Disusun Oleh:
Habib Ali
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pondok pesantren merupakan sebuah asrama Pendidikan Islam
tradisional tempat domisili para santri dan belajar dibawah bimbingan
dan asuhan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan
“Kiyai”1. Adanya pesantren diharapkan mampu mengembangkan santri
sebagai insan yang memiliki keterampilan dalam bidang akademis dan
non akademis. Hal ini sesuai dengan tujuan dan cita-cita setiap santri
yaitu memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk hidup mandiri di
masyarakat.
Santri merupakan individu yang memiliki fitrah jasmani maupun
rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian bagian lainnya. Setiap santri memiliki
potensi diri yang berbeda beda, Potensi diri yang telah nampak secara
nyata dalam bentuk aktivitas dinamakan dengan aktualisasi diri. Daniel
memaparkan “Aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk melihat ke
depan menuju perkembangan kepribadian”2
Berdasarkan uraian diatas, disini penulis ingin menggali
informasi lebih dalam tentang Aktualisasi Diri Santri Dalam
Menjalankan Pengabdian Di Pesantren, yang mana pengabdian disini
lebih kearah santri yang menjadi abdhi dhelem atau lumrahnya disebut
pangladhin, yang bentuk pengabdian utamanya adalah melayani keluarga
dhelem dan banyak tidak diwajibkan mengikuti kegiatan santri pada
umumnya, sepertihalnya; ikut ajian kitab, Berjamaah ke musholla dan
juga beberapa kegiatan lainnya dipesantren. Proses aktualisasi diri santri
1
Chabib Ludfiansya, Hubungan Socil Santri di Pondok Pesantren Modern (Studi atas
Hubungan Sosial Santriwati dan Dampaknya di Ponpes Modern Muhammadiyah di Yogyakarta),
Skripsi : Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), 2
2
Daniel Cervone dan A. Pervin, Kepribadian Teori dan Penelitian (Jakarta: Salemba
Humanika, 2011), 217.
2
tersebut kami teliti di pondok pesantren Annuqayah daerah Latee yang
berletak di Desa Guluk-Guluk, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep
Madura.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aktualisasi diri santri dalam menjalankan pengabdian di
pesantren annuqayah daerah late ?
2. Apa yang menjadi alasan atau motivasi utama santri dalam
menjalankan pengabdian di pesantren?
3. Apa saja yang diperolah santri dalam menjalankan pengabdian di
pesantren ?
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan
tambahan referensi dan bahan diskusi yang dapat memberikan
kontribusi terhadap tambahan wawasan bagi mahasisiswa Fakultas
Ushuluddin dan para santri secara umum serta bagi masyarakat ketika
menjalankan pengabdian baik kepada Pesantren, Masyarakat, Negara
dan lainnya.
3
b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan berguna bagi
akademisi, santri dan masyarakat sebagai pengembangan
pengetahuan dan orientasinya terhadap prilaku moral.
D. Telaah Pustaka
Dalam penelitian ini ditinjau dari pembahasan topik tentang
“Aktualisasi Diri Santri Dalam Menjalankan Pengabdian Di Pondok
Pesantren Annuqayah Daerah Latee)”. Sebelumnya tidak ada
penelitian-penelitian ilmiah khususnya di Institut Ilmu Keislaman
Annuqayah yang judulnya serupa penelitian tersebut.
Peneliti berusaha mengeksplorasi tentang aktualisasi diri santri
dalam mejalankan pengabdian di pesantre. Akan tetapi untuk melihat
posisi penelitian dalam proposal skripsi ini adalah dengan menelaah dari
beberapa literature yang pembahasannya hampir sama namun dalam
konteks dan sudut pandang yang berlainan.Diantaranya adalah:
1. Jurnal yang ditulis oleh Nurhadi yang berjudul,
“Pengembangan Aktualisasi Diri Peserta Didik Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan Di Pondok Pesantren Al-Iman
Putra Ponorogo”. Dalam jurnal ini membahas tentang
pengembagan aktualisasi diri peserta didik dalam
meningkatkan mutu lulusan di pondok pesantren Al-Iman
Putra Ponorogo. Penelitian penulis dengan penelitian tersebut
memiliki kesamaan dalam tema, yaitu sama- sama membahas
tentang aktualisasi diri santri di sebuah pondok pesantren.
Perbedaannya adalah terletak pada nilai-nilai yang diambil
oleh masing-masing peneliti.
2. Jurnal yang ditulis oleh Hena Khaerul Ummah yang berjudul
“Efektivitas Muraqabah Bagi Aktualisasi Diri Santri”
Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah terletak pada
tema, yaitu sama–sama membahas tentang Aktualisasi diri
Santri. Sedangkan perbedaannya adalah peneliti tersebut
4
memaparkan tentang efektivitas sebuah metode bagi
aktualisasi diri santri.
