Anda di halaman 1dari 86

rPENERAPAN METODE BANDONGAN DALAM PEMBELAJARAN MAHĀRAH

QIRĀ`AH DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBAUL FALAH WALI

SAMPANG KOTA PEKALONGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat


memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.pd)
Dosen pembimbing : Jauhar Ali, M.Pd.I

Oleh
Irfan Syahrul Mubarak
NIM : 2217122

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesantren bisa dipandang sebagai lembaga ritual, lembaga pembinaan moral,

lembaga dakwah, dan yang paling populer adalah sebagai intuisi pendidikan islam yang

mengalami konjungtur dan romatika kehidupan dalam menghadapi dalam mengahadapi

tantangan internal maupun eksternal. untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut

dibutuhkan untuk dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang masing-masing

mempunyai tujuan sendiri yang selaras dengan tujuan tersebut. salah satu dari lembaga

pendidikan tersebut adalah pondok pesantren.1 Didalam pondok pesantren tidak terlepas

dari pengajaran kitab kuning.

Pengajaran kitab kuning merupakan salah satu bagian dari tradisi pesantren. Di

kalangan pesantren, kitab kuning biasanya diajarkan dengan dua metode yaitu sorogan

dan bandungan. Dalam metode sorogan, satu demi satu santri menghadap kiai dengan

membawa kitab, kiai membacakan dan santri mengulangi bacaannya hingga mampu

membaca dan memahami maknanya. Adapun metode bandongan, semua santri bersama-

sama menghadap kiai yang sedang membaca kitab dengan makna dan penjelasan

secukupnya, sedangkan santri mencatat semua yang dibacakan kiai. 2 disini penulis

menspesifikkan tentang metode bandongan.

1
Rodiah, Zulkarnain dan Qolbi Khoiri, “Implementasi Metode Sorogan dalam Pembelajaran Kitab Kuning
di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Kab. Kepahiang Provinsi Bengkulu” Jurnal Literasiologi. vol 1. no 3,
Januari-juni 2018. hlm 38
2
Mochammad Mu’izzuddin, Juhji dan Hasbullah, “Implemtasi Metode Bandongan dan Sorogan dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”. Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol 6. No 1 (Januari 2019),
hlm. 44
Metode pengajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang

dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Pengertian lain ialah teknik penyajian

yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di

dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok, agar pelajaran itu dapat

diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode

mengajar, Makin efektif pula pencapaian tujuan.

Dalam pesantren, Metode pengajaran di pondok pesantren salafiyah bersifat

tradisional, yaitu metode pengajaran yang diselenggarakan menurut kebiasaan yang telah

lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut sebagai metode pengajaran asli

(original) pondok pesantren,3 salah satunya ialah metode bandongan.

Bandongan merupakan salah satu metode pengajaran tradisional yang digunkan

untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lainya. disebut sebagai metode

pengajaran tradisional karena sistemnya yang monolog, top down, dan indoktrinatif, hal

ini dapat diitemukan dalam strategi –strategi pengajaran syariat islam diawal-awal

penyebarannya, khususnya diindonesia, hampir disetiap desa-desa dan juga kota dalam

pengajaran nya menggunakan metode bandongan, begitu juga dipondok pesantren.4

Metode bandongan adalah suatu metode dimana santri mengikuti pelajaran

dengan duduk disekeliling kiayi yang mendengarkan pelajaran, santri menyimak kitab

masing-masing dan mencatat jika perlu, metode bandongan ini biasa juga disebut dengan

metode weton, metode bandongan ini cara penyampaiannya dimana seorang guru, kiayi,

atau ustadz membacakan serta menjelaskan isi kandungan kitab kuning, semntara santri

3
Khamsil Laili. “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”. Al-iman. Jurnal Keislaman
dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1. 2018, hlm 69-70
4
Effendi Chairi, ”Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren Attarbiyah
Guluk-Guluk dalam Persepektif Muhammad Abid al-jabiri” . Nidhomul Haq. Jurnal Manajemen Prndidikan Islam.
vol 4. no 1 , 2019, hlm. 71
medengarkan, memberi makna dan menerima. jadi guru berperan aktif sedangkan santri

pasif, dan metode bandongan ini bermanfaat untuk jumlah murid yang besar dalam

waktu yang singkat.5 walaupun metode bandongan ini bisa dikatakan metode kuno,

tetapi hampir disemua pondok pesantren di indonesia khususnya masih menggunakan

metode ini.

Namun demikian, untuk mengetahui dan memahami bahasa arab dengan maharah

tidaklah mudah, haruslah adanya sesuatu yang mendukung bagi santri untuk memahami

dan mengetahuinya.6Sebab masih banyak santri yang kesulitan dalam hal membaca

maupun memahami teks arab dengan baik karena hal tersebut harus didukung oleh

pengusaan nahwu dan shorof. misalnya dalam membaca teks arab, ketika santri salah

dalam mengharakati bacaan ataupun salah dalam menempatkan wazan maka akan

berakibat fatal yakni bisa merubah makna dari teks arab tersebut dan pesan yang ingin

disampaikan oleh penulis tidak akan tersampaikan dengan baik.

Walaupun demikian, Pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang termasuk dalam kategori pesantren salaf yakni pondok pesantren yang

melakukan pengajaran terhadap santri-santrinya untuk belajar agama islam secara khusus

dengan menggunakan kitab-kitab klasik (kuno) dan masih menggunakan metode hafalan,

bandongan dan sorogan.7 Yang mana dipondok pesantren salaf lebih mengutamakan

penguasaan gramatika arab, sehingga dalam pengusaan pondok pesantren yang berbasis

salaf bisa dikatakan lebih unggul.

5
Kholis Tohir, Model Pendidikan Pesantren Salafi, (Surabaya : Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 64
6
Sutarto, Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Nahdatut Tullab
Kesugihan Cilacap (Skripsi), Hlm. 4
7
Kholis Thohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi di Kecamatan Kresek
Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten”. Jurnal Analytica Islamica. Vol 6. No 1 (Januari-Juni 2017), Hlm. 14
Pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang pondok pesatren

salaf yang masih mengunggunakan ciri khas metode tersendiri yaitu metode bandongan,

metode bandongan di pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

masih dijalankan seperti yang dilakukan pondok pesantren salaf pada umumnya namun

ada salah satu ustadz yang mengajar dipondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang yang menggunakan metode bandongan tetapi berbeda cara mengajarkan

dan menerapkan metode bandongan dengan para ustadz yang lainnya, pada umumnya

penerapan metode bandongan ialah dengan hanya menagafsahi dan mendengarkan uraian

dari ustadz.

Cara mengajar ustadz yang ingin peneliti teliti memiliki dua perbedaan dengan

ustadz lainnya, yang pertama sebelum pembejaran dimulai ustadz tersebut meminta para

santri untuk memutholaahi materi yang akan dihadapi di pertemuan selanjutnya

kemudian, santri diminta untuk menyimpulkan isi dari materi tersebut dan diminta

bertannya jika masih ada yang bingung dan pada akhirnya ustadz membaca materi

tersbut dan memberikan penjelasan seperti yang diterapkan pada metode bandongan pada

umumnya, yang kedua cara ustadz tersebut menterjemah kitab berbeda dengan ustadz

lainnya yang mengajar di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

para ustadz menterjemah kitab dengan menggunakan tanda-tanda khusus seperti (utawi,

iki, iku, sopo) dan sebagainya, berbeda dengan cara menterjemah ustadz yang ingin

peneliti teliti, ustadz tersebut menterjemah kitab dengan membaca satu paragraf dan

langsung menterjemah satu paragraf tersebut dan tidak mengartikan kata perkata.
Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah di

pondok pesantren al-masyhad manbaul falah wali sampang kota pekalongan”

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, ada beberapa beberapa permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah di

Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan ?

2. Apa kelebihan dan kekurangan penerapan metode bandongan dalam pembelajaran

mahārah al-qirā`ah di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Kota Pekalongan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah

al-qirā`ah di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan ?

2. Mengetahui apa saja kelebihan dan kekurangan penerapan metode bandongan dalam

pembelajaran mahārah al-qirā`ah di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan ?

D. Kegunaan Penelitan

1. Kegunaan Teoritis

Sebagai penambah pengetahuan khususnya dalam masalah penerapan metode

bandongan dalam pembelajaran mahārah al-qirā`ah dipondok pesantren

2. Kegunaan Peraktis
Secara praktis penelitian ini akan bermanfaat bagi :

a. Bagi Guru

penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam hal pengembangan dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode bandongan

b. Bagi Murid

diharapkan penelitian ini dapat memudahkan lagi bagi santri dalam hal

membaca kitab yang berbahasa arab

c. Bagi Peneliti

Penelitan ini selain secara formal untuk memperoleh gelar sarjana strata 1,

juga untuk menambah ilmu pengetahuan dan penguasaan berbahasa yang

diperoleh selama melakukan penelitian

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Studi lapangan

merupakan sumber objek kultural sebab dengan memanfaatkan berbagai sarana yang

sudah dipersiapkan sebelumnya, maka peneliti secara relatif bebas dapat menggali

data8 Dengan penelitian lapangan ini dapat diperoleh data yang spesifik dan realistis

ditempat yang diteliti oleh penelitian

2. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan yang digunakan dalam peneletian ini adalah pendekatan

kualitatif mana penelitian kualitaatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya

tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara

8
Nyoman kutha Ratna, metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora pada
Umumnya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 189
lainnya yang menggunakan angka. penelitian kualitatif prinsipnya untuk memahami

objek yang diteliti secara mendalam,9 Pendekatan ini dilakukan untuk mengetahui

bagaimana penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah di

pondok pesantren al-masyhad manbaul falah wali sampang kota pekalongan

3. Sumber Data

Pada penulisan ini tentunya berdasarkan pada sumber-sumber data yang

dilakukan langsung oleh peneliti. Adapun sumber data yang digunakan dikategorikan

sebagai berikut:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer didapat dari prosedur pertama melalui prosedur dan

teknik pengambilan data yang berupa interview, observasi dengan penggunaan

instrumen pengumpulan data yang khusus dirancang sesuai dengan keinginan.10

Dalam hal ini sumber data yang peneliti dapatkan adalah dari guru yang

mengajar dan santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber kajian pendukung sumber data primer,

sumber-sumber tersebut didapat dari sumber yang tidak langsung berupa buku-

buku yang terkait dengan judul penelitian. 11 Peneliti memiliki beberapa sumber

data, seperti didapat dari karya ilmiah, dokumentasi dan buku yang berhubungan

dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data


9
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Recearch Approach), (Yogyakarta : CV. Budi
Utama, 2018), Hlm. 4
10
Joko Subagyo, metode penelitian suatu pendekatan (jakarta: PT Rineka Cipta, 1998), hlm. 135
11
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rike Sarasin, 1998), hlm. 27
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Menurut Suharismi Arikunto observasi juga disebut dengan pengamatan

menggunakan seluruh panca indra.12 Dalam penelitian ini peneliti berperan

sebagai pengamat yang berpartisipasi penuh, yakni menyamakan diri dengan

orang yang diteliti. Peneliti melakukan observasi partisipan dengan cara

mengikuti proses pembelajaran guna mencermati gejala-gejala yang ada dan

dimiliki informan sesuai data yang dibutuhkan peneliti. Dalam observasi ini

peneliti mendapatkan data mengenai proses pembelajaran menggunakan metode

bandongan

b. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan

kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-jawaban responden.

Wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan

sumber data. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi langsung

dari guru dan santri kelas III pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Pekalongan untuk data yang dibutuhkan oleh penulis mengenai

penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah al-qirā`ah di pondok

pesantren al-masyhad manbaul falah wali sampang kota pekalongan tersebut.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

12
Suharisme Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm 80
sebagainya.13 Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan

dengan proses pembelajaran metode bandongan dikelas, problematika

pembelajaran dengan metode bandongan yang dihadapi santri serta solusi yang

dilakukan guru dan santri dalam mengatasi penerapan metode bandongan dalam

pembelajaran mahārah qirā`ah di pondok pesantren al-masyhad manbaul falah

wali sampang kota pekalongan

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu usaha mengetahui tafsiran terhadap data yang

terkumpul dari hasil penelitian. Data yang terkumpul tersebut kemudian

diklasifikasikan dan disusun, selanjutnya diolah dan dianalisis. Analisis data tersebut

merupakan temuan-temuan di lapangan.14

Adapun teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian adalah analisi

data model Miles dan Huberman, Miles dan Huberman membagi analisis data dalam

penelitian kualitatif ke dalam tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/ verifikasi.

a. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta

membuang yang tidak perlu. dengan demikian data yang telah direduksi akan

memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penerapan metode bandongan

dalam pembelajaran mahārah qirā`ah di pondok pesantren al-masyhad manbaul

falah wali sampang kota pekalongan

13
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung Pustaka Setia 2013) hlm 33.
14
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.2013), hlm 192.
b. Penyajian Data

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun

dalam pola hubungan, sehingga makin mudah difahami penyajian data dalam

bentuk varian naratif, bagan, hubungan antara kategori, diagram alur, dan lain

sebagainya. Penyajian data dalam penelitian ini merupakan penggambaran seluruh

informasi tentang proses pembelajaran dengan metode bandongan, penerpan

metode bandongan dan kesulitan dalam penggunaan metode bandongan di pondok

pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

Penyajian data dalam penelitian ini merupakan penggambaran seluruh

informasi tentang proses pembelajaran dengan metode bandongan, problematika

metode bandongan serta solusi dari ustadz dan santri pondok pesantren al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

c. Penarikan Kesimpulan

Menarik kesimpulan sejak pengumpulan data yaitu dengan memahami arti

dari berbagai hal yang ditemui dengan melakukan pencatatan pola-pola,

pernyataan, arahan, sebab akibat dan berbagai proporsi. Supaya kesimpulan cukup

mantap dan benar-benar dapat dipertanggung jawabkan perlu diverifikasi hal

tersebut dengan aktifitas pengulangan dengan tujuan pemantapan dan penelusuran

data kembali. Data yang sudah disajikan secara sistematis akan mempermudah

untuk menemukan jawaban dari rumusan masalah yaitu dengan proses

pembelajaran dengan metode bandongan, upaya pembelajaran dengan metode

bandongan di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan.
F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang masalah yang dibahas dalam

skripsi ini, perlu dijelaskan bahwa skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika

penelitian sebagagi berikut:

Bab I : Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori, pada bab ini terdiri dari deskripsi teori, membahas hal-hal

yang berkaitan dengan metode bandongan, meliputi pengertian metode bandongan,

syarat-syarat penggunaan metode bandongan, kelebihan dan kekurangan metode

bandongan, pelaksaan metode bandongan, faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan metode, pengertian mahārah qirā`ah, tujuan pembelajaran mahārah

qirā`ah, strategi pembelajaran mahārah qirā`ah, media pembelajaran mahārah qirā`ah,

metode pembelajaran mahārah qirā`ah, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir.

