SKRIPSI
Oleh
Irfan Syahrul Mubarak
NIM : 2217122
PENDAHULUAN
lembaga dakwah, dan yang paling populer adalah sebagai intuisi pendidikan islam yang
tantangan internal maupun eksternal. untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut
mempunyai tujuan sendiri yang selaras dengan tujuan tersebut. salah satu dari lembaga
pendidikan tersebut adalah pondok pesantren.1 Didalam pondok pesantren tidak terlepas
Pengajaran kitab kuning merupakan salah satu bagian dari tradisi pesantren. Di
kalangan pesantren, kitab kuning biasanya diajarkan dengan dua metode yaitu sorogan
dan bandungan. Dalam metode sorogan, satu demi satu santri menghadap kiai dengan
membawa kitab, kiai membacakan dan santri mengulangi bacaannya hingga mampu
membaca dan memahami maknanya. Adapun metode bandongan, semua santri bersama-
sama menghadap kiai yang sedang membaca kitab dengan makna dan penjelasan
secukupnya, sedangkan santri mencatat semua yang dibacakan kiai. 2 disini penulis
1
Rodiah, Zulkarnain dan Qolbi Khoiri, “Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning
di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Kab. Kepahiang Provinsi Bengkulu” Jurnal Literasiologi. vol 1. no 3,
Januari-juni 2018. hlm 38
2
Mochammad Mu’izzuddin, Juhji dan Hasbullah, “Implemtasi Metode Bandongan dan Sorogan dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol 6. No 1 (Januari 2019),
hlm. 44
Metode pengajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang
dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian
yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di
dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat
diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode
tradisional, yaitu metode pengajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah
lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pengajaran asli
untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lainya. disebut sebagai metode
pengajaran tradisional karena sistemnya yang monolog, top down, dan indoktrinatif, hal
ini dapat diitemukan dalam strategi –strategi pengajaran syariat islam diawal-awal
penyebarannya, khususnya diindonesia, hampir disetiap desa-desa dan juga kota dalam
dengan duduk disekeliling kiayi yang mendengarkan pelajaran, santri menyimak kitab
masing-masing dan mencatat jika perlu, metode bandongan ini biasa juga disebut dengan
metode weton, metode bandongan ini cara penyampaiannya dimana seorang guru, kiayi,
atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, semntara santri
3
Khamsil Laili. “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”. Al-iman. Jurnal Keislaman
dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1. 2018, hlm 69-70
4
Effendi Chairi, ”Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren Attarbiyah
Guluk-Guluk dalam Persepektif Muhammad Abid al-jabiri” . Nidhomul Haq. Jurnal Manajemen Prndidikan Islam.
vol 4. no 1 , 2019, hlm. 71
medengarkan, memberi makna dan menerima. jadi guru berperan aktif sedangkan santri
pasif, dan metode bandongan ini bermanfaat untuk jumlah murid yang besar dalam
waktu yang singkat.5 walaupun metode bandongan ini bisa dikatakan metode kuno,
metode ini.
Namun demikian, untuk mengetahui dan memahami bahasa arab dengan maharah
tidaklah mudah, haruslah adanya sesuatu yang mendukung bagi santri untuk memahami
dan mengetahuinya.6Sebab masih banyak santri yang kesulitan dalam hal membaca
maupun memahami teks arab dengan baik karena hal tersebut harus didukung oleh
pengusaan nahwu dan shorof. misalnya dalam membaca teks arab, ketika santri salah
dalam mengharakati bacaan ataupun salah dalam menempatkan wazan maka akan
berakibat fatal yakni bisa merubah makna dari teks arab tersebut dan pesan yang ingin
Sampang termasuk dalam kategori pesantren salaf yakni pondok pesantren yang
melakukan pengajaran terhadap santri-santrinya untuk belajar agama islam secara khusus
dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuno) dan masih menggunakan metode hafalan,
bandongan dan sorogan.7 Yang mana dipondok pesantren salaf lebih mengutamakan
penguasaan gramatika arab, sehingga dalam pengusaan pondok pesantren yang berbasis
5
Kholis Tohir, Model Pendidikan Pesantren Salafi, (Surabaya : Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 64
6
Sutarto, Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Nahdatut Tullab
Kesugihan Cilacap (Skripsi), Hlm. 4
7
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi di Kecamatan Kresek
Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten”. Jurnal Analytica Islamica. Vol 6. No 1 (Januari-Juni 2017), Hlm. 14
Pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang pondok pesatren
salaf yang masih mengunggunakan ciri khas metode tersendiri yaitu metode bandongan,
masih dijalankan seperti yang dilakukan pondok pesantren salaf pada umumnya namun
ada salah satu ustadz yang mengajar dipondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah
Wali Sampang yang menggunakan metode bandongan tetapi berbeda cara mengajarkan
dan menerapkan metode bandongan dengan para ustadz yang lainnya, pada umumnya
penerapan metode bandongan ialah dengan hanya menagafsahi dan mendengarkan uraian
dari ustadz.
Cara mengajar ustadz yang ingin peneliti teliti memiliki dua perbedaan dengan
ustadz lainnya, yang pertama sebelum pembejaran dimulai ustadz tersebut meminta para
kemudian, santri diminta untuk menyimpulkan isi dari materi tersebut dan diminta
bertannya jika masih ada yang bingung dan pada akhirnya ustadz membaca materi
tersbut dan memberikan penjelasan seperti yang diterapkan pada metode bandongan pada
umumnya, yang kedua cara ustadz tersebut menterjemah kitab berbeda dengan ustadz
lainnya yang mengajar di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
para ustadz menterjemah kitab dengan menggunakan tanda-tanda khusus seperti (utawi,
iki, iku, sopo) dan sebagainya, berbeda dengan cara menterjemah ustadz yang ingin
peneliti teliti, ustadz tersebut menterjemah kitab dengan membaca satu paragraf dan
langsung menterjemah satu paragraf tersebut dan tidak mengartikan kata perkata.
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, ada beberapa beberapa permasalahan yang akan dikaji
Kota Pekalongan ?
C. Tujuan Penelitian
Pekalongan ?
2. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan penerapan metode bandongan dalam
D. Kegunaan Penelitan
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Peraktis
Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi :
a. Bagi Guru
b. Bagi Murid
diharapkan penelitian ini dapat memudahkan lagi bagi santri dalam hal
c. Bagi Peneliti
Penelitan ini selain secara formal untuk memperoleh gelar sarjana strata 1,
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Studi lapangan
merupakan sumber objek kultural sebab dengan memanfaatkan berbagai sarana yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, maka peneliti secara relatif bebas dapat menggali
data8 Dengan penelitian lapangan ini dapat diperoleh data yang spesifik dan realistis
2. Pendekatan Penelitian
tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara
8
Nyoman kutha Ratna, metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada
Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 189
lainnya yang menggunakan angka. penelitian kualitatif prinsipnya untuk memahami
objek yang diteliti secara mendalam,9 Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui
3. Sumber Data
dilakukan langsung oleh peneliti. Adapun sumber data yang digunakan dikategorikan
sebagai berikut:
Sumber data primer didapat dari prosedur pertama melalui prosedur dan
Dalam hal ini sumber data yang peneliti dapatkan adalah dari guru yang
mengajar dan santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah
Wali Sampang.
