Full
Full
SKRIPSI
Oleh:
Margareta Evita Jemamu
NIM: 131124016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai
dan membimbing saya, kepada Bunda Maria yang selalu menghantar doa-doa
saya kepada Putranya
Kepada yang tercinta orangtuaku Bapak Thomas Ropa dan Ibu Elisabeth Theme
Kakak sulung Alexander Nahas dan adik bungsu Patrisius Ambon
Para suster ADM yang telah mendukung, mendoakan dalam usaha dan
perjuanganku selama kuliah, serta semua sahabat yang selalu memperhatikan
melalui kasih, doa dan perhatian.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
(Yoh 15:12)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria
atas segala cinta, berkat, dan kasih setia yang senantiasa membimbing,
terhadap sosok Paus Fransiskus yang selalu tampil penuh sukacita dan terutama
ajakan beliau dalam dokumen Evangelii Gaudium bagi katekis atau calon katekis
zaman ini agar tetap mewartakan Injil dengan penuh sukacita meskipun harus
adanya tulisan ini, para katekis dan calon katekis dapat memaknai panggilannya
pengembangan diri katekis sebagai pewarta dan menjadi katekis yang selalu
Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
Katolik Universitas Sanata Dharma dan dosen penguji tiga yang telah
dan dosen penguji satu yang selalu dengan sabar dan sepenuh hati
skripsi ini.
dan dosen penguji dua yang telah memberikan semangat dan dukungan
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ iv
MOTTO............................................................................................................. v
PENYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi
PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS......................................................................... vii
ABSTRAK........................................................................................................ viii
ABSTRACT ....................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR....................................................................................... x
DAFTAR ISI..................................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... xvi
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 9
C. Tujuan Penulisan................................................................................... 10
D. Manfaat Penulisan................................................................................. 10
E. Metode Penulisan.................................................................................. 11
F. Sistematika Penulisan............................................................................ 11
BAB II. PANDANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM EVANGELII
GAUDIUM TENTANG TANTANGAN-TANTANGAN ZAMAN
INI DAN KONSEKUENSINYA BAGI PEWARTAAN................... 13
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Globalisasi Ketidakpedulian........................................................... 30
2. Relativisme...................................................................................... 32
3. Konsumerisme................................................................................. 34
4. Pesimisme........................................................................................ 38
5. Klerikalisme.................................................................................... 40
D. Konsekuensi Tantangan Zaman Ini bagi Pewartaan Menurut
Evangelii Gaudium................................................................................ 43
1. Pengetahuan Katekis...................................................................... 67
2. Spiritualitas Katekis....................................................................... 77
3. Ketrampilan Katekis....................................................................... 84
C. Peran dan Upaya Konkret Gereja serta Pribadi Katekis untuk
Mengembangkan Diri Katekis sebagai Pewarta.................................... 94
1. Peran Gereja................................................................................... 94
2. Peran Katekis.................................................................................. 102
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
Pernjanjian Lama dan Baru dalam terjemahan baru yang diselenggarakan oleh
Agustus 1999.
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KGK : Katekismus Gereja Katolik, uraian tentang ajaran iman dan moral
Juni 2013
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Singkatan Lain
Art : Artikel.
Bdk : Bandingkan.
HP : Handphone.
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
evangelisasi dengan penuh sukacita. Seruan ini ditujukan untuk semua orang
beriman untuk mengetahui tanggung jawabnya sebagai umat Allah. Umat yang
dunia. Tetapi alasan lain yang lebih mendalam dari Paus Fransiskus adalah bahwa
dan begitu banyak godaan bagi pewarta. Menurut Paus Fransiskus, “bahaya besar
dalam masyarakat saat ini adalah kesedihan dan penderitaan yang diakibatkan
oleh hati yang rakus, mengejar kesenangan, dan hati nurani yang tumpul.
Kehidupan batin kita, terjebak dalam kepentingan diri sendiri, sehingga tidak ada
tempat lagi untuk orang lain, tidak ada ruang lagi bagi orang miskin” (EG, art. 2)
dalam hidup yang penuh ketamakan dan mengejar materi yang sebanyak-
banyaknya. Selain itu, umat zaman sekarang adalah pribadi yang mudah marah,
lesu, dan dengki, hidup dalam keegoisan, dan merasa puas dengan diri sendiri
tanpa membutuhkan orang lain. Beliau juga melihat bahwa adanya kasus dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kehidupan keluarga. Ikatan janji perkawinan menjadi lemah dan tidak serius.
afektif tanpa mempersiapkan dan menghidupi dengan mendalam dan serius (EG,
art. 66).
lebih bekerja keras dalam mewartakan Injil. Dunia membutuhkan seorang katekis
atau pewarta untuk berjumpa dengan umat yang haus akan kasih dan kedamaian
pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
Dalam situasi seperti ini para katekis yang berperan sebagai pewarta
menemukan tantangan dan kesulitan dalam pewartaan karena umat memilih untuk
tidak bergabung dalam doa bersama karena terasa membosankan dan memilih
kehidupan dunia yang nyata. Pelayanan menurun dan pewartaan hanya sebagai
formalitas saja, semua itu karena tidak adanya kerjasama antar umat dan para
katekis. Oleh karena itu Bapa Paus mengajak agar Gereja terbuka terhadap
kenyataan hidup dunia dan terlibat menyelesaikan masalah dan kesulitan yang
dihadapi umat. Kepada Nabi Yeremia Allah bersabda; “Kepada siapapun engkau
Ku-utus, haruslah engkau pergi” (Yer, 1:7). Gereja tidak perlu menutup diri dan
merasa nyaman dengan apa yang ada di dalam karena bukan itu yang dikehendaki
Allah. Karena itu, Paus Fransiskus mengajak seluruh umat untuk membaharui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
hubungan atau perjumpaan pribadi setiap umat dengan Yesus. Karena dengan
perjumpaan itu, terdapat sukacita yang mendalam bagi umat sehingga sentuhan
kasih Allah, penyembuhan, dan kebaikan akan selalu menjadi bagian dari hidup
umat.
kemajuan kehidupan iman umat. Kehidupan umat yang terlampau mengikuti arus
zaman tanpa diimbangi perkembangan iman yang mendalam akan terlihat dangkal
karena meski kekayaan materi yang berlimpah tidak menjadi prioritas dalam
membawa kebahagiaan yang sesungguhnya karena hal yang utama sebagai orang
beriman adalah bersatu dengan Allah dan turut serta mengalami sukacita kasih
Allah. Artinya bahwa sikap katekis sebagai pewarta adalah memberikan seluruh
diri dalam pelayanan dan perjumpaan sangat membantu perkembangan iman umat
dan menyentuh hati mereka untuk menemukan tujuan hidup yang sesungguhnya,
yakni Allah. Selain itu, perjumpaan katekis dalam pewartaan memberikan harapan
bahwa kehidupan umat akan semakin jauh dari pengaruh perkembangan arus
zaman yang cenderung membawa umat jauh dari Allah. Kehadiran para katekis
dalam pewartaan membawa sukacita kehidupan yang baru bagi umat karena
dapat mengantar umat untuk hidup lebih dekat dengan Allah. Para rasul awam
dipanggil untuk terlibat seperti yang dikatakan dalam seruan berikut ini:
para murid-Nya sebelum Ia diangkat ke surga. Pesan Yesus itulah yang senantiasa
dipegang teguh oleh Gereja. Karena itu, Paus Fransiskus mengulangi pesan Yesus
seluruh umat yang sudah dibaptis pergi ke segala penjuru dunia, mewartakan
kabar gembira. Dengan kata lain, semua umat beriman yang sudah dibaptis diajak
untuk bertanggung jawab atas rahmat baptis dengan mengambil bagian dalam
sangat penting dan menjadi cita-cita Gereja agar umat semakin beriman teguh
kepada Allah. Artinya, ajakan utama seruan apostolik ini adalah menemukan
sukacita dalam perjumpaan, baik dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Saya mengundang semua umat Kristiani di mana pun dan dalam situasi
apa pun supaya saat ini juga memperbaharui perjumpaan personal dengan
Yesus Kristus atau sekurang-kurangnya mengambil keputusan untuk
membuka diri dan membiarkan-Nya menjumpai kita, serta mencari
kesempatan-kesempatan perjumpaan semacam itu setiap hari tanpa henti.
Tak ada alasan apa pun yang membuat seorang bisa berpikir bahwa
undangan pada perjumpaan itu bukanlah untuk dirinya karena „tak seorang
pun dikecualikan dari sukacita yang dibawa Allah (EG, art.3).
sukacita dan kasih Allah dalam perjumpaan tersebut. Melalui perjumpaan, semua
sehari-hari.
batin sukacita agar Gereja bisa menghadapi tantangan modernitas secara lebih
optimis, karena Gereja memilih menempatkan diri sebagai solusi atas beragam
tantangan dan masalah zaman yang semakin berkembang. Inilah yang menjadi
sukacita. Gaudium berarti kegembiraan yang muncul dari dalam diri dan ada
pada hakikatnya merupakan tugas semua umat beriman Kristiani yang karena
rahmat baptisan telah menjadi murid-murid Kristus dan siap diutus untuk
sukacita Injil sehingga dapat memenuhi hati dan hidup semua orang dan melalui
pewartaan tersebut semua orang dapat berjumpa dengan Yesus. Artinya bahwa
perjumpaan dan ada bersama merupakan kesaksian seorang katekis akan nilai
Kerajaan Allah yang berkembang dalam kehidupan nyata setiap hari. Suatu
Kristus, melalui hidup dan kontak pengalaman dengan gaya hidup, harapan, dan
dan kehidupan insani yang lebih baik. Pelayanan sebagai hamba dijalankan dalam
mampu solider dengan mereka yang tak berdaya, kemudian dinyatakan dalam
Indonesia. Belas kasihan itu juga berarti memandang sesama sebagai anggota satu
keluarga manusia dengan Allah sebagai Bapa semua orang yang beriman lain dan
berkebudayaan lain. “Dalam keadaan apapun kita semua dipanggil terutama para
katekis untuk menghadirkan kepada sesama kesaksian hidup yang jujur, tulus dan
kekuatan-Nya dengan demikian kita dapat memberi makna pada kehidupan kita”
Indonesia, yakni agama, kebudayaan, dan kemiskinan, mau tidak mau, membawa
Sikap katekis sebagai pewarta merupakan suatu panggilan menjadi saksi iman
Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna,
melainkan aku mengejarnya kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya,
karena akupun telah ditangkap oleh Kristus Yesus....aku melupakan apa
yang ada dibelakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang ada di
hadapanku (Flp, 3:12-13).
Hal ini menyatakan bahwa ketidaksempurnaan bukan suatu alasan bagi seorang
katekis untuk tidak mewartakan Injil (EG, art. 121), maka dokumen EG
menegaskan bahwa semua orang yang sudah di baptis terlibat adalam tugas
pewartaan.
sebagai pewarta, maka konsekuensi bagi para katekis adalah mereka harus
memiliki semangat yang tak pernah merosot seperti yang dilakukan oleh jemaat
perdana, dimana mereka dengan berani dan penuh sukacita mewartakan Injil
kepada sesama tanpa mengenal lelah (EG, art. 263). Inilah semangat bagi katekis
untuk tetap memotivasi diri terlibat dalam karya perutusan Allah. Menjadi
tantangan dan kesulitan yang dihadapi dalam dunia pewartaan zaman ini. Seorang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pewarta dituntut untuk hidup lebih akrab dengan sabda Allah karena justru dalam
sabda Allah itulah dapat ditemukan inspirasi dan semangat baru untuk tugas
perutusan. “Seorang katekis sejati tidak pernah berhenti menjadi saksi Kristus,
bernafas bersamanya dan berkarya dalam tugas perutusan bersamanya” (EG, art.
266)
dukacita karena kematian seseorang, tidak pula hidup dalam patah semangat,
ketakutan, kehilangan kesabaran atau rasa cemas tetapi seorang katekis yang
katekis dapat memberi rasa nyaman bagi semua orang yakni menabur
pengharapan, penghiburan yang menyembuhkan dan sukacita hidup baru (EG, art.
10).
Untuk menjadi seorang katekis yang dapat memberi rasa nyaman bagi
sukacita hidup baru (EG, art. 10), seorang katekis membutuhkan kemampuan
memaparkan berbagai tantangan yang di hadapi zaman ini dan dalam dunia
pewartaan. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji inspirasi lebih mendalam
meningkatkan pelayanan terhadap umat. Penulis memilih judul kajian ini, yakni
pengembangan diri para katekis sebagai pewarta yang dapat membantu umat
B. Rumusan Masalah
10
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini
sebagai berikut:
D. Manfaat Penulisan
menerus dan siap menjadi pewarta zaman ini serta memiliki semangat
11
E. Metode Penulisan
tersebut. Penulis akan mengupas sebuah buku EG atau Surat Anjuran Apostolik
Paus Fransiskus Tentang Pewartaan Injil di Dunia Dewasa Ini, untuk menjawab
F. Sistematika Penulisan
12
penulisan.
berdasarkan inspirasi dari EG. Penulis memberi gambaran tentang sosok katekis
konteks zaman ini sebagai pewarta dan peran Gereja serta katekis untuk
13
BAB II
katekis sebagai pewarta dan umat beriman Kristiani lainnya. Penulis juga
menguraikan tentang konsekuensi yang dihadapi katekis zaman ini dalam dunia
pewartaan.
Paus Fransiskus yang bernama asli Jorge Mario Bergoglio, lahir pada
tanggal 17 Desember 1936, di Buenos Aires, Argentina dan menjadi warga negara
Argentina. Dia ditahbiskan sebagai imam Jesuit pada tanggal 13 Desember 1969
oleh Ramon Jose Castellano, kemudian menerima tahbisan Uskup pada tanggal 27
Juni 1992 di Katedral Buenos Aires oleh Kardinal Antonio Quarracino. Paus
Fransiskus yang memilih nama dari tokoh Santo Fransiskus Asisi ini merupakan
14
Inmaculata di Santa Fe. Buenos Aires Jose di San Miguel dan teologi di Faculty
of San Miguel. Beliau menjadi Uskup Agung Buones Aires pada 1998 dan
pada 1958. Pada 1980, ia menjadi Rektor Seminari San Miguel hingga 1986. Saat
ini beliau telah berumur 81 tahun. Ia adalah pemimpin Gereja Katolik dan
Buenos Aires Argentina dan diangkat menjadi Kardinal pada tahun 2001 oleh St.
Paus Yohanes Paulus II. Paus Fransiskus ini memiliki kemampuan untuk
September 2017).
sederhana dan bersahaja. Dalam Majalah Popoli diungkapkan bahwa pada saat
para peserta dan membukakan pintu bagi mereka, Ia mengatakan; “apalagi yang
dilakukan oleh seorang Kardinal jika bukan membukakan pintu”. Beliau sangat
dekat dengan mereka yang berkekurangan, yang lemah, miskin dan sakit serta
15
disampaikan kepada mereka (Tornielli Andrea, Fransiskus Paus dari dunia baru:
157)
Paus Fransiskus merupakan seorang Paus pertama yang lahir di luar Eropa
selama lebih dari seribu tahun terakhir, ia datang dari sebuah Negara Dunia Ketiga
di Amerika Latin untuk melayani 1,2 miliar orang beriman Katolik yang
jubah baru dan meminta untuk memperbaiki jubah bekas pendahulunya sesuai
dengan ukuran tubuhnya. Memiliki sikap belarasa yang tinggi dengan kaum
tertindas dan berani mengecam pemerintah yang korupsi dan otoriter. Beliau juga
mengkritik bahwa sebagian rekan imam dan uskupnya telah melupakan teladan
Yesus, Sang Guru, “yang mendekati kaum papa miskin, bergaul dengan penderita
kusta dan mewartakan kabar baik bagi para pelacur” (Joni Albertus, Kesahajaan
Sejak terpilih menjadi Paus ke 266, Fransiskus telah menulis dua ensiklik
dan tiga Surat Anjuran Apostolik antara lain; Ensiklik Lumen Fidei atau Terang
Iman (LF), yang merupakan ensiklik pertama Paus Fransiskus. Ensiklik ini
sesudahnya pada tanggal 5 Juli 2013. Ensiklik kedua yang ditulis Paus Fransiskus
adalah Laudato Si atau Puji Bagi-Mu (LS), tentang perawatan rumah kita bersama,
ditandatangani pada tanggal 24 Mei 2015 dan dipublikasikan pada tangga 18 Juni
2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gaudium atau Sukacita Injil (EG), yang diterbitkan pada tanggal 24 November
2013, tentang kegembiraan dalam perjumpaan dengan Kristus dan Surat Anjuran
yang menyoroti harapan, hambatan dan komitmen para religius. Tahun hidup
bakti yang dibuka pada tanggal 21 November 2015 dan berlangsung hingga 2
Februari 2015. Ketiga, Surat Apostolik Misericordia et Misera atau Belas Kasih
isinya maka penulis pada bagian ini, memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan
dokumen EG. Penulis akan memaparkan latar belakang, tujuan dan struktur
tentang pewartaan Injil di dunia dewasa ini. “Sukacita Injil” merupakan judul
yang dipilih Paus Fransiskus untuk dokumen pertama dari masa kepausannya.
pewartaan Kabar Sukacita yang mulai merosot dalam pelayanannya terhadap umat
bahkan umat seluruh dunia menggugah hati beliau untuk mengeluarkan surat
17
Yesus untuk menimba sukacita menjadi kekhasan pribadi Paus Fransiskus setiap
kali dia tampil di depan umum. Kebiasaan untuk berbagi kegembiraan dengan
orang lain ingin diterapkan kepada umatnya, terutama berawal dari relasi dengan
Surat Anjuran Apostolik Paus Fransiskus ini cukup panjang, karena itu
menggereja dan semuanya itu terangkum dalam satu kalimat pertama yakni
“Sukacita Injil memenuhi hati dan hidup semua orang yang menjumpai Yesus”
(EG, art. 1). Kehidupan umat beriman Kristiani yang sudah dibaptis hendaknya
mewartakan Kabar Sukacita secara terus-menerus di tengah dunia dewasa ini yang
sebuah Gereja yang miskin untuk mereka yang miskin sekaligus Gereja yang
jawab menjadi pewarta Kabar Sukacita kepada sesama. Dokumen EG ditulis oleh
Paus Fransiskus untuk menindaklanjuti Sidang Umum XIII Sinode para Uskup
pada tanggal 7-28 Oktober 2012. Sidang umum tersebut bertema; “Pewartaan
Baru Kabar Sukacita Untuk Menyiarkan Iman Kristiani”, merupakan ajakan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
ditujukan kepada seluruh umat beriman untuk terlibat dalam karya pewartaan
Selain itu dokumen ini juga dimaksudkan untuk mengundang seluruh umat
menghidupkan kembali nilai iman yang merosot akibat tantangan dunia dewasa
ini yang semakin besar seiring dengan perkembangan teknologi. Seperti yang
Bahaya besar dunia dewasa ini, dengan berbagai tawaran dan bujukan
konsumerisme, menjadi suatu kesedihan personal yang keluar dari batin
yang lekas berpuas diri sekaligus tamak, mengejar kenikmatan yang
mengakibatkan terisolasinya nurani dan tumpul, semuanya hanya menaruh
perhatian pada diri sendiri, tak ada ruang lagi bagi Allah dan sesama (EG,
art. 2).
tahun Vatikan II: Sukacita Injil dan Aktualisasi Iman), diunduh tanggal 2 Mei
2017.
