Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas belajar merupakan aspek yang sangat penting dalam
pembelajaran. dapat dikatakan bahwa pembelajran yang menekankan
aktivitas belajar akan menjadi lebih bermakna dan membawa peserta didik
pada pengalaman belajar yang mengesankan. Selain itu peserta didik juga
dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga peserta didik
mampu mengembangkan bakat yang dimiliki, berfikir kritis dan
memecahkan permasalahan yang mengarah pada keberhasilan pada tujuan
pembelajaran.
Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh
seorang peserta didik dalam konteks belajar untuk mencapai suatu tujuan.
Tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan
baik. Aktivitas peserta didik dalam proses belajar mengajar tidak hanya
mendengar dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas belajar yang
dilakukan peserta didik dalam belajar, maka proses pembelajaran yang
terjadi akan lebih baik.
Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara
jasmani maupun rohani. Aktivitas peserta didik selama proses belajar
mengajar merupakan indikator adanya keinginan peserta didik untuk
belajar. Aktivitas peserta didik merupakan kegiatan atau prilaku yang
terjadi dalam proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud
adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya pada
guru atau peserta didik lain, mengajukan pendapat, mau mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan oleh guru, mau menjawab pertanyaan guru,
dan bisa bekerja sama dengan peserta didik lain dalam kelompok, serta
senang dan penuh tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan, semua
prilaku tersebut dapat ditinjau dari segi proses dan segi hasil.
Menurut Mulyono (2001: 260) aktivitas artinya “keinginan atau
keaktifan” jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan baik
fisik maupun non fisik merupakan suatu aktivitas. Sedangkan keaktifan
peserta didik selama dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan peserta didik maupun peserta
didik dengan peserta didik lainnya. Hal ini akan membuat suasana belajar
di kelas menjadi menyenangkan dan kondusif, dimana masing-masing
peserta didik dapat melibatkan kemampuan dan bakatnya semaksimal
mungkin.
Tanpa adanya kegiatan aktivitas aktivitas belajar peserta didik
maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas belajar
tidak hanya menulis saja namun diharapakan peserta didik dapat bertanya,
aktif dalam diskusi kelompok, dan rajin mengerjakan tugas tepat pada
waktunya.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di SMP Negeri 4


Sungai Laur kabupaten Ketapang pada tanggal 3 Mei 2021 dan 24 Mei
2021 ada beberapa hal yang dirasakan oleh peneliti sebagai masalah dalam
belajar. Adapun kenyataannya di lapangan khususnya di kelas VII SMP 4
Sungai Laur yaitu, peserta didik tampak kurang menunjukkan aktivitas
belajar seperti yang diharapkan. Peserta didik cenderung pasif, tidak mau
bertanya, sulit merespon pertanyaan guru, dan tidak berani maju ke depan
kelas untuk ikut berpartisipasi dalam menyelesaikan tugas kelompok
maupun mendemonstrasikan kegiatan seperti yang dimintakan guru.
Sedangkan observasi yang penulis lakukan terhadap peserta didik dan
guru bidang studi PAK di SMP Negeri 4 Sungai laur, diketahui bahwa
proses pembelajaran masih berpusat kepada guru. Peserta didik cenderung
kurang aktif, di mana peserta didik hanya membaca buku, mendengar
penjelasan guru, peserta didik tidak mau mencatat materi yang telah
disampaikan. Sehingga mudah muncul rasa jenuh dan rasa bosan, proses
pembelajaran menjadi terasa kaku dan tidak terjadi proses pembelajaran
yang berarti bagi peserta didik. Untuk itu diperlukan suatu model
pembelajaran bervariasi, menarik dan menyenangkan agar dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dalam proses belajar
Pendidikan Agama Katolik di kelas VII SMP Negeri 4 Sungai Laur.

