Anda di halaman 1dari 60

PENERAPAN BUKU NYANYIAN MAZMUR

TANGGAPAN DAN ALLELUYA EDISI BARU DI GEREJA


KATOLIK ST. YOHANES SINAR KEMUNING PAROKI
KELUARGA KUDUS SIDOMULYO
LAMPUNG SELATAN

Karya Tulis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan

di SMA Xaverius Pringsewu

Tahun Pelajaran 2022/2023

DISUSUN OLEH :

NAMA : CELINE DINA ELIANA

NISN : 0054407360

KELAS : XII MIPA 2

JURUSAN : ILMU PENGETAHUAN ALAM

YAYASAN XAVERIUS TANJUNGKARANG

SMA XAVERIUS PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2022/2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ini disetujui dan disahkan pada :

hari :

tanggal :

tempat :

Oleh :

Wali Kelas Guru Pembimbing

Yuliana Vivi Ayu Wardani, Yuliana Vivi Ayu Wardani,


S.Si. S.Si.

Mengetahui,

Kepala SMA Xaverius Pringsewu

Petrus Risdianto, S.Pd

ii
MOTO

1 Tesalonika 5:16-18

“Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam


segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi
kamu.”

Dalam keadaan apapun itu hal pertama yang harus dilakukan adalah
bersyukur.

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan karya tulis ini kepada :

1. Allah Bapa yang senantiasa menyertai penulis dan memberikan


kesehatan, kebahagiaan dan rahmat sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
2. Kedua orang tua penulis, papa Aloysius Slamet Winarto dan mami
Elisabet Titin Suryani yang selalu memberikan motivasi dan dukungan
serta senantiasa meemberikan semangat kepada penulis.
3. Kepada adik penulis Basilius Bangkit Paschalis yang selalu
memberikan semangat dan semoga kita bisa menjadi anak yang dapat
membanggakan kedua orangtua.
4. Keluarga besar dan sanak saudara yang selalu memberikan semangat
dan menyertai penulis dengan doa.
5. Ibu Yuliana Vivi Ayu Wardani, S.Si selaku wali kelas dan guru
pembimbing terimakasih atas waktu, ilmu dan kesabarannya dalam
membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
6. Semua guru dan karyawan SMA Xaverius yang turut membantu
penulis menyelesaikan karya tulis ini.
7. Umat Gereja Katolik Sr. Yohanes, stasi Sinar Kemuning Paroki
Keluarga Kudus Sidomulyo yang membantu penulis mendapatkan data
dalam penelitian dan memberikan semangat kepada penulis.
8. Keluarga besar Asrama Putri Elisabet II dan III yang selalu
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

iv
9. Sr. M. Henrika dan Sr. M. Felisha selaku pendamping peulis di Aspi
yang selalu mengingatkan dan mendukug penulis menyelesaikan karya
tulis ini.
10. Tata, Elisa, Irene, Cheli, Gita, Claudya, Dian, yang senantiasa
menemani, mendukung, memotivasi penulis.
11. Stefano Candra Wahyudi yang selalu mendampingi, memberikan
solusi, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan karya
tulis.
12. Kamar A1, dek Nita, dek Fani dan dek Rahma yang selama setahun
bersama dan menemani penulis.
13. Kamar A7 yang sekarang menemani hari-hari penulis dan selalu
memberikan semangat serta tertawa bersama.
14. Teman-teman satu bimbingan karya tulis ilmiah yaitu Kornelia Jesica,
Rafael Devanda, Florence Irene, Angelina Patricia Halim.
15. Seluruh teman-teman XII MIPA 2, terimakasih atas dukungan dan
motivasi.
16. Rekan-rekan pengurus OSIS yang memberikan dukungan dan
semangat.
17. Teman-teman ekstrakulikuler Paduan Suara (Xavese Choir) dan Ibu
Elfrida Susi Andreani, S.Pd juga pendamping yang baru yakni Ibu
Agnes Mefa dan Ibu Lusia Prasetyaningsih.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya


penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Penerapan Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru di
Gereja Katolik St. Yohanes Stasi Sinar Kemuning Paroki Keluarga Kudus
Sidomulyo Lampung Selatan.”

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yuiana Vivi Ayu


Wardani, S.Si selaku wali kelas XII MIPA 2 dan selaku guru pembimbing
karya tulis ilmiah yang telah membantu penulis dalam mengerjakan karya
tulis ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak


tekhusus umat Katolik di stasi Sinar Kemuning yang telah berkontribusi
dalam pembuatan karya tulis ini.

vi
Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu syarat menyelesaikan
pendidikan di SMA Xaverius Pringsewu. Selain hal itu penulisan karya tulis
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pembaca mengenai salah satu
jenis dari Liturgi Sabda yaitu Mazmur Tanggapan dan Alleluya, dan
pembaca dapat mengetahui lebih lanjut mengenai masalah atau proses yang
di alami di Gereja Katolik St. Yohanes dalam penerapan Mazmur
Tanggapan Edisi Baru.

Penulis menyadari sangat bahwa dalam penulisan karya ilmiah


terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa diharapkan
demi perbaikan karya tulis ini. Penulis berharap dengan adanya karya tulis
ini dapat berguna bagi pembaca dalam menambah wawasan mengenai
Mazmur Tanggapan.

Pringsewu, September 2022

Penulis,

Celine Dina Eliana

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
i

HALAMAN PENGESAHAN
ii

MOTO
iii

HALAMAN PERSEMBAHAN
iv

vii
KATA PENGANTAR
v

DAFTAR ISI
vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1
1.2 Rumusan Masalah
2
1.3 Ruang Lingkup
3
1.4 Tujuan Penelitian
3
1.5 Manfaat Penelitian
3
1.6 Metodologi
4
1.6.1 Metode Pendataaan
4
1.6.2 Metode Penulisan
5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Gereja


7
2.2 Pengertian Komisi Liturgi KWI
8
2.3 Pengertian Liturgi Sabda
9

viii
2.4 Pengertian Kitab Suci
9
2.5 Pengertian Mazmur
10
2.6 Pengertian Mazmur Tanggapan
11
2.7 Bait Pengantar Injil atau Alleluya
12

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Petunjuk Praktis Dalam Menyanyikan Mazmur Tanggapan

dan Alleluya
14

3.2 Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Perbaikan pada Buku

Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya


16

3.3 Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Penerapan Buku

Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi baru di Gereja

Katolik St. Yohanes Stasi Sinar Kemuning


18

3.4 Tanggapan Umat Katolik di Gereja Katolik St.

Yohanes Mengenai Perubahan Pada Buku Nyanyian Mazmur

Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru


19

3.5 Kendala yang dialami Umat Katolik di Stasi Sinar

Kemuning dalam penerapan Mazmur Tanggapan dan Alleluya

ix
Edisi Baru Serta Cara Mengatasinya
20

3.6 Keterlibatan Kaum Muda Dalam Penerapan Mazmur

Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru di Gereja Katolik St. Yohanes

Stasi Sinar Kemuning


21

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Kesimpulan
22

4.2 Saran
23

DAFTAR PUSTAKA
24

LAMPIRAN
25

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang menganut agama


yang berbeda-beda sesuai dengan keyakinan mereka. Salah satu agama kristiani
yang banyak dianut oleh penduduk di Indonesia adalah agama Katolik, yakni
agama yang bersumber pada Tradisi, Alkitab, dan Magisterium. Umat Katolik
percaya bahwa Yesus diutus oleh Allah dan hadir di tengah mereka, Ia tampil
sebagai pembawa kabar gembira, bahwa Tuhan telah datang untuk
menyelamatkan umat-Nya. Dalam gereja Katolik karya keselamatan itu
disampaikan melalui berbagai cara, yakni diantaranya ; Lagu/kidung Pujian,
Mazmur Tanggapan, Alleluya, Bacaan Sabda.

Melalui bacaan – bacaan pada Liturgi Sabda, Allah sendiri bersabda


kepada umat-Nya. Lewat sabda-Nya, Kristus sendiri hadir ditengah-tebgah umat
beriman, sabda Allah itu diresapkan oleh umat dalam keheningan dan nyanyian,
dan diimani dalam syahadat (PUMR 55).

Maka dari itu Sabda Allah diwujudkan dalam bentuk mazmur dan
nyanyian. Mazmur Tanggapan merupakan unsur penopang permenungan atas
Sabda Allah. Karena itu Mazmur Tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan
yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa/Lectionarium
(PUMR 61).

Komisi Liturgi KWI sudah sekian lama menerbitkan buku Nyanyian


Mazmur Tanggapan dan sekali-kali mengadakan perbaikan entah bentuk
maupun isi buku. Didalam buku Nyanyian Mazmur Tanggapan edisi terakhir
(cetakan XIX tahun 2016) ternyata terdapat 161 ulangan (refren) Mazmur
Tanggapan, dan 17 Bait Pengantar Injil yang tidak sesuai dengan Buku Bacaan
Misa edisi terbaru (Buku Bacaan I Cetakan 8 – Juli 2015 dan Buku Bacaan III

1
Cetakan 6 – Maret 2018). Oleh karena itu, diadakan perubahan, perbaikan dan
beberapa tambahan pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan. Sehingga
munculah buku Nyanyian Mazmur Tanggapan Edisi Baru yang diterbitkan serta
mulai dipakai pada tahun 2020 dalam perayaan Ekaristi di paroki-paroki.
Namun situasi pandemi yang dihadapi pada tahun tersebut menyebabkan umat
beriman tidak berkumpul untuk melakukan aktifitas secara bersama, hal ini
membawa pengaruh pada penggunaan buku Mazmur Tanggapan dan Alleluya
edisi baru.

