinya tersentuh pada seorang

anak yang kehilangan kedua orang tuanya dan tidak punya harapan yang jelas

di masa depan. Melalui peristiwa yang memprihatinkan tersebut terjadi

pergulatan batin dalam diri Margareth. Dalam pergulatannya ia ingat akan Yesus

dan bertanya ” Yesus apakah Engkaupun datang untuk anak yang malang ini?

Dan apakah yang harus aku perbuat? Sebagai jawabannya Margareth

mengabdikan seluruh hidupnya kepada orang miskin. Setiap orang punya

pengalaman yang menyentuh, yang menggugah hatinya sehingga merubah

hidupnya, seperti pengalaman ibu Theresa yang terpanggil untuk melayani orang

miskin. Kita pun pasti juga memiliki peristiwa yang merubah hidup kita.

c. Langkah II: Mendalami pengalaman hidup peserta

1). Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman dibantu dengan

pertanyaan sebagai berikut:

Usaha apa yang anda lakukan ketika tergerak dan terpanggil untuk berbuat

sesuatu karena mengalami peristiwa yang menggugah perasaan anda?

2). Suatu contoh arah rangkuman

Tidak sedikit orang yang mengalami perubahan dalam hidupnya karena

mengalami suatu peristiwa atau melihat peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Kerika melihat atau mengalami suatu peristiwa pertama-tama yang muncul

adalah pergulatan batin dalam diri kita. Setelah terjadi pergulatan batin kita

mulai memutuskan sesuatu apa yang akan kita lakukan , kita tetap tinggal diam

atau berbuat sesuatu. Keprihatinan dan pengalaman-pengalaman yang


116

menggugah hidup kita merupakan suatu panggilan Tuhan yang diberikan kepada

kita, tinggal bagaimana kita mau menanggapi atau tidak.

d. Langkah III: Menggali pengalaman iman kristiani

1). Salah seorang peserta diminta untuk membacakan perikop kitab suci yang

diambil dari Kis 6:1-7. teks kutipan dibagikan kepada peserta.

2). Peserta diberikan waktu untuk hening sejenak sambil secara pribadi

merenungkan dan menanggapi bacaan kitab suci dengan panduan beberapa

pertanyaan berikut:

a) Ayat manakah yang menunjukkan terjadinya peristiwa panggilan untuk

menjadi pewarta?

b) Perasaan apa yang ingin disampaikan dalam perikop yang menceritakan

peristiwa pemilihan seseorang untuk menjadi pelayan/pewarta?

3). Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikop

sehubungan dengan jawaban pertanyaan-pertanyaan tersebut.

4). Pendamping memberikan interpretasi/tafsir kitab suci yang diambil dari Kis

6:1-7 dan menghubungkan dengan tanggapan peserta dalam hubungannya

dengan tema dan tujuan. Contoh arah rangkuman yang diberikan oleh

pendamping ialah sebagai berikut:

Ayat yang menunjukkan terjadinya peristiwa panggilan antara lain pada

ayat 1. ayat 1 menceritakan suatu keprihatinan kelompok jemaat karena


117

pelayanan yang diberikan oleh para murid belum merata yakni belum

menjangkau kepada para janda dan orang-orang miskin. Menanggapi peristiwa

tersebut dilanjutkan pada ayat 3 yang juga menunjukkan terjadinya panggilan.

Panggilan tersebut dijawab dengan menunjuk 7 (tujuh) orang untuk melayani

kaum miskin dan janda. Melalui penambahan orang yang terpanggil menjadi

pewarta, kegiatan pewartaan dapat lebih luas dan menjangkau berbagai

pelayanan umat.

Perikopa yang diambil dari Kisah Para Rasul tersebut meggambarkan

bahwa perkembangan jemaat yang semakin pesat. Jemaat mulai tersebar ke luar

Palestina sehingga muncul kelompok-kelompok jemaat. Seiring perkembangan

jemaat dan munculnya kelompok-kelompok jemaat tersebut membutuhkan

pelayan iman yang semakin banyak pula. Agar pelayanan yang dilakukan dapat

merata dan menjangkau berbagai bidang kehidupan ditunjuklah beberapa orang

untuk menambah jumlah pelayan/murid yang secara khusus melayani kaum

miskin dan janda. Dengan peristiwa panggilan tersebut diharapkan semakin

banyak jemaat yang mendapatkan pelayanan.

Semua kaum beriman kristiani dipanggil untuk menjadi pewarta karya

keselamatan Allah kepada Manusia. Kaum awam sesuai kedudukan masing-

masing dipanggil untuk menjalankan perutusan baik di dalam Gereja maupun

dalam dunia. Panggilan kaum awam dalam karya pewartaan setidak-tidaknya

mempunyai 3 (tiga) dasar yakni dasar sakramental, dasar yuridis, dan dasar

kristologis. Ketiga dasar tersebut yang mendasari panggilan kaum awam untuk

turut mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja. Karya kerasulan tidak

hanya terbatas pada kehidupan rohani tetapi menjangkau seluruh segi kehidupan
118

yang sesuai dengan tujuan Gereja yakni karya keselamatan Allah kepada

manusia.

Kerasulan merupakan seluruh bentuk kegiatan yang mengarah pada tujuan

Gereja yang dilakukan baik di dalam Gereja maupun di dalam masyarakat dunia.

Adapun peranan kerasulan dalam Gereja diungkapkan oleh Tondowidjojo

(1990: 16) sebagai berikut:

Awam siapapun, yang dihimpun dalam umat Allah dan disejajarkan dalam
satu tubuh Kristus di bawah satu kepala, sebagai anggota yang hidup,
dipanggil untuk menyumbangkan seluruh tenaganya, yang diterima karena
kemurahan pencipta dan rahmat juru selamat, bagi pengembangan dan
pengutusan Gereja yang berkesinambungan.

Umat Allah tanpa terkecuali mendapat tugas perutusan yang sama yakni

dipanggil untuk pengembangan dan perutusan Gereja. Salah satu wujud

pengembangan dan perutusan Gereja yakni melalui kerasulan. Kerasulan awam

mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja dalam mewartakan karya

keselamatan dan cinta kasih Allah kepada seluruh manusia. Perkembangan

Gereja, yang semakin meluas dan tersebar di berbagai tempat, membutuhkan

peranan “rasul-rasul” zaman sekarang. Situasi Gereja saat ini oleh Romo

Mangunwijaya (1999: 27) dikatakan sebagai “Gereja diaspora” artinya “benih-

benih yang tersebar dan terpencar”, sebagai komunitas yang heterogen di tengah

dunia yang penuh tantangan dengan mobilitas yang tinggi. Peranan kerasulan

dibutuhkan manusia untuk memberikan pelayanan kepada seluruh umat, antara

lain pembekalan rohani, pendampingan moral, serta etika dan peneguhan iman,

harapan dan cinta kasih kristiani. Peranan kerasulan dalam kehidupan

menggereja sangat dibutuhkan untuk membantu para gembala dalam

menggembalakan domba-dombanya yang sedang berziarah di dunia ini. Tugas


119

kerasulan merupakan tugas seluruh Gereja. Maka semua anggota Gereja tanpa

terkecuali mempunyai tanggung jawab dalam tugas kerasulan tersebut (Panitia

Wali Gereja Indonesia untuk Aksi Katolik, 1966: 15).

Kerasulan yang dilakukan oleh Gereja mempunyai tiga penugasan.

Tugas kerasulan Gereja yang pertama mengiktiarkan kesucian umat dan seluruh

manusia (Mangunwijaya, 1999: 55). Tugas mengiktiarkan kesucian kepada umat

dan manusia sangat dibutuhkan oleh Gereja yang kendati sudah disucikan oleh

penebusan Yesus Kristus akan tetapi manusia masih sering jatuh ke dalam dosa.

Dosa mengakibatkan hubungan antara manusia dan Tuhan semakin menjauh.

Tugas mengusahakan kesucian bertujuan agar hubungan antara manusia dan

Tuhan dipulihkan kembali. Tugas kerasulan Gereja yang kedua adalah tugas

pewartaan (Mangunwijaya, 1999: 55). Tugas pewartaan yaitu mewartakan

Kabar Gembira Kristus kepada semua manusia. Tugas kerasulan Gereja ketiga

yaitu tugas menuntun, memimpin, mengarahkan, dan menata umat

(Mangunwijaya, 1999: 56). Tugas kerasulan di tengah dunia merupakan

panggilan Allah untuk menjadi garam dan terang dunia dalam semangat Kristus.

e. Langkah IV: Menerapkan iman kristiani dalam situasi konkrit peserta

1). Pengantar

Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih, dalam perbincangan tadi

kita telah menemukan bagaimana para murid terpanggil untuk menjadi pelayan

bagi orang-orang miskin. Para murid menyadari pentingnya peranan mereka

dalam karya pewartaan karya keselamatan Allah. Pewartaan yang dilakukan

oleh para murid tidak hanya terbatas dalam hal doa dan ibadat (disekitar altar
120

saja) tetapi juga harus menjangkau seluruh bidang kehidupan jemaat. Melalui

permenungan tadi kita menyadari bahwa kita terutama sebagai pengurus Dewan

Paroki dipanggil secara khusus dalam karya pewartaan. Sebagai pengurus

Dewan Paroki kita dipanggil menjadi pewarta tidak hanya terbatas pada hal- hal

rohani saja tetapi juga mencakup seluruh bidang kehidupan umat manusia.

