Anda di halaman 1dari 136

HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS

DENGAN KEBERSYUKURAN PADA


JEMAAH PENGAJIAN MAJELIS
TAKLIM USTAZ KEMBAR

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan
Program Sarjana (S1) pada Program Studi Psikologi

Dosen Pembimbing:
Prahastia Kurnia Putri, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Oleh:
Gilang Tri Prayogo Yusuf
46117110073

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS PSIKOLOGI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
2021

https://lib.mercubuana.ac.id/id
i

https://lib.mercubuana.ac.id/id
ii

https://lib.mercubuana.ac.id/id
iii

https://lib.mercubuana.ac.id/id
iv

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT yang senantiasa
menganugerahkan rahmat dan karunianya kepada penulis serta semuanya. Atas
izin dan rida dari Allah SWT, sekarang ini penulis telah berhasil menyelesaikan
karya skripsi penulis ini dengan hasil positif dan terbaik. Untuk karya skripsi ini,
penulis memberikan judul “Hubungan Antara Religiositas dengan
Kebersyukuran pada Jemaah Pengajian Majelis Taklim Ustaz Kembar”.
Karya skripsi penulis ini Alhamdulillah sudah diselesaikan dengan hasil positif dan
terbaik guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana
Psikologi (S.Psi) pada program studi Psikologi di Universitas Mercu Buana Jakarta.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis merasa sangat bersyukur dan
bahagia atas segala hal baik dan positif dari berbagai pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi saya ini dengan hasil positif dan terbaik. Dalam hal ini,
penulis menyampaikan ucapan serta rasa terima kasih yang tulus dan sedalam-
dalamnya kepada :

1. Allah SWT yang telah meridai dan memberikan izin kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan karya skripsi ini dengan hasil sangat baik, positif dan
terbaik.

2. Dekan Fakultas Psikologi, Wakil Dekan Fakultas Psikologi, Ketua Program


Studi Fakultas Psikologi, Sekretaris Program Studi Fakultas Psikologi,
seluruh Dosen serta Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Buana.

3. Ibu Prahastia Kurnia Putri, S.Psi, M.Psi, Psikolog., selaku dosen


pembimbing tugas akhir yang sangat hebat ‘Best of The Best’, yang telah
banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, dan waktunya
dalam penyusunan skripsi penulis. Sehingga karya skripsi penulis ini dapat
selesai dengan hasil sangat baik, positif dan terbaik.

4. Nadea Ajeng Gunarsih Yusuf, selaku adik penulis yang sangat tersayang
dan sangat tercinta.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
v

5. Ustaz Muhammad Adi Yusuf dan Ustaz Muhammad Alwi Yusuf, selaku
pembimbing Majelis Taklim Ustaz Kembar.

6. Terkhusus, Bu Melani, Bu Irma, Bu Intan, Bu Arfi, Bu Qisthi, Pak Dhani,


Pak Sabir, Mas Dika, Mba Tiwi.

7. Terkhusus, Eyang Kakung, Pakde Heru, Mba Ai, Mas Yunan, Mba Yunun.

8. Terkhusus, Ms Asih, Ms Nanda, Pak Iwan, Pak Ramdhan, Pak Nisvo.

9. Terkhusus, Mas Bayu, Chandra, Akbar, Zalilah, Mustaqim, Yozua, Mba


Lina, Hutami, Kak Nissa, Daffa.

10. Sahabat-sahabat penulis angkatan 31 yang semuanya adalah orang yang


sangat hebat dan ‘Best of The Best’ dalam hal baik dan positif.

11. Serta pihak-pihak lainnya yang mohon maaf tidak penulis sebutkan dalam
kata pengantar ini, tetapi tidak mengurangi rasa terima kasih penulis yang
tulus dan sedalam-dalamnya.

Alhamdulillah Allah SWT selalu memberikan keberkahan, kebaikan,


keberlimpahan, dan kebahagiaan untuk semuanya. Doa baik penuh perasaan positif
dari penulis senantiasa untuk semuanya.

Jakarta, 6 September 2021


Penulis,

https://lib.mercubuana.ac.id/id
vi

THE RELATIONSHIP BETWEEN RELIGIOUSITY AND

GRATITUDE OF ‘JEMAAH PENGAJIAN

MAJELIS TAKLIM USTAZ KEMBAR’

Gilang Tri Prayogo Yusuf; Prahastia Kurnia

Putri, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Mercu buana University

Abstract

The researcher assumes that by regularly attending ‘Pengajian Majelis Taklim’, it


will make the individual know more deeply about the religion of Islam which is
believed to surely lead him to the path of truth—the path that is blessed by Allah
SWT. Therefore, this religious activity will increase the individual level of
religiosity and gratitude. This study used a purposive sampling technique on 139
‘Jemaah’ who regularly attend the ‘Majelis Taklim Ustaz Kembar’, Bogor. To
measure religiosity, the researcher used The Centrality of religiosity scale (CRS)
created by Huber dan Huber (2012), modified by Purnomo dan Suryadi (2018),
then modified by Putra (2020), then modify by the researcher. For measuring
gratitude, the researcher used The Gratitude Questionnaire-Six-Item Form (GQ-6)
created by McCullough et al. (2002), then modify by the researcher. The
Kolmogorov-Smirnov normality test in this study has a sig value. 0.200, Pearson
correlation test in this study is 0.532 with a sig value. 0.000 < 0.05. Finding of this
research is religiosity has positive correlation with gratitude among ‘Jemaah
Majelis Taklim’. In this study, there were also other interesting findings,
specifically that there was no correlation between Frequency Aspect of Gratitude
with Religiosity (sig. 0.586 > 0.05). Furthermore, it is also known that there is no
correlation between Ideology Dimension of Religiosity with Frequency Aspect (sig.
0.054 > 0.05), Span Aspect (0.072 > 0.05) and Density aspect (0.128 > 0.05) of
Gratitude. These results indicate that a sense of gratitude towards Allah SWT with
a sense of gratitude for the good things that have been obtained by individual in
their lives is a separate thing.

Keywords : Religiosity, Gratitude, Jemaah, Pengajian, Majelis Taklim

https://lib.mercubuana.ac.id/id
vii

HUBUNGAN ANTARA RELIGIOSITAS DENGAN KEBERSYUKURAN

PADA JEMAAH PENGAJIAN MAJELIS TAKLIM USTAZ KEMBAR

Gilang Tri Prayogo Yusuf; Prahastia Kurnia

Putri, S.Psi., M.Psi., Psikolog.

Universitas Mercu Buana

Abstrak

Peneliti mengasumsikan dengan rutin mengikuti Pengajian Majelis Taklim akan


menjadikan para Jemaah-nya makin mengetahui secara mendalam terkait agama
Islam yang diyakini akan menuntunnya ke jalan kebenaran—jalan yang diridai oleh
Allah SWT. Oleh karena itu, kegiatan keagaamaan ini diprediksikan dapat
meningkatkan tingkat Religiositas dan Kebersyukuran dari individu. Penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling pada 139 Jemaah Majelis Taklim Ustaz
Kembar, Bogor. Peneliti menggunakan Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang
diciptakan oleh Huber dan Huber (2012), dimodifikasi oleh Purnomo dan Suryadi
(2018), lalu dimodifikasi oleh Putra (2020), yang selanjutnya dimodifikasi oleh
peneliti untuk mengukur Religiositas. Sementara itu, peneliti menggunakan The
Gratitude Questionnaire-Six-Item Form (GQ-6) yang diciptakan oleh McCullough
dkk. (2002), yang selanjutnya dimodifikasi oleh peneliti untuk mengukur
Kebersyukuran. Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dalam penelitian ini
mempunyai nilai sig. 0.200, selanjutnya untuk uji korelasi pearson pada penelitian
ini senilai 0.532 dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Sehingga, diketahui bahwa ada
korelasi positif antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis
Taklim. Pada penelitian ini juga terdapat temuan menarik lainnya, yaitu ditemukan
bahwa tidak terdapat korelasi antara Frequency Aspect dari Kebersyukuran dengan
Religiusitas (sig. 0.586 > 0.05). Selanjutnya, juga diketahui bahwa tidak terdapat
korelasi antara Ideology Dimension dari Religiusitas dengan Frequency Aspect
(sig. 0.054 > 0.05), Span Aspect (0.072 > 0.05) dan Density aspect (0.128 > 0.05)
dari Kebersyukuran. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasa Kebersyukuran
terhadap Allah SWT dengan rasa Kebersyukuran atas hal-hal baik yang telah
diperoleh individu dalam kehidupannya merupakan suatu hal yang terpisah.

Kata Kunci : Religiositas, Kebersyukuran, Jemaah, Pengajian, Majelis Taklim

https://lib.mercubuana.ac.id/id
viii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................i
PENGESAHAN TUGAS AKHIR...........................................................................ii
PENGESAHAN SIDANG TUGAS AKHIR.........................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iv
ABSTRACT..............................................................................................................vi
ABSTRAK..............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii
BAB I .................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 8
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 9
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9
1.4.1. Manfaat Teoretis ................................................................................. 9
1.4.2. Manfaat Praktis ................................................................................... 9
BAB II .............................................................................................................. 10
2.1. Religiositas .............................................................................................. 10
2.1.1. Definisi Religiositas .......................................................................... 10
2.1.2. Dimensi-Dimensi Religiositas ........................................................... 10
2.1.3. Fungsi-Fungsi Religiositas ................................................................ 14
2.1.4. Tipe-Tipe Individu dengan Religiositas ............................................. 16
2.1.5. Faktor-Faktor Religiositas ................................................................. 18
2.2. Kebersyukuran ........................................................................................ 20
2.2.1. Definisi Kebersyukuran..................................................................... 20
2.2.2. Aspek-Aspek Kebersyukuran ............................................................ 21
2.2.3. Fungsi-Fungsi Kebersyukuran ........................................................... 23
2.2.4. Faktor-Faktor Kebersyukuran ............................................................ 26
2.3. Majelis Taklim ........................................................................................ 28
2.3.1. Definisi Majelis Taklim..................................................................... 28

https://lib.mercubuana.ac.id/id
ix

2.3.2. Fungsi-Fungsi Pengajian Majelis Taklim ........................................... 29


2.3.4. Jemaah Majelis Taklim ..................................................................... 30
2.4. Majelis Taklim Ustaz Kembar ................................................................. 31
2.4.1. Sejarah Majelis Taklim Ustaz Kembar .............................................. 31
2.4.2. Visi dan Misi Majelis Taklim Ustaz Kembar ..................................... 33
2.4.3. Tujuan Didirikannya Majelis Taklim Ustaz Kembar .......................... 33
2.4.4. Peran Majelis Taklim Ustaz Kembar bagi Masyarakat ....................... 34
2.4.5. Waktu dan Kajian Keagamaan Majelis Taklim Ustaz Kembar ........... 34
2.4.6. Motivasi Jemaah Mendatangi Majelis Taklim Ustaz Kembar ............. 35
2.4.7. Karakteristik Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar ......................... 35
2.4.8. Rangkaian Pelaksanaan Kegiatan Majelis Taklim Ustaz Kembar ....... 36
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................................... 37
2.5. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 39
BAB III ............................................................................................................. 42
3.1. Metode dan Rancangan Penelitian ........................................................... 42
3.1.1. Metode Penelitian ................................................................................. 42
3.1.2. Variabel Penelititan ........................................................................... 42
3.2.1. Variabel X......................................................................................... 42
3.2.2. Variabel Y......................................................................................... 43
3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................................. 44
3.3.1. Populasi ............................................................................................ 44
3.3.2. Sampel .............................................................................................. 44
3.3.3. Teknik Sampling ............................................................................... 44
3.4. Instrumen Penelitian............................................................................. 45
3.4.1. Skala Religiositas .............................................................................. 45
3.4.2. Skala Kebersyukuran ........................................................................ 46
3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur......................................................... 47
3.5.1. Validitas Alat Ukur ........................................................................... 47
3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur ....................................................................... 50
3.6. Analisis Data Penelitian ........................................................................... 51
3.6.1. Analisis Data Deskriptif .................................................................... 51
3.6.2. Teknik Uji Normalitas ....................................................................... 51

https://lib.mercubuana.ac.id/id
x

3.6.3. Teknik Uji Korelasi ........................................................................... 51


3.6.4. Uji Hipotesis ..................................................................................... 52
3.7. Prosedur Penelitian .................................................................................. 52
3.7.1. Tahap Perencanaan............................................................................ 52
3.7.2. Tahap Pelakasanaan .......................................................................... 53
3.7.3. Tahap penyelesaian ........................................................................... 53
BAB IV ............................................................................................................. 54
4.1. Gambaran Umum Partisipan pada Penelitian............................................ 54
4.2. Data Deskriptif Alat Ukur Religiositas dan Kebersyukuran ...................... 56
4.2.1. Deskripsi Religiositas ........................................................................ 57
4.2.2. Deskripsi Kebersyukuran .................................................................. 58
4.3. Hasil Uji Normalitas ................................................................................ 59
4.4. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................... 59
4.5. Matriks Korelasi ...................................................................................... 60
4.5.1. Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan
Kebersyukuran ............................................................................................ 61
4.5.2. Uji Matriks Korelasi Setiap Aspek Kebersyukuran dengan Religiositas
........................................................................................................................62
4.5.3. Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan Setiap Aspek
Kebersyukuran ............................................................................................ 64
4.6. Pembahasan ............................................................................................. 65
BAB V............................................................................................................... 78
5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 78
5.2. Keterbatasan Penelitian............................................................................ 79
5.3. Saran ....................................................................................................... 80
5.3.1. Saran Metodologis ............................................................................ 80
5.3.2. Saran Praktis ..................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 89

https://lib.mercubuana.ac.id/id
xi

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir ................................................. 41

https://lib.mercubuana.ac.id/id
xii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tabel Rangkaian Pelaksanaan Kegiatan Majelis Taklim Ustaz Kembar
...............................................................................................................................36
Tabel 2.2. Tabel Penelitian Terdahulu ................................................................ 37
Tabel 3.1. Tabel Blue Print Skala Religiusitas .................................................... 45
Tabel 3.2. Tabel Blue Print Skala Kebersyukuran............................................... 46
Tabel 3.3. Tabel Revisi Expert Judgement Skala Kebersyukuran ........................ 47
Tabel 3.4. Tabel Uji Validitas Corrected Item Total Correlation Skala Religiusitas
...............................................................................................................................48
Tabel 3.5. Tabel Uji Validitas Corrected Item Total Correlation Skala
Kebersyukuran ................................................................................................... 49
Tabel 3.6. Tabel Revisi Bahasa Skala Religiusitas Setelah Pilot Study................ 49
Tabel 3.7. Tabel Revisi Bahasa Skala Kebersyukuran Setelah Pilot Study .......... 50
Tabel 3.8. Tabel Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas dan Kebersyukuran ......... 50
Tabel 4.1. Tabel Data Deskriptif Partisipan ........................................................ 54
Tabel 4.2. Tabel Data Deskriptif Variabel Religiusitas dan Kebersyukuran........ 57
Tabel 4.3. Tabel Deskripsi Statistik Dimensi Religiusitas ................................... 58
Tabel 4.4. Tabel Frekuensi Kategorisasi Religiusitas .......................................... 58
Tabel 4.5. Tabel Deskripsi Statistik Aspek Kebersyukuran ................................. 58
Tabel 4.6. Tabel Frekuensi Kategorisasi Kebersyukuran..................................... 59
Tabel 4.7. Tabel Uji Normalitas Teknik Kolmogorov-Smirnov ........................... 59
Tabel 4.8. Tabel Uji Korelasi Pearson Correlation............................................. 60
Tabel 4.9. Tabel Hubungan Setiap Dimensi Religiusitas dengan Kebersyukuran
pada Jamaah Pengajian Majelis Taklim .............................................................. 61
Tabel 4.10. Tabel Hubungan Setiap Aspek Kebersyukuran dengan Religiusitas
pada Jamaah Pengajian Majelis Taklim .............................................................. 63
Tabel 4.11. Tabel Hubungan Setiap Dimensi Religiusitas dengan Setiap Dimensi
Kebersyukuran pada Jamaah Pengajian Majelis Taklim...................................... 64

https://lib.mercubuana.ac.id/id
xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ...................................................................... 89
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Pilot Study Skala Religiositas ........................... 95
Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Pilot Study Skala Religiositas ........................ 97
Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Pilot Study Skala Kebersyukuran ...................... 98
Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Pilot Study Skala Kebersyukuran .................. 99
Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Field Test Skala Religiositas ............................. 99
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Field Test Skala Religiositas ....................... 102
Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Field Test Skala Kebersyukuran ..................... 102
Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Field Test Skala Kebersyukuran .................. 103
Lampiran 10. Hasil Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum dan Maksimum Field
Test Skala Religiositas ..................................................................................... 103
Lampiran 11. Hasil Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum dan Maksimum Field
Test Skala Kebersyukuran ................................................................................ 104
Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Teknik Kolmogorov-Smirnov ..................... 104
Lampiran 13. Hasil Grafik Uji Normalitas Teknik Kolmogorov Smirnov .......... 105
Lampiran 14. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Teknik Pearson Correlation ........... 105
Lampiran 15. Hasil Uji Matriks Korelasi antara Setiap Dimensi Religiositas
dengan Kebersyukuran ..................................................................................... 106
Lampiran 16. Hasil Uji Matriks Korelasi antara Setiap Aspek Kebersyukuran
dengan Religiositas .......................................................................................... 106
Lampiran 17. Hasil Uji Matriks Korelasi Antara Setiap Dimensi Religiositas
dengan Setiap Aspek Kebersyukuran ............................................................... 107
Lampiran 18. Hasil Uji Kategorisasi Skala Religiositas .................................... 108
Lampiran 19. Hasil Uji Kategorisasi Skala Kebersyukuran............................... 108
Lampiran 20. Hasil Tabulasi Skala Religiositas ................................................ 109
Lampiran 21. Hasil Tabulasi Skala Kebersyukuran.......................................... 115
Lampiran 22. Permohonan Izin Penelitian dari Pihak Universitas Mercu Buana120
Lampiran 23. Permohonan Izin Penelitian dari Pihak Majelis Taklim Ustaz
Kembar ............................................................................................................ 121
Lampiran 24. Foto Dokumentasi Majelis Taklim Ustaz Kembar ...................... 122

https://lib.mercubuana.ac.id/id
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada umumnya dengan mengikuti Pengajian Majelis Taklim akan menjadikan para

Jemaah semakin mengetahui secara mendalam terkait agama Islam yang diyakini

akan menuntunnya ke jalan kebenaran—jalan yang diridai oleh Allah SWT.

Selanjutnya, ilmu-ilmu dan hal-hal positif lainnya yang didapatkan oleh Jemaah

Majelis Taklim diharapkan juga akan diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-

hari. Setelah itu, para Jemaah juga akan senantiasa dipenuhi rasa Kebersyukuran

atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

Pada dasarnya, dalam konteks Islam Religiositas diartikan sebagai segala bentuk

sikap, perasaan serta perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai Islam yang bersumber

pada Al-Qur.’an dan hadis (Zakub dkk., 2018). Dari hasil wawancara awal terhadap

beberapa Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar, diketahui mereka merasa

bersyukur karena wawasan dan ilmu pengetahuan terkait agama Islam pada diri

mereka dirasa makin bertambah setelah mengikuti Pengajian Majelis Taklim.

Kebersyukuran adalah suatu emosi yang menyatakan suatu kepuasan

ataupun kegembiraan atas manfaat yang telah diterima dari individu (Emmons dan

McCullough, 2004). Bersumber dari Yakin (2020), diketahui bahwa Jemaah

Majelis Taklim Al-Husna merasa lebih bersyukur atas segala situasi dalam

kehidupan yang mereka alami setelah mengikuti Pengajian Majelis Taklim. Selain

itu, dilansir dari Kamsi (2017), salah satu materi utama yang ditanamkan dari

Majelis Taklim Kecamatan Lubuk Linggau kepada Jemaah-nya adalah terkait

https://lib.mercubuana.ac.id/id
2

Kebersyukuran. Jadi, dalam setiap Majelis Taklim biasanya selalu diserukan oleh

ustaz kepada para Jemaah-nya bahwa sangat penting bagi umat muslim yang

menjadi hamba dari Allah SWT untuk selalu bersyukur dalam situasi dan kondisi

apapun. Syukur adalah ungkapan rasa terima kasih kepada sang pencipta dan

sesama manusia yang diaplikasikan oleh individu tersebut dengan perilaku dan

tindakan positif (Shohibah, 2014). Sementara itu, McCullough dkk., (2002)

mendefinisikan disposisi bersyukur sebagai kecenderungan umum untuk mengenali

dan menanggapi dengan emosi bersyukur atas peran kebajikan orang lain dalam

pengalaman dan hasil positif yang diperoleh individu. Teori Kebersyukuran dari

McCullough dkk. (2002) ini terdiri dari empat aspek, yaitu; Gratitude Intensity

(misalnya, "Saya merasa bersyukur atas apa yang telah saya terima dalam hidup"),

Gratitude Frequency (misalnya, "Waktu dapat lama berlalu sebelum saya merasa

berterima kasih kepada sesuatu atau seseorang"), Gratitude Span (misalnya, “Saya

terkadang merasa bersyukur untuk hal-hal terkecil”), dan Gratitude Density

(misalnya, “Saya berterima kasih kepada setiap orang”) (McCullough dkk., 2002,

dalam Emmons dkk., 2019).

Selanjutnya, Emmons dkk. (2005, dalam Kraus dkk. 2015) menjelaskan

bahwa ada kualitas yang sakral antara Religiositas dengan keterkaitannya pada

Kebersyukuran. Pada dasarnya, setiap ajaran agama (khususnya dalam Islam)

menekankan pentingnya tentang Kebersyukuran . Rasa Kebersyukuran terhadap

Tuhan telah menjadi hal yang sangat umum dalam banyak tradisi keagamaan yang

juga banyak ditemukan dalam kitab-kitab keagamaan. Dilansir dari Emmons dan

Crumpler (2000), Kebersyukuran merupakan salah satu emosi yang paling sering

ditekankan dalam agama pada diri para penganutnya. Dengan kata lain, Jemaah

https://lib.mercubuana.ac.id/id
3

Majelis Taklim yang senantiasa memakani kehidupannya dengan mengaplikasikan

nilai-nilai religi dalam kehidupannya akan merasakan juga perasaan Kebersyukuran

dalam dirinya. Dalam hal ini, karena Kebersyukuran merupakan salah satu nilai

yang diutamakan pada agama Islam yang wajib diaplikasikan oleh seluruh

pemeluknya dalam kehidupan sehari-hari.

Majelis Taklim dibutuhkan oleh umat Islam karena kebutuhan umat Islam

untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang Islam yang dapat mereka

aplikasikan pada kehidupan sehari-hari (Munawaroh, 2020). Dilansir dari

Sabariyah dkk. (2020), diketahui bahwa Majelis Taklim mempunyai peran penting

dalam meningkatnya tingkat Religiositas dari para warga yang rutin mengikuti

Majelis Taklim di Desa Puak. Selanjutnya, juga diketahui bahwa Majelis Taklim

juga mempunyai pengaruh signifikan pada tingkat Religiositas dari para warga

Desa Tanjung, Gresik (Hidayah, 2009).

,Religiositas yang dilansir dari Huber dan Huber (2012) ialah keyakinan dan

pikiran religius yang terdapat pada setiap individu dalam melihat kehidupan ini

sehingga berpengaruh terhadap pengalaman dan perilakunya pada kehidupan

sehari-hari. Dalam hal ini, diketahui bahwa terdapat lima dimensi Religiositas dari

Huber dan Huber (2012), yaitu; intellect (misalnya, pengetahuan agama), Ideology

(misalnya, percaya kepada Tuhan), Public Practice (misalnya, memberikan layanan

di tempat ibadah), Private Practice (misalnya, doa secara pribadi) dan Religious

Experience (misalnya, merasakan kehadiran Tuhan).

Fitriani (2016) pada penelitian yang dilakukannya berpendapat bahwa

Religiositas merupakan penginternalisasian nilai-nilai religi pada masing-masing

individu yang terkait pada kepercayaannya atas yang diajarkan oleh agamanya, baik

https://lib.mercubuana.ac.id/id
4

itu di dalam hati ataupun pada yang diucapkan—yang selanjutnya diaplikasikan

oleh individu pada kehidupan sehari-hari. Setelahnya, individu akan menjadi lebih

merasa bersyukur dalam menjalani kehidupan. Sehubungan dengan itu, untuk

kaitannya dengan Jemaah Majelis Taklim hal tersebut agaknya terkait dengan

testimoni dari partisipan M, yaitu sebagai berikut :

“Dengan rutin mengikuti Pengajian Majelis Taklim itu bisa


menentramkan hati saya, sama halnya dengan rutin mengikuti
Pengajian Majelis Taklim itu seperti ‘charger’ iman, karena iman
itu seperti ‘charger’ yang bisa naik dan bisa turun. Dengan sering
mendatangi Majelis Taklim, saya akan banyak bertemu orang
saleh, sama halnya jika sering bergaul dengan penjual minyak
wangi, pasti akan tertular wangi, maka jika sering bergaul dengan
orang-orang saleh, pasti juga akan tertular saleh.”

Bersumber dari Teori Religiositas Huber dan Huber (2012), partisipan M

diprediksikan mempunyai tingkat tinggi dalam dimensi Public Practice karena

partisipan tersebut aktif dalam mengikuti Pengajian Majelis Taklim. Selain itu,

partisipan M sepertinya juga ada kecenderungan dalam hal Religious Experience

sebab partisipan tersebut tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata tentang

pengalaman batiniah yang sudah diperolehnya saat melakukan ibadah secara

khusyuk kepada Tuhan-nya—yang sudah memengaruhi dirinya secara emosional.

