Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pelaksanaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab seluruh
komponen bangsa. Dalam prakteknya masyarakat ikut telibat dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa ini, tidak hanya dari segi materi dan moril, namun
juga telah ikut serta memberikan sumbangsih yang signifikan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Hal ini dapat buktikan dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan.
Lembaga itu dapat berbentuk pendidikan formal maupun pendidikan nonformal,
sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan Bab 2 pasal 39 1. Termasuk
dalam kategori pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh masyarakat salah
satunya adalah Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan yang konsisten dalam
proses pembelajaran bagi santri dan masyarakat sekitar dalam mendalami ilmu
agama. Seperti halnya Pondok Pesantren Al-Hidayah Selo yang juga dalam sistem
pendidikanya mengutamakan materi agama sebagai usaha membekali hidup santri di
kelak kemudian hari meskipun secara eksplisit bahwa tujuan didirikanya pondok
pesantren tidak tertera dalam anggaran dasar seperti yang terjadi pada pendidikan
formal, karena hal ini terbawa oleh sifat kesederhanaan pesantren yang sesuai dengan
berdirinya yaitu semata-mata untuk beribadah dan tidak pernah ditujukan dengan
tujuan tertentu dalam lapangan kehidupan.
Pondok Pesantren Al-Hidayah Selo merupakan pondok pesantren tertua di
Desa Selo dan juga merupakan pondok pesantren yang khusus mengkaji kitab-kitab
salaf (kitab kuning). Pada awalnya atau sejak diasuh oleh sesepuh pondok dalam
melaksanakan proses pembelajaran adalah dengan menggunakan metode klasikal dan
bandongan. Dalam pelaksanaan metode tersebut masih banyak ditemukan santri yang
belum bisa mengikuti (membaca dan memahami) pelajaranya karena minimnya
pengetahuan agama lebih-lebih tentang ilmu penunjang untuk dapat membaca dan
memahami kalimat yang berbahasa arab.
Salah satu ilmu penunjang yang dapat membantu dalam membaca dan
memahami kalimat berbahasa arab adalah ilmu nahwu. Ilmu nahwu adalah ilmu yang

1
BSNP, Peraturan Pemerintah RI Nomor 17 TH 2010
mempelajari prinsip-prinsip untuk mengenali kalimat-kalimat bahasa arab dari sisi
I’rab dan bina’nya.2 Kitab Jurumiyah merupakan salah satu kitab yang membahas
tentang ilmu nahwu terutama dalam tata cara membaca kitab salaf (kitab kuning) dan
kitab ini juga sangat familiar di kalangan santri pondok pesantren. Pembahasan dalam
kitab satu ini tergolong cukup mudah dipahami karena muatan materinya adalah
materi dasar dan dalam segi babnya sendiri juga runtut mulai dari pengertian I’rab,
pembagian I’rab, tanda-tanda I’rab (‘alamatul I’rab), isim-isim yang dibaca rafa’
(marfu’atul asma’), isim-isim yang dibaca nashab (manshubatul asma’), dan isim-
isim yang dibaca jer (mahfudhotul asma’). Meskipun materinya terbilang cukup
mudah, namun dalam praktek pembelajarannya masih banyak dari santri yang belum
bisa memahaminya. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut terkadang dari
cara penyampaian guru atau ustadz yang kurang efektif sehingga para santri sukar
menangkap penjelasan dari guru tersebut.
Pembelajaran Kitab Jurumiyah yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-
Hidayah Selo masih menggunakan metode ceramah yaitu dimana seorang guru lebih
aktif memberikan materi pelajaran melalui papan tulis sedangkan para santri
mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Hal seperti ini
memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang monoton dan membosankan bagi
para santri. Akibatnya akan berdampak negatif bagi para santri yaitu menurunnya
minat, motivasi dan keaktifan dalam mengikuti pelajaran Kitab Jurumiyah.
Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, nilai mata pelajaran ilmu
nahwu dalam Kitab Jurumiyah di Pondok Pesantren Al-Hidayah Selo khususnya kelas
III Muhadhoroh terbilang masih rendah. Salah satunya pada materi pokok tanda-tanda
I'rab ('alamatul i'rab). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar para santri pada mata
pelajaran ilmu nahwu masih sangat rendah. Padahal materi pokok tanda-tanda I'rab
('alamatul i'rab) merupakan materi yang penting, karena materi ini merupakan dasar
untuk membedakan suatu kalimat itu I'rab nya dibaca rafa', nashab, jer ataupun Jasm
melalui tanda-tandanya.
Dalam pelaksanaannya banyak sekali dari para santri yang mengaku masih
kesulitan dengan materi itu, terutama dalam membedakan tanda-tanda antara I'rab
rafa' dengan nashab, jer dan jasm. Hal ini dikarenakan minimnya pemahaman konsep
para santri terhadap materi tanda-tanda I'rab. Selain itu kurangnya interaksi dalam

