SKRIPSI
Oleh:
Albertus Ari Septiawan
NIM: 101124036
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjaga, mendoakan dan menerangi
hati dan pikiran saya serta Mamaku yang selalu mendukung dalam berbagai
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang
(Matius 20:28)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah “MENGGALI SPIRITUALITAS
PELAYANAN KATEKIS YANG BERSUMBER DARI INJIL YOHANES
13:1-20”. Judul ini dipilah atas dasar ketertarikan penulis terhadap isi Injil
Yohanes terutama perikop Yohanes 13: 1-20. Perikop ini mengisahkan
pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada Perjamuan Terakhir dan wejangan-
wejangan terakhir Yesus sebelum disalib.
Penulis mencoba untuk menggali pesan dari Yohanes 13: 1-20 untuk
mencari nilai-nilai spiritual. Dari perikop tersebut, penulis menemukan nilai-nilai
spiritual, yaitu cinta kasih, pelayanan terhadap kehendak Allah, keberanian untuk
berkorban dan kerendahan hati . Nilai-nilai spritual ini sangat relevan bagi katekis
di dalam menjalankan tugasnya untuk mewartakan Kabar Gembira.
Penulis juga membahas sosok kategis dengan lebih mendalam dalam
kaitannya dengan peran, tugas, kategori dan kualitas. Penulis juga menyinggung
tantangan katekis di era globalisasi dan pembinaan katekis. Untuk dapat
membantu katekis di dalma menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari
Yohanes 13: 1-10, penulis merangcang sebuah program pembinaan. Diharapkan
dengan pelaksanaan proram tersebut, para katekis dapat menghidupi nilai-nilai
spiritual di dalam tugasnya mewartakan Kabar Gembira.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
The title of this thesis is “Unearthing the Spirituality of Catechist
Service from the Passage John 13: 1-20”. This title is chosen due to the author’s
interest on the content of the Gospel John, especially the passage 13: 1-20. From
the passage the author unearths and finds out the spiritual values concerning with
the catechist service. The passage describes Jesus washing the feet of his disciples
during the Last Supper and parting the last words before the crucifixion.
The author tries to unearth the message from the passage John 13: 1-20 in
order to find out the spiritual values. The author finds out the spiritual values from
the passage, namely love, the servitude toward God, the spirit of sacrifice, and
humility. The values are of highly relevance to the task of the catechist to
pronounce the Good News.
The author works on the figure of catechist more extensively in term of
the role, task, category and quality. The challenge of catechist in the globalization
era and the formation of catechist are also incorporated in this work. To facilitate
the catechist in living up the spirituality inspired form John 13: 1-20, the author
designs a formation program. It is expected that the program can be administered
to foster the spirituality among the catechists in working for pronouncing the
Good News.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang
Yohanes dan keinginan untuk membantu para katekis dan calon katekis
berdasarkan dari kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Penulis
berharap dengan adanya tulisan ini, para katekis dan calon katekis dapat
menghayati spiritualitas katekis dari Injil Yohanes 13:1-20 sehingga para katekis
memiliki semangat penuh cinta untuk melayani kehendak Allah, berani berkorban
dan rendah hati yang terwujud dalam sikap dan tindakannya dalam kehidupan
sehari-hari dan dalam tugas pelayanannya sebagai katekis. Selain itu, skripsi ini
Dharma.
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Drs. FX. Heryatno W.W., SJ., M.Ed selaku Kaprodi Pendidikan Agama
penguji dua yang telah memberikan dukungan, arahan dan semangat kepada
2. Dr. V. Indra Sanjaya, Pr selaku dosen pembimbing utama dan dosen penguji
satu yang telah dengan sabar dan sepenuh hati mendampingi, meluangkan
ini.
dan dosen penguji tiga yang telah memberikan dukungan dan masukan
ini.
Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar hingga
6. Kepada Ayah, Ibu, adik dan seluruh keluarga yang telah memberikan
dukungan baik moral maupun materiil yang tiada hentinya sehingga penulis
7. Kepada Natalia Yustika yang selalu menemani, mendukung dan dengan setia
terampil.
9. Kepada anggota Band D’kill: Yongki, Edo, Nanang, Andrey, Ana dan Ucup
yang selalu menjadi teman di dalam berbagai keadaan selama menjalani studi.
10. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis dari awal studi hingga
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran serta kritik yang membangun demi
perkembangan skripsi ini. Penulis berharap berharap skripsi ini dapat memberikan
Penulis
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Perjanjian
Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh Lembaga
kerasulan awam)
tentang Gereja)
Sukacita Injil)
Gereja)
C. Singkatan Lain
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Sinoptik berasal dari bahasa Yunani συν (syn = bersama) dan οψις (opsis =
melihat) untuk menandakan bahwa isi dari ketiga Injil tersebut dapat dilihat
berdampingan. Injil sinoptik dapat dibaca secara bersama atau paralel karena
bahan yang ditampilkan berasal dari sumber yang sama. Injil Yohanes tidak
termasuk dalam golongan itu. Ada 3 perbedaan besar antara Injil Yohanes dengan
dan berkarya selama satu tahun sedangkan Yohanes menceritakan awal karya
Yesus sebelum Yohanes Pembabtis dipenjara dan berkarya selama dua tahun;
terpisah dari mata kuliah Injil Sinoptik. Mata kuliah Injil Sinoptik dilakukan pada
tahun pertama sedangkan mata kuliah Injil Yohanes dilangsungkan pada tahun ke
tiga. Bagi penulis ini memberi makna bahwa Injil Yohanes menuntut pemikiran
yang hanya terdapat dalam Injil Yohanes. Dalam peristiwa itu Yesus
mengatakan,“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab
memang Akulah Guru dan Tuhan (Yoh 13: 13)”, memberi makna penegasan
kepada para murid bahwa memang tepat para murid mengikuti-Nya. Pernyataan
ini dikatakan Yesus setelah membasuh kaki para murid-Nya beberapa saat
pembasuhan kaki oleh Yesus kepada para murid hanya ditemukan dalam Injil
Yohanes dan tidak ada dalam ketiga Injil lain. Peristiwa pembasuhan kaki
Pembasuhan kaki yang dilakukan oleh Yesus ternyata juga menarik bagi
Gereja. Gereja sebagai murid Yesus memandang bahwa peristiwa ini memiliki
banyak makna bagi perkembangan Gereja masa kini. Kita dapat mengingat
kembali peristiwa pembasuhan kaki dalam perayaan Kamis Putih. Kamis Putih
adalah penggabungan dari dua tradisi Injil yakni Injil Yohanes dan Injil Sinoptik.
Di dalam perayaan Kamis Putih, kita mengikuti prosesi pembasuhan kaki dan
perjamuan terakhir. Kisah pembasuhan kaki hanya ada dalam Injil Yohanes,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan perjamuan terakhir diceritakan secara detail dalam Injil Sinoptik. Injil
diceritakan Sinoptik. Injil Yohanes hanya menuliskan bahwa saat itu sedang
kaki secara jelas. Dalam perayaan Kamis Putih, Gereja mengenang kembali
pembasuhan kaki. Pembasuhan kaki pada perayaan Kamis Putih dilakukan oleh
Pastur sebagai peringatan akan pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus pada
jaman-Nya. Pastur membasuh kaki umat atau perwakilan umat sebagai ilustrasi
Yesus membasuh kaki para murid. Pada saat itu, Gereja merasakan getaran akan
peristiwa pembasuhan kaki. Seorang murid adalah yang mengikuti teladan dari
kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling
membasuh, sebab telah Aku memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh 13: 14-
15)”. Gereja sebagai murid Yesus juga termasuk ikut melakukan perintah itu. Para
murid Yesus tidak hanya meneladan Yesus soal pembasuhan kaki, tetapi ini
Yesus. Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang yang mempunyai
yang berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Yesus dapat kita sebut
sebagai katekis. Indra Sanjaya (2011: 16) memberikan gambaran bahwa Yesus
dapat kita sebut sebagai katekis. Yesus tidak dipanggil sebagai katekis dalam Injil
tetapi tindakan Yesus yang memberi pengajaran tentang Kerajaan Allah dan
Saat ini sebutan katekis dialamatkan kepada kaum awam yang memiliki
tugas pewartaan dalam bidang pengajaran dan pembinaan iman. Katekis memiliki
peranan penting pada perkembangan Gereja dari masa ke masa. Pada awal
perkembangan Gereja Perdana, katekis yang terlibat dalam pewartaan adalah Para
merupakan pengganti Para Rasul meneruskan tugas sebagai katekis. Para Uskup
tidak dapat bekerja sendiri maka dibantu oleh para imam dalam wilayah
keuskupannya. Dikarenakan jumlah yang banyak, cakupan wilayah yang luas dan
jumlah imam yang sedikit, para imam melibatkan awam untuk membantu
tugasnya dalam hal pengajaran dan pembinaan iman umat. Para awam inilah yang
disebut katekis. Para katekis awam tidak berdiri sendiri dalam hierarki Gereja
karena sifatnya yang membantu tugas imam. Katekis yang utama dalam sebuah
juga secara tidak langsung membantu para umat memahami maksud ajaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Spiritualitas juga menjadi api semangat yang terus menghidupi iman dan tugasnya
spiritualitas katekis. Spiritualitas seorang katekis yang utama digali dari Injil
sebagai kisah Yesus, teladan para katekis. Melalui kehidupan Yesus, perbuatan
dalam melayani. Demikian pula dalam Injil Yohanes 13: 1-20 katekis dapat
menggali spiritualitas bagi kehidupan dan pelayannya kepada Yesus dan Gereja.
maksud dari penulisan ini adalah untuk membantu para katekis menggali dan
menghayati spiritualitas yang ada dalam Yoh 13: 1-20 sebagai spiritualitas bagi
B. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan coba dijawab oleh penulis dalam skripsinya seperti yang
1. Spiritualitas apa saja yang terdapat dalam Injil Yohanes 13: 1-20?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bagaimanakah Spiritualitas yang bersumber dari Injil Yohanes 13: 1-20 dapat
C. Tujuan Penulisan
Bagian tujuan penulisan terdiri dari empat rumusan, berisi tentang tujuan
dari penulisan yang akan coba dicapai oleh penulis dalam skripsinya seperti yang
D. Manfaat Penulisan
Bagian manfaat penulisan terdiri dari tiga rumusan, berisi tentang manfaat
dari penulisan yang akan coba dicapai oleh penulis seperti yang tertulis di bawah
ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Metode Penulisan
teks Kitab Suci dari Yoh 13: 1-20 dan pengertian spiritualitas katekis dengan
dalam tulisan ini. Oleh sebab itu, tantangan dengan metode ini adalah menemukan
F. Sistematika Penulisan
Yang Bersumber Dari Injil Yohanes 13: 1-20 dengan menggali spiritualitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bab I. Bab Pendahuluan ini merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar
Bab II. Spiritualitas dalam Yoh. 13: 1-20. Pada bab ini, penulis akan menguraikan
spiritualitas katekis yang terkandung dalam perikop Yoh. 13: 1-20. Untuk
berkaitan dengan Injil Yohanes yakni; latar belakang penulisan injil, tujuan
penulisan injil, pengarang injil, perbedaan Injil Yoh dengan Sinoptik, cara
pewartaan dalam Injil Yohanes dan Isi Injil Yohanes secara garis besar. Setelah
mengenal Injil Yohanes secara umum, penulis memfokuskan pada perikop Yoh.
13: 1-20 tentang kisah pembasuhan kaki. Penulis dalam bagian ini akan mengupas
isi perikop Yoh 13: 1-20 guna menemukan spiritualitas yang dapat digunakan
Bab III. Yoh. 13: 1-20 sebagai sumber spiritualitas katekis. Katekis dan
penulis akan mengemukakan siapa sosok katekis dalam Gereja Katolik. Bagian ini
berisi mengenai siapa katekis, spiritualitas yang menjiwai pelayanan katekis, apa
tugas seorang katekis, dan ketrampilan apa yang dibutuhkan katekis. Pada bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
akhir penulis akan mengaplikasikan spiritualitas yang bersumber dari Yoh. 13: 1-
Bab IV. Program Pembinaan katekis dalam menghayati spiritualitas katekis dalam
Yoh. 13: 1-20. Bab ini juga nantinya berisi usulan program pembinaan bagi
katekis untuk menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari Yoh. 13: 1-20.
Bab V. Kesimpulan dan Saran. Bagian ini merupakan bagian terakhir yang terdiri
BAB II
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai latar belakang, tujuan
penulisan, pengarang Injil Yohanes, isi Injil Yohanes, kekhasan Injil Yohanes, isi
Injil Yohanes 13:1-20 dan nilai spiritual yang terkandung dalam Yohanes 13:1-20.
A. Injil Yohanes
Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan
Injil Yohanes. Penulis akan memaparkan latar belakang penulisan Injil Yohanes,
tujuan penulisan Injil Yohanes, pengarang Injil Yohanes dan isi Injil Yohanes.
Pemaparan hal-hal tersebut agar kita dapat lebih mudah mengenal hal-hal yang
berkaitan dengan Injil Yohanes, sehingga akan lebih mudah memahami Injil
Injil Yohanes adalah Injil keempat dalam Perjanjian Baru. Injil Yohanes
dilambangkan dengan rajawali terbang. Injil Yohanes dimulai dengan prolog yang
tinggi dan melambung guna menembus masuk hingga kekedalaman yang paling
dalam dari misteri-misteri Tuhan, hubungan antara Bapa dan Putra dan misteri
inkarnasi. Jika kita ingin mempelajari Injil Yohanes salah satu pijakan yang kita
gunakan adalah latar belakang penulisan Injil ini. Untuk memahami latar belakang
penulisan Injil Yohanes tidak bisa lepas dengan mengetahui jemaat dari Injil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Yohanes. Dengan mengetahui siapa jemaat dari Injil ini, maka dapat dipahami apa
yang tersebar sejak Yerusalem dihancurkan sekitar tahun 70 M. Pada saat itu
benturan antara agama kristen dan adat Yahudi begitu kuat yang menyebabkan
dalam. Di sisi lain mereka adalah orang Yahudi tetapi mengikuti Yesus dan di lain
terhadap Yesus dan para pengikut-Nya dengan pemisahan tegas dari Sinagoga dan
yang penuh wibawa yakni Injil Yohanes (Darmawijaya, 1988: 17). Injil Yohanes
menegaskan kembali tradisi Kristen dan memberi semangat baru bagi umat
Kristen Yahudi Diaspora dengan kemuliaan Yesus dengan berbagai “tanda” yang
dikisahkan penginjil. Kisah-kisah Injil Yohanes yang lebih dramatik dari tulisan
banyak ditemui dalam Injil Yohanes dengan bahasa yang cukup tajam. Dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
diandaikan Injil ini mau memberi informasi bahwa pertikaian dengan orang-orang
Yahudi tidak hanya dialami oleh Yesus tetapi juga dengan murid-murid
Injil Yohanes ditulis dalam bahasa Yunani. Bagaimana pun juga dunia
Perjanjian Baru adalah dunia helenis. Dengan tulisan berbahasa Yunani, maka
Hal ini terbukti dari beberapa istilah dalam bahasa Ibrani harus diterjemahkan
seperti: Mesias (1:41), Rabbi (1:28), Golgota (19:17), Siloam (9:7). Dengan
menjelaskan bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, penulis injil ini memahami
dengan baik bahasa Ibrani. Dapat dikatakan bahwa pembaca injil Yohanes adalah
orang kristen keturunan Yahudi yang tersebar di luar Palestina dan terpengaruh
yang mendapat banyak tekanan dari luar karena percampuran budaya agar tetap
Injil Yohanes ditulis dengan tujuan tertentu. Kita dapat menemukan tujuan
dari dalam Injil Yohanes itu sendiri. Tujuan penulisan Injil Yohanes dirumuskan
sebagai berikut:
percaya. Dari dalam Injil kita dapat menemukan ajakan dari penulis Injil untuk
percaya. Dalam Yoh. 20:31 dikatakan,”...tetapi semua yang tercantum di sini telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya
mengajak kita untuk semakin percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Tidak ada
Mesias yang lain selain Yesus. Injil Yohanes juga mengajak kita untuk semakin
percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah. Dia adalah Putra Tunggal Allah yang
Yesus sebagai Mesias, Anak Allah akan mendapat ganjaran yakni hidup bersama
Yesus. Ganjaran itu ditegaskan kembali dalam Yoh. 3:16 yang mengatakan,
karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan
Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak
binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Ganjaran dari iman akan Yesus
adalah hidup kekal bersama-Nya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa Allah
mengasihi setiap orang dan ingin menyelamatkan semua orang. Yang perlu
yang diutus untuk menyelamatkan. Siapapun yang percaya kepada Yesus berarti
percaya kepada Allah yang mengutus. Maka, percaya kepada Allah yang
mengutus Yesus untuk menyelamatkan manusia menjadi dasar iman bagi manusia
mengenai status Yohanes Pembaptis dan Yesus dalam rangka karya pewartaan
14
dengan engkau di seberang sungai Yordan dan yang tentang Dia engkau telah
memberi kesaksian, Dia membaptis juga dan semua orang pergi kepada-Nya.”
