SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Fanni Anindyati
NIM : 049114038
i
The grand essential of happiness are
something to do,
something to love,
and something to hope for..
(Allan K. Chalmers)
(Hellen Keller)
iv
Karya ini kupersembahkan…
Teruntuk kedua orangtuaku
yang dengan tulus memberiku
kasih sayang tak berujung
Teruntuk eyang putri
yang selalu sabar mendukung dan mendoakanku
Teruntuk mbah kakung di sana,
Teruntuk kakak dan adik-adikku,
serta sahabat-sahabatku.
v
HUBUNGAN ANTARA
KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AKHIR
Fanni Anindyati
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kecenderungan
kepribadian ekstravert dan subjective well-being. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa-
mahasiswi Universitas Sanata Dharma yang berusia 18-22 tahun dengan karakteristik remaja akhir
yang berjumlah 100 mahasiswa. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara
kecenderungan kepribadian ekstravert dan subjective well-being pada remaja akhir. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan metode skala modifikasi dari skala model Likert yang
terdiri dari dua bagian, yaitu: 1) Skala kecenderungan kepribadian ekstravert, 2) Skala subjective
well-being. Skala kecenderungan kepribadian ekstravert memiliki koefisien reliabilitas Alpha
Cronbach sebesar 0,869 dari 30 aitem. Skala subjective well-being memiliki koefisien reliabilitas
Alpha Cronbach sebesar 0,920 dari 48 aitem. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
analisis Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif
antara tipe kepribadian ekstravert-introvert dan subjective well-being. (r = 0,550 dengan p = 0,000;
p < 0,01)
vii
THE CORRELATION BETWEEN
EXTRAVERT PERSONALITY TENDENCY
AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN LATE ADOLESCENTS
Fanni Anindyati
ABSTRACT
The aim of this research was to find out the positive correlation between extravert
personality tendency and subjective well-being in late adolescents. The subjects are 100 students
of Sanata Dharma University who has characteristic late adolescents. The ages of subjects are
about 18-22 years old. The proposed hypothesis is as follow there is a positive relationship
between extravert personality tendency and subjective well-being in late adolescents. The data
collected in this research was conducted two scales using modification scale from Likert scale
model. First, the extravert personality tendency scale. Second, the subjective well-being scale. The
reliability of extravert-introvert personality types scale tested by using reliability coefficient Alpha
Cronbach and obtained result for 0,869 of 30 items. The reliability coefficient Alpha Cronbach for
subjective well-being scale was 0,920 of 48 items. The research data were analyzed using
Pearson’s Product Moment analysis. The result showed that there was a positive correlation
between extravert-introvert personality types and subjective well-being (r coefficient was 0,550
with p=0,000; p < 0,01).
viii
KATA PENGANTAR
menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak yang dengan tulus membantu penulis. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu memberi berkat
kekuatan, dan kasih yang tiada hentinya. Terima kasih atas kepercayaan
2. My biggest sponsorship in my life, Mama Sri Satiti Suci Rahayu dan Papa
Didi Suhardi, thank you for giving me unconditional love. Terima kasih
untuk doa, kasih sayang dan semua yang diberikan untuk penulis.
3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
kegiatan akademik.
x
5. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M. Sc selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang selalu memberi arahan dan dalam kegiatan akademik maupun pada
6. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi. Terima kasih atas masukan dan arahan
yang sangat berarti untuk karya tulis ini. Terima kasih juga untuk
7. Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.A. Terima kasih untuk masukan dan
8. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. Terima kasih untuk arahan dan
10. Mas Gandung, Mba Nanik, Mas Muji, Mas Doni, Pak Gi’. Terima kasih
11. My sisters Suci Ardiani n Clara Ivana, my brother Krisna Ardian, terima
kasih untuk dukungan, canda tawa, dan kejahilan kalian yang telah
12. Mbah Uti, terima kasih banyak ya Mbah untuk semuanya, dukungan, kasih
sayang dan doa. Terima kasih juga untuk bulik Atik dan dek Iyan, bulik
xi
13. Fransiskus Catur Pandu Hasmoko. Terima kasih atas kasih sayang,
pada waktunya.
14. Sahabatku Aurelia Tyas Reneng Ayomi, terima kasih untuk dukungan dan
doanya. Akhirnya aku bisa nyusul kamu Yas. Kapan kita bisa ngobrol
untuk semuanya, akhirnya!), Lusia Wiji Astuti (ayo cepetan lulus, doaku
untuk semuanya), Novera Pamian (ayo ve, kamu pasti bisa), dan Gracy
17. Pak Tony, mba Diana Pujihastuti, terima kasih untuk arahan dan
Indra, Wulan, Ucie, Ita, Tinul, Sumar, Pace, Mumun, Betty, Sari, Nora,
Tya, Iin, Alma, Iie, Devi, Emak, Rona, Nur, Made, Clara, Reni, Anggi,
Nia, Ika, Dian. Terima kasih untuk kebersamaan, canda, tawa, dan kerja
xii
18. Keluarga Komunitas Majus: Bapak Bagas dan Ibu Henkie serta Chelsea
dan Cheline, Lusi, Indra, Mba Lee-a, Yulis, Mba Lilis, Mba Ina, Bunda,
Lilie, Lia Melina ‘Gery’, Mba Denok, Mba Erna, Mba Henny, Mb Anas,
Vicky, Vincent, Elly, Ari, Tina, Mela, Frada, Ita, Viti. Terima kasih atas
19. Keluarga KKN Kuliner Pinggir 2007 Pak Dukuh, Ibu, serta Dek Ivan yang
kenangan indah selama KKN. Semoga suatu hari nanti kita bisa kumpul
ber-9 lagi.
