SKRIPSI
E411 16 016
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
GAYA HIDUP INFLUENCER DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
E411 16 016
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Departemen Sosiologi
FISIP UNHAS
iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI
Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Evaluasi Skripsi Pada
Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin.
Oleh:
Pada:
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sejujurnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil
karya sendiri dan bukan merupakan pengambil-alihan tulisan atau pemikiran dari
orang lain. Apabila dikemudian hari, ini terbukti atau dapat dibuktikan bahwasanya
sebagian atau keseluruhan isi dari skripsi adalah hasil karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 11 Januari 2022
Yang Menyatakan,
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat merampungkan draft skripsi ini dengan baik.
Adapun judul penelitian skripsi adalah; “Gaya Hidup Influencer Di Kota Makassar.
strata satu (S1) sarjana reguler pada Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rabb
yang senantiasa menyertai dalam setiap desah nafas. Rabb yang selalu mencurahkan
segenap kasih dan sayangnya serta mengukir rencana terindah untuk tiap insan yang
meniti jalan-Nya. Terima kasih yang teramat dalam penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Drs. Andi Haris M.Sc. Ph.D
selaku pembimbing I maupun dari bapak Drs. Hasbih, M.Si, Ph.D selaku
menyelesaikan skripsi ini. Kepada pihak yang telah mendukung, baik moral, material
maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan baik
vii
1) Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A., selaku Rektor Universitas
Hasanuddin,
2) Drs. Hasbi, M.Si., Ph.D, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu
Terkhusus buat Ibu Rosnaini, SE dan Pak Pasmudir, S.Hum yang selalu
pendidikan,
5) Kedua orang tuaku Papa Haris, S.E., M,m dan Mama Trikasnawanti serta
Mertuaku Bapak H. Rais dan Mama Hj. Rahmawati yang telah memberikan
6) Suami ku yang tercinta, Muh. Ade Darmawan terima kasih menjadi suami
yang selalu mendukung dan menghormati setiap keputusan ku, beserta anak
hatiku.
viii
7) Kepada teman–teman seperjuangan selama di kampus. Caca, Nabila, Nana,
Yunita, dan Nisa karena kalian saya jadi kuat dan semangat berkuliah. Terima
8) Kepada saudara tak sedarah yang selalu setia mendampingi hingga akhir
9) Seluruh informan yang telah saya repotkan dalam penelitian skripsi ini, terima
kasih atas segala waktu dan informasi yang telah diberikan, dan
10) Kakanda Muhammad Ilham Dhani Asriawan yang telah membantu dan
Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, semoga dapat berguna dan juga
bermanfaat terutama bagi Penulis maupun kepada para pembaca. Semoga Allah SWT
memberikan karunia-Nya kepada kita seluruh Bapak, Ibu serta saudara(i) atas segala
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
ix
ABSTRAK
x
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the meaning of influencers from the
perspective of influencers in Makassar City and to describe how influencers construct
their lifestyle in Makassar City. The more massive the people of Makassar City are
making influencers a new job model that is developing in line with the development of
information technology.
In this study, the researcher used a qualitative research approach. In
determining the informants of this research, the researcher used purposive sampling
technique. The data collection technique used is primary data and secondary data.
Influencers have multiple social meanings. Influencer can be interpreted as a
style when the influencer only comes to the practice of constructing his identity or
image so that the discourse he conveys is not the same as other influencers.
Meanwhile, influencer is defined as a fashion mode when the influencer buys an item
or product for the purpose of conveying the issues that will be brought up. And lastly,
influencer is defined as a culture when the influencer's practice has given birth to
new habits which are then followed en masse or undergo imitation of social rites. The
lifestyle practiced by influencers in Makassar City is a manifestation of the results of
knowledge, reality or reality that is lived daily, and awareness of the influencer which
then undergoes a dialectical process simultaneously in three stages: externalization,
objectivation, and internalization.
Key Word: Influencers, Lifestyle, Consumerism, Social Construction
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN i
HALAMAN JUDUL ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PENERIMAAN TIM EVALUASI iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
ABSTRAK x
ABSTRACT xi
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 12
1.3 Tujuan Penelitian 12
1.4 Manfaat Penelitian 12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL 13
2.1 Deskripsi Teori 13
2.1.1 Jean Pierre Baudrillard 13
2.1.1.1 Konsumerisme 13
2.1.2 Teori Konstruksi Sosial 21
2.1.3 Gaya Hidup 28
xii
2.3 Kerangka Pikir 32
2.4 Definisi Konseptual 34
BAB 3 METODE PENELITIAN 35
3.1 Pendekatan Penelitian 35
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 35
3.3 Tipe Penelitian 36
3.4 Teknik Penentuan Informan 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data 38
3.6 Teknik Analisis Data 41
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN 45
4.1 Gambaran Umum Kota Makassar 45
4.1.1 Letak Geografis dan Topografis 45
4.2 Keadaan Demografi Kota Makassar 47
4.3 Keadaan Ekonomi Kota Makassar 48
4.4 Potensi Nilai Budaya 48
4.5 Potensi Bahari 49
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 51
5.1 Karakteristik Informan 51
5.2 Hasil Penelitian 55
5.2.1 Makna Influencer 55
5.2.2 Proses Influencer Mengkonstruksi Gaya Hidup 58
Di Masyarakat Kota Makassar
5.3 Pembahasan 62
5.3.1 Influencer dan Pemaknaannya 62
5.3.2 Konstruksi Gaya Hidup Influence di Kota Makassar 65
5.3.3 Gaya Hidup Influencer di Kota Makassar 82
BAB VI PENUTUP 93
xiii
6.1 Kesimpulan 93
6.2 Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 96
LAMPIRAN 99
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Makassar 46
5.1 Karakteristik Informan 54
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian 33
3.1 Alur Analisis Data 43
4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Makassar 2020 47
4.3 Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita 48
Sebulan di Kota Makassar, 2019 dan 2020
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Transkrip Wawancara 100
Surat Izin Penelitian 111
Dokumentasi 112
xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
pelak membuat dunia mengalami arus globalisasi yang semakin luas cakupannya,
Kemunculan internet, smartphone, hingga wifi telah merekturisasi cara hidup manusia
kemudian berfungsi sebagai diferensiasi sosial yang tercipta dari relasi konsumsi.
Ada suatu relasi yang terjalin dari pesatnya perkembangan teknologi informasi
Indonesia, dapat dicermati pernyataan Yasraf Amir Pilliang dalam buku Dunia Yang
menyebutkan bahwa konsumsi tidak lagi sekedar berkaitan dengan nilai guna dalam
1
rangka memenuhi fungsi utilitas atau kebutuhan dasar manusia tertentu, akan tetapi
berkaitan dengan unsur-unsur simbolik yang menandai kelas, status atau simbol sosial
tertentu. Pernyataan Pilliang tersebut dapat diartikan bahwa aktivitas konsumsi tidak
lagi sekedar untuk pemuasan rasa lapar/pemuasan kebutuhan, tetapi juga telah beralih
menjadi suatu cara atau bentuk ekspresi diri untuk menunjukkan status sosial yang
ada.
melalui gaya pakaian, mobil, atau produk lainnya sebagai komunikasi simbolik, dan
gaya, citra, gaya hidup dan cara diferensiasi status sosial yang berbeda-beda.
identitasnya, sehingga gaya hidup bisa mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu
status sosial tertentu. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Featherstone
2
Relasi sosial sehari-hari tidak lagi berhenti sebagai relasi di antara sesama
manusia, melainkan sebagai fungsi dari pemilikan dan penggunaan benda-benda dan
gaya hidup. Di dalam kondisi yang demikian, energi kemajuan di dalam pasar bebas
Kebutuhan ini diciptakan semata agar ekonomi dapat terus berputar, yang pada
dimaksud dalam wacana konsumerisme adalah hidup yang dikondisikan untuk selalu
berpindah dari satu hasrat ke hasrat berikutnya, tanpa ada titik kepuasan.
dari brand ke target konsumen tertentu. Mereka yang menjadi influencer bisa dari
kalangan artis atau bahkan selebgram yang menjadi idola dari followers mereka di
media sosial. Agen-agen influencer inilah yang kemudian menyampaikan tanda yang
masa kini. Influencer berasal dari berbagai latar belakang. Mereka bukan hanya
selebriti yang sudah top terlebih dulu di layar kaca. Influencer bisa seorang pecinta
popularitas tersebut diraih dari produksi konten media sosial yang menarik dan unik.
Semakin unik, semakin menarik, atau bahkan semakin kontroversial maka semakin
3
banyak followers yang mereka dapatkan. Dengan ratusan ribu dan jutaan pengikut
Keberadaan influencer ini membawa angin segar bagi dunia usaha Indonesia
konsumen. melalui influencer sebagai agen, sebuah ideologi berusaha ditawarkan dan
memasuki gaya hidup para konsumen. Berdasarkan data yang dirilis oleh The State
utama dalam memilih influencer adalah dikarenakan engagement yang tinggi dari
sang influencer (69,9%) dan gaya hidup yang ditampilkan oleh influencer dengan
https://www.slideshare.net/sociabuzz/the-state-of-influencer-marketing-2018-in-indon
WITA). Para influencer ini menampilkan sebuah tawaran gaya hidup yang mewah,
yang berbeda dari keseharian para konsumennya. Influencer secara tidak langsung
juga ingin menampilkan sebuah realitas yang ada di masyarakat, membentuk sebuah
influencer tersebut. seperti Mamorae, BuzzHero, dan SociaBuzz. Pihak ketiga bisa
4
mengedukasi influencer terkait produk yang bakal dipasarkan ataupun mengelola
sosial medianya (dikutip dariKatadata.co.id dengan judul "2018 Jadi Musim Panen
https://katadata.co.id/pingitaria/digital/5e9a55e46a3a2/2018-jadi-musim-panen-influe
implikasi dari era teknologi informasi sebagaimana yang dikatakan oleh Manuel
Castell dalam karyanya yang berjudul The Information Age: Economy, Society, and
“Masyarakat informasi adalah masyarakat di mana fungsi dan proses dominan ditata
sekitar jaringan antara lain internet, intranet, jaringan kerjasama berbagai perusahaan,
organisasi, negara, hingga jaringan pergaulan. Logika jaringan menentukan dan
memodifikasi morfologi sosial, proses produksi, kekuasaan, budaya dan pengalaman
keseharian. Bangkitnya masyarakat informasi dipicu dan dipacu oleh revolusi
teknologi informasi yang diawali dengan teknologi rekayasa mikro: elektronika,
komputer dan telekomunikasi. Revolusi teknologi ini mempengaruhi masyarakat dan
pola-pola relasi di dalamnya.”
