SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
TUMBUR DS SILALAHI
NIM : 019114097
“Once you’ve come to a decision, follow through with it and give it your all, so you
have no regrets. However, if you’re undecided and unsure, stay that way and follow
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
U Papa dan Mamaku, atas doa dan semangat yang tak henti
atas langkahku
v
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
ix
KATA PENGANTAR
Ucap Syukur kepada ALLAH Bapa di Sorga melalui anak-Nya yang tunggal
yang IA berikan tak berkesudahan dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini.
Penelitian berjudul ”Konsep Diri Remaja Indigo” ini disusun sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan Studi Program Strata 1 pada Program Sudi Psikologi,
Selama penulisan karya tulis ilmiah ini, peneliti menyadari akan keterbatasan
diri dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Proses penyelesaian karya tulis
ilmiah ini mendapatkan perhatian dan bantuan dari banyak pihak, baik berupa
dukungan doa, sumbangan pikiran serta sarana dan prasarana. Oleh karena itu,
dengan suka cita dan gembira hati, perkenankanlah penyusun mengucapkan terima
kasih kepada:
bimbingannya.
berbagi, sehingga penulisan tugas akhir ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Tjipto Susana dan Ibu A.Tanti Arini, yang telah memberikan waktu,
x
4. Ibu C.H. Siwi Handayani, bapak Y. Heri Widodo dan ibu Henrietta selaku
penyusun.
6. Kepada mbak Nanik, mas Muji, mas Gandung, mas Doni serta pak Gi yang
Psikologi.
7. Kepada dr. Erwin dan ibu Cahya di Klinik Pro-V Jakarta atas waktu dan
bahan referensi yang boleh penyusun peroleh dalam proses penelitian ini.
8. Bapak Tom Suhalim atas diskon foto aura yang telah diberikan kepada
penyusun.
9. Ibu Rossini atas pengalaman, nasehat, arahan serta tempat selama proses
10. Kepada teman-teman yang menjadi subjek yang berperan besar dalam
11. Kepada papa, mama, adik-adikku atas dukungan doa dan sarana-prasarana
12. Kepada amangboru dan namboru Sirait, atas perlindungan selama penyusun
berada di Jakarta.
13. Silva, anas, tari, sius, aris, jelly, rika atas tawa dan canda serta dorongan
xi
14. Budi, baskoro, yongki, mukil, wawan, ”azzunk”, agung, frans atas
15. Almarhum Robi yang menjadi sahabat berbagi dan bercanda sejak SD
16. Kepada ibu Hera selaku pelatih penyembuhan prana atas bimbingan,
17. Kak Shinta yang mau merawat dengan tenaga prana saat penyusun sedang
sakit.
18. Kepada Sensei Hendi dan Sensei Teguh atas bimbingannya melalui latihan
19. Semua teman-teman angkatan 2001 yang tidak saya sebutkan satu persatu.
20. Semua pihak yang tidak saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segala
Sanata Dharma.
Penyusun
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
xiii
3. Faktor-Faktor Konsep Diri .............................................................. 10
B. Remaja ................................................................................................ 13
C. Indigo .................................................................................................. 21
xiv
2. Pelaksanaan wawancara .................................................................. 38
1. Subjek D .......................................................................................... 48
2. Subjek J ........................................................................................... 52
3. Subjek L .......................................................................................... 56
G. Pembahasan ......................................................................................... 63
A. Kesimpulan .......................................................................................... 68
C. Saran ..................................................................................................... 69
LAMPIRAN .................................................................................................... 74
xv
DAFTAR TABEL
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang indigo memiliki karakteristik unik dan berbeda dengan orang lain
Banyak media cetak dan elektronik belakangan ini mengangkat fenomena indigo.
Perbedaan antara anak indigo dengan anak pada umumnya dapat di lihat dari
kepribadiannya yang jauh lebih matang dari usianya, memiliki tingkat kecerdasan
yang tinggi, kepekaan spiritual yang tinggi, tubuh fisik yang sensitif serta
memiliki kesulitan dengan disiplin yang otoriter (Chapman, 2005; Kusuma 2005).
seseorang yang memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Istilah indigo diperkenalkan pertama kali oleh Nancy Ann
Tape. Tape meneliti warna aura manusia kemudian memetakan artinya untuk
dimiliki oleh seseorang. Warna pancaran aura ini berbeda antara orang yang satu
dengan yang lain. Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat pada
Seorang indigo memiliki suatu ciri khas, yaitu old soul, yaitu kepribadian
yang lebih matang daripada kepribadian pada usianya dan tampak sebagai
tinggi, kepekaan dan kemampuan spiritual yang tinggi, sulit diatur, cepat bosan
1
2
2004).
tertentu seperti menunggu giliran, tampak sebagai pribadi yang anti sosial (kecuali
pada ritual dan tidak menuntut kreatifitas, tidak dapat dididik dengan disiplin
kaku, tidak malu membiarkan orang lain mengetahui apa yang mereka butuhkan,
sering menemukan cara yang lebih baik dalam mengerjakan sebuah kegiatan,
penghargaan diri sendiri bukanlah hal yang utama, serta muncul sebagai sosok
yang berwibawa.
pencitraan aura serta hipnografi (Kusuma, 2005). Alat yang digunakan untuk
melakukan pencitraan aura disebut dengan Aura Video Station (AVS) dan aura
Ami A. Meutia, seorang peneliti ahli di LIPI serta ibu dari 3 anak indigo,
menghadapi aturan di sekolah atau ditempat umum, bahkan ada pula yang tidak
naik kelas (“Anak anda”, 2003). Hal serupa juga diungkapkan oleh McCloskey,
3
seorang psikolog klinis dari Ohio (Carroll & Tober, 1999). Salah satu remaja
mengagumkan yaitu 129 untuk kemampuan verbal serta 112 untuk kemampuan
visual spatial. Orang tuanya melaporkan remaja tersebut sangat kritis, tetapi
terhadap orang tua. Orang tua dari anak indigo sering tidak mempercayai dengan
apa yang dilihat oleh anak-anak mereka. Sehingga anak indigo sering disebut
sebagai pengkhayal bahkan ada yang menyebut gila (“Anak anda”, 2003).
sering mendapat perlakuan yang kurang baik, seperti dianggap anak aneh,
pemberontak atau sebagai seorang yang menderita suatu gangguan atau penyakit.