Yohanes. Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak dapat
harus makin besar, tetapi aku harus makin.” Hal ini karena Yohanes Pembaptis
percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat
kepada Anak, ia tidak akan melihat dunia, melainkan murka Allah tetap di atas
mengancam iman akan Yesus Kristus. Melalui Injil Yohanes, ditegaskan kembali
iman akan Yesus Kristus. Doketisme berasal dari kata doketis, yang artinya apa
yang tampak. Ajaran doketisme menolak unsur kemanusiawian Yesus. Ajaran ini
menganggap bahwa Yesus yang ada di dunia hanya tampak seperti Yesus, bukan
Yesus yang sebenarnya. Ajaran ini berbahaya pada abad II Masehi karena dapat
meruntuhkan iman akan Yesus yang hidup. Injil Yohanes digunakan untuk
melawan ajaran ini dengan menegaskan bahwa Yesus adalah Firman yang
menjadi manusia (Yoh. 1:14). Yesus itu nyata dan “diam di antara kita” (Yoh 1:
14) sekalipun dunia tidak mengenal-Nya (Yoh. 1:10). Semua orang yang
yang percaya dalam nama-Nya (Yoh. 1:12). Ditambahkan lagi dalam Yoh. 13:19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Yesus mengatakan ,”supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya bahwa Akulah Dia”
yang menegaskan bahwa kisah sengsara yang Ia jalani tidak digantikan oleh orang
lain, tetapi benar Dialah yang dengan rela menderita sengsara demi menebus dosa
manusia. Maka, sekali lagi Injil Yohanes adalah soal percaya kepada Yesus Sang
Bila berhadapan dengan Injil, entah itu Matius, Markus, Lukas maupun
Yohanes maka yang menjadi pertanyaan adalah siapa di balik penulisan Injil itu.
mengenai penulis Injil Yohanes. Pembahasan mengenai penulis Injil Yohanes ini
kita akan melihat dari dua pendekatan yakni pendekatan dari luar Injil Yohanes
Keempat. Jika berdasarkan tradisi penulisan yang diakhiri akhir abad ke-2
mengidentifikasi Yohanes Rasul sebagai penulis Injil Keempat. Tetapi tidak bisa
dipastikan kebenaran hipotesa tadi karena tidak ada bukti yang pasti menunjuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
langsung kepada Yohanes anak Zebedeus, Rasul Yesus. Injil Yohanes sendiri
menyebut murid yang dikasihi-Nya sebagai sumber informasi Injil ini, tetapi
Irenaeus menganggap tidak semudah itu mengatakan bahwa murid yang dikasihi-
Nya yang tidak disebutkan namanya adalah Yohanes (Brown, 1966: XC).
penglihatan berada di Patmos dekat Efesus. Apakah benar Yohanes itu adalah
anak Zebedeus? Di dalam Wahyu 18:20 (Bersukacitalah atas dia, hai sorga, dan
kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah
menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu.") dan 21:14 (Dan tembok kota itu
mempunyai dua belas batu dasar dan di atasnya tertulis kedua belas nama kedua
belas rasul Anak Domba itu.), penulis menyebutkan Rasul sebagai orang ketiga,
menunjukkan penulis bukan bagian dari Rasul. Yohanes Anak Zebedeus lebih
dilakukan di Efesus.
meninggal saat masih muda (Brown, 1966: LXXXIX). Ia dibunuh oleh orang-
Yohanes yang ada di Efesus bukan Yohanes Rasul, tetapi Yohanes lain.
Paulus. Tradisi abad ke-6 dari Cirus menyebutkan bahwa Yohanes Markus hadir
ketika Yesus melakukan mukjizat di kolam Bethesda yang kisahnya hanya ada
dalam Injil Yohanes. Tetapi Yohanes Markus tidak selalu bersama-sama Yesus.
Banyak bagian dari kisah Injil ini yang diceritakan secara detail seolah-olah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pencerita turut hadir dalam kisah itu. Kemungkinan kedua adalah Yohanes Imam.
Tampaknya Yohanes Imam merupakan Rasul Yesus yang bisa menjadi tokoh kuat
untuk menuliskan Injil ini. Tetapi semua bukti-bukti tidak dapat menumbangkan
argumen yang beredar bahwa Yohanes anak Zebedeus adalah penulis Injil
Keempat.
Bukti dari dalam banyak membahas mengenai siapakah murid yang dikatakan
dikasihi oleh Yesus. Dan orang yang melihat hal itu sendiri yang memberikan
kesaksian ini berasal dari orang yang dekat dengan Yesus, murid yang disebutkan
dikasihi Yesus ketika dia di bawah salib Yesus bersama Ibu Yesus (bdk. Yoh.
19:26-27). Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang
telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar (Yoh. 21:24)
kembali menegaskan penulis Injil ini mengarah kepada murid yang dikasihi.
Ada tiga tipe penyebutan yang menunjuk pada murid yang dikasihi. Pertama,
muncul pada Yoh. 1:37-42 yakni murid Yohanes Pembaptis yang bersama-sama
dengan Andreas mengikuti Yesus. Kedua, disebut sebagai murid yang lain yang
ada dalam Yoh. 18:15-16 dan Yoh. 20:2-10. Ketiga, yang disebutkan murid yang
dikasihi Yesus yang muncul dalam Yoh. 13:23-26, 19:25-27, 20:2-10, 21:7,
sebutan murid yang dikasihi hanyalah simbol, tidak ada dalam kenyataan. Tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
seseorang yang terlibat dalam cerita. Lazarus adalah salah satu orang yang
dikasihi Yesus. Yesus menangis saat menghadapi kenyataan Lazarus telah mati
(Yoh. 11:35). Walaupun demikian, pendapat bahwa murid yang dikasihi Yesus
adalah Lazarus tidak dapat dipertahankan. Kandidat lain adalah Yohanes Markus.
Injil Keempat. Kandidat lain adalah Yohanes anak Zebedeus, Rasul Yesus.
Yohanes anak Zebedeus diyakini karena ia lama bersama Petrus dan Yakobus dan
murid yang terus-menerus bersama Yesus. Hal ini menjadikan dirinya mampu
Brown menarik kesimpulan berdasarkan bukti dari luar dan dalam Injil
Yohanes Markus, Lazarus atau yang lainnya. Berdasarkan bukti dari luar dan
dalam bahwa Injil Keempat dengan Yohanes anak Zebedeus sebagai penulisnya
nelayan mampu menulis injil dengan tingkat sastra yang tinggi. Hal lain yang
menyulitkan pendapat bahwa penulis injil adalah Yohanes sendiri adalah sebutan
“Murid yang dikasihi” yang dialamatkan kepada Yohanes dan Yakobus anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Tidak ada bukti yang pasti bahwa penulis Injil Yohanes adalah Yohanes
anak Zebedeus. Yang lebih masuk akal adalah bahwa memang Yohanes
Yunani (Jaubert, 1980: 18). Kemungkinan yang menyusun injil ini adalah murid-
pihak. Hal ini dibuktikan dengan adanya tulisan mengenai penjelasan akan
kebenaran saksi mata dalam Yoh 21:24 : Dialah murid, yang memberi kesaksian
tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa
kesaksiannya itu benar. Dengan ini dapat disimpulkan siapapun yang menulis injil
Yohanes mendapatkan sumber dari seorang saksi mata (Yoh. 21:24) yang
dipercaya yang dikaitkan dengan murid yang dikasihi Yesus (Yoh. 21:20-23)
sebagai wibawa dalam injil Yohanes. Bagi penulis, Injil Yohanes ditulis oleh
orang yang dekat dengan Yesus. Mengikuti Brown penulis meyakini salah satu
murid-Nya yang disebut murid yang dikasihi Yohanes anak Zebedeus sebagai
sumber dari penulisan Injil Yohanes. Yohanes anak Zebedeus sulit dipercaya
menulis Injil dengan sastra demikian indah. Maka, penulis menyimpulkan bahwa
para murid Yohanes adalah penulis Injil Yohanes dengan sumber utama cerita
20
Injil Yohanes memiliki bagian penting yang terbagi dalam beberapa bagian.
Menurut Darmawijaya (1988: 23-29) secara garis besar isi Injil Yohanes tersusun
secara demikian:
25)
1988: 24). Prolog/prakata ini merupakan himne yang menciptakan suasana dan
menyajikan tema-tema penting yang kemudian diolah dalam Injil ini. Dengan kata
Pembaptis bukan terang yang dimaksudkan tetapi saksi dan pembuka jalan bagi
terang itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Buku ini berisi tujuh tanda yang dibuat oleh Yesus. Tanda dalam Yohanes
adalah mukjizat dalam sinoptik yang dibuat Yesus. Tanda dalam Tujuh tanda itu
ialah: Tanda pertama adalah perubahan air menjadi anggur pada peristiwa
hanya oleh kata-kata yang diucapkan Yesus dari jarak jauh yang menyimbolkan
selama tiga puluh delapan tahun yang terbaring di dekat Pintu Gerbang Domba di
melanjutkan tema air pembaptisan demi pembaharuan hidup. Tanda yang keempat
dan kelima terjadi dalam Yohanes bab 6, peristiwa pergandaan lima roti dan dua
ikan untuk memberi makan lima ribu orang (6:1-15), dan peristiwa Yesus berjalan
di atas air (Yoh. 6:16-21). Kedua tanda ini menjadi symbol akan suatu eksodus
tujuan perjalanan itu kita tak akan lagi dikenyangkan oleh manna duniawi serta
seorang yang buta sejak lahir. Ketika para murid bertanya dosa siapa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
menjadi tanda pernyataan kekuasaan Allah, bahwa Ia adalah terang dunia. Tanda
ketujuh yang sekaligus merupakan klimaks dari semua tanda dalam Injil Yohanes
menjadi simbol kehidupan baru, yang berbicara tentang kemenangan Yesus akan
kematian serta semua orang lain yang percaya dalam nama-Nya. Setiap orang
penginjil juga menyampaikan hal lain seperti kesaksian Yohanes (Yoh. 3:22-36),
Samaria (Yoh. 4:1-42). Dalam buku tanda, penginjil menampilkan Yesus yang
Jika dalam buku tanda-tanda Yesus tampil di depan umum, maka dalam buku
dibagi menjadi tiga bagian yakni; perjamuan terakhir (Yoh. 13:1 – 17:26), kisah
sengsara dan Wafat Yesus (Yoh. 18:1 – 19:42) dan kebangkitan Yesus (Yoh.
20:1-29).
makan yang tidak biasa yakni adanya pembasuhan kaki pembasuhan kaki oleh
Yesus pada saat perjamuan makan berlangsung dan dilanjutkan dengan wejangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
panjang yang diberikan khusus untuk para murid-Nya yang kemudian ditutup
dengan doa Yesus untuk murid-murid-Nya. Pada bagian inilah penulis akan
membuka lebih dalam mengenai pembasuhan kaki oleh Yesus kepada murid-
murid-Nya.
menjenguk kubur Yesus yang kosong yang diikuti beberapa penampakan yang
Bagian penutup berisi mengenai tujuan dari penulisan Injil ini yakni
Tambahan-tambahan adalah isi Injil yang bukan karya asli penulis tetapi
tambahan dari redaksi kedua yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini karena
adanya perbedaan dari gaya tulisan sehingga beberapa bagian memang nyata dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
disetujui oleh ahli bahwa itu bukan bagian dari karya asli penulis tetapi tetap
menjadi kanon.
ketiga Injil lain. Ada tiga perbedaan yang akan dibahas di sini antara Injil
Yohanes dengan Injil Sinoptik. Selain perbedaan dengan Injil Sinoptik, Injil
Yohanes memiliki cara pewartaan yang lain dari Injil Sinoptik menjadikan
Darmawijaya (1988: 22-23) perbedaan yang muncul dari Injil Yohanes dan Injil
Sinoptik adalah rangkaian kata yang digunakan, gaya bahasa dan susunan bahan
drama dan dialog, simbolik dan kata-kata dengan arti mendua atau ambigue.
Catatan” menuliskan ada 3 perbedaan besar antara Yohanes dan sinoptik yakni:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Yesus pergi emapt kali ke Yerusalem dan sebagian besar tugas-Nya di Galilea
Pembaptis dipenjara (Mat. 4:12, Mrk. 1:14, Luk. 3:20), tugas-Nya berlangsung
selama satu tahun karena paska hanya disebut satu kali setelah kisah sengsara
Pembaptis dipenjara (Yoh. 3:24-26) dan karya-Nya berlangsung selama dua tahun
karena pesta paska disebut sebanyak tiga kali (Yoh. 2:13-23, 6:4, 12:1)
sebanyak dua kali yakni perbanyakan roti dan berjalan di atas air. Sedangkan
Yohanes menuliskan cara pewartaan Yesus dengan bentuk yang lain dari
yang lain. Yohanes menampilkan Yesus yang mewartakan dengan cara pidato,
Yohanes dengan menggunakan jenis sastra “surat wasiat” yang lazim digunakan
26
dikenal baik dalam sastra modern dan kuno (Jaubert, 1980: 22). Dengan dialog,
diungkap Yesus yang dekat dengan para pendengar-Nya. Dialog yang terjadi
antara Yesus dengan yang lain mengakibatkan banyak hal salah paham dan salah
arti. Hal itu ditegaskan oleh Yohanes untuk menunjukkan pemikiran Yesus yang
Namun hal ini menuntut pembaca memahami dengan seksama apa yang dimaksud
dari kiasan itu. Lambang-lambang biasa digunakan oleh orang Yahudi untuk
kaki sebagai pembukanya. Yesus menutup perjalanan panjang selama dua tahun
berkarya untuk orang banyak dan memasuki akhir dari perjalanan karya-Nya di
meninggalkan mereka. Warisan yang diberikan Yesus bukanlah harta benda yang
berguna bagi Rasul-rasul dan para pengikut Yesus sampi saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
adalah kisah yang hanya ada dalam Injil Yohanes. Yesus mulai memberikan
warisan-Nya kepada Para Rasul juga dalam pembasuhan kaki. Brown (1970: 558)
mengatakan “ayat 6-10 mengindikasikan bahwa apa yang Yesus lakukan dalam
sebenarnya warisan yang diberikan Yesus dalam pembasuhan kaki? Jawaban atas
pertanyaan itu terus digali oleh para cendikiawan Gereja untuk menemukan
dari mereka mengenai apa yang Yesus maksudkan dari tindakan pembasuhan kaki
mengatakan bahwa “ Moral dan Sakramental adalah dua makna yang dapat
ditafsirkan dari perisiwa pembasuhan kaki.” Sejalan dengan pemikiran itu, jika
kematian Yesus, tanda aksi nyata pelayanan Yesus, tanda akan cinta Yesus dan
tanda kerendahan hati Yesus. Jika dilihat dari sudut pandang sakramental,
Cullman yang telah menghidupkan kembali teori Loisy dan Bauer W. mengatakan
bahwa “pembasuhan kaki merujuk pada Baptis dan Ekaristi (Brown, 1970: 559).
Ada juga rujukan lain dari pembasuhan kaki yakni Tobat dengan kata kunci dari
ayat 10 “.. tidak perlu mencuci seluruh badan kecuali kaki.” Pada tulisan ini kita
akan membahas sedalam mungkin untuk menemukan banyak hal yang akan
28
utama yakni; pendahuluan dan pembasuhan kaki (13:1-5), dialog Yesus dengan
Petrus (13:6-11), Pembasuhan Kaki sebagai teladan untuk para murid (13:12-17)
(1970: 563-572) membagi Yoh. 13:1-20 menjadi lima bagian yakni; Pendahuluan
Pendahuluan (13:1-3)
1. Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa
saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti
Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia
mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. 2. Mereka sedang makan
bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot,
anak Simon, untuk mengkhianati Dia. 3. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah
menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah
dan kembali kepada Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Yohanes, ini adalah perayaan Paskah yang ketiga (bdk. Yoh. 2:13,23; 6:4)
sepanjang karya Yesus (O’day, 1995: 721). Yesus melakukan pembasuhan kaki
makan malam diadakan “sebelum hari Raya Paskah mulai” (Yoh. 13:1). Tanggal
perjamuan malam sebelum wafat Yesus memiliki perbedaan antara Injil Sinoptik
dengan Injil Yohanes. Menurut Injil Sinoptik (Mrk. 14:12, Mat. 26:17 dan Luk.