Influencer hadir dalam membentuk sebuah kebudayaan baru yang populer,
konstruksi sosial untuk menghasilkan sebuah identitas yang semu. identitas, gaya
hidup, dan budaya konsumerisme secara tidak langsung menjadi tujuan dari
seolah-olah ingin menjadikan gaya hidup mereka sebagai sebuah budaya yang
seharusnya dianut oleh para pengikutnya. Dari pernyataan Ayun dapat ditemukan
5
bahwa ada yang bermasalah dari kelahiran influencer. Secara sosiologis, influencer
Salah satu influencer nasional yaitu dr. Tirta dengan akun instagram @dr.tirta
dan Maudy Ayunda dengan akun instagram @maudyayunda menjadi contoh nyata
tersebut menyebabkan banyak hal, salah satunya adalah konsumsi akan suatu brand
meningkat. Dari branding yang dilakukan oleh Social Media Influencer berdasarkan
penelitian sebelumnya, terdapat korelasi yang kuat antara promosi yang mereka
produk yang dijual. Daya tarik yang dimunculkan oleh influencer berdasarkan
influencer tersebut yang diamati dari banyaknya jumlah pengikut di media sosial
mereka dapat meningkatkan pengenalan produk kepada masyarakat luas serta tingkat
pemasaran.
influencer di Kota Makassar dapat dikatakan dimulai di tahun 2015 yang ditandai
dengan mulai massifnya pengguna media sosial Instagram dan kemunculan Bolang
Makassar (Tumming dan Abu). Tetapi Bolang Makassar belum dapat dikatakan
6
sebagai influencer pada saat itu, dikarenakan fokus Bolang Makassar pada saat itu
masih fokus menjadi content creator yang menyajikan konten-konten hiburan. Tetapi
Makassar sebagai content creator yang menyajikan konten hiburan seperti Zaka
Kribo, Dimas Sun, Cuke (Gazali). Kesuksesan para content creator dalam menarik
perhatian masyarakat Kota Makassar kemudian menjadi para content creator sebagai
berujung pada viralnya mereka dan meningkatkan pengunjung dan pengikut di sosial
medianya. Walaupun banyak yang bermula dari content creator tetapi ada juga yang
kemudian menjadi selebgram tidak melalui pijakan pertama sebagai content creator.
memunculkan aliran atau penulis sebut saja genre baru dalam dunia hiburan
isu-isu kemanusiaan dan kesenjangan ekonomi yang menjadi gambaran dari kondisi
instagramnya. Di titik ini, genre baru ini kemudian dinamai sebagai influencer.
Influencer di Kota Makassar berasal dari kalangan content creator dan selebgram,
tetapi ada juga yang menjadi influencer tetapi tidak memiliki latar belakang sebagai
7
content creator dan selebgram, dimana latar belakangnya justru dari kalangan
creator dan selebgram tetapi dapat dikatakan ada trend peningkatan individu-individu
membahas isu-isu sosial dan kemudian juga terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial di
Kota Makassar, masih terdapat banyak kerumitannya. Kerumitan yang muncul antara
lain: Pertama, masih belum jelasnya definisi akan influencer dengan selebgram di
Kota Makassar. Dari data awal yang diperoleh di lapangan, tidak ada yang
Padahal selebgram dan influencer merupakan dua objek atau dua konsep yang
objek ini memiliki arena yang sama yaitu dunia sosial media.
Upaya masih kaburnya definisi dari influencer ini sebenarnya bukan hanya
terkadang seringkali disalah-artikan menjadi dua hal yaitu buzzer dan selebgram.
Influencer terkadang dimaknai sama dengan buzzer dengan selebgram. Tobing (2020)
8
mendefinisikan influencer merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki banyak
sejauh apa engagement atau keterikatan para influencer dengan para pengikutnya di
saluran sosial medianya. Sedangkan definisi buzzer secara bahasa inggris adalah
lonceng atau alarm. Menurut Centre for Innovation Policy and Governance
(Haryanto, 2021) buzzer adalah individu atau akun yang memiliki kemampuan
amplifikasi pesan dengan cara menarik perhatian atau membangun percakapan, lalu
bergerak dengan motif tertentu. Ada dua motif utama yang menggerakkan seseorang
atau akun tertentu menjadi buzzer. Pertama, motif komersial yang ditandai dengan
aliran dana. Kedua, motif sukarela yang didorong oleh ideologi atau rasa kepuasan
tertentu terhadap suatu produk dan jasa. Cara kerja buzzer berbeda dengan influencer.
Buzzer menyampaikan informasi secara berulang-ulang, bisa soal produk atau isu
politik, tapi tidak perlu sampai meyakinkan para pengikutnya. Seperti namanya, buzz,
paling tidak sadar, terhadap satu topik tertentu. Keberhasilannya dapat diukur jika isu
dikarenakan organisasi resmi dan legal yang menaungi influencer di Kota Makassar
Makassar yang dapat dilihat di sosial media instagram dengan nama akun
9
Semakin masifnya masyarakat Kota Makassar yang menjadikan influencer
periklanan ini kemudian menuntut syarat agar influencer memiliki modal kecakapan
influencer sebagai mata pencaharian tidak dapat dipungkiri dikarenakan adanya aspek
popularitas dan penghasilan tinggi dari pekerjaan influencer tersebut. Para influencer
kemudian berusaha membangun citra atau image. Influencer rela untuk mengeluarkan
biaya yang besar dan mahal untuk kepentingan citra tersebut. Atas nama
pembangunan citra, ada peralihan mode konsumsi dimana nilai guna kemudian
teralihkan menjadi nilai simbolik. Ada pengeluaran seperti perawatan tubuh dan
pengeluaran untuk bersosialisasi agar tidak keluar dari lingkungan tersebut. Hal ini
dapat dilihat dari postingan-postingan sosial media dari influencer yang kebanyakan
fenomena influencer bahwa gaya hidup konsumerisme yang dianut influencer tidak
pelak memiliki potensi untuk mengubah pemahaman masyarakat Kota Makassar akan
10
pola hidup yang dianut. Perubahan tersebut akan terjadi tanpa adanya gejolak, yang
paggangkanna” yang memiliki makna bahwa hiduplah dengan rasa syukur walaupun
hanya sedikit yang dimiliki. Apa yang ditampilkan oleh influencer dengan gaya
kemudian digantikan dengan ideologi dan nilai-nilai baru dalam nafas konsumerisme.
lain di Indonesia pun turut mengalami fenomena ini seperti di Jakarta, Bandung,
Surabaya, dan lain-lain. Tetapi di Kota Makassar, kota yang masih kuat dengan
nilai-nilai kearifan lokalnya, ada semacam penggabungan nilai lokal dengan nafas
Peneliti dalam penelitian ini berusaha untuk mengambil tema yang berbeda dari
dua penelitian diatas. Peneliti kemudian berusaha untuk melihat fenomena influencer
Atas dasar kenyataan diatas, peneliti berusaha menelisik lebih jauh sebuah makna
influencer dan konstruksi gaya hidup di Kota Makassar dengan judul Gaya Hidup
11
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian yang berjudul Gaya Hidup Influencer
Adapun tujuan penelitian yang berjudul Gaya Hidup Influencer di Kota Makassar
Makassar.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
di Kota Makassar.
12
BAB II
2.1.1.1 Konsumerisme.
Jean Pierre Baudrillard dilahirkan di kota Reims, Perancis pada 5 Januari 1929.
sebagai sesuatu yang berdampak negatif walaupun salah satu karyanya La Societe de
Consommation: Ses Mythes, ses Structures (1970) kental dengan semangat Marxian
yang menitikberatkan pada ekonomi. Bagi Baudrillard, konsumerisme tidak dapat dan
tidak seharusnya dikenai sanksi secara moral, melainkan terlebih dahulu diakui di
dalam sebuah sistematika mode sebagai arena dimana kehidupan sosial di masa
sebuah objek yang struktural layaknya bahasa. Hal ini tidak lepas dari besarnya
karirnya. Klaim Baudrillard adalah bahwa objek menjadi tanda (sign) dan nilainya
ditentukan oleh sebuah aturan kode (Ritzer, 2010:137). Dalam artian luas, ketika kita
mengkonsumsi suatu objek, maka kita mengonsumsi tanda (dengan syarat objek tadi
telah menjadi tanda), dan tanda ini kemudian kita gunakan untuk mendefinisikan diri
kita (identity) dan membedakan diri dari yang lain (The Other) berdasarkan objek
13
yang dikonsumsi. Inilah kode, kemudian yang mengontrol apa yang kita konsumsi
Dalam masyarakat konsumsi seperti ini, segala sesuatu ditentukan oleh relasi
tanda,citra, dan kode. Piliang (dalam Hidayat, 2012:74) mendefinisikan tanda, citra,
“Tanda adalah segala sesuatu yang mengandung makna… Citra adalah segala
sesuatu yang nampak oleh indra, namun sebenarnya tidak memiliki eksistensi
secara sosial, untuk memungkinkan satu pesan dapat disampaikan dari seseorang
atas apa yang dikenal sebagai “kebutuhan” (Ritzer, 2010:138). Kita sering mendengar
dalam kajian konsumerisme bahwa kita tidak membeli kebutuhan tapi kita membeli
apa yang kode sampaikan pada kita untuk dibeli. Menurut Baudrillard ide
subjek dan objek (subjek butuh objek, dan objek adalah apa yang dibutuhkan subjek).
Hubungan yang terjadi antara subjek-objek kemudian terjadi secara terus menerus
(tautology), tanpa henti dan tanpa keterputusan. Hubungan ini kemudian menciptakan
sebuah pola mode konsumsi. Baudrillard (Hidayat, 2012: 61) menyatakan bahwa
dibawah kejayaan era kapitalisme lanjut, mode of production kini telah digantikan
14
oleh mode of consumption. Hal ini berarti kebutuhan bukanlah jawaban dari konsumsi
sebagai ideologi dan menjamin integrasi masyarakat seperti yang dahulu dilakukan
tentang “dominasi kode”. Menurut Baudrillard, yang kita lihat pada dunia fashion
pada dunia nyata, bahkan tidak menggiring kemanapun (Baudrillard, 1993 dalam
Lubis 2014:192).
berdasarkan determinasinya sendiri, akan tetapi dari model itu sendiri. Karena itu ia
tidak “diciptakan”, akan tetapi selalu mereproduksi dirinya sendiri. Model menjadi
satu-satunya sistem rujukan. Fashion menurut Baudrillard adalah satu tahapan akhir
dari bentuk komoditas. Fashion juga sekarang tidak memiliki nilai dan moralitas.
Model adalah satu bentuk budaya yang cepat menyebar seperti virus kanker ganas
yang dengan cepat menyelinap ke seluruh tubuh. Fashion mengikuti cara yang
disebut oleh postmodern sebagai pastiche, yaitu menciptakan fashion baru dengan
15
Pastiche adalah karya sastra, seni, atau arsitektur yang disusun dari
elemen-elemen yang dipinjam dari pelbagai sumber, pengarang, seniman, atau arsitek
dari masa lalu. Sebagai karya yang mengandung unsur-unsur pinjaman, pastiche
Pastiche, mengutip Baudrillard, adalah titik balik sejarah. Pastiche adalah perang
menentang kemajuan dan sejarah, sebab sejarah tidak dapat diulangi namun sejarah
biner sebagai salah satu bukti pemikirannya masih belum bisa melepaskan diri dari
Fashion adalah bentuk “tanda-tanda yang ringan” sementara politik, moral, ekonomi,
sistem. Fashion adalah bidang yang dicirikan “permainan” daripada “kerja”, ia adalah
dunia ilusi. Fashion adalah wilayah yang bermain dengan: kebaikan, kejahatan,
rasionalitas, dan irasionalitas. Juga, sebagai bentuk perlawanan tanpa ideologi, dan
2010:361 dalam Lubis, 2014:193). Pada masyarakat modern, fashion dibatasi oleh
kode-kode gender, realitas ekonomi, dan kekuatan reformis sosial yang terus
mendikte apa yang boleh dan tidak boleh dipakai, apa yang mungkin dan apa yang
16
tidak mungkin. Pada era modern memang selalu ada perkembangan fashion, tetapi
kode-kode fashion relatif baku bagi beberapa kelas dan geografis tertentu.
