Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Penerapan Metode Talaqqi Untuk Meningkatkan Hafalan Kitab Al-Fiyah


(Penelitian Tindakan di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi
Bandung)
Penulis : Mega Nurul Aqobah
NIM : 2018110049

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga pesantren memiliki posisi yang sangat penting karena
kehadirannya tidak saja menempatkan diri sebagai tempat kegiatan
pendidikan, tetapi juga menjadi basis bagi kegiatan dakwah Islam. Dikatakan
demukian karena kegiatan pembinaan calon-calon guru agama, kyai atau
ulama hanya terdapat dipesantren.1
Usaha Maulana Malik Ibrahim salah satu dari Sembilan Wali (wali
songo) telah melembagakan metode pendidikan yang unik di jawa yang pada
masa-masa berikutnya dikenal sebagai “Pesantren”. Sistem pesantren
diadakan guna mengantisipasi dan mengakomodir pertanyaan-pertanyaan
sosial keagamaan serta dalam menghimpun anggotanya. 2
Pondok Pesantren bisa dianggap sebagai lembaga yang khas di
Indonesia. Meskipun ia merupakan lembaga pendidikan islam tradisional,
namun dalam beberapa aspek, berbeda dengan sekolah tradisional di dunia
islam manapun.3
Pada dasarnya fungsi utama pesantren adalah sebagai lembaga
yang bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu
agama secara mendalam serta menghayati dan mengamalkan dengan ikhlas
semata-mata ditujukan pengabdiannya kepada Allah SWT dalam hidup dan

1
Ading Kusdiana, Sejarah Pesantren : Jejak, penyebaran dan Jaringannya di Wilayah
Priyangan (1800-1945),(Bandung: Humaniora,2014),hlm.2.
2
Abdurrahman Mas’ud Dari Harmain ke Nusantara, Jejak Intelektual Arsitek Pesantren,
(Jakarta: Prenada Media Group, 2006),hlm 62.
3
Nur Halimah, Penerapan Metode Talaqqi Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca dan
Memahami Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Al-Baqiyatussolihat Kuala Tungkal Provinsi
Jambi. Tesis Jurusan Pendidikan Agama Islam.

1
2

kehidupannya.4 Sedangkan visi islam adalah mewujudkan sistem pendidikan


agama dan pendidikan keagamaan islam menjadi sistem pendidikan Islam
tafaqquh fiddin dan pendidikan tafaqquh fidunya terpadu secara fungsional
untuk pencerdasan, pembudayaan,dan peradaban bangsa. 5 Meskipun Pondok
Pesantren identik dengan sistem kegiatan pendidikan tradisional, wawasan
berfikir masyarakat Pondok Pesantren dikenal cukup luas.
Sebuah institusi dapat disebut pondok pesantren apabila memiliki
sekurang-kurangmya tiga unsur pokok, yaitu: 1) adanya kiayi yang
memberikan pengajian 2) adanya para santri yang belajar dan tinggal di
pondok 3) adanya masjid sebagai tempat ibadah dan tempat mengaji.
Sebagai sumber materi, kalangan pesantren menggunakan kitab-
kitab wajib yang dikenal dengan kitab kuning sebagai buku teks utamanya.
Menurut Affandi Mochtar, pengertian umum yang beredar dikalangan
pesantren, kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan berbahasa arab atau
berhuruf arab, sebagai produk pemikiran ulama yang ditulis dengan formal
khas pra-modern sebelum abad ke-17-an M. Karena tidak memiliki syakal,
untuk bisa membaca kitab kuning dan mengartikannya kata perkata secara
menyeluruh dibutuhkan keterampilan dan waktu yang cukup lama. Tak heran
jika kemudian kemampuan dalam membaca kitab kuning menjadi salah satu
indikator keberhasilan belajar santri di pesantren, santri dinilai belum berhasil
jika tidak bisa baca kitab kuning berikut dengan mengartikannya dengan baik
dan benar.
Metode secara etimologi, metode berasal dari kata method yang
berarti suatu cara kerja yang sistematis untuk memudahkan pelaksanaan
kegiatan dalam mencapai suatu tujuan.6

4
Depertemen Agama RI. Pola Pembelajaran Di Pesantren, (Jakarta: Ditpekapontren Ditjen
Kelambangan Agama Islam Depertemen Agama, 2003), Hlm.20.
5
Depertemen Agama RI. Journal Pondok Pesantren Mihrab (Jakarta : Direktorat Pendidikan
Diniyah Dan Pondok Pesantren Kerta Sama Institute For Study Of Religion And Democracy,
2008), Vol.II, hlm. 52
6
Ahmad Munjin Nasih Dan Lilik Nur Khodijah. 2009. Metode Dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama hal.29.
3

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. poerdarminta,


bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai
suatu maksud.7 Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer
pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah
suatu kegiatan dalam mencapai maksudnya. Dalam metodologi pengajaran
islam pengertian metode adalah suatu cara, seni dalam mengajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik. Oleh karena itu
pendidik perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta
dipraktekan pada saat mengajar.8
Metode dalam proses belajar mengajar merupakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan, perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat
terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar
yang tepat. Pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa
metode dengan harapan tidak hanya menguasai metode secara teoritis tetapi
pendidik dituntut juga mampu memilih metode yang tepat untuk bisa
mengoperasionalkan secara baik.
Adapun talaqqi dari segi bahasa diambil dari perkataan yaitu
pelajar/santri bersemuka atau berhadapan dengan guru, sedangkan menurut
istilah yaitu merupakan cara menghafal yang dilakukan dengan cara
menyetorkan atau memperdengarkan hafalan yang baru dihafal kepada guru,
metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat
bermakna, karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika
berlangsusng kegiatan hafalan oleh dirinya dihadapan seorang
ustadz/kiyainya. Merekan tidak saja senantiasa dapat dibimbing dan diarahkan
cara pembacaannya tetapi juga dapat dievaluasi dan diketahui perkembangan
kemampuannya.
Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik adalah kitab yang sangat fenomenal dalam
membahas kaidah-kaidah bahasa arab. Kitab yang dikarang oleh Syekh
7
W.J.S Poerwadarminta, Op, Cit., h. 649
8
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Kalam Mulya, 2001, Cet. ke-3,
h.1126
4

Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy Rahimahullah, telah banyak


digunakan oleh banyak ulama diseluruh dunia bahkan kitab menjadi rujukan
utama para santri yang mempelajari kaidah sintaksis (nahwu) dan morfologi
(sharaf) bahasa arab yang terdiri dari 1002 bait. menghafal nadzhom kitab al-
fiyah adalah salah satu ciri khas tradisi yang sering diterapkan dalam dunia
pesantren
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti
menemukan beberapa problematika di Pondok Pesantren Busatnul Wildan
Cileunyi Bandung dalam meningkatkan hafalan Kitab Al-Fiyah yang di
rumuskan sebagai berikut:
1. Kesulitan santri dalam menghafal bait Al-Fiyah. Hal ini terlihat dalam
proses setoran hafalan santri.
2. Rendahnya motivasi menghafal kitab Al-fiyah sehingga santri belum
begitu pandai dalam meningkatkan hafalan tersebut
3. Rasa tidak percaya diri bagi santri saat menyetorkan hafalan kitab Al-
Fiyah. Hal ini terlihat ketika proses santri menunjukan sifat ragu-ragu saat
menyetorkan kepada guru.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi pra
penelitian, dan dapat disimpulkan kemampuan santri dalam menghafal Kitab
Al-Fiyah adalah sebesar 30%. Dikarenakan santri mengalami kesulitan seperti,
Kesulitan santri dalam menghafal bait Al-Fiyah. Hal ini terlihat dalam proses
setoran hafalan santri.
Berdasarkan problematika tersebut peneliti bermaksud mengadakan
penelitian tentang penerapan metode talaqqi terhadap santri di pondok
pesantern Bustanul Wildan Cileunyi Kab Bandung. Maka dari itu peneliti
mengambil judul penelitian “Penerapan Metode Talaqqi Untuk
Meningkatkan Hafalan Kitab Al-Fiyah”
5

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemampuan hafalan Kitab Al-Fiyah di kalangan santri di
Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung sebelum
menggunakan metode Talaqqi?
2. Bagaimana penerapan metode Talaqqi dalam hafalam Kitab Al-Fiyah di
Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan hafalan Kitab Al-Fiyah di kalangan
santri di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung setelah
menggunakan metode Talaqqi?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hafalan Kitab Al-Fiyah di kalanagn santri di Pondok
Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung.
2. Untuk mengetahui penerapan metode Talaqqi dalam hafalan Kitab Al-
Fiyah di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan hafalan Kitab Al-Fiyah di
kalangan santri di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung.

D. Manfaat dan Kegunaan Penelitian


Penelitian Penerepan Metode Talaqqi Untuk Meningkatkan Hafalan
Kitab Al-Fiyah diharapkan memiliki manfaan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai penerapan metode Talaqqi dalam meningkatkan hafalan
pada santri.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan referensi
untuk mengembangkan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan
penerapan metode Talaqqi untuk meningkatkan hafalan kitab Al-
Fiyah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
6

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan kajian dan penunjang


dalam pengembangan pengetahuan yang berkaitan dengan topic
tersebut.
b. Bagi Santri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi menghafal
kitab Al-Fiyah terhadap santri pondok pesantren Bustanul Wildan
Cileunyi Kab Bandung.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan koreksi diri
juga informasi tentang pola mengajar dalam proses pembelajaran
sehingga dapat memberikan dorongan terhadap santri guna
meningkatkan menghafal Kitab Al-Fiyah.
d. Bagi Lembaga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu mewujudkan
pendidikan yang lebih baik dan berkualitas serta mencetak generasi
pendidikan yang lebih baik

E. Kerangka Pemikiran
1. Landasan Teosentris Penelitian
Setiap anak adalah anugerah dan meruoakan amanah dari Allah
SWT. Oleh karena itu anak sangat memerlukan pengembangan secara
menyeluruh. Namun pada kenyataannya setiap anak memiliki
perkembangan dan karakter yang berbeda. Oleh sebab itu pendidik dan
orang tua sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak.
Penerapan metode talaqqi adalah salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan menghafal santri dalam menghafal kitab Al-
Fiyah. Untuk menghafal kitab Al-Fiyah itu tidaklah gampang butuh
ketekunan ,keistiqomahan dan ditambah dengan kerja keras yang sungguh-
sungguh dalam menghafalnya, maka dibutuhkan penerapan metode agar
bisa mencapai tujuan yang ditentukan. Dalam firman Allah SWT terdapat
7

ayat yang menggambarkan bahwa penggunaan metode sangatlah penting


dalam kegiatan pembelajaran.
َ َّ‫ع اِ ٰلى َس ِب ْي ِل َربِّكَ ِبا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ا ْل َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم ِبالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ اِ َّن َرب‬
‫ك هُ َو اَ ْع َل ُم ِب َمن‬ ُ ‫ا ُ ْد‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم ِب ْال ُم ْه َت ِديْن‬ َ

Artinya:” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan


pengajaran yang baik dan, bantahlah dengan mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S An-Nahl :125)

2. Konsep Tentang Metode Talaqqi


a. Pengertian Metode Talaqqi
Metode berasal dari kata “meta” dan “hodos”. Meta memiliki
makna melalui, sedangkan hodos memiliki makna jalan kemudian
bermakna jalan yang dilalui atau cara melalui, jadi metode merupakan
cara melalui sesuatu yang menuntut upaya-upaya, persiapan-
persiapan, kemampuan-kemampuan dan lain sebagainya untuk dapat
melalui. Dalam bahasa arab metode dikenal dengan istilah “thariqoh”
yang memiliki makna langkah-langkah strategis yang dipergunakan
dalam suatu pekerjaan.9
Metode adalah suatu cara kerja yang bersistem, yang
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Dalam firman Allah SWT terdapat ayat yang
menggambarkan bahwa penggunaan metode sangatlah penting dalam
kegiatan pembelajaran.10
َ َّ‫ك بِا ْل ِح ْك َم ِة َوا ْل َموْ ِعظَ ِة ا ْل َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َسنُ اِ َّن َرب‬
‫ك هُ َو اَ ْعلَ ُم‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫ا ُ ْد‬
‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوهُ َو اَ ْعلَ ُم بِا ْل ُمهْتَ ِديْن‬
َ ‫بِ َمن‬
Artinya:” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pengajaran yang baik dan, bantahlah dengan mereka dengan

9
Ahmad Munjin Nasih & Lilik Nur Khodijah (2009). Metode Dan Teknik Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama, hlm.29.
10
Uswatun Khasanah, Implementasi Metode Talaqqi Pada Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Di
SMP ISTIQOMAH SAMBAS PURBALINGGA. Skripsi. Jurusan Agama Islam. 2020.
8

cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih


mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S
An-Nahl :125)

Talaqqi berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata ‫تلقيا‬--‫يلقي‬- -‫لقي‬
yang artinya menyampaikan. Metode Talaqqi adalah suatu cara belajar
mengajar dari Rasululloh SAW kepada para sahabat beliau, dan
kemuadian oleh mereka diteruskan ke generasi selanjutnya hingga
kini. Metode ini terbukti paling lengkap dalam menghafal kitab Al-
Fiyah dan mudah diterima oleh semua kalangan.11
Metode Talaqqi dapat menjadi contoh bagi kita semua dalam
menunut ilmu yaitu model Talaqqinya Nabi Muhammad SAW kepada
Malaikat Jibril, ayat demi ayat dibacakan dengan tertil kemudian
Rasululloh mengikutinya sebagaimana bacaan yang disampaikan oleh
malaikat Jibril, Salah satunya ayat yang menjelaskan tentang hal ini
adalah:
ۚ‫فَاِ َذا قَ َر ۡا ٰنهُ فَاتَّ ِب ۡع قُ ۡر ٰانَه‬
Artinya: Apabila kemi telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu (Q.s Al-Qiyamah :18)

b. Langkah-langkah Metode Talaqqi


1) Guru/Ustadz dan murid saling berhadapan
2) Murid menyetorkan hafalan yang telah dihafalkan
3) Guru/Ustadz memperhatikan bacaan dan hafalan al-fiyah murid
dengan teliti
4) Ketika didapati kekeliruan, guru langsung memberi kode dengan
ketukan atau lain sebagainya yang bisa membuat santri tersebut
ingat kembali hafalan yang mereka hafal.
5) Guru/Ustadz memancing bacaanya dengan bunyi bait awalnya jika
sang santri lupa.