Seperti halnya di stasi Sinar Kemuning, stasi yang terdiri dari 12 kepala
keluarga jelas mengalami kendala dalam penggunaan buku Nyanyian Mazmur
Tanggapan dan Alleluya edisi baru. Melihat permasalahan tersebut maka penulis
ingin mengulik perkembangan dan usaha yang dilakukan umat Katolik dalam
penerapan dan adaptasi terhadap Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya
edisi baru di Gereja Katolik St. Yohanes, Stasi Sinar Kemuning, Paroki
Keluarga Kudus Sidomulyo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis


mengangkat beberapa rumusan masalah yang menjadi perhatian dan titik fokus
untuk dibahas lebih lanjut, yakni sebagai berikut :

a. Faktor-faktor apasaja yang menjadi penyebab buku Nyanyian Mazmur


Tanggapan dan Alleluya mengalami perbaikan ?
b. Bagaimana pengaruh pandemi COVID-19 terhadap proses penyesuaian
umat Katolik dengan buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi
baru ?
c. Bagaimana tanggapan umat Katolik di Gereja Katolik St. Yohanes,
mengenai perubahan pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya ?

2
1.3 Ruang Lingkup

Sebagai batasan permasalahan yang akan diangkat dan dibahas


oleh penulis dalam pengaruh penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di Gereja
Katolik St. Yohanes, Stasi Sinar Kemuning, maka penulis membatasi ruang
lingkup permasalahan yakni sebagai berikut :

a. Faktor penyebab buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya


mengalami perbaikan.
b. Pengaruh pandemi COVID-19 terhadap proses penyesuaian umat Katolik
dengan buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi baru.
c. Tanggapan umat Katolik di Gereja Katolik St. Yohanes, pada perubahann
buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam melakukan penelitian dan penulisan karya


ilmiah ini adalah sebagai berikut :

a. Agar penulis dapat memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan


di SMA Xaverius Pringsewu, tahun pelajaran 2022/2023.
b. Untuk mengetahui jawaban atas permasalahan penelitian yang dilakukan
oleh penulis.
c. Supaya penulis dapat menemukan solusi atau jalan keluar yang dapat
membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi umat katolik di
Gereja Katolik St. Yohanes pada perubahan buku Nyanyian Mazmur
Tanggapan dan Alleluya.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

3
a. Bagi Penulis

Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai suatu pengalaman yang


berharga untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan serta menambah wawasan penulis terhadap bentuk karya
keselamatan Allah yang diwujudkan dalam pewartaan sabda-sabda pada buku
Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya yang digunakan dalam Liturgi
Sabda gereja Katolik. Selain itu penelitian ini dijadikan sebagai salah satu syarat
untuk penulis menyelesaikan pendidikannya di SMA Xaverius Pringsewu, tahun
pelajaran 2022/2023.

b. Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini, pembaca dapat mengetahui sebab-akibat


yang ditimbulkan pada penerapan buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan
Alleluya edisi baru di masyarakat.

1.6 Metodologi

1.6.1 Metode Pendataan

Dalam melakukan penelitin ini, penulis menggunakan beberapa metode


pendataan yakni sebagai berikut :

a. Wawancara

Penulis menggunakan metode wawancara dengan teknis memperoleh


keterangan melalui tanya jawab dan bertatap muka antara penulis dengan
responden/ orang yang diwawancarai. Penulis menargetkan 24 orang sebagai
responden/ orang yang akan diwawancarai. Tidak lain 24 orang tersebut
merupakan jemaat/umat Katolik dari Gereja Katolik St. Yohanes, Stasi Sinar
Kemuning, Paroki Keluarga Kudus Sidomulyo.

4
b. Observasi

Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi atau peninjauan


terhadap penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di Gereja Katolik St.
Yohanes, Stasi Sinar Kemuning, Paroki Keluarga Kudus Sidomulyo. Sehingga
penulis mengetahui bagaimana proses adaptasi serta kesulitan atau hambatan
yang dialami dalam penerapan nya.

c. Studi Pustaka

Pada metode ini, penulis mencari dan mengumpulkan data dengan


memanfaatkan buku dan internet sebagai bahan data yang berkaitan erat dengan
masalah yang sedang di teliti oleh penulis.

1.6.2 Metode Penulisan

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan beberapa


metode penulisan diantaranya :

a. Metode Deskripsi

Pada metode ini, penulis menggambarkan masalah yang terjadi atau


sedang berlangsung yang bertujuan untuk mendeskripsikan hal apa saja yang
terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan.

b. Metode Eksposisi

Penulis menggunakan metode eksposisi dalam penulisan karya ilmiah


ini. Metode eksposisi yakni tulisan yang berusaha menyigkapkan buah pikiran,
perasaan atau pendapat penulis untuk diketahui pembaca (Marahimin, 1994:
208). Penulis akan memberikan definisi atau pandangan, menerangkan arah,
menjelaskan dan menafsirkan gagasan, serta mengulas suatu hal atau peristiwa
yang diamati oleh penulis. .

5
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Gereja

Katekismus Gereja Katolik merumuskan Gereja sebagai “himpunan


orang-orang yang digerakkan untuk berkumpul oleh Firman Allah, yakni,
berhimpun bersama untuk membentuk Umat Allah dan yang diberi santapan
dengan Tubuh kristus, menjadi Tubuh Kristus” (No 777).

Eksitensi himpunan Umat Allah ini diwujudkan (secara lokal) dalam


hidup berparoki. Di dalam paroki inilah himpunan Umat Allah mengambil
bagian dan terlibat dalam menghidupkan peribadatan yang menguduskan
(Liturgia), mengembangkan pewartaan Kabar Gembira (Kerygma),
menghadirkan dan membangun persekutuan (Koinonia), memajukan karya cinta
kasih/pelayanan (Diakonia) dan memberi kesaksian sebagai murid-murid Tuhan
Yesus Kristus (Martyria).

Kata “Gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari kata Portugis igreja
yang berasal dari kata Yunani ekklesia dan dalam kata Latin disebut ecclesia.
Kata Yunani ekklesia (= mereka yang dipanggil, kaum, golongan). Ekklesia juga
berarti kumpulan atau pertemuan, rapat. Namun, Gereja atau ekklesia bukan
sembarang kumpulan, melainkan kelompok orang yang sangat khusus. Untuk
menonjolkan kekhususan dipakailah kata asing. Kadang-kadang dipakai kata
jemaat atau Umat. Kata ‘Gereja’ digunakan baik untuk gedung-gedung ibadat
maupun untuk Umat Kristen setempat (jemaat, Umat) dan Umat seluruhnya.

Konsili Vatikan II memilih istilah biblis Umat Allah untuk menyebut


para pengikut Yesus Kristus, yaitu mereka semua para anggota Gereja yang
telah dibaptis. Umat Katolik bersekutu sepenuhnya dengan Gereja Kristus
melalui rahmat, sakramen-sakramen, pengakuan iman, serta persekutuan dengan
para uskup gereja yang bersatu dengan Paus. Namun demikian, Umat Katolik
7
yang hidup dalam keadaan dosa berat hanya memiliki persekutuan yang tak
sempurna dengan Gereja. Orang-orang Kristen lainnya yang telah dibaptis
meskipun tidak sepenuhnya berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik,
memiliki semacam persekutuan dengan Gereja melalui rahmat Pembaptisan.
Kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, Umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia. (1Pet 2:9). (Daniel Boli Kotan dan P. Leo Sugiyono).

Dari beberapa definisi diatas mengenai Gereja, dapat disimpulkan bahwa


Gereja merupakan kumpulan anggota umat yang percaya kepada Allah yang
hidup bersekutu, bersatu dalam nama Tuhan.

2.2 Pengertian Komisi Liturgi KWI

KWI merupakan organisasi nasional yang bertujuan menggalang


persatuan dan kerja sama dengan Hierarki Gereja Katolik Indonesia dalam tugas
pastoral mereka untuk memimpin umat Katolik Indonesia. Di dalam wadah ini,
para uskup bekerja sama merundingkan dan memutuskan sesuatu mengenai
umat Katolik Indonesia. KWI bekerja secara fungsional melalui komisi-komisi
yang diketuai oleh uskup dan dapat beranggotakan imam-imam dan umat awam.

(https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Waligereja_Indonesia, Kamis 30 Juni


2022, 15.35 WIB).

Dari penjelasan tersebut dapat diartikan : Komisi Liturgi KWI


(Konferensi Waligereja Indonesia) merupakan suatu perkumpulan komisi-
komisi yang diketuai oleh uskup dan dapat beranggotakan imam-imam dan umat
awam yang membentuk organisasi untuk bekerja sama memusyawarahkan hal
yang berkaitan dengan Gereja Katolik di Indonesia.

2.3 Pengertian Liturgi Sabda

8
Santo Paulus pernah berkata kepada jemaat di Roma: "Iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus." (Roma 10:17). Firman
Kristus yang dimaksud adalah pewartaan Kristus itu sendiri. Di dalam tradisi
Gereja, pewartaan itu disampaikan secara konsisten kepada umat pada setiap
perayaan Ekaristi dalam bentuk Liturgi Sabda. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa Liturgi Sabda merupakan bagian yang sangat penting dalam
perayaan Ekaristi.