Sumber data sekunder adalah sumber kajian pendukung sumber data primer,
sumber-sumber tersebut didapat dari sumber yang tidak langsung berupa buku-
buku yang terkait dengan judul penelitian. 11 Peneliti memiliki beberapa sumber
data, seperti didapat dari karya ilmiah, dokumentasi dan buku yang berhubungan
a. Observasi
dimiliki informan sesuai data yang dibutuhkan peneliti. Dalam observasi ini
bandongan
b. Wawancara
dari guru dan santri kelas III pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
12
Suharisme Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm 80
sebagainya.13 Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan
pembelajaran dengan metode bandongan yang dihadapi santri serta solusi yang
dilakukan guru dan santri dalam mengatasi penerapan metode bandongan dalam
Teknik analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang
diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisis. Analisis data tersebut
Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian adalah analisi
data model Miles dan Huberman, Miles dan Huberman membagi analisis data dalam
penelitian kualitatif ke dalam tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan
a. Reduksi Data
memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta
membuang yang tidak perlu. dengan demikian data yang telah direduksi akan
13
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Pustaka Setia 2013) hlm 33.
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2013), hlm 192.
b. Penyajian Data
dalam pola hubungan, sehingga makin mudah difahami penyajian data dalam
bentuk varian naratif, bagan, hubungan antara kategori, diagram alur, dan lain
metode bandongan serta solusi dari ustadz dan santri pondok pesantren al-
c. Penarikan Kesimpulan
pernyataan, arahan, sebab akibat dan berbagai proporsi. Supaya kesimpulan cukup
data kembali. Data yang sudah disajikan secara sistematis akan mempermudah
Pekalongan.
F. Sistematika Penulisan
skripsi ini, perlu dijelaskan bahwa skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika
Bab II : Landasan Teori, pada bab ini terdiri dari deskripsi teori, membahas hal-hal
metode pembelajaran mahārah qirā`ah, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.
Bab III Paparan Data dan Hasil Penelitian, berisi tiga bahasan utama. Pertama,
Penerapan metode bandongan santri kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad
Wali Sampang Kota Pekalongan. Kelebihan dan Kekurangan metode bandongan santri
kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Wali Sampang Kota Pekalongan
Bab IV Analisis Hasil Penelitian, berisi dua bahasan utama. Pertama, analisis
penerapan metode bandongan dalam pembelajaran maharah qira’ah di kelas III madin
BAB V: Penutup terdiri dari dua sub pertama berisi simpulan dan sub bab ke dua
berisi saran. Bab ini bertujuan agar mempermudah pembaca dalam menyimpulkan isi
BAB II
LANDASAN TEORI
G. Deskripsi Teori
a. Metode Bandongan
menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu, metode bandongan ini
biasa juga disebut dengan metode weton, metode bandongan ini cara
makna dan menerima. jadi guru berperan aktif sedangkan santri pasif, dan
metode bandongan ini bermanfaat untuk jumlah murid yang besar dalam waktu
yang singkat.15 Walaupun metode bandongan ini bisa dikatakan metode kuno,
15
Kholis Tohir, Model Pendidikan Pesantren Salafi, (Surabaya : Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 64
Dalam pesantren, Metode pengajaran di pondok pesantren salafiyah
kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut
sebagai metode pengajaran asli (original) pondok pesantren, 16 salah satunya ialah
metode bandongan.
sebagai metode pengajaran tradisional karena sistemnya yang monolog, top down,
dan indoktrinatif, hal ini dapat diitemukan dalam strategi –strategi pengajaran
desa-desa dan juga kota dalam pengajaran nya menggunakan metode bandongan,
seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa mereka telah mengerti atau
memahami suatu pembelajaran, bahkan dalam praktiknya para kiayi dan ustad
cenderung memahami santri telah memiliki dasar untuk metode tersebut sehingga
metode tersebut biasa berjalan cepat tanpa mengulas bahasan yang dianggap
mudah. Sistem hanya efektif untuk santri yang sudah mantab dalam metode
sorogan.17
1) Metode ini cocok diberikan kepada anak yang baru belajar kitab kuning
16
Khamsil Laili. “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”. Al-iman. Jurnal Keislaman
dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1. 2018, hlm 69-70
17
Saihu “Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia” Jurnal Al-Amin : Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya
Islam, Volume 3, No 1, 2015, hlm. 14
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pres, 2002, hlm. 156
2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang
3) Tenaga guru yang mengajar sedikit Sedangkan santri yang diajarkan banyak
Setiap metode mesti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan
1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.
2) Lebih efektif bagi santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara instensif.
memahaminya.
4) Sangat efesien dalam mengajarkan ketelitian dan memahami kalimat yang sulit
dipelajari.
2) Guru lebih aktif dari siswa karena proses berlangsung satu jalur
3) Dialong antara ustad dan santri tidak terlalu banyak sehingga, membuat
4) Metode ini kurang evektif bagi murid yang pintar, karena materi sering
santri yang belum faham bahasanya sedikit lamban dalam memahami materi
mengucapkan salam kepada santri setelah itu memuji kedapa Allah SWT dan
dengan tujuan agar apa yang dipelajari mudah dicerna dan mendapatkan
umum, Sedangkan santri mengafsahi, dan mencatat apa yang dianggap sulit oleh
santri. Ustad menjelaskan materi yang diajarkan terkait maksud atau murod yang
terkait penjelasan yang telah diulas dan diajarkan. Selain itu, santri dianjurkan
membaca teks arab gundul kata demi kata disertai dengan penerjemahannya
20
Achamad Yusuf, Pesantren Multicultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius Di Pesantren
Ngalah Pasuruan, Depok : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Juni 2020, hlm. 205
3) Pada pembelajaran tingkat tinggi kiayi atau ustad kadang-kadang tidak
menerangkan suatu teks tertentu. Disini kiayi atau ustad berperan sebagai
pembimbing yang membenarkan ketika ada kesalahan yang dibaca oleh santri
belum jelas. Pertanyaan langsung dijawab oleh kiayi atau ustad dan terkadang
seperti huruf “U” dan adakalanya duduk berjejer kebelakang berlawan arah
menghadap kiayi atau ustad yang pada intinya santri duduk bersila
1) Tujuan
Setiap bidang studi memiliki tujuan bahkan dalam setiap topic pembehasan
tujuan pengajaran diterapkan lebih terinci dan lebih spesifik sehingga dapat
21
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), 32-33.
dipilih bagaimana motede mengajar yang cocok dengan pokok pemahasan
2) Karateristik Siswa
dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi
yang berlangsung.
Seorang guru yang terlatih berbicara disetai dengan gaya dan mimic, gerak,
irama, tekan suara akan lebih berhasil meemakai metode ceramah disbanding
2. Mahārah Qirā`ah
merupakan proses kominakasi antara pembaca dan penulis melalalui teks bacaan.