Keduabelas rasul memilih 7 (tujuh) murid yang mempunyai kemampuan untuk

melayani orang-orang miskin dan janda, maka kita juga dipanggil untuk

mengambil bagian dalam karya pewartaan sesuai dengan kemampuan kita

masing- masing. Pada pertemuan sore hari ini kita semakin menyadari bahwa

kita dipanggil untuk mewartakan karya keselamatan Allah kepada manusia

sesuai dengan kemampuan kit a masing- masing.

2). Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari akan panggilan kita, kita

akan melihat situasi konkrit diri kita dengan beberapa panduan pertanyaan

berikut:

a) Apa makna pemilihan ketujuh murid dalam tugas pelayanan bagiku sebagai

pengurus Dewan Proki?

b) Sikap apa yang harus saya perjuangkan agar semakin menghayati

panggilanku sebagai pengurus Dewan Paroki?

Peserta diberi waktu untuk hening sejenak dan merefleksikan pertanyaan yang

diajukan oleh pendamping. Setelah itu pendamping memberikan kesempatan

bagi peserta yang ingin menungkapkan atau mensharingkan hasil

permenungannya tetapi bila tidak ada dilanjutkan ke langkah berikutnya.


121

f. Langkah V: Mengusahakan suatu aksi konkrit

1). Pengantar

Bapak, ibu, dan saudara-saudari yang terkasih, sebagai umat Allah, setiap

orang dipanggil untuk menjadi pewarta karya keselamatan Allah. Maka pada

kesempatan ini kita bersama-sama membangkitkan kesadaran kita terutama

sebagai pengurus Dewan Paroki yang dipanggil secara khusus mengambil

bagian dalam tugas penggembalaan umat. Dari cerita yang kita dengarkan tadi

tokoh Margareth terpanggil untuk melayani dan mengabdikan seluruh hidupnya

bagi orang miskin karena ia merasa priharin atas suasana kemiskinan yang

dialami oleh sekelompok masyarakat. Dari cerita tersebut kita diajak untuk peka

dan peduli akan situasi umat yang membutuhkan kehadiran dan peranan kita.

Dengan kesadaran yang dimiliki diharapkan kita dapat lebih maksimal dalam

menjalankan karya pewartaan sesuai dengan tanggung jawab dan kemampuan

kita masing- masing.

Dari bacaan yang diambil dari Kis 6:1-7, kita dapat memahami bagaimana

umat merasa prihatin karena pelayanan yang dilakukan oleh para murid belum

mencakup seluruh kehidupan jemaat terutama pelayanan bagi orang miskin dan

janda. Karena keprihatinan itu disadari bahwa dibutuhkan pelayan atau murid

yang lebih banyak lagi untuk terlibat dalam karya pewartaan dan pelayanan.

Maka keduabelas rasul meminta jemaat memilih beberapa orang untuk karya

pelayanan. Keterlibatan jemaat dalam karya pelayanan sangat dibutuhkan agar

pelayanan yang diberikan dapat lebih maksimal dan mencakup seluruh bidang

kehidupan jemaat.
122

Melalui bacaan kitab suci tersebut kita tahu bahwa peran serta umat dalam

karya pewartaan sangat dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan semakin

maksimal. Dengan banyaknya orang yang terlibat dalam karya pelayanan tugas

antara satu dengan yang lain juga semakin diringankan. Dengan kesadaran baru

ini marilah kita turut mengambil bagian dalam karya pewartaan sesuai dengan

kemamp uan kita masing- masing. Sebagai pengurus Dewan Paroki kita

menyadari bahwa masih banyak orang yang membutuhkan kehadiran kita dan

pelayanan kita. Salah satu wujud keterlibatan kita dalam karya pewartaan yakni

terlibat dalam karya kerasulan Gereja. Keterlibatan dalam karya kerasulan

Gereja dapat diwujudkan dalam berbagai keterlibatan sesuai dengan kemampuan

dan profesi hidup masing- masing baik dalam Gereja maupun masyarakat.

2). Memikirkan niat- niat konkrit yang baru secara pribadi maupun kelompok

untuk lebih menyadarkan diri untuk turut mengambil bagian dalam karya

pewartaan secara lebih maksimal. Berikut ini adalah partanyaan panduan

untuk membantu peserta membangun niat konkrit.

Sebagai pengurus Dewan Paroki niat apa yang hendak saya bangun agar dapat

semakin maksimal untuk turut mengambil bagian dalam menjalankan tugas

penggembalaan umat paroki setempat? (Selanjutnya peserta diberi kesempatan

dalam suasana hening untuk membangun niat pribadi/bersama).

g. Penutup

1). Kesempatan untuk hening sejenak unt uk meresapkan apa yang telah dialami

dan diperoleh dalam proses katekese model SCP ini.


123

2). Doa umat

Doa umat didahului olah pendamping dan kemudian dilanjutkan oleh beberapa

peserta yang ingin mengungkapkan doa-doa permohonan secara sepontan.

Setelah doa permohonan selesai ditutup dengan mendoakan bersama-sama doa

“Bapa Kami”. Setelah itu pendamping menutup pertemuan dengan doa penutup.

3). Doa penutup

Allah Bapa Yang Maha Kasih dan Setia, kami mengucap syukur kehadirat-Mu.

Karena pada sore hari ini Engkau setia mendampingi kami dalam proses

katekese ini. Kami menyadari bahwa Engkaulah yang memanggil kami untuk

hadir di tempat ini. Ya Tuhan melalui kegiatan yang kami lakukan ini kami

semakin sadar bahwa Engkau telah memanggil kami untuk menjadi pewarta-

pewarta-Mu. Semoga dengan kesadaran baru ini kami semakin maksimal dalam

karya pelayanan sebagai pengurus Dewan Paroki. Kami menyadari bahwa

kehadiran dan peranan kami sangat dibutuhkan oleh umat yang kami layani.

Ya Bapa semoga kami semakin terbuka akan panggilan-Mu sehingga Engkau

memampukan kami untuk semakin terlibat dalam pelayanan jemaat sesuai

dengan kemampuan kami masing- masing. Doa ini kami sampaikan kepada-Mu

sebab Engkaulah juru selamat kami kini dan sepanjang masa. Amin.

4). Setelah doa penutup selesai, pertemuan diakhiri dengan menyanyikan lagu

penutup dari buku Madah Bakti no. 456 “Panggilan Tuhan”.


124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keterlibatan dan kehadiran kaum awam mempunyai peranan yang sangat

penting dalam kehidupan menggereja. Para gembala sangat mengharapkan

keterlibatan kaum awam dalam tugas penggembalaan umat. Kesadaran umat

untuk terlibat aktif dalam kehidupan menggereja sudah muncul akan tetapi

masih banyak umat yang kurang menyadari akan pentingnya keterlibatan dan

peranan mereka sehingga masih sangat sedikit kaum awam yang terlibat aktif

dalam kehidupan menggereja.

Penyelenggaraan Konsili Vatikan II menjadi salah satu tonggak sejarah

bagi Gereja Katolik. Salah satu hasil sidang Konsili Vatikan II yakni ajaran

Gereja tentang kerasula Awam (Apostolicam Actuositatem). Dekrit tersebut

membicarakan siapakah kaum awam, panggilan kaum awam, dan pentingnya

keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja. Kaum awam dipanggil

untuk terlibat dalam karya pewartaan, karya keselamatan, dan memperluas

Kerajaan Allah di dunia ini. Keterlibatan kaum awam dalam karya pewartaan

tersebut dapat dikatakan sebagai karya kerasulan Gereja.

Karya kerasulan mengandung makna yang sangat luas karena karya

kerasulan mencakup setiap kegiatan apapun bentuknya dan kegiatan tersebut

mengarah pada tujuan Gereja. Gereja bertujuan mewartakan karya keselamatan

kepada seluruh umat manusia dan memperluas Kerajaan Allah di dunia ini.

Melaksanakan karya kerasulan berarti turut mengambil bagian dalam tugas para
125

rasul dan terutama tugas Yesus Kristus sendiri. Mengambil bagian dalam tugas

kerasulan Kristus, kaum awam turut mengambil tugas pengudusan, pengajaran,

dan pelayanan. Tugas pengudusan, pengajaran, dan pelayanan dinamakan

sebagai tritugas Kristus sebagai imam, nabi, dan raja.

Karya kerasulan Gereja yang dilaksanakan oleh kaum awam mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kehidupan menggereja. Peranan karya

kerasulan dalam Gereja antara lain untuk mengembangkan dan sebagai

perutusan Gereja. Karya kerasulan juga membantu tugas para imam dengan

turut mengambil bagian dalam tugas penggembalaan umat. Turut terlibat dalam

karya kerasulan Gereja berarti melaksanakan tiga perutusan yakni mengiktiarkan

kesucian umat dan seluruh manusia, tugas pewartaan, dan tugas menuntun,

memimpin, mengarahkan, dan menata umat.