2
Syaikh Musthofa Al-Ghalayni, Jami’ud Durus Al-Arabiyyah, (Beirut : Mansyurat Al-Maktabah
Al-‘Ashriyyah), hlm. 9.
proses pembelajaran Kitab Jurumiyah di pondok pesantren Al-Hidayah Selo ini juga
menjadi masalah yang penting. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat mengatasi masalah tersebut agar tujuan pembelajaran Kitab Jurumiyah dapat
tercapai secara maksimal.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. 3 Selain itu dengan
menggunakan metode Small Group Discussion dalam pembelajaran ilmu nahwu
dalam Kitab Jurumiyah khususnya materi pokok tanda-tanda I'rab, guru dapat
menjelaskan tentang apa saja yang perlu dipahami dan diperoleh para santri dalam
pembelajaran yang dilakukan.
Dengan dilaksanakannya kegiatan diskusi dalam kelompok kecil ini, para
santri akan lebih bersemangat dalam berdiskusi serta mengutarakan pendapatnya.
Sehingga dengan adanya diskusi yang dibimbing oleh guru dan dilaksanakan oleh
para santri akan terjadi proses pembelajaran kooperatif yang tercipta, baik dari guru
maupun para santri. Selain itu Small Group Discussion juga dapat mengembangkan
keterampilan kerja sama, kolaborasi, serta tanya jawab.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian dengan
judul “ Efektivitas Pembelajaran Small Group Discussion Terhadap Pemecahan
Masalah Materi Kitab Jurumiyah Pada Kelas III Muhadhoroh di Pondok Pesantren
Al-Hidayah Selo Tawangharjo Grobogan Tahun 2022 / 2023 ”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran small group discussion terhadap
pemecahan masalah materi Kitab Jurumiyah pada kelas III Muhadhoroh di
pondok pesantren Al-Hidayah Selo ?
2. Apakah pembelajaran small group discussion berpengaruh terhadap
pemecahan masalah materi Kitab Jurumiyah pada kelas III Muhadhoroh di
pondok pesantren Al-Hidayah Selo ?
C. Tujuan Penelitian

