Anda di halaman 1dari 100

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

SEPUMA MAKARISAA

(Suatu Kajian Teologi Kontekstual Terhadap Tradisi Sepuma Makarisaa


di Negeri Nukuhai dan Pasinalo)

SKRIPSI

Digunakan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Sarjana Sains
Teologi (S.Si Teol)

OLEH:

MIRANDA. F. LATUE
NPM: 12175201170054

FAKULTAS TEOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI
AMBON
2022

v
v
i
ii
iii
MOTTO

Tidak Ada Hidup Tanpa Masalah dan Tidak Ada Perjuangan Tanpa

Rasa Lelah

PERCAYALAH

“Dia Memeberi Kekuatan Kepada Yang Lelah dan Menambah Semangat

Kepada Yang Lelah”

YESAYA 40: 29

v
LEMBARAN PERSEMBAHAN

Skripsi Ini Dipersembahkan Kepada:

Kemuliaan dan Keagungan Nama Tuhan Sebagai Sumber Hikmat dan


Pengetahuan.

Belahan Jiwa Tercinta Bapak Glen Latue dan Mama Ilon Mamuly yang Telah
Berusaha Dengan Tulus Untuk Mendidik dan Mendoakan Sehingga Saya Bisa
Mengenal Dunia Pendidikan dan Bergelut Dengan Manis-Pahitnya Hidup.

Saudara-Saudari Tercinta: Fridolin, Selvi, Inez, Miguel, Chelsi, andriel, Kakak


Rio, Kakak Empi, dan Kakak Desi yang Selalu Menjadi Inspirasi Terbaik untuk
Tetap Berjuang.

Partner dan Kekasih Terbaik Deni Hunitetu, SH.

Keluarga Besar Latue, Mamuly, Marupute, Latupasinalo, Lisay, Korlowey dan


Rumahuru.

Masyarakat Negeri Nukuhai dan Pasinalo

Jemaat GPM Nukuhai-Pasinalo.

vi
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Allah Kehidupan yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk belajar di Universitas Kristen
Indonesia Maluku (UKIM) terkhususnya di Fakultas Teologi Program Studi
Filsafat Keilahian, selama penulis memulai dari tahun 2017 sampai mengakhiri di
tahun 2022. Penulis menyadari sungguh bahwa semua yang terjadi bukan karena
kuat dan hebatnya penulis, melainkan hanya karena kasih dan cinta Tuhan Yesus
Kristus yang sungguh besar bagi penulis dalam proses menyelesaikan studi
dengan berbagai dinamika perkuliahan yang datang silih berganti. Terima kasih
pula kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan orang-orang yang
teramat baik disekeliling penulis. Orang-orang yang selalu ada bersama dengan
penulis di dalam keadaan suka dan duka. Oleh karena semuanya itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:

1. Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku, Dr. H. H. Hetharia, M.Th.


2. Dekan Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Maluku, Dr. M.
Hukubun. D.Th.
3. Ketua Jurusan Filsafat Keilahian, Pdt. Dr. E. Pattinama/T, M.Hum dan
Sekretaris Jurusan Filsafat Keilahian, J.R. Saimima, MA beserta seluruh
dosen dan staf pegawai Fakultas Teologi UKIM yang telah membantu,
membimbing serta menanamkan nilai-nilai positif bagi penulis.
4. Pdt. Dr. N.J. Sedubun, M.Th selaku pembimbing yang selalu meluangkan
waktu dan menyumbangkan pikiran di tengah kesibukan untuk
memberikan bimbingan, nasihat dan terus memotivasi penulis untuk
menyelesaikan tulisan ini.
5. Dr. E. Pattinama, M. Hum dan Dr. S. Gaspersz, M.A selaku dosen penguji.
Terima kasih untuk setiap masukan, kritikan dan saran yang sangat
membantu dalam pengembangan penulisan ini.

vii
6. Pdt. Dr. E. Pattinama/T, M.Hum sebagai Penasehat Akademik (Tutor)
beserta seluruh saudara-saudari tutor yang telah mengarahkan, membina
dan senantiasa memberikan nasihat sebagai kakak, saudara, dan adik
selama penulis berproses di Fakultas Teologi UKIM hingga saat ini.
7. Para pegawai dan tata usaha Universitas dan Fakultas Teologi UKIM
beserta para pegawai perpustakaan.
8. Karyawan dan Karyawati Fakultas Filsafat Keilahian (Ma Popy, Ma Ba,
Ma Nane).
9. Paling penulis kasihi dan banggakan, saudara-saudari di Fakultas Teologi
Angkatan 2017 “MAFTA17” penulis merasa seperti saudara sekandung
yang meskipun bukan keluar dari satu rahim, namun atas kerja sama dan
saling menopang sebagaimana seperti keluarga yang utuh di Fakultas
Teologi UKIM.
10. Paradosa saya, Meylan. S. Warikri yang selalu menopang dan memberi
semangat serta doa yang tulus untuk penulis hingga berada pada titik ini.
11. Teman-teman dekat penulis selama penulis berkuliah yang selalu
membantu serta memberikan semangat bagi penulis Feby Manuhutu, Rio
leuwerung, Imel Lehite, Opin Supulatu, dan Fonda syahailatua.
12. Saudara terdekat saya Elvina Pasinau yang selalu memberikan semangat,
dan motivasi dalam duka, serta sahabat-sahabat SM, kakak Tirsa, Ade
Olin, Ade stela, Ade vhi, Ade Oya, dan Ade Yosi yang selalu
menyemangati penulis dalam keadaan suka maupun duka.
13. Para informan dan seluruh anggota masyaakat Nukuhai-Pasinalo.
14. Keluarga besar, Ikatan Pemuda Pelajar Patuloina Ambon yang membantu
dan memberikan dorongan kepada penulis.

Semua wujud bantuan yang telah diberikan akan selalu diingat oleh
penulis. Penulis tidak dapat membalas semuanya itu, tetapi doa penulis agar
TUHAN sumber berkat dan anugerah akan senantiasa memberkati dan menyertai
semua pihak yang turut membantu dan menopang penulis selama melakukan studi
di Fakultas Teologi UKIM hingga boleh selesai dengan segala baik.

viii
ABSTRAK

Judul : SEPUMA MAKARISAA

Sub Judul : Suatu Kajian Teologi Kontekstual Terhadap Tradisi Sepuma


Makarisaa di Negeri Nukuhai dan Pasinalo.

Gereja adalah sarana pembritaan khususnya masa kini. Gereja dengan


seluruh keberadaanya tetap melakukan tugas yang diemban sebagai bentuk
tanggung jawab. Pilar penting dalam melakukan tugas pembritaan adalah hidup
bersekutu dan menjadi berkat bagi banyak orang. Kedua hal ini sangat penting
dilakukan pada konteks masa kini, karena menjadi pergumulan gereja dalam
menjawab akan berbagai dinamika yang dihadapi oleh umatnya. Kenapa
dikatakan demikian? Karena dua point penting ini mengarahkan kita untuk tetap
hidup dalam tradisi sepuma makarisaa, dimana sepuma makarisaa mengarahkan
kita sebagai masyarakat di dalam negeri bertetangga tetapi juga di dalam satu
jemaat harus bersekutu, merasakan, saling membantu dan bahkan memberikan
berkat bagi orang yang membutuhkan terkhususnya bagi saudara kita dalam
masyarakat yang juga hidup dalam satu jemaat.

Nilai-nilai yang terkandung di dalam tradisi sepuma makarisaa berangkat


dari kesaksiaan Allah di dalam diri Yesus Kristus, karena sebelumnya Yesus telah
menunjukan nilai-nilai sepuma makarisaa dalam karya pelayanannya di dunia.
Yesus Kristus didalam panggung sejarah dunia membawa hidupnya sebagai anak
Allah yang taat dan setia pada ajarannya (Matius 25:10). Yesus Kristus
menunjukan kepedulian-Nya bagi semua orang dalam karya pelayanan-Nya
(Matius 4:23,13:54), (Matius 9:27-31, 4:24). Gereja merupakan representasi dari
pekerjaan Kristus di dunia. Untuk itu gereja harus terbuka menerima perbedaan
untuk disatukan dan memberikan pikiran rekomendatif dalam menjaga dan
membangun nilai-nilai sepuma makarisaa agar tetap terjaga antara negeri-negeri
bertetangga yang hidup di dalam satu jemaat bahkan bukan dari saudara berjemaat
untuk bersama-sama merasakan Kasih Kristus dalam nilai-nilai sepuma
makarisaa.

ix
Kristus menunjukan bahwa persaudaraan bukan soal manusia dengan
manusia saja, atau yang memiliki pertalian darah, atau hubungan khusus saja
namun persaudaraan harus dimaknai pada seluruh ciptaan. Menjadikan semua
ciptaan Allah sebagai saudara (manusia dan alam semsta), menunjukan sikap
manusia yang menghargai seluruh karya ciptaan Allah di bumi ini. Bersaudara
dengan alam memperlihatkan relasi yang membutuhkan dan salin menghidupkan
diantara sesama ciptaan Allah.

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipersembahkan kepada TUHAN, karena atas kasih dan


penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil karya ilmiah yang
dibuat oleh penulis dengan judul “SEPUMA MAKARISAA”: Suatu kajian teologi
kontekstual terhadap tradisi sepuma makarisaa di negeri Nukuhai dan Pasinalo
dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini adalah salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan studi penulis pada jenjang strata satu, di Fakultas Teologi,
Universitas Kristen Indonesia Maluku. Banyak sekali hal yang dialami penulis
selama melakukan proses penelitian dan penulisan skripsi ini, namun kehendak
Tuhan semuanya dapat dilalui dengan baik.

Sebagai manusia yang tak luput dari salah, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu
penulis terbuka menerima kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan
penulisan ini. Penulis meyakini sungguh bahwa ini adalah suatu keberhasilan
yang tidak mungkin tercapai dan terselesaikan dengan baik apabila tidak ada
keterlibatan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam
menyumbangkan pikoran-pikiran dan memotivasi beserta doa yang tulus untuk
penulis selama dalam proses penyelesaian penulisan ini.

Ambon, April 2022

Penulis

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN JURUSAN......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ................................................................... iv

MOTTO .............................................................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................................... vi

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................................................. vii

ABSTRAK .......................................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI....................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 10
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................... 10
D. Manfaat Penulisan................................................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 12
1. Kerangka Teoritik.............................................................................................. 12
2. Kerangka Berfikir.............................................................................................. 21
F. Metode Penelitian.................................................................................................... 23
1. Jenis Penelitian.................................................................................................. 23
2. Tempat dan Waktu Penelitian............................................................................ 23

xii
3. Sumber Data...................................................................................................... 23
4. Teknik Pengumpulan Data................................................................................ 24
5. Teknik Analisa Data.......................................................................................... 24
6. Definisi Operasional.......................................................................................... 26
7. Cara Penyajian................................................................................................... 27

BAB II SEPUMA MAKARISAA....................................................................................... 28

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................................ 28


1. Negeri Nukuhai ................................................................................................. 28
a. Sejarah Singkat Negeri Nukuhai ................................................................ 28
b. Letak Geografis........................................................................................... 30
c. Demografi ................................................................................................... 30
d. Pendidikan .................................................................................................. 32
e. Mata Pencaharian ....................................................................................... 33
f. Keadaan Sosial-Budaya............................................................................... 35
2. Negeri Pasinalo ................................................................................................. 36
a. Sejarah Singkat Negeri Pasinalo ................................................................. 36
b. Letak Geografis........................................................................................... 37
c. Demografi.................................................................................................... 38
d. Pendidikan .................................................................................................. 40
e. Mata Pencahariaan ...................................................................................... 41
f. Keadaan Sosial-Budaya............................................................................... 46
3. Karakteristik Informan
B. Deskripsi dan Analisa Data..................................................................................... 47
1. Sepuma Makarisaa Di Negeri Nukuhai dan Pasinalo ...................................... 47
a. Sejarah terbentuknya sepuma makarisaa .............................................47
2. Pemahaman Masyarakat Negeri Nukuhai dan Pasinalo Terhadap
Tradisi Sepuma Makarisaa ............................................................................... 48
a. Pengertian sepuma makarisaa menurut masyarakat Nukuhai
dan Pasinalo .......................................................................................... 48
b. Tujuan pelaksanaan sepuma makarisaa ............................................... 51

xiii
c. Praktek sepuma makarisaa ...................................................................52
d. Fungsi/peran sepuma makarisaa bagi negeri Nukuhai dan
Pasinalo ................................................................................................. 60
e. Nilai-nilai yang terkandung dalam sepuma makarisaa ........................ 67
C. Kesimpulan Sementara............................................................................................ 69

BAB III MEMBANGUN TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM SEPUMA


MAKARISAA..................................................................................................................... 71

1. Sepuma makarisaa sebagai simbol orang basudara yang menghidupkan


72
2. Sepuma makarisaa sebagai pemersatu masyarakat Nukuhai dan Pasinalo
di dalam keberagaman ............................................................................................ 75

BAB IV PENUTUP............................................................................................................. 78

1. Kesimpulan........................................................................................................ 78
2. Saran.................................................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 81

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dengan ragam

kebudayaan yang tidak terhitung dan tidak ternilai harganya. Disetiap daerah kita

dapat menjumpai beranekaragam budaya yang tersaji dan dimiliki. Jika kita

melihat pada sejarah kehidupan manusia sampai saat ini, maka perkembangan dan

perubahan terhadap budaya pasti terjadi seiring dengan perkembangan dan

perubahan zaman. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi tetap ada di

masyarakat Indonesia dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.

Di dalam suatu bangsa terdapat sebuah sistem kesatuan hidup yang disebut

juga komunitas yang mencerminkan kebudayaan dari suku bangsa tersebut,

misalanya sebuah desa. Suatu kebudayaan memiliki wujud ideal, wujud sosial dan

wujud fisik. Wujud kebudayaan menjadi unsur pengikat yang melahirkan rasa

bangsa, rasa cinta, dan rasa kesatuan dari masyarakat. Wujud kebudayaan dari

suatu masyarakat dapat dibagi menjadi ide-ide, gagasan-gagasan, norma-norma,

peraturan-peraturan, tingkah laku sosial dan sebagainya yang dihayati dan

diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, wujud kebudayaan pada

suatu masyarakat memegang peran penting bagi pendukungnya.1

1
S.H. Maelissa,dkk, Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Maluku, (Yogyakarta: Depdikbud,
1981), hlm. 1.

1
Masyarakat dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan, kerena kebudayaan

adalah hasil produk masyarakat. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai

kebudayaan, demikian juga tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai faktor

pendukungnya. E.B. Tylor mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan

kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,

adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan lain yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota komunitas.2 Sejalan dengan itu,

Koenjaraningrat mengatakan bahwa ada 7 unsur kebudayaan yakni: sistem religi

dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem

pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem

teknologi peralatan.3

Dalam kebudayaan terdapat salah satu aspek yang sangat berkaitan erat yaitu

kearifan lokal. Kearifan lokal dibagi menjadi dua bagian yaitu: kearifan lokal

sebagai simbol material dan kearifan lokal sebagai simbol konseptual. Pertama,

kearifan lokal sebagai simbol menunjuk pada lambang benda yang konkrit dan

nyata. Sebagai simbol material, ia ditemukan dalam tanda-tanda kebendaan yang

muncul dalam bentuk gambar, lukisan atau ukiran. Kedua, kearifan lokal sebagai

simbol konseptual yang menunjuk pada lambang benda yang abstrak, atau benda

tidak nyata, berupa konsep, ide, pikiran atau pandangan hidup. Ia muncul dalam

rumusan kata-kata atau kalimat-kalimat yang menonjol dalam interaksi hidup

sehari-hari masyarakat atau suku tertentu.4


2
E.B Tylor, “The Primitive Culture”, dalam Samuel, Pengantar Antopologi Agama (Salatiga:
Fakultas Teologi UKSW, 1999), hlm. 18.
3
Koenjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia,2002), hlm. 2.
4
Nicodemus Sedubun, Kearifan Lokal dan Sebagian Kebudayaan Maluku, (Makasar, Oase Intim,
2019), hlm. 1-13.