19
maupun dengan sesama manusia, dimana sukacita itu telah meredup oleh
dengan Yesus membantu manusia untuk memulai sesuatu yang baru dalam
iman Kristiani dan ajakan ini ditujukan untuk semua umat beriman
Kristiani yang dilakukan dalam tiga bagian. Tiga bagian tersebut: pertama,
hidup seorang yang sudah baptis, dalam relasi dengan Gereja sangat lemah
dan kurang, ketiga, sesama yang tidak mengenal Yesus Kristus bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Kudus sendiri karena mereka sedang berusaha mencari Allah (EG, art. 14),
tulus dalam kesaksian hidup setiap hari. Paus Fransiskus mengajak seluruh
umat untuk menirukan gaya hidup Bunda Maria yang menyimpan segala
Kudus baik dalam peristiwa yang besar maupun yang kecil (EG, art. 288).
Bunda Maria merupakan Bunda segala bangsa, ibu dari semua orang
belajar untuk bersikap lemah lembut dan tidak gelisah dengan segala
tantangan dan kesulitan yang dihadapi dalam perjalanan hidup (EG, art.
286).
mengajak umat untuk terlibat dalam karya pewartaan Kabar Sukacita Injil
(EG, art. 16). Paus Fransiskus ingin mengungkapkan pedoman yang dapat
godaan yang dihadapi para pewarta, Gereja yang melibatkan seluruh umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
terhadap kaum miskin dalam masyarakat, hdiup damai dan dialog serta
bab III, tentang pewartaan Injil, dan bab IV, mengenai dimensi sosial evangelisasi
serta bab V mengenai para pewarta Injil yang dipenuhi Roh. Untuk lebih rinci
a. Pendahuluan
tentang sukacita yang diperbaharui bagi seluruh umat dan langkah baru
pewartaan.
Pertama, penulisan dokumen ini berawal dengan kata sukacita, hal ini
Yesus sehingga akhirnya terlibat dalam karya pewartaan Injil. Surat Anjuran ini
membuka langkah baru bagi pewartaan sukacita karena dengan sukacita, masa
depan Gereja menggambarkan sesuatu yang hidup (EG art.1). Sukacita yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dikehendaki Paus Fransiskus adalah sukacita yang tidak saja dialami oleh setiap
sesama, karena itu sikap yang ditampilkan tidak seperti orang yang patah
kepada orang lain. Paus juga mengatakan bahwa dokumen ini bertujuan untuk
mematangkan kekayaan atau buah-buah hasil sinode para uskup dan juga
Gereja yang meliputi lima bagian. Pertama, Paus Fransiskus mengajak Gereja
untuk memiliki aktivitas yang bergerak keluar, terlibat dalam setiap situasi yang
dihadapi umatnya. Kedua, adanya kegiaan Pastoral dan upaya pertobatan. Ketiga,
keterbatasan manusiawi. Kelima, belajar dari Bunda Maria yang memiliki hati
23
tantangan-tantangan yang selalu baru sesuai situasi zaman dan untuk itu semua
mengenal perkembangan zaman dan mematuhi panggilan Allah untuk turut dalam
karya keselamatan Allah. Setiap umat dan setiap komunitas keluar dari rasa
terang Injil sehingga sukacita Injil dapat dirasakan dalam tugas perutusan tersebut.
Seperti halnya Yesus selalu menemui orang miskin dan memberitakan Kabar
untuk mewartakan Injil (EG, art. 20-21). Suatu panggilan untuk bergerak keluar,
“Pergilah, Aku mengutus engkau” (Kel 3:10) dan kepada Nabi Yeremia Allah
bersabda, “Kepada siapapun engkau Ku-utus, haruslah engkau pergi” (Yer 1:7)
pertobatan dalam peziarahan hidup dan suatu pembaharuan yang tidak saja untuk
setiap pribadi tetapi untuk komunitas atau Gereja pada umumnya. Gereja perlu
memperbaiki segala cacat cela yang dilakukan oleh anggota-anggotanya (EG, art.
25-26).
pesan Kabar Sukacita melalui media zaman ini diusahakan tidak jauh dari pesan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
inti Injil. Pesan Injil yang disampaikan diharapkan sampai kepada umat dan dapat
sederhana dan tidak menghilangkan inti pokok yang berasal dari Injil (EG, art. 34-
39).
arah interpretasi yang matang akan Sabda yang diwahyukan (EG, art. 40-45). St.
pelaku pertama, yang menginginkan agar apa yang menjadi kekurangan setiap hal,
kebaikan Pencipta tak dapat dicerminkan dengan tepat hanya oleh satu ciptaan,
oleh karena itu perlu menyerap keragaman berbagai hal dalam setiap relasi (EG
art. 40).
Kelima, Gereja seperti seorang ibu dengan hati terbuka, Gereja adalah
rumah Bapa dengan pintu terbuka, siap menerima siapa saja, terutama mereka
yang hilang, yang menjauhkan diri dari Gereja, dan bagi mereka yang miskin.
Paus Fransiskus lebih suka kepada Gereja yang memar, terluka, dan kotor,
daripada Gereja yang berpusat pada keamanan diri sendiri dan terjerat jaring
25
dihadapi dunia zaman ini, bahwa tidak sedikit orang zaman ini yang menjalani
kehidupannya dengan kondisi yang buruk dan sangat berat. Setiap orang berjuang
untuk hidup dan rasa hormat di antara sesama manusia tak dirasakan lagi (EG, art.
52). “Manusia dilihat seperti barang konsumsi yang sekali pakai lalu dibuang,
terjadi para katekis kehilangan identitas diri. Gaya hidup para pewarta atau katekis
menjadi lebih santai dan tidak melihat tugas sebagai suatu panggilan melainkan
Bab III menjelaskan tentang Pewartaan Injil yang dibagi menjadi empat
bagian, pertama, seluruh umat Allah mewartakan Injil, kedua, Homili, ketiga,
Pertama, seluruh umat Allah yang bergerak maju menuju Allah dipanggil
26
kita ke dalam inisiatif Ilahi, hanya dengan memohon inisiatif Ilahi ini kita
juga akan mampu bersama dan di dalam Dia menjadi pewarta Injil (EG, art.
112).
anjuran bagi para imam dalam menyampaikan homili sebagai wujud utama dari
dipaparkannya dalam 24 artikel, mulia dari artikel 135 sampai dengan artikel 159.
umat dengan sabda Allah yang dapat menghibur hati umat dengan rahmat Allah
dengan umat-Nya dan semua ini membutuhkan persiapan baik dari kaum klerus
merupakan suatu tugas yang sangat penting bahkan membutuhkan waktu yang
labih lama lewat studi, doa, refleksi, dan kreativitas masing masing. Paus
tugas yang diberikan Allah agar setiap umat bertumbuh dalam iman, “Ajarlah
berkembang dalam Kristus dan memberi motivasi kepada setiap pribadi agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
semakin mengenal Allah, “Bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus
berisi, pertama, gema komunal dan sosial kerygma, kedua, pelibatan kaum miskin
katekis berhubungan dengan orang lain. Paus Fransiskus mengatakan sabda Allah
yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina, kamu
telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Ketika kehidupan manusia dapat
dibagikan dengan orang lain maka gema komunal dan sosial evangelisasi akan
kaum miskin dan memberi kebebasan kepada kaum miskin yang tertindas. Paus
jeritan kaum miskin yang mengharapkan keadilan (EG, art. 187-188). “aku telah
dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka, sebab itu Aku telah
dalam dokumen EG ini adalah membangun suatu tata dunia yang baru yang sesuai
dengan apa yang dikehendaki Allah dan terwujudnya keadilan di antara manusia
sosial untuk membangun suatu perdamaian. Dalam EG ini dialog dapat dibagi tiga
bagian yakni dialog antar negara, dialog dengan kebudayaan dan pengetahuan dan
dialog dengan umat yang berkeyakinan lain. Semua bentuk dialog ini
Bab V membicarakan tentang para pewarta Injil yang dipenuhi Roh yang
dibagi menjadi dua bagian, pertama, alasan-alasan bagi dorongan perutusan yang
Pertama, ikatan dengan Allah dalam doa dan karya sangat dibutuhkan bagi
seorang pewarta atau katekis, untuk itu meditasi dan refleksi serta perwujudan
konkret sangat diharapkan dapat dilakukan dalam kesaksian hidup. Tanpa campur
tangan Tuhan dalam doa dan perjumpaan dengan-Nya dalam meditasi maka setia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kegiatan dan karya menjadi tanpa nilai dan makna. Kekuatan untuk mewartakan
Kabar Sukacita hanya dapat dari doa dan relasi yang mendalam dengan Allah.
Maria selalu ada untuk umatnya. “Dia bergabung bersama para rasul dalam
Evangelisasi dan menjadi teladan bagi para pewarta dalam melaksanakan tugas
perutusan dengan berani tanpa rasa takut. “Inilah ibumu” (Yoh 19:26-27). Yesus
tidak membiarkan umat-Nya berjalan tanpa kehadiran seorang ibu, maka dengan
bimbingan Bunda Maria semua umat beriman akan sampai kepada Yesus (EG art
285).
Evangelii Gaudium
dan kelahiran sikap puas diri akan hati yang tamak, yang senantiasa mengejar
kesenangan yang hampa dan kesadaran yang tumpul (EG art 2). Maka beliau
yang dibawa Kristus, karena Kristus sendiri sebagai pewarta pertama dan seorang
pewarta yang paling mulia, Dialah teladan bagi para katekis (EN art. 7). Beliau
30
umat dan hilangnya keakraban dengan Yesus Kristus dan menjauhkan umat dari
berikut:
1. Globalisasi Ketidakpedulian
Globalisasi adalah gerak tak tertahan yang membuat seluruh umat manusia
bergerak secara global, untuk berkomunikasi secara global dan untuk memperoleh
informasi melalui media (TV, internet) dalam sekejap tentang apa yang terjadi di
cita-cita estetik yang ada di dunia. Globalisasi merupakan suatu kesempatan yaitu
dan kesempatan untuk keluar dari ikatan tradisi dan segi-segi sempit/picik budaya
sendiri (Suseno Magnis, F. Globalisasi: Tantangan bagi Integritas Kita, 2012: 43).
membawa dampak baik kepada pribadi manusia. Perubahan zaman dan perubahan
31
saudara ataupun keluarga dapat terputus. Sekalipun relasi dengan Allah atau
kehidupan rohani terasa mendalam hal itu tidak tampak nyata dalam kehidupan
bersama orang lain atau kehidupan dalam dunia pewartaan (EG art. 78).
ini, salah satunya adalah globalisasi ketidakpedulian . “Anak-anak zaman ini dan
kita semua dipengaruhi oleh budaya globalisasi yang menawarkan nilai-nilai dan
akhirnya membahayakan kita” (EG art. 77). Bahaya yang terjadi adalah bahwa
anak-anak zaman ini dikuasai oleh media yang berkembang sehingga segalanya
menjauhkan diri dari Allah dan sesama manusia. Artinya setiap nilai yang
negatif terutama sikap egois dan tidak peduli dengan orang lain.
“kemajuan yang bagi manusia memang besar nilainya, di lain pihak membawa
godaan besar. Sebab bila tata nilai dikacaukan dan kejahatan dicampuradukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kepentingannya sendiri, bukan kepentingan sesama” (GS art. 37). Hal ini
masyarakat.
memberi dampak buruk pada tugas perutusan karena melihat tugas perutusan
hanya sebagai tugas tambahan bukan sebagai yang utama. Sikap hidup
pribadi manusia tidak saling mengenal satu sama lain. Adanya kehilangan
kesadaran bahwa setiap manusia adalah makhluk sosial. Zaman ini berkembang
hidup yang menyingkirkan sesama demi cita-cita egois diri. Suatu gaya hidup
yang tidak ada lagi rasa belas kasihan kepada kaum miskin, tidak mampu
menangis untuk mereka yang menderita, seolah-olah hidup tanpa orang lain. Ini
memberi kekayaan bagi mereka yang memiliki kekuasaan dalam bidang tertentu
tetapi bagi mereka yang tidak beruntung hanya bisa melihat dan tak mampu
menggerakan hati. Hati manusia manjadi tumpul dengan penderitaan orang lain
2. Relativisme
33
Kehidupan zaman yang terus berubah juga mengubah kehidupan manusia, bahwa
sama dengan orang lain sehingga cita-cita bersama tidak tercapai. Artikel di atas
menjelaskan bahwa kehidupan umat Kristiani terancam dan selalu hidup dalam
rasa takut karena kebencian sekelompok orang dan mengarah kepada kaum muda
atau generasi muda yang justru menjadi penggerak untuk perkembangan Gereja di
masa mendatang.
membawa dampak buruk bagi sebagian umat manusia lain terutama kaum
mencampuri urusan orang tersebut, hal ini membuat orang semakin mengurung
diri dan takut untuk bergabung dalam kehiduapan sosial. Proses sekularisasi
meningkat dan rasa penyesalan dosa pribadi maupun kolektif menjadi lemah (EG,
art.64), hal ini mengarahkan umat manusia kepada ketumpulan hati dan setiap
perbuatan jahat dianggap biasa saja. Tingkat ketidak-pedulian maningkat dan rasa
sesal atas dosa tidak diabaikan, seolah-olah setiap kejahatan yang dilakukan
bukan perbuatan dosa. Paus mengatakan “hati nurani telah tumpul” (EG, art. 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ada, membuat keputusan seolah-olah orang miskin tidak ada, menentukan tujuan
hidup seakan-akan orang lain tidak ada, dan bekerja seolah-olah umat yang belum
menerima Injil tidak ada” (EG,art. 80). Paus Fransiskus menjelaskan bahwa
manusia memikirkan pandangan sendiri tanpa melihat dari sudut pandang orang
lain. Dewasa ini relativisme telah menyebabkan krisis nilai yang kerap kali
dipandang wajar dan adanya kekerasan terhadap manusia, main hakim sendiri,
Zaman ini juga adanya tindakan atau praktek aborsi ilegal di mana-mana
dengan orang lain. Krisis nilai dengan demikian tidak sama sekedar sebagai suatu
krisis konsep atau gagasan atau ide mengenai kebaikan. Krisis nilai adalah krisis
kehidupan dalam arti etis dan moral secara mendalam, real, konkret. Dapatkah
kita membutakan diri terhadap aneka kekerasan dan ketidakadilan yang nyata
3. Konsumerisme
35
Bahkan setiap model kehidupan mempunyai gaya hidup, cara pandang mengenai
dibuang. Gaya hidup seperti ini dalam EG Paus Fransiskus, menyebutnya sebagai
“throw-away culture” (budaya sekali pakai lalu buang), (EG art. 53-54).
Paus Fransiskus juga mengatakan tentang bahaya besar di dunia zaman ini
Bahaya besar dalam dunia sekarang ini, yang diliputi oleh konsumerisme
adalah kesedihan dan kecemasan yang lahir dari hati yang puas diri,
tamak, mengejar kesenangan sembrono dan hati nurani yang tumpul.
Ketika kehidupan batin kita terbelenggu dalam kepentingan dan
kepeduliannya sendiri, tak ada lagi ruang bagi sesama, tak ada tempat lagi
bagi si miskin papa. Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak
lagi dirasakan, dan keinginan untuk berbuat baikpun menghilang (EG,
art.2).
Tantangan zaman ini seperti yang diungkapkan Paus di atas menggerogoti jiwa
manusia yang lebih memilih untuk mencari kebahagiaan diri tanpa peduli kepada
sesama di sekitar, itulah gaya konsumerisme yang mengabaikan orang miskin dan
terlantar dan mengumpulkan banyak kekayaan untuk dirinya sendiri. Hal ini
juga lahir dari sel dasar kehidupan yakni keluarga, seperti yang diungkapkan Paus
Fransiskus dalam dokumen Laudati Si; “Sering kali orang tua hidup dalam
36
membangun sebuah keluarga“(LS, art. 162). Artikel ini mau mengatakan bahwa
konsumerisme bukan saja ingin menguasai hidup orang lain atau barang-barang
Gaya hidup konsumtif lahir dari pemujaan terhadap materi. “Saya ada
kalau saya memiliki barang”. Inilah gaya hidup yang melukiskan sikap konsumtif
dan kelimpahan barang mewah. Demikianpun harga diri hanya dapat diukur dari
nilai barang yang mahal, mewah dan apabila harga barang yang dimiliki terlalu
Dengan melihat tantangan zaman ini yakni gaya hidup konsumerisme yang
tinggi, dan melihat ajakan Paus Fransiskus untuk mewartakan Kabar Sukacita
dalam dokumen EG, maka pertanyaan untuk orang beriman Kristiani adalah
Pertanyaan ini ditujukan kepada semua umat beriman Kristiani yang hidup di
zaman penuh dengan gaya hidup konsumerisme. Orang Kristiani sendiri jatuh
dalam gaya hidup zaman ini dan membuat kehidupannya jauh dari kasih Allah.
terlibat dalam karya pewartaan atau kegiatan rohani lainnya dalam Gereja.
37
Krisis di seluruh dunia membuat manusia jatuh pada mendewakan uang sehingga
manusia. Sebagaimana pada zaman nabi Musa “Pemujaan terhadap anak lembu
emas kuno” (bdk. Kel 32:1-5). Demikianpun zaman ini banyak orang menghayati
kehidupan sesama (EG, art. 55). Umat manusia lebih memilih kehidupan duniawi
dan menjadi sangat pesimis untuk dunia kerasulan karena mereka merasa minder
dengan cara mengolah sesuatu dari alam. Misalnya, tukang kayu membuat mebel
dari kayu jati. Petani jagung mengolah tanah dengan menanam jagung. Produk-
produk tersebut menjadi komoditas yang mempunyai nilai tukar. Pada zaman
sekarang orang pada umumnya tidak mengambil kebutuhan hidupnya dari alam,
Umat manusia zaman ini tidak lagi membeli barang atas dasar kebutuhan
keinginan untuk memiliki HP; awalnya orang sekedar ingin bisa berkomunikasi
dengan mudah sehingga ia membeli telpon genggam, namun karena setiap kali
selalu ada model HP terbaru, orang lalu merasa membutuhkan HP tersebut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
membelinya. Hal ini yang membuat manusia jatuh dalam gaya hidup
ketidakadilan, konsumsi yang membuat kecanduan. Zaman ini orang tidak lagi
4. Pesimisme
Revolusi cinta hanya dapat terjadi apabila setiap orang menjadi simbol
pengharapan bagi dunia sekitarnya dan tidak terjerumus ke dalam pesimisme yang
radikal. Inilah tantangan zaman sekarang bahwa manusia jatuh pada sikap
menggantungkan seluruh hidupnya kepada yang duniawi semata dan menutup diri
yang hidup tanpa Allah. Hal ini tampak dalam patologi sosial seperti
keadaan seperti ini orang cenderung menarik diri dari dunia dan mencari rasa
solidaritas sosial bagi kaum miskin (EG, art. 90). Spiritualitas dan teologi seperti
ini tidak pernah mencari kehendak Allah, tetapi keamanan dan kebebasan dirinya
sendiri (EG. art. 93). Sikap hidup yang pesimisme sangat mengganggu jiwa
manusia sehingga adanya sikap minder atau rendah diri untuk terlibat dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kehidupan bermasyarakat dan lebih suka berada dalam kenyamanan diri. Paus
Salah satu godaan yang lebih serius yang menghambat keberanian dan
semangat adalah sikap menyerah kalah yang mengubah kita menjadi orang
yang suka bersungut-sungut, pesimis, mengeluh dan kecewa, “Orang
bermuka muram”, tak ada orang bisa berangkat ke pertempuran kecuali ia
sebelumnya sepenuhnya yakin akan menang” (EG, art. 85). “Mereka yang
merasa kecewa dengan kenyataan, terhadap Gereja dan diri sendiri
mengalami godaan yang tiada henti dan jatuh pada kemurungan jiwa yang
pahit, kurangnya pengharapan dan hati mereka seperti dicekam iblis (EG
art. 83).