Sehubungan dengan itu, tingkat Religiositas pada partisipan M sepertinya juga

terkait dengan Teori Kebersyukuran dari McCullough dkk. (2002) dalam aspek

Density karena partisipan M merasa bersyukur dengan mendatangi Majelis Taklim,

akan banyak bertemu dengan orang saleh.

Nikmah (2017) merupakan salah satu penelitian terdahulu yang menjadi

referensi utama peneliti dalam penelitian ini terkait dengan Religiositas dan

Kebersyukuran. Pada penelitian tersebut, diketahui bahwa Religiositas dengan

Kebersyukuran mempunyai tingkat hubungan yang tinggi pada para dewasa akhir

https://lib.mercubuana.ac.id/id
5

yang terdapat di PPAI Ketapang karena memiliki korelasi r = 0,834. Dalam hal ini,

individu yang mempunyai nilai tinggi dalam Religiositas mampu untuk

menafsirkan setiap kejadian yang mereka alami dengan sudut pandang positif

(Nikmah, 2017) sehingga individu tersebut akan selalu merasa bersyukur atas

segala nikmat dan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya.

Meskipun demikian, jumlah sampel pada penelitian Nikmah (2017) hanya sejumlah

21 partisipan saja sehingga menurut peneliti jumlah sampel tersebut masih dirasa

kurang untuk dapat menguatkan hasil korelasi antara Religiositas dengan

Kebersyukuran. Dalam penelitian Nikmah (2017), diketahui bahwa para dewasa

akhir yang mempunyai tingkat syukur tinggi juga akan lebih religius dalam hal

beribadah. Mereka juga mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT selalu ada disisi

mereka sehingga akan membuat hati mereka senantiasa tenang dan damai dalam

menjalani masa tua. Para dewasa akhir yang bersyukur sepanjang waktu juga

diketahui mempunyai hubungan interpersonal yang lebih berkualitas dengan orang

lain serta lebih peduli pada lingkungan sekitarnya.

Selanjutnya, pada penelitian-penelitian terdahulu di jurnal asing (Kraus

dkk., 2015; Tulbure, 2014; Aghababei dkk., 2018; Shaikh dkk., 2020, Lee dan Kim,

2021) juga diketahui bahwa memang ada korelasi antara Religiositas dengan

Kebersyukuran. Kemudian, untuk di Indonesia selain dalam Nikmah (2017), juga

ada beberapa penelitian terdahulu (Mumtazah dan Sarbini, 2020; Alfathimy, 2020)

yang menjelaskan bahwa memang ada korelasinya antara Religiositas dengan

Kebersyukuran pada populasi mahasiswa dan guru. Dilansir dari Alfathimy (2020),

diketahui jika makin tinggi tingkat Religiositas, akan makin tinggi pula tingkat

Kebersyukuran dari individu. Begitu pula dalam beberapa jurnal asing yang

https://lib.mercubuana.ac.id/id
6

populasinya mulai dari mahasiswa, dewasa hingga pekerja (Tulbure, 2014;

Aghababei dkk., 2018; Shaikh dkk., 2020, Lee dan Kim, 2021). Sementara itu,

dilansir dari Mumtazah dan Sarbini (2020), Kebersyukuran berlaku sebagai

variabel mediasi antara hubungan Religiositas dengan perilaku anti korupsi, Setelah

itu, bersumber dari Kraus dkk. (2015), diketahui bahwa partisipan dengan tingkat

religious efficacy tinggi akan mempunyai tingkat Kebersyukuran yang tinggi pula.

Misalnya, seperti pernah mempunyai pengalaman dalam merasakan keajaiban dari

Tuhan yang terjadi pada dirinya.

Jadi, berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan di atas terlihat bahwa

ada keterkaitan antara Teori Religiositas dari Huber dan Huber (2012) dengan Teori

Kebersyukuran dari McCullough dkk. (2002) pada Jemaah Majelis Taklim.

Berawal dari Public Practice Dimension (Huber dan Huber, 2012), yaitu saat

individu aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan

secara bersama-sama seperti aktif mengikuti Pengajian Majelis Taklim.

Selanjutnya, dengan aktifnya individu mengikuti Pengajian Majelis Taklim, jika

mengacu pada Intellectual Dimension dan Ideology Dimension dari Huber dan

Huber (2012), aktivitas keagamaan tersebut juga akan meningkatkan tingkat

keyakinan dan tingkat ilmu pengetahuan atas agama pada individu. Individu akan

merasakan banyak manfaat positif dari kegiatannya mengikuti Pengajian Majelis

Taklim. Setelah itu, jika dikaitkan dengan Teori Kebersyukuran dari McCullough

dkk. (2002), yaitu dalam hal Span Aspect (McCullough dkk., 2002), individu akan

menjadi pribadi yang senantiasa berterima kasih atas segala nikmat dan karunia

yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya selama ini. Individu akan merasa

segala kebutuhannya selama ini telah dipenuhi oleh Allah SWT serta dapat

https://lib.mercubuana.ac.id/id
7

menikmati dalam waktu lama saat beribadah kepada Allah SWT—baik itu ibadah

yang dilakukan secara sendirian ataupun ibadah yang dilakukan secara berjemaah.

Setelah itu, mengacu pada Density Aspect dari McCullough dkk. (2002), individu

tersebut juga akan sering merasa bersyukur terhadap bantuan orang lain yang

dianggap mempunyai kontribusi positif bagi dirinya. Hal tersebut sesuai dengan

pendapat dari Carman dan Streng (1989, dalam Emmons, 2004) yang berpendapat

bahwa individu yang religius akan secara aktif berusaha untuk menumbuhkan rasa

syukur serta penuh rasa berterima kasih atas hal-hal baik—yang telah diberikan

oleh Tuhan ataupun orang lain kepadanya.

Meskipun begitu, dari hasil wawancara peneliti pada salah satu Jemaah

Majelis Taklim, diketahui bahwa ada partisipan yang agaknya berseberangan

dengan hipotesis penelitian ini. Partisipan tersebut mengikuti Pengajian Majelis

Taklim karena perintah keluarganya. Partisipan tersebut sebenarnya enggan untuk

menghadiri Pengajian Majelis Taklim. Berikut testimoni dari partisipan K:

“Sebenarnya saya ini mengikuti Majelis Taklim adalah karena


dipaksa oleh kakak laki-laki saya, kalau tidak rutin mengikuti
Pengajian Majelis Taklim setiap minggu, saya diancam akan
dipukuli oleh kakak laki-laki saya, oleh karena itu saya terpaksa
mengikuti Pengajian”.

Pada wawancara lebih lanjut secara informal, saat ditanyakan apakah

dengan mengikuti Pengajian Majelis Taklim tingkat Religiositas dan tingkat

Kebersyukuran-nya menjadi meningkat. partisipan K menjawab:

“Tidak tahu deh, saya ikut Pengajian Majelis Taklim saja kan
tahu sendiri karena dipaksa”.

Jadi, dari hasil wawancara peneliti pada partisipan K, partisipan tersebut

agaknya secara implisit terlihat bertolak belakang dengan asumsi awal peneliti pada

penelitian ini. Dalam hal ini, jika individu makin rutin dalam mengikuti Pengajian

https://lib.mercubuana.ac.id/id
8

Majelis Taklim, akan makin meningkat juga tingkat Religiositas dan tingkat

Kebersyukuran dari individu. Akan tetapi, sepertinya asumsi tersebut tidak berlaku

bagi partisipan dengan inisial K. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti

lebih dalam terkait fenomena pada penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai fondasi awal untuk penelitian-penelitian selanjutnya terkait

variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini.

Terlebih lagi, sampai saat ini juga belum ada penelitian di Indonesia yang

membuktikan bahwa apakah memang ada hubungannya antara mengikuti

Pengajian Majelis Taklim dengan meningkatnya tingkat Religiositas dan tingkat

Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim. Oleh karena itu, Peneliti

mengharapkan penelitian ini dapat untuk menjadi rujukan ilmiah bagi para Jemaah

Majelis Taklim agar lebih giat dan semangat dalam mengikuti kegiatan keagamaan

ini.

Dengan demikian, aktif dalam mengikuti Pengajian Majelis Taklim dapat

menjadi salah satu cara alternatif bagi umat Islam untuk dapat meningkatkan tingkat

Religiositas dan tingkat Kebersyukuran-nya. Terlebih, Majelis Taklim yang

memang dapat memberikan manfaat kebaikan serta menekankan nilai-nilai positif

bagi para Jemaah-nya. Melihat fenomena yang ada di lapangan serta minimnya

referensi terkait penelitian terdahulu, maka melalui penelitian ini, peneliti

bermaksud melihat hubungan antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada

Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar.

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungannya antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah

Majelis Taklim Ustaz Kembar ?

https://lib.mercubuana.ac.id/id
9

1.3. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah ada hubungannya antara Religiositas dengan Kebersyukuran

pada Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoretis

1. Diharapkan penelitian ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan

pada Psikologi Islam dan Psikologi Positif.

2. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para peneliti

selanjutnya dalam meneliti terkait Religiositas, Kebersyukuran dan Majelis

Taklim.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para Jemaah Majelis

Taklim agar lebih giat lagi dalam mengikuti Pengajian Majelis Taklim yang

menekankan nilai-nilai kebaikan dan memang dapat berdampak positif bagi

individu.

2. Diharapkan bagi para pengelola Majelis Taklim, penelitian ini dapat

menjadi rujukan ilmiah untuk makin membangkitkan minat para Jemaah-

nya sehingga makin aktif dan rutin dalam mengikuti Pengajian Majelis

Taklim yang dikelolanya.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Religiositas

2.1.1. Definisi Religiositas

Religiositas yang dilansir dari Huber dan Huber (2012) ialah keyakinan dan pikiran

religius yang terdapat pada setiap individu dalam melihat kehidupan ini sehingga

berpengaruh terhadap pengalaman dan perilakunya pada kehidupannya sehari-hari.

Huber dan Huber (2012) meyakini bahwa keyakinan beragama seseorang dapat

diukur dari intensitas pemenuhan kewajiban dan nilai agama.

Bersumber dari Merriam Webster Dictionary (n.d.), dijelaskan bahwa arti

Religiositas adalah; kualitas atau keadaan menjadi religius; perasaan atau

pengabdian yang religius; perasaan yang intens, berlebihan, atau kuat pada agama.

Sementara itu, pada APA Dictionary of Psychology (n.d.), dijelaskan bahwa definisi

dari Religiositas adalah; kualitas atau tingkat pengalaman religius seseorang;

semangat religius yang dilebih-lebihkan atau terpengaruh dalam semangat

keagamaan.

2.1.2. Dimensi-Dimensi Religiositas

Lima dimensi Stark dan Glock (1968, dalam Demmrich dan Huber, 2019)

dikonseptualisasikan menurut motivasi intrinsik dan arti-penting mereka dalam

kehidupan individu (rendah, sedang, tinggi). Dilansir dari model Huber dan Huber

(2012), jumlah dari motivasi intrinsik dari kelima dimensi ini disebut sentralitas

Religiositas dalam kepribadian individu (tidak religius, religius, sangat religius)

(Demrich dan Huber, 2019).

https://lib.mercubuana.ac.id/id
11

Strategi pengukuran dalam alat ukur Centrality of Religiosity Scale (CRS)

didasarkan pada dua prasyarat. Pertama adalah masalah keterwakilan, yaitu

keputusan yang didasarkan secara teoretis harus dibuat tentang ekspresi Religiositas

harus mewakili seluruh kehidupan religius. Kedua, masalah generalisasi konten

agama yang ditargetkan oleh indikator. Dalam hal ini, Isi harus diidentifikasi yang

bermakna dan dapat diterima di sebagian besar tradisi agama yang memungkinkan

dilakukannya generalisasi transreligius dari pengukuran tersebut (Huber dan Huber,

2012).

Hubungan antara lima dimensi inti Religiositas dan kepentingan umum

agama telah dibuat oleh Huber (2003, dalam Huber dan Huber, 2012). Selanjutnya,

Huber dan Huber (2012) mendekati masalah dari perspektif psikologi kepribadian

yang diilhami oleh ide-ide dari Allport dan Ross (1967, dalam Huber dan Huber,

2012) serta Kelly (1955, dalam Huber dan Huber, 2012). Huber dan Huber (2012)

mengasumsikan konsep sistem konstruksi religius pribadi sebagai entitas psikologis

pemersatu pada dimensi-dimensi dari Religiositas yang menjadi suatu kesatuan.

Mengacu pada teori kepribadian Kelly, konstruksi pribadi adalah pola antisipasi

peristiwa. Dengan demikian, sistem personal dari konstruksi religius dapat diartikan

sebagai suprastruktur dalam kepribadian yang terdiri dari semua konstruksi

personal yang terkait dalam ranah agama dan Religiositas yang didefinisikan secara

individual. Konstruksi religius personal dari individu akan aktif ketika individu

mengalami sesuatu yang memiliki makna religius. Sehubungan dengan pendekatan

ini, lima dimensi inti dapat diartikan sebagai saluran atau mode konstruksi religius

pribadi yang diaktifkan (Huber dan Huber, 2012). Dilansir dari Huber dan Huber

(2012), hubungan antara dimensi inti yang didefinisikan secara sosiologis dan

https://lib.mercubuana.ac.id/id
12

sistem konstruksi religius pribadi yang didefinisikan secara psikologis dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Dimensi Intellectual

Dimensi intelektual mengacu pada harapan sosial bahwa individu yang beragama

juga memiliki pengetahuan luas terkait agama yang dianutnya. Individu juga

diharapkan dapat menjelaskan pandangannya tentang transendensi, agama dan

Religiositas pada perspektif psikologis. Dimensi ini direpresentasikan sebagai tema

minat, keterampilan hermeneutis, gaya berpikir dan interpretasi serta sebagai badan

pengetahuan pada sistem konstruk religius personal. Indikator umum dari dimensi

intelektual adalah frekuensi berpikir tentang isu-isu keagamaan. Hal ini

menunjukkan seberapa sering konten agama ‘diperbarui’ melalui media berpikir

yang mengarah ke jantung dimensi intelektual. Selain itu, isi indikator ini tidak

tergantung pada bias pengakuan atau afiliasi agama apapun sehingga dapat

diterapkan pada lintas agama.

2. Dimensi Ideology

Dimensi ideologi mengacu pada harapan sosial bahwa individu beragama memiliki

keyakinan tentang keberadaan dan esensi dari realitas transenden serta hubungan

antara transendensi dan manusia. Dimensi ini direpresentasikan sebagai keyakinan

yang tidak perlu dipertanyakan kepada suatu hal yang sifatnya transendensi serta

mempunyai pola plausibilitas dalam sistem konstruksi religius pribadi. Indikator

umum dimensi ini adalah adalah mempunyai keyakinan mendalam pada aspek

plausibilitas atas keberadaan realitas transenden. Misalnya, sampai sejauh mana

individu percaya pada keberadaan Tuhan atau sesuatu yang ilahi. ‘Keyakinan dasar’

ini bersifat umum bagi sebagian besar tradisi religius karena hal tersebut merupakan

https://lib.mercubuana.ac.id/id
13

prasyarat bagi semua konsep dan dogma lebih lanjut mengenai esensi realitas ini.

Jadi, saat individu menganggap realitas transenden sebagai hal yang masuk akal,

konstruksi spesifik transendensi yang lazim dalam setiap tradisi keagamaan dapat

menjadi relevan secara psikologis.

3. Dimensi Public Practice

Dimensi Public Practice mengacu pada ekspektasi sosial bahwa individu beragama

termasuk dalam komunitas religius yang diwujudkan dalam partisipasi publik pada

ritual keagamaan dan kegiatan komunal. Dimensi ini direpresentasikan sebagai pola

tindakan dan sebagai rasa memiliki sehubungan dengan tubuh sosial tertentu serta

imajinasi transendensi yang diritualkan dalam sistem konstruksi religius pribadi.

Intensitas umum dari dimensi ini dapat diukur secara mudah dengan menanyakan

tentang seberapa sering individu mengikuti ibadah yang dilakukan secara bersama-

sama. Huber dan Huber (2012) menyarankan untuk memvariasikan label layanan

keagamaan menurut afiliasi keagamaan dari individu jika dalam studi antar agama.

Misalnya, mengikuti salat Jumat setiap hari Jumat bagi umat Islam.

4. Dimensi Private Practice

Dimensi Private Practice mengacu pada ekspektasi sosial bahwa individu yang

religius mengabdikan diri pada transendensi dalam aktivitas dan ritual individual di

ruang privat. Dimensi ini direpresentasikan sebagai pola tindakan dan gaya

pengabdian pribadi pada transendensi dalam sistem konstruksi religius pribadi.

Oleh karena itu, menjadi hal yang wajar untuk mempertimbangkan baik doa

maupun meditasi ketika mengukur dimensi Private Practice. Doa maupun meditasi

dianggap mengekspresikan bentuk dasar dan tidak dapat direduksi dari menyapa

diri sendiri pada transendensi. Dalam hal ini, yang melekat pada struktur doa adalah

https://lib.mercubuana.ac.id/id
14

tindakan menyapa ‘Tuhan’ sehingga dinamika ini menyiratkan pola dialogis

spiritualitas. Sementara itu, meditasi lebih fundamental dengan mengacu pada diri

dan/atau prinsip yang lebih luas. Karena itu, meditasi dianggap lebih sejalan dengan

pola partisipatif spiritualitas. Untuk itu, Huber dan Huber (2012)

mempertimbangkan kedua bentuk praktik keagamaan pribadi ini sebagai pola dasar

spiritualitas.

5. Dimensi Religious Experience

Dimensi Religious Experience mengacu pada ekspektasi sosial bahwa individu

yang religius memiliki semacam kontak langsung dengan realitas tertinggi yang

telah memengaruhi mereka secara emosional. Dimensi ini direpresentasikan

sebagai pola persepsi dan perasaan religius dalam sistem konstruksi religius pribadi.

Dalam dimensi ini, dasar dari mengalami transendensi dapat dibedakan menjadi

dua bentuk, yaitu ‘one-to-one experiences’ yang sesuai dengan pola spiritualitas

dialogis dan ‘pengalaman menjadi satu’ yang sesuai dengan pola partisipatif. Oleh

karena itu, Huber dan Huber (2012) merekomendasikan penggunaan kedua ekspresi

pengalaman religius ini untuk dapat mengukur intensitas Religious Experience dari

individu.

2.1.3. Fungsi-Fungsi Religiositas

1. Meningkatkan Kesejahteraan Hidup

Salah satu kepercayaan individu yang mempunyai tingkat Religiositas tinggi adalah

meyakini bahwa kehidupan setelah kematian merupakan tujuan hidup yang paling

akhir (Hassan, 2008, dalam El-Menouar, 2014). Berdasarkan hal tersebut,

kesejahteraan tidak hanya berarti memenuhi semua kebutuhan dan rasa aman di

dunia ini, tetapi juga berarti masa depan. Aturan agama dianggap sebagai pedoman

https://lib.mercubuana.ac.id/id
15

sehari-hari untuk hubungan individu dengan Tuhan yang dia percayai dan dengan

orang lain (Martos dkk., 2010). Individu yang sehat secara psikologis memiliki

penerimaan diri yang baik terkait dengan segala sesuatu yang pernah terjadi pada

masa lalu, baik itu hal negatif ataupun hal positif. Oleh karena itu, keyakinan pribadi

dapat mendukung hal ini, yakni semua peristiwa dalam hidup adalah ketentuan

yang telah digariskan oleh Tuhan untuk semua orang dengan tujuan baik untuk

kehidupan pribadi masing-masing individu (Atikasari, 2019).

2. Meningkatkan Tingkat Forgiveness

Penelitian-penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan positif antrara

Religiositas dengan Forgiveness pada para partisipan. Mencakup sikap dan perilaku

tentang pengampunan dan berbagai variabel agama seperti frekuensi kehadiran di

tempat ibadah, orientasi agama intrinsik, perasaan Religiositas dan perasaan

kedekatan dengan Tuhan (McCullough dan Worthington, 1999; Rye, 2005; Tsang

dkk., 2005; Stoycheva, 2018). Misalnya, dalam masyarakat Kristen dengan

Religiositas yang dinilai lebih tinggi, nilai Forgiveness dinilai lebih tinggi (Edwards

dkk., 2002; Macaskill, 2005; Tsang dkk., 2005). Religiositas juga terkait dengan

penalaran moral tentang Forgiveness. Misalnya, Enright dkk. (1989, dalam Huber

dan Huber, 2011) menemukan bahwa individu dengan keyakinan agama yang lebih

kuat cenderung bernalar tentang Forgiveness dengan cara yang lebih efektif

daripada individu dengan keyakinan agama yang lebih lemah.

3. Meningkatkan Kesehatan Mental

Koenig dan Larson (2001) secara sistematis meninjau 850 studi dan menemukan

adanya hubungan antara Religiositas dengan kesehatan mental. Dalam hal ini, dari

studi yang menghubungkan Religiositas dengan kepuasan hidup, 80 persen di

https://lib.mercubuana.ac.id/id
16

antaranya menunjukkan hubungan positif antara keyakinan dan praktik agama serta

kepuasan hidup yang lebih besar. Selanjutnya, di antara studi yang menghubungkan

Religiositas dengan depresi, sekitar dua pertiga menemukan tingkat depresi

dan/atau kecemasan yang lebih rendah pada mereka yang lebih religius. Dalam hal

ini, Koenig dan Larson (2001) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang

umumnya positif antara Religiositas dengan kesehatan mental. Selain itu, Koenig

dan Larson (2001) juga menyertakan beberapa saran bagi praktisi kesehatan mental

dalam menangani masalah terkait keagamaan pada terapi untuk dapat mengatasi

permasalahan-permasalahan psikis.

2.1.4. Tipe-Tipe Individu dengan Religiositas

Bersumber dari Huber dan Huber (2011), diketahui terdapat tiga posisi dalam

sistem konstruksi religius. yaitu sebagai berikut:

1. Central Position — Highly Religious:

Sistem religius menempati posisi sentral dalam kepribadian pada individu yang

sangat religius sehingga muatan agama memberikan pengaruh yang kuat pada

sistem psikologis lainnya pada posisi ini. Akibatnya, bidang pengalaman dan

tindakan non-religious seperti politik sering muncul dalam sudut pandang religius.

Dalam hal ini, orang-orang yang highly religious mampu membedakan berbagai

aspek dari konten keagamaan tertentu yang mengarah pada rangkaian pengalaman

dan perilaku religius yang sangat kaya. Sehubungan dengan itu, tipe ideal dari

individu yang sangat religius memiliki sejumlah ciri yang sama dengan tipe ideal

dari orientasi religius intrinsik (Allport dan Ross, 1967).

https://lib.mercubuana.ac.id/id
17

2. Subordinate Position—Religious

Individu yang religius dilengkapi dengan sistem religius yang dikonstruksi secara

pribadi yang memiliki posisi subordinate dalam arsitektur kognitif individu. Oleh

karena itu, sistem religius ini hanya mampu memberikan pengaruh yang lemah pada

sistem psikologis lain. Akibatnya, bidang pengalaman dan tindakan non-religious

jarang muncul dalam sudut pandang religius. Huber dan Huber (2011) menduga

bahwa tingkat diferensiasi internal secara signifikan lebih rendah dalam kasus

subordinate dibandingkan dengan posisi sentral. Dalam hal ini, dapat disimpulkan

bahwa pengalaman dan perilaku religius tidaklah beragam. Sehubungan dengan itu,

tipe ideal ini memiliki sejumlah ciri yang sama dengan tipe ideal dari orientasi

religius ekstrinsik (Allport dan Ross, 1967).

3. Marginal Position—Non-Religious

Kelompok non-religious dicirikan oleh fakta bahwa konten dan praktik keagamaan

hampir tidak muncul dalam cakrawala kehidupan individu. Oleh karena itu, hal ini

menimbulkan pertanyaan apakah sistem keagamaan yang dibangun secara pribadi

ada di sini atau tidak. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa makna religius bagi

individu non-religious umumnya bersifat ad hoc dan dibentuk atas dasar sistem lain

yang dibangun secara pribadi. Dengan demikian, jika sistem agama benar-benar ada

di sini, kemungkinan besar akan dibuat tidak stabil karena jarangnya aktivasi.

Selanjutnya, relevansi psikologis isi agama dan tingkat diferensiasi representasi

kognitif mereka akan lebih rendah daripada individu dengan highly religious

ataupun religious.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
18

2.1.5. Faktor-Faktor Religiositas

1. Cost and Rewards with Salience of The Religious Identity

Wimberley (1969, dalam Huber dan Huber, 2012) berasumsi bahwa pola lima

dimensi dalam diri individu bergantung pada dua faktor: pertama pada salience of

the religious identity dan kedua pada ratio of costs dan rewards of religious life di

ranah lima dimensi. Wimberley berasumsi bahwa motivasi religius intrinsik yang

kuat menentukan semua atau bahkan hampir semua dimensi kehidupan religius

individu dalam hal salience of the religious identity dari individu juga tinggi. Oleh

karena itu, hal tersebut menyebabkan kelima dimensi Religiositas kehilangan

otonomi relatifnya. Selanjutnya, kelima dimensi tersebut akan berkembang sama

tingginya terlepas dari costs dan rewards. Sementara itu, penyebab pemersatu

kehidupan religius oleh motivasi intrinsik akan hilang dalam hal salience of the

religious identity dari individu pada tingkat rendah. Dalam hal ini, pola lima

dimensi akan bergantung terutama pada rasio costs dan rewards yang berbeda-beda

sehingga menyebabkan tingkat otonomi relatif yang tinggi hanya pada dimensi-

dimensi tertentu.

