Anda di halaman 1dari 19

PERAN PESANTREN

A. Latar Belakang

Pesantren merupakan tempat tinggal, wadah, atau

pun sekolah. Berdirinya sebuah pesantren merupakan

sebagai transfer ilmu keislaman, yaitu seperti kitab-

kitab kuno, fiqih dan lainnya. Menciptakan ataupun

melahirkan ulama-ulama yang tidak diragukan lagi

ilmunya, jadi jangan harap apabila seorang santri dari

pesantren ingin menjadi seorang dokter, pekerja

kantoran yang halnya berhubungan dengan duniawi.

Pesantren sebagai penjaga maupun pemelihara pendidikan

islam. Mengapa dikatakan begitu, sebab kita tau siapa

yang mengajarkan zikir, membaca talqin, membaca doa

kalau bukan anak pesantren, itulah fungsi dari

pesantren.

Dipesantren ijazah tidak berlaku, karena ijazah

hanya sebatas nilai saja sedangkan bagi pesantren

yang penting itu adalah ilmu yang mereka dapatkan

ketika belajar dipesantren dan dapat diterapkan

untuk dirinya maupun di ajarkan kepada masyarakat.

Selain itu santri-santri dituntut untuk hidup

1
sederhana, sebagai dakwah penyampain agama contohnya

seperti ceramah. Dan yang terakhir pesantren itu

hadir dimasyarakat dan memberikan pengajaran tentang

hal-hal yang berhubungan dengan agama.

Tapi jangan salah apabila sebuah pesantren

dianggap masyarakat tidak layak sebagai contoh yang

baik. Sebab ada saja santri pesantren yang memiliki

ahklak yang buruk. Padahal sebuah pesantren sangat

mengutamakan ahklak seseorang.

A. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pesantren ?

2. Apa Fungsi Pesantren ?

3. Apa saja metode pembelajaran ?

4. Bagaimana peran pesantren awal berdirinya ?

5. Bagaimana peran pesantren sekarang ini ?

6. Bagaimana perkembangan dan tantangan pesantren pada

era globalisasi ?

2
C. Pembahasan

1. Pengertian

Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan

awalan menyebutkan bahwa asal etimologi dari pesantren

adalah pesanrian berarti “ tempat santri”.11 Santri

atau murid pe dan akhiran an yang berarti tempat

tinggal santri (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Soegarda

Poerbakawatja menjelaskan pesantren asal katanya

adalah santri, yaitu seseorang yang belajar agama

islam, sehingga dengan demikian, pesantren mempunyai

arti tempat orang berkumpul untuk belajar agama islam.

Manfred ziemek juga (umumnya sangat berbeda-beda)

mendapat pembelajaran dari pemimpin pesantren (kiai)

oleh para guru (ulama atau ustadz). Pembelajaran

mencakup berbagai bidang tentang pengetahuan islam.

Prof. Johns berpendapat bahwa istilah santri berasal

dari bahasa tamil, yang berarti guru mengaji. Adapun

C.C Berg berpendapat bahwa istilah tersebut berasal

dari india, orang yang tahu buku-buku suci agama hindu

atau seorang sarjana ahli kitab suci agama hindu.2 Kata

1
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia,Jakarta,Kencana Prenada Group, 2007, hlm 63.
2
Ibid. Hlm 64

3
shasti berasal dari kata shastra yang berarti buku

suci, atau buku-buku tentang ilmu pengetahuan. Dan ada

juga yang menyamakan tempat pendidikan itu dengan

budha dari segi bentuk asrama.

Elemen-elemen pondok pesantren adalah : pondok,

mesjid, santri, pengajaran kitab-kitab kalasik dan

kiai. Ada juga yang menyebutkan unsur-unsur pokok

pesantren itu hanya 3 yaitu :

1) kiai yang mendidik dan mengajar

2) santri yang belajar

3) masjid tempat mengaji.