Sikap hidup seperti ini tidak hanya menyerang orang dewasa tetapi terutama kaum
proses penemuan identitas diri ini, sering kali kaum muda diperhadapkan dengan
suatu pengalaman hidup yang seringkali menghambat mereka dalam mencari jati
diri. Orang muda merasa gagal dalam menemukan identitas diri mereka yang
sebenarnya. Ketika seseorang gagal menemukan jati dirinya, maka akan timbul
Hal ini sebagai akibat perkembangan zaman yang diikuti dengan tantangan yang
begitu besar yakni rasa pesimisme terhadap diri sendiri. Banyak kaum muda yang
tidak punya rasa percaya diri yang tinggi, minder, mengasingkan diri, menyakiti
diri dan menyiksa diri dengan berbagai macam cara. Semuanya ini dapat membuat
mereka mengambil keputusan untuk melakukan tindakan bunuh diri sebagai tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
bahwa mereka membenci dan tidak bisa menerima keberadaan diri mereka. Kaum
muda banyak yang sedang mengalami krisis identitas diri. Dan kaum muda yang
seperti ini tidak hanya kita temui di luar Gereja, tetapi juga dalam Gerejapun
banyak kaum muda yang memiliki masalah dengan dirinya sendiri. Banyak kaum
muda Gereja yang tidak punya gairah dan semangat untuk memuji Tuhan, bahkan
tidak mampu melayani dengan sepenuh hati karena mereka tidak memiliki rasa
percaya diri yang tinggi, tidak betah untuk berada di rumah Tuhan.
berada jauh dari kasih Allah sehingga melihat segala sesuatu menjadi tidak berarti
5. Klerikalisme
tantangan terutama kaum awam yang berkaitan dengan bidang pewartaan Injil
kecil berkaitan dengan tugas perutusan pewartaan, semuanya ini karena sikap para
Klerikalisme.
41
dalam relasi dengan kaum awam seperti dalam artikel berikut ini;
Kesadaran kaum awam akan tugas dan tanggung jawab mereka sebagai
anggota Gereja yang telah menerima rahmat baptis membuat mereka siap
untuk terlibat dan melayani sesama umat dalam dunia pewartaan. Namun
mereka menemukan kesulitan bahwa kaum awam tidak diberi pembinaan
yang diperlukan untuk mengembang tanggung jawab penting, hal ini
terjadi karena dalam Gereja partikular, mereka tidak mendapat ruang
untuk berbicara dan bertindak karena klerikalisme imamat yang berlebihan
yang menjauhkan mereka dari pengambilan keputusan (EG, art. 102).
tugasnya sebagai anggota Gereja karena rahmat baptis yang mereka terima untuk
terlibat dalam karya pewartaan atau kegiatan rohani dalam Gereja. Di sisi lain
para awam kurang memiliki kebebasan untuk menyampaikan ide atau pendapat
secara maksimal dibutuhkan kerjasama antara para imam dan kum awam, tetapi
dewasa ini posisi dan peran kaum awam kurang diperhatikan, tidak mendapatkan
kebebasan. Hal ini melemahkan semangat para awam untuk melaksanakan tugas,
ataupun kalau kaum awam melakukan tugas, hal itu hanya sebatas tugas, tidak
warta Injil. Memang pengetahuan dan kharisma para awam atau katekis tidak
sama dengan kaum tertahbis, tetapi bahwa Kristus tidak pernah memilih orang-
orang hebat untuk melaksanakan tugas perutusan. Yesus memilih dan mengutus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dalam karya kerasulan Gereja. Relasi antar hirarki dan umat semakin jauh dan
zaman terkadang membawa umat semakin jauh dari Allah dan sesama saudara
kristiani. Di sisi lain Paus mengatakan bahwa “umat Kristiani berperang di antara
sesama umat karena iri hati, cemburu dan hilangnya relasi persaudaraan. Semua
ini akibat dari mencari kekuasaan dalam Gereja dan ada yang merintangi sehingga
muncul konflik” (EG art. 98). Ini merupakan akibat dari kurangnya keterlibatan
Saat sekarang banyak kaum awam terlibat dalam kerasulan awam entah
sebagai prodiakon ataupun sebagai katekis. Tetapi keterlibatan mereka ini belum
motivasi untuk mewartakan Injil dengan lebih baik. Semuanya ini merupakan
tantangan besar dalam dunia pewartaan zaman ini bahwa sebagai katekis atau
pewarta tidak melaksanakan tugas perutusan dengan sepenuh hati atau memiliki
semangat misioner yang membawa nilai positif atau nilai iman bagi masyarakat.
43
Ordinis menjelaskan bahwa para imam menunaikan tugas sebagai bapa dan guru
yang luhur dan mulia, suatu tugas penting bagi semua umat Allah, dan bersama
umat menjadi murid-murid Tuhan yang oleh karena rahmat baptis semua orang
dipanggil untuk membangun Kerajaan Allah, dan sebagai anggota Tubuh Kristus
anggota (bdk PO art. 9). Paus Fransiskus juga mengatakan tentang kelangkaan
panggilan imamat dan hidup bakti karena kurangnya semangat dan daya tarik
kerasulan kepada komunitas orang muda, disamping itu para imam di paroki-
paroki terlihat tidak gembira untuk itu perlu proses yang lebih baik untuk memilih
para calon imam yang sungguh tekun berdoa dan memiliki semangat untuk
mengajak kaum muda tentang jalan pengabdian khusus. Para calon imam juga
Evangelii Gaudium
menjelaskan tentang konsekuensi yang harus diambil atau yang diterima umat
beriman Kristiani dalam tugas pewartaan. Umat manusia telah jatuh kepada
44
dengan Allah. Umat beriman Kristiani juga kurang terlibat dalam kegiatan Gereja
atau kegiatan bidang pewartaan karena merasa takut, rendah diri dan mengurung
menunjukkan sumber pemenuhan pribadi yang autentik, bahwa hidup tercapai dan
menjadi matang sejauh ditawarkan sebagai pemberian kepada sesama” (EG art.
10). Artikel ini menunjukkan bahwa, seorang pewarta baik katekis maupun
semua umat beriman Kristiani diajak untuk tetap mewartakan Injil meskipun
dengan tantangan zaman ini adalah bahwa semua umat beriman Kristiani tetap
deraian air mata sekalipun” ” (EG art. 10). Setiap umat diharapkan membawa
zaman ini maka konsekuensinya bagi dunia pewartaan adalah tetap menghadirkan
Sukacita Injil yang dapat menyentuh hati dan membangkitkan semangat hidup
umat untuk membangun sikap peduli terhadap sesama karena sukacita itu sendiri
berasal dari Allah dan mengalir ke dalam setiap pribadi manusia. Dalam dokumen
45
oleh Gereja dengan sukacita adalah untuk semua orang, tidak seorangpun dapat
kesempatan untuk maju namun bagi sebagian kecil manusia lain perkembangan
ini adalah keprihatinan, karena arus informasi yang menawarkan berbagai hal
yang baik maupun yang buruk terjadi begitu cepat, termasuk penyakit globalisasi
ketidakpedulian yang membuat orang kehilangan rasa kasih sayang kepada orang
segala bidang kehidupan, ada satu yang tetap sama dan tidak berubah bagi umat
beriman Kristiani yaitu; Yesus Kristus. “Yesus Kristus tetap sama baik kemarin
Setiap hari umat Kristiani berdoa, doa yang diajarkan Yesus Kritus kepada
Surga” (Mat 6:10), dan kita memohonkan Kerajaan-Nya bagi dunia. Kerajaan
bukan soal makanan, minuman atau harta dunia tetapi soal kebenaran, damai
sejahtera dan sukacita dalam Roh Kudus” (Rom 14:17). Allah menghendaki
bahwa sukacita Injil yang diwartakan setiap hari merajai kehidupan umat
pewartaan untuk mewartakan Kabar Sukacita, karena Roh Kudus Allah senantiasa
selalu menghibur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
terjadi suatu perjumpaan antara Allah dan manusia dan antara sesama manusia
sehingga Allah sendiri yang mengukir sukacita dalam hati setiap umat-Nya.
mewartakan Sukacita Injil kepada sesama. Seperti amanat Yesus kepada para
murid dan kepada kita semua, “...pergilah jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Mat 28:19).
Dan dengan rahmat baptis ini semua orang beriman terlibat dalam karya
pewartaan. Roh Kudus mengubah manusia lama yang dikuasai dosa menjadi
manusia baru, “Roh Kudus dapat dikatakan memiliki kreativitas tak terbatas,
pikiran Ilahi, yang tahu bagaimana menyelesaikan setiap persoalan manusia dan
permasalahan yang paling rumit sekalipun dan sulit dipahami” (EG art.178). Kita
semua yang telah menjadi anggota Gereja dipanggil untuk memberi perhatian
kepada mereka yang lemah di bumi, melindungi dunia yang rapuh dan semua
kutipan dalam Injil Lukas, ”Aku berkata kepadamu; demikian juga akan ada
sukacita di surga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita
karena sembilan puluh sembilan orang yang tidak memerlukan pertobatan” (Luk
15:17). Di hadapan Allah setiap pribadi manusia adalah harta yang bernilai
sehingga Allah tidak menginginkan ada yang hilang demikianpun sukacita Allah
harus dirasakan setiap umat-Nya. Umat beriman Kristiani berusaha setiap waktu
47
manusia dari perbudakan (EG art. 164). Namun terlebih dahulu mengingatkan hal
ini untuk diri sendiri sehingga tantangan yang ada tidak melemahkan semangat
pewartaan.
2. Isi Pewartaan
Dengan melihat tantangan zaman ini yang sudah diuraikan di atas maka isi
pewartaan adalah “setia kepada Injil yang mengajak kita untuk menanggapi Allah
yang mengasihi dan menyelamatkan kita, untuk memandang Allah dalam diri
sesama dan untuk keluar dari diri kita sendiri, mencari kebaikan sesama” (EG
Kita mengakui bahwa sebagian umat yang telah dibaptis kurang rasa
memiliki terhadap Gereja disebabkan oleh struktur tertentu dan suasana
yang kurang bersahabat di beberapa paroki dan komunitas atau pendekatan
birokrasi dalam menangani permasalahan baik yang sederhana maupun
yang rumit dalam kehidupan umat. Pendekatan administrasi lebih penting
dari pada pendekatan pastoral, seperti penekanan pelayanan sakramen
tanpa bentuk lain dari pewartaan Injil (EG art.63).
Artikel di atas menekankan bahwa zaman ini mengarahkan hidup manusia kepada
diperhatikan tetapi gaya hidup dan struktur urusan administrasi lebih penting.
didukung Gereja adalah penegakan hak asasi manusia dan salah satu dari hak-hak
asasi itu adalah kebebasan dalam beragama (EN art. 39). Isi pewartaan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
memberi harapan baru bagi manusia bahwa “keselamatan tidak hanya dimengerti
dalam arti material, dengan humanisme sempit” (EN art. 33) tetapi pribadi
kesaksian secara sederhana dan secara langsung akan Allah yang diwahyukan
oleh Yesus Kristus dalam Roh Kudus, bahwa dalam Yesus Putera-Nya Ia
sesuatu dan memanggil manusia untuk memperoleh kehidupan kekal (EN art. 26).
dan untuk membebaskanmu” (EG art. 164). Pewartaan menjadi yang pertama dan
utama karena dapat dilakukan dengan berbagai cara melalui proses katekese pada
setiap saat. Pewartaan sangat penting melalui kesaksian hidup setiap hari lewat
seperti itu masih ada harapan baru, secercah terang kehidupan, oase rohani yang
penderitaan. Semuanya itu perlu disadari bahwa Yesus telah mengalami semua itu
49
Dengan diilhami karunia Roh Kudus maka inti pewartaan atau isi pokok
pewartaan dapat tersampaikan kepada umat (EG art. 130). Meskipun barbagai
tantangan yang timbul dalam dunia zaman ini sebagai konsekuensinya, pewartaan
Kabar Sukacita tetap dilakukan entah lewat media komunikasi maupun dalam
perjumpan hidup setiap hari. Melalui doa dan relasi yang akrab dengan Allah.
maupun sosial dan menanggapi situasi yang bermunculan terutama tentang hak
kemampuan untuk memilah yang baik dalam perkembangan zaman ini untuk
3. Cara Mewartakan
bahwa cara mewartakan Sukacita Injil pada zaman sekarang adalah melalui
setiap orang yang menerima pewartaan rahmat iman dan diteruskan serta
dikembangkan dalam kehidupan mereka sehari-hari lewat bahasa dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
digunakan untuk mewartakan Injil, maka dalam tugas pewartaan baik imam,
biarawan/biarawati atau katekis awam dapat memasuki dunia umat dengan budaya
menterjemahkan tantangan zaman ini dengan bahasa dan budaya setempat dan
media komunikasi yang dilakukan tanpa perjumpaan. Dunia internet atau media
sosial selalu merupakan dunia yang berwajah ganda. Banyak hal positif yang
orang-orang dari belahan dunia yang lain, tanpa ada batas waktu (IM art. 2, EN
art. 45).
Gereja dipanggil untuk memberi kesaksian tentang kasih Allah dan menemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
cara yang terbaik untuk mewartakan Injil meskipun berhadapan dengan sikap
suatu dukungan dan dorongan untuk mewartakan kasih Allah (EG art. 121).
Mengutip surat Paulus kepada jemaat di Filipi; “Bukan seolah-olah aku telah
memperoleh hal ini, atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau-
kalau aku dapat juga menangkapnya, karena akupun telah ditangkap oleh Yesus
Dewasa ini ada cara untuk mewartakan Sukacita Injil yang menjadi
tanggung jawab pribadi kita setiap hari, pertama-tama pewartaan Injil kepada
orang-orang yang kita jumpai sehari-hari, para tetangga, sahabat ataupun oang
asing sekalipun dan dalam pewartaan ini langkah pertama adalah membangun
dialog pribadi yang isinya berbagi suka dan duka kehidupan dan langkah
selanjutnya akan terjadi pewartaan sabda Allah (EG art. 127-128). Hal ini
merupakan salah satu cara untuk mewartakan Injil kepada orang-orang di sekitar
Kita sebagai umat beriman Kristiani juga diajak oleh Paus Fransiskus
untuk tidak berpikir bahwa pesan Injil harus selalu disampaikan dengan rumus-
rumus tetap yang sudah dihafalkan atau dengan kata-kata khusus. Pewartaan Injil
dapat terjadi dengan berbagai cara yang berbeda sehingga tidak mungkin
52
satu dan yang lain atau dengan komunitas, namun Roh Kudus mampu mengubah
cara pewartaan Sukacita Injil juga merupakan hal yang sangat penting bahwa
dapat disesuaikan dengan waktu tempat dan budaya para penerima Injil (EN art.
40). Dengan perkembangan globalisasi zaman ini maka cara pewartaan Injil selain
yang sebutkan di atas dapat juga melalui media komunikasi terutama orang-orang
muda zaman ini yang akrab dengan alat dan sarana yang sedang berkembang saat
televisi, radio, media cetak, rekaman dan semua madia audio-visual yang tersedia
zaman ini. Dengan cara pewartaan seperti ini harapannya mendapatkan hasil yang
Cara mewartakan Sukacita Injil juga dapat melalui homili, dimana dengan
dan menemukan inspirasi. Allah menyentuh hati umat melalui homili, khotbah
para imam sehingga akhirnya perkembangan zaman tidak merenggut relasi umat
dengan Allah. Cara mewartakan Injil juga dengan keberanian untuk pergi keluar
tanpa rasa pesimis, takut, enggan atau cemas dan menggunakan kesempatan
mewartakan Kabar Sukacita Injil kepada sesama. Sukacita Injil adalah untuk
53
dulu diwartakan dan diwujudkan oleh Yesus Kristus yang diutus untuk memberi
kesaksian tentang Allah yang penuh belas kasihan dan memiliki kepedulian yang
besar terhadap penderitaan manusia. Kristus tidak datang hanya untuk menebus
dosa manusia dan membiarkan manusia tetap menderita dalam perbudakan sosial,
budaya, politik dan ekonomi. Penyelamatan yang dilakukan oleh Yesus meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia. Maka Gereja hendaklah melayani dengan tidak
Gereja yaitu Misi Pembebasan. Dalam perkembanan zaman ini dimana manusia
Maka untuk memenuhi tanggung jawab Gereja sebagai pewarta Injil, perlu
mengenal tantangan zaman ini dan mengatasi dengan mengikuti teladan Yesus
semua dosa umat-Nya. Gerejapun berjalan di jalan yang dilalui Yesus bahwa
martabat orang miskin, penderitaan kaum tertindas, anak jalanan, para lansia dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
semua orang yang kurang mendapatkan sapaan dapat dirangkul dan dipanggil
kembali ke pangkuan Allah Yang Maha Rahim. Dan akhirnya mereka berani
terlibat dalam kegiatan Gereja dan menjadi pewarta bagi sesama yang lain.
maupun awam dalam segala bidang kehidupan memiliki tanggung jawab dalam
pembinaan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan Gereja (CT art.16).
Nya untuk mewartakan Kabar Sukacita kepada umat manusia di segala penjuru
dunia (EG art. 19). Konsekuensi dari kesadaran ini adalah bahwa meskipun
tantangan dunia begitu berbahaya pewartaan Kabar Sukacita Injil tetap dilakukan
oleh Gereja karena suatu keyakinan bahwa Yesus sendiri akan senantiasa
“jangan sampai ada kekurangan dukungan untuk mewartakan Injil kepada mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang jauh dari Kristus, karena ini merupakan tugas pertama dan utama Gereja”.
tantangan bagi Gereja, dan konsekuensinya adalah bahwa tugas misioner atau
pewartaan tetap menjadi yang utama. Tugas ini menjadi sumber sukacita yang
besar bagi Gereja sekaligus memberi kesadaran bagi tanggungjawab Gereja (EG
art. 15). Tanggung jawab dan tugas Gereja adalah sebagai pelaku evangelisasi
karena bersama Gereja umat sedang berziarah menuju Allah. Gereja merupakan
misteri yang berakar dalam Trinitas tetapi juga nyata dalam sejarah sebagai suatu
bangsa peziarah dan pewarta Injil yang pada dasarnya merupakan inisiatif Allah
56
BAB III
karya pewartaan di tengah umat beriman. Sebagai pewarta, seorang katekis harus
menampilkan diri sebagai sosok yang memiliki relasi yang akrab dengan Allah.
berdasarkan inspirasi dari EG. Penulis akan membahas sosok katekis dan
kebutuhan akan pengembangan serta peran dan upaya konkret Gereja dan katekis
Kata katekis berasal dari kata dasar katechein yang mempunyai beberapa
berkaitan dengan iman. (V. Indra Sanjaya, Belajar dari Yesus Sang Katekis,
Paroki, yang dibantu oleh para klerus, tarekat hidup bakti dan serikat hidup
kerasulan, dan orang beriman awam Kristiani” (KHK 776). Ensiklik Redemptoris
Missio, dekrit tentang tugas misioner Gereja menyebutkan bahwa para katekis
spesialis dan penginjil yang tak tergantikan dan merupakan barisan yang pantas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dipuji, yang berjasa begitu besar dalam karya misioner di antara para bangsa, baik
pria maupun wanita, yang dijiwai semangat merasul, dengan banyak jerih payah
Katekis adalah semua umat beriman Kristiani, baik para imam maupun
awam yang dipanggil dan diutus oleh Allah menjadi seorang pewarta Sabda
Allah. Pewartaan Sabda Allah merupakan bagian penting dari tugas pokok Gereja.