Bab III Paparan Data dan Hasil Penelitian, berisi tiga bahasan utama. Pertama,

gambaran umum Pondok Pesantren al-Masyhad Wali Sampang Kota Pekalongan.

Penerapan metode bandongan santri kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad

Wali Sampang Kota Pekalongan. Kelebihan dan Kekurangan metode bandongan santri

kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Wali Sampang Kota Pekalongan

Bab IV Analisis Hasil Penelitian, berisi dua bahasan utama. Pertama, analisis

penerapan metode bandongan dalam pembelajaran maharah qira’ah di kelas III madin

pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan.

Analisis kelebihan dan kekurangan penerapan metode bandongan dalam pembelajaran


mahārah qirā`ah di kelas III madin pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan.

BAB V: Penutup terdiri dari dua sub pertama berisi simpulan dan sub bab ke dua

berisi saran. Bab ini bertujuan agar mempermudah pembaca dalam menyimpulkan isi

dari skripsi tersebut.

BAB II

LANDASAN TEORI

G. Deskripsi Teori

a. Metode Bandongan

a. Pengertian Metode Bandongan

Metode bandongan adalah suatu metode dimana santri mengikuti

pelajaran dengan duduk disekeliling kiayi yang mendengarkan pelajaran, santri

menyimak kitab masing-masing dan mencatat jika perlu, metode bandongan ini

biasa juga disebut dengan metode weton, metode bandongan ini cara

penyampaiannya dimana seorang guru, kiayi, atau ustadz membacakan serta

menjelaskan isi kandungan kitab kuning, semntara santri medengarkan, memberi

makna dan menerima. jadi guru berperan aktif sedangkan santri pasif, dan

metode bandongan ini bermanfaat untuk jumlah murid yang besar dalam waktu

yang singkat.15 Walaupun metode bandongan ini bisa dikatakan metode kuno,

tetapi hampir disemua pondok pesantren di indonesia khususnya masih

menggunakan metode ini.

15
Kholis Tohir, Model Pendidikan Pesantren Salafi, (Surabaya : Scopindo Media Pustaka, 2019), hlm. 64
Dalam pesantren, Metode pengajaran di pondok pesantren salafiyah

bersifat tradisional, yaitu metode pengajaran yang diselenggarakan menurut

kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren atau dapat juga disebut

sebagai metode pengajaran asli (original) pondok pesantren, 16 salah satunya ialah

metode bandongan.

Bandongan merupakan salah satu metode pengajaran tradisional yang

digunkan untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu lainya. disebut

sebagai metode pengajaran tradisional karena sistemnya yang monolog, top down,

dan indoktrinatif, hal ini dapat diitemukan dalam strategi –strategi pengajaran

syariat islam diawal-awal penyebarannya, khususnya diindonesia, hampir disetiap

desa-desa dan juga kota dalam pengajaran nya menggunakan metode bandongan,

begitu juga dipondok pesantren.

Keberhasilan metode bandongan ini juga sangat individual, karena

seorang santri tidak harus menunjukkan bahwa mereka telah mengerti atau

memahami suatu pembelajaran, bahkan dalam praktiknya para kiayi dan ustad

cenderung memahami santri telah memiliki dasar untuk metode tersebut sehingga

metode tersebut biasa berjalan cepat tanpa mengulas bahasan yang dianggap

mudah. Sistem hanya efektif untuk santri yang sudah mantab dalam metode

sorogan.17

b. Syarat-syarat Penggunaan Metode Bandongan18

1) Metode ini cocok diberikan kepada anak yang baru belajar kitab kuning

16
Khamsil Laili. “Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya”. Al-iman. Jurnal Keislaman
dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1. 2018, hlm 69-70
17
Saihu “Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia” Jurnal Al-Amin : Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya
Islam, Volume 3, No 1, 2015, hlm. 14
18
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pres, 2002, hlm. 156
2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang

3) Tenaga guru yang mengajar sedikit Sedangkan santri yang diajarkan banyak

4) Bahan yang diajarkan banyak, Sedangkan alokasi waktunya sedikit19

5) Dalam pelaksanaannya menggunakan bahasa daerah sebagai pengantar

6) Masing-masing santri harus mempunyai kitab sendiri

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bandongan

Setiap metode mesti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan

metode bandongan, adapun kelebihan metode bandongan antara lain:

1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.

2) Lebih efektif bagi santri yang telah mengikuti sistem sorogan secara instensif.

3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk

memahaminya.

4) Sangat efesien dalam mengajarkan ketelitian dan memahami kalimat yang sulit

dipelajari.

Adapun kekurangan dari metode bandongan ini adalah

1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan

materi sering diulang-ulang

2) Guru lebih aktif dari siswa karena proses berlangsung satu jalur

3) Dialong antara ustad dan santri tidak terlalu banyak sehingga, membuat

pembelajaran cepat bosan

4) Metode ini kurang evektif bagi murid yang pintar, karena materi sering

diulang-ulang sehingga membuat lamban kemajuannya.


19
Departemen Agama R I, Pola Pembelajaran di Pesantren, (Derektorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam, 2003), 157.
5) Dalam menterjemahkan ustad menggunakan bahasa daerah sehingga bagi

santri yang belum faham bahasanya sedikit lamban dalam memahami materi

dan penjelasan guru.

d. Pelaksanaan Metode Bandongan

Dalam metode ini kiayi atau ustad memulai pengajian dengan

mengucapkan salam kepada santri setelah itu memuji kedapa Allah SWT dan

sholawat kepada Rasulullah serta mengirikan fatihah kepada pengarang kitab

dengan tujuan agar apa yang dipelajari mudah dicerna dan mendapatkan

keberkahan serta bermanfaat untuk dunia dan akhirat.

Pelaksanaan metode bandongan ini ustad membacakan kitab secara

umum, Sedangkan santri mengafsahi, dan mencatat apa yang dianggap sulit oleh

santri. Ustad menjelaskan materi yang diajarkan terkait maksud atau murod yang

didalam kitab tersebut. Disela-sela penyampaian materi, ustad mengefaluasi

secara langsung dengan menanyakan langsung kepada santri secara serentak

terkait penjelasan yang telah diulas dan diajarkan. Selain itu, santri dianjurkan

untuk mencatat pelajaran yang penting dalam metode bandongan ini.20

Adapun langkah-langkah Penggunaan Metode bandongan antara lain

1) Ustad menciptakan kimunikasi baik dengan santri

2) Seorang kiayi atau ustad dapat memulai kegiatan pengajaran dengan

membaca teks arab gundul kata demi kata disertai dengan penerjemahannya

dan fasal tertentu disertai pula dengan penjelasan dan keterangan-keterangan

20
Achamad Yusuf, Pesantren Multicultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius Di Pesantren
Ngalah Pasuruan, Depok : PT RAJAGRAFINDO PERSADA, Juni 2020, hlm. 205
3) Pada pembelajaran tingkat tinggi kiayi atau ustad kadang-kadang tidak

langsung membaca dan menterjemahkan tetapi menunjuk secara bergiliran

kepada para santrinya untuk membaca dan menerjemahkan sekaligus

menerangkan suatu teks tertentu. Disini kiayi atau ustad berperan sebagai

pembimbing yang membenarkan ketika ada kesalahan yang dibaca oleh santri

serta menjelaskan sesuatu yang rumit bagi santri.

4) Setelah menyelesaikan pembecaan pada batasan tertentu, kiayi atau ustad

memberikan kesempatan kepada para santri untuk menanyakan hal-hal yang

belum jelas. Pertanyaan langsung dijawab oleh kiayi atau ustad dan terkadang

memberikan kesempatan kepada santri untuk menjawab terlebi dahulu.

5) Sebagai penutup kiayi atau ustad menjelaskan kesimpulan-kesimpulan yang

ditarik dari kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Bentuk lingkaran

yang diterapkan pada metode bandongan ini bermacam-macam adakalnya

bebentuk seperti huruf “O” dan adakalanya berbentuk setengah lingkaran

seperti huruf “U” dan adakalanya duduk berjejer kebelakang berlawan arah

menghadap kiayi atau ustad yang pada intinya santri duduk bersila

mengerumuni ustad atau kiayi.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Metode21

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode antara lain :

1) Tujuan

Setiap bidang studi memiliki tujuan bahkan dalam setiap topic pembehasan

tujuan pengajaran diterapkan lebih terinci dan lebih spesifik sehingga dapat

21
M. Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pres, 2002), 32-33.
dipilih bagaimana motede mengajar yang cocok dengan pokok pemahasan

untuk mencapai tujuan pokok yang telah ditetapkan.

2) Karateristik Siswa

Adanya perbedaan karakteristik siswa dipengaruhi oleh latar belakang

kehidupan sosial ekonomi, budaya, tingkat kecerdasan dan waktu yang

berlainanan antara satu dengan yang lainnya, menjadi bahan pertimbangan

guru dalam memilih metode apa yang terbaik digunakan dalam

mengkomunikasikan pesan pengajaran terhadap anak.

3) Situasi dan Kondisi

Disamping dengan adanya perbedaan karakteristik siswa, tujuan yang ingin

dicapai juga tingkat sekolah, geografis, sosiocultural, menjadi pertimbangan

dalam memilih metode yang digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi

yang berlangsung.

4) Perbedaan Pribadi dan Kemampuan Guru

Seorang guru yang terlatih berbicara disetai dengan gaya dan mimic, gerak,

irama, tekan suara akan lebih berhasil meemakai metode ceramah disbanding

guru yang tidak mempunyai kemampuan berbicara.

2. Mahārah Qirā`ah

a. Pengertian Mahārah Qirā`ah

Membaca merupakan kemahiran membaca yang kegiatan latihannya

dilakukan setelah latihan kemahiran berbicara. Secara umum latihan membaca

merupakan proses kominakasi antara pembaca dan penulis melalalui teks bacaan.

Kemahiran membaca teks arab sangat tergantunng pada sipembaca dalam


qowaid atau gramatika bahasa arab. Gramatika itu meliputi ilmu nahwu

(sintaksis) dan ilmu shorof (morfologi), maka dari itu sebelum membaca teks

arab, si pembaca diharuskan untuk memahami ilmu nahwu dan shorof terlebih

dahulu, karena jika salah dalam membaca maka akan sangan berpengaruh dalam

perubahan makna dan akhirnya pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tidak

tersampaikan dengan baik22

Secara etimologi, kata maharah dalam kamus Lisan al-‘Araby dinyatakan

“AL-Maahir : As-Saabih kemudian disebutkan sebuah kalimat maharta bi hadza

al-amri amhar bihi maharah : ay sharat bihi hadziqan”. Berdasarkan pengertian

etimologi ini, maka dapat dipahami bahwa makna maharah secara bahasa

berkaitan dengan ketelitian, keterampilan, dan kecakapan terhadap sesuatu.23

Dalam mengimplemntasikan metode bandongan, tentu tidak telepas dari

salah satu empat keterampilan pokok dalam bahasa arab yakni mahārah al-

qirā`ah. Secara etimologi kata mahārah al-qirā`ah berasal dari bahasa Arab dari

kata mahārah ( ‫) مـهرة‬, merupakan bentuk masdar dari ‫ ميـهـر‬- ‫ مـهـر‬yang berarti

pandai atau mahir. Adapun kata al- qirā`ah ‫ )قـراءة‬bentuk masdar dari kata ‫قـرأ يـقـرأ‬

yang artinya membaca. Secara terminologi kata mahārah adalah kemahiran atau

keterampilan yang harus dikembangkan dalam pembelajaran bahasa. Adapun al-

Qirā`ah berasal dari akar kata qoro’a-yaqro’u, qir’atan yang artinya membaca,

bacaan. Secara bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu al-Qur’ān,

yakni “iqro”. Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti
22
Ahmad Rathomi “Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik” Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 8 No.1 (2019). Hlm 526
23
Ahmad Nur Kholis, Syaikhu Ihsan Hidayatullah dan Muhamad Asngad Rudisunhaji “Karakteristik dan
Fungsi Qira’ah dalam Era Literasi Digital” Jurnal Jurusan PBA, Vol 18. No 2 (Desember 2019). Hlm. 133
perintah untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya

yakni bismirobbikalladzi kholaq, kholaqol insana min alaq. Yakni membaca

dengan dasar atau kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/

qiro’āh dalam ayat tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan

(saja), tetapi suatu perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan

obyek yang harus dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah

sebagai kholiq (rabb). Jadi, perintah qiro’āh menurut ayat tersebut mengandung

makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas

sesuatu tanpa batas.24

Dari pengertian di atas dapat difahami bahwa keterampilan maharah

qiro’āh adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melihat dan

memahami apa makna yang terkandung dalam sebuah tulisan dengan terampil,

tepat dan fasih. sehingga pesan yang ingin disampaikan didalam sebuah tulisan

atau redaksi arab dapat ditangkap dengan baik oleh pembaca. Oleh karena itu,

keterampilan membaca merupakan sarana yang sanagat penting untuk mengetahui

suatu ilmu baik agama maupun ilmu umum. dengan menguasai keterampilan

membaca maka santri akan dapat berinteraksi dengan bahasa arab dimanapun dan

kapanpun, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, koran yang berbahasa

arab ataupun melihat program yang ada di televisi dan intrenet yang berbahasa

arab.

Namun demikian, untuk mengetahui dan memahami bahasa arab dengan

mahārah qirā`ah tidaklah mudah, haruslah adanya sesuatu yang mendukung bagi

24
Anwar Abd. Rahman, “Keterampilan Membaca dan Teknik Pengembangannya dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan. Vol 3. No 2 (2017), hlm. 157-158
santri untuk memahami dan mengetahuinya. 25Sebab masih banyak santri yang

kesulitan dalam hal membaca maupun memahami teks arab dengan baik karena

hal tersebut harus didukung oleh pengusaan nahwu dan shorof. misalnya dalam

membaca teks arab, ketika santri salah dalam mengharakati bacaan ataupun salah

dalam menempatkan wazan maka akan berakibat fatal yakni bisa merubah makna

dari teks arab tersebut dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis tidak akan

tersampaikan dengan baik.

