Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Tradisi Keilmuan di Pesantren


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KEPESANTRENAN

Disusun oleh kelompok 6

Aam Umaedi

TARBIYAH PBA 2B
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG
SINGAPARNA-TASIKMALAYA
2017

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasang surut peran pesantren sempat terjadi baik karena faktor di dalamnya
maupun di luarnya. Pesantren dari saat ke saat terus engalami perubahan. Meskipun
intensitas dan bentuknya tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Perubahan itu
dalam realitasnya berdampak jauh bagi keberadaan, peran dan pencapaian tujua
pesantren, serta pandangan masyarakat luas terhadap lembaga pendidikan ini.
Ironisnya tidak semua orang dan tokoh pesantren menyadari seluk-beluk perubahan
tersebut. Sebagian dari mereka menyadari dan merencanakan perubahan tersbeut
tetapi belum mengatisipasi secara kritis dampaknya, baik bagi pesnatren sendiri aupun
masyarakat sebagai pemangku kepeningan yang utama bagi pesantren. Kurikulum di
pesantren bermuatkan mata pelajaran yang disusun berdasarkan prioritas keagamaan.
Dalam praktiknya kurikulum di kedua kategori itu diikuti oleh para santri sebagai
kurikulum wajib. Lulusan pesantren yang memiliki kompetensi sesuai kurikulum itu
terus dapat dihasilkan dalma jumlah yang semakin banyak karena meningkatnya
jumlah pesantren. Sementara kebutuhan masuarakat juga meningkat karena
banyaknya madrasah yang didirikan dalam kawasan yang lebih menyebar. Pada saat
yan sama masih sangat banyak lulusan pesantren tidak bisa terserap oleh lembaga-
lembaga baru itu, meskipun sudah diakui oleh pesantren sebagai berkompetensi
memadai.

2
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...............................................................................................................................2
A. Latar Belakang........................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................................................3
A. Pengertian Pesantren Dan Santri............................................................................................3
B. Tradisi Keilmuan....................................................................................................................3
C. Prioritas kajian pesantren.......................................................................................................4
1. Wajib ‘ain : fiqih, tauhid dan akhlak..................................................................................5
2. Wajib kifayah : tsaqafah, bahasa, kedokteran, hisan dan teknologi..................................6
D. Kurikulum yang Memberdayakan di Pesantren.....................................................................6
E. Keseragaman dan Kekhasan Kurikulum................................................................................8
F. Pengalaman Kurikuler............................................................................................................9
BAB III..............................................................................................................................................10
KESIMPULAN.................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pesantren Dan Santri


pesantren sendiri menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar santri
sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana yang terbuat dari
banbu. Disamping itu kata “pondok” mungkin juga berasal dari bahasa arab funduq
yang berarti hotel atau asrama.
Istilah peasantren diambil dari kata santri dan mendapat tambahan “pe” di depan dan
“an” diakhir dalam bahasa Indonesia berarti tempat tinggal santri, tepmat dimana para
santri mengikuti pelajaran agama. Istilah santri diambil dari kata shsastri dalam
bahasa sangsekerta bermakna orang yang mengetahui kitab hindu. Pada
perkembangannya pesantren merupakan lembaga penddikan yang dibuat pada
awalnya seperti rumah yang dikhususkan untuk kegiatan belajar bagi para santri.

B. Tradisi Keilmuan
Pertumbuhan dan peerkembangan pondok pesantren tidak terlepas dari hubungan
dengan sejaarah masukna islan di Indonesia. Pendidikan islam di Indonesia bermula
ketika orang-orang yang masuk islam ingin mengetahui lebih banyak isi ajaran agama
yang baru dipeluknya. Dalam perkembangannya untuk lebih mendalami ilmu agama
telah mendorong tumbuhnya pesantren yang merupakan pempat untuk melanjutkan
belajar agama. Model pesantren ini berkembang diseluruh Indonesia dengan nama
dan corak yang sangat bervariasi. Dijawa disebut pondok pesantren, di aceh dikenal
rangkang, disumatra barat dikenal surau.

C. Prioritas kajian pesantren


Bagian ini meninjau ilmu-ilu dasar yang diajarkan di pesantren yang dibagi
menurut hukum mempelajarinya bagi orang Islam. Di dalamnya terdapat rumpun ilmu
agama yang setiap peribadi muslim wajib mempelajarinya yang termasuk dalam
kategori wajib ‘ain.[1] Di pesantren juga terdapat rumpun ilmu yang tisak setiap
individumuslim diwajibkan untuk mempelajarinya yang termasuk dalam kategori
wajib kifayah.