Tugas kerasulan merupakan tugas perutusan yang diberikan oleh Gereja

kepada kaum awam melalui Sakramen Permandian, Sakramen Penguatan, dan

Sakramen Ekaristi. Melalui dasar sakramen tersebut kaum awam dipanggil

dalam tugas kerasulan Gereja. Kaum awam dalam melaksanakan karya

kerasulan mempunyai kekhasan dalam mengajarkan Gereja dalam realitas

hidup manusia, oleh karena itu karya kerasulan awam dapat disebut sebagai

partisipasi kaum awam dalam misi keselamatan Gereja serta sebagai usaha

untuk menghadirkan dan mengaktifkan Gereja. Kaum awam dipanggil dalam

melaksanakan tugas kerasulam mempunyai 3 (tiga) dasar yakni dasar sakramen,

dasar yuridis, dan dasar kristologis.

Pelaksanaan karya kerasulan muncul karena kodrat panggilan sebagai

pengikut Kristus, maka karya kerasulan mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
126

Adapun arah dan tujuan karya kerasulan adalah penginjilan, pengudusan, dan

pembaharuan tata dunia secara kristiani. Agar arah dan tujuan karya kerasulan

dapat tercapai maka diperlukan pembinaan bagi para petugas karya kerasulan.

Pembinaan bagi para petugas kerasulan setidak-tidaknya meliputi pembinaan

manusiawi, pembinaan rohani, dan pembinaan pengetahuan teologis.

Karya kerasulam mempunyai makna dan pengertian yang luas yakni

mencakup seluruh bidang kehidupan. Karya kerasulan mencakup bidang yang

sangat luas maka sangat terbuka bagi kaum awam untuk terlibat dalam karya

kerasulan sesuai dengan kemampuan dan profesi hidup masing- masing baik

dalam Gereja maupun dalam masyarakat. Salah satu bentuk keterlibatan kaum

awam dalam karya kerasulan Gereja yakni dengan terlibat dalam kepengurusan

Dewan Paroki.

Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan

umat Allah, yang terdiri dari imam sebagai wakil Uskup dan kaum awam

termasuk biarawan/biarawati (jika ada) sebagai wakil umat bersama-sama

melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus, yakni

menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan. Dewan Paroki sebagai

dewan umat bertujuan untuk menyelenggarakan tata penggembalaan paroki.

Dilihat dari fungsinya, Dewan Paroki berfungsi sebagai wadah pelayanan dan

koordinasi keterlibatan seluruh umat dalam melaksanakan panggilan dan

perutusan Gereja.

Dewan Paroki merupakan lembaga tinggi dalam sebuah paroki mempunyai

peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kelangsungan suatu paroki.

Melihat pentingnya peranan Dewan Paroki maka dibutuhkan suatu pedoman


127

yang berisikan tata cara dan aturan yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan

dengan Dewan Paroki. Untuk itu setiap keuskupan mempunyai Pedoman Dasar

Dewan Paroki dan setiap paroki diharapkan menyusun Pedoman Pelaksanaan

Dewan Paroki. Melalui PDDP dan PPDP tujuan Dewan Paroki dapat mencapai

hasil yang maksimal, sesuai dengan yang diharapkan, dan tata penyelenggaraan

Dewan Paroki sesuai dengan pedoman yang ada. Isi PDDP antara lain pegertian,

tujuan, fungsi, wewenang dan tanggung jawab DP, tugas DP, tata kerja DP,

keanggotaan DP, karyawan paroki, harta benda dan keuangan paroki, lain- lain,

dan penutup.

Sebagai usaha meningkatkan peranan kaum awan dalam karya kerasulan

Gereja terutama terlibat di dalam kepengurusan Dewan Paroki salah satunya

melalui katekese. Katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman, dan

pendidikan iman agar seorang kristen semakin dewasa dalam iman. Melalui

karekese diharapkan kaum awam semakin mengembangkan kedewasaan iman

mereka dan mengembangkan kesadaran akan pentingnya keterlibatan mereka

dalam karya kerasulan Gereja. Melalui kesadaran baru tersebut kaum awam

diharapkan dapat semakin membuka hati untuk terlibat dalam karya kerasulan

Gereja. Dan bagi kaum awam yang sudah terlibat aktif dapat semakin

meningkatkan dan lebih maksimal dalam melibatkan diri sebagai pewarta

iman.

B. Saran

Dalam skripsi ini, penulis berusaha menyajikan suatu sumbangan

pemikiran yang penulis peroleh berdasarkan studi pustaka, pengamatan,


128

wawancara, dan penyebaran kuesioner. Sumbangan pemikiran tersebut untuk

meningkatkan keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan Gereja sebagai

pengurus Dewan Paroki. Berdasarkan pemahaman dan pemikiran yang telah

tertulis, maka penulis mengajukan beberapa saran dengan tujuan untuk

memberikan masukan tentang peranan kaum awam dalam karya kerasulan

Gereja yang bermanfaat bagi pengembangan keterlibatan kaum awam dalam

hidup menggereja.

Keterlibatan kaum awam dalam kehidupan menggereja mempunyai

peranan yang sangat penting dalam kehidupan menggereja. Maju mundurnya

suatu paroki tergantung seberapa besar peranan dan keterlibatan kaum awam

dalam suatu paroki. Berikut ini adalah beberapa saran untuk dipertimbangkan

oleh kaum awam dan pengurus Dewan Paroki dalam menghayati panggilannya

sebagai pewarta iman dan keterlibatan di dalam karya kerasulan Gereja:

1. Kaum awam hendaknya selalu menyediakan diri untuk terlibat dalam

kegiatan menggereja dalam berbagai bentuk keterlibatan karya kerasulan.

2. Bagi kaum awam terutama bagi pengurus DP hendaknya tahu atau pernah

membaca dokumen Gereja tentang Kerasulan Awam (Apostolicam

Actuositatem) agar semakin menyadari peranan mereka dalam karya

kerasulan Gereja.

3. Perlu adanya pendampingan rohani seperti rekoleksi atau pendalaman iman

yang rutin bagi pengurus DP agar mendapatkan penyegaran rohani dan

mendapatkan kekuatan baru dalam karya penggembalaan umat.

4. Sebaga i pengurus Dewan Paroki hendaknya senentiasa mengadakan

pembekalan, sebagai salah satu usulan tema “Panggilan kaum awam dalam
129

karya kerasulan Gereja” dalam kegiatan katekese dengan menggunakan

model SCP.

5. Setiap anggota DP hendaknya memahami isi PDDP dan PPDP sehingga

memahami apa yang mejadi tugas dan peranannya.

6. Setiap anggota DP diharapkan senantiasa meningkatkan keterlibatan dalam

berbagai kegiatan gerejani maupun kemasyarakatan.

Semua kaum beriman kristiani mempunyai tanggung jawab dalam usaha

mengembangkan Gereja. Setiap orang diharapkan melibatkan diri dalam karya

pewartaan sesuai dengan kemampuan dan situasi hidup konkrit masing- masing.

Dalam karya pewartaan kaum awam mempunyai kekhasan yakni mewartakan

Gereja melalui realitas hidup sehari- hari. Melalui peranan kaum awam Kristus

semakin diwartakan dan karya keselamatan sampai pada semua orang.


130

DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma, J.B. & Suharyo, I. (1990). Umat Allah Menegaskan Arah.


Yogyakarta: Kanisius.
Bergant, Dianne & Karris, Robert J. (Ed.). (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru. (A.S. Hadiwiyata, Penerjemah). Yogyakarta: Kanisius.
Bros. (1970). Pedoman Kerasulan Umat Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Budi Kleden, Paul. (2006). Rancang Bersama. Maumere: Ledalero.
Gitowiratmo, St. (2003). Seputar Dewan Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
Groome, Thomas H. (1997). Shared Christian Praxis: Suatu Model Berkatekese
(FX. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga
Pengembangan Kateketik Puskat (Buku asli diterbitkan 1990).
Haag, Helbert. (1980). Kamus Alkitab. Ende: Nusa Indah.
Hardawiryana, Robert. (2001). Umat Kristiani Awam Masa Kini
Berevangelisasi Baru. Yogyakarta: Kanisius.
Heselaars H., Ferd. (2000). Paroki 2000. Yogyakarta: Kanisius.
Heuken, A. (1967). Kaum Awam dan Kerasulannya. Jakarta: Sinar Jaya.
________. (1980a). Kaum Awam (Jilid I). Jakarta: Sinar Jaya.
________. (1980b). Kaum Awam (Jilid II). Jakarta: Sinar Jaya.
________. (1980c). Peranan Kaum Awam dalam Dunia Modern. Jakarta: Sinar
Jaya.
________. (1996). Katekismus Konsili Vatikan II. Jakarta: Cipta Loka Caraka.
Ismartono, Ig. (2000). Sebuah Pengantar Pembicaraan Tentang Menuju
Indonesia Baru. Spektrum, 26, hh. 9-23.
Jacobs, Tom. (1974). Konstitusi Dogmatis “Lumen Gentium” mengenai Gereja
(Jilid III). Yogyakarta: Kanisius.
________. (1987). Gereja menurut Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius.
Kartika Christiani, Tabita (2008). Shared Christian Praxis dalam Konteks
Indonesia. Sebuah makalah untuk Lokakarya Pengayaan Diri Dosen
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendid ikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta, yang diselenggarakan pada 18-19 Juni 2008.
KAS. (2004). Pedoman Dasar Dewan Paroki KAS. Semarang: KAS.
________. (2008). Katalog Imam, Bruder, Suster. Katalo g untuk Imam, Bruder,
dan Suster di Keuskupan Agung Semarang yang diterbitkan oleh
KAS.
Kitab Hukum Kanonik. (1991). (FX. Purwaharsanto Pr., Penerjemah). Jakarta:
Obor (Buku asli diterbitkan 1983).
Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Kaki. (1984) (LBI,
Penerjemah). Ende: Nusa Indah.
Kitab Suci Perjanjian Lama: dengan Pengantar dan Catatan Kaki. (1988) (LBI,
Penerjemah). Ende: Nusa Indah.
Konsili Vatikan II. (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. (R. Hardawiryana,
Penerjemah). Jakarta: Obor (Dokumen asli diterbitkan 1966).
KWI. (1996). Iman Katolik: Buku Informasi dan Referensi. Yogyakarta:
Kanisius.
131

Mangunwijaya, Y.B. (1982). Pancapramana 1. Yogyakarta: Kanisius.


