Anda di halaman 1dari 60

TESIS

“PERAN ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK (OMK)


UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN DAN KEROHANIAN
KAUM MUDA SEBAGAI RASUL AWAM DI WILAYAH
PAROKI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KOTING”

Oleh
REMIGIUS OKTAVIANUS MOAN PITANG
NPM: 15.652

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATOLIK


LEDALERO
2017

1
OUT LINE TESIS

BAB I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
I.2 RUMUSAN MASALAH
I.3 TUJUAN PENELITIAN
I.3.1 Tujuan Umum
I.3.2 Tujuan Khusus
I.4 MANFAAT PENELITIAN
I.5 HIPOTESIS
I.6 METODE PENULISAN
I.6.1 Metode Kepustakaan
I.6.2 Metode Penelitian Lapangan
I.6.2.1 Metode Analisis Sosial
I.6.2.2 Metode Observasi Partisipatoris
I.6.2.3 Metode Analisis Data Sekunder
I.6.2.4 Metode Wawancara
I.6.2.5 Metode Kuesioner
I.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II GAMBARAN TENTANG ORANG MUDA KATOLIK


2.1 PEMAHAMAN SINGKAT TENTANG ORANG MUDA KATOLIK
2.1.1 Pengertian Orang Muda
2.1.2 Orang Muda Katolik Dalam Gereja
2.1.3 Situasi Kaum Muda Dewasa Ini
2.2 ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK SEBAGAI ORGANISASI
RESMI GEREJA
2.2.1 Perkembangan Organisasi Orang Muda Dalam Gereja Katolik
2.2.2 Visi, Misi, Tujuan Pembentukan Organisasi Orang Muda Katolik Dalam
Gereja

2
2.2.3 Model Kepengurusan Organisasi Orang Muda Katolik
2.3 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ORANG MUDA
2.3.1 Perkembangan Fisik
2.3.2 Perkembangan Psikis
2.4 PERAN KAUM MUDA DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA DAN
DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
2.4.1 Bidang Pengembangan Kepribadian
2.4.2 Bidang Kerohanian Gereja Katolik
2.4.2.1 Penghayatan Iman
2.4.2.2 Keterlibatan Dalam Panggilan Kristen yang diwarisi dari Tri fungsi
Kristus
2.4.2.2.1Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Imamat Umum dan Ibadat
2.4.2.2.2Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Tugas Kenabian Yesus
2.4.2.2.3Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Pengabdian Rajawi Kristus
2.4.2.3 Keterlibatan Dalam Pelaksanaan Panca Tugas Gereja
2.4.2.3.1Koinonia
2.4.2.3.2Diakonia
2.4.2.3.3Leiturgia
2.4.2.3.4Kerygma
2.4.2.3.5Martyria
2.4.3 Bidang Sosial-Kemasyarakatan
2.4.4 Bidang Ekonomi
2.4.5 Bidang Politik
2.4.6 Bidang Sosio-Budaya
2.5 MODEL PENDAMPINGAN DAN PEMBINAAN ORANG MUDA
KATOLIK
2.5.1 Pemahaman Singkat Tentang Pendampingan Dan Pembinaan Orang
Muda Katolik
2.5.2 Tujuan Pendampingan Dan Pembinaan Orang Muda Katolik
2.5.3 Metode Pendampingan Dan Pembinaan Orang Muda Katolik
2.5.4 Pembagian Kelompok Orang Muda Katolik

3
BAB III GAMBARAN SINGKAT TENTANG ORANG MUDA KATOLIK
DALAM PAROKI KOTING
3.1 SEKILAS TENTANG PAROKI KOTING
3.1.1 Sejarah Paroki Koting1
3.1.2 Keadaan Geografis Paroki Koting
3.1.2.1 Letak Wilayah
3.1.2.2 Luas Wilayah
3.1.2.3 Potensi Wilayah
3.1.2.4 Iklim
3.1.2.5 Sumber Penghasilan Umat
3.1.3 Kependudukan
3.1.4 Kehidupan Sosial Umat Paroki Koting
3.1.4.1 Agama
3.1.4.1.1Kegiatan Rohani Umat Paroki Koting
3.1.4.1.2Pelayanan Sakramen
3.1.4.1.3Sarana dan Prasarana Ibadat
3.1.4.1.4Organisasi Rohani Paroki
3.1.4.1.5Dewan Pastoral Paroki
3.1.4.2 Pendidikan
3.1.4.3 Kesenian
3.1.4.4 Bahasa
3.1.4.5 Suku Bangsa
3.2 SITUASI ORANG MUDA KATOLIK DI PAROKI KOTING
3.2.1 Kehidupan Orang Muda Katolik Paroki Koting Dari Waktu Ke Waktu
3.2.2 Keadaan Orang Muda Katolik Paroki Koting Saat Ini
3.2.3 Kehadiran Organisasi Orang Muda Katolik Dalam Paroki Koting
3.2.3.1 Proses Pembentukan
3.2.3.2 Pengorganisasian dan Manajemen Orang Muda Katolik Paroki Koting
3.2.3.2.1Pembina Dan Pendamping Orang Muda Katolik Paroki Koting
3.2.3.2.2Kepengurusan Orang Muda Katolik Paroki Koting
3.2.3.2.3Keanggotaan Orang Muda Katolik Paroki Koting
1
Vinsensius Ferrer Mere Ende, “Profil Paroki Koting” (ms.), Paroki Koting, 2012, pp.
1-4.

4
3.2.3.3 Kegiatan Orang Muda Katolik Paroki Koting
3.2.3.4 Masalah-Masalah dan Tantangan-Tantangan Yang Dihadapi Oleh Orang
Muda Katolik Paroki Koting

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK


DALAM PAROKI KOTING
4.1 GAMBARAN DATA HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1.1 Keterlibatan Orang Muda Katolik Paroki Koting Dalam Organisasi
Orang Muda Katolik
4.1.2 Kepengurusan Dalam Organisasi Orang Muda Katolik Paroki Koting
4.1.3 Pelaksanaan Kegiatan Dan Program Kerja Orang Muda Katolik Paroki
Koting
4.1.4 Keterlibatan Orang Muda Katolik Sebagai Anggota Gereja, Masyarakat
dan Negara
4.1.5 Peran Serta Umat Allah Dalam Mendukung Kegiatan Kaum Muda
Katolik
4.1.6 Kesimpulan
4.2 REFLEKSI BIBLIS DAN TEOLOGIS
4.2.1 Pandangan Kitab Suci Tentang Orang Muda Katolik
4.2.2 Ajaran Sosial Gereja Tentang Peran Organisasi Orang Muda Katolik
Dalam Kehidupan Menggereja
4.3 RELEVANSI BAGI KARYA KERASULAN KAUM MUDA
KATOLIK SEBAGAI GENERASI PENERUS DAN HARAPAN
GEREJA MASA DEPAN
4.3.1 Relevansi Bagi Karya Kerasulan Gereja
4.3.2 Relevansi Bagi Kaya Pastoral Kaum Muda
4.3.3 Relevansi Bagi Kehidupan Bermasyarakat Dan Bernegara

BAB V PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
5.2 USUL SARAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Kehidupan manusia pada abad ini terus mengalami perkembangan yang


pesat khususnya dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekonomi. Hal ini
mempengaruhi pola pikir dan pola tingkahlaku manusia pada zaman sekarang ini.
Pandangan manusia lebih terarah pada perkembangan teknologi dan persaingan
ekonomi sehingga mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan tata nilai
kehidupan, kepekaan sosial dan pandangan yang multi paradigma. Manusia lebih
memperhatikan hal-hal lahiriah dan kurang menghayati kehidupan rohani. Hal ini
menunjukkan manusia sedang mengalami kekosongan rohani. Kekosongan yang
dimaksud ini juga melanda kaum muda zaman sekarang di mana mereka kurang
percaya lagi akan peranan karya Allah dan kehidupan Ilahi. Kaum muda terlalu
mengandalkan kekuatan alam dan ilmu pengetahuan karena segala sesuatu selalu
diukur dengan ukuran kejasmanian, kebendaan, kesuksesan, dan kedudukan.2
“Kaum muda adalah generasi penerus bangsa.” Penggalan kalimat ini
merupakan sebuah ungkapan yang menjadi sebuah pendorong semangat kaum
muda untuk terus berjuang, tetapi juga menjadi tantangan bagi kaum muda. Kaum
muda pada zaman sekarang sering dihadapkan dengan berbagai macam masalah
dan tantangan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai generasi
penerus. Sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928,
semangat jiwa muda Indonesia dikobarkan untuk memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia dan kebebasan bagi rakyat Indonesia dari penderitaan karena
penjajahan. Namun, semangat jiwa muda ini pelan-pelan mulai hilang dari dalam
diri kaum muda masa kini.

2
Komisi Kepemudaan KWI, Berkembang Bersama Orang Lain, Sebuah Model
Pembinaan Kaum Muda (Yogyakarta: Kanisius, 1991), pp. 11-13.

6
“Saatnya kaum muda itu santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi”
merupakan pesan yang sering dilontarkan saat peringatan hari Sumpah Pemuda3.
Ungkapan ini merupakan ajakan bagi kaum muda sebagai generasi penerus agar
dapat berbuat sesuatu demi mengisi kemerdekaan. Kaum muda harus mampu
menjadi santun dalam perkataan dan perbuatan karena nilai kesantunan kaum
muda saat ini sedikit demi sedikit mulai hilang dengan munculnya berbagai
masalah dan peristiwa yang menimpa generasi muda saat ini. Kaum muda juga
harus tumbuh menjadi orang yang cerdas yang mampu berkembang dengan
berbagai pengetahuan yang dimiliki dan diperoleh dalam proses pendidikan dan
pelatihan. Kaum muda harus menjadi inspirasi bagi orang lain dengan
menampilkan segala bakat dan kemampuan yang dimiliki. Sebagai sosok
inspiratif tidak berarti membuat kaum muda itu menjadi angkuh dan sombong
tetapi harus menjadi sosok sederhana yang mau berbagi untuk sesama. Kaum
muda juga harus menggunakan segala bakat dan kemampuan yang dimiliki untuk
menjadi sosok yang berpestasi dan membanggakan bagi orang lain secara jujur
dan adil.
Selain Negara Indonesia, Gereja Katolik dalam karya pelayanan
pastoralnya mempunyai perhatian khusus pada kehidupan generasi muda saat ini.
Paus Fransiskus sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik mempunyai perhatian
khusus kepada generasi muda.

Pergilah, jangan takut dan layanilah! Gerja membutuhkan kalian,


semangat kalian, kreatifitas kalian dan sukacita kalian yang begitu
khas. Maka, jangan takut untuk bermurah hati bersama Kristus. Dia
mengandalkan kalian! Gereja mengandalkan kalian! Paus
mengandalkan kalian!4

Ini merupakan seruan Paus Fransiskus dihadapan tiga juta Orang Muda Katolik
dari seluruh dunia dalam World Youth Day di Rio de Janeiro, Brazil pada 28 Juli
2013. Hal senada juga disampaikan oleh Paus Fransiskus kepada Kaum Muda
peserta Asian Youth Day di Korea Selatan pada tahun 2014.

3
Hendro, “Eranya Kaum Muda Untuk Tampil”, FORMULA, September 2014 (Graha
Pemuda dan Olahraga: Jakarta), p. 7.
4
A. Margana, “Kaum Muda, Pergilah Keluar”, HIDUP, 3 Januari 2016 (Yayasan Hidup
Katolik: Jakarta), p. 8.

7
Tuhan meminta Anda dan Saya untuk pergi keluar ke jalan besar dan
jalan kecil dunia ini, mengetuk pintu hati orang lain, mengundang
mereka untuk menyambutNya ke dalam kehidupan mereka.5

Seruan Paus ini merupakan salah satu bentuk tugas perutusan yang
diberikan kepada kaum muda untuk mewartakan sukacita injil atau kerajaan Allah
ke seluruh penjuru dunia. Paus berusaha menghantar kaum muda untuk menjadi
misionaris Gereja. Menjadi seorang misionaris berarti kaum muda diutus untuk
menjalankan misi Tuhan. Gereja Katolik merumuskan bahwa misi berasal dari
Bapa, oleh Putera dan dalam Roh Kudus 6. Kaum muda menjalankan misi yang
berasal dari Bapa sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Misi ini telah
nyata dilakukan oleh Allah Bapa dengan mengutus PuteraNya ke tengah dunia
dan dengan perantaraan Roh Kudus misi ini dapat dilaksanakan. Kaum muda
diutus kepada seluruh bangsa untuk mewartakan kabar suka cita injil dan kerajaan
Allah.
Pastoral kaum muda merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
Gereja Katolik zaman sekarang untuk membimbing dan menuntun kaum muda
pada jalan yang benar. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda dapat
mempersiapkan diri untuk memajukan dan mengembangkan Gereja dan Negara di
masa yang akan datang. Gereja mempersiapkan kader-kader muda yang selalu dan
terus berjuang mempertahankan keutuhan dan kemajuan. Pastoral kaum muda
menawarkan berbagai kegiatan yang baik melalui tangan para pelayan pastoral
yang mempunyai perhatian khusus kepada kaum muda. Para pelayan pastoral
kaum muda harus mampu menjadikan kaum muda sebagai agen Gereja. Kaum
muda bukan hanya menjadi orang Katolik yang pasif tetapi juga harus menjadi
anggota Gereja yang aktif berjuang untuk kepentingan Gereja.
Gereja Katolik Universal berusaha memberikan perhatian kepada kehidupan
generasi muda dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan. Hal ini dapat
diwujudnyatakan dengan berbagai macam kegiatan Gereja untuk kaum muda
mulai dari tingkat Internasional sampai pada tingkat lokal. Beberapa kegiatan

5
Ibid.
6
Wilhelm Djulei Conterius, Teologi Misi Milenium Baru, (Maumere: Ledalero, 2016), p.
31.

8
besar Orang Muda Katolik yang diselenggarakan oleh Gereja adalah World Youth
Day, Asian Youth Day dan Indonesian Youth Day serta berbagai kegiatan
pendampingan, pembinaan dan pelatihan bagi orang muda. World Youth Day
merupakan sebuah kegiatan jumpa Orang Muda Katolik tingkat dunia. Ajang
World Youth Day ini di tahun 2016 telah dilaksanakan di Krakow-Polandia pada
27 sampai 31 Juli 2016 dan dihadiri oleh Paus Fransiskus 7. Kegiatan World Youth
Day ini sebelumnya diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brasil pada bulan Juli
2013 dan dihadiri juga oleh Paus Fransiskus8.
Tahun 2016 ini, Indonesia juga akan menyelenggarakan ajang pertemuan
Orang Muda Katolik tingkat nasional dengan utusan dari seluruh Keuskupan yang
ada di Indonesia. Ajang ini dikenal dengan sebutan Indonesian Youth Day (IYD).
Keuskupan yang menjadi tuan rumah diselenggarakannya ajang Indonesian Youth
Day ini adalah Keuskupan Manado. Pelaksanaan ajang IYD ini akan terjadi pada
tanggal 1 sampai 6 Oktober 2016 dengan melibatkan 100 orang utusan dari
masing-masing keuskupan di Indonesia dengan berbagai kegiatan live in, kegitan
rohani dan lomba.9 Indonesian Youth Day yang diselenggarakan di Manado akan
mengusung tema “OMK: Sukacita Injil di tengah masyarakat Indonesia yang
majemuk” yang didasarkan dari injil Matius 28:19, “Pegilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku.”10 Tema ini merupakan suatu bentuk tugas perutusan dari
Tuhan kepada kaum muda, agar dapat menjadi pewarta sukacita injil. Hal ini
dapat dilakukan melalui karya pelayanan setiap hari, dalam tutur kata dan
tindakan yang sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus.
Negara Indonesia juga menjadi tuan rumah ajang Asian Youth Day pada
tahun 2017. Kegiatan Asian Youth Day ini merupakan ajang pertemuan Orang
Muda Katolik seAsia yang akan diselenggarakan di Yogyakarta, Keuskupan
Agung Semarang pada tanggal 30 Juli sampai 6 Agustus 2017. Asian Youth Day
dapat diselenggarakan berkat gagasan pembina OMK seAsia dan disetujui oleh
Federasi Konferensi Uskup-Uskup se-Asia (Federation of Asian Bishops
7
Yusti H. Wuarmanuk, “Paus Fransiskus Di WYD”, HIDUP, 20 Maret 2016 (Yayasan
Hidup Katolik: Jakarta), p. 29.
8
A. Margana, Op. Cit., p. 8.
9
A. Aditya Mahendra, “Talkshow Seru Jelang IYD, AYD dan WYD”, HIDUP, 13 Maret
2016 (Yayasan Hidup Katolik: Jakarta), pp. 20-21.
10
Lexie Kalesaran dan Maria Pertiwi, “Rekoleksi Persiapan IYD 2016”, HIDUP, 20
Maret 2016 (Yayasan Hidup Katolik: Jakarta), p. 24.

