Anda di halaman 1dari 275

GAMBARAN PROSES PENERIMAAN DIRI IBU YANG MEMILIKI

ANAK PENYANDANG AUTIS

SKRIPSI

Diajukan kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu


Pendidikan Sebagai salah satu Persyaratan Guna memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi

Oleh :
GABRIELA YASTIKA PUTRI
1305094

Dosen Pembimbing:
Rinaldi, S.Psi., M.Si
Tesi Hermaleni., S.Psi., M.Psi.,Psikolog

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKUTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
ABSTRAK

Nama : Gabriela Yastika Putri


Judul : Gambaran Proses Penerimaan Diri Ibu yang Memiliki Anak
Penyandang Autis
Pembimbing : 1. Rinaldi, S.Psi., M.Si
2. Tesi Hermaleni, S.Psi., M.Psi., Psi

Abstrak: Gambaran proses penerimaan diri ibu yang memiliki anak


penyandang Autis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran proses
penerimaan diri ibu yang memiliki anak penyandang Autis. Metode yang
digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian
ini menggunakan 1 orang subjek yang merupakan ibu dari anak penyandang autis,
dengan kriteria berusia 45-65 tahun. Data diperoleh melalui wawancara secara
semi terstruktur dan mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subjek
melalui tahap penolakan, marah, depresi, serta tahap penerimaan untuk mencapai
penerimaan diri. Dalam hal ini subjek melewati salah satu fase penerimaan diri,
yaitu tahapan penawaran.

Kata kunci: Penerimaan diri, ibu autisme.

i
ABSTRACK

Name : Gabriela Yastika Putri


Title : Overview the Self-Acceptance Process of Mother Who Have
Autistic Children
Advisor : 1. Rinaldi, S.Psi., M.Si
2. Tesi Hermaleni, S.Psi., M.Psi., Psi

Abstract: Overview the self-acceptance process of mother who have children with
Autism. This study aims to obtain a picture of the process of self-acceptance of
mothers who have children with Autism. The method used is qualitative method
with phenomenology approach. This study uses 1 subject person who is mother of
child with autis with criterion aged 45-65 years. Data were obtained through
semi-structured and in-depth interviews. The results of this study indicate that the
subject through the stage of rejection, anger, depression, and the stage of
acceptance to achieve self-acceptance. In this case the subject goes through the
bargaining phase.

Keywords: Self acceptance, mother, autism.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Gambaran Proses Penerimaan Diri pada Orangtua yang Memiliki Anak

Penyandang Autis ”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana psikologi pada Program Studi Psikologi

Universitas Negeri Padang.

Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan,

bimbingan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd., Ph.D selaku Rektor Universitas

Negeri Padang.

2. Bapak Dr. Alwen Bentri M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Padang.

3. Ibu Prof. Dr. Solfema, M.Pd, dan Ibu Tuti Rahmi, S.Psi, M.Psi, Psikolog

selaku ketua dan sekretaris Jurusan Psikologi Universitas Negeri Padang.

4. Ibu Yolivia Irna Aviani, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku pembimbing

akademik yang telah memberikan saran, masukan, kritikan yang

membangun, motivasi, bantuan, dan dukungan demi terselesaikannya

skripsi ini.

5. Bapak Rinaldi, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tesi

Hermaleni, S.Psi, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing II yang telah

iii
memberikan saran, masukan, kritikan, dan motivasi yang sangat berharga

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Yolivia Irna Aviani, S.Psi, M.Psi., Ibu Yuninda Tria Ningsih S.Psi,

M.Psi., Psikolog dan Ibu Ridayanna Primanita, S.Psi, M.Psi., Psikolog

selaku tim penguji skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan

untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu dosen psikologi beserta staf administrasi jurusan Psikologi

yang telah memberikan bantuan baik dalam pengajaran, kemudian

perkuliahan dan ilmu pengetahuan bagi penulis selama dalam perkuliahan.

8. Ibu N yang telah bersedia menjadi subjek penelitian ini, yang telah

mengungkapkan banyak hal dalam kehidupannya dan menjadi data utama

dalam skripsi ini.

9. Bapak M dan Bapak D sebagai informan tahu dalam penelitian ini yang

telah bersedia diwawancara dan ditanyai tentang berbagai pendapatnya

tentang subjek, sehingga sangat membantu keabsahan data skripsi ini.

10. Kedua orang tua tercinta, Bapak Syafrizal, SH dan ibu Yasniarti yang

telah memberikan semangat, motivasi, bantuan, bimbingan, dan do’a

dengan penuh kesabaran, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Segala

yang telah diraih semuanya berkat dukungan beliau.

11. Adikku tersayang Alief Ramadhoni Pratama yang selalu menyemangati

dengan caranya sendiri dalam menyelesaikan studi.

12. Kepada kak Dita Lestari, S.Psi Calon M.Psi, yang bersedia membantu

peneliti menjadi interpreter terhadap hasil penelitian yang dilakukan.

iv
13. Seluruh teman-teman psikologi angkatan 2013 yang berjuang dalam

menyelesaikan perkuliahan dan memberikan dukungan bagi penulis.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi, yang tidak

dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan banyak sumbangan kritik dan saran

dari pembaca atas segala kekurangan yang ada sebagai bahan untuk perbaikan,

demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi sederhana ini memberikan manfaat

bagi kita semua. Amin.

Bukittinggi, Juni 2018


Penulis

Gabriela Yastika Putri

v
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACK ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x
BAB I LATAR BELAKANG ..................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Fokus Penelitian .............................................................................................7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI........................................................................................10
A. Penerimaan Diri ............................................................................................10
1. Pengertian Penerimaan Diri .....................................................................10
2. Karakteristik Penerimaan Diri .................................................................11
3. Faktor – faktor Penerimaan Diri ..............................................................12
4. Manfaat Penerimaan Diri .........................................................................13
B. Penerimaan Diri Ibu .....................................................................................13
1. Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua ...................................................13
2. Proses Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua ........................................14
3. Dimensi Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua .....................................17
4. Penerimaan dan Pemahaman Orangtua ..................................................18
C. Anak Penyandang Autis ..............................................................................20
1. Pengertian Anak Penyandang Autis.........................................................20
2. Karakteristik Anak Penyandang Autis ....................................................20
3. Faktor Penyebab Anak Penyandang Autis ...............................................23
D. Kerangka Konseptual ...................................................................................26

vi
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................27
A. Jenis Penelitian ............................................................................................27
B. Desain Penelitian .........................................................................................27
C. Subjek Penelitian .........................................................................................27
D. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................................28
E. Alat Pengumpul Data ..................................................................................29
F. Teknik Analisis Data ...................................................................................30
G. Pengecekan Keabsahan Data .......................................................................32
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ...................................33
A. Deskripsi Data subjek Penelitian .................................................................33
B. Hasil Temuan Penelitian ..............................................................................34
C. Gambaran Hasil Penelitian ..........................................................................38
D. Pembahasan Data Subjek ............................................................................71
BAB V PENUTUP .................................................................................................86
A. Kesimpulan ..................................................................................................86
B. Saran .............................................................................................................87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................88
LAMPIRAN ...........................................................................................................90

vii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian .......................................................33
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Subjek .................................................33
Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Significant Others ...............................34
Tabel 4. Gambaran Fase Perkembangan Anak Subjek .........................................36

viii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Skema Faktor Penerimaan Diri Subjek ................................................83
Gambar 2. Dinamika Proses Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua ...................84
Gambar 3. Dinamika Dimensi Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua ................85

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Pedoman Wawancara ........................................................................91
Lampiran 2. Catatan Lapangan Subjek ..................................................................94
Lampiran 3. Catatan Lapangan Informan ............................................................101
Lampiran 4. Verbatim dan Pelabelan Fenomena Data Subjek ............................107
Lampiran 5. Verbatim dan Pelabelan Fenomena Data Informan .........................198
Lampiran 6. Koding Transkrip Wawancara dari Peneliti ....................................212
Lampiran 7. Koding Transkrip Wawancara dan kesimpulan dari Interpreter .....233
Lampiran 8. Kesimpulan dari Peneliti terhadap Hasil Analisa Interpreter ..........245
Lampiran 9. Triangulasi Teknik dengan Kuesioner .............................................246
Lampiran 10. Informed Consent Data Subjek......................................................254
Lampiran 11. Informed Consent Data Informan ..................................................255
Lampiran 12. Foto KTP Subjek dan Informan.....................................................257

x
BAB I
LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Autisme merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat

atau luas, dan dapat terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya.

Penyandang autis memiliki gangguan komunikasi, interaksi sosial, serta aktivitas

dan minat yang terbatas serta berulang – ulang / repetitif (Suryana, 2004). Isitilah

autisme sendiri berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Jadi dapat diartikan

penyandang autisma seakan – akan hidup didunianya sendiri. Istilah autisme baru

diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah

ada sejak berabad – abad yang lampau (Handojo, 2003).

Anak autisme bukan “anak ajaib” atau “pembawa hoki” (gifted child),

seperti kepercayaan sebagian orangtua. Jadi jangan mengharapkan keajaiban

muncul dari mereka, meskipun begitu mereka juga bukanlah suatu bencana.

Kehadiran mereka ditengah keluarga tidak akan merusak keharmonisan keluarga.

Anak autis persis seperti anak – anak lain yang juga membutuhkan bimbingan dan

dukungan lebih dari orangtua serta lingkungannya untuk tumbuh dan berkembang

agar dapat hidup mandiri (Danuatmaja, 2003).

Membesarkan anak dengan kelainan autisme merupakan suatu tantangan

berat dan membutuhkan jangka waktu lama, dalam hal ini secara konsisten

berhubungan dengan tingkat tekanan psikologis yang berat pada orang tua.

Tekanan psikologis tersebut seperti pengalaman pengasuhan orangtua, penolakan

lingkungan dan kecemasan orangtua ketika membayangkan masa depan anak

1
2

(Goulda, Tarboxa, & Coyneb, 2017).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hayes, menyatakan bahwa tekanan

yang dialami oleh orangtua dari keluarga anak-anak penyandang autisme lebih

besar daripada anak-anak yang didiagnosis dengan penyakit cacat mental lainnya

seperti Sindrom Down, cerebral palsy atau cacat intelektual (A, Krajewska, E, A,

M, & E, 2016). Lalu anak – anak dengan kelainan perilaku atau anak – anak

dengan kebutuhan khusus special needs terdiri dari berbagai tingkatan atau derajat

yaitu dimulai dengan anak penyandang autisme yang merupakan derajat kelainan

perilaku terberat dan paling serius. Kemudian disusul oleh Asperger’s disease,

Attention Deficit (Hyperactive) Disorder (ADHD, ADD), Speech Delai, Dyslexia,

Dyspraxia, dsb (Handojo, 2003).

Reaksi yang dirasakan oleh orangtua pada umumnya setelah mengetahui

anaknya mengidap autisme yaitu mengalami perasaan amarah, rasa bersalah,

depresi, atau kecemasan yang parah hampir sepanjang waktu (Weiss dalam A,

Krajewska, E, A, M, & E, 2016). Hal tersebut terjadi karena ada beberapa sumber

stres yang paling signifikan dialami oleh orang tua dari anak-anak penyandang

autisme yaitu karena penyakit autisme menetap, penolakan dari lingkungan

keluarga dan masyarakat atas perilaku yang ditunjukkan oleh anak autisme serta

dukungan tenaga profesional yang tidak mencukupi (Sharpley dkk dalam

Dabrowska & Pisula, 2010). Hal tersebut juga diakui oleh subjek ibu N dan ibu M

yaitu :

”Pas mandanga autis tu dari terapis yang mengecek kaduo anak ibuk ko,
saraso kiamaik dunia. Soalnyo autis ko keceknyo, kelainan yang permanen
dan sulit untuk dirubah. Pas urangtuo lah memahami makna autis ko, raso
kiamaik dunia. Raso baa dunia ko, a salah den ? Baa turunan den?
3

Sampai mangkaji turunan? Yo baa autis ko kelainan yang kompleks, akan


taruih kanai sampai inyo menjabat apopun. Sifat autistik tu ndak kan
barubah do (N, 2016).”

“Jan ditanyo lai, nan ibuk tau autis itu pas ka RSJ Gaduik Padang tu,
rasonyo samo jo ibu – ibu nan lain yang punyo anak autis ko. Ndak do nan
ka sanang gai kalau anak lah dapek autis tu. Tu ibuk langsung maingek
katurunan ibuk nan dulu, ntah ado lo nan bantuak ko. Setelah ibuk ingek,
yo bana ndak ado do. Adiaknyo kini pun lai alhamdulillah normal se.
Sampai kini nyo ko lah 10 tahun, kadang masih sadiah surang se ibuk
kalau maingek masa depannyo bisuak ko (M, 2017).”

Bahkan dari cerita yang didapatkan dari pengalaman Bunda Bening yang

telah mengasuh anak autis tingkat berat selama 8 tahun, orangtua menitipkan anak

mereka karena sudah tidak kuat lagi mengasuh anak. Hal ini karena perilaku anak

sulit dikendalikan, hingga membuat orangtua depresi dan bahkan ada orangtua

yang berencana membunuh diri (Ravianto, 2017) Orangtua khususnya ibu

merasakan perasaan bersalah dan depresi yang lebih besar daripada ayah terhadap

hasil diagnosa gangguan autisme pada anak. Bentuk ungkapan rasa bersalah dan

depresi tersebut seperti, menyalahkan diri yang kurang mengonsumsi makanan

sehat selama masa kehamilan dan merasa kurang memerhatikan gejala yang

janggal pada anak lebih dini (Gray dalam Simmons 2006).

Hasil penelitian Gray juga mendapatkan dukungan dari Pisula (dalam

Mohammadi, 2011) yang menyatakan bahwa ibu secara signifikan lebih

mengalami stress yang berat dibandingkan dengan ayah. Dalam hal ini ada 4

aspek sumber stres ibu, yaitu: masalah pengasuhan, kemandirian, perilaku, dan

perkembangan fisik anak. Dalam hal ini ibu yang mengalami stres akan

memengaruhi keterampilan sosial dan perilaku anak bahkan ikut memengaruhi

kesehatan mental ayah, sementara stres pada ayah tidaklah demikian. Akan tetapi
4

stres yang dialami ayah akan memengaruhi kinerja dan karir ayah pada pekerjaan

yang berdampak pada finansial keluarga. Jadi dapat disimpulkan bahwa ibu yang

mengalami stress akan memengaruhi regulasi emosi anak, dan ayah yang

mengalami stress akan memengaruhi masalah eksternalisasi anak.

Menurut Simmons (2006) Ibu lebih terbuka untuk melampiaskan perasaan

mereka, sementara ayah memiliki kecenderungan untuk menekan emosi negatif

mereka. Jika hal ini dibiarkan berlanjut maka hasilnya tidak akan produktif untuk

pasangan dan anak. Oleh karena itu Ellis (dalam Bernard, 2013) menyatakan

bahwa, dengan penerimaan diri individu dapat menimbulkan emosi positif dan

mampu melakukan penyesuaian diri terhadap peristiwa negatif. Penerimaan diri

tersebut bertujuan untuk membebaskan individu dari kecemasan, depresi, dan

menuntun individu menjelajahi hal baru yang membawa individu menikmati

hidup dalam kebahagiaan (Ellis dalam Bernard, 2013).

Penerimaan diri pada ibu bukanlah suatu sikap ibu yang pasrah, tetap

bahagia seolah – olah tidak terjadi sesuatu yang buruk, dan bahkan tidak

mencemaskan masa depan anak. Namun penerimaan diri yang dimaksudkan

adalah suatu tindakan yang terus dilakukan untuk dapat meningkatkan

perkembangan anak dan tidak lupa pula dapat menikmati hidup bahagia bersama

keluarga, meskipun memiliki anak penyandang autis (Diane Burns dalam

Simmons, 2006). Hal tersebut juga diakui oleh subjek ibu N dan M :

“Ibuk dari nyo TK sampai kini selalu bausaho untuak lakukan yang
terbaik untuak anak – anak tu. Untuk sakolahnyo se, setelah cari banyak
tampek, ado yang nunjuakkan TK Adzkia, akhirnya sakolah lah nyo isitu.
Abih tu SD nyo dapek di YPPA, meski sempat di Perwari dulu sampai
kelas 5 SD, bayia maha tapi anak ndak taurus, mangkonyo inyo ibuk
pndahan SD nyo ka YPPA, dan maulang liak dari kelas 2. Tu taruih ikuik
5

terapi jo terapis yang diagnosa kaduo anak ibuk tu autis dulu. Sampai
akhirnya lah bisa menulis, membaca, matematika dan berhitung dan
bahasa inggris. Abih tu lanjuik SMP YPPA, lah bisa baraja upacara,
kultum dan ikuik sholat berjama’ah. Kini ko yang penting dek ibuk, ibu
usaho taruih untuak perkembangan anak – anak ko, mangurangi autisnyo
tadi e. Abih tu diet makanan meski alun 100%, mambimbiang baraja anak
– anak, diskusi taruih jo guru BK sakolah anak – anak, tu anak – anak ko
les bahasa Inggris lo nyo di pasa bawah, dan maajaan anak – anak tu
balanjo ka pasa bia nyo mandiri lo, sambia ibu caliak jauah se. Ituah
yang bisa ibuk karajoan kini. “Kalau misalnyo ditanyoan masa depan
anak – anak tu, tapikia dek ibuk, dek ibuk acok mikian ka sinan, deh baa
seandainyo nanti wak ndak ado di dunia ko lai, sia nan ka maiduikan inyo,
sia yang mancarian pitih untuak inyo. Iyolah nyo bisa masak, tapi sia
yang bisa memfasilitasi inyo?Cuma kini ko yo ibuk taruih se fokus
malakukan nan ibuk kecekan tadi untuak perkembangannyo (N, 2016).”
“Kini ko yo fokus ibuk untuak ka Hendra ko, inyo rajin – rajin se sakolah
dan mangaji di Markazul Qur’an ko. Dek lah duo tahun nyo disiko,
kapandaiannyo batambah. Lah mulai bisa menatap mato urang, lah
namuah duduak tanang kalau baraja, lah pandai mambaco maeja, bahaso
inggris, baituang, dan lah duo tahun nyo disiko, lah hapanyo 4 juz
Alqur’an, lah sanang ibuk mah. Cuma yo kalau untuak mikia ka masa
depannyo, yo kadang ibuk yo muncua juo takuik ibuk ko, dek kami urang
ndak baponyo ko, a bana lah nan ka dayo. Kalau Boarding school ko lai
tajangkau juo dek ibuk mambayia nyo, tu ado lo guru khusus inyo surang.
Lai untuak perkembangan baraja nyo kini, agak tananglah ibuk. (M,2017)
Penolakan berupa perasaan kecewa dan kurang mencintai anak, dapat

berangsur – angsur menjadi penerimaan diri sebagai ibu dan akhirnya mencintai,

jika dapat melepaskan gambaran ideal tentang anak. Mulailah berinteraksi dengan

anak seperti menyanyikan lagu, memeluk, mengusap dan mencium anak. Hal

tersebut akan membantu tumbuhnya cinta, juga membantu untuk menemukan

potensi tersembunyi pada diri anak (Danuatmaja, 2003). Berikut hal– hal yang

juga dikatakan oleh subjek ibu N dan M untuk perkembangan anaknya :

“Jadi yo setelah tau anak – anak ko autis tadi, ibuk acok maajak anak –
anak ko danga lagu anak – anak, atau nyanyi lagu anak – anak. Pas lah
dapek TK Azkia tadi, dek TK Islam, jadi anak – anak ko suko danga lagu –
lagu Islami. Tu sanang lo ibuk jadinyo, sampai kini masih acok juo nyo
danga lagu Islami di Youtube gai. Tu nan nampak dek ibuk kini, anak –
anak ko bakat di baco puisi ko ha bi. Jadi pas anak – anak ibuk ko sakolah
6

SD, nyo acok ikuik lomba – lomba baco puisi. Pas diminta pakai teks,
ndak namuah pakai teks kaduo anak ibuk tu do. Kadang manang gai nyo
ikuik lomba baco puisi yang khusus diadokan untuak anak – anak
berkebutuhan khusus di Padang. Tu pas anak – anak ko SMP di YPPA,
nampak lo anak – anak ko suko marapi – rapian buku, tu dicatat lo data
buku baru bali jo nan lamo di catatannyo. Saran BK nyo, pas kuliah
arahan se ka jurusan Perpustakaan dan Kearsipan UNP, UNP lah
manarimo anak – anak ABK lo kini mah buk. Alhamdulillah kini lah SMA
kaduonyo, Ani kelas 1 SMA di SMAN 2 Bukittinggi, Ana masih SMP kelas
3 di SMP YPPA (N,2016).”

“Yo setelah tau anak ibuk ko autis tadi, namonyo anak tu ibuk sayang –
sayanglah, dipaluak, dicium bantuak sayang wak ka inyo yo. Tu
bamasuakkan ka Boarding School Markazul Qur’an ko. Alhamdulillah
nyo lah kelas 5 ko, kecek ibuk ko (guru PLB khusus untuk Hendra) Hendra
ko kapandaiannyo bahasa inggris jo lah hapa 4 juz Alqur’an. Tu rencana
ibuk kalau nyo alah salasai SD, pas SMP emang diarahan taruih ka
baraja agamo jo bahasa inggris se lai, soalnyo kan anak – anak mode ko,
kalau diarahkan taruih ka yang inyo suko bisa jadi hebatnyo beko kan?
(M, 2017)”
Menurut Danuatmaja (2003), banyak hal yang bisa dan harus dilakukan

orangtua anak Autis. Pertama memastikan diagnosis, sekaligus mengetahui ada

tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati. Pilihlah dokter yang

kompeten. Umumnya, adalah dokter anak yang menangani autisme, dokter saraf

anak, dan dokter rehabilitasi medik. Idealnya, orangtua harus membina

komunikasi dengan dokter, menjalin keterbukaan tentang kondisi anak, dan

mengikuti aneka treatment demi kemajuan anaknya. Kemudian orangtua juga

harus memperkaya pengetahuannya mengenai autisme, terutama pengetahuan

mengenai terapi yang tepat dan sesuai dengan anak. Selanjutnya hal yang sangat

membantu orangtua adalah bertemu dan berbicara dengan sesama orangtua anak

anak autis. Usahakan bergabung dalam parents support group for autism. Selain

untuk berbagi rasa, juga untuk berbagi pengalaman, informasi, dan pengetahuan.
7

Berdasarkan dari fenomena yang telah dikemukakan di atas maka peneliti

tertarik untuk meneliti gambaran proses penerimaan diri orangtua yang memiliki

anak penyandang autis.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti memfokuskan pada hal – hal yang

dirasakan oleh orangtua yang memiliki anak penyandang autis ditinjau dari faktor

penerimaan diri subjek, proses penerimaan diri subjek sebagai ibu dan dimensi

penerimaan diri subjek sebagai ibu

C. Tujuan Penelitian

Dari fokus penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai

berikut:

1. Menggambarkan faktor – faktor penerimaan diri subjek sendiri sebagai ibu

yang memiliki anak penyandang autis.

2. Menjabarkan proses penerimaan diri subjek sebagai ibu yang memiliki

anak penyandang autis.

3. Menggambarkan dimensi penerimaan diri subjek sebagai ibu yang

memiliki anak penyandang autis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Menambah khasanah informasi dan perluasan teori dalam bidang


8

psikologi perkembangan dewasa madya yaitu gambaran proses

penerimaan diri orangtua yang memiliki anak penyandang autis.

b. Bagi Orangtua yang memiliki anak penyandang autisme

Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai gambaran

proses penerimaan diri orangtua yang memiliki anak penyandang autis,

agar orangtua mampu melakukan penyesuaian diri dengan anaknya,

sehingga dapat membebaskan orangtua dari kecemasan dan depresi

dengan kondisi anak.

c. Bagi Jurusan Psikologi

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan

penelitian mengenai psikologi perkembangan dewasa madya sehingga

hasil penelitian nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai penunjang

untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

terhadap mengembangkan ilmu pengetahuan psikologi perkembangan

yang berkaitan dengan proses penerimaan diri yang dilalui orangtua anak

penyandang autis.

b. Bagi orangtua yang memiliki anak penyandang autisme

Untuk memberikan motivasi kepada para orangtua yang memiliki

anak autisme agar tetap bersemangat dan berjuang dalam merawat dan

membina anak penyandang autismeya.


9

c. Bagi komunitas Parents Support Group for Autism (PGA)

Hasil penelitian ini dapat dijadikan pendukung untuk membantu

pengurus komunitas Parents Support Group for Autism (PGA) dalam

melengkapi modul materi sharing session.


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Penerimaan Diri

1. Pengertian Penerimaan Diri

Penerimaan diri menurut Ryff (1995) adalah suatu sikap positif terhadap

diri sendiri seperti mengakui dan menerima multi aspek yang ada didalam diri,

baik dan buruknya kualitas diri yang dimiliki, lalu mampu tetap merasa positif

terhadap pengalaman hidupnya. Sedangkan menurut Ellis (dalam V, Castillo, &

A, 2017) penerimaan diri didefinisikan sebagai suatu bentuk sikap menghargai

diri sendiri dengan penuh penghargaan yang positif terhadap segala aspek

pengalaman hidup yang telah kita lalui. Tak lupa pula mampu berdamai dengan

pengalaman yang buruk meskipun ada orang lain yang tidak menghargainya.

Menurut (Matyja, 2014) penerimaan diri adalah suatu bentuk formasi

perubahan kepribadian menjadi lebih positif setelah membandingkan nasib diri

sendiri dengan nasib orang lain. Selanjutnya dijelaskan oleh Carson & Langer

(2006), penerimaan diri adalah keputusan sadar yang ditetapkan individu dengan

rasa penuh tanggung jawab terhadap proses kehidupan pribadi dan merasa lapang

dada untuk menerima segala proses perjalanan kehidupannya sendiri.

Dari penjabaran defenisi di atas peneliti menyimpulkan penerimaan diri

adalah suatu sikap positif terhadap diri sendiri dalam menghadapi baik atau

buruknya segala aspek pengalaman hidup yang telah kita lalui, kemudian

berdampak pada kepribadian menjadi lebih positif dan penuh dengan rasa

tanggung jawab dalam menjalani proses kehidupan.

10
11

2. Karakteristik Penerimaan Diri

Berikut adalah ciri – ciri penerimaan diri menurut Ellis (Bernard, 2013)

a. Sadar diri dan menghargai karakteristik positif yang dimiliki dengan

bersemangat mengembangkan potensi diri, seperti kepribadian, bakat,

keluarga, agama, karakteristik budaya.

b. Tetap bangkit dan bersemangat ketika mengalami kegagalan (keberhasilan

yang tertunda, penolakan sosial dan memiliki hubungan interpersonal yang

negatif) dengan lapang dada serta tidak menilai narga diri dengan penilaian

yang negatif

3. Faktor – faktor Penerimaan Diri

Berikut adalah faktor – faktor yang memengaruhi penerimaan diri menurut

V, Castillo, & A (2017) adalah :

a. Family Support (Dukungan Keluarga)

Dukungan keluarga adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang

berfungsi untuk mengenali dan menanggapi kebutuhan anggotanya, terutama

pada saat-saat sulit seperti dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dalam

bentuk nasihat, bimbingan, dukungan sosial dan dukungan fisik. Hal ini

bertujuan demi membantu mengurangi stres dan sebagai faktor pelindung

utama dalam kehidupan seseorang.

b. Achievements (Prestasi)

Prestasi adalah sesuatu yang telah dicapai terutama oleh kerja keras,

kemampuan, atau sikap kepahlawanan yang dicirikan dengan mampu

mengaktualisasikan suatu tujuan hidup yang terlepas dari tuntutan orang lain,
12

dan unggul diatas suatu standar sosial yang telah ditetapkan. Meskipun

prestasi dapat diukur dari tinggi atau rendahnya penguasaan dan daya saing,

namun keinginan untuk berprestasi dapat tercermin terhadap diri mereka

sendiri.

c. Inspiration (Inspirasi)

Inspirasi adalah suatu media yang mengarahkan seseorang untuk

membuat pilihan hidup menjadi lebih produktif demi mewujudkan diri menjadi

lebih baik daripada biasanya, hingga memiliki motivasi hidup untuk meraih

suatu prestasi diri. Tidak lupa pula untuk tetap bersemangat meskipun memiliki

keterbatasan dan kemungkinan akan kegagalan.

d. Time (Waktu)

Waktu adalah suatu rangkaian proses yang tidak mungkin diabaikan

individu jalani dalam momen kehidupan sehari – hari mulai terhitung sejak

proses kelahiran hingga kematian individu. Oleh karena itu, setiap waktu yang

dijalani dengan baik akan menghasilkan suatu pengalaman positif tersendiri

bagi individu. Sehingga waktu mampu berperan sebagai penyembuh yang

hebat terhadap kesedihan, syok dan perasaan terluka.

e. Hope (Harapan)

Harapan adalah suatu sikap kognitif, emosi, dan konasi bahkan suatu

proses yang berguna sebagai visualisasi hambatan, serta membantu untuk

menguatkan tekad yang mendorong individu untuk meraih suatu tujuan yang

diinginkan. Dalam hal ini harapan memainkan peran penting dalam

pengalaman yang menyedihkan bagi seseorang.


13

4. Manfaat Penerimaan Diri

Menurut Rogers (Bernard,2013) penerimaan diri membentuk realitas

intrapersonal penting dengan implikasi interpersonal, berikut penjelasannya:

a. Terbuka dan memandang setiap pengalaman yang telah dilalui dengan

cakrawala yang lebih luas, sehingga mampu menemukan faedah dan

pemahaman diri dalam memaknai kehidupan.

b. Membantu meningkatkan kepercayaan untuk mengungkapkan pengalaman

diri individu yang berdampak pada peningkatan kemampuan dan potensi

diri.

c. Membantu individu agar tetap membuka pikirannya, untuk mengenali dan

memahami pengalaman orang lain dari berbagai sudut pandang tanpa

menghakimi.

d. Sebagai syarat dan landasan utama dalam pelaksanaan client center

therapy.

B. Penerimaan Diri Ibu

1. Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua

Membesarkan anak dengan kelainan autisme merupakan suatu tantangan

berat dan membutuhkan jangka waktu yang lama bagi orangtua, sehingga secara

konsisten berdampak pada tekanan psikologis yang berat pada orangtua terutama

ibu. Hal ini terjadi karena ibu adalah orangtua yang langsung terlibat dalam

pengasuhan anak yang berdampak mengalami stress pada aspek perkembangan

fisik anak, pengalaman pengasuhan, mengalami penolakan lingkungan dan

kecemasan ketika membayangkan masa depan anak. Oleh karena itu


14

dibutuhkanlah penerimaan diri yang bertujuan membantu ibu untuk membebaskan

diri dari kecemasan, depresi, dan menuntun ibu menjelajahi hal baru yang demi

menikmati hidup dalam kebahagiaan.

Penelitian ini memilih subjek ibu, karena ibu yang yang mengalami stres

akan memengaruhi regulasi emosi anak seperti keterampilan sosial dan perilaku

anak, bahkan ikut memengaruhi kesehatan mental ayah, sementara stres pada ayah

tidaklah demikian. Ditambah pula ibu lebih terbuka untuk melampiaskan

perasaannya jika dibandingkan dengan ayah. Oleh karena itu dibutuhkanlah sikap

penerimaan diri pada ibu sebagai orangtua. Hal ini dimaksudkan agar ibu selalu

mengupayakan tindakan terbaik yang dilakukan untuk meningkatkan

perkembangan anak sambil terus menikmati hidup dengan bahagia bersama

keluarga, meskipun memiliki anak penyandang autis.

2. Proses Penerimaan diri Ibu sebagai Orangtua

Berikut proses penerimaan diri yang dilakukan oleh orangtua anak

berkebutuhan khusus yang didaptasi oleh Mangunsong dari proses penerimaan

diri Kubler Ross (Mangunsong, 2016), yaitu:

a. Denial (Penolakan)

Penolakan adalah suatu bentuk penyangkalan setelah mendapatkan

suatu berita menyedihkan secara tak terduga, sehingga menyebabkan seseorang

perlu waktu yang lebih lama untuk memulihkan fisik atau psikologisnya

sendiri, untuk membuat pertahanan diri. (Kubler Ross, 2009). Penyangkalan

dalam hal ini muncul secara tidak sadar, dalam upaya menghindari kecemasan

yang berlebihan. Dalam tahap ini, orangtua anak ABK mencurahkan isi
15

perasaannya seperti bingung, kaku, tidak teratur, dan tidak berdaya; bahkan

tidak sanggup lagi mendengarkan kondisi anaknya (Kubler Ross dalam

Mangunsong, 2016)

b. Bargaining (Tawar-menawar)

Tawar menawar adalah suatu bentuk negosiasi individu kepada Tuhan

atau diri sendiri untuk lebih banyak beribadah atau berperilaku baik demi

menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi (Kubler Ross, 2009). Pada tahap

ini biasanya orangtua anak ABK berpikir imajinatif dan berfantasi, yaitu

orangtua berpikir mereka berusaha dengan keras dan giat, maka anaknya

mengalami peningkatan. Kondisi perbaikan yang dialami anak dianggap

sebagai kompensasi dari usaha keras orangtua. Selama tahap ini, orangtua

akan bergabung dalam segala kegiatan yang dapat memberikan keuntungan

kepada mereka. Selain itu, biasanya orangtua beralih pada kegiatan spiritual

dan berharap adanya keajaiban.

c. Anger (Marah)

Marah adalah suatu emosi paling berbahaya yang bertujuan untuk

melukai seseorang yang telah menyakiti fisik/perasaan kita, yang dibalas

dengan suatu isyarat, kata – kata, teriakan atau tindakan fisik untuk melukai

orang tersebut (Ekman, 2003). Pada orangtua anak ABK dalam hal ini, ketika

menyadari bahwa anak mereka tidak menunjukkan peningkatan yang

signifikan, kemungkinan akan memunculkan perasaan marah dalam diri

mereka. Perasaan yang berlebihan dapat berubah menjadi kemarahan, oleh

karena itu biasanya orangtua akan menyalahkan diri sendiri. Selain itu,
16

kemarahan juga ditujukan pada Tuhan atau pasangannya ataupun karena tidak

adanya bantuan, baik dari masyarakat maupun professional (Kubler Ross

dalam Mangunsong, 2016).

d. Depression (Depresi)

Depresi adalah suatu bentuk emosi negatif reaktif yang kuat seperti

kesedihan, ketakutan dan kehilangan, yang diakibatkan oleh pengalaman

buruk masa lalu, atau ketika memikirkan masa depan dengan pesimis (Ross,

2009) Pada orangtua anak ABK, bentuk depresi mereka ketika menyadari

bahwa kemarahan mereka tidak dapat mengubah kondisi anak yang akhirnya

berdampak pada depresi. Bagi sebagian orangtua, depresi merupakan kondisi

yang sifatnya sementara. Periode ini terbatas dengan waktu dan keseriusan

tingkat depresi seseorang tergantung pada bagaimana keluarga

menginterpretasikan suatu peristiwa dan kemampuan mereka dalam mengatasi

masalah tersebut (Kubler Ross dalam Mangunsong, 2016).

e. Acceptance (Penerimaan)

Penerimaan adalah ketika seseorang mampu kembali menikmati

hidupnya setelah bangkit dari musibah yang menimpa. Namun tetap terus

berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup sambil dapat menikmati hidup.

