Anda di halaman 1dari 123

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA TAHUN

PERTAMA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Grasinta Laras Aji

099114093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin

-Anonim-

Walaupun bukan yang terbaik, selalu berikan yang terbaik

-Anonim-

Karakter seperti sebuah pohon, dan reputasi seperti bayangannya.

Kita sering memikirkan bayangannya, padahal yang utama adalah

pohonnya

-Abraham Lincoln-

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Tempatku berkeluh kesah dan berserah diri akan semuanya

Keluargaku Bapak, Mamah, Beben dan Awan

Yang selalu mendukung tiada henti dengan caranya masing-

masing

Papah dan Dek Dwi

Yang sudah berbahagia duluan sama Tuhan di atas sana

Saudara-saudaraku dan teman-temanku

Yang senantiasa mewarnai hidupku dan mendukung disetiap

langkahku

Masa laluku

Yang menjadi cermin dan pelajaran yang sungguh berharga

Masa depanku

Yang menanti untuk segera membangun duniaku

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

Grasinta Laras Aji

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran self-regulated learning pada mahasiswa
tahun pertama. Self-regulated learning dalam penelitian ini dijabarkan dengan tiga fase menurut
Zimmerman yaitu fase sebelum belajar (forethought), saat belajar (performance), setelah belajar
(self-reflection). Partisipan dalam penelitian ini adalah delapan mahasiswa angkatan 2015 yang
berasal dari beberapa jurusan dan bersedia membagikan pengalaman belajarnya. Data penelitian
diperoleh dengan menggunakan metode wawancara. Analisis data dilakukan dengan analisis isi
kualitatif (AIK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fase yang paling menonjol adalah fase saat
belajar (performance), diikuti dengan fase sebelum belajar (forethought). Hal ini ditunjukkan dari
strategi-strategi yang muncul dalam respon partisipan. Sebaliknya, pada fase setelah belajar (self-
reflection) tidak banyak strategi yang dilakukan oleh partisipan. Strategi pada komponen
metakognitif dan perilaku terlihat lebih banyak dilakukan para partisipan dibandingkan dengan
strategi pada komponen motivasi. Selain itu ditemukan pula bahwa mahasiswa yang masuk jurusan
yang diinginkan cenderung menunjukkan variasi strategi self-regulated learning dan memiliki
prestasi akademik yang baik.
Kata kunci : self-regulated learning, mahasiswa tahun pertama.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

SELF-REGULATED LEARNING IN FIRST-YEAR COLLEGE STUDENT

Grasinta Laras Aji

ABSTRACT

This study aimed to describe self-regulated learning in first-year college student. In this
research, self-regulated learning is divided into three phases according to Zimmerman, there are
forethought phase, performance phase, andself-reflection phase. Participants in this study were
eight students from class of 2015 coming from several major and were willing to share their
learning experiences. The data were obtained using interviews. Data was analyzed using qualitative
content analysis. The results of this study indicate that the most prominent phase is the performance
phase, followed by forethought phase. It is shown on the strategies that appeared in participant
responses. By contrast, in the self-reflection phase there were not much strategy in the participant
responses. Strategies on metacognitive and behavior components have been more done by
participants compared with strategies on motivation component. This research also found that
students who enter the desired major tended to show variations in self-regulated learning strategies
and have a good academic record.
Keyword: self-regulated learning, first-year college student.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: Self-Regulated

Learning Pada Mahasiswa Tahun Pertama.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil

tanpa bimbingan, bantuan, serta dukungan yang sangat berharga dari semua pihak

yang membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis untuk

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang merancang seluruh kehidupan, yang Maha Kasih dan Maha

Baik, serta Bunda Maria yang berkenan mendengarkan keluh kesah dan

menghantar permohonan-permohonanku.

2. Kedua orangtua, yang memberikan dukungan kepada penulis.

3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si. selaku Kepala Program Studi Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

5. Bapak C. Siswo Widiyatmoko, M. Psi. sebagai dosen pembimbing akademik

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berkenan mendengarkan

kecemasan dan kegalauan akademik saya.

6. Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya atas bimbingan serta kesabarannya dalam

proses penyusunan skripsi ini. Terima kasih sekali, Pak, sungguh merupakan

kehormatan dan pengalaman yang berharga bagi saya.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7. Ibu Dr. Y. Titik Kristiyani, M. Psi. yang memperkenalkan saya dengan SRL

dan berdiskusi di awal pembuatan skripsi, sekaligus menjadi dosen penguji dan

memberikan masukan pada skripsi saya. Akhirnya saya selesai juga, Bu.

8. Ibu ML. Anantasari, M. Si. selaku dosen penguji yang berkenan berdiskusi dan

memberikan masukan juga untuk skripsi saya. Terima kasih pula atas kebaikan

hati Ibu dan segala pembelajaran selama kuliah di sini. Bu Ari emang oke

banget.

9. Ibu Sylvia CMYM, M. Si. yang baik hati dan berkenan mendengarkan

permasalahan saya, memberi masukan, serta memotivasi saya untuk segera

lulus. Terima kasih, Bu Sylvi.

10. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang berkenan

membagikan ilmu dan pengalaman selama proses pendidikan saya di sini.

11. Bu Nanik, Mas Gandung, Mas Muji, Pak Gie, Mas Dony, serta teman-teman

student staff, terima kasih atas semua bantuannya, candaannya, dan senyum

yang selalu muncul walaupun sedang capek.

12. Para partisipan yang berkenan berbagi cerita dan beberapa yang masih kontak

sampai sekarang.

13. Adikku, Beben dan Awan yang selalu memberikan motivasi dengan caranya

sendiri. Yang selalu membuat jengkel tetapi sekaligus membuat rindu akan

semua tingkah laku, petikan gitar atau klotekan stik drum.

14. Budhe Nova, Budhe Lusi, budhe-budhe yang selalu berbagi denganku,

menangis atau tertawa bersama. Trima kasih budheku yang paling aku sayang.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tak lupa terima kasih juga untuk semua keluarga yang nggak capek-capek

mengingatkan, memotivasi, dan mendengarkan keluh kesahku.

15. Teman-teman satu bimbingan dari masa ke masa: Yustia, Chacha, Mbak

Wieana, Engger, Pakdhe, Vania, Pika, Rhintan, Fitria, Maria, Ria, Tama,

Dedew, Rikjan, Mita, Gege, Gaby, dan semuanya. Semangat buat kita semua!

16. Teman-teman 2009 yang „paling setia‟ sama fakultas: Riri, Pakdhe, Ria, Deu,

Rima, Ika, Fandra, Tejo, Rezka, Adi Gandring, Kibo, Bang Yos, Julius, Firsta.

Terima kasih gaes. Tanpa kalian, aku mungkin nggak bisa sesemangat ini

untuk nyelesaiin skripsi. Makasih mau nemeni dan memberi info-info akademis

hehe…

17. Mas Abet Ucil yang selalu memberi masukan dan arahan kalau bingung bener.

Aku galau tenan tanpamu, Mas wkwk.. Bang Timo, Rere, Wita yang mau

ngasih masukan dan selalu menawarkan bantuan untukku.

18. Mitra Perpus yang ngehitz: Nisa, Erni, Fandra, Iwan, Yovi, Flo, Tuti, Wita,

Rere, Agnes, Mbak Her, Vinda, Ruly, Retha, Pebri, semuanya saja. Terima

kasih ya atas canda tawa selama jadi mitra perpus.

19. Teman sepermainan, sepercurhatan, dan sepergosipan (haha..) Kak Evy, Rani,

Ginza, Vera, Rea, Ika. Akhirnya aku menyusul kalian.

20. Kakak-kakakku, Mas David, Mbak Devi, Vero, Aan. Terima kasih atas segala

bantuan, terima kasih atas bimbingan, masukan, pokoknya semuanya. Terima

kasih membuatku menjadi pribadi yang berkembang dan bahagia punya

sahabat dan kakak seperti kalian.

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21. Pingkan, yang mau nemeni ngerjain skripsi, ditanya-tanya pas lagi asyik

nonton drama, selalu ngingetin dan nagih progress skripsi, temen fangirlingan

dan karaokean yang embuh tenan wkwk. Listya yang selalu ngingetin untuk

segera menyelesaikan skripsi supaya bisa segera “bebas seperti burung di

langit”.

22. Keluargaku, kakak-kakak dan adik-adik di Lectio Divina, Mas Guntur, Mbak

Ika, Mbak Oki, Mbak Esti, Mr Pang, Mas Tomy, Jojo, Mas Felix, Mbak Iwid,

Suly, Okta, Edgar, Eska, Mbak Lia, Tunyil, Mbak Gian, Anggi, Alma. Terima

kasih atas kehangatan dalam keluarga ini sehingga aku bisa menjadi diriku

sendiri.

23. Teman-teman SMA, geng G8 (Ikan, Pepi, Apit, Aphe, Ndez, Mama, Hmx)

yang hobi banget makan atau karaokean atau ngepump. Terima kasih atas

dorongan dan pertanyaan kapan lulus tiap kali main bareng. Many thanks!

24. Seluruh pihak, saudara, teman-teman atas bantuan yang diberikan dalam

penyusunan skripsi ini.

Penulis merasa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu saya mohon maaf

atas kesalahan maupun kelalaian yang telah saya perbuat baik sikap, tutur kata

maupun tulisan. Saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi

sempurnanya tulisan ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, September 2016

Penulis

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi

ABSTRAK .......................................................................................................... vii

ABSTRACK ......................................................................................................... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... ix

KATA PENGANTAR ........................................................................................ x

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………..xvii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................... ............................... xix

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

BAB II: LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

A. Self-Regulated Learning.............................................................. 7

B. Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Tahun Pertama ........ 20

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Kerangka Konseptual .................................................................. 23

BAB III: METODE PENELITIAN .............................................. ................... 25

A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 25

B. Partisipan Penelitian .................................................................. 26

C. Peran Peneliti .............................................................................. 26

D. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 28

E. Analisis dan Interpretasi Data ..................................................... 30

F. Validitas dan Reliabilitas Penelitian .......................................... 38

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 41

A. Pelaksanaan penelitian ............................................................... 41

B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan ................ 42

C. Hasil Penelitian ........................................................................... 47

1. Fase Sebelum Belajar (Forethought) ................................... 47

2. Fase Saat Belajar (Performance) .......................................... 51

3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)……………… ............. 57

4. Aktivitas Belajar Lain……………………………………... 60

D. Pembahasan ................................................................................. 67

BAB V: PENUTUP ......................................................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................ 76

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 78

C. Saran ........................................................................................... 79

1. Bagi Penelitian Selanjutnya .................................................. 79

2. Bagi Mahasiswa .................................................................... 80

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Bagi Institusi Perguruan Tinggi dan Pendidik……………... 80

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 81

LAMPIRAN ........................................................................................................ 85

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

Bagan1. Fase SRL ..................................................................................... 19

Bagan2. Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 24

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel1. Komponen dan Fase Self-Regulated Learning………………… ... 20

Tabel2. Protokol Wawancara ................................................................... 29

Tabel3. Matriks Kategorisasi .................................................................... 37

Tabel4. Rangkuman Waktu dan Tempat Wawancara .............................. 41

Tabel5. Rangkuman Hasil Wawancara Latar Belakang Partisipan .......... 63

Tabel6. Rangkuman Hasil Wawancara Self-Regulated Learning ............ 64

xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Data Strategi SRL Partisipan Pertama (AW) ...................................................... 86

Data Strategi SRL Partisipan Kedua (AS) .......................................................... 90

Data Strategi SRL Partisipan Ketiga (BK).......................................................... 92

Data Strategi SRL Partisipan Keempat (BS) ...................................................... 94

Data Strategi SRL Partisipan Kelima (CL) ......................................................... 95

Data Strategi SRL Partisipan Keenam (GD) ....................................................... 97

Data Strategi SRL Partisipan Ketujuh (AG) ....................................................... 100

Data Strategi SRL Partisipan Kedelapan (AY) ................................................... 103

xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa adalah peserta didik di perguruan tinggi. Kebanyakan

mahasiswa memulai studinya di perguruan tinggi tidak lama setelah tamat dari

SMA/K. Pada UU RI nomor 12 tahun 2012 yang mengatur tentang pendidikan

tinggi, di pasal 13 ayat 1 dan 2 mahasiswa diposisikan sebagai insan dewasa yang

memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi untuk menjadi

intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/ atau profesional. Peraturan pemerintah

tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa bertanggungjawab penuh atas proses

belajarnya sendiri.

Hal ini sangat berbeda dengan proses pembelajaran saat di SMA/K,

dimana siswa masih bergantung pada guru saat proses belajar mengajar. Siswa

SMA/K terbiasa memiliki jam belajar yang teratur, berpakaian sesuai dengan

peraturan, dan ketidak hadiran di kelas menjadi sesuatu yang dipertimbangkan.

Perbedaan ini menjadi kian terasa bagi para mahasiswa baru. Mahasiswa memiliki

jam perkuliahan yang tidak menentu, berpakaian bebas namun sopan, dan aturan

kehadiran di kelas tidak seketat masa SMA/K. Waktu kuliah yang tidak tentu

membuat celah bagi mahasiswa untuk belajar secara mandiri atau sebaliknya

malah menghabiskan waktu dengan hal-hal yang kurang mendukung perkuliahan.

Selain masalah pengajar dan waktu belajar, konten dari materi perkuliahan jauh

lebih mendalam dibandingkan dengan pelajaran ketika SMA/K. Mahasiswa

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebenarnya diberi tugas tambahan untuk mencari sumber pengetahuan lain selain

materi dari dosen supaya dapat mendalami materi perkuliahan.

Perbedaan proses pembelajaran ini mengindikasikan bahwa dibutuhkan

suatu perubahan dalam diri mahasiswa. Proses perubahan tersebut mensyaratkan

mahasiswa untuk dengan segera melakukan pengelolaan diri dalam belajar.

Pengelolaan diri supaya dapat mengimbangi ritme perkuliahan di perguruan tinggi

merupakan isu yang lekat dengan mahasiswa baru atau mahasiswa tahun pertama.

Apabila di sekolah yang lalu, siswa masih membutuhkan tuntunan dalam berbagai

hal, maka perguruan tinggi menempatkan mahasiswa sebagai pusat pengelola

belajarnya sendiri. Pengelolaan diri yang dilakukan supaya proses belajar menjadi

optimal dikenal dengan self-regulated learning (SRL).

Self-regulated learning (SRL) merupakan suatu proses dimana

mahasiswa berperan aktif dalam belajarnya untuk mencapai tujuan belajar. Secara

lebih rinci, SRL adalah proses belajar dimana peserta didik berperan secara aktif

pada metakognitif, motivasi, dan perilakunya demi tercapainya tujuan belajar

(Zimmerman, 1990; Zimmerman & Pons, 1986). Mereka mengatur kerja

metakognitif, motivasi, serta perilakunya sendiri sedemikian rupa sehingga

mendukung proses pemahaman atau pemahiran. Pengaturan terhadap

metakognitif, motivasi, dan perilaku terwujud dalam bentuk strategi belajar.

Seseorang yang melakukan SRL berarti menguasai proses belajarnya

sendiri. Mereka akan menentukan tujuan belajar pada awal proses belajar. Setelah

itu, mereka merencanakan proses belajar dengan menentukan strategi-strategi

yang akan dilakukan supaya proses belajar tetap terarah pada tujuan yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ditentukan. Mereka memantau dan memegang kendali penuh akan proses

belajarnya hingga tujuan belajar tercapai (Pintrich, 2004; Zimmerman, 1989).

Zimmerman (2002, 2008) menggambarkan proses SRL yang terbagi ke

dalam tiga fase siklis, yaitu forethought, performance, dan self-reflection.

Forethought merupakan proses dan beliefs yang terjadi sebelum belajar dimulai,

performance adalah proses ketika belajar itu terjadi, serta self-reflection adalah

proses yang terjadi setelah belajar. Masing-masing fase tersebut memiliki

subproses. Seseorang akan melakukan strategi-strategi tertentu yang sesuai

dengan dirinya pada tiap subproses tersebut sehingga belajarnya menjadi lebih

optimal (Zimmerman, 1989).

Mahasiswa yang melakukan SRL cenderung terampil menggunakan

strategi-strategi belajar untuk mencapai tujuan akademisnya. Tujuan akademis

seorang pelajar adalah pemahaman materi, nilai, peringkat, atau kesempatan kerja

setelah lulus (Zimmerman, 1989). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa

SRL berdampak positif terhadap prestasi akademik (Fasikhah & Fatimah, 2013;

Hidayat, 2013; Narulita, 2005; Zimmerman & Pons, 1986). Maka, penting

mengetahui ketrampilan SRL mahasiswa agar dapat membantu mengoptimalkan

proses belajarnya sehingga memiliki prestasi akademik yang baik. SRL dapat

diamati dan dilatihkan pada seseorang (Zimmerman, 1989). Oleh karena itu,

dengan mengetahui ketrampilan SRL mahasiswa tahun pertama, maka mahasiswa

dapat dibantu untuk meningkatkan ketrampilan tersebut jika terbukti masih

kurang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai SRL yang dilakukan pada

mahasiswa tahun pertama pernah dilakukan oleh Toms (2013). Toms melakukan

pengukuran SRL pada 8 mahasiswa asal Amerika Serikat menggunakan metode

wawancara semi-terstruktur. Toms menemukan bahwa mahasiswa tahun pertama

masih cenderung menggunakan strategi-strategi yang mereka gunakan ketika

mereka masih tingkat sekolah menengah. Penelitian ini memaparkan pula bahwa

terdapat beberapa peluang mahasiswa untuk melakukan SRL akan tetapi tidak

dimanfaatkan secara optimal.

Ada beberapa penelitian SRL yang secara khusus dilakukan pada

mahasiswa tahun pertama di Indonesia. Darmayanti (2008) melakukan intervensi

SRL terhadap mahasiswa tahun pertama. Mahasiswa tahun pertama pendidikan

jarak jauh (tidak tatap muka) yang cenderung kurang mampu menyesuaikan diri

untuk mandiri dalam belajar, menjadi lebih mampu untuk belajar secara mandiri

setelah dilakukan intervensi tersebut. Hal ini berarti Darmayanti mengasumsikan

bahwa mahasiswa tahun pertama pendidikan jarak jauh pun memiliki ketrampilan

SRL yang kurang. Beberapa penelitian terkait SRL juga telah dilakukan dalam

lingkup mahasiswa psikologi Universitas Sanata Dharma. Hampir seluruh

penelitian mengambil subjek mahasiswa semester tiga ke atas dengan asumsi

bahwa mereka telah memiliki pola belajar yang tetap (Putriansari, 2009; Fivtiari,

2011; Nugroho, 2012; Pakpahan, 2012). Penelitian terdahulu yang dilakukan

melalui jarak jauh serta asumsi pemilihan subjek penelitian yang sering muncul,

membuat peneliti tertarik untuk menggali kembali bagaimana SRL mahasiswa,

terutama pada mahasiswa tahun pertama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pada penelitian-penelitian SRL yang telah diketahui peneliti, ditemukan

bahwa terdapat berbagai macam bentuk alat ukur, antara lain dengan metode skala

atau wawancara. Alat ukur SRL yang paling populer dan telah banyak versi

adaptasinya adalah alat ukur berbentuk skala, contohnya LASSI, MSLQ, serta

Assessing Academic Self-Regulated Learning (Pintrich dkk, 1991; Weinstein &

Palmer, 1990; Wolters dkk, 2003).

