Anda di halaman 1dari 133

ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI EPISODE

“GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI TRANS TV

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh


Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom. I)

Oleh :

Umi Kulsum

NIM: 1112051100003

KOSENTRASI JURNALISTIK

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M
ABSTRAK
Umi Kulsum
Analisis Wacana Pada Pemberitaan Investigasi Episode “Geliat PSK ABG” Di
Reportase Investigasi Trans TV

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati penonton setianya


karena program ini selalu menampilkan fenomena dan peristiwa yang belum
diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin ditunggu pemirsa setiap minggu
ini menayangkan kasus-kasus yang terdapat di masyarakat. Pada episode Geliat PSK
ABG yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015 menarik
perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut memberitakan
mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di Jawa Barat. Menariknya,
tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga mengetahui bahkan terlibat ke dalam
praktik prostitusi tersebut. Selain itu, pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini
banyak menggunakan simbol-simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan
wanita berjilbab. Hal ini menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata
bahasa yang digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, agar penelitian dapat terarah, disusunlah
rumusan masalahnya yaitu bagaimana konstruksi prostitusi remaja dilihat dari
struktur teks? Bagaimana kognisi sosial wartawan dalam memahami kasus tersebut?
Dan bagaimana konteks sosial yang terjadi di masyarakat terkait kasus prostitusi
remaja tersebut serta penerapan jurnalisme profetik ke dalam beritanya?
Untuk memahami wacana di atas, penelitian ini menggunakan metode analisis
wacana Teun A. Van Dijk. Metode ini menganalisis suatu wacana dilihat dari tiga
level yaitu teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Analisis wacana Van Dijk adalah
model yang paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen
wacana sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.
Metodologi dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan model
deskriptif. Paradigma yang digunakan adalah kritis. Data yang digunakan ialah teks
pada episode “Geliat PSK ABG” dan wawancara pribadi dengan Theodorus Lintas
Melawai sebagai produser yang memproduksi tayangan yang diteliti. Data yang
terkumpul tersebut dianalisis kemudian disimpulkan.
Penelitian mengenai kasus prostitusi yang melibatkan remaja ini ditinjau dari
segi teks yang dilihat dari tiga tingkatan struktur yaitu struktur makro, superstruktur
dan struktur mikro. Penelitian kognisi sosial dilakukan dengan cara wawancara
mendalam dengan produser pada tayangan tersebut. Sedangkan konteks sosial diteliti
dengan melihat bagaimana isu berkembang di masyarakat.
Dalam level teks ditemukan pada unsur tematik, wacana tersebut sebetulnya
menyindir pranata sosial, disebutkan guru dan dosen justru menjadi penyokong di
dalam praktik prostitusi. Serta terlihat bahwa adanya hal yang melemahkan peran
agama dalam kontrol sosial. Wartawan dalam memahami kasus prostitusi yang
melibatkan anak remaja ini sebagai masalah sosial yang harus ditangani dan
diwaspadai. Saat ini prostitusi pada kalangan remaja bukan lagi didasari atas
kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi lifestyle. Selain itu tayangan ini
belum sepenuhnya mengimplementasikan jurnalisme profetik ke dalam beritanya.
Kata Kunci: Reportase Investigasi, Analisis Wacana, Teun A. Van Dijk, Prostitusi
Remaja

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim

Saya bersaksi demi Dia yang meniupkan roh dalam setiap jiwa, demi Dia yang

punya keabadian dan demi Dia yang bertahtakan kesucian, bahwa Engkaulah

Tuhanku yang satu. Dengan segenap ketabahan jiwa yang tak sempurna, Engkau

kuatkan pundi-pundi kelemahanku dalam mengarungi hidup ini. Rasa syukur yang

tak akan cukup, saya panjatkan selalu keharibaanMu ya Allah. Semoga puja dan

puji syukurku selalu sampai kepadaMu tanpa terhalang dosa. BersamaMu saya

bersihkan hati, bulatkan tekad, luruskan niat dan sempurnakan iman untuk sebuah

album kehidupan yang lebih terarah.

BagiMu baginda pembawa lentera kehidupan, saya haturkan shalawat serta

salam untuk kemuliaan dan keberanianmu. Engkaulah nabi akhir zaman,

Muhammad Rasulullah. Dengan kesabaran dan ketangguhanmu saya bersaksi

bahwa Engkaulah Rasul utusan Allah sebagai suri tauladan bagi seluruh umat

mukmin yang mendambakan keridhoan dunia dan akhirat. Semoga dengan risalah

kenabianmu saya lebih bisa menjadi seorang mukmin yang tak lekang oleh

zaman.

Terima kasih yang terdalam saya persembahkan pada semua pihak yang turut

membantu kelancaran penelitian skripsi ini, baik langsung atau tidak langsung.

Tanpa uluran bantuan dan dukungan dari kalian tersebut, sangat sulit rasanya

dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Oleh karenanya, peneliti

menghaturkan terima kasih dan pernghargaan yang sebesar besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan, MA,

ii
Wakil Dekan I Bidang Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Suparto PhD, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Fakultas Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Dr. Roudhonah MA,Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Suhaemi MA.

2. Ketua Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Kholis

Ridho, M.Si dan Sekretaris Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Drs. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.

3. Drs. Helmi Hidayat, MA, dosen pembimbing yang senantiasa selalu berbagi

ilmu serta memberi pencerahan, dapat meluangkan waktu, tenaga dan pikiran

dalam membantu menyempurnakan penyusunan skripsi ini. Tanpa beliau tidak

mungkin penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan sempurna.

4. Pihak Reportase Investigasi Trans TV, Gatot Triyanto sebagai Kepala Divisi

News dan Pemimpin Redaksi, Sudrajat (Eksekutif Produser), Didik Wiratno

(Produser), Theodorus Lintas Melawai (Produser), Siska Hasyim (Junior

Produser), Gresnia Arela Febriani (Asisten Produksi), Retno Noviyani

(Asisten Produksi) dan segenap tim Reportase Investigasi yang telah

membantu kelancaran skripsi ini sebagai media yang diteliti.

5. Ayahanda tercinta Pujiono senantiasa selalu menjadi panutan bagi penulis atas

ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis pahitnya kehidupan, juga

Ibunda terkasih Wasonah yang tak lelah merajut doa, memberi dukungan

tanpa akhir dan senyum ikhlas kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir. Hanya karena kalianlah penelitian ini dapat

terselesaikan dengan baik.

iii
6. Nenek tercinta yang lebih dahulu meninggalkan penulis, yang sedang

menunggu keberhasilan cucunya sampai akhir hayatnya, terima kasih ini akan

penulis persembahkan untuk nenek tersayang.

7. Kakak-kakak dan adik-adik yang selalu memberikan kasihnya kepada penulis,

Maewas Miftahul Fauzi S.EI, Ali Alatas, Thaha Rizieq Ramadhan dan Cahya

Halissa Fauzi.

8. Keluarga Besar Darmowiyoto yang telah memberikan perhatian dan kasih

sayangnya kepada penulis.

9. Kakak-kakak senior yang berteman baik dengan penulis, Kak Isye, Kak

Welda, Kak Ika, Kak Iim, Kak Syifa, Bang Imam, Bang Reza, Bang Ahmadi,

Bang Eko, Bang Dito, terima kasih telah menjadi kakak-kakak senior yang

hebat.

10. Sahabat-sahabat seperjuangan yang senantiasa menemani keluh kesah penulis

hingga menyelesaikan skripsi ini khususnya Nur Fajri Rahmawati dan

Maimunah Permata Hati Hasibuan.

11. Sahabat-sahabat seperjuangan Andre Anang P, Badruzzaman, Melky, Restu

Mayang, Atika Suri, Annisa Novianti, Nita Chairunnisa Uluwan, Devi

Yuliana, Devi Tri Puspita, Roisah yang sama-sama berjuang selama di bangku

perkuliahan.

12. Sahabat-sahabat semasa sekolah Saidah, Anisyah, Iis, Syahrina, Marina, Putri,

Cindy, Rika dan Vika.

13. Sahabat seperjuangan bimbingan Ricca Junia Ilprima yang menemani dan

mendengarkan keluh kesah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

iv
14. Jurnalistik 2012 bukan hanya sekedar kelas menimba ilmu namun sebuah

keluarga yang memberikan kenyamanan.

15. KKN Mahameru yang telah memberikan warna dalam pertemanan, Roisah,

Devi, Fajri, Maimunah, Azis, Andre, Eka, Tara, Amrullah, Indri, Giyas, Irul,

Tomo dan Mugi. Serta Desa Cijeruk yang banyak memberikan pengalaman

dan pelajaran untuk penulis terutama Bapak Lurah, Ibu-ibu PKK, sahabat dan

murid murid.

16. Komunitas teristimewa DNK TV yang menjadi inspirasi penulis, terutama

General Manager Dedi Fahrudin M.IKom dan crew DNK TV yang senantiasa

bersama-sama mengembangkan DNK TV sehingga eksis sampai saat ini.

Akhirnya penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberi kelancaran kepada penulis. Semoga

Allah menambah karunia-Nya kepada kita semua. Mohon maaf atas segala

kekhilafan baik yang disengaja atau tidak. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis.

Aamiin Ya Rabbal Alamiin

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 28 Juni 2016

Umi Kulsum

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................ 6
D. Metodologi Penelitian .......................................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12
F. Sistematika Penulisan .......................................................................... 14

BAB II KAJIAN TEORI

A. Definisi dan Jenis Berita ...................................................................... 16


B. Prinsip-Prinsip Jurnalistik .................................................................... 19
C. Jurnalisme Profetik............................................................................... 21
D. Analisis Wacana ................................................................................... 26
1. Pengertian Analisis Wacana........................................................... 26
2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk ................................... 28
E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia .............................................. 37

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia ………... 39


1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi ……………… 39
2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta ... 45
B. Profil PT. Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) ................ 47
1. Profil dan Sejarah Trans TV .................................................... 47
2. Logo, Visi dan Misi Trans TV ................................................. 50
3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV ............................ 52
4. Struktur Direksi Trans TV ....................................................... 52
5. Program-Program Trans TV .................................................... 52
C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi ......................... 55
D. Redaksi Reportase Investigasi........................................................ 57

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

A. Sinopsis Geliat PSK ABG.................................................................... 58


B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk………………………….. ……... 59

vi
C. Jurnalisme Profetik............................................................................... 88

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 93
B. Saran ..................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 97

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................. 30

Tabel 2 Model Analisis Van Dijk .................................................................... 31

Tabel 3 Struktur Teks Wacana Van Dijk ......................................................... 32

Tabel 4 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................ 52

Tabel 5 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................ 58

Tabel 6 Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG ................................ 66

Tabel 7 Temuan Elemen Teks Wacana Van Dijk ............................................ 68

viii
DAFTAR SKEMA

Skema 1 Skema atau Model Kognisi Sosial Van Dijk..................................... 77

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reportase Investigasi merupakan ragam berita reportase yang

dimiliki oleh Trans TV. Program Reportase terdiri atas Reportase Pagi,

Reportase Sore, Reportase Malam dan Reportase Investigasi. Reportase

Investigasi adalah sebuah program yang mengungkap suatu kasus

penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi

kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung

boraks, kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan

sebagainya.1 Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature

yang membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai

kecurangan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program

Reportase Investigasi ditayangkan sejak 31 Desember 2005 dan

menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi.

Hadirnya program berita di layar kaca menimbulkan perbedaan

karya jurnalistik media televisi dengan media massa lainnya. Berita

televisi memiliki dua unsur penting yaitu audio dan visual. Unsur visual

memberikan berita lebih hidup, meyakinkan dan mendukung berita

tersebut sedangkan unsur audio mendukung untuk menginformasikan isi

berita kepada pemirsa. Televisi dengan tayangan berita sudah menjadi

bagian dari kehidupan yang tak terpisahkan. Dengan sifatnya yang

1
www.transtv.co.id , diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB.
2

immediaty, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat

kejadian dengan penontonnya. Selain itu, televisi juga harus mampu

memberikan tayangan yang baik kepada penonton setianya. Maka dari itu

sebuah tayangan yang layak ditonton harus berpedoman pada Kode Etik

Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).

Kehadiran program Reportase Investigasi semakin diminati

penonton setianya karena program ini selalu menampilkan fenomena dan

peristiwa yang belum diketahui oleh masyarakat. Program yang semakin

ditunggu pemirsa setiap minggu ini menayangkan kasus-kasus yang

terdapat di masyarakat. Namun demikian, program jurnalistik ini justru

mendapat tiga kali teguran tertulis dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI),

di antaranya pada 12 Agustus 2012 (Pembuatan Bahan Bius Illegal), 8

Februari 2015 (Geliat PSK ABG) dan 7 Maret 2015 (Pencopet).

Pada episode Geliat PSK ABG, KPI memberikan teguran tertulis

kepada program Reportase Investigasi pada 27 Februari 2015. Pada

tayangan tersebut KPI menilai tayangan pada episode “Geliat PSK ABG”

tidak memenuhi kaidah penyiaran. Episode tersebut memberitakan tentang

prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang

merupakan Pekerja Seks Komersil (PSK) bawah umur tanpa sensor. KPI

menilai pemberitaan tersebut sangat vulgar dan tidak pantas untuk

ditayangkan dan dapat menimbulkan anggapan perilaku tersebut sebagai

hal yang lumrah dalam kehidupan. KPI Pusat memutuskan bahwa program
3

jurnalistik Reportase Investigasi Trans TV telah melanggar Pedoman

Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia tahun 2012.

Dari teguran yang diberikan oleh KPI tersebut jelas bahwa masih

banyak tayangan televisi yang belum sesuai dengan Kode Etik Penyiaran.

Padahal televisi sebagai salah satu alat media massa selain memberikan

edukasi dan hiburan, seharusnya juga menyampaikan informasi yang baik

dan bermanfaat kepada pemirsanya. Informasi yang disampaikan kepada

penonton tentu harus sesuai dengan Kode Etik Penyiaran. Dikeluarkannya

Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang penyiaran bertujuan untuk

menghasilkan kualitas siaran sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Berdasarkan UU tersebut terbentuklah Pedoman

Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) sebagai alat kontrol

pihak televisi untuk selalu menampilkan tayangan yang berkualitas sesuai

dengan aturan yang berlaku. Dengan adanya UU tersebut,

penyelenggaraan penyiaran mendapat kepastian hukum dan menjadi lebih

tertib. 2

Episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015

menarik perhatian penulis. Setelah dilihat dan dianalisis, tayangan tersebut

memberitakan mengenai adanya praktik prostitusi di salah satu sekolah di

Jawa Barat. Menariknya, tayangan ini menjelaskan bahwa guru juga

mengetahui bahkan terlibat ke dalam praktik prostitusi tersebut. Selain itu,

pada tayangan yang berdurasi 15 menit ini banyak menggunakan simbol-

simbol Islam, seperti ditampilkan kata “alim” dan wanita berjilbab. Hal ini
2
Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta: Kencana, 2007), h.67.
4

menarik perhatian penulis untuk menganalisis adanya tata bahasa yang

digunakan serta makna yang tersembunyi di dalamnya.

Bahasa atau wacana dari sebuah media tidak dapat dianggap

sepele. Ada maksud tersembunyi dari setiap struktur wacana yang

digunakan. Bahasa yang digunakan oleh media dapat menciptakan realitas

tertentu kepada khalayak. Dapat ditemukan adanya kekuasaan dominan

yang mengontrol kelompok yang tidak dominan dengan mengendalikan

dan menguasai media, bahkan adanya kekuatan-kekuatan berbeda dalam

masyarakat yang mengontrol suatu proses komunikasi.

Fungsi media massa sebagai alat untuk menyampaikan informasi

mempunyai kemampuan yang dapat membentuk opini publik. Media

menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi

cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media

merupakan realitas yang telah dikonstruksi dalam bentuk yang bermakna.

Berdasarkan hal itulah penelitian wacana pada episode Geliat PSK

ABG dianggap penting oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses

penyampaian pesan dalam program tersebut. Penelitian ini bermaksud

menemukan makna-makna yang tersembunyi dalam wacana di episode itu.

Hal itu karena sebuah wacana dapat membentuk kognisi seseorang dan

dapat menciptakan opini kepada khalayak. Melalui sebuah wacana, media

dapat mengangkat bahkan menjatuhkan seseorang. Itulah mengapa

pentingnya pemilihan kata atau struktur wacana dalam sebuah tayangan

atau berita.
5

Dari latar belakang di atas, disusunlah skripsi ini dengan judul

ANALISIS WACANA PADA PEMBERITAAN INVESTIGASI

EPISODE “GELIAT PSK ABG” DI REPORTASE INVESTIGASI

TRANS TV.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi permasalahan pada

pemberitaan investigasi episode “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan

oleh Reportase Investigasi Trans TV pada 8 Februari 2015 pukul

16.00-16.30 WIB. Penelitian ini dibatasi hanya pada seputar naskah

dan wacana yang ditampilkan pada episode tersebut.

2. Rumusan Masalah

Mengacu pada pembatasan masalah di atas, rumusan masalahnya

adalah:

a. Bagaimana konstruksi wacana prostitusi remaja ditinjau dari

struktur teks “Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans

TV?

b. Bagaimana kognisi sosial produser atau wartawan dalam

memahami kasus prostitusi remaja pada episode “Geliat PSK

ABG” di Reportase Investigasi Trans TV?

c. Bagimana konteks sosial prostitusi remaja dan penerapan

jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” di Reportase

Investigasi Trans TV?


6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi

wacana pada level teks, kognisi sosial dan konteks sosial serta

penerapan jurnalisme profetik pada episode “Geliat PSK ABG” dalam

program Reportase Investigasi di Trans TV.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis: penelitian ini diharapkan memberi

sumbangsih terhadap keilmuan jurnalistik, terutama mengenai

analisis wacana pada program jurnalistik di televisi.

b. Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan dan menjadi awal informasi bagi penelitian serupa dan

memberikan gambaran tentang bagaimana sebenarnya suatu

wacana pemberitaan dikonstruksikan oleh media massa. Penelitian

ini juga diharapkan menjadi bahan evaluasi program Reportase

Investigasi Trans TV untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan

prinsip-prinsip jurnalistik dalam menayangkan pemberitaan yang

kontroversial di masyarakat. Serta diharapkan menjadi bahan

masukan untuk KPI agar lebih cermat lagi terhadap pelanggaran

program televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran

P3SPS, prinsip-prinsip jurnalistik dan diharapkan juga menjadi

bahan perhatian masyarakat atau penonton agar lebih aktif lagi

terhadap tayangan yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran dan

prinsip-prinsip jurnalistik.
7

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini adalah kritis.

Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi

kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.

Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa

menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikiran-pikirannya, karena

sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada

dalam masyarakat. 3

Bahasa di sini tidak dipahami sebagai medium netral yang terletak

di luar diri si pembicara. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami

sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,

tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalamnya.

Karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada

dalam proses bahasa: batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi

wacana, perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan. 4

Analisis Wacana Kritis (AWK) ini dimaksudkan untuk mengetahui

maksud-maksud dan makna-makna tertentu. Dalam penelitian ini ingin

mengetahui lebih jauh dari wacana yang terbentuk dalam pemberitaan

“Geliat PSK ABG” tersebut.

3
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 6.
4
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.
8

2. Metode Penelitian

Dalam memaparkan hasil penelitian ini, peneliti menggunakan

metode penelitian studi kasus (case study) dengan pendekatan

kualitatif desain deskriptif. Studi kasus adalah penelitian yang

dilakukan terfokus pada suatu kasus tertentu untuk diamati dan

dianalisis secara cermat sampai tuntas. Kasus yang dimaksud bisa

berupa tunggal atau jamak, misalnya berupa individu atau kelompok.5

Data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang diamati.6 Dengan menggunakan pendekatan kualitatif

penulis menyandingkan dengan pisau analisis wacana yang

dikemukakan Teun A. Van Dijk. Analisis wacana didefinisikan

sebagai suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari sang

subyek yang mengemukakan suatu pernyataan. Metode analisis

wacana berbeda dengan analisis isi kualitatif yang lebih menekankan

pada pertanyaan “apa” (what), analisis wacana lebih melihat pada

“bagaimana” (how) dari pesan atau teks komunikasi. 7 Model Analisis

Wacana yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teun A. Van Dijk

yang menekankan bahwa wacana dapat berfungsi sebagai suatu

pernyataan, pertanyaan, tuduhan dan ancaman.

5
Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2012), cet ke-11, h.1-2.
6
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), cet ke-23, h.4.
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h.68.
9

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemberitaan investigasi pada episode

“Geliat PSK ABG” yang ditayangkan Reportase Investigasi Trans TV

pada 8 Februari 2015 pukul 16.00-16.30 WIB.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan terhitung

mulai 26 Februari 2016 sampai dengan 25 April 2016. Penelitian ini

dilakukan di Gedung Transmedia, Jl. Kapten P. Tendean Kav.12-14A

Jakarta 12790, lantai 3 Divisi News.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi dari bahasa latin yang berarti memerhatikan dan

mengikuti. Memerhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.8 Peneliti

melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang

diperlukan. Dalam metode ilmiah observasi adalah suatu cara bagi

peneliti untuk memperoleh data dengan pengamatan secara

sistematis terhadap fenomena yang diselidiki.9 Observasi yang

dilakukan peneliti merupakan observasi tayangan pada episode

“Geliat PSK ABG” di program Reportase Investigasi Trans TV.

8
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.131.
9
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), h.92.
10

a. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses

memperoleh keterangan dari pihak yang bersangkutan dan

dianggap memahami masalah atau suatu peristiwa dan femonema

tertentu untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara

pewawancara dengan orang yang diwawancarai.10 Dalam hal ini

wawancara berfungsi sebagai metode pelengkap sebagai alat untuk

melengkapi informasi yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Theodorus

Lintas Melawai selaku produser program Reportase Investigasi

yang memproduksi dan pihak terkait yang membantu melengkapi

data yang akan dianalisis. Theo selaku produser terlibat langsung

dalam kasus “Geliat PSK ABG” ini baik perencanaan, survey

maupun terjun langsung ke lapangan untuk meliput kasus tersebut.

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen

yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.

Dokumentasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan

gambaran dari sudut melalui suatu media tertulis dan dokumen

10
Moh. Nazin, Metode Penelitian, (Bandung: Ghalia Indonesia, 1999), h.234.
11

lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang

bersangkutan.11

Dokumentasi tersebut berupa tulisan-tulisan berbentuk catatan,

buku, naskah, dokumen ataupun arsip-arsip lain yang terkait

dengan pembahasan penelitian ini. Dari dokumentasi tersebut,

nantinya penulis gunakan untuk mengumpulkan data dengan

mempelajari bahan tertulis sehingga dapat membantu penulis

dalam mencari informasi yang terkait dengan permasalahan

penelitian.

