Bismillaahirrahmaanirraahiim
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menempuh Ujian Sidang Sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Disusun Oleh :
Mutia Qoriana
10050001137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2008
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Dekan Fakultas Psikologi
Motto
Artinya :
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(Q.S. Alam Nasyrah : 6-8)
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya.
Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Q.S. Al-Baqarah : 148)
ABSTRAK
MUTIA QORIANA. Studi Kasus Mengenai Kepribadian Anak Kembar yang Terpisah Sejak Bayi di
Budaya yang Berbeda.
Adanya anak kembar merupakan suatu fenomena yang luar biasa karena terdapatnya dua/lebih
individu yang memiliki banyak kesamaan dan kemiripan. Biasanya anak kembar diasuh bersama oleh
orang tua mereka di lingkungan yang sama, tetapi tidak jarang juga orang tua yang memiliki bayi kembar
memisahkan bayi kembar mereka. Pemisahan ini dikarenakan oleh berbagai sebab dan ada yang ditentukan
sampai dengan umur tertentu, misalkan sampai mereka dewasa atau juga selamanya sehingga mereka
berpeluang sangat kecil untuk bisa bertemu satu sama lainnya. Pemisahan pada anak kembar inipun sering
menimbulkan pertanyaan ataupun argumen berkaitan dengan kemampuan dan pola tingkah laku yang akan
muncul.
Diluar negeri penelitian tentang anak kembar yang diasuh terpisah ini sangat menarik para
ilmuwan. Penelitian-penelitian yang ada sebelumnya banyak menunjukkan bahwa pada kembar identik
yang terpisah cenderung tetap ditemukan banyak kesamaan/kemiripan antara keduanya walaupun mereka
dipisahkan. Hal ini diasumsikan karena adanya kesamaan genetik yang serupa pada mereka.
Penelitian lebih lanjut untuk permasalahan ini sangatlah diperlukan, tetapi di Indonesia penelitian
untuk permasalahan ini sangatlah jarang dilakukan. Hal ini dikarenakan jarang terungkap/ditemukannya
sampel anak kembar yang terpisah yang memungkinkan untuk dapat diteliti. Sejauh ini kita lebih sering
mendapatkan informasi tentang penelitian-peneltian anak kembar ini hanya dengan membaca buku dan
mendengar informasi yang didapatkan dari luar negeri.
Penelitian ini berusaha untuk meneliti lebih lanjut mengenai efek pemisahan pada pasangan
kembar identik terhadap kepribadian mereka ketika dewasa. Pasangan kembar identik dalam penelitian ini
merupakan pasangan kembar identik yang dipisahkan sejak bayi dan dibesarkan di budaya yang berbeda
yaitu Padang dan Jawa. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana peran genetik sebagai
unsur nature dan peran budaya sebagai untuk nurture terhadap kepribadian yang terbentuk pada kembar
identik yang dibesarkan pada budaya yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, yaitu mencermati subyek penelitian secara
mendalam dan menggambarkannya di dalam keseluruhan tingkah laku beserta hal-hal yang
melingkunginya, hubungan antara tingkah laku, demikian pula lain-lain hal yang berkaitan dengan tingkah
laku tersebut. Penelitian ini berusaha menggambarkan secara mendalam kepribadian subyek penelitian
melalui penggunaan alat tes psikologi antara lain big five personality test, EPPS dan WB yang diharapkan
dapat menjelaskan efek pemisahan ini secara mendalam.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa budaya Minang memberikan kontribusi pada pembentukan
kepribadian AP dengan trait ekstraversion dan openness yang tinggi serta trait agreeableness dan
neuroticm yang rendah. Sedangkan budaya Jawa memberikan kontribusi pada pembentukan kepribadian BJ
yang memiliki trait conscientiousness dan agreeableness yang tinggi serta trait extraversion yang rendah.
Pada orientasi needs, AP yang dibesarkan di Padang memiliki kebutuhan yang tinggi akan exhibition,
autonomy dan aggresion. Sedangkan BJ yang dibesarkan di Jawa memiliki kebutuhan yang tinggi akan
succorance, deference dan achievement. Dalam hal kecerdasan ditemukan taraf kecerdasan yang sama
walaupun mereka dibesarkan dalam budaya yang berbeda, namun AP memiliki memiliki kemampuan
verbal (VIQ) yang lebih tinggi dibandingkan BJ dan sebaliknya BJ memiliki kemampuan performance
(PIQ) yang lebih tinggi dibandingkan AP.
Pada banyak penelitian anak kembar sebelumnya, tetap ditemukan banyak persamaan pada
kepribadian mereka tetapi pada kasus kembar identik yang terpisah dibudaya yang berbeda, pada budaya
Padang dan Jawa dalam penelitian ini, justru ditemukan kepribadian yang cenderung berbeda pada diri
mereka, sesuai dengan lingkungan budaya tempat mereka dibesarkan. Untuk itu disarankan agar
dilakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai fenomena ini dan diharapkan agar penelitian seputar
fenomena anak kembar ini dapat memberi banyak inspirasi bagi topik dan tema penelitian bidang
psikologi yang berkaitan dengan dinamika anak kembar dan psikologi lintas budaya serta dinamika
kecerdasan dalam perspektif budaya tertentu .
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Sang Maha Pencipta,
Allah SWT atas segala petunjuk dan bimbingan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul Studi Kasus mengenai Kepribadian Anak
Kembar Identik yang Terpisah Sejak Bayi di Budaya yang Berbeda. Skripsi
ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti sidang sarjana pada
fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.
Banyak hambatan dan kesulitan yang penulis alami selama pembuatan
skripsi ini, namun melalui kesabaran dan proses yang cukup panjang akhirnya
masa-masa sulit tersebut telah terlalui, segala puji pada Allah Yang Maha
Melapangkan dan Mengabulkan doa hambaNya.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari peran serta
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankanlah penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Eppy R.S., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I, yang telah bersedia
untuk membimbing dan memberikan saran dan masukan, serta rela
meluangkan waktu terhadap penulis selama dalam penyusunan skripsi ini.
Terimakasih banyak yah kang..
2. Ibu Dra. Suci Nugraha M.Psi, selaku Pembimbing II, terimakasih atas saran,
masukan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
iv
3. Kepada ibu Temi Damayanti, selaku dosen wali yang telah sangat baik dan
selalu memotivasiku.
4. Kepada semua dosen pengajar Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.
5. Untuk Mamaku tersayang, terimakasih yang sebesar-besarnya atas doa dan
kasih sayang yang tiada henti diberikan kepada penulis, serta kesabaran untuk
tetap mendukung penulis agar menyelesaikan skripsi ini. Untuk (alm) papa..
akhirnya bentar lagi aku lulus pa..
6. Keluarga besarku semuanya : Mas Iwan, mbak Indah, mbak Nunung, mas
Cuk, bang Anton, (Alm) mbak Nuning, mas Eko, mas David yang selalu
memberikan doa dan perhatian serta dorongan kepada penulis. Juga kepada
bude Sabar qu yang sangat baik, terimakasih atas motivasinya..
7. Untuk mbak Ana dan mbak Atik yang telah bersedia dijadikan subyek
penelitian.
8. Semua ponakan-ponakanku tersayang : Rani, Alya, Jihan, Ariq, Arya, Salma,
Fathir, dan Ipank qu yang gendut. Buat Jihan makasih yah, udah sering
nemenin dan jadi asisten tante pas ngerjain skripsi. Buat Ariq makasih udah
sering doain tante.. I Luv u all beb...
9. Untuk Bunda Fathin, terimakasih banyak yah bun telah sudi menjadi tempatku
berkonsultasi.. maaf aq sering merepotkan..
10. Sahabat-sahabatku Dr. Q....m : Dotty, Osa, Mars, Popon, Rinie juga Dewi &
Lala Montox, makasih atas dukungan & waktu-waktu yang indah selama
beberapa tahun ini..
11. Tuk sahabat2ku Ayu, Tia, Rany, Neneng, Nungki, Vdot, Nia, April, Tari, Ujie,
Febri, Vny, Tyas, makasih udah sangat perhatian dan selalu memotivasi aku..
12. Sahabat-sahabat Greenhouse : Aviv, Ajoz, Veta, Iso, Farid, Kang Hilman,
terima kasih banyak untuk semua bantuan dan motivasinya. Kapan kita
berkumpul lagi yahh..
13. Adikqu Iyank yang sangat baik, terimakasih banyak telah selalu ada di saat aq
membutuhkan.
14. Teman-teman Uscd yang baik : Ova, teh Ida, Santi, Puri, Purwo, Keli, Gery,
dan Bondan. Banyak kenangan bersama kalian..
15. Untuk Adek, Febi, Uci, juga Choky, J, Agung, dan Lie.. yang telah
mensupport aq.. sehingga akhirnya skripsi ini selesai sudah..
16. Untuk anak-anak Obscura : Wil, Mela, Meli, Vna, Ila, Faisal, Zul..
17. Teman-teman ESQ semuanya..
18. Mia, Chiko, kangDaus, Aer, Zaky, Okta,Itoy, n tmn2 seperjuangan lulus,hehe..
19. Terakhir untuk semua mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2001, 2002,
2003, 2004 serta angkatan Kurnas yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Terima kasih atas semua bantuannya.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan perlindungan dan rahmat-Nya.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Mutia Qoriana
vi
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
1.4. Kegunaan Penelitian
1
8
11
11
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Teori Psikologi Kepribadian
2.1.1. Definisi Kepribadian
2.1.2. Paradigma Trait
2.2.3. Teori Big Five Personality
2.3. Anak Kembar
2.4. Kepribadian Anak Kembar
2.4. Psikologi Lintas Budaya
2.4.1. Definisi Budaya
2.4.2. Etik, Emik, Etnosentris Budaya
2.4.3. Lingkungan dan Gaya Pengasuhan
2.4.4. Kebudayaan Minang dan Jawa
2.5. Kerangka Pemikiran
12
13
17
25
35
37
39
41
43
45
46
52
METODOLOGI PENELITIAN
3,1 Rancangan Penelitian
3.2. Teknis Pengumpulan Data
3.3. Deskripsi Alat test
3.3.1. Big Five Personality Test
3.3.2. EPPS ( Edward Personal Preference Schedule)
3.3.3. WB ( Wechsler Belleviner Intelligence Scale)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.2. Identitas Subyek
4.3. Profil Keluarga Kandung Atik dan Ana
4.4. Profil Subyek Penelitian
4.4.1. Profil Subyek AP
4.4.2. Profil subyek BJ
4.5. Hasil Analisa Test Big Five
4.5.1. Hasil Test Big Five AP
4.5.2. Hasil Test Big Five BJ
4.5.3. Hasil Test Big Five Ibu
4.5.4. Perbandingan Hasil Test Big Five
Kembar AP dan BJ
4.5.5. Perbandingan Hasil Test Big Five
Ibu dan AP
4.5.6. Perbandingan Hasil Test Big Five
Ibu dan BJ
4.5.7. Pembahasan
4.5.7.1.
Peran Nature dan Nurture dalam
Membentuk Karakter Kepribadian Subyek
4.6. Hasil Test EPPS
4.6.1. Hasil Analisis
4.6.2. Pembahasan EPPS
58
60
63
65
72
76
76
78
79
83
86
87
88
89
90
91
92
93
93
98
BAB V
4.6.2.1.
Pembahasan EPPS AP
4.6.2.2.
Pembahasan EPPS BJ
4.6.2.3.
Pembahasan EPPS Ibu
4.6.3 Pembahasan EPPS
4.7. Hasil Analisa Test WB
4.7.1 Hasil Analisis Tes WB AP
4.7.2. Hasil Analisis Tes WB BJ
4.7.3. Pembahasan Hasil Tes WB
4.8. Kesimpulan Seluruh Pembahasan
106
107
108
109
112
112
113
117
121
122
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
2.1.
3.1.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
4.5.
4.6.
4.7.
46
63
86
87
88
89
90
92
94
BAB I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I Pendahuluan
mempelajari
trait
ekstraversi
(sosiabilitas)
dan
neurotikisme
(ketidakstabilan emosional) terhadap sampel lebih dari 12.000 pasang orang dewasa
kembar. Pada kedua trait itu, terdapat korelasi 0,5 antara pasangan kembar identik
dan korelasi 0,2 antara pasangan kembar fraternal. Pasangan anak kembar
cenderung diperlakukan mirip dengan pasangan kembarnya yang memungkinkan
adanya kemiripan kepribadian mereka. Hal inipun juga tidak terlepas dari pengaruh
genetik yang mereka miliki yang diperoleh dari gen orangtua mereka serta pengaruh
lingkungan dimana mereka dibesarkan.
Biasanya anak kembar diasuh bersama oleh orangtua mereka di lingkungan
yang sama, tetapi tidak jarang orangtua yang memiliki bayi kembar memisahkan
bayi kembar mereka, sehingga bayi kembar mereka diasuh secara terpisah. Hal ini
dikarenakan oleh berbagai sebab. Ada yang disebabkan oleh adat yang berlaku, ada
juga yang dikarenakan ingin memberikan salah satu bayinya kepada orang lain yang
tidak memiliki anak (adopsi) atau juga karena ingin memisahkan untuk sementara
dan diasuh masih oleh saudara dekat.
Pemisahan ini ada yang ditentukan sampai dengan umur tertentu untuk
kemudian bersama lagi, misalkan sampai mereka dewasa atau juga selamanya
sehingga mereka berpeluang sangat kecil untuk bisa bertemu satu sama lainnya.
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
lagi satu sama lain hingga mereka berusia 39 tahun. Ketika dewasa, keduanya
bekerja sebagai wakil kepala polisi paruh waktu, keduanya menyukai berlibur di
Florida, sama-sama mengendarai Chevrolet, memiliki anjing bernama Toy, dan
menikah serta bercerai dengan perempuan bernama Betty. Salah seorang si kembar
menamakan anak laki-lakinya James Allan, dan si kembar lain juga menamakan
anak laki-lakinya James Alan. Keduanya menyukai matematika, tetapi tidak
menyukai ejaan. Keduanya senang bertukang dan gambar mekanik, menggigit kuku
jari tangan mereka hingga ke inti, memiliki kebiasaan minum dan merokok yang
hampir sama, menderita bawasir (hemorrhoids), naik 10 pon pada waktu yang sama
dalam perkembangan, menderita sakit kepala pertama kali pada usia 18 tahun, dan
memiliki pola tidur yang sama. Perbedaan diantara mereka berdua adalah yang satu
memiliki rambut di atas dahi, yang satu lagi merapikannya ke belakang dan
memiliki cambang. Yang satu lebih ekspresif secara verbal, yang satu lagi lebih
pintar dalam menulis. Tetapi sebagian besar, wajah mereka nyaris sama. Hasil
penelitian ini cukup menarik, karena ditemukan banyak kesamaan diantara mereka
mengingat mereka terpisah dalam jangka waktu yang sangat lama.
Contoh pasangan kembar identik lainnya yang dipisahkan ketika bayi ialah
Daphne dan Barbara, yang disebut dua perempuan bersaudara yang suka tertawa
terkekeh-kekeh (giggle sisters) karena mereka selalu membuat satu sama lain
tertawa. Investigasi yang panjang atas sejarah keluarga adopsi mereka
memperlihatkan tidak ada tanda-tanda suka tertawa terkekeh-kekeh. Kedua
bersaudara perempuan itu menghadapi stress dengan cara mengabaikannya,
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
terpisah yang memungkinkan untuk dapat diteliti. Sejauh ini kita lebih sering
mendapatkan informasi tentang penelitian-penelitian anak kembar ini hanya dengan
membaca buku-buku dan mendengar informasi yang didapatkan dari luar negeri.
Maka dari itu penulis sangat ingin untuk meneliti lebih lanjut mengenai
permasalahan anak kembar yang terpisah ini. Penelitian ini merupakan hal yang
menarik karena akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering membuat
banyak orang penasaran dan bertanya-tanya tentang adanya fenomena pemisahan
bayi kembar.
Penelitian ini akan terfokus pada pasangan anak kembar yang telah terpisah
sejak bayi dan diasuh oleh orang tua di lingkungan yang berbeda. Karakteristik
yang unik dan menarik pada kasus ini adalah mereka dipisahkan di lingkungan
berbeda yaitu Minang dan Jawa, yang mempunyai pola kebudayaan yang khas dan
berbeda.
Pasangan anak kembar ini bernama Atik dan Ana. Mereka merupakan
sepasang kembar identik yang lahir di Padang, 24 agustus 1972. Mereka dipisahkan
ketika berusia 2 bulan. Ana dibawa ke Jawa (Kebumen, Jawa Tengah) diasuh oleh
budenya (kakak dari ibu mereka). Sedangkan Atik tetap diasuh oleh orangtua
kandung mereka di kota Padang. Dibawanya Ana ketika itu dikarenakan karena
budenya tersebut tidak mempunyai anak perempuan. Bude mereka hanya
mempunyai seorang anak laki-laki dan sangat ingin mempunyai anak perempuan.
Ketika dilakukan interview dengan ibu si kembar, beliau mengatakan bahwa dahulu
ia memang sempat bernazar, apabila ia dikaruniai anak kembar perempuan, ia akan
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
dua teman saja. Perbedaan lainnya adalah Atik banyak bicara sedangkan Ana
cenderung pendiam.
Saat ini Ana telah menikah dengan kakak kelasnya ketika kuliah dan
kemudian Atik menikah dengan temannya ketika SMP. Setelah menikah Ana
menetap di Bandung dengan suaminya yang bersuku Jawa, sedangkan Atik menetap
di Padang dengan suaminya yang bersuku Minang.
Berdasarkan uraian kasus di atas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti lebih
dalam mengenai dinamika kepribadian anak kembar identik yang terpisah di budaya
Minang dan Jawa serta bagaimana peran nature (genetik) dan nurture (lingkungan)
dalam membentuk kepribadian mereka.
BAB I Pendahuluan
BAB I Pendahuluan
dibanding
dengan
kembar
fraternal
(dyzygotic)
yang
hanya
membagi/memiliki setengah kesamaan genetik antara satu sama lainnya. Hal ini
dapat mengindikasikan akan adanya korelasi yang tinggi akan kemiripan pada
aspek-aspek kepribadian mereka. Tetapi apakah hal itu juga berlaku apabila kembar
identik ini dipisahkan di lingkungan yang sangat berbeda?.
Tokoh psikologi Freud (1928) berpendapat bahwa kepribadian seseorang
telah cukup terbentuk pada akhir tahun kelima kehidupannya dan bahwa
perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap
struktur dasar tadi. Ia menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian yang
dimulai dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan
struktur watak dasar sang pribadi.
Pada kasus kembar Atik dan Ana, mereka merupakan pasangan kembar
identik yang dipisah sejak bayi dan dibesarkan dilingkungan dengan budaya yang
berbeda yaitu Minang dan Jawa, sehingga mereka mengalami fase-fase penting
kehidupan mereka secara berbeda dalam unsur budaya yang berbeda. Ini menjadi
faktor penting yang dapat mempengaruhi struktur watak dasar kepribadian yang
mereka miliki.
Berdasarkan uraian kasus diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
kepribadian yang terbentuk pada kembar Atik dan Ana. Penelitian ini diharapkan
dapat menjawab pertanyaan bagaimana peran genetik sebagai unsur nature dan
10
BAB I Pendahuluan
peran budaya sebagai unsur nurture terhadap kepribadian yang terbentuk pada
kembar identik yang dibesarkan pada budaya yang berbeda?.
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
12
13
dipakainya, seolaholah topeng itu mewakili ciri pribadi tertentu. Jadi konsep
awal dari pengertian personality adalah tingkah laku yang ditampakkan ke
lingkungan sosial - kesan mengenai diri diinginkan agar dapat ditangkap oleh
lingkungan sosial. Ketika personality menjadi istilah ilmiah pengertiannya
berkembang menjadi lebih bersifat internal, sesuatu yang relatif permanen
menuntun yang oleh masyarakat diperlukan sebagai sinonim kata personality,
namun ketika istilah istilah itu dipakai dalam teori psikologi kepribadian diberi
makna yang berbeda beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain :
1.
2.
3.
Disposition (watak) : karakter yang telah lama dimiliki sampai sekarang belum
berubah.
4.
5.
Traits (sifat) : respon yang senada (sama) terhadap sekelompok stimuli yang
mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang relative lama.
6.
Type-attribute (ciri) : mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang
lebih terbatas.
7.
Habit (kebiasaan) : respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang
sama pula.
14
15
16
5. Kepribadian bisa berfungsi baik atau berfungsi buruk. Kepribadian adalah cara
bagaimana orang berada di dunia. Apakah dia tampil dalam tampilan yang baik,
kepribadiannya sehat dan kuat? atau tampil sebagai burung yang lumpuh? yang
berarti kepribadiannya menyimpang atau lemah? ciri kepribadian sering dipakai
untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa orang senang dan mengapa susah,
berhasil atau gagal, berfungsi penuh atau berfungsi sekedarnya.
17
18
dengan
adanya
peran
genetik
dalam
pembentukan
19
mengekspresikan trait mereka dengan cara yang berbeda. Perbedaan inilah yang
membuat masing-masing individu menjadi pribadi yang unik. Oleh sebab itu
Allport (1953) percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika
menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok.
- Raymond B. Cattell
Kepribadian menurut Cattell (1956) adalah struktur kompleks dari traits
yang tersusun dalam berbagai kategori, yang memungkinkan prediksi tingkah
laku seseorang dalam situasi tertentu, mencangkup seluruh tingkah laku baik
yang kongkrit maupun yang abstrak simpulan. Trait sendiri diartikan sebagai
elemen dasar dari kepribadian yang berperan vital dalam usaha meramalkan
tingkah laku.
Trait menurut Cattell (1956) dapat diklasifikasikan dengan memakai tiga
kategori yaitu kategori kepemilikan, kategori kedalaman dan kategori modalitas
ekspresi.
Kategori Kepemilikan : Trait Umum Trait Khusus (Common Unique Traits)
1 Trait umum adalah trait yang dimiliki oleh semua orang, dalam tingkatantingkatan tertentu, misalnya; intelligensi, introversi dan suka bermain. Sifat
universal dari trait umum mungkin dilatarbelakangi oleh hereditas manusia yang
kurang lebih sama dan mereka yang berada pada kelompok budaya yang sama
menghadapi pola tekanan sosial yang hampir sama pula.
20
2 Trait khusus adalah trait yang dimiliki satu orang saja (bisa juga dimiliki oleh
beberapa orang dengan kombinasi antar trait yang berbeda). Sifat unik ini
terutama berhubungan dengan interes dan atitud.
Kategori Kedalaman : Trait permukaan trait sumber (Surface Source Traits)
1 Trait permukaan adalah sifat yang tampak, yang menjadi tema umum dari
beberapa tingkah laku, misalnya; remaja yang lincah, menyenangkan orang lain
dan merencanakan kegiatan yang menarik, mungkin dapat dikatakan memiliki
trait permukaan yang periang (surface traits cheerfullness). Sebaliknya remaja
yang senang mengkritik orang lain, memandang masa depan selaku suram, dan
tampak kelelahan, dikatakan memiliki sifat permukaan depresif.
2 Trait sumber adalah elemen-elemen dasar yang menjelaskan tingkah laku. Sifat
ini tidak dapat disimpulkan langsung dari amatan tingkah laku, dan hanya dapat
diidentifikasi memakai analisis faktor. Berbagai trait permukaan dicari
interkoneksinya
atau
faktor-faktornya,
untuk
menentukan
unit
yang
21
Hirarki Tertinggi : tipe kumpulan dari trait, yang mewadahi kombinasi trait
dalam suatu dimensi yang luas.
22
Hirarki Ketiga : kebiasaan tingkah laku atau berfikir, kumpulan respon spesifik,
tingkahlaku / fikiran yang muncul kembali untuk merespon kejadian yang mirip.
Hirarki Terendah : Respon spesifik, tingkah laku yang secara aktual dapat
diamati, yang berfungsi sebagai respon terhadap suatu kejadian.
Eysenck (1952) menemukan tiga dimensi tipe, yakni ekstravesi (E),
neurotisme (N), dan psikotisme (P). Masing masing dimensi saling asing,
sehingga dapat berlangsung kombinasi antara dimensi secara bebas. Masing
masing tipe merupakan kumpulan dari 9 trait, sehingga semuanya ada 27 trait.
Hampir semua 35 trait sumber primer dari Cattell sama dengan 27 trait dari
Eysenck. Hirarki kebiasaan sangat banyak mungkin ribuan sedang hirarki respon
spesifik tidak terhingga
23
antisosial (antisocial), tak empatik (an empatik), kreatif (creative), keras hati
(tough- minded).
24
Keras hati
Kreatif
Takempati
Antisosial
Impulsif
Takpribadi
Egosentrik
Dingin
Agresif
Emosional
PSIKOTISME (P)
Murung
Maju
Irasional
Tegang
Harga diri
Berdosa
Tertekan
Cemas
Berani
NEUROTISISME (N)
Bersemangat
Dominan
Riang
Mencari sensasi
Asertif
Aktif
lincah
sosiabel
EKSTRAVERSI (E)
akan
mengembangkan cara merespon stimuli yang terjadi serta merta akibat adanya
stimuli tersebut, tanpa tujuan fungsional. Model terapi tingkah laku menjadi
pilihan Eysenck (1952) dengan prinsip bahwa Jika tingkahlaku itu diperoleh
dari belajar, logikanya tingkah laku itu juga bisa dihilangkan dengan belajar.
Eysenck (1952) menemukan dan mengelaborasi tiga tipe E-N-P tersebut
tanpa menyatakan secara eksplisit peluang untuk menemukan dimensi yang lain
pada masa yang akan datang. Namun dari pendekatan metodologik yang sangat
terbuka, dimana Eysenck (1952) menyerap berbagai konsep dari banyak pakar,
sehingga penambahan dari penyempurnaan terhadap teorinya merupakan sesuatu
yang wajar.
25
26
27
Selanjutnya Mc Crae dan Costa ( 1999 ) telah mengajukan model teori untuk
menganalisa tentang Big Five, yang disebut Five Factor Theory seperti terlihat
pada diagram dibawah ini :
Biological
Based
Basic
Tendencies
Dynamic Process
External
&
Influences
Dynamic Process
Cultural
Norms, Life,
Situasion
Dynamic Process
Neuroticm
Extravercion
Openness
Agreeableness
Conscientiousness
Dynamic
Process
Dynamic Process
Characteristic
Adaptation
Culturally Conditioned
Phenomena :
Personal Strivings
Attitudes
Self-Concept
Dynamic Process
Self-schema
Personal myths
perbedaan perbedaan tingkah laku yang berkaitan dengan unsur dalam big five
merupakan tampilan yang mewakili keberadaan rangkaian genetis dalam tubuh
dan struktur otak. Trait-trait dalam domain-domain dari Big Five Personality
Costa & McCrae (1997) adalah sebagai berikut :
28
1. Extraversion (E)
Faktor pertama adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominanpatuh (dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting
dalam kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah
laku sosial. Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion
yang tinggi, akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih
banyak orang dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang
rendah. Dalam berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol
dan keintiman. Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang
ramah, fun-loving, affectionate, dan talkative.
Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang
tinggi, senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan
banyak hal, ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion
memiliki tingkat motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan
sesama dan juga dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi
perkembangan dari hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat
extraversion yang tinggi dapat lebih cepat berteman daripada seseorang yang
memiliki tingkat extraversion yang rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh
perubahan, variasi dalam hidup, tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orangorang dengan tingkat ekstraversion rendah cenderung bersikap tenang dan
menarik diri dari lingkungannya.
29
2.
Agreeableness (A).
Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang
30
3.
Neuroticism (N).
Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan
emosi yang negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional
mereka labil, seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah
perhatian menjadi sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat
neuroticism yang rendah cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi.
Selain memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka
juga memiliki tingkat self esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau
skor yang tinggi di neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami
kecemasan, rasa marah, depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally
reactive.
4. Openness (O).
Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit
untuk dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang
digunakan tidak seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada
bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi
yang baru.
Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap
informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai
perasaan, pemikiran dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang
tinggi
digambarkan
sebagai
seseorang
yang
memiliki
nilai
imajinasi,
31
Conscientiousness (C).
Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan
ini
menjadi
sangat
perfeksionis,
kompulsif,
workaholic,
32
Trait dan Facets Big Five Personality Costa & McCrae (1997)
Faktor
Extraversion (E)
Agreeableness (A)
Neuroticism (N)
Facet
Warmth (E1)
Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih
sayang
Gregariousness (E2)
Kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi
dengan orang banyak
Assertiveness (E3)
Individu yang cenderung tegas
Activity (E4)
Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki
energi dan semangat yang tinggi
Excitement-seeking (E5)
Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil
resiko
Positive emotion (E6)
Kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi yang positif
seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan
Trust (A1)
Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain
Straightforwardness (A2)
Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam
menyatakan sesuatu
Altruism (A3)
Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk
membantu orang lain
Compliance (A4)
Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal
Modesty (A5)
Individu yang sederhana dan rendah hati
Tender-mindedness (A6)
Simpatik dan peduli terhadap orang lain
Anxiety (N1)
Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa
kuatir, gugup dan tegang
Hostility (N2)
Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh
kebencian
33
Openness (O)
Conscientiousness
(C)
Depression (N3)
Kecenderungan untuik mengalami depresi pada individu
normal
Self-consciousness (N4)
Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak
nyaman diantara orang lain, terlalu sensitive, dan mudah
merasa rendah diri
Impulsiveness (N5)
Tidak mampu mengotrol keinginan yang berlebihan atau
dorongan untuk melakukan sesuatu
Vulnerability (N6)
Kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stress,
bergantung pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila
menghadapi sesuatu yang datang mendadak
Fantasy (O1)
Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif
Aesthetic (O2)
Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni
dan keindahan
Feelings (O3)
Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan
perasannya sendiri
Action (O4)
Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru
Ideas (O5)
Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak
konvensional
Values (O6)
Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai social
politik dan agama
Competence (C1)
Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam
melakukan sesuatu
Order (C2)
Kemampuan mengorganisasi
Dutifulness (C3)
Memegang erat prinsip hidup
Achievement-striving (C4)
Aspirasi individu dalam mencapai prestasi
Self-discipline (C5)
Mampu mengatur diri sendiri
34
Deliberation (C6)
Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak
Kembar fraternal
Kembar fraternal (biasanya dikenal sebagai "kembar non-identik")
biasanya terjadi ketika dua terlur terfertilisasi terimplan di tembok uterus pada
saat bersamaan. Kedua telur ini membentuk dua "zygot", dan kembar ini juga
dikenal sebagai dizygotic. Kembar dizygotic tidak lebih mirip secara genetik dari
saudara biasa dan berkembang dalam amnion yang terpisah, dengan placenta
terpisah. Mereka dapat memiliki jenis kelamin yang berbeda atau sama namun
kembar yang berbeda kelamin hampir selalu merupakan kembar fraternal.
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Embrio&action=2008)
Kembar identik
Kembar identik terjadi ketika telur tunggal difertilisasi untuk membentuk
satu zygote (monozygotic) namun kemudian zygote tersebut berpisah menjadi
embrio yang berbeda. Kedua embrio berkembang menjadi fetus yang membagi
rahim yang sama. Tergantung dari tahapan zygote terpisah, kembar identik dapat
35
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Placenta&action=2008)
Sekitar dua pertiga bayi kembar yang lahir adalah fraternal, yang berarti
bayi berasal dari dua sel telur dan masing-masing dibuahi oleh sperma yang
berbeda, sehingga kedua bayi tersebut berbagi hubungan genetik yang sama
seperti halnya kakak laki-laki atau perempuannya dan keduanya bisa sama atau
berbeda satu sama lain dan mungkin tidak sama kelaminnya, sedangkan kira-kira
sepertiga dari bayi kembar yang lahir merupakan kembar identik, yaitu berasal
dari bersatunya satu sel telur dan satu sel sperma, yang segera sesudah
pembuahan terpisah jadi dua. Kedua bayi kembar ini mempunyai ciri-ciri dan
jenis kelamin yang sama. Sekitar 25% adalah mirror twins, artinya beberapa
ciri identik mereka ada pada tempat kebalikannya, sehingga masing-masing anak
merupakan cerminan dari kembarannya.
Pada kasus kembar tiga juga dapat identik, dengan satu sel telur terpisah
menjadi tiga embrio, namun lebih sering kembar tiga berasal dari sel-sel telur
yang terpisah atau sebagai dua sel telur, dimana salah satunya terpisah
membentuk embrio ketiga. Jika hal ini terjadi, dua bayi kembar identik dan yang
36
ketiga bayi fraternal. Kembar lainnya yang lebih banyak seperti kembar empat
dan kembar lima dapat terbentuk dengan cara yang sama.
dalam
37
Adapun dalam hal intelegensi, di antara 2 anak kembar korelasi nilai tes
IQnya sangat tinggi, yaitu sekitar 0,90. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang
dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun
mungkin mereka tidak pernah saling kenal. Menurut David Wechsler, inteligensi
adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional.
Sebuah studi terbaru dalam jurnal Psychological Science juga
mengungkapkan bahwa kembar identik mempunyai kesamaan kepribadian dan
kebahagiaan. Berbeda hasilnya dengan saudara kandung, hanya sebagian yang
mempunyai kemiripan. Studi ini diprakarsai oleh Tim Bates, Alexander Weiss
PhD dan Michelle Luciano PhD dari Universitas Edinburgh , yang menyertakan
1.000 pasang anak kembar identik dan non identik untuk membuktikan gen turut
berperan membawa sifat bahagia. Peneliti menggunakan subjek berusia 25-75
tahun dan keseluruhan subjek diwajibkan mengisi kuesioner tentang kepribadian
meliputi perasaan takut dan tingkat rasa aman dalam seluruh aspek kehidupannya
serta serangkaian pertanyaan seputar kehidupan personal mereka, kemudian
diukur kadar kepuasaannya terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam hidup.
Para peneliti menemukan bahwa gen kebahagiaan memiliki kodenya
sendiri untuk diwariskan dan karena kembar identik berbagi pola gen yang sama,
sedangkan kembar fraternal tidak, maka identifikasi gen pembawa kebahagiaan
38
lebih mudah ditemukan. Gen pembawa kebahagiaan itu pada akhirnya akan
terstimulasi ketika lingkungan di sekitarnya mengoptimalkan mereka menjadi
bahagia. Mereka yang secara sosial lebih aktif, stabil, pekerja keras, dan
berpikiran positif akan lebih memicu kerja gen bahagia. Dengan kata lain, mereka
yang kembar identik akan memiliki personality yang sama dan pewarisan gennya
pun lebih mudah karena lingkungan keluarganya menciptakan kondisi untuk gen
tersebut. Sedangkan pada kembar nonidentik, hanya sebagian saja dari mereka
yang berhasil menurunkan gennya meskipun lingkungannya mendukung. Karena
itu, gen kebahagiaan dapat diwariskan apabila jejak gennya kuat seperti pada
kembar identik.
Studi tersebut berhasil membuktikan kembar identik bergenetik sama
mempengaruhi sifat dan kepribadian, terutama kebahagiaan. Genetik memberi
peran penting terhadap sifat dan kepribadian serta penyebab kebahagiaan. Salah
satu peneliti Tim Bates, menegaskan bahwa kemiripan ini karena adanya
kesamaan genetik. Hasil studi tersebut menjadi penting layaknya mengumpulkan
puzzle untuk memahami depresi dan penyebab seseorang merasa lebih bahagia,
sedangkan yang lain tidak. (www. Google.com : Jurnal Psychological Science,
2008).
39
) semua aspek
perilaku manusia .
40
2.4.1.
Definisi Budaya
Meskipun
konsep yang cukup sulit didefinisikan secara formal, ada beberapa definisi yang
dapat diuraikan sebagai berikut :
Budaya sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki
bersama oleh sekelompok orang, yang dikomunikasikan dari satu generasi ke
generasi berikutnya lewat bahasa atau beberapa sarana komunikasi lain (
Barnouw : 1985 )
Dalam pengertian diatas budaya adalah sebuah konstruk sosiopsikologis,
suatu kesamaan dalam sekelompok orang dalam fenomena psikologis seperti
nilai, sikap, keyakinan dan perilaku. Anggota anggota suatu budaya tertentu
punya persamaan dalam fenomena fenomena psikologis ini, anggota budaya
lain tidak.
Selanjutnya pendapat ahli Triandis HC (1992) yang mempopulerkan
konsep Stereotype Cultural dalam makalah yang disampaikan dalam Konvensi
Tahunan Masyarakat Peneliti Lintas Budaya , mengemukakan bahwa Budaya
merupakan suatu konstruk individual-psikologis sekaligus konstruk social
makro, artinya budaya tidak mesti berakar dalam biologi maupun kebangsaan,
sampai pada batas tertentu, budaya ada di dalam setiap dan masing-masing diri
kita secara individual sekaligus ada sebagai sebuah konstruk social-global.
Perbedaan individual dalam budaya dalam budaya dapat diamati pada orang
orang dari satu budaya sampai batas di mana mereka mengadopsi dan terlibat
41
42
saling berinteraksi (berhubungan) serta bergaul satu dengan yang lain dari waktu
ke waktu, selalu membentuk dan mengikuti pola-pola tertentu yang kemudian
menetap dalam bentuk adat tata perilaku. Sistem itu dapat di observasi, difoto, di
dokumentasi, dan diamati, tetapi tidak dapat diraba. Ukuran atau pedoman yang
dianut orang dalam melakukan interaksi dengan orang lain disebut dengan nilainilai sosial.
c. Kebudayaan fisik, merupakan keseluruhan hasil fisik, perbuatan, karya manusia
dalam sekelompok masyarakat. Oleh karena itu sifatnya paling kongkrit, dapat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba.
43
b. Emik
Sebaliknya mengacu pada temuan-temuan yang tampak berbeda untuk budaya
yang berbeda, dengan demikian emik mengacu pada kebenaran yang bersifat
khas-budaya ( Cultural Specific ).
c. Etnosentris
Cara pandang dan penafsiran perilaku orang lain dari kacamata cultural kita
sendiri, berkaitan dengan stereotip tentang sikap, keyakinan atau pendapat yang
baku tentang orang-orang yang berasal dari budaya lain.
Secara umum, sebagian besar ahli psikologi lintas budaya sepakat bahwa
jumlah emik sama dengan, atau bahkan lebih banyak daripada etik. Artinya,
orang dari budaya yang berbeda memang menemukan cara yang berbeda dalam
kebanyakan aspek perilaku manusia. Setiap budaya berevolusi dengan cara
khasnya masing-masing untuk menangani perilaku manusia dengan gaya yang
paling efisien dan sesuai agar sukses bertahan hidup. Adanya banyak emik atau
perbedaan cultural, bukan sesuatu yang problematik bagi orang tertentu,
permasalahan secara potensial akan muncul ketika kita mencoba menafsirkan
alasan yang mendasarinya atau yang menyebabkan adanya berbagai perbedaan
itu . Karena kita semua berada di dalam budaya kita masing-masing dengan latar
belakang cultural kita sendiri, kita cenderung melihat sesuatu dari kacamata latar
belakang tersebut. Dengan kata lain, Budaya bertindak sebagai suatu
filter/penyaring tidak hanya ketika kita mempersepsikan sesuatu, tapi juga ketika
kita berfikir tentang dan menafsirkan suatu kejadian.
44
Stereotip budaya bisa dijadikan dasar penilaian budaya namun harus berhatihati karena seringkali etnosentris/stereotip budaya bersifat kombinasi fakta dan
fiksi. Stereotip bisa berguna dengan menjadi dasar untuk melakukan penilaian,
evaluasi, dan interaksi dengan orang dari budaya lain, namun bisa jadi berbahaya
bila memegangnya dengan kaku dan menerapkan secara pukul rata pada semua
latar belakang budaya tertentu tanpa menyadari kemungkinan adanya kekeliruan
pada dasar stereotip tersebut maupun adanya perbedaan individual.
berbagai gaya pengasuhan orang tua yang berbeda satu sama lain. Baumrind
(1971) mengidentifikasi ada tiga pola utama pengasuhan orangtua. Orang tua
yang otoriter mengharapkan kepatuhan mutlak dan melihat bahwa anak butuh
untuk dikontrol. Sebaliknya orangtua yang permisif membolehkan anak untuk
mengatur hidup mereka sendiri dan menyediakan sedikit panduan baku. Orang
tua yang otoritatif bersifat tegas, adil dan logis. Gaya pengasuhan ini dipandang
akan membentuk anak-anak yang secara psikologis sehat, kompeten dan mandiri,
yang bersifat kooperatif dan nyaman menghadapi situasi-situasi sosial.
Peneliti lain ( Maccoby & Martin : 1983 ) menemukan tipe gaya
pengasuhan keempat yang disebut tak terlibat atau uninvolve. Orang tua yang
tak terlibat seringkali terlalu larut dalam kehidupan mereka sendiri, cenderung
45
tidak bisa memberi respon yang tepat pada anak-anak mereka dan sering terlihat
tak peduli.
Interaksi orang tua dan anak adalah proses sosialisasi primer, yang
menjadi dasar pembentukan persepsi dan perkembangan kognisi mereka,
sosialisasi primer berlanjut dengan teman sebaya dalam situasi bermain dan
sekolah.
Sosialisasi
adalah
proses
instrumental
dimana
anak
46
2.
3.
4.
5.
47
Budaya
Alam.
c. Hubungan dengan
48
alam,
batu, tanah, tanaman alam bekal hidup bagi
dengan
selaras
Hidup
Keselarasan dengan unsur alam : kayu, air,
dengan
kesengsaraan, dijalani
tabah & pasrah menerima nasib.
penuh
untuk
berbuat
berani
b. Etos kerja
dan
Jawa
Berjuang
Minangkabau
a. Hakikat Hidup
Orientasi Nilai
Definisi
Indikator
No
2.
sajinjing
b. Prinsip kehormatan
cara menggunakannya
49
Tepa selira
kelompok keluarga.
antar
manusia
solidaritas
sesama,
kekuatan.
alam .
dengan
a. Nilai kerukunan
Sistem Sosial
waktu
e. Persepsi tentang
sesama manusia
d. Hubungan dengan
h. pola pengasuhan
g. pola berfikir
f. Interaksi sosial
d. Perkawinan
c. Etika kebijaksanaan
dua dikotomis
pola
dasar berfikir
Musyawarah mufakat
( raso pareso )
Hati nurani/kemanusiaan
( anggo tanggo )
Tertib aturan/hukum
( Alue patuik )
tali silaturahiim
fenomena
50
Jalan tengah
Etika moral
mengandalkan perjodohan
j. Goal setting
tujuan
i. proses belajar
anak
proses
51
diterima di masyarakat
kanduang
2.5.
Kerangka Pikir
Keturunan dan lingkungan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam
52
Trait merupakan pola konsisten dari pikiran, perasaan, atau tindakan yang
membedakan seseorang dari yang lain, sehingga:
o Trait relatif stabil dari waktu ke waktu
o Trait konsisten dari situasi ke situasi
53
itu Allport percaya bahwa individu hanya dapat dipahami secara parsial jika
menggunakan tes-tes yang menggunakan norma kelompok.
Suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian
manusia melalui trait yang bersifat universal adalah big five personality yang
dikemukakan oleh Lewis Goldberg (1993). Pendekatan ini merupakan pendekatan
dalam psikologi kepribadian yang mengelompokkan trait kepribadian dengan analisis
faktor, yang pada awal mulanya dipelopori oleh Allport dan Cattell. Menurut
pendekatan ini, kepribadian tersusun dalam lima traits kepribadian, yaitu ; extraversion,
agreeableness, conscientiousness, neuoriticism,dan openness to experiences.
Sehubungan dengan adanya peran genetik dalam pembentukan kepribadian,
terdapat beberapa pemahaman penting yang perlu diperhatikan :
1) Meskipun faktor genetik mempunyai peran penting terhadap perkembangan
kepribadian,
faktor
non-genetik
tetap
mempunyai
peranan
bagi
variasi
kepribadian
2) Pengalaman-pengalaman dalam keluarga adalah hal yang penting meskipun
lingkungan keluarga berbeda bagi setiap anak sehubungan dengan jenis
kelamin anak, urutan kelahiran, atau kejadian unik dalam kehidupan keluarga pada
tiap anak.
3) Meski terdapat kontribusi genetik yang kuat terhadap trait kepribadian, tidak berarti
bahwa trait itu tetap atau tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan.
Dalam hal hereditas / keturunan, anak kembar identik memiliki korelasi
hubungan genetik yang sangat tinggi sehingga berpotensi untuk memiliki sifat-sifat
kepribadian yang sama, seperti yang telah dibuktikan pada salah satu penelitian di
54
swedia bahwa kembar identik memiliki korelasi sebesar 0,5 antara pasangannya, lebih
besar dibandingkan korelasi antara kembar fraternal maupun saudara sekandung.
Faktor lain yaitu lingkungan, berperan dalam pembentukan perilaku mereka.
Dari lingkungan seseorang mempelajari tingkah laku yang diinternalisasikan kedalam
dirinya sehingga menjadi kebiasaan (habit) dan selanjutnya berkembang menjadi tipe
dan trait yang menetap.
Salah satu unsur dari lingkungan yang akan dapat berpengaruh pada kepribadian
seseorang adalah budaya yang terdapat dalam lingkungan tersebut. Budaya dapat
didefinisikan sebagai sekumpulan sikap, nilai, keyakinan dan perilaku yang dimiliki
bersama oleh sekelompok orang yang dikomunikasikan lewat bahasa atau beberapa
sarana komunikasi lain (Barnouw, 1985). Orang-orang dari budaya tertentu akan
mengadopsi dan terlibat dalam sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku-perilaku yang
berdasarkan konsesus / kesepakatan membentuk budaya mereka. Bila mereka bertindak
sesuai dengan nilai-nilai dan perilaku-perilaku tertentu maka budaya tersebut hadir
dalam diri mereka, sedangkan bila mereka tidak memiliki nilai atau perilaku-perilaku
tersebut, maka mereka tidak termasuk dalam budaya itu.
Pasangan kembar identik atik dan ana ini, terpisah sejak bayi dan dibesarkan di
tempat yang berbeda. Atik dibesarkan di Padang, Sumatera Barat yang menganut
budaya Minang, sedangkan Ana dibesarkan di Kebumen, Jawa tengah dengan budaya
jawa. Kedua kebudayaan ini merupakan dua contoh dari banyak budaya yang ada di
Indonesia. Kedua kebudayaan ini merupakan kebudayaan yang memiliki ciri /
karakteristik yang khas dan berbeda dalam hal sistem-sistem nilai dan kebiasaan yang
mereka anut. Dalam kesehariannya, secara umum karakteristik orang minang dan orang
55
jawa biasanya sangat berbeda bahkan bertolak belakang. Maka dari itu, pasangan
kembar atik dan ana, semestinya mengadopsi nilai-nilai budaya sesuai dimana mereka
masing-masing dibesarkan. Atik dengan budaya minangnya dan Ana dengan budaya
Jawanya.
Dikemukakan juga oleh Freud (1928), bahwa pembentukan kepribadian
seseorang pada umumnya dimulai sejak lima tahun pertama awal kehidupannya. Usia
anak sekitar ini dianggap usia yang paling berpengaruh bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadian seseorang. Hal ini disebabkan karena anak pada masa ini
akan belajar mengenal norma-norma, nilai-nilai serta standar moral yang berlaku
dimasyarakatnya atau dengan kata lain, bahwa sejak itu seorang anak akan belajar
menyatakan impuls-impulsnya baik dalam kata-kata maupun tindakan-tindakan yang
sesuai dan dapat diterima oleh lingkungan budayanya.
Adanya keterkaitan genetik antara pasangan kembar identik akan menyebabkan
kemiripan dalam kepribadian mereka, tetapi dampak dari pengasuhan di budaya yang
berbeda pada pasangan kembar identik ini juga akan berpengaruh cukup kuat pada
kepribadian yang mereka miliki ketika dewasa. Bagaimana peran dari aspek nature dan
nurture tersebut terhadap dinamika kepribadian mereka akan terlihat cukup jelas ketika
mereka berada dalam proses mengadopsi konfigurasi trait yang stabil, setelah usia 30
tahun (saat ini usia mereka 36 tahun), sehingga penggunaan alat-alat tes psikologi yang
relevan akan dapat menjelaskan sejauh mana pemisahan di budaya yang berbeda akan
berpengaruh terhadap dinamika kepribadian yang mereka miliki serta bagaimana peran
nature (genetik) dan nurture (lingkungan) dalam membentuk kepribadian mereka.
56
NILAI BUDAYA
&
SISTEM SOSIAL
NURTURE
NATURE
KEMBAR
(LINGKUNGAN )
( GENETIK )
IDENTIK
Minang
DIMENSI PEMBENTUK
KEPRIBADIAN
Openness to
experience
Conscientious
ness
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
58
karakteristik yang unik dari individu dan situasinya. Hal ini membuat studi kasus
memberikan deskripsi yang terperinci mengenai individu. Kesimpulannya biasanya
mengenai faktor-faktor pada masa lalu, masa sekarang dan yang diantisipasi di masa
depan yang melaporkan tingkah laku tertentu. Informasi tersebut didapat dari
anekdotal dan mengacu pada kesan-kesan, judgement dan kesimpulan dari klien /
terapis. Secara karakteristik, laporan ini merupakan evaluasi / interpretasi subjektif
dan dapat dibedakan dari banyak pengukuran obyektif seperti kuesioner yang sudah
standar atau observasi tingkah laku yang langsung. Studi kasus memungkinkan kita
untuk mengumpulkan data dari seorang individu atau beberapa individu.
Penelitian studi kasus tidak merumuskan suatu hipotesis penelitian yang akan
diuji kebenarannya, namun penelitian ini tetap memiliki proses penelitian, walaupun
agak berbeda dengan jenis penelitian lain. Proses penelitian ini terbagi atas dua
bagian, yaitu :
1. Metode Deduktif
Metode ini merupakan langkah awal dalam penelitian yang berupa studi
kepustakaan. Langkah awal ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan secara
teoritis mengenai dinamika kepribadian pada pasangan kembar identik yang
terpisah di lingkungan budaya yang berbeda.
Hal ini dikaitkan dengan kerangka teori utama yang akan digunakan sebagai
landasan pembahasan masalah. Setelah melakukan studi kepustakaan, maka
peneliti dapat menentukan bahasan masalah yang hendak diteliti, serta
menentukan metode dengan alat ukur yang akan digunakan.
59
2. Metode Induktif
Metode ini merupakan langkah lanjutan dalam penelitian yang berupa
pengambilan data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti
terhadap subjek penelitan yang telah ditentukan. Data yang digali dalam
penelitian ini berkenaan dengan kepribadian pada kembar identik yang
terpisah. Setelah memperoleh data yang lengkap, langkah berikutnya adalah
menganalisis data yang diperoleh sehingga pada akhirnya akan diperoleh
gambaran keseluruhan tentang kepribadian pada kembar identik yang terpisah
di lingkungan budaya yang berbeda, sebagai jawaban dari permasalahan
penelitian.
60
Aspek
Indikator
Jumlah
keluarga
dan
keurutan
dalam keluarga
2.
Latar
belakang
pemisahan
Alasan pemisahkan
Usia pemisahan
Latar
belakang
budaya
tempat
pemisahan
3.
Pola
interaksi
subyek
dengan lingkungan
Interaksi
subyek
dengan
lingkungan sekolah
4.
Riwayat pendidikan
61
Faktor-faktor
kelebihan
dan
5.
Riwayat pendidikan
Tempat bekerja
2. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini lebih ditekankan sebagai
metode yang membantu dalam memberikan gambaran mengenai individu
yang sedang diteliti.sebagai suatu metode ilmiah, observasi biasa diartikan
sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis dari fenomena
fenomena yang diteliti atau sedang diobservasi. Ini sangat penting sebagai
penunjang wawancara dan proses pengetesan psikologi. Observasi berkaitan
dengan intonasi, kecepatan suara, perubahan mimik, gerakan gerakan tubuh
dan sebagainya.
3. Alat Tes
Dalam penelitian ini, untuk melihat peran aspek nature dan nurture
dalam membentuk kepribadian pada kembar identik yang terpisah di budaya
62
yang berbeda,
maka peneliti
dapat
1) Kembar Identik
63
mereka
Deskripsi alat tes :
Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam
psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun
dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan
menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah
extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to
experiences.