Pewartaan Sabda Allah adalah juga tugas pokok dari semua umat beriman sebagai
Teks Markus juga menjelaskan tugas seorang katekis: “Pergilah ke seluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan
diselamatkan tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Mrk 16, 15-16, Mat.
28,19).
Seorang katekis bukan hanya seorang awam, tetapi kaum imampun adalah
katekis, bahkan seorang katekis utama (katekisnya para katekis) dalam Gereja
(khususnya paroki) yang bertugas mengajar agama dan moral kristiani kepada
umat yang dipercayakan kepadanya. Sosok katekis yang diharapkan zaman ini
adalah mereka yang memiliki wawasan yang luas tentang pengetahuan (Kitab
Suci, Ajaran-ajaran Gereja, Katekismus Gereja Katolik, dan Tradisi Gereja, Kitab
58
memiliki semangat perjumpaan dengan Yesus yang sangat kuat dan mendalam.
mewartakan Kabar Sukacita di tengah zaman ini dan yang memiliki relasi yang
ungkapan berikut ini; “semua umat Kristiani dalam keadaan apapun supaya
dan membiarkan Yesus menjumpai kita” (EG art.3). Sosok katekis yang memiliki
ikatan yang tak terpisahkan dengan Yesus Kristus, yang selalu membaharui hidup
Hal ini yang juga dilakukan Yesus untuk selalu mengusahakan perjumpaan
dengan umat-Nya. Teks Injil Markus menjelaskan, “Marilah kita pergi ke tempat
lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil,
karena untuk itu Aku telah datang” (Mrk 1:37). Yesus selalu ingin berjumpa
dengan banyak orang agar semakin banyak orang yang mengenal Dia,
mengimani-Nya dan akhirnya mengikuti Dia. Yesus adalah Guru dan teladan bagi
para katekis. Katekis juga harus mau belajar Kitab Suci, Tradisi Gereja Katolik,
KGK, karena pengetahuan ini yang mendukung tugas pawartaannya dan terutama
59
Katekis juga diharapkan menjadi sosok yang akrab dengan sabda Allah.
Katekis harus mengembangkan diri dalam keterbukaan hati dengan sabda Allah
hingga mendapatkan inspirasi baru atau wawasan baru dari sabda Allah tersebut.
tersendiri bagi katekis di mana, katekis akan mampu berdialog dengan umat,
lain, berdialog dengan budaya dan situasi konkret masyarakat, terutama berdialog
kebutuhan bagi seorang katekis dan mengalami sukacita yang bukan saja dialami
2. Berani Berkorban
untuk berkorban. Allah sendiri mau berkorban demi keselamatan umat manusia,
60
kehendak Allah terwujud, Ia rela menderita sengsara hingga wafat di salib. Para
katekis mewartakan Kabar Sukacita Injil agar semakin banyak orang mengenal
dan percaya kepada Yesus. Tugas pewartaan merupakan hal yang utama dan
pertama bagi katekis, karena itu berbagai cara dilakukan agar pewartaan tetap
berlangsung. Seperti Yesus yang berani berkorban dalam banyak hal bahkan
katekis merupakan bagian dari tugas perutusan yang dijalaninya, siap diutus dan
rela menjadi martir untuk memberikan kesaksian tentang Yesus. Karena itu
Pengorbanan itu berupa kemauan untuk terus belajar, mengembangkan bakat dan
ketrampilan, melatih diri, menyediakan waktu, tenaga dan bahkan materi. Katekis
juga mau belajar tentang dunia informatika, teknologi dan media lainnya bahkan
latar belakang kehidupan umat sehingga dapat berkatekese, tahu apa yang mau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
disampaikan. Semuanya ini dapat dimiliki oleh seorang katekis melalui suatu
Sosok katekis yang rela berkorban adalah mereka yang mau menghambakan diri
melayani orang lain, siap menyapa setiap umat manusia dengan kasih Allah,
merangkul dan menyentuh pribadi Yesus dalam diri orang lain. Yesus adalah
teladan para katekis, Ia datang untuk melayani, “Anak Manusia datang bukan
3. Siap Melayani
dalam melakukan kehendak Allah adalah mereka yang siap melayani. Katekis
yang telah mengetahui konteks zaman ini dengan segala bentuk tantangan yang
dihadapi adalah katekis yang siap melayani dengan penuh semangat. Paus
orang lanjut usia dan lemah yang diabaikan serta berbagai bentuk korupsi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
tindakan kriminal” (EG art.75). Kondisi seperti ini, siapa yang siap menemani dan
Allah, baik yang sedang mengalami masalah maupun mereka yang kuat.
Dalam tugas pelayanan seorang katekis tidak memilih bagi siapa mereka
hadir tetapi mereka hadir untuk menemani semua umat Allah baik yang sakit
maupun yang sehat, dengan usia yang muda maupun tua, terutama katekis hadir
inilah yang selalu siap untuk melayani kapan saja dan di mana saja bagi semua
umat yang dijumpai. Menurut Paus Fransiskus dalam EG, sosok katekis yang
diharapkan adalah;
Sangat jelas dikatakan dalam artikel di atas bahwa seorang katekis zaman ini
keberanian dalam dirinya dan siap melayani sesama dengan ketulusan. Melayani
tanpa memandang usia atau status sosial merupakan tugas katekis zaman ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Perubahan zaman yang terjadi saat ini juga turut merubah kehidupan manusia
sehingga katekis hadir untuk mendampingi secara khusus mereka yang terlupakan
dan jatuh dalam permasalahan hidup untuk memberi kekuatan dan dukungan
kepada mereka.
Sama seperti para Rasul, katekis juga diajak Yesus untuk selalu siap
manusia. Zaman ini katekis tampil di tengah umat untuk mewartakan Kabar
Sekali lagi dalam EG, Paus Fransiskus mengajak umat beriman; “bahwa
melaksanakan kasih persaudaraan, untuk melayani dengan rendah hati dan murah
hati, untuk berlaku adil serta berbelaskasih kepada kaum miskin” (EG art. 194).
Semuanya ini menjadi harapan umat beriman agar melalui para katekis, umat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
dapat mengenal Yesus dan lebih percaya kepada-Nya serta mampu menyapa
yang berasal dari kesetiaan kepada Yesus Kristus, membaharui diri secara
berkelanjutan” (EG art. 26). Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan dan dialog
seorang katekis berawal dari Yesus, bahwa lewat perjumpaan dengan-Nya, katekis
tersebut selalu membaharui diri yang dilakukan secara berkelanjutan tanpa batas.
terbuka terhadap situasi umat, kehidupan sosial budaya dan perubahan zaman
yang semakin maju, sehingga dalam pelayanan melalui katekese, katekis juga
mampu terbuka terhadap umat dan juga sebaliknya umat terbuka terhadap para
kehidupan masyarakat baik yang memiliki keyakinan maupun tidak akan semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
menambah wawasan katekis itu sendiri. Memahami tradisi lain dan berusaha
kebaikan pihak lain baik tradisi maupun keyakinan. Situasi dunia saat ini hari
pribadi manusia. Oleh karena itu sering terjadi konflik, baik dalam keluarga,
berdialog dengan orang lain, dengan semua pihak untuk dapat perlahan-lahan
“Sikap keterbukaan terhadap kebenaran dan kasih harus menjadi ciri dialog
dengan para pengikut agama non-Kristiani dan dialog antar agama merupakan
syarat yang perlu untuk perdamaian dunia dan menjadi tugas bagi umat Kristiani
serta komunitas-komunitas religius lainnya” (EG art. 250). Sosok katekis harus
terbuka, berani dan membangun relasi yang baik dengan semua pihak karena
dengan cara ini segala kesenjangan sosial dalam masyarakat dapat diatasi dengan
66
keadilan dan persaudaraan, melalui dialog yang baik dan hormat dengan semua
orang dari semua agama maupun tidak beragama. Dialog dapat dibangun antar
negara, masyarakat termasuk ilmu dan budaya serta antar agama. Dialog ini
kepentingan bersama, dalam hal ini tidak ada lagi kepentingan kelompok atau
sebagai pewarta merupakan hal yang harus di lakukan. Seorang katekis harus
memiliki wawasan yang luas dalam konteks zaman ini, yakni pengetahuan,
masyarakat setempat. Katekis yang terus melatih diri menambah wawasan dengan
67
yang terjadi dalam masyarakat. Dalam situasi seperti ini para katekis dapat
mengenal kehidupan umat yang pada zaman ini banyak yang jatuh dalam “sikap
hidup acuh tak acuh, relativisme dan kekerasan yang meluas” (EG art. 61). Dalam
EG, Paus Fransiskus mengatakan, “Saling memperkaya itu penting, melalui dialog
dengan saudara-saudari kita dari Kristen Ortodox. Sebagai umat katolik, kita juga
(persaudaraan) para Uskup dan pengalaman mereka mengenai bersinode” (EG art.
246).
dengan membangun dialog dengan pihak lain dan dalam artikel di atas, dikatakan
katekis bisa mempelajari dari teladan para uskup yang selalu meluangkan waktu
untuk suatu perjumpaan. Hal ini dapat saling membagi pengalaman dan inspirasi
membantu katekis mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang berbagai bidang
pelayanan.
1. Pengetahuan Katekis
68
katekis akan menolong dalam mewartakan Kabar Sukacita secara benar dan tepat.
Maka dalam penyampaian pesan Sukacita secara benar kepada umat beriman,
katekis perlu memiliki pengetahuan tentang metode, budaya, konteks zaman ini
Untuk mendapatkan hasil yang baik, menyampaikan Kabar Sukacita secara benar
pengetahuan dan mendalami tentang berbagai dokumen dan harta kekayaan iman
para pastor dan seluruh umat beriman awam yang mendampingi saudara-
saudarinya dalam iman dan dalam perjalanan keterbukaan kepada Allah
harus selalu ingat bahwa Katekismus Gereja Katolik mengajarkan dengan
sangat jelas; “tanggung jawab atas perbuatan bisa berkurang, oleh
ketidakpahaman, ketidaksadaran, paksaan, perasaan takut, kebiasaan,
emosi yang berlebihan, serta faktor psikis atau faktor sosial lain”. Maka
perlu mendampingi dengan belaskasih, kesabaran untuk perkembangan
setiap pribadi dari hari ke hari (EG art. 44).
Paus Fransiskus mengajak para imam dan katekis untuk sungguh mempelajari
dengan benar KGK agar umatpun dapat memahami secara benar pula. Pemahaman
yang benar tentang KGK dari seorang katekis akan membantu umat
baptisnya dan tidak terpengaruh oleh situasi sosial masyarakat atau siatuasi psikis
dalam dirinya. Semuanya ini berawal dari katekis sebagai teladan bagi umat untuk
69
menolong katekis itu sendiri agar memiliki kesabaran dan rasa belas kasih dalam
Kitab Suci adalah pengetahuan yang harus dimiliki dan didalami oleh katekis.
Katekis hendaklah memiliki pemahaman yang tepat tentang Kitab Suci, sehingga
atau terlalu menyederhanakan (Lalu Yosef, 2007: 156), karena itu katekis juga
perlu mempelajari tafsir Kitab Suci untuk membantu memahami isi Kitab Suci
Dalam dokumen EG di atas sangat jelas dikatakan bahwa penting bagi katekis
Kitab Suci dengan baik. Selain itu di dukung oleh ilmu lain seperti dokumen
masyarakat. Mendalami berbagai dokumen dan harta kekayaan iman Gereja akan
namun keakraban dengan Sabda Allah membawa mereka untuk tetap bergerak
maju di jalan kebenaran Injil. “Pesan Kristus, hendaklah sabda Allah sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
meresapi dan menjadi milik pewarta Injil, bukan hanya secara intelektual
memahami sabda Allah dimana tidak cukup hanya diketahui saja tetapi meresapi
sabda tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sekali lagi Paus Fransiskus dalam EG
menekankan bahwa; “Studi Kitab Suci harus menjadi pintu yang terbuka bagi
setiap orang beriman. Penting bahwa sabda yang diwahyukan secara radikal
memperkaya katekese kita dan seluruh daya upaya kita untuk meneruskan iman”
religius dan katekis awam yang menunaikan pelayanan sabda, perlu berpegang
dan jangan sampai menjadi pewarta lahiriah dan hampa sabda Allah” (DV art. 25).
Gereja, seperti sifat Gereja, hierarki dan banyak pengetahuan lain mengenai
Gereja, sangat perlu dimiliki oleh katekis untuk disampaikan kepada umat.
Dokumen Konsili Vatikan II, Ensiklik-ensiklik dari Paus dan Kitab Hukum
Kanonik. Ajaran Sosial Gereja juga perlu diketahui oleh katekis. Gereja tidak
pandangan mengenai buruh, kaum miskin dan lain-lain dalam rangka terlibat aktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
dalam perkembangan dunia melalui ajaran sosial Gereja (ASG). Katekis perlu
dengan mengingatkan mereka bahwa, bagaimanapun juga Gereja dan teologi ada
dan hadir untuk mewartakan Sukacita Injil dan agar para teolog tidak hanya
merasa puas dengan teologi di belakang meja” (EG art. 133). Dalam pewartaan
juga katekis bekerja dan berkarya bersama para teolog untuk tugas pewartaan
Kabar Sukacita dimana para katekis dapat menggali pemahaman dan pengetahuan
yang benar akan ajaran-ajaran Gereja dan iman Kristiani dari para teolog untuk
pewarta harus mempunyai kemampuan dalam pastoral Kitab Suci karena dengan
Kitab Suci, seorang katekis dapat memberi arah yang benar mengenai iman
pewartaan dan tindakan Yesus (Lalu, Yosef, 2007:156). Dituntut juga untuk
pada Yesus, Sang Guru dan Tuhan, mendalami pewartaan dan tindakan-Nya dan
berkembang pada zaman ini. Bukan saja prinsip teologis melainkan penemuan
ilmu pengetahuan dunia, dalam bidang sosiologi dan psikologi, dengan cara ini
umat beriman dapat dibawa kepada kedewasaan dan kematangan yang lebih besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
untuk menghayati iman (Petunjuk Umum Katekese, 1997: 214). Dalam Dokumen
supaya para katekis disiapkan dengan baik untuk tugas mereka, sehingga mereka
mengenal ajaran Gereja dengan jelas (Kitab Suci, Tradisi, Liturgi, Ajaran resmi
dan kehidupan Gereja), begitu pula secara teoretis maupun praktis mempelajari
sejati dan pengetahuan ajaran iman katolik. Dengan demikian nyatalah bahwa
Sabda ilahi pada jaman kita ini berkembang dan mampu memberi kesaksian,
hendaknya iman menjadi nilai terhadap ilmu dan karya bagi seluruh hidup
manusia. Diharapkan adanya studi untuk memahami dan menyelami ajaran iman
katolik yang telah disampaikan melalui Konsili Vatikan II dan Katekismus Gereja
Katolik.
untuk memimpin suatu pertemuan katekese atau kegiatan rohani lainnya. Dalam
EG Paus Fransiskus mengatakan; “Saya mengajak setiap orang untuk berani dan
kreatif dalam tugas dengan memikirkan kembali tujuan, struktur, gaya dan metode
mengajak katekis untuk melihat kembali metode yang digunakan dalam katekese
73
maka akan lebih mudah bagi seorang katekis untuk menyampaikan pesan iman
Kristiani kepada umat dan katekis itu sendiri semakin berkembang dan mampu
menyesuaikan metode yang cocok untuk umat dengan situasi budayanya. Santo
lagi“ (CT art. 21). Katekis perlu membuat pertemuan yang terorganisasi dan
evangelisasi, karena setiap bangsa adalah pencipta kebudayaan dan tokoh utama
sejarah mereka sendiri” (EG art. 122). Katekis yang diutus ke dalam suatu
dapat masuk melalui budaya setempat. Hal ini merupakan kebutuhan bagi katekis
dalam konteks zaman ini untuk mengetahui budaya masyarakat sehingga umat
dapat menerima pesan iman dengan pemahaman yang lebih jelas karena katekis
74
Hal ini dapat dikatakan bahwa suatu masyarakat dapat berkembang melalui
lain. Demikianpun Injil telah diinkulturasikan pada sebuah bangsa melalui budaya
pribadi-pribadi dan latar belakang dari peserta katekese seperti: daya nalar,
perasaan dan intuisi; latar belakang status sosial ekonomi; dan latar belakang
budaya. Dengan pengenalan ini katekis dapat menentukan apa saja yang perlu
hubungan baik dengan mereka dan terbuka sehingga dalam setiap kegiatan
katekese atau kegiatan rohani lainnya mereka mau berbagi pengalaman atau
umat.
Katekis yang mengenal budaya dan karakter peserta setempat tidak lagi
menjadi orang asing tetapi menjadi bagian dari masyarakat itu. Katekis yang
akrab dengan budaya dan peserta tidak lagi dipandang sebagai guru tetapi manjadi
75
aktif, yang tak boleh diremehkan karena akan mengabaikan Roh Kudus. Kita
istiadat dan tradisi-tradisi para bangsanya, dari kebijaksanaan dan ajaran mereka,
dari kesenian dan ilmu pengetahuan mereka, segala sesuatu, yang dapat menjadi
Sang Penebus dan untuk mengatur hidup Kristiani dengan seksama” (AG art. 22).
iman.
setempat, tetaplah bersikap kritis, sebab tidak semua unsur budaya setempat
kemampuan dan kekayaan dan adat istiadat bangsa-bangsa sejauh itu baik, tetapi
art. 13). Lebih lanjut dinyatakan bahwa Gereja “berusaha menilai kekayaan (adat
istiadat dan tradisi setempat) itu dalam cahaya injil, membebaskannya dan
76
zaman ini dengan mengadakan analisis sosial. Semuanya itu untuk memudahkan
katekis menghadapi umat baik pribadi maupun komunitas sesuai dengan masalah-
Setiap komunitas Gereja, jika berpikir bisa nyaman dengan caranya sendiri
tanpa keprihatinan kreatif serta kerja sama efektif untuk membantu orang-
orang miskin hidup bermartabat dan tanpa ada yang dikucilkan, akan
beresiko mengalami kehancuran, betapapun banyak berbicara tentang
masalah-masalah sosial atau mengecam pemerintah (EG art. 207).
Katekis perlu bertumbuh dan berkembang dalam dialog dengan masyarakat untuk
membangun kerja sama yang baik dan membangun martabat yang lebih luhur
bagian dari kehidupan masyarakat. Katekis dalam konteks zaman ini perlu lebih
Paus Fransiskus mengatakan semua ini agar setiap umat manusia dapat
keluar dari mentalitas hidup individualistis, acuh tak acuh, dan egois, tidak
terbelenggu oleh sikap ini dan mencapai cara berpikir yang lebih manusiawi.
Katekis hadir bagi masyarakat dan memberi dukungan kepada umat beriman
untuk keluar dari belenggu sikap yang membuat mereka tidak berkembang
masyarakat maka katekis dalam katekese dapat menyapa umat dengan penuh
77
2. Spiritualitas Katekis
Kristiani, termasuk katekis. Bagi katekis spiritualitas merupakan api yang terus-
seluruh umat beriman Kristiani untuk menyadari semangat hidup iman dan
kedekatan dengan Allah (relasi rakyat kecil dengan Allah) seperti ungkapan
berikut ini;
saya memikirkan iman yang teguh para ibu yang merawat anak-anak
mereka yang sakit, yang meskipun mungkin kurang mengenal pasal-pasal
syahadat iman, tetap memegang erat rosario atau seluruh harapan
dituangkan pada sebatang lilin yang bernyala dalam sebuah rumah
sederhana dengan doa memohon pertolongan Bunda Maria atau dalam
pandangan kasih lemah lembut yang diarahkan pada Kristus tersalib (EG
art. 125).