Penelitian SRL yang menggunakan metode wawancara masih jarang

ditemui di Indonesia sejauh pengetahuan peneliti. Hal ini mendorong peneliti

untuk menggunakan metode wawancara pada pengukuran SRL yang hendak

dilakukan karena selain jarang ditemui, pengambilan data dengan menggunakan

wawancara dapat memungkinkan data lebih kaya dan mendalam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana gambaran self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun

pertama dengan melihat proses sebelum belajar (forethought), saat belajar

(performance), dan setelah belajar (self-reflection)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran self-regulated

learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama dengan melihat proses sebelum

belajar (forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-

reflection).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

kepustakaan dalam bidang psikologi pendidikan, terutama mengenai

gambaran self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui

bagaimana mereka melakukan self-regulated learning (SRL) sehingga

dapat mengelola dirinya menjadi lebih baik dan mengoptimalkan

belajarnya.

b. Bagi institusi perguruan tinggi, pengajar, maupun orangtua, hasil

penelitian ini dapat menghasilkan suatu gambaran mengenai dinamika

belajar mahasiswa tahun pertama serta dijadikan landasan untuk

memotivasi mahasiswa atau segera mengambil tindakan terkait

dengan pengoptimalan proses belajar.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Self-Regulated Learning

Self-Regulated Learning (SRL) merupakan suatu konsep mengenai belajar

yang dilakukan seseorang secara mandiri. Self-regulated learning berasal dari

self-regulated dan learning. Menurut Kamus Inggris Indonesia (Echols & Shadily,

2000), self-regulated berarti pengaturan diri dan learning berarti belajar. Self-

regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar ini tidak dipandang sebagai

kemampuan mental, akan tetapi lebih kepada proses terarah yang dilakukan oleh

dan untuk dirinya sendiri (self-directive) dimana seseorang mengubah

kemampuan mentalnya menjadi ketrampilan akademik (Zimmerman, 2002).

Beberapa poin penting dan senada yang muncul dalam definisi SRL para

ahli antara lain adanya tujuan belajar serta seseorang yang diposisikan sebagai

pemegang kendali penuh atas proses belajarnya sendiri (Ormrod, 2011; Pintrich,

2004; Zimmerman, 1990; Zimmerman & Pons, 1986). Oleh karena itu, SRL dapat

dipahami sebagai suatu proses belajar dimana seseorang memiliki peran aktif dan

konstruktif untuk mengendalikan dan memantau dirinya sendiri dalam rangka

mencapai tujuan belajarnya. Seseorang yang “self-regulated” cenderung memiliki

inisiatif sendiri, tekun, dan memiliki ketrampilan yang adaptif (Zimmerman,

2002).

Metakognitif, motivasi, dan perilaku merupakan tiga komponen atau area

psikologis yang menjadi fokus pada proses regulasi dalam SRL (Pintrich, 2004;

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Zimmerman, 1989; Wolters 2010). Beberapa aktivitas yang merupakan

perwujudan dari pengaktifan komponen-komponen tersebut dinamakan strategi.

Strategi dalam SRL adalah tindakan dan pengkondisian yang dilakukan untuk

mencapai kemahiran atau ketrampilan pada sesuatu (Zimmerman, 1990). Seorang

self-regulated learner menggunakan dan memanfaatkan strategi yang sesuai

dengan dirinya yang bisa mengoptimalkan proses belajar dalam rangka meraih

tujuan belajarnya.

Metakognitif merupakan kesadaran dan pengetahuan terhadap pemikiran

diri sendiri (Zimmerman, 2002). Metakognitif memungkinkan seseorang bisa

paham mengenai cara mereka sendiri berpikir. Strategi-strategi yang termasuk

dalam metakognitif ini merupakan variasi aktivitas dalam penentuan tujuan,

perencanaan, self-monitor, dan self-evaluate. Contoh-contoh strategi tersebut

adalah imagery, menguraikan ke dalam kata-kata sendiri (parafrase), menyusun

target, memonitor pemahaman terhadap suatu materi, membuat perubahan atau

penyesuaian terhadap belajar (Wolters, Pintrich & Karabenick, 2003;

Zimmerman, 1990)..

Motivasi dipahami sebagai pemicu awal yang muncul dari diri sendiri yang

mampu membuat dirinya memulai, melakukan usaha yang luar biasa serta tekun

dalam belajar (Zimmerman, 1990). Strategi-strategi yang termasuk dalam

motivasi adalah self-efficacy yang tinggi, intrinsic task interest, self-consequating,

dan hal-hal lain yang muncul dalam diri seseorang dan mampu memotivasi

dirinya saat belajar (Wolters, Pintrich & Karabenick, 2003; Zimmerman, 1990).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Perilaku adalah tindakan-tindakan atau aktivitas-aktivitas nampak yang

dilakukan oleh seseorang ketika mengusahakan suatu pemahiran dan lingkungan

yang mendukung proses belajar. Strategi-strategi yang termasuk dalam komponen

perilaku ini adalah memilih aktivitas, menyusun sesuatu, serta membuat

lingkungan yang dapat mengoptimalkan belajar, misalnya mencari informasi

tambahan, menghindari tempat bising saat belajar, self-instruct dalam

mengusahakan pemahiran (Zimmerman, 1990).

Ketiga komponen tersebut dapat dibedakan secara konseptual, akan tetapi

saat proses regulasi terjadi, ketiganya dapat saling melengkapi atau saling

bertautan satu sama lain (Wolters, 2010). Sebagai contoh, seseorang yang

berdiskusi dengan temannya untuk lebih memahami suatu materi dan membuat

suatu skema untuk mempermudah pemahaman materi. Berdiskusi merupakan

perwujudan dari komponen perilaku, sedangkan membuat skema merupakan

perwujudan dari metakognitif.

Seorang pelajar yang melakukan SRL berarti menggunakan strategi belajar

di sepanjang proses belajarnya (Zimmerman, 1989). Dalam proses belajar,

tahapan SRL terbagi menjadi tiga fase siklis (Zimmerman, 2002). Tiga fase siklis

SRL antara lain, proses dan belief yang terjadi sebelum belajar dimulai

(forethought), proses ketika aktivitas belajar terjadi (performance), dan proses

yang terjadi setelah aktivitas belajar (self-reflection). Fase-fase tersebut terus

berulang dalam proses belajar, oleh karena itu satu fase dapat mempengaruhi fase

yang lain.

Ketiga fase tersebut memiliki subproses masing-masing:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

1. Fase sebelum belajar (forethought)

Fase forethought memiliki 2 subproses yaitu analisis tugas dan self-

motivation belief.

a. Terdapat 2 hal yang termasuk pada subproses analisis tugas yaitu

penentuan tujuan (setting goals) dan perencanaan strategis.

Seseorang yang merencanakan tujuan yang spesifik diyakini

dapat meningkatkan kesuksesan akademis (Zimmerman, 2002).

i. Setting goals

Setting goals berarti membuat tujuan (goals) secara terperinci

bahkan hierarkis, seperti menyusun tujuan jangka pendek

(proximal goals) yang mengarah pada pencapaian tujuan

jangka panjang (distal goal) sebagai contoh, menentukan

berapa banyak halaman/bacaan/materi yang hendak

diselesaikan untuk menghadapi ujian (Wolters, 2010;

Zimmerman, 1998). Setting goals termasuk pula dalam

aktivitas atau strategi belajar yang berkaitan dengan

komponen metakognisi (Zimmerman, 1990).

ii. Perencanaan strategis

Akan ada banyak aktivitas untuk belajar. Seseorang yang

melakukan SRL akan memilih dan menentukan

aktivitas/strategi belajar yang ia rasa mampu untuk

membantunya mencapai tujuan, misalnya merencanakan

dimana dan kapan akan membaca materi yang ingin dikuasai


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

(Zimmerman, 2002; Wolters, 2010). Perencanaan strategis

dalam subfase ini memiliki kaitan dengan komponen

metakognitif pula (Zimmerman, 1990).

b. Sedangkan pada self-motivation belief terdiri dari empat hal yaitu

keyakinan seseorang terhadap kemampuannya sendiri untuk

belajar (self efficacy), konsekuensi personal terhadap belajar

(outcome expectation), ketertarikan terhadap tugas (intrinsic

interest), orientasi tujuan belajar (learning goal orientation)

(Zimmerman, 2002). Keempat macam keyakinan tersebut

berkaitan dengan komponen motivasi (Zimmerman, 1990;

Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2003).

i. Self efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang terhadap

kemampuan belajarnya sendiri. Semakin yakin akan

kemampuan yang ia miliki, maka seseorang akan semakin

termotivasi dan meregulasi dirinya dalam belajar

dibandingkan dengan seseorang yang ragu terhadap

kemampuan yang ia miliki (Zimmerman, 1998; 2002).

ii. Outcome expectations

Outcome expectationsmerupakan bayangan seseorang akan

hasil dari tindakan yang hendak dilakukan. Dalam rangka

mencapai tujuan, seseorang akan memutuskan akan

mengambil suatu tindakan tertentu berdasarkan perkiraan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

mereka tentang hasil (outcome) dari tindakan tersebut

(Domene dkk, 2011). Dengan membayangkan hasil yang

akan dicapai melalui tindakan tersebut, ia akan cenderung

termotivasi untuk meregulasi dirinya (Bandura, 1997).

iii. Intrinsic interest

Intrinsic interest adalah ketertarikan seseorang terhadap

tugas. Seseorang yang melakukan SRL cenderung tertarik

dengan tugas tersebut karena keterampilan yang akan ia

dapatkan ketika melaksanakan tugas akan bermanfaat bagi

dirinya. Seseorang yang tidak SRL tidak tertarik dengan

tugasnya dan cenderung menyalahkan faktor lain dari luar

dirinya, misalnya guru yang tidak menarik atau tugas yang

membosankan (Zimmerman, 1998).

iv. Learning goal orientation

Learning goal orientation merupakan tujuan belajar yang

berorientasi pada pemahaman atau penguasaan terhadap

sesuatu (mastery goals). Seseorang yang SRL menganggap

bahwa proses belajar ini merupakan kesempatan untuk

meningkatkan kemampuan mereka sehingga mereka lebih

termotivasi dan menghargai proses belajar. Sebaliknya,

seseorang yang tidak SRL cenderung memandang proses

belajarnya adalah sesuatu darinya yang akan dievaluasi atau

dibandingkan dengan orang lain. Hal ini dapat menimbulkan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

perasaan terancam yang dapat membuat mereka menghindari

belajar. (Zimmerman, 1998, 2002)

2. Fase ketika belajar (performance)

Fase performance memiliki 2 subproses yaitu self-control dan self-

observation.

a. Self-control merupakan pengaplikasian dari suatu metode spesifik

atau strategi yang telah ditentukan saat fase forethought. Beberapa

aktivitas yang termasuk dalam self-control antara lain imagery,

self-instruction, attention focusing, dan task strategies.

i. Imagery

Imagery merupakan aktivitas belajar dimana seseorang

membayangkan atau menggambarkan materi/objek belajar di

dalam pikirannya, misalnya, seorang novelis yang

membayangkan suatu kejadian terlebih dahulu sebelum

membahasakannya dalam bentuk tulisan. Imagery tidak

hanya gambaran dalam pikiran yang dibuat sendiri oleh

seseorang. Seseorang yang terlebih dahulu melihat orang

yang ahli (expert) dalam menyelesaikan suatu tugas sebelum

mencobanya sendiri termasuk dalam imagery yang

dinamakan modeling imagery (Zimmerman, 1998). Imagery

melibatkan aktivitas pikiran sehingga berkaitan erat dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

komponen metakognitif (Wolters, Pintrich, & Karabenick,

2003).

ii. Self-instruction

Self-instruction disebut juga self-verbalization atau self-

guiding verbalization (Zimmerman, 1998; Zimmerman &

Riseberg, 1997). Seseorang yang melakukan self-instruction

berarti mereka menuntun dirinya sendiri untuk melakukan

sesuatu dalam rangka mencapai tujuan akademis. Oleh karena

itu, self-instruction berkaitan dengan komponen perilaku

(Zimmerman, 1990). Sebagai contoh, seseorang yang

memperbaiki suatu teks dengan mengatakan pada dirinya

apakah bagian ini sudah baik? Contoh lain misalnya adalah

memberikan pujian pada diri sendiri, hal ini dapat

meningkatkan motivasi.

iii. Attention focusing

Seseorang yang SRL dapat memusatkan perhatian mereka

pada aktivitas belajar dan tidak mudah teralihkan. Apabila

lingkungan atau situasi kurang mendukung, maka mereka

akan melakukan sesuatu supaya dirinya menjadi fokus dalam

belajar, misalnya mencari tempat yang tenang untuk belajar

karena tidak dapat belajar di tempat yang ramai (Zimmerman,

1998, 2002). Adanya tindakan untuk melakukan

pengkondisian terhadap lingkungan ini berarti attention


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

focusing berkaitan dengan komponen perilaku (Zimmerman,

1990).

iv. Task strategies

Task strategies yaitu melakukan suatu tindakan terhadap

materi/bahan yang hendak dipelajari supaya lebih mudah

memahami, sebagai contoh membuat catatan di kartu kecil,

memberikan highlight pada kalimat atau kata-kata yang

penting, membaca ulang materi (Wolters, 2010). Oleh sebab

itu, task strategies berkaitan dengan komponen perilaku

(Zimmerman, 1990).

b. Self-observation yang dimaksud di sini adalah pengamatan yang

dilakukan kepada dirinya sendiri untuk mengetahui penyebab

suatu kejadian. Self-observation terdiri dari 2 yaitu self-recording

dan self-experimentation.

i. Self-recording

Self-recording berupa tindakan mencatat atau merekam

aktivitas yang dilakukan saat sedang mempelajari sesuatu,

sebagai contoh seorang siswa diminta untuk mengamati

dirinya, apakah ia dapat belajar lebih baik apabila berdiskusi

dengan temannya atau dengan membaca buku sendiri

(Zimmerman, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

ii. Self-experimentation

Self-experimentation adalah melakukan percobaan untuk

mencaritahu penyebab dari suatu hal, biasanya untuk

mengetahui hal-hal yang mendukung atau menghambat

proses belajar. Sebagai contoh, siswa yangmelakukan

percobaan dengan belajar sendiri dan belajar bersama teman-

temannya, tujuannya untuk mencari tahu apakah teman-

temannya bisa menjadi asetnya dalam belajar atau tidak

(Zimmerman, 2002).

Self-observation memiliki bentuk covert yang dinamakan self-

monitoring. Dalam self-monitoring, seseorang mengamati dirinya

dan menjadi tahu kapan mereka belajar dengan baik dan kapan

mereka tidak belajar dengan baik. Oleh karena itu, baik self-

recording maupun self-experiment termasuk dalam komponen

metakognitif (Zimmerman, 1990). Mereka menggunakan

pengetahuan ini untuk langsung mengubah cara belajar mereka

tanpa menunggu bantuan dari orang lain (Zimmerman, 1998,

2002; Wolters, 2010).

3. Fase setelah belajar (self-reflection)

Fase ini memiliki 2 subproses yaitu self-judgement dan self-reaction.

a. Self-judgement terdiri dariself-evaluation dan causal attribution.

i. Self-evaluation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Self-evaluation maksudnya adalah membandingkan proses

diri dengan suatu standar proses. Suatu standar proses bisa

berarti proses diri sebelumnya, proses orang lain, atau standar

proses yang telah ditentukan. Seseorang yang melakukan

SRL cenderung membandingkan dirinya dengan prosesnya

sendiri yang terdahulu yang didasarkan pada goal setting dan

self-monitoring. Sebaliknya, seseorang yang tidak melakukan

SRL cenderung membandingkan prosesnya dengan proses

orang lain (Zimmerman, 1998, 2002). Self-evaluation

termasuk ke dalam area metakognitif karena dalam

membandingkan sesuatu dilakukan dalam pikiran seseorang

(Zimmerman, 1990).

ii. Causal attribution

Causal attribution lebih menggambarkan tentang keyakinan

akan penyebab keberhasilan ataupun kegagalan dalam suatu

proses, misalnya seseorang mendapatkan nilai yang kurang

baik pada suatu materi tertentu. Orang yang meyakini bahwa

penyebabnya adalah keterbatasan kemampuannya sendiri

cenderung akan sulit untuk memotivasi diri pada proses

selanjutnya. Mereka menganggap bahwa usaha yang hendak

dilakukan untuk merubah keadaan tidak akan efektif. Berbeda

dengan orang yang meyakini penyebabnya berasal dari suatu

bagian dari proses yang terkontrol, misalnya metode belajar,


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

strategi belajar, atau karena kurang berlatih. Mereka

cenderung mampu untuk mempertahankan motivasinya

karena masih memungkinkan untuk melakukan suatu usaha

perubahan dibandingkan dengan yang merasa bahwa

kemampuannya sudah terbatas (Zimmerman, 1998). Maka

dari itu, keyakinan ini termasuk dalam aktivitas yang

berkaitan dengan area motivasi.

b. Self-reaction pun memiliki 2 bentuk yaitu kepuasan diri(self-

satisfaction) dan reaksi adaptif/defensif.

i. Self-satisfaction

Self-satisfaction atau kepuasan diri merupakan reaksi

terhadap performansi belajarnya sendiri. Apabila seseorang

semakin puas dengan performansinya, maka motivasinya

akan menjadi tinggi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,

kepuasan diri ini termasuk dalam area motivasi (Zimmerman,

2002).

ii. Adaptif/Defensif

Setelah seseorang menjalani proses belajar, akan ada reaksi

untuk menanggapinya. Ada 2 macam reaksi yaitu adaptif dan

defensif. Adaptif adalah reaksi yang ditunjukkan berupa

penyesuaian untuk meningkatkan efektivitas belajar,

misalnya dengan tidak menggunakan strategi belajar yang

tidak efektif atau memodifikasi strategi belajar. Defensif


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

merupakan reaksi yang ditunjukkan untuk melindungi self-

image-nya, biasanya berupa menarik diri atau menghindari

kesempatan untuk belajar, contohnya, tidak hadir saat tes

berlangsung atau tidak melanjutkan pelajaran ketika masih

berlangsung (Zimmerman, 2002). Kedua macam reaksi

tersebut merupakan perwujudan aktivitas yang berkaitan

dengan area perilaku.

PERFORMANCE
Self-Control
Self-Observation

FORETHOUGHT SELF-REFLECTION
Task Analysis Self-Judgement
Self-Motivation Believe Self-Reaction

Bagan 1. Fase SRL (Zimmerman, 2002)

SRL bukanlah sesuatu yang bersifat menetap. SRL dapat berubah bahkan

dapat dilatih pada tiap-tiap orang. Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi SRL

pada seseorang yaitu faktor personal, faktor perilaku, dan faktor lingkungan.