Kemahiran siswa dalam mebaca teks arab dapat dilihat dari beberapa

indikator yaitu :

1) membunyikan huruf, kata, dan kalimat yang terdapat dalam teks qira’ah,

2) mengenali struktur kalimat, dengan memberi syakal pada huruf, kata dan

kalimat dalam teks qira’ah

3) menentukan makna dari teks yang dibaca. Artinya seorang siswa dapat

dikatakan mahir dalam maharah qiraah ketika sudah melakukan evaluasi dan

dapat menjajalankan tiga indikator diatas sebaliknya, jika siswa belum

melakukan tiga indikator diatas maka bisa dikatakan siswa terseebut belum

dikatakan mahir dalam maharah qiraah sesuai dengan tujuan pembelajaran

membaca.

b. Tujuan Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Tujuan umum dalam pembelajaran maharah qiraah adalah untuk

meningkatkan pemahaman membaca bagi pelajar, seperti menghubungkan ide-ide

bacaan dengan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik. Hal ini sangat

25
Sutarto, Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah Tsanawiyah Nahdatut
Tullab Kesugihan Cilacap (Skripsi), Hlm. 4
bermanfaat untuk terus menumbuhkan pemikiran dan pengalamannya selalu

optimis

Tujuan khusus dalam pembelajaran maharah qiraah untuk tingkaan lanjut

adalah menumbuhkan kemampuan membaca dalam tingkat unsur pemahaman

bacaan secara benar dan cepat dan pengetahuan kognitif peserta didik akan

membantunya untuk membedakan antara ide-ide pokok dan ide- pendukung dan

membaca kritis

Dalam hal membaca pemahaman, para ahli sepakat skemata pembaca

menjadi penentu keberhasilan membaca pemahaman. Skema adalah gamabaran

pskilogis yang telah dimiliki oeh pembaca ketika akan melakukan kegiatan

membaca. Skemata dapatberupa hasil pengalamn atau pengetahuan terdahulu

yang dimiliki oleh pembaca. Sehingga seorang pembaca yang memliki skemata

yang baik, maka ia akan mudah dalam memahami bacaan.26

Adapun tujuan khusus dari keterampilan membaca ini dibagi menjadi tiga

tingkatan berbahasa yaitu :

1) Tingkat Pemula

a) Mengeali lambing-lambang (symbol huruf)

b) Mengenali kata dan kalimat

c) Menentukan ide pokok dan kata kunci

d) Menceritakan kembali isi bacaan pendek

2) Tingkat Menengah

a) Menentukan ide pokok dan ide penunjang

26
Laily Fitriani “Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan tinggi”.(Malang:
Junal An-Nabighoh Vol 20, No. I, 2018).hlm. 17.
b) Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

3) Tingkat Lanjut

a) Menentukan ide pokok dan ide penunjang

b) Menafsirkan isi bacaan

c) Membuat inti sari bacaan

d) Menceritakan kembali berbagai jenis bacaan27

Kemahiran membaca dianggap sebagai keterampilan utama yang

mengharuskan siswa untuk mengetahui dan menguasainya melalui materi tertulis,

yaitu:

1) Memperoleh keterampilan dasar membaca yang tampak dalam bacaan keras

(bersuara), terkait dengan pengucapan yang benar dan keindahan dalam

membaca, ketepatan dalam memberi harakat dan pemberian makna.

2) Kemampuan untuk membaca dengan cepat dan tepat dan menghasilkan ide-

ide umum dan pengetahuan-pengetahuan parsial dan mengetahui tujuan

makna yang tertulis dan yang tidak tertulis.

3) Memperkaya perbendaharaan bahasa bagi siswa dengan cara mereka

memperoleh lafaz-lafaz, susunan kalimat, dan contoh-contoh kebahasaan

yang terdapat dalam teks-teks bacaan.

4) Mendapatkan manfaat dari uslub para penulis dan penyair dan mengikuti

uslubnya dengan baik.

5) Meningkatkan standar kemampuan pengungkapan, baik secara lisan maupun

tulisan dan mengembangkannya melalui uslub-uslub bahasa yang benar.

27
Hidayatul Khoiriyah ”Metode Qiraah Dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif Berbahasa Arab
Untuk Pendidikan Tingkat Menengah” Jurnal Lisatuna, Vol. 10, No.1 (2020), hlm. 40-41.
6) Memperluas kajian siswa melalui pengetahuan dan kebudayaan sesuai yang

diperolehnya dari beberapa literature, majalah, surat kabar, dan sarana

informasi dan trasformasi lainnya.

7) Menjadikan kegiatan membaca sebagai aktifitas yang menyenangkan bagi

siswa untuk menyimak setiap hal yang bermanfaat dan berfaedah secara

kontinyu pada waktu senggangnya.

8) Menfungsikan bacaan sebagai sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan

dengan merujuk pada sumber-sumber, literatur pembahasan dan kajian kajian

yang berbeda-beda.

9) Pembaca dapat merealisasikan suatu tujuan utama atau lebih ketika membaca

untuk aktivitas yang berbeda-beda, sebagai hasil keterampilan membaca yang

dimilikinya dengan cara bersungguh-sungguh dalam meresume dengan baik

dalam waktu yang singkat.

10) Membantu siswa/mahasiswa mempelajari beberapa materi pelajaran yang

berbeda-beda pada semua tingkatan pembelajaran. Maka bacaan itu, adalah

media pengajaran pokok yang merupakan jembatan yang menghubungkan

antara manusia dan alam yang mengelilinginyaMemperkuat hubungan dengan

kitab Allah dan Sunnah nabi-Nya, memuliakan peninggalan para

pendahulunya, seperti teori, ilmu pengetahuan, bahasa dan sastra. Dan tidak

lupa bahwa kata pertama yang diturunkan ke hati Rulullah yaitu firman Allah

(‫ خل ق ال ذي رب ك بإس م اق رأ‬,(yang mendorong setiap umat untuk membaca dan

menuntut ilmu pengetahuan. Tujuan tersebut merupakan tujuan umum atau

kurikuler. Adapun tujuan instruksional sebagai penjabaran dari tujuan


kurikuler tersebut adalah berdasarkan silabus pengajaran dan tema-tema

esensial yang telah ditetapkan dalam bahan ajar pada setiap tingkatan.

c. Strategi Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Strategi pembelajaran Qirā`ah Menurut Imam Makruf, pembelajaran

Qirā`ah seringkali disebut dengan pelajaram muthāla`ah (menela`ah) meskipun

ada perbedaan sedikit antara keduanya. Dimana qirā`ah sebagai pelajaran

membaca, muthāla`ah lebih menekankan pada aspek analisis dan pemahaman apa

yang dibaca. Keduanya adalah proses untuk meciptakan ketarampilan berbahasa

(mahārah al-qirā`ah). Artinya, keteranpilan membaca meliputi latihan membaca

dengan benar sampai dengan taraf kemampuan memahami dan menganalisis isi

bacaan.28 Lebih lanjut Imam Makruf memaparkan secara gamblang strategi

pembelajaran qirā`ah sebagaimana berikut:

Strategi 1 disebut dengan empty outline. Tujuannya untuk melatih

kemampuan siswa dalam menuangkan isi dari yang dibaca ke dalam bentuk tabel.

Isi tabel tersebut tentunya disesuaikan dengan kebutuhan atau tujuan

pembelajaran. Strategi ini dapat digabungkan dengan teknik The Power of Two.

Langkah-langkahnya:

1) Pilihlah bacaan sesuai dengan topic pembahasan yang telah ditentukan.

2) Siapkan format tabel yang akan ditugaskan kepada para siswa untuk

mengisinya.

28
Imam Makruf, Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif (Cet. I; Semarang: 2009), h. 108- 109.
3) Bagikan bacaan tersebut pada masing-masing siswa, kemudian tugaskan

mereka untuk membacanya dengan seksama.

4) Mintalah para siswa untuk bergabung dua-dua dengan temansebayanya

kemudian mendiskusikan hasil kerja mereka masing-masing.

5) Mintalah masing-masing siswa untuk menyampaikan (presentasi) hasil

pekerjaan mereka setelah didiskusikan.

6) Berikan klafisikasi terhadap hasil kerja siswa tersebut agar tidak terjadi

kesalahan.

Strategi 2 disebut strategi analysis. Tujuannya untuk melatih siswa dalam

memahami isi bacaan dengan cara menemukan ide utama dan ide-ide

pendukungnya. Juga melatih ketajaman analisis terhadap isi bacaan serta

menemukan alur piker dari penulisnya. Langkah-langkah:

1) Bagikan teks/bacaan kepada masing-masing siswa.

2) Mintalah semua siswa untuk membaca teks tersebut dengan seksama.

3) Mintalah masing-masing siswa untuk menentukan (menuliskan) ide utama

dan pendukung secara individu.

4) Mintalah siswa untuk berkelompok dan mendiskusikan hasil masing-masing.

5) Mintalah beberapa siswa untuk menyampaikan hasilnya (persentasi) di depan

kelas mewakili kelompoknya.

6) Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan komentar atau

pertanyaan.

7) Berikan klasifikasi terhadap hasil kerja siswa tersebut agar pemahaman

terhadap bacaan semakin baik.


Strategi 3 disebut snow balling. Hampir sama dengan the power of two atau

small group presentation. Hanya saja prosesnya beda, karena strategi ini berjalan

melalui beberapa tahap tergantung banyak sedikitnya jumlah siswa yang ada.

Efektif digunakan untuk kelas dengan jumlah siswa yang besar. Langkah-

langkahnya sebagai berikut:

1) Bagikan teks kepada masing-masing siswa

2) Mintalah masing-masing siswa untuk membaca teks tersebut.

3) Mintalah masing-masing siswa untuk menentukan ide utama dan pendukung

secara individu.

4) Mintalah siswa untuk berkelompok dua-dua dan mendiskusikan hasil kerja

masing-masing.

5) Gabungkan setiap dua kelompok menjadi satu (menjadi empat orang) untuk

mendiskusikan hasil masing-masing.

6) Gabungkan setiap dua kelompok menjadi satu (delapan orang) untuk

mendiskusikan hasil masing-masing. Begitu seterusnya.

7) Mintalah siswa untuk menyampaikan (presentasi) hasilnya di depan kelas.

8) Berikan klarifikasi terhadap hasil yang telah dirumuskan siswa tersebut.

Strategi 4 disebut broken square/text. Hal tersebut untuk merangkaikan

kembali bacaan yang sebelumnya telah dipotong-potong , dan bertujuan untuk

melatih siswa dalam menyusun sebuah naskah tang sistematis. Serta memahami

isi bacan secara global, hingga dapat menyusun kembali bacaan tersebut secara

runtut. Langkah-langkahnya:
1) Siapkan sebuah naskah cerita yang dipotong-potong menjadi beberapa

bagian.

2) Bagilah siswa ke dalam beberapa kelompok kecil.

3) Berilah teks/potongan tersebut pada masing-masing kelompoknya.

4) Mintalah semua siswa membaca teks secara bergantian dalam kelompoknya

masing-masing.

5) Mintalah semua siswa untuk mengurutkan potongan-potongan teks tersebut.

Setelah kerja kelompok selesai, mintalah masing-masing kelompok

menyampaikan (mempresentasikan) hasilnya di depan kelas.

6) Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan komentar atau

pertanyaan.

7) Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja kelompok tersebut sehingga terjadi

kesamaan pemahaman terhadap materi yang diajarkan.

Strategi 5. disebut index card match. Biasanya digunakan untuk

mengajarkan kata-kata atau kalimat dengan pasangannya. Juga dapat diterapkan

untuk melakukan evaluasi terhadap pemahaman siswa pada isi bacaan dengan

membuat kartu-kartu soal dan jawabannya. Langkah-langkahnya:

1) Siapkan kartu berpasangan (soal dan jawabannya) lalu diacak

2) Bagikan kartu tersebut kepada semua siswa dan mintalah mereka memahami

artinya

3) Mintalah semua siswa untuk mencari pasangannya masing-masing dengan

tanpa bersuara.
4) Setelah menemukan pasangannya . mintalah siswa berkelompok

denganpasangannya masing-masing.

5) Berikan kesempatan kepada kelompok lain untuk memberikan komentar atau

pertanyaan.

6) Berikan klarifikasi terhadap hasil kerja kelompok tersebut.

Beberapa strategi pembelajaran aktif berikut dapat dipertimbangkan oleh

pengajar dalam mengajarkan materi qirā`ah

d. Metode Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Dalam suatu pembelajaran tentu diperlukan adanya suatu metode agar

informasi atau materi pembelajaran dapat disampaikan dan diterima baik oleh

siswa, kaitannya dengan hal tersebut maka dalam pembelajaran mahārah qirā`ah

dapat digunakan untuk menyampaikan materi dalam kepada para siswa, yaitu :

1) Pengajar langsung membacakan materi pembelajaran, siswa

memperhatikan bacaan-bacaan tersebut

2) Pengajar mengulangi bacaan sekali lagi dengan diikuti oleh siswa secara

bersama-sama.

3) Pengajar menunjuk satu siswa untuk membaca secara bergiliran.

4) Guru mencatat kata-kata yang sulit dipapan tulis kemudian guru

mencarikan padanan kata atau lawan kata agar siswa mampu menebak

artinya sebelum guru menjelaskan arti sebenarnya jika diperlukan.29

Dalam pembelajaran maharah qiraah selain dari metode pembelajaran diatas

juga dapat menggunakan metode lain selama metode tersebut mampu


29
Mulyanto Sumardi, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam, hlm. 170
meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan mampu menangkap informasi

dari materi pembelajaran sehingga tujuan-tujuan dapat tercapai diantaranya ialah :

1) Metode Harfiyyah

Guru memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah satu

persatu. Murid pun lambat dalam membaca, karena siswa cenderung

membaca huruf per huruf daripada membaca kesatuan kata

2) Metode Sautiyyah

Dalam metode sautiyyah huruf diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan

pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan huruf berharkat fathah seperti

dan seterusnya, kemudian huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf

berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf

berharkat fathatani tanwan. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran. Diantara

kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan

dengan namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya

bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan

membaca siswa, karena siswa terbiasa membaca huruf hijaiyyah.