2
Relasi sosial antara manusia dibutuhakan dalam suatu kebudayaan tetapi juga

kehidupan masyarakat sehari-hari. Relasi sosial antar manusia, baik yang seagama

maupun yang berbeda agama adalah sesuatu yang objektif. Sebab dengan

terbangunnya relasi antar manusia maka, akan terjalin hubungan yang dinamis dan

komunikatif di antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Hubungan yang

dinamis dan komunikatif yaitu hubungan yang dapat menciptakan perkembangan

positif di antara sesama masyarakat yang membangun relasi dalam bentuk saling

tolong menolong dan bekerja sama, yang bersifat dialogis atau terbuka untuk

membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah bersama berasarkan pada

relasi yang dibangun dengan concern pada masalah sosial dan kemanusiaan yang

dimiliki oleh masyarakat, meliputi masalah keadilan, penindasan, kemiskinan dan

lain-lain.5 Relasi persaudaraan yang baik adalah relasi yang terjadi bukan hanya

untuk suatu kalangan yang terintregasi dalam suatu masyarakat tetapi melampaui

masyarakat itu. Artinya, relasi persaudaraan harus menjangkau manusia atau

orang-orang yang berada di luar kelompok, termasuk agama lain. Mengapa

demikian? Karena dengan memperluas relasi persaudaraan, maka banyak hal yang

dapat diambil sebagai nilai-nilai pengembangan kehidupan sosial kemasyarakatan

dan keagamaan.6

Dengan demikian pentingnya membangun hubungan persaudaraan yang

rukun, yang harmonis dan yang baik antara masyarakat yang berada dalam

keberagaman. Oleh karena itu salah satu tradisi yang mengandung nilai-nilai

5
J. Ruhulesin, Pluralisme Berwajah Humanis (Ambon: Lesmmu, 2007), hlm. 89-90.
6
Johan Saimima, Kesadaran Historis: Eksplanasi Sejarah Sebagai Perekat Persaudaraan
Masyarakat Siri Sori Islam dan Kristen (Yogyakarta: Grafika Idah, 2021), hlm. 57.

3
moral yang tinggi dalam tatanan kehidupan masyarakat dan memiliki perannya

yang unik adalah gotong royong. Gotong royong lebih dikenal oleh masyarakat

pada umumnya. Dalam realitas kehidupan masyarakat Nukuhai dan Pasinalo

menyebut gotong royong dengan istilah sepuma makarisaa.

Secara etimologis istilah sepuma makarisaa berasal dari bahasa asli Nukuhai-

Pasinalo (bahasa wemale) yang berarti kerja sama. Hal ini dilakukan dalam

berbagai bentuk tindakan masyarakat. Misalnya, kerja sama masyarakat saat

berburu di hutan, kerja sama dalam membuka lahan-lahan perkebunan, kerja sama

dalam memanen hasil-hasil pertanian (kelapa dan cengkih), kerja sama dalam

menolong orang sakit, kerja sama untuk pembangunan gereja, dan lain

sebagainya. Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama diorong oleh rasa

solidaritas yang tinggi yakni rasa sukarela untuk membantu satu sama lain karena

merasa bahwa dirinya adalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan.

Melakukan setiap kegiatan dengan bekerja sama menunjukan sepuma makarisaa

sebagai sebuah wadah untuk membangun persekutuan sosial yang unik. Hal ini

terbukti dalam praktek sepuma makarisaa yang berdampak pada hubungan timbal

balik dalam masyarakat.7

Masyarakat Nukuhai dan Pasinalo merupakan dua sistim pemerintahan yang

berbeda yakni pemerintahan desa Pasinalo dan pemerintahan desa Nukuhai.

Masyarakat Nukuhai-Pasinalo adalah masyarakat yang beragam dimana terdapat

bermacam-macam etnis dan agama. Keberagaman etnis dalam masyarakat

7
Hasil wawancara dengan A. Seluholo (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 11 Juli 2021 di rumah
peneliti.

4
Nukuhai-Pasinalo dapat dilihat dengan adanya orang Porto, Haruku, Kei, Ternate,

Manado, Papua, Jawa, Plores, dan Kisar. Kehadiran mereka di latarbelakangi oleh

tuntutan tugas dan tanggung jawab (pegawai negeri sipil) tetapi juga karena

adanya perkawinan campuran. Selain adanya keberagaman etnis dalam

masyarakat Nukuhai-Pasinalo juga terdapat beragam kebudayaan dan aliran.

Keberagaman agama dan aliran terlihat dengan adanya agama Islam dan Kristen.

Kekristenan juga terbagi dalam beberapa aliran yakni GPM, Adven, RK dan GBI.

Meskipun terdapat bermacam-macam etnis dan agama serta aliran, tidak menjadi

penghalang bagi masyarakat Nukuhai-Pasinalo untuk membangun hubungan

sepuma makarisaa (kerja sama) dalam masyarakat Nukuhai-Pasinalo. Masyarakat

memandang perbedaan itu sebagai sebuah keberagaman yang unik dan harus

dihargai.

Keharmonisan masyarakat Nukuhai-Pasinalo yang masih terjaga dalam

realitas keberagaman yang dibentuk dalam tradisi sepuma makarisaa yang dimana

mengandung nilai-nilai solidaritas yang dialamnya terdapat nilai hidup sebagai

orang basudara masih sangat kental. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri

bahwa ada persoalan-persoalan yang muncul baik itu persoalan secara eksternal

maupun internal yang dapat mempengaruhi pergeseran nilai-nilai solidaritas,

mempengaruhi kesatuan dan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat

Nukuhai-Pasinalo. Praktek sepuma makarisaa di negeri Nukuhai dan Pasinalo

masih terlihat ekslusif. Dikatakan ekslusif karena masyarakat nukuhai Pasinalo

hanya menerapkan nilai-nilai dalam sepuma makarisaa bagi kedua negeri

tersebut. Dengan demikian sepuma makarisaa perlu dikaji dan di kritisi dan

5
ditransformasi dengan baik sehingga nilai postif di dalamnya dapat dikembangkan

untuk menjaga keharmonisan dan kesatuan masyarakat baik itu antara Nukuhai

dan Pasinalo tetapi juga antara Nukuhai-Pasinalo dengan lainnya.

Berdasarkan realitas diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji tradisi ini

dalam sebuah tulisan ilmiah yang diberi judul dan sub judul sebagai berikut:

SEPUMA MAKARISAA: Suatu Kajian Teologi Kontekstual Terhadap

Tradisi sepuma makarisaa di Negeri Nukuhai dan Pasinalo. Melalui tulisan ini

diharapkan, nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini dapat di eksplorasi dan

dikritisi dengan baik sehingga bisa didialogkan dengan kehidupan masyarakat di

masa kini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah

sebagai beikut:

1. Bagaimana pemahaman masyarakat di Negeri Nukuhai dan Pasinalo

terkait dengan tradisi sepuma makarisaa?

6
2. Bagaimana peran/fungsi sepuma makarisaa bagi negeri Nukuhai dan

Pasinalo hingga saat ini?

3. Bagaimana membangun teologi kontekstual dari nilai-nilai teologi

yang terkandung dalam sepuma makarisaa?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman masyarakat terkait dengan

sepuma makarisaa bagi kedua negeri tersebut.

2. Untuk mengetahui lebih jauh fungsi sepuma makarisaa terhadap nilai

moral untuk kedua daerah tersebut.

3. Untuk mengetahui pandangan teologi terhadap budaya sepuma makarisaa

pada kedua negeri tersebut.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas

maka manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Manfaat Akademis: Diharapkan agar tulisan ini dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi Fakultas Teologi UKIM Ambon, sebagai calon

7
pemimpin jemaat yang mampu melihat tanggungjawab kedepan dalam

upaya membina sekaligus merekonstruksi alternatif baru yang terpola

dalam melanjutkan warisan budaya/tradisi setempat.

2. Manfaat Praktis: hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi

pemikiran untuk mengkaji pemahaman masyarakat dan jemaat mengenai

solidaritas dan budaya hidup orang basudara bagi masyarakat Nukuhai-

Pasinalo terhadap nilai teologis yang terkadung dalam tradisi sepuma

makarisaa dalam upaya meningkatkan persekutuan di dalam jemaat dan

masyarakat.

3. Institusi: diharapkan kajian ini dapat memberikan kontribusi pikir bagi

realitas gereja dan Negara dalam mendorong suatu praksis kepedulian

sosial terhadap problematika dalam masyarakat masa kini.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teoritik

a. Peneliti Terdahulu

Menurut Thoriq Abdul Aziz (2020) dengan judul studi terhadap nilai

kerukunan gotong royong dalam pelaksanaan tradisi sedekah laut di masa

8
pandemi covid-19. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa nilai karakter gotong

royong merupakan nilai karakter yang harus ditanamkan dalam diri anak agar

tidak terjadi pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara.8

Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang studi terhadap nilai

kerukunan gotong royong dalam pelaksanaan tradisi sedekah laut di masa

pandemi covid-19 dengan kajian studi kasus. Berbeda dengan penelitian ini,

dimana penelitian ini membahas tentang sepuma makarisaa (gotong royong),

dalam kajian teologi kontekstual terhadap makna hidup orang basudara dalam

sepuma makarisaa dan implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

Menurut Faisal S. Pawane (2016) dengan judul fungsi pomabari (gotong

royong) petani kelapa kopra di desa Wasileo kecamatan Maba Utara kabupaten

Halmahera Timur provinsi Maluku Utara. Hasil dari penelitian menunjukan

bahwa Pomabari (gotong royong) adalah nilai-nilai tradisional dan modal sosial

yang mengatur pola dan semangat hidup yang didasarkan pada kepercayaan,

keterbukaan, saling peduli, dan saling menolong dalam pekerjaan petani kelapa

kopra di antara masyarakat di desa Wasileo.9

8
T.A.Aziz, Studi Terhadap Nilai Kerukunan Gotong Royong Dalam Pelaksanaan Tradisi Sedekah
Laut Di Masa Pandemi Covid-19, Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Url:
https://www.researchgate.net/publication/352017803_STUDI_TERHADAP_NILAI_KERUKUNAN_G
OTONGROYONG_DALAM_PELAKSANAAN_TRADISI_SEDEKAH_LAUT_DI_MASA_PANDEMI_COVID
_19. Diakses: 12 Oktober 2021.
9
F.S.Pawane, fungsi Pomabari (Gotong Royong) Petani Kelapa Kopra di Desa Wasileo Kecamatan
Maba Utara Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara, Jurnal Holistik. Url:

9
Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang fungsi pomabari (gotong

royong) petani kelapa kopra di desa Wasileo kecamatan Maba Utara kabupaten

Halmahera Timur provinsi Maluku Utara. Sedangkan penelitian ini membahas

tentang sepuma makarisaa (gotong royong), suatu kajian teologi kontekstual dan

implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

Menurut Petrus Titus (2004), dengan judul budaya rere gotong royong

sebagai wujud partisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Studi di

desa Luhulely, kecamatan Letti, kabupaten Maluku Barat Daya). Menunjukan

bahwa budaya rere gotong-royong meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

Desa Luhulely.10

Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang budaya rere gotong royong

sebagai wujud partisipasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Studi di

desa Luhulely, kecamatan Letti, kabupaten Maluku Barat Daya). Sedangkan

penelitian ini membahas tentang sepuma makarisaa (gotong royong), suatu kajian

teologi kontekstual dan implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

https://media.neliti.com/media/publications/79959-ID-fungsi-pomabari-gotong-royong-petani-
kel.pdf&ved. Diakses: 13 Oktober 2021.
10
Petrus. Titus, Budaya Rere Gotong Royong Sebagai Wujud Partisipasi Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat: Studi di DESA luhulely, kecamatan Letty, kabupaten Maluku Barat
Daya, (Ambon: UKIM). Hlm.3

10
Menurut Indra (2020), dengan judul partisipasi masyarakat dalam

mempertahankan budaya gotong royong di desa Serakapi untuk meningkatkan

pembangunan (Studi kasus desa Serakapi kecamatan Woja kabupaten Dampu).

Hasil penelitian menunjukan bahwa gotong royong merupakan suatu tindakan

yang bersifat saling tolong menolong dalam membangun sebuah kerja sama yang

baik untuk mencapai kebersamaan yang baik dalam menghadapi pembangunan

yang ada.11

Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang partisipasi masyarakat dalam

mempertahankan budaya gotong royong di desa Serakapi untuk meningkatkan

pembangunan (Studi kasus desa Serakapi kecamatan Woja kabupaten Dampu).

Sedangkan penelitian ini membahas tentang sepuma makarisaa (gotong royong),

suatu kajian teologi kontekstual dan implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-

Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

Menurut Fadly (2019), dengan judul pergeserasn nilai-nilai gotong royong

di masyarakat desa Galung kecamatan Ulaweng kabupaten Bone. Hasil penelitian

menunjukan gotong royong merupakan suatu nilai yang lahir secara turun-

temurun dan juga merupakan ciri khas budaya Indonesia yang mesti dijaga dan di

11
Indra, Partisipasi Masyarakat Dalam Mempertahankan Budaya Gotong Royong Di Desa
Serakapi Untuk Meninghkatkan Pembangunan, Ummat Repository. Url:
https://repository.ummat.ac.id/id/eprint/1343. Diakses: 19 Oktober 2021.

11
kembangkan agar nilai-nilaiu kekeluargaan dan kebersamaan dalam suatu

masyarakat agar bisa terus terjaga dengan baik.12

Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang pergeserasn nilai-nilai

gotong royong di masyarakat desa Galung kecamatan Ulaweng kabupaten Bone.

Sedangkan penelitian ini membahas tentang sepuma makarisaa (gotong royong),

suatu kajian teologi kontekstual dan implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-

Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

Menurut Nanang Sayoko (2014), dengan judul implementasi nilai gotong

royong dan solidaritas sosial dalam masyarakat (Studi kasus pada tradisi malam

pasian di desa Ketileng, kecamatan Todanan, kabupaten Blora). Hasil penelitian

menunjukan bahwa tradisi gotong royong sebagai sarana meningkatkan solidaritas

warga secara tidak langsung tercapai suatu aktivitas, aktivitas bekerja sama.

Saling tolong menolong dan rela berkorban untuk orang lain.13

Critical Point: Penelitian terdahulu meneliti tentang pergeserasn nilai-nilai

gotong royong di masyarakat desa Galung kecamatan Ulaweng kabupaten Bone.

Sedangkan penelitian ini membahas tentang sepuma makarisaa (gotong royong),

12
Fadly, Pergeseran Nilai-Nilai Gotong Royong di Masyarakat Desa Galung Kecamatan Ulaweng
Kabupaten Bone, Universitas Muhammadiyah Makasar. Url:
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/10679-Full_Text.pdf&ved. Diakses: 19 Oktober 2021.
13
Nanang. Sayoko, Implementasi Nilai Gotong Royong dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat
(Studi kasus pada tradisi malam pasian di desa Ketilang, kecamatan Todanan, kabupaten Blora),
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Url:
https://core.ac.uk/download/pdf/148605458.pdf&ved. Diakses:19 Oktober 2021.

12
suatu kajian teologi kontekstual dan implementasinya bagi Jemaat GPM Nukuhai-

Pasinalo.

Relevansi: Relevansi diantara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang

adalah membahas tentang budaya gotong royong.

b. Tradisi

Tradisi dalam kamus besar bahasa Inonesia mempunyai arti adat, kebiasaan

turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat;

penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah ada merupakan cara yang

paling baik dan benar.

Menurut Van Reusen, tradisi merupakan warisan atau norma adat istiadat,

kaidah-kaidah yang ada di masyarakat. Tradisi bukan sesuatu yang tidak dapat

diubah. Tradisi justru di perpadukan dengan anekaragam perbuatan manusia dan

diikat dalam keseluruhannya. Manusia yang membuat yang menerima, ia pula

yang menolak atau mengubahnya. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan

merupakan cerita perubahan-perubahan manusia yang selalu memberi wujud baru

kepada pola-pola kebudayaan yang sudah ada.14

Menurut Coomans Mikhail, tradisi atau kebiasaan merupakan suatu gambaran

sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan

secara turun temurun dimulai dari nenek moyang. Tradisi yang telah membudaya

akan menjadi sumber dalam berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi

14
Van Reusen, Perkembangan Tradisi dan Kebudayaan Masyarakat, (Bandung: Tarsito, 1992),
hlm. 115.

13
dalam pengertian sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan

menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat.15

Tradisi di maknai sebagai sebuah ide, doktrin, kebiasaan, praktek dan lain-lain

yang dipahami sebagai sebuah pengetahuan yang telah diwariskan secara turun-

temurun termasuk cara penyampaian doktrin dan praktek tersebut. Tradisi

terkadang disamakan dengan kata-kata adat yang dalam pandangan masyarakat

awam dipahami sebagai struktur yang sama. Tradisi lahir dari dan dipengaruhi

oleh masyarakat, kemudian masyarakat muncul, dan dipengaruhi oleh kebiasaan.

Tradisi pada mulanya merupakan sebab utama, namun akhirnya menjai konklusi

dan premis, isi dan bentuk, efek dan aksi pengaruh dan mempengaruhi.

