Anda di halaman 1dari 29

Rekonsiliasi Melalui Jalur Hukum dan Demokrasi :

Kasus Penistaan Agama oleh Mantan Gubernur DKI


Jakarta “Ahok”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1) Sosiologi

Oleh :

RIZKY MUTIARA YANTI 201710310311038

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
HALAMAN JUDUL

Rekonsiliasi Melalui Jalur Hukum dan Demokrasi :


Kasus Penistaan Agama oleh Mantan Gubernur DKI
Jakarta “Ahok”

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1) Sosiologi

Oleh :

RIZKY MUTIARA YANTI 201710310311038

Dosen Pembimbing:

1. Rachmad K. Dwi Susilo, MA., Ph.D


2. Muhammad Hayat, MA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021

i
Lembar Pengesahan

201710310311038

ii
Lembar Persetujuan

iii
Lembar Pernyataan Keaslian

iv
Lembar Hasil Lolos Plagiasi

v
Lembar Berita Acara Bimbingan Skripsi

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas

keberkahan, rahmat dan hidayah-Nya, yang telah diberikan kepada penulis atas

kemudahan dalam proses penulisan skripsi ini, serta penulis mengucapkan

terimakasih kepada semua pihak bahwa pada akhirnya penulis berhasil

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Rekonsiliasi Melalui Jalur

Hukum dan Demokrasi : Kasus Penistaan Agama oleh Mantan Gubernur DKI

Jakarta “Ahok” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

mencapai derajat Sarjana Strata I, dan lebih dari itu sesungguhnya skripsi ini

merupakan proses rangkuman dari proses pembelajaran yang telah ditempuh

selama perkuliahan.

Penulis sadar betul akan kekurangan yang masih terdapat pada skripsi ini,

serta jauh dari kata sempurna dari berbagai hal. Proses penyusunan skripsi ini juga

tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah mendukung penulis. Untuk itu penulis

menyampaikan ucapan terimakasih, kepada:

1. Bapak Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Malang.

2. Bapak Dr. Rinikso Kartono, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Rachmad K. Dwi Susilo, M.A, Ph.D., selaku Ketua Program Studi

Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

vii
4. Bapak Rachmad K. Dwi Susilo, M.A, Ph.D., selaku dosen pembimbing I

dan Bapak Muhammad Hayat, MA selaku dosen pembimbing II yang telah

membimbing, memberikan masukan, saran dan semangat dari awal proses

hingga selesainya pembuatan skripsi.

5. Dr. Wahyudi, M.Si selaku dosen wali Sosiologi A 2017 yang telah banyak

memberikan dukungan pada kita semua untuk segera menyelesaikan skripsi.

6. Bapak/Ibu dosen Sosiologi yang telah membagi dan memberikan

pengetahuan yang lebih selama perkuliahan.

7. Staff, Pengurus Program Studi Sosiologi dan Tim Lab Sosiologi, Pak Awan,

Pak Aan, Mas Rajih, Pak Ali dan Andy Agung.

8. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Ismiyanti

yang selalu terus mendoakan, mendukung serta mencurahkan segala kasih

sayangnya, bantuan positif secara moril, materiil dan Do’a yang sangat tulus.

Serta untuk Kakak Sulung saya, Bagus Budi Setiawan, terima kasih sudah

memberikan kepercayaan untuk bisa mengangkat derajat keluarga.

9. Mbak Nonik, Mbak Novita, Dek Diana, Dek Fabila, Nadya Aulia, Kiki

Aniska yang sering meluangkan waktunya untuk membantu penulis

menghadapi tantangan dan rintangan. Selalu memberikan motivasi dan

semangat ketika saya tidak segera menyelesaikan dan ketika saya malas

untuk mengerjakan skripsi.

viii
10. Teman-teman Sosiologi angkatan 2017 khususnya Kelas A, Ari Sri, Aulia

Nur, Salsabilla Azmi, Bestari Dinda, Ovie Febri, Mifthachul Nurrizcha,

Revyi Aprilian, Ameilia N. Ayunisa teman seperjuangan yang saling

membantu melawan badai kemageran. Team “Nam Dosan” Imam Fawaid,

Perwari Indah, Hanum S. Mumtaz. Kawan berjuang “Bimbingan Pak Hayat”

Sindy Febri, Danisa Thalita, Zahrotun Nafi’ah.

11. Keluarga Khon Kaen University, Ajarn Siwach, P’ Imm, Prof. Ando, Ajarn

Penee, Ajarn Noon, Ajarn Ta, Ajarn Narong, China dan Lu’wa. Serta Sobat

Sambat “Angarb” Kamila, Vanny, Novia, Nabilla, Amira, Cinta, Isma, Ovie,

Angga, Riyo, Imam, Resgy, Bagas, Sandy, Riko, Zihab, Dika, Saputra.