22:7) Yesus makan perjamuan Paskah bersama para murid di malam sebelum Dia
wafat (Brown, 1970: 555). Ketiga Injil Sinoptik menuliskan hampir serupa yakni
bahwa hari itu akan diadakan hari raya Roti Tak Beragi, kemudian diceritakan
perjamuan Paskah yang terakhir (bdk. Mrk. 14:14, Mat. 26:18 dan Luk. 22:11).
makan malam terakhir yang berbeda. Perjamuan Terakhir berada dalam periode
persiapan Perayaan Paskah , Nisan tanggal 14 (Yoh. 18: 28, 39; 19: 14). Jika kita
melihat berdasarkan urutan kejadian, kita mulai dari Yoh. 13:1 yang saat itu
merupakan makan malam yang disebutkan sebelum Paskah. Setelah Yesus selesai
malam yang sama kemudian Yesus ditangkap dan dibawa kepada Hanas sampai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
pagi hingga peristiwa penyangkalan Petrus (Yoh. 18:1-27). Saat pagi, Yesus
dibawa ke gedung pengadilan tetapi orang Israel tidak ikut masuk yang
disebabkan takut najis karena mereka hendak makan Paskah (Yoh. 18:28). Yesus
tahanan. Dari sini jelas bahwa perayaan Paskah baru akan berlangsung. Untuk
lebih jelas, dalam Yoh. 19:14 dikatakan bahwa “hari itu ialah hari persiapan
Paskah, kira-kira jam dua belas.” Maka perjamuan malam yang disertai
salib. Yohanes menuliskan bahwa “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba
untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” (Yoh. 13:1). Kata “tahu”
Kata “saat-Nya” menunjuk kepada kematian Yesus yang tidak akan lama lagi.
Saat kematian Yesus itu sama artinya dengan waktunya memimpin dengan
kemuliaan-Nya yang lebih besar (Schnackenburg, 1975: 15). Hal ini karena
Nya di dunia ini dan akan kembali kepada Bapa. Bersama Bapa-Nya Yesus akan
yang sudah tidak lagi berwujud manusia. Kematian Yesus bukan merupakan akhir
31
Sang Penebus Dosa. Yesus akan memimpin para murid dan dunia dengan
kemuliaan Putra Bapa yang duduk di sisi kanan Bapa. Kematiaan Yesus
menandakan untuk kembali kepada Bapa. Apapun yang berasal dari Bapa akan
kembali kepada Bapa, maka Yesus yang berasal dari Bapa akan kembali kepada
terakhir karena di sana Yesus menunjukkan cinta-Nya yang begitu besar kepada
para murid. Yesus mencintai semua orang. Kematiaan-Nya bukan semata untuk
para murid dan orang-orang dekat Yesus tetapi untuk semua orang demi
penebusan dosa dunia. Kata “mereka” menunjuk kepada siapa yang mencintai,
Yesus (O’day, 1995: 721). Cinta yang ditunjukkan Yesus adalah cinta seorang
pada saat pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan
demikian, dalam ayat 2 dan 3 tampak lebih jelas. Dalam ayat 2 dikisahkan bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
mereka sedang makan bersama dan saat yang bersamaan iblis membisikkan
dengan Injil Sinoptik. Injil Sinoptik menceritakan bahwa Yudas telah dibisikkan
malam berlangsung (bdk. Mat. 26:14-16, Mrk. 14:10-11, Luk. 23:3-6). Dalam
Injil Sinoptik, Yesus mengatakan tentang pengkhianatan akan diriNya saat makan
pengkhianatan saat mereka makan bersama dan akan dilaksanakan dalam ayat 27.
Pengkhianatan masuk dalam ayat 2 yang sudah masuk dalam buku kemuliaan,
dan Yesus juga tahu bahwa Ia diberi kuasa untuk memilih jalan-Nya oleh Bapa.
Yohanes menunjukkan kekuatan dan kemuliaan Yesus melalui ini. Kita tidak
perlu kaget dengan kemuliaan, kekuatan dan pengetahuan Yesus. Kita sudah
Yesus diberi kuasa oleh Bapa untuk menentukan nasib-Nya sendiri. Yesus tahu
bahwa bisa saja Ia menolak kematian yang menghadang di depan, tetapi Ia adalah
Putra yang taat kepada Bapa. Kedatangan-Nya di dunia memiliki tujuan dan Ia
akan menyelesaikan tujuan itu sekalipun Ia harus melalui kematian. Yesus berasal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dari Bapa dan akan kembali kepada Bapa. Frase ini menunjukkan hubungan erat
antara Yesus dengan Bapa. Hal ini seperti menegaskan bahwa Yesus adalah Putra
Bapa yang berasal dari Bapa, datang ke dunia menyelesaikan tugas dari Bapa-
Nya. Saat semua tugas telah selesai, Ia akan kembali ke rumah, kembali kepada
sesuatu dari sisi yang lain dari kekuatan-Nya. Pada saat pembasuhan kaki
nantinya, sekalipun Yesus memiliki kekuatan dan kemuliaan yang jauh lebih
besar dari manusia, Ia menunjukkan kerendahan hati seorang pelayan kepada para
murid-Nya.
jika seorang tamu akan memasuki rumah seorang tuan rumah, sebelum masuk
mengeringkan karena telah kotor selama dalam perjalanan (O’day, 1995: 722).
kepada guru atau rabbi mereka (Brown, 1970: 565). Dengan kata lain,
Yesus memiliki pandangan yang berbeda dengan tradisi ini. Ia merubah hal
ini secara luar biasa, yakni pelayanan dilakukan oleh guru kepada murid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Perubahan yang dilakukan Yesus bukan hanya menggetarkan hati para murid,
tetapi juga banyak orang setelah membaca Injil ini. Bagaimana bisa seorang Guru
yang bahkan Tuhan merunduk dan membasuh kaki murid-Nya yang hanya
manusia biasa? Yang perlu kita ingat bahwa Yesus dalam hal ini sedang
memberikan warisan kepada murid-murid-Nya. Bisa jadi ini adalah warisan juga
dari Yesus. Warisan macam apa yang diberikan Yesus akan dijelaskan oleh Yesus
nyawa-Nya (O’day, 1995: 722). Jubah adalah tanda kebesaran seseorang bagi si
Nya. Kain lenan digunakan oleh budak untuk mengeringkan kaki para tamu
setelah dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba
(Brown, 1970: 564). Tindakan Yesus yang menanggalkan jubah yang diteruskan
punya kemudian mengambil peran seorang hamba yang akan melayani murid-
Nya. Ketika Yesus mengikat dirinya dengan kain lenan, dia menganggap posisi
hamba, tetapi tindakan keramahan yang ditunjukkan adalah tindakan dari tuan
rumah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
murid satu demi satu. Penggunaan air di sini dapat melambangkan sebuah
pembaptisan. Yesus menggunakan air untuk membersihkan kaki para murid dari
debu. Bila kita hubungkan dengan pembaptisan, Yesus membersihkan para murid
dari dosa. Yesus mempunyai dua peran dalam pembasuhan kaki yakni sebagai
hamba dan tuan rumah. Ketika Yesus membasuh kaki dan menyeka dengan kain
saat pembasuhan Yesus mengambil peran tuan rumah yang menyambut tamu
(O’day, 1995: 722-723). Tidak begitu jelas mengapa Yesus membasuh kaki di
harusnya dilakukan saat akan masuk ke dalam rumah, bukan dilakukan saat
sedang makan. Bisa jadi ini memang dimaksudkan Yesus akan melakukan
tindakan ini saat semua murid berkumpul jadi lebih mudah juga untuk
menjelaskan langsung kepada semua. Yesus tidak akan melakukan tindakan tanpa
dimaksudkan untuk mengubah tradisi, tetapi tentang cinta Yesus kepada murid-
murid-Nya.
36
mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia
sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." 11.
Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata:
"Tidak semua kamu bersih.
awal dari penafsiran maksud pembasuhan kaki. Brown (1970: 565) mengatakan
mewakili para murid yang lain atau untuk dirinya sendiri. Petrus menolak ketika
Yesus tiba untuk membasuh kakiknya karena Ia mengerti bahwa Yesus adalah
Tuhan dan Gurunya (Riyadi, 2011: 303). Sebagai seorang Yahudi, Petrus sangat
paham mengenai posisi dan status sosial. Yesus memiliki status yang lebih tinggi
dari Petrus. Ia Guru dan bahkan Tuhan, maka jelas Petrus tidak mau orang yang
sangat Ia hormati berlutut dan membasuh kakinya. Petrus dalam posisi yang sulit.
karena Petrus merasa tak layak mendapat perlakukan seperti itu dari Yesus.
orang yang sangat sulit memahami setiap tindakan Yesus (Schnackenburg, 1975:
18). Percakapan Petrus dan Yesus menjadi bukti nyata mengenai pendapat ini.
Gail R. O’day (1995: 722) mengetengahkan pendapat bahwa “yang dapat menjadi
perhatian dari ayat 6 adalah Yesus membasuh kaki Petrus di urutan pertama
(seperti yang diyakini Agustinus) atau terakhir (seperti yang diyakini Origen)”.
Jika Petrus yang pertama bisa jadi sikapnya mempengaruhi murid lain, tetapi jika
Petrus yang terakhir bisa jadi ia terpengaruh oleh yang lain. Tetapi berdasarkan
keyakinan penulis, jika kita melihat awal dari ayat 6 (Maka sampailah Ia kepada
Simon Petrus) dengan melihat ayat 5 bagian akhir (dan mulai membasuh kaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dengan Origen bahwa Petrus berada pada urutan terakhir karena setelah berdialog
dengan Petrus, Yesus menyudahi pembasuhan kaki. Petrus adalah orang yang
keras kepala, penulis meyakini sekalipun terakhir Petrus tidak terpengaruh murid
lain. Petrus memiliki prinsip yang kuat, pendirian yang teguh, itu sebabnya Petrus
akan dipahami murid-murid-Nya kelak. Yesus berkata “..., tetapi engkau akan
paham dengan semua yang dilakukan Yesus setelah kematian Yesus. Dengan
bantuan Roh Kudus, para murid akan memahami setiap ajaran Yesus dengan
mengingat-ingat kembali setelah Yesus kembali kepada Bapa. Brown (1970: 565)
kerendahan hati kepada para murid agar lebih mudah dimengerti.” Yohanes
tidak hanya tindakan yang terjadi begitu saja tanpa maksud dan tujuan.
Petrus masih mempertahankan argumen bahwa Yesus adalah Guru dan Tuhan
yang harus dihormati. Petrus masih sungkan kalau harus dilayani oleh Yesus,
karena kesehariaannya dia bersama murid lain melayani Yesus. Brown (1970:
565) berpendapat bahwa “pembasuhan kaki sangat penting karena tanpa ini para
38
pembasuhan kaki, Yesus sampai memberikan pilihan yang sulit kepada Petrus
agar ia menerima pembasuhan kaki ini. Yesus melepas batas sosial dalam
melayani. Jikalau ingin mendapat bagian dari Yesus, tidak lain jalannya adalah
replied,”You shall not wash my feet-ever!” “If I do not wash you,” Jesus
(1975: 18) mengutip Injil di ayat 8 yang berbunyi, Peter said to him,’You shall
never wash my feet’. Jesus answered him,’If I do not wash you, you have no part
in me’. Penulis menggaris bawahi kata “heritage” (yang berarti warisan) dan
“part” (yang berarti bagian) dari kedua kutipan di atas untuk memberi penekanan
kedua kata ini masing-masing menjadi pokok dari kalimat di ayat 8. Penulis
menganggap bahwa kata “warisan” dan “bagian” bisa kita artikan sama yakni
sesuatu yang diberikan Yesus jika Petrus menerima pembasuhan kaki dari Yesus.
Petrus sadar dengan teguran Yesus (ay. 8). Jika ia menolak untuk dibasuh,
bisa saja ia akan kehilangan hubungan dengan Yesus yang bisa menyebabkan
bahwa,”sepertinya Petrus mulai mengerti, tetapi itu dapat menjadi dugaan yang
salah dari maksud perkataan Yesus bahwa yang sebenarnya Dia berikan adalah
diri-Nya sendiri dalam kematian dan aksi keselamatan melalui kematian itu
berfikir kalau dengan dibasuh kaki ia mendapatkan bagian dari Yesus, ia ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
mendapatkan lebih dengan meminta dibasuh tangan juga kakinya (ay. 9).
dipahami sebagai sebuah simbol, bukan faktanya seperti itu. Petrus menganggap
10a dipandang sebagai Baptis. Yesus yang mengatakan “Barangsiapa telah mandi,
ia tidak usah membasuh diri lagi..”, memberi gambaran bahwa mandi adalah kata
(10a) yang dikatakan Yesus sulit untuk dipahami. Jika memang tidak perlu
mandi belum bersih secara keseluruhan.” Jika dalam perjalanan terkena debu,
maka ia menjadi kotor kembali. Namun tidak semua bagian tubuhnya kotor, yang
paling mungkin kotor adalah kaki yang bersentuhan langsung dengan tanah. Kita
tahu bahwa di Timur Tengah didominasi oleh tanah berpasir. Cara berpakaian
Setiap orang yang sudah dibaptis tidak perlu meminta baptis untuk
membersihkan dirinya, tetapi hanya perlu melakukan pertobatan. Ayat 10a jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dan sakramen tobat akan mebersihkan kita dari dosa bila kita jatuh lagi (Brown
1970: 568). Seorang Katolik akan menerima Sakramen Tobat setelah menerima
Sakaramen Baptis. Hal ini tidak berlaku sebaliknya karena dengan Pembaptisan
kita dibersihkan dari dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa, tetapi sebagai
manusia akan mudah jatuh ke dalam dosa maka manusia memerlukan pertobatan
dan para murid yang lain bahwa mereka sudah sudah mandi tidak perlu meminta
mandi lagi.” Mereka saat ini sudah bersih. Bersih di sini bukan hanya milik Petrus
saja tetapi semua yang hadir dalam pembasuhan kaki. Karena pembasuhan kaki
mereka saat ini sudah bersih hanya saja “tidak semua”. Kata pengecualian dari
Yesus mengingatkan kita pada ayat 2. Yudas telah dibisikkan tentang rencana
jahat untuk mengkhianati Yesus. Yesus yang tahu akan semuanya mengatakan ini
41
lagi bahwa ketika berdialog dengan Petrus pembasuhan kaki masih berlangsung.
(Schnackenburg, 1975: 23) dan mengambil peran-Nya sebagai guru dan Tuhan.
maka selesai juga contoh yang diberikan oleh Yesus kepada para murid. Yang
menjadi pertanyaan sudah mengertikah para murid saat ini? Untuk menegaskan
itu, Yesus bertanya kepada para murid mengenai pengertian para murid tentang
semua itu. Para murid tidak ada yang menjawab pertanyaan ini maka dapat
dipastikan mereka tidak mengerti apa maksud dari tindakan Yesus ini.
Ayat 12-17 masih memiliki fokus yang sama dengan ayat 6-10 yakni tentang
interpretasi dari keduanya. Ayat 6-10 menekankan bahwa para murid harus
para murid harus meniru pembasuhan kaki yang dilakukan Yesus. Maka ayat 12-
17 akan berfokus pada kewajiban mengikuti teladan Yesus. Yang istimewa adalah
Injil Yohanes.
Guru dan Tuhan adalah panggilan yang disematkan para murid kepada Yesus.
42
memiliki posisi sebagai Guru dan Tuan (Tuhan) dilayani oleh pengikutnya, tetapi
sekalipun telah melakukan tindakan serang hamba, tetapi Yesus tetaplah Guru dan
Tuhan yang diakui para murid. Dalam ayat 13 Yesus menegaskan kembali
Penegasan mengenai siapa Yesus dimata para murid (ay. 13) digunakan untuk
kaki. Seorang guru yang dipercaya tindakan dan perkataannya akan diteladani
oleh para muridnya. Yesus tidak diragukan lagi mengenai kebenaran-Nya. Gail R.
O’day (1995: 726) berpendapat bahwa yang menjadi kebenaran Guru haruslah
menjadi kebenaran bagi para muridnya juga. Pembasuhan kaki yang dilakukan
Yesus adalah kebenaran maka tindakan ini juga harus dilakukan oleh para murid.
Yesus mengatakan langsung bahwa pembasuhan kaki adalah sebuah teladan dari-
Nya untuk para murid. Yesus adalah seorang guru yang tidak hanya berkata
mengenai kebaikan dan kasih, lebih dari sekedar kata-kata Yesus mempraktekkan
langsung apa yang Ia ajarkan. Ia tidak sungkan sama sekali memberi contoh
bagaimana cinta kasih itu diwujudnyatakan. Yesus Kristus bukan sekedar profesor
jalan yang tidak pernah berjalan sendiri, melainkan contoh perjuangan hidup
manusia beriman (Darmawijaya, 1988: 96). Menjadi orang Kristen bukan hanya
mendengarkan kisah-Nya dari cerita atau film, tetapi mengikuti apa yang Ia
lakukan karena yang Ia lakukan adalah contoh hidup orang Kristiani yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang
mengutusnya.) kita harus berfikir lebih karena ayat ini seperti tidak terhubung
dengan cerita sebelumnya. Brown (1970: 569) mengatakan “..., kemungkinan itu
(ayat 16) bukan bagian asli dari penjelasan tentang pembasuhan kaki.”
Schnackenburg (1975: 25) mengatakan “Editor Yohanes bisa jadi hanya mendapat
pengetahuan dari tradisi oral atau dari tradisi lain. Kedua pendapat ini dapat
dijadikan sumber untuk mempertegas bahwa ayat 16 adalah hasil dari editorial
Injil Yohanes. Terlepas itu editorial atau asli kita sudah menerima Injil Yohanes
Ayat 16 memiliki kesamaan dengan Mat. 10: 24-25 dan Luk. 6: 40 yang
membahas perbandingan antara guru dengan murid, tuan dengan hamba serta
yang lebih besar dan yang lebih kecil. Bila dibaca sekilas, ayat-ayat itu seperti
ingin mengatakan yang kecil tidak mungkin melampaui dari yang lebih besar.
Penafsiran semacam itu akan mengarah kepada pesimistis. Yesus tidak mungkin
bahwa “..., bukan hanya soal kepercayaan dari yang mengutus, tetapi menjadikan
kedekatan hubungan dengan dia (yang mengutus) dan komitmen kepada dia.”
Seorang utusan harus berkomitmen dengan hal untuk apa ia diutus. Menjadi
seorang utusan tidak boleh ragu-ragu karena ia membawa pesan dari yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mengutus. Apapun yang terjadi, apapun resikonya utusan wajib sampai pada
utusan tidak lebih besar dari yang mengutus? Logikanya, seorang utusan
membawa pesan dari yang mengutus. Pesan itu berasal dari yang mengutus, tugas
utusan adalah menyampaikan pesan yang mengutus secara benar. Maka suara
utusan adalah suara yang mengutus, tidak lebih tidak kurang. Sudah dapat
dipastikan utusan sama dengan yang mengutus, karena utusan adalah perwujudan
Teladan seorang guru itu sangat dianjurkan untuk dilakukan oleh murid-
menekankan pada para murid yang mulai paham bahwa pembasuhan kaki adalah
contoh dari sikap kerendahan hati. Penjelasan mengenai pembasuhan kaki telah
dilakukan oleh Yesus, kini para murid sudah mulai mengerti maksudnya. Yesus
menekankan bahwa mengerti saja tidaklah cukup. Yesus telah mengatakan dalam
ayat 14-15 bahwa pembasuhan kaki adalah teladan, jika sudah mengerti
maksudnya maka haruslah diikuti teladan itu. Gail R. O’day (1995: 726)
mengatakan bahwa “... para murid akan terberkati jika mereka mengikuti teladan
Yesus dalam cinta dan pelayanan.” Pembasuhan kaki dalam konteks pelayanan
dan cinta akan menghadirkan berkat bagi yang melakukan. Ayat 17 menjadi
semacam perintah tidak langsung kepada para murid untuk saling membasuh kaki.
Ayat 17 juga menunjukkan bahwa para murid mulai mengerti yang Yesus
orang yang paham maksud dari pembasuhan kaki sekaligus mau melakukan juga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
18 Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu, siapa yang telah
Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah
mengangkat tumitnya terhadap Aku. 19 Aku mengatakannya kepadamu
sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu
percaya, bahwa Akulah Dia. 20 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa menerima orang yang Kuutus, ia menerima Aku, dan
barangsiapa menerima Aku, ia menerima Dia yang mengutus Aku."
yakni; ayat 2, 11 dan 18. Bisa ditangkap ini adalah sebuah proses pengkhianatan.
Dalam ayat 2 iblis baru membisikkan untuk mengkhianati Yesus. Ayat 2 hanya
sebatas rencana. Ayat 11 Yesus telah tahu rencana pengkhianatan Yudas dengan
ungkapan “tidak semua kamu bersih.” Tidak secara eksplisit Yesus mengatakan
tentang pengkhianatan. Dalam ayat 18 Yesus secara lebih jelas mengatakan bahwa
ada salah satu murid yang akan menyerahkan Dia kepada musuh.
kepada semua murid tetapi salah satu murid yang telah dibisiki iblis yakni Yudas.
Di ayat 18b (Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang makan roti-Ku, telah
memilih murid. Yudas dipilih bukan karena ia jahat. Yang Dia lakukan adalah
46
kematian, tetapi Ia sadar bahwa diri-Nya adalah utusan Bapa yang akan
yang akan terjadi. Eko Riyadi (2011: 307) mengatakan bahwa “Yesus mengatakan
itu demi para murid, yakni supaya mereka tidak goncang kalau hal itu terjadi.” Ia
ingin para murid tidak panik dan ketakutan jika suatu hal yang di luar dugaan
berhubungan dengan persitiwa kematian Yesus. Kata “jika hal itu terjadi” (Yoh
13:19) menunjuk pada jika kematian datang atas diri-Nya seperti yang Ia sudah
ketahui dalam ayat 1 (Yesus telah tahu bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih
dari dunia ini kepada Bapa), Ia sudah membaritahu bahwa Yesuslah Mesias yang
menebus dosa manusia dengan darah-Nya. Para murid tidak perlu takut dan hanya
perlu percaya kepada-Nya. Yesus sudah sering memberitahu bahwa Putra Allah
akan dikorbankan untuk menebus dosa manusia. Jika hal itu terjadi, para murid
dengan Allah Bapa dan para murid. Gail R. O’day (1995: 726) mengatakan bahwa
“Apa yang Tuhan lakukan kepada Yesus (mengirim Dia ke dunia), Yesus kini
lakukan kepada para murid. Para murid mendapatkan pekerjaan dari Yesus, yang
mana berarti mereka mendapat pekerjaan dari Tuhan.” Ayat ini juga mengandung
47
tindakan-Nya diteladani oleh murid-Nya. Murid Yesus bukan hanya Para Rasul
yang berjumlah 12 orang, tetapi siapapun yang mencintai dan melayani Dia.
Sebagai murid Yesus, kita juga harus melaksanakan ajaran-Nya dan meneladani
tindakan-Nya. Ajaran dan tindakan Yesus dapat kita temukan dalam Injil sebagai
sumber utama kisah perjalanan hidup Yesus di dunia. Banyak kisah Yesus yang
mengandung banyak makna tertuang dalam keempat Injil; Matius, Markus, Lukas
dan Yohanes.
sebagai praktek wajib saja, dan ada yang beranggapan sebagai hal yang terpuji
karena mau ambil bagian dalam upacara Kamis Putih.” Sebagai umat Kristiani
kaki bukanlah sebuah kisah yang hanya baik untuk dilakukan. Pembasuhan kaki
bukan hanya sekedar pelengkap dalam upacara liturgi Kamis Putih. Kita perlu
menggali lebih dalam makna pembasuhan kaki, sehingga pembasuhan kaki tidak
pembasuhan kaki yang telah dibahas sebelumnya, kita akan menggali lebih jauh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
1. Penuh Cinta
nyata. Dalam peristiwa pembasuhan kaki (ayat 1), Yesus memiliki cinta yang
domba-domba yang dicintainya. Yesus melakukan tindakan cinta itu pada saat
pembasuhan kaki. Tetapi bukti cinta sampai akhir akan diwujudkan ketika Ia
begitu besar sampai Ia rela memberikan nyawa-Nya untuk manusia. Cinta Yesus
tidak diragukan lagi oleh kita, yang menjadi perhatian bagi kita para murid Yesus
adalah meniru dan mengamalkan teladan cinta Yesus di dalam tindakan kita
sehari-hari.
Nya. Cinta Yesus menggerakkan diri-Nya untuk dengan rela membersihkan kaki
murid-murid-Nya. Cinta Yesus melepas batas antara Guru dan murid. Cinta Yesus
murid-Nya dari dosa. Melalui pembasuhan kaki Yesus telah menunjukkan cinta-
Nya kepada para murid. Sebagai murid Yesus, kita sudah diberi contoh nyata
49
Tanpa cinta manusia akan kehilangan jati diri-Nya karena manusia adalah
makhluk ciptaan Tuhan yang sangat dicintai. Sebagai murid Yesus, kita diberi
pelajaran oleh Yesus untuk memberikan cinta seutuhnya kepada orang-orang yang
kita cintai. Cinta yang kita berikan bukan cinta yang diumbar lewat kata-kata saja
tetapi kita bertindak berdasarkan cinta agar dunia ini dipenuhi cinta seperti yang
Yesus harapkan.
Allah menghendaki supaya manusia selamat. Hal ini tercantum dalam Yoh
3:16 yang mengatakan,” Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” Kasih
Allah begitu besar kepada manusia, sehingga Ia tidak ingin manusia binasa.
Dalam keadaan manusia yang semakin berdosa Allah mengutus Putra-Nya untuk
ikut terlibat dalam Karya Keselamatan Allah. Yesus menjadi pewarta Karya
Keselamatan Allah dan mengajak manusia untuk ikut dalam Karya Keselamatan
Allah dengan percaya kepada-Nya. Salah satu hal yang dilakukan Yesus tampak
dalam kisah pembasuhan kaki. Yesus membasuh kaki para murid-Nya (bdk. Yoh.
13:4-5) sebagai simbol Yesus membersihkan dosa para murid-Nya. Ia ingin para
murid-Nya selamat.
Dalam kisah pembasuhan kaki Yesus tahu bahwa tugas-Nya di dunia akan
segera selesai dan akan kembali kepada Bapa-Nya (Yoh. 13:1). Ia tidak ingin
50
saling membasuh satu sama lain (Yoh. 13:13-15). Dengan saling membasuh
(dalam arti sebagai simbol), manusia terlibat untuk saling menyelamatkan satu
sama lain. Yesus tidak menginginkan keselamtan hanya dimiliki oleh sebagian
orang saja, tetapi ingin semua orang mendapatkan keselamatan sejati. Sehingga
Katolik sebagai orang-orang yang percaya kepada Yesus dan Allah Bapa, harus
ikut terlibat aktif dalam Karya Keselamtan Allah dengan mengajak orang untuk
mewartakan Yesus kepada dunia dan terus mengimani Yesus supaya semakin
3. Berani Berkorban
menghadapi kematian ( Yoh. 13:1). Tetapi sebelum kematian itu terjadi, Ia telah
13:2). Hal mengerikan telah menghadang diri-Nya. Yesus merupakan Putra Allah
yang telah diberi kuasa untuk menentukan nasib-Nya sendiri (Yoh. 13:3). Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
bisa saja dengan kuasa-Nya membatalkan semua yang akan terjadi dalam diri-Nya
kelak. Tetapi Yesus diutus bukan untuk lari dari tugas-Nya. Demi misi
keselamatan manusia, Yesus tidak akan lari dari kenyataan pahit yang akan
melanjutkan karya itu dengan membasuh kaki para murid-Nya sebagai simbol
Orang Katolik yang juga meneruskan Karya Keselamatan Allah dari Yesus
keselamatan bagi banyak orang. Ini adalah misi yang mulia tetapi memiliki
pengorbanan yang juga besar. Untuk dapat mewujudkan karya keselamtan Allah,
orang Katolik harus rela berkorban waktu, tenaga, pikiran bahkan materi. Lebih
dari itu, di banyak tempat orang Katolik harus berkorban dengan ditolak, dianiaya,
dikucilkan dan bahkan dibunuh. Semua itu menjadi pengorbanan orang Katolik
demi keselamatan manusia yang lebih luas. Katekis misinoner adalah contoh-
waktu, tenaga, pikiran, harta dan bahkan nyawa supaya Yesus semakin dikenal
4. Rendah hati
tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah tindakan hamba. Yesus mengambil peran
52
Yesus, bukan orang yang ingin dilayani tetapi melayani. Yesus menunjukkan
Pembasuhan kaki menjadi simbol sikap rendah hati Yesus. Brown (1970:
558) mengatakan bahwa ayat 14-17 terlihat bahwa Yesus membasuh kaki para
murid sebagai contoh rendah hati mengorbankan diri untuk diikuti oleh mereka.
Tetapi Brown juga mengkritik sebagian umat Kristiani yang hanya menganggap
kerendahan hati Yesus dalam pembasuhan kaki hanya dilihat sebagai mandat dari
Yesus untuk diikuti dan dilakukan (bdk. Brown, 1970: 558). Yesus memang
Sikap rendah hati Yesus nampak jelas di dalam ayat 4-5. Namun kita akan
melihat dari ayat 3 terlebih dahulu. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah
menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya (Yoh. 13:3). Yesus memiliki kuasa atas
apapun yang ada di dunia ini. Ia juga memiliki kuasa atas nasib-Nya sendiri
semuanya. Kita ingat kisah pencobaan Yesus di padang gurun (Luk. 4:1-13).
Yesus tentu bisa melakukan seperti yang diminta oleh iblis, tetapi Ia menyadari
bahwa kekuatan dan kuasa yang dimiliki-Nya bukan untuk dipamerkan apalagi
untuk menguasai dunia. Kita juga ingat Yesus beberapa kali terlibat kontak
dengan orang yang dianggap najis. Yesus terlibat percakapan dengan perempuan
53
kuasa yang diberikan Bapa-Nya untuk kepentingan sendiri tetapi untuk tujuan
mengikatkan kain lenan (Yoh. 13:4b). Kain lenan merupakan simbol seorang
hamba. Kain lenan biasa digunakan hamba untuk mengeringkan kaki setelah
dibasuh. Yesus merendahkan diri dan mengambil rupa seorang hamba (Brown,
mengabaikan status sosial yang disandang, kita akan dengan mudah menjalin
hubungan yang erat antar pribadi. Yesus ingin ada hubungan yang erat antara Dia
dengan murid-murid-Nya dan juga antar sesama murid-Nya. Kita sebagai murid-
Nya dapat mencontoh kerendahan hati Yesus untuk membangun relasi yang erat
dengan Dia dan sesama manusia. Yesus ingin murid-murid-Nya mengikuti apa
yang Ia lakukan (Yoh. 13:14-15). Dalam konteks dunia saat ini, yang kita ikuti
bukan hanya pembasuhan kaki yang Ia lakukan. Tentu sangat sulit jika kita
membasuh tamu kita atau orang lain. Yang perlu kita tekankan adalah sikap yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
menunduk menuangkan air di kaki para murid dan mengeringkannya dengan kain
lenan. Sikap rendah hati inilah yang kita pakai dalam hidup kita saat ini. Dengan
rendah hati kita lebih mudah menjalin hubungan erat dengan sesama kita. Rendah
hati juga akan membuat kita dapat bekerja sama dengan banyak orang dan juga
dapat diterima bukan hanya oleh kalangan sendiri tetapi juga oleh banyak orang
lain. Maka sikap rendah hati menjadi hal yang selalu ada dalam hati kita sama
E. Penutup
banyak hal baik kepada kita melalui khotbah dan perbuatan-Nya. Yesus tidak
tindakan-Nya. Seperti dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yoh. 13:1-20
Nya dengan membasuh kaki mereka yang sejatinya adalah pekerjaan seorang
memerintahkan para murid untuk melakukan apa yang telah Yesus lakukan
kepada sesama mereka sebagai bentuk mereka saling melayani satu sama lain.
Dalam kisah pembasuhan kaki dalam Yoh. 13:1-20, penulis telah berusaha
kisah pembasuhan kaki dalam Yoh 13:1-20 Yesus menampilkan pribadi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
selalu melayani kehendak Allah. Kehendak Allah adalah keselamatan bagi semua
orang. Yesus membersihkan kaki para murid sebagai simbol Yesus membersihkan
para murid dari kedosaan supaya mereka selamat. Yesus memerintahkan para
murid supaya saling membasuh supaya semakin banyak orang selamat. Bagi
seorang hamba dan melayani para murid-Nya. Yesus melayani para murid dengan
Yesus adalah pribadi yang penuh cinta. Karena cinta-Nya kepada para murid dan
akan membahas mengenai pengertian katekis, kategori, peran, tugas dan kualitas
katekis. Setelah itu baru kemudian penulis akan membahas spiritualitas katekis
BAB III
spiritualitas katekis. Penulis akan membagi bab ini dalam tiga bagian besar.
Bagian pertama, penulis akan menguraikan sosok katekis, peran, kategori, tugas
A. Katekis
Khusus untuk Baptis, beberapa dari kita menerima pembaptisan sejak kecil yang
pelajarannya diwakili oleh orang tua. Pelajaran itu kita terima dari katekis.
lingkungan umat basis Gereja. Kita dapat menjumpai sosok katekis dalam banyak
lingkungan dan masih banyak lagi. Siapakah katekis itu sehingga berhak memberi
katekis. Tetapi sebelum itu penulis akan menguraikan yang lebih dasar mengenai
sosok katekis sebagai umat awam yang terlibat dalam tugas Gereja mewartakan
57
payah supaya warta keselamatan Ilahi dikenal dan diterima oleh semua orang (AA
3). Kita diberi tanggung jawab untuk ambil bagian dalam tugas perutusan Yesus
Kristus yang diturunkan kepada Para Rasul yang diteruskan oleh Gereja dari masa
ke masa. Tidak terbatas kedudukan kita dalam Gereja, kita memiliki tanggung
jawab yang sama untuk mewartakan Injil. Bersama uskup-uskup lain dan Paus,
sejak menerima tahbisan, para uskup bertanggung jawab terhadap seluruh Gereja.
tidak dapat menjalankannya tanpa bantuan pihak lain. Para imam dengan
ditugaskan.