Mengacu pada paparan diatas, dapat ditemukan bahwa sepuma makarisa

adalah sebuah tradisi yang sangat bernilai. Sepuma makrisaa merupakan sebuah

konsep yang muncul dari ide-ide, dari pikiran masyarakat yang dimunculkan

untuk membantu kehidupan masyarakat dan membantu menjaga tatanan

kekerabatan dalam masyarakat. Yang dimaksudkan dengan membantu ialah,

sepuma makarisaa digunakan dalam setiap bentuk tindakan dalam kehidupan

manusia. Dimana manusia membutuhkan sepuma makarisaa untuk mendorong

setiap proses yang dilakukan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga pada

akhirnya sepuma makarisaa menjadi sebuah kebiasaan yang mempengaruhi pola

tingkah laku masyarakat.

c. Teologi Kontekstual

15
Coomans. Mikhail, Manusia Daya Dahulu Sekarang Masa Depan, (Jakarta: PT Gramedia, 1987),
hlm. 73.

14
Teologi menurut Agustinus dan Anselmus, keduanya mengatakan bahwa

teologi adalah iman yang mencari pemahaman (fides quaresnsintellectrun). Di

dalam pengertian ini, iman bertujuan untuk mencari pemahaman yang lebih dalam

tentang apa yang dipercayai.16 Istilah kontekstual berkaitan dengan konteks dan

teks. Menurut Sigurd Bergmann, istilah konteks menunjuk pada apa yang

mengelilingi (dalam bahasa latin con) suatu teks. Maka linguistic dari konteks ini

dapat digunakan juga dalam bidang-bidang ilmu lainnya. Sekarang istilah konteks

menunjukan situasi sosial, budaya, dan ekologi dimana didalamnya berbagai

peristiwa terjadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Teologi kontekstual adalah

teologi yang bertolak dari realitas konteks dimana seseorang atau gereja berada.17

Menurut Stephen Bevans, berteologi secara kontekstual adalah upaya untuk

memahami iman kristen dipandang dari segi suatu konteks tertentu. Dalam

bukunya yang berjdul model-model teologi kontekstual menjelaskan bahwa

pendekatan teologi yang kontekstual terhadap teologi dalam banyak hal

merupakan titik pisah yang radikal dari paham menyangkut teologi tradisional,

namun pada saat yang sama pendekatan tersebut berada dalam kesinambungan

yang sangat erat. Teologi kontekstual mengerti hakikat teologi secara baru.

Teologi klasik memahami teologi sebagai sejenis pengetahuan objektif tentang

iman. Teologi dimengerti sebagai sebuah refleksi dalam iman menyangkut dua

sumber berteologi, yaitu kitab suci dan tradisi, yang isinya tidak bisa dan tidak

pernah berubah. Namun apa yang justru membuat teologi itu kontekstual ialah

16
Jen S. Aritonang, Teologi-Teologi Kontemporer, (BPK Gunung Mulia, 2018, hlm. 248.
17
Emanuel Gerrit Singgih, Iman dan Politik dalam Era Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2000), hlm. 15.

15
pengakuan akan keabsahan locus theologicus yang lain, yakni pengalaman

manusia sekarang ini. Teologi yang berwajah kontekstual menyadari bahwa

kebudayaan, sejarah, bentuk-bentuk pemikiran kontemporer, dll, harus

diindahkan, bersama dengan Kita Suci dan tradisi, sebagai sumber-sumber yang

absah untuk ungkapan teologis. Maka, dewasa ini kita mengatakan bahwa teologi

memiliki tiga sumber atau loci theologici: Kitab Suci, tradisi dan pengalaman

manusia.18

Dalam pergumulan Bevans, beliau mencoba menawarkan enam model teologi

seperti: model Terjemahan, Antropologis, Praksis, Sintesis, Transendental dan

Budaya Tandingan. Teologi Bevans bertumpu pada refleksi kontekstual dalam

Basis Umat, Gereja local, dan dalam Lembaga akademik. Dari keenam model

tersebut, penulis mengangkat model Antropologis untuk dipakai dalam membedah

tulisan ini. Model antropologis bersifat “antropologis” dalam dua arti. Pertama,

model ini berpusat pada nilai dan kebaikan antropos pribadi manusia. Di dalam

setiap pribadi, dan setiap masyarakat serta lokasi sosial dan setiap budaya, Allah

menyatakan kehadiran Ilahi-Nya, dan dengan demikian teolog bukan saja perkara

sebuah situasi khusus. Kedua, model ini bersifat antropologis dalam arti bahwa ia

menggunakan wawasan ilmu-ilmu sosial, terutama antropologi. Dengan

menggunakan disiplin ilmu ini, seorang praktisi model antropologis berupaya

memahami secara lebih jelas jaring relasi manusia serta nilai-nilai yang

membentuk kebudayaan manusia di dalamnya Allah hadir menawarkan

kehidupan, penyembuhan serta keutuhan.19

18
Stephen Bevans, Model-model Teologi Kontekstual, (Maumere: STFK Ledalero, 2002), hlm. 2.
19
Ibid, hlm. 98.

16
Teologi yang sungguh-sungguh kontekstual ialah bahwa proses teologi harus

dimulai dengan membuka budaya, usaha dalam jangka panjang dengan hati-hati

untuk menengakan nilai-nilai utamanya. Kebutuhannya, minat, dan lambang-

lambangnya.20 Teologi itu kontekstual. Teologi yang tidak kontekstual bukanlah

teologi. Pada hakekatnya teologi tidak lain dan tidak bukan adalah upaya untuk

mempertemukan secara dialektis, kreatif serta eksistensial antara “teks” dengan

“konteks”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa teologi adalah upaya untuk

merumuskan penghayatan iman kristiani pada konteks ruang dan waktu tertentu.

Teologi selalu bertitik tolak dari asumsi dasar yaitu bahwa Allah yang kita

percayai adalah Allah yang berfirman, Allah yang menyatakan kehendak-Nya di

sepanjang masa bagi seluruh umat manusia di mana saja. Teologi harus dimulai

dari sebuah fungsi untuk mencari serta merumuskan kehendak Allah. Teologi

lahir dari refleksi iman orang percaya kepada Allah dalam menghadapi konteks

hidup yang nyata sebagai lokus berteologi. Konteks kehidupan yang dimaksudkan

sebagai lokus berteologi antara lain adalah konteks budaya.21

1. Kerangka Berpikir

20
Robert J. Schreiter, C.PP.S, Rancang Bangun Teologi Lokal, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006),
hlm. 47.
21
Eka. Darmaputera, et al., Konteks Berteologi di Indonesia (Jakarta, 2004), hlm. 9-10.

17
Tradisi sepuma
makarisaa

Tradisi ini dikaji


Nilai-nilai moral yang menggunakan
terkandung dialamnya pendekatan teologi
kontekstual

Tujuannya untuk melihat nilai


Solidaritas melalui saling Kecendrungan teologi kontekstual dan dapat
tolong menolong sebagai masyarakat yang ekslusif mentransformasi masyarakat
orang basudara dalam tolong menolong dalam melakukan sepuma
makarisaa di masa kini

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Bagan kerangka berfikir di atas telah menunjukan bagaiman alur

pemikiran peneliti. Peneliti mengawali pemikiran-pemikiran dari kehidupan

masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo dimana mereka memiliki nilai moral,

nilai solidaritas yang dituangkan dalam tradisi sepuma makarisaa dan sampai

sekarang ini tradisi sepuma makarisaa masih tetap berlangsung. Tedapat faktor-

faktor tertentu yang telah membuat tradisi sepuma makarisaa masih terjaga.

Peneliti ingin mengetahui mengapa masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo

masih melakukan sepuma makarisaa. Dalam tradisi sepuma makarisaa ini

18
tentunya banyak mengandung nilai-nilai teologi untuk menjalin sebuah

kebersamaan dan kekerabatan.

Nilai moral menyadarkan masyarakat Nukuhai-Pasinalo bahwa hidup saling

membantu satu sama lain sebagai orang basudara adalah merupakan wujud kasih

kepada Allah yang lebih dulu mengasihi mereka sehingga mereka juga harus

mengasihi orang lain. (Yoh. 15:12. Filp 2:24). Mereka tidak hanya mementingkan

atau memperhatikan kepentingan sendiri, tetapi juga kepentingan orang lain.

Meskipun demikian, melalui tradisi sepuma makarisaa ini ada hal yang cukup

memprihatinkan, seperti kecendrungan masyarakat yang ekslusif dalam praktek

sepuma makarisaa. Sikap ini perlu dikritisi sehingga nilai-nilai positif yang

terkandung dialamnya tetap dipertahankan dan dikedepankan sehingga sikap

tolong menolong yang ekslusif dapat dihilangkan. Dengan menggunakan

pendekatan teologi kontekstual dalam studi ini, harapannya dapat

menegmbangkan nilai teologi yang ada dalam sepuma makarisaa dan dapat

memberikan kontribusi yang relefan untuk mengatasi ekslusifisme dalam sepuma

makaisaa.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif. Menurut Ceswell, penelitian kualitatif adalah suatu proses

penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah

manusia dalam konteks sosial-budaya dengan menciptakan gambaran umum dan

19
kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari pada sumber

informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya referensi

apapun dari peneliti.22

2. Tempat dan Waktu Penelitian

 Tempat : Penelitian ini berbentuk penelitian lapangan dengan

mengambil lokasi di Desa Nukuhai dan Desa Pasinalo Kecamatan

Taniwel Kabupaten Seram Bagian Barat

 Waktu penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan waktu 2 bulan.

3. Sumber data

 Data primer yang diperoleh dari informan kunci seperti tokoh-

tokoh adat, pemerintah desa, serta masyarakat yang tahu tentang

informasi yang dibutuhkan.

 Data sekunder yang diambil dari buku-buku dan dokumen-

dokumen tertulis sebagai penunjang tentang masalah yang dikaji.

4. Teknik Pengumpulan Data

 Observasi partisipatif: teknik pengumpulan data yang digunakan

dengan cara pengamatan dan peninjauan.

 Wawancara: teknik pengumpulan data ini, dimana penulis

melakukan dialog langsung secara terbuka dengan informan untuk

mendapatkan gambaran tentang fokus penelitian.

22
Haris Herdiansyah, Metoologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Salemba Humaniuku, 2010), hlm. 8.

20
 Studi kepustakaan: teknik pengumpulan data lewat buku-buku

yang sesuai dengan persoalan penulisan.

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang dipergunakan berdasarkan

objek penelitian adalah Teknik Analisa data kualitatif, di mana menggunakan

konsep-konsep atau pandangan orang tentang masalah yang dibahas, melakukan

penelitian lapangan dan melakukan wawancara terhadap informan kunci yang

membantu dalam proses penelitian. Analisa data kualitatif bertujuan memaparkan

secara tepat fungsi, peran dan persoalan yang sementara difokuskan sehingga

dapat memberikan fakta mengenai objek penelitian yang dapat menggambarkan

fakta yang terjadi dilapangan kemudian membahasnya dengan berbagai

pendekatan serta melakukan analisa sosial untuk melihat fenomena yang terjadi

dilapangan. Proses yang digunakan dalam menganalisa adalah sebagai berikut:

a) Mencatat hal-hal yang menjadi sumber data dilapangan sebagai acuan

untuk pencariaan atau penelusuran data berikutnya.

b) Mengelompokan data yang sudah terkumpul

c) Menganalisis data yang sudah terkumpul serta menemukan pola atau teori

apabila ditemukan saat penelitian berlangsung. Setelah melakukan

pengumpulan data, penulis mulai mengevaluasi kesimpulan yang

diperoleh dilapangan dengan menggunakan kekuatan analisis dan sintesis

dengan cara membandingkan antara apa yang ditemukan di lapangan

dengan konsep teori secara tertulis.

21
Proses analisis data dilakukan dengan menggunakan kajian teologi kontekstual

model antropologis. Teologi kontekstual menurut Stephen Bevans, adalah upaya

untuk memahami iman kristen dipandang dari segi suatu konteks tertentu. Teologi

kontekstual juga merupakan upaya untuk memberi jawaban iman terhadap

kenyataan yang dialami dalam ruang dan waktu tertentu (konteks dan teks) dan

respon yang ada pada pemahaman dan penghayatan manusia tentang Allah dan

kehenak-Nya di dalam kehidupan manusia. Kerangka kerja teologi kontekstual,

terdiri dari tiga hal yang harus diperhatikan yaitu teks alkitab, konteks tradisi

sistematis-ogmatis, dan konteks masa kini. Dalam ketiga bagian ini, peneliti

mengaskan interpetasi, transfomasi terhadap konteks kitab suci terhadap konteks

tradisi dan konteks setempat pada masa kini.

6. Definisi Operasional

Adapun pencantuman definisi operasional ini adalah untuk lebih

memudahkan pemahaman pembahasan dalam penelitian ini. Peneliti akan

menjelaskan beberapa istilah yang eart kaitannya dengan penelitian.

a. Sepuma makarisaa secara etimologis berasal dari bahasa asli

Nukuhai-Pasinalo yakni bahasa wemale yang berarti bekerja sama.

Bekerja sama dilakukan di dalam berbagai hal seperti bekerja sama

untuk mempersiapkan acara-acara adat, bekerja sama untuk

pembangun gereja, pembangunan rumah, kerja bakti (bersih

22
lingkungan), kerja kelapa, panen cengkih, berbuu, menolong orang

sakit dan lain sebagainya. Bekerja sama dilakukan karena memiliki

rasa solidaritas untuk selalu menjadi satu dan maju bersama-sama

mencapai suatu hasil yang diinginkan, serta mengikat dan

mengokohkan tali persaudaraan masyarakat masyaakat Nukuhai-

Pasinalo.

b. Teologi Kontekstual adalah cabang Ilmu Teologi Kristen yang

menelaah bagaimana ajaran Kristen dapat menjadi relevan pada

konteks-konteks yang berbeda. Teologi kontekstual mencoba

mendialogkan antara teks dan konteks. Dalam memahami teologi

kontekstual, perlu mengakui tiga sumber berteologi yakni Kitab Suci,

Tradisi dan juga konteks hidup manusia. Ketiga hal inilah yang dipakai

untuk memahami teologi kontekstual itu sendiri. Teologi kontekstual

merupakan suatu upaya teologi memberikan jawaban iman terhadap

kenyataan yang dialami di dalam suatu ruang dan waktu tertentu

(konteks). Jawaban iman itu didasarkan pada pemahaman dan

penghayatan tentang Allah dan kehendakNya dalam kehidupan

mmanusia.

7. Cara Penyajian

Penulisan skripsi secara garis besar terdiri dari empat bab dengan gambaran

sebagai berikut: Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang terdiri dari latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

23
tinjauan pustaka (kerangka teoritik, kerangka berpikir), metode penelitian (jenis

penelitian, lokasi dan jadwal penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

teknik analisis data, definisi operasional dan cara penyajian. Bab II, berisi tentang

data dan analisis data yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian. Bab III

terdiri dari refleksi teologi dan implikasinya. Bab IV, merupakan bagian penutup

yang di dalamnya terdapat kesimpulan dan saran.

BAB II

HASIL PENELITIAN

Bab II merupakan presentasi hasil penelitian lapangan. Oleh karena itu,

dalam bab ini saya akan membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian,

deskripsi dan analisis data penelitian. Bab ini diakhiri dengan kesimpulan

mengenai tradisi sepuma makarisaa.

24
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Negeri Nukuhai

a. Sejarah Singkat Negeri Nukuhai

Masyarakat Negeri Nukuhai merupakan keturunan dari penduduk Kerajaan

Nunusaku yang mengalami perpecahan. Ketika kerajaan Nunusaku pecah,

penduduk kerajaan terpencar secara berkelompok ke beberapa tempat. Moyang

masyarakat Nukuhai berjalan menyusuri hutan, naik gunung dan turun lembah,

dan dipimpin oleh tiga kapitan. Pertama kali tinggal di satu tempat bernama

Sapulaulatale dan kemudian berpindah kembali ke beberapa tempat. Hingga suatu

saat terjadi peperangan besar dan salah seorang kapitan meninggal dunia. Karena

kejadian tersebut, moyang Nukuhai terpecah lagi menjadi empat kelompok. Salah

satu kelompok bernama Kaoko, tinggal di satu tempat yang sulit air dan bahan

pangan selama beberapa tahun. Kaoko kemudian terpecah menjadi dua kelompok

dan masing-masing mencari tempat tinggal yang aman. Satu kelompok di bawah

pimpinan kapitan Souwa Anakota berjalan menuju timur hingga tiba di puncak

Gunung Patu Watine, dan sekarang disebut Batu Nukuhai dan selanjutnya terjadi

perang kembali. Sang Kapitan bersama beberapa anggotanya pergi menghadap

para pimpinan, meminta agar saudara mereka yang terpecah dipulangkan ke

Nukuhai atau yang ketika itu disebut Lukuwai, untuk bersama-sama

mempertahankan wilayah. Satu kelompok yang terpecah tersebut selanjutnya

kembali ke Lukuwai dan dipimpin oleh dua orang kapitan. Sesampainya di tanah

Lukuwai, mereka ditempatkan di lereng Patu Ketana dan sekarang dinamakan Ma

Esa Owei (mawesahuwey) yang artinya katong hela Kamari (kita pindah ke sini).