Data juga dapat diperoleh dari mengkaji atau menelaah

dokumen yang dimiliki program Reportase Investigasi baik berupa

video, grafik, arsip, gambar atau foto dan lain sebagainya. Ada

juga data yang bersumber dari buku, internet berupa artikel yang

terkait relevansinya dengan materi penelitian untuk selanjutnya

dijadikan bahan sebagai data untuk peneliti.

b. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menyusun data secara

sistematis lalu mengklasifikasikan data tersebut untuk dianalisis

sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian untuk kemudian

menyajikannya dalam bentuk laporan ilmiah. Dalam menganalisis,

peneliti menggunakan teknik analisis data metode studi kasus (case

study) dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pada tahap ini,

11
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012) cet ke-3, h.143.
12

penulis menganalisis teks, video dan percakapan pada tayangan

“Geliat PSK ABG” di Reportase Investigasi Trans TV kemudian

ditafsirkan oleh peneliti disesuaikan dengan teori Analisis Wacana

model Teun A. Van Dijk. Wacana oleh Van Dijk digambarkan

mempunyai tiga dimensi atau bangunan yaitu teks, kognisi sosial

dan konteks sosial. Inti dari analisis ini adalah menggabungkan

ketiga dimensi wacana tersebut ke dalam satu kesatuan analisis.

Pada dimensi teks yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan

strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema

tertentu. Pada kognisi sosial dipelajari proses produksi teks berita

yang melibatkan kognisi individu dari wartawan. Sedangkan aspek

ketiga mempelajari bangunan wacana yang berkembang dalam

masyarakat dalam suatu masalah. Kemudian setelah data

terkumpul dan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian

untuk dianalisis dan diberikan interpretasi dengan cara

mengklasifikasikannya dengan kerangka teori kemudian

disimpulkan.

c. Pedoman Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini mengacu pada buku pedoman yang

berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta. Pedoman tersebut dipakai penulis untuk mengikuti aturan

tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. Buku pedoman karya

Hamid Nasuhi dan kawan-kawan diterbitkan oleh CeQDA (Center


13

for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

E. Tinjauan Pustaka

Mengacu pada penelitian sebelumnya yang menggunakan

metode analisis wacana, banyak ditemukan oleh peneliti menjadi

contoh dan pegangan dalam melakukan penelitian. Penelitian

sebelumnya yang berjudul Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

pada Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian

Umum Republika oleh Adjri Septiani Sudrajat, Jurusan Jurnalistik

tahun 2013 dirasa lebih cocok menjadi contoh dan pegangan

peneliti. Skripsi oleh Afini Nur Fitria, Jurusan Jurnalistik tahun

2014 yang berjudul Analisis Wacana Pelanggaran Penyiaran

Khazanah Trans 7 pada Pemberitaan Republika Online juga

menjadi pegangan penulis dalam melihat UU Penyiaran di televisi.

Adapun persamaan yang ditemukan adalah pembahasan

mengenai kasus prostitusi dalam dunia jurnalistik, UU Penyiaran

atau P3SPS dengan menggunakan Jurnalisme Investigasi dan

model analisis wacana Teun A. Van Dijk.

Kemudian perbedaannya dengan penelitian sebelumnya

terletak pada objek dan media penelitiannya. Objek penelitian ini

ialah pada teks “Geliat PSK ABG” di media televisi sedangkan

penelitian oleh Adjri pada teks “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik

Teraju Harian Umum Republika. Sedangkan skripsi oleh Afini


14

perbedaannya terletak pada teks pelanggaran berita di media

online. Selanjutnya, penelitian ini dibantu oleh berbagai referensi

seperti jurnal dan artikel-artikel serta sumber-sumber yang terkait

dengan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami pembahasan dalam penelitian

ini, peneliti membagi dalam lima bab yaitu:

BAB I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang

masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat

penelitian, metodologi penelitian,

tinjauan pustaka dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI membahas mengenai definisi dan

jenis berita, prinsip-prinsip jurnalisti,

jurnalisme profetik, analisis wacana

model Teun A.Van Dijk dan undang-

undang penyiaran di Indonesia.

BAB III GAMBARAN UMUM memaparkan mengenai profil dan

sejarah berdirinya Trans TV, Visi

dan Misi Trans TV, penghargaan

yang pernah diraih Trans TV, profil


15

program Reportase Investigasi,

redaksi program Reportase

Investigasi.

BAB VI TEMUAN DAN HASIL memaparkan analisa penulis

meliputi: sinopsis episode Geliat

PSK ABG, analisis teks, analisis

kognisi sosial dan analisis konteks

sosial dan penerapan jurnalisme

profetik mengenai pemberitaan

investigasi di program Reportase

Investigasi pada tayangan yang

berjudul “Geliat PSK ABG”.

BAB V PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran.


16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Definisi dan Jenis Berita

Berita adalah laporan suatu peristiwa atau fakta, pendapat atau opini yang

aktual, menarik dan akurat serta penting bagi sebagian besar pembaca,

pendengar maupun penonton.1 Apabila suatu berita terdapat fakta namun tidak

dinilai penting, aktual dan menarik oleh sejumlah besar orang maka belum

bisa diangkat sebagai bahan berita. Atau sebaliknya, apabila redaktur tetap

menyajikan suatu berita tanpa memenuhi unsur-unsur di atas maka tidak akan

memberikan daya tarik bagi para pembaca atau pendengar maupun

penontonnya. 2

Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang

memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas.3

News atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian

serta minat khalayak pendengar.4 Mengutip Charnley dan James M. Neal,

Haris Sumadiria mengungkapkan, berita adalah laporan tentang suatu

peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting,

menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan.5 Sehingga dapat

1
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h.21.
2
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2,
h.21.
3
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65.
4
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.
5
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional, cet ke-2, h. 64-65.
17

disimpulkan bahwa berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide

terbaru yang benar, menarik dan penting bagi sebagian besar khalayak,

melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi atau media online

internet.

“Dengan kata lain, berita bukan hanya menunjuk pada pers atau media
massa dalam arti sempit, melainkan juga pada radio, televisi, film dan internet
atau media massa dalam arti luas dan modern. Berita, pada awalnya, memang
hanya “milik” surat kabar. Tetapi, sekarang berita telah juga menjadi “darah-
daging” radio, televisi dan internet. Tak ada media tanpa berita, sebagaimana
halnya tak ada berita tanpa media. Berita telah tampil sebagai kebutuhan dasar
masyarakat modern di seluruh dunia.” 6

Jenis-jenis berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian

yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan) dan investigative

reports (laporan penyelidikan).7 Perbedaan terhadap kategori tersebut

didasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data. Hard News

(berita berat) adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi

masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. Berita

tersebut misalnya tentang mulai diberlakukannya suatu kebijakan baru

pemerintah. Hal ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga

orang ingin mengetahuinya. Karena itu, hard news harus segera langsung

disampaikan kepada publik. Sementara itu, soft news (berita ringan) seringkali

juga disebut dengan feature, berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun

memiliki daya tarik bagi pemirsanya.8 Berbeda dengan hard news, softnews

bisa dipublikasikan kapan saja dan tidak terikat waktu. Selain memberikan
6
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis
Jurnalis Profesional (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), cet ke-2, h. 64-65.
7
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40.
8
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional, cet ke-2, h.
40.
18

informasi, soft news juga bertujuan untuk menghibur penonton. Feature juga

dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau juga menimbulkan

simpati. Objeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat atau apa saja yang

dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di

kebun binatang, anjing menggit majikannya atau masyarakat kecil

mendapatkan lotere milyaran rupiah. Sedangkan, investigative reports atau

disebut juga laporan penyelidikan (investigasi) adalah jenis berita yang

ekslusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan

berdasarkan penyelidikan. Data dan fakta yang disajikan ke pemirsa, harus

akurat, lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,

penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama karena

membutuhkan kejelian dan keuletan dalam mengumpulkan data. 9

Mengutip Steve Weinberg, Budayatna berpendapat bahwa apa yang

disebut Reportase Investigatif adalah: “Reportase, melalui inisiatif sendiri dan

hasil kerja pribadi, yang penting bagi pembaca, pemirsa dan pemerhati. Dalam

banyak hal, subjek yang diberitakan menginginkan bahwa perkara yang

berada dalam penyelidikan tetapi tidak tersingkap”. 10

Tujuan kegiatan Jurnalisme Investigatif adalah bukan suatu pekerjaan

membuka aib orang atau memburuk-burukan oknum atau institusi yang

terlibat dalam sebuah kasus namun memberi tahu kepada masyarakat adanya

pihak-pihak yang telah berbohong menutup-nutupi kebenaran. Liputan

investigasi memberitahukan jalannya peristiwa secara mendalam sampai

9
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), cet ke-2, h. 40
10
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2, h. 258.
19

penyelesaian kasus tersebut tanpa ada kepentingan tertentu. Masyarakat

diharapkan menjadi waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan berbagai pihak, setelah mendapatkan bukti-bukti yang dilaporkan. 11

Pekerjaan Jurnalisme Investigatif tertuju untuk mengungkapkan dan

mendapatkan sebuah berita yang penting dan menjaga masyarakat untuk

memiliki kecukupan informasi dan mengetahui adanya bahaya di tengah

kehidupan mereka. Pekerjaan ini juga membutuhkan kejelian dan keuletan

dalam mencari data maupun mengejar narasumber. Karena itu, data dan fakta

yang disajikan kepada pemirsa ataupun pembaca harus akurat, lengkap dan

dapat dipertanggungjawabkan. 12

B. Prinsip-prinsip Jurnalistik

Terkait dengan pemberitaan atas informasi yang disiarkan stasiun televisi,

Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS) menyatakan

bahwa media penyiaran dalam menanyangkan informasi harus senantiasa

mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, di antaranya:13

a. Akurasi; dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab

menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah

fakta dan harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi

siaran. Dalam hal ini program berita harus mempertanggungjawabkan

jika fakta yang disajikan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

11
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Analisis Interaktif Budaya Massa, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2008), cet ke-2, h.28.
12
Septiawan Santana K, Jurnalisme Investigasi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004)
cet ke-2, h.136.
13
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), cet ke-2, h.249.
20

b. Adil; lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang

tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan

potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari

program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil

serta tidak serta merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek

pemberitaan dan bila sebuah program memuat potongan gambar dan

atau potongan suara dari acara lain, stasiun televisi wajib menjelaskan

waktu pengambilan potongan tersebut.14

c. Imparsialitas; pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang

menyangkut kepentingan publik, lembaga penyiaran harus menyajikan

berita, fakta dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini

pimpinan redaksi berita televisi harus memiliki idependensi untuk

menyajikan berita dengan objektif tanpa memperoleh tekanan dari

pihak pimpinan, pemodal atau pemilik stasiun penyiaran. Lembaga

penyiaran juga tidak boleh menyajikan berita yang bersifat menghasut

dan menyesatkan, tidak mencampuradukkan fakta dan opini pribadi,

tidak menonjolkan unsur sadistis, tidak mempertentangkan suku,

agama, ras dan antargolongan serta tidak membuat berita bohong,

fitnah dan cabul. Dalam program acara yang mendiskusikan isu

kontroversial atau isu yang melibatkan dua atau lebih pihak yang

berbeda pendapat, maka moderator, pemandu acara dan atau

pewawancara harus berusaha agar semua partisipan dan narasumber

14
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), cet ke-2, h.250.
21

dapat mengekspresikan pandangannya serta tidak boleh memiliki

kepentingan pribadi atau keterkaitan dengan salah satu pihak. 15

C. Jurnalisme Profetik

Jurnalisme profetik adalah suatu bentuk jurnalisme yang tidak hanya

melaporkan berita dan masalah secara lengkap, jelas, jujur serta aktual,

namun juga memberikan prediksi serta petunjuk ke arah perubahan,

transformasi berdasarkan cita-cita etik dan profetik Islam. Jurnalisme profetik

ialah menjadi jurnalis yang secara sadar dan bertanggung jawab memuat

kandungan, nilai-nilai dan cita Islam. 16

Jurnalisme profetik merupakan upaya dakwah islamiyah yang

memiliki visi ‘amar ma’ruf nahyi munkar, ciri khasnya ialah menyebarluaskan

informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Jurnalisme profetik

memberikan pesan untuk berusaha keras memengaruhi komunikan (khalayak,

massa) agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam. 17

Jurnalisme Islami tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun

ungkapan-ungkapan pornografi, menjauhkan promosi kemaksiatan atau hal-

hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, memutarbalikkan


18
fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran dan sebagainya. Jurnalisme

Islam harus mampu memengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan,

perilaku destruktif dan menawarkan solusi Islam atas setiap masalah. Cek dan

15
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), cet ke-2, h.251.
16
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 35.
17
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.
18
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.
22

ricek sebagai salah satu “pedoman” jurnalistik umum, namun tentu saja harus

ditaati oleh jurnalisme Islami. 19

“Profetik merupakan kesadaran sosiologis para nabi dalam sejarah


untuk mengangkat derajat kemanusiaan (memanusiakan manusia),
membebaskan manusia dan membawa manusia beriman kepada Tuhan.
Singkatnya, ilmu profetik adalah ilmu yang mencoba meniru tanggung jawab
sosial para nabi”. 20

Tanggung jawab profetik Islam ialah mengupayakan agar ajaran Islam

tetap ada dan selalu fungsional serta aktual dalam kehidupan. Sebagai jurnalis

muslim tidak boleh tinggal diam jika melihat ada kemunkaran dalam dunia

yang digelutinya, misalnya menyaksikan adanya pencitraan negatif tentang

Islam atau ada rekayasa yang memojokkan Islam dan umat di media massa. 21

Sebagai juru dakwah yang menebarkan kebenaran, jurnalis muslim

seperti “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Jurnalis muslim

berkewajiban menjadikan jurnalistik Islam sebagai “ideologi” dalam

profesinya. Karena itu, ia dituntut memiliki sifat-sifat kenabian seperti Shidiq,

Amanah, Tabligh dan Fathonah.22 Parni Hadi berpendapat bahwa Jurnalisme

Islami adalah jurnalisme yang meneladani empat kode etik Rasulullah SAW

yang ternyata sesuai dengan fungsi media, yakni: shiddiq (menyampaikan, to

inform), amanah (mendidik, to educate). Tabligh (menghibur, to entertain)


23
dan fathanah (dengan penuh kearifan). Shiddiq (benar); jurnalisme Islami

bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas kebenaran dan

19
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 36.
20
Iswandi Syahputra, Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2007), cet ke-1, h. 129-130.
21
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 38.
22
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
cet ke-1, h. 38.
23
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 113.
23

mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak shiddiq adalah intisari

dari semua kebaikan. Nabi dan rasul bersifat benar, baik dalam tutur kata

maupun perbuatan, yakni sesuai dengan ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya

seorang jurnalis mukmin akan senantiasa berkata benar, menulis dan meliput

kebenaran, tidak berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka

mengumpat atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang

menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya, liputannya,

nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat seseorang tertarik untuk

mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata dan diksinya yang lemah

lembut dan penuh hikmah. 24 Amanah; inilah kode etik mulia yang pasti harus

dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi mencapai

misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang dimiliki Nabi

Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat lima ayat (107, 125,

143, 162 dan 178). yang menyebutkan bahwa “Sesungguhnya aku adalah

seorang rasul kepercayaan (al-amin), yang diutus kepada kalian.”25 Al-Amin,

maksudnya, yang bekerja dengan penuh amanah. Para nabi dan rasul

senantiasa bersifat amanah dalam menerima ajaran Allah SWT, serta

memelihara keutuhannya dan menyampaikannya kepada umat manusia sesuai

dengan kehendakNya. Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang

atas ajaran Allah SWT. 26

Begitu pula mestinya Jurnalisme Islami bekerja dengan penuh amanah,

sehingga menjadi lembaga kepercayaan dan dihormati publik. Seorang jurnalis

24
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 113-114.
25
QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178.
26
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 114-115.
24

mukmin yang amanah akan melaksanakan tugas dengan bersungguh-sungguh

dan penuh tanggung jawab. Dia tidak akan khianat, culas dan curang. Dia

merasa harus bertanggung jawab di hadapan Allah SWT jika di dunia

mengabaikan amanah yang diberikan kepadanya. Tabligh; inilah kode etik

yang terkait erat dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan

risalah dan amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad

menegaskan tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf

ayat 68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada kalian

dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”27 Lalu Allah

berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa “Jika mereka tetap

berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka sesungguhnya kewajiban yang

dibebankan kepadamu (hai Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat

Allah dengan terang.”28 Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa

adalah tanggung jawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya

agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk

maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya, Allah

tidak akan mengurangi sedikit pun pahala darinya. Dan barang siapa yang

menyeru kepada kesesatan maka dia akan berdosa sebagaimana dosa orang

yang melakukannya, Allah tidak aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya”

(HR Muslim). Fathanah; inilah kode etik penting yang harus dimiliki

Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan menyempurnakan tugas.

Seorang wartawan akan selalu terlibat langsung dengan narasumber,

mengajukan pertanyaan dalam wawancara serta melaporkan hasil liputannya

27
QS Al-A‟raaf (7) ayat 68.
28
QS An-Nahl (16) ayat 82.
25

kepada khalayak di segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang

memiliki fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan

yang bijak dan penuh hikmah. 29

“Tak jarang para jurnalis muda yang penuh semangat menyampaikan


Islam dengan cara yang keras dan kurang hikmah sehingga menyebabkan
orang bukan Islam menganggap Islam itu ekstrim dan agama yang tidak
toleran. Sebagian mereka suka menyerang pribadi-pribadi tertentu dalam
liputannya yang disajikan ke publik. Padahal, Nabi Muhammad SAW dengan
kecerdasannya tak pernah mebeberkan aib seseorang di muka umum. Beliau
biasa berdakwah dengan cara lemah lembut, bijak dan penuh hikmah”. 30

Keempat akhlak Rasulullah itu bersifat universal. Karena itu

Jurnalisme Islami juga bersifat universal, tidak tergantung agama apa yang

dianut. Artinya termaktub dalam ajaran para nabi, ulama, pendeta, orang-

orang suci, filosof dan para guru kebajikan dari agama dan ideologi apapun.31

Istilah “Dakwah Bil Qalam” (DBQ) mungkin terasa asing di telinga

banyak orang, tidak seperti istilah Dakwah Bil Lisan” dan “Dakwah Bil Hal”.

Penggunaan nama “Qalam” merujuk kepada firman Allah SWT, maka DBQ

sebagai konsep “dakwah melalui pena”, yakni dengan menulis di media

massa. 32

Pada era informasi sekarang ini yang ditandai dengan maraknya media

massa sebagai sarana komunikasi massa dan alat pembentuk opini publik, para

mubalig, aktivis dakwah dan umat Islam pada umumnya harus mampu

memanfaatkan media massa untuk DBQ, baik melalui rubrik kolom opini

yang terdapat pada surat kabar, mingguan, majalah atau bulletin masjid. Tentu
29
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116.
30
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 116-117.
31
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, cet ke-1, h. 117.
32
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21.
26

saja, DBQ dapat berjalan seiring dengan pelaksanaan dakwah format lama:

dakwah bil lisan (ceramah, tablig, khotbah) dan dakwah bil hal

(pemberdayaan masyarakat secara nyata, keteladanan perilaku).33

Keunggulan DBQ dibandingkan format dakwah bentuk lain ialah sifat

objeknya yang masif dan cakupannya yang luas. Pesan DBQ dapat diterima

oleh jutaan orang pembaca dalam waktu yang bersamaan. DBQ juga

merupakan senjata dalam melawan serbuan pemikiran pihak-pihak yang

hendak merusak akidah, pemikiran dan perilaku Islami umat Islam melalui

media massa. Media massa memang alat efektif untuk membentuk opini

publik atau umum bahkan memengaruhi orang secara kuat. 34

D. Analisis Wacana

1. Pengertian Analisis Wacana

Kata “wacana” banyak digunakan oleh berbagai ilmu pengetahuan mulai

dari ilmu bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi, sastra dan

sebagainya. Namun demikian, secara spesifik definisi dan batasan istilah

wacana sangat beragam. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkup dan

disiplin ilmu yang memakai istilah wacana tersebut. 35

“Wacana sendiri ditemukan berbagai definisi. Wacana dipakai sebagai


terjemahan dari perkataan bahasa Inggris discourse. Kata discourse berasal
dari bahasa Latin discursus yang berarti lari kian-ke mari (yang diturunkan
dari dis-„dari, dalam arah yang berbeda‟, dan currere „lari‟), yaitu komunikasi
pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan; konversasi
atau percakapan, komunikasi secara umum, terutama sebagai suatu subjek

33
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 22.
34
Asep Syamsul M. Romli, SIP, Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil Qalam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), cet ke-1, h. 21-23.
35
Aris Badara, Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana
Media), (Jakarta: Kencana), cet ke-1 h. 16.
27

studi atau pokok telaah, risalat tulis; disertasi formal; kuliah; ceramah;
khotbah”.36

Alex Sobur berpendapat, Ismail Murahimin mengartikan wacana

sebagai “kemampuan untuk maju (dalam pembahasan) menurut urut-urutan

yang teratur dan semestinya” dan “komunikasi buah pikiran, baik lisan

maupun tulisan, yang resmi dan teratur”.37

Dalam pengertian yang lebih sederhana, wacana berarti cara objek atau

ide diperbincangkan secara terbuka kepada publik sehingga menimbulkan

pemahaman tertentu yang tersebar luas. Dari berbagai pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa wacana adalah sebuah cara mengomunikasikan pikiran

dalam bentuk lisan maupun tulisan yang teratur dan sistematis dalam kesatuan

bahasa yang besar dengan tema-tema dan topik-topik yang disajikan kepada

khalayak.

Seperti dikutip Eriyanto, Hikam membagi tiga pandangan mengenai

analisis wacana. Masing-masing yaitu pandangan positivisme-empiris,

pandangan konstruktivis dan pandangan kritis. Pandangan positivisme-

empiris, menurut mereka, analisis wacana menggambarkan tata aturan

kalimat, bahasa dan pengertian bersama. Wacana diukur dengan pertimbangan

kebenaran atau ketidakbenaran menurut sintaksis dan sematik (titik perhatian

didasarkan pada benar tidaknya bahasa secara gramatikal). Sementara itu

konstruktivisme adalah pandangan yang menempatkan analisis wacana

sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makna

36
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.1-2.
37
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing, cet ke-5, h.10.
28

tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud tersembunyi dari

sang subjek yang mengemukakan suatu pernyataan. Pengungkapan dilakukan

dengan menempatkan diri pada posisi sang pembicara dengan penafsiran

mengikuti struktur makna dari sang pembicara. 38

“Pandangan kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi


pada proses produksi dan reproduksi makna. Bahasa tidak dipahami sebagai
medium netral yang terletak di luar diri si pembicara. Bahasa dipahami
sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-
tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Karena itu
analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa yang ada dalam setiap
proses bahasa, batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana,
perspektif yang mesti dipakai, topik apa yang dibicarakan”.39

Dalam menganalisis teks media, terdapat beberapa analisis yang dapat

digunakan. Di antaranya adalah analisis isi, analisis semiotika, analisis

framing dan analisis wacana. Melalui discourse analysis (analisis wacana),

semiotic analysis (analisis semiotik) atau framing analysis (analisis

framing/bingkai), kita dapat memahami bahwa sebenarnya isi media

dipengaruhi oleh berbagai komponen yang terdapat dalam institusi media itu

sendiri. 40

2. Model Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Fokus penelitian ini adalah wacana model Teun A. Van Dijk. Dari

sekian banyak model analisis wacana, model Van Dijk adalah model yang

38
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 4-6.
39
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 6.
40
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.3.
29

paling banyak dipakai karena Van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana

sehingga bisa diaplikasikan secara praktis.41

Model yang dipakai Van Dijk ini kerap disebut sebagai “kognisi sosial”,

nama pendekatan semacam ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik

pendekatan yang diperkenalkan oleh Van Dijk. Menurut Van Dijk, penelitian

atas wacana tidak cukup hanya didasarkan atas analisis teks saja, karena teks

hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati, tetapi juga

melihat bagaimana struktur sosial, dominasi dan kelompok kekuasaan yang ada

dalam masyarakat dan bagaimana kognisi atau pikiran dan kesadaran yang

membentuk dan berpengaruh terhadap teks tertentu. 42

Dalam pandangan Van Dijk, segala teks bisa dianalisis dengan

menggunakan elemen tersebut. Meski terdiri atas berbagai elemen, semua

elemen itu merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan saling mendukung

satu sama lainnya.43 Struktur atau elemen wacana yang dikemukakan Van Dijk

dapat digambarkan seperti berikut:44

Tabel 1

ELEMEN WACANA VAN DIJK

Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen

Struktur Makro TEMATIK Topik


(Apa yang
dikatakan?)