20. Teman-teman yang menjadi subyek dalam penelitian penulis, terima kasih
21. Teman-temanku Mba Melati, Mba Dhanie, Mba Mia, Mba Gothe’, Mba
Ocha, Mba Ana, Mas Yovie’01. Pupung, Mas Iyus Atma (makasih atas
pinjaman Oxfordnya). Mas Feri, Mas Teguh, Mas Toto (Ikom’03), Mas
(kapan kita kemana?), Mba Murni, Mba Anty, Mba Iin, Helen, Fafa, Mas
Benny, Fajar (ayo Chacha lagi, haha..), Mas Adi, Stephan, Mba Reta, Mba
xiii
24. Segenap pihak yang selalu mendukung dan memberi semangat penulis
yang tidak bisa penulis ungkap satu per satu, terima kasih atas pengalaman
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan
saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
ABSTRAK…..…………………..…………………..…………………..….… vii
ABSTRACT…………………..…………………..…………………………... viii
KATA PENGANTAR…………………..…………………..………………... x
DAFTAR ISI…………………..…………………..…………………..……… xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………..…………………..……………..... xx
BAB I. PENDAHULUAN…………………..…………………..………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian……………………………………………... 7
D. Manfaat Penelitian……………………………………………. 7
xv
A. Subjective Well-Being………………………………………….. 8
B. Kepribadian……………………………………………………. 17
1. Pengertian Kepribadian……………………………………. 17
2. Struktur Kepribadian………………………………………. 19
C. Remaja…………………………………………………………. 24
1. Pengertian Remaja…………………………………………. 24
2. Batasan Usia……………………………………………….. 25
3. Perkembangan Remaja…………………………………….. 26
E. Skema Dinamika………………………………………………. 31
A. Jenis Penelitian……………………………………….………... 32
B. Identifikasi Variabel…………………………………………… 32
C. Definisi Operasional…………………………………………… 32
1. Kepribadian Ekstravert…………………………………….. 32
2. Subjective Well-Being……………………………………… 33
xvi
D. Subyek Penelitian……………………………………………… 35
E. Prosedur Penelitian…………………………………………….. 36
1. Uji Validitas……………………………………………….. 43
2. Seleksi Aitem……………………………………………… 43
3. Reliabilitas………………………………………………… 46
A. Pelaksanaan Penelitian………………………………………… 49
1. Uji Asumsi…………………………………………………. 53
2. Uji Hipotesis……………………………………………….. 55
E. Pembahasan……………………………………………………. 58
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………... 64
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 64
B. Saran………………………………………..………………….. 65
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 67
LAMPIRAN…………………………………………………………………... 70
xvii
DAFTAR TABEL
TABEL 10. Sebaran Aitem Skala Subjective well-being (setelah uji coba) .. 47
being.................................................................................... 57
Subjective well-being.............................................................. 58
xviii
DAFTAR GAMBAR
Remaja Akhir………………………………………………. 31
xix
DAFTAR LAMPIRAN
being………………………………………………………… 85
Subjective Well-being………………………………………. 86
being………………………………………………………… 87
xx
BAB I
PENDAHULUAN
masing-masing. Ada tukang becak yang rela bekerja dari pagi sampai malam
sepanjang hari untuk bisa menafkahi anak dan istrinya, kemudian ada
pedagang di pasar yang selalu bangun subuh setiap harinya, dan ada seorang
guru yang menjual bajunya untuk membeli sebuah buku yang akan digunakan
untuk mengajar. Selain itu ada pula masyarakat miskin yang rela mengantri
dan bahkan berkelahi satu sama lain untuk mendapatkan sembako gratis, ada
sejati. Namun, terkadang manusia kurang merasa puas akan apa yang telah
1
2
pengalaman puncak (peak experience) yang salah satu cirinya adalah sering
Selain itu, seseorang yang merasa bahagia akan memiliki emosi yang positif.
berbeda satu sama lain. Maka, kebahagiaan untuk satu orang belum tentu
berkata bahwa ia akan merasa bahagia nanti jika sudah lulus sarjananya,
kemudiaan saat sudah mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai dengan apa
yang ia cita-citakan dan berpenghasilan besar. Berbeda pula dengan apa yang
rumah tangga yang merasa bahagia kalau sudah terbebas dari hutang.
Kehidupan yang bahagia adalah saat bisa memberi untuk orang lain, terutama
3
saat bisa memberi yang terbaik untuk orang yang disayangi, demikian yang
merasa dicintai, saat bisa membantu orang lain yang kesusahan, saat bisa
mensyukuri sesuatu dan saat lepas dari masalah. Selain itu, adapula orang
yang sudah merasa bahagia hanya dengan membantu orang lain (Seligman,
yang baik (good of life). Individu dengan tingkat subjective well-being yang
1997). Individu ini juga akan merasa puas akan hidupnya dan sering
mengalami perasaan senang atau gembira serta jarang mengalami emosi yang
subjective well-being yang rendah akan merasa tidak puas dengan hidupnya
kecemasan.