(https://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/kolom-iman/13-08-2017-makna-
liturgi-sabda-dalam-perayaan-ekaristi/, Kamis 30 Juni 2022, 14.17 WIB)

Dalam buku Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) no: 29


dikatakan: "Bila Alkitab dibacakan dalam gereja, Allah sendiri bersabda kepada
umat-Nya, dan Kristus sendiri mewartakan kabar gembira, sebab Ia hadir dalam
sabda itu."

Dapat diartikan bahwa Liturgi Sabda adalah aturan atau urutan yang
wajib diikuti, yang bertujuan untuk mengatur pewartaan sabda Allah dalam
perayaan Ekaristi atau ibadat di Gereja.

2.4 Pengertian Kitab Suci

Kitab Suci atau disebut juga Alkitab, merupakan kumpulan buku yang
ditulis oleh penulis manusia dengan ilham dari Allah. Buku-buku tersebut berisi
tulisan tentang wahyu Tuhan danrencana keselamatan umat manusia. Menurut
Gereja Katolik, Kitab Suci terdiri dari 73 kitab. Perinciannya adalah 46
kitabPerjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru jumlah seluruhnya 73 kitab.

(https://www.coursehero.com/file/67123274/KITAB-SUCI-AGAMA-
KATOLIKdocx/, Jumat 1 Juli 2022, 07.19 WIB).

Dalam mengarang kitab-kitab suci itu Allah memilih orang-orang yang


digunakan-Nya, yang sementara mereka memakai kemampuan dan kecakapan
mereka sendiri, mereka bertindak sedemikian rupa sehingga, meskipun Dia
berkarya di dalam mereka dan lewat mereka, sebagai pengarang yang sungguh-
9
sungguh mereka hanya menulis apa yang dikehendaki-Nya, dan tidak lebih dari
itu (Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi, DEI VERBUM  No 11).

Jadi, dapat diketahui bahwa Kitab Suci atau Alkitab adalah buku yang
berisikan tulisan mengenani rencana keselamatan Allah yang ditulis oleh orang
pilihan Allah sehingga mereka menulis karangan dalam daya Roh Kudus.

2.5 Pengertian Mazmur

Mazmur adalah nyanyian atau syair puji-pujian kepada Tuhan yang


dahulu biasa dilantunkan dalam ibadat-ibadat di Bait Suci dan upacara-upacara
kerajaan pada masa Israel Kuno.

(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mazmur. Kamis 30 Juni 2022, 12.50 WIB).

(Gambar 1.1 : Salah satu partitur mazmur: Mazmur 129)

Menurut Hermann Gunkel,  (1862-1932) Mazmur lebih bersifat


menggambarkan pengalaman dan perasaan orang-orang secara religius
ketimbang bersifat kultis untuk ibadat.

10
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Mazmur adalah suatu
bentuk atau wujud nyata untuk memuji Allah yang sejak dahulu diwartakan
dengan bacaaan, lagu atau nyanyi-nyanyian yang juga bertujuan untuk
mewartakan karya keselamatan kepada umat beriman.

2.6 Pengertian Mazmur Tanggapan

Bacaan-bacaan Kitab Suci tidak boleh dihilangkan atau dikurangi,


apalagi diganti dengan bacaan lain yang bukan dari Kitab Suci; begitu juga
nyanyian (mazmur) yang diambil dari Kitab Suci dalam Perayaan Ekaristi.
Sebab lewat Sabda Allah yang diwariskan secara tertulis itulah “Allh masih
terus berbicara kepada umat-Nya.” (Tata Bacaan Misa, 12).

Mazmur Tanggapan merupakan unsur penopang permenungan atas


Sabda Allah. Karena itu Mazmur Tanggapan hendaknya sesuai dengan bacaan
yang bersangkutan, dan biasanya diambil dari Buku Bacaan Misa/Lectionarium
(PUMR 61).

Maksud mazmur tanggapan adalah menanggapi sabda Tuhan! Dan


tanggapan ini bukan dengan sembarang kata, tetapi dengan kata-kata Alkitab,
yang telah dipilih secara seksama oleh para ahli liturgi. Mazmur Tanggapan
mempunyai makna liturgis dan pastoral yang penting, sebab “merupakan unsur
pokok dalam liturgi sabda,” dan “menopang permenungan atas sabda Allah.”
Oleh karena itu, para beriman perlu diajar dengan tekun, bagaimana menangkap
firman Allah yang berbicara lewat mazmur-mazmur, dan bagaimana
mengolahnya agar menjadi doa Gereja.
(https://liturgiekaristi.wordpress.com/2011/03/16/pumr-61-kaitannya-dengan-
mazmur-tanggapan/, Kamis 30 Juni 2022, 13.13 WIB).

Pengarahan-pengarahan singkat dapat membantu menjelaskan mengapa


mazmur dan ayat ulangannya dipilih untuk menanggapi bacaan-bacaan yang
bersangkutan (Tata Bacaan Misa 19: SBL 2E, 859).

11
Biasanya mazmur tanggapan itu lagu. Ada dua cara melagukan mazmur
sesudah bacaan pertama, yakni cara responsorial, artinya dengan ayat ulangan,
dan tanpa ayat ulangan. Sedapat-dapatnya cara responsorial itu diutamakan.
Dalam hal ini pemazmur membawakan ayat-ayat mazmur, sedangkan seluruh
umat berperan serta melalui ayat ulangan. Bila diajukan tanpa ayat ulangan,
seluruh mazmur dinyakikan entah hanya oleh pemazmur, entah oleh bersama-
sama, tanpa diselingi ayat ulangan.(Tata Bacaan Misa, 20: SBL 2E, 860)

Kalau mazmur tanggapan dinyanyikan, teksnya dapat diambilkan dari


Buku Bacaan Misa atau dari buku Graduale, atau juga dari buku Graduale
Simplex. Hal ini berlaku juga untuk bait pengantar injil. (Pedoman Umum Buku
Misa, 36: SBL 2C, 402)
Jadi, dapat kita ketahui bersama bahwa Mazmur Tanggapan merupakan
tanggapan sabda Tuhan yang dibawakan dalam bentuk syair dan lagu atau nada-
nada yang dapat didengarkan dan diresapi serta sebagai bentuk permenungan
bagi yang pemazmur dan pendengarnya.

2.7 Bait Pengantar Injil atau Alleluya

Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) menyebutkan, dengan Bait


Pengantar Injil “jemaat beriman menyambut dan menyapa Tuhan yang siap
bersabda kepada mereka dalam Injil, dan sekaligus menyatakan iman” (PUMR
62).

Bait Pengantar Injil adalah nyanyian sebelum pembacaan Injil pada


Liturgi Sabda. Di luar masa Prapaskah, Bait Pengantar Injil dinyanyikan dengan
seruan Alleluya, yang merupakan seruan sukacita Umat beriman yang memuji
Allah. Sedangkan pada masa Prapaskah, Bait Pengantar Injil dinyanyikan tanpa
seruan Alleluya sebagai tanda dukacita sengsara Yesus.

(https://saintraphaelpublishing.wordpress.com/2015/02/04/bait-pengantar-injil/,
Kamis 30 Juli 2022, 13.32 WIB).

Bait Pengantar Injil dengan atau tanpa “Alleluya” sesuai dengan masa
liturgi yang bersangkutan merupakan “upacara atau kegiatan yang berdiri

12
sendiri.” Pada baian ini umat beriman menyongsong dan menyalami Tuhan yang
akan bersabda kepada mereka dan mengungkapkan imannya dalam suatu lagu.

Bait Pengantar Injil itu harus dinyanyikan, bukan hanya oleh solis yang
mengangkatnya atau oleh paduan suara, melainkan sehati sesuara oleh seluruh
umat sabil berdiri. (Tata Bacaan Misa 23: SBL 2E, 863)

Seperti namanya ‘Bait Pengantar Injil’ yang bisa diartikan sebagai


kutipan Injil yang dinyanyikan untuk mengantar pendengar menuju bacaan Injil
pada Liturgi Sabda.

BAB III

PEMBAHASAN

13
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk wawancara,
observasi, dan studi pustaka penulis akan melakukan pembahasan agar lebih
terperinci terkait dengan masalah yang diteliti sesuai dengan teori dan logika.

3.1 Petunjuk Praktis Dalam Menyanyikan Mazmur Tanggapan dan


Alleluya

Dalam menyanyikan Mazmur Tanggapan dan Alleluya ada beberapa


petunjuk praktis yang sangat perlu diperhatikan bersama. Liturgi Sabda dalam
setiap perayaan liturgi memiliki kerangka utuh yakni sebagai berikut :

Bacaan I
Mazmur Tanggapan
Bacaan II
Alleluya/Bait Pengantar Injil
Injil
Aklamasi
Syahadat
Doa Umat

Buku Bacaan Ibadat menyediakan Mazmur Tanggapan dalam bentuk


ber-ulangan : satu ulangan dengan lebih kurang 3 bait mazmut untuk dibawakan
berganti-gantia. Maksud yang terkandung adalah :

 Ulangan dimaksudkan sebagai kundi penafsiran atau doa inti dari bacaan yang
baru saja didengar.
 Pengulangan ulangan memungkinkan umat untuk bisa ambil bagian secara aktif
dan terlibat dalam permohonan maupun pujian, sebagai tanggapan terhadap
firman Allah.
 Ayat/bait-bait bermaksud untuk memperdalam amanat pewartaan.
 Dialog antara pemazmur dengan umat, anatara pewarta dean penerima sabda,
menggambarkan dialog antara Allah dan umat-Nya.