Selain itu, guru belum menerapkan model pembelajaran yang


bervariasi selama pembelajaran Pendidikan Agama Katolik berlangsung.
Kurangnya variasi model pembelajaran yang digunakan guru tentu akan
menyebabkan rasa jenuh dan bosan pada peserta didik. Guru belum
terbiasa menerapkan model belajar yang bervariasi dan penerapan model
pembelajaran yang konvensional dianggap lebih praktis dan
mempersingkat waktu. Kejenuhan dan kebosanan peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik akan
berpengaruh pada aktivitas belajar peserta didik menurun hal ini tampak
pada beberapa peserta didik pasif dalam proses pembelajaran di kelas.
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran dan aktivitas belajar
peserta didik meningkat maka guru harus lebih kreaktif melakukan
penerapan model pembelajaran yang bervariasi, tepat dan sesuai. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama
Katolik adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
Menurut Fathurrohman (2016: 93), salah satu model pembelajaran
kooperatif adalah model pemebelajaran tipe kancing gemerincing. Model
pembelajaran kancing gemerincing dikembangkan pertama kali oleh
Spencer Kagan. Kagan mengemukakan tipe kancing gemerincing dengan
istilah talking chips. Chips yang dimaksud dapat berupa benda warna yang
ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih dikenal
sebagai model pembelajaraan kooperatif tipe Kancing Gemerincing dan
dikenal oleh Anita Lie.
Pengertian model pembelajaran tipe kancing gemerincing menurut
Lie adalah salah satu tipe model pembelajaran yang masing-masing
anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang sama untuk memberi
kontribusi mereka dengan mendengarkan pandangan dan pikiran anggota
kelompok lain (Fathurrohman, 2016: 93). Model ini memastikan setiap
peserta didik mendapat kesempatan yang sama untuk berperan serta dan
berkontribusi pada kelompok masing-masing. Selain itu dilihat dari
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing yakni,
Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan konsep
sendiri dan memecahkan masalah, memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan konsep sendiri dan memecahkan masalah,
masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain, membantu peserta menjadi aktif, mengatasi
hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok
dan pembelajaran yang menyenangkan.
Melihat berbagai masalah di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil salah satu topik penelitian yaitu “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan
Aktivitas Belajar Peserta Didik Pendidikan Agama Katolik Kelas VII SMP
Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten Ketapang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VII SMP Negeri
4 Sungai Laur Kabupaten Ketapang?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada
pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VII SMP Negeri 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada pelajaran Pendidikan
Agama Katolik kelas VII SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten
Ketapang.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mendeskripsikan pelaksanaan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing dalam meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik
kelas VII SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten Ketapang.
2. Mengetahui model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik
pada pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VII SMP Negeri 4
Sungai Laur Kabupaten Ketapang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan, mendukung teori-teori model pembelajaran kooperatif
tipe kancing gemerincing dan aktivitas belajar Peserta didik.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan bekal menjadi
pendidik dengan menerapkan model-model pembelajaran untuk
meningkatkan aktivitas belajar Peserta didik.
2. Bagi Peserta didik
Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Peserta didik
untuk memecahkan masalahnya dalam kesulitan belajar dan
meningkatkan aktivitas belajar Peserta didik pada pelajaran
pendidikan agama Katolik.
3. Bagi Lembaga STAKat Negeri Pontianak
Penelitian ini dapat menjadi refrensi di perpustakaan sehingga
mahasiswa STAKat yang ingin menulis tentang masalah yang
sama dapat membaca di perpustakaan.
4. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik
a. Menginformasikan kepada guru Pendidikan Agama Katolik
mengenai penerapan model pembelajaran yang bervariasi guna
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik di sekolah.
b. Meningkatkan profesionalisme guru dalam proses
pembelajaran.
c. Mendorong guru untuk menciptakan Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman, 2011: 202).
Slavin (Priansa, 2017: 292), menyatakan pembelajaran kooperatif
merupakan suatu model atau acuan pembelajaran dimana dalam proses
pembelajaran yang berlangsung, peserta didik mampu belajar dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
atas empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara atau strategi dalam
pembelajaran secara berkelompok atau tim yang terdiri dari empat
sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda dan saling
bekerjasama dalam menyelesaikan masalah.
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing
Gemerincing
Menurut Fathurrohman (2016: 93), salah satu model
pembelajaran kooperatif adalah model pemebelajaran tipe kancing
gemerincing. Model pembelajaran kancing gemerincing
dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan. Kagan
mengemukakan tipe kancing gemerincing dengan istilah talking
chips. Chips yang dimaksud dapat berupa benda warna yang
ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian lebih
dikenal sebagai model pembelajaraan kooperatif tipe Kancing
Gemerincing dan dikenal oleh Anita Lie.
Pengertian model pembelajaran tipe kancing gemerincing
menurut Lie adalah salah satu tipe model pembelajaran yang
masing-masing anggota kelompoknya mendapat kesempatan yang
sama untuk memberi kontribusi mereka dengan mendengarkan
pandangan dan pikiran anggota kelompok lain (Fathurrohman, 2016:
93).
Kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model
pembelajaran kancing gemerincing, masing-masing anggota
kelompok berkesempatan memberi kontribusi mereka dan
mendengarkan pandangan anggota kelompok lain. Selain itu, dapat
digunakan mengatasi hambatan pemerataan yang sering terjadi
dalam kerja kelompok. Kebanyakan dalam anggota kelompok,
seringkali ada anggota kelompok yang terlalu dominan dan banyak
bicara, sebaliknya ada anak yang pasif dan pasrah saja,
menggantungkan dan mengandalkan pada rekan-rekannya yang
lebih dominan. Dalam situasi ini, pemerataan tanggung jawab dalam
kelompok merupakan langkah yang dilakukan dalam model kancing
gemerincing.
Model ini memastikan setiap peserta didik mendapat
kesempatan yang sama untuk berperan serta dan berkontribusi pada
kelompok masing-masing. Setiap peserta didik memiliki kesempatan
untuk bertanya, menjawab, atau memberi pendapat. Jika salah satu
anak sudah tidak bisa bertanya, menjawab, ataupun memberi
pendapat maka peserta didik lainnya yang masih memiliki kancing
akan mendapat kesempatan untuk berkontribusi menyampaikan
pendapatnya. Jika diskusi masih berlangsung dan seluruh siswa
sudah memakai seluruh kancingnya, maka peserta didik bisa
membagi lagi kancingnya sama rata dengan anggota kelompok
(Huda, 2015: 122).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran kancing gemerincing merupakan model
pembelajaran yang memberi kesempatan kepada seluruh peserta
didik untuk bertanya, menanggapi, dan menjawab soal soal melalui
alat bantu berupa kancing atau manik-manik atau alat lain yang
menarik interaksi pembelajaran kelompok sehingga tidak ada yang
dominan.
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Koperatif Tipe Kancing
Gemerincing
Menurut Huda (2015: 124), langkah-langkah Model
pembelajaran tipe Kancing Gemerincing sebagai berikut:.
1. Guru menyiapkan kancing-kancing (atau benda-benda kecil
lainya);
2. Sebelum diberi tugas, masing-masing anggota kelompok
mendapat dua atau tiga buah kancing (jumlah kancing
disesuaikan dengan jumlah tugas yang diberikan);
3. Setiap anggota yang selesai berpendapat atau berbicara, dia
harus menyerahkan salah satu kancing yang dimiliki dan
meletakannya ditengah-tengah meja kelompok;
4. Jika kancing yang dimiliki sudah habis, siswa tersebut tidak
boleh berbicara lagi dan harus menunggu anggota kelompok
lainya menghabiskan kancingnya masing-masing;
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas kelompoknya
belum selesai, kelompok bisa bermusyawarah menentukan
kesepakatan untuk membagikan kancing lagi dan mengulang
lagi prosedurnya kembali.
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kancing Gemericing
Setiap model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pembelajaran pasti ada kelemahan dan kelebihan
yang semuanya melibatkan peserta didik dalam pembelajaran.
Keunggulan pembelajaran tipe kancing gemerincing adalah untuk
mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai
kerja kelompok (Djamarah, 2010: 102). Adapun kelebihan dari
kooperatif tipe kancing gemerincing menurut Huda (2011: 126 )
yaitu:
1) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif tipe Kancing
Gemerincing antara lain:
a) Model pembelajaran ini bisa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan kelas.
b) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan konsep sendiri dan memecahkan masalah.
c) Masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan
untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan
pandangan dan pemikiran anggota yang lain.
d) Dapat membantu peserta menjadi aktif.
e) Dapat mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang
sering mewarnai kerja kelompok.
2) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing yaitu memerlukan waktu yang panjang dalam
membagi kelompok dan sulitnya mengontrol diskusi semua
kelompok agar yang mereka diskusikan tidak melebar kemana-
mana.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing yaitu masing-masing peserta didik dalam
kelompok diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat
dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota
kelompok yang lain. Sedangkan kekurangan pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing adalah memerlukan waktu
yang panjang dan sulit mengontrol siswa saat diskusi.