3) Metode Suku kata

Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian

mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan

suku kata harus didahului oleh pembelajaran huruf mad.

4) Metode Kata

Metode kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan

bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang


mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu. Dalam mengimplementasikan

metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan

gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru

mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya

guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca

oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian

guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.

Metode kata ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

a) Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang

dimulai dari hal-hal umum

b) Membiasakan siswa berlatih membaca cepat

c) Siswa memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti

Metode ini mempunyai kekurangan, yaitu:

a) Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang

diajarkan

b) Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar,

bukan membaca yang sesungguhnya.

c) Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang

mengacaukannya.

5) Metode Kalimat

Prosedur pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara

guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan

tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh
siswa. Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke

huruf. Kelebihan metode kalimat ini adalah:

a) Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal

umum menuju bagian-bagian yang kecil

b) Metode ini mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna

c) Membiasakan siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas

pandangan

Adapun kelemahan dari metode ini:

Sedikit banyak menguras tenaga guru dan membutuhkan guru yang

terlatih, sementara ketersediaan guru professional dalam bidang pembelajaran

bahasa arab bagi orang asing sangat terbatas.

6) Metode Gabungan

Para pengikut metode gabungan ini berpendapat bahwa setiap metode

memiliki kelebihan dan pada waktu yang sama memiliki kekurangan. Maka

yang terbaik adalah meramu semua metode dengan memperhatikan sisi

baiknya, dan tidak terpaku kepada metode tertentu.30 Metode ini

menggabungkan antara metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata,

metode kalimat.

e. Media Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Media pembelajaran Qirā`ah Selain strategi, media memegang peran

urgen dalam pembelajaran. Menurut John M Lannon sebagaimana yang dikutip

30
Anwar Abd. Rahman ” Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2/2017, hlm. 164-166.
oleh Azhar Arsyad bahwa urgensi media dalam pembelajarn berdasarkan

beberapa alasan

1) media dapat menarik minat siswa

2) meningkatkan pengertian siswa

3) memberikan data yang kuat/terpecaya

4) memadatkan informasi

5) memudahkan menafsirkan data.31

Senada dengan itu, Dengan adanya kemajuan teknologi informasi dan

komunikasi maka guru dalam memberikan materi pelajaran harus mengikuti

kemajuan tersebut. Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran yang

menarik, menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Sehingga

siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran yang di berikan oleh guru.

Menurut Nasution didalam jurnal Teni Nurrita manfaat media pembelajaran

sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Pengajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami

siswa, serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.

3) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan

pengajar tidak kehabisan tenaga.

4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang
31
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 75.
dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-

lainya.32

Oleh Imam Makruf, berikut ditawarkannya beberapa media yang dapat

digunakan dalam pembelajaran qirā`ah.

1) Kartu Diisi dengan berbagai macam pernyataan, kalimat, atau kata-kata.

Satu untuk siswa dan satu untuk guru dengan ukuran besar agar dapat

diliohat oleh siswa bagian belakang. Terdiri dari kartu soal-jawab, kartu

melengkapi kalimat, kartu mufradat, kartu identitas dan kartu-kartu yang

ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Laboratorium Dilengkapi dengan berbagai bahan bacaan dengan

tingkatan yang bermacammacam. Tiap tingkatan ditandai dengan warna

yang berbeda, yang mudah dihafal.

3) Majalah bergambar karikatur/komik Sangat bagus dan menarik terutama

bagi siswa tingkat dasar. Dan media ini perlu pertimbangan apakah

sesuai dengan usia siswa, apa efek negatifnya, apakah memuat kosa kata

baku, dan apakah sesuai dengan kebudayaan.

4) Poster Dibuat dengan ukuran besar, mencolok dan menarik agar dapat

dlihat dari jarak jauh. Digunakan sebagai media memperjelas isi bacaan.

5) Tachitoscope Media untuk membaca yang memungkinkan untuk diatur

lamanya penayangan naskah. Naskah yang ditampilkan dapat berupa

artikel atau kisah-kisah dan setelah penyangan guru bertanya kepada

siswa seputar isi bacaan.

32
Teni Nurrita “Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa” Misykat,
Volume 03, Nomor 01, Juni 2018, hlm. 177-178
6) Reading Pacer Dapat digunakan untuk menampilkan bacaan dari mana

saja seperti buku, majalah, Koran dan sebagainya.

7) Film Bacaan

8) Overhead Projector

9) Permainan bahasa33

Meliputi menyusun kalimat (takwin al-jumal), kata kerja dan kata

keterangan (al-af`al wa ad-dzuruf), cerita pendek (al-qishash al-

qashirah), mengenal makna kosa kata (at ta`aruf `ala ma`na al-

mufradat), kata dan definisinya (al0kalimah wa ta`rifuha), dan mentaati

perintah (itha`atu al-awamir).

H. Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti

lakukan diantaranya :

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Siti Nurhayati jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga

Yogyakarta tahun 2015 dengan judul “Implementasi Metode Bandongan Dalam

Pembelajaran Hadis (Riyad As-Shalihin) Dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya (Studi

Santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kota Gede Yogyakarta.“ 34 Adapun hasil

dari penelitian ini proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan yang dimaksud dengan

keaktifan bertanya disini santri bertanya materi yang belum faham, aktif dalam memberi

33
Anwar Abd. Rahman ” Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam Pembelajaran
Bahasa Arab” Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2/2017, hlm. 163-`164
34
Siti Nurhayati “Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Hadis (Riyad As-Shalihin).
Dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya (Studi Santri di Pondok Pesantren Nurul Ummah Putri Kota Gede
Yogyakarta)”, Skripsi (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ; 2015)
makna, dan aktif menulis kata-kata yang dianggap penting. Persamaan penelitiannya

yaitu sama sama meneliti tentang metode bandongan. Sedangkan perbedaannya yaitu

peneliti meneliti tentang mahārah qirā`ahnya, sedangkan penelitian ini tentang keaktifan

bertanya.

Kedua, skrpsi yang ditulis oleh Enceng Fuad Syukron tahun 2010 dengan judul

“Pemebelajaran Kitab Kuning Dipondok Pesantren Sunni Darussalam (Study Tentang

Penerapan Metode Al-Qira’ah)”35 . Skripsi ini membahas tentang penerapan metode al-

qirā`ah dalam membaca kitab kuning. Fokus skripsi ini adalah untuk meningkatkan

pemahaman santri terhadap informasi dari tulisan dan penggunaan kosakata yang terdapat

dalam kitab kuning. Persamaan penelitiannya yaitu sama-sama meneliti tentang mahārah

qirā`ah. Adapun perbedaanya penelitian ini meneliti tentang pembejaran kitab kuning

sedangkan peneliti lebih fokus pada metode bandongan.

Ketiga, tesis yang ditulis oleh Syaifullah tahun 2017 36 dengan judul “Analisis

Penerapan Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning di MA Plus Pondok

Pesantren Abu Hurayrah Mataram”. Tesis ini menceritakan tentang penerapan metode

bandongan di MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurayrah Mataram dengan metode santri

membaca terlebih dahulu kemuadian, usdtaz mengoreksi dan membenarkan bacaan dari

santri dan hasil dari penerapan tersebut terlihat positif bagi santri, dan sebagian besar

dari santri bisa memahami dan membaca kitab sesuai standar yang telah ditetapkan.

Persamaan penelitiannya sama sama meneliti tentang metode bandongan. Adapun

perbedaannya tesis ini lebih fokus pada kajian kitab kuning sedangkan peneliti fokus

pada mahārah qirā`ah.


35
Enceng Fuad Syukron “Pemebelajaran Kitab Kuning Dipondok Pesantren Sunni Darussalam (Study
Tentang Penerapan Metode Al-Qira’ah)”, Skripsi (Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan ; 2010)
36
Syaifullah “Analisis Penerapan Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning di MA Plus
Pondok Pesantren Abu Hurayrah Mataram”, Tesis (Mataram : Pascasarjana IAIN Mataram ; 2017)
Keempat, jurnal Pendidikan Agama Islam dengan judul “Implementasi Metode

Sorogan dan Bandungan dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”

yang ditulis oleh Mochammad Mu’izzuddin, Juhji dan Hasbullah tahun 2019.37 Hasil dari

penelitian ini yaitu metode bandongan dijadikan sebagai peningkatan dalam membaca

kitab kuning dan kedua metode tersebut saling berkaitan. Persamaan penelitiannya sama

dalam penerapan metode bandongan. Adapun perbedaannya penelitiannya peneliti fokus

pada maharah qira’ah.

Kelima jurnal Manajemen Pendidikan Islam dengan judul “Pengembangan

Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren Attarbiyah Guluk-Guluk

dalam Perspektif Muhammad Abid al-Jabiri” yang ditulis oleh Effendi Chairi mahasiswa

program pascasarjana UIN Sunan Kalijaga tahun 2019.38 Hasil dari penelitian ini dapat

dikatakan positif karna ada peningkatan dari segi kognitif dari tingkat mengingat menuju

tingkat pemahaman. Persamaan penelitiannya meneliti tentang metode bandongan.

Adapun perbedaannya yaitu peneliti meneliti tentang implementasinya.

Keenam, jurnal Paramurobi dengan judul “Model Pembejaran Sorogan dan

Bandongan dalam Tradisi Pondok Pesantren” yang ditulis oleh Faisal Kamal tahun

2020.39 Hasil dari penelitian ini perlunya mengadopsi prosedur pelaksaan model

pembejaran inovatif dalam kegiatan pembelajar sorogan dan bandongan agar lebih

menarik dan menyenangkan. Persamaan sama dalam hal meneliti tentang metode

bandongan. Adapun perbedaannya peneliti meneliti tentang penerapannya.


37
Mochammad Muizzuddin, Juhji dan Hasbullah “Implementasi Metode Sorogan dan Bandungan dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning” Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol 6. No.1 (Januari-Juni
2019)
38
Effendi Chairi, ”Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren
Attarbiyah Guluk-Guluk dalam Persepektif Muhammad Abid al-jabiri” . Nidhomul Haq. Jurnal Manajemen
Prndidikan Islam. vol 4. no 1 , 2019
39
Faisal Kamal “Model Pembelajaran Sorogan dan Bandongan dalam Tradisi Pondok Pesantren” Jurnal
Paramurobi Volume 3, Nomor 2, (Juli-Desember 2020)
Penelitian ini bermaksud melanjutkan bebarapa penelitian diatas. Mayoritas

tentang penelitian bandongan hanya digunakan untuk pengaplikasian dalam kiatab

kuning. Namun dalam penelitian penulis mencoba untuk mengaitkan antara metode

bandongan dengan kemahirahan membaca (mahārah qirā`ah).

I. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir adalah gambaran pola hubungan antar variable atau kerangka

konseptual yang akan digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diteliti, disusun

berdasarkan kajian teoritis yang akan dilakukan40

Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka berfikir

yang dapat dirumuskan bahwa pembejaran maharah qiraah di Pondok pesantren Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang dapat diterapkan melalui metode bandongan,

metode bandongan adalah suatu metode dimana santri mengikuti pelajaran dengan duduk

disekeliling kiayi yang mendengarkan pelajaran, santri menyimak kitab masing-masing

dan mencatat jika perlu.

Dalam pembelajaran maharah qiraah menggunakan metode bandongan membantu

para santri untuk lebih memahami apa yang terkandung didalam litertur arab (kitab

kuning) karna materi yang dipelajari biasanya sering diulang-ulang sehingga

memudahkan para santri untuk memahami isi kandungannya dan juga sangat evesien

dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari, selain itu metode

bandongan ini sangat cocok diajarkan dipondok pesantren karena dalam penerapannya

diajarkan dalam jumlah santri yang banyak.

Pondok pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang adalah pondok

pesantren salaf yang masih menggunakan metode bandongan, walaupun metode


40
Tim Penyusun, pedoman Penulisan Skripsi PAI (Pekalongan : STAIN Prees, 2010), hlm 15
bandongan ini tebilang metode yang kuno tetapi metode ini masih tetap dipertahankan

dipondok pesantren.

Dalam pembelajaran, selain tujuan dan materi pembelajaran yang merupakan subtansi

yang akan dicapai, peran ustadz juga sangat penting dalam sistem pembelajaran dimana

ustadz lebih berperan aktif untuk membetrikan pemahaman kepada para santri untuk

memahami isi kandungan dari literatur arab (kitab kuning)

Berikut mengenai gambaran hubungan dari antar variabel yang akan memecahkan

masalah yang akan diteliti :

Gambar 1. Kerangka berfikir

Pondok Pesantren
Ustadz

Kitab kuning

Pembelajaran mahārah
al-qirā`ah

Metode Bandongan Kelebihan dan Kekurangan

Santri

Tabel 2.1 Kerangka Berfikir

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan.

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Sampangan Pekalongan

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

berdiri pada tanggal 28 oktober tahun 1996. Pondok pesantren ini terletak di sampangan

Gg 05 dan 06. Sebelum pondok berdiri yaitu sekitar tahun 1994, santri-santri sudah

mulai berdatangan sehingga pada tahun 1994 merupakan awal menempatnya santri di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan, tetapi para

santri ini belum ditempatkan pada tempat yang khusus seperti asrama pesantren lainnya,

namun masih satu rumah dengan pengasuh.

Berdirinya Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang tidak

lepas dari dukungan, dorongan dan inisiatif dari para guru pengasuh Pondok Pesantren

Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang yakni KH. M. Hasanudin Subki. Banyak

tokoh-tokoh yang terlibat dibalik berdirinya Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang diantaranya yaitu, KH.Muhammad Hasanudin Subki Masyhadi

selaku pengasuh Pondok PesantrenAl-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang; KH. A.

Subki Masyhadi selaku pendiri Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang; KH.Dimyati Rois, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fadlu Wal-

Fadhilah Kaliwungu dan KH.Muhammad Romli selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-

Amin Ngasem, Jepara.

Sejarah dipilihnya nama Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Pekalongan diambil dari perpaduan antara nama tempat belajar dari pengasuh

pondok pesantren (KH. Muhammad Hasanudin Subki Masyhadi), yaitu Pondok

Pesantren Manba’ul Ulum dan juga Madrasah Matholi’ul Falah, dengan pengasuh

utamanya adalah KH. Ahmad Sahal Mahfudz Kajen Pati.