4
Tradisi keilmuan di pesantren adalah tradisi keilmuan yang sudah berumus sangat
tua, dimulai semenjak islam pada abad ke 13 dan tidka bisa dilepaskan dari tradisi
keilmuan yang ada dalam Islam itu sendiri. Berbeda dengan tradisi keilmuan dalam
Yunani kuno yang bersifat melangit, tadisi keilmuan dlama pesantren menawarkan
sesuatu yang empiris dan jelas.
Abdurrahman Wahid menjelaskan bahwa jika dilacak, tradisi keilmuan Islam di
pesantren bersumber dari dua dekade, yakni dekade pengetahuan keislaman yang
datang ke nusantara pada abad ke 13 dan yang kedua dekade ketika para anak-anak
muda di kawasan nusantara berlayar menuntut ilmu di Arab, khususnya di Mekkah
dan kembali setelah itu ke tanah air untuk mendirikan pesantren-pesantren, kemudian
dapat berkembang menjaid pesantren-pesantren besar. Pada gelombang pertama,
manifestasi keilmuan islam yang datang ke Indonesia adalah dalam bentuk tasawuf
dan ilmu-ilmunya tentu juga tidak lepas dari ilmu-ilmu syariah pada umumnya,
sementara pada gelombang kedua, muncul kebangkitan ilmu-ilmu keislaman yang
mendalan yang ditandai dengan lahirnya ulama-ulama besar.[2]
Gelombang pertama keilmuan yang bercorak tasawuf terjadi karena yang
dikembangkan sudah dalam bentuk ilmu jadi dari daratan Persia. Buku-buku tasawuf
menggabungkan fiqih dengan amal dan akhlak merupakan bahan pelajaran utama.
Kitab-kitab tasawuf karya Imam Abu Hamid al Ghazali di bidang fiqh sufistik yang
pengeruhnya besar selama bearab-abad bahkan hingga sekarang. Pengaruh itu
bertumbang tindih. Dengan pandangan dan perilaku misiki penduduk pribumi.
Gelombang kedua tradisi keilmuan pesantren menampakkan konsep yang jelas di
dalam karya-karya penting seperti Nur Adh Dhalam dari Kiai Nawawi banten, Sabil al
Muhtadin karya Kiai Arsyad Banjar dab lain sebagainya. Merekalah yang
memperkenalkan pendalaman Bahasa Arab beserta cabang-cabang ilmunya di
pesantren sehingga muncul kbangkitan humanis ilmu-ilmu keislaman yang telah
terpendam cukup lama dalam khazanah intelektual Islam. Berikut ini klasifikasi
keilmuan di pesantren:

5
1. Wajib ‘ain : fiqih, tauhid dan akhlak
Mengenai ilmu-ilmu mana yang termasuk kategori wajib ‘ain dan wajib kifayah
untuk mempelajarinya, para ulama berbeda pendapat sehingga terdapat beberapa
kelompokl. Kelompok ulama tauhid aau ilmu kalam menyakini bahwa ilmu tauhid,
ilmu yang dengannya diketahui dzat Alloh, keseesaan Alloh dan sifat-sifat-Nya wajib
bagi setiap muslim yang telah akil baligh untuk mempelajarinya. Sementara
kelompok ulama fiqih berpendapat bahwa ilmu-ilmu fiqih yang wajib ‘ain. Dengan
ilmu fiqih, segala persoalan yang doharamkan dan dihalalkan oleh Alloh dapat
diketahui manusia. Selain itu ilmu fiqh juga mengajarkan kepada setiap muslim
tentang tata cara beribadah kepada Alloh. Sementara ulama ahli tafsir dan hadits
berpendapat, ilmu kitab dan sunnah (tradisi) Nabi Muhammad SAW yang wajib sebab
dengan perantaraan keduanya dapat terbuka cakrawala segala penegtahuan menurut
ajaran Islam.
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang memungkinkan manusia mengetahui diri dan
kedudukannya di hadapan Alloh SWT. Di dalamnya dibahas tentang penyakit-
penyakit yang membahayakan bagi diri dan yang menyelamatkannya. Secara umum,
terdapat pendapat yang sama di antara para ulama tentang beberapa hal prinsip dari
ilmu pengetahuan yang wajib ‘ain yaitu ilmu yang bersendikan pokok-pokok
mendasar dari ajaran Islam. Hal-hal pokok ini mengandung hakikat kewajiban
makhluk kepada Tuhan. Al Qur’an sendiri mengandung pelajaran inti tentang tujuan-
tujuan penciptaan alam semesta dan semua makhluk untuk mengetahui kekuasana dan
keagungan Tuhan.
Selain ilmu tauhid, ilmu fiqih juga menjaid prioritas yang dipelajari dalam satuan
[endidikan di pondok-pondok pesantren pada umumnya. Terdapat istilah yang cukup
populer di kalangan pesantren terkait fungsi dirinya yaitu sebagai lembaga
pendalaman ilmu-ilmu agama cukup mencerminkan betapa pentingnya status ilmu
fiqih di kalangan santri. Dari ungkapan itu bahkan muncul pemahaman yang diyakini
di kalangan pesantren, tidak akan dikatakan sebagai orang yang memahami agama
jika ia tidak memahami fiqih. Namun demikian, yang layak untuk dicatat dalam