seorang indigo memandang dan menilai dirinya. Pertanyaan ini akan menjadi
sangat penting terutama pada masa remaja. Seseorang pada masa remaja sedang
memunculkan rasa kesadaran diri yang tinggi terhadap perubahan yang terjadi
pada dirinya. Perubahan yang terjadi pada diri remaja tidak selalu dapat diamati,
ada perubahan yang tidak terlalu tampak untuk diamati contohnya adalah konsep
Konsep diri adalah persepsi kognitif dan evaluasi seseorang secara sadar
mengenai dirinya sendiri. Hal ini merupakan pikiran serta pendapat tentang diri
4
sendiri. (Rice & Dolgin, 2000). Menurut Berzonsky (1981) konsep diri adalah apa
lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental,
Konsep diri merupakan hal yang penting pada remaja, karena sesuai dengan
diri sendiri dan juga lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi
pada masa remaja menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian diri
dan membentuk kesadaran diri yang baru, karena remaja mengalami perubahan
Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
dipahami oleh masyarakat, keluarga atau bahkan mungkin dirinya sendiri. Apalagi
ketika seorang indigo memasuki masa remaja yang ditandai dengan kesadaran
Remaja indigo yang memiliki keunikan diri yang mungkin belum bisa
kesadaran atas perubahan yang terjadi pada diri pada masa remaja, bisa membuat
kemungkinan untuk merasa tertekan, menarik diri, sulit untuk menyesuaikan diri
gambaran konsep diri remaja indigo dengan keunikan diri yang dimilikinya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini, adalah untuk menggambarkan konsep diri yang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Diri
Konsep diri adalah apa yang seseorang pikirkan tentang dirinya (Berzonsky,
1981). Seseorang yang berpikir dirinya lemah, maka perilaku yang muncul, akan
sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Sebaliknya, bila seseorang berpikir dirinya
kuat, maka ia akan memunculkan perilaku yang menunjukkan ia kuat (Combs dkk
Konsep diri adalah pendapat kita mengenai diri sendiri, pandangan individu
dan kegagalan (Joan rais dalam Gunarsa 2003; Cawagas 1983), bahwa konsep diri
Menurut Rice dan Dolgin (2000) konsep diri adalah persepsi kognitif dan
evaluasi seseorang secara sadar mengenai dirinya sendiri. Hal ini merupakan
pikiran serta pendapat tentang diri sendiri. Konsep diri berpengaruh pada
peningkatan kewaspadaan seseorang terhadap pertanyaan apa dan siapa dia. Hal
ini menggambarkan apa yang seseorang lihat ketika melihat dirinya sendiri,
terutama dalam hal karakteristik fisik, keahlian pribadi, sifat, peran dan status
sosial.
7
8
Sedangkan menurut Beck, William dan Paulin (dalam Keliat, 1992), konsep
diri adalah cara seseorang memandang dirinya secara utuh yaitu fisik, emosional,
lingkungannya. Konsep diri yang dimiliki oleh individu yang sehat secara mental,
Fitts mengemukakan bahwa konsep diri merupakan aspek penting dalam diri
persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang terhadap dirinya sendiri secara utuh,
mulai dari karakteristik fisik, daya intelektual, keadaan emosional, status, peran
diri, yaitu :
a. Pengetahuan (Knowledge)
tidak, murah hati atau egois, tenang atau mudah marah, mandiri atau
manja.
b. Pengharapan (Expectations)
c. Evaluasi (Evaluation)
akan diri (I could be) dan standar diri yang kita ciptakan (I should be)
seberapa jauh kita nyaman terhadap diri sendiri. Menurut Marsh dalam
Hal-hal yang termasuk dari diri fisik adalah segala sesuatu yang
Diri moral berisi nilai-nilai dan prinsip yang menunjukkan arti hidup
dan sikap.
diri adalah :
hubungan antara orang tua dan anak remaja mereka. Kasih sayang dari
etnis yang positif. Remaja yang belum nyaman dengan identitas etnis
e. Gender
perempuan serta penilaian akan diri yang selalu berasal dari kesan
tubuh.
g. Stres (Stress)
diri adalah:
diri.
B. Remaja
1. Pengertian Remaja
Hall, masa ini disebut dengan masa topan dan badai, yang artinya pikiran,
perasaan dan tindakan remaja sering berubah-ubah antara membuat keputusan dan
dewasa. Hal ini dimungkinkan karena adanya perubahan pada berbagai aspek,
Remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dimana individu
tidak mau lagi diperlakukan sebagai anak-anak, akan tetapi dilihat dari
Nugroho, 2006).
berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa, yang
ditandai dengan perubahan pada berbagai aspek, seperti fisik, emosi, sosial, minat
dan kognitif. Disebut dengan masa peralihan, karena remaja tidak dapat
digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada kategori dewasa. Pada masa ini,
batasan usia remaja Indonesia adalah usia 11-24 tahun dan belum menikah,
dengan pertimbangan-pertimbangan:
mulai tampak
b. Usia sebelas tahun, sudah dianggap akil balik, baik menurut adat
maupun agama
15
Piaget).
peluang bagi mereka yang masih menggantungkan diri pada orang tua.
Seseorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun dianggap dan
adalah, usia 11 tahun merupakan awal dari masa pubertas yang ditandai dengan
Sedangkan usia 24 tahun merupakan masa untuk lepas dari ketergantungan orang
tua. Individu yang sudah menikah, bagi masyarakat Indonesia, sudah dianggap
3. Ciri-ciri Remaja
Remaja sering menunjukkan sikap dan perilaku yang ambigu. Suatu waktu,
remaja ingin menampilkan sosok yang mandiri dan bertanggung jawab, sementara
16
pada saat yang lain menunjukkan perilaku ingin diperhatikan oleh orang lain,
terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari konsep-
konsep yang membentuk diri. Masa ini sangat penting dalam menentukan status
Permulaan pubertas berawal dari haid atau mimpi basah pertama, serta
hipotetis (kejadian yang belum terjadi tetapi akan terjadi atau mungkin
tentang keadaan diri sendiri, hubungan sosial yang dijalani, serta dunia
disekitar mereka.
17
Perubahan pada peranan sosial yang baru akan membuat remaja untuk
wawasan pengalaman yang terbatas dan pola pikir yang masih abstrak (Mukhtar,
b. Mengemukakan pendapatnya
e. Sadar diri
berusaha untuk dapat memahami apa yang orang lain pikirkan. Remaja
f. Personal fable
yang terjadi pada lingkungannya atau orang lain, tidak mungkin terjadi
pada dirinya.
nilai, ideologi dan gaya hidup. Keadaan ini dipertajam dengan keadaan
mengenai diri sendiri sehingga muncul adanya personal fable atau keyakinan
bahwa dirinya unik, adanya peralihan peran sosial yang baru, munculnya
pertentangan antara sikap, nilai, ideologi dan gaya hidup, masa penyesuaian
terhadap diri sendiri dan lingkungannya, serta integrasi dan kejelasan dari konsep-
Tugas perkembangan remaja adalah tugas yang muncul pada periode remaja
secara sinambung, yaitu dijalani individu selama kurun waktu remaja, dan sebagai
bahasan mengenai apa yang akan dan seharusnya dilakukan oleh seorang individu
Tugas perkembangan masa remaja berkaitan dengan diri sendiri dan juga
dengan lingkungan sosial yang dihadapinya. Perubahan yang terjadi pada masa
kesadaran diri yang baru, karena remaja mengalami perubahan pada semua area,
a. Mencapai relasi baru yang lebih matang dengan teman seusia dari dua
jenis kelamin.
bertanggungjawab.
lawan jenis
C. Indigo
Istilah indigo diperkenalkan oleh Nancy Ann Tape. Tape meneliti warna
Sebutan indigo muncul karena warna aura yang ia lihat, yaitu warna nila (Caroll
& Tober, 1999). Kata Indigo merupakan kosakata yang diambil dari bahasa
yang memiliki perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui
yang berinteraksi dengan mereka. Selain itu, indigo juga di definisikan sebagai
seseorang yang memiliki karakteristik unik dan perilaku yang belum pernah
diketahui sebelumnya. Agar lebih jelas, maka karakteristik individu indigo akan
sendiri) dan sekolah adalah hal yang sulit dihadapi secara sosial.
22
kegiatan
butuhkan
Sedangkan menurut dr. Erwin Kusuma (2005) ahli psikiater spiritual yang
sering menangani anak dan remaja indigo, mengungkapkan tujuh sifat umum
seorang indigo :
a. Cerdas (Superior)
f. Dapat mengetahui sesuatu yang sudah berlalu dan yang akan datang,
kemanusiaan.