(sintaksis) dan ilmu shorof (morfologi), maka dari itu sebelum membaca teks
arab, si pembaca diharuskan untuk memahami ilmu nahwu dan shorof terlebih
dahulu, karena jika salah dalam membaca maka akan sangan berpengaruh dalam
perubahan makna dan akhirnya pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tidak
etimologi ini, maka dapat dipahami bahwa makna maharah secara bahasa
salah satu empat keterampilan pokok dalam bahasa arab yakni mahārah al-
qirā`ah. Secara etimologi kata mahārah al-qirā`ah berasal dari bahasa Arab dari
kata mahārah ( ) مـهرة, merupakan bentuk masdar dari ميـهـر- مـهـرyang berarti
pandai atau mahir. Adapun kata al- qirā`ah )قـراءةbentuk masdar dari kata قـرأ يـقـرأ
yang artinya membaca. Secara terminologi kata mahārah adalah kemahiran atau
Qirā`ah berasal dari akar kata qoro’a-yaqro’u, qir’atan yang artinya membaca,
bacaan. Secara bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu al-Qur’ān,
yakni “iqro”. Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti
22
Ahmad Rathomi “Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik” Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 8 No.1 (2019). Hlm 526
23
Ahmad Nur Kholis, Syaikhu Ihsan Hidayatullah dan Muhamad Asngad Rudisunhaji “Karakteristik dan
Fungsi Qira’ah dalam Era Literasi Digital” Jurnal Jurusan PBA, Vol 18. No 2 (Desember 2019). Hlm. 133
perintah untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya
dengan dasar atau kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/
qiro’āh dalam ayat tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan
(saja), tetapi suatu perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan
obyek yang harus dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah
sebagai kholiq (rabb). Jadi, perintah qiro’āh menurut ayat tersebut mengandung
qiro’āh adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melihat dan
memahami apa makna yang terkandung dalam sebuah tulisan dengan terampil,
tepat dan fasih. sehingga pesan yang ingin disampaikan didalam sebuah tulisan
atau redaksi arab dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca. Oleh karena itu,
suatu ilmu baik agama maupun ilmu umum. dengan menguasai keterampilan
membaca maka santri akan dapat berinteraksi dengan bahasa arab dimanapun dan
kapanpun, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, koran yang berbahasa
arab ataupun melihat program yang ada di televisi dan intrenet yang berbahasa
arab.
mahārah qirā`ah tidaklah mudah, haruslah adanya sesuatu yang mendukung bagi
24
Anwar Abd. Rahman, “Keterampilan Membaca dan Teknik Pengembangannya dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan. Vol 3. No 2 (2017), hlm. 157-158
santri untuk memahami dan mengetahuinya. 25Sebab masih banyak santri yang
kesulitan dalam hal membaca maupun memahami teks arab dengan baik karena
hal tersebut harus didukung oleh pengusaan nahwu dan shorof. misalnya dalam
membaca teks arab, ketika santri salah dalam mengharakati bacaan ataupun salah
dalam menempatkan wazan maka akan berakibat fatal yakni bisa merubah makna
dari teks arab tersebut dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tidak akan
Kemahiran siswa dalam mebaca teks arab dapat dilihat dari beberapa
indikator yaitu :
1) membunyikan huruf, kata, dan kalimat yang terdapat dalam teks qira’ah,
2) mengenali struktur kalimat, dengan memberi syakal pada huruf, kata dan
3) menentukan makna dari teks yang dibaca. Artinya seorang siswa dapat
dikatakan mahir dalam maharah qiraah ketika sudah melakukan evaluasi dan
melakukan tiga indikator diatas maka bisa dikatakan siswa terseebut belum
membaca.
bacaan dengan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sangat
25
Sutarto, Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Nahdatut
Tullab Kesugihan Cilacap (Skripsi), Hlm. 4
bermanfaat untuk terus menumbuhkan pemikiran dan pengalamannya selalu
optimis
bacaan secara benar dan cepat dan pengetahuan kognitif peserta didik akan
membantunya untuk membedakan antara ide-ide pokok dan ide- pendukung dan
membaca kritis
pskilogis yang telah dimiliki oeh pembaca ketika akan melakukan kegiatan
yang dimiliki oleh pembaca. Sehingga seorang pembaca yang memliki skemata
Adapun tujuan khusus dari keterampilan membaca ini dibagi menjadi tiga
1) Tingkat Pemula
2) Tingkat Menengah
26
Laily Fitriani “Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan tinggi”.(Malang:
Junal An-Nabighoh Vol 20, No. I, 2018).hlm. 17.
b) Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan
3) Tingkat Lanjut
yaitu:
2) Kemampuan untuk membaca dengan cepat dan tepat dan menghasilkan ide-
4) Mendapatkan manfaat dari uslub para penulis dan penyair dan mengikuti
27
Hidayatul Khoiriyah ”Metode Qiraah Dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif Berbahasa Arab
Untuk Pendidikan Tingkat Menengah” Jurnal Lisatuna, Vol. 10, No.1 (2020), hlm. 40-41.
6) Memperluas kajian siswa melalui pengetahuan dan kebudayaan sesuai yang
siswa untuk menyimak setiap hal yang bermanfaat dan berfaedah secara
yang berbeda-beda.
9) Pembaca dapat merealisasikan suatu tujuan utama atau lebih ketika membaca
pendahulunya, seperti teori, ilmu pengetahuan, bahasa dan sastra. Dan tidak
lupa bahwa kata pertama yang diturunkan ke hati Rulullah yaitu firman Allah
esensial yang telah ditetapkan dalam bahan ajar pada setiap tingkatan.
membaca, muthāla`ah lebih menekankan pada aspek analisis dan pemahaman apa
dengan benar sampai dengan taraf kemampuan memahami dan menganalisis isi
kemampuan siswa dalam menuangkan isi dari yang dibaca ke dalam bentuk tabel.
pembelajaran. Strategi ini dapat digabungkan dengan teknik The Power of Two.
Langkah-langkahnya:
2) Siapkan format tabel yang akan ditugaskan kepada para siswa untuk
mengisinya.
28
Imam Makruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif (Cet. I; Semarang: 2009), h. 108- 109.
3) Bagikan bacaan tersebut pada masing-masing siswa, kemudian tugaskan
6) Berikan klafisikasi terhadap hasil kerja siswa tersebut agar tidak terjadi
kesalahan.
memahami isi bacaan dengan cara menemukan ide utama dan ide-ide
pertanyaan.
small group presentation. Hanya saja prosesnya beda, karena strategi ini berjalan
melalui beberapa tahap tergantung banyak sedikitnya jumlah siswa yang ada.
Efektif digunakan untuk kelas dengan jumlah siswa yang besar. Langkah-
secara individu.
masing-masing.
5) Gabungkan setiap dua kelompok menjadi satu (menjadi empat orang) untuk
melatih siswa dalam menyusun sebuah naskah tang sistematis. Serta memahami
isi bacan secara global, hingga dapat menyusun kembali bacaan tersebut secara
runtut. Langkah-langkahnya:
1) Siapkan sebuah naskah cerita yang dipotong-potong menjadi beberapa
bagian.
masing-masing.
pertanyaan.
untuk melakukan evaluasi terhadap pemahaman siswa pada isi bacaan dengan
2) Bagikan kartu tersebut kepada semua siswa dan mintalah mereka memahami
artinya
tanpa bersuara.
4) Setelah menemukan pasangannya . mintalah siswa berkelompok
denganpasangannya masing-masing.
pertanyaan.
informasi atau materi pembelajaran dapat disampaikan dan diterima baik oleh
siswa, kaitannya dengan hal tersebut maka dalam pembelajaran mahārah qirā`ah
dapat digunakan untuk menyampaikan materi dalam kepada para siswa, yaitu :
2) Pengajar mengulangi bacaan sekali lagi dengan diikuti oleh siswa secara
bersama-sama.
mencarikan padanan kata atau lawan kata agar siswa mampu menebak
1) Metode Harfiyyah
2) Metode Sautiyyah
berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf
Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian
mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan
4) Metode Kata
metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan
gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru
mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya
guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca
oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian
guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.
diajarkan
mengacaukannya.
