Anda di halaman 1dari 32

Proposal Skripsi

KEKUATAN KARAKTER SANTRI DENGAN


GAYA HIDUP SEDERHANA
PONDOK PESANTREN
HAJI YA’QUB

OLEH :
MUHAMMAD NUR FIRDAUS
NPM. 17.06.0.013
NIRM. 2017.4.008.0425.1.000174

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FEBRUARI 2021
Proposal Skripsi

KEKUATAN KARAKTER SANTRI DENGAN


GAYA HIDUP SEDERHANA
PONDOK PESANTREN
HAJI YA’QUB

Proposal
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
menyelesaikan Skripsi

OLEH :
MUHAMMAD NUR FIRDAUS
NPM. 17.06.0.013
NIRM. 2017.4.008.0425.1.000174

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI (IAIT) KEDIRI


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM
FEBRUARI 2021
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

KEKUATAN KARAKTER SANTRI DENGAN


GAYA HIDUP SEDERHANA
PONDOK PESANTREN
HAJI YA’QUB

MUHAMMAD NUR FIRDAUS


NPM. 17.06.0.0213
NIRM. 2017.4.008.0425.1.000174

Proposal ini telah saya seminarkan pada tanggal 01 Maret 2021 dan
disetujui untuk dibimbing

Kediri, 01 Maret 2021


Penguji Proposal

(Dr. H. SUKO SUSILO, M.Si.)


NIDN.2109075901.
KEKUATAN KARAKTER SANTRI DENGAN GAYA HIDUP
SEDERHANA PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB

A. Konteks Penelitian
Salah satu lembaga Pendidikan Islam yang merupakan subkultur
masyarakat Indonesia adalah Pondok Pesantren. Sampai saat ini, Pondok
Pesantren masih eksis menjadi lembaga Pendidikan Tradisional dengan
system pengajaran klasikal, ditengah sekian banyak pendidikan umum,
dengan system pengajaran modern berbasis kurikulum terpusat. Arus laju
globalisasi tak lantas mengurangi kualitas dan kuantitas Pondok Pesantren
sebagai Lembaga Pendidikan Islami yang senantiasa berusaha mencetak
individu-individu yang berwawasan luas, dan berperadaban tinggi, dengan
tetap menjunjung nilai-nilai moral bangsa dan agama.
Pondok Pesantren merupakan salah satu institusi yang unik dengan
ciri-ciri khas yang sangat kuat dan lekat. 1 Peran Pondok Pesantren dalam
mencerdaskan bangsa memberi pengaruh yang sangat besar terhadap upaya
Indonesia dalam mendeklarasikan kemerdekaannya. System penanaman nilai-
nilai moral dengan pola perilaku sederhana semakin mengukuhkan karakter
santri sebagai pribadi yang siap turut andil memberi kemaslahatan bagi
bangsa dan negara. Oleh karena itu, sebagai salahsatu lembaga pendidikan,
pesantren juga mempunyai tanggung jawab yang tidak kecil dalam
membentuk Karakter santri.
Pondok Pesantren menurut Kurnia tidak hanya berperan dalam
mentransfer ilmu agama, merekontruksi karakter, namun juga menjernihkan
hati, sehingga spirit positif ini perlu digali oleh santri melalui tirakat untuk
mengaktualisasikan diri baik secara fisik maupun batin. 2 Salah satu bukti
nyata dari tirakat ialah Gaya Hidup santri yang terkesan Sederhana dan apa
adanya, mulai dari hal-hal yang terkait dengan kebutuhan primer seperti
dalam hal makan, pakaian, dan tempat tinggal, sampai hal-hal yang sifatnya
1
M Abdul Manan, Daya Tahan dan Eksistensi Pesantren di era 4.0, JPII, vol.3, No.2
(April 2019).
2
Muhammad Kurnia Mardhika & Beti Malia Rahma Hidayati, Psychological Well-Being
Pada Santri Ngrowot di PP.Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri, Journal An-Nafs: Kajian Penelitian
Psikologi, Vol. 4, No.2 (Desember2019), h. 1
2

menunjang seperti alat-alat pembelajaran. Para santri dalam hal ini berusaha
memanage bekal/uang sakunya sebaik mungkin, agar sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhannya.
Pesantren mengajarkan nilai-nilai kesederhanaan, kemandirian,
semangat kerja sama, solidaritas, dan keikhlasan.3 Karenanya kesederhanaan
hidup merupakan satu hal yang sangat lekat dengan keseharian santri,
sehingga bisa dipastikan dalam setiap aktivitasnya akan terdapat manifestasi
sederhana disana. Kesederhanaan menunjukkan pengunduran diri dari ikatan-
ikatan dan hirarki-hirarki masyarakat setempat, dan pencarian suatu makna
kehidupan yang lebih dalam yang terkandung dalam hubungan-hubungan
social.4 Gaya hidup sederhana santri khususnya santri Pondok Pesantren Haji
Ya’qub merupakan sebuah ikhtiar yang telah diterapkan secara turun-temurun
oleh para santri Haji Ya’qub melalui teladan para kyai-kyai sepuh, hal ini
guna untuk membentuk karakter santri sebagai individu dengan nilai-nilai
moral positif serta bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Dahulu santri-santri PPHY merupakan santri-santri yang terkenal
masyaqohnya (keprihatinannya). Selain itu santri PPHY juga terkenal dengan
tirakatnya.5 Keprihatinan yang dijalani oleh para santri serta tirakat yang
dijalankan mengindikasikan bahwasanya, sejak dulu para santri Pondok
Pesantren Haji Ya’qub telah mempraktekkan gaya hidup sederhana. Selain
itu, gaya hidup sederhana merupakan salah satu bentuk penggemblengan
terhadap santri di Pondok Pesantren, agar nanti setelah menyelesaikan masa
studinya, para santri telah siap dan matang menghadapi kerasnya hidup
ditengah-tengah masyarakat.
Mengkaji Gaya Hidup Sederhana dari perspektif kekuatan karakter
menjadi sangat penting karena lumrahnya orang-orang pada masa ini
berspekulasi bahwasanya kesederhanan hanya terbatas pada orang-orang yang
kurang mampu dari segi materi, lemah dalam mencari pekerjaan, dan
3
Ahmad Muhakamurrohman, Pesantren: Santri, Kyai, dan Tradisi, Jurnal Kebudayaan
Islam, Vol. 12/2, Juli-Desember 2014, h. 110
4
Ibid, h. 110.
5
Bekal Agung Buku Pedoman Jam’iyyah (Kediri: Jam’iyyah Pusat Ar-Rohmah PPHY,
2018), h.11.
3