23
Selain pendapat di atas, ada sebuah situs web yang menulis tentang ciri-ciri
c. Tidak sabar
f. Cepat bosan
j. Memiliki empati yang sangat kuat terhadap orang lain atau tidak sama
sekali
m. Kreatif
kreatifitas
24
d. Kebanyakan non-konformis
e. Mudah bosan
f. Sering diduga mengidap ADD atau ADHD karena tidak bisa fokus
satu waktu
tepat
k. Kreatif
m. Mempunyai rasa empati yang besar terhadap orang lain dan bahkan
tidak empati
seorang indigo :
non-konformis.
25
sendiri).
d. Sulit fokus pada satu hal karena mudah bosan, sehingga sering
suatu kegiatan
3. Remaja Indigo
Remaja adalah seseorang yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-
kanak menuju masa dewasa, yang ditandai dengan perubahan dari berbagai aspek,
seperti aspek fisik, kognitif, emosi dan sosial. Disebut dengan masa peralihan
karena remaja tidak dapat digolongkan sebagai anak dan belum masuk pada
kategori dewasa.
26
Seorang indigo juga pasti akan melewati masa remaja dan akan berhadapan
dengan berbagai perubahan yang terjadi pada masa ini. Perubahan yang terjadi
mencakup berbagai aspek seperti aspek fisik, kognitif, emosi serta sosial.
Menurut Carroll dan Tober (1999), seorang indigo adalah seseorang yang
memiliki pola perilaku serta atribut psikologis yang belum pernah diketahui
mutlak, perintah dan disiplin kaku serta non konformis, tampak sebagai pribadi
yang anti sosial, membenci hal-hal yang bersifat rutin, sulit fokus pada satu hal
karena mudah bosan. Kemudian cerdas, kreatif, serta mampu melakukan sesuatu
metode yang efektif dan lebih baik dalam mengerjakan suatu kegiatan, memiliki
seorang indigo yang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
ke masa dewasa dan memiliki pola perilaku unik serta atribut psikologis yang
terhadap dirinya sendiri secara utuh, mulai dari karakteristik fisik, daya intelek-
27
tual, keadaan emosional, status dan peran sosial serta spiritual. Konsep diri akan
itu, konsep diri juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang menghargai diri
Dimensi dari konsep diri ada tiga, yaitu pengetahuan diri, harapan diri dan
evaluasi diri. Sedangkan faktor yang membentuk konsep diri adalah faktor diri
fisik, faktor diri sosial, faktor diri moral dan faktor diri psikologis. Kedua hal ini
Tantangan yang akan dihadapi oleh remaja berasal dari dalam diri serta dari
luar diri. Tantangan dari dalam diri adalah menghadapi berbagai perubahan yang
terjadi pada masa remaja dan mencari serta menegaskan jati diri. Sedangkan dari
luar, remaja harus menghadapi dunia luar yang penuh dengan tantangan yang
beragam.
Remaja indigo juga akan melewati masa remaja dengan penuh tantangan ini.
Bagi remaja indigo, masa remaja sepertinya akan lebih berat untuk dihadapi,
dan kecerdasan yang tinggi yang tidak selalu dimiliki oleh remaja lainnya serta
misalnya perasaan gagal dalam berhubungan sosial. Perasaan negatif yang muncul
28
bisa mempengaruhi konsep diri remaja indigo, apalagi pada masa remaja muncul
konsep keyakinan pada diri remaja bahwa dirinya unik dan tidak ada yang bisa
memahami diri sendiri kecuali dirinya sendiri (disebut juga personal fable) serta
adanya kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrim
seperti pola berpikir dan menganalisa, kemampuan mengetahui hal-hal yang kasat
mata. Hal ini merupakan kompetensi yang dimiliki oleh remaja indigo, bila
kompetensi ini tidak dihargai bisa muncul berbagai julukan, seperti anak aneh,
akan keadaan diri remaja indigo. Pengetahuan akan diri merupakan dimensi
sesuatu. Maka ketika remaja indigo memiliki pengetahuan akan diri, mereka tidak
hanya membangun harapan tetapi juga berusaha untuk mewujudkannya dan dalam
usahanya mereka akan berhadapan dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
akan memunculkan harapan-harapan yang baru dan menilai diri berdasarkan hasil
yang diperolehnya. Namun bila ia tidak berhasil, maka ia mungkin tidak akan
29
memunculkan harapan yang baru dan bertanya kepada diri apa yang membuat
Penilaian akan diri merupakan dimensi ketiga dari dimensi konsep diri yaitu
evaluasi diri. Hasil penilaian diri adalah seberapa jauh kita nyaman terhadap diri
Penilaian terhadap diri bisa berasal dari lingkungan sekitar atau dari diri
sendiri. Penilaian diri akan menghasilkan perasaan nyaman atau tidak nyaman
1979; “Self Concept“, 2006). Hal ini juga berlaku bagi remaja indigo yang
memiliki keunikan diri yang kurang dipahami oleh masyarakat, keluarga bahkan
dirinya sendiri. Remaja indigo yang kurang memahami keadaan diri sendiri dan
lingkungan sekitarnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1997).
Konsep yang akan diteliti adalah mengenai gambaran konsep diri remaja
indigo. Teknik pengambilan data yang akan digunakan adalah teknik wawancara
konsep diri remaja indigo. Subjek dalam penelitian ini tidak untuk
B. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah remaja indigo, yaitu seorang indigo yang
berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa.
Kriteria remaja indigo dalam penelitian ini berusia antara 11-24 tahun dan
sampling) yaitu subjek dipilih dengan dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori
31
32
atau konstruk operasional sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik ini dipilih agar
C. Batasan Istilah
Konsep yang akan diteliti adalah konsep diri. Konsep diri adalah suatu
persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang dalam penelitian ini adalah remaja
indigo mengenai dirinya sendiri secara utuh, mulai dari karakteristik fisik, daya
intelektual, keadaan emosional, status, peran sosial serta spiritual. Konsep diri
menjadi sebuah potret diri. Contoh pengetahuan diri seperti usia, jenis
kualitas diri.
dalam diri, yaitu pengharapan akan diri (I could be) dan standar diri
yang kita ciptakan (I should be) (Epstein dalam Calhoun dan Acocella,
sendiri.
pada subjek yang telah ditentukan dan kemudian hasil wawancara direkam
menggunakan perekam suara. Sebagai data tambahan digunakan alat tes berupa
kartu ESP atau kartu Zener, guna mengetahui keterampilan spiritual yang dimiliki
oleh subjek
1.Wawancara
2.Tes ESP
Tes ESP (Extra Sensory Perception) adalah cara yang digunakan untuk
Alat yang dipergunakan adalah kartu ESP atau Kartu Zener yaitu.
sebuah set atau materi standar yang mirip dengan tumpukan kartu
untuk menebak gambar pada kartu ESP dengan posisi terbalik dan
telah diacak.
E. Panduan Wawancara
a. Nama
b. Jenis Kelamin
c. Umur
35
f. Relasi sosial
2. Konsep diri
alasannya?
tertentu ?
anda miliki ?
4. Bisakah anda ceritakan hal yang ingin anda rubah dari diri
anda?
c. Dimensi evaluasi
mewujudkan sesuatu ?
sekarang ?
F. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah suatu upaya yang dilakukan dengan bekerja
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang
Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan diolah dengan langkah-
tersedia
subjek pada tanggal 8 Januari 2009 untuk subjek D, tanggal 11 Januari 2009 untuk
A. Pelaksanaan Penelitian
adalah :
3. Pedoman wawancara
2. Pelaksanaan Wawancara
Sentral Cempaka Putih Blok AH/AI, Jakarta Pusat. Berikut dibawah ini adalah
pelaksanaan wawancara :
1. Wawancara pertama :
Tujuan : 1. Perkenalan
38
39
anak indigo
2. Wawancara kedua :
3. Wawancara ketiga :
(ESP card)
dipilih karena jarak yang relatif dan juga merupakan tempat untuk bermain
remaja indigo dan tiga orang indigo dewasa. Berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan, maka hanya tiga orang remaja indigo yang bersedia menjadi
subjek.
40
dilakukan adalah hasil rekaman yang sangat buruk serta alat rekam menjadi
rusak. Kerusakan terjadi pada komponen bagian gerigi pemutar yang patah.
Hal ini seharusnya tidak terjadi karena alat rekam dan kaset perekam sebelum
proses wawancara masih dalam keadaan baru dan tidak ada masalah.
Tabel 1.
Waktu dan Tempat Pengambilan Data
Kegiatan Subjek D Subjek J Subjek L
Wawancara 3
3-10-2007 7-10-2007 27-10-2007
+
15.30 WIB 15.00 WIB 15.00 WIB
Melakukan tes
Rumah Subjek Rumah Subjek Rumah Subjek
ESP
B. Informasi Responden
Tabel 2.
Informasi Responden
Inisial D J L
Medan, Jakarta, Semarang,
Tempat/tanggal lahir
1/3/1993 20/6/1993 18/10/ 1990
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Perempuan
Status orang tua Bercerai Lengkap Lengkap
Berat badan 46 61-62 kg 52
Golongan darah B O B
Tinggi badan 154 163-165 cm 162
Warna kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Warna mata Coklat kayu Coklat Hitam
Coklat kehitam-
Warna rambut Coklat tua Coklat
hitaman
Julukan Guru, dukun, Lele Dukun
Ulat keket
Ketrampilan spiritual Melihat makhluk Merasakan Melihat makhluk
halus, mengetahui makhluk halus, halus, mendengar
kejadian akan mengetahui suara makhluk
datang, merasakan kejadian akan halus, mengetahui
emosi orang lain, datang, merasa- kejadian akan
intuisi yang kuat, kan emosi orang datang, mengeta-
melihat aura, lain hui karakter orang
membebaskan lain
orang dari kejang-
kejang
secara ilmiah. Alat yang digunakan adalah seperangkat kartu yang memiliki 5
macam bentuk yaitu bentuk air, tambah, lingkaran, persegi dan bintang. Masing-
42
masing bentuk berjumlah lima buah, sehingga total kartu yang digunakan
sebanyak 25 buah. Prosedur yang digunakan yaitu menebak seluruh kartu yang
telah diacak dan berada pada posisi tidak terlihat, sepanjang 3 putaran. Secara
lengkap data tes ESP berada di lampiran. Berikut hasil tes ESP:
Tabel 3.
Hasil Tes ESP
Melihat hasil tes diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjek D, J
yang memiliki makna yang sama dan hanya ditulis satu kali saja. Langkah
selanjutnya adalah menarik makna yang terdapat pada tabel 3, yaitu kelompok
tema yang sama. Tabel 4 akan digunakan untuk memaparkan deskripsi secara
keseluruhan.
43
Tabel 4.
Kelompok Interpretasi Pernyataan Subjek
A. Dimensi Pengetahuan
1. Subjek mengetahui perawakan tubuh seperti berat badan, tinggi badan,
warna kulit, golongan darah.
2. Subjek mengetahui akan jenis makanan dan minuman yang sesuai
dengan keadaan tubuh.
3. Subjek memiliki aktifitas yang banyak dilakukan oleh lawan jenisnya:
a. Subjek D dan L (perempuan) lebih banyak aktifitas luar ruangan
seperti olahraga, menjelajah.
b. Subjek J (laki-laki) lebih banyak aktifitas dalam rumah.
4. Subjek mengetahui keadaan kesehatan tubuh.
5. Subjek mengetahui memiliki hubungan dekat dengan anggota keluarga.
6. Subjek mengetahui memiliki hubungan yang kurang dekat dengan teman
sebaya. Hal ini ditunjukkan dengan muncul perasaan ragu-ragu serta
merasa ada jarak.
7. Subjek tahu dirinya bisa menghargai orang lain contohnya adalah diam
mendengarkan ketika seseorang sedang marah.
8. Subjek tahu dirinya sering melanggar peraturan dan disiplin.
9. Subjek mengetahui kebiasaan, permasalahan, kelemahan dan kelebihan
terkait dengan sekolah dan belajar.
10. Subjek mudah lupa dan melupakan beberapa hal.
11. Subjek menikmati hidup dengan percaya diri, tenang dan santai.
12. Subjek mengetahui akan keadaan keterampilan spiritualnya.
13. Subjek sama seperti manusia apa adanya sebagai makhluk sosial dan
individual:
a. Subjek mengerjakan tugas kelompok sendiri
b. Subjek cenderung kurang membuka diri
c. Subjek senang berteman
14. Subjek mengetahui alasan disebut dengan anak Indigo.
44
B. Dimensi Harapan
1. Subjek berharap ada perubahan terkait dengan tubuh fisik.
2. Subjek berharap bisa lebih dekat dengan lingkungan sosialnya dengan
tujuan:
a. Subjek bisa memahami hidup
b. Subjek bisa berteman dengan banyak orang
c. Subjek bisa menemukan pasangan sesuai keinginan
d. Subjek bisa menyelesaikan tugas bersama dengan teman
3. Subjek berharap bisa ada interaksi yang baik antara:
a. Sesama manusia
b. Manusia dengan alam
4. Subjek berharap bisa merubah keadaan diri :
a. Subjek berharap bisa mencapai prestasi yang lebih baik
b. Subjek berharap bisa merubah kebiasaan buruk di sekolah
c. Subjek berharap bisa lebih cerdas
5. Cita-cita subjek adalah:
a. Subjek ingin menjadi psikolog yang kaya raya
b. Subjek ingin mewujudkan mimpi
45
C. Dimensi Evaluasi
1. Subjek merasa bangga akan keadaan tubuh fisiknya:
a. Subjek merasa cukup gagah ketika tumbuh jambang dan kumis
b. Subjek merasa cukup tampan
c. Subjek merasa cukup menarik
d. Subjek merasa cantik
2. Subjek merasa cenderung memilih dalam berteman terutama dengan
teman sebaya, tetapi menganggap penting sebuah persahabatan dan
berteman dengan teman yang sebaya sehingga bisa merasa senang
berkenalan dan bertemu dengan teman sebaya.
3. Subjek menghargai orang lain terutama terhadap orang tua, caranya
adalah:
a. Subjek ingin membalas budi orang tua
b. Subjek ingin membahagiakan orang tua
4. Subjek memahami keadaan keterampilan spiritual yang dimiliki.
5. Subjek merasa cenderung memiliki pola pikir yang berbeda dan
mendalam :
a. Subjek berusaha melihat ke depan
b. Subjek tidak mau tertekan oleh kejadian di masa lalu dan lebih
memandang ke depan
c. Subjek merasa berani beda itu baik
d. Subjek berpikir secara filosofis
e. Subjek serius dalam menentukan pilihan
f. Memegang teguh prinsip dan nilai hidup seperti kejujuran,
toleransi dan menghargai orang lain
6. Subjek memahami keadaan diri:
a. Subjek paham atas ketakutan dan kelemahan diri
b. Subjek paham atas cara belajar dan perilaku yang terkait dengan
sekolah
46
Tabel 5.
