Anda di halaman 1dari 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SEJARAH GEREJA KATOLIK

SANTA THERESIA LISIEUX MAJENANG

(1950-2010)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:
Paskalis Tribowo Kriswinarso
131314054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kehidupan dan

selalu membimbing umat-Nya

Kedua orangtua yakni Andreas Pardi dan

R.A Rosalia Eko Puji Rahayu

Kempat kakak yakni Veronika Bayu Purwandari, Stefanus Didik Santoso,

Yohanes Vidi Wahyudi Pr. dan Ferira Tyartono

Bapak Uskup Purwokerto Mgr. Julius Sunarko SJ.

Romo Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang Rm. Silpisius Parjono Pr,

Rm. Bonofasius Abas Pr, dan Rm. Ontong Kusuma Pr.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Jadikan orang di sekitarmu menangis bangga karena prestasimu”


(Michael Jordan)

“Jadikan harimu seperti pertandingan terakhirmu”


(Lionel Messi)

"Pemenang bukan mereka yang tercepat, tapi pemenang adalah mereka yang
terjatuh kemudian bangkit”
(Marq Marquez)

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
SEJARAH GEREJA KATOLIK
SANTA THERESIA LISIEUX MAJENANG
(1950-2010)

Paskalis Tribowo Kriswinarso


Universitas Sanata Dharma
2018

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis tiga


permasalahan pokok yaitu (1) Latar belakang berdirinya Gereja Katolik Santa
Theresia Lisieux Majenang; (2) Perkembangan Gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang; (3) Peran Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian sejarah dengan
tahapan: pemilihan topik, heuristik (pengumpulan sumber), verifikasi (kritik
sumber), interpretasi dan historiografi (penulisan sejarah). Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan historis dan pendekatan sosial dengan model
penulisan yang bersifat deskriptif analitis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) latar belakang berdirinya
Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang yaitu hadirnya para pendatang
yang beragama Katolik pada tahun 1950, (2) Perkembangan Gereja Katolik Santa
Theresia Lisieux Majenang dimulai saat umat Katolik yang sebagian besar
pendatang membentuk komunitas doa, (3) Peran Gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang yaitu adanya toleransi yang nyata antar umat beragama di
Majenang sejak dibangunnya sekolah, balai pengobatan Yos Sudarso Majenang
serta hadirnya biarawati di Majenang.

Kata Kunci: Sejarah, Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang, Peran.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT
THE HISTORY OF THE CATHOLIC CHURCH OF
SANTA THERESIA LISIEUX MAJENANG
(1950-2010)

Paskalis Tribowo Kriswinarso


Sanata Dharma University
2018

This study aims to describe and analyze three main problems, namely (1)
the background of the establishment of the Catholic Church of Santa Theresia
Lisieux Majenang; (2) the development of the Catholic Church of Santa Theresia
Lisieux Majenang; (3) The role of the Catholic Church of Santa Theresia Lisieux
Majenang.
The research method used was historical research methods with stages:
selecting topic, heuristics (collecting sources), verification (source criticism),
interpretation and historiography (historical writing). The approach used is a
historical approach and social approach with a descriptive analytical writing
model.
The results of this study indicated that (1) the background of the
establishment of the Catholic Church of Saint Theresia Lisieux Majenang was the
presence of newcomers who were Catholic in 1950, (2) The development of the
Catholic Church of Santa Theresia Lisieux Majenang began when Catholics,
mostly newcomers, formed praying communities, (3) The role of the Catholic
Church of Santa Theresia Lisieux Majenang was that there was a true tolerance
between religious communities in Majenang since the construction of the school,
treatment center of Yos Sudarso Majenang and the presence of nuns in Majenang.

Keywords: History, The Catholic Church Santa Theresia Lisieux Majenang, Role.

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan naungan

kasih-Nya, yang telah memberikan kelancaran dalam menyelesaikan penulisan

tugas akhir dengan judul “Sejarah Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux

Majenang (1950-2010)” dapat terselesaikan dengan baik.

Selama menulis tugas akhir ini, penulis menyadari bahwa begitu banyak

pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung setiap

proses yang penulis jalani. Oleh sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr. Anton Haryono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah sabar

membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta

masukan selama penyusunan skripsi.

4. Drs. A. K. Wiharyanto, M.M. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar

membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran, serta

masukan selama penyusunan skripsi.

5. Drs. S. Adisusilo J.R., M.Pd. selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan kepada penulis

selama proses studi.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................. …..i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ….ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... …iii

HALAMAN MOTTO ................................................................................. …iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. ….v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................... …vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

ILMIAH UNTUK PERSETUJUAN KEPENTINGAN AKADEMIS .... ...vii

ABSTRAK ................................................................................................... ..viii

ABSTRACT .................................................................................................. …ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. ….x

DAFTAR ISI ............................................................................................... ..xiii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... ….1


A. Latar Belakang ................................................................................ ….1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ ….3
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... ….4
D. Tinjauan Pustaka .............................................................................. ….5
E. Landasan Teori ................................................................................. ….6
F. Metode Penelitian dan Pendekatan .................................................. ….9
G. Sistematika Penulisan ...................................................................... …13

BAB II LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KATOLIK SANTA


THERESIA LISIEUX MAJENANG ....................................................... …15
A. Karakteristik Kecamatan Majenang Sebelum 1950 ........................ …15
B. Hadirnya Kelompok Pendatang di Majenang .................................. …18

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Misi Kongregasi di Majenang .......................................................... …19

BAB III PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK SANTA THERESIA


LISIEUX MAJENANG ............................................................................. ...21
A. Perkembangan Jumlah Umat ........................................................... ...21
B. Pembangunan Gedung Gereja: Dari Rumah Pribadi Sampai Gereja
Mandiri (1950-1970) ....................................................................... ...24
C. Dinamika Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang Sebagai
Stasi (1971-2000) ............................................................................. ...28
D. Dinamika Kehidupan Beragama: Dari Sebuah Komunitas hingga
Menjadi Paroki ................................................................................. ...31
E. Terbentuknya Lingkungan ............................................................... ...35
F. Pembangunan Sekolah dan Balai Pengobatan Yos Sudarso …………37
G. Hadirnya Biarawati (2000-2010) ……………………………………..38

BAB IV PERAN GEREJA KATOLIK SANTA THERESIA LISIEUX


BAGI MASYARAKAT MAJENANG ..................................................... ...40
A. Bidang Sosial ................................................................................... ...40
B. Bidang Pendidikan ........................................................................... ...41
C. Bidang Kesehatan…..…………………………………………………46
D. Peran Biarawati di Tengah Masyarakat ……………………………....49

BAB V KESIMPULAN ............................................................................. ...51

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ...54

LAMPIRAN-LAMPIRAN …………………………………………………57

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang mulai dirintis pada tahun 1950.

Sebelum pada tahun 1950. Sebelum tahun 1950 sudah terdapat beberapa orang

beragama Katolik yang menetap dan berkeluarga di wilayah Majenang. Umat

yang telah terbentuk itu dilayani oleh seorang Pastor yang datang pada hari

Minggu ke-3 dalam setiap bulannya. Misa dilaksanakan di rumah salah satu

keluarga, karena belum terdapat gedung gereja meskipun sudah terdiri

perkumpulan orang-orang Katolik yang menetap di kecamatan Majenang.

Umat Katolik di Kecamatan Majenang terus berkembang sampai ke

pelosok daerah, bahkan sampai pelosok dan pegunungan yang menjadi batas

wilayah kabupaten dan provinsi. Hal ini, memerlukan pengorbanan dan semangat

melayani dari para imam dan katekis sehingga umat Katolik di Kecamatan

Majenang mampu berperan aktif dalam kegiatan menggereja. Perkembangan umat

Katolik di Kecamatan Majenang dari waktu ke waktu semakin bertambah karena

terdapat guru-guru beragama Katolik dari Purworejo, Klaten, Solo dan

Yogyakarta yang ditugaskan di wilayah tersebut. Pada tahun 1955 terdapat guru-

guru baru yang untuk berkarya di wilayah Majenang. Paroki Santa Theresia

Lisieux Majenang termasuk wilayah pastoral Keuskupan Purwokerto bagian barat

langsung berbatasan dengan Jawa Barat. Paroki Majenang terletak di perbatasan

Keuskupan Purwokerto dengan Keuskupan Bandung. Umat Katolik di kecamatan

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ini memiliki kekurangan tenaga rohaniawan dan gedung gereja, namun tidak

menjadi hambatan bagi umat untuk merayakan ekaristi.

Penduduk Majenang bersifat heterogen. Mayoritas penduduk beragama

Islam, sebagian yang lain beragama Hindu, Protestan dan Katolik. Hubungan

umat Katolik dengan masyarakat berjalan baik. Selain itu, setiap hari raya salah

satu agama, setiap tokoh agama selalu mengadakan pertemuan untuk menjaga tali

silaturahmi dan menjaga keharmonisan antar umat beragama. Paroki Majenang,

terus berkembang dari waktu ke waktu dan berhasil berkarya di tengah-tengah

masyarakat yang heterogen untuk mewujudkan kehidupan menggereja serta

pelayanan kepada masyarakat tanpa memandang latar belakang. Sampai saat ini,

tidak pernah terjadi konflik agama di kecamatan Majenang.

Pada tahun 1984, sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat sekitar,

umat Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, dibantu oleh kongregasi Oblat

Maria Imaculata (OMI) yaitu kelompok pastor, berkarya bersama masyarakat di

desa. Atas bantuan pastor-pastor OMI tersebut di Majenang berhasil didirikan TK,

SMP, SMA, SMK Yos Sudarso dan di bidang kesehatan berhasil didirikan Balai

Pengobatan Yos Sudarso Majenang.

Karena hadirnya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

memberikan pengaruh positif kepada masyarakat di wilayah Majenang maka,

penulis mengambil judul tentang “Sejarah Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux

Majenang tahun 1950-2010”. Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux merupakan

sebuah Gereja yang terletak di Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa

Tengah. Gereja ini termasuk Gereja yang berusia muda karena baru berdiri pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tahun 1950.1 Namun, gedung gereja ini memiliki sejarah yang menarik, antara lain

selalu berpindah-pindah dari tempat satu ke tempat lainnya.

Dengan melihat fakta yang ada, penulis termotivasi untuk meneliti dan

mengkaji lebih dalam tentang “Sejarah Gereja Katolik Santa Theresia Lixieux

Majenang pada tahun 1950-2010”. Hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat

bagi umat Gereja yang tumbuh dalam situasi yang heterogen dan masyarakat

sebagai pembaca.

B. Rumusan Masalah

Skripsi ini akan membahas tiga persoalan pokok, sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux

Majenang ?

2. Bagaimana perkembangan Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang ?

3. Bagaimana pengaruh Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang di

tengah masyarakat yang heterogen ?

1
Paroki ST. Stephanus Cilacap, Buku Kenangan 75 Tahun Gereja Katolik ST.Stephanus Cilacap,
Th. 2005, hlm 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan dan Manfaat

Tujuan Penelitian

1) Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang dari tahun 1950-2010.

2) Mendeskripsikan perkembangan Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux

Majenang sebagai perkumpulan umat beriman.

3) Mendeskripsikan peran serta Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

dalam pembangunan masyarakat yang lebih sejahtera.

Manfaat Penelitian

a. Bagi Lembaga Pendidikan (USD khususnya Program Studi Pendidikan

Sejarah)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat ditambahkan dalam koleksi

perpustakaan dalam hal karya ilmiah dan dapat menjadi bahan referensi bagi para

mahasiswa lain dalam melakukan penelitian historis tentang peristiwa-peristiwa

sejarah di Indonesia terlebih dalam perkembangan Gereja Katolik di Indonesia.

b. Bagi Pihak Gereja

Penulisan ini diharapkan membantu umat di Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang untuk memperoleh informasi tentang sejarah perkembangan

gereja mereka sendiri dan memberi pengaruh yang lebih positif demi pelayanan

dalam hidup menggereja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Bagi Peneliti

Penulisan ini bermanfaat bagi peneliti karena memberikan pengetahuan

yang sangat berharga dan berguna untuk mengetahui sejarah perkembangan gereja

Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang.

D. Tinjauan Pustaka

Penulisan skripsi ini tentang Sejarah Gereja dengan judul “Sejarah Gereja

Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang (1950-2010)”. Berikut ini beberapa

buku yang digunakan sebagai referensi guna membahas perihal pengertian dan

sejarah perkembangan gereja di Indonesia, yang akan berguna dalam penulisan

karya tulis ini:

Pertama, Buku Kenangan 50 tahun Gereja Katolik Santo Stefanus Cilacap.

Buku Kenangan ini menunjukkan awal mula perkembangan Gereja Katolik Santa

Theresia Lisieux Majenang. Sebelum menjadi sebuah paroki mandiri, Gereja

Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang merupakan bagian dari stasi yang

berlindung dalam kawasan Paroki Santo Stefanus Cilacap.

Kedua, Awal Mulanya adalah Muntilan ditulis oleh Anton Haryono yang

diterbitkan oleh Kanisius pada tahun 2009. Buku ini menjelaskan sejarah tumbuh

dan berkembangnya iman Katolik di daerah Muntilan dan Yogyakarta melalui

imam-imam Jesuit. Kerja keras imam-imam Jesuit menghasilkan karya-karya

sosial untuk masyarakat pada tahun 1914-1940.

Ketiga, Sejarah Keuskupan Purwokerto dari Mgr. BJJ. Visser, M.S.C

sampai dengan Mgr. P.S Hardjosoemarto, M.S.C yang ditulis oleh A. Sartono
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kartodirjo, P.J Suwarno, B.Musidi, Silverio R.L. Aji Sampurno. Buku ini

digunakan untuk studi dan penelitian yang dicetak oleh Pusat Studi dan

Dokumentasi Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma. Buku ini

menjelaskan tentang pembagian wilayah paroki yang masuk dalam wilayah

pastoral Keuskupan Purwokerto beserta sejarahnya dari masa kemerdekaan

sampai 2002.

Keempat, sebuah catatan singkat yang ditulis oleh Romo Silpisius Parjono

Pr, Romo yang pernah berkarya di Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang pada

tahun 2012 sampai dengan 2017. Catatan ini berisikan perjalanan pembangunan

Gereja Katolik Santa Theresia Majenang dari tahun 1950 sampai menjadi paroki

yang mandiri pada tahun 2010.

E. Landasan Teori

Penulisan ini menggunakan beberapa konsep yaitu konsep sejarah, konsep

gereja, konsep Gereja Katolik, Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

dan Kausalitas.

1. Sejarah

Kata “sejarah” dalam bahasa Arab syajara yang berarti terjadi, dalam

bahasa Latin historia, dalam bahasa Yunani histor atau istor yang berarti orang

yang pandai.2 Kata “sejarah” dalam bahasa Inggris disebut ”history” memiliki arti

masa lampau atau kejadian yang sudah dialami oleh umat manusia.