4
memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, orang yang bahagia menyukai diri
mereka sendiri. Mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri, jarang
berprasangka buruk, mampu bekerja sama, memiliki harga diri yang positif
dan lebih sehat dibandingkan yang lain. Kedua, orang yang bahagia memiliki
kendali atas dirinya sendiri. Mereka merasa lebih merasa berdaya ketika di
sekolah, melakukan strategi coping lebih baik terhadap stres, dan hidup
dengan lebih bahagia. Ketiga, orang yang bahagia biasanya optimis. Keempat,
introvert, orang yang ekstravert lebih bahagia baik ketika sendiri maupun
bersama dengan orang lain, bekerja pada pekerjaan non-sosial atau sosial,
menikah, memiliki pekerjaan yang baik, cita-cita sederhana, baik pria maupun
wanita dan dalam range inteligensi yang luas. Penelitian lain tentang
dan Ahadi, 2002). Penelitian tersebut dilakukan di lima negara yang memiliki
budaya yang berbeda yaitu budaya individual dan kolektif. Hal ini menjadi
5
lebih memperhatikan faktor budaya. Subjek penelitian ini terdiri atas rentang
(1969, dalam Pervin, Daniel, dan Oliver 2005) merupakan perbedaan dalam
kontinum tersebut.
orang yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak teman,
selalu membutuhkan orang lain untuk diajak berbicara, serta tidak menyukai
introvert memiliki karakter yang tidak banyak bicara, malu-malu, mawas diri,
dengan emosi yang negatif. Costa dan McCrae (dalam Lucas & Baird, 2004)
6
dasar kepribadian yang memiliki peran penting dalam emosi positif dan
mereka merasa lebih nyaman ketika berinteraksi dengan orang lain daripada
orang yang introvert. Menurut Myers dan Diener (1995) kebahagiaan biasanya
memiliki semangat yang tinggi dan merasa tenang atau santai dalam
berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dapat menjelaskan mengapa
mereka menikah lebih cepat, mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
LANDASAN TEORI
A. Subjective Well-Being
Suh, & Oishi (1997) adalah suatu bentuk evaluasi terhadap kehidupan
yang terdiri dari evaluasi terhadap kepuasan hidup dan respon emosional.
dari respon emosi yang positif misalnya perasaan gembira atau senang dan
merasa tidak puas dengan hidupnya, jarang merasa senang dan sering
8
9
kebersamaan dengan orang lain, dan bermeditasi (Myers & Diener, 1995).
apa yang diharapkan atau apa yang seharusnya dirasakan serta pengalaman
tingkat stres, kondisi fisik dan mental baik serta memiliki kualitas hidup
yang baik.
masing komponen.
10
1. Evaluasi Kognitif
saat ini, kepuasan hidup masa lalu, kepuasan hidup masa depan, dan
mereka.
11
2. Evaluasi Afektif
kemarahan, stres, depresi dan merasa cemburu atau iri hati. Diener
1. Kepribadian
sama.
2. Kesehatan
akan semakin tinggi. Dengan kata lain, individu yang sehat secara fisik
sudah tentu akan merasa nyaman dan bebas untuk melakukan suatu hal
hidup.
3. Penghasilan
banyak peneliti lain yang menemukan bahwa uang tidak selalu menjadi
kebutuhan dasar seperti makan, tempat tinggal, air bersih dan jaminan
individu yang menilai uang lebih tinggi daripada tujuan hidup yang
4. Agama/kepercayaan
5. Pernikahan
atau janda. Orang dewasa yang tidak menikah dan tinggal bersama
wanita.
dan puas terhadap hidupnya daripada orang yang menikah atau single.
6. Usia
hidup, afeksi positif dan afeksi negatif) hanya afeksi positif atau afeksi
hidup yang lebih tinggi daripada kaum muda, tetapi mereka memiliki
respon emosi dan suasana hati yang negatif. Inglehart (dalam Myers et
16
individu.
7. Jenis kelamin
Robin & Reiger (1991, Myers & Diener, 1995) menemukan bahwa
wanita dua kali lebih mudah terkena depresi dan kecemasan daripada
emosinya pada orang lain sedangkan pria ketika mengalami hari yang
8. Pekerjaan
kepuasan hidup. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya proses top-
memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi daripada mereka yang bekerja.
9. Pendidikan
tantangan yang ada di sekeliling mereka. Selain itu, Clark dan Oswald
B. Kepribadian
1. Pengertian Kepribadian
sikap, cara berpikir, dan cara berperilaku. Sikap, cara berpikir, dan cara
18
lainnya.
masalah-masalah hidup serta tujuan hidup (dalam Hall & Lindzey, 1993).
Kepribadian yang ada di dalam diri individu dipengaruhi oleh dua faktor,
hukum tentang apa yang akan dikerjakan oleh orang-orang yang berbeda
dalam segala macam situasi sosial dan situasi lingkungan pada umumnya.
19
2. Struktur Kepribadian
Pendekatan faktor terdiri atas sifat (trait) dan tipe. Eysenck memiliki
perasaan yang berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya.
Selain itu, terdapat karakteristik lain menurut Edi Ikhsan (2002) yaitu
orang lain yang ditentukan oleh sejauh mana mereka memiliki sifat
Eysenck juga meyakini jika sebab utama perbedaan antara ekstraversi dan
pribadi yang ekstravert memiliki tingkat stimulasi kulit otak lebih rendah
orang yang ramah, suka bergaul, menyukai pesta, memiliki banyak teman,
menonjolkan diri, dan seringkali bertindak tanpa dipikir terlebih dulu atau
dapat dipercaya.
stimulasi yang optimal dan dengan ambang indrawi yang tercipta rendah,
tampak segan bergaul, suka mengucilkan diri serta senang pada perasaan-
1. Sociability
sosial daripada bertemu dengan orang lain. Individu ini juga merasa
kurang dapat menarik hati orang lain sehingga mereka cenderung sukar
bergaul.
23
2. Liveliness
yang dingin menjadi lebih hidup atau hangat dan akrab. Mereka juga
3. Jocularity
4. Impulsiveness
yang sesuai dengan dorongan yang ada dalam diri. Dorongan yang ada
24
ekstravert. Mereka juga kurang teliti dan bertindak tanpa berpikir dulu.
baik.
C. Remaja
1. Pengertian Remaja
emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999). Masa remaja adalah masa
Remaja tidak memiliki posisi yang jelas, mereka tidak dapat dikategorikan
dewasa.
masa remaja akhir memiliki keinginan yang besar untuk lepas dari orang
tua karena minat yang tinggi terhadap karir, berpacaran, dan eksplorasi
identitas.