Bandura (dalam Zimmerman, 1989) mengatakan bahwa ketiganya memiliki

hubungan timbal balik (reciprocal) yang pengaruhnya tergantung dengan konteks.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

Tabel 1. Komponen dan Fase Self-Regulated Learning

FASE
KOMPO-
SELF-
NEN FORETHOUGHT PERFORMANCE
REFLECTION
META- 1. Goal setting 1. Imagery 1. Self-evaluation
KOGNITIF 2. Strategic 2. Self-recording 2. Causal
planning 3. Self-experiment attribution
3. Reaksi adaptif
MOTIVASI 1. Self-efficacy 1. Self-satisfaction
2. Outcome
expectation
3. Intrinsic
interest
4. Learning goal
orientation
PERILAKU 1. Self-instruct
2. Attention
focusing
3. Task strategies

B. Self-Regulated Learning pada Mahasiswa Tahun Pertama

Peralihan seorang siswa sekolah menengah atas (SMA) atau

setingkatnya menuju seorang mahasiswa di perguruan tinggi merupakan suatu

pencapaian bagi seseorang. Pencapaian ini tidak hanya menjadi suatu batu

loncatan bagi siswa untuk mempersiapkan karier di dunia profesional. Sayangnya,

peralihan ini juga tak lepas dari isu-isu pendidikan yang menghambat seseorang

mencapai apa yang dicita-citakan.

Selama proses pendidikan di jenjang pendidikan dasar hingga

pendidikan menengah atas, peserta didik terbiasa mengikuti kegiatan belajar

mengajar di dalam kelas yang diselenggarakan oleh guru. Bahkan menurut

Permendikbud No. 65 Tahun 2013, guru disebut memiliki peranan penting dan

vital dalam proses pengelolaan kelas. Kurikulum dan semua aktivitas


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

pembelajaran telah disusun oleh instansi pendidikan sehingga siswa „hanya‟

tinggal mengikuti saja.

Sistem pendidikan yang menempatkan guru sebagai pusat ilmu bagi

siswa, tentu dapat membentuk kebiasaan siswa dalam belajar. Siswa menjadi

cenderung kurang mandiri dan kurang memiliki inisiatif dalam belajar. Hal yang

merugikan tentu dapat terjadi ketika guru menyajikan pembelajaran dengan suatu

metode tertentu dan terdapat siswa yang kurang cocok dengan metode tersebut.

Siswa yang terbiasa menjadi „pengikut‟, menjadi tidak berdaya untuk mengatasi

ketidakcocokan metode pembelajaran yang akhirnya berimbas pada prestasi

akademis yang kurang memuaskan. Sebaliknya, siswa yang terbiasa menjadi

pembelajar yang mandiri, memiliki inisiatif untuk mengatasi hal tersebut dengan

mencari cara untuk tetap menguasai materi pelajaran dengan cara lain yang sesuai

dengan dirinya.

Siswa yang mampu mengatasi keadaan yang kurang mendukung proses

belajarnya seperti di atas merupakan salah satu bentuk pengelolaan diri dalam

belajar yang disebut dengan self-regulated learning (SRL) (Zimmerman, 1990).

Walaupun pendidikan di jenjang SMA/K berpusat pada guru bukan berarti

menutup kemungkinan siswa untuk melakukan proses SRL sejak dini. Hal ini

didukung dengan pernyataan Zimmerman (1989) yang mengatakan bahwa SRL

dapat diamati atau nampak dan dapat dilatih. Selain itu, Flavell (dalam Santrock,

2003) menyebutkan bahwa usia siswa SMA/K yaitu 15-18 tahun merupakan

pemikir yang aktif dan konstruktif yang dapat membentuk perkembangan mereka

sendiri melalui interaksi dengan lingkungannya. Oleh karena itu, siswa SMA/K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

sebenarnya memiliki kesempatan untuk membangun perilaku SRL akan tetapi

biasanya terkendala karena proses pembelajaran yang membentuk siswa menjadi

kurang memiliki kemandirian dan inisiatif.

Lain halnya dengan di perguruan tinggi, dimana mahasiswa dituntut

untuk mengelola proses belajarnya secara mandiri. Berdasarkan Permenristekdikti

No. 44 Tahun 2015, proses pembelajaran di perguruan tinggi berpusat pada

mahasiswa dan berlangsung dalam bentuk interaksi antara pengajar, mahasiswa,

dan sumber belajar dalam lingkungan tertentu. Kemandirian terutama dalam hal

akademis menjadi suatu hal yang harus dijalani oleh mahasiswa.

Proses peralihan dari SMA atau setingkatnya menuju perguruan tinggi

merupakan proses yang cukup rawan menurut peneliti. Mahasiswa baru atau

mahasiswa di tahun pertama dituntut untuk segera menyesuaikan diri dengan

sistem pembelajaran di perguruan tinggi. Maka selain tantangan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, mahasiswa tahun pertama juga

dituntut untuk menyesuaikan diri dengan sistem pembelajarannya. Pada bagian

inilah seseorang yang biasa melakukan SRL akan terlihat berbeda dengan mereka

yang tidak melakukan SRL. Mahasiswa yang melakukan SRL, akan dengan baik

mengelola dirinya dalam “krisis” peralihan tersebut. mereka dapat mengelola

proses belajarnya menjadi lebih optimal sehingga cenderung memiliki prestasi

akademik yang baik pula. Sebaliknya, mahasiswa yang tidak melakukan SRL

akan mengalami kesulitan dalam proses belajar. Hal ini dapat berakibat pada

prestasi akademis yang kurang baik hingga tidak hadir tanpa keterangan ketika

proses belajar dan mengajar berlangsung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

C. Kerangka Konseptual

Self-regulated learning (SRL) merupakan suatu konsep belajar mandiri.

Seseorang dapat dikatakan sebagai self-regulated learner atau seseorang yang

melakukan SRL apabila mereka mampu mengendalikan dan memantau proses

belajarnya hingga mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Seorang yang

melakukan SRL memiliki inisiatif, ketekunan, dan memiliki ketrampilan yang

adaptif (Zimmerman, 2002). Apabila dihadapkan pada situasi dan kondisi yang

kurang mendukung proses belajarnya, mereka akan mencari cara untuk mengatasi

hal tersebut sehingga proses belajar dapat berjalan sesuai dengan harapan. Oleh

karena itu, seseorang yang melakukan SRL cenderung memiliki prestasi akademik

yang baik dibandingkan mereka yang tidak melakukan SRL.

Perpindahan jenjang studi dari SMA/K ke perguruan tinggi tentu

memerlukan adanya penyesuaian diri, terutama dalam hal akademis. Siswa yang

sejak SMA/K sudah melakukan SRL seharusnya tidak banyak memiliki kendala

dalam hal menyesuaikan diri ketika di perguruan tinggi. Sebaliknya, siswa

SMA/K yang tidak melakukan SRL akan lebih berpotensi untuk mengalami

kendala dalam menyesuaikan diri di perguruan tinggi yang dapat berdampak pada

prestasi belajarnya.

Penelitian ini hendak memaparkan gambaran self-regulated learning

(SRL) pada mahasiswa tahun pertama. Subjek diharapkan dapat menggambarkan

bagaimana proses belajarnya ketika di awal perkuliahan. SRL diharapkan dapat

terungkap melalui penggambaran proses belajar yang disampaikan oleh subjek


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tersebut.SRL pada penelitian ini dijabarkan dalam 3 fase siklis yaitu sebelum

belajar (forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-

reflection) (Zimmerman, 1998, 2002). Tiap-tiap fase memiliki subprosesnya

masing-masing. Pada fase forethought terdapat subproses analisis tugas dan self-

motivation belief. Pada fase performance terdapat subproses self-control dan

self-observation. Pada fase self-reflection terdapat subproses self-judgement dan

self-reaction. Melalui ketiga fase siklis tersebut, dapat diperoleh gambaran SRL

mahasiswa tahun pertama secara lebih mendalam sesuai dengan tujuan dari

penelitian ini.

Sebelum belajar
(forethough)
Self-
Proses belajar Saat belajar Regulated
Mahasiswa
di perguruan (performance) Learning
Tahun Pertama
tinggi (SRL) ?
Sesudah belajar
(self-reflection)

Bagan 2. Kerangka Konseptual Penelitian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk memahami pengalaman atau makna

yang dikenakan seseorang atau kelompok terhadap suatu isu penelitian. Penelitian ini

hendak melihat gambaran menyeluruh dari suatu isu sehingga memungkinkan

meluasnya proses penelitian. Proses penelitian yang meluas dapat ditunjukkan dengan

adanyaperubahan-perubahan dalam tahapan rencana penelitian yang sebelumnya

telah disusun. Pada penelitian kualitatif, peneliti terjun langsung untuk menggali

pengalaman atau makna dari partisipan. Hal ini memungkinkan peneliti untuk

mengumpulkan data melalui berbagai cara misalnya, wawancara, observasi, atau

dokumen-dokumen dan kemudian melakukan interpretasi terhadap data tersebut

(Creswell dalam Supratiknya, 2015).

Penelitian ini menggunakan desain analisis isi kualitatif (AIK). AIK

merupakan suatu metode dalam penelitian dimana isi data yang berupa teks

ditafsirkan secara subjektif melalui proses klasifikasi sistematik berupa coding atau

pengodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola (Hsieh & Shannon dalam

Supratiknya, 2015). Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini secara spesifik

menggunakan pendekatan deduktif yang berarti bahwa penelitian ini telah memiliki

25
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

teori serta hasil penelitian terdahulu dan hendak diuji kembali dalam konteks yang

baru, dalam hal ini peralihan jenjang pendidikan, serta menggunakan kelompok

subjek yang baru pula, dalam hal ini mahasiswa tahun pertama.

Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara

secara tatap muka. Pertanyaan-pertanyaan yang hendak diajukan kepada partisipan

berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka dan bersifat eksploratorik untuk memancing

partisipan supaya lebih leluasa dalam menjelaskan atau memberikan gambaran

mengenai proses belajar mereka.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 mahasiswa tahun pertama yang terdiri

dari 2 putra dan 6 putri. Mahasiswa tahun pertama paling tidak telah menempuh 1

atau 2 semester sehingga memiliki indeks prestasi kumulatif (IPK). Mahasiswa tahun

pertama dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 dengan prodi atau

fakultas yang ditentukan secara acak. Partisipan penelitian ini langsung melanjutkan

ke perguruan tinggi setelah tamat SMA/K tanpa ada jeda waktu.

C. Peran Peneliti

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai instrumen. Peneliti terjun

langsung untuk mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dan menangkap

hasil wawancara tersebut kemudian mengolahnya. Dalam proses wawancara satu-

lawan-satu ini, peneliti diharapkan dapat melakukan rapport yang cukup serta tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

mendominasi proses wawancara. Hal ini dilakukan supaya partisipan tidak segan

untuk berbicara dan berbagi ide sehingga data yang dihasilkan dapat memadai

(Creswell, 2014).

Peneliti tidak memiliki hubungan atau kaitan apapun dengan partisipan

maupun lokasi penelitian. Partisipan merupakan mahasiswa yang sudah menjalani

kuliah selama 1 tahun dan selepas SMA/K langsung melanjutkan ke jenjang

perguruan tinggi. Peneliti mendapatkan informasi mengenai calon partisipan melalui

rekomendasi dari teman-teman peneliti. Selanjutnya, peneliti menghubungi calon

partisipan tersebut dan mulai membangun rapport. Sebelum proses wawancara

dilaksanakan, peneliti memberikan informed consent kepada calon partisipan.

Apabila calon partisipan bersedia untuk ambil bagian dalam penelitian ini, maka

selanjutnya waktu dan lokasi wawancara ditentukan melalui kesepakatan antara

partisipan dengan peneliti.

Penelitian ini pun tak luput dari isu-isu sensitif yang mungkin muncul,

misalnya kesediaan partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian serta kerahasiaan

identitas partisipan. Peneliti melakukan beberapa hal untuk meminimalisir isu-isu

sensitif tersebut. Peneliti menjelaskan secara sekilas mengenai gambaran penelitian

dan memberikan informed consent kepada calon partisipan sebelum wawancara

dilakukan. Selain itu, dalam penelitian ini identitas partisipan akan dirahasiakan dan

pelaporan akan menggunakan inisial.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif tentang dinamika self-regulated learning (SRL) ini,

menggunakan metode wawancara sebagai pengumpulan datanya. Wawancara

merupakan percakapan yang berupa tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu (Poerwandari, 1998).

Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur dimana dalam

pengambilan datanya peneliti menggunakan seperangkat pertanyaan baku, namun

tidak menutup kemungkinan untuk menggali informasi kembali dengan mengajukan

pertanyaan tambahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi dari subjek pada

saat wawancara berlangsung.

Kekuatan dari metode wawancara tatap muka atau satu-lawan-satu adalah

apabila rapport dapat berjalan dengan baik maka partisipan dapat leluasa untuk

berbicara dan menyampaikan ide-idenya. Hal tersebut disebabkan karena partisipan

terhindar dari perasaan tidak nyaman yang disebabkan kemungkinan adanya

bandingan atau dominasi dari partisipan lain yang melakukan wawancara disaat yang

sama. Sebaliknya, apabila rapport tidak dibangun dengan baik atau individu termasuk

seorang yang pemalu maka proses wawancara akan menjadi sulit dan menghasilkan

data yang kurang memadai (Creswell, 2014).

Instrumen perekaman data yang dipersiapkan untuk pelaksanaan wawancara,

yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

Tabel 2

Protokol Wawancara

1. Protokol Wawancara

INFORMASI PARTISIPAN
Inisial
Fakultas IPK
Tanggal Waktu
Tempat
DAFTAR PERTANYAAN
Pembuka Salam kenal. Namamu siapa? Dari fakultas mana?
1. Dulu dari SMA/K mana?
2. Apakah masuk prodi/fakultas ini adalah
Pendahuluan
keinginanmu? Kalau bukan, dulu maunya masuk
prodi/fakultas mana?
1. Waktu awal masuk kuliah, ada kesulitan nggak
Transisi
terutama dalam hal belajar? Apa itu?
Kunci
1. Biasanya apa aja yang kamu siapin sebelum
Kuliah
mengikuti kuliah? (forethought)
2. Ketika kuliah sedang berlangsung, biasanya kamu
melakukan apa aja? (performance)
3. Setelah perkuliahan selesai, bagaimana kamu
mengevaluasi perkuliahanmu sejauh ini? (self-
reflection)
Tugas 1. Sebelum mengerjakan tugas, biasanya kamu
Individu melakukan apa aja? (forethought)
2. Bagaimana kamu mengerjakan tugas itu? Coba
ceritakan (performance)
3. Ketika tugas sudah selesai kamu kerjakan, apa
yang selanjutnya kamu lakukan? (self-reflection)
1. Sebelum mulai mengerjakan tugas/proyek
Tugas
kelompok, apa yang biasa kamu lakukan?
Kelompok
(forethought)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

2. Dalam proses pengerjaan tugas/proyek kelompok,


apa saja yang kamu lakukan? (performance)
3. Ketika tugas/proyek kelompok telah selesai, kamu
melakukan apa lagi? (self-reflection)
1. Apa yang biasa kamu persiapkan sebelum
Ujian
menghadapi ujian/tes? (forethought)
2. Ketika sedang mengerjakan ujian, apakah ada
strategi-strategi tertentu? Coba ceritakan
(performance)
3. Apa yang biasa kamu lakukan kalau ujian sudah
selesai? (self-reflection)
1. Apa ada lagi yang mau kamu tambahkan mengenai
Penutup
belajarmu?

2. Perekaman Data

Peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan perekam audio

dan catatan tulisan tangan peneliti. Data utama dalam penelitian ini berupa

transkripsi dari proses wawancara yang telah direkam. Selain itu, data tambahan

diperoleh dari catatan tulisan tangan peneliti yang merekam reaksi partisipan

selama proses wawancara.

E. Analisis dan Interpretasi Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif

(AIK). AIK merupakan suatu metode untuk menganalisis pesan-pesan komunikasi

yang bersifat lisan, tertulis, atau visual (Supratiknya, 2015). Penelitian ini

menghasilkan data berupa transkripsi dari hasil wawancara. Data-data hasil penelitian

tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kesamaan makna sehingga diperoleh


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

suatu deskripsi yang padat terhadap suatu fenomena yang sedang diteliti

(Supratiknya, 2015).

Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

deduktif atau analisis isi terarah. Peneliti akan melakukan pengodean terhadap

transkripsi wawancara. Skema awal pengodean didapatkan melalui teori atau hasil

penelitian terdahulu. Kode yang hendak digunakan yaitu fase sebelum belajar

(forethought), fase ketika belajar (performance), dan fase setelah belajar (self-

reflective). Apabila peneliti masih menemukan data-data yang belum dimasukkan ke

dalam suatu kode, maka peneliti akan membaca kembali dan menganalisis apakah

data-data tersebut hanyalah termasuk subkategori atau perlu membuat suatu kode

baru. Kriteria yang hendak digunakan untuk koding yaitu:

1. Definisi forethought: aktivitas/belief pada area metakognitif, motivasi, atau

perilaku individu yang terjadi sebelum belajar dimulai. Fase forethought terdiri

dari analisis tugas (task analysis) dan self-motivation belief:

a. Definisi analisis tugas(task analysis): aktivitas-aktivitas dimana individu

menganalisis tugas belajar yang hendak dilakukan dengan tujuan untuk

membuat suatu perencanaan. Analisis tugas (task analysis) terdiri dari dua hal

yaitu, menentukan tujuan (setting goal) dan perencanaan strategis (strategic

planning):

i. Definisi menentukan tujuan (setting goal): individu menentukan tujuan

atau target belajarnya, sebagai contoh: menargetkan untuk memahami

sekian bab dalam satu hari menjelang ujian.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

ii. Definisi perencanaan strategis (strategic planning): individu merencanakan

aktivitas atau strategi tertentu yang akan membantunya belajar dengan

optimal. Contohnya, merencanakan kapan dan di mana akan belajar untuk

ujian.

b. Definisi self-motivation belief: belief atau keyakinan yang berkaitan dengan

tugas atau proses belajar itu sendiri, yang dianut individu dan dapat membuat

dirinya termotivasi. Self-motivational belief terdiri dari empat hal yaitu self-

efficacy, outcome expectation, intrinsic interest, dan learning goal

orientation:

i. Definisi self-efficacy: keyakinan akan kemampuan individu sendiri,

misalnya, “Aku yakin aku pasti bisa mengerjakan ujian akhir semester

nanti.”

ii. Definisi outcome expectation: membayangkan hasil yang baik dari

tindakan atau aktivitas yang hendak dilakukan, contohnya, “Kalau aku

belajar setiap hari, aku akan dapat nilai A dimata kuliah ini.”

iii. Definisi intrinsic interest: ketertarikan individu terhadap suatu tugas

tertentu, bukan karena faktor dari luar, contohnya, “Aku suka hitung-

hitungan jadi aku suka matematika.”

iv. Definisi learning goal orientation: orientasi belajar individu yang

mengarah pada pemahaman suatu materi, misalnya, “Aku ingin sekali bisa

melakukan percakapan bahasa Inggris secara fasih.”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

2. Definisi performance: aktivitas/belief pada area metakognitif, motivasi, atau

perilaku individu yang terjadi ketika individu sedang belajar. Fase performance

terdiri dari dua hal yaitu self-control dan self-observation.

a. Definisi self-control: aktivitas atau strategi belajar yang digunakan individu

dan dirasa sesuai dengan dirinya untuk mengoptimalkan belajar.Self-control

terdiri dari empat hal yaitu imagery, self-instruction, attention focusing, dan

task strategies.

i. Definisi imagery: aktivitas belajar dimana individu menggambarkan atau

membayangkan suatu materi/objek belajar di dalam pikirannya. Sebagai

contoh ketika mengerjakan tugas membuat cerpen, individu akan

membayangkan alur cerita dalam pikirannya terlebih dahulu sebelum

menuliskannya.

ii. Definisi self-instruction: individu menuntun dirinya sendiri atau bahkan

memerintah dirinya sendiri untuk melakukan suatu atau serangkaian

aktivitas belajar. Contohnya, dalam suatu penelitian, individu telah selesai

mengambil data, kemudian ia segera melakukan analisis data, setelah

menganalisis data lalu segera melanjutkan ke proses selanjutnya tanpa

disuruh terlebih dahulu oleh orang lain. Contoh lain misalnya individu

yang memberikan pujian pada dirinya sendiri setelah melakukan tugas

dengan baik supaya dapat mempertahankan motivasi untuk tugas

selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

iii. Definisi attention focusing: usaha individu untuk dapat fokus pada

aktivitas belajar yang sedang dilakukan sehingga tidak mudah teralihkan,

misalnya individu yang tidak dapat belajar dengan baik di tempat ramai

akan berpindah mencari tempat tenang untuk melanjutkan belajarnya.

iv. Definisi task-strategies: usaha individu yang dilakukan pada materi/objek

belajar dengan tujuan supaya lebih mudah memahaminya, sebagai contoh:

menggaris bawah atau memberi highlight pada kata-kata penting dalam

suatu modul materi.

b. Definisi self-observation: pengamatan yang dilakukan individu terhadap

dirinya sendiri dalam rangka mengetahui keefektifan belajar yang dilakukan.