Kelima pokok tersebut bila di uraikan secara global

dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Pondok

Istilah pondok berasal dari kata bahasa Arab

funduq yang berati hotel, tempat bermalam. Istilah

pondok diartikan juga dengan asrama. Dengan

demikian, pondok mengandung makna sebagai tempat

tinggal.

4
Ada beberapa alasan pokok sebab pentingnya

pondok dalam satu pesantren, yaitu: pertama,

banyaknya santri-santri yang berdatangan dari daerah

yang jauh untuk menuntut ilmu kepada seorang kiai

yang sudah termashur keahliannya. Kedua, pesantren –

pesantren tersebut terletak di desa-desa yang mana

tidak tersedia perumahan untuk menampung santri yang

berdatangan dari luar daerah. Ketiga, ada sikap

timbal balik antara kiai dan santri, dimana para

santri menganggap para kiai adalah seolah-olah orang

tuanya sendiri.3

b. Masjid

Masjid diartikan secara harfiah adalah tempat

sujud karena di tempat ini setidak-tidaknya seorang

muslim lima kali sehari semalam melaksanakan shalat.

Fungsi masjid tidak saja untuk shalat, tetapi juga

mempunyai yang lain seperti pendidikan dan lain

sebagainya. Di zaman rasulullah masjid berfungsi

sebagai tempat ibadah dan urusan-urusan social

kemasyarakatan serta pendidikan.

3
Ibid, hlm.64-65

5
Masjid sebagai pusat pendidikan islam telah

berlangsung sejak masa Rasulullah, dilanjutkan oleh

khulafa al-Rasyidin, dinasti bani Umayyah,

Abbasiyah, fatimiyyah dan dinasti-dinasti lain.

Tradisi itu tetap dipegang oleh para kiai pemimpin

pesantren untuk menjadikan mesjid sebagai pusat

pendidikan.4

c. Santri

Santri adalah siswa yang belajar di pesantren,

santri ini dapat digolongkan kepada dua kelompok:

1)Santri mukim, maksudnya santri yang berdatangan

jauh dan tidak mungkin mereka pulang

kerumamhnya.

2)Santri kalong, maksudnya siswa-siswanya berasal

dari daerah sekitar lingkungan tempat tinggal

yang tak jauh dari pesantren.

d. kiai

4
Haidar Putra Daulay,op.cit.hlm.66

6
kiai adalah tokoh sentral dalam satu pesantren.

Menurut asal usulnya, perkataan kiai dalam bahasa

jawa ditiga jenis Gelar yang saling berbeda :

1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang

dianggap keramat ”kiai garuda kencana” dipakai

untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton

Yogyakarta.

2. Gelar kehormatan utuk orang-orang tua.

3. Gelar yang diberikan masyarakat kepada orang ahli

agama.

Banyak juga gelar kiai digunakan terhadap ulama

yang tidak memiliki pesantren. Istilah ulama kadang

kala digunakan juga istilah lain seperti: Buya di

Sumatra Barat, Tengku di Aceh, Ajengan di Jawa

Barat, dan Kiai di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

e. Pengajian kitab-kitab

kitab-kitab islam Klasik yang lebih popular

dengan sebutan “kitab kuning”.5Kitab-kitab ini

ditulis oleh ulama-ulama Islam pada zaman

pertengahan. Untuk tahu membaca sebuah kitab dengan


5
Ibid.hml.67

7
benar, seseorang santri di tuntut untuk mahir dalam

ilmu-ilmu bantu, seperti nahu, syaraf, balaghah,

ma’ani, dan bayan.

Kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren

dapat digolongkan kepada delapan kelompok:

Nahu/syaraf, fiqih, ushul fiqih, hadis ,tafsir,

tauhid, tasauf dan etika, serta cabang-cabang ilmu

lainnya seperti tarikh dan balaghah.