Pada awalanya Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

didirikan khusus menerima santri putri (rencana awal). Namun setelah melihat

perkembangan dari bulan kebulan dan dari tahun ke tahun akhirnya Pondok Pesantren

Al-Masyhad Manba’ul Falah Wali


Sampang juga menerima santri purta.Hal ini juga dikarenakan adanya dorongan dari para

wali santri putra yang ingin memasukkan anaknya di Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang Pekalongan.

Dorongan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang dapat terlihat dari adanya keikutsertaan masyarakat dalam membantu

berjalannya pembangunan Pondok Pesantren, baik berupa tenaga maupun materi.

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang juga tadinya

didirikan hanya untuk menampung para santri yang khusus mondok saja, namun dengan

berjalannya waktu banyak dari masyarakat yang ingin memondokkan anak-anaknya yang

sekolah, baik dari kalangan siswa SMP, SMA, dan juga dari perguruan tinggi, para wali

siswa tersebut berkeinginan untuk memasukkan anak-anaknya ke Pondok Pesantren

dengan harapan agar anak-anaknya disamping mempunyai ilmu umum, juga mempunyai

ilmu agama sebagai bekal kehidupan anak-anaknya. Selain itu juga karena orang tua

menyadari minimnya akhlak yang dimiliki oleh anak-anak yang hanya memperoleh

pendidikan di sekolah umum.

Para orang tua beranggapan bahwa masih banyak dari anak-anak mereka yang

terkadang berkelakuan buruk dan kurang mempunyai adab atau sopan santun yang baik.

Sehingga para orang tua sangat antusias untuk memasukan anak-anaknya ke pondok

pesantren dengan harapan anak-anak mereka bisa menjadi anak yang baik. Namun,

pengasuh pada saat itu tidak langsung menerima anak-anak sekolah yang mau masuk ke

peesantren karena tujuan utama beliau (KH.M.Hasanuddin), ialah ingin menciptakan

Pesantren dengan suasana yang benar-benar salaf sehingga para santri dapat belajar

dengan maksimal sebagaimana yang dialami pengasuh pada masa nyantri dulu.
Atas permasalahan itu kemudian pengasuh showan atau pergi menemui salah satu

guru beliau yakni KH. Dimyati Rois Kaliwungu ntuk meminta pendapat mengenai

kondisi pesantrennya yang akan dimasuki oleh santri yang juga sambil belajar di sekolah

formal seperti SMP, SMA dan Perguruan tinggi, dengan kebijakan dan juga pandangan

untuk masa yang akan datang, beliau KH. Dimyati Rois memutuskan supaya Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang yang diasuh oleh KH. M.

Hasanuddin Subki mau menerima para siswa yang juga ingin nyantri di Indonesia

pesantren tersebut.

KH. Dimyati Rois berpendapat “jika para anak-anak yang sekolah formal atau

pendidikan umum tidak diberikan kesempatan untuk nyantri, maka kapan mereka akan

ngaji atau mempelajari ilmu-ilmu agama. Karena pada masa sekarang ini banyak orang

tua dan juga anak-anak yang hannya memikirkan pendidikan umum saja demi bekal

untuk bekerja tanpa memikirkan pendidikan agama”. Dengan adanya saran dari beliau

yakni KH. Dimyati Rois Kaliwungu maka KH. M.Hasanuddin Subki mau menerima para

siswa ikut nyantri di Pesantrennya, dan hal tersebut berjalan hingga sekarang.

2. Letak Sosio Geografis

Secara Geografis Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Pekalongan berada di Jalan Hasanuddin, tepatnya di Kelurahan Sampangan Gg V No. 27,

Kec. Pekalongan timur, kota madya Pekalongan.

Adapun batas-batas wilayah Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Pekalongan adalah sebagai berikut:

a. Sebelah timur adalah jalan Hasanudin

b. Sebelah selatan adalah jalan Hayam Wuruk


c. Sebelah barat adalah sungai (Kali Loji)

d. Sebelah utara adalah jalan Salak

Apabila kita melihat Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang, letaknya sangat strategis sekali karena berada ditengah kota. Letak bangunan

juga dikelilingi pemukiman penduduk, sehingga lokasi Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai alat

transportasi.

Selain itu lokasinya yang dekat dengan bidang-bidang pendidikan formal seperti;

SMP Salafiyah Kauman, SMA Islam, Komplek Yayasan Ma’had Pekalongan dan juga

jauh dari perguruan Tinggi IAIN Pekalongan dan UNIKAL, sehingga menarik minat

banyak anak yang ingin mengunduh ilmu Agama di Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang ini sekaligus mengenyam pendidikan formal lainnya.

Letak pondok ini juga dekat dengan komplek alun-alun kota Pekalongan yang

disitu terletak tempat pusat peribadatan kota Pekalongan yakni Masjid Jami’ Kota

Pekalongan. dari lokasi tersebut juga berdiri sebuah komplek perbelanjaan Hypermart

dan juga Pasar Banjarsari, sehingga memudahkan para santri ketika ingin membeli segala

kebutuhan yang diperlukan.

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang juga berdekatan

dengan kediaman para ulama-ulama masyhur kota Pekalonga diantarannya; kediaman

Habib Abdullah Baqir, Habib Idrus Al-Bahr, Habib Lutfi bin Yahya. Hal itu tentunya

memberikan suatu nilai lebih bagi para santri untuk lebih mengenal para ulama dan juga

ikut mengambil barokah ilmu-ilmu para ulama tersebut.41

41
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan, dikutip tanggal 21
September 2021
3. Visi dan Misi

a. Visi

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang membangun generasi muda berakhlaqul

karimah, berkepribadian disiplin, dan tanggung jawab serta andil membangun

ideologi Islam Ahsunnah Wal Jama’ah.

b. Misi

1) Menjadikan Individu Berakhlakul Karimah

2) Menjadikan Individu Berwawasan Ahlussunnah Wal-Jamaah.

3) Bisa Membangun Ilmu Al- Qur’an Dan Hadits.42

4. Struktur Organisasi

Pada dasarnya Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang,

Kota Pekalongan terdiri dari santri putra dan santri putri. Oleh karena itu, terdapat dua

struktur organisasi kepengurusan yaitu pengurus putra dan putri. Berikut anggota

kepengurusan santri putra dan putri Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Sampangan Pekalongan.43

42
Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan , dikutip tangga 21
September 2021
43
Dokumentasi struktur organisasi kepengurusan santri putra dan putri Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan Periode 2020/2021, dikutip tanggal 22 September 2021
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN SANTRI PUTRA44

Periode 2020/2021

Pengasuh
KH. M. Hasanuddin Subki

Lurah
Farhan Subkhi

Wakil Lurah
Muhammad Ikmal

Sekretaris
Sahrul Hidayati Bendahara
M. Irfan Sodiq M. Khotibul Umam
Zainuddin Saputra

Kebersihan
Keamanan
M. Arifin
Didi Purnomo M. Asad
M. Junaidi
Irfan Syahrul Mubarok
Hadi Nur Salam
M. Zainal Arifin
2
fgg
Pendidikan Minat & Bakat
Fathullah Kharis Zakariya
Mustafidin Ahmad Arfani

Media & Kekreatifitasan KOORDINATOR GEDUNG B


Manan Alfadh Yanto Sandi Subhan S. Fikri

Gambar 3.1. Struktur Organisasi Kepengurusan Putra

44
Hasil Dokumentasi, Struktur Organisasi Kepengurusan Santri Putri Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
3Sampang Sampangan Pekalongan, Dikutip Tanggal 3 Oktober 2021
STRUKTUR ORGANISASI KEPENGURUSAN SANTRI PUTRI Ponpes Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Sampangan Pekalongan45

Periode 2020/2021

Pengasuh
KH. M. Hasanuddin Subki

Lurah
Sulastri

Wakil Lurah
Okva Yunita

Bendahara
Sekretaris
Nur Asiah
Hana PutriYulaikhah
Khusnul Khotimah

Sie. Pendidikan
Sie. Keamanan Sie. Humas
Lisa Nur Rochmah
Nurul Uzni Monica
Arin Widia Tari.
Malia Mazida Trywidyaningrum
Lilis Musdalifah

Sie. Kebersihan
Sie. Keagamaan
Muchafidah
Wais Al Kurni
Istiqomatul M.
Gusnela

Gambar 3.2 Struktur Kepengurusan Putri

5. Kurikulum Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

45
Hasil Dokumentasi, Struktur Organisasi Kepengurusan Santri Putri Ponpes Al-Masyhad Manbaul Falah
Wali 3Sampang Sampangan Pekalongan, Dikutip Tanggal 3 Oktober 2021
Pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang adalah salah satu

pondok salafi. Pondok pesantren ini awal mula fokus dengan pendidikan di pesantren

saja namun seiring berjalannya waktu maka pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang mengizinkan santrinya untuk mengenyam pendidikan formal.

Metode yang diterapkan dipondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

adalah metode bandongan dan sorogan.

Program kegiatan pondok pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

terdapat agenda rutinan berupa harian, mingguan, bulanan dan juga tahunan. Agenda

rutinan harian tersusun dalam sebuah jadwal kegiatan harian santri pada tabel berikut ini :

Agenda Harian Kegiatan Santri Pondok Pesantren

Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan 46

Waktu Kegiatan

04.30 – 05.15 Sholat Subuh Berjama’ah

05.15 – 06.00 Pengajian Kitab Kuning Ba’da Subuh

Menyesuaikan Jadwal Pendidikan Formal


07.00 – 17.00
Masing-masing Santri

09.00 – 10.30 Pengajian Kitab Kuning di Waktu Dhuha

12.00 – 13.00 Sholat Dzuhur Berjamaah

14.00 – 15.00 Pengajian Kitab Kuning Ba’da Dzuhur

15.00 – 16.00 Sholat Ashar Berjama’ah

17.00 – 18.00 Pengajian Kitab Kuning Ba’da Ashar

18.00 – 18.30 Sholat Maghrib Berjama’ah

46
Hasil Dokumentasi, Agenda Harian Kegiatan Santri Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang, Sampangan Pekalongan, Dikutip tanggal 3 0ktober 2021
18.30 – 19.30 Pengajian Kitab Kuning Ba’da Maghrib

19.30 – 20.00 Sholat Isya Berjamaah

20.00 – 21.30 Madrasah Diniyah (Madin)

21.30-22.30 Sorogan Kitab

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan

Kemudian adapun beberapa kegiatan mingguan yang dilaksanakan setiap satu

minggu sekali maupun dua minggu sekali. Beberapa kegiatannya ialah pembacaan

maulid nabi berupa tahlil dan maulid berzanji atau maulid diba’i setiap malam jum’at

setelah sholat maghrib berjamaah. Pembacaan surat yasin berjamaah setiap jum’at pagi

setelah sholat subuh. Adapun kegiatan bergilir pembacaan rotibul atos dan kegiatan

khitobah yang dilakukan setiap dua minggu sekali di malam jum’at setelah sholat isya.

Kegiatan rutinan santri lainnya adalah kegiatan bulanan yang diantaranya adalah

kegiatan sholat sunah tasbih berjamaah setiap malam jum’at kliwon. Selain itu ada

agenda tahunan seperti perayaan hari besar islam semisal maulid nabi, nuzulul qur’an,

is’ra mi’raj, malam nisfu sya’ban. Kemudian agenda tahunan berupa acara akhirussanah

dan juga ziarah.47

6. Keadaan Pengasuh, Ustadz dan Santri Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang Pekalongan.

a. Keadaan Pengasuh dan Ustadz

Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan Pesantren, sumber daya manusia

yang mempunyai keilmuan luas dan juga bersambung sampai Rasulullah sangat

dibutuhkan, karena hal ini menyangkut ilmu sebagai bekal di dunia dan akhirat

47
File Dokumentasi Kurikulum Agenda Kegiatan Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang, Sampangan Pekalongan, dikutip tanggal 23 September 2021
seperti halnya di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Pekalongan. Pembelajaran dibimbing langsung oleh pengasuh (KH.M. Hasanudin

Subki Masyhadi) sebagai pengajar utama yang juga dibantu oleh beberapa Ustadz.

Ustadz-ustadz tersebut merupakan santri senior dari KH. Hasanudin Subki

yakni ayah dari KH.Hasanuddin. Selain itu tenaga pengajar juga diambil dari

keluarga beliau sendiri seperti adik dan anak dari pengasuh. Kemudian sekarang

tenaga pengajar juga diambil dari beberapa santri senior dan alumni dari Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang. Pembelajaran di Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang juga dibimbing oleh KH.

Dimyati Rois Kaliwungu dan juga KH. Ahmad Romli Jepara, hal itu terbukti disaat

pengasuh mempunyai sebuah permasalahan yang berkaitan dengan permasalahan

Pesantren, beliau selalu meminta masukan, saran dan juga bimbingan dari kedua

guru beliau.

Sebutan “Kyai” biasannya disamping oleh pengasuh Pesantren (laki-laki) dan

sebutan “Ibu Nyai” biasannya disandang oleh istri pengasuh (bagi Perempuan).

Sedangkan sebutan “Ustadz” disandang bagi pengajar yang membantu (selain

pengasuh) proses pembelajaran di Pondok Pesantren.

Dari pendidikan yang penulis lakukan dilapangan maka dapat diperoleh

informasi keadaan Guru atau Ustadz di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang Pekalongan, khususnya tahun ajaran 2020/2021. Pada tabel

berikut akan dijelaskan data guru/ Asatidz di Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan.


Daftar Nama Asatidz48

No Nama Alamat

1. KH. M. Hasanuddin Subki Sampangan

2. Nyai Hj. Hanifah Sampangan

3. Ust. Lutfil Hakim Subki Sampangan

4. Habib Muhammad Zaenal Krapyak

Abidin bin Salim As Segaf

5. Ust. M. Athoilah Iskandar Sampangan

6. Ust. M. Aniq Dimyati Sampangan

7. Ustadzah Nasyirotul Sampangan

Hikmah

8. Ust. Syafiqurrohman Binagriya

9. Ust. Abdul Manan Sampangan

10. Ust. Abdul Latif Sampangan

11. Ust. Anto Kedungwuni

12. Ust. Masykur Abdul Karim Pasir Sari

13. Ust. Masykur Nasukha Sampangan

14. Ust. Ahmad Dahlan Surabayan

15. Ust. Ahmad Subki Krapyak

16. Ust. Arif Farhan Mubarok Subang

48
Hasil Dokumentasi, Daftar Nama Asatidz Agenda Harian Kegiatan Santri Pondok PesantrenAl-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan, dikutip tanggal 3 0ktober 2021
17. Ust. Rizky Bakhtiar Penalang

18. Ust. Sa’id Sampangan

19. Ust. Mudzakirin Pemalang

20. Ust. Akhmad Framuza Brebes

Ramadhan

21. Ust. Irfan Syahrul Mubarok Sumatra

22. Ust Taufiqurrohman

23. Ustadzah Intan Diana Sampangan

Fitriyati

24 Ustadzah Rostika Dewi Jambi

25. Ustadzah Musfiroh Brebes

Tabel 3.2 Nama Asatidz

b. Keadaan Santri

Salah satu faktor pendidikan adalah adanya anak didik yang dalam dunia

Pesantren disebut santri. Dalam kegiatan belajar mengajar anak didik atau santri

menjadi peran utama, karena merekalah yang akan menjadi objek pembelajaran.