Pelanggaran kode-kode gender dan fashion adalah cara terbaik untuk menandai
A. Gaya
“gaya”. “Gaya” berasal dari bahasa Latin stilus, yang berarti alat menulis. Gaya
ekspresi-dalam seni individu atau kelompok (Piliang & Jejen Jaelani, 2018:182).
Fairclough dalam buku Analysing Discourse Textual Analysis for Social Research
(2003:159) menyebutkan.
“ Styles are the discoursal aspect of way of being, identities. Who you are is
partly a matter of how you speak, how you write, as well as matter of
embodiment-how you look, how you hold yourself, how you move, and so
forth.”
John A. Walker menyatakan bahwa secara umum ada dua teori tentang
“gaya”. Pertama, teori tentang tanda tangan yang memiliki anggapan “gaya adalah
orangnya”. Hal ini didasarkan pada ekspresi original yang beranggapan bahwa
seseorang tidak dapat menuntun tetapi menampilkan dirinya sendiri di dalam tulisan
atau tulisan tangan sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi identitas pengarang.
Kedua, teori retoris yang mempercayai bahwa didalam masyarakat yang kompleks,
17
gaya menulis, dan berbicara telah ada sehingga dapat dipelajari dan ditiru. Dalam
teori kedua ini, gaya merupakan sesuatu yang bermakna sangat artifisial; gaya
bersifat publik dan sosial, bukan sesuatu yang bersifat pribadi atau personal. Di dalam
sebagai sesuatu yang telah selesai, transformasi superfisial dari sebuah objek, sebagai
sesuatu yang diterapkan kepada permukaan sebuah objek hampir sebagai sebuah
bagaimanapun, hanya salah satu elemen di dalam konstruksi identitas. Dengan gaya,
orang akan melihat dirinya dan dunia, memilah, mengidentifikasi, menyamakan, dan
membedakan sekaligus. Setiap orang memiliki konsep tentang “diri”-nya yang harus
diwujudkan atau terwujud. Konsep diri ini diwujudkan dalam “dunia benda” Orang
B. Budaya.
istilah cultural studies. Istilah ini muncul dalam disiplin keilmuan yang masih terus
berkembang. Kendati telah dibicarakan di Barat sejak tahun 1960-an, cultural studies
masih dianggap sebagai sebuah ide yang tengah berkembang. Dalam konteks
bahasa Indonesia. Hal ini karena terdapat beberapa keilmuan yang bersinggungan
18
Cultural studies bukanlah sebuah objek atau benda yang dapat dikenali secara
langsung dengan pasti. Di dalam pandangan Stuart Hall yang cenderung Foucauldian,
cultural studies dapat dipegang sebagai sebuah formasi diskursus, sebuah kluster ide,
citra, dan praktik yang menyediakan cara-cara untuk berbicara tentang formasi
bahwa cultural studies adalah sebuah formasi pengetahuan yang kompleks. Ada
berbagai tujuan dan nilai yang melatarbelakangi hadirnya cultural studies (Piliang &
sehingga dapat bertahan. Budaya akan terus berkembang sesuai dengan kondisi
zaman dan berbagai hal yang menopang kehidupan. Sebab itu kajian terhadap budaya
kacamata dan pisau kajian yang juga mutakhir. Cultural studies dengan, sifatnya yang
Jaelani, 2018:12).
estetis. Objek kajian dalam cultural studies bukanlah budaya yang didefinisikan
secara sempit, yaitu sebagai objek keadiluhungan yang estetis; juga bukan budaya
19
yang didefinisikan dalam pengertian yang sama-sama sempit, yaitu sebagai proses
mereka yang subordinat. Namun bukan berarti bahwa selamanya budaya pop berada
konsumen budaya pop bukan korban penipuan budaya bukan berarti menyangkal
bahwa sekali waktu manusia dapat menjadi korban penipuan (Storey, 2006:7).
C. Mode.
sering tidak diketahui, dan juga merupakan pusat dinamika dalam sistem budaya
realita. Meskipun pakaian adalah contoh mode yang paling terlihat dan tersebar luas
di tempat kerja, mode bukan hanya proses sosial yang berkaitan dengan pakaian dan
pakaian. Ini lebih merupakan sensibilitas ekspresif yang mendukung kebaruan dan
individualitas, yang memberi energi pada aspek produksi ekonomi dan konsumsi
pribadi.
20
Dalam studi mode, hubungan antara aktivitas budaya, estetika, dan ekonomi
ini paling jelas terlihat pada objek bermerek. Merek mungkin merupakan aspek yang
bagi konsumen melalui bentuk visual dan estetika yang sederhana seperti kata atau
warna. Dari perspektif konsumen, yang membedakan satu dengan yang lain jarang
lain adalah fitur teknis dari objek, tetapi harga serta aspek daya tarik branding yang
teori sosiologi kontemporer yang berpijak pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori
ini terkandung pemahaman bahwa kenyataan dibangun secara sosial, serta kenyataan
adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui memiliki
implikasinya harus menekuni pengetahuan yang ada dalam masyarakat dan sekaligus
kenyataan. Sosiologi pengetahuan harus menekuni apa saja yang dianggap sebagai
21
dan Luckmann, mendasarkan pengetahuannya dalam dunia kehidupan sehari-hari
Dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu yang berasal dari pikiran dan
tindakan manusia, dan dipelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan.
Atas dasar itulah kemudian Berger dan Luckmann (1990: 29) menyatakan bahwa
Luckmann (1990: 30) menekankan adanya kesadaran, dan kesadaran itu selalu
intensional karena ia selalu terarah pada objek. Dasar kesadaran (esensi) memang
tidak pernah dapat disadari, karena manusia hanya memiliki kesadaran tentang
subjektif batiniah. Seperti halnya manusia, yang juga memiliki kesadaran tentang
kenyataan subjektif. Sebagai kenyataan objektif, individu berada di luar diri manusia
berada di dalam masyarakat sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Individu adalah
kenyataan sosial bersifat ganda dan bukan tunggal, yaitu kenyataan objektif dan
kenyataan objektif, menurut Berger dan Luckmann (1990: 66–67), terjadi melalui
22
pelembagaan dan legitimasi. Pelembagaan (institusionalisasi), terjadi dari aktivitas
Berger & Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu dibangun secara sosial,
Manusia sebagai pencipta kenyataan sosial yang objektif melalui 3 (tiga) momen
a) Eksternalisasi.
sejak awal, karena ia dilahirkan belum selesai, berbeda dengan binatang yang
5–6). Keadaan manusia yang belum selesai pada saat dilahirkan, membuat
23
hubungannya dengan dunia (Berger, 1994: 6–7). Dunia manusia yang
yang kokoh yang sebelumnya tidak dimilikinya secara biologis. Oleh karena
b) Objektivasi.
24
Luckmann (1990: 75–76), dapat mengalami proses pembiasaan (habitualisasi)
Pelembagaan, bagi Berger dan Luckmann (1990: 77–84), terjadi apabila ada
berbagai tipe pelaku. Tiap tipifikasi semacam itu merupakan suatu lembaga.
kendali sosial.
c) Internalisasi.
25
peresapan kembali realitas oleh manusia dan mentransformasikannya kembali
subjektif.
dan bermakna, tidak peduli apakah ada kesesuaian antara kedua makna
kedua, bagi pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari
Berger dan Luckmann (1990: 187), baru setelah mencapai taraf internalisasi
inilah individu menjadi anggota masyarakat. Proses untuk mencapai taraf itu
hanya ke dalam suatu struktur sosial yang objektif, tetapi juga ke dalam dunia
26
diri, memodifikasi dunia atau menyeleksi aspek-aspek dari dunia yang
sekiranya sesuai dengan lokasi dan watak khas mereka yang berakar pada
biografi masing-masing.
Sosialisasi primer, bagi Berger dan Luckmann (1990: 197), akan berakhir
manakala konsep tentang orang lain pada umumnya (dan segala sesuatu yang
suatu diri dan sebuah dunia. Namun, internalisasi masyarakat, identitas, dan
kenyataan, tidak terjadi sekali jadi dan selesai tuntas. Sosialisasi tidak pernah
tingkat tinggi baru terjadi pada sosialisasi sekunder. Sosialisasi sekunder baru
terjadi setelah pembentukan diri pada tahap awal. Proses sosialisasi sekunder,
27
dengan peranannya (role specific knowledge), dan peranan ditentukan
Gaya hidup merupakan pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang
dengan orang lain (Chaney, 2011:40). Menurut Chaney, gaya hidup berbeda dengan
budaya. Gaya hidup tergantung pada bentuk-bentuk kultural, seperti gaya, tata krama,
budaya (Chaney, 2011: 41 dalam Kephart, 1982:93) adalah keseluruhan gaya hidup
suatu masyarakat, mulai dari kebiasaan, sikap, dan nilai-nilai, serta pemahaman yang
Gaya hidup dalam arus kultur kontemporer ini kemudian memunculkan dua hal
yang sama yang sekaligus berbeda, yaitu alternatif dan diferensiasi (Audifax dalam
Alfathri Adlin, 2006:92). Kedua hal ini bisa jadi esensinya sama tapi berbeda
upaya mengikuti arus budaya mainstream dengan membangun identitas diri yang
Selain itu, Chaney juga terinspirasi oleh pemikiran sosiolog asal Inggris lainnya
refleksif dari karya Giddens yang berjudul Modernity and Self Identity (1991) untuk
28
merupakan konsep reflektif, dalam pengertian bahwa perlu keterbukaan yang tak
sebagai cara untuk membangun perbedaan dan identitas diri di dalam hubungan sosial
yang lebih luas. Menurut Chaney (2011) ada tiga cara atau bagian untuk mengungkap
praktik gaya hidup dalam konstruksi sosial kapitalisme global yaitu pertukaran
a. Pertukaran Simbolik
gagasan yang dilatarbelakangi oleh tiga konsep yaitu konsumsi, bahasa, dan
kontemporer telah kehilangan esensial (nilai guna) menyisakan nilai citra (simbolik).
masyarakat konsumsi (consumer society) dari Baudrillard terletak pada gaya hidup
konsumsi sebagai sebuah objek yang struktural layaknya bahasa. Bagi Baudrillard
adalah bahwa objek menjadi tanda (sign) dan nilainya ditentukan oleh sebuah aturan
kode (Ritzer, 2010:137). Dalam artian luas, ketika manusia mengkonsumsi suatu
objek, maka kita mengonsumsi tanda (dengan syarat objek tadi telah menjadi tanda),
dan tanda ini kemudian kita gunakan untuk mendefinisikan diri kita (identity) dan
29
membedakan diri dari yang lain (The Other) berdasarkan objek yang dikonsumsi.