25
Setelah perang berakhir, satu kelompok turun dari puncak Watine lalu bergabung,

tinggal bersama di Ma Esa Owei (mawesahuwey).

Setelah bertahun-tahun tinggal di tempat itu, perlahan mereka turun ke Pantai.

Raja pertama Negeri Lukuwai bernama Polatu Latuolong. Setelah tinggal di

pesisir bertetangga dengan Negeri Serimala dan Negeri Pasinalu, saat itulah

keamanan, ketentraman, dan kesejahteraan dirasakan oleh masyarakat Lukuwai

yang sekarang bernama Nukuhai. Lukuwai sendiri berarti beberapa kelompok

bersatu di satu negeri, berasal dari kata luku yang berarti bersatu, dan wai yang

berarti di. Awalnya kata Lukuwai berubah menjadi Lukuhai dan akhirnya menjadi

Nukuhai.23

b. Letak Geografis

Negeri Nukuhai merupakan salah satu Negeri di Kecamatan Taniwel,

Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Dilihat dari letak geografisnya

Negeri Nukuhai terletak pada ketinggian 4 meter dari permukaan laut. Jarak

tempuh dari Negeri ke Kecamatan adalah 13 km. Luas wilayah negeri Nukuhai

54.39 Kilometer persegi = 5439 Hektar (ha). Batas-batas wilaya negeri Nukuhai

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram

23
Hasil wawancara dengan N.Solehuwey (Tokoh adat Nukuhai), pada tanggal 4 November 2021 di
rumah infoman.

26
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pegunungan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Pasinalo

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Saweli24

c. Keadaan Demografi

Negeri Nukuhai memiliki jumlah penduduk sebanyak 394 jiwa yang terdiri

dari laki-laki 195 jiwa dan perempuan 199 jiwa, dengan jumlah 94 Kepala

keluarga (KK). Jumlah penduduk negeri Nukuhai menurut kelompok umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Negeri Nukuhai Menurut Kelompok Umur dan Jenis

Kelamin

No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah


1 0-3 12 10 22
2 4-6 23 26 49
3 7-9 16 20 36
4 10-12 14 21 35
5 13-15 22 28 50

24
Sumber Data: Profil Negeri Nukuhai Kecamatan Taniwel Tahun 2019.

27
6 16-45 59 52 111
7 46-59 38 34 72
8 60-85 11 8 19
9 >86 0 0 0
Total 195 199 394
Sumber: Profil Negeri Tahun 2019

Dari uraian data diatas dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk Negeri

Lesluru dengan kategori umur 16-45 tahun menempati urutan tertinggi dengan

angka 111 jiwa, kategori umur 45-59 tahun berjumlah 72 jiwa, kategori 13-15

tahun berjumlah 50 jiwa, kategori 4-6 tahun berjumlah 49 jiwa, kategori 7-9

berjumlah 36 jiwa, kategori 10-12 tahun berjumlah 35 jiwa, kategori 0-3 tahun

berjumlah 22 jiwa dan kategori terendah ditempati oleh kategori umur 60-85

dengan jumlah 19 jiwa.

d. Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di dalam Negeri Nukuhai yaitu 1 (satu)

Taman Kanak-kanak (TK) yakni TK Tunas Harapan, dan 1 (satu) Sekolah dasar

(SD) yakni SD Kristen YPPK Nukuhai-Pasinalo. Untuk jenjang pendidikan

Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan

Perguruan Tinggi tidak ada di Negeri Nukuhai. Anak-anak usia SMP dan SMA

mengikuti pendidikan diluar Negeri Nukuhai dan untuk anak-anak lulusan SMA

yang akan mengikuti perguruan tinggi, mengikuti kuliah di kota Ambon, Masohi,

28
dan Kairatu. Untuk membiasakan anak-anak usia sekolah di tingkat TK, SD, SMP

dan SMA maka Pemerintah Negeri Nukuhai Juga memberlakukan jam belajar

malam bagi anak-anak setiap jam 19.00-20.00 WIT. Keadaan pendidikan di

Negeri Nukuhai dapat dilihat melalui tabel data jumlah tamatan pendidikan warga

Negeri Pasinalo di bawah ini:

Tabel 2

Data Pendidikan Masyarakat Negeri Nukuhai

No Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total


1 SD 27 21 48
2 SMP 6 9 15
3 SMA 4 7 11
4 D1-D3 - 3 3
5 S1 9 12 21

6 S2 - - -

Total 46 52 98
Sumber: Profil Negeri Tahun 2019

Berdasarkan data keadaan tingkat pendidikan masyarakat Nukuhai di atas

menunjukan bahwa jumlah keseluruhan yang menempuh tingkat pendidikan SD

sampai S2 berjumlah 98 orang, dengan jumlah laki-laki 46 orang dan jumlah

perempuan 52 orang. Tingkat pendidikan dengan jumlah terbanyak terdapat pada

jenjang pendidikan SD yang berjumlah 48 orang dan jumlah terkecil terdapat pada

tingkat pendidikan D1-D3 dengan jumlah 3 orang. Untuk kategori jenjang

pendidikan S2 belum ada dalam pencapaian.

e. Mata Pencaharian

29
Mata pencaharian adalah salah satu indikator kesejahteraan penduduk

yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Negeri Nukuhai

merupakan Negeri yang memiliki sumber daya yang cukup potensial yakni pada

sektor pertanian, perkebunan dan kelautan. Hasil-hasil dari sumber yang

dihasilkan dikelola sendiri oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat setiap hari.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temui menunjukan bahwa

masyarakat Negeri Nukuhai sebagian besar adalah penduduk yang memenuhi

kebutuhan hidupnya di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan pendapatan

terbesar bagi masyarakat. Pertanian lahan kering yang terdiri dari umbi-umbian

(singkong, ubi, keladi), aneka tanaman sayur, aneka kacang-kacangan (kacang

hijau, kacang tanah); tanaman kebun dan hutan seperti aneka buah-buahan

(durian, rambutan, langsat, papaya, pisang, sukun, nenas, jambu), tanaman

tahunan (aneka jenis kelapa, kopi, cengkeh, pala, kayu besi, lenggua, rotan dan

angrek batu. Juga yang pasti aneka jenis ikan dan hewan laut lainnya seperti

lobster, kerang, cumi. Maka kuliner yang dihasilkan pun menjadi sangat beragam:

aneka olahan sagu (sinole, sagu lempeng, papeda, sagu bungkus, bagea, uha),

umbi (kasbi, petatas), aneka jenis sayur, ikan dan hewan sungai, serta kopi jahe.

Disamping itu juga masyarakat memiliki pekerjaan pada bidang lain

seperti Wiraswasta, PNS, TNI, POLRI dan lainnya. Dengan setiap pekerjaan yang

dilakukan oleh masyarakat, mereka beranggapan bahwa dari pekerjaan tersebut

dapat membantu dan menunjang pendidikan anak-anak mereka dan juga

30
memenuhi kebutuhan mereka. Selengkapnya dapat dilihat pada rincian tabel

berikut ini:

Tabel 3

Daftar Penduduk Negeri Nukuhai Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total


1 Petani 112 97 209

2 Nelayan 2 - 2
3 PNS 7 5 12
4 Wiraswasta 2 - 1
5 Pensiunan PNS - 1 -
6 TNI - - -
7 POLRI 2 - 2
8 Pensiunan TNI/POLRI - - -

Sumber: Profil Negeri Tahun 2019

Tabel di atas memperlihatkan tentang bagaimana keadaan masyarakat

menurut mata pencaharian. Berdasarkan tabel, menunjukan bahwa masyarakat

lebih dominan pada mata pencaharian di bidang pertanian atau sebagai petani

dengan jumlah sebanyak 209 orang. Oleh karena itu dalam mempraktekan tradisi

sepuma makarisaa lebih di praktekan oleh masyarakat yang bekerja pada bidang

pertanian karena mereka sangat membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang mereka lakukan. Namun sepuma makarisaa juga tidak menutup

kemungkinan untuk dipraktekan oleh masyarakat yang lain yang bekerja sebagai

PNS, POLRI, TNI dan Wiraswasta. Karena pada dasarnya sepuma makarisaa

31
adalah sebuah kerja sama yang dibangun untuk saling menolong dalam seluruh

masyarakat.

f. Keadaan Sosial Budaya

Negeri Nukuhai merupakan negeri yang bersuku wemale. Dalam

keseharian, selalu nampak adanya hubungan kebersamaan. Dari kebersamaan

yang terbina dapat dilihat bukan hanya pada sisi membangun kebersamaan dalam

masyarakat tetapi juga dapat dilihat dari sisi sosial dan budaya. Hal ini dikatakan

karena secara geneologis, dua negeri ini memiliki hubungan keterkaitan arah di

mana ada yang bersifat keturunan dan bahkan juga kawin campur.

Pada kegiatan sosial budaya selalu dilibatkan pada hubungan kekeluargaan.

Seperti misalnya pada pelaksanaan adat Perkawinan, adat Maru-maru dan

kegiatan lainnya. Tradisi lain membantu yang lain sangat erat di kalangan

masyarakat. Selain itu, interaksi antara sub-etnik akibat perkawinan di Nukuhai

menjadi fenomena tersendiri dalam relasi bermasyarakat. Kekayaan negeri

Nukuhai diyakini berasal dan dilindungi oleh gunung Patola. Nama Patola sendiri

berasal dari kain bermotif persis seperti kulit ular patola. Kain tersebut

membungkus kotak yang berisikan patung (dua ekor anjing saling berhadapan

muka serta dua manusia yang salah satunya memegang tongkat dan

payunpayingnik-manik, juga tempat sirih pining. Kotak ini ditemukan bersamaan

dengan beberapa benda lain di dalam gunung Patola yang konon adalah sebuah

kapal.25

25
Hasil wawancara dengan Bapak N.Solehuwey (Tokoh Adat Nukuhai), pada tanggal 20 Maret
2022 melalu Telepon.

32
Foto Gunung Patola

1. Negeri Pasinalo

a. Sejarah Singkat Negeri Pasinalo

Pasinalu berasal dari kata pa-si-na-u. Pa berarti tangan manusia, si adalah

jumlah manusia yang lebih dari satu, na berarti ramalan, dan u berarti turun.

Pasinau kemudian menjadi Pasinalu yang artinya mencari tempat bermukim baru

melalui ramalan dan tangan sekelompok manusia. Namun karena kesalahan

administrasi ketika pencatatan nama Negeri, kata Pasinalu kemudian menjadi

Pasinalo, dan untuk saat ini lebih dikenal dengan nama Negeri Pasinalo.

33
Awalnya para leluhur masyarakat Pasinalu tinggal di pegunungan Nunusaku.

Berdasarkan ramalan (mawe), para leluhur ditunjuk untuk turun dari pegunungan

menuju Sapululatale yang artinya berjalan menunju tempat rata atau datar. Setelah

itu mereka harus turun mencari tempat permukiman baru, dan beberapa kali

berpindah untuk menemukan tempat yang sesuai. Lokasi yang pernah dijadikan

permukiman di antaranya Watasui, Lesitania, Patuloina, Lona, hingga ke Elabatai-

tempat Pasinalo saat ini. Sebelum bermukim di Elabatai, para leluhur tinggal di

kampong lama bernama Namaa yang berarti pelabuhan tempat berlabunya kapal

angkutan laut. Saat itu ada sekitar 1.300 jiwa yang bermukim di kampong lama.

Kemudian, pada tahun 1918 Namaa terserang waba penyakit muntah bera, juga

daerah lain sekitarnya. Akibatnya sekitar 80% masyarakat Namaa tewas karena

penyakit tersebut. Para orang tua yang selamat dari serangan penyakit

memperkirakan bahwa penyakit muntah bera yang menyerang warga merupakan

dampak dari perang Dunia I yang terjadi pada tahun 1914. Oleh sebab itu, para

orang tua dan pemerintah (Belanda-saat itu) mengambil kebijakan untuk

menyingkir keluar meninggalkan permukiman Namaa menunju arah barat. Lokasi

yang dipilih adala daerah baru bernama Elabatai. Elabatai berasal dari kata

Ecalebatai yang merupakan nama burung. Elabatai sendiri berarti tonggak

gunung. Burung elak disebut juga burung betet (kakatua Ijo). Bukti peninggalan

bekas permukiman masih ada sampai sekarang seperti jalan rabat, pondasi rumah

Penginjil dan pondasi rumah warga. Saat ini areal kampong lama menjadi

perkebunan dan ditumbuhi aneka jenis pohon.

34
Dalam sejarah Negeri Pasinalo sendiri, Negeri Pasinalo diperintah oleh raja,

prakisis pemerintahan sejak dulu sebelum masuknya Belanda. Namun dengan

adanya perkembangan, Negeri Pasinalo mengalami perubahan pada bidang

pemerintahan dan di Maluku pada umumnya. Negeri sudah mengenal sistim

birokasi dan administrasi pemerintahan dan sebutan kepala desa sering

dipergunakan selain raja sebagai kepala adat. Namun hal ini tidak menghilangkan

adat melainkan memberi ruang antara pemimpin birokasi pemerintahan di tingkat

desa/Negeri.

Negeri Pasinalo sebagai birokasi pemerintahan desa/Negeri yang

keberadaanya di wilayah Kecamatan Taniwel, Kabupaten Maluku Tengah.

Setelah terjadi pemekaran wilayah Kabupaten Maluku Tengah kepada Kabupaten

Seram Bagian Barat pada tahun 2005.26

b. Letak Geografis

Negeri Pasinalo merupakan salah satu Negeri di Kecamatan Taniwel,

Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Dilihat dari letak geografisnya

Negeri Pasinalo terletak pada ketinggian 1 meter dari permukaan laut dengan

besrtuktur tanah andisol (Hitam, kuning kemerah-merahan). Jarak tempuh dari

Negeri Pasinalo ke Kecamatan Taniwel adalah 14 km dan dapat ditempuh dengan

mengendarai kendaraan bemotor kurang lebih 30 menit. Negeri Pasinalo

dikelilingi oleh dua sungai yaitu; Halaya dan Toaya dan dipengaruhi oleh dua
26
Hasil wawancara dengan A. Seluholo (Tokoh adat Negeri Pasinalo), pada tanggal 3 November
2021, di rumah informan.

