LANDASAN TEORI
A. Pondok Pesantren
Lebih jelas dan sangat terinci Madjid (1997 : 19-20) mengupas asal
usul perkataan santri, ia berpendapat ”Santri itu berasal dari perkataan
”sastri” sebuah kata dari Sansekerta, yang artinya melek huruf,
dikonotasikan dengan kelas literary bagi orang jawa yang disebabkan
karena pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab yang
bertuliskan dengan bahasa Arab. Kemudian diasumsikan bahwa santri
berarti orang yang tahu tentang agama melalui kitab-kitab berbahasa Arab
dan atau paling tidak santri bisa membaca Al-Quran, sehingga membawa
kepada sikap lebih serius dalam memandang agama. Juga perkataan santri
berasal dari bahasa Jawa ”cantrik” yang berarti orang yang selalu
mengikuti guru kemana guru pergi menetap (istilah pewayangan) tentunya
dengan tujuan agar dapat belajar darinya mengenai keahlian tertentu.
Pesantren juga dikenal dengan tambahan istilah pondok yang dalam arti
kata bahasa Indonesia mempunyai arti kamar, gubug, rumah kecil dengan
menekankan kesederhanaan bangunan atau pondok juga berasal dari
bahasa Arab ”Fundũq” yang berarti ruang tidur, wisma, hotel sederhana,
atau mengandung arti tempat tinggal yang terbuat dari bambu (Zarkasy,
1998: 105-106). Pesantren atau lebih dikenal dengan istilah pondok
pesantren dapat diartikan sebagai tempat atau komplek para santri untuk
13
belajar atau mengaji ilmu pengetahuan agama kepada kiai atau guru ngaji,
biasanya komplek itu berbentuk asrama atau kamar-kamar kecil dengan
bangunan apa adanya yang menunjukkan kesederhanaannya.
16
mengadakan pendidikan formal baik berupa madrasah maupun
sekolah tapi tetap mempertahankan metode kalsikalnya.
17
mendukung adanya sebuah pondok pesantren yaitu kyai, pondok, santri,
masjid serta pengajaran kitab-kitab islam klasik atau biasa dikenal
dengan kitab kuning. Elemen-elemen tersebut merupakan ciri khas umum
pada pondok pesantren tradisional yang artinya disetiap pondok
pesantren pasti memiliki elemen yang berbeda. M. Arifin (1995:257)
mengelompokkan bagian-bagian yang termasuk kepada elemen pondok
pesantren setidaknya pesantren harus mempunyai infrastruktur maupun
suprastruktur, yang termasuk pada kategori infrastruktur yaitu meliputi
perangkat lunak (soft ware) seperti kurikulum, metode pembelajaran dan
perangkat keras (hard ware) seperti bangunan pondok, masjid, sarana dan
prasarana sekolah lainnya. Selanjutnya yang termasuk pada kategori
suprastruktur yaitu Yayasan, kyai, santri, ustadz, pengasuh dan para
pembantu kyai atau ustadz. Sedangkan menurut Zamakhsyari (1986:44)
mengklasifikasikan pesantren dalam tiga kategori yaitu pertama,
pesantren kecil atau yang mempunya jumlah santri kurang dari seribu,
kedua pesantren menengah atau pesantren yang mempunyai jumlah santri
antara seribu sampai duaribu dan yang ketiga, pesantren besar atau
pesantren yang memiliki popularitas yang luas bukan hanya di tanah air
bahkan sampai ke luar negeri lainnya (dalam, HM. Amin Haedari, dkk,
2004: 26-27).
a. Kyai
18
pengaruhnya yang kuat sehingga dalam hal ini pondok pesantren sangat
berpatokan pada perannya seorang kyai (Amin Haedari, dkk 2004:28).
b. Pondok
c. Masjid
d. Santri
Santri menurut John E. berasal dari Bahasa Tamil yang artinya guru
mengaji (Huda dan Yani, 2015: 743). Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia santri adalah seseorang yang sedang berusaha
memperdalam ilmu agama islam dengan sungguh-sungguh. Adapula
yang mengartikan santri itu berasal dari kata “cantrik” yang memiliki arti
seorang yang selalu mengikuti gurunya kemanapun beliau pergi.