11
Abdul Qawi,”Peningkatan Prestasi Belajar Hafalan Al-Qur’an Melalui Metode Talaqqi di
MTsN Gampong Teungoh Aceh Utara.” Jurnal Ilmiah Islam Futura Vol. 16, No. 2. Diakses pada
ahad 23 juni 2019 pukul 21:00 WIB.
9

6) Membenarkan bacaan santri jika makharijul hurufnya masih keliru


7) Apabila benar dan tepat, maka boleh melanjutkan ke bait
berikutnya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Talaqqi
1) Kelebihan Metode Talaqqi antara lain:
a) Menciptakan hubungan yang harmonis antara guru/ustadz
dengan santri secara emosional.
b) Guru/Ustadz dapat memahami karakter dan kemampuan setiap
santri karena membimbing secara berkesinambungan.
c) Guru/Ustadz dapat melihat dan memantau perkembangan
hafalan santri dengan baik.
d) Guru/Ustadz dapat langsung mengkoreksi bacaan bait al fiyah
ketika terjadi kekeliruan dalam membacakannya.
e) Karena berhadapan secara langsung santri dapat melihat
langsung gerakan bibir guru/ustadz dalam mengucapkan
makhorijul huruf.
f) Kemajuan individu lebih terjamin karena setiap santri dapat
menyelesaikan pogram belajarnya sesuai dengan kemampuan
individu masing-masing
g) Memiliki ciri penekanan yang sangat kuat pada pemahaman
tekstual atau literal.
h) Memungkinkan perbedaan kecepatan menghafal santri, sehingga
ada kompetisi sehat antar santri.
2) Kekurangan Metode Talaqqi antara lain:
a) Secara umum, metode talaqqi tidak dapat digunakan pada kelas
yang siswa/santrinya yang berjumlah banyak, karena kurang
efektif.
b) Adanya rasa bosan pada santri saat menunggu giliran dirinya di
uji hafalannya oleh pendidik, dikarenakan masing-masing
santri akan di uji hafalannya.
10

c) Banyak menuntut sesabaran, kerajinan, ketekunan, keuletan,


dan kedisiplinan pribadi seorang kiyai/Ustadz.12
4. Konsep Tentang Menghafal
Kata menghafal berasal dari kata ‫حفظ‬-‫يحفظ‬-‫ حفظ‬yang berarti
menjaga memelihara dan melindungi. Dalam kamus bahasa Indonesia
berasal dari kata hafal yang artinya telah masuk dalam ingatan tentang
pelajaran atau dapat mengucapkan diluar kepala tanpa melihat catatn buku
atau catatn lain. Kemudian mendapat awalam me- menjadi menghafal
yang artinya adalah berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu
ingat. Kata menghafal dapat disebut juga sebagai memori dimana apabila
mempelajarinya maka membawa seseorang pada psikologi kognitif,
terutama bagi manusia sebagai pengolah informasi, secara singkat memori
melewati tiga proses yaitu perekaman, penyimpanan dan pemanggilan.
Menghafal merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang untuk mengingat sesuatu yang hendak dihafal. Metode
hafalan adalah suatu teknik yang digunakan oleh seorang pendidik dengan
menyerukan peserta didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata atau
kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Dari penjelasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode dapat diartikan sebagai cara yang tepat dan
cepat dalam pengajaran. Adapun tujuan menghafal adalah agar peserta
didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui serta melatih daya
kognisi, ingatan, dan imajinasi. kata menghafal dapat disebut juga sebagai
memori, dimana apabila mempelajarinya maka membawa kita pada
psikologi kognitif terutama pada model manusia sebagai pengola
informasi. menurut Atkinson yang dikutip oleh Sa’dullah mengatakan
proses menghafal melewati tiga proses yaitu:13
a. Encoding ( memasukan informasi kedalam ingtan) encoding adalah
suatu proses memasukan data-data informasi kedalam ingatan. Proses

12
Cucu Susanti”Efektifitas Metode Talaqqi dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-
Quran Anak Usia Dini :Tunas Siliwangi, vol 2 vol 1, (April 2016 ), diakses (20 maret 2018).
13
Imam An-Nawawi, Adab dan Tata Cara Menjaga Al-Qur’an, ( Jakarta :Pustaka Amani,
2011), hlm.58.
11

ini melalui dua alat indra manusia yaitu penglihatan dan pendengaran,
Kedua alat inddra yaitu mata dan telinga, memegang peranan penting
dalam penerimaan informasi sebagaimana informasi hanya dijelaskan
daalam al-Qur’an, dimana penyebutan mata dan telinga selalu
beriringan.
b. Storage (penyimpanan). Storage adalah penyimpanan informasi yang
masuk dalam gudang memori. Gudang memori terletak didalam
memori panjang (long trem memory). Semua informasi yang
dimasukan dan disimpan di dalam gudang memori itu tidak akan
pernah hilang. Apa yang disebut lupa sebenarnya kita tidak berhasil
menemukan kembali informasi tersebut didalam gudang memori.
c. Retrieval (pengungkapan kembali) Retrieval adalah 0pengungkapan
kembali (repreduksi) informasi yang telah disimpan didalam gudang
memori adakalanya serta merta dan adakalanya perlu pancingan.
Apabila upaya mengingat kembali tifdak berhasil walaupun dengan
pancingan, maka orang menyebutnya lupa. Lupa mengacu pada
ketidak berhasilan kita menemukan informasi dalam gudang memori,
sungguhpun ia tetap ada disana.
Selanjutnya menurut Atkinson dan Shiffrin sistem ingatan manusia
dibagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) sensori memori 2) ingatan jangka
pendek (short term memory) 3) ingatan jangka panjang (long term
memory).
Sensori memori mencatat informasi atau stimulus yang masuk
melalui salah satu atau kombinasi panca indra, yaitu secara visual melalui
mata, pendengaran melalui telinga melalui hidung, rasa melalui lidah dan
rabaan melalui kulit. Bila informasi atau stimulus tersebut tidak
diperhatikan akan langsung terlupakan, namun bila diperhatikan maka
informasi tersebut ditransfer ke system ingatan jangka pendek. sistem
ingatan jangka pendek menyimpan informasi kurang lebih 30 detik, dan
hanya sekitar tujuh bongkahan informasi dapat di pelihara dan disimpan di
sistem ingatan jangka pendek dalam suatu saat. Setelah berada di sistem
12