Inilah kode, kemudian yang mengontrol apa yang kita konsumsi dan apa yang tidak
kita konsumsi (Ritzer, 2010:138). Dalam masyarakat konsumsi seperti ini, segala
b. Modal Simbolik.
dilatarbelakangi oleh pemikiran Bourdieu. Karya Bourdieu sendiri yang secara rinci
membahas mengenai praktik budaya dalam hal gaya hidup dan selera konsumsi ada
kalangan intelektual Paris pada saat itu. Riset empiris ini berkaitan dengan upayanya
mengkaji selera dan gaya hidup pelbagai kelas sosial dalam masyarakat Prancis.
berbentuk secara alamiah atau bakat alam. Selera lebih pada praktik yang membantu
memberikan pemahaman bagi seorang individu maupun orang lain mengenai posisi
mereka dalam ruang sosial. selera berkaitan erat dengan preferensi seseorang
terhadap objek budaya yang dipilihnya. Di balik pilihan itu tersimpan upaya
membedakan diri dari orang lain atau kelompok sosial. pembedaan diri yang tidak
praktik selera dan gaya hidup (Fashri, 2014:59). Dengan begitu, kita memiliki
gambaran bahwa representasi kelas sosial dalam hal selera dan gaya hidup tidaklah
30
selalu berada dalam posisi yang setara atau dalam tafsiran lain, praktik budaya kelas
yang didominasi lebih tertuju untuk meniru gaya hidup kelas dominan daripada
klasifikasi antara “kelas populer” atau “kelas dominan”, baik atau buruk.
kemudian menjadi tidak netral. Selera bergerak seolah-olah untuk pembebasan diri
dari nilai-nilai. Padahal selera tidak lepas dari prinsip-prinsip dasar konstruksi dan
evaluasi dunia sosial. dapat dikatakan bahwa selera beroperasi sebagai semacam
orientasi sosial, mengarahkan seseorang dalam posisi sosial tertentu sesuai dengan
c. Proses Simbolik.
merupakan suatu konsep teori yang membahas mengenai dimensi-dimensi proses dan
dinamika dalam cara-cara penggunaan materi simbol praktik gaya hidup. Konsep
proses simbolik merupakan upaya Chaney dalam mengkaji dimensi proses dan cara
penggunaan materi simbol gaya hidup dengan menggunakan pemikiran dari Simmel
mengenai teorisasi modernitas dan pemikiran dari Giddens mengenai refleksi diri.
Dalam karyanya yang berjudul Modernity and Self-Identity Self and Society in
the Late Modern Age (1991), Giddens berpendapat Reflektifitas sebagai ciri
modernitas bermakna “praktik sosial yang terus menerus diuji dan diubah
berdasarkan informasi yang baru masuk yang paling praktis dan dengan demikian
31
mengubah ciri modernitas itu”. Dengan kata lain, dunia modern memiliki
pengalaman diri sendiri dan orang lain yang mempengaruhi sudut pandang dan
pemahaman terhadap dunia itu sendiri. Konsekuensinya, apa saja menjadi terbuka
Untuk melihat gambaran skema penelitian yang akan dilakukan, silahkan perhatikan
32
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
33
2.3 DEFINISI KONSEPTUAL.
berikut akan dirumuskan beberapa definisi dari konsep-konsep yang digunakan dalam
a. Influencer
Menurut Hariyanti & Wirapraja, influencer adalah seseorang atau figur dalam
media sosial yang memiliki jumlah pengikut yang banyak atau signifikan, dan hal
yang mereka sampaikan dapat mempengaruhi perilaku dari pengikutnya (Hariyanti &
b. Gaya Hidup
mendefinisikan gaya hidup adalah pola hidup kreatif seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dan bertujuan untuk menunjukkan perbedaan
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian ilmiah, hendaknya penelitian tersebut menggunakan
metodologi yang tersistematis dan memenuhi standar penelitian yang ilmiah. Maka,
menganalisis data berupa kata-kata dan perbuatan manusia serta peneliti tidak
penelitian dari strategi metode kualitatif, yaitu strategi studi kasus. Menurut Creswell
(2010:23) strategi penelitian studi kasus adalah metode penelitian yang secara khusus
Lokasi penelitian adalah tempat dimana proses studi yang digunakan untuk
35
sangat penting karena berhubungan dengan data-data yang harus dicari sesuai dengan
fokus yang ditentukan, lokasi penelitian juga menentukan apakah data memenuhi
syarat baik volume maupun karakter data yang dibutuhkan dalam penelitian.
masalah penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan,
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif eksploratif,
dengan dianalisis secara deskriptif, dan untuk menggali suatu tujuan yang masih baru.
keenam data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak
perlu menambah sampel yang baru. (Sugiyono, 2013: 221). Dalam menentukan
36
sengaja. Sengaja yang dimaksud adalah sebelum melakukan penelitian, peneliti
menetapkan kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber
1. Subjek yang telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau
medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini
2. Subjek masih terikat secara penuh serta aktif pada lingkungan dan kegiatan
informasi.
dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberikan
informasi.
penelitian ini adalah influencer Kota Makassar yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
37
2. Memiliki follower minimal 1000 di sosial media.
Penggunaan teknik ini akan berhenti apabila data yang diperoleh telah jenuh dan
tidak berkembang lagi dan sama dengan data yang diperoleh sebelumnya.
jenuh. Data jenuh artinya kapan dan dimanapun ditanyakan pada informan
(triangulasi data), dan pada siapa pun pertanyaan sama diajukan, hasil jawaban yang
diberikan tetap konsisten sama. Pada saat itulah cukup bagi peneliti untuk
memiliki followers minimal 1000 akun dan aktif mengkampanyekan isu-isu sosial
tersebut untuk melakukan temu dalam rangka agenda wawancara. Hingga data
menjadi data jenuh ada total ada enam akun yang menjadi informan dalam penelitian
ini.
38
yang telah dikumpulkan dengan cara tertentu. Pengumpulan data dengan teknik
kualitatif antara lain wawancara dan observasi. Teknik pengumpulan data yang
Data primer adalah data yang belum tersedia dan diperoleh langsung dari
objek yang akan diteliti, adapun teknik yang akan dilakukan peneliti dalam
Salah satu teknik pengumpulan data yang lazim dipergunakan oleh peneliti
Wawancara mendalam adalah suatu wawancara tanpa alternatif pilihan jawaban dan
pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alternatif jawaban yang telah
mendalam yang perlu dikontrol oleh peneliti. Para peneliti perlu melakukan
39
a. Jenis kelamin pewawancara. Perbedaan jenis kelamin antara
b) Observasi.
Peneliti untuk mengetahui sesuatu yang sedang terjadi atau yang sedang
dilakukan merasa perlu untuk melihat sendiri, mendengarkan sendiri atau merasakan
yang dilihat dan hal-hal lain yang sedang dilakukan. Pengamatan dimaksudkan untuk
menghimpun berbagai realitas yang berhubungan dengan aktifitas fans club baik
peneliti merupakan alat yang peka dan dapat bereaksi terhadap situasi dari lingkungan
40
yang diperkirakan bermakna bagi peneliti, dan (2) peneliti sebagai alat yang dapat
langsung menyesuaikan diri terhadap segala aspek yang diteliti dan dapat segera
literatur yang relevan dengan judul penelitian seperti buku-buku, artikel dan
makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti serta analisis
Teknik analisis data adalah cara yang digunakan untuk mengkategorikan data
untuk mendapatkan pola hubungan, tema dan menafsirkan apa yang bermakna dan
dimuat dalam laporan penelitian. Menurut Afrizal (2015:19) ada dua tahap analisis
data dalam penelitian kualitatif yaitu: pertama, pada tahap pengumpulan data dan
oleh sebab itu analisis data dilakukan di lapangan. Kedua, dilakukan ketika penulisan
laporan dilakukan.
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data Miles dan Huberman. Secara
garis besar, Miles dan Huberman membagi analisis data dalam penelitian kualitatif ke
dalam tiga tahap, yaitu reduksi atau kodifikasi data, penyajian data, dan penarikan
41
Menurut Miles dan Huberman, ketiga langkah tersebut dilakukan atau diulangi
terus setiap setelah melakukan pengumpulan data dengan teknik apapun (Afrizal,
2015: 180). Dengan demikian, ketiga tahap itu, harus dilakukan terus sampai
penelitian tersebut. kaitan antara analisis data dengan pengumpulan data disajikan
42
Gambar 3.1
● Reduksi data.
serta pengabstrakan data dari catatan lapangan. Proses ini berlangsung sepanjang
berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian selesai. Reduksi data merupakan
hal yang tidak penting serta mengatur sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
● Penyajian data.
penelitian dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data, penulis dapat lebih
memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu
43
pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data
yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak membantu. Sajian data dapat berupa
deskripsi, matriks, gambar/skema, dan tabel. Kesemuanya itu dirancang guna merakit
informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang
kompak.
● Penarikan kesimpulan.
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa arti dari
proposisi. Hal itu akan diverifikasi dengan temuan-temuan data selanjutnya dan
akhirnya sampai pada penarikan kesimpulan akhir. Ini adalah interpretasi peneliti atas
44
BAB IV
mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari
arah selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan barat ke
wilayah kawasan timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan
Indonesia. Kota Makassar merupakan daerah pantai datar dengan kemiringan 0-5
derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai Tallo yang bermuara
di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas
wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 KM² dataran
dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang
lebih 100 KM². Secara geografis Kota Metropolitan Makassar terletak di pesisir
pantai barat Sulawesi Selatan pada koordinat 119° 24’17’38” Bujur Timur dan
45
Tabel 4.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kota Makassar.
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Makassar Tahun 2021 (Kota Makassar
Dalam Angka 2020).
Dari gambaran selintas mengenai lokasi dan kondisi geografis Kota
sangat strategis dilihat dari sisi kepentingan ekonomi dan memiliki warna budaya
tersendiri. Dari sisi ekonomi, Kota Makassar menjadi simpul jasa distribusi yang
46
Kota Makassar sedikit banyak telah merubah wajah kebudayaan dan interaksi
sosial masyarakat Kota Makassar. Dengan demikian, dilihat dari sisi letak dan
47
4.3 Keadaan Ekonomi Kota Makassar.
terbesar pada range 1.500.000 dimana pada tahun 2019 pada kisaran 42,11% dan
pada tahun 2020 pada kisaran 43,95%. Gaji atau Upah Minimum Kota/Kabupaten
(UMK) Kota Makassar pada tahun 2020 berada pada angka Rp.3.294.467
berbuat, menerima atau tidak menerima perbuatan orang lain. Nilai budaya
48
● A’bulo sibatabang a’bannang kebo A’cera sitongka-tongka (musyawarah
mufakat untuk menyatukan pendapat yang terbaik dan tidak bisa diingkari)
● Siri’ Na Pacce (kemauan keras, rasa tanggung jawab, percaya diri dan
menghormati).