B. Pelajaran Pendidikan Agama Katolik


1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Pendidikan Agama Katolik merupakan proses pendidikan
dalam iman yang diselenggarakan oleh sekolah, bekerja sama
dengan keluarga, Gereja dan kelompok jemaat lainnya untuk
membantu siswa supaya semakin beriman kepada Tuhan Yesus,
sehingga nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh terwujud di
tengah mereka (Heryatno, 2008: 19).
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan
secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh
iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
Agama Katolik (Wibawa, 2017: 2). Sedangkan Pendidikan Agama
Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan
peserta didik berinteraksi (berkomunikasi), memahami,
menggumuli dan menghayati iman (Wibawa, 2017: 3). Dengan
kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan
iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman peserta didik
semakin diperteguhkan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa Pendidikan Agama Katolik tidak berhenti pada agama atau
hal-hal lahiriah melainkan pendidikan Agama Katolik mampu
menghantar siswa sampai kepada iman dan taqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sesuai dengan ajaran Agama Katolik sehingga
nilai-nilai Kerajaan Allah dapat sungguh terwujud di tengah
mereka.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik
Silabus Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti kelas
VII, menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Agama Katolik
mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan satu dengan
yang lain. Keempat aspek yang dibahas secara lebih mendalam
sesuai tingkat kemampuan pemahaman siswa adalah:
a) Pribadi Siswa: ruang lingkup ini membahas tentang diri siswa
sebagai laki-laki dan perempuan yang memiliki kemampuan dan
keterbatasan, kelebihan dan kekurangan, yang dipanggil untuk
membangun relasi dengan sesama serta lingkungan sesuai
dengan Tradisi Katolik.
b) Yesus Kristus: ruang lingkup ini membahas tentang pribadi
Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah,
seperti yang tertuang dalam Kitab Suci agar siswa berelasi
dengan Kristus dan meneladani-Nya.
c) Gereja: ruang lingkup ini membahas tentang makna Gereja agar
siswa mampu mewujudkan kehidupan menggereja.
d) Masyarakat: ruang lingkup ini membahas tentang perwujudan
iman dalam hidup bersama ditengah masyarakat sesuai dengan
Tradisi Katolik.
3. Aktivitas Belajar
a. Pengertian Aktivitas Belajar
Dalam belajar, aktivitas sangat dibutuhkan, karena pada
prinsipnya atau asas yang sangat penting dalam interaksi
belajar mengajar (Sardiman, 2007: 95-96). Dalam proses
belajar, siswa selalu menampakan keaktifan, baik keaktifan
yang bentuknya kegiatan fisik maupun psikis (Dimyati, 2006:
45).
Menurut Nanang Hanafiah (2012: 23), aktivitas belajar
yaitu keterlibatan aspek psikomotorik peserta didik baik
jasmani maupun rohani yang berkaitan dengan aspek kognitif,
efektif maupun psikomotorik. Menurut Sadiman (2007: 100)
aktivitas belajar yaitu keterkaitan antara aktivitas yang bersifat
fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Sedangkan menurut
Mohhamad (2011: 22), mengatakan bahwa aktivitas belajar
siswa yaitu berhubungan dengan aktivitas jasmani maupun
aktivitas mental.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa aktivitas belajar yaitu aktivitas yang dilakukan oleh
siswa baik yang bersifat fisik (jasmani) maupun psikis (rohani)
yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun
psikomotorik dalam interaksi belajar mengajar.
b. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Menurut Sudjana, (2010: 3), mengatakan bahwa tinggi
rendahnya aktivitas belajar peserta didik tergantung pada
tujuan intruksional, stimulasi guru, karakteristik bahan
pengajaran (materi), minat dan perhatian belajar siswa,
kemampuan belajar siswa dan motivasi belajar siswa.
Menurut Dimyati (2006: 238), aktivitas belajar di pengaruhi
oleh faktor internal yang ada pada diri siswa itu sendiri dan
guru yang merupakan faktor eksternal. Faktor internal terdiri
dari sikap, motivasi, kosentrasi, mengolah, menyimpan,
memanggil dan unjuk berprestasi. Sedangkan faktor eksternal
terdiri dari pengorganisasian belajar, bahan ajar, dan sumber
belajar, serta evaluasi belajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui aktivitas belajar
peserta didik dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal aktivitas belajar yaitu terdapat pada
diri peserta didik sendiri, sedangkan faktor eksternal dari
aktivitas belajar peserta didik yaitu cara guru dalam mengelola
pembelajaran. Dalam penelitian ini, faktor eksternal aktivitas
belajar berupa pengelolaan belajar lebih ditekankan untuk
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada Pelajaran
Pendidikan Agama Katolik di kelas VII SMP Negeri 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang.
c. Jenis-Jenis Aktivitas Belajar
Adapun jenis-jenis aktivitas belajar yang digolongkan oleh
Paul B. Diedric (Sardiman, 2011: 101) adalah sebagai berikut:
1) Visual activities, diantaranya meliputi membaca,
memperhatikan gambar demontrasi, percobaan.
2) Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran dan mengeluarkan pendapat.
3) Listening activities, seperti mendengarkan percakapan,
uraian dan diskusi.
4) Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan,
laporan dan menyalin.
5) Motor activities, misalnya melakukan percobaan.
6) Mental activities, misalnya, menanggapi, mengingkat,
memecahkan soal dan menganalisis.
7) Emosional activities, menaruh minat, gembira,
bersemangat, bergairah dan berani.
Penggolongan aktivitas tersebut menunjukan bahwa
aktivitas belajar peserta didik sangat kompleks. Aktivitas
pembelajaran dapat diciptakan dengan melaksanakan
pembelajaran yang menyenangkan dengan menyajikan
variasi model pembelajaran yang lebih memicu kegiatan
peserta didik. Dengan demikian peserta didik aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
4. Hubungan Aktivitas Belajar dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Kancing Gemerincing
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dijelaskan bahwa
terdapat ikatan dan kaitan antara aktivitas belajar peserta didik dan
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Jika
dilihat dari kelebihan pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing peserta didik dituntut aktif dalam kelompok maupun
secara individu mengerjakan tugas dan diskusi hingga
mendapatkan kesimpulan. Guru juga dituntut aktif karena guru
sebagai pusat pembelajaran yang sayangnya banyak
memperhatikan kegiatan peserta didik.
Selain itu peran serta seorang guru yang juga berfungsi
sebagai fasilitator yang bertugas membimbing peserta didik dalam
mengerjakan tugas mapun membantu peserta didik untuk
menyimpulkan pelajaran bersama-sama sehingga terjadi suatu
proses aktivitas atau keaktifan yang luar biasa antara peserta didik
dengan peserta didik maupun antar peserta didik dengan guru.
Dengan adanya model pemebelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing sehingga harapan terakhir dari belajar aktif ini yaitu
kemampuan belajar mandiri pada peserta didik dapat diwujudkan
walaupun masih belum sempurna.
C. Tindakan dan Prosedur Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode Kemmis dan
Taggart bahwa di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat
komponen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting),
pengamatan (obsevasing), dan refleksi (reflecting). Tujuan
menggunakan model ini, apabila dalam pelaksanaan tindakan
ditemukan kekurangan maka perencanaan dan pelaksanaan tindakan
perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai
target yang diinginkan tercapai. Kriteria keberhasilan), yaitu sebagai
berikut:
a. Perencanan (Panning) yaitu Persiapan yang dilakukan untuk
pelaksanana penelitian tindakan kelas, seperti: menyususn
Rancangan Rencana Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan
media pembelajaran.
b. Pelaksanan Tindakan (Acting), yaitu deskripsi tindakan yang akan
dilakukan, skenario kerja tindakan perbaikan yang akan dikerjakan
serta prosedur tindakan yang akan ditetapkan.
c. Obsevasi (Observe), 0bservasi ini dilakukan untuk melihat
pelaksanana semua rencana yang telah dibuat dengan baik, tidak
ada penyimpangan-penyimpangan yang dapat memberi hasil yang
kurang maksimal dalam meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik. Kegiatan ini dibantu dengan lembar observasi yang sudah di
buat sesuai dengan data yang dibutuhkan
d. Refleksi (Reflecting), refleksi dilaksanakan untuk mengemukakan
kembali apa yang sudah dilakukan , mengetahui kekurang dan
kelebihan dari tindakan yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi
ini memberi kemudahan untuk melakukan perubahan pada
tindakan berikutnya.
D. Kajian Empiris
Kajian empiris pada tugas akhir untuk menjelaskan (state of art),
perbedaan atau memperkuat hasil penelitian-penelitian tersebut dengan
penelitian yang telah ada. Pengkajian pada hasil penelitian orang lain
yang relevan, lebih berfungsi sebagai pembanding dari kesimpulan
berfikir kita sebagai peneliti nantinya. Berikut hasil penelusuran
diperoleh beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti, yaitu:
1. Turman (2012), penelitian yang berjudul “ penerapan model
Pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat
meningkatkan aktivitas Matematika kelas VIII MTs Hidayatul
Muta,alim Desa Mengkirau kecamatan Merbau Kabupaten
Bengkalis”. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas yakni pendidik berperan langsung dalam proses
belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian PTK ini dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing dapat meningkatkan aktivitas belajar
Matematika kelas VIII Madrasah Hidayatul Muta,alim Desa
Mengkirau kecamatan Merbau Kabupaten Bengkalis.
2. Muhaiminul Azizah, dkk (2018). Penelitian yang berjudul “
penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing
gemerincing untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII
MTs NW Sikur tahun 2018. Jenis penelitian yang diguanakan
adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 2 siklus.
Hasil penelitian diperoleh bahwa dalam 2 siklus selalu mengalami
peningkatan. Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa kelas VIII Madrasah Thasawiyah NW Sikur.