Kelompok Makna Tema yang Sama
1. Subjek memiliki gambaran tentang diri seperti:
a. Mengetahui gambaran keadaan fisik seperti, keadaan kesehatan
serta bagaimana perawakan tubuh
b. Mengetahui gambaran hubungan sosial dengan teman yang kurang
dekat tetapi memiliki hubungan yang erat dengan anggota
keluarga.
c. Merasa dirinya sama seperti orang lain yang membutuhkan teman
dan juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri
d. Mengetahui gambaran diri moral seperti kemampuan menghargai
orang lain dan ketidakpatuhan dalam mentaati peraturan dan
disiplin
e. memiliki gambaran akan kelelemahan, kelebihan dan kebiasaan
terutama dengan hal yang berhubungan dengan sekolah dan belajar
f. Memiliki keterampilan spiritual
g. Cenderung memiliki keinginan semua hal berjalan sesuai dengan
keinginannya
h. Mengetahui alasan disebut sebagai anak indigo
i. Ketakutan dan kelemahan diri
j. Kesulitan berada di tempat ramai
2. Subjek merasa memiliki beberapa karakteristik yang dimiliki oleh jenis
kelamin yang lain dari dirinya:
a. Terlihat dari aktivitas yang senang dilakukan oleh subjek
b. Terlihat dari sisi afektif yang dimiliki subjek
3. Harapan subjek untuk mengubah keadaan diri :
a. Subjek ingin merubah keadaan fisik terkait dengan kesehatan bagi
subjek L dan penampilan bagi subjek J
b. Subjek berharap ada interaksi yang baik antara manusia dan alam
c. Subjek berharap bisa merubah hal-hal yang berkaitan dengan
sekolah, belajar
48
1. Subjek D
dengan ibunya. Secara kebetulan ibunya juga adalah seorang indigo dewasa yang
diketahui memiliki skor IQ 140. Subjek merasa sangat dekat dan akrab dengan
ibu. Menurut subjek, ibu adalah seseorang yang memiliki tubuh yang peka akan
suasana ramai, disiplin, serta dikenal oleh teman-teman subjek. Kemudian, tidak
serta seseorang yang bisa mempercayai subjek. Selain itu, subjek merasa bangga
terhadap ibu. Subjek juga menganggap harus bisa melebihi ibu, terutama lewat
pelajaran matematika. Hal ini dilakukan subjek sebagai tanda terima kasih kepada
ibunya.
49
subjek adalah seorang remaja perempuan. Hal ini terlihat pertama kali dari
menganggap subjek cukup tampan. Subjek sendiri akhirnya menilai diri cukup
terutama dengan bidang-bidang seni dan olah raga. Bidang seni yang subjek
gemari seperti tari terutama tari Bali, akting, serta kegiatan melukis dan
mendapatkan beberapa prestasi juara. Tetapi akhir-akhir ini, subjek mulai jarang
sarana dan prasarana untuk menyalurkan energinya. Salah satu prasarana yang
dimiliki subjek adalah tubuh fisiknya yang sehat. Sehingga subjek bisa dengan
revolution dan guitar hero, mengikuti les tari bali atau sekedar diam di rumah dan
mulai menggambar.
hanya bisa mengingat kejadian yang menyenangkan. Tetapi ingatan ini juga tidak
50
bertahan lama, karena setiap hari pasti ada sesuatu yang lebih menyenangkan dan
lebih baik untuk diingat dan dinikmati. Kegiatan yang kurang menyenangkan bagi
mengantri.
kegiatan sekolah dan belajar. Pada satu saat subjek bisa merasa bersemangat dan
pada saat itu juga bisa merasa patah semangat. Hal ini bisa menyebabkan rasa
malas dalam mengerjakan tugas, tidak konsentrasi pada pelajaran yang sedang
diajarkan, serta hasil belajar berupa nilai yang tidak bisa diduga. Meski demikian
subjek tetap bertanggung jawab dan optimis atas kegiatan belajar dan sekolah
subjek D tetapkan adalah menjadi seorang psikolog yang kaya. Selain itu subjek
Kebebasan bertindak dan berpikir mengalir dalam darahnya. Hal inilah yang
menyebabkan subjek senang untuk berbuat jahil, serta sulit untuk mematuhi
aturan, perintah atau disiplin. Kenyamanan diri juga merupakan hal yang penting
untuk subjek D. Hal ini membuat D terlihat seperti seorang yang tidak bisa diatur.
seperti kejujuran, kesopanan, hukum karma, toleransi, membantu orang lain serta
tadinya tidak mau berteman. Subjek juga terlihat sangat antusias untuk memiliki
teman, atau setidaknya bisa kenal dengan banyak orang. Semakin D kenal dengan
bila D tidak mengenal banyak orang dunia terasa sempit dan tidak menyenangkan.
Tetapi usaha untuk mengenal banyak orang tetap ada. Sedangkan untuk caranya
bisa dengan bertingkah laku jahil, serta terbuka untuk berteman dengan siapapun
juga.
yang dekat dengan teman-teman yang sebaya. Terutama teman-teman yang berada
di sekolah. Begitu pula dengan teman-teman yang ada di tempat les, hanya orang-
orang tertentu saja subjek bisa akrab dan kebanyakan adalah teman laki-laki.
Secara kebetulan kebanyakan teman laki-laki ini juga seorang indigo. Bila ada
tujuan penting yang harus dicapai dalam mengenal teman yang sebaya, maka
subjek berusaha untuk bisa mengenal lebih dekat teman-teman sebayanya. Oleh
sebab inilah subjek cenderung tidak menyatakan secara terbuka keadaan dirinya
terhadap teman-teman yang lain. Karena subjek tahu apa yang terjadi bila ia
masalah amarah. Subjek cenderung tidak bisa mengingat tindakan yang ia lakukan
ketika sedang sangat marah. Hal inilah yang membuat subjek berusaha
mengontrol amarah.
52
keterampilan ini saat menginjak kelas 6 SD. Keterampilan tersebut adalah melihat
aura, melihat makhluk halus, merasakan keadaan emosi orang lain, mampu
melihat kejadian yang akan datang, membebaskan orang dari kejang-kejang, serta
intuisi yang cenderung kuat. Menurut penuturan subjek, tidak ada yang
menyesuaikan diri. Bersikap acuh tak acuh merupakan sikap yang subjek
kembangkan dalam menyesuaikan diri. Bahkan menurut subjek, sikap ini mutlak
diperlukan oleh semua anak indigo. Sikap acuh yang dimaksud dalam hal ini
adalah terkait dengan pemahaman yang salah, julukan yang cenderung negatif,
2. Subjek J
Subjek J adalah seorang remaja laki-laki indigo yang masih tinggal bersama
dengan kedua orang tuanya dan satu kakak perempuan. Secara kebetulan kakak
perempuan subjek juga adalah seorang remaja indigo. Hubungan subjek dengan
ibu, terasa akrab dan dekat, karena subjek merasa ibu mampu untuk memahami
keadaan subjek. Subjek merasa ibu belum pernah memberikan nasehat tetapi
selalu memberi saran kepada subjek. Sedangkan dengan ayah, subjek merasa
53
merasa sangat dekat, karena kakaknya juga seorang indigo sehingga bisa saling
berimajinasi atau bermain sepak bola dan basket bila sedang di luar rumah. Selain
itu subjek juga menggemari jenis musik rock. Menurut subjek J, berimajinasi
adalah keahliannya saat ini. Sehingga dengan keahliannya ini, subjek merasa bisa
merupakan impian subjek. Selain itu subjek ingin menjadi seseorang yang
berguna bagi orang lain. Bagi subjek mewujudkan impian lebih berharga daripada
Subjek memiliki sifat pembawaan yang cenderung santai dan tenang. Hal ini
dengan tenang dan mengalir. Subjek juga merasa sebagai seorang pendengar.