Pada orangtua anak ABK penerimaan bukanlah suatu sikap pasrah, tetap

bahagia seolah – olah tidak terjadi sesuatu yang buruk, dan bahkan tidak

mencemaskan masa depan anak. Akan tetapi suatu sikap yang tetap terus

melakukan tindakan untuk meningkatkan perkembangan anak dan tidak lupa

pula dapat menikmati hidup bahagia bersama keluarga (Simmons, 2006).


17

Tahap ini diperoleh setelah orangtua menunjukkan karakteristik berikut:

Mampu mendiskusikan anak mereka dengan mudah, membuktikan

keseimbangan antara upaya mandiri dan menunjukkan cinta kasih, mampu

berkolaborasi dengan profesional untuk membuat rencana yang realistis,

mengejar minat pribadi yang tidak berhubungan dengan anak mereka,

menjalankan disiplin tanpa perasaan bersalah, dapat mengabaikan perilaku

overprotective pada anak mereka.

Tidak semua orangtua akan mengalami tahapan – tahapan ini secara kaku

atau secara pasti. Beberapa orangtua akan mengalami sebagian atau semua tahap

ini pada suatu waktu.

3. Dimensi Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua

Berikut ada 2 dimensi dari bentuk penerimaan diri ibu sebagai orang tua

terhadap anak autisme yang telah ditemukan oleh Donelly (2015) sebagai berikut :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional didefinisikan sebagai suatu sikap orangtua yang

selalu memberikan dorongan semangat kepada anak dengan memuji,

memberikan respon yang hangat, membantu anak jika mengalami kesulitan,

menampilkan aura positif, dan menunjukkan ekspresi yang hangat melalui

isyarat verbal dan nonverbal yang sesuai.

b. Instruksi Orangtua

Instruksi orangtua didefinisikan sebagai kemampuan untuk

memfasilitasi perkembangan sosial-kognitif anak melalui pemberian tugas

yang efektif, memberikan pengarahan bila diperlukan, dan tidak lupa pula
18

memberikan batasan serta menghargai kemandirian anak

4. Penerimaan dan Pemahaman Orangtua

Menurut Danuatmaja (2003), autisme hanya satu dari begitu banyak

kelainan bawaan anak, baik yang diketahui saat anak dilahirkan atau di kemudian

hari. Sebagian besar orangtua pasti bisa mengatasinya, pulih dari perasaan

bersalah, mereka bisa melihat lebih jauh, bahkan kedalam permasalahannya

bahwa anak autis tetap seorang anak yang membutuhkan cinta kasih, perhatian,

dan disiplin. Mulanya beberapa orangtua menemukan masalah yang tampak

menakutkan, tetapi bisa diatasi, atau sedikitnya diperingan dengan terapi atau

perawatan.

a. Apakah orangtua bertanggung jawab atas kondisi anak yang tidak normal ?

Orangtua sering merasa bertanggung jawab atas kondisi anaknya.

Ketika anak dinyatakan tidak normal, rasa bersalah sangat besar dan

melumpuhkan. Padahal, seringkali penyebabnya diluar kendali. Orangtua

seperti ini perlu terus diyaknkan bahwa mereka tidak bersalah. Rasa bersalah

tidak akan baik akibatnya bagi orangtua itu sendiri dan anaknya. Daripada

memusatkan energi untuk itu, lebih baik memusatkan perhatian pada langkah

positif untuk membuat masa depan anak dan keluarga sebaik mungkin.

b. Bagaimana mengatasi rasa marah?

Orangtua tersebut boleh marah karena impiannya tentang memiliki anak

yang ideal, berantakan. Orangtua boleh iri pada teman – teman mereka yang

memiliki anak yang normal, kecewa pada dokter, pasangan, juga pada anak –

anak lain yang normal. Namun yang harus diingat, marah bukan emosi yang
19

produktif.

c. Bagaimana jika ada perasaan kecewa dan kurang mencintai anak?

Biasanya, penolakan akan berangsur-angsur menjadi penerimaan dan

akhirnya mencintai jika orangtua dapat melepaskan gambaran idel tentang

anak. Mulailah berinteraksi dengna anak, seperti menyanyikan lagu, memeluk,

mengusap dan menciumnya. Hal ini akan membantu tumbuhnya cinta, juga

membantu orangtua menemukan potensi tersembunyi pada dirinya. Jika belum

bisa, lakukan onseling dan bergabunglah dengan komunitas PGA.

d. Apa yang harus dikatakan pada orang lain dan keluarga besar?

Banyak orang kehilangan kata-kata dan bingung harus berkomentar apa

jika melihat anak berperilaku dan tidak normal, hal itu wajar. Langkah terbaik

agar keluarga besar dapat menerima kondisi anak adalah anda bisa menerima

keterbatasan anak. Ceritakan secara terbuka kondisi anak. Sesekali ajak

keluarga ikut berkonsultasi ke dokter atau ke tempat terapi agar mereka tahu

lebih jelas. Bersikaplah seolah tidak ada masalah dengan lingkungan. Kalau ini

dilakukan, otomatis keluarga besarpun akan menerimanya.

e. Bagaimana membangun emosi dan mental Orangtua?

Bergandengan tanganlah dengan pasangan anda, minta dukungandari

lingkungan terdekat, dan dekatkan diri pada Tuhan YME. Agama akan banyak

membantu Anda secara emosi, dan menganggap anak adalah anugrah dan

titipan Tuhan. Banyak orangtua yang akhirnya menyadari banyak hikmah

dalam kehidupan yang mereka dapatkan dengan mempunyai anak autis

(Danuatmaja, 2003).
20

C. Anak Penyandang Autis

1. Pengertian Anak Penyandang Autis

Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme”

yang berarti suatu paham. Dalam hal ini, Autisme berarti suatu paham yang

tertarik hanya pada dunianya sendiri. Menurut Suryana (2003), Autisme

merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat atau luas, dan dapat

terjadi pada anak dalam tiga tahun pertama kehidupannya.

Kemudian menurut Lori Ernspberger dalam Simmons (2006), Autisme

mengacu pada gangguan neurologis yang melibatkan gangguan serius pada

kemampuan berinteraksi, komunikasi sosial, melakukan perilaku yang terbatas

dan berulang – ulang. Hal ini juga ditandai dengan timbulnya gangguan atau

keterlambatan berbahasa lisan, yang kadang-kadang disertai keterlambatan

kognitif (Simmons, 2006).

2. Karakteristik Anak Penyandang Autis

Menurut Dikdasmen, Depdikmas.go.id (dalam Suryana, 2004) terdapat

beberapa ciri – ciri anak Autis.

b. Komunikasi :

1) Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.

2) Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi

kemudian sirna.

3) Kadang kata yang digunakan tidak sesuai artinya.

4) Mengoceh tanpa arti berulang – ulang, dengan bahasa yang tak dapat

dimengerti orang lain.


21

5) Berbicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi

6) Senang meniru atau membeo (echolalia)

7) Bila senang meniru, dapat hafal betul kata – kata atau nyanyian

tersebut tanpa mengerti artinya

8) Sebagian dari anak ni tidak berbicara (non verbal) atau sedikit

berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.

9) Senang menarik – narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang

ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu.

c. Interaksi sosial

1) Penyandang autistik lebih suka menyendiri

2) Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan

3) Tidak tertarik untuk bermain bersama teman

4) Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh.

d. Gangguan sensoris

1) Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk

2) Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga

3) Senang mencium – cium, menjilat mainan atau benda – benda

4) Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut.

e. Pola bermain

1) Tidak bermain seperti anak – anak pada umumnya

2) Tidak suka bermain denan anak sebayanya

3) Tidak kreatif, tidak imajinatif

4) Tidak bermain sesuai dengan fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik


22

lalu rodanya diputar – putar

5) Senang akan benda – benda yang berputar, seperti kipas angin, roda

sepeda

6) Dapat sangat lekat dengan benda – benda tertentu yang dipegang terus

dan dibawa kemana – mana.

f. Perilaku

1) Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)

2) Memperlihatkan perilaku stimulasi diri speerti bergoyang – goyang,

mengepakkan tangan seperti burung, berputar – putar, mendekatkan

mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak – balik,

melakukan grakan yang diulang – ulang

3) Tidak suka pada perubahan

4) Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong

g. Emosi

1) Sering marah – marah tanpa alasan yang jelas, tertawa – tawa

menangis tanpa alasan

2) Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak

diberikan keinginannya

3) Kadang suka menyerang dan merusak

4) Kadang – adang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri

5) Tidak mempunyai empati an tidak mengerti perasaan orang lain


23

3. Faktor Penyebab Anak Penyandang Autis

Menurut Handojo (2003), dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar

dari banyak negara, ditemukan beberapa fakta yaitu adanya anatomis pada lobus

parietalis, cerebellum dan sistem limbiknya. 43% penyandang autisma

mempunyai kelainan pada lobus parietalis otaknya, yang menyebabkan anak cuek

terhadap lingkungannya.

Kelainan juga ditemukan pada otak kecil (cerebellum), terutama pada

lobus ke VI dan VII. Otak kecil bertanggung jawab ata proses sensoris, daya

ingat, berpikir, belajar berbahasa dan proses atensi (perhatian). Juga didapatkan

jumlah sel Purkinye di otak kecil yang sangat sedikit, sehingga terjadi gangguan

keseimbangan serotonin dan dopamin. Akibatnya terjadi gangguan atau

kekacauan lalu lalang impuls di otak.

Ditemukan pula kelainan yang khas pada sistem limbik yang disebut

hippocampus dan amygdala. Akibatnya terjadi gangguan fungsi kontrol terhadap

agresi dan emosi. Anak kurang dapat mengendalikan emosinya, seringkali terlalu

agresif dan sangat pasif. Amygdala bertanggung jawab terhadap berbagai

rangsangan sensoris seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan, rasa

dan rasa takut. Hippocampus bertanggung jawab terhadap fungsi belajar dan daya

ingat. Terjadilah kesulitan menyimpan informasi baru. Perilaku yang diulang –

ulang, yang aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hippocampus.

Menurut Danuatmja (2003) terdapat beberapa faktor penyebab anak Autis

yaitu, gangguan pertama adalah gangguan susunan Saraf Pusat. Ditemukan

kelainan neuroanatomi (anatomi susunan saraf pusat) pada beberapa tempat


24

didalam otak anak autis. Banyak anak autis mengalami pengecilan otak kecil,

terutama pada lobus VI – VII. Seharusnya, di lobus VI – VII banyak terdapat sel

purkinje. Namun, pada anak autis jumlah sel purkinje sangat kurang. Akibatnya

produksi serotonin kurang, menyebabkan kacaunya proses penyaluran informasi

antar otak. Selain itu, ditemukan kelainan struktur pada pusat emosi didalam otak

sehingga emosi anak autis sering terganggu. Penemuan ini membantu dokter

menentukan obat yang lebih tepat. Obat – obatan yang banyak dipakai adalah dari

jenis psikotropika, yang bekerja pada susunan saraf pusat. Hasilnya

menggembirakan karena dengan mengonsumsi obat – obatan ini pelaksanaan

terapi lainnya lebih mudah. Anak lebih mudah diajak bekerja sama.

Gangguan kedua yaitu gangguan sistem Pencernaan. Ada hubungan antara

gangguan pencernaan dengan gejala autis. Tahun 1997, seorang pasien autis,

Parker Beck, mengeluhkan gangguan pencernaan yang sangat buruk. Ternyata ia

kekurangan enzim sekretin. Setelah mendapat suntiikan sekretin, Beck semubuh

dan mengalami kemajuan luar biasa. Kasusu ini memicu penelitian –penelitan

yang mengarahkan pada gangguan metabolisme pencernaan.

Gangguan ketiga yaitu peradangan Dinding Usus. Berdasarkan

pemeriksaan endoskopi atau peneropongan usus pada sejumlah anak autis yang

memiliki pencernaan buruk ditemukan adanya peradangan usus pada sebagian

besar anak. Menurut Dr. Andrew Wakefield (Danuatmaja, 2003), ahli pencernaan

(gastro entrolog) asala Inggris, menduga peradangan tersebut disebabkan virus,

mungkin virus campak. Itu sebabnya, banyak orangtua yang lemudian menolak

imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) karena diduga menjadi biang keladi
25

autis pada anak. Temuan Wakefield diperkuat sejumlah riset ahli medis lainnya.

Gangguan keempat yaitu faktor genetika. Hal ini karena ditemukan 20 gen

yang terkait dengan autisme. Namun, gejala autisme baru bisa muncul jika terjadi

kombinasi banyak gen. Bisa saja autisme tidak muncul, meski anak membawa gen

autisme. Jadi perlu faktor pemicu lain.

Gangguan kelima yaitu faktor keracunan logam berat. Berdasarkan tes

laboratorium yang digunakan pada rambut dan darah ditemukan kandungan logam

berat dan beracun pada banyak anak autis. Diduga kemampuan sekresi logam

berat dari tubuh terganggu secara genetik. Penelitan selanjutnya menemukan

logam berat seperti Arsenik (As), antimoni (Sb), kadmium (Cd), air raksa (Hg),

dan timbal (Pb) adalah racun otak yang sangat kuat. Tahun 2000, Sallie Bernard,

ibu dari anak autistik, menunjukkan penelitiannya, gejala yang diperlihatkan anak

– anak autis sama dengan keracunan merkuri. Dugaan ini diperkuat dengan

membaiknya gejala autis setelah anak – anak melakukan terapi kelasi (merkuri

dikeluarkan dari otak dan tubuh mereka). (Danuatmaja, 2003).


26

D. Kerangka Konseptual

Anak Didiagnosa Penyandang Autisme

Reaksi emosional negatif :


Terkejut, stress, malu,
depresi

Karakteristik
Penerimaan Diri

1. Menghargai dan Faktor –faktor Proses


mengembangkan Penerimaan Diri Penerimaan Diri
segala potensi diri
Dukungan Penolakan
2. Tetap bangkit dan keluarga
bersemangat
ketika mengalami Penawaran
kegagalan Prestasi

Marah
Inspirasi
Manfaat
Penerimaan Diri
Depresi
Waktu
1. Terbuka
memandang setiap
Harapan Penerimaan
pengalaman
2. Membantu
meningkatkan
kepercayaan Dimensi Penerimaan Diri Ibu
3. Membantu
a. Dukungan Emosional
membuka pikiran
b. Instruksi Orangtua
individu
4. landasan utama
dalam pelaksanaan
client center
therapy.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Menurut Hanurawan (2016)

menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah metode yang disepakati oleh suatu

komunitas ilmiah untuk mengungkap suatu makna subjektif (search for meaning)

partisipan penelitian tentang suatu gejala yang menjadi objek kajian penelitian

bidang ilmu. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif

karena peneliti ingin mengungkap gambaran proses penerimaan diri yang dilalui

oleh ibu yang memiliki anak penyandang autis berdasarkan sudut pandang dari

partisipan penelitian.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi.

Menurut Connole (Hanurawan, 2016) tujuan penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi ini adalah untuk memahami hakikat pengalaman dunia

terdalam individu (inner world), tentang pengalaman hidupnya berdasarkan

perspektif individu itu sendiri. Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk

mengungkap esensi pengalaman hidup gambaran proses penerimaan diri yang

dilalui oleh ibu dari anak penyandang autis yang terlihat pada subjek secara

mendalam.

C. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

27
28

1. Usia subjek, ibu yang berusia 45 – 60 tahun. Menurut teori perkembangan,

pada orang yang berada pada usia dewasa menengah (paruh baya)

memiliki kesejahteraan (well being) yang lebih baik salah satunya pada

aspek penerimaan diri dibandingkan yang lebih tua dan yang lebih muda.

(Papalia, 2011).

2. Memiliki anak kandung baik laki – laki maupun perempuan penyandang

autis.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2013). Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti akan

menggunakan wawancara dan observasi.

1. Wawancara

Peneliti menggunakan jenis wawancara yang mendalam. Menurut

Hanurawan (2016) dalam pendekatan fenomenologis ini, jenis wawancara yang

sering digunakan adalah wawancara mendalam (in depth interview). Tujuan

peneliti menggunakan wawancara yang mendalam agar memeroleh informasi

yang kaya tentang pemikiran, keyakinan, pengetahuan, dasar alasan, motivasi, dan

perasaan subjek penelitian. Aspek yang ingin diungkap melalui wawancara dari

penelitian ini adalah gambaran proses penerimaan diri yang dilalui oleh ibu dari

anak penyandang autis berdasarkan sudut pandang dari partisipan penelitian.


29

2. Observasi

Peneliti menggunakan metode observasi. Menurut Hanurawan (2016),

observasi bertujuan untuk mengeksplorasi atau menggali makna dari suatu

fenomena yang ada dalam diri partisipan. Dalam penelitian ini peneliti memeroleh

data observasi tentang subjek, dari hasil deskripsi latar yang diobservasi dan

reaksi yang menampak pada diri subjek saat wawancara berlangsung. Untuk

merekam segala data observasi tersebut, peneliti membuat catatan lapangan

selama dan sesudah proses observasi.

E. Alat Pengumpul Data

1. Peneliti

Peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Hal tersebut

karena, peneliti yang mengendalikan jalannya penelitan mulai dari persiapan

sampai pertanggungjawaban sebuah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti

berperan utnuk menetapkan masalah, menentukan fokus penelitian, memilih

informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas

data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya

(Satori & Komariah, 2013).

2. Informed Consent

Peneliti menggunakan informed consent sebagai surat izin untuk

mendapatkan persetujuan subjek menjadi responden penelitian, agar bersedia

memberikan semua informasi yang dibutuhkan oleh peneliti yang dijamin

kerahasiaannya. Kemudian juga sebagai bukti telah mendapatkan izin dari

partisipan penelitian untuk menggunakan tape recorder yang bertujuan


30

memudahkan peneliti dalam mengolah data hasil wawancara.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berfungsi sebagai alat bantu untuk mengategorikan

jawaban sehingga memudahkan peneliti pada tahap analisis data (Poerwandari,

2009). Dalam penelitian ini, pedoman wawancara peneliti gunakan sebagai

panduan untuk menanyakan gambaran proses penerimaan diri yang terlihat oleh

orangtua anak penyandang autis yang terlihat pada kehidupan subjek.

4. Tape Recorder

Tape Recorder berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

pembicaraan (Sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tape

recorder atas izin subjek untuk merekam proses wawancara.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi

terhadap data dalam penelitian kualitatif (Satori & Komariah, 2013). Peneliti

mendapatkan data catatan lapangan dari data observasi. Format catatan lapangan

yang peneliti cantumkan adalah, nomor, waktu pengamatan/wawancara, tempat

dan inisial subjek. Selanjutnya peneliti menuliskan secara deskriptif data – data

konkrit hasil observasi mengenai subjek yang diamati. Lalu pada paragraf kedua,

tanggapan peneliti yang melakukan pengamatan.

F. Teknik Analisis Data

Peneliti menggunakan teknik analisis data tematik dengan melakukan

koding dari hasil verbatim wawancara yang telah diketik. Koding tersebut
31

bertujuan untuk memudahkan peneliti mendapatkan kesimpulan yang mudah

dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain yang membacanya.

Berikut beberapa tahapan yang dilakukan peneliti untuk melakukan

analisis data dengan koding :

1. Membuat verbatim dari hasil wawancara yang telah dilakukan.

2. Membaca data verbatim secara keseluruhan untuk menelaah data verbal

secara utuh.

3. Menentukan data yang dinilai relavan untuk dianalisis dengan melakukan

koding pada Ms. Word 2007.

4. Mengategorikan berdasarkan data yang relavan dan data yang tidak

relavan dengan penelitian.

5. Mengelompokkan data - data relavan berdasarkan aspek – aspek yang

akan diteliti. Seperti data – data yang memuat informasi mengenai

gambaran proses penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak

penyandang autis, ditinjau dari faktor penerimaan diri, proses dan dimensi

penerimaan diri pada ibu yang memiliki anak penyandang autis.

6. Mengonstruksi daftar pernyataan signifikan yang telah ditemukan.

7. Peneliti memeroleh pernyataan pada data berdasarkan kemenonjolan dan

kedalaman pernyataan – pernyataan yang signifikan.

8. Peneliti menemukan kesimpulan mengenai gambaran proses penerimaan

diri pada ibu yang memiliki anak penyandang autis dari sudut pandang

subjek penelitian.
32

G. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3 trianggulasi, metode

pertama adalah trianggulasi sumber. Trianggulasi sumber adalah suatu cara untuk

meningkatkan kepercayaan penelitian dengan mencari data dari sumber yang

beragam dan masih terkait satu sama lain (Satori & Komariah, 2013). Hal tersebut

dilakukan dengan cara membandingkan data yang didapatkan dari orang lain

selain subjek, seperti informan pelaku dan informan tahu.

Trianggulasi kedua adalah trianggulasi rekan sejawat. Peneliti juga

melakukan diskusi dengan rekan sejawat, karena menurut Moleong (Satori &

Aan, 2013), mengungkapkan bahwa disukusi dengan teman sejawat akan

menghasilkan pandangan kritis terhadap hasil penelitian, temuan teori substantif,

membantu mengembangkan langkah berikutnya dan pandangan lain sebagai

pembanding.

Trianggulasi ketiga adalah trianggulasi teknik. Metode ini mengecek data

kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Satori & Aan, 2013). Jadi

dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala penerimaan diri untuk mengecek

tingkat penerimaan diri pada subjek


BAB IV
PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan analisis penelitian yang mengemukakan deskripsi

data subjek dan temuan hasil penelitian. Hasil wawancara akan menjelaskan

tentang proses penerimaan diri subjek.

A. Deskripsi Data subjek Penelitian

Tabel 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian


Nama* N
Umur 50 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Suku* M
Tempat tinggal Kota B
Agama Islam
Pendidikan S1 Hukum
Pekerjaan Staf Perdata Pengadilan Negeri klas 1B Bukittinggi
Jumlah anak 2 orang
*Nama subjek penelitian dalam penelitian ini menggunakan inisial.

B. Hasil Temuan Penelitian

1. Subjek Penelitian

a. Data wawancara

Wawancara dengan subjek peneltian dilakukan sebanyak tiga kali yaitu :

Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Subjek

No Subjek Tanggal Waktu Ruangan


1. N 17 Oktober 2016 14.45 – 15.41 WIB Ruang Perdata
2. N 12 Desember 2017 14.52 – 16.14 WIB Ruang Perdata
3. N 12 Januari 2018 14.20 – 15.10 WIB Ruang Perdata

Wawancara dengan significant others subjek dilakukan 2 kali pada suami


(M) dan 1 kali pada atasan kerja (D), berikut jadwal pelaksaannya :

33
34

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Wawancara Significant Others

No Subjek Tanggal Waktu Ruangan


1 M 24 Januari 2018 10.05 – 10.20 WIB Ruang Sidang Anak
2. M 1 Februari 2018 07.44 – 07.54 WIB Ruang Sidang Anak
3. D 26 Januari 2018 14.20 – 15.10 WIB Ruang Perdata

b. Observasi
Pada wawancara pertama, N saat itu sedang berada duduk didalam ruang

Perdata sedang mengerjakan pekerjaannya. Saat peneliti datang, subjek

menyambut kedatangan peneliti dan menyilahkan peneliti untuk duduk dihadapan

subjek. Subjek berwajah bulat, memiliki kulit berwarna kuning langsat dan tubuh

yang cukup gemuk dengan tinggi kira – kira 145 cm dan berat badan kira – kira

45 kg. Saat wawancara subjek berbicara dengan suara yang kadang – kadang

lantang, lamban dan bahkan menangis lepas.

Pada wawancara kedua, N sedang tidak berada di kantornya pada saat

yang telah dijanjikan sebelumnya. Peneliti pun bertemu dengan salah seorang

rekan kerja subjek, dan diajak berbicara dengan ibu A dengan mengatakan bahwa

subjek sedang mengurus KTP untuk kedua anaknya Suasana kantor saat itu sepi

karena subjek hanya bertemu dengan 4 orang pegawai saja pada saat itu. Ibu A

pun menjelaskan alasan kantor sepi karena banyak pegawai yang saat itu sedang

berada diluar kantor. Kira – kira sekitar 45 menit kemudian, barulah peneliti

bertemu dengan subjek berpakaian blazer . Namun subjek meminta waktu kepada

peneliti sekitar 15 menit untuk makan siang di kantin kantor. Setelah itu barulah

subjek mengajak peneliti untuk duduk di bangku meja kerja subjek, kemudian

peneliti melakukan wawancara.


35

Selama proses wawancara subjek kadang memukul meja untuk

mengekspresikan tingkah kelucuan anaknya, lalu berdiri dan mengambil tangan

peneliti untuk memeragakan cara kedua anaknya untuk meminta subjek

mengambilkan suatu benda ketika belum didiagnoasa Autis. Subjek pindah meja

dan mengambil buku berwarna hijau dengan panjang kira – kira 60 cm sambil

dibuka dan mengisi buku tersebut, sambil subjek terus menyilahkan peneliti

melakukan wawancara selama 5 menit. Setelah itu subjek kembali duduk di meja

kerjanya dan kembali melakukan wawancara dengan peneliti. Namun pada akhir

wawancara, mata subjek berkaca - kaca dan bersuara lebih pelan ketika

membicarakan mengenai harapan subjek untuk masa depan kedua anaknya. Pada

wawancara kedua ini, subjek tidak menangis lagi seperti saat wawancara pertama.

Pada wawancara ketiga, ketika peneliti sampai di kantor subjek sedang

berada dilorong untuk berjalan menuju ke ruangannya. Setelah subjek melihat

kedatangan peneliti, subjek yang mengenakan pakaian kurung warna coklat,

segera mengajak peneliti untuk masuk kedalam ruang kerja subjek dan

menyilahkan peneliti untuk duduk saling berhadapan di bangku meja kerja subjek.

Pada saat wawancara subjek berbicara dengan suara lantang, saat membahas cerita

tentang kesedihan, ketakutan dan kecemasan mengenai kedua anaknya yang

dirasakan, subjek berbicara dengan suara yang datar, tidak serendah dan selambat

waktu wawancara kedua. Lalu subjek tertawa lebih terbahak – bahak

dibandingkan dengan wawancara kedua, serta mengajak rekan kerja yang sedang

bekerja didalam ruangan untuk berbicara dan menertawakan kelucuan anaknya.


36

Tabel 4. Gambaran Fase Perkembangan Anak Subjek

Fase Perkembangan
Usia Anomali Fase Perkembangan
seharusnya menurut Papalia
3 bulan  Maksimal pada usia 2,5
bulan, seharusnya sudah
 Tidak mau menatap mata mampu menatap mata subjek.
subjek dan tidak mau bermain Lalu seharusnya bayi
ciluk ba. merespon dengan senyum
dan tawa saat wajah subjek
ditutup dan dibuka.
4 bulan  Mampu duduk tanpa melewati  Seharusnya mampu duduk
fase merayap. pada usia 6 bulan
8 bulan  Mampu berjalan tanpa fase
 Seharusnya mampu berjalan
merangkak dan memegang
pada usia 1 tahun.
dinding
1 tahun  Belum mampu mengatakan
kata mama dan papa. Namun,  Seharusnya sudah dapat
sudah dapat mengatakan kata mengucapkan kata tunggal
jargon iklan minyak angin dari usia 10 – 18 bulan.
Caplang, asli lo!
2 tahun  Seharusnya masih bermain
 Mampu memasak indomie.
pura – pura.
3 – 4,5  Selalu mengambil tangan
 Seharusnya pada usia 3
tahun subjek dan diarahkan terhadap
tahun, sudah mampu
objek yang diinginkan tanpa
berbicara dengan lancar,
mengeluarkan sepatah
semakin panjang dan
katapun.
kompleks.
 Tidak bersosialisasi dengan
 Bermain pura – pura.
teman sebayanya.
 Tidak suka bermain pura –
37

pura seperti tidak menyukai


kompor mainan dan telepon
mainan dari plastik.
 Menyukai benda – benda bulat
seperti roti Regal harus bulat
sempurna tanpa sedikitpun ada
yang sumbing.
 Menyusun benda – benda yang
tidak patut seperti menyusun
sepatu dan kursi duduk plastik.
38

C. Gambaran Hasil Penelitian

1. Proses Perkembangan Anak sebelum Didiagnosa Autisme

Subjek merasa senang dan bahagia ketika dinyatakan hamil oleh dokter,

hal ini karena bagi subjek, inti perkawinan tidak lengkap jika tanpa anak dan

merasa bahwa dirinya akan merasa lengkap sebagai wanita seutuhnya.

“Sanang lah kan? Bahagia lah wak kan? Inti perkawinan tu kan kalau
ndak punyo anak kan rasonyo ndak lengkap kan? Kalau lah apo,
dinyatakan hamil tu jo wak lah bahagia wak lah punyo keturunan dari
buah pernikahan wak kan? Bahagia sangaik, sanang hati, maraso awak
ko, a tu? Lah lengkap sebagai wanita rasonyo yo kan? Baa tu lah lengkap
rasonyo sebagai wanita wak lah apo.” (N/W2/D3)

Saat proses kehamilan, subjek merasa sangat bahagia dan berharap agar

mendapatkan anak yang baik dan rupawan.

“Dinyatokan hamil bahagia, bahagia lah awak kan? Untuang – untuang


lah wak dapek anak yang elok, rancak, pengennyo awak kan? Khayalan
awak. Bahagia..bahagia bana wak tu dinyatakan hamil, sanang banaa,
baik suami, baik awak, sanangnyo. Taraso baa tu ha? Diagiah hadiah
terbesarnyo kan?” (N/W2/D4)

Subjek merasa dirinya sangat sehat dari segi kesehatan karena memiliki

nafsu makan yang meningkat dan tetap mampu berjalan dengan cepat. Hingga

setiap orang yang melihat subjek berjalan memandang lucu karena subjek

menggambarkan dirinya yang pendek dan sedang hamil besar sedang berjalan.

“Waktu kehamilan iko ko? Si Ana – Ani ? Ndak ado, yo bana sehat ajo
ibuk hamilan inyo.” (N/W2/D5)

“Waktu hamil Ana – Ani ndak ado do, malah hamil raso susah do, santai
se rasonyo, bahkan a nan dimakan lamak, bajalan capek se ibuk nyo.
Urang nan gali caliak ibuk, paruik gadang kan? Badan ketek, bajalan tu.
Pai karajo bajalan, kami kan pai karajo bajalan se dulu kan? Paruik
gadang, ndak nyangko anak wak duo do di dalam, kironyo duo di dalam.”
(N/W2/D6)

Pada usia kehamilan subjek yang 4 hingga 6 bulan dokter kandungan


39

menyatakan dengan ragu bahwa subjek akan mendapatkan anak yang kembar.

Subjek pun diminta oleh dokter untuk tetap berharap kepada Allah mengenai

kembar atau tidaknya anak yang akan lahir. Selanjutnya dokter pun mengarahkan

subjek untuk menyiapkan segala perlengkapan bayi yang kembar. Akhirnya pada

waktu melahirkan, subjek memang terbukti melahirkan anak yang kembar.

“Pareso, pareso USG..USG ka pak Fahrul waktu tu ampek bulan.


Kemungkinan, kemungkinan anak ibuk kembar, tapi kan baru
kemungkinan baru, soalnyo alun babantuak janinnyo lai, beko anam bulan
baliak lah ibuk kasiko baliak baliak. Kironyo ba cek baliak, kamba duo
mah buk, nampak mah. Nampaknyo dempet duo kan? Kamba anak ibuk,
siap – siap se ibuk nanti, soalnyo kamba ko sadiokan sadenyo duo kecek
dokter kan? Tu siap – siap se ibuk operasi, soalnyo operasi ado urang
baranak kamba ko. Ah iyolah pak. Anam bulan tu alah pasti. Itu kecek
apak tu. Pas ibuk sabalun malahiaan, manunggu sambilan bulan
malahiaan, ibuk kalau secaro medisnyo a, secaro manusianyo anak ibuk
kamba, kecuali kalau Tuhan berkehendak lain ndak kamba anak ibuk jan
kecewa ndak? Ndak pak, awak serahkan se ka nan SATU nyo kan?
Kironyo iyo kamba anak ibuk, ndak maleset dari perkiraan dokter do,
emang iyo, dari dokter iyo.” (N/W2/D7).

Selama proses kehamilan hingga kelahiran, tidak ada keanehan - keanehan

yang dirasakan oleh subjek. Karena bayi yang dilahirkan sehat, memiliki berat

yang cukup dan tidak ada gangguan pada yang mencurigakan. Hal tersebut dapat

dilihat dari hasil wawancara berikut.

“Ndak, mang lahia normal. Maksudnyo normal ndak ado gangguan. Nyo
sehat, cukup barek, ndak..ndak ado gangguan tu nampak do, ndak ado
gangguan yang buek nyo curiga tu do.” (N/W2/D8).

Keanehan mulai tampak bagi subjek sewaktu anak sudah berusia 3 bulan,

subjek bingung dengan pola perkembangan anaknya yang tidak mau menatap

matanya, bermain ciluk ba, serta sudah mampu duduk pada usia 4 bulan tanpa

melewati fase merayap.

“Cuman waktu inyo umua tigo bulan pas agak – agaknyo anak – anak lah
40

pandai main ciluk ba, inyo ndak amuah caliak mato do. A tu pas umua
umua bara tu ha, ampek bulan lah pandai duduak apo, duduak sajo kan?
Duduak tapi ndak mainsuak paruik do. Harusnyo kan fasenyo fase
mainsuak paruik anak tu dulu. Nah ikonyo duduak se.” (N/W1/D2).

Pada usia anak subjek yang ke 8 bulan sudah bisa berjalan tanpa melewati

fase merangkak dan memegang – megang dinding. Saat itu subjek berpikir

memiliki anak yang cerdas dan akan menjadi dokter.