2. Pola-pola pesantren

Pertama, berdasarkan bangunan fisik. Kedua,


6
berdasarkan kurikulum. Berdasarkan bangunan fisik

dapat dipolakan sebagai yang ditunjukkan pada halaman

berikut:

Pola I, pesantren masih bersifat sederhana. Metode

pengajaran: wetonan dan serogan

Pola II, pesantren telah memiliki pondok atau

asrama

6
Ibid.hlm.67

8
7
Pola III, pesantren memakai system klasikal. Selain

system klasikal juga pengajaranya wetonan juga

dilakukan oleh kiai.

Pola IV, pesantren memiliki tempat-tempat

keterampilan. Misalnya: perternakan, pertanian,

kerajinan rakyat, toko koperasi, dan sebagainya.

Pola V, pesantren yang bisa berkembang dan bisa di

golongkan pesantren mandiri.

Adapun pembagian pola berdasarkan kurikulumnya

dapat dipolakan menjadi lima pola yaitu:

Pola I, mata pembelajaran agama yang bersumber

dari kitab-kitab klasik. Metode penyampain adalah

wetonan dan serogan, tidak memakai system klasikal.

Mata pembelajaran umum tidak diajarkan, tidak

mementingkan ijazah sebagai alat untuk mencari ijazah.

Pola II, pola ini hampir sama dengan pola di

atas, hanya saja pada pola II proses belajar mengajar

dilaksanakan secara klasikal dan non klasikal, juga

didirikan keterampilan pendidikan berorganisasi.

7
Ibid.hlm.69

9
Pola III, materi pembelajaran telah dilengkapi

dengan mata pembelajaran umum, dan ditambah pula

dengan pembelajaran lainnya.8

Pola IV, pola ini menitik beratkan pembelajaran

keterampilan disamping pembelajaran agama.

Keterampilan yang diajarkan adalah pertanian,

pertukangan, dan pertenakan.

Pola V, pengajaran kitab klasik, diadakan

pendidikan model madrasah, keterampilan diajarkan

dalam berbagai bentuk, dilengkapi sekolah umum dan

perguruan tinggi.

3. Ciri-ciri Umum Pesantren

Untuk mengajarkan kita-kitab klasik tersebut

seseorang kiai menempuh metode: wetonan, sorogan, dan

hapalan.

 Wetonan atau bandongan adalah metode kuliah di

mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk

di sekeliling kiai yang menerangkan pelajaran.

8
Ibid. Hlm.69

10
Santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat

jika perlu. Ini juga disebut dengan halaqah.

 Sorogan adalah metode kuliah dengan cara santri

menghadap guru seorang demi seorang dengan

membawa kitab yang akan di pelajarinya.9

Disamping metode wetonan sorogan yang

disebutkan terdahulu, maka metode hapalan pun

menempati kedudukan yang penting di dunia pesantren.

Selain dari itu di laksanakan pula bentuk musyawarah,

yakni mendiskusikan pelajaran yang sudah dan yang akan

di pelajari. Musyawarah bertujuan untuk memahami

pelajaran yang telah diberikan oleh ustadz atau

musytahiq.

Penanaman ahklak sangat dipentingkan di dunia

pesantren.10Ahklak sesama teman, kepada masyarakat

sekitar, terlebih-lebih kepada kiai.

Nilai yang terpenting bukan ijazah, seperti

yang diwasiatkan oleh K.H Iman Zarkasyi, pengsuh

pondok pesantren modern Gontor Ponorogo, menyebutkan:

9
Haidar Putra Daulay.loc.cit.hlm 70
10
Haidar Putra Daulay.op.cit.hlm.71-72

11
a. Ilmu pribadi dan kecakapan dalam masyarakat akan

membuktikan buah yang berharga dan dihargai.

b. Kenyataan hasil ilmu pribadi dan kecakapan yang

berguna bagi masyarakat itulah yang sebenar-benarnya

ijazah dan surat keterangan yang dipertanggung

jawabkan di dunia dan di akhirat nanti.

c. Nilai dari pada ijazah, surat keterangan dari suatu

perguruan tinggi/pendidikan ialah atas hasil usaha

bagi kebaikan manusia.

4. pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan islam

Para wali, kiai, syehk, tengku yang mendakwahkan

pendidikan tersebut di Jawa terkenal dengan nama

pesantren, di Sumatra barat disebut surau, sedangkan

di Aceh manasah, rangkng dan dayah. Walaupun memiliki

nama yang berbeda-beda namu hakikatnya tetap sama,

yaitu lembaga tempat mengaji dan mendalami ajaran-

ajaran keislaman.11

Dengan demikian, inti pokok dari suatu pesantren

adalah pusat pengkajian ilmu-ilmu keagamaan islam,

11
Ibid.hlm.75-76

12
seperti fikih, tauhid, tafsir, tasauf, dan Bahasa

Arab.

Pada awal pertumbuhan pesantren sampai datangnya

masa pembaruan sekitar awal abad ke-20, pesantren

belum mengenal apa yang di sebut dengan ilmu-ilmu umum

dan begitu juga system penyampaian belum bersifat

klasikal, akan tetapi metodenya memakai metode wetonan

dan sorogan.

Perbedaan sekolah-sekolah yang disebutkan diatas

dengan sekolah-sekolah tradisional adalah: pertama,

sekolah-sekolah ini telah memakai system klasikal.

Murid-murid tidak lagi melingkar (halakah) disekitar

guru sebagaimana sekolah tradisional. Kedua, sebagian

dari sekolah ini, yaitu sekolah Adabiyah telah

memasukkan mata pelajaran umum, jadi tidak lagi

melalui mata pelajaran agama.

5. Fungsi Pesantren

Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga

pendidikan, tetapi juga berfungsi sebagai lembaga

sosial dan penyiaran. Keagamaan sebagai (madrasah),

13
sekolah umum perguruan tinggi dan non formal sebagai

masyarakat muslim tanpa membeda-badakan status sosial,

menerima tamu yang datang dari masyakat umum dengan

motif berbeda-beda. Sebagai lembaga penyiaran agama

islam, masjid pesantren juga berfungsi sebagai masjid

umum, yakni sebagai tempat belajar agama dan ibadah

bagi para jama’ah.12

Di samping fungsi diatas, pesantren juga

mempunyai peranan yang sangat besar dalam merespon

ekspansi politik emperialis Belanda dalam bentuk

menolak segala sesuatu yang ”berbau” barat dengan

menutup diri dan menaruh sikap curiga terhadap unsur-

unsur asing. Dan lebih dari itu, pesantren tempat

mengobarkan semangat jihad untuk mengusir penjajah

dari tanah air.

6. Peran pesantren awal berdirinya

Pesantren berawal dari keberadaan seorang alim yang

tinggal disuatu daerah tertentu yang kemudian

berdatangan santri-santri untuk belajar kepadanya.

Karena santri-santrinya banyak maka dibangunlah


12
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam.(Jakarta,Kencana Prenada Media Group,2007),
hlm.288

14
13
pemondokan. asal usul pesantren dikaitkan dengan

tradisi indonesia pra-islam(dalam hal hindhu-

budha)Mandala,tempat pertapaan sekaligus pembelajaran

bagi para calon pendeta. Dikatakan bahwa tradisi

pembelajaran islam yang mengambil bentuk halaqah sudah

ditemukan pada masa samudra pasai dan malaka,dua buah

kerajaan islam penting dan berpengaruh pada abad ke-

13. Dipandang dari sudut ini,Keberadaan pesantren

hanya dapat diidentifikakasikan setelah abad ke-18.

Pesantren diperkirakan mengalami pertumbuhan pesat

sebagai lembaga pendidikan isllam pada abad ke-19.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang

rujukannya Timur Tengah.