2. Batasan usia
dengan usia belasan akhir atau awal usia dua puluhan. Di dalam
dengan 13 tahun; (2) Middle adolescene, yaitu individu yang berada dalam
periode usia 14 sampai dengan 18 tahun; (3) Late adolescene atau disebut
juga dengan istilah youth, berada dalam periode usia 19 sampai 23 tahun.
(Puspasari, 2005)
membatasi usia remaja yang berusia 18-22 tahun yang merupakan tahap
remaja akhir sebagai subyek penelitian. Pada dasarnya remaja akhir adalah
3. Perkembangan remaja
a. Perkembangan fisik
utama bagi remaja akhir, mereka lebih mengembangkan apa yang bisa
mereka lakukan untuk menjaga kondisi fisiknya agar tetap sehat. Pada
b. Perkembangan Kognitif
formal. Tahap ini dicirikan dengan pemikiran yang abstrak, idealis dan
c. Perkembangan Sosio-emosi
menemukan identitas ini tidak lepas dari peran orangtua dan teman-
sejahtera atau well-being adalah ketika individu berada dalam kondisi yang
bahagia, merasa senang, rendahnya tingkat depresi, sehat secara mental dan
fisik, atau memiliki kualitas hidup yang baik. Subjective well-being terdiri atas
dua komponen. Pertama yaitu evaluasi kognitif terdiri atas kepuasan hidup
secara global dan kepuasan di setiap aspek kehidupan seperti pekerjaan atau
pernikahan. Kedua yaitu evaluasi afektif, terdiri atas emosi positif dan emosi
negatif.
faktor biologis dan lingkungan. Kedua faktor tersebut tidak bisa dipisahkan
satu sama lain karena keduanya saling melengkapi. Para ahli telah melakukan
satunya.
perasaan sosial dan keimpulsifan dan juga rasa humor, kegairahan hidup,
kepekaan terhadap hal-hal yang lucu, optimisme, dan sifat lain yang
ini, remaja akhir yang juga merupakan mahasiswa memiliki karakteristik yang
kegiatan perkuliahan.
30
berinteraksi dengan orang lain. Hal ini tampak ketika remaja akhir melakukan
yang memiliki interksi sosial yang baik akan cenderung memiliki emosi yang
cenderung memiliki emosi yang negatif seperti jarang merasa gembira dan
sering merasa depresi. Hal ini dapat terjadi pada remaja akhir yang kurang
kepribadian introvert.
31
E. Skema Dinamika
Dimensi Ekstravert
1. Suka keramaian
2. Mudah bergaul
3. Suka berinteraksi dengan Kepuasan SWB
orang lain sehingga
Hidup Tinggi Tinggi
memiliki banyak teman
4. Memiliki positive affect
(emosi yang menyenangkan)
seperti merasa gembira,
senang, dan bangga.
Gambar 1.
Skema Dinamika Hubungan antara Kecenderungan Kepribadian Ekstravert
dan Subjective Well-Being
F. Hipotesis Penelitian
ekstravert dan subjective well-being. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi
well-being-nya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Identifikasi Variabel
C. Definisi Operasional
ini adalah:
1. Kepribadian ekstravert
32
33
ekstravert. Skala ini disusun oleh peneliti dengan acuan EPI format A
Perolehan skor atau nilai pada skala ini akan menunjukkan kecenderungan
2. Subjective well-being
akan memiliki tingkat subjective well-being yang tinggi dan demikian pula
(Satisfaction With Life Scale) yang dibuat oleh Ed Diener, dkk dengan
individu akan diri sendiri, serta kepuasan akan prestasi. Skor total yang
Semakin tinggi skor total, maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan
khusus.
perasaan benci, kecewa, marah, takut, cemas, malu dan cemburu. Skala
ini akan diungkap melalui skala afeksi positif dan afeksi negatif atau
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah remaja akhir, yaitu dengan rentang usia 18-
22 tahun berjumlah 100 orang di Universitas Sanata Dharma. Pada usia ini
dan ketiga sebagai subyek penelitian. Selain itu, menurut peneliti, mahasiswa
transisi dari anak-anak menuju dewasa. Pada dasarnya, usia remaja akhir
yang digunakan berdasarkan atas ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui
sebelumnya.
36
E. Prosedur Penelitian
penelitian.
2. Melakukan uji validitas, seleksi aitem dan uji reliabilitas pada kedua skala
kepada subyek penelitian. Terdapat dua buah skala yang akan digunakan
dalam penelitian ini yaitu skala kepribadian ekstravert dan skala subjective
distribusi respons sebagai penentuan nilai skala. Kedua skala tersebut antara
lain:
Skala ini disusun oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada skala
yang sudah pernah dibuat oleh Hans Eysenck yaitu skala EPI format A
akhir. Metode yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah metode
kategori respon, yaitu “Sangat Setuju” (SS), “Setuju” (S), “Kurang Setuju”
Tabel 1
Skor Penilaian Skala Kepribadian Ekstravert
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4
Tabel 2
Blue Print Skala Kepribadian Ekstravert
Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
5, 9, 17, 25, 29, 11, 14, 20, 26,
1. Sociability 14
36, 40 32, 42, 47
1, 10, 23, 30, 3, 13, 16, 27,
2. Liveliness 10
46 33
7, 24, 31, 37,
3. Jocularity 2, 8, 18, 34, 41 10
43
6, 12, 19, 22, 4, 15, 21, 28,
4. Impulsiveness 14
39, 45, 48 35, 38, 44
Total 24 24 48
bagian yaitu bagian pertama terdiri dari skala kepuasan hidup secara
global, bagian kedua adalah skala kepuasan hidup dalam domain khusus,
Skala ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pertama merupakan
skala kepuasan hidup atau satisfaction with life scale (SWLS) yang
kepuasan hidup subyek. Altenatif jawaban dan nilai atau skor dalam
ini:
Tabel 3
Skor Penilaian Skala Kepuasan Hidup secara Global
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4
secara global pada subyek. Semakin tinggi skor totalnya, maka subyek
rendah.
