Anda di halaman 1dari 118

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

REGULASI EMOSI NEGATIF


ANAK INDIGO

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh:
R. Aj. SABINA SITI NURUL PRISTISARI
NIM : 029114016

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI, JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

KARYA INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK DIA YANG SUDAH MENCURAHKAN ROH KUDUS

UNTUK MENDAMPINGIKU SAAT MULAI LELAH BERLARI DAN IKUT BEKERJA BERSAMA

hingga purna.

BAPAK DAN IBU,

MAAF AKU MEMBIARKAN BAPAK DAN IBU “BERPUASA” SEKIAN LAMA UNTUK

MENANTIKU MENGENAKAN TOGA, TERIMA KASIH UNTUK KESABARAN DAN

KEPRIHATINAN DALAM MEMBIMBING DAN MENDAMPINGIKU, INI HADIAH ULANG

TAHUN PERKAWINAN KE-32 UNTUK BAPAK DAN IBU.

KAMAS, DIMAS, MBAK VENSA, RAHSA & RAHDYA, TERIMA KASIH UNTUK CINTA,

SEMANGAT & SUPPORTNYA.

BU IS,

CINTA & RESTUMU SELALU MENYERTAI TIAP LANGKAHKU, KUTAHU BU IS

MEMANTAUKU DARI SURGA.

Papi,

Saudara seperjuanganku yang kini tinggal dalam kemah abadi, hasil

perjuangan ini kupersembahan sebagai keberhasilan kita.

SAHABAT, SAUDARA serta SEMUA ORANG YANG MENDUKUNG DAN MEMBANTUKU,

TERUTAMA Pr & Rm BESERTA KELUArGA,

KALIAN SEMUA MOTIVASI & INSPIRASIKU

LOVE U ALL

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Jangan pernah memulai sesuatu kalau tak mampu


mengakhirinya
so berjuanglah menyelesaikan apa yang sudah kau mulai
kalau bukan untuk orang tua, keluaga atau teman
paling tidak lakukanlah untuk dirimu sendiri.
Meski terasa berat percayalah, pasti bisa dilalui
karna Dia kan slalu membimbing langkahmu.
Hal yang tersulit adalah mengalahkan diri sendiri
karna selalu ada toleransi buat diri sendiri.
Jadilah pahlawan tuk dirimu sendiri!
Berdamailah dengan dirimu dan berjuanglah dengan
IKLAS

“Dan akhirnya kuingin mereka semua tersenyum bahagia ”

Dalam lamunan di sore itu,


Sabina

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

REGULASI EMOSI NEGATIF ANAK INDIGO

R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana regulasi emosi negatif pada anak
indigo. Subjek penilitian ini adalah dua orang anak indigo laki-laki, Pr dan Rm, yang
direkomendasikan oleh Pro V Klinik Jakarta, berusia sembilan dan delapan tahun. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengambilan data dilakukan
dengan menggunakan metode wawancara sebagai data utama penelitian, serta data yang berasal
dari orang tua sebagai pendukung. Data dianalisa secara deskriptif dengan teknik trianggulasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak indigo memiliki perasaan yang sangat peka
sehingga sangat berpengaruh terhadap reaksi emosi yang muncul. Pr dan Rm secara umum belum
dapat melakukan regulasi emosi negatif sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian
bahwa kedua subjek belum dapat melakukan regulasi salah satu dari lima emosi negatifnya sampai
pada tahap memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibu dalam memodifikasi ataupun
mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Strategi regulasi emosi negatif yang sering
dilakukan oleh Pr adalah mencari kenyamanan dari ibu dan memasrahkan segalanya kepada
kehendak Tuhan (acceptance), sedangkan Rm lebih sering menggulakan strategi regulasi emosi
mengalihkan perhatian dari objek stres (displacement) dan melakukan kegiatan fisik yang
menenangkan. Dukungan dari lingkungan keluarga terutama ibu sangat mempengaruhi kedua
subjek dalam meregulasi emosi negatif Pr dan Rm. Kedua subjek merasa nyaman dengan
lingkungan yang dapat memahami dan menerimanya dengan cinta. Hal tersebut membantu kedua
subjek untuk lebih optimal meregulasi emosi negatifnya.

Kata kunci: anak indigo, emosi negatif, regulasi emosi

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

NEGATIVE EMOTIONS REGULATION OF INDIGO CHILDREN

R. Aj. Sabina Siti Nurul Pristisari

ABSTRACT

The research was held in order to have knowledge about the negative emotions
regulation of indigo children. As recommended by Pro V Klinik, Jakarta, the researcher focused to
two indigo boys who were nine years and eight years in age, further mentioned as Pr and Rm. For
this research, the researcher used qualitative approach and case study method. Main datum which
was from the subject and supporting datum which were from parents and teachers were collected
by interview method. Data were analyzed descriptively by triangulation techniques. Results from
this study indicate that indigo children have a very sensitive feeling so great influence on
emotional reactions that arise. Rm and Pr in generally cannot accomplished the entirely negative
emotion regulation. This is shown by the results of research that both the subject has not been able
to regulate one of the five negative emotions till the stage to modify. Both subjects were assisted by
mothers in modifying or evaluating some of these negative emotions. Negative emotion regulation
strategies that are often carried out by Pr is seeking comfort from her mother and surrender
everything to the will of God (acceptance), while the Rm more likely to use emotion regulation
strategies by divert attention from the object of stress (displacement) and doing physical activities
that soothe. Support from the family, especially the mother greatly affect both the subject in
regulating negative emotions Rm and Pr. Both subjects felt comfortable with the environment that
can understand and accept them with love. This will help both subject to more optimally regulate
their negative emotions.

Keywords: indigo children, negative emotions, emotions regulation

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat kuasa,

terang Roh Kudus serta bimbingan-Nya skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan.

Skripsi ini disusun dan dibuat untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar

Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyusunannya dari awal hingga akhirnya selesai, telah

melibatkan banyak pribadi yang memberikan bantuan dengan tulus, oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas kesempatan yang diberikan

selama ini.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., yang selama menjabat menjadi

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, telah memberikan

kesempatan perpanjangan masa studi dan ijin penelitian sehingga

pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi., Psi, M.Si. selaku Dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih telah memberikan waktu, kritik-saran, motivasi serta

kesempatan yang sangat berarti dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M.Si. dan Romo Dr. A. Priyono Marwan,

S.J., selaku penguji sekripsi. Terima kasih atas proses pembelajaran yang

berharga sehingga karya ini menjadi lebih baik.

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., terima kasih untuk semangat dan

kesempatan yang diberikan selama menjadi Kaprodi.

6. Ibu Aquilina Tanti Arini S.Psi., M.Si, Ibu Titik Kristiyani, M.Psi. dan

Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih untuk bimbingan, motivasi dan arahan selama saya berproses

di Fakultas Psikologi Sanata Dharma.

7. Seluruh dosen dan karyawan yang telah membimbing maupun membantu

selama penulis menempa ilmu dan berproses sangat panjang di fakultas

psikologi USD ini. Mas Muji, Mas Donny, Mas Gandung, Bu Nanik dan

Pak Gik terima kasih atas bantuan, motivasi dan perhatiannya untuk

menyelesaikan urusan kampus.

8. Dr. Erwin Kusuma dan Ibu Cahya di Pro V Clinic, terima kasih atas segala

bantuan dan referensi yang diberikan untuk penyusunan skripsi ini.

9. Pr dan Rm yang sudah bersedia menjadi subjek serta kesempatan unik

yang boleh dibagi. Terima kasih untuk keluarga Pr dan Rm atas

penerimaan dan rasa kekeluargaan yang diberikan selama pengambilan

data.

10. Bapak dan ibu. Terima kasih untuk kesabaran dan keprihatinannya

menantiku mengenakan toga, terlebih untuk dukungan doa dan

pengertiannya yang tak pernah putus, serta segala fasilitas yang sudah

diberikan untuk mendukung skripsi ini. Kamas dan keluarga kecilnya,

terima kasih motivasinya, juga dimas yang tidak bosan membantu dan

memogram netbookku. Love you all….

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11. Keluarga Kelapa Gading dan Pangkalan Jati, terima kasih sudah bersedia

menampung selama proses pengambilan data. Terima kasih buat

kehangatan kekeluargaan yang bisa saya rasakan, menjadi energi dalam

berjuang di Jakarta.

12. Keluarga Besar Ndanero Suryobrantan, Winotodiningrat, dan The

Mondros. Terima kasih buat doa, motivasi dan sindiran yang selalu

memacu untuk mengakhiri masa panjang studi ini.

13. Bu Is dan Mas Ari “Papi” yang selalu jadi semangatku dari Rumah Bapa,

seandainya bisa mempersembahkannya di dunia fana, miss u…….

14. Bona, Aan, Honey, Iunt, Putri, Mas Siuz, dan Mas Danang, thanks buat

semua semangatnya dan juga pontang-pantingnya ngurus kebutuhan

kampus selama aku di kota Metropolitan. Aku sangat beruntung

menemukan kalian di puing-puing masa kejayaan angkatan 2002.

15. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002 yang tidak bisa diucapkan satu

per satu, kalian selalu menjadi semangat, motivasi, harapan dan pesaing

untuk segera menyelesaikan masa panjang ini. Ayo wisuda bareng!

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii ii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iiiiii

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... iviv

HALAMAN MOTTO....................................................................................... v v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.......................................................... vivi

ABSTRAK....................................................................................................... vii
vii

ABSTRACT....................................................................................................... viii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKAS.............................................. ixix

KATA PENGANTAR...................................................................................... x x

DAFTAR ISI.................................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL............................................................................................ xvi

BAB I. PENDAHULUAN............................................................................... 1 1

A. Latar Belakang Masalah………………………………………….. 1 1

B. Rumusan Masalah……………………………………………….. 4 4

C. Tujuan Penelitian………………………………………………... 4 4

D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 4 4

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II. TINJAUAN TEORI…………….…………….……………………. 6 6

A. Emosi Negatif...………………………………………...……….. 6 6

1. Pengertian Emosi………………………………………….. 6 6

2. Macam Emosi……………………………………………... 7 7

B. Regulasi Emosi………………………………………………….. 13

1. Pengertian Regulasi Emosi..……………………................. 13


13

2. Indikator Regulasi Emosi ..……………………………….. 14

3. Strategi Regulasi Emosi…………………………………… 16

4. Faktor Regulasi Emosi….…………………………………. 19

C. Anak Indigo………………………………..………………………... 20

1. Pengertian Anak Indigo…………………………………… 20

2. Karakteristik Anak Indigo………………………………… 22

3. Tipe-Tipe Anak Indigo……………………………………. 23

4. Emosi Negatif Anak Indigo………………………………. 2323

D. Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo………………………………... 27

BAB III. METODE PENELITIAN…………………………………………. 29

A. Jenis Penelitian……………………………………………………….. 29

B. Fokus Penelitian……………………...………………………………. 29

C. Subjek Penelitian……………………………...…………………….... 30

D. Metode Pengambilan Data.……………………...………………….... 30

E. Prosedur Pengumpulan Data…………………………………………. 34


34

F. Metode Analisis Data…………………………...……………………. 35

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

G. Keabsahan Data………………………………….…………………... 39
39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….…………. 4040

A. 40
Pelaksanaan Penelitian…………………………………………... 40

B. 41
Deskripsi Subjek………………………………………………… 41

C. Hasil Penelitian………………………………………………….. 54
54

D. Pembahasan……………………………………………………... 7880

87
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………. 85

A. 87
Kesimpulan…………………………………………………….... 85

B. 89
Saran…………………………………………………………….. 87

91
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 89

95
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 93

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Pedoman Wawancara……………………………………………. 32

Table 3.2 Koding dalam Wawancara Latar Belakang Subjek……………… 38


38

Table 3.3 Koding dalam Wawancara Regulasi Emosi Negatif…………….. 38


38

Table 4.1 Ringkasan Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian………….. 40


40

Table 4. 2 Ringkasan Hasil Penelitian…………………………………….... 55


55

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Informasi mengenai anak indigo telah lama berkembang di Indonesia.

Sejak kira-kira tahun 2000 (W, 2007), istilah anak indigo muncul setelah

ditemukannya kasus unik tersebut pada beberapa anak di Indonesia. Harian

Kompas menulis pemberitaan yang terkait dengan keberadaan anak indigo dalam

artikel Disangka Gila karena Indigo (2003). Berita tersebut menceritakan

pengalaman Abel (bukan nama sebenarnya). Abel adalah seorang anak indigo

yang dibawa orang tuanya ke psikiater karena hampir setiap malam merasa

jiwanya lepas dari raganya dan pergi mengembara, serta sering melihat kejadian

yang akan terjadi. Abel didiagnosis menderita halusinasi dan diberi obat, tetapi

obat-obat itu tidak diminumnya. Dia terus mencari jawaban atas keadaannya

dengan membaca buku dan mempelajari tentang trans dari seorang guru di Bali.

Sampai akhirnya ia kecanduan narkoba karena dijerumuskan temannya. Teman-

teman sebayanya menawari pil-pil psikotropika sebagai media untuk dapat sampai

pada keadaan trans. Abel diketahui sebagai indigo setelah menjalankan

pemeriksaan oleh Dr. Erwin Kusuma di Pro V Clinic.

Kasus lain yang diberitakan adalah pengalaman Viktor. Dia adalah anak

indigo yang selalu berselisih paham dengan orang tuanya. Dari kecil ia dianggap

sebagai anak pemberontak sampai akhirnya ia lari dari rumah pada usia tiga belas

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tahun. Sekarang Viktor merasa diterima dengan baik setelah diasuh oleh keluarga

pendeta asal Amerika yang tinggal di Bandung. Kasus berbeda dialami Satrio

Wibowo (Ysahnaz, 2009). Dia adalah anak indigo yang memiliki kemampuan

menulis novel ratusan halaman dalam bahasa Inggris tanpa pendidikan khusus dan

melukis dengan sangat detil. Ia tidak suka menyerap pelajaran karena merasa

tidak dipahami oleh gurunya dan baginya pelajaran tidak penting.

Anak indigo yang memiliki keunikan ternyata memiliki permasalahan

dalam kehidupannya. Anak indigo memiliki ciri khas old soul. Old soul berarti

mereka memiliki kepribadian yang lebih matang daripada kepribadian anak

seusianya dan tampak sebagai orang yang bersikap arif (Chapman, 2005).

Kekhasan tersebut ternyata juga menimbulkan permasalahan bagi anak indigo

dalam relasi dengan teman sebaya. Anak indigo merasa tidak nyaman bergaul

dengan teman sebayanya. Silalahi (2009) menemukan bahwa ketiga subjek indigo

penelitiannya mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan sosial dengan teman

sebayanya karena mereka merasa memiliki pemahaman yang berbeda.

Kasus-kasus yang dialami oleh anak indigo menunjukan bahwa anak

indigo masih memiliki permasalahan emosi dan perilaku. Kusuma (komunikasi

pribadi, 12 Maret, 2008), seorang psikiater yang menangani dan membina

beberapa anak indigo, mengungkapkan bahwa biasanya anak indigo merasa marah

karena lingkungan sekitarnya tidak bisa memahaminya. Karakteristik yang

dimiliki anak indigo serta kurang adanya penerimaan dari lingkungan sosialnya

cenderung memunculkan relasi sosial yang negatif dan meningkatkan emosi-

emosi negatif. Emosi negatif (Safaria dan Saputra, 2009) memberikan dampak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi ini adalah emosi yang sering

dihindari dan berusaha dikendalikan, tetapi jika gagal individu akan sulit

merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan. Emosi negatif dapat dikendalikan

dengan cara meregulasinya.

Regulasi emosi merupakan suatu cara bagaimana seseorang dapat

menyadari serta mengatur pikiran dan perilakunya dalam emosi yang berbeda,

baik emosi positif maupun emosi negatif (Richard dan Gross, 2000). Tompson

(1994) mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor,

mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai tujuan

individu tersebut. Seseorang yang mengalami emosi negatif biasanya tidak dapat

berpikir dengan jernih dan cenderung melakukan tindakan di luar kesadaran

sehingga perlu adanya regulasi emosi negatif. Regulasi emosi yang baik

memungkinkan seseorang untuk menikmati interaksi sosialnya dengan orang lain.

Berkembangnya regulasi emosi pada masa kanak-kanak sangat penting untuk

mempelajari bahasa dan kemampuan berkomunikasi sebagai dasar kehidupan

selanjutnya (Giles, 2005). Anak menjadi lebih adaptif dan dapat diterima oleh

lingkungannya. Regulasi emosi negatif penting dimiliki oleh anak pada akhir

masa kanak-kanak, karena pada masa ini terdapat tuntutan agar anak dapat

berelasi baik terhadap lingkungan dan teman sebayanya (Gunarsa, 1997 dan

Santrock, 2002).

Regulasi emosi negatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah strategi

untuk mengelola respon emosional yang tidak menyenangkan dengan memonitor,

mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan. Penelitian ini


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ingin melihat regulasi emosi negatif pada anak indigo. Regulasi emosi negatif

tersebut menarik karena anak indigo memiliki karakteristik yang memerlukan

regulasi emosi negatif dan anak indigo, sebagai anak yang berada pada akhir masa

kanak-kanak, membutuhkan regulasi emosi negatif.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana regulasi emosi negatif

yang dilakukan oleh anak indigo?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana regulasi

emosi negatif yang dilakukan oleh anak indigo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat yang utama, yaitu:

1. Secara teorietik

Untuk menambah khasanah pengetahuan dalam ilmu psikologi terutama

psikologi perkembangan anak mengenai regulasi emosi negatif anak

indigo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Secara praktis

a. Bagi anak indigo

Anak indigo dapat mengenali regulasi emosi negatif yang

digunakan sehingga anak dapat lebih tepat dalam menghadapi

emosi negatif yang muncul.

b. Bagi orang tua

Orang tua mengetahui regulasi emosi anak indigo. Berdasarkan

pengetahuan itu, orang tua dapat meningkatkan komunikasi dengan

anak indigo. Dengan demikian orang tua dapat mendampingi anak

indigo dalam proses belajar meregulasi emosi negatif.

c. Bagi lembaga yang menangani anak indigo.

Lembaga yang menangani anak indigo dapat memperoleh

informasi mengenai regulasi emosi negatif anak indigo.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka menyajikan sub bab emosi negatif, regulasi emosi, anak

indigo dan regulasi emosi negatif anak indigo. Keempat sub bab tersebut

memberikan deskripsi mengenai regulasi emosi, anak indigo serta emosi negatif

anak indigo.

A. Emosi Negatif

Sub bab emosi negatif menyajikan pengertian emosi dan macam emosi.

Macam emosi yang diuraikan adalah emosi positif dan emosi negatif.

1. Pengertian Emosi

Pengertian emosi menurut Ahmadi dan Umar (1992) adalah suatu

pengalaman sadar, kompleks dan meliputi unsur perasaan. Pengalaman

tersebut mengikuti keadaan fisiologis dan mental yang muncul serta

penyesuaian batiniah, kemudian diekspresikan dalam tingkah laku yang

tampak. Emosi dapat dirumuskan sebagai keadaan organisme yang

terangsang, sehingga secara sadar mengakibatkan perubahan perilaku

(Chaplin, 2004). Goleman (2007) mengartikan emosi sebagi kegiatan atau

pengolahan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat

atau meluap-luap. Goleman (2007) menganggap bahwa emosi merujuk pada

suatu perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis

dan psikologis, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Emosi merupakan situasi stimulasi yang melibatkan perubahan pada

tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif,

serta kecenderungan melakukan suatu tindakan, yang dibentuk seluruhnya

oleh peraturan-peraturan dalam suatu kebudayaan (Wade dan Tavris, 2007).

Emosi setiap orang mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak

secara nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh ketika seseorang

diliputi emosi marah, wajahnya memerah, nafasnya menjadi sesak, otot-otot

tangannya menegang, dan energi tubuhnya memuncak.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah suatu

pengalaman atau keadaan yang disadari, kompeks, mendalam, mempengaruhi

secara fisik dan mental yang menstimulus individu untuk

mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak.