Pertanyaan-pertanyaan untuk big five ini menggunakan alat tes yaitu big five
inventory yang dikembangkan oleh psikolog Oliver D. John, Ph.D dari U.C.
Barceley. Pertanyaan-pertanyaan yang digunakan berasal dari penelitianpenelitian berdasarkan kepribadian, gaya hidup, nilai-nilai dan tingkah laku
64
dan telah diuji validitasnya serta didasarkan pada analisis statistik dari data
personality yang dikumpulkan lebih dari 10.000 orang.
Kelima traits kepribadian tersebut dijaring melalui item yang berjumlah 48
pertanyaan.
No
Aspek
No item
Concientiousness
Extravert
Agreeableness
Neuroticm
Dari hasil tes ini nantinya akan didapatkan gambaran kepribadian subyek
penelitian, hasil persentil dimensi big five personality pada masing-masing
subyek penelitian serta persentil kemiripan kepribadian mereka.
65
Ana dilihat melalui needs yang muncul, sedangkan tes pada ibu diharapkan
dapat melihat kemungkinan apakah needs tersebut dipengaruhi oleh nature
(genetik) ataukah lebih dipengaruhi oleh nurture (lingkungan).
Deskripsi alat tes :
EPPS
66
67
3. Order ( ord )
Kebutuhan akan kerapian dan keteraturan, membuat perencanaan yang
matang sebelum melakukan sesuatu, mengatur detil detil pekerjaan.
4. Exhibition ( exh )
Extravert, riang, mengomentari penampilan seseorang, mengatakan sesuatu
hanya untuk menilai pengaruhnya pada orang lain, mengungkapkan prestasi
dirinya, keinginan menjadi pusat perhatian, mengucapkan kata kata yang
tidak dimengerti orang lain, dan memberikan pertanyaan yang tidak bisa
dijawab oleh orang lain.
5. Autonomy ( aut )
Keinginan untuk mandiri, bebas melakukan
yang
inkonvensional,
menghindari
situasi
yang
menginginkan
68
7. Intraception ( Int )
Kebutuhan akan minat terhadap permasalahan manusia untuk diketahui dan
dianalisis, menampatkan diri pada kebutuhan orang.
8. Succorance ( suc )
Membutuhkan pertolongan orang lain saat berada dalam kesulitan, mencari
dukungan orang lain, bersifat agosentris dan kurang dewasa, mendapatkan
afeksi dari orang lain, membutuhkan simpati dan pemahaman orang lain akan
masalah pribadinya.
9. Dominance ( dom )
Kebutuhan untuk memimpin, membuat keputusan kelompok, terpilih menjadi
pemimpin komite, mempengaruhi orang lain untuk melakukan yang ia
inginkan, mengawasi , memberikan instruksi, dan mengarahkan tindakan
orang lain.
10. Abasement ( aba )
Merasa bersalah ketika
melakuka hal yang tidak benar, merasa lebih baik untuk menghindari
perselisihan, merasa bersalah, akan ketidakmampuannya mengatasi situasi
takut akan superioritas dan merasa inferior bila dibandingkan dengan orang
lain.
69
70
i.
ii.
iii.
ii.
iii.
71
-s, diisi dengan cara menjumlahkan skor r dan c. Jumlah maksimum skor adalah
28.
4
Pada bagian bawah lembar jawaban terdapat kotak ( 15 kotak ). Istilah kotak
kotak itu dengan cara membandingkankan jawaban A/B yang terkena garis biru
dan merah pada setiap kolom. Bila ditemukan kesamaan jawabab, maka berilah
tanda checklist . Hanya skor yang berkisar antara 10 15 yang menunjukkan
konsisiten dan dapat diinterpretasikan karena hasilnya dapat dianggap valid.
5 Carilah kedudukan skor s dari masing masing need berdasarkan profil sehingga
diperoleh grafik need subyek secara keseluruhan.
6
Tinggi rendahnya need pada individu itu sendiri dibandingkan dengan mean
profile, yang berbeda normanya bagi pria dan wanita.
72
information
comprehension
digit span
arithmetic
similarities
vocabulary
picture arrangement
picture completion
block design
object assembly
digit symbol
73
74
4. Tahap Pembahasan
a. Menginterpretasikan data yang diperoleh melalui alat ukur yang telah
diberikan kepada para subjek penelitian.
b. Membuat gambaran dinamika kepribadian.
c. Membuat kesimpulan hasil penelitian dan saran.
75
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN MASALAH
4.1. Hasil
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai dinamika
kepribadian anak kembar yang terpisah di budaya Minang dan Jawa serta
bagaimana peran nature (genetik) dan nurture (lingkungan) dalam membentuk
kepribadian mereka.
Pada bab ini akan disajikan data mengenai subyek penelitian serta profil
keluarga mereka. Kemudian dilanjutkan dengan hasil perhitungan dari big five
personality berupa hasil perhitungan persentil dari trait-trait kepribadian big five
dilanjutkan dengan pembahasan. Selanjutnya juga akan disajikan hasil
perhitungan dan pembahasan dari tes EPPS dan WB sebagai data pelengkap
untuk memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai kepribadian mereka.
76
Nama Ayah
Usia Ayah
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
: HS (alm)
:: Jawa
: Islam
: D3
: Direktur PT SBU Pdg
:-
Nama Ibu
Usia Ibu
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
: UM
: 63 tahun
:J
: Islam
: SMA
: Ibu rumah tangga
: Jl KS no 4 Pdg
Subjek B
Nama
Jenis Kelamin
Tempat Tanggal Lahir
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan
Alamat
Nama Ayah
Usia Ayah
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
: HS (alm)
:: Jawa
: Islam
: D3
: Direktur PT SBU pdg
:-
Nama Ibu
Usia Ibu
Suku Bangsa
Agama
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Alamat
: UM
: 63 tahun
: Jawa
: Islam
: SMA
: Ibu rumah tangga
: Jl KS no 4 Pdg
77
78
79
Dari hasil wawancara dengan ibunya masa balita AP penuh dinamika. Dalam
pergaulan sehari hari AP dikenal sebagai orang yang mudah bergaul,
ekstrovert, to the point, dan kritis.
Semasa anak anak dan remaja, AP dikenal sebagai anak yang manja, aktif
diberbagai kegiatan dan terkadang suka membuat masalah dengan beberapa
teman baik disekolah maupun di rumah. Sikap dan perangai AP yang ekspresif
dan berbicara langsung tanpa memperdulikan perasaan lawan bicaranya,
keberaniannya mencoba hal hal baru membuat AP menjadi anak yang sedikit
membangkang tapi sangat menyukai tantangan. Pada masa remajanya AP
mengikuti les menari sampai
80
81
82
83
84
85
Tabel 4.1.
Hasil Persentil Big Five
DIMENSI
AP
BJ
IBU
68
18
58
Conscientious
72
81
72
Extroverted
78
50
47
Agreeable
42
64
64
Neuroticm
38
50
34
O
C
E
A
N
86
O
C
E
A
N
87
O
C
E
A
N
88
Tabel 4.4.
Diagram Big Five Ibu
O
C
E
A
N
Ibu
termasuk
individu
yang
cukup
terorganisir,
rapi
serta
dapat
dipercaya/diandalkan
x
89
O
C
E
A
N
90
walaupun
menginginkannya
namun
cenderung
sulit
menyampaikan
Dibandingkan AP, BJ jauh lebih terorganisir dan terencana dan jauh lebih rapi
dibanding dengan AP.
Trait kepribadian antara AP dan BJ berdasarkan lima dimensi pokok big five
memiliki kesamaan dengan skor 46,58 persentil.
Tabel 4.6.
Hasil Big Five Personality Survey
O
C
E
A
N
91
Ibu cukup teratur, rapi serta dapat dipercaya, begitu juga dengan AP
AP percaya diri dan suka bergaul dan energik sedangkan Ibu cenderung pemalu
dan menarik diri di situasi sosial
AP gampang mengkritisi orang lain, sedangkan ibu sulit untuk mengkritisi orang
lain
Trait kepribadian antara AP dan Ibu berdasarkan lima dimensi pokok big five
TAbel 4.7.
Hasil Big Five Personality Survey
O
C
E
A
N
92
Ibu cukup teratur, rapi serta dapat dipercaya, sedangkan BJ sangat teratur, rapi
serta dapat dipercaya
Ibu cenderung malu dan menghindari situasi sosial, begitu pula dengan BJ
Ibu sulit untuk mengkritisi orang lain dan menyampaikan pendapat dengan tepat,
begitu pula dengan BJ
Trait kepribadian antara BJ dan Ibu berdasarkan lima dimensi pokok big five
4.5.7. Pembahasan
4.5.7.1. Peran Nature dan Nurture dalam Membentuk Karakter Kepribadian
Subyek
Peran Nature (genetik) dan Nurture (lingkungan) merupakan dua unsur penting
dalam membentuk kepribadian seseorang. Pada kembar identik AP dan BJ, peran
Nature dapat terlihat pada adanya kecenderungan kemiripan pada traits kepribadian
yang mereka miliki, karena traits kepribadian merupakan basic tendency yang
merupakan biological based yang erat kaitannya dengan faktor Nature. Adapun unsur
Nurture (lingkungan) nantinya akan terlibat pada dinamika basic tendencies tersebut
93
dan berperan dalam menentukan apakah basic tendencies tersebut akan berkembang
menjadi dominan ataukah tidak dalam kehidupan mereka.
Dari
AP dan BJ
AP dan Ibu
BJ dan Ibu
46,58
67,49
70,75
Skor persentil antara kembar AP dan BJ sebesar 46,58. Hal ini dapat diartikan
bahwa basic tendency pada trait-trait kepribadian yang mereka miliki memiliki
kesamaan sebesar 46,58 yang berarti lebih banyak ditemukan perbedaan daripada
persamaan pada trait-trait kepribadian mereka.
Skor persentil antara AP dan Ibu sebesar 67,49 sedangkan skor persentil antara BJ
dan Ibu sebesar 70,75. Hal ini berarti lebih ditemukan kemiripan trait-trait
kepribadian pada Ibu dengan BJ yang dibesarkan di Jawa dibandingkan dengan
AP yang sejak lahir tinggal bersama Ibu. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan
lingkungan tempat mereka dibesarkan. Lingkungan disini yaitu kota Padang,
Sumatera Barat tempat AP dibesarkan yang memiliki sistem nilai dan tradisi
budaya Minangkabau dan Kota Kebumen, Jawa Tengah tempat BJ dibesarkan
yang memiliki sistem nilai dan tradisi budaya Jawa.
94
Pada
dimensi
Analisa
Extraversion, AP
memiliki
tingkat
tumbuh
menjadi
pribadi
yang
memiliki
pribadi
yang memiliki
karakteristik Introversion.
2
Agreeableness
95
Neuroticm
96
tinggi
prinsip
kehormatan
dengan
Openess to
experiences
kreatif, lebih
memberikan
ruang
gerak
bagi
kebebasan
konvensional/ tradisional,
97
dalam
mengekspresikan
diri
maupun
skor rendah.
Conscientiousness Pada dimensi Conscientiousness, sebenarnya baik AP, BJ
pribadi
yang
memiliki
karakteristik
Needs
Score
Mean Profile
Percentile
Achievement
17
83
Deference
--
Order
17
65
Exhibition
16
++
89
Autonomy
14
++
72
98
Afiliation
12
10
Intraception
20
89
Succorance
12
46
Dominance
12
71
10
Abasement
15
36
11
Nurturance
19
56
12
Change
14
37
13
Endurance
15
39
14
Heterosexual
--
10
15
Aggression
18
++
96
85
Consistency 13
No
1
SS
Exhibition
Interprestasi
Aggression
++
3
Autonomy
orang lain
Kebutuhan yang besar untuk hidup mandiri, bebas melakukan
sesuatu sesuai dengan yang diinginkan, tidak tergantung pada
++
4
Intraception
+
5
Succorance
lain,
bersifat
egosentris
dan
kurang
dewasa,
99
Achievement
Order
orang lain.
Kebutuhan
akan
kerapian
dan
keteraturan,
membuat
Nurturance
untuk
menunjukkan
rasa
sosial,
memberi
Change
0
10
Affiliation
kebiasaan baru.
Kecenderungan untuk tidak tergabung dalam kelompok
pertemanan, tidak memiliki teman sebanyak mungkin, ,tidak
melakukan kegiatan bersama orang lain dan tidak membangun
11
Dominance
12
Abasement
13
Endurance
14
Deference
--
100
15
Heterosexual
Needs
Score
Mean Profile
Percentile
Achievement
20
95
Deference
20
94
Order
20
85
Exhibition
10
42
Autonomy
Affiliation
--
Intraception
17
70
Succorance
18
++
88
Dominance
12
71
10
Abasement
14
29
11
Nurturance
19
56
12
Change
11
18
13
Endurance
19
72
14
Heterosexual
24
15
Aggression
13
78
85
Consistency 13
No
1
SS
Succorance
Interprestasi
Kebutuhan yang besar untuk mendapatkan pertolongan
++
101
mendapatkan
afeksi
dari
orang
lain,
Achievement
Kecenderungan
untuk
melakukan
yang
terbaik,
Deference
+
4
Aggression
membuat keputusan.
Kecenderungan untuk melawan pandangan yang
berbeda, mengatakan kepada orang lain mengenai apa
yang
+
5
Intraception
ia
pikirkan,
mengkritisi,
memperlihatkan
pada
kebutuhan
orang
lain,
empati,
Order
lain.
Kebutuhan akan kerapian dan keteraturan, membuat
perencanaan yang matang sebelum melakukan sesuatu,
0
7
Exhibition
Nurturance
0
9
Endurance
untuk
ulet,
pekerjaan,
gigih,
tekun
mencoba
dalam
mencari
102
10
Autonomy
Kebutuhan untuk
Dominance
konvensional.
Kecenderungan untuk tidak memimpin, tidak membuat
keputusan, tidak mempengaruhi orang lain untuk
melakukan apa yang ia inginkan, tidak mengawasi,
tidak memberikan instruksi dan tidak mengarahkan
12
Abasement
orang lain.
Kecenderungan untuk tidak adanya rasa bersalah ketika
melakukan kesalahan, tidak menghindari perselisihan
13
Change
14
Heterosexual
15
Affiliation
dan
mendengarkan
hal-hal
yang
orang lain.
Needs
Achievement
Raw Score
Mean Profile
Percentile
--
103
Deference
83
Order
38
Exhibition
32
Autonomy
++
72
Afiliation
10
35
Intraception
77
Succorance
11
+++
98
Dominance
85
10
Abasement
36
11
Nurturance
10
56
12
Change
60
13
Endurance
--
25
14
Heterosexual
24
15
Aggression
55
45
Consistency 11
No
1
SS
Succorance
Interprestasi
Kebutuhan yang sangat besar untuk mendapatkan pertolongan
orang lain saat berada dalam kesullitan, mencari dukungan
orang
lain,
bersifat
egosentris
dan
kurang
dewasa,
Autonomy
++
3
Deference
104
kemauan
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
aturan
Intraception
Change
+
6
Exhibition
kebiasaan baru.
Affiliation
sesuatu
bersama
orang
lain
daripada
Dominance
0
9
Nurturance
untuk
menunjukkan
rasa
sosial,
memberi
Agression
0
11
Abasement
orang lain.
Kecenderungan untuk tidak adanya rasa bersalah ketika
melakukan kesalahan, tidak menghindari perselisihan dan
12
Heterosexual
105
Order
14
Achievement
pekerjaan.
Tidak adanya kebutuhan melakukan yang terbaik, menjadi
sukses, melakukan tugas yang membutuhkan keterampilan
dan usaha, menyelesaikan pekerjaan yang sulit dengan baik,
-15
Endurance
--
106
Dalam bekerja AP lebih suka bekerja secara mandiri sesuai dengan yang ia
inginkan dan tidak suka tergantung kepada orang lain. Dalam mengerjakan
pekerjaannya, AP cukup teratur serta merencanakan apa yang akan dilakukan, tetapi
terkadang
AP
mudah
bosan
sehingga
membuatnya
kurang
tekun
dalam
107
Dalam bekerja, BJ adalah tipe orang yang tidak terlalu menyukai perubahan dan
tidak suka melakukan hal-hal baru yang berbeda. BJ membutuhkan kerapian dan
keteraturan dan membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan sesuatu serta
mengatur detil-detil pekerjaan. BJ juga merupakan orang yang cukup gigih dan tekun
dalam menyelesaikan pekerjaan. Hal tersebut membuatnya memiliki keinginan
berprestasi yang tinggi. Sayangnya BJ cenderung tergantung pada orang lain, tidak
mandiri, dan berpatokan pada hal-hal yang konvensional (End 0, Chg -, Ach +, Ord 0,
Aut -).
Dalam bekerja Ibu memilliki keinginan yang kuat untuk dapat mandiri, bebas
melakukan sesuatu yang diinginkannya dan menyukai hal-hal yang baru, tetapi
108
kelemahan Ibu, Ibu cenderung tidak dapat mengatasi gangguan pada saat bekerja dan
kurang membuat perencanaan yang matang sebelum melakukan sesuatu serta kurang
mengatur detil-detil pekerjaannya (End --, Chg +, Ach --, Ord -, Aut ++).
109
dalam kelompok pertemanan, ,tidak melakukan kegiatan bersama orang lain dan tidak
membangun kedekatan yang kuat dengan orang lain. Dari analisis diatas dapat
dikatakan bahwa BJ pada dasarnya merupakan orang yang dependen tetapi BJ juga
kurang dapat memenuhi kebutuhannya untuk mendapatkan afeksi yang besar dari
lingkungan, karena BJ tidak memiliki banyak teman yang dapat memenuhi
kebutuhannya tersebut.dan cenderung tidak mampu untuk membangun kedekatan
yang kuat dengan orang lain
Sedangkan pada Ibu, berdasarkan hasil EPPS, diketahui bahwa need yang
paling dominan pada diri Ibu adalah need of succorance yang berarti Ibu sangat
membutuhkan pertolongan orang lain dalam menghadapi kesulitan dan akan mencari
dukungan orang lain karena kebutuhan afeksi dan simpati Ibu cenderung tinggi. Skor
need of endurance yang rendah menunjukkan bahwa Ibu kurang gigih dan optimal
dalam mengerjakan pekerjaan yang sulit dan mencoba mencari pemecahan suatu
masalah sampai teratasi.
Pada hasil EPPS ini dapat diketahui bahwa terdapat persamaan pada diri BJ
dan Ibu, dimana need yang paling dominan pada diri mereka, yaitu : needs of
succorance, yang berarti memiliki kebutuhan yang sangat besar akan pertolongan dari
orang lain saat berada dalam kesulitan, mencari dukungan orang lain dan sangat
membutuhkan afeksi, simpati dan pemahaman orang lain akan masalah pribadinya.
Pada diri AP, BJ dan Ibu, juga dapat diketahui bahwa mereka pada dasarnya
sama-sama memiliki kebutuhan untuk untuk diperhatikan oleh orang-orang di
sekitarnya dan memiliki kebutuhan untuk mengatakan kepada orang lain mengenai
110
apa yang ia pikirkan dan kemarahan ia yang rasakan (needs of exhibition dan needs
of aggression). Namun kebutuhan ini menjadi lebih terlihat dominan pada diri AP,
karena pada diri BJ kebutuhan ini menjadi tersamar, karena BJ memiliki
kecenderungan yang kuat untuk mendapatkan dukungan orang lain serta sangat
membutuhkan afeksi dan simpati orang lain, sehingga dalam kehidupan sosialnya BJ
akan cenderung mengikuti kehendak dan menerima kepemimpinan orang lain dan
mencari situasi yang aman untuk dirinya.
Perbedaan-perbedaan dalam perwujudan tingkah laku AP dan BJ yang
dianalisis berdasarkan kebutuhan/needs yang terbentuk pada diri mereka ini
diasumsikan sebagai keterlibatan peran unsur budaya tempat mereka dibesarkan.
Budaya Minang memiliki keterlibatan pada diri AP dalam membentuk pribadinya
yang cenderung ekstravert, percaya diri dan ingin menunjukkan dirinya (exhibition)
serta mudah mengkritisi dan mengatakan kepada orang lain mengenai apa yang ia
pikirkan (aggression), sedangkan budaya Jawa memiliki keterlibatan pada diri BJ
dalam membentuk pribadi BJ yang sangat membutuhkan simpati, afeksi dan
dukungan orang lain serta cenderung mengikuti kehendak dan kepemimpinan orang
lain (succorance).
Hasil analisis kepribadian AP yang diperoleh dari EPPS test ini juga
berkolerasi dengan hasil pada big five personality test, pada trait extraversion dan
disaggreableness yang dimiliki AP, yang sama-sama mengatakan bahwa AP
memiliki kecenderungan ekstravert dan mudah mengkritisi orang lain. Sedangkan
hasil analisis kepribadian BJ berkolerasi dengan trait aggreableness dan neurotism
111
yang dimiliki BJ, yang menjelaskan adanya kecenderungan untuk menuruti kehendak
orang lain dan cenderung dependen serta takut berada disituasi yang tidak aman.
R.Sc
8
15
11
7
17
VERBAL SCORE
Vocabulary
6.Digit Symbol
7.Pict Arrangement
8.Pict Completion
9.Block Design
10.Object Assembly
27
55
11
6
22
22
PERFORMANCE SCORE
Scale
Verbal Scale
Performance Scale
Full Scale
OIQ Vocabulary
OIQ Formula ( Inf + Sim + BD )
OIQ Block Design
OIQ Subtes Tertinggi
W.Sc
6
13
9
9
14
51
12
13
10
4
10
13
50
Keterangan
+
O ki rata - rata
O ki rata rata
+
O ka rata-rata
+
O ki rata - rata
-O ki rata - rata
+
Keterangan
PIQ > VIQ
52
50
102
120
100
100
140
108
109
109
120
108
108
133
Average
Superior
Average
Average
Very Superior
R.Sc
12
11
11
7
16
W.Sc
9
10
9
9
13
Keterangan
O ki rata rata
O
O ki rata rata
O ki rata rata
+
Subtes
1.Information
2.Comprehension
3.Digit Span
4.Arithmetic
5.Similarities
112
24
54
13
7
22
23
50
10
13
11
6
10
14
54
50
54
104
100
106
100
140
105
114
110
108
111
108
133
VERBAL SCORE
Vocabulary
6.Digit Symbol
7.Pict Arrangement
8.Pict Completion
9.Block Design
10.Object Assembly
PERFORMANCE SCORE
Scale
Verbal Scale
Performance Scale
Full Scale
OIQ Vocabulary
OIQ Formula (Inf + Sim + BD)
OIQ Block Design
OIQ Subtes Tertinggi
4.7.3
O
O ka
O ki rata rata
O ki rata rata
+
113
Walaupun memiliki taraf kecerdasan yang sama dengan perbedaan skor yang
hanya satu poin, tetapi mereka memiliki perbedaan yang cukup significant pada
hasil skor VIQ (Verbal IQ) dan PIQ (Performance IQ). Skor VIQ AP = 108,
sedangkan VIQ BJ = 105, sedangkan pada skor PIQ, PIQ AP =109 dan PIQ BJ
= 114. Perbedaan ini menunjukkan kemampuan yang lebih baik pada
kemampuan Verbal AP yang dibesarkan di Padang dibandingkan BJ yang
dibesarkan di Jawa, dan sebaliknya menunjukkan kemampuan Performance
yang lebih baik pada BJ yang dibesarkan di Jawa dibandingkan AP yang
dibesarkan di Padang. VIQ adalah kemampuan yang berhubungan dengan
keluasan wawasan, pemahaman terhadap norma-norma dan nilai sosial,
penggunaan akal sehat atau logika berpikir, atensi, konsentrasi, kemampuan
menganalisa dan mengungkapkan ide-ide. PIQ adalah kemampuan yang
berhubungan dengan kemampuan belajar dari pengalaman, kemampuan
perpepsi untuk melihat esensi dari suatu permasalahan, kemampuan
merencanakan dan mengorganisir, berpikir gestalt dan analisa-sintesa.
Perbedaan-perbedaan pada hasil ini dapat diindikasikan sebagai pengaruh dari
budaya tempat mereka dibesarkan.
Pada diri AP, kemampuan Verbal yang lebih tinggi dari BJ, terlihat juga dari
hasil tes big five personality, dimana AP cenderung lebih mudah dalam
menyampaikan pendapatnya dan lebih baik dalam mengungkapkan ide-ide
dibandingkan dengan kembarannya BJ, sedangkan pada diri BJ, kemampuan
Performance yang lebih baik daripada AP, terlihat dari Conscientiousness yang
114
115
menggunakan
logika
berpikir
yang
lebih
baik
dalam
116
trait kepribadian
yang dimiliki
pasangan kembar AP dan BJ, namun cenderung lebih ditemukan perbedaan dalam
dinamikanya. Pada AP dan BJ ditemukan perbedaan pada trait extraversion, open
to experiences, aggreableness dan neuroticm. AP memiliki skala trait
ekstraversion dan open to experiences yang cukup tinggi, sehingga kepribadian
AP cenderung lebih extrovert, riang, open minded dan terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru, sedangkan dengan skala trait agreebleness AP
yang rendah, AP cenderung mudah mengkritik dan menentang orang lain
dibandingkan BJ yang memiliki skala trait
sehingga cenderung lebih penurut dan mencari situasi aman untuk dirinya. Adapun
dengan skala trait neuroticism rendah, AP cenderung tenang dalam menghadapi
tekanan daripada kembarannya BJ, yang cenderung mudah panik dan cemas
ketika berada dalam situasi penuh tekanan.
Adapun persamaan trait kepribadian yang dimiliki pasangan kembar AP
dan BJ, yaitu ditemukan pada trait conscientiousness. Keduanya baik AP dan BJ
cenderung
tepat waktu,
117
dependent,
berusaha
menghindari
konflik,
sulit
mengemukakan
dengan teori Big Five Personality; bahwa trait kepribadian merupakan basic
tendency yang berasal dari faktor bawaan, namun basic tendency tersebut
dapat mengalami dinamic process dengan lingkungan dan budaya tertentu
yang mengakibatkan trait kepribadian akan beradaptasi dengan lingkungan
dan budaya tersebut.
118
2) BJ dibesarkan di budaya Jawa yang memiliki tata krama yang kuat, sehingga
masyarakatnya sebagian besar cenderung menjadi introvert, agreeableness
dan konvensional, dengan kata lain stimulus dari lingkungan meyebabkan
trait-trait tersebut lebih berkembang pada diri BJ.
Pada orientasi kebutuhan (needs) yang diperoleh dari hasil tes EPPS, juga
ditemukan lebih banyak persamaan antara Ibu dengan BJ dibandingkan AJ. Ibu
dan BJ sama-sama memiliki kebutuhan yang tinggi akan succorance dan
deference. Sedangkan antara AP dan BJ, diketahui bahwa AP memiliki
kecenderungan dominan pada kebutuhan exhibition, autonomy dan agression,
sedangkan BJ memiliki kecenderungan dominan pada kebutuhan succorence,
deference dan achievement.
Kecenderungan ini juga ditemukan pada hasil big five personality test dan
WB. Adanya orientasi yang dominan pada kebutuhan Exhibition pada AP, juga
terlihat pada trait Extraversion pada big five personality, sehingga AP cenderung
lebih ekstravert, riang serta mengikuti berbagai kegiatan dibandingkan BJ.
Orientasi yang dominan pada kebutuhan agression pada AP juga dapat terlihat
pada trait agreeableness yang rendah pada AP, sehingga AP cenderung mudah
mengatakan kepada orang lain mengenai apa yang ia pikirkan, mengkritisi,
memperlihatkan kepada orang lain mengenai apa yang ia pikirkan dan menyerang
pendapat orang lain yang berbeda. Pada hasil WB, hal ini dapat terlihat dari skor
VIQ/kemampuan verbal yang dominan pada AP dibandingkan BJ.
119
Sedangkan pada BJ, orientasi yang dominan pada succorance dan deference
terlihat dari adanya trait neuroticm dan trait agreeableneess yang tinggi pada Big
Five Personality sehingga BJ cenderung mencari dukungan orang lain, sangat
membutuhkan afeksi dan simpati orang lain serta mengikuti kehendak orang lain.
Adapun orientasi dominan pada achievement pada diri BJ dapat terlihat pada trait
conscientiousness, sehingga BJ cenderung menjadi orang yang well-organized,
tepat waktu dan memprioritaskan tugas. Pada WB, hasil ini dapat terlihat dari
skor PIQ/kemampuan performance BJ yang lebih tinggi daripada AP.
Data tambahan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah ditemukannya
taraf kecerdasan yang sama pada pasangan kembar identik AP dan BJ walaupun
mereka dibesarkan dalam budaya yang berbeda.
Dari keseluruhan hasil diatas, dapat disimpulkan juga bahwa pemisahan pada
pasangan kembar identik AP dan BJ di budaya Minang dan Jawa ini tidak begitu
berpengaruh pada aspek kognisi yang mereka miliki, tetapi memiliki pengaruh
yang cukup besar pada aspek afeksi dan konasi yang mereka miliki.
120
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Peran nature dan nature merupakan dua unsur penting dalam membentuk
kepribadian seseorang. Pada kembar identik AP dan BJ, peran nature dapat
terlihat pada adanya kecenderungan kemiripan pada basic-basic tendency yang
mereka miliki, tetapi kemudian unsur nurture akan terlibat pada dinamika
basic-basic tendency tersebut. Unsur nature/lingkungan tersebut akan berperan
dalam menentukan apakah basic-basic tedency tersebut akan berkembang
menjadi dominan ataukah tidak dalam kehidupan mereka. Dari hasil penelitian
ini, budaya Minang memberikan kontribusi pada pembentukan kepribadian AP
dengan trait ekstraversion dan openness yang tinggi serta trait agreeableness
dan neuroticm yang rendah. Sedangkan budaya Jawa memberikan kontribusi
pada pembentukan kepribadian BJ yang memiliki trait conscientiousness dan
aggreableness yang tinggi serta trait neuroticm dan extraversion yang rendah.
Pada orientasi needs, AP yang dibesarkan di Padang memiliki kebutuhan yang
tinggi akan exhibition, autonomy dan aggresion. Sedangkan BJ yang dibesarkan
di Jawa memiliki kebutuhan yang tinggi akan succorance, deference dan
achievement.
Dari hasil WB, diketahui bahwa AP dan BJ memiliki taraf kecerdasan yang
sama walaupun dibesarkan dalam budaya yang berbeda, namun AP memiliki
121
Dari penelitian ini, dapat disimpulkan juga bahwa pemisahan pada pasangan
kembar identik AP dan BJ di budaya Minang dan Jawa ini tidak begitu
berpengaruh pada aspek kognisi yang mereka miliki, tetapi memiliki pengaruh
yang cukup besar pada aspek afeksi dan konasi yang mereka miliki.
122
3. Bagi orang tua yang memiliki anak kembar yang dipisahkan, semoga penelitian
ini dapat menjadi pertimbangan bahwa pemisahan akan berkontribusi cukup besar
bagi kepribadian anak.
4. Bagi anak kembar yang memiliki pasangan kembar terpisah, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pemahaman tersendiri bahwa mereka juga harus
memahami lingkungan dimana pasangan kembarnya dibesarkan untuk dapat
memahami karakter pasangan kembarnya dengan baik.
123
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, R. L., et all. 1998. Pengantar Psikologi. Batam: Interaksara.
Hall, C.S ; Lindzey, G.; Loehlin, J.C & Manosevitz, M. C. 1985. Introduction to
Jaya.
Pustaka Pelajar.
McCrae, R. R., & Allik, J. 2002. The Five Factor Model of Personality Across