12. Bangtan Seonyeondan (BTS), Kim Namjoon, Kim Seokjin, Min Yoongi,

Jung Hoseok, Park Jimin, Kim Taehyung, dan Jeon Jungkook yang telah

menjadi moodboster dan pemberi inspirasi dengan selalu membangkitkan

semangat saya melalui lirik lagu yang mereka nyanyikan. Tomorrow X

Together (TXT), Choi Soobin, Choi Yeonjun, Choi Beomyu, Kang Taehyun,

Kai Kamal Huening yang merupakan adik-adik pemberi dukungan dan

motivasi melalui karyanya.

13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa hasil karya sederhana ini kiranya masih jauh dari

sempurna sebagai karya ilmiah. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan dari pembaca sekalian. Pada akhirnya penulis

berharap karya ini nantinya bisa bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca

ix
sekalian sebagai referensi bagi karya-karya besar nantinya yang berkaitan dengan

topik penelitian ini.

Malang, 4 Juni 2021

Penulis,

Rizky Mutiara Yanti

x
MOTTO HIDUP

My Mom is the heart that keeps me Alive

I didn't know my mom's support


Was not an open shortcut road
But a road of dreams while gripping debt
(Always) The problem of money eventually my mother
(Go away) Had to work away from home
Through the phone
I could hear my mom's voice clearly
The thing I remember
My mom's strength at the time was a breaking ball to me
Really
I was determined to succeed
With that promise alone
I became the daughter I am now

Hey mama
Now you can lean on me I'll always be by your side
Because you gave selflessly to me
Because you were my support
Now you can believe in your daughter, you can smile

You became my blood and flesh mama.

Mama ~ Jung Hoseok BTS

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i


Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii
Lembar Persetujuan ........................................................................................................... iii
Lembar Pernyataan Keaslian ............................................................................................. iv
Lembar Hasil Lolos Plagiasi ............................................................................................... v
Lembar Berita Acara Bimbingan Skripsi ........................................................................... vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii
MOTTO HIDUP ................................................................................................................ xi
Rekonsiliasi Melalui Jalur Hukum dan Demokrasi : Kasus Penistaan Agama oleh Mantan
Gubernur DKI Jakarta “Ahok” ........................................................................................... 1
Abstrak ............................................................................................................................ 2
Introduction..................................................................................................................... 3
Literature Review ............................................................................................................ 5
Teori Elit Politik ............................................................................................................. 6
Methodology ................................................................................................................... 7
Finding and Discussions ................................................................................................. 8
Analysis Theory............................................................................................................. 12
Kesimpulan ................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14

xii
Rekonsiliasi Melalui Jalur Hukum dan Demokrasi : Kasus Penistaan Agama
oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta “Ahok”

Rizky Mutiara Yanti1, Siwach Sripokangkul2, Awan Setia Dharmawan3


Sociology, faculty of Social and Political Science, University of Muhammadiyah
Malang, Indonesia and College of Local Administration, Khon Kaen University,
Thailand
rizkymutiara64@gmail.com, siwasri@kku.ac.th,
081249986686

Abstract

The case of blasphemy by Ahok during the Jakarta governor's election campaign in

2016 has caused anger in the community. In his speech in the Thousand Islands said

that the contents of the Qur'an Al-Maidah verse: 51 as a duping. Of course this has

become harsh among Muslims who feel their religious beliefs are being harassed.

Blasphemy by Ahok was carried out through legal means. Ahok has apologized,

but the blasphemy case continues to grow. In the last trial, after 19 tense trials the

judge sentenced Ahok proved to have violated article 156 of the Criminal Code

with a penalty of 2 years in prison. As a state of law, Indonesia uses legal channels

for blasphemy by the political elite as the best way of reconciliation.

Disappointment experienced by the community is not completely resolved; the

government carries out their obligations in accordance with applicable laws and

regulations in Indonesia. Criminal defamation of Islam based on Decree No. 1537

/ Pid.B / 2016 / PN. Reconciliation that occurs does not really resolve conflicts,

especially inner conflicts that occur in the community. However, the existence of a

criminal ruling for Ahok and the defeat of Ahok in the elections were able to reduce

the emotions of the community, especially the Islamic community in Indonesia.

This research uses a qualitative approach with the type of research is analytical

1
descriptive research. Sources of data in this study using literature studies that

determine the sources and methods of data collection take data in the library, read,

record and process research materials.

Keywords : Reconciliation, Democracy, Local Election.