Selanujutnya Nurcholis Majid melihat asal-usul kata santri itu dari dua
pendapat, pendapat yang pertama menjelaskan bahwa “santri” berasal
dari kata “sastri” yang merupakan Bahasa sanskerta yang mempunyai arti
melek huruf. Zamakhsyari Dhofier berpendapat, kata santri dalam bahasa
19
India berarti seseorang yang mengetahui buku-buku suci agama Hindu,
atau seorang sarjana ahli kitab suci agama Hindu. Atau secara umum
dapat diartikan buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku
tentang ilmu pengetahuan.
20
Zarkasyi pendiri pesantren Gontor menyebutkan bahwa metode
pengajaran di pondok pesantren akan selalu mengalami perubahan sesuai
dengan perkembangan serta perubahan zaman agar lebih efektif serta
efisien dalam pembelajarannya, namun demikian selama rentang waktu
yang sudah lama metode sorogan dan bandongan ini sudah lazim
dipergunakan disetiap pesantren dalam (M. Habib Chirzin, 1988).
a) Hafalan (Tahfidz)
b) Hiwar atauMusyawarah
d) Fathul Kutub
e) Muqoronah
f) Muhawarah / Muhadatsah
B. Stres
1. Pengertian Stres
21
Selye (1976), stres adalah suatu respon fisiologis yang terjadi ketika
individu mengalami tekanan atau beban yang berlebihan.
Stres dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti stres akut, stres
kronis, stres fisik, dan stres psikologis. Stres akut terjadi ketika individu
mengalami tekanan atau beban yang berlebihan dalam waktu singkat,
sedangkan stres kronis terjadi ketika individu mengalami tekanan atau
beban yang berlebihan dalam waktu yang lama. Stres fisik terjadi ketika
individu mengalami tekanan atau beban yang berlebihan pada tubuhnya,
seperti kelelahan, sakit kepala, atau sakit perut. Sedangkan stres psikologis
terjadi ketika individu mengalami tekanan atau beban yang berlebihan
pada pikirannya, seperti kecemasan, depresi, atau ketakutan.
22
Secara epistemologi menyebutkan bahwa stres adalah suatu reaksi
yang dirasakan seseorang ketika mendapatkan tekanan dari dalam dirinya
maupun dari luar. Stres juga suatu kekuatan atau tekanan fisik yang
ditimpakan kepada suatu objek dan mempunyai konsekuensi yang tidak
terhindarkan atau dalam pengertiannya adalah sres merupakan interaksi
antara kemampuan seseorang dengan menyesuaikan dirinya dengan
tuntutan-tuntutan yang menekannya. Selanjutnya menurut Hawari
(1999:23) menyebutkan bahwa stres merupakan suatu tanggapan atau
reaksi tubuh terhadap tuntutan maupun beban atasnya yang bersifat
nonspesifik.
Permasalahan-permasalahan yang sering kali muncul dalam hidup
manusia merupakan suatu garis takdir yang sudah ditentukan oleh Allah
Swt. Permasalahan tersebut dapat menjadikan pengingat bagikta sebagai
manusia agar selalu bersabar dalam setiap keadaan apapun sesuai dengan
yang difirmankan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah ayat 155
sebagai berikut:
وع َونَ ْقص ِمنَ ٱ ْْل َ ْم َٰ َو ِل َوٱ ْْلَنفُ ِس ْ ِ ش ْىء ِمنَ ٱ ْلخ َْو َ َِولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم ب
ِ ف َوٱل ُج
َّ َٰ ت ۗ َوبَش ِِر ٱل
َصبِ ِرين ِ َوٱلث َّ َم َٰ َر
Artinya :”Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu dengan
sedikit ketakutan,kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan.dan
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Qs. Al-
Baqarah:155)
Sudah jelas di Al-Qur’an dijelas bahwa manusia akan selalu
dihadapkan dengan ujian dan cobaan maka perintah Allah yaitu bersabar.
Beberapa permasalahan dan cobaan akan membuat kita merasa beban
hidup kita menjadi sangat berat, kita seringkali juga berputus asa dari
nikmat Allah swt.
23
2. Penyebab Timbulnya Stres
24
kurang baik dengan sesama individu dan lingkungannya menjadi
tantangan bagi indiviidu untuk dapat menyesuaikannya.
c. Sumber stres dari dalam keluarga
Ikatan darah tidak bisa menjadi jaminan untuk dapat menyatukan
beberapa pemikiran dalam sebuah anggota keluarga. Banyak interaksi
yang biasa dilakukan oleh sesame anggota keluarga seperti seorang
ibu yang selalu menginkan anaknya menuruti keinginannya namun
tidak sedikit seorang anak yang berbeda pendapat dengan ibunya
sehingga akan menimbulkan perselisihan diantaranya, selain
perselisihan antara anak dengan ibu terdapat beberapa perselisihan
lain yang timbul dalam keluarga yaitu perselisihan dalam masalah
keuangan, perasaan saling acuh tak acuh dan lain sebagainya kondisi
itullah yang dapat menimbulkan stress pada individu yang bersumber
dari keluarga.