Esa) .
bersama).
keras/gotong royong).
● Dipammeang pai dalle diteteanni pai andiang dalle na pole mettuala (kita
harus kerja keras untuk mendapatkan rezeki, tanpa kera keras tidak akan
ada rezeki).
Makassar harus memiliki karakter yang tumbuh dari nilai budaya atau
49
4.5 POTENSI BAHARI
kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil Pulau-pulau kecil yang memiliki hamparan
terumbu karang dan lamun, panorama pantai dan laut yang indah, serta kaya akan
dan Pulau Lanyukang, dengan luas keseluruhan 178,5 hektare atau 1,1 persen dari
luas kawasan daratan. Selain itu, Kota Makassar telah mengembangkan kawasan
pesisir dan laut Kota Makassar secara langsung dan tidak langsung seperti wisata
Pantai Losari, Pantai Akkarena, Pantai Tanjung Bunga, dengan kegiatan wisata
seperti berperahu, berenang, sky air, wisata memancing, wisata “theme park dan
Wisata sejarah dan budaya yaitu Benteng Rotterdam, Benteng Somba Opu, Taman
50
BAB V
atau aspek kehidupan tertentu pada masyarakat yang diteliti dalam konteks ini
Dalam Bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian peneliti sebagai
upaya menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
Selain itu, peneliti juga akan membahas mengenai karakteristik informan yang
A. ACBG
51
yang berkaitan dengan isu-isu pendidikan dalam sosial media
makanan.
B. MZIN
dalam film Uang Panai. Saat ini MZIN bekerja sebagai direktur utama Nur
Ala Nur Tours & Travel. MZIN merupakan anak kedua dari tiga
C. NS
BEM FKM dan juga dalam komunitas pemuda yang bergerak dalam
52
juga sering menerima tawaran endorse produk makanan dan perawatan
tubuh.
D. RD
Pekerjaan RD saat ini adalah CEO dari BedaBaik, startup yang bergerak
selain pekerjaan tersebut juga diisi dengan menjadi content creator &
E. KWMA
adalah mengikuti kursus bahasa Inggris. Selain itu, KWMA juga rutin
53
Konten-konten yang ditampikan oleh KWMA mengambil segmen milenial
dan perempuan.
F. DA
No. Nama Jenis Umur Pekerjaan Nama Jumlah Segmen Tema Isu
Kelamin Sosial Follower Usia Konten
Media Follower
Ala Nur
Tours &
Travel
54
4 RD L 33 CEO @rijals 75.000 20-35 milenial &
ystem tahun entrepreneu
BedaBaik rship
Tidak dapat dipungkiri pemaknaan akan satu konsep kata akan mengalami
Merujuk dari asal kata influencer yaitu influence yang berartikan pengaruh
atau wibawa. Yang kemudian dapat diartikan bahwa influencer merupakan orang
yang mempengaruhi orang lain. Tetapi seperti yang disebutkan diatas bahwa
maknanya. Perluasan makna ini kemudian dapat dilihat dari definisi influencer
55
tapi mereka bukan artis yang sering muncul di tv tapi kemudian aktif
menampilkan dirinya di sosial medianya.”
(Wawancara Juni 2021)
Definisi yang disampaikan oleh informan ACBG mengenai influencer
dirinya di sosial media dengan konten-konten yang disajikan, dan diharapkan dari
untuk mengikuti apa yang disampaikan. Tetapi bagi ACBG sendiri, masyarakat di
“orang di makassar itu tidak peduli ji kau sepintar apa, kau seaktivis apa.
dia cuman peduli pada how the are you look.”
(Wawancara 30 Juni 2021)
Definisi berbeda dilontarkan oleh informan MZIN dan NS
“influencer itu bagi saya adalah orang yang bisa mempengaruhi orang lain,
entah itu dari gaya berpikir atau gaya hidup.”
(Wawancara 5 Juli 2021)
“influencer menurutku adalah orang-orang yang bisa pengaruhi orang lain
melalui idenya, gagasannya, atau attitude-nya. Influencer ini juga bisa
semua orang, tanpa melihat dia terkenal atau tidak, tidak melihat kerjanya
dimana, juga tidak melihat dia anaknya siapa”
(Wawancara 7 Juli 2021)
Pernyataan informan MZIN dan NS mengenai influencer menempatkan
influencer sebagai subjek yang dapat diisi oleh semua orang, tidak harus terkenal
atau menjadi selebritis, bahkan tidak harus dengan menampilkan dirinya di sosial
media. Bagi MZIN dan NS, syarat menjadi influencer cukup dengan memberi
56
ini ada perubahan dalam melihat influencer. Influencer sekarang lebih ke
industri, dimana pasti nanti ujung-ujungnya untuk uang.”
(Wawancara 10 Juli 2021)
Selaras dengan pernyataan informan RD, informan KWMA
menjadi industri jasa tersendiri yang dari pekerjaan ini kemudian mendapatkan fee
Perbedaan pengalaman dunia ini terbentuk karena adanya perbedaan dua hal yaitu
demografi dan geografi. Tetapi dalam konteks penelitian ini, dimana demografi
dan geografi informan sama maka perbedaan pengalaman dunia justru terjadi
57
dengan orang lain. Lingkungan sosialisasi kemudian mengambil peranan penting
dari orang lain (The Other) ke-diri. Hal ini dapat diamati dari informan ABCG
kemudian mengarahkan peneliti pada tiga makna akan influencer, yaitu: Pertama,
ide dan gagasannya. Kedua, influencer dimaknai sebagai suatu pekerjaan yang
bergerak pada industri jasa yang memiliki orientasi uang. Ketiga, influencer
effect adalah peristilahan yang merujuk pada aksi kecil dapat memulai rangkaian
peristiwa yang menyebabkan efek lebih besar dan tidak terduga. Kemunculan
influencer saat ini merupakan suatu aksi kecil yang kemudian menyebabkan
memunculkan efek lebih besar berupa timbulnya fenomena baru dalam gaya
58
hidup masyarakat. Influencer dengan segala aktivitasnya tidak dapat dipungkiri
dalam dua arena yaitu arena virtual dan arena faktual. Yang dimaksud dengan
arena virtual adalah dunia maya (cyberspace) seperti sosial media Instagram,
Tiktok, dan Youtube. Sedangkan arena faktual adalah dunia nyata yang dapat
disentuh secara fisik. Diantara dua arena terjadinya proses konstruksi gaya hidup
mengadakan proses konstruksi gaya hidup dari influencer. Hal ini sebagaimana
“saya lebih suka posting sosial media seperti instagram dan Tiktok ini
karena dua sosial media ini yang bisa cepat buat ngangkat yang saya
posting”
(Wawancara 25 Juli 2021)
“sebenarnya setiap sosial media ini kan punya karakteristik dan segmen
pengguna sendiri. Kalau saya sendiri kalau posting konten atau info-info
penting pasti saya pakai instagram. Walaupun saya punya facebook, tetapi
karena follower saya lebih banyak pake instagram dan Youtube pasti saya
postingnya di Instagram dan Youtube.”
(Wawancara 5 Juli 2021)
“saya lebih pilih posting di media sosial karena didalam media sosial
seperti instagram atau Tiktok saya dapat komunikasi langsung dengan
orang lain yang jaraknya jauh dari saya.
(Wawancara 30 Juni 2021)
Pemilihan arena virtual dalam hal ini sosial media Instagram, Tiktok, dan
Youtube dilandasi alasan lanskap atau daya jangkau untuk menyampaikan isu atau
“instagram ini semakin inovatif tapi lebih meniru Tiktok, apalagi dengan
ada fitur tambahannya yang Reels jadi follower saya nanti bisa lihat
59
postingan story saya yang sudah lama. Hal itu juga bisa bikin saya lebih
banyak mendapatkan follower.”
(Wawancara 10 Juli 2021)
“Instagram tidak memandang usia, dai anak-anak, remaja, hingga orang
tua semua main. jadi peluang untuk didemgar lebih besar kalau pakai
instagram.
(Wawancara 28 Juli 2021)
Besarnya cakupan daya jangkau orang yang melihat postingan di sosial
arena virtual dibandingkan memilih arena faktual sebagai arena penyampaian isu
atau informasi akan gaya hidup yang ditampilkan. Arena faktual menjadi pilihan
kedua, selain karena kecilnya area cakupannya juga karena arena faktual adalah
arena yang membutuhkan usaha lebih untuk menciptakannya. Usaha lebih yang
yang dalam kegiatan temu jumpa itu mengeluarkan uang lebih untuk mengadakan
acara. Sehingga terkadang untuk arena faktual sendiri, para influencer kemudian
mengeluarkan uang dan energi untuk mengadakan acara karena semuanya telah
“kalau untuk ketemu secara langsung, jarang sih. palingan itu kalau buat
sesi “Buka Praktek”. Nah di sesi itu saya pasti umumkan ke followerku di
story instagram buat ketemu ngopi-ngopi di warkop pas pagi.
Sembarangji’ yang didiskusikan kalau ketemu. Dari sharing mengenai
usaha sampai ada juga yang pernah curhat mengenai kehidupan
asmaranya”
(Wawancara 10 Juli 2021)
“tidak pernah ka saya pribadi buat kalau yang temu fans begitu kak.
Karena ribet pasti, belum lagi pasti harus keluar uang juga buat adakan
yang begitu. Tapi kalau ada yang undangkan buat review makanan atau
60
produk jualan di tempatnya, pasti saya infokan juga jadi kalau mau ketemu
langsung sekalian disitu mi saja”.
(Wawancara 5 Juli 2021)
Adapun cara influencer di Kota Makassar dalam melakukan proses
media, dan postingan story dan feed instagram yang berisikan mengenai aktivitas
sehari-hari mereka. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh informan RD dan
NS.
“Salah satu strategi saya dalam ngebuat orang trust sama apa yang saya
sampaikan adalah saya selalu posting permasalahan masyarakat yang lagi
viral heheh. Nah dalam postingan itu saya bikin team memang yang urus
mengenai kalender postingan. Jadi team yang rencanakan untuk apa yang
akan diposting dan berapa jumlah postingan tiap hari”
(Wawancara 10 Juli 2021)
“kalau untuk sampai dijadwalkan buat feed instagram, tidak juga, tapi
kalau untuk story instagram pasti saya usahakan buat setiap hari. Jadi
hitung-hitung untuk menyapa orang-orang yang sudah follow.”
(Wawancara 18 Juli 2021)
juga menggunakan cara kuis berhadiah (giveaway), sesi tanya jawab (Question &
Answer), dan live bersama followernya. Hal itu dilakukan untuk membentuk rasa
influencer dan dia adalah satu kesatuan utuh. Ini disampaikan oleh informan
“terkadang juga saya bikin giveaway tapi kalau ada sponsornya hahaha.