40
Tabel 4
Blue Print Skala Kepuasan Hidup secara Global
Nomor aitem
Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
Kepuasan hidup
1, 3, 5, 7, 9 2, 4, 6, 8, 10 10
secara global
Total 5 5 10
keluarga (orang tua dan saudara kandung), kepuasan akan diri sendiri,
serta kepuasan akan prestasi. Skala ini dibuat oleh peneliti sendiri.
Altenatif jawaban dan nilai atau skor dalam pernyataan favorabel dan
Tabel 5
Skala Kepuasan Hidup dalam Domain Khusus
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4
domain khusus. Semakin tinggi skor total, maka semakin tinggi pula
rendah skor total, maka semakin rendah pula tingkat kepuasan hidup
Tabel 6
Blue Print Skala Kepuasan Hidup dalam Domain Khusus
Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorabel Unfavorabel
Hubungan
interpersonal 11, 17, 23, 14, 20, 26, 32,
1. 10
(keluarga dan teman- 29, 35 38
teman)
12, 18, 24, 15, 21, 27,
2. Diri sendiri 10
30, 36 33, 39
13, 19, 25, 16, 22, 28,
3. Prestasi 10
31, 37 34, 40
Total 15 15 30
Pada bagian yang kedua yaitu skala afeksi positif dan afeksi negatif
atau Positive Affect Negative Affect Scale (PANAS) yang dibuat oleh
Watson dan Clark dan kemudian dikembangkan oleh peneliti. Skala ini
42
hati subyek. Metode yang digunakan dalam menyusun skala ini adalah
Tabel 7
Skor Penilaian Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif
Skor
Alternatif Jawaban
Favorabel Unfavorabel
“Sangat Setuju” (SS) 4 1
“Setuju” (S) 3 2
“Tidak Setuju” (TS) 2 3
“Sangat Tidak Setuju” (STS) 1 4
Skor total menunjukkan afeksi yang sering dirasakan dan dialami oleh
Tabel 8
Blue Print Skala Afeksi-positif dan Afeksi-negatif
No. Aspek-aspek Nomor aitem Total
Afeksi positif
41, 42. 44, 45, 48, 49,
1. (emosi dan suasana hati yang 10
51, 53, 59, 60
menyenangkan)
Afeksi negatif
43, 46, 47, 50, 52, 54,
2. (emosi dan suasana hati yang 10
55, 56, 57, 58
tidak menyenangkan)
Total 20 20
1. Uji Validitas
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2004). Validitas
yang digunakan dalam alat ukur penelitian ini adalah validitasi isi.
Validitas isi menunjuk pada sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur
mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauh
mana isi alat ukur mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur.
2. Seleksi Aitem
dari data hasil uji coba pada subyek sesuai dengan aitem-aitem yang telah
membuang aitem dengan alpha yang lebih besar daripada alpha aitem total
sehingga diperoleh korelasi aitem total tertinggi. Bila korelasi aitem total
2003).
aitem deleted”, jika koefisien aitem pada kolom ini lebih besar daripada
tidak ada yang lebih besar daripada koefisien alpha skala secara
keseluruhan.
internal alpha = 0,869. Maka jumlah aitem yang gugur adalah sebanyak 18
Tabel 9
Sebaran Aitem Skala Kepribadian Ekstravert
(setelah uji coba)
coba.
46
Tabel 10
Sebaran Aitem Skala Subjective well-being
(setelah uji-coba)
Nomor aitem
No. Aspek-aspek Total
Favorable Unfavorable
Kepuasan hidup secara
1. 1, 3*, 5*, 7, 9 2, 4, 6, 8*, 10* 6
global
Kepuasan hidup dalam
domain khusus:
Hubungan interpersonal 11, 17, 23*, 29, 14, 20, 26, 32, 38 9
(keluarga dan teman- 35
2. teman)
12, 18*, 24, 30,
Diri sendiri 15, 21, 27, 33, 39 9
36
13, 19, 25, 31, 16*, 22*, 28,
Prestasi 7
37 34*, 40
41, 42, 44, 45, 43, 46*, 47*, 50,
Afeksi positif
3. 48, 49, 51, 53*, 52, 54, 55, 56, 17
dan negatif
59, 60 57, 58
Total 48
Keterangan:
*) Aitem gugur
3. Reliabilitas
a. Uji Normalitas
dalam program SPSS versi 12.00 for windows dapat dilakukan dengan
melihat sig. Apabila sig lebih dari 0,05 maka distribusinya adalah
b. Uji Linearitas
test for linearity dalam program SPSS versi 12.00 for windows.
Kriteria pengujiaannya nilai p untuk test for linearity lebih dari 0,05
A. Pelaksanaan Penelitian
Yogyakarta. Subyek adalah mahasiswa yang berusia 18-22 tahun yang berada
eksemplar skala yang tidak kembali. Oleh karena itu ada 100 eksemplar skala
analisis uji coba alat. Hasil uji coba tersebut digunakan untuk analisis aitem,
estimasi validitas dan reliabilitas sehingga alat ukur yang digunakan dalam
penelitian ini valid dan reliabel. Setelah digunakan untuk analisis aitem dan
estimasi validitas serta reliabilitas, data uji coba ini digunakan untuk
49
50
Tabel 11
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase
18 4 4%
19 29 29%
20 17 17%
21 36 36%
22 14 14%
Total 100 100
Tabel 12
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Pria 35 35%
Wanita 65 65%
Total 100 100
51
Tabel 13
Deskripsi Subyek Penelitian Berdasarkan IPK
Rentang IPK Frekuensi Presentase
2,00 – 2,75 25 25%
2,76 – 3,50 59 59%
3,51 – 4,00 8 8%
Tidak diketahui 8 8%
Total 100 100
IPK 2,00 – 2,75 sebanyak 25 orang dengan presentase 25%, subyek yang
59%, subyek yang memiliki rentang IPK 3,51 – 4,00 sebanyak 8 orang
dengan presentase 8%, sedangkan ada 8 subyek yang tidak diketahui nilai
IPKnya.
Peneliti menggunakan data dari hasil uji coba alat penelitian dengan
mengetahui deskripsi secara umum dari tiap-tiap variabel penelitian. Hal ini
terjadi) dan keadaan empirik (didapatkan dari dari hasil penelitian). Deskripsi
Tabel 14
Deskripsi Data Penelitian
Teoritik Empirik
Variabel Skor Skor Skor Skor
Mean SD Mean SD
Min Max Min Max
Kepribadian
30 120 75 15 68 119 86,91 8,797
Ekstravert
skala kepribadian ekstravert sebesar 86,91. Nilai tertinggi yang diperoleh dari
sebesar 68. Apabila melihat perbandingan antara mean teoritik dengan mean
empirik terlihat bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik
perbedaan mean sebesar 21,91. Maka dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa rata-rata kepribadian pada subyek penelitian relatif tinggi. Hal ini
Nilai tertinggi yang diperoleh dari subjective well-being total sebesar 188
antara mean teoritik dengan mean empirik terlihat bahwa mean empirik lebih
signifikan dengan jarak perbedaan mean sebesar 27,79. Maka dari data di atas
1. Uji Asumsi
a. Uji normalitas
bentuk sebaran dari skor jawaban subyek normal atau tidak. Kaidah
bawah ini.
Tabel 15
Hasil Uji Normalitas Sebaran
Variabel Nilai K-SZ p>0,05 Keterangan
Kepribadian
1,196 0,114 Normal
Ekstravert
b. Uji linearitas
Tabel 16
Hasil Uji Linearitas
Variabel F P P Keterangan
Subjective well
41,363 0,000 <0,05 Linier
being*Kepribadian ekstravert
2. Uji Hipotesis
melalui program SPSS for windows versi 12, maka didapatkan angka
Analisis data ini membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan dan
dapat dilihat dalam analisis korelasi dimana terdapat suatu angka yang
56
Tabel 17
Hasil Uji Korelasi Kecenderungan Kepribadian Ekstravert
dan Subjective well-being
Kepribadian Subjective
Ekstravert Well Being
Kepribadian Pearson
1 .550(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.550(**) 1
Being Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
Pearson:
57
Tabel 18
Hasil Uji Korelasi Kepribadian Ekstravert
dan Aspek-aspek Subjective well-being
Kepribadian SWB
Ekstravert (Global)
Kepribadian Pearson
1 .405(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.405(**) 1
Being (Global) Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
SWB
Kepribadian
(Domain
Ekstravert
khusus)
Kepribadian Pearson
1 .398(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well
Pearson
Being (Domain .398(**) 1
Correlation
khusus)
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
Kepribadian SWB
Ekstravert (Afeksi)
Kepribadian Pearson
1 .628(**)
Ekstravert Correlation
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
Subjective Well Pearson
.628(**) 1
Being (Afeksi) Correlation
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
bahwa ada hubungan yang signifikan dan positif antara kedua variabel
tersebut.
hubungan yang signifikan dan positif antara kedua variabel tersebut. Dari
E. Pembahasan
kognitif dan evaluasi afektif. Evaluasi kognitif terdiri atas evaluasi secara
oleh Diener, Suh, Lucas, Smith (1999) yang menemukan bahwa individu
merupakan kumpulan sifat yang ada di dalam diri individu dan terakumulasi
psikisnya pada dunia luar atau obyek eksternal sehingga dapat dikatakan
seperti rasa senang dan bangga dalam menghadapi situasi apapun. Sedangkan
subyek yang introvert lebih mengarahkan energi psikisnya pada dunia dalam
tidak suka bergaul dengan orang lain dan suka mengekspresikan emosi yang
negatif seperti rasa sedih, cemas dan kecewa. Kepuasan hidup terkait dengan
hal-hal yang telah dicapai oleh subyek melalui kegiatan yang dilakukan
sehari-hari.
seseorang yang terdiri atas evaluasi kognitif dan evaluasi afektif. Individu
yang mengevaluasi hidupnya dengan baik akan memiliki kualitas hidup yang
memiliki kepuasan hidup secara global yang cukup tinggi. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Diener (1999) yang mengatakan bahwa kaum muda
merasa puas terhadap kepuasan hidupnya. Hal ini dapat terjadi karena subyek
merasa sudah mencapai apa yang diinginkan. Selain itu, faktor dalam diri dan
mengevaluasi kehidupannya.
61
sendiri, serta prestasi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa dalam usia remaja akhir, mereka menerima apapun keadaan fisiknya
dan lebih fokus pada pencapaian prestasi dan pertemanan. Selain itu subyek
juga memiliki kepuasan yang tinggi di dalam keluarga. Hal ini dapat terjadi
Sedangkan dalam hal prestasi, subyek memiliki rata-rata IPK di atas 2,75. Hal
subyek menyatakan bahwa mereka lebih sering memiliki emosi yang positif
seperti merasa senang, gembira, optimis, percaya diri, dan bersemangat. Hal
ini sesuai dengan penelitian Larsen dan Ketelaar (1991) yang menyatakan
dengan stimulus dan kejadian yang sama. Diener et al. (1999) juga
empirik lebih tinggi daripada mean teoritik sehingga dapat dikatakan rata-rata
subyek memiliki kepribadian ekstravert. Setiap individu tidak ada yang murni
memiliki kedua sifat tersebut. Hal ini sejalan dengan teori Eysenck yang
menunjukkan bahwa mean empirik lebih tinggi daripada mean teoritik. Hal
subjective well-being yang relatif tinggi. Selain itu, hasil perbandingan antara
mean teoritik dan mean empirik pada komponen subjective well-being yaitu
evaluasi kognitif (secara global dan dalam domain khusus) dan evaluasi
afektif juga menunujukkan hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat terjadi
karena beberapa faktor yaitu dari dalam diri dan lingkungan. Secara umum,
63
dapat dikatakan mereka merasa puas terhadap apa yang sudah dicapai pada
being yang didapatkan dari jurnal penelitian di luar Indonesia. Hal ini sangat
Indonesia. Selain itu, penelitian ini menggunakan skala laporan diri sehingga
kejujuran subyek penelitian tidak dapat dipastikan. Peneliti juga tidak dapat
being.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan
kepuasan hidup secara global dan dalam domain khusus (hubungan dengan
keluarga dan teman, kepuasan terhadap diri sendiri, dan terhadap prestasi).
kejadian yang dialami oleh individu seperti perasaan gembira, marah, sedih,
64
65
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
dengan orang lain. Selain itu, subyek dapat merespon kejadian sehari-hari
dengan emosi yang positif seperti rasa syukur, senang, gembira, optimis,
ini. Antara lain dengan melakukan kontrol pada setiap subyek dalam
DeNeve, K., M., & Cooper, H. (1998) The Happy Personality: A Meta Analysis
of 137 Personality Traits and Subjective Well-Being. Journal of
Personality and Social Psychology,124, 197-229
Diener, E., Sandvik, E., Pavot, W., & Fujita, F. (1992). Extraversion and
subjective well-being in a U.S. national probability sample. Journal of
Research in Personality, 26, 205-215.
Diener, E., Diener, M., & Diener, C. (1995). Factors predicting the subjective
well-being of nations. Journal of Personality and Social Psychology, 69,
851-864.
Diener, E., Suh, E., & Oishi, S. (1997). Recent Findings on Subjective Well-Being.
Dipungut February 19, 2008, dari
http://www.psych.uiuc.edu/~ediener/hottopic/paper1.html
Diener, E., Suh, E. M., Lucas, R. E., & Smith, H. L. (1999) Subjective Well-
Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125 (2), 276-
302
67
68
Feist, Jess. & Feist, Gregory J. (2006). Theories of Personality Sixth edition. New
York: McGraw-Hill International Edition
Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner (1993). Teori-teori Sifat dan Behavioristik.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Kasl, Stan. V. & Cooper, Cary. L. (1995). Research Methods in Stress and Health
Psychology. New York: John Willey & Sons
Lucas, R. E., & Baird., B., M. (2004) Extraversion and emotional reactivity.
Journal of Personality and Social Psychology, 86, 473-485.
Pavot, W., & Diener, E. (1993). Review of the Satisfaction With Life Scale.
Psychological Assessment, 5, 164-172.
Pervin, L., Cervone, D., John, Oliver. (2005) Personality Theory and Research 9th
ed. New York: McGraw-Hill
Puspasari, T., D.N, Rostiana., & Nisfian, M. (2005). Hubungan antara Komitmen
Beragama dan Subjective Well-Being. Phronesis-Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan Vol.7 No.1, Juni 2005: 1-27
Schimmack, U., Oishi, S., Radhakrishnan, P., Dzokoto, V., & Ahadi, S. (2002).
Culture, personality, and subjective well-being: Integrating process models
of life satisfaction. Journal of Personality and Social Psychology, 82, 582-
593.
Widyarini, M. M. N., (2004, Maret 10). Kapan Saya Hidup Bahagia [Pesan 2787].
Pesan dimuat dalam http://groups.yahoo.com/group/smasa-
blitar/message/2787
70
LAMPIRAN 1.
SKALA KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
71
Salam sejahtera,
Saya Fanni Anindyati, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
sedang menyelesaikan tugas akhir. Dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini, saya memohon
bantuan dari teman-teman mahasiswa untuk meluangkan waktu untuk mengisi angket ini.
Keberhasilan penelitian ini tergantung pada kesungguhan dan kerjasama Anda dalam
mengisi setiap pernyataan. Oleh karena itu, Anda diharapkan untuk memberikan pendapat
SESUAI DENGAN KEADAAN DIRI ANDA YANG SEBENARNYA.
Berilah tanda silang (X) pada kotak yang tersedia dengan keterangan sebagai berikut:
SS : Sangat Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
S : Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
TS : Tidak Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
STS : Sangat Tidak Setuju dengan keadaan yang sebenarnya.
Jangan ragu-ragu dalam menjawab. Usahakan jangan sampai ada nomor yang terlewati.
Sebelum memulai, silahkan mengisi identitas diri Anda terlebih dulu.
Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terimakasih.
Hormat saya,
Fanni Anindyati
72
IDENTITAS ORANGTUA
1. Status Pernikahan Orangtua : Menikah / Bercerai /
Ayah/Ibu sudah meninggal
(coret yang tidak perlu)
2. Pekerjaan orang tua : ...............................................................................
3. Penghasilan orang tua : ...............................................................................
BAGIAN I
BAGIAN II
LAMPIRAN 2.
UJI RELIABILITAS
SKALA KEPRIABDIAN EKSTRAVERT
N %
Cases Valid 100 100,0
Excluded
0 ,0
(a)
Total 100 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,869 30
Item-Total Statistics
LAMPIRAN 3.