2
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Bentang Budaya, Yogyakarta, 1995, hlm 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Kata sejarah juga dapat didefinisikan sebagai (a) Kejadian yang terjadi

tanpa ada rekayasa pada masa lampau. (b) Pengetahuan atau informasi yang telah

terjadi. Oleh karena itu secara garis besar sejarah dapat dimengerti oleh semua

kalangan sebagai suatu ilmu yang dialami oleh semua manusia dari waktu yang

sudah terjadi hingga menghasilkan peninggalan atau jejak-jejak, kemudian dari

peristiwa tersebut disusun secara sistematis sehingga menjadi suatu cerita sejarah.

Sejarah tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena manusia akan selalu

berubah hidupnya menjadi kehidupan yang lebih baik.

2. Gereja

Kata gereja berawal dari bahasa Portugis yakni “igreja”, yang berarti

sebuah kawanan domba yang dikumpulkan oleh seorang gembala. Kata Gereja

juga dalam bahasa Yunani “ekklesia” berarti mereka yang dipilih dan dipanggil

Tuhan. Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa Gereja adalah sekumpulan

orang-orang yang mengimani dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus yang

menjadi Juru Selamat kehidupan.

Gereja merupakan sebuah realitas yang kompleks dan tidak dapat

dimengerti hanya dari satu sudut pandang saja. Gereja selalu hadir dalam sisi

historis manusia, selalu hidup dan mengalami perkembangan terus-menerus dalam

situasi dan tempat tertentu di wilayah gereja itu hadir. Singkatnya, Gereja selalu

hadir dalam konteks tempat dan waktu tertentu. Karena Gereja selalu hadir dan

berkembang dalam situasi dan tempat tertentu, maka kehidupan sebuah Gereja

juga dapat dikenal dari perjalanan gereja itu sendiri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dalam Konsili Vatikan II disebutkan bahwa Gereja sebagai sakramen

yaitu di mana Gereja bergerak, di situ keselamatan Ilahi harus terasa. Gereja harus

menyatu dengan masyarakat, karena Gereja diutus untuk terjun ke dalam

masyarakat. Daya kehadirannya diharapkan Gereja bisa menjadi garam di tengah-

tengah masyarakat di mana gereja itu terdapat.3

Pada kenyataanya, Gereja selalu hadir sebagai sebuah realitas sejarah

dalam waktu tertentu. Karena itu, realitas konkret Gereja yang hadir dalam sejarah

merupakan unsur pokok yang harus dipelajari untuk dapat memahami pengertian

secara umum tentang Gereja.

3. Gereja Katolik

Gereja adalah perkumpulan segenap orang yang beriman dan percaya

kepada Yesus Kristus. Gereja tidak bisa dipandang hanya dari bangunan fisik saja.

Gereja yang hidup dan besar adalah Gereja yang percaya akan adanya Yesus

Kristus yang senantiasa bersama umatnya. Umat yang dibaptis dalam nama Yesus

Kristus telah menjadi bagian dalam tubuh Gereja itu sendiri, sehingga Gereja

menjadi sarana bersatunya antara umat Allah dan Yesus Kristus. Mereka tidak

lagi dipisahkan berdasarkan jabatan, suku ataupun ras.

Kata Katolik berasal dari bahasa Yunani “katholikos”, yang berarti

keseluruhan atau umum. Gereja Katolik berarti Gereja yang tersebar di seluruh

bumi dan mengajarkan cinta kasih secara menyeluruh kepada semua umat di

muka bumi.

3
M.Purwatma Pr, Gereja Katolik Indonesia Memandang Kedepan, Kanisius, Yogyakarta, 2003,
hlm 10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri.

Gereja Katolik lahir di Yerusalem pada hari Pentakosta. Sejak saat itu

kelahirannya sudah bersifat Katolik yang berarti universal. Agama Katolik sendiri

pertama kalinya masuk ke Nusantara pada abad ketujuh.4 Di antara agama-agama

lain yang sudah terlebih dulu masuk ke Indonesia agama Katolik disebut juga

sebagai agama ketiga yang tersebar di Nusantara.

Untuk menjadi Katolik, terkadang seseorang mulai dari keinginan diri

sendiri karena didorong oleh peristiwa-peristiwa tertentu.5 Di dalam pengalaman

hidup mereka, terdapat keyakinan bahwa mengikuti Yesus Kristus adalah jalan

terbaik. Ada juga orang yang menjadi Katolik karena pengaruh pasangannya yang

beda agama atau karena bersekolah atau bekerja di yayasan Katolik. Alasan yang

beragam seperti itu hendaknya dimurnikan atau sederhananya seseorang ingin

menjadi Katolik harus benar-benar menyadari bahwa dirinya benar-benar

mengikuti jalan Yesus Kristus.

F. Metode Penelitian dan Pendekatan

1. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian

sejarah melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik berarti mengumpulkan atau menemukan sumber. Menulis

sejarah tidak mungkin dapat dilakukan tanpa tersedianya sumber sejarah. Sumber
4
Justinus Darmojuwono, Sejarah Gereja Katolik Indonesia, Ende-Flores, Bagian Dokumentasi-
Penerangan Kantor Wali Gereja Indonesia,1974, hlm 19.
5
Komkat KAS, Mengikuti Yesus 1, Yogyakarta, Kanisius, 1997, hlm 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

sejarah adalah bahan penulisan sejarah yang mengandung bukti lisan maupun

tertulis. Pengumpulan sumber dilakukan dengan studi pustaka.6

Dalam penulisan ini yang penulis lakukan pertama adalah mengumpulkan

sumber dalam bentuk buku yang didapat dari perpustakaan Sanata Dharma yang

berhubungan dengan masalah yang penulis bahas. Selanjutnya penulis melakukan

wawancara kepada pelaku sejarah berdirinya Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang. Penelitian kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data

sumber yang relevan dengan judul penelitian.

b. Kritik sumber (Verifikasi)

Kritik sumber adalah upaya untuk memeriksa otentisitas dan kredibilitas

sumber. Dalam mencari kebenaran, penulis diharapkan mampu membedakan apa

yang benar dan apa yang tidak benar. Seorang penulis sejarah harus

menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptic), tidak percaya begitu

saja, menggunakan akal sehat, dan melakukan tebakan inteligen. Inilah fungsi dari

kritik sumber sehingga karya sejarah merupakan produk dari suatu proses ilmiah

yang dapat dipertanggungjawabkan, bukan hasil dari suatu fantasi, manipulasi

atau fabrikasi sejarawan.7

Dalam penelitian ini yang penulis lakukan adalah mencari kebenaran dari

berbagai sumber yang penulis temukan. Setelah materi selesai dibaca dan

dianalisis, kemudian penulis membandingkannya dengan sumber lain.

Selanjutnya, setelah materi yang dibandingkan dirasa benar kemudian peneliti

mulai menulis.

6
Suhartono W.Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm 29.
7
Helis Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Ombak, 2016, hlm 84.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Interpretasi

Fakta yang sudah dikumpulkan harus diinterpretasikan untuk

menghasilkan cerita sejarah. Interpretasi atau tafsir sebenarnya sangat individual,

artinya siapa saja dapat menafsirkan. Meski datanya sama tetapi interpretasinya

dapat berbeda. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan latar belakang, pengaruh,

motivasi, pola pikir. Jadi interpretasi sangat subjektif tergantung siapa yang

melakukannya, tergantung pribadinya masing-masing.

Interpretasi ada diantara verifikasi dan eksposisi. Dalam melakukan

interpretasi penulis ada di bawah bimbingan metodologi sejarah sehingga

subjektivitas dapat dieliminasi. Metodologi mengharuskan penulis untuk

mencantumkan sumber datanya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat

mengkroscek kebenaran data dan konsisten dengan interpretasinya.

Interpretasi sangat esensial dan krusial di dalam metodologi sejarah.

Interpretasi dapat dilakukan dengan analisis dan sintensis. Dari data yang

bervariasi data dianalisis setelah ditarik secara induktif sehingga dapat

dikumpulkan. Sedangkan sintensis berlawanan dengan apa yang dilakukan oleh

analisis. Sintensis sama dengan penyatuan. Data-data yang dikelompokan menjadi

satu kemudian disimpulkan.8

Langkah selanjutnya setelah interpretasi sumber yang penulis lakukan

adalah merangkai kalimat yang didapat dari berbagai sumber dengan

menggunakan pola pikir penulis sendiri sehingga menjadi penulisan sejarah

berbeda dari yang lain. Penulis memilih sumber yang berhubungan dengan sejarah

8
Suhartono W.Pranoto,op.cit, hlm 55.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang untuk mendukung kebenaran

sejarah.

d. Penulisan (Historiografi)

Dalam penulisan sejarah, aspek kronologi sangat penting. Tahap penulisan

mencakup interpretasi sejarah, eksplanasi sejarah, sampai presentasi atau

pemaparan sejarah sebenarnya. Ketika memasuki tahap ini, penulis menggunakan

pikiran-pikiran kritis dan menganalisanya karena penulis harus menghasilkan

suatu sintensis dari seluruh hasil penelitian dalam suatu penulisan utuh yang

disebut historiografi (penulisan sejarah).9

Tahap terakhir dari penelitian ini adalah penulisan atau historiografi,

dimana penulis mulai menulis kisah sejarah sesuai dengan tema penelitian. Dalam

penulisan ini penulis mencoba menyampaikan suatu pikiran melalui interpretasi

sejarah berdasarkan fakta hasil penelitian.

2. Pendekatan

Sejarah sebagai ilmu sosial tidak bisa berdiri tanpa bantuan ilmu sosial

yang lain. Maka dari itu sejarah meminjam konsep-konsep ilmu sosial yang lain

agar penelitian sejarah menjadi lebih jelas. Pendekatan menjadi sangat penting,

karena dari pendekatan yang mengambil sudut pandang tertentu akan

menghasilkan konstruksi sejarah tertentu. Dalam penulisan skripsi ini penulis

menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan historis dan pendekatan sosial.

9
Helius Sjamsuddin, op.cit, hlm 103-104.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

a. Pendekatan historis

Pendekatan historis digunakan untuk melihat kronologis berdiri dan

berkembangnya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang dari tahun 1950-

2010.

b. Pendekatan sosial

Pendekatan sosial merupakan pendekatan yang berorientasi pada peristiwa

sosial dengan segala implikasinya. Pendekatan sosial ini digunakan untuk melihat

keadaan masyarakat Majenang dengan hadirnya Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang di tengah-tengah masyarakat Majenang yang heterogen.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi yang berjudul Sejarah Gereja Katolik Santa

Theresia Lisieux Majenang 1950-2010 adalah sebagai berikut:

Bab I, memuat pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan masalah, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, landasan

teori, metode penelitian dan pendekatan, dan sistematika penulisan.

Bab II, menjelaskan latar belakang berdirinya Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang, dalam masa pembangunan sampai menjadi gereja

atau paroki yang mandiri.

Bab III, memaparkan perkembangan Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux

Majenang dari tahun 1950 sampai 2010

Bab IV, menguraikan implikasi dan kehadiran Gereja Katolik Santa Theresia

Lisieux Majenang terhadap kehidupan masyarakat sekitar, serta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

menjelaskan pengaruh kehadiran gereja dalam berbagai bidang yaitu,

sosial, budaya, kesehatan serta pendidikan.

Bab V, berisi penutup yang memuat kesimpulan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LATAR BELAKANG BERDIRINYA GEREJA KATOLIK SANTA

THERESIA LISIEUX MAJENANG

A. Karakteristik Kecamatan Majenang Sebelum 1950

Kecamatan Majenang adalah bagian dari kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa

Tengah. Kecamatan ini letaknya di bagian barat wilayah Provinsi Jawa Tengah.

Di sebelah barat kecamatan ini berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat,

dengan kabupaten Brebes di sebalah utara, dengan kecamatan Cimanggu di

sebelah Timur dan kecamatan Cipari di sebelah Selatan. Luas kecamatan

Majenang sekitar 138km² (seratus tigapuluh delapan kilometer persegi), yang

terdiri dari 17 (tujuhbelas kelurahan).1 Sebagian besar wilayah ini adalah daerah

perbukitan dan hutan.

Penduduk Majenang bersifat heterogen, yaitu terdapat warga lokal dan

pendatang. Pada tahun 1950 sebagian besar penduduk beragama Islam, namun

masih bersifat abangan. Ada juga penduduk yang beragama Katolik. Bahasa

Ngapak biasa mereka gunakan berkomunikasi sehari-hari. Namun, karena

sebagian besar warga pendatang berasal dari Purworejo, Yogyakarta, Klaten dan

Solo mereka menggunakan Bahasa Jawa. Tahun 1950 banyak warga lokal bekerja

sebagai petani dan wiraswasta. Sedangkan kebanyakan pendatang bekerja sebagai

guru.

1
Wikipedia, Majenang Cilacap, Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Majenang,_Cilacap,
Diakses pada 6 Juni 2018, 22.02wib.

15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

Pada 1950, para pendatang memilih tinggal di pusat kota, karena lokasinya

strategis dan mudah dijangkau dari berbagai arah. Selain itu, minimnya fasilitas

transportasi dan keadaan jalan yang belum diaspal menjadi latar belakang

penduduk memilih tinggal di kota. Sebelum tahun 1950 warga masih

menggunakan sepeda onthel sebagai sarana transportasi untuk bepergian

dikarenakan kondisi jalan yang memprihatinkan.

Secara administrasi pemerintahan, kecamatan Majenang masuk dalam

wilayah pastoral keuskupan Purwokerto. Keuskupan Purwokerto adalah

keuskupan yang menginduk pada keuskupan Agung Semarang. Keuskupan

Purwokerto memiliki wilayah sampai ujung barat Povinsi Jawa Tengah, di bagian

barat berbatasan dengan keuskupan Bandung.2 Majenang lokasinya berada

dibagian ujung barat keuskupan Purwokerto. Keuskupan ini berdiri pada tahun

1927, sehingga menarik perhatian beberapa tarekat biarawan dan biarawati untuk

mengembangkan karyanya di keuskupan ini. Sama dengan keuskupan lainnya,

keuskupan ini memiliki imam diosesan sejak Mgr. Paschalis Soedita

Hardjasoemarta, S.J. menjadi uskup Purwokerto pada tahun 1973.3 Imam diosesan

biasa disebut imam projo yang siap berkarya untuk pelayanan umat diseluruh

wilayah keuskupan.