“Ndak ado marangkak do, maelo paruik, langsuang se duduak. Nah tu


umua lapan bulan lah bisa jalan tanpa ado marangkak. Harusnyo kan fase
ko marangkak dulu anak – anak ko, a langsuang bajalan. A tu ibuk tapikia
waktu tu, baa ko yo bisa bajalan umua lapan bulan? Ibuk pikia anak ibuk
hebat, sempat ibuk tapikia yo hebat anak ibuk bisuak mah, jadi dokter
nantik mah. Caliak anak urang saumua inyo manelantang main kereta –
kereta bulek juo baru, sementaro anak wak lah bisa bajalan, ndak ado
pacik – pacik dindiang bajalan do.” (N/W1/D3).

Pada usia anak subjek kisaran usia 1 tahun, mereka belum dapat

mengatakan kata mama dan papa, tetapi sudah dapat mengatakan kata jargon

iklan minyak angin Caplang, asli lo!

“Ndak, fase – fase sataun labiah ko. Kan anak waktu itu alun bisa
mangecek panjang lebar lai. Inyo lah bisa nyabuik, minyak angin
Caplang, asli lo! Padahal manyabuik kato mama jo papa ndak bisa do. Tu
ibuk heran, dikecekan bisu ndak mungkin bisu do kan? Soalnyo kalau bisu
tu ndak mungkin bisa mengucapkan kato – kato do, nyo bisa mengucapkan
minyak angin Caplang, asli lo!” (N/W1/D4).

Selanjutnya yaitu pada usia kedua anak subjek menginjak usia 2 tahun

sudah bisa memasak indomie. Lalu pada usia 3 tahun, kedua anak subjek jika

menginginkan sesuatu barang yang sulit digapai oleh mereka, selalu mengambil

tangan subjek dan diarahkan terhadap objek yang diinginkan tanpa mengeluarkan

sepatah katapun. Keanehan lainnya, kedua anaknya tidak bersosialisasi dengan

teman sebayanya, tidak menyukai permainan ciluk ba, tidak suka bermain pura –

pura seperti tidak menyukai kompor mainan dan telepon mainan dari plastik,
41

menyukai benda – benda bulat seperti roti Regal harus bulat sempurna tanpa

sedikitpun ada yang sumbing, kemudian menyusun benda – benda yang tidak

patut seperti menyusun sepatu dan kursi duduk plastik.

“Tigo tahun tu iyo la, caliak anak – anak saumua inyo, lah bisa apo..lah
bisa galak – galak, lah bisa apo..Inyo ndak ado do, ndak marespon nyo ka
awak ko do (sambil menepuk tangan ke buku). A yang inyo nio, inyo
egang tangan wak, (sambil mempraktikkan dengan memegang penggaris
besi) misalnyo inyo ingin roti diateh lemari, inyo ambiak tangan awak,
inyo nyuokkan ka mari, inyo ingin minum, inyo nyuokkan ka awak. Ndak
pernah inyo mangaluaan kato – kato, mama ingin minum. Sedangkan kato
mama se ndak pandainyo nyabuik do (dengan nada suara yang lebih
tinggi).” (N/W1/D9).

“Haa..itu tu dulu tu, sajak umua tigo tahun ndak apo do, indak ado nyo
bersosialisasi mode anak – anak lain, main ciluk baa lah, main..main apo
lah, main alek – alek ndak suko do, nyo sukonyo benda – benda bulat.
Benda – benda bulat, misalnyo roti..roti.. Regal, harus bulat, ndak buliah
sumbiang. Sumbiang saketek dicampaknyo. A tu suko nyusun benda –
benda yang ndak patut. Misalnyo benda ko kursi, kan ndak untuak mainan
do dek anak – anak biasonyo do. A inyo untuak mainan dek inyo. Tu spatu
ndak mainan, untuak mainan dek nyo disusunnyo sapatu tu berjejer gitu.
Kursi, kursi plastik berjejer berjejer mode ko a (diperagakan dengan
tangan). Tu ibuk heran, inyo ndak suko diagiah mainan icak – icak, misal
telepon – teleponan dari plastik, ndak nyio do. Kompor – kompor dari
plastik ndak nyio inyo do. O..o.. misalnyo anak ketek suko mainan alek –
alek, ndak suko do. Inyo suko main langsung, contohnyo suko masak –
masak tu langsung ka kompor, langsung kuali, langsung api. Duo tahun
lah pandai masak mi rebus. A.. baa di Gaby?” (N/W1/D10).

Semakin bertambah usia kedua anak subjek, bahkan tetap belum bisa

mengatakan kata mama papa dan hanya mengucapkan jargon iklan minyak angin

tadi saja. Akhirnya pada usia kedua anak subjek sudah 4,5 tahun subjek membawa

kedua anaknya ke dokter. Dokter anak mengatakan bahwa kondala anak-anak

subjek hanya keterlambatan bicara yang disebabkan oleh mampu berjalan sebelum

usia 1 tahun.

Tu lama kelamaan lah batambah lo umua nyo, tetap lo siaran iklan yang
tau nyo mengucapkan, ko ndak pandai nyo do, mengucapkan kato – kato
42

mama papa. Tu lah ampek satangah taun lo umuanyo, a ibuk cubo


mananyo ka apo kan, ka dokter anak. Kecek dokter anak ko ndak baa do
buk, anak ibuk capek pandai bajalan, lambek pandai mangecek, kan itu
kecek urang jaman dulu, tapi itulah harapan ibuk. Kironyo indak do, lah
umua bara ibuk baok ka dokter, dari umua duo tahun tu a, anak urang lah
pandai ngecek inyo alun ndak? Sampai umua ampek satangah tahun kan?
(N/W1/D5).

2. Faktor – faktor Penerimaan Diri

Berikut adalah faktor – faktor yang memengaruhi penerimaan diri menurut

V, Castillo, & A (2017) adalah :

a. Family Support (Dukungan Keluarga)

Dukungan keluarga adalah suatu unit terkecil dalam masyarakat yang

berfungsi untuk mengenali dan menanggapi kebutuhan anggotanya, terutama pada

saat-saat sulit seperti dalam menyelesaikan suatu permasalahan, dalam bentuk

nasihat, bimbingan, dukungan sosial dan dukungan fisik. Hal ini bertujuan demi

membantu mengurangi stres dan sebagai faktor pelindung utama dalam kehidupan

seseorang

Subjek menuturkan mengenai dukungan keluarga yang diberikan berupa

kata – kata yang mengingatkan bahwa hal tersebut disebabkan oleh subjek yang

sering meninggalkan anak didalam rumah dan jarang diajak keluar rumah

dikarenakan subjek dan suami bekerja. Tak lupa diberikan pula kata – kata yang

menguatkan subjek, untuk tetap bersyukur memiliki anak autis kembar, yang

masih bisa diajak bepergian dan tidak seperti anak yang lumpuh yang hanya

berdiam didalam rumah.

“A yo dunsanak umumnyo pado apolah ka awak, baa lai tu kadang ado


juo nan manyesali, a tu lah anak basimpan juo dirumah. A tu lah badiam –
diam se nyo dirumah ndak dibaok – baok ka lua. Kadang ado nan
baciloteh gitu dunsanak, tu wajar kan? Bantuak ke khawatirannyo pulo ka
43

awak kan? Tapi buk tarimo ajo.Ado lo nan prihatin, tu baa lai? Syukuri se
lah dek kau tu, nak kau lai bisa dibaok main, anak urang baa tu? Ado nan
ndak bisa manga – manga do. Ado lo nan manghibur mode tu. Ado lo nan
maagiah kato – kato mode ibuk sabuik tadi tu. Tulah anak ko ndak bisa
bakuruang – kuruang di rumah do, harus dibaok kalua.” (N/W3/D30)
Tanggapan subjek mengenai kata – kata yang mengingatkannya tersebut

dijadikan oleh subjek sebagai bahan introspeksi dirinya saja yang memang

meninggalkan anak dirumah bersama kakeknya karena pekerjaan.

“Ndak baa do, biaso dek ibuk nyo. Ndak ado ibuk berang do. Iiyo – iyoan
se nyo, ibuk introspeksi diri lo dulu, mang anak ko jarang kalua, dek awak
ka kantua taruih kan? Nyo jo kakeknyo, kakeknyo lah gaek.” (N/W3/D31)
Subjek juga mengatakan bentuk dukungan lain yang diberikan oleh

keluarganya yaitu dengan memuji subjek yang tetap memiliki badan sehat dan

tetap dapat menikmati hidup bahagia meskipun memiliki anak autis yang kembar.

“Kalau keluarga awak inyo mansupport, mangecek ka ibuk, ibuk hebat,


ndee sanggup kau yo saaak? Mode itu anak bisa maapo nyo, salut aden,
dan kau yo tetap o badan lai sehaat, kalau den nyo ndak talok mode itu
do. Itulah kecek adiak – adiak ibuk marespon ibuk kan? Mancaliak kau
mode itu haa, dan kau ko tetap lo hapo, bahagia lo keceknyo. Salut
keluarga ibuk jo ibuk, aponyo dek inyo maraso ko, kalau inyo sarupo ibuk,
ndak kan sanggup inyo maasuah do.” (N/W2/D39)
Dukungan fisik yang diberikan oleh keluarga yaitu berupa perkataan untuk

tetap semangat menyekolahkan anaknya, beserta tindakan untuk tidak meminta

uang subjek. Keluarga sadar bahwa subjek membutuhkan biaya yang besar untuk

membiayai sekolah anaknya.

“Yo ndak ado do, dukungannyo gitu sajo. Ndak baa do sak, sakolahan lah
nyo taruih, bialah habih pitih yang penting anak awak sakolah, a nan
yang penting itu dek inyo. Inyo tau dek biaya sakolah anak ibuk tu gadang
kan? Ee ndak baa do, kami ngarati lo kau nyo, ndak lo kami apo do. Jadi
ndak berani urang tu minta – minta pitih ibuk do, nyo tau biaya anak ibuk
ko gadang. Jadi ndak berani adiak – adiak ibuk ko minta pitih ka ibuk do.
A itu se bantuak dukungannyo, dek inyo tau ibuk susah, nyo tau biaya
sekolah anak ko gadang, gaji ntah bara waktu dulu tu kan? Ndak amuah
minta – minta pitih do, ndak amuahnyo mambarekan ibuk do. Kalau kini
44

yo lah aman rasonyo kan?” (N/W3/D32)

Segala bentuk dukungan yang diberikan oleh keluarga terasa sangat berarti

bagi subjek. Apalagi saat keluarga memuji kemampuan kedua anak subjek yang

mampu memasak Indomie rebus saat berusia 2 tahun, yang menimbulkan

perasaan bangga dan membuat subjek senang mendengarkan pujian yang

diberikan kepadanya.

“Lai lah, lumayan juo lah. Bentuk dukungannyo bantuak nyo agiah
support jo awak tu la lah gadang dek awak tu, lah berarti dek awak tu
ndak baa do sak,anak urang baa dek sak tu? Tambah parah anak urang,
anak kau lai cadiak mah. Lai pandai mamasak mode itu. Anak urang
sagadang iko umua ndak pandai masak, anak kau duo tahun umua lah
pandai bu buek mie rebus. A disitu mambuek ibuk bangga, diagiahnyo
ibuk kato – kato itu mambuek ibuk sanang ati lo danga kato – kato mode
itu.” (N/W3/D33)

Suami menyatakan bahwa subjek mendapatkan dukungan dari saudaranya

via telepon, dengan alasan domisili yang berjauhan.

“O..o..ndak pernah do, dengan saudara ko ndak nampak jo apak. Soalnyo


saudara ibuk ko kan jauah – jauah, jadi yo urang ko acok manelpon se
nyo.” (M/W2/D10)

Dampak pada psikologis terhadap segala bentuk dukungan yang diberikan

oleh keluarga subjek adalah dengan tidak mengingat segala kekurangan anak dan

hanya mengingat segala kelebihan, serta menganggap anak sempurna dimata

subjek.

“Sanang yo sanang lah hati awak, o..ndak awak kana – kana yang buruak
do. Kana se yang elok – elok, kana se nyo baso anak ko sempurna.
Bahagia awak mah, ndak awak kana yang buruak – buruak do, ndak awak
kana yang ndak mungkin ndak mungkin tu do, anggap se inyo sempurna,
tu se di awak, hahaha (suara subjek lebih tinggi)”(N/W3/D34)

Suami pun mengonfirmasi bahwa subjek memang menjadi lebih tenang

setelah bercerita kepada saudaranya mengenai kekecewaan pada guru yang belum
45

memahami kondisi anaknya.

“Jadi biaso se lai, awalnyo berang atau kecewa jo guru nan alun paham
inyo, tu ibuk tu tanang se satelah tu lai.” (M/W2/D9)

b. Achievements (Prestasi)

Prestasi adalah sesuatu yang telah dicapai terutama oleh kerja keras,

kemampuan, atau sikap kepahlawanan yang dicirikan dengan mampu

mengaktualisasikan suatu tujuan hidup yang terlepas dari tuntutan orang lain, dan

unggul diatas suatu standar sosial yang telah ditetapkan. Meskipun prestasi dapat

diukur dari tinggi atau rendahnya penguasaan dan daya saing, namun keinginan

untuk berprestasi dapat tercermin terhadap diri mereka sendiri.

Subjek bercerita pernah mendapatkan pujian dari orangtua anak didik dari

TK A ketika menjemput anak sewaktu masih TK. Pujian berupa tetap dapat

mengenakan sepatu tinggi dan menjaga penampilan dengan tetap menjaga

penampilan dengan dandanan, sambil mengejar kedua anaknya yang berlarian

keluar dari kelas di TK A.

“Katiko ibuk manunggui anak ndak, kecek urang baa batunggui bana
anak buk? Nyo jampuik anaknyo pulo ko, tu kecek ibuk anak ambo autis.
Masa anak ibuk autis? Pas nampak dek nyo Ana kalua kelas lari ka kian,
Ani lari kamari, langsuang keceknyo, o iyo ma buk, ndak sangko ambo do
buk, hebat ibuk ma. Ibuk ko tetap penampilannyo, sepatunyo tinggi lo.
Sapatu tinggi takaja lo nyo dek anak, itu mungkin ka dikecekannyo, tu lah
penilaian urang ka ibuk. Satelah nyo caliak anak ibuk lari ka kian kamari
takajuik urang. Banyak urang tu nan kecekan salut, kadang ibuk malu
dikecekan urang salut. Padahal ibuk biaso – biaso se nyo kan? Ndeh salut
awak jo ibuk tu yo? Anaknyo duo bantuak itu a, tapi nyo masih mampu ,
masih juo nyo bagaya. Ibuk sapatu buk ndak ado randah - randah dari
dulu do Gaby, sapatu tinggi taruih, kini ko lah mulai sakik kaki ibuk pkai
sapatu tinggi kan? Jadi urang takajuik mancaliak, bisa e. A mode itu dulu
Gaby, waktu inyo masih ketek – ketek dulu e, masih lari ka kian kamari ko
a, hehehe.” (N/W3/D45)

Subjek juga bercerita bahwa dirinya tidak pernah merasa rendah diri
46

dibandingkan dengan anak orang lain, malah subjek sering diminta menjadi

pembicara di sekolah anaknya mengenai pengalaman selama membesarkan anak.

Terakhir kali waktu subjek berpidato dihadapan para guru dan wali murid di SMA

Ani, subjek mendapatkan pujian sebagai ibu istimewa yang memiliki tingkat

kesabaran yang tinggi dalam membasarkan anak.

“Ndak ado ibuk nan mambuek randah diri bana dibanding urang,
alhamdulillah lai indak. Hmm dek di tolong Tuhan awak mungkin, dek
awak dibutuhkan dek anak baduo ko kan? Alhamdulillah lai indak. Malah
ibuk acok dimintak urang jadi apo mah, jadi pembicara, acok diminta
urang. Nampak dek urang tu ibuk tu tegar kan? Acok tu. SMA 2 kan ibuk
tu acok jadi pembicara tentang anak – anak ko.” (N/W3/D65)

“Kadang guru – guru SMA tu ngecek jo ibuk tu pas salasai pidato tu, nde
ibuk ko yo bana lah yo, ibuk istimewa. Banyak lah kecek urang tu, muji
ibuk mode tu. Tapi ibuk ndak maraso do maapo ibuk do, mancaliak urang
tu gitu, ibuk Aamiinin sajo. Banyak guru – guru tu, tu wali murid nan apo
nan a istilahnyo, yang yang apo lah, tingkat kesabaran tinggi. Cukuiklah
di guru tu mamuji ibuk.” (N/W3/D66)

Dalam pekerjaan pun subjek mengatakan tidak pernah ditegur oleh

atasannya. Subjek menjelaskan bahwa dirinya selalu bersemangat dalam

menyelesaikan setiap pekerjaan, sehingga setiap pekerjaan yang diberikan dapat

selalu diselesaikan tanpa melalaikan. Lalu subjek menceritakan dirinya mampu

memprioritaskan anak dan pekerjaan menjadi yang utama.

“Ibuk ko kalau karajo semangaik se taruih, ndak ado ibuk ko sifatnyo apo
do Gaby, ibuk ko jo Pak M (suami subjek) samo tu tipenyo, ndak ado
karajo ko jadi pikiran do, meskipun anak bitu e? Dari dulu karajo ko
apopun salasai mode tu, ndak pernah tabangkalai karajo ko do. Anak ko
nomor satu, karajo ko nomor satu, buk gabuangan se. Pandai – pandai se
ibuk mambagi, ndak pernah ibuk tu o karano anak karajo ndak salasai,
belum pernah lai, belum pernah atasan tu mamberangan ibuk soal karajo.
Soalnyo karajo ibuk InsyaAllah salasai taruih, capai target karajo taruih,
ndak pernah talaik minutasi, pakaro capek salasai, bisuak sidang berita
acara lah salasai, karano ibuk tu urangnyo apo istilahnyo ndak amuah
malalai – malalaikan tu do, kalau karajo, karajo.” (N/W3/D39)
47

Pernyataan subjek juga didukung oleh Kasub Perdata yang merupakan

atasan langsung subjek yang menilai subjek adalah orang yang pintar, teliti, ceria

dan semangat dalam bekerja. Subjek pintar karena cepat menyelesaikan setiap

pekerjaanya dengan segera melaksanakannya. Hal ini terbukti pada transkrip

wawancara berikut :

“Ya orangnya pintar, o..o..juga teliti, baguslah orangnya, ceria. Pokoknya


orangnya dalam bekerja, semangat lah.” (D/W1/D1)

“Ya kalau pekerjaan, umumnya jarang gak anu lah. Maksudnya..o


..umumnya yang eng..cepat selesai.” (D/W1/D2)

“Maksudnya dalam arti kata, ya dalam arti kata, apa yang diperintahkan,
dari atasan kan, selalu dia ee..cepat dilaksanakan lah, cepat dikerjakan.
Gitulah.” (D/W1/D3)

c. Inspiration (Inspirasi)

Inspirasi adalah suatu media yang mengarahkan seseorang untuk membuat

pilihan hidup menjadi lebih produktif demi mewujudkan diri menjadi lebih baik

daripada biasanya, hingga memiliki motivasi hidup untuk meraih suatu prestasi

diri. Tidak lupa pula untuk tetap bersemangat meskipun memiliki keterbatasan

dan kemungkinan akan kegagalan.

Subjek mengatakan terinspirasi dari siaran TV Kick Andy dan majalah

yang menceritakan mengenai anak autis yang sukses, misalnya seperti anak autis

yang mampu bermain musik. Karena setelah itu timbul perasaan subjek yang

berharap agar anaknya bisa sukses seperti dari media yang diikuti oleh subjek.

Lalu subjek juga terinspirasi dari orangtua anak autis yang lain yang saling

bercerita, sehingga dapat membantu subjek untuk menyelesaikan suatu

permasalahan yang dihadapi mengenai anak.


48

“Ooh, yo satelah awak caliak kadang – kadang di TV ndak? Kadang –


kadang ibuk baco – baco majalah, ado anak – anaknyo autis jadi ibuk
tertarik ibuk taruih tu, nde ado yo kemungkinan anak ko barubah yo? Yo
moga se si Ana Ani mode itu lo lah. Terpacu a tu, semangat awak tu
satelah mancaliak anak urang lain, a anak urang tu autis a, mudah –
mudahan anak – anak ko mode itu lo a. Dicaliak lo di Kick Andy beko,
anak autis ko pandai main..main apo alat musik, nak tibo lo keinginan,
mudah – mudahan si Ani bisa lo.” (N/W3/D41).

“Jadi dari urang ka urang, dari majalah, dari TV, dari lingkungan awak
yang punyo anak autis, nyo kan kadang batamu masalahnyo tu.”
(N/W3/D43).

Pernyataan subjek tersebut didukung oleh suami subjek yang mengatakan

memang benar kalau subjek mendapatkan inspirasi semangat dari orangtua anak

autis lain, TV tentang anak autis yang sukses dan majalah. Kemudian timbullah

keinginan subjek untuk mencoba pula.

“Selain dari urang, yo dari TV tentang anak Autis sukses lah, a tu a lai?
Ee.. majalah ko ha.” (M/W2/D11)

Yo keceknyo pengen nyubo lah.” (M/W2/D12)

d. Time (Waktu)

Waktu adalah suatu rangkaian proses yang tidak mungkin diabaikan

individu jalani dalam momen kehidupan sehari – hari mulai terhitung sejak proses

kelahiran hingga kematian individu. Oleh karena itu, setiap waktu yang dijalani

dengan baik akan menghasilkan suatu pengalaman positif tersendiri bagi individu.

Sehingga waktu mampu berperan sebagai penyembuh yang hebat terhadap

kesedihan, syok dan perasaan terluka.

Subjek menceritakan bahwa sudah dapat memercayai hasil diagnosa autis

dari terapis, membutuhkan waktu lebih kurang 3 bulan. Hal – hal yang membuat

subjek percaya setelah membandingkan dengan anak orang lain yang diterapi
49

ditempat yang sama dengan anaknya. Setelah subjek percaya, mulailah subjek dan

suami pun juga ikut menerapi anak dirumah.

Di terapi oh yo samo mah, dari situ baru ibuk lah picayo lai. Lah mulai
terapi, lah mulai anak – anak lain masuak dengan ciri – ciri yang samo
kan?” (N/W3/D11).
“Hmm..m..diawal – awal tu, ndak, ndak sampai sataun do. Diawal – awal
sajo nyo, lah mulai ibuk manterapinyo sakian kali, satiok lah tigo bulanan
lah, lah mulai o..iyo mah iyo.. Ruponyo nan disabuik terapis waktu
mandiagnosa dulu batamu sadenyo kan? Disitu ibuk, mudah –
mudahannyo barubah nyo lah, berharap ibuk kini barubahnyo, ndak ado
nan indak di dunia ko, ndak ado nan ndak mungkin, itu se harapan
ibuknyo. Kalau Allah berkehendak, mungkin sajonyo. Itu ibuk berharap
harapan ibuk nyo, uhuuk (subjek batuk)” (N/W3/D18).
Hal lainnya yang membuat subjek percaya dengan diagnosa terapis

tersebut adalah, ketika membandingkan anak orang lain tetap dapat berbicara dan

bersosialisasi meskipun juga sering ditinggal bekerja oleh orangtuanya dirumah.

Patamo ibuk tepis juo ko mah, raso ketakutan tu ado tapi ibuk tepiskan,
ibuk tepis se, ndak ka ado se ko do. A kironyo banyak lo anak urang nan
takuruang ndak ado autis do. Baa dek anak awak autis? tibo pikiran itu.
Tapi satelah dicaliak dek anak urang kan? Anak urang takuruang tapi
pandai ngecek, anak awak takuruang tapi ndak pandai ngecek, o..baa
ndak pandai sosialisasi? O iko nan disabuik Autis tu ndak? Baru ibuk
sadar kan? (N/W3/D10).
Pernyataan subjek didukung oleh bapak M yang menyatakan bahwa

memang benar, membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk membuat subjek

percaya dengan hasil diagnosa autis dari terapis.

“Setelah pihak terapis dari Padang tu datang, tu anak – anak diterapilah.


Kira – kria tiga bulanan lah, langsung ibuk tu akhirnya sudah percaya.”
(D/W2/D3).
Subjek juga menceritakan bahwa pernah kecewa dengan pihak SD P,

karena selama 5 tahun anaknya bersekolah tidak ada perkembangan yang berarti.

Kemudian subjek mengobati kekecewaannya dengan cara menganggap SD P


50

sebagai ajang bagi anaknya untuk mengenal lingkungan sekolah umum seperti

mengenal guru, kepala sekolah dan senam.

“Iyo, kecewa..kecewa awak, baa ndak kecewa awak kan? Limo tahun
waktu anak awak berlalu habis, umuanyo batambah tapi hasilnyo indak
ado do, kecewa ibuk tapi baa lai. Kecewa ibuk ko baubek sajo, bialah
untuak ka ganti a dek inyo, gantinyo mancari lingkungan lain, mancubo
lingkungan, suasana lain selain ditampek terapis. Bialah, tabuang wakatu
limo tahun tapi nyo lah pernah mangenal – ngenal urang lain, a itu dek
ibuk, ndak kawan – kawan samo tampek terapi se nan dikenal”
(N/W3/D22)
Lalu subjek kembali mengobati kekecewaannya dengan berpikir bahwa

memang bukan disiplin ilmu dari guru SD P untuk mendidik anak autis. Subjek

pun berpikir bahwa SD P pun adalah sekolah swasta umum yang memiliki banyak

murid anak – anak nakal. Jadi subjek membutuhkan waktu 1 bulan untuk

memulihkan perasaan kekecewaan terhadap pihak sekolah SD P.

“Kudian setelah sabulan kalua dari SD P tu, wak kaji lo baliak kan? O
ndak bisa wak salahan urang do, urang ndak, ndak ado ilmunyo dibidang
itu kan? Tapi awak yang salah, manga masuakkan anak awak ka situ?
Ndak bidangnyo do, apolai TK P tu anak – anak nakal kan?”
(N/W3/D26).
Pernyataan subjek diatas didukung oleh suami subjek yang menyatakan

ketika subjek merasakan kekecewaan kepada pihak sekolah P, suami subjek

menyarankan untuk kembali memasukkan anak mereka sekolah terapi, kemudian

subjek mengikuti saran suami.

“Yo ibuk tu kecewa, keceknyo minyak abih samba ndak lamak lah. Pitih
lah baagiah labiah tapi indak juo. Tu baa lai cek apak yo? A padiahan se
lah, baliak se tampek terapi nyo baliak.” (M/W2/D7).
Memang ternyata sesuai pernyataan subjek dengan suami yang

menyatakan bahwa dibutuhkan waktu lebih kurang 1 bulan setelah ditempat

terapis, kedua anak subjek sudah berkembang menjadi lebih baik yang berdampak
51

pada perasaan kekecewaan subjek yang dapat lebih tenang.

“Bara lamo yo? Ndak lamo na do Gaby, dek ibuk langsuang masuakan ka
terapi tu kan? Tu anak – anak lah berkembang, a ndak bituna ibuk lai.
Mungkin sabulan atau labiah saketek lah e kiro – kiro bi.” (M/W2/D7).
e. Hope (Harapan)

Harapan adalah suatu sikap kognitif, emosi, dan konasi bahkan suatu

proses yang berguna sebagai visualisasi hambatan, serta membantu untuk

menguatkan tekad yang mendorong individu untuk meraih suatu tujuan yang

diinginkan. Dalam hal ini harapan memainkan peran penting dalam pengalaman

yang menyedihkan bagi seseorang.

Harapan subjek yang pertama adalah kepada Allah agar dipanjangkan

usianya hingga kedua anak subjek sudah mampu mandiri dengan kebutuhan

hidupnya sendiri. Sehingga subjek terus berdo’a dan belajar menanamkan

keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan memberikan ujian diatas

kemampuan umatnya.

“Nanti ya Allah ya Tuhan, panjang lah umua wak sampai inyo dewasa,
sampai nyo tau jo diri sampai nyo bisa mampu jadi diri sendiri. A tulah
do’a ibuk taruih.” (N/W3/D5)
“Tapi yo ibuk pacayo tu mah, Allah tu ndak akan maagiah cobaan diluar
kemampuan umatnyo. Kini tu lah harapan ibuk, kalau ibuk emang ndak
ado lai, inyo lah dalam keadaan kuat, atau ado urang nan sayang dan
merawat inyo.” (N/W1/D56)
Harapan subjek kedua yaitu agar kedua anaknya pada masa depan saat

subjek dan suami telah meninggal, sudah mampu ke pasar sendiri, mengerti cara

membeli makanan dan membeli kebutuhan sehari – hari.

“Harapan tantu ado harapan, masa indak ado? Kadang – kadang ibuk
mamikia ndak, nde baa lah inyo nantik a?Baa nyo katiko ibuk ndak ado?
Ado perasaan tu nantik a, pikiran tu acok tibo dek ibuk, seandainyo wak
ndak ado, baa anak – anak ko nantik a?Jo sia lah inyo nantik a?Sia nan
52

ka maajaknyo makan – makan lamak, sia nan ka mambalian inyo? Inyo


mamasaknyo bisa, tapi sia nan ka pasa nyo beko nan mambali – balian?
Tapikia ibuk, apalagi harapan ibuk ciek se nyo, bisanyo mangarati baa
nyo caro ka pasa? Baa caro mambali makanan? Baa nyo caro mambali
kebutuhan sehari – hari? Tulah hebat dek ibuk daripado dapek Insyunyur
dek ibuk, a tu a. Anak autis ko parubahannyo tau nyo jo diri, itu se
parubahannyo.” (N/W2/D48)
Harapan lainnya yaitu subjek berharap agar kedua anaknya dapat dewasa,

mandiri, dapat membedakan hal - hal yang baik atau yang membahayakan. Lalu

harapan subjek yang ketiga yaitu berharap agar nantinya ada orang yang dapat

melindungi dan mengawasi kedua anaknya. Minimal orang tersebut dapat

membantu anak subjek untuk melengkapi kebutuhan harian, membayarkan uang

listrik dan PDAM.

“Raso campua aduak, banyak, raso dunia ko ka kiamaik, adonyo nantik


kejadian setelah wak ndak ado, baa inyo nantik. Soalnya ndak tapikia dek
ibuk a nan tajadi nantik barumah tangga, ndak tapikia dek ibuk nantik tu
do. Ibuk nan dipikiaan kini, baa inyo dewasa, bisa mandiri, bisa tau a
yang bahayo a yang indak. Kini ibu bapikia moga tibo se la bisuak ko
keajaiban lai kan? Keajaiban kok bitu beko tibo se urang yang apo ka
inyo, atau baa? Atau inyo yang bisa barubah, atau gitu? Atau urang nan
sayang ka inyo kan? Bisa malindunginyo, itu tapikia dek ibuk tu mah. Inyo
yo emang pandai, pandai mamasak, pandai mancuci, pandai baa
misalnyo, tentang barasiahan dalam rumah tangga ko nyo lai bisa. Tapi
sia yang ka mangadakan untuak di rumah ko? Gas abis sia nan ka
mambali? Kalau listrik mati, sia nan ka mambayia? Aia mati, sia nan ka
mambayia? Kan iyo dek Gaby tu kan?” (N/W1/D39)
Harapan subjek yang keempat yaitu kepada pemerintah agar menyediakan

panti khusus untuk anak autis. Minimal pihak panti tersebut nantinya dapat

mengawasi dan menyediakan segala kebutuhan hidup anaknya.

“Cuma untuak apo ko ha, sahinggo ibuk o.. samo – samo urangtua wali
murid nak a, pernah bapikia mode ko a, waktu hari anak autis patang,
samo – samo urangtua sempat mikia giko a, ndeh mudah – mudahan
pemerintah adolah, adolah apo pemerintah, apo tu upaya pemerintah
untuak mambuekkan panti anak – anak autis ko. Sebaik untuak panti
jompo lah ado, untuak panti anak cacat lah ado, panti anak autis
tujuannyo untuak mengawasi sajo, ndak paralu untuak manolongannyo
53

yang lain do, nyo yang penting diawasi dan diadokan kebutuhannyo. A itu
kan pikiran ibuk..oo..pesimis wak namonyo tu nak? Manyangko nyo
takkan bisa, tapi tu perasaan pesimis wak kan? Tapi nyo mudah –
mudahan dek mode tu nantik. Sampai itu pikiran kami mah, dan ado
pemerintah pikiran untuak itu.” (N/W1/D40)
3. Proses Penerimaan Diri Ibu Sebagai Orangtua

Berikut proses penerimaan diri yang dilakukan oleh orangtua anak

berkebutuhan khusus yang didaptasi oleh Mangunsong dari proses penerimaan

diri Kubler Ross (Mangunsong, 2016), yaitu:

a. Denial (Penolakan)

Penolakan adalah suatu bentuk penyangkalan setelah mendapatkan suatu

berita menyedihkan secara tak terduga, sehingga menyebabkan seseorang perlu

waktu yang lebih lama untuk memulihkan fisik atau psikologisnya sendiri, untuk

membuat pertahanan diri. (Kubler Ross, 2009). Penyangkalan dalam hal ini

muncul secara tidak sadar, dalam upaya menghindari kecemasan yang berlebihan.

Dalam tahap ini, orangtua anak ABK mencurahkan isi perasaannya seperti

bingung, kaku, tidak teratur, dan tidak berdaya; bahkan tidak sanggup lagi

mendengarkan kondisi anaknya (Kubler Ross dalam Mangunsong, 2016)

Gambaran penolakan subjek tergambar ketika pertama kali mengetahui

hasil diagnosa terapis yang menyatakan gangguan autisme terhadap anak, subjek

merasakan berbagai ketakutan – ketakutan. Disebabkan karena subjek

mendapatkan info bahwa gangguan autisme merupakan gangguan yang sangat

kompleks dan ketakutan ketika membayangkan anaknya hidup tanpa subjek dan

suami nanti.

“Raso..raso istilahnyo raso..maraso baa itu ketakutan ado, ketakutan dek


danga-danga carito tu kan? Autis ko raso kelainan yang sangat kompleks
54

kalau nan ibuk danga kan? Jadi ibuk maraso ketakutan, tapikia dek ibuk,
ndeeh baa lah nanti? Baa nyo lah gadang nanti? Sia nan ka
mangasuahnyo katiko wak ndak ado?” (N/W3/D1).

Subjek menyangkal hasil diagnosa tersebut dan berharap bahwa anaknya

hanya mengalami keterlambatan bicara. Hal ini karena subjek merasa bahwa

gangguan autis tersebut sangat berat, yang dapat menyebabkan penderitanya

mengalami gangguan dalam komunikasi dan lingkungan.