Self-observation terdiri dari dua hal yaitu self-recording dan self-

experimentation.

i. Definisi self-recording: individu mencatat atau merekam aktivitas

belajarnya sendiri untuk mengetahui atau membandingkan keefektifan

aktivitas tersebut. Sebagai contoh, individu ingin memahami materi baru

dengan membaca sendiri kemudian mencatat lama waktu belajarnya dan

membandingkan lama waktu ketika ia belajar bersama dengan teman-

teman untuk mengetahui mana yang lebih efektif.

ii. Definisi self-experimentation: individu melakukan percobaan pada

aktivitas belajar untuk mengetahui hal yang mendukung atau menghambat

proses belajarnya. Contohnya, individu ingin mengetahui apakah teman-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

temannya merupakan aset yang mendukungnya dalam proses belajar,

maka ia mencoba belajar sendiri dan juga belajar dengan teman-teman.

3. Definisi self-reflection: aktivitas/belief pada area kognisi, motivasi, atau

perilaku individu yang terjadi setelah belajar selesai. Fase self-reflection

terdiri dari dua hal yaitu self-judgement dan self-reaction.

a. Definisi self-judgement: individu melakukan evaluasi atau penilaian

terhadap proses belajarnya sendiri. Self-judgement terdiri dari dua hal

yaitu self-evaluation dan causal attribution:

i. Definisi self-evaluation: individu membandingkan proses belajar

yang telah dilakukan dengan proses belajar sebelumnya, misalnya,

“aku dapat belajar lebih baik untuk mempersiapkan ujian akhir

semester kali ini dibandingkan ujian akhir semester lalu.”

ii. Definisi causal attribution: keyakinan individu bahwa penyebab

kegagalan atau kesuksesan merupakan bagian dalam suatu proses

belajar bukan karena kemampuan personal seperti kecerdasan,

sebagai contoh seorang individu yang meyakini bahwa ia gagal dalam

ujian akhir karena tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik.

b. Definisi self-reaction: individu bereaksi atau menanggapi proses belajar

yang telah dilakukannya. Self-reaction terdiri dari dua hal yaitu self-

satisfaction dan reaksi adaptif:

i. Definisi self-satisfaction: kepuasan yang didapatkan individu dari

proses belajarnya sendiri dan dapat mempertahankan atau


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

meningkatkan motivasi untuk proses selanjutnya, contohnya ketika

individu dapat belajar dengan baik dan mendapat nilai yang

diharapkan di ujian akhir semester, maka ia merasa puas, sehingga ia

bersemangat untuk menjalani perkuliahan di semester berikutnya.

ii. Definisi reaksi adaptif: reaksi dari proses belajar yang ditunjukkan

dengan menyesuaikan keefektifan proses belajar, yaitu dengan

memodifikasi strategi belajar yang kurang efektif atau

mempertahankan strategi untuk proses belajar selanjutnya. Sebagai

contoh, selama kuliah satu semester individu menggunakan satu buku

acuan yang ia pelajari sendiri dan merasa kurang cukup, maka di

semester selanjutnya ia menambah acuan dari perpustakaan atau

bertanya pada kakak tingkat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Tabel 3

Matriks Kategorisasi

FASE SELF-REGULATED LEARNING (SRL)

Fase sebelum belajar Fase saat belajar Fase setelah belajar


(Forethought) (Performance) (Self-Reflection)
Self-Control
Self-Judgement
Aktivitas atau strategi
Individu melakukan
Task-Analysis belajar yang digunakan
evaluasi atau penilaian
Menganalisis tugas individu dan dirasa sesuai
terhadap proses
belajar yang hendak dengan dirinya untuk
belajarnya sendiri
dilakukan dengan tujuan mengoptimalkan belajar
contoh: “aku dapat belajar
untuk membuat suatu contoh: membuat
lebih baik untuk
perencanaan gambaran suatu kejadian
mempersiapkan ujian
contoh: membuat target dalam pikiran sebelum
akhir semester kali ini
untuk membaca dan menuliskan ke dalam
dibandingkan ujian akhir
memahami 3 bab materi bentuk cerita, mencari
semester lalu”, “aku
dalam 1 minggu tempat yang hening untuk
mendapatkan nilai jelek di
sebelum ujian, membuat belajar supaya lebih fokus,
proyek individu ini karena
jadwal belajar dan menggaris bawah atau
aku kurang
bermain. memberi highlight pada
merencanakannya dengan
kata-kata penting dalam
baik”
suatu modul materi.
Self-Motivation Belief Self-Observation Self-Reaction
Keyakinan yang Pengamatan yang Individu bereaksi atau
berkaitan dengan tugas dilakukan individu menanggapi proses
atau proses belajar itu terhadap dirinya sendiri belajar yang telah
sendiri, yang dianut dalam rangka mengetahui dilakukannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

individu dan dapat keefektifan belajar yang contoh: “ketika aku dapat
membuat dirinya dilakukan belajar dengan baik dan
termotivasi contoh: mengamati mendapat nilai yang
contoh: “aku yakin aku pemahamannya terhadap diharapkan di ujian akhir
bisa mengerjakan tugas materi saat melakukan semester, maka aku
akhir ini dengan baik”, kerja kelompok dan kerja merasa puas, sehingga
“kalau aku belajar setiap mandiri, melakukan bersemangat untuk
hari, aku akan dapat diskusi kelompok dan menjalani perkuliahan di
nilai A dimata kuliah mengamati apakah teman- semester berikutnya”,
ini”, “aku suka hitung- teman diskusi dapat “selama kuliah satu
hitungan, maka aku suka membantu meningkatkan semester aku
kuliah matematika”, pemahaman atau tidak. menggunakan satu buku
“Aku ingin sekali bisa acuan saja yang aku
melakukan percakapan pelajari sendiri dan
bahasa Inggris secara merasa kurang cukup,
fasih” maka di semester
selanjutnya aku akan
menambah acuan dari
perpustakaan atau
bertanya pada kakak
tingkat

F. Validitas dan Relibilitas Penelitian

Penelitian kualitatif memerlukan pengujian validitas maupun reabilitas hasil

penelitian. Dalam penelitian ini, pengujian validitas dan reabilitas hasil penelitian

akan ditempuh dengan menggunakan beberapa cara berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

1. Validitas

Suatu penelitian dapat dikatakan valid apabila hasil penelitiannya akurat

dari sudut pandang peneliti, partisipan, maupun pembaca laporan penelitian

(Supratiknya, 2015). Peneliti biasanya melakukan beberapa strategi untuk menguji

validitas penelitiannya. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan 2 strategi,

yaitu member checking dan peer debriefing. Pada member checking, setelah data-

data dirumuskan ke dalam tema-tema, peneliti akan membawa kembali kepada

partisipan untuk mengetahui apakah tema-tema yang telah dirumuskan tersebut

sudah akurat atau sesuai dengan diri partisipan.

Selain itu, pada peer debriefing, peneliti meminta seorang sejawat untuk

melakukan review dan mengajukan pertanyaan kritis mengenai penelitian ini.

Rekan sejawat peneliti merupakan seorang sarjana psikologi yang sedang

menjalani pendidikan pasca sarjana. Setelah laporan penelitian selesai dibuat,

peneliti memberikan print-out pada rekan tersebut untuk melakukan tinjau ulang.

Rekan tersebut kemudian memberikan beberapa pertanyaan dan masukan terkait

hasil penelitian serta sekaligus menilai apakah tujuan penelitian ini sesuai dengan

hasil yang telah dicapai atau didapatkan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas dijelaskan sebagai sejauh mana penelitian atau pendekatan

yang dilakukan peneliti konsisten dengan yang diterapkan oleh peneliti lain dan

proyek penelitian yang lain (Supratiknya, 2015). Penelitian ini menggunakan dua

strategi untuk menguji reliabilitas penelitian. Strategi yang pertama adalah peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

memeriksa berulangkali transkrip-transkrip rekaman wawancara untuk

memastikan tidak ada kesalahan yang serius saat proses transkripsi. Selain itu,

peneliti juga membandingkan data dengan kode-kode yang telah dirumuskan. Hal

ini bertujuan untuk menghindari pergeseran makna kode-kode yang mungkin

terjadi selama proses transkripsi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini diadakan pada awal bulan September 2016. Proses

pengambilan data menggunakan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti

sendiri kepada delapan mahasiswa. Wawancara dilakukan di beberapa tempat

sesuai kesepakatan partisipan dan peneliti. Durasi wawancara partisipan rata-rata

adalah 20-30 menit. Berikut ini rangkuman waktu dan tempat diadakannya

wawancara:

Tabel 4

Rangkuman Waktu dan Tempat Wawancara

PARTISIPAN WAKTU TEMPAT

AW Kamis, 1 September 2016 Area basecamp radio Masdha

AS Kamis, 1 September 2016 Kantin Kampus III USD

Kedai minuman di sekitar


BK Jumat, 2 September 2016
Mrican
Kedai minuman di sekitar
BS Jumat, 2 September 2016
Mrican
Kedai minuman di sekitar
CL Jumat, 2 September 2016
Mrican

GD Minggu, 4 September 2016 Halaman gereja

AG Minggu, 4 September 2016 Rumah partisipan

41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

AY Senin, 5 September 2016 Taman dekat sekretariat MIPA

B. Dinamika Wawancara dan Latar Belakang Partisipan

Wawancara dilakukan oleh peneliti secara tatap muka personal tiap

partisipan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti menjelaskan secara garis besar

mengenai penelitian dan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh partisipan.

Tiap partisipan juga telah menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini

yang dibuktikan dengan surat pernyataan persetujuan berpartisipasi yang telah

ditandatangani oleh partisipan.

Partisipan yang diwawancara pertama kali oleh peneliti adalah AW. AW

merupakan mahasiswa fakultas psikologi dan memiliki IPK 3,85. Ia mengaku

masuk ke jurusan yang memang ia ingini sejak awal. Ketika awal masuk kuliah,

AW berpikir bahwa kuliah itu lebih berat daripada SMA. Ia juga merasakan

perbedaan cara belajar dan beberapa sistem di perkuliahan. Ia merasa kaget dan

membutuhkan penyesuaian. Saat proses wawancara, AW mengaku bahwa ia grogi

dan takut kalau jawabannya tidak sesuai yang diharapkan. Akan tetapi, setelah

beberapa pertanyaan AW nampak cukup santai kembali, hal ini nampak dari cara

penyampaian AW yang cukup banyak bercerita tentang dirinya. AW cenderung

berbicara agak cepat, nyaring, dan sesekali tertawa mendengar respon atau

ceritanya sendiri. Selama wawancara AW dapat bekerjasama dengan baik

sehingga proses wawancara dapat berjalan dengan lancar.

Partisipan selanjutnya adalah AS. Sama dengan partisipan sebelumnya, AS

juga merupakan mahasiswa psikologi dan berniat masuk ke psikologi walaupun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

sebenarnya ingin ke perguruan tinggi yang lain. AS memiliki IPK 3,1. Ketika

awal masuk kuliah, AS merasakan perbedaan pembelajaran yang dialaminya

ketika masih SMA. Akan tetapi ia tidak merasa kesulitan dan mengaku lebih

santai. AS terlihat cukup bersemangat dan nyaman selama wawancara. Hal ini

nampak sejak awal wawancara hingga akhir, AS menjawab pertanyaan dengan

cukup antusias dan dengan penyampaian yang agak cepat. AS juga dapat

bekerjasama dengan baik dan tidak ada halangan berarti selama proses

wawancara.

Setelah AS, partisipan BK, BS, dan CL adalah partisipan yang

diwawancarai selanjutnya. BK dan CL datang bersamaan di tempat yang telah

disepakati.CL merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris (PBI). Ia

memiliki IPK 2,9. Jurusan ini sebenarnya bukan merupakan jurusan pertama yang

ia inginkan. Ia mencoba tes untuk universitas lain, tetapi tidak diterima dan tetap

melanjutkan di PBI seperti sekarang ini. Pada awal perkuliahan, CL mengaku

sangat kaget karena perbedaan cara belajar di SMA dan di perguruan tinggi.

Ketika wawancara, CL terlihat tenang dan mendengarkan penjelasan penelitian

dengan baik. Nada bicara CLcenderung tidak menggebu-gebu. Iatidak tampak

grogi atau ragu-ragu untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti.

Selanjutnya adalah BK. BK merupakan mahasiswa dari Pendidikan

Bahasa Inggris (PBI). Ia memiliki IPK 2,88. Masuk ke PBI bukanlah

keinginannya tetapi adalah keinginan orangtua. Ia sebenarnya berminat dan sudah

mempersiapkan diri untuk melanjutkan belajar di bidang kepariwisataan. Ketika


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

awal perkuliahan, BK merasa kaget dengan individualitas di kalangan teman-

temannya. Hampir sama dengan CL, BK juga tidak nampak grogi atau merasa

kurang nyaman. BK juga mendengarkan penjelasan penelitian dan menjawab

pertanyaan penelitian dengan baik. Selama proses wawancara, BK cenderung

tenang dan nada bicaranya tidak terburu-buru.

Setelah BK, BS datang di tempat yang disepakati, yaitu tempat yang sama

dengan CL dan BK. BS merupakan mahasiswa Teknik Studio. Ia memiliki IPK

3,3. Jurusan ini merupakan jurusan yang disarankan oleh orang tuanya. BS

sebenarnya ingin mendalami musik akan tetapi tidak mendapatkan dukungan dari

orangtuanya. BS sempat kesulitan mengikuti perkuliahan awal karena ketika SMA

kurang mendalami materi-materi yang kini didapatkan di perkuliahan. BS juga

tidak terlihat grogi selama proses wawancara. Ia cenderung terlihat percaya diri

dalam setiap respon terhadap pertanyaan penelitian. Ia dapat bekerjasama dengan

baik selama proses wawancara. Nada bicara BS juga hampir sama dengan CL dan

BK, ia cenderung tenang dan tidak terburu-buru.

Peneliti kemudian mewawancarai partisipan selanjutnya yaitu GD. GD

merupakan mahasiswa Pendidikan Matematika. Ia memiliki IPK 3,8. GD

mengaku bahwa ia memiliki minat di bidang matematika. Ketika awal

perkuliahan, GD merasa masih malu dan takut karena menurutnya ketika kuliah

lebih banyak dituntut untuk menjadi aktif. GD berulang kali mengatakan bahwa ia

grogi dan menanyakan kesulitan pertanyaan yang hendak ditanyakan kepadanya.

Ia merasa takut tidak dapat menjawab dengan baik. Maka dari itu, peneliti

berusaha untuk membangun suasana santai dan senyaman mungkin supaya


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

perasaan grogi partisipan dapat berkurang. GD mengikuti proses wawancara

dengan baik. Walaupun cenderung menjawab dengan singkat di awal-awal,

selanjutnya GD sudah nampak lebih santai dan dapat menjawab pertanyaan

penelitian dengan baik. Ia cukup tenang dan aktif untuk menanyakan hal-hal yang

ia rasa belum jelas. Pada akhir wawancara, GD kembali mengungkapkan

ketakutan tentang identitasnya yang mungkin terungkap walaupun pada awal

wawancara peneliti sudah menjelaskan dan menekankan bahwa kerahasiaan

identitas para partisipan terjamin.

Peneliti kemudian mewawancarai AG. AG merupakan mahasiswa

Akuntansi. Ia memiliki IPK 3,7. Awalnya AG ingin masuk Sosiologi, tapi

kemudian mengganti pilihannya menjadi Akuntansi. AG mengaku pula bahwa ia

menyukai hitung-hitungan. Hal ini mungkin yang menyebabkan ia kini bisa

merasa enjoy dengan pilihannya tersebut. Ketika awal perkuliahan, AG merasa

tantangannya berasal dari dirinya sendiri. Bagi AG, kuliah lebih mandiri

dibandingkan SMA, dan hal tersebut membuatnya agak kesulitan. Selama proses

wawancara AG juga terlihat santai dan tenang dalam menjawab pertanyaan

penelitian. AG juga tetap tenang ketika menceritakan pengalaman yang kurang

mengenakkan. Proses wawancara AG cukup lancar dan tidak ada kendala yang

cukup berarti.

Partisipan selanjutnya yang diwawancarai peneliti adalah AY. AY adalah

mahasiswa Pendidikan Fisika. Ia memiliki IPK 3,27. Ia sebenarnya ingin masuk

ke Akuntansi akan tetapi tidak diterima dan akhirnya masuk Pendidikan Fisika

atas usulan orang tuanya. Ketika awal masuk kuliah, AY merasa kesulitan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

menyesuaikan diri terutama mengenai sistem pembelajaran ketika kuliah. Pada

awal sebelum wawancara, AY terus mengatakan ketakutannya apabila ia tidak

bisa menjawab pertanyaan penelitian dengan baik. Setelah peneliti menjelaskan

beberapa hal mengenai penelitian, akhirnya AY menjadi lebih tenang dan proses

wawancara bisa dilakukan dengan cukup baik. AY cenderung menjawab

pertanyaan penelitian dengan singkat.

Secara umum, proses wawancara tidak menemukan beberapa kendala yang

berarti. Tempat yang ramai dan aktivitas partisipan yang cenderung sibuk,

awalnya ditakutkan akan memberikan pengaruh pada proses wawancara. Akan

tetapi, tempat ramai yang digunakan pada wawancara dengan subjek CL, BK, dan

BS awalnya merupakan pilihan dari partisipan sendiri. Jadi dengan

mempertimbangkan kenyamanan partisipan dan beberapa hal yang lain, peneliti

menyetujui untuk melaksanakan proses wawancara di tempat tersebut dan proses

wawancara sendiri dapat berjalan dengan lancar. Untuk mengantisipasi partisipan

yang sibuk, peneliti mengikuti jadwal kosong yang dimiliki partisipan. Antisipasi

ini dilakukan supaya partisipan tetap pada kondisi yang baik ketika menjawab

pertanyaan-pertanyaan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

C. Hasil Penelitian

1. Fase Sebelum Belajar (Forethought)

Fase sebelum belajar atau forethought merupakan aktivitas-aktivitas serta

keyakinan-keyakinan (belief) yang dilakukan dan dianut seseorang sebelum mulai

belajar. Aktivitas-aktivitas serta keyakinan-keyakinan (belief) dalam fase ini

dikategorikan ke dalam dua hal yaitu analisis tugas (task analysis) dan self-

motivation belief.

a. Analisis Tugas (Task Analysis)

Analisis tugas merupakan aktivitas menganalisis tugas belajar yang

hendak dilakukan dengan tujuan untuk membuat suatu perencanaan. Dari hasil

wawancara, banyak respon yang diberikan para partisipan mengenai analisis

tugas. Analisis tugas sendiri dapat diidentifikasi dengan dua macam aktivitas

yaitu menentukan target atau tujuan (setting goals) dan membuat perencanaan

yang strategis (strategic planning). Zimmerman (1990) mengatakan bahwa

penentuan target atau tujuan (setting goals) serta perencanaan strategis

(strategic planning) termasuk dalam strategi dalam komponen metakognitif.