3
Febriyanti, Diah Nurul. (2012), Efektivitas Metode Small Group Discussion dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Mata Pelajaran IPA Materi Pokok Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi dan Benda Langit
Peserta Didik Kelas IV Semester 2 di MI Miftahul Huda Tayu Pati Tahun Ajaran 2011/2012, IAIN
Walisongo,.hlm. 5
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mendeskripsikan penerapan metode pembelajaran small group
discussion terhadap pemecahan masalah materi Kitab Jurumiyah pada kelas III
Muhadhoroh di pondok pesantren Al-Hidayah Selo.
2. Untuk mengetahui Apakah pembelajaran small group discussion berpengaruh
terhadap pemecahan masalah materi Kitab Jurumiyah pada kelas III
Muhadhoroh di pondok pesantren Al-Hidayah Selo.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian nanti, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Bagi santri
a. Membantu para santri dalam mengembangkan pikiran serta
membangun konsep-konsep yang akan dipelajari melalui small group
discussion.
b. Menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan
bekerjasama dan kemampuan berkomunikasi para santri terhadap
pelajaran Kitab Jurumiyah
2. Bagi guru
a. Memberi informasi tentang salah satu alternatif model pembelajaran
yang bisa diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar santri.
b. Mendapatkan sumbangan pemikiran dan pengalaman langsung dalam
pelaksanaan metode small group discussion.
3. Bagi peneliti
a. Mendapat pengalaman langsung melaksanakan metode small group
discussion untuk pelajaran Kitab Jurumiyah di pondok pesantren Al-
Hidayah Selo.
b. Untuk bekal peneliti sebagai calon guru agar siap melaksanakan tugas
di lapangan.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran seyogyanya bermula dari kebijaksanaan hakiki (wisdom) yang
menjadi ranah spiritual, kemudian berlanjut kepada pemahaman (understanding)
yang didapat dari pengindraan manusia yang diciptakan oleh Sang Pencipta, dan
akhirnya mendapatkan pengetahuan (knowledge). Pembelajaran adalah upaya
untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya,
dengan banyak strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian yang sudah
di rencanakan.
Pembelajaran berhubungan erat dengan belajar dan mengajar. Belajar dapat
terjadi dengan ataupun tanpa guru, sedangkan mengajar adalah segala hal yang
guru lakukan di dalam kelas. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha
yang disengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang
dimiliki guru untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menjelaskan: “ pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.” Pembelajaran diberikan oleh pendidik agar terjadi proses
perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan kemahiran, dan membentuk sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Proses pembelajaran manusia akan dialami
sepanjang hayat sehingga dapat berlaku kapanpun dan dimanapun.4
Pembelajaran atau instruction menurut Gagne dan Briggs adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Ada enam ciri
pembelajaran yang efektif menurut Eggen dan Kauchak diantaranya: 1) siswa
menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui observasi,
perbandingan, menemukan persamaan dan perbedaan saat membentuk konsep dan
generalisasi berdasarkan kesamaan atau perbedaan yang ditemukan. 2) guru
menyediakan materi sebagai bahan fokus pembelajaran. 3) aktivitas siswa
sepenuhnya berdasarkan pengkajian. 4) guru aktif dalam memberikan arahan
kepada siswa dalam menganilisis informasi. 5) orientasi pembelajaran dalam
penguasaan isi pelajaran dan pengembangan ketrampilan berpikir. 6) guru
menggunakan teknik mengajar yang bervariasi yang harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
4
Moh suardi, Belajar dan Pembelajaran,Yogyakarta: Penerbit Deepublish,2018, hlm.7.
Pembelajaran dilakukan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk
mengembangkan kreativitas berpikir sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir siswa, dan dapat meningkatkan kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan dan pemahaman yang
baik terhadap materi pembelajaran yang disampaikan. Pembelajaran merupakan
sebuah kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu siswa dalam
mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses sistematis
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan
belajar mengajar.
Pembelajaran memiliki beberapa prinsip, yaitu:
a. Pembelajaran sebagai usaha memperoleh perubahan perilaku. Prinsip ini
mengandung ciri utama yaitu dalam suatu proses pembelajaran adalah mengalami
perubahan perilaku. Seseorang yang melakukan pembelajaran maka akan berubah
perilakunya.
b. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara keseluruhan.
Prinsip ini memiliki makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran
meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek saja, namun
meliputi aspek kognitif, afektif, konatif, dan motorik.
c. Pembelajaran merupakan suatu proses. . Ini beratti belajar adalah suatu proses
berkesinambungan. Pembelajaran bukan merupakan benda atau keadaan statis,
melainkan merupakan suatu rangkaian aktivitas-aktivitas yang dinamis dengan
interaksi individu dengan lingkungannya. Suatu individu yang melakukan
pembelajaran akan selalu berada dalam berbagai aktivitas yang tidak terlepas dari
lingkungannya. Pembelajaran yang efektif adalah apabila pelajar-pelajar
melakukan perilaku secara aktif.
d. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang ingin dicapai. Artinya
pembelajaran akan terjadi jika seseorang merasa memiliki kebutuhan yang harus
dipuaskan, dan tujuan yang ingin dicapai. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan.
e. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman adalah kehidupan
melalui situasi yang nyata dengan tujuan tertentu. Pembelajaran merupakan
bentuk interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga banyak memberikan
pengalaman pada kehidupan yang nyata. Berarti bahwa selama seseorang dalam
proaes pembelajaran hendaknya tercipya sutau kehidupan yang menyenangkan
dan memberikan pengalaman yang berarti.5
2. Penegertian small group discussion
Model pembelajaran small group discussion merupakan rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok–kelompok kecil antara 4
sampai 6 orang untuk mencapai tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan
cara dimana setiap anggota kelompok siswa mendapat satu permasalahan tentang
suatu materi bahasan untuk dibahas dan dipecahkan bersama (Hardiansyah, 2014).
Sintak model pembelajaran small group discussion terdiri dari 6 tahapan,
yaitu: 1) guru membagi siswa dalam beberapa kelompok kecil antara 4 sampai 6
orang, 2) guru memberikan bacaan atau permasalahan untuk masing-masing
kelompok, 3) mintalah siswa untuk mendiskusikan bacaan atau permasalahan
tersebut dan menuangkan poinpoin hasil diskusinya pada selembar kertas pleno,
4) dari tiap-tiap kelompok, mintalah mereka menunjuk juru bicara untuk
mempersentasikan kesimpulan hasil diskusi kelompoknya, dan batasilah waktu
agar semua kelompok dapat bagian secara merata, 5) mintalah kelompok lain
untuk memberi komentar atau tanggapan atau pertanyaan, 6) guru memberikan
rangkuman atau penguatan materi (Hardiansyah, 2014).
Sebuah model pembelajaran, pastilah memiliki kelebihan dan kekurangan,
begitu juga dengan model pembelajaran small group discussion. Menurut Dadahri
(2012:23-24), kelebihan model pembelajaran small group discussion antara lain:
1) semua peserta didik bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, 2) mengajarkan
kepada peserta didik agar mau menghargai pendapat orang lain dan bekerjasama
dengan teman yang lain, 3) dapat melatih dan mengembangkan sikap sosial dan
demokratis bagi siswa, 4) meningkatkan keterampilan berkomunikasi bagi siswa,
5) mempertinggi partisipasi peserta didik baik secara individual dalam kelompok
maupun dalam kelas, 6) mengembangkan pengetahuan mereka, karena bisa saling
bertukar pendapat antar siswa baik dalam kelompoknya maupun dengan
kelompok yang lain. Sedangkan kekurangan model pembelajaran small group
discussion antara lain: 1) diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu
sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi, 2) dapat menimbulkan
ketergantungan pada kelompok sehingga ia tidak ikut terlibat dalam kegiatan

