SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Disusun oleh:
Margaretha Vania
149114101
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTO
...The idea...
“Come to me, all you who are weary and burdened, and I will give you rest”
(Matthew 11:28)
“Happiness can be found in the darkest of times, if one only remembers to turn on
the light”
-Albus Dumbledore (Harry Potter and the Prisioner of Azkaban)
..The end..
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Cerita ini saya persembahkan teruntuk:
all of my friends
thankyou, for sharing the laugh, the pain, the tears, the hope, and the end of our
journey
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah
Yogyakarta,
Penulis
Margaretha Vania
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Margaretha Vania
ABSTRACT
Having a children with cancer can cause other burdens for the family. The aim of
this study is to gain an overview of family functioning on parents who having a
children with cancer. This study is a qualitative study. This study also involving
two parents (father and mother) who had a children with cancer. Parents were
interviewed individually with semistructured questions and using dyad as the level
of analysis. The data were analyzed by using content analysis. The final results
showed that all parents tends to express a positive result on how they managed
their family functioning. This positive result appears in all family functioning
dimensions. There were four reasons that probably caused positive results: parent
resilience, psychosocial support, income, and overlaps answers between fathers
and mothers. Marriage age difference affect how parents perceived family
functioning when having a children with cancer. Before the presence of children
with cancer, the younger couple showed some marriage problems, while the older
couple showed less marriage problems. After having children with cancer,
younger couple experience different marriage situation where they became more
cohesive to each other. On the other hand, older couple did not experience
difference in their marriage situation, as they adapted well on handling marriage
problems.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Margaretha Vania
ABSTRAK
Kata kunci: keberfungsian keluarga, orang tua, anak dengan kanker, dyadik.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Margaretha Vania
NIM : 149114101
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hal untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 30 Januari 2020
Yang menyatakan,
(Margaretha Vania)
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur karena Yesus memberkati dan memberikan roh kudus
turun walau terkadang penulis merasa ada saja kemacetan, sehingga roh kudus
tidak kunjung sampai. Sempat berhadapan dengan waktu, namun bangkit kembali
demi diri saya dan pribadi-pribadi yang mendukung saya, entah secara langsung
terlibat maupun tidak secara langsung terlibat. Izinkan saya mengucap syukur dan
terimakasih melalui tulisan ini.
1. Tuhan Yesus, Bunda Maria, Santa Margaretha, dan Malaikat Serafine atas
bantuan—sepertinya ribuan—Roh Kudus di setiap waktu—kadang macet
dan kadang tidak—untuk penulis.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dr. Monic, atas ancamannya sekaligus support untuk harus
menyelesaikan skripsi semester “ini”.
4. Ibu Dr. Maria Laksmi Anantasari, atas jasa dan dukungannya dalam
membimbing proses akademik saya,
5. Bapak Prof. A. Supratiknya, Ph.D., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang totalitas menjalankan perannya sebagai pembimbing sejati.
Terimakasih atas waktunya, semester demi semester tetap membawa
laporan saya, merevisi, meringkaskan modul, semua hanya untuk
kesuksesan muridnya. Sehat dan sukses selalu Pak!
6. Ibu Agnes Indar Etikawati, M. Si., Psikolog. dan Ibu Maria Magdalena
Nimas E. S., M.Si., Psi. yang telah membuat penelitian ini menjadi lebih
cantik.
7. Para dosen dan Karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma,
terimakasih atas ilmunya selama saya berkuliah. Karakter unik yang
dimiliki dari setiap pribadi akan selalu melekat dimemory saya.
8. Para orang tua pilihan yang telah meluangkan waktu untuk bercerita dalam
penelitian ini. All the best wishes for you! Salam Pita Emas!
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9. Keluarga besar Nia: Oma, Mama, Papa, Adik yang tidak pernah berhenti
untuk menanyakan kapan aku lulus. Aku lulus!
10. Keluarga besar tak sedarah Nihek: Rekan-rekan AKSI 2015 & BOCAH
NGAPA YAK 2018 (specially: Dito Valen, Intan, Soma, Puspa, Putri,
Yudha, Para CO: Sekar, Debo, Yuka, Ica, Bella, Asty, Hanny, Efan, Ocha,
Tedjo, Btari, Umik, Tungpao, Cakra, Bombom, BALIkeYogya yang
cuman 12 jam aku ke Bali terus balik lagi ke Jogja, dan rekan-rekan di
Psychofest 2017.
11. Teman-teman terspesial: (INT-Kampus) Tedjo, Umik, Kadek,
Mankindah, Depa, Pakde, Sandri; (INT-SMA) Dopa, Bunga, Vero,
Mbakdin, Popok, Cik Jes, Cikyos, Ipun, dan Monic. Tanpa kalian—aku
pasti gak punya temen. Introverted introvert can relate!
12. Anak-anak Profesor: you’re lucky guys, we are lucky.
13. Semua pihak yang sekali lagi, baik yang langsung maupun yang tidak
langsung terlibat dalam perjalanan saya menuju S.Psi, terimakasih!
14. Terakhir, untuk kamu yang membaca, selamat datang! Welcome aboard!
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini
sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. Akhir kata, semoga karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Margaretha Vania
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
ABSTRACT.............................................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Pertanyaan Penelitian.................................................................................12
C. Tujuan Penelitian........................................................................................12
D. Manfaat Penelitian......................................................................................12
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Keberfungsian Keluarga.............................................................................18
3.2 Komunikasi.....................................................................................20
3.3 Peran...............................................................................................21
D. Kerangka Konseptual.................................................................................25
B. Fokus Penelitian.........................................................................................30
C. Partisipan....................................................................................................31
D. Peran Peneliti..............................................................................................32
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Pelaksanaan Penelitian...............................................................................41
C. Hasil Penelitian...........................................................................................48
1. Pemecahan Masalah..............................................................................50
2. Komunikasi............................................................................................52
3. Peran......................................................................................................57
anak-anak..............................................................................63
4. Responsivitas Afektif............................................................................68
5. Keterlibatan Afektif...............................................................................72
6. Kontrol Perilaku....................................................................................77
D. Pembahasan................................................................................................83
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP................................................................................................91
A. Kesimpulan.................................................................................................91
B. Keterbatasan Penelitan...............................................................................93
C. Saran...........................................................................................................93
DAFTAR ACUAN.................................................................................................96
LAMPIRAN.........................................................................................................102
A. Lampiran 1. Informed Consent Pasangan Orang tua 1 (Ayah dan Ibu) ..102
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Konseptual McMaster..............................................................................39
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Pusat Data dan Informasi (2015), “Kanker Anak” adalah kanker
yang dialami pada rentang usia kanak-kanak hingga mencapai usia 18 tahun.
Dalam data yang sama, sejak tahun 2013 hingga 2015, di Indonesia terdapat
11.000 kasus kanker anak setiap tahunnya. Indonesia sendiri termasuk negara
yang memiliki jumlah anak dengan kanker yang tinggi (Komisi Perlindungan
Anak, 2017). Secara berturut-turut, jenis kanker yang paling sering dialami anak
adalah leukemia atau kanker sel darah putih, neuroblastoma atau kanker sel
syaraf, nephroblastoma atau kanker tulang, medulloblastoma atau kanker otak dan
Ketika anak mendapat diagnosis kanker, hal ini akan berdampak pada
kesejahteraan fisik, psikologis, serta sosial mereka. Secara fisik, anak dengan
kanker akan mengalami perubahan karena intervensi klinis seperti radiasi dan
kemoterapi yang dapat membuat mereka memiliki sistem kekebalan tubuh yang
menurun, rontoknya rambut, mudah merasa mual dan lain sebagainya (Nicholas,
Gearing, McNeill, Fung, Luccheta, & Selkrik, 2009). Perubahan fisik yang terjadi
kecemasan hingga depresi (Kinahan et al., 2012, dalam Hosoda, 2014). Anak
dengan kanker juga memiliki self-image yang negatif (Jamison, Lewis, & Burish,
1986, dalam Hosoda, 2014). Secara sosial, anak dapat mengurung diri dari
lingkungannya (Brown et al, 1992 dalam Streisand, Kazak, & Tercyak, 2003).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rumah singgah untuk anak penyandang kanker, kehadiran anak dengan kanker
membuat orang tua juga harus aktif mendampingi anak mereka. Mendampingi
anak dengan kanker merupakan perjuangan bagi orang tua. Keluarga akan
kanker maupun tuntutan lainnya. Secara fisik, orang tua akan mengalami
kelelahan karena jadwal kerja dan juga jadwal pengobatan anak dengan kanker di
mana pengobatan penyakit kanker membutuhkan biaya dan waktu yang tidaklah
sedikit. Secara psikologis, orang tua yang memiliki anak dengan kanker memiliki
siklus harian yang dapat membuat mereka stres terlebih ketika harus mengontrol
emosi mereka (Streisand et al, 2003). Hal ini dapat terjadi karena orang tua akan
mengaitkan kondisi anak mereka yang memiliki kanker dengan kematian dan
penderitaan yang dialami anak (Woodgate & Degner, 2003, dalam Bjork, et al.,
2005). Orang tua juga akan merasa takut dan merasa tidak percaya atas kondisi
anak ketika mereka menerima hasil diagnosis (Patistea, Makrodimitro, & Panteli,
Keluarga berfungsi untuk membuat kondisi lingkungan yang layak bagi seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang meliputi aspek fisik, psikologis, sosial, dan aspek lainnya. Umumnya, orang
tualah yang akan menjalankan sebagian besar dari fungsi-fungsi keluarga, sebab
bertanggung jawab (Fahrudin, 2012; Slameto, 2003, dalam Novrida, Kurniah, &
Yulidesni, 2017).
oleh Epstein, Bishop, dan Levin (1978) yang dikenal dengan istilah pendekatan
keluarga mengacu pada teori sistem di mana setiap komponen dalam keluarga
akan saling berinterelasi antara satu dengan yang lain. Sistem akan bekerja dengan
yang meliputi: (1) Problem solving atau pemecahan masalah, mengacu pada
komunikasi, yang mengacu pada pertukaran informasi antar anggota keluarga; (3)
Roles atau peran, mengacu pada seberapa keluarga dapat melakukan pembagian
pada apakah keluarga peka dan juga tertarik dengan aktivitas anggota keluarga
yang lain dan (6) Behaviour control atau kontrol perilaku, mengacu pada apakah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keluarga adalah membuat kondisi yang layak bagi keseluruhan anggota keluarga
(Epstein et al., 1978). Permasalahan muncul ketika keluarga yang memiliki anak
dengan kanker harus berhadapan dengan sistem yang berubah karena hadirnya
tentunya akan menghadapi tahap perkembangan dalam keluarga yang berbeda dari
keluarga normal lainnya. Kehadiran anak dengan kanker akan membuat orang tua
diterpa dengan tuntutan-tuntutan baik secara fisik, psikologis, dan sosial yang
dapat menciptakan stres yang besar bagi keluarga mereka. Hal ini akan mengarah
tuntutan dan beban-beban tambahan ini diduga akan mempengaruhi orang tua
mental yang sehat dalam masyarakat. Pembentukan ini akan terbentuk ketika
keluarga juga berkaitan dengan kualitas hidup orang tua yang memiliki anak
dengan kanker (Mondaloo et al., 2018; Schoors, Paepe, Norga, Cosyns, Morren,
Vercruysse, Goubert, Verhofstadt, 2019) dan keluarga mereka yang lain, misalnya
orang tua dan saudara kandung (Schoors et al., 2019). Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
gambaran keberfungsian keluarga pada orang tua yang memiliki anak dengan
dan keluarga telah dikaji baik di Indonesia maupun di luar negeri. Terkait dengan
Stylianou, Tsoumakas, & Moschovi, 2016) dan pengalaman anak dengan kanker
kualitas hidup anak dengan kanker (Hilda, Lubis, Hakimi, & Siregar, 2015;
Nurhidayah, Hendrawati, Mediani, & Adistie, 2016) dan dengan saudara mereka
keberfungsian keluarga pada orang tua yang memiliki anak dengan kanker
(Schoors, Mol, Morren, Verhofstadt, Goubert, & Parys, 2018; Bjork, et al., 2005;
dengan stres (Streisand, Kazak, & Tercyak, 2003), penyesuaian diri anak yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
baru terdiagnosis kanker (Varni, Katz, Colegrove, & Dolgin, 1996) dan kualitas
hidup anak dengan kanker (Mondaloo et al., 2018) serta keluarga mereka
interaksi dari setiap anggota keluarga, seperti keterlibatan dari ayah, ibu, dan
pengobatan mereka. Dukungan yang diberikan oleh keluarga pada anak dengan
kanker juga dapat meningkatkan kualitas hidup mereka (Vlachioti et al., 2016).