“Iyo, tantu awak berharap kan? O ndak mungkin ko do anak awak do,
talaik mangecek se nyo mungkin nyo, itu se pergolakan batin kecek ibuk
nyo. Karano ibuk yakin inyo ndak mode tu do, sabaik kalau mandanga
autis tu rasonyo, gawat bana rasonyo. Rasonyo o.. apo yang kompleks
bana o..kakurangannyo, paliang kompleks bana autis ko rasonyo. Sabaik,
gagal komunikasi, gagal di lingkungan, sadonyo, jadi rasonyo barek
bana” (N/W3/D12).

Subjek kemudian juga melakukan penyangkalan lainnya terhadap hasil

diagnosa terapis tersebut. Bentuk penyangkalan tersebut berupa

merasionalisasikan kedua anaknya tidak dapat berbicara dan bersosialisasi karena,

sering tinggal didalam rumah bersama kakek mereka ketika subjek dan suami

bekerja. Ditambah pula kakek juga tidak mengerti bermain ciluk ba. Jadi bagi

subjek, kedua anaknya tidak mengidap autis seperti hasil diagnosa terapis.

“A..pernah ibuk bitu dulu nak? Aa ndak mungkin anak awak mode iko do,
mungkinnyo dek acok apo se nyo, dek acok basimpan – simpan di rumah,
jadinyo jadi..ndak pandai bakomunikasi, a itu pikiran ibuk dulu.”
(N/W3/D9).
“Mang anak ko jarang kalua, dek awak ka kantua taruih kan? Nyo jo
kakeknyo, kakeknyo lah gaek. A nan ka tantu dek kakeknyo main Ciluk
ba!” (N/W3/D34).

Bentuk penyangkalan lainnya yang subjek lakukan adalah dengan mencari

perbandingan dengan dokter anak. Hingga akhirnya dokter anak menjelaskan

kendala terhadap kedua anaknya hanya mengalami keterlambatan berbicara


55

karena mampu berjalan pada waktu yang lebih cepat. Hasil pernyataan dokter

anak tersebut membuat subjek terlena.

“A..e.. raso itu o..ado juo ibuk ka dokter anak , ibuk baok taruih ko, baa
nan subana apo ko pak? Kalau dokter anak waktu tu yo ndak ngarati
juo..o..Gaby. Malah dokter ngecek, ndak baa do, anak nan capek pandai
bajalan, capek manungkuik sadonyo tu pandai ngecek, itu kecek dokter.
Jadi taubek hati ibuk ko saolah – olah batua kecek dokter tu, sahinggo
ibuk terlena kan? Terlena, itu se kecek dokter ndak baa do. Tanyato sia –
sia se nan dikecekan dokter tu kan?” (N/W3/D15).
Hal yang membuat subjek percaya dengan diagnosa terapis tersebut,

setelah selama ini melakukan penyangkalan – penyangkalan adalah, ketika

membandingkan anak orang lain tetap dapat berbicara dan bersosialisasi meskipun

juga sering ditinggal bekerja oleh orangtuanya dirumah.

Patamo ibuk tepis juo ko mah, raso ketakutan tu ado tapi ibuk tepiskan,
ibuk tepis se, ndak ka ado se ko do. A kironyo banyak lo anak urang nan
takuruang ndak ado autis do. Baa dek anak awak autis? tibo pikiran itu.
Tapi satelah dicaliak dek anak urang kan? Anak urang takuruang tapi
pandai ngecek, anak awak takuruang tapi ndak pandai ngecek, o..baa
ndak pandai sosialisasi? O iko nan disabuik Autis tu ndak? Baru ibuk
sadar kan? (N/W3/D10).
Bentuk perbandingan lainnya yang menguatkan subjek adalah, ketika

membandingkan kondisi anak subjek dengan orang lain yang baru masuk dilokasi

terapi memiliki ciri – ciri yang sama dengan anaknya.

Di terapi oh yo samo mah, dari situ baru ibuk lah picayo lai. Lah mulai
terapi, lah mulai anak – anak lain masuak dengan ciri – ciri yang samo
kan?” (N/W3/D11).
Perasaan subjek setelah mengetahui makna kelainan autis yang menimpa

kedua anaknya yaitu subjek merasa bahwa fakta tersebut adalah kiamat dunia.

Karena autis merupakan kelainan yang kompleks dan akan menetap seumur

hidup. Hal tersebut dilihat dari hasil wawancara berikut :

“A jadi o baa tu, istilahnyo kiamat dunia lah bagi ibuk jo urangtua yang
56

mempunyai anak autis. Sebab anak autis ko kompleks sudah kelainannyo,


yang istilahnyo akan menetap sampai inyo umua apopun, sampai inyo
menjabat apopun, sifat autistiknyo tu akan nampak terlihat juo, walaupun
nyo berubah tapi autistiknyo ndak akan barubah sekali – sekali menyukai
lampu merah, nyo tagak se di jalan tu, ndak peduli nyo urang akan lewat
do ko e.” (N/W1/D11).
Perasaan lain yang subjek rasakan setelah mengakui diagnosa terapis

tersebut adalah kecewa dan menangis karena tidak bisa mengajak kedua anaknya

bermain diluar rumah tanpa pengawasan layaknya anak orang lain.

“Kecewa baa ndak kecewa, kadang – kadang manangih se awak kan?


Sadiah, manangih, tabik tangih kan? Kadang anak – anak lah saumua
sagadang inyo lah bae bisa pai main – main, anak awak pai babaok, ka
ma pai bairiangan. Anak urang surang se pai main, anak awak indak”
(N/W3/D17).
Hingga saat ini subjek menuturkan bahwa dirinya merasakan ketakutan

yang paling besar adalah ketika membayangkan cara agar anaknya dapat hidup

mandiri tanpa suami dan subjek jika telah meninggal. Meskipun anaknya sudah

mampu memasak makanan sendiri, namun subjek mencemaskan bagaimana

anaknya dapat mampu secara perekonomian dan mengelola kebutuhan hidupnya

sendiri kelak. Subjek menangis ketika sedang membayangkan hal ini.

“Ndak, ndak pernah ado ketakutan lain do! Ketakutan yang paliang ibuk
camehkan waktu itu yo bilo nyo lah gadang nantik, katiko awak indak ado,
katiko awak ndak ado di dunia ko, a itu se nan ibuk pikian dari dulu.
Soalnyo dalam bayangan ibuk dulu nyo ndak bisa maiduikkan dirinyo dari
pancarian, dan bayangan ibuk dulu o wak ndak tau nan tajadi nanti nak?
Baa lah inyo iduik nantik? Baa nyo caro balanjo? Latakkanlah nyo pandai
masak, pandai tapi nan kadibali tu, baa caronyo? Itu nan paliang acok
jadi pikiran ibuk. Sahinggo kalau ibuk takana itu nangih.” (N/W3/D3).

Bentuk ketakutan yang subjek tunjukkan dengan cara bermenung saat

sendiri dan ketika anaknya tertidur. Akan tetapi rasa takut tersebut dapat subjek

hilangkan ketika sedang bekerja di kantor karena sedang memikirkan pekerjaan

yang banyak.
57

“Raso takuik tu ndak ado ibuk tunjuakkan do, tapi ibuk acok tamanuang
pas katiko sorang, katiko pas anak ko lalok, tu tibo perasaan itu. Tu kalau
lah di kantua lah ilang lo wak kan? Lah..la..banyak yang lain nan
dikarajoan, lah lupo sorang.” (N/W3/D4).

b. Anger (Marah)

Marah adalah suatu emosi paling berbahaya yang bertujuan untuk melukai

seseorang yang telah menyakiti fisik/perasaan kita, yang dibalas dengan suatu

isyarat, kata – kata, teriakan atau tindakan fisik untuk melukai orang tersebut

(Ekman, 2003). Pada orangtua anak ABK dalam hal ini, ketika menyadari bahwa

anak mereka tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan, kemungkinan akan

memunculkan perasaan marah dalam diri mereka. Perasaan yang berlebihan dapat

berubah menjadi kemarahan, oleh karena itu biasanya orangtua akan menyalahkan

diri sendiri. Selain itu, kemarahan juga ditujukan pada Tuhan atau pasangannya

ataupun karena tidak adanya bantuan, baik dari masyarakat maupun professional

(Kubler Ross dalam Mangunsong, 2016).

Subjek menceritakan bahwa pernah marah dengan bentuk menyalahkan

diri sendiri, ketika mengeluarkan anaknya dari sekolah terapi dan mendaftarkan ke

SD P, dengan harapan agar anaknya dapat bersosialisasi dengan baik bersama

anak normal di sekolah umum. Sayangnya malah anak subjek selama di SD P

sering dihina, dibully dan diganggu. Bahkan guru-guru di sekolah tetap

membiarkan anak subjek berlarian dan bermain didalam kelas saat proses belajar

mengajar berlangsung. Keadaan tersebut membuat subjek menyesal karena

memikirkan perkembangan anak akan jauh lebih baik jika masih disekolahkan di

sekolah terapi, dan tidak akan terjadi perkembangan yang stagnan akibat dari

lingkungan dari SD P.
58

“Tu ha pernah disuruah baranti, tu mangkonyo talaik. Kalau nyo dulu


lanjut terapi sampainyo mantap bana ha, mungkin nyo hebat kini. Baranti
a dek Gaby? Karano Nisak nyio nyo bagabuang jo urang banyak,
masuaklah ka sakolah umum. Sabananyo alun patut lai, nyo harus tuntas
terapi dulu baru bisa masuak sakolah umum. Ibuk marasonyo lah hebat,
atau lah bisa manuruik ibuk mambaco, mangecek, pinginlah masuaknyo
ka sakolah umum, bia bagaua jo anak – anak biaso, bitu maksud ibuk,
ibuk ndak nyangko itu yang akan mambueknyo rusak do. Ruponyo
pergaulan umum ko macam – macam kan? Ndak dipaduliannyo anak
awak, dek anak awak dak pandai bergaul kan? Kadang jadi olok – olok,
diejek – ejek, digaduah – gaduah, jadi itu nan marusak inyo, ndak
berkembang inyo do. Jo terapisnyo inyo pecut taruih, Ani ini, menulis ini!
Baca ini! Samantaro dirumah sakolahnyo dibiaan se taruih dibiaan se dek
gurunyo manggarayang kan? Manggarayang se taruih, bak ati dek guru
se maaja kan? Nah disitu lah kanai dek ibuk, manyasa sabananyo mah
masuakkan inyo ka P tu mah, ibuk ingin nyo sabananyo bia bagabuang jo
anak – anak lain nan banyak.” (N/W2/D27)

Selanjutnya subjek menceritakan pula bahwa dulu pernah marah terhadap

orang yang tak dikenalnya di suatu Mall. Orang tersebut menanyakan kondisi

kedua anaknya dengan sinis. Hingga membuat subjek mengancam orang tersebut

untuk tidak perlu mempertanyakan kepadanya mengenai gangguan autisme

tersebut. Disebabkan hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lama untuk

membuat orang tersebut memahaminya dan dapat memancing amarah subjek saat

itu.

“Di Mall ado lo mode itu ibuk, dicaliak lo dek urang bana – bana kan? E
baa nyo ko buk? Ndak paralu ditarangan nyo mode tu do, saminggu ndak
cukuik, ibuk yo mode itu sajo, tegas – tegas se crito ka urang tu. Banyak –
banyak carito ka urang, naiak darah ibuk, labiah baiak ibu carito mode itu
se. Saminggu ndak cukuik manarangan do!” (N/W3/D60)

c. Depression (Depresi)

Depresi adalah suatu bentuk emosi negatif reaktif yang kuat seperti

kesedihan, ketakutan dan kehilangan, yang diakibatkan oleh pengalaman buruk

masa lalu, atau ketika memikirkan masa depan dengan pesimis (Ross, 2009) Pada
59

orangtua anak ABK, bentuk depresi mereka ketika menyadari bahwa kemarahan

mereka tidak dapat mengubah kondisi anak yang akhirnya berdampak pada

depresi. Bagi sebagian orangtua, depresi merupakan kondisi yang sifatnya

sementara. Periode ini terbatas dengan waktu dan keseriusan tingkat depresi

seseorang tergantung pada bagaimana keluarga menginterpretasikan suatu

peristiwa dan kemampuan mereka dalam mengatasi masalah tersebut (Kubler

Ross dalam Mangunsong, 2016).

Subjek pernah merasa putus asa dan bertanya – tanya mengenai

kesembuhan dan takdir Tuhan mengenai anaknya yang mengalami gangguan

autis, sehingga sempat menimbulkan beban pikirannya setiap hari. Kemudian

setelah anak subjek mendapatkan terapi dan bersekolah di sekolah umum,

akhirnya subjek dapat lebih lega karena anak telah dapat berkomunikasi.

“Ondeh yo Tuhan, baa ko yo Tuhan? Apo ndak bisa sembuh ko? Apo ka
mode iko anak wak salamonyo? Nan jadi pikiran tiok hari, tiok hari. Tiok
hari jadi apo dek ibuk, pikiran. Setelah diterapi lah mulai sakolah –
sakolah umum, lai lah taubek hati ibuk ko, lah mulai nyo komunikasi, lah
mulai nyo ngecek – ngecek jo urang, tanyo – tanyo urang, dulu kan nyo
ndak paduli jo urang do.”(N/W3/D13)

Subjek juga pernah berputus asa bahwa merasa takkan mampu bepergian

bersama anak tanpa suaminya.

“Dulu Gaby, ndak tapikia do dek ibuk baok anak ko sorang do Gaby, ibuk
sorang anak duo, ndak tapikia do Gaby, ndak tapikia dek ibuk caronyo do.
Seiring bajalannyo waktu kini, lah acok se ibuk mambaok anak sorang, lah
ndak pai jo apanyo lai do, dulu pai apanyo.”(N/W3/D50)

Tanpa pernah subjek bayangkan, akhirnya subjek sudah dapat bepergian

dengan anak tanpa suami sejak kedua anak subjek SMP kelas 1 hingga saat ini

(kelas 2 SMA).
60

“Tu lah bi ndak buliah wak putus asa do kan? Dulu ibuk merasa “ndeh
bilo baok anak mode urang pai batigo-tigo raun – raun, yo bana ati ibuk
ko, caliak urang bajalan pai batigo baranam, barampek baranak. Awak
antah bilo bisa maajak anak mode tu tanpa pengawal. Akhirnyo kejadian tu
dapek (sambil mukul meja) kini bisa ibuk baok anak.” (N/W2/D34)

“Sajak lah SMP nyo..SMP lah, SMP kelas 1 lah, itu lah bisa, lah SMP ko yo
bana lah bisa mambaoknyo. Samo – samo pai batigo kami kan? Makan, pai
kama, dengan catatan ibuk harus banyak baok pitih, ba co Ana nnyo
langsuang se ambiak, mambukak kan? Ndak bisa ndak babayia barang
urang do, tu harus banyak baok pitih, tu kalau ndak baok pitih ndak brani
ibuk do, soalnyo banyak kandaknyo.” (N/W2/D35)

Subjek sering bercerita kepada orang lain mengenai bentuk kecemasan dan

putus asanya, ketika memikirkan masa depan sang anak jika subjek dan suami

telah meninggal. Bentuk kecemasan subjek yaitu membayangkan orang yang akan

mengurus anaknya, menghidupi kebutuhan hidup anaknya, orang yang akan

membayarkan listrik, air dan gas. Meskipun orang lain mengatakan agar subjek

mengingat bahwa Tuhan akan memberikan kemudahan nantinya, subjek tetap

merasakan cemas dan sedih ketika membayangkan masa depan anaknya tersebut.

“Nan ibuk buk ungkapan taruih tu, jo sia ibuk batamu..jo sia ibuk
curhat..ibuk ungkapan taruih tu..Baa lah nanti seandainyo wak ndak ado?
Baa seandainyo nanti wak ndak di dunia ko lai? Sia nan ka mangamehan
inyo? Sia nan ka maagiah makannyo? Sia nan ka maagiah balanjonyo?
Latak nyo bisa masak, sia balian bahan makanan ko ha? ..Sia nan ka balian
lampu? Sia nan ka balian aia? Takana dek ibuk kini tu ma? Sia nan ka
mambalian gas nantik? Bayangan kan bi? Kasitu ibuk pemikiran ibuk bi,
sampai kasitu pikiran bi. Walaupun urang katoan, aa nantiklah sudah gai
dek Tuhan mah. Tapi ibuk ndak mode tu do, tetap ibuk marasokan cemas,
kadang wak sorang tu disitu sedih wak kan? Sedih wak mangana itu tu,
mangana masa depan anak ko.”(N/W1/D27)

Akan tetapi suami subjek merespon setiap bentuk kecemasan subjek

dengan mengatakan bahwa nasib anak mereka telah diatur oleh Tuhan, oleh

karena itu untuk nasib pada masa depan kedua anak subjek, tidak dapat diketahui

untuk saat ini.


61

“Ndak elok pikia mode tu do, ya itu kan udah diatur Tuhan itu, gak baik
bilang gitu. Kita kan untuk yang akan datang tu gak taulah kita.”
(M/W1/D4)

Meskipun subjek mendapatkan dulungan fisik dan sosial dari keluarga,

namun subjek cemas ketika membayangkan kedua anaknya hidup jika dirinya dan

suami telah meninggal. Disebabkan karena subjek masih meragukan kepedulian

keluarganya untuk mengasuh anaknya kelak, dan berpikir bahwa keluarganya

tentu akan sibuk dengan kehidupan masing – masing.

“Surang – surang ibuk tamanuang, takana itu. Sadang tamanuang


takanaa itu.. Baa lah nantik, ibuk berharap keajaiban (terdiam sebentar)
timbul se keajaiban Tuhan kan? Kadang Gaby, saudara ko alun tantu juo
lai Gaby, saudara ko alun tantu. Lataklah lah sibuknyo jo dirinyo kan?
Ndak nampak gai dek anak wak nyo tu do Kadang saudara ko sibuk jo
dirinyo surang – surang. Tapi ibuk berharap yolah ado urang yang
ngarati. (subjek menangis dan diam).” (N/W1/D55)

Pernyataan subjek tersebut didukung oleh suami subjek yang menyatakan

bahwa tidak mengetahui perihal subjek sedih dan menangis memikirkan masa

depan anak. Jadi dalam hal ini memang benar bahwa subjek melakukan hal itu

saat sedang sendiri.

“Yo ndak tau apak do, dek lah lamo na indak lai. Soalnyo kan aktivitas kini
ko, satelah pulang kantua, tu jampuik anak ka sakolah, abih tu pulang ka
rumah lai. Ee..apa ya..dirumah tu yo biaso se ibuk tu nyo, ndak ado nangih
atau sadiah – sadiah gitu soal anak yang apak caliak e.” (M/W2/D14)

Meskipun subjek pernah merasakan depresi, namun subjek menyatakan

bahwa tidak pernah setres hingga sampai membuat hilang akal dalam menghadapi

kondisi kedua anaknya.

“Lai ndak sampai mambuek awak stres, sampai awak lupo, ndak ado do, lai
ndak do.” (N/W3/D57)
62

d. Acceptance (Penerimaan)

Penerimaan adalah ketika seseorang mampu kembali menikmati hidupnya

setelah bangkit dari musibah yang menimpa. Namun tetap terus berusaha untuk

meningkatkan kualitas hidup sambil dapat menikmati hidup. Pada orangtua anak

ABK penerimaan bukanlah suatu sikap pasrah, tetap bahagia seolah – olah tidak

terjadi sesuatu yang buruk, dan bahkan tidak mencemaskan masa depan anak.

Akan tetapi suatu sikap yang tetap terus melakukan tindakan untuk meningkatkan

perkembangan anak dan tidak lupa pula dapat menikmati hidup bahagia bersama

keluarga (Simmons, 2006).

Gambaran pada tahap penerimaan yaitu ketika mengatakan bahwa subjek

merasa sangat bahagia dan menganggap memiliki anak seorang Insyinyur, jika

anaknya mengalami suatu perkembangan yang baik, seperti telah mampu

mengucapkan kata mama dan papa.

“Oo..bahagia lah, kalau anak – anak mode itu sedetik sajo saketek sajo
parubahannyo tu, awak antah raso – raso dima raso. Raso dianak dapek
Insyinyur, co urang dapek anak lulus Insyinyur, co itulah wak dapek anak
lulus Insyinyur. Misal co anak dapek ngecek kato – kato mama! Tu ndak
tangguang bahagianyo tu do. Mungkin bagi urang nan mancaliak, ndak ado
artinyo do kan? Baru itu anaknyo pandai mangecek, lah gadang hati. Itu
kecek urang nan pesimis kan?”(N/W2/D23)

Subjek juga mengakui memang sangat kompleks kesulitan yang dihadapi

ketika memiliki anak yang autis. Akan tetapi saat ini subjek merasa dapat

menikmati hidup dengan baik meskipun memiliki anak penyandang autis. Bahkan

subjek selalu memuji anaknya dengan pujian pintar dan cantik jelita jika

mengalami peningkatan suatu perkembangan. Hal tersebut karena subjek sadar

bahwa anak autis membutuhkan pujian agar tetap semangat dan merasa dihargai.
63

“Tulah babahayonyo anak Autis ko ha, dima ka babaok hati – hati bana,
dek inyo alun tau bahayo a. Tulah dek kompleksnyo anak autis ko bi. Tapi
ibuk ndak pikian itu do bi, kini bahagia jo ibuk dengan perkembangan yang
ado kini ko, bialah alun sarupo jo anak lain, tapi ibuk lah maanggap nyo
sarupo na. Mode tulah nan ibuk rasoan bi, walaupun nyo ndak mode anak
urang lain hebatnyo, tapi saketek sajo nyo ibuk puji. Bagus, Ana pintar!
Nyo anak Autis ko butuh pujian ko, bia nyo tibo semangatnyo, maraso
dihargai. Saketek se nyo, ibuk kecekan nyo pintar. Oh bagus anak mama
yo?O pintar yo, anak gadis cantik yo? Cantik jelita, ba bituan tu mah.
Bakecean, Ani jelek yo? Tidak! Cantik jelita. Cantik apa? Cantik jelita! Jan
dikecekan jelek, tidak! Tidak! Cantk, cantik jelita.” (N/W2/D26)

Subjek menuturkan bahwa kebersyukuran menjadi timbul ketika

membandingkan anaknya dengan anak orang lain memiliki kekurangan yang lebih

parah. Kekurangan tersebut seperti anak rekan kerjanya yang tidak bisa diajak

bepergian, sedangkan anak subjek dapat diajak bepergian dan dapat diajak

bergaya dengan pakaian – pakaian yang bagus. Hal lainnya yaitu ketika subjek

mendengarkan pengajian yang mengingatkan dirinya untuk tidak terus meratapi

kekurangan yang diberikan Allah.

“Aa..ado perasaan ibuk terkadang mode itu bi, ndee baa dek mode iko
anak? ko anak awak ko? Ee satelah wak can banyak mancaliak urang lain,
banyak mancaliak labiah parah anaknyo, disitu wak taapo, harus ado raso
bersyukur, anak awak ko ndak mode urang bana do, anak urang ado nan
labiah parah lai, kasitu wak maraso ambiak Gaby, soalnyo awak kan
maraso kakurangan taruih, maraso wak paliang susah, maraso anak awak
paliang pay.. payah. Nyatonyo pas ibuk mancaliak anak buk Teti ndak bisa
manga – manga kan? Lalok se, a disitu ibuk raso syukur ibuk tibo. Nah
disitu ibuk bisa bagaya – gayakan, bisa ibuk pakaian baju nan ancak –
ancak kan? Anak urang yo ancak, tapi ndak bisa dibaok main, nah disitu
lah ibuk bisa ma apo. Jadi ndak paralu awak menderita
taruih..ma..ma..ma..marotok kakurangan se taruih do, kan sampai bilo
awak maratok kakurangan taruih? Nyo kakurangan se beko nan diagiah
Tuhan. Nah disitulah Isak danga pengajian kan?” (N/W2/D43)

Subjek mulai berpikir belajar untuk tidak meratapi kekurangan anak ketika

anaknya masih SMP dulu. Jadi bentuk kebersyukuran subjek yaitu ketika anaknya

ada suatu perkembangan yang positif, subjek langsung menceritakan kepada rekan
64

– rekan kerja di kantornya dengan bangga.

“Ndak, sabalun SMP, SD. Lah ibuk caliak tu anak – anak urang banyak nan
parah – parah lai. Ibuk bersyukur se nyo Gaby pas oo anu..oo pas ado
perkembangan saketek, ibuk langsuang bahagia kan? Langsuang ibuk
carito di kantua, urang ko paliang oo galak – galak ko nyo ha, tu ibuk
bangga – banggaan tu, Isak bangga – banggaan.” (N/W2/D44)

4. Dimensi Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua

Berikut ada 2 dimensi dari bentuk penerimaan diri ibu sebagai orang tua

terhadap anak autisme yang telah ditemukan oleh Donelly (2015) sebagai berikut :

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional didefinisikan sebagai suatu sikap orangtua yang

selalu memberikan dorongan semangat kepada anak dengan memuji, memberikan

respon yang hangat, membantu anak jika mengalami kesulitan, menampilkan aura

positif, dan menunjukkan ekspresi yang hangat melalui isyarat verbal dan

nonverbal yang sesuai.

Dalam hal ini subjek membantu mengerjakan pr Ana. Meskipun subjek

menuturkan kadang mengalami kesulitan dalam mengerjakannya, namun subjek

tetap berusaha mencari jawabannya di website internet.

“Kalau Ana wajib tu, bikin PR tu mamanyo taruih tu. Nyo bikin PR taruih
tu, mama bikin PR! Lalok mamanyo, dijinjiangnyo taruih tu. Kadang ibuk
ndak tau do PR nyo tu, kadang ibuk ndak manguasai PR nyo tu lai do,
payah ibuk mancari, cari di Youtube di internet, payah ibuk ndak ngarati
gai kadang ibuk do manjawek soal ko ndak? Kadang nyo harus dibuek.
Ana pun gitu lo, misalnyo PR tu ado sapuluah, hmm..ndak taroklah ado
limo tu dulu, tu misalnyo ibuk tau jawaban nomor ampek, nyo harus
nomor satu dijawek dulu, ndak amuahnyo dijawek nomor ampek dulu do.
Hilang aka ibuk nyo, samantaro ibuk tau nomor ampek barunyo, tu lewaik
nomor satu, dua, tigo dulu kan? Tu nyo ngecek, tidak..tidak..nomor satu
dulu ! Sehinggo ibuk bia bisa aman, ibuk suruahnyo asa – asa buek dulu,
misalnyo nomor satu tu suruah asal – asal buek, pokoknyo yang penting
diinyo lah ado jawaban, buek pensil dulu, beko kalau lah dapek
jawabannyo yang batua, baru ibuk tuka, ibuk coret, ibuk apuih liak, ibuk
65

buek pakai pensil eh pakai pena. Jadi ibuk selalu buek PR nyo tu jo
pensil.”(N/W1/50)

Saat anak subjek menunjukkan suatu perkembangan yang baik, subjek

selalu memuji anaknya dengan mengatakan anak gadis yang pintar dan cantik

jelita. Meskipun subjek menuturkan anaknya tidak seperti anak orang lain yang

normal, namun subjek menyadari bahwa menurutnya anak yang autis

membutuhkan pujian. Pujian bertujuan sebagai bentuk penghargaan dan

penyemangat yang diberikan.

“Tulah babahayonyo anak Autis ko ha, dima ka babaok hati – hati bana,
dek inyo alun tau bahayo a. Tulah dek kompleksnyo anak autis ko bi. Tapi
ibuk ndak pikian itu do bi, kini bahagia jo ibuk dengan perkembangan
yang ado kini ko, bialah alun sarupo jo anak lain, tapi ibuk lah maanggap
nyo sarupo na. Mode tulah nan ibuk rasoan bi, walaupun nyo ndak mode
anak urang lain hebatnyo, tapi saketek sajo nyo ibuk puji. Bagus, Ana
pintar! Nyo anak Autis ko butuh pujian ko, bia nyo tibo semangatnyo,
maraso dihargai. Saketek se nyo, ibuk kecekan nyo pintar. Oh bagus anak
mama yo?O pintar yo, anak gadis cantik yo? Cantik jelita, ba bituan tu
mah. Bakecean, Ani jelek yo? Tidak! Cantik jelita. Cantik apa? Cantik
jelita! Jan dikecekan jelek, tidak! Tidak! Cantk, cantik jelita.”(N/W2/D26)

b. Instruksi Orangtua

Instruksi orangtua didefinisikan sebagai kemampuan untuk memfasilitasi

perkembangan sosial-kognitif anak melalui pemberian tugas yang efektif,

memberikan pengarahan bila diperlukan, dan tidak lupa pula memberikan batasan

serta menghargai kemandirian anak.

Subjek telah menyekolahkan anaknya ke sekolah terapi sejak telah divonis

mengidap autis oleh para terapis, saat berusia 4,5 tahun. Di tempat terapi, kedua

anak subjek diberikan terapi kontak mata, pengenalan mama dan papa,

pengenalan huruf, benda, pertanyaan sosial dan pengenalan beberapa jenis profesi

beserta tugasnya bersama guru terapis.


66

“Painyo o..o..4,5 taun tu, pai terapi tu kan? (N/W2/D16)


“Pertamo kontak mata, sabulan tu kontak mata se terapinyo dulu. Lah
sabulan lah mantap kontak mata baru bisa diajak komunikasi, kalau anak
ndak mantap diajak komunikasi baru bisa diajak komunikasi do. Kalau
ndak bisa, nyo ndak akan mempedulikan kato – kato awak do. Setelahnyo
kontak mata jo awak sekian detik, aa..perdetik dietong tu harinyo, hari
kini sedetik, bisuak duo etik, dicatat tu harinyo. Ha lah mantap kontak
mata, baru..Ana! nyo caliakkan? Ana! Kalau alun nyo caliak, alun bisa tu
lai do nyo ajak ngecek. Lah kenal nyo kontak mata tu, baru dikenalkan
kato, mama, papa, gitu se dulu, baru dikenalkan huruf – huruf. Habis tu
baru dikenalkan huruf – huruf, a, b, c tu sabanta dek inyo nyo. A baru nyo
baraja bahaso lain selain kato mama, ruponyo paliang mudah nyo
mangucapkan kato – kato yang awalannyo B. Baju, batu, bata, dulu tu si
Ana tu. Baa kok inyo mudah maucapkan kato huruf yang berawalan B?
Samantaro yang lain agak – agak sulitnyo. Kalau kini dek lah bisa nyo
nyabuik kato – kato nan lain. Mama, papa, makan, minum, itu se kato –
kato nan nyo tau dulu nyo. Itu yang awal baru diajaan ka inyo dulu kan?
Satelah tu pengenalan benda, pengenalan oo..pengenalan anu,
oo..pertanyaan – pertanyaan sosial, siapa namamu? Dimana rumahmu?
Siapa nama orangtuamu? Tahun berapa kamu lahir?A tu kan, itu
pengenalan sosial namonyo tu. A setelah itu baru pengenalan,
oo..pengenalan apo, oo..pengenalaaan oo..apo namonyo ko? Pekerjaan –
pekerjaan ko a. Polisi tugasnyo apo? Guru tugasnyo apo? Perawat
tugasnyo apo? Tu bakenalan jo inyo sadenyo tu. Bakenalan jo inyo jo
benda tu ado gambar – gambar binatang, ibuk ambiak sadenyo gambar –
gambar binatang ko misal kan, ado urang manjua tu potongan-
potongannyo tu kan? A tu ba pres kan? Jadinyo ndak ado bakarimuik
remok bagai do, ancak gambarnyo” (N/W2/D20)
Subjek selalu mendapatkan laporan perkembangan kedua anaknya dari

buku pencatatan perkembangan anak setiap selesai diberikan terapi oleh terapis.

“Contohnyo nyo perilakunyo tu misalnyo mangarayang kan ?


magarayang ndak namuah duduak bagus, suruahnyo duduak bagus.
Terapi duduak bagus, duduak se nyo dalam duo jam tu diajaan duduak
bagus sajo, sampai bara minik nyo bertahan, catat tu. Misalnyo Ani
sanggup men me..oo..duduak bagus sekitar lima menit, atau duduak bagus
sekitar oo..enam minit, wak catat tu perkembangannyo, nanti hari bisuak
bara miniknyo bisa bertahan duduak, jadi dari situ wak caliak
perkembangannyo tu ado atau indaknyo, perkembangannyo tiok hari wak
catat. Jadinyo punyo buku panduan tu dulu tu, panduan o..panduan
terapinyo tu a, misalnya hari Senin Ani duduak bagus sanggup limo menit,
Selasa Ani duduak bagus sudah sanggup duduak bagus delapan minit,
hari Rabu, bara bedanyo a gitu a..disitu jauah perkembangannyo, disitu
wak tau perkembangannyo a.” (N/W1/D22)
67

“Mato nyo kan ndak namuah mancaliak wak tu do, jadi fokus, fokus, lihat,
lihat, itu se terapinyo tu nyo. Lihat – lihat mata, sampai bara minik nyo
sanggup maliek wak, kok Gaby caliak ibuk bara minik tu a, tu langsung
dicatat dek guru terapisnyo. Ani sanggup melihat lima detik, atau lima
menit.” (N/W1/D23)
Tak lupa pula, subjek dan suami pun juga memberikan terapi dirumah

demi memfasilitasi perkembangan sosial kognitif anaknya melalui pengenalan

binatang melalui kartu bergambar, pengenalan anggota tubuh, dan pengenalan

nama anggota keluarga besar melalui foto.

“Tu mangenalkan apo, tu oo bentuk anggota tubuh, mulut, mata alis,


dagu, pipi, tu bakenalan sadenyo dulu tu. Tu diawal – awal tu Gaby, abih
tu barunyo tau kalau ingin Cuci rambut ni! Barunyo tau baso rambuik tu
nan iko (subjek menunjuk kepalanya)” (N/W2/D22)
“Sudah tu bakenalan namo keluarga, ado foto ibu, foto papa, foto kakek,
nenek, tante, a babuek – buek foto tu, baacak ka inyo, tunjuak dek inyo.
Mana mama? Tunjuk mama! Tunjuk papa! Tunjuk nenek! Tunjuk kakek! A
mode itu memperkenalkan keluarga ko.” (N/W2/D21)
Suami subjek pun juga mengatakan bahwa memang benar subjek dan

dirinya juga ikut serta menerapi anaknya.