E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori di atas maka dapat dikemukakan hipotesis
penelitian ini sebagai berikut: dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik pelajaran Pendidikan Agama Katolik kelas VII
SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabuapten Ketapang.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). penelitian Tindakan Kelas atau Classroom Action
Research adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya sendiri
melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru
sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat (Nilakusmawati,
2015: 6).
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di kelas secara lebih
profesional (Hendriana, 2017: 28).
Tindakan Kelas yang diberikan pada penelitian ini ialah Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemericing Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar peserta didik Pada Pelajaran Pendidikan Agama
Katolik.
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP Negeri
4 Sugai Laur, Kabupaten Ketapang tahun ajaran 2020/2021 yang
jumlahnya 15 peserta didik, terdiri dari 6 peserta didik perempuan dan 9
peserta didik laki-laki.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sungai Laur
Kabupaten Ketapang, tepatnya di kelas VII SMP Negeri 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang berlokasi di Jl. Lintas Kecamatan Desa,
Mekar Harapan, kecamatan Sungai Laur Kabupaten Ketapang.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester ganap,
penentuan waktu mengacu pada kalender pendidikan SMPN 4 Sungai
Laur Kabupaten Ketapang. Serta jadwal pelajaran yang telah ada
menyesuaikan.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode Kemmis dan
Taggart bahwa di dalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen
yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (obsevasing),
dan refleksi (reflecting). Tujuan menggunakan desain penelitian model ini,
apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan kekurangan maka perencanaan
dan pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
Adapun tahap-tahap dalam proses penelitian ini yaitu:
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Persiapan yang diakukan dalam penelitian ini adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan
materi pembelajaran.
2) Mempersiapkan media kancing dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing.
3) Mempersiapkan materi Pendidikan Agama Katolik.
4) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam
proses pembelajaran.
5) Menyiapkan lembar kerja peserta didik.
b. Pelaksanaan Tindakan
1. Guru Pendidikan Agama Katolik menyiapkan satu kotak kecil yang
berisi kancing-kancing.
2. Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap peserta didik dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3. Setiap kali peserta didik berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan dan meletakkannya
ditengah-tengah.
4. Jika kancing yang dimiliki peserta didik habis, dia tidak boleh
berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing
mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagi kancing lagi
dan mengulang prosedur kembali.
c. Observasi
Pada tahap ini, peneliti mengamati aktivitas guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing. Pengamatan dilaksanakan selama
proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun.
d. Refleksi
Refleksi bertujuan untuk menganalisis hasil observasi, sehingga
diketahui adanya masalah serta hasil yang terjadi setelah proses
pembelajaran tersebut diberi tindakan. Hasil refleksi siklus I dijadikan
pedoman untuk melanjutkan siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalh yang
terjadi pada siklus I.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Mempersiapakan media kancing dalam penerapan model pembelajarn
koperatif tipe kancig gemerincing pada pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik.
4) Menentukan waktu pelaksanan siklus II.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru Pendidikan Agama Katolik menyiapkan satu kotak kecil yang
berisi kancing-kancing.
2) Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap peserta didik dalam
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancing
(jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap kali peserta didik berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan dan meletakkannya
ditengah-tengah.
4) Jika kancing yang dimiliki peserta didik habis, dia tidak boleh berbicara
lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan kancing mereka.
5) Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil sepakat untuk membagi-bagi kancing lagi
dan mengulang prosedur kembali.
c. Observasi
Pengamatan aktivitas guru dan aktivitas belajar peserta didik
dilakukan pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing pada pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas guru dan peserta didik guna melihat apakah ada
peningkatan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II.
d. Refleksi
Guru Pendidikan Agama Katolik bersama peneliti mendiskusikan
hasil pengamatan dari sklus I dan II untuk menganalisis adanya masalah,
tindakan dan hasil observasi pada siklus tersebut. Siklus selanjutnya baru
akan berakhir hingga adanya peningkatan aktivitas belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur
penelitian ini dimulai dari tahap pra-siklus dimana guru menggajar seperti
biasa tanpa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing. Dari hasil kegiatan pra-siklus memerlukan beberapa
perbaikan, untuk itu dilaksanakan siklus I, apabila siklus I belum terdapat
peningkatan aktivitas belajar peserta didik, maka akan dilanjutkan dengan
siklus selanjutnya hingga terdapat adanya peningkatan aktivitas belajar
peseta didik.
Adapun tahap refleksi dalam penelitian ini, meliputi refleksi
tindakan pada siklus I dilakukan dengan maksud untuk melihat kelebihan
dan kekurangan dari tindakan yang dilakukan serta kekuranganya akan
diperbaiki pada siklus II.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi Langsung
Dalam penelitian ini, teknik yang utama digunakan oleh peneliti
adalah teknik observasi langsung. “teknik observasi langsung adalah
suatu metode pengumpulan data secara langsung, dimana peneliti atau
pembantu peneliti langsung mengamati gejala-gejala yang diteliti dari
suatu objek penelitian menggunakan atau tanpa menggunakan
instrumen penelitian yang sudah dirancang” (Zuldafrial, 2013: 39).
2. Teknik Studi Dokumenter
Teknik studi dokumenter digunakan dalam penelitian ini, karena
peneliti bermaksud untuk melihat dokumen-dokumen seperti silabus,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan dokumen yang lainnya.
Hal itu bertujuan untuk menunjang data dalam penelitian ini. “teknik
studi dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data dimana
peneliti mengumpulkan data atau informasi yang diperlukan melalui
dokumen-dokemen penting yang tersimpan” (Zuldafrial, 2013: 39).
D. Istrumen Pengumpulan Data
1. Lembaran Observasi
Lembaran observasi merupakan pengamatan untuk
mencatat kejadian yang terjadi pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini lembar observasi yang
digunakan adalah: lembaran observasi guru dan lembaran
observasi aktivitas belajar peserta didik. Lembaran observasi guru
digunakan untuk mengetahui kesesuaian pelaksanaan kegiatan
guru mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
kancing gemerincing. Sedangkan lembaran observasi aktivitas
belajar peserta didik digunakan untuk menilai aktivitas belajar
peserta didik melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe kancing gemerincing. Lembaran observasi ini diisi oleh
pengamat sesuai dengan indikator aktivitas belajar peserta didik
yang akan diamati.
2. Dokumen-dokumen
Dokumen-dokumen merupakan alat pengumpulan data
dengan cara mengumpulkan data melalui bahan-bahan tertulis
yang berhubungan dengan masalah penelitian yang dilaksanakan.
“teknik studi dokumenter adalah suatu metode pengumpulan data
dimana si peneliti mengumpulkan data atau informasi yang
diperlukan melalui dokumen-dokumen penting yang tersimpan”
(Zuldafrial, 2013: 39). Adapun yang dimaksud dengan sumber dari
bahan-bahan tertulis dalam penelitian ini seperti silabus, Rencana
Pelaksanaan Penelitian (RPP), foto-foto dan sebagainya.

E. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil lembar observasi aktivitas
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran dianalisis secara
rumus (Anas, 2011: 43) yakni sebagai berikut:
n
P= x 100%
N
Keterangan:
P : Nilai Persen yang dicari
n : jumlah skor yang diperoleh
N : skor maksimal yang diperoleh
Kriteria aktivitas peserta didik pada proses pembelajaran
berdasarkan hasil persentase yang diperoleh hasil pengembangan
dari Purwanto (2012: 103) yaitu:

Aktivitas (%) Kriteria


76-100 Sangat aktif
65-75 Aktif
56-64 Cukup Aktif
0-55 Kurang Aktif
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Kondisi Awal
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMP Negeri 4
Sungai Laur Kabupaten Ketapang, sekolah ini terdiri dari 7 lokal ruang
kelas, 1 lokal kantor, perpustakaan dan ruang Tata Usaha (TU). SMP Negeri
4 sungai laur terakretasi C. kegitan pra tindakan atau observasi awal memang
selakyaknya dilakukan oleh seorang peneliti guna mengetahui kondisi kelas
yang nantinya akan dijadikan sebagai objek kajian dalam penelitian. pada
dasarnya tujuan utama dari adanya pra tindakan atau pra siklus adalah untuk
mengetahui masalah apa yang tengah dihadapi guru dan peserta didik dalam
proses belajar mengajar.
Kegiatan penelitian dilaksanakan pada hari senin 3 Mei 2021 kegiatan
pra tindakan ini dalam penelitian ni adalah dengan melakukan observasi
pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di kelas VII SMP
Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten Ketapang yang menjadi subjek penelitian.
observasi ini dilakukan guna mengamati proses pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik bersama guru serta aktivitas belajar peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung.
Hasil yang diperoleh dari hasil pengamatan ini adalah proses
pembelajaran dengan guru masih berjalan kurang baik. Pada saat proses
pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional dan proses
pembelajaran masih cenderung berpusat pada guru. Aktivitas peserta didik
dalam proses pembelajaran masih rendah terlihat dari antusias peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran. peserta didik masih banyak yang asik
mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menjelaskan materi, ada
juga peserta didik yang sibuk bermain sendiri dan menggangu temannya,
tidak mau mencatat materi dan pada saat guru memberikan pertanyaan
kepada peserta didik, hanya beberapa yang menjawab pertanyaan dari guru
tersebut.
1. Deskripsi Hasil Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan yang dimulai pada hari senin
tanggal 10 Mei 2021 di SMP Negeri 4 Sungai Laur Kabupaten
Ketapang. Peneliti berdiskusi dengan guru PAK guna menyusun
Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), menyususn lembar
observasi guru PAK dan lembar observasi aktivitas belajar peserta
didik pada proses pembelajaran PAK di kelas VII SMP Negeri 1
Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Perangkat dan istrumen
pembelajaran dibuat oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru
PAK. Selama proses pembelajaran berlangsung guru bertindak
sebagai pelaku penelitian dan peneliti bertindak sebagai observer.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus I dilakukan pada hari senin 10 Mei 2021 pukul
08.00 Wiba dengan jumlah peserta didik 15 orang. Pada tahap
pelaksanana proses pembelajaran dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Guru menyiapkan media pembelajaran
b) Guru menyiapkan materi pembelajaran tentang Sabda
bahagia
c) Guru mempersiapkan peserta didik didalam kelas
(mengucap salam, berdoa, dan mengabsen peserta didik).
d) Guru PaK menjelaskan Prosedur model pembelajaran
Kooperatif tipe Kancing gemerincing
e) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
f) Guru Membagi peserta didik kedalam kelompok (terdiri
dari 3 kelompok)
g) Guru PAK membagikan 2-3 kancing kepada peserta didik.
2. Kegiatan Inti
a) Guru PAK menjelaskan secara singkat arti bahagia pada
umumnya dan menjelaskan arti bahagia menurut Yesus
berdasarkan Kitab Suci (Matius 5:1-12). Sembari
menjelaskan, peserta didik diharapkan untuk
mendengarkan, mencatat, dan memperhatikan penjelasan
guru di depan.
b) Guru PAK memberikan tugas kepada kelompok berkaitan
dengan materi yang sudah disampaikan.
c) Guru PAK memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
d) Guru PAK memberi kesempatan kepada peserta didik yang
lain untuk bertanya kepada anggota kelompok yang
menyampaikan hasil kerja kelompok dengan prosedur
model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru PAK memberi apresiasi kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
3. Penutup
a) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang hal yang kurang mengerti berdasarkan
materi yang telah disampaikan.
b) Guru membuat kesimpulan atau rangkuman terhadap apa
yang telah dipelajari.
c) Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin
doa penutup.
c. Hasil observasi
Berikut hasil pengamatan untuk setiap subjek melalui pemberian
tindakan pada siklus I. adapun hasil observasi aktivitas peserta didik
dapat dilihat pada tabel
Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik
Siklus I
Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Kancing gemerincing
pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik

Indikator

Kode Mend Emo Persen


N Menul Jumla Keteranga
Peserta Visual Lisan engar Metrik Mental sion tase
o is h n
Didik kan al (%)
A
A1 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9
2
1 PD01 3 3 3 3 3 3 2 2 2 24 67 Aktif
2 PD02 3 2 2 4 2 2 3 4 2 24 67 Aktif
3 PD03 2 3 4 3 2 3 2 2 3 24 67 Aktif
Cukup
4 PD04 3 3 3 3 2 2 2 3 2 23 64
Aktif
5 PD05 3 3 2 2 3 3 3 2 3 24 67 Aktif
Cukup
6 PD06 2 2 2 4 4 2 2 2 3 23 64
Aktif
7 PD07 4 3 3 2 2 3 2 3 2 24 67 Aktif
8 PD08 2 3 2 3 3 3 3 4 2 25 69 Aktif
Cukup
9 PD09 4 2 3 2 2 2 3 3 2 23 64
Aktif
10 PD10 3 3 4 3 2 3 2 2 3 25 69 Aktif
Cukup
11 PD11 2 3 2 2 3 2 3 3 2 22 61
Aktif
Cukup
12 PD12 2 3 2 3 2 3 3 2 2 22 61
Aktif
13 PD13 4 3 2 3 2 2 3 2 3 24 67 Aktif
Cukup
14 PD14 3 2 3 2 3 2 2 3 3 23 64
Aktif
Sangat
15 PD15 3 4 3 4 2 3 4 3 2 28 78
Aktif
Jumlah 43 42 40 43 37 38 39 40 36
Persentase 72 70 67 72 62 63 65 67 60 358 66 Aktif
Total
Keterangan skor:

1= Kurang Aktif 2= Cukup Aktif 3= aktif 4= Sangat aktif

Kriteria aktivitas peserta didik:


78% - 100% ( Sangat Aktif )
65% - 75% ( Aktif )
56% - 64% ( Cukup Aktif )
0% - 55% ( Kurang Aktif )
(Sumber: Purwanto (2012: 103) )
Berdasarkan tabel di atas menunjukan hasil observasi aktivitas
belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat bahwa adanya
peningkatan aktivitas belajar peserta didik, 9 orang telah mencapai
kategori aktif, dengan angka persentase 65-75 % dan 1 orang mencapai
kategori sangat aktif, dengan persentase 78 %. Data diolah per individu
peserta didik dengan membagi jumlah skor aktivitas belejar peserta
didik dengan skor maksimal yang diperoleh. Indikator keberhasilan
untuk aktivitas belajar peserta didik secara klasik adalah 75%. Jika rata-
rata aktivitas peserta didik telah mencapai ≥ 75% berarti aktivitas
peserta didik sudah berhasil. Total keseluruhan dari aktivitas belajar
peserta didik pada siklus I dengan angka persentase 66 %. Hal ini
menunjukan bahwa hasil observasi aktivitas belajar peserta siklus I
belum mencapai indikator dan target yang ingin dicapai. Dalam proses
pembelajaran masih ada 5 orang aktivitas belajarnya rendah maka akan
diperbaiki pada siklus II.
d. Refleksi
Dalam pelaksanan siklus I peserta didik belum maksimal,
aktivitas belajar peserta didik pada pembalajaran Pendidikan Agama
Katolik masih tergolong rendah. Kendalanya pada siklus I peserta
didik dan guru PAK masih belum memahami betul langkah-langkah
dan cara model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemering,
peserta didik masih takut mengelurkan pendapat, menjawab
pertanyaan, faktor waktu yaitu waktu yang terbatas dalam
menyampaikan materi pada masa pandemi saat ini, dan faktor
perbedaan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
disampaikan.
Permasalahan lain adalah ketidaktertiban peserta didik di dalam
kelas, sehingga konsentrasi peserta didik belajar tidak penuh
sehingga pada aktivitas belajar peserta didik kurang maksimal. Dan
sebagian kecil peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran.
sehingga kegiatan pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing
ini perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Rencana yang akan
dilaksanakan peneliti pada siklus kedua yakni dengan cara
menyakinkan dan menjelaskan prosedur dan proses pembelajaran
dengan tipe kancing gemerincing dan mengatur waktu sedemikian
rupa agar perencanaan dapat dikasanakan sesuai dengan waktu yang
tersedia.
2. Deskripsi Hasil Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perecanan siklus II pada hari senin 24 Mei 2021,
kegiatan ini merupakan lanjutan dari siklus I. dari beberapa
permasalahan dan solusi yang sudah antara peneliti dan Guru
Pendidikan Agama Katolik, maka dirancang kegiatan siklus II guna
mempersiapkan Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), menyususn
lembar observasi guru PAK dan lembar observasi aktivitas belajar
peserta didik pada proses pembelajaran PAK di kelas VII SMP
Negeri 1 Sungai Laur Kabupaten Ketapang. Perangkat dan istrumen
pembelajaran dibuat oleh peneliti dan didiskusikan bersama guru
PAK. Selama proses pembelajaran berlangsung guru bertindak
sebagai pelaku penelitian dan peneliti bertindak sebagai observer.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe kancing gemerincing pada pembelajaran Pendidikan
Agama Katolik kelas VII SMP Negeri 4 Sungai Laur, Kabupaten
Ketapang. Dengan alokasi waktu 2 x 35 Menit setiap kali pertemuan,
adapun langkah-langkah pembelajaran sebagaimana yang
direncanakan dalam rencana penelitian dengan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing sebagai berikut:
1. Pendahuluan
a) Guru menyiapkan media pembelajaran.
b) Guru menyiapkan materi pembelajaran tentang Sabda
bahagia.
c) Guru mempersiapkan peserta didik didalam kelas (mengucap
salam, berdoa, dan mengabsen peserta didik).
d) Guru PaK menjelaskan Prosedur model pembelajaran
Kooperatif tipe Kancing gemerincing.
e) Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
f) Guru Membagi peserta didik kedalam kelompok (terdiri dari
3 kelompok).
g) Guru PAK membagikan 2-3 kancing kepada peserta didik.
2. Kegiatan Inti
a) Guru PAK menjelaskan secara singkat arti bahagia pada
umumnya dan menjelaskan arti bahagia menurut Yesus
berdasarkan Kitab Suci (Matius 5:1-12). Sembari
menjelaskan, peserta didik diharapkan untuk mendengarkan,
mencatat, dan memperhatikan penjelasan guru di depan.
b) Guru PAK memberikan tugas kepada kelompok berkaitan
dengan materi yang sudah disampaikan.
c) Guru PAK memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas.
d) Guru PAK memberi kesempatan kepada peserta didik yang
lain untuk bertanya kepada anggota kelompok yang
menyampaikan hasil kerja kelompok dengan prosedur model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing.
e) Guru PAK memberi apresiasi kepada kelompok yang telah
menyampaikan hasil kerja kelompoknya.
3. Penutup
a) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya tentang hal yang kurang mengerti berdasarkan
materi yang telah disampaikan.
b) Guru membuat kesimpulan atau rangkuman terhadap apa
yang telah dipelajari.
c) Guru meminta salah satu peserta didik untuk memimpin doa
penutup.
c. Hasil observasi
Berikut hasil pengamatan untuk setiap subjek melalui pemberian
tindakan pada siklus I. adapun hasil observasi aktivitas peserta didik
dapat dilihat pada tabel