2. Macam Emosi

Emosi manusia dapat dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut :

a. Emosi Positif

Emosi positif memberikan dampak yang menenangkan dan

menyenangkan. Emosi positif membuat seseorang merasakan keadaan

psikologis yang positif. Bentuk emosi positif adalah tenang, santai, rileks,

gembira, lucu, haru, dan senang (Safaria dan Saputra, 2009). Emosi positif

menurut Lazarus (1991) adalah bentuk emosi yang muncul ketika tujuan

yang ingin diraih tercapai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Bentuk-bentuk emosi positif adalah:

1) Bahagia (happy)

Bahagia muncul pada saat individu merasa bahwa ia telah membuat

kemajuan yang berarti dalam proses pencapaian tujuan atau pada saat

tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Emosi bahagia dapat

termanifestasi dalam kecenderungan berperilaku, berupa dorongan yang

kuat sehingga individu mudah untuk melakukan tindakan tertentu.

2) Bangga (pride)

Emosi bangga timbul ketika individu memiliki keterlibatan yang

tinggi dalam mencapai tujuan sehingga emosi bangga lebih ditujukan

pada diri sendiri. Bentuk emosi bangga termaniferstasi dalam

kecenderungan individu untuk menceritakan atau menunjukkan pada

orang lain bahwa dia telah berhasil dalam mencapai tujuan.

3) Kasih sayang (love)

Kasih sayang merupakan suatu reaksi emosi yang terlihat dari suatu

hubungan sosial. Terjalinnya hubungan sosial yang hangat didorong

oleh penghargaan yang diberikan orang lain, ketika individu berhasil

mencapai tujuannya.

4) Lega (relief)

Emosi lega akan tampak melalui interaksi individu dengan

lingkungannya. Emosi lega terlihat pada saat tujuan yang semula dinilai

tidak sesuai menjadi kebutuhan yang penting bagi individu dan terjadi

penurunan emosi negatif. Perubahan ini dapat disebabkan oleh pihak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

lain yang memberikan bantuan. Pada emosi lega individu cenderung

untuk tenang (relax) dengan perubahan yang dirasakan.

b. Emosi Negatif

Emosi negatif, menurut Safaria dan Saputra (2009), memberikan

dampak tidak menyenangkan dan menyusahkan. Emosi negatif adalah

emosi yang sering dihindari dan berusaha dikendalikan. Emosi negatif

yang gagal dikendalikan menyebabkan individu sulit merasakan kepuasan

hidup dan kebahagiaan. Bentuk emosi negatif adalah sedih, kecewa, putus

asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan sebagainya.

Lazarus (1991) mengungkapkan emosi negatif adalah bentuk emosi

yang muncul ketika pencapaian tujuan tidak tercapai. Lima bentuk emosi

negatif adalah:

1) Marah (anger)

Marah merupakan salah satu bentuk emosi yang paling kuat. Emosi

marah dapat berbentuk menyalahkan orang lain, diri sendiri, atau objek

lain. Pelampiasan menyalahkan ini tergantung kepada seseorang atau

sesuatu yang dirasakan dapat mengancam diri. Bila sumbernya internal

(individu yang merasa bertanggung jawab sendiri) maka marah akan

dilampiaskan pada diri sendiri sedangkan emosi marah pada orang lain

atau sesuatu di luar dirinya disebut sumber eksternal. Emosi marah

memiliki kecenderungan untuk menyerang pihak yang dianggap

sebagai sumber munculnya emosi marah.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

2) Cemas (fright-anxiety)

Kecemasan muncul pada saat individu mengalami suatu

ketidakpastian dalam menilai sesuatu. Ketidakpastian tersebut dapat

menimbulkan ancaman pada individu. Cemas juga terjadi ketika

individu kurang mampu memperkirakan apa yang akan terjadi.

Dalam prosesnya, cemas dapat terlihat ketika tujuan yang telah

ditetapkan tidak tercapai individu. Ketika individu kurang berhasil,

individu akan mencemaskan penerimaan orang lain terhadap dirinya.

Ketidakpastian mengenai sesuatu yang akan terjadi, merupakan hal

yang tidak dapat dikendalikan oleh individu, dan selanjutnya individu

cenderung untuk menghindarinya.

3) Malu–merasa bersalah (guilt-shame)

Kondisi malu yang disertai rasa bersalah ini timbul dari nilai-nilai

benar-salah yang telah diinternalisasi individu dan berasal dari identitas

diri. Identits diri adalah kesesuaian antara keadaan diri yang senyatanya

dan diri yang diinginkan oleh individu tersebut. Kegagalan dalam

mencapai tujuan dapat dipandang sebagai bentuk kesalahan dan

terdapat perbedaan yang tinggi antara penilaian sebagian orang yang

mampu mencapai tujuan dan kenyataan adanya kegagalan dalam

pencapaiannya.

Ditinjau dari segi kecenderungan untuk melakukan tindakan,

bentuk dari emosi malu-merasa bersalah ini adalah kecenderungan

untuk menyembunyikan kegagalan dalam mencapai tujuan agar tidak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

diketahui orang lain dan kesediaan untuk menerima hukuman akibat

kegagalan dalam mencapai tujuan.

4) Sedih (sadness)

Emosi sedih dikaitkan dengan reaksi akibat kehilangan seseorang,

kegagalan dalam menjalankan peran atau tidak dihargai oleh orang lain.

Sedih ditandai dengan rendahnya usaha untuk melakukan sesuatu dan

sikap menyerah. Individu yang mengalami emosi ini merasa bahwa

tidak ada yang dapat dilakukan lagi setelah mengalami suatu kegagalan.

Pada emosi sedih, individu cenderung untuk menarik diri (withdrawal)

dari kegiatan, namun tidak menyalahkan diri atau orang lain.

5) Iri (envy-jealously)

Emosi iri terlihat ketika individu ingin memiliki sesuatu seperti

yang dimiliki orang lain dan menginginkan kasih sayang dari orang

tertentu hanya untuk dirinya. Iri tampak ketika terjadi perbandingan

sosial atau perbandingan dengan orang lain.

Individu cenderung berupaya mendapatkan penghargaan dari orang

lain dengan pola perilaku yang tidak impulsif. Dapat pula digambarkan

bahwa individu cenderung untuk menuntut dan mengharap pengakuan

dari orang lain.

Penelitian mengenai aspek-aspek fisiologis dari emosi menunjukkan

bahwa manusia memiliki dasar-dasar emosi atau telah memiliki emosi primer

sejak mereka dilahirkan. Meskipun para psikolog memiliki pandangan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

berbeda-beda mengenai apa saja yang termasuk emosi primer, umumnya

emosi primer meliputi (Wade dan Tavris, 2007):

a. rasa takut (fear)

b. marah (anger)

c. sedih (sadness)

d. senang (joy)

e. terkejut (surprise)

f. jijik (disgust)

g. sebal (contempt)

Wade dan Tavris (2007) mengatakan emosi sekunder meliputi semua

variasi dan campuran dari emosi, yang mungkin saja berbeda-beda pada tiap

budaya.

Sejumlah teorikus mengelompokkan emosi dalam golongan-golongan

besar (Goleman, 2007), sebagai berikut:

a. Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati,

terganggu, rasa pahit, berang, tersinggung, bermusuhan, dan

barangkali yang paling hebat, tindak kekerasan dan kebencian

patologis.

b. Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasiani diri,

kesepian, ditolak, putus asa, dan kalau menjadi patologis, depresi

berat.

c. Rasa takut: cemas, takut, gugup, khawatir, waswas, perasaan takut

sekali, kecut sebagai patologi, fobia dan panik.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

d. Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur,

bangga, kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa

terpenuhi, kegirangan luar biasa, senang, senang sekali dan batas

ujungnya, mania.

e. Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa

dekat, bakti, hormat, kasmaran, kasih.

f. Terkejut: terkejut, terkesiap, takjub, terpana.

g. Jengkel: hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, mau muntah.

h. Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur

lebur.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan emosi negatif adalah suatu

pengalaman atau keadaan tidak menyenangkan yang disadari, kompeks,

mendalam, mempengaruhi secara fisik dan mental yang menstimulus individu

untuk mengekspresikannya dalam tingkah laku yang tampak. Penelitian ini

menggunakan lima emosi negatif yang sering digunakan dalam penelitian

menurut Lazarus (1991). Lima emosi negatif tersebut adalah marah, sedih,

cemas, malu-rasa bersalah dan iri.

B. Regulasi Emosi

Sub bab regulasi emosi menyajikan pengertian regulasi emosi, strategi

regulasi emosi dan faktor regulasi emosi.

1. Pengertian Regulasi Emosi

Menurut Santrock (2007) pengaturan emosi (emotional regulation) terdiri


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

dari kemampuan untuk mengatur rangsangan (arousal) dalam rangka

beradaptasi dan meraih suatu tujuan secara efektif. Thompson (1994)

mendefinisikan regulasi emosi sebagai kemampuan untuk memonitor,

mengevaluasi dan memodifikasi reaksi emosional individu untuk mencapai

tujuan individu tersebut. Regulasi emosi juga didefinisikan sebagai

kemampuan untuk mengontrol ekspresi emosi (Berk, 2008). McDevitt dan

Ormord (2002) mendefinisikan regulasi emosi sebagai strategi yang dilakukan

anak untuk mengelola situasi yang penuh stress.

Penelitian ini menggunakan pengertian regulasi emosi menurut

Thompson (1994) dan Berk (2008) karena peneliti ingin melihat regulasi

emosi yang dilakukan subjek terhadap reaksi emosi.

2. Indikator Regulasi Emosi

Indikator regulasi emosi menurut Thompson (1994) adalah:

a. Memonitor emosi berarti individu menyadari dan memahami

keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri, perasaan, dan latar belakang

dari tindakannya. Memonitor emosi dapat pula diartikan bahwa individu

mampu terhubung dengan emosi-emosi dan pikiran-pikirannya, sehingga

individu mampu menamakan setiap emosi yang muncul. Aspek ini

merupakan dasar dari seluruh aspek lainnya.

b. Mengevaluasi emosi berarti individu mengelola dan menyeimbangkan

emosi-emosi yang dialaminya. Pengelolaan diutamakan pada emosi negatif

seperti kemarahan, kesedihan, kecewa, dendam, dan benci. Pengelolaan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

tersebut membuat individu tidak terbawa dan terpengaruh emosi secara

mendalam sehingga mampu berpikir rasional.

Sebagai contoh, ketika individu mengalami perasaan kecewa dan

benci, dia kemudian menerima perasaan tersebut apa adanya, tidak

berusaha menolaknya dan berusaha menyeimbangkan emosi tersebut

secara konstruktif. Individu tersebut melihat peristiwa yang menimbulkan

kekecewaan dan kebencian dari sudut pandang yang lebih positif,

mengambil hikmah di balik masalah tersebut, dan mencoba untuk

memaafkan diri sendiri atau orang lain yang terlibat dalam masalah

tersebut. Ia mampu meredakan kekecewaan dan kebenciannya tersebut,

sehingga tidak berlarut-larut dalam kekecewaan dan kebencian.

c. Memodifikasi emosi berarti individu mengubah emosi sehingga

mampu memotivasi diri, terutama ketika individu berada dalam keadaan

putus asa, cemas dan marah. Individu menjadi lebih optimis dalam

hidupnya. Modifikasi emosi menyebabkan individu mampu bertahan

dalam masalah yang membebaninya, terus berjuang ketika menghadapi

hambatan yang besar, tidak pernah mudah putus asa serta selalu memiliki

harapan.

Regulasi emosi menjadi penting bagi individu. Individu dapat efektif

melakukan coping terhadap berbagai masalah yang mendorongnya mengalami

kecemasan dan depresi. Individu yang mampu meregulasi emosi-emosinya

secara efektif, lebih tahan terhadap kecemasan dan depresi. Terutama jika

individu mampu mengelola emosi-emosi negatif yang dialaminya seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

perasaan sedih, marah, benci, kecewa, atau frustasi (Goleman, 2007 dan

Thompson, 1994).

3. Strategi Regulasi Emosi

Strategi regulasi emosi menyajikan strategi regulasi emosi secara umum

dan strategi regulasi pada anak secara khusus.

a. Strategi Regulasi Emosi

Strategi-strategi untuk meregulasi emosi menurut Garnefski, Kraaij dan

Spinhoven (2001) adalah:

1) Selfblame mengacu kepada pola pikir menyalahkan diri sendiri.

Beberapa peneliti menemukan bahwa self blame berhubungan dengan

depresi dan pengukuran kesehatan lainnya.

2) Blaming others mengacu pada pola pikir menyalahkan orang lain

atas kejadian yang menimpa dirinya.

3) Acceptance mengacu pada pola pikir menerima dan pasrah atas

kejadian yang menimpa dirinya. Acceptance merupakan strategi coping

yang memiliki hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan

penerimaan diri serta memiliki hubungan yang negatif dengan

pengukuran kecemasan.

4) Refocus on planning mengacu pada pemikiran terhadap langkah apa

yang harus diambil dalam menghadapi peristiwa negatif yang dialami.

Perlu diperhatikan, kalau dimensi ini hanya pada tahap kognitif saja.

Refocusing on planning merupakan strategi coping yang memiliki


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

hubungan positif dengan pengukuran keoptimisan dan penerimaan diri

serta memiliki hubungan yang negatif dengan pengukuran kecemasan.

5) Positive refocusing adalah kecenderungan individu untuk lebih

memikirkan hal-hal yang lebih menyenangkan dan menggembirakan

daripada memikirkan situasi yang sedang terjadi. Berfokus pada hal-hal

yang positif bisa dianggap membantu pada jangka pendek, namun pada

jangka panjang bisa bersifat maladaptif.

6) Rumination or focus on thought adalah apabila individu cenderung

selalu memikirkan perasaan yang berhubungan dengan situasi yang

sedang terjadi. Rumination cenderung berasosiasi dengan tingkat

depresi yang tinggi.

7) Positive reappraisal adalah kecenderungan individu untuk

mengambil makna positif dari situasi yang sedang terjadi. Positive

reappraisal berasosiasi dengan optimisme dan penerimaan diri serta

berkorelasi negatif dengan kecemasan.

8) Putting into perspective adalah kecenderungan individu untuk

bertindak acuh (tidak perduli) atau meremehkan suatu keadaan. Konsep

ini belum pernah dimasukan dalam pengukuran coping.


9) Catastrophizing mengacu pada pemikiran yang menekankan

ketakutan dari peristiwa yang sudah dialami. Secara umum gaya

catastrophizing tampaknya terkait dengan maladaptasi, penderitaan

emosional dan depresi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

b. Strategi Regulasi Emosi pada Anak

Anak melakukan beberapa strategi penyesuaian emosional untuk

membuat mereka lebih nyaman. Anak-anak mungkin melakukan strategi-

strategi yang secara umum dilakukan oleh orang dewasa seperti selfblame,

blaming others, acceptance, refocus on planning, positive refocusing,

rumination or focus on thought, positive reappraisal, putting into

perspective dan catastrophizing, meskipun secara khusus anak melakukan

strategi regulasi emosi yang khas. Strategi emosi yang biasa dilakukan anak-

anak (Berk, 2008) adalah:

1) Membatasi rangsangan yang masuk. Contoh tindakan yang

dilakukan anak adalah memejamkan mata atau menutup telinga.

2) Berbicara dengan dirinya sendiri. Anak menenangkan dirinya

dengan berbicara pada dirinya sendiri seperti contoh berikut ini, ibu

mengatakan bahwa ibu akan pulang sebentar lagi.

3) Mengubah tujuannya. Contoh tindakan yang dilakukan anak adalah

anak menginginkan sebuah mainan tetapi orang tuanya tidak bisa

memenuhi, kemudian anak mengubah permintaannya, dengan harapan

permintaan yang baru dapat terpenuhi.

Perilaku regulasi emosi yang digunakan oleh anak-anak menurut

Bridges, Denham, dan Ganiban (2004) adalah:

1) Mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya stress

(displacement).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

2) Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan (misalnya: menghisap

jempol).

3) Mencari kenyamanan dari pengasuh.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa strategi regulasi emosi

yang dilakukan anak-anak adalah membatasi rangsangan yang masuk,

berbicara dengan dirinya sendiri, mengubah tujuannya, mengalihkan

perhatian dari objek yang membuatnya stress, melakukan aktifitas fisik yang

menenangkan serta mencari kenyamanan dari pengasuh.

4. Faktor Regulasi Emosi

Regulasi emosi dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut:

a. Kecerdasan emosi

Goleman (2007) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah

kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri,

ketahanan dalam menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan

menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan

emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi

yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Menurut

Solovey dan Mayer (2004) kecerdasan emosi adalah kemampuan individu

untuk mengenali, menggunakan, mengekspresikan emosi,

mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan

proses berpikir, memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi, serta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah

laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan.

b. Orang tua

Orang tua merupakan salah satu faktor regulasi emosi. Anak belajar

melakukan strategi regulasi emosi dengan melihat orang tua mengelola

perasaan-perasaan mereka. Kepedulian dan penerimaan orang tua

berpengaruh terhadap pengungkapan emosi anak, karena orang tua

merupakan sasaran awal pengungkapan emosi pada waktu anak-anak

(Retnowati, 2003).

Penelitian ini lebih memfokuskan pada faktor orang tua yang

mempengaruhi regulasi emosi karena orang tua dilibatkan secara langsung

dalam penelitian.

C. Anak Indigo

Sub bab ini menyajikan pengertian anak indigo, karakteristik anak indigo,

tipe-tipe anak indigo serta emosi negatif pada anak indigo.

1. Pengertian Anak Indigo

Istilah indigo pertama kali dipopulerkan oleh Tape (1982), dalam bukunya

The Colour of Live. Buku tersebut memuat pengelompokan perilaku dan

pemetaan kepribadian manusia berdasar warna aura. Tape (1982) dalam

penelitiannya menemukan warna aura baru yang belum dimiliki anak-anak

sebelumnya adalah indigo. Menurut Carrol dan Tober (2000) anak indigo

adalah anak yang menunjukkan seperangkat atribut psikologis baru dan luar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

biasa, serta menunjukkan sebuah pola perilaku yang pada umumnya tidak

didokumentasikan sebelumnya.

Menurut Chapman (2005) anak indigo adalah generasi baru yang

dilahirkan sekarang ini, namanya mengindikasikan warna kehidupan yang

dibawa dalam auranya dan menunjukkan cakra mata ketiga, yang

mempresentasikan kemampuan intuisi dan batiniah. Cakra menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia artinya roda. Mata ketiga karena letaknya di dahi, di

antara kedua mata. Cakra mata ketiga mengandung makna sesuatu yang

berbentuk seperti roda yang letaknya di dahi, antara kedua mata.

Nama-nama lain untuk anak indigo (Kusuma, 2005):

a. Pemimpin-pemimpin “bersorban”

b. Highly spiritual children

c. The Super-psychic children

Kusuma (2005), M.H. (2004), serta Senior (2005), mengemukakan anak

indigo merupakan anak yang memiliki fisik sama seperti anak-anak lain tetapi

batinnya tua (old soul) sehingga tidak jarang ia menampakan sifat yang

dewasa. Anak dapat dikatakan indigo melalui beberapa tahapan pemeriksaan

yaitu melalui wawancara psikiatri, evaluasi psikologi, evaluasi pedagogi,

pencitraan aura serta hipnografi (Kusuma, 2005). Alat yang digunakan dalam

pencitraan aura adalah AVS (Aura Video Station) dan aura imaging photon

counter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2. Karakteristik Anak Indigo

Anak indigo secara fisik memang terlihat sama seperti anak-anak pada

umumnya, tetapi mereka memiliki karakteristik yang unik bila dibandingkan

dengan anak-anak seusianya. Karakteristik anak indigo (Kusuma, 2005)

adalah:

a. Cerdas (superior), karena telah melampaui “generasi biru” (nalar) maka

enggan mengikuti tradisi yang tidak rasional dan tidak spiritual.

b. Dapat melakukan sesuatu yang belum pernah diajarkan.

c. Pembicaraannya jauh melampaui anak sebayanya, sehingga tidak mau

bermain seperti mereka.

d. Dapat “membaca” perasaan, kemauan dan pikiran orang lain.

e. Dapat mengetahui keberadaan mahluk halus.

f. Dapat mengetahui yang sudah berlalu dan yang akan datang, termasuk

tentang dirinya.

g. Lebih tertarik terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kemanusiaan dan

alam.

Sumber lain, Chapman (2005) mengungkapkan anak indigo merupakan

anak dengan karakter yang unik, IQ-nya termasuk diatas rata-rata (antara 125-

130), memiliki bakat yang tinggi, mempunyai empati dan bersikap arif melampaui

usia sebenarnya. Anak indigo sering disebut sebagai anak Attention Defisit

Disorder disingkat ADD karena mereka memiliki sifat pemberontak terhadap

otoritas, tidak patuh, dan terkadang secara emosional sangat ekstrim. Anak indigo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

cenderung tidak mau atau sulit menunggu giliran, mudah kecewa terhadap ritual,

atau hal-hal yang tidak membutuhkan pemikiran kreatif (Juanita, 2003).

3. Tipe-Tipe Anak Indigo

Anak indigo memang berbeda dari anak-anak pada umumnya. Keunikan-

keunikan yang dimiliki anak indigo membuatnya digolongkangkan menjadi

empat tipe (Carroll dan Tober, 2006) sebagai berikut:

a. Indigo humanis adalah anak indigo yang berorientasi pada manusia.

Mereka menyukai pekerjaan yang melibatkan banyak orang. Sejak kecil

mereka memiliki kemampuan bicara yang baik.

b. Indigo konseptual, anak indigo tipe ini sangat mudah memahami

konsep yang rumit dan sulit dimengerti anak-anak, bahkan orang

dewasa.

c. Indigo artis adalah anak yang memiliki kemampuan artistik luar biasa

dalam berbagai bidang seni.

d. Indigo interdimensional adalah anak yang kemiliki kepekaan terhadap

dunia lain (berkaitan dengan mahluk halus). Mereka memiliki

kebijaksanaan yang luar biasa dan pernah menjadi siapa saja di masa

lalu.

4. Emosi Negatif pada Anak Indigo

Selain digolongkan menjadi empat macam seperti yang telah dikemukakan

di atas anak indigo juga memiliki emosi negatif. Menurut Dosick dan Dosick
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

(2004), emosi negatif yang dirasakan oleh anak-anak indigo bersumber pada

perbedaan yang dialami anak antara ”bagian dalam” (yang diketahui anak

secara intuitif) dan “bagian luar” (yang dialami anak di dunia ini). Emosi

negatif tersebut adalah:

a. Kemarahan

Kemarahan merupakan kebutuhan untuk mempertahankan diri sendiri

melawan kekerasan pengalaman dunia ini. Seorang anak yang marah

mengeluarkan emosi yang hebat, meninju, memilih berkelahi, menolak

bergabung atau berpatisipasi dalam kegiatan, menolak bermain menurut

peraturan dan bersikap menentang.

b. Duka cita

Duka cita merupakan perasaan kehilangan yang mendalam.

c. Ketakutan

Ketakutan merupakan pengalaman berada dalam bahaya karena terlalu

kecil (terlalu sedikit).

d. Ketidakpercayaan

Ketidakpercayaan berarti tidak dapat mengandalkan realitas apapun

sebagai hal yang pasti.

e. Keputusasaan

Keputusasaan menyebabkan anak menyerah, menarik diri, tidak

mencoba, tidak mau makan, atau tidur, tidak mau mengikuti

pengarahan atau peraturan-peraturan, dan menunjukkan kemarahan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

f. Penderitaan

Penderitaan merupakan keyakinan pada kesendirian. Anak merasa

cemas, tertekan, tegang, tidak bisa memusatkan perhatian, mudah

frustasi, khawatir dan sulit tidur.

g. Rasa malu

Anak merasa jengah di hadapan seluruh jagat raya. Perilakunya adalah

menarik diri, tidak ingin berpartisipasi, menghukum diri sendiri, dan

bersembunyi.

h. Ketidakamanan

Ketidakamanan menimbulkan perilaku tidak mau lepas dari seseorang,

memperlihatkan sifat-sifat kompulsif, memiliki ketakutan-ketakutan,

berbohong, membual, melebih-lebihkan dan memhabiskan banyak

waktu di dunia hayalan.

i. Egoisme

Egoisme merupakan ketakutan anak untuk keluar berinteraksi dengan

pengalaman sekitarnya. Perilakunya adalah tidak mau berbagi barang

atau pikiran atau perasaan, pelit, tertutup, tampak menarik diri, dan

mengalami ledakan emosi.

j. Kehilangan

Kehilangan berarti tidak dapat menemukan hatinya sendiri. Perilakunya

adalah tidak mau lepas dari seseorang, lengket, perpegang, terlalu

bertanggung jawab dan menjadi “orang tua kecil”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

k. Kepanikan

Anak merasa seperti tergantung di udara tanpa ada sesuatu untuk

dipegang atau bertahan.

l. Perasaan rendah diri

Perasaan rendah diri memunculkan keyakinan anak terhadap perasaan

bahwa dirinya tidak pernah sebaik Tuhan.

m. Kebencian

Kebencian memunculkan rasa seolah-olah orang tidak pantas

mendapatkan pernyatuan kembali.

n. Kejengkelan

Kejengkelan memegang kebenaran sebagai respons terhadap kurangnya

martabat yang diekspresikan untuk mahluk-mahluk Tuhan.

o. Dendam

Dendam memunculkan keinginan agar dunia sesuai dengan visi

internal.

p. Iri hati

Iri hati berarti menginginkan apa yang dimiliki oleh para malaikat.

q. Perasaan bersalah

Perasaan bersalah membuat diri bertanggung jawab atas

kekurangsempurnaan di dunia.

Jika melihat pengelompokan emosi dalam golongan-golongan besar

(Goleman, 2007) dan emosi negatif yang digunakan penelitian ini (Lazarus,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

1991) seperti sudah dikemukakan di atas, emosi negatif pada anak indigo dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a. marah: kemarahan, egoisme, dendam, kejengkelan, kebencian

b. cemas: ketakutan, ketidakpercayaan, ketidakamanan, kepanikan, rendah

diri

c. sedih: kehilangan, penderitaan, keputusasaan, duka cita

d. malu-rasa bersalah: malu, rasa bersalah

e. iri: iri hati

D. Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo

Regulasi emosi adalah strategi untuk mengelola respon emosional individu

dengan cara memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai

tujuan individu tersebut (Thompson, 1994). Individu akan dianggap adaptif bila

dapat meregulasi emosinya dengan baik. Anak indigo pada usia akhir masa kanak-

kanak dituntut untuk dapat mengendalikan emosi-emosinya, terutama emosi-

emosi negatifnya.

Emosi negatif adalah emosi yang tidak menyenangkan sehingga cenderung

untuk dihindari (Safaria dan Saputra, 2009). Bentuk-bentuk emosi negatif

menurut Lazarus (1991) adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah dan iri.

Bentuk-bentuk emosi tersebut yang berusaha dikendalikan oleh anak indigo agar

dapat diterima oleh lingkungan sekitarnya. Anak indigo melakukan strategi untuk

mengelola respon-respon negatif tersebut yang sering muncul dalam keadaan

penuh streess dan berusaha mengotrol ekpresi emosi negatifnya (Berk, 2008 serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

McDevitt dan Ormord, 2002). Upaya yang dilakukan anak tersebut merupakan

regulasi emosi negatif.

Anak indigo memiliki karakteristik yang berbeda dari anak seusianya, seperti

misalnya cerdas (superior), dapat melakukan sesuatu yang belum diajarkan,

pembicaraannya jauh melampai anak seusianya, dapat mengetahui keberadaan

mahluk halus, dapat membaca pikiran, kemauan serta perasaan orang lain, tertarik

pada hal-hal kemanusiaan dan alam. Namun, karakteristik tersebut dapat

mengakibatkan anak indigo menjadi lebih kritis dan kurang dapat berinteraksi

dengan anak sebaya. Terhadap otoritas anak indigo cenderung untuk menolak

peraturan yang kaku, dan mudah bosan, sedangkan terhadap teman sebaya anak

indigo memiliki perbedaaan minat dan pemahaman sehingga anak indigo

cenderung enggan bergaul dengan teman sebaya (Chapman, 2005).

Dari sumber teori juga diperoleh bahwa anak indigo masih memiliki

emosi negatif yaitu kemarahan, duka cita, egoisme, kejengkelan, kebencian,

dendam, ketakutan, ketidakpercayaan, ketidakamanan, kepanikan, rendah diri,

kehilangan, penderitaan, keputusasaan, malu, rasa bersalah dan iri hati. Anak

indigo masih memiliki emosi negatif berarti emosi-emosi tersebut harus

diregulasi. Regulasi emosi negatif anak indigo adalah strategi untuk mengelola

respon emosional yang tidak menyenangkan dengan cara memonitor,

mengevaluasi dan memodifikasinya untuk mencapai suatu tujuan yang dilakukan

oleh anak indigo. Emosi negatif anak indigo yang diregulasi adalah emosi-emosi

negatif anak indigo yang dikelompokkan berdasarkan lima emosi negatif Lazarus

yang telah disebutkan di atas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian menyajikan sub bab jenis penelitian, batasan istilah,

subjek penelitian, metode pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, metode

analisis data dan keabsahan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif (Shaughnessy, Zechmeister dan Zechmeister, 2007)

menghasilkan rangkuman verbal dari temuan-temuan penelitian tanpa rangkuman

atau analisis statistik. Data penelitian kualitatif biasanya diperoleh dari wawancara

dan observasi, dapat digunakan mendeskripsikan individu-individu, kelompok-

kelompok serta gerakan-gerakan sosial. Studi kasus menurut Audifax (2008)

adalah analisis multiperspektif, dimana peneliti tidak hanya berpegang pada

perkataan dan sudut pandang pelaku, tetapi juga kelompok yang memiliki

relevansi dengan pelaku dan interaksi di antara mereka.

Peneliti mengolah data yang sifatnya deskriptif tentang gambaran regulasi

emosi negatif anak indigo.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah regulasi emosi negatif anak indigo. Regulasi

emosi negatif anak indigo adalah strategi untuk mengelola respon emosional yang

29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

tidak menyenangkan dengan cara memonitor, mengevaluasi dan memodifikasinya

untuk mencapai suatu tujuan yang dilakukan oleh anak indigo. Respon emosional

yang tidak menyenangkan tersebut adalah marah, sedih, cemas, malu-rasa

bersalah dan iri.

Regulasi emosi negatif anak indigo dapat dilihat dari hasil analisis data

wawancara yang diakukan oleh peneliti.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah dua orang anak laki-laki yang telah memenuhi

syarat indigo berdasarkan pemeriksaan dan rekomendasi dari Pro V Clinic Jakarta.

Subjek berusia 8 dan 9 tahun. Anak-anak yang berada pada tahap perkembangan

akhir masa kanak-kanak adalah anak berusia 6 sampai dengan 11 tahun (Santrok,

2002; Papalia, 2007). Peneliti memilih kedua subjek ini karena sesuai dengan

tujuan penelitian.

D. Metode Pengambilan Data

Data penelitian ini diambil dengan metode wawancara, observasi dan

pemberian tes grafis. Metode wawancara yang digunakan adalah semi

terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan perpaduan antara

wawancara terstruktur dengan wawancara non terstruktur (Moleong, 2000).

Wawancara dilakukan langsung dengan subjek penelitian dan orang tua untuk

memperoleh keakuratan data. Observasi dilakukan untuk mengamati perilaku

dan reaksi subjek selama proses wawancara yang dapat mendukung data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

wawancara. Observasi dilakukan di waktu dan tempat yang sama dengan

ketika dilakukan wawancara, selain itu observasi dilakukan di dalam kelas

Sekolah I Indigo. Peneliti akan mencatat hasil observasi yang dilakukan hari

itu juga dalam buku catatan.

Tes grafis digunakan sebagai pendukung dalam penelitian ini. Tes

grafis digunakan karena dapat memproyeksikan aspek-aspek yang mendasari

perilaku manusia (Tim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Malang, 1992) selain itu alat yang digunakan sederhana dan mudah didapat.

Tes grafis dapat melihat tingkat energi, derajat pengontrolan diri, kemampuan

mengintergrasikan pengalaman-pengalaman serta kesiapan dalam

menghadapi masalah-masalah atau kegagalan-kegagalan. Interpretasi tes

grafis tersebut telah dikonsultasikan kepada dua orang psikolog. Tes grafis

digunakan untuk mengetahui perkembangan kepribadian subjek dalam aspek

okupasi atau pekerjaan, emosi dan relasi sosialnya.

Hal-hal yang diungkap dalam wawancara adalah sebagai berikut:

a. Latar belakang subjek:

1) identitas subjek

2) latar belakang keluarga

3) riwayat indigo

4) relasi sosial dan sebaya

b. Regulasi emosi negatif:

Peneliti membuat daftar atau pedoman pertanyaan untuk melihat

regulasi emosi negatif subjek. Pedoman wawancara tersebut dibuat untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

mengingatkan dan mengontrol apakah data yang ingin digali peneliti

sudah ditanyakan atau belum.

Table 3.1
Panduan Wawancara Regulasi Emosi Negatif

Emosi Negatif Data Yang Digali Pertanyaan

Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul


emosi marah yang muncul. rasa marah?
b. Seberapa kuat rasa marah
yang muncul?
c. Apa yang menyebabkan
anak marah? 

Marah 


Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan anak


marahnya saat marah?

 b. Apa yang dipikirkan anak
setelah marah?
c. Apa yang dirasakan anak
setelah marah?

Regulasi emosi yang Bagaimana anak meregulasi


dilakukan anak marahnya?

Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul


emosi sedih yang muncul. rasa sedih?
b. Seberapa kuat rasa sedih
yang muncul?
c. Apa yang menyebabkan
anak sedih?

Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan


sedihnya. anak saat sedih?
Sedih
 b. Apa yang dipikirkan
anak setelah sedih?
c. Apa yang dirasakan anak
setelah sedih?

Regulasi emosi yang Bagaimana anak meregulasi


dilakukan anak. rasa sedihnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Emosi Negatif Data Yang Digali Pertanyaan

Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul


emosi cemas yang muncul. rasa cemas?
b. Seberapa kuat rasa
cemas yang muncul?
c. Apa yang menyebabkan
anak cemas?
Cemas
Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan
cemasnya.
 anak ketika cemas?
b. Apa yang dipikirkan
anak setelah cemas?
c. Apa yang dirasakan anak
setelah cemas?

Regulasi emosi yang Bagaiman anak meregulasi


dilakukan anak. rasa cemasnya?

Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul


emosi malu-merasa malu-merasa bersalah?
bersalah yang muncul. b. Seberapa kuat malu-
merasa bersalah yang
muncul?
c. Apa yang menyebabkan
anak malu-merasa
bersalah?

Malu-merasa Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan anak
bersalah malu-merasa bersalahnya. ketika malu-merasa

 bersalah?
b. Apa yang dipikirkan anak
setelah mlu-merasa
bersalah.
c. Apa yang dirasakan anak
setelah malu-merasa
bersalah.

Regulasi emosi yang Bagaimana anak meregulasi


dilakukan anak. rasa malu-merasa bersalah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Emosi Negatif Data Yang Digali Pertanyaan


Kesadaran anak terhadap a. Seberapa sering muncul
emosi iri yang muncul. rasa iri?
b. Seberapa kuat rasa iri
yang muncul?
c. Apa yang menyebabkan
anak iri?


Reaksi anak terhadap rasa a. Apa yang dilakukan anak


Iri irinya.
 ketika iri?
b. Apa yang dipikirkan
anak setelah iri?
c. Apa yang dirasakan anak
setelah iri?

Regulasi emosi yang Bagaimana anak meregulasi


dilakukan anak. rasa irinya?

Panduan wawancara di atas juga digunakan untuk memperoleh data

pendukung dari orang tua subjek penelitian.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pada tahap awal sebelum bertemu subjek, peneliti dua kali menghubungi

Pro V Clinic untuk melakukan wawancara dengan Dr. Erwin Kusuma,

memberikan surat ijin penelitian kepada klinik, mengutarakan maksud dan tujuan

penelitian serta meminta rekomendasi klinik untuk mendapatkan subjek

berdasarkan pemeriksaan klinik (memenuhi syarat indigo).

Selanjutnya, peneliti menghubungi orang tua subjek untuk meminta

persetujuan dan mengutarakan maksud penelitian. Peneliti melakukan pendekatan

awal kepada subjek. Prosedur pengambilan data sebagai berikut:

1. Peneliti memperkenalkan diri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

2. Peneliti memberikan gambaran tentang maksud dan tujuan penelitian.

3. Peneliti menanyakan kesediaan calon subjek penelitian. Peneliti juga

mengkonfirmasikan bahwa subjek berhak menentukan sendiri apakah

identitasnya akan dirahasiakan atau tidak.

4. Peneliti menetapkan waktu dan tempat wawancara berdasarkan

kesepakatan dengan subjek penelitian.

5. Peneliti meminta kesediaan subjek untuk direkam (secara audio) selama

proses wawancara dan mencatat hal-hal yang penting selama wawancara

dan observasi berlangsung.

6. Peneliti melakukan pengambilan data berupa wawancara, observasi dan

pemberian tes grafis.

7. Peneliti menyusun laporan.

Pengambilan data dilakukan di tempat tinggal subjek, tempat usaha orang

tua subjek dan Sekolah I Indigo.

F. Metode Analisis Data

Peneliti melakukan analisis thematic transkrip wawancara. Hasil analisis

berupa tema-tema khusus yang mendeskripsikan regulasi emosi negatif pada anak

indigo. Analisis data kualitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Organisasi Data

Pengolahan dan analisis data sesungguhnya dimulai dengan meng-

organisasikan data. Dengan data kualitatif yang sangat beragam dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

banyak, menjadi kewajiban peneliti untuk mengorganisasikan datanya

dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin. Organisasi data yang

sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang

baik, mendokumentasikan analisis yang dilakukan dan menyimpan data

analisis yang berkaitan dengan penyelesaian penelitian (Poerwandari,

2005). Data-data yang akan diorganisasikan dalam penelitian ini antara

lain:

a. Data mentah (catatan lapangan, kaset, atau catatan hasil wawancara

dan observasi serta hasil tes grafis).

b. Data yang sudah diproses (verbatim wawancara, transkrip observasi

dan interpretasi tes grafis).

c. Data yang sudah ditandai kode-kode spesifik dan kesimpulan grafis

yang sudah dikonsultasikan kepada 2 psikolog.

2. Pengkodean (koding)

Pengkodean dilakukan untuk mengorganisasikan dan memaparkan

data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat memunculkan gambaran

tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2005). Pengkodean yang

dilakukan adalah pengkodean terbuka (open coding). Pengkodean terbuka

adalah pengkodean yang berkaitan dengan pemberian nama dan

pengelompokan fenomena melalui pemeriksaan data yang cermat.

Langkah-langkah pengkodean meliputi:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

a. Peneliti menyusun transkrip wawancara, catatan observasi, dengan

memberikan kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan

kiri transkrip. Kolom ini digunakan untuk membubuhkan kode dan

catatan-catatan tertentu di atas transkrip tersebut.

b. Peneliti memberikan penomoran secara urut pada baris transkrip

wawancara dan catatan observasi.

c. Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode

tertentu yang dapat mewakili berkas tersebut. Terdapat tiga kode yang

digunakan dalam penelitian ini. Pengkodean penelitian ini

dikelompokkan menjadi tiga sebagai berikut:

1) Pengkodean transkrip wawancara subjek, yaitu: Subjek ke- ,

wawancara ke-, baris ke-, contoh: S1, W1, sb 9 (Subjek pertama,

wawancara pertama sub baris 9).

2) Pengkodean transkrip wawancara significant others (ibu subjek),

yaitu: subjek ke-, wawancara significant others ke-, baris ke-,

contoh: S1, WS, O1 sb 6 (subjek pertama, wawancara significant

others pertama, sub baris 6).

3) Pengkodean observasi, yaitu: Observasi subjek ke-, observasi ke-,

baris ke-, contoh: S1, O1, sb 14 (observasi subjek pertama,

observasi pertama, sub baris 14).

Selain pemberian kode pada masing-masing berkas verbatim

wawancara dan observasi, pengkodean juga dilakukan dalam melakukan

analisis data. Data tes grafis dianalis dengan menginterpretasinya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Table 3.2
Koding dalam Wawancara Latar Belakang Subjek

No. Kode Keterangan


1. KS Kegiatan Sehari-hari
2. HS Hubungan Sosial
3. HK Hubungan Keluarga
4. PA Pola Asuh
5. Pk Pola komunikasi
6. K Kemampuan
7. RI Riwayat indigo
8. Psi Perasaan sebagai indigo
9. PE Pengertian Emosi
10. ED Emosi Dominan
11. Bj Bijak
12. LS Lingkungan sosial
13. IT Info tambahan
14. Akd Akademik

Table 3.3
Koding dalam Wawancara Regulasi Emosi Negatif

No. Kode Keterangan


1. Sb self blame
2. Bo blaming others
3. Ac acceptance
4. Rop refocus on planing
5. Pr positive refocusing
6. Rft rumination or focus on thought
7. Pre positive reappraisal
8. Pip putting into perspective
9. Ct catastrophizing
10. Mr membatasi rangsang yang masuk
11. Bs berbicara dengan dirinya sendiri
12. Ut mengubah tujuan
13. Ap mengalihkan perhatian dari objek
yang membuat stress
14. Af melakukan aktivitas fisik yang
menenangkan
15. Cp mencari kenyamanan pada
pengasuh
16. ME Memonitor Emosi
17. EE Evaluasi Emosi
18. MdE Modifikasi Emosi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

G. Keabsahan Data

Kredibilitas dan validitas penelitian ini menggunakan trianggulasi.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu. Moleong (2000) membedakan empat

macam trianggulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi yang akan

digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah trianggulasi dengan

sumber. Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan:

1) Peneliti membandingkan data hasil wawancara subjek dengan hasil

wawancara orang tua.

2) Peneliti membandingkan apa yang diperoleh dari hasil wawancara

dengan hasil kesimpulan tes grafis subjek.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan menyajikan pelaksanaan penelitian, hasil

penelitian dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Data penelitian diperoleh dengan melakukan tiga metode pengambilan data,

yaitu melalui wawancara (data utama), observasi serta tes grafis (data penunjang).

Wawancara dilakukan antara tanggal 12 Januari 2010, hingga 31 Januari 2010,

dan disesuaikan berdasarkan kesepakatan waktu dengan subjek beserta orang

tuannya. Rincian pelaksanaan penelitian dijabarkan dalam tabel ringkasan waktu

dan tempat pelaksanaan penelitian berikut ini:

Tabel 4.1
Ringkasan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian

No. Subjek Waktu Tempat Penelitian Kegiatan


Penelitian
Sabtu, menghubungi pihak
1. - 12 Desember Pro V Clinic klinik, pembaharuan
2009 ijin penelitian
(sebelumnya 12
Maret 2008) dan
kesiapan pengambilan
data serta meminta
referensi subjek

40



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41


Jumat, bertemu orang tua


2. I 7 Januari 2010 subjek, memohon ijin
dan survey

No. Subjek Waktu Tempat Penelitian Kegiatan


Penelitian
Selasa, wawancara dan
12 Januari 2010 di tempat usaha observasi pertama
2. I orang tua
 subjek, serta
wawancara orang tua
subjek (ibu)
Sabtu, di tempat usaha wawancara dan
16 Januari 2010 orang tua observasi ke dua
Minggu, di tempat usaha wawancara dan
24 Januari 2010 orang tua observasi ke tiga
Sabtu, Sekolah I Indigo observasi subjek
30 Januari 2010
Kamis, di rumah kakek bertemu orang tua
21 Januari 2010 subjek subjek memohon ijin
dan survey

Jumat, di rumah kakek wawancara dengan


3. II 22 Januari 2010 subjek (pagi) orang tua subjek (ibu)
di rumah kakek wawancara dan
subjek (malam) observasi pertama
subjek
Jumat, di rumah kakek wawancara dan
29 Januari 2010 subjek observasi kedua
di dalam perjalanan observasi ketiga
Sabtu, menuju Sekolah I
30 Januari 2010 Indigo

Sekolah I Indigo observasi subjek

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Deskripsi subjek penelitian disajikan mengikuti subjek penelitian dengan

identitas yang disamarkan untuk menjaga kerahasiaan subjek.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42


1. Subjek 1

Sub sub-bab ini menyajikan identitas subjek dan latar belakang subjek.

a. Identitas Subjek

Nama : Pr
Usia : 9 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 21 Agustus 2000
Urutan lahir : Bungsu dari empat bersaudara
Hobi : main catur, computer, basket dan taekwondo
Tipe keindigoan : humanis dan interdimensional
Nama ayah : AC
Pekerjaan ayah : wiraswasta (pendidikan)
Nama ibu : PP
Pekerjaan ibu : wiraswasta (pendidikan)

b. Latar Belakang Subjek

Latar belakang subjek menyajikan latar belakang kehidupan subjek, latar

belakang keindigoan subjek dan kesimpulan tes grafis subjek.

1) Latar Belakang Kehidupan Subjek

Subjek adalah anak yang ramah. Ia menyapa lebih dahulu orang

yang dikenalnya. Sehari-hari sepulang sekolah, ia tidak langsung pulang

ke rumah tetapi terlebih dahulu ke tempat usaha milik orang tuanya di

salah satu mall. Orang tua subjek memiliki usaha membina minat serta


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43


bakat anak di bidang olah raga (bela diri khususnya) dan seni di tempat

tersebut. Di sanalah biasanya subjek menghabiskan waktu untuk belajar,

mengerjakan tugas-tugas sekolah dan bermain. Dia juga senang sekali

membaca buku di tempat usaha sebelahnya atau mengajak penjaganya

bermain catur bersama, tetapi hal yang paling digemarinya adalah

bermain komputer, biasanya kalau sudah asik dia lupa mengerjakan tugas

sehingga harus diingatkan oleh ibunya. Menurut ibunya, subjek termasuk

pribadi yang sangat tertutup, perasaannya sangat halus. Subjek sangat

sedih bila memperoleh penglihatan tentang bencana alam, seperti ketika

akan terjadi gempa di Padang. Kesedihan itu bisa dirasakan berhari-hari

sehingga ia terlihat sangat gelisah. Subjek biasanya menceritakan apa

yang dilihat kepada ibunya. Subjek juga pernah merasa sangat marah,

hingga membuat mobil yang ditumpangi tiba-tiba mogok setelah subjek

berteriak. Subjek lupa apa yang menyebabkan ia begitu marah, tetapi

menurut ibunya subjek marah karena ayahnya tidak percaya dan

menuduhnya berbohong.

Subjek sangat senang membaca, terutama membaca tentang anatomi

tubuh manusia. Bahkan ia dapat dengan cepat memahami cara kerja

organ-organ tubuh tersebut. Kegemaran subjek akan komputer

membuatnya dapat membuka password orang lain. Kemampuan tersebut

didapat dengan mencoba-coba sendiri tanpa diberi tahu pemiliknya.

Kakak laki-laki subjek sering merasa kesal karena beberapa kali


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44


password-nya berhasil dibuka. Setiap Sabtu dua minggu sekali subjek

biasanya sekolah di Sekolah I Indigo.

Subjek sangat dekat dengan ibu dan kakak sulungnya, Rt, yang juga

indigo. Subjek merasa nyaman berada di dekat Rt karena subjek merasa

Rt bisa memahami subjek. Subjek sering merasa jengkel terhadap kedua

kakak yang lain, Ag dan An, karena mereka sering mengganggu subjek

dengan keisengannya.

Subjek lebih banyak bermasalah dengan guru dibandingkan teman

sebayanya di sekolah. Subjek sering tidak sekolah karena harus

mengobati orang yang sangat membutuhkannya, tetapi guru subjek tidak

mau mengerti. Subjek sering dimarahi atau disindir oleh gurunya. Hal

tersebut sering kali membuat subjek merasa jengkel, tapi ia tidak bisa

berbuat apa-apa untuk mempertahankan pendapatnya. Subjek merasa

gurunya tidak pernah mempercayai penjelasannya mengenai peristiwa

yang sesungguhnya terjadi. Hal tersebut membuat subjek memilih untuk

diam karena tidak ingin memperpanjang masalah. Subjek merasa tidak

mungkin melawan gurunya meskipun dia benar.

Subjek tidak pernah bermain dengan tetangganya, karena selain

ibunya tidak membiasakan ia untuk nangga (bermain ke tempat

tetangga), biasanya ia sampai dirumah sudah malam dan langsung tidur.

Subjek baru pindah beberapa bulan yang lalu sehingga belum banyak

mengenal tetangganya. Di lingkungan rumah yang lama subjek juga

jarang bermain dengan teman sebaya di sekitar rumahnya.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45


Di keluarga, orang tua subjek menerapkan komunikasi dua arah

dalam mengasuh putra dan putrinya. Ibu subjek menjelaskan bahwa

memperlakukan anak indigo memang harus berbeda dari memperlakukan

anak yang tidak indigo, tetapi tidak berarti mengistimewakan anak

indigo. Pendekatan yang dilakukan orang tua subjek pada anaknya yang

indigo lebih banyak berbagi dan diskusi. Orang tua subjek cenderung

memberikan gambaran dampak positif dan negatif dari tindakan yang

akan diambil, kemudian anak yang tetap menentukan pilihan dan harus

siap menghadapi konsekuensi dari keputusannya itu. Orang tua subjek

memahami bahwa anak indigo tidak dapat didoktrin karena mereka bisa

marah, tetapi anak indigo tetap harus diberi batasan-batasan untuk

bertindak sehingga lebih terarah. Orang tua subjek memberikan doktrin

yang lebih ketat kepada anak-anaknya yang tidak indigo.

2) Latar Belakang Keindigoan Subjek

Subjek dilahirkan melalui proses normal meskipun ibunya harus

mengalami pendarahan pasca melahirkan. Subjek dilahirkan dengan

proses yang tidak mudah karena ibu subjek sempat urus-urus sebanyak

tiga belas kali sebelum melahirkan. Subjek lahir bungkus seperti kedua

kakaknya yang lain. Ibu subjek merasakan setengah mati kala melahirkan

subjek karena kehabisan tenaga, untunglah waktu itu subjek bisa lahir

dengan selamat. Bayi yang lahir bungkus menurut mitos orang Jawa

pertanda yang bagus, terlebih kalau memotong bungkus yang



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46


menyelubungi itu dengan pari (padi), maka maknanya akan lebih baik.

Sebelum melahirkan ibu subjek tidak mendapat firasat apapun kalau akan

melahirkan anak indigo.

Keistimewaan subjek mulai tampak ketika subjek berusia 6 bulan,

subjek mulai mencari lantai dan tidur sampai pagi. Subjek tidak mau

berbicara sampai usia 3 tahun kecuali subjek memang harus bicara.

Dokter menyatakan tidak ada hambatan bicara yang dialami subjek,

tetapi mungkin subjek bayi tirakat.

Subjek memiliki kemampuan melihat dan berteman dengan mahluk

halus. Pada awalnya keluarga menganggap normal anak-anak dapat

melihat mahluk halus. Menurut keluarganya kemampuan tersebut akan

hilang setelah usia anak 5 tahun. Ternyata kemampuan tersebut tidak

hilang, bahkan semakin lama subjek mampu menemukan cara sendiri

untuk meng-on atau off jika melihat mahluk halus, hanya dengan berdiam

diri sejenak.

Subjek dapat menyembuhkan dirinya sendiri ketika sakit dengan

cara tidur di lantai. Kemampuan subjek berkembang lagi dengan dapat

meramalkan kejadian alam, menguasai ilmu pengobatan, serta telepati.

Semua itu di dapatkan begitu saja tanpa proses belajar secara khusus.

Ketika menyembuhkan orang biasanya subjek akan mendapat bisikan

dari Tuhan apakah orang tersebut bisa disembuhkan atau tidak. Biasanya

ada batasan waktu untuk mengobati orang yang sakit, tergantung dengan

parah tidaknya penyakit yang diderita orang tersebut.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47


Subjek dibawa ke Pro V Clinic, atas rekomendasi dari teman ibunya.

Setelah menjalani beberapa pemeriksaan oleh Dr. Erwin Kusuma subjek

dinyatakan sebagai anak indigo, tipe dimensional dan humanis. Setelah

mengetahui dirinya digolongkan sebagai anak indigo, subjek tidak

merasa adanya perbedaan. Subjek tetap melakukan aktifitasnya dan

bersikap seperti biasanya.

3) Kesimpulan Tes Grafis

Subjek memiliki sifat dominan serta keinginan untuk menunjukkan

diri. Subjek memiliki intelektual dan kemampuan merencanakan sesuatu

dengan baik, penyesuaian dirinya cukup baik, akan tetapi kurang

memiliki daya juang. Subjek tidak menyukai hal yang rumit.

Subjek memiliki hambatan terutama dalam hal belajar. Serba ingin

tahu, namun tidak jelas tujuannya. Merasa tidak mampu mencapai hasil

dan mencoba menutupi kekurangan. Subjek memiliki keinginan meraih

sesuatu sehingga berusaha memberikan yang terbaik. Terkadang muncul

rasa curiga subjek terhadap orang lain sebab ia masih merasa kurang

mampu dengan dirinya. Potensi subjek akan optimal jika merasa nyaman

sehinga ia membutuhkan suasana yang mendukung.

Subjek secara emosi masih mudah terpengaruh gangguan dari

lingkungan, namun masih relatif stabil untuk anak-anak. Emosi subjek

tampaknya cukup stabil, tetapi dalam hal-hal tertentu masih ada indikasi

kurang bisa mengontrol perasaannya meskipun masih dalam kategori



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48


wajar. Subjek cenderung bertindak secara spontan, dorongan tidak

terhambat, memiliki suasana hati yang hidup, bertingkah laku sesuai

keinginannya, secara pasif suka menikmati keadaan dan mudah

didominasi oleh drive nya (ketidaksadarannya). Keadaan tersebut

membuat subjek mudah marah. Di sisi lain, ada rasa tidak aman, kurang

yakin pada diri sendiri. Subjek memiliki perasaan bersalah sehingga ada

kecenderungan minder atau rendah diri. Subjek terkadang merasa cemas

atau gelisah. Subjek berkeinginan untuk realistis dengan hal-hal yang

nyata sehari-hari. Subjek terkadang tidak mau mendengar hal-hal yang

tidak dimengerti oleh dirinya sendiri.

Subjek mudah bergaul, tampak stabil, dan mempunyai keseimbangan

sikap sosial. Subjek dapat menyesuaikan diri, ia suka menyenangkan dan

menolong orang lain. Tetapi subjek memiliki kecenderungan membatasi

diri, sukar dapat mengerti, dan memiliki sifat egosentris. Subjek memiliki

perasaan tidak pasti, serta perasaan tertekan dalam berhubungan dengan

lingkungan. Subjek merasa tidak aman dengan kritik dan pendapat orang

lain. Subjek menganggap keluarga berperan besar, namun menganggap

diri kurang begitu penting atau kurang berperan dalam keluarga. Subjek

merasa kurang dipercaya dan kurang berharga. Subjek memiliki

ketergantungan serta kebutuhan terhadap rasa aman dari keluarga. Subjek

memiliki keinginan melakukan hubungan dengan orang lain hanya saja ia

masih tertutup. Subjek cukup dekat dengan ibunya, tetapi ia juga

memiliki kebutuhan untuk dekat dengan ayah.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49


2. Subjek II

Sub sub-bab ini akan menyajikan identitas subjek dan latar belakang subjek.

a. Identitas Subjek

Nama : Rm
Usia : 8 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 28 November 2001
Urutan lahir : sulung dari 3 bersaudara
Hobi : main bola, sepeda dan main komputer
Tipe keindigoan : konseptual dan interdimensional
Nama ayah : BI
Pekerjaan ayah : TNI AD
Nama ibu : RP
Pekerjaan ibu : Ibu rumah tangga

b. Latar Belakang Subjek

Latar belakang subjek menyajikan latar belakang kehidupan subjek, latar

belakang keindigoan subjek dan kesimpulan tes grafis subjek.

1) Latar Belakang Kehidupan Subjek

Subjek adalah anak yang kritis, pembawaannya terlihat dewasa dan

sopan. Subjek mengamati orang yang baru dikenal baik-baik seperti

memastikan orang tersebut tidak membahayakan, sikap seperti ini

membuat subjek terkesan selalu waspada. Subjek terkadang terlihat

sangat emosional ketika berhadapan dengan Bg, adik laki-lakinya, atau

teman-teman yang mengganggunya. Subjek pernah dianggap kesurupan

karena menghajar 5 orang teman sampai masuk UKS karena



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50


mengganggu subjek dan teman-teman lainnya. Dari kecil Rm termasuk

anak yang agak tertutup, tidak semua hal diceritakan. Subjek menyaring

sendiri apa yang harus dibicarakan dan apa yang tidak.

Subjek tampak sekali memiliki ambisi yang besar di bidang

akademis. Subjek termasuk anak yang pandai di sekolah. Selain

berprestasi di kelas ia juga sering mewakili sekolah untuk olimpiade

saintce. Selain sekolah, subjek mengikuti les KUMON dari Senin sampai

Jumat, mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika. Sedangkan hari

Sabtu dan Minggu adalah hari bebas baginya untuk bermain komputer.

Hari bebas ini sangat di manfaatkannya untuk bermain atau berjalan-jalan

dengan keluarga, karena di hari-hari biasa ia harus belajar dan

mengerjakan tugas-tugas sekolah ataupun tugas les. Kalau ada les, subjek

baru sekitar jam dua siang sampai di rumah. Subjek sudah lelah sekali.

Setiap Sabtu dua minggu sekali subjek biasanya sekolah di Sekolah I

Indigo.

Subjek sangat dekat dengan ibunya, apalagi ia harus tinggal jauh dari

ayahnya yang bertugas sebagai TNI AD di luar kota, sehingga ia hanya

bisa bertemu 5-8 bulan sekali saja. Aki (kakek) adalah figur pengganti

ayah baginya, ia juga sering bertukar pikiran dengan akinya itu.

Sedangkan nien (nenek) lebih memanjakan Bg, adik laki-lakinya. Bg

adalah golden boy bagi nein. Hal tersebut membuat Rm sering merasa iri

terhadap adiknya. Subjek terlihat lebih sayang dan melindungi Ky, adik

perempuannya yang masih bayi.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51


Rm dibesarkan dalam lingkungan keluarga ABRI, selain ayah, aki

dan om-omnya anggota TNI AD, AU dan AL. Lingkungan tersebut

membuat subjek terbiasa dengan pola asuh yang disiplin serta aturan-

aturan meskipun tidak otoriter. Subjek tetap diberi kebebasan untuk

memilih apa yang dikehendaki, termasuk tempat bersekolah serta

lingkungan bergaul. Subjek adalah cucu tertua dalam keluarga besarnya,

sehingga ia lebih ngemong terhadap saudara-saudara sepupunya.

Subjek tidak memiliki masalah dalam sosialisasinya, karena ia bisa

bergaul dengan teman seusia maupun yang lebih dewasa darinya.

Terkadang subjek merasa lebih nyaman berbincang-bincang dengan

orang yang lebih tua karena merasa lebih dipahami. Ketika masih tinggal

di Bandung bersama ayah dan ibunya, subjek sering bermain dengan

teman-teman sekitar rumahnya. Namun, kebiasaan itu tidak lagi

dilakukan setelah tinggal di rumah aki (kakeknya) di Jakarta. Subjek

pulang dari les sudah sore dan tidak ada teman seusia yang tinggal

disekitar rumah akinya. Sekitar tempat tinggal akinya relatif sepi dan

jarang sekali terlihat orang bermain di luar rumah, meskipun itu adalah

perumahan.

2) Latar belakang Keindigoan Subjek

Subjek baru diketahui indigo setelah di bawa ke Pro V Clinic. Waktu

subjek umur 1 tahun orang tuanya belum mengetahui kalau dia indigo.

Waktu itu, kakak ibunya yang penerbang akan berangkat untuk bertugas.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52


Tiba-tiba Rm menahan, ia berusaha menahan kaki omnya itu sambil

menangis, padahal di luar jemputan omnya sudah datang. Akhirnya om

subjek terlambat selama 1 jam sehingga sudah digantikan untuk

penerbangan. Akhirnya di switch tidak jadi ke Solo tapi ke Kuala

Lumpur. Ternyata dalam perjalanan pesawat yang semula harus

diterbangkan om subjek kecelakaan dan jatuh di Solo. Rm dapat

meramalkan dengan tepat beberapa kejadian. Awalnya keluarga

meyakini kejadian tersebut tidak mungkin terjadi, tapi nyatanya terjadi

juga.