5) Metode Kalimat
guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan
tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh
siswa. Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke
pandangan
6) Metode Gabungan
memiliki kelebihan dan pada waktu yang sama memiliki kekurangan. Maka
metode kalimat.
30
Anwar Abd. Rahman ” Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2/2017, hlm. 164-166.
oleh Azhar Arsyad bahwa urgensi media dalam pembelajarn berdasarkan
beberapa alasan
4) memadatkan informasi
siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran yang di berikan oleh guru.
motivasi belajar.
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan
mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
31
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 75.
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lainya.32
Satu untuk siswa dan satu untuk guru dengan ukuran besar agar dapat
diliohat oleh siswa bagian belakang. Terdiri dari kartu soal-jawab, kartu
bagi siswa tingkat dasar. Dan media ini perlu pertimbangan apakah
sesuai dengan usia siswa, apa efek negatifnya, apakah memuat kosa kata
4) Poster Dibuat dengan ukuran besar, mencolok dan menarik agar dapat
dlihat dari jarak jauh. Digunakan sebagai media memperjelas isi bacaan.
32
Teni Nurrita “Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” Misykat,
Volume 03, Nomor 01, Juni 2018, hlm. 177-178
6) Reading Pacer Dapat digunakan untuk menampilkan bacaan dari mana
7) Film Bacaan
8) Overhead Projector
9) Permainan bahasa33
qashirah), mengenal makna kosa kata (at ta`aruf `ala ma`na al-
Adapun penelitian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti
lakukan diantaranya :
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Siti Nurhayati jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga
Santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kota Gede Yogyakarta.“ 34 Adapun hasil
dari penelitian ini proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan yang dimaksud dengan
keaktifan bertanya disini santri bertanya materi yang belum faham, aktif dalam memberi
33
Anwar Abd. Rahman ” Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2/2017, hlm. 163-`164
34
Siti Nurhayati “Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Hadis (Riyad As-Shalihin).
Dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya (Studi Santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kota Gede
Yogyakarta)”, Skripsi (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ; 2015)
makna, dan aktif menulis kata-kata yang dianggap penting. Persamaan penelitiannya
yaitu sama sama meneliti tentang metode bandongan. Sedangkan perbedaannya yaitu
peneliti meneliti tentang mahārah qirā`ahnya, sedangkan penelitian ini tentang keaktifan
bertanya.
Kedua, skrpsi yang ditulis oleh Enceng Fuad Syukron tahun 2010 dengan judul
Penerapan Metode Al-Qira’ah)”35 . Skripsi ini membahas tentang penerapan metode al-
qirā`ah dalam membaca kitab kuning. Fokus skripsi ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman santri terhadap informasi dari tulisan dan penggunaan kosakata yang terdapat
dalam kitab kuning. Persamaan penelitiannya yaitu sama-sama meneliti tentang mahārah
qirā`ah. Adapun perbedaanya penelitian ini meneliti tentang pembejaran kitab kuning
Ketiga, tesis yang ditulis oleh Syaifullah tahun 2017 36 dengan judul “Analisis
Pesantren Abu Hurayrah Mataram”. Tesis ini menceritakan tentang penerapan metode
bandongan di MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurayrah Mataram dengan metode santri
membaca terlebih dahulu kemuadian, usdtaz mengoreksi dan membenarkan bacaan dari
santri dan hasil dari penerapan tersebut terlihat positif bagi santri, dan sebagian besar
dari santri bisa memahami dan membaca kitab sesuai standar yang telah ditetapkan.
perbedaannya tesis ini lebih fokus pada kajian kitab kuning sedangkan peneliti fokus
yang ditulis oleh Mochammad Mu’izzuddin, Juhji dan Hasbullah tahun 2019.37 Hasil dari
penelitian ini yaitu metode bandongan dijadikan sebagai peningkatan dalam membaca
kitab kuning dan kedua metode tersebut saling berkaitan. Persamaan penelitiannya sama
dalam Perspektif Muhammad Abid al-Jabiri” yang ditulis oleh Effendi Chairi mahasiswa
program pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tahun 2019.38 Hasil dari penelitian ini dapat
dikatakan positif karna ada peningkatan dari segi kognitif dari tingkat mengingat menuju
Bandongan dalam Tradisi Pondok Pesantren” yang ditulis oleh Faisal Kamal tahun
2020.39 Hasil dari penelitian ini perlunya mengadopsi prosedur pelaksaan model
pembejaran inovatif dalam kegiatan pembelajar sorogan dan bandongan agar lebih
menarik dan menyenangkan. Persamaan sama dalam hal meneliti tentang metode
kuning. Namun dalam penelitian penulis mencoba untuk mengaitkan antara metode
I. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir adalah gambaran pola hubungan antar variable atau kerangka
konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, disusun
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka berfikir
yang dapat dirumuskan bahwa pembejaran maharah qiraah di Pondok pesantren Al-
Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang dapat diterapkan melalui metode bandongan,
metode bandongan adalah suatu metode dimana santri mengikuti pelajaran dengan duduk
para santri untuk lebih memahami apa yang terkandung didalam litertur arab (kitab
memudahkan para santri untuk memahami isi kandungannya dan juga sangat evesien
dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari, selain itu metode
bandongan ini sangat cocok diajarkan dipondok pesantren karena dalam penerapannya
dipondok pesantren.
Dalam pembelajaran, selain tujuan dan materi pembelajaran yang merupakan subtansi
yang akan dicapai, peran ustadz juga sangat penting dalam sistem pembelajaran dimana
ustadz lebih berperan aktif untuk membetrikan pemahaman kepada para santri untuk
Berikut mengenai gambaran hubungan dari antar variabel yang akan memecahkan
Pondok Pesantren
Ustadz
Kitab kuning
Pembelajaran mahārah
al-qirā`ah
Santri
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan.
Sampangan Pekalongan
berdiri pada tanggal 28 oktober tahun 1996. Pondok pesantren ini terletak di sampangan
Gg 05 dan 06. Sebelum pondok berdiri yaitu sekitar tahun 1994, santri-santri sudah
mulai berdatangan sehingga pada tahun 1994 merupakan awal menempatnya santri di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan, tetapi para
santri ini belum ditempatkan pada tempat yang khusus seperti asrama pesantren lainnya,
lepas dari dukungan, dorongan dan inisiatif dari para guru pengasuh Pondok Pesantren
Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang yakni KH. M. Hasanudin Subki. Banyak
Subki Masyhadi selaku pendiri Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Fadhilah Kaliwungu dan KH.Muhammad Romli selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-
Sampang Pekalongan diambil dari perpaduan antara nama tempat belajar dari pengasuh
Pesantren Manba’ul Ulum dan juga Madrasah Matholi’ul Falah, dengan pengasuh
didirikan khusus menerima santri putri (rencana awal). Namun setelah melihat
perkembangan dari bulan kebulan dan dari tahun ke tahun akhirnya Pondok Pesantren
wali santri putra yang ingin memasukkan anaknya di Pesantren Al-Masyhad Manbaul
didirikan hanya untuk menampung para santri yang khusus mondok saja, namun dengan
berjalannya waktu banyak dari masyarakat yang ingin memondokkan anak-anaknya yang
sekolah, baik dari kalangan siswa SMP, SMA, dan juga dari perguruan tinggi, para wali
dengan harapan agar anak-anaknya disamping mempunyai ilmu umum, juga mempunyai
ilmu agama sebagai bekal kehidupan anak-anaknya. Selain itu juga karena orang tua
menyadari minimnya akhlak yang dimiliki oleh anak-anak yang hanya memperoleh
Para orang tua beranggapan bahwa masih banyak dari anak-anak mereka yang
terkadang berkelakuan buruk dan kurang mempunyai adab atau sopan santun yang baik.