ingatan di jangka pendek, informasi tersebut dapat di transfer lagi melalui


proses rehearsel (latihan/pergaulan) ke sistem ingatan jangka panjang
untuk disimpan atau dapat juga informasi tersebut hilang atau terlupakan
karena tergantikan oleh tambahan bongkahan informasi yang baru. Bagi
seorang tenaga pengajar atau guru, pengetahuan ini sangat bermanfaat
karena membantu dalam memonitor dan mengarahkan proses berfikir
siswa.14
Dalam pembelajaran mentode mengahafal cepat, sejak dini anak perlu
dilatih menghafal atau mengingat secara efektif dan efisien.15
5. Konsep Tentang Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik
a. Pengertian Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik
Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik merupakan salah satu kitab
mandzumah, kitab kuning yang berbentuk nadzham atau bait ini
hampir diajarkan oleh mayoritas pondok pesantren di Indonesia,
karena kandungannya yang membahas tentang nahwu-sharaf dan
terdiri dari 1002 bait tersebut, tak jarang pula para santri yang sampai
pada tingkat pelajaran ini banyak yang harus menambah waktu untuk
muthala’ah dan mudzakarah. Kitab Al-Fiyah ini dikarang oleh Abu
Abdillah Jamaluddin Muhammad bin Malik, dilahirkan di kota Jayyan
Andalus (Spanyol) pada tahun 600 H dan meninggal di Damaskus
pada tahun 672 H.16
Banyak sekali Kitab karangan Ibnu Malik, namun sedikit yang
tidak dikometari ataupun di syarahi oleh para ulama sejak saat itu
hingga saat ini baik melalui pembahasan, membaca dan penjelasan-
penjelasan yang berbobot. Salah satu kitab karangannya yang terkenal
hingga kini. Kitab ini menjelaskan tentang ilmu nahwu dan sharaf
dalam bentuk mandzumat bahar rajaz (panduan membuat syair) yang

14
Ahmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, hlm.167
15
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam,( Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), Cet.1, hlm.9
16
Qadli al Qudlat Bahauddin bin Aqil, Syarah Ibnu Aqil ‘Ala Al-Fiyah Ibnu Malik, Jilid
1(Bairut :Dar al Fikr), hlm,3.
13

dilengkapi dengan penjelasan dari beberapa perspkektif pilihan.


Dinamakan kitab Al Khulasah karena merupakan ringkasan dari kitab
Al Kafiyah Al Syamiah karangan Ibnu Malik yang terdiri dari 3000
bait. 0Ini disebutkan dalam bait:
‫كما اقتضي غنى بالخصاصة‬ # ‫احصي من الكافية الخالصه‬
Al Khulasah lebih terkenal dengan sebutan Al Fiyah karena di
dalamnya terdapat kurang lebih 1000 bait, sepeti kata Ibnu Malik
dalam bait:
‫مقاصد النحوى بها محويه‬ # ‫واستعىن هللا في الفية‬
Ibnu Mallik menyebutkan dalam bait-baitnya terdapat 1000 bait
karena memang isinya demikian, naum sebenarnya terdapat 1002 bait.
Kenapa demikian, karena di dalamnya ada kisah yang menarik untuk
di simak. Ketika Ibnu Malik dalam proses menulisnya (mengarang),
mendadak berhenti dan apa yang ada dalam hatinya (karangannya)
hilang, ini terjadi ketika baru 5 bait telah ditulisnya, yaitu bait:
‫فائقة الية ابن معطى‬ # ‫وتقتضى رضا بغير سخط‬
Setelah beberapa waktu dan beberapa hari, Ibnu Malik berziarah
ke Ibnu Mu’thi selaku gurunya dan tertidur dimakamnya, tanpa
sengaja Ibnu Malik bertemu dengan Ibnu Mu’thi di dalalm mimpinya
dan berkata “apakah kamu lupa siapa saya”, ada pendapat bahwa Ibnu
Mu’thi berkata “banyak terjadi satu orang hidup bisa mengalahkan
seibu orang mati”, kemudian Ibnu Malik terbangun dari tidurnya dan
menyebutkan dalam bagian bait Al Fiyah Ibnu Malik yaitu:
‫فائقة الفية ابن معطى‬
Ibnu Malik menjelaskan dalam baitnya tentang mengapa
berhenti dalam proses menulisnya hingga menyebut nama Ibnu Mu’ti
dalam karangannya untuk penghormatan dan karena lebih dulu lebih
tua dalam hal umur, ilmu dan karangannya.17
‫ مستوجب ثنائي الجميال‬# ‫وهو بسبق حائز تفضيال‬

17
Muhammad Khalilurrahman, Lantunan Bait Sentuhan Ruh,(Jombang : Darul
Hikmah,2008),hlm.119.
14

‫ لى وله في درحة االخرة‬# ‫وهللا يقضى بهبات وافرة‬


Al Fiyah Ibnu Malik di tulis dalam bentuk mandzumat dengan
menggunakan bahar razaj karena dikalangan Arab bahair ini termasuk
bahar yang paling mudah18
6. Skema Kerangka Pemikiran

Belum banyak
Metode Bandongan
santri yang hafal
Kondisi Awal kitab Al-Fiyah

-Santri menyetorkan Maks


hafalannya 3
Tindakan
Metode Talaqqi -Membaca Nadzom Siklus
bersama
-Di test ulang.

Kemampuan
Kondisi Akhir Santri Meningkat
dalam menghafal
Al-Fiyah

Gambar 1.
Skema kerangka pemikiran penelitian

F. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian menurut penulis mempunyai relevansi dengan
penelitian yang penulis lakukan, meskipun secara substansi masih banyak
perbedaan. Hasil-hasil penelitian yang dianggap mempunyai relevansi tersebut
yaitu:
1. Nur Halimah Tesis berjudul “ Penerapan Metode Talaqqi Untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Dan Memahami Kitab Kuning Di

18
Ainul Yaqin. Metode Hafalan Dalam Peningkatan Pemahaman Santri Terhadap Kitab Al-
Fiyah Ibnu Malik Di Pondok Pesantren Riyadlotul ‘Uqul Nampudadi Petanahan Kebumen. Jurnal.
15

Pondok Pesantren Al-Baqitatus Shalihat Kuala Tungkal Provinsi Jambi”.


