Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Catatan sejarah menyatakan bahwa pesantren merupakan lembaga

pendidikan yang sudah ada jauh sebelum Negara Indonesia terbentuk menjadi

negeri NKRI. Pesantren pun sering dijadikan sebagai pusat atau base camp untuk

memerangi penjajah saat ini. Nahdlatul Ulama pernah menulis bahwa Santri

kemudian membentuk barisan Hizbullah, yang kemudian menjadi salah satunya.

Jika pada masa penjajahan pesantren berperan sebagai benteng pertahanan

masyarakat terhadap penjajah, maka pesantren berperan sebagai komponen

pendukung sistem pertahanan dalam sistem pertahanan negara dalam kaitannya

dengan demokrasi Indonesia. Terorisme sebagai ancaman bagi negara demokrasi

harus ditolak dan diperangi oleh seluruh masyarakat di Pesantren.

Pesantren menjadi bagian dari salah satu kekuatan pendidikan adaptif

Indonesia yangg mereprsentasikan kondisi budaya nusantara. Wahid menyebutkan

bahwa merupakan subkultur yang melekat pada yang berkembang di Indonesia.1

Majid menbahkan bahwa Indonesia akan tetap kokoh menggunakan system

Pendidikan pesantren, manakala Indonesia terhidar dari penjajahan barat yang

berkembang dimasa lalu.2

1
Abdurrahman Wahid sendiri mengakui bahwa istilah "subkultur" belum mendapat persetujuan
dari Pesantren sendiri. Penggunaan istilah ini harus dipahami dalam waacana pengenalan
identitas budaya pesasntren oleh pihak luar. Istilah "subkultur" untuk pesantren tidak berasal dari
pesantren itu sendiri.. Lihat; Abdurrahman Wahid, Menggerakkan tradiisi (Yogyakarta: LKIS,
2003), 1.
2
Nurcholish Madjid, Bilik-Bilik Pesantren ; Sebuah Potreet Perjalanan (Jakarta : Paramadina,
1997), 3.

1
2

Tujuan utama dari Pesantren adalah mempersiapkan santri untuk

mendalami dan menguasai ilmu agama Islam atau yang lebih dikenal dengan

Tafaqqoh Fiddn, yang diharapkan dapat menghasilkan kader ulama dan

berkontribusi dalam pembentukan masyarakat Indonesia. Ini diikuti dengan tugas

dakwah menyebarkan Islam secara moral dan kubu umat. Sehubungan dengan itu,

materi yang diajarkan di pesantren adalah materi religi yang disarikan langsung

dari kitab klasik Arab (kitab kuning).3

Dalam pandangan Hasbullah Pondok pesantren telah memainkan peran

penting dalam penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa. Bahkan pada zaman

kolonial belanda, hampir semua peperangan mendapat dukungan sepenuhnya dari

pesantren. Selain itu, dari rahim pondok pesantrenlah banyak tokoh bangsa

dilahirkan, sebut saja KH. Hasyim Asyari, KH. Abdul Wahab Hasbullah, KH.

Wahid Hasyim, KH. Achmad Siddiq, KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur,

dan masih banyak tokoh bangsa lain.4

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2019 tentang


Pondok Pesantren Pasal 16 (1) Pondok pesantren menyelenggarakan
fungsi pendidikan berdasarkan keunikan, tradisi, dan kurikulum
pendidikan masing-masing pesantren. (2) Pendidikan pesantren
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk melatih peserta didik
yang akan berprestasi dalam kemerdekaan dan mampu menghadapi
retorika perkembangan zaman.5
Proses pendidikan di dalam pondok pesantren memiliki ciri khas

tersendiri. Menurut pandagan Abdurrahman Wahid dalam Greg Barton, Pesantren

3
Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, Pola Penggembangan Pondok
Pesanttren (Jakarta: Departemen Agama, 2003), 2.
4
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Peertumbuhan dan
Perkembangaan. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 149.
5
Undang-Undang RI, Nomor 18, Tahun 2019 tentang Pesantren
3

mirip dengan akademi militer atau biara (monestory, convent) dalam artian yang

ada di sana mengalami keadaan total. 6

Pesantren telah memberikan kontribusi yang signifikan bagi pendidikan di

seluruh negeri sejak sebelum kemerdekaan Indonesia. Pesantren adalah sekolah

berbasis agama Islam yang mengikuti dua kurikulum dalam proses belajar

mengajarnya yaitu kurikulum nasional Indonesia yang dilaksanakan di kelas pagi,

dan kurikulum agama Islam yang berlangsung di kelas malam 7. Sebagai Lembaga

pendidikan tertua di Indonesia, pesantren secara historis telah menerapkan Bahasa

sebagai pelajaran wajib dalam kurikulum nasionalnya 8. Pesantren mirip dengan

komunitas yang memiliki kompleks, masjid, dan fasilitas pesantren di mana santri

(santri) dan ustazd (guru) makan, tidur, belajar, dan umumnya berinteraksi

sepanjang hari 9.