penampilan layaknya pengemis. Gaya hidup sederhana yang diterapkan santri


pada dasarnya usaha santri dalam menggapai makna hidup, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa santri memiliki karakteristik yang positif, seperti sikap
yang positif terhadap perilaku pro lingkungan hidup, kepuasan hidupnya
sedang, dan control diri yang sedang.6
Kekuatan Karakter disini merupakan proses atau mekanisme
Psikologis yang lebih spesifik dalam menentukan kebajikan, sebagaimana
yang dungkapkan oleh Peterson.7 Karakter yang baik yang mengarahkan
individu pada pencapaian keutamaan atau trait positif yang terefleksi dalam
pikiran, perasaan dan tingkah laku.8 Sebagaimana yang dipaparkan oleh Park,
Peterson, dan Seligman.
Lalu bagaimana Gaya Hidup Sederhana santri sebagai upaya santri
menggembleng dirinya agar menemukan makna hidupnya serta bermanfaat
bagi masyarakat, jika dilihat dalam perspektif Psikologi yang berada pada
ranah ilmiah?. Kemudian bagaimana Kekuatan Karakter santri yang
menrapkan gaya hidup sederhana?, sehingga dapat disimpulkan bahwa judul
“KEKUATAN KARAKTER PADA GAYA HIDUP SEDERHANA
SANTRI” sangat layak unutk dijadikan bahan penelitian.

B. Fokus Penelitian
1. Bagaimana Gaya Hidup Sederhana Santri Pondok Pesantren Haji Ya’qub
Lirboyo Kota Kediri ?
2. Bagaimana Kekuatan Karakter pada Gaya Hidup Sederhana Santri Pondok
Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri ?

C. Tujuan Penelitian

6
Ahmad Muhakamurrohman, Pesantren: Santri, Kyai, dan Tradisi……….., h. 205.
7
Christopher Peterson dan Nansook Park, Character Strengths: Research and
Practice :Journal of College & Character, Vol.9/4, (April 2009), h.3
8
Nansook Park, Christopher Peterson & Martin E.P. Seligman, Strengths of character
and well-being. Journal of Social and Clinical Psychology 23, (2004), h. 609.
4

1. Menganalisis Gaya Hidup Sederhana Santri Pondok Pesantren Haji


Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.
2. Menganalisis Kekuatan Karakter pada Gaya Hidup Sederhana Santri
Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara teoritis
Sebagai sumbangsih wawasan pengetahuan dalam perkembangan ilmu
Psikologi Islam, khususnya dalam bidang Psikologi Positif yang terkait
dengan Kekuatan Karakter dan pemahaman tentang Gaya Hidup
Sederhana santri di Pondok Pesantren.
2. Secara praktis
a. Bagi Peneliti, sebagai refleksi pengembangan keilmuan penulis sesuai
dengan wawasan keilmuan, dan memperkenalkan pandangan baru
terhadap Gaya Hidup Sederhana, serta memperluas pemahaman
terkait Gaya Hidup Sederhana sehingga hanya terbatas pada perspektif
Pesantren saja, namun juga secara psikologis.
b. Bagi Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri, khususnya Fakultas
Dakwah Prodi Psikologi Islam, sebagai tambahan pengetahuan dan
kepustakaan bagi civitas akademika terutama Mahasiswa dalam
keilmuan Psikologi serta, dapat menjadi bahan rujukan dalam
penulisan skripsi, proposal, makalah, dan karya tulis ilmiah ldi masa-
masa yang akan datang.
c. Bagi Masyarakat, sebagai tambahan wawasan keilmuan dan
memberikan pemahaman tambahan tentang Gaya Hidup Sederhana
para santri di Pondok Pesantren, yaitu dari sudut pandang psikologi.

E. Definisi Operasional
1. Pondok Pesantren
Pondok Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang
bercorak Islami, yang membekali santrinya dengan ilmu-ilmu agama baik
dari segi lahiriah maupun batiniah berupa nilai-nilai moral keislaman.
5

Lembaga pendidikan yang menggunakan system pendidikan tradisional


dengan tiga metode klasikal yaitu, sorogan, bandongan dan wetonan.
2. Santri
Santri dalam penelitian ini adalah orang-orang yang menuntut Ilmu
Pengetahuan Agama kepada seorang Kiai di Pondok Pesantren. dalam
penelitian ini santri yang dimaksudkan adalah santri yang berada di
Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
3. Kesederhanaan hidup
Kesederhanaan adalah pola perilaku individu yang memakai atau
memanfaatkan suatu barang ala kadarnya serta sesuai dengan kebutuhan.
Selain itu, Hidup sederhana berarti membebaskan segala ikatan yang
tidak diperlukan. Memanfaatkan apa yang dimiliki, mencari sesuatu yang
dibutuhkan, dan tidak memandang serta mencari sesuatu secara
berlebihan.
4. Kekuatan Karakter
Kekuatan karakter adalah aspek kepribadian yang dihargai secara
moral. Menurut Peterson kekuatan karakter merupakan proses atau
mekanisme Psikologis yang lebih spesifik dalam menentukan kebajikan.
Sehingga bisa dikatakan, kekuatan karakter merupakan salah satu
landasan yang mengemukakan aspek-aspek kepribadian seseorang yang
mengarah pada perilaku positif.

F. Kajian Pustaka
1. Santri
a. Pengertian
Istilah santri, menurut A.H. John berasal dari Bahasa Tamil
yang memiliki arti mengaji.9 Sedangkan menurut Nurcholis Madjid
dalam Yasmadi, menyatakan bahwa asal-usul kata santri dapat dilihat
dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri

9
Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantrendi Era
Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011 ), h.9
6

berasal dari kata sastri, yakni sbuah kata yang diambil dari Bahasa
sanskerta yanga artinya melek huruf. Pendapat ini menurut Nurcholis
Madjid diadasarkan atas kaum santri kelas literary bagi orang jawa
berusaha mendalami agama melelui kitab-kitab bertulisan yang
menggunakan Bahasa arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa
perkataan santri berasal dari Bahasa Jawa, yakni dari kata “cantrik”
yaitu seseorang yang senantiasa mengikuti guru kemanapun guru ini
pergi menetap.10 Sementara itu, Zamakhsari Dhofier berpendapat
bahwa, kata santri dalam Bahasa india berarti orang yang tahu buku-
buku suci agama hindu, atau seorang sarjana ahli kitab suci agama
hindu.11
Isti’mal kata santri ditujukan kepada orang yang sedang
menimba ilmu agama di pondok pesantren, sebutan santri erat
kaitannya dengan keberadaaan seorang kiai.12 Sehingga bisa
dipastikan santri merupakan segolongan orang yang tidak bisa
terpisahkan dengan para ulama. Lebih lanjut lagi, santri adalah siswa
atau murid yang dididik menjadi pengikut dan penerus estafet
perjuangan ulama yang setia.13
2. Pondok Pesantren
a. Pengertian
Menurut Nata dalam Jurnal Abdul Mannan menyatakan bahwa,
Pesantren adalah lembaga atau institusi pendidikan yang pengajaran
dan pengajarannya berbasis Islam, pembelajarannya dilaksankan
secara klasikal dimana seorang Kyai mengajarkan Ilmu Agama Islam
kepada para santri, berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam Bahasa
mArab oleh ulama Abad pertengahan dan para santri bermukim di
Pondok (asrama) dalam pesantren tersebut. Selain itu, Pondok

