PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran. dapat dikatakan bahwa pembelajran yang menekankan
aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna dan membawa peserta didik
pada pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu peserta didik juga
dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik
mampu mengembangkan bakat yang dimiliki, berfikir kritis dan
memecahkan permasalahan yang mengarah pada keberhasilan pada tujuan
pembelajaran.
Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh
seorang peserta didik dalam konteks belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan
baik. Aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar tidak hanya
mendengar dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas belajar yang
dilakukan peserta didik dalam belajar, maka proses pembelajaran yang
terjadi akan lebih baik.
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani maupun rohani. Aktivitas peserta didik selama proses belajar
mengajar merupakan indikator adanya keinginan peserta didik untuk
belajar. Aktivitas peserta didik merupakan kegiatan atau prilaku yang
terjadi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya pada
guru atau peserta didik lain, mengajukan pendapat, mau mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, mau menjawab pertanyaan guru,
dan bisa bekerja sama dengan peserta didik lain dalam kelompok, serta
senang dan penuh tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, semua
prilaku tersebut dapat ditinjau dari segi proses dan segi hasil.
Menurut Mulyono (2001: 260) aktivitas artinya “keinginan atau
keaktifan” jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan baik
fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Sedangkan keaktifan
peserta didik selama dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik maupun peserta
didik dengan peserta didik lainnya. Hal ini akan membuat suasana belajar
di kelas menjadi menyenangkan dan kondusif, dimana masing-masing
peserta didik dapat melibatkan kemampuan dan bakatnya semaksimal
mungkin.
Tanpa adanya kegiatan aktivitas aktivitas belajar peserta didik
maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas belajar
tidak hanya menulis saja namun diharapakan peserta didik dapat bertanya,
aktif dalam diskusi kelompok, dan rajin mengerjakan tugas tepat pada
waktunya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011: 202).
Slavin (Priansa, 2017: 292), menyatakan pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model atau acuan pembelajaran dimana dalam proses
pembelajaran yang berlangsung, peserta didik mampu belajar dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
atas empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara atau strategi dalam
pembelajaran secara berkelompok atau tim yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda dan saling
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing
Gemerincing
Menurut Fathurrohman (2016: 93), salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah model pemebelajaran tipe kancing
gemerincing. Model pembelajaran kancing gemerincing
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan. Kagan
mengemukakan tipe kancing gemerincing dengan istilah talking
chips. Chips yang dimaksud dapat berupa benda warna yang
ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih
dikenal sebagai model pembelajaraan kooperatif tipe Kancing
Gemerincing dan dikenal oleh Anita Lie.
Pengertian model pembelajaran tipe kancing gemerincing
menurut Lie adalah salah satu tipe model pembelajaran yang
masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang
sama untuk memberi kontribusi mereka dengan mendengarkan
pandangan dan pikiran anggota kelompok lain (Fathurrohman, 2016:
93).
Kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran kancing gemerincing, masing-masing anggota
kelompok berkesempatan memberi kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota kelompok lain. Selain itu, dapat
digunakan mengatasi hambatan pemerataan yang sering terjadi
dalam kerja kelompok. Kebanyakan dalam anggota kelompok,
seringkali ada anggota kelompok yang terlalu dominan dan banyak
bicara, sebaliknya ada anak yang pasif dan pasrah saja,
menggantungkan dan mengandalkan pada rekan-rekannya yang
lebih dominan. Dalam situasi ini, pemerataan tanggung jawab dalam
kelompok merupakan langkah yang dilakukan dalam model kancing
gemerincing.
Model ini memastikan setiap peserta didik mendapat
kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada
kelompok masing-masing. Setiap peserta didik memiliki kesempatan
untuk bertanya, menjawab, atau memberi pendapat. Jika salah satu
anak sudah tidak bisa bertanya, menjawab, ataupun memberi
pendapat maka peserta didik lainnya yang masih memiliki kancing
akan mendapat kesempatan untuk berkontribusi menyampaikan
pendapatnya. Jika diskusi masih berlangsung dan seluruh siswa
sudah memakai seluruh kancingnya, maka peserta didik bisa
membagi lagi kancingnya sama rata dengan anggota kelompok
(Huda, 2015: 122).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kancing gemerincing merupakan model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada seluruh peserta
didik untuk bertanya, menanggapi, dan menjawab soal soal melalui
alat bantu berupa kancing atau manik-manik atau alat lain yang
menarik interaksi pembelajaran kelompok sehingga tidak ada yang
dominan.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koperatif Tipe Kancing
Gemerincing
Menurut Huda (2015: 124), langkah-langkah Model
pembelajaran tipe Kancing Gemerincing sebagai berikut:.