Kaum awam tidak bisa dianggap anggota pasif dalam Gereja saat ini.
Setiap orang awam, karena karunia-karunia yang diterimanya, menjadi saksi dan
sarana hidup perutusan Gereja (LG 33). Kaum awam memiliki tugas perutusan
yang sama dengan Yesus untuk mewartakan Injil. Kaum awam yang dimaksud
adalah “semua orang beriman Kristiani, kecuali mereka yang termasuk golongan
imam atau status religius yang diakui Gereja” (LG 31) yang berarti siapapun yang
telah sah menjadi anggota Gereja karena Pembaptisan yang bukan golongan imam
dan religius. Kaum awam memiliki tugas mewartakan Kabara Gembira yang
masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Mewartakan Injil adalah tugas semua umat beriman Kristiani yang berarti
kaum awam ada di dalamnya. “Pewartaan adalah tugas dan panggilan setiap orang
yang percaya kepada Kristus” (KWI, 1996: 390) karena “semua orang yang
dalam iman, adalah pelaku-pelaku evangelisasi” (EG 120). Maka jelas bahwa
sesungguhnya di dalam setiap diri orang Katolik selalu ada panggilan untuk
mewartakan Kabar Gembira dimanapun ia berada. Yesus Sang Sabda tidak pernah
Para awam, juga kalau mereka sibuk dengan urusan keduniaan, dapat dan
harus menjalankan kegiatan yang berharga untuk mewartakan Injil kepada dunia
(LG 35). Kaum awam adalah bagian utuh dari Gereja Universal. Awam bukanlah
anggota yang terpisah dari hirarki. Karena Gereja adalah satu tubuh, satu anggota
tidak dapat berfikir untuk diam saja tanpa berbuat sesuatu untuk tubuh. Awam
sebagai anggota tubuh Gereja ikut aktif terlibat dalam pewartaan Injil ke seluruh
dunia. Maka, kaum awam wajib, bersama-sama dengan anggota Gereja yang lain,
Kata katekis berasal dari kata dasar ketechein yang mempunyai beberapa
berkaitan dengan iman (Indra Sanjaya, 2011: 16). Ada berbagai pengertian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
mengenai katekis yang ditemukan dari berbagai sumber. Katekis adalah baik pria
maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah
iman dan Gereja (AG 17). Katekis adalah seorang awam yang ditunjuk secara
agar Dia dicintai dan diikuti oleh mereka yang belum mengenal-Nya dan oleh
kaum beriman sendiri (Komisi Kateketik KWI, 1997: 17). Katekis adalah orang-
orang yang dalam semangat Roh melibatkan diri dalam perluasan dan perwujudan
Kerajaan Allah yang menjadi inti dari pewartaan Kristus (Komisi Kateketik KWI,
Katekis adalah orang beriman yang dipanggil secara khusus dan diutus
oleh Allah serta mendapat penugasan dari Gereja melalui missio canonika
dari Gereja terutama dalam karya pewartaan Gereja untuk
memperkenalkan, menumbuhkan dan mengembangkan iman umat di
sekolah dan dalam komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial.
sosok katekis. Katekis adalah seorang umat beriman Kristiani yang dijiwai
semangat merasul, dipanggil dan diutus Allah, serta melibatkan diri dalam tugas
mengembangkan iman Kristiani umat di sekolah dan dalam komunitas basis, baik
yang umat sentris berarti katekis hadir dari umat dan untuk umat. Katekis dari
umat bermakna katekis dipanggil dari kalangan umat sendiri. Katekis untuk umat
berarti katekis mewartakan Kabar Gembira kepada umat itu sendiri. Katekis juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
harus kristosentris. Katekis harus menjiwai dan meneladan Yesus Kristus sebagai
seseorang yang mengimani Kristus karena katekis akan mewartakan Kristus tentu
bahwa dirinya dipanggil Allah untuk mewartakan Kabar Gembira. Sebagai umat
beriman yang mengenal sejarah, kita tahu para pekerja Tuhan dari Perjanjian
tersebut, tetapi karena inisiatif dari Allah dengan memanggil dan mengutus.
menjadi katekis, tetapi karena Allah memanggil kita umatnya untuk mewartakan
tidak bisa hanya berdiam diri menunggu ada yang memerlukan, tetapi
tengah umat. Ia harus menjadi bagian dari komunitas Gereja yang dilayaninya. ia
harus aktif terlibat di dalam berbagai kegiatan yang ada di komunitas Gereja basis
mewartakan Yesus Kristus. Katekis berperan agar Yesus Kristus semakin dikenal
luas. Yang terakhir, katekis bekerja di ladang Tuhan dimanapun ia berada atau
ditugaskan. Sebagai pekerja Tuhan, katekis tidak bisa memilih ladang yang
mudah agar lebih mudah, tetapi siap diutus dimanapun dirinya diperlukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
3. Peran Katekis
dibangun tanpa jasa mereka (CT 66). Katekis tidak hanya sekedar pembantu bagi
imam, tetapi lebih dari itu mereka adalah yang terlibat langsung di tengah
kehidupan Gereja basis dan masyarakat. Dokumen Pedoman Untuk Katekis yang
yaitu “menyampaikan secara jelas pesan Kristiani dan menemani para katekumen
dan orang-orang Kristen yang baru dibaptis dalam perjalan hidupnya menuju
kedewasaan iman serta kehidupan sakramental penuh” (Komkat KWI, 1997: 16).
Katekis memiliki peran untuk menyampaikan Kabar Gembira secara benar kepada
orang-orang yang ingin mengenal Yesus Kristus dalam masa katekumenat saat
untuk mengenal dan menjiwai Yesus baik itu pribadi-Nya maupun ajaran-Nya
yang sudah tertuang dalam ajaran Gereja. Katekis juga berperan untuk membantu
umat untuk semakin menjiwai Yesus di dalam katekese sehingga Yesus sungguh-
mengenai Identitas Katekis di tengah Arus Perubahan Jaman. Salah satu yang
didiskusikan yakni mengenai peran katekis pada jaman ini. Dari hasil diskusi para
komunitas basis dalam situasi konkrit (Komkat KWI, 2005: 125). Regio Sumatera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
basis dalam peziarahannya, selain itu katekis terutama berperan sebagai pewarta
sabda dan petugas pastoral (Komkat KWI, 2005: 126). Regio Nusra merumuskan
peran katekis yang dibutuhkan saat ini adalah membangun dan mengembangkan
umat beriman (Komkat KWI, 2005: 130). Penulis menyimpulkan bahwa peran
katekis di jaman ini yang diharapkan yakni memperkenalkan iman akan Yesus
seperti menjadi acuan bagi umat. Jawaban katekis harus berdasarkan iman
menjadi penyubur iman umat beriman. Katekis bukan hanya sekedar pengajar
agama, tetapi juga panutan bagi umat beriman. Maka, segala tindakan dan
perkataan katekis harus sesuai dengan ajaran Yesus sendiri. Seperti Yesus yang
bukan hanya mengajar melalui kata-kata tetapi juga memainkan perannya sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
model teladan hidup seorang yang dekat dengan Allah. Demikian juga katekis
4. Kategori katekis
Katekis purna waktu diangkat oleh keuskupan atau paroki secara resmi melalui
waktunya untuk menjadi katekis. Katekis paruh waktu tidak menjadikan katekis
sebagai profesi yang berujung pada mata pencaharian. Katekis paruh waktu
utama tetapi mau melibatkan diri dalam pelayanan katekese entah karena diminta
oleh pastor paroki atau karena ingin melibatkan diri. Sekalipun tidak sepenuhnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
melibatkan diri dalam kegiatan katekese, katekis paruh waktu tetap dituntut
katekis purna waktu. Dalam Pertemuan Nasional Katekis tahun 2005 di Jakarta
waktu/full time dengan jumlah 2-14 orang. Keuskupan Malang tidak mengangkat
katekis purna waktu. Jumlah katekis purna waktu yang tidak begitu banyak dalam
memberdayakan umat setempat, sifat katekis yang umat sentris akan nampak
yakni katekis berasal dari umat, oleh umat dan untuk umat.
5. Tugas Katekis
(EG art. 120) bahwa “semua orang yang dibaptis, apapun kedudukan mereka di
pembaptisan mereka, semua anggota umat Allah telah menjadi murid-murid yang
diutus” (bdk. Mat. 28: 19). Demikian pula seluruh awam memiliki tugas tersebut,
termasuk di dalamnya ada para katekis sebagai guru agama umat beriman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
yakni; tugas khusus untuk mengajarkan katekese dan tugas lain bekerja sama
dalam berbagai bidang kerasulan (Komkat KWI, 1997: 18). Tugas katekis
muda dan orang dewasa dalam hal iman serta menyiapkan calon dan keluarganya
untuk menerima sakramen inisiasi dalam Gereja. Katekis dalam tugasnya bekerja
sama dengan bidang kerasulan lain antara lain bertugas untuk memimpin doa
dalam kelompok basis, memimpin Ibadat Sabda Mingguan bila tidak ada iman,
membantu orang sakit, memimpin upacara penguburan dan masih banyak tugas-
tugas pastoral yang dapat dilakukan katekis untuk melayani umat dalam bidang
pastoral.
menjadi hal yang penting bagi tugas katekis karena tuntutan jaman yang
Kualitas katekis yang mumpuni juga akan sangat membantu tugas-tugas katekis.
66
a. Pengetahuan Katekis
mewartakan iman Kristiani secara benar dan tepat. Untuk menyampaikan secara
Gereja. Untuk mewartakan iman secara tepat katekis perlu memiliki pengetahuan
adalah pengetahuan yang harus dimiliki oleh katekis. Seorang katekis hendaknya
memiliki pemahaman yang tepat tentang Kitab Suci, sehingga tidak jatuh ke
menyederhanakan (Lalu, 2007: 156). Kitab Suci menjadi bahan yang sentral
Kitab Suci. Dengan Kitab Suci, katekis akan memberi arah yang benar mengenai
67
Iman Kristiani bermuara pada Yesus Kristus, sang Guru dan Tuhan. Katekis perlu
mendalami pewartaan dan tindakan Yesus, lebih mendalam lagi katekis perlu
seperti sifat Gereja, hierarki dan banyak pengetahuan lain mengenai Gereja sangat
perlu dimiliki oleh katekis untuk disampaikan kepada umat. Pengetahuan tentang
Konsili Vatikan II, Ensiklik-ensiklik dari Paus dan Kitab Hukum Kanonik. Ajaran
sosial Gereja menjadi pengetahuan berikutnya yang harus dimiliki oleh katekis.
Gereja tidak hanya bertindak untuk dirinya sendiri. Gereja memberi pandangan-
pandangan mengenai buruh dan lain-lain dalam rangka terlibat aktif dalam
membahami ajaran sosial Gereja agar katekis dan umat lain mampu terlibat aktif
dalam memproses sebuah pertemuan katekese (Lalu, 2007: 157). Katekis perlu
68
peserta katekese.
Menurut Lalu (2007: 157) katekis perlu mengenal dengan baik pribadi-
pribadi dan latar belakang dari peserta katekese seperti: daya nalar, perasaan dan
intuisi; latar belakang status sosial dan ekonomi; dan latar belakang budaya.
Pengenalan mengenai hal-hal itu akan membantu katekis menentukan apa saja
yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi peserta tertentu. Selain itu, pengenalan
terhadap peserta dapat membuat katekis dan peserta katekese memiliki hubungan
dekat. Hubungan yang dekat antara katekis dan peserta katekese akan membuat
terwujud karena mereka mau membuka diri untuk berbagi pengalaman iman dan
bagi umat. Ia bukan orang asing yang memberikan penjelasan mengenai iman
akrab dengan peserta menjadikan katekis tidak dipandang sebagai guru yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
mengajar agama yang harus dituruti, tetapi teman dan fasilitator dalam rangka
Di banyak tempat, katekis berperan menjadi wakil imam dalam hal liturgi.
Katekis menjadi pemimpin dalam Ibadat Sabda dan doa-doa di lingkungan basis.
Untuk menunjang tugas itu, katekis perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan liturgi. Katekis perlu belajar mengenai tata cara Ibadat Sabda, Ibadat
lingkungan basis agar selain dengan katekese iman umat juga semakin di
termasuk juga para katekis. Spiritualitas bagi katekis adalah api yang terus-
70
1) Pengertian Spiritualitas
Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin, yaitu spiritus yang berarti Roh.
sebagai semangat hidup dan perjuangan yang menjadi cara pandang atau
pendekatan dalam pengelolaan hidup (Staf Dosen IPPAK, 2010: 29). Menurut V.
Indra Sanjaya, Pr (2011: 22) spiritualitas adalah cara bagaimana pengalaman kita
akan Allah menentukan cara kita memandang dunia, dan juga cara kita
seorang beriman dengan Allahnya dan aneka perwujudannya dalam sikap dan
perbuatan (Lalu, 2007: 150). Menurut Romo Yosef Lalu, Pr (2007: 151)
segala segi kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar tertumpu pada iman
dengan Allah yang membawa dampak bagi kehidupan nyata manusia di dunia.
adalah semangat yang dijiwai Roh yang berasal dari relasi manusia dengan
dunia.
Spiritualitas umat beriman Kristiani ada dalam diri Yesus Kristus. Yesus
Kristus adalah sumber dari kehidupan umat beriman Kristiani. Bagi Lalu (2007:
71
dalam kisah Pentakosta (Kis. 2:1-4) Para Rasul yang semula ketakutan dan
memiliki semangat berkobar karena Roh Kududs menyertai mereka. Para Rasul
kemudian dibimbing Roh Kudus untuk mewartakan Yesus. Bagi umat beriman
oleh Yesus Kristus kepada setiap umat. Maka, spiritualitas bagi umat beriman
Kristiani adalah semangat hidup yang berasal dari Roh Kudus yang diutus oleh
spiritualitas Kristiani. Katekis bukan bagian yang terpisah dari umat beriman
juga dimiliki oleh umat beriman Kristiani lain, tetapi corak spiritualitasnya lebih
diarahkan kepada tugas yang diembannya. Komisi Kateketik KWI (1997: 22)
harus hidup dalam Roh, yang akan membantu mereka memperbarui diri secara
terus-menerus dalam identitas khusus mereka. Katekis tidak boleh melupakan Roh
Kudus yang telah menuntun Gereja dari masa ke masa untuk memperbarui diri.
Yesus menjadi guru bagi katekis. Maka, spiritualitas katekis dapat disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
mengikuti jejak Kristus (Lalu, 2007: 154). Katekis menampilkan Kristus di dalam
perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus” (Flp. 2:5). Paulus memberi
himbauan bahwa kita yang mengimani Yesus Kristus, berpikir, berkata dan
berbuat seperti yang Yesus pikirkan, katakan dan perbuat. Itulah spiritualitas
kepeduliaan terhadap Allah dan terhadap sesama.” Hal utama dari spiritualitas
katekis adalah pewartaan iman yang dijiwai Roh Kudus. Tugas utama katekis
hidup yang dijiwai Yesus Kristus oleh karena keterbukaan terhadap Roh Kudus
Guru dan Tuhan; dan kamu memang benar, sebab itulah Aku” (Yoh. 13:13-14).
Para murid harus berguru kepada Yesus karena Dia sendiri mengatakan bahwa
“Kamu hanya mempunyai satu Guru” (Mat. 23:8), yakni Yesus Kristus. Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
adalah Guru utama bagi para katekis. Katekis tidak perlu jauh-jauh mencari guru
lain, karena di dalam Yesus katekis dapat belajar banyak hal. Hal ini karena
Tradendae art. 9). Semua yang Yesus Kristus lakukan adalah ajaran bagi kita;
Yesus Kristus menjadi pokok yang diwartakan oleh katekis. Katekis harus
mampu menerobos kedalaman jiwa dirinya untuk menemukan prinsip dan sumber
identitas dirinya sebagai katekis, yakni Yesus Kristus sendiri (Komkat KWI,
1997: 44) Katekis akan menyampaikan secara jelas dan benar tentang apa yang
mengenai Yesus tidak cukup hanya dengan membaca Injil, buku-buku referensi
atau menonton film mengenai Yesus. Belajar tentang Yesus adalah dengan
mendalam dengan Yesus para katekis akan menemukan sinar terang dan kekuatan
Tradendae art. 9). Yesus tidak bisa menjadi sesuatu yang asing dari diri katekis. Ia
harus dekat dengan Yesus dengan menghidupi nasihat-nasihat Yesus dan cara
perihidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
c. Ketrampilan Katekis
karena ia harus fasih di dalam hidup doanya. Untuk bisa mendidik orang lain
dalam hal iman, para katekis harus mempunyai kehidupan rohani yang mendalam
(Komkat KWI, 1997: 45). Kehidupan rohani yang mendalam tercermin di dalam
kehidupan sehari-hari para katekis yakni mencirikan seorang yang dekat dengan
Para katekis harus memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan. Untuk
dapat dengan Tuhan katekis harus terus berkomunikasi dengan Tuhan yakni
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
melalui doa. Bagi katekis, hidup doa yang kuat sudah harus menjadi jati dirinya.