Sehingga para orang tua sangat antusias untuk memasukan anak-anaknya ke pondok
pesantren dengan harapan anak-anak mereka bisa menjadi anak yang baik. Namun,
pengasuh pada saat itu tidak langsung menerima anak-anak sekolah yang mau masuk ke
Pesantren dengan suasana yang benar-benar salaf sehingga para santri dapat belajar
dengan maksimal sebagaimana yang dialami pengasuh pada masa nyantri dulu.
Atas permasalahan itu kemudian pengasuh showan atau pergi menemui salah satu
guru beliau yakni KH. Dimyati Rois Kaliwungu ntuk meminta pendapat mengenai
kondisi pesantrennya yang akan dimasuki oleh santri yang juga sambil belajar di sekolah
formal seperti SMP, SMA dan Perguruan tinggi, dengan kebijakan dan juga pandangan
untuk masa yang akan datang, beliau KH. Dimyati Rois memutuskan supaya Pondok
Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang yang diasuh oleh KH. M.
Hasanuddin Subki mau menerima para siswa yang juga ingin nyantri di Indonesia
pesantren tersebut.
KH. Dimyati Rois berpendapat “jika para anak-anak yang sekolah formal atau
pendidikan umum tidak diberikan kesempatan untuk nyantri, maka kapan mereka akan
ngaji atau mempelajari ilmu-ilmu agama. Karena pada masa sekarang ini banyak orang
tua dan juga anak-anak yang hannya memikirkan pendidikan umum saja demi bekal
untuk bekerja tanpa memikirkan pendidikan agama”. Dengan adanya saran dari beliau
yakni KH. Dimyati Rois Kaliwungu maka KH. M.Hasanuddin Subki mau menerima para
siswa ikut nyantri di Pesantrennya, dan hal tersebut berjalan hingga sekarang.
Sampang, letaknya sangat strategis sekali karena berada ditengah kota. Letak bangunan
Manbaul Falah Wali Sampang mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai alat
transportasi.
Selain itu lokasinya yang dekat dengan bidang-bidang pendidikan formal seperti;
SMP Salafiyah Kauman, SMA Islam, Komplek Yayasan Ma’had Pekalongan dan juga
jauh dari perguruan Tinggi IAIN Pekalongan dan UNIKAL, sehingga menarik minat
banyak anak yang ingin mengunduh ilmu Agama di Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang ini sekaligus mengenyam pendidikan formal lainnya.
Letak pondok ini juga dekat dengan komplek alun-alun kota Pekalongan yang
disitu terletak tempat pusat peribadatan kota Pekalongan yakni Masjid Jami’ Kota
Pekalongan. dari lokasi tersebut juga berdiri sebuah komplek perbelanjaan Hypermart
dan juga Pasar Banjarsari, sehingga memudahkan para santri ketika ingin membeli segala
Habib Abdullah Baqir, Habib Idrus Al-Bahr, Habib Lutfi bin Yahya. Hal itu tentunya
memberikan suatu nilai lebih bagi para santri untuk lebih mengenal para ulama dan juga
41
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan, dikutip tanggal 21
September 2021
3. Visi dan Misi
a. Visi
b. Misi
4. Struktur Organisasi
Kota Pekalongan terdiri dari santri putra dan santri putri. Oleh karena itu, terdapat dua
struktur organisasi kepengurusan yaitu pengurus putra dan putri. Berikut anggota
kepengurusan santri putra dan putri Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Sampangan Pekalongan.43
42
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan , dikutip tangga 21
September 2021
43
Dokumentasi struktur organisasi kepengurusan santri putra dan putri Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan Periode 2020/2021, dikutip tanggal 22 September 2021
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN SANTRI PUTRA44
Periode 2020/2021
Pengasuh
KH. M. Hasanuddin Subki
Lurah
Farhan Subkhi
Wakil Lurah
Muhammad Ikmal
Sekretaris
Sahrul Hidayati Bendahara
M. Irfan Sodiq M. Khotibul Umam
Zainuddin Saputra
Kebersihan
Keamanan
M. Arifin
Didi Purnomo M. Asad
M. Junaidi
Irfan Syahrul Mubarok
Hadi Nur Salam
M. Zainal Arifin
2
fgg
Pendidikan Minat & Bakat
Fathullah Kharis Zakariya
Mustafidin Ahmad Arfani
44
Hasil Dokumentasi, Struktur Organisasi Kepengurusan Santri Putri Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
3Sampang Sampangan Pekalongan, Dikutip Tanggal 3 Oktober 2021
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN SANTRI PUTRI Ponpes Al-
Periode 2020/2021
Pengasuh
KH. M. Hasanuddin Subki
Lurah
Sulastri
Wakil Lurah
Okva Yunita
Bendahara
Sekretaris
Nur Asiah
Hana PutriYulaikhah
Khusnul Khotimah
Sie. Pendidikan
Sie. Keamanan Sie. Humas
Lisa Nur Rochmah
Nurul Uzni Monica
Arin Widia Tari.
Malia Mazida Trywidyaningrum
Lilis Musdalifah
Sie. Kebersihan
Sie. Keagamaan
Muchafidah
Wais Al Kurni
Istiqomatul M.
Gusnela
45
Hasil Dokumentasi, Struktur Organisasi Kepengurusan Santri Putri Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah
Wali 3Sampang Sampangan Pekalongan, Dikutip Tanggal 3 Oktober 2021
Pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang adalah salah satu
pondok salafi. Pondok pesantren ini awal mula fokus dengan pendidikan di pesantren
saja namun seiring berjalannya waktu maka pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul
Metode yang diterapkan dipondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
terdapat agenda rutinan berupa harian, mingguan, bulanan dan juga tahunan. Agenda
rutinan harian tersusun dalam sebuah jadwal kegiatan harian santri pada tabel berikut ini :
Waktu Kegiatan
46
Hasil Dokumentasi, Agenda Harian Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang, Sampangan Pekalongan, Dikutip tanggal 3 0ktober 2021
18.30 – 19.30 Pengajian Kitab Kuning Ba’da Maghrib
minggu sekali maupun dua minggu sekali. Beberapa kegiatannya ialah pembacaan
maulid nabi berupa tahlil dan maulid berzanji atau maulid diba’i setiap malam jum’at
setelah sholat maghrib berjamaah. Pembacaan surat yasin berjamaah setiap jum’at pagi
setelah sholat subuh. Adapun kegiatan bergilir pembacaan rotibul atos dan kegiatan
khitobah yang dilakukan setiap dua minggu sekali di malam jum’at setelah sholat isya.