3. Tesis yang disusun oleh Ifnani Ifka Mahasiswa Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “Aktualisasi Diri Santri
Dalam Lingkungan Berbahasa Arab Perspektif Abraham
Maslow” kesimpulan penulis mendeskripsikan pengelolaan
lingkungan berbahasa santri di PPM-MBS, bentuk hierarki
kebutuhan santri berdasarkan teori Abraham Maslow,
indikator santri dalam mencapai aktualisasi diri dan hambatan
aktualisasi diri di lingkungan PPM-MBS. Penelitian penulis
dengan penelitian tersebut sama dalam hal tema, yaitu sama-
sama membahas tentang Aktualisasi diri santri. Perbedaannya
penulis menghadirkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Aktualisasi diri santri dalam menjalankan pengabdian
dipesantren.
E. Kerangka Teori
Berdasarkan persoalan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
Aktulisasi Diri Santri dan Pengabdian di Pesantren. Dengan demikian
acuan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan tiga kata kunci.
Yaitu:
1. Aktualisasi diri
Aktualisasi diri atau self Actualization didefinisikan sebagai
kecenderungan untuk mengembangkan bakat dan kapasitas diri3. Pada
dasarnya aktualisasi diri merupakan perkembangan yang paling tinggi,
disertai penggunaan semua bakat mencangkup pemenuhan semua
kualitas dan kapasitas seseorang.
Seperti yang dijelaskann oleh Abraham Maslow bahwasanya
aktualisasi diri adalah puncak dari bentuk manifastasi segenap potensi
3
Chaplin, J. P. Kamus Lengkap Psikologi. (Terjemah). (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008), hlm. 451
5
manusia di mana hidupnya penuh dengan gairah dinamis dan tanpa
pamrih, konsentrasi penuh dan terserap secara total dalam mewujudkan
manusia yang utuh dan penuh.4
2. Santri
Santri merupakan seorang yang belajar atau menuntut ilmu pada
sebuah pondok pesantren atau sebutan bagi para siswa yang belajar
mendalami agama di pesantren. Namun kiai Prof. Dr. KH. Abd. A’la
Basyir mendefinisikan santri sebagai seseorang yang belajar ilmu agama
dan mengamalkannya serta bersikap layaknya seorang santri sekalipun
tidak mondok di pensantren.5
Kata santri sendiri, menurut A. H. John menyebutkan bahwa
istilah santri berasal dari Bahasa Tamil yang berarti guru mengaji 6.
Namun Nurcholish Madjid juga memiliki pendapat berbeda. Dalam
pandangannya asal usul kata “Santri” dapat dilihat dari dua pendapat.
Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “Santri” berasal dari kata
“Sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf.
Pendapat ini menurut Nurcholish Madjid didasarkan atas kaum santri
kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui
kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang
mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa
Jawa, dari kata “cantrik” berarti seseorang yang selalu mengikuti
seorang guru kemana guru ini pergi menetap.7
3. Pengabdian
Pengabdian dipesantren bisa berbantuk dalam banyak hal, seperti
halnya menjadi pengurus dalam membantu mengurus managemen
4
Robert. W. Crapp, Dialog Psikologi dan Agama, ter. Hardjana (Yogyakarta:
Kanisius.1993), 16
5
Prof. Dr. KH. Abd. A’la Basyir, Tausyiah di pondok pesantren Annuqayah late, 2014
6
Babun Suharto, Dari Pesantren Untuk Umat: Reiventing Eksistensi Pesantrendi Era
Globalisasi (Surabaya: Imtiyaz, 2011 ), 9
7
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional ( Jakarta: Ciputat Press, 2005), 61
6
pesantren, menjadi pengurus santri, menjadi guru dipesantren dan masih
banyak lainnya. Namun, pengabdian yang dimaksud disini adalah
pengabdian santri kepada kiai yang biasa disebut abdhi dhelem,
Abdhi dhelm sering didapati pada santri yang sudah lama belajar
di pesantren atau ia telah menyelesaikan masa belajarnya. Pengabdian
tersebut bisa dalam bentuk beragam seperti menjadi sopir kiai ketika
bepergian, membantu membersihkan kediaman kiai, ikut merawat ternak
kiai, atau bahkan membantu memasak ibu nyai (istri kiai) di dapur.
Ni’mah mengatakan santri yang mengabdi pada kiai disebut dengan abdi
dalem8.
Abdi dalem beranggapan bahwa membantu kiai dalam kehidupan
sehari-hari adalah suatu bentuk aktualisasi diri selama ia belajar di
pesantren dan rasa tanggung jawab yang harus dijalankan demi
mendapatkan sebuah keberkahan dan kemanfaatan ilmu yang selama ini
ia terima di pesantren
Hal ini sangat menarik karena kebanyakan dari santri akan pulang
setelah menyelesaikan masa belajarnya di pesantren atau mulai meniti
karier hidup di daerah asalnya masing-masing, Seorang abdi dalem
terkesan mengesampingkan karier masa depan dan cenderung lebih
memilih menjalani kehidupannya sebagai “asisten” kiai. Ketika santri
memutuskan untuk menjadi abdi dalem maka ia telah memilih satu jalan
tertentu dalam hidupnya dan harus sedia setiap saat ketika kiai
membutuhkannya
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Peneitian
Dalam penyusunan penelitian proposal ini, penulis menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan model penelitian descriptive
research. menurut Sugiyono (2016) bahwa penelitian descriptive
8
Ma’rifatun Ni’mah, Metabudaya Relasi Khodam dan Kyai, (Surabaya: Tesis, 2016), hal
1
7
merupakan metode untuk menggambarkan suatu hasil penelitian.