Keuskupan Purwokerto juga terdapat beberapa tarekat biarawan dan

biarawati. Mereka juga berkarya dan mengembangkan umat. Tarekat biarawan

dan biarawati yang terdapat di keuskupan Purwokerto yaitu: Misionaris Hati

2
Keuskupan Purwokerto, Tersedia: https://www.keuskupan-purwokerto.org/paroki, Diakses pada
6 Juni 2018, 22.26wib.
3
A. Sartono Kartodirjo dkk, Sejarah Keuskupan Purwokerto Dari Mgr.B.J.J Visser, M.S.C-
Mgr.P.S. Hardjosoemarto M.S.C, Pusat Studi dan Dokumentasi Sejarah Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, 1998, hlm 8.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Kudus Yesus (M.S.C) yang dimulai pada tahun 19274, Oblat Maria Imaculata

(OMI) untuk kongregasi para imam yang dimulai pada tahun 1927 5 serta Suster

Dominikan (OP) sejak tahun 1951,6 Fransiskan Misionaris Maria Imaculata

(FMMI) sebagai kongregasi suster termuda di keuskupan Purwokerto yaitu

diresmikan pada 2010,7 Putri Bunda Hati Kudus Yesus (PBHK) sebagai

kongregasi suster tertua di keuskupan Purwokerto yaitu sejak tahun 1934.8

Datangnya kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C) ke Majenang

menjadi sejarah awal umat Katolik di Majenang membentuk sebuah Gereja. Para

imam Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C) mampu menjalankan pelayanan di

tempat terpencil dan masih minim fasilitas. Beralihnya pengelolaan keuskupan

Purwokerto yang semula dipegang oleh para imam Jesuit (SJ) kepada kongregasi

Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C) pada tanggal 25 November 1927 juga

menjadi latar belakang para pastor Hati Kudus Yesus (M.S.C) mengembangkan

misi di Majenang.9 Dengan situasi Majenang pasca penumpasan Darul Islam

(DI/TII) yang dipimpin oleh S.M Kartosuwiryo pada tahun 1949 10 juga menjadi

tantangan tersendiri bagi misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C) untuk berkarya

ditempat yang baru.

4
Paroki Santo Stefanus Cilacap, Menggereja dan memasyarakat lebih nyata. Kenangan 75 tahun
paroki St.Stefanus Cilacap.2005. hlm 18.
5
Ibid. hlm 18.
6
M. Agnes Iswatini, OP dkk, Jejak Langkah Kongregasi Suster-Suster Santo Dominikus di
Indonesia, St. Dominic Publising, Yogyakarta, 2012, hlm 26.
7
Wawancara dengan Sr. Vero FMMI, 27 April 2018, 16.00wib: Sr. Vero FMMI adalah suster
kepala biara FMMI di Majenang sejak tahun 2012.
8
Sejarah Regio Indonesia, Tersedia:
https://sites.google.com/sites/bruderkaritas/sejarahregioindonesia, Diakses pada 8 Juli 2018,
10.21wib.
9
A. Sartono Kartodirjo dkk, Sejarah Keuskupan Purwokerto Dari Mgr.B.J.J Visser, M.S.C-
Mgr.P.S. Hardjosoemarto M.S.C, Opcit., hlm 12.
10
Prinardi, Sekmadji Maridjan Kartosuwirjo, Jakarta: Arya Guna, 1964, hlm 33.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

B. Hadirnya Kelompok Pendatang di Majenang

Tahun 1950 saat pemerintahan Bupati Rama Tjakrasewaja, mulai

dibangun fasilitas guna memberdayakan masyarakat. Program ini membutuhkan

banyak tenaga yang ahli.11 Bidang pendidikan dan kesehatan adalah dua bidang

yang sangat dibutuhkan. Program ini dilatar belakangi jumlah sekolah yang sangat

sedikit dan fasilitas kesehatan yang tidak merata.

Dibutuhkannya banyak tenaga ahli tersebut memicu para pendatang dari

daerah Purworjo, Yogyakarta, Klaten dan Solo untuk bekerja sesuai bidang yang

dikuasainya. Program ini berdampak besar terhadap kemajuan pendidikan dan

kesehatan di Majenang. Pertengahan tahun 1950 kecamatan Majenang mulai

didatangi beberapa pendatang. Mereka ditugaskan menjadi tenaga pendidik dan

sebagai mantri kesehatan. Sebagian besar pendatang sudah pernah mendapatkan

pendidikan sesuai dengan bidangnya. Mereka kebanyakan lulusan SGB

Ambarawa dan Normaalschool. Sekolah-sekolah tersebut menghasilkan guru-guru

yang handal, karena proses belajar memerlukan guru yang professional.

Saat gencarnya program pemerataan pembangunan masyarakat,

pemerintah pusat juga mengeluarkan undang-undang tentang dasar-dasar

pendidikan dan pengajaran di sekolah untuk seluruh wilayah Indonesia pada tahun

1950.12 Undang-undang tersebut melatarbelakangi direkrutnya tenaga pendidik

untuk berkarya di Majenang. Program ini dapat meningkatkan mutu dalam bidang

pendidikan dan kesehatan di Majenang. Selain itu, program dari kabupaten ini

11
Cilacapan.com, Tersedia: http://www.clacapan.com/2016/03/sejarah-lahir-dan-
berkembangnya.html, Diakses pada 12 Juni 2018, 12.42wib.
12
I. Djumhur, H.Danasprata, Sejarah Pendidikan, Penerbit CV Ilmu Bandung, Bandung, 1974,
hlm 203.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

menjadi lapangan pekerjaan baru bagi para pendatang. Karena di daerah asal

mereka sudah banyak terdapat tenaga pendidik, sarana pendidikan dan kesehatan.

Dari sekian banyak pendatang di Majenang, terdapat beberapa orang

Katolik. Mereka berasal dari daerah yang berbeda-beda. Beberapa lulusan SGB

Ambarawa yang sudah saling mengenal satu sama lain. Mereka mengenal sesama

pemeluk agama Katolik karena dipertemukan dalam beberapa acara guru-guru.

Karena pekerjaan yang sama itu mereka dapat mengenal satu sama lain.

C. Misi Kongregasi di Majenang

Sebagai bagian dari wilayah keuskupan Purwokerto, Misionaris Hari

Kudus Yesus (M.S.C) pertama melakukan karya misinya di daerah ini melalui

romo Sumoharjono M.S.C. Kongregasi M.S.C mulai melakukan karyanya di

Majenang sejak tahun 1950. Romo Sumoharjono M.S.C berusaha menyapa umat

Katolik di wilayah Majenang yang kebanyakan berprofesi sebagai guru. Selain

dari profesi yang sama, mereka adalah pendatang yang bertujuan mencari nafkah

di Majenang dengan keterbatasan fasilitas.

Dalam sejarahnya kongregasi Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C)

memulai misinya di Indonesia pada tahun 1903. Kongregasi ini tersebar di 12

keuskupan di Indonesia termasuk keuskupan Purwokerto.13 Kongregasi

Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C) memiliki keterkaitan dengan umat di

Majenang, yaitu melayani spiritualitas para guru pendatang agar iman katolik

mereka tetap terjaga. Bagi para imam Misionaris Hari Kudus Yesus (MSC)

13
MSC Indonesia, Tersedia: https://misacorindo.id/id/who-we-are/, diakses pada 12 Juni 2018,
15.01wib.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

langkah ini juga sebagai pengenalan wilayah pada tahun 1950 pasca beralihnya

pengelolaan keuskupan Purwokerto dari Imam Jesuit (SJ) kepada Misionaris Hati

Kudus Yesus (M.S.C).

Selain imam Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C), terdapat juga

beberapa kongregasi yang melakukan misi di Majenang. Mereka adalah para

imam Oblat Maria Imaculata (OMI). Kongregasi OMI mulai berkarya di

Indonesia pada tahun 1977. Awal misi mereka adalah wilayah keuskupan

Purwokerto termasuk Majenang. Masuknya para imam OMI ke Majenang

tentunya memiliki keterkaitan dengan masyarakat yang masih memerlukan

pelayanan iman. Hal tersebut merupakan pokok utama hadirnya misi OMI di

Majenang. Pada akhirnya mereka membangun sekolah-sekolah bagi masyarakat di

sekitar Majenang sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat Majenang yang

masih kekurangan fasilitas pendidikan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

PERKEMBANGAN GEREJA KATOLIK SANTA THERESIA LISIEUX

MAJENANG

A. Perkembangan Jumlah Umat

Terbentuknya umat Katolik di Majenang pada tahun 1950 bermula dari 5

keluarga. Mereka adalah Siswo Sudharmono, Matius Bachrun Sanstra Sidharta,

Dirjo Siswoyo, Sie Tjeng How dan Lie She Heng. Mereka yang memprakarsai

terbentuknya gereja Katolik di Majenang.1 Pada tahun itu umat belum memiliki

gedung gereja. Namun, paguyuban umat Katolik yang sudah terbentuk tetap

mengadakan kegiatan misa. Misa dilaksanakan sekali dalam setiap bulannya di

rumah bapak Dirjo Siswoyo, dilayani oleh pastor dari Cilacap.2

Semakin banyak pendatang baru di Majenang, berdampak pada

bertambahnya umat Katolik. Pada tahun 1955 datang 7 pemuda alumni SGB

Ambarawa yang ditugaskan menjadi tenaga pengajar di Majenang. Dengan

bertambahnya pendatang yang ditugaskan sebagai tenaga pendidik, setiap 5 tahun

sekali jumlah umat bertambah sekitar 10-15 orang. Data tersebut diambil

berdasarkan perhitungan misa mingguan.3

Memasuki tahun 1957 jumlah umat Katolik di Majenang terus bertambah.

Pada tahun ini mulai ada warga lokal yang menginginkan untuk dibaptis. Mereka

adalah Sie Tjeng Ho, Sutinah, Yun Tek dan Suwarto. Dibaptisnya mereka maka

1
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & Profil Paroki Santa
Theresia Majenang, hlm 4.
2
Wawancara dengan ibu Suwarto, 26 April 2018, 18.30wib: ibu Suwarto adalah pelaku sejarah
terbentuknya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang sekaligus sebagai istri dari
alm.Bpk Suwarto yang menjadi warga lokal pertama yang menjadi Katolik.
3
Ibid.

21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

bertambah pula jumlah umat Katolik di Majenang menjadi 19 orang. 4 Jumlah

tersebut dihitung dari jumlah umat yang hadir pada setiap perayaan ekaristi.

Gagasan untuk memiliki gedung gereja mulai terpikirkan pada tahun 1968.

Umat Katolik terus bertambah, seiring dengan banyaknya pendatang. Pada tahun

ini ada empat warga lokal yang menerima sakramen Krisma dari Uskup

Purwokerto, yaitu Sie Tjeng Ho, Sutinah, Yun Tek dan Suwarto. 5 Mereka adalah

umat yang telah menerima sakramen baptis pada tahun 1957. Setelah itu aktivitas

umat dalam hal menggereja mulai terjalin dengan baik. Bertambahnya umat

kembali terjadi di tahun 1970, dengan hadirnya para guru-guru dari Yogyakarta,

Muntilan, Klaten dan Solo. Mereka adalah: PH Sihmarma, Alfianto Satriadi,

Andreas Pardi, Antonius Sulistiono dan Sarwi Mulatsih. Datangnya para guru

tersebut menambah jumlah umat di Majenang menjadi 25 orang yang hadir dalam

setiap perayaan ekaristi.

Perkembangan umat bertambah lagi pada tahun 1975, adanya warga asli

Majenang yang menginginkan menjadi umat Katolik. Mereka adalah: Inggriati,

Lie Liam, Sanjaya dan Veronika Soraya. Mereka mendapatkan pelajaran calon

baptis dari Tukijan. Dengan adanya warga lokal yang dipermandikan, maka

bertambah pula umat Katolik di Majenang menjadi sekitar 30 orang. Ketertarikan

warga lokal untuk menjadi Katolik semakin meningkat seiring dengan

bergabungnya Yong Suhadi dan Yohanes Suwahyu. Mereka adalah warga

keturunan Tionghoa yang tertarik masuk menjadi Katolik.

4
Ibid.
5
Paroki Santo Stefanus Cilacap, Menggereja dan memasyarakat lebih nyata, Kenangan 75 tahun
paroki St.Stephanus Cilacap, 2005.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Peran para guru yang datang ke Majenang selain menunjang pendidikan

juga berpengaruh pada perkembangan umat Katolik di Majenang. Pada tahun

1980 datang para guru dari Purworejo, Yogyakarta, Klaten dan Solo. Mereka

adalah: Petrus Sunaryo, Bambang Muryadi, Benediktus Kukuh Sanyoto, Vicentius

Sumanto, Enang Digdo, Ngadirin dan lainnya. Kedatangan mereka serta keluarga

yang dibawa menambah jumlah umat Katolik di Majenang menjadi sekitar 60

orang.6 Jumlah tersebut hadir dalam setiap perayaan ekaristi.

Umat Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang sebagian besar berprofesi

sebagai tenaga pendidik. Adanya gereja di tengah masyarakat terdapat keterkaitan

dengan situasi sosial. Tahun 1990 menjadi titik akhir bertambahnya umat Katolik

yang datang dengan latar belakang seorang guru. Tahun ini umat Katolik

bertambah dengan hadirnya: Nico Wahyu, Dedi Setiadi Utoyo, Th. Mulatsih dan

BS Setiawan. Jumlah umat terus meningkat mencapai 100 jiwa.7

Umat Katolik di Majenang semakin bertambah sejak membentuk sebuah

perkumpulan dewan stasi bagian dari Paroki Santo Stefanus Cilacap sejak 1979.

Pada akhirnya, tahun 2010 Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

ditetapkan menjadi paroki yang diresmikan pada 1 Oktober 2010. Paroki tersebut

tersebar di 2 kecamatan yaitu Majenang dan Cimanggu. 8 Berikut ini tabel jumlah

perkembangan umat Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang tahun 1950

sampai dengan 2010:

6
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & Profil Paroki,
Op.cit., hlm 5.
7
Ibid. hlm 6.
8
Statistik Paroki 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Tabel 3.1 Jumlah Umat Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

No Tahun Jumlah Umat


1 1950 5 orang
2 1955 12 orang
3 1957 19 orang
4 1970 25 orang
5 1975 30 orang
6 1980 60 orang
7 1990 100 orang
8 1992 152 orang
9 1994 220 orang
10 2010 355 orang

Berdasarkan tabel 3.1 menunjukkan bahwa jumlah umat Gereja Katolik

Santa Theresia Lisieux Majenang sejak tahun 1950 sampai dengan 2010 semakin

bertambah. Bertambahnya jumlah umat dipengaruhi oleh semakin banyaknya

pendatang, bertambahnya umat yang dibaptis, dan banyaknya perkawinan.