Katekis perlu menimba spiritualitas kesalehan rakyat kecil seperti yang dikatakan
dalam artikel di atas, bahwa semangat akan terus berkobar dan harapan tak akan
hilang karena iman akan Allah yang begitu kuat, sangat sederhana seperti orang-
orang miskin namun kepasrahan mereka sangat total kepada Allah. Katekis sangat
perlu menimba spiritualitas para ibu yang memiliki ikatan yang kuat dengan
Allah. Semangat hidup umat beriman Kristiani terletak pada kedekatannya dengan
Yesus Kristus.
Di dalam kisah Pentakosta (Kis. 2:1-4), para rasul yang semula ketakutan
dan kehilangan arah karena kehilangan Yesus sebagai sosok pemimpin, kembali
memiliki semangat berkobar karena Roh Kudus menyertai mereka. Roh Kudus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
sendirilah yang membimbing para rasul untuk mewartakan Yesus. Para katekis
Spiritualitas katekis harus dibina dari hari ke hari sampai menjadi bagian utama
katekis itu sendiri lebih beriman sehingga pribadinya berkembang ke arah lebih
baik dan bermakna yaitu menuju hidup rohani yang terwujud dalam cinta kasih.
misioner yang tidak bisa membiarkan segala sesuatunya tetap seperti semula tanpa
bagi seorang katekis agar semakin menjadi dewasa dalam iman. Seorang katekis
yang selalu terbuka untuk bertobat, dengan sendirinya selalu terbuka menerima
rahmat Tuhan.
bahwa setelah pertobatannya yang luar biasa dalam perjalanan ke Damsyik, dia
dapat mewartakan Tuhan dengan luar biasa (bdk, Kis 9:1-22). Setiap orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
kebaikan Tuhan kepada orang lain dengan baik dan benar pula.
kepada Yesus Kristus” (EG art. 26). Relasi yang akrab dengan Allah berawal dari
putus asa bagi katekis tetapi menjadi cambuk untuk bertobat dan membaharui diri.
“Kami meyakini kekuatan Roh Kudus yang dapat mengubah air menjadi anggur
dan membuat gandum dapat tumbuh di tengah ilalang” (EG art. 84), karena itu
(EG art. 260). Seorang katekis perlu keberanian untuk hidup bersama, dan
bertumbuh bersama mereka yang jauh dari Gereja dan berharap akhirnya katekis
dapat membawa umat yang jauh dari Gereja kembali ke pangkuan Gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Dua perintah utama ini harus menjadi dasar dari karya pewartaan seorang
katekis. Semua karya pewartaan merupakan salah satu cara untuk mengasihi
Kristuslah yang terlebih dahulu mengasihi dan menginginkan agar semua orang
diselamatkan (bdk, 1 Tim 2:3-4). Katekis juga dapat mengikuti teladan Rasul
melakukan apa saja demi keselamatan umat Allah (bdk, Flp 1:23-24)). Paus
Yesus memberi kesadaran bagi katekis dan seluruh umat beriman bahwa
kedekatan dengan diri-Nya memberi semangat bagi katekis untuk lebih mencintai
umat-Nya. Yesus hadir dalam diri umat-Nya terutama mereka yang menjauhkan
diri dari Gereja dan yang kurang mendapat dukungan dalam kehidupan
Mengasihi Allah dan sesama dengan sungguh, selain perintah Yesus, juga
merupakan hal yang sangat penting dihayati oleh seorang katekis agar katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tersebut sungguh menjadi pintu masuk bagi bagi sesama yang berjalan menuju
Sangat jelas dalam artikel di atas dikatakan, bahwa salah satu kekuatan rohani
bagi katekis adalah mengasihi dan membawa sesama kepada kebersatuan dengan
Allah. Bukan hanya diri pribadi katekis yang mendekat kepada Allah tetapi semua
belajar sesuatu tentang Allah, tentang misteri dan rahasia rahmat yang begitu
besar bagi umat-Nya. Menjumpai sesama adalah menjumpai dan menyapa Allah
Yoh, 2:11).
Ekaristi dan Sakramen Tobat, serta berdialog dengan Allah dalam doa-doa
pribadi. Rasul Paulus selalu mengucap syukur dalam segala hal, terutama dalam
Perjamuan Suci (bdk, 1 Kor 10:16; Ef 5:4). Hal ini sangat penting bagi katekis
kekuatan dan menjadi akar dalam diri katekis. Akar yang kuat ini akan
menghidupkan dan memberi semangat baru bagi katekis. Karya pewartaan katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
tanpa doa akan kehilangan jiwa dan semangat rohani dalam diri katekis. Dalam
marilah kita berseru kepada Roh Kudus hari ini, bertekun dalam doa,
karena tanpa doa semua aktivitas kita terancam tidak akan membuahkan
hasil dan pewartaan kita juga menjadi kosong” (EG art. 259). “Tanpa
waktu khusus yang didedikasikan untuk adorasi, untuk perjumpaan penuh
doa dengan Sabda Allah (meditasi), dan untuk percakapan tulus dengan
Allah, karya pelayanan akan mudah sekali jatuh menjadi aktivitas tanpa
makna, kehilangan energi karena berbagai kesukaran hidup (EG art. 262).
Ajakan Paus Fransiskus di atas sangat mendalam dan menyentuh hati katekis juga
umat beriman Kristiani. Kekuatan dasar seorang katekis adalah kedalaman relasi
dengan Allah melalui sakramen, mendengarkan sabda Allah dan doa pribadi
maupun bersama. Dengan doa, katekis akan mampu melakukan tugas pewartaan
dengan baik dan memberi motivasi kepada orang lain dengan semangat rohani
dari Allah sendiri. Seorang katekis yang dekat dengan Allah dapat dirasakan oleh
orang lain.
“Pewarta Kabar Baik yang dipenuhi Roh adalah seorang pendoa sekaligus
pekerja” (EG art. 262). “Sebentuk doa akan menggerakkan kita secara istimewa
guna menerima tugas pewartaan Kabar Baik dan untuk mengusahakan kebaikan
sesama, hal ini disebut doa permohonan” (EG art. 281). Sekali lagi ajakan Paus
Fransiskus ini bagi katekis adalah bahwa doa permohonan sangat penting karena
dengan doa, meditasi, adorasi dan menerima sakramen, katekis tersebut selalu
dipenuhi Roh Kudus dan dengan demikian karya pewartaaan katekese akan di
83
Magisterium Gereja Katolik secara tepat. Katekis akan lebih mampu dan dengan
terbuka dan rendah hati dalam memoho rahmat Allah. Katekis juga harus meminta
tepat, hormat dan lemah lembut, tanpa mengorbankan kebenaran, namun justru
Dari artikel di atas mengatakan bahwa memohon rahmat kerendahan hati dan
selalu berjalan dan bernafas bersama Yesus (hidup dan bergerak bersama Yesus),
dan dengan demikian, dari pribadi katekis sendiri perlu keterbukaan hati dan
membiarkan Yesus mendapat tempat di dalam hati katekis. Untuk semuanya ini
perlu memohon rahmat agar Yesus tidak hilang dari pandangan katekis tetapi
84
Empat hal di atas sangat penting dihidupi dan dimiliki oleh katekis agar
memancar kepada semua orang. Katekis perlu memahami bahwa “misi perutusan
merupakan hasrat cinta akan Yesus dan hasrat cinta akan sesama umat” (EG art.
menentukan cara kita memandang dan berinteraksi dengan dunia atau dapat juga
mengembangkan iman, harapan dan cinta kasih atau mengintegrasikan segala segi
kehidupan ke dalam cara hidup yang secara sadar bertumpu pada iman akan
Yesus Kristus atau pengalaman iman Kristiani dalam situasi konkret” (Lalu,
Yosef, 2007:151).
3. Ketrampilan Katekis
perlu untuk dapat membawa pesan iman dengan baik. Katekis harus memahami
lebih baik apa yang diwartakan kepada umat sehingga umat dapat saling
85
akhirnya menjadi kebiasaan bagi katekis tersebut. “PKKI III di Pacet berpendapat
bahwa salah satu hal yang perlu dimiliki oleh seorang katekis adalah ketrampilan
yang merupakan kepekaan dari seluruh pribadi katekis terhadap apa saja termasuk
situasi konkret, kebutuhan dan visi kristiani” (Lalu Yosef, 2007:95). Katekis juga
mewujudkan hidup Kristiani setiap hari. Karena itu katekis selalu mengadakan
berkehendak menggunakan kita sebagai makhluk yang hidup, bebas dan kreatif
kepada orang-orang lain” (EG art. 151). Kehidupan rohani yang mendalam
86
dekat dengan Allah dan saleh. Bahkan kesalehan seorang katekis juga nampak
Katekis harus memiliki hubungan dekat dengan Tuhan. Untuk dapat lebih
dekat dengan Tuhan, katekis harus berkomunikasi dengan Tuhan yakni melalui
perjumpaan dengan Yesus (doa, meditasi, sakramen), yang dilakukan secara terus-
menerus setiap hari. Bahkan seorang katekis perlu memiliki seni mendengarkan
dalam berkomunikasi karena hal itu merupakan keterbukaan hati sebagai akibat
itu relasi akrab dengan Allah sangat penting bagi katekis; melalui ekaristi, doa
pribadi, meditasi dan refleksi. Dengan mengikuti ekaristi, katekis menjadi lebih
dekat dengan Allah dan umat yang lain. Di dalam ekaristi, katekis juga dapat
merenungkan dan mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus. Dengan doa
pribadi, katekis menjadi lebih sering berkomunikasi dengan Tuhan dan akhirnya
beriman katolik, karena ia harus fasih di dalam hidup doanya. Untuk bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
mendampingi orang lain dalam hal penghayatan iman, para katekis harus
mempunyai kehidupan rohani yang mendalam dan akrab dengan Sabda Allah.
setiap orang di hadapan Allah dan kehidupan mereka dalam rahmat adalah misteri
dan tak ada yang mengetahui” (EG art. 172). Hal ini menunjukkan bahwa relasi
dan kedekatan setiap orang dengan Allah memiliki kualitas yang berbeda karena
itu katekis diharapkan lebih mendalam dan terampil dalam relasi dengan Allah.
sehingga mudah mendengar suara Allah. Demikian juga refleksi setiap hari baik
menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisi
Gereja yang lain serta mampu memadukan nilai-nilai Kristiani dengan nilai-nilai
Katekis juga di ajak untuk akrab dengan Kitab Suci, terampil dalam merenungkan
Kitab Suci bersama keuskupan, paroki, komunitas, dan secara pribadi untuk
membantu tugas pewartaan tetapi lebih dari itu, katekis menjadi lebih tenang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
masyarakat.
mereka satu sama lain melalui media kata-kata” (EG art.142. Ajakan Paus
Fransiskus ini merupakan hal penting yang dituntut dari seorang katekis bahkan
iman kepada orang lain. Oleh karena itu seorang katekis harus memiliki
selalu menuntut katekis untuk menyampaikan pesan dengan baik kepada umat
beriman.
Akan sangat sulit bagi katekis apabila penuh keraguan dan kesulitan untuk
berbicara di depan umum atau kegiatan mengajar banyak orang, baik anak-anak,
kaum muda maupun orang dewasa. Karena itu katekis harus terampil
berkomunikasi atau berbicara di depan banyak orang, tegas dalam kata-kata yang
diucapkan, tidak ragu-ragu dan menarik untuk didengar oleh siapapun. Paus
katekis perlu juga mendengarkan umat beriman dan menemukan apa yang
perlu mereka dengar. Dengan demikian ia belajar dari aspirasi-aspirasi,
kekayaan dan keterbatasan, cara-cara berdoa, mengasihi, melihat hidup
dan dunia, yang membedakannya dari kelompok yang ini atau yang itu
seraya memperhatikan umat yang secara nyata diberi pewartaan,
menggunakan bahasa mereka, tanda-tanda dan simbol-simbol mereka,
menjawab persoalan yang mereka ajukan (EG art. 154).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
hal ini katekis tidak hanya terampil berkomunikasi tetapi juga terampil
umat dan katekis. Oleh karena itu dibutuhkan keberanian dari katekis untuk tidak
Katekis harus belajar untuk menggunakan bahasa yang baik, yang mudah
kehidupan sehari-hari dan akhirnya umat dapat menerima dan mencecap pesan
bahasa yang tinggi yang sulit dipahami tetapi bahasa yang sederhana, bahasa
sehari-hari dan untuk itu katekis perlu berbagi hidup dengan mereka, katekis perlu
90
atau umat sampai kepada suatu tindakan konkret, mampu mengungkapkan diri,
dapat berkomunikasi dengan baik terhadap umatnya tetapi lebih dari itu katekis
harus mampu berkomunikasi dengan para pemuka agama lain sehingga terjalin
jembatan yang menghubungkan antara umat beragama dan akhirnya setiap umat
akan selalu berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat dan saling berpengaruh.
Maka katekis juga perlu memiliki kemampuan untuk menganalisis dan mengenal
terevangelisasi berisi nilai-nilai iman dan bela rasa yang mampu menggerakkan
kebijaksanaan khusus yang harus dihargai dengan penuh syukur” (EG art. 68).
bela rasa, adil, bijaksana dan beriman. Evangelisasi melalui budaya setempat akan
91
Katekis harus berani memadukan kekayaan masa lalu dan masa kita dalam
setempat. Bahkan katekis juga harus mampu atau terampil untuk mewartakan
sabda dengan kreatif dan penuh keindahan karena kekhasan setiap budaya sangat
budaya melalui kesenian dan adat istiadat setempat serta bahasa yang mudah
sesungguhnya menyangkut hidup orang lain” (EG art. 155). Ini merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
kemampuan untuk mengenal situasi budaya umat setempat dan kemampuan untuk
berefleksi tentang apa yang terjadi di masyarakat sehingga dapat lebih cakap atau
terampil dari hati yang membangun kepekaan. Apabila seorang katekis lebih peka
terhadap kehidupan umatnya maka akan lebih mudah untuk melaksanakan karya
pewartaan karena dapat mewartakan Injil dan menemukan nilai-nilai budaya yang
kehidupan konkret
tradisi dan ajaran Gereja serta memiliki spiritualitas yang mendalam, seorang
katekis harus mampu menghubungkan antara isi Kitab Suci yang diwartakan
dengan kehidupan konkret umat setiap hari. Dengan kemampuan dan ketrampilan
berkomunikasi dan berefleksi, katekis harus bisa membaca situasi umat dan
pesan iman tidak hanya membaca Kitab Suci tetapi mampu bersama umat melihat
mengatakan; “Ia hendaknya mampu mengaitkan pesan teks Kitab Suci dengan
suatu situasi manusiawi, dengan suatu yang mereka hayati, dengan suatu
Katekis juga harus balajar membaca teks Kitab Suci dengan metode Lectio
divina di mana ajakan yang dilakukan dari cara membaca seperti ini adalah
membaca berulang-ulang dan membuat suatu pertanyaan kepada diri sendiri atau
93
Artikel di atas menjelaskan bagaimana katekis harus membaca teks Kitab Suci
pengalaman hidup umatnya, agar dapat memahami dan mendapat jawaban akan
apa yang dikehendaki Allah bagi umatnya. Artikel yang berbentuk pertanyaan
sangat menarik bagi seorang katekis untuk memahami situasi dirinya dan umatnya
bacaan Kitab Suci, katekis mampu dan terampil untuk menghubungkan apa yang
menemukan nilai-nilai Kristiani dalam Kitab Suci, ajaran Gereja dan tradisi
manusiawi dari pengalaman dan Kitab suci dan memadukannya, seorang katekis
94
katekis sebagai pewarta dalam pelaksanaan karya pewartaan merupakan hal yang
tantangan zaman ini. Menyadari perkembangan zaman yang semakin maju maka
Gereja dan pribadi katekis itu sendiri turut berperan mempersiapkan katekis untuk
Baik para imam, biarawan/biarawati, dan para rasul awam yang terpanggil untuk
bidang kehidupan.
1. Peran Gereja
dan Gereja sendiri sebagai pelakunya. Keselamatan yang ditawarkan Allah kepada
kita adalah karya kerahiman-Nya dan tak ada usaha manusia, seberapapun
yang menarik kita kepada-Nya” (EG art. 111-112). Maka Gereja memiliki peran
agar dalam dunia pewartaannya memiliki wawasan dan pembekalan agar semakin
95
jawabnya sebagai murid-murid Yesus yang selalu siap diutus untuk mewartakan
rencana Tuhan bagi umat-Nya. Surat Paulus kepada jemaat di Galatia, “Bukan
lagi aku sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal
2:20), semua umat beriman bersatu dengan Allah melalui pewartaan (EG art.
160).
kesaksian tentang Yesus kepada semua umat beriman, Gereja juga menjadi tempat
perjumpaan antara umat dan Allahnya. Gereja menjadi pintu masuk untuk
umum katekese, “tugas utama Gereja adalah mewartakan Allah dan menjadi
dalam diri Yesus Kristus” (Komisi Kateketik KWI, Petunjuk Umum Katekese,
96
umat dengan Allah. Hal ini merupakan inisiatif Allah sendiri yang telah memilih
dirinya, mewartakan Allah kepada setiap umat-Nya karena itu peran Gereja adalah
menjadi pelaku pewartaan itu sendiri. Paus Fransiskus dalam EG sekali lagi
mengatakan;
menjadi Gereja berarti menjadi umat Allah, sesuai dengan rencana agung
kasih dari Bapa Surgawi. Artinya kita harus menjadi ragi Allah di tengah
umat manusia. Kita harus memaklumkan keselamatan Allah ke dunia yang
sakit, yang membutuhkan dorongan, pengharapan, peneguhan. Gereja
menjadi tempat di mana setiap orang merasa diterima, dikasihi, dimaafkan,
dan dibesarkan hatinya untuk menghayati kehidupan Injil yang baik (EG
art. 114).
Artikel di atas sangat jelas mengatakan peran Gereja bagi katekis dan seluruh
tempat di mana Injil diwartakan. Gereja memberi perhatian penuh untuk katekis
yang akan mewartakan Injil kepada umat-Nya. Gereja menjadi tempat perjumpaan
Allah dan umat manusia, memberikan pengharapan kepada mereka yang putus asa
gembala Gereja. Para imam tidak mempunyai cukup waktu untuk mendampingi
iman umat dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain, karena itu sangat
97
dalam situasi zaman ini yang dipenuhi tantangan, bagaimanapun caranya setiap
merupakan katekis bagi para katekis, yang mempunyai peran dan tanggungjawab
serta menyediakan sarana dan dana untuk mendukung karya katekis dalam karya
teladan yang baik bagi katekis yakni melalui homili dan persiapannya. Paus
iman dalam kedekatan dengan Allah. Dengan homili, para imam berperan untuk
mendampingi katekis meskipun secara menyeluruh tetapi isi dan makna homili
mengenai hati umat dan menyentuh sanubari sehingga dapat diteruskan kepada
orang lain, menjadi katekis bagi yang lain. Karena homili juga merupakan bagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
penting dalam liturgi sehingga imam perlu mempersiapkan, baik bahasa dalam
menyampaikannya maupun isi homili yang bisa menggerakkan hati umat untuk
di mana, homili melampaui segala bentuk katekese sebagai saat puncak dialog
(EG art. 137). Para imam merupakan katekisnya katekis yakni mengembangkan
pembekalan dari para gembala Gereja. Para imam harus lebih singkat dalam
homili dan menghindari gaya pidato atau ceramah, karena homili juga merupakan
sebuah persembahan kepada Bapa. Dalam hal ini para imam memberi teladan baik
bagi katekis karena katekis sendiri dipersiapkan untuk berdialog dengan umat
dengan menggunakan bahasa yang baik, singkat namun isinya menyentuh hati dan
dalamnya ada unsur keakraban dengan Allah. “Pada zaman seperti zaman kita,
yang ditandai dengan banyak krisis dan tantangan, yang bahkan dari sel dasar
penghiburan dan kekuatan kepada umat di dalam keluarga kecil setiap manusia”
(bdk, Misericordia et Misera 2016;14). Homili mendorong para murid Tuhan agar
99
sujud dan puji syukur kepada Allah. Homili jangan terlalu panjang dan tidak juga
terlalu singkat tetapi homili yang diharapkan adalah yang isinya dapat
meneguhkan hati pendengar dapat dilakukan pada hari raya, hari minggu,
perayaan baptis, liturgi tobat, perkawinan dan pemakaman (bdk, CT, art. 55).
keterbukaan hati), minat serta perhatian kepada teks yang akan direnungkan. Paus
Hal yang dilakukan para imam dalam persiapan khotbah merupakan teladan bagi
katekis di mana hal-hal praktis seperti ini juga merupakan bekal bagi katekis
katekis baik purna waktu maupun sukarelawan untuk membekali mereka agar
dapat menyapa umat dan menyentuh masyarakat luas dalam pelayanan katekese.