________. (1999). Gereja Diaspora. Yogyakarta: Kanisius.
Musakabe, Herman. (2004). Roh Kepemimpinan Sejati. Jakarta: Citra Insan
Pembaru.
Panitia Wali Gereja Indonesia untuk Aksi Katolik. (1966). Pedoman Kerja
Kerasulan Umat Katolik dalam Paroki. Yogyakarta: Kanisius.
PANKAT KAS. (1993). Panduan Seksi Pewartaan Paroki. Yogyakarta:
Kanisius.
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia VIII. (2005). Membangun
Komunitas Basis Berdaya Transformatif lewat Katekese Umat.
Jakarta: Komkat KWI.
Petunjuk Umum Katekese. (2000). (KomKat KWI, Penerjemah). Jakarta:
DOKPEN KWI (Buku asli diterbitkan 1997)
Prasetya, L. (2003). Keterlibatan Awam sebagai Anggota Gereja. Malang:
Dioma.
________. (2006). Menjadi Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
________. (2007). Karya Penggembalaan Dewan Paroki. Yogyakarta:
Kanisius.
Riberu, J. (1983). Tonggak Sejarah Pedoman Arah. Jakarta: DOKPEN MAWI.
Suharyo, I. Mgr. (2005). Menjalankan Perutusan Berguru pada Nabi Yeremia.
(2005). Pertemuan Nasional Katekis I. Dalam Daniel Boli Kotan
(Ed.). Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan Zaman (hh.76-82).
Jakarta: KomKat KWI.
Sumarno Ds, M. (2005). Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki. Diktat Mata
Kuliah Teori Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa
Semester IV, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan
Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
________. (2006). Program Pengalaman Lapangan Pendidikan Agama Katolik
Paroki. Diktat Mata Kuliah Program Pengalaman Lapangan
Pendidikan Agama Katolik Paroki untuk Mahasiswa Semester V,
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Sweetser, T. & Holden, C.W. (2007). Bersama-sama Mengelola Paroki. (Seri
Pastoral no. 401). (Aswin, G N., Penerjemah). Yogyakarta: Pusat
Pastoral.
Telaumbanua, Marinus. (1999). Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode, dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Tim Penyusun Buku Kenangan Ulang Tahun Paroki Pringwulung. (2007). 10
Tahun Gereja St. Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
Manuskrip yang dikeluarkan dalam rangka ulang tahun ke 10 paroki
St. Yohanes Rasul Pringwulung Yogyakarta.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Tondowidjojo, John. (1990). Arah dan Dasar Kerasulan Awam. Yogyakarta:
Kanisius.
132

van der Heijden, Bert. (1977). Imamat. Palembang: Pengikat.


Wahyu Harjanto, V. (2006). Teologi Imamat. Diktat Mata Kuliah Teologi
Imamat untuk Mahasiswa Program Imamat, Fakultas Teologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Widiastono, Tonny D. dkk. (1995). Gereja Katolik Indonesia Mengarungi
Zaman. Jakarta: Obor.
Wiharjono, J. (1981). Kerasulam Awam dalam Gereja. (Seri Pastoral no. 48).
Yogyakarta: Pusat Pastoral.
Yohanes Paulus II. (1989). Christi Fideles Laici. (Marcel Beding, Penerjemah).
Jakarta: DOKPEN KWI (Buku asli diterbitkan 1989).
LAMPIRAN
Lampiran 1: Kuesioner keterlibatan kaum awam dalam tugas kerasulan
Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di paroki Santo
Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memberikan tanda silang


(X) pada jawaban yang anda pilih!

Catatan: istilah Kerasulan Awam saat ini dalam Dewan Paroki memakai
istilah Pelayanan Kemasyarakatan.

A. Pemahaman karya kerasulan awam

1. Apa yang anda ketahui tentang karya kerasulan?


a. Katekese.
b. Pendalaman iman lingkungan.
c. Karya-karya sosial Gereja.
d. Semua bentuk kegiatan dan tindakan umat Allah yang mengarah pada
tujuan Gereja.

2. Menurut anda apa sajakah tujuan karya kerasulan?


a. Tujuan Penginjilan.
b. Tujuan Pengudusan.
c. Tujuan memperbaharui tatanan Gereja secara kristiani.
d. Semua jawaban a,b, can c merupakan tujuan karya kerasulan.

3. Siapa sajakah yang terlibat dalam karya kerasulan?


a. Para imam.
b. Para biarawan/biarawati.
c. Semua pengurus Dewan Paroki.
d. Semua anggota Gereja.

4. Menurut anda apa saja yang menjadi dasar perutusan kerasulan awam?
a. Dasar perutusan sakramental (Baptis, Krisma, dan Ekaristi).
b. Dasar perutusan yuridis (dasar hukum).
c. Dasar Kristologis (Kristus mengutus Gereja untuk mewartakan karya
keselamatan).
d. Semua dasar perutusan yang tercantum di atas merupakan dasar perutusan
kerasulan.

5. Apa sajakah peran karya kerasulan dalam Gereja?


a. Membantu imam dalam tugas penggembalaan umat.
b. Turut mengambil bagian dalam pengembangan iman umat.
c. Memberikan pelayanan kepada umat dalam seluruh bidang kehidupan.
d. Jawaban a,b, dan c merupakan wujud peranan kerasulan dalam Gereja.

(1)
6. Bidang-bidang apa sajakah yang termasuk dalam karya kerasulan?
a. Bidang-bidang rohani.
b. Bidang-bidang moral.
c. Bidang-bidang sosial
d. Bidang-bidang rohani, moral, dan sosial.

7. Apakah yang menjadi chirikhas dari karya kerasulan?


a. Melibatkan seluruh umat Allah.
b. Karya kerasulan mencakup seluruh bidang kehidupan.
c. Karya kerasulan dilakukan oleh orang-orang dewasa.
d. Karya kerasulan dilakukan oleh seluruh pengurus Dewan Paroki.

8. Apakah yang menjadi spiritualitas karya kerasulan?


a. Turut mengambil bagian dalam karya kerasulan karena menjadi orang
Katolik.
b. Turut mengambil bagian dalam karya kerasulan karena sudah menjadi
kewajiban.
c. Turut mengambil bagian dalam karya kerasulan karena panggilan Kristus
untuk mewartakan karya keselamatan.
d. Turut mengambil bagian dalam karya kerasulan karena ingin terlibat dalam
kehidupan mengereja.

9. Apakah karya kerasulan masih tetap relefan di zaman sekarang ini,


mengapa?
a. Masih tetap relefan, karena Gereja masih senantiasa membutuhkan
pewartaan karya keselamatan.
b. Tidak relefan, karena dengan kemajuan zaman orang mudah memperoleh
atau mengakses hal- hal yang berkaitan dengan iman melalui berbagai
sarana.
c. Masih tetap relefan, karena banyak orang ya ng belum mengenal Kristus.
d. Tidak relefan, karena tugas kerasulan sudah tidak efektif lagi.

10. Bidang-bidang apa sajakah yang diperlukan dalam pembinaan karya


kerasulan?
a. Bidang pembinaan rohani.
b. Bidang pembinaan teologis.
c. Bidang pembinaan manusiawi.
d. Semua bidang yang disebutkan di atas (a, b, dan c) diperlukan dalam
pembinaan karya kerasulan.

B. Pemahaman tentang Dewan Paroki

11. Pengertian Dewan Paroki adalah sebagai berikut:


a. Dewan Paroki merupakan persekutuan umat beriman.
b. Dewan Paroki merupakan wadah komunikasi umat beriman dalam sebuah
paroki.

(2)
c. Dewan Paroki merupakan persekutuan wakil umat untuk mengembangkan
umat dalam sebuah paroki.
d. Dewan Paroki merupakan salah satu bentuk persekutuan para pelayan
umat Allah, yang terdiri dari imam sebagai wakil uskup dan kaum awam
termasuk biarawan/biarawati (jika ada) sebagai wakil umat bersama-sama
melaksanakan tugas dan panggilan untuk terlibat dalam tritugas Kristus,
yakni menguduskan, mewartakan, dan menggembalakan.

12. Siapakah Dewan Paroki itu?


a. Dewan umat yang ikut mengambil bagian dalam tugas penggembalaan
umat.
b. Suatu lembaga yang beranggotakan wakil- wakil umat.
c. Dewan Paroki merupakan persekutuan umat yang terdiri dari pastor,
biarawan/biarawatu dan wakil umat yang melaksanakan tugas tritugas
Kristus.
d. Suatu organisasi umat yang berkarya dalam Gereja.