B. Pembangunan Gedung Gereja: Dari Rumah Pribadi Sampai Gereja

Mandiri (1950-1970)

Awal gereja ini dirintis pada tahun 1950, Majenang belum memiliki

sebuah bangunan untuk berkumpul dan berdoa bersama. Umat Katolik di

Majenang merindukan memiliki sebuah tempat ibadah yang dapat membantu

mereka beribadah dengan aman dan nyaman. Maka, pada tahun 1955 keluarga

Dirjo Siswoyo yang beralamatkan di Genteng, menawarkan rumahnya untuk

dijadikan tempat ibadah meski hanya bersifat sementara. Pada masa ini umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

sudah bisa melaksanakan misa meski hanya sebulan sekali yang dilayani oleh

Romo Sumo Harjono, M.S.C. 9

Pada tahun 1957, keinginan untuk memiliki tempat ibadah yang tidak

tergantung pada keluarga Dirjo Siswoyo terwujud, setelah seorang guru yang

bernama Idjan menawarkan rumahnya. Rumah Idjan ini dahulu digunakan sebagai

penginapan para tentara, yang kemudian diangkut menuju Majenang.10 Umat

menghendaki letak bangunan gereja yang mudah dijangkau, maka umat setuju

untuk menyewa tanah milik Hj. Fakih. Tanah tersebut terletak di jalan Ki Adeg

dengan harga sewa Rp. 200 (dua ratus rupiah) setiap tahunnya. Setelah

persetujuan tanah selesai, umat gotong royong memindahkan bangunan rumah

pemberian Idjan dengan menyewa grobak seharga Rp.1 (satu rupiah) dari Genteng

menuju jalan Ki Adeg Majenang. Dengan persetujuan ini, mulai tahun 1957 umat

Katolik di Majenang telah memiliki bangunan gereja meski masih semi

permanen.11

Selama sebelas tahun kegiatan menggereja dilaksanakan di kapel yang

terletak di jalan Ki Adeg. Melihat perkembangan umat yang semakin meningkat

jumlahnya, terpikir untuk memiliki sebuah tempat ibadah yang lebih luas. Selain

itu, adanya keinginan umat memiliki kapel yang berdiri di tanah milik sendiri

semakin memperkuat keyakinan umat untuk pindah dari kapel di jalan Ki Adeg ke

tempat yang dianggap lebih memadai.

9
Catatan Sejarah Paroki Santa Theresia Majenang yang dicatat oleh Bapak Nico Wahyu
Widiyatmoko. Bapak Nico Wahyu Widiyatmoko adalah pelaku sejarah sekaligus aktivis gereja.
10
Sejarah Singkat & Profil Paroki, Op.cit, hlm 4.
11
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Buku Kenangan Berdirinya Paroki
Santa Theresia Majenang 2010, hlm 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Keinginan umat tadi terwujud pada tahun 1968 dengan membeli bangunan

rumah di jalan Mawar dengan luas 22 ubin dan sudah ada aliran listriknya. Harga

kesepakatan Rp. 45.000 (empat puluh lima ribu rupiah) dan dana tersebut berhasil

dikumpulkan dari iuran umat dan bantuan dari Paroki Santo Stefanus Cilacap

senilai Rp. 10.000 (sepuluh ribu rupiah).12 Setelah berhasil dibeli maka mulai

tahun 1968, semua kegiatan yang sebelumnya berlangsung di jalan Ki Adeg

pindah ke jalan Mawar. Misa dilayani oleh Romo Netto M.S.C pengganti Romo

Sumo Harjono M.S.C, yang datang sebulan sekali dari Cilacap.13

Bangunan kapel di jalan Mawar ternyata tidak bertahan lama. Setelah satu

tahun umat menghuni bangunan tersebut, ternyata ada kendala pada bahan

bangunan yang sudah dapat dikatakan tidak layak pakai. Mulai dari dinding

anyaman bambu yang berlubang, sampai kayu yang lapuk sehingga bangunan

kapel tidak bisa lagi berdiri tegak. Ada gagasan umat untuk memperbaiki

bangunan kapel tersebut, namun Romo Netto M.S.C memberi masukan agar

menjual dan membeli tanah di tempat lain yang dirasa lebih strategis.14

Kapel yang terletak di jalan Mawar tersebut dianggap kurang strategis,

karena posisinya jauh dari jalan raya, dan dengan kondisi jalan tak beraspal

sehingga mudah tergenang air saat hujan. Bahkan, Romo Netto M.S.C berjanji

12
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & Profil Paroki,
Op.cit, hlm 4.
13
A. Sartono Kartodirjo,P.J dkk, Sejarah Keuskupan Purwokerto Dari Mgr.B.J.J. Visser, M.S.C –
Mgr. P.S. Hardjosoemarto, M.S.C, Pusat Studi dan Dokumentasi Sejarah Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 1998, hlm 462.
14
Catatan Sejarah Paroki Santa Theresia Majenang yang dicatat oleh Bapak Nico Wahyu
Widiyatmoko. Bapak Nico Wahyu Widiyatmoko adalah pelaku sejarah sekaligus aktivis gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

akan menyumbang uang sejumlah Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) jika umat

berhasil menemukan tanah pengganti.15

Pada tahun 1969 umat menemukan tanah yang hendak dijual milik Hj.

Mafu yang terletak di jalan Dr. Sutomo Cigobang. Muncul sebuah ide untuk

membeli tanah di jalan Dr.Sutomo, dengan ukuran 42 ubin dan harga Rp. 189.000

(seratus delapan puluh sembilan ribu rupiah) umat setuju untuk membelinya.16

Kesepakatan pelunasan dengan pemilik tanah, akan dilunaskan dalam waktu satu

minggu. Umat mengumpulkan dana, dengan cara menjual tanah serta

bangunannya yang terletak di jalan Mawar. Namun umat menemukan kendala

dalam proses pelunasan, karena pada tahun 1969 Romo Netto M.S.C dipindah

tugaskan dari paroki Cilacap ke tempat lainnya. Pada akhirnya Romo Netto M.S.C

tidak dapat membantu pelunasan tanah yang akan dibeli.17 Dengan adanya

hambatan tersebut, umat memiliki ide untuk membentuk tim pencari dana.

Dengan cara mencari dana sumbangan ke gereja Katolik di sekitar Majenang yaitu

Purwokerto, Banyumas, Sokaraja dan Cilacap. Tim pencari dana tersebut

beranggotakan: Ag. Suwarto, Chr.Tukijan, Kim Tyiok Hwie, Theresia Indajati

dan Sthepanus Sudiyono. Setelah proses pengumpulan dana dilaksanakan, maka

terkumpul dana sebesar Rp. 230.000 (dua ratus tiga puluh ribu rupiah).18

Uang sejumlah Rp. 230.000 (dua ratus tiga puluh ribu rupiah) tersebut

digunakan untuk membeli tanah dan sisanya digunakan untuk mengurus

15
Ibid.
16
Ibid.
17
Wawancara dengan ibu Suwarto, 26 April 2018, 18.30wib: ibu Suwarto adalah pelaku sejarah
terbentuknya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang sekaligus sebagai istri dari alm.Bpk
Suwarto yang menjadi warga lokal pertama yang menjadi Katolik.
18
Nico Wahyu Widiyatmoko, “Catatan Sejarah Paroki Santa Theresia”, Op.cit, hlm 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

administrasi tanah tersebut. Setelah kendala dapat teratasi dan urusan tanah selesai

maka, pada tanggal 1 November 1970 tanah yang beralamatkan di jalan Dr.

Sutomo resmi menjadi milik umat.19 Sisa uang dari penjualan bangunan bekas

kapel di jalan Mawar senilai Rp. 80.000 (delapan puluh ribu rupiah), digunakan

untuk membangun gedung gereja di jalan Dr. Sutomo. Sthepanus Sudiyono

dijadikan ketua pembangunan gereja, karena dianggap berpengalaman dalam

pembangunan gereja yang sebelumnya dia tangani di daerah Pekalongan.20

C. Dinamika Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang Sebagai Stasi

(1971-2000)

Gedung gereja yang terletak di Jalan Dr Soetomo sudah layak menjadi

tempat ibadah dari bangunan sebelumnya. Tanggal 1 Oktober 1971 umat sepakat

mengangkat nama Santa Theresia Lisieux sebagai pelindung gereja. Umat yang

diwakili Stephanus Sudiyono terkagum pada perjalanan santa muda yang sangat

suci tersebut. Selain kesepakatan dengan seluruh umat, pemberian nama Santa

Theresia juga usulan dari Stephanus Sudiono. Pada saat yang bersamaan dengan

pembangunan gereja, salah satu anak Stephanus Sudiono mengalami sakit.

Sebagai koordinator pembangunan gedung gereja pada tahun 1970, dia berjanji

jika setelah anaknya sembuh dia akan memberikan nama pelindung gereja yang

sama dengan nama anaknya yang mengalami sakit. Pembangunan berlangsung

selama satu tahun itu akhirnya terselesaikan pada tahun 1971. Secara bersamaan,

anak Sthepanus Sudiyono mendapatkan kesembuhan pada tahun yang sama. Pada
19
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & Profil Paroki,
Op.cit, hlm 5.
20
Nico Wahyu Widiyatmoko, “Catatan Sejarah Paroki Santa Theresia”, Op.cit. hlm 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

akhirnya dia menepati janjinya yaitu memberikan nama pelindung Santa Theresia

Lisieux.

Tahun 1971 umat memiliki keinginan untuk menambah bangunan di

belakang gedung gereja untuk tempat tinggal pastor. Setelah bangunan tersebut

terwujud, untuk semetara waktu ditempati keluarga Chr.Tukijan.21 Sebagai

katekis, keluarga ini diberi kepercayaan untuk menempati bangunan gereja

sekaligus menunggui gereja karena belum ada pastor yang menetap. Kehidupan

menggereja mulai berkembang dan ditunjang dengan tempat yang memadai, pada

tahun 1974 Bapak Uskup Purwokerto Mgr. Paskalis Harja Soemarta, M.S.C

datang ke Majenang untuk memberikan sakramen Krisma. Dengan semangat agar

gereja terus berkembang pada tahun 1975 Chr.Tukijan mempersiapkan baptisan

baru. Mereka yang dibaptis adalah: FC. Arfianto Satriadi, Lie Liam, Sanjaya, dan

Veronika Soraya.

Tahun 1976 terbentuk paguyuban legio Maria yang diketuai PH.

Sihmarma dan Andreas Pardi. Pada tahun yang sama, terlaksana juga kegiatan

Marriage Encounter (ME) angkatan pertama yang diikuti oleh pasutri HG. Suradi

dan Yong Suhadi. Pembangunan gedung gereja terus berlanjut pada tahun 1978.

Datangnya para guru dari Purworjo, Yogyakarta, Klaten dan Solo puncaknya pada

tahun 1982. Pada tahun ini gedung gereja dibangun permanen dan dipasang aliran

listrik dari PLN. Masa ini gereja mengalami kemajuan dalam hal pelayanan

maupun hal bangunan gereja. Gereja sudah dilengkapi dengan tabernakel dan

sudah ada pastor yang menetap di Majenang yaitu Pastor Pat Mac Analli, OMI.
21
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Profil Paroki Santa Theresia
Majenang, “Sejarah Singkat”, Op.cit. hlm 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Bangunan gereja sudah permanen dan mengalami perkembangan yang

lebih baik. Pada 25 November 1979, bapak Uskup Purwokerto Mgr. Pascalis

M.S.C sempat merayakan misa di gereja yang sudah dibangun permanen tersebut.

Bapak Uskup juga memberi sakramen Krisma pada umat. Dengan begitu

sakramen Krisma di Majenang sudah diadakan sebanyak tiga kali. Renovasi

bangunan gereja berlanjut pada tahun 1984. Tahun ini dilakukan penyatuan antara

gereja dengan pastoran. Bertepatan dengan ini, pastor Carolus OMI menggantikan

pastor Pat Mac Analli, OMI. Setelah pergantian pastor dilakukan, pembagian

lingkungan umat menjadi empat wilayah yaitu Lingkungan Petrus, Lingkungan

Fransiskus, Lingkungan Paulus dan Lingkungan Yohanes. Tahun 1988 gereja

mulai direnovasi kembali, yaitu perluasan panti imam dan pastoran dikecilkan

agar cukup untuk perluasan panti imam di dalam gedung gereja.22

Pengurus stasi membentuk panita arisan pada tahun 1997. Arisan tersebut

bertujuan mengumpulkan dana guna membangun gereja yang lebih besar. Selain

jumlah umat yang terus bertambah, juga perlunya sekretariat dan pastoran yang

lebih luas guna membantu pelayanan umat. Tahun 2004 pastoran dipindahkan ke

timur gereja dengan cara menyewa rumah milik penduduk sekitar gereja selama

satu tahun. Kemudian pengurus stasi memperpanjang kontraknya sampai dengan

tahun 2012.23 Tahun 2000 Keuskupan Purwokerto mulai menempatkan para

pastor diosesan untuk berkarya menjadi pastor paroki Majenang.

22
Ibid. hlm 6.
23
Ibid. hlm 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

D. Dinamika Kehidupan Beragama: Dari Sebuah Komunitas hingga

Menjadi Paroki

Perjuangan umat Katolik di Majenang untuk menjadi sebuah paroki yang

mandiri melalui proses yang tidak singkat. Mulai merintis menjadi sebuah gereja

pada tahun 1950, umat di Majenang belum memiliki status sebagai bagian

wilayah dari sebuah paroki.24 Pada masa ini umat sudah dilayani oleh Romo

Sumo Harjono M.S.C yang datang dari Cilacap sebulan sekali. Karena jarak

Kecamatan Majenang menuju Cilacap adalah jarak yang paling dekat di wilayah

Keuskupan Purwokerto, maka uskup Purwokerto yaitu Mgr. Schoemaker M.S.C

memerintahkan Romo Paroki Cilacap yaitu Romo Sumo Harjono M.S.C untuk

melayani umat di Majenang.25

Tahun 1955 umat Katolik di Majenang kadang dilayani oleh romo tamu

dari Tasikmalaya. Romo tamu datang seminggu sekali untuk melayani misa.

Namun pelayanan misa dari romo tamu tersebut dirasa kurang efektif, karena

selain jarak yang lebih jauh dari Cilacap juga wilayah Majenang dan Tasikmalaya

berbeda keuskupan. Majenang merupakan bagian dari keuskupan Purwokerto

sedangkan Tasikmalaya bagian dari keuskupan Bandung.26 Umat Majenang untuk

sementara dilayani oleh romo tamu dari Tasikmalaya. Pada tahun 1968 pelayanan

dilanjutkan kembali oleh pastor dari Cilacap. Pada masa ini Romo Netto M.S.C

24
Dewan Pastoral paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & PROFIL PAROKI,
Op.cit., hlm 4.
25
Paroki Santo Stefanus Cilacap, Menggereja dan memasyarakat lebih nyata.Kenangan 75 tahun
paroki St.Stephanus Cilacap, 2005
26
Keuskupan Bandung, Tonggak Tonggak Sejarah Gereja Katolik Keuskupan Bandung, 450
Tahun Gereja katolik di Indonesia,P.T Intergrafika, Bandung, 1984, hlm 38-39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

sebagai pastor pengganti Romo Sumo Harjono M.S.C yang semula bertugas

melayani umat di Majenang.

