SKRIPSI
OLEH:
611 15 034
FAKULTAS FILSAFAT
KUPANG
2019
i
KATA PENGANTAR
Seperti sebuah bangunan yang hendak dibangun, untuk mengetahui betapa kokoh, kuat
serta bertahan lamanya, para pembangun harus sejak awal memberi bahan campuran yang
benar dan baik pula, sehingga dasar yang kuat yang telah dibangun sejak awal bisa bertahan
hingga akhir. Demikian, bahwa keutamaan-keutamaan yang paling penting untuk menciptakan
masyarakat yang harmonis penuh damai haruslah dimulai dari hidup keluarga. Seperti yang
dikatakan oleh Bunda Teresa seorang biarawati Katolik Roma (nama lahir Agnes Gonxha
Bojaxhiu) 1910-1997, “Apa yang dapat anda lakukan untuk mempromosikan perdamaian
Keluarga adalah tempat ideal penyemaian pendidikan budi pekerti. Di dalam keluarga
anak akan banyak belajar secara praktis melalui berlatih dan meniru budi pekerti orang di
Peran keluarga dalam mengembangkan moral anak sangatlah penting karena hal
tersebut berpengaruh pada pembentukan moral di masa depan. Ini semua dapat diawali dari
lingkungan terkecil yaitu keluarga. Keluarga merupakan media sosialisasi pertama yang dapat
membentuk jati diri anak. Jika keluarga dapat mensosialisasikan hal-hal yang baik (tutur kata,
tingkah laku, agama, kepribadian dan lain sebagainya), maka anak akan tumbuh dan
berkembang di dalam masyarakat dan khususnya dalam keluarga sebagai anak yang baik pula.
Tetapi anak yang tumbuh dan dibesarkan di dalam keluarga yang tidak dapat mensosialisasikan
nilai dan norma yang tidak baik dan juga jauh dari kasih sayang orang tua maka anak tersebut
pemerintah. Karena itu, orangtua tidak boleh menganggap bahwa pendidikan anak hanyalah
ii
tanggung jawab sekolah. Pendidikan merupakan suatu usaha manusia untuk
membina kepribadiannya agar sesuai dengan norma-norma atau aturan di dalam masyaratakat.
Setiap orang dewasa di dalam masyarakat dapat menjadi pendidik, di mana pendidikan
merupakan suatu perbuatan sosial yang mendasar untuk pertumbuhan atau perkembangan anak
didik menjadi manusia yang mampu berpikir dewasa dan bijak. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dan utama di mana anak berinteraksi di dalam lembaga pendidikan yang
tertua. Artinya, di sinilah dimulai suatu proses pendidikan, di mana orang tua berperan sebagai
pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling
utama, karena sebagian besar kehidupan anak ada di dalam keluarga, dan pendidikan yang
Amoris Laetitia merupakan suatu ensiklik dari Paus Fransisikus yang menguak
beberapa point penting dalam kaitannya yang erat dengan keluarga. Pertama, keluarga adalah
tempat di mana Allah dan cinta-Nya hadir dan bekerja. Kedua, keluarga perlu didampingi untuk
tumbuh dalam cinta yang semakin dewasa dan memberi. Ketiga, keluarga dalam kesulitan
perlu dibantu dengan cinta dan belas kasih. Paus Fransiskus mengakui bahwa ada banyak
keluarga-keluarga kristiani yang mampu bertahan hidup dalam kesetiaan, cinta kasih dan
hormat kepada Allah. Namun di sisi yang lain harus disadari ialah banyak pula keluarga
kristiani yang tengah menghadapi masalah. Masalah itu berkenaan dengan hidup perkawinan
dan hidup keluarga mereka yang sedikit-banyaknya dipengaruhi oleh arus zaman yang begitu
cepat berubah. Penulis merasa prihatin terhadap kehidupan keluarga kristiani dewasa ini
khususnya dalam tugasnya mendidik moral anak-anak mereka. Atas dasar keprihatinan ini,
ARTIKEL 263.