“Pas..pas nyo SMP tu lah biaso se lai nyo, tu kito dirumah ikuik lo terus
menerapinyo kan? Setiap Minggu dibaok anak – anak ko jalan – jalan.”
(M/W2/D5)
Untuk saat ini kedua anak subjek telah mampu memasak, mencuci dan

mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Inyo yo emang pandai, pandai mamasak, pandai mancuci, pandai baa


misalnyo, tentang barasiahan dalam rumah tangga ko nyo lai
bisa…”(N/W1/39)
Khusus untuk Ani, subjek memberikan tugas tambahan untuk

mengajarkannya ke pasar sendiri sambil diintai oleh subjek dari jauh tanpa

diketahui oleh Ani.


68

“Tu ibuk kini baaja – ajaan Ani tu ka pasa, baagiahan pitih pas-pasan
kan? Wak ajaan ka pasa, ibuk intaian dari balakang, ibuk caliak supayo
inyo bisa tu ka pasa.” (N/W1/15)

Subjek tidak mengajarkan hal yang sama kepada Ana, disebabkan oleh

Ana yang belum mampu menyebrang jalan dengan baik, sedangkan Ani sudah

dinilai mampu.

“O ndak berani ibuk tu do, sebab Ana nyo masih aktif bana nyo. Nampak
se nyo dari jauah langsuang dikisainyo, kalau Ana ndak berani tu do,
bekonyo balantak ndak sanggup ibuk. Kalau Ana yo basarah se ibuk ka
Tuhan, barubah lah indak nyo, kalau balapeh surang ndak berani ibuk do.
Awak tau saban harinyo kan? Kalau Ani masih mancaliaknyo kiri kanan.”
(N/W2/53)

Dalam hal membatasi dan mengontrol makanan, subjek mengatakan sudah

mampu mengontrol makanan dari terigu, susu dan gula 100%.

“Tapi kalau sekedar terigu, susu, gulo, itu lah acok, lah saratuih persen
ibuk dietkan.” (N/W1/D44)

Subjek mengakui bahwa dirinya belum mampu mengontrol penggunaan

tomat, jeruk nipis dan bawang putih dalam masakan yang akan disajikan kepada

anak, karena hal tersebut akan mengurangi citra rasa masakannya.

“Kontrol alhamdulillah, tapi yo ndak saratuih persen ibuk dietkan, ndak


bisa do Gaby. Baa ndak bisa nak? Contohnya samba, indak dibuek pakai
tomat samba ko tagang, pakai tomat inyo dilarang, kan? Ibuk agiah juo
lah tomat dari sabalah, banyak lado. Biasonyo ibuk agiah tomat duo atau
tigo, itu ibuk agiah satangah juo, daripado lado tu asiang juo. Nyo asam
ndak buliah, ndak diagiah asam do, tu kurang lamak samba. Nyo asam
ndak buliah, tomat ndak buliah, bawang merah ndak buliah tu ndak
mungkin se bawang putiah nan dimakan do. A tu baagiah juo bawang
merah, a itu nan paliang payah mangontrolnyo.” (N/W1/D43)

Selanjutnya subjek belum mampu melakukan diet untuk penggunaan

Tupperware. Hal itu karena Tupperware dibutuhan untuk membawa bekal bagi

anak, sehingga tidak dapat menggunakan peralatan kaca yang dikhawatirkan dapat
69

pecah. Lalu penggunaan softener yang belum mampu subjek hentikan

penggunaannya, karena jika tidak diberikan akan membuat anaknya berteriak

dengan keras.

“Galehnyo harus galeh sendiri, ndak buliah galeh – galeh oo..Tupperware


tu do. Nyo harus botol kaca galehnyo kan? Untuak baok rumah sakola ko.
Tapi wak takuik botol kaca tu jatuah, kanai kaki nyo kan? Nyo harus boto
kaca tu, Tupperware tu ndak buliah tu do, tu apo ciek, oo..apo namonyo
ko? Oo..Softener, o..punyo pengharum – pengharum ko lah, untuak
baju..ndak buliah sabananyo do. Tapinyo ndak pakai tu heboh, nah dek itu
alun bisa ibuk dietkan, dietnyo saratuih persen. Alun bisa ibuk mandietkan
itu lai do. Lah ibuk cubo, inyo bae makiak – makiak, softener – softener !
Rapika – rapika ! Nyo ndak bisa pakai itu do, nyo ndak bisa baun harum –
harum tu do, nyo langsuang terangsang di utaknyo tu, jadi ibuk ndak bisa
malarangnyo.” (N/W1/D45)

Suami subjek mengonfirmasikan bahwa anak subjek sulit dilarang untuk

mengonsumsi coklat dan terigu saat bepergian, sehingga membuat subjek luluh

untuk mengabulkan makanan permintaan anaknya.

“Sangajo maagiah coklat jo terigu ndak ado, tapi anak – anak payah
malarang, akhirnya dimnta juo. Biasonyo pas sadang wak jalan – jalan
kan? A tu nyo minta – minta langsuang makanan mode tu.” (M/W2/D6)

5. Gambaran Umum Dinamika Penerimaan Diri Subjek sebagai Ibu

Dibalik subjek yang membangga – banggakan anak dan belajar bersyukur

dengan segala kekurangan sang anak, disisi lain kadang – kadang subjek masih

merasakan kesedihan hingga saat ini. Hal tersebut dikarenakan subjek masih

menangis dan merasakan kesedihan membayangkan masa depan anaknya kelak.

Hal itu dilakukan ketika subjek sedang sendiri disaat anaknya sedang tidur, atau

ketika tidak ada pekerjaan.

“Lamo ndak lamo do, cuman kesedihan tu ndak datangnyo..kesedihannyo


dalam artian indak selalu ado do, nyo bakatiko bakatiko. Pas urang beko
carito anak, wak tibo sadiah, pas urang bacarito keberhasilan anak, tu tibo
lo pikiran awak itu. Ndak selalu lo do, kadang ndek kesibukan wak karajo
70

lah lupo kejadian tu kadang - kadang kan? Satelah awak surang, sadang
sunyi, pas anak sadang lalok, sadang indak ado karajo, a tu tibo pikiran itu
tu. Jadi kesedihan tu ndak berlanjut tiok sabanta sedih indak, a gitu
bakatiko sampai kini yo masih bitu” (N/W3/D52).
Meskipun secara teoritis subjek telah mencapai tahap penerimaan,

terkadang subjek masih kembali kepada tahap depresi. Jadi dalam hal ini subjek

dapat dikatakan masih berproses menuju penerimaan. Menurut Ross

(Mangunsong, 2016) tidak semua orangtua akan mengalami tahapan – tahapan ini

secara kaku atau secara pasti. Beberapa orangtua akan mengalami sebagian atau

semua tahap ini pada suatu waktu.


71

D. Pembahasan Data Subjek

Subjek mendapatkan dukungan secara fisik dan sosial dari lingkungan

keluarganya, selama membesarkan kedua anaknya. Dukungan fisik yang

diberikan adalah dengan pihak keluarga yang tidak pernah meminta uang kepada

subjek, karena menyadari bahwa subjek membutuhkan biaya yang besar untuk

menyekolahkan anaknya. Lalu dikuatkan dengan kata – kata agar tetap bersyukur

memiliki anak yang dapat diajak bepergian. Selanjutnya keluarga juga terus

menyemangati subjek agar tetap menyekolahkan anak hingga selesai.

Setiap dukungan keluarga yang diberikan berdampak kepada timbulnya

kebahagian didalam hati subjek. Hal tersebut terjadi karena setiap dukungan yang

diberikan membuat subjek hanya mengingat segala kelebihan anaknya dan merasa

memiliki anak yang sempurna, sehingga segala kekurangan anak dapat terlupakan

oleh subjek. Hal ini sesuai dengan pernyataan Devaney, Canavan, Dolan,dkk (V,

Castillo, & A, 2017) bahwa dukungan keluarga adalah suatu unit terkecil dalam

masyarakat yang berfungsi untuk mengenali dan menanggapi kebutuhan

anggotanya, terutama pada saat-saat sulit seperti dalam menyelesaikan suatu

permasalahan, dalam bentuk nasihat, bimbingan, dukungan sosial dan dukungan

fisik. Hal ini bertujuan demi membantu mengurangi stres dan sebagai faktor

pelindung utama dalam kehidupan seseorang.

Subjek pun pernah bercerita bahwa dirinya pernah mendapatkan pujian

dari orangtua anak didik dari TK A ketika menjemput anak sewaktu masih TK.

Hal tersebut disebabkan karena subjek tetap dapat berlari mengejar anak yang

keluar dari ruang kelas, dengan mengenakan sepatu hak tinggi dan berdandanan
72

atas dasar hobi pribadi. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh

Yamaguchi (V, Castillo, & A, 2017) bahwa kebutuhan akan berprestasi yang

dicirikan dengan mampu mengaktualisasikan suatu tujuan hidup yang terlepas dari

tuntutan orang lain, dan unggul diatas suatu standar sosial yang telah ditetapkan.

Ketika kedua anak sudah SMA, subjek menceritakan bahwa dirinya tidak

pernah merasa rendah diri dibandingkan dengan anak orang lain, malah sering

diminta menjadi pembicara di sekolah anaknya mengenai pengalaman selama

membesarkan anak. Terakhir kali waktu berpidato dihadapan para guru dan wali

murid di SMA Ani, subjek mendapatkan pujian sebagai ibu istimewa yang

memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam membasarkan anak. Hal ini sesuai

dengan teori yang diungkapkan Ndukaihe & Fonk (V, Castillo, & A, 2017) bahwa

prestasi adalah sesuatu yang telah dicapai terutama oleh kerja keras, kemampuan,

atau sikap kepahlawanan.

Dalam pekerjaan pun subjek mengatakan tidak pernah ditegur oleh

atasannya. Subjek menjelaskan bahwa dirinya selalu bersemangat dalam

menyelesaikan setiap pekerjaan, sehingga setiap pekerjaan yang diberikan dapat

selalu diselesaikan tanpa melalaikan. Lalu subjek menceritakan dirinya mampu

memprioritaskan anak dan pekerjaan menjadi yang utama. Atasan subjek pun juga

menuturkan bahwa subjek memang selalu ceria, dan menyelesaikan setiap

pekerjaan dengan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikatakan

oleh Heintz & Steele-Johnson (V, Castillo, & A, 2017) menyatakan bahwa

keinginan utnuk berprestasi dapat tercermin dari diri mereka sendiri, dalam hal ini

subjek memiliki prestasi kerja yang bagus dimata atasannya, disebabkan oleh
73

semangat yang dimiliki subjek untuk menyelesaikan setiap pekerjaan kantor tanpa

melalaikannya, meskipun kedua anaknya penyandang autis.

Subjek pun juga menjelaskan bahwa dirinya mendapatkan inspirasi dari

TV siaran Kick Andy dan majalah yang menceritakan mengenai anak autis yang

sukses. Misalnya ketika subjek melihat anak autis yang mampu bermusik,

timbulah keinginan agar anaknya juga mampu bermusik. Lalu cerita dari orangtua

anak autis yang saling berbagai cerita mengenai perkembangan baik anaknya,

yang dapat jadi contoh untuk subjek terapkan. Hal tersebut dikonfirmasi oleh

suami subjek yang membenarkan bahwa subjek memang terinspirasi dari TV,

majalah dan cerita orangtua anak autis yang memberikan suatu tips untuk

perkembangan anaknya. Hal ini senada yang diungkapkan oleh (Reese, Kim,

Palak, Smith, & Howard dalam V, Castillo, & A, 2017) yang mengatakan bahwa

inspirasi adalah suatu media yang mengarahkan seseorang untuk membuat pilihan

hidup menjadi lebih produktif demi mewujudkan diri menjadi lebih baik daripada

biasanya, hingga memiliki motivasi hidup untuk meraih suatu prestasi diri

(Buheji, Saif, & Jahram dalam V, Castillo, & A, 2017)

Subjek menceritakan pengalaman pahit yang pernah dirasakan ketika

belum memercayai, hasil diagnosa terapis mengenai gangguan autis yang diderita

oleh kedua anak kembarnya. Subjek membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk

memercayai hasil diagnosa terapis tersebut, setelah membandingkan gangguan

autis yang diderita anaknya dengan anak orang lain. Kemudian membandingkan

anak orang lain tetap dapat berbicara dan bersosialisasi meskipun sering ditinggal

bekerja oleh orangtuanya dirumah. Cerita dari subjek tersebut sesuai dengan teori
74

yang diungkapkan (Ayello, Dowsett, Schultz, dkk dalam V, Castillo, & A, 2017)

yang menyatakan bahwa waktu adalah tempat bagi seseorang untuk belajar

dengan pengalamannya agar dapat menerima diri sendiri untuk menyembuhkan

luka – luka kesedihan meskipun tidak bisa seutuhnya melupakan masalah yang

dihadapi.

Selanjutnya subjek menceritakan pengalamannya ketika mengalami

kekecewaan kepada pihak SD P. Dalam hal ini subjek telah menyekolahkan

anaknya di SD P selama 5 tahun, namun tidak ada perkembangan yang berarti.

Kemudian subjek mengobati kekecewaannya dengan cara menganggap SD P

sebagai ajang bagi anaknya untuk mengenal lingkungan sekolah umum seperti

mengenal guru, kepala sekolah dan senam. Lalu subjek kembali mengobati

kekecewaannya dengan berpikir bahwa memang bukan disiplin ilmu dari guru SD

P untuk mendidik anak autis. Apalagi SD P pun adalah sekolah swasta umum

yang memiliki banyak murid anak – anak nakal. Jadi subjek membutuhkan waktu

1 bulan untuk memulihkan perasaan kekecewaan terhadap pihak sekolah SD P.

Ditambah pula setelah keluar dari SD P, subjek kembali memasukkan anak

mereka sekolah terapi dengan mengikuti saran suami. Jadi pengalaman subjek

tersebut sesuai dengan pendapat Weil (V, Castillo, & A, 2017) yang mengatakan

bahwa setiap waktu yang dijalani dengan baik, akan menghasilkan suatu

pengalaman positif tersendiri bagi individu, dan waktupun mampu berperan

sebagai penyembuh yang hebat terhadap kesedihan, syok dan perasaan terluka.

Harapan memainkan peran penting terutama bagi pengalaman bagi

seseorang yang memiliki masalah yang membutuhkan penanganan khusus


75

(Nekolaichuk, 1999). Jadi dibalik kekurangan – kekurangan yang dimiliki sang

anak, subjek pun memiliki harapan kepada Allah agar dipanjangkan usianya

hingga kedua anak subjek sudah mampu mandiri dengan kebutuhan hidupnya

sendiri. Seperti sudah mampu ke pasar sendiri, mengerti cara membeli makanan

dan membeli kebutuhan sehari – hari. Oleh karena itu, subjek terus berdo’a dan

belajar menanamkan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan memberikan

ujian diatas kemampuan umatnya.

Akan tetapi jika subjek dan suami telah meninggal dalam kondisi kedua

anak subjek belum mandiri, subjek berharap agar nantinya ada orang yang

membantu anaknya untuk melengkapi kebutuhan hariannya. Kebutuhan seperti

membayarkan uang listrik dan PDAM. Subjek juga berharap kepada pemerintah

agar menyediakan panti khusus untuk anak autis, dengan diharapkan pihak panti

tersebut nantinya dapat mengawasi dan menyediakan segala kebutuhan hidup

anaknya. Jadi dalam hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Snyder, Rand,

& Sigmon (2002), harapan adalah persepsi, pemikiran serta keyakinan seseorang

dapat mencapai tujuan yang diinginkan, dengan menumbuhkan motivasi dan

semangat demi meraih kesejahteraan manusia.

Menurut Abuelo, Achin, & Apolito (2011), banyak orangtua anak-anak

yang telah didiagnosis ASD tidak akan pernah lupa saat mendengar diagnosa

mengenai gangguan autisme sang anak, meskipun awalnya melewati fase menolak

memercayainya. Bentuk kesedihan orangtua pun beragam, ada yang hanya

menyimpan didalam hati dan adapula yang mencari dukungan. Beberapa orangtua

mengatakan bahwa kesedihan tersebut layaknya seperti ketika merasakan


76

kehilangan orang yang dicintai. Lalu banyak orangtua merasakan gejolak emosi

yang dialami, seperti ketidakpercayaan, keterkejutan, penolakan, kesedihan,

ketakutan, dan kemarahan. Disertai juga dengan perasaan kewalahan dan tidak

berdaya. Selanjutnya orangtua menyimpan sejuta pertanyaan tentang cara dan

solusi untuk membantu anak-anak mereka. Hal tersebut merupakan suatu yang

wajar untuk dialami orangtua.

Sesuai dengan teori yang telah dijelaskan diatas, hal tersebut juga dialami

oleh subjek ketika pertama kali mengetahui hasil diagnosa terapis yang

menyatakan gangguan autisme terhadap anak. Awalnya subjek merasakan dan

membayangkan betapa kompleksnya gangguan autis tersebut dan membayangkan

cara anak mampu bertahan hidup tanpa subjek dan suami nanti. Jadi saat itu

subjek sempat berpikir bahwa anaknya hanya mengalami keterlambatan bicara,

atas dasar kedua anaknya sering tinggal didalam rumah bersama kakek mereka

ketika subjek dan suami bekerja. Ditambah pula kakek juga tidak mengerti

bermain ciluk ba. Tak berhenti disana, subjek pun juga mencari perbandingan

diagnosa dengan dokter anak. Dokter anak pun menjelaskan bahwa kedua

anaknya hanya mengalami keterlambatan berbicara karena mampu berjalan pada

waktu yang lebih cepat. Hasil diagnosa dokter tersebut sempat membuat subjek

terlena.

Hingga akhirnya dibutuhkan waktu sekitar 3 bulan subjek berpikir

mengenai hasil diagnosa terapis mengenai anaknya. Subjek melakukan

perbandingan terhadap anak orang lain yang ditinggal bekerja oleh orangtuanya

dirumah, lalu juga membandingkan kondisi anak subjek dengan anak lain yang
77

baru masuk ditempat terapi. Beranjak dari dua hal inilah akhirnya subjek percaya

dengan diagnosa terapis yang menyatakan anaknya mengidap autisme. Perasaan

subjek setelah itu adalah bagaikan kiamat dunia karena mengetahui gangguan

autis akan menetap seumur hidup, kemudian kecewa dan menangis karena merasa

akan selalu mengawasi anak bermain ketika diluar rumah.

Saat orangtua menyadari anak tidak menunjukkan peningkatan yang

signifikan, kemungkinan akan memunculkan perasaan marah dalam diri mereka.

Perasaan yang berlebihan dapat berubah menjadi kemarahan, oleh karena itu

biasanya orangtua akan menyalahkan diri sendiri. Selain itu, kemarahan juga

ditujukan pada Tuhan atau pasangannya ataupun karena tidak adanya bantuan,

baik dari masyarakat maupun professional (Kubler Ross dalam Mangunsong,

2016). Senada dengan teori tersebut subjek menceritakan bahwa, menyesal karena

mengeluarkan anak dari sekolah terapi dan mendaftarkan ke SD P. Subjek

awalnya berharap agar anaknya dapat bersosialisasi bersama anak normal di

sekolah umum. Namun yang terjadi sebaliknya, malah di SD P tersebut anak

subjek sering dihina, dibully dan diganggu. Bahkan guru-guru di sekolah

membiarkan berlarian dan bermain didalam kelas saat proses belajar mengajar

berlangsung. Akhirnya dengan penyesalan subjek mendaftarkan anaknya kembali

ke sekolah terapi.

Subjek pernah marah terhadap orang lain yang menanyakan kondisi kedua

anaknya dengan sinis disuatu Mall. Bentuk kemarahan subjek saat itu adalah

dengan mengancam orang tersebut untuk mengatakan tidak perlu

mempertanyakan kepadanya mengenai gangguan autisme tersebut. Disebabkan


78

hal tersebut akan membutuhkan waktu yang lama untuk membuat orang tersebut

memahaminya dan dapat memancing amarah subjek saat itu.

Subjek pernah berputus asa dan bertanya – tanya didalam dirinya sendiri

mengenai takdir Tuhan atas anaknya, yang sempat menjadi beban pikirannya

setiap hari. Lalu subjek pernah berputus asa dan merasakan takkan pernah mampu

bepergian bersama anak tanpa suami. Untungnya sejak kedua anak subjek telah

bersekolah di SD YPPA (sekolah terapi anak autis), pada kelas 1 SMP sudah

mampu ditinggal di sekolah tanpa harus ditunggu, telah dapat berkomunikasi dan

dapat diajak bepergian dengan subjek tanpa pengawalan atau suami. Dalam hal ini

sesuai dengan teori Kubler Ross (Mangunsong, 2016) depresi merupakan kondisi

yang sifatnya sementara, sehingga waktu dan keseriusan tingkat depresi seseorang

tergantung pada cara keluarga menginterpretasikan suatu peristiwa disertai

kemampuan dalam mengatasi masalah tersebut.

Akan tetapi saat ini subjek masih mencemaskan masa depan anaknya jika

subjek dan suami telah meninggal. Bentuk kecemasan subjek yaitu

membayangkan orang yang akan mengurus anaknya, menghidupi kebutuhan

hidup anaknya, orang yang akan membayarkan listrik, air dan gas. Meskipun

orang lain mengatakan agar subjek mengingat bahwa Tuhan akan memberikan

kemudahan nantinya, subjek tetap merasakan cemas dan sedih ketika

membayangkan masa depan anaknya tersebut. Subjek memang mendapatkan

dukungan fisik dan sosial dari pihak keluarga, namun subjek tetap cemas karena

berpikir bahwa keluarganya tentu akan sibuk dengan urusannya masing – masing,

dan tidak mampu mengasuh anaknya kelak. Syukurnya subjek mengatakan tidak
79

pernah merasa stres hingga hilang akal dalam menghadapi kondisi kedua anaknya.

Hal ini senada dengan teori depresi dari Ross (2009) yang mengatakan bahwa

depresi adalah suatu bentuk emosi negatif reaktif yang kuat seperti kesedihan,

ketakutan dan kehilangan, yang diakibatkan oleh pengalaman buruk masa lalu,

atau ketika memikirkan masa depan dengan pesimis.

Dibalik subjek yang memang masih mencemaskan masa depan anaknya

kelak, untuk saat ini subjek merasa dapat menikmati hidup dengan baik meskipun

memiliki anak penyandang autis. Bahkan saat ini subjek merasa sangat bahagia

dan mengaggap anaknya seorang Insinyur saat memiliki perkembangan yang baik.

Bahkan selalu memuji anaknya dengan pujian pintar dan cantik jelita jika

mengalami peningkatan suatu perkembangan, disebabkan karena subjek sadar

bahwa anak autis membutuhkan pujian agar tetap semangat dan merasa dihargai.

Subjek juga menceritakan bahwa rasa kebersyukurannya menjadi timbul, saat

anaknya SMP ketika membandingkan anaknya dengan anak orang lain memiliki

kekurangan yang lebih parah, bahkan tidak bisa diajak bepergian tanpa

pengawasan orang lain selain orangtua sendiri. Kemudian subjek merenungi

setiap pengajian yang mengingatkan dirinya untuk tidak terus meratapi

kekurangan yang diberikan Allah. Hingga akhirnya saat ini, subjek yaitu

menceritakan kepada rekan – rekan kerja di kantornya dengan bangga terhadap

setiap perkembangan positif yang dimiliki sang anak.

Demi mewujudkan harapan – harapan subjek untuk meningkatkan

perkembangan anak, subjek memberikan dukungan emosional dan instuksi kepada

anaknya. Menurut Donelly (2015), dukungan emosional didefinisikan sebagai


80

suatu sikap orangtua yang selalu memberikan dorongan semangat kepada anak

dengan memuji, memberikan respon yang hangat, membantu anak jika mengalami

kesulitan, menampilkan aura positif, dan menunjukkan ekspresi yang hangat

melalui isyarat verbal dan nonverbal yang sesuai. Bentuk dukungan emosional

yang diberikan ketika anak menunjukkan suatu perkembangan yang baik, subjek

selalu memuji anaknya. Dalam hal ini subjek memuji anaknya dengan sebutan

anak gadis yang pintar dan cantik jelita, karena subjek menyadari bahwa

menurutnya anak yang autis membutuhkan pujian. Hal penting lainnya bertujuan

sebagai bentuk penghargaan dan penyemangat yang diberikan.

Subjek juga memberikan instruksi sebagai orangtua. Instruksi orangtua

didefinisikan sebagai kemampuan untuk memfasilitasi perkembangan sosial-

kognitif anak melalui pemberian tugas yang efektif, memberikan pengarahan bila

diperlukan, dan tidak lupa pula memberikan batasan serta menghargai

kemandirian anak. Untuk memfasilitasi perkembangan sosial kognitif anak

subjek, pada usia 4,5 tahun telah diberikan terapi – terapi oleh terapis. Bentuk

terapinya seperti terapi kontak mata, pengenalan kata mama dan papa, huruf,

benda, pertanyaan sosial dan beberapa jenis profesi beserta tugasnya. Selain itu

subjek juga mendapatkan buku dari terapis yang mencatat perkembangan terapi

anak sebagai alat pengontrol. Di rumah pun subjek dan suami juga memberikan

terapi pengenalan binatang melalui kartu bergambar, pengenalan anggota tubuh,

dan pengenalan nama anggota keluarga besar melalui foto. Hingga akhirnya saat

ini usia kedua anak subjek telah 23 tahun, sudah mampu memasak, mencuci dan

membersihkan rumah sendiri. Khusus untuk Ani, subjek mengajarkannya untuk


81

ke pasar sendiri sambil diintai dari jauh tanpa diketahui oleh Ani. Akan tetapi

subjek tidak mengajarkan hal yang sama kepada Ana yang disebabkan belum

mampu menyebrang jalan sebaik Ani.

Subjek juga memberikan batasan terhadap makanan. Batasan tersebut

berupa telah mampu mengontrol makanan dari terigu, susu dan gula sebesar

100%. Sayangnya subjek belum mampu mengontrol penggunaan tomat, jeruk

nipis dan bawang putih dalam masakannya, karena hal tersebut akan mengurangi

citra rasa masakannya. Lalu sebagai tambahan dari suami subjek yang menuturkan

bahwa anak sulit dilarang untuk mengonsumsi coklat dan terigu saat bepergian,

sehingga membuat subjek luluh untuk mengabulkan makanan permintaan

anaknya. Selanjutnya terhadap penggunaan Tupperware belum dapat didietkan

oleh subjek, dengan alasan sebagai wadah terbaik saat ini untuk membawa bekal

anaknya ke sekolah.

Berdasarkan penjabaran pada bagian pembahasan ini, didapatkan

mengenai gambaran proses penerimaan diri pada subjek. Jadi dalam hal ini subjek

masih berproses pada tahap depresi menuju tahap penerimaan, namun bisa

kembali lagi kepada tahap depresi. Hal ini disebabkan karena dibalik subjek yang

membangga – banggakan anak, dengan belajar bersyukur dengan segala

kekurangan sang anak, namun disisi lain kadang – kadang subjek masih

merasakan kesedihan hingga saat ini. Hal ini karena subjek masih menangis dan

merasakan kesedihan ketika membayangkan masa depan anaknya kelak. Subjek

melakukan hal tersebut ketika sedang sendiri disaat anaknya sedang tidur, atau

ketika tidak ada pekerjaan yang sedang dikerjakan. Gambaran proses penerimaan
82

diri tersebut sesuai secara teoritis yang diungkapkan oleh Ross (Mangunsong,

2016) yang menyatakan bahwa tidak semua orangtua akan mengalami tahapan

penerimaan diri secara teoritis dengan kaku atau secara pasti. Beberapa orangtua

akan mengalami sebagian atau semua tahap tersebut pada suatu waktu.
83
Gambar 1. Skema Faktor Penerimaan Diri Subjek
Faktor-faktor
Penerimaan Diri
Upaya keluarga untuk Selalu semangat untuk terus menyekolahkan anak, menguatkan
Dukungan Keluarga mengurangi stres pada subjek untuk bersyukur dengan kelebihan anak, dan mengingat
subjek segala kelebihannya
Prestasi Pencapaian diri yang Tetap dapat mengenakan sepatu tinggi dan berdandan yang
diraih tanpa tuntutan menarik sebagai suatu hobi, meskipun memiliki anak kembar
dari orang lain yang autisme. Memiliki prestasi kerja yang gemilang dimata
atasan
Arahan untuk membuat
Inspirasi
pilihan hidup menjadi Terinspirasi dari siaran TV dan majalah anak Autis yang sukses.
lebih produktif Lalu dari orangtua anak autis lain yang lebih baik
Waktu Membutuhkan waktu 3 bulan untuk bangkit dari penolakan dan
Rangkaian proses untuk
membutuhkan waktu 1 bulan untuk mengobati kemarahan pada
bangkit dari kesedihan
pihak SD P.
Harapan Media penguat tekad Harapan agar memiliki usia yang panjang hingga anak telah
yang divisualisasikan mandiri dan berharap adanya panti khusus anak autis dari
demi meraih tujuan pemerintah
84
Gambar 2. Dinamika Proses Penerimaan Diri Ibu sebagai Orangtua
Proses Penerimaan
Diri
Bentuk penyangkalan Berharap anak mengalami keterlambatan bicara, mencari
Penolakan dan kesedihan pembenaran kepada dokter anak, hingga merasa gangguan autis
terhadap fakta yang yang diderita anak adalah kiamat dunia bagi subjek.
menyakitkan
Perasaan yang Menyesal mengeluarkan anak dari sekolah terapi ke SD P dan
Marah menyalahkan diri memarahi orang lain yang menyindir dengan sinis terhadap
sendiri atau orang lain kekurangan anak.
Emosi negatif yang kuat
Depresi Sempat berputus asa dan berpikir bahwa anak akan selalu
ketika mengingat masa
lalu/saat memikirkan bergantung dan hingga saat ini masih mencemaskan masa depan
masa depan anak tanpa subjek dan suami kelak
Penerimaan Tetap mampu menikmati Sangat bahagia terhadap setiap perkembangan anak, selalu
hidup bersama anak, dan memuji anak demi memberikan semangat dan penghargaan. Lalu
tetap meningkatkan belajar untuk tidak lagi meratapi segala kekurangan anak.
perkembangan anak
85
Gambar 3. Dinamika Dimensi Penerimaan Diri Ibu Anak Penyandang Autis
DImensi Penerimaan
Diri Ibu
Memuji anak dari Memuji anak dengan pujian cantik jelita sebagai bentuk
Dukungan Emosional respon yang hangat penghargaan dan penyemangat yang diberikan subjek
Membantu anak jika Subjek membantu mengerjakan PR Ana, meski terkadang mencari
mengalami kesulitan jawabannya di website internet
Memfasilitasi Mendaftarkan anak ketempat terapi dan turut serta merapi anak
Instruksi Orangtua perkembangan dirumah bersama suami
sosial-kognitif anak
Mendietkan terigu, susu dan gula, meskipun belum bisa 100% saat
Memberikan batasan bepergian dengan anak.
Menghargai Mengajarkan Ani agar dapat ke pasar sendiri samil diintai dari
kemandirian anak belakang, menyerahkan kepada anak untuk mencuci pakaian dan
membersihkan rumah
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian terhadap

subjek, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Fase perkembangan kedua anak subjek dari usia 3 bulan hingga didiagnosa

pengidap Autisme saat berusia 4,5 tahun itu melompat – lompat dan tidak

sesuai dengan fase perkembangan seharusnya.

2. Penerimaan diri pada subjek terjadi dengan tidak melewati fase

bargaining, hal ini terlihat ketika subjek mengetahui anaknya mengidap

autis, memang langsung menyerahkan kepada terapis dan guru – guru di

sekolah. Dirumah pun subjek langsung berfokus pada pemberian terapi –

terapi yang dituntun oleh terapis.

3. Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi bahwa, subjek selalu mampu

untuk mengatasi keterpurukannya dengan cara memetik hikmah dari setiap

masalah yang dihadapinya dalam tiap proses penerimaan diri. Sikap subjek

yang selalu memuji anak dan menceritakan serta menonjolkan kelebihan

anak adalah salah satu cara untuk meningkatkan rasa penerimaan diri pada

subjek. Dalam hal ini faktor yang paling membantu subjek untuk mencapai

tahap penerimaan diri adalah faktor dukungan keluarga.

4. Hingga saat ini subjek memang telah mencapai pada tahap penerimaan,

namun belum sepenuhnya berada pada tahap ini. Disebabkan karena

kesedihan dan ketakutan subjek membayangkan masa depan anak dapat

muncul sewaktu-waktu.

86
87

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang disampaikan

sebagai berikut:

1. Bagi pengembangan ilmu Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis.

Penelitian mengenai proses penerimaan diri orangtua anak Autis

hendaknya diperluas dan dapat dijadikan inspirasi bagi orangtua yang

memiliki anak penyandang Autis.

2. Bagi subjek penelitian ini dapat memotivasi orangtua yang memiliki anak

penyandang Autis untuk tetap semangat merawat, mengasuh,

menyekolahkan dan menerapi anak, demi meningkatkan perkembangan

anak.

3. Bagi orangtua anak Autis dan guru – guru yang memiliki siswa

penyandang Autis, dapat memiliki kesabaran dan terus telaten dalam

mendidik siswanya.

4. Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti proses penerimaan diri pada ayah

yang memiliki anak pengidap autisme. Bertujuan untuk mengungkap

peran ayah terhadap tumbuh kembang anak autisme


88

DAFTAR PUSTAKA

A, Ś., Krajewska, E, K., A, B., M, S., & E, M. (2016). The Quality of Life in
Parents Raising Children with an Autism Spectrum Disorder from Poland,
Belarus and France. Program Health Science, 6(1), 102 -107.
Abuelo, D., Denise, A., & Apolito, M. (2011). Resource Guide for Families of
Children with Autism Spectrum Disorders. America: Rhode Island
Resource.
Bernard, M. E. (2013). The Strength of Self-Acceptance : Theory, Practice and
Research. Australia: Springer.
Carson, S. H., & Langer, E. (2006, June 20). Mindfulness and Self-Acceptance.
Journal of Rational-Emotive and Cognitive-Behavior Therapy, 24(1).
Dabrowska, A., & Pisula, E. (2010, Maret). Parenting Stress and Coping Styles in
Mothers and Fathers of Pre-school Children with Autism and Down
syndrome. Journal of Intellectual Disability Research, 54(3), 266-280.
Danuatmaja, B. (2003). Terapi Anak Autis di Rumah. Jakarta: Puspa Swara.
Donelly, L. J. (2015). Parent-child Interaction in Children with Autism Spectrum
Disorder Who Vary in Symptom Severity and Level of Functioning.
Columbia: Columbia University.
Ekman, P. (2003). Emotions Revealed. Canada: H.B Fenn and Company.
Goulda, E. R., Tarboxa, J., & Coyneb, L. (2017, October 23). Evaluating the
effects of Acceptance and Commitment Training on the Overt Behavior of
Parents of Children with Autism. Journal of Contextual Behavioral
Science, 1-8.
Handojo, Y. (2003). Autisme. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Hanurawan, F. (2016). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.
Mangunsong, F. (2016). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta: LPSP3 UI.
Matyja, K. W. (2014). Adolescent personalities and Their Self-Acceptance within
Complete Families, Incomplete Families and Reconstructed Families.
Polish Journal of Applied Psychology, 12(1), 59–74.
Mohammadi, M. R. (2011). Parenting Stress in Mothers and Fathers of Children
with Autism Spectrum Disorders. In E. Pisula, Comprehensive Book on
Autism Spectrum Disorders (pp. 87-106). Poland: INTECH.
89

Ravianto. (2017, Desember 1). Tribun Kesehatan. Retrieved Mei 24, 2018, from
Tribun News: http://www.tribunnews.com/kesehatan/2017/12/01/kisah-
bunda-bening-merawat-penderita-autis-tak-heran-jika-ada-orangtua-
curhat-ingin-bunuh-diri?page=2
Ross, E. K. (2009). On Death and Dying. England: Routledge.
Ryff, C. D., & Keyes, C. L. (1995). The Structure of Psychological Well-Being
Revisited. Journal of Personality and Social Psychology, 69(4), 719-727.
Satori, D., & Komariah, A. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.
Simmons, K. L. (2006). The Official Autism 101 E-Book: Autism Today. Kanada:
Autism Today.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suryana, A. (2004). Terapi Autisme, Anak Berbakat dan Anak Hiperaktif. Jakarta:
Progres.
V, C. B., Castillo, D., & A, A. L. (2017). Adventitious Blindness: The Road to
Self-Acceptance. International Journal of Research Studies in Psychology,
6(2), 85-102.
LAMPIRAN

90
91

LAMPIRAN 1
PEDOMAN WAWANCARA

A. Menggali Latar Belakang Keluarga Subjek

1. Bisa tolong ibu ceritakan bagaimana orangtua mendidik ibu dalam

membina keluarga?

2. Bagaimana latar belakang pendidikan keluarga ibu?

B. Riwayat Kelahiran Bayi

1. Bagaimana perasaan ibu ketika dinyatakan hamil oleh dokter?

2. Apa saja yang ibu rasakan selama proses kehamilan tersebut?

3. Apakah sudah ada informasi dari dokter kandungan mengenai

kemungkinan kondisi kesehatan kedua anak ibu kedepannya saat

melahirkan?

C. Faktor – faktor Penerimaan Diri Subjek

1. Family Support (Dukungan keluarga)

a) Bagaimana bentuk dukungan dalam menghadapi kondisi anak ibu?

b) Seberapa dalam pengaruh dukungan keluarga yang diberikan kepada

ibu?

2. Achievement (Prestasi)

a) Pencapaian apa yang dapat ibu raih dalam pekerjaan selama

membesarkan anak ibu?

b) Bagaimana pencapaian kinerja ibu selama ini?

c) Bagaimana ibu dalam membagi waktu dan menyikapi pekerjaan

dengan mengawasi anak?


92

3. Inspiration (Inspirasi)

a) Hal apa saja yang mampu membuat ibu terinspirasi dalam

mengupayakan penyembuhan terhadap anak?

b) Sejauh apa makna suatu inspirasi tersebut bagi ibu?

4. Time (Waktu)

a) Berapa lama waktu yang ibu butuhkan untuk bangkit dari rasa

kesedihan menghadapi kondisi anak ibu saat itu?

5. Hope (Harapan)

a) Apa saja yang ibu harapkan dalam setiap upaya penyembuhan anak

ibu?

b) Apakah pernah ibu merasa pesimis mengenai kondisi anak ibu?

D. Proses Penerimaan Diri Subjek sebagai Ibu

1. Denial (Penolakan)

a) Apakah ibu merasa ada kelainan pada perkembangan kedua anak ibu

sebelum mendapatkan diagnosa Autisme dari terapis?

b) Bagaimana ibu dapat mengetahui informasi mengenai kedua anak ibu

yang mengidap Autisme ?

c) Bagaimana perasaan ibu dalam menyikapi keadaan anak ibu tersebut?

2. Anger (Marah)

a) Bagaimana saat itu perhatian dan tenaga yang diberikan kepada kedua

anak ibu?

b) Bagaimana respon lingkungan ibu terhadap kedua anak ibu saat itu?

c) Apa yang ibu rasakan dalam menghadapi respon lingkungan terhadap


93

kedua anak ibu?

3. Depression (Depresi)

a) Bagaimana perasaan ibu saat menyadari bahwa penyakit Autisme itu

tidak dapat sembuh total?

b) Apa yang ibu lakukan saat ibu mengalami perasaan itu?

c) Bagaimana cara ibu mengurangi ketika muncul perasaan itu?

d) Bagaimana respon lingkungan terhadap kondisi anak ibu saat ini?

4. Acceptance (Penerimaan)

a) Bagaimana perasaan ibu terhadap kondisi edua anak ibu saat ini?

b) Bagaimana perasaan ibu dalam menjalani hari – hari bersama kedua

anak didalam lingkungan sekitar ibu?

c) Apa saja usaha yang ibu lakukan saat ini agar dapat mewujudkan

harapan ibu dimasa depan untuk kedua anak ibu?

d) Apakah harapan ibu dimasa depan utnuk kedua anak ibu?

E. Dimensi Penerimaan Diri Subjek sebagai Ibu

1. Dukungan Emosional

a) Bagaimana perasaan ibu terhadap hasil perkembangan anak?

b) Bagaimana cara ibu mengapresiasi hasil perkembangan anak?

2. Instruksi Orangtua

a) Apa saja upaya yang ibu lakukan demi proses pengobatan kedua anak

ibu?

b) Apa saja hal yang telah dapat dilakukan kedua anak ibu saat ini?

c) Apa saja pantangan makanan yang ibu batasi untuk kedua anak ibu?
94

LAMPIRAN 2
CATATAN LAPANGAN SUBJEK

WAWANCARA 1

Nama Subjek :N
Usia : 48 Tahun
Tanggal Wawancara : 17 Oktober 2016
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya diruang Perdata. Wawancara diadakan pada jam 14.45 – 15.41 WIB.

Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut. Didalam

ruangan ada 6 pasang meja dan kursi kerja sebagai tempat kerja pegawai perdata.

Kemudian, ada 3 komputer beserta meja dan kursi untuk pegawai bekerja. Lalu

ada 2 sofa memanjang yang ditengahnya terdapat meja kaca dan vas bunga.

Selanjutnya terdapat 4 buah papan tulis berupa data perkara perdata yang masuk

dan keluar dari tingkat banding dan kasasi selama tahun 2015-2016, dan 1 papan

lagi berupa nama pegawai perdata beserta jobdesk. Kemudian terdapat 3 lemari

kayu untuk menyimpan berkas – berkas perkara perdata dan buku anggaran

perkara.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu subjek mengenakan baju dinas Mahkamah Agung berwarna

hijau khas Pakaian Dinas Harian (PDH) untuk Pegawai Pengadilan Negeri. Baju
95

bagian atasan berupa blazer lengan panjang berwarna hijau muda yang ujung

bawahnya dikeluarkan. Lalu pada bagian bawah mengenakan rok hijau pekat,

subjek mengenakan pakaian PDH nya dengan rapi. Kemudian saat itu subjek

mengenakan jilbab segiempat transparan yang berwarna krim, dan ujung jilbab

sebelah kiri diangkat ke dada sebelah kanan dengan mengenakan bros bunga yang

terbuat dari besi, kemudian ujung jilbab sebelah kanan diikatkan pada bagian

belakang kepala dilekatkan pada bagian kepala dengan menggunakan pentul.

Subjek juga merias wajahnya dengan mengenakan eyebrow hitam pada alisnya,

bedak warna kulit dan blash on berwarna merah muda,serta lipstik berwarna

merah muda. Subjek juga menggunakan cincin emas pada bagian jari manis

tangan kiri dan menggunakan sepatu pentofel berwarna hitam.

3. Sikap dan Perilaku subjek selama wawancara

Saat diwawancara, subjek melihat ke arah peneliti. Subjek berkata dengan

lantang setiap membahas tentang keanehan - keanehan pada fase perkembangan

anaknya. Lalu subjek juga merendahkan suaranya ketika membahas masalah

kekurangan – kekurangan anaknya dan ungkapan kekhawatiran masa depan kedua

anaknya saat subjek dan suami telah meninggal. Pada saat pertengahan

wawancara subjek pada pembahasan mengenai memiliki anak autis merupakan

kiamat dunia, subjek menangis dan beberapa kali menyeka air matanya. Namun

mengenai pembahasan tingkah anak yang dinilai lucu oleh subjek, subjek tertawa

bahkan sesekali sambil memukul meja

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Gangguan selama wawancara, hanya terjadi 4 kali. Terjadi 4 kali karena


96

subjek ditemui oleh rekan kerjanya dan membahas masalah pekerjaan, kemudian

rekan kerja subjek juga menanyakan kabar dan maksud kedatangan peneliti untuk

menemui subjek.

WAWANCARA 2

Usia : 49 Tahun
Tanggal Wawancara : Selasa 12 Desember 2017
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya diruang Perdata. Wawancara diadakan pada jam 14.52 – 16.14 WIB.

Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut. Namun

pada pertengahan waktu wawancara, datanglah 2 orang rekan subjek, kemudian

kedua orang rekan subjek bekerja menggunakan komputer yang ada didalam

ruangan. Didalam ruangan ada 6 pasang meja dan kursi kerja sebagai tempat kerja

pegawai perdata. Kemudian, ada 3 komputer beserta meja dan kursi untuk

pegawai bekerja. Selanjutnya terdapat 4 buah papan tulis berupa data perkara

perdata yang masuk dan keluar dari tingkat banding dan kasasi selama tahun

2016-2017, dan 1 papan lagi berupa nama pegawai perdata beserta jobdesk.

Kemudian terdapat 3 lemari kayu untuk menyimpan berkas – berkas perkara

perdata dan buku anggaran perkara.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu subjek mengenakan baju dinas Mahkamah Agung berwarna
97

hijau khas Pakaian Dinas Harian (PDH) untuk Pegawai Pengadilan Negeri. Baju

bagian atasan berupa blazer lengan panjang berwarna hijau muda yang ujung

bawahnya dikeluarkan. Lalu pada bagian bawah mengenakan rok hijau pekat,

subjek mengenakan pakaian PDH nya dengan rapi. Kemudian saat itu subjek

mengenakan jilbab segiempat transparan yang berwarna putih dengan pet jilbab

berwarna hitam dan ujung jilbab sebelah kiri diangkat ke dada sebelah kanan

dengan mengenakan bros bunga yang terbuat dari besi, kemudian ujung jilbab

sebelah kanan diikatkan pada bagian belakang kepala dilekatkan pada bagian

kepala dengan menggunakan pentul. Subjek juga merias wajahnya dengan

mengenakan eyebrow hitam pada alisnya, bedak warna kulit dan blash on

berwarna merah muda,serta lipstik berwarna merah muda. Subjek juga

menggunakan cincin emas pada bagian jari manis tangan kiri dan mengenakan

sebuah gelang emas pada tangan kanan, dan jam tangan berwarna emas pada

tangan kiri. Subjek menggunakan sepatu pentofel berwarna hitam.

3. Sikap dan Perilaku subjek selama wawancara

Saat diwawancara, subjek melihat ke arah pewawancara. Sesekali subjek

juga melihat ke arah kiri atau sesekali menjawab pertanyaan rekan subjek yang

datang ketika proses wawancara. Pada proses wawancara subjek terkadang

tertawa atau bersuara lebih keras karena membahas tingkah anaknya yang lucu,

bahkan sampai mempraktikkan tingkah anaknya, seperti berdiri atau

meilustrasikan tingkah anak subjek ketika meminta sesuatu sebelum mendapatkan

terapi pada usia 4,5 tahun. Namun pada akhir wawancara, mata subjek berkaca -

kaca dan bersuara lebih pelan ketika membicarakan mengenai harapan subjek
98

untuk masa depan kedua anaknya.

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Gangguan selama wawancara, hanya terjadi 5 kali. Terjadi 4 kali terjadi

karena subjek ditemui oleh rekan kerjanya dan membahas masalah pekerjaan,

kemudian rekan kerja subjek juga menanyakan kabar dan maksud kedatangan

peneliti untuk menemui subjek. Lalu 1 kali terjadi ketika subjek mengerjakan

pekerjaannya selama lebih kurang lima menit, kemudian berpindah meja sambil

tetap bercerita dengan peneliti.

WAWANCARA 3

Nama Subjek :N
Usia : 50 Tahun
Tanggal Wawancara : Jum’at 12 Januari 2018
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya diruang Perdata. Wawancara diadakan pada jam 14.20 – 15.10 WIB.

Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut. Namun

pada pertengahan waktu wawancara, datanglah seorang rekan subjek yang bekerja

di salah satu komputer yang ada di dalam ruangan. Didalam ruangan ada 6 pasang

meja dan kursi kerja sebagai tempat kerja pegawai perdata. Kemudian, ada 3

komputer beserta meja dan kursi untuk pegawai bekerja. Selanjutnya terdapat 4

buah papan tulis berupa data perkara perdata yang masuk dan keluar dari tingkat

banding dan kasasi selama tahun 2017-2018, dan 1 papan lagi berupa nama
99

pegawai perdata beserta jobdesk. Kemudian terdapat 3 lemari kayu untuk

menyimpan berkas – berkas perkara perdata dan buku anggaran perkara.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu subjek mengenakan baju kurung berwarna coklat muda yang

pada kaus atasannya dikelurkan, panjangnya hingga mencapai betis subjek. Lalu

terusan bawahnya mengenakan rok berwarna coklat tua. Subjek mengenakan

pakaian kurung karena pada saat wawancara bertepatan dengan hari Jum’at. Pada

hari tersebut pegawai diberikan kebebasan mengenakan pakaian selain baju PDH,

asalkan sopan dan rapi. Subjek mengenakan jilbab berwarna dominan coklat

muda dan ada variasi motif warna – warna merah dan hijau. Kemudian subjek

mengenakan bros silver yang terdapat manik – manik berwarna merah, hijau dan

kuning. Subjek menggunakan sepatu sendal hak tinggi sekitar 5 cm berwarna

kulit. Subjek juga merias wajahnya dengan mengenakan eyebrow hitam pada

alisnya, bedak warna kulit dan blash on berwarna merah muda,serta lipstik

berwarna merah muda. Lalu subjek mengenakan cincin emas pada kedua jari

manisnya dan mengenakan 2 gelang emas pada kedua pergelangan tangan, beserta

jam tangan dari besi pada tangan kanan.

3. Sikap dan Perilaku subjek selama wawancara

Saat diwawancara, subjek melihat ke arah pewawancara. Sesekali subjek

juga mengajak seorang rekan kerjanya utnuk mengiyakan pernyataan mengenai

anaknya dalam proses wawancara. Pada proses wawancara subjek

mencondongkan badannya kedepan ketika membahas tentang kelebihan –

kelebihan anaknya, dan penerimaan pihak – pihak guru di sekolah. Lalu ketika
100

membahas tentang emosi ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran mengenai masa

depan anaknya setelah subjek dan suami tiada, subjek tidak menangis lagi seperti

wawancara 1. Subjek hanya merendahkan suranya dan membesarkan matanya.

Namun ketika membahas kelucuan, kelebihan anak dan karir subjek di kantor saat

awal – awal anak TK dan SD, subjek tertawa dan bersuara keras.

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Gangguan selama wawancara, hanya terjadi 2 kali. Terjadi 2 kali karena

subjek ditemui oleh rekan kerjanya dan membahas masalah pekerjaan yang hanya

menghabiskan waktu kurang dari 1 menit saja.


101

LAMPIRAN 3

CATATAN LAPANGAN INFORMAN 1

WAWANCARA 1

Nama Subjek :M
Status : Suami ibu N
Usia : 59 Tahun
Tanggal Wawancara : Rabu 24 Januari 2018
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya diruang Sidang Anak. Wawancara diadakan pada jam 10.05 – 10.20

WIB. Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut.

Didalam ruangan ada 1 meja panjang tempat duduk 3 orang hakim. Lalu pada sisi

kanan kiri yang saling berhadapan masing – masing terdapat 1 meja panjang dan

terdapat 2 kursi untuk jaksa dan penggugat, kemudian untuk pengacara dan

tergugat. Lalu ditengah ruang sidang terdapat 3 kursi untuk terdakwa anak – anak.

Kemudian dibelakang kursi untuk terdakwa terdapat 10 kursi berwarna hijau

untuk peserta yang menonton persidangan. Tak lupa pula disisi kanan dan kiri

meja hakim terdapat bendara merah putih dan bendara Mahkamah Agung.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu bapak M mengenakan pakaian dinas harian (PDH) pegawai

laki – laki berwarna biru dongker. Kepala bapak M pada bagian depan sudah
102

botak, lalu rambutnya tersisa pada bagian belakang berwarna hitam. Pakaian dinas

bapak M dimasukkan kedalam celana dan mengenakan ikat pinggang berwarna

hitam. Bapak M mengenakan sepatu Pantofel berwarna hitam. Sehingga bapak M

mengenakan pakaian dengan rapi.

3. Sikap dan Perilaku Subjek selama Wawancara

Saat diwawancara, bapak M melihat ke arah pewawancara. Sepanjang

wawancara hingga 3 menit terakhir, tangan bapak M dilipat dan diletakkan diatas

meja sambil matanya fokus menatap peneliti. Kadang bapak M juga terdiam dan

merespon agak lama ketika membahas tentang perasaan – perasaan mengenai

kedua anaknya. Pada proses wawancara subjek mencondongkan badannya

kedepan. Pada 3 menit terakhir, bapak M mencondongkan badannya ke belakang

dan membuka tangannya sambil menjawab pertanyaan peneliti dengan tertawa.

Namun nada suara bapak M melemah saat menjawab pertanyaan mengenai

harapan bapak M untuk masa depan kedua anaknya.

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Tidak ada gangguan selama proses wawancara. Namun pada pertengahan

wawancara hingga terakhir, hanya ada suara – suara percakapan pegawai lain dari

luar ruangan.

WAWANCARA 2

Nama Subjek :M
Tanggal Wawancara : Kamis 1 Februari 2018
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri
103

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya masih diruangan sidang Anak. Wawancara diadakan pada jam 07.44 –

07.54 WIB. Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut.

Didalam ruangan ada 1 meja panjang tempat duduk 3 orang hakim. Lalu pada sisi

kanan kiri yang saling berhadapan masing – masing terdapat 1 meja panjang dan

terdapat 2 kursi untuk jaksa dan penggugat, kemudian untuk pengacara dan

tergugat. Lalu ditengah ruang sidang terdapat 3 kursi untuk terdakwa anak – anak.

Kemudian dibelakang kursi untuk terdakwa terdapat 10 kursi berwarna hijau

untuk peserta yang menonton persidangan. Tak lupa pula disisi kanan dan kiri

meja hakim terdapat bendara merah putih dan bendara Mahkamah Agung.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu bapak M mengenakan pakaian dinas harian (PDH) pegawai

laki – laki berwarna coklat tua. Kepala bapak M pada bagian depan sudah botak,

lalu rambutnya tersisa pada bagian belakang berwarna hitam. Pakaian dinas bapak

M dimasukkan kedalam celana dan mengenakan ikat pinggang berwarna hitam.

Bapak M mengenakan sepatu Pantofel berwarna hitam. Sehingga bapak M

mengenakan pakaian dengan rapi.

3. Sikap dan Perilaku Subjek selama Wawancara

Saat diwawancara, bapak M melihat ke arah pewawancara. Sepanjang

wawancara hingga 3 menit terakhir, bapak M bersandar ke kursi, kadang – kadang

sambil mengepalakn kedua tangannya. Lalu pada menit 2 terakhir bapak M

melipat kedua atangannya diatas meja. Kadang bapak M tertawa ketika membahas
104

kelucuan anak saat meminta makanan mengandung coklat dan terigu. Lalu

menjelaskan penjelasan yang lain tentang subjek, bapak M menjawab dengan

nada datar. Pada akhir wawancara ketika membahas tentang subjek yang tidak

pernah dilihat lagi oleh bapak M menangis, subjek tertawa. Namun nada suara

bapak M melemah, saat menjawab pertanyaan mengenai subjek yang timbul

tekadnya saat melihat majalah mengenai Anak Autis yang sukses.

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Tidak ada gangguan selama proses wawancara. Gangguan hanya berupa

suara pegawai dari luar yang sedang berkumpul di lobby untuk mengambil absen.
105

CATATAN LAPANGAN INFORMAN 2

WAWANCARA 1

Nama Subjek :D
Status : Kasubag. Perdata (atasan langsung ibu N)
Usia : 59 Tahun
Tanggal Wawancara : Jum’at 26 Januari 2018
Lokasi Wawancara : Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi
Pewawancara : Gabriela Yastika Putri

1. Kondisi tempat Wawancara

Wawancara diadakan di Pengadilan Negeri Klas 1B Bukittinggi, lebih

tepatnya diruang Perdata. Wawancara diadakan pada jam 07.36 – 07.43 WIB.

Pada saat itu hanya ada subjek dan peneliti didalam ruangan tersebut. Namun

pada pertengahan waktu wawancara, datanglah seorang rekan subjek yang bekerja

di salah satu komputer yang ada di dalam ruangan. Didalam ruangan ada 6 pasang

meja dan kursi kerja sebagai tempat kerja pegawai perdata. Kemudian, ada 3

komputer beserta meja dan kursi untuk pegawai bekerja. Selanjutnya terdapat 4

buah papan tulis berupa data perkara perdata yang masuk dan keluar dari tingkat

banding dan kasasi selama tahun 2017-2018, dan 1 papan lagi berupa nama

pegawai perdata beserta jobdesk. Kemudian terdapat 3 lemari kayu untuk

menyimpan berkas – berkas perkara perdata dan buku anggaran perkara.

2. Kondisi Penampilan subjek

Pada saat itu bapak D mengenakan pakaian olahraga dari Pengadilan

Negeri yang berwarna ungu dengan mengenakan celana training berwarna hitam.
106

Kemudian bapak D mengenakan topi berwarna hitam dengan rambut yang sudah

banyak beruban. Bapak D mengenakan olahraga berwarna abu – abu.

3. Sikap dan Perilaku Subjek selama Wawancara

Saat akan dilakukannya wawancara, bapak D menanyakan mengenai hal

apa yang akan ditanyakan oleh peneliti. Lalu peneliti menjelaskan bahwa peneliti

mewawancara bapak D untuk menilai ibu N dari sifat dan kinerjanya selama

menjadi bawahan bapak D. Sepanjang wawancara bapak D menjelaskan dengan

lantang, serta membuka kedua tangannya dengan menyandarkan sikunya keatas

meja sambil mencondongkan badannya kehadapan peneliti. Hingga setelah selesai

wawancara, bapak D menyatakan bahwa ia terburu – buru karena akan melakukan

jogging dan bersedia jika dilakukan wawancara lebih lanjut.

4. Gangguan dan Hambatan selama wawancara

Gangguan selama wawancara terjadi 3 kali. Pertama kali terjadi karena

salah seorang bawahan bapak D datang dan bertanya maksud tujuan peneliti

menemui bapak D. Lalu gangguan kedua terjadi karena salah seorang rekan kerja

bapak D meminta untuk segera bersiap – siap di lobi untuk melakukan jogging.

Kemudian kali ketiga ibu N datang dan secara otomatis bapak D menjelaskan

maksud kedatangan peneliti.


107

LAMPIRAN 4

Verbatim Dan Pelabelan Fenomena Subjek Penelitian

Wawancara : 1
Tanggal : 17-10-2016
Tempat : Ruang Perdata Pengadilan Negeri klas 1B B

G : “Bismillahirrahmanirrahim, oke ibu, makasih yo ibuk atas waktunyo.


Disiko Gaby nanyo – nanyo saketek tentang ibu jo anak ibuk. Gaby nanyo
dari awal se ibuk. Waktu ibuk hamil Ana jo Ani tu, apo yang tajadi buk, apo
ado yang aneh – aneh?”

N : “Waktu hamil, ndak ado nan aneh – aneh do. Samo sakali ndak ado tapikia
do, akan punya bayi yang autis kan? Sebabnyo ndak ado keanehan-
keanehan yang manuruik urang ado itu ado itu tu do. Biaso-biaso se, normal
sadenyo.” Comment [D1]: Tidak ada keanehan
ketika semasa subjek hamil kedua
anaknya kembarnya Riwayat kelahiran
G : “ Pas lahiran buk?” bayi

N : “Lahir pun normal, cuman waktu inyo umua tigo bulan pas agak –
agaknyo anak – anak lah pandai main ciluk ba, inyo ndak amuah caliak
mato do. A tu pas umua umua bara tu ha, ampek bulan lah pandai duduak
apo, duduak sajo kan? Duduak tapi ndak mainsuak paruik do. Harusnyo kan
fasenyo fase mainsuak paruik anak tu dulu. Nah ikonyo duduak se.” Comment [D2]: Keanehan mulai
tampak bagi subjek sewaktu anak sudah
berusia 3 bulan, subjek bingung dengan
G : “Ndak marangkak buk?” pola perkembangan anaknya yang tidak
mau menatap matanya, bermain ciluk ba,
serta sudah mampu duduk pada usia 4
N : Ndak ado marangkak do, maelo paruik, langsuang se duduak. Nah tu umua bulan tanpa melewati fase merayap.

lapan bulan lah bisa jalan tanpa ado marangkak. Harusnyo kan fase ko
marangkak dulu anak – anak ko, a langsuang bajalan. A tu ibuk tapikia
waktu tu, baa ko yo bisa bajalan umua lapan bulan? Ibuk pikia anak ibuk
hebat, sempat ibuk tapikia yo hebat anak ibuk bisuak mah, jadi dokter
nantik mah. Caliak anak urang saumua inyo manelantang main kereta –
kereta bulek juo baru, sementaro anak wak lah bisa bajalan, ndak ado pacik
108

– pacik dindiang bajalan do. Biasonyo anak – anak tu fasenyo pacik – pacik Comment [D3]: Kedua anak subjek
tidak ada fase merayap dan meraangkak
dindiang, baru ko pacik – pacik dindiang baru bisa dilapeh bajalan kan, iko namun sudah bisa langsung duduk.
Kemudian usia 8 bulan sudah bisa berjalan
nyo langsuang ibuk duduk nyobarang jo inyo ndak? “sini – sini !” langsuang tanpa melewati fase merangkak dan
memegang – megang dinding. Ketika itu
nyo bagerak kaduo – duonyo. Lapan bulan labiah saketek lah, lah pandai bahkan subjek berpikir memiliki anak
yang cerdas dan akan menjadi dokter.
bajalan. Cuma, anak – anak umua sagitu lah pandai mangecek, inyo ndak
ado do. Inyo e siaran iklan suko nyo ha, suko. Apolai anak – anak mulai
pandai mangecek mama papa, inyo bisa mangecek, minyak angin Caplang,
asli lo!”

G : “Umua lapan bulan buk?”

N : “Ndak, fase – fase sataun labiah ko. Kan anak waktu itu alun bisa
mangecek panjang lebar lai. Inyo lah bisa nyabuik, minyak angin Caplang,
asli lo! Padahal manyabuik kato mama jo papa ndak bisa do. Tu ibuk heran,
dikecekan bisu ndak mungkin bisu do kan? Soalnyo kalau bisu tu ndak
mungkin bisa mengucapkan kato – kato do, nyo bisa mengucapkan minyak
angin Caplang, asli lo! Samantaro kato mama jo papa payaah maaja ndak Comment [D4]: Ketika usia anak
subjek kisaran setahun belum dapat
bisa do. A tu ibuk heran, ba lah anak ko he? Mungkin anak ko cerdas, a lo mengatakan kata mama dan papa.
Namun, sudah dapat mengatakan kata
itu pikia ibuk. Tu lama kelamaan lah batambah lo umua nyo, tetap lo siaran jargon iklan minyak angin Caplang, asli
lo!
iklan yang tau nyo mengucapkan, ko ndak pandai nyo do, mengucapkan
kato – kato mama papa. Tu lah ampek satangah taun lo umuanyo, a ibuk
cubo mananyo ka apo kan, ka dokter anak. Kecek dokter anak ko ndak baa
do buk, anak ibuk capek pandai bajalan, lambek pandai mangecek, kan itu
kecek urang jaman dulu, tapi itulah harapan ibuk. Kironyo indak do, lah
umua bara ibuk baok ka dokter, dari umua duo tahun tu a, anak urang lah
pandai ngecek inyo alun ndak? Sampai umua ampek satangah tahun kan?
Tetap itu jawek apak tu, anak kamanakan ambo ado nan mode tu dulu mah, Comment [D5]: Semakin bertambah
usia kedua anak subjek, namun tetap
belum bisa mengatakan kata mama papa
o.. ampek o..lah umua 5 tahun baru pandai ngeceknyo kan, dek inyo capek dan hanya mengucapkan jargon iklan
minyak tadi saja. Hingga saat usia mereka
bajalan. Tu taba harapan ibuk. Tu sampainyo ampek satangah tahun, ndak 4,5 tahun, subjek membawa kedua
anaknya ke dokter. Dokter anak
juo do. Tetap juo siaran tv yang nyo tau nyo. Tu tibo pikiran ibuk, mengatakan bahwa kondala anak-anak
subjek hanya keterlambatan bicara yang
o..masuakkan lah anak ko ka SLB. Pas ibuk masuak kan ka SLB, pas pas disebabkan oleh mampu berjalan sebelum
usia 1 tahun. Lalu dokter memberkan
umuanyo o.. 4,5 tahunan lah, manolak orang SLB. Buk, anak ibuk ko ndak alasan bahwa keponakannya baru dapat
berbicara pada usia 5 tahun.
109

disiko ko do, anak ibuk autis mah. Apo autis tu buk? Alun kenal autis waktu
tu lai kan? Autis ko perilaku, o..gangguan perilaku, ee, gangguan bahasa,
perilaku, sosial, gabung tu mah, keceknyo kan? Jadi baa caro buk? Dek Comment [D6]: Subjek memasukkan
kedua anaknya ke SDLB saat usia 4,5
banyak ibuk – ibuk disitu kan? Sakolahnyo terapinyo ado di Kota P buk, tahun karena hanya bisa menyebutkan
siaran iklan minyak Caplang saja. Ternyata
kalau disiko kami alun ado urang nan ma apo lai do, soalnyo biayanyo ketika subjek mendaftarkan kedua
anaknya ke SLB, pihak sekolah menolak.
Karena, kedua anak subjek mengidap
gadang kan? Bara biayanyo, yo ituangnyo perjam terapinyo. Tu kalau ibuk autis. Lalu pada saat itu subjek dikenalkan
dengan istilah autis pertama kali. Menurut
pai ka Kota P baa caronyo tu kan? Bisa ibuk ka Kota P ndak a do, tapi ibuk pihak SLB, Autis adalah suatu penyakit
yang merupakan kombinasi dari gangguan
karajo lo, keceknyo kan? A ndak bitu do buk, bisuak kami panggia urang perilaku, bahasa dan sosial.

terapis Kota P tu, suruah mandiagnosa anak ibuk ko. Buliah dicaliaknyo
anak ibuk ko autis atau indaknyo. Yo setelah tu tibolah urang dari Kota P Comment [D7]: Subjek dibantu oleh
pihak sekolah SLB untuk mendatangkan
kan? Limo urang kan para terapis autis tu kan? Di diagnosanyo diagiahnyo terapis yang akan mendiagnosa kedua
anak subjek.
pertanyaan sekian macam baranyo, dari sekian macam, duo puluah limo
awak manjawek iya, berarti anak wak autis. Kironyo labiah jawabannyo duo
puluah limo iya kan? Berarti emang iyo..iyo..positif anak ibuk autis buk
harus diterapi,keceknyo kan? Tapi kami alun bukak siko lai, tapi kami
rencana dek anak ibuk ado duo, tu ado lo anak dari toko ameh Tri Arga duo,
tu tambah lo kan, anak tu biaso barulang ka Kota P, jadi kito gabuang se
disiko jadi ampek anak wak, dicubo kami bukak siko. Akhirnyo bukak
sakola tu siko kan? Tapi menyewo, nyewo gedung se dulu. Hmm, itu
awalnyo tu Gaby, nanyo gedung nyo kan? Tu baantaannyo anak wak tu ka
rumah, rumah sewaannyo tampek anak wak tu diterapi. Sudah tu baru nyo Comment [D8]: Kedua orang anak
subjek positif didiagnosa pengidap
rumah ka rumah nyo, barunyo dapek sakola kan? Sakola bantuan autisme oleh 5 orang terapis tersebut.
Kemudian subjek mendaftarkan kedua
pemerintah.” anaknya untuk mengikuti program terapi
anak Autis, disebuah gedung yang disewa
oleh para terapis untuk menerapi anak –
G : “Trus yang ibuk rasoan ketika umua tigo tahun?” anak pengidap Autis.