13. Apakah yang menjadi tujuan Dewan Paroki


a. Menyelenggarakan tata penggembalaan dengan melibatkan dan
mengembangkan serta memberdayakan seluruh umat dalam hidup dan
karya paroki.
b. Membangun kerjasama dengan siapa pun yang berkehendak baik dalam
hubungan antar agama dan kepercayaan.
c. Mengembangkan pola hidup dan pola pikir dalam masyarakat yang
majemuk, dan memperhatikan kaum lemah, miskin, dan terlantar.
d. Semua jawaban a,b, dan c merupakan tujuan Dewan Paroki.

14. Apa sajakah fungsi Dewan Paroki


a. Fungsi pelayanan dan kepemimpinan.
b. Fungsi penggerak dan representasi.
c. Sebagai wadah pelayanan dan koordinasi keterlibatan seluruh umat dalam
melaksanakanpanggilan dan tugas perutusan Gereja.
d. Fungsi Dewan Paroki terdapat pada jawaban yang dikemukakan (a,b, dan
c).

15. Apakah wewenang Dewan Paroki?


a. Dewan Paroki mempunyai wewenang mengambil keputusan reksa pastoral
paroki dalam kesatuan dengan arah pastoral keuskupan.
b. Dewan Paroki mempunyai wewenang melaksanakan keputusan yang telah
menjadi keputusan bersama.
c. Dewan Paroki berwewenang mengembangkan umat paroki setempat.
d. Dewan Paroki mempunyai wewenang menangani masalah sehari-hari
yang timbul dalam kehidupan umat beriman.

16. Apasajakah tugas umum Dewan Paroki?


a. Menggerakkan dan mengkoordinasi keterlibatan umat, dan dalam terang
iman Dewan Paroki bertugas memutuskan, merencanakan, melaksanakan,

(3)
dan mengevaluasi reksa pastoral paroki yang meliputi bidang liturgi dan
peribadatan, pewartaan, pelayanan kemasyarakatan, serta paguyuban dan
organisasi.
b. Mempersiapkan rapat atau pertemuan dengan kemungkinan membentuk
panitia tersendiri.
c. Menyampaikan laporan tahunan kepada uskup.
d. Mengundang rapat Dewan Inti atau Dewan Pleno atau sebagian secara
berkala.

17. Siapa sajakah yang dapat menjadi pengurus Dewan Paroki


a. Semua anggota Gereja.
b. Semua anggota Gereja yang telah dewasa.
c. Semua anggota Gereja yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
d. Anggota Gereja tertentu.

18. Bagaimanakah semangat hidup yang harus dimiliki oleh pengurus Dewan
Paroki?
a. Semangat untuk melayani.
b. Semangat kerjasama.
c. Semangat penggembalaan umat.
d. Ketiga jawaban a, b, dan c setidak-tidaknya menjadi semangat minimal
yang harus dimiliki oleh pengurus Dewan Paroki.

19. Semangat apa yang mendasari anda sehingga mau terlibat sebagai pengurus
Dewan Paroki
a. Semangat untuk melayani dan terlibat dalam tugas penggembalaan umat.
b. Semangat untuk mengembangkan umat paroki setempat.
c. Semangat untuk menyumbangkan kemampuan dan turut dalam
menge mbangkan umat beriman.
d. Sebagai anggota Gereja mempunyai kewajiban dala m mengembangkan
umat beriman kristiani melalui kepengurusan di dalam Dewan Paroki.

20. Alasan apa saja yang membuat anda merasa berat untuk menjadi pengurus
Dewan Paroki?
a. Merasa kurang mampu dan tidak pantas menjabat pengurus Dewan Paroki.
b. Merasa ada orang yang lebih pantas dan layak menjadi pengurus Dewan
Paroki.
c. Merasa tidak ada waktu karena kesibukan /masih aktif dalam pekerjaan.
d. Tidak mau disibukkan dengan berbagai urusan paroki (ingin menjadi umat
biasa).

21. Apakah keuntungan menjadi pengurus Dewan Paroki?


a. Dapat bejalar berorganisasi di dalam Gereja.
b. Semakin diperteguh imannya akan Yesus Kristus.
c. Melatih kepekaan akan kebutuhan sesama terutama dalam kehidupan
menggereja.

(4)
d. Dapat membangun kerjasama antar umat (juga antar anggota PD) dan
pastor paroki dalam pembangunan dan penggembalaan jemaat.

22. Apakah kerugian yang dialami sebagai pengurus Dewan Paroki?


a. Kerugian waktu.
b. Kerugian materi.
c. Kerugian waktu dan materi.
d. Tidak pernah merasa rugi selama menjadi pengurus Dewan Paroki.

C. Keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan sebagai pengurus


Dewan Paroki

23. Manurut anda, apakah kerasulan awam dapat terwujud dalam keterlibatan
sebagai pengurus Dewan Paroki, mengapa?
a. Belum, karena Dewan Paroki hanya menangani hal- hal tertentu dan
terbatas.
b. Sudah, karena Dewan Paroki menangani bidang-bidang kehidupan umat.
c. Belum, karena yang duduk di dalam kepengurusan Dewan Paroki hanya
orang-orang tertentu saja.
d. Sudah, karena Dewan Paroki mempunyai tujuan yang selaras dengan karya
kerasulan Gereja.

24. Sebagai pengurus Dewan Paroki, peranan apa yang telah anda lakukan dalam
tugas karya kerasulan?
a. Ikut mengamb il bagian dalam karya pewartaan sesuai dengan bidang yang
dipercayakan/diemban.
b. Memberikan pelayanan secara maksimal sebagai pengurus Dewan Paroki.
c. Dengan menjadi pengurus Dewan Paroki ikut mengambil bagian dalam
tugas penggembalaan umat.
d. Keterlibatan tidak hanya terbatas dalam kepengurusan Dewan Paroki tetapi
juga terbuka dalam keterlibatan-keterlibatan lain.

25. Sebagai pengurus Dewan Paroki, seberapa besar keterlibatan anda dalam
karya Kerasulan?
a. Sangat besar karena ikut bertanggung jawab terhadap perkembangan iman
umat.
b. Cukup besar, karena menjadi Dewan Paroki dapat menjalankan program-
program yang menjadi rencana bersama.
c. Besar, karena dengan menjadi pengurus Dewan Paroki juga dapat
menjalankan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
d. Kurang, karena sebagai pengurus Dewan Paroki hanya terbatas pada
bidang-bidang tertentu saja.

26. Menurut anda, seberapa besar peranan Dewan Paroki dalam karya kerasulan
Gereja?

(5)
a. Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar dalam karya kerasulan,
karena DP menagani berbagai bidang kehidupan kaum beriman.
b. Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar dalam karya kerasulan,
karena turut mengembangkan iman umat dan ambil bagian dalam tugas
penggembalaan umat.
c. Dewan Paroki mempunyai peran yang sangat besar dalam karya kerasulan,
karena DP bertujuan mengembangkan iman umat dan terbuka membangun
kerjasama dengan agama lain serta memperhatikan kaum miskin, lemah,
dan terlantar.
d. Masih kurang karena Dewan Paroki dalam pelayananya masih terbatas
pada bidang-bidang tertentu sedangkan karya kerasulan mencakup bidang
yang sangat luas.

27. Apa yang anda pahami tentang: Dewan Paroki sebagai salah satu wujud
pelaksanaan kerasulan awam?
a. Karena Dewan Paroki turut melaksanakan tugas-tugas kerasulan Gereja.
b. Karena Dewan Paroki mempunyai tujuan yang selaras dengan tujuan karya
kerasulan.
c. Karena Dewan Paroki bertujuan menyelenggarakan tata penggembalaan
umat paroki dalam berbagai bidang kehidupan.
d. Karena Dewan Paroki mempunyai tujuan demi perkembangan iman umat.

28. Apakah anda menyadari bahwa dengan menjadi pengurus Dewan Paroki, anda
telah mengambil bagian dalam tugas karya kerasulan dalam Gereja?
a. Sangat menyadari bahwa menjadi pengurus Dewan Paroki berarti ikut
mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja.
b. Cukup menyadari bahwa menjadi pengurus Dewan Paroki berarti ikut
mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja.
c. Kurang menyadari bahwa menjadi pengurus Dewan Paroki berarti ikut
mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja.
d. Sama sekali tidak menyadari bahwa menjadi pengurus Dewan Paroki
berarti ikut mengambil bagian dalam karya kerasulan Gereja.