Subjek bisa melihat mahluk halus. Subjek yang kurang terbuka tidak

bercerita yang dilihatnya kepada siapa pun. Setelah berusia hampir 5

tahun subjek mulai bercerita mengenai apa yang dilihatnya, meskipun

tidak seketika itu juga. Selain itu Rm biasa memvisualisasikan mengenai

apa yang dilihatnya melalui gambar. Seperti ketika akan terjadi musibah

banjir besar, subjek hanya menggambar kota yang terendam air. Rm pun

sering melakukan jelajah ruang. Subjek pernah dibawa ke dokter tapi

dinyatakan tidak sakit dan dirujuk ke psikiater di Bandung, dirujuk ke

Psikolog lalu akhirnya ke Dr. Erwin Kusuma. Waktu akan melahirkan

Rm, ibunya harus bed rest selama 5 bulan, dalam usia kandungan 4-9

bulan, karena mengalami perdarahan (placenta trivia). Ibu subjek u

hanya full berdoa, dan dzikir agar diberi keselamatan. Waktu dilahirkan

posisi subjek terlilit 7 lilitan tali pusar, jantungnya sempat berhenti.

Beruntung setelah dikeluarkan saat sholat subuh, bayinya menangis.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53


3) Kesimpulan Tes Grafis

Subjek memiliki intelektual dan kemampuan perencanaan yang baik.

Selain itu subjek memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan vitalitas

atau energy yang besar. Dorongan yang ada di dalam dirinya cukup

untuk meraih atau melakukan sesuatu yang subjek inginkan. Ada indikasi

terkadang semaunya sendiri. Ambisius, idealis, kurang realistis, serta

menekankan dunia harapan. Keyakinan diri dan kemauan subjek kuat.

Subjek berfikir segala sesuatu dengan sudut pandangnya. Penuntut,

dominan, dan cenderung menentang kekuasaan. Subjek memiliki

perasaan kurang mampu namun berusaha ditutupi.

Secara emosi, masih sangat reaktif atau impulsif, mudah terpengaruh

dan dikuasai emosi. Subjek masih kurang matang dan belum dapat

mengendalikan dorongan. Suasana hati gembira, spontan, bebas,

berperilaku sekehendak hatinya sendiri, namun juga mudah marah.

Subjek lebih mengutamakan kebebasan. Ia berusaha tetap bersikap baik

walaupun tidak dapat menerima.

Subjek dapat mengalami konflik dengan lingkungan. Ada

ketegangan dalam diri serta rasa cemas terkait dengan penerimaan dari

lingkungan. Subjek memiliki kebutuhan untuk diyakinkan bahwa apa

yang ia pilih itu benar dan didukung. Subjek bisa melakukan aktifitas

dengan cukup energik sehari-hari, hal ini didukung oleh dorongannya

yang spontan dan cenderung stabil. 



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54


Dalam relasi sosial, subjek mudah bergaul namun masih egosentris

dan membatasi diri. Subjek merasa dirinya penting, memiliki kemauan

yang keras tanpa mengindahkan perasaan sesame, sibuk sendiri dan

mengagumi diri sendiri. Subjek kurang dapat menyesuaikan diri dengan

lingkungan, cenderung bermusuhan.

Subjek ingin bebas, dan menolak pendapat atau kritik orang lain. Di

sisi lain, masih ada ketergantungan, mengharapkan perhatian dan

perlindungan, terutama dari keluarga. Subjek merasa kurang mendapat

penerimaan dari keluarga. Figur otoritas kurang berperan atau

kehadirannya dirasakan kurang dalam keluarga.

Subjek memiliki hubungan yang sangat baik dengan ibu, daripada

ayah. Subjek cukup sensitif terhadap sesuatu hal terlebih untuk sesuatu

yang kurang dia mengerti.
 
 Subjek mempunyai kebutuhan untuk

didukung orang lain. Upaya menyenangkan orang lain membuat subjek

dapat menyesuaikan diri.

C. Hasil Penelitian

Hasil penelitian regulasi emosi negatif ini menyajikan ringkasan dan uraian

mengenai regulasi emosi yang dilakukan masing-masing subjek pada setiap emosi

negatif marah, sedih, cemas, malu-rasa bersalah serta iri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55


Table 4.2

Ringkasan Hasil Penelitian

No. Indikator dan Emosi Subjek I Subjek II


Strategi Negatif
Regulasi
Emosi
1. Memonitor Marah a. Sering marah secara kuat a. Rasa marahnya kuat
(indikator) b. Tidak lama b. Tidak lama
c. Penyebab: c. Penyebab marah adalah
- Terus-menerus diganggu teman ketidakadilan di sekolah
- Terus-menerus diejek ayahnya d. Secara fisik berkelahi
- Sering disalahkan guru e. Dampak sedih
d. Secara verbal mengomel dan teriak,
secara fisik berkelahi.
e. Dampak merasa tidak nyaman
Sedih a. Jarang sedih, tetapi sekali sedih kuat a. Tertutup dengan kesedihannya,
b. Berlangsung lama monitor tidak sempurna
c. Penyebab, melihat gambaran bencana b. Penyebab:
alam dan banyak orang meninggal yang - kesedihan tidak dimengerti
akan terjadi orang lain
d. Dampak merasa tidak nyaman - Badan sakit waktu marah
Cemas a. Jarang cemas, sekali cemas kuat a. Kecemasan kuat
b. Lama tidaknya tergantung proses b. Penyebab menghadapi UTS, tidak
pengobatan yang dilakukan yakin mendapat nilai bagus.
c. Penyebab khawatir melewati batas waktu
penyembuhan yang diberikan Tuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56


No. Indikator dan Emosi Subjek I Subjek II


Strategi Negatif
Regulasi
Emosi
1. Memonitor Malu-rasa a. Tidak pernah malu tetapi pernah merasa a. Emosi yang dirasakan kuat
(indikator) bersalah bersalah. b. Berlangsung lama
b. Rasa bersalahnya kuat c. Penyababnya adalah marah kepada
c. Penyebab: ibunya, meskipun subjek yang benar
- Orang alin celaka karena tapi ia merasa salah
keisengannya d. Masih muncul, tetapi tidak sekuat
- Tidak berhasil menyembuhkan dulu
penyakit orang lain
d. Dampaknya subjek menjadi sedih
Iri a. Merasa tidak pernah iri tapi pernah ingin a. Iri kuat
memiliki yang dimiliki teman. b. Berlangsung lama
b. Penyebab iri benda berupa Nitendo DS. c. Penyebab nenek lebih membela
c. Ingin memiliki Nitendo DS karena adiknya, meskipun salah.
banyak teman yang memiliki.
2. Mengevaluasi Marah a. Marah dengan teman diseimbangkan Marah diseimbangkan dengan
(indikator) dengan memaafkan teman menggambar, membuat kertas lipat
b. Marah dengan ayah dieimbangkan dengan (kalau dirumah) dan mengetuk-ketukan
menahan supaya tidak berteriak penghapus di meja perlahan-lahan (di
c. Kesal dengan guru diseimbangkan dengan sekolah) sehingga bisa mengatur
diam, menahan kekesalannya. perasaannya menjadi lebih tenang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57


No. Indikator dan Emosi Subjek I Subjek II


Strategi Negatif
Regulasi
Emosi
2. Mengevaluasi Sedih Sedih diseimbangkan dengan memasrahkan Menyeimbangkan kesedihan dengan
(indikator) apa yang akan terjadi kepada kehendak menahannya.
Tuhan, memikirkan apa yang dapat subjek
dilakukan, berdoa, memikirkan hal yang lain,
mengerjakan PR serta mencurahkan perasaan
kepada ibu.
Cemas Cemas diseimbangkan dengan percaya Tuhan Menyeimbangkan kecemasan dengan
selalu melindungi. berdoa sambil terus berusaha
mengerjakan soal-soal UTS.
Malu-rasa Rasa bersalh subjek diseimbangkan dengan Rasa bersalah diseimbangkan dengan
bersalah berpura-pura tidak sedih dan berpikir bahwa menghindari hal-hal yang mengingatkan
semua yang sudah berlalu tidak bisa diulangi, kejadian, mengetukkan tangan di meja
itu sudah waktunya menurut Tuhan. untuk menenangkan emosi
Iri Iri diseimbangkan dengan menerima belum, menjauhi adiknya, jalan-jalan, main,
tidak atau sudah dibelikan Nitendo DS. sharing dan menjalankan nasehat ibu
3. Memodifikasi Marah belum tampak belum tergali
(indikator)
Sedih Memodifikasi pikiran untuk mendekatkan belum tampak
diri kepada Tuhan dan memodifikasi perilaku
sehingga termotivasi mengerjakan PR.
Cemas optimis dan tidak putus asa melanjutkan Berhasil memodifikasi secara kognitif,
pengobatan mengubah kecemasan menjadi semangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58


No. Indikator dan Emosi Subjek I Subjek II


Strategi Negatif
Regulasi
Emosi
3. Memodifikasi Malu-rasa Rasa bersalah berhasil dimodifikasi. Subjek Modifikasi dilakukan mngubah rasa
(indikator) bersalah termotifasi untuk berpikir rasional bahwa untuk memotifasi berjuang
kejadian sudah berlalu tidak dapat diulang. menyetabilkan rasa bersalah, tapi belum
berhasil.
Iri berhasil memodifikasi pikirannya dengan Optimis untuk tetap menjalankan
berpikir keinginannya bukan sebuah keiriian, nasehat ibunya.
subjek menerima dapat atau tidak memiliki
Nitendo DS.
4. Strategi Marah a. Menganggap dirinya menyebabkan a. Menggambar dan membuat kertas
regulasi emosi mobil mogok (selfblame) lipat (mengalihkan perhatian dari
b. Mencari kenyamanan pengasuh dengan objek yang membuat marah/
menceritakan perasaan kekesalannya displacement)
kepada ibu b. Mengetuk-ketukan penghapus di
meja (melakukan kegiatan fisik
yang menenangkan).
Sedih a. Berdoa meminta Tuhan menghindarkan
bencana alam yang dilihat dari gambaran belum tampak
seperti film (acceptance)
b. Memikirkan apa yang dapat dilakukan
(refocus on planning)
c. Meditasi (melakukan kegiatan fisik yang
menenangkan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59


No. Indikator dan Emosi Subjek I Subjek II


Strategi Negatif
Regulasi
Emosi
4. Strategi Sedih d. Berusaha memikirkan yang lain seperti
regulasi emosi mengerjakan PR (mengalihkan perhatian
dari objek stres/ displacement)
e. Mencari kenyamanan pengasuh dengan
menceritakan perasaan dan gambaran
bencana yang dilihatnya kepada ibu

Cemas Pasrah kepada Tuhan harus mengulang a. Berdoa sampai berhasil (positive
pengobatan atau tinggal meneruskan saja reappraisal)
(acceptance) b. Berbicara pada diri sendiri untuk
tetap kuat dan tidak menyerah
Malu-rasa a. Memsrahkan kepada kehendak Tuhan a. Tidak mengingat kejadian yang
bersalah (acceptance) memunculkan rasa bersalah
b. Mencari kenyamanan pengasuh dengan (mengalihkan perhatian dari objek
nasehat-nasehat ibunya yang stres/ displacement)
membuatnya tenang. b. Mengetukkan jari di meja
(melakukan aktifitas yang
menenangkan)
Iri menerima apa pun keadaan yang terjadi a. Meninggalkan adiknya, jalan-jalan ,
(positive reappraisal) nonton TV, pergi ke kamar (menjauhi
objek iri)
b. Mencari kenyamanan dari pengasuh,
dengan share meminta nasehat ibu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60


Berikut ini adalah penjelasan mengenai regulasi emosi negatif pada masing-

masing subjek.

1. Subjek I

Subjek I menyajikan regulasi pada emosi marah, sedih, cemas, malu-rasa

bersalah dan iri.

a. Marah

Subjek memonitor emosi marahnya dengan menyadari dan

memahaminya. Subjek sering merasakan emosi marah secara kuat. Marah

yang dirasakan tidak berlangsung lama. Subjek seringkali marah secara

verbal dengan mengomel dan berteriak serta secara fisik subjek berkelahi.

Subjek merasakan lelah setelah berkelahi. Perasaan marah subjek

membuatnya tidak nyaman. Kemarahan subjek disebabkan beberapa hal,

yang pertama adalah terus-menerus diganggu teman. Subjek berpikir

setengah-setengah, tidak jelas, dan kosong setelah marah dengan

temannya.

Kedua, subjek terus-menerus diejek ayahnya. Emosi marah tersebut

mengakibatkan subjek berteriak hingga mobil yang ditumpanginya mogok.

Subjek merasa dirinya menjadi penyebab mobilnya mogok tetapi dia tidak

mampu berbuat apa-apa untuk membantu ayahnya memperbaiki mobil

tersebut. Subjek menyatakan bahwa kemarahannya tersebut adalah yang

paling besar. Ibu subjek juga melihat penyebab kemarahan subjek karena

dikatakan sebagai pembohong seperti yang dinyatakan berikut ini:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61


(OS1, W1 sb 624-629, 1189-1190 dan 1207-1208)


Kalau untuk emosi Pr yang marah itu. Marahnya dia masih... masih ini ya... kalau
saya ngomong sih ngga terlalu, kecuali yang parah. Kalau pernah terjadi dia marah
sekali sama bapaknya, langsung yang namanya mobil mogok. Dianggep dia bohong,
padahal dia ngga bohong. Itu marahnya luar biasa. Dashboard mobil dipukul ama
tangan dia, langsung mogok mobil itu.

Ketiga, subjek sering disalahkan oleh gurunya. Guru subjek selalu

menyalahkan subjek karena terlihat lemas di sekolah. Subjek berusaha

menjelaskan bahwa ia lemas karena mengobati orang yang sakit satu hari

sebelumnya, tetapi guru subjek tidak mau mengerti. Sikap gurunya yang

tidak mau mengerti membuat subjek kesal, tetapi tidak mungkin ia

menentang gurunya. Subjek menyadari menentang gurunya hanya akan

membuatnya semakin dimarahi dan nilainya anjlok.

Salah satu penyebab subjek marah terlihat dari pernyataan berikut ini:

(S1, W1, sb 350-355, 357-361, 379-383, 386-388, 392-400, dan 405-414)


T: Kalo Pr, pernah ga Pr itu merasa marah? J: Pernah T: Na seberapa sering Pr itu
merasa marah? J: Sering soalnya sering dijailin T: Sering dijailin sama siapa? J: Temen
T: Seringnya sesering apa munculnya? J: Kadang kalo… pokoknya kalo dijailin
pertama aku ga marah, tapi kalo udah kedua ketiga gitu. Dah, aku marah. T: Hal
apa yang membuat Pr merasa marah banget? J: Kadang kalo lagi ga ngapa-ngapain
gitu, ya dijailin, terus ditendang-tendangin ato apalah gitu. A..ku marah, salah
tonjok. T: Kalo yang marah biasa? J: Kalo yang marah biasa, misalnya dia tu ngata-
ngatain gitu ya. T: Selain dengan temen, apa yang membuat Pr itu merasa marah sekali.
J: Apa ya.. ga tau deh. Apa ya? Marah e… dikelitikin. T: Dikelitikin sama siapapun
itu? J: Heeh, cuma kalo misalnya sudah parah. Kalo dikelitikin biasa ga pa pa, tapi
kalo digelitikin terus aku ga kuat nahan gelinya aku marah-marah, paling itu. T:
Biasanya… apa yang membuat Pr marah? J: Apa ya... Em.… e… ga tau deh.T: e…J:
kalo ma temen-temen aku… Paling diganggu-gangguin terus. T:Kalo… kalo di, selain
sama temen-temen, hal apa yang membuat Pr merasa marah? J: Kalo tiba-tiba
ditonjokin gitu T: Heeh J: aku marah, terus lama-lama…

Subjek mengevaluasi emosi marahnya dengan mengelola dan

menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek menyeimbangkan emosi marah

dengan cara yang berbeda berdasarkan penyebabnya. Pertama, bila

penyebab marah adalah terus-menerus diganggu temannya, maka cara



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62


menyeimbangkan emosinya adalah dengan memaafkan temannya. Setelah

memaafkan temannya perasaan marah subjek hilang.

Kedua, bila subjek marah karena terus-menerus diejek ayahnya, maka

cara menyeimbangkan emosinya adalah menahan marah dengan tidak

berteriak.

Ketiga, kesal karena disalahkan guru terus. Rasa kesal ini

dikelompokkan ke dalam emosi marah menurut Goleman (2007). Subjek

memilih untuk diam, menahan kekesalannya. Subjek menceritakan segala

yang dirasakan kepada ibunya dan merasa tenang.

Dapat disimpulkan bahwa ketika marah subjek menyeimbangkan

emosi tersebut dengan memaafkan dan menahannya. Subjek belum

melakukan modifikasi terhadap emosi marahnya karena ia belum

mengubah emosi marahnya menjadi sesuatu yang memotifasinya.

Strategi regulasi marah yang dilakukan oleh subjek adalah selfblam

(menganggap dirinya sebagai penyebab mobilnya mogok) dan mencari

kenyamanan pengasuh (ibunya).

b. Sedih

Subjek memonitor emosi sedihnya, dengan menyadari dan

memahaminya. Subjek merasakan emosi sedihnya lebih kuat dari emosi

marah meskipun emosi sedih tidak sering muncul. Emosi sedih yang

timbul sangat kuat sehingga subjek merasa bahwa keadaan tersebut sulit

dikendalikan dan berlangsung lama.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63


Kesedihan yang sangat kuat membuat subjek menangis. Penyebab

subjek sedih adalah melihat gambaran mengerikan tentang bencana alam

dan banyak orang meninggal yang akan terjadi. Gambaran akan terjadinya

bencana alam yang dilihat subjek seperti film yang muncul dan hilang

secara tiba-tiba. Subjek merasa tidak nyaman kalau pikirannya terus

terganggu dengan gambaran bencana yang dilihatnya. Subjek ingin

membuat dirinya lebih tenang dan nyaman. Kesedihan yang dirasakan oleh

subjek ketika melihat gambaran bencana alam lebih dalam dibandingkan

kesedihan subjek ketika bencana benar-benar terjadi.

Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah:

(S1, W1, sb 457-488)


J:Trus kalo ada banyak orang yang meninggal gitu ya… sedih gitu, selalu sedih.
T:Heeh… seberapa sering sedih itu? Yang ya…J:Setiap kali dimunculin kaya gitu,
yang ngeri-ngeri gitu sedih. Sedih tapi ketakutan. T:Ketakutan, kenapa ketakutan?
J:Karena… seremin, kalo biasa diliatin yang serem, serem. Tapi kalo yang enak
yang ga payah gitu yang bagus gitu, ya ga payah diliatinnya… seneng. T:Tapi itu
yang kaya film tadi itu?Yang nakutin itu kaya apa sih Pr? J:Kaya bencana alam, terus
banyak orang yang meninggal gitu trus aku sedih ngeliatainnya. T:Oke. Nah kalo,
seberapa kuat rasa sedih yang muncul itu? J:Ya biasa kuat banget. T:Kuat banget. Lebih
kuat dari rasa marah, atau gimana? J:Kalo aku sedih, biasa lebih… kalo sedih, sekali
sedih lebih kuat.
Hal tersebut didukung pernyataan ibunya sebagai berikut:

(OS1, W1 sb 659-668)
T:Rasa sedihnya itu kuat? Sekuat apa?J:Sangat kuat. Kadang sampai nangis..T:Itu
berapa hari? Atau..J:Makanya tergantung itu... tergantung dari gejala alamnya ini.
Semakin berat ya semakin dalem. Semakin dalem dan.. untuk menenangkannya
butuh waktu juga. Karena pengaruhnya ke jantung kalau dia. Jantung jadi ndrodok
gitu.

Subjek mengevalusi emosi sedih dengan mengelola dan

menyeimbangkannya. Subjek menyeimbangkan kesedihannya dengan

berpikir kalau memang bencana alam itu yang menjadi kehendak Tuhan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64


maka apa yang akan terjadi diserahkan kepada Tuhan. Subjek memikirkan

kira-kira apa yang dapat dilakukan untuk membantu menghindari bencana

alam yang akan terjadi. Subjek berdoa, memasrahkan segalanya kepada

Tuhan, memikirkan hal yang lain dan mengerjakan PR. Subjek dibantu

ibunya untuk mengelola emosinya tersebut dengan mendengarkan apa

yang diceritakan subjek untuk mencurahkan kesedihan yang dirasakan.

Hal-hal tersebut mampu mengurangi kesedihan subjek yang kemudian

berangsur-angsur hilang.

Subjek memodifikasi sedihnya dengan mengubah emosi tersebut agar

mampu memotifasi hidupnya. Kesedihan subjek memotifasinya untuk

semakin mendekatkan diri dan percaya kepada Tuhan. Subjek juga

termotifasi untuk mengerjakan PR-nya.