Descriptive research menggunakan survey untuk mengumpulkan data
mengenai berbagai subjek. Data tersebut di gunakan untuk mengetahui
seberapa jauh suatu kondisi berbeda di temukan pada subjek yang di
teliti.
Dari pelaksanaan metode descriptive research ini, penulis
memilih jenis penelitian teori dasar (grounded theory). Seperti dikatakan
oleh Pandit yang dikutip dalam buku “metodologi penelitian kualitatif”
yaitu merupakan jenis penelitian yang memiliki tiga unsur: konsep,
kategori, dan proposisi. Yang bertujuan pada penemuan teori baru atau
minimal mengarah pada penguatan terhadap teori yang telah ada9
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, posisi peneliti menjadi sebuah
instrument vital. Untuk itu validitas dan reabilitas data kualitatif banyak
bergantung pada keterampilan metodologis, kepekaan dan kecakapan
peneliti tersendiri. Sebab itu, kehadiran peneliti dalam sebuah proses
penelitian, sebagai seorang pelaku yang bertugas menjelaskan makna
tertentu pada sebuah fenomena dalam ruang lingkup penelitian, guna
mengatasi kesenjangan antara teori dan praktik yang ada di lapangan.
3. Lokasi penelitian
Untuk penelitian lebih lanjut dan pengumpulkan data yang lebih
spesifik maka peneliti harus menetukan lokasi yang akan di teliti. Maka
dari itu peneliti mengambil lokasi di pondok pesntren annuqayah Daerah
Late dengan jangka waktu kurang lebih 1 bulan, perihal ini peneliti
memerlukan waktu yang cukup untuk dapat mengumpulkan data.
Analisis dalam penelitian ini difokuskan pada Santri di Pondok
Pesantren Annuaqayah Latee yang berada di daerah guluk guluk
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Cet. XXXIII (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2014), 72
8
sumenep. Lokasi penelitian ini tepatnya adalah disebelah timur Masjid
Jamik Annuqayah, giografi berada kira-kira 100 meter ke arah timur
daya dari lokasi masjid jamik pondok pesantren annuqayah.
4. Sumber Data
a) Narasumber yang memang merupakan santri yang menjadi abdhi
dhelem dan menjalankan pengabdian di pondok pesantren
daerah late.
1. Data Primer
data primer adalah sumber data yang langsung diproleh
seseorang dari objeknya10 kepada pengumpulan data, berupa
wawancara dengan subjek penelitian. Maka dari itu sumber
data dari penelitian ini yaitu santri pondok pesantren
annuqayah latee yang sudah bertahun tahun mejalankan
pengabdian di pondok pesantren annuqayah latee.
2. Data Sekunder
data sekunder yaitu meliputi beberapa hal seperti
dokumentasi, buku-buku, jurnal dan karya-karya yang lainnya
yang berkenaan dengan peniliti lakukan sekarang.
10
KBBI, kamus besar bahasa indonesia
11
Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: CV. Alfabeta,
2013), 300
9
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang penulis pakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Wawancara merupakan suatu pertemuan antara dua belah
pihak untuk bertukar informasi dan ide jelas melalui tanya jawab
yang dilakukan, sehingga dapat di krucutkan kembali dengan
suatu makna dan topik tertentu
Wawancara akan mentukan suatu topik yang akan di
wawancarai, sebelum di wawancarai harus menetapkan
pertanyaan-pertanyaan, seperti waktu, tempat selama proses
wawancara berlangsung dan juga berusaha memelihara relasi
yang baik dan iktikad yang baik agar informasi yang didapatkan
seraya objektif dan terpadu.
b. Observasi
Observasi merupakan Teknik yang paling mendasar
dalam penelitian kualitatif karena mencari hal yang raib dari mata
dalam suatu objek penelitian. Observasi yang dilakukan oleh
peneliti disini adalah obesrvasi yang berupa terbuka welcome
artinya sifatnya lebih universal dalam kata lain terbuka,
terangterangan.
10
a) Periode pengumpulan data
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2012), 74
13
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), 129
11
c) Display data (data display),
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan penulis agar lebih baik dan sistematis dalam
Menyusun penelitian ini maka penuis mendeksripsikan penelitian ini
sebagai berikut:
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D…, 249
15
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, 337
12
BAB I: berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian,
Kajian Pustaka, Karangka teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika
Pembahasan
BAB II: Berisi tentang
13
DAFTAR PURTAKA
14
Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholish Madjid
Terhadap Pendidikan Islam Tradisional ( Jakarta: Ciputat
Press, 2005), 61
15