Hidup doa yang dimaksud yakni; menghadiri Ekaristi secara teratur, doa pribadi,
meditasi dan juga berefleksi. Menghadiri Ekaristi membuat katekis menjadi dekat
dengan Tuhan sekaligus dengan umat. Dengan menghadiri Ekaristi secara teratur
utusannya untuk mewartakan Yesus di dunia. Doa pribadi dapat dilakukan setiap
saat menjadikan katekis selalu berkomunikasi dengan Tuhan. Doa pribadi harus
membawa keteraturan hidup dan pertumbuhan rohani (Komkat KWI, 1997: 47).
Meditasi menjadi saat yang tepat untuk berkomunikasi dengan Tuhan di dalam
keheningan. Meditasi membantu kita untuk membuat jarak dengan dunia fana dan
mengambil saat hening sehingga dapat mencurahkan seluruh hati dan pikiran kita
lebih mudah mendengar suara Tuhan di dalam hati. Refleksi setiap hari akan
membuat kita memahami pengalaman hidup sehari-hari sebagai kara Tuhan atas
dirinya selalu dekat dengan Tuhan, menjadi orang saleh dan menjadi teladan bagi
76
2) Ketrampilan berkomunikasi
ini jelas karena tugas katekis adalah mewartakan Kabar Gembira. Sangat sulit
diterima bila katekis yang bertugas mewartakan Kabar Gembira kesulitan untuk
umat menjadi ragu-ragu pula. Oleh sebab itu katekis haruslah terampil berbicara
di depan umum, tegas dalam berucap, berani tanpa ragu-ragu tetapi juga selalu
158) yakni:
Di dalam ketrampilan berkomunikasi ini katekis tidak hanya dituntut untuk dapat
umat beragama yang toleran di tengah kondisi bangsa yang plural. Katekis harus
77
katekese
kegiatan katekese, katekis harus cermat memilih tema yang akan menjadi
pembahasan, tujuan yang akan dicapai, sumber bahan yang memadai, media yang
dapat membantu dan metode yang akan digunakan dalam berkatekese. Dalam
memilih tema, tujuan, sumber bahan, media dan metode yang akan digunakan
dalam katekese, katekis harus memperhatikan keadaan umat yang akan diberikan
katekese atau dengan kata laian dalam menyusun kegiatan katekese harus
dalam pertemuan. Dengan situasi yang nyaman, pertemuan akan menjadi cair dan
kesesuaian tema yang dibawakan, tercapai atau tidaknya tujuan, sumber bahan
yang sesuai, membantu atau tidaknya media yang digunakan, metode yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
keadaan umat dan caranya menyampaikan dapat membantu umat semakin terbuka
atau tidak.
Globalisasi telah menjadi bagian dari keadaan dunia saat ini. Globalisasi
begitu berpengaruh terhadap segala isi dunia saat ini termasuk Gereja dan katekis.
1. Hakikat Globalisasi
Saat ini kita hidup di era globalisasi yang memiliki beragam pengaruh bagi
pendapat para ahli dan pengaruh globalisasi di semua bidang kehidupan seperti
menyatakan bahwa globalisasi berasal dari akar kata global yang diambil dari
bahasa Latin yaitu globus yang berarti bola, bulatan, bumi yang diserap oleh
bahasa Inggris yaitu globe yang berarti planet bumi. Dari kata global muncul kata
golabalitas dan globalisasi. Global menunjuk pada ciri dan kualitas seluas bola
dunia, globalitas menunjuk pada kondisi seluas bola dunia dan globalisasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
mengungkap proses yang melibatkan lingkup dan skala seluas bola dunia (Herry
sini adalah relasi-relasi dari ekonomi, teknologi, budaya dan negara yang saling
harga bahan baku yang diimpor dari Jepang. Teknologi juga sangat berpengaruh
di dalam perkembangan arus globalisasi. Saat ini hampir setiap orang memiliki
handphone untuk berkomunkasi dengan orang yang jauh. Budaya juga ikut
memberikan pengaruhnya yang dibantu juga oleh teknologi seperti media on line,
cetak dan televisi. Beberapa tahun yang lalu di Indonesia marak bermunculan
grup musik yang mengusung ciri khas K-Pop yang berasal dari Korea Selatan.
43) globalisasi diartikan sebagai gerak tak tertahan yang membuat seluruh umat
dapat mengetahui kabar seseorang yang berjauhan hingga ribuan kilometer dalam
lagi saat ini kita dapat melihat wajah seseorang jauh secara langsung dengan video
80
cepat dari media cetak, televisi, media on line tentang apa yang terjadi di belahan
bumi lain, budaya dari negara lain, perkembangan ekonomi dunia dan banyak
lagi.
kebingungan tentang nilai dan pandangan dunia, dan dapat membuat orang latah
terhadap apa yang berbau luar negeri. Globalisasi menjadi kesempatan untuk
yang lebih luas, bahan produksi yang dapat diperoleh dari banyak tempat dan
segala sapek kehidupan selua bola dunia. Karena sulit untuk menolaknya, manusia
saat ini perlu menyikapi gejala globalisasi ini. Dengan berpegangan pada budaya
lokal yang memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang luhur, kita dapat berharap tidak
hanyut di dalam arus globalisasi. Kita tidak menjadi manusia yang latah terhadap
hal yang berbau luar negeri, fashion, belanja tetapi memilih dan berfikir dalam
bertindak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Saat ini, dunia sedang berada dalam era globalisasi. Setiap bagian dalam
dunia ini terhubung satu sama lain. Bidang ilmu yang satu berhubungan dengan
bidang ilmu yang lain, negara yang satu terhubung dengan negara yang lain dan
banyak hubungan lain yang terjalin saat ini yang terjadi seluas bola dunia.
Gereja berada dalam era globalisasi yang saat ini terjadi. Gereja adalah
bagian dari dunia karena Gereja adalah perantara kasih Allah di dunia.
Menanggapi era globalisasi saat ini, Gereja perlu menerima globalisasi sebagai
memiliki sisi negatif tetapi bukan berarti globalisasi menjadi tokoh jahat karena
globalisasi. Di dalam era globalisasi ini, Gereja perlu menjadi mitra sekaligus nabi
Katekis sebagai pewarta Kabar Gembira perlu menyadari era globalisasi yang
terjadi saat ini dengan dampak-dampak yang diakibatkannya baik dampak positif
82
Kristiani dalam bahasa yang universal. Katekis harus menyesuaikan diri dan dapat
membawa diri di dalam era globalisasi namun dirinya harus tetap tampil dengan
Bapak Anselmus Alaman (dalam Secercah Lentera Kehidupan 2012: 286) yang
berkatekese pada saat ini. Kita dapat menggunakan banyak media seperti gambar,
perkotaan dan perindustrian yang lebih banyak para pekerja yang sibuk dan sulit
setiap hari untuk meneguhkan dalam iman seperti yang banyak diguanakan saat
ini. Katekis tidak boleh gentar menghadapi arus globalisasi saat ini. Sr. Yohana
Erna Yani Astuti, FMM (dalam Secercah Lentera Kehidupan 2012: 283)
persoalan-persoalan pastoral dan dunia yang sangat kejam. Tetapi seperti ombak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
di laut selalu menuju ke pantai, demikian pula Kasih Allah terhadapku.” Katekis
harus selalu percaya bahwa Tuhan selalu menyertai setiap karyanya.Tiada yang
lain katekis harus meyakini Yesus yang ia wartakan hadir mendampingi hidupnya
di tengah arus globalisasi ini. Di dalam era globalisasi yang serba cepat berubah
justru Tuhan ingin katekis makin aktif memberikan dirinya untuk semakin
meneguhkan para umat Kristiani dalam iman sehingga tidak terbawa arus
globalisasi.
13:1-20. Spiritualitas yang muncul dari Bab II ditujukan kepada setiap umat
beriman. Pada bagian ini, spiritualitas yang bersumber dari Yohanes 13:1-20
1. Penuh Cinta
Cinta menjadi keutamaan dalam karya Yesus di dunia. Ia mencintai dunia ini
dan segala isinya, terutama manusia. Karena cinta-Nya, Yesus ingin semua
manusia terselamatkan. Cinta Yesus tampak begitu nyata dalam setiap langkah
memberi kekuatan kepada mereka yang miskin dan disingkirkan untuk terus
memiliki harapan hidup. Yesus menyembuhkan yang sakit hanya dengan syarat si
sakit menerima Yesus dalam hatinya. Yesus berdialog dengan perempuan Samaria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
tanpa rasa risih tetapi penuh keramahan. Yesus menjadi garam dan terang bagi
orang-orang miskin dan tersingkirkan juga bagi semua orang yang percaya kepada
Dia. Cinta Yesus kepada para murid-Nya tampak begitu nyata dalam peristiwa
Bahkan ketika Ia harus menderita dan wafat di salib, semua dilakukan karena Ia
tugas perutusannya. Yesus yang begitu mencintai manusia rela menderita dan
wafat demi keselamatan manusia. Katekis juga memiliki cinta kepada Allah,
Yesus, Gereja, tugasnya dan dirinya sendiri. Seperti Yesus yang mencintai murid-
umatnya adalah hal yang penting di dalam hidup katekis. Katekis ingin membantu
umat selalu dekat dengan Allah dengan berbagai pelayanan yang dapat ia lakukan.
Karena cintanya kepada umatnya, katekis selalu membawa umatnya di dalam hati
dan selalu membawanya dalam doa. Demikian Yesus juga mendoakaan para
murid-Nya.
85
bukan sekedar pilihan hidup tetapi harus disadari sebagai panggilan Tuhan.
Apabila katekis sudah mencintai panggilannya maka semua yang dikerjakan akan
Melayani kehendak Allah adalah tugas Yesus yang diteruskan oleh Gereja.
kepada orang yang berdosa dan mengajak para murid-Nya untuk ikut melakukan
Dalam Yohanes 13:14-15 Yesus mengajak para murid untuk meneladan apa
membersihkan dosa melalui simbol pembasuhan kaki. Yesus ingin para murid
Sama seperti Para Rasul, katekis juga diajak Yesus untuk ikut melayani
selamat. Katekis harus mengikuti jejak Yesus dan Para Rasul dalam usaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
keselamatan manusia. Yesus dan Para Rasul berani tampil di tengah masyarakat
percaya kepada-Nya sebagai jalan menuju Allah. Para Rasul meneruskan dengan
mewartakan Yesus Sang Juruselamat manusia. Saat ini, katekis harus tampil di
Katekis harus bergerak maju dalam melayani kehendak Allah. Katekis tidak
orang miskin dan tersingkir, katekis hadir ketika umat mengalami kebimbangan,
katekis hadir di tengah anak-anak yang membutuhkan sapaan kasih Tuhan dengan
kata lain katekis hadir di setiap sisi kehidupan umat. Dengan melakukan demikian
katekis akan menjadi penyalur kasih Allah kepada manusia dan membuat semakin
banyak orang merasakan kasih Allah. Kasih Allah akan menjadi sumber kekuatan
3. Berani Berkorban
87
menghadapi kematian (Yoh. 13:1). Tetapi sebelum kematian itu terjadi, Ia telah
13:2).
Para katekis mewartakan Injil agar semakin banyak manusia percaya kepada
Yesus. Pewartaan Injil menjadi hal yang utama dari tugasnya sebagai katekis.
Katekis melakukan berbagai cara agar pewartaan Injil dapat terlaksana di dunia
ini. Seperti Yesus yang berkorban dalam banyak hal demi pewartaan Kerajaan
Allah, katekis juga berani berkorban demi terlaksananya pewartaan Injil di tengah
dunia. Kita dapat melihat katekis sukarelawan yang mewartakan Injil dengan rela
tanpa pamrih. Mereka tidak memikirkan hal yang didapat dari usahanya karena
Katekis harus berkorban banyak hal untuk mewartakan Injil. Pengorbanan itu
berupa kemauan untuk terus belajar, mau melatih diri, waktu, tenaga dan bahkan
materi. Katekis harus memiliki kemauan untuk belajar. Ada banyak hal yang
Gereja Katolik, Konsili Vatikan II, Kitab Hukum Kanonik dan lain-lain. Ajaran
Paus dan Uskup-Uskup mengenai dunia dan Gereja dewasa ini. Katekis juga harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
rela memperbarui berita-berita dunia dan nasional yang nantinya dapat diangkat
menjadi isu yang dibicarakan ketika pertemuan katekese di tengah umat. Katekis
canggih tidak boleh menjadi penghambat karya pewartaan katekis. Katekis harus
membantu tugasnya. Konteks umat setempat tidak boleh luput dari perhatian
Katekis juga harus berkorban waktu, tenaga, pikiran dan bahkan materi.
Katekis harus rela memotong waktu pribadinya untuk melayani umat. Katekis
melaksanakan katekese. Katekis juga tidak jarang harus rela mengeluarkan uang
orang.
4. Rendah Hati
Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Kita dapat membaca dalam kisah
89
dengan para murid-Nya. Sikap rendah hati yang ditampilkan Yesus membuat diri-
Nya diterima banyak orang terutama rakyat kecil. Yesus seperti angin segar yang
menyapa dan berinteraksi dengan rakyat kecil dan tersingkir. Ia datang bukan
dengan kuasa untuk menaklukkan, tetapi merendahkan diri dan menempatkan diri
sama dengan manusia sehingga dapat merangkul dan mengajak manusia kepada
keselamatan Allah.
Seorang katekis harus memiliki relasi yang kuat dengan semua anggota
Gereja baik itu umat awam maupun hierarki. Relasi yang kuat akan mudah
dibangun jika katekis memiliki sikap rendah hati terhadap yang lain. Yesus juga
memiliki sikap rendah hati. Karena sikap Yesus yang rendah hati, relasi antara
Yesus dan para murid-Nya begitu dekat. Para murid bukan dipandang semata-
mata bawahan Yesus, tetapi teman perjalanan Yesus dan penerus karya-Nya.
Dengan rendah hati, para katekis tidak merasa diri lebih mampu dari umat yang
lain, tetapi merasa perlu banyak belajar terus-menerus. Sikap rendah hati juga
akan membuat relasi yang akrab dengan umat lain karena dengan rendah hati
semua umat.
Katekis memiliki peran yang penting dalam misi pewartaan Kabar Gembira
Gereja Katolik. Hal ini tidak menjadikan katekis besar hati karena peran
pentingnya itu. Katekis adalah pelayan Tuhan yang mengabarkan Warta Sukacita
yang telah diwartakan oleh Yesus dan diteruskan Gereja. Maka katekis harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
memiliki semangat rendah hati. Katekis yang memiliki kerendahan hati akan
menempatkan dirinya sebagai sesama manusia dengan umat lain. Dengan sikap
rendah hati, katekis hadir di semua kalangan umat. Katekis menyapa semua umat
sebagai sesama umat Allah dan tidak membeda-bedakan status umat. Katekis
menerima semua umat dengan segala keunikannya. Bila suatu saat dalam
pertemuan ada umat yang mengemukakan pendapat yang keliru, katekis tidak
menyampaikan pendapat yang lebih tepat. Katekis tidak bersikap arogan dan
seolah-olah paling bisa dan tahu segalanya. Bila berhadapan dengan umat yang
wawasannya lebih rendah, katekis tidak merasa diri lebih pandai dari yang lain.
Bila berhadapan dengan umat yang memiliki wawasan yang lebih baik, katekis
tidak rendah diri tetapi menerima kekurangannya dan mau belajar supaya bisa
D. Pembinaan Katekis
kerasulan yang tidak ditunjang oleh tenaga terdidik secara tepat akan gagal.