Syarat menjadi santri di pondok pesantren Al-Masyhad Manba’ul Falah Wali

Sampang sama dengan pesantren lainnya yaitu mendaftar kemudian diseleksi untuk

menentukan di kelas berapa santri ditempatkan, khususnya dalam kelas Madin.

Jumlah seluruh santri ada 124 santri, dengan jumlah 61 santri putra dan 63 santri

putri. 91 santri diantaranya adalah mahasiswa dari IAIN Pekalongan, 8 santri adalah

mahasiswa dari Institut Teknologi dan Sains NU Pekalongan, 3 santri adalah

mahasiswa dari Universitas Pekalongan5 santri adalah siswa SLTA, 7 santri adalah
siswa SLTP serta 10 santri salaf yang hanya mengenyam pendidikan di Pondok

Pesantren saja.49

7. Sarana Prasarana

Fasilitas yang ada di pondok pesantren sangatlah mendukung berjalannya

kegiatan-kegiatan pondok sehingga kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan

keinginan dan harapan-harapan. Kegiatan pondok tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya tanpa keberadaan sarana dan prasarana yang memadai.

Adapun fasilitas atau sarana dan prasarana yang ada di lingkungan pondok

pesantren yang diharapkan dapat menunjang berjalannya program pendidikan serta

kegiatan lain adalah sebagai berikut:50

Sarana dan Prasarana Pondok Putra51

Kondisi
No Fasilitas Jumlah
Baik Sedang Rusak

1. Kamar Tidur 21 

2. Kamar Mandi 10 

3. Aula / Ruang Serba Guna 1 

4. Dapur 2 

49
Dokumentasi daftar santri putri putra dan madin Sirojut Tholibin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul
Falah Wali Sampang, Sampangan Pekalongan tahun 2021, dikutip tanggal 23 September 2021
50
Hasil Observasi pada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Pekalongan
51
Hasil Observasi, Sarana dan prasarana putra ada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan
5. Tempat Menjemur 7 

6. Tempat Mencuci 6 

7. Perpustakaan 1 

8. Rak Piring 1 

9. Parkiran 3 

10. Lemari 90 

11. Papan Pengumuman 2 

12. Jam Dinding 5 

13. Kipas Angin 7 

14. Hadrah 1 

15. Sound System 1 

16. Microphone 5 

Tabel 3.3 Sarana dan Prasarana Pondok

Sarana dan Prasarana Pondok Putri52

Kondisi
No Fasilitas Jumlah
Baik Sedang Rusak

52
Hasil Observasi, Sarana dan prasarana putrI ada tanggal 3 Oktober 2021 di Pondok Pesantren Al-Masyhad
Manbaul Falah Wali Sampang Pekalongan
1. Kamar Tidur 9 

2. Kamar Mandi 5 

3. Aula / Ruang Serba Guna 2 

4. Dapur 1 

5. Tempat Menjemur 2 

6. Tempat Mencuci 1 

7. Perpustakaan 1 

8. Rak Piring 1 

9. Parkiran 2 

10. Lemari 3 

11. Papan Pengumuman 1 

12. Jam Dinding 1 

13. Kipas Angin 2 

14. Hadrah 1 set 

15. Sound System 2 

16. Microphone 4 

Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana Putri


A. Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

Pada bagian ini akan dibahas data mengenai data penelitian yang berupa Penerapan

Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan. Pada penelitian ini peneliti mengkhsusukan

pada kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan, data yang diambil dari hasil Obsevasi, Dokumentasi, dan Wawancara baik dengan

guru pengampu dengan menggunakan metode bandongan serta beberapa santri dikelas III

Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan.

Berdasarkan hasil wawancara dan obsevasi yang telah dilakukan oleh peneliti, maka

dapat diketahui beberapa gambaran dan proses Penerapan Metode Bandongan dalam

Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan, adapun proses penerapan dan pelaksanaan metode bandongan

dalam maharah qira’ah akan peneliti paparkan dibawah ini :

1. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini ustadz pengampu pembelajaran metode bandongan membuat

sebuah perencanaan pembelajaran sebelum memasuki kelas. Melakukan perancanaan

dikelas perlu dijabarkan satu persatu dari komponen yang akan dijadikan sebagai

pedoman oleh ustadz. Diantara komponen yang perlu dipersiapkan adalah merumuskan

tujuan pembelajaran, merumuskan materi yang akan disampaikan agar mencapai

kompetensi dasar materi, menentukan metode pengajaran dan media yang akan

digunakan dalam pembelajaran, menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan dan


mengukur bagaimana cara menentukan keberhasilannya serta bagaimana cara

mengukurnya.

Selain ustadz harus mempersiapkan komponen pembelajaran tidak kalah penting

bagi santri harus juga melakukan persiapan seperti mutholaah agar datang kekelas hanya

untuk mematangkan dan mengkoreksi diri apakah ada yang salah baik dari segi bacaan

maupun pemahaman

Sejalan dengan apa yang telah dikatakan oleh habib Muhammad Zaenal Abidin :

“persiapannya anak-anak harus muthola’ah sebelum pelajaran dimulai agar


datang kekelas tidak dalam keadaan tangan kosong, dan harus diisi dengan
muatan-muatan yang materi pelarajaran yang akan dipelajari pada hari ini, hal
ini sangat penting dilakukan karena agar anak-anak bisa lebih cepat dalam
memahami materi yang akan dipelajari dan sebagai tanda bahwa anak-anak
memang benar-benar semangat dalam mengikuti kajian bandongan”53

Adapun fakta lapangan yang terjadi terkait dengan perencanaan penerapan

metode bandongan dalam pembelajaran maharah qiraah dikelas III Madin Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan sebagai berikut

a. Tujuan Pembelajaran Metode Bandongan

Setiap kegiatan dalam sebuah pembelajaran pasti memiliki tujuan yang harus

dicapai serta tujuan merupakan arah yang ingin dituju dari rangakain aktivitas yang

dilakukan dalam sebuah proses pembelajaran. Didalam penerapan metode

bandongan dalam maharah qiraah mempunyai tujuan agar santri mampu memahami

isi kandungan dari materi yang diajarkan oleh ustadz.

Metode bandongan memang telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW,

tetapi hanya istilahnya saja yang berubah, adapun tujuannya agar bisa memahami al-

53
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
Qur’an atau hadist maupun ilmu-ilmu lainnya agar tidak keliru karena dalam

memahaminya langsung dibimbing oleh ustadz yang ilmunya bersanad.

Hal ini telah disampaikan oleh habib Muhammad zaenal :

”Metode bandongan memang telah ada sejak zaman nabi Muhammad SAW,
tetapi hanya istilahnya saja yang berubah, adapun tujuannya agar bisa
memahami al-Qur’an atau hadist maupun ilmu-ilmu lainnya agar tidak keliru
karena dalam memahaminya langsung dibimbing oleh ustadz yang ilmunya
bersanad.”54

Sejalan dengan yang dikatakan Ahmad Khotib Asyarbini (salah satu santri kelas

III) dalam wawanca :

“Menurut saya tujuan lain daripada pembelajaran metode bandongan adalah


untuk bisa memahami materi pembelajaran dengan benar, karena terkadang
ketika saya membaca sendiri itu saya kebingungan dalam memahaminya, dengan
adanya penerapan metode bandongan ini pemahaman saya yang keliru atau
bacaan saya yang salah langsung bisa saya koreksi sendiri ketika pembelajaran
berlangsung.”55

b. Materi Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Dalam penerapan metode bandongan pembelajaran mahārah qirā`ah dikelas

III Madin Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

ustadz menggunakan kitab fiqih karangan habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad

bin Salim al-Kaf, kitab yang digunakan adalah kitab berbahasa arab yang dibacakan

ustadz, diterjemahkan ustadz kata perkata, serta memberikan penjelasan kepada

murid. Adapun materi yang diajarkan sebagai berikut :

Salah satu bab kitab fiqih56

54
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
55
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)

56
(2006 ,‫دار للعلوم اإلسالمية‬:‫ التقريرات السديدة في مامماائل للمفيدة )سورابايا‬،‫ حسن بن احمد بن محمد الكف‬414 ‫صحيفة‬
Gambar 3.3 Materi pelajaran bandongan

c. Media Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Media memiliki peran penting dalam sebuah proses pembelajaran, karena

dengan adanya media memudahkan santri untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam hal ini media yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah kitab,

spidol dan papan tulis.

Berdasarkan obesevasi peneliti di kelas III Madin tentang bagaimana

penerapan metode bandongan dalam pembelajaran Mahārah Qirā`ah Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan terlihat

pada proses pembelajaran tersebut terlihat kondusif serta berjejer rapi karena,

sebelum pembelajaran dimulai ustadz memerintahkan kepada santri untuk


merapikan barisan tempat duduk. Para santri sangat antusias mendengarkan

penjelasan dari ustadz terkait materi yang diajarkan.57

2. Tahap Pelaksanaan

Pembelajaran sudah sepatutnya diatur dengan sedemikian rupa mulai dari

perencanaan, pelaksanaan hingga penentuan hasil dengan sebaik mungkin. Suatu

proses pembelajaran adalah upaya yang berdampak langsung dalam tujuan

pembelajaran. Ini yang menyebabkan mengapa pembelajaran harus diusakan untuk

dengan sebaik-baik mungkin.

Untuk menunjang proses pembelajaran agar berjalan dengan efektif dan lancer

seorang ustadz seharusnya mempunya cara dan teknik dalam pengajaran agar tujuan

dari pengajaran teracapai sesuai dengan apa yang diharapkan oleh instansi

pendidikan, hal ini yang seperti dilakukan oleh ustadz yang mengajar metode

bandongan dalam pembelajaran Mahārah Qirā`ah dikelas III Madin Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan. Dengan

harapan agar dengan pembelajaran yang tersistem maka tujuan dari pembejaran akan

tercapai.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh ustadz dalam pembelajaran

dikelas dengan menggunakan metode bandongan sebagai berikut :

Dalam hasil wawancara peneliti secara ringkas pembelaran dimulai dengan tiga

tahapan yang pertama, muqoddimah diisi dengan doa bersama yang dipimpin oleh

ustadz, tahapan kedua penyampaian materi dan yang ketiga penutup. Hal ini telah

disampaikan oleh habib Muhammad Zaenal Abidin :


57
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 3 Oktober 2021.
“Ketika saya hendak memulai pembelajaran tentu dimulai dengan
mengucapakan salam kemudian, santri mengikuti ustadz dengan langsung
memperaktekkan bacaan bahasa arabnya. Setelah itu langsung memulai
pembelajaran pada bab yang akan dipelajari. Tentunya sebelum memulai
pembelajaran santri harus memahami materi yang terkait secara dasar
kemudian dipinta untuk bertanya apakah masih ada masalah yang
membingungkan, setelah demikian barulah siguru mengupas dan memberikan
penjelasan terkait materi yang dituju, setelah itu barulah guru menutup
pembelajaran dengan berdo’a kembali dengan istilah kafaratul majlis”58

a. Muqoddimah

1) Ustadz memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam

2) Ustadz memimpin do’a sepotong-potong kemudian para santri mengikuti apa

yang dibaca oleh ustadz

3) Kemudian ustadz mengajak memimpin untuk membaca surah al-fatihan yang

dikirimkan kepada pengarang kitab, pendiri pondok pesantren serta para

ulama-ulama terdahulu.

b. Penyajian materi

1) Sebelum pembelajaran dimulai, ustadz mengevaluasi pembelajaran minggu

lalu dengan menanyakan materi yang masih belum faham kemudian, ustadz

mengulangi sedikit untuk memantapkan pemahan santri.

2) Kemudian ustadz menanyakan materi yang akan dipelajari hari ini yang

sebelumnya telah dipinta untuk membaca sendiri dikamar masing-masing.

3) Bagi santri yang tidak bisa membaca serta menyimpulkan isi dari materi yang

akan dipelajari maka santri tersebut dipinta untuk berdiri untuk beberapa saat.

4) Setelah itu barulah ustadz memulai pembelajaran dengan meminta santri untuk

membacakan kitab perparagraf.


58
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
5) Kemudian ustad menterjemahkan bacaan dan santri mengafsahi

Adapun materi yang dibahas berdasarkan observasi pembelajaran fiqih

menggunakan metode bandongan di kelas III Madin Pondok Pesantren Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan pada hari kamis 30

september 2021, adalah tentang zakat dagangan.


Salah Satu BAB Kitab Fiqih59

Gambar 3.4 Materi Pelajaran Fiqih

6) Setelah ustadz menterjemahkan kitab, ustadz menjelaskan isi kandungan dari

kitab tersebut

7) Sesekali ustadz menggunakan papan tulis jika ada materi yang sulit difahami

jika hanya menggunakan lisan.

8) Disela-sela pembelajaran ustadz menanyakan kepada santri pada bagian mana

yang kurang faham.

c. Penutup

59
(2006 ,‫دار للعلوم اإلسالمية‬:‫ التقريرات السديدة في مامماائل للمفيدة )سورابايا‬،‫ حسن بن احمد بن محمد الكف‬414 ‫صحيفة‬
1) Ustadz menyimpulkan materi yang telah diajarkan kemudian menyakan kepada

santri bagian mana yang belum jelas

2) Ustadz memberi tugas kepada santri membaca serta memberikan kesimpulan

untuk pertemuan yang akan datang.

3) Ustadz memimpin do’a penutup60

3. Tahap Penilaian

a. Evaluasi pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Evaluasi metode bandongan dalam pembelajaran maharah qira’ah pada

kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Kota Pekalongan dilakukan dengan menggunakan tes tertulis, tes tertulis

dilakukan pada pertengahan tahun dan akhir tahun pembelajaran yang dikenal

dengan UTS dan UAS, adapun setandar kelulusan yang ditetapkan adalah

minimal 70.