41
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 221.
42
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.73.
43
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 226.
44
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.74.
30

Superstruktur SKEMATIK Skema


(Bagaimana
pendapat disusun
dan dirangkai)

Struktur Mikro SEMANTIK Latar, detail,


(Makna yang ingin maksud,
ditekankan dalam praanggapan,
teks berita) nominalisasi.

Struktur Mikro SINTAKSIS Bentuk kalimat,


(Bagaimana koherensi, kata
pendapat ganti.
disampaikan?)

Struktur Mikro STILISTIK Leksikon


(Pilihan kata apa
yang dipakai?)

Struktur Mikro RETORIS Grafis, Metafora,


(Bagaimana dan Ekspresi.
dengan cara apa
penekanan
dilakukan?)

Tabel 2
Model dari analisis Van Dijk dapat digambarkan sebagai

berikut: 45

Teks
Kognisi Sosial

Konteks

45
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 225.
31

Dari gambar model analisis wacana Van Dijk di atas dapat

diuraikan penjelasannya sebagai berikut:

a. Teks

Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur

atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung.

Teks menganalisis bagaimana strategi wacana yang dipakai

untuk menggambarkan seseorang atau peristiwa tertentu.

Bagaimana strategi tekstual yang dipakai untuk menyingkirkan

atau memarjinalkan kelompok, gagasan atau peristiwa tertentu.

Struktur teks dapat digambarkan sebagai berikut:46

Tabel 3

Struktur Teks Wacana Van Dijk

Struktur Makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari
topik/tema yang diangkat oleh suatu teks.

Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup
dan kesimpulan.

Struktur Mikro
Makna lokal dari suatu teks yang diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.

46
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 227.
32

Berikut akan diuraikan satu per satu elemen wacana Van Dijk, di

antaranya yaitu: pertama, tematik; elemen tematik menunjuk pada

gambaran umum dari suatu teks. Topik berita baru bisa disimpulkan

setelah tuntas membaca, mendengar atau menonton berita tersebut.47

Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan

umum. Teks tidak hanya didefinisikan tetapi mencerminkan suatu

pandangan atau topik tertentu, tetapi suatu pandangan umum yang

koheren. Van Dijk menyebut hal ini sebagai koherensi global (global

coherence), yakni bagian-bagian dalam teks menunjuk pada satu titik

gagasan umum dan bagian-bagian tersebut saling mendukung satu sama

lain untuk menggambarkan opini tersebut. 48

Kedua, skematik; menurut Van Dijk, arti penting dari skematik

adalah strategi wartawan untuk mendukung teori tertentu yang ingin

disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu.

Skematik memberikan tekanan bagaimana yang didahulukan dan

bagaimana yang bisa dikemudiankan sebagai strategi menyembunyikan

informasi penting. Teks atau wacana pada umumnya mempunyai skema

atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan

bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan hingga membentuk

kesatuan arti. 49

47
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 229.
48
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 229.
49
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 231-234.
33

Ketiga, semantik; semantik atau makna yang ingin ditekankan

dalam teks dapat dilihat dari beberapa hal seperti latar, detil, maksud dan

praanggapan. Latar, detil dan maksud berhubungan dengan informasi

mana yang ditekankan dan mendapatkan porsi lebih banyak. Sementara

itu, elemen praanggapan merupakan pernyataan yang digunakan untuk

mendukung makna suatu teks.50

Keempat, sintaksis; secara etimologis, kata sintaksis berasal dari

kata Yunani (sun = „dengan‟ + tattein = „menempatkan‟). Jadi sintaksis

berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau

kalimat. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
51
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sintaksis

berhubungan dengan bagaimana kalimat yang dipilih. Sintaksis dapat

dilihat dari koherensi, pengingkaran, bentuk kalimat dan kata ganti.52

Kelima, stilistik; pusat perhatian stilistik adalah style, yakni cara

yang digunakan seorang pembicara atau penulis untuk menyatakan

maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Dengan


53
demikian, style dapat diterjemahkan sebagai gaya bahasa. Stilistik

berhubungan dengan bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks

berita. Elemen stilistik dikenal dengan leksikon. Pada dasarnya leksikon

50
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 235
51
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.
52
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 242.
53
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet ke-5, h.82.
34

menandakan bagaimana seseorang melakukan pemilihan kata dari sekian

banyak pilihan yang ada. 54

Keenam, retoris; retoris berhubungan dengan bagaimana dan

dengan cara apa penekanan dilakukan. Retoris dapat dilihat dari

penggunaan grafis, metafora serta ekspresi. Grafis melihat penggunaan

grafik, gambar atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan.

Elemen grafik memberikan efek kognitif, dalam arti ia mengontrol

perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukkan apakah suatu

informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus dipusatkan

atau difokuskan.55

b. Kognisi Sosial

Kognisi sosial melihat bagaimana suatu teks diproduksi. Kognisi

sosial berkaitan dengan kesadaran mental wartawan yang membentuk teks

tersebut. Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya

pada struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau

menandakan sejumlah makna, pendapat dan ideologi. Untuk membongkar

bagaimana makna tersembunyi dari teks, membutuhkan suatu analisis

kognisi dan konteks sosial. Wartawan tidak dianggap sebagai individu

yang netral, tetapi individu yang mempunyai bermacam nilai, pengalaman

dan pengaruh ideologi yang didapatkan dari kehidupannya.56

54
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 255.
55
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 258.
56
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 259-260.
35

Van Dijk menyebutkan bahwa peristiwa dipahami dan dimengerti

berdasarkan skema. Skema dikonseptualisasikan sebagai struktur mental di

mana di dalamnya tercakup bagaimana kita memandang manusia, peranan

sosial dan peristiwa. Ada beberapa macam skema atau model yang dapat

digambarkan berikut ini:57 pertama, skema person; bagaimana seseorang

menggambarkan dan memandang orang lain. Bagaimana seorang

wartawan Islam, misalnya, memandang dan memahami orang Kristen

yang kemungkinan besar akan berpengaruh terhadap berita yang akan

ditulis.

Kedua, skema diri; berhubungan dengan bagaimana diri sendiri

dipandang, dipahami dan digambarkan oleh seseorang. Ketiga, skema

peran; berhubungan dengan bagaimana seseorang memandang dan

menggambarkan peranan dan posisi yang ditempati seseorang dalam

masyarakat. Keempat, skema peristiwa; skema ini barangkali paling

banyak dipakai. Setiap peristiwa selalu kita tafsirkan dan maknai dalam

skema tertentu. Biasanya, skema inilah yang paling banyak dipakai oleh

wartawan. 58

c. Konteks Sosial

Konteks sosial ialah bagian dari wacana yang berkembang dalam

masyarakat sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis

intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal

57
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 259-262.
58
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 262.
36

59
diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat. Titik penting dari

analisis ini adalah untuk menunjukkan bagaimana makna yang dihayati

bersama, kekuasaan sosial diproduksi lewat praktik diskursus dan

legitimasi. Menurut Van Dijk, dalam analisis mengenai masyarakat ini,

ada dua poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pertama, praktik

kekuasaan; Van Dijk mendefinisikan kekuasaan tersebut sebagai

kepemilikan yang dimilki oleh suatu kelompok (atau anggotanya) yang

mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada

kepemilikan atau sumber-sumber yang bernilai, seperti uang, status dan

pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik, tetapi

juga bertindak persuasif dengan jalan memengaruhi kondisi mental, seperti

kepercayaan, sikap dan pengetahuan. Analisis wacana memberikan

perhatian yang besar pada apa yang disebut dominasi. Dominasi

direproduksi oleh pemberian akses yang khusus pada satu kelompok

dibandingkan kelompok lain (diskriminasi). Ia juga memberi perhatian

atas proses produksi lewat legitimasi melalui bentuk kontrol pikiran.60

Kedua, akses memengaruhi wacana; analisis wacana Van Dijk

memberi perhatian yang besar pada akses, bagaimana akses di antara

masing-masing kelompok dalam masyarakat. Kelompok elit mempunyai

akses yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang tidak

berkuasa. Karena itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai kesempatan

59
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 271.
60
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: PT LKiS
Printing Cemerlang, 2012), cet ke-10, h. 272.
37

lebih besar untuk akses pada media, dan kesempatan lebih besar untuk

memengaruhi kesadaran khalayak.61

E. Undang-undang Penyiaran di Indonesia

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) merupakan lembaga yang

mengatur penyiaran di Indonesia. Dalam rangka mengatur perilaku

lembaga penyiaran di Indonesia dibutuhkan suatu pedoman yang wajib

dipatuhi agar pemanfaatan frekuensi radio sebagai ranah publik yang

merupakan sumber daya alam terbatas dapat senantiasa ditujukan untuk

kemaslahatan masyarakat sebesar besarnya.

Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS)

pada dasarnya dirancang berdasarkan amanat yang diberikan Undang-

Undang Republik Indonesia No. 32/2002 tentang Penyiaran kepada

Komisi Penyiaran Indonesia. Sebuah pedoman yang mengatur perilaku

pihak-pihak yang terlibat dalam dunia penyiaran Indonesia. 62

Pedoman Perilaku Penyiaran merupakan panduan tentang batasan-

batasan mengenai apa yang diperbolehkan dan atau tidak diperbolehkan

berlangsung dalam proses pembuatan program siaran, sedangkan Standar

Program Siaran merupakan panduan tentang batasan apa yang

diperbolehkan dan atau yang tidak diperbolehkan ditayangkan dalam

program siaran. Dengan demikian P3SPS merupakan penjabaran dari

ketentuan kode etik dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 yang masih

bersifat umum. Pedoman perilaku penyiaran bersumber kepada nilai-nilai

61
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, cet ke-10, h. 272-273.
62
Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran.
2012, h. 1.
38

agama, moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta

norma-norma lain yang berlaku dan diterima oleh masyarakat umum dan

lembaga penyiaran.

Pedoman perilaku penyiaran menentukan standar isi siaran yang

sekurang-kurangnya berkaitan dengan rasa hormat terhadap pandangan

keagamaan, rasa hormat terhadap hal pribadi, kesopanan dan kesusilaan,

pembatasan adegan seks, kekerasan dan sadism, perlindungan terhadap

anak-anak, remaja dan perempuan, penggolongan program dilakukan

menurut usia khalayak, penyiaran program dalam bahasa asing, ketepatan

dan kenetralan program berita dan lain-lain.63

Stasiun televisi harus memerhatikan keseimbangan antara

kebutuhan yang dapat ditimbulkan khususnya dalam penyiaran program

berita yang memuat adegan kekerasan, kecelakaan dan bencana. Program

yang mengandung muatan secara dominan atau mengandung adegan

kekerasan eksplisit dan vulgar, hanya dapat disiarkan pada jam tayang di

mana anak-anak pada umumnya diperkirakan sudah tidak menonton

televisi, yakni pukul 22.00-03.00 sesuai dengan waktu stasiun penyiaran

yang menayangkan.64

63
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-
1 h. 248.
64
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), cet ke-
1 h. 249.
39

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Perkembangan Televisi di Indonesia

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 ketika bertepatan

dengan pelaksanaan Olahraga Asia IV (Asian Games IV) di Jakarta. Saat itu

masyarakat Indonesia disuguhi tontonan realita yang begitu memukau.

Meskipun hanya siaran televisi hitam putih, namun siaran pertama di

Indonesia itu menjadi momentum yang sangat bersejarah. Perkembangan

dunia pertelevisian semakin maju sejak pemerintah mengeluarkan izin

kehadiran televisi swasta pada tahun 1989. Diawali stasiun televisi swasta

RCTI, kemudian diikuti SCTV, TPI, ANTV, Trans TV, TV 7, Global TV dan

Lativi. 1

1. Transisi dari Era Orde baru ke Era Reformasi

Ketika pertama kali Televisi Republik Indonesia (TVRI)

mengudara, televisi pemerintah ini awalnya menampilkan liputan

Asian Games IV. Ini artinya sejak awal TVRI sudah memerhatikan

konsumsi berita untuk pemirsanya. Sebagai TV pemerintah akhirnya

pola acara pemberitaan lebih pada acara yang sifatnya seremonial. Saat

itu, berita semacam ini mengalir begitu saja, artinya masyarakat pasrah

dan menerima apa saja yang disajikan oleh TVRI karena TVRI saat itu

sangat monopolistis. 2

11
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), cet ke-1, h.15.
2
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, cet ke-1, h.27.
40

“Tidak ada siaran televisi selain TVRI saat itu, maka begitu kran
deregulasi di bidang pertelevisian dibuka lebar-lebar dan muncul
beberapa stasiun TV swasta barulah masyarakat mendapatkan
beberapa alternatif tayangan, terutama acara berita. Terasa sekali
setelah kurang lebih 32 tahun masyarakat Indonesia dijejali dengan
informasi „pesanan‟ yang disiarkan lewat pemberitaan TVRI, tiba-tiba
disuguhi beragam berita yang tidak melulu mengenai seremonial.
Bertahannya pemerintahan orde baru yang berkuasa hampir 32 tahun
itu adalah contoh dari peran politik monopoli penyiaran di Indonesia
yang begitu kuat yakni keleluasaan untuk menyajikan berita-berita
pembangunan yang hanya bersumber dari pejabat negara.”3

Oleh karenanya, hampir 32 tahun selalu di suguhi model-model

propaganda melalui program acara pembangunan di TVRI yang tidak

lain hanya memberitakan keberhasilan pemerintah dalam

pembangunan nasional. Bukanlah hal yang mustahil bila kelanggengan

pemerintahan orde baru tidak lepas dari peran politik pemberitaan

TVRI. Peran ini lebih ditonjolkan pada orientasi pemberitaan yang

berbau seremonial. Mulailah kebebasan mendapatkan informasi yang

transparan berlaku di negara ini, sampai akhirnya penonton atau

masyarakat bisa memilih acara berita dari 11 stasiun televisi swasta. 4

Di era orde baru memang peran media khususnya media penyiaran

baik RRI maupun TVRI belumlah menunjukkan fungsi sosial dengan

sempurna karena intervensi politik kekuasaan pada waktu itu.

Sebenarnya pada waktu itu Departemen Penerangan (Deppen) telah

mengedepankan fungsi media RRI dan TVRI yang sebenarnya dalam

rangka meningkatkan peran sosial RRI dan TVRI dengan melegitimasi

forum media seperti kelompencapir sebagai media belajar masyarakat,

tetapi dalam pelaksanaannya belumlah optimal karena masuknya


3
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2006), cet ke-1, h.27.
4
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, cet ke-1, h.27.
41

kepentingan politik di dalamnya. Sehingga keberadaan kelompencapir

sering memunculkan pomeo sebagai upaya penggalangan massa cara

untuk kepentingan politik dan kekuasaan. 5

Bila di bandingkan dengan negara-negara di barat, bahwa peran

media di negara tersebut sangat penting. Sebagai alat kontrol, sehingga

televisi di barat terbiasa dengan menampilkan berita-berita miring

tentang beberapa elemen di pemerintahan. Hal ini sangat

bertolakbelakang dengan media di Indonesia yang belum menonjol

dalam menampilkan berita-berita seperti di Negara Barat tersebut.

“Dominasi TVRI mulai menunjukkkan tanda-tanda berakhir


pada tahun 1988, setelah mengudaranya RCTI yang lahir sebagai TV
swasta pertama di Indonesia. Stasiun televisi milik Bambang
Trihatmojo Soeharto ini awalnya bersiaran melalui jaringan kabel
untuk seputar Jakarta dengan sistem pay-television semacam TV
berlangganan. Pada Agustus 1990, RCTI baru diizinkan mengudara
secara bebas, setelah itu muncul TV swasta lainnya. Namun kelahiran
TV swasta lainnya tidaklah semata-mata karena terbukanya iklim
demokrasi, tetapi lebih karena adanya akses politik para pemiliknya.
Sehingga kelahiran TV swasta tersebut tidaklah begitu berarti bagi
masyarakat khususnya di dalam memberikan pelayanan informasi yang
bebas dan terbuka. Kemunculan TV swasta lebih condong kepada
tujuan bisnis di mana para pemiliknya selalu lebih mengedepankan isi
programnya pada pendekatan ekonomi yang menguntungkan pasar.
Karena itu, program-program TV swasta lebih banyak berorentasi
kepada masyarakat di perkotaan yang menjual isi media dengan tema-
tema yang memanipulasi selera pasar seperti war, sex and crime. Inilah
menjadi konsekuensi jika media di kuasai oleh pemilik modal,
sehingga isi programnya dikemas sedemikian rupa untuk memanjakan
selera pasar.”6
Pada sektor industri, media menimbulkan kontradiksi yang

menarik khususnya di pertengahan pemerintahan orde baru, pers

5
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.13.
6
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.98.
42

Indonesia berada di persimpangan antara fungsi pers sebagai

instrumensi hegemoni negara dengan fungsi pers sebagai institusi

kapitalis. Di satu sisi pemerintahan mulai mengadopsi prinsip-prinsip

pers liberal namun di sisi lain mempertahankan kebijakan-kebijakan

sektor media yang bertentangan dengan semangat liberitarianisme.7

Dampak kapitalisme kroni terhadap industri penyiaran televisi

cukup jelas, yakni pola kepemilikan media yang memusat dan

monopolistik, beserta dampak buruknya terhadap monopoli dan

rekayasa informasi seperti yang telah kita rasakan bersama pada

pemerintahan orde baru yang lalu.8

“Problem yang muncul pada media televisi pada saat akhir era
orde baru lebih menunjukkan pada dinamika media yang telah menjadi
instrument industri kapitalis yang berdamapak pada moda isi program
media yang bersangkutan, yakni apa dan bagaimana acara-acara yang
harus diproduksi dan di tayangkan lebih di tentukan berdasarkan
korelasinya dengan pihak sponsor dan selera khalayak. Akibatnya di
lain pihak, para pengelolah televisi dihadapkan pada permasalahan
pada pengelolah televisi dihadapkan pada permasalahan SDM yang
berkualitas dan teknologi pendukung, ketika harus memenuhi tuntutan-
tuntutan produksi manakala televisi memasuki entitas komersial.” 9
Memasuki era paska keruntuhan rezim orde baru pada revolusi

Mei 1998, media penyiaran belum beranjak mengalami perubahan

yang signifikan. Walaupun dari sisi perkembangan kepemilikan media,

bisnis penyiaran tidak lagi berpusat kepada keluarga Cendana. Nama-

nama anak Soeharto memang tidak terlihat lagi dalam kacah

kepemilikan stasiun televisi. Para pemain baru bermunculan, baik

7
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.14.
8
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, cet ke-1, h.13-14.
9
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, cet ke-1, h.13.
43

dengan mengakusisi stasiun televisi lama maupun dengan mendirikan

stasiun televisi baru. Namun ini tidak berarti otomatis keluarga

Cendana dan para kroni tidak lagi memegang kontrol atas bisnis

penyiaran karena situasi politik yang berubah paska orde baru sudah

tentu mereka harus menggunakan strategi yang tepat untuk

menghindari tekanan publik, pemerintah dan sentiment pasar yang

negatif terhadap usaha-usaha bisnis yang mengandung keterlibatan

keluarga Cendana. Salah satu strateginya dengan menggunakan peran

pihak lain untuk mempertahankan kepemilikan asset-aset penting

dalam industri penyiaran yang terjadi dalam konteks ini adalah

kepemilikan saham secara tidak langsung terhadap sejumlah stasiun

televisi. 10

Pada era reformasi ini, perkembangan televisi swasta masih

stagnan dalam arti belum ada peningkatan kualitas program acara

karena penekanan masih pada entitas komersial. Untuk itu stasiun

televisi swasta membeli program impor seperti meteor garden yang di

beli Trans TV seharga US $ 20.000 program import tersebut di nilai

akan mempertahankan jumlah penonton sekaligus memelihara rating

untuk memancing pemasang iklan. Stasiun televisi swasta belum

berani memproduksi acara sendiri, mengingat keterbatasan SDM yang

berkualitas. Biaya produksi, misalnya untuk sebuah sinetron bisa

mencapai lebih dari 400 juta rupiah, karena harga artis melambung

tinggi. Sedang honor artis bisa mencapai separuh dari biaya produksi.

10
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.15.
44

Di lain pihak banyak industri televisi swasta memanfaatkan production

house untuk membeli program guna menopang kebutuhan program

stasiun televisi. Namun kalangan production house pada akhirnya tak

dapat menghindari dari kecenderungan „mencangkok‟ format dan

logika cerita asing ala opera sabun atau film India. Bila sampai titik

kebutuhan tayangan televisi tetap belum terpenuhi, maraklah

pemutaran ulang serial-serial yang sudah di siarkan atau daur ulang

film layar lebar dalam bentuk sinetron.11

Di lain pihak, karena strategi pemasaran program media di era

paska orde baru ini masih mengandalkan jenis pemasaran following

marketing, maka homogenisasi program acara televisi swasta tidak

terhindarkan dan menjadi fenomena yang memprihatinkan. Ketika satu

stasiun sukses dengan program infotainmentnya maka stasiun lain pun

ramai-ramai mengikutinya. Tayangan gossip-gosip artis saat ini yang

membanjiri layar kaca pemirsa setiap harinya dengan format, genre

dan sajian yang „sama dan sebangun‟, misalnya ketika RCTI sukses

dengan program acara Cek & Ricek, maka diikuti pula oleh Indosiar

dengan acara serupa KISS, kemudian SCTV dengan Potret Orang

Terkenal (Portal), selanjutnya Trans TV dengan Kros Cek dan

seterusnya. Demikan pula ketika stasiaun televisi swasta sukses

dengan program dangdut, televisi swasta lain segera segera

mencangkoknya ramai-ramai. Dengan banyaknya tayangan serupa

menyebabkan persaingan antar media semakin ketat, keterbatasan dan

11
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.298.
45

kemampuan rumah produksi masing-masing stasiun televisi untuk

memenuhi persaingan itu, menyebabkan begitu banyak program yang

secara kualitas sangat memprihatinkan.12

Dari sisi jurnalistik, pemberitaan media belum menunjukkan

ada peningkatan kualitas penyajian khususnya yang menyangkut

berita-berita kriminal. Umumnya berita-berita kriminal bersumber dari

kepolisian, namun kadang-kadang dalam sajian informasinya telah

menggiring pelaku seolah-olah telah menjadi terdakwa, sehingga

program ini di tuding mengabaikan prinsip azas praduga tak bersalah.