Indikator

N Kode Keteranga
Mendeng Men Emosio Juml Persent
Peserta Visual Lisan Metrik Mental
o Didik
arkan ulis nal ah ase (%) n

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9

1 PD01 4 3 4 3 4 3 2 2 2 27 75 Aktif
Sangat
2 PD02 4 4 3 4 3 2 3 4 2 29 81
Aktif
Sangat
3 PD03 4 3 4 3 3 4 2 2 3 28 78
Aktif
4 PD04 4 3 3 4 2 2 2 4 2 26 72 Aktif
Sangat
5 PD05 4 3 3 3 3 3 4 2 3 28 78
Aktif
6 PD06 4 3 3 4 4 2 2 2 3 27 75 Aktif
7 PD07 4 3 3 2 2 3 3 4 2 26 72 Aktif
Sangat
8 PD08 3 4 3 4 3 3 3 4 2 29 81
Aktif
9 PD09 4 3 3 2 2 2 4 3 2 25 69 Aktif
Sangat
10 PD10 4 4 4 3 4 3 2 2 3 29 81
Aktif
11 PD11 4 3 3 2 3 2 4 3 2 26 72 Aktif
12 PD12 4 4 3 3 2 3 3 2 2 26 72 Aktif
Sangat
13 PD13 4 3 3 3 4 2 3 4 3 29 81
Aktif
14 PD14 4 3 3 2 3 4 2 3 3 27 75 Aktif
Sangat
15 PD15 4 4 3 4 2 3 4 3 2 29 81
Aktif
Jumlah 59 50 48 46 44 41 43 44 36
7 Sangat
Persentase 98 83 80 77 73 68 72 60 411 76
3 Aktif
Total

Berdasarkan tabel diatas dari hasil observasi siklus II, peneliti


memperoleh data bahwa tidak terjadi penurunan terhadap aktivitas
belajar peserta didik pada pembelajaran Pendidikan Agama Katolik
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe kancing
gemerincing. Pada siklus II dapat dilihat bahwa adanya peningkatan
aktivitas belajar peserta didik, 7 orang telah mencapai kategori
sangat aktif, dengan angka persentase 76 – 100 % dan 8 orang
mencapai kategori aktif, dengan persentase 67 - 75 %. Persentase
keseluruhan aktivitas belajar peserta didik pada siklus II yakni 76 %
dengan Kategori sangat aktif. Selain itu persentase indikator aktivitas
belajar pada siklus II teringgi 98 % pada indikator aktivitas visual
yakni peserta didik memperhatikan pelajaran guru.

d. Refleksi
Pada siklus II ini peserta didik yang biasanya pasif pada proses
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik sudah kelihatan aktif
dalam diskusi kelompok. Pada siklus II ini aktivitas belajar peserta
didik sudah mencapai target dari keseluruhan indikator. Jadi
pelaksanan tindakan sudah memenuhi target, sehingga tidak perlu
dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Pada siklus ini peserta didik
merasakan belajar yang menyenangkan, sehingga dapat disimpulkan
pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.
B. PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai