Anda di halaman 1dari 152

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SKRIPSI

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN MENGALAMI BODY SHAME

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Tuti Mariana Damanik

119114172

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018
Halaman Persetujuan Pembimbing

i
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya tulis pertama yang luar biasa ini pada

Tuhan Yesus Kristus

Kepada kedua orang tuaku dan abang dan adik-adik yang sangat

kusayangi

dan

semua orang yang telah menjadi bagian dalam hidupku selama aku telah

berpetualang di dunia ini.

iii
HALAMAN MOTTO

Tetaplah rendah hati karena sombong akan membuatmu semakin lama.

Tetap lakukan yang terbaik dalam setiap pekerjaan tanganmu.

Oppung berkata: “Perjuangkan apa yang harusnya kau perjuangkan ya

nang! (parjuangkon do da nang aha na harus si parjuanganmu!).

Jangan berharap orang lain mengerti akan dirimu, karena sesungguhnya yang

mengerti dirimu sepenuhnya adalah dirimu sendiri. Tegaslah pada diri sendiri.

Berikan hadiah dan sanksi untuk diri sendiri dalam setiap tugas agar semakin

disiplin.

-Ulidesi Siadari-

Ungkapkan apa yang bisa diungkapkan, kelamaan mengungkapkan hanya akan


menunda dan akhirnya semuanya akan meledak berkali-kali lipat lebih parah.

“Ngapain dimulai lagi toh udah dimulai sejak lama, yang penting itu diselesaikan”.
(Om Gik)
Salah itu enggak papa, salah enggak buat mati kok. Pesan dari mbak
Herlina.
iv
v
ABSTRAK

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MENGALAMI

BODY SHAME

Studi Pada Mahasiswa Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tuti Mariana Damanik

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika psikologis perempuan yang mengalami body
shame. Partisipan pada penelitian ini berjumlah empat orang perempuan dengan usia dewasa awal.
Jenis penelitian penelitian ini kualitatif dengan analisis isi. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Penelitian ini menggunakan member checking
untuk menguji kredibilitas penelitian. Hasil menunjukkan bahwa proses yang dialami keempat
partisipan memiliki kesamaan tahapan. Keempat partisipan mengalami internalisasi akan penilaian
lingkungan tentang tubuhnya. Selain proses internalisasi partisipan melakukan self-objectification
yang menyebabkan partisipan semakin memperhatikan tubuhnya.Partisipan mengalami body
shame karena partisipan mengalami distorsi kognitif. Selain itu, body shame dapat meningkat
akibat sensitivitas partisipan terhadap penolakan. Body shame menyebabkan partisipan mengalami
dampak psikologis seperti kecemasan, tahapan gangguan makan seperti bulimia, ketidakpercayaan
diri.

Kata Kunci: body shame, self- objectification, sensitifitas terhadap penolakan, distorsi kognitif.

vi
THE PSYCHOLOGICAL DYNAMICS OF WOMEN EXPERIENCING

BODY SHAME

Psychology Faculty
Sanata Dharma University

Tuti Mariana Damanik

ABSTRACT
This research aimed to understand the psychological dynamics of women experiencing body
shame. The partisipants are four women in early adulthood. This is a qualitative study research
with content analysis. Data were collected by semi-structured interview method. This research
used member checking for` examining the credibilty. The result showed that all the partisipants
have the same process of the stages. These four participants experienced internalization stage of
environment’s judgement. After that, participants did self-objectification, so they more noticed
their body. Participants experienced body shame because they have cognitive distortion. Body
shame also elevated because participants had sensitivity of rejection. Body shame had some
psychological impact for the partisipants such as anxiety, eating disorder stages (bulimia), low
confident.

Key words: body shame, self objectification, sensitivity of rejection, cognitive distortion.

vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

viii
Kata Pengantar

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang sudah memberikan

kehidupan luar biasa kepada saya hingga saat ini. Terimakasih yang tak terhingga

juga peneliti sampaikan kepada berbagai pihak yang terlibat dalam proses

penyelesaian skripsi ini:

1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi

Sanata Dharma.

2. Ibu Monica Eviandaru, M., M.App. Psych., Ph.D., selaku Kepala Program

Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma serta Dosen

Pembimbing Akademik.

3. Dosen pembimbing skripsi saya bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi yang

sudah bersedia membimbing dan mendengarkan curhatan saya sehingga

saya dapat tetap berjalan dan berani menghadapi hidup.

4. Terimakasih saya ucapkan kepada ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. yang

bersedia mendampingi saya dalam pengerjaan skripsi.

5. Seluruh dosen, karyawan dan seluruh pihak yang terlibat di Fakultas

Psikologi Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan saya

banyak pengetahuan baru tentang indahnya manusia.

6. Mama, bapak, abang dan kedua adekku yang sangat kusayangi. Hidup

bersama kalian adalah yang paling berharga buatku.

ix
7. Kepada keempat partisipan yang sudah bersedia berbagi cerita hidup dan

mempercayakan peneliti untuk mendengarkan cerita kalian. Kepercayaan

kalian sangat berharga.

8. Ateph, Ulidesi, Siska, Lenny terimakasih telah mengajari aku rasanya

punya sahabat sekaligus saudara perempuan. Terima kasih untuk

pendampingan kalian buatku selama menyelesaikan skripsi yang mundur

jauh dari target ini. Kalian berjasa dalam hidupku. Kalian punya arti yang

saling melengkapi dalam hidupku.

9. Ivana, Nina, Wulan, Tyas, Paskha, Helga, dan Teman-teman mitra

perpustakaan tahun 2015/2016, kalian membantu ak belajar bagaimana

hidup di dunia professional nantinya :*

10.Keke, Nina, Tara, Agis, Ruth, Tyas, Pascha dan mbak Herlina, Bene

terimakasih kalian sudah menjadi saksiku dalam mengerjakan skripsi ini

dan di kehidupan perkuliahan kita bersama dengan segala emosi yang

ditimbulkannya. Kalian luar biasa telah ada dalam hidupku.

11.Segala pihak yang terlibat dalam pengerjaan skripsi ini yang tidak dapat

peneliti ucapkan satu-persatu. Kalian sangat berarti. 

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ii
HALAMAN MOTTO..........................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................viii
Kata Pengantar.....................................................................................................ix
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................8
C. Tujuan penelitian................................................................................................8
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................9
BAB II...................................................................................................................10
A. Shame.................................................................................................................10
B. Body Shame........................................................................................................11
1. Definisi body shame........................................................................................11
2. Jenis body shame............................................................................................15
3. Dampak body shame.......................................................................................16
C. Teori-teori yang dapat memengaruhi dinamika psikologis body shame.......21
1. Teori objektifikasi (Objectification Theory)...............................................22
2. Distorsi kognitif..............................................................................................23
3. Teori Sensitivitas terhadap Penolakan........................................................28
4. Teori Budaya (Lingkungan).........................................................................30
D. Perempuan.........................................................................................................32
E. Proses terjadinya body shame bagi perempuan..............................................33
BAB III..................................................................................................................38
A. Strategi Penelitian.............................................................................................38
B. Jenis Penelitian.......................................................Error! Bookmark not defined.
C. Batasan penelitian (Fokus penelitian)..............................................................39
D. Kriteria Partisipan Penelitian..........................................................................39
E. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian.........................................................40
G. Kredibilitas penelitian.......................................................................................43
H. Analisis...............................................................................................................44
BAB IV..................................................................................................................47
A. Persiapan penelitian...............................................Error! Bookmark not defined.
B. Pelaksanaan penelitian.....................................................................................48
C. Data Demografi Partisipan...............................................................................52
D. Gambaran Partisipan.......................................................................................52

xi
E. Hasil Penelitian..................................................................................................57
F. Pembahasan.......................................................................................................84
BAB V...................................................................................................................90
A. Kesimpulan.............................................................Error! Bookmark not defined.
B. Saran..................................................................................................................91
Daftar Pustaka.....................................................................................................93

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Kulit tampak lebih cerah putih merona” (Iklan Ponds White

Beauty, 2012) dan “Cantik itu kulit mulus bebas bulu” (VeetHair Removal

Cream, 2013) merupakan tagline iklan produk kecantikan yang pernah

ditampilkan oleh media beberapa waktu lalu. Berdasarkan dua contoh

tagline tersebut, iklan cenderung mengarahkan penikmat media

mengategorikan cantik seperti yang ditampilkan di iklan. Iklan yang

ditampilkan media ini dapat memberikan pengaruh yang dapat

menimbulkan ketidakpuasan akan tubuh dan internalisasi tubuh ideal

sesuai media. Tidak hanya media elektronik, media cetak juga menyajikan

iklan kecantikan yang menampilkan bentuk tubuh langsing, kulit putih,

rambut lurus dan panjang, serta bergaya (stylish) untuk perempuan

(“Mengapa perempuan bermasalah”, 2009).

Hariningsih (2005) mengatakan bahwa perempuan dikatakan

menarik jika bertubuh langsing, pinggang kecil, pinggul dan pantat besar,

dada berisi, mata bulat, bibir tipis, rambut lurus. Sedangkan salah satu

finalis L-Men of the year 2010 menyampaikan bahwa bentuk tubuh atletis

dengan perut sixpack, dan dada bidang merupakan kategori yang laki-laki

idamkan dan iklan sering menampilkan model demikian (Fazriyati, 2010).

Penilaian yang dibentuk media tersebut memicu masyarakat tidak puas

dengan tubuhnya dan membuat individu menilai bahwa tubuhnya

1
2

memalukan. Penilaian tentang tubuh yang dimaksud bukan terbatas fisik

tetapi dapat berkaitan dengan kepribadian, kemampuan atau hal lain dalam

tubuh.

Individu akan semakin merasa tidak puas terhadap tubuhnya

apabila individu menginternalisasi penilaian yang disampaikan lingkungan

tentang tubuh. Ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuhnya akan

semakin besar apabila individu tersebut menerima penilaian yang

disampaikan melalui iklan atau media yang dapat diakses tentang tubuh

yang ideal (Knauss, Paxton & Alsaker, 2008). Kondisi ini semakin

menguat karena iklan pada media mampu menggiring opini masyarakat

untuk menilai tubuh yang ideal sesuai dengan konten iklan tersebut. Iklan

yang disuguhkan semakin sering mengangkat tubuh yang dianggap ideal

sehingga memengaruhi individu yang melihat. Selain melalui iklan yang

sedang ramai menampilkan tubuh saat ini, dunia memang sudah memiliki

penilaian tentang adanya bentuk tubuh yang dianggap ideal dan ada yang

tidak ideal. Penilaian ini sudah lama dimiliki manusia di seluruh belahan

bumi (Dolezal, 2015).

Cara pandang terhadap tubuh seperti ini dapat terjadi karena

adanya objektifikasi diri. Objektifikasi diri (self-objectification) adalah

penilaian terhadap tubuh sendiri, menginternalisasi perspektif pengamat

yang fokus mengamati bagian tubuh seperti bagaimana aku dilihat orang

lain, dan kurang menilai berdasarkan penilaian yang mengamati keunikan

dan potensi apa yang dapat dilakukan tubuh serta bagaimana yang
3

dirasakan oleh tubuh (Fredrickson & Robert, 1997). Teori objektifikasi

menunjukkan bahwa self-objectification meningkatkan peluang individu

merasa malu khususnya malu akan suatu tubuh (Noll & Fredrickson,

1998).

Perkembangan teknologi saat ini menyebabkan semua informasi

semakin mudah diakses. Kondisi ini menyebabkan manusia semakin

mudah dipengaruhi oleh iklan yang membahas tentang penilaian tubuh

ideal di masyarakat. Penilaian tubuh ideal ini menyebabkan individu

banyak yang mengalami body shame. Body shame merupakan perasaan

malu yang muncul akan salah satu bagian tubuh individu ketika penilaian

orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri ideal yang

diharapkan individu (Nol & Frederickson, 1998).

Body shame sedang marak terjadi di dunia saat ini dan fenomena

ini bukanlah fenomena yang baru. Sejak dulu fenomena ini sudah dialami

oleh masyarakat di belahan bumi barat (Dolezal, 2015). Data yang

diperoleh dari sebuah survei majalah BLISS menunjukkan 90% remaja

dari 5053 tidak bahagia dengan bentuk tubuhnya. Hanya 19% yang

memang mengalami kelebihan berat badan, 67% berpikir bahwa mereka

perlu menurunkan berat badan, serta 64% sedang menjalani diet (“90%

teens unhappy”, 2016).

Body shame dapat meningkat ketika individu menjalani hubungan

romantis dengan orang lain (Sanchez, Good, Kwang, & Saltzman, 2008).

Ketika individu melakukan relasi romantis maka akan ada penilaian


4

terhadap fisik pasangannya. Hal ini dapat membuat individu itu lebih

memperhatikan soal penampilan sehingga dapat meningkatkan

kemungkinan body shame baik pada pria maupun perempuan (Sanchez &

Kwang, 2007). Dolezal (2015) mengatakan perempuan melakukan

pengecekan yang lebih kompulsif terhadap penampilannya di depan

cermin dan lebih khawatir akan busana yang digunakan, tata rias wajah

serta penampilan ketika melakukan suatu aktivitas.

Penelitian McKinley (1996) menunjukkan body shame berkaitan

dengan harga diri, diet serta gejala gangguan makan. Selain itu, pada

penelitian Noll dan Fredrickson (1998) body shame sebagai mediator

hubungan berbagai variabel misalnya dengan self-objectification dengan

gangguan makan, body shame bisa semakin meningkat karena relationship

contingency dan pentingnya menemukan pasangan sebagai tuntutan

masyarakat (Sanchez dkk, 2008).

Sanchez, dkk. (2008) menuliskan bahwa individu yang memiliki

hubungan romantis pada dasarnya memiliki ketertarikan yang sama

dengan pasangannya khususnya dalam penampilan (appearance).

Penampilan yang pada umumnya menjadi pusat perhatian misalnya

standar berat badan ideal atau bentuk fisik yang dianggap menarik.

Kesamaan ketertarikan ini dapat menyebabkan meningkatnya body shame.

Individu yang memiliki relasi romantis cenderung saling memberikan

kritik pada penampilan pasangannya ketika penampilan pasangan tidak

sesuai dengan standar dalam hubungan mereka. Selain itu, harapan


5

memiliki relasi romantis menyebabkan individu menganggap bahwa

tampilan tubuh dapat berpengaruh pada kesempatan menemukan pasangan

(Sanchez dkk, 2008). Penelitian ini juga mengatakan bahwa tuntutan untuk

memiliki pasangan merupakan salah satu hal yang menyebabkan

kemungkinan relasi romantis dapat memunculkan body shame.

Body shame menimbulkan kecemasan terhadap individu. Body

shame yang terjadi menyebabkan individu rentan pada gangguan

dismorfik tubuh (Body Dismorphic Disorder/BDD) (Dolezal, 2015).

Gangguan dismorfik tubuh menyebabkan individu merasa bahwa ada yang

kurang pada dirinya. Kekurangan yang dirasakan hanyalah dalam

bayangan karena pada dasarnya individu terlihat normal (Dunand &

Barlow, 2006). Kekurangan yang dirasakan disebabkan pikiran individu

yang kacau atau individu tersebut mengalami kekacauan pikiran. Istilah ini

sering disebut dengan distorsi kognitif (Burn, 1988).

Body shame merupakan penyebab gangguan makan (Noll &

Frederickson, 1998). Gangguan makan juga merupakan efek dari

sensitivitas terhadap penolakan (Rejection sensitivity). Peneliti ingin

melihat bagaimana peran sensitivitas terhadap penolakan dapat

menyebabkan individu mengalami body shame. Penelitian Park

mengatakan individu yang memiliki sensitivitas terhadap penolakan yang

tinggi dapat menyebabkannya lebih memperhatikan tubuhnya karena

tubuh tidak sesuai dengan yang diharapkan orang lain (Park, 2007; Park,

Calorego & Diraddo, 2010 dalam Damanik, 2014).


6

Pandangan tiap individu mengenai body shame dipengaruhi oleh

bagaimana budaya sekitarnya dan individu itu sendiri menilai tubuh.

Banyak penelitian yang membahas tentang ketidakpuasan tubuh yang

terjadi pada anak remaja dilakukan di Amerika Serikat, Australia dan

Inggris. Penelitian tentang kesehatan remaja Swiss menunjukkan bahwa

ketidakpuasan akan tubuh merupakan masalah utama bagi remaja (Knauss

dkk, 2008). Ketidakpuasan tubuh yang berkelanjutan dapat membuat body

shame semakin meningkat. Ketidakpuasan merupakan penilaian dan

perasaan negatif individu akan tubuhnya (Grogan, 1999).

Dewasa ini, peneliti menemukan semakin banyak individu yang

melakukan berbagai usaha seperti berolahraga, diet, menggunakan produk,

serta operasi karena merasa bentuk tubuhnya tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh dirinya maupun lingkungannya. Berbagai usaha dilakukan

untuk mencapai berat badan atau tubuh yang ideal menurut diri sendiri dan

orang lain. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Choma dan Hosker

(2009) menemukan bahwa individu yang memiliki self-objectification

akan menyebabkannya mengalami subjective well-being yang rendah.

Subjective well-being merupakan penilaian individu atas pencapaiannya

dalam hidupnya. Maka diperlukan bagaimana penilaian individu tentang

tubuhnya setelah individu melakukan usaha untuk mengurangi rasa malu

terhadap tubuhnya.

Fenomena body shame menyebabkan peneliti melakukan

penelitian tentang dinamika psikologi individu yang mengalami body


7

shame. Penelitian sebelumnya tentang body shame masih hanya

menjelaskan bagaimana hubungan body shame beberapa variabel lain yang

berkaitan dengan pandangan terhadap tubuh seperti objektifikasi diri (Noll

& Fredrickson, 1998), pengawasan tubuh (Knauss, dkk 2008). Penelitian

sebelumnya hanya menjelaskan bagaimana body shame dipengaruhi,

mempengaruhi maupun bertindak sebagai mediator hubungan

antarvariabel lain. Oleh karena itu, perlu melihat bagaimana pengalaman

body shame dan dampak yang dialami.

Peneliti belum menemukan penelitian yang secara mendalam

meneliti dinamika psikologi body shame pada individu yang mengalami.

Dengan melakukan penelitian ini, peneliti mampu memaparkan dinamika

psikologis individu mengalami body shame. Setelah mengetahui proses

terjadinya body shame, peneliti juga ingin melihat dampak yang dialami

informan yang mengalami body shame. Selain itu, penelitian ini

diharapkan membantu informan penelitian untuk menceritakan

pengalaman dan menyadari proses serta mengetahui dampak body shame

yang alami.

Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa body shame lebih sering

dialami oleh perempuan. Hal ini terjadi karena perempuan cenderung

menginternalisasi penilaian pengamat yang mengobyekkan tubuhnya

dibandingkan laki-laki (Knauss dkk, 2008). Budaya memiliki tuntutan

yang lebih besar terhadap standar tubuh perempuan (Dolezal 2015).

Namun, penelitian sebelumnya mengatakan bahwa bukan hanya


8

perempuan saja tetapi pria juga mengalami body shame walaupun

perempuan memiliki body shame yang lebih tinggi dibandingkan pria

(Knauss, dkk, 2008). Berarti fenomena body shame dapat dialami baik

perempuan maupun laki-laki.

Berdasarkan data yang diperoleh 90% dari 5053 perempuan merasa

tidak bahagia akan tubuhnya (Dailymail.co.uk) sedangkan 34% pria

mengatakan bahwa tidak puas dengan bentuk tubuhnya (Gallivan, 2014).

Data yang diperoleh menunjukkan bahwa body shame lebih banyak

dialami oleh perempuan. Oleh karena itu, peneliti memilih perempuan

sebagai informan penelitian. Selain itu, peneliti memilih informan

perempuan karena perempuan lebih mudah dipengaruhi oleh penilaian

tubuh ideal yang ditampilkan media dan membandingkannya dengan

tubuhnya (Knauss dkk, 2007). Perempuan lebih mudah menginternalisasi

penilaian orang lain dibandingkan pria sehingga jumlah pria yang

menginternalisasi tubuh ideal media lebih sedikit (Knauss, dkk 2008).

berdasarkan

B. Rumusan masalah

Penelitian ini akan mendeskripsikan dinamika psikologis

perempuan yang mengalami body shame dan dampak yang dialami.

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui proses terjadinya body

shame pada perempuan dan dampaknya dalam kehidupan perempuan yang

mengalami.
9

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan mampu menambah referensi dalam bidang

psikologi, khususnya psikologi klinis dan sosial. Penelitian ini dapat

menjadi pengetahuan bahwa objektifikasi diri berlebih yang

menghasilkan body shame dapat menyebabkan individu mengalami

resiko gangguan kesehatan mental.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi perempuan yang mengalami body shame

Penelitian ini membantu mereka menyadari penilaian tubuh

mereka dan dampak apa yang ditimbulkan body shame. Menyadari

kondisi tubuhnya dan tidak melakukan penilaian yang menyimpang

tentang tubuhnya serta memiliki harapan yang sesuai dengan

kondisi tubuhnya.

2) Bagi masyarakat

Agar masyarakat dapat lebih menyadari tindakan apa yang

dilakukan ketika berhadapan dengan iklan yang ditampilkan di

media cetak maupun elektronik dengan kata lain penelitian ini

dapat menjadi refleksi juga bagi pembaca untuk menyadari setiap

tindakan yang dilakukan untuk tubuhnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan memaparkan tinjauan teoritis tentang proses body shame

yang dialami perempuan. Pertama, penulis akan menjelaskan tentang definisi

body shame jenis serta dampaknya. Kemudian teori yang digunakan untuk melihat

proses body shame, dan perempuan sebagai partisipan. Selanjutnya penulis akan

memaparkan tentang proses perempuan mengalami body shame.

A. Shame

Sebelum memasuki bahasan tentang body shame, peneliti ingin

menjelaskan bahwa malu merupakan emosi yang termasuk dalam self-

conscious emotion. Adapun emosi yang merupakan emosi kesadaran diri

ini antara lain pride, hubriss, shame dan guilt. Emosi ini merupakan emosi

yang berperan dalam menentukan moral seseorang. Emosi sadar diri (rasa

bersalah, malu, iri hati, dan bangga) akan memainkan peran penting ketika

individu dihadapkan pada perilaku pencapaian dan moral. Emosi ini akan

berkembang dengan baik apabila orang dewasa memberikan arahan yang

tepat dalam mendampingi anak mengembangkan emosi sadar diri. Oleh

karena itu, emosi ini sangat beragam di antara budaya. Di negara barat

yang individualistik, kebanyakan anak akan diajari untuk merasa bangga

atas pencapaian diri. Dalam budaya kolektif seperti di Cina dan Jepang

menunjukkan keberhasilan pribadi dapat meningkatkan

10
11

rasa malu dan menutup diri (Berk, 2012). Pelanggaran terhadap standar

budaya yang diberikan orang lain dapat melahirkan rasa malu yang luar

biasa (Akimoto & Sanbonmatsu, dalam Berk, 2012).

Menurut Michael Lewis (2011) rasa malu adalah hasil aktivitas

kognitif yang kompleks: evaluasi tindakan individu mengenai standar,

aturan, tujuan serta evaluasi global dari diri mereka dan dari orang lain

sedangkan rasa bersalah merupakan emosi yang dihasilkan ketika individu

mengevaluasi perilaku mereka gagal tetapi berfokus pada perilaku spesifik

diri atau tindakan diri yang mengarah pada kegagalan. Noll dan

Fredrickson (1998) mengatakan bahwa shame diartikan sebagai perasaan

yang muncul ketika individu gagal mencapai suatu target ideal. Sara

Ahmed dalam Dolezal (2015) menyebutkan shame merupakan emosi

yang terbentuk dari kebiasaan sosial dan budaya, bentuk/wujud dari

budaya politik yang dibentuk oleh dunia. Malu merupakan bagian dari

emosi kesadaran diri akan berpengaruh pada pembentukan fenomena body

shame dalam penelitian ini.

B. Body Shame

1. Definisi body shame

Body shame merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk

bagian tubuh ketika penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri

tidak sesuai dengan diri ideal yang diharapkan individu (Nol &

Frederickson, 1998). Body shame terjadi ketika orang mengevaluasi


12

dirinya relatif terhadap internalisasi dan budaya ideal (Fredrikson &

Roberts, 1997). Dalam dolezal (2015) individu bisa merasakan bahwa

perilaku, kepribadian, aktivitas, pikiran, perasaan atau emosi serta

situasi itu dapat memalukan.

Body shame merupakan bagian khusus yang kuat dan potensi

dari rasa malu. Orang lain tidak hanya mengamati tubuh sebagai

bagian dari diri kita tetapi tubuh juga menjadi tempat untuk

kepribadian yang membuat pengalaman subyektif manusia yang

bermakna dapat terjadi. Pada dasarnya tubuh merupakan dasar dari

diri (self). Demikianlah, kesadaran perlu diwujudkan dan tidak

seksama dapat ditemukan batasan yang dapat dibuat antara diri dan

tubuh. Walaupun “aku adalah tubuhku” (I am my body) tetap akan ada

perasaan bahwa “aku memiliki tubuhku” (I have my body). Saat

individu mengalami body shame aka nada jarak antara diri dengan

tubuh, bahwa individu yang merasa tubuh adalah miliknya dia akan

merasa bahwa apa yang diharapkannya pada tubuhnya

sebaiknya/seharusnya ada di tubuhnya. Padahal sebenarnya tidak

semua yang diharapkan atau diinginkan harus dimiliki. Misalnya,

individu akan merasa tidak nyaman dengan kulitnya sendiri karena

saat itu media menampilkan standar yang tidak dimiliki kulitnya

(Dolezal, 2015).

Body shame memiliki peran penting dalam hubungan sosial.

Body shame juga dipahami sebagai rasa malu yang muncul sebagai
13

akibat dari beberapa aspek dan fitur dari tubuh. Body shame

merupakan aspek yang luas yang dapat mencakup aspek fisik tubuh,

seperti penampilan seseorang, dan juga rasa malu tentang aspek fisik

penilaian tubuh yang kurang jelas, seperti perilaku (Dolezal, 2015 p.

6). McKinley & Hyde (1996) mengatakan bahwa body shame sebagai

rasa malu dan rasa bersalah yang muncul ketika penampilan seseorang

tidak sesuai dengan standar budaya ideal. Karena standar budaya

terhadap tubuh perempuan hampir tidak bisa tercapai sepenuhnya,

perempuan yang menginternalisasi dan menghubungkan pencapaian

standar itu sebagai identitas mereka akan merasa malu jika tidak dapat

mencapainya.

Rasa malu merupakan emosi yang biasa dirasakan perempuan

akan tubuh mereka. Bartky (1988) berpendapat bahwa kondisi malu

yang dialami perempuan akan tubuhnya merupakan sebuah ukuran

seberapa besar perempuan menginternalisasi budaya (McKinley &

Hyde, 1996). Berdasarkan Noll dan Fredrickson (1998) body shame

merupakan perasaan malu akan salah satu bentuk bagian tubuh ketika

penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri tidak sesuai dengan diri

ideal yang diharapkan individu.

Body shame merupakan salah satu dampak dari self-

objectification selain kecemasan. Body shame merupakan perasaan

malu yang timbul akibat ketidakpuasan individu akan tubuhnya.

Dengan kata lain dalam penelitian ini, body shame diartikan bahwa
14

perempuan menilai bahwa tubuhnya memalukan. Peneliti sebelumnya

mengatakan bahwa ketidakpuasan tubuh (body dissatisfaction)

merupakan penilaian dan perasaan negatif individu terhadap tubuhnya

(Grogan, 1999). Sehingga peneliti memahami bahwa ketidakpuasan

tubuh memiliki arti yang tidak terlalu berbeda dengan body shame.

Penelitian Schooler, Ward, Merriwether & Caruthers (2005)

yang memaparkan perbedaan antara body shame dan ketidakpuasan

tubuh (body dissatisfaction). Pertama, body shame melibatkan kedua

evaluasi negatif dari satu tubuh dan komponen emosional, sebuah

keinginan untuk menyembunyikan diri dari satu tubuh yang tidak

selalu diikuti oleh ketidakpuasan tubuh. Kedua, walaupun

ketidakpuasan tubuh cenderung lebih fokus pada ukuran tubuh,

bentuk, dan berat tubuh, body shame berkaitan dengan aspek lain

dalam tubuh seperti bau, ketelanjangan dan rambut tubuh. Orang yang

mengalami body shame belum tentu mengalami ketidakpuasan tubuh.

Individu yang mengalami body shame pasti mengalami ketidakpuasan

tubuh.

Berdasarkan pengertian diatas maka body shame merupakan

penilaian individu akan tubuhnya yang memunculkan perasaan bahwa

tubuhnya memalukan yang disebabkan penilaian dirinya dan orang

lain tidak sesuai dengan tubuhnya. Hal ini dapat untuk berbagai hal

seperti: perilaku, kepribadian, pikiran, perasaan atau emosi serta

situasi.
15

Dolezal (2015) menyebutkan bahwa body shame membahas

tentang visibility, ketika mengalami body shame beberapa bagian tubuh

dan tingkah laku dibawa ke kesadaran dan diperhatikan (dinilai) oleh

diri individu atau orang lain.

2. Jenis body shame

Body shame terdiri dari dua jenis yaitu acute body shame dan

chronic body shame yang dikemukakan oleh Dolezal :

a. Acute Body shame

Acute Body shame lebih berhubungan dengan aspek

perilaku dari tubuh, seperti pergerakan atau tingkah laku. Istilah ini

biasa dikenal dengan embarrassment, tipe body shame yang

biasanya terjadi pada persiapan yang tak diduga atau tidak

direncanakan. Jenis body shame ini terjadi pada kasus seperti

kejadian yang terjadi dalam interaksi sosial seperti sebuah

presentasi diri yang mengalami kegagapan, gagal atau tidak sesuai

dengan tingkah laku yang diharapkan, muncul sebagai hasil dari

pelanggaran perilaku, penampilan atau pertunjukan, atau

kehilangan kontrol sementara dan tidak terduga atas suatu tubuh

atau fungsi tubuh. Body shame acute ini merupakan rasa malu yang

wajar terjadi dalam interaksi sosial bahkan rasa malu ini

dibutuhkan dalam interaksi sosial.


16

b. Chronic body shame

Jenis kedua dari body shame muncul disebabkan oleh

bentuk permanen dan terus menerus dari sebuah penampilan atau

tubuh, seperti berat badan, tinggi dan warna kulit. Selain itu, body

shame ini juga dapat muncul karena stigma atau cacat seperti bekas

luka atau kelumpuhan. Selain penampilan, chronic body shame

berhubungan dengan fungsi tubuh dan kecemasan yang biasa

dialami seperti tentang jerawat, penyakit, hal buang air besar,

penuaan dan sebagainya. Tambahan, body shame ini dapat muncul

pada saat gagap ataupun canggung yang kronis. Apapun yang

menginduksinya, body shame jenis ini akan muncul secara

menahun dan berulang-ulang pada suatu kesadaran dan membawa

rasa sakit yang berulang dan mungkin konstan. Body shame kronis

menekan dan menyakiti. Body shame ini dapat menuntun

pengurangan pengalaman tubuh yang konstan mempengaruhi

harga diri dan nilai diri (self-esteem dan self-worth).

3. Dampak body shame

Proses terjadinya body shame bisa terbentuk karena adanya

interaksi dan pengaruh dari lingkungan kemudian pengaruh tersebut

memberikan dampak pada individu. Dampak tersebut antara lain:

a. Gangguan Makan
17

Body shame sebagai mediator antara self-objectification dengan

gangguan makan.

Penelitian yang dilakukan oleh Noll dan Fredrickson (1998)

menuliskan bahwa teori objektifikasi memberikan konsekuensi

psikologis pertama bahwa perempuan secara umum dipandang

dan memperlakukan diri mereka sebagai objek serta menjadi sibuk

untuk memperhatikan penampilan fisik mereka. Teori objektifikasi

mengarahkan individu memiliki self-objectification yang semakin

tinggi juga. Self-objectification memiliki variasi emosional dan

perilaku yang ketika terjadi berlebihan dapat berkontribusi pada

resiko gangguan psikologis perempuan termasuk gangguan makan,

depresi unipolar dan disfungsi seksual.

Asumsi budaya tentang berat badan menyatakan bahwa ada

kepercayaan bahwa individu dapat mengontrol berat badan serta

dapat memilih berat ideal yang mereka inginkan. Diet (mengatur

pola makan agar mencapai bentuk tubuh yang diharapkan untuk

kesehatan atau sesuai petunjuk ahli) menjanjikan bantuan

mengurangi body shame yang muncul akibat ketidakpuasan dengan

bentuk tubuh untuk perempuan. Sebaliknya, latihan mengurangi

berat tubuh seperti mengurangi makan dapat meningkatkan body

shame dibandingkan mengurangi terjadinya body shame.

Sebenarnya, penurunan berat badan akan menyebabkan perempuan

lebih memperhatikan berat badan dan bentuk tubuh yang


18

meningkatkan frekuensi mereka sadar atas kegagalan mencapai

tubuh ideal. Gagal mencapai target menurunkan berat badan atau

tidak mampu mempertahankan penurunan berat badan juga dapat

meningkatkan body shame. Lingkaran setan kemudian mungkin

akan muncul diakibatkan kegagalan mencapai tubuh ideal.

Kegagalan akan menuntun individu mengalami body shame serta

usaha-usaha seperti menurunkan berat badan dapat menjadi

sekumpulan penyebab semakin tingginya terjadinya body shame

(Noll & Fredrickson, 1998).

Body shame dapat menuntun perempuan melakukan diet.

Peneliti sebelumnya menemukan bahwa mengantisipasi body

shame atau ancaman mengalami body shame jika suatu hari tidak

berhasil mencapai tubuh ideal maka body shame dapat

berkontribusi menyebabkan perempuan diet. Beberapa perempuan

yang mengobservasi dirinya merasa puas dengan penampilan dan

berat tubuhnya (walaupun mereka sibuk memperhatikan

penampilannya) dan tidak merasa tubuhnya memalukan (Noll &

Fredrickson, 1998).

Perempuan mengalami kemungkinan sepuluh kali lebih

besar dalam gangguan makan. Walaupun sebenarnya tubuhnya

termasuk kategori kurus, mereka melihat tubuhnya terlalu gemuk

(bentuk tubuh yang terdistorsi). Kondisi ini dapat disebabkan oleh

adanya ketidakpuasan tubuh yang dialami individu seperti


19

rendahnya harga diri dan dukungan sosial, adanya cibiran

mengenai berat badan. Pada usia remaja, gangguan makan juga

dapat terjadi apabila hubungan remaja dan orang tua kurang

harmonis, misalnya pola makan baik dari orang tua dapat

dilakukan oleh anak dan disisi lain hubungan negatif anak orang

tua dapat meningkatkan perilaku diet pada remaja perempuan

(Santrock, 2009).

Gangguan makan antara lain anorexia nervosa, bulimia

serta binge eating disorder.

b. Depresi

Fredrickson dan Robert (1997) mengatakan hidup di budaya

yang mengobyekkan tubuh perempuan dapat mengacaukan alur

kesadaran perempuan itu dengan menggandakan persepsi mereka,

membujuk perempuan untuk mengambil perspektif pengamat

(orang ketiga) tentang diri atau tubuh. Pada situasi yang ekstrem

perspektif pengamat terhadap diri mungkin sepenuhnya dapat

menggantikan perspektif sendiri perempuan tentang tubuhnya,

kondisi ini memungkinkan individu mengalami kondisi kehilangan

diri (loss of self). Ketika kondisi loss of self terus berlanjut dapat

menyebabkan depresi karena akan semakin mengambil perspektif

pengamat terhadap diri.

Teori objektifikasi memprediksi bahwa menginternalisasi

perspektif pengamat pada diri dapat menciptakan kebiasaan


20

memeriksa tubuh (habitual body monitoring) yang dapat

menghasilkan kecemasan dam rasa malu yang berulang, dan juga

menahan kesenangan yang berhubungan dengan puncak motivasi

tertinggi. Melihat bagaimana pengalaman emosional perempuan

dibentuk oleh budaya yang mengobyekkan tubuh perempuan, maka

teori objektifikasi dapat menarik kesimpulan bagaimana perbedaan

gender berpengaruh pada depresi (Fredrickson & Robert, 1997).

c. Sexual dysfunction

Perempuan lebih banyak melaporkan ketidakpuasan seksual

dan gangguan dalam hubungan heteroseksual dibandingkan laki-

laki. Kecemasan dan rasa malu yang dimiliki perempuan tentang

tubuhnya tampaknya akan mempengaruhi kehidupan seks

perempuan. Kondisi ini dipengaruhi oleh budaya yang berkembang

bahwa peran perempuan lebih pada memberi daripada menerima.

Hal ini menuntun perempuan untuk tidak mementingkan

dirinya sendiri dan kurang fokus pada keinginan sendiri serta

sensasi fisik perempuan, tetapi lebih fokus pada keinginan

pasangan. Pertama, memberikan perhatian yang berlebihan pada

gambar visual diri sendiri menghabiskan banyak energi mental

yang sebenarnya dapat digunakan untuk aktivitas yang lebih

bermanfaat dan memuaskan. Kedua, malu dan cemas yang dimiliki

banyak perempuan tentang tubuhnya dibawakan bersama

pengalaman seks. Emosi negatif rasa malu serta cemas akan tubuh
21

yang dimiliki perempuan ini akan memengaruhi pengalaman seks

perempuan yang memungkinkan sangat berkurangnya kesenangan

seks. Ketiga, perhatian rutin perempuan terhadap penampilan

tubuh eksternal, bersama dengan kebiasaan mengendalikan makan

dan diet, dapat menuntun ketidakpekaan terhadap isyarat internal

tubuh. Ketidakpekaan akan sensasi tubuh akan menjadi hambatan

kesenangan seksual bagi perempuan.

C. Komponen yang dapat mempengaruhi dinamika psikologis body

shame

Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, dinamika merupakan

gerakan dari dalam, tenaga yang menggerakkan serta semangat. Menurut

Hurlock (1980), dinamika merupakan suatu tenaga, kekuatan, yang selalu

bergerak, berkembang serta dapat menyesuaikan sesuai keadaan yang ada

dan berkaitan dengan proses belajar yang menyebabkan individu mengerti

akan suatu objek kejadian. Oleh karena itu, dinamika merupakan suatu

proses kekuatan yang menyebabkan individu tetap bergerak menyesuaikan

diri dengan keadaan. Menurut Walgito (2003) psikologi merupakan ilmu

yang memperlajari tentang perilaku dan aktivitas manusia sehingga

psikologis mempelajari perilaku yang tampak (overt behavior), perilaku

yang tidak tampak (covert behavior) serta aktivitas motorik, emosional

serta kognitif.
22

Berdasarkan pengertian diatas, maka dinamika psikologis

merupakan proses yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi fisik dan

mental untuk mengalami perubahan pada tingkah lakunya baik dari segi

emosional, kognitif, perilaku. Penelitian ini memiliki beberapa komponen

yang akan mempengaruhi dinamika psikologis perempuan yang

mengalami body shame yaitu teori objektifikasi atau self-objectification,

distorsi kognitif, sensitivitas terhadap penolakan, lingkungan yang

menekankan standar tubuh. Berikut akan dijelaskan mengenai komponen

yang akan mempengaruhi dinamika psikologis body shame:

1. Teori objektifikasi (Objectification Theory)

Teori objektifikasi : (a) menyediakan kerangka untuk

memahami pengalaman psikologis yang muncul untuk menjadi

perempuan yang unik, (b) merumuskan sebuah beberapa analisis life-

course dari beberapa resiko kesehatan mental perempuan, (c)

mengorganisasi (d) menawarkan prediksi spesifik untuk mengarahkan

penelitian masa depan.

Teori objektifikasi menempatkan perempuan dan anak

perempuan untuk menginternalisasi pandangan orang lain sebagai

penilaian utama terhadap tubuhnya. Pandangan ini dapat menimbulkan

kebiasaan mengawasi tubuh secara rutin pada diri, pada gilirannya,

dapat meningkatkan peluang perempuan mengalami kecemasan dan

rasa malu, mengurangi peluang perempuan mencapai kondisi motivasi

maksimal, dan mengurangi kesadaran akan internal tubuh (awareness


23

of internal bodily state). Sehingga, teori objektifikasi mengusulkan

bahwa objektifikasi diri meningkatkan peluang individu mengalami

malu khususnya malu akan suatu tubuh. Teori objektivikasi adalah

penilaian terhadap tubuh sendiri, menginternalisasi perspektif

pengamat yang fokus mengamati bagian tubuh seperti bagaimana aku

dilihat orang lain, dan kurang menilai keunikan dan potensi apa yang

dapat dilakukan tubuh serta bagaimana perasaan (Fredrickson &

Robert, 1997).

2. Distorsi kognitif

Distorsi kognitif menyebabkan individu yang mengalami body

shame. Distorsi kognitif merupakan penyimpangan persepsi yang

disebabkan adanya pemikiran negatif akan diri.

Kognitif : menafsirkan
peristiwa dengan
sederetan pikiran yang
mengalir terus dalam diri.

Mood: perasaan yang


Dunia: sederetan
diciptakan pikiran
peristiwa yang positif,
bukan oleh peristiwa
netral dan negatif.
atau realitas

Bagan 1. Perjalanan distorsi kognitif.

Berikut 10 distorsi (kekacauan pikiran) yang mungkin dapat

menjadi penyebab meningkatnya body shame yang dialami perempuan


24

dalam Burn (1988):

a. Pemikiran “ Segalanya Atau Tidak Sama Sekali”

Pemikiran ini merupakan pemikiran yang

menyebabkan individu cenderung mengevaluasi dirinya

dengan konsep “hitam atau putih” secara ekstrem. Individu

akan merasa tidak berarti apa-apa ketika dia mengalami

kegagalan. Pemikiran ini merupakan pemikiran yang

menjadi dasar perfeksionisme. Pemikiran ini adalah

pemikiran yang sangat tidak realistis karena di dunia ini

tidak ada sesuatu yang mutlak. Tidak ada yang sepenuhnya

pintar atau bodoh.

b. Terlalu menggeneralisasi (Over-generalisasi)

Pemikiran ini merupakan pemikiran yang salah

dikarenakan individu menyimpulkan pengalaman yang

pernah terjadi sebelumnya akan terjadi berulang-ulang.

Rasa sakit akibat penolakan yang pernah terjadi biasanya

disebabkan pemikiran yang over-generalisasi. Rasa sakit

akibat penolakan memang akan mengecewakan tetapi tidak

akan berdampak sangat serius. Rasa sakit itu akan muncul

akibat pikiran yang berlebihan.

c. Filter mental

Kondisi pikiran individu yang menyebabkan dirinya

fokus pada hal negatif yang sedang dialaminya saat ini


25

tanpa memperhitungkan hal positif lain yang dialami

sebelumnya. Distorsi kognitif ini menyebabkan individu

memersepsikan semua hal menjadi negatif ketika dia pasa

situasi tertentu sedang mengalami hal yang negatif.

d. Mendiskualifikasasikan yang positif

Pemikiran ini menyebabkan individu

menghilangkan pengalaman positif yang ada pada dirinya.

Hal-hal positif pada dirinya dianggap tidak bermakna apa-

apa dan penilaian ini terjadi berulang-ulang. Misalnya

seseorang memuji bahwa prestasi yang dilakukan seorang

anak perempuan sangatlah bagus, tetapi reaksi anak

tersebut menunjukkan bahwa yang dilakukannya hanya

kebetulan saja. Tindakan mendiskualifikasikan ini

merupakan distorsi kognitif yang paling merusak.

e. Loncatan ke Kesimpulan

1) Membaca Pikiran

Individu berasumsi bahwa orang lain sedang

memandang rendah akan dirinya. Asumsi yang

dibentuk individu menyebabkannya menarik diri

atau menyerang balik orang lain. Pola

mengalahkan diri ini menyebabkan individu

menjadi “self-fulfilling prophecy” (anda

menciptakan sesuatu yang anda ramalkan sendiri)


26

dan membuat adanya interaksi negatif dalam

hubungan individu dengan orang lain yang

sebelumnya tidak ada.

2) Kesalahan peramal.

Distorsi kognitif ini menyebabkan individu

membayangkan sesuatu yang negatif dan tidak

realistis akan terjadi. Ramalan yang tidak realistis

ini dianggap menjadi suatu fakta yang terjadi.

f. Pembesaran dan pengecilan

Pemikiran yang salah yang lainnya menyebabkan

individu melakukan pembesaran atau pengecilan melebihi

proporsi aslinya. Pembesaran biasanya dilakukan ketika

melakukan kesalahan, ketakutan atau ketidaksempurnaan

diri sendiri. Sedangkan pengecilan biasanya dilakukan jika

membicarakan soal kemampuan individu sehingga dianggap

tidak penting atau kecil. Jika individu membesar-besarkan

ketidaksempurnaannya dan memperkecil kebaikan dirinya

maka sehingga individu menjadi rendah diri. Distorsi ini

sering disebut juga dengan “permainan teropong”.

g. Penalaran emosional

Pemikiran yang menyebabkan individu merasa

segala sesuatu sangat negatif dan menyimpulkan bahwa

begitulah yang sesungguhnya. Individu tidak mencoba


27

untuk membuktikan kebenaran persepsi yang menciptakan

perasaan tersebut. Individu telah membohongi dirinya

sendiri dan terbiasa membiarkan perasaan negatif

menentukan caranya bertindak.

h. Pernyataan “ Harus”

Pemikiran ini membuat individu membuat standar

harus dalam melakukan sesuatu sehingga ketika standar ini

tidak tercapai maka individu akan kesal dan tertekan. Ketika

“harus” dihadapkan pada orang lain maka individu akan

frustasi. Kata “harus” memunculkan kekalutan emosional

yang sebenarnya tidak perlu ada dalam kehidupan sehari-

hari. Bila standar “harus” gagal dipenuhi, maka “harus” dan

“seharusnya tidak” yang ditentukan akan membuat individu

merasa malu, bersalah dan membenci diri sendiri.

i. Memberi cap dan salah memberi cap

Distorsi ini merupakan bentuk ekstrem dari over-

generalisasi. Distorsi ini menyebabkan individu

memberikan sebuah gambaran diri negatif terhadap dirinya.

Kesalahan yang dilakukan dianggap menetap dalam diri

tanpa mengevaluasinya. Salah memberi cap

menggambarkan peristiwa dengan suasana yang dipenuhi

emosi.
28

j. Personalisasi

Distorsi ini merupakan distorsi rasa bersalah.

Individu yang mengalami penyimpangan pikiran ini merasa

bahwa dirinya bertanggungjawab atas peristiwa eksternal

negatif. Dirinya merasa bahwa ketika ada suatu kegagalan

hal tersebut bisa membuktikan bahwa dirinya buruk.

3. Teori Sensitivitas terhadap Penolakan

Damanik (2014) mendapatkan kelekatan pada pengasuh

menjadi prediktor sensitivitas terhadap penolakan. Santrock (2011)

mengatakan kelekatan merupakan ikatan emosional yang kuat antara

dua individu dalam hal ini khususnya ikatan antara bayi dan pengasuh.

Pengalaman emosional tersebut akan membentuk internal working

memory pada bayi. Internal working memory merupakan suatu model

pengetahuan mental anak terhadap pengasuh. Internal working

memory akan berfungsi dan berperan penting dalam menemukan

hubungan antara kelekatan dan pemahanan emosional lanjutan

(munculnya rasa malu, rasa bersalah, dan rasa bangga), perkembangan

kesadaran, dan konsep diri hingga individu dewasa jika diikuti dengan

pola asuh yang konsisten dari orang tua atau pengasuh dalam

berinteraksi dengan orang lain (Santrock, 2011).

Kelekatan di masa awal antara anak dan pengasuh merupakan

hal yang penting karena tentunya hal itu akan berkaitan dengan

perilaku sosial anak di kemudian hari. Beberapa penelitian


29

longitudinal skala luas yang dilakukan Alan Sroufe dan rekan-

rekannya (2005) kelekatan aman yang diukur dengan prosedur situasi

asing 12 dan 18 bulan berkaitan dengan kesehatan emosional,

tingginya harga diri, keyakinan diri serta kompetensi dalam interaksi

sosial kawan, guru, dan kekasih di masa remaja. Penelitian lain

kelekatan tidak aman dan penolakan di masa bayi menjadi prediktor

negatif terhadap perkembangan kognitif pada masa sekolah dasar

(O’Connor & McCartney, 2007).

Penolakan dari significant other menjadi prediktor yang kuat

bagi individu menjadi sensitif terhadap penolakan. Sensitivitas

terhadap penolakan (rejection sensitivity) oleh Dewney dan Feldman

(1996) diartikan sebagai kecenderungan untuk mengira-ira bahwa

akan ditolak oleh orang lain dan bereaksi berlebihan terhadap

penolakan (Dewney, Feldman, Khuri, Friedman, 1994, Dewney &

Feldman, 1996). Sensitivitas terhadap penolakan ini menyebabkan

individu mengkhawatirkan adanya penolakan khususnya penolakan

karena penilaian orang lain tentang tubuhnya. Dewney dan Feldman

(1996) mengatakan bahwa individu yang sensitif terhadap penolakan

sosial memiliki kecenderungan mudah cemas.

Sensitivitas terhadap penolakan memberikan efek samping

pada individu yang mengalaminya salah satunya adalah masalah

mental dan perilaku. Efek samping sensitivitas terhadap penolakan

yang sesuai dengan penelitian ini gangguan makan (Selby, Ward,


30

Joiner, 2010) dan gangguan makan merupakan gangguan yang dapat

terjadi jika individu mengalami body shame (Noll & Fredrickson,

1998). Sehingga dengan kondisi yang demikian adanya sensitivitas

terhadap penolakan ini memungkinkan individu memperhatikan

secara detail tubuhnya agar individu mengetahui apakah ada bagian

tubuhnya yang tidak sesuai dengan penilaian masyarakat dengan

tujuan mengurangi peluang akan ditolak oleh lingkungannya. Individu

yang sensitif terhadap penolakan akan berusaha melakukan apa yang

diharapkan lingkungan agar tidak mengalami penolakan sehingga

apabila tubuh tidak sesuai dengan lingkungan maka individu merasa

tubuhnya memalukan.

4. Teori Budaya (Lingkungan)

Lingkungan dalam bentuk budaya membentuk persepsi dalam

masyarakat bahwa tubuh menjadi pusat perhatian. Perhatian ini dapat

menyebabkan body shame semakin banyak terjadi. Lingkungan lebih

banyak menyoroti tubuh sebagai sarana. Kondisi ini menjadi sangat

ramai karena hampir semua segi kehidupan manusia diiklankan oleh

manusia. Namun, dalam hal ini lebih banyak ditekankan pada

perempuan. Matlin (2012) menuliskan kebanyakan perempuan

Amerika Utara disibukkan dengan berat tubuh mereka. Banyak

perempuan yang memiliki tubuh proporsional tetapi menilai tubuhnya

mengalami kelebihan berat badan.


31

Lingkungan memberikan tanggung jawab lebih besar pada

perempuan untuk memperhatikan tubuhnya. Perempuan diharapkan

mampu lebih menjaga penampilan fisik agar tetap dianggap menarik

khususnya perempuan dituntut untuk tetap langsing. Kebanyakan

perempuan Amerika Utara berfokus bahwa mereka kelebihan berat

badan, walaupun sebenarnya berat mereka masih proporsional,

kecenderungan ini disebut culture of thinness (M. Cooper, 2003 dalam

Matlin 2012). Lingkungan sering mengembangkan pemikiran agar

fokus untuk langsing pada remaja perempuan. Individu yang tidak

sesuai dengan standar lingkungan dapat dianggap tidak menarik.

Teman sebaya memberikan pengaruh yang cukup kuat menyampaikan

penilaian kepada temannya.

Standar tubuh ideal yang dibentuk budaya menyebabkan

perempuan membandingkan dirinya dengan standar ketika dia melihat

pada tubuhnya. Dan dengan menginternalisasi standar tubuh, secara

intensif dapat menjadi sumber malu. Standar ideal budaya yang

dibentuk untuk feminine body sebenarnya mustahil dapat tercapai

karena standarnya dirancang jauh dari rata-rata tubuh perempuan.

Oleh karena itu, ketika perempuan menginternalisasi standar tubuh

akan menyebabkan mereka malu ketika mereka tidak dapat mencapai

standar (McKinley, 1996).


32

D. Perempuan

Perempuan dalam Konstruksi Budaya

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan informasi yang diperoleh

dari partisipan perempuan. Matlin (2012) menyebutkan ketertarikan fisik

lebih diperhatikan oleh anak remaja perempuan dibandingkan anak laki-

laki. Anak gadis 11 tahun menghabiskan lebih banyak waktu untuk

memikirkan penampilan fisik mereka dibandingkan anak laki-laki.

Penekanan penilaian ketertarikan tubuh terhadap perempuan terjadi secara

berlebihan selama masa remaja. Remaja perempuan belajar melihat

dirinya sebagai objek yang dapat diperhatikan dan dinilai oleh orang lain.

Selain itu, remaja perempuan secara tetap mendapatkan pesan bahwa

kecantikan fisik dan terlihat baik merupakan ukuran yang penting bagi

perempuan. Perempuan dituntut untuk memiliki kulit yang putih bersih,

gigi yang rapi dan berkilau, rambut yang berkilau dan perempuan dituntut

memiliki tubuh yang langsing. Perempuan lebih banyak mendapatkan

komentar agar mereka memiliki tubuh yang ramping. Perempuan yang

kelebihan berat badan akan menjadi target sejumlah komentar negatif

tentang tubuhnya (Matlin, 2012).

Beberapa perempuan muda Amerika Utara berfokus untuk menjadi

ramping yang menyebabkan mereka mengalami ancaman gangguan makan

(Matlin, 2012). Media mendorong penekanan pada kecantikan dan

kerampingan dan perempuan muda menyadari pesan yang disampaikan.

Selanjutnya, berbagai pendekatan penelitian mengatakan bahwa


33

perempuan akan lebih kurang puas dengan tubuhnya apabila mereka

melihat majalah fashion dibandingkan melihat majalah yang menunjukkan

ukuran normal perempuan (Matlin, 2012).

Body shame tidak terpengaruh terhadap usia. Penelitian yang

dilakukan oleh Tiggeman & Lynch (2001) yang menemukan bahwa

obyektifikasi diri akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Body

shame dan munculnya kecemasan yang merupakan konsekuensi dari

objektifikasi diri diprediksi akan sama menurun bersamaan dengan

bertambahnya usia. Namun, hal ini tidak terkonfirmasi pada body shame,

tidak ada hubungan yang signifikan antara body shame dengan usia. Hal

ini berbeda dengan kecemasan yang memiliki korelasi negatif dengan usia.

Sehingga induvidu semua usia dapat mengalami body shame (Tiggeman &

Lynch, 2001).

Peneliti memilih partisipan perempuan karena berdasarkan data

yang diperoleh perempuan mendominasi mengalami body shame.

Perempuan yang akan memberikan keterangan adalah remaja sampai

dewasa madya. Remaja dipilih sebagai partisipan karena pada usia remaja,

mereka mulai mengalami tuntutan untuk memberi dan mendapatkan

penilaian terhadap tubuh mereka. Oleh karena inilah remaja dipilih sebagai

kriteria awal usia partisipan sampai dewasa.

E. Dinamika psikologis body shame bagi perempuan

Menurut teori objektifikasi diri, perempuan diposisikan untuk

menginternalisasi perspektif pengamat terhadap tubuhnya sebagai cara


34

pandang untuk fisiknya (Fredrickson & Roberts, 1997). Dolezal (2015)

menuliskan budaya yang berkembang di dunia sejak dulu memberikan

perhatian yang besar terhadap tubuh perempuan dan penilaian terhadap

tubuh perempuan sudah berlangsung sejak dulu. Perempuan dituntut untuk

lebih mampu memperhatikan penampilan. Perempuan memiliki peluang

lebih besar mengalami body shame dibandingkan laki-laki. Perempuan

menghabiskan lebih banyak waktu, energi dan sumber dana dalam mencapai

tubuh yang dianggap baik yang sesuai dengan standar normatif yang

dianggap wajar (Dolezal, 2015).

Tekanan sosiokultural akan ketipisan (thinness) dan pengaturan

makan juga telah ditemukan dapat memprediksi sejumlah objektifikasi diri

(perempuan cenderung menginternalisasi pesan sosial dan nilai akan tubuh

yang kurus atau tipis: Stice et al., 1996). Kebiasaan melakukan pengawasan

tubuh (self-surveillance or self objectification) dapat menuntun perempuan

untuk mengalami body shame. Standar kecantikan yang diberikan pada

perempuan saat ini tidak mungkin dicapai oleh sejumlah perempuan dan

penilaian itu mendorong mereka untuk membandingan tubuh mereka

dengan streotip standar budaya kurus/tipis dan perempuan diatur supaya

bingung akan diri mereka dan dengan tubuhnya (Tylka & Hill, 2004 p.720-

721).

Asumsi budaya memercayai bahwa berat badan dapat dikontrol serta

individu dapat memilih serta menentukan berat badan yang mereka

inginkan. Adanya asumsi ini mengarahkan individu mengikuti tawaran diet.


35

Diet memang menjanjikan dapat mengurangi berat badan tetapi tidak

menyelesaikan permasalahan body shame yang dialami.

Penilaian yang diberikan lingkungan pada perempuan dapat

menyebabkan mereka mengalami penolakan dari lingkungan. Penolakan

yang didapatkan membuat mereka lebih sensitif. Sensitivitas terhadap

penolakan yang dialami dapat menyebabkan perempuan mengalami body

shame karena individu yang sensitif terhadap penolakan akan

mengantisipasi malu agar tidak ditolak.

Dolezal (2015) mengatakan bahwa perempuan bisa saja tidak

menyadari bahwa mereka mengalami body shame atau mereka sedang

melakukan berbagai usaha untuk menghindari pengalaman malu tersebut.

Perempuan yang malu terhadap tubuhnya berusaha untuk mengurangi malu

tersebut dengan menekan isyarat lapar yang dirasakannya sebagai usaha

menghilangkan berat badan (Hirschmann & Munter, 1995; Tribole &

Resch, 1995 dalam Tylka & Hill, 2004). Penelitian Muehlenkamp & Saris-

Baglama (Tylka & Hill, 2004) juga menemukan bahwa body shame

terhubung dengan ketidakmampuan mengidentifikasi lapar ataupun kenyang

serta mendeskripsikan emosi.

Penilaian diri dan orang lain terhadap diri sendiri menyebabkan

perempuan merasa body shame. Penilaian memberikan dampak psikologis

yang berbeda-beda terhadap perempuan yang mengalami. Body shame

dapat menyebabkan beberapa dampak psikologis terhadap perempuan yang


36

mengalami. Dampak psikologis yang ditimbulkan ketika perempuan

mengalami body shame antara lain seperti gangguan makan, disfungsi

seksual, dan depresi. Kondisi demikian membuat peneliti ingin meneliti

bagaimana proses terjadinya body shame yang dialami perempuan

bagaimana perempuan mengatasi masalah dan apa dampak yang dialami

perempuan yang mengalami body shame. Body shame juga akan terjadi jika

terjadi distorsi kognitif pada perempuan yang mengalami. Penelitan ini akan

dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendapatkan

dinamika psikologis body shame dan dampaknya bagi partisipan.


37

Gambar 2.1. Skema dinamika psikologis perempuan yang mengalami body

shame

Pengaruh / penilaian lingkungan

Lingkungan mengejek dan jadi bahan bercanda

Partisipan menginternalisasi penilaian

Mengalami body shame


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini nanti akan menampilkan bagaimana perempuan

menyadari proses body shame yang dialami dan apa dampak yang

dihasilkan dari proses tersebut. Peneliti wajib mengusahakan agar

fenomena body shame dipahami berdasarkan sudut pandang perempuan

yang mengalami fenomena secara mendalam (Herdiansyah, 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan dinamika psikologis perempuan

mengalami body shame dan dampak yang dialami perempuan sebagai

akibat dari pengalaman yang dialami.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut

Creswell (2009) penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang

mengeksplorasi dan memahami makna yang dialami individu atau grup

yang berkaitan tentang masalah sosial dan manusia. Penelitian ini

bertujuan mengetahui, mengamati, dan mengeksplorasi proses body

shame yang dialami oleh perempuan. Hal apa saja yang menyebabkan

berkembangnya fenomena tersebut dan dampak yang ditimbulkan

fenomena tersebut dalam kehidupan yang mengalami.

38
39

B. Batasan penelitian (Fokus penelitian)

Hal ini diperlukan dalam penelitian kualitatif agar peneliti

mengetahui batasan fenomena penelitian yang ingin diteliti. Penelitian ini

mencoba fokus untuk mengetahui bagaimana proses perempuan

mengalami body shame. Body shame yang dialami terjadi disebabkan oleh

apa saja sesuai dengan pengalaman perempuan. Selanjutnya, apa dampak

body shame pada kehidupan perempuan yang mengalami. Body shame

yang dialami dapat terjadi disebabkan oleh hubungan individu dengan

lingkungan sosial dan pengalaman tersebut berdampak apa pada

kehidupan perempuan yang mengalami. Proses terjadinya body shame ini

akan dilihat berdasarkan pengalaman apa saja yang membentuk terjadinya

fenomena body shame yang dialami perempuan dan bagaimana perempuan

mengatasi body shame yang dialami.

C. Kriteria Partisipan Penelitian

Peneliti memilih partisipan perempuan remaja sampai dewasa yang

mengalami body shame pada awalnya. Akan tetapi, pada pelaksanaannya

partisipan yang bersedia semuanya kategori usia dewasa awal. Peneliti

memilih infoman sesuai dengan kriteria agar partisipan yang diperoleh

mengalami pengalaman body shame.

Kriteria partisipan penelitian adalah perempuan yang memiliki

pengalaman merasa malu dengan bagian tubuhnya dan pengalaman itu

disebabkan oleh partisipan menginternalisasi penilaian yang ada di


40

lingkungan. Peneliti memutuskan perempuan sebagai partisipan karena

perempuan lebih mudah menginternalisasi penilaian orang lain.

Peneliti mencari partisipan yang sesuai kriteria di Yogyakarta.

Peneliti meminta saran dari teman-teman yang memiliki kenalan sesuai

kriteria body shame. Setelah itu peneliti mencoba menghubungi partisipan

yang bersangkutan untuk bertanya apakah bisa ditemui peneliti untuk

melakukan proses lebih lanjut berupa pengenalan dan selanjutnya akan

dilakukan wawancara.

D. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian

Menurut Herdiansyah (2010) menuliskan bahwa proses pengumpulan data

kualitatif antara lain:

1. Peneliti mengidentifkasi partisipan penelitian serta lokasi

penelitian

2. Peneliti mencari dan mendapatkan akses menuju partisipan atau

lokasi penelitian.

3. Peneliti menentukan jenis data yang akan diperoleh

4. Peneliti menentukan metode pengumpulan data.

5. Peneliti melakukan pengumpulan data.

Peneliti melakukan pengumpulan data sebanyak beberapa kali.

Langkah terakhir yang perlu dilakukan untuk mengumpulkan data

penelitian kualitatif, pertama, pengumpulan data yang berulang

perlu dilakukan karena hanya sedikit kemungkinan peneliti dapat

memahami dan menganalisis inti dari fenomena yang diteliti sesuai


41

dengan setiap partisipan. Kedua, pengumpulan data harus

disesuaikan dengan kondisi alamiah partisipan. Baik kondisi

alamiah partisipan atau lokasi penelitian. Misalnya apabila

partisipan terlihat sedang tidak sehat pada waktu yang dijanjikan

untuk pengambilan data peneliti harus mengubah jadwal

wawancara sampai partisipan benar-benar siap dan sehat.

E. Metode pengumpulan data

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa

wawancara. Menurut Stewart & Cash (2008), wawancara merupakan

sebuah proses tanya jawab yang bersifat interaktif. Disebut interaktif

karena adanya pertukaran atau membagikan peran, tanggung jawab,

perasaan, kepercayaan, motif serta informasi. Wawancara bukanlah

kegiatan yang bisa dilakukan oleh satu pihak saja karena dibutuhkan pihak

lain sebagai pihak yang memberikan jawaban (Herdiansyah, 2010).

Wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara semi

terstruktur. Wawancara dalam penelitian fenomenologis memiliki

pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan secara terbuka dan bebas sesuai

pengalaman yang dialami partisipan tanpa mengacu pada teori spesifik

tertentu. Pertanyaan dibuat sesuai dengan pengalaman dan konteks

fenomena yang dialami partisipan (Moustakas, 1994 dalam Supratiknya,

2015).

Wawancara semi terstruktur tepat dilakukan untuk menggali data

pada penelitian agar dapat menyesuaikan dengan pengalaman yang


42

dialami oleh partisipan. Daftar pertanyaan wawancara semi terstruktur

untuk penelitian proses body shame yang dialami perempuan:

1. Menggali data awal partisipan

 Penilaian partisipan mengenai tubuhnya seperti: bagian tubuh apa

yang kamu paling sukai dan tidak sukai

 Mengapa menyukai bagian tubuh itu atau tidak menyukai?

 Bagaimana sejauh ini kamu melihat tubuhmu?

 Apakah ada yang membuatmu tidak puas atau malu? Bagian apa

itu dan mengapa?

 Sudah pernah melakukan sesuatu untuk penilaianmu terhadap

tubuh atau tidak? Coba ceritakan!

2. Ceritakan apa yang membuat anda merasa malu dengan tubuh anda?

3. Penilaian lingkungan (keluarga, teman terdekat dan masyarakat)

tentang tubuhmu

 Apakah keluarga sering mengomentari tentang penilaian tubuh?

 Kriteria tubuh seperti apa yang dianggap baik di keluarga atau

lingkungan?

 Apakah penilaian tubuh dalam keluarga sama dengan penilaian

tubuh yang dianggap baik dengan lingkungan?

 Bagaimana menurutmu lingkungan memberikan penilaian tersebut

pada partisipan atau dalam bentuk apa penilaian tersebut?

 Bagaimana kriteria lingkungan mengenai penilaian tubuh yang

bagus?
43

4. Hubungan atau komunikasi dengan keluarga

 Apakah orang tua (keluarga) dan partisipan tinggal dengan orang

tua? (masih remaja atau dewasa awal- untuk perempuan yang

sudah menikah menanyakan hubungan dengan orang tua dulu dan

dengan suami atau anak-anak saat ini).

 Jika tidak bersama orang tua apakah partisipan sering berbagi

cerita kepada orang tua (keluarga)?

 Apakah orang tua selalu/sering mengomentari setiap cerita

partisipan?

 Bagaimana reaksi keluarga terhadap cerita partisipan?

 Apakah partisipan bisa mencoba menjelaskan mengapa orang tua

(keluarga) bereaksi demikian terhadap partisipan?

5. Ada dampak yang timbul atau tidak ketika kamu mengalami penilaian

dari lingkungan terhadap tubuhmu?

F. Kredibilitas penelitian

Konsep validitas yang digunakan dalam penelitian kualitatif

disebut dengan kredibilitas penelitian. Kredibilitas penelitian dibutuhkan

dalam penelitian kualitatif untuk memeriksa apakah keakuratan yang

diperoleh peneliti dalam penelitian kualitatif yang dilakukan. Keakuratan

yang dilihat ditentukan dari keakuratan hasil penelitian dari berbagai sudut

pandang yaitu sudut pandang peneliti, partisipan serta pembaca yang akan

membaca hasil penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan


44

member checking sebagai kredibilitas penelitian untuk memeriksa

keakuratan data yang diperoleh dalam penelitian. Member checking atau

pengecekan kembali pada partisipan merupakan salah satu proses yang

dilakukan peneliti untuk mengecek keakauratan data yang dirumuskan.

Data yang sudah dirumuskan oleh peneliti sewaktu pengodean akan dicek

lagi keakuratannya kepada partisipan. Ketika partisipan sudah menyetui

ketepatan kode-kode yang dirumuskan maka peneliti bisa melaporkannya

dalam laporan akhir. Suatu hasil penelitian dikatakan memiliki kredibilitas

tinggi apabila penelitian mampu mencapai tujuannya dalam

mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok

sosial, pola interaksi majemuk/kompleks (Afiyanti, 2008)

G. Analisis

Peneliti melakukan penelitian fenomenologi dengan Analisis

tematik yaitu analisis Isi Kualitatif (AIK). AIK adalah metode penelitian

yang bertujuan untuk menafsirkan isi data berupa teks secara subjektif

melalui proses pengklasifikasian secara sistematis berupa pengodean atau

tema. Tujuan analisis ini mengungkap isi tau makna dari sebuah teks

sesuai konteksnya. Data teks bisa bersifat lisan dan rekaman elektronik

atau cetakan (Supratiknya, 2015). Data pada penelitian akan diperoleh dari

data rekaman elektronik dan observasi peneliti dengan partisipan selama

proses wawancara. Data penelitian berupa rekaman elektronik akan

ditranskripsikan dalam bentuk dokumen atau tulisan. Analisis isi kualitatif

bertujuan untuk mengklasifikasikan menjadi kategori yang sama.


45

(Supratiknya, 2015). Tujuan klasifikasi adalah untuk memperoleh sebuah

deskripsi yang kaya dan padat tentang fenomena yang diteliti. Tujuan

akhir analisis isi kualitatif ini adalah mendapatkan deskripsi pengetahuan

dan pemahaman berupa konsep-konsep atau kategori tentang fenomena

yang diteliti (Hsieh & Shannon, 2005: Elo & Kyngas, 2008 dalam

Supratiknya, 2015).

Analisis ini dilakukan dengan pendekatan induktif atau biasa

disebut dengan analisis isi konvensional. Analisis isi konvensional

bertujuan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang bertolak dengan

fakta yang ada pada data. Pendekatan ini cocok dipilih apabila belum ada

atau masih sedikit teori atau hasil-hasil penelitian sehingga masih belum

tersedia pengetahuan yang cukup tentang fenomena yang ingin diteliti.

(Supratiknya, 2015). Adapun langkah yang akan dipilih peneliti dalam

melakukan pendekatan induktif ini menurut Graneheim & Lundman

(2004) antara lain (Supratiknya, 2015):

1. Hasil wawancara akan ditranskripsikan ke dalam teks.

2. Teks wawancara dibaca berulang kali kemudian teks wawancara

dibaca berulang untuk memperoleh kesan data keseluruhan. Pada tahap

ini peneliti mulai menemukan satuan makna dan aneka kawasan isi.

3. Teks wawancara dipadatkan hingga menjadi kode-kode sesuai

kategori.

4. Memilah-milah kode yang sesuai dan menggabungkan dengan

kategorinya masing-masing yang sesuai.


46

5. Teks wawancara yang sudah memiliki kategori-kategori yang sama

dikelompokkan lagi hingga menemukan tema-tema tertentu.


BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan penelitian
Pada awal perencanaan peneliti ingin menggali informasi kepada

beberapa perempuan diberbagai usia karena berdasarkan penelitian yang

dilakukan Tiggeman dan Lynch (2001) bahwa semua usia dapat mengalami

body shame. Peneliti ingin memiliki data dengan usia yang dapat mewakili

setiap tahap perkembangan mulai dari remaja, dewasa awal, dewasa tengah dan

dewasa akhir. Peneliti meminta bantuan teman untuk memberikan informasi

jika memiliki kenalan yang mengalami body shame. Akan tetapi, pada

pelaksanaannya peneliti hanya berhasil menemukan empat partisipan bersedia

dan semua partisipan berada tahap dewasa awal.

Peneliti menemukan partisipan berdasarkan saran teman peneliti. Pada

awalnya peneliti mendapatkan rekomendasi sebanyak tujuh orang dari

beberapa teman. Tetapi setelah peneliti melakukan pendekatan dan mencoba

menjelaskan tujuan penelitian satu partisipan tidak sesuai dengan kriteria

penelitian, dua orang tidak bersedia dan empat orang partisipan yang sesuai

dan bersedia sebagai partisipan.

Berhubung karena keempat partisipan memang disarankan teman

peneliti maka peneliti sudah pernah melakukan pendekatan dengan partisipan

sebelumnya. Pendekatan yang dilakukan pada awalnya melalui pesan singkat

sebelum akhirnya tatap muka. Hal ini memudahkan peneliti untuk meminta

47
48

kesediaan partisipan untuk berpartisipasi pada penelitian dan partisipan lebih

nyaman ketika tatap muka dengan peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian,

Peneliti akan menggali informasi mengenai proses body shame kepada

perempuan.

B. Pelaksanaan penelitian

Peneliti melakukan pengambilan data dilakukan dalam sebulan untuk

tiga partisipan pertama. Partisipan keempat dilakukan di bulan berikutnya. Hal

ini terjadi karena pada awalnya peneliti merasa bahwa tiga partisipan sudah

cukup mewakili variasi data. Kemudian setelah peneliti membaca lagi hasil

dari ketiga partisipan peneliti menambahkan satu partisipan lagi agar dapat

memperkaya data hasil penelitian tentang dinamika psikologis body shame.

Untuk melakukan wawancara, peneliti menyesuaikan waktu partisipan dan

tempat disepakati bersama. Dalam melakukan penelitian serta pengambilan

data kepada partisipan penelitian beberapa kali.

Setelah adanya komunikasi melalui pesan singkat sebelumnya peneliti

yang sudah menyepakati waktu dan tempat dengan partisipan bertemu untuk

tatap muka. Dalam pertemuan ini peneliti membicarakan lagi soal tujuan

penelitian yang akan dilakukan. Kemudian peneliti memberitahukan adanya

surat persetujuan bahwa partisipan memang bersedia tanpa paksaan untuk

berpartisipasi sebagai pemberi informasi dalam penelitian ini. Persetujuan ini

disebut informed consent. Pada persetujuan ini akan berisi kesediaan peneliti

tanpa paksaan untuk memberikan informasi tentang pengalaman partisipan

terkait body shame. Dalam persetujuan ini partisipan juga memiliki hak untuk
49

berhenti jika partisipan merasa tidak nyaman atau tidak ingin lanjut

berpartisipasi dalai penelitian ini tanpa adanya sanksi apapun. Keempat

partisipan memahami dan menyetujui isi surat peersetujuan dan bersedia

berpartisipasi sampai akhir.


50

Waktu Kegiatan Tempat Catatan.

14 mei 2017 Rapport dan Perpustakaan

Wawancara TN UGM

8 Juni 2017 Bertanya lebih - Via whatapps.

lanjut tentang

hubungan partisipan

dengan orang tua.

4 Juni 2017 Perkenalan pertama Perpustakaan

dengan partisipan Paingan

DW. Sanata

Dharma

15 Juni 2017 Rapport dengan Perpustakaan

partisipan DW Paingan

Sanata

Dharma

19 Juni 2017 Wawancara Perpustakaan

partisipan DW Mrican

Sanata

Dharma

1 Juni 2017 Rapport dan Kamar kos

Wawancara Partisipan
51

dengan partisipan P

2 juni 2017 Wawancara 2 atau Kamar kos

memperdalam data Indorman P

19 Agustus Rapport dan

2017 Wawancara dengan

partisipan SP
52

C. Data Demografi Partisipan

Inisial TN DW P SP

Usia 23 22 24 25

Status Lajang Lajang Lajang Lajang

Pendidikan Sarjana SMA SMA Sarjana

terakhir

Pekerjaan Karyawan Mahasiswa Mahasiswa Belum bekerja

D. Gambaran Partisipan

Partisipan yang bersedia berpartisipasi dalam penelitan ini sampai

selesai berjumlah empat orang dengan rentang usia perkembangan masa

dewasa awal. Partisipan ini memiliki pengalaman body shame sebagai

bentuk penilaian diri sendiri dan lingkungan yang diinternalisasi ke

dalam dirinya. Berikut gambaran singkat mengenai partisipan:

1. Partisipan 1

Partisipan pertama berinisial TN. Partisipan merupakan mahasiswa

di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Pada saat wawancara

tatap muka pertama kali partisipan telah lulus sarjana dan menunggu

wisuda. Berdasarkan data yang diperoleh partisipan memiliki

pengalaman dirisak oleh lingkungan sebaya. Awalnya partisipan tidak

mempermasalahkan tentang tubuhnya walaupun ada komentar-


53

komentar dari lingkungan. Partisipan merasa tidak percaya diri jika

lingkungan mengetahui bahwa dirinya tidak sesuai dengan penilaian

lingkungan. Hal ini menyebabkan partisipan pernah berbohong ketika

ditanya ukuran baju agar lingkungan tidak mengetahui ukuran

tubuhnya yang sebenarnya. Partisipan memiliki pengalaman

menghindar ketika akan bertemu dengan orang lain. Tindakan

partisipan ini terjadi karena partisipan berpikir bahwa orang lain yang

akan bertemu dengan dirinya akan menilai partisipan macam-macam

seperti orang lain akan menilai bahwa partisipan jelek atau gendut.

Partisipan melakukan tindakan untuk mengecilkan tubuh secara serius

ketika ada seorang teman KKN cowok yang disukai partisipan yang

mengejek dia gendut dan mengatakan “kalau masih muda aja sudah

segendut ini gimana nanti kalau sudah tua”. Perkataan laki-laki yang

disukai partisipan ini membuat dirinya rutin olahraga dua jam tiap hari

dan mengatur pola makan setelah partisipan selesai KKN. Setelah

partisipan menerima komentar itu, partisipan semakin fokus untuk

memperhatikan tubuhnya (mengobservasi dirinya).

2. Partisipan 2

Partisipan kedua berinisial DW. Partisipan merupakan salah satu

mahasiswa di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Partisipan

menceritakan bahwa dirinya merasa tinggi badannya tidak sesuai

dengan harapannya. Partisipan merasa tidak percaya diri dengan tinggi

badannya. Hal ini terjadi karena partisipan pada masa SD sudah


54

sempat dipuji oleh keluarga dan teman ketika tubuhnya lebih tinggi

dari teman sebayanya. Lingkungan memprediksi bahwa tubuh

partisipan akan semakin tinggi setelah masa pubertas. Akan tetapi,

ketika SMP tinggi badan partisipan tidak bertambah tinggi ketika

teman-teman partisipan masih bertambah tinggi. Sejak saat itu

partisipan tidak percaya diri dengan tubuhnya khususnya tinggi

badannya. Partisipan pernah mengaitkan reaksi orang lain terhadap

dirinya karena menurut partisipan dirinya tidak semenarik orang lain.

Seperti dalam contoh pengalaman yang disampaikan partisipan jika

partisipan dekat dengan seorang cowok tetapi tiba-tiba laki-laki itu

tiba-tiba pergi mungkin karena aku kurang menarik makanya dia

menjauh. Partisipan menceritakan pengalaman tersebut. Partisipan

menilai ketidakpercayaan dirinya akan membuat orang lain

menilainya demikian juga. DW menilai bahwa pikiran atau

penilaiannya pada tubuhnya sama dengan penilaian orang lain.

3. Partisipan 3

Partisipan ketiga berinisial P. Partisipan merupakan salah satu

mahasiswa di universitas swasta di Yogyakarta. Menurut penuturan

partisipan, dirinya merasa malu dengan tubuhnya khususnya pantat

atau pinggul serta payudaranya tidak proporsional dengan tubuhnya.

Partisipan merasa tubuhnya yang demikian membuat dirinya tidak

nyaman dan membuat dirinya menjadi pusat perhatian orang

disekitarnya. Ketidaknyamanan partisipan dimulai ketika partisipan


55

mulai dilihatin oleh cowok-cowok di simpang rumah partisipan. Dan

menurut partisipan cara mereka melihat bukan melihat partisipan

dengan biasa saja tetapi menurut partisipan tatapan mesum. Sejak saat

itu partisipan mulai merasa bahwa ada yang tidak normal pada

tubuhnya dengan usianya saat itu. Setelah itu, partisipan menutupi

tubuhnya dengan menggunakan baju yang longgar dengan harapan

mengalihkan pandangan orang lain dari pinggul dan payudara

partisipan. Setelah peneliti bertanya lebih jauh, ternyata partisipan

memiliki pengalaman ditolak ayahnya ketika lahir. Ketika Ibu

partisipan sedang mengandung partisipan, ayah partisipan

mengharapkan anak yang lahir adalah laki-laki. Ketika melahirkan

ternyata ibu partisipan melahirkan anak perempuan. setelah kelahiran

partisipanpartisipan ayah partisipan memiliki sikap yang berbeda

terhadap partisipan dan kakaknya. Menurut partisipan, dia berperilaku

tomboy karena ingin tampil sebagai anak laki-laki seperti yang

diinginkan ayahnya. Berdasarkan hasil wawancara partisipan

berpendapat bahwa rasa tidak nyaman partisipan akan fisiknya dapat

dipengaruhi oleh penerimaan ayahnya akan partisipan.

4. Partisipan 4

Partisipan keempat berinisial SP. Partisipan merupakan mahasiswa

di salah satu universitas negeri di Yogyakarta. Partisipan merasa

bahwa payudara dan matanya paling tidak dia sukai. Menurut

partisipan tubuhnya sering diejek gendut oleh lingkungannya. Di


56

lingkungan partisipan, khususnya di kampung halamannya, ukuran

tubuh partisipan termasuk dalam kategori besar. Penilaian ini diberikan

orang sekeliling partisipan dan partisipan membandingkan dirinya

dengan orang lain. pada waktu SD partisipan pernah tampil disuatu

lomba menyanyi dengan tidak menggunakan kostum lomba karena

kostum yang disediakan panitia lomba tidak cukup untuk ukuran tubuh

partisipan. Ketika SMA partisipan juga sempat mengalami masa tidak

percaya diri di bagian akademik juga. Selain penilaian diri partisipan

terhadap tubuhnya, saat SMA partisipan juga sempat mengalami

ketidakpercayaan diri mengenai akademik. Partisipan minder dan

menutup diri ketika SMA. Pengalaman ini dialami partisipan terjadi

berulang sampai partisipan kuliah. Kondisi ini membuat partisipan

sempat merasa minder dan berusaha melakukan usaha untuk

mengurangi berat badan. Ketika kuliah, partisipan yang mengalami

perbedaan perlakuan dari lingkungan pernah mengalami masa

gangguan makan, yang berdasarkan keterangan partisipan, peneliti

mengategorikan gejala yang muncul sebagai tahapan bulimia.

Partisipan merasa bersalah setelah makan banyak menurut penilaian

partisipan kemudian berusaha mengeluarkan kembali makanan yang

dimakan. Partisipan sempat menutup diri dari lingkungan agar

partisipan tidak diajak keluar oleh temannya. Proses itu berlangsung

cukup lama sampai akhirnya partisipan berhasil tidak terlalu

mempermasalahkan tubuhnya dan lebih menerima tubuhnya.


57

E. Hasil Penelitian

Berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara keempat

partisipan memiliki pengalaman body shame. Body shame merupakan

penilaian yang dilakukan individu bahwa tubuhnya yang memunculkan

rasa malu karena penilaiannya tidak sesuai dengan standar lingkungan

untuk segala aspek dalam tubuhnya. Data keempat partisipan

menunjukkan bahwa proses dialami terkait body shame memang

dipengaruhi lingkungan dan melalui tahap yang hampir sama. Pada

awalnya keempat partisipan mengalami olokan atau ejekan dari

lingkungan. Berdasarkan cerita keempat partisipan ada yang mencoba

biasa aja dengan komentar baik bercanda atau serius dari lingkungan.

Namun kemudian partisipan mulai memikirkan penilaian yang diberikan

lingkungan terhadap dirinya. Selain itu, ada pula yang memang merasa

tidak nyaman ketika mendapatkan komentar yang dianggap negatif oleh

partisipan. Berikut akan dijelaskan lebih lengkap mengenai dinamika

yang dialami tiap individu terkait pengalaman body shame yang dialami.

1. Penilaian partisipan terhadap tubuhnya dan standar yang mereka

anggap ideal untuk dirinya.

Keempat partisipan memiliki kriteria tertentu untuk tubuh yang

dianggap ideal untuk dimiliki. Berdasarkan hasil wawancara keempat

partisipan memang terbukti memiliki pengalaman malu pada

tubuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dibahas
58

peneliti. Berikut akan dipaparkan bagian tubuh partisipan yang

membuat mereka merasa body shame:

a. Partisipan TN menuturkan bahwa tidak ada satu bagian tubuh yang

disukainya. TN merasa semua tubuhnya gendut sehingga tidak ada

bagian tubuh yang menarik. TN semakin merasa tidak nyaman

terhadap tubuhnya ketika diejek oleh temannya yang mengatakan

bahwa pahanya besar sekali. Pernyataan ini tampak pada

wawancara dengan TN.

“Jadi bagian tubuh yang aku suka sebelum diet itu, apa ya,
kayaknya enggak ada deh, aku gak terlalu mikirin ini sih,
maksudnya bagian tubuh yang aku suka gak ada biasa aja sih,
soalnya waktu itu gendut semua gitu (tertawa) tapi bukan
karena aku gendut tapi memang biarin gak gak sampe
kepikiran bagian tubuh yang aku suka jadi, sebelum aku diet
itu ga ada bagian tubuh yang aku suka.Terus yang aku ga
suka juga ga ada juga sebenarnya, ada sih yang aku gak suka
itu paha, jadi kenapa paha soalnya, nanti kalau aku duduk itu
jadi besar banget.” (TN, 3-13)

Menurut partisipan tubuh yang ideal itu adalah tubuh yang kecil.

Kecil disini diartikan berdasarkan cerita partisipan antara lain paha

kecil dan ada jarak diantara kedua paha sehingga ketika duduk

ukuran paha tidak terlihat besar. Selain itu TN mengatakan bahwa

yang ideal itu tidak ada lipatan pada bagian perut jadi perut rata

ketika duduk atau berdiri.

“Nah, itu tu dulu aku pernah diledekin sama temenku “Ih,


Besar baget” Jadi waktu kita duduk bareng sebelahan, nah
dia itu kecil banget dan itu bedanya bisa jauh banget sama
kakiku.Terus sejak saat itu aku jadi malu, nah kalau misalnya
duduk dekat banyak orang malu gitu sih soalnya pahaku gede
banget.” (TN, 15-21)
59

TN menilai bahwa lingkungan tidak akan menyebut orang gendut

cantik. Hal ini terlihat pada cuplikan wawancara:

“Soalnya aku dulu kek lihat temen-temenku itu kuliah tambah


cantik tapi kok aku malah tambah gendut itu loh.” (TN, 300-
302)

“Sebenarnya Afriyani juga ga jelek tapi aku tahu apa yang


mereka pikirkan, tau ga sih mereka juga ga mungkin
menganggap Afriyani itu cantik bagi cowok-cowok.” (TN,
364-367)
Menurut TN juga berat badan 70 kg sebelum dia melakukan diet

sudah obesitas untuk ukuran berat badan perempuan.

b. Partisipan DW mengatakan bahwa mata adalah bagian tubuh yang

paling dia sukai. Menurutnya dan menurut penilaian lingkungan

matanya ikut mengekspresikan senyuman ketika tersenyum dan

mata merupakan bagian tubuh yang tidak ikut menggendut ketika

bagian tubuh lainnya menggendut. Sedangkan bagian tubuh yang

paling tidak disukai DW adalah pipi. Hal ini disebabkan karena

pipi DW yang pertama kali terlihat menggendut jika dirinya

mengalami kenaikan berat badan.

“Hmmm apa ya? Hahaha (tertawa) bagian tubuh yang paling


disukai…. Hahahaha wah susah, yang paling disukai mata.
Hehehe Itu bisa dijelasin gak kenapa? Soalnya eee katanya
kalau aku senyum mataku ikut senyum hehehe Iya sih ada
juga yang gitu jadi katanya itu dari mata terpancar berbinar-
binar gitu. Terus juga kalau mata kan bentuknya segitu segitu
aja gak akan ikut gendut ga akan ikut kurus (sambil
tertawa).
3
Kalau yang paling kamu gak suka ada gak? Yang paling aku
gak suka, hmmmm apa ya? Pipi kali ya. Kenapa itu? Soalnya
pipiku aneh kalau misalnya tembem itu tembemnya itu ke
samping jadi lebar banget itu loh kayaknya. Jadinya ada kan
orang yang tembemnya itu di sebelah sini (nunjuk pipi bagian
atas). Jadi kalau aku misalnya nambah dan yang paling
cepet,
60

kalau misalnya berat badanku nambah yang paling cepat


nambah itu pipiku daripada yang lain. Jadi keliatan
banget.”(DW, 18-44)
DW merasa bahwa tubuhnya tidak proporsional untuk berat

badan dan tinggi badannya. Menurut DW berat badannya masih

belum sesuai untuk tinggi badannya. Menurutnya masih terlalu

gendut meskipun jika dihitung menggunakan BMI tubuh DW

dalam kategori normal.

“kalau misalnya aku gabung sama mereka pasti kerasa banget


lah, gak proporsionalnya badanku eee gak idealnya.Gimana
orang-orang melihat bentuk badan yang ideal kalau misalnya
dilihat bentuk tubuhnya mereka sama dilihat bentuk badanku
pasti beda banget itu kan.” (DW, 82-90)

“jadi lebih bandinginnya bandinginnya ke lebih ke eee ke berat


badannya temen-temen yang lain bukan ke BMI ku
sendiri.Kalau misalnya lihat ke BMIku sendiri sih enggak yang
overweight atau yang gimana sih. Enggak maksudnya udah
cukup normal kalau untuk diriku sendiri, cuma lebih concern-
nya ke orang lain.” (DW, 259-264)

DW dalam wawancara tidak menyebutkan secara langsung

bagaimana kriteria tubuh ideal menurutnya. Hanya dapat

disimpulkan peneliti bahwa DW menginginkan tubuh yang lebih

tinggi dengan berat badan seperti berat badannya.

c. P menceritakan bahwa tubuhnya tidak proporsional. Bagian tubuh

yang tidak proporsional itu adalah pantat dan payudara. Menurut P

pantat dan payudaranya dikategorikan besar untuk ukuran

tubuhnya. P menilai ukuran itu terlalu besar untuk usianya SMP.


61

“Bagian tubuh yang paling ga aku sukai itu pantat.Soalnya


pantatku itu besar banget dibanding bagian tubuh yang lain.”
(P, 10-13)
“ya kayak pantatku ini salah banget gitu padahal kan menurut
temenku pantatku ini biasa aja.” (P, 17-20)
Menurut P kriteria tubuh yang ideal adalah yang ukuran

pantat dan payudaranya proporsional dengan ukuran tubuhnya. P

berusaha menutupi ukuran payudara atau pantatnya agar tidak

terlihat dengan menggunakan pakaian yang longgar. Berdasarkan

hasil wawancara P juga merasa hal yang berhubungan dengan

perempuan membuatnya merasa repot. (dalam hal ini peneliti

melihat bahwa ada indikasi bahwa Partisipan P menolak dirinya

sebagai perempuan).

“mereka cuma bilang “dak papo daripada kawanan dengan


betino-betino ujung-ujungnyo belago terus mendeng kawanan
dengan lanang tapi bae idak galak nakal” (gak apa-apa
daripada temanan dengan cewek-cewek ujung-ujungnya
berantem terus mendingan temenan dengan cowok tapi baik gak
mau nakal) gitu hehe trus aku pikir bener juga sih dari pada
capek sendiri mendingan ngejauh dari yang ribet.” (P, 277-288)

Partisipan merasa bahwa perempuan, yang notabene dirinya

juga perempuan, dianggap ribet.

d. SP mengatakan bahwa dia menyukai rambutnya karena banyak

orang memuji dan bisa menutupi wajahnya yang lebar. Rambutnya

yang bergelombang dan panjang dapat membuat wajah persegi dan

lebarnya tidak terlalu kelihatan.

“Karena banyak orang yang memuji. Ada yang lain gak


alasannya? Karena itu bisa menutupi mukaku yang lebar.
62

Hmmmm Kan mukaku lebar dan persegi dan kalau kriting dan
panjang bergelombang itu memberi efek mukaku itu enggak
terlalu kelihatan persegi dan lebarnya.” (SP, 3-9)

SP menilai tubuhnya besar dan beberapa kali mendapatkan

penilaian gendut dari lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara,

peneliti menemukan bahwa SP merasa bahwa tidak ada yang bisa

diandalkan dari tubuhnya selain akademiknya. SP masih

berprestasi sampai kelas 3 SMP, kemudian ketika masuk ke SMA

akademik dan fisik SP tidak ada yang bisa diandalkan menurut SP.

Pada saat masuk SMA, SP merasa tidak ada hal yang bisa

diandalkan dari dirinya. Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan

berdasarkan hasil wawancara SP tidak menyukai seluruh tubuhnya.

“dari SD smpe SMP itu aku tidak pernah depresi karena aku itu
selalu unggul dimasalah akademik, nah masuklah aku SMA je
jejeng aku itu kayak merasa aku paling bodok diantara semua,
jadi kayak kompetisinya itu kayak beda level. Dan aku aku tidak
punya senjata lagi untuk menutupi badanku yang tidak
menurutku tidak sesuai dengan ekspektasiku dan ekspektasi
lingkungan. Makanya itu semakin terpuruknya startnya di SMA
menurutku. Karena tiap bulan itu aku aku harus berjuang untuk
supaya merahku sedikit karena aku selalu di telpon pokoknya
ga boleh ada panggilan orang tua kesana bla-bla segala
macam. Jadi enggak ada yang mau kuunggulkan, secara fisik
juga enggak akademik juga enggak.” (SP, 421-436)

SP terlalu memperhatikan komentar orang lain tentang

tubuhnya dan menganggap penilaian orang lain tepat. Kriteria ideal

yang diharapkan SP antara lain memiliki tubuh yang dinilai kecil

oleh lingkungan tempat tinggal SP seperti sepupu dan teman-

temannya di tempat tinggalnya.


63

Keempat partisipan menentukan kriteria penilaian ideal

berdasarkan pengaruh lingkungan, baik komentar tiap individu

terhadap tubuh partisipan maupun menyesuaikan dengan standar ideal

yang sedang berlaku di masyarakat serta apa yang ditampilkan media.

2. Pengalaman sebelum menyadari malu.

Keempat partisipan (TN, DW, P, SP) memiliki waktu yang

berbeda-beda ketika menyadari bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan

lingkungan dan menilai tubuhnya memalukan. Standar yang ada di

lingkungan memberikan pengaruh pada partisipan. SP mulai merasa

tidak nyaman dengan tubuh ketika lingkungan memberikan komentar

bahwa dirinya gendut kelas 3 SD. Pada saat itu SP makan lima kali

sehari dan tetangga menyebutnya dengan panggilan “ si gumbal”

sebutan gendut (yang merupakan bahasa sehari-hari di lingkungan

orang batak) karena hal tersebut. Ini tampak pada wawancara

partisipan:

“Jadi dulu itu aku diejekin si gumbal “ih si Gumbal ini apa enggak
makin lebar badannya makan aja kerjanya.” Si gumbal itu apa
artinya? Sama kayak gendut, gempal-gempal.” (SP, 399-401)

Pada awalnya partisipan belum memperhatikan penilaian

ataupun komentar dari lingkungannya karena ketika SD, SP memiliki

prestasi di bidang akademik, SP selalu meraih juara di lingkungannya

sampai kelas 3 SD dan orang tua SP juga tidak komplain sehingga SP

tidak terlalu memikirkannya.


64

“jadi karena nilaiku baik terus jadi orang tuaku enggak pernah
komplain. Mulai dari kelas satu SD aku selalu dapat juara dan
lingkunganku juga gak komplain secara blakblakan karena ada
yang menutupi gitu loh. Selalu dikenal orang kan dia dapat juara
jadi kayak bisa dimaafkan untuk hal-hal lainnya meskipun
tetanggaku suka ngejek tapi aku enggak terlalu peduli sampai
kelas tiga SD.” (SP,411-419).

Pada partisipan DW dan P mereka mulai memperhatikan

penilaian orang lain dan melihat tubuh ketika masa ada perubahan di

tubuhnya. P merasa perubahan di tubuhnya tidak sesuai dengan

usianya saat itu sedangkan DW merasa perubahan tinggi badannya

berhenti dan tidak bertambah lagi. Pengalaman dua partisipan yang

bertolak belakang ini sama-sama membuat mereka merasa tubuhnya

memalukan dan membuat mereka tidak percaya diri.

P memang sejak kecil sudah terbiasa bermain dengan laki-laki

dan sering melakukan aktivitas bermain dengan laki-laki mungkin

ketika ada perubahan pada tubuhnya membuatnya tidak nyaman.

Berdasarkan cerita P perasaan tidak nyaman ini semakin diperhatikan

ketika ada yang mengomentari bahwa payudara P besar untuk anak

yang masih SMP. Tampak dalam wawancara P berikut:

“Kalo gak salah waktu SMP kelas 1 kalo gak kelas 2 aduhhh lupa
kelas berapa pokoknya sekitar kelas segitu deh waktu sore-sore nih
kan aku main sepeda keliling lingkungan tempatku tinggal nah aku
lewat depan cowok-cowok yang sering mangkal di simpang.. oh iya
aku juga gak terlalu suka dengan payudaraku. Jadi waktu aku
lewat itu mereka liatin aku gitu trus ngeliatnya itu kayak mesum
banget trus mereka ngomong “ih masih SMP aja teteknya udah
besak nian” nah dari situ aku ngerasa kalo payudara dan pantatku
ini gak normal untuk umuranku.”(P, 42-58)
65

Sejak mendapat komentar dari orang lain seperti itu P mulai

menggunakan jaket untuk menutupi payudaranya yang dinilai besar

olehnya dan oleh orang lain. Selain itu, P menggunakan baju yang

lebih besar, tidak mau menggunakan bra berbusa dan P juga berjalan

membungkuk untuk berusaha menutupi payudaranya walaupun dia

menyadari bahwa payudaranya tetap kelihatan.

“Ya gimana yah namanya juga baru kelas 1 atau kelas 2 SMP ya
jadi ya habis diomongin kayak gitu ya aku kayak mulai pake baju
yang lebih gede dari biasa aku pake buat nutupin payudaraku. Aku
juga gak mau pake bra yang ada busanya karna menurutku make
bra yang ada busanya itu bukan buat aku tambah pede tapi buat
aku malu karna payudaraku jadi tambah gede.Trus aku tu jadi
cenderung bungkuk untuk nutupin payudaraku ini” (P, 90-102)

Partisipan DW ketika dia kelas 6 SD sempat dipuji keluarga

akan tumbuh tinggi seperti postur tubuh bapaknya karena tubuh DW

saat SD bongsor jadi diprediksi masih akan bertambah ketika SMP.

“Kalau orang tua ga pernah ini sih, cuma ya paling kek gitu aja
kalau lagi ngobrol-ngobrol keluarga. Dulu kan waktu SD badanku
itu agak bongsor kalau dibandingin sama yang lain. orang-orang
kalau pas waktu SD udah bilang “Oh nanti ini pasti tinggi.” Jadi
gini, soalnya bapakku kan tinggi ibuku yang kecil. Nah orang-
orang itu udah ikut bapaknya ini ikut bapaknya. Cuma pas mulai
SMP sampe sekarang ini paling keluarga juga jadi bercandain
gitu, “Gimana nih kok gak tambah, tambah tinggi lagi tinggi lagi.
Jadi kayak komentar yang kayak suruh apa gitu sih enggak. Cuma
karena juga concernnya karena akunya yang agak ga PD jadi
mereka dari dulu juga sempat yang bantu aku yang beli
suplemenlah, peninggi badan, terus susu, terus sempat dibeliin alat
olahraga buat ninggiin badan juga.” (DW, 117-139)

Partisipan TN tinggal bersama dengan orang tua sampai

sekarang. Orang tua partisipan tidak memberikan komentar apapun

tentang tubuh partisipan dan tidak mempermasalahkan tubuh


66

partisipan. Kemudian TN menilai bahwa tidak ada bagian tubuh yang

disukainya. Meskipun dalam perkataannya TN ini terjadi karena dia

tidak terlalu memikirkan. Hal ini terlihat dari ucapan TN dalam

wawancara:

“..apa ya, kayaknya enggak ada deh, aku gak terlalu mikirin ini
sih, maksudnya bagian tubuh yang aku suka gak ada biasa aja
sih, soalnya waktu itu gendut semua gitu (tertawa) tapi bukan
karena aku gendut tapi memang biarin gak gak sampe kepikiran
bagian tubuh yang aku suka jadi, sebelum aku diet itu ga ada
bagian tubuh yang aku suka. (baris 4-12 Partisipan TN).

Partisipan memiliki pengalaman diejek oleh teman sebaya

ketika SD, partisipan diberi julukan gajah. Akan tetapi, saat itu TN

masih belum terlalu memusingkan pendapat orang lain. Menurut TN

sebelum fokus tentang tubuh, selama tubuhnya tidak merugikan orang

lain itu tidak apa-apa. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang

menunjukkan:

“Kalau dulu itu, aku gak terlalu ambil pusing itu loh, jadi waktu
gendut itu aku itu ngerasa biasa aja. Banyak orang yang udah
kayak ngasih masukan gitu lo Tut. Kamu mbok diet.Gitu
blablabla gitu. Tapi aku kayak, ya aku suka makan gitu lo jadi
aku merasa itu bukan menjadi satu hal yang perlu aku
perhatikan itu loh, gitu waktu itu. Kayak ya udah aku gendut
gapapa toh gendutku tidak merugikan orang lain.Kekgitu kan,
jadi. Terus dari orang tuaku sendiri mereka gak pernah
mempermasalahkan itu lo Tut. Kalau aku gendut Ya kamu
gendut juga gapapa toh gendut juga ga salah gitu. Makanya
aku dulu, dulu merasanya kayak biasa aja.” (baris 57-72,
partisipan TN).

TN mencoba menganggap bahwa tubuhnya biasa saja

walaupun sebenarnya TN merasa malu dengan tubuhnya sejak lama.

Partisipan TN memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan terkait


67

penilaian tubuh yang menyebabkannya mengalami body shame.

Walaupun pada awalnya partisipan belum terlalu memedulikannya

ternyata hal itu sudah mengganggu partisipan. Pengalaman TN terkait

tubuhnya sebenarnya sudah mulai berawal ketika partisipan masih SD.

Hanya saja ketika partisipan masih SD dirinya masih belum

memperhatikan ejekan yang diberikan lingkungan padanya (dalam hal

ini teman sebaya). Pengalaman selanjutnya yang dialami TN ketika

TN pernah diejek oleh kakak kelasnya ketika duduk dibangku SMA.

“Jadi kayak mereka itu sukanya ngejekin aku gitu lho, enggak
ngejek tapi mereka kalau sama yang cantik baik banget,
perlakuannya beda. Jadi waktu itu aku tambah ga pede sih. Jadi
kayak mereka itu sukanya ngejekin aku gitu lho, enggak ngejek
tapi mereka kalau sama yang cantik baik banget, perlakuannya
beda. Jadi waktu itu aku tambah ga pede sih” (TN, 305-309)

Hal itu sudah membuat TN merasa tidak nyaman dengan

tubuhnya. Pengalaman keempat partisipan merupakan pengalaman

awal mereka merasa tidak nyaman dengan tubuhnya dan sejak

memiliki pengalaman tersebut keempat partisipan semakin

memperhatikan tubuhnya dan lebih mudah cemas ketika menghadapi

komentar orang lain ataupun pandangan orang lain tentang tubuhnya

walaupun sebenarnya segala yang dicemaskan belum tentu terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian kejadian yang dialami partisipan

merupakan tahapan awal bagaimana lingkungan memberikan

penilaian dan sejak saat itu partisipan mulai menerima bahwa

penilaian itu menggambarkan diri partisipan (partisipan melakukan


68

internalisasi pandangan lingkungan) dan keempat partisipan sudah

melakukannya.

Pengalaman internalisasi yang dialami keempat partisipan

menunjukkan mereka mengalami proses body shame. Perempuan

lebih mudah mengalami internalisasi karena lingkungan.

3. Pengalaman setelah merasa malu

Pengalaman yang dialami keempat partisipan sebelumnya

membuat mereka semakin memperhatikan tubuhnya setelah itu dan

lebih mudah khawatir tentang tubuhnya.

Partisipan TN, SP dan P memiliki pengalaman perilaku

menghindar ketika membahas tentang tubuhnya. Perilaku menghindar

ini terjadi setelah ketiga partisipan menerima penilaian dari

lingkungan tentang tubuhnya. Partisipan TN pernah menghindar dari

teman ketika dia merasa temannya akan menilai negatif tentang

tubuhnya. SP pernah tidak bersedia jika dimintai ibunya pergi ke

warung karena tidak ingin bertemu dengan laki-laki yang senang

memberi “catcall” ketika SP lewat dan SP menghindari cermin karena

dia tidak menyukai tubuhnya ketika SP duduk di bangku SMA dan

menurutnya saat itu kemampuan akademik dan tampilan fisiknya

jelek. P tidak mau pergi ke warung karena jika ke warung akan

melewati gerombolan laki-laki yang mengejeknya ketika SMP. Ketiga


69

reaksi partisipan ini terjadi karena penilaian mereka sedang merasa

malu dengan tubuhnya.

Pengalaman menghindari orang lain terjadi beberapa kali pada

partisipan TN. Perilaku menghindarnya ini dilakukan hanya karena

dirinya khawatir bagaimana penilaian orang lain ketika melihat

tubuhnya. Pengalaman body shame membuat TN berprasangka negatif

tentang penilaian orang lain akan dirinya. Padahal kekhawatiran itu

belum tentu terjadi. Pengalaman itu terlihat dari kutipan wawancara

sebagai berikut:

“Enggak sih sebenarnya ketemunya bukan yang gimana ya, jadi


dia tahu aku lewat medsos, jadi nanti misalnya di suatu acara
kita itu ketemu, nah itu nanti pasti aku sembunyi-sembunyi gitu
loh” (TN, 242-245)

“Terus aku itu pernah sampai takut ketemu mantanku, soalnya


udah gendut banget kan pas kuliah, jadi kalau mau ketemu
(lanjutan kalimat terhenti) jadi pernah waktu ada pensi aku jadi
bagian ticketing kan, pensi komunikasi aku jadi ticketing trus
kayak ada gerombolan gitu, gerombolan mantanku, aku ga tahu
dia ada atau enggak, tapi aku udah langsung sembunyi dibawah
kursi gitu soalnya aku ga mau ketemu.Ga tahu kenapa kayak ga
pede gitu loh. Apa sih dia kayak lihat aku sekarang itu kayak,
dia merasa bersyukurlah dulu putusin aku.” (baris 312-325,
partisipan TN)
Kalau orang yang jarang ketemu terus ketemu aku gak pede ga
tahu kenapa ga pengen ketemu itu loh Tut.69(baris 239-331,
partisipan TN)
Soalnya aku dulu kek lihat temen-temenku itu kuliah tambah
cantik tapi kok aku malah tambah gendut itu loh. (baris 377-
379)

Partisipan P dan SP menghindari pergi keluar rumah karena di

lingkungan tempat tinggalnya, mereka mendapat catcall dan itu

membuat mereka tidak nyaman. Orang yang melakukan catcall


70

menekankan pada payudara mereka dan mereka tidak nyaman dengan

perlakuan tersebut sehingga mereka menghindari berpapasan dengan

orang-orang tersebut. Pengalaman menghindar SP juga terjadi pada

saat dirinya sedang duduk di SMA. Pada kondisi ini SP terlihat

menolak dirinya secara fisik dan menghindari cermin. SP berkata pada

dirinya bahwa yang tampak di cermin saat itu bukanlah dirinya dan

saat itu SP berusaha mengalihkan perhatiannya dengan cara

melakukan hal lain seperti mengerjakan soal-soal latihan pelajaran

sekolah.

“Nampak kalau mau pergi ke sekolah tapi aku enggak pernah


betah lama kok ngelihat, jadi ini bukan aku kok santai yang
kayak gitu loh. Terus aku sekolah saat itu aku coba untuk
enggak fokus sama badanku dan tidak mengakui itu badanku,
jadi aku cuma yaudah pokoknya aku belajar yang benar hanya
itu aja, enggak ada yang bisa diandalin lainnya pikirku.

Pengalaman menghindar P juga terjadi ketika mama P

memintanya untuk pergi ke warung dan P menolak dengan alasan

tidak mau bertemu orang-orang yang sudah memberikannya catcall.

Hal ini tampak pada wawancara:

“Selain itu aku juga gak pernah mau kalo disuruh ke warung
sama mama tapi sendirian kan warungnya itu di simpang jadi
aku pikir kalo aku pergi ke warung sendirian dan ketemu orang-
orang yang udah ngejek-ngejek aku kemaren kan males banget
ya… Jadi mending aku gak usah ke warung aja.” (P, 220-228)

Pengalaman menghindar yang dilakukan oleh tiga partisipan

(TN, SP, P) dilakukan karena mereka berpikir bahwa itu merupakan

salah satu cara agar tidak mendapatkan penolakan.


71

Setelah mendapatkan komentar dari lingkungan bahwa tubuh

partisipan tidak sesuai dengan standar lingkungan partisipan TN, P, SP

dan DW menerima penilaian tersebut (menginternalisasi). Proses ini

mengarahkan partisipan melakukan pengamatan lebih terhadap

tubuhnya. Padahal melakukan pengamatan lebih pada tubuh dapat

menyebabkan semakin meningkatnya rasa cemas dan malu

perempuan tentang tubuhnya (Tiggeman & Lynch, 2001). Kecemasan

dan rasa malu yang dialami partisipan menyebabkan mereka lebih

berhati-hati agar tidak mengalami penolakan dari lingkungan.

Keputusan berhati-hati ini akan membuat partisipan sensitif terhadap

penolakan dan berusaha mengikuti standar sesuai lingkungan dan jika

ini dilakukan dapat akan meningkatkan pengalaman body shame yang

dialami partisipan.

Untuk mengurangi kecemasan dan malu akan penilaian orang

lain tentang tubuhnya, partisipan meningkatkan kepekaan terhadap

penolakan. Kepekaan terhadap penolakan terjadi karena keempat

partisipan memiliki pengalaman ditolak lingkungan. Kepekaan

terhadap penolakan ini sudah menyebabkan body shamepartisipan

meningkat. Berikut peneliti akan menyajikan pengalaman ditolak

keempat partisipan (SP, DW, P, TN) dan perilaku peka pada

penolakan tiap partisipan.

a. Partisipan SP bercerita bahwa sejak anak-anak SP senang

apabila dia bisa tampil di depan umum. Pengalaman pertama


72

partisipan SP ingin tampil di depan umum adalah SP ingin

menjadi pembawa bunga pada acara pernikahan keluarganya.

Keinginan SP ini harus diurungkan ketika lingkungan

menggantikan posisi itu dengan sepupunya yang lain. Menurut

partisipan posisinya berganti karena sepupunya dianggap lebih

cantik. Cantik berdasarkan penilaian partisipan berdasarkan

wawancara adalah perempuan yang badannya kecil.

“Aku sering kali bahkan itu lebih dari tiga kali kuingat
pernikahan siapa pernikahan siapa aku itu udah ganti baju,
udah siap untuk megang bunga ke gereja, tiba-tiba di
cancel dengan alasan aku punya sepupu yang lebih cantik
dari aku.” (SP, 518-522)

Dari kutipan wawancara diatas ditemukan bahwa SP

menunjukkan dia mengalami penolakan yang berulang dari

lingkungan sejak kecil. Hal ini membekas dalam ingatan

partisipan SP dan menyebabkan partisipan menilai bahwa

tubuhnya memalukan.

Pengalaman partisipan pada masa kecil mengawali

pengalaman penolakan yang dialami SP di lingkungannya.

Pengalaman ini terjadi beberapa kali ketika SP anak-anak.

Selanjutnya, SP kelas V SD mengikuti lomba nyanyi yang

diadakan di sekolah lain dan ketika pertandingan sekolah sudah

menyiapkan kostum untuk peserta. Setelah di lokasi ternyata

kostum yang digunakan tidak ada yang muat untuk ukuran


73

tubuh SP. Pengalaman ini membuat partisipan merasa ukuran

tubuhnya tidak normal.

“Jadi waktu itu karena enggak ada baju yang muat jadi aku
pake dinas sendiri. Baju seragam SD sendiri dan aku malu
kali saat itu dan aku kek ukuranku gak normal”. (SP, 213-
217)
Pengalaman ini juga secara tidak langsung menunjukkan

adanya penolakan guru (lingkungan) terhadap SP untuk

mengikuti lomba nyanyi. Setelah itu SP memunyai pengalaman

lain juga ketika SMP kelas dua, dia mengikuti kompetisi paduan

suara sekolah ke tingkat kabupaten dan SP sudah lolos

kualifikasi diawal sebelum memulai latihan. Akan tetapi setelah

berlatih empat bulan, seminggu sebelum pertandingan guru

memutuskan agar SP tidak ikut kompetisi dengan alasan tidak

ada kostum yang cukup untuk ukuran tubuh SP.

“Semester dua ada kompetisi nyanyi, ada kompetisi nyanyi


kan, aku masih ingat waktu itu lagunya anakkonki do
hamoraon di au dan kami itu ke tingkat kabupaten kan. Aku
udah berlatih empat bulan terus udah berlatih empat bulan
blablabla pas seminggu sebelum kami berangkat tiba-tiba
guruku bilang kau enggak usah ikut ya. Dengan alasan
tidak ada kostum yang cukup.” (SP, 272-280)

SP kembali mengalami penolakan untuk kesekian kalinya dari

lingkungannya.

b. Partisipan DW mengikuti ajang pemilihan puteri sekolah ketika

duduk di SMA dan DW memperoleh peringkat satu. Peraturan

awal pemilihan puteri sekolah pemenang akan lanjut ke tingkat


74

berikut apabila ada perlombaan tingkat lanjut. Namun ketika

mengikuti perlombaan di tingkat kabupaten DW tidak

diberitahu kegiatan selanjutnya sebagai perwakilan tanpa

diberi alasan. Ketika DW mengetahui bahwa juara dua dan tiga

sudah mengikuti pelatihan untuk mengikuti perlombaan di

tingkat kabupaten. Pengalaman ini membuat DW merasa telah

ditolak lingkungan.

c. Partisipan P menceritakan bahwa dia mengalami penolakan dari

ayah. Penolakan yang dimaksud oleh partisipan karena

berdasarkan cerita ibu P ayahnya mengharapkan anak laki-laki

ketika ibu mengandung P. Setelah lahir, ayah partisipan kaget

dan memperlakukan P dengan kakaknya berbeda. Berdasarkan

peristiwa ini dapat disimpulkan mungkin respon ayah P

membuatnya tidak secara tidak sadar tidak nyaman dengan

tubuhnya saat ini. Perasaan tidak nyaman tersebut semakin

meningkat sejak P menginjak usia remaja dan mengalami

pubertas.

“Dulu pernah diceritain mama kalo waktu mama hamil aku


itu papa maunya punya anak cowok dan dia udah gak mau
punya anak cewek lagi karna kakakku udah cewek jadi
papa pengennya anak ke dua ini cowok biar sepasang gitu
tapi giliran keluar anaknya cewek hehe jadi rada syok gitu
dapet anak cewek”(P, 298-307)

d. Partisipan TN merasa ditolak ketika dirinya tidak sesuai dengan

apa yang diinginkan lingkungan dengan kata lain partisipan

merasa ditolak jika tidak dapat sama dengan lingkungan. TN


75

senang memperhatikan perkataan orang lain tentang dirinya. TN

pernah melakukan kebohongan demi menyembunyikan ukuran

baju yang sebenarnya dari teman kepanitian ketika partisipan

disuruh menuliskan ukuran bajunya. Kebohongan ini dilakukan

agar dia tidak mendapatkan komentar negatif tentang tubuhnya.

Sebenarnya ini hanya kecemasan TN sendiri bahwa akan

dikomentari negatif akan tubuhnya (agar tidak mendapat

penolakan maka TN menghindari penolakan dengan berbohong.

Kondisi ini membuat lebih peka pada penolakan). Kejadian ini

membuat partisipan merasa sesak/ bajunya kesempitan sewaktu

memakai baju. Hal ini muncul dari wawancara subjek yang

mengatakan:

“Jadi nanti itu pas dipake mletek itu loh, tapi bodo amat
yang penting aku ga bilang kalau aku XL.Jadi aku
seringnya agak berbohong aku bilangnya L padahal
sebenarnya XL (baris 796-800, partisipan TN).

Pengalaman ditolak yang dialami keempat partisipan sudah

menyebabkan mereka lebih peka akan penolakan agar mereka

tidak mendapatkan penolakan lagi (keempat partisipan

menghindari hal yang tidak diinginkan lingkungan agar tidak

mengalami penolakan lagi). Sensitivitas terhadap penolakan ini

memang pada akhirnya meningkatkan body shame keempat

partisipan.

Sensitifitas partisipan pada penolakan membuat keempat

partisipan melakukan sesuatu yang sesuai dengan penilaian


76

lingkungan sehingga tidak menerima penolakan lagi. Keempat

partisipan memiliki cara masing masing untuk mengikuti

penilaian lingkungan atau menghindari penilaian lingkungan

agar tidak ditolak.

Untuk menghindari penolakan dari lingkungan partisipan

TN berusaha untuk mengikuti penilaian lingkungan dalam hal

ini tentang tubuh. Dari hasil penelitian partisipan ada peristiwa

yang menunjukkan bahwa partisipan ingin melakukan

perubahan akan tubuhnya akibat adanya penilaian dari

lingkungan, dalam hal ini teman, tentang tubuhnya yang tidak

sesuai dengan tubuh perempuan muda kebanyakan menurut

penilaian teman (lingkungan). Ini terlihat pada hasil wawancara:

“Itu karena pas KKN itu aku di-bully gitu. Jadi kayak ada
satu orang cowok itu sering banget itu loh kek ngatain
aku gendut.23 Kek kamu besok kalau udah tua kekgimana
coba kalau misalnya sekarang gedenya udah segini? Kek
gitu coba dia bilang (ada penekanan nada)”. (105-111
partisipan TN).

TN mengikuti penilaian ini juga dikarenakan

berdasarkan cerita partisipan, yang memberikan komentar

padanya adalah orang yang disukai TN.

“Bilang kekgitu dan itu aku agak suka itu lo sama dia.” (
TN, 111-113)

Partisipan mengalami proses tidak peduli dengan

penampilan tubuhnya sampai akhirnya setelah ada komentar

dari teman yang disukai itu, partisipan mengikuti tren


77

kecantikan yang diterima dari lingkungan. Hal ini menyebabkan

partisipan lebih memperhatikan tubuhnya. Sehingga partisipan

semakin menilai bahwa tubuhnya tidak sesuai dengan media

atau standar lingkungan mengenai tubuh.

Kemudian pada suatu masa sesuai data dalam wawancara,

khususnya saat kuliah disaat menurut partisipan teman-temannya

semakin cantik sedangkan partisipan bertambah gendut, partisipan

akhirnya menceritakan bahwa partisipan mengikuti standar

lingkungan akan kecantikan. Hal ini tampak pada beberapa jawaban

partisipan dalam data penelitian berikut:

Kayak kamu lihat di IG (Instagram) itu orang-orang yang


punya followers banyak dan jadi selebgram dan jadi influencer
adalah orang-orang yang kayak gitu. 74 Ya terus kita mau gak
mau apa ya menyamakan standar kita, gak menyamakan sih eh
secara sadar ga sadar kek standarnya tu kek gini iya ga sih, oh
standar cewek cantik itu rambutnya kek gini, ini ,misalnya kita
kekgitu.(baris 357-366, partisipan TN)

Partisipan TN menunjukkan bahwa TN pernah mengalami penolakan

lingkungan.

Partisipan P dan SP pernah melakukan sesuatu agar mereka

tidak ditolak oleh lingkungan. Berdasarkan hasil wawancara mereka

berdua cenderung menghindari penilaian lingkungan tentang

tubuhnya. Hal tersebut dilakukan dengan cara P dan SP berjalan

membungkuk untuk menutupi tubuh mereka yang pernah mendapat

catcall dari lingkungan. Selain itu P pernah menggunakan pakaian

yang longgar dan memakai jaket juga untuk menutupi tubuhnya agar
78

tidak menerima penilaian dari orang lain. SP memiliki pengalaman

menolak seolah-olah tubuhnya saat SMA bukanlah tubuhnya yang

sebenarnya dan mengalihkan perhatian dengan aktivitas lain seperti

bahas soal mata pelajaran. Pengalaman seperti ini juga terjadi kembali

ketika SP sedang kuliah dan merasa berada di titik terendah, SP

menutup diri dan mengurung diri di kos agar tidak bertemu dengan

orang lain. SP dan P memilih melakukan perilaku menghindar agar

tubuhnya tidak dijadikan obyek penilaian dari lingkungan orang yang

menolaknya.

P mengalami penolakan dari ayah dan mengalami diskriminasi

perlakuan dari ayahnya. Hal ini diprediksi menyebabkan partisipan

merasa tidak nyaman dengan tubuhnya. Selain itu, P lebih menyukai

permainan anak laki-laki sejak kecil dan ini berlangsung cukup lama

sampai P beranjak remaja.

Selanjutnya untuk SP, pengalamannya masih terus berlangsung

berkaitan dengan penilaian tubuh. Ketika kuliah dan mengalami masa-

masa merasa tidak dapat mengandalkan tubuhnya, SP masih dapat

menangani akademik ketika mulai kuliah karena dia masih sering

memimpin dalam setiap diskusi di kampus. Ketika memasuki masa

pembagian jurusan dan teman-temannya mulai mempertimbangkan

soal penampilan dalam perkuliahan SP kembali lagi cemas dengan

kondisi tubuhnya dan merasa bahwa tidak cukup hanya mengandalkan

akademik.
79

4. Dampak pengalaman penolakan yang dialami partisipan


Partisipan penelitian mengalami distorsi kognitif sehingga

mengalami body shame. Distorsi kognitif yang dialami keempat

partisipan menjadi penyebab partisipan mengalami body shame.

Distorsi kognitif yang dialami partisipan karena menyebabkan mereka

memiliki kecenderungan memikirkan berlebihan sesuatu yang belum

terjadi. Distorsi kognitif yang dialami keempat partisipan akan

dipaparkan berikut ini :

Tn mengalami distorsi kesalahan peramal : tampak dari cerita

soal dia memikirkan bahwa orang lain akan mengatakan bahwa dia

gendut. Dw mengalami distorsi kognitif membaca pikiran. Tampak

pada bagian wawancara yang menunjukkan dia menjauhiku karena

aku tidak semenarik si x.

“Aku jadi lebih sering kayak ngait-ngaitin itu loh, misalnya


kalok eeee misalnya berkaitan sama attentionnya temen-temen,
apalagi yang lawan jenis ke aku. Itu aku pasti kaitin apa karena
badanku jelek ya atau gara-gara ini, kalau misalnya mereka
lebih perhatian sama temenku yang lain yang aku rasa
badannya lebih bagus atau secara fisik lebih dari aku, pasti aku
sering mengait ngaitin pikiranku kesana gitu, lebih kurang
percaya diri juga kadang, itu sih gimana orang lain
melihatku.”(DW, 288-300)
Untuk partisipan DW, TN mereka sering membayangkan

sesuatu sebagai respon atau penilaian orang lain terhadap tubuh

mereka atau apapun yang mereka lakukan. Mereka sering mengira-

ngira penilaian orang lain terhadap dirinya, yang sebenarnya hanya


80

wujud dari kecemasan mereka ditolak. Pengalaman sensitif terhadap

penolakan yang dilakukan oleh TN tampak dari perilaku. TN

membatasi diri untuk bertemu dengan orang yang dikenalnya melalui

sosial media karena dia berpikir nanti mereka akan memikirkan

macam-macam tentang dirinya. Pikiran ini hanya sebatas ketakutan

mereka akan penolakan dari lingkungan. Padahal berdasarkan

pengalaman partisipan ketakutannya tidak terbukti ketika dia bertemu

orang tersebut. Berikut kutipan wawancara dengan TN:

“tau gak sih kek orang yang pernah aku temui di dunia nyata
misalnya: dia cuma kenal aku di medsos gitu ya, terus kadang
aku kalau di medsos gitu fotonya foto genic gitu kan, terus kalau
mau ketemu aslinya. E apa namanya, aku itu selalu mikir eh
ternyata ini gendut banget ya, jadi aku sering kayak ga mau
ketemu.” (TN, 195-201)
“Kalau orang yang jarang ketemu terus ketemu aku gak pede
ga tahu kenapa ga pengen ketemu itu loh Tut. Aku mikirnya dia
kayak bakal mikir macam-macam, ini kok gendut banget ya
blablabla.. (tertawa) hahaha problematika anak muda.” (TN,
262-267)
TN menceritakan bahwa ketakutannya belum pernah terjadi

hanya saja dia sudah cemas dengan penilaian orang lain akan dirinya.

Partisipan DW juga mengalami reaksi terhadap pengalaman yang

sama dengan TN. DW juga sering berpikiran orang lain menjauhinya

atau tidak akrab dengannya karena orang lain dianggap menilai ada

yang tidak menarik terhadap dirinya. Dampak yang dialami P karena

mengalami body shame tidak percaya diri akan tubuhnya. P merasa

tubuhnya buruk dan P menganggap hal ini terjadi karena ketika lahir

dengan jenis kelamin perempuan P mengalami penolakan dari


81

ayahnya yang menginginkan anak laki-laki. Penolakan yang dialami

Partisipan P menyebabkan partisipan mengalami body shame. Hal ini

tampak dari pernyataan partisipan P dalam wawancara.

“Dulu pernah diceritain mama kalo waktu mama hamil aku itu
papa maunya punya anak cowok dan dia udah gak mau punya
anak cewek lagi karna kakakku udah cewek jadi papa
pengennya anak ke dua ini cowok biar sepasang gitu tapi
giliran keluar anaknya cewek hehe jadi rada syok gitu dapet
anak cewek. Habis udah gede e akunya jadi punya sifat kayak
cowok. Dulu waktu kecil aku sering banget main dengan cowok
sampe-sampe aku punya semua mainan cowok dari mulai
gambaran, kelereng, gangsing yang dari bola golf itu aku punya
dan kalo aku udah main itu aku menangan.” (P, 298-316)
P mengalami distorsi kognitif berupa membaca pikiran.

Pernyataan distorsi ini tampak pada bagian wawancara dengan

partisipan P.

“…dulu waktu aku kecil trus mama hamil lagi dan aku jadi
kayak kurang kasih sayang… dan aku jadinya ngintil mbakku
main kemanapun dia pergi tapi aku tu sering diusirin dengan
mbakku itu sampe mama tu kadang ngerasa kasian.. Aku juga
waktu kecil udah gak mau nyusu sama mama lagi karna
mungkin dulu udah ngerasa bakalan punya saingan makanya
aku jadi gak suka nyusu ataupun minum susu dan akhirnya
gigiku jadi caries kayak gini

Terus pas adikmu lahir emangnya kamu beneran merasa apa


yang udah kamu prediksi ya? Ya yang kamu takut merasa
kurang disayang tadi..
P : gak juga sih uhk uhuk uhuk (berbatuk)… cuma yah karna
udah gak deket dengan mama selama mama hamil jadi waktu
udah lahiran juga udah ngerasa aku gak boleh manja-manja
lagi dengan mama karna udah ada adek tapi kalo aku mau sok
tua juga ga bisa karna ada mbak… hufffttt jadi aku ini serba
salah kok hehe (P, 325-353)
SP mengalami dampak psikologis gangguan makan bulimia

ketika kuliah dan mendapat komentar dari dosen favorit SP bahwa


82

dirinya memiliki kemampuan sebagai dampak dari body shame yang

dialaminya. Setelah melewati banyak penilaian dari lingkungan mulai

sebutan gendut, diskriminasi dari lingkungan karena ukuran tubuh

yang berbeda sampai titik puncak SP merasa tubuhnya sangat buruk.

Setiap komentar dari lingkungan diinternalisasikan SP sehingga dia

sempat mengalami simptom-simptom gangguan makan bulimia.

Adapun gejala bulimia sesuai DSM-IV dalam Davison, Neale, Kring

(2004) antara lain:

a. Makan berlebihan secara berulang

Dalam kondisi ini pertama pada episode ini individu makan

sejumlah makanan yang banyak melebihi makanan yang dapat

dimakan orang pada umumnya pada waktu tertentu dan dengan

keadaan yang sama, kedua pada episode ini individu seolah

kurang mampu mengontrol kelebihan makan (apa yang dimakan,

berapa banyak yang dimakan.

b. Pengurasan berulang untuk mencegah bertambahnya berat badan.

c. Simptom-simptom terjadi sekurang-kurangnya 2 kali semingggu

selama sekurang-kurangnya tiga bulan.

d. Penilaian diri sangat tergantung bentuk tubuh dan berat badan

Partisipan SP sudah melakukan tahap mengonsumsi

makanan secara berlebihan atau tetap memaksa memasukkan


83

makanan meskipun pada saat itu SP sudah merasa kenyang.

Pengalaman yang dijelaskan dengan cukup detail oleh SP dalam

wawancara adalah ketika SP sudah makan tetapi SP pergi lagi

untuk membeli makanan sebagai stok. Berdasarkan cerita SP pada

saat itu sudah kenyang dan dia tetap memaksa makanan masuk.

Berdasarkan cerita partisipan dirinya sebenarnya menikmati

mengonsumsi makan tersebut tetapi ada semacam rasa bersalah

karena telah mengonsumsinya sehingga SP berusaha untuk

memuntahkan makanan itu secara paksa. Pengalaman bulimia

partisipan akan ditampilkan sebagai berikut berdasarkan hasil

wawancara dengan partisipan SP:

Pulang dari situ aku mulai merasa yang kayak gangguan yang
gangguan makan, kayak aku makan gorengan terus niatnya beli
dua habis makan aku merasa bersalah. Aku datang lagi ke
warung itu aku beli 10 aku paksa masuk abis itu aku nangis-
nangis aku muntahin ke kamar mandi aku masukin jari. (SP,
849-855)
Iya karena sebenarnya aku udah kenyang tapi kupaksa masuk,
kayak ada kepuasaan kalau berhasil masuk tapi kukeluarkan
lagi. Capek sih apalagi kalau pas ngeluarin gitu, muntahinnya
capek. Bayangin kita muntah karena aroma mobil aja
muntahnya capek luar biasa apalagi muntah yang dipaksa..
Muntah yang perutmu suka gitu sama makanan itu tapi kau
paksa keluar.(SP, 877-885)

SP melakukan gejala bulimia tersebut selama dua semester

sebelum SP mengerjakan skripsi.

“Itu berapa lama kau ngalaminnya? Dua semester” (SP, 885-


886)
84

Hasil penelitian yang telah didapatkan peneliti dari keempat

partisipan menunjukkan bahwa mereka mengalami body shame. keempat

partisipan memiliki kesamaan pengalaman pertama mulai mendapat

penilaian mengenai tubuhnya ketika mereka memasuki masa pubertas.

Ketiga partisipan (TN, SP, dan DW) mendapatkan penilaian tentang tubuh

sebelum pubertas. Tetapi mereka masih belum memberikan perhatian lebih

dengan penilaian tersebut sehingga mereka belum mempermasalahkan

penilaian akan tubuhnya. Partisipan P merasa bahwa ada yang tidak

menyenangkan dari tubuhnya baru setelah dia memasuki masa pubertas.

Partisipan penelitian mengalami body shame karena

partisipanmemiliki pikiran yang membuatnya menilai bahwa ada bagian

dari tubuhnya yang memalukan. Penilaian tubuh yang memalukan

diberikan partisipan karena keempat partisipan merasa bahwa tubuhnya

tidak sesuai dengan penilaian lingkungan.

F. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat partisipan

mengalami body shame. keempat partisipan memiliki penilaian bahwa

tubuhnya memalukan. Partisipan TN pernah menilai bahwa tidak ada

bagian tubuhnya yang menarik. Partisipan SP pernah menilai tubuh dan

kemampuan akademiknya tidak ada satupun yang bisa diandalkan. DW

menilai dirinya pendek dan P merasa bahwa tubuhnya tidak proporsional.


85

Hasil tersebut sesuai dengan pengertian body shame yang merupakan

perasaan malu yang dialami individu berkaitan dengan penilaian terhadap

tubuhnya. Pengalaman body shame yang dialami keempat partisipandalam

penelitian ini merupakan sebuah dinamika psikologis pengalaman tubuh

yang dianggap memalukan.

Hal ini disebabkan karena keempat partisipan mendapatkan

penilaian dari diri sendiri dan penilaian lingkungan akan tubuhnya. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa keempat partisipan menilai tubuhnya

memalukan dipengaruhi oleh penilaian lingkungan. Penilaian lingkungan

yang didapatkan partisipan kemudian diinternalisasi dan menjadi standar

tubuh ideal menurut partisipan. Keempat partisipan menjelaskan

bagaimana penilaian mereka terhadap tubuhnya keempat partisipan

menyebutkan bagaimana tubuh ideal yang mereka inginkan dan

bagaimana penilaian mereka akan tubuhnya. Hal ini sesuai dengan

pemahaman body shame yang menjelaskan bahwa adanya penilaian diri

dan lingkungan mengenai tubuh individu yang mengalami (Noll &

Fredrickson, 1996).

Partisipan TN dan SP menunjukkan mereka menilai bahwa hampir

tidak ada bagian tubuhnya yang menarik. SP mengatakan bahwa rambut

merupakan satu-satunya bagian dari tubuh yang paling disukai olehnya

karena rambut panjang bergelombang yang dimilikinya bagus untuk

bentuk wajahnya yang bulat menurut SP. SP juga menilai bahwa

kemampuan akademiknya juga tidak sebaik yang diharapkan lingkungan


86

pada beberapa situasi. Partisipan DW merasa bahwa tubuhnya tidak

proporsional karena tinggi badan yang dimilikinya. Dan partisipan P

merasa bahwa payudara dan pinggulnya tidak proporsional (terlalu besar)

untuk ukuran tubuhnya. Terdapat proses internalisasi penilaian lingkungan

akan tubuh partisipan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan melalui proses

internalisasi penilaian lingkungan atas tubuhnya. Proses internalisasi

merupakan ciri individu mengalami body shame. Internalisasi penilaian

lingkungan sudah memotivasi keempat partisipan melakukan perilaku

yang bertujuan untuk mengubah hal yang dinilai memalukan dalam

tubuhnya baik dalam bentuk ukuran tubuh (TN=tubuh yang obesitas, P=

payudara dan pantat tidak proporsional, DW= tingginya dan berat badan

tidak proporsional, dan SP= ukuran tubuh yang besar, payudara) dan

semua hal yang berkaitan dengan tubuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipan penelitian

mengalami kecemasan dan malu diakibatkan penilaian orang lain

mengenai tubuhnya. Body shame berpotensi menjadi gangguan mental

jika dilakukan terus menerusdan kebiasaan menginternalisasi pengamatan

pengamat dapat menyebabkan perempuan mengalami kondisi kehilangan

diri (loss of self). Kondisi ini dapat memicu partisipan mengalami depresi

yang merupakan salah satu dampak self-objectification yang menyebabkan

perempuan mengalami body shame (Fredrickson & Robert, 1997).


87

Temuan penelitian menunjukkan bahwa melakukan diet seperti

yang dilakukan partisipan DW, TN, dan SP menyebabkan partisipan

semakin memperhatikan tubuhnya dan lebih cemas dengan perubahan

yang dialami. Ketika Partisipan gagal mencapai target menurunkan berat

badandapat meningkatkan terjadinya body shame (Noll & Fredrickson,

1998).

Perempuan juga lebih memperhatikan pendapat orang lain

mengenai relasi romantis yang dikaitkan dengan tubuh. Perempuan lebih

menghubungkan bahwa penampilan fisik berpengaruh pada kemungkinan

mendapatkan pasangan sehingga perempuan menghubungkan penampilan

tubuh indikator mendapatkan pasangan (Sanchez & Kwang, 2007).

Partisipan TN dan DW merasa bahwa penampilan fisik mempengaruhi

ketertarikan lawan jenis atau penemuan pasangan. Selain itu, penelitian ini

menemukan bahwa partisipan DW menyadari bahwa body shame yang

dialami memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan mental.

Partisipan DWmenyebutkan bahwa pengalaman body shame menyebabkan

harga dirinya rendah.

Pengalaman body shame semakin meningkat karena partisipan

menerima penolakan. Kondisi ini menyebabkan keempat partisipan

menghindari penolakan dari lingkungan terhadap tubuhnya. Keempat

partisipan memiliki cara masing-masing untuk menghindari penolakan.

Namun, usaha yang dilakukan tidak mampu mengurangi body shame

keempat partisipan, bahkan usaha yang dilakukan ada yang membuat


88

partisipan mengalami gangguan makan (Bulimia, partisipan SP). Partisipan

TN semakin cemas akan tubuhnya setelah melakukan diet. Partisipan DW

merasa bahwa harga diri rendah ketika body shame. Partisipan P merasa

tidak percaya diri dan menutupi tubuhnya agar tidak mendapatkan

bercandaan atau ejekan dari lingkungan.

Dalam penelitian ini, partisipan TN mendapatkan penilaian negatif

dari teman yang disukai. Teman TN mengatakan agar TN sebaiknya

menjaga tubuh karena jika ketika sebelum menikah aja sudah gendut

gimana lagi setelah nanti menikah. Partisipan TN dan DW Komentar orang

lain yangdisukaiberpeluang meningkatkan body shame. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya kebutuhan adanya pasangan dapat

meningkatkan kritik individu terhadap tubuhnya. Penampilan yang baik

dianggap sebagai strategi untuk mencapai tujuan mendapatkan pasangan

(Sanchez, dkk).

Keempat partisipan mengalami distorsi kognitif. TN mengalami

distorsi kognitif kesalahan peramal, DW dan P memiliki distorsi kognitif

membaca pikiran, serta distorsi kognitif baca pembesaran atau

menghilangkan hal yang positif untuk SP. Distorsikognitif yang dimiliki

partisipan merupakan penyebab emosi negatif yang muncul akan tubuh

partisipan (Burn,1988). Distorsi kognitif yang muncul pada pengalaman

keempat partisipan merupakan proses yang dialami individu ketika

mengalami body shame atau ketika mengalami gangguan mental yang lain.

Distorsi kognitif yang dimiliki individu merupakan penyebab body shame.


89

Skema Dinamika Psikologi Perempuan yang mengalami body shame


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian memaparkan dinamika psikologis perempuan yang mengalami

body shame dan dampak yang dialami. Keempat partisipan mengalami

penilaian dari lingkungan mengenai tubuhnya. Keempat partisipan

menginternalisasi penilaian lingkungan mengenai tubuhnya. Internalisasi yang

dilakukan menyebabkan partisipan memperhatikan tubuh menjadikan tubuh

sebagai obyek (self-objectification). Meningkatnya self-objectification

menyebabkan individu semakin cemas dan merasa malu terhadap tubuhnya.

Partisipan melakukan usaha mengurangi rasa malu yang sebenarnya tidak

mengurangi body shame, justru membuat partisipan mengalami body shame.

Keempat partisipan pernah mengalami penolakan dari lingkungan dan

menyebabkan partisipan lebih sensitif terhadap penolakan dan menghindari

penolakan. Partisipan melakukan diet, menghindari orang lain, menutupi

bagian tubuh yan dianggap memalukan serta ada satu partisipan yang

mengalami bulimia. Berdasarkan penelitian body shame disebabkan karena

adanya kesalahan pikiran (distorsi kognitif) yang dimiliki partisipan. Keempat

partisipan mengalami distorsi kognitif yang menyebabkan semakin

meningkatnya body shame. Distorsi kognitif yang muncul pada keempat

partisipan yaitu distorsi kognitif kesalahan peramal, distorsi kognitif membaca

pikiran, serta distorsi kognitif pembesaran atau menghilangkan hal yang

90
91

positif. Body shame yang dialami partisipan menyebabkan mereka mengalami

kecemasan, tidak percaya diri, dan ada yang mengalami bulimia.

B. Saran

1. Usia partisipan penelitian kurang beragam karena partisipan yang bersedia

hanya perempuan dewasa awal. Hal ini menyebabkan teori yang

mengatakan bahwa body shame bisa terjadi di semua usia tidak dapat

dibuktikan dalam penelitian ini. Peneliti selanjutnya diharapkan

memperbanyak jumlah partisipan karena penelitian saat ini dianggap

belum jenuh.

2. Peneliti menemukan bahwa data mengenai body shame dapat digali lebih

mendalam untuk kepentingan penelitian berikutnya. Peneliti selanjutnya

diharapkan dapat menggunakan metode penelitian serta analisis data yang

lebih kompleks agar mendapatkan data yang lebih komprehensif mengenai

body shame.

3. Berdasarkan hasil penelitian perlakuan orang di lingkungan partisipan

sangat mempengaruhi semakin tinggi atau rendah body shame yang

dialami partisipan. Oleh karena itu, masyarakat diharapkan memahami

resiko yang dapat ditimbulkan jika mengalami body shame dan diharapkan

dukungan masyarakat agar partisipan tidak meningkatkan peluang

terjadinya body shame.

4. Berdasarkan dampak yang dialami partisipan dalam penelitian ini, perlu

diadakan terapi bagi perempuan yang mengalami body shame agar


92

pengalaman body shame tidak semakin buruk dan berakhir pada gangguan

mental seperti depresi, BDD atau kemungkinan gangguan mental lainnya.


Daftar Pustaka

Baron, Robert A., Birne, Donn., Branscombe, Nyla R. (2006). Social Psychology
11th. United State of America: Pearson Education.
Bem. Daryl J. (1967). Self-Perception : An Alternative Interpretation of Cognitive
Dissonance Phenomena. Psychological Review 1967, Vol. 74, No. 3, 183-200
Bem. Daryl J. (1972). Self-Perception Theory. Stanford University, Stanford
California.
Berk. L.E. (2012). Development through the lifespan. (Terj. Daryatno).
Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. (karya asli terbit 2010)
Boyd, Denise & Bee, Helen. (2009). Lifespan development 5th edition. United
State of America: Pearson International Edition.
Burn, D. D. (1988).Terapi Kognitif: Pendekatan baru bagi penanganan depresi.
(Terj: Santoso): Penerbit Erlangga ( Karya Asli terbit 1980)
Choma, B.L., Shove, Claire., Busseri, Michael A., Sadava, Stanley W., Hosker,
Ashley. (2009) Assesing the Role of Body Image Coping strategies as
Mediator or Moderator of the Links Between Self-Objectification, Body
Shame and Well-Being. Sex Role 61: 699-713.DOI 10.1007/s11199-009-
9666-9
Creswell, J. W. (2009). Research design. Qualitative, quantitative, dan mixed
method approaches (3rd ed). Los Angeles: Sage.
Damanik, Fiona. (2014). Rasa bangga sebagai mediator hubungan antara
kelekatan dengan ibu dan sensitivitas penolakan pada remaja. (Skripsi
diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.
Davison, Gerald C., Neale, John M., Kring, Ann M. (2004). Psikologi abnormal
Ed. Ke-9. Jakarta: RajaGrafindo Persada Jakarta.
Dolezal. (2015). The Body and Shame. Phenomenology, Feminism, and The
Socially Shape Body. The United States of America: Lexington Book.
Durand, Mark., Barlow, David (2006) Intisari Psikologi abnormal. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Fazriyati (2010). Tubuh ideal di mata pria. Kompas.com (Kompas.com-

93
94

19/07/2010, 15.47 WIB – Diunduh kembali tanggal 22 Desember 2017)

Fredrickson & Robert. (1997). Objectification Theory Toward Understanding

Woman’s Lived Experienced and Mental Health Risks. United State of

America: Psychology of Woman Quarterly, 21 pp.173-206

Gallivan, Heather R. (2016) Teen, Social Media and Body Image. Park Nicolet

Melrose Center.

Grogan, Sarah. (1999). Body image. Understanding body dissatisfaction in

women, men and children. London: Routledge

Hariningsih, Eti. (2005). Studi Deskritif perilaku remaja Putri untuk memenuhi

tubuh kriteria ideal.

How 90 young woman unhappy one body stomach area hate most. (Februari,

2015) diunduh dari:

http://www.dailymail.co.uk/femail/article-2967484/How-90-young-women-

unhappy-one-body-stomach-area-hate-most.html by Dailymail.com reporter.

Published: 20.45 GMT, 24 February 2015 | updated: 21.59 GMT, 24

February 2015.

Hurlock, Elizabeth B. (1980). Adolescent Development. Japan: McGraw-Hill

Kogakusha.

Iklan Ponds White Beauty. (2012). Iklan

Feet Hair Removal Cream. (2013).


95

Knauss, Christine., Paxton, Susan. J. Alsaker, Francoise D. (2008). Body

Dissatisfaction in Adolescent Boys and Girls: Objectified Body

Consciousness, Internalizatition of the Media Body Ideal and Perceived

Pressure from Media. Article in Sex Role DOI 10.1007/s11199-008-9474-7

Lazarus, Richard S., Folkman, Susan. (1984). Stress, Appraisal and Coping. New

York: Springer Publish Company.

Lewis, Michael. (2011). Self-Conscious Emotion. Encyclopedia in Early


Childhood Development.
Lusiana, Yusida. (2010). Konsep Malu dan Bersalah Orang Jepang: Sebuah

Tinjauan Psikologi Komunikasi Berpersfektif Budaya. Jurnal Acta Diurna

Vol. 6 No. 1.

Matlin, Margaret. W. (2012). Psychology of Woman (7th ed.). Belmont:


Wadsworth.
McKinley, Mary Nita, Hyde, Janet Shibley. 1996. Self-Objectified Body

Consciousness Scale Development and Validation. United State of America:

Psychology of Women Quarterly 20, 181-215.

Mory, M. M., Staska, Sandra L. (2001). Magazine Exposure: Internalization, Self-

Objectification, Eating Attitudes, and Body Satisfaction in Male and Female

University Students. Canadian Journal of behavioral science 2001, 33:4,

269-279.

Noll, Stephanie M., Fredrickson, Barbara L. (1998). A meditational model linking

self-objectification, body shame, and disordered eating. Psychology Of

Women Quarterly, 22 (1998). 623-636. Printed in the United States of


96

America.

Olson, Matthew H., Hergenhahn, BR. (2009). An Introduction to Theories of

Learning 8th. London:Pearson Prentice Hall

Papalia, Diane., Olds, S.W., Feldman, Ruth D. (2009). Perkembangan Manusia

Edisi 10. (Penerjemah Brian Marwensdy) Jakarta: Salemba Humanika.

(Publikasi pertama 2008 )

Park, L.E. (2007). Appearance-based rejection sensitivity: Implication for mental

physical health, affect, and motivation. Personality and Social Psychology

Sanchez, Diana T., Good, Jessica J., Kwang, Tracy., Saltzman, Erik. (2008).

When finding a Mate Feels Urgent. Why Relationship Contingency Predicts

Men’s and Women’s Body shame. Social Psychology, Vol. 39(2):90-102

Sanchez, Diana T., Kwang, Tracy. (2007). When the Relationship Become Her:

Revisiting Women’s Body Concern from a Relationship Contingency

Perspective. Psychology Woman Quarterly 31, 401-414. American

Psychology Assosiation.

Santrock, JW. (2012). Perkembangan masa hidup Jilid II (Edisi ke-13). Jakarta:

Penerbit Erlangga.(publikasi pertama 2011)

Schooler, D, Ward, L. M., Merriwether, Ann & Caruthers, Allison S. (2005).

Cycle Of Shame: Menstrual Body shame and sexual decision making. The

Journal of Sex Research, Vol. 42, No. 4 (Nov., 2005), pp. 324-334

Teen unhappy body shame (2016, Juni). Daily Mail. Diunduh dari

http://www.dailymail.co.uk/news/article-205285/90-teens-unhappy-body-

shape. diunduh 14 Juni 2016


97

Tiggeman, Marika, Lynch, Jessica E., (2001)_. The image across the lifespan in

Adult Woman: The Role of Self-objectification. Developmental Psychology

2001 Vol: 37 No. 2 243-253.

Tylka. T.L., Hill, Melanie. (2004). Objectification theory as it relates to disorder

eating of collage woman. Sex Roles, Vol. 51, Nos. 11/12, December 2004.

DOI: 10.1007/s11199-004-0721-2

Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Penerbit

Andi.
LAMPIRAN

98
INFORMED CONSENT

Saya, Tuti Mariana Damanik, mahasiswa Psikologi Universitas Sanata Dharma.


Saya saat ini sedang meneliti tentang penilaian perempuan tentang tubuhnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perempuan memandang
tubuhnya dan dampak yang dialami serta dirasakan perempuan dengan penilaian
tersebut. Jika bersedia berpartisipasi, Anda akan memberikan informasi tentang
bagaimana penilaian Anda terbentuk sesuai dengan interaksi yang Anda miliki di
lingkungan Anda. Penelitian ini akan dilaksanakan menggunakan metode
wawancara yang akan berlangsung sekitar 2-3 kali pertemuan dengan durasi 1-2
jam untuk setiap pertemuan. Namun apabila ada hal-hal yang masih perlu
diperdalam, mungkin saya akan menghubungi Anda kembali untuk melakukan
diwawancarai.
Penelitian akan dilakukan dengan wawancara personal dan semua data anda akan
dijaga kerahasiaannya. Anda berhak menceritakan semua yang ingin anda
ceritakan dan tidak menceritakan apa yang kiranya menurut Anda tidak pantas
untuk diceritakan.
Selama wawancara berlangsung seluruh pembicaraan akan saya rekam. Identitas
dan seluruh hasil pembicaraan akan saya jaga kerahasiannya. Penelitian ini akan
dilakukan secara etis dan akan diawasi oleh Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi.
Jika anda bersedia, anda dapat berpartisipasi dalam memberikan informasi
berdasarkan apa yang anda alami. Anda diperbolehkan untuk tidak melanjutkan
penelitian apabila anda tidak bersedia dan tidak ada sanksi.

Surat Persetujuan
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama :
Telah membaca, memahami dan setuju dengan informasi yang diberikan diatas.
Oleh karena itu, saya bersedia untuk ikut serta sebagai peserta dalam penelitian ini
secara sukarela dan dengan kesadaran penuh.
Yogyakarta, 2017
Mengetahui,
Peneliti Peserta
Tuti Mariana Damanik

99
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Contoh Verbatim dan Analisis Partisipan


No Verbatim Satuan makna Makna yang Kode Tema
dipadatkan
1 Apa bagian tubuh yang paling kau suka?1 Rambut
2 doang. Itu alasannya apa? Karena banyak orang Rambut bagian tubuh Bagian tubuh yang Bagian tubuh yang Bagian tubuh ideal
3 yang memuji. Ada yang lain gak alasannya? yang paling disukai disukai rambut.(2-5) disukai (2-5)
4 Karena itu bisa menutupi mukaku yang lebar. karena bisa menutupi
5 Hmmmm Kan mukaku lebar dan persegi dan muka lebar dan sering
6 kalau kriting dan panjang bergelombang itu dipuji orang lain. (2-5)
7 memberi efek mukaku itu enggak terlalu kelihatan
8 persegi dan lebarnya. 2 Hmm, iya juga ya. Iya
9 makanya aku mempertahankan ini tetap panjang. Wajah lebar dan persegi Model rambut yang Model rambut yang Bagian Tubuh
10 Kau perhatikanlah kayak ini makanya aku enggak cocok jika punya cocok untuk wajah ideal untuk wajah ideal.
11 pernah keluar ikat rambut Full gitu. Sama kalau rambut yang panjang persegi dan lebar. (6- tertentu. (6-20)
12 kau pergi, kan aku sering baca artikel kecantikan, keriting atau 9)
13 kalau misalnya mukamu persegi dan lebar bergelombang. (6-9)
14 rambutmu cocoknya panjang dan curly itu
15 memberi efek tidak terlalu tegas garis perseginya.
16 Kalau mukamu kecil, oval shape ya yang Wajah oval cocoknya Oval rambut yang
17 bentuknya gini (sambil memraktekkan satu bentuk rambutnya lurus biar ga cocok rambutnya
18 wajah) itu dia lebih baik rambutnya lurus, biar ga terlalu kurus dan tidak lurus (14-20)
19 terlalu kecil wajahnya dan tidak terlalu panjang, terlalu panjang jadi
20 jadi tetap proporsional. 3 tetap proporsional (14-
21 Terus kalau misalnya bagian tubuh yang paling 20)
22 enggak kau suka? Dada. It’s really disturb me.
23 Itu .. aku enggak suka karena pandangan orang

100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

24 kali aku gak bebas untuk pakai baju apapun karena


25 dadaku, sangat mengganggu gitu loh, meskipun
26 aku enggak pake baju karena postur badanku besar
27 kan, terus kadang pun aku kurusan tapi dadaku Payudara sebagai
28 enggak kurusan, jadi pas aku pengen nunjukkin bagian tubuh yang
29 shape badanku jadi jatuhnya saru dan orang-orang paling dianggap
30 salah fokus. Itu yang buat aku paling ga suka. mengganggu karena
31 Kalau yang lainnya masih bisa kutolerir sih.4 pandangan orang lain Payudara bagian
32 Terus ini yang soal payudara kau sadarnya pada payudaranya tubuh yang tidak Bagian tubuh yang Body shame (22-
33 mulai kapan sih? Mulai merasa kalau itu terlalu membuat tidak bebas disukai. (SP, 22-32) tidak disukai. (22- 32)
34 besar? Mulai tiga SMP kali ya, tapi sebenarnya itu pakai baju apa saja dan 32)
35 antara 3 atau 2 SMP pas aku 2 SMP masih suka orang salah fokus (22-
36 main karet kan, itu kayak ga nyaman kalau 32)
37 melompat, pas SMP itu saat orang-orang pake
38 miniset aku pake bra, jadi itu menganggu
39 sebenarnya. Jujur aja mulai SMP kalau mamakku
40 beli bra dia itu enggak pernah paham kalau
41 ukuranku kayak gimana, menurutku. Karena itu
42 cupnya enggak pernah benar tapi talinya bener.
43 Karena kayak aku pernah bilang jadi cupku itu 38
44 tapi talinya 36, tapi aku itu punya masalah yang
45 sama sama kakakku, jadi aku suka belanja bra
46 sama kakak, cuma sekarang karena da sistar gitu
47 apa namanya bra sistar itu dia nekan ke dalam,
48 jadi untuk semua shape dia karena ga ada patokan
49 cupnya kan itu lumayan membantu sih menurutku
50 jadi bisa langsung pesan aja sama mamakku. Bagan tubuh yang
51 Kalau sister kau pake nomor berapa emang? 36. tidak disukai (55-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

52 Nah itu jadi enggak bisa pake bra yang lucu-lucu 58)
53 gitu, ga bisa nampung, ya menyebalkannya disitu Mata tidak disukai
54 sih. Yang lain ada enggak? Mata aku enggak karena terlalu kecil Tidak suka mata
55 suka, terlalu kecil untuk size mukaku yang lebar. untuk wajah yang lebar. karena ukurannya
56 Dan setelah pakai kacamata makin kecil (55-58) kecil (55-58) Body shame (55-
57 menurutku, makin kecil kecil cil cil.. kayaknya 58)
58 berpengaruh deh itu soalnya aku juga. Emang.
59 Masalahnya mukaku lebih lebar kan jadi tu
60 menurutku yah kemaren itu aku pengen pake
61 softlens bukan karena style doang sih, pake
62 softlens mendorong bola matanya, bukan
63 mendorong sih tapi membuka kantung mata eh
64 kelopak mata. Selain mataku kecil kan aku enggak
65 punya kelopak mata jadi dia itu kayak susah kali
66 gitu loh. Ada sebenarnya loh. Enggak Mata besar dan bulat
67 maksudnya untuk orang normal lebih ada kau. Iya lagi tren (SP, 70-73) Ukuran mata yang
68 memang matamu lebih sipit. Iya dan itu makin Lagi tren mata besar lagi tren (SP, 70-
69 sipit semenjak aku pakai kacamata. Dan untuk dan bulat (SP, 70-73) 73)
70 ukuran mukaku yang lebar itu enggak baguslah
71 untuk dilihat, karena kan lagi ngetrend mata besar Mata ideal saat ini
72 bulet gede gitu kan. Iya kalau yang gitu bentar (SP, 70-73)
73 lagi hilanglah trennya itu. Bukan masalah tren
74 loh tapi itu memang porsinya enggak pas. Karena
75 di rumah yang paling sipit aku sama adekku yang
76 di STAN.. yang paling besar mata adekku yang
77 paling kecil. Ya memang turunan sih, mama sama
78 bapak juga ga besar matanya. Makanya dulu aku
79 bercita-cita punya suami yang besar matanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

80 Terus menurutmu setelah ada penilaianmu Saat ini lebih


81 bahwa payudaramu besar, penilaianmu Memiliki masa terendah Lebih menerima Berdamai dengan
82 terhadap tubuhmu gimana? Sebenarnya itu aku dalam hal tentang kondisi tubuh saat kondisi
83 ada loh tahap terendah, akhir-akhir ini aku udah tubuhnya sebelumnya ini. (SP, 83-88) tubuh/Tahap
84 mulai PD loh sama dadaku, karena aku mikir dan akhir-akhir ini menerima diri
85 seusia kita ini memang udah, pas SMP itu aku sudah mulai menerima setelah proses Pandangan
86 memang sendiri yang udah besar payudaranya tapi tubuhnya. (SP, 83-88) panjang terhadap tubuh saat
87 seusia kita ini orang-orang juga dadanya sebelumnya. (SP, ini.
88 bertumbuh gak sih? Jadi itu ya well aku gapapa 83-88)
89 meskipun aku itu ngerasa “Ya ampun kok aku
90 besar sendiri” tapi karena memang rata-rata seusia Pas SMP dan SMA Diejek/dibully
91 kita ini bokong, dada udah puncaknya teman SP pernah mem- teman-teman ketika
92 pertumbuhannya gitu loh. Tapi itu paling bully karena SMP dan SMA
93 mengganggu pas SMP sama SMA bahkan waktu payudaranya besar. karena payudara
94 SMP kelas 3 itu ada temen-temenku yang sampe (SP, 93-96) besar.(SP, 93-96)
95 mem-bully “ Ih SP dadanya besar kali” itu kayak Lingkungan
96 bahkan aku pernah pas bimbingan yang mengejek (SP, 93-
97 pengangguran sebelum kuliah itu ada cowok yang Ada Laki-laki yang 96, 97-100)
98 bilang, “ SP itu besar kali dadanya diapain sih?” mengatakan pada SP Menerima cat call Reaksi lingkungan
99 sampai kayak gitu, man.. paling mengganggunya bahwa payudaranya dari lingkungan terhadap tubuh SP
100 karena itu sebenarnya sampai aku pernah waktu besar lalu kemudian (SP, 97-100) (penyebab body
101 SMP itu jalan kemana mana bungkuk gitu karena menggodanya (cat shame)
102 tahulah kau cowok-cowok dilingkungan kita itu call). (SP, 97-100)
103 nyuit-nyuitin gitu loh. Apalagi kalau kita lewat
104 depan warung kan, “ Dek,dek dek” mereka pasti
105 lihat dari samping kan, nah itu yang paling
106 mengganggu itu disitu, itu yang buat aku jalannya Jalan menunduk untuk Menutupi payudara Jalan menunduk
107 nunduk dan yangkayak berusaha menutupi dengan menutupi payudara. dengan jalan untuk menutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

108 kedua tanganku dan mamakku pas SMA bilang “ (SP, 101-105) menunduk (SP, 101- payudara (SP, 101-
109 Kau kenapa jalan nunduk? Nanti kau beneran 104) 105)
110 pendek dan bungkuk” digituin mamakku. Ya
111 karena, tapi aku enggak pernah bilang sama Malu pada tubuh
112 mamakku. Maksudnya aku enggak pernah bilang Tidak menceritakan Tidak terbuka pada Tidak terbuka (SP, (SP, 101-105)
113 aku enggak nyaman sama ukuran dadaku. pada ibu kalau tidak ibu soal tubuh. (SP, 112-114)
114 Mungkin karena keluarga kami itu bicara soal alat nyaman dengan ukuran 112-114)
115 vital apa segala macam itu hal yang tabu. Aku tu dada. (SP, 112-114)
116 berani nanya kuliah semester berapa ya? Lima
117 paling atau empat kayaknya. Untungnya aku sama Menutup diri (SP,
118 kakakku punya kasus yang sama cuma karena 112-114)
119 kakakku badannya lebih kecil jadi orang enggak
120 terlalu aware kalau dia punya dada yang besar. Mata dan dada Bagian tubuh yang
121 Sebenarnya tu bukan turunan dari mamak, Mata dan dada adalah merupakan bagian tidak disukai/
122 mamakku normal-normal ajanya dadanya kulihat. yang paling tubuh yang menyebalkan (SP,
123 Itu si sebenarnya kalau masalah tubuh yang paling menyebalkan. (SP, 124- menyebalkan (SP, 124-125)
124 menyebalkan itu dada sama mata. Tapi yaudah sih 125) 124-125)
125 kalau mata sekarang ada make up yang membantu Body shame (SP,
126 membesarkan mata, kalau dada kan ga ada alat 124-125)
127 bantu yang mengecilkan dada kan (tertawa) malah Sekarang ada make
128 lebih nyaman kalau kita kecil karena banyak push- Kalau mata sekarang up yang dapat
129 up bra yang bisa nambah nambahin kalau cuma ada make up yang bisa digunakan untuk Solusi untuk
130 mau performance doang kan. dipakai untuk memberikan kesan mengatasi bagian
131 Terus pengalamanmu itu benar-benar kau menambahkan kesan besar pada mata dan tubuh yang tidak
132 sadari setelah SMP ada cowok yang bilang SP besar pada mata kalau tidak ada alat untuk disukai (SP, 125-
133 payudaranya besar itu atau gimana? dada kan tidak ada yang mengecilkan 131).
134 Ee sebelum karena temenku itu, sebenarnya itu mengecilkan dada (SP, payudara (SP, 125-
135 karena di lingkunganku, jadi di dekat rumahku itu 125-131). 131). Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

136 ada warung tempat nongkrongnya cowok-cowok mengantisipasi


137 yang ga pernah kuliah, yang nikah terus ngerokok- malu. (SP, 125-
138 rokok main gitar doang. Terus mamakku ini kan 131).
139 ada hobi nyuru-nyuru belanja, dia kan ke pasar
140 tapi nanti dia kurang belinya, jadi nanti dia nyuru
141 belikan dulu garam ke situ. Jadi sebenarnya aku
142 nyaman mengisolasi diriku sendiri itu disitu. Jadi Kelas 2 SMA Lingkungan
143 kalau ke warung gitu pasti di suit-suitinlah. Kan lingkungan SP memperhatikan
144 orang sana itu enggak nanggung kalau ngejeknya. memperhatikan penampilan. (SP,
145 Untungnya pas SMA aku langsung pindah kota penampilan.(SP, 148- 148-152) Lingkungan SP
146 dan sekolah itu bukan sekolah yang fokus masalah 152) memperhatikan
147 badan pada saat itu kan. Meskipun memang pas penampilan (SP,
148 aku masuk SMA kelas dua pas aku masuk SMA Lingkungan 148-152; 152-153)
149 lumayan pergaulan anak IPS kan lumayan Kuliah lingkungan memperhatikan
150 memperhatikan penampilan dibandingkan anak informan lebih penampilan (SP, Pengaruh
151 IPA kan. Jadi itu kadang mengganggu tapi enggak memperhatikan 152-153) lingkungan (SP,
152 separah pas kuliah. Kelas berapa itu yang kau penampilan (SP, 152- 148-152; 152-153)
153 mulai gak nyaman karena cowok-cowok nyuit- 153) Tubuh dinilai besar
154 nyuitin? Kelas satu SMP soalnya disitu aku udah (SP, 156-158)
155 pake bra disaat orang pake miniset. Dan untuk Menilai tubuhnya besar Tubuh dinilai besar
156 ukuran badan orang besar dikampung badanku itu (SP, 156-158) (SP, 156-158)
157 beneran besar. Postur tulang berarti? Postur
158 tulang dan lain-lain itu beneran besar karena di Body Shame (SP,
159 kampungku itu orang dominan kerjanya bertani 156-158)
160 jadi badannya beneran kecil karena manghutti
161 (menjujung) apa segala macam dan orang tuaku
162 kan dua-duanya PNS jadi meskipun aku
163 mengerjakan kayak gitu paling cuma sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

164 seminggu doang ke ladang maksimal 3 kali


165 seminggulah tapi kan paling aku menghandle
166 pekerjaan rumah doang. Kalau mencuci kan juga
167 ga buat kita langsung pendek, jadi temenku benar-
168 benaran kurus. Di lingkunganku sendiri juga
169 enggak banyak orang yang ekonominya lumayan
170 kayak kami ya jadinya itu makannya itu juga
171 dibatasi. Nah, orang tuaku sendiri adalah orang
172 yang paling dia itu royal kalau masalah makanan,
173 pagi udah minum susu harus juga makan nasi
174 padahal kan menurut kesehatan itu juga ga bagus
175 kan. Jadi itu mungkin menambah lebarnya badan.
176 Itu juga yang buat melonjak menurutku meskipun
178 tetap ada pengeluarannya. Pulang sekolah tetap
179 makan dan makan malam jam sembilan malam
180 dan belum lagi banyak makan babi dan apa segala
181 macam dan di rumah kami itu, e menu makanan
182 itu enggak pernah eee pokoknya minimal dua gitu
183 loh, kalau ada daging ada ikan, padahal itu
184 sebenarnya enggak sehat. Kalau ada ikan, ikan aja
185 dulu kalau besok mau daging gapapa sebenarnya
186 gitu kan, minum susu lagi. Dan susunya itu kan
187 bukan susu yang misal untuk pertumbuhan, jadi
188 disama ratain misalnya Dancow. Sama makan
189 telur ayam kampung kuningnya itu kan proteinnya
190 tinggi kali, setiap hari pasti ada minimal telur
191 masuk sama susu. Mungkin karena mamakku
192 mikir itu baik untuk pertumbuhan. Kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

193 overdosis juga gak ada yang baik kan? Merasa tidak nyaman Tidak nyaman
194 Beneran setiap hari kalian makan telur? Iya dengan tubuh sejak SD. Tidak nyaman dengan tubuh.
195 soalnya mamak kami itu ngasi jajan kami SMP itu (SP,203-204) dengan tubuh (SP,203-204)
196 cuma sekali seminggu dan itu hari minggu doang (SP,203-204)
197 3000, jadi kami beneran ga jajan diluar, jadi
198 mamakku benaran mengalokasikannya itu di Body shame (SP,
199 rumah semua. Terus selain itu pengalaman yang Tidak mendapatkan 203-204)
200 kau dapatkan dari lingkungan tentang kostum dari panitia Mendapat
201 penilaian tubuh selain yang tadi masih ada lomba nyanyi karena Pakai kostum perlakuan berbeda
202 enggak? Sebenarnya aku mulai merasa enggak kostum yang disediakan berbeda karena dari lingkungan
203 nyaman itu udah mulai SD kali ya enam atau kelas kecil dan tidak cukup kostum yang karena badan besar
204 lima. Itu karena apa? Oh kelas lima itu pernah untuk badan SP. (SP, disediakan tidak (SP, 205-215)
205 ikut kompetisi nyanyi di kabupaten, terus seperti 205-215) muat. (SP, 205-215)
206 yang kubilang tadi itu temen-temen dikampung Diskriminasi dari
207 badannya itu pada kecil semua kan. Nah kami itu lingkungan (SP,
208 pas nyampe di sana itu disediain panitia nih Merasa malu dan Malu dan merasa 205-215)
209 kostumnya buat nyanyi dan mereka itu ukuran tubuh tidak Malu dan merasa berbeda (SP, 216-
210 ekspektasinya seperti badan temenku semua normal (SP, 216-217) berbeda (SP, 216- 217)
211 pesertanya. Saat itu kami ada dua cewek dan dua 217)
212 cowok tapi memang nyanyinya memang solo. Jadi
213 waktu itu karena enggak ada baju yang muat jadi Pertama kali menyadari Body shame (SP,
214 aku pake dinas sendiri. Baju seragam SD sendiri ukuran tubuh berbeda Menyadari ukuran 216-217)
215 dan aku malu kali saat itu dan aku kek ukuranku (SP, 217-218) Menyadari ukuran tubuh (SP, 217-
216 gak normal. Itu pertama kali aku menyadari itu tubuhnya (SP, 217- 218)
217 tapi eee mungkin karena kita SD kelas lima masih 218)
218 suka main karet, e aku kan itu tertutupi karena Besar tubuh SP tetap
219 hobiku yang main karet. Kalau main karet kan berfungsi ketika dia Besar tubuh bisa Body shame (SP,
220 badanmu besar itu kau bisa jadi superstar main bermain tali dengan Besar tubuh SP juga sebagai 217-218)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

221 karet kan jadi itu kayak mengalihkan fokus kalau temannya dan dia membuat dia jadi kelebihan bagi SP
222 badanku itu, e kadang kayak weakness ku itu menjadi superstar penolong ketika saat SD. (SP, 220-
223 kayak ukuranku besar tapi di satu sisi karena sehingga tidak terlalu main karet sehingga 226)
224 badanku besar aku bisa main karet. Nah itu fokus pada tubuh. (SP, ukuran tubuh bisa Tubuh besar
225 teralihkan. Terus aku pas kelas enam SD ada 220-226) menjadi kelebihan. sebagai suatu
226 perayaan 17 agustus hari kartini saat itu guruku (SP, 220-226) kelebihan saat main
227 nanya gini, kau pake kostum apa, aku sebenarnya karet.(SP, 220-226)
228 orang yang menikmati perhatian itu tertuju SP senang menjadi
229 samaku dan menikmati penampilan di depan SP menyukai ketika pusat perhatian
230 umum gitu loh. Tapi aku belum sadar waktu itu perhatian lingkungan SP menikmati (SP, 228-231)
231 pas SD terus aku bilang aku pengen jadi artis tertuju padanya (SP, menjadi pusat Senang menjadi
232 ajalah Bu gitu. Yaudah, namanya dikampung 228-231) perhatikan (SP, 228- pusat perhatian
233 cewek yang cantik itu kan karena ngikutin ukuran 231) (penyebab malu
234 cewek disana ya yang kecil-kecil badannya kan. akan tubuh/ terlalu
235 Nah waktu itu aku masih ingat kan nyewa gaunlah Dikampung cewek Kriteria cewek fokus pada
236 sama mamakku kan dan itu masih gaun yang cantik itu dulunya yang Cewek cantik yang cantik menurut SP penilaain ornag lain
237 kembang gitu kan. Nah badanku kan besar terus kecil-kecil badannya kecil-kecil. (SP, 233- dan lingkungan di pada tubuhnya.)
238 dikasih baju yang kembang gitu kan makin besar (SP, 233-235) 235) kampung ketika (SP, 228-231)
239 kan. Nah kalau 17 agustus itu kan ada karnaval SD. (SP, 233-235)
240 yang ketemu sama SD SD lain, sama anak SMP Ukuran tubuh ideal
241 lain. nah itu pertama kali aku dengar kayak orang (SP, 233-235)
242 banyak ngebully-bully gitu loh. “Ih artis tapi kok Anak SD lain mengejek SP dibully/diejek
243 gitu sih, kok gendut kali? Jadi artis kok milihnya SP dengan menanyakan SP diejek gendut anak lain. (SP, 240-
244 yang gitu kali?” kata anak dari SD yang lain. kenapa memilih artis oleh anak SD lain. 245)
245 Akhirnya kan barisnya pasti berdampingan sama yang gendut. (SP, 240- (SP, 240-245)
246 SD yang lain kan. Tapi kembali itu ketutupi lagi 245) Ejekan lingkungan
247 karena aku jadi perwakilan cerdas tangkas. (SP, 240-245)
248 Namanya aku di kampung sendiri orang enggak SP menjadi perwakilan SP masih unggul di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

249 terlalu cukup pintar untuk mengimbangi skill mu cerdas cermat SP masih memiliki bidang akademik
250 jadi dan orang tuaku itu termasuk orang yang sekolahnya sehingga kelebihan lain untuk dan melupakan
251 dikenal di daerah itu loh jadi imageku itu enggak soal tubuhnya kembali menyeimbangkan masalah tubuhnya
252 seburuk pas aku start SMP sama SMA bahkan ada yang menutupinya. pikirannya dari (SP, 247-252) Ada keunggulan
253 sampe kuliah gitu. Jadi ada selalu yang nutupi. (SP, 247-252) tentang tubuh. (SP, akademik (SP, 247-
254 Karena aku dikirim ke kabupaten untuk cerdas 247-252) 252)
255 tangkas bahasa Indonesia saat itu. Itu waktu yg
256 sama dengan 17 agustus itu berarti? Sesudah,
257 makanya aku bilang tadi ketika ada peristiwa
258 yang menyedihkan dan ada yang mengimbangi,
259 jadi enggak terlalfokusku saat itu masih fifty fifty Sewaktu SMP kelas SP memiliki
260 itu loh. SMP itu kelas satu itu semua nya baik-baik satu dan dua SP masih Ada prestasi prestasi di bidang
261 aja. Kelas satu itu aku masuk di kelas unggulan berprestasi dan ikut akademik SP (SP, akademik ketika
262 dua, jadi di SMP ku itu ada kelas unggulan satu cerdas tangkas. (SP, 266-272) kelas 1 dan 2 SMP.
263 unggulan dua terus sisanya udah kelas yang cuma 266-272) (SP, 266-272) Kemampuan
264 dirandom doang rangkingnya ada tujuh kelas itu. akademik tbagus
265 Kelas satu itu ee baik-baik aja karena aku waktu ketika SMP kelas
266 itu juara satu di kelasku terus aku masuklah ke 1dan 2.(SP, 266-
267 kelas dua, masuk ke kelas unggulan pertama Kelas dua semester dua Penolakan dari 272)
268 waktu semester pertama sih masih baik-baik aja SP mengikuti latihan Gagal ikut kompetisi lingkungan/ ukuran
269 soalnya aku masih ikut kayak cerdas tangkas apa kompetisi menyanyi nyanyi karena tubuh
270 segala macam dan nilaiku enggak terlalu buruk selama empat bulan dan kostum tidak muat menghilangkan
271 juga. Semester dua ada kompetisi nyanyi, ada seminggu sebelum untuk SP. (SP, 272- kesempatan SP Penolakan
272 kompetisi nyanyi kan, aku masih ingat waktu itu lomba guru SP 280) ambil bagian (SP, lingkungan karena
273 lagunya anakkonki do hamoraon di au dan kami memintanya untuk tidak 272-280) ukuran tubuh. (SP,
274 itu ke tingkat kabupaten kan. Aku udah berlatih ikut karena tidak 272-280)
275 empat bulan terus udah berlatih empat bulan kostum yang cukup
276 blablabla pas seminggu sebelum kami berangkat untuk SP (SP, 272-280)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

277 tiba-tiba guruku bilang kau enggak usah ikut ya.


278 Dengan alasan tidak ada kostum yang cukup.
279 Tapi aku curiga jangan-jangan ini peristiwa yang Sudah curiga kejadian Prasangka kejadian
280 sama pas SD gitu loh. Aku curiganya gitu dan aku seperti SD trjadi lagi. SD akan keulang. Prasangka kejadian
281 sakit hati kayak kenapa gak bilang dari (SP, 281-281) (SP, 281-282) di masa lalu akan
282 sebelumnya dan aku udah latihan ikut empat bulan terulang. (SP, 281-
283 dan itu gak fair untuk anak SMP yang masih Merasa sakit hati dan Sakit hati dan 282)
284 sensitif labil masalah kejiwaan itu masalah diperlakukan tidak adil merasa diperlakukan
285 emosional itu yang maunya dikasih penjelasan soal lomba nyanyi tidak adil ketika Perasaan kecewa Berprasangka akan
286 yang baik. enggak cuma bilang kostumnya karena tidak diberitahu ketika tidak jadi ikut terhadap suatu kejadian. (SP,
287 enggcukup. Guruku masih cuma bilang kayak sejak awal sebelum lomba (SP, 283-288) lingkungan. (SP, 281-283)
288 gitu, kostumnya enggak cukup terus aku kecewa latihan. (SP, 283-288) 283-288)
289 kali kan, aku nyoba bilang sama mamakku aku
290 kan orang yang cukup terbuka, mungkin Perasaan kecewa
291 orangtuaku bukan orang yang e mungkin karena Menceritakan Menceritakan Menceritakan dan sakit hati. (SP,
292 lahir di zaman yang berbeda mungkin itu bukan pengalaman kecewa pengalaman kecewa pengalaman pada 283-288)
293 suatu masalah karena mungkin dia gak pernah pada mama karena SP pada orang tua (SP, orang tua. (SP,
294 mengalami hal itu dulunya. Karena mamakku itu termasuk orang yang 290-293) 290-293)
295 dulu orang yang kecantikannya itu diakui di cukup terbuka. (SP,
296 tempat dia jadi termasuk yang diinginkan pria 290-293) Terbuka pada
297 kan, jadi aku bilang sama mamakku, mamakku orang tua akan
298 cuma bilang yaudah kalau memang kostumnya pengalaman (SP,
299 enggak cukup ya mau diapain, yaudahlah. Waktu Mama mengatakan Mengikuti 290-293)
300 itu aku merasa guruku kok pilih kasih kali. Mama SP mengatakan agar SP ikut penilaian
301 Kenapa sih gak bilang-bilang dari awal? Karena di agar dia membiarkan keputusan guru. (SP, lingkungan (SP,
302 awal pas kita ikut nyanyi ini ee apa namanya itu saja keputusan gurunya. 299-301) 299-301)
303 kan dites suaranya bukan aku yang minta (SP, 299-301)
304 langsung ikut. Internalisasi
Dan orang tuaku bukan yang termasuk nyodor-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

305 nyodorin anaknya meskipun disana nepotisme penilaian


306 tinggi tapi orang tuaku bukan termasuk yang lingkungan. (SP,
307 nyodor-nyodorin, eh anakkulah ikut lomba ini. Merasa bahwa guru Merasa diperlakukan Diperlakukan 299-301)
308 karena menurut mamakku ya e kau capable untuk pilih kasih dan tidak beda oleh guru. (SP, berbeda oleh guru
309 itu ya ikut kalau enggak gausah. Jadi mereka diperbolehkan ikut 301-305) (SP, 301-305)
310 selalu mikir kalau aku kasih keluhan gitu ya ketika waktu lomba.
311 berarti alasannya memang betul atau kau memang (SP, 301-305)
312 belum termasuk orang yang kompetitif untuk hal Didiskriminasi
313 itu. Itu kelas dua ya tapi kelas tiga itu teralihkan Reaksi Orang tua SP lingkungan (SP,
314 lagi karena mungkin selama SMP yang membuat terhadap keluhan SP Orang tua SP Orang tua SP 301-305)
315 itu terlihat baik-baik aja ya karena aku selalu jika kamu belum menganggap bahwa mengangggap
316 masuk lima besar umum dan itu kayak enggak ada berkesempatan ikut tidak ikut berarti bahwa tidak ikut
317 yang terjadi itu lo. Naik kelas tiga juga hmmm sesuatu berarti memang memang belum konsekuensi belum
318 baik-baik aja sampe aku karena kan kalau ada belum layak kompetitif kompetitif untuk kompetitif. (SP,
319 yang lima besar ini selalu di testing SMA ungulan untuk hal tersebut. (SP, satu kesempatan. 311-315) Yang mampu yang
320 di daerah kan kayak kayak SMA plus gitu. 311-315) (SP, 311-315) layak bersaing.(SP,
321 Matauli, ke Budi Mulia gitu gitu jadi dan masih 311-315)
322 bisa jadi kebanggaan sekolah sama guru-guru jadi
323 enggak ada masalah. o iya kelas satu SMP itu, satu
324 SMP, kelas satu SMP aku itu ikutin sebuah geng
325 jadi itu kayak kumpulan ABG ABG labil keknya,
326 ga jelas, aku masih ingat nama geng kami itu
327 space girl dan kami itu punya nama samaran Waktu SMP kelas dua Merasa tidak Tidak nyaman
328 sendiri. Namaku itu, sama mereka Lia, dan kami SP menari kontemporer nyaman dengan dengan tubuh
329 itu selalu dipercaya guru gitu untuk selalu ikut dan mulai merasakan tubuh ketika SP ikut ketika
330 dance kontemporer gitu perwakilan sekolah tapi ketidaknyamanan menari kontemporer membicarakan
331 aku pas saat itu juga udah merasakan ketika mereka mulai dan mulai membahas kostum. (SP, 330-
332 ketidaknyamanan disaat teman-temanku mulai membicarakan kostum. kostum. (SP, 330- 337) Body shame (SP,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

333 mempermasalahkan, jadi temen-temenku karena (SP, 330-337) 337) 330-337)


334 badannya kecil, ketika menyepakati sebuah
335 kostum juga udah susah itu loh. Misalnya ini aku
336 selalu bilang janganlah, pokoknya aku selalu Teman menarinya Merasa tidak
337 merasa pembicaraan mereka itu selalu memilih kostum yang nyaman dengan Merasa disudutkan
338 menyudutkan, kostum yang mereka pilih selalu cocok untuk perempuan tubuh dan temannya ketika pemilihan
339 untuk orang-orang yang imut kecil gitu dan berbadan kecil dan sulit menyudutkan dalam kostum, (SP, 338-
340 mereka itu harus mengadaptasikan untuk menyesuaikan untuk SP pemilihan kostum. 343)
341 ukuranku. Aku mulai ngerasa gak nyaman disitu dan menyudutkan SP. (SP, 338-343)
342 terus aku semakin sadar karena mereka itu (SP, 338-343) Body shame dan
343 dipandang sebagai orang-orang yang untuk hal merasa
344 kecantikan doang jadi mereka itu kayak berbeda/merasa
345 memanfaatin aku untuk masalah pembelajaran itu (SP, 338-343)
346 loh, untuk PR apa segala macam jagain mereka Merasa dimanfaatkan
347 pacaran. Terus akhirnya kertahuan sama mamakku oleh orang lain. (SP, Menganggap diri Diri
348 jadi kelas dua SMP aku karena aku juga udah 346-350) dimanfaatkan (SP, dimanfaatkan
349 masuk kelas unggulan aku uda ninggalin kayak 346-350) orang lain. (SP,
350 geng geng gak jelas kayak gitu. Disitu sih kelas 346-350)
351 satu gak nyamannya. Kelas dua itu yang masalah
352 nyanyi itu. Kelas tiga kan udah beda lagi karena Perasaaan
353 kelas tiga kan udah fokus mau masuk SMA mana dirugikan
354 SMA mana nah apalagi kalau udah unggulan satu lingkungan ( SP,
355 itu kan harus kayak ditekanin udah berapa persen 346-350)
356 masuk ke SMA sana SMA sini. Udah ditentuin
357 juga kalian waktu SMP kayak gitu ya. Iya udah
358 diarahin udah kelas tiga kan karena SMP ku itu
359 sala satu SMP terbaik di daerahku jadi paling kita
360 kompetitor paling kerasnya itu SMP santa Lusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

361 Di Siborong-borong juga berarti kan? Iya di


362 siborong-borong, kalau katolik kan lebih disiplin
363 kan. Kalau kita ma pokokna sekolah datang datang
364 aja. Lagian dulu kan edukasinya enggak separah
365 waktu SMA. Berarti kalau dari lingkungan
366 sebaya kau punya pengalaman kayak waktu
367 kelas satu SMP itu ya berarti? Hmmm. Terus
368 ada cerita lain enggak tentang komentar temen
369 guru selain yang tadi itu, siapa tahu ada yang
370 kelupaan? Enggak sih kalau guru cuma itu aja,
371 yang kalau ada kompetisi gitu kayak kompetisi
372 seni, tapi kalau untuk masalah kompetisi akademik
373 atau edukasi mereka enggak pernah komplain sih
374 sejauh ini karena gak ada kontes kecantikan juga
375 kan habis kompetisi sejenis kayak gitu. Cuma
376 based on skill doang. Terus sebelum aku lanjut
377 ke ceritamu tentang SMA, dari kecil kayak
378 orang tuamu ada mengomentari tentang
379 tubuhmu gitu gak?
380 Enggak sih, bahkan dari kecil orang tuaku tidak
381 pernah ngontrol tentang makananku. Tapi
382 menurutku jadi over. Karena aku SD makan lima
383 kali sehari. Makan nasi loh. Itu kapan aja
384 makannya? Pokoknya sebelum sekolah terus Paling diejekin sama Diejek tetangga
385 pulang cepat kan kalau kelas tiga SD. Itu aku tetanggaku, gendut gendut karena lima Diejek gendut oleh
386 makan lima kali seharinya sampai kelas tiga SD. taunya minta makan kali makan dalam tetangga SP (SP,
387 Paling diejekin sama tetanggaku, memang diejekin terus ketika minta ijin sehari (SP, 387-393) 387-393)
388 sama tetanggaku, “ ye Gendut taunya minta makan untuk makan ke mama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

389 terus” jadi dulu kami itu ngontrak dan kami itu (SP, 387-393)
390 satu sumur sama tetanggaku, jadi aku kalau mau Ejekan Lingkungan
391 makan aku minta ijin sama mamakku. Yaudah (SP, 387-393)
392 makan sana. Jadi mamak ga pernah complain. Jadi
393 ga pernah memikirkan ke depannya ini gimana ya
394 badanku. Jadi mamakku ikut-ikut aja, mak aku
395 makan ya yaudah. Eee terus nanti tetanggaku yang Diejek gendut dengan Diejek gendut oleh Diejek si Gumbal
396 lagi nyuci di kamar mandi mereka dengar “ Ih” sebutan si Gumbal oleh tetangga dan SP oleh tetangga SP
397 Jadi dulu itu aku diejekin si gumbal “ih si Gumbal tetangganya (gumbal mendapat sebutan si (SP, 399-401)
398 ini apa enggak makin lebar badannya makan aja sebutan gendut dalam Gumbal (SP, 399-
399 kerjanya.” bahasa batak.) dan 401)
400 Si gumball itu apa artinya? Sama kayak gendut, mengatakan bahwa SP Ejekan lingkungan
401 gempal-gempal. Itu bahasa batak? Iya kayaknya, badannya makin lebar ( SP, 399-401)
402 kayak sebutan-sebutan bahasa batak daerah. Kelas karena kerjaannya
403 satu itu aku makan lima kali sehari soalnya itu makan terus. (SP, 399-
404 mungkin ekonomi kami enggak baik kali dan 401)
405 mamakku cuma save makananya itu nasi jadi
406 enggak ada buah, enggak ada apa, jadi kalau kita
407 lapar mentok-mentoknya makan nasi dan kayak
408 yang aku bilang dari dulu passionku itu memang
409 belajar, jadi karena nilaiku baik terus jadi orang
410 tuaku enggak pernah komplain. Mulai dari kelas
411 satu SD aku selalu dapat juara dan lingkunganku Merasa prestasi Prestasi akademik Mengalihkan
412 juga gak komplain secara blakblakan karena ada akademik membuat SP mengalihkan perhatian dari
413 yang menutupi gitu loh. Selalu dikenal orang kan seolah tidak peduli perhatian SP dari tubuh dengan
414 dia dapat juara jadi kayak bisa dimaafkan untuk ejekan tetangga.(SP, tubuhnya. (SP, 414- prestasi akademik
415 hal-hal lainnya meskipun tetanggaku suka ngejek 414-419) 419) (SP, 414-419)
416 tapi aku enggak terlalu peduli sampai kelas tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

417 SD. Waktu kecil kayaknya enggak terlalu sih.


418 Terus kalau waktu SMA? SMA itu aku, aku
419 bilang dari SD smpe SMP itu aku tidak pernah
420 depresi karena aku itu selalu unggul dimasalah Merasa tidak punya Tidak ada hal yang
421 akademik, nah masuklah aku SMA je jejeng aku kemampuan apapun Tidak ada hal yang bisa diunggulkan.
422 itu kayak merasa aku paling bodok diantara untuk diunggulkan bisa diunggulkan (SP, 421-429)
423 semua, jadi kayak kompetisinya itu kayak beda ketika masuk SMA. ketika SMA (SP,
424 level. Dan aku aku tidak punya senjata lagi untuk (SP, 421-429) 421-429)
425 menutupi badanku yang tidak menurutku tidak Tidak ada
426 sesuai dengan ekspektasiku dan ekspektasi keunggulan diri.
427 lingkungan. Makanya itu semakin terpuruknya (SP, 421-429)
428 startnya di SMA menurutku. Karena tiap bulan itu Kondisi SP diianggap SP merasa terpuruk SP merasa terpuruk
429 aku aku harus berjuang untuk supaya merahku terpuruk oleh dirinya saat masuk SMA. saat masuk SMA.
430 sedikit karena aku selalu di telpon pokoknya ga sendiri (SP, 429-430) (SP, 429-430) (SP, 429-430)
431 boleh ada panggilan orang tua kesana bla-bla
432 segala macam. Jadi enggak ada yang mau
433 kuunggulkan, secara fisik juga enggak akademik Merasa dirinya
434 juga enggak. Jadi waktu itu juga kalau misalnya Tidak ada yang Tidak ada Tidak ada terpuruk (SP, 429-
435 aku stress juga larinya ke makanan makanya jadi diunggulkan baik fisik keunggulan selama keunggulan selama 430)
436 makin bengkak. Itu dari satu SMA berarti ya? maupun akademik SMA (SP, 430-436) SMA. (SP, 430-
437 Iya satu SMA, tapi sebenarnya itu lebih ke dalam ketika SMA (SP, 430- 436)
438 diriku sih kalau kelas satu SMA itu belum puncak 436)
439 karena dari dalam diriku sendiri itu loh, aku belum Tidak ada
440 adalah yang bisa ku eee unggulkan lagi sekarang. keunggulan selama
441 Aku beneran di titik yang mulai dari nol sekarang. SMA (SP, 430-
442 Enggak ada yang mau diunggulin, jadi kayak 436)
443 cuma menanti keajaiban gitu doang kelas satu
444 SMA. Terus itu, itu kan masih dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

445 pikiranmu kan berarti, kalau dari lingkungan


446 kayak temen-temen sekolah itu ada enggak
447 kau dulu punya pengalaman? Dulu enggak sih.
448 Kayaknya karena SMA itu enggak terlalu fokus
449 sama fisik saat itu. Berarti beneran cuma
450 karena pikiranmu berarti ya? Karena kau
451 membandingkan, kayak kau merasa memang
452 aku akademiknya udah enggak kayak
453 sebelumnya lagi terus menurutmu badanmu
454 tidak sesuai ekspektasimu berarti? Iya bisa
455 dibilang gitu sih, dua sisi dua duanya itu kayak hal
456 yan lemah gitu jadinya, ga ada yang bisa
457 diandalkan gitu. Ya ga ada opsi lain deh, mungkin
458 juga itu semakin karena lingkungan SMA budi
459 Mulia yang kayak menekan masalah akademik
460 dan kelas satu itu zaman-zamannya orang bangga
461 kalau kau alumni bintang timur. Dan mulai
462 nganggap kau orang kampung loh, kau datang dari
463 mana? Bahkan ada orang yang di siborongborong Menurut SP ada teman Teman SP Kemampuannya
464 itu masih berkeliaran babi ya? Jadi masih yang yang berekspektasi berekspektasi bahwa Tidak dipercayai .
465 kayak gitu. Aku masih ingat pas aku pertama kali bahwa SP tidak mampu SP tidak mampu (SP, 469-474)
466 semeja sama si D, D terus ada percakapan yang dalam hal menghapal. menghapal. (SP,
467 mau dihapal dikasi pak siringo-ringo. Yang ada (SP, 469-474) 469-474)
468 percakapannya You are the honest boy terus ada Lingkungan tidak
469 peri-peri datang nah itu, pas itu kami percakapan SP menjadi pendiam di mempercayai.
470 terus si D ini merasa kau asalnya darimana? Ah kelas karena perlakuan SP menjadi (SP, 469-474)
471 sikawan ini pasti enggak hapal kayaknya dia temannya dan Pengalaman kelas 1 pendiam kelas 1
472 berekspektasi kekgitu sebelumnya. Nah pas berperilaku seolah tidak SMA membuat SP SMA dan menutupi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

473 dipanggillah kami yang pertama percakapan ke ada yang terjadi menjadi pendiam kondisinya setiap
474 depan, dia itu ternyata ga hapal dan aku membantu setiap pulang ke 470-475) pulang ke rumah.
475 dia kayak sejenis lipsinc biar dia itu baca mulutku rumah. (SP, 483-488) (SP, 483-488)
476 biar ga diulang lagi kami untuk percakapan hari
477 itu. Nah pas kami udah selesai duduk dan aku Menutup diri (SP,
478 masih ingat si Ivanto dibelakangku aku masih 483-488)
479 ingat kali si Ivanto bilang gini ”bisa kalah kau SP tidak menceritakan SP tidak cerita SP menutup diri
480 sama orang kampung, kau itu anak Bintang Timur pengalamannya di pengalaman ketika ketika pulang (SP,
481 loh” Mungkin ak sering kali dengar percakapan sekolah ketika pulang pulang (SP, 488- 488-493)
482 kayak gitu kelas satu tapi kayak jadi saat itu aku ke rumah. (SP, 488- 493)
483 selalu jadi pendiam dan jadi kayak, tapi kalau aku 493)
484 pulang kampung ketawa terus, ketawa terus kayak Menutup diri (SP,
485 enggak ada yang terjadi, karena menurutku itu hal 488-493)
486 yang gak perlu dipikirkan. Karena kami itu, di SP punya kebutuhan SP mempunyai Butuh pengakuan
487 rumah kami itu orang-orang dipaksa untuk diakui di depan umum kebutuhan diakui di depan umum
488 mandiri jadi me me menceritakan kelemahan itu (SP, 493-497) didepan umum. (SP, 493-497)
489 sebuah aib untuk kami saat itu. Jadi aku berusaha (SP, 493-497)
490 kayak bertindak kayak enggak ada yang salah sih
491 saat itu. Ya mungkin kayak yang kubilang dari Kebutuhan diakui
492 kecil aku punya kebutuhan untuk diakui di depan didepan umum.
493 umum, kalau enggak dalam hal akademik (SP, 493-497)
494 mungkin dari hal yang lain, menurutku itu sebuah SP diejek sebagai orang SP Diejek orang SP diejek orang
495 kebutuhan sih jadinya. Terus itu pas mereka kampung oleh teman kampung (SP, 501- kampung (SP, 501-
496 ngomentarin kayak gitu kau memang diam? sekelasnya. 505) 505)
497 Atau ada ngomong? Aku diam enggak ada (SP, 501-505)
498 respon apa-apa. Terus mereka reaksinya
499 gimana? Kayak ngebully-bully gitulah. “Ya
500 ampun kau bisa kalah sama orang kampung, orang Lingkungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

501 dari kampung juga datang masa kau enggak bisa mengejek (SP, 501-
502 ngapal gitu doang” kayak mereka itu beneran 505)
503 nganggap sebelah mata itu loh. Emang kalau aku
504 datang dari kampung kenapa? Mungkin kalau
505 yang datang dari parapat dan sekitarnya masih
506 lebih dekat dari siantar kan, rumahku kan beneran
507 jauh kan. Aku waktu SMP sih sempat digitukan
508 asli guru kesenian lagi yang nyepelein loh
509 bukan guru eksak. Padahal kesenian apa pula SP merasa sepupunya SP merasa dirinya SP merasa dirinya
510 urgensinya kan kadang. Ternyata ada dianggap lebih cantik tidak cantik tidak secantik
511 pengalaman gitu juga waktu kelas satu ya. Tapi dari dirinya oleh dibandingkan sepupunya, (SP,
512 kalau pengalaman waktu kecil itu tentang lingkungan dan sepupunya dan 518-522)
513 pengalaman body shaming yang aku maksud itu, lingkungan lingkungan tidak
514 kan biasa kita waktu kecil kan ikut acara menghilangkan memberikan Tidak percaya diri
515 pernikahan pengen kali megang bunga gitu kan. kesempatan membawa kesempatan yang pada dirinya. (SP,
516 Aku sering kali bahkan itu lebih dari tiga kali bunga di acara sama antara SP dan 518-522)
517 kuingat pernikahan siapa pernikahan siapa aku itu pernikahan keluarga. sepupunya. (SP,
518 udah ganti baju , udah siap untuk megang bunga (SP, 518-522) 518-522)
519 ke gereja, tiba-tiba di cancel dengan alasan aku
520 punya sepupu yang lebih cantik dari aku. Tapi itu
521 waktu kecil ya mungkin orang menganggap
522 yaudahlah gapapa orang masih kecil, gitu gitu loh. Tidak dapat kesempatan Mendapat perlakuan Lingkungan
523 Enggak jadi sebuah masalah waktu itu. Ahahaha membawa bunga ketika yang berbeda dalam memberi
524 Oh ada juga pengalamanmu waktu kecil kayak ada orang lain yang mengerjakan sesuatu kesempatan yang
525 gitu. Dulu itu aku sering ikut acara pernikahan dinilai lebih cantik karena penilaian berbeda pada anak
526 sama mamakku, jadi waktu itu kayak ikut pesta datang (SP, 527-531) cantik dan tidak yang dianggap
527 siapa pesta siapa dengan harapan bisa memegang cantik. (SP, 527- cantik dan Perlakuan
528 bunga ternyata tidak terkabul hanya karena ada 531) kurang/tidak diskriminasi dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

529 sepupuku datang. Tapi sebenarnya itu bukan cantik. (SP, 527- lingkungan (SP,
530 sepupu dekat sih, nenek kami aja beda tapi yang 531) 527-531)
531 namanya orang batak kan ikatan marganya yang
532 dilihat. Terus kalau SMA ada cerita lain gak?
533 Itu yang si D dan I itu berlangsung pas bahasa
534 inggris itu aja atau berlangsung berikutnya?
535 Sama kayak matematika juga aku kan selalu dapat
536 nol dari si X, tapi aku nyoba sih, aku nyoba
537 sepenuh jiwa mengerjakan dia itu contohnya
538 gampang eh tiba-tiba soalnya susah. Kokunya aja
539 susahnya setengah mampus. Aku juga nilainya
540 aja paling tinggi 40 atau 30 ya. Terus pas kelas
541 dua ada pengalaman gak? Kelas dua itu
542 mungkin karena masa puber kali ya udah ada
543 kebutuhan untuk dilirik lawan jenis atau apa
544 segala macam, kan kelas satu masih adaptasi syok-
545 syoknya masuk anak Budi Mulia. Terus? Kelas
546 dua udah mulai merasa ada kebutuhan kayak gitu,
547 waktu itu semakin merasa tidak nyaman karena
548 anak IPS itu kan bukan orang yang mengandalkan, SP menilai bahwa SP menilai bahwa Menilai kelasnya
549 skil secara umum kan? Salah sebenarnya itu itu kelasnya (jurusan IPS) kelasnya tidak tidak dianggap di
550 karena di Budi Mulia aja disini anak IPS harus dianggap tidak eksis di dianggap eksis di SMA. (SP, 554-
551 mikir loh. Ya maksudnya di sekolah kitalah SMAnya. (SP, 554-558) SMA. (SP, 554-558) 558)
552 komparasinya dan kelas dua itu juga sering kayak
553 pak Tina yang datang ke kelas kami cuma bilang “ Kelas SMA tidak
554 IPS kelas sampah” terus udah gak jadi belajar. eksis (SP, 554-558)
555 Lebih kesitu sih jadi kayak, kami itu enggak ada
556 eksistensinya disana. Jadi kayak mengingat temen- SP menilai anak IPS Kelas yang Kelas yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

557 temenku yang kayak orang Ani, dulu Anu yang direndahkan direndahkan direndahkan
558 memang untuk fashion doang kan orientasinya meningkatkan meningkatkan rasa membuat percaya
559 saat itu. Emang dari dulu ya mereka? Iya dari ketidakpercayaan diri. tidak percaya diri SP diri SP lebih
560 dulu memang gitu. Mengingat juga posisi anak (SP, 562-564) (SP, 562-564) rendah (SP, 562-
561 IPS yang selalu direndahkan selalu di sekolah 564) Direndahkan
562 meningkat sih ketidakpercayaan dirinya. Dan tidak percaya
563 kalau aku pulang pasti di bilang kakakku “ ya diri (SP, 562-564)
564 ampun kau gendut kali udah kayak karung, Kakak SP pasti Kakak SP SP dikatakan
565 jerawatan.” Pasti dibilang waktu SMA “Siapalah mengatakan bahwa SP mengatakan bahwa gendut oleh
566 yang mau sama kau?” ya namanya sekolah ya gendut, kayak karung dia gendut (SP, 564- kakaknya (SP, 564-
567 bedalah. Tapi jujur sejak kelas satu SMA aku dan jerawatan (SP, 564- 568) 568)
568 bukanlah orang yang betah bercermin liat 568)
569 badanku, kayak sekarang. Aku selalu menghindari Dipanggilan gendut
570 gitu loh kayak melihat apa, jadi aku (SP, 564-568)
571 menghindarinya dengan bahas soal apa segala SP tidak mau bercermin SP menghindari SP menolak / malu
572 macam. Itu karena apa berarti kira-kira? dan menghindari untuk melihat melihat tubuhnya.
573 Mungkin saat itu aku udah merasa aku jelek. Jadi cermin selama SMA. tubuhnya (SP, 569- (SP, 569-574)
574 aku dan kebetulan juga di kosku itu kaca cuma (SP, 569-574) 574)
575 kaca muka jadi ga full body, tapi bisa aja sih aku
576 bercermin di kaca-kaca nako- nako kosan dan itu SP merasa dirinya jelek. SP merasa dirinya Merasa dirinya Body shame (SP,
577 pasti Nampak kalau mau pergi ke sekolah tapi aku (SP, 575) jelek (SP, 575) jelek. (SP, 575) 569-574)
578 enggak pernah betah lama kok ngelihat, jadi ini
579 bukan aku kok santai yang kayak gitu loh. (tahan
580 menolak/ deny diri) terus aku sekolah saat itu aku SP tidak betah melihat SP menolak SP menolak
581 coba untuk enggak fokus sama badanku dan tidak tubuhnya dan berbicara tubuhnya. (SP, 579- tubuhnya (SP, 579- Body shame (SP,
582 mengakui itu badanku, jadi aku cuma yaudah dalam hati bahwa yang 581) 581) 575)
583 pokoknya aku belajar yang benar hanya itu aja, dia lihat saat iru bukan
584 enggak ada yang bisa diandalin lainnya pikirku. dirinya (SP, 579-581)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

585 Terus kayak komentar kakak itu, itu setelah Menolak diri
586 SMA atau sebelumnya pernah? Kakak atau (denial) (SP, 579-
587 abang samamu. Enggak sih itu pas SMA kali ya, Tidak mengakui Menolak tubuh dan Menolak tubuh 581)
588 soalnya kakakku kan mulai SMA kan udah mulai tubuhnya dan fokus fokus belajaar (SP, (SP, 582-586)
589 gonta ganti pacar terus dia melihat ada hal yang berusaha belajar. (SP, 582-586)
590 harus diperbaiki dari badanku supaya punya pacar 582-586)
591 atau gimanalah. Mungkin karena dia membawa
592 ke dirinya kali udah saatnya punya pacar apa Ada yang perlu Ada yang diperbaiki Malu pada Body shame (SP,
593 segala macam pada saat itu. Itu posisi kakak diperbaiki dalam dalam tubuhnya (SP, tubuhnya (SP, 590- 582-586)
594 udah kuliah kan? Udah. Tapi ya mungkin aku tubuhnya (SP, 590-595) 590-595) 595)
595 selalu diejek jadi aku memang gak pernah
596 kemana-mana, jadi kalau pulang ke rumah ya
597 cuma di rumah doang. Jadi enggak ada hal lain SP lebih menutup diri SP menutup diri dari SP menutup diri Body shame (SP,
598 yang ini… tapi dulu lucunya waktu SMP aku itu dari lingkungan karena lingkungan karena dari lingkunagn 590-595)
599 bisa badmood seharian kalau ketemu anak kecil selalu diejek diejek (SP, 596-599) karena diejek (SP,
600 dan bilang “kak kakak kok gendut?” padahal itu lingkungan (SP, 596- 596-599)
601 anak kecil loh yang kayak yaudah dia itu enggak 599)
602 tahu apa-apa sebenarnya gitu. Tapi itu cukup Ketika SMP, SP Lingkungan
603 menganggu dan itu selalu ketemu kayak dipesta- badmood jika bertemu Mood SP akan jelek Suasan hati SP mengejek 
604 perta kayak gitu, misalnya kayak baru di cancel dengan anak kecil yang apabila bertemu akan berubah jelek Menutup diri (SP,
605 megang bunga terus ketemu anak kecil yang mengatakan dia gendut. orang yang jika dia dikatakan 596-599)
606 bilang ih kakak kok gendut? Itu kan kayak pengen (SP, 600-603) mengatakan dia gendut ketika SMP
607 makan anak orang. Hahahahah Ini anak sok kali gendut.(SP, 600- (SP, 600-603)
608 kita lihat aja nanti kau besar cantik atau enggak. 603) Diejek  mood
609 Pikirku dalam hati hahahaha lucu. jelek. (SP, 600-
610 Secara tidak sengaja berarti semuanya ya dan 603)
611 lingkunganmu juga ketepatan kayak gitu pula.
612 Karena itu eee ukuran badanku itu tidak secara Merasa terganggu jika Merasa terganggu SP merasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

613 rata-rata untuk ukuran kampung Ti. Ukuran ada yang mengatakan dikatakan gendut terganggu tiap
614 kampung itu kayak ukuran si Eni semua, tiba-tiba dia gendut (SP, 604- (SP, 604-608) dibilang gendut.
615 mereka ketemu samaku ya syoklah. Apalagi aku 608) (SP, 604-608)
616 selalu ikut pesta sama orang tuaku kan ke daerah
617 yang lebih kampung lagi dari tempatku. Oiya kau Body shame (SP,
618 sering juga dibawa ke pesta kalau aku kan 604-608)
619 dilarang kan orang mama malas bawa aku
620 kemana-mana gak tahu kenapa. Belum pernah
621 sih kutanya kenapa mereka ga mau bawa aku.
622 Biar gak disuruh kau marhobas (beres-beres) apa.
623 Masalahnya kalau ada acara pun bukannya
624 pernah disuruh marhobas. Aku marhobas itu
625 cuma kalau di rumah kok. Sama sekarang
626 setelah SMA dulu engga pernahnya. Cuma
627 dulu aku dilarang. Yang kuingat sih memang
628 aku tukang muntah. Jadi kayaknya mereka
629 malas ngurus. Kan kalau anak-anak muntah
630 kan harus dijagain benar-benar kan. Aku juga
631 tukang muntah kok. Cuma ke Siantar aja aku
632 bisa muntah dua kali. Sesudah SMAnya aku
633 udah ga muntah lagi. waktu SMA masih ada lagi
634 gak yang ingin kau ceritakan tentang penilaian
635 tubuh eh enggak penilaian tubuh aja sih
636 tentang kaulah pokoknya.. ahahaahha (tertawa)
637 jadi kelas satu SMA aku, maksudnya kelas satu
638 SMA itu udah mulai tertarik sama lawan jenis
639 kelas satu jadi aku itu tertarik sama si Andy karena
640 dia itu bukan salah satu orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

641 memperlakukan aku dengan tidak baik saat itu dan


642 itu sangat berbeda ketika saat kuliah terjadi.. Tidak percaya diri Tidak punya Tidak percaya diri
643 terus? Itu sih pokoknya mulai kelas satu SMA untuk menyukai kepercayaan diri untuk menyukai
644 pokoknya kalau kalian bilang kau kok lama kali temannya. (SP, 648- untuk menyukai orang lain.(SP,
645 menahan diri untuk memendam untuk tidak 651, 653-654) orang lain. (SP, 648- 648-651, 653-654)
646 menunjukkan, satu sebenarnya aku tidak percaya 651, 653-654)
647 diri untuk suka sama dia, bayangin sebenarnya Tubuhnya  tidak
648 suka sama orang lain itu enggak ada sangkut percaya diri
649 pautnya sama percaya diri atau enggak. Ya kau Body shame
650 suka ya suka aja, itu hakmu kan. Secara umum itu (SP, 648-651, 653-
651 hak kita untuk mencintai seseorang. Bahkan aku 654)
652 itu enggak sanggup untuk percaya diri. Makanya
653 aku selalu coba nutupin rapi nutupin rapi apalagi
654 dia udah pacaran sama pacarnya, itu kan kelas tiga
655 ngelihat kalau mereka pergi les sama atau pulang
656 sama, aku ngeliatain dari kelasku tapi kayak Menilai bahwa dirinya Menilai dirinya jelek Menilai dirinya
657 yaudah sih, I’m not hahaha. Makanya pas Si x jelek hingga (SP,661- (SP,661-663) jelek (SP,661-663)
658 bilang samaku kayak gini “ kau pasti suka sama si 663)
659 Andy karena ganteng kan?” aku langsung yang
660 kayak apa sejelek itu aku emang ya, enggak pantas
661 disandingkan sama orang yang mukanya kayak Body shame
662 gitu. Ini kan masalah kalau udah pengakuan sampe (SP,661-663)
663 kita dewasa itu kan, bukan masalah fisik lagi kan
664 itu hanya masalah kenyamanan ajanya kan
665 sebenarnya, bahkan disitu ak mikir anjir uda
666 sampe delapan tahun aku enggak bisa percaya diri
667 karena menurutku dia itu secara fisik terlalu
668 sempurna untuk disukai lain masalah attitude dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

669 segala macam segala macamnya. Yaudah kalau


670 secara mental enggak percaya diri kok suka sama Menilai kalau dirinya Menilai bahwa Punya masalah
671 dia, padahal itu sukanya itu bukan yang rempong memiliki masalah dirinya memiliki kepercayaan
672 gitu loh. Kalau kau suka ya suka aja itu kan dengan kepercayaan masalah kepercayaan diri dari dulu. .
673 hakmu, kalau kau memaksakan perasaan itu sama diri.(SP, 679-683) diri dari dulu .(SP, (SP, 679-683)
674 orang itu baru kau salah gitu. Toh juga misalnya 679-683)
675 ada juga orang yang suka samaku mereka pede Tidak percaya diri.
676 pede aja tuh kayaknya pas mendekati gitu. (SP, 679-683)
677 Meskipun kayak orang-orang yang dikampungku
678 yang menurutku si kawan ini SMP pun gak tamat
679 gitu loh dan mereka pede pede aja tuh. Memang
680 aku yang bermasalah dari dalam kayaknya dari
681 dulu. Hahahaha. Orang kosan kayak orang-orang
682 yang dkos kelas satu SMA tahu aku suka sama si
683 Andy tapi kayak pas kelas dua kan mereka udah
684 masuk IPA terus akupun gak pernah cerita penuh Menilai bahwa teman SP menilai bahwa SP merasa
685 gitu loh, jadi mereka mikir cuma sesaat, lagian kos waktu SMA dirinya dianggap dianggap sebelah
686 SMA cuma cinta cinta monyet mungkin. Berarti menganggap sebelah sebelah mata oleh mata oleh teman
687 kalau dikosan dulu kalian biasa apa dong? mata pada dirinya. (SP, teman kosnya di (penilaian terhadap
688 Dikos itu aku selalu orang yang paling banyak 691-695) SMA. (SP, 691-695) teman) (SP, 691-
689 merahnya ya jadi mereka, sejujurnya mereka 695) Persepsi dianggap
690 selalu menganggap sebelah mata ke aku. Apalagi sebelah mata. (SP,
691 naik kelas dua aku IPS makin parah. Anak IPA 691-695)
692 menganggap anak IPS apa di Sekolah X? SP menilai bahwa Persepsi bahwa Perpepsi mengenai
693 Kelasnya beda kan. Tapi kan waktu kelas dua lingkungan Lingkungan penilaian
694 kau udah belajar ips ga belajar IPA lagi. tapi meremehkan dirinya. meremehkan dirinya lingkungan
695 kan sekosanku anak IPA smua aku aja yang IPS Persepsi sp terhadap (SP, 696-670) (SP, 696-670)
696 jadi tetep aja menurut mereka kelasnya beda. lingkungan. (SP, 696-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

697 Masalah meng-underestimate itu tetap ada jadi 670) Persepsi SP akan
698 sama aj enggak ada perubahan. Sejak kelas 2 penilaian
699 SMA merahmu masih ada gak? Kayaknya ada lingkungan
700 tapi paling cuma satu dan setelah kelas dua (SP, 696-670)
701 mereka jarang ngejek lagi kok kayaknya mereka
702 menjaga jarak kok samaku. Berarti bisa
703 kusimpulkan waktu SMA itu cuma
704 pengalamanmu dalam hatimu sendiri kan?
705 Kayak minder. Perasaan yang dibarengi dengan
706 perlakuan orang. Perlakuan orang yang
707 dihubungkan dengan standar yang ada di SMA
708 itu berarti ya. Si Y juga dulu misalnya mau
709 menjemur, ambil dulu jemuranmu ini aku mau
710 menjemur, padahal aku yang duluan menjemur.
711 Yaudah gapapa kuambil. Disitu posisi kainmu
712 belum kering berarti? Belum baru aja menjemur.
713 Daripada perang aku dibawah lah menjemur di
714 tempat cowok. Gitu aja karena aku orang yang
715 jarang pulang, cuma sekali sebulan pulang mereka
716 tiap weekend pulang jadi aku jadi orang yang
717 nguras bak mandi dan mereka enggak pernah
718 bersihin karena mereka selalu pulang. Makanya
719 aku dulu mengganggap anak IPA sombong semua,
720 anak IPA dikosku aja gitu semua. Pokoknya
721 pertama kuliah itu aku syoklah pokoknya. Syok
722 karena? Dulu aku ambil jurusanku ini kan karena
723 pengen jadi reporter sama presenter gitu kan,
724 mungkin dulu karena SMA itu kebanyakan formal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

725 gitu kan, aku ini syok ngelihat temen-temenku di


726 kampus yang mungkin aku melihat temen-temen
727 IPS ku yang dulu tapi dengan tingkat kapasitas
728 otak yang berbeda mungkin ya. Awalnya aku itu
729 ingin serius kali ke kuliah itu karena udah satu
730 tahun aku nganggur kan jadi kayak pokoknya aku
731 harus menyeriusin ini ini kyak gitulah meskipun
732 orang mengatakan kau terlalu serius apa segala
733 macam, karena aku yang tahu effortku kayak
734 gimana, soalnya kapasitasku itu cuma average tapi
735 aku harus mencapai salah satu universitas terbaik
736 di Indonesia biar aku survive saat itu aku harus SP setelah masuk SP mulai Memperhatikan
737 gimana ya, harus tetap serius kan mengingat kuliah mulai memperhatikan tubuh dan menilai
738 kapasitasku. Jadi pertama kali kok orang kuliah memperhatikan tubuhnya kembali tidak bagus (SP,
739 kok gak pake kemeja? Syok, orang kuliah dandan tubuhnya secara secara keseluruhan 741-751)
740 mulailah aku ngenal kayak yang namanya make seluruhnya karena dan menilai bahwa
741 up, dandaterus yang sepatunya wedges lucu apalah lingkungan jurusannya tubuhnya tidak Body shame
742 segala macam, sama cewek yang perawatan, mementingkan bagus. (SP, 741- (SP, 741-751)
743 facial, spa, segala macam apalagi kami dominan penampilan ketika akan 751)
744 cewek kan. Disitulah aku pertama kali melihat kuliah dan SP merasa
745 badanmu seutuhnya. Pas SMA aku udah tiga taun bahwa tubuhnya tidak
746 mencoba menghindari kaca yang full body pas aku bagus.
747 semester satu dan dua barulah aku coba emmmm (SP, 741-751)
748 kayak memperhatikan badanku sepenuhnya kek
749 eee enggak bagus ya kayak gitu, tapi itu belum
750 terlalu parah meskipun kuakui enggak bagus
751 karena aku punya temen yang pas semester satu
752 semester dua gak se-expert sekarang dandannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

753 jadi masih ada orang yang bisa dihinggapi yang


754 tidak terlalu pintar dandan, dan semester satu juga
755 karena masih ngambil mata kuliah umum jadi Awal kuliah SP masih SP masih bisa ambil Punya kesempatan
756 masih ketemu sama jurusan lain yang lumayan bisa memimpin ketika bagian sebagai dalam memimpin
757 serius kayak HI, ilmu politik gitu mereka masih mnjadi moderator di moderator yang baik sebuah diskusi
758 pake kemeja dan belum sedandan temenku. Kalau suatu diskusi. (SP, 761- dalam aktivitas sebagai
759 diskusi aku enggak ada masalah sih lagian aku 776) kelas. (SP, 761-776) moderator.(SP,
760 selalau jadi moderator yang baik kalau lagi 761-776) Keunggulan tampil
761 diskusi, jadi selalu bisa memimpin enggak ada di depan umum
762 yang salah, saat itu aku kembali ke tahap lagi ini (SP, 761-776)
763 memang passionku kembali ke satu SMP, ini
764 memang passionku dan aku masih bisa bersuara
765 disini saat itu. semester tiga udah masuk
766 pembagian konsentrasi kan emang cita-citaku
767 awalnya reporter sama jurnalis, tapi setelah
768 kupikir-pikir kalau misalnya jurnalisme,
769 fotografersama yang lainnya itu kan bisa
770 dipelajari otodidak kayak sekarang anak komputer
771 juga bisa belajar kok jurnalisme kayak gitu anak Semester tiga dan Kondisi kelas
772 ekonomi juga, jadi aku mutusin ambil humas dan empat ketika mulai semester tiga setelah Sp mulai khawatir
773 periklanan. Humas sama periklanan kan, semester masuk ke pembagian pembagian jurusan lagi dengan
774 tiga sama semester empat nah disitu lagi ternyata jurusan SP mengambil membuat SP mulai tubuhnya (SP,
775 skill itu enggak segalanya. Mulailah mulai humas SP bukan hanya memikirkan 777-786)
776 memperhatikan penampilan saat udah masuk mata kemampuan yang penampilan dan dia
777 kuliah humas, kita nanganin projek perusahaan dibutuhkan tetapi mulai khawatir. Body shame (SP,
778 karena perusahaannya itu didatangin langsung ke penampilan juga karena (SP, 777-786) 777-786)
779 sekolah eh ke kampus untuk nilai semester kita kita akan berhadapan
780 terus masuk ke dunia periklanan yang menuntut langsung dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

781 kreativitas kita bagus dan performance, disitu aku perusahaan atau
782 mulai yang kayak mmmm wah udah mulai masyarakat. SP muai
783 khawatir gitu loh, masak aku kalah lagi, udah cemas dengan
784 mulai merasa insecure saat itu kan. Wah ini kek tubuhnya. (SP, 777-
785 mana ini badanku, badanku kek mana badanku 786)
786 kek mana. Itu semester tiga semester empat dan
787 itu aku mulai merasa enggak nyaman pas masuk
788 ke konsentrasiku ini, pas aku semester satu Mulai tidak nyaman tidak nyaman
789 semester dua masih dipercaya jadi moderator, dengan tubuhnya. (SP, dengan tubuhnya Tidak nyaman
790 moderator apa apa gitu, mereka mulai ganti 788-790) (SP, 788-790) dengan tubuhnya
791 posisiku karena itu udah jadi basic performance (SP, 788-790)
792 semuanya itu udah banyak dari segi penampilan
793 karena secara skill sebenarnya kita imbang beda
794 tipis doang gitu loh, cuma aku lebih ke analisis Body shame (SP,
795 dibanding mereka. Terus yaudah semester tiga 788-790)
796 semester empat, puncaknya itu kalau engga Menurut penilaian SP, Menjaga penampilan
797 semester empat semester lima kali ya. Waktu itu lingkungan SP dinilai sebagai salah Menjaga
798 aku ngambil mata kuliah mata kuliah umum yang menyebutkan bahwa satu profesionalisme. Penampilan =
799 bisa diambil jurusan lain bisa ambil minimal dua. menjaga penampilan (SP, 804-811) profesionalisme
800 Jadi kemaren itu ngambil mata kuliah fisiologi adalah bagian dari (SP, 804-811)
801 komunikasi, anak politik anak HI ngambil juga profesionalisme. (SP,
802 anak sosiologi juga. Terus meskipun aku enggak 804-811) Internalisasi
803 nyaman di konsentrasiku karena banyak orang penilaian
804 yang ngandalin penampilan selain skill, karena lingkungan (SP,
805 menurut mereka itu prinsipnya penampilan itu 804-811)
806 bagian dari profesionalisme jadi mau gak mau kau
807 harus ngikutin iramanya mereka kan karena itu
808 bagian dari profesionalisme bukan karena supaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

809 orang tertarik samamu bukan yang kayak gitu.


810 Jadi pas itu aku merasa sedikit aman karena aku
811 punya dosen, jadi dosenku ini masih benar benar
812 yang berasal dari Sumatera Barat jadi kayak pola
813 pikir dan kerja kerasnya apa segala macamnya itu
814 masih sepikiran sama aku dan dia itu semester tiga
815 empat kan ngajar periklanan manajemen brand
816 dan yang gitu gitu. Dan dia itu kayak orang
817 merasa aku kayak anak kesayangan dia. Karena
818 dia apa apa misalnya ngejelasin itu pasti SP
819 menurutmu gimana? Bahkan aku ulang tahun dia
820 ngucapin di depan kelas gitu, eh SP happy
821 birthday ya kalian ga mau ngucapin? Bisaloh
822 nyanyi sepenggal lagu.Sampe yang kayak gitu loh
823 aku itu mulai up-nya itu semester tiga semester
824 empat, udah mulai merasa nyaman meskipun
825 perlakuan temenku yang lain udah mulai
826 mencurigakan. Jadi pas semester lima dosenku ini
827 juga memfavoritin temenku satu lagi yang secara
828 skill oke dan penampilan juga oke jadi pas
829 semester 5 masuk lah kami ke projek sosialisasi
830 komunikasi jadi ada brainstorming ide. Yaudah
831 jadi waktu itu kami dibattle-in. dosen yang sama?
832 Iya dosen yang sama. Bayangin aku udah, dosen Ketika SP dibandingkan SP merasa kalah dari
833 yang ngucapin selamat ulang tahun SP dan temen- dosen dengan teman temannya ketika Kalah dari segi
834 temenmu yang udah mikir kalian itu punya affair yang dianggap setara dosen memberi penampilan walau
835 dibelakang hanya karena dia itu suka menyanjung dalam kemampuan penilaian lebih tinggi punya kemampuan
836 kau di depan umum pas semester 5 itu dia tiba-tiba tetapi SP kalah dari segi pada teman yang baik. (SP, 839-843)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

837 bilang apa “ saya” dia itu bilang secara skill penampilan.(SP, 839- lebih dari segi
838 kuakui kamu itu memang yang terbaik, bahkan 843) penampilan. (SP, Body shame
839 kamu itu lebih layak berdiri disini dibandingkan 839-843) (SP, 839-843)
840 saya sebagai dosen, tapi untuk performance kamu
841 itu tidak sebaik P. dan pas keluar nilaiku kulihat
842 aku dapat A- dan temenku itu dapat A. Disitu aku Merasa dirinya Merasa dirinya
843 merasa kayak dikhianati. “Man, karena masalah diperlakukan tidak adil buruk. (SP, 847-849) Merasa dirinya
844 gendut gitu loh dan dia itu satu-satunya dosen dan merasa dirinya buruk. (SP, 847-
845 yang kupuja gitu lo. Aku merasa enggak fair kali buruk. (SP, 847-849) 849)
846 disitu sampe aku itu mikir, aku itu enggak ada hal
847 positif lagi ya? Pulang dari situ aku mulai merasa
848 yang kayak gangguan yang gangguan makan, Setelah mendapat SP makan gorengan Body shame (SP,
849 kayak aku makan gorengan terus niatnya beli dua penilain dari dosen tadi, berlebihan dan SP menunjukkan 847-849)
850 habis makan aku merasa bersalah. Aku datang lagi SP pulang dan mulai dipaksa masuk, ciri buliamia. (SP,
851 ke warung itu aku beli 10 aku paksa masuk abis makan banyak kemudian merasa 849-855)
852 itu aku nangis-nangis aku muntahin ke kamar gorengan kemudian bersalah dan
853 mandi aku masukin jari. Kalau diajakin orang setelah makan merasa menuntahkan (SP,
854 makan aku enggak mau. Pokoknya aku enggak bersalah dan 849-855) Ciri Gangguan
855 keluar rumah kalau enggak karena kerja kelompok memuntahkan secara makan Bulimia
856 apa segala macamnya karena itu kan menurutku paksa. (SP, 849-855) (SP, 849-855)
857 tanggung jawabku disini jadi aku gak boleh karena
859 aku galau aku jadi gak kuliah gitu loh sama yang SP mengurung diri dan SP membatasi diri
860 lain-lainnya. Disitulah aku mulai menarik diri dari membatasi keluar dari lingkungan (SP, SP membatasi diri
861 lingkungan. Itu tadi yang ka beli dua gorengan kamar. (SP, 856-863) 856-863) dari lingkungan.
862 dan setelah makan balik ke warung lagi buat (SP, 856-863)
863 beli, itu memang gitu kejadiannya? Enggak aku
864 niatin beli banyak awalnya soalnya aku pengen
865 nyicip awalnya, tapi habis itu karena aku merasa Melakukan pembelian Secara tidak sadar Menutup diri/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

866 bersalah aku ke warungnya lagi, ya namanya makanan berulang dan beli makanan Beli makannan menghindar dari
867 tukang warung ya disangkanya “wah doyan nih setelah dimakan merasa berulang berulang memakan lingkungan (SP,
868 orang”. Terus tujuanmu balik ke warung itu bersalah, melakukan memakannya dan merasa 856-863)
869 ngapain? Beli lagi. maksudnya beneran cuma secara tidak sadar. (SP, kemudian merasa bersalah.
870 mau beli lagi dan makan atau? Tapi kau itu 865-876) bersalah (SP, 865-876)
871 kau sadar kan ke warungnya? Enggak melakukannya (SP,
872 kayaknya. Pokoknya aku melangkahkan kaki itu 865-876)
873 kayak ga sadar pokoknya aku tujuannya ada Ciri bulimia.(SP,
874 makanannya. Terus setelah makanannnya habis 865-876)
875 tetap langsung kau muntahkan? Iya karena
876 sebenarnya aku udah kenyang tapi kupaksa masuk,
877 kayak ada kepuasaan kalau berhasil masuk tapi
878 kukeluarkan lagi. Capek sih apalagi kalau pas
879 ngeluarin gitu, muntahinnya capek. Bayangin kita Makan makanan Makan makanan
880 muntah karena aroma mobil aja muntahnya capek dengan dipaksa setelah kemudian Makan makanan
881 luar biasa apalagi muntah yang dipaksa.. Muntah masuk SP dimuntahkan kemudian
882 yang perutmu suka gitu sama makanan itu tapi kau mengeluarkan lagi kembali. (SP, 878- dimuntahkan (CIri
883 paksa keluar. Itu berapa lama kau dengan cara dipaksa 885) penderita bulimia)
884 ngalaminnya? Dua semester. Berarti 5 , 6 ya? untuk muntah. (SP,
885 Iya. Aku start skripsi. Setelah kKN berarti ya. 878-885) (SP, 878-885) Ciri bulimia=
886 Pas kkn aku masih jaga-jaga makanan. Waktu gangguan makan
887 mulai skripsi kau masih mengalami itu berarti (SP, 878-885)
888 ya.. iya tapi karena fokusnya udah beda jadi
889 mungkin fokusnya teralihkan karena udah ada
890 fokus lain yang harus kupelihara selain kayak
891 misalnya aku bercermin, aish ah gendutnya, tapi
892 yaudah lah SP skripsi jadi ya yang kayak gitu. Ada SP fokus skripsi jadi SP mengalihkan
893 yang memaksa waktuku makanya aku gila-gilaan tidak terlalu fokusnya pada Pengalihan fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

894 melakukannya biar fokusku itu teralihkan kesitu. memikirkan tubuh dan skripsi tetapi tetap ke skripsi  tetap
895 Jangan sampe berhenti dan aku berpikir ya ampun SP tetap merasa bahwa merasa bahwa merasa dirinya
896 aku enggak sempat olahraga dan akhirnya perutku dirinya gendut. (SP, dirinya gendut. (SP, gendut. (SP, 894-
897 makin buncit dan ya gitulah. Jadi aku daripada 894-900) 894-900) 900)
898 mengeluh gitu ngerjain skripsiku ae. Dan itu Body shame (SP,
899 enggak terlalu parah menurutku dan aku puas 894-900)
900 karena ada pengeluaran energi satu hari itu yang Mendapat kepercayan Mendapat
901 begitu banyak gitu. Tapi sebenarnya percaya diri ketika magang kepercayaan diri Magang
902 diriku itu balik lagi pas aku magang sih, mulai mengandalkan ketika magang mengandalkan
903 start skripsi. Magang kau tahun berapa sih? kemampuan.(SP, 903- mengandalkan kemampuan  SP
904 2015 atau 2014? 2015 eh desember 2014 sampai 905, 910-912) kemampuan. (SP, percaya diri.
905 januari 2015. Di magangku itu kebetulan aku 903-905, 910-912) (SP, 903-905, 910-
906 magang di pertambangan gitu orang enggak peduli 912) Pandangan positif
907 masalah badan jadi aku kayak dan pas aku nyoba pada diri (SP, 903-
908 mengalokasiin skillku, terus aku ditawarin GMnya 905, 910-912)
909 kerja disana, barulah disitu aku menemukan titik
910 kembali bahwa aku memiliki skill ternyata. Aku
911 karena beberapa kali judulku ditolak aku kan
912 magangnya jadi desember karena baru disitu judul
913 keempatku baru diacc. Oke misalnya kayak
914 makanan, makanan apa aja yang udah pernah
915 kau makan tapi setelah makan kau SP membatasi diri dari Membatasi diri dan
916 muntahkan? Indomie terutama, itu sangat lingkungan dan selalu membuatnya stress SP membatasi diri
917 menggoda. Itu sering enggak terjadi? Indomie mengurung diri dikamar (SP, 922-929) dari lingkungan
918 sering gorengan juga sering. Bisa gak kira-kira dan membuatnya stress. dan membuatnya
919 dibuat hitungannya dalam sebulan misalnya (SP, 922-929) stress.. (SP, 922-
920 berapa kali kau melakukan itu? bisa lebih dari 929)
921 sepuluh kali. Karena kan pas aku mengalami Menarik diri dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

922 hampir bulimia itu kan aku totally gak kemana- lingkungan 
923 mana, pulang kuliah langsung balik. Pulang kuliah stress (SP, 922-
924 balik pulang kuliah balik, paling lagian kan aku 929)
925 kerja kelompoknya kan malam ke pagi yaudah, SP sering mengakses SP senang menonton Menarik diri,
926 siangnya aku ngapain ya disini dikamar ini liatin video Victoria secret video model menonton video
927 berapa meter kamar ini dan stress. Oh dan membuat SP internasional yang model internasional
928 penyebabnya itu aku suka akses streaming gitu semakin menarik diri membuatnya makin  stress (SP, 931-
929 loh. Akses streaming? Streaming ini loh dan stress. (SP,931- stress dan menarik 936)
930 misalnya akses artis Victoria secret gitu apa segala 936) diri dari lingkungan.
931 macam di kamarku yang cuma segini ukurannya. (SP,931-936)
932 Pulang dari sana yang aku udah stress narik diri
933 dari lingkungan aku nonton kekgitu lagi. kan aku
934 paling hobi nonton Victoria secret. Itu udah
935 mulai kapan suka nonton Victoria secretnya?
936 Semenjak aku kuliah semester 4,5 itu. (sambil
937 seperti bergendang di dipan kasur) itu tujuanmu Menonton aktivitas Tertarik dunia
938 nonton Victoria secret itu apa? Ada gak? Cuma model internasional pemasaran  Ketertarikan 
939 pengen aja atau ada? Awalnya karena tertarik karena tertarik dunia menonton video Menonton mulai
940 sama ini ya sama dunia pemasaran jadinya pemasaran membuat SP model internasional menerima standar
941 konsentrasiku ke yang kayak gitu. Jadi ada semakin khawatir membuat SP di video sebagai
942 seperintilan topik yang kayak membawa produk dengan tubuhnya. (SP, semakin khawatir contoh tubuh
943 Victoria secret, nah kukepoinlah mmm aku enggak 942-951) akan tubuhnya. (SP, idaman. khawatir akan
944 cuma ngepoin mereka itu di shownya gimana aku 942-951) (SP, 942-951) tubuh  body
945 perhatiin gimana olahraganya mereka jadi aku shame
946 search satu persatu, misalnya Bella hadid itu (internalisasi
947 berapa jam dia cardio setiap hari? Dia lima jam ya standar model
948 dia habis itu ngapain? Yang kayak gitu kayak gitu. internasional) (SP,
949 Mungkin karena itu kan semakin parah. Berarti 942-951)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

950 setelah mulai skripsi perhatianmu seperti


951 semester 5,6 itu, eh setelah kkn perhatianmu
952 semester 5,6 itu teralihkan ke skripsi berarti?
953 Skripsi dan persiapan karir kayak itulah. Kayak
954 udahlah aku udah persiapan ke dunia kerja
955 sekarang udah lah, udah beda gitu jadi udah mulai
956 ngurangin fokus yang kayak gitu. Disitu juga Mengobati dengan cara Mengurangi fokus
957 berhenti yang nyongkel-nyongkel paling yang ga berdamai dengan pada tubuh Olahraga teratur
958 nyaman pokoknya aku jangan di kos aja sendiri tubuhnya dan tidak denganmembuat untuk mengatasi
959 distraksinya disitu paling. Makanya aku selalu terlalu fokus pada tubuh olahraga teratur. kecemasan.
960 mengusahakan jam 8 pagi harus udah jalan ke serta mencoba olahraga (SP, 964-965) (SP, 964-965)
961 perpus biar fokusnya itu sembuh. Tapi sekarang teratur. (SP, 964-965)
962 itu terobati karena aku kan nyoba rutin olahraga
963 jadi merasa baikannya itu memang enak. Itu Problem solving.
964 ternyata olahraga itu memang sangat (SP, 964-965)
965 menyembuhkan. Alokasi yang baik, iya alokasi
966 yang baik terlepas dari bisa dilanjutkan atau
967 enggak nanti pas kerja nanti. Terus dari
968 lingkungan pertemanan terhadap itumu,
969 dirimu ada gak berpengaruh pada dirimu
970 sebelumnya? Kan ceritamu lebih banyak
971 kayak dosen kan ya itu temen-temen yang kayak
972 mulai mengurangi jatah sebagai presentator apa
973 segala macam karena penampilan kurang. Itu
974 mereka ada menyebutkan alasan atau secara
975 pelan- pelan? Enggak ada alasan sih Apalagi kau
976 taukan orang jawa enggak terbuka kan. Siapa
977 tahu ada
yang keceplosan kan, soalnya kan kayak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

978 dosenmu itu kan bisa dibilang itu menjelaskan Mantan pacar SP Orang didekat SP
979 terang-terangan di depan umum kan. Kalau pernah mengatakan mengatakan dia Significant other
980 relasi romantis itu ada berpegaruh gak? Sama bahwa dia gendut. (SP, gendut. (SP, 983- mengatakan bahwa
981 mantan hahaha. Meskipin dia sebenarnya 983-984) 984) SP gendut. (SP,
982 membully tapi aku tidak terlalu peduli. Aku 983-984)
983 merasa dia bukan orang yang bisa mengimbangi
984 aku secara akademik. Jadi kayak aku “well I Penilaian
985 don’t care” dia suka bilang diet lah kau pas aaa Lingkungan (SP,
986 dia bilangnya itu kayak iya enggak iya gitu loh. 983-984)
987 Misalnya kayak pas aku aku pulang dari kampung
989 inggris kan aku memang kata dia kurusan, kata dia
990 kan gini kau kurusan enak gitu kan, ya mungkin
991 karena dia selama ini juga fokusnya masalah
992 seksual bukan yang lainnya jadi kalaupun dia
993 bilang gendutan loh kau aku sih bodo amat.
994 Karena yang membuat aku merasa buruk itu kan
995 satu masalah akademik dua memang orang yang
996 kuanggap orang yang memang kusukai gitu loh
997 kalau orang yang diluar lingkaran itu ya bodo
998 amat hahaha. Abangku sih pernah pas aku stress
999 stressnya pulang semester lima pulang ke
1000 siborongborong, kan dingin kan pas mau renungan
1001 gitu kan aku kan udah pewe sama adekku gitu
1002 duduk selimutan terus dengarin mamakku
1003 renungan malam, terus abangku bilang ambil bibel Abang SP mengatakan SP menangis ketika
1004 kita dek, terus aku bilang dek ambilkan dulu bahwa gimana SP gak abangnya Menangis ketika
1005 kugituin kan. Terus abangku apa kau gak makin makin gendut kalau mengatainya gendut. lingkungan
1006 gendut nanti kalau kau malas gerak. Terus aku malas gerak. Dan dia (SP, 1007-1010) menyebut gendut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

1007 langsung nangis nangis senangisnya terus aku menangis setelah (SP, 1007-1010)
1008 masuk kamar. Terus itu gimana ceritanya? mendengar komentar
1009 Abangmu terus kau langsung nangis, terus abangnya. (SP, 1007- Menangis
1010 selanjutnya gimana maksdku. Aku nangis, aku 1010) menanggapi
1011 itu dikampus udah selalu resah karena masalah penilaian
1012 berat badan blablabla bahkan di rumah sendiri aku lingkungan
1013 juga gak bisa nyaman apa sih mau kalian.. Itu Merasa bahwa di rumah Merasa tidak terhadap tubuhnya.
1014 sama abang? Sama abang dan kakakku eh sama sendiri SP juga tetap nyaman oleh SP merasa (SP, 1007-1010)
1015 mamak. Itu posisimu kau keluar kamar lagi? tidak nyaman dan tidak keluarga karena tubuhnya tidak
1016 atau teriak dari kamar? Aku masuk kamar dan diterima dnegan kondisi badannya. (SP, diterima juga di
1017 teriak. Terus reaksinya? Reaksi abangku? Ya itu badannya. (SP, 1012- 1012-1015) keluarganya.
1018 yang merasa masalah itu kan cuma aku, abangku 1015) (SP, 1012-1015)
1019 merasa ya ampun gitu aja pun.. udah mereka Tidak mendapat
1020 melanjutkan kegiatannya. Kayak gak ada yang dukungan dari
1021 terjadi. Kayak temen kita bilang kau aja yang keluarga (SP,
1022 baper. Waktu kuliah itu makin akutnya itu kan 1012-1015)
1023 gini ceritanya, jadi aku cuma dikosan, aku bulimia Pernah disuruh Diejek gendut oleh
1024 aku gak bilang sama orang, aku itu kan nyaman temannya turun dari teman dan membuat Diejek gendut oleh
1025 main sama abusyo tapi kan mereka hahaha tapi motor karrena katanya SP menangis. temannya dan
1026 kan aku enggak pernah cerita sama mereka motornya tidak kuat (SP, 1026-1034) membuat SP
1027 masalah badan apa segala macam, tapi yang kayak dan SP menangis. menangis.
1028 aku pernah bilang mereka sering bilang beratmu (SP, 1026-1034)
1029 80 kan atau mereka sengaja berhentiin motor pas (SP, 1026-1034) Penilain
1030 boncengin aku nah itu makin akut. Bahkan ya abis lingkungan 
1031 nongkrong dari abusyo sering kali aku nangis menangis
1032 dikamar. Terus aku selalu nyetok makanan yang (SP, 1026-1034)
1033 bisa membuat lambungku tersiksa, tersiksa
1034 kekenyangan dan aku nyetok gorengan gitu lo dan Pernah mendapatkan Mendapat julukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

1035 aku gak ngunyah cuma teptep tep aku masukin nama samaran tertentu dari teman, julukan Diidentikkan
1036 semua terus kenyangnya sampe muntah-muntah oleh teman dan pemilik itu dihubungkan dengan seorang
1037 gitu. Kalau habis ketemu sama orang abusyo, nama itu berbadan dengan seorang yang tokoh gendut.
1038 apalagi ti dulu ada kan peserta the voice atau apa gendut. Disamain sama bertubuh gendut dan (SP, 1039-1047)
1039 yang mbak mbaknya gendut chubby terus dia orang bertubuh gendut. membuat SP stress.
1040 bagus nyanyi, terus kan kami dulu kalau mau pigi (SP, 1039-1047) (SP, 1039-1047) Lingkungan 
1041 ngamen kan, selalu nonton di burjo dulu kan, body shame (SP,
1041 terus di R selalu bilang eh ini kembarannya SP 1039-1047)
1042 kembaranmu, terus yang lain itu ketawa ketawa.
1043 Aku cuma bilang “ish apa sih kalian?” aku cuma
1044 bilang yang kayak gitu kayak gitu. Terus aku
1045 pulang kos stress ya gitu paling ya gitu doang.
1046 Terus itu kayak gorengan yang kau setok itu
1047 kau belinya kapan? Kalau kau Tanya sekarang
1048 aku pun gak tau itu belinya kapan soalnya selalu
1049 ada dikamarku. Soalnya aku jadi penasaran sih. Setelah skripsi merasa Fokus pada tubuh
1050 Yaudah gitulah semua temen-temen juga gitu aja lebih menyayangi tubuh berkurang- Fokus pada tubuh
1051 terus. Setelah skripsi karena ada fokusku yang dengan tidak fokus meningkatkan berkurang karena
1052 lebih penting aku udah lebih bisa mengontrol itu pada tubuh karena kemampuan dan sudah mampu
1053 semua. Aku juga sadar aku masih punya skill yang masih ada kemampuan tetap menjaga melihat kelebihan
1054 bisa kuandalkan dan ditingkatkan disambil tetap yang diandalkan dan kesehatan tubuh lain. (SP, 1053-
1055 jaga tubuh dengan rutin olahraga. Makanya dapat ditingkatkan dengan olahraga. 1059) Pandangan positif
1056 sambil skripsi aku jadi lebih rutin olahraga dan sambil rutin olahraga. (SP, 1053-1059) pada diri sekarang,
1057 lebih sayang sama tubuhku. (SP, 1053-1059) dan menjaga
1058 Jadi sejak saat itu keadaanmu lebih bisa kesehatan dengan
1059 mengontrol pikiranmu khususnya mengenai rutin olahraga.
1060 tubuh ya? Iya. Oke terimakasih untuk (SP, 1053-1059)
1061 waktumu ya sudah bersedia berbagi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

1062 berpartisipasi.
1063
1064

Anda mungkin juga menyukai