2. Empirical Research on Religion and Religiosity with Identification of a

Limited Set of Core Dimensions

Ada dua pencapaian utama model Glock (1968, dalam Huber dan Huber, 2012)

sehubungan dengan Religiositas Huber dan Huber. Pertama, diskusi teoretis tentang

masalah kerangka acuan universal untuk penelitian empiris tentang agama dan

Religiositas. Kedua, identifikasi seperangkat dimensi inti terbatas yang mencakup

ruang lingkup umum kehidupan beragama. Lima dimensi inti yang dikembangkan

dari perspektif sosiologis juga mencakup Religiositas dari perspektif psikologis

https://lib.mercubuana.ac.id/id
19

karena mereka menunjukkan mode psikologis yang dapat dibedakan dari

representasi isi agama. Intellectual Dimension dan Ideology Dimension mengacu

pada pemikiran, Public Practice Dimension serta Private Practice Dimension

mengacu pada tindakan lalu Religious Experience Dimension mengacu pada

perasaan merasakan, emosi dan persepsi. Oleh karena itu, dimensi-dimensi tersebut

dapat dianggap sebagai representasi Religiositas dari kedua perspektif, yakni

perspektif sosiologis yang mencerminkan harapan sosial serta perspektif psikologis

dari isi agama.

3. Intrinsic Religiosity and Extrinsic Religiosity

Religiositas terdiri dari dua dimensi utama, yaitu intrinsik dan ekstrinsik (Allport

dan Ross, 1967). Dilansir dari Allport dan Ross (1967), individu yang termotivasi

secara ekstrinsik ‘menggunakan’ agamanya, sedangkan individu yang termotivasi

secara intrinsik ‘menjalankan’ agamanya. Artinya, bagi yang pertama agama adalah

nilai instrumental, sedangkan bagi yang kedua agama adalah nilai terminal.

Individu dengan motivasi ekstrinsik menggunakan agama untuk tujuan mereka

sendiri, apakah tujuan itu hedonis (misalnya, kontak sosial dan/atau pengalihan)

atau utilitarian (misalnya, status pribadi dan/atau kepentingan bisnis) sehingga lebih

cenderung digunakan untuk memenuhi kepentingan dari individu daripada untuk

mengakui nilai-nilai agama. Sebaliknya, individu dengan motivasi intrinsik justru

menganggap ajaran agama sesuai dengan nilai-nilai batinnya sehingga individu

tidak perlu menyesuaikan keyakinan agama dengan kepentingan pribadinuya.

Selanjutnya, individu dengan motivasi intrinsik juga menghayati spiritualitas inti

agama dan meyakini dengan sepenuh hati nilai-nilai intrinsik yang dipercayainya.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
20

4. Life Satisfication and Meaning in Life

Kepuasan hidup merupakan kesan keseluruhan individu tentang hidupnya.

Kepuasan hidup dapat diukur dengan mempelajari berbagai aspek kehidupan, yaitu;

tingkat minat, kesehatan fisik, kesehatan mental, hubungan sosial, kekuatan serta

kelemahan yang dirasakan, harga diri, kebahagiaan, optimisme dan aspek-aspek

kehidupan lainnya. Sementara itu, makna dalam hidup merupakan komponen

spesifik yang telah dikaitkan dengan mediasi hubungan antara Religiositas dan

kepuasan hidup secara keseluruhan (Steger dkk., 2005).

2.2. Kebersyukuran

2.2.1. Definisi Kebersyukuran

McCullough dkk. (2002) mendefinisikan disposisi bersyukur sebagai

kecenderungan umum untuk mengenali dan menanggapi dengan emosi bersyukur

atas peran kebajikan orang lain dalam pengalaman dan hasil positif yang diperoleh

individu. Syukur, seperti afek lainnya dapat dianggap sebagai sifat afektif, suasana

hati atau emosi (McCullough dkk., 2002). McCullough dkk. (2002) mendefinisikan

rasa syukur sebagai sifat afektif yang dapat disebut juga sebagai disposisi atau

watak bersyukur terhadap rasa syukur.

McCullough dkk. (2001) mengemukakan bahwa rasa syukur relevan

dengan domain moral dengan cara sama yang memengaruhi seperti rasa bersalah

(Tangney,1999, dalam McCullough dkk. 2001), rasa malu (Keltner dan Buswell,

1996, dalam McCullough dkk. 2001), empati (Batson, 1991, dalam McCullough

dkk. 2001), penghinaan, kemarahan dan rasa jijik (Rozin dkk., 1999). Secara

khusus, rasa syukur dapat dianggap sebagai pengaruh prososial karena merupakan

tanggapan terhadap perilaku yang dilakukan orang lain untuk berkontribusi pada

https://lib.mercubuana.ac.id/id
21

kesejahteraan seseorang dan mungkin benar-benar memotivasi munculnya perilaku

prososial (McCullough dkk., 2001). Dilansir dari Emmons dan McCullough (2003),

selain dicirikan sebagai kebajikan moral dan sebagai emosi positif, Kebersyukuran

juga dapat didefinisikan sebagai sikap, kebiasaan, ciri kepribadian dan respons

koping.

Bersumber dari Merriam Webster Dictionary (n.d.), dijelaskan bahwa

definisi dari Kebersyukuran adalah keadaan bersyukur. Selanjutnya, dalam APA

Dictionary (n.d.) dijelaskan bahwa pengertian dari Kebersyukuran adalah rasa

syukur dan kebahagiaan saat menerima hal kebaikan, baik manfaat nyata (misalnya,

hadiah, bantuan) yang diberikan oleh seseorang ataupun suatu kebetulan yang

bermakna positif (misalnya, hari yang indah).

2.2.2. Aspek-Aspek Kebersyukuran

Telah diketahui bahwa terdapat ciri-ciri afektif tertentu yang dapat menurunkan

ambang batas dari individu untuk mengalami keadaan emosional tertentu

(Rosenberg, 1998, dalam McCullough dkk., 2002). Misalnya, permusuhan

menurunkan ambang batas untuk mengalami amarah. Dalam hal ini, disposisi

bersyukur dapat menciptakan pengurangan ambang untuk mengenali dan

menanggapi dengan rasa syukur atas peran kebajikan orang lain yang bermakna

positif bagi individu. Sehubungan dengan itu, McCullough dkk. (2002)

menggunakan istilah aspek untuk merujuk elemen-elemen pada disposisi bersyukur

daripada istilah dimensi karena McCullough dkk. (2002) mempunyai asumsi bahwa

elemen-elemen ini tidak bersifat terpisah atau independen, tetapi terjadi bersamaan.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
22

1. Aspek Intensity

Aspek pertama dari disposisi bersyukur disebut Intensity. Individu yang bersyukur

secara disposisional diprediksikan pernah mengalami peristiwa positif yang

diharapkannya dengan perasaan intens sehingga akan cenderung merasa lebih

bersyukur daripada seseorang yang jarang bersyukur.

2. Aspek Frequency

Aspek kedua bisa disebut Frequency. Individu yang bersyukur secara disposisional

akan merasa bersyukur berkali-kali setiap hari serta rasa syukur dapat diperoleh

bahkan dengan bantuan atau tindakan baik yang paling sederhana. Misalnya, sikap

sopan santun yang diterimanya dari orang lain. Sebaliknya, bagi individu yang

hampir tidak pernah bersyukur, rasa syukur akan lebih jarang dialami.

3. Aspek Span

Aspek ketiga bisa disebut Span. Aspek ini mengacu pada jumlah peristiwa dalam

kehidupan individu yang membuatnya merasa bersyukur pada saat-saat tertentu

dalam kehidupan yang telah dijalaninya selama ini. Individu yang bersyukur secara

disposisional akan merasa bersyukur atas keluarga, pekerjaan, kesehatan,

kehidupan mereka sendiri serta berbagai kebaikan-kebaikan yang pernah

diterimanya dalam sepanjang hidupnya. Sebaliknya, individu yang jarang

bersyukur dipediksikan mengalami sedikit rasa syukur dalam aspek-aspek

kehidupan mereka.

4. Aspek Density

Segi keempat bisa disebut Density. Aspek ini mengacu pada banyaknya jumlah

orang lain bagi individu yang turut mempunyai andil dalam kesuksesannya

sehingga individu yang bersangkutan mendapatkan suatu hasil positif. Ketika

https://lib.mercubuana.ac.id/id
23

ditanya siapa orang lain yang telah berperan positif baginya sehingga dirinya

merasa bersyukur atas hasil tertentu (contohnya, memperoleh pekerjaan yang baik),

individu yang memiliki sifat bersyukur akan menuliskan lebih banyak orang lain

yang menurutnya turut mempunyai andil dalam kesuksesannya. Misalnya, orang

tua, teman, keluarga dan mentor. Sebaliknya, individu yang rendah dalam tingkat

Kebersyukuran-nya akan merasa bersyukur kepada lebih sedikit orang untuk hasil

yang sama.

2.2.3. Fungsi-Fungsi Kebersyukuran

Syukur, seperti empati, simpati, rasa bersalah dan rasa malu memiliki tempat

khusus dalam tata bahasa kehidupan moral. Empati dan simpati beroperasi ketika

individu memiliki kesempatan untuk menanggapi penderitaan orang lain. Dalam

konteks ini, jika rasa bersalah dan malu beroperasi ketika individu belum memenuhi

standar atau kewajiban moral, rasa syukur biasanya bekerja ketika individu menjadi

penerima perilaku prososial (McCullough dkk., 2001). Dilansir dari McCullough

dkk. (2001), rasa syukur memiliki tiga fungsi moral, yaitu; fungsi barometer moral,

fungsi motif moral dan fungsi penguat moral. Berikut adalah penjelasannya:

1. Kebersyukuran sebagai Barometer Moral

Barometer adalah instrumen yang menunjukkan perubahan dari keadaan

sebelumnya. Misalnya, saat cuaca berubah pembacaan pada barometer akan

mencerminkan perubahan ini. Merujuk pada rasa syukur sebagai barometer moral,

McCullough dkk. (2001) menjelaskan bahwa rasa syukur adalah pembacaan afektif

yang peka terhadap jenis perubahan tertentu dalam hubungan sosial pada individu.

Dalam hal ini, rasa syukur merupakan pemberian manfaat dari agen moral lain yang

dapat meningkatkan kesejahteraan pada individu.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
24

Sebagai barometer moral, rasa syukur bergantung pada kognitif sosial dari

individu. Sesuai dengan hampir pendapat semua ahli teori sejak Smith (1790/1976,

dalam McCullough dkk., 2001), McCullough dkk. (2001) berasumsi bahwa

individu paling mungkin merasa bersyukur ketika dalam keadaan sebagai berikut;

(a) individu telah menerima manfaat yang sangat berharga, (b) perbuatan ‘baik’ atas

jasa ataupun materi yang mempunyai tingkatan tinggi telah dilakukan atas nama

individu, (c) perbuatan ‘baik’ yang dilakukan atas nama individu lebih ke disengaja

daripada tidak disengaja dan (d) perbuatan ‘baik’ atas nama individu tidak beralasan

(tidak ditentukan oleh adanya hubungan berbasis peran antara pemberi dan

penerima).

2. Kebersyukuran sebagai Motif Moral

Syukur tidak hanya merupakan pengaruh prototipe yang dialami ketika individu

merasa bahwa seseorang telah bertindak positif untuk kepentingan kesejahteraan

pribadinya, tetapi emosi syukur juga dapat memiliki nilai motivasi—mendorong

individu yang bersyukur tersebut untuk berperilaku prososial. Rasa syukur

diasumsikan dapat menjadi salah satu mekanisme motivasi yang mendasari

altruisme timbal balik (Trivers, 1971, dalam McCullough dkk., 2001). Secara

khusus, McCullough dkk. (2001) mempunyai hipotesis bahwa individu yang

bersyukur atas tindakan seseorang yang telah memberinya hal-hal kebajikan

diprediksikan akan berkontribusi pada kesejahteraan orang yang berbuat kebajikan

tersebut (atau pihak ketiga) pada masa depan. McCullough dkk. (2001) juga

berhipotesis bahwa individu yang disyukuri oleh tindakan seorang dermawan juga

lebih cenderung tidak mempunyai atau menahan motivasi untuk bertindak merusak

terhadap sang dermawan yang telah berbuat kebaikan bagi dirinya.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
25

Wawasan tentang rasa syukur ini sampai batas tertentu merupakan

pernyataan dari norma timbal balik Gouldner (1960, dalam McCullough dkk.,

2001) yang dapat diartikulasikan dengan kedua cara ini; (a) orang harus membalas

jasa membantu kembali mereka yang telah membantu mereka dan (b) orang tidak

boleh melukai mereka yang telah membantu mereka. Fenomena perilaku timbal

balik telah dianalisis dalam banyak konstruksi, termasuk motivasi untuk

mengurangi ketidakadilan (misalnya, Walster dkk., 1973, dalam McCullough dkk.,

2001) dan utang (misalnya, Greenberg, 1980; Greenberg dan Westcott, 1983, dalam

McCullough dkk., 2001). Dua motivasi lain yang mungkin mendorong individu

untuk membalas manfaat kebaikan yang telah diterimanya ialah timbal balik

utilitarian dan untuk meningkatkan daya tarik (Greenberg, 1980, dalam

McCullough dkk., 2001).

3. Ekspresi Syukur sebagai Penguat Moral

Fungsi moral terakhir dari rasa syukur yang telah dikonseptualisasi adalah sebagai

penguat perilaku moral. Dalam hal ini, mengekspresikan rasa terima kasih kepada

seseorang atas tindakan prososialnya dapat menghasilkan upaya yang lebih besar

dari pihak dermawan tersebut untuk berperilaku prososial kembali pada masa depan

(McCullough dkk., 2001). Ketika penerima bantuan mengungkapkan rasa terima

kasihnya dengan mengucapkan ‘terima kasih’ atau memberikan penghargaan-

penghargaan lainnya, sang dermawan akan diperkuat atas perilaku prososialnya.

Dengan demikian, dermawan menjadi lebih mungkin untuk kembali

memberlakukan perilaku baik seperti itu pada masa depan. Sebaliknya, tidak

berterima kasih dihipotesiskan menjadi kebencian terhadap dermawan yang

berpotensi membuat dermawan mengalami kemarahan, kebencian dan

https://lib.mercubuana.ac.id/id
26

berkurangnya kesediaan dermawan tersebut untuk kembali terlibat dalam interaksi

perilaku prososial pada masa depan.

Terkait konteks ini, penting untuk membedakan antara pengaruh dan

motivasi yang memfasilitasi dan menghambat perilaku menunjukkan rasa syukur.

Misalnya, seperti mengucapkan ‘terima kasih’. Dalam hal ini, McCullough dkk.

(2001) berasumsi bahwa manifestasi perilaku seperti itu biasanya dimotivasi oleh

perasaan syukur. Namun, bisa juga dihasilkan dari motivasi untuk berperilaku

dengan cara yang sopan atau diinginkan secara sosial dan motivasi untuk

menguntungkan kepentingan diri sendiri. McCullough dkk. (2001) berhipotesis

bahwa motivasi yang mendasari ekspresi syukur orang jarang murni. Sehubungan

dengan itu, ungkapan syukur terkadang dimotivasi oleh perasaan syukur yang tulus,

di lain waktu dimotivasi untuk mematuhi norma atau kepentingan pribadi dan di

lain waktu dimotivasi oleh kombinasi dari kedua jenis motif tersebut. Oleh karena

itu, perlu berhati-hati dalam menyimpulkan motivasi di balik ungkapan terima kasih

secara terbuka.

2.2.4. Faktor-Faktor Kebersyukuran

1. The Feelings and Prosperity of Grateful Individuals

McCullough dkk. (2002) berhipotesis bahwa disposisi terhadap rasa syukur berakar

pada kecenderungan dasar untuk mengalami emosi positif dan kesejahteraan

subjektif. Dalam hal ini, ada alasan yang menjelaskan mengapa individu dengan

tingkat Kebersyukuran tinggi cenderung mengalami emosi positif dan

kesejahteraan yang meningkat. Hal tersebut bisa terjadi sebab individu yang penuh

dengan rasa syukur melihat diri sendiri sebagai penerima dari kemurahan hati orang

lain sehingga dapat membuat individu merasa diteguhkan dan dihargai.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
27

Selanjutnya, dapat meningkatkan harga diri dan dukungan sosial yang dirasakan

pada individu. Selain itu, individu yang sangat bersyukur juga diasumsikan

mempunyai cara pandang bahwa semua yang mereka miliki dan bahkan kehidupan

itu sendiri adalah anugerah. Tingkat penghargaan ini, untuk hal-hal baik dalam

kehidupan dapat membuat individu yang penuh dengan rasa syukur cenderung

menghindari mengambil manfaat begitu saja (McCullough dkk., 2002).

2. The Prosocial Attributes of Grateful Individuals

Sifat prososial dari rasa syukur menunjukkan kemungkinan bahwa disposisi

bersyukur berakar pada sifat dasar yang dapat mengarahkan individu ke arah

kepekaan dan kepedulian terhadap orang lain. Menggunakan taksonomi Big Five,

McCullough dkk. (2002) menghipotesiskan bahwa individu yang bersyukur

cenderung lebih tinggi dalam aspek Agreeableness. Asumsi tersebut juga didukung

oleh Saucier dan Goldberg (1998, dalam McCullough dkk., 2002) yang melaporkan

bahwa ukuran kepribadian dua item yang terdiri dari kata sifat bersyukur dan

berterima kasih berkorelasi r=0.31 dengan Agreeableness. Sehubungan dengan itu,

individu dengan disposisi terhadap rasa syukur juga terkait dengan sifat-sifat lain

yang muncul dari Agreeableness seperti kapasitas untuk empati, kesediaan untuk

memaafkan serta kecenderungan untuk menawarkan bantuan dan dukungan kepada

orang lain.

3. The Profound Characteristics of Grateful Individuals

Dalam hal ini, sama seperti rasa syukur yang menyertai pengakuan kontribusi

positif orang lain bagi kesejahteraan individu. Individu yang dipenuhi rasa syukur

secara disposisional juga dapat berorientasi pada pengakuan kekuatan transendensi

yang berkontribusi pada kesejahteraan individu dalam arti yang lebih luas dan lebih

https://lib.mercubuana.ac.id/id
28

eksistensial (misalnya, keberuntungan, kebetulan, Tuhan atau konsepsi ke-Tuhan-

an lainnya) (McCullough dkk., 2002).

4. Grateful Disposition as a Distinct Construct

Pendapat ini hanya memiliki manfaat prima facie karena alasan teoretis dan praktis.

Secara teoretis, jika rasa syukur hanyalah manifestasi dari konstruksi yang lebih

mendasar (misalnya, ekstraversi / afektifitas positif, neuroticism / afektifitas negatif

ataupun agreeableness), disposisi bersyukur mungkin hanya mengungkapkan

sedikit hal saja tentang kepribadian manusia dan fungsi sosial. Secara praktis, jika

rasa syukur hanyalah produk dari sifat-sifat yang dipahami dengan lebih baik,

memeriksa rasa syukur dengan istilahnya sendiri mungkin hanya berkontribusi pada

ledakan sifat (dan ukuran) yang telah menjadi ciri psikologi selama abad kedua

puluh (McCullough dkk., 2002).

2.3. Majelis Taklim

2.3.1. Definisi Majelis Taklim

Bersumber dari Dahlan (2019), secara etimologis kata Majelis Taklim berasal dari

bahasa Arab dan terdiri dari dua kata, yaitu “Majelis dan Ta’lim”. ‘Majelis’ artinya

tempat duduk atau tempat sidang dewan. Sementara itu, ‘Ta'lim’ artinya

pengajaran. Dengan kata lain, definisi dari Majelis Taklim adalah tempat

melakukan Pengajian dan pengajaran agama Islam. Sementara itu, dalam Rapat

Bersama Majelis Taklim se-Jakarta tahun 1980, Majelis Taklim diartikan sebagai

suatu lembaga pendidikan Islam dengan kurikulumnya sendiri yang

diselenggarakan secara rutin dan teratur dengan partisipasi Jemaah yang biasanya

dalam jumlah besar. Majelis Taklim bertujuan untuk memupuk dan

mengembangkan hubungan yang sopan santun dan rasa saling menghormati antara

https://lib.mercubuana.ac.id/id
29

sesama umat Islam. Dalam konteks ini, agar dapat terjalin hubungan yang harmoni

antara manusia dengan Allah SWT, antara sesama manusia dan antara manusia

dengan lingkungan.

Istilah Majelis Taklim biasanya juga diartikan sebagai kelompok atau

komunitas Muslim yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pengajaran

Islam (Sutaryan, 1993, dalam Sarbini, 2010). Definisi ini menunjukkan bahwa

makna Majelis Taklim mencakup semua kegiatan yang berkaitan dengan

pendidikan dan pengajaran Islam di masyarakat Muslim tanpa memandang jenis

kelamin dan status sosial Jemaah—termasuk tidak dibatasi waktu dan tempat

pelaksanaannya.

Sementara itu, Kementerian Agama RI (2019) mendefinisikan Majelis

Taklim sebagai lembaga yang membekali orang dewasa dengan pendidikan

nonformal di bidang Islam yang biasanya diadakan seminggu atau sebulan sekali—

dalam sebuah silaturahmi di balai-balai atau tempat semacamnya. Biasanya

kegiatan Majelis Taklim dilakukan oleh orang dewasa. Namun, ada beberapa orang

yang mengaturnya secara campur aduk, bahkan ada yang secara khusus menyasar

anak-anak atau remaja (Sarbini, 2010).

2.3.2. Fungsi-Fungsi Pengajian Majelis Taklim.

Dalam konteks pembangunan nasional, kegiatan Pengajian Majelis Taklim

mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Indonesia. Hal ini karena transmisi informasi Islam merupakan kegiatan utama

organisasi-organisasi Islam. Dalam konteks ini, Majelis Taklim dapat berperan

sebagai mediator pembangunan yang menjadi salah satu sarana dalam

mempersiapkan perkembangan umat Islam Indonesia untuk masa depan. Dalam hal

https://lib.mercubuana.ac.id/id
30

ini, proses dari orang-orang yang terlibat dalam Majelis Taklim diharapkan menjadi

umat Islam yang mempunyai visi dan misi kemanusiaan yang luhur serta memiliki

akhlak dan ajaran Islam yang baik. Selain itu, secara fungsional Majelis Taklim

juga dapat memperkuat landasan kehidupan umat Islam di Indonesia. Khususnya,

dalam ranah spiritual untuk meningkatkan kualitas hidup berlandaskan ajaran

agama Islam. (Arifin, 1991, dalam Sarbini, 2010).

2.3.4. Jemaah Majelis Taklim

Jemaah berasal dari kata jama’a yang berarti berkumpul atau mendekatkan sesuatu,

mendekatkan antara satu hal dengan hal lainnya. Kata jama’a juga bersumber pada

kata ijtima’, yang berarti perkumpulan. Makna dari Jemaah secara terminologinya

ialah sekumpulan mukmin, yang berarti juga bahwa mereka adalah para kaum

muslimin yang sudah ada sejak zaman dahulu yang disatukan oleh Al-Qur.’an dan

sunah—yang berpedoman kepada Rasulullah SAW (Muzni, 2014).

Meskipun begitu, kata Jemaah memiliki arti yang berbeda-beda tergantung

konteks, kalimat dan kata. Pertama-tama dikaitkan dengan istilah ‘ahlu sunah’,

yang berarti ahli dalam ‘sunah wal Jemaah’ (kumpulan umat Islam yang mengikuti

tradisi Nabi Muhammad SAW). Kedua, istilah Jemaah yang bersumber pada kata

ijma’, yang berarti adalah hasil dari musyawarah para ulama ketika terjadi sebuah

persoalan yang menjadi perdebatan. Ketiga, kata Jemaah yang dikaitkan dengan

keimanan atau pemimpin—dapat diartikan sebagai komunitas Muslim yang

dipimpin oleh seseorang yang dianggap sebagai imam (Muzni, 2014).

Jemaah Majelis Taklim ada yang selalu hadir dan ada pula yang hanya hadir

pada waktu-waktu tertentu saja. Jemaah yang selalu hadir adalah Jemaah yang rutin

dalam menghadiri Pengajian Majelis Taklim. Sementara itu, Jemaah yang hanya

https://lib.mercubuana.ac.id/id
31

hadir pada waktu-waktu tertentu ialah Jemaah yang hanya menghadiri pada acara-

acara tertentu saja. Misalnya, seperti acara tahunan Maulid Rasullulllah SAW

(Muzni, 2014).

2.4. Majelis Taklim Ustaz Kembar

Di bawah ini adalah hal-hal terkait Majelis Taklim Ustaz Kembar yang bersumber

dari Ustaz Adi Yusuf dan Ustaz Alwi Yusuf, selaku pembimbing dari Majelis

Taklim Ustaz Kembar.

2.4.1. Sejarah Majelis Taklim Ustaz Kembar

Majelis Taklim Ustaz Kembar (MABAR) berawal dari Pengajian sederhana yang

dirintis sejak tahun 2015 oleh Ustaz Adi Yusuf dan Ustaz Alwi Yusuf. Pengajian

sederhana yang tadinya hanya berkisar dari Jemaah remaja yang sering membantu

dalam kegiatan safari dakwah Ustaz Kembar dalam kegiatan-kegiatan dakwah di

televisi yang bersifat On-Air ataupun Off-Air, kajian-kajian dakwah di perkantoran

ataupun masjid hingga tablig-tablig akbar di berbagai wilayah Indonesia. Para

remaja ini senantiasa membantu Ustaz Kembar, yakni mulai dari tim teknis acara

yang berkoordinasi dengan panitia acara, sopir yang membawa kendaraan Ustaz

Kembar serta tim dakwah yang biasa memimpin berjalannya zikir selawat sebelum

Ustaz Kembar mengisi tausiah di setiap acara.