Penelitian ini menemukan bahwa (1) Proses pembelajaran kitab kuning di
pondok pesantren Al-Baqiyatush Shalihat dengan metode talaqqi yang
diterapkan beberapa ustadz dan ustadzah pada waktu, tempat dan kitab
yang berbeda serta menggunakan sistem pembelajaran yang berbeda pula.
Ustadz/ustadzah menyuruh salah satu santri untuk maju berdiri di depan
untuk membaca serta memahami kitab yang dibaca, sementara itu santri-
santri lain memperhatikan.(2) Faktor pendukung pada penerapan metode
Talaqqi untuk meningkatkan keterampilan membaca dan memahami kitab
kuning adalah para ustadz dan ustadzah yang sudah menguasai materi,
pintar, telaten, sabar, dalam kegiatan belajar mengajar kitab kuning.
Apresiasi (reward) pondok pesantren terhadap santri berprestasi dalam
membaca dan memahami kitab kuning. sehingga dengan adanya faktor
pendukung tersebut jiwa santri dalam belajar menjadi termotivasi. Selain
faktor pendukung santri juga menghadapi kendala dalam penerapan
pembelajaran kitab kuning dengan metode Talaqqi antara lain: kurangnya
minat santri dalam mempelajari kitab kuning, kurangnya waktu belajar,
rasa malas, perasaan takut salah ketika membaca kitab di depan ustadz
maupun ustadzah, kurang menguasai ilmu Nahwu Shorof dan bahasa
Arab.(3) Upaya yang dilakukan pengasuh ataupun kepala sekolah dan para
ustadz dan ustadzah dalam pembelajaran kitab kuning ini diantaranya
dengan cara “ Meningkatkan minat belajar santri, menambah jam
pelajaran, meningkatkan aturan dan kedisiplinan, hilangkan rasa takut dan
belajar lebih giat dan memberi motivasi untuk lebih giat belajar hingga
bisa menguasai kitab kuning.19 Penelitian ini membahas tentang
pelaksanaan membaca dan memahami kitab kuning dengan menggunakan
metode Talaqqi tetapi tidak menghafal kitab tersebut, oleh karenanya
penelitian Nur Halimah ini hampir sama dengan penelitian yang peneliti
teliti hanya saja tidak menghafal kitab yang dipelajari oleh santri tersebut.
19
Nur Halimah. Tesis (Penerapan Metode Talaqqi Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca
Dan Memahami Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Al-Baqiyatush Shalihat Kuala Tungkal Provinsi
Jambi).
16

2. Uswatun Hasanah Skripsi berjudul “Implementasi Metode Talaqqi Pada


Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Di SMP ISTIQOMAH Sambas
Purbalingga .Pada penelitian ini menemukan bahwa (1) Implementasi
metode Talaqqi pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an yang dilakukan di
SMP Istiqomah Sambas purbalingga yakni dimana siswa tahfidz yang
sudah menghafalkan ayat-ayat untuk kemudian menyetorkan hafalannya
ke ustadzah atau pengampu masing-masing. Akan tetapi dalam hal ini
bukan berarti dikatakan jika ini sama dengan setoran pada umumnya.
Setoran hafalan merupakan bagian dari proses metode Talaqqi. Siswa
Tahfidz harus menghafal dan mengucapkan bacaan ayat-ayat dengan benar
dan sempurna. Apabila dirasa sudah cukup dan benar dalam makharijul
huruf maupun bacaannya maka diperpolehkan melanjutkan ke ayat
berikutnya.(2) Pelaksanaan pembelajaran Tahfidzul Qur’an menggunakan
metode Talaqqi di SMP Istiqomah Purbalingga yaitu dimana siswa secara
bergantian menyetorkan hafalan mereka sesuai halaqah kepada Ustadzah
pengampu masing-masing. Dalam pelaksanaanya ketika siswa Tahfidz
menyetorkan hafalan mereka lalu mengalami kendala didalamnya
misalnya siswa Tahfidz lupa bunyi ayat selanjutnya, maka dalam hal ini
pengampu memancing bunyi ayat depannya dengan memberi kode atau
memberi isyarat terjemaha ayatnya dengan menggerakan tangan, jadi
selain siswa Tahfidz mengetahui dan menghafal ayatnya juga makna dari
apa yang mereka hafalkan.(3) Faktor penghambat dan pendukung
implementasi metode Talaqqi dalam menghafal Al-Qur’an di SMP
Istiqomah Sambas Purbalingga boarding putri, dari faktor penghambat,
yaitu siswa Tahfidz kesulitan dalam mengatur waktu, kurang sadar akan
muroja’ah hafalan, kurang istiqomah dalam mentalaqqi ayat-ayat hafalan.
Dari faktor pendukung, yaitu adanya sarana dan prasarana yang memadai,
adanya tenaga pendidik yang professional, limgkungan asrama yang
nyaman dan asri, adanya pembinaan kualitas baik dibidang ilmu tajwid,
fasahah dan pembinaan tentang cara menghafal dan menjaga hafalan Al-
Qur’an.(4) Solusi mengatasi rintangan atau hambatan dalam implementasi
17

metode Talaqqi pada pembelajaran Tahfidzul Qur’an di SMP Istiqomah


Sambas Purbalingga. Siswa Tahfidz harus bisa mengatur waktu mereka
karena sudah tersedianya jadwal yang efisien dan runtut yang telah dibuat
oleh pihak boarding, siswa Tahfidz harus menanamkan bahwa muroja’ah
itu penting, Siswa Tahfidz harus lebih istiqomah mentalaqqi hafalan
mereka, dan siswa Tahfidz lebih memperhatikan setiap tajwid, mana yang
harus dibaca dengung atau yang lainnya. 20Penelitian ini membahas tentang
pelaksanaan menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan metode Talaqqi,
oleh karenanya penelitian Uswatun Hasanah hampir sama dengan
penelitian yang saya teliti hanya saja yang membedakannya disini
menghfal Al-Qur’an dengan menggunakan metode Talaqqi dan penelitian
yang saya teliti adalah mengenai menghafal Al-Fiyah dengan
menggunakan metode Talaqqi.

G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari Bahasa Yunani: hypo=dibawah, Thesis = Pendirian
yang ditegakan, kepastian. Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara
terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan
kebenerannya. Maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah
metode Talaqqi dapat meningkatkan kemampuan santri dalam menghafal
kitab Al-Fiyah di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi Bandung
sebesar 75%.

H. Langkah-langkah Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK). Menurut Jaedun (2008) penelitian tindakan kelas
(PTK) adalah salah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (metode,

Uswatun Hasanah Skripsi berjudul “Implementasi Metode Talaqqi Pada Pembelajaran Tahfidzul
20

Qur’an Di SMP ISTIQOMAH Sambas Purbalingga


18

pendekatan, penggunaan media, teknik evaluasi, dsb.). Sedangkan menurut


Nurdinah Hanifah (2014) penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu
penelitian tentang situasi kelas yang dilakukan secara sistematik, dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu. Kegiatan tersebut
didorong oleh permasalahan dalam kelas yang dihayati oleh guru dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari sebagai orang yang berupaya membelajarkan
siswa, tujuannya adalah untuk memecahkan masalah yang timbul dalam
kelas dan/atau meningkatkan kualitas situasi kelas tersebut, termasuk
praktik-praktik yang ada didalamnya.21 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
sejatinya dijadikan sebagai upaya berkesinambungan untuk perbaikan
mutu proses dan hasil pembelajaran sehingga pada gilirannya berdampak
pada upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan.
2. Tempat dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Bustanul Wildan.
yang bertempat di Jl. Tanjakan Sari No. 24, Kp.Sindang Sari Rt 02/21,
Desa Cileunyi Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Provinsi
Jawa Barat Indonesia.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang
dijadikan sebagai sampel dalam sebuah penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah santri Pondok Pesantren
Bustanul Wildan berjumlah 20 santri, terdiri dari 5 santri laki-laki dan
15 santri perempuan.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah hal, permasalahan atau orang yang menjadi
pokok pembahasan dalam sebuah penelitian, atau bisa disebut sebagai
fokus dalam sebuah penelitian.