91
akan menjadi juru bicara Gereja dalam hal penyampaian iman Gereja secara benar
sumber identitas katekis, yakni pribadi Yesus Kristus sendiri (Komkat KWI,
1997: 44). Katekis harus menempatkan Yesus di dalam jiwanya. Yesus Kristus
dengan segala peri hidup-Nya harus menjadi prinsip dan identitas katekis. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
karena yang menjadi perhatian utama katekis adalah menyampaikan ajaran dan
manusia yang sesuai dengan perannya yang penuh tanggung jawab dalam
komunitas gerejawi (Komkat KWI, 1997: 45). Kematangan sebagai manusia yang
tanggung jawab, jujur, dinamis, semangat berkorban, tekun, memiliki relasi yang
mendalam. Untuk bisa mendidik orang lain dalam hal iman, para katekis harus
Kehidupan rohani akan membawa katekis kepada relasi yang mesra dengan Yesus
pengampunan dosa dan ikut ambil bagian dalam retret rohani baik sebagi peserta
maupun pendamping (Komkat KWI, 1997: 46-47). Melalui hidup doa yang
mendalam semacam itu para katekis akan memperkaya kehidupan batinnya dan
93
bahwa katekis harus memiiki pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan
Ada kebutuhan yang jelas akan pendidikan yang menyangkut ajaran Gereja
sebelum mereka dapat menyampaikan kepada orang lain secara benar (Komkat
KWI, 1997: 48). Seorang katekis harus memiliki pengetahuan mengenai ajaran
Gereja karena hal ini akan menjadi modalnya untuk menyampaikan ajaran Gereja
kepada orang lain sesuai dengan ajaran yang benar. Tidak diharapkan katekis
mengenai Kateketik, Pastoral, Teologi, Moral, Kitab Suci, Hukum Gereja dan
Liturgi. Semua pengetahuan di atas akan sangat menunjang tugas katekis bukan
hanya dalam kegiatan katekese tetapi juga dalam pelayanan pastoral lain seperti
94
Indonesia karena isu-isu politik dapat menjadi bahan katekese yang dibahas
bersama umat sebagai sikap aktif Gereja dalam politik negara. Pengetahuan
mengenai situasi negara yang terjadi harus diperbarui oleh katekis agar ia
memahami isu-isu yang terjadi di negara ini entah itu keamanan, ekonomi atau
yang lain. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menjadi perhatian
para katekis. Contoh kecil saja, penggunaan komputer/laptop sebagai sarana untuk
berkatekese semakin marak dan mampu menarik minat umat sehingga katekis
3. Pembinaan Ketrampilan
Nasional Katekis tahun 2015 di Jakarta (Komkat KWI, 2005: 135) merumuskan
karena katekis sebagai public figure harus mampu berkomunikasi dan berdialog
95
hidup sehari-hari (Lalu, 2007: 159). Untuk terampil berefleksi katekis perlu
meresapkan apa yang terjadi di hari itu. Katekis harus terampil menganalisa
umat sehingga ia dapat menempatakan diri di tengah umat secara tepat. Katekis
kegaiatan kateketik. Katekis mengerti tema apa yang harus dibawakan dalam
katekese, materi apa saja yang disampaikan, tujuan yang ingin dicapai, metode
yang akan dipakai dan sarana apa saja yang menunjang. Katekis juga harus
sebagai katekis tidak dipandang sebelah mata oleh umat dan mampu meyakinkan
umat bahwa apa yang disampaikan mengenai ajaran Gereja benar adanya.
(Komkat KWI, 1997: 58). Hal ini karena pada kenyataannya pribadi manusia
96
pendidikan yang terus-menerus harus menjadi perhatian semua pihak yakni pusat-
pembinaan katekis baik itu dasar maupun yang berkelanjutan harus menjadi
perhatian katekis itu sendiri sebagai pelaku karena katekis harus menyadari apa
yang manjdi kebutuhan dirinya agar ia dapat mewartakan Kabar Gembira secara
E. Penutup
Katekis telah menjadi bagian penting dalam misi Gereja mewartakan Injil ke
seluruh dunia sejak jaman dahulu. Katekis telah ikut berperan aktif terjun
langsung di umat untuk mewartakan Kabar Keselamatan dari Yesus Kristus. Saat
ini katekis menjadi gembala iman di tengah-tengah umat basis untuk membantu
imam menjaga dan mengembangkan iman umat. Seperti kita ketahui dalam
penjelasan di atas, tugas utama katekis adalah mewartakan Yesus Kristus di dalam
dan luar Gereja. Mewartakan Yesus Kristus bukan hanya membicarakan Yesus
Kristus kepada orang lain, tetapi menjadikan dirinya pancaran kasih Yesus. Bagi
katekis yang manusiawi tentu tidak mudah menjadi perantara Kasih Yesus untuk
umat manusia. Katekis perlu memiliki kualitas pribadi yang mumpuni untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
menerima Yesus sebagai bagian hidupnya yakni dengan mendekatkan diri kepada
Yesus.
menjadi identitas diri para katekis. Spiritualitas katekis yang terinspirasi dari
Yesus akan mendekatkan pribadi katekis dan pribadi Yesus hingga kemudian
melayani kehendak Allah, berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta yang
diambil dari Injil Yoh. 13:1-20 merupakan spiritualitas yang berasal dari Yesus.
katekis yang terinspirasi dari Yesus sendiri. Pada penjelasan di atas penulis telah
menjelaskan spritualitas katekis yang berasal dari kisah pembasuhan kaki dalam
spiritualitas katekis tersebut untuk diterapkan kepada para katekis di dalam sebuah
keadaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
Pada bagian ini penulis akan membuat usulan program pembinaan bagi
katekis dan calon katekis. Sebelum itu penulis akan menyampaikan prinsip
membina katekis yang telah dewasa tidak lagi dapat disamakan dengan membina
anak-anak dan remaja. Ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membina
manusia pada usia dewasa. Membina orang dewasa perlu memperhatikan aspek-
aspek dari perkembangan psikologi, fisik dan pikiran agar pembinaan dapat
berlangsung kontekstual dan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan para katekis
pembinaan.
Hal ini karena katekis secara usia dikatakan sudah dewasa sehingga memerlukan
prinsip-prinsip yang lain dari pendidikan anak-anak atau pedagogi. Untuk lebih
memahami berbagai hal yang dialami pada usia dewasa penulis akan memberikan
99
kategori yakni usia dewasa dini (usia 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun) dan usia
madya (usia 40 tahun sampai 60 tahun). Usia dewasa dini dan usia madya
prinsip andragogi. Awal masa dewasa dini disebut juga masa peralihan dari masa
remaja. Pada masa peralihan ini, orang muda mengalami beberapa penyesuaian
seperti fisik, motivasi, minat dan peran. Pada kemampuan fisik, masa dewasa dini
puncak kekuatannya antara usia dua puluhan dan tiga puluhan (Hurlock, 1980:
253). Pada usia dewasa dini, orang akan belajar ketrampilan-ketrampilan motorik
baru. Orang dewasa muda sekalipun memiliki kekuatan fisik dan motorik tetapi
dewasa.
Usia dewasa dini membawa perubahan minat dari usia remaja. Pada usia
dewasa dini, pria dan wanita mulai memperhatikan penampilan diri. Penampilan
diri akan menjadi hal yang penting untuk menunjukkan kedewasaan seseorang
agar ia diterima menjadi bagian status sosial sebagai orang dewasa. Minat orang
dewasa dini mengalami pengurangan pada hobi dan rekreasi. Orang dewasa tidak
yang membuat waktu untuk hobi semakin sedikit. Pada umumnya, orang dewasa
dini memilih rekreasi yang tidak menghabiskan waktu banyak karena harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
bekerja atau hal lain. Pada minat keagamaan, orang dewasa dini mulai
menganggap penting peran agama. Orang dewasa perlu memiliki pegangan hidup.
berikutnya.
Pada perkembangan di usia 2-6/7 tahun, anak mulai belajar berbicara. Mereka
mimiliki sifak egoistis, mudah berubah, melayang-layang dan tidak logis. Anak
hal-hal yang mereka alami sehari-hari. Pada tahap ini Allah digambarkan oleh
Pada usia ini anak pada umumnya masuk jenjang pendidikan formal. Anak
usia ini. Sekalipun anak dapat menghafal cerita tetapi masih memaknai secara
seperti orang tua yang bijaksana, penuh perhatian, sabar atau digambarkan seperti
101
Remaja pada usia ini mulai mencari jati dirinya. Para remaja biasanya
memiliki tokoh panutan atau yang menginspirasi untuk menentukan jati dirinya.
Para remaja mulai memiliki relasi pertemanan yang akrab dan berusaha untuk
adalah yang dekat, mengerti, menerima dan meneguhkan jati diri. Mereka mulai
menerima persekutuan dengan umat satu agamanya dan menerima imannya begitu
saja belum sampai pada refleksi dan analisa terhadap apa yang diimaninya.
Pada tahap dewasa awal orang mulai berfikir secara mandiri dan meimiliki
keasadaran kritis terhadap dirinya dan sekitar. Pada usia ini orang mulai berani
diliputi rasa khawatir. Pada perkembangan iman di usia ini orang mulai kritis
komunikasi yang matang. Orang mulai setia terhadap agama sendiri sekaligus
102
realitas negatif dan berat sehingga tetap memiliki kepercayaan terhadap Allah.
f. Iman Universal
membatasi ego diri dan dapat fokus pada yang transenden. Dengan rela mereka
mengidentifikasikan diri pada pihak yang miskin, menderita dan tertindas. Tahap
orang seperti M. Gandhi, Martin Luther King, Jr., Sr. Teresa, D. Bonhoeffer,
Abraham Heschel, Th. Merton dan Dag Hammarskjold sebagai orang-orang yang
berarti orang dewasa dan “agogos“ yang berarti memimpin atau melayani. Dari
bahasa Yunani andragogi berasal dari kata andros yang berarti orang dewasa dan
membimbing orang dewasa atau ilmu mengajar orang dewasa. Knowles (Sudjana,
2005: 62) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu
peserta didik (orang dewasa) untuk belajar (the science and arts of helping adults
learn). Orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dilihat dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang disebut dewasa
telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
membantu
Dari ketujuh proses tersebut maka andragogi dipandang sebagai suatu sistem
berkelanjutan bagi orang dewasa untuk belajar. Dalam prinsip ini fungsi utama
seorang guru ialah mengatur dan membimbing proses andragogi itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
daripada mengatur isi pelajaran. Dengan demikian peserta memiliki peran aktif
pengalaman tadi menjadi kuat dan peserta menjadi semakin paham dengan apa
dari pengetahuan fasilitator yang diterapkan untuk peserta tetapi pengalaman dari
suatu kelayakan. Usia belajar pada kelompok belajar program Perguruan Tinggi
dikarenakan cara mengajar orang dewasa berbeda dengan cara mengajar anak.
105
d. Menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta
dengan tutor
Ada beberapa cara belajar yang dapat digunakan untuk membantu orang
a. Presentasi, cara belajar ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog,
membaca.
b. Partisipasi peserta, cara belajar ini meliputi antara lain: tanya jawab,
diperluas.
c. Diskusi, cara belajar ini terdiri atas diskusi terpimpin, diskusi yang
d. Simulasi, cara belajar ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis,
106
Di banyak daerah masih banyak katekis yang sudah berusia lanjut masih
mengabdikan diri. Hal ini tentu sangat baik karena Gereja memang membuka diri
menjadi perhatian adalah perlu adanya regenerasi dari yang muda karena yang
muda perlu mendapat perhatian besar bagi Gereja. Dalam mengkader para katekis
sesuai dengan usia mereka sehingga materi yang disampaikan dapat terserap
penerapan prinsip andragogi. Hal ini karena secara tahapan, para katekis adalah
orang-orang yang sudah dewasa dan bukan lagi anak-anak. Tidak seperti memberi
pembinaan bagi anak-anak yang menerapkan prinsip pedagogi, para katekis yang
sudah memiliki kedewasaan fisik, pikiran dan psikologi harus dibina dengan
untuk pendidikan bagi orang dewasa dimana orang dewasa tidak hanya
namun orang dewasa lebih diajak untuk mendalami juga pengalamannya. Prinsip
ini lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk
yang dibina hendaknya juga perlu diajak untuk menemukan pengetahuan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
mengenai seluk beluk Gereja dan apa saja yang perlu diajarkan kepada orang-
orang lain. Mereka juga harus memiliki beberapa keterampilan dan sikap yang
memiliki spiritualitas yang baik dan relasi yang baik pula dengan Tuhan dan
sekaligus memudahkan peserta didik dalam mengolah apa yang mereka dapatkan
dengan membaca teori saja. Spiritualitas katekis harus dibina dari hari ke hari
sampai menjadi bagian utuh dari dalam diri para katekis. Perlu adanya pembinaan
yang berkelanjutan untuk membantu katekis lebih beriman sehingga jati dirinya
berkembang ke arah lebih baik dan bermakna yaitu menuju hidup rohani yang
108
katekis menjadi sosok pembina iman yang memadai dan berkualitas untuk umat
13:1-20
Penulis telah menggali spiritualitas yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-
20 di dalam Bab II. Spiritualitas yang telah digali dalam Injil Yohanes 13:1-20
baik jika dimiliki oleh katekis sebagai spiritualitas dalam menjalankan tugasnya
mewartakan Injil. Spiritualitas katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20
yaitu; melayani kehendak Allah, berani berkorban, melayani, rendah hati dan
penuh cinta. Untuk menghidupi spiritualitas tersebut, katekis harus belajar dan
berlatih dari waktu ke waktu sampai spiritualitas tersebut menjadi bagian dari
dalam diri katekis. Selain belajar dan berlatih, pembinaan dari pembina katekis
Pembinaan bagi katekis adalah pembinaan yang terus berlangsung mulai dari
menjadi calon katekis hingga sudah menjadi katekis. Pembinaan katekis tidak
109
membantu katekis semakin siap dan tangguh dalam melayani Tuhan dalam bidang
pewartaan.
tidak terputus. Bidang pewartaan sebuah paroki atau keusukupan dapat merancang
dari waktu ke waktu. Misalnya, pada awal tahun paroki melantik beberapa katekis
dan dilanjutkan dengan pembinaan. Pada awal tahun paroki merancang program
hal-hal yang berkaitan dengan tugas katekis seperti ajaran-ajaran Gereja, metode
dunia dan Gereja Universal. Program ini dapat dilangsungkan tahun berikutnya
Yohanes 13:1-20 kita mulai dengan membaca Injil itu dengan cermat. Agar kita
lebih paham makna dari Injil Yohanes 13:1-20, kita dapat membaca referensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
tafsiran dari ahli Kitab Suci, misalnya Raymond E. Brown, S.S. Para katekis perlu
menyadari bahwa kita bukan ahli tafsir Kitab Suci yang memiliki latar belakang
pendidikan Ktab Suci. Kita perlu membaca referensi dari para ahli Kitab Suci
Jika katekis sudah memahami teks dari Injil Yohanes 13:1-20, selanjutnya
yang muncul dari kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Katekis
tidak dapat melakukan sekali jadi untuk merespkan dalam hati hingga menjadi
bagian dalam diri. Untuk menanamkan spiritualitas tidak cukup hanya belajar
sehari saja. Perlu waktu untuk menjadikan sebuah spiritualitas menjadi bagian
dalam diri.
menjadi bagian dalam diri katekis. Untuk itu, paroki perlu membuat sebuah
spiritualitas katekis yang bersumber dari Injil Yohanes 13:1-20, paroki dapat
pembinaan berlangsung dalam tiga bulan dengan pertemuan rutin setiap dua
pembahasan menjadi lebih spesifik dalam setiap pertemuan dan tidak terburu-
111
2. Melatih diri
dirinya harus melatih dirinya. Spiritualitas bukanlah produk yang dapat dinikmati
hasilnya dengan sekali jadi. Untuk memiliki spiritualitas yang mendalam katekis
harus memulai dari dasar dan terus melatih diri hingga spiritualitas menjadi
bagian dalam dirinya. Setelah itu katekis akan membuat suatu niat untuk memiliki
semangat rendah hati dengan mulai melatih diri untuk bersikap rendah hati di
dalam kesehariannya.
Katekis yang terus melatih dirinya semakin lama akan memiliki semangat
rendah hati yang telah mengakar di dalam dirinya. Rendah hati bukan lagi suatu
konsep yang harus dimiliki katekis, tetapi telah menjadi bagian dari dinya.
Demikianlah seharusnya katekis untuk terus melatih diri dalam usahanya untuk
1. Contoh Kegiatan
Pada bagian ini penulis akan memberikan sebuah usul kegiatan pembinaan
oleh penulis adalah kegiatan kaderisasi yang ditujukan untuk katekis-katekis baru.
Usulan kegiatan ini penulis proyeksikan bagi para katekis di Paroki Santo Petrus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Santo Petrus Kalirejo tidak banyak stasi yang mengadakan katekese. Sejak penulis
kecil tidak mengenal katekese karena tidak pernah merasakan diadakan kegiatan
katekese di lingkungan atau stasi. Yang dilakukan di sana adalah doa lingkungan
Sakramen Inisiasi dan memimpin doa di lingkungan bila dibutuhkan. Secara garis
besar kegiatan pendalaman iman di Paroki Santo Petrus Kalirejo jarang dilakukan
spiritualitas agar katekis memiliki semangat juang untuk melayani umat dan
Isi dari usulan kegiatan ini akan dibagi menjadi dua bagian yakni program
kelompok dan tanya jawab yang memungkinkan peserta untuk terlibat aktif di
dalam pertemuan sehingga peserta dapat bekerja sama dalam kelompok dan
Yoh. 13:1-20. Program kegiatan akan berisi latar belakang kegiatan, tujuan
113
pertemuan akan membahas dua sesi sehingga waktu yang diperlukan untuk
dari para peserta yang sebagian besar adalah pegawai dan petani. Berikut adalah
A. Program Kegiatan
Spiritualitas merupakan bagian dari kualitas yang harus dimiliki dari seorang
katekis selain ketrampilan dan pengetahuan. Spiritualitas juga menjadi jati diri
seorang katekis karena spiritualitas yang dimiliki katekis akan terwujud dalam
tindakannya sehingga menjadi ciri khas diri katekis tersebut. Seorang katekis
tidak serta merta memiliki spiritualitas yang mendalam dan mengakar dalam diri.