5
Lefudin, Belajar dan Pembelajaran Dilengkapi dengan Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran,
Pendekatan Pembelajaran, dan Metode Pembelajaran, Yogyakarta : Penerbit Deepublish, 2017, hlm.17-18.
diskusi karena hanyab mengandalkan teman dalam kelompoknya, 3) dapat
menimbulkan dominasi dari kelompok yang sekiranya lebih banyak dan lebih
mampu mengungkapkan ide sehingga kelompok yang lain tidak memberikan
kontribusi yang berarti.
3. Pengertian Pemecahan Masalah
Menurut Tatag Bagus & Nanang, kemampuan pemecahan masalah ialah
kemampuan menggunakan pengetahuan atau konsep yang sudah ada untuk
menjawab persoalan yang sulit dipecahkan atau yang belum terjawab.6
Bransford dan Stein memperkenalkan model pemecahan masalah adalah
penyelesaian masalah dalam proses pembelajaran oleh peserta didik dengan
penguasaan konseptual atau prosedural dengan tujuan meningkatkan pemahaman
terhadap materi pembelajaran.7
Jadi, kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan suatu persoalan dengan mengembangkan ide yang dimiliki untuk
dapat keluar dari kesulitan yang dialami sesuai dengan konsep maupun prosedur.
Pemecahan masalah pada dasarnya ialah kemampuan siswa dalam menyelesaikan
suatu persoalan dengan mengembangkan ide yang dimiliki untuk dapat keluar dari
kesulitan yang dihadapi. Kemampuan pemecahan masalah pada penelitian ini
dilakukan dengan memberikan soal tes yang berbentuk uraian.
Empat aspek kemampuan pemecahan masalah yang dikenalkan Polya sebagai
berikut. 1) Pemahaman masalah, siswa menentukan apa yang diketahui dan dicari
dari persoalan tersebut; 2) Perencanaan penyelesaian, siswa menggali informasi
serta menyiapkan strategi/rencana dalam penyelesaian soal tersebut; 3)
Penyelesaian masalah, siswa menyelesaikan masalah seusuai dengan rencana yang
tepat dan telah disiapkan sebelumnya; dan 4) Pemeriksaan kembali, siswa melihat
serta memeriksa ulang jawaban dari soal yang telah dikerjakan dengan maksud
untuk meyakini ketepatan jawaban.45 Penelitian ini merujuk pada empat langkah
kemampuan pemecahan yang dikenalkan oleh Polya, yaitu pemahaman masalah,
penyusunan rencana, penyelsaian masalah dan pemeriksaan kembali.