Hasil ini cukup berbeda di Indonesia dimana anak dengan kanker dilaporkan
memiliki kualitas hidup yang lebih rendah (Nurhidayah et al., 2016). Kualitas
hidup anak dengan kanker dilaporkan lebih buruk daripada saudara kandung
pada keluarga dengan anak kanker, dilaporkan bahwa memiliki anak dengan
pada awalnya menurun dan akhirnya keluarga akan berusaha untuk bertahan dan
mulai menunjukkan hasil yang positif akan keluarga mereka (Bjork, et al., 2005).
Dari perspektif ayah yang memiliki kanker, mereka akan merasa khawatir akan
ketidakjelasan masa depan anak dan mengalami stres serta lelah karena adanya
keadaan tersebut (Nicholas et al., 2009). Semakin stres anak dan keluarga yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keberfungsian keluarga yang menurun (Streisand et al., 2003). Orang tua yang
memiliki anak dengan kanker juga dihadapkan dengan keputusan yang saling
memaparkan bahwa lebih dari 90% orang tua yang memiliki anak dengan kanker
keluarga merupakan prediktor untuk kualitas hidup anak dengan kanker. Schoors
keluarga yang telah dikaji sebagian besar menggunakan metode kuantitatif (Varni
et al., 1996; Streisand et al., 2003; Millati & Muzdalifah, 2013; Schoors et al.,
keluarga sebagai sebuah sistem yang tentunya mementingkan proses dan relasi
antar anggota keluarga. Mengutip Epstein et al. (1978), bahwa “family functioning
is more than the sum of its parts”, yang berarti keberfungsian keluarga lebih dari
sekedar penjumlahan dari bagian-bagian di dalamnya dan “parts of the family are
related to each others”, yang menunjukkan bahwa setiap bagian dalam keluarga
saling berkaitan antar satu dengan yang lainnya. Kedua hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat mengungkap kedua hal tersebut dengan baik (Coleman & Ganong, 2014).
Jenis penelitian ini dapat mengungkap deskripsi yang kaya dari persepsi anggota
keluarga mengenai proses serta relasi antar anggota keluarga yang terjadi dengan
setingan tempat yang natural, seperti rumah (Coleman & Ganong, 2014).
dimensi dari teori keberfungsian keluarga tertentu (Bjork et al., 2005; Nicholas et
al, 2009; Schoors et al., 2018). Keberfungsian keluarga merupakan konsep yang
keluarga itu berfungsi atau tidak, efektif atau tidak, sehat atau tidak sehat
yang disusun oleh Epstein et al. (1978). Teori ini memiliki kriteria bagaimana
keluarga memiliki keberfungsian keluarga yang efektif dan tidak efektif. Fahrudin
(2012) memaparkan bahwa konsep dari teori ini juga dapat digunakan sesuai
dengan konteks sistem budaya di Indonesia. Penjelasan ini membuat peneliti akan
ayah dan ibu (Streisand et al., 2003; Bjork et al, 2005; Alderfer et al., 2009,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Schoors et al., 2018), namun masih sedikit penelitian yang menggunakan dyad
yang terdiri dari beberapa jenis hubungan atau dyad, contohnya hubungan antara
suami dan istri, ibu dan anak-anak, dan lain sebagainya (Supratiknya, 2019).
Metode analisis bercorak dyad dapat memfasilitasi pemahaman yang lebih utuh
metode analisis bercorak dyad, yaitu Multiple Family Member Interview Analysis
oleh Schoors et al. (2018), yang berfokus pada analisis antar member atau
dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang disusun oleh Schoors et al., (2018).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian dari Schoors et al. (2018) mencakup
kurang lebih dua hal. Pertama, penelitian Schoors et al. (2018) berfokus
memaparkan perubahan yang terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan
keberfungsian keluarga yang efektif dan tidak efektif. Kedua, penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
juga dapat mempengaruhi hasil penelitian, sebab setiap negara memiliki sistem
yang berperan untuk menunjang kualitas hidup bagi penyandang kanker di setiap
rumah sakitnya. Perawat memiliki peranan penting bagi anak dengan kanker dan
memberikan perawatan paliatif untuk anak dengan kanker dan keluarganya. Hal
penelitian yang penting untuk dilakukan di Indonesia karena hasil penelitian yang
mungkin berbeda.
anak dengan kanker beserta keluarga mereka. Kondisi situasi perawatan paliatif di
Indonesia di sampaikan oleh salah satu staf pengajar di Program Studi Ilmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Enhancing the Family Roles for Palliative Care: Lesson Learned from Several
paliatif pada pasien, misalnya pasien dengan kanker. Selain itu, ia juga
merupakan hal yang penting untuk diterapkan. Terkait dengan fakta yang terjadi
perawatan paliatif untuk pasien telah diatur dalam kebijakan pemerintah sudah
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan pada tahun 2007, namun hal ini belum
penelitian ini juga dapat memberikan manfaat berupa pengetahuan bagi perawat
sebagai caregiver yang paling sering dijumpai anak dengan kanker di rumah sakit,
yang memiliki anak dengan kanker. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
adalah dyad atau pasangan ayah dan ibu yang memiliki anak dengan kanker.
Metode pengambilan data yang digunakan adalah wawancara terpisah dan semi
terstruktur dengan dyad sebagai satuan analisis (Eiskovits & Koren, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
B. Pertanyaan Penelitian
memiliki anak dengan kanker dan sedang menjalani perawatan pada setiap
dimensinya?
C. Tujuan Penelitian
keluarga pada keluarga yang memiliki anak dengan kanker dan sedang menjalani
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
keluarga pada keluarga yang memiliki anak dengan kanker. Penelitian ini
2. Manfaat Praktis
tua yang memiliki anak dengan kanker sehingga dapat lebih memahami
3. Manfaat Kebijakan
sakit agar dapat memberikan intervensi dari aspek psikologis yang berfokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kanker. Pada bagian kedua, peneliti akan menjelaskan dampak memiliki anak
dengan kanker pada keluarga inti (orang tua dan saudara kandung). Selanjutnya,
Pada bagian akhir, peneliti akan menjelaskan mengenai kerangka konseptual dari
penelitian ini.
Kanker merupakan salah satu penyakit kronis yang membuat sel-sel dalam
tubuh membelah secara cepat dan tidak terkendali (Prastiwi, 2012). Kanker anak
mengacu pada kanker yang dialami pada rentang usia kanak-kanak hingga
mencapai usia 18 tahun (Pusat Data dan Informasi, 2015). Berbeda dengan anak
yang sehat, anak dengan kanker harus berhadapan dengan situasi sehari-hari yang
berbeda serta menimbulkan beban. Anak dengan kanker harus membawa status
kanker pada diri mereka dan juga harus menghadapi pengobatan yang menguras
energi mereka. Kondisi ini akan berdampak pada berbagai aspek kehidupan sang
sebagai penanganan utama yang diberikan dokter. Anak akan mengalami rambut
13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
rontok, muka yang pucat, dan muntah-muntah yang berimbas pada kurangnya
nafsu makan (Nicholas et al., 2009). Anak juga akan mengalami penurunan
mungkin harus dijalani juga dapat menurunkan performa fisik anak (Tsimicalis et
al., 2017).
Secara psikologis, anak dapat mengalami stres dan juga merasa takut
(Streisand, Kazak, & Tercyak, 2003; Tsimicalis et al., 2017) terlebih ketika harus
menjalani pengobatan mereka (Tsimicalis et al., 2017). Secara sosial, anak akan
Ketika anak memiliki kanker, jadwal sekolah anak akan terganggu (Tsimicalis et
al., 2017). Anak akan mudah tidak masuk sekolah karena jadwal berobat mereka
yang intensif. Hal ini akan berdampak pada kehidupan sosial anak di mana kanker
Anak dengan kanker juga akan merindukan aktivitas mereka untuk belajar dan
Efek dari kehadiran anak dengan kanker ini akan membentuk tuntutan-
beban-beban tambahan muncul baik secara fisik, psikis, dan sosial. Tuntutan-
tuntutan lazimnya berupa beban-beban dan stres (Patterson & Garwick, 1994).
keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit kronis. Salah satu
contohnya adalah ketika keluarga memiliki anak dengan kanker. Kedua tuntutan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
itu meliputi: (1) tuntutan karena karakteristik dari kondisi penyakit itu sendiri; dan
(2) tuntutan yang timbul karena dampak dari penyakit pada keluarga. Kedua garis
tuntutan itu akan berdampak terhadap kehidupan orang tua dan saudara kandung
sebuah krisis dalam keluarga (Patterson & Garwick, 1994). Transisi yang
mendadak seperti ini dapat menguras tenaga keluarga (Patterson & Garwick,
1994). Selain itu, penyakit kanker juga menciptakan ketidakpastian (Alderfer &
Kazak, 2006, dalam Hosoda, 2014; Nicholas et al., 2009). Ketidakpastian yang
mengenai jangka hidup anak (O’Brien, 2001, dalam Woodgate & Degner, 2002).
Ketidakpastian ini dapat membuat orang tua menjadi cemas, khawatir, dan dapat
perencanaan yang dilakukan orang tua untuk menunjang kesehatan anak telah
dilakukan dengan hati-hati, tidak menutup kemungkinan bahwa tetap akan ada
perubahan dalam prosesnya (Woodgate & Degner, 2002). Tidak hanya orang tua,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
cemas dan khawatir akan kondisi kesehatan saudara mereka yang memiliki
kanker.
yang harus keluarga hadapi (Patterson & Garwick, 1994). Tuntutan yang
umumnya terbentuk akibat dari kehadiran anak kanker pada keluarga adalah:
Yang pertama, permasalahan biaya muncul dan kerap dirasakan oleh orang
tua karena pengobatan anak dengan kanker yang bersifat intensif. Hal ini
membuat orang tua harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Mereka juga
harus mengatur pekerjaan yang dapat dilakukan agar mereka tetap dapat
membuat ayah merasa bahwa pemasukan finansial yang keluarga peroleh menjadi
Yang kedua, orang tua kurang memiliki waktu luang dalam keluarga
mereka. Hal ini disebabkan karena orang tua harus membagi waktu dalam
menjalani rutinitas mereka yang berubah. Seperti contoh, orang tua harus
menemani anak mereka yang sakit, dan yang lain harus bekerja untuk memenuhi
kestabilan finansial (Schoors et al., 2018). Tidak hanya orang tua, saudara
mereka merasa sedih karena kurangnya waktu bersama dengan keluarga mereka.
Yang ketiga, keluarga harus berjuang keras untuk membagi peran di dalam
keluarga. Orang tua harus memastikan siapa yang dapat selalu menemani anak ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
rumah sakit, siapa yang mengurus saudara yang lain, dan siapa yang bekerja
(Schoors et al., 2018). Sedangkan dari sudut pandang saudara kandung, mereka
juga diharapkan untuk berperan dalam membantu merawat saudara mereka yang
Yang keempat dan terakhir, beragam stres dapat muncul dalam keluarga
karena kondisi ini. Dari sudut pandang orang tua, penelitian Rodriguez et al.
(2011) telah menyimpulkan bahwa orang tua dilaporkan merasa stres karena
kehadiran anak dengan kanker. Watik & Qoyyimah (2018) juga memaparkan
bahwa ibu yang memiliki anak dengan kanker dilaporkan merasa stres akan
kondisi ini. Mereka dapat merasa stres karena merasa bersalah baik pada anak
dengan kanker karena tidak menyadari gejala awal penyakit anak dan pada
saudara kandung mereka karena orang tua lebih berfokus untuk mengurus anak
yang sakit dari pada saudara mereka yang sehat. Selain itu, orang tua juga akan
merasa stres karena tuntutan lingkungan yang menuntut mereka agar dapat
menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak mereka (Ganong & Coleman, 2017,
dalam Schoors et al., 2018). Orang tua juga merasa stres karena memikirkan masa
depan keluarga mereka. Orang tua akan menerima beban yang luar biasa terkait
kemungkinan dari kondisi anak dengan kanker. Hal ini dapat meningkatkan
tingkat kecemasan mereka (Alderfer & Kazak, 2006, dalam Hosoda, 2014). Stres
juga dirasakan oleh saudara kandung. Ketika memiliki saudara dengan kanker,
terkadang hal ini membuat orang-orang disekitar mereka berfokus pada saudara
mereka yang sakit sehingga mereka lebih menanyakan kondisi saudara mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dari pada kondisi mereka sendiri. Hal ini dapat membuat mereka merasa stres
akan kondisi ini dan kadang membuat mereka menyimpan segala permasalahan
dijelasakan diatas karena hadirnya anak dengan kanker akan berpengaruh terhadap
keberfungsian keluarga.