10
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), h.61
11
Zamkhasyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Cet. II; Jakarta: Mizan), h.18
12
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren , (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), h.97.
13
Http://Digilib.Uinsby.Ac.Id/20317/5/Bab%202, Skripsi, Pdf, diakses pada tanggal 11
Februari 2021. H. 26.
7

Pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang bercorak


Islami, yang membekali santrinya dengan ilmu-ilmu agama baik dari
segi lahiriah maupun batiniah berupa nilai-nilai moral keislaman.
Lembaga pendidikan yang menggunakan system pendidikan
tradisional dengan tiga metode klasikal yaitu, sorogan, bandongan dan
wetonan
3. Gaya Hidup Sederhana
a. Pengertian
Kehidupan manusia sangat kompleks, oleh karennya manusia
dituntut memenuhi kebutuhannya dalam mempertahankan
eksistensinya. Selain itu, dengan adanya kebutuhan yang beragam,
gaya hidup sederhana menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap
individu, agar nantinya mereka mampu memanfaatkan semua hal
dalam hidupnya sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Selasih DP
(2016), Sederhana merupakan kebiasaan atau perilaku sehari-hari
yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta tidak
mencerminkan sikap yang berlebihan atau mengandung unsur
kemewahan.14 Sedangkan menurut Kemendikbud, istilah sederhana
mengacu pada perilaku yang disesuaikan dengan keadaan sebenarnya,
perilaku atau gaya hidup ini mementingkan kebutuhan utama seperti
makanan bergizi, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan dalam
berkeluarga.15
Dalam Konteks Keislaman, sikap sederhana erat kaitannya
dengan istilah Zuhud, dalam hal ini Zuhud adalah sikap seorang yang
cenderung menghindari hal-hal duniawi, menjadikan hal tersebut
hanya sebatas pemenuhan kebutuhan, bukan sebagai tujuan.
Pernyataan ini, selaras dengan prinsip hidup para sufi, yang

14
Selasih Dwi Palupi, Skripsi: Upaya Meningkatkan Sikap Sederhana dan Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan SD Negeri 3 Lesmana, FKIP, UMP,
2011. H. 7.
15
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Buku Seri Pendidikan Orang Tua:
Menanamkan Hidup Sederhana, (Jakarta: Kemendikbud), 2016. H. 4.
8

membahasakan zuhud sebagai pola hidup sederhana atau mengurangi


keinginan hawa nafsu.16
Al Muhasibi mengemukakan bahwa hidup sederhana berarti
membebaskan segala ikatan yang tidak diperlukan. Lain halnya
dengan kemiskinan, kesederhanaan, yang merupakan suatu pilihan,
keinginan untuk menjalani hidup pada hal-hal yang lebih berarti.17
Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk Hidup Sederhana,
hal ini selaras dengan ayat Al-qur’an Surah Al-Furqon ayat 67 yang
berbunyi:

َ ِ‫ُوا َو َكانَ بَ ۡينَ ٰ َذل‬


‫ك قَ َو ٗاما‬ ْ ‫وا َولَمۡ يَ ۡقتُر‬
ْ ُ‫وا لَمۡ ي ُۡس ِرف‬
ْ ُ‫َوٱلَّ ِذينَ إِ َذٓا أَنفَق‬
Artinya: dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta),
mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah
(pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.18

Gaya Hidup Sederhana merupakan perilaku yang mengarahkan


seseorang untuk memanfaatkan hartanya untuk hal-hal yang sifatnya
kebutuhan dan mendesak, yakni dalam takaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan tidak berlebih-lebihan.
4. Kekuatan Karakter
a. Pengertian
Kekuatan Karakter adalah aspek kepribadian yang dihargai
secara moral. Seperti yang dicatat Baumrind, “Dibutuhkan karakter
yang baik untuk menginginkan yang baik, dan kompetensi untuk
melakukan yang baik”. Kekuatan karakter, ketika diterapkan, tidak
hanya mencegah sesorang pada sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi
penting dalam hak mereka sendiri sebagai penanda dan memang
penyebab perkembangan umur panjang yang sehat. Selain itu,
kekuatan karakter membantu kaum muda untuk berkembang dan
16
Khairil Ikhsan Siregar, Kesederhanaan Pribadi Nabi Muhammad dan Aplikasinya Dalam
Fakta Sosial (Sebuah Kajian Nilai Al-Qur’an dan Hadis), Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.9 , No.1 ,
Tahun. 2013 Membangun Tradisi Berfikir Qur’an. h.54
17
Al Harits Al Muhasibi, Sederhana Penuh Berkah (Serambi, 2006), hal.cover
18
Qur’an in word, al-Furqaan ayat 67.
9

terkait dengan hasil yang diinginkan seperti keberhasilan sekolah,


kepemimpinan, toleransi dan menghargai keragaman, kemampuan
untuk menunda kepuasan, kebaikan, dan altruisme. Peterson
mengemukakan bahwasanya kekuatan karakter;
“Character strengths are the more specific psychological
processes or mechanisms that define the virtues.”19
Proses atau mekanisme Psikologis yang lebih spesifik dalam
menentukan kebajikan. Sehingga bisa dikatakan, kekuatan karakter
merupakan salah satu landasan yang mengemukakan aspek-aspek
kepribadian seseorang yang mengarah pada perilaku positif.
Kekuatan karakter berkontribusi pada pemenuhan, kekuatan
karakter tertentu erat kaitannya dengan kesejahteraan dan
perkembangan kaum muda daripada yang lain.20 Setiap orang
memiliki kekuatan. Kekuatan perlu dikenali, dirayakan, diperkuat, dan
digunakan.
b. Klasifikasi Kekuatan Karakter
Peterson dan Seligman (2004) mengemukakan bahwa terdapat enam
virtue yang terdiri dari dua puluh empat karakter,21 yaitu:
1. Kebijaksanaan dan pengetahuan
Kekuatan kognitif yang memerlukan perolehan dan penggunaan
pengetahuan.22
Virtue ini menjelaskan lima karakter yang bisa diamati yaitu:
a. Kreativitas
Memikirkan cara-cara baru dan produktif untuk membuat
konsep dan melakukan sesuatu, termasuk pencapaian artistik
tetapi tidak terbatas pada hal tersebut.
b. Keingintahuan
19
Christopher Peterson dan Nansook Park, Character Strengths: Research and
Practice :Journal of College & Character, VOLUME X, NO. 4, April 2009. h.3.
20
Ibid. h.4.
21
Christopher Peterson dan Nansook Park, Character Strengths: Research and
Practice :Journal of College & Character, VOLUME X, NO. 4, April 2009. h. 2-4.
22
Christopher Peterson & Martin E. P. Seligman, Character Strengths and Virtues A
Handbook and Classification, (New York: Oxford University Press, 2004), h. 29-30.
10