Subjek melakukan strategi regulasi emosi sedih refocus on planning,

dengan mencoba memikirkan jalan keluar. Subjek melakukan strategi

emosi sedih lain seperti menceritakan perasaannya pada ibunya agar tidak

merasa sedih di dalam (mencari kenyamanan dari pengasuh), berdoa

meminta Tuhan untuk menghindarkan bencana yang dilihatnya melalui

gambaran (acceptance), meditasi (melakukan kegiatan fisik yang

menenangkan) dan berusaha memikirkan hal yang lain seperti

mengerjakan PR (mengalihkan perhatian dari objek yang membuatnya

stress). Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini:

(S1, W1 sb 483-495, 499-503, 543-548)


T: Lebih kuat. Bisa sampai berhari-hari atau? J: Kalo sehari itu langsung direlaksin
gitu T: Heeh J: Langsung disantein, terus aku…aku lepasin aku kasih tau ke orang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65


gitu, ke ibu gitu biasa lebih enak T: Direleksinnya biasa gimana, dengan cara apa? J:
Jadi di… aku ngasih tau ke ibu gitu, abis itu tenang udah bisa ngeluarin gitu T:
Heeh… Cuma itu aja, atau… bentuk relaksnya Pr selain cerita ke ibu apa? J: Biasa si itu,
itu biar bisa dilepasin nggak sedih di sini terus (memegang dada) T: Biasanya
meditasi juga Pr? (mengangguk) kalo meditasi itu biasanya ngapain, dapat apa dari
meditasi itu? J: Tenang gitu, enak, jadi… seger gitu, jadi…atinya jadi enak terasa..
T: Kalo pas sedih itu sendiri, ni kan tadi kalo sedih berlalu, kalo pas sedih itu sendiri yang
Pr lakukan apa? J: Ng…apa ya? Ngasih tau ibu, ngeluarin… T: Ngeluarin unek-unek
itu aja? J: Iya, yah kalo ga nanti sedih di dalem

(S1, W2 sb 88-95, 144-147, 180-189)


T: Biar ga ketaun. Perasaan Pr sendiri gimana? J: Ya sedih, banget. Cuma ya udah.
Sedih banget sih cuma ya udah. T: Kalo bisa gimana? J: Aku minta biar terhindar la
T: Mintanya dengan cara apa? J: Doa T: Lalu Pr mengatasi kesedihannya Pr itu gimana?
J: Ya… dipikir, dibuat mikir yang lain T: Dibuat mikir yang lain? J: Kadang sih aku
gitu (agak lirih) T: Gimana? J: Kadang aku gitu T: Heeh J: Misalnya waktu itu aku
buat ngerjain PR, gitu-gitu…
(OS1, W1 sb 758-761 dan 935-936)
Memang selama ini dia diem. Jadi apa yang dia rasakan dia diem, dia rasakan
sendiri. Karena dia ngga mau saya sedih. Orang lain sedih ngga mau. Selalu. Kalau
dia sedih pasti dia langsung nemplok saya.

c. Cemas

Subjek memonitor cemas dengan memahami latar belakang

kecemasannya. Subjek jarang cemas tetapi perasaan yang muncul kuat.

Kecemasan subjek disebabkan oleh ketakutan yang muncul pada saat

proses mengobati. Subjek takut melewati batas waktu yang diberikan

Tuhan. Lama tidaknya kecemasan yang dirasakan tergantung pada

lamanya proses pengobatan yang dilakukan subjek. Batas waktu yang

diberikan oleh Tuhan tergantung parah tidaknya penyakit yang diderita,

sehingga semakin parah penyakit yang ditangani subjek semakin cemas.

Kecemasan tersebut dapat membuat subjek menangis. Monitor subjek

tampak dari pernyataan berikut:

(S1, W1 sb 561-612)
T:Cemas. Takut? J:Iya. T:Pernah merasakan takut? J:Pernah. T:Biasanya seberapa e…
sering rasa takut itu muncul? J:Jarang banget. T:Jarang? J:Jarang banget. T:E…ketika
rasa takut itu muncul, rasa cemas itu muncul e… seberapa kuat rasanya itu, yang Pr


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66


rasain? J:Ga terlalu takut sih aku, soalnya ya… aku tetep percaya kalo Tuhan itu
nglindungin jadi ya… aku ga terlalu takut. T:Kalo cemas? J:Cemas, itu hampir ga
pernah. T:Cemas, khawatir gitu, hampir ga pernah merasakan itu? J:Pernah. T:Pernah?
Biasanya apa yang menyebabkan Pr khawatir? J:Ya..kalo misalnya ngobatin gitu ya.
Jangkauannya seha… ya tiga hari deh. Setelah tiga hari itu aku merasa cemas,
soalnya e…itu. Soalnya batesnya nanti harus ngulang. T:Harus ngulang maksudnya
gimana itu? J:Misalnya aku mesti ngobatin berapa kali ya, berturut-turut gitu ya…
Terus… kalo misalnya lewat dari hari batesannya yang Tuhan kasih. Trus nanti
ulang lagi dari awal. T:Pengobatannya diulang lagi dari awal? O.. Tuhan memberikan
batesan itu tiga hari? J:Misalnya… misalnya… Bisa ada yang lima hari batesannya,
kadang ga ada batesannya. Jadi bisa seminggu sekali, bisa dua hari sekali gitu.
T:Em… tergantung itu beda-beda ya… terus masa-masa batas itu membuat Pr khawatir,
selain itu yang biasanya membuat Pr khawatir atau cemas apa? J:Apa ya……… ya
kadang kalo lagi takut kaya (suara melirih) kaya misalnya ada pesawat gitu ato ada
orang sakit gitu cemas, takut, khawatir soalnya merasa sakit

Subjek berpikir untuk mempersiapkan diri kalau memang harus

mengulang proses pengobatan. Pernyataan tersebut termuat dalam

percakapan sebagai berikut:

(S1, W1 sb 654-666)
T:Pr kan merasa khawatir, merasa cemas. Nah setelah merasa itu, setelahnya… apa yang
Pr pikirkan setelah itu? J;Kalo memang telat ya harus ngulang, terpaksa. Cuman kalo
misalnya enggak ya, lega. T:Lega. Berarti tinggal meneruskan atau? J:Ya tinggal
nerusin. Meneruskan…T:Perasaannya? J:E…perasaannya lega. Kalo misalnya,
memang tinggal diterusin ya udah, tapi kalo misalnya nggak ya terpaksa aku…
gituT:Terpaksa ngulangin dari awal lagi. J:Heeh.

Subjek mengevaluasi emosi cemasnya dengan mengelola dan

menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek menyeimbangkan kecemasannya

dengan percayaan bahwa Tuhan selalu melindungi sehingga subjek lebih

rasional dan tidak terbawa dalam kecemasan yang mendalam. Hal tersebut

dapat terlihat dari pernyataan:

(S1, W1 sb 573-575)
Ga terlalu takut sih aku, soalnya ya… aku tetep percaya kalo Tuhan itu nglindungin
jadi ya… aku ga terlalu takut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67


Subjek memodifikasi kecemasannya dengan memasrahkan segala yang

akan terjadi kepada-Nya. Hal tersebut membuat subjek lebih optimis dan

tidak putus asa melanjutkan proses pengobatan.

Strategi regulasi yang dilakukan subjek terhadap emosi cemasnya

adalah acceptance. Subjek memiliki pola pikir menerima dan pasrah atas

kejadian yang menimpanya untuk harus mengulang pengobatan atau

tinggal meneruskannya saja.

d. Malu-rasa bersalah

Subjek memonitor emosi malu-rasa bersalah dengan menyadari dan

memahami emosi tersebut. Subjek dalam proses wawancara menyatakan

tidak pernah merasakan malu tetapi ia pernah merasa bersalah. Rasa

bersalah yang dirasakan oleh subjek kuat. Subjek merasa bersalah jika

orang lain celaka karena keisengannya dan jika subjek tidak berhasil

mengobati orang lain sampai sembuh. Subjek menilai rasa bersalah ketika

tidak berhasil menyembuhkan penyakit orang lain lebih kuat dibandingkan

rasa bersalah ketika kejahilannya membuat orang lain celaka. Hal tersebut

dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini:

(S1, W2 sb 4-28 dan 48-87)


T:Terus kalo Pr pernah merasa malu ato merasa bersalah gak? J:E… pernah. T:Apa
yang membuat Pr malu atau merasa bersalah? J:E… kalo rasa bersalah kadang
kalo…T:Sory… heeh, kurang keras. J:Rasa bersalah kalo… itu apa, kalo nakalin
orang gitu. T:Merasa bersalah kalo nakalin orang? Emang Pr pernah nakalin orang?
J:Pernah. Ngejailin. T:Ngejailin. Kenapa kok ngejailin? J:Karna… iseng. T:Iseng.
Rasa bersalahnya kenapa? J:Salah aja gitu. T:Yang paling meras… e… membuat Pr
merasa bersalah apa biasanya? J:E… Ga tau deh, kayaknya cuman itu sih. T:Yang
lainnya apa? J:Ga pa pa.T:Kalo ibu kemarin e… pernah cerita kalo Pr pernah merasa
bersalah karena gak, gak bisa ngobatin orang itu bener gak? J:Gak bisa ngobatin


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68


orang.T:Heeh… gak berhasil ngobatin orang. J:Iya. Kan waktu itu ada urusan apa
gitu. Jadi ga bisa kesana, pas ayah sakit ato apa, lupa. T:Yang terlambat dari sananya
ato? J:E… ga tau, pokoknya kalo telat satu kali dua kali gitu, biasanya ga bisa.
T:Biasanya ga bisa kalo terlambat. Heeh…dan itu…J:Tapi ada yang ga ada kan.
Cuman kalo yang parah, biasa ada. T:Kalo yang parah? J:Ada batesnya. T:Ada
batesnya. Dan yang membuat Pr merasa bersalah apanya dari situ? J:E… ya karna ga
bisa, ga bisa nyembuhin sampe sembuh.T:Prya ga, ga bisa nyembuhin sampe sembuh
J:Sampe sembuh.T:Tapi karena bates waktunya itu, bukan karena Prnya sendiri gitu?
J:Bukan.T:Itu yang…Kenapa Pr kok merasa bersalah? J:Ya karena ga bisa
nyembuhin. T:Sekuat apa rasa bersalah itu Pr? J:Kuat. Cuma ya mau gimana, cuman
aku itu biasanya karena telat gitu waktunya, ada yang tinggal sehari gitu . Nah itu
biasa, abis itu, biasa ga bisa.T:Ga bisa. Terus apa yang Pr lakukan waktu itu?J:Ya
sedih. T:Sedih. Sedihnya gimana? J:Sedih aja
(OS1, W1 sb 989-991)
Sering... sering dia merasa bersalah kalau dia ngga bisa membantu atau ngga bisa
berbuat apa-apa itu

Rasa bersalah subjek seperti terdapat dalam pernyataan di atas

membuatnya sedih. Subjek tidak berhasil menyembuhkan orang yang sakit

karena melewati batas waktu penyembuhan yang diberikan Tuhan. Subjek

merasa bersalah meskipun keterlambatan waktu pengobatan disebabkan

oleh keadaan atau ketidakdisiplinan orang yang sedang diobati.

Subjek mengevaluasi rasa bersalahnya karena kegagalannya

menyembuhkan dengan mengelola dan menyeimbangkan emosi tersebut.

Subjek menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan pura-pura tidak merasa

sedih dan berpikir bahwa semuanya sudah berlalu dan tidak bisa diulangi

lagi, itu sudah waktunya menurut Tuhan. Ibu membantu subjek dalam

menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan memberikan penjelasan. Salah

satu pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah:

(S1, W2, sb86-95)


J:Ya udah… sedih cuma ga bisa ngapa-ngapain, pura-pura ga sedih aja. T:Kenapa
kok pura-pura ga sedih? J:Ya biar ga ketauan. Biar ga ketaun. Perasaan Pr sendiri
gimana? J:Ya sedih, banget. Cuma ya udah. Sedih banget sih cuma ya udah. T:Pr
bisa nggambarin gak kesedihan Pr waktu itu? J:Ga tau sih soalnya udah lama, dah satu
tahun

Pernyataan yang lain adalah:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69


(S1, W2 sb 108-130)
T:Ga bisa nyembuhin itu. Em itu dalem sampe dalem berapa hari merasa sedihnya atau?
J:Em… kalo, kalo bisa sampe beberapa hari, terus biasa mama tenangin. Terus
mama jelasin dan tenang.T:Kalo udah mama jelasin J:Tenang T:Terus tenang. E…….
nah e… setela itu, setelah Pr merasa bersalah baik itu tadi ga bisa ngobatin itu atau em…
apa namanya ngisengin temen itu, itu apa yang Pr pikirin setelah itu. Yang ada dipikiran
Pr? J:Ya udah biarin aja dehT:Maksudnya gimana?J:Maksudnya ya udah, dah lewat
mau gimana. Masak kayak kemaren ga berhasil nyembuhin gitu masak mau
disembuhin lagi, ya udah. Da lewat, ya udah ga bisa, kan udah… Tuhan gitu tadi
kan udah ga, udah waktunya.T:Em…itu yang ada dipikiran Pr setelah itu, setelah itu
gimana yang dirasain? J:Ya udah, kayaknya dah balik ya, dah balik kaya biasa

Subjek memodifikasi rasa bersalah sehingga memotifasi subjek untuk

berpikiran rasional bahwa kejadian yang sudah berlalu tidak mungkin

diulang lagi. Subjek berhasil melakukan modifikasi rasa bersalahnya.

Strategi regulasi yang dilakukan subjek adalah acceptance

(mengembalikan dengan kehendak Tuhan) dan mencari ketenangan dari

nasehat-nasehat ibunya (mencari kenyamanan dari pengasuh).

(OS1, W1 sb 1068-1083)
Ya udah, kalau memang e... dia ngga menurutin yang.. pentunjuk yang dari atas, ya
itu pilihan dia Dik. Jadi Kamu jangan pernah merasa bersalah. Kalau sampai
terjadi tu dia tahu kedepannya kaya gimana, dia merasa bersalah. Kamu jangan
pernah merasa bersalah, karena apa? E... ya... kamu udah menyampaikan kan,
pesan dari atas? Tapi dia tidak menurutin, jadi bukan kesalahan kamu. Kecuali
kamu ngga menyampaikan, saya bilang. T:Dia baru akhirnya bisa...?J:Iya
bisa...Mengendalikan itu...Itu pun sulit. Tapi kasihan tetep. Karena kasihannya itu
yang gede.

e. Iri

Subjek memonitor emosi iri dengan menyadari dan memahami emosi

tersebut. Penyebab iri subjek adalah benda berbentuk Nitendo DS. Subjek

mengatakan bahwa ia tidak pernah merasa iri. Subjek memang pernah

merasa ingin memiliki Nitendo DS seperti yang dimiliki oleh teman-

temannya, tetapi perasaan itu tidak sampai membuatnya iri. Meskipun


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70


subjek merasa tidak pernah iri tetapi berdasarkan pengertian iri yang

diuraikan dalam bab II, perasaan ingin memiliki Nitendo DS seperti yang

dikemukakan diatas termasuk dalam emosi iri.

Subjek ingin memiliki Nitendo DS karena teman-temannya banyak

yang memiliki. Kemudian subjek berpikir dan merasa hanya

menginginkan saja seperti yang dimiliki teman-teman tanpa harus benar-

benar memiliki Nitendo DS. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan

subjek berikut ini:

(S1, W2 sb 192-196)
T: Pr pernah ga merasa iri? J: Nggak ya kayaknya sih nggak T: Gak pernah merasakan
iri, heeh…J: (menggeleng setuju)
(S1, W3 sb 77-98)
T: Kalo Pr pernah ga merasa ingin memiliki sesuatu yang orang lain miliki, yang Pr ga
punya? J: Ada T: Pernah? Apa itu? J: DS. T; DS itu apa? J: Nitendo DS T: O nitendo
DS. J: DS. T: e… Pr ingin memiliki itu? Temen-temen Pr banyak yang punya itu? J:
Banyak. T: Terus? J: Ya udah pengen aja. T: Ketika keinginan itu muncul e… apa yang
Pr lakuin J: Em…apa ya….. ya….. pengen aja tetep pengen. T: Merasa iri dengan
temen yang. J: Ga sih. T: punya itu? J: Ngga, ngerasa cuma pengen aja.

Pernyataan lain berikut adalah dari ibunya:


(OS1, W1 sb 1093-1095)
Iri dengan.. paling dengan saudara ya.. tapi irinya dia bukan iri yang masuk ati
gitu. Kok itu boleh, kok aku nggaboleh? Paling gitu.

Subjek mengevaluasi emosi iri dengan mengelola dan

menyeimbangkannya. Subjek menyeimbangkan keinginannya tersebut

dengan menerima apapun keadaan yang terjadi, tidak atau belum bahkan

jika sudah dibelikan bukanlah suatu masalah bagi subjek. Hal tersebut

membuatnya lebih tenang dalam mereaksi keinginannya.

Subjek memodifikasi keinginannya terhadap Nitendo DS dengan

menerima terpenuhi atau tidaknya keinginan tersebut. Modifikasi yang

dilakukan subjek adalah modifikasi kognitif (pikiran) sehingga subjek



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71


berpikir keinginannya bukan merupakan sebuah keirian. Subjek berhasil

memodifikasinya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut ini:

(S1, W3, sb 108-114)


T:Cuma pengen gitu aja. Terus, e… solusi yang Pr apa ya… bukan solusi tapi untuk
nanggulangi rasa pengennya Pr itu gimana? J:Ya udah deh, kalo ga dibeliin atau belum
dibeli gitu ya udah lah, kalo dibeliin ya udah. T:Jadi Pr mau menerima keadaan gitu aja
gitu? J:Yah

Strategi regulasi emosi iri subjek adalah menerima apapun keadaan

yang terjadi. Subjek melakukan strategi positive reappraisal.

2. Subjek II

Subjek II menyajikan regulasi pada emosi marah, sedih, cemas, malu-rasa

bersalah dan iri.

a. Marah

Subjek memonitor emosi marahnya dengan menyadari dan memahami

marahnya. Marah yang dirasakan subjek kuat dan cepat. Subjek

menanggapi marahnya secara fisik dengan berkelahi. Penyebab subjek

marah adalah merasakan ketidakadilan. Subjek sering merasa dianggap

salah kalau membela yang benar. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan

berikut ini:

(S2, W1 sb 595-618)
T:Pernah nggak Rm merasa marah? J:Pernah (nada bersemangat) T:Nah, biasanya
yang menyebabkan Rm marah apa? J:Ketidakadilan T:Ketidakadilan. Seperti apa itu,
bisa diceritain nggak? J:Nggak! T:Nggak? Terus kok ketidakadilannya seperti apa? Yang
membuat Rm J:Kalo yang disekolah bisa T:Apa? J:Kalo yang disekolah bisa T:Yang
nggak bisa yang dimana brati? J:Di rumah T:Yang di rumah nggak bisa? Kalo yang
disekolah seperti apa? J:Kalo di sekolah tu, temen-temen. J:Pasti kesel! Kalo aku
ngebela yang bener, sering salah. Tapi aku lebih enak ngebela yang bener, daripada
yang salah. Heh..karena memang harus begitu kan, yang bener selalu yang…
menang, yang tidak bener ya selalu yang kalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72


Subjek marah karena merasa temannya melakukan ketidakadilan di

sekolah. Waktu itu ada beberapa orang teman yang nakal menjepret semua

teman dengan pensil yang baru diruncing dan penggaris. Wajah subjek

terkena jepretan pensil dan penggaris tersebut hingga berdarah. memukul

kelima temannya yang nakal sampai masuk UKS. Hal tersebut membuat

subjek dikira kesurupan. Subjek merasa sedih setelah marah dan mencoba

melupakan kesedihannya. Hal tersebut dapat dilihat melalui pernyataan

subjek berikut:

(S2, W1 sb 403-411, 660-666, dan 680)


J: Waktu itu kan, itu anak-anak nakal. Dia tu jepretin semua orang, pake pensil
yang baru diraut kalo penggaris baru dibeli. Cur… kenaklah aku, ke muka. Aduh
sakit! Berdarahlah di sini. T: Terus? J: Yang cewek juga, semuanya pokoknya. T:
Heeh J: Terus kan dibaleskan sama semuanya itu, jadi dendam deh (Karena sama
Rm di pukul Kak Tisa) T: O… (Lima orang masuk, yang jelas kalo cerita, lima orang
masuk) J: UKS. (UKS) T: O… (Sampe dibilang Rm kaya orang…) J: Kesurupan J: Pas
aku marah? Ya sedih, tapi udah dilupain.