2. Logika Kerja antara TVRI (TV Publik) dengan TV Swasta

Dalam menjalankan perannya sebagai televisi yang mencerdaskan

kehidupan bangsa serta fungsinya sebagai media yang memberikan

informasi, mendidik dan menghibur, TVRI sebagai TV publik

memiliki visi dan misi sebagai public service dengan menyiarkan

program-program yang memberikan manfaat bagi publik dan tidak

berorientasi untuk meraup keuntungan. Seluruh anggaran produksi

yang dikeluarkan oleh TVRI pun dibiayai oleh negara. Oleh

karenanya, TVRI dituntut untuk menayangkan program-program yang

tidak merusak generasi bangsa dan adanya kepentingan tertentu.

Berbeda halnya dengan TV swasta yang anggarannya dibiayai

oleh pribadi, sekelompok orang maupun organisasi yang bertujuan

untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, TV swasta banyak

12
Agus Sudibyo, Ekonomi Politik Media Penyiaran, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi
Aksara, 2004), cet ke-1, h.298-299.
46

menampilkan program-program yang justru terkadang tidak sesuai

dengan kepentingan publik.

Fungsi media televisi ialah memberikan informasi, menghibur

dan mendidik dengan tayangan yang baik dan layak ditonton oleh

khalayak. Namun nyatanya saat ini banyak sekali dijumpai tayangan

yang isinya justru tidak sesuai dengan fungsi media. Ditambah lagi

dengan iklan-iklan yang hanya menguntungkan pemilik modal. Rating

sebagai salah satu alasan untuk menarik iklan sebanyak-banyaknya

tanpa mengindahkan kualitas program tersebut apakah layak menjadi

tontonan yang baik atau tidak.

Walaupun rating televisi bukan satu-satunya patokan yang

dijadikan oleh pengelola stasiun televisi dalam mengambil keputusan,

tetapi realitasnya tetap saja rating dan share menjadi sesuatu yang

dianggap sangat penting oleh semua pihak yang berhubungan dengan

siaran televisi. Hal tersebut menyebabkan rating dan share sebagai

mata uang baru di dunia pertelevisian indonesia. Sangat tidak

memungkinkan jika para pengelola stasiun TV mengacuhkan dan tidak

peduli terhadap keberadaan rating televisi, sedangkan pengiklan mau

memasarkan produknya hanya di program yang ratingnya tinggi.

Dari sekian banyaknya tayangan yang tidak menjalankan fungsi

media sebagaimana mestinya tersebut, misalnya saja program

jurnalistik Reportase Investigasi yang ditayangkan oleh Trans TV.

Reportase Investigasi merupakan jenis program news feature dengan


47

menampilkan hasil penelusuran investigasi yang mengungkap suatu

kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Pada tayangan tersebut

masih banyak sekali dijumpai pelanggaran-pelanggaran yang tidak

sesuai dengan kode etik penyiaran yang berpedoman pada P3SPS.

Pada salah satu episode “Geliat PSK ABG” sebagai salah satu

contohnya, justru tayangan tersebut banyak menampilkan hal yang

sebenarnya tidak harus ditampilkan pada khalayak. Seperti banyak

mempromosikan sensualitas yang sudah pasti bukan tayangan yang

mendidik, menginformasikan yang baik dan juga bukan suatu hiburan

yang baik.

B. Profil PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV)

1. Profil dan Sejarah Trans TV

PT Televisi Transformasi Indonesia (Trans TV) adalah stasiun

televisi swasta di bawah naungan Trans Corp dan dimiliki oleh CT Corp

yang mengudara secara nasional di Indonesia. Trans TV memperoleh izin

siaran pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang

dilakukan tim antardepartemen pemerintah, kemudian mulai siaran resmi

secara komersial pada 15 Desember 2001. Trans TV selalu menayangkan

tampilan, gaya, serta program yang inovatif, berbeda dan kreatif sehingga

menjadi trendsetter di industri pertelevisian.13 Berusaha di bawah naungan

Trans Corp yang dimiliki oleh CT Corp, Trans TV mulai mengudara

secara teknis selama beberapa jam per hari di wilayah Jakarta, Bogor,

Tangerang dan Bekasi pada 22 Oktober 2001. Kemudian pada 25 Oktober

13
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB
48

2001 Trans TV mulai menyiarkan program bertajuk Trans Tune-In serta

siaran langsung upacara peresmian Bandung Supermall, sekaligus

memperluas jangkauan siaran Trans TV hingga wilayah Bandung dan

sekitarnya.14

Program Trans Tune-In dikemas dengan gaya radio, yaitu dua

pembawa acara menyuguhkan rangkaian video klip musik serta

membawakan kuis interaktif guna memikat calon penonton dan

memperkenalkan Trans TV pada masyarakat. Selain itu, divisi news juga

menyajikan program Jelajah yang berisikan paket-paket feature.

Kemudian, pada akhir pekan para pecandu bola dapat menikmati siaran

langsung kompetisi sepak bola Spanyol La Liga. Seiring waktu berlalu,

menara-menara pemancar di Yogyakarta yang mencakup kota Solo,

Semarang, Surabaya dan Medan secara berurutan mulai berfungsi

sehingga makin memperluas jangkauan siaran Trans TV di wilayah-

wilayah utama Indonesia.

Berkat perencanaan yang baik, Trans TV dapat memperoleh

alokasi frekuensi UHF yang rendah dibandingkan stasiun-stasiun televisi

lain. Kanal frekuensi yang rendah tersebut memudahkan pemirsa mencari

gelombang siaran Trans TV. Pada 1 Desember 2001 Trans Tune-In

berganti nama menjadi Transvaganza seiring dengan bertambahnya jam

siaran Trans TV. Dalam tahapan ini Trans TV mulai menayangkan film-

film asing serta program non drama berupa kuis berjudul Tebak Harga.

14
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
49

Kuis ini merupakan adaptasi program kuis The Price is Right yang

kondang sejak tahun 1970an dan telah ditayangkan di 22 negara.15

Transvaganza ditayangkan dari 1-14 Desember 2001 dan berisikan

sampel program-program Trans TV yang kemudian dapat diikuti pemirsa

setiap minggu mulai 18 Desember 2001 hingga 28 Februari 2002.

Penambahan jam tayang secara bertahap tersebut memuncak pada 1 Maret

2002 saat Trans TV mulai siaran penuh, yaitu 18 jam sehari pada hari

Senin hingga Jumat dan 22 jam sehari pada hari Sabtu dan Minggu.

Sehubungan dengan bertambahnya jam tayang, maka bertambah pula

program acara Trans TV, di antaranya ialah Euro, Digoda, KD, Sinema

Gemilang, Diva Dangdut, Dunia Lain. Sampai saat ini Trans TV tetap

konsisten memproduksi secara inhouse maupun menayangkan program-

program dengan citra “Trendsetter, Lifestyle, dan HBOnya Indonesia”

seperti Extravaganza, Ceriwis, Termehek-mehek atau pun Bioskop Trans

TV yang menjadikan Trans TV memiliki ciri khas tersendiri serta

membedakannya dari stasiun-stasiun televisi lainnya. Berdasarkan data

wawancara dengan salah satu staf HRD, Anton Rikif mengatakan bahwa

Trans TV dibangun dengan modal investasi sebesar Rp 600 milyar. Dana

sebesar itu berasal dari CT Corp sejumlah Rp 300 milyar dan Rp 300

milyar sisanya berupa dana pinjaman komersial dari Bank Mandiri.16

Sejak awal, pembangunan Trans TV dirancang untuk bisa beroperasi

menggunakan teknologi digital penuh, mulai dari tahap pra produksi

hingga tahap paska produksi dan siaran on air. Tetapi karena sistem

15
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
16
Wawancara dengan staf HRD Trans TV, Anton Rikif, pada 7 Maret 2016.
50

penyiaran di Indonesia masih menggunakan sistem analog, maka output

yang bersifat digital akan diubah menjadi analog. Walaupun demikian,

pemirsa Trans TV akan menikmati tayangan audio visual yang lebih jernih

dan tajam. Kelak jika sistem penyiaran di Indonesia sudah beralih ke

sistem digital, Trans TV hanya perlu memodifikasi pemancar-

pemancarnya saja. Selain output yang lebih baik, teknologi digital juga

menjadikan proses kerja dapat berjalan lebih efisien dan efektif. Peran

kaset (video tape) nyaris hilang, karena semua materi produksi mengalir

dari satu server ke server komputer lainnya melalui jaringan kabel optik

yang terpasang di seluruh gedung. Seluruh studio juga terintegrasi satu

sama lain sehingga memungkinkan siaran yang simultan.17

2. Logo, Visi dan Misi Trans TV

Logo Trans TV

Transmedia, sebagai media terdepan di Indonesia yang selalu

komitmen menghadirkan karya penuh inovasi dan menjadi trendsetter

untuk Indonesia lebih baik. Logo dengan simbol “Diamond A” di tengah

kata Trans TV merefleksikan kekuatan dan semangat baru yang

memberikan inspirasi bagi semua orang di dalamnya untuk menghasilkan

karya yang gemilang, diversifikasi konten atau keunikan tersendiri serta

17
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
51

kepemimpinan yang kuat. Masing-masing warna dalam logo ini memiliki

makna dan filosofi. Warna kuning sebagai cerminan warna keemasan pasir

pantai yang berbinar dan hasil alam nusantara sekaligus melambangkan

optimis masyarakat Indonesia, sedangkan rangkaian warna hijau

mengambarkan kekayaan alam Indonesia yang hijau dan subur, serta

memiliki ketangguhan sejarah bangsa.

Warna biru melambangkan luasnya cakrawala dan laut biru

sekaligus menggambarkan kekuatan generasi muda bangsa Indonesia yang

handal dan memiliki harapan tinggi. Dan yang terakhir adalah rangkaian

warna ungu, menggambarkan keanggunan dan kecantikan budaya dan

semi bangsa Indonesia yang selalu dipuja dan dihargai sepanjang masa. 18

Semua rangkaian warna yang mengandung makna cerita di

dalamnya menyatu dengan serasi dan membentuk simbol yang utuh, kuat

dan bercahaya di dalam berlian berbentuk huruf A ini. Sehingga bisa

dipahami makna dari logo baru Transmedia ini menjadi tanda yang

menyuarakan sebuah semangat dan perjuangan untuk mencapai

keunggulan yang tiada banding mulai dari sekarang hingga masa

mendatang.

Visi Trans TV ialah menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun Asia

Tenggara, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders,

menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan

nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta

mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan

18
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
52

kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat. Selain memiliki visi untuk

menjadi televisi terbaik se Asia Tenggara, Trans TV memiliki misi sebagai

wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta

mesejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-

nilai demokrasi.

3. Penghargaan yang Pernah Diraih Trans TV

Sejak awal berdiri, telah banyak penghargaan yang didapatkan Trans

TV dari berbagai media dan institusi. Berdasarkan data HRD pada 2014,

Trans TV meraih 52 kali penghargaan baik Nasional maupun

Internasional. Dari jumlah penghargaan di atas, 10 di antaranya sangat

monumental, terdiri atas penghargaan World Class Quality Achievement

pada 2013 dengan kategori stasiun televisi, Corporate Image (IMAC)

Award pada 2014 kategori National Television „Excellence in Building

and Managing Corporate Image‟, CNN Television Journalist Award pada

2013, Citra Pariwara Award pada 2013 sebagai TV Station of The Year,

Panasonic Gobel Awards pada 2010, Panasonic Awards pada 2009, Citra

Pariwara pada 2008, Asian Television Award pada 2004 kategori best

reality program dan nominasi best music program, The Asia Pacific

Broadcasting Union (ABU)/ CASBAA UNICEF Child Rights Award pada

2005 dan Sertifikat ISO 9001 pada 2000.

4. Struktur Direksi Trans TV:

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Chairul Tanjung

Komisaris : Chairul Tanjung


53

Komisaris : Ishadi SK

Dewan Direksi

Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni

Direktur Sales & Marketing : Atiek Nur Wahyuni

Direktur Finance & Human Capital : Warnedy

Direktur Divisi Programming :Achmad Ferizqo

Irwan

Kepala Divisi Sales & Marketing : Arnie Yuliatiningsih

Kepala Divisi Technical & Facilities Services : Andrian Syahputra

Kepala Divisi News : Gatot Triyanto

Kepala Divisi Finance : Hannibal K. Pertama

Kepala Divisi Promotion : Tedja Andarwan

Kepala Divisi Corporate Services : Latif Harnoko

Kepala Divisi Production : Gina Mayangsari

Kepala Divisi Production : Emil Syarif19

5. Program-program Trans TV

Trans TV memiliki program-program yang terdiri atas delapan

kategori, masing-masing special programs, movies and drama, comedy

and variety, travel and lifestyle, news and light info, religious, reality and

gameshow dan infotainment. Banyak program unggulan yang dimiliki

Trans TV yang meraih rating cukup tinggi di antaranya Berita Islami Masa

Kini, Islam itu Indah, Mozaik Islam, My Trip My Adventure, Ranking 1,

19
Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014
54

Katakan Putus, Reportase Investigasi dan lain-lain. Trans TV merupakan

televisi yang mengusung media terbaik di Indonesia maupun Asia

Tenggara yang berusaha menyampaikan program-program yang

berkualitas. Trans TV tidak hanya menampilkan tayangan hiburan dan

pendidikan tetapi juga menayangkan program-program religius. Sampai

saat ini program-program religius tersebut selalu mendapat rating yang

cukup tinggi sehingga menghasilkan ide-ide kreatif lain untuk membuat

program serupa yang inovatif tanpa menghilangkan unsur agama.

Misalnya saja program Berita Islami Masa Kini yang ditayangkan Senin-

Jumat, program ini membahas mengenai berita perkembangan Islam

terkini yang dikemas dengan bahasa yang santai sehingga mudah

disampaikan kepada penonton yang awam sekalipun. Dengan gaya

pembahasan yang mudah dipahami, program Berita Islami Masa Kini

selalu meraih rating tinggi. Karena itu, tim membuat program serupa agar

menambah wawasan penonton mengenai Islam. Program tersebut adalah

Berita Islami Siang. Program lain yang tak kalah menarik minat penonton

dan selalu ditunggu-tunggu ialah program Reportase Investigasi.

Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang membahas

suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan yang

terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Program yang tayang pada Sabtu

dan Minggu ini menguak kecurangan-kecurangan yang terdapat di

masyarakat. Dengan menonton tayangan ini penonton lebih waspada dan


55

berhati-hati terhadap tindak pelaku kecurangan yang akan merugikan

masyarakat. 20

C. Profil dan Sejarah Program Reportase Investigasi

Pada awalnya program berita Reportase Investigasi belum menjadi

program sendiri. Artinya masih bersamaan dengan program berita lainnya

yang dulu dinamakan “Berita Trans” pada 2001. Pada 2006, format dan nama

berita di Trans TV berubah menjadi Reportase. Reportase merupakan ciri khas

program berita yang terdapat di Trans TV. Seiring berjalannya waktu, pada

akhir 2005 Reportase Investigasi tayang satu minggu sekali dengan nama

“Mini Magazine” semi investigasi dan masih dengan format penelusuran.

Mendapat performa yang baik, pada 2006 Mini Magazine diganti dengan

nama Reportase Investigasi, pencetusnya adalah Pimpinan Redaksi dan

Redaktur Utama.

Reportase Investigasi merupakan program terlama di News Trans TV,

sebelumnya program News Jelajah pada 2005. Program Reportase Investigasi

mulai disukai masyarakat dengan rating yang selalu meningkat, karena saat itu

Reportase Investigasi memblowup kasus pedagang bakso yang memakai

daging tikus.21 Awalnya, durasi tayangan program Reportase Investigasi

hanya 7-10 menit dalam satu kali seminggu, peliputannya pun masih

mengenai Illegal Logging dan penyelundupan Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pada 2007 barulah program Reportase Investigasi menjadi program sendiri

20
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 12.00 WIB
21
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
2016.
56

yang terpisah dari program berita lainnya dan selanjutnya Reportase

Investigasi tayang setiap dua kali dalam seminggu.

Reportase Investigasi merupakan acara news jenis feature yang

membahas suatu topik secara mendalam dan menguak berbagai kecurangan

yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Tujuan ditayangkan program

Reportase Investigasi ialah untuk memberitakan informasi dan fakta yang

sebenarnya kepada masyarakat yang tidak tahu bahwa di sekitar kita masih

banyak sekali tindakan kejahatan-kejahatan, seperti pedagang nakal yang

melakukan kecurangan dengan dalil ingin meraup untung yang besar.22

Program Reportase Investigasi tayang sejak 31 Desember 2005 dan

menyajikan tayangan dengan berbagai topik hasil penelusuran investigasi.

Reportase Investigasi merupakan sebuah program yang mengungkap suatu

kasus penyimpangan dari pelaku langsung. Topik yang dipilih selalu menjadi

kepentingan masyarakat. Misalnya tentang bakso yang mengandung boraks,

kosmetika yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan dan sebagainya.23

Kekuatan pada program Reportase Investigasi ini terdapat pada proses

pengemasan di mana proses peliputan, ruang lingkup topik acara, penentuan

sudut kamera, hingga proses editing untuk memperkuat konten dari program

acara. Namun, saat ini program Reportase Investigasi mengembangkan format

22
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
2016.
23
www.transtv.co.id, diakses pada 12 Januari 2015 pukul 11.16 WIB
57

kemasan paket, reporter lebih partisipatif dalam peliputan, misalnya inframe

seolah-olah si reporter mengikuti penelusuran.24

D. Redaksi Reportase Investigasi Trans TV

Ketua Dewan Redaksi : Atiek Nur Wahyuni

Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab : Gatot Triyanto

Eksekutif Produser : Sudrajat

Senior Produser : Theodorus Lintas Melawai Didik

Wiratno

Junior Produser : Siska Hasyim

Junior Produser : Softan Herdygama

Asisten Produksi : Gresnia Arela Febriani

Kordinator Presenter : M. Walid

Presenter : Iqbal Kurniadi

Editor : Ali Masyar, Ade Sihombing

Reporter : Disamarkan

Campers : Disamarkan25

24
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Didik Wiratno, Jakarta, 11 Maret
2016.
25
Credit Title Reportase Investigasi
58

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Sinopsis Episode Geliat PSK ABG

Geliat PSK ABG merupakan salah satu episode yang ditayangkan

program Reportase Investigasi pada 8 Februari 2015. Kasus ini sengaja

diangkat oleh tim Reportase Investigasi untuk menginformasikan kepada

penonton mengenai fakta-fakta kasus prostitusi yang melibatkan remaja

anak sekolah di sebuah kota Jawa Barat yang sedang hangat

diperbincangkan. Pada episode ini, Reportase Investigasi memberitakan

tentang prostitusi anak sekolah dan wawancara seorang narasumber yang

merupakan PSK bawah umur. Episode ini terdiri atas tiga segmen. Segmen

pertama menjelaskan penelusuran tim Reportase Investigasi dalam

mencari PSK ABG di sekolah melalui orang-orang sekitar sekolah dan

seorang guru yang mengetahui adanya praktik prostitusi serta wawancara

dengan salah satu PSK yang terlibat praktik prostitusi. Segmen kedua

menanyangkan chit chat dengan Mawar (nama disamarkan) yang

merupakan PSK di bawah umur. Dalam segmen tersebut Mawar

menceritakan alasannya untuk ikut terjerumus praktik prostitusi dan suka

duka mengapa Mawar memilih untuk bekerja sebagai PSK. Mawar adalah

seorang pelajar yang terjerumus praktik prostitusi yang cemburu dengan

gaya hidup teman sebayanya yang memiliki barang-barang bagus dan

mewah.

Pada segmen kedua dijelaskan pula bagaimana Mawar

menjalankan „pekerjaannya‟ di samping ia harus sekolah. Bukan hanya


59

Mawar saja yang terjerumus praktik prostitusi, Cemplon (nama

disamarkan) adalah korban yang akhirnya terjerumus pula dengan

pekerjaan yang haram itu. Cemplon sebelumnya tidak mengetahui bahwa

ia akan dijadikan seorang PSK dan akhirnya Cemplon terikat pada

mucikari, jika ia ingin bebas maka ia harus menebus sejumlah uang

kepada mucikari. Selanjutnya segmen ketiga adalah sekilas Reportase

Utama.

B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

1. Analisis Teks

a. Tematik

Tabel 4

Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG

Narasi Gambar

Percakapan dengan Guru


B : Kadang crita…dia itu dibawa
inilah, dibawa om itulah, saya
pulangnya pagi…kadang dibawa
pejabat juga..

B : Sekarang lagi tren emang, kerja


sampingan yang kayak
gitu…minimal jadi PL..
60

Berdasarkan tabel di atas, dilihat dari tematik dalam episode

Geliat PSK ABG terdapat empat tema, masing-masing:

Pertama, Tema Pendidikan. Tema tersebut mengenai adanya

kemunduran pendidikan di mana seorang guru sebagai penyokong di

dalam kasus prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah tersebut.

Padahal, fungsi seorang guru di sekolah ialah pengganti orangtua di rumah

yang menjaga dan mendidik siswa-siswanya namun hal ini tidak berlaku

untuk sekolah tersebut. Sang guru justru mengetahui adanya praktik

prostitusi dan menganggapnya sebagai suatu hal yang lumrah. Ini terlihat

pada teks: “Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya

pulangnya pagi…kadang dibawa pejabat juga.. Sekarang lagi tren emang,

kerja sampingan yang kayak gitu…minimal jadi PL..”

Percakapan dengan Ibu pedagang


es:
A : Kira-kira yang mana ya bu,
yang bisa buat kenalan-kenalan
gitu?
B : Banyak sih gak bisa diituin ya…
A : Biasanya kelas berapa sih bu?
B : Kelas 3, kalo kelas 3 kan udah
pengalaman
A : Pengalaman gimana nih, bu?
B : Pengalaman ya… kelas 1 juga
mending, tapi kebanyakan masih
pada diam.
61

A : Masih alim ya bu ya?