Oleh karena itu, partisipan yang melakukan strategi pada subfase ini berarti

telah mengaktifkan komponen metakognitifnya.

Beberapa partisipan melakukan analisis tugas dengan membuat target

atau tujuan belajarnya. Beberapa respon partisipan antara lain, “Paling jangan

sampai D,” kata AW. “Target IP..mm yang penting 3 koma deh,” kata AS. CL

dan AG juga memberikan respon yang hampir serupa, “targetnya harus, harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

ngerti paling nggak 75% dari apa yang udah diajarin,” “bikin target tugas itu

harus selesai kapan.”

Selain analisis tugas, para partisipan juga banyak memberikan respon

mengenai perencanaan strategis (strategic planning). Sebelum kuliah,

beberapa partisipan menceritakan bahwa mereka mempersiapkan sesuatu atau

merencanakan aktivitas saat kuliah. BS dan AG melakukan persiapan sebelum

kuliah. “Sebelum kuliah atau malemnya atau setelah kuliah biasanya sama

temen-temen pergi kemana hunting-hunting (ide) gitu,” kata BS. AG pun

menjelaskan, “baca materi sebelum..yang udah diajarin minggu lalu sama baca

materi sekilas buat yang ketemuan besoknya.” GD merencanakan aktivitas

yang hendak dia lakukan saat kuliah keesokan harinya, “besok pas kuliah aku

kudu ndengerin bener-bener biar paham aja.” GD juga menyampaikan

bagaimana ia hendak belajar, “tapi pertama tu ngitung jumlah halamannya

kalau misalnya bacaan. Kalau misalnya halamannya banyak tu belajarnya

kayak dikebut gitu, tapi kalau dikit ya..hari ini sedikit.. sedikit.. sedikit.. kayak

gitu. Pokoknya yang penting halamannya dulu. Kalau nggak tahu halamannya,

nggak tahu target belajar perharinya. Terus habis itu kalau udah H-1 tu dari

awal sampai akhir dipelajari lagi.”

AS juga biasa membuat rencana mengenai waktu, tempat, persiapan

bahan, dan lainnya bersama teman-teman satu kelompoknya, “Janjian dulu

sama temen kelompok, mau ngerjain kapan, di mana, terus bagi tugas, kamu

garap dulu bagian ini, kamu bagian ini..gitu. Terus nantinya disatuin. Biasanya

gitu. Nah untuk mempermudah komunikasi biasanya kami bikin grup chat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Hal ini serupa dengan jawaban BK, GD, AG, dan AY ketika merespon

tentang hal-hal yang dilakukan sebelum mengerjakan tugas kelompok.

Para partisipan juga melakukan perencanaan sebelum mengerjakan

tugas pribadi seperti menyiapkan bahan maupun menata tempat pengerjaan

supaya lebih nyaman, seperti respon AW, “sebelum ngerjain ya nyiapin bahan,

terus aku juga biasanya ngerjain di kamar.” GD dan AG juga memberikan

respon yang mirip, “aku nyiapin materi-materi yang diperlukan sebelum

ngerjain,” “kalau aku udah ngerjain tugas sekarang itu harus beresin kamar

dulu karena biasanya ngerjain di kamarkan.”

Ketika hendak ujian, partisipan juga melakukan beberapa persiapan.

BK mengatakan, ”aku ngutamain tugas itu soalnya aku ngerti kalo aku tu pasti

jeblok-jeblok jadi ya ngutamain tugas.” Berbeda dengan BK yang

merencanakan untuk fokus dengan tugas akhir, CL dan AG melakukan

persiapan yang cukup lama sebelum ujian dilaksanakan. “Jadi tu udah bener-

bener aku prepare berbulan-bulan sebelumnya aku udah harus baca,” kata CL.

“Jadi ya ntar soal-soal review itu diinget-inget terus yang pasti ya belajar terus

biasanya belajarnya sama temen-temen,” kata AG.

b. Self-Motivational Belief

Self-motivational belief merupakan keyakinan yang dianut seseorang

yang berkaitan dengan tugas atau proses belajarnya sendiri dan dapat

memotivasi dirinya. Self-motivational belief sendiri terbagi dalam beberapa

kategori yaitu self-efficacy, outcome expectation, intrinsic interest, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

learning goal orientation. Pada subfase ini, semua keyakinan yang tercantum

di atas merupakan hal-hal yang membuat seseorang terpacu atau dengan kata

lain termotivasi untuk belajar. Maka dari itu, partisipan yang memiliki

keyakinan tersebut mengaktifkan komponen motivasi dalam dirinya.

Melalui wawancara yang dilakukan, hanya satu partisipan yang merasa

yakin terhadap kemampuan dirinya. Hal ini nampak dalam respon partisipan

AW,

“Itu (statistika) masih bisa kayak di-handle tu lho, nggak sulit-sulit

banget.”

“Oo.. (mata kuliah yang hafalan) nggak masalah saya.”

Keyakinan yang muncul dalam respon-respon partisipan adalah

bayangan mereka terhadap hasil dari suatu aktivitas yang hendak dilakukan.

Partisipan AS merespon hal ini sebanyak dua kali.

“Kalau aku gak belajar, IPK ku jelek, kalau IPK ku jelek aku gak bisa

cari kerja kan gitu.”

“Biar segera kelar aja gitu, mbak. ya itu tadi, karena tugas bakal terus

berdatangan jadi semakin cepet kelar semakin baik. Biar bisa segera ngerjain

lainnya juga.”

Keyakinan-keyakinan lain yang muncul dari respon partisipan adalah

minat partisipan terhadap tugas atau materi itu sendiri. AW dan AS masuk ke

prodi/fakultas yang memang mereka pilih sendiri.

“Itu tu pilihanku sendiri soalnya tu kayak aku tu termotivasi gitu

lho.”(AW)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

“Kan aku masuk psikologi nih eeee karena pilihanku sendiri.” (AS)

Sedangkan AS, GD, dan AG sama-sama memiliki minat terhadap suatu materi

tertentu.

“Kalau pas materi-materinya menarik, yang aku suka gitu biasanya aku

betah belajarnya.” (AS)

“Ya aku emang seneng matematika sih sejak dulu jadi ya gitu deh..”

(GD)

“(Senengnya) Akuntansilah..itung-itungan gitu.” (AG)

Keyakinan yang lain yang nampak dalam respon-respon partisipan

adalah seseorang berniat untuk belajar karena ingin memahami sesuatu. AW,

AS, dan CL merespon keinginannya untuk memahami atau menguasai suatu

materi.

“Ya aku pingin belajar dan pingin lebih baik gitu.” (AW)

“Sebenernya berusaha untuk mahami sih. Kalau kuliah kan emang

kudu dituntut paham ya, nggak sekedar apal aja.” (AS)

“Aku habis lulus dari PBI itu aku bisa menguasai grammar bahasa

inggrisnya dengan baik.” (CL)

2. Fase Saat Belajar (Performance)

Fase saat belajar atau performance merupakan aktivitas-aktivitas yang

dilakukan seseorang saat belajar. Aktivitas-aktivitas dalam fase ini dikategorikan

ke dalam 2 hal yaitu self-control dan self-observation.

a. Self-Control
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

Self-control merupakan aktivitas atau strategi belajar pilihan yang

dilakukan seseorang untuk mengoptimalkan belajarnya. Self-control dapat

teridentifikasi dengan beberapa hal sebagai berikut imagery, self-instruction,

attention focusing, dan task strategies.

Hasil dari wawancara dengan partisipan, terdapat respon-respon yang

menggambarkan self-control, salah satunya adalah ketika partisipan menuntun

atau memerintah dirinya sendiri untuk melakukan suatu atau serangkaian

proses belajar (self-instruction). Self-instruction merupakan strategi yang

masuk dalam komponen perilaku pada SRL, maka partisipan yang melakukan

strategi tersebut telah mengaktifkan komponen perilaku. Hal-hal tersebut

nampak dari beberapa respon partisipan, misalnya AW, BK, dan CL. Berikut

respon-respon mereka,

“Mau dosennya nggak ngebosenin, mau dosennya nyenengin, itu saya

pasti mendengarkan. Karena kalau nggak itu, pasti terlewatkan.” (AW)

“Tapi yang ayolah BK jangan males jangan males. Ya cuma

semangatin diri sendiri aja sih.” (BK)

“Aku tu lagi pengen nyemangatin diriku sendiri buat belajar tu.”(CL)

Selain itu, partisipan juga banyak bercerita mengenai usahanya supaya

bisa lebih fokus dan berkonsentrasi ketika belajar atau mengerjakan sesuatu.

Hal ini juga termasuk dalam strategi SRL pada komponen perilaku, maka

partisipan yang melakukan strategi tersebut telah mengaktifkan komponen

perilaku dalam SRL.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

“Lha waktu kuliah ini tu nggak, nggak mikirin lagi, pokoknya cari

tempat ya di depan, gitu lho. Soalnya, apa ya, ee, lebih bisa konsentrasi kalau

di depan, gitu.” (AW)

“Kalau bisa ngerjain sore apa siang di rumah gitu ya aku tetep ngerjain

di kamar. Soalnya ya itu tadi aku nggak bisa nggarap di tempat rame.” (AW)

“Ya kalau misalnya sama temen ni belajar trus dia ribut gitu, ya pasti

aku, ya negur, kalau sama temen lho.” (AW)

“Soalnya kan ya harus konsen dan masuk gitu jadi ya aku pindah

tempat kalau tempatnya rame.”(AS)

“Biasanya sih ngerjainnya di kamar yang sepi, nggak terganggu sama

suara TV.” (GD)

“Biasanya HP takmatiin soalnya kalau nggak dimatiin. Kalau misalnya

geter, pasti aku dah langsung (fokus sama) HP..terus nggak bisa lepas.” (AG)

“Terus kalau (aku mulai ngantuk) biasanya ke kamar mandi, cuci muka

ntar dengerin lagi.” (AG)

Respon lainnya yang muncul dari partisipan yang berkaitan dengan

self-control ialah mereka cenderung melakukan sesuatu pada tugas atau materi

yang sedang mereka kerjakan (task strategies). Task strategies termasuk

dalam strategi SRL pada komponen perilaku sehingga partisipan yang

melakukan strategi ini berarti mengaktifkan komponen perilakunya.

Sebagai contoh, mereka membuat tulisan atau ringkasan materi,

“Sering kayak buat ringkesan kecil gitu lho jadi kayak kertas-kertas taklipet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

terus aku tulis..maksudnya ini tu teorinya ini. Jadi kayak lebih gampang untuk

menghafalkan tu lho,” kata AW.

Selain membuat ringkasan, mereka juga membuat catatan, baik selama

kuliah atau saat belajar di rumah.

“Catet yang harus dicatet.” (CL)

“Selain ndengerin ya nyatet,” “(Catatanku) susah dibaca lagi tapi ya

dibenerin sih biar lebih efektif (buat belajar).” (AG)

“Di rumah belajarnya aku lebih kalau misalnya belajar tu nyatet aku,

kalau nggak baca buku tapi tak stabilo.” (AY)

Respon yang lain yang dikatakan oleh BK adalah mencari kata-kata

sukar di kamus serta latihan soal,

“Kalo enggak ya nanti cari di kamus.”

“Ya aku latian ya walopun nggak terlalu dong banget yang penting aku

dah usaha.”

Partisipan AG juga menceritakan kebiasaannya untuk mengoreksi

tugas kelompok, “Tapi ya pasti aku minta di-print terus tiap-tiap temen

kelompok itu harus baca terus entar di apa ya.. menurut kalian udah oke belum

tugasnya? Kalau misalnya menurut pendapat pribadi ada yang masih kurang

ya diskusi lagilah ini mau ditambahin apa enggak,” kata AG.

Ketika mengerjakan soal hitungan, AW dan AY biasa untuk mencatat

rumus yang mereka ingat terlebih dahulu untuk menghindari lupa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

“Nah aku biasanya nulis dulu rumusnya, nanti ndak keburu lupa. Atau

yang bagan-bagan gitu sih juga sering aku tulis dulu, walaupun pake pensil

taktulis kecil gitu.” (AW)

“Pas soalnya hitungan atau rumus kayak gitu, paling nanti kan dibagi

coret-coretan, aku nulis dulu apa rumus yang aku inget dicorat-coretan, baru

aku baca soalnya.” (AY)

b. Self-Observation

Self-observation ialah pengamatan terhadap dirinya sendiri untuk

melihat keefektivitasan suatu aktivitas atau cara belajar yang sedang

dilakukan. Self-observation sendiri ada dua hal, yaitu self-recording dan self-

experiment. Strategi dalam subfase ini termasuk dalam komponen

metakognitif pada SRL. Hal ini berarti bahwa seseorang yang melakukan

strategi tersebut berarti ia telah mengaktifkan komponen metakognitif pada

belajarnya.

Dalam wawancara, partisipan banyak memberikan respon mengenai

pengamatan yang dilakukannya yang terkadang tidak mereka sadari, AW dan

CL merasa bahwa mereka dapat belajar lebih baik jika mencatat.

“Karena memoriku pendek, jadi nggak takhafalin, jadi dengan cara

ditulis. Nah aku tu..ditulis tu lebih memudahkanku untuk mengingat.” (AW)

“Kalau, apa ya, nyatetnya tu,’oh, aku ngerti,’ pokoknya aku ngerti jadi

kalau ada temen tanya aku bisa jawab dan itu bener itu menurutku udah bagus

buat aku.” (CL)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Selain belajar sambil mencatat, beberapa partisipan juga merasa

mereka lebih efektif belajar dengan berdiskusi bersama teman.

“Jadi kalau sekarang tu gak usah banyak ngapalin, ngobrol sama temen

aja udah cukup ngerti.”(AS)

“Kalau udah paham bener sama materinya sih enak ngerjain sendiri.

Bisa lebih fokus, lebih cepet selesainya juga. Tapi kalau masih ragu-ragu tu

mending ngerjain bareng temen, biar bisa sekalian diskusi terus tanya-tanya

kalau ada yang nggak mudeng..mm.. nggak paham maksudnya.” (GD)

“Terus belajarnya suka menyendiri sih, kalau aku. Tapi kalau misalnya

bareng-bareng itu kalau hafalan. Kalau misalnya nggak hafalan nggak suka

bareng-bareng.” (GD)

“Terus aku lebih ngerti itu aku sambil ngajarin temen, jadi tu materi itu

rasanya kayak lebih nempel.” (AG)

“Aku tu lebih suka kalau belajar itu tu sama orang, tapi nggak

banyak.” (AY)

Respon yang muncul dari partisipan lainnya adalah BS yang merasa

lebih efektif belajar dengan mendengarkan rekaman dosen yang sedang

mengajar, “Gak tau kenapa kalau dengerin suara yang direkam saya bisa

menjawab dengan lancar.” Ada juga CL yang membutuhkan waktu istirahat

ketika belajar dalam waktu yang lama, “Oh, aku tu belajar nggak bisa lama

banget. Misalkan aku satu jam tu udah bosen, nanti aku liat youtube dulu, aku

minum dulu kek, aku jalan-jalan, aku udah konsen baru aku lanjut belajar

lagi,” kata CL.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)

Fase setelah belajar atau self-reflectionmerupakan aktivitas-aktivitas yang

dilakukan seseorang setelah belajar. Aktivitas-aktivitas dalam fase ini

dikategorikan ke dalam dua hal yaitu self-judgement dan self-reaction.

a. Self-Judgement

Self-judgement merupakan evaluasi atau penilaian terhadap proses

belajarnya sendiri. Self-judgement dapat dilihat melalui dua hal yaitu self-

evaluation serta causal attribution. Kedua strategi dalam subfase self-

judgement ini termasuk dalam komponen metakognitif pada SRL. Hal ini

berarti bahwa partisipan yang melakukan strategi tersebut berarti

mengaktifkan komponen metakognitif dalam belajarnya.

Secara keseluruhan tidak banyak respon yang muncul pada bagian self-

judgement. Sebagai contoh, kebanyakan partisipan menilai bahwa mereka

masih kurang belajar dan menganggap sepele perkuliahan.

“Kalau dapet nilai jelek..mm.. ya sedih bentar. (tertawa). Ya berarti

aku kurang paham sama materinya, kurang belajar gitu.”(AS)

“Kalo jelek kayak yang duh gimana nih yaudahlah nggak papa lah, ya

mau gimana lagi tu lho. Ya cuma ohh brati aku belajarnya kurang.”(BK)

“Jadikan aku ada yang salah, aku nunda-nunda, males, sering maen.

Mereka udah siap buat belajar besuknya aku belum masih garap tugas.” (BS)

“Untuk akunya sendiri akunya kurang konsentrasi gara-gara lihat

temenku marah-marah sama temenku pas lagi praktek.” (BS)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

“Pokoknya intinya tu aku tu rada nyesel karena ternyata aku masih

kurang semangatnya waktu di semester satu karena masih nganggep sepele,

ternyata nilainya jelek kayak gitu kan.” (CL)

Selain merasa kurang dalam belajar, partisipan AG juga masih asal-asalan

dalam membuat jadwal kuliah. “Masih ada beberapalah yang harus

ditingkatkan lagi. Ya contohnya sih cara aku belajar. Terus habis itu cara bikin

jadwal perkuliahanlah soalnya selama ini tu ngawur-ngawur aja,” kata AG.

Penilaian lain yang dilakukan partisipan adalah mereka

membandingkan belajarnya saat ini dengan proses belajar mereka sebelumnya.

Hal ini nampak dalam respon tiga orang partisipan yaitu AG, AY dan CL yang

membandingkan belajar mereka di semester ini dengan semester lalu.

“Terus habis itu juga ngelihat dulu semester satu dapet IP lumayan

sih. Kalau misalnya semester dua terus aku tiba-tiba jeblok kan malu juga.

Jadi itu kayak harus pertahanin prestasi.” (AG)

“Nah, tapi kalau semester dua ini aku ngerasain nyaman belajar karena

kelompok tapi kelompoknya nggak banyak, paling, paling aku diajarin kakak

tingkat, kakak tingkatnya satu aku satu doang yang diajarin aku doang, kayak

gitu, kayak privat gitu lho.” (AY)

“..terus jadi aku udah bisa nilai tu lho,’oh jadi cara belajarku tu kayak

gini ya, aku tu nggak bisa ndadak.’ Jadinya untuk tugas-tugas berat yang

kayak gitu aku harus bener-bener prepare itu dari jauh-jauh hari.” (CL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

b. Self-Reaction

Self-reaction ialah reaksi atau tanggapan individu terhadap proses

belajarnya. Self-reaction dapat teramati melalui dua hal juga yaitu self-

satisfaction dan reaksi adaptif.

Melalui wawancara, hanya satu partisipan yang mengaku bangga

dengan proses belajarnya. “Kalau nilainya bagus ya seneng, terus merasa

banggalah bisa mendapat nilai bagus, terus bisa ngasih tahu orang tua kalau

nilaiku tu bener-bener bagus tapi dengan usahaku sendiri,” kata GD.

Partisipan tersebut menunjukkan kepuasan terhadap usaha dirinya (self-

satisfaction). Self-satisfaction termasuk strategi dalam komponen motivasi,

sehingga partisipan itu berarti telah mengaktifkan komponen motivasinya.

Reaksi lain terhadap proses belajar yang muncul dalam wawancara

adalah evaluasi terhadap proses belajar ketika di SMA dan di semester yang

lalu serta perubahan cara atau metode yang dilakukan diproses belajar saat ini.

Adanya reaksi yang adaptif tersebut merupakan perwujudan dari strategi pada

komponen metakognitif. Oleh karena itu, partisipan yang bereaksi adaptif

terhadap hasil belajarnya maka ia telah mengaktifkan komponen metakognitif.

“Soalnya kalau aku sistem SKS kayak SMA, itu tu nggak bakal cukup

untuk waktu ngringkes dan menghafalkan dan mempelajari dan mengerti tu

nggak bakal cukup. Jadi yang jelas kalau kuliah ini tu, kalau mau ujian itu

yang jelas mempersiapkannya lebih dari jauh-jauh hari.”(AW)

“Kalau kuliah tu beda dengan SMA, mempengaruhi dapet kerja nggak,

aku mulai memperbaiki diri untuk mulai belajar.” (BS)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

“Tapi kayak gitu tu malah jadi kayak jadi batu loncatan tu buat aku

lebih banyak belajarnya lagi.”(CL)

4. Aktivitas Belajar Lain

Selain respon-respon di atas, ada respon lain yang muncul yang tidak

masuk dalam kategori yang telah ditentukan berdasarkan fase SRL, namun

peneliti merasa bahwa respon ini penting dan masuk ke dalam strategi belajar

SRL menurut Zimmerman (1990).

Respon yang pertama adalah mencari bantuan atau bertanya kepada orang

lain yang dianggap mampu dengan tujuan menambah pemahaman. Respon ini

muncul pada seluruh partisipan. Sebagian besar meminta bantuan pada teman-

teman, namun ada pula yang meminta bantuan pada kakak tingkat atau

berkonsultasi pada dosen. Selain kepada orang di sekitar, partisipan juga mencari

bantuan dengan cara menambah sumber materi dari internet atau buku di

perpustakaan. Aktivitas dalam mencari bantuan sebenarny termasuk dalam

strategi SRL yang dinamakan help-seeking (Zimmerman, 1990). Help-seeking

termasuk dalam strategi belajar pada komponen perilaku.

“Sejauh ini sih yang aku lakuin ya tanya ke temen kalau masih nggak

dong.”(AW)

“Kalau bingung kudu kepiye, aku nanya temen sih, ini maksudnya

gimana.” (AS)

“Sebelum numpuk aku teliti dulu, kadang aku cocokin juga sama temen,

atau aku nanya, bener nggak sih yang aku kerjain.”(AS)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

“Kalo dosennya ngomong sesuatu yang aku nggak ngerti ya aku tanya ke

temen. Kalo temenku juga nggak ngerti, aku tanya temen lain yang ngerti terus tak

catet biar aku ngerti.”(BK)

“Tanya temen sih,” “Minta tolong temen gitu kan,’eh, tolong bantuin aku

dong bikinin ini.” (CL)

“Nah aku kudu cari temen yang bener-bener dia ngerti banget, kalo enggak

ya aku nyari kakak tingkat yang dia udah ngerti tentang itu terus aku tanya-tanya

aja.” (BK)

“..paling sekarang jadi lebih sering ke lab nemuin kakak tingkat.”(BK)

“Ya ini, nanya, nanya ke temen udah ada yang ngerjain ini apa belum, atau

nggak nanya ke kakak tingkat, kayak gitu,” dan “Nanya ke kakak tingkat, tapi

kalau pas kakak tingkatnya nggak bisa, nanya ke temen.” (AY)

“Kadang juga nanya ke temen lain kalau ada yang nggak bisa. Atau ke

kakak tingkat.” (GD)

“Misal di power point gak jelas aku tanya ke temen, kalau temen gak tau

kemungkinan besar saya tanya ke dosen.” (BS)

“Terus tanya-tanya kakak tingkat, bener gini enggak sih? Terus kadang

kalau dosennya ada waktu sih konsultasi sih. Bu, bener nggak sih kayak gini?

Kalau misalnya salah ya segera diperbaiki.” (AG)

“Pasti nyari sumber dulu, biasanya sih dari internet yang gampang tu lho

mbak.” (AW)

“Kalau sempet cari buku dulu di perpus” (AW)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Berdasarkan respon partisipan, strategi help-seeking ini biasa dilakukan saat

belajar atau dalam fase forethought. Apabila memperhatikan subfase dalam fase

forethought, maka strategi help-seeking ini lebih cocok masuk pada subfase self-

control karena aktivitas mencari tambahan materi atau informasi melalui orang

lain atau sumber lain termasuk dalam aktivitas atau strategi yang dilakukan saat

belajar yang sesuai dengan dirinya.

Respon selanjutnya adalah memberi hadiah untuk dirinya sendiri apabila

telah mencapai suatu target atau tujuan dengan baik. Partisipan AS mengatakan,

“Mungkin lebih menghadiahi diri sendiri ya. Emmmmm… Apa ya…. Kayak eeee

sebenernya beli apa-apa jarang sih mb. Biasanya kayak abis ujian terus aku

merasa bisa abis itu aku nonton film, terus aku jalan-jalan karena aku merasa

bahagia mb.” Pada respon partisipan di atas, strategi itu biasa disebut self-

consequating dan merupakan aplikasi dari komponen motivasi dalam SRL

(Wolters, Pintrich, & Karabenick, 2003). Strategi tersebut dilakukan setelah

proses belajar selesai. Artinya bahwa strategi ini termasuk dalam fase self-

reflection dan masuk dalam subfase self-reaction karena partisipan bereaksi

menanggapi proses belajar yang dilakukannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Tabel 5
Rangkuman Hasil Wawancara Latar Belakang Partisipan

PARTISIPAN JURUSAN ALASAN MASUK JURUSAN IPK


AW Psikologi Keinginan pribadi 3,85
AS Psikologi Keinginan pribadi 3,1
BK Pend. Bahasa Inggris Sebelumnya telah mendaftar dan diterima di Pend. Bahasa 2,88
Inggris kemudian gagal dalam tes masuk universitas lain
BS Teknik Studio Keinginan orangtua 3,3
CL Pend. Bahasa Inggris Keinginan orangtua 2,9
GD Pend. Matematika Keinginan pribadi 3,8
AG Akuntansi Keinginan pribadi 3,7
AY Pend. Fisika Keinginan orangtua 3,27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Tabel 6
Rangkuman Hasil Wawancara Self-Regulated Learning

Forethought Performance Self-Reflection

Analisis Tugas [SG, SP]: Self-Control [I, SI, AF, TS, HS]: Self-Judgement [SE, CA]:
a. Membuat target batas waktu a. tetap mendengarkan dosen a. Membandingkan cara
penyelesaian tugas (SG) walaupun membosankan atau belajar ketika semester
b. membuat target nilai (SG) tidak (SI) satu dan semester dua
c. membaca materi yang lalu (SP) b. menyemangati diri supaya (SE)
d. membaca materi yang hendak jangan malas (SI) b. cara belajar harus
diajarkan (SP) c. mematikan HP saat kuliah ditingkatkan lagi (CA)
e. mempersiapkan tempat (AF) c. merasa kurang karena
pengerjaan tugas (SP) d. mengusahakan untuk tetap asal membuat jadwal
f. merancang waktu pengerjaan fokus saat kuliah ketika mulai kuliah (CA)
tugas (SP) mengantuk (AF) d. mendapat nilai jelek
g. mempersiapkan bahan/materi e. memilih tempat duduk supaya karena menganggap
(SP) lebih bisa konsentrasi (AF) sepele (CA)
h. merancang cara pengerjaan tugas f. mengerjakan tugas di suatu
(SP) tempat yang tidak ramai (AF)
i. melakukan langkah antisipasi jika g. menegur orang lain yang ramai
tidak yakin dengan hasil ujian ketika membutuhkan waktu
(SP) untuk belajar (AF)
j. merancang cara belajar (SP) h. mencatat (TS)
k. merencanakan aktivitas belajar i. meneliti hasil pekerjaan
esok hari (SP) kelompok bersama-sama (TS)
j. meringkas (TS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

k. latihan soal (TS)


l. mencari sumber di internet
(HS)
m. mencari buku materi di perpus
(HS)
n. saat mengerjakan soal
menuliskan rumus atau bagan
di kertas yang lain supaya tidak
lupa (TS)
o. memberikan tanda pada kata-
kata penting (TS)
p. mencari kata-kata yang tak
diketahui di kamus (TS)
q. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
(HS)

Self-Motivation Belief [SE, OE, II, Self-Observation [SR, SE]: Self-Reaction [SS, A, SC]:
LGO]: a. Dengan mengajari teman menjadi a. bangga bisa mendapat
a. Merasa bisa menguasai suatu tahu dirinya paham atau tidak (SR) nilai bagus (SS)
materi (SE) b. Merasa tidak belajar dengan benar b. melihat semester satu
b. Merasa tidak memiliki masalah di pada materi hafalan (SR) mendapat IP lumayan,
suatu materi (SE) c. Merasa lebih efektif jika belajar semester dua tidak
c. Tidak belajar maka IPK jelek, bersama teman (SR) boleh jeblok dan harus
IPK jelek maka susah cari kerja d. Menulis ulang materi akan dipertahankan (A)
(OE) memudahkan untuk mengingat c. Cara belajar di SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

d. Segera menyelesaikan suatu (SR) dirasa kurang cukup,


tugas supaya bisa mengerjakan e. Merasa lebih efektif jika belajar maka saat kuliah
yang lain (OE) menggunakan rekaman dosen diperbaiki lebih baik
e. Materinya menarik (II) (SR) lagi (A)
f. Menyukai bidang/ilmu tertentu f. Merasa tidak bisa belajar dalam d. Nilai jelek sebagai batu
(II) waktu yang lama dan loncatan (A)
g. Berusaha untuk memahami membutuhkan waktu istirahat (SR) e. Menghadiahi diri sendiri
materi (LGO) karena telah mencapai
target dengan baik (SC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

D. Pembahasan

Pada bagian pembahasan ini akan dimulai dengan membahas temuan

terkait aktivitas maupun keyakinan-keyakinan yang menggambarkan self-

regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama yang terjabarkan dalam

tiga fase yaitu sebelum belajar (forethought), saat belajar (performance), dan

setelah belajar (self-reflection).

Self-Regulated Learning pada Mahasiswa Tahun Pertama

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, para partisipan menunjukkan

berbagai strategi-strategi SRL selama proses belajarnya. Strategi yang lebih

variatif muncul pada partisipan yang masuk pada jurusan yang diinginkan yaitu

partisipan AW, AS, GD, dan AG. Hal ini dapat dilihat dari daftar strategi tiap

partisipan pada halaman lampiran. Dibandingkan dengan keempat partisipan

lainnya, mereka melakukan strategi SRL mulai dari fase sebelum belajar

(forethought), fase saat belajar (performance), hingga fase setelah belajar (self-

reflection).

Secara keseluruhan, fase saat belajar (performance), terlihat paling

menonjol dalam hal variasi strategi yang dilakukan partisipan. Para partisipan

melakukan kontrol diri berkaitan dengan pengolahan materi, pemusatan fokus

atau konsentrasi. Sebagian partisipan juga mengamati keefektivitasan belajarnya.

Selain itu, pada fase sebelum belajar (forethought) subfase analisis tugas, seluruh

partisipan membuat rencana aktivitas belajar yang hendak dilakukan, dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

sebagian besar partisipan (lima partisipan termasuk empat partisipan yang masuk

pada jurusan yang diinginkan), yang menyusun tujuan atau target belajarnya.

Apabila kedua fase tersebut di atas cukup banyak direspon oleh

partisipan, maka berbeda dengan fase terakhir yaitu fase setelah belajar (self-

reflection). Para partisipan tidak banyak merespon mengenai strategi yang

dilakukan pada fase setelah belajar (self-reflection). Lima partisipan nampak

menilai hasil akhir yang kurang baik merupakan dampak dari cara belajarnya yang

kurang baik pula. Hanya tiga orang partisipan nampak membandingkan proses

belajarnya saat ini dengan semester lalu atau jenjang pendidikan yang lalu. Pada

tiga partisipan muncul respon reaksi adaptasi terhadap proses belajar yang telah

dilakukannya. Hanya satu orang partisipan yang merasa puas dengan proses

belajar yang ia lakukan sendiri. Selain pada fase setelah belajar (self-reflection),

para partisipan juga kurang merespon atau muncul respon mengenai fase sebelum

belajar (forethought) subfase self-motivational belief, hanya partisipan AW dan

AS yang nampak memiliki motivasi yang cukup kuat dalam belajar. Sedangkan

partisipan BK, BS, dan AY bahkan tidak memunculkan respon mengenai subfase

ini.

Kecenderungan respon yang mirip didapati pada partisipan yang berminat

pada jurusan yang ia pilih. Kecenderungan respon yang muncul antara lain pada

fase sebelum belajar (forethought), mereka menyusun target atau tujuan

belajarnya serta membuat rencana akan aktivitas belajar yang hendak dilakukan.

Selain itu juga ketertarikan terhadap materi. Pada fase saat belajar (performance),

mereka mengkondisikan situasi dan lingkungan untuk lebih fokus dan konsentrasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

selain itu mereka juga melakukan sesuatu pada materi/objek belajar dalam rangka

meningkatkan pemahaman serta melakukan pengamatan terhadap strategi belajar

yang dilakukan. Selain memiliki minat serta lebih variatif dalam mengaplikasikan

strategi SRL, partisipan tersebut juga didapati memiliki IPK yang tinggi. Hal ini

sesuai dengan berbagai penelitian yang telah membuktikan bahwa SRL

berdampak positif terhadap prestasi akademik (Zimmerman & Pons, 1986;

Narulita, 2005; Deasyanti & Armeini R., 2007; Putriansari, 2009). Selain itu

Krapp, Schiefele & Winteler (1992) juga mengatakan bahwa minat merupakan

salah satu yang diperhitungkan sebagai prediktor kesuksesan akademis disamping

kognisi dan motivasi.

Ketiga fase tersebut akan dibahas secara lebih detail berikut ini:

1. Fase Sebelum Belajar (Forethought)

Secara umum, aktivitas-aktivitas dan keyakinan (belief) yang

muncul dari respon para partisipan pada fase sebelum belajar cukup

seragam. Dari kedelapan partisipan, sejumlah respon dikumpulkan dan

masuk ke dalam seluruh subfase dari forethought.

Pada subfase analisis tugas, sebagian besar partisipan nampak

mendahului proses belajarnya dengan menentukan tujuan atau target

belajar yang hendak dicapai, seperti nilai minimal yang harus terpenuhi

atau batas waktu penyelesaian tugas. Selain menentukan tujuan belajar,

seluruh partisipan juga merencanakan aktivitas belajar yang hendak

dilakukan. Partisipan-partisipan cenderung mempersiapkan perkuliahan

mereka dengan mengulang materi lama dan membaca materi baru. Apabila
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

hendak mengerjakan tugas individu atau kelompok biasanya menyiapkan

bahan, atau merencanakan waktu, tempat, serta cara pengerjaan. Partisipan

juga mempersiapkan ujian dengan belajar materi, bahkan ada yang

merencanakan pembagian waktu belajar agar seluruh materi dapat

dipelajari. Nampak bahwa seluruh partisipan membuat perencanaan

strategis untuk mempermudah belajarnya.

Pada subfase self-motivation belief, terdapat beberapa

partisipan yang menunjukkan banyak respon dan bahkan ada partisipan

yang sama sekali tidak muncul responnya. Beberapa partisipan (AW, AS,

GD, AG) mengaku tertarik dengan ilmu atau materi yang dipelajari di

fakultas/prodinya, sedangkan beberapa yang lain (AW, AS, CL) merasa

ingin menguasai atau memahami materi perkuliahan yang sedang

dipelajari. Respon lain juga muncul pada partisipan (AS, CL) yaitu

keyakinannya tentang dampak terhadap aktivitas yang dilakukannya saat

ini, misalnya kalau tidak belajar maka IPK jelek, kalau IPK jelek maka

akan susah mencari pekerjaan. Hanya ada satu partisipan yang memiliki

keyakinan terhadap kemampuannya yaitu AW. Beberapa hal tersebut

memotivasi atau menggerakkan partisipan untuk melakukan aktivitas

belajarnya. Hal yang disayangkan adalah beberapa partisipan, seperti BK,

BS, dan AY tidak nampak memiliki suatu keyakinan yang dapat

memotivasi proses belajarnya. Hal ini dimungkinkan karena ketiga

partisipan tidak memilih jurusan yang sesuai dengan minat mereka yang

sesungguhnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Temuan yang menarik dalam fase ini adalah pada aktivitas

menentukan tujuan (setting goal) dan ketertarikan terhadap materi

(intrinsic interest). Respon tersebut muncul pada partisipan dengan IPK

yang terbilang baik yaitu di atas 3. Selain itu, ke-empat partisipan yang

memunculkan kedua respon tersebut merupakan mahasiswa yang benar-

benar minat dengan jurusan yang sedang diambil, dengan kata lain mereka

masuk bukanlah paksaan atau usulan dari orang tua atau orang lain.

Keempat partisipan itu adalah AW, AS, GD, dan AG. Hal ini sejalan

dengan McWhaw & Abrami (2001) yang mengatakan bahwa seseorang

yang memiliki minat yang tinggi cenderung banyak menggunakan strategi

metakognisi. Di mana metakognisi merupakan salah satu area regulasi atau

komponen dalam SRL. Zimmerman (2012) mengatakan bahwa

menentukan tujuan atau target akan semakin membuat seseorang lebih

SRL, terutama jika tujuan atau target tersebut semakin spesifik. Pada

penelitian ini, partisipan membuat target, akan tetapi target-target yang

mereka susun sederhana dan cenderung kurang spesifik.

2. Fase Saat Belajar (Performance)

Pada fase ini banyak jenis respon dari partisipan terutama pada

subproses self-control. Pada Zimmerman (2002), self-control dapat

diidentifikasi dari beberapa kategori aktivitas yaitu imagery, self-

instruction, attention focusing, dan task strategies. Berdasarkan hasil

penelitian, sebagian partisipan merespon bahwa mereka melakukan self-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

talk atau menuntun dirinya sendiri untuk melakukan sesuatu, misalnya

menyemangati diri sendiri. Selain itu, sebagian partisipan juga mengaku

bahwa mereka tidak dapat belajar di tempat ramai dan akan mencari atau

mengkondisikan suasana atau tempat supaya dapat lebih fokus. Hal ini

menarik karena respon tersebut muncul kembali pada partisipan-partisipan

yang memiliki minat terhadap jurusannya, yaitu AW, AS, GD, dan AG.

Seluruh partisipan juga memberikan respon mengenai aktivitas yang

dilakukan terhadap materi belajar dengan tujuan supaya bisa lebih

memahami, misalnya saja mencatat, membuat ringkasan, latihan soal,

memberikan highlight pada kata-kata penting.

Setelah menganalisis data penelitian, telah ditemukan respon

yang tidak termasuk ke dalam kategori lainnya yaitu bertanya kepada

teman, kakak tingkat, atau dosen serta mencari tambahan informasi di

internet atau buku di perpustakaan apabila masih belum paham. Respon

partisipan untuk bertanya kepada orang lain yang ia anggap paham,

muncul pada seluruh partisipan. Respon partisipan menunjukkan bahwa

meminta bantuan teman, kakak tingkat, dan dosen serta mencari tambahan

informasi di internet atau buku di perpustakaan tersebut dilakukan dalam

rangka menambah pemahaman terhadap sesuatu, hal ini berarti masih

dalam fase belajar. Selain itu, hal ini termasuk aktivitas atau strategi yang

sesuai dengan dirinya dan digunakan individu untuk mencapai suatu

pemahaman. Oleh karena itu, meminta bantuan orang lain serta

menambah sumber informasi sejalan dengan fase saat belajar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

(performance) dengan subfase self-control, akan tetapi tidak sejalan

dengan definisi dari kategori-kategori aktivitas self-control menurut

Zimmerman (2002).

Subfase lain dalam fase performance adalah self-observation.

Hampir seluruh partisipan (kecuali BS) mengamati dirinya ketika belajar,

misalnya merasa lebih efektif jika belajar dengan teman atau belajar

dengan cara menulis ulang. Akan tetapi kategori lain dalam self-

observation yaitu melakukan percobaan untuk mencari tahu hal-hal yang

mendukung proses belajar tidak nampak pada respon seluruh partisipan

penelitian ini.

3. Fase Setelah Belajar (Self-Reflection)

Pada fase setelah belajar (self-reflection) ini, lima partisipan

memiliki keyakinan bahwa ketika mereka mendapatkan nilai yang kurang

baik berarti karena mereka juga kurang dalam belajar. Respon lain

ditunjukkan oleh beberapa partisipan mengenai evaluasi belajar mereka.

CL, AG, dan AY membandingkan belajar mereka di semester ini dengan

di semester yang lalu atau ketika mereka masih SMA.

Beberapa partisipan juga memberikan respon mengenai reaksi

yang mereka lakukan setelah proses belajar selesai. Hanya satu partisipan

yang merasa puas terhadap hasil belajar yang dilakukannya sendiri,

sementara yang lain tidak muncul respon. Partisipan yang menunjukkan

rasa puasnya tersebut termasuk partisipan yang memiliki IPK tertinggi di


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

antara partisipan yang lain, yaitu GD. Reaksi adaptif juga muncul pada

tiga partisipan (AW, BS, CL). Salah satu partisipan melihat ketika mereka

SMA dan cenderung belajar sks, kini ketika kuliah ia akan mempersiapkan

jauh-jauh hari terutama ketika hendak ujian. Respon lain misalnya ketika

semester satu dapat IPK yang lumayan, maka semester selanjutnya harus

mempertahankan. Respon reaksi adaptif yang muncul pada partisipan BS

dan CL ini dapat berpotensi mengoptimalkan belajar mereka di proses

selanjutnya.

Pada fase ini respon partisipan tidak terlalu banyak dan cukup

menyebar. Hanya respon mengenai keyakinan akan penyebab kegagalan

yang ditemui pada hampir seluruh partisipan. Hal menarik lainnya adalah

respon mengenai kepuasan terhadap proses belajar sendiri hanya di temui

pada salah satu partisipan dengan IPK tertinggi (GD).

Selain itu, telah ditemukan respon yang tidak termasuk ke

dalam kategori lainnya yaitu memberikan reward pada diri yang telah

menyelesaikan proses belajar dengan baik. Respon ini muncul pada

partisipan AS. Respon ini merupakan aktivitas yang terjadi setelah proses

belajar selesai dan self-reward sendiri dapat mempertahankan motivasi

belajar. Self-reward oleh Wolters, Pintrinch, Karabenick kemudian

disebut sebagai self-consequating. Oleh karena itu, self-consequating yang

ditemukan dalam penelitian ini sejalan dengan fase setelah belajar (self-

reflection) dan subfase self-reaction.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Berdasarkan analisis dan pembahasan SRL berdasarkan fase-nya, maka strategi-

strategi komponen metakognitif dan perilaku cukup banyak dilakukan oleh

hamper seluruh partisipan penelitian (data dapat dlihat di data strategi SRL tiap

partisipan pada halaman lampiran). Berbeda dengan metakognitif dan perilaku,

strategi pada komponen motivasi tidak cukup banyak muncul dalam respon

partisipan. Komponen motivasi dalam penelitian ini terdiri dari keyakinan-

keyakinan pada subfase self-motivational belief dalam fase forethought dan

strategi self-satisfaction serta self-consequating pada subfase self-reaction dalam

fase self-reflection. Terdapat lima partisipan yang merespon terkait strategi dalam

komponen motivasi ini, yaitu AW, AS, GD, AG, dan CL. Bahkan tiga partisipan

lainnya (BS, BK, dan AY) sama sekali tidak melakukan strategi pada komponen

motivasi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran self-regulated

learning pada mahasiswa tahun pertama dengan melihat proses sebelum belajar

(forethought), saat belajar (performance), dan setelah belajar (self-reflection).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa

seluruh partisipan dalam penelitian ini melakukan aktivitas dan keyakinan belajar

atau yang disebut sebagai strategi belajar self-regulated learning (SRL). Strategi

yang paling sering muncul pada partisipan adalah perencanaan aktivitas belajar

(fase sebelum belajar/ forethought) dan melakukan sesuatu pada materi/objek

belajar demi mencapai pemahaman serta bertanya pada orang lain supaya lebih

paham (fase saat belajar/ performance).

Pada fase sebelum belajar (forethought), sebagian besar partisipan (lima

orang) menentukan tujuan dan seluruh partisipan merencanakan aktivitas atau

strategi belajar yang hendak dilakukan. Partisipan juga meyakini beberapa

keyakinan (belief) yang dapat memotivasi belajar mereka, seperti minat terhadap

belajar, keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy), keyakinan akan hasil

baik yang akan didapat jika melakukan aktivitas belajar tertentu, serta belajar

yang berorientasi pada pemahaman atau penguasaan materi.

Pada fase saat belajar (performance), seluruh partisipan melakukan sesuatu

pada materi/objek belajar yang dapat mengoptimalkan performansi belajar,

76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

misalnya meringkas, memberi tanda pada kalimat yang penting. Respon partisipan

dalam melakukan sesuatu terhadap materi/ objek belajar serta mencari bantuan

orang lain untuk memahami materi ini ditemukan pada seluruh partisipan.

Sebagian partisipan (empat orang) juga mengusahakan tempat belajar yang tidak

ramai supaya lebih fokus. Beberapa partisipan juga menyemangati dirinya sendiri

serta membayangkan suatu ide untuk tugas yang hendak dilaksanakan. Hampir

seluruh partisipan (tujuh orang) mengamati keefektivitasan aktivitas belajarnya.

Pada fase setelah belajar (self-reflection), lima orang partisipan melakukan

evaluasi terhadap proses belajarnya, mereka merasa bahwa prestasi atau nilai jelek

yang didapatkan disebabkan karena cara atau usaha belajar mereka yang kurang.

Namun hanya tiga partisipan saja yang bereaksi untuk memperbaiki proses

belajarnya.

Berdasarkan strategi-strategi yang muncul pada partisipan, fase

performance merupakan fase yang paling banyak ditemukan respon partisipan.

Fase ini disusul dengan fase forethought. Fase self-reflection menjadi fase yang

paling sedikit direspon partisipan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa para

partisipan hanya berfokus pada saat belajar saja (fase performance) dan kurang

memperhatikan fase sebelum belajar (fase forethought) terlebih fase setelah

belajar (fase self-reflection). Padahal dengan memperhatikan fase SRL yang

bersifat siklis ini, fase self-reflection tidak kalah pentingnya dengan fase yang lain

karena dapat menjadi penguat untuk fase forethought di siklus belajar berikutnya.

Strategi-strategi ini juga dilihat berdasarkan komponen SRL-nya.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa strategi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

pada komponen metakognitif dan perilaku cukup banyak dilakukan oleh tiap

partisipan. Strategi pada komponen motivasi justru ditemukan pada beberapa

partisipan saja, bahkan tiga partisipan tidak menunjukkan strategi pada komponen

ini. Maka dari itu, hal ini menunjukkan bahwa strategi pada komponen motivasi

tidak menonjol dibandingkan strategi pada komponen lain, yaitu metakognitif dan

perilaku.

Kecenderungan melakukan strategi yang sama didapati pada partisipan

(empat orang) yang memiliki minat pada jurusan yang ia pilih, yaitu pada fase

sebelum belajar (forethought) berupa penentuan target atau tujuan, perencanaan

aktivitas belajar, serta ketertarikan terhadap materi dan pada fase saat belajar

(performance) berupa pengkondisian situasi dan lingkungan supaya lebih fokus,

melakukan sesuatu pada materi/objek belajar, mengamati keefektivitasan strategi

yang digunakan, serta meminta bantuan atau bertanya pada orang lain supaya

paham. Secara keseluruhan, mereka cenderung menunjukkan variasi aktivitas

SRL yang lebih banyak. Selain memiliki minat pada jurusan yang dipilih dan

aktivitas belajar yang mirip, mereka juga cenderung memiliki IPK yang tinggi

dibandingkan partisipan yang lain.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun pertama ini

memiliki keterbatasan, yaitu:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

1. Penelitian SRL ini tidak berfokus pada satu matakuliah. Hal ini dapat

memperlemah validitas dan reliabilitas hasil penelitian (Wolters, Pintrich, &

Karabenick, 2003)

2. Pertanyaan kunci yang digunakan adalah pertanyaan yang bersifat terbuka,

akan tetapi pada probing terkadang peneliti menggunakan pertanyaan tertutup.

Probing yang baik dan menggunakan pertanyaan terbuka mungkin lebih

membantu untuk menemukan variasi jawaban partisipan.

3. Pengambilan data pada penelitian ini hanya menggunakan metode wawancara.

Hal ini membuat data penelitian menjadi kurang kaya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, kesimpulan, serta keterbatasan

dari penelitian mengenai self-regulated learning (SRL) pada mahasiswa tahun

pertama yang telah dilakukan, maka peneliti mengajukan saran:

1. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti kurang banyak melakukan probing fase self-reflection pada

penelitian ini. Maka, pada penelitian dengan topik belajar atau self-regulated

learning (SRL) selanjutnya dapat meninjau lebih jauh tentang aktivitas-

aktivitas pada fase setelah belajar (self-reflection). Mengingat fase SRL ini

bersifat siklis, peneliti menduga bahwa aktivitas-aktivitas pada fase setelah

belajar (self-reflection) dapat menjadi faktor penentu yang menguatkan fase

belajar selanjutnya serta menjadi kajian yang menarik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

2. Bagi Mahasiswa

Dengan mengetahui SRL mahasiswa, dan kurangnya strategi pada fase

sebelum (forethought) dan setelah belajar (self-reflection) maka mahasiswa

tahun pertama disarankan untuk mengevaluasi proses belajarnya, misalnya

dengan membuat tulisan atau catatan tentang tujuan atau target belajar dan

pencapaian yang berhasil dilakukan supaya mahasiswa lebih termotivasi

selama proses belajar saat ini dan proses belajar selanjutnya.

Mahasiswa juga dapat mengikuti pelatihan kemandirian dalam belajar

supaya lebih terlatih dalam menggunakan strategi yang sesuai dengan dirinya

dan dapat mengoptimalkan belajarnya.

Selain itu, calon mahasiswa hendaknya dapat memilih jurusan kuliah

sesuai dengan minatnya dan dapat dikomunikasikan dengan baik pada

orangtua.

3. Bagi Institusi Perguruan Tinggi dan Pendidik

Berdasarkan penelitian SRL yang dilakukan, maka institusi pendidikan

dan pendidik dapat meninjau minat mahasiswa secara lebih mendalam supaya

mahasiswa dapat mengeksplorasi minat serta belajarnya dengan optimal.

Selain itu, hendaknya dapat melakukan evaluasi belajar yang dilakukan sendiri

oleh mahasiswa. Setelah dilakukan evaluasi, institusi atau pendidik kemudian

dapat memberikan intervensi atau tambahan informasi terkait SRL.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. (2014). Penelitian kualitatif & desain riset: Memilih di antara


lima pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmayanti, T. (2008). Efektivitas intervensi keterampilan self-regulated learning


dan keteladanan dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri dan prestasi
belajar mahasiswa pendidikan jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka dan
Jarak Jauh, 2(9), 68-82.

Deasyanti, & Armeini R., A. (2007). Self-regulated learning pada mahasiswa


fakultas ilmu pendidikan universitas negeri Jakarta. Perspektif Ilmu
Pendidikan, 16, 13-21.

Domene, J. F., Socholotiuk, K. D., & Woitowicz, L. A. (2011). Academic


motivation in post-secondary students: Effects of career outcome expectation
and type of aspiration. Canadian Journal of Education, 34(1), 99-127.

Echols, J.M. & Shadily, H. (2000). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Fasikhah, S. S., & Fatimah, S. (2013). Self-regulated learning (SRL) dalam


meningkatkan prestasi akademik pada mahasiswa. Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan (JIPT), 1(1).

Fivtiari, M. D. (2011). Hubungan antara orientasi tujuan dalam belajar dan self
regulated learning pada mahasiswa. Skripsi yang tidak diterbitkan. Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.

Gunawan, J. (2015). Perbedaan self-regulated learning pada mahasiswa tingkat


akhir yang bekerja dan tidak bekerja. Skripsi yang tidak diterbitkan.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Hidayat, A. F. (2013). Hubungan regulasi diri dengan prestasi belajar kalkulus II


ditinjau dari aspek metakognisi, motivasi dan perilaku. Jurnal Elektronik
Pendidikan Matematika Tadulako, 1(1).

81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Schiefele, U., Krapp, A., & Winteler, A. (1992). Interest as a predictor of


academic achievement: A meta-analysis of research.

Kurniawati, F.Y. (2010). Hubungan antara self regulated learning dengan


prokrastinasi pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi. Skripsi yang
tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

McWhaw, K., & Abrami, P. C. (2001). Student goal orientation and interest:
Effects on students' use of self-regulated learning strategies. Contemporary
educational psychology, 26(3), 311-329.

Mukhid, A. (2008). Strategi self-regulated learning (perspektif teoritik). Tadris,


3, 222-239.

Narulita, M. F. (2005). Hubungan antara self-regulated learning dan persepsi


dukungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa. Tesis yang tidak
diterbitkan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Nugroho, A. Y. F. (2012). Hubungan antara keterlibatan orangtua dalam


pendidikan mahasiswa dan self regulated learning. Skripsi yang tidak
diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Pakpahan, G. L. (2012). Perbedaan self regulated learning pada mahasiswa yang


diterima melalui jalur tes dan jalur non tes. Skripsi yang tidak diterbitkan.
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Ormrod, J. E. (2011). Educational psychology: Developing learners 7th edition.


USA: Pearson.

Pintrich, P.R., Smith, D.A.F., Garcia, T., & McKeachie, W. J. (1991). A manual
for the use of the motivated strategies for learning questionnaire (MSLQ). Ann
Arbor, MI: National Center for Research to Improve Postsecondary Teaching
and Learning. (Layanan Reproduksi Dokumen ERIC No. ED338112)

Pintrich, P. R. (2004). A conceptual framework for assessing motivation and self-


regulated learning in college students. Educational Psychology Review, 16,
385-407.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi.


Jakarta: Fakultas Psikologi UI.

Putriansari, E. Y. (2009). Hubungan antara self-regulated learning dan prestasi


akademik mahasiswa. Skripsi yang tidak diterbitkan. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence 6th edition (terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Sinto, C. R. W. (2013). Perbedaan self regulated learning strategies pada


mahasiswa yang mengikuti UKM dan tidak mengikuti UKM. Skripsi yang tidak
diterbitkan. Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Supratiknya, A. (2007). Kiat merujuk sumber acuan dalam penulisan karya


ilmiah. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif &kualitatif dalam


psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Toms, M. L. (2013). A qualitative inquiry into the self-regulated learning of first-


semester college students. Dissertation. North Carolina State University, USA.

Weinstein, C. E., & Palmer, D. R. (1990). LASSI-HS user's manual. H & H Pub..
Dipungut 3 Maret, 2013, dari
http://www.hhpublishing.com/_assessments/LASSI-HS/LASSI-
HS_Manual.pdf

Wolters, C. A., Pintrich, P. R., & Karabenick, S. A. (2003, Maret). Assessing


academic self-regulated learning. Makalah disajikan dalam konferensi pada
Indicators of Positive Development: Definitions, Measures, and Prospective
Validity. Michigan, USA.

Wolters, C. A. (2010). Self-regulated learning and the 21th century competencies.


Departement of Educational Psychology, University of Houston.

Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive view of self-regulated academic


learning. Journal of Educational Psychology, 81(3), 329-339.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Zimmerman, B. J. (1990). Self-regulated learning and academic achievement: An


overview. Educational Psychology. 25(1), 3-17.

Zimmerman, B. J. (1998). Self-regulated learning from teaching to self-reflective


practice. New York, USA: The Guilford Press.

Zimmerman, B. J. (2002). Becoming a self-regulated learner: An overview.


Theory into practice. 41(2), 64-70

Zimmerman, B. J. (2008). Investigating self-regulated and motivation: Historical


background, methodological developments, and future prospects. American
Education Research Journal, 45(1), 166-183.

Zimmerman, B.J., & Pons, M.M. (1986). Development of a structured interview


for assessing student use of self-regulated learning strategis. American
Educational Research Journal, 23, 614-628.

Zimmerman, B.J., & Risemberg, R.(1997). Becoming a self-regulated writer: A


social cognitive perspective. Contemporary Educational Psychology, 22, 73-
101.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

85
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

DATA STRATEGI SRL TIAP PARTISIPAN


AW
IPK: 3,85 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Membuat target nilai (SG) 1. Menulis ulang materi akan
nitif “Paling jangan sampai D” memudahkan untuk mengingat
2. Mempersiapkan tempat (SR)
pengerjaan tugas (SP) “Karena memoriku pendek, jadi
3. Merancang cara pengerjaan tugas nggak takhafalin, jadi dengan cara
(SP) ditulis. Nah aku tu..ditulis tu lebih
“Sebelum ngerjain ya nyiapin bahan, memudahkanku untuk mengingat.”
terus aku juga biasanya ngerjain di
kamar.”
Motivasi 1. Merasa bisa menguasai suatu
materi (SE)
“Itu (statistika) masih bisa kayak di-
handle tu lho, nggak sulit-sulit
banget.”
2. Merasa tidak memiliki masalah di
suatu materi (SE)
“Oo.. (mata kuliah yang hafalan)
nggak masalah saya.”
3. Menyukai bidang/ilmu tertentu (II)
“Itu tu pilihanku sendiri soalnya tu
kayak aku tu termotivasi gitu lho.”
4. Jurusan kuliah merupakan
pilihannya sendiri sehingga ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

belajar dan ingin lebih baik (LGO)


“aku pingin belajar, pingin lebih
baik.”

Perilaku 1. Tetap mendengarkan dosen 1. Cara belajar di SMA dirasa


walaupun membosankan atau kurang cukup, maka saat kuliah
tidak (SI) diperbaiki lebih baik lagi (A)
“Mau dosennya nggak “Soalnya kalau aku sistem SKS
ngebosenin, mau dosennya kayak SMA, itu tu nggak bakal
nyenengin, itu saya pasti cukup untuk waktu ngringkes dan
mendengarkan. Karena kalau menghafalkan dan mempelajari dan
nggak itu, pasti terlewatkan.” mengerti tu nggak bakal cukup. Jadi
2. Memilih tempat duduk supaya yang jelas kalau kuliah ini tu, kalau
lebih bisa konsentrasi (AF) mau ujian itu yang jelas
“Lha waktu kuliah ini tu nggak, mempersiapkannya lebih dari jauh-
nggak mikirin lagi, pokoknya cari jauh hari.”
tempat ya di depan, gitu lho.
Soalnya, apa ya, ee, lebih bisa
konsentrasi kalau di depan, gitu.”
3. Mengerjakan tugas di suatu
tempat yang tidak ramai (AF)
“Kalau bisa ngerjain sore apa
siang di rumah gitu ya aku tetep
ngerjain di kamar. Soalnya ya itu
tadi aku nggak bisa nggarap di
tempat rame.”
4. Menegur orang lain yang ramai
ketika membutuhkan waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

untuk belajar (AF)


“Ya kalau misalnya sama temen ni
belajar trus dia ribut gitu, ya pasti
aku, ya negur, kalau sama temen
lho.”
5. Meringkas (TS)
“Sering kayak buat ringkesan kecil
gitu lho jadi kayak kertas-kertas
taklipet terus aku tulis..maksudnya
ini tu teorinya ini. Jadi kayak lebih
gampang untuk menghafalkan tu
lho,”
6. Saat mengerjakan soal
menuliskan rumus atau bagan
di kertas yang lain supaya tidak
lupa (TS)
“Nah aku biasanya nulis dulu
rumusnya, nanti ndak keburu lupa.
Atau yang bagan-bagan gitu sih
juga sering aku tulis dulu,
walaupun pake pensil taktulis
kecil gitu.”
7. Mencari sumber di internet
(HS)
“pasti nyari sumber dulu, biasanya
sih dari internet yang gampang tu
lho mbak.”
8. Mencari buku materi di perpus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

(HS)
“kalau sempet cari buku dulu di
perpus”
9. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
(HS)
“Sejauh ini sih yang aku lakuin ya
tanya ke temen kalau masih nggak
dong.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

AS
IPK: 3,1 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Membuat target nilai (SG) 1. Merasa lebih efektif jika belajar 1. Cara belajar harus ditingkatkan
nitif “Target IP..mm yang penting 3 koma bersama teman (SR) lagi (CA)
deh,” “Jadi kalau sekarang tu gak usah “Kalau dapet nilai jelek..mm.. ya
banyak ngapalin, ngobrol sama sedih bentar. (tertawa). Ya berarti
temen aja udah cukup ngerti.” aku kurang paham sama
materinya, kurang belajar gitu.”
Motivasi 1. Tidak belajar maka IPK jelek, IPK 1. Menghadiahi diri sendiri karena
jelek maka susah cari kerja (OE) telah mencapai target dengan
“Kalau aku gak belajar, IPK ku jelek, baik (SC)
kalau IPK ku jelek aku gak bisa cari “Mungkin lebih menghadiahi diri
kerja kan gitu.” sendiri ya. Emmmmm… Apa
ya…. Kayak eeee sebenernya beli
2. Segera menyelesaikan suatu tugas
apa-apa jarang sih mb. Biasanya
supaya bisa mengerjakan yang lain
kayak abis ujian terus aku merasa
(OE)
bisa abis itu aku nonton film, terus
“Biar segera kelar aja gitu, mbak. ya
aku jalan-jalan karena aku merasa
itu tadi, karena tugas bakal terus bahagia mb.”
berdatangan jadi semakin cepet kelar
semakin baik. Biar bisa segera
ngerjain lainnya juga.”
3. Menyukai bidang/ilmu tertentu (II)
“Kan aku masuk psikologi nih eeee
karena pilihanku sendiri.”
4. Materinya menarik (II)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

“Kalau pas materi-materinya menarik,


yang aku suka gitu biasanya aku betah
belajarnya.”
5. Berusaha untuk memahami materi
(LGO)
“Sebenernya berusaha untuk mahami
sih. Kalau kuliah kan emang kudu
dituntut paham ya, nggak sekedar apal
aja.”
Perilaku 1. Mempersiapkan tempat pengerjaan 1. Mengerjakan tugas di suatu
tugas (SP) tempat yang tidak ramai (AF)
2. Merancang waktu pengerjaan tugas “Soalnya kan ya harus konsen dan
(SP) masuk gitu jadi ya aku pindah
3. Merancang cara pengerjaan tugas tempat kalau tempatnya rame.”
(SP) 2. Bertanya kepada orang lain yang
“Janjian dulu sama temen kelompok, dirasa lebih memahami
mau ngerjain kapan, di mana, terus “Kalau bingung kudu kepiye, aku
bagi tugas, kamu garap dulu bagian nanya temen sih, ini maksudnya
ini, kamu bagian ini..gitu. Terus gimana.”
nantinya disatuin. Biasanya gitu. Nah “Sebelum numpuk aku teliti dulu,
untuk mempermudah komunikasi kadang aku cocokin juga sama
biasanya kami bikin grup chat.” temen, atau aku nanya, bener
nggak sih yang aku kerjain.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

BK
IPK: 2,88 Alasan masuk jurusan: Sebelumnya telah mendaftar dan
diterima di Pend. Bahasa Inggris kemudian gagal dalam tes
masuk universitas lain
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Mempersiapkan tempat pengerjaan 1. Cara belajar harus ditingkatkan
nitif tugas (SP) lagi (CA)
2. Merancang waktu pengerjaan “Kalo jelek kayak yang duh
tugas (SP) gimana nih yaudahlah nggak papa
3. Merancang cara pengerjaan tugas lah, ya mau gimana lagi tu lho. Ya
(SP) cuma ohh brati aku belajarnya
“Kita mau ngerjain kapan, kita mau kurang.”
pake asesoris apa, terus mau nentuin
jadwal. Kamu kelas jam brapa sampe
jam brapa, ada yang beda ada yang
apa, terus kita bener-bener nyariin
yang semuanya tu sama-sama selo tu
lho, jadi biar kita latian.”
4. Melakukan langkah antisipasi jika
tidak yakin dengan hasil ujian (SP)
”Aku ngutamain tugas itu soalnya aku
ngerti kalo aku tu pasti jeblok-jeblok
jadi ya ngutamain tugas.”
Motivasi
Perilaku 1. Menyemangati diri supaya
jangan malas (SI)
“Tapi yang ayolah BK jangan
males jangan males. Ya cuma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

semangatin diri sendiri aja sih.”


2. Latihan soal (TS)
“Ya aku latian ya walopun nggak
terlalu dong banget yang penting
aku dah usaha.”
3. Mencari kata-kata yang tak
diketahui di kamus (TS)
“Kalo enggak ya nanti cari di
kamus.”
4. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Kalo dosennya ngomong sesuatu
yang aku nggak ngerti ya aku
tanya ke temen. Kalo temenku
juga nggak ngerti, aku tanya temen
lain yang ngerti terus tak catet biar
aku ngerti.”
“Nah aku kudu cari temen yang
bener-bener dia ngerti banget, kalo
enggak ya aku nyari kakak tingkat
yang dia udah ngerti tentang itu
terus aku tanya-tanya aja.”
“..paling sekarang jadi lebih sering
ke lab nemuin kakak tingkat.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

BS
IPK: 3,3 Alasan masuk jurusan: Keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Mempersiapkan bahan/materi 1. Merasa lebih efektif jika 1. Cara belajar harus
nitif (SP) belajar menggunakan rekaman ditingkatkan lagi (CA)
“Sebelum kuliah atau malemnya dosen (SR) “Jadikan aku ada yang salah, aku
atau setelah kuliah biasanya sama “Gak tau kenapa kalau dengerin nunda-nunda, males, sering maen.
temen-temen pergi kemana hunting- suara yang direkam saya bisa Mereka udah siap buat belajar
hunting (ide) gitu,” menjawab dengan lancar.”
besuknya aku belum masih garap
tugas.”
“Untuk akunya sendiri akunya
kurang konsentrasi gara-gara lihat
temenku marah-marah sama
temenku pas lagi praktek.”

Motivasi
Perilaku 1. Bertanya kepada orang lain 1. Cara belajar di SMA dirasa
yang dirasa lebih memahami kurang cukup, maka saat
“Misal di power point gak jelas kuliah diperbaiki lebih baik lagi
aku tanya ke temen, kalau temen (A)
gak tau kemungkinan besar saya “Kalau kuliah tu beda dengan
tanya ke dosen.” SMA, mempengaruhi dapet kerja
nggak, aku mulai memperbaiki
diri untuk mulai belajar.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

CL
IPK: 2,9 Alasan masuk jurusan: keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Membuat target nilai (SG) 1. Dengan mengajari teman 1. Mendapat nilai jelek karena
nitif “targetnya harus, harus ngerti paling menjadi tahu dirinya paham menganggap sepele (CA)
nggak 75% dari apa yang udah atau tidak (SR) “Pokoknya intinya tu aku tu rada
diajarin,” “Kalau, apa ya, nyatetnya tu,’oh, nyesel karena ternyata aku masih
aku ngerti,’ pokoknya aku ngerti kurang semangatnya waktu di
jadi kalau ada temen tanya aku semester satu karena masih
bisa jawab dan itu bener itu nganggep sepele, ternyata nilainya
menurutku udah bagus buat aku.” jelek kayak gitu kan.”
2. Merasa tidak bisa belajar dalam 2. Cara belajar harus ditingkatkan
waktu yang lama dan lagi (CA)
membutuhkan waktu istirahat “..terus jadi aku udah bisa nilai tu
(SR) lho,’oh jadi cara belajarku tu
“Oh, aku tu belajar nggak bisa kayak gini ya, aku tu nggak bisa
lama banget. Misalkan aku satu ndadak.’ Jadinya untuk tugas-tugas
jam tu udah bosen, nanti aku liat berat yang kayak gitu aku harus
youtube dulu, aku minum dulu bener-bener prepare itu dari jauh-
kek, aku jalan-jalan, aku udah jauh hari.”
konsen baru aku lanjut belajar
lagi,”
Motivasi 1. Berusaha untuk memahami materi
(LGO)
“Aku habis lulus dari PBI itu aku bisa
menguasai grammar bahasa
inggrisnya dengan baik.”
Perilaku 1. Membaca materi yang lalu (SP) 3. Menyemangati diri supaya 1. Nilai jelek sebagai batu loncatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

“Jadi tu udah bener-bener aku jangan malas (SI) (A)


prepare berbulan-bulan sebelumnya “Aku tu lagi pengen nyemangatin “Tapi kayak gitu tu malah jadi
aku udah harus baca,” diriku sendiri buat belajar tu.” kayak jadi batu loncatan tu buat
4. Mencatat (TS) aku lebih banyak belajarnya lagi.”
“Catet yang harus dicatet.”
5. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Tanya temen sih,” “Minta tolong
temen gitu kan,’eh, tolong bantuin
aku dong bikinin ini.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

GD
IPK: 3,8 Alasan masuk jurusan: Keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Merasa lebih efektif jika belajar
nitif bersama teman (SR)
“Kalau udah paham bener sama
materinya sih enak ngerjain
sendiri. Bisa lebih fokus, lebih
cepet selesainya juga. Tapi kalau
masih ragu-ragu tu mending
ngerjain bareng temen, biar bisa
sekalian diskusi terus tanya-tanya
kalau ada yang nggak
mudeng..mm.. nggak paham
maksudnya.”
2. Merasa tidak belajar dengan
benar pada materi hafalan (SR)
“Terus belajarnya suka menyendiri
sih, kalau aku. Tapi kalau
misalnya bareng-bareng itu kalau
hafalan. Kalau misalnya nggak
hafalan nggak suka bareng-
bareng.”
Motivasi 1. Menyukai bidang/ilmu tertentu 1. Bangga bisa mendapat nilai
(II) bagus (SS)
“Ya aku emang seneng matematika “Kalau nilainya bagus ya seneng,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

sih sejak dulu jadi ya gitu deh..” terus merasa banggalah bisa
mendapat nilai bagus, terus bisa
ngasih tahu orang tua kalau
nilaiku tu bener-bener bagus tapi
dengan usahaku sendiri,”
Perilaku 1. Merancang cara belajar (SP) 1. Mengerjakan tugas di suatu
“tapi pertama tu ngitung jumlah tempat yang tidak ramai (AF)
halamannya kalau misalnya bacaan. “Biasanya sih ngerjainnya di
Kalau misalnya halamannya banyak kamar yang sepi, nggak terganggu
tu belajarnya kayak dikebut gitu, tapi sama suara TV.”
kalau dikit ya..hariini sedikit.. 2. Bertanya kepada orang lain
sedikit.. sedikit.. kayak gitu. yang dirasa lebih memahami
Pokoknya yang penting halamannya “Kadang juga nanya ke temen lain
dulu. Kalau nggak tahu halamannya, kalau ada yang nggak bisa. Atau
nggak tahu target belajar perharinya. ke kakak tingkat.”
Terus habis itu kalau udah H-1 tu
dari awal sampai akhir dipelajari
lagi.”
2. Merencanakan aktivitas belajar
esok hari (SP)
“besok pas kuliah aku kudu
ndengerin bener-bener biar paham
aja.”
3. Mempersiapkan tempat
pengerjaan tugas (SP)
4. Merancang waktu pengerjaan
tugas (SP)
“Ngerencanain mau nggarap dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

sama kapan.”
5. Mempersiapkan bahan/materi
(SP)
“aku nyiapin materi-materi yang
diperlukan sebelum ngerjain,”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

AG
IPK: 3,7 Alasan masuk jurusan: keinginan pribadi
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Membuat target batas waktu 1. Dengan mengajari teman 1. Cara belajar harus
nitif penyelesaian tugas (SG) menjadi tahu dirinya paham ditingkatkan lagi (CA)
“bikin target tugas itu harus selesai atau tidak (SR) 2. Merasa kurang karena asal
kapan.” “Terus aku lebih ngerti itu aku membuat jadwal kuliah (CA)
sambil ngajarin temen, jadi tu “Masih ada beberapalah yang
materi itu rasanya kayak lebih harus ditingkatkan lagi. Ya
nempel.” contohnya sih cara aku belajar.
Terus habis itu cara bikin jadwal
perkuliahanlah soalnya selama ini
tu ngawur-ngawur aja,”
3. Membandingkan cara belajar
ketika semester satu dan
semester dua (SE)
“Terus habis itu juga ngelihat
dulu semester satu dapet IP
lumayan sih. Kalau misalnya
semester dua terus aku tiba-tiba
jeblok kan malu juga. Jadi itu
kayak harus pertahanin prestasi.”
(AG)
Motivasi 1. Menyukai bidang/ilmu tertentu
(II)
“(Senengnya) Akuntansilah..itung-
itungan gitu.”
Perilaku 1. Membaca materi yang lalu (SP) 1. Mematikan HP saat kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

2. Membaca materi yang hendak (AF)


diajarkan (SP) “Biasanya HP takmatiin soalnya
“baca materi sebelum..yang udah kalau nggak dimatiin. Kalau
diajarin minggu lalu sama baca misalnya geter, pasti aku dah
materi sekilas buat yang ketemuan
langsung (fokus sama) HP..terus
besoknya.”
3. Merancang waktu pengerjaan nggak bisa lepas.”
tugas (SP) 2. Mengusahakan untuk tetap
“Jadi, ya paling enggak bikin waktu fokus saat kuliah ketika mulai
kapan.” mengantuk (AF)
4. Mempersiapkan tempat “Terus kalau (aku mulai
pengerjaan tugas (SP) ngantuk) biasanya ke kamar
“kalau aku udah ngerjain tugas mandi, cuci muka ntar dengerin
sekarang itu harus beresin kamar lagi.”
dulu karena biasanya ngerjain di 3. Mencatat (TS)
kamarkan.” “Selain ndengerin ya nyatet,”
5. Merancang cara belajar (SP)
“(Catatanku) susah dibaca lagi
“Jadi ya ntar soal-soal review itu
diinget-inget terus yang pasti ya tapi ya dibenerin sih biar lebih
belajar terus biasanya belajarnya efektif (buat belajar).”
sama temen-temen,” 4. Meneliti hasil pekerjaan
kelompok bersama-sama (TS)
“Tapi ya pasti aku minta di-print
terus tiap-tiap temen kelompok
itu harus baca terus entar di apa
ya.. menurut kalian udah oke
belum tugasnya? Kalau misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

menurut pendapat pribadi ada


yang masih kurang ya diskusi
lagilah ini mau ditambahin apa
enggak,”
5. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Terus tanya-tanya kakak tingkat,
bener gini enggak sih? Terus
kadang kalau dosennya ada waktu
sih konsultasi sih. Bu, bener
nggak sih kayak gini? Kalau
misalnya salah ya segera
diperbaiki.”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

AY
IPK: 3,27 Alasan masuk jurusan: Keinginan orangtua
Forethought Performance Self-reflection
Metakog 1. Merasa lebih efektif jika belajar 1. Membandingkan cara belajar
nitif bersama teman (SR) ketika semester satu dan
“Aku tu lebih suka kalau belajar semester dua (SE)
itu tu sama orang, tapi nggak “Nah, tapi kalau semester dua ini
banyak.” aku ngerasain nyaman belajar
karena kelompok tapi
kelompoknya nggak banyak,
paling, paling aku diajarin kakak
tingkat, kakak tingkatnya satu aku
satu doang yang diajarin aku
doang, kayak gitu, kayak privat
gitu lho.”
Motivasi
Perilaku 1. Merancang cara pengerjaan tugas 1. Mencatat (TS)
(SP) 2. Memberikan tanda pada kata-
2. Mempersiapkan tempat pengerjaan kata penting (TS)
tugas (SP) “Di rumah belajarnya aku lebih
3. Merancang waktu pengerjaan kalau misalnya belajar tu nyatet
tugas (SP) aku, kalau nggak baca buku tapi
“Kita dapet tugas apa gitu, kita mau tak stabilo.”
ngapain kalau dapet tugasnya kayak 3. Saat mengerjakan soal
gini, terus pembagian nganunya, menuliskan rumus atau bagan di
materinya kayak gimana, terus kalau kertas yang lain supaya tidak
misalnya tugasnya itu pengamatan, ya lupa (TS)
mau ngamatinnya dimana, kapan, “Pas soalnya hitungan atau rumus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

kayak gitu gitu.” kayak gitu, paling nanti kan dibagi


coret-coretan, aku nulis dulu apa
rumus yang aku inget dicorat-
coretan, baru aku baca soalnya.”
4. Bertanya kepada orang lain
yang dirasa lebih memahami
“Ya ini, nanya, nanya ke temen
udah ada yang ngerjain ini apa
belum, atau nggak nanya ke kakak
tingkat, kayak gitu,”
“Nanya ke kakak tingkat, tapi
kalau pas kakak tingkatnya nggak
bisa, nanya ke temen.”

Anda mungkin juga menyukai