Kegiatan rutinan santri lainnya adalah kegiatan bulanan yang diantaranya adalah
kegiatan sholat sunah tasbih berjamaah setiap malam jum’at kliwon. Selain itu ada
agenda tahunan seperti perayaan hari besar islam semisal maulid nabi, nuzulul qur’an,
is’ra mi’raj, malam nisfu sya’ban. Kemudian agenda tahunan berupa acara akhirussanah
yang mempunyai keilmuan luas dan juga bersambung sampai Rasulullah sangat
dibutuhkan, karena hal ini menyangkut ilmu sebagai bekal di dunia dan akhirat
47
File Dokumentasi Kurikulum Agenda Kegiatan Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang, Sampangan Pekalongan, dikutip tanggal 23 September 2021
seperti halnya di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Subki Masyhadi) sebagai pengajar utama yang juga dibantu oleh beberapa Ustadz.
yakni ayah dari KH.Hasanuddin. Selain itu tenaga pengajar juga diambil dari
keluarga beliau sendiri seperti adik dan anak dari pengasuh. Kemudian sekarang
tenaga pengajar juga diambil dari beberapa santri senior dan alumni dari Pondok
Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang juga dibimbing oleh KH.
Dimyati Rois Kaliwungu dan juga KH. Ahmad Romli Jepara, hal itu terbukti disaat
Pesantren, beliau selalu meminta masukan, saran dan juga bimbingan dari kedua
guru beliau.
sebutan “Ibu Nyai” biasannya disandang oleh istri pengasuh (bagi Perempuan).
Falah Wali Sampang Pekalongan, khususnya tahun ajaran 2020/2021. Pada tabel
No Nama Alamat
Hikmah
48
Hasil Dokumentasi, Daftar Nama Asatidz Agenda Harian Kegiatan Santri Pondok PesantrenAl-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan, dikutip tanggal 3 0ktober 2021
17. Ust. Rizky Bakhtiar Penalang
Ramadhan
Fitriyati
b. Keadaan Santri
Salah satu faktor pendidikan adalah adanya anak didik yang dalam dunia
Pesantren disebut santri. Dalam kegiatan belajar mengajar anak didik atau santri
menjadi peran utama, karena merekalah yang akan menjadi objek pembelajaran.
Sampang sama dengan pesantren lainnya yaitu mendaftar kemudian diseleksi untuk
Jumlah seluruh santri ada 124 santri, dengan jumlah 61 santri putra dan 63 santri
putri. 91 santri diantaranya adalah mahasiswa dari IAIN Pekalongan, 8 santri adalah
mahasiswa dari Universitas Pekalongan5 santri adalah siswa SLTA, 7 santri adalah
siswa SLTP serta 10 santri salaf yang hanya mengenyam pendidikan di Pondok
Pesantren saja.49
7. Sarana Prasarana
Adapun fasilitas atau sarana dan prasarana yang ada di lingkungan pondok
Kondisi
No Fasilitas Jumlah
Baik Sedang Rusak
1. Kamar Tidur 21
2. Kamar Mandi 10
4. Dapur 2
49
Dokumentasi daftar santri putri putra dan madin Sirojut Tholibin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul
Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan tahun 2021, dikutip tanggal 23 September 2021
50
Hasil Observasi pada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Pekalongan
51
Hasil Observasi, Sarana dan prasarana putra ada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan
5. Tempat Menjemur 7
6. Tempat Mencuci 6
7. Perpustakaan 1
8. Rak Piring 1
9. Parkiran 3
10. Lemari 90
14. Hadrah 1
16. Microphone 5
Kondisi
No Fasilitas Jumlah
Baik Sedang Rusak
52
Hasil Observasi, Sarana dan prasarana putrI ada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan
1. Kamar Tidur 9
2. Kamar Mandi 5
4. Dapur 1
5. Tempat Menjemur 2
6. Tempat Mencuci 1
7. Perpustakaan 1
8. Rak Piring 1
9. Parkiran 2
10. Lemari 3
16. Microphone 4
Pada bagian ini akan dibahas data mengenai data penelitian yang berupa Penerapan
Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan. Pada penelitian ini peneliti mengkhsusukan
pada kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, data yang diambil dari hasil Obsevasi, Dokumentasi, dan Wawancara baik dengan
guru pengampu dengan menggunakan metode bandongan serta beberapa santri dikelas III
Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan.
Berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
dapat diketahui beberapa gambaran dan proses Penerapan Metode Bandongan dalam
Sampang Kota Pekalongan, adapun proses penerapan dan pelaksanaan metode bandongan
1. Tahap Perencanaan
dikelas perlu dijabarkan satu persatu dari komponen yang akan dijadikan sebagai
pedoman oleh ustadz. Diantara komponen yang perlu dipersiapkan adalah merumuskan
kompetensi dasar materi, menentukan metode pengajaran dan media yang akan
mengukurnya.
bagi santri harus juga melakukan persiapan seperti mutholaah agar datang kekelas hanya
untuk mematangkan dan mengkoreksi diri apakah ada yang salah baik dari segi bacaan
maupun pemahaman
Sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh habib Muhammad Zaenal Abidin :
metode bandongan dalam pembelajaran maharah qiraah dikelas III Madin Pondok
Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan sebagai berikut
Setiap kegiatan dalam sebuah pembelajaran pasti memiliki tujuan yang harus
dicapai serta tujuan merupakan arah yang ingin dituju dari rangakain aktivitas yang
bandongan dalam maharah qiraah mempunyai tujuan agar santri mampu memahami
Metode bandongan memang telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW,
tetapi hanya istilahnya saja yang berubah, adapun tujuannya agar bisa memahami al-
53
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
Qur’an atau hadist maupun ilmu-ilmu lainnya agar tidak keliru karena dalam
”Metode bandongan memang telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW,
tetapi hanya istilahnya saja yang berubah, adapun tujuannya agar bisa
memahami al-Qur’an atau hadist maupun ilmu-ilmu lainnya agar tidak keliru
karena dalam memahaminya langsung dibimbing oleh ustadz yang ilmunya
bersanad.”54
Sejalan dengan yang dikatakan Ahmad Khotib Asyarbini (salah satu santri kelas
III Madin Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan
ustadz menggunakan kitab fiqih karangan habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad
bin Salim al-Kaf, kitab yang digunakan adalah kitab berbahasa arab yang dibacakan
54
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
55
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)
56
(2006 ,دار للعلوم اإلسالمية: التقريرات السديدة في مامماائل للمفيدة )سورابايا، حسن بن احمد بن محمد الكف414 صحيفة
Gambar 3.3 Materi pelajaran bandongan
Dalam hal ini media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kitab,
pada proses pembelajaran tersebut terlihat kondusif serta berjejer rapi karena,
2. Tahap Pelaksanaan
Untuk menunjang proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan lancer
seorang ustadz seharusnya mempunya cara dan teknik dalam pengajaran agar tujuan
dari pengajaran teracapai sesuai dengan apa yang diharapkan oleh instansi
pendidikan, hal ini yang seperti dilakukan oleh ustadz yang mengajar metode
harapan agar dengan pembelajaran yang tersistem maka tujuan dari pembejaran akan
tercapai.