14
 Dan kalau dinyanyikan oleh koor dan solis: memungkinkan umat memperoleh
peresapan yang lebih mendalam atas amanat bacaan pertama lewat
mendengarkan lagu mediatif.

Pemazmur atau petugas yang memainkan peranan kunci dalam


membawakan mazmur tanggapan harus sungguh-sungguh memahami fungsi
mazmur tanggapan dan menguasai teknik-teknik dalam membawakannya yakni :

a. Ulangan (Refren)

Pemazmur harus mampu mengangkat ulangan (Refren) dengan mantab dan


meyakinkan, sehingga umat pun dapat serempak mengulanginya.

b. Ayat-ayat

Ayat-ayat mazmur mengungkapkan inti tanggapan terhadap sabda Allah.


Maka harus dibawakan dengan tepat. Ada beberapa kemungkinan:

Pertama: dilagukan sesuai denga pola lagu yang disediakan dalam mazmur
yang bersangkutan. Untutk ini pemazmur harus mempersiapkan diri dengan
baik: mengenal pola lagu – berlatih – menjiwai. Dan cara membawakan ayat-
ayat itu harus cukup lancar, mengalir, tidak terlalu lambat atau patah-patah,
tetapi sekaligus menjaga artikulasi supaya jelas

Kedua: dibacakan kalau pemazmur tidak pandai menyanyi atau tidak siap,
paling tidak ulangan (Refren) dapat dinyanyikan sedang ayat-ayat
didaraskan/dibacakan, dan sesudah tiap-tiap ayat umat menyanyikan ulangan.

Atau, kalau pemazmur sama sekali tidak mampu menyanyi, seluruh


mazmur tanggapan (ulangan (refren) dan ayat-ayatnya) dapat juga dibacakan
biasa.

c. Suasana dan penjiwaan

15
Sebagai tanggapan atas sabda Allah, mazmur tanggapan sangat bervariasi
jiwa dan suasananya: gembira, pujian, syukur, gagah, agung / megah, susah,
merana – merintih, tenang (doa, renungan), dll. Semua ini harus diperhatikan
oleh pemaazmur agar ia dapat membawakan ayat-ayat mazmur tanggapan
dengan suasana dan penjiwaan yang tepat.

Ketika melagukan ayat-ayat mazmur, pemazmur hendaknya mengatakan


kata dengan jelas sehigga mudah ditangkap oleh umat. Pengucapan hendaknya
wajar dan tidak dibuat-buat. Pendarasan ayat-ayat mazmur pada umumnya
dilaksanakan dengan lancar, mengalir, seperti orang berbicara secara wajar.
Hendaknya dihindari pendarasan yang terburu-buru atau sebaliknya yang terlalu
lambat, tersendat-sendat atau terputus-putus.

3.2 Faktor Yang Memengaruhi Terjadinya Perbaikan pada buku


Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya

Seperti kita ketahui bersama suatu hal akan mengalami perbaikan


apabila terjadi ketidak sesuaian atau mengalami kesalahan maupun kekurangan.
Sama halnya dengan buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya, buku ini
mengalami perbaikan karena pada isi atau syair pada cetakan sebelumnya atau
edisi lama tidak sesuai dengan Bacaan Misa/Lectionarium.

Komisi Liturgi KWI sudah sekian lama menerbitkan buku Nyanyian


Mazmur Tanggapan dan Alleluyadan sekali-kali mengadakan perbaikan baik
bentuk maupun isi buku. Didalam bukua Nyanyian Mazmur Tanggapan dan
Alleluya edisi terakhir (cetakan XIX tahun 2016) ternyata ada 161 ulangan
(refren) Mazmur Tanggapan, dan 17 Bait Penganta Injil yang tidak sesuai
dengan dengan buku Bacaan Misa edisi terbaru (Buku Bacaan I Cetakan 8 – Juli
2015 dan Buku Bacaan III Cetakan 6 – Maret 2018). Oleh karena itu, kali ini
terjadi perubahan pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya.

16
Ulangan atau bait yang tidak sesuai dengan buku Bacaan Misa diganti
dengan syair yang sesuai. Lagi pula,pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan
terbaru ini ditambahkan Mazmur Tanggapan Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus
Kristus (Tahun B), Bait Pengantar Injil Hari Raya Pentakosta (Tahun C),
Mazmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil untuk 20 Hari Pesta, 1 Hari
Peringatan yang tidak dirayakan pada hari Minggu, agar digunakan pada hari-
hari tersebut.

Selain hal-hal diatas terdapat faktor lain yang menjadi penyebab


terjadinya perubahan atau perbaikan pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan
dan Alleluya yaitu pada cetakan pertama ditemukan kesalahan pada beberapa
hal diantaranya :

a. Hal Teknis

Pada hal teknis terjadi kesalahan yakni kurang atau salah huruf, huruf
kapital/kecil, dan tanda baca. Contoh Kamis Putih, hallaman 52 pada cetakan
pertama tertulis “... darah Kristus” yang seharusnya “.... Darah Kristus” (d
menggunakan huruf kapital).

b. Kalimat Syair yang Salah/Kurang

Hal-hal yang berhubungan dengan isi syair yakni kurang kata/suku kata
dan kalimat syair yang salah. Contoh Minggu Paskah V, Tahun A, halaman 83
pada cetakan pertama tertulis “Kasih Setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai
kami”, yang seharusnya “Kasih Setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami,
seperti kami berharap kepada-Mu” (ditambahkan “seperti kami berharap
kepada-Mu”). Ada Mazmur Tanggapan di Buku Bacaan I, Cetakan 8, Juli 2015,
tidak sesuai dengan yang ada di buku Ordo Lectionum Missae 1981, akibatnya
dengan sendiriya terjadi kesalahanpada buku Mazmur Tanggapan edisi baru
cetakan pertama. Contoh Hari Raya Kenaikan , Tahun B, halaman 220 tertulis
Mzm. 46:2-3.6-7.8-9;R6 (sebagaimana tertulis pada Buku Bacaan I) seharusnya
47:2-3.6-7.8-9;R6.

17
c. Musik

Hal-hal yang berhubungan dengan musik yakni nada dasar, birama dan
notasi. Contoh 1 Januari Hari Raya santa Maria Buda Allah, Tahun A, halaman
24 pada cetakan pertama tertulis “Do=E; 2/4 & 3/4” seharusnya “Do=G; 2/4”.

3.3 Pengaruh Pandemi COVID-19 Terhadap Penerapan Buku Nyanyian


Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi baru di Gereja Katolik St. Yohanes
Stasi Sinar Kemuning

Pada nyatanya buku Mazmur Tanggapan dan alleluya edisi baru 2020
sudah mulai disebarluaskan dan dipakai sejak tahun 2020 dalam perayaan
Ekaristi di paroki-paroki. Namun situasi pandemi COVID-19 menyebabkan
umat beriman tidak berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama di tempat
umum khususnya tempat beribadah melainkan umat berimat dihimbau untuk
tetap mengikuti perayaan Ekaristi secara online.

Hal ini tentu berpengaruh pada penggunaan buku Mazmur Tanggapan


dan Alleluya edisi baru. Gereja Katolik St. Yohanes Stasi Sinar Kemuning
sempat ditutup karena pandemi yang sedang marak di lingkungan sekitar. Dan
ketika kembali berkumpul untuk beribadah di gereja banyak perubahan yang
terjadi dalam Liturgi Sabda yang menyesuaikan kondisi, contohnya adalah lagu-
lagu ketika Ekaristi tidak boleh dinyanyikan, termasuk Mazmur Tanggapan yang
tidak dinyanyikan melainkan dibacakan oleh Lektor agar mempersingkat durasi
sehingga tidak terjadi risiko penyebaran virus COVID-19 pada umat Katolik di
stasi tersebut.

Berdasarkan wawancara penulis terhadap umat distasi tersebut penulis


menemukan bahwa buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru
baru dikenal umat stasi Sinar Kemuning pada Desember 2021 namun karena
dalam liturgi Sabda yang masih menyesuaikan situasi pandemi, Mazmur
Tanggapan masih belum boleh dibawakan dalam bentuk nyanyian. Umat stasi
Sinar Kemuning baru benar-benar menggunakan Mazmur Tanggapan dan

18
Alleluya dalam bentuk nyanyian ketika memasuki masa Prapaskah hingga
sekarang, kurang lebih sekitar 3 bulanan.

Hal-hal diatas itulah yang menjadi salah satu kesulitan umat dalam
penerapan buku Nyanyian Mazmur Tanggapan edisi baru di Gereja Katolik St.
Yohanes stasi Sinar Kemuning akibat pandemi yang berkepanjangan.