3. Gejala dan Dampak Stres
a. Dampak fisik
1) Seseorang yang terkena stres dapat mengakibatkan penyakit jantung,
karena stres yang tinggi cenderung meningkatkan kadar kolesterol,
kadar kolesterol yang tinggi menimbulkan hambatan aliran darah
dalam pembuluh-pembuluh nadi sehingga meningkatkan
kemungkinan terjadinya penyakit jantung.
2) Adanya penyakit tungkak lambung yaitu akibat ketidakseimbangan
pengeluaran cairan pencernaan dan timbulnya bercak pada kulit serta
penyakit asma.
3) Stres mengakibatkan efisiensi kekebalan tubuh atau daya tahan
tubuh menurun, melemah sehingga mudah masuk angin, pilek.
4) Ketegangan pada bagian otot menyebabkan perasaan pegal di bahu,
pinggang, leher, kepala.
25
5) Gerakan-gerakan yang dilakukan diluar kemauan, sebagai kebiasaan
tanpa rangsangan yang jelas, merupakan suatu ekspresi dari konflik
emosi.
6) Menggaruk-garuk kepala, menggigit kuku, menggosokgosok tangan
dan gejala-gejala lain sebagai perwujudan adanya ketegangan.
7) Sindrom ketegangan pra-menstrual : nyeri di tubuh, mual, sakit
kepala, rasa tidak nyaman sebelum haid, disebabkan terganggunya
keseimbangan hormon, yang sering berkaitan dengan stres seseorang
dan haid yang tidak teratur.
8) Disfungsi seksual: penderita stres sering mengeluh masalah seksual,
impotensi, frigiditas, ejakulasi dini.
9) Stres selain mengakibatkan penyakit jantung dan lainnya
sebagaimana di atas dapat juga menyebabkan penyakit kanker,
tekanan darah tinggi, migraine, radang usus besar, sembelit, diare,
tukak, penyakit gula, rematik dan lainnya.
b. Dampak Psikis
Orang yang menderita stres selain berdampak pada fisiknya juga
berdampak pada psikisnya, yaitu sebagai berikut:
1) Ansietas: perasaan tidak menentu, cemas dan takut yang tidak jelas
dan tidak terkait pada suatu ancaman yang jelas dari luar. Perasaan
khawatir, cemas, tidak nyaman dapat menyebabkan penderita
menjauhkan diri, menghindar dari lingkungan sosial atau tempat dan
keadaan tertentu.
2) Seseorang yang cemas, tertekan, mudah terkena depresi bilamana
tidak bisa mengatasi masalahnya dan merasa putus asa, bingung,
apatis, sedih, gangguan tidur, kehilangan minat terhadap aktivitas
dan orang lain, pikiran-pikiran negatif mengenai dirinya,
pengalaman dan hari depan, pikiran dan dorongan melakukan
percobaan bunuh diri.
3) Ketidakseimbangan emosi : suasana hati mudah berubah, cepat
marah, emosi cepat meluap, menjadi histeris.
26
4) Stres mempercepat proses menua dengan gejala : a) Mampu
mengingat peristiwa lama tetapi lupa peristiwa baru b) Kecemasan
akan perubahan pada tubuh, penyakit dan kematian c) Perasaan akan
kehilangan kecantikan, rambut berubah, kerut-kerut di wajah, otot
yang mengendor d) Bertingkah laku muda lagi, terlihat dalam
penampilan, pakaian dan perilaku.
5) Kondisi orang yang stres atau terganggu kesehatan jiwanya
mengakibatkan adanya persepsi buruk terhadap dirinya dan orang
lain; perilaku menyimpang dan perasaan tidak bahagia sehingga
melemahkan kemampuan dalam membuat keputusan, lemah dalam
melaksanakan tanggung jawab dengan efisiensi dan lemah dalam
membina hubungan yang harmonis dengan sesama.
6) Stres berat dapat menyebabkan seseorang lumpuh, tidak bahagia,
seolah-olah tidak berdaya atas dirinya dan membawa pada keadaan
statis, dan dapat menurun produktivitas sehingga berbagai aspek
kehidupan menjadi kacau.