35
musim yaitu musim panas dan musim hujan. Luas wilayah negeri Pasinalo 23.86

Kilometer persegi = 2386 Hektar (ha). Batas-batas wilayah Negeri Pasinalo

sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pegunungan

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Negeri Souhuwe

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Negeri Nukuhai27

c. Demografi

Negeri Pasinalo memiliki jumlah penduduk sebanyak 394 jiwa yang terdiri

dari laki-laki 212 jiwa dan perempuan 182 jiwa, dengan jumlah 98 Kepala

keluarga (KK). Jumlah penduduk negeri Nukuhai menurut kelompok umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4

Jumlah Penduduk Negeri Pasinalo Menurut Kelompok Umur dan Jenis


Kelamin

No Kelompok umur Laki-laki Perempuan Jumlah


1 0-3 11 7 18
2 4-6 26 19 45
3 7-9 19 12 31
4 10-12 27 21 48
5 13-15 32 27 59
6 16-45 53 57 110

27
Sumber Data: Profil Negeri Pasinalo Kecamatan Taniwel Tahun 2020

36
7 46-59 31 32 63
8 60-85 13 5 18
9 >86 0 0 0
Total 212 182 394
Sumber: Profil Negeri Tahun 2020

Dari uraian data diatas dapat digambarkan bahwa jumlah penduduk Negeri

Lesluru dengan kategori umur 16-45 tahun menempati urutan tertinggi dengan

angka 110 jiwa, kategori umur 45-59 tahun berjumlah 63 jiwa, kategori 13-15

tahun berjumlah 59 jiwa, kategori 10-12 tahun berjumlah 48 jiwa, kategori 4-6

berjumlah 45 jiwa, kategori 7-9 tahun berjumlah 31 jiwa, dan kategori terendah

ditempati oleh kategori umur 0-3 tahun dan 60-85 dengan jumlah 18 jiwa.

d. Pendidikan

Sarana pendidikan yang ada di dalam Negeri Pasinalo yaitu 1 (satu)

Taman Kanak-kanak (TK) yakni TK Patuloina, dan 1 (satu) Sekolah dasar (SD)

yakni SD Kristen YPPK Nukuhai-Pasinalo. Untuk jenjang pendidikan Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi

tiak ada di Negeri Pasinalo. Anak-anak usia SMP dan SMA mengikuti pendidikan

diluar Negeri Pasinalo dan untuk anak-anak lulusan SMA yang akan mengikuti

perguruan tinggi, mengikuti kuliah di kota Ambon, Masohi, dan Kairatu. Untuk

37
membiasakan anak-anak usia sekolah di tingkat TK, SD, SMP dan SMA maka

Pemerintah Negeri Pasinalo memberlakukan jam belajar malam bagi anak-anak

setiap jam 19.00-20.00 WIT. Keadaan pendidikan di Negeri Pasinalo dapat dilihat

melalui tabel data jumlah tamatan pendidikan warga Negeri Pasinalo di bawah ini:

Tabel 5

Data Pendidikan Masyarakat Negeri Pasinalo

No Jenis Pendidikan Laki-Laki Perempuan Total


1 SD 30 23 53
2 SMP 7 9 16
3 SMA 14 10 24
4 D1-D3 - 4 4
5 S1 9 11 20

6 S2 - - -

Total 60 57 117
Sumber: Profil Negeri Tahun 2020

Berdasarkan data keadaan tingkat pendidikan masyarakat Pasinalo di atas

menunjukan bahwa jumlah keseluruhan yang menempuh tingkat pendidikan SD

sampai S2 berjumlah 117 orang, dengan jumlah laki-laki 60 orang dan jumlah

perempuan 57 orang. Tingkat pendidikan dengan jumlah terbanyak terdapat pada

jenjang pendidikan SD yang berjumlah 53 orang dan jumlah terkecil terdapat pada

tingkat pendidikan D1-D3 dengan jumlah 4 orang. Untuk kategori jenjang

pendidikan S2 belum ada dalam pencapaian.

e. Mata Pencaharian

38
Mata pencaharian adalah salah satu indikator kesejahteraan penduduk

yang sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Negeri Pasinalo

merupakan Negeri yang memiliki sumber daya yang cukup potensial yakni pada

sektor pertanian, perkebunan dan kelautan. Hasil-hasil dari sumber yang

dihasilkan dikelola sendiri oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup

masyarakat setiap hari. Aneka jenis pangan yang ada di Pasinalu berupa sagu,

kelapa, aneka jenis umbi (termasuk suweg yang belum dimanfaatkan), aneka jenis

buah dan sayuran, juga tanaman lain seperti galoba. Galoba juga terbagi dalam

tigas jenis, ada yang bisa dimakan terutama ketika di dalam hutan, tapi juga ada

yang tidak bisa dimakan. Terdapat juga aneka jenis tanaman obat dan komoditas.

Demikian juga dengan kelapa yang terdiri dari beberapa jenis, dan salah satu di

antaranya adalah kelapa untuk obat. Selain itu, sumber kekuatan masyarakat

Pasinalu ada di sepanjang aliran sungai, pesisir dan laut seram. Aneka jenis ikan,

udang, kepiting, gurita, cumi, kerang, dan banyak lagi. Pangan yang beraneka

ragam dan tidak tercemar bahkan kimia adalah sumber kekuatan negeri Pasinalu.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis temui menunjukan bahwa

masyarakat Negeri Pasinalo sebagian besar adalah penduduk yang memenuhi

kebutuhan hidupnya di sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan pendapatan

terbesar bagi masyarakat. Disamping itu juga masyarakat memiliki pekerjaan pada

bidang lain seperti Wiraswasta, PNS, TNI, POLRI dan lainnya. Dengan setiap

pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat, mereka beranggapan bahwa dari

pekerjaan tersebut dapat membantu dan menunjang pendidikan anak-anak mereka

39
dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Selengkapnya dapat dilihat pada rincian

tabel berikut ini:

Sumber daya alam negeri Pasinalo

Tabel 6

Daftar Penduduk Negeri Pasinalo Menurut Pekerjaan

No Pekerjaan Laki-laki Perempuan Total


1 Petani 112 95 207

2 Nelayan 6 - 6
3 PNS 3 3 6
4 Wiraswasta 1 - 1
5 Pensiunan PNS - - -

40
6 TNI 6 - 6
7 POLRI 2 1 3
8 Pensiunan TNI/POLRI 1 - 1

Sumber: Profil Negeri Tahun 2020

Tabel di atas memperlihatkan tentang bagaimana keadaan masyarakat

menurut mata pencaharian. Berdasarkan tabel, menunjukan bahwa masyarakat

lebih dominan pada mata pencaharian di bidang pertanian atau sebagai petani

dengan jumlah sebanyak 207 orang. Oleh karena itu dalam mempraktekan tradisi

sepuma makarisaa lebih di praktekan oleh masyarakat yang bekerja pada bidang

pertanian karena mereka sangat membutuhkan bantuan untuk menyelesaikan

pekerjaan yang mereka lakukan. Namun sepuma makarisaa juga tidak menutup

kemungkinan untuk dipraktekan oleh masyarakat yang lain yang bekerja sebagai

PNS, POLRI, TNI dan Wiraswasta. Karena pada dasarnya sepuma makarisaa

adalah sebuah kerja sama yang dibangun untuk saling menolong dalam seluruh

masyarakat.

f. Keadaan Sosial-Budaya

Negeri Pasinalo merupakan negeri yang berada di Taniwel dan

berlatarbelakang suku wemale. Dalam kehidupan sehari-hari, selalu nampak

adanya hubungan kebersamaan. Hubungan kebersamaan telihat seperti kerja sama

saat posesi “harta kawin”. dimana salah seorang keluarga di Negeri Pasinalo

melaksanakan pertunangan dan pernikahan maka keluarga yang lain membantu

41
secara material maupun non-material (harta kawin). Hal ini dilakukan sebagai

bagian dari menanggung, merasakan suka dan duka. Dengan demikian, rasa saling

memiliki, saling membantu adalah cara negeri Pasinalo menjaga, merawat, dan

melestarikan kebersamaan dalam bingkai persaudaraan. Sebagai mahkluk sosial

yang saling membutuhkan satu sama lain maka membentuk satu kelompok yang

disebut masyarakat. Masyarakat yang menempati Negeri Pasinalo merupakan

masyarakat pesisir. Sebagai masyarakat pesisir, aktivitas masyarakat tidak hanya

sebatas pada aktivitas di laut (nelayan) tetapi juga sebagai petani (perkebunan).

Sistim kekerabatan yang dikenal oleh masyarakat Pasinalo adalah sebagai

berikut:

1. Hubungan geneologis atau pertalian darah. Maksudnya adalah adanya

sebuah ikatan di antara saudara.

2. Sistim kekerabatan berdasarkan hubungan perkawinan. Maksudnya adalah

jika terjadi perkawinan antara dua marga maka terjadilah hubungan di

antara kedua marga tersebut.

3. Semangat kekeluargaan atau marga (hubungan mata rumah) yang

berfungsi untuk mengetahui hubungan darah atau hubungan persaudaraan

yang bukan pada orang yang hidup tetapi juga dengan mereka yang sudah

meninggal. Mata rumah juga berfungsi untuk mempererat persaudaraan

dan menghindari perkawinan sedarah.

g. Karakteristik Informan

42
Dalam menunjung proses penulisan skripsi ini maka informan yang

berhasil ditemui dan diwawancarai adalah 16 orang yang dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 7

Karakteristik Informan

No Nama Umur Jemaat/Desa Status Jenis


Kelamin
1 M. Marupute 50 Pasinalo Kepala Desa L
(2021-2026)
2 D. Latutiene 43 Nukuhai Kepala Desa L
(2021-2026)
3 A. Seluholo 73 Pasinalo (Anggota Jemaat Tokoh Adat L
GPM)
4 P. Maitale 72 Pasinalo (Anggota Jemaat Tokoh Adat L
GPM)
5 A. 70 Pasinalo (Anggota Jemaat Tokoh Adat L
Latupasinalo GPM)

6 E. Latuolong 53 Nukuhai (Anggota Jemaat Ketua BPD L


GPM)
7 N. Solehuwey 71 Nukuhai (Anggota Jemaat Tokoh Adat L
GPM)
8 U. 43 Nukuhai (Anggota Jemaat Masyarakat L
Elly/Anakotta. Islam)
9 B. Komoly 44 Nukuhai (Anggota Jemaat Sekretaris Desa L
GBI)
10 N. Komoly 46 Nukuhai (Anggota Jemaat Masyarakat L
GBI)

43
11 G. Latue 43 Pasinalo (Anggota Jemaat Masyarakat L
GPM)
12 J. Latuserimala 47 Nukuhai (Anggota Jemaat Kepala Sekolah L
GPM) SD YPPK NUK-
PAS
13 S. Maitale 26 Pasinalo (Anggota Jemaat Pemuda P
GPM)
14 A. Pasely 28 Pasinalo (Anggota Jemaat Pemuda P
Katolik)
15 E. Pasinau 26 Pasinalo (Anggota Jemaat Pemuda P
GPM)
16 T. Maitale 36 Pasinalo Majelis Jemaat P
17 Ketua Majelis
P.Patty/L 53 Layeni Jemaat Nukuhai- P
Pasinalo (2014-
2021)

Gambaran tabel diatas menunjukan bahwa informan yang berhasil ditemui

adalah 17 orang, masing-masing dari kedua desa yakni desa Nukuhai dan desa

Pasinalo. Informan juga berasal dari agama Islam dan agama Kristen tetapi juga

aliran GBI dan Roma Katolik. Dari kalangan pemerintah empat orang, perangkat

pelayan dua orang, tokoh adat empat orang, tokoh pemuda tiga orang, tokoh

masyarakat tiga orang dan tokoh pendidikan satu orang. Pemahaman dan

pengetahuan yang perlu dipertajam dalam menganalisa terjadinya praktek sepuma

makarisaa, sehingga penulis membutuhkan beberapa orang yang merupakan

44
informan penting sesuai pengalaman atau pengetahuanya terkait sepuma

makarisaa tersebut. Oleh karena itu, ada perwakilan dari pemerintah desa dan

tokoh adat ditambah dengan berbagai unsur yang ada dalam masyarakat untuk

menjelaskan tentang tradisi sepuma makarisaa.

B. Deskripsi dan Analisis Data

Dalam bagian ini, penulis akan menyajikan data-data hasil wawancara

dengan para informan maupun hasil pengamatan selama di desa Nukuhai-Pasinalo

mengenai tradisi Sepuma makarisaa. Data ini sekaligus akan di analisis secara

kritis. Dengan menggunakan data-data yang sudah dikumpulkan dilapangan

nantinya akan menghasilkan suatu makna tentang menjaga relasi persaudaraan

masyarakat Nukuhai-Pasinalo dalam ikatan sepuma makarisaa sehingga relasi itu

akan terus berlanjut dan tidak pudar begitu saja.

45
1. Sepuma makarisaa di Negeri Nukuhai dan Pasinalo

a. Sejarah Tebentuknya Sepuma Makarisaa

Menurut A. Latupasinalo Sejak terjadinya perang pada masa penjajahan,

Hingga pada saat masyarakat Nukuhai turun ke daerah pesisir untuk bermukim

disitulah masyarakat Nukuhai dan Pasinalo membangun hubungan kerja sama

sebagai negeri bertetangga. Setelah berpindah-pindah tempat masyarakat Nukuhai

merasa aman dan menjalin kehidupan yang harmonis bersama dengan masyarakat

Pasinalo. Masyarakat merasa bahwa mereka saling membutuhkan satu dengan

yang lainnya. Oleh karena itu mereka sepakat membangun sebuah konsep untuk

saling melengkapi. Konsep yang bukan hanya sebagai pelengkap tetapi juga

konsep yang dapat menjaga hubungan kekerabatan dan menjaga keharmonisan

sebagai orang basudara. Konsep yang dilahirkan yaitu sepuma makarisaa.

Sepuma makarisaa artinya kerja sama. Kata sepuma makarisaa di ambil dari

bahasa wemale (bahasa tanah); sepuma artinya kerja dan makarisaa artinya sama-

sama jadi, sepuama makarisaa artinya kerja sama-sama. Sejak para leluhur kata

sepuma makarisaa sudah digunakan karena para leluhur lebih dominan berbicara

dengan bahasa wemale (bahasa asli).28

E.Latuolong juga mengatakan bahwa tradisi sepuma makarisaa ini sudah ada

sebelum mereka dilahirkan bahkan sebelum injil masuk di Negeri Nukuhai-

Pasinalo. Berdasakan cerita rakyat setempat diketahui bahwa terbentuknya tradisi

sepuma makarisaa tidak lain karena keinginan dari para leluhur untuk saling

28
Hasil wawancara dengan A. Seluholo. (Tokoh adat di Negeri Pasinalo), pada tanggal 03
November 2021 di rumah informan.

46
menolong dan melindungi dalam realitas hidup yang sulit di masa itu. Mengingat

kondisi geografis yang menentang saat itu mengakibatkan masyarakat mulai

membangun hidup dengan berdasakan pada cinta kasih dengan sesama yang

saling berbagi dan saling menolong apabila terdapat masyarakat yang mengalami

masalah atau membutuhkan bantuan. Dengan melihat pada keinginan tersebut

maka leluhur terorong untuk bersepakat membangun kehidupan bersama dan

membentuk relasi-relasi yang harmonis sebagai satu ikatan keluarga dan

persaudaraan. Dimulai dari realitas inilah cikal bakal lahirnya tradisi sepuma

makarisaa yang kemudian berkembang pada acara-acara adat, acara pelantikan

raja, acara perkawinan dan lain sebagainya.29

2. Pemahaman Masyarakat Negeri Nukuhai dan Pasinalo Terhadap

Tradisi Sepuma Makarisaa

a. Pengertian Sepuma Makarisaa Menurut Masyarakat Nukuhai

dan Pasinalo

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan terkait

pemahaman mereka tentang apa itu sepuma makrisaa, terlihat dari beragam

definisi yang dikemukakan.

29
Hasil wawancara dengan A. Latupasinalo. (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 5 November
2021 di rumah informan; juga hasil wawancara dengan E. Latuolong. (BPD Nukuhai), pada tanggal
9 Novembe 2021 di rumah informan.

47
AS, seorang Tokoh Adat memahami sepuma makarisaa sebagai simbol

persekutuan yang hadir untuk mempersatukan kehidupan orang basudara yang tak

terpisahkan antara negeri Nukuhai dan Pasinalo.

Sepuma makarisaa itu simbol yang datang par satukan katong


pung hidup orang basudara yang seng bisa tapisah dari negeri
Nukuhai deng Pasinalo.30

Menurut MM, yang merupakan Kepala Desa menganggap sepuma

makarisaa sebagai kekuatan budaya dalam membangun kehidupan antara negeri

negeri bertetangga untuk hidup tolong-menolong dan saling membantu sebagai

ikatan keluarga terkhususnya bagi negeri Nukuhai dan Pasinalo.

Sepuma makarisaa itu katong pung kekuatan budaya par bangun


negeri yang katong rasa sebagai saudara yang saling baku bantu,
laeng lia laeng.31

OL, seorang pensiunan PNS memahami sepuma makarisaa sebagai proses

sejarah yang dimana telah terjadi pengalaman yang tidak bisa dilupakan dan selalu

dikenang sebagai nilai etik moral untuk menanamkan nilai-nilai luhur dan

kebersamaan sepenanggungan antara negeri Nukuhai dan Pasinalo.

Kalo katong bicara soal sepuma makarisaa itu sama deng katong
bicara soal sejarah yang seng bisa katong lupa akang. Akang pung
nilai-nilai moral dari orang tatua dolo-dolo yang ada tarus, yang

30
Hasil wawancara dengan A. Seluholo. (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 3 November 2021 di
rumah informan.
31
Hasil wawancara dengan M. Marupute. (Kepala desa Pasinalo), pada tanggal 11 November
2021 di rumah informan.

48
baku gandeng tangan par bangun katong pung hidup ade kaka
ini.32

DL, seorang kepala desa mengatakan bahwa sepuma makarisaa diakui

sebagai salah satu tradisi yang baik, karena sepuma makarisaa sangat membantu

dan memiliki kontribusi yang turut mempengaruhi perilaku masyarakat untuk

membentuk karakter, pola pikir dan tatanan kehidupan yang baik.

Beta akui sepuma makarisaa itu tradisi yang bae, karena sepuma

makarisaa yang bangun katong pung diri dalam hubungan

bermasyarakat.33

PM, yang merupakan Tokoh Adat mengatakan bahwa negeri Nukuhai dan

Pasinalo merupakan masyarakat yang masih kuat berpegang pada adat, budaya

atau tradisi yang sudah ditetapkan leluhur. Budaya atau adat dipegang oleh

seluruh anggota masyarakat sebagai warisan yang harus dijaga dan dilestarikan

demi berlangsungnya suatu kehidupan yang aman dan damai, jadi tidak heran

kalau tradisi sepuma makarisaa masih tetap dilaksanakan sampai saat ini.