Abstrak
Kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok saat kampanye Pilkada

gubernur Jakarta pada 2016 telah menimbulkan gejolak amarah di masyarakat.

dalam pidatonya di Kepulauan Seribu mengatakan bahwa isi Al-Qur’an surat Al-

Maidah ayat: 51 sebagai pembodohan. Hal ini menjadi amarah “keras” dikalangan

umat Islam yang merasa agama kepercayaan mereka dilecehkan. Penistaan agama

yang dilakukan Ahok ditempuh dengan jalur hukum. Ahok telah meminta maaf,

namun kasus penistaan terus berkembang. Dalam sidang terakhir, setelah 19

persidangan yang menegangkan hakim memvonis Ahok terbukti melanggar pasal

156 KUHP dengan pidana 2 tahun penjara. Sebagai negara hukum, Indonesia

menggunakan jalur hukum untuk kasus penistaan agama oleh elit politik sebagai

cara rekonsiliasi terbaik. Kekecewaan yang dialami masyarakat tidak benar-benar

terselesaikan, pemerintah menjalankan kewajiban mereka sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku di Indonesia. Pidana penodaan agama Islam berdasarkan

Putusan No. 1537/Pid.B/2016/PN. Rekonsiliasi yang terjadi tidak benar-benar

menyelesaikan konflik terlebih konflik batin yang terjadi di masyarakat, namun

dengan adanya putusan pidana untuk Ahok dan kekalahan Ahok dalam Pilkada

mampu meredam emosi masyarakat terutama masyarakat Islam di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian bersifat

penelitian deskriptif analisis. Sumber data dalam penelitian ini menggunakan studi

2
literature yang penetapan sumber dan metode pengumpulan data mengambil data

di pustaka, membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitian.

Kata Kunci : Rekonsiliasi, Demokrasi, Pilkada.

Introduction
Kasus penistaan agama oleh mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja

Purnama atau biasa lebih sering dikenal sebagai Ahok pada tahun 2016

meninggalkan pro-kontra. Indonesia tidak menentukan pembatasan kebebasan

beragama, akan tetapi pembatasan untuk mengeluarkan perasaan atau melakukan

perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap suatu

agama serta pembatasan untuk melakukan penafsiran atau kegiatan yang

menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama yang dianut di Indonesia. Ahok,

dalam pidatonya di Kepulauan Seribu mengatakan bahwa isi Al-Qur’an surat Al-

Maidah ayat: 51 sebagai pembodohan. Hal ini menjadi amarah “keras” dikalangan

umat Islam yang merasa agama kepercayaan mereka dilecehkan (Kompas, 2017).

Kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok saat kampanye Pilkada gubernur

Jakarta pada 2016 telah menimbulkan gejolak amarah di masyarakat.

Reaksi umat Islam dan tokoh agama luar biasa, sehingga MUI

mengeluarkan fatwa bahwa Ahok telah melakukan penistaan agama dan menghina

ulama. Akhirnya Ahok sendiri meminta maaf kepada umat Islam dan dua organisasi

massa Islam di Indonesia yaitu Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah yang juga

komponen MUI, juga telah menerima permintaan maaf Ahok. MUI menghimbau

pemerintah agar tetap menjalankan prosedur hukum terhadap Ahok untuk

menjamin rasa keadilan di masyarakat. Akan tetapi reaksi pemerintah dan penegak

hukum dirasa lamban maka komponen umat Islam melakukan Aksi Damai Bela Al-

3
Qur’an pada 14/11/2016 (Aksi Damai 411) dengan penggalangan secara viral

melalui media sosial dan telah berhasil mengumpulkan jutaan umat Islam. Tujuan

dari aksi tersebut adalah memberikan tekanan kepada Basuki Tjahaja Purnama

(Ahok) yang saat itu menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta terkait penistaan

agama (Wardani & Indrayani, 2018).

Maraknya demo atas kasus Ahok, bahwa kasus Ahok harus dibawa ke ranah

hukum bukan wilayah politik. Secara konstitusional Presiden juga tidak bisa

ditekan, apalagi dilengserkan karena kasus Ahok. Karena tidak sesuai dengan

konstitusi, akhirnya masyarakat menyerahkan proses hukum sebagaimana

panglima untuk menyelesaikan soal konflik-konflik sehingga terhindar dari upaya-

upaya penyelesaian secara inkonstitusional.