Majelis ini berawal dari hanya pertemuan pada setiap malam di bulan

Ramadan ketika ada waktu senggang yang bertempat di kediaman Ustaz Alwi. Para

remaja ini akan berkumpul setelah salat tarawih untuk melancarkan bacaan Al-

Qur.’an mereka. Kemudian, selepas bulan Ramadan ternyata banyak di antara

mereka yang tidak ingin melepas kegiatan ini. Oleh karena itu, didirikanlah Majelis

Taklim Ustaz Kembar yang kegiatannya dilaksanakan setiap hari Kamis selepas

https://lib.mercubuana.ac.id/id
32

waktu isya dalam seminggu sekali. Jadi, awalnya kegiatan Pengajian Majelis

Taklim Ustaz Kembar adalah hanya untuk meneruskan Pengajian di bulan

Ramadan dalam rangka memperlancar bacaan Al-Qur.’an. Namun, setelah

berjalannya waktu mulailah berdatangan kawan-kawan lain dari para remaja

Pengajian Majelis Taklim tersebut. Sesudah itu, Pengajian Majelis Taklim Ustaz

Kembar mulai dibuka untuk umum.

Seiring berjalannya waktu, Majelis Taklim Ustaz Kembar mengalami

perkembangan yang terlihat dari jumlah jemaah yang makin bertambah. Dalam hal

ini, besarnya minat untuk memperlancar bacaan Al-Qur.’an yang tadinya hanya

khusus remaja mulai diikuti juga oleh jemaah dewasa. Kemudian, setelah 2 tahun

berselang, maka di tahun 2016 mulai diadakan pertemuan di setiap hari Minggu

malam yang tujuannya bukan lagi hanya untuk sekadar memperlancar bacaan Al-

Qur.’an, melainkan juga membahas ilmu-ilmu agama lainnya. Misalnya, seperti

kajian-kajian Fikih, Tauhid, Akidah dan Akhlak melalui penyajian kitab-kitab kecil

dari karangan seorang ulama nusantara, yaitu Al-Imam Al-Habib Usman bin

Yahya. Beliau merupakan salah satu ulama besar pada zaman dahulu yang dikenal

sebagai Mufti Batavia.

Sesudah itu, dibentuk juga Pengajian rutin bulanan di kediaman Ustaz Adi

pada tahun 2019 di wilayah Citayam. Pengajian rutin bulanan ini diikuti oleh

jemaah umum untuk umat Islam laki-laki dan perempuan berusia dewasa. Pengajian

rutin bulanan ini diadakan di setiap hari Sabtu ketiga setiap bulannya mulai dari

waktu isya sampai dengan selesai. Tujuan awal didirikan Pengajian ini adalah untuk

memberikan pemahaman-pemahaman terkait agama Islam pada masyarakat umum

agar nantinya terbentuk akhlakul karimah dalam diri masing-masing individu.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
33

Selain itu, diharapkan para jemaah mampu mengamalkan ilmu-ilmu bermanfaat

yang telah didapatkan dari Pengajian Majelis Taklim dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.2. Visi dan Misi Majelis Taklim Ustaz Kembar

2.4.2.1. Visi

Meningkatkan keimanan serta ketakwaan dan akhlak karimah yang bertanggung

jawab.

2.4.2.2. Misi

Misi dari Majelis Taklim Ustaz Kembar adalah sebagai berikut :

1. Menumbuhkan rasa bersyukur serta tawakal kepada Allah SWT dan

berharap hanya kepada ridanya.

2. Menumbuhkan rasa mahabbah kepada Nabi Muhammad SAW dengan

mengetahui dan mengamalkan sunah-sunahnya.

3. Meningkatkan pemahaman tentang keagamaan dengan penuh rasa

keimanan.

4. Mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan yang dijiwai oleh ukhuwah

islamiah.

5. Membangun masyarakat yang berakhlakul karimah.

2.4.3. Tujuan Didirikannya Majelis Taklim Ustaz Kembar

Tujuan dibentuknya Majelis Taklim Ustaz Kembar adalah sebagai berikut:

1. Sebagai wadah komunikasi dengan nuansa kekeluargaan yang agamais,

berakhlakul karimah dan cinta kepada Allah SWT serta Nabi Muhammad

SAW.

2. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta wawasan agama Islam.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
34

3. Sebagai ajang membiasakan diri untuk berzikir kepada Allah SWT dan

berselawat kepada Nabi Muhammad SAW.

2.4.4. Peran Majelis Taklim Ustaz Kembar bagi Masyarakat

Majelis Taklim Ustaz Kembar mencoba untuk mengambil peran dakwah bil-hal

sehingga dapat bermanfaat untuk masyarakat, yaitu:

1. Menjadi wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama

dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.

2. Menjadi taman diskusi rohaniah dengan penyelenggaraan siraman rohani

yang bernuansa kekeluargaan.

3. Menjadi tempat silaturahmi yang menghidupkan nilai-nilai Islam.

2.4.5. Waktu dan Kajian Keagamaan Majelis Taklim Ustaz Kembar

Majelis Taklim Ustaz Kembar mengawali kegiatan Pengajian-nya dengan

pembacaan zikir yang selalu dibiasakan sebelum adanya kajian keagamaan dengan

menggunakan kitab-kitab zikir Ratib Al-Haddad, Ratib Al-Aththos, Wirid Al-

Lathief serta Istighfarat wal Munajat. Selanjutnya, untuk waktu dan tempat dalam

penyelenggaraan Majelis Taklim Ustaz Kembar adalah sebagai berikut (lihat Tabel

2.1.) :

1. Pengajian Rutin Mingguan pada hari Kamis malam di Jakarta Pusat.

Membahas ilmu tajwid, tahsin dan tahfidz yang menggunakan Modul

Metode Juz’Amma (metode guru-guru Betawi sejak zaman dahulu) dan

Kitab Tajwid Susunan Al-Habib Muhammad bin Yahya bin Usman bin

Yahya (Cucu dari Mufti Betawi).

2. Pengajian Rutin Mingguan pada hari Minggu malam di Jakarta Pusat.

Membaca kajian kitab tauhid, yaitu Kitab Aqidatul Awwam dan Kitab

https://lib.mercubuana.ac.id/id
35

Syarah Jalaa-ul Afham. Selanjutnya, dilanjutkan dengan kajian fikih dan

akhlak dengan Kitab Irsyadul Anaam dan Kitab Adabul Insan (keduanya

susunan Mufti Betawi Al-Habib Usman bin Yahya).

3. Pengajian Rutin Bulanan di setiap Sabtu Malam ketiga setiap bulannya di

Citayam. Diawali dengan membaca zikir rutin menggunakan Zikir Ratib Al-

Haddad. Selanjutnya, dilanjutkan dengan membaca riwayat singkat Nabi

Muhammad SAW dengan Kitab Maulid Simthud Duror. Setelahnya,

membahas kajian kitab tauhid, yaitu Kitab Aqidatul Awwam dan Kitab

Syarah Jalaa-ul Afham.

2.4.6. Motivasi Jemaah Mendatangi Majelis Taklim Ustaz Kembar

Di bawah ini adalah alasan-alasan dari Jemaah mendatangi Majelis Taklim Ustaz

Kembar :

1. Karena ingin memperlancar bacaan Al-Qur.’an yang mungkin masih jauh

dari sempurna dalam hukum tajwid serta kefasihan dalam membaca

2. Menambah pengetahuan tentang ilmu dan wawasan keagamaan lebih

mendalam dengan penyampaian yang sederhana.

3. Mengikuti zikir dan selawat berjemaah sehingga dapat membiasakan diri

untuk tidak lepas dari zikir kepada Allah SWT.

4. Sebagai sarana siraman rohani agar seimbang antara kehidupan dunia dan

kebutuhan persiapan akhirat.

2.4.7. Karakteristik Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar

Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar sebagian besar di antaranya rutin mengikuti

Pengajian dengan tujuan untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan wawasan

terkait agama Islam. Selanjutnya, Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar juga

https://lib.mercubuana.ac.id/id
36

cenderung tertarik dengan pembahasan ringan melalui kitab yang sederhana dalam

penyajian membahas ilmu tauhid, fikih dan akhlak. Meskipun begitu, Ada juga di

antaranya yang hadir karena ingin membiasakan diri ikut dalam lantunan zikir dan

selawat berjemaah.

Para jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar juga antusias dalam

mendengarkan ceramah ataupun nasihat keagamaan yang mereka anggap dapat

menjadi asupan bagi kebutuhan rohani agar dapat tercapai keseimbangan antara

kebutuhan dunia dan kebutuhan akhirat. Selanjutnya, ada juga Jemaah Majelis

Taklim Ustaz Kembar yang mendatangi Majelis Taklim ini untuk memperlancar

bacaan Al-Qur.’an mereka dalam kajian Tajwid. Tambahan lagi, ada juga Jemaah

Majelis Taklim Ustaz Kembar yang antusias dalam mengikuti kegiatan zikir dan

selawat berjemaah yang dianggap Ustaz Kembar sebagai tren dari umat Islam masa

kini.

2.4.8. Rangkaian Pelaksanaan Kegiatan Majelis Taklim Ustaz Kembar

Kegiatan Majelis Taklim Ustaz Kembar dilaksanakan dalam beberapa sesi yang

disusun menjadi agenda rutin dalam setiap kegiatan Majelis Taklim yang

dilaksanakan (lihat Tabel 2.1.).

Tabel 2.1. Tabel Rangkaian Pelaksanaan Kegiatan Majelis Taklim Ustaz

Kembar

Kegiatan Waktu Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5


Pengajian Kamis Zikir Rutin Kajian Tanya Doa -
Rutin malam Pembahasan Jawab Penutup
Mingguan Jumat Ilmu Tajwid
Hari Kamis (20.30 -
selesai)

https://lib.mercubuana.ac.id/id
37

(Lanjutan)
Kegiatan Waktu Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5
Pengajian Minggu Zikir Rutin Kajian Tanya Doa -
Rutin malam Pembahasan Jawab Penutup
Mingguan Senin Ilmu
Hari Minggu (20.30 - Tauhid,
selesai) Fikih dan
Akhlak
Pengajian Sabtu Zikir Rutin Membaca Kajian Ceramah Doa
Rutin malam Riwayat Pembaha Agama Penutup
Bulanan Hari Minggu Maulid san Ilmu dari ustaz
Sabtu ke-3 (bakda Rasulullah Tauhid yang
isya - SAW diundang
selesai)

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2. Tabel Jurnal Penelitian-Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Siti Hubungan Religiositas Perbandingan hubungan pada


Naharotun dan Kebersyukuran Kebersyukuran dan Religiositas
Nikmah dengan Kesejahteraan terhadap kesejahteraan psikologis para
(2017). Psikologis Lansia di lansia. Pada penelitian ini diketahui nilai
Pondok Pesantren koefisien korelasi antara Religiositas
Lansia PPAI Ketapang dengan kebersyukuran mempunyai nilai
Kecamatan Kepanjen sebesar r = 0.834.
Kabupaten Malang.

Humaira Religiositas dan Ada korelasi positif pada Religiositas


Mumtazah, Intensi Anti Korupsi: dengan intensi anti korupsi. Jika makin
Agus Abdul Peran Moderasi tinggi tingkat Religiositas pada individu,
Rahman, Kebersyukuran maka makin tinggi juga intensi anti
Sarbini korupsinya. Selanjutnya, Kebersyukuran
(2020) juga mempunyai pengaruh signifikan
sebagai moderator pada korelasi antara
Religiositas dengan intensi anti korupsi
senilai 3.7%.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
38

(Lanjutan)
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Nida Damia Korelasi Antara Terdapat hubungan yang signifikan


Ramdhani Religiositas dengan antara Religiositas dengan
Ali Gratitude Kebersyukuran pada mahasiswa
Alfathimy (Kebersyukuran) Pada penerima program Bidikmisi di
(2020) Mahasiswa Penerima Universitas Pendidikan Indonesia,
Bantuan Biaya dengan tingkat hubungan yang berada
Pendidikan Bidikmisi pada tingkat korelasi sedang dengan nilai
Di Universitas koefisien korelasi sebesar 0,639.
Pendidikan Indonesia.

Fauzia Devine Refulgence: Penelitian ini memberikan bukti empiris


Shaikh, Relationship of tentang peran syukur dalam hubungan
Beenish Religiosity, SWL and antara Religiositas dan SWL. Religiositas
Malik, Gratitude meningkatkan kepuasan hidup melalui
Uzma peningkatan rasa syukur. Temuan
Gilani, penelitian ini menambah bukti pada
Tayyaba literatur yang menunjukkan bahwa
Arshad Religiositas memiliki implikasi positif
(2020) untuk rasa syukur dan kepuasan hidup.

Naser The relations of Pada penelitian tersebut diketahui bahwa


Aghababei, Gratitude to terdapat korelasi positif antara
Agata religiosity, well-being, Kebersyukuran dengan motivasi
Błachniob, and personality intrinsik dan ekstrinsik pada
Masoume Religiositas.
Aminikhoo
(2018)

Rachel Being Thankful: Pada penelitian ini diketahui bahwa


Kraus, Scott Examining the religious efficacy dan mempunyai teman
A. Relationship Between yang religius secara positif dapat
Desmond, Young Adult memengaruhi tingkat Kebersyukuran
Zachary D. Religiosity and pada dewasa muda.
Palmer Gratitude.
(2015).

Bogdan Appreciating The Ditemukan inverse relationship antara


Tudor Positive Protects Us Kebersyukuran dan depresi. Tingkat
Tulbure From Negative Religiositas para partisipan memoderasi
(2014) Emotions: The hubungan antara Kebersyukuran dan
Relationship Between depresi, dengan individu yang memiliki
Gratitude, Depression tingkat religius tinggi menunjukkan
and Religiosity simptom depresi yang lebih sedikit.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
39

(Lanjutan)
Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Ji-Yeon Korean Christian Penelitian ini menunjukkan bahwa


Lee, Jimin Young Adults’ Religiositas dewasa muda Kristen
Kim (2021). Religiosity Affects memengaruhi pertumbuhan post-
Post-traumatic traumatic growth melalui forgiveness
Growth: The dan Kebersyukuran. Diketahui juga
Mediation Effects of adanya mediasi parsial dari forgiveness
Forgiveness and dan Kebersyukuran dalam hubungan
Gratitude. antara Religiositas dan post-traumatic
growth.

Kin-Kit Li, Religiosity/spirituality Dalam analisis jalur, Religiositas dan


Wai-Yin and prosocial spiritualitas yang lebih tinggi
Chow behaviors among memprediksi rasa syukur yang lebih
(2015). Chinese Christian tinggi. Pada gilirannya, rasa syukur yang
adolescents: The lebih tinggi akan berdampak kepada
mediating role of lebih banyak perilaku membantu teman
values and gratitude. sebaya dalam self-reported dan teacher-
reported, tetapi lebih sedikit perilaku
membantu orang asing dalam self-
reported.

2.5. Kerangka Pemikiran

Jemaah Majelis Taklim merasakan bahwa wawasan dan ilmu pengetahuannya

makin meningkat setelah mengikuti Majelis Taklim (Anwar, 2012). Jemaah Majelis

Taklim juga merasakan perasaan Kebersyukuran pada dirinya meningkat setelah

mengikuti kegiatan keagamaan ini (Kamsi, 2017). Selain itu, Jemaah Majelis

Taklim juga merasakan ketenangan pada hati dan pikirannya setelah mendapatkan

siraman kerohanian dari ustaz ataupun ulama dalam Majelis Taklim yang diikutinya

(Masdalima, 2021).

Selanjutnya, dalam penelitian-penelitian terdahulu di jurnal internasional

(Kraus dkk., 2015; Tulbure, 2014; Aghababei dkk., 2018; Shaikh dkk., 2020; Lee

dan Kim, 2021) sudah diketahui bahwa ada korelasi antara Religiositas dengan

Kebersyukuran. Sementara itu, di Indonesia juga terdapat penelitian-penelitian

https://lib.mercubuana.ac.id/id
40

sebelumnya yang mengkaji terkait Religiositas dan Kebersyukuran (Nikmah, 2017;

Mumtazah dan Sarbini, 2020; Alfathimy, 2020) (lihat Tabel 2.2.). Pada penelitian-

penelitian terdahulu telah diketahui bahwa memang ada korelasi antara Religiositas

dan Kebersyukuran di berbagai populasi dan jenis penelitian, seperti pada lansia,

dewasa, pekerja, mahasiswa dan guru. Bersumber dari penelitian-penelitian

tersebut, diketahui bahwa dengan makin tinggi tingkat Religiositas, maka akan

makin tinggi pula tingkat Kebersyukuran dari individu (Tulbure, 2014; Nikmah,

2017; Aghababei dkk., 2018; Alfathimy, 2020; Shaikh dkk., 2020; Lee dan Kim,

2021). Sementara itu, dalam Mumtazah dan Sarbini (2020) Kebersyukuran berlaku

sebagai variabel mediasi antara hubungan Religiositas dengan perilaku anti korupsi.

Selanjutnya, dalam Kraus dkk., (2015) diketahui bahwa individu yang mempunyai

tingkat Religious Efficacy yang tinggi juga akan mempunyai rasa Kebersyukuran

yang tinggi. Meskipun begitu, sejauh ini belum ada penelitian yang membuktikan

apakah ada korelasinya antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada individu

yang mengikuti Pengajian Majelis Taklim. Peneliti mempunyai hipotesis awal jika

individu yang mengikuti Pengajian Majelis Taklim akan mempunyai tingkat

Religiositas dan tingkat Kebersyukuran yang tinggi.

Misalnya, pada Ideology Dimension dari Teori Religiositas Huber dan

Huber (2012), setiap Jemaah Majelis Taklim akan selalu diberikan pencerahan yang

dapat makin mendekatkannya kepada Allah SWT dan mempercayai dengan

sepenuh hati bahwa Allah SWT itu ada (Rahmawati, 2019). Selanjutnya, Jemaah

Majelis Taklim juga akan mempercayai bahwa kehidupan setelah kematian itu pasti

ada serta memahami bahwa segala perbuatan baik yang dilakukannya pasti akan

mendapatkan balasan kebaikan yang berkali-kali lipat dari Allah SWT (Aulia dan

https://lib.mercubuana.ac.id/id
41

Suhaimi, 2020). Dalam hal ini, hal tersebut berkorelasi dengan aspek Span dari

Teori Kebersyukuran McCullough dkk. (2002). Sehubungan dengan itu, pada

Pengajian Majelis Taklim para Jemaah juga akan senantiasa diingatkan untuk

bersyukur dalam sepanjang hidupnya (Kamsi, 2017; Yakin, 2020). Dalam konteks

ini, para Jemaah Majelis Taklim diharapkan akan selalu bersyukur kepada Allah

SWT pada setiap waktu karena sudah banyak sekali nikmat dan anugerah yang telah

diberikan oleh Allah SWT kepadanya (Yakin, 2020).

Jadi, dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara ilmiah

terkait Religiositas dan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim. Dalam

penelitian ini, jika diketahui terdapat korelasi antara Religiositas dengan

Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim, peneliti mengharapkan para Jemaah

Majelis Taklim akan makin giat dalam mengikuti kegiatan keagamaan tersebut.

Karena dalam penelitian ini sudah terbukti, bahwa dengan aktif mengikuti

Pengajian Majelis Taklim dapat menjadi salah satu cara bagi individu beragama

Islam untuk dapat meningkatkan tingkat Religiositas dan Kebersyukuran-nya.

Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi Jemaah Majelis

Taklim, Pengelola Majelis Taklim serta pihak-pihak lainnya yang berkepentingan.

Gambar 2.1. Gambar Bagan Kerangka Berpikir

Religiusitas Kebersyukuran
(Variabel X) (Variabel Y)

2.7. Hipotesis Penelitian

Ha : Terdapat hubungan antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah

Majelis Taklim Ustaz Kembar.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode dan Rancangan Penelitian

3.1.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif statistik

parametrik dengan metode penelitian korelasional dua variabel, melalui teknik

pengumpulan data kuesioner. Peneliti akan menguji korelasi antara Religiositas

dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar.

3.1.2. Variabel Penelititan

Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari tahu ada atau tidaknya hubungan antara

Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar.

Variabel yang peneliti teliti dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu

Religiositas sebagai variabel X dan Kebersyukuran sebagai variabel Y.

3.2.1. Variabel X

1. Religiositas

a. Definisi Operasional

Definisi operasional untuk Religiositas dalam penelitian ini diperoleh dari alat ukur

Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang dikembangkan oleh Huber dan Huber

(2012), dimodifikasi oleh Purnomo dan Suryadi (2018), lalu dimodifikasi oleh

Putra (2020), yang setelahnya dimodifikasi oleh peneliti. Selanjutnya, dalam alat

ukur ini terdapat 5 dimensi, yaitu; Intellectual (misalnya, pengetahuan agama),

Ideology (misalnya, percaya kepada Allah SWT), Public Practice (misalnya,

Beribadah di Masjid), Private Practice (misalnya, berdoa secara individual) dan

https://lib.mercubuana.ac.id/id
43

Religious Experience (misalnya, merasakan kehadiran Allah SWT). Dalam hal ini,

makin tinggi nilai yang didapatkan, maka makin tinggi juga tingkat Religiositas

pada Jemaah Majelis Taklim. Sebaliknya, makin rendah nilai yang didapatkan,

maka makin rendah juga tingkat Religiositas dari Jemaah Majelis Taklim.

3.2.2. Variabel Y

1. Kebersyukuran

a. Definisi Operasional

Definisi operasional untuk Kebersyukuran dalam penelitian ini diperoleh dari alat

ukur The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang dikembangkan oleh

McCullough dkk. (2002). Kemudian, dimodifikasi oleh peneliti. GQ-6 mengukur

rasa syukur disposisional sebagai kecenderungan umum untuk mengenali dan

menanggapi secara emosional dengan rasa terima kasih setelah menghubungkan

manfaat yang diterima dari agen moral eksternal. Aspek-aspek dalam alat ukur ini

mencerminkan 4 aspek, yaitu; Gratitude Intensity (misalnya, "Saya merasa

bersyukur atas apa yang telah saya terima dalam hidup"), Gratitude Frequency

(misalnya, "Waktu dapat lama berlalu sebelum saya merasa berterima kasih kepada

sesuatu atau seseorang"), Gratitude Span (misalnya, “Saya terkadang merasa

bersyukur untuk hal-hal terkecil”) dan Gratitude Density (misalnya, “Saya

berterima kasih kepada setiap orang”) (McCullough dkk., 2002, dalam Emmons

dkk., 2019). Dalam hal ini, makin tinggi nilai yang didapatkan, maka makin tinggi

tingkat Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim. Sebaliknya, makin rendah

nilai yang didapatkan, maka makin rendah tingkat Kebersyukuran pada Jemaah

Majelis Taklim.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
44

3.3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah para dewasa berjenis kelamin pria ataupun

wanita dengan minimal umur 18 tahun yang aktif mengikuti Pengajian Majelis

Taklim Ustaz Kembar yang berlokasi di di Griya Citayam Permai 2, Rawa Panjang,

Bojong Gede, Kota Bogor. Jumlah Jemaah pada Majelis Taklim tersebut kurang

lebih terdiri dari 152 Jemaah dewasa.

3.3.2. Sampel

Penentuan Jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan g power dengan

ketentuan sebagai berikut; hipotesis asosiatif tidak terarah dengan pearson

correlation Tail(s) = Two, level signifikansi α err prob = 0.05, statistical Power (1–

β) = 0.95, Correlation ρ H1 = 0.3 dan Correlation ρ H0 = 0.

Dalam hal ini, pada ketentuan tersebut didapatkan hasil total sample size

sebesar 138. Oleh karena itu, pada penelitian ini jumlah sampel minimal yang

diperlukan oleh peneliti adalah sebanyak 138 partisipan. Sementara itu, untuk total

keseluruhan sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 139 partisipan sehingga

sudah memenuhi batas jumlah sampel minimal pada penelitian ini.

3.3.3. Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan salah satu teknik

non-probability, yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik

pengambilan sampel yang sebelumnya peneliti menentukan terlebih dahulu standar

tertentu untuk populasi partisipan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti (Sugiyono, 2018:138). Berikut adalah kriteria sampel yang diperlukan pada

penelitian ini:

https://lib.mercubuana.ac.id/id
45

1. Pria / wanita dengan usia minimal 18 tahun

2. Rutin mengikuti Pengajian Majelis Taklim minimal selama 1 kali dalam

sebulan—dalam jangka waktu 6 bulan terakhir

3. Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar

3.4. Instrumen Penelitian

3.4.1. Skala Religiositas

Tabel 3.1. Tabel Blue Print Skala Religiositas

Dimensi Indikator Fav. Unfav. Jumlah


Memiliki Pengetahuan 1,2,3
Intellectual Tertarik dengan Topik 4,5,6 7
7
Agama
Mempercayai Tuhan dan 8,9,10
Ideology Ciptaannya 9
Meyakini Ajaran Agama 11,13,14,15,16 12
Beribadah Berjemaah 17,18,19
Public
Merasa Ibadah Berjemaah 20,21,22 7
Practice 23
Penting
Beribadah individual 24*,25,26,27
Private
Merasa Beribadah 28,29,30 7
Practice
Individual Penting
Merasakan Adanya Kuasa 31,32,33
Religious Tuhan
5
Experience Memiliki Pengalaman 34,35
Keagamaan
Jumlah 32 3 35
*item dihapus

Peneliti dalam penelitian ini menggunakan alat ukur Centrality of Religiosity Scale

(CRS) yang dikembangkan oleh Huber dan Huber (2012), dimodifikasi oleh

Purnomo dan Suryadi (2018) dan selanjutnya dimodifikasi oleh Putra (2020).