Begitupun dengan sistem yang berlaku di pondok pesantren, meski tidak

tertulis layaknya sebuah Peraturan perundang- undangan, sosok kiai sebagai

seorang pemimpin di pondok pesantren memiliki kewenangan yang sangat luar

biasa untuk mengatur semua orang yang ada di dalam pesantren.

Tak hanya itu, apa yang disampaikan oleh seorang Kiai kepada santrinya

harus dijalankan. Padahal aturan semacam itu tidak diatur secara tertulis dan tidak

6
Greg Barton, Biografi Abdurrahman Wahid. (LKIS: Yogyakarta. 2010), 13.
7
Sofwan, M., & Habibi, A. Problematika dunia pendidikan Islam abad 21, dan tantangan pondok
Pesantren di Jambi. Journal Kependidikan, 46(2) (2016), 271-280
8
Daulay, H. P. Dinamika pendidikan Islam di asia tenggara. (Jakarta, Indonesia : Rineka
Cipta, 2009), 64. Lihat juga ; Kamil, dkk. From e d u c a t I o n a l p o l I c y to c l a s s r o o m
practices : Indonesian secondary school EFL teachers’ self - efficacy in developing school -
based EFL syllabus. Excellence in Higher Education Journal, 4 (2), (2014), 86 - 107.
9
Buang, S.. Madrasah and Muslim education : Its interface with urbanization . In W. T.
Pink & G. W. Noblit (Eds.), International haendbook of urban education, (pp. 321 –
342). (New York, NY: Springer, 2007), 105. Lihat juga ; Nilan, P. The spirit of education In
Indonesian pesantren. British Journal of Sociology of Education, 30 (2), (2007), 219 – 232
4

ada kesepakatan sebelumnya antara kiai dengan santri. Disinilah salah satu ciri

khas dari sekian banyak ciri khas tradisi di pesantren.

Keberadaan pondok pesantren sangat mudah diterima di tengah-tengah

masyarakat karena kehidupan di dalam pesantren tak jauh berbeda dengan

kehidupan di masyarakat luar. Apalagi akar berdirinya pesantren didirikan di

pedalaman dan pedesaan. Apalagi pondok pesantren mampu menjawab kebutuhan

masyarakat, serta mampu menjembatani masyarakat dengan dunia luar.

Dari waktu ke waktu, pondok pesantren mengalami perkembangan sangat

signifikan, Bahkan menurut Soebahar, lembaga pondok pesantren sebenarnya

sudah mulai terbentuk pada Abad ke 14 di sejumlah daerah. Terutama di Pesisir

Pantai Sumatera dan Pula Jawa. Pada tahun 1831, lembaga pengajian dan

pesantren di Pulau Jawa mencapai 1853 lembaga, bahkan pada tahun 1885

jumlahnya mencapai 14.929 lembaga.10

Dalam sejarah perkembangannya, pesantren telah menghadapi tantangan

dan tekanan global, namun telah mampu bertahan dan tetap berkembang. Ini

disebabkan Pondok Pesantren memiliki sebuah prinsip dan karakteristik sehingga

lentur terhadap arus pendidikan modern. Seperti halnya Pondok Pesantren Al

Barokah yang berada di Desa Padasan Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di Pondok