3.4 Tanggapan Umat Katolik di Gereja Katolik St. Yohanes Mengenai


Perubahan Pada Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya Edisi
Baru

Berdasarkan wawancara dan observasi penulis terhadap masalah yang


diteliti, ditemukan beberapa tanggapan umat mengenai perubahan atau
perbaikan pada buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya. Umat
beriman di stasi tersebut memiliki jawaban yang tidak jauh berbeda ketika
penulis menanyakan tanggapan tentang perubahan yang terjadi pada Mazmur
Tanggapan dan Alleluya. Umat memberikan tanggapan bahwa sebenarnya buku
tersebut bagus, nada-nada yang terdapat pada setiap refren dan syair memiliki
keunikan tersendiri dan lebih enak didengar tetapi lebihh sulit jika dibandingkan
dengan edisi yang lama, umat mengalami kesulitan karena perlu adaptasi dalam
penerapannya.

Umat distasi Sinar Kemuning menggunakan teknik belajar bersama


sebelum pada akhirnya Mazmur akan dinyanyikan di Gereja baik ketika Ibadat
atau Perayaan Ekaristi. Sembayang giliran di rumah-rumah dijadikan sebagai
peluang untuk umat mempelajari Mazmur Tanggapan. Umat beranggapan
bahwa sesulit apapun nada dalam Mazmur Tanggapan jika belajar nya bersama-
sama akan terasa jauh lebih mudah untuk dimengerti dan dipelajari. Sampai
sekarang ini You Tube dijadikan pedoman umat di Stasi Sinar Kemuning dalam
mempelajari Mazmur Tanggapan.

3.5 Kendala yang dialami Umat Katolik di Stasi Sinar Kemuning dalam
penerapan Mazmur Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru Serta Cara
Mengatasinya

19
Ada beberapa hal yang menjadi kendala bagi umat katolik di stasi Sinar
Kemuning dalam penerapan Mazmur Tanggapan dan Alleluya edisi baru yakni
diantaranya :

a. Kurangnya pengetahuan umat sekitar mengenai musik (notasi, birama).


b. Tidak ada orang yang mengajarkan atau melatih.
c. Kurangnya umat yang tertarik untuk ikut andil menjadi Pemazmur.
d. Tidak ada organis aktif digereja, karena yang biasanya mengiringi masih
sekolah di luar daerah.
e. Umat seringkali tidak percaya diri jika mau mencoba.
f. Umat masih asing dengan Mazmur Tanggapan edisi baru.
g. Umat mengalami ketergantungan pada gawai (You Tube) ketika belajar
sehingga saat dipraktekkan sering tidak tepat dengan nada yang
sebenarnya.

Setelah mengetahui kendala apa saja yang dialami oleh umat di stasi
Sinar Kemuning, maka berikut adalah cara umat untuk dapat mengatasinya :

a. Membangun niat dan semangat dalam mempelajari Mazmur Tanggapan dan


Alleluya edisi baru
b. Sugesti diri sendiri bahwa mempelajari hal baru bukan lah sulit namun
butuh proses.
c. Mulai belajar mengenai dasar-dasar membaca notasi, dan birama.
d. Meningkatkan rasa percaya diri, jangan takut sebelum belajar dan mencoba.
e. Menggunakan media gawai untuk dijadikan contoh dan bukan hafalan,
sehigga tidak terjadi peristiwa “lupa nada”.

3.6 Keterlibatan Kaum Muda Dalam Penerapan Mazmur Tanggapan dan


Alleluya Edisi Baru di Gereja Katolik St. Yohanes Stasi Sinar Kemuning

20
Umat distasi Sinar Kemuning memberikan peluang bagi para remaja dan
kaum muda, walaupun kaum muda dan remaja di stasi Sinar Kemuning hanya
sedikit tetapi para umat selalu menyemangati dan mendorong kaum muda untuk
ikut terlibat dalam pelayanan Liturgi Sabda. Sudah beberapa kali kaum muda
dan remaja diajak untuk ikut serta dalam pelayanan demi meningkatkan rasa
percaya diri dan belajar untuk melayani Tuhan dengan tulus hati.

Kaum muda dan remaja berperan penting demi kemajuan gereja.


Dengan peluang tersebut, kaum muda dan remaja memiliki ruang untuk
bertanya dan belajar dalam kaitannya mempelajari Mazmur Tanggapan edisi
baru di Stasi Sinar Kemuning. Sehingga ada generasi penerus untuk
membawakan Mazmur Tanggapan atau bisa disebut Pemazmur.

21
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tentang “Penerapan Buku Nyanyian


Mazmur Tanggapan dan Alleluya Edisi Baru di Gereja Katolik St. Yohanes
Stasi Sinar Kemuning, Paroki Keluarga Kudus Sidomulyo, Lampung Selatan”,
maka penulis memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

4.1.1 Mazmur Tanggapan adalah bagian penting yang masuk dalam Liturgi
Sabda di Gereja Katolik, yang merupakan nyanyian permenungan sebagai
bentuk tanggapan umat terhadap Sabda Allah, yang pastinya harus sesuai
dengan Buku Bacaan Misa/Lectionarium.

4.1.2 Mazmur tanggapan mengandung banyak pelajaran terhadap


permenungan Sabda Allah yang dibawakan dalam kidung, lagu puji-pujian atau
dengan alunan nada, sehingga dapat diresapi dan dinikmati oleh umat yang
mendengarkan.

4.1.3 Mazmur Tanggapan edisi lama mengalami pebaikan karena terdapat


beberapa bagian yang tidak sesuai dengan Buku Bacaan Misa, sehingga apa
yang disampaikan melalui petugas Lektor dan yang dibawakan oleh Pemazmur
terdapat ketidakselarasan didalamnya.

4.1.4 Umat di stasi Sinar Kemuning menemukan banyak kendala dan masalah
dalam mempelajari Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan Edisi Baru ini, karena
terhalang pandemi umat jadi terlambat mengenal dan mempelajarinya. Selain itu
juga umat di stasi ini masih kurang dalam mengenali notasi pada lagu sehingga
umat seringkali mengalami kesulitan, juga tidak ada umat yang bisa mengiringi
dengan piano/keyboard. Namun umat bisa mengatasinya dengan belajar bersama
melalui media gadget.

22
4.1.5 Semangat umat dalam mempelajari Mazmur Tanggapan edisi baru ini
ditengah pelbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi sangat membantu mereka
untuk tidak mudah menyerah.

4.2 Saran

Berdasarkan penelitian dan wawancara yang telah dilakukan, penulis


dapat memberikan saran sebagai berikut :
4.2.1 Sebaiknya penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga para
pembaca dapat lebih mengenal alasan serta bagaimana adaptasi umat di
lingkungan kecil dalam penerapan Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan
Alleluya Edisi Baru.

4.2.2 Diharapkan penelitian ini dapat disebarluaskan agar mampu menambah


wawasan umat Katolik mengenai Mazmur Tanggapan yang merupakan bagian
dalam Liturgi Sabda di gereja.

4.2.3 Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pembaca, serta bagi para
kaum muda untuk dapat ikut ambil bagian dalam bermazmur, sehingga akan
banyak penerus yang mengenal dan bersahabat dengan Mazmur Tanggapan
sebagai permenungan umat atas Sabda Allah.

23
DAFTAR PUSTAKA

KWI Komisi Liturgi. 2021. Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluya
(Edisi Baru). Cetakan II. Jakarta: Penerbit Nusa Indah.
KWI Komisi Liturgi. 2021. Buku Refren Mazmur Tanggapan (Edisi Baru).
Cetakan I. Jakarta: Penerbit Nusa Indah

http://cakrawalaseribudunia.blogspot.com/2015/12/penulisan-karangan-
ilmiah.html?m=1

https://www.st-stefanus.or.id/berita/detail/katekese-liturgi-18

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mazmur

https://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Waligereja_Indonesia

https://www.parokimbk.or.id/warta-minggu/kolom-iman/13-08-2017-makna-
liturgi-sabda-dalam-perayaan-ekaristi/

https://www.coursehero.com/file/67123274/KITAB-SUCI-AGAMA-
KATOLIKdocx/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mazmur

https://liturgiekaristi.wordpress.com/2011/03/16/pumr-61-kaitannya-
dengan-mazmur-tanggapan/

https://saintraphaelpublishing.wordpress.com/2015/02/04/bait-
pengantar-injil/

24
LAMPIRAN

Lampiran Hasil Wawancara 1

Nama : Yohanes Saptono

Usia : 52 tahun

Waktu : 30 Juni 2022, 18.20 WIB

Peneliti : “Selamat malam pakde, maaf mengganggu. Pakde, aku


mau minta waktunya sebentar utuk menanyakan beberapa
hal mengenai penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di
Stasi Sinar Kemuning, apa pakde bersedia ?”

Narasumber : “Oh boleh ndok boleh silahkan...”

Peneliti : “Oke pakde terimakasih, langsung ke pertanyaan


pertama ya pakde. Bagaimana tanggapan pakde mengenai
perubahan atau perbaikan buku Nyanyian Mazmur
Tanggapan dan Alleluya edisi baru ?”

Narasumber : “Pada mulanya memang kelihatannya susah, tapi setelah


dipelajari malah justru ada baiknya, pertama itu jadi
enggak bosen, kedua jadi menghadapi tantangan, dan
ketiga bisa dipelajari dengan cukup baik.”

Peneliti : “Jadi kayak punya greget untuk belajar begitu ya. Baik
pakde ke pertanyaan selanjutnya apakah Mazmur
Tanggapan ini sudah berjalan atau diterapkan di Gereja
Katolik stasi Sinar Kemuning ?”

Narasumber : “Ya ndok, Puji Tuhan sudah berjalan baik.”

Peneliti : “ Kalau boleh sudah diterapkan sejak kapan ya pakde ?”

25
Narasumber : “Hmm... pakde lupa-lupa ingat, kalau tidak salah
mazmur tanggapan ini mulai dipakai saat memasuki Masa
Prapaskah, pokoknya yang pakde ingat itu saat Malam
Paskah sudah mulai dinyanyikan.”

Peneliti : “Oke pakde. Lalu bagaimana dengan proses


penerapannya didalam liturgi sabda gereja?”

Narasumber : “Biasanya kita akan latihan dulu ndok.”

Peneliti : “Menurut pakde sendiri, yang edisi baru ini lebih mudah
dipelajari atau malah lebih sulit dipelajari jika
dibandingkan dengan edisi sebelumya ?”

Narasumber : “Sama saja, hanya mungkin karena baru itu ya ndok jadi
perlu dipelajari lagi. Tapi ini kalau yang bisa baca not yo
penak iki.”

Peneliti : “Nah dalam belajar itu, kendala atau kesulitan apa yang
ditemui umat stasi ini.”

Narasumber : “Kendala itu ada di keterbatasan pengetahuan tentang


not ndok kemudian ada di petugasnya, misalkan di tunjuk
atau diberi tawaran untuk bertugas nah itu tidak ada yang
mau, jadi malah menyebabkan udur-uduran seperti itu.”

Peneliti : “Lalu bagaimana cara untuk dapat mengatasi kendala itu


pakde ?”

Narasumber : “Caranya yo belajar bareng sama ngikutin You Tube


ndok.”

Peneliti : “Lalu apa banyak umat yang tertarik untuk belajar


mazmur tanggapan edisi baru ini pakde ?”

Narasumber : “ Nek ditanya banyak atau enggak nya ya gatau juga ,


tapi yang jelas saat diajak untuk belajar pasti mau dan
semangat. Namun untuk belajar secara pribadi atau tugas
itu belumbanyak yang tertarik.”

26
Peneliti : “Kemudian usaha yang dilakukan apa saja?”

Narasumber : “Usahanya yo itu tadi dengan nyontoh You Tube sama


belajr bareng-bareng.”

Peneliti : “Kemudian bagaimana keterlibatan kaum muda dalam


penerapan mazmur tanggapan edisi baru pakde ?”

Narasumber : “Untuk kaum muda sendiri ya sudah seringkali diajak


untuk belajar dan berani untuk jadi pemazmur, mereka
mau kok buat belajar ya setidaknya berani lah walau
dalam bertugas belum maksimal. Namun, terkadang
karena masih kurang percaya diri mereka jadi minder,
bahkan ada kejadian saat diberi tugas malah tidak
berangkat begitu.”

Peneliti : “Oke pakde, jadi sebenarnya ada niat begitu ya namun


masih kurang percaya diri. Baik pakde, terimakasih sudah
berkenan meluangkan waktunya, selamat malam pakde.”

Narasumber : “ Iya ndok sama-sama, dengan senang hati. Malam


kembali.”

27
Lampiran Hasil Wawancara 2

Nama : Monica Sugini

Usia : 43 tahun

Waktu : 30 Juni 2022, 18.35 WIB

Peneliti : “Selamat malam bude, maaf mengganggu. Jadi, aku mau


minta waktunya sebentar utuk menanyakan beberapa hal
mengenai penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di
Stasi Sinar Kemuning, apa bude bersedia ?”

Narasumber : “Bersedia ndok, monggo...”

Peneliti : “Oke bude, untuk pertanyaan pertama itu bagaimana


tanggapan bude mengenai perbaikan atau perubahan pada
Buku Mazmur Tanggapan ?”

Narasumber : “ Bagus ndok, refren dan syairnya bagus semua.”

Peneliti : “Wah bagus-bagus ya bude, lalu apakah sudah berjalan


di stasi ini ?”

Narasumber : “Puji Tuhan sudah berjalan.”

Peneliti : “Kalau boleh tau sudah berjalan sejak kapan bude ?”

Narasumber : “Agak lupa ya, tapi seinget bude waktu masuk Tahun C
itu ndok, Masa Prapaskah itu sudah dipakai. Soalnya saat
Rabu Abu itu pertama kali dipakai dan bude yang
bertugas.”

Peneliti : “Sudah lumayan lama ya bude, kemudian untuk proses


penerapannya itu bagaimana ?”

Narasumber : “Ya untuk proses penerapannya itu pasti ada naik


turunnya ya, yang jelas karena baru berkenalan ya jadi

28
perlu lebih banyak latihan lagi supaya lebih lancar
kedepanya.”

Peneliti : “Menurut bude, yang edisi baru ini lebih mudah


dipelajari atau malah lebih sulit jika dibandingkan dengan
edisi sebelumya ?”

Narasumber : “ Ya sama aja kayak Pakde Sap bilang tadi si ndok,


karena baru maka nya masih asing.”

Peneliti : “Kemudian untuk kendalanya apakah ada bude ?”

Narasumber : “ Hmm.... kalau kendala ya pasti ada ya ndok. Misalnya


di keterbatasan pengetahuan umat mengenai not, apalagi
sekarang sudah tidak ada organis aktif, lah wong kamu
aja pergi. ”

Peneliti : “Dari kendala itu bagaimana cara nya untuk mengatasi


itu bude ?”

Narasumber : “Caranya ya dengan belajar bareng, otodidak ga masalah


yang penting berani.”

Peneliti : “Lalu apa banyak umat yang tertarik untuk belajar


mazmur tanggapan edisi baru ini ?”

Narasumber : “Kalau dibilang banyak ya ga seberapa. Dari segi umat


ya mereka semangat hanya saja belum banyak jika
diminta untuk menjadi pemazmur.”

Peneliti : “Usaha apa saja bude, yang biasanya dilakukan ?”

Narasumber : “Usahanya dengan berani dan belajar bareng.”

Peneliti : “Lalu dengan kaum muda, bagaimana keterlibatannya ?”

Narasumber : “Kaum muda mau terlibat kok, mereka juga semangat”

Peneliti : “Puji Tuhan ya bude mereka sebagai generasi penerus


mau berkecimpung. Baik Bude Gini, terimakasih sudah

29
berkenan meluangkan waktunya untuk menjawab
pertanyaan tadi, Selamat malam bude.”

Narasumber : “Oke lin sama-sama.”

30
Lampiran Hasil Wawancara 3

Nama : Agustinus Sutarno

Usia : 44 tahun

Waktu : 30 Juni 2022, 18.47 WIB

Peneliti : “Selamat malam pakde, maaf mengganggu. Jadi, ini aku


mau minta waktunya sebentar utuk menanyakan beberapa
hal mengenai penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di
Stasi Sinar Kemuning, apa pakde bersedia ?”

Narasumber : “Bersedia lin silahkan...”

Peneliti : “Pertanyaan pertama, bagaimana tanggapan pakde


mengenai perubahan atau perbaikan Mazmur
tanggapan ?”

Narasumber : “Bagus sih, tapi... ada tapinya ini. Tapi karena belum
menguasai, belum hafal yo susah. Mazmur yang lama saja
belum semua bisa, lalu sekarang muncul mazmur yang
baru, jadi kita dipaksa bisa mazmur yang baru.”

Peneliti : “Apakah mazmur ini sudah berjalan di stasi ini ?”

Narasumber : “Sudah.”

Peneliti : “Kalau boleh tau sejak kapan ?”

Narasumber : “3 bulan kemaren.”

Peneliti : “Lalu bagaimana prosesnya ?”

Narasumber : “Prosesnya ya belajar dulu satu-persatu, terus ya agak


susah si emang, tapi ya bagus pas udah bisa nada-nadanya
unik.”

31
Peneliti : “Jadi yang sekarang ini lebih mudah atau lebih sulit dari
yang sebelumnya ?”

Narasumber : “Ada yang lebih mudah ada yang lebih sulit.”

Peneliti : “Kendala atau kesulitan aapa yang dirasakan umat


kebanyakan di stasi ini?”

Narasumber : “Terkait Mazmur itu, susah untuk mencari generasi


kaum muda yang memang berminat dan mau menjadi
pemazmur?”

Peneliti : “Bagaimana cara umat biasanya untuk mengatas kendala


atau kesulitan itu ?”

Narasumber : “Ya itu tadi belajar bareng, yang kedua belajar lewat
YouTube.”

Peneliti : “Apakah banyak umat yang tertarik untuk mempelajari


Mazmur tersebut ?”

Narasumber : “Tidak ada. Sedikit yang tertarik.”

Peneliti : “Tapi kalau diajak bareng ...?”

Narasumber : “Yo mau, tapi untuk maju bertugas masih belum.”

Peneliti : “Kemudian upaya apa yang dilakukan umat di stasi ini


untuk mempelajari mazmur edisi baru ini?”

Narasumber : “Biasanya kalau mau ada ekaristi, kita beajar bareng


mazmur dan refrein nya.”

Peneliti : “Media atau sarana apa yang biasanya digunakan umat


untuk membantu mempelajari Mazmur ini?”

Narasumber : “Yo itu tadi YouTube, karena tidak ada iringan ya


jadinya belajar otodidak aja.”

