Anda di halaman 1dari 3

Filsafat Ilmu Di Dalam Pesantren

Oleh: Zahrotufarhana Shofia


NIM: 126301202106

Pondok pesantren merupakan salah satu ciri khas pendidikan bangsa ini. Eksistensi
pondok pesantren sudah tidak perlu dipertanyakan lagi, karena semakin hari semakin banyak
pula pondok pesantren baru yang terus bermunculan dengan berbagai nama dan visi misi mereka
masing-masing. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan yang mengkaji ilmu-
ilmu agama Islam, yang bertempat tinggal di asrama. Melakukan kegiatan di masjid dan Kyai
sebagai tokoh sentral figurnya. Jika diteliti secara detail bagaimanakah asal usul pesantren? Apa
pula filosofinya? Dan bagaimanakah filsafat ilmu berperan di dalam pengembangan keilmuan di
dalamnya?
Pondok pesantren berawal dari seseorang yang sudah memiliki keilmuan yang baik terutama
dalam ilmu agama Islam yang memiliki murid. Ketika semakin hari semakin banyak murid yang
dimiliki, akhirnya seorang 'alim tadi membangun sebuah hunian layak tinggal bagi para
muridnya yang dinamakan dengan asrama. Asrama disini, menurut saya adalah tempat belajar
pribadi bagi para santri dan juga tempat untuk beristirahat. Untuk kegiatan belajar bersama
dengan Kyai dilakukan di masjid. Masjid merupakan rumah Allah, didalamnya ada banyak
malaikat jadi sudah terlihat dengan jelas bahwa masjid adalah tempat terbaik untuk berkumpul
dalam membahas suatu hal keilmuan. Dari sini sudah mulai terlihat, bahwa filosofi pesantren
adalah sebagai sebuah tempat perjuangan, saran tempat pelatihan. Ketika Kyai ingin membangun
sebuah asram, beliau juga ikut menggerakkan anak didiknya, yakni para santri untuk ikut turut
membangun. Ketika mereka terjuan ke medan pembangunan, mereka belajar apa itu khidmah
kepada guru, belajar gotong royong bersama. Dan juga apa yang mereka lakukan juga bisa
menjadi sebuah amal jariyah dikemudian hari. Pesantren merupakan sebuah wadah pelatihan
perjalanan dan perjuangan untuk hidup di dunia namun bertujuan akhirat. Filosofi ini bisa di
dapatkan karena selama di pesantren belajar tentang kesederhanaan, belajar berbagi dengan
sesama. Jarang sekali atau bahkan hampir tidak ada yang mengunggulkan sebuah kekayaan
duniawi ketika dipesantren. Lalu apakah dipesantren tidak boleh kaya? Boleh namun di
pesantren seorang Kyai tidak mengajarkan tentang kekayaan, beliau mengajarkan ilmu agama
Islam yang bisa menjadi bekal pemandu terbaik dalam memahami agama ini, terutama al Quran
dan hadits. Ketika masuk pesantren, harus menanamkan sebuah prinsip "Apa yang mampu saya
dapat dari belajar disini? Dapatkah saya memanfaat ilmu yang sudah saya dapat ketika saya
beranjak pergi?". Hal ini harus dimiliki setiap para santri, agar pesantren bisa mencetak bibit
unggul bagi masa depan Islam yang baik. Karena dari pertanyaan itu, pondok pesantren akan
mengembangkan diri dengan memfasilitasi para santrinya, untuk biaya dari manakah asalnya?
Tentu dari santri itu sendiri. Karena seorang Kyai tidak menjanjikan sebuah fasilitas ketika para
santri datang, seorang Kyai menjanjikan sebuah keilmuan untuk bekal masa depan. Jangan
sampai memiliki sebuah pertanyaan, yang kemudian akan menjadi titik kerusakan, yakni
pertanyaan "Apa fasilitas yang akan saya dapatkan?". Fasilitas yang baik bukan menjadi sebuah
acuan tentang bagusnya kualitas yang baik. Justru jika ingin belajar dengan nyaman dan optimal
serta biaya minimial, fasilitas yang baik didukung oleh kemandirian pesantren itu sendiri. Lagi
pula seorang Kyai yang dulunya juga adalah santri, pasti akan memahami pula bagaimana
sebuah fasilitas yang baik sebagai penunjang kegiatan kelimuan itu seperti apa.1
Mengenai filsafat ilmu yang diterapkan di dalam dunia pesantren bisa dilihat dari salah satu
prinsip yang paling sering dijumpai, yakni prinsip non kontradiksi, bahkan di luar dunia
pesantren sekalipun prinsip ini juga bisa ditemui. Pesantren mengkaji keilmuan dari karya-karya
ulama klasik maupun kontemporer yang berupa kitab kuning, dan kitab kuning tersebut
merupakan sebuah karya emas yang lahir dari buah pemikiran para cendekiawan Islam yang
bersumber dari al Quran dan juga hadits. Disini, prinsip non kotradiksi sebagai salah satu prinsip
utama filsafat ilmu bekerja. Prinsip ini berdasar untuk membedakan mana yang benar dan mana
yang salah. Inti dari prinsip ini adalah di semua yang ada tidak mungkin ada kontradiksi. Al
Quran dan hadits yang menjadi bahan kajian utama di tiap pesantren tidak mungkin
berkontradiksi, karena dua-dua nya merupakan sumber bagi ajaran Islam yang benar. Bila ada
yang mengakatan al Quran dan hadits berkontradiksi, itu dikarenakan kurang ilmu dalam
mempelajari dan juga mengkajinya.
Landasan ontologis merupakan salah satu landasan filsafat ilmu yang mengkaji tentang ciri khas
suatu ilmu, serta mempelajari objek dan sasaran dari suatu kegiatan keilmuan yang dilakukan.2
Dalam dunia pesantren landasan ontologis ini berupa ciri khas ilmu yang diajarkan yakni ilmu