Pesantren Al Barokah padasan pujer bondowoso, ditemukan bahwa Pondok

Pesantren Al Barokah merupakan pesantren tipe Kombinatif, hal ini


10
Abdul Halim Soebahar, Tranformasi Pendidikan Islam: Refleksi Tentang Kesinambungan Dan
Perubahan. Disampaikan dalam Pidato pengukuhan guru besar bidang pendidikan islam 23
Januari 2010.( STAIN Jember, Jember, 2010 ), 6-7.
5

memunculkan keunikan pada manajemen pembelajaran yang dikembangkan,

salah satu keunikan yang peneliti temukan pada studi pendahuluan ialah

manajemen pembelajaran dikembangkan berdasarkan kearifan lokal yang ada

Pesantren Al Barokah dengan mengusung nilai-nilai kebersamaan, kerjasama dan

menerapkan kurikulum pembelajaran kitab kuning melalui kitab-kitab yang tidak

banyak digunakan oleh kalangan umum, materi pemahaman kitab kuning yang

diterapkan ialah kitab Awamil fi annahwi, kitab mirqotu al ulum, dan kitab-kitab

liannya yang hanya menjadi konsumsi lokal pesantren Al Barokah.11

Dua kitab tersebut menjadi standart penentu keberhasilan santri dalam

belajar belajar kitab kuning. Kitab Awamil fi annahwi dan kitab mirqotu al ulum

sebagai kekhasan yang dimiliki pesantren Al Barokah dalam menerapkan

pembelajaran kitab kuning. Pada dua kitab tersebut pembelajaran menggunakan

model Nadhom atau lagu yaitu menggunakan Bahar Towil dan Bahar Rojaz,

dilengkapi dengan pengertian, makna dan maksud, sehingga santri mudah untuk

memahami materi dan isi yang ada dalam kitab. Disamping itu, pada dua kitab

tersebut juga dilengkapi dengan contoh yang sederhana sehingga siswa mudah

mengingat dan memahami materi yang terdapat dalam kitab tersebut.

Dalam perencanaan pembelajaran mengacu pada kebutuhan santri,

sehingga guru mengajar memiliki kesealuran dengan kondisi psikologis santri di

Pesantren Al Barokah. Dalam kontek pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan

sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pesantren yaitu tetap menjadikan

tawassul sebagai dasar melaksanakan pembelajaran, sedangkan pada teknik


11
PP Al Barokah,Observasi tanggal 12 November samapi 15 Desember 2019
6

evaluasi dilakukan tes untuk seluruh santri dalam rangka mengukur kemampuan

dan pemahaman santri terhadap materi yang diajarkan yaitu melalui sistem

klasikal baik tertulis maupun lisan. Dengan demikian maka kekahasan atau

keunikan yang muncul dalam bidang manajemen pembelajaran di Pesantren Al

Barokah lebih mengedepankan pada pembelajaran yang berbasis pada kearifan

Lokal. Namun tetap berpegang teguh pada nilai-nilai tradisi yang menjadi ciri

khas pondok pesantren.

Lain dari itu, hasil penelitian pendahuluan juga menemukan bahwa

pembelajaran yang diterapkan menggunakan pembelajaran semi modern. Dalam

pelaksanaannya, pembelajaran dilaksanakan dengan cara memberikan layanan

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan - pendekatan pembelajaran

yang dapat membina seluruh santri dengan kondisi yang sangat hiterogene.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka menggunakan transkripsi “jawi” saat belajar

agama, seperti fiqh, tarikh, hadits, dll. Dalam istilah Indonesia kita menyebutnya

“arab pegon”. Hal ini bertujuan agar siswa terbiasa menulis bahasa arab, dan lebih

mudah membaca kitab kuning di pondok. Sebaliknya, ketika mereka mempelajari

pendidikan umum, seperti fisika, biologi, kimia, dll, mereka menggunakan

transkripsi Bahasa Indonesia.12

Ada kebiasaan unik di Pondok Pesantren Al Barokah, seperti semua ustadz

menggunakan sarung, kopiah, bahkan mereka menggunakan sendal dalam

kegiatan belajarnya. Rasanya sangat tradisional. Dalam proses belajar di pondok,

semua santri anak laki-laki dibentuk dengan sarung dan sorban. Selain itu, seluruh

siswa menerapkan slogan “Annadlofatu minal iman” serta makna kalimat


12
PP Al Barokah,Observasi tanggal 12 November samapi 15 Desember 2019
7

tersebut. Misalnya, mereka melepas sepatu ketika ingin masuk kelas. Mereka

mengaturnya di luar kelas. Selain itu, Pesantren Al Barokah juga memiliki budaya

yang sangat bagus. Anak laki-laki dan perempuan dipisahkan di setiap kelas.