9
Conferences/ FABC). AYD sudah pernah diselenggarakan di beberapa Negara
antara lain Thailand (1999), Taiwan (2001), India (2003), Hong Kong (2006),
Filipina (2009), dan Korea Selatan (2014). Pada tahun 2017, Yogyakarta dipilih
sebagai tuan rumah AYD karena dianggap bisa menampakkan ke-Indonesiaan
dengan keanekaragaman yang ada. Tema yang diangkat oleh panitia AYD 2017
adalah “Sukacita dalam kebhinekaan” dengan berbagai kegiatan seperti doa, live
in, refleksi, pelatihan dan berbagi pengalaman melalui pertukaran pengalaman
dalam konteks multikultur, termasuk membuat rekomendasi aksi yang akan
dilakukan sebagai tindak lanjut. Mgr. Riana Prapdi, Uskup Ketapang
mengungkapkan bahwa: “AYD adalah parayaan sukacita atas Gereja Katolik yang
hidup dalam kemajemukan dan merupakan ajang pertemuan bagi Orang Muda
Katolik se-Asia untuk saling meneguhkan kehidupan beriman dan terlibat dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan.”11
Berbagai ajang atau kegiatan orang muda Katolik telah dilakukan baik di
tingkat Dunia, Asia, Indonesia maupun lokal. Hal ini dimaksudkan agar orang
muda Katolik dapat tumbuh menjadi orang yang beriman dan berguna bagi Gereja
dan bangsa. Kaum muda adalah harapan besar bagi perkembangan Gereja di masa
yang akan datang. Semua orang bertanggung jawab dalam pendampingan,
pembinaan dan pembentukan kaum muda, sehingga mereka menjadi penerus
perjuangan bangsa dan Gereja yang tangguh12. Hal ini dimaksudkan agar kaum
muda tidak berjalan sendiri dalam perjuangan hidupnya, tetapi membutuhkan
dukungan dari semua pihak. Proses pembinaan, pendampingan dan pembentukan
kaum muda harus terus dilaksanakan dan dijalankan dalam keadaan atau situasi
apapun. Menjadi pertanyaan bagi penulis adalah bagaimana perkembangan
keadaan atau situasi Orang Muda Katolik saat ini. Apakah dengan dilakukannya
berbagai kegiatan Orang Muda Katolik dapat memberikan dampak positif bagi
kelanjutan hidup dan pelaksanaan tugas sebagai penerima tongkat estafet
pembangunan.
Oleh karena itu, penulis berusaha untuk mengamati dan menjelaskan situasi
Orang Muda Katolik yang ada di Paroki Koting pada saat ini. Paroki Koting
11
Maria Pertiwi, “Persiapan AYD 2017 Di Yogyakarta”, HIDUP, 27 Maret 2016
(Yayasan Hidup Katolik: Jakarta), p. 32.
12
Sekretariat Pastoral Bersama Nusa Tenggara, Pedoman Kerja Umat Katolik Nusa
Tenggara (Ende: Nusa Indah, 1984), p. 24.

10
sebagai sebuah institusi Gereja Katolik Roma yang terletak di wilayah Keuskupan
Maumere juga memberikan perhatian khusus kepada perkembangan hidup kaum
muda. Kehadiran organisasi Orang Muda Katolik (OMK) sebagai wadah resmi
Gereja Paroki Koting adalah untuk mendampingi dan membina orang muda
Katolik yang kelak dapat berguna bagi bangsa dan Gereja. Penulis merangkumnya
dalam tulisan dengan judul “PERAN ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK
(OMK) UNTUK MEMBENTUK KEPRIBADIAN DAN KEROHANIAN
KAUM MUDA SEBAGAI RASUL AWAM DI WILAYAH PAROKI SANTO
FRANSISKUS XAVERIUS KOTING.”

1.2 RUMUSAN MASALAH

Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah sejauh mana
peran organisasi Orang Muda Katolik untuk membentuk kepribadian dan
kerohanian orang muda dalam Paroki Koting dan apa permasalahan yang dihadapi
dalam organisasi ini. Ada beberapa pertanyaan turunan yang menjadi pengantar
untuk menggali permasalahan ini.
1. Bagaimanakah keadaan atau situasi Orang Muda Katolik Dalam Paroki
Santo Fransiskus Xaverius Koting?
2. Bagaimanakan peran Organisasi orang Muda Katolik Paroki Koting dalam
membentuk kepribadian dan kehidupan rohani kaum muda?
3. Bagaimana keikutsertaan dan partisipasi Orang Muda Katolik Paroki Santo
Fransiskus Xaverius Koting dalam kegiatan rohani parokial dan organisasi
resmi Gereja?
4. Apa dogma dan ajaran sosial Gereja yang berbicara tentang masalah
kehidupan orang muda Katolik?
5. Bagaimanakah solusi untuk mengatasi masalah keikutsertaan orang muda
Katolik di dalam organisasi resmi Gereja dan kegiatan rohani parokial?

11
1.3 TUJUAN PENELITIAN

Penulis berusaha melakukan peneletian ini dengan beberapa maksud dan


tujuan. Adapun tujuan dari penulis untuk membuat tulisan ilmiah ini adalah
sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari tulisan ini adalah:


 Menggali dan menemukan keadaan Orang Muda Katolik di wilayah Paroki
Santo Fransiskus Xaverius Koting.
 Menemukan apa saja sisi positif dari kehidupan orang muda Katolik Paroki
Santo Fransiskus Xaverius Koting.
 Menemukan berbagai masalah atau problem yang dihadapi oleh orang muda
Katolik Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting di dalam kehidupan
menggereja.
 Menjelaskan landasan teologis baik itu biblis (dogmatis) maupun ajaran
sosial Gereja yang berhubungan dengan kehidupan orang muda Katolik.
 Mencari jalan keluar atau relevansi yang tepat untuk mengatasi
permasalahan kaum muda dan demi proses pembinaan selanjutnya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah berupa tesis melalui penelitian ini
sebagai syarat untuk lulus dari studi Teologi Program Pasca Sarja di STFK
Ledalero.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Kegiatan riset atau penelitian merupakan salah satu cara untuk menggali dan
menemukan masalah-masalah yang dihadapi oleh objek-objek yang diteliti. Karya

12
ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti dan kaum muda khususnya
yang berada di Paroki Koting. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari
penulisan karya ilmiah ini sebagai berikut.
 Orang muda Katolik dapat dibantu untuk menemukan masalah-masalah
yang dihadapi dalam kehidupan mereka setiap hari khususnya dalam hidup
rohani sebagai orang Katolik, dapat menemukan sebab-sebab timbulnya
masalah tersebut dan alternatif solusi yang tepat untuk mengatasi masalah
kaum muda melalui pendapat orang muda sendiri atau melalui pendapat
beberapa narasumber yang telah dipertimbangkan dan dianalisa oleh
penulis.
 Kaum muda dapat berubah dan menjadi semakin berkembang dengan
proses pembinaan dan metode yang tepat dari para pembina.
 Karya ilmiah ini juga dapat memberikan sumbangan sedikit bagi para
pembina atau pendamping orang muda di Paroki Koting, sehingga para
pembina dapat menggunakan metode yang tepat untuk mengatasi masalah
orang muda Katolik di Paroki Koting.

1.5 HIPOTESIS

Kegiatan riset dan penelitian ini dianggap penulis perlu dibuat dengan
sumber awal berupa pengamatan penulis mengenai situasi kaum muda saat ini
khususnya yang ada di wilayah Paroki Koting. Penulis merumuskan suatu
hipotese bahwa: “banyak kaum muda Paroki Koting yang kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan rohani bersama dan bergabung dalam organisasi Orang Muda
Katolik karena kurang adanya pendampingan dan pembinaan”.

1.6 METODE PENULISAN

1.6.1 Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan merupakan sebuah langkah di mana penulis berusaha


untuk mencari dan menjelaskan hal-hal penting yang berhubungan dengan tema

13
berdasarkan sumber-sumber kepustakaan yaitu buku-buku referensi. Buku-buku
referensi yang dipakai sebagai sumber kepustakaan adalah buku katalogus, indeks
majalah, indeks harian, kamus umum, ensiklopedi umum, kamus-kamus biografi,
buku-buku tahunan, peta atau atlas, manuskrip dan lain-lain13. Sumber-sumber
tulisan berupa buku atau manuskrip menjadi bantuan penunjang yang dapat
digunakan sebagai landasan teoretis dalam melakukan sebuah penelitian.

1.6.2 Metode Penelitian Lapangan

Penulis selain menggunakan metode kepustakaan, juga menggunakan


beberapa metode penelitian lapangan untuk menyelesaikan tulisan ini. Metode
penelitian lapangan yang digunakan antara lain.

1.6.2.1 Metode Analisis Sosial

Metode analisis sosial adalah metode untuk mengupas suatu gejalah,


kejadian atau masalah berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan tertentu atau asas-
asas yang lain atau dengan kata lain metode yang mempelajari sesuatu mulai dari
pemahaman atas komponen-komponen interiornya menuju pengertian atas sebab-
sebab eksterior dari keberadaannya14. Ada dua pendekatan dalam analisis sosial
yaitu pendekatan akademis dan pendekatan pastoral. Pendekatan akademis
mempelajari atau mengkaji situasi sosial khusus dengan cara yang benar-benar
abstrak dan objektif, memerinci semua elemennya agar dimengerti dengan jelas.
Pendekatan pastoral memandang realitas dalam keterlibatan historis,
mempertimbangkan situasi untuk bertindak. Seseorang dapat saja bersikap
akademis dalam arti secara ilmiah mengejar pengetahuan dan pada saat yang sama
punya komitmen pada tindakan sosial (pendekatan pastoral).15
Metode analisis sosial yang sering dipakai dalam institusi Gereja dikenal
dengan sebutan “lingkaran pastoral”. Sebuah pengalaman dapat dihubungkan
13
Gorys Keraf, Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah,
2004), p.193.
14
Save M. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, cet. ke 5 (Jakarta: Lembaga
Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2006), p. 656.
15
Joe Holland dan Peter Henriot, Analisis Sosial dan Refleksi Teologis, cet. ke 3
(Yogyakarta: Kanisius, 1992), p. 23.

14
dengan empat perantara. Lingkaran pastoral sering disebut dengan lingkaran
praksis karena menekankan hubungan terus-menerus antara refleksi dan aksi.
Lingkaran pastoral juga erat hubungannya dengan apa yang disebut lingkaran
hermeneutik atau metode interpretasi yang melihat masalah-masalah baru yang
muncul terus menerus untuk menantang teori-teori lama dengan kekuatan situasi
baru tersebut. Empat unsur yang menjadi perantara sebuah pengalaman dalam
lingkaran pastoral adalah pemetaan masalah, analisis sosial, refleksi teologis dan
perencanaan pastoral.16
Pemetaan masalah adalah upaya masuk ke dalam pengalaman umat untuk
mengalami apa yang sesungguhnya terjadi, keprihatinan-keprihatinan umat,
kecemasan dan harapan mereka17. Ada beberapa tahap yang harus dilewati dalam
proses pemetaan masalah. Tahap-tahap yang ada dalam pemetaan masalah yaitu
identifikasi masalah, pengelompokan masalah dan pengumpulan data.
Langkah kedua dalam proses analisis sosial berdasarkan lingkaran
pastoral adalah analisis masalah. Langkah ini merupakan bagian inti dari seluruh
proses analisis sosial. Seorang peneliti akan berusaha menggali sebuah
permasalahan yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan. Hal ini perlu dibuat
agar dapat menemukan alternatif solusi yang tepat. Langkah-langkah yang dapat
ditempuh agar kegiatan analisis dapat dilakukan dengan mudah adalah penetapan
masalah pokok pada masing-masing bidang kemasyarakatan dan penetapan sebab-
sebab kunci untuk masing-masing masalah pokok yang telah disepakati. 18
Refleksi teologis dalam analisis sosial merupakan salah satu proses
penting dalam lingkaran pastoral. Sebuah refleksi teologis memadukan dua hal
yaitu dunia realitas manusia dan karya Allah bagi hidup manusia. Dimensi sosial
dan dimensi teologis dipadukan menjadi satu dalam refleksi teologis. Allah
hendak berbicara apa tentang realitas yang ada dalam hidup manusia. Apa yang
Allah kehendaki berkaitan dengan perjuangan manusia untuk mencapai keadilan
dalam analisis sosial. Secara singkat dapat dikatakan bahwa, refleksi teologis
“memadukan iman dan keadilan”19.
16
Ibid., pp. 23-24.
17
Panitia Sinode I Keuskupan Maumere, “Modul Penyadaran Awal Sinode I Keuskupan
Maumere” (ms.), Puspas Keuskupan Maumere, 2012, p. 9.
18
Hubert Thomas Hasulie, Pengembangan Jemaat Sebagai Komunitas Perjuangan
(Maumere: Candraditya, 2012), pp. 50-54.
19
Joe Holland dan Peter Henriot, Op. cit., p. 138.

15
Lingkaran pastoral mempunyai satu tahapan yang juga penting dalam
proses analisis sosial yaitu perencanaan pastoral (pastoral planning). Sebagai
sebuah rencana berarti menyangkut apa yang hendak dibuat oleh seseorang atau
sekelompok orang dan hal apa yang akan diubah. Perencanaan pastoral
menyangkut kegiatan apa yang hendak dilakukan dalam tugas dan karya pastoral
pada waktu-waktu yang akan datang. Kegiatan pastoral pada masa yang lalu
menjadi sumber pelajaran bagi perencanaan atau rancangan suatu kegiatan
pastoral. Sumber utama perencanaan pastoral adalah berdasarkan terang rencana
Allah. Kegiatan pastoral yang direncanakan merupakan jawaban atas persoalan,
masalah yang ditemukan dalam situasi kongkret kehidupan umat dan merupakan
kehendak Allah20.

1.6.2.2 Metode Observasi Partisipatoris

Metode observasi partisipatoris yakni penulis mengobservasi langsung


keseharian hidup dan kerja warga di lokasi penelitian dan ikut berpartisipasi aktif
bersama mereka secara fisik dan psikis21. Metode ini dapat dibuat oleh penulis
dengan cara tinggal langsung dan ikut ambil bagian dalam kehidupan orang muda
Katolik. Metode ini dapat dilakukan oleh penulis dengan ikut terlibat aktif dalam
seluruh kegiatan orang muda Katolik.

1.6.2.3 Metode Analisis Data Sekunder

Metode analisis data sekunder merupakan metode di mana peneliti mencoba


menganalisa data-data yang ada di wilayah Paroki Koting. Data-data yang diambil
menjadi bahan acuan untuk mengadakan penelitian. Data-data yang menjadi
sumber penelitian harus benar-benar data yang valid dan bukan data hasil
rekayasa.

20
Yoris Role, “Sinode Ia Hai Ata? Bolak-Balik KUB-Keuskupan, Keuskupan-KUB”
(Ret-Ret Para Imam KUM), SUKMA Edisi Juli-Agustus 2013 (Maumere: Komsos Keuskupan
Maumere), pp. 6-7.
21
Raymundus Rede Blolong, Tahap-Tahap Penelitian Antropologis (Ende: Nusa Indah,
2008), p. 78.

16
1.6.2.4 Metode Wawancara

Metode wawancara adalah salah satu cara yang dipakai oleh seorang peneliti
untuk mendapat keterangan atau informasi tertentu dari informan mengenai suatu
hal secara lisan yaitu bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang itu serta
menggunakan alat yang dinamakan pemandu wawancara22. Yang menjadi
narasumber di dalam kegiatan wawancara ini harus merupakan orang-orang yang
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal yang akan diteliti. Untuk
memperoleh data yang baik selain dengan mendengarkan dan menulis, penulis
juga harus menggunakan alat bantu perekam suara atau membuatnya dalam
bentuk video. Hal ini dapat membantu penulis untuk mencatat kembali hal-hal
yang tidak sempat untuk didengarkan.
Beberapa narasumber yang akan diwawancara oleh penulis dalam kegiatan
penelitian ini adalah Pastor Paroki Koting, Ketua Dewan Pastoral Paroki Koting,
Ketua Seksi Kepemudaan Paroki Koting, Ketua OMK Paroki Koting, Ketua Biro
Kepemudaan Keuskupan Maumere, Para Pengurus Stasi Dan Lingkungan, Senior
yang pernah bergabung dengan OMK Paroki Koting dan beberapa Narasumber
lainnya.

1.6.2.5 Metode Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila
peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden.23 Jumlah responden harus cukup mewakili seluruh
objek observasi sehingga dapat diperoleh data yang akurat dan jelas.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

22
Bernard Raho, Metode Penelitian Sosial Bagi Para Pemula (Ende: Nusa Indah, 2008),
p. 56.
23
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), p. 199.

17
Karya tulis ilmiah ini diselesaikan oleh penulis dalam lima bab. Masing-
masing bab berisi penjelasan yang berhubungan dengan tema yang diangkat oleh
Penulis. Oleh karena itu, sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut.
Pertama, Bab I merupakan bagian pendahuluan dari karya ilmiah ini. Dalam
bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang penulisan tema ini, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penulisan, hipotesis, metode yang dipakai dalam
menyelesaikan tulisan ini, serta sistematika penulisan.
Kedua, Bab II menjelaskan pemahaman dasar tentang Orang Muda Katolik.
Bab ini akan berisikan penjelasan mengenai pengertian Orang Muda dan Orang
Muda Katolik, pemahaman dasar tentang Organisasi OMK dalam Gereja,
perkembangan hidup orang muda, kegiatan rohani dan jasmani yang dijalankan
oleh orang muda serta model pendampingan dan pembinaan Orang Muda Katolik.
Ketiga, Bab III berisikan gambaran singkat tentang Orang Muda Katolik di
Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting. Bagian ini akan menjelaskan keadaan
dan kehidupan Orang Muda Katolik di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Koting.
Keempat, Bab IV merupakan bagian Analisis Sosial atas berbagai masalah
yang dihadapi oleh kaum muda di wilayah Paroki Santo Fransiskus Xaverius
Koting. Masalah yang dihadapi oleh Orang Muda Katolik dalam wilayah Paroki
Koting akan dianalisis dengan metode Analisis Sosial yaitu penentuan masalah-
masalah pokok, sebab kunci, refleksi biblis dan teologis serta alternatif solusi
yang bisa diberikan.
Kelima, Bab V adalah bagian Penutup atau bagian terakhir dari penulisan
karya tulis ilmiah ini. Pada bagian penutup ini akan berisikan kesimpulan dan usul
saran yang bisa diberikan untuk mengoreksi dan melengkapi tulisan ilmiah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

I. KAMUS

Dagun, Save M. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan , cet. ke 5. Jakarta: Lembaga


Pengkajian Kebudayaan Nusantara, 2006.

II. BUKU-BUKU

Blolong, Raymundus Rede. Tahap-Tahap Penelitian Antropologis. Ende: Nusa


Indah, 2008.
Conterius, Wilhelm Djulei. Teologi Misi Milenium Baru. Maumere: Ledalero,
2016.
Hasulie, Hubert Thomas. Pengembangan Jemaat Sebagai Komunitas
Perjuangan. Maumere: Candraditya, 2012.
Holland, Joe dan Peter Henriot. Analisis Sosial dan Refleksi Teologis, cet. ke 3.
Yogyakarta: Kanisisus, 1992.
Keraf, Gorys. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa
Indah, 2004.
KWI, Komisi Kepemudaan. Berkembang Bersama Orang Lain, Sebuah Model
Pembinaan Kaum Muda. Yogyakarta: Kanisius, 1991.
Maumere, Panitia Sinode I Keuskupan. “Modul Penyadaran Awal Sinode I
Keuskupan Maumere”, (ms). Puspas Keuskupan Maumere, 2012.
Raho, Bernard. Metode Penelitian Sosial Bagi Para Pemula. Ende: Nusa Indah,
2008.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2010.
Tenggara, Sekretariat Pastoral Bersama Nusa. Pedoman Kerja Umat Katolik
Nusa Tenggara. Ende: Nusa Indah, 1984.

III. MAJALAH

19
Hendro, “Eranya Kaum Muda Untuk Tampil”, FORMULA, September 2014
(Jakarta: Graha Pemuda dan Olahraga).
Kalesaran, Lexie dan Maria Pertiwi. “Rekoleksi Persiapan IYD 2016”, HIDUP,
20 Maret 2016 (Jakarta: Yayasan Hidup Katolik).
Mahendra, A. Aditya. “Talkshow Seru Jelang IYD, AYD dan WYD”, HIDUP,
13 Maret 2016 (Jakarta: Yayasan Hidup Katolik).
Margana, A. “Kaum Muda, Pergilah Keluar”, HIDUP, 3 Januari 2016 (Jakarta:
Yayasan Hidup Katolik).
Pertiwi, Maria. “Persiapan AYD 2017 Di Yogyakarta”, HIDUP, 27 Maret 2016
(Jakarta: Yayasan Hidup Katolik).
Role, Yoris. “Sinode Ia Hai Ata? Bolak-Balik KUB-Keuskupan, Keuskupan-
KUB” Ret-Ret Para Imam KUM, SUKMA Edisi Juli-Agustus 2013
(Maumere: Komsos Keuskupan Maumere).
Wuarmanuk, Yusti H. “Paus Fransiskus Di WYD”, HIDUP, 20 Maret 2016
(Jakarta: Yayasan Hidup Katolik).

20
BAB II
GAMBARAN TENTANG ORANG MUDA KATOLIK

2.1 PEMAHAMAN SINGKAT TENTANG ORANG MUDA KATOLIK

2.1.1 Pengertian Orang Muda

Orang muda adalah bagian dari kelompok manusia yang menghuni bumi
dan terus mengalami perkembangan hidup. Istilah orang muda atau lebih
jamaknya kaum muda dapat diartikan secara berbeda-beda tergantung pada
konteks penggunaan atau sudut pandang pendefinisiannya. Berikut ini adalah
beberapa definisi tentang kaum muda. “Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan
bahwa kaum muda adalah anak-anak manusia dari umur 15 sampai 24 tahun.
Menurut Undang-Undang Perkawinan RI tahun 1974, kaum muda meliputi para
muda-mudi yang sudah melewati umur kanak-kanak dan belum mencapai umur
yang oleh undang-undang diperbolehkan menikah: bagi pemuda minimal berumur
19 tahun, bagi pemudi minimal berumur 16 tahun. Organisasi Pemuda
mendefinisikan kaum muda sebagai semua muda-mudi yang berumur antara 15-
40 tahun dan menurut anggaran dasar dapat menjadi anggota. A. M.
Mangunhardjana mendefinisikan kaum muda adalah muda-mudi yang berumur 15
sampai 21 tahun dalam usia Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA), serta
dalam umur studi Perguruan Tinggi (PT).”24
Undang-Undang No. 40 Tahun 2009 Negara Republik Indonesia tetang
Kepemudaan berusaha menetapkan batas usia untuk orang muda yaitu antara 16
sampai 30 tahun. Hal ini berdasarkan kesimpulan bahwa fase pembangunan
manusia terbagi dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok usia di bawah 18 tahun
sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak, maka fase ini disebut
pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Kedua, fase pembinaan, perlindungan

A. M. Mangunhardjana, Pendampingan Kaum Muda, Sebuah Pengantar


24

(Yogyakarta: Kanisius, 1986), p. 11.

21
yang disebut usia dewasa 18-30 tahun. Ketiga, usia 30 tahun diharapkan manusia
sudah masuk pada fase kemandirian.25
Komisi Kepemudaan Konferensi Wali Gereja Indonesia dalam Pedoman
Pelayanan Pastoral Kaum Muda mengartikan Kaum Muda sebagai “mereka yang
berusia 13-30 tahun dan belum menikah”.26 Pengertian tentang kaum muda
dengan batas umur seperti ini bukan merupakan sesuatu yang tetap melainkan
dapat disesuaikan dengan keadaan atau situasi suatu tempat. Kaum muda dengan
batasan umur dan persyaratan tersebut menunjukkan bahwa kaum muda adalah
pribadi yang sedang berkembang dan mengalami masa pertumbuhan.
Berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Orang Muda
Katolik Paroki Koting dijelaskan bahwa Orang Muda Katolik merupakan semua
orang muda yang beriman Katolik, berusia 15-35 tahun dan belum menikah.
Seseorang yang masih berumur 15-35 tahun dan sudah menikah sangat sulit untuk
bisa bergabung dalam organisasi Orang Muda Katolik karena alasan kehidupan
keluarga. Seseorang yang berumur lebih dari 35 tahun tetapi belum menikah
dianggap sudah dewasa dan matang dalam hidup sehingga mereka masih boleh
terlibat dalam OMK tetapi pada lefel menjadi pembina. Demikian juga seorang
yang belum mencapai umur 15 tahun belum masuk menjadi anggota OMK tetapi
menjadi anggota SEKAMI atau SEKAR. Pemahaman tentang Orang Muda
Katolik semacam ini digunakan oleh sebagian besar Gereja di Wilayah
Indonesia.27

2.1.2 Orang Muda Katolik Dalam Gereja

George A. Kelly merupakan seorang penulis dan rohaniwan. Ia menulis


sebuah buku tentang kaum muda dengan judul “The Catholic Youth’s Guide to
life and love”. Dalam buku ini ia menulis demikian:

25
Sriyono, “Eranya Kaum Muda Untuk Tampil” (Laporan Utama Hari Sumpa
Pemuda 2014), FORMULA Edisi September, 2014 (Graha Pemuda dan Olahraga: Jakarta),
p. 9.
26
Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (Jakarta:
Dokpen KWI, 1993), p. 8.
27
AD/ART OMK Paroki Koting, Keuskupan Maumere yang merupakan saduran
dari AD/ART OMK Paroki Lodalem, Keuskupan Malang, hlm. 4 .

22
“The Catholic Youth are the people at the halfway stage, no longer a
child, not yet an adult, physical and emotional changes who
importance to the future of the church with many talents to develop
the spirituality, attitudes and relationship with responsibility.”28

Kosep ini menjelaskan bahwa orang muda Katolik merupakan kumpulan orang
muda yang beragama Katolik yang sedang berkembang dalam berbagai aspek
seperti fisik dan emosi, yang menjadi masa depan Gereja dengan berbagai bakat
untuk mengembangkan kehidupan spiritual, sikap dan relasi dengan sesama yang
lain. Orang Muda Katolik menjadi tumpuan dan harapan masa depan Gereja.
Kehadiran Orang Muda Katolik mampu memberikan gambaran mengenai
kehidupan Gereja di masa mendatang.
Gereja Katolik universal maupun lokal berusaha untuk merangkul kaum
muda dalam wadah resmi organisasi Gereja. Hal ini sebagai bentuk pelayanan
kelompok kategorial dalam karya pastoral. Organisasi Mudika (Muda Mudi
Katolik) atau yang sekarang disebut organisasi OMK (Orang Muda Katolik)
merupakan wadah resmi Gereja yang merangkul semua orang muda Katolik
khususnya mereka yang berusia muda dan belum menikah. Organisasi Orang
Muda Katolik merupakan wadah resmi Gereja yang berusaha untuk merangkul,
membimbing dan membina orang-orang muda Katolik agar menjadi sungguh-
sungguh beriman secara Katolik dan hidup menurut aturan dan ajaran Gereja.

2.1.3 Situasi Kaum Muda Dewasa Ini

Kaum muda adalah kelompok manusia yang sedang tumbuh dan


berkembang mencapai masa kedewasaan. Kehidupan kaum muda memiliki
berbagai macam warna dan corak. Setiap orang muda mempunyai model
perkembangan dan kehidupan yang berbeda-beda sesuai dengan keadaan diri dan
keadaan lingkungan sekitar. Berdasarkan perkembangan diri ada orang muda yang
masih kekanak-kanakan, ada yang sedang menuju dewasa dan ada yang sudah
mencapai kedewasaan. Hal ini disebabkan karena cepat lambatnya perkembangan

George A. Kelly, The Catholic Youth’s to Life And Love (London: The Trinity
28

Press, 1985), p. 17.