Indonesia adalah Negara demokrasi yang menggabungkan masyarakat

terbuka, agama dan pluralisme etnis (Latifa, Shaleh, & Nyhof, 2018), Konsep ideal

demokratisasi dan kebebasan warga Negara ditinjau dari aspek konseptual hukum

tata Negara (Aswandi & Roisah, 2019). Karena konsep Negara demokrasi dan

hukum ini yang akhirnya menyelesaikan kasus penistaan agama Ahok ke ranah

hukum sebagai bentuk dari rekonsiliasi.

Penulisan ini terfokuskan pada bagaimana kasus penistaan agama yang

dilakukan elit politik di Indonesia? Reaksi apa yang terjadi di masyarakat Indonesia

sebagai negara demokrasi? Dan bagaimana rekonsiliasi yang diambil oleh

Indonesia sebagai Negara hukum? Bagaimana analisis sosiologis melalui sudut

pandang teori elite?

4
Literature Review
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota yang selanjutnya disebut

pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) adalah pelaksanaan kedaulatan rakyat di

wilayah Provinsi dan Kabupaten untuk memilih Kepala Daerah secara langsung dan

demokratis. Pilkada dilaksanakan secara demokratis berdasarkan azas langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil sesuai dengan aturan perundangan yang

berlaku (Lestari, 2019).

Dalam kasus ini, Ahok sebagai elit politik petahana dan calon Gubernur

2017 mengadakan kampanye Pilkada. Sebagai elit politik diharuskan memiliki

kesantunan yang dipandang sebagai aturan perilaku antara masyarakat sosial dalam

bertutur sebagai syarat terwujudnya kesopansantunan dalam interaksi sosial (Nisa,

2016). Seperti yang diwartakan oleh media online BBC Indonesia (Bbc.com, 2017)

polemik tentang kasus dugaan penistaan agama berawal saat berlangsung dialog

antara Ahok dengan warga di Kepulauan Seribu 27 september 2016 dengan

menyebutkan bahwa masyarakat bebas memilih pemimpin seraya menyinggung

tentang surat Al-Maidah ayat 51 (Malik, 2018).

Ayat utama dalam perdebatan persoalan ini adalah Surat Al-Maidah ayat 51

yang berbunyi : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil

orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi “awliya”(pemimpin-pemimpin);

sebahagian mereka adalah pemimpin yang lain. Barang siapa diantara kamu

mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk

golongan mereka. Sesunguhnya Allah tidak memberi petunuk kepada orang-orang

yang zalim. (Q.S Al-Maidah: 51)” (Ushuluddin, Pemikiran, Islam, & Sunan, 2017)

5
Penistaan agama yang dilakukan Ahok tertuang dalam Substansi penting

dari UU No. 1/PNPS/1965 adalah terletak pada pasal I : “setiap orang dilarang

dengan sengaja dimuka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan

dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di

Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai

kegiatan-kegiatan kegamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana

menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu. Sedangkan pasal 2 dan seterusnya

merupakan pasal-pasal yang mengatur tentang aturan teknis pelaksanaan gagasan

pokok pasal 1 (Ramdan, 2018).

Kepercayaan dan niai-nilai agama memotivasi manusia dengan tindakan

tertentu dan organisasi keagamaan dapat mengorganisasi maka agama telah

berdimensi sosial. Seperti yang terjadi pada aksi bela Islam pada tanggal 2

Desember 2016 (Aksi 212) di pelataran Monas Jakarta, menggerakkan kurang lebih

tujuh juta masa turun ke jalan menuntut keadilan terkait kasus penistaan agama

yang dilakukan Ahok (Rozi & Firman, 2018).

Konflik yang terjadi telah memecah perdamaian dan membuat kubu pro dan

kontra, sehingga rekonsiliasi dibutuhkan. Rekonsiliasi adalah proses sosial yang

melibatkan saling pengakuan atas penderitaan masa lalu dan perubahan sikap dan

perilaku destruktif menjadi hubungan yang konstruktif menuju perdamaian

berkelanjutan (Broun, 2003).

Teori Elit Politik


Teori elit politik ini akan lebih merujuk kepada Vilfredo Pareto. Pareto

percaya bahwa setiap masyarakat diperintah oleh sekelompok kecil orang yang

mempunyai kualitas-kualitas yang diperlukan bagi kehadiran mereka pada

6
kekuasaan sosial politik yang penuh. Mereka yang bisa menjangkau pusat

kekuasaan adalah selalu merupakan yang terbaik. Merekalah yang dikenal sebagai

elit. Elit merupakan orang-orang yang berhasil, mampu menduduki jabatan tinggi

dalam lapisan masyarakat. Karena itu menurut Pareto, masyarakat terdiri dari dua

kelas : (1) lapisan atas, yaitu elit, yang terbagi ke dalam elit yang memerintah

(governing elite) dan elit yang tidak memerintah (non-governing elite); (2) lapisan

yang lebih rendah, yaitu non-elit. Pareto justru memusatkan perhatiannya pada elit

yang memerintah, yang menurut Pareto, berkuasa karena bisa menggabungkan

kekuasaan dan kelicikan, yang dilihatnya sebagai hal yang sangat penting.