32
Peneliti : “Lalu bagaimana keterlibatan kaum muda?”

Narasumber : “Kaum muda itu sebenernya banyak yang mau terlibat,


tapi sayangnya kaum muda nya tidak ada, adapun itu
merantau, atau sekolah nya jauh.”

Peneliti : “Oke pakde, terimakasih.”

Narasumber : “Iya Lin, sama-sama.”

33
Lampiran Hasil Wawancara 4

Nama : Yustina Yuni Astuti

Usia : 48 tahun

Waktu : 30 Juni 2022, 18.56 WIB

Peneliti : “Selamat malam bude, maaf mengganggu. Jadi, ini aku


mau minta waktunya sebentar untuk menanyakan
beberapa hal mengenai penerapan Mazmur Tanggapan
edisi baru di Stasi Sinar Kemuning, apa bude tidak
keberatan ?”

Narasumber : “Iya ndok malem juga, yo engga keberatan to ndok


silahkan.”

Peneliti : “Langsung aja ya bude, bagaimana tanggapan bude


mengenai perbaikan buku Mazmur Tanggapan yang
baru?”

Narasumber : “Bagus lah kalo sudah bisa ndok.”

Peneliti : “Apakah buku tersebut sudah mulai digunakan atau


berjalan di stasi ini ?”

Narasumber : “Sudah.”

Penelliti : :Dari kapan bude kalau boleh tahu?”

Narasumber : “Digunakannya itu sudah dari masa prapaskah sih Lin.”

Peneliti : “Bagaimana proses yang dialami umat sekitar dalam


penerapan buku Mazmur Tanggapan edisi baru di stasi ini
?”

Narasumber : “Ya masih ada kendala sih lin, ada kesulitan tersendiri
banyak yang belum bisa.”

34
Peneliti : “Menurut bude sendiri mazmur tanggapan edisi baru ini
lebih mudah atau bahkan lebih sulit.”

Narasumber : “Sebenernya sih sama aja, semua ada sulitnya yo ada


mudahnya juga. Cuma ya karena masih baru itu jadi lebih
banyak kerasa sulitnya.”

Peneliti : “Kendala atau kesulitan apa yang seringkali dialami oleh


umat sekitar dalam mempelajari Buku Mazmur
Tanggapan edisi baru ini?”

Narasumber : “Ya karena masih baru jadi kerasa susahnya, itukan


cuma kayak dirubah dikit not-notnya jadi perlu adaptasi
aja sih Lin.”

Peneliti : “Lalu sampai sekarang ini banyak atau engga umat yang
tertarik mempelajari mazmur ini ?”

Narasumber : “Ya banyak juga sih, terutama yang muda-mudi. Tapi


karena yang muda engga banyak juga jadi susah, jadi
monoton yang bertugas.”

Peneliti : “ Sampai sekarang usaha apa yang dilakukan umat untuk


ikut mempelajari nyanyian mazmur tanggapan edisi baru
ini?”

Narasumber : “ Usahanya ya dengan belajar bareng, di sembayangan


atau menyempatkan waktu untuk belajar bareng.”

Peneliti : “ Jadi kalau ada waktu menyempatkan diri untuk


berkumpul ya, biasanya untuk belajar itu media yang
digunakan apa budekalau boleh tau?”

Narasumber : “ Untuk medianya kita selalu pakai media elektronik,


handphone begitu dari YouTube nya atau sumber
lainnya.”

Peneliti : “ Kaum muda disini apakah ikut terlibat ?”

35
Narasumber : “ Kaum muda ya, mereka ikut terlibat tapi kalau untuk
bertugas itu mereka mengaku belum berani, cenderung
takut salah.”

Peneliti : “ Oke bude, sekian. Terimakasih bude maaf mengganggu


waktunya.”

Narasumber : “ Iya lin, sama-sama.”

36
Lampiran Hasil Wawancara 5

Nama : Gabriel Devo Anggara

Usia : 13 tahun

Waktu : 30 Juni 2022

Peneliti : “ Malem Devo, maaf ganggu ya. Ini mba mau minta
waktunya sebentar buat nanyain beberapa hal tentang
penerapan Mazmur Tanggapan edisi baru di Stasi Sinar
Kemuning, ga keberatan kan?”

Narasumber : “Iya mba malem juga, engga kok mba.”

Peneliti : “Oke langsung aja ya, yang pertama mba mau tau
gimana sih tanggapan kamu tentang perubahan atau bisa
dibilang perbaikan mazmur tanggapan ini?”

Narasumber : “ Kurang tau sih mba, bagus sih tapi susah mba.”

Peneliti : “ Mazmur tanggapan edisi baru ini apa sudah dipakai di


stasi ini dek?”

Narasumber : “ Sudah mba, uwes suwi juga koyone pas mau Paskah itu
mba.”

Peneliti : “ Proses yang dialami umat disini gimana menurut


pandangan kamu dek?”

Narasumber : “ Prosesnya ya lancar mba, Cuma kadang sering ngarang


salah-salah gitu bu tapi ya kita sering belajar bareng
juga.”

Peneliti : “ Menurut kamu yang edisi baru ini lebih mudah atau
lebih susah kalau dibanding yang edisi lama ?”

Narasumber : “ Kalo aku ya susah mba, nadanya melengkung-


melengkung gitu mba.”

37
Peneliti : “Lalu biasanya cara apa yang dilakukan umat atau kamu
sendiri untuk mengatasi kesulitan itu?”

Narausumber : “ Belajar lagi mba.”

Peneliti : “ Di stasi ini banyak umat yang tertarik buat belajar atau
tidak ?”

Narasumber : “Lumayan sih mba, banyak yang berangkat juga kalau


diajak latihan gitu.”

Peneliti : “ Usaha yang dilakukan apa aja itu dek buat belajar
mazmur tanggapan edisi baru ini?”

Narasumber : “ Usahanya ya kayak lebih semangat sama mau rutin


latihan mba.”

Peneliti : “ Umat di stasi ini biasa pake media apa dek buat belajar
mazmur tanggapan edisi baru ?”

Narasumber : “Media nya yang paling bantu kita sih biasanya


YouTube mba, karena ga ada organis lagi setelah pada
sekolah jauh.”

Peneliti : “Kaum muda gimana dek, ikut terlibat engga?”

Narasumber : “ Ya kadang mba, aku juga rada males karena susah


banget.”

Peneliti : “ Ya jangan males to dek biar cepet bisa, yaudah segitu


aja makasih ya dek.”

Narasumber : “ Iya mba sama-sama mba.”

38
Lampiran Hasil Wawancara 6

Nama : Monica Rini

Usia : 34 tahun

Waktu : 30 Juni 2022

Peneliti : “ Malem yuk, maaf yuk ganggu waktu nya ini aku mau
tanya seputar penerapan mazmur tanggapan edisi baru di
stasi Sinar Kemuning, apa boleh yuk?”

Narasumber : “ Iya ndok silahkan mulai aja.”

Peneliti : “Oke yuk, yang pertama itu gimana tanggapan yuk Rini
tentang perubahan yang terjadi pada buku mazmur
tanggapan ini yuk?”

Narasumber : “Tanggapannya ya bagus, mengapresiasi di pengurus


liturginya ya karena ada perbaikan jadi kan terlihat
perkembangannya.”

Peneliti : “ Lalu apakah sudah digunakan yuk?”

Narasumber : “Puji Tuhan ya sudah dek, walau masih banyak


keterbatasannya.”

Peneliti : “ Prosesnya bagaimana itu yuk, bagi umat dalam


penerapannya?”

Narasumber : “Ya bisa dibilang sampai saat ini sudah banyak


kemajuan dek, dari segi semangat juga makin bagus.”

Peneliti : “Menurut Yuk Rini sendiri, yang edisi baru ini lebih
mudah atau malah lebih sulit?”

Narasumber : “Mudah atau sulitnya sih kurang tahu dek, Cuma


mungkin aja yang edisi baru lebih terasa sulit karena
masih baru dipelajari dan itu belum secara keseluruhan,

39
mungkin seiring berjalannya waktu bisa dikuasai dengan
baik.”

Peneliti : “Kendala atau kesulitan yag seingkali ditemui umat apa


aja Yuk?”

Narasumber : “ Kendalanya ada di keterbatasan dalam penguasaan not


nya sih dek.”

Peneliti : “Lalu cara untuk mengatasinya gimana Yuk?”

Narasumber : “Caranya ya dengan terus belajar dek, walau dengan


banyak keterbatasan kita harus terus belajar.”

Peneliti : “Lalu apakah banyak umat yang tertarik untuk ikut


belajar mazmur tanggapan edisi baru ?”

Narasumber : “Tertarik atau tidaknya gatau pasti dek, tapi banyak kok
umat yang ikut serta kayak ikut latihan gitu.”

Peneliti : “Lalu udaha yang dilakukan umat untuk mempelajarinya


bagaimana?”

Narasumber : “Usahanya ya itu tadi dengan belajar bersama dan bisa


meluangkan waktu ditengah kesibukan masing-masing
dek.”

Peneliti : “Biasanya umat menggunakan media atau sarana apa


untuk membantu umat untuk mempelajari nyanyian
mazmur tanggapan edisi baru?”