23
hormon-hormon tubuh dan karena pergaulan dengan lingkungan sekitar. Kaum
muda juga bisa dikategorikan menjadi orang yang terpelajar, orang yang sedang
belajar dan orang yang tidak terpelajar. Lingkungan tempat tinggal juga
mempengaruhi perkembangan orang muda misalnya lingkungan kota, lingkungan
desa, tempat sepi, tempat ramai dan lingkungan sosial tertentu dalam masyarakat.
Perkembangan kaum muda juga sangat dipengaruhi oleh budaya setempat,
sahabat di sekitar, minat bakat pribadi dan berbagai situasi sosial yang lainnya.
Hal-hal inilah yang menyebabkan beragam perbedaan dalam perkembangan
pribadi manusia.
Situasi kaum muda Indonesia saat ini bersumber dari semangat kaum muda
yang telah menyuarakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Berbagai
kegiatan telah dibuat oleh negara Indonesia untuk terus mengobarkan semangat
kaum muda demi menjaga dan membela tanah air Indonesia. Kaum muda harus
menjadi santun, cerdas, inspiratif dan berprestasi 29. Santun untuk bergaul
merupakan suatu sikap yang harus dimiliki kaum muda, agar tumbuh rasa
kesadaran untuk menghargai dan menghormati orang lain. Kaum muda juga
ditantang untuk memiliki wawasan yang baik agar tidak tertinggal dalam
pengetahuan dan ilmu. Kreatifitas kaum muda juga harus selalu dikembangkan
sehingga tampil pengusaha-pengusaha muda yang sukses dan kreatif. Kaum muda
juga harus mampu berprestasi sebagai wujud pengembangan minat dan bakat.
Kaum muda yang adalah harapan masa depan bangsa diharapkan mampu
membawa nama bangsa Indonesia bukan hanya dalam tingkat nasional saja tetapi
juga di mata dunia.
Wajah Indonesia akhir-akhir ini diwarnai oleh pemberitaan tentang
kerusuhan, tawuran dan narkoba yang pelakunya sering melibatkan kaum muda 30.
Ini menjadi tantangan yang berat bagi kaum muda saat ini. Kesadaraan akan tugas
dan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa semakin memudar,
membuat banyak pemuda terjerumus ke dalam dunia gelap dan negatif. Kaum
muda menjadi dalang dan pelaku berbagai kejahatan sosial di dalam kehidupan
masyarakat. Narkoba, seks bebas, pergaulan bebas, kerusuhan, perampokan,
tawuran dan berbagai macam aksi anarkis lainnya seolah-olah melekat dalam diri
29
Sriyono, Op. Cit., p. 7.
30
Ibid, p. 8.

24
kaum muda masa kini. Oleh karena itu, generasi muda membutuhkan bantuan
untuk terus diperhatikan, dibimbing dan diarahkan menuju ke jalan yang benar.

2.2 ORGANISASI ORANG MUDA KATOLIK SEBAGAI


ORGANISASI RESMI GEREJA

2.2.1 Perkembangan Organisasi Orang Muda Dalam Gereja Katolik

Sejak masa Hindia Belanda sampai Orde Lama dikenal satu istilah bagi
kaum muda-mudi Katolik yaitu “Pemoeda Katolik”. Istilah Pemoeda Katolik
merujuk kepada segala aktivitas orang muda baik dari organisasi pemuda
beragama Katolik yang ada di paroki, maupun dari organisasi massa yang
bernaung di bawah partai-partai. Ketika Presiden Soeharto berkuasa keberadaan
Pemoeda Katolik terpecah. Kebijakan Soeharto yang menegaskan agar partai-
partai harus berfusi hanya ke dalam tiga partai yaitu Partai Persatuan
Pembangunan, Partai Demokrasi Indonesia dan Partai Golongan Karya turut
memecahkan persatuan Pemoeda Katolik. Pemoeda Katolik kemudian berfusi
(melebur) dalam Partai Demokrasi Indonesia. Peleburan ini menjadikan Pemuda
Katolik berubah secara penuh menjadi organisasi massa. Perubahan itu kemudian
mendorong anggota-anggota Pemuda Katolik sebagai organisasi ada yang
meninggalkan Pemuda Katolik, ada yang tetap di dalamnya dan melanjutkan
organisasi itu sebagai ormas. Pemuda Katolik yang bukan anggota ormas lalu
menyebut diri menjadi “Muda-Mudi Katolik (MUDIKA)”, yaitu pemuda dan
pemudi beragama Katolik yang tidak menggabungkan diri dalam organisasi massa
Pemuda Katolik, tetapi mau berperan serta dalam pembangunan secara internal di
dalam Gereja (paroki). Fransiskus Xaverius Puniman (Seorang wartawan di
Bogor) adalah penggagas istilah Mudika. Mudika pun menjadi organisasi di
bawah paroki, internal Gereja, di samping ormas Pemuda Katolik (PMKRI) yang
bergerak di masyarakat.31
Cikal bakal berdirinya Mudika yang kemudian dikenal dengan sebutan
OMK berawal pada tahun 1976 dengan dibentuknya Seksi Muda-Mudi dalam
31
http://www.katolisitas.org/dari-mudika-omk/ diakses pada selasa, 11 Oktober
2016.

25
Komisi Kerasulan Awam MAWI (Majelis Wali Gereja Indonesia) 32. Pasca
lahirnya Mudika, sejak tahun 1970an sampai 2005, muncul banyak kelompok
orang muda Katolik entah berdasarkan kedekatan tempat tinggal/teritorial maupun
berdasarkan minat (kategorial). Mudika tidak lagi menjadi kelompok umum dan
menjangkau luas namun bersifat teritorial/parokial. Jika ada kegiatan Mudika,
maka yang ikut hanya orang muda Katolik yang ada dalam paroki tersebut. Orang
Muda Katolik lain tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan yang dijalankan
dalam paroki tersebut. Situasi demikian tidak membuat terjalinnya persatuan yang
luas antara muda-mudi Katolik. Oleh karena itu, dalam pertemuan nasional
Komisi Kepemudaan KWI tahun 2005 di Cibubur, digunakan istilah baru yaitu
Orang Muda Katolik (OMK).33 Sejak saat itu istilah OMK kemudian semakin
sering digunakan hingga saat ini.

2.2.2 Visi, Misi, Tujuan Pembentukan Organisasi Orang Muda Katolik


Dalam Gereja

Pada dasarnya keberadaan Organisasi OMK memiliki visi, misi dan tujuan
utama yakni membina iman orang-orang muda Katolik. Berbagai kegiatan
pembinaan yang dilakukan bertujuan membantu orang-orang muda Katolik
menjadi mandiri dan beriman sebagai anggota Gereja, masyarakat, bangsa dan
negara. Orang-orang muda Katolik yang beriman menjadi tangguh dalam
menghadapi tantangan-tantangan zaman dan tanggap terhadap kebutuhan Gereja,
masyarakat, bangsa dan negara. Visi, misi dan tujuan utama ini kemudian
diuraikan secara lebih rinci dalam visi, misi dan tujuan dibentuk Komisi
Kepemudaan Katolik dari tingkat Nasional, Lokal dan Parokial.

a) Visi34:
Persekutuan muda-mudi Katolik yang beriman teguh pada Allah
Tritunggal Maha Kudus dan bersemangat melayani dalam cinta kasih
persaudaraan.
32
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p. 6
33
http://www.katolisitas.org/dari-mudika-omk/ diakses pada selasa, 11 Oktober
2016.
34
http://orangmudakatolik.net/tentang-kami/, diakses pada selasa 18 Oktober 2016.

26
b) Misi35:
1) Evangelisasi (pewartaan Injil) bagi kaum muda.
2) Mengembangkan tali persaudaraan dan keakraban sesama muda-mudi
Katolik
3) Mencintai kekayaan iman Katolik.
4) Memperkenalkan pembaharuan karismatik Katolik sebagai sarana untuk
meningkatkan dan mengembangkan iman Katolik.
5) Mengembangkan sikap pelayanan dalam tubuh Gereja.
6) Mengenal pribadi Allah melalui Kitab Suci.
7) Memelihara dan meningkatkan hidup doa.

c) Tujuan36:
Pada dasarnya pembinaan dan pendampingan kaum muda adalah
tanggung jawab seluruh umat Allah (keluarga, sekolah, asrama, komisi atau
organisasi kepemudaan di lingkungan Gereja, masyarakat dan Pemerintah).
Peran Komisi Kepemudaan KWI dalam hal ini ialah melayani, menciptakan
komunikasi dan kerja sama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam
pembinaan dan pendampingan kaum muda. Komisi Kepemudaan KWI
menjadi wadah yang menginformasikan dan menjelaskan visi pembinaan yang
diinginkan Gereja, serta memotivasi dan menganimasi pembinaan-pembinaan
yang telah dilaksanakan di Keuskupan-Keuskupan.
Tujuan Organisasi Orang Muda Katolik (OMK) adalah membantu orang
muda Katolik untuk menjadi mandiri dan beriman sebagai anggota Gereja,
masyarakat, bangsa dan Negara. Orang muda yang beriman Katolik, tangguh
dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman dan tanggap terhadap
kebutuhan Gereja, masyarakat, bangsa dan Negara. Oleh karena itu, sasaran
pembinaan ialah membantu kaum muda untuk semakin menghayati iman,
panggilan dan misinya sebagai Orang Muda Katolik di dunia dan semakin
menyadari hak dan kewajibannya sebagai putera-puteri Gereja, warga
masyarakat dan Negara. Orang Muda Katolik juga semakin sadar, peka dan
35
Ibid.
36
Ibid.

27
kritis terhadap realitas sosial; semakin tanggap, berani bersuara, dan terlibat
dalam hidup kemasyarakatan dan kenegaraan secara profesional dengan penuh
tanggung jawab Kristiani.

Visi, misi dan tujuan dari Organisasi OMK Komisi Kepemudaan KWI
menjadi dasar bagi visi, misi dan tujuan dari OMK di Keuskupan dan di Paroki.
Visi, misi dan tujuan di atas dapat dikembangkan sesuai dengan budaya dan
situasi sosial ekonomi di wilayah Keuskupan umumnya dan secara khusus di
Paroki-Paroki. Di sini visi dan misi diwujudnyatakan melalui kegiatan-kegiatan
baik rohani maupun jasmani yang dibuat oleh Orang Muda Katolik. Jadi,
sekurang-kuranganya kegiatan-kegiatan OMK harus mencerminkan visi dan misi
demi tercapainya tujuan bersama dan tujuan utama adalah pembinaan iman Orang
Muda Katolik itu sendiri.

2.2.3 Model Kepengurusan Organisasi Orang Muda Katolik

Komisi yang menangani Orang Muda Katolik di tingkat nasional disebut


Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan bertempat di
Jakarta. Komisi Kepemudaan KWI diketuai oleh seorang Uskup37 yang dipilih
dalam Sidang Sinode KWI setiap tiga tahun. Ketua dibantu oleh seorang
Sekretaris Eksekutif38 dan beranggotakan sejumlah pengurus. Pengurus-pengurus
ini terdiri dari Pengurus Inti, Pengurus Harian, dan Pengurus Pleno. Pengurus-
pengurus tersebut diangkat oleh Presidium KWI. Di tingkat keuskupan, komisi
yang menangani Orang Muda Katolik disebut Komisi Kepemudaan Keuskupan
yang diketuai oleh seorang Imam yang diangkat oleh Uskup setempat. Komisi-
Komisi Kepemudaan Keuskupan dalam suatu Propinsi Gerejani tergabung dalam
suatu koordinasi. Koordinator Komisi-Komisi Kepemudaan tersebut disebut
penghubung. Penghubung ini dipilih dari antara ketua-ketua Komisi Kepemudaan
dalam satu Provinsi Gerejani39 bersangkuatan dan diangkat oleh Uskup Agung.
37
Ketua Komisi Kepemudaan Konfrensi Wali Gereja Indonesia MGR. Pius Riana
Prapdi.
38
Sekretraris Eksekutif Komisi Kepemudaan Konfrensi Wali Gereja Indonesia
adalah RD. Antonius Haryanto.
39
Provinsi Gerejawi atau Provinsi Gerejani adalah istilah yang dipakai Gereja
Katolik Roma di Indonesia untuk penyebutan wilayah pelayanan dari Keuskupan Agung

28
Selanjutnya nama penghubung diajukan kepada Komisi Kepemudaan KWI untuk
seterusnya dimintakan pengesahan dari Presidium KWI. Saat ini terdapat 37
Komisi Kepemudaan Keuskupan (sesuai jumlah keuskupan di Indonesia) yang
terbagi dalam 7 Propinsi Gerejani40.
Di tingkat Paroki terdapat Komisi Kepemudaan Paroki di mana ketuanya
berasal dari awam yang ditentukan oleh Pastor Paroki bersangkutan. Sedangkan,
ketua dan pengurus OMK Paroki adalah anggota OMK se-paroki yang dipilih
melalui pemilihan umum. Ketua dan pengurus yang terpilih dilantik oleh Pastor
Paroki dan dewannya. Kepengurusan OMK Paroki menjabat selama satu tahun
kerja. Di beberapa Paroki kepengurusan OMK berkerja untuk satu periode yakni
tiga atau lima tahun. Hal ini sangat bergantung pada kebijakan Paroki.
Keanggotaan dalam pengurus OMK Paroki menggunakan system keterwakilan
dari stasi atau lingkungan sehingga memudahkan sistem koordinasi.

2.3 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ORANG MUDA

2.3.1 Perkembangan Fisik

Tubuh manusia pria dan wanita memiliki ciri khas yang berbeda sejak awal
diciptakan dan sejak awal kehidupan mereka41. Bentuk tubuh seorang pria dan
wanita terus berkembang dan berubah sesuai dengan bertambahnya usia hidup di
dunia ini. Ciri khas fisik seorang pria dan wanita sejak awal kehidupan akan terus
berkembang menuju kepada kesempurnaan. Bentuk fisik menjadi kriteria penting
untuk membedakan seorang sebagai pria atau sebagai wanita.
Usia yang tergolong sebagai orang muda, pertumbuhan fisik merupakan
gejalah yang paling nampak. Orang muda akan mempersoalkan banyak hal
mengenai pertumbuhan fisiknya, khususnya mengenai cepat lambatnya

dan beberapa Keuskupan lainnya yang berdekatan dalam suatu daerah. Wilayah tersebut
bisa sama atau tidak sama dengan batas-batas wilayah pemerintahan Republik Indonesia.
Batas wilayah Provinsi Gerejani ditentukan sama dengan batas wilayah pelayanan dari
keuskupan-keuskupan yang tergabung di dalamnya.
40
Provinsi Gerejani Jakarta, Provinsi Gerejani Pontianak, Provinsi Gerejani Medan,
Provinsi Gerejani Ende, Provinsi Gerejani Makassar, Provinsi Gerejani Semarang, Provinsi
Gerejani Merauke.
41
Dra. Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Dr. Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk
Muda-Mudi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), pp. 34-35.