Dari itu maka pembelajaran yang berkembangkan di pondok pesantren

tetap berpegang teguh pada penerapan pembelajaran dengan tetap memperhatikan

delapan syarat dalam pembelajaran yaitu ; siswa, guru, tujuan, kurikulum, metode,

sarana, evaluasi, lingkungan/konteks.13

Sebagai suatu sistem kesatuan yang utuh, masing-masing komponen

pembelajaran tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan di dalam dunia

pendidikan. Seluruh komponen saling bergantung dan bersama - sama untuk

mencapai tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.

Keberadaan pondok pesantren yang masih mempertahankan sistem

tradisionalnya sebenarnya mendapatkan kritik, mulai dari manajemen

pembelajarannya, kemudian kurikulum pembelajaran yang hanya merujuk kepada

kitab klasik, metode pembelajaran yang menimbulkan kejenuhan karena hanya

guru yang dituntut aktif, kemudian beberapa doktrin juga dianggap justru

mematikan daya nalar kritis seorang santri, lalu sarana pembelajarannya hingga

evaluasi pembelajarannya.

Kami tertarik untuk mengeksplorasi mekanisme manajemen pembelajaran

yang diterapkan di pesantren, karena sebagai lembaga pendidikan mereka unik

dan sebagian lagi karena terbatasnya penelitian tentang manajemen pembelajaran

yang diterapkan pada pondok pesantren. Kami memutuskan untuk melakukan

studi ini sebagai upaya untuk memberikan informasi kepada pembuat kebijakan
13
Oemar Hamalik. Kurikulum dan pembelajaran. ( Jakarta ; Bumi Aksara, 1999), 77
8

pendidikan di tingkat nasional dan lokal untuk membantu mereka menyusun

berbagai program pendukung atau pelatihan bagi pengelola dan guru di pondok

pesantren.

Manajemen Pembelajaran merupakan isu penting dalam pendidikan bagi

pengembangan pondok pesantren. Karakteristik siswa, kemanjuran guru, situasi

lingkungan, dan standar prestasi siswa merupakan faktor yang berpengaruh dalam

Manajemen Pembelajaran14. Dalam konteks Pesantren, manajemen pembelajaran

diartikan sebagai seperangkat teknik dan keterampilan yang memungkinkan

seorang guru untuk mengontrol siswa secara efektif untuk menciptakan

pembelajaran yang positif bagi semua siswa15.

Meskipun terdapat literatur yang substansial tentang masalah manajemen

Pembelajaran, agak mengejutkan dan disesalkan bahwa, sejauh pengetahuan kami,

tidak banyak upaya penelitian yang berfokus pada masalah manajemen

pembelajaran di Pesantren. Studi ini mencoba untuk mengisi kesenjangan dalam

literatur pesantren dengan mempelajari masalah Manajemen Pembelajaran.

Sebagai sistem sekolah tertua di Indonesia, pesantren memegang peranan yang

sangat penting 16.

14
Baker, W. P., & Lawson, A. E., Classroom management for successful student inquiry.
The Clearing House, 75(5), (2002), 248 - 252. Lihat juga ; Fowler , J ., & Şaraplı , O.
Classroom management ; What ELT students expect. Procedia Social and Behavioral
Sciences, 3 , (2010), 94 - 97.
15
Depdiknas, Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah . (Jakarta ;
Depdiknas, 2013), 66
16
Sofwan, M, & Habibi, A. Problematika dunia pendidikan Islam abad 2.1. dan
tantangan pondok Pesantren di Jambi. Jurnal Kependidikan, 46 (2), (2016), 271 - 280
9

Menjadi menarik untuk diteliti tentang manajemen pembelajaran kitab

kuning di pesantren Al Barokah, karena iklim pembelajaran yang harmonis,

menjujung tinggi nilai kesederhanaan dalam budaya dan kondisi, serta terdapat

kitab khusus yang menjadi ciri khas pembelajaran kitab kuning di pesantren AL

Barokah yaitu Kitab awamil fi annahwi dan Kitab Mirqotu al Ulum sebagai kitab

utama yang dijadikan sebagai bahan untuk memberikan bekal pada santri untuk

mampu membaca, memahami, mengetahui dan menganalisis isi yang ada dalam

kitab kuning.