Catatan
Bila bapak/ibu ingin memberikan tambahan catatan dipersilakan
menuliskan di kolom bawah ini
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

(6)
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

(7)
Lampiran 2: Jawaban kuesioner keterlibatan kaum awam dalam tugas
kerasulan Gereja sebagai pengurus Dewan Paroki di paroki
Santo Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta

Jumlah responden : 48 orang

A. Pemahaman karya kerasulan awam

1. Apa yang anda ketahui tentang karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 3 6.25%
b 5 10,42%
c 9 18,75%
d 31 64,58%

2. Menurut anda apa sajakah tujuan karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban presentase


a 13 27,10%
b 7 14,58%
c 20 41,66%
d 8 16,66%

3. Siapa sajakah yang terlibat dalam karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 0 0%
b 0 0%
c 0 0%
d 48 100%

4. Menurut anda apa saja yang menjadi dasar perutusan kerasulan awam?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 23 47,91%
b 4 8,33%
c 3 6,25%
d 18 37,51%

5. Apa sajakah peran karya kerasulan dalam Gereja?

(8)
Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)
a 8 16,67%
b 12 25%
c 21 43,75%
d 7 14,58%

6. Bidang-bidang apa sajakah yang termasuk dalam karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 5 10,43%
b 2 4,16%
c 1 2,08%
d 40 83,33%

7. Apakah yang menjadi chirikhas dari karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 39 81,25%
b 9 18,75%
c 0 0%
d 0 0%

8. Apakah yang menjadi spiritualitas karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 3 6,25%
b 3 6,25%
c 27 56,25%
d 15 31,25%

10. Apakah karya kerasulan masih tetap relefan di zaman sekarang ini,
mengapa?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 46 95,83%
b 0 0%
c 2 4,17%
d 0 0%

(9)
10. Bidang-bidang apa sajakah yang diperlukan dalam pembinaan karya
kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 10 20,83%
b 0 0%
c 0 0%
d 38 79,17%

B. Pemahaman tentang Dewan Paroki

11. Pengertian Dewan Paroki adalah sebagai berikut:

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 0 0%
b 0 0%
c 0 0%
d 48 100%

12. Siapakah Dewan Paroki itu?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 0 0%
b 0 0%
c 48 100%
d 0 0%

13. Apakah yang me njadi tujuan Dewan Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 5 10,42%
b 4 8,33%
c 3 6,25%
d 36 75%

14. Apa sajakah fungsi Dewan Paroki

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 24 50%

(10)
b 4 8,33%
c 11 22,92%
d 9 18,75%

15. Apakah wewenang Dewan Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 18 37,50%
b 11 22,92%
c 8 16,66%
d 11 22,92%

16. Apasajakah tugas umum Dewan Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 48 100%
b 0 0%
c 0 0%
d 0 0%

17. Siapa sajakah yang dapat menjadi pengurus Dewan Paroki

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 3 6,25%
b 15 31,25%
c 30 62,50%
d 0 0%

18. Bagaimanakah semangat hidup yang harus dimiliki oleh pengurus Dewan
Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 0 0%
b 0 0%
c 0 0%
d 48 100%

19. Semangat apa yang mendasari anda sehingga mau terlibat sebagai
pengurus Dewan Paroki

(11)
Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)
a 5 10,42%
b 7 14,58%
c 9 18,75%
d 27 56,25%

20. Alasan apa saja yang membuat anda merasa berat untuk menjadi pengurus
dewan paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 12 25%
b 11 22,92%
c 25 52,08%
d 0 0%

21. Apakah keuntungan menjadi pengurus Dewan Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 4 8,33%
b 5 10,42%
c 9 18,75%
d 30 62,50%

22. Apakah kerugian yang dialami sebagai pengurus Dewan Paroki?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 0 0%
b 0 0%
c 0 0%
d 48 100%

C. Keterlibatan kaum awam dalam karya kerasulan sebagai pengurus


Dewan Paroki

23. Manurut anda, apakah kerasulan awam dapat terwujud dalam keterlibatan
sebagai pengurus Dewan Paroki, mengapa?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 2 4,17%
b 21 43,75%

(12)
c 0 0%
d 25 52,08%

24. Sebagai pengurus Dewan Paroki, peranan apa yang telah anda lakukan
dalam tugas karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 5 10,42%
b 9 18,75%
c 5 10,42%
d 29 60,41%

25. Sebagai pengurus Dewan Paroki, seberapa besar keterlibatan anda dalam
karya kerasulan?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 31 64,58%
b 6 12,50%
c 6 12,50%
d 5 10,42%

26. Menurut anda, seberapa besar peranan Dewan Paroki dalam


karya kerasulan Gereja?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 7 14,58%
b 26 54,17%
c 12 25%
d 3 6,25%

27. Apa yang anda pahami tentang: Dewan Paroki sebagai salah
satu wujud pelaksanaan kerasulan awam?

Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)


a 8 16,66%
b 17 35,43%
c 15 31,25%
d 8 16,66%

28. Apakah anda menyadari bahwa dengan menjadi pengurus Dewan Paroki,
anda telah ambil bagian dalam tugas karya kerasulan dalam Gereja?

(13)
Jawaban Jumlah jawaban Presentase (%)
a 19 39,58%
b 18 37,50%
c 11 22,92%
d 0 0%

(14)
Lampiran 3: Rangkuman hasil wawancara

A. Pelaksanaan
1. Responden : - Rm. Ignatius Sukawalyana, Pr.
- Rm. Adolfus Suratmo, Pr.
- Bp. Lolly Karel Tethool
- Bp. I. Puja Raharja
- Bp. B. Widiyanto
- Bp. Sapto Nugroho
2. Waktu Pelaksanaan : Dimulai pada awal bulan Agustus sampai
akhir November 2008
3. Tempat : - Paroki Pringwulung Jl. Panuluh No. 377A
- Nologaten
- Deresan
- Papringan
- Colombo

B. Pokok-pokok Pertanyaan dan Jawaban


1. Permasalahan apa yang dihadapi paroki berdasarkan letak geografis?
(Paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung, Yogyakarta beralamatkan di Jalan
Panuluh 377A Pringwulung Ygyakarta. Paroki Pringwulung dapat dikatakan
jauh dari jalan raya, yakni kurang lebih berjarak 300m dari Jalan Afandi/Jalan
Gejayan).
Ø Letak geografis gereja paroki bukan menjadi masalah serius dan tidak begitu
kelihatan karena banyak alternatif lain untuk merayakan Ekaristi seperti di
kapel Mrican, kapel Santa Klara (Susteran Klaris), kapel Bintang samudera,
kapel Panti Rapih dan lain- lain. Apalagi saat ini kebanyakan umat sudah
memiliki kendaraan pribadi.
Ø Umat tidak semua merayakan Perayaan Ekaristi di gereja paroki dikarenakan
di dekat tempat tinggal mereka juga ada pelayanan Ekaristi pada hari Minggu
dan harian (Mrican, Klaris, Bintang Samudera, dan Panti Rapih).
Ø Permasalahan yang dihadapi umat yakni masalah sound system. Berdasarkan
angket yang pernah dilakukan oleh tim kerja litbang, diperoleh data sebagian
besar umat merasa enggan merayakan Perayaan Ekaristi di Pringwulung
karena suara sound system-nya tidak bagus sehingga sulit untuk didengarkan.
Kesan umat bila merayakan Ekaristi terasa mengambang karena tidak dapat
mendengarkan dengan baik.

(15)
Ø Permasalahan umat terutama lansia mempunyai keluhan terutama dengan
bangunan gereja dengan banyak tangga sehingga menyulitkan bagi mereka
dan juga bagi yang cacat yang harus dibantu dengan kursi roda sulit untuk
masuk gereja.

2. Permasalahan apa yang dihadapi oleh paroki sebagai paroki yang sebagian
besar kaum muda adalah pendatang (kos)?
Ø Untuk saat ini paroki belum mengambil kebijakan dengan banyaknya kaum
muda yang tinggal di rumah kos yang berada di teritorial paroki Pringwulung.
Untuk saat ini sedang dipikirkan apa tindakan ke depan.
Ø Sebagai gereja paroki tidak menutup bagi kehadiran mereka seperti mengurus
masalah perkawinan, pihak paroki akan membantu dan mencarikan jalan bagi
mereka sejauh tidak melanggar peraturan yang ada.
Ø Berdasarkan pengamatan kaum muda yang merayakan Ekaristi di paroki
Pringwulung 75% merupakan pendatang, maka Dewan Paroki mencoba
menanggapi dengan wacana kedepan menciptakan kegiatan yang melibatkan
dan mengembangkan kaum muda.
Ø Paroki mencoba merangkul kaum muda dengan mengadakan misa kaum muda
pada hari Minggu sore dan misa inovatif .

3. Apakah yang menjadi keuntungan paroki Pringwulung dengan banyaknya


komunitas biarawan-biarawati dan imam yang beromisili di wilayah paroki?
Ø Banyak komunitas religius yang terlibat dalam PIA, PIR, koor lingkungan,
membagi komuni.
Ø Saat ini pastor paroki mulai mengadakan pendekatan terhadap komunitas-
komunitas religius yang ada. Hal ini dilakukan untuk menjalin kembali
komunikasi antara paroki dengan komunitas-komunitas yang ada. Adapun
pemikiran kunjungan yang dilakukan oleh Romo paroki yakni untuk menyapa
komunitas-komunitas yang ada di paroki Pringwulung dan melibatkan
komunitas-komunitas religius dalam kegiatan menggereja. Beberapa hal yang
menjadi pemikiran pastor paroki berkaitan dengan komunitas-komunitas
religius:
a. Keterlibatan komunitas religius dalam kegiatan menggereja untuk lebih
menghidupkan paroki.
b. Kesediaan terlibat dalam aksi panggilan mengingat banyak kaum muda
yang berdomisili di paroki Pringwulung.
c. Bagi komunitas yang berdekatan mengadakan pertemuan yang bertujuan
saling meneguhkan antara satu dengan yang lain.
d. Untuk mensosialisasikan program ini pastor paroki mengadakan
kunjungan yang jelas, sekiranya memungkinkan pastor paroki
mengadakan misa 3 bulan sekali di komunitas-komunitas religius.
e. Paroki (Dewan) mengundang para pimpinan komuitas untuk bekerjasama
sesuai kesepakatan bersama. Perlu diingat bahwa hal tersebut berkaitan
dengan Tahun Kaum Muda pada tahun 2009.
Ø Dari Dewan Paroki belum mempunyai program yang khusus berhubungan
dengan komunitas religius tetapi sudah ada pemikiran untuk kesana.