1. Guru menyiapkan kancing-kancing (atau benda-benda kecil
lainya);
2. Sebelum diberi tugas, masing-masing anggota kelompok
mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
disesuaikan dengan jumlah tugas yang diberikan);
3. Setiap anggota yang selesai berpendapat atau berbicara, dia
harus menyerahkan salah satu kancing yang dimiliki dan
meletakannya ditengah-tengah meja kelompok;
4. Jika kancing yang dimiliki sudah habis, siswa tersebut tidak
boleh berbicara lagi dan harus menunggu anggota kelompok
lainya menghabiskan kancingnya masing-masing;
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas kelompoknya
belum selesai, kelompok bisa bermusyawarah menentukan
kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulang
lagi prosedurnya kembali.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kancing Gemericing
Setiap model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pembelajaran pasti ada kelemahan dan kelebihan
yang semuanya melibatkan peserta didik dalam pembelajaran.
Keunggulan pembelajaran tipe kancing gemerincing adalah untuk
mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok (Djamarah, 2010: 102). Adapun kelebihan dari
kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Huda (2011: 126 )
yaitu:
1) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe Kancing
Gemerincing antara lain:
a) Model pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan kelas.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan konsep sendiri dan memecahkan masalah.
c) Masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan
untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
d) Dapat membantu peserta menjadi aktif.
e) Dapat mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang
sering mewarnai kerja kelompok.
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing yaitu memerlukan waktu yang panjang dalam
membagi kelompok dan sulitnya mengontrol diskusi semua
kelompok agar yang mereka diskusikan tidak melebar kemana-
mana.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing yaitu masing-masing peserta didik dalam
kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
kelompok yang lain. Sedangkan kekurangan pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing adalah memerlukan waktu
yang panjang dan sulit mengontrol siswa saat diskusi.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori di atas maka dapat dikemukakan hipotesis
penelitian ini sebagai berikut: dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VII
SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabuapten Ketapang.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action
Research adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru
sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat (Nilakusmawati,
2015: 6).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas secara lebih
profesional (Hendriana, 2017: 28).
Tindakan Kelas yang diberikan pada penelitian ini ialah Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemericing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik Pada Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik.
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri
4 Sugai Laur, Kabupaten Ketapang tahun ajaran 2020/2021 yang
jumlahnya 15 peserta didik, terdiri dari 6 peserta didik perempuan dan 9
peserta didik laki-laki.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sungai Laur
Kabupaten Ketapang, tepatnya di kelas VII SMP Negeri 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang berlokasi di Jl. Lintas Kecamatan Desa,
Mekar Harapan, kecamatan Sungai Laur Kabupaten Ketapang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganap,
penentuan waktu mengacu pada kalender pendidikan SMPN 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang. Serta jadwal pelajaran yang telah ada
menyesuaikan.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode Kemmis dan
Taggart bahwa di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (obsevasing),
dan refleksi (reflecting). Tujuan menggunakan desain penelitian model ini,
apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan kekurangan maka perencanaan
dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
Adapun tahap-tahap dalam proses penelitian ini yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Persiapan yang diakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi pembelajaran.
2) Mempersiapkan media kancing dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing.
3) Mempersiapkan materi Pendidikan Agama Katolik.
4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar kerja peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Guru Pendidikan Agama Katolik menyiapkan satu kotak kecil yang
berisi kancing-kancing.
2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap peserta didik dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali peserta didik berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan dan meletakkannya
ditengah-tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki peserta didik habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing
mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagi kancing lagi
dan mengulang prosedur kembali.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti mengamati aktivitas guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing. Pengamatan dilaksanakan selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun.
d. Refleksi
Refleksi bertujuan untuk menganalisis hasil observasi, sehingga
diketahui adanya masalah serta hasil yang terjadi setelah proses
pembelajaran tersebut diberi tindakan. Hasil refleksi siklus I dijadikan
pedoman untuk melanjutkan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalh yang
terjadi pada siklus I.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Mempersiapakan media kancing dalam penerapan model pembelajarn
koperatif tipe kancig gemerincing pada pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
4) Menentukan waktu pelaksanan siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru Pendidikan Agama Katolik menyiapkan satu kotak kecil yang
berisi kancing-kancing.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap peserta didik dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap kali peserta didik berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan dan meletakkannya
ditengah-tengah.