iii
Sungguh sangat disadari bahwa rampungnya skripsi ini bukan semata usaha pribadi
penulis. Oleh karena itu, ke hadirat Tuhan Yang Maka Kuasa patut dihaturkan puji dan syukur
menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak terkait
jugalah yang memungkinkan penulis merampungkan penulisan skripsi ini. Karena itu patut
1. Mgr. Dr. Edmund Woga, CSsR (Uskup Weetabula) yang telah membiayai penulis
3. Rm. Drs. Hironimus Pakaenoni, Pr. L. Th, (Mantan dekan Fakultas Filsafat)
4. Rm. Drs. Yohanes Subani, Pr. Lic. Iur. Can. (Dekan Fakultas Filsafat)
6. Rm. Siprianus S. Senda, Pr. S. Ag. L. Th. Bib. (Ketua Program Studi Fakultas Filsafat)
8. Rm. Dr. Herman Punda Panda, Pr (Praeses Seminari Tinggi St. Mikhael, Penfui-Kupang
dan Prefek bagi Frater Keuskupan Weetabula), Rm. Stef Tamu Ama, Pr. (Staf Pembina
Fratres Keuskupan Weetabula) serta para Romo pembina Seminari Tinggi St. Mikhael
penulis menyelesaikan penulisan Skripsi ini. Hormat dan terima kasih saya sampaikan
kepada Rm. Joseph Nahak, Pr. MA. (Pembimbing I) dan Rm. Drs. Hironimus
Pakaenoni, Pr. L. Th, (Pembimbing II). Hormat dan terima kasih yang sama
disampaikan kepada Rm. Dr. Herman Punda Panda, Pr. yang telah meluangkan
iv
10. Teman-teman angkatan-seperjuangan di Fakultas Filsafat UNWIRA, Seminari Tinggi
11. Kedua orang tua tercinta: Bapak Daniel Ng. Lede dan Mama Regina L. Kalli yang selalu
mendukung penulis dengan doa-doa dan segala perjuangan untuk membiayai penulis
selama studi. Kakak Rosalia Oktaviana Ngongo dan Matius T. Bolo bersama Arestior
Oliver Tena, Maria Fatima Kalli dan kakak Andreas Pote Kaka bersama Jhosua Desra
Niha, Gregorius Oktavianus Ngongo, Melania Angrila Ngongo dan Anastasya Agnes
Ngongo. Juga mereka semua yang selalu mendukung usaha dan perjuangan penulis: om
Leksi, om Agus, teman Pije Talo, teman Ans Lede, teman Emil Embu, saudari Veni
Lende, saudara Elon B. Bili, saudari Densi F. Lodong, dan saudari Anna Siwa.
12. Untuk semua saja yang dengan caranya masing-masing telah membantu penulis dalam
mendukung saya dalam merampungkan skripsi ini, penulis sampaikan terima kasih dan
hormat yang berlimpah. Yakinlah Tuhan Mahabaik yang melihat dan akan membalas
Akhir kata, sungguh harus disadari dan diakui bahwa penulis hanyalah manusia terbatas
yang menyadari sungguh bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
sumbangan pemikiran dan kritikan yang membangun dari sidang pembaca sekalian sangat
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4.2.3 Pengalihan Hidup Dan Pendidikan Anak-Anak .......................................................... 19
BAB III KELUARGA DAN PENDIDIKAN MORAL ANAK SEKOLAH DASAR ...... 25
viii
3.3.3 Teori-Teori Perkembangan Moral .................................................................................. 42
ix
4.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Anak Sekolah Dasar .......... 67
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 78
CURICULUM VITAE........................................................................................................... 85
x
ABSTRAKSI
Orangtua memiliki peranan penting dalam mendidik anak-anak bukan saja dalam aspek
moral tetapi dalam beberapa aspek lainnya seperti aspek fisiologi, kognitif, afektif, sosial, dan
religius. Karena keluarga adalah tempat pertama manusia belajar tentang kehidupan, tentang
cinta kasih dan keadilan. Perlu diketahui tentang pengaruh cinta kasih ibu dan bapak terhadap
anak dalam Amoris Laetitia. Seorang bayi yang dilahirkan, belajar mengenai hidup dan
memaknai hidupnya melalui pengalaman hidup bersama ayah-ibunya. Dengan cara ini, mereka
belajar bahwa keindahan relasi manusia menyentuh jiwa, mengupayakan kebebasan kita,
menerima perbedaan orang lain, mengenali kasih dan menghormati mereka sebagai rekan
dialog. Seperti itulah kasih, dan ia mengandung sepercik kasih Allah. Tugas untuk mendidik
anak-anak sesungguhnya berakar dari panggilan dasar orang-orang yang menikah dan
melahirkan keturunan. Dengan melahirkan manusia baru, serentak pula orangtua mengemban
tanggung jawab untuk membesarkan manusia baru itu menjadi manusia yang manusiawi.