(16)
4. Berapakah jumlah umat paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
Yogyakarta?
Ø Berdasarkan data statistic terakhir yaitu tahun 2007 umat paroki Pringwulung
berjumlah 3.946 jiwa. Akan tetapi menurut beberapa masukan data ini tidak
valit karena ada beberapa yang belum memasukkan data. Jumlah umat yang
ada tersebut bisa jadi lebih banyak karena banyak pendatang baru yang belum
mendaftarkan diri ke paroki. Jumlah umat tersebut tidak termasuk jumlah
biarawan-biarawati yang berdomisili di paroki Pringwulung yang berjumlah
27 komunitas dan juga belum termasuk mahasiswa/mahasiswi dan pelajar
yang kost di wilayah paroki Pringwulung yang mencapai lebih dari 1.000
orang.

5. Seberapa besar keterlibatan umat dalam karya kerasulan?


Ø Kendati mempunyai umat yang cukup banyak akan tetapi umat yang mau
terlibat aktif dalam kegiatan menggereja masih sedikit, aktifis-aktifis paroki
masih sangat terbatas. Kekurang aktifan umat paroki disebabkan oleh
mentalitas umat yang biasa dilayani sehingga kurang memiliki keterlibatan di
dalam paroki secara aktif.
Ø Umat paroki masih banyak yang belum terlibat aktif dalam kegiatan
menggereja. Salah satu alasan umat kurang aktif yakni banyaknya pendatang
yang berdomisili di paroki Pringwulung sehingga loyalitas untuk Gereja
(paroki) belum sepenuhnya. Dapat dikatakan hati mereka masih terbagi antara
mereka belum dapat meinggalkan paroki asal mereka dan paroki yang mereka
tempati saat ini.
Ø Sebagai seorang gembala umat, berpendapat bahwa dalam usaha mencari
aktifis paroki pertama-tama bukan mencari yang terbaik tetapi mencari orang
yang mempunyai kerelaan untuk mau terlibat.
Ø Chiri khas paroki Pringwulung yakni Gereja ritual bukan Gereja yang belajar.
Artinya bila ada kegiatan yang berkaitan dengan peribadatan berjalan sangat
baik seperti Perayaan Ekaristi, Devosi dan lain- lain. Akan tetapi bila kegiatan
paroki bersifat pengembangan umat kurang tertarik.
Ø Kekurang terlibatan umat dalam kegiatan menggereja disebabkan tema-tema
dalam kegiatan kurang menarik dan kurang sesuai dengan situasi umat (tidak
mengena), juga penyampaiannya yang kurang menarik maka dibutuhkan
pembekalan teknis bagi fasilitator.

6. Seberapa besar keterlibatan umat dalam kepengurusan Dewan Paroki?


Ø Tidak semua warga atau anggota Gereja yang merelakan diri untuk terlibat
dalam kegiatan hidup menggereja termasuk dalam kepegurusan Dewan
Paroki.
Ø Sejauh ini kendati tidak banyak umat yang terlibat dalam kehidupan
menggereja akan tetapi pemilihan anggota Dewan Paroki belum mengalami
kesulitan yang berarti. Kendati belum mengalami kesulutan yang cukup
berarti tetapi masih sedikit umat yang dengan sepenuh hati dan merelakan diri
untuk terlibat di dalam kepengurusan Dewan Paroki.
Ø Keterlibatan umat dalam kepengurusan Dewan Paroki mempunyai dinamika
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Keterlibatan kaum awam

(17)
sebagai pengurus Dewaan Paroki mempunyai alasan yang berbeda-beda, ada
kaum awam yang dianggap mampu dan berkompeten setelah terpilih tidak
menerima atau menolak, ada juga yang merasa menjadi pengurus Dewan
Paroki karena merasa harus dimasukkan, tetapi ada sebagian yang dengan rela
hati menawarkan diri untuk terlibat.
Ø Banyak hal yang menyebabkan kaum awam kurang terlibat dalam
kepengurusan Dewan paroki antara lain ada umat yang beranggapan bahwa
untuk menjadi pengurus Dewan Paroki harus orang yang mempunyai
kemampuan karena Dewan Paroki mempunyai tanggung jawab yang besar,
ada sebagian umat yang merasa tidak pantas atau tidak mampu menjadi
pengurus Dewan Paroki, dan ada juga yang merasa sibuk atau masih terikat/
aktif sebagai pegawai sehingga kurang ada waktu.
Ø Keterlibatan umat dalam kepengurusan Dewan Paroki mempunyai bermacam-
macam dinamika, ada yang memang ingin bekerja keras untuk terlibat dan
mengembangkan paroki, tetapi ada juga yang hanya ingin tampil tetapi tidak
mau bekerja.

7. Seberapa besar pemahaman anggota/pengurus Dewan Paroki terhadap


tugas dan tanggung jawabnya?
Ø Setiap anggota Dewan Paroki mempunyai karakter dan kemampuan yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Sebaga i pengurus Dewan Harian
tentu sebagian besar telah memahami tugas dan tanggung jawabnya masing-
masing karena ada pertemuan yang diadakan secara rutin. Akan tetapi bagi
pengurus Dewan Paroki yang lain mempunyai dinamika yang berbeda-beda.
Penghayatan pengurus Dewan Paroki terhadap tugas dan tanggung jawabnya
berbeda-beda, ada yang sudah benar-benar memahami tugas dan tanggung
jawabnya, ada yang tidak tahu sama sekali, ada yang mampu tetapi tidak tahu,
ada yang tahu tetapi tidak mempu, akan tetapi sebagai pengurus Dewan Paroki
berusaha untuk tahu dan melakukannya.
Ø Dalam usaha untuk mengetahuai dan melaksanakan apa yang menjadi tugas
dan tanggung jawab pengurus DP setiap tim kerja atau ketua bidang
mengumpulkan anggotanya dan mengadakan pertemuan untuk membekali
anggotanya atau pembinaan. Begitu juga dari pihak paroki sudah berusaha
untuk mengadakan pembinaan dan pembekalan.
Ø Sebagai usaha agar pengurus Dewan Paroki memahami tugas dan tanggung
jawabnya pernah ada wacana dari pastor paroki untuk mengadakan rekoleksi
bagi pengurus DP akan tetapi saat ini belum terealisasi. Diharapkan bahwa
setiap tim kerja atau bidang mengadakan pertemuan sendiri untuk
mengadakan pembinaan dan pembekalan. Dan beberapa bidang atau tim kerja
sudah melakuka pertemuan sendiri dan berjalan dengan baik.
Ø Kepengurusan DP merupakan persekutuan atau kerja tim maka antara anggota
satu dengan yang lain saling melengkapi sehingga saling mengisi. Melalui
usaha tersebut apa yang menjadi tanggung jawab dan tugas pengurus DP
dapat terlaksana berkat kerjasama tim atau team work.
Ø Sebagai usaha pengurus Dewan Paroki dalam menghayati tugas dan tanggung
jawabnya diadakan pertemuan rutin setiap bidang kerja maupun tim kerja.

(18)
8. Seberapa besar keterlibatan pengurus DP terhadap karya kerasulan di
luar kepengurusan DP?
Ø Salah satu syarat menjadi pengurus DP adalah aktif dalam kegiatan
lingkungan. Maka diharapkan bahwa sebagai pengurus DP hendaknya aktif
terlibat dalam kegiatan menggereja baik di dalam lingkungan maupun dalam
masyarakat.
Ø Sebagai pengurus DP hendaknya menjadi teladan bagi umat dalam kehidupan
menggereja. Sebagai pengurus DP sebagian besar merupakan umat yang katif
daalam kegiatan menggereja apalagi sebagai ketua lingkungan yang sudah
menjadi kewajiban untuk aktif dalam kegiatan menggereja karena menjadi
teladan umat. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ada yang terlibat
hanya dalam kepengurusan DP tetapi kurang tampak dalam kegiatan yang
lain.
Ø Sebagai pengurus Dewan Paroki berusaha mengembangkan kepedulian
terhadap warga Gereja dan ma syarakat umum. Akan tetapi dalam usaha
tersebut mengalami kendala yakni begitu banyak program yang harus
dilaksanakan akan tetapi waktu yang dimiliki sangat terbatas.

9. Apa sajakah program-program yang menjadi rencana DP untuk ke depan?


Ø Untuk saat ini program-program jangka panjang belum terpikirkan. Akan
tetapi untuk jangka pendek kedepan yang menjadi fokus adalah kaum muda
berkaitan dengan Tahun Kaum Muda pada tahun 2009, pemekaran lingkungan
yang diharapkan selesai pada awal tahun depan sehingga dapat diresmikan,
penyelesaian PPDP paroki Pringwulung.
Ø Dewan Paroki saat ini sedang menggali potensi-potensi diantara umat sebagai
wacana pengembangan lebih lanjut.