Subjek mengevaluasi marah dengan mengelola dan menyeimbangkan

emosinya tersebut. Subjek menyeimbangkan marahnya dengan

menggambar, membuat kertas lipat dan mengetuk-ketukan penghapus di

meja secara perlahan sehingga ia bisa mengatur rasa marahnya menjadi

lebih tenang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek:

(S2, W1, sb 617-626)


T:Biasanya kalo Rm marah, apa yang Rm lakukan? J:Heh…Ya menahan emosinya
heh…heh…heh…T:Menahannya dengan cara apa? J:Kalo lagi dirumah nanti gambar,
terus bikin kertas lipet. Heh… kalo di sekolaaaahhh…. Mainin penghapus
tiup…tiup…tiup…T:Mainin penghapusnya gimana? J:Gini, tuk… tuk… tuk… tuk…
tuk… tuk… heh, diketuk-ketuk dimeja, tapi pelan kalo waktu yang…

(OS2, W1 sb 592-598)
Rm yang akhirnya mulai bisa meredam marahnya, jadi pada saat dia mulai marah,
dia harus tarik napas panjang, kemudian ada ritual meditasi sesaat, sehingga harus
memfokuskan konsentrasi, itu lumayan membantu dia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73


Subjek melakukan kegiatan tersebut di atas setiap kali subjek marah

sampai sekarang. Hal tersebut membuat subjek merasa tenang dan

bertahan dari permasalahan yang dihadapi. Modifikasi marah yang

dilakukan subjek belum tergali.

Strategi regulasi emosi marah yang dilakukan subjek ketika marah

adalah melakukan kegiatan fisik yang menenangkan dengan menggambar,

membuat kertas lipat dan mengetuk-ngetukkan penghapus di meja.

b. Sedih

Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek, subjek memonitor emosi

sedih melihat kembali penyebab kesedihannya. Penyebab subjek sedih

adalah merasa tidak dimengerti oleh orang lain. Hal tersebut sesuai dengan

pernyataan sebagai berikut:

(S2, W1 sb 360-361)
Nggak mau pada ngerti! Udah di kasi tau berapa kali ga mau pada ngerti.

Subjek tertutup dengan kesedihannya, ia tidak menyatakan dengan

terbuka perasaan sedihnya pada saat wawancara. Kesedihan juga dirasakan

subjek ketika ia sedang marah karena merasa badannya sakit. Subjek

menangis jika merasakan kesedihan yang dalam. Kesedihan subjek tampak

pada pernyataan berikut ini:

(S2, W1 sb 675-686)
T:Kenapa kok sedih waktu marah? J:Nggak, nggak mau diceritain T:Nggak mau
diceritain. Karena? J:Nggak papa J:Sangking sedihnya malah nangis T:e… kalo
marah justru malah Rm sedih terus nangis gitu? Iya Rm? J:Heemmm… T:Kenapa kok
marah kok terus sedih, terus nangis kenapa? J:Badannya sakiiiittt….


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74


(OS2, W1 sb 1128-1129)
Sedih, he eh betul, pasti nangis, kalau udah marah pasti nangis.

Subjek melakukan evaluasi terhadap emosi sedihnya dengan

menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek berusaha menyeimbangkan

emosi sedihnya dengan menahan emosi tersebut, sehingga subjek tidak

terbawa sedih yang mendalam. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan subjek

berikut ini:

(S2, W1, sb 357-364)


T;Terus rasanya gimana? J;Ya sedih sih, tapi kan ditahan ya dek ya? T:Terus…
ditahannya gimana? Hehe… kenapa ditahan? J:Ya harus! Harrr…rrus!
Dung…dung…oh nene…neng…

Subjek belum terlihat melakukan memodifikasi dan strategi regulasi

emosi sedih dalam wawancara.

c. Cemas

Subjek memonitor emosi cemasnya dengan menyadari dan memahami

emosi cemas yang dirasakan. Kecemasan yang dirasakan subjek kuat.

Subjek merasa cemas waktu menghadapi UTS (ujian tengah semester).

Kecemasan yang dirasakan subjek membuatnya tidak yakin mampu

mendapatkan nilai yang bagus. Subjek berdoa di dalam hati agar

memperoleh nilai seratus.

Subjek mengevaluasi kecemasannya dengan mengelola dan

menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek meyeimbangkan kecemasannya

dengan berdoa dan terus mengerjakan soal-soal UTS-nya. Subjek takut

memperoleh nilai yang jelek. Bagi subjek nilai tujuh puluh dalam ujian


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75


dapat menyebabkan raportnya menjadi jelek. Subjek tidak dapat

membayangkan kalau itu benar-benar terjadi. Subjek berusaha untuk

meyakinkan dirinya dapat menyeselaikan UTS dengan kemampuannya.

Subjek memodifikasi kecemasannya secara kognitif (pikiran). Subjek

mengubah kecemasannya menjadi semangat untuk mengerjakan soal-soal

UTS supaya berhasil. Hal tersebut membuat subjek optimis dan tidak

putus asa sehingga membuahkan hasil sesuai dengan harapannya.

Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah:

(S2, W1, sb 827-838)


T:Terus yang Rm… lakuin waktu cemas menghadapi UTS itu apa? J:Saya terus berusa-
ha. T:Usahanya apa? J:Saya kerjain soal itu, yang sangat… Saya terus kerjain, tak
boleh menyerah! Jadi terus berjuang harus tetep, tetep, tetep… kuat, kuat, kuat.
Mau dapet nilai yang terbaik yah… kaya gitulah

Ibu subjek menyatakan:


(OS2, W1 sb 602-607)
Mencoba mensugestikan dirinya itu positif. Saya lupa itu yang diajarkan oleh Dr.
Erwin, jadi pada saat dia emosi tidak terkendali, dia harus mensugestikan dirinya.

Subjek melakukan strategi regulasi kecemasannya dengan berdoa terus

sampai berhasil (positive reappraisal), terus berusaha mengerjakan soal

tidak boleh menyerah harus tetap kuat, dan tidak putus asa (berbicara pada

dirinya sendiri untuk menenangkan diri).

d. Malu-rasa bersalah

Subjek memonitor perasaan malu-rasa bersalah dengan menyadari dan

memahami emosi tersebut. Berdasarkan pernyataan dalam wawancara

subjek tidak pernah merasa malu tetapi ia pernah merasa bersalah. Rasa

bersalah yang dirasakan subjek kuat dan berlangsung lama. Subjek merasa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76


bersalah karena marah kepada ibunya. Subjek merasa dalam posisi yang

benar sedangkan ibunya yang salah, tetapi subjek merasa sangat bersalah

karena marah pada ibunya. Perasaan itu masih sering muncul sampai

sekarang dan membuat subjek menangis bila mengingatnya. Rasa bersalah

subjek yang muncul sekarang memang tidak sekuat dulu tetapi perasaan

tersebut membuatnya sedih. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek

sebagai berikut:

(S2, W1 sb 887-892 )
J: Waktu itu kan aku marah sama bunda, aku merasa salah! Biarpun bunda yang
salah aku yang bener, tapi aku merasa salah T: Kenapa kok merasa salah? J: Ah
nggak mau ah nanti jadi sedih!

Menurut ibu subjek, subjek jarang merasa bersalah karena setiap

tindakannya dia tahu kalau nanti akan membuat ibunya marah.

(OS2, W1 sb 875-877)
kalau merasa bersalah kayaknya enggak ya, menghilangkan sesuatu barang
miliknya aja dia tidak merasa bersalah kok

Subjek mengevaluasi rasa bersalahnya dengan mengelola dan

menyeimbangkan emosi yang dialami. Subjek merasa bersalah sekali

terhadap ibunya. Subjek berusaha menggambarkan perasaannya waktu itu,

menurutnya perasaan bersalahnya memunculkan perasaan yang berbeda.

Perasaan tersebut membuat subjek merasa sedih dan tidak bisa

menahannya. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan subjek berikut ini:

(S2, W2 sb 16-19, 29-33)


T: Perasaan itu, yang kaya kemaren, perasaan yang e… malu terus berakibat e…
memunculkan rasa bersalah itu? Biasanya Rm? J: Nangis. T: Yang Rm rasain waktu itu.
J: Ya sedih, terus… ya pokoknya ya beda… ya gitu lah. T: Nggak bisa… J:
Huuuffff…huuufff… nggak bisa nahan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77


Subjek menyeimbangkan rasa bersalahnya dengan menghindari hal-hal

yang dapat mengingatkan subjek pada kejadian yang memunculkan

perasaan bersalahnya. Pada saat wawancara subjek tiba-tiba menangis

mengingat peristiwa yang membuatnya merasa bersalah dengan ibunya.

Subjek tidak mau menceritakan detil peristiwa tersebut. Sebelum menangis

subjek sempat berusaha mengatur emosinya dengan mengetuk-ngetukan

jarinya di meja. Tetapi ia tetap menangis meskipun hanya sebentar. Subjek

terus berusaha mengatur nafasnya sampai akhirnya dapat kembali tenang.

Subjek memodifikasi rasa bersalahnya dengan mengubah perasaan

tersebut sedikit demi sedikit dan memotifasinya untuk berjuang

menyetabilkan rasa bersalahnya.

Regulasi rasa bersalah yang dilakukan subjek belum berhasil karena

subjek masih menangis ketika mengingat kejadian yang memunculkan

emosi tersebut.

Subjek melakukan strategi reguasi rasa bersalahnya dengan

mengalihkan perhatian dari objek yang membangkitkan rasa bersalahnya

(tidak mengingat-ingat kejadian yang membuat muncul rasa bersalah) dan

melakukan aktifitas yang menenangkan (mengetuk-ngetukkan jari di

meja). Pernyataan subjek yang mengungkapkan hal tersebut adalah:

(S2, W2, sb 35-43)


T:Terus caranya Rm, menenangkan diri Rm gimana? J:Jangan inget-inget itu.
T:Kenapa? J:Jangan inget-inget itu. T:Jangan inget-inget itu? Biasanya dengan cara
apa? J:Saya nggak tau…T:Kalo yang waktu itu, biasanya? J:Jangan inget-inget itu
deh, itu dah hal yang lalu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78


(S2, W2, sb 58-66)


T:Mencoba jangan inget itu, terus akhirnya, perasaannya gimana? J:Stabil. T:Lebih stabil
gitu? J:Heeh. T:Udah. E… itu kan yang sudah terjadi, apa baru-baru ini e… perasaan e…
Rm, gimana? J:Biasa aja sih, udah nggak kaya waktu itu

e. Iri

Subjek memonitor emosi irinya dengan memahami perasaan irinya.

Subjek merasa iri kerena ia merasa adiknya selalu dibela oleh neneknya

sedangkan subjek tidak. Perasaan iri tersebut berlangsung lama. Bg, adik

subjek selalu dianggap golden boy oleh neneknya. Terkadang ketika

berkelahi adiknya yang salah tetapi subjek harus siap untuk mengalah dan

disalahkan. Hal tersebut tampak pada pernyataan subjek sebagai berikut:

(S2, W2, sb 69-80)


T: nah sekarang, kalo misal, kalo… iri Rm pernah nggak merasa iri? J:Pernah. T:Pernah.
Biasanya yang menyebabkan Rm iri apa? J:Kalo Bg tu ya selalu dibela terus
sama…itu, Nien. Nah, kalo aku nggak.
(OS2, W1 1040-1044)
Oh ya, kadang-kadang dengan adiknya kan, kenapa saya diperlakukan tidak adil,
kenapa butuh banyak orang yang sayang dengan Bg dan percaya dengan Bg, tapi
tidak dengan saya, katanya gitu.

Subjek mengatakan dalam wawancara bahwa iri membuatnya kesal.

Kekesalan subjek diimajinasikan dengan mukanya merah dan keluar

asapnya lalu otaknya terasa mengkerut-kerut. Subjek memiliki keinginan

meninju orang yang membuatnya iri tetapi subjek berfikir bahwa tindakan

tersebut tidak baik dilakukan.

Subjek mengevaluasi rasa irinya dengan mengelola dan

menyeimbangkan emosi tersebut. Subjek mengelola rasa irinya dengan

menahan keinginan menonjok orang yang membuatnya iri. Hal tersebut

tampak pada pernyataan berikut ini:



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79


(S2, W2 sb 104-146)
T:Nah, ketika Rm iri itu apa yang ada dipikiran Rm?J:(diam sesaat) Keseeellll!!!!
Otaknya mengkerut-mengkerut gitu, eh dipause, dipause, dipause T:terus?J:Bug...
(mempraktekan gerakan meninju-ninju sambil mengungkapkan kekesalannya
dengan menggerutu) kesel, kesel, kesel.T:Itukan yang dirasakan Rm kesel.J:Mukanya,
itu pingin merah terus keluar asabnya dari telinga kanan sama kiri.T:Apa yang Rm
ingin lakuin?J:….. Menonjok!!T:Apa yang ingin Rm lakukan, apa yang ada dipikiran
Rm tadi, dilakukan nggak?J:Ng….gak…No way T:Terus yang dipikirin pingin nonjok la
atau apalah, tapi Rm kan nggak ngelakuin itu kan? E… kenapa Rm tidak melakukan itu,
apa yang ada dipikiran Rm?J:Tunggu, nggak, nggak etis kalo ngelakuin itu, ya udah
aku tahan.T:Yang menahan Rm untuk melakukan itu apa?J:Nggak mau kasih tau

Subjek juga menyeimbangkan emosi irinya dengan tidak melihat orang

yang menjadi sumber iri, pergi ke kamar, jalan-jalan, main, berbagi cerita

kepada ibunya dan tetap menjalankan nasehat ibunya. Subjek tidak sekedar

mencurahkan perasaan kepada ibunya tetapi ibunya juga memberikan

nasehat-nasehat untuk subjek. Ibu subjek membantu subjek dalam

mengevaluasi emosi iri subjek dan mampu memberikan ketenangan

kepada subjek melalui nasehat yang diberikan. Pernyataan yang memuat

hal tersebut adalah:

(S2, W2 sb 87-98 dan 205-210)


T: Ketika, rasa, irinya, Rm itu muncul, biasanya apa yang Rm lakuin? J: Emmm….
Jangan ngeliat orang yang aku iriin. T: Pergi. Terus, apa yang Rm lakuin? J: Ke
kamar. Nonton T: Apa? J: Nonton. T: Nonton. Terus selain nonton? J; Udah. T: Rm
mengatasinya dengan apa? Mengatasi perasaan… J: Jalan-jalan… pergi ke kamar….
Nonton TV… main…. Fuh. Nah terus, kalo udah di kasih tau, saya jangan liat dia,
jauhin dia, saya cuekin dia, saya pergi ke kamar.

(S2, W2 sb 205-208)
Ya pokoknya saya tetep jalanin apa yang bunda suruh, heh dengan cara saya minta
bunda, “bun, gimana-gimana caranya supaya aku nggak iri lagi ma dia.”

Ibu subjek mengatakan biasanya ketika iri subjek akan mencurahkan

perasaan dan meminta nasehat dari ibu atau akinya.

(OS2, W1 sb 1087-1094)
Iya dengan saya, karena mungkin yang bisa mengerti saya ataupun Akinya. Kalau
pagi sarapan dia akan ngobrol, jadi mungkin ee.. ayah saya yang banyak me.., apa,
banyak kasih masukan, pada waktu pagi, kenapa dia harus begini, kenapa dia harus


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80


begitu, sesuai dengan yaa biasanya kita masukan juga kultur, ada, kultur ada
kebiasaan kita seperti apa gitu. saya bilang dalam hidup itu seperti ini
kenyataannya Rama, jadi kamu harus menerima. Awalnya berat sekali dia terima,
tapi lama-lama dia terima.

Subjek memodifikasi iri dengan mengubah emosi tersebut menjadi

sikap optimis subjek untuk tetap menjalani nasehat ibunya supaya subjek

tidak merasa iri lagi.

Strategi regulasi emosi iri subjek berdasarkan mengalihkan perhatian

dari objek yang membuat iri (meninggalkan adiknya, jalan-jalan, nonton

TV, dan pergi ke kamar) dan meminta kenyamanan pengasuhnya (ibu).

C. Pembahasan

Kedua subjek secara umum belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi

emosi negatif. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa pada sebagian

besar dari kelima emosi negatif, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi

sampai pada memodifikasi. Regulasi emosi negatif kedua subjek tersebut dibahas

dengan mengikuti subjek penelitian.

1. Subjek I (Pr)

Subjek I belum sepenuhnya dapat melakukan regulasi emosi negatif. Hal

ini ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima emosi negatif, subjek I belum

dapat meregulasi emosi marah sampai dengan tahap modifikasi. Emosi yang

lain yaitu sedih, cemas, rasa bersalah dan iri sudah diregulasi sampai dengan

tahap modifikasi meskipun belum dapat diketahui keberhasilannya.

Emosi negatif subjek yang dirasakan paling kuat dan menonjol adalah


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81


emosi sedih. Emosi tersebut jarang dialami tetapi sekali muncul terasa sangat

kuat, lebih kuat daripada emosi marah. Subjek sedih dalam waktu berhari-hari

ketika melihat gambaran-gambaran tentang bencana alam dan banyak orang

meninggal. Perasaan yang dirasakan Pr sangat kuat dan dalam, sehingga

terkadang sulit dihentikan oleh orang-orang disekitarnya. Ibu subjek (PP)

sering mengalami kesulitan untuk memahami dan menghadapi Pr yang

sedang merasa sedih. Pr sering mengalami kesulitan mengontrol emosi

sedihnya. Hal ini sesuai dengan kesimpulan tes grafis bahwa emosi subjek

stabil tetapi ada indikasi kurang dapat mengontrol dorongannya.

Subjek berusaha menyeimbangkan kesedihannya dengan memasrahkan

segala yang akan terjadi kepada kehendak Tuhan, menceritakan perasaan

kepada ibunya, meditasi dan berdoa untuk mengelola emosi sedih yang

dirasakan akibat munculnya gambaran-gambaran tentang bencana alam.

Semua yang dilakukan subjek tersebut membuat subjek tenang sehingga

kesedihannya sedikit demi sedikit hilang.

Subjek mengubah rasa sedihnya sehingga memotivasi mengerjakan PR

sehingga subjek merasa lebih tenang. Subjek telah berusaha memodifikasi

emosi sedihnya namun belum dapat dilihat keberhasilannya.

Usaha Pr menyembuhkan orang lain sering kali menimbulkan emosi

negatif dalam dirinya, berupa munculnya kecemasan dan perasaan bersalah.

Kecemasan muncul ketika subjek sampai pada hari terakhir dari batas waktu

mengobati yang diberikan oleh Tuhan. Hari terakhir tersebut adalah hari

penentuan apakah subjek harus mengulang proses pengobatan atau hanya



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82


tinggal melanjutkan mengobati saja. Sedangkan rasa bersalah muncul ketika

subjek tidak mampu untuk mengobati seseorang sampai tuntas. Empati subjek

yang besar pada orang lain membuatnya merasa cemas dan bersalah pada

proses mengobati. Kedua emosi negatif tersebut diregulasi subjek dengan

menggunakan strategi regulasi acceptance, subjek memasrahkan apa yang

akan terjadi kepada kehendak Tuhan. Kepasrahan subjek tersebut

memberikan ketenangan kepada subjek.

Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan meregulasi emosi menjadi

penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping

(Thompson, 1994 dan Goleman, 2007). Kebelumsempurnaan Pr meregulasi

emosi negatif ditunjukkan pada tahap monitor dan evaluasi. Pada tahap

monitoring dengan keterbatasan memonitor emosi negatifnya Pr mampu

menyadari dan memahami keseluruhan proses yang terjadi di dalam diri,

perasaan dan latar belakang tindakannya tetapi perlu bantuan untuk

memonitor karena subjek lupa detil peristiwanya. Pada tahap evaluasi Pr

mampu mengevaluasi emosi negatif, dan mengelolanya, sehingga tidak

mempengaruhinya secara mendalam. Pada tahap modifikasi subjek

mengubah emosi negatifnya menjadi sesuatu yang dapat memotifasi

hidupnya.

Secara umum strategi regulasi emosi negatif Pr adalah berpikir tentang

hal yang lain, berpikir bahwa Tuhan selalu melindungi, memasrahkan yang

terjadi kepada kehendak Tuhan, menyembunyikan kesedihan, dan berusaha

menerima apapun keadaan yang terjadi. Strategi regulasi tersebut



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83


mencerminkan hasil tes grafis subjek bahwa ada kecenderungan tidak mampu

mencapai hasi dan mencoba menutupi kekurangannya.

Kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap

pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal

pengungkapan emosi pada waktu anak-anak (Retnowati, 2003). Hasil

penelitian mengungkapkan Pr mengelola emosi negatifnya dipengaruhi oleh

lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan ibu membuat Pr

sering melepaskan emosi negatif (seperti marah, sedih dan rasa bersalah)

yang dirasakan dengan menceritakan permasalah yang dihadapi kepada

ibunya. Strategi regulasi yang digunakan pada kelima emosi negatifnya

sebagian besar adalah mencari kenyamanan dari pengasuh (ibunya). Hasil

penelitian tersebut didukung oleh hasil tes grafis yang menyatakan bahwa

peran ibu yang baik bagi Pr memberikan kenyamanan, kedekatan,

ketergantungan dan kebutuhan rasa aman.

2. Subjek II (Rm)

Kesimpulan secara umum subjek II belum sepenuhnya dapat melakukan

regulasi emosi negatif. Hal ini dapat ditunjukkan oleh hasil bahwa dari kelima

emosi negatif, subjek II belum dapat meregulasi emosi sedih sampai dengan

tahap modifikasi. Emosi yang lain yaitu marah, cemas, rasa bersalah dan iri

sudah diregulasi sampai tahap modifikasi. Hasil dari modifikasi yang

dilakukan ada yang belum dan sudah berhasil. Emosi negatif yang paling

berhasil diregulasi oleh subjek adalah emosi cemas.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84


Rm memiliki ambisi yang besar di bidang akademis. Hasil penelitian

menunjukkan Rm sangat cemas ketika menghadapi UTS, tetapi ia berusaha

meyakinkan diri untuk tidak putus asa mengerjakan soal-soal. Ia meyakinkan

kepada dirinya bahwa proses ini harus dilalui untuk mencapai keberhasilan,

dan ternyata berhasil meregulasi emosi cemasnya. Ambisi subjek yang besar

di bidang akademis, tampak dalam hasil tes grafis dan pernyataan ibunya.

Ambisi subjek tersebut membantu mengubah kecemasannya menjadi

semangat untuk berprestasi. Rm berupaya memotivasi dirinya sendiri agar

tidak putus asa dengan berpikiran positif, karena memiliki tujuan untuk

berprestasi dan membahagiakan orang tuanya. Tes IQ subjek yang tergolong

superior (149) juga mendukung untuk berprestasi secara akademis. IQ subjek

yang tinggi didukung dengan ambisi berprestasi yang besar membantu subjek

untuk fokus dalam hal-hal akademis sehingga permasalahan emosi yang

berkaitan dengan akademis dapat dengan mudah dipecahkan oleh subjek.

Seperti kecemasan yang terjadi saat UTS, subjek berhasil melakukan regulasi

kecemasannya dengan baik.

Kemampuan regulasi emosi atau keterampilan mengelola emosi menjadi

penting bagi individu untuk dapat efektif dalam melakukan coping

(Thompson, 1994). Kebelumsempurnaan Rm meregulasi emosi negatif,

ditunjukkan pada tahap monitoring Rm belum mendetil memonitor emosi

negatifnya. Rm kurang mampu menyadari dan memahami keseluruhan proses

yang terjadi di dalam diri, perasaan dan latar belakang tindakannya, serta

mampu memodifikasi emosi negatifnya dengan baik sehingga mampu



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85


memotivasi diri untuk dapat berjuang dalam hambatan yang dihadapi. Pada

tahap evaluasi Rm terkadang kurang dapat mengontrol dorongan yang

muncul didalam dirinya. Data tes grafis Rm mengungkapkan secara emosi,

subjek masih mudah terpengaruh gangguan dari lingkungan. Rm bertindak

secara spontan, dengan dorongan yang tidak terhambat. Rm pernah mereaksi

kemarahannya dengan memukul lima orang temannya sehingga masuk UKS,

lalu subjek dikatakan seperti orang kesurupan.

Strategi regulasi emosi negatif secara umum yang dilakukan Rm adalah:

1. Mencari kenyamanan pengasuh (ibu) dengan menceritakan apa yang

dialami dan meminta nasehat ibu.

2. Mengalihkan perhatian dari subjek yang membuat stress

(displacement) dengan menggambar, membuat kertas lipat dan tidak

mengingat kejadian yang memunculkan rasa bersalah.

3. Melakukan aktifitas fisik yang menenangkan dengan mengetuk-

ketukan jari di meja, mengetuk-ketukan penghapus di meja pelan-

pelan.

4. Meninggalkan sumber emosi dengan pergi ke kamar, nonton TV,

berjalan-jalan dan main.

5. Berbicara pada diri sendiri untuk tetap kuat dan tidak menyerah.

6. Pasrah dengan kejadian yang menimpa (acceptance) dengan berdoa

sampai berhasil.

Subjek II meskipun memiliki IQ yang tinggi tetapi strategi regulasi yang

digunakan lebih banyak hanya mencari ketenangan diri saja. Hal tersebut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86


membuktikan bahwa kecerdasan emosi yang dimiliki oleh subjek II belum

matang.

Kepedulian dan penerimaan orang tua berpengaruh terhadap

pengungkapan emosi anak, karena orang tua merupakan sasaran awal

pengungkapan emosi pada waktu anak-anak (Retnowati, 2003). Hasil

penelitian mengungkapkan Rm mengelola emosi negatifnya dengan

dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, terutama ibunya. Kedekatan dengan

ibu membuat Rm sering menceritakan permasalah yang dihadapi dan

meminta nasehat kepada ibu. Peran ibu yang baik baginya memberikan

kenyamanan pada subjek, sehingga mampu membantu mengurangi perasaan

kurang diterima oleh neneknya. Hasil penelitian tersebut didukung hasil tes

grafis Rm yang mengungkapkan bahwa hubungan subjek yang cukup dekat

dengan ibunya, tampak ada ketergantungan dan kebutuhan rasa aman.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, kedua subjek belum dapat melakukan regulasi emosi negatif

sepenuhnya. Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian bahwa kedua subjek belum

dapat melakukan regulasi dari lima emosi negatifnya sampai pada tahap

memodifikasi. Kedua subjek masih dibantu ibunya untuk memodifikasi ataupun

mengevaluasi beberapa emosi negatifnya tersebut. Secara khusus, subjek I terkadang

tidak melakukan regulasi terhadap emosi negatifnya karena emosi negatif yang

muncul dapat hilang sendiri secara otomatis. Subjek I dan II dibantu ibunya dalam

memonitor ataupun mengevaluasi emosi negatifnya karena beberapa hal terlupakan

oleh subjek. Emosi yang paling berhasil diregulasi subjek I adalah iri. Subjek II

dibantu ibunya dalam bercerita pada peneliti karena subjek tertutup untuk

menceritakan beberapa hal pada peneliti. Emosi negatif yang paling berhasil

diregulasi subjek II adalah cemas.

Kedua subjek sama-sama melakukan strategi regulasi emosi negatif mencari

kenyamanan dari pengasuh (ibu), selain strategi regulasi emosi negatif tersebut subjek

I lebih sering memasrahkan segalanya kepada kehendak Tuhan (acceptance),

sedangkan subjek II lebih sering menggunakan strategi regulasi emosi negatif

87



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


 88


mengalihkan perhatian dari objek stres (displacement) dan melakukan kegiatan fisik

yang menenangkan.

Faktor yang mempengaruhi regulasi emosi negatif kedua subjek indigo adalah

ibu. Kelekatan dengan ibu menjadi faktor dominan yang mempengaruhi regulasi

emosi negatif kedua subjek. Kedua subjek cenderung mencari ibunya untuk berbagi

pengalaman dan perasaan yang muncul terkait emosi negatifnya. Kedua subjek akan

memperoleh perasaan nyaman dan lega ketika ia dapat mencurahkan perasaannya

serta memperoleh nasehat dari ibu mereka. Kecerdasan emosi menjadi faktor

mempengaruhi subjek II dalam meregulasi kecemasan subjek saat menghadapi UTS,

didukung IQ dan ambisi untuk berprestasi.

Penelitian ini belum sempurna, masih banyak keterbatasan yang terjadi dalam

proses pengambilan data terutama penggalian informasi. Keterbatasan penelitian ini

adalah:

1. Kurangnya penguasaan peneliti terhadap teori.

2. Subjek yang tertutup sehingga agak sulit untuk menggali data.

3. Waktu yang terbatas.

Ketiga keterbatasan tersebut menjadikan data studi kasus yang digali di lapangan

kurang maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


 89


B. Saran

Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian diatas maka dapat

disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat lebih menggali lagi informasi

yang ada dengan memperhatikan persiapan penelitian dan waktu pengambilan

data dengan lebih detil. Banyak sekali topik menarik yang bisa diangkat

mengenai anak indigo selain regulasi emosi negatif sehingga dapat

memperkaya kasanah ilmu psikologi, khususnya psikologi perkembangan anak.

2. Bagi anak indigo

Anak indigo disarankan belajar untuk tidak tergantung kepada ibunya

dalam meregulasi emosinya. Anak dapat mengambil alih apa yang biasa

dilakukan ibunya dalam membantu memonitor dan mengevaluasi emosi

negatifnya untuk mencoba meregulasi sendiri. Subjek I disarankan mampu

belajar untuk memodifikasi emosi negatif sehingga lebih memotifasi hidupnya,

sedangkan subjek II disarankan melihat lagi monitor dan evaluasi emosi

negatifnya agar lebih baik lagi.

3. Bagi orang tua

Orang tua dapat membantu mendampingi anak untuk belajar meregulasi

emosinya sendiri. Orang tua memberikan kenyamanan terhadap anak


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


 90


membantu anak untuk merasa dipahami sehingga dapat mengembangkan

kemampuan diri lebih optimal.

4. Bagi lembaga yang menangani anak indigo

Lembaga disarankan bekerjasama dengan orang tua anak indigo untuk

mendampingi dan membantu anak indigo memonitor, mengevaluasi dan

memodifikasi emosi negatifnya dengan lebih tepat. Misalnya dengan mengajak

anak memiliki buku catatan tentang emosi negatif yang dirasakan dan direaksi

dalam setiap hari dan dapat didiskusikan setiap minggu.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., dan Umar, M. (1992). Psikologi Umum (edisi revisi). Surabaya: Bina
Ilmu.

Andayani, S. (1990). Efektifitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian


Kemarahan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada.

Audifax. (2008). Re-search: Sebuah Pengantar untuk “Mencari Ulang” Metode


Penelitian dalam Psikologi. Yogyakarta: Jalasutra.

Berk, L. E. (2008). Infants and Children (sixth ed.). Boston: Pearson Education.

Bridge, L.J., Denham, S.A., dan Ganiban, J.M. (2004, March/April). Definitional
Issues in Emotion Regulation Research. Diunduh 20 Juli 2010, dari
http://dionysus.psych.wisc.edu/lit/articles/BridgesL2004a.pdf.

Carroll, L. dan Tober, J. (2006). The Indigo Children. Terjemahan. Jakarta: PT


Bhuana Ilmu Popular, Kelompok Gramedia.

Chaplin, J. P. (2004). Kamus Lengkap Psikologi. Penterjemah Kartini Kartono.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Chapman, W. (2005). Indigo Child Cakra Mata Ketiga Pembawa Harapan Baru,
Terj. Oleh Yoyo. Yogyakarta: Jaka Pring (Nuqthoh Group).

Dachrud, M. (2005). Efektifitas Pelatihan Pesantern Kilat terhadap Kemampuan


Regulasi Diri Ditinjau dari Kecerdasan Emosi dan Kematangan Sosial pada
Remaja. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2004). Pengalih bahasa: Tanto Hendy. 17 Emosi


Negatif Anak Indigo. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer, Kelompok Gramedia.

Dosick, W. dan Dosick, E. K. (2002, April). Who am I?. Diunduh 10 Agustus


2010, dari http://www.soulbysoul.com/articles/pointofessence.pdf.

Garnefski, N., Kraaij, V., dan Spinhoven, P. (2001). Negative Life Events,
Cognitive Emotion Regulation and Emotional Problem. Diunduh 17 Juli 2010,
dari http://media.leidenuniv.nl/legacy/garnefski___kraai_j__spinhoven_2001.pdf.

Giles, B. (2005). Developmental Psychology. London: Grange Books.

Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional): Mengapa


EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Gunarsa, S.D. (1997). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Juanita, V. (2003). Anak Indigo. Disarikan dari Narasumber dr. Riko Rahardian,
Praktisi Inti Reiki. Kolom Preview PasFM Healthcare. Diunduh 20 Mei
2006. http://www.google.com.

Kusuma, E. (2000). Pembinaan Buanaputra (Children of The Earth), Makalah


(tidak diterbitkan). Jakarta.

Kusuma, E. (2005). Mengenal Generasi Indigo dalam perkuliahan Psikiatri FK-


UI, Makalah (tidak diterbitkan). Jakarta.

Lazarus. (1991). The Self-Regulation of Emotion. Edited by Lennart Levi.


Emotions : Their Parameters and Measurement. New York: Raven Press.

McDevitt, T.M. dan Ormord, J.E. (2002). Child Development, Educating and
Working with Children and Adolescents (second ed.). New Jersey: Pearson
Education.

MH. (2004, 27 Juni). Berbeda Tapi Bukan Anak “Aneh”. Diunduh 20 Mei 2006
dari http://www.kompas.com./kompas-cetak/0406/27/keluarga/1111602.htm.

Moleong, L. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif (ed. rev.). Bandung:


Remaja Rosdakarya

Nimas. (2007, 28 Januari). Anak Indigo Dari Sixth Sense Sampai Mampu
Melihat Dimensi Lain. Diunduh pada 26 Juni 2008 dari http://www.pro-
vclinic.web.id/articles/dari-sixth-sense-sampai-mampu-melihat-dimensi-
lain.html.

Papalia, D. E. (2009). Human Developman Perkembangan Manusia (ed. Ke-10,


buku 1). Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, D. E., Olds, S. W., dan Feldman, R. D. (2007). Human Development


(tenth edition). New York: The McGraw Hill Companies.

Poerwandari, K. (2005). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku


Manusia. LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.

Prawira, N. A. (2009). Perbedaan Pengendalian Emosi antara Mediator dan Non


Mediator. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Retnowati, S., Widhiarso, W., dan Rohmani, K.W. (2003). Peran Keberfungsian
Keluarga pada Pemahaman dan Pengungkapan Emosi. Diunduh 9 Juni
2010, dari
http://www.widhiarso.staff.ugm.ac./id/files/jurnal_keluarga_dan_pengungkap
an_emosi.pdf.

Richards, J.J. dan Gross, J.J. (2000). Emotion Regulation and Memory: The
Cognitive Cost of Keeping One’s Cool, Journal of Personality and Social
Psychology, 79 (3) 410-424.

Rumini, S., dan Sundari, S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta:
Rineka Cipta.

Safaria, T. dan Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi: Sebuah Panduan


Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta:
Bumi Aksara.

Santrock, J.W. (2002). Live-Span Development: Perkembangan Masa Hidup (ed.


Ke-5, jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2007). Perkembangan Anak (ed. Ke-11, jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Saptorini, E. (2003, 20 Mei). Disangka Gila karena Indigo. Diunduh 20 Mei 2006,
dari http://www.kompas.com.

Senior. (2005). Indigo Si Anak Old Soul. Diunduh 20 Mei 2006 dari
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0506/17/154633.htm.

Shaughnessy, J., Zechmeister, E., dan Zechmeister, J. (2007). Metodologi


Penelitian Psikologi (ed. ke-7). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Silalahi, T. (2009). Konsep Diri Remaja Indigo. Skripsi (tidak diterbitkan).


Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

Salovey, P. B. dan Mayer, M.A. (2004). Emotional Intelligence. New York:


National Professional Resources, Inc.

Supratiknya, A. (2007). Kiat Merujuk Sumber Acuan dalam Penulisan Karya


Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.

Supratiknya. A. (2008). Tata Tulis Artikel Ilmiah. Yogyakarta: Penerbit


Universitas Sanata Dharma.

Tape, N. A. (1982). Understanding Your Life Through Color. ISBN 0-940399-00-


8. Starling Publisher, PO Box 278, Carlsbad, CA 92018. Buku ini tidak
didistribusikan secara luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Thompson, R.A. (1994). Emotion Regulation: A Theme in Search of Definition.


Diunduh 23 Juli 2010, dari
http://psychology.ucdavis.edu/labs/Thompson/pubs/article/Thompson1994.pd
f

Tim Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. (1992). Proyeksi


Kepribadian Tes Grafis. Malang: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.

W. (2007, April 11-20). Resonansi Dunia Berubah Anak Super Bermunculan.


Liberty, 17-19.

Wade, C. dan Tavris, C. (2007). Psikologi (ed. kesembilan. Alih bahasa: Padang
Mursalin, M. Psi dan Dinastuti, M.Psi. Jakarta: Erlangga.

Widyarini, N. (2005). Hubungan antara Strategi Kontrol Primer dan Sekunder


dengan Perilaku Sehat dan Emosi Negatif pada Penderita Diabetes Militus
Tipe II di RSU Dr. Soebandi Jember. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada

Ysahnaz. (2009, 23 Juni). Indigo Child “Satrio Wibowo”. Diunduh 7 Juli 2010.
http://www.youtube.com/watch?v=yPYtTixIB3wdanfeature=related.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

95

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96


A. Kutipan Wawancara
Sumber : Wawancara peneliti dengan Dr. Tb. Erwin Kusuma SpKJ
Tempat : di ruang praktek Pro V Clinic
Waktu : 12 Maret 2008

T: Apa yang menjadi fenomena khas anak indigo?


J: Kriteria khas untuk anak indigo:
a. Rasional dengan IQ superior, diatas 120.
b. Spiritual:
- dapat mengetahui kejadian di tempat lain, masa lalu atau masa
depan.
- dapat berkomunikasi dengan mahluk halus.
c. Tanggapan lebih dewasa dari sebayanya sehingga dia tidak terlalu
suka bergaul dengan sebayanya.
d. Dapat melakukan sesuatu hanya dengan diajarkan sedikit saja.
T: Seperti apa fenomena emosi anak indigo yang khas, cenderung negatif
atau positif?
J: Emosinya perlu dibina karena sopan santun sifatnya untuk tempat, saat
dan masyarakat tertentu saja. Bila tidak masuk akal dan tidak spiritual,
anak indigo bisa melawan.
T: Bagaimanakah konflik yang dialami anak indigo dalam kehidupannya,
apakah itu mengganggu?
J: Akan terjadi konflik dengan lingkungan yang kurang rasional dan
kurang spiritual. Bila orang tua dapat menerima dan cukup rasional dan
spiritual, tidak ada konflik. Biasanya di sekolah dengan guru yang
otoriter berdisiplin mati (yang tidak masuk akal) misalnya cara
mengerjakan soal harus tepat dengan cara guru dan cara lain salah.
T: Apakah anak indigo memiliki permasalahan dalam pengelolaan
amarahnya?
J: Tidak akan timbul permasalahan atau marah. Tetapi bila menghadapi
hal-hal yang tidak rasional dan tidak spiritual memang generasi indigo


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97


perlu meluruskannya. Seperti generasi biru sebelum indigo yang


meluruskan cara berpikir dengan berbagai penemuan di bidang
teknologi (nalar).
T: Kalau anak yang ditangani klinik memiliki pengelolaan diri dalam taraf
apa?
J: Pembinaan anak indigo di Pro V Clinic sangat individual, tergantung
apa yang kurang berkembang dari mereka. Anak indigo seperti juga
anak non-indigo bisa saja sehat atau sakit, atau punya keterbatasan
tertentu. Terutama penyesuaian diri (EQ: Emotional Quotient, daya
penyesuaian diri). Bila orang tua mereka setuju maka dilakukan
pembinaan untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada mereka.
Tetapi tidak semua orang tua setuju.



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98


B. Surat Ijin1































































1


Surat ijin dan surat keterangan yang terdapat dalam lampiran ini masih menggunakan judul lama
sebelum revisi skripsi yaitu “Pengelolaan Emosi Negatif Anak Indigo”, yang kemudian setelah
revisi diubah menjadi “Regulasi Emosi Negatif Anak Indigo”.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99




PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100




PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101


C. Surat Keterangan



PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102



Anda mungkin juga menyukai