Dalam hasil wawancara peneliti secara ringkas pembelaran dimulai dengan tiga
tahapan yang pertama, muqoddimah diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh
ustadz, tahapan kedua penyampaian materi dan yang ketiga penutup. Hal ini telah
a. Muqoddimah
ulama-ulama terdahulu.
b. Penyajian materi
lalu dengan menanyakan materi yang masih belum faham kemudian, ustadz
2) Kemudian ustadz menanyakan materi yang akan dipelajari hari ini yang
3) Bagi santri yang tidak bisa membaca serta menyimpulkan isi dari materi yang
akan dipelajari maka santri tersebut dipinta untuk berdiri untuk beberapa saat.
4) Setelah itu barulah ustadz memulai pembelajaran dengan meminta santri untuk
Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan pada hari kamis 30
kitab tersebut
7) Sesekali ustadz menggunakan papan tulis jika ada materi yang sulit difahami
c. Penutup
59
(2006 ,دار للعلوم اإلسالمية: التقريرات السديدة في مامماائل للمفيدة )سورابايا، حسن بن احمد بن محمد الكف414 صحيفة
1) Ustadz menyimpulkan materi yang telah diajarkan kemudian menyakan kepada
3. Tahap Penilaian
kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
dilakukan pada pertengahan tahun dan akhir tahun pembelajaran yang dikenal
dengan UTS dan UAS, adapun setandar kelulusan yang ditetapkan adalah
minimal 70.
Pada observasi yang dilakukan oleh peneliti saat UTS berlangsung di kelas
III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, evaluasi yang dilakukan adalah berupa LBS (Lembar Soal Jawaban).
6 M.Arifin 75 LULUS
12 Gusnela 80 LULUS
Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan
berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu kegiatan
pembelajaran diantaranya : tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, guru, siswa, metode dan
evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor tersebut harus mendukung satu sama lain agar
pembelajaran berjalan efektif karena, jika salah satu faktor pembelajaran tidak terpenuhi maka,
suatu pembelajaran yang dijalankan tidak akan berjalan dengan efektif dan tujuan daripada
Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan yaitu sebagai berikut :
memahami isi kandungan kitab karena langsung dibimbing oleh ustadz dengan tujuan
agar apa yang ingin disampaikan oleh musonnif kitab tersampaikan dengan baik.
qiraah mempermudah santri dalam memahami kalimat yang sulit dipelajari, karena
kalimat didalam kitab. Seperti yang telah disampaikan oleh Ahmad Khotib Asyarbini
62
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
63
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)
3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memantapkan pemahaman
santri
sebelumnya. Terkadang ustadz juga menanyakan materi lalu yang belum difahami
sehinga, jika ada yang bertanya maka ustadz akan menjelaskan lagi materi yang telah
lalu,
Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ahmad Khotib Asyarbini (salah satu
“didalam kelas ustadz sering mengulang-ulang pelajaran yang telah lalu, karena
sebelum pembelajaran dimulai ustadz menanyakan kepada santri apakah ada
materi yang masih bingung silahkan ditanyakan, dan terkadang walaupun tidak
ada yang bertanya ustadz pun tetap mengulangi pelajaran yang telah lalu
sehingga dengan hal itu memandapkan pemahaman saya”64
membuat para santri khususnya kelas III untuk terus belajar sendiri. Faktot lain yang
membuat santri belajar sendiri adalah hukuman yang diberikan kepada santri jika
tidak bisa membaca dan menguraikan isi dari pembelajaran yang akan dilakukan
sehingga membuat dirinya malu jika tidak bisa menjawab pertanyaan dari ustadz.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hafidzoh Karimah santri kelas III
64
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)
“Fakor yang membuat saya termotivasi untuk belajar sendiri dikamar karena
dalam setiap pembelajaran ustadz selalu memberikan motivasi baik dengan
cerita ulama-ulama dulu dan lain sebagainya. Adapun faktor lain yang
membuat yang temotivasi adalah ketika saya disuruh ustadz untuk membaca
dan memberikan kesimpulan saya merasa malu jika saya tidak bisa, dan ustadz
juga menyuruh santrinya untuk berdiri jika tidak bisa”.65
Pekalongan
1) Kurang Disiplin
itu berupa pakaian yang tidak seragam, duduk yang kurang rapi, dan datang
kadang terlambat karana memang tidak adanya aturan khusus yang mengatur hal
yang sedemikian rupa, itulah yang saya rasakan salah satu penghambat dari
2) Rasa Kantuk
65
Hafidzoh Karimah, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 3 Oktober 2021)
66
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah
di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021
Pukul 14:30 WIB)
ustadz yang aktif dan santri hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz
Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nurul Uzni (salah satu santri kelas
Artinya tidak semua santri kelas III Madin Pondok Pesantren Al-
pendidikan agama seperti pernah modok sebelumya atau dari MTS dan MA,
ada beberapa santri yang lulusan dari SMA dan SMK sehingga kesulitan
Dalam praktik dikelas ustadz lebih aktif daripada santri karena ustadz
BAB IV
67
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 29 September 2021.
68
Nurul Uzni, Santriwati Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 3 Oktober 2021)
69
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 29 September 2021.
70
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 2021.
ANALISIS PENELITIAN
Berdasarkan penyajian data pada bab III tentang penerapan metode bandongan dalam
pembelajaran mahārah qirā`ah kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah
Wali Sampang Kota Pekalongan, penulis akan menjelaskan dan menjawab apa yang sudah
peneliti temukan dengan beberapa data baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Berangkat dari sini, penulis berusaha mendeskripsikan data-data yang telah ditemukan
berdasarkan fakta lapangan dan diperkuat dengan teori-teori yang sudah ada yang diharapkan
Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif. Dengan
(menggambarkan) untuk menjelaskan data yang sudah ada, baik itu hasil wawancara, observasi,
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dipaparkan oleh penulis pada
bab III, maka akan dilakukan analisis secara simultan terhadap Penerapan Metode
1. Tahap Perencanaan
dengan menjabarkan satu persatu dari beberapa komponen pembelajaran yang akan
sebagai berikut :
belajar mengajar yang harus dicapai. Tujuan merupakan arah yang ingin dituju
Didalam penerapan metode bandongan dalam mahārah qirā`ah kelas III Madin
mempunyai tujuan agar santri mampu membaca dan memahami isi kandungan
Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa beberapa tujuan diatas sudah
sesuai dengan teori tujuan mahārah qirā`ah, hal ini sesuai dengan peneliti
perintah ustadz kemudian setelah itu ustadz menjelaskan lebih mendalam dan
memberkan kesimpulan.
Wali Sampang Kota Pekalongan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan santri
dalam pembelajaran mahārah qirā`ah . adapun materi yang digunakan adalah
kitab fiqih karangan habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf,
Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan adalah kitab, papan tulis dan
spidol.
metode bandongan media yang dibutuhkan adalah kita dan alat pengeras suara
banyak. Adapun penggunaan spidol dan papan tulis hanya pada pelejaran
2. Tahap Pelaksanaan
dikelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Kota Pekalongan sudah sesuai dengan teori yang dikutip dari buku karangan
d. Muqoddimah
4) Ustadz memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam
e. Penyajian materi
lalu dengan menanyakan materi yang masih belum faham kemudian, ustadz
10) Kemudian ustadz menanyakan materi yang akan dipelajari hari ini yang
11) Bagi santri yang tidak bisa membaca serta menyimpulkan isi dari materi
yang akan dipelajari maka santri tersebut dipinta untuk berdiri untuk
beberapa saat.