1
Oki Rachmatullah, “ Memahami Arti Filosofi Pesantren”, https://sekolahpesantren.id/memahami-arti-filosofi-
pesantren/, diakses pada Sabtu 20 Maret 2021 pukul 10:52
2
Wahana Paulus, “Filsafat Ilmu Pengetahuan” , Pustaka Diamond, Yogyakarta, 2016, hal. 6
agama Islam. Dalam pesantren yang masih berbasis salafi, kegiatan keilmuan bersumber utama
dari kitab kuning, sedangkan untuk pesantren yang berbasis modern lebih mengedepankan
materi-materi umum agar seorang santri bisa berfikir lebih luas dan maju. Meski agak berbeda
objek kajiannya, namun sasaran atau target dari objek ini adalah sama yakni mempersiapkan
santri yang menguasai ilmu agama agar di masa depan bisa menjadi ulama, intelektual maupun
cendekiawan muslim yang berjaya. Ini seperti sebuah usaha untuk menjadi manusia yang
sesungguhnya dalam konteks ajaran Islam, karena pesantren secara tak langsung mengajarkan
bahwa menuntut ilmu itu tak akan ada habisnya.
Landasan yang kedua dari filsafat ilmu yang bisa ditemukan di pesantren adalah landasan
epistemologi.3 Landasan ini mengkaji bagaimana proses cara kerja ilmu pengetahuan untuk
menghasilkan sebuah kegiatan ilmiah. Cara pengkajian ilmu ini jika dipesantren berupa
madrasah diniyah, tahsin al quran, kajian kitab kuning dll. Sementara kegiatan ilmiah nya nanti
dapat berupa bahtsul masail, khitobah, mundharah, sorogan, dll. Dari cara pengkajian ilmu dan
juga kajian ilmiahnya, ini memberikan sebuah pengertian bahwa epistemologi dalam pesantren
mengajarkan untuk menjadi seorang muslim yang beriman kuat, berilmu yang bermanfaat,
berakhlaq mulia, serta mampu mengimbangi peradaban.
Landasan terakhir dari filsafat ilmu yang dapat dijumpai di pesantren adalah landasan
aksiologis.4 Landasan aksiologis mengkaji nilai-nilai yang terdapat dalam kegiatan ilmiah.
Dalam pesantren ini dapat ditemukan di kegiatan-kegiatan ilmiah yang telah disebutkan di atas.
Di dalam kegiatan tersebut terdapat sebuah nilai-nilai yang sarat akan makna yakni tentang
pentingnya niat tulus semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah, bagaimana agar ilmu yang
dimiliki bisa bermanfaat dan bisa dipraktekkan bukan hanya sekedar teori, pentingnya akhlaq
dan budi pekerti yang baik dalam berlaku, serta bisa membawa kebaikan dan kemanfaatan

3
Ibid, hal. 6
4
Ibid, hal. 6

Anda mungkin juga menyukai