Menaruh minat pada semua pengalaman yang sedang


berlangsung untuk kepentingannya sendiri, menemukan subjek
dan topik yang menarik, mengeksplorasi dan menemukan hal
baru.
c. Pikiran terbuka
Memikirkan banyak hal dan memeriksa dari semua sisi, tidak
langsung mengambil kesimpulan, mampu mengubah pikiran
seseorang dengan bukti terang, menimbang semua bukti secara
adil.
d. Suka belajar
Menguasai keterampilan, topik, dan badan pengetahuan baru,
baik sendiri atau secara formal, hal-hal yang terkait dengan
kekuatan keingintahuan tetapi melampaui itu untuk
menggambarkan kecenderungan dan menambahkan secara
sistematis terhadap apa yang diketahui.
e. Perspektif
Mampu memberi nasihat bijak kepada orang lain, memiliki
cara memandang dunia yang masuk akal bagi diri sendiri dan
orang lain.
2. Keberanian
Kekuatan emosional yang melibatkan latihan kemauan untuk
mencapai tujuan dalam menghadapi pertentangan eksternal atau
internal
a. Kejujuran
Berbicara kebenaran dan menampilkan diri dengan cara yang
tulus. Tidak menyimpang karena adanya ancaman, tantangan,
kesulitan, atau rasa sakit, berbicara hal-hal yang benar bahkan
jika ada pertentangan, bertindak berdasarkan keyakinan
sekalipun tidak populer; termasuk keberanian fisik tetapi tidak
terbatas pada itu.
b. Keberanian
11

Tidak menghindar dari ancaman, tantangan, kesulitan, atau


rasa sakit. Menyelesaikan apa yang dimulai, bertahan dalam
suatu tindakan meskipun ada rintangan, senang dalam
menyelesaikan tugas.
c. Ketekunan
Menyelesaikan apa yang dimulai.
d. Semangat
Mendekati kehidupan dengan kegembiraan dan energy.
3. Kemanusiaan
Kemanusiaan dan kasih sayang melibatkan hubungan batin yang
baik dengan individu lain, meliputi kepedulian dan simpati
terhadap orang lain. Taylor (2000) dalam Peterson & Seligman
(2004) menyebut kemanusiaan sebagai disposisi untuk cenderung
berteman, kemanusiaan hampir mirip dengan kekuatan keadilan,
namun terdapat perbedaan yaitu kemanusiaan lebih pada hubungan
personal, satu dengan yang lainnya sedangkan keadilan lebih pada
hubungan satu ke banyak. Virtue ini meliputi tiga karakter
diantaranya:
a. Kebaikan
Melakukan kebaikan dan perbuatan baik pada orang lain.
b. Cinta
Menghargai hubungan dekat dengan orang lain.
c. Kecerdasan social
Menyadari motif dan perasaan diri dan orang lain.

4. Keadilan
Keadilan berkaitan dengan interaksi antara beberapa individu yang
ada dalam kelompok dalam kelompok itu sendiri. Keadilan
12

melandasi kehidupan yang sehat dalam suatu masyarakat. Virtue


ini mencakup:
a. Keadilan
Memperlakuakan semua orang dengan sama sesuai dengan
pengertian keadilan.
b. Kepemimpinan
Mengatur kegiatan kelompok dan melihat bahwa itu terjadi.
c. Kerja tim
Bekerja dengan baik sebagai anggota kelompok atau tim.
5. Kesederhanaan
Menurut Peterson & Seligman, Kekuatan Karakter ini adalah salah
satu karakter yang tenang, seseorang yang memiliki karakter ini
sederhana menghindari sorotan dan membiarkan prestasi mereka
yang berbicara, mereka mengakui kesalahan dan
ketidaksempurnaan. Bias dikatakan kesderhanaan merupakan sikap
seseorang yang mencukupkan terhadap hal-hal yang dimilikinya
tanpa memandang hal-hal yang tidak dimilikinya. Virtue meliputi:
a. Memaafkan
Memaafkan mereka yang telah berbuat salah.
b. Kesederhanaan
Membiarkan pencapaian seseorang berbicara sendiri.
c. Kehati-hatian
Berhati-hati tentang pilihan seseorang, tidak mengatakan atau
melakukan hal-hal yang mungkin nanti akan disesali.
d. Pengaturan diri
Mengatur apa yang seseorang rasakan dan lakukan.
6. Transendensi
Virtue ini berkaitan dengan hubungan antara individu dan alam
semesta, kekuatan emosi yang menjangkau keluar diri untuk
menghubungkan individu dengan sesuatu yang lebih besar serta
bagaimana individu memberi makna pada kehidupan.
13

a. Apresiasi keindahan dan kesempurnaan


Memperhatikan dan menghargai keindahan, kesempurnaan
dan atau kinerja terampil di semua bidang kehidupan.
b. Syukur
Sadar dan bersyukur atas hal-hal baik yang terjadi.
c. Harapan
Mengharapkan yang terbaik dan bekerja untuk mencapainya.
d. Humor
Suka tertawa dan bercanda, menebar senyum pada orang lain.
e. Agama
f. Memiliki keyakinan yang koheren tentang tujuan dan makna
yang lebih tinggi.

G. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini terdapat beberapa penelitian lain yang dijadikan sebagai
bahan perbandingan dan acuan untuk dijadikan telaah pustaka yakni
penelitian-penelitian yang sesuai dengan judul yang sedang penulis teliti.
Diantaranya sebagai berikut:
1. Skripsi dari Firanti Handayani dengan judul “HUBUNGAN ANTARA
KEKUATAN KARAKTER DENGAN RESILIENSI RESIDEN
NARKOBA DI UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) TERAPI DAN
REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL LIDO”. Fokus
penelitian ini adalah utnutk mengetahui apakah ada hubungan positif yang
signifikan antara kekeuatan karakter dengan resiliensi pada residen
narkoba di Unit Pelaksana Teknis (UPT) terapidan rehabilitasi Badan
Narkotika Nasional Lido. Sampel yang merupakan residen sejumlah 134
orang diambil dengan teknik Purposive Sampling dan diberikan angket
untuk mengukur kekuatan karakter serta resiliensi mereka. Hasil
penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan
antara kekuatan karakter dengan resiliensi. Dimana jika kekuatan karakter
residen tinggi maka resiliensinya akan tinggi pula dan sebaliknya jika
14

kekuatan karakter residen rendah maka resiliensinya akan rendah pula.


Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa kekeuatan karakter
memberikan kontribusi sebesar 62,7 % terhadap resiliensi dimana
gratitude merupakan kekuatan karakter yang memberikan kontribusi
paling besar trhadap resiliensi sebesar 29,3 % sekaligus merupakan
kekuatan karakter yang memiliki korelasi terbesar dengan resiliensi
dengan pearson product moment r sebesar 0,542.23
2. Skripsi Husna Sholihah dengan judul “HUBUNGAN KEKUATAN
KARAKTER DENGAN KEBAHAGIAAN PADA REMAJA”. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan karakter
dengan kebahagiaan pada remaja. Penelitian ini merupakan
penelitiankuantitatif berjenis korelasi. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini berupaskala kekuatan karakter dan skala kebahagiaan.
Subjek penelitian ini berjumlah 178 siswa dari jumlah populasi sebanyak
320 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan Proportionate
Stratified Random Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis product moment dengan diperoleh koefesien korelasi sebesar
0.658 dengan signifikansi 0.000, karena signifikansi 0.000 dibawah 0.05,
maka Ha diterima. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan
24
antara kekuatan karakter dengan kebahagiaan pada remaja.
3. Jurnal dari Anandya Ikhwan Muttaqin dan Endang Supratiningsih dengan
judul CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG
TUNA DAKSA DI NCPI KOTA BANDUNG, jurnal memaparkan
bahwasanya NPCI (National Paralympic Comitee Indonesia) Bandung
adalah wadah keolahragaan Penyandang cacat indonesia dikota Bandung.
Salah satu kegiatan olahraga yang dibina oleh NPCI Kota Bandung adalah
kegiatan olahraga penyandang Tuna daksa. Terdapat 10 orang atlet yang

23
Firanti Handayani, “Hubungan Antara Kekuatan Karakter dengan Resiliensi Residen
Narkoba Di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional
Lido”, (Skripsi: Fakutas Psikologi Unuversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2010).
24
Husna Sholihah, “Hubungan Kekuatan Karakter Dengan Kebahagiaanpada Remaja”,
(Skripsi: Program Studi Psikologifakultas Psikologi dan Kesehatan Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya, 2018).
15

sampai saat ini aktif berlatih dan mengikuti berbagai macam pertandingan
di NPCI Kota Bandung. Dalam proses latihan dan pertandingan para atlet
biasanya mendapatkan tuntutan-tuntutan serta resiko-resiko tertentu yang
harus mereka hadapi. Walaupun demikian mereka tetap bertahan dan
selalu berusaha untuk mengatasi kendala yang ada serta tetap berlatih dan
bertanding semaksimal mungkin agar mampu memperoleh prestasi yang
baik. Kondisi tersebut mengindikasikan adanya kekuatan karakter
(Character Strength). Seligman (2004) menyatakan bahwa Character
Strength merupakan karakter positif yang membawa perasaan positif.
Dengan menggunakan teknik penelitian kualitatif deskriptif penelitian ini
bertujuan dari untuk menggambarkan Profil Kekuatan Karakter
(Character Strength) pada Atlet Penyandang Tuna daksa di NPCI Kota
Bandung.Hasil Penelitian menunjukkan Atlet penyandang Tuna daksa di
NPCI Kota Bandung memiliki lima Kekuatan Karakter (Character
Strength). Kelima Kekuatan Karakter tersebut adalah Bravery,
Spirituality, Persistence, Self Regulation,dan Gratitude.25
4. Skripsi dari Selasih Dwi Palupi dengan judul UPAYA
MENINGKATKAN SIKAP SEDERHANA DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PECAHAN SD NEGERI 3 LESMANA, skripsi di setting menggunakan
metode penelitian kualitaitif deskriftif dengan tujuan menggambarkan dan
menjelaskan kontribusi sikap sederhana serta prestasi belajar siswa pada
penigkatan pemahamna terhadap mata pelajaran matematika di SD
Lesmana.26
5. Jurnal penelitian oleh Khairil Ikhsan Siregar yang berjudul
“KESEDERHANAAN PRIBADI NABI MUHAMMAD DAN
APLIKASINYA DALAM FAKTA SOSIAL (SEBUAH KAJIAN NILAI

Anandya Ikhwan Muttaqin dan Endang Supraptiningsih, Character Strength pada Atlet
25

Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung, Journal of Psychological Research SCHEMA,
Volume 3/1, Mei 2017.
26
Selasih Dwi Palupi, Upaya Meningkatkan Sikap Sederhana dan Prestasi Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan SD Negeri 3 Lesmana, (Skripsi: FKIP, UMP,
2011).
16

AL-QUR’AN DAN HADITS)”. Jurnal menggunakan metode penelitian


kualitatif deskriptif dalam menjelaskan praktek hidup sederhana yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, mengunakan perspektif Al-Qur’an
dan Hadits, serta memaparkan fakta social yang membentuk
kesederhanaan dalam pribadi Nabi Muhammad saw. Dalam penelitian ada
beberapa kesimpulan terkait hal tersebut, diantaranya; 1. Teks-teks hadis
bab, menguatkan suatu konseptual yang bisa direaliasasikan dalam
kehidupan, “bahwa sirah Nabi tentang kehidupan kepribadian Nabi,
seperti sederhana memberikan hal-hal yang positif, di antaranya, melatih
diri dalam kondisi perihatin agar bersabar. 2. Pemaknaan hadis Nabi tidak
selalu dipahami dengan makna lahiriah, artinya ulama pun menyaksikan
bahwa Rasulullah itu, orang yang cukup di dalam hidupnya, bahwa Nabi
sebenarnya mengingankan pengikutnya yang memiliki harga diri, kuat
dan semangat bekerja, bukan orang lemah yang miskin segala-galanya
baik fisiknya atau psikisnya. 3. Nabi manusia biasa tetapi beliau manusia
paripurna juga karena ia memiliki kemampuan yang tidak dimiliki
manusia lain, sperti kemampuan memimpin disamping sebagai juru
da’wah. 4. Nabi telah mendapat intervensi dari hak proregatif Allah untuk
menjaganya dan memeliharanya dari kekafiran dan kemusyrikan sejak di
masa kecilnya, karena telah didukung dengan bukti dari data-data.27
6. Skripsi dari Ahmad Faiz dengan judul “APLIKASI AJARAN POLA
HIDUP SEDERHANA DRS. KH HASBULLOH DALAM
KEHIDUPAN EKONOMI SANTRI (STUDI PADA SANTRI ALUMNI
PONDOK PESANTREN RAUDHATUSSU’ADA BUARAN
BANTARKAWUNG BREBES) Penelitian ini membahas bagaimana pola
hidup sederhana yang diajarkan Drs KH Hasbulloh di Pesantren
Raudhatussu’ada Buaran Bantarkawung Brebes dan bagaimana santri
mengaplikasikan ajaran pola hidup sederhana Drs KH Hasbulloh dalam
kehidupan ekonominya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
27
Khairil Ikhsan Siregar, Kesederhanaan Pribadi Nabi Muhammad dan Aplikasinya dalam
Fakta Sosial (Sebuah Kajian Nilai Al-Qur’an dan Hadits), Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.9 , No.1 ,
Tahun. 2013 Membangun Tradisi Berfikir Qur’an.
17