B : Iya, kebanyakan kelas 2 dan
kelas 3
VO : Sepertinya ibu penjual
minuman tahu kalau kami ingin
mencari kimcil
B : Tunggu aja di sini, ntar tinggal
pilih
A : Gitu ya bu?
B : Iya banyak
A : Tapi cepet ya bu dapetinnya
B :Oh cepet… kalo orang (nama
sekolah) cepet…mudah

Kedua, Tema Agama. Tema tersebut menjelaskan bahwa

merosotnya nilai-nilai agama dan moral terlihat dari percakapan dengan

ibu pedagang es yang mengatakan bahwa di sekolah ini mudah untuk

mendapatkan PSK ABG karena banyak remaja yang berpengalaman

sebagai PSK. Selain itu dikatakan sebagai kemunduran nilai-nilai Islam

karena ibu tersebut menggunakan jilbab dan mengatakan, “Tunggu aja di

sini, ntar tinggal pilih.” Pernyataan ibu pedagang es tersebut pada gambar

menggunakan jilbab bisa menjadi tanda bahwa umat Islam seolah

mengarah pada perilaku menyimpang sebagai PSK merupakan hal yang

lumrah. Kemudian disebutkan kata “alim” oleh reporter seolah

mengarahkan pada agama Islam, walaupun memang sebenarnya setiap

agama memiliki sebutan kata “alim” namun kata tersebut lebih populer

digunakan di kalangan umat Islam. Tayangan tersebut memerlihatkan

bahwa adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial.
62

Peran agama sebetulnya untuk memberikan batasan yang baik dan buruk

serta membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti

kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia

untuk tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini

peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada

percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa

mudahnya mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang

tersebut seolah hal lumrah.

Percakapan dengan Cemplon


B : Kerja kayak gini baru sekali,
dulu gag pernah. Temen bilang
kerja di kafe, trus ikut kan. Gak tau
di sini dijual apa gimana…gak
ngerti.

VO : Pernah sekali Cemplon


mencoba kabur/ namun tertangkap
oleh sang mucikari/ yang
membawanya kembali ke lokalisasi
ini. Untuk bisa keluar dari
lokalisasi/ Cemplon harus menebus
uang jutaan rupiah//

B : Ada yang mo ngeluarin sih dari


sini
A : Ada yang ngeluarin?
B : Kan bilang ama mami, mami
bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta
berani gak?
A : Serius 50 juta?
63

Ketiga, Tema Hak Asasi Manusia (HAM). Tema tersebut menjelaskan

adanya perampasan Hak Asasi Manusia (HAM) di mana Cemplon

awalnya tidak tahu apa pekerjaan yang akan dijalaninya namun pada

akhirnya ia harus terikat dengan mucikari dan tidak bisa keluar dari

lokalisasi, jika ia ingin keluar maka Cemplon harus bersedia memberi

uang 50 juta rupiah kepada mucikari. Setiap orang memiliki hak untuk

bebas dan tidak terikat oleh apapun namun yang dirasakan Cemplon

berbeda, ia harus bersedia melakukan apapun yang diperintahkan oleh

mucikari di lokalisasi tersebut. Ini terlihat pada teks: “Kerja kayak gini

baru sekali, dulu gag pernah. Temen bilang kerja di kafe, trus ikut kan.

Gak tau di sini dijual apa gimana…gak ngerti. Kan bilang ama mami,

mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak?”

Percakapan dengan Mawar


B : Ya karena kondisi ekonomi
kadang kurang, kan saya cewek
kebutuhannya banyak. Kepengen
beli ini itu uangnya kurang, ya udah
nekat aja.

Keempat, Tema Ekonomi. Tema tersebut menjelaskan adanya

kesenjangan ekonomi dan gaya hidup terlihat dari percakapan dengan

Mawar ketika mengatakan alasannya untuk terjerumus ke dalam praktik

prostitusi. Himpitan ekonomi seakan memaksa Mawar untuk menjalani


64

pekerjaan ini. Selain itu, Mawar cemburu dengan teman sebayanya yang

memiliki barang-barang bagus dan mewah. Hal ini membuktikan bahwa

kurangnya pengawasan dan perhatian orangtua serta buruknya lingkungan

dan pergaulanlah yang akhirnya membuat Mawar terjerumus dengan

praktik prostitusi.

b. Skematik

Dalam analisis skematik, tayangan episode Geliat PSK ABG

diawali dengan perumpamaan seorang remaja yang terjerumus ke

dalam praktik prostitusi kemudian dilanjutkan dengan informasi

adanya praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah yang

diperkuat dengan fakta-fakta dari guru, ibu pedagang es di sekitar

sekolah tersebut dan penjaga toko yang mengetahui adanya praktik

prostitusi di sekolah. Selanjutnya dimunculkan Mawar sebagai salah

satu PSK ABG di sekolah tersebut untuk mengetahui praktik prostitusi

ini, lalu ditampilkan pula Cemplon sebagai salah satu PSK ABG

namun ia terikat lokalisasi dengan mucikari.

Setelah membeberkan semua fakta, tim Reportase Investigasi

menyampaikan pesan moral untuk orangtua di rumah lebih waspada

dan berhati-hati dengan lingkungan sekitar dan mengawasi putra-

putrinya agar tidak terjerumus ke dalam praktik prostitusi. Alur

skematik pada tayangan tersebut terlihat bahwa Reportase Investigasi

menginformasikan kepada pemirsa bahwa buruknya sistem pendidikan

saat ini diikuti guru juga sebagai penyokong di dalamnya serta nilai-
65

nilai agama dan moral yang sudah rusak. Selanjutnya tayangan ini

memberitahukan kepada orangtua untuk lebih berhati-hati terhadap

lingkungan anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam praktik

prostitusi.

c. Semantik

Tabel 5

Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG

Narasi Gambar

B : Tunggu aja di sini, ntar

tinggal pilih

Voice Over (VO) : masa remaja/


adalah masa yang paling indah/
mungkin pepatah ini hanya
tinggal pepatah/ bagi remaja
remaja belia yang rela menjual
tubuhnya demi lembaran rupiah/
di sebuah kota kami menemukan
fakta menyedihkan/ remaja
murid sekolah menengah di sini
banyak yang kerja sambilan
sebagai PSK// Kami menuju ke
salah satu sekolah menengah/
yang terkenal dengan reputasi
sebagai gudangnya PSK Belia//
Rupanya/ keberadaan PSK belia
yang terkenal dengan sebutan
kimcil ini sudah menjadi rahasia
umum//
66

Percakapan dengan Mawar


B : Ya karena kondisi ekonomi
kadang kurang, kan saya cewek
kebutuhannya banyak.
Kepengen beli ini itu uangnya
kurang, ya udah nekat aja.

VO : Namun selain butuh uang


ternyata Mawar juga penasaran
bagaimana rasanya menjadi PSK

B : Ya takut sebenarnya, tapi ya


gimana…ya suka juga,
penasaran gitu…

VO : Mawar juga tak khawatir/


orangtuanya mempertanyakan
dari mana barang-barang bagus
itu berasal/ Mawar sering
berbohong dan mengatakan
barang-barang itu adalah
pemberian pacar/ orangtua
Mawarpun tak bertanya lebih
lanjut// Dalam seminggu/ Mawar
bisa mendapatkan tiga hingga
empat pelanggan/ jika belum
kenal Mawar hanya ingin
dihubungi melalui mucikari//
67

B : Ya kontak aja ke yang kayak


mami-mami gitu, tinggal kontak
aja…

A : Itu tamunya yang milih atau


maminya?
B : tamunya yang milih

VO : Walaupun usia Mawar


masih belia/ Mawar tak pilih-
pilih pelanggan, tua dan muda/
semua dilayaninya//

B : Ya kadang ada dosen-dosen,


orang kantor, jabatan gitu ada
yang dari luar kota ada yang
ngga

VO : Saat menerima tamu


Mawar tak membatasi waktu, ia
bahkan rela bolos sekolah demi
tugasnya.
68

B : Kadang tamunya minta jam


delapan, ya udah saya bolos
sekolah

VO : Walaupun mengaku kerap


takut dan khawatir/ namun
perasaan itu hilang
seketika/setelah menerima uang
dari pelanggan/ uang itu tak
semua ia pergunakan untuk
berbelanja barang-barang yang
diinginkannya/ tapi sebagian
untuk membayar SPP sekolah//

B : Kadang kan ibu ngasih uang


buat bayar SPP, ini buat
jajan…nah itu buat SPP

VO : Keahlian Mawar bermain


cinta/ didapat dari sang
mucikari/ juga dari teman-
temannya yang sudah
berpengalaman/ Mawarpun tahu
bagaimana memuaskan
pelanggannya/ namun sayangnya
Mawar tak sadar bahaya yang
mengintai dirinya/ saat
melakukan seks bebas//
69

A : Kalo lagi kayak gitu kamu


pake alat kontrasepsi gag?
B : Ngga…kadang pake kadang
ngga

Voice Over (VO) : masa remaja/


adalah masa yang paling indah/
mungkin pepatah ini hanya
tinggal pepatah/ bagi remaja
remaja belia yang rela menjual
tubuhnya demi lembaran rupiah/
di sebuah kota kami menemukan
fakta menyedihkan/ remaja
murid sekolah menengah di sini
banyak yang kerja sambilan
sebagai PSK// Kami menuju ke
salah satu sekolah menengah/
yang terkenal dengan reputasi
sebagai gudangnya PSK Belia//
Rupanya/ keberadaan PSK belia
yang terkenal dengan sebutan
kimcil ini sudah menjadi rahasia
umum//

Pada analisis semantik dilihat dari latar, detil dan maksud.

Dilihat dari latar pada tayangan Geliat PSK ABG, wartawan ingin

menyampaikan bahwa tidak semua orang di dunia ini baik, ada

oknum-oknum yang ingin hidup enak dengan cara yang mudah dan

instan. Tayangan ini memerlihatkan bahwa adanya hal yang

melemahkan peran agama dalam kontrol sosial. Peran agama ialah

untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta membentuk

umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti kemaksiatan,

kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia untuk


70

tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini peran

agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada

percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa

ia mudah mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang

menyimpang tersebut seolah hal itu lumrah belaka.

Sedangkan dari aspek detil, tayangan ini menampilkan percakapan

dengan Mawar (nama disamarkan) sebagai salah satu PSK ABG yang

terlibat dalam praktik prostitusi. Pada percakapan tersebut, dijelaskan

secara detil alasan Mawar menjadi PSK, tarif yang ia pasang untuk

pelanggan, siapa saja yang biasa membooking, suka duka menjalani

pekerjaan sebagai PSK hingga memberi informasi kepada khalayak

mengenai lokalisasi PSK bahwa masih ada teman-temannya yang

terlibat praktik prostitusi. Dari semua percakapan atau chit-chat itu

hanya Mawar sebagai salah satu PSK ABG inilah yang ditampilkan

secara berlebihan dengan durasi kurang lebih enam menit. Karena itu,

pada percakapan dengan Mawar tersebut, KPI memberikan teguran

tertulis kepada program Reportase Investigasi pada episode Geliat PSK

ABG yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 karena dianggap telah

melanggar aturan P3SPS. Pasal-pasal yang dilanggar di antaranya

adalah batasan program muatan seksual dan bahasa yang digunakan

terlalu vulgar karena pada aturan P3SPS program bincang-bincang

seks seharusnya ditayangkan pukul 22.00-03.00 waktu setempat bukan

pada jam prime time. Selain itu, episode ini juga telah melanggar

prinsip-prinsip jurnalistik dan perlindungan terhadap anak-anak dan


71

remaja. Seperti pada percakapan “Ya kadang ada dosen-dosen, orang

kantor, jabatan gitu ada yang dari luar kota ada, kadang tamunya

minta jam delapan, ya udah saya bolos sekolah.” Pada percakapan di

tersebut seolah anggapan perilaku seks merupakan hal yang lumrah

bahkan ia rela mengesampingkan sekolah demi pekerjaannya.

Sementara itu pada aspek maksud, episode ini membongkar kasus

prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah di sebuah kota kecil di

Jawa Barat terdapat praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak

sekolah tersebut. Demi sebuah gaya hidup mewah dan cemburu

dengan teman sebayanya remaja-remaja di sekolah ini rela menjual

tubuhnya. Kemudian dibuktikan dengan adanya guru sebagai

penyokong di dalam kasus prostitusi tersebut seolah hal ini merupakan

sesuatu yang lumrah dan bukan suatu masalah yang besar.

d. Sintaksis

Analisis sintaksis dilihat tiga elemen di antaranya bentuk kalimat,

koherensi dan kata ganti. Bentuk kalimat yang terdapat pada teks

Geliat PSK ABG lebih dominan menggunakan bentuk kalimat induktif

pada setiap teksnya, tetapi ada beberapa paragraf lain yang

menggunakan bentuk kalimat deduktif. Teks Geliat PSK ABG lebih

dominan menempatkan subjek di depan dan menggunakan kalimat

aktif dengan imbuhan me-. Sedangkan koherensi pada teks di episode

ini terdapat beberapa konjungsi di antaranya namun, karena dan sebab.

Dari konjungsi tersebut dijelaskan fakta-fakta mengenai alasan remaja

yang terjerumus praktik prostitusi serta terdapat makna bahwa peran


72

orangtua dan himpitan ekonomi yang ditekankan. Karena hal itulah,

remaja-remaja anak sekolah terpaksa menjadi PSK.

Kata ganti yang paling banyak digunakan pada teks Geliat PSK

ABG adalah kami dan mereka. Kata ganti “kami” digunakan untuk

menunjukkan tim Reportase Investigasi sedangkan kata ganti “mereka”

digunakan untuk PSK ABG. Seperti yang terdapat pada narasi:

VO : Kami menuju ke salah satu sekolah menengah yang terkenal


dengan reputasi sebagai gudangnya PSK Belia.
VO : Mengejutkan ternyata sang guru ini sering menerima curhat para
PSK belia tentang pengalaman mereka di luar sekolah bersama
tamu-tamunya.
Dalam kalimat tersebut, kata ganti “kami” dan “mereka” untuk

menciptakan jarak yang memisahkan antara pihak “kami” dengan

“mereka”. Kata ganti “kami” sebagai orang yang tidak bersalah

sedangkan kata ganti “mereka” sebagai orang yang bersalah.

e. Stilistik

Analisis stilistik pada dasarnya menandakan bagaimana seseorang

memilih kata dengan kemungkinan kata yang tersedia. Misalnya

pemilihan kata Geliat, Pekerja Seks Komersial (PSK), PSK Belia,

Mucikari, Trafficking dan Lokalisasi PSK. Ada beberapa pilihan kata

yang setara dengan PSK yaitu jablay, pelacur, sundal, balon, lonte,

wanita penghibur dan wanita tunasusila. Pada teks Geliat PSK ABG

wartawan lebih memilih menggunakan kata “PSK” untuk penghalusan

bahasa dan penggunaan kata “PSK Belia” juga merupakan

penghalusan kata “Belia” yang artinya anak-anak yang usianya belum

matang. Begitu juga dengan pilihan kata yang setara untuk mucikari
73

yaitu germo, gigolo dan mami. Mucikari adalah orang-orang yang

menjadi „penadah‟ para PSK di lokalisasi protitusi. Kemudian kata

“Geliat” menjadi judul pada episode kali ini, “Geliat” merupakan suatu

pergerakan yang tak nampak namun membahayakan. Lalu penggunaan

kata. “Trafficking” sengaja digunakan wartawan untuk menghaluskan

sebuah kata, “trafficking” adalah perdagangan manusia umunya pada

anak-anak dan wanita. Sedangkan penggunaan kata “Lokalisasi PSK”

juga merupakan penghalusan dari kata komplek pelacuran.

f. Retoris

Tabel 6

Narasi dan Gambar Tayangan Geliat PSK ABG

Narasi Gambar

Voice Over (VO) : masa remaja/


adalah masa yang paling indah/
mungkin pepatah ini hanya
tinggal pepatah/ bagi remaja
remaja belia yang rela menjual
tubuhnya demi lembaran
rupiah/ di sebuah kota kami
menemukan fakta menyedihkan/
remaja murid sekolah menengah
di sini banyak yang kerja
sambilan sebagai PSK// Kami
menuju ke salah satu sekolah
menengah/ yang terkenal
dengan reputasi sebagai
gudangnya PSK Belia//
Rupanya/ keberadaan PSK belia
yang terkenal dengan sebutan
kimcil ini sudah menjadi rahasia
umum//
74

Analisis retoris terdiri atas tiga elemen, masing-masing yaitu

grafis, metafora dan ekspresi. Pada elemen grafis, terlihat penonjolan

pada gambar-gambar yang ditampilkan saat penjelasan mengenai PSK

ABG. Adanya penyamarataan semua yang ditampilkan dalam gambar

seakan terlibat ke dalam praktik prostitusi. Hal ini dibuktikan dengan

semua pelajar dibuat blur wajahnya, padahal belum tentu semua

pelajar tersebut bersalah dan terlibat di dalamnya.

Sementara itu, pada teks Geliat PSK ABG terdapat kalimat

metafora karena tayangan ini merupakan jenis program news feature

dengan menggunakan bahasa yang menarik dan mudah dipahami.

Misalnya kalimat: “Bagaikan bunga yang sedang mekar harum

semerbak membuat orang ingin memetiknya, seperti itulah kehidupan

remaja jika diibaratkan karena di usianya yang belum matang inilah

remaja terlihat menarik dengan kelincahan dan juga segala aksinya.”

Perumpamaan tersebut menggambarkan seorang remaja tak

ubahnya bunga yang sedang mekar harum semerbak sehingga semua

orang ingin memetiknya. Kemudian pada tayangan Geliat PSK ABG

ditampilkan ekspresi seorang guru yang mengetahui adanya praktik

prostitusi di sekolah. Guru tersebut mengatakan bahwa menjadi PSK

merupakan pekerjaan sampingan yang sedang tren di kalangan remaja.

Guru tersebut tertawa saat memberikan informasi kepada tim

Reportase Investigasi seolah fenomena praktik prostitusi menjadi


75

sebuah pekerjaan yang biasa saja dan lumrah. Seperti yang terdapat

pada narasi: “Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha.”

Pada scene ini juga tentu melanggar aturan P3SPS mengenai

pembenaran seks di luar nikah. Apalagi guru tersebut benar-benar

mengetahui fenomena ini dan tidak segera menghentikannya bahkan

sang guru seringkali menerima curhatan siswa tentang pengalaman

mereka di luar sekolah saat melayani tamu-tamunya.

Tabel 7

Temuan Elemen Teks Wacana Van Dijk

Struktur Elemen Keterangan


Elemen
Struktur Topik atau Tema 1. Tema Pendidikan. Kemunduran
Pendidikan, seperti pada narasi:
Makro
“Kadang crita…dia itu dibawa
(Tematik) inilah, dibawa om itulah, saya
pulangnya pagi…kadang dibawa
pejabat juga.. Iya…ini sekarang lagi
tren gitu pak hahaha.”
2. Tema Agama. Merosotnya nilai-nilai
agama dan moral, seperti pada
narasi: “Tunggu aja di sini, ntar
tinggal pilih.”
3. Tema HAM. Perampasan HAM,
seperti pada narasi: “Kan bilang ama
mami, mami bilang gapapa mo
keluar tapi 50 juta berani gak?”
4. Tema Ekonomi. Kesenjangan
Ekonomi dan Gaya Hidup, seperti
pada narasi: “Ya karena kondisi
ekonomi kadang kurang, kan saya
cewek kebutuhannya banyak.
Kepengen beli ini itu uangnya
kurang, ya udah nekat aja.”
Superstruktur Skema 1. Pendahuluan: “Bagaikan bunga yang
(Skematik) sedang mekar harum semerbak
membuat orang ingin memetiknya,
76

seperti itulah kehidupan remaja jika


diibaratkan karena diusia nya yang
belum matang inilah remaja terlihat
menarik dengan kelincahan dan juga
segala aksinya. Namun sayangnya
sebagian dari remaja ini terjerembab
dalam dunia hitam di usianya yang
masih belia namun demi
mendapatkan pundi pundi rupiah
mereka rela menjajakan tubuhnya
tanpa mengetahui resiko yang akan
mereka dapat.”
2. Isi: “Ya karena kondisi ekonomi
kadang kurang, kan saya cewek
kebutuhannya banyak. Kepengen
beli ini itu uangnya kurang, ya udah
nekat aja.” “Sungguh
memprihatinkan remaja-remaja ini
nekat menjajakan tubuhnya karena
cemburu melihat teman-temannya
yang lainnya karena telah menjadi
PSK mempunyai barang-barang
mahal dan juga bagus.”
3. Penutup: “Keluarga adalah benteng
pertama untuk mencegah pengaruh
buruk dari luar. Kasih sayang,
bimbingan dan komunikasi yang
baik dalam keluarga sangat
dibutuhkan agar anak remaja tidak
terpengarub hal-hal negatif, tim
Reportase Investigasi. Semoga
informasi tadi dapat membuat anda
para orangtua untuk lebih waspada
dan mengawasi putra putri anda agar
tidak terjerembab dalam lembah
hitam.”
Struktur Latar Tayangan ini memerlihatkan bahwa
Mikro adanya hal yang melemahkan peran
(Semantik) agama dalam kontrol sosial. Peran
agama ialah untuk memberikan batasan
yang baik dan buruk serta membentuk
umatnya untuk peka terhadap masalah
sosial seperti kemaksiatan, kemiskinan
dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk
manusia untuk tidak bisa berdiam diri
terhadap hal tersebut. Dalam tayangan
77

ini peran agama Islamlah yang


dilemahkan dalam kontrol sosial karena
pada percakapan dengan seorang ibu
pedagang es yang mengatakan bahwa ia
mudah mendapatkan PSK dan
membiarkan perilaku yang menyimpang
tersebut seolah hal itu lumrah belaka.

Detil Tayangan ini menampilkan percakapan


dengan Mawar (nama disamarkan)
sebagai salah satu PSK ABG yang
terlibat dalam praktik prostitusi. Pada
percakapan tersebut, dijelaskan secara
detil alasan Mawar menjadi PSK, tarif
yang ia pasang untuk pelanggan, siapa
saja yang biasa membooking, suka duka
menjalani pekerjaan sebagai PSK
hingga memberi informasi kepada
khalayak mengenai lokalisasi PSK
bahwa masih ada teman-teman lainnya
yang terlibat praktik prostitusi.
Maksud Tayangan ini membongkar praktik
prostitusi prostitusi yang melibatkan
remaja anak sekolah di kota kecil Jawa
Barat. Demi sebuah gaya hidup mewah
dan cemburu dengan teman sebayanya
remaja-remaja di sekolah ini rela
menjual tubuhnya. Kemudian
dibuktikan dengan adanya guru sebagai
penyokong di dalam kasus prostitusi
tersebut seolah hal ini merupakan
sesuatu yang lumrah dan bukan suatu
masalah yang besar. Kasus ini
memperlihatkan bahwa buruknya sistem
pendidikan saat ini.

Struktur Bentuk Kalimat Pada teks Geliat PSK ABG lebih


Mikro dominan menggunakan bentuk kalimat
(Sintaksis) induktif pada setiap teksnya, tetapi ada
beberapa paragraf lain yang
menggunakan bentuk kalimat deduktif.
Teks Geliat PSK ABG lebih dominan
menempatkan subjek di depan dan
menggunakan kalimat aktif dengan
78

imbuhan me-.
Koherensi Pada teks di episode ini terdapat
beberapa konjungsi di antaranya namun,
karena dan sebab. Dari konjungsi
tersebut dijelaskan fakta-fakta mengenai
alasan remaja yang terjerumus praktik
prostitusi serta terdapat makna bahwa
peran orangtua dan himpitan ekonomi
yang ditekankan di sini karena hal itulah
remaja-remaja anak sekolah terpaksa
menjadi PSK.