21
Nurdinah Hanifah, Memahami Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: UPI Press, 2014),3.
19

Objek dalam penelitian ini adalah Penerapan Metode Talaqqi


Untuk Meningkatkan Hafalan Kitab Al-Fiyah di Pondok Pesantren
Bustanul Wildan Cileunyi Bandung.
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara alamiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan tertentu22. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai kunci, teknik penumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan) analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi23. Adapun alasan penggunaan metode ini adalah
karena lebih mampu mendekatkan peneliti dengan objek yang dikaji,
sebab peneliti langsung mengamati objek yang dikaji dengan kata lain
peneliti bertindak sebagai alat utama riset (human unstrument)24
Pengambilan data dalam penelitian ini melalui informan-informan
yang mengetahui tentang penerapan metode Talaqqi untuk
meningkatkan hafalan Kitab Al-Fiyah di Pondok Pesantren Bustanul
Wildan Cileunyi Bandung. Peneliti juga akan secara langsungdatang
ke lapanagan untuk mengetes hafalan santri di Pondok Pesantren
Bustanul Wildan Cileunyi Bandung sebagai bukti pelaksanaan
penelitian.
b. Sumber Data Penelitian
Menurut Sutopo baik penelitian kualitatif maupun kuantitatif
mengakui adanya dua jenis data yaitu kuantitatif (berkaitan dengan
kuantitas) dan data kualitatif (berkaitan dengan kualitas). Pada
penelitian ini menekankan pada makna dan lebih memfokuskan pada
22
Sugiyon, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta,2009, hlm,2.
23
Ibid, hlm. 1.
24
Sutopo, Op. Cit. hlm.35-36.
20

kualitas dengan analisis kualitatifnyadan tetap memandang kuantitas


sebagai fenomena untuk mendukung analisis kualitatif bagi
pemantapan makna sebagai simpulan akhir penelitian.25 Data pada
penelitian ini berupa data kualitas dan data kuantitas yang diperoleh
dari sumber data.
Untuk mendapatkan data yang lengkap sumber data menjadi sangat
penting agar penelitian menghasilkan pemahaman simpulan yang
tepat. Sumber data menurut Sutopo terdiri dari narasumber
(informan),peristiwa atau aktivitas, tempat atau lokasi,benda, gambar,
dan rekaman serta dokumen.26
Narasumber adalah sumber data manusia. Narasumber dalam
penelitian ini Para santri di Pondok Pesantren Bustanul Wildan
Cileunyi Bandung. Sumber data lain berupa peristiwa, benda, gambar,
rekaman dan dokumen yang ada di Pondok Pesantren Bustanul
Wildan Cileunyi Bandung.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam rangka pengumpulan data yang dibutuhkan oleh peneliti
diperlukan teknik pengumpulan data diantaranya yaitu:

a. Observasi
Observasi sebagai suatu aktivivtas yang sempit, yakni
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Mengobservasi
dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba
dan pengecap. Pedoman observasi berisi sebuah daftar jenis kegiatan
yang mungkin timbul dan akan diamati. Dalam proses observasi,
obsevator atau pengamat tinggal memberikan tanda atau tally pada
kolom tempat peristiwa muncul itulah sebabnya maka cara bekerja
seperti ini disebut sistem tanda.

25
Ibid.hlm.48.
26
Ibid, hlm.50-54.
21

Observasi dilakukan untuk memperoleh data kemampuan


menghafal Kitab Al-Fiyah dengan menggunakan metode Talaqqi
dengan aspek penilaian meliputi jumlah hafalan, kelacaran dalam
menyebutkan bait Al-Fiyah. Selain itu obsevasi ini dilakukan guna
memperoleh data mengenai respon santri dalam pembelajaran
menggunakan metode Talaqqi dan kemampuan ustadzah (guru) dalam
menerapkan metode Talaqqi dengan baik dan benar. Berikut tabel
mengenai objek yang akan diamati beserta instrument yang akan
dipergunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian tindakan kelas.

No Objek Pengamatan Instrumen


Kemampuan Hafalan Kitab Al- Lembar observasi
1 Fiyah menggunakan metode kemampuan hafalan Kitab
Talaqqi. Al-Fiyah
Respon santri dalam
Lembar observasi aktivitas
2 pembelajaran menggunakan
santri
metode Talaqqi
Kemampuan ustadzah (guru)
Lembar observasi aktivitas
3 dalam menggunakan metode
ustadzah (guru)
lagu dengan baik dan benar

b. Tes Hafalan
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui
atau mengukur sesuatu dengan cara aturan yang telah ditentukan.27
Tes yang dilakukan yaitu tes hafalan. Tes awal dan akhir, tes awal
berupa pretest ini dilakukan sebelum santri diberikan perlakuan. Tes
ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kemampuan menghafal
kitab Al-Fiyah, kemudian setelah dilaksanakan diberikan maka
diadakan post test untuk mengetahui peningkatan terhadap kemampuan
menghafal kitab Al-Fiyah santri Bustanul Wildan.

27
Arikunto dan Jabar Pengertian Tes.2004.
22

Adapun standar ukur pencapaian hafalannya sebagai berikut:


Jumlah Nilai Kriteria
40-58 Sangat Hafal (SH)
20-39 Hafal (H)
0-19 Kurang Hafal (KH)

6. Model Penelitian dan Desain Tindakan


a. Model Penelitian Kelas
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian tindakan kelas Model Kurt Lewin menggambarkan
penelitian tindakan sebagai suatu proses spiral yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian
tindakan kelas dalam satu siklus terdiri dari empat langkah yaitu :
1. Perencanaan (Planning)
2. Aksi atau tindakan (Acting)
3. Observasi (Observasing)
4. Refleksi (Reflecting)28

Hubungan tersebut dipandang sebagai siklus yang dapat


digambarkan sebagai berikut:

Acting
(Tindakan)

Planning Observating
(Perencanaan) (Pengamatan

Reflecting
(Refleksi)