Manipulasi massa melalui pemanfaatan kekuasaan komunikasi tema yang kuat

dalam tulisan Pareto. Menurut Pareto, manusia dan khususnya massa sebagian

besar adalah irasional; ‘sebagian besar tindakan manusia bukan bersumber dari

pemikiran logis, melainkan perasaan’. Oleh karena itu, unsur kekuasaan elit adalah

‘Persuasi’ melalui penciptaan ‘keyakinan hidup’ (living faith).(Husen, 2016).

Methodology
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah studi literature

(studi kepustaaan) yaitu merupakan teknik pengumpulan data dengan tinjauan

pustaka ke perpustakaan dan pengumpulan buku- buku, bahan-bahan tertulis

(eletronik/non elektronik) serta referensi-referensi yang relevan dengan penelitian

yang sedang dilakukan (Sulipan, 2017). Sumber data dalam penelitian ini

menggunakan studi literature yang penetapan sumber dan metode pengumpulan

data mengambil data di pustaka, membaca, mencatat dan mengolah bahan

penelitian (Melfianora, 2017). Sumber data dari channel berita online seperti cnn,

kompas, liputan6, tribunnews, dan jurnal karya ilmiah.

7
Finding and Discussions
Berawal dari video pidato Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sebagai

Petahana saat meninjau program peberdayaan budi daya ikan kerapu di Pulau

Pramuka pada tanggal 27 September 2016. Menurutnya program itu akan tetap

berjalan meski Ahok nanti tidak terpilih kembali menjadi Gubernur di Pilkada

Jakarta 2017. Warga tidak harus memilihnya hanya karena ingin program tersebut

dilanjutkan. Kemudian video pertemuan Ahok dengan masyarakat Kepulauan

Seribu diunggah oleh Pemerintah Provinsi DKI ke youtube pada tanggal 28

September. Ahok mengucapkan kalimat pro-kontra yang diupload oleh Buni Yani

pada tanggal 6 Oktober ke Facebook dengan judul “Penistaan terhadap agama” di

akun media sosialnya dan beredar luas ke masyarakat. Isi dalam video tersebut

Ahok menyebutkan1:

“… Jadi jangan percaya sama orang, kan bisa saja dalam hati kecil Bapak

Ibu Nggak bisa pilih saya ya kan ? dibohongi pakai Surat Al-Maidah 51,

macam-macam itu. Itu hak Bapak-Ibu ya. Jadi kalau Bapak-Ibu perasaan

enggak bisa kepilih nih, karena saya takut masuk neraka karena dibodohin

gitu ya, nggak apa-apa.”

Sebagai calon gubernur petahana, Ahok dinilai telah menimbulkan

kegaduhan yang mengganggu ketertiban umum yaitu tersinggungnya Umat Islam.

Hal tersebut dibuktikan dengan laporkannya Ahok oleh Habib Novel Chaidir Hasan

dan Gus Joy Setiawan pada tanggal 6 Oktober 2016. Kemudian dilanjutkan dengan

laporan kedua pada tanggal 7 Oktober 2016 oleh Muhammad Burhanudin, Habib

Muchsin Alatas, Willyuddin Abdul Rasyid Dhani, Syamsu Hilal, dan Pedri

1
https://www.youtube.com/watch?v=bTAKjnCBUMw

8
Kasman. Laporan ketiga dilakukan oleh Iman Sudirman pada tanggal 9 Oktober

2016. Laporan keempat atas nama pelapor NandiNaksabandi dan Muchsin Alhabsy

pada tanggal 10 Oktober 2016 dan pada tanggal 12 Oktober 2016 oleh Ibnu

Baskoro. Dilanjutkan dengan laporan yang diajukan oleh Aswar pada tanggal 20

Oktober 2016. Terakhir, pada tanggal 21 Oktober 2016 atas nama pelapor Irena

Handono dan Muhammad Asroi Saputra.2 Total jumlah 11 laporan yang oleh

Bareskrim kemudian menarik semua penanganan kasus itu ke Mabes Polri.3

Pasca laporan tersebut para pelapor meminta Fatwa Majelis Ulama

Indonesia, pada tanggal 11 Oktober 2016 untuk mengeluarkan sikap pada kasus

penistaan agama oleh Ahok. Berikut pendapat dan sikap yang diberikan MUI

dikategorikan sebagai : (1) Menghina Al-Qur’an dan atau (2) Menghina Ulama

yang memiliki konsekuensi hukum karena pernyataan bohong terhadap ulama yang

menyatakan dalil surat Al-Maidah ayat 51 tentang larangan menjadikan non-

muslim sebagai pimpinan adalah penghinaan terhadap ulama dan umat islam. Salah

satu rekomendasi MUI adalah aparat penegak hukum wajib menindak tegas setiap

orang yang melakukan penodaan dan penistaan Al-Qur’an dan ajaran agama Islam

serta penghinaan terhadap ulama dan Umat Islam sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.4

Ucapan Ahok disambut oleh masyarakat Islam dengan mereaksikan

kemarahan mereka melalui demonstrasi pada tanggal 14 Oktober 2016.5

2
http://wartakota.tribunnews.com/2017/01/03/inilah-14-saksi-kunci-pelapor-penistaan-agama-
yang-jadikan-ahok-terdakwa
3
https://news.detik.com/berita/d-3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-penistaan-agama-oleh-
ahok-di-bareskrim
4
http://berita.islamedia.id/2016/10/inilah-fatwa-lengkap-mui-ahok-terbukti-menghina-alquran-
ulama.html
5
https://metro.tempo.co/read/812293/jika-polisi-tak-tangkap-ahok-ini-ancaman-rizieq-fpi

9
Demonstrasi yang lebih besar dihadiri oleh umat Islam kurang lebih satu juta orang

kemudian terjadi kembali pada tanggal 4 November 2016.6 Bareskrim POLRI

mengadakan gelar perkara terbuka terbatas pada tanggal 15 November 2016 dengan

mengundang Pelapor, Terlapor, Saksi dan Ahli. Keesokan harinya pada tanggal 16

November jam 10.00 pagi Bareskrim mengumumkan penetapan tersangka calon

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sebagai tersangka penodaan

agama7.

Demonstrasi lebih besar kemudian terjadi kembali pada hari Jum’at 2

Desember 2016 dengan tuntutan Polisi melakukan penahanan Tersangka penista

agama calon Gubernur DKI8. Kasus Gubernur DKI Jakarta- Ahok semakin

berjalan, dan pada akhirnya tanggal 13 Desember 2016, sidang perdana kasus

penistaan agama yang diduga dilakukan oleh Ahok dilaksanakan (Cnn, Dan, & Tv,

2019). Kemudian Pengadilan Negeri Jakarta Utara telah memvonis mantan

Gubernur DKI Jakarta 2 tahun penjara. Ahok dinyatakan terbukti bersalah

melakukan penodaan agama karena pernyataan soal Surat Al-Maidah 51 saat

berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu9.

Ahok telah meminta maaf, namun kasus penistaan terus berkembang. Pada

tanggal 14 Oktober 2016, massa berbagai Ormas Islam berunjuk rasa di depan Balai

Kota Jakarta. Massa menuntut Ahok segera dihukum. Unjuk rasa sempat

6
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og4c9e361-komnas-ham-aksi-4-
november-demo-paling-bermartabat/
7

https://nasional.kompas.com/read/2016/11/16/10083881/bareskrim.tetapkan.ahok.sebagai.tersangk
a.penistaan.agama/
8
https://news.detik.com/berita/d-3348460/gnpf-mui-gelar-aksi-2-desember-ini-tuntutannya/
9
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/26/05491211/mengapa-ahok-ajukan-pk-atas-
vonisnya/

10
berlangsung ricuh. Kasus ini membuat Rizieq Shihab, tokoh FPI (Front pembela

Islam) mendapatkan momentum yang selama kampanye menjadi penentang keras

Ahok. Rizieq berhasil menggalang umat dari berbagai kelompok Islam lain dalam

aksi 4 November sebagai Aksi 411, yang diikuti ratusan ribu orang. Polisi lalu

menetapkan Ahok sebagai tersangka pada 16 Oktober, namun Rizieq Shihab tidak

mengendurkan tekanan.

Rizieq Shihab menggalang aksi massa lebih besar, pada 2 Desember 2016,

yang dikenal sebagai aksi 212, yang oleh sebagian orang disebut diikuti lebih dari

sejuta orang. Berbagai unjuk rasa sesudah itu tidak berhasil mengumpulkan massa

terlalu besar, namun gelombang penentangan Ahok dan tekanan agar ia

dipenjarakan serta diberhentikan sebagai Gubernur terus bergulir dalam berbagai

bentuk. Kelompok-kelompok penentang yang ditokohi Rizieq Shihab ini

bergabung dengan kubu lawan Ahok di Pilkada 201710.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) sidang kasus dugaan penodaan agama

menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok bersalah. Perbuatan ahok

menurut Jaksa memenuhi unsur Pasal 156 KUHP. Adapun Jakwa mendakwa Ahok

dengan dakwaan alternatif antara Pasal 156 huruf (a) atau pasal 156 KUHP. Isi pasal

156 KUHP,

“Barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan,

kebencian, atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat

10
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39853373

11
Indonesia, diancam dengan pisana penjara paling lama empat tahun atau

pidana denda paling banyak Rp 4.500,-.”

Sedangkan isi pasal 156a KUHP adalah,

“Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang

siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau

melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau

penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia.”11

Dalam sidang terakhir, setelah 19 persidangan yang menegangkan hakim

memvonis Ahok terbukti melanggar pasal 156 KUHP dengan pidana 2 tahun

penjara.

Analysis Theory
Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok sebagai elit politik

mendapat perhatian dari masyarakat karena peran dari masyarakat biasa (non elit)

tetaplah penting. Menurut Pareto, dengan keberadaan kelompok non elit ini maka

keberadaan dari kelompok elit dapat tetap terjaga. Bahwa eksistesi elit akan muncul

apabila ada massa yang berperan sebagai pendukungnya. Karena tanpa kehadiran

massa, keberadaan elit tidak mempunyai makna sama sekali.

Kekecewaan masyarakat pendukung dan non pendukung Ahok dengan

demo 212 yang dilaksanakan oleh kelompok non-elit. Sebagai non-elit yang hidup

di Negara demokrasi, masyarakat memiliki hak menyuarakan pendapat mereka

dengan cara melakukan demonstrasi untuk menyuarakan aspirasi mereka. Hal ini

11
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/20/13592891/ini.alasan.jaksa.hanya.kenakan.ahok
.pasal.156.kuhp

12
untuk mengontrol elit politik yang menjabat atau sebelum menjabat agar tetap

dalam pengawasan masyarakat.

Pertentangan yang terjadi di masyarakat menimbulkan gejolak untuk

menuntut agar Ahok tidak melanjutkan Pilkada Jakarta 2017. Jalur yang ditempuh

tidak bisa hanya menggunakan ribuan massa yang turun ke jalan. Namun jalur

hukum karena Indonesia sebagai Negara hukum. Politik hukum nasional telah

menetapkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Penyelesaian rekonsiliasi

kasus Ahok telah selesai ketika Ahok di penjara dan dengan kekalahan sah dalam

Pilkada Jakarta. Hal ini juga dibuktikan dengan perolehan suara Pilkada Jakarta

sebanyak 2.350.366 atau 42,04% untuk pasangan Ahok-Djarot dan 3.240.987

57,96% untuk Anies-Sandi.

Kesimpulan
Penistaan agama yang dilakukan Ahok telah mengecewakan beberapa pihak

terutama masyarakat muslim di Indonesia. Sebagai Negara demokrasi, masyarakat

memiliki Hak untuk menyuarakan pendapat mereka dalam bentuk demonstrasi

dimana jaminan HAM itu juga tercantum dengan tegas dalam UndangUndang

Dasar atau konstitusi tertulis Negara demokrasi konstitusional (constitutional

democracy), dan dianggap sebagai materi terpenting yang harus ada dalam

konstitusi. Demokrasi adalah cara pelaksanaan Negara sebagai organisasi

kekuasaan yang menjaminpengakuan terhadap HAM.

Sebagai Negara hukum, Indonesia menggunakan jalur hukum untuk kasus

penistaan agama oleh elit politik sebagai cara rekonsiliasi terbaik. Kekecewaan

yang dialami masyarakat tidak benar-benar terselesaikan, pemerintah menjalankan

kewajiban mereka sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.

13
pidana penodaan agama Islam berdasarkan Putusan No. 1537/Pid.B/2016/PN. Jkt

Utr yang menyatakan terdakwa Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terbukti secara sah

dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan penodaan agama,

karena terdakwa telah menganggap Surat Al-Maidah adalah alat untuk

membohongi umat atau masyarakat atau Surat Al-Maidah 51 sebagai sumber

kebohongan dan dengan adanya anggapan demikian, maka menurut pengadilan,

terdakwa telah merendahkan dan menghina Surat Al-Maidah ayat 51. Ahok

dinyatakan oleh majelis hakim terbukti melanggar Pasal 156a KUHPidana, yakni

secara sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan

permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama.

Rekonsiliasi yang terjadi tidak benar-benar menyelesaikan konflik terlebih

konflik batin yang terjadi di masyarakat. Namun dengan adanya putusan pidana

untuk Ahok dan kekalahan Ahok dalam Pilkada mampu meredam emosi

masyarakat terutama masyarakat Islam di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Aswandi, B., & Roisah, K. (2019). Negara Hukum Dan Demokrasi Pancasila
Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia (Ham). Jurnal Pembangunan
Hukum Indonesia, 1(1), 128. https://doi.org/10.14710/jphi.v1i1.128-145
Broun, K. (2003). Reconciliation – Theory and Practice for Development
Cooperation.
Cnn, M., Dan, I., & Tv, K. (2019). SIDANG KASUS AHOK ( ANALISIS FRAMING
MEDIA CNN INDONESIA DAN KOMPAS TV ). (January 2018).
Husen, M. R. (2016). Konflik Elit Politik dalam Pemilihan Umum Gubernur dan
Wakil Gubernur Provinsi Maluku Utara Tahun 2007. Jurnal Holistik, X(18),
1–24.
Latifa, R., Shaleh, A. R., & Nyhof, M. (2018). Indonesian Muslims’ Cognitive
Pattern on Social Media During Political Disagreements. Jurnal Komunikasi
Islam. https://doi.org/10.15642/jki.2018.1.1.1-18
Lestari, D. (2019). Pilkada DKI Jakarta 2017: Dinamika Politik Identitas di

14
Indonesia. Simulacra: Jurnal Sosiologi, 2(1), 31.
https://doi.org/10.21107/sml.v2i1.5519
Malik, A. (2018). Meme dan Visualisasi Kebencian Netizen dalam Kasus Penistaan
Agama. REKAM: Jurnal Fotografi, Televisi, Dan Animasi.
https://doi.org/10.24821/rekam.v13i2.1931
Melfianora. (2017). Penulisan Karya Tulis Ilmiah Dengan Studi Literatur. Studi
Litelatur, 1–3.
Nisa, F. (2016). Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Wacana Tutur Basuki
Tjahaja Purnama (Ahok). STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan
Pengajarannya. https://doi.org/10.33654/sti.v1i1.321
Ramdan, A. (2018). Aspek-Aspek Konstitusional Penodaan Agama Serta
Pertanggungjawaban Pidananya di Indonesia. Jurnal Konstitusi.
https://doi.org/10.31078/jk1538
Rozi, F., & Firman, R. N. (2018). Ahok dan Habib Rizieq Shihab dalam Isu Foto
Hoax: Opini PGI dan HKBP di Kota Medan. MUKADIMAH: Jurnal
Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial.
https://doi.org/10.30743/mkd.v2i1.670
Sulipan. (2017). Penelitian Deskriptif Analitis.
Terhadap, A., & Kompas, B. (2017). (analisis terhadap berita kompas edisi 5-17
november 2016). (November 2016).
Ushuluddin, F., Pemikiran, D. A. N., Islam, U., & Sunan, N. (2017). Penafsiran al-
qur’an surat al-maidah ayat 51 (. 51.
Wardani, A. D., & Indrayani, H. (2018). Netralitas Konten Berita Online (Analisis
Framing: Berita Reuni Alumni 212 di detik.com). Interaksi: Jurnal Ilmu
Komunikasi. https://doi.org/10.14710/interaksi.7.1.1-7
Web :
https://www.youtube.com/watch?v=bTAKjnCBUMw
http://wartakota.tribunnews.com/2017/01/03/inilah-14-saksi-kunci-pelapor-
penistaan-agama-yang-jadikan-ahok-terdakwa
https://news.detik.com/berita/d-3338806/begini-perjalanan-kasus-dugaan-
penistaan-agama-oleh-ahok-di-bareskrim
http://berita.islamedia.id/2016/10/inilah-fatwa-lengkap-mui-ahok-terbukti-
menghina-alquran-ulama.html
https://metro.tempo.co/read/812293/jika-polisi-tak-tangkap-ahok-ini-ancaman-
rizieq-fpi
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/11/04/og4c9e361-komnas-
ham-aksi-4-november-demo-paling-bermartabat/

15
https://nasional.kompas.com/read/2016/11/16/10083881/bareskrim.tetapkan.ahok.
sebagai.tersangka.penistaan.agama/
https://news.detik.com/berita/d-3348460/gnpf-mui-gelar-aksi-2-desember-ini-
tuntutannya/
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/02/26/05491211/mengapa-ahok-
ajukan-pk-atas-vonisnya/
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-39853373
https://megapolitan.kompas.com/read/2017/04/20/13592891/ini.alasan.jaksa.hany
a.kenakan.ahok.pasal.156.kuhp

16

Anda mungkin juga menyukai