Kata Ganti Kata ganti yang paling banyak


digunakan pada teks Geliat PSK ABG
adalah kami dan mereka. Kata ganti
“kami” digunakan untuk menunjukkan
tim Reportase Investigasi sedangkan
kata ganti “mereka” digunakan untuk
PSK ABG. Seperti yang terdapat pada
narasi:
VO : Kami menuju ke salah satu
sekolah menengah yang terkenal dengan
reputasi sebagai gudangnya PSK Belia.

VO : Mengejutkan ternyata sang guru


ini sering menerima curhat para
PSK belia tentang pengalaman mereka
di luar sekolah bersama tamu-tamunya.

Struktur Leksikon Misalnya pemilihan kata Geliat, Pekerja


Mikro Seks Komersial (PSK), PSK Belia,
(Stilistik) Mucikari, Trafficking dan Lokalisasi
PSK. Ada beberapa pilihan kata yang
setara dengan PSK yaitu jablay, pelacur,
sundal, balon, lonte, wanita penghibur
dan wanita tunasusila.
Pada teks Geliat PSK ABG wartawan
lebih memilih menggunakan kata “PSK”
untuk penghalusan bahasa dan
penggunaan kata “PSK Belia” juga
merupakan penghalusan kata belia yang
artinya anak-anak yang usianya belum
matang. Begitu juga dengan pilihan kata
79

yang setara untuk mucikari yaitu germo,


gigolo dan mami. Mucikari adalah
orang-orang yang menjadi „penadah‟
para PSK di lokalisasi protitusi.
Kemudian kata “Geliat” menjadi judul
pada episode kali ini, “Geliat”
merupakan suatu pergerakan yang tak
nampak namun membahayakan. Lalu
penggunaan kata “trafficking” sengaja
digunakan wartawan untuk
menghaluskan sebuah kata,
“trafficking” adalah perdagangan
manusia umunya pada anak-anak dan
wanita. Sedangkan penggunaan kata
“Lokalisasi PSK” juga merupakan
penghalusan dari kata komplek
pelacuran.

Struktur Grafis Terlihat penonjolan pada gambar-


Mikro gambar yang ditampilkan saat
(Retoris) penjelasan mengenai PSK ABG.
Adanya penyamarataan di dalamnya
bahwa semua yang ditampilkan dalam
gambar seakan terlibat ke dalam praktik
prostitusi. Hal ini dibuktikan dengan
semua pelajar dibuat blur wajahnya,
padahal belum tentu semua pelajar
tersebut bersalah dan terlibat di
dalamnya.
Metafora “Bagaikan bunga yang sedang mekar
harum semerbak membuat orang ingin
memetiknya, seperti itulah kehidupan
remaja jika diibaratkan karena diusia
nya yang belum matang inilah remaja
terlihat menarik dengan kelincahan dan
juga segala aksinya.”

Perumpamaan tersebut menggambarkan


seorang remaja tak ubahnya bunga yang
sedang mekar harum semerbak sehingga
semua orang ingin memetiknya.
Ekspresi Guru tersebut mengatakan bahwa
menjadi PSK merupakan pekerjaan
sampingan yang sedang tren di kalangan
remaja. Selain itu, guru tersebut tertawa
saat memberikan informasi kepada tim
80

Reportase Investigasi seolah fenomena


praktik prostitusi menjadi sebuah
pekerjaan yang biasa saja dan lumrah.
Seperti yang terdapat pada narasi:
“Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak
hahaha.”

2. Analisis Kognisi Sosial

Pada analisis kognisi sosial, penulis mewawancarai langsung

Theodorus Lintas Melawai, produser program Reportase Investigasi

dan salah satu wartawan senior di Trans TV, untuk meneliti kognisi

wartawan memandang kontroversi Geliat PSK ABG pada 25 April

2015 di taman gedung Trans TV. Produser yang sudah menjadi

jurnalis sejak 2001 ini mengangkat kasus ini ketika ia sangat prihatin

terhadap remaja anak sekolah yang bekerja sambilan sebagai PSK,

hanya demi sebuah handphone dan gaya hidup. Selain itu, hal yang

paling mengkhawatirkan lagi praktik ini terjadi di sebuah kota kecil

Jawa Barat dan bukan di pusat kota Jakarta.

Theo selaku produser memosisikan dirinya sebagai seorang ayah

yang mempunyai anak perempuan di rumah serta ia juga ingin

menonjolkan fenomena praktik prostitusi yang melibatkan remaja anak

sekolah ini. Kemudian saat peliputan, Theo membagi timnya menjadi

tiga, ada yang menjadi reporter, campers dan tim yang menyamar

sebagai pelanggan. Sebelum akhirnya mendapatkan praktik prostitusi

yang terdapat di kota tersebut, tim mencari informasi melalui vixer

selanjutnya tim survey dan mengendap ke kota tersebut.


81

Wartawan melihat masalah dalam praktik prostitusi ini sebagai

masalah yang memprihatinkan. Demi ingin memiliki sebuah

handphone dan kecemburuan terhadap teman-teman mereka remaja-

remaja di sekolah ini nekat menjajakan tubuh mereka. Keprihatinan

Theo bermula dari fakta bahwa ia mempunyai anak remaja juga. Hal

ini dipaparkannya dalam wawancara dengan penulis saat ditanya

pendapat mengenai pandangannya terhadap kasus prostitusi yang

melibatkan remaja anak sekolah. “Karena gua punya anak perempuan,

ya ngerilah bahwa apa ya demi sebuah handphone baru dia mau gitu

dan gak mahal di sebuah kota kecil, di Jawa Barat demi seperti hal itu

aja sesuatu yang gampang, orang mau anak-anak itu mau.”1

Citra pelacur dengan sebutan PSK dianggap Theo sebagai sebutan

penghalus. Menurut Theo, istilah PSK hanya penamaan. Semua orang

berhak menamakan itu dan tidak menjadi masalah. Padahal, sebetulnya

PSK merupakan Pekerja Seks Komersial yang artinya pelacur sebagai

profesi dan dianggap setara dengan dokter, guru atau wartawan.

Ungkapan itu disampaikan Theo saat ditanya mengenai sebutan

pelacur pada saat ini. “Kalo itu sih memang itu kan hanya penamaan

ya, semua orang berhak menamakan itu, buat gua sih gak masalah itu,

mungkin untuk menghaluskan istilah pelacur aja.”2

Dalam pandangan Van Dijk, terdapat empat strategi yang

dilakukan wartawan dalam memahami peristiwa yang sedang

1
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25
April 2016 pukul 16.00 WIB.
2
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25
April 2016 pukul 16.00 WIB.
82

diliputnya. Masing-masing pertama, seleksi adalah strategi kompleks

yang menunjukkan bagaimana sumber, peristiwa diseleksi oleh

wartawan. Kedua, reproduksi berhubungan dengan apakah informasi

dicopy, digandakan atau dipakai oleh wartawan. Ketiga, penyimpulan

berhubungan dengan bagaimana realitas yang kompleks dipahami dan

ditampilkan dengan diringkas. Keempat, informasi lokal berhubungan

dengan bagaimana peristiwa akan ditampilkan.

Theo selaku produser Reportase Investigasi melihat hal ini sebagai

fenomena yang membuat orang miris. Ia lebih menyerahkan penilaian

pada penonton untuk menilai kasus ini. Hal yang terpenting,

menurutnya, episode ini berusaha menyampaikan pesan moral kepada

orangtua di rumah untuk lebih waspada dan berhati-hati lagi terhadap

lingkungan anak-anaknya. Selain itu juga ini menjadi perhatian untuk

keluarga Theo sendiri agar lebih memprotect keluarganya agar tidak

terjerumus ke dalam praktik prostitusi.

“Kalo gue sih sebenernya buat gue kalo gitu gituan yaudah
ada lah dan gue gak bersikap menolak, prostitusi kan udah ada
sejak jaman dulu, yaudah kalo sekarang gimana gue memprotect
keluarga gue supaya gak begitu, kalo buat urusan orang lain
yaudahlah, itu urusan keluarga masing-masing, kalo buat gua
sendiri gua akan memprotect keluarga gue, sebenernya lebih ke
pribadi dari pada luar dan yaudah sesuai pesan moral aja setelah
nonton terserah penonton mau gimana, kalo gue kan gak suka
mengarahkan orang untuk begini begini, balik lagi ke penonton.”3
Dari apa yang telah dikatakan Theo terlihat bahwa ia tidak

menolak pandangannya terhadap kontroversi kasus prostitusi. Kasus

ini menurutnya sudah ada sejak zaman dahulu. Hanya saja, Theo ingin

3
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Thodorus Lintas Melawai, pada 25
April 2016 pukul 16.00 WIB.
83

menyampaikan pesan moral kepada penonton dan orang tua di rumah

untuk lebih berhati-hati dan waspada menjaga anak-anaknya dari

bahaya lingkungan yang membawanya terjerumus ke dalam praktik

prostitusi. Selebihnya, ia lebih menyerahkan kepada penonton

bagaimana menanggapi dan memandang kasus prostitusi pada

tayangan ini.

Dalam pemilihan kata pada judul “Geliat PSK ABG” Theo

memiliki alasan filosofis tersendiri seperti yang diungkapkannya:

“Kenapa geliat karena memang itu kan sesuatu yang gak


keliatan ya sesuatu yang gak kasat mata, jadi ada yang gak keliatan
tapi ada pergerakan di bawah itu, sesuatu yang gak keliatan tapi
membahayakan. Kalo judul mungkin agak nyeleneh, kadang dari
gue kadang dari Executive Produser (EP), jadi kadang kita abis
preview baru judul ini nih yang enak, kadang-kadang dari editor
jadi susah gak ada teorinya. Jadi kita nonton preview, kalo gua kan
preview tiga sampai empat kali tuh pasti keluar, jangankan gua
editor pun bisa, yang penting judul itu dibilang boombastis enggak
tapi harus dapet yang penting eye catching harus bisa memancing
perhatian orang dan jangan panjang-panjang, maksimal tiga suku
kata.”4

Jika kognisi wartawan dalam memahami kontroversi kasus

prostitusi yang melibatkan remaja anak sekolah seperti yang telah

dijelaskan di atas, dalam tabel empat skema atau model kognisi sosial

Van Djik dapat diuraikan sebagai berikut:

4
Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai, pada 25
April 2016 pukul 16.00 WIB.
84

Skema 1

Skema/Model Kognisi Sosial Van Djik

Skema Person (Person Schemas)


Theodorus Lintas Melawai adalah produser program Reportase Investigasi dan
salah satu wartawan senior di Trans TV yang sudah menjadi jurnalis sejak 2001.
Ia melakukan investigasi di sebuah sekolah di kota kecil di Jawa Barat yang sudah
terkenal dengan sebutan sebagai gudangnya PSK ABG. Episode Geliat PSK ABG
ditayangkan pada 8 Februari 2015 pukul 16.00. Theo lahir di Jakarta dan
berdomisili di Jakarta hingga sekarang.
Skema Diri (Self Schemas)
Theodorus memproduksi tayangan ini dengan perencanaan yang cukup matang.
Pada tayangan ini selain dibantu oleh tim Reportase Investigasi juga oleh vixer
dan informan. Ia dan tim sengaja menyamar menjadi pelanggan agar bisa masuk
dan mendapatkan informasi mengenai prostitusi yang melibatkan remaja anak
sekolah. Atas dasar keprihatinan dan kekhawatirannya mengenai kasus ini, Theo
sengaja memproduksi tayangan ini disertai dengan pesan moral diharapkan pada
episode ini orangtua, penonton dan tentunya Theo sendiri yang memiliki keluarga
lebih berhati-hati dan waspada akan bahaya praktik prostitusi ini.
Skema Peran (Role Schemas)
Theo memandang kasus ini sebagai hal yang memprihatinkan karena ia memiliki
anak perempuan dan menurutnya hanya demi sebuah handphone dan cemburu
terhadap teman-teman mereka remaja-remaja ini rela menjajakan tubuh mereka.
Theo berpendapat bahwa kasus prostitusi memang sudah ada sejak lama, namun
kita tetap waspada terhadap lingkungan yang kurang baik agar lebih berhati-hati
lagi.
Skema Peristiwa (Event Schemas)
Theo mengatakan kasus prostitusi memang sudah ada sejak lama dan ia tidak
menolak dengan hal tersebut, namun yang terpenting baginya adalah menjaga
keluarganya dari bahaya kasus prostitusi dan memberikan pesan moral atas kasus
prostitusi yang melibatkan remaja selebihnya ia menyerahkan kepada penonton
bagaimana menanggapi kasus ini. Remaja sekolah di kota ini nekat menjadi PSK
demi gaya hidup dan kecemburuan terhadap teman-temannya, fenomena ini sudah
menjadi rahasia umum di kota ini, bahkan sang guru pun sudah mengetahuinya.
Theo mengangkat kasus ini agar pemirsa dan orangtua di rumah waspada terhadap
lingkungan anak-anaknya yang akan membawa ke dalam praktik prostitusi.
85

3. Analisis Konteks Sosial

Dimensi ketiga dari analisis Van Dijk adalah analisis sosial.

Wacana adalah bagian dari sesuatu yang berkembang dalam

masyarakat, sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis

intertekstual dengan meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal

diproduksi dan dikonstruksi dalam masyarakat.

Menurut Van Dijk dalam analisis mengenai masyarakat ini ada dua

poin yang penting: kekuasaan dan akses. Pada tayangan Geliat PSK

ABG tim dan wartawan lebih banyak berinteraksi dengan orang yang

mengetahui praktik prostitusi ini seperti guru, ibu pedagang es,

penjaga toko di sekitar sekolah dan salah satu PSK ABG. Tayangan

tersebut, banyak menampilkan percakapan yang sangat vulgar dengan

salah satu remaja yang terlibat praktik prostitusi.

Sepertinya memang praktik prostitusi pada kalangan remaja

semakin sulit dihentikan penyebarannya, godaan gaya hidup mewah,

pergaulan yang semakin bebas serta minimnya upaya pencegahan dari

orangtua dan lingkungan membuat para remaja saat ini nekat menjadi

PSK. Seperti halnya kasus yang diangkat oleh program Reportase

Investigasi pada 8 Februari 2015, program ini mengangkat kasus

prostitusi yang terjadi di sebuah kota kecil di Jawa Barat yang

melibatkan remaja anak sekolah. Setelah episode Geliat PSK ABG

ditayangkan masyarakat memberikan respon dan tanggapan. Program

yang selalu ditunggu setiap minggu oleh penonton setianya ini ternyata

mendapatkan respon yang negatif dari masyarakat atas tayangan


86

tersebut, terbukti dilayangkannya surat teguran dari KPI perihal

tayangan yang terlalu vulgar dan anggapan seks merupakan hal yang

lumrah dan bukan menjadi suatu hal yang memalukan lagi.

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah satu bentuk penyakit

masyarakat yang harus dihentikan penyebarannya karena saat ini kasus

prostitusi pada kalangan remaja cenderung menjadi lifestyle serta dapat

merusak nilai-nilai agama, moral dan norma-norma yang berlaku di

masyarakat. Pelacuran memang sudah ada sejak zaman dahulu. Saat

ini, jumlah remaja yang menjadi PSK semakin banyak dan sangat

memprihatinkan. Di Indonesia data statistik menunjukkan bahwa

kurang lebih 75% dari jumlah pelacur adalah wanita-wanita muda di

bawah umur 30 tahun. Mereka umumnya memasuki dunia pelacuran

pada usia 13-24 tahun dan yang paling banyak ialah usia 17-21 tahun.

Prostitusi atau pelacuran anak di bawah umur merupakan tindakan

mendapatkan atau menawarkan jasa seksual dari seorang anak yang

belum mencapai 18 (delapan belas) tahun oleh seseorang atau kepada

orang lainnya dengan imbalan uang atau imbalan lainnya. 5

Masyarakat memandang pelacuran atau prostitusi merupakan hal

yang negatif, bagaimana pun alasannya. Tak jarang masyarakat

seringkali mengecam pemerintah agar bertindak tegas atas kasus ini

agar memberikan efek jera kepada para pelacur. Namun, kenyataannya

prostitusi semakin merajalela dan sulit dihentikan bahkan sistem

pranata sosial yang dianggap mampu menegakkan norma-norma justru

5
Kartini Kartono, Patologi Sosial Jilid I, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), cet
ke-2 h. 225.
87

terlibat di dalamnya. Masyarakat pun menilai pelacuran merupakan

penjualan diri dan kehormatan, tentu hal ini dianggap sebagai sampah

masyarakat.

Dikutip dari berita online Liputan6.com, Menteri Sosial Khofifah

Indar Parawansa mengatakan bahwa kasus prostitusi online pada

kalangan remaja saat ini bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi

melainkan sudah menjadi gaya hidup.6

Praktik prostitusi di Indonesia kini tidak hanya menyasar

perempuan dewasa yang berusia di atas 20 tahun sebagai „dagangan‟.

Untuk menarik pelanggan, terkadang mucikari bisnis esek-esek ini

menawarkan remaja putri sebagai pemuas birahi pria hidung belang.

Meski upaya yang dilakukan polisi untuk menekan angka prostitusi

ABG gencar dilaksanakan dengan melakukan penggerebekan,

nyatanya bisnis ini tidak pernah surut. Adanya permintaan akan

prostitusi ABG, ikut menyuburkan praktik ini. 7

Istilah pelacur saat ini disebut sebagai Pekerja Seks Komersial

(PSK), di media massa pun menyebut pelacur dengan sebutan PSK.

Hal ini tentu memimbulkan makna lain, di mana PSK disetarakan

dengan profesi atau pekerja lain seperti dokter, guru maupun

wartawan. Penyetaraan yang dikonstruk media massa menyebabkan

masyarakat memiliki pandangan lain terhadap pelacur yang sudah pasti

melanggar aturan norma yang berlaku dan menimbulkan dampak

6
www.m.liputan6.com/news/read/2216343/mensos-prostitusi-online-cenderung-jadi-
lifestyle-remaja, diakses pada 23 Mei 2016 pukul 12.46 WIB.
7
www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-kasus-prostitusi-abg-paling-parah-di-indonesia,
diakses pada 23 Mei 2016 pukul 12.53 WIB.
88

negatif. Di Indonesia pelacur sebagai pelaku yang sering disebut

sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa perilaku

perempuan sundal itu sangatlah hina dan menjadi sampah masyarakat,

mereka kerap digrebek, digusur dan diseret ke pengadilan oleh aparat

penegak ketertiban karena melanggar aturan hukum.

C. Jurnalisme Profetik

Setelah meneliti pemberitaan investigasi pada episode Geliat PSK

ABG dengan menggunakan analisis wacana Teun A. Van Dijk, kini

peneliti menganalisis bagaimana implementasi jurnalistik investigasi

yang ditayangkan oleh Reportase Investigasi Trans TV dalam

paradigma jurnalisme profetik. Parni Hadi berpendapat bahwa

jurnalisme jenis ini meneladani empat akhlak Nabi Muhammad SAW,

yang ternyata sesuai dengan fungsi media yaitu: shiddiq

(menyampaikan berdasarkan kebenaran), tabligh (disampaikan dengan

cara mendidik), amanah (dapat dipercaya) dan amanah (melakukan

kontrol sosial dan penuh kearifan).

1. Shiddiq, berita yang disampaikan oleh Reportase Investigasi pada

episode Geliat PSK ABG sudah bisa dikatakan telah memenuhi unsur

shiddiq karena tayangan ini menyampaikan berita berdasarkan data.

Hal ini dibuktikan dengan analisis wacana Teun A. Van Dijk, baik dari

analisis teks yang terdiri atas tematik, skematik, semantik, sintaksis,

stilistik dan retoris. Analisis kognisi sosial merupakan pengetahuan

wartawan sedangkan analisis konteks sosial terfokus pada bagaimana

kasus prostitusi berkembang di masyarakat. Tayangan pada episode


89

ini dilengkapi dengan fakta-fakta dan narasumber yang mengetahui

adanya praktik prostitusi di sekolah. Seperti sebelum terjun ke

lapangan tim melakukan survey dan riset terlebih dahulu serta dibantu

dengan vixer dan informan.

Menurut Parni Hadi, shiddiq (benar) adalah jurnalisme Islami

bekerja dengan akhlak kebenaran, mendasarkan diri pada asas

kebenaran dan mengungkap serta memberitakan kebenaran. Akhlak

shiddiq adalah intisari dari semua kebaikan. Nabi dan Rasul bersifat

benar, baik dalam tutur kata maupun perbuatan, yakni sesuai dengan

ajaran Allah SWT. Sudah seharusnya seorang jurnalis mukmin akan

senantiasa berkata benar, menulis dan meliput kebenaran, tidak

berbohong tidak memungkiri janji dan lidahnya tidak suka mengumpat

atau memfitnah orang lain walaupun terhadap orang fasik yang

menghina dan menyerang pribadinya. Setiap karya jurnalistiknya,

liputannya, nasihat dan petunjuk yang diberikannya, membuat

seseorang tertarik untuk mendekatkan diri pada Islam karena tutur kata

dan diksinya yang lemah lembut dan penuh hikmah. 8

2. Tabligh, berita yang disampaikan selain menghibur juga harus

mendidik. Episode ini terlihat belum menyampaikan berita yang

mendidik karena di dalamnya masih terdapat banyak unsur negatif

yang seharusnya tidak boleh ditayangkan. Misalnya anggapan bahwa

perilaku seks hal yang lumrah, remaja anak sekolah sudah bekerja

sebagai PSK, anggapan pembenaran hubungan seks di luar nikah dan

8
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 113-114.
90

guru sebagai penyokong di dalamnya. Banyaknya unsur tayangan yang

tidak layak terlihat dari teguran tertulis yang diberikan oleh KPI untuk

program Reportase Investigasi Trans TV.

Parni Hadi berpendapat, tabligh ialah kode etik yang terkait erat

dengan fungsi para nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah dan

amanah Allah kepada umat manusia. Nabi Muhammad menegaskan

tugas yang diberikan Allah yang terdapat pada Surah Al-A‟raaf ayat

68 bahwa “Aku menyampaikan amanah-amanah Tuhanku kepada

kalian dan aku hanyalah pemberi nasihat yang tepercaya bagi kalian.”9

Lalu Allah berfirman kembali dalam Surah An-Nahl ayat 82 bahwa

“Jika mereka tetap berpaling (tidak juga mau masuk Islam) maka

sesungguhnya kewajiban yang dibebankan kepadamu (hai

Muhammad) hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan terang.”10

Kewajiban tabligh, termasuk melalui media massa adalah

tanggungjawab besar yang menjadi tonggak dan tiang utama tegaknya

agama. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menyeru kepada

petunjuk maka dia akan mendapat pahala seperti orang yang

mengerjakannya, Allah tidak akan mengurangi sedikit pun pahala

darinya. Dan barang siapa yang menyeru kepada kesesatan maka dia

akan berdosa sebagaimana dosa orang yang melakukannya, Allah tidak

aka mengurangi sedikit pun dosa itu darinya” (HR Muslim).11

9
QS Al-A‟raaf (7) ayat 68.
10
QS An-Nahl (16) ayat 82.
11
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116.
91

3. Amanah, berita yang disampaikan dapat dipercaya. Tayangan tersebut

belum bisa dikatakan amanah karena tidak terdapat unsur edukasi,

justru menampilkan tayangan yang mempromosikan sensualitas.