Kemudian, peneliti memodifikasi alat ukur tersebut agar lebih sesuai dengan

konteks penelitian ini. Skala ini mempunyai lima dimensi, yaitu; Intellectual

Dimension, Ideology Dimension, Public Practice Dimension, Private Practice

https://lib.mercubuana.ac.id/id
46

Dimension dan Religious Experience Dimension (lihat Tabel 3.1.). Skala Likert

dengan 4 alternatif jawaban adalah yang peneliti gunakan pada penelitian ini,

dengan pilihan jawaban sebagai berikut; Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju

(TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).

3.4.2. Skala Kebersyukuran

Tabel 3.2. Tabel Blue Print Skala Kebersyukuran

Dimensi Indikator Fav. Unfav. Jumlah


Intensity sejauh mana seseorang merasa
1,5 3 3
bersyukur
Frequency seberapa sering seseorang merasa
8 6 2
bersyukur
Span mengacu pada rasa syukur atas
2,7,10 3
kehidupan yang telah dijalani
Density mengacu pada jumlah objek emosi
4,9 11 3
yang membuat bersyukur
Jumlah 8 3 11

Peneliti menggunakan alat ukur The Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-

6) dari McCullough dkk. (2002) dalam penelitian ini. Selanjutnya, untuk

penempatan item di setiap aspek, peneliti bersumber dari Hafiz (2018, dalam

Grimaldy dan Haryanto, 2020) karena dalam jurnal aslinya (McCullough dkk.,

2002) tidak dijelaskan pembagian aspek untuk setiap itemnya. Setelahnya, peneliti

memodifikasi alat ukur tersebut dengan menambahkan lima item sehingga total

keseluruhan alat ukur ini menjadi sebelas item. Sehubungan dengan itu, untuk

proses penambahan item-item pada skala ini peneliti juga berdiskusi dengan Ibu

Prahastia Kurnia Putri, S.Psi., M.Psi., Psikolog. Skala Kebersyukuran ini

mempunyai empat aspek, yaitu; Intensity, Density, Span dan Frequency (lihat Tabel

3.2.). Skala Likert dengan 4 alternatif jawaban adalah yang peneliti gunakan pada

https://lib.mercubuana.ac.id/id
47

penelitian ini, dengan pilihan jawaban sebagai berikut; Sangat Tidak Setuju (STS),

Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS).

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

3.5.1. Validitas Alat Ukur

Peneliti dibantu oleh para ahli untuk meninjau kedua skala ini melalui expert

judgement untuk pengujian validitas dari kedua skala. Peneliti dibantu oleh dua

expert untuk menilai kedua skala ini, yaitu Ibu Prahastia Kurnia Putri M.Psi,

Psikolog dan Bpk. Dr. Irfan Aulia Syaiful, M.Psi., Psikolog untuk uji Face Validity.

Sebagai hasilnya, untuk skala Religiositas tidak terdapat koreksi, sedangkan untuk

skala Kebersyukuran terdapat dua item yang perlu direvisi (lihat Tabel 3.3.).

Tabel 3.3. Tabel Revisi Expert Judgement Skala Kebersyukuran

Nama Expert No Masukan Sebelum Revisi Hasil Revisi


Item
Seiring Seiring
bertambahnya usia, bertambahnya usia,
saya menemukan saya lebih mampu
diri saya lebih menghargai orang,
Revisi mampu menghargai peristiwa, dan
3
Kata orang, peristiwa, dan situasi yang telah
Ibu Prahastia situasi yang telah menjadi bagian
Kurnia Putri menjadi bagian dari dari perjalanan
M.Psi, perjalanan hidup hidup saya.
Psikolog saya.
Waktu yang lama Waktu bisa berlalu
bisa berlalu sebelum begitu saja sebelum
Revisi saya dapat merasa saya dapat merasa
4
Kata bersyukur pada bersyukur pada
sesuatu atau sesuatu atau
seseorang. seseorang.
Bpk. Dr. Irfan
Aulia Syaiful, Tidak
- - -
M.Psi., Ada
Psikolog

https://lib.mercubuana.ac.id/id
48

Selanjutnya, peneliti menguji coba kedua alat ukur tersebut kepada para

partisipan dengan jumlah sampel 30 orang. Sesudah itu, peneliti melakukan uji

validitas analisis item dari skala Kebersyukuran dan skala Religiositas dengan uji

validitas Corrected Item-Total Correlation (lihat Tabel 3.4. dan Tabel 3.5.).

Tabel 3.4. Tabel Uji Validitas Corrected Item-Total Correlation Skala

Religiositas

No. Item Skor Item Total Kesimpulan


1 .475 Valid
2 .515 Valid
3 .487 Valid
4 .424 Valid
5 .609 Valid
6 .463 Valid
7 .472 Valid
8 .542 Valid
9 .524 Valid
10 .542 Valid
11 .747 Valid
12 .469 Valid
13 .681 Valid
14 .747 Valid
15 .747 Valid
16 .633 Valid
17 .645 Valid
18 .603 Valid
19 .518 Valid
20 .539 Valid
21 .477 Valid
22 .602 Valid
23 .390 Valid
24 -.209 Hapus
25 .502 Valid
26 .452 Valid
27 .620 Valid
28 .503 Valid
29 .568 Valid
30 .491 Valid
31 .400 Valid
32 .477 Valid

https://lib.mercubuana.ac.id/id
49

(Lanjutan)
No. Item Skor Item Total Kesimpulan
33 .611 Valid
34 .539 Valid
35 .551 Valid

Tabel 3.5. Tabel Uji Validitas Corrected Item-Total Correlation Skala

Kebersyukuran

No. Item Skor Item Total Kesimpulan


1 .499 Valid
2 .529 Valid
3 .336 Valid
4 .452 Valid
5 .264 Revisi
6 .353 Valid
7 .377 Valid
8 .529 Valid
9 .483 Valid
10 .292 Revisi
11 .131 Revisi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap uji validitas analisis item,

peneliti memutuskan untuk merevisi dan/atau menghapus item-item yang tidak

memenuhi nilai minimal pada uji validitas Corrected Item-Total Correlation (lihat

Tabel 3.6. dan Tabel 3.7.).

Tabel 3.6. Tabel Revisi Bahasa Skala Religiositas Setelah Pilot Study

No.
Tindakan Sebelum Revisi Setelah Revisi
Item
Saya melakukan ibadah
24 Hapus Item individual yang -
dikerjakan sendirian

https://lib.mercubuana.ac.id/id
50

Tabel 3.7. Tabel Revisi Bahasa Skala Kebersyukuran Setelah Pilot Study

No.
Tindakan Sebelum Revisi Setelah Revisi
Item
Saya berterima- Saya bersyukur
5 Revisi Kata kasih setiap saat setiap saat kepada
kepada Allah SWT Allah SWT
Saya berterima- Saya berterima-
kasih mempunyai kasih atas
10 Revisi Kata
orang-orang baik di pertolongan orang-
sekeliling saya orang di sekitar saya
Saya berhasil
Saya berhasil tanpa
11 Revisi Kata karena jerih payah
bantuan orang lain
saya sendiri

3.5.2. Reliabilitas Alat Ukur

Tabel 3.8. Tabel Uji Reliabilitas Variabel Religiositas dan Kebersyukuran

Variabel Cronbach Alpha Keterangan


Religiositas 0.928 Reliabel
Kebersyukuran 0.716 Reliabel

Peneliti menggunakan uji Cronbach Alpha untuk uji reliabilitas alat ukur dalam

Pilot Study. Dalam uji ini, diperoleh nilai Cronbach Alpha untuk Religiositas

sejumlah 0.928 dan nilai Cronbach Alpha untuk Kebersyukuran sejumlah 0.716

(lihat Tabel 3.8.). Hulin dkk. (2001) mengemukakan bahwa koefisien reliabilitas

minimum adalah 0.7. Dalam hal ini, karena hasil uji Cronbach Alpha dalam pilot

study untuk skala Religiositas sejumlah 0.928 > 0.7 dan untuk skala Kebersyukuran

sejumlah 0.716 > 0.7, kedua skala dalam penelitian ini dianggap reliabel.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
51

3.6. Analisis Data Penelitian

3.6.1. Analisis Data Deskriptif

Sebagai data pelengkap pada penelitian ini, peneliti juga melakukan analisis data

deskriptif agar dapat mengkategorisasikan dan mengklasifikasikan identitas dari

para partisipan yang mengisi kuesioner. Analisis deskriptif merupakan teknik

statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi

(Sugiyono, 2018:226).

3.6.2. Teknik Uji Normalitas

Dilansir dari Mishra dkk. (2019), diketahui bahwa uji Shapiro-Wilk merupakan

metode yang lebih tepat untuk ukuran sampel kecil (<50 sampel) meski dapat juga

untuk menangani ukuran sampel yang lebih besar. Di lain pihak, diketahui bahwa

uji Kolmogorov-Smirnov merupakan teknik yang lebih tepat digunakan untuk n ≥

50. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menggunakan uji normalitas

kolmogorov-smirnov karena jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari dari 50

partisipan.

3.6.3. Teknik Uji Korelasi

Peneliti menggunakan teknik uji korelasi pearson product moment untuk dapat

mengetahui apakah antara Religiositas dengan Kebersyukuran terdapat korelasi

positif, korelasi negatif atau tidak ada korelasi.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
52

3.6.4. Uji Hipotesis

Dalam uji ini, peneliti ingin mengetahui apakah ada korelasi antara variabel X

(Religiositas) dengan variabel Y (Kebersyukuran) pada uji hipotesis dalam

penelitian ini. Hipotesis dari peneliti, yaitu:

Ha : Terdapat hubungan antara Religiositas dengan

Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar.

Hipotesis ini peneliti uji menggunakan teknik korelasi pearson product

moment. Uji korelasi pearson product moment ini biasa digunakan untuk dapat

mengetahui tingkat keeratan korelasi antara 2 variabel yang mempunyai skala

interval ataupun rasio. Jika pada penelitian ini didapatkan hasil nilai signifikansi p

> 0,05, Ha diterima yang berarti terdapat hubungan signifikan antara Religiositas

dengan Kebersyukuran. Sebaliknya, jika didapatkan hasil nilai signifikansi p <

0,05, Ha ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan signifikan antara Religiositas

dengan Kebersyukuran.

3.7. Prosedur Penelitian

3.7.1. Tahap Perencanaan

1. Menentukan masalah yang akan dipelajari serta mengumpulkan literatur

yang berkaitan dengan topik masalah.

2. Menentukan objek penelitian yang sesuai dengan karakteristik objek

penelitian yang diperlukan.

3. Mengembangkan alat ukur untuk penelitian serta melakukan penilaian ahli

(expert judgement).

4. Melakukan Pilot Study.

5. Uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
53

6. Membuat rencana teknis pengumpulan data.

3.7.2. Tahap Pelakasanaan

1. Menyebar kuesioner penelitian pada para partisipan sesuai kriteria yang

telah ditentukan.

2. Mengumpulkan kembali kuesioner penelitian yang sudah diisi oleh para

partisipan.

3.7.3. Tahap penyelesaian

1. Menganalisis data kuesioner yang telah diperoleh.

2. Melakukan analisis statistik serta mendiskusikan hasil uji statistik bersama

ahli.

3. Mengemukakan kesimpulan dan saran terkait hasil penelitian.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
54

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Partisipan pada Penelitian

Jumlah sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini berdasarkan hasil dari

g power adalah 138 partisipan. Sementara itu, untuk jumlah sampel pada penelitian

ini berjumlah 139 partisipan sehingga sudah memenuhi jumlah sampel minimal

yang diperlukan (lihat Tabel 4.1.).

Tabel 4.1. Tabel Data Deskriptif Partisipan

Gambaran Umum Partisipan n %


Jenis Kelamin
Laki-Laki 94 67.63
Perempuan 45 32.37
Tingkat Pendidikan Terakhir
Tidak Pernah Sekolah 0 0
SD 5 3.59
SMP 12 8.63
SMA 77 55.4
D3 / S1 39 28.06
S2 / S3 6 4.32
Rentang Usia :
18-24 20 14.388
25-30 18 12.95
31-36 14 10.072
37-42 26 18.705
43-48 26 18.705
49-54 22 15.827
55-60 4 2.876
lebih dari 60 8 5.756
Intensitas Datang ke Pengajian Majelis Taklim
2 kali atau lebih setiap minggu 48 34.532
1 kali setiap minggu 67 48.201
2 sampai 3 kali setiap bulan 13 9.352
1 kali setiap bulan 11 7.913
55

(Lanjutan)
Gambaran Umum Partisipan n %
Alasan Pertama Kali Ikut Majelis Taklim
Karena diajak orang lain 7 5.035
Menambah wawasan keilmuan keagamaan 115 82.733
Bertemu dan mengenal banyak orang saleh 7 5.035
Untuk mengisi waktu kosong 3 2.158
Mencari ketenangan hati 5 3.597
Diajarkan orang tua sejak kecil 1 0.179
Pembersihan diri dari sifat-sifat tercela 1 0.179
Catatan. N = 139

Dalam penelitian ini, diketahui gambaran deskriptif berdasarkan jenis

kelamin pada peneilitan ini terdapat 94 partisipan berjenis kelamin laki-laki

(67.62%) dan 48 partisipan berjenis kelamin perempuan (32.37%). Selanjutnya,

diketahui gambaran deskriptif berdasarkan tingkat pendidikan terakhir pada

penelitian ini terdapat 5 partisipan yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SD

(3.59%), 12 partisipan yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMP (8.63%),

77 partisipan yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah SMA (55.39%), 39

partisipan yang tingkat pendidikan terakhirnya adalah D3/S1 (28.06%) dan 6

partisipan yang pendidikan terakhirnya adalah S2/S3 (4.32%).

Setelahnya, diketahui gambaran deskriptif berdasarkan usia pada penelitian

ini terdapat 20 partisipan berusia antara 18-24 tahun (14.39%), 18 partisipan berusia

rentang 25-30 tahun (12.95%), 14 partisipan berusia rentang 31-36 tahun (10.07%),

26 partisipan berusia rentang 37-42 tahun (18.70%), 26 partisipan berusia rentang

43-48 tahun (18.70%), 22 partisipan berusia rentang 49-54 tahun (5.04%), 4

partisipan berusia rentang 55-60 tahun (2.88%) dan 8 partisipan berusia lebih dari

60 tahun (5.75%).

Setelah itu, Diketahui gambaran deskriptif berdasarkan intensitas datang ke

Pengajian Majelis Taklim pada penelitian ini terdapat 48 partisipan yang mengikuti
56

Pengajian Majelis Taklim dalam rentang 2 kali atau lebih setiap minggu (34.53%),

67 partisipan yang mengikuti Pengajian Majelis Taklim dalam rentang 1 kali setiap

minggu (48.2%), 13 partisipan yang mengikuti Pengajian Majelis Taklim dalam

rentang 2 sampai 3 kali setiap bulan (9.35%) dan 11 partisipan yang mengikuti

Pengajian Majelis Taklim dalam rentang 1 kali setiap bulan (7.91%).

Terakhir, diketahui gambaran deskriptif berdasarkan alasan pertama kali

ikut Pengajian Majelis Taklim pada penelitian ini terdapat 7 partisipan yang

pertama kali mengikuti Pengajian Majelis Taklim dengan alasan karena diajak

orang lain (5.03%), 115 partisipan yang pertama kali mengikuti Pengajian Majelis

Taklim dengan alasan karena Ingin menambah wawasan keilmuan tentang

keagamaan (82.73%), 7 partisipan yang pertama kali mengikuti Pengajian Majelis

Taklim dengan alasan karena ingin bertemu dan mengenal banyak orang saleh

(5.03%), 3 partisipan yang pertama kali mengikuti Pengajian Majelis Taklim

dengan alasan untuk mengisi waktu kosong (2.16%), 5 partisipan yang pertama kali

mengikuti Pengajian Majelis Taklim dengan alasan untuk mencari ketenangan hati

(3.6%), 1 partisipan yang pertama kali mengikuti Pengajian Majelis Taklim dengan

alasan sudah diajarkan orang tua sejak kecil (0.18%) dan 1 partisipan yang pertama

kali mengikuti Pengajian Majelis Taklim dengan alasan pembersihan diri dari sifat-

sifat tercela dan menggantinya dengan sifat-sifat terpuji (0.18%).

4.2. Data Deskriptif Alat Ukur Religiositas dan Kebersyukuran

Data deskriptif untuk alat ukur pada penelitian ini terdiri dari dua alat ukur, yaitu

alat ukur Religiositas dan alat ukur Kebersyukuran. Alat ukur Religiositas terdiri

atas 34 item pernyataan, sedangkan untuk alat ukur Kebersyukuran terdiri atas 11

item pernyataan. Selanjutnya, untuk penormaan kedua alat ukur peneliti


57

menggunakan skala Likert dengan rentang nilai 1-4 (Sangat Tidak Setuju, Tidak

Setuju, Setuju, Sangat Setuju).

Tabel 4.2. Tabel Data Deskriptif Variabel Religiositas dan Kebersyukuran

Religiositas Kebersyukuran
N 139 139
Mean 120.662 36.46
Median 121 36
Mode 118 36
Std. Deviation 8.74 3.126
Minimum 99 28
Maximum 136 44

Selanjutnya, untuk ukur Religiositas mempunyai jumlah item sebanyak 34

item, skor maksimum senilai 136, skor minimum senilai 99, nilai mean senilai

120.662 dan simpangan baku senilai 8.74. Sementara itu, untuk alat ukur

Kebersyukuran mempunyai jumlah item sebanyak 11 item, skor maksimum senilai

44, skor minimum senilai 32, nilai mean senilai 37.67 dan simpangan baku senilai

3.126 (lihat Tabel 4.2.).

4.2.1. Deskripsi Religiositas

Diketahui Nilai rata-rata tertinggi setelah dibagi dengan jumlah item perdimensi

pada alat ukur Religiusitas terdapat pada Ideology Dimension (M = 3.8545),

sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada Intellectual Dimension (M = 3.295)

(lihat Tabel 4.3). Selanjutnya, juga diketahui jika partisipan yang mempunyai skor

tinggi dalam Religiositas adalah sebanyak 134 partisipan (96.4%). Sementara itu,

yang mempunyai skor sedang adalah sebanyak 4 partisipan (3.6%) dan tidak ada

partisipan yang masuk dalam kategori rendah (lihat Tabel 4.4.).


58

Tabel 4.3. Tabel Deskripsi Statistik Dimensi Religiositas

Dimensi XL XH M SD
Intellectual 15 28 3.295 2.80581
Ideology 26 36 3.8545 2.44608
Public Practice 17 28 3.37 2.83051
Private Practice 17 24 3.5696 1.98509
Religious Experience 13 20 3.5799 1.88931
Catatan. N = 139

Tabel 4.4. Tabel Frekuensi Kategorisasi Religiositas

Variabel Skor Kategori n %


X < 68 Rendah 0 0
Religiositas 68 ≤ X < 102 Sedang 4 2.9
102 ≤ X Tinggi 135 97.1
Catatan. N = 139

4.2.2. Deskripsi Kebersyukuran

Diketahui nilai rata-rata tertinggi setelah dibagi dengan jumlah item peraspek pada

alat ukur Kebersyukuran terdapat pada Intensity Aspect (M = 3.4868), sedangkan

nilai rata-rata terendah terdapat pada Frequency Aspect (M = 2.9856) (lihat Tabel

4.5.). Selanjutnya, juga diketahui jika partisipan yang mempunyai skor tinggi dalam

Kebersyukuran adalah sebanyak 127 partisipan (91.4%). Sementara itu, yang

mempunyai skor sedang adalah sebanyak 4 partisipan (8.6%) dan tidak ada

partisipan yang masuk dalam kategori rendah (lihat Tabel 4.6.).

Tabel 4.5. Tabel Deskripsi Statistik Aspek Kebersyukuran

Aspek XL XH M SD
Intensity 4 12 3.4868 1.32570
Frequency 3 8 2.9856 0.90042
Span 6 12 3.307 1.26871
Density 5 12 3.3693 1.45309
Catatan. N = 139
59

Tabel 4.6. Tabel Frekuensi Kategorisasi Kebersyukuran

Variabel Skor Kategori n %


X < 22 Rendah 0 0
Kebersyukuran 22 ≤ X < 33 Sedang 12 8.6
33 ≤ X Tinggi 127 91.4
Catatan. N = 139

4.3. Hasil Uji Normalitas

Tabel 4.7. Tabel Uji Normalitas Teknik Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200

Peneliti menggunakan teknik kolmogorov-smirov untuk uji normalitas dalam

penelitian ini. Dalam hal ini, Data yang mempunyai distribusi normal ialah data

yang mempunyai nilai signifikansi di atas 0.05. Sebaliknya, data yang tidak

terdistribusi normal ialah data yang mempunyai nilai signifikansi di bawah 0.05.

Uji normalitas pada penelitian ini mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.200

sehingga data pada penelitian ini menandakan sudah terdistribusi normal (lihat

Tabel 4.7.).

4.4. Hasil Uji Hipotesis

Setelah diketahui bahwa data pada penelitian ini terdistribusi normal, maka

selanjutnya peneliti melakukan uji hipotesis. Peneliti menggunakan teknik uji

korelasi pearson product moment pada penelitian ini untuk uji hipotesis. Uji

korelasi pearson product moment ini biasa digunakan untuk mengetahui tingkat

keeratan korelasi antara 2 variabel yang mempunyai skala interval ataupun rasio.
60

Uji hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut; jika pada penelitian

ini didapatkan hasil nilai signifikansi p > 0,05, Ha diterima yang berarti terdapat

hubungan signifikan antara Religiositas dengan Kebersyukuran. Sebaliknya, jika

didapatkan hasil nilai signifikansi p < 0,05, Ha ditolak yang berarti tidak terdapat

hubungan signifikan antara Religiositas dengan Kebersyukuran.

Tabel 4.8. Tabel Uji Korelasi Pearson Correlation

Kebersyukuran
Religiositas Pearson Correlation .532**
Sig. (2-tailed) .000
N 139
*p < .05. **p < .01

Diketahui pada penelitian ini bahwa hasil nilai signifikansi dengan

menggunakan teknik pearson correlation berada di level signifikansi 0.000.

Karena 0.000 < 0.05, Ha diterima sehingga diketahui ada korelasi positif yang

signifikan pada variabel Religiositas dengan variabel Kebersyukuran senilai 0.532

atau 53.2 %. Dalam hal ini, dengan nilai pearson correlation 0.532, maka diketahui

hubungan antara variabel Religiositas dengan variabel Kebersyukuran masuk

dalam kategori sedang (lihat Tabel 4.8.).

4.5. Matriks Korelasi

Peneliti selanjutnya juga melakukan uji matriks korelasi pada setiap dimensi

Religiositas dengan Kebersyukuran dalam penelitian ini. Selanjutnya, uji matriks

korelasi pada setiap aspek Kebersyukuran dengan Religiositas. Sesudah itu, uji

matriks korelasi pada setiap dimensi Religiositas dengan setiap aspek

Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim.


61

4.5.1. Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan Kebersyukuran

Diketahui bahwa Dimensi Religiositas yang mempunyai korelasi paling tinggi

dengan variabel Kebersyukuran adalah Public Practice Dimension (lihat Tabel

4.9.). Jadi, dengan nilai sig. Public Practice Dimension 0.000 < 0.05, terdapat

hubungan yang signifikan antara Public Practice Dimension dengan

Kebersyukuran pada level signifikansi 1%. Selanjutnya, dengan nilai pearson

correlation 0.469, diketahui tingkat korelasi antara Public Practice Dimension

dengan variabel Kebersyukuran masuk dalam kategori sedang. Oleh karena itu,

hasil temuan ini menjadi indikator bahwa dengan makin sering individu mengikuti

kegiatan ritual keagamaan ataupun pelayanan agama yang dilakukan secara

bersama-sama, makin tinggi juga tingkat Kebersyukuran dari individu tersebut

secara keseluruhan.

Tabel 4.9. Tabel Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan

Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim

Variabel (r) hitung Sig. Keterangan


Intellectual Dimension 0.427** 0.000 Correlated
Ideology Dimension 0.324** 0.000 Correlated
Public Practice Dimension 0.469** 0.000 Correlated
Private Practice Dimension 0.313** 0.000 Correlated
Religious Experience Dimension 0.374** 0.000 Correlated
*p < .05. **p < .01.

Selanjutnya, untuk Dimensi Religiositas yang mempunyai korelasi paling

rendah dengan variabel Kebersyukuran adalah Private Practice Dimension.

Diketahui terdapat hubungan yang signifikan antara Private Practice Dimension

dengan Kebersyukuran pada level signifikansi 1% dengan nilai sig. Public Practice

Dimension 0.000 < 0.05. Kemudian, dengan nilai pearson correlation 0.313,
62

diketahui hubungan antara Private Practice Dimension dengan variabel

Kebersyukuran masuk dalam kategori lemah. Akan tetapi, meski menjadi dimensi

yang terlemah pada Religiositas dalam korelasinya dengan Kebersyukuran, tetap

diketahui bahwa ada hubungannya antara makin sering kegiatan keagamaan yang

dilakukan secara sendirian oleh individu dengan makin tinggi tingkat

Kebersyukuran-nya.

Sebagai kesimpulan, hasil pengolahan data di atas memperlihatkan bahwa

hubungan antara setiap dimensi dari Religiositas dengan Kebersyukuran

menunjukkan korelasi positif. Dalam hal ini, dimensi dari Religiositas yang

mempunyai korelasi positif paling tinggi dengan Kebersyukuran adalah Public

Practice Dimension dengan nilai pearson correlation senilai 0.469. Sementara itu,

dimensi dari Religiositas yang mempunyai korelasi positif paling rendah dengan

Kebersyukuran adalah Private Practice Dimension dengan nilai pearson

correlation sejumlah 0.313.