6
Tatag Bagus Argikas dan Nanang Khuzaini, „Penerapan Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Sisa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok‟, 1.1 (2016), 70.
7
Avissa Purnama Yanti and Muhamad Syazali, „Analisis Proses Berpikir Siswa Dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Langkah-Langkah Bransford Dan Stein Ditinjau Dari Adversity Quotient‟, Al-Jabar :
Jurnal Pendidikan Matematika, 7.1 (2016), 63–74
Sesuai dengan tahapan yang telah dipaparkan di atas, peneliti memaparkan
indikator yang digunakan dalam mengukur kemampuan pemecahan masalah
siswa, yaitu sebagai berikut.
Langkah Pemecahan Masalah Indikator
1 Memahami Masalah 1. Siswa menentukan apa
yang diketahui dan ditanya
dalam soal.
2 Menyusun Rencana 1. Siswa menentukan
strategi atau cara yang
cocok dalam penyelesaian
masalah, seperti mentukan
rumus.
2. Siswa menyusun rencana
serta langkah-langkah
dalam penyelesaian soal
tersebut.
3 Menyelesaikan Persoalan 1. Siswa mengikuti
Sesuai Rencana langkahlangkah yang telah
direncanakan dalam
menyelesaikan soal.
2. Siswa menjawab soal
dengan benar.
4 Memeriksa Kembali 1. Siswa memeriksa
Jawaban yang Telah kembali pekerjaan yang
Dikerjakan telah diselesaikan.
2. Siswa meyakini
kebenaran dari jawaban
yang telah dibuat.