C. Keberfungsian Keluarga
berbagai dimensi yang berbeda (Patterson & Garwick, 1994), salah satunya adalah
konseptual ini memiliki asumsi bahwa: “The primary function of today’s family
unit appears to be that of laboratory for the social, psychological, and biological
fungsi utama sebuah keluarga adalah untuk pengembangan & pemeliharaan sosial,
model ini mengacu pada bagaimana keluarga berfungsi untuk membuat kondisi
lingkungan yang layak bagi seluruh anggota keluarga dalam kaitannya untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tugas-tugas krisis, seperti apakah keluarga mampu untuk mengatasi segala jenis
Setiap anggota keluarga dalam struktur akan saling berkaitan antara satu
dengan yang lain dan merupakan komponen yang sama pentingnya dalam
keberfungsian keluarga (Epstein et al., 1978). Akan tetapi, pada umumnya orang
tualah (ayah dan ibu) yang akan banyak berperan di dalam keberlangsungan
sistem keluarga yang memiliki peran untuk memimpin keluarga dan paling
Selain itu, orang tua pada umumnya merupakan penanggung jawab yang bertugas
oleh Epstein et al. pada tahun 1978. Model konseptual ini terdiri dari 6 dimensi
yang meliputi (1) pemecahan masalah, (2) komunikasi, (3) peran, (4) responsivitas
afektif, (5) keterlibatan afektif, dan (6) kontrol perilaku. Setiap dimensi memiliki
pengertian dan kriteria tentang bagaimana suatu keluarga memiliki fungsi dasar
yang efektif atau tidak efektif. Berikut adalah penjelasan mengenai keenam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(1978):
dalam menyelesaikannya.
Menurut Epstein et al. (1978), kriteria untuk dimensi ini adalah semakin
kemampuan keluarga untuk dapat secara jelas dan langsung dalam melakukan
pertukaran informasi dengan anggota keluarga (Epstein et al., 1978). Fokus dari
dinilai dalam dua kontinuum. Yang pertama adalah kontinum jelas vs tersamarkan
(clear vs masked continuum) dan yang kedua adalah langsung vs tidak langsung
konten dari informasi saling bertukar. Sedangkan kontinum kedua berfokus pada
dilakukan di dalam keluarga tersamar dan tidak langsung, semakin tidak efektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dalam keluarga (Epstein et al., 1978). Dimensi ini merupakan tugas rutin yang
beberapa area yaitu: (1) area instrumental, yaitu area yang bersifat teknis kegiatan
keluarga seperti makan, pakaian, uang, dan lain sebagainya; (2) area afektif, yaitu
area yang melibatkan perasaan dan pengalaman di dalamnya. Area ini mencakup
area yang ketiga dan terakhir mencakup pada bagaimana keluarga dapat
Kriteria dari dimensi peran adalah ketika peran telah di alokasikan pada
Jika peran tidak dialokasikan secara tepat maka semakin tidak efektif
keberfungsian keluarga.
emosional baik secara kuantitas maupun kualitas (Miller et al., 2000). Dimensi ini
berfokus pada pola dari ketanggapan keluarga pada stimulus afektif. Respon-
respon dibagi dalam dua jenis yaitu perasaan akan bahaya atau welfare feelings
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dan perasaan akan rasa aman atau emergency feelings. Perasaan welfare adalah
perasaan emergency contohnya seperti rasa takut, marah, sedih, kecewa, dan
depresi.
keluarga maka akan semakin luas jangkauan emosi yang ditunjukkan dan semakin
tepat emosi yang ditunjukkan sesuai dengan situasi yang terjadi baik secara
kuantitas maupun kualitas. Contoh sederhana dari keefektifan dimensi ini seperti
sedih.
ketertarikan keluarga dengan aktivitas anggota keluarga yang lain. Dimensi ini
berfokus pada seberapa banyak dan dengan cara seperti apa anggota keluarga
lainnya. Keterlibatan afektif tidak hanya mengacu pada apa yang keluarga lakukan
bersama, tetapi lebih kepada derajat keterlibatan dalam anggota keluarga (Epstein
et al., 1978). Kriteria dari dimensi ini adalah semakin keluarga menunjukan
keadaan emosi anggota keluarga dengan tepat akan semakin efektif kebefungsian
keluarga.
3.6. Kontrol Perilaku atau behaviour control, dimensi ini berfokus pada
kemampuan keluarga mengatur perilaku dari setiap anggota keluarga. Dimensi ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
mengatur pola perilaku dalam keluarga untuk mengatur tingkah laku dari setiap
anggota keluarga. Terdapat tiga jenis dari situasi yang perlu dikontrol oleh
keluarga. Yang pertama, situasi yang berbahaya secara fisik (physically dangerous
situations) dimana keluarga harus memonitor dan mengontrol perilaku dari setiap
anggota keluarga. Yang kedua, situasi yang melibatkan diskusi antar anggota
tidur, dan agresi. Yang terakhir, adalah situasi yang melibatkan perilaku sosial
keluarga.
Kriteria dari dimensi ini adalah semakin keluarga membuat standar yang
penyesuaian atas standar yang telah mereka buat tergantung dengan situasi, maka
untuk mengontrol perilaku anggota keluarga yang sifatnya tidak beraturan, kadang
sangat kaku dan kadang sangat longgar dan membuat keluarga menjadi tidak tahu
keluarga mereka.
yang lebih efektif (Boylu, Oztop, & Copur, 2013; Herzer, Godiwala, Hommel,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
(Banovcinova & Levicka, 2015). Rendahnya pemasukan juga mengarah pada pola
pengasuhan orang tua yang cenderung kurang efektif. Hal ini akan mengarah pada
yang lebih efektif (Boylu et al., 2013). Hal ini dikarenakan orang tua dengan
pendidikan yang tinggi akan lebih kompak dengan keluarga dengan pendidikan
orang tua yang rendah. Pendidikan yang tinggi juga dapat meningkatkan kepuasan
pernikahan dan mampu meminimalisir konflik pernikahan (Zhang, 2015). Hal ini
Stress akan kehadiran salah satu anggota keluarga dengan penyakit kronis
penyakit kronis, hal ini akan menghadirkan krisis yang membuat anggota keluarga
akan merasakan stres yang cukup besar. Streisand et al. (2003) menemukan bahwa
semakin tinggi stres yang orang tua rasakan akan kehadiran anak dengan kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
efektif. Dukungan ini akan meningkatkan koping orang tua terhadap stres akibat
kehadaran anak dengan kanker dan membawa pada keberfungsian keluarga yang
lebih efektif.
D. Kerangka Konseptual
dalam keluarga yang berbeda dengan keluarga dengan anak sehat. Kondisi ini
penanggung jawab keluarga, yakni orang tua (Patterson & Garwick, 1994).
dari penyakit itu sendiri, dimana kanker memiliki karakteristik sebagai penyakit
yang membuat keluarga merasa khawatir serta cemas; dan (2) tuntutan yang
timbul akibat dari dampak kehadiran anak kanker pada keluarga seperti:
Sistem keluarga terdiri dari dua hal, yaitu anggota keluarga dan keberfungsian
keluarga di dalam suatu keluarga inti (Patterson & Garwick, 1994). Misalnya,
keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Yang kedua adalah
yang layak bagi keseluruh anggota keluarga. Sebagai sebuah sistem, sistem
atau homeostatis. Seperti di dalam sebuah neraca, pada satu sisi keluarga akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
menghadapi tuntutan yang lazimnya berupa stres dan beban, di lain sisi, keluarga
keluarga miliki yang lazimnya berupa sumber-sumber daya dan perilaku koping
individu (Patterson & Garwick, 1994). Kedua hal ini, yakni tuntutan-tuntutan dan
mampu menciptakan krisis yang bersifat normatif dan mereka akan berusaha
untuk beradaptasi dalam menghadapi krisis tersebut (Patterson & Garwick, 1994).
Di lain sisi, keluarga juga dapat berhadapan dengan krisis yang mampu
menciptakan kondisi stres yang besar, seperti hadirnya kanker pada salah satu
anggota keluarga (Patterson & Garwick, 1994). Ketika keluarga memiliki anak
dapat membuat keluarga menjadi lebih kuat dan resilien atau juga dapat membuat
Patterson & Garwick, 1994). Pada akhirnya, tuntutan-tuntutan berupa stres dan
beban karena memiliki anak dengan kanker akan menciptakan krisis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Hadirnya anak dengan kanker dapat membuat orang tua merasa keluarga
mereka menjadi semakin dekat antara satu dengan yang lain (Bjork et al., 2005).
Akan tetapi, dalam beberapa keluarga, tuntutan-tuntutan akan kondisi ini juga
akan mengarah pada stres serta beban yang dapat memperburuk keberfungsian
keluarga (Patterson & Garwick, 1994). Penelitian oleh Watik & Qoyyimah (2018)
memaparkan bahwa ibu yang memiliki anak kanker merasakan stres karena
kondisi ini. Besarnya stres yang orang tua rasakan karena pengobatan anak
buruk (Streisand, Kazak, & Tercyak, 2003). Perubahan seperti beban finansial
juga mampu memberikan efek yang kurang efektif pada keberfungsian keluarga
(Hosoda, 2014) dan beban ini dirasakan oleh keluarga yang memiliki anak dengan
kanker (Nicholas et al., 2009). Semakin tingginya usia anak yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tengah keluarga dengan berfokus pada sudut pandang orang tua ayah dan ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
makna mengenai suatu isu dari sudut pandang partisipan, sehingga peneliti
yaitu metode penafsiran secara subjektif terhadap isi data dalam bentuk teks
dengan melalui proses klasifikasi sistematik, yang umumnya berupa koding atau
mengkodean dan pengidentifikasian berbagai tema atau pola (Hsieh & Shannon,
kanker dengan menggunakan pasangan dyad, yakni orang tua (ayah dan ibu)
sebagai satuan analisis. Peneliti ingin menggali perspektif dari orang tua karena
29
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dan eksploratorik.