Katong negeri Nukuhai dan Pasinalo masih kantal deng adat dan
budaya dari orang tatu dolo. Samua adat masih katong biking
sampe sekarang. Katong samua harus jaga deng lestarikan akang
supaya hidup ini akang tenang deng bae-ae saja.34

32
Hasil wawancara dengan O. Latuluma. (Pensiunan PNS), pada tanggal 4 November 2021 di
rumah informan.
33
Hasil wawancara dengan D.Latutiene. (Kepala desa Nukuhai), pada tanggal 13 November 2021
di rumah informan.
34
Hasil wawancara dengan P. Maitale. (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 4 November 2021 di
rumah informan.

49
Memahami akan keberadaan sepuma makarisaa dari beberapa pandangan

informan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk memperlihatkan bahwa

masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo memegang teguh warisan yang

diturunkan oleh para leluhur. Berdasarkan konsep pikir itulah maka masyarakat

negeri Nukuhai dan Pasinalo tetap berusaha untuk mempertahankan suatu

keutuhan komunitas masyarakat pada umumnya karena memiliki nilai etis yang

terkandung dalam tradisi sepuma makarisaa antara lain: Mempersatukan

kehidupan orang basudara, saling menghargai, saling membantu dan warisan yang

dipertahankan.

b. Tujuan Pelaksanaan Sepuma Makarisaa

MM mengatakan, setiap pelaksanaan kegiatan budaya, tradisi atau adat

istiadat pasti memiliki tujuan khusus yang melibatkan keluarga ataupun juga

melibatkan langsung komunitas masyarakat.

Tiap acara adat, budaya, deng tradisi pasti pung tujuan, karena
samua keluarga terlibat di dalam masyarakat.35

Demikian halnya dengan pelaksanaan sepuma makarisaa, tradisi ini

menurut AS memiliki tujuan yang berhubungan dengan ikatan tali persaudaraan

karena ada ikatan sebagai saudara yang menyatukan antara negeri Nukuhai dan

35
Hasil wawancara dengan M. Marupute. (Kepala desa Pasinalo), pada tanggal 11 November
2021 di rumah informan.

50
Pasinalo, rasa saling memiliki antara satu dan lainnya dan penghargaan terhadap

orang tua.

Pelaksanaan sepuma makarisaa pung tujuan deng sepuma


makarisaa satukan negeri Nukuhai dan Pasinalo supaya saling
baku jaga deng hormat par orang tatua.36

Dari jawaban tersebut dapat dianalisis bahwa secara umum masyarakat

Nukuhai dan Pasinalo melaksanakan tradisi sepuma makarisaa dengan tujuan:

1) Melaksanakan ikatan sebagai orang basudara lewat sepuma makarisaa

yang memiliki nilai dari tradisi itu sendiri.

2) Membangun persekutuan untuk saling menghidupkan antara negeri satu

dengan negeri lainnya.

3) Menghargai orang tua sebagai wakil Allah di dunia, karena lewat mereka

tradisi sepuma makarisaa diwariskan untuk membangun kehidupan anak

cucu kedepan secara baik.

EL mengatakan, ketiga hal di atas menurut masyarakat Nukuhai dan Pasinalo

merupakan tujuan yang paling penting untuk terus dijaga dan dipelihara sebagai

ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan tradisi sepuma

makarisaa hadir ditengah-tengah kehidupan negeri Nukuhai dan Pasinalo.

Tradisi ini harus katong jaga deng lia karena katong bersyukur
par Tuhan pung berkat par katong dua negeri ini.37

36
Hasil wawancara dengan A. Seluholo. (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 3 November 2021 di
rumah informan
37
Hasil wawancara dengan E. Latuolong. (BPD Nukuhai), pada tanggal 9 November 2021 di rumah
informan.

51
Ketiga hal ini juga menjadi suatu pola anut yang bercirikan teologi

kontekstual. Kenapa dikatakan sikap teologi kontekstual karena didalam

pelaksanaan budaya ini ada sikap saling menghidupkan antara satu dan lainnya

seperti membantu dengan tulus dan sikap ini telah diturunkan dari generasi ke

generasi agar terpupuk suatu hubungan persaudaraan.

c. Praktek Sepuma Makarisaa

Dalam menjaga dan memelihara tradisi sepuma makarisaa untuk terus

dirasakan dalam kehidupan masyarakt Nukuhai dan Pasinalo, maka praktek

sepuma makarisaa terus diberlakukan.

Menurut AL pelaksanaan tradisi sepuma makarisaa untuk menjaga ikatan tali

persaudaraan dan mempererat kehidupan orang basudara anatara negeri Nukuhai

dan Pasinalo.

Katong biking sepuma makarisaa ini par jaga katong pung


hubungan ade sodara dua negeri ini.38

Dalam hubungan ini maka pemhaman mengenai tradisi sepuma makarisaa

amat penting. Melalui tradisi ini, seluruh masyarakat berkumpul bersama untuk

membangun komitmen sosial maupun agama untuk mengatasi keterpisahan atau

keterasingan yang ada dalam hidup masyarakat. Dalam pelaksanaan tradisi

sepuma makarisaa dilihat sebagai pengalaman iman untuk terus berefleksi

terhadap eksistensi tradisi sepuma makarisaa itu sendiri dan juga merupakan

kreatifitas masyarakat berbudaya untuk merancang dan membangun sistem tradisi

38
Hasil wawancara dengan A. Latupasinalo. (Tokoh adat Pasinalo), pada tanggal 5 November
2021 di rumah informan.

52
sepuma makarisaa yang terbuka dan merangkul sekat-sekat yang sebelumnya

terjadi.

Terkait dengan tujuan dari praktek sepuma makarisaa maka pelaksanaan

sepuma makarisaa dibutuhkan berbagai hal yang dapat dikatakan sebagai

komponen-komponen yang punya keterkaitan dan saling melengkapi baik dari

segi materi ataupun spiritualitasnya, agar pelaksanaan sepuma makarisaa bisa

terlaksana dengan baik. Demikian halnya dengan proses pelaksanaan tradisi

sepuma makarisaa disiapkan berbagai hal. Hal-hal tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut:

1. Persiapan

Persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan sepuma makarisaa

adalah mengadakan pertemuan. Jika sepuma makarisaa dilaksanakan dengan

tujuan untuk kepentingan umum (komunal/masyarakat) maka pertemuan akan

dilakukan oleh pemerintah kedua negeri dengan masyarakat. Jika pelaksanaan

sepuma makarisaa dengan tujuan khusus (pribadi/keluarga) maka pertemuan akan

dilakukan oleh keluarga atau orang-orang tertentu. Pertemuan yang dilakukan

untuk membicarakan hal-hal teknis terkait dengan sepuma makarisaa. Tujuan

pertemuan tersebut untuk menentukan hari, tanggal dan bulan pelaksanaan

sepuma makarisaa.

53
2. Pelaksanaan

AM Mengatakan, sepuma makarisaa di Nukuhai dan Pasinalo dipraktekan

dalam beberapa bentuk yaitu sepuma makarisaa dalam kerja kelapa kopra,

pembangunan rumah, pembangunan gedung gereja, pembukaan lahan pertanian,

berburu, melaut, orang sakit, orang duka (orang mati), dan pembersihan

lingkungan.

Sepuma makarisa di Nukuhai dan Pasinalo ini dong bking akang dalam
pekerjaan hari-hari macam karja kalapa, karja rumah, karja gereja, kasih
barsih lahan, berburu di utang, buang jaring di lauta, orang saki, orang
mati deng kasih barsih lingkungan dalam masyarakat ini.39

JL juga mengatakan bahwa sepuma makarisaa ini dilakukan dalam acara

pernikahan. Pada saat keluarga yang akan meminang seorang gadis dari negeri

yang lain maka baik masyarakat ataupun keluarga akan bersama-sama


39
Hasil wawancara dengan Bpk. A Maitale (Anggota Masyarakat), pada tanggal 22 November
2020 di rumah informan.

54
menanggung harta kawin dari gadis yang di minang. Jika pernikahan itu

berlangsung di jemaat maka keluarga-keluarga dan masyarakat yang lain

menyiapkan meja makan di rumah mereka masing-masing untuk menjamu para

tamu yang datang dari luar jemaat.

Sepuma makarisaa ini dong biking akang bukan saja di karja hari-hari
kaya karja kalapa, kasih barsih lingkungan, tapi dong jua bking akang
dalam acara pernikahan. Kalau mau maso minta adat, masyarakat dng
keluarga dong baku bantu par tanggung harta kaweng lalu nanti kalau
nikah di katong jemaat berarti nanti katong mamasa par tamu yang
datang ibadah makan sebelum pigi ibadah.40

Praktek sepuma makarisaa akan dimunculkan dalam gambar pada point-


point sebagai berikut:

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Kerja Kelapa

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Berburu

40
Hasil wawancara dengan J. Latuserimala (Anggota Masyarakat dan juga Kepala Sekolah SD
Nukuhai-Pasinalo), pada tanggal 24 November 2021 di rumah informan.

55
 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Melaut

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Pembangunan Rumah

56
 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Pembangunan Gereja

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Pembukaan Lahan

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Pembersihan Lingkungan

57
 Praktek Sepuma Makarisaa Pada Orang Sakit

 Praktek Sepuma Makarisaa Pada Orang Mati

 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Pernikahan

58
 Praktek Sepuma Makarisaa Dalam Panen Cengkih

d. Fungsi/Peran Sepuma Makarisaa bagi Negeri Nukuhai dan

Pasinalo

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, jawaban yang didapatkan

memiliki warna tersendiri dengan keyakinan terhadap peran atau fungsi sepuma

makarisaa itu sendiri. Misalnya dari BK, fungsi sepuma makarisaa pada

hakekatnya itu baik, karena sudah disepakati oleh leluhur kedua masyarakat sejak

dulu.

Sepuma makarisaa itu berguna par katong, sudah menjadi


kesepakatan dari para leluhur yang harus katong patuhi.41

Menurut UE yang memahami fungsi sepuma makarisaa sebagai nilai

moral yang etis dalam membangun persaudaraan untuk saling menghormati antara

satu dan lainnya terkhususnya bagi orang tua (leluhur) yang sudah menanamkan

yang baik, untuk itu harus tetap menjaganya supaya tidak pudar pada waktu dan

zaman.
41
Hasil wawancara dengan B. Komoly (Anggota Jemaat GBI), pada tanggal 17 November 2021 di
rumah informan.

59
Sepuma makarisaa pung fungsi sebagai nilai moral par bangun
katong pung hubungan persaudaraan supaya laeng harmat par
laeng, laeng bantu laeng.42

Peran/fungsi sepuma makarisaa terlihat dalam cara penyelesaian konflik

dengan menggunakan nilai-nilai yang ada dalam sepuma makarisaa.

Pertama, JL mengatakan bahwa persoalan sengketa tanah merupakan masalah

internal tetapi juga masalah eksternal. Persoalan sengketa tanah secara internal

dilihat dalam kedua masyarakat ini yaitu persoalan letak SD YPPK Nukihai-

Pasinalo. Alasan terjadinya persoalan ini adalah masyarakat merasa enggan untuk

besekolah di Nukuhai jika sekolah SD ini di bangun di Nukuhai begitu juga

sebaliknya. Berdasakan alasan ini juga masyarakat kemudian mempermasalahkan

tentang siapa pemilik tanah SD tesebut. Ada yang mengatakan bahwa tanah itu

merupakan tanah milik negeri Pasinalo tetapi juga ada yang mengatakan tanah itu

milik negeri Nukuhai. Oleh karena perbeaan pendapat dari kedua belah pihak

maka persoalan ini menjadi perhatian bagi masyaakat Nukuhai-Pasinalo tetapi

juga Jemaat GPM Nukuhai-Pasinalo. Untuk mengatasi perselisihan yang ada

maka masyarakat kemudian mencoba untuk mempraktekan sepuma makarisaa.

Dengan melihat nilai hidup sebagai orang basudara maka masyarakat mencoba

untuk melakukan pertemuan dengan berbagai pihak untuk membahas persoalan


42
Hasil wawancara dengan U. Elly (Jama’ah Islam), pada tanggal 15 November 2021 di rumah
informan.

60
tersebut. Pihak-pihak yang hadir yaitu Kepala Sekolah SD YPPK NUK-PAS,

ketua adat Pasinalo, Ketua adat Nukuhai, Penjabat Pasinalo, Penjabat Nukuhai,

Ketua BP Pasinalo, Ketua BPD Nukuhai dan Sekretais desa Nukuhai dan

Pasinalo. Dalam pertemuan dan pembahasan mereka memutuskan untuk tetap

membiarkan SD YPPK NUK-PAS berada di tengah-tengah kedua negeri supaya

tidak ada lagi perselisihan yang dapat menyebabkan kerenggangan-kerenggangan

dalam masyarakat. Kesepakatan itu dilakukan juga demi untuk menjaga

keharmonisan masyarakat Nukuhai dan Pasinalo. Kesepakatan untuk terus

membangun hubangan kekerabatan sebagai orang basudara yang hidup dalam

masyarakat bertetangga tetapi juga sebagai jemaat yang hidup dalam lingkup

bergereja yakni gereja Protestan Maluku Jemaat Nukuhai-Pasinalo maka praktek

sepuma makarisaa atau bekerja sama yang direalisasikan dapat meminimalisir

sebuah konflik sehingga keharmonisan, dan kesatuan kedua negeri tetap terjaga

dan agar tidak terjadi persoalan-persoalan baru mengenai permasalahn ini

kedepan.

Waktu masalah letak skolah SD ini katong coba par kasih selesai akang

secara adat karena ini menyangkut tanah. Menyangkut perbatasan jadi

waktu itu katong bakumpul sama-sama par dudu bicara akang lalu

putuskan akang mau bagimana. Karena dari dua negeri ni seng mau kalu

skolah ni bangun di Nukuhai bagitu lai kalu bangun di Pasinalo dong seng

mau pi jadi memang katong bangun akang di tengah-tengah dua kampung

ini. Tapi masalahnya dong permasalahkan akng lai barang tanah yang

61
bangun ni dong bilang itu Nukuhai pung batas pasinalu bilang itu

pasinalu punya.43

Kedua, PP mengatakan bahwa persoalan mengenai pecahnya aliran

kekristenan dari GPM ke GBI yang juga turut mempengaruhi dinamika kehidupan

masyarakat Nukuhai-Pasinalo. Aliran GBI merupakan aliran kekristenan yang

memilih untuk membangun kehidupan bergerejanya sendiri. Jemaat yang ada

dalam aliran GBI adalah orang-orang yang sebelumnya berada pada lingkup GPM

Jemaat Nukuhai-Pasinalo yang juga merupakan masyarakat asli negeri Nukuhai.

Seiring berjalannya waktu aliran GBI mendirikan sebuah Gereja yang bertempat

di Nukuhai. Anggota Jemaat GBI yang berasal dari masyarakat negeri Nukuhai

berjumlah 9 KK dengan jumlah jiwa 30 orang. Jemaat GBI yang bergereja di

Nukuhai juga berasal dari dusun Saweli dengan jumlah 1 KK dan jumlah Jiwa 4

orang. Hal ini berpengauh pada kerenggangan dalam berjemaat tetapi juga

bemasyarakat. Oleh sebab itu, jika kerenggangan dalam masyarakat terus

dibiarkan maka lama kelamaan, gerakan solidaritas dalam masyarakat pada

akhinya akan semakin kendor. Nilai-nilai solidaritas, keharmonisan dalam

masyarakat akan mengalami pergeseran. Oleh karena itu persoalan ini merupakan

sebuah persoalan teologi yang harus di beri perhatian oleh semua pihak baik

gereja maupun masyarakat. Dengan demikian pentingnya membangun hubungan

persaudaraan yang rukun, yang harmonis dan yang baik antar masyarakat yang

berada dalam keberagaman.