4) Jika kancing yang dimiliki peserta didik habis, dia tidak boleh berbicara
lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagi kancing lagi
dan mengulang prosedur kembali.
c. Observasi
Pengamatan aktivitas guru dan aktivitas belajar peserta didik
dilakukan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik guna melihat apakah ada
peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II.
d. Refleksi
Guru Pendidikan Agama Katolik bersama peneliti mendiskusikan
hasil pengamatan dari sklus I dan II untuk menganalisis adanya masalah,
tindakan dan hasil observasi pada siklus tersebut. Siklus selanjutnya baru
akan berakhir hingga adanya peningkatan aktivitas belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur
penelitian ini dimulai dari tahap pra-siklus dimana guru menggajar seperti
biasa tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing. Dari hasil kegiatan pra-siklus memerlukan beberapa
perbaikan, untuk itu dilaksanakan siklus I, apabila siklus I belum terdapat
peningkatan aktivitas belajar peserta didik, maka akan dilanjutkan dengan
siklus selanjutnya hingga terdapat adanya peningkatan aktivitas belajar
peseta didik.
Adapun tahap refleksi dalam penelitian ini, meliputi refleksi
tindakan pada siklus I dilakukan dengan maksud untuk melihat kelebihan
dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan serta kekuranganya akan
diperbaiki pada siklus II.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi Langsung
Dalam penelitian ini, teknik yang utama digunakan oleh peneliti
adalah teknik observasi langsung. “teknik observasi langsung adalah
suatu metode pengumpulan data secara langsung, dimana peneliti atau
pembantu peneliti langsung mengamati gejala-gejala yang diteliti dari
suatu objek penelitian menggunakan atau tanpa menggunakan
instrumen penelitian yang sudah dirancang” (Zuldafrial, 2013: 39).
2. Teknik Studi Dokumenter
Teknik studi dokumenter digunakan dalam penelitian ini, karena
peneliti bermaksud untuk melihat dokumen-dokumen seperti silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan dokumen yang lainnya.
Hal itu bertujuan untuk menunjang data dalam penelitian ini. “teknik
studi dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data dimana
peneliti mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan melalui
dokumen-dokemen penting yang tersimpan” (Zuldafrial, 2013: 39).
D. Istrumen Pengumpulan Data
1. Lembaran Observasi
Lembaran observasi merupakan pengamatan untuk
mencatat kejadian yang terjadi pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini lembar observasi yang
digunakan adalah: lembaran observasi guru dan lembaran
observasi aktivitas belajar peserta didik. Lembaran observasi guru
digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan kegiatan
guru mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing. Sedangkan lembaran observasi aktivitas
belajar peserta didik digunakan untuk menilai aktivitas belajar
peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe kancing gemerincing. Lembaran observasi ini diisi oleh
pengamat sesuai dengan indikator aktivitas belajar peserta didik
yang akan diamati.
2. Dokumen-dokumen
Dokumen-dokumen merupakan alat pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan data melalui bahan-bahan tertulis
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dilaksanakan.
“teknik studi dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data
dimana si peneliti mengumpulkan data atau informasi yang
diperlukan melalui dokumen-dokumen penting yang tersimpan”
(Zuldafrial, 2013: 39). Adapun yang dimaksud dengan sumber dari
bahan-bahan tertulis dalam penelitian ini seperti silabus, Rencana
Pelaksanaan Penelitian (RPP), foto-foto dan sebagainya.
A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri 4
Sungai Laur Kabupaten Ketapang, sekolah ini terdiri dari 7 lokal ruang
kelas, 1 lokal kantor, perpustakaan dan ruang Tata Usaha (TU). SMP Negeri
4 sungai laur terakretasi C. kegitan pra tindakan atau observasi awal memang
selakyaknya dilakukan oleh seorang peneliti guna mengetahui kondisi kelas
yang nantinya akan dijadikan sebagai objek kajian dalam penelitian. pada
dasarnya tujuan utama dari adanya pra tindakan atau pra siklus adalah untuk
mengetahui masalah apa yang tengah dihadapi guru dan peserta didik dalam
proses belajar mengajar.
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada hari senin 3 Mei 2021 kegiatan
pra tindakan ini dalam penelitian ni adalah dengan melakukan observasi
pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas VII SMP
Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten Ketapang yang menjadi subjek penelitian.
observasi ini dilakukan guna mengamati proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik bersama guru serta aktivitas belajar peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung.
Hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan ini adalah proses
pembelajaran dengan guru masih berjalan kurang baik. Pada saat proses
pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional dan proses
pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru. Aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran masih rendah terlihat dari antusias peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran. peserta didik masih banyak yang asik
mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menjelaskan materi, ada
juga peserta didik yang sibuk bermain sendiri dan menggangu temannya,
tidak mau mencatat materi dan pada saat guru memberikan pertanyaan
kepada peserta didik, hanya beberapa yang menjawab pertanyaan dari guru
tersebut.