4. Pengertian Kitab Jurumiyah


Dikalangan santri kitab Al-jurūmiyah sudah sangat sering didengar, kitab yang
sudah tidak asing lagi didengar bahkan sudah dipelajari. Kitab yang kecil namun
sangat masyhur itu dikarang oleh Beliau Syeikh Abu abdillah Muhammad bin
Muhammad bin dawud Ash Shanhaji. Dengan nama lengkap Muhammad bin
Muhammad bin Daud Ash Shanhanjy. Beliau lebih sering disebut dengan sebutan
Ibnu Ajurrum.8
Beliau adalah ulama yang masyhur karena karyanya kitab matan Al-jurūmiyah
sangat sering digunakan dikalangan pesantren, kitab kecil namun sangat lengkap
membahas ilmu nahwu sebagai ilmu alat dalam membaca kitab kuning. Al
Ajurrum sendiri berasal dari bahasa Barbar yang memiliki arti orang yang
meninggalkan kemewahan dan memilih jalan menjadi sufi (Al Faqir Ash Shufy).9
Ibnu Ajjurum lahir di kota Fas, daerah besar yang berada di Negeri Maghrib
sekitar tahun 672 H. Di tahun tersebut pula seorang pakar nahwu yang juga sangat
mashyur wafat, yaitu beliau Ibnu Malik pengarang kitab Alfiyyah Ibnu Malik
yang memiliki 1002 bait dalam kitabnya. Kemudian Ibnu Ajjurum wafat pada
Senin, tanggal 10 Safar tahun 723 H di Fas.10
Ayah beliau yang bernama Muhammad bin Daud merupakan ulama, untuk
memenuhi kehidupan keluarganya beliau berniaga dan menjilid buku-buku. Pada
awalnya Ajurrum belajar Ilmu Nahwu di Fas, lalu beliau ke Makkah dalam rangka
menunaikan ibadah haji. Dalam perjalanan ke Kairo, beliau sempatkan untuk
belajar ilmu Nahwu kepada Syeikh Abu Hayyan yang merupakan seorang pakar
ilmu Nahwu yang berasal dari Andalusia. Kitab matan Al-jurūmiyah mulai
disusun tahun 719 H/1319 M, sekitar empat tahun beliau wafat. Ulama yang
sezaman dengannya yaitu Al Maktum memuji Ibnu Al Ajurrum didalam kitabnya
Tazkirahnya, Al-Maktum mengatakan pada saat ia menulis kitabnya ini Ibnu
Ajurrum masih hidup. Ar ra`i dan Al haj juga menyebutkan bahwa Ibnu Ajurrum
menulis kitab Nahwunya dihadapan ka`bah. Tidak hanya kitab Al-jurūmiyah, Ibnu
Ajjurum juga memiliki beberapa kitab karangan tentang faroidl, sastra, dan
beberapa kitab lainnya.11
Disebutkan bahwa saat mengarang kitab Al-jurūmiyah ini terjadi suatu kisah
yang istimewa, Syeikh Al Hamidi meriwayatkan Ibnu Ajjurum membuang
kitabnya kelaut pada saat kitabnya selesai dikarang seraya berkata: ”Jika memang
kitab ini kutulis dengan ikhlash karena Allah, Maka ia tidak akan basah.” Dan saat
kitab itu kembali kepinggir pantai tidak ada basah sedikitpun. Pada riwayat lain

8
Muhammad Taqiyyudin Al-Alawy, ‘Manaqib Imam Ash Shonhajiy, Pengarang Kitab Al-Jurumiyah Fin Nahwi’
9
Muhammad Taqiyyudin Al-Alawy, ‘Manaqib Imam Ash Shonhajiy, Pengarang Kitab Al-Jurumiyah Fin Nahwi’
10
‘Abu Abdillah Muhammad Bin Muhammad Bin Dawud Ash Shinhaji. Matn AlAjurumiyah. Maktabah Syamilah
(Kitab Digital). Juz 1 Hlm 1.’
11
Al-Alawy.
juga disebutkan, saat Ibnu Ajurrum telah selesai menulis dengan menggunakan
botol tinta, ia berniat meletakkan kitabnya tersebut di dalam air sambil berkata
dalam hati “Ya Allah, jika saja karyaku ini akan bermanfaat jadikanlah tinta yang
aku pakai untuk menulis ini tidak akan luntur”. Ternyata dengan kuasa Allah tinta
tersebut tidak luntur sedikitpun. Dalam riwayat lain disebutkan ketika
merampungkan karya tulisnya ini beliau bermaksud menenggelamkan kitab beliau
ini kedalam air yang mengalir. Jika kitab tersebut terbawa arus maka berarti kitab
tersebut kurang manfaat sedangkan bila ia tetap tidak terbawa arus maka ia akan
tetap dikaji orang dan akan besar manfaannya. Sambil meletakkan kitab tersebut
kedalam air berliau berujar: “jurru Miyah, jurru Miyah” (mengalirlah wahai air).
Anehnya setelah diletakkan dalam air kitab tersebut tetap bertahan tidak terbawa
oleh arus. Subhanallah.12
B. Pengertian yang relevan

C. Kerangka berfikir

12
Al-Alawy.

Anda mungkin juga menyukai