43
Hasil wawancara dengan J. Latuserimala (Kepala Sekolah SD YPPK Nuk-Pas), pada tanggal 20
Maret 2022 melalui telepon.

62
Persoalan mengenai pecahnya kekristenan yaitu GBI dari GPM menjadi

masalah yang sempat membuat kerenggangan dalam masyarakat tetati

juga dalam berjemaat. Oleh karena itu, pada saat persoalan ini terjadi

kita dari pihak gereja bersama pemerintah desa bersepakat untuk

membangun kembali hubungan kekerabatan itu dalam bentuk

mengundang anggota jemaat GBI untuk turut bersama-sama dalam

kegiatan yang dilakukan oleh gereja. Kegiataan pada saat itu

menyongsong paskah. Jadi dari GBI sama-sama ikut serta untuk ronda

obor, lomba tarik tambang dan lain lain. Dan dari situ masyarakat mulai

memahami bahwa yang pindah aliran dari GPM itu masih tetap baku

sudara deng katong. 44

Dari berbagai jawaban yang disampaikan ada beberapa point penting yang

disimpulkan terkait dengan fungsi/peran sepuma makarisaa bagi kedua negeri

tersebut, antara lain: Solidaritas yang menghidupkan, persekutuan dan

penghormatan kepada leluhur. Point-point tersebut akan diuraikan dalam realita

yang terjadi pada kedua negeri ini, antara lain:

1. Solidaritas yang menghidupkan

Solidaritas saling membantu yang tinggi memiliki makna yang mendalam

untuk membangun hubungan antara negeri Nukuhai dan Pasinalo tetap hidup dan

eksis hingga saat ini sebagai saudara bertetangga. Menurut GL kenapa disebut

sebagai sepuma makarisaa orang basudara? Karena nilai atau kekuatan dari tradisi

44
Hasil wawancara dengan Pdt P.Patty (Mantan Ketua majelis jemaat NUK-PAS), Pada tanggal 22
Maret 2022 melalui telepon.

63
sepuma makarisaa ini berasal dari kedua negeri yang hidup berdampingan sejak

zaman penjajahan (perang tahun 1914).

Kekuatan dari kedua negeri yang sudah lama hidup bertetangga


sejak terjadinya perang tahun 1914 yang pung hubungan sebagai
sodara itu yang disebut sepuma makarisaa orang basudara.45

Sejalan dengan itu menurut NK, solidaritas itu memiliki kekuatan untuk

hidup, karena tanpa solidaritas kita tidak bisa berproses normal bahkan kita

kehilangan nyawa dan sebaliknya kekuatan solidaritas di dalam tradisi sepuma

makarisaa itu sendiri yang memiliki kekuatan untuk saling merasakan, saling

memiliki sebagai ikatan persaudaraan yang hidup sampai kapanpun.

Tanpa adanya solidaritas dalam diri, katong seng bisa bangun


sepuma makarisaa itu deng bae-bae. Orang sudara yang tau
tentang makna solidaritas itu akan menghargai hubungan sebagai
orang basudara.46

2. Persekutuan

Menurut NS, kedua negeri ini selalu bersekutu untuk hidup dalam kasih
Tuhan lewat kebersamaan dalam merayakan Paskah baik itu perlombaan
menyongsong paskah, dan ronda obor saat paskah perayaan natal, perayaan idul
fitri tetapi juga bersekutu dalam kerja sama di gereja dan masyarakat. Hal ini
dilaksanakan pada dua negeri ini demi dan untuk sebuah persekutuan itu tetap
hidup dan terus dipancarakan lewat kasih Tuhan terhadap dua negeri ini.
Persekutuan yang dibangun menyatukan untuk hidup selalu berbagi dan menolong
dalam dinamika kehidupan yang dihadapi bersama.
45
Hasil wawancara dengan G. Latue (Anggota masyarakat ), pada tanggal 27 November 2021 di
rumah informan.

46
Hasil wawancara dengan N. Komoly (Anggota Jemaat GBI), pada tanggal 18 November 2021, di
rumah informan.

64
Dong dua negeri ini selalu ada dalam kerja sama, baik itu kerja
sama gereja maupun masyarakat tap dong juga bangun persekutan
lewat kasih Tuhan macam perayaan paskah, perayaan natal,
perayaan hari raya idul fitri. Jadi dong dua negeri ini selalu
bersekutu untuk melayani Tuhan lewat apa yang dong biking.47

3. Penghargaan kepada leluhur

SM, Tuhan itu baik, ia menciptakan alam dan seisi dunia ini dengan

maksud dan tujuan yang tepat untuk sama-sama menjaga dan memelihara ciptaan

yang indah ini. Salah satunya menghadirkan leluhur untuk bersama-sama

mengelola alam dan memberdayakan apa yang dimiliki untuk menjadi berkat bagi

banyak orang, misalnya leluhur meninggalkan jejak yang baik untuk generasinya

mengelola aset budaya yang cukup berharga seperti sepuma makarisaa yang

merupakan anugerah Tuhan yang terindah.

Katong pung orang tatua ini Tuhan kirim par sama-sama denga
katong jaga berkat yang Tuhan titip. Salah satu berkat Tuhan itu
lewat sepuma makarisaa par katong negeri Nukuhai dan
Pasinalo.48

Dalam konteks beragama dan berbudaya, para leluhur adalah bagian yang

tidak mungkin dilepaskan dari sejarah dan realitas suatu masyarakat. Para leluhur
47
Hasil wawancara dengan N. Solehuwey. (Tokoh adat Nukuhai), pada tanggal 4 November 2021
di rumah Informan.
48
Hasil wawancara dengan S. Maitale (Tokoh Pemuda), pada tanggal 22 November 2021, di
rumah peneliti.

65
bukan saja menurunkan keturunannya, tetapi juga menurunkan nilai-nilai bagi

keturunannya. Dari nilai-nilai yang diturunkan itu, setiap generasi baru

mengalami pembelajaran dari generasi sebelumnya dan dari pada leluhurnya.

Dalam proses pembelajaran itu, generasi masa kini mempunyai kesempatan untuk

memahami nilai-nilai yang positif melalui evaluasi dan refleksi atas nilai-nilai

yang diwarisi dan nilai-nilai baru dalam masyarakat pada “masa kini”.

e. Nilai-nilai yang terkandung dalam sepuma makarisaa

Setiap budaya, tradisi atau adat memiliki nilai-nilai tersendiri dan melekat

pada budaya, tradisi atau adat tersebut. Salah satunya tradisi sepuma makarisaa di

negeri Nukuhai dan Pasinalo. Setelah pembahasan mengenai sejarah, pengertian,

tujuan, praktek dan fungsi dari sepuma makarisaa maka pada tahap ini saya akan

membahas tentang nilai-nilai yang terkandung didalam tradisi sepuma makarisaa.

1. Nilai tolong menolong

Menurut AP, tolong menolong merupakan nilai solidaritas yang terkandung di

dalam sepuma makarisaa. Nilai solidaritas tolong menolong atau saling

membantu membentuk kepribadian, pemahaman, dan sikap anggota masyarakat

Nukuhai-Pasinalo terhadap eksistensi sesamanya. Setiap anggota masyarakat

dengan pekerjaan dan kepemilikannya selalu dilihat dalam bingkai totalitas

masyarakat. Nilai solidaritas juga turut mewarnai dan mencirikan pola relasi yang

unik dengan sesama. Artinya hubungan masyarakat Nukuhai dengan Pasinalo

selalu dilihat dalam kaitan dengan sepuma makarisaa. Nilai ini menjadi kekuatan

66
untuk merekatkan, melanggengkan, memelihara, dan memupuk pola-pola relasi

kemanusiaan masyarakat Nukuhai dan Pasinalo menjadi suatu pola hubungan

yang baik dan harmonis.

Sepuma makarisaa itu mengandung nilai solidaritas yang tinggi.


Solidaritas orang basudara untuk saling baku bantu atau tolong
menolong dalam masyarakat. Tolong menolong ini juga turut
membantu katong par jaga katong pung relasi dalam dua negeri
ini supaya tetap harmonis.49

2. Nilai persatuan dan kesatuan

EP mengatakan bahwa nilai persatuan dan kesatuan merupakan hakikat utama

yang menyatukan masyarakat pendatang dengan masyarakat asli Nukuhai dan

Pasinalo. Diletakkannya dasar bagi kebersatuan hidup telah dimulai sejak zaman

leluhur masyarakat Nukuhai dan Pasinalo ketika masih menjadi komunitas kecil

dan terbatas yang mendiami kampung-kampung di Pulau Seram. Aspek persatuan

dan kesatuan dipandang sebagai hal utama dalam membangun hidup, terutama

dalam upaya memupuk rasa persuadaraan, cinta kasih terhadap sesama yang

ditunjukan melalui sepuma makarisaa. Nilai ini memberi peluang yang sangat

besar bagi upaya sepuma makarisaa dari seluruh anggota masyarakat Nukuhai

dan Pasinalo yang saat ini berbaur dengan masyarakat lain guna menata

kehidupan bersama secara baik.

49
Hasil wawancara dengan A. Pasely. (pemuda RK), pada tanggal 2 Desember 2021 di rumah
peneliti.

67
Dalam sepuma makarisaa itu ada nilai persatuan deng kesatuan.
Persatuan deng kesatuan itu biking katong samua dalam masyarakat di
dua negeri ini jadi satu biar katong seng samu asli orang dalam negeri
ini. Persatuan deng kesatuan ini biking katong supaya katong samua
bersatu, baku gabung deng yang laeng, seng boleh ada yang
membedakan.50

KESIMPULAN SEMENTARA:

Proses penelitian lapangan yang dilakukan untuk menggali pemahaman

masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo menegnai tradisi sepuma makarisaa,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Pemahaman masyarakat terkait sepuma makarisaa.

Masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo memiliki pandangan yang beragam

terkait dengan pengertian sepuma makarisaa. Keberagaman itu dapat

diperlihatkan dengan pandangan sepuma makarisaa sebagai konsep yang

dibangun sebagai dasar persaudaraan. Hal ini terjadi karena masa peperangan

yang mengakibatkan masyarakat Nukuhai dan Pasinalo berpindah-pindah tempat

sehingga mereka menempati permukiman yang aman maka dari situ terbangun

hubungan yang harmonis sebagai negeri bertetangga sehingga persaudaraan

mereka di ikat dalam sepuma makarisaa. Selain itu, ada yang memahami sepuma

makarisaa sebagai kekuatan tradisi dalam membangun kehidupan antara negeri

bertetangga untuk hidup tolong-menolong dan saling membantu sebagai sebuah

keluarga. Kedua negeri ini menjadi saudara yang selalu merasakan antara satu dan

50
Hasil wawancara dengan E. Pasinau. (Pemuda), pada tanggal 2 desember 2021 di rumah
peneliti.

68
lainnya, ketika salah satu dari kedua negeri ini susah maka mereka harus hadir dan

merasakan bahwa mereka harus membantu saudara yang membutuhkan

pertolongan.

b. Fungsi sepuma makarisaa bagi kedua negeri

Lewat tradisi sepuma makarisaa kedua negeri ini selalu taat dan setia dalam

menjalankan nilai dan norma di dalam tradisi itu sendiri walaupun dalam proses

perlaksanaanya ada yang menemukan persoalan. Fungsi sepuma makarisaa bagi

kedua negeri sangat membantu dan mengarahkan kehidupan masyarakatnya untuk

hidup sebagai saudara meskipun ada dalam keberagaman baik itu etnis, agama,

aliran dan sistim pemerintahan. Fungsi sepuma makarisaa untuk menjaga

persaudaraan sebagai ikatan janji yang harus dipertahankan dalam proses

pergumulan masyarakat yang dilaksanakan. Sehingga nilai-nilai dari tradisi

sepuma makarisaa tetap terjaga walaupun diperhadapkan dengan berbagai

dinamika yang bisa saja mengikis tradisi sepuma makarisaa.

69
BAB III

MEMBANGUN TEOLOGI KONTEKSTUAL DALAM SEPUMA

MAKARISAA

Berdasarkan hasil dan deskripsi penelitian lapangan yang telah dilakukan,

maka pada bab ini akan dibangun suatu refleksi teologi kontekstual transformatif

mengenai konsep tradisi sepuma makarisaa. Refleksi teologi kontekstual ini

dibangun dari dialektika pemahaman masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo

dengan tujuan biblis dalam injil-injil yang mengisahkan pokok pembritaan Yesus

mengenai tradisi sepuma makarisaa. Ada beberapa gagasan utama yang akan

dikembangkan dalam refleksi ini, yaitu: sepuma makarisaa sebagai simbol orang

basudara yang menghidupkan; sepuma makarisaa sebagai persekutuan yang

sejati; Sepuma Makarisaa sebagai pemersatu masyarakat Nukuhai dan Pasinalo di

dalam keberagaman

Mengembangkan pemahaman teologi kontekstual adalah sebuah upaya

berteologi yang mensinergikan kesaksian Alkitab dan tradisi gereja, sambil

70
mencermati problematika kehidupan masyarakat saat ini. Teologi kontekstual

menjadikan teologi sebagai dasar dan arah aktivitas kesaksian dan pelayanan

gereja. Teologi kontekstual menuntun gereja menyatakan profetisnya secara aktif

menghadapi masalah-masalah sosial.51

Dalam pembahasan teologi sebagai imperatif, Bevans mengatakan tidak

ada sesuatu yang disebut “teologi” yang ada hanyalah teologi kontekstual:

misalnya teologi feminis, teologi hitam, teologi pembebasan, teologi Filipina,

teologi Asia-Amerika, teologi Afrika, dll. Kontekstualisasi teologi yakni upaya

untuk memahami iman Kristen dipandang dari segi sesuatu konteks tertentu

sungguh merupakan suatu imperatif teologis. Sebagaimana yang kita pahami

tentang teologi dewasa ini maka kontekstualisasi merupakan bagian dari hikayat

terdalam teologi itu sendiri.52

1. Sepuma Makarisaa Sebagai Simbol Orang Basudara Yang

Menghidupkan

Eliade menjelaskan tentang dua fungsi symbol, yaitu pemaduan dan

pendamaian. Simbol keagaamaan memungkinkan manusia untuk menemukan

kesatuan tertentu dunia dan pada saat yang sama membukakan kepada dirinya

sendiri tujuan hidup yang semestinya sebagai bagian integral dunia itu.53

Eksistensi Yesus dalam tradisi sepuma makarisaa telah terpatri dan bahkan

sudah bersama sebelum sepuma makarisaa itu ada dari awal hinggsa saat ini,

51
Dokumen Keesaan gereja ( Dalam Pip-Rip GPM 2016-2025)
52
Bevans. Op. Cit., hlm 1-26
53
F.W. Dilistone,The Power of Symbol. (Yogyakarta: Kanisius, 2002). Hlm.144.

71
berangkat dari kesaksiaan Alkitab lewat keberadaan Yesus Kristus pada (Yohanes

1:1-16). Bertolak dari kesaksian Alkitab ini maka eksistensi Yesus dalam

hidupnya telah menunjukan sikap kepeduliaan bukan hanya bagi saudaranya

secara biologis tetapi kepada orang-orang yang sebelumnya ia belum kenal.

Dalam dirinya persaudaraan telah terbangun dan menjadi pegangan bagi

kehidupan dimana dan kapan Ia berada. Yesus menunjukan dirinya sebagai

saudara dalam sepuma makarisaa yang menghidupkan semua orang ketika

membutuhkan pertolongan bahkan merelahkan hidupnya melalui darah dan tubuh-

Nya yang dikorbankan demi banyak orang. Yesus dapat disebut Ata-a (Kurban)

yang merelakan tubuh dan darah-Nya sendiri untuk mewujudkan pendamaian

antara sesama manusia dan lebih dari pada itu antara manusia dengan Allah.

Darah dan tubuh-Nya pun dibagi-bagikan kepada semua orang yang mau

bersekutu dalam jamuan persaudaraan dengan-Nya. Darah dan tubuh Yesus

memiliki makna persekutuan, cinta-kasih, persaudaraan, pendamaian dan

penebusan. Demikian semua orang yang hidup dalam persekutuan dengan Yesus,

hendaknya selalu mewujudkan makna persaudaraan yang dikukuhkan-Nya.

Makna persaudaraan tersebut sekaligus merobohkan batas-batas agama, suku,

ras, golongan dan kelas sosial yang membeda-bedakan antara sesama manusia.

Karena itu pada saat kematian Yesus ada seorang asing yang bukan pengikut

Yesus, yakni kepala pasukan yang menyalibkan-Nya dapat mengakui bahwa

Yesus adalah seorang yang benar, Anak Allah (Mat.27:54;Mrk.15:39;Luk.23;47).

Ikatan sepuma makarisaa melalui ajaran, pelayanan dan pengorbanan Yesus

mengartikan bahwa Yesus Kristus adalah Saudara bertetangga dalam konteks

72
masyarakat Maluku. Ajaran dan pelayanan Yesus menunjukan pada nilai-nilai

luhur yang terkandung dalam tradisi sepuma makarisaa itu sendiri. Sedangkan

pengorbanan Yesus yang mencurahkan darah dan memecahkan tubuh-Nya bagi

semua manusia membuktikan suatu ikatan sepuma makarisaa yang abadi dan

kudus. Ikayan sepuma makarisaa bersama Yesus tidak dapat diputuskan oleh

kekuatan apapun, sebab Yesus sendiri yang mengikat ikatan tersebut sesuai

dengan kehendak Allah. Ikatan sepuma makarisaa tersebut tidak terbatas pada

ikatan kedua negeri atau suku, dan personalitas, tetapi dengan semua orang (laki-

laki dan perempuan, kaya-miskin, dan lain-lain). Pengorbanan Kristus di kayu

salib menunjukan nilai kasih kepada semua orang tanpa memandang suku, ras,

golongan, agama, dan sebagainya, melainkan darahnya dikorbankan sebagai nilai

perjanjian yang kudus antara Allah dan manusia untuk tetap menjaga perjanjian

kudus tersebut. Pengorbanan Yesus menegaskan pemahaman bahwa orang

Kristen Maluku harus terbuka untuk melewati tembok-tembok budaya yang

memisahkan.