Selain itu, subjek memiliki sifat keras kepala yang hendak dirubahnya.
Subjek memiliki pendirian yang kuat bahwa benar adalah benar salah adalah
salah. Subjek juga berani mengungkapkan apa yang ia tahu tentang sesuatu. Bila
ada teman yang melakukan suatu kesalahan, subjek tidak ragu untuk menegurnya.
Selain itu subjek juga tidak berani untuk melanggar norma-norma sosial yang
berlaku.
54
dicapai. Hal ini dilakukan supaya subjek memiliki kemauan melakukan sesuatu.
Ketika ada kegagalan, subjek juga merasa tidak ada kegagalan, bahwa semua
masalah bisa diselesaikan. Caranya adalah dengan berpikir tenang dan berani
untuk ambil keputusan. Hanya saja hal ini tidak mudah dilakukan oleh subjek J,
karena memiliki suasana hati yang mudah berubah-ubah dan sering lupa. Bahkan
subjek J. Subjek J terkadang merasa belajar adalah hal tersulit dari dirinya sebagai
subjek J berusaha untuk merasa nyaman mengikuti kegiatan sekolah dan belajar.
Subjek J merasa memiliki keadaan fisik yang kurang kuat dan cenderung
peka terhadap suasana ramai. Tetapi subjek merasa memiliki penyesuaian diri
Penyesuaian diri yang baik juga terlihat ketika subjek J berusaha berbaur
memiliki kesulitan dalam menjalin relasi sosial yang akrab dengan teman yang
sebaya serta teman perempuan. Berbeda bila subjek J bertemu dengan orang yang
Subjek J mengaku sering merasa gugup dan tidak bisa bicara ketika bertemu
semua teman-temannya. Oleh sebab itu, bila hendak bercengkerama, subjek akan
55
mencari tahu hal-hal yang disukai oleh temannya. Sehingga pembicaraan bisa
menjadi lebih menyenangkan. Subjek jarang mengajak teman untuk pergi keluar
bersama, tetapi senang bila ada teman yang mengajaknya keluar. Jarak rumah juga
penyesuaian diri subjek yang lain adalah bersikap acuh tak acuh. Hal ini dilakukan
apa saja yang dilakukannya hari ini. Introspeksi diri adalah hal yang sepertinya
membuat subjek bisa memiliki pemikiran yang mendalam serta daya penyesuaian
diri yang cenderung baik. Banyak hal yang bisa menjadi bahan introspeksi diri,
kemampuannya, tipe pasangan yang sesuai dengan keadaan dirinya, apa saja yang
dilakukan hari ini, serta bagaimana bersikap terhadap orang lain. Terutama bila
subjek merasa kurang nyaman dengan satu sikap kurang baik yang ditujukan
kepada orang lain, seperti berbohong. Selain introspeksi diri yang cenderung kuat,
subjek memiliki intuisi yang kuat. Hal ini membuat subjek menjadi lebih mudah
mengetahui satu hal itu benar atau salah. Dengan keadaan ini subjek bisa memiliki
banyak pilihan dalam bertindak, mengetahui saat yang tepat melakukan sesuatu,
spiritual tersebut tidak dipelajari dari orang lain. Keterampilan spiritual yang
subjek J miliki seperti merasakan dan melihat makhluk halus, mengetahui keadaan
emosi orang lain serta mampu melihat kejadian yang akan datang. Subjek J juga
mengeksplorasi keterampilan ini. Saat ini subjek merasa tidak nyaman memiliki
makhluk halus. Subjek juga berharap tidak dibeda-bedakan oleh orang lain, hanya
keadaan dirinya. Subjek bisa menerima dirinya sebagai seorang remaja Dengan
segala keterampilan diri yang dimiliki, serta semua kelebihan dan kekurangan
yang ada. Subjek bisa menerima akan keadaan dirinya dengan baik.
3. Subjek L
Subjek L adalah seorang remaja perempuan indigo yang merasa diri cukup
cantik. Subjek tinggal bersama dengan kedua orang tua dan seorang adik laki-laki.
subjek L dengan adiknya sangat akrab, karena adik sering meminta pendapat
subjek L serta sama-sama sebagai remaja indigo. Hubungan subjek L dengan ibu
juga akrab dan dekat, karena subjek merasa ibu mampu untuk memahami keadaan
subjek. Ibu adalah sumber inspirasi hidup bagi subjek L. Ibu mendidik subjek L
dengan cara memberikan tanggung jawab serta kebebasan untuk memilih. Subjek
57
L berharap bisa memiliki sifat-sifat yang dimiliki ibu seperti sabar dan tidak di
Keluarga adalah lingkungan yang sangat penting bagi subjek. Hal ini bisa
Selain itu, sebagai seorang anak, subjek ingin bisa membahagiakan kedua orang
tuanya. Cara yang subjek pilih adalah menjadi orang yang sukses dan bisa
mandiri.
yaitu ada gumpalan di organ rahim, sakit lambung serta tidak kuat berada pada
tempat yang ramai. Dari kelemahan fisik ini, subjek L belajar mengendalikan diri
terhadap beberapa jenis makanan. Meski demikian, subjek merasa tidak memiliki
alergi terhadap jenis makanan tertentu. Subjek merasa bermain membantu subjek
untuk menggerakkan tubuhnya, karena subjek merasa harus selalu bergerak. Oleh
sebab inilah subjek tidak tahan bila harus diam menunggu serta mengantri.
Hobi subjek adalah bermain serta membaca buku atau kisah-kisah yang
menyenangkan hati orang lain, misal menjadi seorang pendengar, penghibur bagi
teman dan adiknya sendiri atau menegur teman yang melakukan suatu kesalahan.
Keterampilan ini diharapkan oleh subjek L sebagai modal untuk membantu orang
lain. Subjek juga mudah merasa iba, sulit untuk membenci orang lain, seorang
remaja yang sabar serta sebagai pendengar yang baik. Subjek juga merasa bodoh
bila menyakiti orang lain. Kegemaran subjek membaca kisah yang bernuanasa
58
subjek menjadi seorang psikolog atau bisa bekerja pada bidang humas.
menegur subjek karena keadaan ini. Karakteristik ini ada karena subjek L lebih
lain adalah, subjek L lebih senang melakukan aktifitas luar ruangan seperti olah
orang lain. Kemudian, subjek merasa cara berteman pada teman perempuan di
sekolah terlalu rumit sehingga subjek L merasa sulit untuk bisa berteman akrab
Subjek L terlihat sulit untuk menjalin hubungan sosial yang akrab dengan
teman yang sebaya. Subjek juga merasa tidak terlalu membuka diri kepada teman-
berbicara dengan teman sebaya, karena tingkat pemahaman subjek yang terasa
lebih tinggi dari teman-temannya. Subjek juga merasa kurang sesuai dengan cara
bila ia tidak memiliki sahabat serta merasa sebagai orang yang buruk ketika ada
dan orang lain dengan cukup baik. Keahlian ini juga didukung oleh introspeksi
diri yang kuat serta mampu untuk menempatkan diri dalam suatu keadaan.