6
tradisi keilmuan di atas adalah munculnya ciri yang kuat tentang pola hubungan kiai
dan santrinya dalam jenjang keilmuan, artinya seorang ahli fiqih yang besra juga akan
menjadi kiai fiqih terkenal.

2. Wajib kifayah : tsaqafah, bahasa, kedokteran, hisan dan teknologi


Khasanah bangsa-bangsa menjadi akrab dalam kurikulum pesantren. Melalui mata
pelajaran tafsir bangsa-bangsa itu muncul dalam kisah Nabi Yusuf, Nabi Sulaiman,
Nabi Musa dan sebagainya. Peristiwa masa lalu dibaca dalam penjelasan dan
dibingkai makna peradaban. Makna ada dalam diri pembelajar. Pendalaman Bahasa
Arab menjadi ciri kurikulum pesantren sejak generasi abad ke 17, yaitu pada masa Ki
Ageng dan Sunan atau Sultan. Islamisasi kalender Jawa terjadai pada periode itu.
Penguasaan bahasa Arab meluas dua abad setelahnya. Para santri akan menjalani
waktu sampai enam tahun dengan terus menerus menekuni mata pelajaran ini bersama
tauhid, fiqih, tasawuf dan Al Qur’an. Sejumlah pesantren berlangganan majalah dan
surat kabar berbahasa Arab untuk meningkatkan kecakapan kebahasaan ereka. Kelas
bimbingan membca media itu pun diselenggarakan di beberapa pesantren dan ada
yang membuatnya sebagai sub mata pelajaran. Ragam bahasa Arab menjadi dikenapi
pula, yang klasiksebagaimana di dalam kitab-kitab kuning dan yang kontemporer
seperti di dalam media massa tersebut.

D. Kurikulum yang Memberdayakan di Pesantren


Semakin besarnya jumlah santri yang belajar di pesantren menuntut perluasan
perhatian kurikuler di lembaga pendidikan islam ini dan merebaknya model-model
madrasah atau sekolah unggulan yang diselenggarakan oleh organisasi-organisasi dan
yayasan Islam menyediakan ajakan bagi pesantren untuk menentukan arah
pengembangannya untuk tetap unik dengan menyerahkan garapan yang lain kepada
pesaren lain atau mengambil pola yangs eragam dengan emmasukkan kurikulum
pemerintah dna karenanya akan terjadi perlombaan antar pesantren karena yang
dikelola adalah kurikulum yang sama.
Kurikulum yang dikembangkan di pesantren selama ini menunjukkan prinsip yang
tetap yaitu:

7
1. Kurikulum ditujukan untuk mencetak ulama di kemudian hari. Di dalamnya
terdapat paket mata pelajaran, pengalaman dan kesempatan yang harus ditempuh
untuk menghasilkan 100% santri sebagai ulama. Kapasitas seorang ulama
membutuhkan waktu yang lama untuk dijangkau. Pesantren sadar, dalam setiap
angkatan mungkin hanya akan dilahirkan lulusan yang berkapasitas sebagai ulama
satu dua orang saja. Mereka yang tidak berkualifikasi sebagai ulama tetap menjadi
pelaku kehidupan yang berarti di masyarakatnya. Profesi sebagai guru, pengusaha dan
sebagainya terbuka luas bagi mereka.
2. Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap
tingkatan dan layanan endidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi
dan kelompok. Bimibingan ini seringkali bersifat menyeluruh, tidak hanya di kelas
atau menyangkut penguasan materi mata pelajaran, melainkan juga di luar kelas dan
menyangkut pembentukan karakter, peningkata kaasitas, pemberian kesempatan dan
tanggung jawab yang dipandang memadai bagi lahirnya lulusan yang dapat
mengembnagkan diri.
3. Secara keseluruhan kurikulumnya bersifat felksibel, setiap santri berkesempatan
menyusun kurikulumnya sendiri sepenuhnya, paling tidak setengah muatan kurikulum
dapat dirancang oleh santri sendiri. Kurikulum yang diterapkan di atas tidak mengarah
pada spesialisasi tertentu di luar penguasaan pengetahuan keagamaan. Sifatnya yang
lebih menekankan pada pembinaan pribadi dengan sikap hidup yang utuh telah
menciptakan tenaga kerja untuk lapangan kerja yang direncanakan sebelumnya.[3]
Meskipun pada perkembangannya banyak pesantren yang juga mengajarkan ilmu-
ilmu umum, namun tujuan utama pendidikan di pesantren adalah enguasaan ilmu dan
pemahaman keagamaan.
Fleksibilitas kurikulum itu dapat dipandang sebagai watak pesantren dalam melayani
kebutuhan dan memenuhi hak santri untuk belajar ilmu agama. Kebutuhan kurikuler
santri berbeda-beda sesuai dengan panggilan dirinya, misi keluarga, tuntutan
masyarakat atau kekhasan kemampuannya.Sementara hak kurikuler santri adalah
memperoleh pelajaran yang diperlukannya untuk menjadi penganut agama Islam yang

8
baik sebagai pribadi, warga masyarakat dan warga negara sehingga ia dapat berperan
serta dalam kehidupan demokratis bersama warga bangsanya dalam penghidupan yag
layak bagi kemanusiaannya.

E. Keseragaman dan Kekhasan Kurikulum


Bila ditelusuri lebih mendalam, keseragaman kurikulum pesantrens ejatinya
bukanlah keseragaman. Di balik itu, penyampaian materinya dikontekstualisasikan
dengan kehidupan konkret di sekitarnya. Hal ini dapat dilacak dari contoh-contoh
yang diangkat dalam pengajian kitab kuning yangs ering dikonfirmasikan dengan
peristiwa yang dialami kalangan santri sendiri. Selain itu juga dapat dilihat dari
kelompok belajar bersama para santri yang menjamur di pesantren yang
mendiskusikan selain materi pelajaran mereka, juga engaitan materi dengan
pengalaman keseharian mereka.
Lebih dari itu, kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam pesantren itu
sendiri. Dalam ungkapan yang lain, dua puluh empat jam kehidupan santri sehari
merupakan proses dan representasi pendidikan. Pendidikan pesantren tidka selesai
denga usainya engajian kitab. Ketika para santri istirahat, kemudian makan, shalat,
tidur dan bangun tengah malam, semua aktivitas ini adalah bagian instrinsik dari
pendidikan pesantren. Karena itu, ketika para santri melakukan kegiatab mereka. Kiai
pengasuh pesnatren mengawasi secara teliti kesesuaian kegiatan santri dengan materi
pelajaran yang telah mereka peroleh.
Penciptaan suasana dialogis antara aspek teoritis dan pengalaman nyata di
masyarakat memasukkan pesantren ke dalam pergumulan praktis bagi kehidupan para
santri. Melalui pendidikan semacam itu, pesantren memiliki peluang untuk
mengetahui potensi, kekuaan, kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh pesantren
sendiri. Pada gilirannya, pesantren mencoba melakukan pembenahan atas kekurangan
yang ada dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Sebagai misal, manakala ibadah
santri terhambat karena di pesantrenm itu kekurangan air bersih untuk wudlu atau
mandi, maka pesantren akan melaksanakan program air bersih, bukan semata-mata
karena hal itu kebutuhan santri melainkan juga keharusan agama yang bekaitan

9
dengan pengolaan air dalam pengadaan sarana-sarana itu.