Paus Fransiskus dalam Amoris Laetitia khususnya tentang ‘Pembentukan Etika Pada
Anak-Anak’ artikel 263 menegaskan orangtua harus secara langsung ada bersama anak-anak,
merasakan kehadiran mereka, memberi mereka teguran bila mereka berbuat salah. Dengan
demikian dalam diri anak-anak ada rasa bahwa mereka benar-benar dipedulikan, jika tidak
demikian akan menimbulkan kesulitan dalam masa pendewasaan mereka. Perkawinan dan
keluarga dikehendaki sendiri oleh Allah sejak awal mula penciptaan manusia. Sementara,
keluarga merupakan pusat kehidupan manusia, “sekolah kemanusiaan”, di mana segala
kebaikan diajarkan, diterima dan dilakukan. Namun, dalam kenyataannya situasi keluarga tidak
selalu indah dan baik sebagaimana dikehendaki Allah. Lalu apa yang seharusnya dilakukan?
Semua pihak dipanggil untuk mengasihi dan mencintai kehidupan keluarga, karena “keluarga
xi
bukanlah sebuah masalah; keluarga pertama dan utama adalah sebuah kesempatan” untuk
bertumbuh dan berkembang menuju kepenuhannya.
Paus Yohanes Paulus II juga menetapkan bahwa cinta kasih suami istri yang subur
mengungkapkan diri dalam pelayanan kehidupan dengan berbagai cara. Cara melahirkan dan
mendidik anak adalah yang paling langsung, khas, dan tidak tergantikan. Tanpa cinta kasih,
keluarga tidak dapat hidup dan berkembang sebagai persekutuan pribadi. Cinta kasih itu
kemudian ditunjukkan dan anak-anak turut merasakannya. Penegasan lebih lanjut disampaikan
Paus Fransiskus mengenai peran orangtua. Mereka harus mengambil peran utama ini dan
melaksanakannya dengan sadar, penuh semangat, masuk akal dan tepat.
Oleh karena itu, masa kanak-kanak awal amatlah menentukan apakah seseorang kelak
menjadi pribadi yang riang gembira atau yang bermuram durja, pandai bergaul dan bersahabat
atau seorang penyendiri, gemar bekerja atau malas melempem. Oleh karena itu, orangtua yang
menjadi pendidik utama memiliki tanggung jawab dan semangat yang sungguh serta kelihaian
dalam mendidik anak-anak untuk hidup dan berkembang lebih baik dalam segala aspek hidup
mereka khususnya dalam aspek moral.
Melihat begitu besarnya peran orangtua dalam pembinaan moral anak, maka penulis
merasa tergugah untuk menggali dan berusaha menemukan beberapa solusi yang ditawarkan
oleh Sri Paus Fransiskus dalam ensiklik Amoris Laetitia (Sukacita Kasih) yang dikemas dalam
satu judul: PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN MORAL ANAK SEKOLAH
DASAR MENURUT AMORIS LAETITIA ARTIKEL 263.
xii