Dalam konteks ini, nilai kebaikan yang terkandung dalam tradisi sepuma

makarisaa harus dipraktekan bagi siapa saja yang tidak terikat dengan saudara

bertetangga dalam masyarakata dan berjemaat. Sepuma makarisaa harus (Inklusif)

untuk menghidupkan orang luar diluar saudara berjemaat dan bermasyrakat,

karena itu nilai dan ajaran yang sebelumnya Yesus telah tunjukan sebelumnya.

Kebaikan didalam sepuma makarisaa tidak sebatas antara negeri Nukuhai dan

Pasinalo, melainkan bagi negeri yang membutuhkan pertolongan kepada kedua

negeri ini. Nilai kebaikan di dalam sepuma makarisaa harus ditransformasikan

73
bagi semua orang tanpa memandang suku, ras, golongan, dan sebagainya, tetapi

menjawab kebutuhan bagi orang miskin, termaginal dan lain-lain.

Negeri Nukuhai dan Pasinalo harus menunjukan kasih kepada negeri-negeri

yang lain, harus merasakan penderitaan ketika negeri lain membutuhkan

pertolongan bahkan meminta bantuan ketika ada dalam kesusahan dan

penderitaan. Ketika kedua negeri ini mampu membantu dan merasakan apa yang

dialami oleh negeri-negeri yang lain, maka nilai-nilai kebaikan di dalam tradisi

sepuma makarisaa mampu ditransformasikan secara baik. Disitulah Kasih Kristus

ditunjukan kepada kedua negeri ini sebagai saudara maupun saudara-saudara

lainnya yang membutuhkan pertolongan.

2. Sepuma Makarisaa sebagai Pemersatu Masyarakat Nukuhai dan

Pasinalo Di Dalam Keberagaman

Konsep sepuma makarisaa merupakan konsep yang dibangun oleh para

leluhur masyarakat Nukuhai dan Pasinalo. Tetapi makna persaudaraan itu dapat

ditemukan juga dalam berbagai istilah di wilayah-wilayah Maluku. Misalnya; Ain

ni Ain i Kei, Klawedo di Kabupaten Maluku Barat Daya, Kiabela di Kepulauan

Tanimbar, ale rasa beta rasa di Ambon dan daerah sekitarnya. Dalam kaitan

dengan istilah-istilah persaudaraan diatas, maka harus diimplementasikan dan

menjadi nilai penting untuk hidup bersama di Maluku yang beragam kultur, suku

dan agama.

Dengan melihat pada sejarah umat manusia diwarnai dengan berbagai bentuk

kekerasan, konflik dan peperangan yang terjadi hampir diseluruh belahan bumi

74
ini. Semua hal itu bisa terjadi karena berawal dari individu, antar-kelompok,

antar- desa atau daerah, antar-suku, antar-etnis, antar-agama, hingga antar-negara.

semuanya itu berpengaruh pada kehidupan manusia. 54 Masyarakat Nukuhai-

Pasinalo juga merasakan konflik yang sama di kalangan mereka. Menguatnya

fanatisme individu maupun desa yang mengakibatkan perpecahan antar

masyarakat. Namun hal tersebut tidak bertahan lama karena sepuma makarisaa

menjadi media pendamaian bagi persoalan yang dihadapi oleh masyarakat

Nukuhai dan Pasinalo sehingga masyarakat terus mempetahankan dan

membangun hubungan keharmonisan sebagai orang sudara dalam praktek-praktek

sepuma makarisaa. Bertolak pada Sepuma makarisaa terungkap manifestasi

Kristus seperti yang tergambar dalam Filipi 2:1-11, dimana Kristus menghendaki

kesatuan di dalam keberagaman. Kristus sebagai teladan yang mempersatukan

manusia. Paulus membicarakan kebutuhan akan kesatuan yang lebih besar dan

persekutuan yang lebih kuat dalam gereja Filipi. Paulus mengemukakan empat

hal.

1. Dalam Kristus adalah segala nasihat menuju kesatuan; perpecahan adalah

penolakan terhadap kehendak dan tujuan Kristus.

2. Mereka yang telah mengenal berkat kasih wajib mewujudkannya terhadap

orang lain tanpa batas atau pandang bulu.

3. Semua orang percaya memiliki roh yang sama, justru wajib bersama-sama

menjadi satu.

54
A.M.L. Batlajery, dkk (peny.), Spiritualitas Pro-Hidup (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017), hlm.
199.

75
4. Pengetahuan tentang belas dan kasihan Allah harus mendorong mereka

untuk menyatakannya kepada orang lain dalam kasih dan belas kasihan.55

Pendekatan teologi kontekstual, semakin membuka cakrawala berpikir

masyarakat Nukuhai-Pasinalo untuk tidak pernah berubah dalam mengembangkan

kehidupan bersama sebagai orang basudara dan tetap menjaga keutuhan mereka.

Perlu dipelajari dari kehidupan masyarakat Nukuhai-Pasinalo bahwa, dengan

adanya pluralisme agama dan kepemimpinan namun tidak membuat masyarakat

lupa akan makna orang basudara dalam sepuma makarisaa untuk tetap menjadi

satu tanpa harus ada konflik antar agama dan antar desa. Dengan menunjukan

citra Yesus Kristus yang diajarkan oleh Paulus agar tetap menjaga kesatuan di

tengah-tengah keragaman. Allah menghendaki terjalinnya hubungan

persaudaraan, yang tidak eksklusif melainkan inklusif dan menghargai perbedaan,

kemajemukan demi mewujudkan keutuhan ciptaan yang hidup berdamai sejahtera.

Nilai cinta kasih (mengasihi) diman Tuhan lebih dulu mengasihi umat-Nya dan

untuk itu sebagai manusia haruslah mengasihi sesama manusia seperti yang

dikehendaki Tuhan dengan hidup bersama, saling mengasihi, saling menghargai,

saling peduli, saling menolong dan tidak saling membedakan.

55
D. Guthrie, Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu berdasarkan fakta-fakta sejarah Ilmiah
dan Alkitab (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2013), hlm. 620-621.

76
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang hendak disampaikan sebagai bagain penutup

dari tulisan ini adalah:

1. Tradisi sepuma makarisaa adalah konsep atau ide yang dibangun oleh

masyarakat Nukuhai-Pasianlo untuk dijadikan pola dalam tatanan

kehidupan masyarakat Nukuhai-Pasinalo. Sepuma makarisaa (kerja sama)

merupakan sikap tolong menolong dalam kehidupan masyarakat. Motivasi

pelaksanaan tradisi sepuma makarisaa yaitu hubungan kekerabatan,

dimana masyarakat saling membantu dalam sebuah kegiatan sebagai

upaya memperdalam relasi kekeluargaan, persaudaraan dan solidaritas

yang tinggi terhadap sesama. selain itu motivasi pelaksanaan tradisi

77
sepuma makaisaa juga adalah keja sama yang dilakukan dengan mendapat

imbalan (pembagian hasil, pemberian upah).

2. Kehidupan yang dibangun dalam suatu persekutuan, karena melalui

pelaksanaan tradisi sepuma makarisaa hubungan persaudaraan dapat

dieratkan kembali hinga terbinya suatu hubungan persekutuan antara

negeri Nukuhai dan Pasinalo. Persekutuan sepuma makarisaa akan tetap

terjaga kapan dan dimana kita berada walaupun tidak berada pada kedua

negeri tersebut (merantau) harus menjaga dan bersekutu supaya

persekutaan antara masyarakat Nukuhai dan Pasinalo sebagai orang

basudara tetap terasa. Karena aspek persekutuan dilihat juga dalam proses

saling merasakan dan memiliki antara satu dan lainnya, karena itulah nilai

yang terkandung didalam tradisi sepuma makarisaa. Persekutuan yang

sejati antara kedua negeri harus juga dibangun pada negeri-negeri yang

lain untuk hidup dan bersekutu lewat karya penyelamatan Allah di dalam

Yesus Kristus.

B. SARAN

Ada beberapa pikiran rekomendatif ke depan:

1. Fakultas Teologi-UKIM sebagai Lembaga Pendidikan Calon Pendeta

GPM mesti lebih memperhatikan pengkajian adat istiadat orang

Maluku sebab adat di Maluku memiliki nilai-nilai etik moral yang

berguna bagi pembangunan mental dan spiritual warga jemaat.

78
Sehingga kajian budaya sekaligus menjadi pengawal transformasi

budaya di Maluku.

2. Sinode GPM, khususnya Para Pendeta GPM juga mesti menyadari

bahwa budaya Maluku bukanlah salah satu bentuk kearifan yang harus

dimusnahkan tetapi budaya Maluku merupakan rumah teologi bagi

kekristenan orang Kristen yang sejati.

3. Masyarakat negeri Nukuhai dan Pasinalo harus memaknai tradisi

sepuma makarisaa sebagai tradisi kekerabatan yang memungkinkan

interaksi sosial kemasyarakatan berlangsung dengan baik, mesti

menjadi dasar pijak masyarakat Nukuhai-Pasinalo dalam

mengembangkan relasi-relasi kebersamaan yang lebih harmonis

sebagai simbol orang basudara baik dengan masyrakat Nukuhai dan

Pasinalo maupun dengan masyarakat di negeri-negeri yang lain.

79
DAFTAR PUSTAKA

1. SUMBER BUKU

Batlajery, A.M.L. dkk, 2017. Spiritulaitas Pro Hidup Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Bevans, Stephen. 2002. Model-Model Teologi Kontekstual Maumere: STFK


Ledalero.

Darmaputera, Eka, et al., 2004. Konteks Berteologi di Indonesia Jakarta: BPK


Gunung Mulia.

Dilistone, F.W.2002. The Power of Symbol Yogyakarta: Kanisius.

Guthrie, D.2013. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu berdasarkan fakta-


fakta sejarah Ilmiah dan Alkitab Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metoologi Penelitian Kualitatif Jakarta: Salemba


Humaniuku.

80
Koenjaraningrat. 2002. Kebudayaan mentalitas dan pembangunan Jakarta:
Gramedia.

Maelissa, S.H, dkk, 1981. Sistem Kesatuan Hidup Setempat Daerah Maluku
Yogyakarta: Depdikbud.

Narwawi, H.H. 2005. Metode Penelitian Sosial Yogyakarta: Kanisius.

------------,Narwawi, H.H.1998. Metode Penelitian Bidang Sosial Jogjakarta:


Gajah Mada Universit.

Schreiter, Robert. R. C.PP.S. 2006. Rancang Bangun Teologi Lokal Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Sedubun, Nicodemus. 2019. Kearifan Lokal dan Sebagian Kebudayaan Maluku


Makasar, Oase Intim.

Sitompul, A.A. 1998. Manusia dan Budaya Jakarta: BPK Gunung Mulia.

E.B Tylor, E.B. 1999. “The Primitive Culture”, dalam Samuel, Pengantar
Antopologi Agama Salatiga: Fakultas Teologi UKSW.

Watloly, A. 2013. Cermin Eksistensi Masyarakat Kepulauan Dalam


Pembangunan Bangsa Perspektif Indigenous Orang Maluku Jakarta: PT.
Intimedia Cipta Nusantara.

Yewangoe, A.A. 2006. Agama dan Kemajemukan Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sumber Data: Profil Negeri Pasinalo Kecamatan Taniwel Tahun 2020.

Sumber Data: Profil Negeri Nukuhai Kecamata Taniwel Tahun 2019.

Dokumen Keesaan gereja, Dalam Pip-Rip GPM 2016-2025.

81
2. KARYA ILMIAH AKADEMIK: SKRIPSI, TESIS DAN DISERTASI

Titus, Petrus. Budaya Rere Gotong Royong Sebagai Wujud Partisipasi Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat: Studi di DESA luhulely, kecamatan
Letty, kabupaten Maluku Barat Daya Ambon: UKIM.

3. SUMBER INTERNET

Erniati, Y. Sanjoko, Deskripsi Pola Suku Kata Bahasa Wemale, Jakarta :


Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Url :
http://jurnallingko.kemdikbud.go.id/index.php/JURNALLINGKO/article/view/48.
Diakses : 12 Oktober 2021.

T.A.Aziz, Studi Terhadap Nilai Kerukunan Gotong Royong Dalam Pelaksanaan


Tradisi Sedekah Laut Di Masa Pandemi Covid-19, Jakarta : Universitas
Pendidikan Indonesia. Url:
https://www.researchgate.net/publication/352017803_STUDI_TERHADAP_NIL
AI_KERUKUNAN_GOTONG
ROYONG_DALAM_PELAKSANAAN_TRADISI_SEDEKAH_LAUT_DI_MA
SA_PANDEMI_COVID_19. Diakses : 12 Oktober 2021.

F.S.Pawane, fungsi Pomabari (Gotong Royong) Petani Kelapa Kopra di Desa


Wasileo Kecamatan Maba Utara Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku
Utara, Jurnal Holistik. Url: https://media.neliti.com/media/publications/79959-ID-
fungsi-pomabari-gotong-royong-petani-kel.pdf&ved. Diakses: 13 Oktober 2021.

Indra, Partisipasi Masyarakat Dalam Mempertahankan Budaya Gotong Royong


Di Desa Serakapi Untuk Meninghkatkan Pembangunan, Ummat Repository. Url:
https://repository.ummat.ac.id/id/eprint/1343. Diakses: 19 Oktober 2021.

82
Fadly, Pergeseran Nilai-Nilai Gotong Royong di Masyarakat Desa Galung
Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone, Universitas Muhammadiyah Makasar. Url:
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/10679-Full_Text.pdf&ved. Diakses: 19
Oktober 2021.

Nanang. Sayoko, Implementasi Nilai Gotong Royong dan Solidaritas Sosial


Dalam Masyarakat (Studi kasus pada tradisi malam pasian di desa Ketilang,
kecamatan Todanan, kabupaten Blora), Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Url: https://core.ac.uk/download/pdf/148605458.pdf&ved. Diakses:19 Oktober
2021.

4. SUMBER WAWANCARA

Hasil wawancara dengan Stelah Maitale (Tokoh Pemuda), pada tanggal 22


November 2021, di rumah peneliti.

Hasil wawancara dengan Astri Paseli (Pemuda), pada tanggal 23 November 2021
di rumah peneliti.

Hasil wawancara dengan Elvina Pasinau (pemuda), pada tanggal 24 November


2021 di rumah peneliti.

Hasil wawancara dengan Pdt P.Patty (Mantan Ketua majelis jemaat NUK-PAS),
Pada tanggal 22 Maret 2022 melalui telepon.

Hasil wawancara dengan Bpk. Matheis Marupute (Kepala Desa Pasinalo),


pada tanggal 11 November 2021 di Kantor Desa Pasinalo.

Hasil wawancara dengan Bpk. Barce Latutiene (Kepala Desa Nukuhai),


pada tanggal 13 November 2021 di Kantor Desa Nukuhai.

83
Hasil wawancara dengan Bpk. Abraham Seluholo (Tokoh Adat Pasinalo),
pada tanggal 3 November 2021 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Edi Latuolong (Tokoh Agama juga Ketua BPD
Desa Nukuhai), pada tanggal 9 November 2021 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Absalom Latupasinalo (Tokoh Adat Pasinalo),


pada tanggal 5 November 2021, di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Uno Elly (Jama’ah Islam), pada tanggal 15
November 2021, di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Ibu. Tina Maitale (Majelis Jemaat), pada tanggal 16
November 2021 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Beni Komoly (Anggota Jemaat GBI), pada tanggal
17 November 2021 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Nus Komoly (Anggota Jemaat GBI),


pada tanggal 18 November 2021, di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk Glen Latue (Tokoh Pemuda), padda tanggal 27
November 2021 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. A Maitale (Tokoh Masyarakat), pada tanggal 22


November 2020 di rumah informan.

Hasil wawancara dengan Bpk. Jhon Latuserimala (Tokoh masyarakat dan juga
Kepala Sekolah SD Nukuhai-Pasinalo), pada tanggal 22 November 2021 di rumah
informan.

Hasil wawancara dengan Pdt P.Patty (Mantan Ketua majelis jemaat NUK-PAS),
Pada tanggal 22 Maret 2022 melalui telepon.

84

Anda mungkin juga menyukai