4.5.2. Uji Matriks Korelasi Setiap Aspek Kebersyukuran dengan Religiositas

Diketahui aspek Kebersyukuran yang mempunyai korelasi paling tinggi dengan

variabel Religiositas adalah Density Aspect. Sehubungan dengan temuan tersebut,

menjadi indikator bahwa dengan makin banyak individu merasakan emosi

bersyukur atas peran positif dari orang lain yang telah banyak membantu individu

tersebut dalam kehidupannya, makin tinggi pula tingkat Religiositas dari individu

secara keseluruhan.
63

Tabel 4.10. Tabel Uji Matriks Korelasi Setiap Aspek Kebersyukuran dengan

Religiositas pada Jemaah Majelis Taklim

Variabel (r) hitung Sig. Keterangan


Intensity Aspect 0.429** 0.000 Correlated
Frequency Aspect 0.047 0.586 Uncorrelated
Span Aspect 0.307** 0.000 Correlated
Density Aspect 0.455** 0.000 Correlated
*p < .05. **p < .01.

Dalam temuan ini, salah satu hasil dari uji matriks korelasi antara setiap

aspek Kebersyukuran dengan Religiusitas sesuai dengan asumsi awal peneliti pada

penelitian ini. Selain itu, juga mempunyai keterkaitan erat dengan salah satu hasil

matriks korelasi antara setiap dimensi Religiositas dengan Kebersyukuran, yaitu

Public Practice Dimension dari Religiositas yang mempunyai nilai paling tinggi

dalam hubungannya dengan Kebersyukuran. Jadi, dengan nilai sig. Density Aspect

0.000 < 0.05, maka terdapat hubungan yang signifikan antara Density Aspect

dengan Religiositas pada level signifikansi 1%. Selanjutnya, dengan nilai pearson

correlation 0.455, maka diketahui hubungan antara Density Aspect dengan variabel

Religiositas masuk dalam kategori sedang (lihat Tabel 4.10).

Sementara itu, ada salah satu aspek dari Kebersyukuran yang sama sekali

tidak mempunyai korelasi dan tidak bersignifikansi dengan variabel Religiositas,

yaitu Frequency Aspect. Dalam hal ini, dengan nilai sig. Frequency Aspect 0.586 <

0.05, maka tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Frequency Aspect

dengan variabel Religiositas.


64

4.5.3. Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan Setiap Aspek

Kebersyukuran

Tabel 4.11. Tabel Uji Matriks Korelasi Setiap Dimensi Religiositas dengan

Setiap Aspek Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim

Kebersyukuran
Religiositas
Intensity Frequency Span Density
Intellectual 0.333** 0.024 0.211** 0.416**
Ideology 0.364** 0.164 0.153 0.13
Public Practice 0.306** 0.066 0.245** 0.476**
Private Practice 0.213** 0.054 0.238** 0.306**
Religious Experience 0.34** 0.074 0.29** 0.286**
Catatan. Hasil lengkap di lampiran 17
*p < .05. **p < .01.

Dalam temuan ini, diketahui bahwa Intensity Aspect dari Kebersyukuran

mempunyai korelasi paling tinggi dalam hubungannya dengan Ideology Dimension

dari Religiositas dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 dan nilai pearson

correlation sebesar 0.364. Sementara itu, untuk korelasi paling rendah terdapat

pada Intensity Aspect dalam hubungannya dengan Private Practice Dimension

dengan nilai signifikansi 0.012 < 0.05 dan nilai pearson correlation sebesar 0.213

(lihat Tabel 4.10.).

Selanjutnya, diketahui bahwa Frequency Aspect dari Kebersyukuran tidak

mempunyai signifikansi serta tidak mempunyai korelasi dengan semua dimensi dari

Religiositas. Dalam hal ini, diketahui bahwa hubungannya dengan Intellectual

Dimension mempunyai nilai signifikansi 0.782 > 0.05. Selanjutnya, untuk

hubungannya dengan Ideology Dimension mempunyai nilai signifikansi 0.054 >

0.05. Setelahnya, untuk hubungannya dengan Public Practice Dimension


65

mempunyai nilai signifikansi 0.437 > 0.05. Kemudian, untuk hubungannya dengan

Private Practice Dimension mempunyai nilai signifikansi 0.527 > 0.05. Terakhir,

untuk hubungannya dengan Private Practice Dimension mempunyai nilai

signifikansi 0.386 > 0.05 (lihat Tabel 4.10.).

Kemudian, diketahui bahwa Span Aspect dari Kebersyukuran mempunyai

korelasi paling tinggi dalam hubungannya dengan Religious Experience Dimension

dari Religiositas dengan nilai signifikansi 0.001 < 0.05 dan nilai pearson

correlation sebesar 0.29. Sementara itu, diketahui bahwa tidak terdapat korelasi

antara Span Aspect dalam hubungannya dengan Ideology Dimension dari

Religiositas dengan nilai signifikansi 0.072 > 0.05 (lihat Tabel 4.10.).

Terakhir, diketahui bahwa Density Aspect dari Kebersyukuran mempunyai

korelasi paling tinggi dalam hubungannya dengan Public Practice Dimension dari

Religiositas dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 dan nilai pearson correlation

sebesar 0.476. Dalam hal ini, juga menjadi korelasi yang tertinggi jika

dibandingkan dengan korelasi-korelasi lainya pada setiap dimensi dari Religiositas

dengan setiap aspek dari Kebersyukuran. Selain itu, juga diketahui bahwa tidak

terdapat korelasi antara Density Aspect dalam hubungannya dengan Ideology

Dimension dari Religiositas dengan nilai signifikansi 0.128 < 0.05 (lihat Tabel

4.10.).

4.6. Pembahasan

Penelitian ini mempunyai tujuan utama untuk mengetahui apakah ada hubungannya

antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim.

Selanjutnya, juga untuk mengetahui apakah ada hubungannya antara setiap dimensi

Religiositas dengan Kebersyukuran, hubungan setiap aspek Kebersyukuran dengan


66

Religiositas dan hubungan setiap dimensi dari Religiositas dengan setiap aspek

Kebersyukuran. Dalam penelitian ini, Majelis Taklim yang menjadi populasi adalah

Majelis Taklim Ustaz Kembar yang mempunyai Jemaah Pengajian sejumlah kurang

lebih 152 Jemaah dewasa.

Jadi, dari hasil uji hipotesis pada penelitian ini sudah diketahui bahwa

terdapat hubungan antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis

Taklim Ustaz Kembar. Penelitian ini mempunyai nilai korelasi pearson correlation

sebesar 0.532 dengan nilai signifikansi senilai 0.000 sehingga tingkat korelasi

antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim masuk

dalam kategori sedang. Oleh karena itu, dapat diinterpretasikan bahwa individu

yang mempunyai pengetahuan agama yang luas terkait dengan agama Islam juga

mempunyai ketertarikan yang kuat dalam menambah khazanah ilmu

pengetahuannya. Selanjutnya, individu tersebut diharapkan dapat mengaplikasikan

ilmu agama yang didapatkannya dari berbagai sumber dalam kehidupannya sehari-

hari. Setelah itu, dengan mengikuti Pengajian Majelis Taklim diharapkan individu

akan senantiasa diingatkan oleh para ustaz ataupun ulama agar selalu bersyukur

kepada Allah SWT (Kamsi, 2017; Yakin, 2020). Kemudian, individu akan

mengetahui bahwa dengan selalu bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang

telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya akan makin menambah hingga berkali-

kali lipat nikmat dan karunia dari Allah SWT bagi dirinya untuk kedepannya

(Fajarini, 2013; Sagir, 2014; Kamal dkk., 2017).

Individu dengan Religiositas tinggi juga akan aktif dalam mengikuti

kegiatan-kegiatan keagamaan seperti mengikuti Pengajian Majelis Taklim, salat

berjemaah lima waktu di masjid ataupun musala serta saling tolong-menolong


67

antara sesama umat muslim. Jadi, dengan seringnya melakukan aktivitas-aktivitas

bersifat positif secara bersama-sama antara sesama umat muslim, diharapkan

individu akan menjadi pribadi yang senantiasa merasa bersyukur atas peran positif

dari orang lain dalam kehidupannya. Individu juga akan memahami bahwa

keberhasilan dirinya saat ini juga berasal dari jasa-jasa kebaikan orang lain. Selain

itu, individu juga akan mengetahui dan memiliki keyakinan kuat bahwa Allah SWT

itu memang benar-benar ada, merasakan kehadiran Allah SWT yang senantiasa

berada disisinya dan membimbingnya dalam setiap aspek kehidupannya.

Sehubungan dengan itu, individu tersebut akan senantiasa merasakan

perasaan bersyukur dalam sepanjang hidupnya karena mengetahui bahwa sudah

ada Allah SWT yang selalu membimbingnya dan menjaganya selama ini serta telah

memenuhi segala kebutuhannya. Meskipun demikian, peneliti mempunyai asumsi

bahwa kondisi pandemi Covid-19 sekarang ini yang menimbulkan banyak

kekhawatiran dan kecemasan pada masyarakat luas (Sari 2020; Fitria dan Ifdil,

2020; Muslim, 2020; Agung, 2020) juga mempunyai dampak signifikan terhadap

korelasi antara tingkat Religiositas dengan tingkat Kebersyukuran pada Jemaah

Majelis Taklim Ustaz Kembar. Oleh karena itu, hasil uji korelasi dari Religiositas

dengan Kebersyukuran dalam penelitian ini hanya pada taraf sedang.

Dilansir dari Kraus dkk. (2015), diketahui bahwa individu yang religius

akan cenderung lebih bersyukur. Dalam hal ini, meskipun Kebersyukuran secara

sederhana didefinisikan dalam kamus sebagai ''the state of being grateful'' atau

''thankfullness'' (Merriam-Webster, n.d.), kebersyukuran merupakan konsep yang

jauh lebih kompleks dari pendefinisian tersebut. Kraus dkk. (2015) mendefinisikan

rasa syukur sebagai reaksi emosional positif terhadap penerimaan manfaat yang
68

telah diberikan dengan niat baik, baik itu dari orang lain, Tuhan ataupun sumber-

sumber kebaikan lainnya. Emmons dkk. (2005, dalam Kraus dkk., 2015)

menjelaskan bahwa ada kualitas yang sakral antara Religiositas dengan

keterkaitannya pada Kebersyukuran. Ajaran agama dalam Islam menekankan

pentingnya tentang Kebersyukuran dan rasa berterima kasih. Rasa Kebersyukuran

terhadap Tuhan telah menjadi hal yang sangat umum dalam banyak tradisi

keagamaan yang juga banyak ditemukan dalam kitab-kitab keagamaan. Lebih jauh

lagi, Kebersyukuran merupakan salah satu emosi yang paling sering ditekankan

dalam agama pada diri para penganutnya.

Hasil dari penelitian yang peneliti kerjakan ini juga relevan dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Alfathimy (2020) dan Nikmah (2017).

Dalam hal ini, pada penelitian tersebut diketahui bahwa ada korelasi positif yang

signifikan antara Religiositas dengan Kebersyukuran, yang berarti makin tinggi

tingkat Religiositas dari individu, akan makin tinggi juga tingkat Kebersyukuran-

nya. Sebaliknya, makin rendah tingkat Religiositas dari individu, akan makin

rendah juga tingkat Kebersyukuran-nya. Selanjutnya, dilansir dari Aghababei dkk.

(2018), diketahui bahwa skor tinggi dalam Religiositas erat kaitannya dengan skor

tinggi dalam Kebersyukuran. Sehubungan dengan itu, Kebersyukuran juga

memiliki berbagai manfaat fisik, emosional dan sosial. Penelitian dari Kraus dkk.

(2015) menunjukkan bahwa banyak dimensi-dimensi dari Religiositas yang dapat

meningkatkan perasaan bersyukur. Selain itu, rasa bersyukur kepada Tuhan juga

dapat berfungsi sebagai mediator efek Religiositas dalam mengalami

Kebersyukuran (Aghababei dkk., 2018).


69

Setelah diketahui hasil pada penelitian ini bahwa individu dengan tingkat

Religiositas yang tinggi akan mempunyai tingkat Kebersyukuran yang tinggi pula,

peneliti mempunyai asumsi bahwa individu yang mempunyai tingkat Religiositas

tinggi akan berusaha sepenuh hati dalam meresapi serta menjalankan setiap amal

ibadah yang diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya. Hal ini dilakukan oleh

individu sebagai bentuk rasa syukur atas setiap nikmat dan karunia yang telah

diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Meskipun begitu, tidak terlepas dari rasa

bersyukur kepada Allah SWT semata, individu juga akan sering merasa bersyukur

atas setiap hal baik yang telah diberikan oleh orang lain kepadanya, entah itu

berwujud fisik (misalnya, pemberian hadiah) ataupun berbentuk abstrak (misalnya,

pujian). Sehubungan dengan itu, makin individu memiliki pengetahuan agama yang

luas dan keyakinan yang tinggi atas agama yang dianutnya, maka akan makin tinggi

juga tingkat Kebersyukuran yang dimiliki oleh individu. Dalam hal ini, karena

individu telah mengetahui bahwa salah satu perintah Allah SWT kepadanya adalah

untuk menjadi pribadi yang senantiasa selalu bersyukur kepada Allah SWT, baik

dalam kondisi lapang maupun kondisi sempit. Jadi, dengan makin sering individu

melakukan ibadah dengan perasaan tulus ikhlas kepada Allah SWT dengan niat

hanya untuk mencari ridanya semata, secara otomatis individu tersebut akan

senantiasa merasakan perasaan Kebersyukuran pada dirinya sepanjang hidupnya.

Dalam konteks ini, kehidupannya juga akan senantias dipenuhi oleh emosi

Kebersyukuran dalam dirinya.

Sementara itu, dalam penelitian-penelitian terdahulu telah diketahui bahwa

ada hubungannya antara Kebersyukuran dengan Kebahagiaan (Watkins dkk., 2003;

Watkins dkk., 2004; Gottlieb dan Froh, 2019; Witvliet dkk.,2019). Sehubungan
70

dengan penelitian ini, peneliti mengharapkan kegiatan Pengajian Majelis Taklim

dapat menjadi salah satu metode alternatif bagi individu beragama Islam untuk

dapat meningkatkan tingkat kebahagiaannya. Jadi, peneliti disini mengasumsikan

tidak hanya akan terjadi peningkatan Religiusitas dan Kebersyukuran pada Jemaah

Majelis Taklim, tetapi juga akan terjadi peningkatan tingkat Kebahagiaan dari

Jemaah yang aktif dalam mengikuti Pengajian Majelis Taklim. Dilansir dari Silva

dan Braga (2018), telah diketahui bahwa timbulnya emosi-emosi negatif yang

berpotensi mempunyai dampak buruk bagi kesehatan fisik dan psikis seperti

kecemasan, stress dan depresi adalah karena individu tidak merasa bahagia.

Sebaliknya, individu yang merasa bahagia akan mempunyai skor rendah dalam

kecemasan, stress dan depresi. Meskipun begitu, diperlukan penelitian lebih lanjut

untuk dapat memverifikasi asumsi dari peneliti.

Selanjutnya, untuk nilai rata-rata tertinggi dalam Religiositas terdapat pada

Ideology Dimension. Dalam hal ini, dari hasil diskusi peneliti dengan salah satu

pembina Majelis Taklim yang sudah belasan tahun menjadi pembina Majelis

Taklim terkait hal tersebut. Pembina Majelis Taklim tersebut menjawab bahwa

dimensi ideologi itu merupakan pemikiran yang fundamental dalam agama Islam.

Karena agama Islam mewajibkan seluruh umatnya untuk mengakui bahwa tiada

Tuhan Selain Allah. Agama Islam juga mewajibkan umatnya untuk selalu

berpegang teguh pada ajaran Islam serta mempunyai iman yang teguh dan kokoh.

Menurutnya, urusan ideologi itu berkisar pada sebuah keinginan yang besar, rasa

berharap yang sangat penuh dengan keyakinan. Karena pada saat orang mulai

masuk dalam tahap memahami agama dengan betul dan benar, maka ia telah

menjadikan nilai tersebut sebagai pijakan yang dianggap benar dan sempurna.
71

Ideologi adalah salah satu aspek penting pada agama Islam sebab Islam

merupakan agama yang menekankan tauhid atau ketakwaan penuh kepada Allah

SWT (Muawanah, 2014). Para pemeluk agama Islam diperintahkan untuk beriman

secara total kepada Allah SWT dengan mematuhi segala perintahnya dan menjauhi

segala larangannya. Dimensi ideologi merupakan bentuk keyakinan secara penuh

dari orang yang religius dan berpegang teguh atas apa yang diakui sebagai

kebenaran dari agama yang dipeluknya (Fitriani, 2016). Dilansir dari Lukman

(2018), para ustaz ataupun ulama dalam Pengajian Majelis Taklim juga senantiasa

mengingatkan para Jemaah-nya agar hanya menjalankan apa yang telah

diperintahkan oleh Allah SWT kepadanya, menjauhi semua larangannya dan

mempercayai dengan sepenuh hati segala sesuatu yang telah diserukan oleh Allah

SWT.

Kemudian, untuk nilai rata-rata tertinggi dalam Kebersyukuran terdapat

pada Intensity Aspect. Alasan kenapa Intensity Aspect bisa memiliki nilai rata-rata

tertinggi dibandingkan aspek-aspek Kebersyukuran lainnya adalah karena dalam

agama Islam, umat Islam diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu bersyukur

dalam kondisi dan situasi apapun. Dalam Pengajian Majelis Taklim, para Jemaah

juga akan senantiasa diingatkan oleh para ustaz ataupun ulama untuk selalu

bersyukur apapun kondisinya (Kamsi, 2017; Yakin, 2020). Oleh karena itu, peneliti

berasumsi bahwa hal tersebutlah yang menyebabkan Jemaah Majelis Taklim

mempunyai nilai rata-rata tertinggi pada Intensity Aspect dalam Kebersyukuran.

Selanjutnya, untuk korelasi tertinggi antara dimensi Religiositas dengan

Kebersyukuran terdapat pada Public Practice Dimension dalam hubungannya

dengan Kebersyukuran yang mempunyai nilai pearson correlation senilai 0.469


72

dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Oleh karena itu, diketahui adanya korelasi

positif yang signifikan antara Public Practice Dimension dengan Kebersyukuran.

Dalam hal ini, makin sering individu mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang

dilakukan secara bersama-sama dengan orang lain ataupun masyarakat, maka

makin tinggi pula tingkat Kebersyukuran yang dimiliki oleh individu. Misalnya,

seperti rutin melakukan ibadah salat lima waktu di masjid ataupun musala, rutin

mengikuti Pengajian Majelis Taklim serta kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya

yang dilakukan secara bersama-sama.

Sementara itu, untuk korelasi terendah antara dimensi Religiositas dengan

Kebersyukuran terdapat pada Private Practice Dimension dalam hubungannya

dengan Kebersyukuran yang mempunyai nilai pearson correlation senilai 0.313

dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Oleh karena itu, diketahui adanya korelasi

positif yang signifikan antara Private Practice Dimension dengan Kebersyukuran.

Dengan demikian, makin sering individu dalam menjalankan ritual terkait

keagamaan yang dilakukannya secara individual, maka makin tinggi pula tingkat

Kebersyukuran yang dimiliki oleh individu. Misalnya, seperti sering melakukan

salat tahajud, sering beristighfar kepada Allah SWT, sering membaca Al-Qur.’an,

rutin melakukan salat dhuha serta ritual-ritual keagamaan lainnya yang

dilakukannya secara individual dalam rangka mendekatkan dirinya kepada Allah

SWT.

Sebagai kesimpulan, diketahui bahwa dengan makin individu aktif

mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang dilakukan secara bersama-sama,

maka akan makin tinggi juga tingkat Kebersyukuran-nya. Misalnya, seperti sering

melakukan salat berjemaah di masjid ataupun musala, rutin dalam menghadiri


73

Pengajian Majelis Taklim, menjaga silaturahmi sesama umat muslim serta saling

membantu satu sama lain jika ada saudara-saudarinya sesama umat muslim yang

sedang membutuhkan pertolongan. Sementara itu, untuk Private Practice

Dimension dari Religiositas yang mempunyai korelasi terendah dengan

Kebersyukuran. Dalam hal ini, hasil temuan tersebut sesuai dengan asumsi awal

peneliti dalam penelitian ini, yakni para Jemaah Majelis Taklim akan lebih

mengutamakan kegiatan-kegiatan positif terkait keagamaan yang dilakukan secara

bersama-sama dibandingkan dengan kegiatan keagamaan yang bersifat individual.

Setelah itu, untuk korelasi tertinggi antara aspek Kebersyukuran dengan

Religiositas, terdapat pada Density Aspect dalam hubungannya dengan Religiositas

yang mempunyai nilai pearson correlation senilai 0.455 dengan nilai signifikansi

0.000 < 0.05. Dalam konteks ini, hal tersebut menandakan bahwa makin individu

merasakan perasaan bersyukur atas bantuan ataupun hal positif lainnya yang

didapatkan dari orang lain dalam kehidupannya, maka akan makin tinggi pula

tingkat Religiositas-nya. Misalnya, seperti perasaan bersyukurnya karena memiliki

orang-orang baik di sekitarnya, perasaan bersyukur karena merasa kesuksesan

ataupun keberhasilannya saat ini adalah karena bantuan positif orang lain seperti

dari keluarganya, sahabatnya atau bahkan dari orang asing yang tidak dikenalinya.

Oleh karena itu, makin tinggi perasaan bersyukur individu atas jasa-jasa kebaikan

orang lain terhadap dirinya, maka akan makin tinggi pula tingkat Religiositas

individu tersebut secara keseluruhan. Individu akan mempunyai keyakinan dan

pikiran religius yang tinggi dalam melihat kehidupan ini, yang selanjutnya akan

mempunyai pengaruh terhadap cara pandang dan perilakunya dalam kehidupan

sehari-hari.
74

Kemudian, untuk hasil uji matriks korelasi yang tertinggi antara setiap

dimensi Religiositas dengan setiap aspek dari Kebersyukuran terdapat pada korelasi

antara Public Practice Dimension dengan Density Aspect, yang mempunyai nilai

pearson correlation senilai 0.476 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Dalam hal

ini, diketahui bahwa individu yang aktif mengikuti Pengajian Majelis Taklim, rutin

mengikuti salat berjemaah lima waktu di masjid ataupun musala serta aktif dalam

mengikuti kegiatan-kegiatan terkait keagamaan yang dilakukan secara bersama-

sama, mempunyai keterkaitan yang erat dengan Density Aspect dari

Kebersyukuran. Dalam hubungan ini, dengan makin seringnya individu melakukan

hal-hal kebaikan secara bersama-sama secara disadari ataupun tidak disadari,

individu juga akan merasakan perasaan Kebersyukuran atas hal-hal baik yang

selama ini telah diperolehnya dari orang disekitarnya. Oleh karena itu, Public

Practice Dimension menjadi dimensi dari Religiositas yang paling erat kaitannya

dengan Density Aspect, yakni perasaan bersyukur atas pertolongan orang lain dalam

kehidupan dari individu selama ini yang telah mempunyai banyak kontribusi positif

terhadapnya.

Selanjutnya, untuk aspek dari Kebersyukuran yang tidak mempunyai

signifikansi sama sekali dengan Religiositas terdapat pada Frequency Aspect.

Dalam hal ini, diketahui hasil nilai pearson correlation antara Frequency Aspect

dengan Intellectual Dimension senilai 0.024 dengan nilai signifikansi 0.782 > 0.05,

hasil nilai pearson correlation antara Frequency Aspect dengan Ideology

Dimension senilai 0.164 dengan nilai signifikansi 0.054 > 0.05, hasil nilai pearson

correlation antara Frequency Aspect dengan Public Practice Dimension senilai

0.066 dengan nilai signifikansi 0.437 > 0.05, hasil nilai pearson correlation antara
75

Frequency Aspect dengan Private Practice Dimension senilai -0.054 dengan nilai

signifikansi 0.527 > 0.05 dan hasil nilai pearson correlation antara Frequency

Aspect dengan Religious Experience Dimension senilai -0.074 dengan nilai

signifikansi 0.386 > 0.05. Sebagai kesimpulan, ternyata pada semua dimensi

Religiositas tersebut tidak bersignifikansi dan tidak berkorelasi dengan Frequency

Aspect dari Kebersyukuran. Dengan demikian, menandakan bahwa meski individu

memiliki tingkat Religiositas yang tinggi dalam Intellectual Dimension, Ideology

Dimension, Public Practice Dimension, Private Practice Dimension dan Religious

Experience Dimension, dimensi-dimensi Religiositas tersebut tidak ada

keterkaitannya dengan seberapa sering individu tersebut merasakan perasaan

bersyukur yang dialaminya berkali-kali dalam setiap harinya.