29
pertumbuhan. Persoalan yang dapat muncul seperti tingkat kecepatan
pertumbuhan yang tidak biasa, tidak ideal, entah karena terlalu lambat-tidak
besar-besar, entah karena terlalu cepat-tiba tiba menjadi besar, atau baik-buruknya
hasil pertumbuhan fisik. Kaum muda akan merasa gelisah jika pertumbuhan yang
mereka alami tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan.42
Teolog Moral William Cosgrave mengamati bahwa “secara khusus masa
muda merupakan masa pertumbuhan seksual yang besar; pada masa inilah kaum
muda belajar apa artinya menjadi pribadi yang berjenis kelamin tertentu, belajar
untuk memperkuat dan memelihara hubungan cinta dengan lawan jenis dan
belajar meletakkan dasar yang kuat bagi cinta yang dewasa”. 43 Pernyataan ini
menunjukkan bahwa masa muda merupakan masa di mana fungsi organ seksual
mengalami kematangan. Hal ini menghadapkan kaum muda pada berbagai
masalah tentang kehidupan seksualitasnya. Pergaulan yang tidak terkontrol dapat
membawa dampak buruk bagi perkembangan hidup kaum muda. Kesulitan untuk
mengendalikan diri membutuhkan perhatian dari banyak pihak untuk menolong
kaum muda. Secara biologis kaum muda sudah matang, akan tetapi belum
sanggup bertanggung jawab atas hidup perkawinan.

2.3.2 Perkembangan Psikis

Kaum muda akan mengalami perkembangan perilaku dan tingkah laku


hidupnya. Selain perkembangan biologis yang terjadi, muncul juga perubahan
yang berkaitan dengan mental, emosional, sosial, moral dan religius. Perubahan
dan perkembangan dalam diri kaum muda ini menimbulkan banyak masalah dan
tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh kaum muda. Kesulitan dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan diri akan membawa kaum muda ke dalam
suatu kesalahan dalam pergaulan hidup.
Masa muda merupakan masa di mana kaum muda mengalami
perkembangan mental. Perkembangan mental nampak pada gejala-gejala
perubahan dalam perkembangan intelektual atau cara berpikir di mana kaum

A. M. Mangunhardjana, Op. Cit, pp. 12-13


42

Charles M. Shelton, Moralitas Kaum Muda, Bagaimana Menanamkan Tanggung


43

Jawab Kristiani (Yoyakarta: Kanisius, 1998), pp. 70-71

30
muda akan berpikir lebih abstrak dan kritis. Kaum muda yang berpikir abstrak
berarti mereka mempunyai bayangan akan hal-hal tertentu yang tidak kongkret
tetapi masih merupakan sebuah hayalan dan membutuhkan perjuangan. Berpikir
kritis berarti kaum muda mulai menggali tentang diri sendiri, peran, tugas, pilihan
dan panggilan hidup di masa depan. Sikap melamun dan menyendiri sering
nampak dalam kehidupan kaum muda.44
Perkembangan emosional yang dimiliki oleh kaum muda nampak pada
semangat mereka yang meletup-letup, perpindahan gejolak hati yang cepat,
munculnya sikap-sikap masa bodoh, keras kepala dan tingkah laku yang tidak
jarang hingar bingar serta mampu memahami berbagai perasaan-perasaan yang
positif maupun negatif.45 Kaum muda di dalam perkembangan emosionalnya
dihadapkan pada berbagai masalah seperti bagaimana menilai baik buruknya
emosi dan bagaimana menguasai dan mengarahkannya. Kaum muda sering
mengalami ketidakstabilan emosi. Hal ini sangat mempengaruhi sikap dan
tindakan kaum muda yang tiba-tiba saja muncul dan berubah.
Relasi sosial kaum muda mengalami perluasan, sehingga sering ditemukan
berbagai masalah dalam pergaulan mereka dengan teman-teman setiap hari,
dengan orang-orang di sekitar atau dengan organisasi atau kelompok sosial
tertentu46. Kaum muda akan mencari dan menemukan banyak teman di dalam
pergaulan hidupnya setiap hari. Semakin banyak teman dalam pergaulan maka
akan semakin banyak pengalaman hidup yang dapat diperoleh. Pengalaman
berorganisasi atau masuk dalam sebuah kelompok tertentu juga menjadi sarana
untuk menemukan diri dari pengalaman pribadi bersama teman yang lainnya.
Kaum muda juga mengalami perkembangan moral yang berbeda dari usia
sebelumnya. Orang-orang muda akan mempertanyakan dan ingin mengetahui
dasar-dasar mengapa hal-hal dan tindakan-tindakan itu baik atau buruk, sehingga
mereka sering dihadapkan pada masalah patokan moral47. Perkembangan moral
pada masa muda selalu mengarah pada pertanyaan-pertanyaan akan hal-hal yang
mana dianggap baik dan hal-hal mana yang dianggap buruk. Kebebasan untuk
menentukan keputusan dan pilihan pribadi menghantar kaum muda ke dalam
44
A. M. Mangunhardjana, Op. Cit, p. 13.
45
Ibid. pp. 13-14.
46
Ibid. p. 14.
47
Ibid. pp. 14-15

31
suatu kesulitan untuk menentukan sesuatu tindakan dipandang baik atau tidak. Hal
ini menyebabkan kaum muda memiliki patokan yang berbeda-beda antara mana
yang dianggap baik dan buruk.
Kehidupan religius kaum muda sangat berbeda dengan masa kanak-kanak
yang hanya ikut dan meneladani perintah orang tua atau tokoh-tokoh di sekitar.
Kaum muda mulai mempertanyakan dan mengorek bagaimana menjadi orang
religius yang sejati, sehingga kaum muda sering menghadapi masalah-masalah
yang berat seperti mempertanyakan apa arti yang mutlak, apa arti hidup, arti
agama, agama dan ibadat, agama dan hidup, agama dan kejahatan serta arti hidup
sesudah kematian48. Kaum muda berusaha menemukan jawaban-jawaban akan
adanya wujud tertinggi. Kaum muda akan terus bertanya dan menggali sesuatu
yang pernah mereka peroleh pada masa kanak-kanak untuk menemukan suatu
jawaban pasti akan apa dan bagaimana iman itu. Konsep-konsep yang didapatkan
dapat dipertahankan dan dikembangkan untuk kelanjutan hidup religius kaum
muda.

2.4 PERAN KAUM MUDA DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA


DAN DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

2.4.1 Bidang Pengembangan Kepribadian

Orang Muda merupakan pribadi yang sedang bertumbuh dan berkembang.


Proses pertumbuhan dan perkembangan ini menuntut kesadaran dalam diri orang
muda sebagai pribadi yang sedang mencari dan menemukan arah atau jalan
terbaik bagi hidup dan karya di masa yang akan datang. Oleh karena itu, peran
utama sebagai orang muda dalam kehidupan menggereja dan bermasyarakat
adalah menumbuhkan kesadaran sebagai pribadi yang sedang mengalami proses
pengembangan diri.
Peran orang muda bagi pengembangan diri sangat penting dan meliputi
berbagai hal menyangkut kepribadian masing-masing orang. Pengenalan atau
penemuan diri dan potensi serta kesadaran akan keterbatasannya yang

48
Ibid. pp.15-16.

32
menumbuhkan kepercayaan diri dan gambaran diri yang sehat-seimbang sehingga
mampu berkembang dalam daya cipta, bakat dan keterampilan. Kesadaran diri
kaum muda dalam kelompok dan kehidupan sosial sehingga mampu bergaul dan
menjalin hubungan yang saling mengembangkan dalam semangat persaudaraan.
Kaum muda juga harus mempunyai ketangguhan fisik-mental yang terwujud
dalam daya tahan, sikap sportif, semangat bersaing yang sehat dan hasrat
meningkatkan prestasi.49

2.4.2 Bidang Kerohanian Gereja Katolik

2.4.2.1 Penghayatan Iman

Keterlibatan Orang Muda Katolik dalam kegiatan rohani Gereja merupakan


suatu bentuk penghayatan iman di mana ada pengungkapan iman dan perwujudan
iman sebagai anggota Gereja. Seluruh perayaan liturgi atau ibadah, pernyataan
iman yang khusus dan eksplisit, perumusan dan pengajaran iman merupakan
pengungkapan iman sedangkan perwujudan iman merupakan segala perkataan dan
tindakan yang memang dijiwai oleh semangat iman, namun tidak secara khusus
dan jelas memperlihatkan sikap iman itu. Keduanya merupakan bentuk
penghayatan iman namun yang lebih sakral dan dikhususkan bagi Allah adalah
pengungkapan iman.50
Peran Orang Muda Katolik masa kini adalah menumbuhkan penghayatan
iman sebagai anggota Gereja. Orang muda harus mampu menghayati dan
memperkuat iman dalam diri untuk tugas dan karya pewartaan dan pelayanan
sebagai anggota Gereja Katolik. Dengan penghayatan iman yang teguh maka
Orang Muda Katolik mempunyai kekuatan untuk menjadi sungguh-sungguh
Katolik. Iman seorang muda Katolik tidak hanya diwujudkan di dalam diri tetapi
harus diungkapkan dalam hidup menggereja sebagai umat Allah. Peran serta
dalam seluruh kegiatan rohani merupakan salah satu bentuk pengungkapan iman
sebagai anggota Gereja Katolik.

Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p.12


49

Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi


50

(Yogyakarta: Kanisius, 1996), pp. 392-393.

33
2.4.2.2 Keterlibatan Dalam Panggilan Kristen yang diwarisi dari Tri fungsi
Kristus

Orang Muda Katolik adalah anggota Gereja sebagai persekutuan Umat


Allah. Sebagai anggota Gereja, Orang Muda Katolik harus terlibat aktif untuk
mempertahankan keutuhan iman Gereja Katolik. Hal ini harus diwujudnyatakan
dalam tugas dan karya pelayanan Orang Muda Katolik setiap hari. Orang Muda
Katolik harus berani untuk mewartakan karya penyelamatan Allah dan
mewartakan Kerajaan Allah ke seluruh penjuru dunia. Bentuk-bentuk keterlibatan
Orang Muda Katolik dalam seluruh kegiatan Gereja Katolik adalah bagian dari
keterlibatan dalam tugas pewartaan Yesus Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja.

2.4.2.2.1 Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Imamat Umum dan Ibadat

Imam Agung Yesus Kristus dengan perantaraan RohNya tiada henti


menghidupkan dan mendorong umatNya untuk menjalankan segala karya yang
baik dan sempurna. Kristus mengikutsertakan umatNya dalam tugas imamatNya
untuk melaksanakan ibadat rohani supaya Allah dimuliakan dan umat manusia
diselamatkan. Penyerahan diri pada Kristus dan pengurapan oleh Roh Kudus
memampukan umat Allah untuk menghasilkan secara melimpah buah-buah roh di
dalam diri mereka. Semua karya, doa-doa, usaha kerasulan, jerih payah sehari-
hari, istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bahkan beban hidup bila dijalankan
dalam Roh menjadi kurban rohani yang dengan perantaraan Yesus Kristus
berkenan kepada Allah.51
Orang Muda Katolik juga harus ikut ambil bagian secara aktif dalam
Imamat umum dan Ibadat sebagai anggota Gereja. Keterlibatan orang muda
Katolik ini harus ditunjukkan secara nyata dalam hidup harian. Orang Muda
Katolik harus menyadari akan kekuatan pengurapan Roh Kudus di dalam diri dan
ikut ambil bagian dalam seluruh ibadat rohani Gereja. Orang Muda Katolik

Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja Lumen Gentium (LG),
51

dalam Dokumen Konsili Vatikan II, penerj. R. Hardawiryana (Jakarta: Dokpen KWI dan
Obor, 1993), pp. 120-121.

34
menyadari diri sebagai anggota Gereja dan turut serta ambil bagian dalam karya
pengudusan yang diwariskan oleh Yesus Kristus. Orang Muda Katolik dalam
menghayati fungsi imamat Yesus Kristus dengan cara mengabdi sebagai perantara
antara Allah dan manusia untuk menyatukan Allah dan manusia, membawa Allah
kepada manusia dan manusia kepada Allah. Selain pengabdian, kaum muda juga
dapat melaksanakan beberapa hal berikut yaitu sebagai alat pengudusan untuk
orang lain melalui apa yang diperbuat dan dikatakan, sebagai sarana perdamaian
dan tali pengikat persatuan antar manusia dan antara manusia dengan Allah,
sebagai sarana pengharapan dan penyelamatan yang menjembatani surga dan
dunia, menyukai kesunyian bersama Allah dan persahabatan dengan manusia serta
tidak ingat diri dalam kerjanya tetapi menjadi saluran rahmat dari Allah kepada
manusia52.

2.4.2.2.2 Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Tugas Kenabian Yesus

Kristus Nabi Agung telah memaklumkan Kerajaan Bapa dengan kesaksian


hidup maupun kekuatan SabdaNya. Ia menunaikan tugas kenabianNya hingga
penampakan kemuliaan sepenuhnya. Tuhan Yesus mengangkat setiap umatNya
menjadi saksi dan dibekaliNya dengan perasaan iman dan rahmat Sabda supaya
kekuatan injil bersinar dalam hidup sehari-hari, dalam keluarga maupun
masyarakat. Umat Allah harus mampu membawakan diri sebagai pengemban
janji-janji, bila dengan keteguhan iman dan harapan menggunakan waktu
sekarang dengan tepat dan mendambakan dengan sabar kemuliaan yang akan
datang. Harapan akan kemuliaan ini hendaknya diungkapkan dengan pertobatan
tiada hentinya dan dengan perjuangan “melawan para penguasa dunia kegelapan,
menentang roh-roh jahat”, juga melalui struktur-struktur hidup duniawi.53
Orang Muda Katolik diharapkan mampu terlibat dalam tugas kenabian
Kristus ini. Sabda dan teladan hidup Yesus Kristus kiranya menjadi sumber
kekuatan bagi pengembangan iman pribadi dan menjadi sumber pewartaan. Orang
Muda Katolik harus berani mewartakan Kerajaan Allah kepada sesama dan
seluruh bangsa agar nama Tuhan tetap dimuliakan di dunia ini. Menjadi pewarta
52
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p.37
53
Konsili Vatikan II, Op. Cit., p. 121.

35
Sabda dan Saksi Kristus merupakan tugas yang mulia. Oleh karena itu, sebagai
Orang Muda Katolik, keikutsertaan dalam tugas kenabian Yesus Kristus dapat
ditunjukkan melalui pewartaan dan karya nyata dalam hidup seharian. Orang
Muda Katolik selalu siap dan berani untuk mewartakan sukacita injil kepada
segala bangsa di seluruh penjuru dunia.

2.4.2.2.3 Keikutsertaan Orang Muda Katolik dalam Pengabdian Rajawi Kristus

Kristus yang taat sampai mati dan karena itu dimuliakan oleh Bapa, telah
memasuki kemuliaan kerajaanNya. Segala sesuatu ditaklukkan kepadaNya,
sampai Ia menaklukkan diri dan segenap alam tercipta kepada Bapa supaya Allah
menjadi semua dalam segalanya. Kuasa itu kemudian disalurkan kepada para
muridNya supaya mereka diangkat dalam kebebasan rajawi dan dengan
mengingkari diri serta hidup suci mengalahkan kerajaan dosa dalam diri mereka
sendiri, bahkan supaya mereka melayani Kristus juga dalam sesama, dan dengan
rendah hati dan kesabaran menghantarkan saudara-saudaranya kepada Sang Raja:
mengabdi kepadaNya berarti memerintah. Tuhan ingin memperluas kerajaannya
yakni kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kesucian dan rahmat, kerajaan
keadilan, cinta kasih dan damai.54
Orang Muda Katolik sebagai wujud keterlibatan pada tugas rajawi Kristus
harus siap dan berani menyerahkan diri untuk tugas pelayanan demi kemuliaan
Allah. Orang muda harus siap dan berani untuk melaksanakan karya dan tugas
pelayanan kepada segala bangsa agar kerajaan Allah menjadi kokoh dan tersebar
luas. Yesus Kristus telah memberikan teladan kepada umatNya untuk menjadi
pelayan yang taat sampai mati. Teladan Yesus Kristus ini kiranya menjadi sumber
kekuatan bagi umat beriman khususnya bagi kaum muda agar selalu siap untuk
menjadi pelayan bagi sesama yang membutuhkan. Orang Muda Katolik harus siap
sedia mengabdi dengan berpegang teguh pada teladan Kristus yang tidak datang
untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberikan diriNya untuk
menebus banyak orang (Matius 20:28) serta mampu menjadi cahaya dan garam

54
Ibid., pp. 122-123.

36
bagi dunia dengan melayani dan menaruh perhatian terhadap anggota Gereja dan
masyarakat.