1. Deskripsi Hasil Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan yang dimulai pada hari senin
tanggal 10 Mei 2021 di SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten
Ketapang. Peneliti berdiskusi dengan guru PAK guna menyusun
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), menyususn lembar
observasi guru PAK dan lembar observasi aktivitas belajar peserta
didik pada proses pembelajaran PAK di kelas VII SMP Negeri 1
Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Perangkat dan istrumen
pembelajaran dibuat oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru
PAK. Selama proses pembelajaran berlangsung guru bertindak
sebagai pelaku penelitian dan peneliti bertindak sebagai observer.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus I dilakukan pada hari senin 10 Mei 2021 pukul
08.00 Wiba dengan jumlah peserta didik 15 orang. Pada tahap
pelaksanana proses pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Guru menyiapkan media pembelajaran
b) Guru menyiapkan materi pembelajaran tentang Sabda
bahagia
c) Guru mempersiapkan peserta didik didalam kelas
(mengucap salam, berdoa, dan mengabsen peserta didik).
d) Guru PaK menjelaskan Prosedur model pembelajaran
Kooperatif tipe Kancing gemerincing
e) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
f) Guru Membagi peserta didik kedalam kelompok (terdiri
dari 3 kelompok)
g) Guru PAK membagikan 2-3 kancing kepada peserta didik.
2. Kegiatan Inti
a) Guru PAK menjelaskan secara singkat arti bahagia pada
umumnya dan menjelaskan arti bahagia menurut Yesus
berdasarkan Kitab Suci (Matius 5:1-12). Sembari
menjelaskan, peserta didik diharapkan untuk
mendengarkan, mencatat, dan memperhatikan penjelasan
guru di depan.
b) Guru PAK memberikan tugas kepada kelompok berkaitan
dengan materi yang sudah disampaikan.
c) Guru PAK memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
d) Guru PAK memberi kesempatan kepada peserta didik yang
lain untuk bertanya kepada anggota kelompok yang
menyampaikan hasil kerja kelompok dengan prosedur
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru PAK memberi apresiasi kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
3. Penutup
a) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang hal yang kurang mengerti berdasarkan
materi yang telah disampaikan.
b) Guru membuat kesimpulan atau rangkuman terhadap apa
yang telah dipelajari.
c) Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin
doa penutup.
c. Hasil observasi
Berikut hasil pengamatan untuk setiap subjek melalui pemberian
tindakan pada siklus I. adapun hasil observasi aktivitas peserta didik
dapat dilihat pada tabel
Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Siklus I
Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Kancing gemerincing
pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
Indikator
Indikator
N Kode Keteranga
Mendeng Men Emosio Juml Persent
Peserta Visual Lisan Metrik Mental
o Didik
arkan ulis nal ah ase (%) n
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
1 PD01 4 3 4 3 4 3 2 2 2 27 75 Aktif
Sangat
2 PD02 4 4 3 4 3 2 3 4 2 29 81
Aktif
Sangat
3 PD03 4 3 4 3 3 4 2 2 3 28 78
Aktif
4 PD04 4 3 3 4 2 2 2 4 2 26 72 Aktif
Sangat
5 PD05 4 3 3 3 3 3 4 2 3 28 78
Aktif
6 PD06 4 3 3 4 4 2 2 2 3 27 75 Aktif
7 PD07 4 3 3 2 2 3 3 4 2 26 72 Aktif
Sangat
8 PD08 3 4 3 4 3 3 3 4 2 29 81
Aktif
9 PD09 4 3 3 2 2 2 4 3 2 25 69 Aktif
Sangat
10 PD10 4 4 4 3 4 3 2 2 3 29 81
Aktif
11 PD11 4 3 3 2 3 2 4 3 2 26 72 Aktif
12 PD12 4 4 3 3 2 3 3 2 2 26 72 Aktif
Sangat
13 PD13 4 3 3 3 4 2 3 4 3 29 81
Aktif
14 PD14 4 3 3 2 3 4 2 3 3 27 75 Aktif
Sangat
15 PD15 4 4 3 4 2 3 4 3 2 29 81
Aktif
Jumlah 59 50 48 46 44 41 43 44 36
7 Sangat
Persentase 98 83 80 77 73 68 72 60 411 76
3 Aktif
Total
d. Refleksi
Pada siklus II ini peserta didik yang biasanya pasif pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sudah kelihatan aktif
dalam diskusi kelompok. Pada siklus II ini aktivitas belajar peserta
didik sudah mencapai target dari keseluruhan indikator. Jadi
pelaksanan tindakan sudah memenuhi target, sehingga tidak perlu
dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pada siklus ini peserta didik
merasakan belajar yang menyenangkan, sehingga dapat disimpulkan
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
B. PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran