Anda di halaman 1dari 117

HUBUNGAN ANTARA

KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTRAVERT


DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
PADA REMAJA AKHIR

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh:

Fanni Anindyati

NIM : 049114038

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010

i
The grand essential of happiness are

something to do,
something to love,
and something to hope for..
(Allan K. Chalmers)

Happiness is a choice that requires effort at times.


(anonim)

Empat hal untuk dicamkan dalam kehidupan:

Berpikir jernih tanpa bergegas atau bingung,

Mencintai setiap orang dengan tulus,

Bertindak dalam segala hal dengan motif termulia,

Percaya kepada Tuhan tanpa ragu sedikitpun.

(Hellen Keller)

iv
Karya ini kupersembahkan…
Teruntuk kedua orangtuaku
yang dengan tulus memberiku
kasih sayang tak berujung
Teruntuk eyang putri
yang selalu sabar mendukung dan mendoakanku
Teruntuk mbah kakung di sana,
Teruntuk kakak dan adik-adikku,
serta sahabat-sahabatku.

v
HUBUNGAN ANTARA
KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AKHIR

Fanni Anindyati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecenderungan
kepribadian ekstravert dan subjective well-being. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa-
mahasiswi Universitas Sanata Dharma yang berusia 18-22 tahun dengan karakteristik remaja akhir
yang berjumlah 100 mahasiswa. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
kecenderungan kepribadian ekstravert dan subjective well-being pada remaja akhir. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan metode skala modifikasi dari skala model Likert yang
terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Skala kecenderungan kepribadian ekstravert, 2) Skala subjective
well-being. Skala kecenderungan kepribadian ekstravert memiliki koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach sebesar 0,869 dari 30 aitem. Skala subjective well-being memiliki koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach sebesar 0,920 dari 48 aitem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif
antara tipe kepribadian ekstravert-introvert dan subjective well-being. (r = 0,550 dengan p = 0,000;
p < 0,01)

Kata kunci: kepribadian ekstravert, subjective well-being, remaja akhir.

vii
THE CORRELATION BETWEEN
EXTRAVERT PERSONALITY TENDENCY
AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN LATE ADOLESCENTS

Fanni Anindyati

ABSTRACT

The aim of this research was to find out the positive correlation between extravert
personality tendency and subjective well-being in late adolescents. The subjects are 100 students
of Sanata Dharma University who has characteristic late adolescents. The ages of subjects are
about 18-22 years old. The proposed hypothesis is as follow there is a positive relationship
between extravert personality tendency and subjective well-being in late adolescents. The data
collected in this research was conducted two scales using modification scale from Likert scale
model. First, the extravert personality tendency scale. Second, the subjective well-being scale. The
reliability of extravert-introvert personality types scale tested by using reliability coefficient Alpha
Cronbach and obtained result for 0,869 of 30 items. The reliability coefficient Alpha Cronbach for
subjective well-being scale was 0,920 of 48 items. The research data were analyzed using
Pearson’s Product Moment analysis. The result showed that there was a positive correlation
between extravert-introvert personality types and subjective well-being (r coefficient was 0,550
with p=0,000; p < 0,01).

Keywords: extravert personality, subjective well-being, late adolescents.

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas petunjuk, berkat,

perlindungan serta kasih yang berkelimpahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan satu tahap dalam proses kehidupan, yaitu skripsi. Penulis

menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai

pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya dan setulusnya kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat

kekuatan, dan kasih yang tiada hentinya. Terima kasih atas kepercayaan

yang Engkau berikan.

2. My biggest sponsorship in my life, Mama Sri Satiti Suci Rahayu dan Papa

Didi Suhardi, thank you for giving me unconditional love. Terima kasih

untuk doa, kasih sayang dan semua yang diberikan untuk penulis.

3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi yang

telah memberikan berbagai kemudahan dalam menyelesaikan skripsi dan

kegiatan akademik.

4. Sylvia Carolina M.Y.M., S.Psi., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang dengan sabar memberikan masukan, waktu serta dorongan untuk

segera menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga untuk diskusi-

diskusinya selama ini.

x
5. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M. Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang selalu memberi arahan dan dalam kegiatan akademik maupun pada

saat menyelesaikan skripsi.

6. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. Terima kasih atas masukan dan arahan

yang sangat berarti untuk karya tulis ini. Terima kasih juga untuk

bimbingannya selama di P2TKP.

7. Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.A. Terima kasih untuk masukan dan

arahan yang sangat berarti untuk karya tulis ini.

8. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Terima kasih untuk arahan dan

bimbingan selama di P2TKP.

9. Semua Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mengajari banyak

hal tentang psikologi.

10. Mas Gandung, Mba Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi’. Terima kasih

untuk bantuan-bantuannya selama ini.

11. My sisters Suci Ardiani n Clara Ivana, my brother Krisna Ardian, terima

kasih untuk dukungan, canda tawa, dan kejahilan kalian yang telah

membuatku tersenyum. Semoga kita segera kumpul jadi satu ya.

12. Mbah Uti, terima kasih banyak ya Mbah untuk semuanya, dukungan, kasih

sayang dan doa. Terima kasih juga untuk bulik Atik dan dek Iyan, bulik

Wiwit, om Gandung, dek Tika serta dek Geras.

xi
13. Fransiskus Catur Pandu Hasmoko. Terima kasih atas kasih sayang,

dukungan, doa, waktu, pengertian, perhatian, kesabaran serta

pengorbananmu. Segera menyusulku ya. Percayalah, semua akan indah

pada waktunya.

14. Sahabatku Aurelia Tyas Reneng Ayomi, terima kasih untuk dukungan dan

doanya. Akhirnya aku bisa nyusul kamu Yas. Kapan kita bisa ngobrol

panjang seperti dulu lagi ya.

15. Sahabat-sahabatku di Psikologi, Elisabeth Ruri Suryani (makasih mba Rur

untuk semuanya, akhirnya!), Lusia Wiji Astuti (ayo cepetan lulus, doaku

menyertaimu), Gregoria Rosarheina (Ochaaa….kangen kowe!), Siska

(akhirnya kita lulus juga,hehe), Ditha (makasih untuk bantuannya), Wulan

dan Tinul (terus berjuang ya temans), Indra, Kadek, Ita, Yetty.

16. Sahabat-sahabat Foodlovers, Elisabeth Kartikasari (terima kasih untuk

kecerewetan’mu, akhirnya aku lulus juga), Tri Sumaryati (terima kasih

untuk semuanya), Novera Pamian (ayo ve, kamu pasti bisa), dan Gracy

Sondang Marpaung (semangat ya Son. Terus berjuang!).

17. Pak Tony, mba Diana Pujihastuti, terima kasih untuk arahan dan

bimbingannya selama di P2TKP. Teman-teman asisten P2TKP: Ruri,

Indra, Wulan, Ucie, Ita, Tinul, Sumar, Pace, Mumun, Betty, Sari, Nora,

Tya, Iin, Alma, Iie, Devi, Emak, Rona, Nur, Made, Clara, Reni, Anggi,

Nia, Ika, Dian. Terima kasih untuk kebersamaan, canda, tawa, dan kerja

samanya selama ini.

xii
18. Keluarga Komunitas Majus: Bapak Bagas dan Ibu Henkie serta Chelsea

dan Cheline, Lusi, Indra, Mba Lee-a, Yulis, Mba Lilis, Mba Ina, Bunda,

Lilie, Lia Melina ‘Gery’, Mba Denok, Mba Erna, Mba Henny, Mb Anas,

Vicky, Vincent, Elly, Ari, Tina, Mela, Frada, Ita, Viti. Terima kasih atas

kenangan-kenangan yang telah kita lalui bersama.

19. Keluarga KKN Kuliner Pinggir 2007 Pak Dukuh, Ibu, serta Dek Ivan yang

bersedia membagikan kehangatannya untuk kita. Mb Poppy ‘Imbing’,

Ririn ‘Kebaw’, Inne ‘Inyul’, De’Ayoe, Mb Prima ‘Beserwaty’, ‘Pakle’

Darwin, Krisna ‘Pooh’, Angga ‘Jewel’ terima kasih atas kenangan-

kenangan indah selama KKN. Semoga suatu hari nanti kita bisa kumpul

ber-9 lagi.

20. Teman-teman yang menjadi subyek dalam penelitian penulis, terima kasih

atas kerjasama dan dukungannya.

21. Teman-temanku Mba Melati, Mba Dhanie, Mba Mia, Mba Gothe’, Mba

Ocha, Mba Ana, Mas Yovie’01. Pupung, Mas Iyus Atma (makasih atas

pinjaman Oxfordnya). Mas Feri, Mas Teguh, Mas Toto (Ikom’03), Mas

Diaz (P.Fis’03). Reagen, Dias, Nita, Dion, Once (Akakom).

22. Teman-teman EEC (English Extention Course) Sanata Dharma: Dini

(kapan kita kemana?), Mba Murni, Mba Anty, Mba Iin, Helen, Fafa, Mas

Benny, Fajar (ayo Chacha lagi, haha..), Mas Adi, Stephan, Mba Reta, Mba

Ana, Mba Ros, Widuri, Nisa, Mba Asih, Mba Lia.

23. Teman-teman komunitas pendampingan anak Canista, terima kasih atas

kenangan-kenangan indah yang telah kita lalui bersama.

xiii
24. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis

yang tidak bisa penulis ungkap satu per satu, terima kasih atas pengalaman

hidup yang kualami bersama kalian.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan

saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

Penulis

xiv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………..…… ii

HALAMAN PENGESAHAN…………………..…………………..………… iii

HALAMAN MOTO…………. …………………..………………………….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………..………………...……………….. v

HALAMAN KEASLIAN KARYA…………………..……………….……… vi

ABSTRAK…..…………………..…………………..…………………..….… vii

ABSTRACT…………………..…………………..…………………………... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………………… ix

KATA PENGANTAR…………………..…………………..………………... x

DAFTAR ISI…………………..…………………..…………………..……… xv

DAFTAR TABEL…………………..…………………..…………………….. xviii

DAFTAR GAMBAR…………………..………………….....……………...... xix

DAFTAR LAMPIRAN…………………..…………………..……………..... xx

BAB I. PENDAHULUAN…………………..…………………..………….. 1

A. Latar Belakang Masalah…………………..…………………... 1

B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 6

C. Tujuan Penelitian……………………………………………... 7

D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 7

BAB II. LANDASAN TEORI…………………..…………………………... 8

xv
A. Subjective Well-Being………………………………………….. 8

1. Pengertian Subjective Well-Being………………………….. 8

2. Komponen Subjective Well-Being…………………………. 9

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Subjective Well-Being... 12

B. Kepribadian……………………………………………………. 17

1. Pengertian Kepribadian……………………………………. 17

2. Struktur Kepribadian………………………………………. 19

3. Dimensi Ekstravert menurut Eysenck…………………. 19

4. Aspek-aspek Kepribadian Ekstravert……………...………. 22

C. Remaja…………………………………………………………. 24

1. Pengertian Remaja…………………………………………. 24

2. Batasan Usia……………………………………………….. 25

3. Perkembangan Remaja…………………………………….. 26

D. Hubungan antara Kecenderungan Kepribadian Ekstravert dan

Subjective Well-Being pada Remaja Akhir……………………. 28

E. Skema Dinamika………………………………………………. 31

F. Hipotesis Penelitian Subjective Well-Being……………………. 31

BAB III. METODE PENELITIAN…………………..………………………. 32

A. Jenis Penelitian……………………………………….………... 32

B. Identifikasi Variabel…………………………………………… 32

C. Definisi Operasional…………………………………………… 32

1. Kepribadian Ekstravert…………………………………….. 32

2. Subjective Well-Being……………………………………… 33

xvi
D. Subyek Penelitian……………………………………………… 35

E. Prosedur Penelitian…………………………………………….. 36

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data…………………………... 36

G. Uji Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas …………………. 43

1. Uji Validitas……………………………………………….. 43

2. Seleksi Aitem……………………………………………… 43

3. Reliabilitas………………………………………………… 46

H. Metode Analisis Data…………………………………………. 47

1. Uji Asumsi Data Penelitian………………………………... 47

2. Uji Hipotesis Penelitian……………………………………. 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………………. 49

A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………… 49

B. Deskripsi Subyek Penelitian…………………………………… 49

C. Deskripsi Data Penelitian……………………………………… 51

D. Analisis Data Penelitian……………………………………….. 53

1. Uji Asumsi…………………………………………………. 53

2. Uji Hipotesis……………………………………………….. 55

E. Pembahasan……………………………………………………. 58

BAB V. PENUTUP…………………………………………………………... 64

A. Kesimpulan…………………………………………………….. 64

B. Saran………………………………………..………………….. 65

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 67

LAMPIRAN…………………………………………………………………... 70

xvii
DAFTAR TABEL

TABEL 1. Skor Penilaian Skala Kepribadian Ekstravert………………....... 38

TABEL 2. Blue Print Skala Kepribadian Ekstravert………………............... 39

TABEL 3. Skor Penilaian Skala Kepuasan Hidup secara Global.................. 40

TABEL 4. Blue Print Skala Kepuasan Hidup secara Global.......................... 41

TABEL 5. Skala Kepuasan hidup dalam domain khusus............................... 42

TABEL 6. Blue Print Skala Kepuasan hidup dalam domain khusus.............. 42

TABEL 7. Skor Penilaian Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif................ 43

TABEL 8. Blue Print Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif....................... 44

TABEL 9. Sebaran Aitem Skala Kepribadian Ekstravert (setelah uji coba). 46

TABEL 10. Sebaran Aitem Skala Subjective well-being (setelah uji coba) .. 47

TABEL 11. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia............................. 51

TABEL 12. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin........... 51

TABEL 13. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK........................... 52

TABEL 14. Deskripsi Data Penelitian............................................................ 53

TABEL 15. Hasil Uji Normalitas Sebaran...................................................... 55

TABEL 16. Hasil Uji Linearitas..................................................................... 56

TABEL 17. Hasil Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert dan Subjective well-

being.................................................................................... 57

TABEL 18.  Hasil Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert dan Aspek-aspek

Subjective well-being.............................................................. 58

xviii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1. Skema Dinamika Hubungan antara Kecenderungan

Kepribadian Ekstravert dan Subjective Well-Being pada

Remaja Akhir………………………………………………. 31

xix
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Skala Kepribadian Ekstravert dan Subjective Well-being…... 70

LAMPIRAN 2. Uji Reliabilitas Skala Kepribadian Ekstravert……………… 80

LAMPIRAN 3. Uji Reliabilitas Skala Subjective Well-being……………….. 82

LAMPIRAN 4. Uji Asumsi Normalitas dan Linieritas……………………… 84

LAMPIRAN 5. Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert dan Subjective Well-

being………………………………………………………… 85

LAMPIRAN 6. Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert dan Komponen

Subjective Well-being………………………………………. 86

LAMPIRAN 7. Mean Empirik Kepribadian Ekstravert dan Subjective Well-

being………………………………………………………… 87

LAMPIRAN 8. Distribusi Data Subyek Penelitian………………………….. 88

LAMPIRAN 9. Data Demografi Subyek Penelitian……………………….. 89

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan yang bahagia merupakan keinginan setiap manusia pada

umumnya. Banyak peristiwa yang terjadi setiap harinya yang menunjukkan

akan adanya kebutuhan manusia untuk mencapai keinginannya dengan cara

masing-masing. Ada tukang becak yang rela bekerja dari pagi sampai malam

sepanjang hari untuk bisa menafkahi anak dan istrinya, kemudian ada

pedagang di pasar yang selalu bangun subuh setiap harinya, dan ada seorang

guru yang menjual bajunya untuk membeli sebuah buku yang akan digunakan

untuk mengajar. Selain itu ada pula masyarakat miskin yang rela mengantri

dan bahkan berkelahi satu sama lain untuk mendapatkan sembako gratis, ada

banyak pejabat pemerintahan yang korupsi, ada konflik yang memperebutkan

kursi kepemimpinan di lembaga negara, dan masih banyak lagi peristiwa

terjadi setiap harinya. Menurut Howard Cutler, MD fenomena atau gejala

tersebut merupakan gerak hidup manusia menuju kebahagiaan (Kompas, 5

Mei 2008). Para filsuf berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan tujuan

akhir keberadaan atau eksistensi manusia di dunia. Oleh karena itu,

kebahagiaan dinilai sebagai keinginan setiap orang.

Begitu banyak peristiwa hidup yang merepresentasikan suatu

kebahagiaan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencapai kebahagiaan

sejati. Namun, terkadang manusia kurang merasa puas akan apa yang telah

1
2

dicapai selama ini. Maslow menyatakan bahwa manusia akan mengalami

pengalaman puncak (peak experience) yang salah satu cirinya adalah sering

mengalami letupan emosi bahagia yang mendalam, yaitu ketika telah

terpenuhinya lima kebutuhan mendasar manusia (Widyarini, M. M. N, 2004).

Maka dari itu, kebahagiaan sering disangkut-pautkan dengan kepuasan hidup.

Akankah kepuasan hidup mempengaruhi tingkat kebahagiaan seseorang?

Kepuasan hidup terkait pula dengan segala aspek di dalam kehidupan.

Kesehatan, keluarga, uang, pekerjaan, persahabatan, dan lain sebagainya.

Selain itu, seseorang yang merasa bahagia akan memiliki emosi yang positif.

Salah satunya adalah dengan tersenyum dan selalu berpikir positif.

Kebahagiaan bersifat individual dan setiap orang memiliki

pengalamannya masing-masing, sehingga makna kebahagiaan akan dinilai

berbeda satu sama lain. Maka, kebahagiaan untuk satu orang belum tentu

bahagia untuk orang lain. Berdasarkan pengamatan, peneliti melihat bahwa

kebahagiaan memiliki arti yang subyektif. Setiap orang dapat mengartikan

secara berbeda tentang kebahagiaan. Seperti yang dikatakan oleh seorang

mahasiswa bernama Linda (komunikasi pribadi, 08 September, 2008), yang

berkata bahwa ia akan merasa bahagia nanti jika sudah lulus sarjananya,

kemudiaan saat sudah mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan apa

yang ia cita-citakan dan berpenghasilan besar. Berbeda pula dengan apa yang

diungkapkan oleh Sari (komunikasi pribadi, 10 Agustus, 2008) seorang ibu

rumah tangga yang merasa bahagia kalau sudah terbebas dari hutang.

Kehidupan yang bahagia adalah saat bisa memberi untuk orang lain, terutama
3

saat bisa memberi yang terbaik untuk orang yang disayangi, demikian yang

diungkapkan oleh Rio, seorang karyawan swasta (komunikasi pribadi, 09

September, 2008). Ia pun menambahkan bahwa saat bahagia adalah saat ia

merasa dicintai, saat bisa membantu orang lain yang kesusahan, saat bisa

mensyukuri sesuatu dan saat lepas dari masalah. Selain itu, adapula orang

yang sudah merasa bahagia hanya dengan membantu orang lain (Seligman,

2005). Pengalaman internal inilah yang dirasakan oleh individu dapat

digambarkan melalui istilah yang disebut dengan subjective well-being atau

SWB (dalam Diener, Suh, dan Oishi, 1997).

Menurut Park (dalam Puspasari, Rostiana, & Nisfian, 2004), subjective

well-being atau kebahagiaan (happiness) merupakan komponen inti dari hidup

yang baik (good of life). Individu dengan tingkat subjective well-being yang

tinggi pada umumnya memiliki kualitas yang mengagumkan (Diener et al.,

1997). Individu ini juga akan merasa puas akan hidupnya dan sering

mengalami perasaan senang atau gembira serta jarang mengalami emosi yang

tidak menyenangkan seperti kesedihan dan kemarahan. Suatu keadaan yang

membahagiakan akan menimbulkan perasaan yang menyenangkan dan

ditunjukkan dengan emosi yang positif. Sebaliknya individu dengan tingkat

subjective well-being yang rendah akan merasa tidak puas dengan hidupnya

dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai sesuatu yang tidak

menyenangkan sehingga menimbulkan emosi negatif seperti kemarahan dan

kecemasan.
4

Dalam Myers dan Diener (1995), individu yang merasa bahagia

memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, orang yang bahagia menyukai diri

mereka sendiri. Mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, jarang

berprasangka buruk, mampu bekerja sama, memiliki harga diri yang positif

dan lebih sehat dibandingkan yang lain. Kedua, orang yang bahagia memiliki

kendali atas dirinya sendiri. Mereka merasa lebih merasa berdaya ketika di

sekolah, melakukan strategi coping lebih baik terhadap stres, dan hidup

dengan lebih bahagia. Ketiga, orang yang bahagia biasanya optimis. Keempat,

orang yang bahagia biasanya memiliki kepribadian ekstravert. Diener,

Sandvik, Pavot, dan Fujita (1992) menambahkan bahwa dibandingkan dengan

introvert, orang yang ekstravert lebih bahagia baik ketika sendiri maupun

bersama dengan orang lain, bekerja pada pekerjaan non-sosial atau sosial,

tinggal di daerah pedesaan atau perkotaan.

Warner Wilson, 1967 (dalam Diener et al., 1999) menemukan bahwa

orang yang bahagia adalah orang yang muda, sehat, berpendidikan,

berpenghasilan baik, ekstravert, optimis, bebas dari kekhawatiran, religius,

menikah, memiliki pekerjaan yang baik, cita-cita sederhana, baik pria maupun

wanita dan dalam range inteligensi yang luas. Penelitian lain tentang

kepribadian dan subjective well-being yang dilakukan Francis (dalam Diener

et al., 1999) juga menunjukkan bahwa kebahagiaan merupakan sesuatu yang

disebut dengan stabil-ekstravert (Schimmack, Oishi, Radhakrishnan, Dzokoto,

dan Ahadi, 2002). Penelitian tersebut dilakukan di lima negara yang memiliki

budaya yang berbeda yaitu budaya individual dan kolektif. Hal ini menjadi
5

keterbatasan penelitian sehingga disarankan untuk penelitian selanjutnya agar

lebih memperhatikan faktor budaya. Subjek penelitian ini terdiri atas rentang

usia antara 18 tahun sampai 38 tahun.

Dimensi kepribadian ekstraversi seperti yang diungkapkan Eysenck

(1969, dalam Pervin, Daniel, dan Oliver 2005) merupakan perbedaan dalam

reaksi-reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku sosial. Menurut Eysenck

keunikan kepribadian ekstravert dan introvert terletak pada tingkah laku

terhadap stimulus sebagai perwujudan karakter, temperamen, fisik, dan

intelektual individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Eysenck

juga mempercayai bahwa setiap individu pasti berada di antara kedua

kontinum tersebut.

Eysenck (dalam Lina Abidin, 2003) mengemukakan bahwa seseorang

yang memiliki kecenderungan ekstravert akan memiliki karakteristik sebagai

orang yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak teman,

selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, serta tidak menyukai

belajar, membaca atau melakukan kegiatan sendirian. Sebaliknya, kepribadian

introvert memiliki karakter yang tidak banyak bicara, malu-malu, mawas diri,

lebih menyukai membaca dibandingkan dengan bergaul dengan orang lain.

Berdasarkan karakteristik-karakteristik tersebut dapat dilihat bahwa ada

perbedaan kecenderungan dalam menghadapi situasi sosial.

Kepribadian ekstravert lebih suka merespon setiap kejadian dengan

emosi yang positif, sedangkan kepribadian introvert biasanya akan merespon

dengan emosi yang negatif. Costa dan McCrae (dalam Lucas & Baird, 2004)
6

menambahkan bahwa kepribadian ekstravert-intravert merupakan dua dimensi

dasar kepribadian yang memiliki peran penting dalam emosi positif dan

negatif. Individu yang ekstravert biasanya memiliki banyak teman karena

mereka merasa lebih nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain daripada

orang yang introvert. Menurut Myers dan Diener (1995) kebahagiaan biasanya

menghasilkan perilaku yang ramah. Misalnya, orang yang ramah akan

memiliki semangat yang tinggi dan merasa tenang atau santai dalam

berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa

mereka menikah lebih cepat, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan

memiliki banyak teman.

Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan di atas, menjadi

ketertarikan peneliti untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

kecenderungan kecenderungan kepribadian ekstravert dengan tingkat

subjective well-being pada remaja akhir.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan pertanyaan berkut:

“Apakah ada hubungan yang positif antara kecenderungan kepribadian

ekstravert dan subjective well-being pada remaja akhir?”


7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang

positif antara kecenderungan kepribadian ekstravert dan subjective well-being

pada remaja akhir.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memperluas konsep serta pandangan pengetahuan dalam ilmu Psikologi

khususnya dalam hal subjective well-being (kesejahteraan subyektif) atau

sering juga disebut dengan kebahagiaan dan kepribadian ekstravert. Selain

itu, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah wacana

mengenai kepribadian sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi

tingkat subjective well-being.

2. Manfaat Praktis

Bagi mahasiswa pada umumnya, hasil penelitian dapat digunakan

sebagai informasi mengenai subjective well-being sehingga lebih

memahami perilaku sehari-hari sebagai cara untuk mencapai kebahagiaan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi

mahasiswa yang akan melakukan penelitian serupa.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Subjective Well-Being

1. Pengertian Subjective well-being

Subjective well-being atau kesejahteraan subyektif menurut Diener,

Suh, & Oishi (1997) adalah suatu bentuk evaluasi terhadap kehidupan

yang terdiri dari evaluasi terhadap kepuasan hidup dan respon emosional.

Kepuasan hidup kemudian dibagi menjadi kepuasan hidup secara global

dan kepuasan dalam domain khusus seperti pekerjaan, persahabatan dan

perkawinan. Sedangkan respon emosional terhadap suatu kejadian terdiri

dari respon emosi yang positif misalnya perasaan gembira atau senang dan

respon emosi negatif seperti merasa sedih dan marah.

Individu yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi

menunjukkan adanya kepuasan hidup disertai dengan perasaan senang dan

jarang memiliki emosi yang negatif seperti kemarahan atau kecemasan.

Sebaliknya, individu dengan tingkat subjective well-being rendah biasanya

merasa tidak puas dengan hidupnya, jarang merasa senang dan sering

merasa sedih, kecewa ataupun marah dalam menyikapi suatu keadaan.

Subjective well-being dalam bahasa sehari-hari juga sering disebut

dengan kebahagiaan (happiness). Para ahli filsafat mengungkapkan bahwa

kebahagiaan berarti mengetahui kebenaran dan menjaga kesehatan;

menahan diri dan menyingkirkan diri dari perasaan yang tertekan;

8
9

kebersamaan dengan orang lain, dan bermeditasi (Myers & Diener, 1995).

Selain itu, menurut Vanden Bos (2007) subjective well-being

diartikan sebagai berikut:

“A judgment that people make about the overall quality of their


lives by summing emotional ups and downs to determine how well
their actual life circumstances match their wishes or espectations
concerning how they should or might feel.”
(Vanden Bos, 2007; h. 904)

Pengertian di atas mengungkapkan bahwa kualitas hidup seseorang

ditentukan berdasarkan apakah keadaan yang sebenarnya sesuai dengan

apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dirasakan serta pengalaman

emosional baik positif maupun negatif. Masih menurut VandenBos, istilah

well-being merupakan suatu keadaan yang bahagia, senang, rendahnya

tingkat stres, kondisi fisik dan mental baik serta memiliki kualitas hidup

yang baik.

Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat disimpulkan bahwa

subjective well-being merupakan evaluasi atau penilaian terhadap

kepuasan hidup individu dimana kepuasan hidup tersebut terdiri dari

evaluasi kognitif dan evaluasi afektif.

2. Komponen Subjective well-being

Menurut Diener et al. (1997) komponen subjective well-being terdiri

atas evaluasi kognitif dan evaluasi afektif. Berikut penjelasan masing-

masing komponen.
10

1. Evaluasi Kognitif

Bentuk evaluasi kognitif merupakan evaluasi terhadap kepuasan

hidup individu yang kemudian dibagi lagi menjadi kepuasan hidup

secara global dan kepuasan hidup dalam domain khusus. Kepuasan

hidup secara global menggambarkan tentang ada atau tidaknya

keinginan individu untuk mengubah kondisi hidupnya, kepuasan hidup

saat ini, kepuasan hidup masa lalu, kepuasan hidup masa depan, dan

pandangan orang lain tentang kehidupan seseorang yang bersangkutan

(Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999). Kepuasan hidup merupakan

bagaimana individu mengevaluasi kehidupannya secara menyeluruh

(Diener, 2005). Hal tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan tentang

sesuatu yang luas, dimana individu melakukan refleksi terhadap apa

yang telah dilakukan sepanjang hidupnya.

Sedangkan kepuasan dalam domain khusus di dalam hidup antara

lain pekerjaan, keluarga, waktu luang, kesehatan, finansial, diri sendiri

dan persahabatan. Diener menambahkan bahwa hal ini

mengindikasikan seberapa puas individu pada masing-masing domain,

seberapa besar mereka menyukai hidup, apakah kehidupan yang

sekarang sudah mendekati ideal, berapa banyak kenikmatan yang

mereka alami, dan seberapa besar keinginan untuk mengubah hidup

mereka.
11

2. Evaluasi Afektif

Evaluasi afektif merupakan evaluasi individu terhadap suatu

kejadian. Menurut Diener (2003, Puspasari, Rostiana & Nisfian, 2005)

emosi dan suasana hati, yang keduanya disebut afeksi,

menggambarkan evaluasi seseorang tentang kejadian-kejadian yang

terjadi di dalam hidupnya. Afeksi positif ditandai dengan adanya emosi

dan suasana hati yang menyenangkan seperti perasaan senang,

gembira, bangga, kasih sayang, dan kebahagiaan. Emosi positif atau

menyenangkan merupakan bagian dari subjective well-being karena

emosi-emosi ini menggambarkan cara yang dilakukan individu untuk

merespon suatu kejadian.

Sedangkan afeksi negatif terdiri dari emosi-emosi yang tidak

menyenangkan seperti perasan bersalah, malu, kesedihan, kecemasan,

kemarahan, stres, depresi dan merasa cemburu atau iri hati. Diener

menambahkan keadaan yang negatif lainnya seperti kesepian dan tidak

berdaya juga menjadi indikator rendahnya subjective well-being.

Frekuensi yang tinggi akan adanya emosi negatif juga dapat

mengindikasikan bahwa individu percaya hidupnya akan berjalan

dengan buruk. Akibatnya, emosi tersebut dapat mengganggu

efektivitas keberfungsian hidup.


12

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi sSbjective Well-Being

Myers & Diener (1995) dan Diener et al. (1999) mendeskripsikan

faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being yaitu:

1. Kepribadian

Kepribadian merupakan salah satu faktor paling berpengaruh

terhadap subjective well-being. Hal tersebut didukung oleh penelitian-

penelitian yang menunjukkan bahwa kepribadian terbentuk karena

faktor genetis dan lingkungan. Individu akan memiliki kecenderungan

genetis untuk merasa bahagia atau tidak bahagia sehingga faktor

genetis menjadi salah satu faktor pendukung subjective well-being.

Kepribadian yang mempengaruhi kebahagiaan individu adalah dimensi

ekstravert. Eysenck (1997) berpendapat bahwa kepribadian tersebut

memiliki perbedaan pada tingkat stimulasi otak, yaitu kondisi

fisiologis yang diwarisi bukan dipelajari. Costa dan McCrae (1980)

menemukan bahwa orang yang ekstravert memiliki emosi positif,

sedangkan orang yang introvert memiliki emosi yang negatif. Di dalam

penelitiannya, Larsen dan Ketelaar (1991) menambahkan bahwa

kepribadian ekstravert memberikan respon emosi positif lebih banyak

daripada kepribadian introvert dengan stimulus dan kejadian yang

sama.

2. Kesehatan

Kondisi yang sehat berhubungan positif dengan subjective well-

being. Semakin sehat seseorang maka tingkat subjective well-being


13

akan semakin tinggi. Dengan kata lain, individu yang sehat secara fisik

sudah tentu akan merasa nyaman dan bebas untuk melakukan suatu hal

yang diinginkan. Namun, sehat secara fisik tidak cukup menunjukkan

tingkat subjective well-being yang tinggi. Mehnert et al. (1990)

menemukan bahwa 68% individu yang disable merasa puas dengan

kehidupannya. Singkatnya, pengaruh kesehatan tergantung pada

persepsi individu terhadap situasi yang mereka alami. Kondisi yang

tidak sehat akan mengganggu pencapaian tujuan penting di dalam

hidup.

3. Penghasilan

Diener et al. (1999) mengungkapkan bahwa uang merupakan faktor

cukup penting dalam mempengaruhi tingkat subjective well-being di

beberapa negara. Haring, Stock dan Okun juga menambahkan adanya

hubungan yang seimbang antara penghasilan dan well-being. Namun,

banyak peneliti lain yang menemukan bahwa uang tidak selalu menjadi

faktor utama. Faktor budaya menjadi dasar akan adanya perbedaan

hasil penelitian tersebut. Di negara kaya banyak ditemukan responden

yang memiliki tingkat subjective well-being tinggi, sedangkan di

negara yang miskin kebanyakan responden memiliki subjective well-

being yang rendah. Pada dasarnya bukanlah kekayaan yang dijadikan

sebagai sumbangan terhadap subjective well-being, tetapi terpenuhinya

kebutuhan dasar seperti makan, tempat tinggal, air bersih dan jaminan

kesehatan. Menurut Richins dan Dawson, 1992 (Diener et al., 1999)


14

individu yang menilai uang lebih tinggi daripada tujuan hidup yang

lainnya merasa kurang puas dengan standard hidupnya.

4. Agama/kepercayaan

Myers & Diener (1995) mengungkapkan bahwa orang yang aktif

secara religius memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi. Pengalaman

religius dapat membantu individu untuk merasakan makna hidup

dengan baik selama melewati krisis. Orang yang religius biasanya

tidak mudah depresi karena mereka memiliki pengalaman spiritual

yang dipercaya sebagai sesuatu yang paling berpengaruh dalam hidup.

Myers juga mengungkapkan bahwa meningkatnya kebahagiaan dan

kepuasan hidup diikuti dengan frekuensi ibadah. Individu yang

memiliki kepercayaan yang lebih kuat juga menunjukkan kondisi yang

lebih baik setelah perceraian, pengangguran, penyakit serius, atau

kehilangan orang yang dicintai.

5. Pernikahan

Survei yang dilakukan Wilson menunjukkan akan adanya

hubungan yang positif antara pernikahan dan subjective well-being.

Orang yang sudah menikah memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi

daripada orang yang tidak menikah, atau bercerai, tinggal terpisah,

atau janda. Orang dewasa yang tidak menikah dan tinggal bersama

sebagai suami-istri lebih bahagia daripada mereka yang tinggal sendiri.

Para peneliti masih mendebatkan tentang kepuasan pernikahan terletak


15

pada kesejahteraan hidup secara keseluruhan baik pada pria maupun

wanita.

Kepuasan pernikahan juga didukung oleh faktor-faktor seperti

interaksi, ekspresi emosi, dan saling berbagi. Karakteristik budaya juga

dapat mempengaruhi subjective well-being dan status pernikahan. Pada

budaya individual pasangan yang tidak menikah akan lebih bahagia

dan puas terhadap hidupnya daripada orang yang menikah atau single.

Sebaliknya, pada budaya kolektivisme, kepuasan hidup orang yang

tinggal bersama lebih rendah dan memiliki emosi yang negatif

daripada orang yang menikah atau single.

6. Usia

Kaum muda diprediksikan sebagai usia yang bahagia (Diener, et

al.). Studi yang dilakukan oleh Herzog & Rodgers (1981)

menunjukkan bahwa kepuasan hidup meningkat seiring dengan usia.

Penemuan ini didukung pula oleh Butt (1987) bahwa di beberapa

negara kepuasan hidup tidak menurun seiring dengan bertambahnya

usia. Diener juga menemukan bahwa dari tiga komponen (kepuasan

hidup, afeksi positif dan afeksi negatif) hanya afeksi positif atau afeksi

yang menyenangkan menurun seiring dengan bertambahnya usia.

Dengan kata lain, usia dewasa akhir/lanjut usia memiliki kepuasan

hidup yang lebih tinggi daripada kaum muda, tetapi mereka memiliki

respon emosi dan suasana hati yang negatif. Inglehart (dalam Myers et
16

al.) menyatakan bahwa usia tidak mempengaruhi tingkat kebahagiaan

individu.

7. Jenis kelamin

Robin & Reiger (1991, Myers & Diener, 1995) menemukan bahwa

wanita dua kali lebih mudah terkena depresi dan kecemasan daripada

pria. Selain itu, pria dan wanita sama-sama memiliki kecenderungan

untuk menjadi alkoholik dan orang yang antisosial. Walaupun

demikian, pada dasarnya wanita sudah terbiasa mengungkapkan

emosinya pada orang lain sedangkan pria ketika mengalami hari yang

buruk, mereka cenderung tidak mengungkapkan emosinya pada orang

lain. Tidak ada perbedaan yang mendasar akan adanya perbedaan

kebahagiaan antara pria dan wanita jika faktor demografi dikontrol.

8. Pekerjaan

Pekerjaan cukup mempengaruhi tingkat subjective well-being

seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bretz dan Judge

(seperti dikutip dalam Diener et.al, 1999) karakteristik pekerjaan yang

memuaskan berhubungan dengan kecocokan dengan organisasi yang

ada di dalamnya dan keuntungan sosial. Namun, beberapa peneliti lain

(Diener et.al) memprediksikan bahwa lima tahun ke depan, ada

hubungan yang signifikan antara kepuasan terhadap pekerjaan dan

kepuasan hidup. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya proses top-

down yaitu individu yang memiliki kepuasan hidup yang tinggi

cenderung menemukan kepuasan pada pekerjaan mereka. Penelitian


17

membuktikan bahwa orang yang tidak memiliki perkerjaan akan

memiliki tingkat stres yang tinggi, kepuasan hidup rendah, dan

memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi daripada mereka yang bekerja.

9. Pendidikan

Ada hubungan yang rendah tetapi cukup signifikan antara

pendidikan dan subjective well-being. Tingkat kepuasan hidup individu

dinilai tinggi ketika faktor pendidikan diikuti dengan pendapatan dan

status pekerjaan yang baik. Pendidikan memiliki kontribusi terhadap

subjective well-being ketika individu membuat kemajuan terhadap

target atau tujuan hidup atau untuk menyesuaikan diri terhadap

tantangan yang ada di sekeliling mereka. Selain itu, Clark dan Oswald

(Diener,et.al) menemukan bahwa orang yang berpendidikan akan lebih

mudah terkena stres ketika mereka kehilangan pekerjaan. Hal tersebut

disebabkan karena mereka memiliki harapan yang tinggi terhadap

keberlangsungan hidup mereka.

B. Kepribadian

1. Pengertian Kepribadian

Berdasarkan arti katanya, kepribadian berasal dari bahasa Yunani

yaitu persona, yang berarti topeng (mask), karena pengertian kepribadian

secara umum dianggap berkaitan dengan penampilan (Purwanto, dalam

Abidin, 2003). Kepribadian seseorang akan tampak dalam berbagai bentuk

sikap, cara berpikir, dan cara berperilaku. Sikap, cara berpikir, dan cara
18

berperilaku tersebut berbeda antara individu yang satu dengan yang

lainnya.

Setiap individu memiliki kepribadian yang unik. Keunikan

individu inilah yang membedakan satu dengan yang lainnya. Kepribadian

tersebut dimunculkan melalui perilaku yang biasanya sudah menjadi

kebiasaan sehari-hari. Kepribadian merupakan kumpulan dari gaya hidup

individu atau cara serta karakteristik individu untuk bereaksi termasuk

masalah-masalah hidup serta tujuan hidup (dalam Hall & Lindzey, 1993).

Kepribadian yang ada di dalam diri individu dipengaruhi oleh dua faktor,

antara lain faktor biologis atau keturunan dan faktor lingkungan.

Kepribadian secara langsung berhubungan bagaimana individu

menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta mengandung unsur yang

dinamis, karena kepribadian akan memiliki suatu perubahan menuju satu

integrasi baru. Eysenck menambahkan bahwa kepribadian merupakan

sejumlah pola perilaku potensial organisme yang dibedakan berdasarkan

keturunan dan lingkungan.

Sedangkan Cattell (dalam Hall dan Lindzey, 1993) berpendapat

bahwa kepribadian adalah sesuatu yang memungkinkan prediksi tentang

apa yang akan dikerjakan seseorang adalam situasi tertentu. Dalam

penelitian psikologis, masih menurut Cattell yaitu menetapkan hukum-

hukum tentang apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang yang berbeda

dalam segala macam situasi sosial dan situasi lingkungan pada umumnya.
19

2. Struktur Kepribadian

Banyak ilmuwan yang melakukan penelitian untuk mengukur

kepribadian dengan berbagai teknik. Eysenck menggunakan pendekatan

analisis faktor untuk mempelajari sifat-sifat pribadi. Teori kepribadian

Hans Eysenck (Feist, 2006) memiliki komponen psikometris dan biologis

yang kuat. Metode pendekatan analisis faktor yang digunakan Eysenck

tersusun atas tindakan-tindakan, disposisi-disposisi yang terorganisasi

dalam susunan hirarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya.

Pendekatan faktor terdiri atas sifat (trait) dan tipe. Eysenck memiliki

landasan penelitian yang cukup ilmiah sehingga hasilnya lebih dapat

dipertanggung-jawabkan dibandingkan pendekatan yang hanya

menggunakan spekulasi atau intuisi klinis saja.

Eysenck (Hall & Gardner,1993) menambahkan bahwa kepribadian

berkembang melalui interaksi antara empat faktor yang mempengaruhi

pola perilaku antara lain faktor kognitif (inteligensi), faktor konatif

(karakter), faktor afektif (temperamen), dan faktor somatik (konstitusi).

3. Dimensi Ekstravert menurut Eysenck

Salah satu dimensi kepribadian mendasar yang dikemukakan

Eysenck adalah mengenai dimensi ekstraversi dan intraversi (Corsini dan

Marsella, 1983). Eysenck mempercayai bahwa setiap individu pasti berada

di antara kedua kontinum tersebut. Setiap dimensi memiliki ciri-ciri atau

karakteristik masing-masing, begitu pula dengan kepribadian ekstravert


20

dan introvert. Masing-masing memiliki minat, sikap, pikiran serta

perasaan yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.

Selain itu, terdapat karakteristik lain menurut Edi Ikhsan (2002) yaitu

bahwa manusia cenderung memiliki perkembangan yang berbeda dengan

orang lain yang ditentukan oleh sejauh mana mereka memiliki sifat

ekstravert atau introvert. Menurut Eysenck (seperti dikutip dalam Feist,

2006), perbedaan utama ekstraversi dan introversi bukan terletak pada

aspek behavioral, melainkan lebih pada tataran biologis dan genetik.

Eysenck juga meyakini jika sebab utama perbedaan antara ekstraversi dan

introversi adalah pada tingkat stimulasi kulit otak, sebuah kondisi

fisiologis yang diw arisi bukan dipelajari.

Menurut Eysenck (Feist, 2006) berdasarkan kondisi fisiologisnya,

pribadi yang ekstravert memiliki tingkat stimulasi kulit otak lebih rendah

daripada pribadi introvert. Mereka memiliki ambang indrawi lebih rendah

dan mengalami reaksi lebih besar terhadap stimulasi indrawi sehingga

mereka terlihat mudah menyesuaikan diri dalam masyarakat dan tertarik

pada orang banyak. Eysenck mengemukakan bahwa seseorang yang

memiliki kecenderungan ekstravert memiliki karakteristik yaitu tergolong

orang yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak teman,

selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, serta tidak

menyukai belajar, membaca atau melakukan kegiatan sendirian.

Selain itu, mereka juga suka keramaian, dan secara umum

termasuk individu yang meledak-ledak. Mereka juga tidak ssegan-segan


21

mengambil kesempatan yang datang kepadanya, tidak jarang mereka suka

menonjolkan diri, dan seringkali bertindak tanpa dipikir terlebih dulu atau

spontan. Individu ekstravert juga menyukai lelucon, mereka cepat tanggap

dalam memberikan jawaban atas pertanyan yang dilontarkan kepadanya

serta menyukai perubahan. Mereka merupakan individu yang periang dan

tidak terlalu memusingkan suatu masalah, optimis serta ceria. Mereka

lebih suka melakukan suatu kegiatan daripada harus berdiam diri,

cenderung agresif, mudah hilang kesabaran, kadang-kadang kurang dapat

mengontrol perasaannya dengan baik, kadang-kadang mereka juga kurang

dapat dipercaya.

Sedangkan pribadi yang introvert, untuk mempertahankan tingkat

stimulasi yang optimal dan dengan ambang indrawi yang tercipta rendah,

mereka menghindari situasi-situasi yang akan menyebabkan terlalu banyak

kesenangan. Oleh karena itu, pribadi ini cenderung menghindari aktivitas-

aktivitas sosial seperti pertemuan dengan orang lain, memimpin

organisasi, atau melontarkan komentar-komentar lucu sehingga mereka

tampak segan bergaul, suka mengucilkan diri serta senang pada perasaan-

perasaan atas perbuatannya sendiri.

Seseorang dengan kecenderungan introvert juga memiliki

karakteristik antara lain mereka tidak banyak bicara, malu-malu, mawas

diri, lebih menyukai membaca dibandingkan bergaul dengan orang lain.

mereka juga cenderung menjaga jarak kecuali dengan teman-teman dekat

merekam memiliki rencana sebelum melakukan sesuatu serta tidak


22

percaya akan faktor kebetulan. Mereka tidak menyukai situasi keramaian,

memikirkan masalah kehidupan sehari-hari secara serius, serta menyukai

keteraturan dalam hidup mereka. Individu introvert dapat mengontrol

perasaan mereka dengan baik, jarang berperilaku agresif, serta tidak

mudah hilang kesabaran. Mereka juga merupakan orang yang dapat

dipercaya, sedikit pesimis, dan menempatkan standar etis yang tinggi

dalam hidup mereka.

4. Aspek-Aspek Kepribadian Ekstravert

Aspek-aspek kepribadian ekstravert menurut Eysenck dalam

Eysenck Personality Inventory adalah (Eysenck, 1969):

1. Sociability

Aspek sociability menunjukkan penyesuaian diri dengan orang lain

yang baik. Sociability yang baik biasanya dimiliki pada individu

dengan kepribadian ekstravert. Mereka merasa nyaman dan suka

berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki banyak teman,

ramah dan pemberani. Sebaliknya individu yang introvert biasanya

memiliki kecenderungan sociability yang buruk. Mereka lebih

menyukai kesendirian dan cenderung menarik diri dari pergaulan

sosial daripada bertemu dengan orang lain. Individu ini juga merasa

kurang dapat menarik hati orang lain sehingga mereka cenderung sukar

bergaul.
23

2. Liveliness

Aspek ini menunjukkan kegembiraan, hidup, aktif dan penuh

energi atau energik. Individu yang ekstravert mampu membuat suasana

yang dingin menjadi lebih hidup atau hangat dan akrab. Mereka juga

sering merasa riang gembira dan menyukai suasana yang ramai.

Sedangkan individu yang introvert cenderung jarang merasa riang

gembira. Mereka juga menyukai kesunyian dan ketenangan, bukan

suasana yang ramai sehingga mereka cenderung kurang mampu

membuat suasana menjadi hangat dan akrab. Individu yang introvert

juga kurang suka beraktivitas atau bergerak.

3. Jocularity

Aspek jocularity menunjukkan sifat yang suka bercanda atau

humoris dan spontan sehingga suka mengungkapkan kata-kata atau

komentar yang lucu. Individu dengan kepribadian ekstravert cenderung

memiliki jocularity yang baik. Mereka mampu membuat orang lain

tertawa dengan lelucon-leluconnya yang lucu. Sebaliknya individu

dengan kecenderungan introvert lebih suka mengontrol tindakan dan

kata-kata yang akan diucapkannya. Mereka juga kurang memiliki

inisiatif untuk mengungkapkan komentar lucu sehingga terlihat

menahan diri dan tampak kaku.

4. Impulsiveness

Aspek impulsiveness merupakan sifat individu dengan perilaku

yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam diri. Dorongan yang ada
24

di dalam diri dapat dengan mudah dikeluarkan individu yang

ekstravert. Mereka juga kurang teliti dan bertindak tanpa berpikir dulu.

Hal ini yang menyebabkan mereka terkesan agresif. Individu dengan

kepribadian introvert akan berusaha memikirkan dan

mempertimbangkan segala tindakan yang akan dilakukan sehingga

dorongan yang ada di dalam diri kurang dapat diungkapkan dengan

baik.

C. Remaja

1. Pengertian Remaja

Istilah remaja atau adolescene berasal dari kata latin adolescere

yang berarti tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999). Masa remaja adalah masa

peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang mencakup

perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003).

Remaja tidak memiliki posisi yang jelas, mereka tidak dapat dikategorikan

sebagai anak-anak, tetapi belum tepat untuk dikategorikan sebagai orang

dewasa.

Di dalam setiap rentang kehidupan, masa remaja merupakan saat-

saat yang membingungkan, mereka mulai melepaskan dunia anak-anak

dan mencoba untuk bersikap lebih dewasa. Hubungan dengan keluarga

dan teman-teman mempengaruhi remaja untuk melakukan evaluasi,

mengambil keputusan, dan berkomitmen. Remaja awal pada umumnya


25

belum mampu melepaskan ketergantungan dari orang tua. Sedangkan

masa remaja akhir memiliki keinginan yang besar untuk lepas dari orang

tua karena minat yang tinggi terhadap karir, berpacaran, dan eksplorasi

identitas.

2. Batasan usia

Masa remaja biasanya diawali pada usia 12 atau 13 tahun sampai

dengan usia belasan akhir atau awal usia dua puluhan. Di dalam

masyarakat Indonesia, menurut Sarwono (2003) definisi remaja adalah

individu yang berusia antara 11 sampai dengan 24 tahun dan belum

menikah. Beberapa peneliti sosial yang mempelajari tentang remaja

biasanya membedakan remaja menjadi tahap-tahap berikut ini: (1) Early

adolescene, yaitu individu yang berada dalam periode usia 10 sampai

dengan 13 tahun; (2) Middle adolescene, yaitu individu yang berada dalam

periode usia 14 sampai dengan 18 tahun; (3) Late adolescene atau disebut

juga dengan istilah youth, berada dalam periode usia 19 sampai 23 tahun.

(Puspasari, 2005)

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut, peneliti ingin

membatasi usia remaja yang berusia 18-22 tahun yang merupakan tahap

remaja akhir sebagai subyek penelitian. Pada dasarnya remaja akhir adalah

usia ketika seseorang menyelesaikan sekolah menengah atas (SMA) dan

kemudian dilanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas atau

langsung bekerja. Pada masa ini, remaja akhir memiliki tuntutan-tuntutan

untuk mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam membuat keputusan.


26

3. Perkembangan remaja

a. Perkembangan fisik

Perkembangan fisik yang menandai bahwa seorang anak sudah

menjadi remaja adalah masa pubertas. Ciri-ciri masa pubertas ditandai

dengan kematangan kerangka tubuh dan seksual pada masa awal

remaja (Santrock,2003). Remaja awal akan mengalami kegelisahan

terhadap perubahan fisik yang terjadi pada dirinya. Sedangkan masa

remaja akhir memiliki gambaran tubuh yang lebih positif daripada

remaja awal sehingga mereka cenderung menerima kondisi fisik apa

adanya. Perhatian terhadap perubahan ini tidak menjadi fokus yang

utama bagi remaja akhir, mereka lebih mengembangkan apa yang bisa

mereka lakukan untuk menjaga kondisi fisiknya agar tetap sehat. Pada

masa ini, mereka lebih berminat terhadap karir, berpacaran, dan

eksplorasi identitas (Santrok, 2003).

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif remaja meliputi perubahan dalam berpikir,

inteligensi dan bahasa (Santrok, 2003). Piaget memberikan penjelasan

bahwa perkembangan kognitif remaja berada pada tahap operasional

formal. Tahap ini dicirikan dengan pemikiran yang abstrak, idealis dan

logis. Remaja sudah mulai mampu melakukan analisis dengan

kemampuan membayangkan situasi dengan ide-idenya yang logis.

Sekolah memiliki peranan yang penting dalam kehidupan remaja.


27

Mereka mendapatkan pendidikan dan mulai mengarahkan apa yang

menjadi minat mereka.

Prestasi bagi remaja merupakan salah satu kebutuhan untuk

mengembangkan dirinya. Emmons dan Diener (dalam Diener et al.,

1997) juga menambahkan bahwa kepuasan pada prestasi akademik

merupakan prediktor yang kuat untuk memprediksi kepuasan hidup

mahasiswa. Perubahan dari usia remaja menuju dewasa juga

berdampak pada sisi psikologis individu. Lingkungan yang berbeda di

universitas akan membuat individu beradaptasi terhadap kegiatan-

kegiatan baru yang menuntut mereka untuk bertahan. Mahasiswa baru

di universitas biasanya lebih banyak mengalami tekanan dan depresi

daripada masa SMA atau masa sebelum menjadi mahasiswa.

c. Perkembangan Sosio-emosi

Hubungan interpersonal dikatakan sebagai faktor yang memiliki

peranan penting bagi perkembangan psikologis remaja (Puspasari,

2005). Bagi remaja akhir, pertemanan berfungsi sebagai wadah atau

sarana untuk mengembangkan identitas diri dan mendapatkan

dukungan atas segala permasalahan yang dialami. Remaja melakukan

interaksi dengan teman lebih banyak daripada dengan orangtua atau

keluarganya. Dalam pertemanan atau persahabatan, remaja

membutuhkan ketrampilan sosial yang baik agar diterima di

lingkungannya. Selain pertemanan atau persahabatan, remaja juga

menjalin hubungan khusus dengan lawan jenis. Menurut Sullivan


28

(Santrok, 2003) pertemanan dan persahabatan memiliki peranan yang

cukup penting dalam pencapaian identitas remaja.

Remaja yang berhasil mengembangkan identitasnya dengan baik

akan mengetahui siapa dirinya dan apa tujuan hidupnya. Proses

menemukan identitas ini tidak lepas dari peran orangtua dan teman-

temannya. Pada masa remaja akhir, eksplorasi terhadap peran dalam

dunia kerja dan peran menjadi mahasiswa di universitas merupakan

titik pusat dari perkembangan identitas.

D. Hubungan antara Kecenderungan Kepribadian Ekstravert dan

Subjective Well-being pada Remaja Akhir

Kesejahteraan subyektif atau subjective well-being merupakan evaluasi

individu terhadap keseluruhan hidupnya. Suatu kondisi yang dikatakan

sejahtera atau well-being adalah ketika individu berada dalam kondisi yang

bahagia, merasa senang, rendahnya tingkat depresi, sehat secara mental dan

fisik, atau memiliki kualitas hidup yang baik. Subjective well-being terdiri atas

dua komponen. Pertama yaitu evaluasi kognitif terdiri atas kepuasan hidup

secara global dan kepuasan di setiap aspek kehidupan seperti pekerjaan atau

pernikahan. Kedua yaitu evaluasi afektif, terdiri atas emosi positif dan emosi

negatif.

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi subjective well-being,

kepribadian merupakan salah satu prediktor yang cukup menentukan tinggi

rendahnya tingkat subjective well-being. Kepribadian terbentuk karena adanya


29

faktor biologis dan lingkungan. Kedua faktor tersebut tidak bisa dipisahkan

satu sama lain karena keduanya saling melengkapi. Para ahli telah melakukan

penelitian untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap subjective well-

being. Berdasarkan penelitian tersebut itulah ditemukan bahwa kepribadian

yang paling berpengaruh adalah dimensi kepribadian ekstravert/introvert dan

neurotisme/stabilitas. Namun, di antara kedua dimensi tersebut karakteristik

ekstravert/introvert diasumsikan sebagai karakter yang paling berpengaruh.

Tokoh yang menelaah kepribadian tersebut dengan pendekatan faktornya

adalah Eysenck. Setiap individu diyakini berada dalam kedua kontinum

tersebut. Namun, biasanya individu akan memiliki kecenderungan pada salah

satunya.

Remaja dengan kecenderungan kepribadian ekstravert memiliki ciri

perasaan sosial dan keimpulsifan dan juga rasa humor, kegairahan hidup,

kepekaan terhadap hal-hal yang lucu, optimisme, dan sifat lain yang

mengindikasikan penghargaan terhadap hubungan dengan sesamanya.

Sebaliknya, remaja yang cenderung introvert menyukai ketenangan, kepasifan,

berhati-hati, penuh pemeliharaan, berpikir mendalam, orang yang pesimis,

menyukai kedamaian, kelembutan, dan cenderung mengontrol diri. Dalam hal

ini, remaja akhir yang juga merupakan mahasiswa memiliki karakteristik yang

dinamis. Mahasiswa di universitas memiliki banyak kesempatan untuk

mengaktualisasikan diri melalui kegiatan kemahasiswaan. Oleh karena itu

kepribadian yang menonjol akan muncul pada aktivitas organisasi maupun

kegiatan perkuliahan.
30

Hasil penelitian menunjukkan akan adanya hubungan yang positif

antara kepribadian ekstravert dengan tingginya tingkat subjective well-being.

Berdasarkan karakteristiknya, pribadi yang ekstravert biasanya suka

berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tampak ketika remaja akhir melakukan

aktivitas-aktivitas kemahasiswaan maupun saat kegiatan perkuliahan. Mereka

yang memiliki interksi sosial yang baik akan cenderung memiliki emosi yang

positif seperti perasaan bahagia dan rendahnya tingkat depresi. Sedangkan

pribadi yang introvert kurang menyukai interaksi dengan sesama dan

cenderung memiliki emosi yang negatif seperti jarang merasa gembira dan

sering merasa depresi. Hal ini dapat terjadi pada remaja akhir yang kurang

menyukai kegiatan kemahasiswaan sehingga mereka cenderung terlihat

sendirian daripada berkumpul dengan teman-temannya. Berdasarkan

penjelasan diatas, maka peneliti mengasumsikan bahwa kepribadian ektravert

cenderung memiliki tingkat subjective well-being yang lebih tinggi daripada

kepribadian introvert.
31

E. Skema Dinamika

Dimensi Ekstravert

1. Suka keramaian
2. Mudah bergaul
3. Suka berinteraksi dengan Kepuasan SWB
orang lain sehingga
Hidup Tinggi Tinggi
memiliki banyak teman
4. Memiliki positive affect
(emosi yang menyenangkan)
seperti merasa gembira,
senang, dan bangga.

Gambar 1.
Skema Dinamika Hubungan antara Kecenderungan Kepribadian Ekstravert
dan Subjective Well-Being

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai

berikut yaitu ada hubungan yang positif antara kecenderungan kepribadian

ekstravert dan subjective well-being. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi

kecenderungan kepribadian ekstravert subyek maka semakin tinggi pula

tingkat subjective well-being-nya. Sebaliknya, semakin rendah kecenderungan

kepribadian ekstravert subyek maka semakin rendah pula tingkat subjective

well-being-nya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional yang bertujuan

untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kecenderungan kepribadian

ekstravert dan subjective well-being pada remaja akhir.

B. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

Variabel bebas : kepribadian ekstravert

Variabel tergantung : subjective well-being

C. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran suatu konsep teoritik ke

dalam bentuk yang bisa diukur. Definisi-definisi operasional dalam penelitian

ini adalah:

1. Kepribadian ekstravert

Kepribadian adalah kumpulan dari sifat khas yang ada di dalam

diri individu yang terakumulasi melalui kebiasaan sehari-hari. Setiap

individu memiliki kepribadian yang unik. Kepribadian itulah yang tampak

dalam diri individu ketika bersikap dan berperilaku. kepribadian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dimensi kepribadian ekstravert

32
33

menurut Eysenck. Aspek-aspeknya antara lain sociability (menunjukkan

bagaimana individu dapat menyesuaikan diri dengan orang lain), liveliness

(menunjukkan suatu kehidupan yang aktif dan energik), jocularity

(menunjukkan sifat suka bercanda dan spontan), dan impulsiveness

(menunjukkan perilaku individu yang sesuai dengan dorongan dalam diri).

Keempat aspek tersebut akan digunakan dalam skala kepribadian

ekstravert. Skala ini disusun oleh peneliti dengan acuan EPI format A

(Eysenck Personality Inventory format A) yang dibuat oleh Hans Eysenck.

Perolehan skor atau nilai pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan

kepribadian subyek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subyek

diasumsikan memiliki kepribadian ekstravert. Sebaliknya, semakin rendah

skor totalnya, maka subyek diasumsikan memiliki kepribadian introvert.

2. Subjective well-being

Subjective well-being merupakan evaluasi tentang seluruh aspek di

dalam kehidupan, dimana individu yang memiliki kepuasan hidup tinggi

akan memiliki tingkat subjective well-being yang tinggi dan demikian pula

sebaliknya. Evaluasi terhadap aspek kehidupan meliputi:

a. Evaluasi kognitif: berupa evaluasi terhadap kepuasan hidup secara

global dan dalam domain khusus.

Kepuasan hidup secara global mencakup kepuasan hidup individu

secara keseluruhan. Skala untuk mengukur kepuasan hidup secara

global ini akan dibuat berdasarkan dengan skala kepuasan hidup


34

(Satisfaction With Life Scale) yang dibuat oleh Ed Diener, dkk dengan

pengembangan oleh peneliti. Perolehan skor pada skala ini

menunjukkan tingkat kepuasan hidup secara global pada subyek.

Semakin tinggi skor totalnya, maka subyek diasumsikan memiliki

tingkat kepuasan hidup secara global yang tinggi. Demikian pula

sebaliknya, semakin rendah skor total, subyek diasumsikan memiliki

tingkat kepuasan hidup secara global yang rendah.

Kepuasan hidup dalam domain khusus mencakup kepuasan dalam

hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman-teman, kepuasan

individu akan diri sendiri, serta kepuasan akan prestasi. Skor total yang

diperoleh menunjukkan tingkat kepuasan hidup dalam domain khusus.

Semakin tinggi skor total, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan

hidup dalam domain khusus. Sebaliknya, semakin rendah skor total,

maka semakin rendah pula tingkat kepuasan hidup dalam domain

khusus.

b. Evaluasi afektif: berupa evaluasi terhadap respon emosional tentang

kejadian-kejadian yang dialami sepanjang hidup.

Terdiri dari afeksi positif, misalnya perasaan senang, gembira,

bangga, kasih sayang, dan bahagia. Sedangkan afeksi negatif misalnya

perasaan benci, kecewa, marah, takut, cemas, malu dan cemburu. Skala

ini akan diungkap melalui skala afeksi positif dan afeksi negatif atau

PANAS (Positive Affect Negative Affect Scale) yang dibuat oleh

Watson dan Clark yang kemudian dikembangkan oleh peneliti. Skor


35

total menunjukkan afeksi yang sering dirasakan dan dialami oleh

subyek. Semakin tinggi skor total, maka subyek semakin memiliki

afeksi positif. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya, maka subyek

semakin memiliki afeksi negatif.

D. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah remaja akhir, yaitu dengan rentang usia 18-

22 tahun berjumlah 100 orang di Universitas Sanata Dharma. Pada usia ini

merupakan usia dimana individu melanjutkan pendidikannya di universitas

sehingga peneliti akan menggunakan mahasiswa pada tahun pertama, kedua

dan ketiga sebagai subyek penelitian. Selain itu, menurut peneliti, mahasiswa

masih memiliki karakteristik usia remaja yang pada dasarnya merupakan

transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada dasarnya, usia remaja akhir

khususnya mahasiswa yang memiliki pendidikan sudah dituntut untuk

memiliki karakteristik orang dewasa yaitu menjadi bijaksana dalam membuat

keputusan, tetapi pada kenyataannya banyak di antara mahasiswa yang masih

bersikap seperti remaja. Karakteristik subyek penelitian adalah individu yang

memiliki karakteristik kepribadian ekstravert dan introvert.

Sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dimana subyek

yang digunakan berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya.
36

E. Prosedur Penelitian

1. Peneliti membuat skala kepribadian ekstrovert dan skala subjective well-

being dengan metode skala Likert untuk diujicobakan pada subyek

penelitian.

2. Melakukan uji validitas, seleksi aitem dan uji reliabilitas pada kedua skala

untuk mendapatkan aitem yang valid dan reliabel.

3. Menganalisis data dengan uji korelasi statistik untuk mengetahui ada

tidaknya hubungan antara kecenderungan kepribadian ekstravert dan

subjective well-being pada remaja akhir.

4. Membuat kesimpulan berdasarkan analisis tersebut.

F. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dengan menggunakan skala yang disebar

kepada subyek penelitian. Terdapat dua buah skala yang akan digunakan

dalam penelitian ini yaitu skala kepribadian ekstravert dan skala subjective

well-being. Kedua skala tersebut disusun dengan menggunakan metode rating

yang dijumlahkan (Likert) yaitu metode penskalaan yang menggunakan

distribusi respons sebagai penentuan nilai skala. Kedua skala tersebut antara

lain:

1. Skala pengukuran kepribadian ekstravert

Skala ini disusun oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada skala

yang sudah pernah dibuat oleh Hans Eysenck yaitu skala EPI format A

(Eysenck Personality Inventory format A). Skala ini bertujuan untuk


37

mengungkap kecenderungan kepribadian ekstravert-introvert pada remaja

akhir. Metode yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah metode

rating yang dijumlahkan (summated rating method) dengan empat

kategori respon, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Kurang Setuju”

(KS), “Tidak Setuju” (TS).

Aitem-aitem dalam skala kepribadian ekstravert terdiri atas pernyataan

favorabel dan unfavorabel. Aitem favorabel merupakan aitem yang

bersifat positif atau mendukung aspek-aspek dari variabel kepribadian

ekstravert. Sedangkan aitem unfavorabel merupakan aitem yang bersifat

negatif atau tidak mendukung aspek-aspek dari variabel kepribadian

ekstravert. Altenatif jawaban dan nilai atau skor dalam pernyataan

favorabel dan unfavorabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 1
Skor Penilaian Skala Kepribadian Ekstravert
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4

Perolehan skor atau nilai pada skala ini akan menunjukkan

kecenderungan kepribadian subyek. Semakin tinggi skor totalnya, maka

semakin ekstravert subyek. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya

menunjukkan semakin rendah pula tingkat ekstravert subyek.


38

Tabel 2
Blue Print Skala Kepribadian Ekstravert
Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
5, 9, 17, 25, 29, 11, 14, 20, 26,
1. Sociability 14
36, 40 32, 42, 47
1, 10, 23, 30, 3, 13, 16, 27,
2. Liveliness 10
46 33
7, 24, 31, 37,
3. Jocularity 2, 8, 18, 34, 41 10
43
6, 12, 19, 22, 4, 15, 21, 28,
4. Impulsiveness 14
39, 45, 48 35, 38, 44
Total 24 24 48

2. Skala pengukuran tingkat Subjective well-being

Skala pengukuran tingkat subjective well-being terbagi menjadi tiga

bagian yaitu bagian pertama terdiri dari skala kepuasan hidup secara

global, bagian kedua adalah skala kepuasan hidup dalam domain khusus,

dan bagian ketiga skala afeksi positif dan negatif.

a. Skala Kepuasan Hidup secara Global

Skala ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama merupakan

skala kepuasan hidup atau satisfaction with life scale (SWLS) yang

disusun oleh peneliti berdasarkan komponen subjective well-being

menurut Ed Diener. Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat

kepuasan hidup subyek secara global. Metode yang digunakan dalam

menyusun skala ini adalah dengan metode skala rating yang

dijumlahkan (summated rating method) dengan empat kategori respon


39

yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS),

“Sangat Tidak Setuju” (STS).

Aitem-aitem dalam skala tersebut terdiri atas pernyatan favorabel

dan unfavorabel. Aitem favorabel merupakan aitem yang bersifat

positif atau mendukung aspek-aspek dari tingkat kepuasan hidup

subyek secara global. Sedangkan aitem unfavorabel merupakan aitem

yang bersifat negatif atau tidak mendukung aspek-aspek dari tingkat

kepuasan hidup subyek. Altenatif jawaban dan nilai atau skor dalam

pernyataan favorabel dan unfavorabel dapat dilihat dalam tabel berikut

ini:

Tabel 3
Skor Penilaian Skala Kepuasan Hidup secara Global
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4

Perolehan skor pada skala ini menunjukkan tingkat kepuasan hidup

secara global pada subyek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subyek

diasumsikan memiliki tingkat kepuasan hidup secara global yang

tinggi. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah skor total, subyek

diasumsikan memiliki tingkat kepuasan hidup secara global yang

rendah.
40

Tabel 4
Blue Print Skala Kepuasan Hidup secara Global
Nomor aitem
Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
Kepuasan hidup
1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 10
secara global
Total 5 5 10

b. Skala Kepuasan Hidup dalam Domain Khusus

Skala ini mengungkap kepuasan hidup remaja akhir yang befokus

pada kepuasan akan hubungan interpersonal dengan teman-teman dan

keluarga (orang tua dan saudara kandung), kepuasan akan diri sendiri,

serta kepuasan akan prestasi. Skala ini dibuat oleh peneliti sendiri.

Metode yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah dengan

metode skala rating yang dijumlahkan (summated rating method)

dengan empat kategori respon yaitu, “Sangat Setuju” (SS), “Setuju”

(S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Aitem-aitem dalam skala tersebut terdiri atas pernyatan favorabel

dan unfavorabel. Aitem favorabel merupakan aitem yang bersifat

positif atau mendukung aspek-aspek dari tingkat kepuasan hidup

subyek dalam domain khusus. Sedangkan aitem unfavorabel

merupakan aitem yang bersifat negatif atau tidak mendukung aspek-

aspek dari tingkat kepuasan hidup subyek dalam domain khusus.

Altenatif jawaban dan nilai atau skor dalam pernyataan favorabel dan

unfavorabel dapat dilihat dalam tabel berikut ini:


41

Tabel 5
Skala Kepuasan Hidup dalam Domain Khusus
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4

Skor total yang diperoleh menunjukkan tingkat kepuasan hidup dalam

domain khusus. Semakin tinggi skor total, maka semakin tinggi pula

tingkat kepuasan hidup dalam domain khusus. Sebaliknya, semakin

rendah skor total, maka semakin rendah pula tingkat kepuasan hidup

dalam domain khusus.

Tabel 6
Blue Print Skala Kepuasan Hidup dalam Domain Khusus
Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
Hubungan
interpersonal 11, 17, 23, 14, 20, 26, 32,
1. 10
(keluarga dan teman- 29, 35 38
teman)
12, 18, 24, 15, 21, 27,
2. Diri sendiri 10
30, 36 33, 39
13, 19, 25, 16, 22, 28,
3. Prestasi 10
31, 37 34, 40
Total 15 15 30

c. Skala Afeksi-positif dan Afeksi negatif

Pada bagian yang kedua yaitu skala afeksi positif dan afeksi negatif

atau Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) yang dibuat oleh

Watson dan Clark dan kemudian dikembangkan oleh peneliti. Skala ini
42

bertujuan untuk mengungkap evaluasi afektif atau emosi dan suasana

hati subyek. Metode yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah

dengan metode skala rating yang dijumlahkan (summated rating

method) dengan empat kategori respon yaitu, “Sangat Setuju” (SS),

“Setuju” (S), “Tidak Setuju” (TS), “Sangat Tidak Setuju” (STS).

Aitem-aitem dalam skala tersebut terdiri atas pernyatan favorabel

dan unfavorabel. Aitem favorabel merupakan aitem yang bersifat

positif atau mendukung aspek-aspek dari afeksi positif. Sedangkan

aitem unfavorabel merupakan aitem yang bersifat negatif atau tidak

mendukung aspek-aspek dari afeksi positif. Altenatif jawaban dan nilai

atau skor dalam pernyataan favorabel dan unfavorabel dapat dilihat

dalam tabel berikut ini:

Tabel 7
Skor Penilaian Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4

Skor total menunjukkan afeksi yang sering dirasakan dan dialami oleh

subyek. Semakin tinggi skor total, maka subyek semakin memiliki

afeksi positif. Sebaliknya, semakin rendah skor totalnya, maka subyek

semakin memiliki afeksi negatif.


43

Tabel 8
Blue Print Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif
No. Aspek-aspek Nomor aitem Total
Afeksi positif
41, 42. 44, 45, 48, 49,
1. (emosi dan suasana hati yang 10
51, 53, 59, 60
menyenangkan)
Afeksi negatif
43, 46, 47, 50, 52, 54,
2. (emosi dan suasana hati yang 10
55, 56, 57, 58
tidak menyenangkan)
Total 20 20

G. Uji Validitas, Seleksi Aitem dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004). Validitas

yang digunakan dalam alat ukur penelitian ini adalah validitasi isi.

Validitas isi menunjuk pada sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur

mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh

mana isi alat ukur mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.

Kemudian, pengujian validitas isi akan diperoleh melalui pendapat orang

yang dianggap ahli (professional judgment) yaitu dosen pembimbing

selama proses bimbingan skripsi. Tujuan dari pengujian validitasi isi

adalah untuk mengetahui apakah aitem-aitem tersebut mewakili seluruh

aspek yang hendak diukur (Azwar, 1997).

2. Seleksi Aitem

Setelah melakukan uji validitas isi, seleksi aitem dilakukan dengan

tujuan untuk memilih aitem-aitem yang berkualitas. Seleksi aitem diambil


44

dari data hasil uji coba pada subyek sesuai dengan aitem-aitem yang telah

dibuat berdasarkan blue-print. Seleksi aitem dilakukan dengan cara

membuang aitem dengan alpha yang lebih besar daripada alpha aitem total

sehingga diperoleh korelasi aitem total tertinggi. Bila korelasi aitem total

yang diperoleh tinggi maka dapat dikatakan bahwa aitem tersebut

memiliki indeks daya beda aitem yang dianggap memuaskan (Azwar,

2003).

Peneliti melakukan proses ini dengan program SPSS versi 12 for

windows. Aitem-aitem dipilih dengan melihat kolom output “alpha if

aitem deleted”, jika koefisien aitem pada kolom ini lebih besar daripada

koefisien alpha secara keseluruhan, maka aitem tersebut harus dibuang.

Proses ini dilakukan berkali-kali sehingga didapatkan taraf koefisien alpha

yang maksimal, artinya koefisien dalam kolom “alpha if aitem deleted”

tidak ada yang lebih besar daripada koefisien alpha skala secara

keseluruhan.

Berdasarkan analisis aitem pada skala kepribadian ekstravert,

didapat 30 aitem yang sahih dari 48 aitem dengan koefisien konsistensi

internal alpha = 0,869. Maka jumlah aitem yang gugur adalah sebanyak 18

aitem. Distribusi aitem-aitem skala kepribadian ekstravert setelah uji coba

dapat dilihat pada tabel 9.


45

Tabel 9
Sebaran Aitem Skala Kepribadian Ekstravert
(setelah uji coba)

Nomor aitem Total


No. Aspek-aspek Item
Favorable Unfavorable
sahih
5, 9*, 17, 25*, 29*, 11, 14, 20*, 26*,
1. Sociability 6
36*, 40* 32, 42*, 47
2. Liveliness 1, 10, 23*, 30, 46 3, 13, 16, 27, 33 9
3. Jocularity 2, 8*, 18*, 34*, 41 7, 24*, 31*, 37, 43 5
6, 12*, 19, 22, 39, 4, 15, 21*, 28*, 35,
4. Impulsiveness 10
45, 48* 38, 44
Total 30
Keterangan:
*) Aitem gugur

Sedangkan pada skala subjective well-being, didapat 48 aitem sahih

dari 60 aitem dengan koefisien konsistensi internal alpha = 0,920. Tabel 10

menunjukkan penyebaran aitem skala subjective well-being setelah uji

coba.
46

Tabel 10
Sebaran Aitem Skala Subjective well-being
(setelah uji-coba)

Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorable Unfavorable
Kepuasan hidup secara
1. 1, 3*, 5*, 7, 9 2, 4, 6, 8*, 10* 6
global
Kepuasan hidup dalam
domain khusus:
Hubungan interpersonal 11, 17, 23*, 29, 14, 20, 26, 32, 38 9
(keluarga dan teman- 35
2. teman)
12, 18*, 24, 30,
Diri sendiri 15, 21, 27, 33, 39 9
36
13, 19, 25, 31, 16*, 22*, 28,
Prestasi 7
37 34*, 40
41, 42, 44, 45, 43, 46*, 47*, 50,
Afeksi positif
3. 48, 49, 51, 53*, 52, 54, 55, 56, 17
dan negatif
59, 60 57, 58
Total 48
Keterangan:
*) Aitem gugur

3. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.

pengukuran dalam penelitian ini akan dilihat dengan menggunakan

pendekatan konsistensi internal, dimana hanya akan memerlukan satu kali

pengukuran (single trial administration) kepada sekelompok individu

sebagai subyek penelitian (Azwar, 2004). Adapun estimasi terhadap

reliabilitas hasil pengukuran ini akan dihitung dengan menggunakan

koefisien alpha cronbach.


47

Reliabilitas skala kepribadian ekstravert sebesar 0,869 dari 30 aitem,

sedangkan reliabilitas skala subjective well-being sebesar 0,920 dari 48

aitem. Hasil tersebut berarti bahwa reliabilitas kedua skala reliabel.

H. Metode Analisis Data

1. Uji Asumsi Data Penelitian

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang

akan dianalisis dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak

(Sugiyono,2008). Uji normalitas dengan motode Kolmogorov-Smirnov

dalam program SPSS versi 12.00 for windows dapat dilakukan dengan

melihat sig. Apabila sig lebih dari 0,05 maka distribusinya adalah

normal (Trihendradi, 2005).

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel bebas dengan variabel tergantung membentuk garis lurus atau

tidak (Sugiyono,2008). Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

test for linearity dalam program SPSS versi 12.00 for windows.

Kriteria pengujiaannya nilai p untuk test for linearity lebih dari 0,05

maka terdapat hubungan linear antara variabel bebas dengan variabel

tergantung (Trihendradi, 2005).


48

2. Uji Hipotesis Penelitian

Data yang diperoleh akan dikuantifikasikan dan diolah dengan

menggunakan analisis data statistik kuantitatif. Uji hipotesis penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi product moment dari

Pearson. Adapun alat bantu yang digunakan dalam pengolahan data

tersebut adalah program SPSS versi 12 for windows.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2009 sampai dengan

25 Juli 2009. Peneliti menyebar skala kepribadian ekstravert dan subjective

well-being secara acak pada subyek penelitian secara langsung di daerah

Yogyakarta. Subyek adalah mahasiswa yang berusia 18-22 tahun yang berada

di Yogyakarta. Kedua skala tersebut diujicobakan secara langsung kepada

110 subyek. Berdasarkan 110 eksemplar skala yang dibagikan terdapat 10

eksemplar skala yang tidak kembali. Oleh karena itu ada 100 eksemplar skala

yang kembali dan dapat diteliti.

Skala yang berjumlah 100 eksemplar tersebut digunakan untuk

analisis uji coba alat. Hasil uji coba tersebut digunakan untuk analisis aitem,

estimasi validitas dan reliabilitas sehingga alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini valid dan reliabel. Setelah digunakan untuk analisis aitem dan

estimasi validitas serta reliabilitas, data uji coba ini digunakan untuk

membuat deskripsi dan analisis data penelitian.

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Peneliti melakukan analisis presentase berdasarkan data demografi

subyek untuk mengetahui karakteristik subyek dalam penelitian ini. Berikut

ini merupakan data subyek penelitian.

49
50

1. Deskripsi Subyek Berdasarkan Usia

Tabel 11
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase
18 4 4%
19 29 29%
20 17 17%
21 36 36%
22 14 14%
Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa subyek yang berusia 18 tahun

sebanyak 4 orang dengan presentase 4%, subyek berusia 19 tahun

sebanyak 29 orang dengan presentase 29%, subyek berusia 20 tahun

sebanyak 17 orang dengan prsesentase 17%, subyek berusia 21 tahun

sebanyak 36 orang dengan presentase 36%, dan subyek berusia 22 tahun

sebanyak 14 orang dengan presentase 14%.

2. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 12
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Pria 35 35%
Wanita 65 65%
Total 100 100
51

Berdasarkan tabel 13 diketahui bahwa subyek yang berjenis kelamin pria

sebanyak 35 orang dengan presentase 35% dan subyek yang berjenis

kelamin wanita sebanyak 65 orang.

3. Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK

Tabel 13
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK
Rentang IPK Frekuensi Presentase
2,00 – 2,75 25 25%
2,76 – 3,50 59 59%
3,51 – 4,00 8 8%
Tidak diketahui 8 8%
Total 100 100

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa subyek yang memiliki rentang

IPK 2,00 – 2,75 sebanyak 25 orang dengan presentase 25%, subyek yang

memiliki rentang IPK 2,76 – 3,50 sebanyak 59 orang dengan presentase

59%, subyek yang memiliki rentang IPK 3,51 – 4,00  sebanyak 8 orang

dengan presentase 8%, sedangkan ada 8 subyek yang tidak diketahui nilai

IPKnya.

C. Deskripsi Data Penelitian

Peneliti menggunakan data dari hasil uji coba alat penelitian dengan

alasan pertimbangan jumlah subyek penelitian yang terbatas karena penelitian

dilakukan pada saat liburan semester sedang berlangsung.


52

Langkah selanjutnya yaitu analisis penelitian secara deskriptif untuk

mengetahui deskripsi secara umum dari tiap-tiap variabel penelitian. Hal ini

dilakukan dengan membandingkan antara keadaan teoritik (kemungkinan

terjadi) dan keadaan empirik (didapatkan dari dari hasil penelitian). Deskripsi

data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 14
Deskripsi Data Penelitian

Teoritik Empirik
Variabel Skor Skor Skor Skor
Mean SD Mean SD
Min Max Min Max
Kepribadian
30 120 75 15 68 119 86,91 8,797
Ekstravert

SWB Total 48 192 120 24 113 188 147,79 13,835


SWB Global 6 24 15 3 13 24 18,96 2,386
SWB Dom- 25 100 62,5 12,5 61 97 77,87 7,435
khusus
SWB Afeksi 17 68 42,5 8,5 35 67 50,96 5,881
Keterangan:
Skor minimum = (skor terkecil dalam skala) x (jumlah aitem)
Skor maksimum = (skor terbesar dalam skala) x (jumlah aitem)
Mean = skor minimum + skor maksimum
2

Peneliti membandingkan antara mean empirik dan mean teoritik untuk

mendapatkan informasi umum mengenai skor yang diperoleh subyek

penelitian pada tiap-tiap variabel penelitian.

Tabel 11 menunjukkan bahwa jumlah mean empirik keseluruhan dari

skala kepribadian ekstravert sebesar 86,91. Nilai tertinggi yang diperoleh dari

skala kepribadian ekstravert sebesar 119 sedangkan untuk nilai terendah


53

sebesar 68. Apabila melihat perbandingan antara mean teoritik dengan mean

empirik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik

(86,91>65), sehingga terdapat perbedaan yang signifikan dengan jarak

perbedaan mean sebesar 21,91. Maka dari data tersebut dapat disimpulkan

bahwa rata-rata kepribadian pada subyek penelitian relatif tinggi. Hal ini

berarti bahwa subyek memiliki kecenderungan kepribadian ekstravert.

Selain itu dari tabel 11 juga menunjukkan bahwa jumlah mean

empirik keseluruhan dari skala subjective well-being total sebesar 147,79.

Nilai tertinggi yang diperoleh dari subjective well-being total sebesar 188

sedangkan untuk nilai terendah sebesar 113. Apabila melihat perbandingan

antara mean teoritik dengan mean empirik terlihat bahwa mean empirik lebih

besar dari mean teoritik (147,79>120), sehingga terdapat perbedaan yang

signifikan dengan jarak perbedaan mean sebesar 27,79. Maka dari data di atas

dapat disimpulkan bahwa rata-rata subjective well-being pada subyek

penelitian relatif tinggi.

D. Analisis Data Penelitian

1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti melakukan uji asumsi

untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk

dianalisis. Uji asumsi meliputi:


54

a. Uji normalitas

Tujuan melakukan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah

bentuk sebaran dari skor jawaban subyek normal atau tidak. Kaidah

yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya data adalah

jika p>0,05 maka sebarannya normal, jika p<0,05 maka sebarannya

tidak normal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik

Kolmogorov-Smirnov Z test. Hasilnya dapat dilihat dalam tabel di

bawah ini.

Tabel 15
Hasil Uji Normalitas Sebaran
Variabel Nilai K-SZ p>0,05 Keterangan

Kepribadian
1,196 0,114 Normal
Ekstravert

Subjective well being 0,865 0,443 Normal

Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa skala kepribadian

ekstravert dan skala subjective well being memenuhi distribusi

normal. Pada skala kepribadian ekstravert, koefisien Kolmogorov-

Smirnov Z (K-SZ) sebesar 1,196 denngan p=0,114 (p>0,05).

Kemudian pada skala subjective well-being, koefisien Kolmogorov-

Smirnov Z (K-SZ) sebesar 0,865 dengan p=0,443 (p>0,05).

b. Uji linearitas

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

yang bersifat linier antara variabel bebas dan variabel tergantung.

Hubungan tersebut dinyatakan linier apabila memenuhi taraf


55

signifikansi linieritas lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Pengujian ini

dilakukan dengan menggunakan tert for linieratity. Berikut hasil uji

linieritas yang dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16
Hasil Uji Linearitas
Variabel F P P Keterangan
Subjective well
41,363 0,000 <0,05 Linier
being*Kepribadian ekstravert

Berdasarkan hasil uji linieritas diketahui bahwa taraf signifikansi

menunjukkan nilai F sebesar 41,363 dengan p=0,000 sehingga dapat

dikatakan bahwa hubungan antara skor variabel skala kepribadian

ekstravert dan skor variabel skala subjective well-being bersifat

linier. Dengan demikian, kedua variabel tersebut dapat dianalis

dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson.

2. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment dari Pearson

melalui program SPSS for windows versi 12, maka didapatkan angka

koefisien korelasi atau r=0,550 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05).

Analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan dan

positif antara kepribadian ekstravert dan subjective well-being.

Untuk mengetahui besar kecilnya koefisien korelasi yang ditemukan,

dapat dilihat dalam analisis korelasi dimana terdapat suatu angka yang
56

disebut dengan koefisien determinasi yang besarnya adalah kuadrat dari

koefisien korelasi (r2). Sumbangan subjective well-being terhadap

kepribadian ekstravert dapat dilihat dari koefisien determinasinya (r2)

yaitu sebesar 0,303. Artinya bahwa sumbangan efektif variabel

kepribadian ekstravert sebesar 30,3% terhadap subjective well-being.

Dengan demikian diketahu bahwa masih ada sumbangan sebesar 69,7%

yang berasal dari aspek lain.

Tabel 17
Hasil Uji Korelasi Kecenderungan Kepribadian Ekstravert
dan Subjective well-being

Kepribadian Subjective
Ekstravert Well Being
Kepribadian Pearson
1 .550(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.550(**) 1
Being Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100

Sebagai data tambahan, peneliti melakukan analisis data terhadap

masing-masing aspek subjective well-being yang dikorelasikan dengan

skor kepribadian ekstravert. Berikut hasil korelasi product moment dari

Pearson:
57

Tabel 18
Hasil Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert
dan Aspek-aspek Subjective well-being
Kepribadian SWB
Ekstravert (Global)
Kepribadian Pearson
1 .405(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.405(**) 1
Being (Global) Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
SWB
Kepribadian
(Domain
Ekstravert
khusus)
Kepribadian Pearson
1 .398(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well
Pearson
Being (Domain .398(**) 1
Correlation
khusus)
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100

Kepribadian SWB
Ekstravert (Afeksi)
Kepribadian Pearson
1 .628(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.628(**) 1
Being (Afeksi) Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi pada variabel

kepribadian ekstravert dan komponen subjective well-being secara global

adalah 0,405 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). Analisis ini


58

membuktikan bahwa aada hubungan yang signifikan dan positif antara

kedua variabel tersebut.

Sedangkan koefisien korelasi pada variabel kepribadian ekstravert

dan komponen subjective well-being dalam domain khusus adalah 0,398

dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). Analisis ini membuktikan

bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara kedua variabel

tersebut.

Kemudian koefisien korelasi pada variabel kepribadian ekstravert

dan komponen afektif subjective well-being adalah 0,628 dengan taraf

signifikansi 0,000 (p<0,05). Analisis ini membuktikan bahwa aada

hubungan yang signifikan dan positif antara kedua variabel tersebut. Dari

ketiga komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen afektif

subjective well-being memiliki koefisien korelasi paling tinggi

dibandingkan dengan aspek lain.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment Pearson, diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,550. Korelasi

tersebut signifikan dengan taraf signifikansi 0,00 (p<0,01). Hal tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

kecenderungan kepribadian ekstravert dengan subjective well-being. Artinya

subyek yang memiliki kecenderungan kepribadian ekstravert akan memiliki

tingkat subjective well-being yang tinggi. Sebaliknya, subyek yang memiliki


59

kecenderungan kepribadian ekstravert yang rendah akan memiliki tingkat

subjective well-being yang rendah. Maka hipotesis penelitian yang diajukan

yaitu ada hubungan yang positif antara kecenderungan kepribadian ekstravert

dan subjective well-being dapat diterima.

Variabel subjective well-being terdiri atas dua komponen, yaitu evaluasi

kognitif dan evaluasi afektif. Evaluasi kognitif terdiri atas evaluasi secara

global dan evaluasi dalam domain khusus. Masing-masing komponen

tersebut dikorelasikan dengan kecenderungan kepribadian ekstravert. Hasil

analisis menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dan positif antara

kecenderungan kepribadian ekstravert dan masing-masing komponen

subjective well-being. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan

bahwa hubungan yang paling tinggi diantara komponen-komponen subjective

well-being adalah komponen afektif.

Hasil penelitian ini mengukuhkan penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Diener, Suh, Lucas, Smith (1999) yang menemukan bahwa individu

dengan kepribadian ekstravert memiliki tingkat subjective well-being yang

cenderung tinggi. Semakin ekstravert subyek maka akan memiliki tingkat

subjective well-being yang tinggi dan sebaliknya semakin introvert subyek

akan memiliki tingkat subjective well-being yang rendah.

Kepribadian ekstravert-introvert memiliki peranan yang cukup penting

dalam menentukan tinggi rendahnya subjective well-being. Kepribadian

merupakan kumpulan sifat yang ada di dalam diri individu dan terakumulasi

melalui perilaku sehari-hari. Kepribadian ekstravert mengarahkan energi


60

psikisnya pada dunia luar atau obyek eksternal sehingga dapat dikatakan

subyek cenderung suka mengkuti aktivitas sosial misalnya kegiatan

kemahasiswaan. Selain itu mereka juga mengekspresikan emosi yang positif

seperti rasa senang dan bangga dalam menghadapi situasi apapun. Sedangkan

subyek yang introvert lebih mengarahkan energi psikisnya pada dunia dalam

dirinya sehingga mereka cenderung suka melakukan aktivitas seorang diri,

tidak suka bergaul dengan orang lain dan suka mengekspresikan emosi yang

negatif seperti rasa sedih, cemas dan kecewa. Kepuasan hidup terkait dengan

hal-hal yang telah dicapai oleh subyek melalui kegiatan yang dilakukan

sehari-harinya. Dengan demikian, perbedaan kepribadian subyek berimplikasi

pada bagaimana mereka mengevaluasi kepuasan hidup melalui perilaku

sehari-hari.

Subjective well-being merupakan evaluasi terhadap kepuasan hidup

seseorang yang terdiri atas evaluasi kognitif dan evaluasi afektif. Individu

yang mengevaluasi hidupnya dengan baik akan memiliki kualitas hidup yang

baik. Dalam aitem-aitem secara global, subyek menilai bahwa mereka

memiliki kepuasan hidup secara global yang cukup tinggi. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Diener (1999) yang mengatakan bahwa kaum muda

diprediksikan sebagai usia yang bahagia. Secara umum, subyek penelitian

merasa puas terhadap kepuasan hidupnya. Hal ini dapat terjadi karena subyek

merasa sudah mencapai apa yang diinginkan. Selain itu, faktor dalam diri dan

lingkungan di mana subyek berada juga mempengaruhi bagaimana subyek

mengevaluasi kehidupannya.
61

Selain itu, ada hubungan antara kecenderungan kepribadian ekstravert

dengan evaluasi dalam domain khusus sehingga dapat dikatakan subyek

merasa puas terhadap hubungannya dengan keluarga dan teman-teman, diri

sendiri, serta prestasi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa dalam usia remaja akhir, mereka menerima apapun keadaan fisiknya

dan lebih fokus pada pencapaian prestasi dan pertemanan. Selain itu subyek

juga memiliki kepuasan yang tinggi di dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi

karena adanya lingkungan keluarga yang kondusif sehingga subyek merasa

nyaman tinggal berada dalam di rumah. Selain lingkungan keluarga, subyek

juga memberikan pendapat bahwa mereka juga merasa nyaman dengan

lingkungan di kampus saat ini karena teman-teman yang menyenangkan.

Sedangkan dalam hal prestasi, subyek memiliki rata-rata IPK di atas 2,75. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa subyek penelitian memiliki kepuasan yang

cukup tinggi dalam prestasi.

Komponen terakhir yaitu komponen afektif memiliki hubungan yang

paling tinggi di antara komponen-komponen yang lain. Aitem-aitem dalam

komponen ini mengungkap respon emosi subyek penelitian terhadap kejadian

tertentu. Data menunjukkan bahwa semakin ekstravert maka subyek akan

merespon secara positif kejadian-kejadian yang dialaminya. Sebagian besar

subyek menyatakan bahwa mereka lebih sering memiliki emosi yang positif

seperti merasa senang, gembira, optimis, percaya diri, dan bersemangat. Hal

ini sesuai dengan penelitian Larsen dan Ketelaar (1991) yang menyatakan

bahwa seseorang yang memiliki kecenderungan kepribadian ekstravert akan


62

memberikan respon emosi positif lebih banyak daripada kepribadian introvert

dengan stimulus dan kejadian yang sama. Diener et al. (1999) juga

mengemukakan bahwa orang yang ekstravert tampak lebih bahagia daripada

orang yang introvert karena mereka mampu mengekspresikan emosi-emosi

positif yang ada pada dirinya.

Berdasarkan analisis deskripsi data penelitian ditemukan bahwa mean

empirik lebih tinggi daripada mean teoritik sehingga dapat dikatakan rata-rata

subyek memiliki kepribadian ekstravert. Setiap individu tidak ada yang murni

ekstravert atau murni introvert sehingga diyakini bahwa individu pasti

memiliki kedua sifat tersebut. Hal ini sejalan dengan teori Eysenck yang

mengatakan bahwa setiap individu pasti berada diantara kedua kontinum

ekstravert dan introvert. Faktor lingkungan di mana subyek berada juga

mempengaruhi subyek untuk berperilaku. Lingkungan kampus yang

mendukung melalui kegiatan perkuliahan ataupun unit kegiatan mahasiswa

(UKM) juga mempengaruhi subyek untuk bersosialisasi.

Sedangkan perbandingan mean pada deskripsi data subjective well-being

menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik. Hal

ini menunjukkan bahwa subyek penelitian rata-rata memilki tingkat

subjective well-being yang relatif tinggi. Selain itu, hasil perbandingan antara

mean teoritik dan mean empirik pada komponen subjective well-being yaitu

evaluasi kognitif (secara global dan dalam domain khusus) dan evaluasi

afektif juga menunujukkan hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi

karena beberapa faktor yaitu dari dalam diri dan lingkungan. Secara umum,
63

dapat dikatakan mereka merasa puas terhadap apa yang sudah dicapai pada

saat ini. Sedangkan faktor lingkungan juga mempengaruhi subyek untuk

mengaktualisasikan dirinya melalui berbagai macam aktivitas di kampus.

Kepribadian ekstravert dalam diri subyek juga didukung oleh lingkungan

kampus yang nyaman, sehingga mereka dapat berinteraksi dengan teman-

teman maupun dosen dengan baik.

Di dalam penelitian ini diketahui bahwa koefisien determinasi (r2)

sebesar 0,303. Angka tersebut menunjukkan sumbangan efektif kepribadian

ekstravert terhadap tingkat subjective well-being. Hasil tersebut menunjukkan

bahwa 30,3% tingkat subjective well-being yang dimiliki subyek dipengaruhi

oleh kepribadian apakah ekstravert atau introvert. Sedangkan sumbangan

69,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesehatan, penghasilan,

religiusitas, status pernikahan, usia, pekerjaan dan tingkat pendidikan.

Keterbatasan penelitian ini terletak pada perumusan teori subjective well-

being yang didapatkan dari jurnal penelitian di luar Indonesia. Hal ini sangat

memungkinkan untuk memunculkan kondisi yang berbeda dengan orang

Indonesia. Selain itu, penelitian ini menggunakan skala laporan diri sehingga

kejujuran subyek penelitian tidak dapat dipastikan. Peneliti juga tidak dapat

mengontrol faktor-faktor lain yang menjadi faktor variabel subjective well-

being.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan

positif antara kecenderungan kepribadian ekstravert dan subjective well-

being. Artinya, semakin tinggi kecenderungan kepribadian ekstravert subyek

maka semakin tinggi pula tingkat subjective well-being-nya. Sebaliknya,

semakin rendah kecenderungan kepribadian ekstravert subyek maka semakin

rendah pula tingkat subjective well-being-nya. Dalam penelitian ini variabel

kepribadian ekstravert memberikan sumbangan sebanyak 30,3% terhadap

tingkat subjective well-being. Sedangkan 69,7% diperoleh dari aspek lain.

Selain itu, variabel kepribadian ekstravert juga memiliki hubungan

dengan masing-masing komponen subjective well-being. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara

kepribadian ekstravert dengan komponen kognitif dan komponen afektif

subjective well-being. Komponen kognitif terdiri atas evaluasi terhadap

kepuasan hidup secara global dan dalam domain khusus (hubungan dengan

keluarga dan teman, kepuasan terhadap diri sendiri, dan terhadap prestasi).

Sedangkan komponen afektif terdiri atas respon emosi terhadap setiap

kejadian yang dialami oleh individu seperti perasaan gembira, marah, sedih,

dan sebagainya. Berdasarkan komponen-komponen tersebut, dapat

64
65

disimpulkan bahwa komponen afektif memiliki koefisien korelasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan komponen kognitif.

B. SARAN

1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif

antara kecenderungan kepribadian ekstravert dan subjective well-being.

Hal tersebut dapat menjadi masukan bagi subyek untuk dapat

meningkatkan subjective well-being dengan melakukan aktivitas yang

bermanfaat dan berkualitas. Misalnya dengan membuka diri untuk

bersosialisasi dengan mengikuti berbagai macam kegiatan

kemahasiswaan. Melalui pembukaan diri, diharapkan subyek dapat lebih

mudah bergaul dan dapat menjalin hubungan interpersonal dengan baik

dengan orang lain. Selain itu, subyek dapat merespon kejadian sehari-hari

dengan emosi yang positif seperti rasa syukur, senang, gembira, optimis,

percaya diri dan bersemangat.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama,

hendaknya memperhitungkan kelemahan-kelemahan dalam penelitian

ini. Antara lain dengan melakukan kontrol pada setiap subyek dalam

mengisi angket sehingga peneliti dapat mengawasi secara langsung

proses pengisian angket tersebut. Selain itu, peneliti selanjutnya dapat

meminimalisir aspek-aspek lain yang dapat mempengaruhi tinggi-


66

rendahnya tingkat subjective well-being, misalnya tingkat ekonomi atau

penghasilan, tingkat religiusitas, keluarga, kesehatan, dan sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, L & Suyasa, P. T. Y. S. (2003) Perbedaan Penguasaan Tugas


Perkembangan antara Remaja yang Memiliki Tipe Kepribadian Ekstravert
dan Remaja yang Memiliki Tipe Kepribadian Intravert. Ψ Phronesis Jurnal
Ilmiah Psikologi Terapan Vol.5/No.10/Desember 2003/Jakarta

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, S. (2009). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cutler, H. M. D. (2008) Kebahagiaan, Ada Dimana? Kompas. Dipungut 23


Agustus, 2008, dari http://www.kompas.com/index.php/read/xml/2008/
/05/17500187/kebahagiaan.ada.dimana

DeNeve, K., M., & Cooper, H. (1998) The Happy Personality: A Meta Analysis
of 137 Personality Traits and Subjective Well-Being. Journal of
Personality and Social Psychology,124, 197-229

Diener, E. (1984). Subjective Well-Being. Psychological Bulletin, Vol.95, No.3,


542-575

Diener, E., Sandvik, E., Pavot, W., & Fujita, F. (1992). Extraversion and
subjective well-being in a U.S. national probability sample. Journal of
Research in Personality, 26, 205-215.

Diener, E., Diener, M., & Diener, C. (1995). Factors predicting the subjective
well-being of nations. Journal of Personality and Social Psychology, 69,
851-864.

Diener, E., Suh, E., & Oishi, S. (1997). Recent Findings on Subjective Well-Being.
Dipungut February 19, 2008, dari
http://www.psych.uiuc.edu/~ediener/hottopic/paper1.html

Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999) Subjective Well-
Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-
302

Diener, E. (2002). Findings on subjective well-being and their implications for


empowerment. University of Illinois and the Gallup Organization

67
68

Eysenck, H., Sybil., E. (1969). Personality Structure and Measurement.


London: Western Prrinting Services Ltd.

Feist, Jess. & Feist, Gregory J. (2006). Theories of Personality Sixth edition. New
York: McGraw-Hill International Edition

Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner (1993). Teori-teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Kasl, Stan. V. & Cooper, Cary. L. (1995). Research Methods in Stress and Health
Psychology. New York: John Willey & Sons

Lucas, R. E., & Baird., B., M. (2004) Extraversion and emotional reactivity.
Journal of Personality and Social Psychology, 86, 473-485.

Monte, C. F. (1995) Beneath the Mask: An Introduction to Theories of


Personality (5th ed.). Florida: Harcourt Brace College Pubishers

Myers, D. G. & Diener, E. (1995). Who is happy? Psychological Science, 6, 10-


19

Pavot, W., & Diener, E. (1993). Review of the Satisfaction With Life Scale.
Psychological Assessment, 5, 164-172.

Pervin, L., Cervone, D., John, Oliver. (2005) Personality Theory and Research 9th
ed. New York: McGraw-Hill

Puspasari, T., D.N, Rostiana., & Nisfian, M. (2005). Hubungan antara Komitmen
Beragama dan Subjective Well-Being. Phronesis-Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Vol.7 No.1, Juni 2005: 1-27

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi


ke lima Jilid II. Jakarta: Penerbit Erlangga

Schimmack, U., Oishi, S., Radhakrishnan, P., Dzokoto, V., & Ahadi, S. (2002).
Culture, personality, and subjective well-being: Integrating process models
of life satisfaction. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 582-
593.

Seligman, M. E. P. (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagaiaan


dengan Psikologi Positif. Bandung: PT Mizan Pustaka

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan (terjemahan). Jakarta: Grasindo

Strack, F., Argyle, M., Schwarz, N. (1991) Subjective Well-Being: An


Interdiciplinary Perspective. Oxford: Pergamon Press
69

Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sumanto. (2006). Kajian Psikologis Kebermaknaan Hidup. Buletin Psikologi,


Vol. 14, No.2, Desember 2006: 115-135

Suryabrata, S. Drs. (2006). Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. Raja Grasindo


Persada

Trihendradi, C. (2005). Step by step SPSS 13 analisis data statistik. Yogyakarta:


Andi Offset.

VandenBos, G. PhD. (2007) APA Dictionary of Psychology. Washington, DC

Widyarini, M. M. N., (2004, Maret 10). Kapan Saya Hidup Bahagia [Pesan 2787].
Pesan dimuat dalam http://groups.yahoo.com/group/smasa-
blitar/message/2787
70

LAMPIRAN 1.
SKALA KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
71

Kepada yang terhormat teman-teman mahasiswa di tempat.

Salam sejahtera,
Saya Fanni Anindyati, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
sedang menyelesaikan tugas akhir. Dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini, saya memohon
bantuan dari teman-teman mahasiswa untuk meluangkan waktu untuk mengisi angket ini.

Keberhasilan penelitian ini tergantung pada kesungguhan dan kerjasama Anda dalam
mengisi setiap pernyataan. Oleh karena itu, Anda diharapkan untuk memberikan pendapat
SESUAI DENGAN KEADAAN DIRI ANDA YANG SEBENARNYA.

Berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia dengan keterangan sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
S : Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
TS : Tidak Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
STS : Sangat Tidak Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.

Jangan ragu-ragu dalam menjawab. Usahakan jangan sampai ada nomor yang terlewati.
Sebelum memulai, silahkan mengisi identitas diri Anda terlebih dulu.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terimakasih.

Hormat saya,

Fanni Anindyati
72

IDENTITAS DIRI (Identitas Anda akan dirahasiakan)

1. Nama inisial : .............................................................................................


2. Usia : .............................................................................................
3. Jenis Kelamin : Pria / Wanita (coret yang tidak perlu)
4. Semester : .............
5. IPK : .............
6. Urutan kelahiran : anak ke- ........... dari ........... bersaudara
7. Pengeluaran per bulan : ...............................................................................
8. Prestasi yang pernah diraih : ...............................................................................
...................................................................................................................................
9. Gangguan kesehatan yang pernah dialami: ..............................................................
....................................................................................................................................
Berilah tanda silang pada salah satu jawaban di bawah ini!
10. Apakah Anda rajin beribadah?
a. Ya b. Tidak
11. Apakah Anda aktif dalam kegiatan keagamaan?
a. Ya b. Tidak
12. Apakah Anda tinggal bersama orang tua saat ini?
a. Ya b. Kost c. ................................................
13. Di mana tempat menurut Anda paling nyaman?
a. Rumah b. Kampus c. ……………………………….
14. Apakah Anda merasa nyaman di tempat Anda kuliah saat ini?
a. Ya, alasan ..............................................................................................................
...................................................................................................................................
b. Tidak, alasan .........................................................................................................
....................................................................................................................................
15. Apakah Anda memiliki pacar?
a. Ya b. Tidak
Bagi Anda yang menjawab YA pada no.15
16. Apakah Anda bahagia dengan pacar Anda sekarang?
a. Ya b. Tidak
73

IDENTITAS ORANGTUA
1. Status Pernikahan Orangtua : Menikah / Bercerai /
Ayah/Ibu sudah meninggal
(coret yang tidak perlu)
2. Pekerjaan orang tua : ...............................................................................
3. Penghasilan orang tua : ...............................................................................

*MOHON DIISI SEMUA, JANGAN ADA YANG DIKOSONGI. Terimakasih.


74

BAGIAN I

No. Pernyataan SS S TS STS

Saya merasa percaya diri saat memperkenalkan


1 SS S TS STS
diri dalam suatu pertemuan.

2 Saya adalah orang yang bersemangat. SS S TS STS

Saya suka membuat lelucon dan menceritakan


3 cerita lucu saat berkumpul dengan teman- SS S TS STS
teman.
Saya sering berbicara tanpa merencanakan apa
4 SS S TS STS
yang ingin saya katakan.
Saya merasa takut dan gelisah saat harus
5 memasuki ruangan yang penuh dengan orang SS S TS STS
yang tidak saya kenal.
6 Saya tidak suka melontarkan lelucon. SS S TS STS

Saya sering merasa tidak bersemangat saat


7 SS S TS STS
melakukan sesuatu
Saya akan berhenti dan berpikir terlebih dahulu
8 SS S TS STS
sebelum bertindak dan berkata.
Saya lebih suka melakukan tugas bersama
9 SS S TS STS
teman-teman daripada sendiri.
Saya sering terlihat bersedih daripada
10 SS S TS STS
bergembira.

11 Saya adalah orang yang humoris. SS S TS STS

Sebelum membuat keputusan, saya cenderung


12 lamban dan berhati-hati dengan pertimbangan SS S TS STS
baik dan buruk
Saya lebih menyukai tugas individual daripada
13 SS S TS STS
tugas kelompok.
Saya dapat menghidupkan suasana yang
14 SS S TS STS
membosankan.
15 Saya tidak suka bercanda. SS S TS STS

16 Saya dapat membuat keputusan dengan cepat. SS S TS STS


75

Saya suka berbicara dengan orang lain yang


17 SS S TS STS
belum saya kenal sebelumnya.
Saya merasa tidak nyaman dalam suasana yang
18 SS S TS STS
membosankan.
Orang lain menganggap saya orang yang suka
19 SS S TS STS
bercanda.
Saya suka merencanakan hidup saya dengan
20 SS S TS STS
hati-hati.
Saya suka mengobrol dengan seseorang yang
21 sudah saya kenal akrab sebelumnya daripada SS S TS STS
dengan orang asing.
Orang lain merasa saya adalah orang yang
22 SS S TS STS
periang.
23 Saya adalah orang yang serius. SS S TS STS

Saya tidak suka merencanakan sesuatunya


24 karena itu mengurangi kesenangan dalam SS S TS STS
hidup.
Saya suka beraktivitas dengan orang lain
25 SS S TS STS
daripada melakukan pekerjaan rumah.
Saya lebih suka berkonsentrasi pada satu hal
26 SS S TS STS
saja.
Saya menyukai dan menikmati suasana yang
27 SS S TS STS
penuh dengan humor.
Saya lebih suka melakukan sesuatu dengan
28 SS S TS STS
santai.
Saya lebih suka membaca daripada melakukan
29 SS S TS STS
aktivitas dengan orang lain.
Saya suka melakukan banyak hal dalam satu
30 SS S TS STS
waktu.
Saya merasa kurang nyaman berada di dalam
31 SS S TS STS
situasi yang saling melontarkan lelucon.
Saya suka melakukan sesuatu yang
32 SS S TS STS
mengharuskan untuk bertindak cepat.
33 Saya suka bergaul dengan orang lain. SS S TS STS

Saya membutuhkan orang lain untuk


34 SS S TS STS
menghibur saya.
76

Saya sering menanggapi komentar orang lain


35 SS S TS STS
dengan candaan.
Saya lebih suka merencanakan atau membuat
36 SS S TS STS
jadwal daripada langsung bekerja.
Saya menarik diri saat berkumpul dengan orang
37 SS S TS STS
banyak.
38 Saya suka mengibur orang lain. SS S TS STS

Saya merasa kesulitan untuk menimpali lelucon


39 SS S TS STS
teman saya.
Saya sering merasa kesulitan karena saya
40 SS S TS STS
melakukan sesuatu tanpa berpikir terlebih dulu.
Saya adalah orang yang suka bicara saat
41 SS S TS STS
diantara orang banyak.
Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan
42 SS S TS STS
saat waktu luang.
Saya suka menirukan gerakan-gerakan lucu di
43 SS S TS STS
depan orang lain.
Saya tidak dapat mengungkapkan kehendak
44 SS S TS STS
hati saya dengan baik.
45 Saya termasuk orang yang pendiam. SS S TS STS

46 Saya suka mengikuti banyak kegiatan. SS S TS STS

Saya tidak suka menceritakan hal-hal yang lucu


47 SS S TS STS
pada orang lain.
Saya adalah orang yang bertindak sesuai
48 SS S TS STS
dengan kehendak hati saya.
77

BAGIAN II

No. Pernyataan SS S TS STS


Saya memiliki pencapaian yang baik dalam
1 SS S TS STS
banyak hal.
2 Kehidupan saya membosankan. SS S TS STS
Saya merasa puas dengan apa yang sudah
3 SS S TS STS
saya jalani selama ini.
Saya tidak dapat mensyukuri apa yang telah
4 SS S TS STS
saya peroleh dalam hidup.
Saya tidak akan mengubah apapun yang ada
5 SS S TS STS
dalam diri saya.
Dalam banyak hal, saya memiliki pencapaian
6 SS S TS STS
yang buruk.
7 Kehidupan saya menyenangkan. SS S TS STS
Saya tidak puas dengan apa yang sudah saya
8 SS S TS STS
jalani selama ini.
Saya sangat bersyukur atas apa yang telah
9 SS S TS STS
saya peroleh dalam hidup.
10 Saya akan mengubah diri saya. SS S TS STS
Saya memiliki hubungan yang baik dengan
11 SS S TS STS
orangtua dan saudara kandung saya.
Saya berusaha untuk menjaga kondisi tubuh
12 SS S TS STS
saya agar tetap sehat.
Saya dapat mengembangkan potensi diri
13 SS S TS STS
sesuai dengan apa yang saya harapkan.
Saya tidak mendapatkan kasih sayang yang
14 SS S TS STS
cukup dari keluarga.
Saya tidak dapat mensyukuri begitu saya
15 SS S TS STS
bentuk tubuh saya saat ini.
Saya merasa jurusan yang saya pilih belum
16 SS S TS STS
sesuai dengan apa yang saya inginkan.
17 Saya memiliki persahabatan yang baik. SS S TS STS
Saya tidak akan mengubah bentuk tubuh saya
18 SS S TS STS
agar terlihat ideal.
Sejauh ini, nilai-nilai akademik saya cukup
19 SS S TS STS
memuaskan.
78

Saya merasa kecewa terhadap teman-teman


20 SS S TS STS
saya.
Saya tidak dapat menerima kekurangan fisik
21 SS S TS STS
saya.
Saya merasa usaha saya belum maksimal
22 SS S TS STS
dalam mewujudkan cita-cita saya.
Saya merasa puas dengan pertemanan dan
23 SS S TS STS
persahabatan yang saya jalin.
Saya merasa percaya diri dengan kondisi fisik
24 SS S TS STS
saya saat ini.
Saya merasa puas dengan apa yang telah saya
25 SS S TS STS
lakukan untuk mencapai prestasi akademik.
Hubungan saya dengan orangtua dan saudara
26 SS S TS STS
sekandung kurang harmonis.
Saya tidak berusaha untuk menjaga kondisi
27 SS S TS STS
tubuh saya agar tetap sehat.
Saya merasa tidak dapat mengembangkan
28 potensi diri sesuai dengan apa yang saya SS S TS STS
harapkan.
Saya mendapatkan kasih sayang yang cukup
29 SS S TS STS
dari keluarga.
30 Saya mensyukuri bentuk tubuh saya saat ini. SS S TS STS
Jurusan yang saya pilih, sudah sesuai dengan
31 SS S TS STS
apa yang saya inginkan.
Saya memiliki hubungan persahabatan yang
32 SS S TS STS
buruk.
Saya akan mengubah bentuk tubuh saya agar
33 SS S TS STS
terlihat ideal.
Saya merasa belum puas dengan nilai-nilai
34 SS S TS STS
akademik.
Saya merasa senang memiliki teman-teman
35 SS S TS STS
seperti saat ini.
Saya menerima apa adanya kekurangan fisik
36 SS S TS STS
saya.
Saya sudah berusaha semaksimal mungkin
37 SS S TS STS
untuk mewujudkan cita-cita saya.
Saya merasa belum puas terhadap pertemanan
38 SS S TS STS
dan persahabatan yang saya jalin.
79

Saya merasa tidak percaya diri dengan


39 SS S TS STS
kondisi fisik saya saat ini.
Saya tidak puas dengan apa yang telah saya
40 SS S TS STS
lakukan untuk mencapai prestasi akademik.
41 Saya memiliki ketertarikan dalam banyak hal. SS S TS STS

42 Saya sering merasa gembira. SS S TS STS

43 Saya adalah orang yang pemurung. SS S TS STS

Saya memiliki rasa keingin-tahuan yang


44 SS S TS STS
besar.
45 Saya merasa bahagia. SS S TS STS

46 Saya orang yang pemarah. SS S TS STS

47 Saya sering merasa bersalah. SS S TS STS

48 Saya orang yang optimis. SS S TS STS

49 Saya merasa percaya diri. SS S TS STS

50 Saya merasa tidak tertarik dalam banyak hal. SS S TS STS

51 Saya orang yang bersemangat. SS S TS STS

52 Saya sering merasa takut dan khawatir. SS S TS STS

53 Saya jarang marah. SS S TS STS

54 Saya sering merasa tertekan dan menderita. SS S TS STS

55 Saya sering merasa rendah diri. SS S TS STS

56 Saya orang yang pesimis. SS S TS STS

57 Saya sering merasa kecewa dan bersedih. SS S TS STS

58 Rasa keingin-tahuan saya rendah. SS S TS STS

59 Saya orang yang berani mengambil resiko. SS S TS STS

60 Saya bisa membuat orang lain bersemangat. SS S TS STS

*Mohon periksa kembali jawaban Anda,


jangan sampai ada yang terlewatkan.

Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.


80

LAMPIRAN 2.
UJI RELIABILITAS
SKALA KEPRIABDIAN EKSTRAVERT

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 100 100,0
Excluded
0 ,0
(a)
Total 100 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,869 30

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
a1 83,77 73,512 ,292 ,867
a2 83,77 72,967 ,475 ,863
a3 83,81 71,893 ,430 ,864
a4 84,23 74,179 ,216 ,870
a5 84,45 70,997 ,438 ,864
a6 83,79 71,056 ,583 ,860
a7 83,96 74,322 ,249 ,868
a10 83,71 72,269 ,480 ,863
a11 83,79 70,592 ,612 ,859
a13 84,25 73,947 ,239 ,869
a14 84,22 73,547 ,340 ,866
a15 83,61 73,170 ,357 ,866
a16 84,29 72,228 ,457 ,863
a17 84,26 73,689 ,319 ,867
a19 83,91 70,648 ,562 ,860
a22 83,93 71,985 ,528 ,862
a27 83,38 74,682 ,259 ,868
a30 84,31 71,893 ,415 ,864
a32 84,29 71,582 ,424 ,864
a33 83,58 73,579 ,357 ,866
a35 84,02 73,212 ,398 ,865
81

a37 83,86 73,899 ,309 ,867


a38 83,77 73,027 ,490 ,863
a39 84,04 73,312 ,377 ,865
a41 84,34 73,984 ,302 ,867
a43 84,54 71,261 ,442 ,864
a44 84,34 73,439 ,282 ,868
a45 84,12 68,895 ,596 ,859
a46 84,17 71,718 ,423 ,864
a47 83,88 74,006 ,320 ,866
82

LAMPIRAN 3.
UJI RELIABILITAS
SKALA SUBJECTIVE WELL-BEING

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 100 100,0
Excluded
0 ,0
(a)
Total 100 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,920 48

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
aitem1 144,95 186,371 ,270 ,919
aitem2 144,62 180,319 ,594 ,916
aitem4 144,47 182,999 ,433 ,918
aitem6 144,82 184,048 ,450 ,918
aitem7 144,54 182,938 ,542 ,917
aitem9 144,38 185,511 ,387 ,918
aitem11 144,39 182,362 ,446 ,918
aitem12 144,36 184,091 ,450 ,918
aitem13 144,62 185,268 ,390 ,918
aitem14 144,22 182,537 ,504 ,917
aitem15 144,52 185,767 ,313 ,919
aitem17 144,43 183,965 ,470 ,918
aitem19 144,95 184,775 ,306 ,919
aitem20 144,69 183,731 ,455 ,918
aitem21 144,58 187,297 ,242 ,919
aitem24 144,63 185,084 ,423 ,918
aitem25 145,16 183,045 ,422 ,918
aitem26 144,56 181,097 ,419 ,918
aitem27 144,51 183,747 ,410 ,918
aitem28 144,80 183,919 ,458 ,918
aitem29 144,32 186,099 ,317 ,919
83

aitem30 144,53 184,555 ,445 ,918


aitem31 144,71 185,723 ,252 ,920
aitem32 144,53 182,090 ,499 ,917
aitem33 145,19 184,499 ,287 ,920
aitem35 144,49 183,465 ,472 ,917
aitem36 144,73 187,957 ,220 ,920
aitem37 144,96 184,907 ,343 ,919
aitem38 144,98 184,666 ,361 ,919
aitem39 144,74 182,780 ,517 ,917
aitem40 145,28 183,719 ,361 ,919
aitem41 144,67 186,991 ,271 ,919
aitem42 144,64 182,677 ,541 ,917
aitem43 144,66 185,600 ,316 ,919
aitem44 144,58 183,054 ,472 ,917
aitem45 144,53 181,706 ,643 ,916
aitem48 144,71 180,955 ,610 ,916
aitem49 144,70 183,263 ,491 ,917
aitem50 144,79 183,925 ,423 ,918
aitem51 144,67 181,961 ,633 ,916
aitem52 145,30 185,242 ,320 ,919
aitem54 144,86 181,253 ,491 ,917
aitem55 145,20 182,404 ,433 ,918
aitem56 144,87 183,427 ,522 ,917
aitem57 145,03 182,716 ,457 ,918
aitem58 144,69 181,852 ,635 ,916
aitem59 144,88 183,905 ,363 ,919
aitem60 144,69 184,135 ,417 ,918
84

LAMPIRAN 4.
UJI ASUMSI NORMALITAS DAN LINEARITAS

UJI NORMALITAS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kepribadian Subjective
Ekstravert well-being
N 100 100
Mean 129,35 178,24
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 10,204 15,304
Most Extreme Absolute ,101 ,063
Differences Positive ,101 ,063
Negative -,073 -,042
Kolmogorov-Smirnov Z 1,011 ,630
Asymp. Sig. (2-tailed) ,259 ,823
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.

UJI LINIERITAS

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.


Subjective Between (Combine
Well-Being * Groups d)
9651.990 32 301.625 2.173 .004
Kepribadian
Ekstravert
Linearity 5740.511 1 5740.511 41.363 .000
Deviation
from 3911.479 31 126.177 .909 .606
Linearity
Within Groups 9298.600 67 138.785
Total 18950.590 99
85

LAMPIRAN 5.
UJI KORELASI
KEPRIBADIAN EKSTRAVERT-INTROVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING

Correlations

Kepribadian Subjective
Ekstravert Well-Being

Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .550(**)


Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SubjectiveWellBeing Pearson Correlation .550(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
86

LAMPIRAN 5.
UJI KORELASI KEPRIBADIAN EKSTRAVERT-INTROVERT
DAN KOMPONEN SUBJECTIVE WELL-BEING

Correlations

Kepribadian
SWB Global
Ekstravert
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .405(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWB Global Pearson Correlation .405(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Correlations

SWB
Kepribadian
Domain
Ekstravert
Khusus
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .398(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWBDomainKhusus Pearson Correlation .398(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Correlations

Kepribadian
SWB Afeksi
Ekstravert
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .628(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWB Afeksi Pearson Correlation .628(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
87

LAMPIRAN 7.
MEAN EMPIRIK KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING

MEAN EMPIRIK KEPRIBADIAN EKSTRAVERT


Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Kepribadian 100 68 119 86.91 8.797
Valid N (listwise) 100

MEAN EMPIRIK SUBJECTIVE WELL-BEING

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SWB Total 100 113 188 147.79 13.835
Valid N (listwise) 100

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SWB Global 100 13 24 18.96 2.386
Valid N (listwise) 100

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SWB Domain Khusus 100 61 97 77.87 7.435
Valid N (listwise) 100

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


SWB Afeksi 100 35 67 50.96 5.881
Valid N (listwise) 100
88

LAMPIRAN 8.
DISTRIBUSI DATA SUBYEK PENELITIAN

Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Tempat Tinggal


Tempat Tinggal Frekuensi Presentase

Kos 71 71%

Rumah Orangtua 23 23%

Rumah Kontrak 3 3%

Bersama Keluarga 2 2%

Rumah Sendiri 1 1%

Total 100 100

Deskripsi Subyek Penelitian


Berdasarkan Tempat yang Paling Nyaman
Tempat yang Nyaman Frekuensi Presentase

Rumah 76 76%

Kampus 10 10%

Kamar 7 7%

Kos/Kontrakan 4 4%

Alam/udara terbuka 3 3%

Total 100 100

Deskripsi Subyek Penelitian


Berdasarkan Kenyamanan Kuliah
Nyaman Frekuensi Presentase

Ya 97 97%

Tidak 3 3%

Total 100 100


89

LAMPIRAN 9.
DATA DEMOGRAFI SUBYEK PENELITIAN

Pertanyaan nomor 1-8


Subjek Usia JK Sem IPK Urutan Peng/bln Prestasi

1 19 W 2 2.67 2 dari 2 600,000 ~


mewakili SMA lomba akuntansi se
2 19 P 2 2.75 2 dari 2 400,000
Jateng
juara I pad.suara SMA
3 19 P 2 3 1 dari 2 500,000
kab.Purbalingga
4 21 P 2 2.4 3 dari 3 500,000 ~
dua kali juara I LBB, juara 3 LBB
5 21 W 6 2.9 1 dari 3 600,000
sadhar
6 20 W 4 3 1 dari 3 500,000 ~

7 19 W 2 3 2 dari 3 600,000 juara fav cheerleader Laurier

8 19 P 2 3 1 dari 1 1,000,000 bahagia setiap saat

9 19 P 2 3.58 3 dari 3 700,000 juara I LPBB kab Purworejo


750-
10 19 W 4 3.38 2 dari 3 juara 3 liga ekonomi mhs se jateng
1,000,000
11 19 P 2 2.83 1 dari 2 700,000 ~

12 21 P 4 2.91 4 dari 4 500,000 ~

13 22 P 4 2 4 dari 4 1,500,000 ~

14 20 W 6 2.79 2 dari 4 600,000 ~

15 22 W 6 2.75 4 dari 6 1,000,000 ranking I dlm kls wkt SMA

16 19 W 2 2.88 2 dari 4 700,000 ~

17 19 W 2 3.62 4 dari 4 1,500,000 ~

18 19 W 2 2.9 3 dari 3 1,000,000 ~

19 22 W 6 3.17 2 dari 3 500,000 ~

20 19 W 2 3.15 2 dari 3 700,000 ~

21 18 P 2 3.3 2 dari 3 500,000 ~

22 20 W 6 3.06 3 dari 3 500,000 ~

23 21 W 6 2.5 1 dari 2 300,000 ~


masuk peringkat 10 besar
24 21 W 6 2.51 2 dari 3 600,000
(SMP/SMA)
25 21 W 6 2.7 1 dari 2 320,000 ~

26 19 W 4 2.9 2 dari 2 1,000,000 ~

27 20 W 6 2.74 2 dari 6 500,000 ~

28 21 W 6 2.69 2 dari 3 600,000 ~

29 19 W 4 3.29 4 dari 4 400,000 ~

30 20 W 4 3.67 2 dari 2 1,500,000 ~

31 21 P 6 3.47 2 dari 4 600,000 ~

32 19 P 2 2.6 1 dari 2 500,000 lomba baca puisi

33 19 W 4 ~ 2 dari 2 1,800,000 cheerleader semasa SMA

34 20 P 4 3 1 dari 3 200,000 ~
90

35 19 P 2 2.96 2 dari 3 200,000 juara III desain grafis

36 19 P 4 2.5 2 dari 2 200,000 ~

37 19 P 2 3.81 1 dari 3 1,000,000 ~

38 19 W 2 3.19 1 dari 2 800,000 ~


juara III pendatang terbaik sepak
39 19 P 2 2.7 4 dari 4 1,300,000
bola
40 20 P 4 3 1 dari 4 400,000 ~

41 21 P 4 3.3 3 dari 4 500,000 pemakaian Scientific Day 2008

42 19 W 2 3.33 2 dari 2 300,000 ~

43 20 P 2 2.24 5 dari 6 1,500,000 ~

44 21 W 6 2.5 2 dari 3 450,000 ~

45 21 P 6 2.62 1 dari 3 500,000 ~

46 21 P 6 2.94 1 dari 1 700,000 ~

47 21 W 6 3.28 2 dari 2 400,000 ~

48 20 W 6 2.8 1 dari 2 500,000 ~

49 20 P 2 3 3 dari 3 300,000 ~

50 19 W 2 2.81 4 dari 5 750,000 ~

51 21 P 4 3.4 1 dari 1 500,000 juara lomba story telling

52 20 P 2 3 2 dari 2 160,000 ~

53 21 W 6 3.01 3 dari 3 650,000 ~


700-
54 19 3 dari 3 ~
W 2 3.33 1,000,000
lomba desain grafis sewil-III kota
Crb (2006), kompilasi buku,
55 19 W 2 2.76 2 dari 3 600,000
pemenang review komik kambing
jantan
500- lomba basket juara I acara PPEC
56 19 W 4 3.68 6 dari 6
700,000 (pharmacy performance)
57 20 W 4 3.58 1 dari 2 750,000 ~

58 21 W 4 2 1 dari 2 750,000 ~

59 22 W 6 3 2 dari 3 300,000 ~

60 21 W 6 2.65 1 dari 2 800,000 ~

61 22 W 8 ~ 1 dari 2 450,000 ~

62 21 W 6 3 1 dari 2 >200,000 ~

63 22 W 8 ~ 1 dari 3 500,000 ~

64 21 W 6 ~ 1 dari 3 300,000 ~

65 21 W 6 3.3 2 dari 3 1,000,000 ~


Juara 3 lagu rohani bulan kitab suci,
66 22 P 6 3.91 2 dari 5 900,000 juara 2 lagu rohani bln kitab suci,
juara I vokal grup tk SMP
67 18 W 6 2.9 3 dari 4 400,000 ~

68 21 W 6 3.3 1 dari 3 >1,000,000 ~

69 19 W 2 2.84 1 dari 1 500,000 ~

70 22 W 8 3.2 4 dari 4 500,000 ~

71 22 P 4 2.6 2 dari 3 450,000 ~

72 21 P 4 2.75 2 dari 3 600,000 juara 3 lomba tilawatil Qur'an

73 21 P 6 3.4 4 dari 4 600,000 ~


91

74 20 W 6 2.87 2 dari 2 800,000 ~


500-
75 19 P 2 3 1 dari 2 ~
600,000
76 20 P 4 3 2 dari 5 500,000 ~

77 21 W 6 3.04 1 dari 2 100,000 ~

78 21 P 6 2.9 2 dari 3 500,000 juara I badminton tk RW

79 20 W 6 2 2 dari 3 100,000 ~

80 21 W 6 2.75 2 dari 4 500,000 ~

81 21 W 6 3 1 dari 1 500,000 lolos PKM

82 21 W 6 ~ 1 dari 1 700,000 ~
juara II lomba cerdas cermat di
83 21 W 6 2.9 2 dari 3 1,000,000
kelurahan
84 21 W 6 3 3 dari 3 500,000 juara kelas SD

85 21 W 6 ~ 1 dari 2 700,000 ~

86 20 W 6 3.01 2 dari 3 500,000 ~

87 20 W 6 ~ 2 dari 2 500,000 ~

88 21 W 6 3.25 2 dari 4 600,000 ~

89 21 P 6 2.89 1 dari 2 600,000 ~

90 22 P 6 2.8 1 dari 3 1,250,000 ~

91 21 W 6 2.61 1 dari 4 400,000 ~


juara III taekwondo ajang Pomda
92 21 W 6 2.51 4 dari 5 500,000
DIY dan kejurkab sleman 2009
93 21 W 6 3 2 dari 3 800,000 ~

94 22 P 6 3.2 1 dari 3 400,000 ~

95 18 W 6 2.4 1 dari 2 800,000 ~

96 22 W 6 3.28 4 dari 4 800,000 ~

97 22 W 6 3.2 4 dari 4 600,000 ~

98 22 W 6 ~ 2 dari 2 500,000 ~

99 18 W 2 2.9 2 dari 2 500,000 membaca al-qur'an


500- Juara harapan mapel komputer tk
100 19 P 4 3.32 1 dari 2
700,000 propinsi (SMA)

Pertanyaan nomor 9-14


Subjek Gangguan Ibadah Keg.agama Tinggal Nyaman Kul nyaman

1 ~ ya ya rumah ortu Rumah ya


ya, sudah bisa mengikuti kegiatan
2 ~ ya tidak rumah ortu rumah
kampus
ya,menikmati dinamika
3 ~ tidak tidak kos rumah
perkuliahan,punya teman baru yang unik
4 ~ tidak tidak kos rumah ya,sesuai dengan pilihan

5 ~ ya ya rumah ortu rumah ya,kondisi perkuliahan kondusif


ya,teman-teman, dosen,tempat
6 ~ ya ya kos rumah
menyenangkan dan nyaman
ya,teman dan kampus sangat
7 ashma ya ya rumah ortu rumah
menyenangkan
8 ~ tidak tidak rumah sendiri alam ya,enjoy aja
ya,nyaman atau tidak harus dibuat
9 thipus,flek,maag ya ya kos rumah
nyaman supaya konsen
92

10 bronkitis ya ya kos rumah ya,teman-teman menyenangkan

11 ~ ya ya kos Rumah ya, asik. Dosen baik

12 ~ tidak tidak kos kamar ya

13 ~ tidak tidak kos Rumah ya,karena tempat sehari-hari

14 ~ tidak tidak kos kamar ya,karena saya menyukainya

15 ~ ya ya kos Rumah ya, my campus is the best


ya,teman-teman menyenangkan dan
16 ~ ya tidak kos Rumah
saling membantu
17 ~ ya ya kos Rumah ya,banyak teman, asik

18 ashma tidak tidak kos kampus ya,teman-teman menyenangkan

19 ~ tidak tidak kos Rumah ya,teman-teman menyenangkan

20 sinusitis ya ya kos kampus ya,seru aja

21 ~ ya ya kos Rumah ya,karena saya senang kuliah di sini


ya,teman-teman dari berbagai pulau,bisa
22 amandel ya tidak kos Rumah
saling kerjasama dan melengkapi
23 ~ ya tidak kos Rumah ya,banyak teman
tidak, setelah ganti kaprodi peraturan
asam lambung,
24 ya tidak kos Rumah akademik pun berubah. Bukannya
vertigo,tulang
mempermudah mhs malah mempersulit
ya,karena mulai merasa nyaman dengan
25 ~ ya ya kos Rumah
teman-teman dan akan segera selesai
26 ~ ya ya kos Rumah ya, anak-anaknya supel, ramah
ya, fasilitas mendukung & teman-teman
27 ~ ya ya rumah ortu Rumah
yang baik
ya, lingkungan nyaman & banyak hal
28 patah tulang ya tidak kos Rumah
baru yang bisa dicoba
29 ~ ya ya rumah ortu Rumah ya, psikologi memang saya sukai

30 ~ ya ya kos kampus ya, suasana dan tempatnya nyaman


udara ya, saya bisa eksplorasi dengan diri dan
31 ~ ya ya kos
terbuka sekitar
32 ~ tidak tidak kos kampus ya, banyak teman

33 ~ ya tidak kos Rumah ya, karena sesuai cita-cita


rumah,kam
34 patah tulang tidak tidak rumah ya, ada teman yang asik
pus
35 ~ ya ya rumah ortu rumah tidak, pergaulan tidak cocok

36 ~ ya ya rumah ortu kamar ya, kampusnya besar, banyak teman


hypertyroid,
37 ya tidak kos rumah ya, karena sesuai cita-cita
DB, thypus, step
38 ~ ya tidak kos rumah ya, tempat enak, teman-teman asik

39 ashma ya ya kos rumah ya, orang-orang welcome

40 ~ ya ya rumah ortu rumah ya, teman-teman sangat menyenangkan


ya, tempat ini mendukung perkembangan
gangguan
41 ya ya kos rumah pengetahuan & pengembangan
pencernaan
ketrampilan diri
42 ~ tidak tidak rumah ortu rumah ya, temannya enak dan asik

43 ~ ya tidak kos rumah ya, tempat kuliah lebih baik dan asik
ya, karena saya kuliah di sana jadi saya
44 anemia tidak tidak kos kamar kos
harus merasa nyaman
ya, teman-teman asik, suasana kampus
45 ~ tidak tidak sama bulek kampus
nyaman (ada hot spot)
46 ~ tidak tidak kos rumah ya, temannya asik-asik
ya, tempat sejuk, orang-orangnya
47 ~ tidak tidak kos kos
bersahabat
ya, karena meskipun kuliah sangat
48 ~ ya tidak dgn keluarga rumah
membosankan & membuat capek tapi
93

ada teman-teman yg enak utk ngobrol

49 ~ ya ya rumah ortu rumah, kos ya


ya, karena orang-orangnya baik &
50 ~ ya tidak kos rumah
bamah, cukup berkualitas
batuk, demam ya, orangnya asik & saya bisa terbebas
51 ya ya rumah ortu kampus
berdarah dari keluarga
52 hepatitis A ya ya rumah ortu rumah ya, cocok dengan ilmunya
ya, karena di kampus saya bertemu
53 flek paru-paru tidak tidak kos rumah dengan banyak teman dan sudah akrab
dengan beberapa dosen

ya, karena saya mempunyai teman-teman


54 ~ tidak tidak kos rumah
yang bisa di ajak bermain, belajar, saling
bertukar pikiran
55 ~ ya tidak kos rumah ya, tempatnya lumayan kondusif
ya, tempatnya tenang & kondusif utk
56 ~ ya tidak kos rumah, kos kuliah & belajar namun kadang bosan
krn jauh dr keramaian
ya, tempat enak, teman-teman asik, sama
57 ~ ya tidak kos rumah
pacar
ya, suasana lingkungan menyenangkan
58 ~ ya ya kos rumah
dan juga teman-temannya
59 ~ ya ya rumah ortu rumah ya

60 ~ ya tidak kos rumah tidak, stress dengan tugas

61 ashma tidak tidak rumah ortu rumah ya, banyak teman, tempat menyenangkan
hernia, radang
62 ya tidak rumah ortu rumah ya, semangat belajar
tenggorokan
ya, ada banyak teman yg bs mendorong
63 ~ ya ya rumah rumah saya utk belajar dan berkembang lebih
baik lagi
maag, gej
64 thypus, gej ya ya rumah ortu rumah ya, karena teman-teman baik
amandel
ya, sebenarnya biasa, karena udah biasa
65 ~ ya tidak kos rumah
jadi nyaman
skt tenggorokan, ya, udara bersih, jauh dr keramaian,
66 tidak tidak kos kamar kos
lutut bergeser dosen ramah-ramah
ya, bisa mengekspresikan diri, bertemu
67 sinusitis ya tidak kos kos dengan teman-teman, belajar, nyontek,
gila bareng
infeksi ya, karena teman-teman & dosen
68 ya ya kos rumah
pencernaan menyenangkan serta para karyawan
69 ~ ya ya kos rumah ya, enak aja

70 ~ ya ya kos rumah ya, banyak teman


sesak nafas
ya, karena cocok beradaptasi baik belajar
71 karena paru- tidak tidak kos kampus
maupun berteman
paru basah
radang
72 ya tidak kos rumah ya, banyak gadis
tenggorokan
73 pernafasan ya tidak kos ~ ya
ya, tempatnya enak dan teman-teman
74 ~ ya tidak rumah ortu rumah
asik
75 ~ tidak tidak kos kamar ya
ya, suasana kampus nyaman, banyak
76 ~ ya ya kos kampus
teman, fasilitas memadai
ya, punya banyak pengalaman dan
77 ~ ya tidak rumah ortu rumah
wawasan,t eman
patah tulang,
78 tidak tidak ngontrak kontrakan ya, asik aja
bronkitis
ta, banyak teman, tapi kadang juga tidak
79 ~ tidak ya rumah ortu rumah
nyaman
maag, gej
80 thypus, gej tidak tidak kos rumah ya, ada pacar
amandel
81 ~ tidak tidak rumah ortu rumah ya, orangnya ramah-ramah
tidak, karena relasinya kurang
82 ~ ya ya kos rumah
memuaskan
94

83 DB, ashma ya ya kos kampus ya, banyak teman dan banyak kegiatan

84 thypus ya ya kos rumah ya,menyenangkan

85 maag ya tidak kos ruamh ya, banyak teman dan kompak selalu
ya, karena sudah bisa menyesuaikan diri
86 ~ ya tidak kos rumah
dengan lingkungan
87 ~ ya tidak kos rumah ya, teman-teman menyenangkan

88 ~ ya ya kos kos ya, dapat teman, pengalaman baru


ya, suasana sangat mendukung, baik
89 ~ ya ya kos rumah lingkungan maupun teman
bermain/kuliah
90 ~ ya tidak kos rumah ya, fasilitas memadai
ya, karena selain mendapat ilmu &
gej ashma,
91 ya tidak kos rumah pengetahuan, juga pengalaman dan
muntaber
teman
92 ~ ya tidak kos rumah ya, enak aja

93 ~ tidak tidak kos rumah ya, karena memang pilihan saya


ya, situasinya nyaman dan teman-teman
94 ~ ya ya kontrak kamar
menyenangkan
ya, karena saya mempunyai teman-teman
95 ~ tidak tidak kos kampus
yang saling mendukung
96 ~ ya ya dgn keluarga rumah ya, cocok
tempat tidak, terlalu banyak org lain yang sibuk
97 ~ tidak tidak kos
santai mengurusi kepentingan pribadi saya
bersama ya, karena saya mendapat pelajaran2
98 ~ ya ya kos
keluarga baru yg juga membentuk karkater saya
ya, karena sesuai studi yang saya
99 ~ ya ya kos rumah
inginkan
ya, teman mendukung, bisa dapat proyek,
100 ~ ya tidak kos rumah
dosen ramah

Pertanyaan nomor 15-16.


Identitas Orangtua nomor 1-3
Subjek Pacar Bahagia Status Ortu Pekerjaan Gaji

1 Tidak Menikah PNS 2,500,000

2 tidak menikah PNS 5,000,000

3 ya ya menikah PNS 3,000,000

4 tidak menikah kary.swasta tdk tahu

5 ya ya menikah dosen 4,500,000

6 tidak ibu PNS tdk tahu

7 ya ya menikah PNS tdk tahu

8 ya ya menikah wiraswasta tdk tahu

9 tidak menikah wiraswasta 2,800,000

10 ya ya menikah PNS 3,000,000

11 ya ya menikah PNS 1,000,000

12 ya ya ibu Guru tdk tahu

13 ya ya ibu swasta tdk tahu

14 ya ya menikah PNS 2,000,000

15 tidak Menikah swasta 2,000,000

16 tidak Menikah Guru 1,000,000


95

17 tidak Menikah PNS 2,000,000

18 ya ya Menikah swasta tdk tahu

19 ya ya Menikah wiraswasta 2,000,000

20 ya ya ~ ~ ~

21 ya ya Menikah swasta 5,000,000

22 Tidak ibu PNS 1,500,000

23 Tidak ayah Guru 1,000,000

24 ya ya Menikah PNS 1,000,000

25 ya ya Menikah petani 800-1,500,000

26 Tidak Menikah swasta & PNS 6,000,000

27 Tidak Menikah POLRI tdk tahu

28 Tidak Menikah POLRI 1,000,000

29 ya ya Menikah PNS 2,500,000

30 Tidak Menikah Kary. Pertamina 7,000,000

31 Tidak Menikah Guru tdk tahu

32 Tidak Menikah PNS 3,000,000

33 Tidak Menikah PNS 6,000,000

34 ya ya Menikah wiraswasta/PNS 6,000,000

35 ya ya Menikah Guru 1,000,000

36 Tidak ibu PNS 1,500,000

37 ya ya Menikah Kary swasta 8,000,000

38 ya ya Menikah PNS 2,000,000

39 Tidak Menikah Kary swasta tdk tahu

40 Tidak Menikah PNS 2,800,000


TNI AD &
41 ya ya Menikah >2,000,000
Guru
42 Tidak Menikah PNS 5,000,000

43 Tidak Menikah petani 6-8,000,000

44 ya ya Menikah pensiunan 2,000,000

45 ya tidak Menikah PNS 1,000,000

46 Tidak Menikah POLRI tdk tahu

47 ya ya Menikah wiraswasta tdk tahu

48 Tidak Menikah wiraswasta 1,500,000

49 Tidak Menikah swasta 750,000

50 ya ya Menikah wiraswasta >2,000,000

51 ya ya Menikah Kary swasta <1,000,000

52 ya ya Menikah pensiunan 1,300,000

53 ya ya Menikah wiraswasta 2-3,000,000

54 Tidak Menikah PNS 2-3,000,000

55 Tidak Menikah wiraswasta 1,000,000

56 Tidak Menikah wiraswasta 5,000,000

57 ya ya Menikah PLN 7,000,000


96

58 ya ya Menikah swasta 2,000,000

59 Tidak Menikah PNS 4,000,000

60 ya tidak Menikah PNS 1,500,000

61 ya ya Bercerai PNS (guru SD) 2,000,000

62 Tidak Menikah PNS 2,000,000

63 ya ya Menikah kepala sekolah tdk tahu

64 ya ya Menikah pensiunan 300,000

65 ya ya Menikah PNS 1-2,000,000

66 ya ya ibu wiraswasta 2,000,000

67 Tidak Menikah pensiunan tdk tahu

68 ya ya Menikah PNS >3,000,000

69 ya ya Menikah guru 2,000,000

70 Tidak ~ ~ ~

71 ya ya Menikah PNS 1,500,000

72 ya ya Menikah kary swasta tdk tahu

73 ya ya ayah pensiunan 2,100,000

74 ya ya Menikah PNS 3,000,000

75 ya ya Menikah wiraswasta tdk tahu

76 ya ya Menikah guru 2,000,000

77 ya ya Menikah swasta 1,000,000

78 Tidak Menikah Guru 1,800,000

79 ya ya Menikah guru 1,500,000

80 ya ya Menikah kary swasta tdk tahu

81 ya ya Menikah wiraswasta 1,500,000

82 ya ya Menikah pendeta 3,000,000

83 ya ya Menikah swasta tdk tahu

84 ya ya Menikah PNS 1,000,000

85 Tidak swasta tdk tahu

86 ya ya Menikah Guru 2,000,000

87 ya ya ibu guru tdk tahu

88 ya ya Menikah Kary swasta 3,000,000

89 ya ya Menikah PNS 3,000,000

90 ya ya Menikah wiraswasta 10,000,000

91 ya ya Menikah kary swasta 2,500,000

92 Tidak ibu PNS 2,000,000

93 ya ya ayah guru tdk tahu

94 ya ya Menikah petani 600,000

95 ya ya Menikah PNS 2,000,000

96 Tidak Menikah petani tdk tahu

97 ya ya Menikah PNS 2,000,000

98 ya ya Menikah wiraswasta 3,000,000


97

99 ya ya Menikah Kary swasta 1,000,000

100 Tidak Menikah kary BUMN 1,800,000

Anda mungkin juga menyukai