Sponsornya nanti yang tanggung hadiahnya. Jadi saya sisa bikin kontennya
apa, posting, dan tag yang sponsor juga… Karena biasa lebih tinggi
impressionnya, kalau ada dikasikan hadiah atau bikin ka Q&A”
(Wawancara 25 Juli 2021)
“Team sering buat semacam Q&A mengenai yang lagi viral. Saya lakukan
itu untuk mau lihat sudut pandangnya followerku mengenai masalah yang
viral ini. Terkadang juga saya posting giveaway begitu tapi hadiahnya
yang berkaitan dengan branding diriku… iya tidak boleh semua lepas tadi
semua postingan ta dari bagaimana kita ingin dilihat sama follower ta”
61
(Wawancara 10 Juli 2021)
Informan RD dalam pernyataan diatas memberikan gambaran bahwa
lain agar mengikuti apa yang disampaikan, tidak boleh lepas dari personal
branding yang dibangun seorang influencer. Hal ini selaras dengan pernyataan
dari informan ACBG mengenai influencer dan citra yang ingin ditampilkan.
followernya.
5.3 Pembahasan.
informasi dalam hal ini sosial media seperti instagram, Tiktok, Youtube, Facebook
mengenai fakta, realita, fenomena dan kebenaran. Salah satu dampak dari revolusi
teknologi informasi adalah kebenaran dan persepsi kemudian tidak lagi menjadi
milik satu pihak. Semua kemudian memiliki hak untuk mengutarakan pendapat
62
mengenai suatu objek. Semua kemudian dapat menafsirkan dan menyampaikan
suatu fenomena, terlepas dari persoalan sang penafsir memiliki legitimasi atau
Seperti yang telah dijelaskan dalam hasil penelitian bahwa ditemukan tiga
yang mempengaruhi orang lain melalui ide dan gagasannya. Kedua, influencer
dimaknai sebagai suatu pekerjaan yang bergerak pada industri jasa yang memiliki
orientasi uang. Ketiga, influencer dimaknai sebagai jalan untuk menjadi terkenal
gaya atau pemosisian sosial dalam upaya konstruksi identitas yang dilakukan oleh
lain (unifikasi) yang bertujuan agar tidak ada benturan atau turbulensi wacana atau
isu yang dibawakan setiap influencer. Gaya yang dipraktikan oleh influencer
tercermin dalam konsumsi fashion yang menjadi penanda sekaligus pastiche itu
sendiri. Disini terjadi peralihan proses pemaknaan dimensi gaya ke dimensi mode
fashion.
63
Konsumsi fashion ini sendiri mewujud pada saat influencer membeli
sesuatu barang atau produk untuk kebutuhan penyampaian isu-isu yang akan
dibawakan. Influencer membeli barang atau objek yang terkadang tidak memiliki
keterhubungan dengan isu yang akan dibawakan. Hal ini dilakukan semata-mata
pelengkap tubuh tetapi menjadi suatu penanda akan status sosial yang sebenarnya
Pada tahap ini level pemaknaan kemudian bergeser dari dimensi mode ke dimensi
budaya.
Budaya baru yang muncul dapat dilihat dari adanya aktivitas peniruan
mode fashion yang dilakukan oleh penggemar. Di tahap ini mode fashion tersebut
kemudian telah melahirkan budaya massa yang kemudian diikuti oleh berbagai
Influencer dapat dimaknai sebagai suatu gaya ketika influencer hanya sampai
pada praktik mengkonstruksi identitas atau citra dirinya agar wacana yang dia
64
sampaikan tidak sama dengan influencer lain. Sedangkan influencer dimaknai
sebagai mode fashion ketika influencer membeli sesuatu barang atau produk
untuk kebutuhan penyampaian isu-isu yang akan dibawakan. Hal ini dilakukan
terlepas dari pembentukan realitas sosial. Realitas sosial tidak bergantung pada
keterkaitan antara manusia dengan realitas sosial adalah pengakuan manusia akan
keberadaan realitas sosial itu sendiri. Pengakuan itu lahir dari pemahaman,
menjadi suatu realitas sosial ketika ada pemahaman dan pengetahuan yang
atau transformasi dari realitas sosial. Realitas sosial yang dalam terminologi
65
dan Luckmann mendefinisikan kenyataan adalah suatu kualitas yang terdapat
karakteristik yang spesifik. Bagi Berger dan Luckman, apa yang nyata untuk
seseorang belum tentu nyata bagi orang lain. Begitupun dengan pengetahuan, apa
yang diketahui oleh seseorang belum tentu sama atau diketahui oleh orang lain.
kenyataan yang berada di dalam diri manusia. Dalam kenyataan objektif, manusia
kata lain, arah perkembangan manusia ditentukan secara sosial, dari saat lahir
hingga tumbuh dewasa dan tua. Ada hubungan timbal-balik antara diri manusia
dalam diri manusia. Sementara itu, dalam kenyataan subjektif, manusia dipandang
Individu telah mengambil alih dunia sosial yang telah membentuknya sesuai
dengan kreativitas yang dimiliki oleh tiap individu. Di tahap “kenyataan” ini
kemudian tidak hanya menjadi suatu kenyataan objektif dan subjektif yang ada
66
secara bersamaan (dualitas) tetapi juga kemudian menjadi suatu kenyataan trinitas
tetapi tidak ada secara fisik sebagaimana model fisik dalam kenyataan objektif.
Kenyataan virtual adalah entitas yang keberadaannya diakui dan dibangun diatas
bit-bit data komputer. Kenyataan virtual akan dapat ditemukan dalam media
“Tidak bisa mki sekarang kalo tidak main instagram kak, karena disitu
semua sekarang kalau mau ki liat informasi atau cari-cari ide kak”
(wawancara pada 25 Juli 2021)
yang lebih akan konsep realitas sosial yang dicetuskan oleh Berger dan
umum mengenai realitas. Seperti yang diketahui bahwa teori konstruksi sosial
Kenyataan virtual ini dapat diwakili dari ucapan Baudrillard (Hidayat, 2012:71)
bahwa semua yang nyata kini menjadi simulasi. Bagi Baudrillard, realitas kini
67
jauh, realitas kini dapat dibuat, direkayasa, dan disimulasi. Kenyataan virtual ini
virtual bukanlah titik tengah, alternatif, atau jalan ketiga dari subjektivitas dan
objektivitas.
kehidupan sehari-hari yang ditafsirkan oleh manusia. Maka itu, apa yang menurut
kenyataan seperti yang dialaminya. Bagi Berger dan Luckmann, dunia kehidupan
sebagaimana yang dipersepsi manusia. Hal ini berarti walaupun kenyataan virtual
telah menjadi suatu dunia yang utama atau dunia sehari-hari, tetapi tetap terdapat
sehari-hari merupakan dunia intersubjektif namun bukan berarti antara orang yang
satu dengan orang yang lain selalu memiliki kesamaan perspektif dalam
satu dengan yang lain tidak hanya berbeda tetapi sangat mungkin juga
68
dilontarkan oleh influencer sendiri dengan gaya hidup yang ditampilkan oleh
“jadi influencer ini berat karena citra yang kita bangun di masyarakat ini
positif. Jadi tidak bisa ki posting hal yang aneh-aneh karena pasti bakalan ada
nanti hujat ki”
“Selama mulai mi banyak endorse yang masuk, enak ji ini menurutku dunia
influencer atau kalau mau ki jadi selebgram. Kerjanya bisa kita tentukan
jamnya, tarifnya juga bisa kita tentukan.”
Namun, bagi Berger dan Luckmann (1990: 34), ada persesuaian yang
lain tadi. Ada kesadaran bersama mengenai kenyataan di dalamnya menuju sikap
alamiah atau sikap kesadaran akal sehat. Sikap ini kemudian mengacu kepada
suatu dunia yang sama-sama dialami banyak orang. Jika ini sudah terjadi maka
pengetahuan yang dimiliki semua orang dalam kegiatan rutin yang normal dan
Dalam situasi itu pula terjadi interpretasi dan refleksi. Merujuk dari pandangan
69
bertransformasi dalam bentuk interaksi tatap-muka secara virtual sehingga sangat
tipikasi dalam kehidupan yang faktual. Pada gilirannya, interaksi itu kembali
melahirkan tipifikasi baru. Oleh karena itu, pandangan Berger dan Luckmann
anonim dengan semakin jauhnya tipifikasi itu dari model awalnya. Pada satu sisi,
intensif dalam situasi tatap muka virtual; dan di sisi lain, terdapat
abstraksi-abstraksi yang sangat anonim karena sifatnya yang tidak terlibat dalam
tatap muka virtual. Dalam konteks ini, struktur sosial didunia virtual merupakan
melalui tipifikasi, dan ia merupakan satu unsur yang esensial dari kenyataan hidup
70
manusia. Sebuah tanda (sign), dapat dibedakan dari objektivasi. Jika objektivasi
lebih berupa ekspresi diri dalam wujud produk, signifikasi berupa ekspresi diri
berupa bahasa. Namun, keduanya dapat digunakan sebagai tanda, dan terkadang
kabur penggunaannya.
dan kesadaran virtual. Pengetahuan virtual sering juga disebut sebagai kecerdasan
oleh ilmuwan bernama Yousri Marzouki dan Olivier Oullier dalam artikel
sebagai pengetahuan internal yang dikatalisasi oleh platform media sosial dan
dan sinkronisitas tindakan online mereka atau yang kemudian dikenal dengan
algoritma online.
71
proses dialektika secara simultan dalam tiga tahap: eksternalisasi, objektivasi, dan
internalisasi.
a. Eksternalisasi.
dalam dunia, baik dalam aktivitas fisis maupun mentalnya. Menurut Berger dan
dirinya, dalam suatu lingkup tertutup, dan kemudian bergerak keluar untuk
dunia sosio kulturnya sebagai bagian dari produk manusia. Oleh karena itu,
lingkungan sosialnya.
Proses adaptasi di atas pada akhirnya akan menjadi sebuah pola tindakan dari
manusia berupa gaya hidup influencer. Gaya hidup influencer merupakan aktivitas
sosial media.
72
Proses adaptasi tersebut yang kemudian membentuk pengetahuan para
influencer di Kota Makassar mengenai cara untuk menjadi influencer, apa itu
sosial media (produk teknologi informasi) bukan saja untuk hal-hal yang
influencer antara lain: pemilihan tema isu yang akan disampaikan, personal
memiliki pengikut yang banyak dan memiliki konten-konten yang menarik dalam
sosial medianya, maka akan menarik usaha-usaha mulai dari skala micro, mezzo,
73
Dampak yang diterima influencer tersebut dapat dikategorikan dalam dua tipe
yaitu dampak materiil dan dampak non materiil. Dampak materiil adalah dampak
dampak non-materiil adalah dampak berupa apresiasi dari pendukung atau hinaan
pengetahuan baru bahwa dampak materiil ini dapat digunakan untuk menjalin
relasi dengan orang lain, belanja barang-barang yang dapat mengukuhkan posisi
tawaran event. Hal ini sebagaimana dengan pernyataan yang disampaikan oleh
informan RD.
“Kalo untuk bayarannya, biasanya dipakai untuk gaji tim karna kan saya
punya tim. Selain itu palingan untuk kebutuhan sehari-hari seperti belanja dan
nongkrong sama teman-teman.”