Sehingga dengan keadaan ini subjek mampu untuk mengenali keadaan diri serta
rasa marah, pelupa, serta ragu-ragu mengambil keputusan karena takut melakukan
merasa sedih, mudah tersinggung, memiliki suasana hati yang mudah berubah-
terhadap orang lain, subjek L melihat tidak semua teman menyukai keadaan diri
subjek L serta kacaunya dunia. Subjek melihat dunia sudah kacau dari banyaknya
Subjek merasa bukan sebagai seorang murid yang baik di sekolah. Subjek
ulang. Tetapi subjek L merasa bisa memahami pelajaran tanpa harus latihan
Subjek melakukan sesuatu bila ada tujuan pasti yang hendak dicapai, serta
bila hal tersebut adalah prioritas. Tujuan adalah hal penting bagi subjek L,
Subjek merasa tidak nyaman bila di atur, menganggap remeh disiplin serta
tidak suka dipaksa. Bila subjek dipaksa melakukan sesuatu, subjek akan marah
bersikap malas serta merasa tertekan. Subjek hanya akan taat akan peraturan bila
memang harus taat. Subjek belum bisa mentaati peraturan-peraturan yang ada.
Peraturan tersebut adalah peraturan sekolah serta peraturan yang ada di agama,
yang jarang dimiliki remaja lain. Keterampilan spiritual tersebut adalah melihat
Subjek mengembangkan sikap acuh tak acuh untuk beradaptasi. Sikap ini
muncul saat subjek L dijuluki dukun, anak aneh atau anak gila. Selain itu, karena
makhluk halus. Karena subjek merasa terganggu ketika melihat atau mendengar
makhluk halus.
kesadaran. Subjek L sadar bahwa menjadi remaja indigo adalah sesuatu yang
Oleh sebab itu, subjek L hanya bisa pasrah menerima kenyataan diri sebagai
remaja indigo. Sehingga subjek saat ini bisa merasa puas akan keadaan dirinya.
61
cenderung mendalam, hal ini terlihat dari usaha subjek melihat ke depan dalam
berpikir dan bertindak. Selain itu subjek juga cenderung untuk berpikir secara
filosofis. Subjek juga cenderung memiliki pendapat atas keadaan diri sendiri dan
tidak peduli atas penilaian negatif dari orang lain. Dengan gambaran ini, subjek
keadaan fisik seperti keadaan kesehatan serta bagaimana perawakan tubuh. Selain
itu subjek mengetahui gambaran hubungan sosial dengan teman yang kurang
dekat tetapi memiliki hubungan yang erat dengan anggota keluarga. Menurut
subjek hal ini lumrah karena subjek merasa dirinya sama seperti orang lain yang
membutuhkan teman dan juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Subjek
sebaya, pilihannya adalah lebih bisa menjalin hubungan sosial dengan orang yang
juga indigo atau lebih tua dari usianya. Meskipun demikian, subjek menganggap
penting sebuah persahabatan dan berteman dengan orang lain terutama dengan
teman sebaya, sehingga ada perasaan senang berkenalan dan bertemu dengan
dan kelemahan dalam diri, seperti kebiasaaan subjek belajar, lalu perilaku yang
yang dimiliki, masalah menyesuaikan diri di tempat ramai serta hal-hal yang
terutama terhadap orang tua, serta memiliki kecenderungan untuk kurang patuh
dalam mentaati peraturan dan disiplin. Kecenderungan untuk kurang patuh terjadi
karena subjek kurang nyaman dengan peraturan yang menurutnya tidak masuk
akal dan tidak sesuai dengan nilai-nilai hidup seperti toleransi. Hal ini juga
tampaknya merupakan akibat dari pola pikir subjek yang cenderung berbeda serta
dirinya. Karena subjek memiliki pola pikir yang berusaha melihat ke depan, maka
kelemahan diri yang ada tidak membuat subjek berhenti dari aktivitas yang sudah
ada. Misalnya, subjek yang memiliki kelemahan dalam berinteraksi sosial dengan
teman sebaya terutama yang bukan indigo, tetapi tidak membuat subjek berhenti
untuk bisa mengenal mereka atau subjek memiliki kesulitan berada di tempat yang
ramai, tetapi berusaha bisa berjalan-jalan dengan teman di tempat yang ramai
seperti di tempat belanja atau mall. Tampak bahwa subjek mau berusaha untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada diri dengan cara yang bisa
Melihat hal ini, subjek merasa nyaman, puas dan bangga akan keadaan
dirinya. Meskipun ada beberapa hal yang ingin dirubah oleh subjek.
63
F. Pembahasan
diri sendiri serta mampu melakukan penyesuaian diri sesuai dengan karakteristik
bahwa subjek mampu memahami diri dengan penuh kesadaran. Hal ini selaras
dengan pendapat dari Rice dan Dolgin (2000) yang menyatakan konsep diri
adalah persepsi kognitif dan evaluasi seseorang secara sadar mengenai dirinya
sendiri. Hal ini merupakan pikiran serta pendapat tentang diri sendiri. Konsep diri
Konsep diri merupakan suatu persepsi kognitif dan evaluasi diri seseorang
membentuk konsep diri adalah faktor fisik, faktor sosial, faktor moral dan faktor
memiliki pemahaman akan keadaan diri, mulai dari faktor fisik, sosial, moral serta
faktor psikologis.
perawakan tubuh, kebiasaan tubuh, makanan dan minuman yang sesuai, sakit
64
penyakit serta barang-barang yang dimilikinya. Atas dasar ini, Subjek D, J dan L
menganggap diri memiliki fisik yang cenderung sehat meskipun mengetahui ada
oleh ketiga subjek selaras dengan salah satu tugas perkembangan remaja, yaitu
mampu melakukan cara mengatur diri (Agustiani 2006). Ketiga subjek yang
mengetahui akan keadaan fisik, juga sejalan dengan tugas perkembangan remaja
yang lain, yaitu mengetahui siapa diri dan apa yang diinginkan, dalam hal ini
dan menjalin relasi sosial terutama dengan teman-teman sebaya mereka. Ketiga
subjek memahami tidak setiap orang termasuk indigo dan tidak semua orang
memahami apa dan siapa remaja indigo. Kesenjangan ini berakibat pada perasaan
nyaman dalam menjalin hubungan sosial yang erat dengan teman sebaya. Subjek
D, J dan L secara jelas menyatakan sulit bila berteman dengan orang yang bukan
indigo atau setidaknya lebih tua. Subjek D, J dan L mengetahui bahwa dirinya
seringkali terjadi jarak ketika ketiga subjek mulai untuk berbicara dengan teman-
sebaya mereka.
Ketiga subjek memiliki pertentangan dalam faktor sosial. Pada satu sisi
ketiga subjek memahami arti penting memiliki sahabat. Pada sisi yang lain ada
kenyataan bahwa ketiga subjek merasa sulit untuk menjalin hubungan sosial
65
memahami kehidupan. Saat ini ketiga subjek hanya bisa berusaha yang terbaik
agar bisa menjalin hubungan sosial yang erat dengan orang yang bukan indigo
terutama teman sebaya serta menerima kenyataan bahwa ada kesulitan yang nyata
hubungan dengan keluarga terutama orang tua. Hubungan yang erat juga terjalin
antara subjek J dan L karena mereka adalah kakak dan adik kandung serta sebagai
remaja indigo. Kedekatan antara subjek dengan keluarga juga ada pada subjek D
dengan ibu kandungnya yang juga kebetulan adalah seorang indigo dewasa.
Meskipun subjek J dan L tidak memiliki ibu yang indigo, subjek J dan L merasa
memiliki hubungan yang erat dengan ibu, karena ibu mampu untuk memahami
keadaan subjek J dan L sebagai remaja indigo. Hal ini selaras dengan pendapat
Rice dan Dolgin (2000), bahwa perkembangan diri remaja dihubungkan dengan
kesediaan orang tua memberikan otonomi diri, penerimaan dari orang tua, pola
Ketiga subjek memiliki suatu pandangan dan perilaku yang cenderung sama
terhadap peraturan atau disiplin. Ketiga subjek tampak sulit untuk mengindahkan
peraturan dan disiplin yang berlaku. Hal ini tidak berarti ketiga subjek sama sekali
tidak mematuhi perintah atau disiplin. Secara keseluruhan ketiga subjek tampak
tidak ingin dikekang oleh keadaan apapun atau orang lain, sehingga ketiga subjek
66
tampaknya akan memilih peraturan yang akan ditaati. Meski demikian subjek J
tampak lebih mudah dan mau untuk berkompromi dengan peraturan, meski tidak
membuat ketiga subjek mulai untuk bisa berpikir tentang segala hal, termasuk
juga mengenai peraturan dan disiplin yang ada. Bila ketiga subjek memandang
bahwa disiplin dan peraturan adalah sebuah rutinitas, maka ketiga subjek pun
cenderung akan mengabaikan disiplin dan peraturan tersebut. Ketiga subjek juga
otoriter. Selain itu kecenderungan ini bila berada pada masa remaja, tampak
sebagai pengaruh dari transisi atas peran sosial yang baru (Hill dalam Steinberg,
Ketiga subjek tampak memiliki perhatian yang sama atas nilai-nilai hidup seperti
saling menghargai, saling membantu orang lain serta pentingnya nilai kejujuran.
Ketiga subjek merasa kejujuran sangat diperlukan. Bahkan ketiga subjek tidak
orang lain, tetapi juga kesamaan seperti memiliki kelebihan dan kelemahan.
Keunikan yang ketiga subjek miliki adalah, mampu untuk melihat kelebihan dari
keadaan dirinya sendiri. Perasaan nyaman akan keadaan diri tidak berarti
membuat ketiga subjek tidak memiliki pengharapan untuk menjadi diri yang lebih
baik lagi. Hal ini juga merupakan pengaruh kecenderungan ketiga subjek untuk
selalu melihat ke masa depan, sehingga tidak merasa tertekan oleh kejadian yang
sudah berlalu. Memiliki kesadaran bahwa diri sendiri memiliki keunikan adalah
salah satu ciri khas dari remaja yang disebut dengan konsep personal fable
dengan segala kelemahan dan kelebihan yang dimiliki. Ketiga subjek juga
menyadari bahwa ada perbedaan antara keberadaan diri dan lingkungan sekitar
yang belum bisa saling memahami. Tanda-tanda penerimaan diri yang ada dalam
hasil penelitian selaras dengan pernyataan oleh Jersild, Brook dan Brook, (1978)
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
A. Kesimpulan
kesimpulan bahwa :
keadaan diri. Hal-hal yang diamati terkait dengan hal fisik, sosial,
karakteristik masing-masing.
B. Keterbatasan Penelitian
orang indigo.
68
69
C. Saran
terhadap orang yang dekat dengan subjek atau dengan cara lain
yang sesuai.
69
Daftar Pustaka
Anak-anak indigo mampu melihat masa lalu dan masa depan. Sartika. No. 19
Are they here to save the world? (2006, 12 Januari). The New York Times. Diunduh
tanggal 22 November 2007 dari
http://www.nytimes.com/2006/01/12/fashion/thursdaystyles/12INDIGO.
html?ei=5088&en=277fb750ad762ed9&ex=1294722000&partner=rssnyt
&emc=rss&pagewanted=all
Berbeda tapi bukan anak aneh. (2004, Juni 27). Diunduh tanggal 1 Februari 2006
dari http://juriglagu.multiply.com/journal/item/79
Burns, R.B. (1993). Konsep diri: teori, pengukuran, perkembangan dan perilaku;
alih bahasa Eddy; editor, Surya Satyanegara. Jakarta : Arcan.
Calhoun, J.F dan Aocella, J.R. (1990). Psychology of adjustment and human
relationship (3rd ed). New York: McGraw-Hill.
Common traits of indigo children.(2001). Diunduh pada tanggal 5 Februari 2006 dari
70
71
http://www.metagifted.org/topics/metagifted/indigo/indigoChildCharac
teristics.html
Carrol, Lee & Tober, Jan. (2001). The indigo children: The new kids have
arrived. Canada: Hay-House, Inc.
Creswell, J.W. (2003). Reseearch design quaitative, quantitative and mixed methods
approach (2nd ed). London: Sage Publications
Chapman, W. (2005). Indigo child: Cakra mata ketiga pembawa harapan baru.
Yogyakarta : Jaka Pring
Dari sixth sense sampai mampu melihat dimensi lain. (2007, 28 Januari) Diunduh
pada 26 Juni 2008 dari http://www.pro-vclinic.web.id/articles/dari-
sixth-sense-sampai-mampu-melihat-dimensi-lain.html
Extrasensory Perception (ESP). (1997, 1 Juli). Diunduh pada tanggal 26 Juni 2008
dari http://www.williamjames.com/Science/ESP.htm
Glossary of terms in parapsychology. (2003). Diunduh pada tanggal 29 juli 2008
72
dari http://parapsych.org/historical_terms.html
Jayson, S. (2005). Indigo kids: does the science fly?. Diunduh tanggal 22 November
2007 dari
http://www.usatoday.com/news/religion/2005-05-31-indigo-kids_x.htm
Jersild, A.T, Judith. S.B & David. W.B. (1978). The psychology of adolescence (3rd
ed). New York: Macmillan Publishing. Co
Mukhtar, Niken. A, & Erna. S. (2001). Konsep diri remaja. Jakarta : PT. Rakasta
Samasta.
Rice, P.F & Dolgin, Kim.G. (2000). The adolescence: Development, relationship
and culture (10th ed). Boston: Allyn and Bacon.
Sarwono, S.W.(2006). Psikologi remaja (ed. Revisi 10). Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Sui, Choa Kok. (1994). Ilmu dan seni psikoterapi dengant tenaga prana. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo
Vanden Bos, Gary R. (2006). Dictionary of psychology (1st ed). Washington DC:
American Psychological Association
You and your quirky kid. (2007, 24 September). Newsweek. CL, no.13.
Lampiran A
Lampiran B
Lampiran C
Lampiran D
Tes ESP
Kartu ini lazim disebut sebagi kartu ESP atau kartu Zener. Dalam tes ESP,
digunakan sebuah set atau materi standard yang mirip dengan tumpukan kartu
permainan. Kartu ini didesain untuk percobaan pada extrasensory perception
(ESP) serta fenomena parapsikologi. Materi ini berjumlah 25 buah kartu
dengan 5 buah pola yang berbeda yaitu bintang, garis ombak, simbol tambah,
lingkaran dan kotak.
DETEKSI KARTU ZENER
Lingkaran(Li), bintang(B), segi empat(S), tambah(T), air(A)
Nama : L/W; Usia : ; Tanggal : / /
Benar Salah
Deteksi ke sebenarnya hasil deteksi
I II III
I II III I II III
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25