bagaimana pola hidup sederhana yang diajarkan Drs KH Hasbulloh dan


mendapatkan pemahaman tentang bagaimana santri dan santri alumni
Pesantren Raudhatussu’ada mengaplikasikan ajaran pola hidup sederhana
Drs KH Hasbulloh dalam kehidupan ekonominya. Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teori Funsionalisme structural dan konsep
internalisasi dan eksternalisasi. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola hidup
sederhana yang diajarkan Drs KH Hasbulloh di pesantren diajarkan
melalui dua bentuk. Pertama, ajaran melalui wejangan atau petuah kiai.
Wejangan tersebut disampaikan lewat pengajarannya ketika mengkaji Al-
Qur’an, hadits, dan kitab-kitab kuning. Kedua ajaran melalui sikap atau
perilaku kiai sehari-hari.28

H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, penelitian
Kualitatif atau Qualitative Research merupakan jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara Kuantitatif. 29
Rukin menjelaskan penelitian kualitatif merupakan riset yang bersifat
deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan
induktif.30
Sedangkan menurut Corbi dan Strauss dalam Farida nugrahani
bahwa penelitian kualitatif adalah penlitian yang dapat digunakan untuk
meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, funsionalisasi

28
Ahmad Faiz, “Aplikasi Ajaran Pola Hidup Sederhana Drs. KH Hasbulloh dalam
Kehidupan Ekonomi Santri (Studi pada Santri Alumni Pondok Pesantren Raudhatussu’ada Buaran
Bantarkawung Brebes)”, (Skripsi, Strata Satu Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,
Yogyakarta, Fakultas Sosial dan Humaniora, Prodi Sosiologi, 2013)
29
Salim dan Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Citapustaka Media,
Cet.II 2012).
30
Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia,
2019). H.6.
18

organisasi, gerakan social, atau hubungan kekerabatan. 31 Sedangkan


Bogdan dan Taylor berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan
prosedur penelitian yang mampu menghasilkan data deskriptif berupa
ucapan, tulisan, dan perilaku dari orang-orang yang diamati.32 Melalui
penelitan ini dimungkinkan untuk diperoleh pemahaman tentang
kenyataan melalui proses induktif.
Farida menjelaskan:
Para peneliti kualitatif menekankan sifat realita yang
terbangun secara social, serta hubungan erat antara peneliti
dan subjek yang diteliti dan tekanan situasi yang membentuk
penelitian. Peneliti kualitatif mementingkan sifat penelitian
yang syarat dengan nilai-nilai. Peneliti kualitatif mencari
jawaban atas pertanyaan yang menyoroti tentang cara
munculnya pengalaman social sekaligus perolehan
maknanya.33
Dapat dipahami bahwasanya penelitian kualitatif adalah salah satu
penelitian yang menghasilkan temuan-temuan penelitian melalui studi
lapangan dengan mengamati realita-relaita yang ada dimasyarakat, yang
dalam hal ini menuntut adanya hubungan yang erat antara peneliti dengan
subjek yang diteliti.
Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan fenomenologi.
pendekatan fenomenologi merupakan pendekatan dengan tujuan untuk
mengetahui tentang pengalaman hidup seseorang tentang suatu peristiwa.
J.R. Raco mengatakan bahwa metode fenomenologi bertujuan untuk
menangkap arti tentang pengalaman hidup manusia tentang suatu gejala.34
E. Husserl dalam Raco mengemukakan bahwa fenomenologi sebagai studi
tentang bagaimana orang mengalami dan menggambarkan sesuatu, selain

31
Farida Nugrahani, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan Bahasa,
(Surakarta: tt, tb). H. 4
32
Ibid. h.4
33
. Farida Nugrahani……….,h. 8
34
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya, (Jakarta:
PT. Grasindo, 2010). hal. 42
19

itu, Fenomenologi menjadi sebuah pendekatan yang berfokus makna dari


pengalaman hidup dan menafsirkan pengalan tersebut.35 Fenomenologi
yang diterapkan bertujuan untuk mencari hakikat atau esensi dari
pengalaman. Sasarannya adalah untuk memahami pengalaman
sebagaimana disadari. 36
Fenomologi juga dipakai untuk menjelaskan thing in ngelves,
memahami apa yang masuk sebelum kesadaran, memahami makna dan
esensi-nya, dalam intuisi dan refleksi diri. Proses ini memerlukan
pengembangan dari sesuatu yang tampak dan suatu gambaran orang yang
mengalaminya.37
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, kehadiran seorang peneliti mutlak
diperlukan karena seorang peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus
pengumpulan data. Sebagaimana salah satu ciri penelitian kualitatif dalam
pengumpulan data dilakukan oleh peneliti itu sendiri.38
Status kehadiran peneliti di PP. Haji Ya’qub adalah diketahui oleh
subjek atau informan. Kehadiran peneliti dilapangan ini adalah sangat
penting dan diperlukan secara optimal, peneliti merupakan instrumen
kunci utama dalam mengungkap makna dan sekaligus sebagai alat
pengumpulan data, karena itu peneliti juga harus terlibat dalam kehidupan
para santri yang menjalankan gaya hidup sederhana di PP. Haji Ya’qub
sampai pada tingkat ketrbukaan antara kedua belah pihak. Lebih dari itu
peneliti harus mengenal dan sama-sama dengan yang diteliti sehingga
dapat memahami mereka dari sudut pandang mereka sendiri.39

35
J.R. Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya…….,
h.82.
36
J.R. Raco, Metode Penelitin Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya…….,
h.83.
Kuswarno Engkus, Fenomologi, (Bandung; Widya Padjajaran,2009), h. 40.
37

Suhaimin Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,(Jakarta : Raneka


38

Cipta ,2002), h. 11.


39
Robert Bogdan Dan Steven J. Taylor, Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian (Surabaya: Usaha
Nasional, 1993), h. 36.
20

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dijadikan lapangan studi kasus adalah
Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri, Jawa Timur.

4. Sumber Data
Sumber dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh.40
Sumber utama dalam penelitian adalah kata-kata dan tindakan, sedang
selebihnya merupakan datra tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data, dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder.
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung berdasarkan
wawancara dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi
dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di
lapangan.Sumber data primer merupakan sumber data yang lansung
memberikan data kepada pengumpul data.41
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
darta kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen.

5. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling tepat
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Menurut Hardani,dkk, pengumpulan data dapat dilakukan dalam
berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian ini,

40
Arif Furchan, Pengantar Metodologi Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasinal,
1992).,h. 51.
41
Hardani, dkk, metode epnelitian kualitatif dan kuantitatif, (Yogyakarta: CV. Pusrtaka Ilmu,
2020), h. .121.
21

penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, di aantaranya


sebagai berikut;
1. Metode Observasi
Metode obsevasi merupakan metode pengumpulan data dimana
peneliti melakukan pengamatan dan pencarian informasi secara
langsung di lapangan. Menurut Raco, Observasi nerarti
mengumpulkan data langsung dari lapangan. 42 Dalam pengertian
psikolgi, observasi atau pengamatan, meliputi kegiatan pemantauan,
pemerhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
indera.43 Observasi menjadi sumber yang kaya bagi berbagai hipotesis
tentang akhlak, observasi juga dapat menjadi langkah pertama dalam
menemukan mengapa seseorang berperilaku tertentu.44
Data yang di observasi dapat berupa gambaran tentang sikap,
kelakuan, perilaku, tindakan, dan keseluruhan interaksi antar
manusia.45 Proses observasi dilaksanakan secara lansung oleh peneliti,
yakni dengan metode partisipan. Peneliti ikut berbaur bersama santri
dalam rangka mengamati pola hidup sederhana santri, melalui kegiatan
dan aktivitas yang terlihat di lingkungan Pondok Pesantren Haji
Ya’qub. Metode observasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data
mengenai bagaimana gambaran Gaya Hidup Sederhana Santri melalui
aktivitas sehari-sehari para santri, kemudian bagaimana kaitannya
terhadap pembentukan Kekuatan Karakter dalam diri santri.
Data ini yang dihasilkan dari observasi ini juga yang menjadi
sumber data perbanding dengan data hasil wawancara pada santri PP
Haji Ya’kub, dengan begitu data penelitian bisa teruji validitasnya.
2. Wawancara

42
J.R. Raco, Metode Penelitin Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya……., h.
112.
Muhammad Kurnia Mardhika & Beti Malia Rahma Hidayati…………..th.
43

J.Shaughnessy dan Zechmeister jeannes, Metode Penelitian Psikologi, (Yogyakarta:


44

Pustaka Pelajar, 2007), h. 110.


45
J.R. Raco, Metode Penelitin Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya……., h.
112.
22

Wawancara adalah interaksi antara dua orang dalam rangka


menggali informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Wawancara
juga bisa diartikan rangkaian tanya jawab lisan antara dua orang atau
dua belah pihak secara langsung atau percakapan dengan maksud
tertentu.46 Percakapan itu dilakukan oleh pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai.
Konsep Tanya jawab diterapkan penulis guna melengkapi data-
data yang diperoleh dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang
lengkap dan valid terkait bagaimana penerapan gaya hidup sederhana
santri di Pondok Pesantren Haji Ya’qub, serta menggali data tentang
kekuatan karakter pada santri yang menerapkan gaya hidup sederhana
di Pondok Pesantren Haji Ya’qub.
Wawancara yang akan dilaksanakan oleh peneliti beragam sesuai
dengan kebutuhan peneliti dalam mengumpulkan data secara valid.
3. Metode Dokumentasi
Teknik dokumentasi yaitu teknik mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah,
presentasi, notulen rapat, agenda, foto dan sebagainya.47
Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang dapat
didokumentasikan, yang akan menghasilkan data penerapan pola
perilaku sederhana para santri, ataupun sebagai bukti penguat bahwa
peneliti telah benar-benar melakukan proses penelitian pada santri di
Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
6. Analisis Data
Analisis data adalah proses pengolahan data, memilah-milah data
yang sesuai dengan kebutuhan penelitian dan menafsirkannya menjadi
sebuah kesimpulan yang tepat dan terangkai. Analisis juga berarti

46
Hardani, dkk, Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif, (Yogyakarta: CV. Pusrtaka
Ilmu, 2020), h. 137.
47
Sugiono.Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 236.
23

mengolah data, mengorganisir data, memecahkannya dalam unit-unit yang


lebih kecil, mencari pola dan tema-tema yang sama .48
Dalam menganalisis data ini, peneliti menggunakan teknik Analisis
Deskriftif Kualitatif berdasarkan teori Character Strength dari Peterson
dan Seligman, teknik ini penulis gunakan untuk menggambarkan,
menuturkan, melukiskan serta menguraikan data yang bersifat Kualitatif
yang telah penulis peroleh dari hasil metode pengumulan data pada santri
di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
Peneliti membagii proses analisis data sebagaimana tahapan
Seiddel49, sebagai berikut:
a) Mencatat data primer maupun sekunder yang dihasilkan dari
berbagai metode penelitian yang peneliti gunakan, kemudian
peneliti melakukan codding agar sumber datanya dapat ditelusuri
dengan mudah.
b) Mengumpulkan, memilah-milah, mengkalsifikasikan,
mensistesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeks pada data
yang sudah peneliti dapatkan.
c) Berpikir dengan jalan membuat kategori agar data itu mempunyai
makna mencari, menemukan pola dan hubungan-hubungan untuk
menjawab fokus penelitian, serta mengaitkannya dengan teori
Character Strength dari Peterson dan Seligman.
Setelah data-data penelitian terhimpun, kemudian data terseut
dianalisa untuk mendapatkan sebuah sintesa. Dalam membuat kalsifikasi
dari data penelitian penelis menganalisa data melalui metode sebagai
berikut :
 Metode Induktif
Metode induktif adalah suatau metode berfikir yang menyimpulkan
pendapat-pendapat serta keterangan yang bersifat khusus lalu

48
J.R. Raco, Metode Penelitin Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya……., h.
122.
49
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 248.
24

diolah untuk memperoleh gambaran atau kesimpulan yang bersifat


umum.
 Metode Deduktif
Adalah suatu cara mendapatkan pengetahuan ilmiah dengan
pembahasan yang bertitik tolak dari pengalaman yang bersifat
umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.
 Metode Komparasi
Metode komparasi adalah suatu cara mendapatkan pengetaahuan
ilmiah dengan membandingkan atau lebih peikiran atau konsep
baik antara yang dekat atau mirip maupu yang jauh atau bertolak
belakang antara persamaan dan perbedaannya.50
7. Pengecekan Keabsahan Data
Menurut Nasution, pengecekan keabsahan data atau juga dikenal
dengan validitas data, merupakan pembuktian bahwa apa yang telah
diamati oleh peneliti, sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan. Dan
apakah penjelasan yang diberikan tentang data memang sesuai dengan
yang sebenarnya atau tidak.51
Dalam pengecekan keabsahan data ini peneliti memiliki prinsip
ketekunan, ketekunan yang dimaksud adalah dengan cara mengadaakan
pengamatan dengan teliti dengan rinci secara berkesinambungan terhadap
faktor-faktor yang menonjol yang aada hubungannya dengan Gaya Hidup
Sederhana Santri di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
Metode yang penulis pilih dalam pengecekan keabsahan data ini adalah
tringulasi. Triangulasi yaitu memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data
itu. Triangulasi dapat dilakukan terhadap teori, metode dan data.52
Dengan ini peneliti menggunakan sumber dengan jalan:
 Membandingkan data hasil observasi data data hasil observasi.