Padahal, fungsi media adalah sebagai media informasi, pendidikan,

hiburan dan kontrol sosial yang harus diterapkan oleh media massa

dalam menyampaikan sebuah tayangan yang baik kepada

penontonnya.

Menurut Parni Hadi amanah ialah kode etik mulia yang pasti harus

dimiliki oleh Jurnalisme Islami dalam menghadapi perjuangan demi

mencapai misi yang dicita-citakan. Amanah merupakan akhlak yang

dimiliki Nabi Muhammad, dalam Surah Asy-Syu‟araa‟ (26) terdapat

lima ayat (107, 125, 143, 162 dan 178). yang menyebutka bahwa

“Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (al-amin), yang

diutus kepada kalian.”12 Al-Amin, maksudnya, yang bekerja dengan

penuh amanah. Para nabi dan rasul senantiasa bersifat amanah dalam

menerima ajaran Allah SWT, serta memlihara keutuhannya dan

menyampaikannya kepada umat manusia sesuai dengan kehendakNya.

Mustahil mereka menyelewengkan atau berbuat curang atas ajaran

Allah SWT. 13

4. Fathanah, berita yang disampaikan sebagai kontrol sosial dan penuh

kearifan dalam menyampaikan berita. Namun episode Geliat PSK

ABG tidak mengesankan televisi sebagai kontrol sosial dalam

12
QS. Asy-Syu‟araa (26) ayat 107, 125, 143, 162 dan 178.
13
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 114-115.
92

menyajikan tayangan berita. Padahal, sebuah tayangan selain

menghibur juga harus mendidik dan mengajak masyarakat untuk

berperilaku sesuai dengan norma-norma sosial tetapi pada tayangan ini

justru melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat di mana

anggapan perilaku seks merupakan hal yang lumrah dan anggapan

pembenaran hubungan seks di luar nikah.

Parni Hadi berpendapat bahwa fathanah adalah kode etik penting

yang harus dimiliki Jurnalisme Islami, karena akhlak fathanah akan

menyempurnakan tugas. Seorang wartawan akan selalu terlibat

langsung dengan narasumber, mengajukan pertanyaam dalam

wawancara serta melaporkan hasil liputannya kepada khalayak di

segala usia dan tingkat kemampuan mereka. Seorang yang memiliki

fathanah cukup paham kondisi mereka dan mengambil pendekatan

yang bijak dan penuh hikmah. 14

14
Parni Hadi, Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Dompet
Dhuafa Insani Maksima Promosindo, 2014), cet ke-1, h. 116.
93

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sasaran akhir dari sebuah penelitian tentu saja untuk menjawab pertanyaan

yang ada pada rumusan masalah. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

menganalisis tayangan Reportase Investigasi pada episode Geliat PSK ABG

yang ditayangkan pada 8 Februari 2015 dengan menggunakan analisis wacana

Teun A Van Dijk. Kesimpulan tersebut adalah:

1. Dilihat dari segi teks, wacana pemberitaan investigasi Geliat PSK ABG

yang dikonstruksi oleh Reportase Investigasi Trans TV dengan penekanan

makna dan pemilihan kata atau kalimat yang ditonjolkan, wacana tersebut

sebetulnya menyindir pranata sosial di mana disebutkan seorang guru

justru menjadi penyokong di dalam praktik prostitusi dan dosen-dosen

sebagai pelanggan dari PSK ABG. Fungsi pranata sosial ialah sebagai

pedoman anggota masyarakat dalam hal bertingkah laku dan bersikap

dalam menghadapi masalah kemasyarakatan tetapi nyatanya fungsi

tersebut tidak sesuai dengan wacana pada tayangan episode Geliat PSK

ABG ini.

2. Dilihat dari segi teks, pada tema merosotnya nilai-nilai agama dan moral

terlihat adanya hal yang melemahkan peran agama dalam kontrol sosial.

Peran agama ialah untuk memberikan batasan yang baik dan buruk serta

membentuk umatnya untuk peka terhadap masalah sosial seperti

kemaksiatan, kemiskinan dan lain-lain. Kepekaan itu membentuk manusia

untuk tidak bisa berdiam diri terhadap hal tersebut. Dalam tayangan ini
94

peran agama Islamlah yang dilemahkan dalam kontrol sosial karena pada

percakapan dengan seorang ibu pedagang es yang mengatakan bahwa ia

mudah mendapatkan PSK dan membiarkan perilaku yang menyimpang

tersebut seolah hal itu lumrah belaka.

3. Pada kognisi sosial, wartawan dalam memahami kasus prostitusi yang

melibatkan anak remaja ini sebagai masalah sosial yang harus ditangani

dan diwaspadai. Ia berpendapat bahwa tidak berusaha menolak dengan

adanya kasus prostitusi ini, hanya saja dengan diangkatnya kasus ini ia

lebih memprotect keluarganya sendiri untuk terhindar dari praktik

prostitusi yang melibatkan remaja ini. Wartawan berharap melalui

tayangannya tersebut orangtua di rumah lebih berhati-hati dan waspada

terhadap lingkungan anak-anaknya agar tidak terjerumus ke dalam praktik

prostitusi.

4. Konteks sosial dalam prostitusi remaja anak sekolah ini ialah kasus yang

harus segera dihentikan penyebarannya. Prostitusi tidak hanya merusak

masa depan remaja anak sekolah tetapi juga dapat merusak nilai agama

dan moral. Apalagi saat ini prostitusi yang melibatkan kalangan remaja

bukan lagi didasari atas kepentingan ekonomi melainkan sudah menjadi

gaya hidup. Kasus ini tentu harus segera ditangani agar tidak semakin

banyak lagi remaja yang terjerumus ke dalam praktik prostitusi.

Penggerebekan yang dilakukan polisi untuk menghancurkan prostitusi ini

harus diiringi juga dengan tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya seks

bebas. Baik pemerintah, polisi, aparat keamanan maupun instansi

pendidikan harus bertindak tegas atas kasus ini. Pentingnya pengawasan


95

orangtua terhadap lingkungan dan pergaulan remaja saat ini agar terhindar

dari bahaya praktik prostitusi.

5. Dalam konteks sosial, episode Geliat PSK ABG yang ditayangkan pada 8

Februari 2015 oleh Reportase Investigasi Trans TV belum sepenuhnya

mengimplementasikan jurnalisme profetik ke dalam beritanya. Hal ini

dilihat dari beberapa analisis yang menjelaskan bahwa dari empat kode

etik jurnalisme profetik -- shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah -- tiga di

antaranya yakni tabligh, amanah dan fathanah belum terimplementasi

dalam progam Reportase Investigasi. Hanya faktor shiddiq yang telah

terimplementasi dalam program tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada

pemerintah, aparat penegak hukum, kru program Reportase Investigasi

Trans TV, KPI dan masyarakat, masing-masing:

1. Pemerintah, khususnya aparat penegak hukum, hendaknya lebih tegas

dalam menangani masalah-masalah sosial, khususnya prostitusi

remaja, Pemerintah harus segera menindak kasus ini agar di kemudian

hari remaja yang nantinya menjadi penerus bangsa terhindar dari

bahaya praktik prostitusi. Selain itu, kesadaran dan kepekaan

masyarakat juga tak kalah penting untuk tidak membiarkan kasus

prostitusi ini dan menindak tegas siapa pun yang terlibat di dalam

praktik prostitusi.

2. Kru program Reportase Investigasi Trans TV diharapkan menyajikan

berita yang layak ditonton oleh masyarakat. Saat ini masyarakat di


96

Indonesia sangat membutuhkan tayangan yang positif dan edukatif

demi kebaikan bangsa dan negara. Kemudian untuk produser

Reportase Investigasi agar lebih berhati-hati terhadap kasus yang akan

diangkatnya agar tayangan tersebut menjadi tontonan yang layak untuk

masyarakat. Serta dengan adanya teguran yang diberikan oleh KPI

dapat menjadi bahan evaluasi program Reportase Investigasi Trans TV

untuk menaati aturan penyiaran P3SPS dan prinsip-prinsip jurnalistik

dalam menayangkan pemberitaan yang kontroversial di masyarakat.

3. KPI diharapkan lebih cermat dalam mengawasi pelanggaran program

televisi yang tidak sesuai dengan aturan penyiaran P3SPS dan prinsip-

prinsip jurnalistik.

4. Masyarakat diharapkan jeli menyaksikan tayangan televisi dan

melakukan self censorship atas tayangan yang merusak dan

memberikan kontribusi kepada dekadensi moral.


97

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quranul Karim

Badara, Aris. Analisis Wacana (Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana
Media). Jakarta: Kencana.

Askurifai Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media. 2006.

Credit Title Reportase Investigasi

Data Human Resource Development (HRD) Trans TV tahun 2014

Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKiS


Printing Cemerlang. 2012.

Hadi, Parni. Jurnalisme Profetik Pergulatan, Teori dan Aplikasi.


Jakarta:Dompet Dhuafa Insani Maksima Promosindo. 2014.

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. 1989.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial.


Jakarta: Salemba Humanika. 2012.

Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.

Kartono, Kartini. Patologi Sosial Jilid I, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007.

Komisi Penyiaran Indonesia. Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar


Program Siaran. 2012.

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan


Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
98

Liputan6.com, “Prostitusi Online Cenderung Jadi Lifestyle Remaja”, diakses pada


23 Mei 2016 dari www.m.liputan6.com/news/read/2216343/mensos-
prostitusi-online-cenderung-jadi-lifestyle-remaja, pukul 12.46 WIB.

Merdeka.com, “Ini Kasus-Kasus Prostitusi ABG Paling Parah”, diakses pada 23


Mei 2016 dari www.merdeka.com/peristiwa/ini-kasus-kasus-prostitusi-
abg-paling-parah-di-indonesia pukul 12.53 WIB.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya. 2007.

Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media


Group. 2010.

Mufid, Muhamad. 2007. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana.

Nazin, Mohamad. Metode Penelitian. Bandung: Ghalia Indonesia. 1999.

Rico Lado, Christo. Analisis Wacana Kritis Program Mata Najwa “Balada Perda”
di Metro TV. Jurnal E-Komunikasi Universitas Kristen Petra
Surabaya, Surabaya. 2014.

Santana, Septiawan K. Jurnalisme Investigasi. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia. 2004.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis


Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2009.

Sudibyo, Agus. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi


Aksara. 2004.

Sudrajat, Adjri Septiani. “Analisis Wacana Teun A. Van Djik pada


Pemberitaan “Dodol Dolly, Mas…” di Rubrik Teraju Harian Umum
99

Republika”, Skripsi SI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.

Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature


Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama
Media. 2006.
Syahputra, Iswandi. Komunikasi Profetik Konsep dan Pendekatan.
Bandung:Simbiosa Rekatama Media. 2007.

Syamsul M. Romli SIP, Asep. Jurnalistik Dakwah Visi dan Misi Dakwah Bil
Qalam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2003.

Yin, Robert K.. Studi Kasus: Desain dan Metode . Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada. 2012.
Wawancara dengan staf HRD Trans TV. Anton Rikif. Jakarta, 7 Maret 2016.

Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi. Didik Wiratno, Jakarta, 11


Maret 2016.

Wawancara dengan Produser Reportase Investigasi, Theodorus Lintas Melawai,


pada 25 April 2016 pukul 16.00 WIB.

www.transtv.co.id
Lampiran
FOTO-FOTO SAAT PENULIS MEWAWANCARAI PRODUSER
REPORTASE INVESTIGASI

Saat mewawancarai Didik Wiratno, Produser Reportase Investigasi saat ini di


Gedung Transmedia lantai 3 Divisi News, Jumat (11/3).

Saat mewawancarai Theodorus Lintas Melawai, Produser Reportase Investigasi


yang memperoduseri tayangan Geliat PSK ABG di taman gedung Transmedia,
Senin (25/4).
TRANSKIP NARASI EPISODE “GELIAT PSK ABG”

SEGMEN 1

Iqbal (Presenter) : Bagaikan bunga yang sedang mekar harum semerbak membuat
orang ingin memetiknya, seperti itulah kehidupan remaja jika diibaratkan karena
diusia nya yang belum matang inilah remaja terlihat menarik dengan kelincahan
dan juga segala aksinya. Namun sayangnya sebagian dari remaja ini terjerembab
dalam dunia hitam di usianya yang masih belia namun demi mendapatkan pundi
pundi rupiah mereka rela menjajakan tubuhnya tanpa mengetahui resiko yang
akan mereka dapat, anda menyimak Reportase Investigasi bersama saya Iqbal
Kurniadi.
VO : masa remaja adalah masa yang paling indah mungkin pepatah ini hanya
tinggal pepatah bagi remaja remaja belia yang rela menjual tubuhnya demi
lembaran rupiah, di sebuah kota kami menemukan fakta menyedihkan remaja
murid sekolah menengah di sini banyak yang kerja sambilan sebagai PSK. Kami
menuju ke salah satu sekolah menengah yang terkenal dengan reputasi sebagai
gudangnya PSK Belia. Rupanya keberadaan PSK belia yang terkenal dengan
sebutan kimcil ini sudah menjadi rahasia umum.
Chit Chat dengan Ibu Pedagang
A : Kira-kira yang mana ya bu, yang bisa buat kenalan-kenalan gitu?
B : Banyak sih gak bisa diituin ya…
A : Biasanya kelas berapa sih bu?
B : Kelas 3, kalo kelas 3 kan udah pengalaman
A : Pengalaman gimana nih, bu?
B : Pengalaman ya… kelas 1 juga mending, tapi kebanyakan masih pada diam.
A : Masih alim ya bu ya?
B : Iya, kebanyakan kelas 2 dan kelas 3
VO : Sepertinya ibu penjual minuman tahu kalau kami ingin mencari kimcil
B : Tunggu aja di sini, ntar tinggal pilih
A : Gitu ya bu?
B : Iya banyak
A : Tapi cepet ya bu dapetinnya
B : Oh cepet… kalo orang (nama sekolah) cepet…mudah
VO : Tak sengaja kami juga bertemu dengan seorang guru salah satu sekolah
menengah di kota ini. Mengejutkan ternyata sang guru ini sering menerima curhat
para PSK belia tentang pengalaman mereka di luar sekolah bersama tamu-
tamunya.
Chit Chat dengan Guru
B : Kadang crita…dia itu dibawa inilah, dibawa om itulah, saya pulangnya
pagi…kadang dibawa pejabat juga..
Mirisnya sang guru menyebut fenomena ini sebagai tren di kalangan remaja
B : Sekarang lagi tren emang, kerja sampingan yang kayak gitu…minimal jadi
PL..
A : PL itu apa, pak?
B : Pemandu Lagu yang di karaoke-karaoke itu loh, yang bisa dipake juga
A : Oh itu ada juga?
B : Iya…ini sekarang lagi tren gitu pak hahaha
Sang guru juga mengetahui bahwa para PSK Belia tersebut memiliki jaringan
tersembunyi
B : Itu diusut lagi pak, lingkungan lagi…jadi siswa sini ada hubungan dengan
lokalisasi.
Ada mami di sana, trus cantelin nanti bentuknya jaringan
VO : Penasaran tim Reportase Investigasi, lantas mencari PSK belia yang katanya
mudah didapatkan itu, kami akhirnya mendapatkan nomor kontak mucikari PSK
belia dari seorang penjaga toko di dekat sekolah
Chit Chat Penjaga Toko
B : Aku ada nomer temenku, dia jual kim…wanita
A : Siapa?
B : Temenku ya sms aja, bilang cari anak sekolah gitu aja…
VO : dari beberapa masyarakat yang kami temui merekapun juga tak segan
memberikan nomor kontak mucikari PSK belia, ini membuktikan betapa
mudahnya mendapatkan mucikari PSK belia yang akan membawa pelanggan
bertemu langsung dengan sang PSK, untuk membuktikannya kami mencoba
menelepon seorang siswa SMK yang sudah di kenal bekerja sambilan sebagai
PSK sebut saja namanya Epi.
Chit Chat PSK ABG
A : Aku sih pengen ajak kamu jalan, bisa gag hari ini?
B : mmm… kayaknya gag bisa deh
A : Iya…kalo besok aja gimana?
B : Besok ya? Oke kalo gitu...besok aku jemput di mana? Kita jalan-jalan
aja…have fun
VO : Tanpa rasa khawatir Epi menyetujui untuk diajak menemani pria yang
belum dikenal dan dilihatnya resiko trafficking sangat besar karena bisa saja yang
mengajak siswa tadi adalah orang yang berniat jahat , pada akhirnya kami tidak
jadi menemui siswa tadi karena kami sudah mendapatkan PSK lain dari mucikari
yang kami hubungi. Biasanya PSK belia senang diajak jalan jalan mereka tak ragu
mengajak makan atau meminta suatu barang, biasanya kegiatan ini dilakukan
sebelum mereka melakukan tugasnya di kamar hotel, salah satu PSK ABG yang
kami ajak jalan jalan sebut saja namanya Mawar, Mawar seharusnya sudah duduk
dibangku SMU namun karena ia pernah tinggal kelas sekarang ia duduk di kelas 2
SMP.
Chit Chat dengan PSK ABG (Mawar)
A : Mulai pacaran kamu umur berapa?
B : Dari SD
A : Hah…dari SD? Kalah dong aku…
B : Anak (nama derah) gitu… dari SD udah kenal pacaran
Pantas saja Mawar tampak lebih dewasa dari usianya yang baru 15 tahun
A : Kamu seneng gag kerja kayak gini?
B : Ya ada seneng ada susahnya.
Susahnya kalo gag ada job, senengnya kalo dapet duit
A : Biasanya kamu pasang harga berapa?
B : 600-700…kemarin ada yang nawar 2 juta…
A : Kalo di sini banyak ya?
B : Banyak banget
VO : bahkan Mawarpun bersedia mengenalkan teman-temannya sesama PSK
untuk di booking, benar kata masyarakat jika sudah mengenal satu maka akan
kenal semuanya, Mawar sendiri menjalani profesi ini karena tak pernah mendapat
uang jajan cukup dari orangtuanya
B : Kadang uang jajan juga kurang dari orangtua, kadang dikasih kadang ngga…
Ya ngertilah kondisi orangtua kadang susah, kadang gimana. Mo minta duit
gimana gitu…
VO : Tim Reportase Investigasi akhirnya berhasil membujuk Mawar untuk
menceritakan pengalamannya, dua tahun sudah Mawar menjalani pekerjaan
sambilan sebagai PSK belia, Mawar juga mengaku sudah melepas keperawanan
nya sejak duduk di kelas 1 SMP. Sang pacar kerap memaksa Mawar dengan bujuk
rayu maut namun pada akhirnya Mawarpun harus menerima kenyataan pahit
ditinggal kekasihnya pergi dengan wanita lain
I : Sungguh memprihatinkan remaja-remaja ini nekat menjajakan tubuhnya karena
cemburu melihat teman-temannya yang lainnya karena telah menjadi PSK
mempunyai barang-barang mahal dan juga bagus, anda jangan ke mana mana,
kami akan segera kembali.

BREAK
SEGMEN 2
Iqbal (Presenter) : Usia remaja adalah usia yang labil di mana mereka mencari jati
diri, dan lingkungan mempunyai peran penting dalam membentuk tingkah laku
mereka. Jika lingkungan tempat tinggal mereka sudah terbiasa dengan pergaulan
bebas maka bisa dipastikan remaja itu akan mengikutinya dan mereka akan nekat
untuk menjual diri tanpa mengetahui resiko yang akan didapat.
VO : Menjadi PSK belia sudah dilakukan Mawar sejak dua tahun lalu, awalnya ia
bekerja sebagai pemandu lagu di karaoke. Godaan uang dan barang barang bagus
begitu membiusnya , Mawar sadar orangtuanya yang hanya seorang sopir dan
pembantu rumah tangga tak akan mampu memberikannya uang jajan berlebih dan
barang barang bagus yang diinginkannya karena cemburu Mawarpun nekat
menjual tubuhnya demi lembaran rupiah
Chit Chat dengan Mawar
B : Ya karena kondisi ekonomi kadang kurang, kan saya cewek kebutuhannya
banyak. Kepengen beli ini itu uangnya kurang, ya udah nekat aja.
VO : Namun selain butuh uang ternyata Mawar juga penasaran bagaimana
rasanya menjadi PSK
B : Ya takut sebenarnya, tapi ya gimana…ya suka juga, penasaran gitu…
VO : Mawar juga tak khawatir orangtuanya mempertanyakan dari mana barang-
barang bagus itu berasal, Mawar sering berbohong dan mengatakan barang-barang
itu adalah pemberian pacar, orangtua Mawarpun tak bertanya lebih lanjut. Dalam
seminggu, Mawar bisa mendapatkan tiga hingga empat pelanggan, jika belum
kenal Mawar hanya ingin dihubungi melalui mucikari,.
B : Ya kontak aja ke yang kayak mami-mami gitu, tinggal kontak aja…
A : Itu tamunya yang milih atau maminya?
B : tamunya yang milih
VO : Walaupun usia Mawar masih belia, Mawar tak pilih-pilih pelanggan, tua dan
muda, semua dilayaninya.
B : Ya kadang ada dosen-dosen, orang kantor, jabatan gitu ada yang dari luar kota
ada yang ngga
VO : Saat menerima tamu Mawar tak membatasi waktu, ia bahkan rela bolos
sekolah demi tugasnya.
B : Kadang tamunya minta jam delapan, ya udah saya bolos sekolah
VO : Walaupun mengaku kerap takut dan khawatir namun perasaan itu hilang
seketika setelah menerima uang dari pelanggan, uang itu tak semua ia pergunakan
untuk berbelanja barang-barang yang diinginkannya tapi sebagian untuk
membayar SPP sekolah.
B : Kadang kan ibu ngasih uang buat bayar SPP, ini buat jajan…nah itu buat SPP
VO : Keahlian Mawar bermain cinta didapat dari sang mucikari juga dari teman-
temannya yang sudah berpengalaman, Mawarpun tahu bagaimana memuaskan
pelanggannya, namun sayangnya Mawar tak sadar bahaya yang mengintai dirinya
saat melakukan seks bebas.
A : Kalo lagi kayak gitu kamu pake alat kontrasepsi gag?
B : Ngga…kadang pake kadang ngga
VO : Sungguh ironis, Mawar hanya tahu hamil yang ia tanggung saat melakukan
seks bebas, Mawar tak sadar dengan bahaya penyakit-penyakit kelamin yang
mengintainya. Bukan tak mungkin, teman-teman Mawar yang lain juga tidak
mendapatkan pendidikan seks yang baik. Mawar, bisa dibilang PSK belia paruh
waktu yang tak terikat dengan aturan dari mucikari, berbeda dengan PSK belia
professional yang juga terdapat dilokalisasi PSK yang terdapat di kota ini, inilah
lokalisasi yang dikatakan Mawar banyak memiliki PSK belia. Siapa yang
menyangka kalau di gang sempit ini terdapat puluhan rumah yang menawarkan
kenikmatan sementara. Sambil berjalan pelanggan dapat mengintip ke dalam
rumah yang berdinding kaca. Salah satu PSK belia yang kami temui di sini sebut
saja namanya Cemplon, ia mengaku baru pertama kali bekerja sebagai PSK.
Cemplon yang berasal dari sebuah desa di Jawa Barat datang ke kota ini, diajak
oleh seorang teman yang menjanjikan pekerjaan.
Chit Chat dengan Cemplon
B : Kerja kayak gini baru sekali, dulu gag pernah. Temen bilang kerja di kafe, trus
ikut kan. Gak tau di sini dijual apa gimana…gak ngerti.
VO : Pernah sekali Cemplon mencoba kabur, namun tertangkap oleh sang
mucikari yang membawanya kembali ke lokalisasi ini. Untuk bisa keluar dari
lokalisasi Cemplon harus menebus uang jutaan rupiah.
B : Ada yang mo ngeluarin sih dari sini
A : Ada yang ngeluarin?
B : Kan bilang ama mami, mami bilang gapapa mo keluar tapi 50 juta berani gak?
A : Serius 50 juta?
VO : Usia remaja adalah usia yang labil pengaruh lingkungan sangat kuat
memengaruhi tingkah laku remaja. Tak heran jika lingkungan sekitar sudah
terbiasa dengan melakukan seks bebas, bisa dipastikan para remajapun akan
mengikutinya.
Irma : Geng itu atau teman sebaya teman sekolahan itu memberikan pengaruh
yang besar terhadap pembentukan identitas diri.
VO : Kurang perhatian orangtua menjadi sebab remaja mencari perhatian dari
lingkungannya yaitu teman-temannya. Selain itu, fenomena hidup komersil
menggoda remaja untuk hidup jauh di atas kemampuan ekonomi orangtuanya.
Tak tahan dengan godaan itu, ketika lingkungan membujuknya dengan melakukan
hal-hal negative, maka sang remaja mudah terpengaruh. Bagaimanapun menjadi
PSK di usia remaja merupakan kegiatan yang tidak wajar atau abnormal untuk
kalangan usia merela. Selain penyakit menular dan kesehatan reproduksi yang
mengancam, seorang remaja PSK juga dapat mengalami gangguan mental.
Irma : Kemudian secara sosial ya kalo misalnya lingkungan tahu seperti itu ada
rasa malu ada hukuman sosial, dijauhi bisa saja seperti itu.
VO : Keluarga adalah benteng pertama untuk mencegah pengaruh buruk dari luar.
Kasih sayang, bimbingan dan komunikasi yang baik dalam keluarga sangat
dibutuhkan agar anak remaja tidak terpengarub hal-hal negatif, tim Reportase
Investigasi.
Iqbal : Semoga informasi tadi dapat membuat anda para orangtua untuk lebih
waspada dan mengawasi putra putri anda agar tidak terjerembab dalam lembah
hitam.
TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN

Pewawancara: Umi Kulsum (Mahasiswa UIN Jakarta)

Narasumber: Didik Wiratno

Pelaksanaan Wawancara: Jumat, 11 Maret 2016, pukul 19.00 WIB di Gedung


Trans TV lantai 3 Divisi News.