Pada tahun 1971 terjadi pergantian kepengurusan paroki Santo Stefanus

Cilacap yang semula digembalakan oleh Misionaris M.S.C kepada Misionaris

Oblat Maria Immaculata (OMI). Hal ini berdampak pada pelayanan umat di

wilayah barat Paroki Santo Stefanus Cilacap termasuk Majenng. Mereka dilayani

oleh Romo Carolus OMI dan Romo Yohanes Kevin Casey OMI dengan cara

bergantian.27 Bersamaan dengan kepengurusan pastoral Paroki Santo Stefanus

Cilacap oleh Oblat Maria Imacullata (OMI) maka, pada tahun 1971 secara resmi

gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang menjadi stasi dari Paroki Santo

Stefanus Cilacap.28 Sejak saat menjadi bagian dari Paroki Santo Stefanus Cilacap,

tahun 1979 Romo Pat Mac Anally OMI mulai tinggal di Majenang. Hal ini

menjadikan pelayanan di Majenang semakin berkembang bahkan misa sudah

mulai dilaksanakan pada setiap hari Minggu sore.

Menjadi sebuah stasi menjadikan umat di Majenang semakin giat dalam

menggereja. Hal ini dikarenakan mereka sangat mendambakan memiliki sebuah

gereja yang mandiri. Terlebih, saat masih merintis sebuah gereja umat Katolik di

Majenang sempat merayakan perayaan misa malam Natal di Cilacap dengan

berjalan kaki dari Majenang.29

27
Paroki Santo Stefanus Cilacap, Menggereja dan memasyarakat lebih nyata,Kenangan 75 tahun
paroki St.Stephanus Cilacap, 2005, hlm 18.
28
Wawancara dengan bapak Nico Wahyu Widiyatmoko, 27 April 2018, 19.00wib: Bapak Nico
Wahyu Widiyatmoko adalah pelaku sejarah paroki santa Theresia Majenang dan Aktivis Dewan
Pastoral Paroki.
29
Wawancara dengan ibu Suwarto, 26 April 2018, 18.30wib: ibu Suwarto adalah pelaku sejarah
terbentuknya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang sekaligus sebagai istri dari alm.Bpk
Suwarto yang menjadi warga lokal pertama yang menjadi Katolik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Pergantian pelayanan dilakukan kembali pada tahun 1990, dari Romo Pat

Mac Analli OMI beralih ke Romo Nicolas Setyawan Widjaja OMI. 30 Selain

tinggal di pastoran Majenang Romo Nicolas Setyawan Widjaja OMI juga

menjadikan panti imam lebih tertata dengan sentuhan seni yang menarik. Selain

merubah bentuk bangunan pada panti imam, Romo Nicolas Setyawan Widjaja

OMI juga memindahkan catatan administrasi dari Paroki Santo Stefanus Cilacap

ke Stasi Santa Theresia Lisieux Majenang. Hal tersebut bertujuan agar umat lebih

mudah mengurus berbagai administrasi gereja sehingga tidak perlu lagi

melakukan perjalanan jauh ke Cilacap.31

Memasuki tahun 1994 Romo Nikolas Setyawan Widjaja OMI dipindah

tugaskan ke Kalimantan Timur,32 sementara pelayanan umat dilayani oleh Romo

Priyono OMI. Namun beliau tidak setiap saat tinggal di Majenang karena

melayani umat pula di Paroki Santo Stefanus Cilacap sampai dengan tahun 2000.

Untuk meningkatkan pelayanan umat di Majenang yang masih berstatus sebagai

stasi bagian dari Paroki Santo Stefanus Cilacap maka, mulai tahun 2000

pelayanan umat di Majenang diserahkan kepada imam diosesan. Imam diosesan

yang pernah diutus melayani umat Majenang yaitu Romo Agustinus Dwiyantoro

Pr (2000-2004), Romo Blasius Slamet Lasmunadi Pr (2004-2005), Romo Adi

30
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & PROFIL PAROKI,
Op.ci., hlm 6.
31
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Gereja katolik Santa Theresia
Majenang, Jejak Peziarahan Umat Menuju Gereja Mandiri, hlm 2.
32
Ibid. hlm 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Wardoyo Pr (2005-2007), Romo Bonifasius Abas (2007-2008), Romo Titus

Cokro Dirjo Pr (2008-2009), Romo Vicentius Suranto (2009-2010).33

Tahun 2009 umat stasi Majenang merayakan misa malam Paskah bersama

Uskup Purwokerto Mgr. Julianus Sunarka SJ, yang dalam homilinya uskup

merencanakan agar stasi Majenang segera menjadi paroki.34 Berawal dari homili

Bapak Uskup, umat di Majenang menindaklanjuti hal tersebut. Pada akhirnya

sebagian umat setuju untuk memisahkan diri dari Paroki Santo Stefanus Cilacap

dan menjadikan Stasi Santa Theresia Lisieux Majenang berganti status menjadi

paroki. Untuk menjadi sebuah paroki diperlukan persiapan khusus. Umat perlu

dilatih agar siap untuk menjadi paroki mandiri. Upaya yang dilakukan dengan

mengadakan saresehan sekali dalam setiap bulan dan berlangsung selama enam

bulan. Pada tanggal 4 Juni 2010 Romo Paroki Santo Stefanus Cilacap Romo

Nicolaus Ola OMI membentuk panitia persiapan paroki dengan SK No:

13/DPP/VI/2010.35

Setelah merintis dari tahun 1950, menjadi stasi bagian dari Paroki Santo

Stefanus Cilacap pada tahun 1971 pada akhirnya diresmikan pada tanggal 1

Oktober 2010 Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang menjadi paroki.

Dengan SK Uskup Nomor: 099/USK.KP/2010, DPP dilantik bersamaan dengan

misa peresmian paroki yang dipimpin langsung oleh Uskup Purwokerto Mgr.

Julianus Sunarka SJ.36 Pada tahun 2010 umat Katolik Majenang resmi memiliki

gereja yang bersetatus paroki. Dalam sejarah sejak 20 Agustus 1950 umat

33
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & PROFIL PAROKI
.Op.cit. hlm 6.
34
Ibid. hlm 7.
35
Ibid. hlm 7.
36
Ibid. hlm 7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

Majenang sudah merasakan sebuah gereja yang hidup diantara masyarakat

Majenang yang heterogen.

E. Terbentuknya Lingkungan

Perkembangan umat Katolik di Majenang yang terus meningkat, umat

membentuk sebuah kelompok berdasarkan letak geografis. Hal ini bertujuan agar

gereja lebih efektif untuk menjaga persekutuan jemaat dengan Tuhan.37 Pada

tahun 1991 seiring dengan kegiatan kelompok yang semakin rutin sebutan

kelompok umat berganti menjadi lingkungan.38 Terdapat empat lingkungan yang

masing-masing saling bekerjasama melakukan pemeliharaan iman dengan

berbagai macam kegiatan.

1. Lingkungan Petrus (1984)

Secara teritorial, wilayah lingkungan Santo Petrus berbatasan dengan

Kecamatan Cimanggu di sebelah timur, desa Sindangsari di sebelah barat, desa

Jatinegara di sebelah barat, desa Mulyasari di sebelah selatan. 39 Jumlah umat

lingkungan Santo Petrus sebanyak 44 kepala keluarga atau sebanyak 155 jiwa

yang tersebar di dua kecamatan.40 Kebanyakan warga lingkungan Santo Petrus

bekerja sebagai pengusaha, sebagian lainnya berprofesi sebagai Guru.

Dalam hal kegiatan lingkungan, misa lingkungan dijadwalkan setiap Senin

keempat dalam setiap bulan yang dilakukan secara bergilir. Kegiatan lain berupa

37
Tuhan Yesus.org, Pengertian Paroki dalam Gereja Katolik, Tersedia:
http://tuhanyesus.org/pengertian-paroki, Diakses pada: 20 November 2017, 16.55wib
38
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Singkat & PROFIL PAROKI.
Op.cit,. hlm 6.
39
Ibid, hlm 8.
40
Statistik Paroki 2010, Op.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

doa lingkungan, doa devosi, Rosario keliling selama bulan Mei dan Oktober.

Kegiatan seperti latihan koor, pendalaman iman dilakukan secara bergantian dari

rumah ke rumah. Dalam wilayah ini berdiri lembaga pendidikan yang didirikan

oleh Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang yaitu TK, SMP,SMA dan

SMA Yos Sudarso dan balai pengobatan Yos Sudarso. Wilayah ini terdapat juga

Biara suster-suster Fransiskan Misionaris Maria Immaculata (FMMI).

2. Lingkungan Santo Fransiskus Asisi (1984)

Lingkungan Santo Fransiskus Asisi berada di tengah perkotaan Kecamatan

Majenang, dengan wilayah yang tidak begitu luas. Sebelah timur berbatasan

dengan jalan Anggrek, sebelah barat sampai dengan jalan Ki Adeg, sebelah utara

sampai desa Bener, dan sebelah selatan sampai jalan Yos Sudarso. Jumlah umat di

lingkungan Santo Fransiskus Asisi terdapat 30 kepala keluarga atau 80 jiwa.

Keadaan ekonomi di lingkungan ini berprofesi sebagai PNS dan pegawai swasta.

Kegiatan umat yang berjalan di lingkungan ini diantaranya: misa lingkungan

setiap hari Selasa pada minggu keempat setiap bulannya, pendalaman iman, doa

Rosario dan kegiatan penggalangan dana untuk beasiswa anak miskin dan

kegiatan sosial bagi masyarakat umum.

3. Lingkungan Santo Paulus (1984)

Lingkungan Santo Paulus berada di wilayah paling barat Kecamatan

Majenang. Lingkungan ini berbatasan dengan desa Sepatnunggal di sebelah utara,

Kecamatan Wanareja di sebalah barat, desa Mulyasari di sebelah selatan dan

lingkungan Santo Fransiskus Asisi di sebelah timur. Lingkungan ini

beranggotakan 29 kepala keluarga atau 96 jiwa. Hampir semua umat di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

lingkungan ini berprofesi sebagai PNS di bidang pendidikan dan kesehatan. Umat

di lingkungan ini sebagian besar adalah pendatang yang menjadi tenaga pendidik

di Kecamatan Majenang. Kegiatan lingkungan rutin diadakan pada setiap

bulannya antara lain: misa lingkungan pada Rabu ke empat setiap bulan, doa

Rosario dan arisan lingkungan dalam setiap bulan sekali. Secara letak strategis

gedung Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang terletak di dalam

lingkungan ini dan terdapat juga susteran Ordo Pewarta (OP).

4. Lingkungan Santo Yohanes (2000)

Lingkungan Santo Yohanes merupakan pecahan dari lingkungan Santo

Fransiskus Asisi, namun dengan dibangun perumahan Mulyasari Permai yang

sebagian besar warganya adalah umat Katolik maka dibentuk satu lingkungan.

Lingkungan ini membentuk Persekutuan Doa Perumnas dan sekitarnya (PDPSK).

Umat dalam lingkungan ini sebanyak 25 kepala keluarga atau 70 jiwa. Secara

status sosial dan ekonomi kebanyakan adalah keluarga muda dengan pekerjaan

guru dan karyawan swasta. Kegiatan yang rutin lingkungan ini adalah misa pada

hari Kamis keempat dalam setiap bulannya dan yang khas kegiatan dari

lingkungan ini adalah pertemuan dan arisan ibu-ibu lingkungan.

F. Pembangunan Sekolah dan Balai Pengobatan Yos Sudarso

Dimulai pada tahun 1981 Ordo Maria Imaculata (OMI) membangun

sekolah SMP Yos Sudarso.41 Kemudian disusul dengan pembangunan SMK Yos

41
Dokumen SMP Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, Tahun 1981 sampai dengan 1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Sudarso pada 1982.42 Pembangunan SMA Yos Sudarso pada tahun 1987 dan

terakhir pembangunan TK Yos Sudarso pada tahun 1995.43 Dibangunnya sekolah-

sekolah ini mencerminkan adanya perkembangan umat Katolik di Majenang yang

peduli dengan pendidikan. Meski yang membangun adalah kongregasi pastor

Oblat Maria Imaculata (OMI), namun peran umat Katolik begitu besar dalam

pembangunan tersebut terutama para guru Katolik yang dengan rela membantu

sesuai dengan bidang mereka. Semakin berkembangnya sekolah Yos Sudarso

lebih mengutamakan peran guru yang beragama Katolik. Dengan adanya sekolah

Katolik di Majenang, kebanyakan umat Katolik mempercayakan pendidikan

mereka di sekolah ini karena pelajaran agama mereka sudah pasti difasilitasi.

Tahun 1984 Oblat Maria Imaculata (OMI) juga membangun fasilitas

kesehatan yaitu Balai Pengobatan Yos Sudarso.44 Peran umat semakin terasa

setelah beberapa umat yang sudah pernah mendapatkan pendidikan keperawatan

ikut membantu dalam kemajuan fasilitas kesehatan ini. Kebanyakan umat Katolik

lebih percaya penanganan balai pengobatan Yos Sudaro dari pada puskesmas

karena mereka percaya akan kualitas dan pelayanan di balai pengobatan ini yang

lebih baik dari pada fasilitas kesehatan lainnya.

G. Hadirnya Biarawati (2000-2010)

Tahun 2000 Stasi Santa Theresia Lisieux Majenang mulai didatangi para

biarawati. Kelompok biarawati yang pertama memulai karir di Majenang adalah

42
Dokumen SMK Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, Tahun 1982 sampai dengan 1984.
43
Dokumen SMA Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, Tahun 1989.
44
Dokumen Balai Pengobatan Yos Sudarso Majenang, Daftar Pasien Rawat Jalan, Tahun 1984.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

kongregasi Fransiskan Misionaris Maria Immaculata (FMMI).45 Diketuai oleh

suster Agatha FMMI kongergasi ini mendirikan biara di jalan Anggrek pada tahun

1999.46 Misi yang dibawa para suster ini berfokus dalam bidang pendidikan.

Selain dengan hadirnya asrama yang menunjang pendidikan para siswi, para

suster juga melatih para siswi yang beragama Katolik untuk terlibat aktif dalam

melaksanakan kegiatan stasi. Seperti menjadi petugas koor, menghias altar dan

menjadi petugas liturgi adalah salah satu kegiatan yang harus para siswi rasakan.

Terlibat aktif dalam kegiatan gereja juga dirasakan oleh suster FMMI, beliau

adalah pengganti suster Agatha FMMI sejak 2010. Suster Vero FMMI telah

menjadi katekis sejak 2010.