Pada observasi yang dilakukan oleh peneliti saat UTS berlangsung di kelas

III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan, evaluasi yang dilakukan adalah berupa LBS (Lembar Soal Jawaban).

Berikut ini beberapa contoh soal pertanyaannya :

! ‫ما هي الزكاة لغة و شرعا‬ .1


! ‫ على وجه خمصوص‬: ‫ما معىن قول‬ .2
! ‫مىت فُرضت الزكاة‬ .3
! ‫ما هي الزكاة البدن‬ .4
60
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 3 Oktober 2021.
! ‫ما هي الزكاة املال‬ .5
Berikut ini daftar nilai mata pelajaran fiqih dengan mengunakan metode

bandongan dalam pembelajaran Mahārah Qirā`ah yang telah didapatkan peneliti

berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi :

Daftar Nilai Kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang Kota Pekalongan61

NO NAMA NILAI KETERANGAN

1 Abdul Manan 85 LULUS

2 Abdul Majid 85 LULUS

3 Ahmad Khotib Asyarbini 80 LULUS

4 Farhan Salim 80 LULUS

5 Farhan Subkhi 80 LULUS

6 M.Arifin 75 LULUS

7 M.Khotibul Umam al-Aidi 75 LULUS

8 Sahrul Hidayat 80 LULUS

9 Yusril Ihza Bahtiar 80 LULUS

10 Zainuddin Saputra 75 LULUS

11 Fazda Zawahirul Hida 75 LULUS

12 Gusnela 80 LULUS

13 Hafidzoh Karimah 80 LULUS

14 Maulidah Inayatul Kautsar 85 LULUS

15 Naila Sakinah, S.Pd 85 LULUS


61
Hasil Dokumentasi, Daftar nilai Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah
Wali Sampang Kota Pekalongan, Dikutip Tanggal 3 Oktober 2021
16 Nur Asiah 75 LULUS

17 Nurul Uzni 80 LULUS

18 Okva Yunita 75 LULUS

Tabel 3.5 Nilai Santri Kelas III

Keterangan : Standar kelulusan minimal 70

B. Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran

Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu tujuan yang kompleks, didalamnya terdapat

berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu kegiatan

pembelajaran diantaranya : tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, guru, siswa, metode dan

evaluasi pembelajaran. Faktor-faktor tersebut harus mendukung satu sama lain agar

pembelajaran berjalan efektif karena, jika salah satu faktor pembelajaran tidak terpenuhi maka,

suatu pembelajaran yang dijalankan tidak akan berjalan dengan efektif dan tujuan daripada

pembelajaran tidak akan tercapai.

Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan beberapa kelebihan dan kekurangan

dari Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan yaitu sebagai berikut :

1. Kelebihan Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

1) Santri Lebih Menghormati Guru dan Kitab


Dalam praktik kajian bandongan dipondok pesantren seorang santri lebih

menghormati guru dan kitab sebab, santri nengklengake mendengarkan dengan

sungguh-sungguh apa yang disampaikan ustadz serta tidak sembarangan dalam

memahami isi kandungan kitab karena langsung dibimbing oleh ustadz dengan tujuan

agar apa yang ingin disampaikan oleh musonnif kitab tersampaikan dengan baik.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh habib Muhammad Zaenal Abidin :

“dalam pembelajaran dengan metode bandongan ini santri lebih menghormati


guru dan kitab yang dipelajari dibandingkan dengan pendidikan yang lain seolah-
olah ilmu dilepas begitu saja dengan control yang kurang sehingga siapa saja yang
ingin mengambilnya silahkan. Begitulah yang ada difikiran saya”62

2) Mempermudah kalimat yang sulit difahami

Dengan adanya penerapan metode bandongan dalam pembelajaran maharah

qiraah mempermudah santri dalam memahami kalimat yang sulit dipelajari, karena

dalam penerapannya ustadz membimbing, mamaknai, dan menjelaskan perparagraf

kalimat didalam kitab. Seperti yang telah disampaikan oleh Ahmad Khotib Asyarbini

(salah satu santri kelas III) dalam wawanca :

“saya terkadang sangat sulit memahami kandungan daripada kitab, karena


kitab tersebut berbahasa arab, ketika saya mencoba memahami sendiri
apa yang ada dikitab saya sangat kesulitan karena kurangnya pengalaman
membaca saya dalam teks arab dan karena kurangnya pemahaman saya
dalam gramatika arab khususnya nahwu dan shorof, dengan adanya
metode bandongan ini yang penerapannya ustadz membacakan,
menterjemahkan kemudian menjelaskan dan santri menyimak bacaannya
sehingga memudahkan saya untuk memahami kalimat yang sulit
difahami”63

62
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah di
Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021 Pukul
14:30 WIB)
63
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)
3) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memantapkan pemahaman

santri

Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran maharah qiraah dikelas III

Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan dengan materintanya yang sering diulang-ulang, karena materi yang

dipelajari saling berkesinambungan, sehingga ustadz sebelum memulai proses

pembelajan terlebih dahulu mengulangi apa telah dipelajari pada pertemuan

sebelumnya. Terkadang ustadz juga menanyakan materi lalu yang belum difahami

sehinga, jika ada yang bertanya maka ustadz akan menjelaskan lagi materi yang telah

lalu,

Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Ahmad Khotib Asyarbini (salah satu

santri kelas III) dalam wawanca :

“didalam kelas ustadz sering mengulang-ulang pelajaran yang telah lalu, karena
sebelum pembelajaran dimulai ustadz menanyakan kepada santri apakah ada
materi yang masih bingung silahkan ditanyakan, dan terkadang walaupun tidak
ada yang bertanya ustadz pun tetap mengulangi pelajaran yang telah lalu
sehingga dengan hal itu memandapkan pemahaman saya”64

4) Memberikan Kesadaran Kepada Santri Untuk Belajar Sendiri

Dengan seringnya ustadz memberikan motivasi pada setiap kali pertemuan

membuat para santri khususnya kelas III untuk terus belajar sendiri. Faktot lain yang

membuat santri belajar sendiri adalah hukuman yang diberikan kepada santri jika

tidak bisa membaca dan menguraikan isi dari pembelajaran yang akan dilakukan

sehingga membuat dirinya malu jika tidak bisa menjawab pertanyaan dari ustadz.

Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hafidzoh Karimah santri kelas III

64
Ahmad Khotib Assyarbini, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali
Sampang Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 2 Oktober 2021)
“Fakor yang membuat saya termotivasi untuk belajar sendiri dikamar karena
dalam setiap pembelajaran ustadz selalu memberikan motivasi baik dengan
cerita ulama-ulama dulu dan lain sebagainya. Adapun faktor lain yang
membuat yang temotivasi adalah ketika saya disuruh ustadz untuk membaca
dan memberikan kesimpulan saya merasa malu jika saya tidak bisa, dan ustadz
juga menyuruh santrinya untuk berdiri jika tidak bisa”.65

2. Kekurangan Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah

Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan

1) Kurang Disiplin

Dalam penerapannya dikelas kurang adanya kedisiplinan bagi santri, baik

itu berupa pakaian yang tidak seragam, duduk yang kurang rapi, dan datang

kadang terlambat karana memang tidak adanya aturan khusus yang mengatur hal

yang sedemikian rupa, itulah yang saya rasakan salah satu penghambat dari

pembelajaran metode bandongan ini.66

2) Rasa Kantuk

Berdasarkan obsevasi yang peneliti lakukan dikelas III Madin Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan metode

bandongan dalam pembelajaran maharah qiraah dijalankan secara monoton serta

65
Hafidzoh Karimah, Santri Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 3 Oktober 2021)
66
Muhammad Zaenal Abidin, Guru Pengampu Metode Bandongan dalam Pembelajaran Maharah Qira’ah
di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, (Wawancara,3 Oktober 2021
Pukul 14:30 WIB)
ustadz yang aktif dan santri hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz

terkadang hal tersebut membuat santri menjadi mengantuk.67

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Nurul Uzni (salah satu santri kelas

III) dalam wawanca :

“kekurangan yang saya rasakan dalam penerapan metode bandongan


adalah rasa kantuk yang tidak bisa saya tahan mas, sebab metodenya yang
monoton dan santri hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal yang
penting dari penjelasan ustadz”68

3) Latar belakang pendidikan santri yang berbeda

Artinya tidak semua santri kelas III Madin Pondok Pesantren Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan berasal dari

pendidikan agama seperti pernah modok sebelumya atau dari MTS dan MA,

ada beberapa santri yang lulusan dari SMA dan SMK sehingga kesulitan

untuk mengikuti pembelajaran dikelas.69

4) Ustadz Aktif Sedangkan Santri Monoton

Dalam praktik dikelas ustadz lebih aktif daripada santri karena ustadz

membaca menterjemah dan menjelaskan isi kandungan Sedangkan santri

hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz70

BAB IV

67
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 29 September 2021.
68
Nurul Uzni, Santriwati Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang
Kota Pekalongan, Wawancara, (Sampangan, 3 Oktober 2021)
69
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 29 September 2021.
70
Hasil observasi di Kelas III Madin Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota
Pekalongan, pada tanggal 2021.
ANALISIS PENELITIAN

Berdasarkan penyajian data pada bab III tentang penerapan metode bandongan dalam

pembelajaran mahārah qirā`ah kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan, penulis akan menjelaskan dan menjawab apa yang sudah

peneliti temukan dengan beberapa data baik dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Berangkat dari sini, penulis berusaha mendeskripsikan data-data yang telah ditemukan

berdasarkan fakta lapangan dan diperkuat dengan teori-teori yang sudah ada yang diharapkan

bisa menemukan sesuatu yang baru.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data yang bersifat kualitatif. Dengan

demikian dalam menganalisis data peneliti menggunakan analisis kualitatif deskriptif

(menggambarkan) untuk menjelaskan data yang sudah ada, baik itu hasil wawancara, observasi,

maupun dokumentasi. Maka dapat dikemukakan hal sebagai berikut :

C. Analisis Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dipaparkan oleh penulis pada

bab III, maka akan dilakukan analisis secara simultan terhadap Penerapan Metode

Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan, diantaranya sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan adalah tahapan awal untuk melaksanakan suatu

pembelajaran. Pada tahapan ini, ustadz pengampu metode bandongan dalam

pembelajaran maharah qiraah dikelas III melakukan perencanaan sebelum memasuki


kelas. Perencanaan pembelajaran dilakukan oleh ustadz pengampu secara baik yaitu

dengan menjabarkan satu persatu dari beberapa komponen pembelajaran yang akan

dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan belajar mengajar diantaranya

sebagai berikut :

a. Tujuan Pembelajaran Bandongan dalam pembejaran mahārah qirā`ah

Dalam pembelajaran tujuan sebagai patokan untuk melaksanakan kegiatan

belajar mengajar yang harus dicapai. Tujuan merupakan arah yang ingin dituju

dari rangakain aktivitas yang dilakukan dalam sebuah proses pembelajaran.

Didalam penerapan metode bandongan dalam mahārah qirā`ah kelas III Madin

Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

mempunyai tujuan agar santri mampu membaca dan memahami isi kandungan

dari materi yang diajarkan oleh ustadz.

Dari data tersebut dapat dianalisis bahwa beberapa tujuan diatas sudah

sesuai dengan teori tujuan mahārah qirā`ah, hal ini sesuai dengan peneliti

mengamati langsung bahwa didalam kelas santri sangat antusias dalam

mengikuti pembelajaran dan kekita ustadz meminta santri membaca serta

menjelaskan ide pokok dari pembahasan santri langsung tanggap dengan

perintah ustadz kemudian setelah itu ustadz menjelaskan lebih mendalam dan

memberkan kesimpulan.

b. Materi Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Materi pembelajaran mahārah qirā`ah dengan menggunakan metode

bandongan dikelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan sudah sesuai dengan yang dibutuhkan santri
dalam pembelajaran mahārah qirā`ah . adapun materi yang digunakan adalah

kitab fiqih karangan habib Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al-Kaf,

kitab tersebut ditulis menggunakan bahasa arab sehingga santri bisa

mempraktekkan pembelajaran mahārah qirā`ah dengan metode bandongan

dalam kitab tersebut.

c. Media Pembelajaran Mahārah Qirā`ah

Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa, media

yang digunakan dalam membantu dan mendukung suksesnya proses

pembelajaran bahasa arab dikelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad

Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan adalah kitab, papan tulis dan

spidol.

Namun menurut analisis penulis bahwa dalam pembelajaran menggunakan

metode bandongan media yang dibutuhkan adalah kita dan alat pengeras suara

karena dalam penerapannya ustadz dikelilingi oleh santri yang jumlahnya

banyak. Adapun penggunaan spidol dan papan tulis hanya pada pelejaran

tertentu seperti nahwu, faraid dan lain-lain.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah melakukan tahap perencanaan maka tahapan selanjutnya ialah

implementasi dari perencanaan yaitu tahap pelaksanaan. Pada tahapan pelaksanaan

dikelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Kota Pekalongan sudah sesuai dengan teori yang dikutip dari buku karangan

Ahmad Yusuf. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut

d. Muqoddimah
4) Ustadz memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam

5) Ustadz memimpin do’a sepotong-potong kemudian para santri mengikuti

apa yang dibaca oleh ustadz

6) Kemudian ustadz mengajak memimpin untuk membaca surah al-fatihan

yang dikirimkan kepada pengarang kitab, pendiri pondok pesantren serta

para ulama-ulama terdahulu.

e. Penyajian materi

9) Sebelum pembelajaran dimulai, ustadz mengevaluasi pembelajaran minggu

lalu dengan menanyakan materi yang masih belum faham kemudian, ustadz

mengulangi sedikit untuk memantapkan pemahan santri.

10) Kemudian ustadz menanyakan materi yang akan dipelajari hari ini yang

sebelumnya telah dipinta untuk membaca sendiri dikamar masing-masing.

11) Bagi santri yang tidak bisa membaca serta menyimpulkan isi dari materi

yang akan dipelajari maka santri tersebut dipinta untuk berdiri untuk

beberapa saat.

12) Setelah itu barulah ustadz memulai pembelajaran dengan meminta santri

untuk membacakan kitab perparagraf.

13) Kemudian ustad menterjemahkan bacaan dan santri mengafsahi

Adapun materi yang dibahas berdasarkan observasi pembelajaran fiqih

menggunakan metode bandongan di kelas III Madin Pondok Pesantren Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan pada hari kamis

30 september 2021, adalah tentang zakat dagangan.