UJI RELIABILITAS
SKALA SUBJECTIVE WELL-BEING
N %
Cases Valid 100 100,0
Excluded
0 ,0
(a)
Total 100 100,0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,920 48
Item-Total Statistics
LAMPIRAN 4.
UJI ASUMSI NORMALITAS DAN LINEARITAS
UJI NORMALITAS
NPar Tests
Kepribadian Subjective
Ekstravert well-being
N 100 100
Mean 129,35 178,24
Normal Parameters(a,b)
Std. Deviation 10,204 15,304
Most Extreme Absolute ,101 ,063
Differences Positive ,101 ,063
Negative -,073 -,042
Kolmogorov-Smirnov Z 1,011 ,630
Asymp. Sig. (2-tailed) ,259 ,823
a Test distribution is Normal.
b Calculated from data.
UJI LINIERITAS
ANOVA Table
LAMPIRAN 5.
UJI KORELASI
KEPRIBADIAN EKSTRAVERT-INTROVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
Correlations
Kepribadian Subjective
Ekstravert Well-Being
LAMPIRAN 5.
UJI KORELASI KEPRIBADIAN EKSTRAVERT-INTROVERT
DAN KOMPONEN SUBJECTIVE WELL-BEING
Correlations
Kepribadian
SWB Global
Ekstravert
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .405(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWB Global Pearson Correlation .405(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Correlations
SWB
Kepribadian
Domain
Ekstravert
Khusus
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .398(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWBDomainKhusus Pearson Correlation .398(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Correlations
Kepribadian
SWB Afeksi
Ekstravert
Kepribadian Ekstravert Pearson Correlation 1 .628(**)
Sig. (1-tailed) . .000
N 100 100
SWB Afeksi Pearson Correlation .628(**) 1
Sig. (1-tailed) .000 .
N 100 100
** Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
87
LAMPIRAN 7.
MEAN EMPIRIK KEPRIBADIAN EKSTRAVERT
DAN SUBJECTIVE WELL-BEING
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
Descriptive Statistics
LAMPIRAN 8.
DISTRIBUSI DATA SUBYEK PENELITIAN
Kos 71 71%
Rumah Kontrak 3 3%
Bersama Keluarga 2 2%
Rumah Sendiri 1 1%
Rumah 76 76%
Kampus 10 10%
Kamar 7 7%
Kos/Kontrakan 4 4%
Alam/udara terbuka 3 3%
Ya 97 97%
Tidak 3 3%
LAMPIRAN 9.
DATA DEMOGRAFI SUBYEK PENELITIAN
13 22 P 4 2 4 dari 4 1,500,000 ~
34 20 P 4 3 1 dari 3 200,000 ~
90
49 20 P 2 3 3 dari 3 300,000 ~
52 20 P 2 3 2 dari 2 160,000 ~
58 21 W 4 2 1 dari 2 750,000 ~
59 22 W 6 3 2 dari 3 300,000 ~
61 22 W 8 ~ 1 dari 2 450,000 ~
62 21 W 6 3 1 dari 2 >200,000 ~
63 22 W 8 ~ 1 dari 3 500,000 ~
64 21 W 6 ~ 1 dari 3 300,000 ~
79 20 W 6 2 2 dari 3 100,000 ~
82 21 W 6 ~ 1 dari 1 700,000 ~
juara II lomba cerdas cermat di
83 21 W 6 2.9 2 dari 3 1,000,000
kelurahan
84 21 W 6 3 3 dari 3 500,000 juara kelas SD
85 21 W 6 ~ 1 dari 2 700,000 ~
87 20 W 6 ~ 2 dari 2 500,000 ~
98 22 W 6 ~ 2 dari 2 500,000 ~
43 ~ ya tidak kos rumah ya, tempat kuliah lebih baik dan asik
ya, karena saya kuliah di sana jadi saya
44 anemia tidak tidak kos kamar kos
harus merasa nyaman
ya, teman-teman asik, suasana kampus
45 ~ tidak tidak sama bulek kampus
nyaman (ada hot spot)
46 ~ tidak tidak kos rumah ya, temannya asik-asik
ya, tempat sejuk, orang-orangnya
47 ~ tidak tidak kos kos
bersahabat
ya, karena meskipun kuliah sangat
48 ~ ya tidak dgn keluarga rumah
membosankan & membuat capek tapi
93
61 ashma tidak tidak rumah ortu rumah ya, banyak teman, tempat menyenangkan
hernia, radang
62 ya tidak rumah ortu rumah ya, semangat belajar
tenggorokan
ya, ada banyak teman yg bs mendorong
63 ~ ya ya rumah rumah saya utk belajar dan berkembang lebih
baik lagi
maag, gej
64 thypus, gej ya ya rumah ortu rumah ya, karena teman-teman baik
amandel
ya, sebenarnya biasa, karena udah biasa
65 ~ ya tidak kos rumah
jadi nyaman
skt tenggorokan, ya, udara bersih, jauh dr keramaian,
66 tidak tidak kos kamar kos
lutut bergeser dosen ramah-ramah
ya, bisa mengekspresikan diri, bertemu
67 sinusitis ya tidak kos kos dengan teman-teman, belajar, nyontek,
gila bareng
infeksi ya, karena teman-teman & dosen
68 ya ya kos rumah
pencernaan menyenangkan serta para karyawan
69 ~ ya ya kos rumah ya, enak aja
83 DB, ashma ya ya kos kampus ya, banyak teman dan banyak kegiatan
85 maag ya tidak kos ruamh ya, banyak teman dan kompak selalu
ya, karena sudah bisa menyesuaikan diri
86 ~ ya tidak kos rumah
dengan lingkungan
87 ~ ya tidak kos rumah ya, teman-teman menyenangkan
20 ya ya ~ ~ ~
70 Tidak ~ ~ ~