B. Fokus Penelitian
pada keluarga yang memiliki anak kanker. Penelitian ini berfokus pada
keberfungsian keluarga yang dirasakan oleh orang tua (ayah dan ibu) sebagai
keluarga yang lain, dan (6) kontrol perilaku (kemampuan keluarga untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki anak dengan
kanker. Di dalam sebuah keluarga, orang tua merupakan penanggung jawab yang
keberfungsian keluarga maka peneliti menggunakan orang tua (ayah dan ibu)
kriteria yang telah ditetapkan yang disebut dengan criterion-based atau berdasar
Kriteria tersebut adalah pasangan orang tua yang memiliki anak dengan
kanker dan sedang dalam masa pengobatan. Hal ini dilakukan sebab beban dan
tuntutan tambahan, yang sebagaimana dipaparkan dalam Bab II, merupakan beban
dan tuntutan tambahan yang dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak dengan
kanker yang sedang dalam masa pengobatan. Contohnya adalah seperti sulitnya
membagi peran orang tua dalam menjaga anak dengan kanker. Selain itu,
partisipan dalam penelitian ini menggunakan pasangan orang tua yang memiliki
anak berjumlah lebih dari satu orang, sebab beban dan tuntutan tambahan yang
dialami oleh orang tua, seperti merasakan stress dan sulit dalam membagi peran
pada anak-anak mereka (Patterson & Garwick, 1994) hanya akan dirasakan pada
Tabel 1
Data Diri Partisipan
1. Inisial S1 I1 S2 I2
2. Jenis Kelamin L P L P
3. Usia 27 tahun 27 tahun 35 tahun 38 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
D. Peran Peneliti
partisipan dan mengolah data dalam penelitian ini. Peneliti secara individu turun
memperoleh data yang kredibel serta sesuai dengan sudut pandang partisipan
atau permasalahan yang diteliti sesuai dengan apa yang diyakini dan dihayati oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai orang awam yang memiliki
Peneliti mencari subjek secara random dan bukan yang berasal dari kerabat
terdekat peneliti. Hal ini dilakukan juga untuk meminimalisir bias yang dapat
terlebih dahulu pada partisipan yaitu orang tua (ayah dan ibu). Setelah mendapat
gambaran penelitian dan prosedur yang peneliti lakukan pada sesi wawancara
terpisah yang melibatkan kedua orang tua (ayah dan ibu). Setelah itu, peneliti
memberikan lembaran informed consent untuk ditandatangi oleh orang tua. Sesuai
kerahasiaan data dan kepercayaan yang telah diberikan partisipan kepada peneliti.
untuk menjalani wawancara kepada ayah dan ibu secara terpisah, untuk menggali
perspektif yang murni dari masing-masing sudut pandang orang tua. Peneliti juga
yang mungkin muncul adalah perasaan sedih dan perasaan-perasaan tidak nyaman
karena topik yang mungkin sensitif. Untuk meminimalisir perasaan tidak nyaman,
pada akhir proses wawancara, peneliti dan pasangan orang tua melakukan makan
juga membuat surat akhir yang berisi ringkasan akhir penelitian pada setiap orang
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
menggunakan dyad, yakni pasangan orang tua sebagai satuan analisis (Eisikovits
& Koren, 2010, dalam Supratiknya, 2019). Pertanyaan yang digunakan dalam
daftar pertanyaan bersifat terbuka dan semi-terstruktur. Hal ini bertujuan agar
mewawancarai salah satu pasangan orang tua terlebih dahulu dan dilakukan di
ruangan tertutup. Ketika peneliti sedang mewawancara salah satu orang tua, maka
orang tua yang lain tidak berada dan tidak berkontribusi dalam proses wawancara
mewawancarai pasangan orang tua yang lainnya dengan kondisi yang serupa.
antara narasi ayah dan ibu, maka peneliti akan melakukan probing untuk
muncul. Hal ini dilakukan untuk meluruskan persepsi atas intepretasi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mungkin berbeda. Jika tidak ada perbedaan yang mencolok, maka wawancara
untuk melakukan proses pengambilan data agar berjalan dengan optimal. Tahapan
wawancara tersebut yaitu: (1) mencari partisipan yang sesuai dengan kriteria yang
Yayasan Kanker Anak Indonesia, kerabat, dan sosial media; (2) membangun
data.
yang akan diajukan kepada partisipan berdasarkan rumusan masalah dan teori-
Tabel 2
Daftar Pertanyaan
Pertanyaan Pembuka
1. Siapa Nama Bapak/Ibu?
Pertanyaan Pembuka
2. Berapa usia Bapak/Ibu?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Kontrol Perilku
Siapakah yang mengatur atau mengontrol perilaku di dalam
6. keluarga?
Setelah memiliki anak dengan kanker, perubahan apa yang terjadi
dalam bagaimana keluarga mengontrol perilaku di keluarga?
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
dyadik, yaitu analisis yang digunakan ketika model pengambilan data yang
analisis (Eisikovits & Koren, 2010, dalam Supratiknya, 2019). Terdapat dua
langkah dalam melakukan analisis dyadik menurut Eisikovits dan Koren (2010,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan tujuan menemukan sejenis
narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus data; (4) memperhalus atau
yang dicuplik dari transkrip verbatim sebagai bukti atau pendukung sehingga
menurut model konseptual McMaster yang disusun oleh Epstein et al. (1978) yang
kategori atau kriteria yang digunakan dalam pengkodean (Tabel 3) adalah sebagai
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 3
Kriteria Koding Keberfungsian Keluarga menurut Model Konseptual McMaster
Kriteria Koding Keberfungsian Keluarga
Efektif Tidak Efektif
a. Pemecahan Keluarga dapat Keluarga kesulitan
masalah menyelesaikan masalah. dalam menyelesaikan
masalah.
b. Komunikasi • Informasi yang • Informasi yang
disampaikan jelas. dilakukan tidak
• Informasi yang jelas.
disampaikan • Informasi yang
langsung pada disampaikan tidak
individu yang langsung pada
dimaksud. individu yang
dimaksud.
c. Peran Ketika peran Ketika peran tidak
dialokasikan pada dialokasikan secara
setiap anggota keluarga. tepat pada setiap
anggota keluarga.
d. Responsivitas afektif • Keluarga • Keluarga kurang
menunjukkan menunjukkan
luasnya jangkauan luasnya jangkauan
dan tepatnya emosi dan tepatnya emosi
(welfare & (welfare &
emergency) yang di emergency).
tunjukkan. • Emosi (welfare &
• Emosi (welfare & emergency) tidak
emergency) yang sesuai dengan
ditunjukkan sesuai situasi yang terjadi.
dengan situasi yang
terjadi.
e. Keterlibatan afektif • Keluarga • Keluarga kurang
menunjukkan menunjukkan
keterlibatan untuk keterlibatan untuk
memenuhi memenuhi
kebutuhan anggota kebutuhan.
keluarga. • Keluarga kurang
• Keluarga memahami memahami
keadaan emosi keadaan emosi
anggota keluarga. anggota keluarga.
f. Kontrol perilaku • Keluarga membuat • Keluarga membuat
standar yang masuk standar yang
akal untuk sifatnya tidak
mengontrol perilaku beraturan (kadang
keluarga mereka. sangat kaku, sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Luksius, DiCenso, Blythe, & Neville, 2014). Strategi triangulasi yang peneliti
individual. Setelah itu, transkrip individu dianalisis dengan dyad sebagai satuan
analisis. Melalui model tersebut, peneliti dapat memahami persepsi yang lebih
murni dari setiap partisipan karena tidak adanya reaksi dari individu lain, terlebih
ketika membahas isu yang mungkin sensitif. Karena adanya dua perspektif yang
diperoleh dari kedua pasangan partisipan (ayah dan ibu), menjadikan hasil
penelitian lebih kaya, maka hal ini membuat temuan-temuan penelitian menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2019 sampai Juli 2019
terpisah dengan dyad sebagai satuan analisis (Eitsikovits & Koren, 2010). Untuk
pasangan antara dua individu yang telah menjalin hubungan dalam waktu yang
lama (Supratiknya, 2019), maka peneliti menggunakan pasangan orang tua (ayah
Wawancara dilakukan antara peneliti dan dua pasangan orang tua yang
memiliki anak dengan kanker dan wawancara dilakukan di tempat tinggal masing-
kendala dalam mencari pasangan orang tua yang bersedia untuk diwawancara.
Peneliti mendapati empat kendala, yaitu (1) terdapat calon orang tua yang
keduanya tidak berkenan untuk diwawancara, (2) hanya salah satu calon pasangan
orang tua saja yang berkenan untuk diwawancara, (3) terdapat pasangan orang tua
peneliti tidak mendapat izin untuk melakukan wawancara di salah satu yayasan
yang menaungi rumah singgah bagi orang tua dan anak kanker. Wawancara
41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
berlangsung dengan kurun waktu antara 1 jam hingga 2 jam. Berikut ini
Tabel 4
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Wawancara
No. Partisipan Waktu Tempat
Setelah itu, peneliti juga menanyakan mengenai hal-hal yang partisipan ingin
ketahui dari penelitian ini. Seluruh partisipan sepakat untuk berpartisipasi dalam
penelitian ini. Hal ini dibuktikan dengan penandatanganan informed consent yang
Pasangan Orang tua 1 merupakan ayah dan ibu yang telah menikah selama
7 tahun. Pasangan Orang tua 1 pada bagian selanjutnya akan disebut sebagai Ayah
1 dan Ibu 1. Ayah 1 merupakan kepala keluarga yang bekerja sebagai teknisi
mesin ATM. Ketika memiliki anak dengan kanker, ia memutuskan untuk keluar
dari pekerjaannya untuk fokus pada penyembuhan anak dengan kanker. Ayah 1
selama kurang lebih 1 tahun. Ibu 1 merupakan ibu rumah tangga dalam keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ini. Pada saat anak dengan kanker menjalani pengobatan, ia sedang mengandung
Pasangan Orang tua 1 dikaruniai dua orang anak yaitu anak laki-laki dan
anak perempuan. Anak pertama berinisial R dan saat ini berusia 6 tahun. R
mendapatkan diagnosis kanker saat ia berusia 5 tahun. Anak kedua dari pasangan
ini berinisial K dan pada saat ini berusia 10 bulan. R memiliki kanker sel darah
putih. Jenis kanker yang dimiliki adalah Acute Lymphoblastic Leukimia Standard
dilanjutkan dengan pemeriksaan lab sebanyak dua kali dalam satu bulan. Masa ini
kemoterapi melalui suntik pada sumsum tulang belakang dilakukan sebanyak satu
kali dalam satu bulan. Selain itu, R juga harus mengkonsumsi berbagai obat-
obatan seperti obat kemoterapi oral dan steroid. Menurut pemaparan Ibu 1, obat
Berdasarkan keterangan orang tua, kakek R dari pihak ibu memiliki riwayat
kelainan darah. Hal ini diyakini oleh orang tua sebagai penyebab R memiliki
Seluruh keluarga inti dari pasangan ini beragama Muslim dan bersuku Jawa.
Ayah 1 dan Ibu 1 beserta kedua anaknya tinggal di lingkungan yang dekat dengan
saudara mereka, sehingga pasangan ini memiliki interaksi yang intens dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
ini untuk menjaga anak-anaknya. Selain itu, pasangan ini juga aktif dalam
komunitas para orang tua yang memiliki anak dengan kanker. Komunitas ini
membuat orang tua mendapat social support dan informasi yang sangat berguna
bagi keluarga.
dengan intens sehingga mereka memutuskan untuk keluar dari pekerjaan mereka.
Hal ini membuat orang tua mengalami kesulitan secara finansial. Dalam
oleh layanan kesehatan BPJS, orang tua tetap berupaya untuk memberikan nutrisi
pendamping khusus yang memakan biaya yang cukup besar. Selain itu, orang tua
juga harus mengeluarkan biaya akomodasi yang memakan biaya ekstra dari
karena pasangan orang tua ini memiliki hutang. Permasalahan biaya ini diatasi
dengan menjual aset yang mereka miliki seperti mobil dan lain sebagainya. Ibu 1
kanker untuk berobat. Kitabisa.com adalah platform untuk menggalang dana dan
Melalui platform digital ini, orang tua merasa terbantu dalam menyelesaikan
permasalahan ekonomi yang dialami ketika memiliki anak dengan kanker. Saat
ini, pemasukan keluarga saat ini berada disekitar satu juta hingga dua juta rupiah
per bulannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Wawancara dengan Ibu 1 dan Ayah 1 dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Juni
dengan Ibu 1 dan wawancara dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Pada hari itu,
Ibu 1 memakai baju lengan panjang berwarna putih, celana jeans biru, dan jilbab
berwarna biru tua. Ibu 1 kemudian menceritakan awal anaknya memiliki kanker
darah putih. Ibu 1 bercerita dengan terbuka dan suara partisipan terdengar jelas
melalui sudut pandang Ibu 1. Hal ini didukung dengan kondisi ruang tamu
partisipan yang cukup tenang, walau sesekali terdapat kendaraan yang melaju
bercerita mengenai ayahnya yang nakal dan tidak mau menemani ia bermain.
Pada saat itu, Ayah 1 mengenakan pakaian berwarna biru dan celana pendek
cukup lama dan sesekali menjawab dengan satu dua kata saja, seperti “iya”
dan”tidak”. Hal ini mungkin terjadi karena peneliti belum melakukan rapport
dengan Ayah 1. Pada pertengahan menjelang akhir wawancara, anak kedua Ayah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sedikit terganggu namun peneliti merasa bahwa informasi yang didapatkan sudah
Pasangan Orang tua 2 adalah pasangan ayah dan ibu yang selanjutnya
akan disebut dengan Ibu 2 dan Ayah 2. Ayah 2 dan Ibu 2 telah menjalin
sebagai trainer di luar kota. Ibu 2 merupakan ibu rumah tangga. Selain itu, Ibu 2
aktif berpartisipasi dalam kelompok orang tua dengan anak kanker. Kedua
Keluarga ini merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua anak.