10. Permasalahan-permasalaha napa yang dihadapi di sekitar kepengurusan


dan pelaksanaan program DP?
Ø Permasalaha intern yakni dalam kepengurusan DP rasa gregetnya kurang
terasa sehingga sebagai imbasnya yaitu kegiatan-kegiatan kurang kreatif dan
kurang berkembang dengan cepat seperti dalam hal pastoral dan lain- lain.
Dapat dikatakan kegiatan-kegiatan yang diadakan terkesan monoton dan
kurang kreatif.
Ø Permasalahan ekstern Dewan Paroki berkaitan dengan kaum muda yang
menjadi PR bagi DP. Kaum muda yang berdomisili di wilayah paroki
Pringwulung sangat beragam maka menjadi tugas DP untuk menghimpin dan
melibatkan dalam kegiatan menggereja dan kegiatan-kegiatan lain. Ini
merupakan tugas DP kedepan yaitu memikirkan kaum muda yang berdomisili
di paroki Pringwulung.

(19)
Lampiran 4: Kepengurusan Dewan Paroki periode 1 Januari 2008 – 31
Desember 2010

A. Pengurus Harian

No Jabatan Nama
1 Ketua Rm. Ig. Sukawalyana Pr.
2 Wakil Ketua I Rm. Adolfus Suratmo Pr.
3 Wakil Ketua II Lolly Karel Tethool
4 Sekretaris I VF. Haddy Suprapto
5 Sekretaris II G. Djoko Santoso
6 Bendahara I Ant. Supriyono
7 Bendahara II JD. Suharto
8 Bendahara III V. Harjani Sugiarto
9 Ketua Bidang Liturgi dan Peribadatan Robertus Budiono
10 Ketua Bidang Pewartaan J.A. Dhanu Kusbiyanto
11 Ketua Bidang Paguyuban & Persaudaraan Alb. Agus Triyogo
12 Ketua Bidang Pelayanan Kemasyarakatan I. Puja Raharja
13 Ketua Bidang Fasilitas dan Litbang A. Adji Wuryantoro
14 Koordinator PKL/Ketua Wilayah Ath. Sutanto
15 Sekretaris PKL B. Widiyanto

B. Bidang Liturgi dan Peribadatan

No Jabatan Nama
16 Tim Kerja Prodiakon B. Budi Laksono
17 Tim Kerja Lektor Kristina Lidwina Anastasia
18 Tim Kerja Putra Altar & Koor Bosco Theresia Regita Permana
GR. Elga Rosiana
19 Tim Kerja Koor, Dirigent, Organis MG. Urip Esti Handayani
20 Tim Kerja Pemazmur FB. Sudarwanto
21 Tim Kerja Paramenta Lely A. Triyono
22 Tim Kerja Misa Harian C. Kartini Renyaan
23 Tim Kerja Tata Laksana Mingguan A. Heru Supriyanto

C. Bidang Pewartaan

No Jabatan Nama
24 Tim Kerja PIA Kristina Sri Suyatmi Payong
Yohana Stefani Mia Pradono
Agata Luciati

(20)
A. Indarti
25 Tim Kerja PIR Veronica
Vincentia Triana Sunaryo
26 Tim Kerja PIU Y. Agung Siswanto
Edelbertus Jara
27 Tim Kerja Katekis F. Samto
Maria Christiana Purwanti
28 Tim Kerja Kitab Suci T. Adi Susilo

D. Bidang Paguyuban dan Persaudaraan

No Nama Jabatan
29 Tim Kerja PD Santa Monika P.G. Purba
30 Tim Kerja Paguyuban Remaja V. Titik Wuluyanti
31 Tim Kerja Cendikiawan
32 Tim Kerja Mariage Encounter
33 Tim Kerja Ibu-ibu Paroki Emiliana Suhartono
34 Tim Kerja Kasepuhan JFR. Sudalto
35 Tim Kerja Mudika Th. Sukristiono
FA. Waradi Margiyanto
36 Tim Kerja Kebatinan P. Singgih Widayanto
37 Tim Kerja Karismatik Valentinus Geru
Ant. Joko Susanto
Yacobus Sugiman
38 Tim Kerja Worosemedi Y. Hasiyati

E. Bidang Pelayanan Kemasyarakatan

No Jabatan Nama
39 Tim Kerja Pendidikan Y. Bambang Wahyu
GM. Prima Dana Arta
40 Tim Kerja Kesehatan Th. Suci Wahyuningsih
M. Pardiyanto
41 Tim Kerja Pengembangan SOSEK P. Suyanto
Rini Haryati
42 Tim Kerja Bina Arta Th. Ninik Sunaryo
43 Tim TCK P. Djumadi
FX. Subarjono
44 Tim Kerja Kosmos St. Sapto Nugroho
Heribertus Suyadi
Agustinus Sumanto
Bernardus Noertjahjono
45 Tim Kerja Pangkrutiloyo M. Sukiran
FA. Aryono
46 Tim Kerja HAK Lukas Suryanto Ispandriyo
47 Tim Kerja Kerasulan Awam B. Bambang Riyanto

(21)
F. Bidang Fasilitas dan Litbang

No Jabatan Nama
48 Tim Kerja Rumah Tangga Pasturan Lucia Suratmi Sumadi
B.WL. Sri Wahyuningsih
49 Tim Kerja Pembangunan Y. Paryono
Ant. Mulyadi
50 Tim Kerja Rumah Tangga Gereja V. Rita Rini Wijaya
Ch. Subiyem Djumadi
51 Tim Kerja Keamanan dan Parkir A. Martono
B. Sumarno
St. Rubiyantono
52 Tim Kerja Listrik dan Sound System E. Sigit Kuncoro
Ant. Anton Priyatno P.
L. Gatot Supriyo
53 Tim Kerja Wisma Paroki & Prasarana Ath. Sujantoro
Lingkungan Alb. Surip Irianto
54 Tim Kerja Karyawan Y. Soenaryo
55 Tim Kerja Inventarisasi Kusnadi Sastrosuparto
FX. Wakidjo. TW.
56 Tim Kerja Litbang Theodorus Indarto
FX. Santoso

G. Pamong Lingkungan

No Lingkungan Nama Ketua Lingkungan


1 Albertus Magnus Deresan Ath. Sutanto
2 Stanislaus Karangasem Suwardhanijaya
3 Stephanus Kepuh F. Sunu Purwawarsita
4 Maria Carmel Colombo B. Widiyanto
5 Santo Philipus Kuningan Y. Surachman
6 Santo Yusup Mrican Ign. Rudinar
7 Santa Perawan Maria Ngropoh FX. Sugiarto
8 Brayat Minulyo Nologaten V. Sudarsono
9 Emmanuel Pringgodani Al. Heru Pratiknya
10 Santo Patrisius Pringwulung I B. Dwi Soeswanto
11 Angela Merici Pringwulung II FB. Mulyadi
12 Margaretha Maria Pringwulung III J. Sukirman
13 Chirstoporus Samirono Budi Santoso

(22)
Lampiran 5: Peta teritorial paroki St. Yohanes Rasul, Pringwulung,
Yogyakarta

(23)
Lampiran 6: Teks cerita “Aku butuh tanganmu”

Aku Butuh TanganMu

Margareth, setelah terjadi hujan lebat yang mendatangkan banjir dan


menghanyutkan puluhan rumah penduduk di daerah kumuh Philipina, datang
mengunjungi tempat itu. Ketika tiba di Smoky Mountain yang terkenal itu,
Margareth melihat seorang anak berdiri telanjang di depan sebuah rumah.
Dinding rumah yang terbuat dari sisa-sisa sampah itu telah terbawa banjir.
Dengan pandangan sejenak, segala yang ada dalam rumah tersebut bisa dilihat
tanpa hambatan apapun, karena memang rumah tersebut tak berdinding. Dengan
penuh rasa belas kasih Margareth bertanya; “Di manakah ibumu?”
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut anak itu. Matanya memandang jauh ke
depan. Namun pancaran matanya mengatakan bahwa ia tak memiliki masa depan
yang jelas. Ia telah kehilangan segalanya. Kedua orang tuanya telah hanyut
bersama banjir. Dan satu-satunya yang kini ia miliki cumalah sebuah rumah tak
berdinding, sebuah rumah tak beratap. Matanya jauh menatap sebuah kehampaan.
Margareth seakan mendapat pukulan yang keras dalam bathinnya. Kata-kata
Yesus terdengar jelas di telinga Margareth; “Aku datang agar kamu memperoleh
kepenuhan hidup.” Namun......apakah anak ini memperoleh kehidupan yang
penuh?? Suatu kepenuhan dalam kehampaan?? Dalam kebisuannya, anak itu
seakan berkata: ”Aku butuh uluran tanganmu.” Margareth bertanya keras;
”Yesus, apakah Engkau- pun datang untuk anak yang malang ini?? Dan apakah
yang harus aku perbuat????

Peristiwa ini ternyata menjadi awal pertobatan hidup Margareth, yang selanjutnya
ia mengabdikan diri untuk hidup bersama kaum miskin, membantu mereka untuk
bangun dan membantu diri sendiri.

(24)

Anda mungkin juga menyukai