Empat tahun setelah berkaryanya para suster Fransiskan Misionaris

Immaculata (FMMI) kembali hadir kongregasi suster-suster di Majenang yaitu

Ordo Pewarta pada tahun 2004. Pada tahun pertama kongregasi Ordo Pewarta

mengutus Suster Anna Marie OP dan Suster Dominika OP. Misi pertama yang

dibawa para suster ini adalah memperbaiki fasilitas yang disediakan stasi untuk

masyarakat, baik itu dalam bidang pendidikan dan bidang kesehatan. Dengan

hadirnya mereka banyak umat tergerak hatinya untuk turut serta berperan aktif

dalam kegiatan gereja. Bahkan kegiatan seperti latihan koor, misdinar dan orang

muda Katolik (OMK) dibina oleh para biarawati ini. Terkadang mereka

mengadakan kunjungan umat yang sudah lama tidak aktif dalam kegiatan agar

kembali aktif dalam kegiatan gereja.

45
Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux, Profil Paroki Santa Theresia Majenang,
“Sejarah Singkat”,, op.cit, hal 8.
46
Wawancara dengan Suster Vero FMMI, 28 April 2018, 16.00wib: Suster Vero FMMI adalah
Suster kepala kongregasi FMMI di Majenang mulai tahun 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

PERAN GEREJA KATOLIK SANTA THERESIA LISIEUX BAGI

KEHIDUPAN MASYARAKAT MAJENANG

A. Bidang Sosial

Pada tahun 1979 Gereja Santa Theresia Lisieux Majenang mengadakan

bakti sosial dengan cara membangun sumur dan kamar mandi umum bagi warga

sekitar gereja. Tempat yang dijadikan lokasi pembangunan sumur adalah sebuah

mata air kecil yang sampai saat ini tidak pernah surut airnya. Awalnya warga yang

menggunakan sumber air tersebut adalah warga sekitar dengan cara bergantian

menggunakannya untuk mandi, mencuci bahkan dikonsumsi. Melihat keadaan

tersebut, pastor Pat Mac Anally OMI merasa prihatin dengan keadaan warga

sekitar gereja yang nilai hidup kurang sehat. Bersama umat pastor Pat Mac Anally

OMI sepakat untuk membantu membangun sumur dan kamar mandi untuk warga

sekitar gereja. Dengan dana umat hasil dari kolekte dan sumbangan donator pada

setiap kali mengadakan pertemuan, pembangunan sumur itu dapat terlaksana.

Umat bersama warga sekitar bergotong royong membangun sumur

tersebut yang lokasinya di sebelah barat gedung gereja. Warga dengan sukarela

bekerja demi memiliki sebuah sumur yang sejak lama mereka inginkan guna

memenuhi kebutuhan hidup. Yang menarik adalah, pastor Pat Mac Anally OMI

memberikan sebuah nasi bulgur bagi yang ikut bergotong royong untuk

dikonsumsi setelah mereka bekerja. Dengan dibangunnya sumur dan kamar mandi

umum untuk warga sekitar gereja yang mencapai sepuluh kepala kelurga, warga

semakin merasakan adanya peran umat Katolik yang peduli dengan kondisi

40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

masyarakat sekitar gereja.1 Sehingga warga tidak kesulitan lagi untuk

mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasca dibangunnya

sumur tersebut umat Katolik semakin dihormati oleh warga sekitar gereja. Setelah

dibangunnya sumur dan kamar mandi untuk warga, pada misa malam Natal warga

dengan suka rela membantu keamanan demi kelancaran misa tersebut.

B. Bidang Pendidikan

Peran gereja untuk masyarakat semakin terasa setelah dibangunnya

sekolah-sekolah Katolik di Majenang. Pada tahun 1981 kongregasi Oblat Maria

Imaculata (OMI) membangun sekolah SMP Yos Sudarso. Pada awal

pembangunan sekolah ini menyita perhatian masyarakat sekitar karena sekolah ini

adalah sekolah menengah swasta pertama yang ada di Majenang. Tahun pertama

sekolah ini memiliki dua kelas yang mana masing-masing kelas terdiri dari 25

siswa. Total siswa/siswi SMP Yos Sudarso Majenang dari tahun 1981 sampai

dengan 2010 mencapai 3.313 orang.2 Meski sekolah ini adalah sekolah Katolik

pertama di Majenang, namun siswa/siswi yang beragama Islam sebanyak 60%

sedangkan 40% siswa/siswi beragama Kristen dan Katolik.

Tenanga pendidik di sekolah ini adalah para guru muda yang datang dari

berbagai wilayah seperti Purworjo, Yogyakarta, Klaten dan Solo, sementara

karyawan sekolah ini adalah warga sekitar sekolah yang sebelumnya berprofesi

sebagai petani. Jumlah guru di sekolah ini pada tahun 1981 sampai dengan 1983

1
Wawancara dengan Ibu Eko Puji Rahayu, 8 Juli 2018, 20.00wib: Ibu Eko Puji Rahayu adalah
saksi sejarah dibangunnya sumur untuk masyarakat di sekitar gereja.
2
SMP Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1981.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

sekitar 11 orang dan karyawan 3 orang. Sudi Barnadi dipercaya sebagai kepala

sekolah pertama sekaligus menjadi guru mata pelajaran.

Masyarakat mempercayakan pendidikan anak-anak mereka yang

bersekolah di SMP Yos Sudarso Majenang karena sekolah ini dikenal dengan

sekolah yang murah. Orangtua siswa hanya perlu membayar SPP sebesar lima

ribu rupiah. Sekolah ini juga memiliki program sekolah gratis bagi anak-anak dari

kalangan orangtua tidak mampu. Para siswa di sekolah ini sebagian besar dari

keluarga tidak mampu. Rata-rata orangtua mereka bekerja sebagai petani atau

buruh serabutan. Meski sekolah ini berada di tengah kota namun rata-rata siswa

berasal dari pedesaan, bahkan ada siswa yang rumahnya di Caruy dengan lama

perjalanan sekitar satu jam dari Majenang.3

Awal tahun 1994 SMP Yos Sudarso Majenang menerima sumbangan alat

drumband dari salah satu umat Katolik di Majenang. Pada 1994 di Majenang

belum ada sekolah yang memiliki fasilitas drumband. SMP Yos Sudarso

Majenang adalah sekolah pertama yang memiliki fasilitas drumband di Majenang.

Dengan adanya fasilitas ekstrakulikuler drumband, menarik perhatian masyarakat

untuk mempercayakan anak mereka agar dapat merasakan fasilitas drumband

tersebut. Sumbangan alat drumband dari salah satu umat Katolik di Majenang,

mencerminkan bahwa umat Katolik di Majenang mendukung dan peduli akan

kemajuan sekolah Katolik di Majenang.

Tahun 1982 Oblat Maria Imaculata (OMI) kembali mendirikan sekolah

yaitu SMK Yos Sudarso Majenang. Sekolah ini adalah sekolah Katolik kedua di

3
Wawancara dengan Ibu Veronika Bayu Purwandari, 8 Juli 2018, 19.00wib: Ibu Veronika Bayu
Purwandari adalah alumnus SMP Yos Sudarso Majenang Tahun 1983.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Majenang. Awal pembukaan sekolah ini terdapat dua program kejuruan yaitu:

Tata Keniagaan dan Tata Buku. Jumlah siswa pada 1982 sampai dengan 2010

mencapai 2.475 orang. Dengan 75% siswa/siswi beragama Islam dan 25%

siswa/siswi beragama Kristen/Katolik, menjadi bukti sekolah ini sangat

membantu masyarakat untuk merasakan sekolah yang berfokus pada ahlian dan

segera mendapatkan pekerjaan setelah lulus. Penerimaan siswa/siswi terbesar

terjadi pada tahun 1999 dengan menerima 114 siswa/siswi. Para siswa/siswi

tertarik dengan sekolah kejuruan Yos Sudarso karena sekolah ini adalah sekolah

kejuruan pertama di Majenang dan mereka ingin langsung bekerja setelah lulus.

Sekolah ini sejak tahun 1983 juga menyediakan beasiswa bagi siswa

berprestasi dalam bidang akademik, serta beasiswa untuk siswa/siswi yang

orangtuanya tidak mampu. Hal seperti ini menjadi daya tarik masyarakat karena

belum ada beasiswa di sekolah-sekolah lainnya. Sekolah ini juga tidak mematok

dana SPP, jadi pembayaran SPP disesuaikan dengan kondisi ekonomi wali murid.

Pada tahun 1982 sampai dengan 1984 terdapat 16 guru mata pelajaran dan 2

karyawan.4 Petrus Sunaryo seorang guru dari Yogyakarta ditunjuk sebagai kepala

sekolah yang pertama.

Hadirnya SMK Yos Sudarso Majenang, sangat membantu para siswa-

siswi dalam memperoleh pekerjaan setelah lulus. Hal ini terbukti dengan semakin

banyaknya siswa yang segera mendapatkan pekerjaan setelah mereka lulus.

Kebanyakan dari mereka mendapatkan pekerjaan di kota-kota besar seperti

Jakarta dan sekitarnya. Selain pihak sekolah bekerjasama dengan perusahaan-

4
SMK Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1982.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

perusahaan besar, lulusan SMK Yos Sudarso Majenang sudah terkenal

menghasilkan lulusan terlatih dan professional.

Pembangunan sekolah Katolik terus dilanjutkan, tahun 1987 dibangun

SMA Yos Sudarso Majenang. Awal pembukaan sekolah ini terdiri dari dua kelas

yaitu kelas Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Masing-masing kelas diisi dengan jumlah 20 siswa. Pada awal pembukaan

sekolah ini, tahun 1987 sampai dengan 1989 jumlah siswa mencapai 110 siswa.

Total siswa/siswi yang sekolah di SMA ini dari tahun 1987 sampai dengan 2010

mencapai 2.350 orang. Penerimaan siswa/siswi terbesar di sekolah ini pada tahun

2000 yang mencapai 211 orang. Latar belakang agama siswa/siswi di SMA ini

dari tahun 1987 sampai dengan 2010 yaitu: 80% siswa/siswi beragama Islam dan

20% siswa/siswi beragama Kristen/Katolik5. Kebanyakan dari mereka adalah

lulusan SMP Yos Sudarso Majenang yang disarankan oleh guru mereka mendaftar

di SMA Yos Sudarso Majenang.

Para orangtua mempercayakan pendidikan putra-putrinya di sekolah ini

karena sekolah ini dianggap sebagai sekolah yang murah yaitu dengan biaya SPP

sebesar sepuluh ribu rupiah. Hal yang menarik terjadi pada tahun ajaran baru

1993, para orang tua siswa-siswi membayar SPP dengan cara menukarkan hasil

tani mereka sebagai pengganti uang karena pada saat yang bersamaan sebagian

besar orang tua siswa-siswi sedang panen. Selain itu sekolah ini juga merupakan

sekolah menengah pertama swasta yang pertama di Majenang. Jumlah guru dan

karyawan di sekolah ini pada awal pembukaan sejumlah 10 guru dan 3 karyawan.
5
SMA Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1989.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Petrus Sunaryo ditunjuk sebagai kepala sekolah pertama sekaligus merangkap

jabatan sebagai kepala sekolah SMK Yos Sudarso Majenang.

Pembangunan sekolah Katolik yang terakhir adalah TK Yos Sudarso

Majenang. TK ini dibangun pada tahun 1995 oleh Oblat Maria Imaculata (OMI).

Latar belakang dibukanya sekolah ini adalah keprihatinan para guru sekolah dasar

yang beragama Katolik, karena melihat banyak orangtua di Majenang langsung

menyekolahkan anak mereka ke jenjang sekolah dasar. Mereka mengusulkan

kepada pastor Carolus OMI, kemudian direspon dengan baik. Pada tahun 1995

didirikan dan langsung mendapatkan murid pertama sejumlah 10 orang. Dengan

jumlah guru 2 orang dan 1 karyawan membuat pelayanan pendidikan di TK ini

berjalan dengan baik. Rata-rata jumlah siswa perkelas adalah 15 siswa/siswi.

Total siswa/siswi di TK Yos Sudarso Majenang dari tahun 1995 sampai dengan

2010 mencapai 450 siswa.6 Sebagian orangtua yang menitipkan anaknya di TK

Yos Sudarso Majenang adalah para guru dan karyawan swasta yang bekerja dari

pagi sampai siang hari, sehingga memilih menitipkan anak mereka di TK ini.

Kendala yang dihadapi TK ini adalah masih banyaknya masyarakat yang langsung

mendaftarkan anak mereka ke sekolah dasar.

Selain latar belakang terciptanya gereja Katolik di Majenang karena

datangnya para tenaga pendidik, pembangunan sekolah Katolik juga membuktikan

bahwa umat Katolik di Majenang sangat peduli pendidikan untuk masyarakat.

Adanya keinginan untuk melakukan perubahan yang lebih baik dalam bidang

pendidikan juga mendapat dukungan dari kongregasi Oblat Maria Imaculata

6
Wawancara dengan ibu Sri Rejeki, 13 Juli 2018, 19.00wib: Ibu Sri Rejeki adalah guru di TK Yos
Sudarso Majenang sejak tahun 1999.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

(OMI) karena berperan besar dalam memajukan pendidikan di Majenang. Selain

itu, keterlibatan para guru Katolik adalah faktor utamanya karena mereka dengan

tulus hati melayani masyarakat Majenang dalam bidang pendidikan. Berikut ini

adalah tabel jumlah murid di sekolah Yos Sudarso Majenang dari pertama berdiri

sampai dengan tahun 2010:

Tabel 4.1 Jumlah Murid Sekolah Yos Sudarso Majenang

No Nama Tahun Jumlah Jumlah Murid Agama Murid


Sekolah Berdiri Murid dari Tahun Sampai Tahun
ditahun Pertama 2010
Pertama Sampai 2010 Islam Kristen/
Katolik
1 SMP Yos 1981 50 orang 3.313 orang 2.794 519
Sudarso orang orang
2 SMK Yos 1982 50 orang 2.475 orang 1.754 721
Sudarso orang orang
3 SMA Yos 1987 40 orang 2.350 orang 1.938 412
Sudarso orang orang
4 TK Yos 1995 10 orang 450 orang 133 317
Sudarso orang orang

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah murid di sekolah Yos

Sudarso Majenang mengalami peningkatan. Hal ini membuktikan bahwa adanya

sekolah Katolik di Majenang semakin diminati oleh masyarakat, karena

kualitasnya yang dinilai baik.

C. Bidang Kesehatan
Selain membangun fasilitas pendidikan, pengaruh umat Katolik di

Majenang semakin terasa setelah berdirinya Balai Pengobatan (BP) Yos Sudarso.