100
sebagai pewarta Injil dan saksi Yesus Kristus ke seluruh dunia (bdk. Luk 24:48-
49; Kis 1:8). “Roh Kuduslah yang memampukan para rasul agar lebih berani
dalam mewartakan Injil dan memberi kesaksian” (Dipanggil Menjadi Saksi Kasih,
Yan Olla, Paulinus, 2008:132). Oleh para imam, katekis dibekali dengan kemauan
beriman.
Itulah sebabnya katekis atau pewarta zaman ini juga harus mengikuti
teladan para rasul yakni mendengarkan bimbingan Roh Kudus sehingga dengan
berlimpah. Keberanian yang diungkapkan dalam sikap berupa tutur kata yang
tegas, jelas dan tanpa takut itu bukan hanya karunia Roh Kudus, tetapi juga
merupakan suatu sikap yang diinspirasikan oleh iman (RM art. 24).
terperangkap dalam kenegatifan (EG art. 59). Untuk persiapan khotbah ini, para
imam, diakon, dan kaum awam perlu menyediakan waktu untuk berkumpul
bersama agar menemukan sarana yang tepat sehingga dapat membawa khotbah
sebagai pewarta adalah juga melalui karya pendidikan. Para katekis hendaknya
101
pastoral, dan Kitab Suci serta ilmu-ilmu penunjang lain seperti psikologi,
seorang katekis mulai dilatih, dibina untuk menjadi pewarta Kabar Sukacita bagi
yang lain, dan sekolah merupakan sumber daya yang paling berharga untuk
yang baik agar dalam tugas pewartaan panyampaian iman dapat dilakukan dengan
Kitab Suci, pastoral, belajar membangun dialog dengan pihak lain dan katekese
serta ilmu humanis lainnya. Semuanya ini akan membantu katekis untuk
umat beriman dapat lebih efektif. Katekis juga perlu memperoleh pengetahuan
tentang manusia dan kanyataan hidup melalui ilmu pengetahuan manusiawi yang
102
lemah menjadi seperti orang yang lemah” (1 Kor, 9:22). Ia tidak pernah mundur
sendiri akan Injil” (EG art. 45). Semuanya ini mengambarkan bahwa katekis
perlu berkembang dalam pembahaman baik tentang Kitab Suci maupun tentang
keterbatasan atau kelemahan dirinya. Karena itu pendidikan khusus untuk katekis
2. Peran Katekis
Kabar Sukacita kepada umat terutama mereka yang belum mengenal Yesus dan
yang menjauhkan diri dari Gereja. Untuk menjadi seorang pelaku evangelisasi,
seorang katekis perlu memiliki keberanian dan ketrampilan untuk hadir di tengah
Beberapa tantangan zaman ini yang mempengaruhi kehidupan umat dan bahkan
mengalami hidup lebih dekat dengan Allah, umat diajak untuk saling berbagi
pengalaman dan membangun kerja sama melalui dialog sehingga relasi, baik
103
Relasi yang mesra atau dekat dengan Allah akan membantu katekis untuk
yang matang akan mampu mengarahkan umat untuk ikut mengatasi tantangan-
tantangan zaman ini seperti pesimisme, di mana umat terkadang merasa minder
untuk terlibat dalam kegiatan bersama, umat juga sulit diajak untuk terlibat dalam
karya pewartaan. Oleh karena itu katekis berperan untuk mengarahkan umat hidup
lebih dekat dengan Allah dan dengan demikian secara perlahan umat akan
memiliki keberanian untuk turut serta dalam karya pewartaan yang diawali
dengan mengajak anggota keluarganya sendiri untuk hadir dalam, misalnya doa-
Injil tanpa kedekatan dengan Allah hanya merupakan suatu pekerjaan kosong
Kita adalah murid-murid misioner. Kita melihat para murid yang pertama
yang langsung sesudah memandang Yesus, pergi keluar untuk
memaklumkan-Nya dengan sukacita: “Kami telah menemukan Mesias”
(Yoh 1:41). Sebelum menyelesaikan dialog dengan Yesus, perempuan
Samaria bahkan sudah menjadi misionaris sehingga banyak orang Samaria
menjadi percaya kepada Yesus, “karena perkataan perempuan itu” (Yoh
4:39). Demikianpun Rasul Paulus......(Kis 9:20, 22:6-21), (EG art. 120).
kedewasaan dalam iman, artinya memiliki relasi yang mendalam dengan Allah
seperti seruan Paus Fransiskus dalam artikel di atas bahwa setiap perjumpaan
Kasih Allah kepada sesamanya. Meskipun ada rasa pesimisme atau minder,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
rendah diri dari sebagian umat, maka peran katekis adalah membangkitkan
kembali rasa percaya diri umat dan sesama katekis agar mampu bangkit dari sikap
itu dan menjadi pelopor Kasih Allah kepada semakin banyak orang. Hal ini
membantu katekis itu sendiri dan umat Allah untuk memiliki rasa kepedulian
terhadap sesamanya dan mau berbagi segala pengalaman hidup mereka dengan
orang di sekitarnya.
perempuan Samaria, Rasul paulus dan banyak nabi lainnya memberi mereka
semangat untuk mewartakan Injil dengan sukacita. Pengalaman seperti inilah yang
juga dialami katekis ketika ada ikatan kedekatan dengan Allah yang akhirnya
pribadi katekis dalam perjumpaan dengan Yesus dapat dialami melalui “doa
pribadi, meditasi sabda Allah, doa adorasi Ekaristi abadi dan sakramen-sakramen”
(EG art. 262). Pengalaman inilah yang memampukan katekis untuk membantu
umat mengarahkan diri kepada Allah dan mampu untuk saling berbagi
Allah, juga katekis bersikap individualisme dan tidak peduli dengan sesamanya
pribadi lebih sering mengurung diri dan merasa nyaman sendiri. Pada saat seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
ini para katekis berperan untuk mengajak lingkungan atau komunitas untuk
pengalaman ini juga melatih seseorang mengenal dunia sekitarnya, baik relasi
antara umat dan katekis, katekis dengan sesama katekis maupun katekis dengan
para kaum klerus atau para imam. Kedekatan dan kesediaan untuk berkumpul
mengambil keputusan yang penting dalam bidang pewartaan untuk para katekis.
pengambilan keputusan.
kembali setiap salib atau penderitaan yang dialami para katekis dalam tugas
Artikel di atas sangat jelas dikatakan bahwa seorang katekis berperan untuk
diatasi secara bersama sehingga tercipta persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
setiap orang untuk saling mengenal suka dan duka hidup sesamanya dan saling
Kehadiran katekis juga memiliki peran bagi umat yang jatuh dalam sikap
hidup relativisme, yang menganggap segala sesuatu yang mereka lakukan adalah
benar meskipun dalam pandangan masyarakat hal itu belum tentu berdampak
baik. Katekis hadir untuk meluruskan pandangan mereka ke arah yang benar.
Dengan perjumpaan dan berbagi pengalaman hidup maka tantangan zaman ini
yang terkadang menjauhkan umat dari sesamanya dapat dikurangi dan setiap
orang dapat hidup saling berdampingan. “Relativisme memang suatu sikap hidup,
di mana umat Allah dapat jatuh dalam menjauhkan diri dari Allah karena
pandangan ini juga menganggap seolah-olah Allah tidak ada, seolah-olah sesama
yang membutuhkan bantuan tidak ada” (bdk EG art. 80). Setiap katekis pasti
keterbatasan itu tidak membuatnya berhenti tetapi tetap maju tanpa menyerah
justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor 12:9). Selalu ada
salib dan penderitaan bagi katekis entah berkaitan dengan sarana, dukungan,
ataupun keluarga namun dalam Kristus, salib selalu membawa kemenangan. (bdk
EG art. 85).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
berperan untuk mendekatkan katekis lain dengan sabda Allah. katekis juga tidak
sebagai anggota Gereja dan masyarakat. Keberadaan katekis di tengah umat juga
menjadi teladan bagi umat beriman dan masyarakat pada umumnya. Teladan
hidup yang diharapkan adalah gaya hidup yang sederhana, terlibat dalam
kebersamaan dan kehidupan rohani yang matang. Keakraban katekis dengan Allah
membantu katekis lain dan seluruh umat Allah untuk juga memiliki kehidupan
rohani yang mendalam (doa, membaca kitab suci, meditasi, kunjungan Sakramen
Hubungan dengan Allah yang mendalam akan membantu katekis untuk mau
dapat dijadikan tolak ukur tugas perutusannya, sebab katekis merupakan orang
beriman yang menjadi contoh atau teladan bagi katekis lain atau umat beriman
lainnya. Katekis juga terbuka kepada karya Roh Kudus yang menginspirasi, yang
Kerja sama melalui dialog juga merupakan bagian dari peran katekis
dalam mengembangkan diri, sesama katekis dan umat yang dilayani. Tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
katekis akan selalu terhubung dengan budaya dan pihak lain, entah keyakinan,
dewasa ini saat jaringan dan sarana komunikasi manusia semakin maju,
kita dapat berbagi pengalaman hidup bersama, berbaur dan bertemu, saling
merangkul dan mendukung satu sama lain. Hal ini merupakan peluang
untuk berjumpa dan mengembangkan solidaritas dengan siapapun, yang
mendatangkan kebebasan dan melahirkan pengharapan (EG art. 87).
Dari artikel di atas Paus Fransiskus mengingatkan agar katekis juga berkembang
dan up-date dengan dunia informatika, karena jaringan komunikasi atau dialog
tidak hanya terjadi dengan tetangga sebelah rumah tetapi dengan sesama umat di
belahan bumi yang jauh. Membuka diri untuk selalu berjumpa dengan sesama
kebebasan. Disamping itu ruang gerak kehidupan dan wawasan katekis dapat
sikap klerikalisme dalam diri para imam dan gaya hidup konsumerisme dari umat
para katekis untuk menghadapinya. Katekis dapat menghadapi setiap tantangan ini
dengan kecakapan dalam berdialog dan membina kerja sama dengan banyak
menggunakan sarana dan jaringan komunikasi zaman ini, yang semakin canggih,
yang dapat membantu manusia untuk hidup berbaur, saling mendukung dengan
109
ini. Semangat dialog ini bukan saja terjadi antara para intelektual tetapi juga
belajar menyapa kaum lemah miskin dan tersisih agar merekapun merasakan
semangat persaudaraan yang penuh kerukunan dan damai. Dalam Surat pertama
damai seorang dengan yang lain...tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib,
hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap
semua orang. Jauhilah segala jenis kejahatan 1 Tes 5:13-15.22). Kutipan Surat
Paulus ini mengajak katekis dan seluruh umat beriman Kristiani untuk
mengusahakan suasana hidup yang rukun dan damai, dengan demikian kualitas
110
BAB IV
zaman ini dalam EG, yang mempengaruhi kehidupan umat manusia terutama
kehidupan umat beriman Kristiani, kegiatan pastoral, baik yang dialami para
tantangan zaman ini dalam dunia pewartaan adalah tetap mewartakan Sukacita
Injil. Untuk menghadapi tantangan-tantangan yang dialami para katekis pada saat
pelaksanaan pewartaan, penulis telah menguraikan pada bab III yakni kebutuhan
pengembangan diri katekis sebagai pewarta berupa, teladan para gembala umat,
tantangan yang dihadapi para katekis dalam dunia pewartaan zaman ini dan
pada bab III, maka penulis pada bab IV ini, mengusulkan kegiatan rekoleksi
pewarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1. Pengertian Rekoleksi
kembali”. Dari kata ini terbentuk kata benda yakni “recollectio” yang berarti
membuat diri kita menjadi terkumpul, utuh kembali, terpusat dan terfokus kembali
hidup Yesus. Yesus adalah manusia utuh, recollected dan spiritual yang hidup
katekis sebagai pewarta adalah usaha melalui doa pribadi maupun bersama,
katekis menjadi pribadi yang berkembang dalam karya pewartaan dan semakin
mampu menjadi pewarta zaman ini dengan meneladani sikap hidup Yesus, penuh
semangat, rela berkorban dan siap melayani bahkan meskipun harus melalui
kembali dengan kesegaran rohani yang baru bagi pribadi katekis itu sendiri dan
melihat apa yang masih perlu untuk pengembangan dirinya dan apa yang harus
zaman ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Dengan kegiatan rekoleksi ini katekis dapat menyadari kembali tugas dan
panggilannya sebagai pewarta yang mewartakan Sukacita Injil dan tidak menjadi
pribadi yang terbagi karena memikirkan berbagai hal tentang dunia melainkan
terfokus pada karya pewartaan dan menghayati dirinya sebagai pribadi yang selalu
media zaman ini sangat besar bagi kehidupan setiap orang terutama katekis dan
hal ini membuat katekis kehilangan jati diri, visi, misi serta tujuan hidupnya
sebagai pewarta. Maka melalui rekoleksi ini, pribadi katekis yang terbagi-bagi
tersebut dapat memusatkan diri kembali pada tujuan pewartaan yang merupakan
menampilkan diri dengan penuh semangat dan melayani semua orang tanpa
mengenal usia terutama mereka yang kurang mendapat perhatian, karena itu para
katekis tidak boleh menampilkan diri seperti orang yang sedang berkabung, yang
membawa sukacita Injil. Beliau juga menekankan bahwa katekis zaman ini perlu
113
melayani umat dan tidak mementingkan kebebasan diri dan hidup santai (bdk EG
ruang dan waktu untuk dapat dibantu dan dibimbing, saling berbagi pengalaman
dalam terang Injil yang akhirnya dapat mengarahkan katekis untuk pengambilan
keputusan yang tepat (bdk EG art. 77). Paus Fransiskus mengatakan “tanpa saat-
saat adorasi yang panjang, saat-saat perjumpaan dengan sabda dalam suasana doa,
saat percakapan tulus dengan Tuhan, kerja kita tanpa arti, lelah dan kehilangan
semangat” (EG art. 262). Sekali lagi Gereja, terutama katekis sungguh
membutuhkan nafas doa yang dalam dan kegiatan rekoleksi inilah hal itu
membuat karya perutusan katekis tersebut bermakna dan tidak menjadi lelah
dalam pelaksanaan tugas sebagai pewarta. Apakah kita selalu menjumpai Yesus
sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak
menjadi lelah” (Yes, 40:31), Kristus adalah Injil yang kekal (Why, 14:6), Dia
“tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya” (Ibr
13:8), namun kekayaan dan keindahan-Nya tiada habisnya (EG art. 11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Sosok katekis zaman ini yang diharapkan adalah seorang katekis yang
teladan Yesus dan terus berkarya memberi kesaksian tentang Yesus. Dalam
kerendahan hati membuka diri bagi kehadiran Allah. Seorang katekis dalam
dihayati, dirayakan dan dijadikan kesaksian. Kitab Suci merupakan sumber utama
evangelisasi” (EG art. 174). Dasar pembinaan katekis adalah Kitab Suci, karena
itu melalui rekoleksi para katekis diajak untuk mendalami dan merenungkan
sabda Allah, selanjutnya adalah sesama manusia dan pengalaman hidup. Sabda
tugas perutusan katekis, menjadi api yang menyemangati para katekis untuk terus
zaman ini. Menghidupi spiritualitas bukan hanya untuk membantu katekis agar
lebih semangat dalam karya pelayanan tetapi mampu menimba kekuatan dari
Allah dan membangun keakrabaan dengan Allah dalam doa dan dalam karya,
panggilan katekis itu sendiri dan tidak ada lagi pewartaan tanpa makna atau beban
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dalam tugas tetapi kerelaan untuk terus memberikan diri sebagai pewarta dalam
menemukan “alasan utama evangelisasi yakni kasih Yesus yang telah diterima,
kekuatan dari Allah sendiri dan kesempatan bagi para katekis untuk berefleksi,
mengalami sukacita dalam diri dan dalam perutusan, melihat kembali perjalanan
karya pewartaan selanjutnya. Melalui kegiatan rekoleksi ini, katekis dibantu untuk
lebih dekat dengan Allah dalam doa. Katekis yang selalu berjumpa dengan Allah
pewarta Injil yang penuh semangat Roh adalah mereka yang berdoa dan bekerja
dan mereka yang memiliki kemampuan memupuk ruang batin yang dapat
memberi makna Kristiani pada komitmen dan kegiatan” (EG art.262). Rekoleksi
menjadi saat di mana para katekis saling memandang dan terutama membiarkan
Yesus memandang diri kita, seperti pandangan Yesus yang begitu dalam kepada
perempuan Samaria (Yoh 4:1-42) dan kepada Natanael “Aku telah melihat engkau
di bawah pohon arah” (Yoh 1:48). Katekis diharapkan dikenal secara pribadi oleh
Yesus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Sosok katekis zaman ini yang diharapkan adalah seorang katekis yang
Injil dengan penuh semangat. Maka tema dan tujuan yang ditentukan dalam
rekoleksi ini adalah tema yang sesuai dengan kebutuhan akan pengembangan diri
katekis sebagai pewarta zaman ini. Tema dan tujuan ini juga diharapkan dapat
pewartaan.
Tujuan Umum : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghadapi
misioner.
bagi katekis sebagai pewarta zaman ini, berisi sub-sub tema yang dapat membantu
tantangan global dengan keberanian dan tetap mewartakan sukacita Injil. Dalam
tema umum ini akan dibicarakan juga tentang pengalaman katekis dalam
perjumpaan dengan Yesus yang membaharui dan sosok katekis yang diharapkan
dalam zaman global ini. Tema ini juga membantu katekis mengembangkan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
kedekatan dengan Allah dalam karya kerasulan yang dijalaninya dan mampu
menghadapi tantangan-tantangan zaman ini. Tema umum ini dibagi lagi menjadi
globalisasi.
Sub tema 2 : Katekis yang memiliki semangat perjumpaan dengan Yesus dan
Sukacita Injil.
Sub tema 4 : Katekis yang siap diutus dan terbuka untuk belajar terus-menerus.
Tujuan : Agar peserta mampu merancang atau membuat suatu niat yang
118
Tema Umum : Pandangan Paus Fransiskus dalam EG sebagai sumber inspirasi bagi katekis sebagai pewarta zaman ini.
Tujuan Umum : Membantu dan memfasilitasi para katekis agar dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan menimba inspirasi
dari EG, sehingga mampu menjadi pewarta yang penuh sukacita dan bersemangat misioner.