74
b. Objektivasi
untuk memiliki tipifikasi yang khas dan dapat diekspresikan melalui pola-pola
tingkah laku yang spesifik saat berinteraksi dengan individu lainnya. Ini
Objektivasi merupakan penyerapan atau pemaknaan hasil yang telah dicapai dari
adalah objektivitas yang dibuat dan dibangun oleh manusia. Dengan demikian
masyarakat merupakan produk manusia atau dengan kata lain masyarakat adalah
75
Dalam penelitian ini, proses objektivasi dari pengetahuan tentang influencer
khas yang masyarakat umum dan penggemarnya lihat yang kemudian membentuk
dengan penggemar dan masyarakat umum hasil dari interaksi di sosial media.
Adapun bentuk ekspresi dari aktivitas yang berulang-ulang tersebut ada dalam
bentuk belanja, perawatan diri, dan bersosialisasi dengan orang lain (nongkrong).
Dikarenakan arena utama dari influencer adalah virtual, maka pelembagaan utama
tidak melenceng atau menampilkan sesuatu yang melanggar aturan, baik aturan
media sosial telah menjadi lembaga yang telah diterima oleh khalayak
76
adalah pelembagaan yang terjadi di ranah faktual. Pelembagaan di ranah faktual
sebuah simbol, dan modus linguistik dengan apa transendensi seperti itu dicapai
individu akan berubah menjadi dunia objektif dalam bentuk bahasa atau simbol.
penanda-petanda, bahwa dalam setiap tanda, kode, atau simbol yang dibuat
manusia akan melahirkan penanda dan petanda. Penanda adalah citra maknawi,
Ketika dunia sosial yang objektif sudah tercipta atau dalam hal ini
influencer dan gaya hidupnya sudah hadir dalam dunia objektif, di situ telah
aktivitas manusia (produk sosial manusia) menjadi relasi dan aktivitas manusia
77
fetish ekonomi) di luar manusia. Objektivitas dunia sosial berarti ia dihadapi oleh
manusia sebagai sesuatu yang berada di luar dirinya, dalam artian influencer harus
pada tahap eksternalisasi tidak lagi menjadi milik influencer yang bersangkutan
mengenai tema yang berbeda dengan tema isu yang ingin ditampilkan. Kedua,
“Ada tawaran untuk review handbody tapi saya tolak karena sudah saya
coba baru tidak cocok dikulitku”
(Wawancara 30 Juni 2021)
“Pernah dulu bikin ka Q&A di story instagram kak, terus banyak yang
respon. Setelahnya itu makin banyak yang minta diadakan kembali Q&A
dengan tema yang na mau ini followersku hehe”
(Wawancara 25 Juli 2021)
Dibagian ini, gagasan Berger dan Luckmann mengenai tahap objektivasi
fetisisme komoditi yang terjadi pada masyarakat industri perkotaan. Bagi Marx
(sebagai eksistensi asli suatu benda pakai) dan nilai-tukar dalam sistem
sesuatu yang konkret. Marx menyebut hal ini sebagai “mistifikasi komoditi”.
78
Mistifikasi komoditi muncul ketika suatu komoditi diputuskan dari barisan
pekerja yang memproduksinya dan dari fungsi pakai komoditi tersebut, sehingga
dalam suatu proses pertukaran komoditi “diisi” makna-makna tertentu yang lebih
Semua barang (objek) telah diabstraksikan sehingga tak lebih menjadi semacam
tanda yang tertera pada komoditi sebagai nilai-tukar komoditi tersebut (Piliang,
yang nilai gunanya sebagai tindakan kreatif dalam menyampaikan isu dan
makna-makna gaya hidup glamour agar penggemar dan masyarakat umum yang
berperan sebagai konsumen menjadi tertarik. Di titik ini pula, Relasi sosial yang
komoditi.
c. Internalisasi.
individu, memang ada suatu urutan waktu, dan selama itu individu diimbas ke
dalam partisipasi dalam dialektika masyarakat. Titik awal dari urutan waktu ini
79
makna yang termanifestasi dari proses-proses subyektif orang lain yang dengan
menafsirkan realitas objektif. Atau peresapan kembali realitas oleh manusia, dan
struktur-struktur dunia subyektif. Pada momen ini, individu akan menyerap segala
hal yang bersifat obyektif dan kemudian akan direalisasikan secara subyektif.
sosialisasi.
proses sosialisasi, terdapat adanya significant others dan juga generalized others.
menjadi dua: primer dan sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang
paling pertama dialami oleh individu, yaitu pada masa kanak-kanak, yang dengan
itu individu menjadi anggota masyarakat. Dalam sosialisasi primer, dunia objektif
identifikasi diri mulai diciptakan. Sosialisasi primer akan berakhir ketika konsep
tentang orang lain pada umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran
80
individu. Sedangkan sosialisasi sekunder adalah proses-proses lanjutan yang
lingkungan sosial yang ditempati atau yang dalam hal ini kita sebut sebagai
eksternalisasi.
primer dan sosialisasi sekunder yang dialami oleh influencer tidak sebagaimana
konsep sosialisasi yang dijelaskan oleh Berger dan Luckmann yang bertitik awal
pada usia (masa kanak-kanak). Sosialisasi primer yang dialami oleh influencer di
Kota Makassar adalah ketika mulai mengenal dunia sosial media dan melihat
adanya sosial media dan postingan konten dari influencer, selebgram, dan
terjadi pada tahap eksternalisasi. Yang terjadi pada tahap eksternalisasi adalah
aturan-aturan dalam dunia sosial media, pemilihan tema isu yang akan
81
konten sosial media, membangun komunitas-komunitas yang sesuai dengan tema
tercapai oleh influencer. Adapun manifestasi dari tahap internalisasi adalah ketika
pemahaman bahwa menjadi influencer selain dapat berguna bagi orang lain
“kalau mau ki tekuni ini dunia influencer atau mau ki jadi selebgram, bisa
ki dapat banyak uang kak, bisa ki juga ketemu dengan orang-orang
terkenal kayak pejabat atau artis nasional begitu”
(Wawancara 28 Juli 2021)
5.3.3 Gaya Hidup Influencer di Kota Makassar.
mengenai identitas diri dan perbedaan, sebagai dua fondasi utama dari gaya hidup.
tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas. Oleh
karena itu gaya hidup adalah salah satu mekanisme pembedaan sosial itu, yang
82
masing-masing membangun identitas kelompoknya, dalam rangka
berbeda, di dalam ruang sosial urban yang juga berbeda-beda. Gaya hidup yang
dipraktikan oleh para influencer di Kota Makassar harus dibahas dalam bingkai
pluralitas. Sebuah kelompok gaya hidup hanya dapat eksis dalam relasinya
sebagai cara untuk membangun perbedaan dan identitas diri di dalam hubungan
sosial yang lebih luas. Menurut Chaney (2011) ada tiga cara atau bagian untuk
mengungkap praktik gaya hidup dalam konstruksi sosial kapitalisme global, yaitu:
proses simbolik.
1) Pertukaran simbolik.
gagasan yang dilatarbelakangi oleh tiga konsep yaitu konsumsi, bahasa, dan
83
strukturalisme yang memiliki penanda dan petanda. Pertukaran simbolik
oleh Barry Wellman bahwa terdapat pola objektif ikatan yang menghubungkan
simbolik adalah suatu pertukaran makna-makna dari objek yang tidak hanya
objektivasi dalam teori konstruksi sosial yang dikemukakan oleh Berger dan
objektif, hasil dari pemaknaan tahap eksternalisasi. Sebagai suatu tanda maka
menukarkan dirinya sebagai influencer dan segala atribut simbolik yang dimiliki.
Pola ikatan yang menghubungkan dan dilakukan tanpa henti inilah yang
kemudian menciptakan sebuah pola gaya hidup konsumsi. Hal ini terlihat dari
84
atas relasi sosial dan hasrat. Aktivitas belanja dan perawatan diri influencer
titik balik dari motif pelayanan menjadi motif konsumsi citra. Dalih-dalih
disembunyikan di tempat yang lain. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh
informan DA.
tatanan representasi diri yang baru. Diri yang baru ini kemudian digunakan untuk
Selain itu, gaya hidup yang dipraktekkan oleh influencer tersebut juga
dengan influencer lain dan penggemarnya melalui aktivitas belanja dan perawatan
dirinya. Influencer yang fokus membangun citra diri sebagai influencer yang
penyampaian isu-isu sosial. Influencer yang fokus membangun citra diri sebagai
influencer yang peduli dengan kuliner maka aktivitas belanjanya pun erat dengan
hal-hal kuliner. Fakta ini sebagaimana yang disampaikan oleh informan KWMA
dan NS.
85
“fee selama terima endorse biasanya saya pakai beli buku sama biasa saya
sisipkan untuk bikin konten ikoy-ikoy yang seperti Arif Muhammad itu.
Biar naik juga nilai konten”
(Wawancara 25 Juli 2021)
“Selama jalani ini lebih banyak memang habis di beli makanan sama beli
pakaian uang hasil endorsenya”
(Wawancara 18 Juli 2021)
Gaya hidup yang dianut dalam praktik keseharian influencer pun telah
laku di masyarakat. Dititik inilah juga kemudian menjadi sebuah titik awal
menerima simbolik berupa apresiasi, pengakuan, dan jaringan sosial yang lebih
2) Modal Simbolik.
masyarakat. Modal kemudian dibagi Bourdieu dalam 4 macam yaitu modal sosial,
modal ekonomi, modal budaya, dan modal simbolik. Modal simbolik ini yang
gaya hidup.
status, otoritas, dan legitimasi yang terakumulasi disebut sebagai modal simbolik.
Bagi Chaney (2011), penguasaan modal simbolik selalu dimiliki secara istimewa
86
oleh kelompok-kelompok yang diistimewakan, sedangkan mereka yang di luar itu
Chaney, dari semua model atau bentuk modal yang disebutkan oleh Bourdieu,
modal simbolik yang memiliki daya besar untuk menentukan jenjang hierarkis
seperangkat sistem klasifikasi status, prestise, dan kelas dalam masyarakat. Gaya
Adanya sistem pembedaan ini tidak terlepas dari modal yang dimiliki oleh
influencer, arena sebagai ranah atau tempat influencer dalam menjalankan praktik
mendapatkan penghasilan berupa uang dan produk (modal ekonomi) dari hasil
mengiklankan produk, Selain itu dengan pendidikan yang tinggi (modal budaya)
dan jaringan sosial luas yang dimiliki (modal sosial) inilah yang membentuk citra
dari influencer (baik sebagai personal atau sebagai pekerjaan) sebagai sesuatu
legitimasi (modal simbolik) dari penggemarnya sebagai sesuatu yang wajib untuk
diteladani.