Anak kedua merupakan anak laki-laki berusia 2 tahun dan berinisial R. Dalam
keluarga ini, anak pertama (S) adalah anak dengan kanker yang didiagnosis saat ia
berusia 11 tahun. S didiagnosis memiliki kanker sel darah putih. Sel kanker darah
putih yang dialami S adalah Chronic Myeloid Leukimia atau CML. Menurut
pemaparan Pasangan Orang tua 2, kanker jenis ini merupakan kanker langka yang
dialami oleh anak-anak. Pengobatan untuk jenis kanker ini yaitu dengan
kanker CML juga dilakukan seumur hidup pasien. Dua minggu sekali, S
klinik di daerah tempat tinggal mereka. Kedua Orang tua S tidak memiliki riwayat
kanker. Menurut pemaparan Ayah 2, jenis kanker CML merupakan jenis kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
yang terjadi karena faktor eksternal yang penyebabnya tidak dapat dipastikan
secara jelas. Saat ini, S telah menjalani pengobatan kurang lebih selama 1 tahun.
Keluarga ini tinggal bersama dengan keluarga mereka yang lain (ibu dari
Ayah 2). Mereka tinggal satu rumah dengan kakek dan nenek dari anak-anak
mereka. Hal ini membuat Pasangan Orang tua 2 mendapat bantuan dari keluarga
lain. Pasangan Ayah dan ibu ini juga aktif ikut dalam komunitas orang tua dengan
anak kanker. Ibu 2 lebih aktif dalam ikut berpartisipasi dalam komunitas daripada
Ayah 2. Komunitas ini juga memberikan informasi dan social support sehingga
keluarga. Ayah 2 menuturkan bahwa tanpa BPJS, memiliki anak dengan kanker
Ayah 2 ternyata ditolak oleh pihak tempatnya bekerja dan Ayah 2 justru
mendapatkan dukungan dari atasannya. Ayah 2 tetap ingin menemani anak ketika
yang berbeda dengan karyawan lainnya. Dalam sebulan, ia akan bekerja selama 2
minggu dan pulang untuk menemani anak dengan kanker untuk berobat selama 2
minggu. Ibu 2 merupakan ibu rumah tangga dalam keluarganya. Saat ini, keluarga
Wawancara dengan Ibu 2 dan Ayah 2 dilakukan pada tanggal 27 Juli 2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Peneliti mewawancarai Ibu 2 terlebih dahulu selama kurang lebih satu setengah
jam. Kondisi tempat wawancara cukup kondusif dan hening. Saat wawancara, Ibu
2 sedang menggunakan jilbab dan baju berwarna creme serta celana panjang
tentang keluarganya.
dengan Ayah 2 di ruang tamu rumah partisipan. Pada saat wawancara, Ayah 2
ceritanya dengan lantang dan jelas. Pada saat bercerita, sesekali Ayah 2 mengusap
kedua matanya ketika bercerita. Pada pukul 18.00 WIB Ayah 2 izin untuk
C. Hasil Penelitian
mewawancarai orang tua (ayah dan ibu) secara terpisah. Dalam hasil penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
(2) komunikasi (yaitu kemampuan keluarga untuk dapat secara jelas dan
keluarga yang lain, dan (6) kontrol perilaku (yaitu kemampuan keluarga untuk
mengatur perilaku dari setiap anggota keluarga). Perlu diketahui bahwa dimensi-
dimensi dalam keberfungsian keluarga dapat tumpang tindih satu dengan yang
lain (Epstein, Bishop, & Levin, 1978), sehingga mungkin terdapat jawaban-
Peneliti menggunakan analisis dyadic antar pasangan orang tua yang terdiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
1. Pemecahan Masalah
keluarga.
memecahkan permasalahan.
Diskusi
A 1 : “Saya dalam menghadapi masalah jadi lebih tenang, dipikirkan
bersama gitu.” (337)
dengan pasangannya:
Diskusi
I 1 : “Kadang itu ada komunikasi yang intens, tapi juga ada selisih
paham. Suami pingin jangan dijual dulu seperti mobil, ini, itu. Nanti
gimana sehari-harine. Aku udah gapapa, hutang itu harus dihilangin
dulu. Karena dalam agama, riba itu bisa mempengaruhi. Akhirnya
ya sudah ambil keputusan untuk lunasin lah hutang itu. Akhirnya ya
sepakat setelah ada komunikasi yang terbuka dan intens terus
menerus diskusi (dengan pasangan)” (94-102) ... “Dulu kalau
gamau cerita yaudah, terserah, sekarang tanya, wes bedalah
sekarang, lebih saling mengerti, selalu diskusi juga. Dulu juga
misalnya banyak nyimpen masalah sendiri, sekarang jujur, lebih
iklas, karena takut dosa. Gamau terjadi apa apa sama R.” (192-195)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada Pasangan Orang tua 2, pasangan ini juga merasakan adanya perubahan
berikut:
Diskusi
A 2 : “Ya contoh urusan kantor, biasa lagi berdua ngobrol, terus ada
kejadian ini itu. Saya cerita, terus dia berikan nasehat.
(permasalahan akhir ini) Terus lebih mikir kalau mau resign terus
butuh uang banyak gimana, terus kita mikir berdua ya uang bukan
segalanya, mungkin kalau uangnya gak banyak anak kita bisa
sembuh Apa yang saya planningkan pasti saya obrolin, bukan saya
lakuin dulu baru bilang istri, biar istri gak kaget dan harus diamini
istri, biar kita jalannya juga enak” (607-612).
Ayah 2 menjelaskan bagaimana ia dan pasangannya menyelesaikan
pekerjaan yang harus dihadapi ketika pasangan ini memiliki anak dengan kanker.
Diskusi
I 2 : “Iya mbak, kita selalu diskusi, walaupun jarang ketemu. Dirumah
juga kadang sibuk kemana, kemana, kemana. Kalau ada waktu,
kita ngobrol. Apa saja mbak, kita pasti diskusi, dari dulu seperti
itu. Apalagi untuk S, (misal) sekolahnya besok gimana.” (822-824)
Ibu 2 menjelaskan inti yang sama dengan apa yang telah diutarakan oleh
memaparkan jika sejak sebelum keluarga memiliki anak dengan kanker, pasangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dengan kanker. Jawaban Ayah 2 dan Ibu 2 menunjukkan cerita dan maksud yang
Kehadiran anak dengan kanker ternyata membuat kedua pasangan orang tua
kedua pasangan orang tua melaporkan jawaban yang kurang lebih sama dengan
sebelumnya kurang efektif, menjadi lebih efektif. Di lain sisi, Pasangan Orang tua
2. Komunikasi
dapat secara jelas dan langsung dalam melakukan pertukaran informasi dengan
anggota keluarga (Epstein, Bishop, & Levin, 1978). Langsung berarti informasi
disampaikan langsung pada orang yang dimaksud. Jelas berarti bahwa informasi
langsung dan jelasnya informasi yang disampaikan pada individu yang dimaksud,
maka akan semakin efektif keberfungsian keluarga. Tema pada hasil penelitian ini
terdiri dari komunikasi yang meliputi dua hal: (1) komunikasi dengan pasangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
bagaimana pasangan orang tua menyampaikan informasi secara umum. Hal ini
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bercerita langsung, dan jujur terkait dengan informasi yang disampaikan masing-
langsung pada orang yang dimaksud, dalam hal ini adalah pasangan. Selain itu,
pesan atau informasi disampaikan dengan jelas. Pasangan Orang tua 2 juga
ayah dan ibu, tetapi juga terjadi pada orang tua dan anak-anak mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
nanti kalau nggak bilang, nanti sakit lagi. Kan kamu tau kan sakit
ga enak”. Gitu lah saya kasih tau. Nanti dia tau sendiri kalau
makanan ini itu dilarang, soalnya dia gamau sakit lagi di rumah
sakit.” (147-150) ... “Dulu ia sering tanya kok pake masker, ya
saya memberi penjelasan karna banyak kuman, nanti bisa sakit.
Kalau waktunya minum obat, ya saya bilang kak ayo minum obat
nanti kuman yang pingsan bangun lagi” (152-154)...“Warna pup,
pipis juga minta saya cek. Pengecekan seperti itu tergantung dari
ketelitian orang tua masing masing anak. Anak harus diawasi dari
segi apapun. Kalau salah sedikit bisa drop anaknya. Sampai aku
selalu tanya terus ke dokter, tanya apapun itu.” (158-162)
Ibu 1 menggambarkan pola komunikasi dengan anak kanker. Ia
memberi informasi pada anak secara langsung dan jelas. Hal ini dikarenakan
sifat penyakit anak yang dapat relapse sewaktu-waktu jika orang tua tidak
jawaban yang kurang lebih sama. Pasangan Orang tua 1 tidak mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
mengontrol perilaku anak dengan hati-hati dan harus selalu menjelaskan pada
anak dengan kanker agar tidak membuatnya menjadi down. Hal ini membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
dilakukan dengan anak kanker juga harus jelas dan langsung. Pola
komunikasi dengan anak sehat yang lainnya pada pasangan ini juga tidak
pasangan dan anak dengan kanker. Di lain sisi, Pasangan Orang Tua 2
kanker. Selain itu, kedua pasangan orang tua juga cenderung melaporkan jawaban
3. Peran
(Epstein, Bishop, & Levin, 1978). Area dalam dimensi peran dibagi menjadi tiga
dukungan, bantuan, dan kenyamanan. Pada bagian ini, terdapat dua tema yang
muncul yaitu, (1) pemenuhan afeksi pada pasangan dan (2) pemenuhan afeksi
pada anak-anak. Bagian yang ketiga dan terakhir adalah mengenai bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kriteria dari dimensi peran adalah semakin ketiga area tersebut dialokasikan pada
setiap anggota keluarga secara adil, maka semakin efektif keberfungsian keluarga.
kanker. Hal ini menyebabkan orang tua memiliki kendala dalam memenuhi
keluarga. Hal ini digambarkan oleh Pasangan Orang tua 1 sebagai berikut:
Perubahan pekerjaan
A 1 :”Dulu kita gak kerja, setahun saya tinggal. Ini saya tiga bulan ini
baru-baru ini kerja.” (311) ... “(Saat ini) Kerjaan itu kalau ada
panggilan baru datang. Kerja jadi lebih fleksibel. (318-319)
Pemenuhan kebutuhan keuangan
A 1 :”Perubahan mungkin ada masalah dari segi ekonomi, banyak
pengeluarannya.” (329-330) ... “Kalau biaya lewat BPJS, kan
gratis. Sisanya ya ada bantuan dari saudara. Sama kami putuskan
untuk ikut kitabisa itu.” (336-337)
Ayah 1 menceritakan bahwa kehadiran anak dengan kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
(68-70) ...“Papanya (sekarang) kan kerja tapi kalau ada telfon, baru
berangkat. Benerin mesin atm itu lho mbak” (254-255)
Pemenuhan kebutuhan keuangan
I 1 : “Lalu awalnya masih adalah biaya, tapi lama-lama kok habis ya.
Untuk makan, untuk perlengkapan kan jauh lebih banyak.” (71-72)
... “Masalah biaya pengobatan ada cek-cok sedikit, karena faktor
ekonomi, pemasukan kan kesendat. Kita juga ada masalah, karena
waktu itu kita gak kerja, padahal sebelum e cari.” (91-93) “Walau
pengobatan di talang BPJS tapi kebutuhan lain kan enggak. Jadi
saya merasa butuh dana tambahan, gimana caranya, buatlah
kitabisa.” (79-80) ... “ (penggalangan donasi) (khusus) untuk
pengeluaran R. Terutama untuk membeli vitamin yang memang
harganya mahal dari Amerika.” (87-88)
Ibu 1 menguatkan penjelasan suaminya, bahwa kehadiran anak dengan
berikut:
keringanan bagi Ayah 2 untuk tetap dapat bekerja sembari menemani anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Saling mendukung
A 1 : “Saya merasa menjadi lebih dewasa no kita. Tadinya kurang terbuka
satu sama lain, jadi lebih saling terbuka tentang apapun. Apa-apa
bilang. Sedih bilang, seneng bilang. Jalani ya jalani aja sekarang,
sudah takdir yang harus dijalani.” (367-369)
Ayah 1 menjelaskan bahwa kehadiran anak dengan kanker
Ibu 1 menguatkan:
Saling mendukung
I 1 : “Tapi ini membuat keluargaku jadi lebih mendekatkan, ya itu
pengertian antara suami ke aku dan sebaliknya.” (188-189) ...