2.4.2.3 Keterlibatan Dalam Pelaksanaan Panca Tugas Gereja

Orang Muda Katolik sebagai anggota Gereja mempunyai kewajiban untuk


terlibat aktif dalam pelaksanaan panca tugas Gereja. Panca tugas Gereja itu
meliputi koinonia (persekutuan), diakonia (pelayanan), leiturgia (ibadat),
kerygma (pewartaan) dan martyria (kesaksian). Kelima hal ini merupakan bagian
terpenting yang harus dilaksanakan oleh umat beriman Katolik yang adalah
anggota Gereja.

2.4.2.3.1 Koinonia

Orang-orang yang percaya kepada Kristus, membentuk sebuah jemaat untuk


kesaksian bersama dan melaksanakan perbuatan-perbuatan cinta kasih. Gereja
merupakan sebuah persekutuan yang tumbuh karena iman akanYesus Kristus. Hal
ini dapat ditunjukkan melalui perayaan Ekaristi sebagai suatu pelaksanaan
kebaktian jemaat dan pemenuhan tugas yang bersifat persekutuan. Umat Katolik
dalam suatu daerah membentuk suatu persekutuan yang menyatukan diri dalam
sebuah Keuskupan namun tidak terpisahkan dari Gereja Universal.55
Umat Allah anggota Gereja Katolik mempunyai tanggung jawab untuk
terlibat dalam mengembangkan hidup komunitas, untuk menciptakan dan
memperkuat persaudaraan, kesatuan, keutuhan, kehangatan sehingga umat merasa
memiliki karena ada perasaan sehati sejiwa sebagai umat Allah. 56 Gereja harus
tetap bersatu dalam satu persekutuan iman agar menjadi kokoh dan kuat. Jika
persatuan dan keutuhan itu menjadi rapuh makan Gereja akan dengan mudahnya
menjadi terpecahkan. Orang Muda Katolik yang merupakan generasi penerus
Gereja mempunyai tanggung jawab yang besar untuk tetap menjaga keutuhan
dalam persekutuan Gereja Kristus.

Wilhelm Djulei Conterius, “Misiologi” (ms: ), Sekolah Tinggi Filsafat Katolik


55

Ledalero, 2008, pp. 96-97.


56
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p. 39

37
2.4.2.3.2 Diakonia

Diakonia merupakan sebuah pelayanan kasih setiap anggota umat Allah satu
terhadap yang lain dalam wujud dan bentuk yang konkret, khususnya dalam
bidang kehidupan sehari-hari: material, sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan
sehingga terwujudnya kehidupan yang layak bagi seluruh umat manusia. 57
Diakonia perlu dilakukan untuk memberikan kesaksian tentang kebenaran
pewartaan kasih Kristus. Karya pelayanan yang diberikan sebagai umat Allah
anggota Gereja harus merupakan karya pelayanan yang tulus dari dalam hati dan
bukannya sebuah karya pelayanan yang palsu. Yesus Kristus menghendaki agar
umatNya menjadi pelayan kasih yang setia dan penuh iman.
Gereja masa kini selalu dihadapkan dengan berbagai masalah kehidupan
manusia baik itu masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan agama. Umat Allah
yang adalah anggota Gereja selalu mengalami situasi kemiskinan, kemelaratan,
ketidakpastian, ketidakadilan dan pemerasan serta berbagai masalah lainnya. Hal
ini menuntut perhatian dan keterlibatan seluruh anggota Gereja untuk secara
bersama-sama mengembangkan karya pelayanan kasih bagi sesama yang
membutuhkan. Karya pelayanan harus bersifat melupakan diri sendiri yang
artinya ia akan membantu setiap orang yang berada dalam kekurangan tanpa
menentukan persyaratan-persyaratan untuk bantuan itu. Tujuan utama adalah
kebaikan dan kebahagiaan dari orang yang dibantu itu. Namun, karya pelayanan
akan lebih baik jika dilakukan dalam anonimitas.

2.4.2.3.3 Leiturgia

Leitugia merupakan keterlibatan dan peran serta secara aktif tiap-tiap


anggota umat Allah dalam ibadat dan perayaan bersama untuk menyembah dan
bersyukur kepada Allah dalam doa bersama, mendengarkan SabdaNya dalam
Kitab Suci dan terutama dalam perayaan Ekaristi Kudus dan sakramen-sakramen
yang lain. Sebagai anggota Gereja, keterlibatan dalam seluruh ibadat dan perayaan

57
Ibid.

38
bersama umat perlu ditingkatkan dan dikembangkan agar iman dapat semakin
dibentuk. Seluruh ibadat dan perayaan Gereja merupakan perwujudan akan iman
kepada Yesus Kristus dan demi kemuliaan Allah. Allah yang hadir dan meraja
dalam hidup manusia selalu dimuliakan di tengah dunia ini.

2.4.2.3.4 Kerygma

Kerygma merupakan suatu bentuk keterlibatan aktif dari setiap anggota


Gereja (Umat Allah) dalam pewartaan dan pengajaran kabar gembira melalui
usaha-usaha saling mengajar dan saling meneguhkan, memperkaya iman dan
pemahamannya dengan syering, katekese umat, katekese sekolah, katekese
katekumenat dan pendalaman iman.58 Pewartaan itu terjadi melalui hidup dan
perbuatan, melalui kesaksian dan solidaritas, melalui kepercayaan yang dihayati.
Sabda Allah diwartakan kepada seluruh penjuru dunia, kepada orang-orang yang
membuka diri mereka. Para pendengar tetap bebas untuk menerima atau tidak
sabda itu karena Gereja hanya mengundang tetapi tidak memaksa setiap orang
untuk harus mendengarkan dan menerima Sabda itu.

2.4.2.3.5 Martyria

Umat Allah harus mempunyai keberanian dan kesetiaan untuk memberikan


kesaksian iman melalui perbuatan, sikap, kata-kata dan karya dalam kehidupan
sehari-hari yang diresapi, diwarnai dan diberi arti oleh Injil dan oleh Kristus
sendiri, juga kalau menuntut pengorbanan bahkan kematian.59 Misalnya: kesaksian
akan kejujuran, persaudaraan, kasih, pengorbanan, kesahajaan, kerendahan hati,
keadilan, membela orang kecil dan lain-lain. Bersaksi untuk Tuhan di zaman
sekarang ini memang sangat sulit dan tidak mudah untuk dilakukan. Keberanian
dan kesetiaan umat Allah selalu ditantang dan dihadang oleh berbagai godaan-
godaan yang mengganggu. Kekuatan dan keberanian untuk bersaksi biasanya
menjadi lemah karena adanya sesuatu yang menjadi daya tarik sendiri khususnya
dalam hal yang berbau duniawi.
58
Ibid, pp. 39-40.
59
Ibid, p. 40

39
2.4.3 Bidang Sosial-Kemasyarakatan

Manusia sebagai makhluk sosial tentu harus membangun relasi dan


hubungan dengan segala sesuatu yang ada di sekitar. Manusia harus mampu
menempatkan diri di dalam suatu lingkungan atau kelompok masyarakat tertentu.
Sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal budi maka setiap manusia harus
mampu membangun relasi dengan manusia yang lainnya. Hubungan sosial antara
manusia dapat dibagi dalam beberapa kategori yaitu hubungan antara orang per
orang, hubungan antar keluarga, hubungan antar kelompok: suku, bangsa, agama,
bahasa, orang setempat dan pendatang, kelompok tua dan muda, laki-laki dan
perempuan dan lain-lain60.
Orang Muda Katolik mempunyai kewajiban untuk berperan dalam relasi
sosial dengan yang lain sebagai perwujudan manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagai orang muda yang hidup dalam suatu lingkungan sosial yang majemuk
maka setiap pribadi perlu dikembangkan rasa kemanusiaan dan kemasyarakatan.
Kemanusiaan seseorang adalah hal-hal yang terarah langsung pada
pribadi/kelompok orang secara konkret yang meliputi perhatian yang tulus dan
afektif terhadap orang yang menderita betapapun sederhana bentuk dan caranya
dan sikap-tidak solider terhadap orang lain khususnya mereka yang kurang/tidak
mendapat perhatian. Kemasyarakatan meliputi beberapa hal antara lain kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara dan warga masyarakat, kesadaran
akan perannya yang khas sebagai kekuatan pembaharu yang mampu mendorong
perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik, wawasan kebangsaan dan
berdisiplin nasional, melibatkan diri dalam kehidupan masyarakat dan negara,
keberanian dan kemampuan menyuarakan sikap/pendirian, kebenaran, keadilan
dan keyakinan berdasarkan nilai, suara hati dan kesejahteraan umum.61

2.4.4 Bidang Ekonomi

Hubert Thomas Hasulie, Pengembangan Jemaat Sebagai Komunitas Perjuangan


60

(Maumere: Candraditya, 2012), p. 62.


61
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p.14.

40
Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikosnamos62 atau
oikonomia yang artinya manajemen urusan rumah tangga, khususnya penyediaan
dan administrasi pendapatan63. Perkembangan ilmu pengetahuan dan ekonomi
tidak terlepas dari berbagai macam permasalahan sosial yang merupakan salah
satu bentuk tantangan zaman. Permasalahan ekonomi selalu muncul bergantian
antara satu dengan yang lainnya. Masalah-masalah yang mendesak dan menanti
pemecahan para pakar ekonomi, menurut Kurt Dopfer dalam buku Economics in
the future, antara lain adalah kemiskinan masal, kemakmuran yang tidak
seimbang, kepincangan-kepincangan ekonomi regional yang selalu meningkat,
ketidakseimbangan dalam perkembangan penduduk, pemakaian tak rasional
sumber-sumber alam yang tidak dapat dipulihkan dan proses-proses produksi dan
konsumsi yang tidak disesuaikan dengan daya dukung lingkungan yang terbatas64.
Hal-hal yang termasuk dalam bidang ekonomi adalah produksi, lingkungan hidup,
distribusi, pasar, konsumsi, infrastruktur, relasi sosial produksi, rumah tangga dan
kesehatan. Semua hal tersebut berkaitan dengan kehidupan ekonomi masyarakat.
Jika ada kepincangan dalam satu bagian maka akan menimbulkan berbagai
masalah ekonomi.
Orang Muda Katolik zaman kini ditantang dengan berbagai permasalah
ekonomi yang selalu saja muncul. Peran Orang Muda Katolik dalam dunia
ekonomi adalah dengan mengembangkan seluruh bakat, kreatifitas, kemampuan
dan pengetahuan dalam diri untuk berkarya dan berusaha demi memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Kreatifitas dan karya kaum muda Katolik kiranya
dapat menjadi sarana penunjang kemajuan dan perkembangan Gereja dan Bangsa.
Bidang ekonomi yang harus digeluti oleh kaum muda Katolik masa kini
adalah bidang bisnis, kewirausahan dan profesi. Pendidikan memang sangat
diperlukan sebagai modal awal untuk mengembangkan dunia bisnis,
kewirausahaan dan profesi. Akan tetapi, keterampilan yang dipupuk lewat
pendidikan formal maupun keterlibatan dalam bidang pekerjaan yang digeluti

62
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, oicos artinya rumah tangga dan
nomos yang berarti aturan. Ekonomi artinya peraturan rumah tangga, urusan kesejahteraan.
Hubert Thomas Hasulie, Op. Cit., p. 61.
63
Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), p. 366.
64
M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar; Teori dan Konsep Ilmu Sosial
(Bandung: Eresco, 1987), p. 120.

41
menjadi bekal seseorang menggapai cita-cita di dunia bisnis, entreprunership dan
professional. Bidang-bidang ini sangat terbuka bagi kaum muda namun tentu
setiap usaha dan karya selalu ada tantangan yang muncul. Persaingan di antara
sesama untuk menjadi yang terbaik adalah salah satu tantangan terberat.
Keberhasilan dapat diperoleh jika ada kerja keras, mimpi, keinginan untuk maju
dan tahan banting serta tidak mudah putus asa. Namun, Bapa Suci Paus
Fransisikus pernah berpesan untuk kaum muda bahwa kaum muda tidak terlibat
dalam kehidupan yang materialistis dan hedonistis atau “penyembahan berhala
kekayaan” yang akhirnya mengorbankan pihak yang tidak mampu menjadi tetap
miskin65.

2.4.5 Bidang Politik

Kata politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata
politieka. Kata ini mengandung arti kebijakan politik dan praksis politik.
Kebijakan politik dan aturan biasanya berasal dari para penguasa. Praksis politik
hadir dan ada di dalam setiap aturan dan kebijakan politik. Praksis politik dapat
dipahami berdasarkan refleksi atas dinamika kehidupan masyarakat. Kebijakan
politik akan kehilangan orientasi apabila tidak mengambil inspirasi dari
masyarakat dan menjawabi aspirasi masyarakat. Politik yang sejati selalu
berangkat dari dan bermuara pada kepentingan seluruh anggota masyarakat. 66
Istilah politik (politics)67 sering dikaitkan dengan bermacam-macam kegiatan
dalam sistem politik ataupun negara yang menyangkut proses penentuan tujuan
sampai dalam melaksanakan tujuan tersebut.
Kajian tentang politik dapat meliputi pemikiran politik, teori politik,
lembaga-lembaga politik, sejarah politik, politik perbandingan, ekonomi politik,
administrasi publik, teori-teori kenegaraan dan hubungan internasional.

65
A. Margana, “Kaum Muda Pergilah Keluar”, dalam Hidup, LXX, edisi 01, Januari
2016, hlm. 9.
66
Silvester Mulyono, “Rationalitas Kebijakan Impor Beras Dan Kepedulian Sosial”
(Kebijakan Politik Dan Kepedulian Sosial), AKADEMIKA Vol. I, No. 1, November 2006
(Maumere: Ledalero), p. 22.
67
Politik berasal dari kata polis yang berarti kota, negara kota pada masa Yunani
Kuno. Kemudian diartikan sebagai pengaturan hidup bersama dalam kota, atau pengaturan
hidup bersama warga negara. Bdk. Hubert Thomas Hasulie, Loc. Cit. p. 61.