1. Sejak kapan Trans TV menayangkan program Reportase Investigasi?


Reportase Investigasi itu termasuk program yang paling lama di News
Trans TV paling lama, pertama News Jelajah lalu Reportase Investigasi
sekitar 2005 itu udah tayang, tepatnya aku gak tau, termasuk salah satu
program yang paling lama di News Trans TV. Dulu gara-garanya yang
paling besar memblow up bakso tikus ada pedagang bakso yang memakai
bakso daging tikus itu yang membuat besar sampai sekarang.
2. Apa Visi Misi program Reportase Investigasi?
Kalo news itu kan mau memberitakan yang sebenarnya kepada masyarakat
jadi tujuannya untuk ngasih tau konsumen, terkadang banyak maupun
pedagang kejahatan-kejahatan yang orang gak tau. Kita mau menginfokan
ternyata ada banyak terutama makanan. Penjual makanan itu dia dengan
dalil untuk mencari untung yang lebih. Penjual itu melakukan
kecurangan misalkan dengan dikasih bahan pengawet, zat pewarna yang
bahayalah itu supaya dia dapet untung.
3. Apa yang melatarbelakangi lahirnya program Reportase Investigasi?
Kalo di Trans TV itu kan kita kan program itu harus terus berkembang,
kita harus bikin program-program, berawal dari Reportase, ada Reportase
Sore, Reportase Malam, Reportase Pagi, trus ada pengembangannya jadi
Reportase Investigasi. Dulu Reportase Investigasi Cuma segmen tentang
Indept Reporting liputan mendalam gitu kan ternyata di setiap segmen
bagus penontonya secara grafiknya bagus bisa diliat tuh dari datanya dan
akhirnya buat program sendiri.
4. Bagaimana tahapan Investigative Reporting dalam program
Reportase Investigasi secara umum?
Kalo Reportase biasanya kita punya tim, ada koresponden ada reporter itu
bisa dari seluruh daerah tinggal kita bisa request atau kalo ada kejadian
kita bisa minta, tapi kalo Reportase Investigasi itu kita punya tim khusus
dengan perlakuan khusus juga karena kan
kita kan harus melindungi narasumber dan harus melindungi si reporter
kan bahaya kalo di lapangan jadi kita punya tim khusus untuk liputan dan
prosesnya hampir sama dengan program Reportase biasa, ada riset si
reporter dan cameramen riset, hasil riset kita ada peaching in sama ke
Produser sampai Executive Produser setelah disetujui baru dia liputan dan
dia dibantu oleh vixer karena kalo Reportase Investigasi tidak bisa kalo di
Reportase biasa kita mau ketemu narasumber tinggal jalan kita cari
narasumber ketemu wawancara bisa langsung jalan tapi kalo Reportase
Investigasi gak bisa begitu kita nembus ke pelakunya kan biasanya tidak
mau kita bisanya melalui jasa vixer, nah vixer itu di luar Trans TV yang
membantu untuk menghubungkan kita dengan narasumber. kalo ada vixer
kan kita bisa ngomong bahwa dia akan dijamin gak akan ketauan. Kita
punya hak untuk memlindungi narasumber untuk tidak memberitahukan
kepada polisi.
5. Sebelum menayangkan hasil peliputan, apakah tim program
Reportase Investigasi merujuk terlebih dahulu pada Pedoman
Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran (P3SPS)? Atau apakah
program ini memiliki Standar Program Siaran tersendiri pada
tayangan setiap episodenya?
Semua program itu harus ada standar penyiaran, kalo ada kebocoran-
kebocoran itu ya pasti gak disengaja misalkan yang menjijikan atau yang
sadisme itu pasti ada itu bukan kesengajaan kita itu biasanya kecolongan
pas editing tapi karena ada preview sudah nggak kalo jaman dulu masih
suka diprotes KPI sekarang sudah nggak.
6. Seperti yang kita ketahui televisi kita diawasi oleh Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI), tak terkecuali program Reportase Investigasi
TransTV, apakah program ini pernah mendapat teguran dari KPI?
Pernah, hampir semua program pasti pernah.
7. Kalau iya, sudah berapa kali program Reportase Investigasi
mendapat teguran dari KPI? Teguran apa saja yang pernah
diterima?
Masuk 2016 ini belum ada, tapi dulu dulu pernah tepatnya aku gak tau.
Karena teguran
bisa berupa surat peringatan tapi peringatan pertama itu gak meningkat
jadi teguran kedua biasanya KPI sendiri kan dia gak bisa menegur kita
kalo gak ada laporan dari masyarakat yang mengklomplen kita, itu sadis tu
itu kita akan nanggepin kita akan kirim surat ke KPI untuk memberi
alasannya apa.
8. Berdasarkan data teguran di website kpi.go.id , program Reportase
Investigasi mendapat tiga kali teguran tertulis masing-masing 12
Agustus 2012 (Episode pembuatan bahan bius illegal), 8 Februari
2015 (Episode Geliat PSK ABG), dan 7 Maret 2015 (Episode
pencopet).
Menurut anda sebagai produser, bagaimana menanggapi teguran
tertulis yang diberikan oleh KPI?
Sebenernya itu kan emang fakta yang ada di masyarakat cuma menurut
KPI kan punya pandangan beda. Misalkan tentang copet waktu itu seperti
kita ajarin ini caranya mencopet nih, itu kan emang faktanya begitu pas
kita liput lalu tayang dianggap KPI itu
akan dicontoh tapi kan kita punya pandangan berbeda itu fakta yang ada di
masyarakat masyarakat harus hati-hati gak semua orang akan meniru yang
meniru kan penjahat penjahat juga. Kalo yang episode Geliat PSK ABG
Itu karena kita tayang di sore ada kata-kata yang gak boleh di jam itu. Kita
aturan di KPI akan ada jam siarnya, kayak iklan rokok itu gak boleh di
siang, dulu kan ada program Fenomena di malam gak apa-apa dari
presenternya baju nya kebuka itu masih lolos mungkin kalo di sore bisa
akan kena, itu mungkin salah tema ya karena waktu itu tema tentang
prostitusi kimcil harusnya malam, tapi kan Reportase Investigasi jam
tayangnya sore pada saat itu kan isu itu lagi rame di masyarakat.
9. Bagaimana alur teguran tertulis dari KPI tersebut hingga sampai ke
produser?
KPI menegur langsung ke instutusi Trans TV lalu ke Kepala Divisi
(Kadiv) News lalu ke produser ntar kalo gitu baru apakah kita yang
dipanggil kesana untuk menjelaskan atau ada hal lain.
10. Biasanya hal apa yang dilakukan tim setelah diberikan teguran dari
KPI?
Ya gak mengulangi lagi. Kalo sifatnya beda pandangan dan bisa kita
pertahankan ya kita debat tapi kalo emang itu udah salah kita akui
kesalahan itu dan gak akan diulangi itu dan ada evaluasi pemilihan tema
misalkan tidak boleh tema esek esek lagi.
11. Apakah episode Geliat PSK ABG mendapat rating yang cukup
bagus?
Ya, grafik ratingnya cukup bagus.
12. Apa alasan yang melatarbelakangi tim Reportase Investigasi untuk
mengangkat kasus prostitusi pada ABG ini?
Itu gak ada maksud apa-apa itu kan lagi marak kasus di surat kabar dan
masyarakat. Misalkan ada mucikari ketangkep lagi diperbincangkan
masyarakat itu lalu kita liput itu gimana sih sebenernya kerja mereka biar
masyarakat tahu. Pas ada kasus difollowup media baru kita liput kasus itu.
13. Pada episode ini tentunya tim sangat berhati-hati dalam pencarian
data dan narasumber, apalagi ini terkait kasus prostitusi dan anak
sekolah yang tentunya akan menimbulkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat, bagaimana tim Reportase Investigasi
mengemas kasus ini agar menjadi tayangan yang layak ditonton?
Kan kita bukan tujuan untuk ngasih tau isi esek eseknya itu jadi kan kita
mau mengungkap kok anak itu bisa terjerumus hal itu modusnya gimana
sih si mucikari bisa jual ABG itu ternyata kita bisa info ke masyarakat dan
kita ngasih tau penonton biar masyarakat lebih hati-hati, kita bisa kasih tau
masyarakat seperti itu, misalkan ternyata itu dari temannya. Tim liputan
juga akan berhati-hati kita akan lindungi sekolahnya di mana itu sudah
diskusi sama reporterlah, kita cuma mau kasih tau masyarakat iniloh
bahaya, cara, modusya untuk menjerumuskan PSK pada remaja ini.
14. Apa yang dilakukan tim Reportase Investigasi setelah mendapat
teguran pada episode Geliat PSK ABG? Contohnya dari atasan
menegur terlebih dahulu atau diadakan evaluasi bersama?
Itu biasanya kan itu salah di itu kan kita chit chat sama si PSK,ternyata si
ABGnya ngomongnya terlalu vulgar dan gak layak didenger oleh
penonton itu sebenarnya awalnya dari ngomongnya begitu dari proses
editing kan sudah disamarin tapi masih kedengeran kalo dia ngomong
terlalu vulgar next kita gak akan masukin yang seperti itu kayak transaksi
harga dan lain-lain.
15. Apa yang akan Reportase Investigasi kembangkan kedepannya?
Kita kan sudah lama, hampir semua kasus kita sudah liput dengan
pengulangan dan narasumber yang berbeda Pengembangannya itu dengan
kemasan paket selama ini kan hanya templatenya saja dapetnya di mana,
kita mulai coba reporter akan partisipatif inframe cuma dari belakang
seolah olah dia ikut penelusuran, biasanya kan reporter tidak inframe, jadi
seperti itu.
TRANSKIP WAWANCARA PENELITIAN

Pewawancara: Umi Kulsum (Mahasiswa UIN Jakarta)

Narasumber: Theodorus Lintas Melawai

Pelaksanaan Wawancara: Senin, 25 April 2016, pukul 16.00 WIB di


taman Transmedia

1. Bagaimana menentukan isu dan konten yang akan ditayangkan


program Reportase Investigasi?
Kalo tanya isu sih sebenernya itu ada dua cara biasa yang pertama dari
reporternya yang ngasih kedua dari pikiran saya sendiri kalo misalnya lagi
duduk lagi bengong itu menarik dan kalo dirasa bisa ya dijalani langsung
bilang sama reporternya, lo riset ini ya, dia akan riset dan dia akan
melakukan pengamatan dan dia cari narsumnya begitu dia dapet dia akan
peaching lagi begitu oke dia akan jalan. Invest biasanya bermain di luar
isu, beberapa isu yang besar juga kita mainin juga seperti begal itu kita
buat dan grebegan grebagan yang formalin formalin mie itu kita buat
seperti itu , tapi kalo coomon common isu yang politik segala macem gak
terlalu kalo gak bisa kita bikin.
2. Apa alasan yang melatarbelakangi tim Reportase Investigasi untuk
mengangkat kasus “Geliat PSK ABG” yang ditayangkan pada 8
Februari 2015?
Kalo yang jaman gue itu gue selalu melihat fenomena kehidupan.
Fenomena bahwa ada sekelompok anak yang pengen hidup seneng
dengan cara gampang itu aja sih intinya sebenernya. Untuk yang Geliat
PSK ABG ini yaudah dari situ kita ngobrol ini gimana ceritanya, baru dia
bikin breakdown, dia cari narsumnya, dia ketemu gua lagi ngobrol baru
diskusi. Biasanya kita cari vixer, vixer adalah orang yang tahu, jadi vixer
memberikan calon, ni orangnya seperti ini, nah pas dikasih sama vixer
biasanya reporter akan mendalami sendiri , jadi gak langsung dapet
langsung diliput mereka punya pengendapan berapa lama ngikutin tapi
narsumnya gak tau vixernya juga gak tau, begitu oke, okesip, nah vixernya
itu baru ngehubungi orang itu buat ngehubungin ke kita, buat jaga supaya,
bisa aja kan orang udah ngomong ternyata enggak seperti itu
3. Apa tujuan diangkatnya kasus ini?
Tujuannya supaya orang lihat bahwa di dunia ini tuh gak selalu baik,
bahwa ada sekelompok orang yang nakal seperti yang gua bilang tadi
pengen hidup seneng dengan cara gampang supaya orang tua melek
kepada anak-anaknya dan yang mengkhawatirkan itu di kota kecil itu lho
bukan di Jakarta, kota besar sangat memprihatinkan. Banyak sih yang
bilang gitu temen-temen ngapain ngangkat itu, untungnya apa, kalo buat
gua sih saat gua megang invest gua pengen menonjolkan fenomena, setiap
produser kan punya alasan pribadi kenapa bikin fenomena yang
diperhatikan.
4. Bagaimana pandangan anda terhadap kasus prostitusi yang
melibatkan ABG tersebut?
Karena gua punya anak perempuan, ya ngerilah bahwa apa ya demi sebuah
handphone baru dia mau gitu dan gak mahal di sebuah kota kecil, di Jawa
Barat demi seperti hal itu aja sesuatu yang gampang, orang mau anak-anak
itu mau.
5. Bagaimana pendapat anda tentang sebutan PSK untuk pelacur?
Kalo itu sih memang itu kan hanya penamaan ya, semua orang berhak
menamakan itu, buat gua sih gak masalah itu, mungkin untuk
menghaluskan istilah pelacur aja.
6. Pesan apa yang ingin tim Reportase Investigasi sampaikan kepada
publik dalam tayangan kasus tersebut?
Pesan utama satu, jangan mudah tergoda, jangan mudah teriming-iming
untuk melakukan sesuatu, lu gak akan dapet kalo gak berusaha, gak ada
yang instan.
7. Bagaimana Anda memosisikan diri dalam kasus ini?
Kalo gua sih sebenernya buat gue kalo gitu gituan yaudah ada lah dan gue
gak bersikap menolak, prostitusi kan udah ada sejak jaman dulu, yaudah
kalo sekarang gimana gue memprotect keluarga gue supaya gak begitu,
kalo buat urusan orang lain ya udahlah, itu urusan keluarga masing-
masing, kalo buat gua sendiri gua akan memprotect keluarga gue,
sebenernya lebih ke pribadi dari pada luar dan yaudah sesuai pesan moral
aja setelah nonton terserah penonton mau gimana, kalo gue kan gak suka
mengarahkan orang untuk begini begini, balik lagi ke penonton.
8. Apakah ada opini (pengetahuan wartawan) yang memengaruhi
naskah atau daftar wawancara mengenai kasus “Geliat PSK ABG”
ini?
Kalo yang gua tau kan di jurnalistik modern tu opini harus diikutsertakan
apalagi di features indepth seperti ini itu kan harus pake opini kalo gak
pake opini yang gak akan bagus ceritanya.
9. Acara ini telah ditegur oleh KPI pada 27 Februari 2015, bagaimana
Anda menyikapi teguran ini?
Begitu ini peaching jadi gini kita punya isu liputan common, kita kayak
makanan atau ini gak common kayak narkoba, biasanya gua udah
ngomong sama EP, malah dulu gua mau buat sup bayi, kita udah dapet,
kita udah dapet tinggal eksekusi, kita dikasih bayi satu untuk dimakan
akhirnya gak jadi. Nah hal seperti itu kita udah diskusi sama EP, kita udah
ngitung ini udah pasti ditegur, ini mau gak mau pasti ditegur. Semua yang
kita buat semua yang kita plan kita udah tahu resikonya. Kalo yang
makanan ya gak mungkinlah kecuali ada bocoran produk tapi itu
jaranglah, nah gua megang investigasi yang ditegor begini beginian,
prostitusi, sekolah copet, satu lagi apa. Yaudahlah ini namanya resiko,
yang gua lihat sih gimana cara kita menilai, masalahnya kan KPI memang
diciptakan untuk begitu menilai untuk menyetir, tapi semua itu balik lagi
ke penontonnya, penontonya mau ikut yang mana dan kita juga gak boleh
munafik kalo ada begitu begituan, terserah mau anggep itu peluang kerja,
jadi warning, terserah yang nonton.
10. Bagaimana dengan pemilihan bahasa dan struktur kalimat dalam
naskah?
Kalo bahasa dan kalimat sepertinya gak beda sama liputan lainnya, sama
aja, TV kan punya bahasa sendiri, bahasa langsung, bahasa yang mudah
dimengerti, gue waktu itu selalu bilang jangan pake bahasa-bahasa yang
sulit, jangan pake analogi yang susah, trus jangan pake istilah-istilah yang
jarang didenger orang seperti itu sih, selebihnya sama lah.
11. Bagaimana pemilihan kata untuk judul pada tayangan setiap
episodenya?
Kalo judul mungkin agak nyeleneh, kadang dari gue kadang dari EP, jadi
kadang kita abis preview baru judul ini nih yang enak, kadang-kadang dari
editor jadi susah gak ada teorinya. Jadi kita nonton preview, kalo gua kan
preview tiga sampai empat kali tuh pasti keluar, jangankan gua editor pun
bisa, yang penting judul itu dibilang boombastis enggak tapi harus dapet
yang penting eye catching harus bisa memancing perhatian orang dan
jangan panjang-panjang, maksimal tiga suku kata.
12. Mengapa memilih kata „Geliat‟ pada judul tayangan?
Kenapa geliat karena memang itu kan sesuatu yang gak keliatan ya sesuatu
yang gak kasat mata, jadi ada yang gak keliatan tapi ada pergerakan di
bawah itu, sesuatu yang gak keliatan tapi membahayakan.
13. Apakah ada pertimbangan lain dari tim sebelum menampilkan kasus
yang kontroversi di masyarakat?
Ini yang bikin reporternya yang bikin kayak kalian lho, bukan cowok,
reporternya cewek jilbaban juga dia anakanya polos beneran, begitu dia
peaching, bang gua mau bikin ini ya, gila lo dapet dari mana, udahlah bang
gua udah tau, yaudah gua kasih, dia bikin sekolah copet, dia bikin kawin
bidah, kalo mau tanya gue kenapa, tanya dia begitu, dengan background
dia yang alim mungkin karena penasaran dan seperti yang gua bilang tadi
semua yang kita rapatkan kita peaching kalo bos udah oke kita udah tau
resikonya, kalo ditegor yang ngurusin KPI orang bos atasan.
14. Apakah ada bagian yang dipotong atau dihilangkan pada waktu
pengeditan sebelum ditayangkan?
Ada sih, kan itu ada adegan bukan adegan bercintanya, kita memasukan
cameramen dengan kamera tersembunyi, makanya waktu proses pemilihan
itu gue menugaskan cameramen yang alim yang lempeng, yang bapak
banget udah punya anak, anaknya cewek, soalnya kalo cameramen yang
brutal bahaya. Jadi dalam memilih gua memang sih mereka pertama
dipasang-pasangkan sama tim yang buat jadwal A sama B, C sama D,
untuk kasus-kasus tertentu gua boleh mengganti bahwa ni cameramen
jangan dia sama yang ini aja, produser berhak mengubah,
pertimbangannya seperti itu kalo dikasih cameramen yang badung ya
liputan gak beres yang udah gua bayar lebih gitu, mendingan gua kasih
yang alim begitu berduaan udah keringet dingin begitu ceweknya tidur di
sini udah panik, mendingan yang kayak gitu, itu akan jalan ketimbang
dikasih yang bandel. Jadi ada adegan di mana kalo gak salah ada dua, yang
pertama dikasih cameramen itu, itu yang dicari sama vixer yang kedua
yang didapet mbaknya (reporter) itu sendiri, nah yang itu kita kasih
vixernya yang maju dia beda yang pake vixer emang bener-bener
dimanfaatin beda sama cameramen kita, nah justru gambar yang kita tarik
itu yang sama vixer tadi, ya dia kan gak peduli, jadi ada vixer ada
informan, nah jadi vixernya kalo gak salah bencong jadi informannya, jadi
informannya yang make nah itu adegan itu yang paling banyak dipotong,
meskipun udah digelapin udah diblur karena masih ada cahaya sedikit ada
pergerakan yang menurut kita gak bener kita potong, selebihnya sih shot
shot yang bisa nandain sesuatu misalnya sekolah kita gak tau tapi orang
sana kan tahu, oh sekolah ini nih, trus karena itu dia shootingnya hari
jumat sebagian besar pake batik, nah jadi itu sebenernya itu gak dipotong
tapi kita hitam putihin biar gak dibilang kita pukul rata.

Anda mungkin juga menyukai