Klinik ini dibangun pada tahun 1984 oleh kongregasi Oblat Maria Imaculata

(OMI). Pada tahun pertama pendirian jumlah pegawai di balai pengobatan ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

mencapai 10 orang terdiri dari 5 orang perawat, 1 orang dokter, 1 orang apoteker,

1 orang bagian administrasi dan 2 orang pembantu umum.7 Sejak pertama

dibangun pada tahun 1984 sampai tahun 2010 jumlah pasien yang berobat di balai

pengobatan ini mencapai 6.205 orang. Balai pengobatan (BP) Yos Sudarso

Majenang mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1986, pada tahun ini balai

pengobatan ini menerima 979 pasien per harinya.8 Sebagian besar pasien dari

kalangan warga kurang mampu yang tinggal di pedesaan seperti dari desa

Sadahayu, Sepatnunggal dan Bener. Padahal, dari ketiga desa tersebut tidak

terdapat umat Katolik. Berikut ini adalah tabel jumlah masyarakat yang

berkunjung ke balai pengobatan Yos Sudarso Majenang mulai tahun 1984 sampai

dengan 2010:

Tabel 4.2 Jumlah Pasien Balai Pengobatan Yos Sudarso Majenang Tahun 1984
sampai dengan 2010

No Nama Desa Jumlah Pasien


yang Berobat
1 Bener 686 orang
2 Boja 624 orang
3 Cibeunying 267 orang
4 Cilopadang 355 orang
5 Jenang 577 orang
6 Mulyadadi 116 orang
7 Mulyasari 491 orang
8 Padangjaya 171 orang
9 Padangsari 74 orang
10 Pahonjean 27 orang
11 Pengadegan 361 orang
12 Sadabumi 336 orang
13 Sadahayu 711 orang
14 Salebu 219 orang

7
Balai Pengobatan Yos Sudarso Majenang, Daftar Pasien Rawat Jalan, 1984.
8
Ibid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

15 Sepatnunggal 732 orang


16 Sindangsari 428 orang
17 Ujungbarang 30 orang
TOTAL 6.205 orang

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar masyarakat yang

mempercayakan kesehatannya kepada balai pengobatan Yos Sudarso adalah

masyarakat dari pedesaan. Hal ini dikarenakan balai pengobatan Yos Sudarso

seringkali mengadakan kegiatan pengobatan gratis bagi masyarakat pelosok.

Selain itu, obat yang disediakan oleh balai pengobatan Yos Sudarso juga dinilai

sangat baik dan harganya terjangkau.

Semenjak balai pengobatan ini didirikan masyarakat sangat antusias, hal

ini karena fasilitas kesehatan di Majenang hanya Puskesmas. Selain ketersediaan

obat di Puskesmas yang terbatas, jadwal dokter praktek juga tidak menenentu juga

menjadikan masyarakat lebih memilih berobat ke balai pengobatan ini. Di balai

pengobatan Yos Sudarso ini obat didatangkan langsung dari RS Santa Maria

Cilacap dan praktek dokter selalu teratur dua kali dalam seminggu. Sebagian

masyarakat juga beranggapan bahwa kwalitas obat-obatan dari balai pengobatan

ini adalah yang paling baik dan harganya mudah dijangkau.

Dalam sebulan sekali diadakan pengobatan gratis bagi masyarakat kurang

mampu. Biasanya mereka yang mendapatkan pelayanan ini adalah masyarakat

pedesaan. Meski seluruh pegawai beragama Katolik namun masyarakat pedesaan

lebih percaya akan pelayanan kesehatan balai pengobatan ini. Selain itu,

keramahan para dokter dan perawat dalam melayani pasien juga menjadi daya

tarik masyarakat untuk berobat di balai pengobatan ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

D. Peran Biarawati di Tengah Masyarakat

Kehadiran para suster Fransiskan Misionaris Maria Imaculata (FMMI)

tahun 2000 dapat membantu dalam hal menyediakan asrama bagi para siswi yang

bersekolah di SMP, SMA dan SMK Yos Sudarso. Pada tahun pertama asrama

putri ini menampung sekitar tujuh siswi empat diantaranya beragama Islam. Tidak

hanya siswi Katolik yang dapat tinggal di asrama namun siswi yang beragama lain

juga boleh tinggal. Terlebih siswi yang berasal dari golongan tidak mampu.

Bahkan, untuk para siswi yang berasal dari keluarga tidak mampu tidak dikenakan

biaya selama siswi tersebut tinggal di asrama. Hal ini bertujuan agar para siswi

termotivasi untuk fokus belajar. Dalam bulan-bulan tertentu para siswi diajak live

in agar mereka dapat merasakan hidup orang lain serta memiliki rasa peduli.

Pelayanan kepada masyarakat juga dilakukan para suster Ordo Pewarta

(OP). Mereka bekerja untuk masyarakat sesuai dengan bidang yang dikuasai,

Suster Anna Marie OP turut membantu balai pengobatan Yos Sudarso dan Suster

Dominika OP menjadi tenaga pengajar di SMK Yos Sudarso. Keduanya berkarya

dalam bidangnya masing-masing sejak tahun 2004.9 Pada waktu tertentu para

suster Ordo Pewarta (OP) mengadakan pertemuan denga para kyai atau

berkunjung ke pondok pesantren yang ada di sekitar Majenang.

Berjuang demi kemajuan gereja dan masyarakat merupakan hal yang tidak

mudah bagi para suster yang berkarya di Majenang. Masyarakat yang mayoritas

beragama Islam menjadi tantangan tersendiri buat mereka. Semenjak adanya

sekolah Yos Sudarso dan Balai Pengobatan Yos Sudarso masyarakat menjadi

9
Wawancara dengan bapak Nico Wahyu Widiyatmoko, Op.cit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

mengerti apa saja tugas para biarawati ini. Hal semacam ini mejadikan gereja

Katolik di Majenang semakin dihormati dan diakui keberadaannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dari bab II sampai bab IV, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

Pertama, yang menjadi latar belakang berdirinya gereja Kaolik Santa

Theresia Lisieux Majenang yaitu hadirnya para pendatang mulai dari tahun 1950.

Kebanyakan pendatang berasal dari Purworejo, Yogyakarta, Klaten dan Solo.

Mereka umumnya berprofesi sebagai guru yang ditugaskan di Majenang. Pada

tahun 1950 fasilitas pendidikan di Majenang sangat sedikit, maka pemerintah

kabupaten Cilacap berinisiatif membangun sekolah di pedesaan agar

pembangunan dan pelayanan masyarakat merata. Karena latar belakang profesi

yang sama, guru yang beragama Katolik sering dipertemukan. Karena seringnya

mereka bertemu, pada akhirnya mereka membentuk komunitas doa dan

mengadakan pertemuan dalam waktu sebulan sekali. Adanya umat Katolik di

Majenang justru diterima baik oleh masyarakat yang sebagian besar beragama

Islam, hal ini menunjukan bahwa sudah terjalin toleransi antar umat beragama

sejak Gereja Katolik di wilayah Majenang mulai dirintis.

Kedua, perkembangan gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang

dimulai saat umat Katolik di Majenang membentuk perkumpulan. Banyaknya

pendatang yang beragama Katolik di Majenang, menjadikan kegiatan seperti misa

dan ibadat semakin giat dilakukan. Bertambahnya umat tentunya membutuhkan

tempat ibadah yang lebih baik. Bangunan kapel yang berpindah-pindah menjadi

51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

bukti bahwa umat Katolik di Majenang terus bertambah. Selain bertambahnya

umat dipengaruhi oleh hadirnya pendatang, ada juga warga lokal yang

menginginkan dirinya dibaptis dan menjadi orang Katolik. Dengan perkembangan

umat Katolik di Majenang yang terus bertambah pelayanan umat dilakukan oleh

kongregasi imam Misionaris Hati Kudus Yesus (M.S.C). Pelayanan selanjutnya

dikelola oleh kongregasi imam Oblat Maria Imaculata (OMI) dan pada akhirnya

pelayanan dikelola para imam diosesan keuskupan Purwokerto. Sebelum menjadi

paroki yang diresmikan pada 1 Oktober 2010, Majenang adalah bagian dari paroki

Santo Stefanus Cilacap. Saat masih menjadi stasi umat Katolik di Majenang sudah

membentuk beberapa lingkungan. Seiring dengan berkembangnya umat di

Majenang, kongregasi imam Oblat Maria Imaculata (OMI) mendirikan fasilitas

pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat sekitar Majenang yaitu TK, SMP,

SMK, SMA dan balai pengobatan (BP) Yos Sudarso. Hadirnya para biarawati

juga mempengaruhi kemajuan umat Katolik di Majenang. Hadirnya para biarawati

mendorong umat semakin giat dalam melakukan kegiatan menggereja.

Ketiga, peran gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang bagi

masyarakat diantaranya dalam bidang sosial, pendidikan dan kesehatan. Di bidang

sosial, umat Katolik di Majenang pada tahun 1979 membangun sumur untuk

warga sekitar gereja yang kebanyakan dihuni oleh keluarga miskin. Dengan di

bangunnya sumur dan kamar mandi, warga semakin menghargai adanya gereja di

wilayah mereka. Hal ini menjadi bukti bahwa ada hubungan timbal balik antara

umat Katolik dan warga sekitar gereja.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Di bidang pendidikan, keberadaan TK, SMP, SMK dan SMA Yos Sudarso

sangat membantu masyarakat dalam memperoleh pendidikan yang baik dengan

biaya murah. Di bidang kesehatan, balai pengobatan (BP) Yos Sudarso membantu

masyarakat dalam memperoleh fasilitas kesehatan yang lengkap dan murah.

Selama hadirnya sekolah Yos Sudarso Majenang, sebagian besar siswa-siswi

beragama Islam. Hal ini membuktikan bahwa hadirnya sekolah Katolik benar-

benar ingin memperbaiki keadaan pendidikan di Majenang.

Pembangunan balai pengobatan (BP) Yos Sudarso pada tahun 1984 sangat

tepat, karena puskesmas di Majenang masih sangat minim pelayanan dokter dan

obat-obatan. Dengan hadirnya balai pengobatan (BP) Yos Sudarso Majenang

masyarakat merasa terbantu. Sebagian besar masyarakat yang menggunakan

fasilitas kesehatan ini adalah masyarakat yang beragama Islam.

Selain melalui bidang sosial, pendidikan, dan kesehatan, mereka para

biarawati juga berperan bagi kehidupan masyarakat Majenang. Para biarawati ada

yang menjadi guru di sekolah Yos Sudarso dan tenaga medis di balai pengobatan

(BP). Hadirnya para biarawati di Majenang sangat membantu untuk mengelola

fasilitas pendidikan dan kesehatan untuk masyarakat Majenang dan sekitarnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Carm P. Go. O. 1989. Dinamika Pengembangan Paroki. Malang: Dioma.

Darmojuwono, Justinus. 1974. Sejarah Gereja Katolik Indonesia. Ende-Flores:

Bagian Dokumentasi Penerangan Kantor Wali Gereja Indonesia.

Djumhur dan Danasprata. 1974. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV ILMU.

Haryono Anton. 2009. Awal Mulanya adalah Muntilan. Yogyakarta: Kanisius.

Helis Sjamsuddin. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Hubber. 1979. Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Husen Torsten. 1988. Masyarakat Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Iswatini, Agnes dkk. 2012, Jejak Langkah Kongregasi Suster-Suster Santo


Dominikus Di Indonesia. Yogyakarta: St Dominic Publising.

Kartodirjo, Sartono dkk. 1998. Sejarah Keuskupan Purwokerto Dari Mgr B.J.J

Visser,M.S.C –Mgr P.S Hardjosoeamarto M.S.C Pusat Studi Dan

Dokumentasi Sejarah Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Sanata Dharma


Yogyakarta.

Kiswara. 1988. Menggereja, Memasyarakat, Belajar dari Kisah Para Rasul.


Yogyakarta: Kanisius.

Komkat KAS. 1997. Mengikuti Yesus 1. Yogyakarta: Kanisus.

Kuntowijoyo.1995. Pengantar Ilmu Sejarah.Yogyakarta:Benteng Budaya.

Prinardi. 1964. Sekmadji Maridjan Kartosoewirjo. Jakarta: Arya Guna.

Purwatma. 2003. Gereja Katolik Indonesia Memandang Kedepan.

Yogyakarta:Kanisius.

Siauwarjaya Arfa. 1987. Membangun Gereja Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.

Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Vriens G. 1972. Sejarah Gereja Katolik Indonesia 2. Ende Flores: Arnoldus.

Sumber Majalah, Artikel dan Sumber Rujukan:

Balai Pengobatan Yos Sudarso Majenang, Daftar Pasien Rawat Jalan, 1984.

Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Kenangan Berdirinya


Paroki Santa Theresia Majenang, 2010, Majalah.

Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Profil dan Sejarah
Singkat Paroki Santa Theresia Majenang, 2010, Artikel.

Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, Sejarah Gereja Katolik
Santa Theresia Majenang, 2010, Artikel.

Gereja ST. Theresia Majenang, Pengelolaan Statistik Umat, 2001.

Gereja ST. Theresia Majenang, Statistik Paroki, 2011.

Martinus Ngarlan, Laporan Pertanggungjawaban Pastor Paroki, 2013.

Nico Wahyu Widiyatmoko, Jejak Peziarahan Umat Menuju Gereja Mandiri,


2010, Artikel.

Paroki ST. Stephanus Cilacap, Kenangan 75 Tahun paroki ST. Stephanus Cilacap,
2005, Majalah.

SMA Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1989.

SMK Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1982.

SMP Yos Sudarso Majenang, Daftar Siswa Masuk, 1981.

Sumber Internet:

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Majenang dalam Angka dari


https://cilacapkab.bps.go.id/publication/2017/09/26/dae4bf9fc52da56ee9bd
dfe7/kecamatan-majenang-dalam-angka-2017.html, 7 Juli 2018.

Bruder Karitas, Sejarah Regio Indonesia dari


https://sites.google.com/sites/bruderkaritas/sejarahregioindonesia 8 Juli
2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Cilacapan.com, Sejarah Kabupaten Cilacap dari :


http://www.clacapan.com/2016/03/sejarah-lahir-dan-berkembangnya.html 1
Juni 2018.

Keuskupan Purwokerto, Sejarah Keuskupan Purwokerto dari


https://www.keuskupan-purwokerto.org/paroki 6 Juni 2018.

MSC Indonesia, diakses pada https://misacorindo.id/id/who-we-are/ 12 Juni 2018.

Tuhan Yesus.org, Pengertian Paroki dalam Gereja Katolik dari


http://tuhanyesus.org/pengertian-paroki, Diakses pada: 20 November 2017
dari 20 November 2017.

Wikipedia, Kausalitas, diakses dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kausalitas 7


Maret 2018.

Wikipedia, Majenang Cilacap dari https://id.wikipedia.org/wiki/Majenang,_Cilacap 6


Juni 2018.

Sumber Skripsi :

Linda, Sejarah Gereja Katolik Santa Maria Fatima Paroki Pekanbaru dari Tahun
1953 sampai Tahun 1992. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 1995.