42
Komponen-komponen dalam politik adalah kekuasaan, kedaulatan kontrak sosial,
negara, pemerintah, legitimasi, oposisi, sistem politik, demokrasi, pemilihan
umum, partai politik, desentralisasi, persamaan, demonstrasi, hak asasi manusia
dan voting.68 Kepincangan dalam salah satu bagian akan menimbulkan berbagai
permasalahan dalam dunia politik. Sejarah perkembangan politik telah
menghantar negara Indonesia ke dalam sebuah sistem politik demokrasi yang
cukup terpercaya dari berbagai aspek terutama aspek kemanusiaan69.
Dunia politik adalah bagian dari hidup manusia yang tidak boleh ditakuti
oleh orang muda zaman kini. Terjun ke dalam dunia politik adalah untuk
kesejahteraan umum atau bonum commune. Paus Fransiskus dalam homili 16
September 2014 di Wisma Santa Martha Vatikan mengharapakan agar umat
Katolik tidak boleh acuh tak acuh pada politik tetapi memberikan nasihat dan doa
untuk para pemimpin mereka, seorang Katolik yang baik hendaknya terlibat
dalam politik dan memberikan yang terbaik dari diri sendiri. Berpolitik sesuai
Ajaran Sosial Gereja merupakan suatu bentuk tertinggi dari karya amal karena
melayani kepentingan umum.70
Untuk bisa terjun ke dalam dunia politik, kaum muda harus memiliki
bekal pendidikan formal yang cukup dan juga perlu memiliki kemampuan dan
tekad yang besar. Orang muda harus berani keluar untuk terlibat dalam aneka
kegiatan di bidang sosial politik bersama dengan yang lainnya. Keterlibatan dalam
bidang ini adalah salah satu bentuk kaderisasi yang paling tepat. Orang muda
harus berani untuk belajar dari pengalaman kebersamaan sehingga kelak dapat
mampu bersaing dan punya bekal yang cukup dalam bidang sosial politik.

2.4.6 Bidang Sosio-Budaya

Budaya yang lazim disebut kebudayaan atau sistem budaya, berasal dari
kata Sanskerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
Dadang Supardan, Op. Cit., p. 562.
68

69
Aleksander Dancar, “Kelompok Aksi Dan Peran Dialogis Politis: Strategi
Pencapaian Kebijakan Politik Yang Responsif Dan Kreatif” (Kebijakan Politik Dan
Kepedulian Sosial), AKADEMIKA Vol. I, No. 1, November 2006 (Maumere: Ledalero), p.
13.
A. Margana, “Kaum Muda Pergilah Keluar”, dalam Hidup, LXX, edisi 01, Januari
70

2016, hlm. 9.

43
atau “akal”. Dari pengertian kata buddhi itulah, kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Definisi klasik tentang
kebudayaan oleh Edward Burnett Tylor pada abad ke-19, secara jelas dinyatakan
bahwa kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks yang mencakup
pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan segala
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.71
Koentjaraningrat menggolongkan tujuh unsur kebudayaan yang disebut “unsur
kebudayaan universal” yaitu; bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial,
sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi dan
kesenian.72 Ketujuh unsur penting ini merupakan bagian penting dalam setiap
kebudayaan. Penyimpangan atau pelanggaran pada salah satu unsur kebudayaan
akan menimbulkan masalah sosial di bidang kebudayaan.
Peran serta kaum muda dalam bidang kebudayaan dapat ditunjukkan dengan
menghargai unsur-unsur dan nilai kebudayaan di dalam masyarakat. Ada banyak
unsur-unsur atau nilai-nilai kebudayaan dalam hidup bermasyarakat yang harus
dipertahankan dan mempunyai nilai moral yang tinggi. Mempertahankan
kebudayaan yang ada bukan berarti harus menghilangkan nilai kekatolikan
sebagai anggota Gereja tetapi kebudayaan yang ada disesuaikan dengan ajaran
Gereja Katolik. Kebudayaan adalah bagian dari hidup manusia sehingga
mencintai dan menghargai kebudayaan yang ada merupakan suatu perbuatan yang
baik dan perlu dipertahankan serta dikembangkan.

2.5 MODEL PENDAMPINGAN DAN PEMBINAAN ORANG MUDA


KATOLIK

2.5.1 Pemahaman Singkat Tentang Pendampingan Dan Pembinaan Orang


Muda Katolik

Istilah pendampingan mengandung arti sebuah usaha membantu kaum muda


yang mempunyai potensi yang dapat tumbuh menjadi kenyataan, sedangkan

71
Yunita T. Winarto, Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3 B-Byte, Cet. ke empat
(Jakarta: Delta Pamungkas, 2004), p. 495.
72
Ibid. p. 496.

44
istilah pembinaan adalah sebuah usaha penyiapan kaum muda dengan sebuah
asumsi bahwa pada diri kaum muda ada suatu hal yang tidak beres yang perlu
diperbaiki73. Pendampingan dan pembinaan kaum muda merupakan dua model
usaha untuk membantu kaum muda dalam proses perkembangan dan perbaikan
diri. Kedua usaha ini dapat berjalan besama atau beriringan dalam proses
pelaksanaannya. Kaum muda didampingi sekaligus dapat juga dibina, karena ada
hal yang perlu dikembangkan tetapi ada juga hal yang perlu diperbaiki.
Pendampingan dan pembinaan kaum muda dalam konteks Gereja Katolik
Indonesia berlandaskan pada dasar iman dan Pancasila 74. Kaum muda diarahkan
pada penghayatan iman sebagai orang Katolik dalam kesatuan dengan Gereja
yang satu dan kudus dan diwujudkan lewat kesaksian hidup di dalam masyarakat.
Kaum muda juga harus mampu memahami dan mengembangkan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia yang dirumuskan dan terkandung di dalam Pancasila. Kaum
muda diharapkan mampu menjadi terang bagi dunia, bangsa dan Gereja.

2.5.2 Tujuan Pendampingan Dan Pembinaan Orang Muda Katolik

Kegiatan pendampingan dan pembinaan kaum muda juga mempunyai


tujuan. Kaum muda akan diarahkan dan dibentuk menjadi terang dan garam bagi
dunia.
Pertama, membantu kaum muda mendapatkan ilmu, pengetahuan,
informasi, kecakapan, sikap, perbuatan, perilaku, hidup yang memadai
dalam segi-segi pokok hidup yang berhubungan dengan hidup pribadi,
kebersamaan dengan orang lain, dan peran mereka dalam masyarakat,
bangsa, dan dunia75.
Kedua, mengembangkan diri kaum muda sebagai manusia dan sebagai
orang Katolik Indonesia yang tangguh, tanggap dan terlibat dalam hidup,
menggereja, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara76.

2.5.3 Metode Pendampingan Dan Pembinaan Orang Muda Katolik


73
A. M. Mangunhardjana, Op. Cit., p. 21.
74
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit., p. 10.
75
A. M. Mangunhardjana, Op. Cit., p. 26.
76
Komisi Kepemudaan KWI, Op. Cit, p.11.

45
Salah satu metode yang digunakan dalam pendampingan dan pembinaan
kaum muda adalah metode partisipatif. Metode ini merupakan sebuah cara kerja
yang terencana dan teratur untuk mencapai tujuan, dalam mana para peserta
terlibat secara aktif dan berperan serta sebagai subjek dan pelaku dalam proses
kegiatan pendampingan dan pembinaan77. Kaum muda yang menjadi objek
pembinaan bersama para pendamping atau pembina sebagai subjek pelaku
pembinaan mengambil bagian secara aktif dalam kegiatan. Interaksi dan
komunikasi dapat menjadi sarana penunjang seluruh proses pendampingan dan
pembinaan.
Ada dua ciri metode partisipatif yaitu eksperiensial dan dialogal. Ciri
eksperiensial mengajak kaum muda menganalisa secara kritis pengalaman-
pengalaman hidup/iman untuk menemukan sendiri nilai, arti dan makna baru yang
akan menjadi bekal dan kekuatan dalam mengembangkan dirinya dan menjawab
tantangan-tantangan hidup/iman di masa mendatang. Ciri dialogal dapat terwujud
dalam relasi dan interaksi antar kaum muda maupun dengan pembina yang
memimpin kegiatan. Dialogal merupakan percakapan dua arah antara pembina
dengan peserta, peserta dengan peserta dan antara pembina dan peserta dengan
realitas yang sedang diolah. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan secara
pribadi dan pendekatan dalam kelompok baik itu kelompok besar maupun
kelompok kecil.

2.5.4 Pembagian Kelompok Orang Muda Katolik

Kaum muda dapat dibagi dalam kelompok-kelompok tertentu agar dapat


mempermudah proses pembinaan. Pembagian kelompok ini menjadi jalur dalam
proses pembinaan. Ada dua jalur yang dapat dipakai yaitu jalur teritorial dan
kategorial. Kelompok-kelompok kecil dapat dibentuk berdasarkan kedua jalur ini.

77
Ibid., p. 50.

46
Jalur yang pertama adalah teritorial. Pembagian ini berdasarkan wilayah
kerja para pelayan pastoral. Kelompok kaum muda dapat dibentuk dalam
Komunitas Basis Gerejawi, Lingkungan, Stasi, Paroki, Keuskupan, Konverensi
Wali Gereja Indonesia dan lembaga lainnya. Hal ini dapat mempermudah untuk
menghimpun para pemuda yang ada dalam wilayah tertentu dan bergabung dalam
kelompok pembinaan tertentu78.
Kategorial merupakan jalur kedua untuk membentuk kelompok pembinaan
bagi kaum muda. Pembagian ini bukan berdasarkan wilayah tertentu tetapi
berdasarkan usia, minat, pendidikan, profesi dan lain-lain. Proses pembinaan
seperti ini biasanya terjadi dalam keluarga, sekolah, organisasi, asrama, kelompok
minat olahraga, kelompok baca, kelompok doa atau kelompok-kelompok tertentu
yang dibentuk. Pembentukan kelompok ini karena adanya kesamaan prinsip dan
pegangan hidup79.

DAFTAR PUSTAKA

I. KAMUS

78
Ibid., p. 26.
79
Ibid., p. 27-28.

47
Konsili Vatikan II, Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja Lumen Gentium (LG),
dalam Dokumen Konsili Vatikan II, penerj. R. Hardawiryana. Jakarta:
Dokpen KWI dan Obor, 1993.
Winarto, Yunita T. Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 3 B-Byte, Cet. ke empat.
Jakarta: Delta Pamungkas, 2004.

II. BUKU

Gunarsa, Y. Singgih D. dan Singgih D. Gunarsa. Psikologi Untuk Muda-Mudi.


Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.
Hasulie, Hubert Thomas. Pengembangan Jemaat Sebagai Komunitas Perjuangan.
Maumere: Candraditya, 2012.
Indonesia, Konferensi Waligereja. Iman Katolik, Buku Informasi dan Referensi.
Yogyakarta: Kanisius, 1996.
Kelly, George A. The Catholic Youth’s to Life And Love. London: The Trinity
Press, 1985.
KWI, Komisi Kepemudaan. Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda. Jakarta:
Dokpen KWI, 1993.
Mangunhardjana, A. M. Pendampingan Kaum Muda, Sebuah Pengantar.
Yogyakarta: Kanisius, 1986.
Shelton, Charles M. Moralitas Kaum Muda, Bagaimana Menanamkan
Tanggung Jawab Kristiani. Yoyakarta: Kanisius, 1998.
Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar; Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: Eresco, 1987.
Supardan, Dadang. Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

III. MANUSKRIP

AD/ART OMK Paroki Koting, Keuskupan Maumere yang merupakan saduran


dari AD/ART OMK Paroki Lodalem, Keuskupan Malang, p. 4.

48
Conterius, Wilhelm Djulei. “Misiologi” (ms: ), Sekolah Tinggi Filsafat Katolik
Ledalero, 2008.

IV. MAJALAH

A. Margana, “Kaum Muda Pergilah Keluar”, HIDUP, LXX edisi 01 Januari


2016 (Jakarta: Yayasan Hidup Katolik).
Aleksander Dancar, “Kelompok Aksi Dan Peran Dialogis Politis: Strategi
Pencapaian Kebijakan Politik Yang Responsif Dan Kreatif” (Kebijakan
Politik Dan Kepedulian Sosial), AKADEMIKA Vol. I, No. 1, November
2006 (Maumere: Ledalero).
Silvester Mulyono, “Rationalitas Kebijakan Impor Beras Dan Kepedulian
Sosial” (Kebijakan Politik Dan Kepedulian Sosial), AKADEMIKA Vol. I,
No. 1, November 2006 (Maumere: Ledalero).
Sriyono, “Eranya Kaum Muda Untuk Tampil” (Laporan Utama Hari Sumpa
Pemuda 2014), FORMULA, September 2014 (Jakarta : Graha Pemuda
dan Olahraga).

V. INTERNET

http://www.katolisitas.org/dari-mudika-omk/ diakses pada selasa, 11 Oktober


2016.
http://orangmudakatolik.net/tentang-kami/, diakses pada selasa 18 Oktober
2016.