”Saya dan suami setelah kondisi ini ya kita mengingat lagi kalo
kita cuman dititipi di atas. Kita ga salah kok, kita udah bener
merawat dia, mengikuti saran dokter. [Ayah 1] “Kalau sudah
sesuai ya gimana lagi to mah”, dia menguatkan juga. Saya juga
tanya piye yo pah, kok begini anak kita bisa sembuh. Dia malah,
“[Ayah 1] ya udah takdir, kamu udah bisa rawat R diberi takdir
sakit ya sakit, sembuh ya sembuh. Bukan kesalahan kita tapi
memang harus dijalani”. Kadang dia juga down gitu, aku yang
nguatke ya ini kan hadiah to pah, kita jadi lebih dekat dengan
Allah. Ini hadiah, bukan ujian. Kita diberi rejeki, ini anak yang
buat kita sadar, kalau kehidupan memang tidak selalu mulus. Terus
dia yo, hoo yo mah.” (105-114)
Kehadiran anak dengan kanker membuat pasangan ini saling
lebih pengertian antara satu dengan yang lain. Pemaparan jawaban yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
berusaha untuk berbicara dengan cara yang tidak menyakiti hati istri. Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kedua anak mereka. Adanya kondisi kanker pada anak membuat Ibu 1
merasa takut anak dengan kanker merasa terabaikan. Hal ini terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
merawat salah satu anaknya. Orang tua berusaha untuk selalu menemani
anak dengan kanker berobat. Hal ini membuat anak sehat yang lainnya
harus ikut dengan orang tua ke rumah sakit. Selain itu, ia juga
menambahkan:
Pasangan Orang tua 2 juga memiliki cerita yang kurang lebih sama
sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
intens pada anak dengan kanker dari pada anak sehat lainnya. Istrinya
menambahkan:
dengan kanker karena harus merawat anak lainnya yang sehat. Hal ini
pada anak dengan kanker daripada anak sehat lainnya. Pasangan Orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Berdiskusi
A 1 : “Ya saya sama mamanya. Mamanya lebih banyak kasih aturannya
tapi.” IN : Kalau sekarang ada perubahan dalam mengambil
keputusan? “Cara mengambil keputusan ya pokoknya diskusi sama
mamanya, karna kalo saya ambil keputusan sendiri suka marah-
marah mamanya.” (413-416)
Ayah 1 menyampaikan bahwa kehadiran anak dengan kanker mengubah
cara keluarga dalam mengambil keputusan. Ayah 1 dan istrinya saat ini
yang serupa:
Berdiskusi
I 1 : “Kadang pengambilan keputusan didiskusikan orang tua aja, tapi lebih
banyak aku. Karna suamiku kadang bingung gitu lho harus gimana,
nek aku mikir dulu, cocok gak kalau kita kaya gini, apa kita harus
kaya gini. Tapi ya tetep izin, gimana pah, aku kaya gini, kamu
gimana? Yasudah gitu.” (172-175) ... “Awal aku kadang mengambil
keputusan sendiri, tidak komunikasikan langsung ke suami kadang
cekcok sana sini”(189-190) ... “Kebanyakan aku yang menentukan
aturan di dalam keluarga, terutama untuk R. Tapi ya terkadang
diskusi” (270-271)
Ibu 1 memaparkan bahwa sebelum hadirnya anak dengan kanker pada
lebih sama.
Berdiskusi
A 2 : “Apa yang saya planningkan itu saya pasti selalu obrolin, bukan saya
lakuin dulu baru bilang istri, biar istri juga gak kaget dan harus
diamini istri, biar kita jalannya juga enak. Kalau istri nggak merestui
pasti saya ambles.” (169-171) ... IN :Kalau pengambilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
memaparkan bahwa selama ini anak dengan kanker selalu nurut dengan
Berdiskusi
I 2 : “Kalau saya merasa ada apa gitu, saya ya telfon, cerita dan pasti ada
masukan-masukan, ada semangat dari bapaknya. Saya pun juga
berdiskusilah dengan dia. Gitu selalu gitu dari dulu. Walau pun dia di
Jakarta, kita selalu komunikasi terus.” (914-922) ... “... anaknya
cerita, S gak suka bapak tu kalau kasih tau S kudu ini, kudu ini.
Yaudah kalau S ga mau dikasih tau bapak, S harus nurut sama ibuk.
Akhirnya nurut. Saya bilang sama bapaknya, bapak stop jangan kasih
tau S masalah sekolah, nanti biar ibuk yang kasih tau. Akhirnya ya
mau. Butuh waktu untuk meyakinkan S, tidak gampang kalau bukan
maunya dia. Mbak S nurut ya sama ibuk. Iya. Nangis-nangis mbak,
nangis. Saya kasih tau pelan-pelan. Jadi, kalau ada keputusan yang
dia ga suka dia tu marah atau sedih. Itu yang kita jaga. Diskusi juga
sama bapaknya, supaya S ga tersinggung. Gimana ya mbak, berusaha
untuk menjaga emosi dia stabil itu kan ga gampang mbak. Makanya
kalau ada masalah, atau keputusan orang tua yang dia gak suka, kita
kasih tau S pas dia kondisi lagi seneng, apa namanya, nilainya bagus,
kita bicara masalah sekolah, dia mau terima, gitu. Pelan-pelan
mbak.” (862-889).
Pada narasi diatas, Ibu 2 memparkan bahwa ia selalu berdiskusi dalam
mengambil keputusan yang terbaik. Cerita antara Ayah 2 dan Ibu 2 kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Dalam dimensi peran, terdapat tiga jenis peran yang harus dilakukan oleh
orang tua sebagai penanggung jawab keluarga. Yang pertama adalah menyediakan
sebagainya; yang kedua adalah peran orang tua untuk memenuhi kebutuhan
afektif; dan yang ketiga adalah peran orang tua dalam mengambil keputusan.
keefektifan dalam dimensi Peran dan keefektifan ini terjadi pada keseluruhan
jenis peran. Hanya saja, kedua pasangan orang tua, terutama Ibu 1 dan 2,
4. Responsivitas Afektif
kualitas (Miller, Ryan, Keitner, Bishop, & Epstein, 2000). Dimensi ini berfokus
pada pola respon emosi atau perasaan atas stimulus afektif. Respon-respon dibagi
dalam dua jenis yaitu perasaan aman atau welfare feelings (seperti rasa cinta,
emergency feelings (seperti rasa takut, marah, sedih, kecewa, dan depresi).
jangkauan dan tepatnya emosi (welfare & emergency) yang ditunjukkan maka
akan semakin efektif keberfungsian keluarga. Selain itu, semakin emosi (welfare
& emergency) yang ditunjukkan sesuai dengan situasi yang terjadi maka semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
syok, tidak percaya, sensitif, dan menutup diri. Setelah memasuki masa
meminta istrinya agar lebih pasrah dengan takdir dan menjalani keadaan saat ini.
Istrinya menambahkan:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
suami ke aku dan sebaliknya..” (182-188) ... “Lebih iklas, karena takut
dosa. Gamau terjadi apa apa sama R” (194-195) ... “Saya juga rasa
takut itu dateng karena ada kabar duka, itu bikin down, kita yang pada
dasar e kuat, bisa nerima takdir, itu bisa down, rasanya kaya jantungen.
Kita yang tau dia awal e gapapa, kok jadi begini. Jadi suka mengira-ira
sendiri, kita gatau ya besuk.” (209-212)
Ibu 1 memaparkan perasaan yang sama dengan suaminya. Mereka menjadi
lebih menutup diri dari lingkungandan lebih berfokus pada keluarga inti mereka
menjadi lebih tenang, bersyukur karena keluarga semakin dekat. Ibu 1 juga
ini. Jawaban antara Ayah 1 dan Ibu 1 menunjukkan hal yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
kondisi ini. Hal ini membuat ia terkadang ikut menangis pula. Ia juga mengatakan
ada rasa penyesalan dan kekecewaan yang dirasakan oleh pasangan. Ayah 2 pada
awalnya juga merasa didominasi dengan perasaan marah pada pasangan. Setelah
merasa bersyukur, tenang, dan merasakan bahwa cinta dalam keluarga merupakan
diagnosis anak. Mereka menangis, khawatir dan juga menyesal ketika anak
didiagnosis kanker. Bagaimanapun, kejadian tersebut sudah tidak bisa diubah dan
satu-satunya jalan adalah dengan tetap berusaha. Akhir-akhir ini, Ibu 2 merasa
bahwa kebahagiaan anak adalah kebahagiaannya dan akan optimis suatu saat anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dapat sembuh. Selain itu, ia juga merasakan adanya rasa kasihan pada anak
dikonsumsi oleh anak yang sehat. Jawaban yang disampaikan oleh Ayah 2 dan
Gejolak emosi yang dirasakan oleh para pasangan orang tua merupakan
emosi yang sesuai dengan konteks bahwa memiliki anak dengan kanker tentu
membawa kabar yang ‘mengagetkan’ bagi keluarga. Kedua pasangan orang tua
dengan amarah, dan rasa sedih. Pada masa awal diagnosis anak, keadaan
hanya mengerucut pada satu jenis emosi: perasaan akan bahaya atau emergency
feelings dan sangat jarang menunjukkan perasaan aman atau welfare feelings.
Namun, saat ini, kedua orang tua telah menunjukkan luasnya jangkauan emosi
yang mereka rasakan, dimana kedua pasangan orang tua merasakan kedua jenis
5. Keterlibatan Afektif
keluarga yang lain. Dimensi ini berfokus pada seberapa banyak dan dengan cara
seperti apa anggota keluarga menunjukkan ketertarikan dan ikut ambil bagian
dengan anggota keluarga lainnya. Kriteria dari dimensi ini adalah semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
sebagai berikut:
perubahan dalam keterlibatan afektif yang ia alami. Ayah 1 merasa bahwa ia dan
istri menjadi lebih terbuka satu dengan yang lain dari pada sebelum memiliki anak
dengan kanker. Pasangan ini juga lebih dapat mengungkapkan perasaan yang
mereka rasakan. Selain itu, kehadiran anak dengan kanker membuatnya lebih
memanjakan anak dengan kanker dan juga lebih intens terlibat dalam kebutuhan
afektif anak dengan kanker daripada anak sehat yang lainnya. Istrinya memberi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dengan kanker. Ia memaparkan bahwa ia dan suami sekarang lebih pengertian dan
saling mendekatkan serta lebih saling menghargai. Selain itu Ibu 1 juga
afektif anak dimana ia selalu berusaha untuk memenuhi kemauan anak dengan
mengurus kedua anaknya. Hal ini terkadang membuat Ibu 1 membawa anaknya
yang lain ke rumah sakit, karena ia tidak mau melewatkan jadwal kontrol anak
dengan kanker. Jawaban yang muncul antara Ayah 1 dan Ibu 1 cenderung sama.
perubahan dalam bagaimana orang tua memahami perasaan antar pasangan dan
anak-anak mereka. Pada masa diagnosis anak, kehadiran anak dengan kanker
menjadi sering bertengkar karena adanya rasa ‘kurang pengertian’ yang terkadang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
A 2 : “Ya mbak kadang saya tanya, “anake udah dibuat jus belum” jus bit
untuk penyakitnya dia. Kalau belum saya itu bisa marah, “kamu tu
gimana sih gak becus”, saya itu awal-awal penuh kemarahan. Berjalan
berjalan terus akhire udah nemuin alurnya, karena saya mikire iyo dia
ngurusin dua anak, saya mengerti dikit-dikit” (509-512)
Mulai memahami perasaan pasangan
A 2 : “Sudah enggak mbak, kalau saya tanya jus, dan belum diberikan, saya
cuma memberi tahu, biar nggak menyakiti hati.” (558-559) ... “Saya dari
dulu terbuka (dengan istri)” (556) “Ya contoh urusan kantor, biasa lagi
berdua ngobrol, trus ada kejadian ini itu, saya cerita, terus dia berikan
nasehat, dukungan. (607-608)
Berusaha membuat anak nyaman
A 2 : “Pasti kita tanya trus, gimana keadaannya, ada yang sakit gak? Kalau
dia minta apa saya turutin. Minta nonton tiap minggu saya turutin klo
ada uan gnya, tapi kebanyakan saya turutin.” (535-537)
Ayah 2 fokus pada anak dengan kanker daripada saudaranya
A 2 :” ... istilahnya instensnya sama dia, karena bagaimana pun dia anak
pertama” (544)
Ayah 2 memaparkan pada awal diagnosis anak, ia sangat emosional dengan
istrinya. Hal ini terjadi karena ia sangat ingin anak dengan kanker dapat sembuh.