14) Setelah ustadz menterjemahkan kitab, ustadz menjelaskan isi kandungan

dari kitab tersebut

15) Sesekali ustadz menggunakan papan tulis jika ada materi yang sulit

difahami jika hanya menggunakan lisan.

16) Disela-sela pembelajaran ustadz menanyakan kepada santri pada bagian

mana yang kurang faham.

f. Penutup

4) Ustadz menyimpulkan materi yang telah diajarkan kemudian menyakan

kepada santri bagian mana yang belum jelas

5) Ustadz memberi tugas kepada santri membaca serta memberikan

kesimpulan untuk pertemuan yang akan datang.

6) Ustadz memimpin do’a penutup

Dari langkah-langkah yang diterapkan diatas dapat dianalisis bahwa

langkah-langkah yang dilakukan ustadz pengampu sudah sesuai dengan

teori yang pelaksanaan metode bandongan yang dikutip dari buku Ahmad

Yusuf.

3. Tahap Evaluasi

Setelah melakukan tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan maka tahapan

selanjutnya adalah melakukan evalusi dengan tujuan agar dapat mengetahui apakah

tujuan dari proses pembelajaran sudah tercapai atau belum. Adapun evaluasi yang

dilakukan ustadz kelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan adalah dengan menggunakan tes tertulis.


Menurut analisis penulis, tahap evaluasi yang dilakukan masih kurang,

karena dalam evaluasi menggunakan tes tertulis masih ada kemungkinan untuk

mencontek dan lain sebagainya, seharusnya dalam tahap evaluasi untuk mengetahui

kemampuan santri ditambah lagi dengan tes lisan seperti diminta untuk membaca

kitab kuning tanpa berbaris dan makna karna dengan hal itu guru bisa mengetahui

kemampuan masing-masing santri.

D. Analisis Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Metode Bandongan dalam

Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul

Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks, didalamnya

tedapat berbagai faktor yang yang mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu

kegitan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, penulis menemukan

beberapa kelebihan dan kekurangan dari Penerapan Metode Bandongan dalam

Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan yaitu sebagai berikut :

a. Kelebihan Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah

Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan

5) Santri Lebih Menghormati Guru dan Kitab

Dalam praktik kajian bandongan dipondok pesantren seorang santri

lebih menghormati guru dan kitab sebab, santri nengklengake

mendengarkan dengan sungguh-sungguh apa yang disampaikan ustadz serta

tidak sembarangan dalam memahami isi kandungan kitab karena langsung


dibimbing oleh ustadz dengan tujuan agar apa yang ingin disampaikan oleh

musonnif kitab tersampaikan dengan baik.

Pembelajaran dengan metode bandongan ini santri lebih menghormati

guru dan kitab yang dipelajari dibandingkan dengan pendidikan yang lain

seolah-olah ilmu dilepas begitu saja dengan control yang kurang sehingga

siapa saja yang ingin mengambilnya silahkan.

6) Mempermudah kalimat yang sulit difahami

Dengan adanya penerapan metode bandongan dalam pembelajaran

maharah qiraah mempermudah santri dalam memahami kalimat yang sulit

dipelajari, karena dalam penerapannya ustadz membimbing, mamaknai, dan

menjelaskan perparagraf kalimat didalam kitab.

Peneliti terkadang sangat sulit memahami kandungan daripada

kitab, karena kitab tersebut berbahasa arab, ketika peneliti mencoba

memahami sendiri apa yang ada dikitab peneliti sangat kesulitan karena

kurangnya pengalaman membaca peneliti dalam teks arab dan karena

kurangnya pemahaman peneliti dalam gramatika arab khususnya nahwu dan

shorof, dengan adanya metode bandongan ini yang penerapannya ustadz

membacakan, menterjemahkan kemudian menjelaskan dan santri menyimak

bacaannya sehingga memudahkan peneliti untuk memahami kalimat yang

sulit difahami

7) Materi yang diajarkan sering diulang-ulang sehingga memantapkan

pemahaman santri
Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah

dikelas III Madin Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan dengan materintanya yang sering diulang-ulang,

karena materi yang dipelajari saling berkesinambungan, sehingga ustadz

sebelum memulai proses pembelajan terlebih dahulu mengulangi apa telah

dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Terkadang ustadz juga menanyakan

materi lalu yang belum difahami sehinga, jika ada yang bertanya maka

ustadz akan menjelaskan lagi materi yang telah lalu,

Ustadz sering mengulang-ulang pelajaran yang telah lalu didalam kelas,

karena sebelum pembelajaran dimulai ustadz menanyakan kepada santri

apakah ada materi yang masih bingung silahkan ditanyakan, dan terkadang

walaupun tidak ada yang bertanya ustadz pun tetap mengulangi pelajaran

yang telah lalu sehingga dengan hal itu memandapkan pemahaman peneliti

8) Memberikan Kesadaran Kepada Santri Untuk Belajar Sendiri

Dengan seringnya ustadz memberikan motivasi pada setiap kali

pertemuan membuat para santri khususnya kelas III untuk terus belajar

sendiri. Faktot lain yang membuat santri belajar sendiri adalah hukuman

yang diberikan kepada santri jika tidak bisa membaca dan menguraikan isi

dari pembelajaran yang akan dilakukan sehingga membuat dirinya malu

jika tidak bisa menjawab pertanyaan dari ustadz.

Fakor yang membuat peneliti termotivasi untuk belajar sendiri

dikamar karena dalam setiap pembelajaran ustadz selalu memberikan

motivasi baik dengan cerita ulama-ulama dulu dan lain sebagainya.


Adapun faktor lain yang membuat yang temotivasi adalah ketika peneliti

disuruh ustadz untuk membaca dan memberikan kesimpulan peneliti

merasa malu jika peneliti tidak bisa, dan ustadz juga menyuruh santrinya

untuk berdiri jika tidak bisa

b. Kekurangan Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah

Qirā`ah di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang

Kota Pekalongan

5) Kurang Disiplin

Dalam penerapannya dikelas kurang adanya kedisiplinan bagi santri,

baik itu berupa pakaian yang tidak seragam, duduk yang kurang rapi, dan

datang kadang terlambat karana memang tidak adanya aturan khusus yang

mengatur hal yang sedemikian rupa, itulah yang peneliti rasakan salah satu

penghambat dari pembelajaran metode bandongan ini.

6) Rasa Ngantuk

Berdasarkan obsevasi yang peneliti lakukan dikelas III Madin Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

metode bandongan dalam pembelajaran maharah qiraah dijalankan secara

monoton serta ustadz yang aktif dan santri hanya mendengarkan penjelasan

dari ustadz terkadang hal tersebut membuat santri menjadi mengantuk.

Kekurangan yang peneliti rasakan dalam penerapan metode

bandongan adalah rasa ngantuk yang tidak bisa peneliti tahan mas, sebab

metodenya yang monoton dan santri hanya mendengarkan dan mencatat hal-

hal yang penting dari penjelasan ustadz


7) Latar belakang pendidikan santri yang berbeda

Artinya tidak semua santri kelas III Madin Pondok Pesantren Al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan berasal dari

pendidikan agama seperti pernah modok sebelumya atau dari MTS dan MA,

ada beberapa santri yang lulusan dari SMA dan SMK sehingga kesulitan

untuk mengikuti pembelajaran dikelas.

8) Ustadz Aktif Sedangkan Santri Monoton

Dalam praktik dikelas ustadz lebih aktif daripada santri karena ustadz

membaca menterjemah dan menjelaskan isi kandungan Sedangkan santri

hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan tentang penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah

di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan adalah

sebagai berikut :

1. Penerapan Metode Bandongan dalam Pembelajaran Mahārah Qirā`ah di Pondok

Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan

Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah pada

santri kelas III Madin di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan sudah berjalan dengan baik karena sudah sesuai dengan
langkah-langkah yang telah disebutkan oleh penulis, yaitu ustadz melakukan

tahapan-tahapan pembelajaran dimulai dari perencaan, pelaksanaan, pelaksaan.

Adapun tujuan dari Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah

qirā`ah di Pondok Pesantren al-Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota

Pekalongan agar santri mampu membaca dan memahami yang langsung dibimbing

oleh ustadz yang ilmunya bersanad serta santri lebih bisa ber adab terhadap ustadz

dan kitab.

2. Dalam penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah pada

santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan terdapat kelebihan dan kekurangan diantaranya sebagai

berikut:

a. Kelabihan Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah

pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah Wali

Sampang Kota Pekalongan:

1) Santri lebih menghormati guru dan kitab

2) Mempermudah kalimat yang sulit difahami

3) Materi sering diulang-ulang sehingga memantapkan pemahaman santri

4) Memberikan kesadaran kepada santri untuk belajar sendiri

b. Kekurangan Penerapan metode bandongan dalam pembelajaran mahārah qirā`ah

pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren Al-Masyhad Manbaul Falah

Wali Sampang Kota Pekalongan

1) Kurang disiplin

2) Rasa ngantuk
3) Latar belakang pendidikan santri yang berbeda

4) Ustadz aktif santri monoton

B. Saran-saran

Berkaitan dengan paparan skripsi yang berjudul “Penerapan metode bandongan

dalam pembelajaran mahārah qirā`ah pada santri kelas III Madin di Pondok Pesantren al-

Masyhad Manbaul Falah Wali Sampang Kota Pekalongan” penulis ingin memberikan

saran antara lain :

1. Kepada ustadz pengampu metode bandongan agar pembelajaran dikelas dibuat lebih

menyenangkan agar santri tidak bosan dan mengantuk.

2. Kepada santri agar lebih menjaga adab dengan lebih disiplin baik dalam berpakaian,

datang lebih dahulu dari ustadz serta memutholaahi pelajaran sebelum masuk kelas.

3. Kepada peneliti yang akan datang untuk dapat meneliti lebih cermat dan sistematis

terhadap masalah tersebut yang mungkin suatu saat akan mengalami perubahan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Nur Kholis, S. I. (Desember 2019). Karakteristik dan Fungsi Qira’ah dalam Era Literasi
Digital. Jurnal Jurusan PBA, Vol 18. No 2, 133.
Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.

Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2003). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Chairi, E. (2019). Pengembangan Metode Bandongan dalam Kajian Kitab Kuning di Pesantren
Attarbiyah Guluk-Guluk dalam Persepektif Muhammad Abid al-jabiri. Jurnal
Manajemen Prndidikan Islam. vol 4. no 1.
Pesantren Sunni Darussalam (Study Tentang Penerapan Metode Al-Qira’ah. Skripsi, 55.

Fitriani, L. (2018). Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan
tingg. Junal An-Nabighoh Vol 20, No. I, 17.
I, D. A. (2003). Pola Pembelajaran di Pesantren, . Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam.
Kamal, F. (Juli-Desember 2020). Model Pembelajaran Sorogan dan Bandongan dalam Tradisi
Pondok Pesantren. Jurnal Paramurobi Volume 3, Nomor 2.
Khoiriyah, H. (2020). Metode Qiraah Dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif Berbahasa
Arab Untuk Pendidikan Tingkat Menengah. Jurnal Lisatuna, 40-41.
Laili, K. (2018). Metode Pengajaran di Pesantren dan Perkembangannya. Al-iman. Jurnal
Keislaman dan Kemasyarakatan. Vol 2. No 1., 69-70.
Laily Fitriani “kter di perguruan tinggi”.(Malang: Junal An-Nabighoh Vol 20, N. I. (2018).
Pengembangan bahan ajar maharah qiraah bebasis karakter di perguruan tinggi. Junal
An-Nabighoh, Vol 20, No. I.
Mahmud. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Makruf, I. (2009). Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Aktif. Semarang: Cet, I.

Muizzuddin, M., juhji, & hasbullah. (Januari-Juni 2019). Implementasi Metode Sorogan dan
Bandungan dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning. Jurnal
Pendidikan Agama Islam Vol 6. No.1.
Noeng Muhadjir, (. ,. (1998). Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rike Sarasin.
Nurhayati, S. (2015). Implementasi Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Hadis (Riyad As-
Shalihin). Dalam Meningkatkan Keaktifan Bertanya (Studi Santri di Pondok Pesantren
Nurul Ummah Putri Kota Gede Yogyakarta. Skripsi.
Nurrita, T. (Juni, 2018). Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa. Jurnal Misykat, Volume 03, Nomor 01, 177-178.
Penyusun, T. (2010). pedoman Penulisan Skripsi PAI . Pekalongan: STAIN Prees.
Rahman, A. A. (2017). Keterampilan Membaca Dan Teknik Pengembangannya Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab. Jurnal Diwan Vol. 3 Nomor 2, 164-166.
Rathomi, A. (2019). Pembelajaran Bahasa Arab Maharah Qira’ah Melalui Pendekatan Saintifik.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 8 No.1, 526.
Ratna, N. k. (2010). metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu-Ilmu Sosial Humaniora
pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodiah, zulkarnain, & Qolbi , K. (Januari-juni 2018). Implementasi Metode Sorogan dalam
Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Kab. Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Jurnal Literasiologi. vol 1. no 3, 38.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif (Qualitative Recearch Approach).
Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Saihu. (2015). Modernisasi Pendidikan Islam Indonesia. Jurnal Kajian Ilmu dan Budaya Islam,
Volume 3, No 1, 14.
Subagyo, J. (1998). Metode Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sudijono, A. (2013). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sumardi, M. (n.d.). Pedoman Pengajaran Bahasa Arab pada Perguruan Tinggi Agama Islam.

Sutarto, (. H. (2018). Efektifitas Metode Pengajaran Kitab Kuning Pada Siswa Madrasah
Tsanawiyah Nahdatut Tullab Kesugihan Cilacap. Skripsi, 4.
Syaifullah. (2017). Analisis Penerapan Metode Bandongan Dalam Pembelajaran Kitab Kuning di
MA Plus Pondok Pesantren Abu Hurayrah Mataram. Tesis, 22.
Thohir, K. (Januari-Juni 2017). Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi di
Kecamatan Kresek Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten”. . Jurnal Analytica
Islamica. Vol 6. No 1, 14.
Tohir, K. (2019). Model Pendidikan Pesantren Salafi. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.

Usman, M. B. (2002). Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pres.

Yusuf, A. (2020). Pesantren Multicultural Model Pendidikan Karakter Humanis-Religius Di


Pesantren Ngalah Pasuruan. Depok: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.

Anda mungkin juga menyukai