No Waktu Judul Pertemuan Tujuan Pertemuan Uraian Materi Metode Sarana Sumber Bahan
1 15 Salam pembuka Agar peserta saling - Doa pembuka - Informasi - Teks - Youtube, Carlos
menit dan pengantar mengenal dan - Ucapan selamat - Gerak dan lagu, Waichilla, diunduh,
memahami maksud datang lagu “Salam 29 November 2017
dan tujuan rekoleksi - Lagu pembuka Jumpa”
diadakan. - LCD
- Laptop
- Speaker
2 90 Sesi I: Agar peserta - Menggali - Informasi - Laptop - Fransiskus. (2014).
menit Katekis yang menyadari dan pengalaman pribadi - Sharing - LCD Evangelii Gaudium.
mampu memahami tantangan - Tantangan-tantangan - Diskusi - Hand out Jakarta; Dokpen
menghadapi zaman ini dalam dunia yang dihadapi katekis kelompok - Lembar KWI
tantangan- pewartaan dan zaman ini diskusi - Madah Bakti 462.
tantangan semakin teguh, - Pengalaman peserta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
120
7 Istirahat malam - - -
8 30 Tema ibadat pagi: Agar peserta, melalui - Renungan - Kitab - Yoh 1:43-51
menit Perjumpaan meditasi kontemplasi terbimbing Suci - Fransiskus. (2014).
pribadi Yesus mampu menjumpai Evangelii Gaudium.
dengan Natanael Yesus dalam doa dan Jakarta; Dokpen
memperoleh kekuatan KWI
untuk tugas perutusan
sebagai pewarta.
9 30 Istirahat (Sarapan - - -
menit pagi)
10 90 Sesi III; Agar peserta mampu - Katekis; berbagi - Informasi - Laptop - Yoh, 4:29
menit Katekis sebagai memaknai tugas sukacita - Sharing - LCD - Yoh, 3:29
pewarta Injil yang panggilannya sebagai - Sukacita; keluar dari - Diskusi - Hand out - Luk, 1:28, 41
penuh sukacita. pewarta dengan hati diri sendiri untuk kelompok - Lembar - Luk 10:17
yang penuh sukacita. berdialog dengan diskusi - Mat 28:19-20
orang lain - Kitab - Fransiskus. (2014).
Suci Evangelii Gaudium.
Jakarta; Dokpen
KWI
- Bhanu Viktoradi, R.
F. (2014), Menjadi
Gereja Yang
Bergelimang
Lumpur.
11 30 Sharing kelompok - - -
menit
12 30 Sharing dalam - - -
menit kelompok besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
13 15 Ice breaking - - -
menit
14 90 Sesi IV: Agar peserta mampu - Siap diutus untuk - Informasi - Laptop - Mrk, 10:21. 46-52
menit Katekis yang siap merancang atau mewartakan Sukacita - Sharing - LCD - Kis, 20:35
diutus dan terbuka membuat suatu niat Injil - Diskusi - Hand out - Fransiskus. (2014).
untuk belajar yang akan dilakukan - Terbuka akan situasi kelompok - Lembar Evangelii Gaudium.
terus-menerus. dalam aksi konkret zaman dan kesediaan diskusi Jakarta; Dokpen
untuk meningkatkan untuk belajar terus- - Kitab KWI
semangat menerus Suci
perutusannya sebagai
pewarta dan kesediaan
untuk belajar terus-
menerus.
15 30 Waktu pribadi Agar peserta mampu Meditasi (doa pribadi - Renunan - Kitab - Memilih salah satu
menit merenungkan tema dan refleksi) pribadi Suci bahan renungan
yang dibarikan dalam - Buku dari keempat sesi
doa dan renungan refleksi
pribadi
16 90 Penutup Merangkum seluruh - Persiapan Ekaristi - Informasi - Laptop - Madah Bakti
menit acara rekoleksi dengan - Perayaan Ekaristi - Menyanyi - LCD
mensyukurinya dalam - Makan siang - Speaker
perayaan Ekaristi - Sayonara
122
3. Jadwal Rekoleksi
19.00-20.30 Sesi 2:
Katekis yang memiliki semangat
perjumpaan dengan Yesus dan terus-
menerus membaharui diri.
20.30-21.30 Waktu pribadi (meditasi & refleksi)
21.30-22.00 Sharing Emaus
22.00-... Istirahat
07.00-08.30 Sesi 3:
Katekis sebagai pewarta Injil yang penuh
sukacita.
08.30-09.00 Sharing kelompok
09.00-09.30 Sharing dalam kelompok besar
09.30-09.45 Ice breaking
09.45-11.15 Sesi 4:
Katekis yang siap diutus dan terbuka
untuk belajar terus-menerus.
11.15-11.45 Waktu pribadi (hening, meditasi)
11.45-12.00 Persiapan Ekaristi
12.00-13.00 Ekaristi
13.00-14.00 Istirahat (makan siang & sayonara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Kegiatan rekoleksi ini direncanakan akan di mulai pada Sabtu sore sampai
Minggu siang. Waktu yang panjang ini bisa dikatakan waktu week end, karena
waktu ini merupakan waktu yang cukup panjang bagi katekis untuk merenungkan
misalnya; di aula paroki, rumah retret atau di tempat lain yang dapat memberi
lebih menarik agar tidak merasa jenu atau bosan bagi para peserta. Rekoleksi ini
menghadirkan tim pendamping yakni imam (Pastor Paroki) dan tim katekis
paroki. Untuk dinamika kelompok dapat diberikan pada saat rekoleksi sebagai
1. Sesi Pembuka
a. Identitas kegiatan
3) Peserta : Katekis
124
b. Pengembangan langkah-langkah
1) Registrasi peserta
apabila ada kegiatan katekis. Registrasi juga dilakukan untuk melihat jumlah
peserta atau seberapa banyak katekis yang ada di paroki baik yang aktif maupun
kita bersyukur dan berterima kasih kepada Tuhan karena kita diberi kesempatan
untuk bertemu dan berkumpul bersama di tempat ini, sebagai satu keluarga,
sebagai saudara yang sama-sama mengimani Kristus sebagai Juru Selamat kita.
Melalui kegiatan rekoleksi ini, para katekis diajak untuk mengenal dan
mengembangkan diri katekis itu sendiri sebagai pewarta di zaman ini. Melalui
Surat Anjuran Paus Fransiskus tentang Sukacita Injil, para katekis diajak untuk
125
dengan Allah serta hidup lebih akrab dengan sabda Allah. Katekis juga
berani menghadapi kesulitan dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh media
3) Doa Pembuka
Allah yang Maha Kuasa dan Kekal, kami bersyukur kepada-Mu atas
rahmat kehidupan dan rahmat panggilan sebagai katekis yang masih Engkau
percayakan kepada kami sampai saat ini. Kami berterima kasih karena
ini kepada-Mu dan memohon rahmat agar kami semakin menjiwai teladan hidup
Yesus Putra-Mua yang terus berkarya untuk membangun Kerajaan Allah. Semoga
selama rekoleksi ini, kami membuka hati kami dengan kerendahan hati untuk
menerima bimbingan Roh Kudus-Mu sehingga kami tetap setia melayani, rendah
hingga akhir, Engkau sendirilah yang memberkati dan mendampingi kami. Semua
doa ini kami mohon kepada-Mu, dengan pengantaraan Yesus Kristus Putra-Mu
yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan dengan Roh Kudus,
126
2. Sessi I
a. Identitas kegiatan
globalisasi.
3) Peserta : Katekis
127
b. Pengembangan langkah-langkah
1) Pengantar
Ibu, Bapak dan saudara, saudari terkasih, dalam sesi I ini kita akan
globalisasi, pada sesi ini, kita akan menggali pengalaman kita selama ini dalam
tugas pewartaan dan tantangan-tantangan yang kita hadapi. Sebagai pewarta, tentu
ada pengalaman yang meneguhkan kita tetapi ada pula pengalaman yang
Maka kesempatan dalam sesi ini kita akan berbagi pengalaman, saling
mengembangkan diri baik dari tema yang diberikan maupun dari pengalaman
perjumpaan kita dengan sesama di lapangan. Dengan diskusi kelompok dan tanya
jawab, kita akan memperdalam tema yang sudah disiapkan dan saling
2) Materi
art. 77-79, dan artikel 81 untuk mengawali perjumpaan sebelum akhirnya berbagi
pengalaman bertolak dari isi artikel tersebut. Secara singkat empat artikel ini
mengatakan tentang kehidupan petugas pastoral atau katekis zaman ini yang
mengalami kesulitan dan pasang surut dalam tugas pelayanannya sebagai pewarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
tantangan zaman ini? Ceritakan pengalaman anda, sebagai pewarta zaman ini!,
apakah tantangan yang anda hadapi dalam tugas pewartaan dan bagaimana
mengatasinya?.
bagian dari perhatian para katekis dalam tugas perutusannya. Berhadapan dengan
mengajak umat beriman untuk tetap membangun rasa peduli terhadap sesama
rekoleksi ini sesama katekis mencoba membangun semangat untuk lebih peduli
terhadap sesamanya dan kepada umat Allah yang mereka layani. Gaya hidup
mengatasi hal ini katekis hadir di tengah umat untuk mengajak umat bahwa gaya
Tantangan itu tidak membuat katekis menjadi lemah tetapi untuk tetap
129
memulai baru. Jangan kita lari dari kebangkitan Kristus, jangan kita pernah
menyerah, apapun yang akan terjadi. Tak ada suatupun yang lebih
daripada hidup-Nya, yang terus mendorong kita untuk maju (EG art. 3).
Fransiskus memberi inspirasi melalui artikel di atas bahwa Allah sendiri melalui
Putra-Nya selalu mendukung kita, mendorong untuk tetap maju dalam tugas
perutusan sebagai pewarta. Seorang katekis jangan pernah menyerah atau timbul
rasa pesimisme dalam diri karena tugas pewartaan merupakan panggilan Allah
dan karena itu Allah sendiri yang terlibat dalam diri katekis khususnya dalam
Para katekis terkadang dipengaruhi oleh kehidupan zaman ini dan jatuh
kebebasan diri, tidak bahagia, minder, kurang terlibat atau menghindari tugas dan
yang dihadapi katekis zaman ini, yang muncul dari dalam diri” (bdk EG art. 78-
79, 81-82). Dan masih banyak tantangan lain yang berasal dari faktor luar,
Gaya hidup seperti ini yang mengarahkan katekis untuk tidak sepenuh hati
kelemahan-kelemahan yang juga kita sadari, tetapi kita jangan pesimisme, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
harus tetap melangkah maju tanpa menyerah dengan mengingat apa yang
Memang kemenangan Kristiani selalu merupakan salib, tetapi salib pada waktu
3. Sesi II
a. Identitas kegiatan
3) Peserta : Katekis
131
8) Sumber Bahan : 1 Te, 2:4, Yoh, 4:1-15, 39, Kis, 9:20, 22:6-21
Dokpen KWI
b. Pengembangan langkah-langkah
1) Pengantar
Ibu, Bapak dan saudara, saudari terkasih dalam Kristus, pada sesi pertama
tadi kita telah menggali bersama situasi atau keadaan katekis zaman ini meurut
pada sesi 2 ini, kita akan merenungkan katekis yang memiliki semangat
2) Materi
yang bahkan merasuki kehidupan para katekis sebagai pewarta, maka Paus
Fransiskus dalam EG, menyadarkan seluruh umat beriman Kristiani terutama para
perjumpaan dengan Yesus atau membuka hati bagi Yesus untuk menjumpai kita
(bdk EG art. 3). Hanya berkat perjumpaan atau perjumpaan yang diperbaharui
dengan kasih Allah, kita berkembang dalam suatu persahabatan dengan Allah, kita
diperkaya oleh Allah dan dibebaskan dari rasa egoisme, karena Allah sendiri
membawa kita melampaui diri kita untuk mencapai kebenaran (bdk EG art. 8).
132
untuk menjawab tantangan-tantangan zaman ini baik yang berasal dari dalam diri
maupun dari luar diri. Katekis diharapkan memiliki semangat perjumpaan dengan
Allah.
merenungkan sabda Allah karena hal ini merupakan salah satu keunggulan
seorang katekis. Katekis yang berjumpa dengan Allah dalam sabda. Dalam EG
Paus Fransiskus mengatakan, “di hadirat Allah, selama merenungkan teks Kitab
Suci, baiklah kita mengajukan beberapa pertanyaan yang mengajak kita untuk
melihat relasi kita dengan Allah melalui sabda-Nya atau melihat maksud Allah
atau apa yang dikehendaki Allah atas kita melalui sabda-Nya tersebut, misalnya,
Tuhan, teks ini mau mengatakan apa kepada saya?” (bdk EG art. 153).
pribadi dengan Tuhan Yesus. Katekis hendaklah mendekati sabda Allah dengan
hati yang sungguh terbuka dan dalam sikap doa sehingga sabda itu secara
Allah dan memberi kesaksian hidup setiap hari sebagai pribadi yang dekat dengan
Allah dan menjadi teladan bagi umat Kristiani lainnya. Sebagai pewarta salah satu
hal yang perlu adalah membangun hubungan pribadi dengan Yesus Kristus
sebagai Guru dan katekis sejati. Berjumpa secara pribadi dengan Yesus akan
133
sesama, baik dijalan, di lapangan kota, selama bekerja dan dalam perjalanan
membicarakan sabda Allah tersebut kepada orang lain. Santo Paulus mengatakan,
menyukakan Allah yang menguji hati kita” (1 Tes, 2:4). Seluruh evagelisasi
(EG, art. 174). Ajakan Paus Fransiskus ini sangat jelas bahwa kekuatan katekis
menimba semangat dari Yesus dalam perjumpaan agar tugas pewartaan bukan lagi
menjadi beban atau merasa tidak bahagia, tetapi lebih semangat dan setia serta
bertahan hidup, mendorong mereka untuk membangun relasi atau dialog dengan
Tuhan secara lebih mendalam. Mereka perlu membangun dialog seperti dialog
134
dengan Yesus dan banyak orang Samaria menjadi percaya kepada-Nya, karena
Samaria dengan Yesus, Rasul Paulus juga mengalami perjumpaan dengan Yesus
dan saat itu juga ia berbalik dari kehidupan lamanya dan memberitakan Yesus
(Kis, 9:20, bdk. 22:6-21), (EG art. 120). Katekis zaman ini banyak menghadapi
persoalan dan tantangan dan kedua tokoh ini yakni Perempuan Samaria dan Rasul
Paulus menjadi inspirasi bagi katekis untuk tetap setia mewartakan Sukacita Injil,
dengan Yesus baru dirasakan dalam perjalanan tugasnya sebagai pewarta. Para
pewarta Injil atau katekis dipanggil juga untuk bertumbuh dan berkembang dalam
karena lewat perjumpaan, katekis dapat menimab kekuatan, inpirasi dan semangat
untuk tugas perutusannya. Apakah kita sebagai pewarta memiliki waktu luang
Allah didengarkan dan dirayakan, yang memperkuat hubungan kita dengan Yesus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
secara batin dan memperoleh kemampuan untuk memberi kesaksian terhadap Injil
dalam kehidupan sehari-hari (bdk EG art. 174). Di dalam Ekaristi, kita juga
Para katekis atau pewarta Injil yang penuh semangat Roh adalah mereka
Allah dan bekerja memberikan kesaksian tentang Injil dalam kehidupan sehari-
panjang, saat-saat perjumpaan dengan sabda dalam suasana doa, saat percakapan
tulus dengan Tuhan, kerja kita menjadi tanpa arti, lelah dan kehilangan semangat”
(EG art. 262). Sekali lagi Gereja, terutama katekis sungguh membutuhkan nafas
doa yang dalam dan memiliki semangat perjumpaan dengan Yesus sehingga
dalam diri katekis selalu terjadi pembaharuan. Dengan adorasi, doa pribadi dan
meditasi, perjumpaan dengan Yesus akan membuahkan hasil yang bermakna bagi
tugas pewartaan.
perutusan bermakna dan tidak menjadi lelah dalam pelaksanaan tugas. Apakah
kita selalu menjumpai Yesus setiap hari? Allah terus-menerus membaharui umat
terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka
berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yes, 40:31), Kristus adalah Injil yang kekal
(Why, 14:6), Dia “tetap sama baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
lamanya” (Ibr 13:8), namun kekayaan dan keindahan-Nya tiada habisnya (EG art.
11). Yesus selalu mampu memperbaharui hidup kita dan masyarakat kita,
kehidupan manusia. Katekis dan smua umat beriman yang selalu ke sumber yang
Yesus akan lebih terbuka dan kreatif untuk menemukan makna hidup yang penuh
harapan.
Untuk mengisi waktu pribadi dan mengarahkan katekis dalam doa pribadi
dan meditasi agar lebih hikmat maka pendamping atau fasilitator memberikan
bahan renungan, yakni Yoh, 4:1-42. Dengan bahan renungan ini, katekis dapat
Sharing Emaus bersifat bebas namun yang berkaitan dengan tema dan
zaman ini dan buah-buah rohani yang diperolah dalam pelaksanaan pewartaan.
bersama dan untuk saling mendukung sebagai pewarta dalam tugas perutusan.
yang mendalam di hati Natanael. Natanael yang baru pertama kali berjumpa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
dengan Yesus ternyata telah dikenal oleh Yesus secara mendalam, Natanael
mengatakan “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nasaret”? (Yoh, 1:46).
Perjumpaan itu mengubah hidup Natanael dan seluruh hidupnya mewartakan Injil
Sebagai katekis atau pewarta zaman ini apabila awalnya hanya sekedar
maka pengalaman Natanael memberi inspirasi agar katekis perlu mengenal Yesus
lebih dekat. Untuk mengenal Yesus, perlu meluangkan waktu dan membaca Kitab
Kehadiran Yesus dalam doa, saat menyantap Tubuh dan Darah-Nya dalam
Yesus dapat mengubah katekis menjadi lebih semangat dalam karya pewartaan
dan semakin berani menghadapi tantangan zaman ini. Paus Fransiskus dalam EG
Nya memandang kita, kita melihat pandangan kasih yang dilihat sekilas oleh
Natanael ketika Yesus berkata kepadanya” Aku telah melihat engkau di bawah
pohon arah” (Yoh, 1:48) (EG art. 264). Kitapun sebagai katekis sangat bahagia
apabila berdiri di hadapan Salib Yesus atau berlutut di hadapan Sakramen Maha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
untuk terus-menerus menjumpai Yesus dalam doa dan dalam merenungkan sabda-
Nya. Katekis selalu menimba kekuatan dari perjumpaan dengan Yesus sehingga
4. Sesi III
a. Identitas kegiatan
3) Peserta : Katekis
8) Sumber bahan : Yoh, 4:29, Yoh, 3:29, Luk, 1:28, 41, Luk 10:17, Mat
b. Pengembangan langkah-langkah
1) Pengantar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Ibu, Bapak dan saudara, saudari terkasih dalam Kristus, pada sesi kedua,
kita telah dibimbing untuk memiliki semangat perjumpaan dengan Allah. Seorang
katekis yang selalu membaharui diri dalam perjumpaan dengan Yesus, akan
mampu mengatasi segala tantangan dalam dirinya dan dalam tugas pewartaannya.
Pada sesi 3 ini, kita akan merenungkan seorang katekis sebagai pewarta Injil yang
2) Materi
hanya dialami oleh diri sendiri tetapi bagi semua orang di sekitar kita. Namun
perkembangan zaman terkadang telah menjauhkan umat dari kasih Allah sendiri.