Ketika istrinya tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan dalam merawat
anak dengan kanker, ia menjadi marah dan terkadang kurang memahami perasaan
selalu menanyakan apa yang dirasakan oleh anak dengan kanker. Ia terkadang
juga berusaha untuk memenuhi keinginan anak dengan kanker. Bagi pasangan ini,
Ayah 2 menyatakan bahwa ia lebih intens terlibat secara emosional dengan anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
sama ibuk ini kaya anak kecil saja”. Udah kulino dari dulu, sebelum
menikah sudah kenal lama. Jadi sering ngobrol juga sering ketawa-
ketawa gitu. Karna dari dulu memang sudah gitu, bapaknya dari dulu
juga sukanya membanyol (ketawa), jadi ga tegang ga spaning. Tegas,
tapi juga bisa menempatkan. Kita juga pasti saling support, dengan kata-
kata. Kalau saya merasa S ada apa gitu, saya ya telfon, cerita, pasti ada
masukan-masukan, ada semangat dari bapaknya. Gitu selalu gitu. Walau
pun dia di jakarta, kita selalu komunikasi terus.” (910-920)
Berusaha membuat anak nyaman
I 2 : “Anaknya ini lebih senang kalau bapak ibunya dua-duanya nemani
kontrol. Kadang kalau ibuk lagi ngurus anak kedua atau lagi sakit, kan
gimana ya mbak ada rasa sedih [pada anak dengan kanker]. Sebisa
mungkin bapak ibuknya ikut kontrol. Sudah komitmen ibu ayah,
insyaallah kami selalu tepati. Karena tidak hanya fisik yang harus kita
jaga. Dari psikisnya dia juga kan tetep harus kita jaga. Dia gak boleh
sedih, kalau bisa diseneng-seneng ke terus. Apa yang dia mau selalu
sebisa mungkin kita kasih.” (779-784)
Ibu 2 juga menyampaikan bahwa terkadang pasangan ini bertengkar karena
perbedaan pendapat. Di lain sisi, Ibu 2 juga mengatakan bahwa Ayah 2 juga
memberi masukan dan dukungan untuk dirinya. Ibu 2 mengatakan hal yang sama
anak dengan kanker untuk berobat. Ia juga menggambarkan rasa sayang suaminya
pada anak dengan kanker. Selain itu, ia berusaha untuk memantau kondisi fisik
dan mental anak dengan kanker dan berusaha untuk selalu membuat anak dengan
kanker merasa senang. Cerita antara Ayah 2 dan Ibu 2 saling melengkapi satu
kendala pada bagaimana orang tua dapat terlibat secara afektif dengan seluruh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
6. Kontrol Perilaku
perilaku dari setiap anggota keluarga. Kriteria dari dimensi ini adalah jika
keluarga membuat standar yang masuk akal untuk mengontrol perilaku keluarga
mereka dan memberikan penyesuaian atas standar yang telah mereka buat
ini terdiri dari tiga bagian yaitu, (1) kontrol perilaku yang membahayakan fisik,
(2) mengontrol perilaku psikobiologi, yakni terkait kebutuhan makan, minum, dan
emosi, (3) kontrol perilaku untuk aktivitas diluar keluarga. Peneliti meringkas
bagian pertama dan ketiga menjadi satu bagian dan bagian kedua menjadi bagian
tersendiri.
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
yang berbeda dari sebelum anak mendapatkan diagnosis kanker. Seperti yang
aktivitas yang berbahaya untuk fisik anak. Pasangan ini memberikan cerita
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
karena imun anak dengan kanker yang lemah. Ayah 2 memaparkan bahwa
tidak ada aturan yang berubah pada anggota keluarga lainnya. Ibu 2
menambahkan:
cukup ketat pada anak dengan kanker. Ia takut jika anak sewaktu-waktu anak
sulit dilihat ciri-cirinya pada anak dengan kanker. Cerita dari pasangan ini
saling melengkapi satu dengan yang lain dan memiliki maksud yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
dengan kanker makanan atau minuman yang dia inginkan hanya ketika anak
makanan anak dengan kanker. Kehadiran kanker pada salah satu anak membuat
terlalu kaku dalam mengatur kebutuhan makanan dan minuman anak dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
mengarahkan tentang jenis makanan dan minuman yang dapat dikonsumsi oleh
anak dengan kanker. Ibu 1 juga menambahkan bahwa seluruh anggota keluarga
Orang tua 2. Hal ini diungkapkan keduanya dengan cerita sebagai berikut:
anak dengan kanker. Ayah 2 mengatakan bahwa ia sangat kaku dalam mengatur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Kadang ada cheating day buat dia, biar dia gak sedih. Coklat itu
kadang ga boleh, es itu gak boleh. Tapi bukan berarti kita gak boleh
itu gak kasih sama sekali enggak. Tetep kita kasih sedikit-sedikit.”
(684-688)
Memberi kelonggaran
I 2 : “Kadang kalau saya ya mbak, kalau bapaknya kan sakklek, beda ya
bapak sama ibuk. Bapaknya kalau dokter bilang gak, gak sama sekali.
Tapi kalau saya,” [anak dengan kanker] ibuk S pengen coklat”. Satu
ya kak ya, “[anak dengan kanker] ya. Ibuk jangan bilang bapak ya”.
Kalau bapak gak ya gak. Tapi ya saya bilang, pak mbok jangan
seperti itu. Kita lihat kondisinya S. Kalau dia lagi fit, semua normal,
kasihlah eskrim sedikit, akhirnya ya luluh sedikit. Kasihan mbak
soalnya.” (719-724)
Kontrol aktivitas pada pasangan dan anak lainnya
I 2 : “Yang banyak berubah pola hidupnya [anak dengan kanker] aja yang
berubah. Lebih banyak yang dikontrol sekarang. Makanan, aktivitas.
Keluarga juga udah stop makan makanan yang ber msg, banyak
pengawet mbak.” (760-762)
Ibu 2 menguatkan pernyataan suaminya, bahwa pasangannya tersebut jauh
lebih kaku mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anak dengan kanker. Baik
yang berbeda satu dengan yang lain mengenai kontrol perilaku psikobiologi yang
yang lebih kaku pada anak dengan kanker daripada anggota keluarga yang lain.
Walaupun memberikan kontrol perilaku yang kaku, orang tua berusaha untuk
memberikan kelonggaran atas kontrol perilaku yang dibuat. Hal ini menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
D. Pembahasan
menciptakan kondisi lingkungan yang layak bagi seluruh anggota keluarga dalam
kaitannya untuk memenuhi beberapa aspek, misalnya aspek fisik, psikologi, dan
sosial. Kehadiran anak dengan kanker pada gilirannya akan membentuk beberapa
Secara umum, kedua pasangan orang tua yang memiliki anak dengan kanker
menunjukkan keefektifan pada setiap dimensinya (Pasangan Orang tua 1 & 2),
dengan anak lainnya yang sehat. Keefektifan yang cenderung muncul pada
keenam dimensi terlihat dari pernyataan kedua pasangan orang tua. Yang pertama,
pertukaran informasi secara jelas dan langsung pada orang yang dimaksud, dalam
hal ini adalah pada pasangan dan anak-anak mereka. Yang ketiga, kedua pasangan
orang tua menunjukkan keefektifan dalam dimensi peran yang terlihat dari
bagaimana kedua pasangan orang tua berusaha untuk berperan dalam memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
emosional anak dengan kanker daripada anak sehat yang lainnya. Yang keempat,
Afektif. Hal ini terlihat dari luasnya jangkauan perasaan yang kedua pasangan
orang tua rasakan dan perasaan tersebut sesuai dengan situasi yang terjadi. Selain
itu, peneliti menemukan bahwa pada awal diagnosis anak, Responsivitas Afektif
yang terjadi cenderung kurang efektif. Hal ini terlihat dari emosi yang dirasakan
oleh kedua pasangan orang tua yang didominasi dengan perasaan emergency atau
keefektifan dalam dimensi Keterlibatan Afektif. Hal ini terlihat dari bagaimana
kedua pasangan orang tua berusaha untuk saling mendukung, terlibat dan peka
pada akitivitas yang dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Seperti yang terjadi
pada dimensi Peran, kedua pasangan orang tua cenderung berfokus terlibat dalam
memahami emosi dan peka dengan aktivitas anak dengan kanker daripada anak
sehat yang lainnya. Yang keenam dan terakhir, kedua pasangan orang tua
menunjukkan keefektifan pada dimensi Kontrol Perilaku. Hal ini terlihat dari
bagaimana kedua pasangan orang tua berusaha untuk membuat aturan yang sesuai
yang dilakukan oleh anggota keluarga. Pada pasangan orang tua 2, pasangan ini
sempat memiliki perbedaan pendapat mengenai kontrol perilaku seperti apa yang
harus diterapkan pada anak dengan kanker. Pada akhirnya, Pasangan Orang tua 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
empat hal yaitu: (1) resiliensi; (2) dukungan psikologis dan sosial (3) pemasukan
keluarga, dan (4) uraian analisis dyadic yang cenderung menunjukkan persamaan
(overlaps) jawaban antar pasangan. Keempat hal ini akan diuraikan sebagai
berikut:
Yang pertama, kehadiran anak dengan kanker membuat orang tua menjadi
lebih resilien. Beban-beban dan tuntutan tambahan yang timbul karena hadirnya
bisa menjadi tidak efektif atau lebih efektif (Patterson & Garwick, 1994). Hasil
positif yang muncul dari hasil penelitian memungkinkan bahwa beban-beban dan
tuntutan-tuntutan akan kehadiran anak dengan kanker membuat orang tua menjadi
menyimpulkan bahwa dukungan psikologis dan sosial dapat membantu orang tua
pasangan orang tua (McCubbin et al., 2002, dalam Hosoda, 2014), seperti
keluarga besar serta komunitas dan adanya upaya orang tua dalam berkonsultasi
dengan Health Care dan Mental Health Professional (Patterson et al., 2004,
dalam Hosoda, 2014), juga dapat membantu pasangan orang tua dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
misalnya dengan menjaga anak sehat lainnya ketika kedua orang tua sedang
mengurus anak dengan kanker (Pasangan Orang tua 1 & 2). Kedua pasangan
orang tua juga berkonsultai dengan ahli gizi (Pasangan Orang tua 1) dan psikolog
orang tua juga merupakan menjadi faktor yang dapat menentukan hasil
keberfungsian keluarga (Herzer et al, 2010; Hosoda, 2014, Sholihah, 2013, dalam
Ningsih & Herawati, 2017). Kedua pasangan orang tua dalam penelitian ini
(Pasangan Orang tua 1 & 2), bantuan donasi (Pasangan Orang tua 1), dan bantuan
keuangan dari tempat kerja (Pasangan Orang tua 2). Hal ini mampu membuat
dengan kanker.