Karena itu, hal ini menjadi temuan menarik karena sebelumnya peneliti

berasumsi bahwa dengan makin tingginya tingkat Religiositas dari individu, akan

makin sering juga individu tersebut merasakan perasaan syukur dalam

kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini, peneliti mengasumsikan bahwa Jemaah

Majelis Taklim tidak dapat merasakan perasaan bersyukur dalam kehidupannya

sehari-hari sebab sekarang ini Indonesia secara merata di seluruh wilayahnya

sedang mengalami pandemi Covid-19 yang masih belum jelas kepastian akan

berakhirnya (WHO, 2021). Pandemi Covid-19 saat ini mengakibatkan banyak

orang mengalami kekhawatiran dari segala sisi (Agung, 2020), yakni dari sisi

finansial (Solihat dan Nugraha, 2020), sisi kesejahteraan psikologis (Sumakul dan

Ruata, 2020) serta sisi kesehatan secara fisik ataupun psikis karena khawatir akan

sewaktu-waktu tertular virus Covid-19 (Zahra, 2021). Dengan demikian, hal-hal

bersifat negatif tersebutlah yang peneliti asumsikan menyebabkan terjadinya


76

fenomena menarik lainnya pada penelitian ini, yakni para Jemaah Majelis Taklim

tidak dapat untuk merasakan perasaan bersyukur yang terus-menerus dalam

sepanjang waktunya pada setiap harinya meskipun mempunyai tingkat Religiositas

yang tinggi. Dengan kata lain, peneliti mengasumsikan fenomena tersebut bisa

terjadi karena kondisi pandemi Covid-19 yang masih mewabah. Namun, tetap

diperlukan penelitan lebih lanjut untuk dapat memverifikasi asumsi dari peneliti.

Kemudian, dalam penelitian ini juga diketahui bahwa Ideology Dimension

dari Religiositas tidak mempunyai signifikansi dengan tiga aspek dari

Kebersyukuran (Frequency Aspect, Span Aspect dan Density Aspect). Dalam hal

ini, diketahui hasil nilai pearson correlation antara Ideology Dimension dengan

Frequency Aspect senilai 0.164 (sig. 0.054 > 0.05), hasil nilai pearson correlation

antara Ideology Dimension dengan Span Aspect senilai 0.153 (sig. 0.072 > 0.05)

dan hasil nilai pearson correlation antara Ideology Dimension dengan Density

Aspect senilai 0.13 (sig. 0.128 > 0.05). Peneliti mengasumsikan hal ini masih ada

keterkaitannya dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih belum ada kejelasan

kapan akan berakhirnya (WHO, 2021). Oleh karena itu, tidak peduli seberapa besar

tingkat keyakinan dari individu terhadap Allah SWT, hal tersebut tidak mempunyai

korelasi dengan seberapa sering individu mengalami perasaan bersyukur dalam

sepanjang waktunya pada setiap harinya, perasaan bersyukur atas segala nikmat dan

karunia yang telah diterimanya selama ini dalam sepanjang hidupnya serta perasaan

bersyukur atas berbagai kebaikan dan hal positif yang telah diterimanya dari orang

lain. Sehubungan dengan itu, hal ini agaknya mengarah ke sekularisme sebab

diketahui pada penelitian ini terdapat pemisahan antara rasa keyakinan kepada

Allah SWT dengan perasaan kebersyukuran dari individu. Meskipun demikian, hal
77

tersebut hanya sebatas asumsi dari peneliti sehingga dibutuhkan penelitian-

penelitian selanjutnya untuk dapat memvalidasi lebih lanjut atau menggali lebih

dalam lagi terkait timbulnya fenomena tersebut.

Sebagai kesimpulan, untuk Individu yang aktif Mengikuti Pengajian

Majelis Taklim, jika individu tersebut mempunyai tingkat Religiositas yang tinggi,

akan makin tinggi pula tingkat Kebersyukuran-nya. Dengan kata lain, adanya

korelasi antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim

menandakan bahwa dengan aktifnya individu mengikuti kegiatan-kegiatan

keagamaan yang dapat memenuhi kebutuhan rohani dan kebutuhan atas ilmu

pengetahuan terkait ajaran agama Islam, maka akan meningkat juga tingkat

Religiositas dari individu. Sehubungan dengan itu, sering juga diajarkan dalam

Pengajian Majelis Taklim bahwa sebagai umat Islam harus senantiasa mensyukuri

atas berbagai nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya

(Fajarini, 2013; Sagir, 2014; Kamal dkk., 2017; Kamsi, 2017; Yakin, 2020).

Dengan demikian, individu juga akan makin merasakan perasaan bersyukur atas

kehidupannya selama ini, bersyukur atas hal-hal baik yang telah diberikan oleh

orang lain kepadanya dan bersyukur atas berbagai nikmat karunia yang telah

didapatkannya dari Allah SWT dalam sepanjang hidupnya.


78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bersumber dari hasil analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan oleh

peneliti, maka kesimpulan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diketahui bahwa terdapat signifikansi dan korelasi positif antara variabel

Religiositas dengan variabel Kebersyukuran pada Jemaah Majelis Taklim

Ustaz Kembar. Korelasi antara variabel Religiositas dengan variabel

Kebersyukuran pada penelitian ini masuk dalam kategori sedang.

Sehubungan dengan itu, dari hasil penelitian ini diketahui bahwa dengan

makin tinggi tingkat Religiositas dari Jemaah Majelis Taklim, maka akan

makin tinggi pula tingkat Kebersyukuran-nya.

2. Diketahui dalam penelitian ini bahwa nilai korelasi tertinggi dalam uji

matriks korelasi antara setiap dimensi Religiusitas dengan setiap aspek

Kebersyukuran terdapat pada Public Practice Dimension dalam

hubungannya dengan Density Aspect. Sehubungan dengan hasil temuan

tersebut, diketahui bahwa terdapat hubungan antara individu yang aktif

mengikuti Pengajian Majelis Taklim, mengutamakan salat berjemaah di

masjid ataupun musala serta saling membantu sesama umat muslim dengan

perasaan bersyukur atas peran orang lain yang telah banyak memberikan

hal-hal positif dalam kehidupannya. Selanjutnya, individu juga menyadari

bahwa segala hal baik yang telah didapatkannya selama ini tidak terlepas

https://lib.mercubuana.ac.id/id
79

dari jasa-jasa orang lain seperti dari keluarganya, temannya, bahkan bisa

saja dari orang yang tidak dikenalinya.

3. Tidak ditemukan hubungan antara Ideology Dimension dari Religiositas

dengan Frequency Aspect, Span Aspect, dan Density Aspect dari

Kebersyukuran. Dengan demikian, meskipun individu mempunyai

keyakinan yang kuat atas Allah SWT, hal itu tidak berhubungan dengan

seberapa sering individu merasakan perasaan bersyukur berkali-kali dalam

setiap hari, perasaan bersyukur atas berbagai hal yang sudah dimiliki

sepanjang hidupnya serta perasaan bersyukur atas peran positif orang lain

dalam kehidupannya.

4. Frequency Aspect dari Kebersyukuran tidak berkorelasi dengan seluruh

dimensi Religiositas. Oleh karena itu, meskipun individu memiliki tingkat

Religiositas yang tinggi, hal itu tidak ada hubungannya dengan seberapa

sering individu merasakan perasaan bersyukur berkali-kali dalam setiap

harinya.

5.2. Keterbatasan Penelitian

Saat proses pengumpulan data, bisa saja informasi yang diberikan oleh responden

tidak mewakili keadaan dirinya yang sesungguhnya. Hal tersebut bisa saja terjadi

karena partisipan masih belum memahami secara utuh pernyataan atas item-item

yang terdapat pada kuesioner. Selain itu, bisa juga partisipan ingin dianggap sebagai

orang yang senantiasa religius dan selalu bersyukur sehingga lebih cenderung

mengisi kolom pernyataan yang bersifat favorable (social desirability bias).

https://lib.mercubuana.ac.id/id
80

5.3. Saran

5.3.1. Saran Metodologis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,terdapat beberapa saran metodologis

yang dapat diberikan oleh peneliti untuk para peneliti selanjutnya, yaitu sebagai

berikut:

1. Pada penelitian selanjutnya terkait dengan penelitian ini, peneliti

menyarankan para peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel

lainnya sebagai mediator ataupun meditator di antara variabel Religiositas

dengan variabel Kebersyukuran. Misalnya, Subjective Well-Being,

Psychological Well-Being atau Life Satisfication.

2. Penelitian ini dilakukan saat kondisi pandemi Covid-19 masih mewabah.

Sehubungan dengan itu, peneliti mempunyai asumsi bahwa kondisi

pandemi Covid-19 juga mempunyai pengaruh signifikan terhadap tingkat

korelasi antara Religiositas dengan Kebersyukuran pada Jemaah Majelis

Taklim. Dalam hal ini, peneliti menyarankan pada peneliti selanjutnya

untuk mengulang kembali penelitian ini pada saat kondisi pandemi Covid-

19 sudah tidak mewabah.

5.3.2. Saran Praktis

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran praktis yang

dapat diberikan oleh peneliti terhadap Jemaah Majelis Taklim Ustaz Kembar, antara

lain:

1. Kepada Jemaah Majelis Taklim dalam kehidupan sehari-harinya untuk

dapat lebih sering lagi mensyukuri hal-hal baik yang telah didapatnya,

meskipun sepertinya hal-hal tersebut adalah hal yang kecil. Misalnya,

https://lib.mercubuana.ac.id/id
81

senantiasa bersyukur di dalam hati serta lisan atas makanan yang masih

tercukupi dan dapat dikonsumsi pada setiap harinya.

2. Selanjutnya, peneliti menyarankan kepada Jemaah Majelis Taklim untuk

tetap aktif melakukan kegiatan keagamaan yang dilakukan secara bersama-

sama secara rutin karena hal tersebut telah diketahui dalam penelitian ini

dapat meningkatkan Density Aspect dari Kebersyukuran.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
82

DAFTAR PUSTAKA
Aghababaei, N., Błachnio, A., dan Aminikhoo, M. (2018). The relations of
gratitude to religiosity, well-being, and personality. Mental health, religion
dan culture, 21(4), 408-417.
Agung, I. M. (2020). Memahami Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Psikologi
Sosial. Psikobuletin: Buletin Ilmiah Psikologi, 1(2), 68-84.
Alfathimy, N. D. R. A, (2020). Korelasi Antara Religiositas dengan Gratitude
(Kebersyukuran) pada Mahasiswa Penerima Bantuan Biaya Pendidikan
Bidikmisi di Universitas Pendidikan Indonesia (Doctoral dissertation,
Universitas Pendidikan Indonesia).
Allemand, M., Huber, S., dan Huber, O. W. (2011). Forgiveness by God and human
forgivingness: The centrality of the religiosity makes the difference. Archive
for the Psychology of Religion, 33(1), 115-134.
Allport, G. W., dan Ross, J. M. (1967). Personal religious orientation and
prejudice. Journal of personality and social psychology, 5(4), 432.
Anwar, K. (2016). Respon Jemaah Majelis Taklim Al Istiqomah terhadap program
dakwah Pencerahan Hati di TVRI Jawa Tengah (Doctoral dissertation, UIN
Walisongo).
Anwar, S. (2012). Aktualisasi Peran Majelis Taklim dalam Peningkatan Kualitas
Umat di Era Globalisasi. Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, 10(1).
APA Dictionary of Psychology. (n.d.). Religiosity. In APA Dictionary of
Psycholgy. Retrieved September 2, 2021, from
https://dictionary.apa.org/religiosity
APA Dictionary of Psychology. (n.d.). Gratitude. In APA Dictionary of Psycholgy.
Retrieved September 2, 2021, from https://dictionary.apa.org/Gratitude
Atikasari, F. (2019). Hubungan Antara Religiositas Dengan Kesejahteraan
Psikologis Dimediasi Oleh Kebahagiaan Siswa (Doctoral dissertation,
University Of Muhammadiyah Malang).
Aulia, S. P., dan Suhaimi, S. (2020). Pengaruh Bimbingan Agama Terhadap
Kesiapan Menghadapi Kematian Pada Lansia Di UPT PSTW Khusnul
Khotimah Pekanbaru. Al-Ittizaan: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 3(2),
67-71.
Dahlan, Z. (2019). Peran dan Kedudukan Majelis Taklim di Indonesia. Jurnal Al-
Fatih, 2(2), 252-278.
Demmrich, S., dan Huber, S. (2019). Multidimensionality of spirituality: a
qualitative study among secular individuals. Religions, 10(11), 613.
Edwards, L. M., Lapp-Rincker, R. H., Magyar-Moe, J. L., Rehfeldt, J. D., Ryder, J.
A., Brown, J. C., dan Lopez, S. J. (2002). A positive relationship between
religious faith and forgiveness: Faith in the absence of data?. Pastoral
Psychology, 50(3), 147-152.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
83

El-Menouar, Y. (2014). The five dimensions of Muslim religiosity. Results of an


empirical study. Methods, data, analyses, 8(1), 26.
Emmons, R. A., dan Crumpler, C. A. (2000). Gratitude as a human strength:
Appraising the evidence. Journal of social and clinical psychology, 19(1),
56-69.
Emmons, R. A., dan Mccullough, M. E. (2003). Counting blessings versus burdens:
An experimental investigation of Gratitude and subjective well-being in daily
life. Journal of Personality and Social Psychology, 84(2), 377-389.
Emmons, R. A., dan McCullough, M. E. (2004). The psychology of gratitude:
Oxford University Press.
Emmons, R. A., Froh, J., dan Rose, R. (2019). Gratitude. In M. W. Gallagher dan
S. J. Lopez (Eds.), Positive psychological assessment: A handbook of models
and measures (pp. 317–332). American Psychological Association.
Fajarini, U. (2013). Respon ibu-ibu majelis taklim Al-Mu’min terhadap ceramah
Ummi Qurrota’ayunin di MNCTV (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung
Djati Bandung).
Fauzie, M. (2013, January 13). Memaksimalkan Peran dan Fungsi Majelis Taklim.
Lintas Gayo. Retrieved from https://lintasgayo.com/33292/memaksimalkan-
peran-dan-fungsi-majelis-taklim.html
Febrianti, Y. R. (2019). Bimbingan Keagamaan Melalui Kitab Al-Adzkar Dalam
Meningkatakan Perilaku Keagamaan di Majelis Taklim Darul Muttaqin Desa
Garung Lor Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus (Doctoral dissertation,
IAIN KUDUS).
Fitria, L., dan Ifdil, I. (2020). Kecemasan remaja pada masa pandemi Covid-
19. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 1-4.
Fitriani, A. (2016). Peran Religiositas dalam meningkatkan psychological well
being. Al-Adyan: Jurnal Studi Lintas Agama, 11(1), 57-80.
G. Koenig, H., dan Larson, D. B. (2001). Religion and mental health: Evidence for
an association. International review of psychiatry, 13(2), 67-78.
Gottlieb, R., dan Froh, J. (2019). Gratitude and happiness in adolescents: A
qualitative analysis. In Scientific concepts behind happiness, kindness, and
empathy in contemporary society (pp. 1-19). IGI Global.
Grimaldy, D. V., dan Haryanto, H. C. Adaptation of Gratitude Questionnaire-6
(GQ–6) in Indonesian Context. Jurnal Psikologi, 47(1), 18-29.
Hafiz, M. (2018). Peran Kebersyukuran terhadap work engagement pada pegawai
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan
Barat. (bachelor's thesis). Faculty of Psychology and Social Cultural
Sciences, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
84

Hidayah, S. N. (2009). Pengaruh Majelis Ta’lim Terhadap Peningkatan Religiositas


Masyarakat Desa Tanjung, Kedamean, Gresik (Doctoral dissertation, UIN
Sunan Ampel Surabaya).
Hidayat, A. (2021, March 20). Penyuluh Agama Amali, Keutamaan Menghadiri
Majelis Ilmu. Kementrian Agama RI Provinsi Sulawesi Selatan. Retrieved
from https://sulsel.kemenag.go.id/berita/berita-wilayah/penyuluh-agama-
amali-keutamaan-menghadiri-majelis-ilmu
Huber, S., dan Huber, O. W. (2012). The centrality of religiosity scale
(CRS). Religions, 3(3), 710-724.
Hulin, C., Netemeyer, R., dan Cudeck, R. (2001). Can a reliability coefficient be
too high?. Journal of Consumer Psychology, 55-58.
Husailah, N. F., dan Purwanto, H. (2020). Pengaruh Keaktifan Mengikuti Majelis
Taklim Terhadap Pemahaman Agama Islam Jamaah Majelis Taklim Se-
Kecamatan Ngrambe Selatan, Kabupaten Ngawi Tahun 2020 (Doctoral
dissertation, IAIN SURAKARTA).
Kamal, A. M., dan Andria, T. (2017). Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Bank
Sampah Pada Majlis Taklim Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Jurnal
Bimas Islam, 10(2), 355-374.
Kamsi, N. (2017). Peranan Majelis Taklim dalam Penanaman Nilai-Nilai Islam di
Kecamatan Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau. Manthiq, 2(1).
Kraus, R., Desmond, S. A., dan Palmer, Z. D. (2015). Being thankful: Examining
the relationship between young adult religiosity and Gratitude. Journal of
Religion and Health, 54(4), 1331-1344.
Latifah, S. A. (2017). Bimbingan agama Islam dalam meningkatkan religiusitas
jamaah majlis taklim Nurul Huda Desa Lebakwangi Kecamatan Jatinegara
Kabupaten Tegal (Doctoral dissertation, UIN Walisongo.
Lee, J. Y., dan Kim, J. (2021). Korean Christian Young Adults’ Religiosity Affects
Post-traumatic Growth: The Mediation Effects of Forgiveness and
Gratitude. Journal of Religion and Health, 1-11.
Li, K. K., dan Chow, W. Y. (2015). Religiosity/spirituality and prosocial behaviors
among Chinese Christian adolescents: The mediating role of values and
Gratitude. Psychology of Religion and Spirituality, 7(2), 150.
Lukman, S. (2018). Peranan majelis taklim dalam meningkatkan pemahaman
keagamaan masyarakat: Studi deskriptif pada majelis taklim At-Taubah Desa
Kebonjati Sumedang (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati
Bandung).
Macaskill, A. (2005). Defining forgiveness: Christian clergy and general population
perspectives. Journal of personality, 73(5), 1237-1266.
Martos, T., Thege, B. K., dan Steger, M. F. (2010). It’s not only what you hold, it’s
how you hold it: Dimensions of religiosity and meaning in life. Personality
and Individual Differences, 49(8), 863-868.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
85

Masdalima, M. (2021). Metode da’i dalam pembinaan agama masyarakat pada


pengajian Majelis Taklim Al-Yusufiyah di Desa Holbung Kecamatan Batang
Angkola (Doctoral dissertation, IAIN Padangsidimpuan).
McCullough, M. E., dan Worthington, Jr, E. L. (1999). Religion and the forgiving
personality. Journal of personality, 67(6), 1141-1164.
McCullough, M. E., Emmons, R. A., dan Tsang, J. A. (2002). The grateful
disposition: a conceptual and empirical topography. Journal of personality
and social psychology, 82(1), 112.
McCullough, M. E., Kilpatrick, S. D., Emmons, R. A., dan Larson, D. B. (2001). Is
Gratitude a moral affect?. Psychological bulletin, 127(2), 249.
Merriam-Webster. (2021). Gratitude. In Merriam-Webster.com dictionary.
Retrieved July 9, 2021, from https://www.merriam-
webster.com/dictionary/Gratitude
Merriam-Webster. (2021). Religiosity. In Merriam-Webster.com dictionary.
Retrieved July 9, 2021, from https://www.merriam-
webster.com/dictionary/religiosity
Mishra, P., Pandey, C. M., Singh, U., Gupta, A., Sahu, C., dan Keshri, A. (2019).
Descriptive statistics and normality tests for statistical data. Annals of cardiac
anaesthesia, 22(1), 67.
Muawanah, R. (2014). Hubungan antara tingkat Religiositas dengan berpacaran
pada mahasiswa semester VI Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Mulyono, H. (2020, April 17). Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu, Salah Satunya
Dimuliakan Para Malaikat. Akurat.co. Retrieved from
https://akurat.co/news/id-1086340-read-keutamaan-mendatangi-majelis-
ilmu-salah-satunya-dimuliakan-para-malaikat
Mumtazah, H., Rahman, A. A., dan Sarbini, S. (2020). Religiositas dan Intensi Anti
Korupsi: Peran Moderasi Kebersyukuran. Journal An-Nafs: Kajian
Penelitian Psikologi, 5(1), 101-113.
Munawaroh, M., dan Zaman, B. (2020). Peran Majelis Taklim dalam Meningkatkan
Pemahaman Keagamaan Masyarakat. JURNAL PENELITIAN, 14(2), 369-
392.
Muslim, M. (2020). Manajemen stress pada masa pandemi covid-19. ESENSI:
Jurnal Manajemen Bisnis, 23(2), 192-201.
Muzni, I. (2014). Respon jamaah majelis taklim Walisongo terhadap pesan dakwah
Kh. Kholili Ridhoi Di Kebayoran Jakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta).
Nikmah, S. N. (2017). Hubungan Religiositas dan Kebersyukuran dengan
kesejahteraan psikologis lansia di Pondok Pesantren Lansia PPAI Ketapang

https://lib.mercubuana.ac.id/id
86

Kecamatan Kepanejen Kabupaten Malang (Doctoral dissertation,


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Nisa, N. Z. (2019). Peran Ustadzah Dalam Memotivasi Ibadah Pada Lansia di
Majelis Taklim Al-Barokah Desa Sumber Katon Kabupaten Lampung Tengah
(Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).
Nova. (2021, January 25). Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu.
PERSMAMUMTAZ. Retrieved from http://al-mumtaz.ukm.iain-
palangkaraya.ac.id/2021/01/keutamaan-menghadiri-majelis-ilmu.html
Purnomo, F. H., dan Suryadi, B. (2018). Uji validitas konstruk pada instrumen
religiusitas dengan metode confirmatory factor analysis (CFA). JP3I, 4(2),
145-154.
Putra, B. M. (2020). Hubungan Antara Religiusitas dengan Resiliensi pada
Mahasiswa yang Bekerja Penuh Waktu (Doctoral dissertation, Universitas
Mercu Buana Jakarta).
Rahmawati, A. A. D. (2019). Peran Majelis Taklim Dalam Meningkatkan
Religiusitas Remaja (Studi Kasus Majelis Taklim Ki Ageng Selo Di Desa
Sawangargo Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Indonesia).
Rozin, P., Lowery, L., Imada, S., dan Haidt, J. (1999). The CAD triad hypothesis:
a mapping between three moral emotions (contempt, anger, disgust) and three
moral codes (community, autonomy, divinity). Journal of personality and
social psychology, 76(4), 574.
Rye, M. S. (2005). The religious path toward forgiveness. Mental Health, Religion
dan Culture, 8(3), 205-215.
Sagir, A. (2014). Pertemuan Sabar dan Syukur dalam Hati. Jurnal Studia
Insania, 2(1), 19-31.
Sarbini, A. (2010). Internalisasi nilai keIslaman melalui Majelis Taklim. Ilmu
Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 5(16), 53-70.
Sari, I. (2020). Analisis Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kecemasan
Masyarakat: Literature Review. Bina Generasi: Jurnal Kesehatan, 12(1), 69-
76.
Seligman, M. E. (2002). Positive psychology, positive prevention, and positive
therapy. Handbook of positive psychology, 2(2002), 3-12.
Shaikh, F., Malik, B., Gilani, U., dan Arshad, T. (2021). Devine Refulgence:
Relationship of Religiosity, SWL and Gratitude, International Journal of
Management, 11(11), 2020.
Shobibah, I. F. (2014). Kebersyukuran (Upaya membangun karakter bangsa melalui
figur ulama). Jurnal Dakwah, 15(2), 383-406.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
87

Silva, R. G., dan Figueiredo-Braga, M. (2018). Evaluation of the relationships


among happiness, stress, anxiety, and depression in pharmacy
students. Currents in Pharmacy Teaching and Learning, 10(7), 903-910.
Siti Sabariyah, T., Aziz, N. A., dan Hindun, H. (2020). Pengaruh Majelis Taklim
Terhadap Peningkatan Religiositas Masyarakat Desa Suak Putat Kecamatan
Sekernan Kabupaten Muaro Jambi (Doctoral dissertation, UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi).
Solihat, A., dan Nugraha, N. (2020). How Behavioral Finance during Pandemic
COVID-19?. Business Innovation and Entrepreneurship Journal, 2(2), 131-
137.
Steger, M. F., dan Frazier, P. (2005). Meaning in life: One link in the chain from
religiousness to well-being. Journal of Counseling Psychology, 52(4), 574.
Stoycheva, D. S. (2018). Analysis of the relationship between religion and
forgiveness. Dissertations and Theses @ UNI. 930.
Sugiyono (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung, Indonesia: Alfabeta.
Sumakul, Y., dan Ruata, S. (2020). Kesejahteraan Psikologis dalam masa Pandemi
COVID-19. Journal of Psychology" Humanlight", 1(1), 1-7.
Taslima, S. U. (2016). Peningkatan Religiusitas Pada Lanjut Usia (Studi pada
Lansia di Komplek Eks. Kowilhan II Kelurahan Baciro Kecamatan
Gondokusuman Yogyakarta). E-Journal UIN.
Tsang, J. A., McCullough, M. E., dan Hoyt, W. T. (2005). Psychometric and
rationalization accounts of the religion‐forgiveness discrepancy. Journal of
Social Issues, 61(4), 785-805.
Tulbure, B. T. (2015). Appreciating the positive protects us from negative
emotions: The relationship between Gratitude, depression and
religiosity. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 187, 475-480.
Watkins, P. C., Emmons, R. A., dan McCullough, M. E. (2004). Gratitude and
subjective well-being.
Watkins, P. C., Woodward, K., Stone, T., dan Kolts, R. L. (2003). Gratitude and
happiness: Development of a measure of gratitude, and relationships with
subjective well-being. Social Behavior and Personality: an international
journal, 31(5), 431-451.
WHO. (2021, July 21). WHO Director-General's opening remarks at the WTO -
WHO High Level Dialogue: Expanding COVID-19 Vaccine Manufacture To
Promote Equitable Access. World Health Organization. Retrieved from
https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-
s-opening-remarks-at-the-wto---who-high-level-dialogue-expanding-covid-
19-vaccine-manufacture-to-promote-equitable-access
Winarsih, I. (2019). Strategi dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-
Qur.’an di Majelis Taklim Samara Desa Candirejo Kecamatan Way

https://lib.mercubuana.ac.id/id
88

Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah (Doctoral dissertation, UIN Raden