Proses menghayati dan menghidupi spiritualitas adalah proses yang tidak sekejap
dan penuh tantangan. Misalnya jika katekis ingin memiliki spiritualitas misioner,
katekis harus belajar menerima panggilannya sebagai katekis dan siap sedia di
114
tidak menjiwainya sampai menjadi bagian dari dirinya. Hal ini karena pelatihan
spiritualitas yang dimaksud dimiliki secara utuh dalam diri katekis. Dengan tidak
adanya saja. Mereka tidak memiliki semangat seperti Yesus yang menjalankan
dicontoh.
kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20. Yesus menunjukkan bahwa
Ia adalah pelayan Bapa. Yesus datang ke dunia memang untuk melayani kehendak
resiko besar akan Ia hadapi jika Ia tetap menyelesaikan tugas-Nya. Tetapi Yesus
tetap pada pendirian yakni melayani kehendak Allah hingga selesai sekalipun
kematian harus Ia terima. Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Seorang Guru
dan Tuhan melayani para murid-Nya dengan membasuh kaki mereka satu persatu
(bdk. Yoh. 13:1-20). Ia mengambil peran seorang hamba dengan melepas jubah
sebagai simbol kebesaran jaman itu dan mengikatkan kain lenan sebagai simbol
seorang hamba. Yesus adalah pribadi yang penuh cinta. Dalam ayat 1 dikatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
murid-murid-Nya, itu adalah salah satu tindakan diri-Nya yang mencintai mereka.
Cinta Yesus bukan hanya kepada murid-murid-Nya saja tetapi kepada semua
orang. Ia memberi nasehat kepada para murid untuk saling membasuh seperti
yang Yesus lakukan kepada mereka (bdk Yoh. 13:13-15). Dengan saling
membasuh satu sama lain semangat cinta Yesus akan terus menyebar ke seluruh
dunia sehingga dunia ini dipenuhi cinta yang akan mampu menyelamatkan
manusia sebanyak-banyaknya.
mewartakan Yesus Kristus di dalam dan luar Gereja. Di tengah kondisi kurangnya
tenaga imam yang dapat menjangkau seluruh umat, katekis mengambil peran
itu, katekis perlu memiliki spiritualitas yang mampu memberi semangat dan
116
2. Matrix Kegiatan
Tema Umum : Menjadi katekis yang memiliki spiritualitas Melayani Kehendak Allah, Berani Berkorban, Rendah Hati dan
Penuh Cinta berdasarkan Yoh. 13:1-20
Tujuan Umum : Peserta menjadi katekis yang selalu melayani kehendak Allah, berani berkorban, rendah hati dan penuh cinta
dalam menjalankan tugasnya mewartakan Kabar Gembira di wilayah tempat ia tinggal
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber
Bahan
1 15 menit Pengenalan Agar peserta mamahami - Latar belakang Ceramah Hand out
maksud dan tujuan pembinaan
pertemuan serta - Tujuan
mengetahui pokok-pokok pembinaan
pembahasan dalam - Proses
kegiatan pembinaan pembinaan
2 90 menit Arti dan tantangan Agar peserta mengerti - Pengertian Tanya jawab Hand out Prasetya, L,
spiritualitas katekis dan memahami spiritualitas Menjadi
jaman ini pengertian spiritualitas katekis Ceramah katekis, siapa
katekis dan mengetahui - Tantangan takut: Kanisius,
tantangan-tantangan dalam Diskusi 2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
118
119
Oates, 1975
7 90 menit Spiritualitas 4: Agar peserta mampu - Yesus yang - Tanya Hand out Brown,
Rendah Hati memiliki semangat untuk rendah hati jawab Raymond E.,
rendah hati dalam dalam Yoh. - Diskusi The Gospel
melaksanakan tugas 13:1-20 Kelompok According John
panggilannya sebagai - Katekis yang (xiii-xxi):
katekis rendah hati Doubleday &
berdasarkan Company, Inc.,
Yoh. 13:1-20 1970
Schnackenburg,
Rudolf, The
Gospel
according to St
John: Burns &
Oates, 1975
8 15 menit Penutup Kegiatan Menyimpulkan seluruh - Kesimpulan Ceramah
kegiatan dan seluruh kegiatan
mengevaluasi kegiatan - Evaluasi
kegiatan
120
Satuan Pelaksanaan II
a) Tujuan
Agar peserta dapat menemukan spiritualitas-spiritualitas yang ada dalam Yoh
13:1-20
b) Pemikiran Dasar
Yesus adalah Guru dan Tuhan bagi umat Kristiani. Ia menjadi
teladan bagi semua umat termasuk para katekis. Katekis memiliki tugas untuk
mewartakan Yesus di dalam hidupnya. Untuk itu katekis perlu mengenal dan
menjiwai pribadi Yesus di dalam kehidupannya. Salah satunya katekis harus
memilii spiritualitas yang bersumber dari Yesus. Spiritualitas adalah
semangat hidup dan perjuangan yang menjadi cara pandang atau pendekatan
dalam pengelolaan hidup. Dengan adanya spiritualitas katekis memiliki
semangat yang tidak pernah padam. Spiritualitas bagi orang kristiani adalah
hembusan semangat dari Roh Kudus yang berasal dari Yesus. Maka sangat
pentingbagi katekis untuk menghayati spiritualitas yang bersumber dari
Yesus. Dengan mengenakan spirtualitas yang bersumber dari Yesus, katekis
akan menampakkan pribadi Yesus di dalam pewartaannya.
Injil Yohanes 13:1-20 menceritakan Yesus membasuh kaki para
murid-Nya. Di dalamnya muncul sikap-sikap dan semangat Yesus dalam
pelayanan dan nasehat-Nya. Katekis perlu menggali spiritualitas-spiritualitas
dalam Injil Yoh 13:1-20 untuk menemukan spiritualitas-spiritualitas yang
diteladankan Yesus yang kemudia dapat kita terapkan dalam hidup kita
sebagai semangat dan kepribadia yang bersumber dari Yesus.
c) Materi
Menggali Injil Yoh 13:1-20 dan menemukan spiritualitas-spiritualitas dari
dalamnya.
d) Sumber Bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
1) Brown, Raymond E., The Gospel According John (xiii-xxi): Doubleday &
Company, Inc., 1970
2) Schnackenburg, Rudolf, The Gospel according to St John: Burns & Oates,
1975
e) Metode
Ceramah dan siskusi kelompok
f) Sarana
Hand out
g) Proses Pelaksanaan
1) Pengantar
Bapak/Ibu setelah sebelumnya kita membahas mengenai pengertian
spiritualitas dan tantangan menumbuhkan spiritualitas di jaman ini, sekarang
kita akan menggali Injil Yoh. 13:1-20 yang sangat kaya makna untuk
menemukan spiritualitas katekis bagi kita.
2) Diskusi Kelompok
Bapak/Ibu, para ahli membagi Injil Yoh. 13:1-20 menjadi 5 bagian
utama yakni; Pendahuluan (Yoh. 13:1-3), Pembasuhan Kaki (Yoh. 13:4-5),
Dialog antara Petrus dan Yesus (Yoh. 13:6-11), Diskursus/Penjelasan Yesus
(Yoh. 13:12-17) dan Peringatan Pengkhianatan Yesus (Yoh. 13:18-20).
Supaya kita lebih mudah membahasnya, kita akan membagi menjadi 5
kelompok dengan pembahasan tiap kelompok membahas satu bagian dari
Injil Yoh. 13:1-20.
Kelompok 1 membahas tentang Pendahuluan yakni perikop Yoh.
13:1-3. Kelompok 2 membahas mengenai Pembasuhan Kaki yakni perikop
Yoh. 13:4-5. Kelompok 3 membahas mengenai Dialog antara Yesus dan
Petrus dari perikop Yoh. 13:6-11. Kelompok 4 membahas mengenai
Diskursus/penjelasan Yesus dari prikop Yoh. 13:12-17. Kelompok 5
membahas mengenai Peringatan Pengkhianatan Yesus dari prikop Yoh.
13:18-20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
3) Pleno kelompok
Sekarang kita akan memplenokan hasil diskusi kelompok yang sudah kita
jalani tadi. Kita mulai urutan dari kelompok 1 sampai 5. (Hasil pleno sesuai
dengan keadaan kelompok yang ada)
E. Penutup
Untuk membina para calon katekis dan katekis, kita perlu memperhatikan
dewasa seperti fisik, sosial dan psikologi. Di dalam menyusun program kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
pembinaan, perlu merancang kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan peserta yang
peserta yang menuntut peserta untuk aktif baik dalam siskusi kelompok, diskusi
bersama maupun dalam tanya jawab dan pemberian informasi dari pembina.
menumbuhkan kerja sama dan bersifat pemberian pengalaman dan juga ditunjang
akan membuat pembinaan yang sesuai dengan usia dewasa para calon katekis dan
katekis.
spiritualitas katekis akan membantu katekis menjadi sosok pembina iman yang
memadai dan berkualitas untuk umat. Adanya program pembinaan yang terancang
dengan baik juga akan membantu pembina untuk membina spiritualitas katekis
124
dan metode karena pembinaan yang baik juga harus kontekstual. Penulis berharap
program ini dapat diterapkan karena spiritualitas yang didalami dalam program
sangat baik bagi kehidupan para katekis dalam mengemban tugas pewartaannya
sebagai katekis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dan saran berkaitan
Injil Yohanes 13:1-20.” Bagian ini akan dibagi menjadi dua bagian utama yakni
bagian kesimpulan yang berisi kesimpulan dari Bab I sampai Bab IV dan bagian
saran yag berisi saran untuk para katekis dan orang-orang yang terlibat dalam
A. Kesimpulan
Pada bagian ini penulis akan menyampaikan beberapa pokok pikiran dari
dengan usaha menggali spiritualitas pelayanan katekis yang bersumber dari Injil
Yohanes 13:1-20 dan usaha menerapkan dalam kehidupan para katekis dalam
Spiritualitas katekis adalah semangat hidup yang dijiwai Yesus Kristus oleh
126
dari dalam diri seorang katekis. Semangat tersebut tidak akan muncul jikalau
katekis tidak mengerti atau memahami spiritualitas yang menjadi corak hidupnya.
berdasarkan pribadi Yesus karena dasar dari iman Kristiani adalah Yesus Kristus
Putra Bapa yang diutus Allah Bapa ke dunia. Dengan demikian, katekis perlu
mengenal dan dekat dengan Yesus jika ingin memiliki spiritualitas katekis yang
khususnya para katekis. Spiritualitas yang Yesus tunjukkan dalam perkataan dan
Seperti dalam kisah pembasuhan kaki dalam Injil Yohanes 13:1-20, Yesus
memberikan teladan dan nasehat yang tentu dapat kita pelajari. Bab II sudah
membahas mengenai spiritualitas yang ada dalam kisah pembasuhan kaki dalam
kehendak Allah. Kehendak Allah adalah keselamatan bagi semua manusia. Yesus
melayani para murid-Nya dengan membasuh kaki mereka. Pembasuhan kaki yang
dilakukan Yesus merupakan tanda pembersihan dosa. Yesus ingin para murid
memperoleh keselamatan dan juga ingin lebih banyak orang selamat, maka Yesus
memerintahkan para murid untuk juga membasuh kaki sebagai pelayanan dan
127
apapun akan Yesus lakukan asalkan keselamatan dapat diperoleh semua manusia.
Yesus adalah pribadi yang rendah hati. Dalam pembasuhan kaki dari Injil
Yoh. 13:1-20 Yesus menunjukkan sikap rendah hati. Ia mengambil peran seorang
hamba untuk membasuh kaki para murid-Nya. Dalam pembasuhan Yesus tidak
murid. Semua pelayanan yang Yesus lakukan juga karena berdasarkan cinta-Nya
kaki bukan sesuatu yang rendah, tetapi merupakan tindakan cinta yang diberikan
Spiritualitas bagi katekis yang bersumber dari Yesus adalah keharusan bagi
katekis. Yesus adalah teladan bagi katekis. Apa yang Yesus lakukan pada
pembasuhan kaki sangat baik menjadi spiritualitas bagi katekis. katekis harus
harus melayani kehendak Tuhan seperti juga Yesus melayani kehendak Tuhan.
bagi keselamatan banyak orang. Segala tindakan dan perkataan katekis juga harus
menjadi sarana jalan keselamatan. Oleh sebab itu katekis harus hidup sesuai
dengan ajaran-ajaran Yesus agar dapat menjadi jalan yang benar menuju
keselamatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
kehendak Allah. Pengorbanan adalah hal yang tak terelakkan jika ingin melayani
Tuhan. Yesus juga melakukan pengorbanan dengan menyerahkan harga diri dan
adalah pribadi yang rendah hati sama seperti Yesus yang rendah hati. Katekis
tidak merasa besar kepala sekalipun ia utusan Allah untuk mewartakan Injil.
Katekis melayani tidak dengan keangkuhan, tetapi dengan penuh kerelaan dan
kerendahan hati. apabila ia dihina karena tugasnya, katekis tidak marah tetapi
menyapa mereka yang menghina dan menolak dengan ramah untuk diajak ke jalan
yang benar.
berkorban, rendah hati dan penuh cinta yang bersumber dari Yesus akan memiliki
semangat hidup yang membuat katekis terus tergerak, termotivasi, terbimbing dan
terdorong untuk mewartakan iman akan Yesus Kristus di dalam kehidupan nyata.
dengan pikiran dan hati yang menghasilkan semangat dari Roh yang nampak
129
sebagai bekal menjalai tugas pewartaannya. Maka paroki atau keuskupan harus
dari paroki atau keuskupan tidak banyak berarti bila katekis sendiri tidak
katekis yang ada. Paroki dan keuskupan harus aktif memberikan pemahaman
katekis. Program yang penulis susun dalam Bab IV merupakan salah satu usaha
bersumber dari Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20. Program
Yesus dalam kisah pembasuhan kaki dari Yoh. 13:1-20 katekis harus memiliki
130
B. Saran
Pada bagian ini penulis akan mengajukan beberapa saran sebagai upaya
menggali dan menghayati spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus dalam
katekis profesional membuat keuskupan dan paroki tidak kehilangan fokus untuk
Program-program katekese yang tematis seperti Bulan Kitab Suci Nasional, Masa
Adven dan Masa Prapaskah perlu menjadi perhatian keuskupan karena saat-saat
tersebut menjadi saat penting menjadi titik tolak perkembangan iman. Katekis
131
2. Bagi katekis
dan pelayanan mereka. Spiritualitas katekis akan menjadi citra diri apabila katekis
Spiritualitas katekis hendaknya bersumber dari pribadi Yesus. Yesus adalah sosok
inti karena Ia adalah Guru dan Tuhan serta pribadi yang diwartakan katekis. Bila
katekis memiliki spiritualitas katekis yang bersumber dari Yesus, maka setiap
Spiritualitas dari Yoh. 13:1-20 adalah salah satu spiritualitas katekis yang
bersumber dari Yesus. Dari Yoh 13:1-20 katekis akan belajar untuk menjadi
rendah hati dan penuh cinta dalam melaksanakan tugas perutusannya di dunia.
pada Semester VII. Mata kuliah ini baik karena Prodi Pendidikan Agama Katolik
sebagai institusi yang fokus terhadap katekese dan Pendidikan Agama Katolik
132
kepada katekis dan pemandu katekese terlalu singkat. Prodi disarankan untuk
memberikan waktu lebih lama dalam memberikan kaderisasi kepada katekis dan
mata kuliah kaderisasi ini dapat dilangsungkan dari Semester VI dengan program
pendampingan yang lebih lama sehingga para praktikan dapat belajar lebih
banyak juga para katekis dan pemandu katekese dapat didampingi hingga benar-
benar dapat menjadi katekis dan pemandu katekese yang berkualitas baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
DAFTAR PUSTAKA
Staf Dosen IPPAK. (2010). Panduan Program Studi IPPAK. Yogyakarta: IPPAK-
USD.
Wono Wulung, F.X. Heryatno. (2012). Secercah Lentera Kehidupan. Yogyakarta:
Kanisius.
Wono Wulung, F.X. Heryatno. (2014). Diktat Mata Kuliah Pengantar PAK
Sekolah. Yogyakarta.