“Suara Allah tak lagi didengar, sukacita kasih-Nya tak lagi dirasakan, dan
keinginan untuk berbuat baikpun menghilang” (EG art. 2). Katekis dipanggil
kepada dunia zaman ini, yang terluka, sakit, yang hidup hampa tanpa rasa kasih
penduduk lain di kotanya dan mengatakan “Mungkinkah Dia itu Kristus”? (Yoh,
4:29). Injil juga mengajak katekis untuk mengalami sukacita dan berbagi sukacita,
Bunda Maria (Luk, 1:41), ketika Yesus memulai pelayanannya, Yohanes berseru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
“Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh” (Yoh, 3:29), dan masih
banyak perikop lain dalam Kitab Suci yang mengisahkan sukacita karena
kehidupan, terutama pada saat yang sangat sulit. Sukacita menyesuaikan diri dan
muncul dari keyakinan pribadi bahwa dirinya dicintai tanpa batas, melebihi
segala-galanya” (EG art. 6). Seruan Paus Fransiskus di atas mau mengajak umat
lain bahwa semua orang dicintai Allah, dikasihi sesama tanpa batas, sehingga
tidak kehilangan harapan dan tidak menjadi kecil hati. Perjumpaan dengan Yesus
kepada sesama.
b) Sukacita; keluar dari diri sendiri untuk berdialog dengan orang lain.
Keluar dari rasa nyaman dan turut mengalami situasi dunia zaman ini.
Baptislah mereka.....(Mat 28:19-20). Sejak awal Gereja telah di ajak oleh Kristus
memampukan setiap orang untuk lebih peka terhadap situasi kehidupan sesama di
141
perjumpaan dengan orang lain terjadi dialog atau komunikasi iman yang
diharapkan bahwa komunikasi ini merupakan Kabar Sukacita bagi semua orang
yang mendengarnya. Setiap orang yang ingin keluar dari dirinya sendiri memiliki
konsekuensi bahwa apa yang dijumpai belum tentu sesuai harapan maka, sikap
yang perlu dibangun bagi para katekis adalah tidak menutup diri terhadap sesama
di sekitar. Menjumpai orang lain berarti juga menghadapi banyak resiko, seperti
ungkapan Paus Fransiskus “Saya memilih Gereja yang terluka, sakit dan kotor
karena telah pergi keluar ke jalan-jalan, daripada suatu Gereja yang sakit karena
Demikianpun para katekis diajak untuk keluar mewartakan Injil, berdialog dengan
Yesus, Sang Sabda Allah memanggil dan mamilih para murid-Nya tidak
hanya untuk tinggal bersama-Nya tetapi untuk mengutus mereka ke setiap desa
dan kota. Dasar penggilan Yesus kepada para murid-Nya adalah bahwa Yesus
sendiri juga merupakan seorang utusan Allah, seperti ungkapan berikut “Marilah
kita pergi ke kota-kota yang berdekatan supaya Aku memberitakan Injil, karena
untuk itu Aku telah datang (Mrk, 1:38). Bahkan perutusan itu tidak hanya berlaku
untuk kedua belas murid tetapi bahkan tujuh puluh dua murid lainnya juga diutus
Yesus (Luk 10:17). Orang miskinpun menjadi tempat pelayanan Yesus dan para
murid diutus juga kepada kaum miskin dan orang-orang kecil (bdk, EG art. 21).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Pewartaan Kabar Sukacita Injil tidak berhenti pada setelah kenaikan Yesus
tugas pewartaan (Yoh, 16:7), janji itu terpenuhi saat Roh Kudus turun atas diri
Para Rasul pada peristiwa Pentakosta (Kis, 2:1-13). Demikianpun saat ini dalam
Katekis yang keluar dari dirinya untuk mewartakan Injil akan semakin mampu
sharing dan berbagi pengalaman sehingga semua peserta dapat diperkaya oleh
Berisi gerak dan lagu untuk kembali menyegarkan suasana dan menambah
semangat para peserta yang hadir. Ice breaking diisi dengan lagu dan video chiken
dance. Ice breaking ini dipandu langsung oleh pendamping atau fasilitator.
mengikuti alunan musik dan gerakan para pedamping. Ice breaking ini
disesuaikan dengan waktu yang ada karena hanya sebatas selingan, pilihan untuk
5. Sesi IV
a. Identitas kegiatan
1) Tema : Katekis yang siap diutus dan terbuka untuk belajar terus-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
menerus
3) Peserta : Katekis
b. Pengembangan langkah-langkah
1) Pengantar
Ibu, Bapak dan saudara, saudari terkasih dalam Kristus, setelah kita
sukacita dengan orang lain, karena perjumpan kita dengan Yesus. Kini pada sesi
keempat, kita akan membangun niat dan melihat ke depan, apa yang harus dan
akan kita lakukan dalam tugas perutusan kita sebagai pewarta. setelah kita
dibaharui, kita ingin pergi keluar, diutus sebagai pewarta yang dipenuhi Roh,
2) Materi
144
doa di mana kita semakin berakar kuat dalam relasi dengan Tuhan, sebagai katekis
adanya keyakinan yang kuat bahwa dengan berdoa dan berjumpa dengan Yesus,
maka segala karya pewartaan menjadi bermakna dan tidak sia-sia. Yesus
menghendaki agar para pewarta menyampaikan Kabar Sukacita Injil tidak hanya
259). Katekis siap diutus dengan dijiwai Roh Allah sendiri di mana adanya
dorongan, motivasi, semangat dalam tugas pewartaan dan tidak takut akan
harapan bahwa Allah sendiri akan membantu setiap kesulitan katekis dalam
sukacita, kemurahan hati dan kasih yang tak terbatas dan Roh Kudus sendiri
bernyala di dalam hati seorang pewarta. Evangelisasi yang penuh semangat adalah
evangelisasi yang dibimbing oleh Roh Kudus karena Dia adalah jiwa Gereja yang
Seorang katekis yang siap diutus untuk mewartakan Kabar Sukacita Injil,
hendaklah belajar dari teladan Sang Guru yakni Yesus Kristus sendiri bahwa
pribadi yang sangat dirindukan dan diharapkan. Yesus menjadi model pilihan
145
setiap pribadi. Jika Dia berbicara, Dia memandang dengan penuh belaskasih dan
perhatian yang sangat dalam, misalnya; “Yesus memandang dia dan menaruh
kasih kepadanya” (Mrk 10:21), ketika Dia mendekati orang buta (bdk, Mrk 10:46-
52), makan dan minum bersama para pendosa (bdk, Mrk, 2:16) dan masih banyak
teks lain yang menggambarkan kasih sayang Yesus kepada umat-Nya dalam karya
mengikuti teladan hidup-Nya, maka ketika katekis siap diutus, katekis tersebut
mampu berbagi kehidupan dengan banyak orang, siap mendengarkan segala suka
duka hidup umat, membantu segala kebutuhan umat baik materi maupun segi
rohani, bersukacita dengan mereka yang bersukacita dan menangis dengan mereka
sebagai kewajiban bukan suatu beban yang berat, tetapi merupakan keputusan
pribadi untuk membawa sukacita bagi orang lain dan memberi identitas diri
sebagai pewarta (bdk, EG art. 269). “Saya adalah perutusan di atas bumi ini,
itulah alasan mengapa saya berada di dunia ini. Kita harus mengenal diri kita
sebagai yang harus dimeteraikan atau diberi merek, dengan api untuk suatu
katekis zaman yang siap diutus dan siap menghadapi tantangan zaman ini (bdk,
EG art. 273).
146
mengatakan; “bilamana mata kita terbuka untuk mengakui sesama dan melihat
perubahan dalam kehidupan masyarakat, kita bertumbuh dalam terang iman dan
pengetahuan tentang Allah dan tentang teknologi yang semakin maju. Sebagai
pewarta, jika kita ingin maju dalam kehidupan rohani dan semakin mantap dalam
tugas perutusan, kita harus terus menjadi para misionaris, keluar dari diri sendiri
pikiran dan hati, membuka wawasan baik rohani maupun jasmani, membuat kita
semakin peka akan karya-karya Roh Kudus dan membawa kita keluar dari
Katekis yang diutus ke dalam situasi dunia zaman ini perlu memiliki
sukacita itu merupakan kebahagiaan seorang katekis, seperti kata Rasul Paulus,
menambah wawasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan lebih kreatif dan terampil
dalam mewartakan iman. Ketika katekis siap diutus maka disertai juga dengan
147
dalam kehidupan masyarakat dengan budaya yang berkembang zaman ini, dan
e) Ekaristi (12.00-13.00)
buah-buah rohani, harapan dan niat-niat yang akan dibangun untuk pelaksanaan
atau doa umat. Kegiatan rekoleksi diakhiri dengan dengan perayaan Ekaristi yang
rekoleksi ini. Semoga buah-buah rohani selama rekoleksi dan perjumpaan kita
dengan Yesus serta pengalaman yang kita bagi bersama menambah semangat dan
dukungan bagi tugas kita sebagai pewarta zaman ini bahwa tantangan global tidak
melemahkan semangat kita untuk terus mewartakan Injil, kehadiran kita akan
semangat, berani dan penuh sukacita. Terimakasih. Sesudah Ekaristi, kita akhiri
148
BAB V
PENUTUP
Hasil penulisan skripsi ini, sangat penting untuk dipelajari oleh katekis dan
sebagai pewarta. Dalam usaha mencapai tujuan penulisan skripsi ini, maka
pembahasan dari bab II sampai bab IV berisikan hal-hal yang sangat menarik
untuk dipelajari dan direnungkan oleh katekis. Penulis telah memaparkan hal-hal
pokok dalam EG yang merupakan inspirasi bagi para katekis sebagai pewarta
zaman ini dalam dunia pewartaan. Maka pada bab V ini penulis akan menarik
kesimpulan yang akan memudahkan pemahaman terhadap seluruh isi skripsi ini
dan memuat beberapa saran untuk memanfaatkan hasil penulisan skripsi ini serta
A. Kesimpulan
biarawati, para imam dan para katekis awam. katekis dan tugas perutusannya.
mana umat yang mereka hadapi adalah umat yang hidup di zaman ini sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
tugas dan peran katekis adalah mengarahkan umat untuk memiliki semangat
perjumpaan dengan Yesus maka segala tantangan yang ada dapat diatasi.
perjumpaan dengan Yesus menjadi kendor dan kurang semangat serta tidak
bahagia dalam pelayanan. Katekis juga mengalami krisis identitas diri sehingga
tugas perutusan dirasa seperti beban bukan suatu panggilan. Situasi seperti ini
perlu disikapi secara bijaksana oleh Gereja dan katekis itu sendiri untuk
beriman dalam menghayati imannya. Katekis perlu dibimbing dan dibina serta
umat dan menghayati penggilannya sebagai pewarta. Maka katekis perlu menggali
pengembangan dirinya agar termotivasi untuk menjadi pewarta zaman ini yang
bertemu Yesus dalam doa, agar setiap umat mengalami sukacita Injil. Katekis
beriman dan tantangan dalam dunia pewartaan. Namun terlebih dahulu katekis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
memiliki batin yang penuh sukacita sehingga sukacita yang diwartakan bukan
spiritualitas dan ketrampilan serta situasi budaya masyarakat zaman ini. Beliau
membangun dialog yang baik dengan semua pihak. Semua itu dilakukan untuk
untuk tetap memiliki semangat melayani umat dan mampu menghadapi tantangan
zaman ini.
dengan mengurangi sikap egoisme, kebebasan diri dan berani keluar dari rasa
maju, yang tidak hanya menawarkan nilai-nilai positif tetapi juga nilai negatif,
tantangan yang dihadapi, seorang katekis tetap penuh sukacita mewartakan Injil,
kaum muda yang kehilangan arah hidup, para lansia yang kurang mandapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
perhatian dan semua umat Allah. Katekis diajak untuk menjadi teladan bagi umat
sebagai pewarta sangatlah penting karena situasi zaman ini menuntut katekis
kehadiran Allah. Katekis juga mengajak umat untuk menjumpai Allah dalam
katekis untuk lebih berani berkorban dan siap melayani, rendah hati, dan
evangelisasi baru yang ditandai dengan sukacita Injil, di mana para katekis dan
umat beriman selain berperan sebagai pewarta Injil juga terbuka untuk diwartai
Allah, salah satunya melalui kegiatan rekoleksi bersama. Kegiatan rekoleksi ini
membantu katekis lebih terbuka untuk mengembangkan diri demi pelayanan yang
lebih baik terhadap umat. Program kegiatan rekoleksi ini membantu katekis untuk
152
B. Saran
Penulis pada bagian ini akan mengajukan beberapa saran sebagai upaya
1. Bagi Katekis
semangat adalah mereka yang berdoa dan bekerja” (EG art. 262), “seorang murid
adalah mereka yang siap mempertaruhkan seluruh hidup mereka, bahkan sampai
menerima kemartiran untuk memberikan kesaksian bagi Yesus Kristus‟ (EG art
24). Dengan artikel di atas, penulis menyarankan agar katekis perlu menimba
inspirasi dari Paus Fransiskus dengan menggali dan mendalami serta mempelajari
mengadakan perjumpaan dengan Yesus dan penuh sukacita serta setia kepada
tugas pewartaan.
2. Bagi Gereja
“Evangelisasi adalah tugas Gereja dan Gereja itu sendiri sebagai pelaku
evangelisasi” (EG art. 111). Dengan pernyataan Paus Fransikus di atas, penulis
menyarankan agar Gereja terutama para uskup, para imam dapat mengurani sikap
klerikalisme terhadap kaum awam karena sebagai pelaku evangelisasi, juga perlu
memiliki kemampuan untuk bekerja sama baik dengan para uskup, imam maupun
sesama katekis. Katekis bersama para imam juga perlu menimba inspirasi dari
153
“Kita semua dipanggil untuk bertumbuh dalam karya kita sebagai pewarta
Injil. Kita ingin mendapatkan pelatihan yang lebih baik, dan membiarkan orang
lain menyampaikan Kabar Sukacita kepada kita” (EG art. 121). Ajakan Paus
Fransiskus ini memberi saran kepada katekis untuk bertumbuh menjadi pewarta
Injil yang lebih baik dan terbuka untuk menerima pewartaan Injil dari orang lain.
Penulis menyarankan agar Prodi PAK, memberikan waktu yang lebih banyak bagi
calon katekis untuk mendalami berbagai dokumen Gereja terutama dokumen EG,
di mana dokumen EG memberi banyak inspirasi bagi calon katekis agar dapat
pewartaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
DAFTAR PUSTAKA
155
Provinsi Gerejani Ende. (1995). Katekismus Gereja Katolik. (P. Herman Embuiru,
Penerjemah). Indonesia: Keuskupan Agung Ende. (Dokumen asli
diterbitkan tahun 1993)
Suseno Magiz F. (2012). Globalisasi: Tantangan bagi Integirtas Kita, Pewartaan
di Zaman Global (editor oleh B.A. Rukiyanto). Yogyakarta: Kanisius.
Tornielli Andrea. (2014). Fransiskus Paus Dari Dunia Baru, Jakarta; Gramedia.
V. Indra Sanjaya, (2011). Belajar Dari Yesus “Sang Katekis”, Yogyakarta
Kanisius.
Yan Olla, Paulinus. (2008). Dipanggil Menjadi Saksi Kasih. Yogyakarta;
Kanisius.
Yohanes Paulus II. (1991). Redemptoris Missio (Seri Dokumen Gerejawi No 4.
Frans Borgias & Alfos S. Suhardi, Penerjemah). Jakarta: Departemen
Dokumentasi dan Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia.
(Dokumen asli diterbitkan tahun 1990).
______. (1992). Catechese Tradendae (Seri Dokumen Gerejawi No 28.
(R. Hardawiryana, Penerjemah) Jakarta; Departemen Dokumentasi dan
Penerangan Konferensi Waligereja Indonesia. (Dokumen asli diterbitkan
tahun 1979).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Isi artikel 77
Sebagai anak-anak zaman ini, kita semua bagaimanapun juga
dipengaruhi oleh budaya globalisasi yang , selain menawarkan kita nilai-
nilai dan kemungkinan-kemungkinan baru, juga dapat membatasi,
mengkondisikan dan akhirnya membahayakan kita. Saya sadar bahwa kita
perlu menciptakan ruang-ruang di mana para pekerja pastoral dapat
dibantu dan dibimbing, “tempat-tempat di mana iman akan Yesus yang
disalibkan dan bangkit diperbarui , di mana persoalan-persoalan yang palin
besar dan kekhawatiran sehari-hari dibagikan, di mana diskresi yang lebih
dalam tentang pengalaman-pengalaman dan hidup kita sendiri dilakukan
dalam terang Injil, dengan tujuan mengarahkan keputusan-keputusan
indvidual dan sosial menuju kebaikan dan keindahan. Sekaligus saya ingin
meminta perhatian atas godaan-godaan tertentu yang secara khusus
dewasa ini mempengaruhi para pekerja pastoral.
(1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Isi artikel 78
Saat ini kita sedang menyaksikan dalam diri banyak pekerja
pastoral, termasuk para biarawan dan biarawati, perhatian berlebihan akan
kebebasan pribadi dan hidup santai, yang menjadikan mereka melihat
karya mereka sebagai suatu tambahan belaka pada hidup mereka, seolah-
olah karya itu bukanlah bagian dari identitas mereka sendiri. Pada saat
yang sama, kehidupan dipadukan dengan beberapa momen olah
kerohanian yang dapat memberikan kenyamanan tertentu tetapi tidak
mendorong perjumpaan dengan sesama, keterlibatan dengan dunia atau
gairah untuk evangelisasi. Akibatnya seseorang bisa mengamati pada
banyak pelaku evangelisasi, meskipun mereka berdoa, penekanan pada
individualisme, krisis identitas dan kendurnya semangat. Ketiga hal buruk
ini saling menyulut satu sama lain.
3. Isi artikel 79
Kadang-kadang budaya media kita dan beberapa lingkaran
intelektual menyampaikan skeptisme berkaitan dengan pesan Gereja,
bersamaan dengan sinisme tertentu. Akibatnya banyak pekerja pastoral,
meskipun mereka berdoa, mengidap semacam rasa rendah diri yang
membuat mereka menisbikan atau menyembunyikan identitas Kristiani
dan keyakinan mereka. Hal ini menyebabkan suatu lingkaran setan.
Mereka menjadi tak bahagia dengan siapa diri mereka dan apa yang
mereka lakukan; mereka tidak dapat mengidentifikasi dengan pengutusan
evangelisasi mereka dan hal ini melemahkan komitmen mereka. Mereka
akhirnya memadamkan sukacita pengutusan dengan semacam obsesi
menjadi seperti orang lain. Karya evangelisasi mereka dengan demikian
dijalankan dengan terpaksa, dan mereka memberikan sedikit tenaga dan
sangat sedikit waku untuk itu.
(2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Isi artikel 81
Pada saat kita paling membutuhkan dinamisme misioner yang akan
membawa garam dan terang ke dunia, banyak kaum awam takut bila
mereka diminta untuk melakukan beberapa karya kerasulan dan mereka
berusaha menghindari tanggung jawab apapun yang bisa merampas waktu
senggang mereka. Misalnya saat ini sangat sulit menemukan para katekis
paroki terlatih yang mau bertahan dalam karya pelayanan ini untuk
beberapa tahun. Sesuatu yang mirip juga kadang terjadi pada para imam
yang terobsesi dengan melindungi waktu senggang mereka. Hal ini
seringkali disebabkan kenyataan bahwa orang merasakan kebutuhan
mendesak untuk menjaga ruang kebebasan pribadi mereka, seolah-olah
tugas mewartakan Injil adalah racun yang berbahaya, bukan tanggapan
sukacita atas kasih Allah yang mengutus kita dan membuat kita terpenuhi
dan produktif. Beberapa orang malahan menolak mengalami sukacita
pengutusan sepenuhnya dan diliputi sikap apatisyang membuat tak
berdaya.
(3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1
(4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 2
Gambar 3
(5)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4
(6)