B. Fokus Penelitian

Sebagaimana telah diketahui di kontek penelitian, penelitian ini akan

difokuskan kepada beberapa hal, diantaranya:

1. Bagaimana Pola Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso?

2. Bagaimana Pola Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso?

3. Bagaimana Pola Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok

Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan identitikasi awal masalah serta fokus penelitian secara umum

tujuan penelitian ini adalah:


10

1. Untuk mendeskripsikan Pola Perencanaan Pembelajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso.

2. Untuk mendeskripsikan Pola Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso.

3. Untuk mendeskripsikan Pola Evaluasi Pembelajaran Kitab Kuning di

Pondok Pesantren Al Barokah Pujer Bondowoso.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan memperkaya

wacana keilmuan, terutama tentang “Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren”, baik manfaat secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan bisa bermanfaat untuk menambah wawasan dan

khazanah ilmu pengetahuan tentang Manajemen Pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Mendapatkan tambahan pengetahuan dan pemahaman tentang

Manajemen Pembelajaran di Pondok Pesantren, sehingga dapat dijadikan

contoh atau rool model bagi pengelola lembaga pendidikan, terutama

pengelola Pondok Pesantren.

b. Bagi Pondok Pesantren Al Barokah


11

Hasil penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan

masukan dan rujukan dalam pengelolaan manajemen pembelajaran

Pondok Pesantren dengan lebih baik, sehingga kualitas mutu

pembelajarannya semakin baik dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi

untuk menambah wawasan tentang Manajemen Pembelajaran Pondok

Pesantren.

E. Definisi Istilah

Judul penelitian ini tersusun dari beberapa istilah yang

pengertian dan makanya nya perlu dipaparkan untuk dijadikan kata kunci

sebagai pedoman sekaligus demi menghindari kerancuan dalam pembahasan lebih

lanjut. Istilah istilah yang perlu ditegaskan adalah yang mengandung interpretasi

yang beragam. Untuk itu dalam penelitian ini terdapat beberapa kata kunci

yang muncul diantaranya manajemen pembelajaran, dan pondok pesantren.

1. Manajemen Pembelajaran

Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses pengelolaan kegiatan

belajar mengajar, yang didalamnya terdapat Kurikulum pembelajaran, materi

pembelajaran, metode pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran, untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Pembelajaran di Pesantren
12

Pembelajaran di pesantren dinilai memiliki karakteristik dan ciri khas

yang unik. Ciri-ciri pendidikan pesantren dapat dirunut dari berbagai aspek

yang meliputi keseluruhan system pendidikan, yaitu: tujuan pendidikan

pesantren, model dan jenjang pendidikan pesantren, materi dan metode

pembelajaran di pesantren, fungsi, prinsip-prinsip pendidikan, fasilitas

pendidikan, dan pola komunikasi yang berkembang di pesantren. Salah satu

upaya pesantren dalam menjadikan metode pengajaran dan penerapannya

inovatif - metodologi adalah dengan menerapkan pembelajaran kitab kuning

yang lebih interaktif. Hal ini merupakan sebuah sistem yang menyampaikan

materi pembelajaran dimana kitab kuning digunakan sebagai literatur utama.

3. Pondok pesantren

Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan islam untuk

menimba ilmu. Dimana didalamnya terdapat seorang kiai, santri, asrama,

masjid, dan pembelajaran kitab kuning. Dalam penelitian ini yang dimaksud

dengan Manajemen Pembelajaran Kitab Kuning adalah proses pengelolaan

kegiatan belajar mengajar, yang didalamnya terdapat Kurikulum

pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, serta evaluasi

pembelajaran, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang ada di

Pondok Pesantren Al- Barokah Pujer Bondowoso.

F. Sistematika Penulisan
13

Pada tahapan sistematika penulisan ini akan dijelaskan kerangka pemikiran

yang akan memermudah alur penelitian serta penyajian laporan. Adapu sitematika

penulisannya sebagai berikut:

a. Bab satu, pendahuluan berisi konteks penelitian , fokus penelitian , tujuan

penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah

b. Bab dua kajian pustaka, berisi penelitian terdahulu, kajian teori, kerangka

konseptual

c. Bab tiga, Metode penelitian berisi, pendekatan dan jenis penelitian, lokasi

penelitian, kehadiran peneliti, subjek penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, analisis data, keabsahan data, tahapan-tahapan penelitian.

d. Bab empat, Paparan data dan analisis data berisi paparan data dan analisis,

temuan penelitian.

e. Bab lima, Pembahasan berisi, mendeskripsikan hasil penelitian tentang

Manajemen Pembelajaran (Studi Di Pondok Pesantren Al Barokah Pujer

Bondowoso)

f. Bab enam, Penutup, membahas bagian terakhir yang berisikan kesimpulan dan

saran

Anda mungkin juga menyukai