50
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), h.111.
51
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kulitatif, (Bandung: Trasitu, 1996), h.105.
52
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
h.170.
25

 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang


berkaitan dengan fokus pelitian.

8. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian ini meliputu empat tahap, yaitu:
a. Tahap sebelum ke lapangan atau prapenelitian, meliputi kegiatan
menyusun proposal peneliti, menemukan fokus penelitian,
konsultasi kepada pembimbing, menghubungi lokasi penelitian,
dan seminar proposal penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi kegiatan pengumpulan data
atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian dan pencatatan
data.
c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan organisasi data, dan
penafsiran data, pengecekan keabsahan dan memberi makna.
d. Tahap penulisan laporan, meliputi kegiatan penyusun hasil
penelitian kepada pembimbing, perrbaiki hasil konsultasi,
pengurusan kelengkapan persyaratan ujian dan mengikuti ujian
munaqosah skripsi.53

I. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan yang penulis gunakan pada penelitian
ini yaitu sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, berisi tentang: a) latar belakang permasalahan, b)
rumusan masalah, c) tujuan penelitian, d) kegunaan penelitian, e) definisi
operasional, dan g) sistematika penulisan.
Bab II: Kajian Pustaka, berisi tentang: a) tinjaun Kekuatan Karakter,
b) tinjaun santri dan Pondok Pesantren, c) tinajaun Gaya Hidup Sederhana
santri.

53
Husein Umar, Metode penelitian untuk skripsi dan thesis bisnis, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003), h. 36.
26

Bab III: Metode Penelitian, berisi tentang: a) rancangan penelitian, b)


populasi dan sample, c) instrument penelitiian, d) teknik pengumpulan data
dan e) teknik analisis data.
Bab IV: Hasil Penelitian dan pembahasan, berisi tentang: a) hasil
penelitian, meliputi: 1) latar belakang obyek, 2) penyajian data, dan b)
pembahasan penelitian.
Bab V: Penutupan yang berisi tentang: a) kesimpulan data dan b)
saran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suhaimin. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta :
Raneka Cipta ,2002.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
27

Bekal Agung Buku Pedoman Jam’iyyah (Kediri: Jam’iyyah Pusat Ar-Rohmah


PPHY, 2018.
Bogdan, Robert Dan Steven J. Taylor. Kualitatif Dasar-Dasar Penelitian
Surabaya: Usaha Nasional, 1993.
Dhofier, Zamkhasyari. Tradisi Pesantren . Cet. II; Jakarta: Mizan.
Dwi Palupi, Selasih. “Upaya Meningkatkan Sikap Sederhana dan Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan SD Negeri 3
Lesmana”. Skripsi. FKIP, UMP, 2011.
Engkus, Kuswarno. Fenomologi. Bandung; Widya Padjajaran,2009.
Faiz, Ahmad “Aplikasi Ajaran Pola Hidup Sederhana Drs. KH Hasbulloh dalam
Kehidupan Ekonomi Santri (Studi pada Santri Alumni Pondok Pesantren
Raudhatussu’ada Buaran Bantarkawung Brebes)”. Skripsi. Yogyakarta:
Strata Satu Fakultas Sosial dan Humaniora, Prodi Sosiologi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Handayani, Firanti. “Hubungan Antara Kekuatan Karakter dengan Resiliensi
Residen Narkoba Di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi
Badan Narkotika Nasional Lido”. Skripsi. Jakarta: Fakutas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Http://Digilib.Uinsby.Ac.Id/20317/5/Bab%202, Skripsi, Pdf, diakses pada tanggal
11 Februari 2021.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Buku Seri Pendidikan Orang Tua:
Menanamkan Hidup Sederhana. Jakarta: Kemendikbud), 2016.
M Abdul Manan, Daya Tahan dan Eksistensi Pesantren di era 4.0, JPII, (April
2019), Vol.3/2.
Mardhika , Muhammad Kurnia & Hidayati, Beti Malia Rahma. Psychological
Well-Being Pada Santri Ngrowotdi PP.Haji Ya’qub Lirboyo Kota Kediri,
Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, Vol. 4/2. Desember2019,
Muhakamurrohman, Ahmad. Pesantren: Santri, Kyai, dan Tradisi, Jurnal
Kebudayaan Islam, Vol. 12/2, Juli-Desember 2014.
28

Muttaqin, Anandya Ikhwan dan Supraptiningsih, Endang. “Character Strength


pada Atlet Penyandang Tuna Daksa di NPCI Kota Bandung”. Journal of
Psychological Research SCHEMA, Volume 3/1, Mei 2017.
Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kulitatif. Bandung: Trasitu, 1996.
Nugrahani, Farida. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Penelitian Pendidikan
Bahasa. Surakarta: tt, tb.
Park, Nansook Christopher Peterson & Martin E.P. Seligman, Strengths of
character and well-being. Journal of Social and Clinical Psychology 23.
2004.
Peterson, Christopher & Seligman, Martin E. P..Character Strengths and Virtues
A Handbook and Classification. New York: Oxford University Press,
2004.
Peterson, Christopher dan Park,Nansook. Character Strengths: Research and
Practice :Journal of College & Character, VOLUME X, NO. 4, April
2009.
Raco, J.R. Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik Dan Keunggulannya.
Jakarta: PT. Grasindo, 2010.
Rukin, Metodologi Penelitian Kualitatif. Takalar: Yayasan Ahmar Cendekia
Indonesia, 2019.
Salim dan Syahrum. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka
Media, Cet.II 2012.
Shaughnessy, J. dan Zechmeister Jeannes. Metode Penelitian Psikologi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Sholihah, Husna. “Hubungan Kekuatan Karakter Dengan Kebahagiaanpada
Remaja”. Skripsi. Surabaya: Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi
dan Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Siregar, Khairil Ikhsan. Kesederhanaan Pribadi Nabi Muhammad dan
Aplikasinya Dalam Fakta Sosial (Sebuah Kajian Nilai Al-Qur’an dan
Hadis), Jurnal Studi Al-Qur’an, Vol.9 , No.1 , Tahun. 2013 Membangun
Tradisi Berfikir Qur’an.
29

Suharto, Babun. Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantrendi


Era Globalisasi. Surabaya: Imtiyaz, 2011.
Sukamto. Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren . Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999.
Yasmadi. Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap
Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press, 2005.

Anda mungkin juga menyukai