Gambar 2.
Siklus Model Kurt Lewin

28
Anan Sutisna, Metode Oenelitian Kualitatif Bidang Pendidikan ( Jakarta: UNJ Press, 2021),
126.
23

Berikut deskripsi dari masing-masing langkah sesuai dengan


gambar diatas.
1) Planning (Perencanaan)
Kegiatan dalam tahap perencanaan adalah membuat RPP,
meniapkan fasilitas dan sarana di kelas, dan mempersiapkan
instrument untuk merekam data proses penelitian
2) Acting (Tindakan)
Peneliti pada tahap ini melakukan tindakan yang sudah
direncanakan dalam RPP.
3) Observing (Pengamatan)
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap perilaku
santri dalam proses pembelajaran.
4) Reflecting (Refleksi)
Peneliti melakukan proses pencatatan hasil observasi, mengevaluasi
observasi, menganalisis hasil pembelajaran dan mencatat
kelemahan yang dapat dijadikan bahan penyusunan rancangan
siklus berikutnya.
b. Desain Tindakan
1. Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan pada santri di Pondok Pesantren
Bustanul Wildan Cileunyi Bandung. Sebelum melakukan tindakan,
peneliti meminta izin kepada pengurus ‘Am di Pondok Pesantren
Bustanul Wildan. Selanjutnya melakukan perbincangan bersama
Guru/Ustadz untuk mengetahui kondisi awal santri terkait
menghafal Kitab Al-Fiyah Dari hasil perbincangan, ditemukan
beberapa permasalahan terkait dengan kemampuan menghafal
santri terutama dalam menghafal Kitab Al-Fiyah.
Kurangnya santri yang mampu menghafal Kitab Al-Fiyah
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya, Kesulitan santri dalam
menghafal bait Al-Fiyah, Rendahnya motivasi menghafal kitab Al-
fiyah sehingga santri belum begitu pandai dalam meningkatkan
24

hafalan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti


memberikan solusi yaitu dengan menerapkan metode Talaqqi
untuk meningkatkan hafalan kitab Al-Fiyah.
Setelah diadakan observasi dengan instrumen tes, peneliti
menyimpulkan bahwa rata-rata kemampuan santri dalam
menghafal Al-Fiyah adalah sebesar 30%.
2. Tindakan
a. Perencanaan
Rencana tindakan dilakukan pada santri di Pondok
Pesantren Bustanul Wildan pada hari Kamis 19 Agustus 2021,
dengan alokasi waktu 90 menit sesuai dengan RPP yang telah
dibuat oleh peneliti dengan judul materi “ Melughot dan
Menghafal Kitab Al-Fiyah” pada proses tindakan peneliti
menggunakan metode Talaqqi pada saat pembelajaran.
b. Pelaksanaan/Tindakan
Setelah mengembangkan perencanaan maka peneliti siap
melaksanakan penelitian dengan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun.
Berikut adalah proses pembelajaran sebagai berikut:
1. Kegiatan Awal
Usatdzah mengucapkan salam, guru bersama santri
berdo’a untuk memulai pembelajaran, ustadzah melakukan
pengkondisian kelas dan juga memberikan motivasi kepada
santri agar semangat dalam menghafal kitab Al-Fiyah.
2. Kegiatan Inti
Ustadzah melughot Kitab Al-Fiyah kemudian santri
mengikutinya, santri membacakannya secara berulang-
ulang kemudian santri bergantian menyetorkan hafalan
yang sudah di hafal tersebut kepada ustadzah secara
bergantian.
25

3. Kegiatan Penutup
Ustadzah memberikan evaluasi atas pembelajaran yang
telah dilakukan. Kemudian ustadzah juga melakukan
kegiatan penguatan hafalan dengan cara membacakan
nadzhom bait Al-Fiyah yang sudah di hafal tersebut secara
bersamaan, setelah itu ustadzah memberikan motivasi agar
terus semangat dalam menghafal kitab Al-Fiyah.
Selanjutnya ustadzah mengakhiri pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
c. Pengamatan
Selama pembelajaan berlangsung, peneliti selaku observer
melakukan observasi sesuai dengan lembar observasi yang
telah dibuat. Selain dari pada itu peneliti juga mencatat
kejadian-kejadian penting yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung.
d. Refleksi
Refleksi tindakan kelas dilakukan setelah pembelajaran
berakhir, kegiatan refleksi ini diisi dengan diskusi antara
peneliti dan ustadz (guru) yang bersangkutan terkait tindakan
dan pengamatan yang telah dilakukan pada saat pembelajaran.
3. Kondisi Akhir
Pada kondisi akhir diharapkan kemampuan santri dalam
menghafal kitab Al-Fiyah meningkat sebesar 75% sesuai dengan
hipotesis yang telah dibuat oleh peneliti. Penelitian dilakukan
maksimal 3 siklus dimana setiap siklus dibuatkan simpulan terkait
kemampuan hafalan kitab Al-Fiyah yang kemudian disusun dalam
sebuah laporan hasil penelitian.
7. Analisis Data Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara
sistematis untuk memepermudah peneliti dalam memeperoleh kesimpulan.
26

Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan
menyusun secra sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara,
catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami
dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain29
Menurut Miles & Huberman (1992:16) analisis terdiri dari tiga alur
kegiatan yang terjadi bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data,penarikan kesimpulan/verifikasi.30 Mengenai ketiga alur tersebut
secara lebih lengkapnya adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catatn-catatn tertulis di lapangan. Reduksi data
berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi penelitian
kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah
tampak waktu penelitiannya memutuskan kerangka konseptual wilayah
penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data
mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung,
terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode,
menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat
memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah
penelitian lapangan,sampai laporan diakhir lengkap tersusun.
Redukasi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data
dengan data cara sedemikian rupa himgga kesimpulan-kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data peneliti
tidak perlu mengartikan sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat
disederhanakan atau ditransformasikan dalam aneka macam cara,
yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian
29
Sugiyono, Op.Cit, hlm,334.
30
Milles dan Huberman, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992,
hlm.16.
27

singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan


sebagainya.
2. Penyajian Data
Milles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini
bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang
utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi : berbagai jenis
matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanaya dirancang guna
menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang
padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat
melihat apa yang sedang terjadi, dan mencantumkan apakah menarik
kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis
yang menurut saran yang yang dikisahkan oleh penyajian sebagai suatu
yang mungkin berguna.
3. Menarik Kesimpulan
Penarikan Kesimpulan menurut Milles & Huberman hanyalah
sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penilaian berlangsung. Verifikasi
itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam
pemikiran peneliti selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada
catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan
menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran
diantara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan
intersubjektif atau juga upaya-upaya luas untuk menempatkan salinan
suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-
makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan
validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya terjadi pada waktu proses
pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi agar benar-benar
dapat dipertanggung jawabkan.
28

Formula rumus untuk menentukan tingkat pencapaian observasi


dan hasil tes hafalan al-Fiyah adalah sebagai berikut:
𝑁𝐴 = ∑ 𝑋
Keterangan:
NA = Nilai Akhir
∑𝑋 = Jumlah Nilai Setiap Aspek
Selanjutnya, peneliti menentukan kriteria nilai setiap santri sesuai
dengan tabel berikut.
Jumlah Nilai Kriteria
40-58 Sangat Hafal (SH)
20-39 Hafal (H)
0-19 Kurang Hafal (KH)

Pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Talaqqi


dikatakan berhasil apabila hasil presentase rata-rata kemampuan
hafalan kitab Al-Fiyah santri mencapai 75% atau lebih dari 75%.
Untuk memperoleh hasil presentase rata-rata kemampuan hafalan
Kitab Al-Fiyah santri pada masing-masing kriteria dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:

𝑓
𝑃= × 100%
𝑁
Keterangan:
P = Presentase yang dicari
f = Jumlah santri yang mencapai nilai sesuai kriteria
N = Jumlah santri
Selanjutnya, untuk memperoleh hasil presentase rata-rata
kemampuan hafalan Kitab Al-Fiyah santri dari seluruh kriteria dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

∑𝑋
𝑃̅ =
𝑁
29

Keterangan:
𝑃̅ = Rata-rata persentase yang dicari
∑𝑋 = Jumlah persentase setiap kriteria
𝑁 = Jumlah Kriteria
8. Keabsahan Data Penelitian
Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
keabsahan melalui triangulasi. Triangulasi adalah pemeriksaan data yang
sangat sering dan banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Ini terjadi
karena trianggulasi memberi peluang paling besar untuk mendapatkan data
sesuai dengan realitas sesungguhnya. Trianggulasi adalah cara pengecekan
data dengan cara pengecekan atau pemeriksaan ulang. Dalam bahasa
sehari-hari triangualsi ini sama dengan cek ricek. Tekniknya adalah
pemeriksaan kembali dengan tiga cara yaitu:
1. Trianggulasi sumber
2. Trianggulasi metode
3. Trianggulasi waktu
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lain.
Untuk teknik pengumpulan data, trianggulasi dapat diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti pengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data. Tujuan dari trianggulasi
bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomenal, tetapi lebih
pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek
kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
30

dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dengan demikian,


triangulasi dengansumber ini dapat dilakukan dengan cara:
a. Membandingkan data hasil obsrvasi dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan subjek penelitian di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,
c. Membandingkan apa yang dikatakan subjek penelitian tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu,
d. Membandingkan keadaan dan perspektif subjek penelitian dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain,
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu yang berkaitan31
Berdasarkan teknik triangulasi tersebut, maka yang dimaksud
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan data-data yang diperoleh di
lapangan mengenai penerapan metode Talaqqi untuk meningkatkan
hafalan kitab Al-Fiyah di Pondok Pesantren Bustanul Wildan Cileunyi
Bandung dari hasil wawancara, lalu dicek dengan observasi maupun
melalui dokumentasi, atau melalui beberapa sumber yaitu pengelola, guru,
serta teman kerja sehingga dapat dipertanggung jawab seluruh data yang
dperoleh dilapangan dalam penelitian tersebut.
9. Standar Ketuntasan Penelitian
Penelitian tindakan ini dikatakan tuntas apabila rata-rata hafalan
Kitab Al-Fiyah santri mencapai 75% dari jumlah seluruh santrri maksimal
selama 3 siklus pembelajaran.

31
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas ( Jakarta: Rajawali Press) hal. 124
31

DAFTAR PUSTAKA
Di, Malik, Pondok Pesantren, and Riyadlotul Uqul. n.d. “PEMAHAMAN
SANTRI TERHADAP KITAB ALFIYAH IBNU Oleh : Ainul Yaqin.”
Goleman, daniel; Boyatzis, Richard; Mckee, Annie, and Perdana. 2018.
“Pengertian Penerapan.” Journal of Chemical Information and Modeling
53(9):1689–99.
Hartati, Sri. 2020. “PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI Mei 2020.” 158.
Irsalina. 2020. “Penerapan Metode Talaqqi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Al-Quran Di SMP Negeri 4 Kota Banda Aceh.”
Khasanah, Uswatun. 2020. “Pada Pembelajaran Tahfidzul Qur ’ an Program Studi
Pendidikan Agama Islam.”
Mu’alimin, and Rahmat Arofah Hari Cahyadi. 2014. “Penelitian Tindakan Kelas
Tori Dan Praktik.” 1–87.
Rahmawati, Fitri Linda. 2009. “METODE HAFALAN DALAM
PENINGKATAN PEMAHAMAN SANTRI TERHADAP KITAB
ALFIYAH IBNU MALIK DI PONDOK PESANTREN RIYADLOTUL
‘UQUL NAMPUDADI PETANAHAN KEBUMEN.” 255:)5(2 ‫مجلة العربية‬.
32

LAMPIRAN-LAMPIRAN FORMAT LEMBAR OBSERVASI

1. Format Instrumen Observasi Aktivitas Ustadzah


Hari/Tanggal :
Tempat : Pondok Pesantren Bustanul Wildan
Nama Pengamat :
Aktivitas Ustadzah dalam Skor
No
Pembelajaran 4 3 2 1
1 Ustadzah mengkondisikan kelas.
2 Ustadzah melakukan apersepsi.
Ustadzah bersama santri membaca do’a
3
sebelum pembelajaran dimulai.
Ustadzah mempersilahkan santri untuk
4
melanjutkqn hafalannya
Ustadzah mempersiapkan lembar
5
penilaian
Ustadzah memberikan contoh pelafalan
6
Bait kitab Al-Fiyah.
Ustadzah melakukan tes kepada santri
7
secara bergantian.
Ustadzah bersama santri berdo’a setelah
8
selesai pembelajaran.

Keterangan:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup Baik
1 = Kurang Baik
33

2. Format Instrumen Observasi Kemampuan Hafalan Kitab Al-Fiyah


Hari/Tanggal :
Tempat : Pondok Pesantren Bustanul Wildan

Aspek yang dinilai


Jumlah
Nama Santri Jumlah Ket
Kelancaran Kefasihan Nilai
Hafalan
Syifa Abdul Malik
Kiki Amelia
Danial Hamzah
Yasinta Nurrohmah
Sayidah Lutfiyah
Siti Nurbaeti
Sintia Puspita
shofwatussamawati
Ahmad Jeni
Muhamad Rohiman
Ahamad Rifai
Sopi Azizah
Puput Amelia
Irma Siti A
Jumlah
Rata-Rata
Persentase

Keterangan:
4 = Sangat Lancar/Sangat Fasih SH = Sangat Hafal (40-58)
3 = Lancar/Fasih H = Hafal (20-39)
1 = Tidak Lancar/Tidak Fasih TH = Tidak Hafal (0-19)
34

3. Format Instrumen Observasi Aktivitas Santri


Hari/Tanggal :
Tempat : Pondok Pesantren Bustanul Wildan
Skor
No Aktivitas Santri dalam Pembelajaran
4 3 2 1
Santri berdo’a sebelum kegiatan belajar
1
dimulai.
Santri memerhatikan dan menengarkan
2
ustadzah dengan seksama.
Santri menadzhom Kitab Al-Fiyah
3
bersama ustadzah.
Santri mengikuti pembelajaran dengan
4
antusias.
Santri memerhatikan dan mendengarkan
5 ustadzah dalam melafalkan bait Kitab
Al-Fiyah
Santri menirukan ustadzah melafalkan
6
bait Al-Fiyah
Santri menyebutkan Bait Al-Fiyah
7
dengan fasih secara bergantian.
Santri berdo’a setelah selesai
8
pembelajaran.

Keterangan:
4 = Sangat Baik
3 = Baik
2 = Cukup Baik
1 = Kurang Baik
35

Anda mungkin juga menyukai