12) Setelah itu barulah ustadz memulai pembelajaran dengan meminta santri
Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan pada hari kamis
15) Sesekali ustadz menggunakan papan tulis jika ada materi yang sulit
f. Penutup
teori yang pelaksanaan metode bandongan yang dikutip dari buku Ahmad
Yusuf.
3. Tahap Evaluasi
selanjutnya adalah melakukan evalusi dengan tujuan agar dapat mengetahui apakah
tujuan dari proses pembelajaran sudah tercapai atau belum. Adapun evaluasi yang
dilakukan ustadz kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah
karena dalam evaluasi menggunakan tes tertulis masih ada kemungkinan untuk
mencontek dan lain sebagainya, seharusnya dalam tahap evaluasi untuk mengetahui
kemampuan santri ditambah lagi dengan tes lisan seperti diminta untuk membaca
kitab kuning tanpa berbaris dan makna karna dengan hal itu guru bisa mengetahui
tedapat berbagai faktor yang yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu
Pekalongan
guru dan kitab yang dipelajari dibandingkan dengan pendidikan yang lain
seolah-olah ilmu dilepas begitu saja dengan control yang kurang sehingga
memahami sendiri apa yang ada dikitab peneliti sangat kesulitan karena
sulit difahami
pemahaman santri
Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah
materi lalu yang belum difahami sehinga, jika ada yang bertanya maka
apakah ada materi yang masih bingung silahkan ditanyakan, dan terkadang
walaupun tidak ada yang bertanya ustadz pun tetap mengulangi pelajaran
yang telah lalu sehingga dengan hal itu memandapkan pemahaman peneliti
pertemuan membuat para santri khususnya kelas III untuk terus belajar
sendiri. Faktot lain yang membuat santri belajar sendiri adalah hukuman
yang diberikan kepada santri jika tidak bisa membaca dan menguraikan isi
merasa malu jika peneliti tidak bisa, dan ustadz juga menyuruh santrinya
Kota Pekalongan
5) Kurang Disiplin
baik itu berupa pakaian yang tidak seragam, duduk yang kurang rapi, dan
datang kadang terlambat karana memang tidak adanya aturan khusus yang
mengatur hal yang sedemikian rupa, itulah yang peneliti rasakan salah satu
6) Rasa Ngantuk
monoton serta ustadz yang aktif dan santri hanya mendengarkan penjelasan
bandongan adalah rasa ngantuk yang tidak bisa peneliti tahan mas, sebab
metodenya yang monoton dan santri hanya mendengarkan dan mencatat hal-
Artinya tidak semua santri kelas III Madin Pondok Pesantren Al-
pendidikan agama seperti pernah modok sebelumya atau dari MTS dan MA,
ada beberapa santri yang lulusan dari SMA dan SMK sehingga kesulitan
Dalam praktik dikelas ustadz lebih aktif daripada santri karena ustadz
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat diambil
di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan adalah
sebagai berikut :
santri kelas III Madin di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan sudah berjalan dengan baik karena sudah sesuai dengan
langkah-langkah yang telah disebutkan oleh penulis, yaitu ustadz melakukan
Pekalongan agar santri mampu membaca dan memahami yang langsung dibimbing
oleh ustadz yang ilmunya bersanad serta santri lebih bisa ber adab terhadap ustadz
dan kitab.
santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
berikut:
pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah
1) Kurang disiplin
2) Rasa ngantuk
3) Latar belakang pendidikan santri yang berbeda
B. Saran-saran
dalam pembelajaran mahārah qirā`ah pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren al-
Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan” penulis ingin memberikan
1. Kepada ustadz pengampu metode bandongan agar pembelajaran dikelas dibuat lebih
2. Kepada santri agar lebih menjaga adab dengan lebih disiplin baik dalam berpakaian,
datang lebih dahulu dari ustadz serta memutholaahi pelajaran sebelum masuk kelas.
3. Kepada peneliti yang akan datang untuk dapat meneliti lebih cermat dan sistematis
terhadap masalah tersebut yang mungkin suatu saat akan mengalami perubahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nur Kholis, S. I. (Desember 2019). Karakteristik dan Fungsi Qira’ah dalam Era Literasi
Digital. Jurnal Jurusan PBA, Vol 18. No 2, 133.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.
Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bumi Aksara.
Chairi, E. (2019). Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren
Attarbiyah Guluk-Guluk dalam Persepektif Muhammad Abid al-jabiri. Jurnal
Manajemen Prndidikan Islam. vol 4. no 1.
Pesantren Sunni Darussalam (Study Tentang Penerapan Metode Al-Qira’ah. Skripsi, 55.
Fitriani, L. (2018). Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan
tingg. Junal An-Nabighoh Vol 20, No. I, 17.
I, D. A. (2003). Pola Pembelajaran di Pesantren, . Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam.
Kamal, F. (Juli-Desember 2020). Model Pembelajaran Sorogan dan Bandongan dalam Tradisi
Pondok Pesantren. Jurnal Paramurobi Volume 3, Nomor 2.
Khoiriyah, H. (2020). Metode Qiraah Dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif Berbahasa
Arab Untuk Pendidikan Tingkat Menengah. Jurnal Lisatuna, 40-41.
Laili, K. (2018). Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya. Al-iman. Jurnal
Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1., 69-70.
Laily Fitriani “kter di perguruan tinggi”.(Malang: Junal An-Nabighoh Vol 20, N. I. (2018).
Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan tinggi. Junal
An-Nabighoh, Vol 20, No. I.
Mahmud. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Muizzuddin, M., juhji, & hasbullah. (Januari-Juni 2019). Implementasi Metode Sorogan dan
Bandungan dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Vol 6. No.1.
Noeng Muhadjir, (. ,. (1998). Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rike Sarasin.
Nurhayati, S. (2015). Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Hadis (Riyad As-
Shalihin). Dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya (Studi Santri di Pondok Pesantren
Nurul Ummah Putri Kota Gede Yogyakarta. Skripsi.
Nurrita, T. (Juni, 2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Misykat, Volume 03, Nomor 01, 177-178.
Penyusun, T. (2010). pedoman Penulisan Skripsi PAI . Pekalongan: STAIN Prees.
Rahman, A. A. (2017). Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2, 164-166.
Rathomi, A. (2019). Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8 No.1, 526.
Ratna, N. k. (2010). metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora
pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodiah, zulkarnain, & Qolbi , K. (Januari-juni 2018). Implementasi Metode Sorogan dalam
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Kab. Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Jurnal Literasiologi. vol 1. no 3, 38.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Recearch Approach).
Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Saihu. (2015). Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia. Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam,
Volume 3, No 1, 14.
Subagyo, J. (1998). Metode Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sumardi, M. (n.d.). Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam.
Sutarto, (. H. (2018). Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah
Tsanawiyah Nahdatut Tullab Kesugihan Cilacap. Skripsi, 4.
Syaifullah. (2017). Analisis Penerapan Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning di
MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurayrah Mataram. Tesis, 22.
Thohir, K. (Januari-Juni 2017). Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi di
Kecamatan Kresek Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten”. . Jurnal Analytica
Islamica. Vol 6. No 1, 14.
Tohir, K. (2019). Model Pendidikan Pesantren Salafi. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.