Intan Lampung).
Witvliet, C. V., Richie, F. J., Root Luna, L. M., dan Van Tongeren, D. R. (2019).
Gratitude predicts hope and happiness: A two-study assessment of traits and
states. The Journal of Positive Psychology, 14(3), 271-282.
Yakin, H. (2020). Kegiatan di Majelis Taklim Al-husna Jl. Pahlawan Gg. Impres
Banjarmasin (Doctoral dissertation, UIN Antasari Banjarmasin).
Zahra, M. U. (2021). Stress Psikologis Masyarakat Akibat Pandemi COVID 19.
OSF. Retrieved from http://osf.io/cpswz.
Zakub, R., Widodo, S. T., dan Setiawan, B. (2018). The relevance between javanese
pitutur luhur and islam religiosity. IBDA: Jurnal Kajian Islam dan
Budaya, 16(1).

https://lib.mercubuana.ac.id/id
89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

https://lib.mercubuana.ac.id/id
90

https://lib.mercubuana.ac.id/id
91

https://lib.mercubuana.ac.id/id
92

https://lib.mercubuana.ac.id/id
93

https://lib.mercubuana.ac.id/id
94

https://lib.mercubuana.ac.id/id
95

Lampiran 2. Hasil Uji Validitas Pilot Study Skala Religiositas

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
1.Saya mengetahui ajaran
118.5333 82.189 .475 .926
agama Saya
2. Saya memahami kaidah
dan pedoman dalam ajaran 118.6333 82.447 .515 .925
agama Saya
3. Saya memikirkan kaidah-
118.6333 82.654 .487 .926
kaidah mengenai agama
4. Saya tertarik mempelajari
118.4667 81.844 .424 .926
lebih dalam topik agama
5. Saya mengikuti informasi
permasalahan agama
118.7667 79.082 .609 .924
melalui radio, televisi,
internet, koran, atau buku
6. Saya mencari tahu
jawaban mengenai
permasalahan agama 118.6667 81.126 .463 .926
melalui radio, televisi,
internet, koran atau buku
7 118.5333 81.568 .472 .926
8. Saya percaya bahwa
117.9333 83.306 .542 .926
Allah SWT itu ada
9. Saya percaya adanya
117.9667 82.999 .524 .926
kekuatan yang Maha Besar
10. Saya percaya bahwa
makhluk adalah ciptaan 117.9333 83.306 .542 .926
Allah SWT
11. Saya percaya adanya
kehidupan setelah
118.0000 81.172 .747 .924
kematian, seperti hari
kebangkitan
12 118.0000 83.034 .469 .926
13. Saya percaya bahwa
nabi adalah Utusan Allah 117.9667 82.033 .681 .924
SWT
14. Saya percaya dengan
118.0000 81.172 .747 .924
kitab suci agama Saya

https://lib.mercubuana.ac.id/id
96

15. Saya yakin dengan


118.0000 81.172 .747 .924
kebenaran agama Saya
16. Saya yakin bahwa
ajaran agama Saya adalah 118.0000 81.931 .633 .925
benar
17. Saya sering melakukan
ibadah di tempat ibadah, 118.6000 79.559 .645 .924
seperti masjid / musala
18. Saya menghadiri acara-
acara keagamaan yang 118.6667 81.195 .603 .924
saya anut
19. Saya mengikuti
118.8667 80.326 .518 .925
komunitas keagamaan
20. Adalah hal penting bagi
Saya untuk mengikuti acara
keagamaan di tempat 118.7333 81.513 .539 .925
ibadah, seperti masjid /
musala
21. Penting bagi Saya untuk
mengikuti komunitas 118.8667 80.257 .477 .926
keagamaan
22. Saat mengikuti kegiatan
keagamaan saya merasa
118.4667 80.120 .602 .924
mendapatkan pahala dan
berkah
23 118.5667 81.082 .390 .928
24. Saya melakukan ibadah
individual yang dikerjakan 118.9333 88.271 -.209 .934
sendirian
25. Saya berdo’a kepada
117.9667 83.137 .502 .926
Allah SWT
26. Saya berdo’a secara
tiba-tiba ketika mengalami
118.4000 80.455 .452 .927
kejadian yang membuat
Saya tersentuh
27. Saya mencoba untuk
mendekatkan diri dengan 118.2000 80.717 .620 .924
Allah SWT

https://lib.mercubuana.ac.id/id
97

28. Penting bagi Saya untuk


melakukan ibadah yang
118.5667 80.806 .503 .926
bersifat individual atau yang
dikerjakan sendirian
29. Penting bagi Saya untuk
117.9333 83.168 .568 .925
berdo’a kepada Allah SWT
30. Saat saya beribadah
secara individual saya
118.3000 81.045 .491 .926
merasa begitu dekat dengan
Allah SWT
31. Saya merasa ada
campur tangan Allah SWT 118.0667 83.099 .400 .927
dalam kehidupan saya
32. Saya mengalami
keadaan di mana Allah SWT
seperti menunjukkan jalan 118.3000 81.183 .477 .926
atau mengungkap sesuatu
pada Saya
33. Saya mengalami
keadaan yang membuat
118.1000 81.266 .611 .924
Saya merasa Allah SWT itu
nyata
34. Saya mengalami
keadaan yang membuat
118.5333 80.947 .539 .925
Saya merasa menyatu
dengan segalanya
35. Saya mengalami
keadaan di mana Saya
118.2333 81.220 .551 .925
merasa tersentuh karena
kuasa Allah SWT

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Pilot Study Skala Religiositas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.928 35

https://lib.mercubuana.ac.id/id
98

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Pilot Study Skala Kebersyukuran

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
1. Saya memiliki banyak hal
33.1667 10.764 .499 .684
dalam hidup untuk disyukuri
2 33.4000 10.179 .529 .673
3. Seiring bertambahnya
usia, saya lebih mampu
menghargai orang,
33.2667 11.099 .336 .701
peristiwa, dan situasi yang
telah menjadi bagian dari
perjalanan hidup saya
4 34.6333 9.137 .452 .684
5. Saya berterima-kasih
setiap saat kepada Allah 33.1000 11.541 .264 .709
SWT
6. Jika saya harus membuat
daftar hal-hal yang dapat
saya syukuri, daftar itu akan 33.2333 11.082 .353 .699
menjadi daftar yang sangat
panjang
7. Saya merasa Allah SWT
telah memenuhi kebutuhan- 33.2667 10.754 .377 .695
kebutuhan saya
8 33.9333 9.375 .529 .666
9. Saya berterima-kasih
33.5333 10.395 .483 .680
kepada banyak orang
10. Saya berterima-kasih
mempunyai orang-orang 33.2667 11.237 .292 .706
baik di sekeliling saya
11 34.2000 10.717 .131 .755

https://lib.mercubuana.ac.id/id
99

Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Pilot Study Skala Kebersyukuran

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.716 11

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Field Test Skala Religiositas

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
1.Saya mengetahui ajaran
117.26 71.831 .517 .896
agama Saya
2. Saya memahami kaidah
dan pedoman dalam ajaran 117.32 72.003 .516 .896
agama Saya
3. Saya memikirkan kaidah-
117.34 71.254 .619 .895
kaidah mengenai agama
4. Saya tertarik mempelajari
117.17 70.840 .574 .895
lebih dalam topik agama
5. Saya mengikuti informasi
permasalahan agama
117.45 71.437 .399 .899
melalui radio, televisi,
internet, koran, atau buku
6. Saya mencari tahu
jawaban mengenai
permasalahan agama 117.68 72.032 .302 .901
melalui radio, televisi,
internet, koran atau buku
UF 7. Saya tidak tertarik
membicarakan topik 117.35 72.694 .273 .901
mengenai agama
8. Saya percaya bahwa
116.75 74.842 .234 .900
Allah SWT itu ada
9. Saya percaya adanya
116.81 72.984 .544 .897
kekuatan yang Maha Besar
10. Saya percaya bahwa
makhluk adalah ciptaan 116.75 73.798 .518 .898
Allah SWT

https://lib.mercubuana.ac.id/id
100

11. Saya percaya adanya


kehidupan setelah
116.83 72.762 .510 .897
kematian, seperti hari
kebangkitan
UF 12. Saya tidak yakin
bahwa ajaran agama Saya 117.01 73.232 .188 .904
adalah benar
13. Saya percaya bahwa
nabi adalah Utusan Allah 116.77 73.323 .556 .897
SWT
14. Saya percaya dengan
116.78 72.783 .640 .896
kitab suci agama Saya
15. Saya yakin dengan
116.77 73.121 .595 .897
kebenaran agama Saya
16. Saya yakin bahwa
ajaran agama Saya adalah 116.80 72.843 .582 .897
benar
17. Saya sering melakukan
ibadah di tempat ibadah, 117.19 71.805 .466 .897
seperti masjid / musala
18. Saya menghadiri acara-
acara keagamaan yang 117.24 71.066 .554 .896
saya anut
19. Saya mengikuti
117.53 70.280 .542 .896
komunitas keagamaan
20. Adalah hal penting bagi
Saya untuk mengikuti acara
keagamaan di tempat 117.19 70.781 .566 .895
ibadah, seperti masjid /
musala
21. Penting bagi Saya untuk
mengikuti komunitas 117.45 70.583 .521 .896
keagamaan
22. Saat mengikuti kegiatan
keagamaan saya merasa
117.09 70.796 .584 .895
mendapatkan pahala dan
berkah
UF 23. Saya tidak pernah /
jarang sekali pergi ke
117.35 73.056 .242 .902
tempat ibadah seperti
masjid / musala

https://lib.mercubuana.ac.id/id
101

24. Saya berdo’a kepada


116.75 74.088 .457 .898
Allah SWT
25. Saya berdo’a secara
tiba-tiba ketika mengalami
117.40 71.154 .396 .899
kejadian yang membuat
Saya tersentuh
26. Saya mencoba untuk
mendekatkan diri dengan 116.94 71.968 .512 .897
Allah SWT
27. Penting bagi Saya untuk
melakukan ibadah yang
117.49 72.107 .318 .900
bersifat individual atau yang
dikerjakan sendirian
28. Penting bagi Saya untuk
116.80 73.206 .487 .897
berdo’a kepada Allah SWT
29. Saat saya beribadah
secara individual saya
117.18 71.830 .428 .898
merasa begitu dekat dengan
Allah SWT
30. Saya merasa ada
campur tangan Allah SWT 116.91 72.427 .411 .898
dalam kehidupan saya
31. Saya mengalami
keadaan di mana Allah SWT
seperti menunjukkan jalan 117.12 71.885 .502 .897
atau mengungkap sesuatu
pada Saya
32. Saya mengalami
keadaan yang membuat
116.94 72.359 .480 .897
Saya merasa Allah SWT itu
nyata
33. Saya mengalami
keadaan yang membuat
117.53 71.063 .400 .899
Saya merasa menyatu
dengan segalanya
34. Saya mengalami
keadaan di mana Saya
116.91 71.717 .607 .895
merasa tersentuh karena
kuasa Allah SWT

https://lib.mercubuana.ac.id/id
102

Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Field Test Skala Religiositas

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas Field Test Skala Kebersyukuran

Item-Total Statistics
Corrected Item- Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance Total Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Deleted
1. Saya memiliki banyak hal
32.77 8.526 .347 .557
dalam hidup untuk disyukuri
UF 2. Ketika saya melihat
dunia, saya tidak melihat 33.21 7.949 .275 .568
banyak hal untuk disyukuri
3. Seiring bertambahnya
usia, saya lebih mampu
menghargai orang,
32.94 8.504 .284 .566
peristiwa, dan situasi yang
telah menjadi bagian dari
perjalanan hidup saya
UF 4. Waktu bisa berlalu
begitu saja sebelum saya
dapat merasa bersyukur 34.37 8.712 .086 .621
pada sesuatu atau
seseorang
5. Saya berterima-kasih
setiap saat kepada Allah 32.58 9.172 .225 .582
SWT
6. Jika saya harus membuat
daftar hal-hal yang dapat
saya syukuri, daftar itu akan 32.96 8.520 .241 .575
menjadi daftar yang sangat
panjang

https://lib.mercubuana.ac.id/id
103

7. Saya merasa Allah SWT


telah memenuhi kebutuhan- 32.83 8.096 .369 .547
kebutuhan saya
UF 8. Kebutuhan-kebutuhan
33.67 8.614 .137 .603
saya masih belum terpenuhi
9. Saya berterima-kasih
33.08 8.073 .411 .539
kepada banyak orang
10. Saya berterima-kasih
mempunyai orang-orang 32.97 8.608 .251 .573
baik di sekeliling saya
UF 11. Saya berhasil karena
33.22 7.667 .373 .541
jerih payah saya sendiri

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas Field Test Skala Kebersyukuran

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.594 11

Lampiran 10. Hasil Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum dan Maksimum

Field Test Skala Religiositas

Statistics
Religiositas
N Valid 139
Missing 0
Mean 120.66
Std. Deviation 8.740
Minimum 99
Maximum 136
Percentiles 25 115.00
50 121.00
75 127.00

https://lib.mercubuana.ac.id/id
104

Lampiran 11. Hasil Mean, Standar Deviasi, Nilai Minimum dan Maksimum

Field Test Skala Kebersyukuran

Statistics
Gratitude
N Valid 139
Missing 0
Mean 36.46
Std. Deviation 3.126
Minimum 28
Maximum 44
Percentiles 25 34.00
50 36.00
75 38.00

Lampiran 12. Hasil Uji Normalitas Teknik Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 139
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 2.64753473
Most Extreme Differences Absolute .053
Positive .026
Negative -.053
Test Statistic .053
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

https://lib.mercubuana.ac.id/id
105

Lampiran 13. Hasil Grafik Uji Normalitas Teknik Kolmogorov Smirnov

Lampiran 14. Hasil Uji Hipotesis Korelasi Teknik Pearson Correlation

Correlations
Religiositas Gratitude
Religiositas Pearson Correlation 1 .532**
Sig. (2-tailed) .000
N 139 139
Gratitude Pearson Correlation .532** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 139 139
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

https://lib.mercubuana.ac.id/id
106

Lampiran 15. Hasil Uji Matriks Korelasi antara Setiap Dimensi Religiositas

dengan Kebersyukuran

Correlations
Religiositas Intensity Frequency Span Density
Religiositas Pearson Correlation 1 .429** .047 .307** .455**
Sig. (2-tailed) .000 .586 .000 .000
N 139 139 139 139 139
** * *
Intensity Pearson Correlation .429 1 .218 .198 .211*
Sig. (2-tailed) .000 .010 .019 .013
N 139 139 139 139 139
*
Frequency Pearson Correlation .047 .218 1 .144 -.014
Sig. (2-tailed) .586 .010 .091 .868
N 139 139 139 139 139
Span Pearson Correlation .307** .198* .144 1 .323**
Sig. (2-tailed) .000 .019 .091 .000
N 139 139 139 139 139
Density Pearson Correlation .455** .211* -.014 .323** 1
Sig. (2-tailed) .000 .013 .868 .000
N 139 139 139 139 139
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 16. Hasil Uji Matriks Korelasi antara Setiap Aspek

Kebersyukuran dengan Religiositas

https://lib.mercubuana.ac.id/id
107

Lampiran 17. Hasil Uji Matriks Korelasi Antara Setiap Dimensi Religiositas

dengan Setiap Aspek Kebersyukuran

https://lib.mercubuana.ac.id/id
108

Lampiran 18. Hasil Uji Kategorisasi Skala Religiositas

KategoriReligiositas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 4 2.9 2.9 2.9
tinggi 135 97.1 97.1 100.0
Total 139 100.0 100.0

Lampiran 19. Hasil Uji Kategorisasi Skala Kebersyukuran

KategoriKebersyukuran
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sedang 12 8.6 8.6 8.6
tinggi 127 91.4 91.4 100.0
Total 139 100.0 100.0

https://lib.mercubuana.ac.id/id
109

Lampiran 20. Hasil Tabulasi Skala Religiusitas

r1 r2 r3 r4 r5 r6 r7 r8 r9 r10 r11 r12 r13 r14 r15 r16 r17 r18 r19 r20 r21 r22 r23 r24 r25 r26 r27 r28 r29 r30 r31 r32 r33 r34 Total
1 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 3 118

2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 120

3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 122

4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 116

5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 131

6 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 119

7 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 134

8 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 131

9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 130

10 3 3 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3 106

11 4 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 114

12 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 118

13 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 120

14 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 3 1 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 119

15 4 3 3 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 2 3 3 3 4 116

16 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 118

17 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 128

18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 3 4 4 4 4 4 129

19 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 132

20 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 113

21 3 3 3 3 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 123

22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 100

23 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 124

24 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 134

25 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3 4 3 4 3 4 122

26 4 4 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 115

27 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 104

https://lib.mercubuana.ac.id/id
110

28 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 121

29 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 127

30 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 2 2 4 4 4 3 4 118

31 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 122

32 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 99

33 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 120

34 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 106

35 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 118

36 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 124

37 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 4 3 4 113

38 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 4 119

39 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 122

40 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 116

41 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 117

42 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 3 4 114

43 4 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 122

44 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 4 4 4 118

45 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 129

46 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 2 3 4 3 3 105

47 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 4 131

48 3 3 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 108

49 4 4 3 4 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 125

50 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 120

51 3 3 3 2 3 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125

52 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 133

53 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 134

54 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 115

https://lib.mercubuana.ac.id/id
111

55 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 3 3 4 121

56 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 118

57 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 99

58 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 2 2 3 2 2 4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 4 115

59 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 129

60 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 135

61 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 129

62 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 119

63 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 104

64 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 124

65 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 130

66 4 4 4 4 4 3 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 130

67 3 3 3 4 3 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 122

68 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 4 121

69 3 3 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 119

70 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 136

71 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 126

72 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 114

73 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 3 2 3 2 3 4 4 1 4 2 4 4 3 3 4 2 4 114

74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 129

75 4 4 4 4 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 130

76 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 4 2 4 4 4 4 4 117

77 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 126

78 4 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 113

79 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 113

80 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 3 4 121

81 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 4 120

https://lib.mercubuana.ac.id/id
112

82 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 110

83 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 2 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 2 3 111

84 3 3 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 3 109

85 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 1 4 3 4 3 4 3 3 115

86 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 2 3 1 4 2 4 2 3 4 3 3 4 3 3 110

87 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 101

88 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 4 116

89 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 118

90 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 124

91 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 102

92 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 103

93 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 125

94 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 119

95 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 111

96 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 128

97 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 134

98 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 112

99 4 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 125

100 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 123

101 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 2 4 129

102 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 129

103 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 4 2 4 123

104 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 122

105 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 133

106 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 136

107 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 127

108 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 133

https://lib.mercubuana.ac.id/id
113

109 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 131

110 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 106

111 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 122

112 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 127

113 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 118

114 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 116

115 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 118

116 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 108

117 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 1 3 4 2 4 127

118 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4 117

119 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 136

120 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 126

121 3 3 3 3 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 119

122 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 121

123 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 134

124 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 126

125 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 123

126 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 4 123

127 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 112

128 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 119

129 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 125

130 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 4 4 4 3 3 116

131 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 126

132 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 133

133 3 3 3 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 110

134 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 128

135 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 127

https://lib.mercubuana.ac.id/id
114

136 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 123

137 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 2 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 2 4 115

138 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 127

139 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 134

*Unfavorable

https://lib.mercubuana.ac.id/id
115

Lampiran 21. Hasil Tabulasi Skala Kebersyukuran

g1 g2* g3 g4* g5 g6 g7 g8* g9 g10 g11* Total

1 3 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 37

2 3 4 4 2 4 4 3 2 4 3 4 37

3 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 40

4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 34

5 4 3 4 2 4 3 4 2 4 4 4 38

6 4 4 4 2 4 3 3 3 3 4 4 38

7 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 38

8 4 3 4 1 2 3 3 2 3 4 4 33

9 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 1 37

10 4 3 3 1 4 3 4 3 3 3 4 35

11 4 3 3 1 4 4 3 2 3 4 3 34

12 4 3 3 1 4 4 3 2 3 4 3 34

13 3 3 3 1 4 2 4 4 4 4 3 35

14 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 33

15 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 36

16 4 2 2 2 4 3 3 3 4 4 4 35

17 4 2 4 2 4 4 4 3 4 4 3 38

18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 43

19 3 1 4 1 4 3 4 3 4 4 4 35

20 4 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 36

21 3 4 4 2 4 2 4 2 3 3 3 34

22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 32

23 4 1 3 2 4 4 4 3 3 3 4 35

24 4 4 4 2 4 4 4 2 4 4 4 40

25 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 3 38

26 4 4 3 2 4 2 4 3 3 4 2 35

27 4 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 34

28 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 35

https://lib.mercubuana.ac.id/id
116

29 4 3 4 1 4 2 4 3 4 4 4 37

30 4 4 3 2 4 3 4 3 3 4 4 38

31 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3 4 35

32 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 33

33 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 38

34 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 4 36

35 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 38

36 4 3 3 1 3 3 3 2 3 4 3 32

37 4 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 37

38 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 37

39 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 3 35

40 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 34

41 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 34

42 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 32

43 4 4 4 2 4 2 4 3 3 3 3 36

44 4 2 3 2 4 3 4 3 3 3 3 34

45 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 37

46 3 3 3 2 3 4 1 2 3 3 2 29

47 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 42

48 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 38

49 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 35

50 3 4 4 2 4 4 3 3 4 4 4 39

51 3 4 3 1 4 4 3 2 4 4 4 36

52 3 3 4 2 4 4 4 3 4 3 2 36

53 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 42

54 3 3 4 2 4 4 4 2 3 3 2 34

55 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 3 38

56 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 38

57 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 32

58 4 3 4 1 4 4 4 1 4 4 3 36

https://lib.mercubuana.ac.id/id
117

59 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 42

60 4 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 36

61 4 4 4 1 4 4 4 1 3 4 3 36

62 4 4 4 3 4 4 3 2 3 3 2 36

63 3 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 35

64 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 42

65 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 41

66 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 41

67 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 41

68 4 4 4 2 4 4 4 3 3 3 4 39

69 3 3 3 2 4 4 4 4 2 3 2 34

70 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 40

71 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 3 38

72 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 38

73 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 4 36

74 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 41

75 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

76 4 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 34

77 4 4 4 2 4 4 4 2 3 3 3 37

78 4 2 3 4 4 4 4 2 3 1 2 33

79 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 39

80 3 4 4 1 4 4 4 3 3 3 3 36

81 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 39

82 3 3 4 2 4 3 1 3 3 3 1 30

83 3 1 4 1 4 3 3 4 4 4 3 34

84 2 2 3 2 3 4 4 3 4 3 3 33

85 4 3 3 2 4 2 3 3 3 4 4 35

86 3 3 4 2 4 3 1 3 1 3 1 28

87 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 34

88 4 3 3 2 4 3 3 2 4 4 3 35

https://lib.mercubuana.ac.id/id
118

89 4 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 34

90 4 4 4 2 4 3 3 3 4 4 4 39

91 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 34

92 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 36

93 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 40

94 3 3 4 2 4 3 4 3 3 4 3 36

95 3 2 3 1 4 3 3 2 3 4 3 31

96 4 3 4 2 4 3 3 2 3 4 4 36

97 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 41

98 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 36

99 3 3 4 2 3 3 4 2 2 3 3 32

100 4 3 4 2 4 4 4 3 4 4 3 39

101 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 39

102 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43

103 3 4 2 2 4 3 2 1 2 4 3 30

104 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 38

105 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44

106 4 4 4 1 4 1 4 1 4 4 1 32

107 4 2 3 2 4 4 3 1 4 4 4 35

108 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 43

109 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 3 38

110 4 4 3 2 3 3 4 3 4 3 3 36

111 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 34

112 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 39

113 4 3 4 2 4 4 4 2 4 4 4 39

114 4 4 3 2 3 4 4 3 3 3 3 36

115 4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 3 38

116 4 4 3 1 4 4 4 2 3 3 4 36

117 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 38

118 4 4 3 2 4 4 4 3 2 2 3 35

https://lib.mercubuana.ac.id/id
119

119 4 1 4 1 4 4 4 2 4 4 1 33

120 4 3 3 2 4 4 4 4 4 4 4 40

121 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 2 34

122 4 1 4 1 4 4 4 4 4 2 3 35

123 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 41

124 4 1 4 1 4 4 3 2 4 4 3 34

125 4 4 4 2 4 4 3 2 3 4 3 37

126 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 3 36

127 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 36

128 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 35

129 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 33

130 4 4 4 2 4 4 4 2 3 3 2 36

131 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 38

132 4 4 4 1 4 4 4 3 4 4 4 40

133 3 2 3 2 4 3 3 2 3 3 3 31

134 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 41

135 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 41

136 4 3 4 1 4 4 3 3 4 4 2 36

137 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 35

138 4 3 3 2 4 3 4 2 4 3 3 35

139 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 3 40

*Unfavorable

https://lib.mercubuana.ac.id/id
120

Lampiran 22. Permohonan Izin Penelitian dari Pihak Universitas Mercu

Buana

https://lib.mercubuana.ac.id/id
121

Lampiran 23. Permohonan Izin Penelitian dari Pihak Majelis Taklim Ustaz

Kembar

https://lib.mercubuana.ac.id/id
Lampiran 24. Foto Dokumentasi Majelis Taklim Ustaz Kembar

122

https://lib.mercubuana.ac.id/id

Anda mungkin juga menyukai