KUESIONER PENELITIAN
OMK PAROKI SANTO FRANSISKUS XAVERIUS KOTING

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Asal KBG/Lingkungan :
Aturan Pengisian Kuesioner:

49
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini berdasarkan pengalaman Anda
dengan cara memberi tanda centang (√) pada kolom pilihan jawaban (a, b, c,
atau d).
N PERTANYAAN PILIHAN JAWABAN
O
1. Berapa lama Anda bergabung dan a 0-1 tahun
mengikuti kegiatan dalam organisasi b 1-2 tahun
OMK Paroki Koting c 2-5 tahun
d Lebih dari 5 tahun
I. KETERLIBATAN DALAM ORGANISASI
OMK
2. Bagaimanakah tingkat keaktifan Anda a Tidak aktif
untuk bergabung dalam organisasi OMK b Kurang aktif
yang ada di dalam Paroki? c Aktif
d Sangat Aktif
3. Bagaimanakah keberadaan organisasi a Tidak penting
OMK dalam sebuah Paroki? b Kurang penting
c Penting
d Sangat Penting
6. Sejak kapan Anda sudah masuk menjadi a SMP
anggota organisasi Orang Muda Katolik? b SMA
c KULIAH
d Kerja
II KEPENGURUSAN OMK
7. Bagaimana keadaan kepengurusan dalam a Tidak baik
organisasi OMK Paroki Koting? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
8. Bagaimana pendapat Anda tentang a Tidak baik
kemampuan pembina OMK Paroki b Kurang baik
Koting? c Baik
d Sangat baik
9. Bagaimanakah partisipasi para pembina a Tidak sering
dalam kegiatan OMK di Paroki Koting b Kurang sering
ini? c Sering
d Sangat sering
10.Bagaimana pendapat Anda tentang a Tidak baik dan teratur
proses pembinaan Orang Muda Katolik b Kurang baik dan teratur
di Paroki Koting? c Baik dan teratur
d Sangat baik dan teratur
11.Seberapa sering para pembina melakukan a Tidak sering
pendekatan pembinaan secara pribadi b Kurang sering
c Sering
d Sangat sering
12.Seberapa sering para pembina melakukan a Tidak sering
b Kurang sering

50
pendekatan pembinaan secara kelompok c Sering
d Sangat sering
13.Bagaimana pendapat Anda tentang a Tidak baik
kinerja pengurus OMK sekarang? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
14.Bagaimana relasi atau kerja sama antara a Tidak baik
para pengurus OMK di Paroki Koting? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
15.Bagaimana relasi atau hubungan antara a Tidak baik
para pengurus dan anggota OMK di b Kurang baik
Paroki Koting? c Baik
d Sangat baik
16.Bagaimanakah pengaturan keuangan a Tidak baik
dalam organisasi OMK Paroki Koting? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
17.Bagaimanakah pengaturan arsip dan a Tidak baik
surat-surat dalam organisasi OMK Paroki b Kurang baik
Koting? c Baik
d Sangat baik
18.Bagaimana keanggotaan dan semangat a Tidak aktif
orang muda Paroki Koting untuk terlibat b Kurang aktif
dalam organisasi OMK? c Aktif
d Sangat aktif
19.Menurut pendapat Anda, bagaimana a Tidak baik
persaudaraan di dalam OMK Paroki b Kurang baik
Koting? c Baik
d Sangat baik
III KEGIATAN OMK
20.Seperti apa gambaran pengaturan a Tidak baik
program kerja OMK Paroki Koting? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
21.Bagaimanakah jalannya seluruh program a Tidak baik
kerja OMK dalam Paroki Koting? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
22.Seberapa sering kegiatan rohani yang a Tidak sering
dijalankan dalam organisasi OMK Paroki b Kurang sering
Koting c Sering
d Sangat sering
23.Seberapa sering kegiatan sosial a Tidak sering
kemasyarakatan dijalankan dalam b Kurang sering
c Sering

51
Organisasi OMK Paroki Koting d Sangat sering
24.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Ekaristi/Misa bersama OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
25.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Ibadat Bersama OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
26.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Syering KS/ Katekese OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
27.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Doa Rosario OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
28.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Rekoleksi OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
29.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Koor bersama OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
30.Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
menjalankan tugas Liturgi (Lektor, b Kurang aktif
akolit, mazmur, persembahan) dalam c Aktif
OMK? d Sangat aktif
31. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Kerja Bakti bersama OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
32. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
mengikuti pelatihan kepemimpinan b Kurang aktif
dalam OMK? c Aktif
d Sangat aktif
33. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Olahraga bersama OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
34. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti Rekreasi/ Acara bersama b Kurang aktif
/Refresing bersama OMK? c Aktif
d Sangat aktif
35. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif

52
megikuti kegiatan sosial kunjungan b Kurang aktif
orang sakit/berbagi kasih bersama c Aktif
OMK? d Sangat aktif
36. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti kegiatan pengembangan seni b Kurang aktif
budaya bersama OMK? c Aktif
d Sangat aktif
37. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti kegiatan pelatihan wirausaha b Kurang aktif
bersama OMK? c Aktif
d Sangat aktif
38. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti kegiatan kebangsaan bersama b Kurang aktif
OMK? c Aktif
d Sangat aktif
39. Bagaimana keaktifan Anda dalam a Tidak aktif
megikuti kegiatan politik bersama b Kurang aktif
OMK? c Aktif
d Sangat aktif
IV PERAN SERTA PIHAK-PIHAK YANG MENDUKUNG KEGIATAN
OMK
40.Apakah Pastor yang bertugas dalam a Tidak mendukung
Paroki Koting selalu mendukung seluruh b Kurang mendukung
kegiatan OMK? c Mendukung
d Sangat mendukung
41.Bagaimanakan peran serta Pastor Paroki a Tidak aktif
dalam seluruh kegiatan OMK? b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
42.Apakah orang tua selalu mendukung a Tidak mendukung
Anda dalam mengikuti kegiatan OMK? b Kurang mendukug
c Mendukung
d Sangat mendukung
43.Bagiamanakah pendapat Anda tentang a Tidak mendukung
dukungan umat sekitar dalam kegiatan b Kurang mendukung
OMK? c Mendukung
d Sangat mendukung
V PENGALAMAN HIDUP PRIBADI DAN KEROHANIAN DI LUAR
OMK
44.Seberapa sering Anda berdoa pribadi. a Tidak sering
b Kurang sering
c Sering
d Sangat sering
45.Seberapa sering Anda membaca dan a Tidak sering
merenungkan Kitab suci. b Kurang sering
c Sering

53
d Sangat sering
46.Seberapa aktif Anda mengikuti kegiatan a Tidak aktif
rohani di KBG. b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
47.Seberapa aktif Anda mengikuti kegiatan a Tidak aktif
rohani dalam lingkungan. b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
48.Seberapa aktif Anda mengikuti perayaan a Tidak aktif
ekaristi di Gereja. b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
49.Seberapa aktif Anda mengikuti ibadat a Tidak aktif
pengakuan b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
50.Seberapa aktif Anda terlibat aktif dalam a Tidak aktif
kegiatan di tingkat Paroki. b Kurang aktif
c Aktif
d Sangat aktif
51.Bagaimana penilaian Anda terhadap a Tidak baik
pertumbuhan fisik Anda? b Kurang baik
c Baik
d Cukup baik
52.Bagaimana penilaian Anda akan a Tidak baik
pengaruh OMK terhadap keadaan b Kurang baik
emosional pribadi Anda? c Baik
d Sangat baik
53.Bagaimana penilaian Anda akan a Tidak baik
pengaruh OMK terhadap perkembangan b Kurang baik
mental pribadi Anda? c Baik
d Sangat baik
54.Bagaimanakah relasi Anda dengan a Tidak baik
masyarakat sekitar? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
58.Bagaimanakah relasi Anda dengan orang a Tidak baik
tua dan keluarga? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik
59.Bagaimanakah relasi Anda dengan a Tidak baik
teman-teman? b Kurang baik
c Baik
d Sangat baik

54
WAWANCARA

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apakah Anda (Bapak/Ibu) pernah terlibat dalam organisasi OMK Paroki


Koting?
2. Apakah Anda (Bapak/Ibu) bisa memberikan gambaran singkat tentang
sejarah organisasi OMK di dalam Paroki Koting ini?
3. Bagaimana pendapat Anda (Bapak/Ibu) tentang Orang Muda Katolik? Siapa
itu orang muda Katolik? Kira-kira berapa rentang usia yang bisa bergabung
dalam organisasi orang muda Katolik?
4. Bagaimana pendapat Anda (Bapak/Ibu) tentang keterlibatan orang muda
dalam organisasi OMK yang ada di Paroki Koting selama ini?
5. Bagaimana pendapat Anda (Bapak/Ibu) tentang kehidupan orang muda
Katolik di Paroki Koting?
Kira-kira gambaran seperti apa orang muda Katolik di Paroki Koting
sepanjang pengamatan Anda (Bapak/Ibu) selama tinggal dan berada di
Paroki Koting baik itu dulu maupun sekarang.
6. Apakah organisasi Orang Muda Katolik ini mempunyai manfaat atau
dampak bagi perkembangan hidup orang muda di masa mendatang?
7. Kira-kira apa saja kegiatan yang sering dilakukan dalam wadah organisasi
Orang Muda Katolik baik itu di tingkat Paroki maupun Keuskupan?
8. Bagaimanakah gambaran pelaksanan kegiatan OMK di Paroki Koting yang
pernah Anda (Bapak/Ibu) alami dan amati selama ini?
9. Bagaimana pendapat Anda (Bapak/Ibu) tentang kinerja para pembina dan
pengurus OMK di Paroki Koting ini?

55
10. Bagaimana pendapat Anda tentang kepengurusan OMK di dalam Paroki
Koting ini?
11. Bagaimanakah keterlibatan orang muda Katolik Paroki Koting dalam
mengikuti berbagai kegiatan rohani baik di tingkat Paroki, Stasi,
Lingkungan, KBG?
12. Menurut pendapat dan pengamatan Anda (Bapak/Ibu), apakah ada masalah-
masalah atau tantangan tertentu yang dihadapi oleh kaum muda Paroki
Koting saat ini?
13. Siapasajakah yang bertanggung jawab untuk mengatasi masalah kaum muda
ini, khususnya di wilayah Paroki Koting ini?
14. Apakah alternatif solusi yang tepat untuk membantu mengatasi masalah
kaum muda di wilayah Paroki Koting dan demi pengembangan hidup
mereka?

IDENTITAS NARASUMBER

Nama : ……………………………………………………
Umur : ……………………………………………………
Pekerjaan : ……………………………………………………
Pendidikan Teakhir : ………………………………………………………
Asal Lingkungan : ………………………………………………………
(KBG)
Lamanya telibat : ………………………………………………………
dalam OMK

DAFTAR NARASUMBER
1. Pastor Paroki Koting
2. Ketua Dewan Pastoral Paroki Koting
3. Ketua Seksi Kepemudaan Paroki Koting
4. Ketua Stasi Diller
5. Ketua Stasi Wutik
6. Ketua OMK Paroki Koting
7. Kepala Biara Susteran Wajah Kudus Koting
8. Beberapa Pengurus Lingkungan

56
9. Beberapa Pengurus KBG
10. Beberapa Senior OMK Paroki Koting
11. Beberapa Anggota OMK Paroki Koting
12. Beberapa Umat Paroki Koting.

OBSERVASI PARTISIPATORIS

Organisasi Orang Muda Katolik di dalam wilayah Paroki Koting


mempunyai gambaran dan wajah yang unik dan hampir sama dengan sebagian
besar OMK Paroki dalam wilayah Keuskupan Maumere. Wajah OMK Paroki
Koting selalu berubah-ubah dari satu waktu ke waktu yang lainnya, khususnya
dalam hal keterlibatan para anggotanya, kinerja para pembina dan pengurus,
program dan kegiatan yang dijalankan serta manajemen administrasi organisasi.
Berikut ini merupakan gambaran penulis mengenai wajah OMK Paroki Koting,
setelah penulis terlibat dan hadir bersama selama 7 tahun sejak tahun 2010 sampai
dengan saat ini.

1. Partisipasi Orang Muda Katolik Paroki Koting dalam kegiatan bersama


Organisasi.
a. Jumlah orang muda Katolik Paroki Koting yang terlibat bersama dalam
organisasi OMK baik di tingkat Paroki, Stasi dan Lingkungan masih sangat
kurang, dengan kisaran jumlah di bawah seratus orang.
b. Jumlah OMK Paroki Koting yang terlibat aktif dalam kegiatan bersama
kebanyakan kaum wanita sedangkan kaum pria hanya sedikit orang saja
karena sangat sulit diajak bergabung.
c. OMK Paroki Koting yang aktif dalam kegiatan bersama kebanyakan dari
Stasi Koting sedangkan dari Stasi Diler dan Stasi Wutik hanya beberapa
orang saja yang mau terlibat dan bergabung bersama.
d. Kegiatan OMK tidak hanya dilaksanakan di dalam tingkat Paroki saja
tetapi dilaksanakan juga di dalam tingkata Stasi dan lingkungan.
e. OMK Paroki Koting, walaupun jumlahnya masih sedikit tetapi cukup aktif
untuk terlibat dan berperan serta dalam kegiatan OMK yang dilaksanakan
di tingkat Keuskupan.

57
2. Kepengurusan Orang Muda Katolik Paroki Koting
a. OMK Paroki Koting memiliki Kepengurusan yang lengkap baik dari
tingkat Lingkungan, Stasi dan Paroki.
b. Kepengurusan OMK Paroki Koting terdiri atas ketua OMK, wakil,
sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi, akan tetapi dalam pelaksanaan
seluruh kegiatan OMK hanya beberapa orang pengurus saja yang mau
bekerja.
c. Ketua OMK mempunyai tanggung jawab besar dalam pelaksanaan kegiatan
OMK dan menghendel segala urusan karena kurang adanya keterlibatan
dan partisipan dari beberapa teman-teman OMK.
d. Pengurus OMK khususnya kaum wanita biasanya cepat mengandalkan
perasaan sehingga memunculkan berbagai konflik dan pertentangan di
antara mereka.
e. Komunikasi antara pengurus OMK di tingkat Paroki Koting, Stasi dan
lingkungan kurang baik sehingga sering muncul pertentangan antara para
pengurus OMK Paroki, Stasi dan Lingkungan di dalam wilayah Paroki
Koting karena adanya perbedaan pendapat dan bahkan kerena urusan
pribadi.

3. Program dan Kegiatan Orang Muda Katolik Paroki Koting


a. Kegiatan OMK Paroki Koting pada umumnya tidak terprogram artinya ada
beberapa kegiatan yang sudah terprogram tetapi ada juga kegiatan tertentu
yang merupakan kegiatan yang tiba-tiba saja dimunculkan.
b. Kegiatan yang selama ini dijalankan oleh OMK Paroki Koting sampai saat
ini adalah Perayaan ekaristi/misa bersama OMK, doa rosario/ibadat
bersama, rekoleksi/ret-ret bersama, ziarah OMK, koor, katekese, kerja bakti
bersama, pertemuan bersama, kegiatan pelatihan, pesta bersama, refresing
bersama, olahraga bersama, kegiatan bersama Paroki lain dalam tingkat
Keuskupan Maumere.

58
c. Kegiatan Refresing dan pesta bersama biasanya jumlah orang muda yang
terlibat sangat banyak sedangkan kegiatan rohani dan pembinaan iman
hanya sedikit saja orang muda yang mau datang dan terlibat.

4. Pelaksanaan Pembinaan dan Pendampingan Orang Muda Katolik Paroki


Koting
a. Kegiatan OMK dalam sebuah Paroki dapat berjalan dengan baik tergantung
pada Pastor Paroki yang bertugas. Ada Pastor yang sangat mendukung
kegiatan OMK tetapi ada juga Pastor yang hanya membiarkan saja kegiatan
OMK dapat dijalankan.
b. Pembina atau Moderator OMK Paroki Koting memiliki kemampuan yang
sangat baik dalam membina OMK karena merupakan salah satu dari TIM
Pembina dalam Biro Kepemudaan Keuskupan Maumere.
c. Pembina OMK kebanyakan kurang terlibat bersama dalam kegiatan OMK
karena kesibukan pekerjaan dan urusan pribadi.
d. Komunikasi antara pembina OMK, pengurus OMK dan Pastor Paroki
sangat penting demi perkembangan kegiatan orang muda.
e. Kegiatan pendampingan dan pembinaan di dalam Paroki Koting lebih
menekankan metode partisipatif dan pembinaan kelompok besar.
Sedangkan pembinaan perorangan dan kelompok kecil masih sangat kurang
dijalankan khususnya bagi kaum muda.

5. Manajemen dan Administrasi Keroganisasian OMK Paroki Koting


a. Organisasi OMK Paroki Koting sangat kurang dalam mengurus dan
mengatur administrasi dan arsip OMK, sehingga tidak ada arsip yang
tertinggal.
b. OMK Paroki Koting belum mempunyai sekretariat sendiri.
c. Pengaturan keuangan dalam organisasi OMK Paroki Koting selama ini
cukup baik, karena semua keuangan OMK disimpan dalam tabungan
Sibuhar Koperasi Suru Pudi.
d. Belum ada data yang lengkap tentang orang muda dalam wilayah Paroki
Koting.

59
60

Anda mungkin juga menyukai