Narasumber : “Untuk yang terakhir aku mau tanya yuk bagimana


keterlibatan kaum muda distasi ini dalam penerapan
nyanyian mazmur tanggapan edisi baru?”

Peneliti : “Kaum muda banyak terlibat, kalau latihan juga rajin


ikut. Hanya saja mereka bilang kalau untuk tugas jadi
pemazmur di gereja, mereka belum berani dan takut.”

Narasumber : “ Oalah oke yuk, makasih ya yuk.”

40
Lampiran Hasil Wawancara 7

Nama : Felicitos Satiman

Usia : 57 tahun

Waktu : 30 Juni 2022

Peneliti : “ Malem pakde maaf ganggu, ini aku mau tanya


beberapa hal tentang penerapan nyanyian mazmur
tanggapan edisi baru distasi ini, apa pakde tidak
keberatan?”

Narasumber : “Malem ndok, iya ndok silahkan.”

Peneliti : “Oke pakde yang pertama bagaimana tanggapan pakde


mengenai perubahan atau perbaikan yang terjadi pada
buku nyanyian mazmur tanggapan ?”

Narasumber : “Kalo pakde si beranggapan kalo mazmur yang sekarang


itu bagus cuma masih sangat asing di telinga awam
seperti pakde sendiri, logikanya mazmur yang
sebelumnya aja belum semuanya dikuasai, malah
sekarang udah baru lagi.”

Peneliti : “Lalu apakah mazmur tanggapan edisi baru ini sudah


mulai digunakan distasi ini?”

Narasumber : “Sudah ndok.”

Peneliti : “Kalau boleh tau sudah digunakan sejak kapan ya


pakde?”

Narasumber : “Itu sudah digunakan sejak masa Prapaskah itu ndok.”

Peneliti : “Lalu bagaimana proses yang dialami umat dalam


mempelajari mazmur tanggapan edisi baru ini di dalam
liturgi sabda gereja?”

41
Narasumber : “Prosesnya ya berjalan baik, kita latihan bersama walau
seadanya, apalagi umatnya sedikit ga berangkat lima
orang ya habis ndok suaranya.”

Peneliti : “Apakah nyanyian mazmur taggapan edisi baru ini lebih


mudah atau lebih sulit dari mazmur tanggapan yang
sebelumnya?”

Narasumber : “Kalo pakde yo jelas susah yang edisi baru ini.”

Peneliti : “Lalu kendala atau kesulitan apa yang seringkali dialami


umat dalam mempelajari mazmur tanggapan edisi baru di
stasi ini?”

Narasumber : “Kendalanya itu karena tidak ada yang bisa not, karena
kebiasaan hafalan jadi sekarang susah.”

Peneliti : “Cara untuk mengatasi kesulitan itu bagaimana pakde ?”

Narasumber : “ Caranya ya dengan berlatih bersama dengan


kemampuan seadanya saja.”

Peneliti : “ Banyak atau tidak umat yang tertarik untuk


mempelajari mazmur tanggapan edisi baru ini?”

Narasumber : “Ya lumayan ndok kalau dilihat dari jumlah umat yang
hadir saat latihan bersama.”

Peneliti : “Usaha yang dilakukan untuk mempelajari mazmur


tanggapan edisi baru distasi ini seperti apa?”

Narasumber : “Usahanya dengan meluangkan waktu dan hadir saat


latihan, dengan kemampuan terbatas yang kita punya,
para umat mau diajak untuk membuktikan kalau stasi kita
juga bisa berkembang.”

Peneliti : “Bener pakde, walau stasi kecil tapi jangan mau


dianggap ga mampu. Biasanya media atau sarana apa

42
yang digunakan untuk membantu proses umat
mempelajari mazmur tanggapan edisi baru?”

Narasumber : “Medianya ya jelas Handphone ndok apa itu namanya


YouTube itu, kita belajar dari situ.”

Peneliti : “Kaum muda gimana pakde, apakah mau terlibat ?”

Narasumber : “Mau ndok mereka juga semangat latihan, tapi untuk


tugas didepan belum berani.”

Peneliti : “Baik pakde kalau begitu, terimakasih banyak pakde.”

43
Lampiran Hasil Wawancara 8

Nama : Lusia Sukrisni

Usia : 41 tahun

Waktu : 30 Juni 2022

Peneliti : “ Malem bude, maaf ganggu waktu nya ini aku mau
tanya tentang penerapan mazmur tanggapan edisi baru di
stasi Sinar Kemuning, apa bude ga keberatan?”

Narasumber : “Oalah iya lin silahkan aja, santai lin.”

Peneliti : “Oke bude, pertanyaan pertama itu bagaimana tanggapan


bude mengenai perbaikan yang terjadi pada Buku
Nyanyian Mazmur Tanggapan dan Alleluia?”

Narasumber : “Ya bagus-bagus ndok nadanya, walau harus banyak


kenalan dulu.”

Peneliti : “Distasi ini apakah sudah aktif digunakan?”

Narasumber : “Sudah sejak masa Prapaskah malah ndok. Cuma ya


masih banyak banget yang perlu dipelajari.”

Peneliti : “Sudah lumayan lama ya, lalu proses yang dijalani umat
untuk mempelajari nyanyian mazmur tanggapan edisi
baru ini bagaimana?”

Narasumber : “Prosesnya itu awalnya umat sangat kesulitan ya karena


semuanya berubah di nadanya, jadi perlu pengenalan
dulu, sekarang ya sudah lumayan.”

Peneliti : “Menurut bude sendiri, mazmur tanggapan edisi baru ini


lebih mudah atau malah lebih sulit dibanding yang edisi
sebelumnya.”

44
Narasumber : “Ya kalau dipelajari jelas akan mudah namun untuk
sekarang ini masih sulit karena masih baru dan asing.”

Peneliti : “Kendala apa yang ditemui umat dalam proses


mempelajari nyanyian mazmur tanggapan edisi baru ?”

Narasumber : “Kendalanya ya kurang tau di notasi dan terlalu berpatok


sama YouTube.”

Peneliti : “Lalu cara untu mengatasinya gimana?”

Narasumber : “Caranya dengan berlatih bersama dan jangan menyerah


waktu ketemu titik sulit.”

Peneliti : “Apakah banyak umat yang tertarik dan bagaimana


usaha yang dilakukan oleh umat?”

Narasumber : “Semuanya tertarik untuk belajar dan rutin ikut latihan


yang artinya mereka juga antusias mengikuti
perkembangan liturgi sabda.”

Peneliti : “Lalu bagaimana dengan keterlibatan kaum muda?”

Narasumber : “Mereka mau terlibat dan dilibatkan untuk belajar


bersama tapi untuk tugas di altar masih ragu.”

Peneliti : “Baik bude, terimakasih.”

Narasumber : “ Iya lin.”

45
Lampiran Hasil Wawancara 9

Nama : Sesilia Eva Anggraini

Usia : tahun

Waktu : 30 Juni 2022

Peneliti : “ Malem mba, maaf ganggu waktu nya ini aku mau tanya
tentang penerapan mazmur tanggapan edisi baru di stasi
Sinar Kemuning, mba ga keberatan?”

Narasumber : “Oalah iya lin, santai lin pasti buat paper ya.”

Peneliti : “Hehe iya mba, ini langsung aja ya mba, pertanyaan


pertama itu bagaimana tanggapan mba mengenai
perbaikan pada Buku Nyanyian Mazmur Tanggapan dan
Alleluya?”

Narasumber : “Bagus lin tapi nadanya rumit.”

Peneliti : “Distasi ini apakah sudah aktif digunakan?”

Narasumber : “Oh ya sudah lumayan lama lin, seinget ku itu waktu


malem Paskah udah digunain, kurang tau sebelumnya
udah atau belum.”

Peneliti : “Oalah udah lumayan juga ya, lalu proses yang dijalani
umat untuk mempelajari nyanyian mazmur tanggapan
edisi baru ini gimana mba?”

Narasumber : “Prosesnya awal itu ya kesusahan, karena semuanya baru


polanya.”

Peneliti : “Kalau menurut mba sendiri, mazmur tanggapan edisi


baru ini lebih mudah atau lebih sulit dibanding yang edisi
sebelumnya.”

Narasumber : “Mba si jelas lebih susah yang baru.”

46
Peneliti : “Kendala apa yang ditemui umat dalam proses
mempelajari nyanyian mazmur tanggapan edisi baru ?”

Narasumber : “Kendalanya itu karena ga ada yang mengiringi jadi


bener-bener belajar otodidak dari handphone.”

Peneliti : “Lalu cara untuk mengatasinya gimana?”

Narasumber : “Caranya ya biasanya jangan nyerah latihan line.”

Peneliti : “Apakah banyak umat yang tertarik dan bagaimana


usaha yang dilakukan oleh umat?”

Narasumber : “Tertarik atau engganya kurang tau sih kalo mba,


soalnya kalau latihan si diliat banyak kok yang dateng.”

Peneliti : “Mba Eva kan kaum muda nih mba, yang mba lihat
keterlibatan kaum muda gimana mba?”

Narasumber : “Kaum muda itu terlibat, cuma emang ga berani kalau


disuruh personal untuk tugas di alatar.”

Peneliti : “Oalah iya mba, oke mba itu aja. Makasih ya mba.”

Narasumber : “ Iya lin sama-sama.”

47
 Lampiran Foto Wawancara

48
49
50
51

Anda mungkin juga menyukai