7. Peran Pesantren Saat ini

Pesantren mengalami berbagai perubahan baik dalam

berbagai aspek dalam rangka mengikuti pekembangan

zaman,salah satunya adalah pondok pesantren Modern

Darussalam Gontor. Gontor didirikan pada hari senin,12

rabiul awal 1345H/20 september 1926. Pimpinan pondok

13
Muhammad syafudin, Isi-isu kontemporer tentang pendidikan islam..Jakarta. KALAM
MULIA. 2010. hlm 129

15
pesantren sampai saat ini adalah K.H Badri bersama

dua orang kiai diatasnya.14

8. Perkembangan dan tantangan pesantren pada era

globalisasi

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang

sudah mengakar ditengah-tengah masyrarakat harus

bersikap kooperatif terhadap perkembangan iptek. Namun

karna perkembangan iptek membawa kerusakan moral dan

dekadensi akhlaq, pondok pesantren harus lebih hati-

hati dan bersikap lamban dalam mengikuti arus

globalisasi karna salah satu tanggung jawab pondok

pesantren adalah pembinaan moral.

Selama ini materi yang diajarkan dipondok

pesantren terbatas pada ilmu agama, sedangkan ketika

santri kembali kemasyarakat mereka tidak hanya

membutuhkan pengetahuan agama tetapi juga pengetahuan

umum dan keterampilan. Untuk itu, materi pendidikan

pondok pesantren harus memiliki orientasi yang berbeda

dengan menambahkan materi tentang keterampilan.

Langkah-langkah sistematis yang dapat dilakukan

dan dikembangkan pondok pesantren dalam menjawab


14
Op.cit. Muhammad syaifudin dan samsul nizar. hlm 194

16
tantangan globalisasi adalah penataan kurikulum,

proses pembelajaran yang baik, pembentukan karakter,

pembentukan manusia religius dan akhlaq, pembentukan

manusia sebagai makhluk sosial dan pembentukan watak

bekerja.

Pesantren diera globalisasi adalah pesantren yang

bisa memodifikasi antara kebutuhan masyrakat dengan

tujuan pesantren sebagai lembaga pembinaan dan

pemberdayaan umat. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini

pesantren harus bertolak pada paradigma yang digunakan

dalam melakukan pembaruan terhadap kekurangan-

kekurangannya.

Menurut Ahmad tafsir, dalam islam ada tiga

paradigma besar pengetahuan:

1. Paradigma sains, yaitu pengetahuan yang diperoleh

dengan akal dan indera seperti fiqih.

2. Paradigma logis, yaitu pengetahuan objek yang

abstrak seperti filsafat.

3. Paradigma mistik, paradigma mistik yang diperoleh

dengan rasa.15

15
Tafsir,Ahmad , Ilmu pendidikan dalam perspektif islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008,
hlm 204

17
D. kesimpulan

Pesantren merupakan lembaga yang sangat diperlukan

masyarakat, sebab kebanyakan masyakat menginginkan

anak-anaknya pandai dalam berbagai bidang agama. Dalam

pesantren diperlukan santri, tanpa ada santri maka

pesantren tidak akan bejalan begitu juga kiai perannya

sangat penting. Selain dari itu pesantren juga harus

memiliki tempat tinggal khusus yang disebut asrama.

Disamping itu, pesantren juga mampu menciptakan tata

tertib yang unik, dan berbeda dari lembaga pendidikan

yang lain. Peran serta lembaga pendidikan yang luas

penyebarannya. Lembaga dengan pola kiai, santri, dan

asrama telah dikenal dalam kisah maupun sastra klasik

indonesia, khususnya di pulau jawa.

DAFTAR PUSTAKA

18
Haidar,Putra Daulay.2007. Sejarah Pertumbuhan Dan

Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Samsul,Nizar.2007.Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Subhan,Arief.2012.Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad

ke-20.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syaifudin,Muhammad dan Samsul Nizar.2010.Isu-isu

Kontemporer tentang pendidikan Islam.Jakarta:

Kalam Mukia.

Tafsir,Ahmad. 2008. Ilmu pendidikan dalam perspektif

Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

19

Anda mungkin juga menyukai