Modal simbolik yang dimiliki oleh influencer ini yang kemudian menjadi
alat bagi influencer itu sendiri dalam mengkonstruksi dunia dan kesadaran
individu lain. Modal simbolik yang dimiliki oleh influencer ini pula yang menjadi
87
kelas-kelas yang terdominasi. Adanya kelas-kelas terdominasi (penggemar dan
(influencer).
hidupnya erat kaitannya dengan habitus dan ranah atau arena dari influencer itu
sendiri. Habitus dalam praktik gaya hidup influencer di Kota Makassar terdapat
dalam motif tindakannya dan konsep dialektika kesadaran dalam teori konstruksi
Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa untuk melakukan praktik gaya
yang kemudian menentukan zona kelas individu dalam melakukan relasi sosial.
interaksi dan relasi sosial semakin besar pula. Secara teoritis, setiap zona kelas
88
Dinamis dalam hal, tidak menutup kemungkinan terjadinya perpindahan zona
kelas. Dan tertutup dalam hal, ranah di dalam zona kelas hanya dapat ditempat
oleh satu zona kelas saja. Di titik ini, Bourdieu (Chaney, 2011) menyebutkan
dan tentang model hubungan antara kelas dan gaya hidup mempertimbangkan
antara fraksi-fraksi kelas. Atau dapat dikatakan, influencer dengan gaya hidupnya
dominasi dan diskriminasi budaya dengan modal simbolik yang dimiliki. Konsep
kelas yang berbeda dari konsep kelas yang ditawarkan oleh Bourdieu. Konsep
kelas yang lahir dari fase baru kapitalisme tak terorganisasi (disorganised
capitalism). Kelas keahlian baru ini kemudian di bahasakan oleh Chaney sebagai
kelas jasa baru. Kelas jasa baru ini adalah kelas yang apabila disesuaikan dengan
hirarki zona kelas Bourdieu berada pada zona kelas atas, dikarenakan akumulasi
3) Proses Simbolik.
dan dinamika dalam cara-cara penggunaan materi simbol praktik gaya hidup.
proses dan cara penggunaan materi simbol gaya hidup dengan menggunakan
pemikiran dari Simmel mengenai teorisasi modernitas dan pemikiran dari Giddens
89
Simmel (Chaney, 2011) percaya bahwa pada prinsipnya adalah mungkin
dalam semua masyarakat untuk melakukan pembedaan antara karakter respon dan
konkret yang berasal dari interaksi dengan intervensi dalam dunia eksternal.
Menurut Chaney (2011) ada dua gagasan besar dalam proses simbolik yang lahir
tetap dan saling bertentangan. Kedua, implikasi dari tidak tetapnya makna maka
lebih luas. Gaya hidup lebih menunjukkan bahwa dalam negosiasi praktis dari
konsumsi massa diubah menjadi objek-objek atau praktik-praktik yang kasat mata
yang merupakan metafora bagi diri mereka sendiri; “refleksivitas” disini mengacu
secara reguler menata dan mendefinisikan kembali apa yang dimaksud dengan
tindakan dan aneka ragam ‘otoritas’, pilihan gaya hidup semakin penting dalam
konsep reflektif, dalam pengertian bahwa perlu keterbukaan yang tak terbatas
90
terhadap makna-makna gaya hidup dalam konteks apa pun (dengan implikasi
Di titik ini reflektif diri pula, Chaney menemukan dua hal yaitu: Pertama,
suatu peralihan dari cara-cara partisipasi yang lebih publik, komunal, dan kolektif
dan personal. Dalam konteks gaya hidup influencer di Kota Makassar, influencer
pengikutnya yang dapat influencer lakukan seorang diri didalam kamar atau
gaya hidupnya ditemukan fakta bahwa adanya pemaknaan yang tidak tetap,
maka tercipta kemudian kondisi yang tidak stabil dalam komunitas influencer di
Kota Makassar. Kondisi tidak stabil yang dimaksud disini adalah suatu perayaan
strategi dan interpretasi baru. Bagi Chaney, fragmentasi realitas sosial disebabkan
91
Tidak adanya citra diri yang utuh dari influencer tersebut kemudian
membuat proses reflektif diri influencer mengalami cetak ulang yang terlepas dari
identitas atau diri dari fondasi-fondasi sebelumnya (genus). Dalam artian, fondasi
awal citra diri influencer di dunia nyata telah berbeda ketika berada di dunia
“sering itu ada kita dapat influencer yang pas ki ketemu ternyata beda
sekali dengan di konten-kontennya. Banyak yang begitu. Beda di
instagram, beda juga kalau bergaul mi”
(wawancara 5 Juli 2021)
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Giddens bahwa reflektif diri berkaitan
erat dengan reflektivitas institusional, berarti dapat dikatakan bahwa reflektif diri
sosial di Kota Makassar dan juga otoritas-otoritas kebenaran tidak hanya berada
pada satu pranata tetapi kemudian muncul pranata-pranata sosial yang dapat
92
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka dapat
diberikan kesimpulan dari hasil analisis secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:
A. Makna Influencer.
Ada tiga makna yang ditemukan dari hasil penelitian ini mengenai influencer
orang lain melalui ide dan gagasannya. Kedua, influencer dimaknai sebagai
suatu pekerjaan yang bergerak pada industri jasa yang memiliki orientasi
Makassar.
pada konstruksi yang terjadi di dunia maya dengan rutin memposting aktivitas
93
C. Makna Sosial Influencer..
dimaknai sebagai suatu gaya ketika influencer hanya sampai pada praktik
mengkonstruksi identitas atau citra dirinya agar wacana yang dia sampaikan
mode fashion ketika influencer membeli sesuatu barang atau produk untuk
realita yang sehari-hari dijalani, dan kesadaran dari influencer yang kemudian
94
6.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dari hasil analisis dan
masyarakat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Adlin, Alfathri. (2006). Resistensi Gaya Hidup Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra
Brown Duncan & Hayes, Nick. 2008. Influencer Marketing, Who really influences your
Back, Less, Andy Bennet, Laura Desfor Edles, Margaret Gibson, David Inglis, Ron Jacobs,
Creswell, John W (2010). Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Fairclough, Norman (2003) Analysing Discourse Textual Analysis for Social Research.
Routledge: London.
Kanisius:Yogyakarta.
Hanindharputri, Made Arini & I Komang Angga Maha Putra (2019). Peran Influencer dalam
Strategi Meningkatkan Promosi dari Suatu Brand. IKAM Putra Sandyakala: Bali
Haryanto ,Alexander (2021). Apa Itu Buzzer Politik? Arti, Strategi, Sejarah dan Pola
Rekrutmen. diakses pada tanggal 10 Maret 2021 pukul 15.25 WITA. dari
https://tirto.id/apa-itu-buzzer-politik-arti-strategi-sejarah-dan-pola-rekrutmen-gaaE
96
Ibrahim, Idi Subandy (2014). Komunikasi dan Komodifikasi: Mengkaji Media dan Budaya
Jamaluddin, Adon Nasrullah (2015). Sosiologi Perkotaan Memahami Masyarakat Kota dan
JPNN.Com (2020). Jatah Influencer Lebih Besar dari Dana Riset Vaksin COVID-19,
Mulyanto Meradang. diakses pada tanggal 9 Maret 2021 pukul 23:38 WITA. dari
https://www.jpnn.com/news/jatah-influencer-lebih-besar-dari-dana-riset-vaksin-covid-19-mul
yanto-meradang
Latan, Henky (2014). Aplikasi Analisa Data Statistik Untuk Ilmu Sosial Sains dengan IBM
Lubis, Akhyar Yusuf (2014). Postmodernisme: Teori dan Metode. PT RajaGrafindo Persada:
Jakarta.
Novi T. Hariyanti & Alexander Wirapraja. (2018). Pengaruh Influencer Marketing sebagai
Strategi Pemasaran Digital Era Modern (Sebuah Studi Literatur). Jurnal Eksekutif. Volume
15. diakses pada jurnal.ibmt.ac.id pada tanggal 8 Maret 2021 pukul 09.32 WITA.
Soedjatmiko, Heryanto (2008). Saya Berbelanja Maka Saya Ada Ketika Konsumsi dan
Scott, John (2011). Sosiologi The Key Concepts. Jakarta : Rajawali Pers
Storey, John (2006). Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop: Pengantar Komprehensif
97
Srinati, Dimitri (2016). Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer.
Narasi:Yogyakarta.
Pilliang, Yasraf Amir (2011). Dunia Yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-Batas
Pilliang, Yasraf Amir & Jejen Jaelani (2018). Teori Budaya Kontemporer: Penjelajahan
Tobing, Sorta (2020). Ada Dana Pariwisata untuk Influencer, Apa Bedanya dengan Buzzer?.
https://katadata.co.id/sortatobing/berita/5e9a470eb10b6/ada-dana-pariwisata-untuk-influencer
-apa-bedanya-dengan-buzzer
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar (2009). Metode Penelitian Sosial. Bumi Aksara:
98
LAMPIRAN
99
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : A. Chantika Batari
100
Jawab:
ikut dalam setiap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
9. Segmen Usia follower ta kira-kira berapa?
Jawab:
18-30 tahun
101
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Khalifah Wini Mujaddidah
Pekerjaan : Influencer
102
7. kenapa harus sosial media?
Jawab:
Instagram tidak memandang usia, dai anak-anak, remaja, hingga orang tua
semua main. jadi peluang untuk didemgar lebih besar kalau pakai instagram
8. Selain melalui sosial media, apakah ada cara lain dalam meng influence orang
lain?
Jawab:
kalau ada undangan sebagai pembicara di acara diskusi, biasanya saya hadiri.
9. Segmen Usia follower ta kira-kira berapa?
Jawab:
20-30 tahun
103
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Muh. Zhoel Ikram
104
story saya yang sudah lama. Hal itu juga bisa bikin saya lebih banyak
mendapatkan follower.
8. Selain melalui sosial media, apakah ada cara lain dalam meng influence orang
lain?
Jawab:
tidak ada, tidak pernah ka saya pribadi buat kalau yang temu fans begitu kak.
Karena ribet pasti, belum lagi pasti harus keluar uang juga buat adakan yang begitu.
Tapi kalau ada yang undangkan buat review makanan atau produk jualan di
tempatnya, pasti saya infokan juga jadi kalau mau ketemu langsung sekalian disitu mi
saja.
9. Segmen Usia follower ta kira-kira berapa?
Jawab:
Usia 20-30 tahun.
105
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Nabila Syadza
Pekerjaan :Mahasiswi
106
9. Segmen Usia follower ta kira-kira berapa?
Jawab:
18-30 tahun
107
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Rijal Djamal
108
Jawab:
18-30 tahun
109
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Deya Amalia
Pekerjaan :IRT
110
111
112
113
Curriculum Vitae
A. DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Astri Alfi Khoiri
Tempat/Tanggal Lahir : gowa, 13 Maret 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Warga Negara :Indonesia
Tinggi/Berat Badan : 155 cm / 46 kg
Alamat Sekarang : Jl. Urip sumoharjo no.59
No. Telepon : 081244151511
E-mail : alviastri9@gmail.com
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Jurusan/Semester :Sosiologi/X
Jumlah SKS :146 SKS
IPK Terakhir : 3.55
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
2003-2004 : TK Qalbin Salim
2004-2010 : SD Panton Bayu
2010-2013 : SMP Negeri 1 Pallangga
2013-2016 :SMA Negeri 1 Sungguminasa
2016-2021 : Universitas Hasanuddin
C. RIWAYAT ORGANISASI
2017-2019 - Anggota Divisi Dana dan Usaha Pencak Silat Panca Suci Fisip
Unhas
114
ini merupakan penulis skripsi. Untuk hal-hal yang lain, dapat menghubungi langsung pihak
penulis. Sekian
115