Th. Endang Ratnaningsih, Sejarah Perkembangan Gereja Hati Kudus Pugeran


dari Tahun 1934 sampai Tahun 1984. Yogyakarta: IKIP Sanata Dharma,
1986.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

57
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Peta Kecamatan Majenang

(Sumber: http://cilacapkab.bps.go.id/)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Foto Pemuda Lulusan SGB Ambarawa yang Menjadi Guru di Majenang

(Sumber: Koleksi Foto Ibu AG. Suwarto)

Perayaan Misa Minggu Palma di Kapel Jalan Mawar

(Sumber: Koleksi Foto Bpk. Tukijan)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Bangunan Gereja Santa Theresia Lisieux Majenang di Jalan Dr. Sutomo

(Sumber: google.com)

Foto Peresmian Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang 1 Oktober 2010

(Sumber: Dokumentasi Paroki)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Drumband SMP Yos Sudarso Majenang

(Sumber: ysbs.or.id)

Para Guru SMK Yos Sudarso Majenang Berfoto Bersama Para Imam OMI

(Sumber: ysbs.or.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Kegiatan Siswa-Siswi SMA Yos Sudarso Majenang

(Sumber: ysbs.or.id)

Kegiatan Pengobatan Gratis Bagi Masyarakat oleh Balai Pengobatan

Yos Sudarso Majenang

(Sumber: ysbs.or.id)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SILABUS

Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia

Kelas : XI

Kompetensi Inti :

KI. 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI. 2 Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),

santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam

berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cermin bangsa dalam

pergaulan dunia.

KI. 3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan

63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI. 4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai

kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Sumber Belajar


Waktu
3.5 Sejarah Gereja Mengamati: Observasi: Mengamati 2 x 45  Dewan Pastoral
Mengidentifikasi Katolik Santa  Siswa mengamati kegiatan peserta didik menit Paroki Santa
dampak politik, Theresia Lisieux gambar yang dalam diskusi dan Theresia Lisieux
sosial, budaya, Majenang berkaitan tentang prestasi. Majenang, Profil
sosial-ekonomi dan gereja Katolik dan Sejarah
pendidikan pada  Latar belakang Santa Theresia Tes Tertulis: Menilai Singkat Paroki
masa penjajahan berdirinya Majenang. kemampuan peserta Santa Theresia
Barat dalam gereja Katolik didik dalam memahami Majenang, 2010,
kehidupan bangsa Santa Theresia Menanya: tentang sejarah gereja Artikel.
Indonesia masa Lisieux di  Siswa bertanya Katolik Santa Theresia
kini. Majenang. dan Lisieux Majenang.  Dewan Pastoral
menyampaikan Paroki Santa
 Tahap-tahap pendapat tentang Tugas Terstruktur: Theresia Lisieux
perkembangan sejarah gereja Membuat makalah Majenang,

64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.5 gereja Katolik Katolik Santa tentang pengaruh Kenangan


Menalar dampak Santa Theresia Theresia Lisieux hadirnya gereja Katolik Berdirinya
politik, budaya, Lisieux di Majenang. Santa Theresia Lisieux Paroki Santa
sosial-ekonomi dan Majenang. Majenang. Theresia
pendidikan pada Mengumpulkan Majenang, 2010,
masa penjajahan  Implikasi dari Informasi: Majalah.
bangsa Barat dalam peran gereja  Siswa
kehidupan bangsa Katolik Santa mengumpulkan  Dewan Pastoral
Indonesia masa kini Theresia informasi tentang Paroki Santa
dan menyajikannya Lisieux latar belakang Theresia Lisieux
dalam bentuk cerita Majenang berdirinya gereja Majenang,
sejarah. kepada Katolik Santa Sejarah Gereja
masyarakat. Theresia Lisieux Katolik Santa
Majenang dan Theresia
tahap-tahap Majenang, 2010,
perkambangan Artikel.
gereja Katolik
Santa Theresia  Internet
Lisieux Majenang
melalui buku
bacaan, internet
dan sumber
lainnya.

Mengasosiasi:
 Menganalisis data
dan informasi
yang didapat dari

65
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

buku-buku bacaan
maupun sumber-
sumber terkait
lainnya, yang
dilanjutkan
dengan diskusi
kelompok, untuk
mendapatkan
kesimpulan
tentang latar
belakang
berdirinya gereja
Katolik Santa
Theresia Lisieux
Majenang dan
tahap-tahap
berkembangnya
gereja Katolik
Santa Theresia
Lisieux Majenang,
kesimpulan dan
implikasi dari
kehadiran gereja
Santa Theresia
Lisieux Majenang
terhadap
kehidupan
masyarakat

66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sekitar, kemudian
hasilnya dicatat
pada kertas.

Mengkomunikasikan
 Hasil diskusi
kelompok tersebut
dipersentasikan,
kemudian
dilakukasn sesi
tanya jawab,
setelah itu
dilaporkan dalam
bentuk makalah.

67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

SATUAN PENDIDIKAN : SMA NEGERI 6 YOGYAKARTA


MATA PELAJARAN : SEJARAH INDONESIA
KELAS/SEMESTER : XI/I (SATU)
MATERI POKOK : SEJARAH GEREJA KATOLIK SANTA
THERESIA LISIEUX MAJENANG (1950-2010)
PERTEMUAN : I (SATU)
ALOKASI WAKTU : 2x45 MENIT

A. KOMPETENSI INTI
KI.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI.2 Menghayati dan mengamalkan prilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,

responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari

solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri

sebagai cermin bangsa dalam pergaulan dunia.

KI.3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

dalam berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk memecahkan masalah.

KI.4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret

dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif

dan kreatif, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah

keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR


Kompetensi Dasar Indikator
3.5. Mengidentifikasi dampak politik, 3.5.1 Menjelaskan latar belakang
sosial, budaya, sosial-ekonomi dan berdirinya Gereja Katolik Santa
pendidikan pada masa penjajahan Theresia Lisieux Majenang
Barat dalam kehidupan bangsa 3.5.2 Menganalisis Gereja Katolik
Indonesia masa kini. Santa Theresia Lisieux Majenang
3.5.3 Menganalisis pengaruh Gereja
Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang di tengah masyarakat yang
heterogen
4.5 Menalar dampak politik, budaya, 4.5.1 Menulis cerita singkat mengenai
sosial-ekonomi dan pendidikan sejarah Gereja Katolik Santa Theresia
pada masa penjajahan bangsa Barat Lisieux Majenang
dalam kehidupan bangsa Indonesia
masa kini dan menyajikannya
dalam bentuk cerita sejarah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dengan diskusi, siswa dapat menjelaskan latar belakang berdirinya
Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang
2. Dengan diskusi, siswa dapat menganalisis perkembangan Gereja
Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang
3. Dengan diskusi, siswa dapat menganalisis pengaruh Gereja Santa
Theresia Lisieux Majenang di tengah masyarakat yang heterogen

D. MATERI AJAR
1. Latar belakang berdirinya Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang
2. Perkembangan Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang
3. Pengaruh Gereja Santa Theresia Lisieux Majenang di tengah
masyarakat yang heterogen

E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific
2. Model Pembelajaran : JigSaw
3. Metode Pembelajaran : Diskusi, presentasi, tanya jawab

F. SUMBER BELAJAR
1. Sartono Kartodirjo, P.J. Suwarno, B. Musidi, Silverio R.L Aji
Sampurno. 1998. Sejarah Keuskupan Purwokerto. Yogyakarta:
Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
2. Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, 2010, Profil
dan Sejarah Singkat Paroki Santa Theresia Majenang, Artikel.
3. Dewan Pastoral Paroki Santa Theresia Lisieux Majenang, 2010,
Kenangan Berdirinya Paroki Santa Theresia Majenang, Majalah.

G. MEDIA PEMBELAJARAN
Komputer/laptop, LCD, Powerpoint
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Kegiatan Aktivitas Alokasi
Waktu
(Menit)
Pendahuluan Tahap Orientasi. Guru memberi salam, 15
menyiapkan kelas agar lebih kondusif,
mengabsensi peserta didik
Apersepsi. Guru menyampaikan topik
tentang sejarah gereja Katolik di Indonesia
Motivasi. Guru memberi motivasi bahwa
gereja Katolik memperluas karyanya di
seluruh Indonesia
Tujuan. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
Kegiatan Inti Mengamati 60
Guru meminta siswa untuk membaca teks
atau referensi yang disediakan oleh guru
tentang sejarah gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang
Menanya
Guru memberi kesempatan kepada siswa
untuk bertanya terkait sejarah gereja Katolik
Santa Theresia Lisieux Majenang
Mengolah Informasi
Berdasarkan membaca teks atau referensi
yang disediakan oleh guru tentang sejarah
Gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang, siswa menganalisis latar belakang
berdirinya gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Mengasosiasikan
Siswa mendiskusikan sesuai kelompok
terkait sejarah gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang
Kelompok I : menganalisis perkembangan
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang
Kelompok II : menganalisis pengaruh gereja
Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang di
tengah masyarakat yang heterogen dalam
bidang sosial
Kelompok III : menganalisis pengaruh
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang di tengah masyarakat yang
heterogen dalam bidang pendidikan
Kelompok IV : menganalisis pengaruh
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang di tengah masyarakat yang
heterogen dalam bidang kesehatan
Mengkomunikasikan
Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok di
depan kelas
Kelompok I : menganalisis perkembangan
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang
Kelompok II : menganalisis pengaruh gereja
Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang di
tengah masyarakat yang heterogen dalam
bidang sosial
Kelompok III : menganalisis pengaruh
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Majenang di tengah masyarakat yang


heterogen dalam bidang pendidikan
Kelompok IV : menganalisis pengaruh
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang di tengah masyarakat yang
heterogen dalam bidang kesehatan
Penutup -Peserta didik ditanya apakah sudah paham 15
terkait sejarah gereja Katolik Santa Theresia
Lisieux Majenang
-Pesera didik merefleksikan terkait materi
yang diperoleh pada pertemuan ini (latar
belakang berdirinya gereja Katolik Santa
Theresia Lisieux Majenang, Perkembangan
gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang, dan pengaruh gereja Katolik
Santa Theresia Lisieux Majenang)
-Peserta didik bersama guru menyimpulkan
terkait materi sejarah gereja Katolik Santa
Theresia Lisieux Majenang
-Sebelum mengakhiri pelajaran, peserta
didik dapat ditanyakan tentang nilai-nilai apa
saja yang didapat dari pelajaran hari ini
-Memberi salam

I. PENILAIAN, PEMBELAJARAN REMIDIAL DAN PENGAYAKAN


1. Teknik Penilaian
a. Penilaian sikap
1) Observasi
b. Penilaian Pengetahuan
1) Tes
2) Tanya Jawab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

3) Observasi terhadap kegiatan diskusi

2. Instrumen Penilaian
a. Penilaian sikap diskusi dan persentasi kelompok

No Nama Mengkomuni Mendeng Berargu Berkonst Jumlah


kasikan arkan mentasi ribusi
1
2
3 dst.

Keterangan Penilaian:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteris;
Baik Sekali :4
Baik :3
Cukup :2
Kurang :1

𝐒𝐊𝐎𝐑𝐏𝐄𝐑𝐎𝐋𝐄𝐇𝐀𝐍
Nilai = x100
𝐒𝐊𝐎𝐑𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐌𝐀𝐋

b. Instrumen Penilaian Pengetahuan


 Setiap soal memiliki bobot yang sama = 20
 Skor maksimal = 60

𝐒𝐊𝐎𝐑𝐏𝐄𝐑𝐎𝐋𝐄𝐇𝐀𝐍
Nilai = x100
𝐒𝐊𝐎𝐑𝐌𝐀𝐊𝐒𝐈𝐌𝐀𝐋

Soal Tes Uji Kompetensi


1. Apa latar belakang adanya gereja Katolik di Majenang?
2. Bagaimana terbentuknya gereja Katolik Santa Theresia Lisieux
Majenang di tengah masyarakat yang heterogen?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

3. Apa saja peran gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang


terhadap kehidupan masyarakat?
 Kunci Jawaban
1. Latar belakang adanya gereja Katolik di Majenang bermula dari
kedatangan para pendatang yang sebagian besar adalah guru-guru.
Mereka darang dari berbagai wilayah antara lain: Purworejo,
Yogyakarta, Klaten dan Solo. Karena latar belakang pekerjaan yang
sama yaitu sebagai guru, mereka saling bertemu dan mengetahui satu
sama lain. Selain kehadiran para guru adanya gereja Katolik di
Majenang juga ditunjang oleh para pastor dari kongregasi Misionaris
Hati Kudus Yesus (M.S.C) sebagai pengelola keuskupan mereka
melakukan karya di wilayah Majenang.
2. Awal terbentuknya gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang di
tengah masyarakat yang heterogen adalah hadirnya para guru yang
ditugaskan di Majenang. Mereka mengajar di sekolah milik pemerintah
namun mereka membangun iman Katolik di wilayah yang baru dengan
cara membentuk kelompok. Dengan membentuk kelompok mereka
mendapatkan kebutuhan rohani. Karena kebanyakan umat Katolik di
Majenang pada tahun 1950 adalah guru, maka masyarakat dengan
cepat dapat menghormati dan menghargai.
3. Peran gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang untuk
masyarakat sekitar melalui membangunan sekolah dan balai
pengobatan Yos Sudarso Majenang. Dengan adanya fasilitas tersebut
masyarakat semakin terbantu dalam memperoleh fasilitas pendidikan
dan kesehatan. Selain itu umat Katolik di Majenang juga membantu
warga membangun sumur dan kamar mandi umum untuk masyarakat
sekitar gereja pada tahun 1979. Sampai menjadi paroki umat Katolik di
Majenang masih sering melakukan bakti sosial kepada masyarakat
seperti menyediakan sembako murah dan melakukan bakti sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

c. Psikomotorik
1) Teknik Penilaian : Penugasan
2) Bentuk Instrumen : Lembar Tugas
3) Instrumen :
Soal : Buatlah artikel ilmiah tentang sejarah gereja Katolik Santa
Theresia Lisieux Majenang mulai tahun 1950 sampai dengan 2010
dalam bentuk narasi.

Indikator

No Peserta Rele- Kelengkaan Pembahasan Ketepat Jumlah


didik vansi (1-4) (1-4) an Skor
(1-4) waktu
(1-4)
1.
2.
3. Dst.

Petunjuk penyekoran:
Peserta didik memperoleh nilai:
Baik Sekali : apabila memperoleh skor 13-16
Baik : apabila memperoleh skor 9-12
Cukup : apabila memperoleh skor 5-8
Kurang : apanila memperoleh skor 1-4

d. Pembelajaran Remidial dan Pengayaan


 Pembelajaran remedial dilaksanakan segera setelah diadakan
penilaian bagi peserta didik yang mendapat nilai dibawah 75
dengan mengerjakan kembali soal uji kompetensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

 Pengayaan dilaksanakan peserta didik yang mendapatkan nilai


diatas 75 dengan memberikan tugas membuat analisis menengenai
sejarah gereja Katolik Santa Theresia Lisieux Majenang.

Yogyakarta, 31 Juli 2018


Praktikan

Paskalis Tribowi Kriswinarso

Anda mungkin juga menyukai