Dalam penelitian ini, kedua pasangan orang tua cenderung menunjukkan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Pada akhirnya, kedua pasangan ayah dan ibu menunjukkan kekompakan dalam
peningkatan yang lebih mencolok atas dimensi-dimensi diatas, dari pada Pasangan
Orang tua 2. Perbedaan tersebut diduga karena usia pernikahan para pasangan
orang tua yang berbeda. Pasangan yang telah menikah dengan usia dibawah 10
menikah diatas 10 tahun (Tavakol et al., 2017). Terbukti, Pasangan Orang tua 1
pernikahan mereka, bahkan sebelum hadirnya anak dengan kanker. Pasangan ini
pada Pasangan Orang tua 1 membawa perbedaan yang mencolok ke arah yang
cenderung efektif. Di lain sisi, Pasangan Orang tua 2 telah menikah dengan waktu
yang lebih lama, yakni 17 tahun dan dirasa memiliki permasalahan yang relatif
lebih sedikit (Tavakol et al., 2017). Sehingga, kehadiran anak dengan kanker tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Hasil penelitian ini kurang lebih serupa dengan penelitian terdahulu yang
memiliki anak dengan kanker (Bjork et al., 2005; Schoors et al., 2018; Schoors et
al., 2019). Kehadiran anak dengan kanker pada suatu keluarga tetap bukanlah hal
keluarga tetap harus melewati berbagai persoalan, terlebih pada dimensi Peran
dengan anak sehat lainnya, Keterlibatan Afektif dengan anak sehat lainnya dan
terlebih pada dimensi Peran dan Kontrol Perilaku. Kehadiran anak dengan kanker
keberfungsian keluarga (Bjork et al., 2005), namun juga di lain sisi membuat
orang tua lebih berfokus pada anak dengan kanker, sehingga terkadang mereka
memiliki kendala dalam membagi peran dan keterlibatan pada anggota keluarga
lainnya, terlebih dalam penelitian ini adalah anak lainnya yang sehat (Schoors et
al., 2018). Lebih lanjut, Schoors et al., (2018) menyebut kondisi ini sebagai dua
situasi yang saling berlawanan yang harus dijalankan oleh orang tua. Ia
semakin dekat antara satu dengan yang lain dan lebih mampu memaknai arti
kanker dari pada anak lainnya yang sehat. Hal ini sesuai dengan apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dirasakan kedua pasangan orang tua dalam penelitian ini. Mereka merasa hadirnya
anak dengan kanker mendekatkan keluarga. Selain itu, para ibu pada kedua
pasangan orang tua juga merasakan hal yang sama: mereka kesulitan dalam
membagi peran dengan anak-anak mereka. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Schoors et al. (2018), dimana kehadiran anak dengan kanker membuat para ibu
Schoors et al. (2018) juga mendapati bahwa kehadiran anak dengan kanker
Stricter. Artinya, orang tua berusaha untuk memahami kondisi anak karena
penyakit yang harus ditanggungnya. Akan tetapi, orang tua tidak boleh hanya
berbahaya bagi hidupnya, maka orang tua akan cenderung mengontrol perilaku
anak dengan lebih kaku dan tegas. Hal ini juga muncul pada hasil penelitian ini.
Kedua pasangan orang tua berusaha untuk mengontrol perilaku anak dengan
kanker dengan kaku, namun di lain sisi juga berusaha untuk memanjakan dan
memberi kelonggaran akan peraturan yang dibuat untuk anak dengan kanker.
membuat temuan menjadi lebih kaya. Sebagai contoh, terdapat beberapa dimensi
yang mampu peneliti temukan, seperti cara orang tua dalam memecahkan
mendominasi para pasangan orang tua ketika memiliki anak dengan kanker.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
(Eisitkovits & Koren, 2010) juga mampu menambah penggunaan metode yang
dapat memahami dengan lebih utuh keterhubungan relasi antar pasangan. Metode
ini juga dapat memprediksi keefektifan keberfungsian keluarga yang dijalani oleh
untuk membantu keluarga dan anak dengan kanker. Perawat dapat memahami hal-
hal yang dirasa penting untuk membuat keberfungsian keluarga menjadi lebih
masukan bagaimana pentingnya orang tua untuk memberikan perhatian secara adil
kekompakan antara ayah dan ibu untuk dapat memiliki keberfungsian keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
keluarga pada orang tua sebagai penanggung jawab keberfungsian keluarga ketika
hadir anak dengan kanker dalam keluarga mereka. Kesimpulan tersebut adalah:
kebutuhan afeksi pada anak sehat yang lainnya dan pada dimensi Keterlibatan
Afektif dengan anak sehat yang lainnya. Pada kedua dimensi tersebut,
pasangan orang tua cenderung berfokus pada kebutuhan anak dengan kanker
3. Hasil yang positif diduga disebabkan karena empat hal: (1) resliensi; (2)
kedua pasangan orang tua mendapakan dukungan psikologis dan sosial; (3)
kedua pasangan orang tua mendapatkan bantuan biaya yang mampu membuat
91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Orang tua 1 dengan usia perkawinan yang lebih muda (7 tahun) lebih
usia perkawinan yang lebih tua (17 tahun). Kehadiran anak dengan kanker
membuat Pasangan Orang tua 1 menjadi lebih kompak. Di lain sisi, Pasangan
permasalahan pernikahan.
5. Hasil penelitian ini juga memperkuat dan sesuai dengan hasil penelitian
sebelumnya, terlebih pada dimensi Peran dengan anak sehat yang lainnya,
Keterlibatan Afektif dengan anak sehat yang lainnya, dan Kontrol Perilaku
keluarga saling mendekatkan (Bjork et al., 2005; Schoors et al., 2018). Di lain
sisi, orang tua menjadi lebih berfokus berperan dan terlibat pada anak dengan
kanker daripada anak lainnya yang sehat. Hal ini disebut oleh Schoors et al.
orang tua akan cenderung mengontrol beberapa perilaku anak dengan kanker
93
Schoors et al. (2018) menggambarkan hal ini sebagai Educational norms and
B. Keterbatasan Penelitian
C. Saran
yang digunakan harus melibatkan kedua orang tua (ayah dan ibu). Peneliti
orang tua yang memiliki karakteristik lain, misalnya pada orang tua yang
dewasa, dan lain sebagainya. Hal ini dapat memperkaya penelitian terkait
94
merupakan hal yang penting untuk membantu orang tua yang memiliki anak
Maka dari itu, perawat sebagai praktisi kesehatan yang paling sering dijumpai
oleh keluarga diharapkan dapat membantu para orang tua dengan anak
keberfungsian keluarga:
orang tua yang memiliki anak dengan kanker. Maka dari itu, mulailah
kanker dan berdiskusi dengan Health Care dan psikolog juga dapat
95
daripada anak sehat yang lainnya. Orang tua juga perlu untuk
96
DAFTAR ACUAN
Alderfer, M. A., Navsaria, N., & Kazak, A. E. (2009). Family functioning and
posttraumatic stress disorder in adolescent survivors of childhood cancer.
Journal of Family Psychology, 23(5), 717-725. DOI: 10.1037/a0015996.
Banovcinova, A., & Levicka, K. (2015). The impact of the financial income on
the family communication. Revista Românească pentru Educaţie
Multidimensională, 7(2), 35-46. DOI: 10.18662/rrem/201︎.0702.0︎.
Banovcinova, A., Levicka. J., & Veres, M. (2014). The impact of proverty on the
family system functioning. Procedia-Social and Behavioral Science, 132,
148-153. DOI: doi:10.1016/j.sbspro.2014.04.291.
Bjork, M., Wiebe, T., & Hallstrom, I. (2005). Striving to survive: Families’ lived
experiences when a child is diagnosed with cancer. Journal of Pediatric
Oncology Nursing, 22, 265-275. DOI: 10.1177/1043454205279303.
Boylu, A. A., Çopurib, Z., & Öztopc, H. (2013). Investigation of the fanctors
influencing family functions style. International Journal of Reseacrch in
Business and Social Science, 2(3), 26-40. DOI:10.20525/ijrbs.v2i3.69.
Carter, N., Bryant-Lukosius, D., DiCenso, A., Blythe, J. & Neville, A. J. (2014).
The use of triangulation in qualitative research. Oncology Nursing Forum,
41(5), 545-547. DOI: 10.1188/14.ONF.545-547.
Dai, L., & Wang, L. (2015). Review of family functioning. Journal of Social
Sciences, 3, 134-141. DOI: 10.4236/jss.2015.312014.
Eisikovits, Z., & Koren, C. (2010). Approach to and outcomes of dyadic interview
analysis. Qualitative Health Research, 20(12), 1642-1655. DOI:
10.1177/1049732310376520.
Engvall, G., Lindh, V., Mullaney, T., Nyhlom, T., Lindh, K., & Ångström-
Brännström, C. (2018). Children’s experiences and responses towards an
intervention for psychological preparation for radiotherapy. Radiation
Oncology, 13(9), 1-12. DOI: 10.1186/s13014-017-0942-5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Enrique, J., Howk, H., & Huitt, W. (2007). An overview of family development.
Educational Psychology Interactive. Di unduh 8 Febuari 2018, dari
Valdosta State University. Web site
http://www.edpsycinteractive.org/papers/family.pdf.
Epstein, N. B., Bishop, D. S., & Levin, S. (1978). The mcmaster model of family
functioning. Journal of Marriage and Family Counseling, 4(4), 19-31.
DOI: 10.1111/j.1752-0606.1978.tb00537.x.
Gerhardt, C. A., Lehmann, V., Long, K. A., & Alderfer, M. A. (2015). Supporting
siblings as a standart of care in pediatric oncology. Pediatric Blood
Cancer, 62, S750-S804. DOI: 10.1002/pbc.25821.
Herzer, M., Godiwala, N., Hommet, K. A., Driscoll, K., Mitchell, M., Piazza-
Waggoner, C., Zeller, M. H., & Modi, A. C. (2010). Family functioning in
the context of pediatric chronic conditions. Journal Development
Behaviour Pediatric, 31(1), 1-14. DOI: 10.1097/DBP.0b013e3181c7226b.
Hilda, Lubis, B., Hakimi., Siregar, O. R. (2015). Quality of life in children with
cancer and their normal siblings. Paediatrica Indonesia, 55(5), 243-247.
DOI: https://doi.org/10.14238/pi55.5.2015.243-7
Hocking, M. C., Kazak, A. E., Schneider, S., Barkman, D., Barakat, L. P., &
Deatrick, J. A. (2014). Parent perspectives on family-based psychosocial
interventions in pediatric cancer: A mixed-methods approach. Support
Care Cancer, 22(5), 1287-1294. DOI: 10.1007/s00520-013-2083-1.
Hosoda, T. (2014). The impact of childhood cancer on family functioning: A
review. Graduate Student Journal of Psychology, 15, 18-30. Departmen of
Counseling and Clinica Psychology Teachers College. Columbia
University.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Situasi penyakit kanker.
Diunduh 1 September, 2017, dari,
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/ pusdatin/buletin-
kanker.pdf
Kitabisa Research. (2019, November). Apa itu kitabisa.com. Diunduh dari:
https://kitabisa.zendesk.com/hc/en-us/articles/360000376534-Apa-itu-
Kitabisa-com-. Diunduh: 28 November 2019, 23:16 WIB.
Klassen, A. F., Klaassen, R., Dis, Dix, D., Prithard, S., Yanofsky, R., O’Donnell,
M., Scott, A., & Sung, L. (2008). Impact of caring for a child with cancer
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Miller, I. W., Ryan, C. E., Keitner, G. I., Bishop, D. S., & Epstein, N. B. (2000).
The mcmaster approach to families: theory, assessment, treatment and
research. Journal of Family Therapy, 22, 168-189. DOI: 10.1111/ 1467-
6427.00145.
Nicholas, D.B., Gearing, R. E., McNeill, T., Fung, K., Lucchetta, S., & Selkirk, E,
K. (2009). Experiences and resistance strategies utlized by fathers of
children with cancer. Social Work in Health Care, 48, 260-275. DOI:
10.1080/009813808025-91734.
Ningsih, D. S., & Herawati, T. (2017). The influence of marital adjustment and
family function on family strenght in early marriage. Journal of Family
Science, 2(2), 23-33. DOI: 10.29244/jfs.2.2.23-33.
Novrida., Kurniah, N., & Yulidensi. (2017). Peran orangtua dalam pendidikan
anak usia dini ditinjau dari latar belakang pendidikan. Jurnal Potensia PB-
PAUD FKIP UNIV, 2(1), 39-46. DOI: 10.33369/jip.2.1.39-46.
Othman, A., Mohamad, N., Hussin, Z. A., & Blunden, S. (2011). Psychological
distress and associated factors in parents of children with cancer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
100
101
Zhang, X. (2012). The effects of parental education and family income on mother-
child relationships, and family environments in the people’s republic of
china. Family Process, 51(4), 483-497. DOI: 10.1111/j.1545-
5300.2011.01380.x.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Lampiran 1
Informed Consent Pasangan Orang tua 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 2
Informed Consent Pasangan Orang tua 2
Ayah 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Lampiran 3
Informed Consent Pasangan Orang tua 2
Ibu 2