F. Pengalaman Kurikuler
Meskipun istilah kurikulum belum akrab bagi pesantre, namun sebenarnya
lembaga pendidikan Islam ini kaya akan pengalaman kurikuler. Bukti untuk itu adalah
pesnatren sudah terbiasa dalam banyak hal sebagia berikut:
1. Merumuskan kecakapan yang diharapkan dimiliki santri setelah belajar di
pesantren dalam kurun waktu tertentu. Dengan ini pesantren menetapkan kecakapan
kelulusannya. Misalnya untuk jenjang dasar adalah kecakapan santri memahami dan
menjalankan ajaran Islam untuk pribadinya.
2. Mennetukan jenjang pendidikan yang akan diselenggarakan oleh pesantren sejak
jenjan dasar, menengah, atas dan pesanren luhur. Penentuan ini selalu didasarkan atas
daya dukung dari dalma pesantren sendiri dan lingkungannya baik daya dukung
berupa ketersediaan guru, tenaga kependidikan selain guru, potensi santri, kebutuhan
masyarakat, sarana prasarana dan lainnya.
3. Menentukan kelompok mata pelajaran yang diwajibkan untuk santri sebagai mata
pelajaran pokok dan ciri khas serta mata pelajaran yang dianjurkan sebagai
penunjang.
4. Mengelompokkan beberapa mata pelajaran ke alam rumpun-rumpun kcakapan.
5. Mengembangkan muatan setiap mata pelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh
masing-masing guru agar isi mata pelajaran lebih lengkap dan tanggap terhadap
persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh masyarakat.
6. Mennetukan syarat-syarat kecakapan yang harus dipenuhi santri untuk memilih
rombongan belajar pada kelas tertentu. Sebagian pesantren menyelenggarakan tes
enempatan kelas.
7. Mengatur beban belajar para santri dengan mempertimbangkan kemampuan
mereka. Ini kelebihan sistem belajar di pesantren. Yang lampat, cepat membutuhkan
layanan khusus dan yang berhak atas pengayaan bahan belajar dapat dilayani.
8. Merumuskan panduan bagi masyarakat dan guru dalam melaksanakan pengajaran.

10
Metode mengajar di pesantren biasanya khas.
9. Menetapkan variasi cara mengajar guru agar santri dapat menguasai pelajaran
sebagai pengetahuan dan pengalaman.

BAB III

KESIMPULAN

Kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam pesantren itu sendiri.
Dalam ungkapan yang lain, dua puluh empat jam kehidupan santri sehari merupakan
proses dan representasi pendidikan. Pendidikan pesantren tidka selesai denga usainya
engajian kitab. Ketika para santri istirahat, kemudian makan, shalat, tidur dan bangun
tengah malam, semua aktivitas ini adalah bagian instrinsik dari pendidikan pesantren.
Karena itu, ketika para santri melakukan kegiatab mereka. Kiai pengasuh pesnatren
mengawasi secara teliti kesesuaian kegiatan santri dengan materi pelajaran yang telah
mereka peroleh.
Penciptaan suasana dialogis antara aspek teoritis dan pengalaman nyata di masyarakat
memasukkan pesantren ke dalam pergumulan praktis bagi kehidupan para santri.
Melalui pendidikan semacam itu, pesantren memiliki peluang untuk mengetahui
potensi, kekuaan, kelemahan dan kekurangan yang dialami oleh pesantren sendiri.
Pada gilirannya, pesantren mencoba melakukan pembenahan atas kekurangan yang
ada dan mengembangkan potensi yang dimiliki. Sebagai misal, manakala ibadah
santri terhambat karena di pesantrenm itu kekurangan air bersih untuk wudlu atau
mandi, maka pesantren akan melaksanakan program air bersih, bukan semata-mata
karena hal itu kebutuhan santri melainkan juga keharusan agama yang bekaitan
dengan pengolaan air dalam pengadaan sarana-sarana itu.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Wahid. “Asal-Usul Keilmuan di Pesantren” dalam Pesantren, edisi perdana.


Jakarta : P3M, 1984.

Abdurrahman Wahid. Menggerakkan Tradisi. Yogyakarta : Pustaka Pesantren,2007.

Dian Nafi, dkk. Praktis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta : ITD. 2007.

Pendidikan di Pesantren. (http://wordpress.com, diakses tanggal 10 Juni 2011).

Marwan Saridjo. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta : Dharma Bhakti, 1982.

Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy Syaukani. Irsyad al Fuhul ila Tahqiq al Haqq min
“Ilm al Ushul. Beirut : dar a Fikr.

[1] Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Asy Syaukani. Irsyad al Fuhul ila Tahqiq al Haqq min
“Ilm al Ushul. (Beirut : dar a; Fikr, tt), hlm 6.
[2] Abdurrahman Wahid. “Asal-Usul Keilmuan di Pesantren” dalam Pesantren, edisi perdana.
(Jakarta : P3M, 1984), hlm 7.
[3] Abdurrahman Wahid. Menggerakkan Tradisi. (Yogyakarta : Pustaka Pesantren,2007 ). hlm
109.

12

Anda mungkin juga menyukai