C. Al-Qur’an
27
Anfal ayat 41 yang berbunyi “Jika kamu tidak beriman kepada Allah Dan
kepada apa yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqan, yaitu dihari bertemunya dua pasukan” ulama yang memakai
landasan ini mempunyai pendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan pada
malam 17 Ramadhan. Yang dijalaskan pula oleh imam Thabari
menjelaskan dari sanad Hasan Bin Ali, bahwa yang dimaksud dengan
bertemunya dua pasukan itu adalah pasukan antara kaum muslimin dengan
kaum musyrikin yang dimana bertemunya kedua golongan ini pada
peristiwa perang badar pada tahun 2H.
2. Pengertian Al-Qur’an
28
kepada ahli Allah (para wali Allah), yang mereka itu adalah ahli Al-Qur’an
(para penghafal Al-Qur’an) (Az-Zawawi, 2013:37).
3. Menghafal Al-Qur’an
30
g) Kedua orang tua penghafal Qur’an akan diberikan kemuliaaan oleh
Allah swt, disurga.
31
Ismail dan Abdullah Hamid (2020:224-229) menurut pendapat
Imam Nawawi dalam kitab At-Tibyan fi adabi Hamalatil Qur’an ada
beberapa adab dalam membaca Al-Qur’an yaitu sebagai berikut:
1) Ikhlas
2) Membersihkan Mulut
3) Selalu dalam kondisi Suci
4) Bertayamum jika tidak mendapati air
5) Selalu menjaga kebersihan tempat
6) Menghadap Kiblat
7) Memulai Qira’ah dengan Ta’awudz
8) Membiasakan mengawali setiap surah dengan basmalah
9) Mentadaburi setiap ayat Al-Qur’an
10) Mengulang-ulang ayat tertentu untuk direnungi
11) Membaca dengan tartil
12) Memohon karunia Allah saat membaca ayat rahmat
13) Menghormati Al-Qur’an
14) Tidak boleh membaca Al-Qur’an dengan bahasa selain arab
15) Boleh membaca Al-Qur’an dengan menggunakan Qiraah Sab’ah
16) Membaca Al-Qur’an sesuai dengan urutan mushaf
17) Membaca Al-Qur’an dengan melihat mushaf
18) Tidak mengeraskan suara saat membaca Al-Qur’an
19) Dianjurkan membaguskan suara ketika Qira’ah
4. Kualitas Hafalan Al-Qur’an
33
Tajwid merupakan bentuk mashdar dari fi'il madhi yang berarti
membahayakan, menyempurnakan dan memantapkan. Sedangkan
menurut istilah
34
Fashahah merupakan kejelasan dalam melafalkan ayat-ayat Al-
Qur’an, ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam fashahah ini
adalah sebagai berikut:
● Al Waqfu Wal Ibtida (ketepatan antara memulai bacaan dan
menghentikan bacaan)
● Muru’atul Huruf Wal Harakat (ketepatan pada setiap huruf dan
harakat)
● Muru’atul Kalimah Wal Ayah ( ketepatan setiap kalimat dan ayat)
c) Kelancaran Hafalan
Kelancaran hafalan Al-Qur’an seseorang dapat dilihat dari
kemampuannya membacakan kembali ayat-ayat yang telah
dihafalnya.kunci agar lancar dalam melafalkan kembali ayat Al-Qur’an
ataumenghafalnya yaitu dengan cara sering mengulang-ulang hafalan
yang dimilikinya secara kontinu.
Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah
pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf internal.
Penyimpanan (storage), proses ke dua, adalah menentukan berapa lama
informasi itu berada beserta kita baik dalam bentuk apa dan di
mana.Sedangkan pemanggilan (retrieval) adalah mengingat
kembali/menggunakan informasi yang telah disimpan Kelancaran hafalan
bisa dilihat dari kemampuan mengucap kembali atau memanggil kembali
dengan baik informasi yang telah dihafal atau dipelajari. Dalam
menghafal Al-Qur’an, hafalan Al-Qur’an bisa dikategorikan baik jika
orang yang menghafal mampu melafalkan ayat Al- Qur’an tanpa melihat
mushaf dengan benar dan sedikit kesalahan. Agar seorang penghafal
benar- benar menjadi penghafal Qur’an yang representatif, dalam arti ia
mampu memproduksi kembali ayat- ayat yang telah dihafalnya, maka
ayat-ayat yang telah dihafal harus dimantapkan sehingga benar- benar
melekat dalam ingatannya.
35