N : “Tigo tahun..waktu inyo umua tigo tahun?” Tigo tahun tu iyo la, caliak
anak – anak saumua inyo, lah bisa apo..lah bisa galak – galak, lah bisa
apo..Inyo ndak ado do, ndak marespon nyo ka awak ko do (sambil menepuk
tangan ke buku). A yang inyo nio, inyo egang tangan wak, (sambil
mempraktikkan dengan memegang penggaris besi) misalnyo inyo ingin roti
diateh lemari, inyo ambiak tangan awak, inyo nyuokkan ka mari, inyo ingin
110

minum, inyo nyuokkan ka awak. Ndak pernah inyo mangaluaan kato – kato,
mama ingin minum. Sedangkan kato mama se ndak pandainyo nyabuik do
(dengan nada suara yang lebih tinggi). Baa nyo mintak nan lain? Inyo egang Comment [D9]: Pada usia kedua anak
subjek berusia 3 tahun, jika menginginkan
tangan awak gitu kan ? Tu ibuk heran, baa anak giko ko? Ibuk ndak tapikia sesuatu selalu mengambil tangan subjek
dan diarahkan terhadap objek yang
autis do, dokter Metrizal ndak tau bahasan autis menjak tu do (dengan nada diinginkan tanpa mengeluarkan sepatah
katapun.
suara yang lebih tinggi). Dikecekan hiperaktif se nyo. Metrizal dokter anak
tu, ndak tau nyo autis do. Autis ko taunyo se tahun duo ribu di kota B ko,
sajak ado Ana Ani ko urang tau kan? Haa..itu tu dulu tu, sajak umua tigo
tahun ndak apo do, indak ado nyo bersosialisasi mode anak – anak lain,
main ciluk baa lah, main..main apo lah, main alek – alek ndak suko do, nyo
sukonyo benda – benda bulat. Benda – benda bulat, misalnyo roti..roti..
Regal, harus bulat, ndak buliah sumbiang. Sumbiang saketek dicampaknyo.
A tu suko nyusun benda – benda yang ndak patut. Misalnyo benda ko kursi,
kan ndak untuak mainan do dek anak – anak biasonyo do. A inyo untuak
mainan dek inyo. Tu spatu ndak mainan, untuak mainan dek nyo disusunnyo
sapatu tu berjejer gitu. Kursi, kursi plastik berjejer berjejer mode ko a
(diperagakan dengan tangan). Tu ibuk heran, inyo ndak suko diagiah
mainan icak – icak, misal telepon – teleponan dari plastik, ndak nyio do.
Kompor – kompor dari plastik ndak nyio inyo do. O..o.. misalnyo anak
ketek suko mainan alek – alek, ndak suko do. Inyo suko main langsung,
contohnyo suko masak – masak tu langsung ka kompor, langsung kuali,
langsung api. Duo tahun lah pandai masak mi rebus. A.. baa di Gaby?” Comment [D10]: Pada usia kedua anak
subjek 3 tahun, tidak ada kedua anaknya
bersosialisasi dengan teman sebayanya.
G : “Mantap yo buk?” Lalu tidak menyukai permainan ciluk ba!
Kedua anak subjek tidak suka bermain
bermain pura – pura seperti tidak
N : “A..iyo, tapi harus diwaspadai mode tu anak bi, ibuk dulu menganggap menyukai kompor mainan dan telepon
mainan dari plastik, menyukai benda –
benda bulat seperti roti Regal harus bulat
bantuak Gaby tu mantap, mantap ebat anak nantik jadi dokter mah indak, sempurna tanpa sedikitpun ada yang
sumbing, kemudian menyusun benda –
harus wak waspadai anak tu mah, kalau pengalaman lo tu mah. Dibawah benda yang tidak patut seperti menyusun
sepatu dan kursi duduk plastik. Bahkan
satahun anak lah mulainyo aktif apo, waspadailah! Berarti ado kelainannyo, pada usia 2 tahun sudah bisa memasak
indomie.
kelainan di motoriknyo tu kan? Utaknyo tu bagerak kancang, sahingga
motorik kasarnyo ko bagerak – bagerak lo kancang di perintah dek utak tadi
tu. Bitu bi.”
111

G : “Trus baa perasaan ibuk pas dikecekan autis?”

N : “Ibuk ndak tau apo autis ko dulu, tu ibuk ndak tau. Dek ibuk ndak tau ndak
tabayang autis ko apo do..A lah autis ko, macam a autis ko sekedar nama,
itu pikiran ibuk kan? O..sekedar namo penyakit gitu kan? Gitu pikiran ibuk.
Ruponyo autis tu itulah, anak autistik, anak yang sendiri, yang hidup dengan
dunianya sendiri, itu arti autis tu ruponyo. Autistik sendiri se nyo, indak
nyio nyo bergabung, indak nyio nyo memikirkan lingkungannyo, dirinyo se
yang takana. Taragaknyo galak, nyo galak. Taragak nyo maonjak – onjak
nyo onjak – onjak, taragaknyo puta – puta nyo puta – puta.”

G : “Setelah ibuk tau itu makna autis, apo yang ibuk rasoan?”

N : “Setelah itu apo la raso hati, pas mandanga autis ko saraso kiamaik dunia
ko.Baa kecek urang, baa tu is..istilahnyo o..o..a tu, o penyakit. O ndak
penyakit do, kelainan yang o..apo.. yang permanen. Sulit untuk berubah.
A..jadi, istilahnyo apo..apo kelainan yang permanen. Jadi pas urangtuo nan
memahami autis tu, raso kiamaik dunia ko. Raso duniako, raso baa gitu lah,
baa salah den? Kaji baa bitu turunan den? Sampai mandasari mangkaji
turunan kan? A sebabnyo anak jadi autis ko. Autis ko baa, kelainan yang
kompleks. Beda, beda jo misalnyo o..o anak buto, beda anak buto, a itu..itu
dek Gaby. A jadi o baa tu, istilahnyo kiamat dunia lah bagi ibuk jo urangtua
yang mempunyai anak autis. Sebab anak autis ko kompleks sudah
kelainannyo, yang istilahnyo akan menetap sampai inyo umua apopun,
sampai inyo menjabat apopun, sifat autistiknyo tu akan nampak terlihat juo,
walaupun nyo berubah tapi autistiknyo ndak akan barubah sekali – sekali
menyukai lampu merah, nyo tagak se di jalan tu, ndak peduli nyo urang
akan lewat do ko e. Tu ado ibuk baco buku seorang profesor dari Amerika Comment [D11]: Subjek merasa
kiamat dunia setelah mengetahui makna
nyo autis. Tapi jiwa autisnyo ndak hilang sampai nyo dewasa lah jadi autis yang sebenarnya. Hal tersebut
karena bagi subjek, autis merupakan
profesor kan? Nampaknyo lampu merah, tu nyo caliak. Ndak peduli urang kelainan yang kompleks dan akan
menetap seumur hidup.
di lingkungannyo ka lalu, yang penting nyo tagak sampai nyo pueh. Tu nyo
tagak se lai. Ndak peduli nyo do urang man tiit..tiit..ndak peduli nyo do..hm
112

a..mode tu.”

G : “Tu ibuk marasoan perasaan nan mode tu?”

N : “Sampai anak ko umua bara gitu? Sampai sekarang masih ma..kadang ibuk
manangih surang, baa inyo nantik, seandainyo wak ndak ado lai.
Seandainyo wak ndak ado, baa nyo. Sebabnyo anak autis ko kan ndak bisa
wak lapeh surang do. Istilahnyo mandiri surang ndak bisa do kan?
Tergantungnyo jo wak, sehingga kadang – kadang ibuk bapikia mah,
seandainyo ndak ado wak nanti baa? Sempat ibuk bapikia bantuak tu ma
Gaby, tibo perasaan emosional itu kan? Tibo perasaan emosional tu wak
nantik, setelah wak ndak ado lai, sia yang menghiduikannyo? Sia nan ka
mambalanjoannyo? Sia yang ka mambalian makanan? Sarupo wak
mambaliannyo kini? Soalnyo anak autis ko jarang yang bisa mandirinyo,
ciek – ciek bana. Mandiri pun inyo tetap butuh pengawasan kan? Sampai Comment [D12]: Sampai saat ini
subjek terkadang masih menangis ketika
kini ndak ado, kadang – kadang ibuk galak tu menghilangkan raso sedih, membayangkan kehidupan kedua
anaknya dimasa depan jika subjek dan
raso – raso sakik, raso ibo hati kan? Mancubo urang anak autis ko, ndak kan suami sudah meninggal.
Comment [D13]: Subjek tertawa untuk
ado urang nan ingin do mempunyai anak autis do, pasti manolak, ndak menghilangkan rasa sedih, sakit dan iba
jika mengingat tentang kondisi kedua
sanggup urang do Gaby pasti manolak. Soalnyo anak autis ko terapinyo dari anaknya jika subjek dan suami telah
meninggal
jago lalok sampai tidua baliak, a itulah terapinyo ndak bisa, harus rutin.
Terapi maksudnya, harus ditunjuakan nyo dari a sampai z, apo se nan
ditunjuakkan ka inyo nak, sampai z kan? A mode tu lah bi, walaupun baa
anak autis ko, tetap sampai tuo wak nantik a, inyo tu akan butuah awak, tak
bisa nyo surang Gaby. Latakannyo pandai masak, kan lah pandai nyo masak
tu? Nantik setelah ndak ado awak, sia nan ka mambalanjoannyo?
Mambaliannyo masakan bia nyo bisa masak dirumah, kadang – kadang
tapikia dek ibuk mah. Kadang ibuk manyanang – nyanangan hati, ibuk galak
kan? Sabananyo ibuk sedih mah, anak wak beda dari urang lain. Siapopun
urangtua autis pasti mode tu Gaby, ndak akan sanang gai punyo anak autis
tu walaupun nyo punyo kelebihan – kelebihannyo itu, tapi nyo tetap butuh
Comment [D14]: Bagi subjek meskipun
awak. Kadang ibuk dek pikiran tu acok mah, pas ibuk sorang – sorang, kedua anaknya memiliki kelebihan –
kelebihan seperti bisa memasak, tetap tak
sadang ndak di kantua ko banyak hiburan kan? Kan sorang acok ibuk akan ada orangtua yang senang memiliki
anak yang autis.
113

manangih mah, takana kalau umua wak pendek kan? Sia nan ka
mambalanjoannyo? Pai mancarian pitih untuak inyo, latakkannyo emang lah
pandai masak, sia yang mambalian samba? Sia nan mabalian bareh? Tu ibuk
kini baaja – ajaan Ani tu ka pasa, baagiahan pitih pas-pasan kan? Wak ajaan
ka pasa, ibuk intaian dari balakang, ibuk caliak supayo inyo bisa tu ka pasa. Comment [D15]: Subjek mengajarkan
Ani untuk dapat berbelanja ke pasar
Latakkan lah inyo bisa bisuak ka pasa dek Gaby, sia nan ka mancarian sendiri sambil diintai dari belakang.

nafkah untuak inyo? Mudah-mudahan tuhan maha kuaso, bisa se inyo


mambukakan aponyo nantik nak? Bisanyo bakarajo kan, untuak mancari
nafkah untuak iduiknyo. Tapi ibuk raso – raso, kadang maraso mungkin hal
mode tu do. Sadonyo urangtua anak autis pasti mikian mode tu Gaby pasti Comment [D16]: Subjek berharap
kepada Tuhan agar kedua anaknya pada
tu, pasti ado perasaan mode tu. Kalau mancaritoan anak autis ko taruih, pasti masa depan mampu menghidupi diri
sendiri, meskipun subjek pesimis dengan
ibuk manangih. Patang dirumah sakola ibuk lah managih lo, soal anak ko harapan tersebut.

kan? (sambil menangis terisak – isak)” Comment [D17]: Subjek selalu


menangis ketika bercerita tentang anak,
termasuk di sekolah Ani.
G : “Ndee ibuk, maaf Gaby yo buk yo?”

N : “Ndak baa do Gaby, tu lah apo dek Gaby tu mah. Seandainyo ndak ado
ibuk nantik lai, caliak an gai lah si Ani tu lai. Caliak lah inyo, baa keadaan
inyo? Kadang ado perasaan itu tu bi (subjek berhenti sejenak dan menangis
terisak – isak). Gaby yang tau anak autis tu seandainyo e, seandainyo ibuk
ndak ado nantik lai, Gaby tinjau – tinjau lah keadannyo yo bi, jadi terpantau
juo inyo (Suara tangis yang terisak – isak).” Comment [D18]: Subjek berharap
kepada peneliti, agar datang untuk
meninjau kondisi kedua anak subjek
G : “Iyo ibuk, InsyaAllah buk, rumah ibuk masih disitu rumah pribadi ibuk ketika subjek dan suami telah meninggal
dunia.
kan?”

N : “Iyo bi, kiamaik dunia istilah dek urang Gaby. Urang sampai bacarai gai
suami istri gara – gara anaknyo autis kan? Karano saling menyalahkan, itu
lah ibuk baco buku Gaby, buk baco buku, sehingga urang ko bacakak suami
istri, saling menyalahkan keturunan, iko manyalahkan iko, iko manyalahkan
Comment [D19]: Subjek mengatakan
iko. Jadi terjadi perceraian antaro suami dan istri. Emang mode itu Gaby, bahwa dirinya dan suami mampu dapat
tetap bertahan keutuhan rumah
InsyaAllah ibuk sampai kini masih bisa bertahan dengan segala perbedaan tangganya dengan segala perbedaan
pendapat dengan suami. Tidak seperti
pendapat jo apanyo masih bisa. Yo anak autis ko ndak ado ubeknyo do sebagian pasutri yang bercerai karena
saling menyalahkan keturunan.
114

Gaby, ubeknyo terapi. Terapi, terapi seratus persen. Terapi o.o. diet
makanan seratus persen. Bisa mendietkan makanan seratus persen, autisnyo
bakurang jadi tujuah puluah limo persen dari yang seratus persen tadi
autisnyo, tapi tetap autisnyo tu ado, walaupun hebat jadi a pun nyo nanti,
nyo tetap nampak autisnyo tu nantik. Contohnyo inyo suko galak – galak se
kadang- kadang tibo kan? Maksudnyo mungkin takana nan lucu – lucu dek
inyo, takana lucu – lucu misalnyo kan? Tu galak – galak se nyo. Misalnyo
duo hari yang lalu lucu tu a, nyo galak kan? Langsuang apo kan? Ndak kan
bisa anak autis ko kan sempurna, istilahnyo normal mode wak baliak, ndak
bisa. Pasti beko ditingkah lakunyo nampak juo agresif kan? Caro mangecek
nampak capek – capek. Oo..pokoknyo beko nampak bedanyo tu..Yo kecek Comment [D20]: Subjek mengatakan
bahwa anak yang Autis takkan bisa
urang kan Habibi tu autis dulu, tapi mungkin tingkatan autisnyo beda, berperilaku seperti manusia yang normal
sampai kapanpun.
nampak juo caronyo kan? Caronyo beda jo urang lain, kalau jalan capek,
kalau ngecek lia – lia matonyo kan? Ndak ado nyo ngecek menatap urang
ko langsuang do kan? Tetap nyo bitu – bitu matonyo mancaliak, tu yang
ibuk dangaan tu, cerita – cerita. Anak autis kama na, beko nampak tu.”

G : “Trus buk, hmm.. jenis autisnyo Ana dan Ani ko apo buk?

N : “Jenis autisnyo? Kalau Ani ko, oo..jenisnyo..ee..a namonyo yo? Autis se


nan ibuk tau nyo..Autis tingkatannyo yang agak diateh, maksudnyo ndak
tingkatan yang ringan nyo ko do. Sampai autisnyo merangkap, merangkap
ka Hiperaktif iyo lo. Inyo tamasuak barek.”

G : “Kalau Ani barek buk, kalau Ana buk?”

N : “Samo kaduonyo, masuak autis iyo, hiperaktif iyo ado lo anak autis ko
Gaby, nyo autis tapi ndak hiperaktif do. Ado lo anak autis tapi non verbal
tidak bisa mangecek. Jadi itu lebih hmm..Kalau Ani kompleks, nyo autis
hiperaktif iyo. Jadi lebih susah menanganinyo. Lebih butuh waktu
menanganinyo sebab inyo hiperaktif iyo lo, kalau autis se bisa lah,
hiperaktif iyo lo, duo nyo yang harus wak tangani kan?”

G : “Hmm..terus sudah tu buk, apo yang pernah ibuk terapinyo tu buk?”


115

N : “Iyo terapi bicara, terapi perilaku, bicara, terapi lingkungan, itulah..itu


masuak terapi lo sadoalahnyo tu. Bicara, tingkah laku, lingkungan, terapi
sosialisasi baa nyo sosialisasi jo lingkungannyo.” Comment [D21]: Kedua anak subjek
mengikuti terapi bicara, perilaku,
lingkungan dan sosialisasi.
G : “Kalau terapi perilaku tu contohnyo baa buk?”

N : “Contohnyo nyo perilakunyo tu misalnyo mangarayang kan ? magarayang


ndak namuah duduak bagus, suruahnyo duduak bagus. Terapi duduak
bagus, duduak se nyo dalam duo jam tu diajaan duduak bagus sajo, sampai
bara minik nyo bertahan, catat tu. Misalnyo Ani sanggup men
me..oo..duduak bagus sekitar lima menit, atau duduak bagus sekitar
oo..enam minit, wak catat tu perkembangannyo, nanti hari bisuak bara
miniknyo bisa bertahan duduak, jadi dari situ wak caliak perkembangannyo
tu ado atau indaknyo, perkembangannyo tiok hari wak catat. Jadinyo punyo
buku panduan tu dulu tu, panduan o..panduan terapinyo tu a, misalnya hari
Senin Ani duduak bagus sanggup limo menit, Selasa Ani duduak bagus
sudah sanggup duduak bagus delapan minit, hari Rabu, bara bedanyo a gitu
a..disitu jauah perkembangannyo, disitu wak tau perkembangannyo a. Comment [D22]: Bentuk terapi
perilaku yang diberikan adalah meminta
Perkembangan ko detik ke detik, menit per menit nampak dek urang tuo, kedua anak subjek untuk dapat duduk
tenang, kemudian durasinya dihitung dari
tapi dek urang lain ndak kan nampak do. Sebab dek inyo biaso duduak sa hari demi hari. Subjek memiliki buku
panduan terapi mengenai perkembangan
kedua anaknya.
minik, nyo bisa limo minik, matonyo bisa mancaliak saminik bisa jadi limo
minik. Mato nyo kan ndak namuah mancaliak wak tu do, jadi fokus, fokus,
lihat, lihat, itu se terapinyo tu nyo. Lihat – lihat mata, sampai bara minik
nyo sanggup maliek wak, kok Gaby caliak ibuk bara minik tu a, tu langsung
dicatat dek guru terapisnyo. Ani sanggup melihat lima detik, atau lima
menit.” Comment [D23]: Bentuk terapi
perilaku lain yang diberikan adalah
melatih kemampuan menatap mata orang
G : “Tu pas bilo tu buk terapi mode tu?” lain dengan fokus.

N : “Yo waktunyo terapi ampek satangah taun tu. Ampek satangah tahun tu itu
terapinyo. Pas bulan pertama terapinyo duduk bagus jo kontak mata, ampek
gurunyo yang mendampingi tu, sebabnyo dek ndak namuah nyo duduak
bagus. Kan bapacik tu duo duo, duo muko, duo balakang. Kalau indak, ndak
116

bisa do.” Comment [D24]: Bentuk terapi


pertama yang diberikan adalah terapi
duduk tenang dan kontak mata.
G : “Sampai uma bara tu terapi – terapi mode tu buk?”

N : “Terapi – terapi mode tu sampaii...umua bara tu, pokonyo sampai inyo bisa
duduak lah. Pokoknyo sampai nyo bisa duduak lah, misalnyo di lokal tu bisa
duduak satangah jam, sampai bisa duduak satangah jam lah. A..tu perintah
nyo kan? Kalau bisa nyo duduak lamo tu berarti lah ado keberhasilan. Mode
itu caronyo bi, sampai sekian lamo nyo duduak di lokal, di lokal kan sekian
jam nyo duduak, duo jam bisa. Kalau bisa duo jam, duo jam, dicatat tu. Tapi
inyo Ani sempat bisa duduak di lokal tu bisa duo jam, tapi lamo tu, satau
ibuk sampai umua sabaleh tahun inyo masih lia – lia e tu.”

G : “Ani buk? Ana buk?”

N : “Kaduo – duonyo masih payah lo untuak duduk bagus, duduaknyo sabanta


jalan, duduaknyo sabanta jalan. Anak – anak autis ko ndak namuahnyo lalok
siang do. Jarang – jarang ibuk mancaliak nyo lalok siang, lah duo puluah
satu tahunnyo kini a, bisa diituang nyo lalok siang. Ndak amuahnyo do, ntah
baa lo tu? Utaknyo tu bagerak disiang hari tu. Tapi katiko malam Gaby, jam
delapannyo harus lalok. Sarupo si Ani kan? Jam delapan teng tu nyo lalok
langsuang, sampai pagi nyo jago se lai tu. Jam ampek se nyo jago lai tu.
Kalau si Ana nyo lai tagantuang ibuk kan? Sarupo jo ibuk kalau alun lalok,
alun juo nyo lai tu, manggarayang maonjak-onjak, malambuang –
lambuang, ado se nan ka diambuang – ambuangkannyo tu.”

G : “Trus kalau apak, baa tanggapannyo buk?”

N : “Yo samo jo awak, Cuma laki – laki ko kan ndak peka mode awak do.
Laki – laki kan ndak sarupo jo awak caro maasuah anak do, istilahnyo
pekanyo mode awak, raso takutnyo ndak mode awak do, ndak mode awak
induak – induak do. Kalau rasa takut ibuk lebih tinggi, kalau pak M indak.
Pak M antah inyo, nak..ndak tinggi, ntah..nan jaleh inyo ndak pernah Comment [D25]: Subjek memandang
suaminya tidak pernah mengungkapkan
maungkapkan.” rasa ketakutannya selama membesarkan
kedua anaknya.
117

G : “Ndak pernah maungkapkan maksudnyo buk?”

N : “Kalau wak kan acok maungkapkan Pak M, baa bisuak kalau wak ndak
ado..Apak ndak pernah manyabuik itu do. Antah mungkin laki – laki ko
beda caro maituan, atau dalam hati awak ndak tau do ndak? Nan ibuk buk Comment [D26]: Menurut subjek,
mungkin suaminya mengangkapkan
ungkapan taruih tu, jo sia ibuk batamu..jo sia ibuk curhat..ibuk ungkapan ketakutan terhadap kondisi anaknya
hanya didalam hati saja
taruih tu..Baa lah nanti seandainyo wak ndak ado? Baa seandainyo nanti
wak ndak di dunia ko lai? Sia nan ka mangamehan inyo? Sia nan ka
maagiah makannyo? Sia nan ka maagiah balanjonyo? Latak nyo bisa masak,
sia balian bahan makanan ko ha? ..Sia nan ka balian lampu? Sia nan ka
balian aia? Takana dek ibuk kini tu ma? Sia nan ka mambalian gas nantik?
Bayangan kan bi? Kasitu ibuk pemikiran ibuk bi, sampai kasitu pikiran bi.
Walaupun urang katoan, aa nantiklah sudah gai dek Tuhan mah. Tapi ibuk
ndak mode tu do, tetap ibuk marasokan cemas, kadang wak sorang tu disitu
sedih wak kan? Sedih wak mangana itu tu, mangana masa depan anak ko. Comment [D27]: Subjek sering
bercerita kepada orang lain yang
Tapi meski mode tu, ibuk barusaho ba inyo ka barubah, barusaha ibuk mati- ditemuinya mengenai rasa ketakutan
subjek terhadap masa depan kedua
matian. Baa dek Gaby, awal masuak TK, awal umuanyo masuak TK kan, anaknya ketika subjek dan suami telah
meninggal.
kan anam taun kan? Pai ibuk kaseluruah TK ko, manolak sadenyo. Manolak
sagalo sekolah TK yang ado di B ko a dima ndak ado ibuk turuik, manolak.
Apo sebabnyo manolak? Ibuk caliak si Ani ko lia, balari kenian – kenian, tu
kecek urang tu, ndeh buk, ndak bisa kami manarimo anak ibuk do buk, beko
digiliang dek oto. Lah diungkapkan kato – kato itu dek urang kan? Tu
cameh lo ibuk,alun ditarimo anak, tapi lah diagiah ketakutan wak kan? Beko
digiliang dek oto, tu lah ketakutan se wak. Lah ibuk kaliliang – kaliliang,
pai ka TK M, pai ka TK Al, pai ka TK DH. Pokoknyo sakolah – sakolah
ternama kok ibuk turuti sadenyo mah. Kiro ndak surang nyo nan amuah
narimo do kan? Dek karano inyo tu takuik digiliang dek oto. A..pas dek itu
tulah ibuk pai ka TK A. Ntah sia lo nan manunjuakkan ka ibuk, cubo Comment [D28]: Subjek telah
mendaftarkan kedua anaknya hamper
masukkan sak, ka TK A. TK A kan TK ternama di B tu, nomor tigo besar di keseluruh TK yang ada di kota B. Namun
ditolak dengan alas an kedua anak subjek
B do. Ndak tapikia dek ibuk sabalunnyo do, nan tapikia dek ibuk TK yang Autis takut ditabrak mobil. Namun
subjek tidak menyerah dan terus mencari
informasi, hingga mendapatkan informasi
Maisyithah, Djamil tul Hujat, Al Azhar. A kironyo di TK A ko, oo..tingkat mengenai TK A.
118

apo urang agak lebih tinggi disitu, tingkat agamo urang labiah ancak, labiah
aponyo, labiah tabukak untuak – untuak mode anak awak ko kan? Ndak
ado, langsuang urang tu manarimo, ndak baa do buk, kito cubo yo buk yo,
samo – samo barusaho wak, samo – samo maapo wak yo buk yo, samo –
samo berjuang maubeki anak ko yo buk. Bia ibuk jo kami kerjasama untuak
manyakolahkan anak ko baa dirumah sakolahnyo ka nyaman, A yo lah buk.
Akhirnyo masuaklah anak ibuk kasinan kan? Dihari pertama mang ibuk Comment [D29]: Pihak TK TK A
menerima kedua anak subjek untuk
bolos karajo. Jam sapuluah se ibuk masuak ka kantua, nunggui anak kan? bersekolah disana. Menurut subjek kedua
anaknya diterima karena di TK A tingkat
Tunggui anak taruih, tunggui nyo sampai nyo apo kan? Tu lamo kalamoan ilmu agama dan penerimaan untuk anak
ABK lebih tinggi dan terbuka. Pihak TK A
juga mengajak subjek untuk bekerjasama
tu mikia lo ibuk, bolos taruih nunggui inyo tu ndak mungkin do? Tu ibuk untuk perkembangan anaknya.
carilah pendamping, ado kebetulan anak mahasiswa yang..mahasiswa, ee..
TK A ko ado disitu kan? TK A ko kan ado tampek kuliahnyo dulu ko?
PGTK namonyo kan? Ado lo duo urang anak tu kebetulan anak Pasaman jo
Pakan kan? Si Eva jo si Nur namonyo. Tu ibuk ajaklah Inur Eva, Eva jam
bara kuliah? Jam sagitu buk, bisa manungguan anak ibuk dari pagi sampai
hm..jam bara gitu TK dulu, sampai jam satu kalau ndak salah. Hmm..jadi
buk. Lai sore Eva kuliah? Lai buk. Jadi tolong ciek yo Eva, beko ibuk bayia
jasa beko.Ibuk bayialah urang tu duo ratuih limo puluah surang, surang guru
duo ratuih limo puluah ibuk bayia duo kan? Sahinggo anak ibuk jo inyo lah
kama pai, pai pawai, pai manasik haji, pai kama jo guru TK nyo tu lah, jo
guru Tk nyo tu, guru pembimbingnyo tu lah. Lai lah agak lapeh juo beban
ibuk waktu tu, ndak salalu ibuk dirumah sakola lai. Pas jam pulang se ibuk Comment [D30]: Subjek mencari dan
memberikan honor kepada 2 orang guru
jampuik lai. Hmm..jam satu ibuk tibo dirumah sakola manjampuik lai kan? pendamping dari mahasiswi PGTK TK A
untuk mendampingi kedua anak subjek
Sebab si ee..Eva jo si Nur ko kuliah lo lai..Kini lah maningga nyo tu, yang si yang TK di TK A. Saat itu, subjek merasa
bebannya untuk mengawasi kedua
anaknya di sekolah sudah lepas.
Eva nyo lah maningga, yang si Nur nyo masih iduik, tapi lah dimanyo kini,
sakik asma.”

G : “Kuliahnyo di..”

N : “PGTK di TK A tu, jadi di TK tu ado dulu kampusnyo. Kini antah ado


ndak lai tu, dulu ado. Untuak guru TK ko kan? Tu itu dulu tu..Nyo sempat
bara taun tu, duo tahun anak – anak ko manamani si Ana Ani ko, sahinggo
119

lah raso anak lo Ana Ani tu dek nyo. Ibuk pai raun libur ka kabun binatang,
ibuk baok tu. Jadi pai kama – kama, ibuk baok nyo, pai jadi asisten ibuk
nyo, tibonyo kan? Sahinggo akrab jadinyo ibuk jo anak – anak ko kan?
Acok pai karumah. Tu ndak lamo satelah tu lah tamaiknyo kuliah, kalau Comment [D31]: Bahkan ketika subjek
berlibur ke kebun binatang, subjek
ndak salah ibuk mandanga barita, lah maningga si Eva tu, nyo anak mengajak kedua orang guru pendamping
tersebut.
Pakanbaru tu, si Nur anak pasaman kan? Tadanga nyo maningga sakik
asma. Nyo rancak Eva tu, si Nur lai masih ado, tapi ntah dima nyo kini wak
lah putuih kontak. Zaman dulu kan ndak do na hp – hp ko do, ndak tapikia
lo do, kini lah dima lo nyo kini. Ntah dima lo si Nur tu kini. Nah bitu lah
perjuangan ibuk, diawal masuak TK, ee tu lah duo tahunnyo Tk tu masuak
SD nyo lai. Masuak SD tu, ee..masuak SD tu payah juo ibuk, manolak se
sadenyo SD nyo kan? Takuik itu juo, takuik ndak bisa duduak bagus tu kan?
Tu ibuk masuakkanlah SD 08, masuak SD 08 sataun lo disitu nyo. Guru –
guru tu pada ngomel lo tu, Baa tu buk, si Ani Ana ndak amuah duduak do,
nyo kalua masuak jo jalan mamanjek lemari, mamanjek banyak la, a tu
kalau dipindahan ka sakola swasta baa buk? Soalnyo negeri ko banyak
aturannyo. Tu namonyo guru lah manolak, tu ndak lamak lo awak kan?
Ndak nyaman lo anak awak disitu urang manolak kan? Ibuk masuakkan lah Comment [D32]: Kedua anak subjek
bersekolah di SDN 08 selama 1 tahun saja,
ka P. Di P tu namonyo sakolah swasta kan? Sakolah swasta ko kan yang karena sudah tidak nyaman dengan pihak
sekolah yang menganjurkan untuk
penting pitih dek inyo nyo, ndak penting anak ko baa baa do, yang penting memindahkan kedua anaknya ke sekolah
swasta.
pitih, sahinggo ibuk mambayia di P tu, urang mambayia duo puluah ribu,
ibuk saratuih duo puluah ribu untuak saurang anak. A itu ibuk, ditarimonyo
anak ibuk. Sampai nyo limo tahun disitu, iyo naiak tanpa iyo inyo naiakkan
taruih, biaanyo se manggarayang. Guru si Ani sadang maaja, dibiaanyo se
naiak meja, Ani maapo lah mamanjek meja, mancoret – coret papan,
dindiang. Si Ana bitu lo, sadang baraja beko bali kue, bali es krim nan
malewat kan? Jadi ndak nyo bentuk do.Minyak abih samba ndak lamak se Comment [D33]: Kedua anak subjek
diterima di TK P dengan imbalan
nyo, nyo biaan se anak ko manggarayang, biaan se asal ado dirumah sakolah membayar uang SPP 6x lipat. Sayangnya
kedua anak subjek naik kelas hingga kelas
tu alah. A tu ambiak pikia lo dek ibuk baliak kan? Mode ko taruih minyak 5 SD, namun guru – guru hanya
membiarkan perilaku mereka didalam
kelas untuk bergerak kesana kemari,
abih samba ndak lamak se, ndak diajaannyo, a namonyo ko? Oo..mambaco mencorat – coret, memanjat, bahkan jajan
diwaktu jam belajar.
waktu tu, tu si Ani nan bisa, si Ana alun lai kan? Manulis gitu lo, tulisannyo
120

gadang – gadang, ndak dibentuknyo do kan? A tu bitu soboklah jo guru


terapi ko baliak, baa buk Yet? Si Ani kurang ado nampaknyo perkembangan
P ko, umuanyo lah abih juo tapi ndak ado hasilnyo do. Ndak baa do ni,
terapi lah baliak. Tu terapinyo baliak, jauah perkembangannyo, bisa nyo
sagalo pelajaran ko kan? Terapinyo baliak, tapi di terapi tu ado sakolah
aponyo, untuak akademiknyo, SD sakali nyo disitu. Akhirnyo sampai
tamaiklah nyo SD di YPPA ko.” Comment [D34]: Subjek bertemu
dengan guru terapis kedua anaknya dulu,
untuk kembali melanjutkan terapi yang
G : “Tu bara tahunnyo di P ko buk?” terhenti di SD YPPA B.

N : “Di P nyo limo tahun. Itulah mangkonyo jadi gadang umuanyo pas masuak
SMA kan? Karano inyo lah banyak waktu tabuang waktu di P. A mulai
terapi ko baulang dari nol baliak, ulang dari kelas duo kalau ndak salah.
Dari kelas duo antah dari kelas tigo. Jadi lah gadang umua Ana Ani, kalau
ndak tu lah kuliah lo, tu lah hampia tamaik gai nyo tu, dek tabuang di P tu.
Awak kan berharap nyo bisa bagaua jo anak – anak lain, bisa komunikasi jo
anak – anak lain, bisa maniru anak – anak lain, kan gitu makasuik awak
masuak sakolah umum tu, ruponyo ndak apo do..ndak maksimal hasilnyo
do. Samo se disitu, oo..anak – anak dek nakal – nakal disitu iyo lo. Tu guru Comment [D35]: Alasan subjek
berhenti menerapi anaknya, karena
ndak bitu apo bana maapoan anak – anak ko do, sebabnyo ilmunyo dibidang subjek ingin anaknya mampu
berkomunikasi dengan anak – anak di
tu ndak ado lo kan? Ibuk masuakkan lah ka sakola terapi tu baliak, terapi jo sekolah umum.

sakolah tu jo akademiknyo sakali kan? Berhasilnyo disitu, bisanyo


matematik, bisa nyo bahasa inggris kan? Bisa nyo mambaco lancar, a itu tu.
Waktu di apo, waktu di P indak do.” Comment [D36]: Subjek mengeluarkan
kedua anaknya dari SD P, karena subjek
menilai, murid di SD P nakal – nakal dan
G : “Limo tahun itu yo buk yo?” guru – gurunya tidak mempuni dalam
mendidik kedua anaknya. Kemudian
subjek, memasukkan kedua anaknya ke
N : “Limo tahun, si Ani yo bisa mambaco. Tapi Ana yang masih bata – bata SD YPPA hingga akhirnya kedua anaknya
bisa berhitung, membaca dan bahasa
Inggris.
juo kan? Baconyo. Ani limo tahun lah pandai mambaco, di TK baru lah
pandai mambaco. No pandai waktu di terapi nyo, perkembangan ilmu
lainnyo ndak ado. Misalnyo tambah – tambah ndak ado do baraja, o..o..ndak
Comment [D37]: Selama 5 tahun di P,
ado nyo tau do. Tambah, kurang, kali, bagi, ndak ado nyo tau waktu tu do. Ani sudah dapat membaca tetapi Ana
masih terbata – bata. Lalu perkembangan
Taunyo manulis sajo, dek inyo mambaco pandai, tu manulis se pandai nyo. ilmu yang lain seperti matematika dinilai
tidak ada bagi subjek.
121

Pokoknyo istilahnyo mancatat sajo, apo nan ado catat, tapi tanpa nyo tau,
hmm..itulah awalnyo tu, sampai nyo kini. Lah tamaik nyo sakola negeri apo
tu, sakola terapi tu, masuaklah SMP lai, SMP anam. Kebetulan SMP ko
sakola inklusi, untuak anak – anak kebutuhan khusus kan? Sakolah SMP
anam, lai alhamdulillah lai baansua – ansua juo, sampai kini lah SMA duo
lo nyo si Ani kan? Baansua – ansua yo barubah total indak, tapi ado
angsurannyo, banyak nan inyo tau. Tau nyo, oo..iko anak normal, maadoan
upacara, maadoan kultum, sholat berjemaah. Sadenyo aturan untuak urang
normal lah, inyo ikuti kan? Kalau sakola khusus tu indak na do? Tulah
sampai SMA nyo kini.” Comment [D38]: Subjek senang
akhirnya Ani sudah dapat bersekolah di
SMPN 6 dan SMAN 2 yang notabanenya
G : “Tu kini ibuk marasoan dunia saraso kiamaik, tu apo nan ibuk rasoan lai adalah sekolah negeri. Sehingga saat ini
Ani sudah bisa mengikuti kegiatan anak –
buk?” anak normal seperti upacara, kultum, dan
sholat berjamaah.

N : “Raso campua aduak, banyak, raso dunia ko ka kiamaik, adonyo nantik


kejadian setelah wak ndak ado, baa inyo nantik. Soalnya ndak tapikia dek
ibuk a nan tajadi nantik barumah tangga, ndak tapikia dek ibuk nantik tu do.
Ibuk nan dipikiaan kini, baa inyo dewasa, bisa mandiri, bisa tau a yang
bahayo a yang indak. Kini ibu bapikia moga tibo se la bisuak ko keajaiban
lai kan? Keajaiban kok bitu beko tibo se urang yang apo ka inyo, atau baa?
Atau inyo yang bisa barubah, atau gitu? Atau urang nan sayang ka inyo
kan? Bisa malindunginyo, itu tapikia dek ibuk tu mah. Inyo yo emang
pandai, pandai mamasak, pandai mancuci, pandai baa misalnyo, tentang
barasiahan dalam rumah tangga ko nyo lai bisa. Tapi sia yang ka
mangadakan untuak di rumah ko? Gas abis sia nan ka mambali? Kalau
listrik mati, sia nan ka mambayia? Aia mati, sia nan ka mambayia? Kan iyo
dek Gaby tu kan? Latak dek inyo bisa, nyo karajo rumah tangga ko nyo bisa Comment [D39]: Subjek merasakan
kiamat dunia, perasaan campur aduk
memba-yangkan kehidupan kedua
sadenyo, mancuci bisa, masak nyo bisa, makan nyo bisa sendiri kan? Cuma anaknya tanpa subjek dan suaminya.
Kedua anak subjek sudah dapat memasak,
untuak apo ko ha, sahinggo ibuk o.. samo – samo urangtua wali murid nak mencuci dan member-sihkan rumah.
Namun yang dipikirkan subjek saat ini
a, pernah bapikia mode ko a, waktu hari anak autis patang, samo – samo untuk masa depan kedua anaknya adalah,
orang yang akan memfasilitasi kebutuh-an
urangtua sempat mikia giko a, ndeh mudah – mudahan pemerintah adolah, hidup anaknya. Sehingga subjek berharap
nantinya ada keajaiban yaitu orang yang
adolah apo pemerintah, apo tu upaya pemerintah untuak mambuekkan panti mau merawat kedua anaknya, atau kedua
anaknya telah mandiri.
122

anak – anak autis ko. Sebaik untuak panti jompo lah ado, untuak panti anak
cacat lah ado, panti anak autis tujuannyo untuak mengawasi sajo, ndak
paralu untuak manolongannyo yang lain do, nyo yang penting diawasi dan
diadokan kebutuhannyo. A itu kan pikiran ibuk..oo..pesimis wak namonyo
tu nak? Manyangko nyo takkan bisa, tapi tu perasaan pesimis wak kan? Tapi
nyo mudah – mudahan dek mode tu nantik. Sampai itu pikiran kami mah,
dan ado pemerintah pikiran untuak itu. Timbua pikirannyo untuak buek Comment [D40]: Subjek beserta wali
murid anak autis berharap agar
panti tuak anak – anak autis ko kan? Anak autis ko butuh pengawasan se pemerintah menyediakan panti untuk
mengawasi dan menyediakan segala
nyo, dan anak autis ko ndak paralu untuak dilayani do kan? Nyo bisa kebutuhan anak – anak penyandang
autisme.
melayani diri sendiri, Cuma untuak maawasan inyo, Cuma untuak nantik
baa nyo di rumah, baa nyo di lingkungan inyo, sampai pikiran kami mode tu
mah bi. Sesamo wali murid kan?

G : “Tu kini buk perkembangan si Ani di SMA duo baa kini buk?”

N : “Di segi...segi pendidikannyo lai baangsua, Cuma lai sakali – sakali tu


autisnyo ado juo kan? Yo kadang – kadang nyo kesal caliak kawannyo,
kawan yo bareaksnyo kan? Kesal nyo takana maso – maso o..sakian hari
nan lalu, kadang anak autis ko kini nyo dibuek kesal, tapi balasannyo ndak
kini dek inyo do. Tigo hari kemudian, ampek hari kemudian.”

G : “Baa tu buk?”

N : “Yo mode itu nyo, lah kudian takana dek nyo. Bantuak takumpua bantuak
baa tu a, a kudiannyo takana. Beko guru – gurunyo maanggap, baa nyo
gaduah si anu a? Nyo berang ka sasaurang a, ko a misalnyo, baa nyo
berang ka si Andi a? Padahal si Andi ndak ado manga – manga do. Hari ko
ndak manga – manga, aa..sebelum harus dikaji sakian hari sabalumnyo,
pastinyo buek ulah kini balasannyo dek Ani. Tapi urang mancaliak, sakilas
mancaliak, nyo ndak manga – manga do, manga digaduah si Ani? Nah itu
tanggapan urang. Inyo ndak akan manganggu kalau indak nyo diganggu.
Cuman balasannyo ndak hari itu juo do, nyo tanang. Misalnyo, inyo sedih
dek Gaby nak? Misalnyo sedih dek diberangan, nyo ndak ka nangih hari ko
123

do kadang – kadang do. Sakian hari satalah tu baru nyo sedih, tu nyo nangih
surang tu mah. Tu acok ibuk caliak tu, bantuak si Ana, kalau si Ani lai
jarang bantuak tu. Ani berangnyo kadang kalau di pukua nyo kan? Kalau
Ana nyo, di pukua nyo manangih kan? Kenapa na? Nyo takana sakian hari
lalu tu. Mode tu nyo, a nan barasoan nyo tu kadang, a nan diperbuat, sudah
tu ndak hari tu nyo maapo do, ndak hari tu nyo baleh do. Sakian hari sudah
itu, ampek hari sudah itu. O yo tu kadang – kadang urang mancaliak inyo,
padahal si Andi latak lah si Andi kan? Padahal si Andi tu ndak ado manga –
manga do. Manga berang Ani ka inyo? Inyo bae jo papan misal ndak?
Karano nyo kesal hari – hari sabalumnyo ko, hari tu munculnyo kesalnyo tu.
Urang – urang tu mancaliak anak wak ko, kalau dari hari ka balakangnyo
tigo hari atau ampek hari sabalumnyo sedang gaduah si Ani, buek si Ani
jengkel, a itu tu. Takadang ndak nampak dek awak, dan ma nampak dek
urang mode itu? Itu nan ibuk alami, di rumah kan?”

G : “Tu baa kecek gurunyo buk, pas ibuk maagiah tau kalau urang tu yang
punyo salah?”

N : “A iyo, gurunyo..aa istilahnyo ado yang manarimo, ado yang


masih..masi..bukan indak pacayo tapi masi..o..ragu, aa..ragu. Ado yang
o..mode itu, patuik lah yo a..patuiklah si Ani berang waktu itu, nyo dek
itu..tu mah.. a..ado yang mode tu. Ado lo yang ntah iyo ntah ndak. Yo
namonyo manusia kan? Tu kan beda – beda, tapi alhamdulillah sabanyak tu
guru – guru SMA, lai banyak nan mamahami sebagian besar, sebagian ado
juo nan indak. Bukan indak, tapi nan alun. Akhir – akhirnyo nyo kan
memahami lo beko. Soalnyo SMP anam mode itu lo dulu. Pangkek Ani baru Comment [D41]: Menurut subjek
sebagian besar guru SMA Ani sudah
– baru sakola, mang awal – awal guru – guru ko agak kaget, agak kaget memahami alasan Ani marah. Subjek
memaklumi bagi sebagian kecil guru yang
dengan segala macam o..tingkah laku o..baa tu, misalnyo nyo tibo – tibo belum memahami Ani, karena nantinya
subjek yakin guru – guru tersebut akan
marabo, tibo – tibo nyo manangih. Mang kaget awalnyo guru – guru, sudah memahami Ani seperti Ani di SMP dahulu.

tu guru – guru lah paham. O..emang mode iko mah si Ani. Akhirnyo ndak
begitu di pedulikan lai si Ani dek guru, jadino dengan sendirinyo ndak lo
marasoan di apoan lo, di padiaan se beko nyo antok sorang, kan gitu. Ndak
124

dimasuak ati bana dek guru – gurunyo do.”

G : “ Si Ana di YPPA nak buk?”

N : “Si Ana masih di YPPA nyo, SMP jo SMA nyo. Si Ana nyo aktifnyo tu
masih alun terkontrol – kontrol. Contohnyo nyo tu pengen sesuatu nyo
ambiak sajo tanpa di bayia. Kalau Ani ndak amuah tu do, Ani kalau ndak
ado pitih, ndak amuah nyo maambiak. Kalau Ana nyo ndak peduli, nyo
yang penting nyo suko, nyo ambiak nyo cakau se ndak peduli, ndak peduli
nyo alun bayia atau ndak do. A tulah babahayo Ana kalua, mangkonyo
disangko urang nyo jaek, pancilok kan? Beko ditokok urang beko, itu yang
awak takuik. Soalnyo dek badannyo lah gadang kan? Kalau anak ketek
mudah lah dipahami. Kalau lah gadang, disangko urangnyo pancilok. A itu
nan ibuk khawatirkan untuak diluanyo. Mangkonyo sampai kini bialah dek
ibuk Ana masih yo di YPPA tu, masih terkontrol juo dek guru – gurunyo
kan? Mudah – mudahan guru – gurunyo mangarati kan? Kalau kalua nyo, Comment [D42]: Alasan subjek belum
berani menyekolahkan Ana di sekolah
ibuk alun barani. Soalnyo ibuk takuik nyo ditokok jo urang beko. Sebaik lah negeri karena Ana dinilai masih sulit untuk
dikontrol perilakunya seperti mengambil
pernah kejadian, waktu inyo main – main di Mifan kan, inyo bagaluik jajanan tanpa membayar. Jika masih di
YPPA perilaku Ana dapat dikontrol oleh
guru.
makasuiknyo jo anak ketek, kebetulan anak ketek ko aia nyo ditokok nyo jo
urang, manga kau maapoan tadi nak wak? Tu urang nan tau dek inyo anak
gadih lah gadang? Mau tau urang, inyo..nyo..alun baraka lai? Yang urang
tau fisikonyo kan? Gadang mode tu maulak anak urang, dikiro urang jaek
nyo? A tu, kadang urang ndak paham, kalau urang ndak tau nyo tu heran?
Berang nyo kan? A itu yang ibuk takuikkan kalau dilua untuak si Ana.
Bukannyo awak mambedaannyo jo Ani indak, tapi kemampuannyo untuak
sosialisasi dilua tu alun bisa lai do.. Alun bisa lai. Didalam tu banyak
manfaatnyo, Cuma bedanyo lingkungannyo ndak anak – anak biaso do.
Lingkungannyo masih anak – anak itu kan? Cuma itu se bedanyo. Inyo lebih
terkontrol disitu. Beko Ana ndak tau nyo oto, manyubarang se nyo
langsuang. Misalnyo nampak es krimnyo disubarang jalan kan?
Langsuangnyo nyorobtnyo, ndak peduli oto kiri kanan lewat do, langsuang
kaja kali. Makanan kesukaannyo kan, es krim kok a nan lewat dek inyo
125

nampak kan? Dek a nan katuju dek inyo, oo bakso – bakso..oo..bakso –


bakso apo tu gai, katuju dek inyo tu, bakso goreng ko a, Batagor ko, tu kan?
A itu nan takuik.”

G : “Kalau makanannyo tu lai dikontrol buk? Atau baa buk?”

N : “Kontrol alhamdulillah, tapi yo ndak saratuih persen ibuk dietkan, ndak


bisa do Gaby. Baa ndak bisa nak? Contohnya samba, indak dibuek pakai
tomat samba ko tagang, pakai tomat inyo dilarang, kan? Ibuk agiah juo lah
tomat dari sabalah, banyak lado. Biasonyo ibuk agiah tomat duo atau tigo,
itu ibuk agiah satangah juo, daripado lado tu asiang juo. Nyo asam ndak
buliah, ndak diagiah asam do, tu kurang lamak samba. Nyo asam ndak
buliah, tomat ndak buliah, bawang merah ndak buliah tu ndak mungkin se
bawang putiah nan dimakan do. A tu baagiah juo bawang merah, a itu nan
paliang payah mangontrolnyo. Tapi kalau sekedar terigu, susu, gulo, itu lah Comment [D43]: Subjek belum
mampu mengontrol makanan yang
acok, lah saratuih persen ibuk dietkan. Tapi kalau bawang merah ibu lai, dilarang untuk kedua anak subjek seperti
tomat, jeruk nipis dan bawang merah. Hal
wajan se nyo harus wajan tersendiri lo, ndak buliah wajan sumbarang – ini dilakukan karena lauk pauk tidak akan
enak tanpa bahan – bahan tersebut.
sumbarangan se do. Galehnyo harus galeh sendiri, ndak buliah galeh – galeh Comment [D44]: Subjek mampu
melakukan diet 100% terhadap terigu,
oo..Tupperware tu do. Nyo harus botol kaca galehnyo kan? Untuak baok susu dan gula.

rumah sakola ko. Tapi wak takuik botol kaca tu jatuah, kanai kaki nyo kan?
Nyo harus boto kaca tu, Tupperware tu ndak buliah tu do, tu apo ciek,
oo..apo namonyo ko? Oo..Softener, o..punyo pengharum – pengharum ko
lah, untuak baju..ndak buliah sabananyo do. Tapinyo ndak pakai tu heboh,
nah dek itu alun bisa ibuk dietkan, dietnyo saratuih persen. Alun bisa ibuk
mandietkan itu lai do. Lah ibuk cubo, inyo bae makiak – makiak, softener –
softener ! Rapika – rapika ! Nyo ndak bisa pakai itu do, nyo ndak bisa baun
harum – harum tu do, nyo langsuang terangsang di utaknyo tu, jadi ibuk
ndak bisa malarangnyo. So..soal terigu se nyo, terigu, susu, coklat, mie – Comment [D45]: Subjek belum
mampu menghentikan penggunaan
mie, pokoknyo itulah nan dari terigu, nan dari susu, nan dari coklat, nan dari Tupperware dan softener,meskipun
subjek sadar penggunaan benda – benda
gulo, itu nan bisa ibuk saratuih persen baru. Lain – lain alun bisa lai do, tersebut dilarang.

tomat masih taagiah dek ibuk, bawang merah masih taagiah.”


126

G : “Tu kini apo harapan ibuk samo Ana Ani?”

N : “Kalau untuak anak autis ko, kalau dikatokan sehat, apobilo untuak bantu
dirinyo bisa. Ndak jadi insyinyur nyo dikatoan sehat do. Banyak nan jadi
insyinyur tapi untuak bantu dirinyo masih alun bisa. Untuak diri sendiri,
ndak bisa do. Nyo banyak nan jadi insyinyur, nan jadi untuak diri sendirinyo
ko ha, untuak malindungi dirinyo sendiri ko ha, payah. A itunyo seandainyo
kalau nyo bisa bantu diri sendiri, bisa bantuak nan ibuk caritoan tadi, bisa
nyo bayia listrik surang, aa tulah kesembuhan dek nyo tu mah. Itu nan
dikatoan kesembuhan untuak anak autis. Bukan kesebuhan dalam arti
sakolahnyo alah tinggi, ndak, ndak menentukan do. Nan menetukan
kesembuhan anak autis tadi bisa hidup mandiri, bisa bantu diri sendiri. Tu Comment [D46]: Harapan subjek
untuk kedua anaknya adalah ketika
mangkonyo ado pelajaran dirumah sakolahnyo itu apo..Pdw, membantu diri mereka sudah mampu menghidupi dirinya
sendiri.
sendiri, pokonyo membantu diri sendiri. Baa mandi surang, baa buang aia
surang, baa malakek baju surang, baa pakai badak surang, apa memasak
surang untuak dirinyo, a itu nan dilatiah dirumah sakola untuak hari Sabtu
kan? Bantuak terapinyo tu, tiok Sabtu nyo mamasak surang, sekarang bikin
itu, bikin mihun misalnya kan? Sekarang masak itu, masak makanan,
baajaan anak tu tu, tu mandi. Nyo programnyo ado tu taruih tu,
aa..singkatannyo PMDS di YPPA. Jadi nyo hari Senin tu baraja mandi,
baraja mandi sendiri, pakai baju sendiri, pakai handuk sendiri, sudah mandi
Sholat, jam – jam dzuhur tu taruih nyo tu Sholat tu. Mangkonyo babaok
rumah sakola tu, peralatan PMDS, talakuang, sajadah. Jadinyo sudah apo tu
sumbayang, diaja sumbayang.” Comment [D47]: Kedua anak subjek
diajarkan di sekolah YPPA cara memasak,
mandi, mengenakan pakaian dan sholat.
G : “Tu SMP tu buk?”

N : “Iyo, bia ndak SMP bana pokonyo lah masuak di YPPA tu, mode itu
pendidikannyo, programnyo.”

G : “SMA duo buk?

N : “SMA duo ko ado lo anak – anak ko Sholat, lai tapi istilahnyo ndak
disuruah lai do, lah dirinyo lai. Ani baok talakuang rumah sakola taruih tu,
127

lah rajinnyo Sholat, alun saketek datiak adzan baru, lah tibo Musholla kecek
gurunyo kan? Bantaran anak lain, bahalau – bahalau gai dulu baru masuak
Musholla. A itu lo kelebihannyo, alun badatiak adzan lai, lah tabang ambua
nyo ka Musholla. Walaupunnyo Sholat masih bacaliak gitu gitu, tapi nyo tau
jadwal Sholat ko tapek Sholat.” Comment [D48]: Guru Ani
mengatakan bahwa Ani selalu Sholat di
sekolah tepat waktunya, meskipun
G : “Tu Allah memaklumi juo nak buk?” matanya ketika sholat melihat selain
ketempat sujud.

N : “ A tua, tu sajo nyo. Manuruik gurunyo mode itu, walaupun baa buk, Ani
kalau mandanga Adzan capek tibo Musholla buk, kalau anak – anak lain
batokok dulu, bausia dulu, baru pai ka Musholla. Tu ciek, paduli nyo jo
urang sakik, misalnyo kawannyo sakik nak? Nyo pai ka ruang UKS, Kenapa
teman? Sakit apa teman? Kapan sembuh? Sudah minum obat? Inyo tanyo
tu, jadi nilai tambah lo jo guru – gurunyo. Kebetulan anak lain, jan kan
batanyo, cuek bebek se nyo ndak?”

G : “Itu kawan nan dia kenal atau gak buk?”

N : “Siapopun na masuak UKS tu, inyo caliaknyo tu. Walaupun nyo ndak
salokal, siapa? Siapa? Sakit apa teman? Sudah minum obat? Berapa hari
sakit? A itu nyo tanyo lo tu. Itu nan dinilai gurunyo tu yo, itu nan kecekan
gurunyo patang tu jo ibuk. Itulo segi positif si Ani ko, peduli jo kawannyo
yang sakik. Emang iyo tu. Misalnyo tu se kan, takecekan dek ibuk ka
mancaliak urang sakik, tu nyo agoi tu mah, mama pegi lihat orang sakit
kapan? Diingek – ingekannyo awak tu. Emang mode tu, anak tu terkonsep
kan? A nan direncanakan, tu harus dijalankan, mode itu nyo Gaby.” Comment [D49]: Ani selalu
menanyakan keadaan teman sekolahnya
yang sakit di UKS. Lalu Ani juga selalu
G : “Itu kan yang ndak kenal dipanggia nyo teman, kalau dikenal buk?” mengingatkan subjek untuk segera
menjenguk orang yang sakit jika subjek
pernah mengatakan demikian didepan
N : “Kalau yang nyo kenal, nyo panggil namo, tapi kalau indak nyo panggil Ani.

teman.Teman, sakit apa teman? Kalau nyo tau kawannyo tu Gaby, sakit
apa? Nyo tanyoan tu, nyo sabuik namo tu. Kalau indak nyo sabuik se,
teman sakit apa? Teman kemana teman? Pegang teman, masuk teman
(sambil tertawa).”
128

G : “Hmm..terus apo lai yo, kalau bikin PR buk?”

N : “Kalau Ana wajib tu, bikin PR tu mamanyo taruih tu. Nyo bikin PR taruih
tu, mama bikin PR! Lalok mamanyo, dijinjiangnyo taruih tu. Kadang ibuk
ndak tau do PR nyo tu, kadang ibuk ndak manguasai PR nyo tu lai do, payah
ibuk mancari, cari di Youtube di internet, payah ibuk ndak ngarati gai
kadang ibuk do manjawek soal ko ndak? Kadang nyo harus dibuek. Ana pun
gitu lo, misalnyo PR tu ado sapuluah, hmm..ndak taroklah ado limo tu dulu,
tu misalnyo ibuk tau jawaban nomor ampek, nyo harus nomor satu dijawek
dulu, ndak amuahnyo dijawek nomor ampek dulu do. Hilang aka ibuk nyo,
samantaro ibuk tau nomor ampek barunyo, tu lewaik nomor satu, dua, tigo
dulu kan? Tu nyo ngecek, tidak..tidak..nomor satu dulu ! Sehinggo ibuk bia
bisa aman, ibuk suruahnyo asa – asa buek dulu, misalnyo nomor satu tu
suruah asal – asal buek, pokoknyo yang penting diinyo lah ado jawaban,
buek pensil dulu, beko kalau lah dapek jawabannyo yang batua, baru ibuk
tuka, ibuk coret, ibuk apuih liak, ibuk buek pakai pensil eh pakai pena. Jadi
ibuk selalu buek PR nyo tu jo pensil. Soalnyo ibuk ndak bisa manjawek Comment [D50]: Subjek selalu diminta
Ana untuk mengerjakan PR nya. Ana
langsuang do, msalnyo ibuk tau jawaban nomor ampek, nyo harus nomor menuntut subjek untuk mengerjakan PR
dari nomor 1 hingga terakhir harus secara
satu tu nan diisi dulu, atau ibuk tau jawaban nomor tigo dulu, nyo harus berurutan. Jika jawaban nomor 1 belum
diketahui oleh Subjek, subjek mengakali
nomor satu dulu nan dibuek. A mode tu anak autis.” dengan mengisi jawaban yang belum
diketahui dengan pensil dan ditukar
dengan pulpen jika telah mendapatkan
jawaban.
G : “Tu inyo sampai kini masih mode tu buk? Atau pas di YPPA ?”

N : “Masih.”

G : “Kalau ani baa buk?”

N : “O..kalau Ani tu lucunyo nyo bagak buek PR surang tu, walauppun ndak
batua nyo jawek. Limo puluah soal Gaby, ndak ado ciek indak pun yang
ndak inyo isi, inyo isi sadonyo walaupun ndak batua inyo isi, tu hebat Ani
tu, walaupun beko ndak batua tu (dengan nada suara lebih tinggi). Misalnyo Comment [D51]: Beda dengan Ani, Ani
mengerjakan sendiri semua PR yang
soalnyo IPA ndak? Yang manyangkuik jo IPA inyo buek, misalnyo jo guru diberikan oleh guru, meskipun ada
jawaban yang salah.
nyo diminta sebutkan benda – benda cair, nyo buek benda padat misal kan?
Yang penting kan bekonyo baisi tu. Aa tu a, tapi manyangkuik jo IPA. A tu
129

ciek, tu yang Ani ko ciek, misalnyo sebutkan lima macam. A inyo harus
baisi nan limo tu dek inyo, sebutkan lima macam oo..oo.. a contohnyo ko
kan? Contoh benda padat limo macam, a limo, satu.. nyo misalnyo tau tigo
kan? Misalnyo inyo tau tigo kan? Nan ampek jo limo tetap sumbarang-
sumbarang nyo isi nyo, kok a nan nyo bueknyo, kok nabati lah, kok hewani
lah. Pokoknyo ado yang nyo buek. A mode tu. Nyo tu harus baisi, nnah tu
lah Ani tu. A tulah Ani ko, kok baa ndak batua dek nyo, soal kalau limo
puluah jumlahnyo, limo puluah, harus baisi sadoalahnyo. Pokoknyo isinyo
tu subarang se dek inyo, a nan takan dek inyo..hihihi (sambil tertawa).”

G : “Nan sakalamak dek inyo yo buk yo?”

N : “Haha, iyo batua tu, a nan lamak dek inyo. Tapi kadang batua tu Gaby,
emang ado batua. Itu takana dek nyo, nyo kaikkan saketek se nyo langsuang
nyo kana kan? Langsuang nyo bueknyo, kadang yo ado nan batua. Memang
ado lo mengenak kan? A tulah dek Gaby, jadi guru – gurunyo waktu SMP,
manilainyo ko giko, oo..Ani ko ado upaya, ndak ado dak tanang se nyo, ado
upaya. Walaupun ndak batua nyo carinyo, ado upaya nyo daripado ndak
baisi, dan yang dinilai gurunyo upayanyo tadi, keinginannyo tadi. Beko
batua ndaknyo jawaban tadi, beko diagiah nilai karano ado keinginan.
Sadangkan anak – anak kan cuek se kan? Ndak buek PR ndak masalah,
kalau Ani ndak buek PR, nyo buek PR taruih. Walaupun PR, PR nyo ko
nilainyo sapuluah beko, ndak saratuih pentingnyo mambuek ado upayonyo
daripado santai – santai. Ndak ado do Gaby tibo di rumah langsuang nyo Comment [D52]: Ani dihargai oleh
guru – gurunya dalam kegigihannya untuk
mambuek PR mah Gaby, bara pun banyak PR langsuang nyo mambuek. mengerjakan PR sendiri, dibandingkan
teman – temannya yang tidak
Ndak pernah nyo nanyo ibuk,nyo buek surang, a mode itu Gaby.” mengerjakan PR.

G : “Sampai di rumah langsuang mambuek PR, tu makannyo lupo tu buk?”

N : “E..indak, inyo ndak pernah lupo makan do. Anak autis ko nyo itu
kelebihannyo, makannyo teratur, tertib diwaktu yang sama. Misalnyo pagi
nyo makan jam enam, siangnyo makan jam duo belas atau jam sebelas, tetap
jam sagitu. Kecuali..kecuali..nyo rumah sakola jam bara istirahatnyo, a
130

yo..di jam istirahat tu nyo makan. Walaupun beko nyo harus makan jam
sabaleh kan? Istirahat bisa jam sapuluah, nyo makan jam sapuluah tu. Nah
mode tu Gaby. A mode tu Gaby, nyo makan tu tertib bana nyo di jam, kalau
sore tu nyo makan jam ampek, tertib ndak amuah nyo maa..a
tu..mambedaannyo makan tu balupoan ndak pernah nyo do.
Hmm..makannyo tertib tu. A tu kelebihan Ani, makan kakaknyo inyo yang
pikiaan. Maksud mikian tu sambanyo ikan, Ana kan ndak pandai makan
ikan do, dikopek dek Ani, di galimangannyo, makan kakak! Tu keceknyo Comment [D53]: Jam makan Ana dan
Ani selalu teratur. Lalu Ani selalu
pagi – pagi, mambungkuihan nasi kakaknyo untuak rumah sakola pagi – membantu Ana dalam menyiapkan bekal
makannya.
pagi, tu inyo tu. Inyo masuakkan ka Tupperware, inyo masuakan lah samba,
kok ayam, kok ikan, kalau sambanyo bakupiak, inyo kupiak dulu. Kalau
sambanyo ndak bakupiak, inyo kupiak dulu. Kalau ayam kan lamak, pandai
nyo makan dak payah, ndak paralu kupia – kupia do. Tapi kalau ikan, baluik
samba itu nyo kupia – kupia tu dek Ani tu, nyo basua di piriang ketek, inyo
bagalimangan tu. Jadi kakak tingga manyuokkan se lai. A citu lo Gaby.
Kadang – kadang awak terharu lo ndak? Pandainyo manyiakan makan
untuak kakak nyo, kalau sekedar itu lai alhamdulillah lai ndak khawatir ibuk
do. Tapi kalau nanti, Cuma sia yang manyadiokan makanan ko ha? Itu nan
ibuk khawatirkan Gaby. Kalau soal maurus kakaknyo bisa, kakaknyo ka
mandi, kakak ka makai baju, nyo pandai maurus, a baju nan ka dipakai, nan
ka disiapkan. Nah masalahnyo nanti dima bahan ka didapek, dima baju nan Comment [D54]: Subjek terharu
dengan sikap Ani yang mampu
didapek, a itu nan ibuk khawatir sampai kini, ndak luput dari ingatan ibuk tu menyiapkan bekal, peralatan mandi dan
pakaian untuk Ana.
do. Surang – surang ibuk tamanuang, takana itu. Sadang tamanuang takanaa
itu..Baa lah nantik, ibuk berharap keajaiban (terdiam sebentar) timbul se
keajaiban Tuhan kan? Kadang Gaby, saudara ko alun tantu juo lai Gaby,
saudara ko alun tantu. Lataklah lah sibuknyo jo dirinyo kan? Ndak nampak
gai dek anak wak nyo tu do Kadang saudara ko sibuk jo dirinyo surang –
surang. Tapi ibuk berharap yolah ado urang yang ngarati. (subjek menangis Comment [D55]: Saat subjek
bermenung, subjek berharap keajaiban
dan diam). Tapi yo ibuk pacayo tu mah, Allah tu ndak akan maagiah cobaan Tuhan bahwa ada nantinya orang yang
mau merawat kedua anaknya. Dalam hal
diluar kemampuan umatnyo. Kini tu lah harapan ibuk, kalau ibuk emang ini subjek pun menyatakan bahwa
saudara pun belum tentu akan mau
ndak ado lai, inyo lah dalam keadaan kuat, atau ado urang nan sayang dan merawat kedua anaknya (sambil
menangis).
131

merawat inyo.” Comment [D56]: Subjek pun percaya


kepada Allah bahwa Allah tidak akan
memberikan cobaan diluar batas
G : “Iyo buk, ibuk yang kuek yo buk.” kemampuan umatnya.

N : “Haa iyo, ibuk yo beda jo apak. Lelaki mungkin pikirannyo ndak sampai
kasitu do, atau emangnyo ndak amuah mengungkapkan ndak? Kalau awak Comment [D57]: Subjek meragukan
bahwa suaminya tidak memikirkan
saban hari, saban hari mikia, kalau soal anak ko ibuk nangih acok. Tetap kondisi anaknya pada masa depan saat
subjek dan suami telah tiada, atau
ibuk mikia, baa inyo nanti? Tetap itu jadi pikiran ibuk, sakik se ibuk suaminya tidak mengungkapkan perasaan
tersebut.
saketek dek Gaby ha (terdiam). Tu Gaby, moga nanti pas nyo awak ndak do
lai inyo lah siap lo ndak?” Comment [D58]: Subjek berharap agar
kedua anaknya sudah mampu menghidupi
diri sendiri jika subjek dan suami telah
G : “Iyo buk, jadi ndak dalam keadaan lamah juo yo buk.” meninggal.

N : (sambil mengelap hidung dan air mata dan tangisan berhenti) “Patang
dirumah sakola ibuk manangih lo Gaby, pas carito jo guru – gurunyo, nagih
lo. Ndak bisa do, nyo otomatis se kalua, ndak bisa dibuek – buek do. Ibuk
carito dimuko guru – guru tu ma, labiah saratuih urang guru – guru tu,
didepan ibuk – ibuk tu buk bapidato anak autis ko. Tu tabik lo tangih ibuk
sahinggo guru – guru tu maagiah tisu ka ibuk kan? Itu se harapan awak nyo, Comment [D59]: Subjek berpidato
tentang anak Autis sampai menangis
untuang – untuangnyo nantik ado urang yang apo kan, yang peduli, atau nyo dihadapan guru – guru dan wali murid di
SMA Ani. Kemudian tak lupa pula guru –
lah siap diagiah kekuatan dek Tuhan. Tuhan tu ndak akan maagiah cobaan guru memberikan tisu.

ka awak kalau awak ndak mampu untuak menghadapinyo ndak? Picayo se


awak itu.(Subjek berbicara dengan rekan kerja perihal pekerjaannya) Taruih Comment [D60]: Subjek berharap agar
nantinya ada orang yang akan peduli
lah Gaby, ndak baa do, ado nan kaditanyoan lai? Itu bisa Gaby rangkum dengan kondisi anak – anaknya, atau
mereka telah bisa menghidupi diri sendiri.
beko mah.” Karena subjek yakin Tuhan tidak akan
memberikan cobaan melewati batas
kemampuan umatnya.
G : “Mungkin kalau dari gaby buk, itu se dulu nak buk, soalnyo beko akan ado
pertanyaan lain buk. Iko sebagai data awal dulu buk, beko kalau ado nan
Gaby raguan, Gaby tanyo liak yo ibuk?”

N : “A yo ndak baa do, tu lah banyak tu mah beko kok ado kontak se ibuk
baliak.”

G : “Oh yolah buk, terimo kasih yo buk atas waktunyo yo ibuk, maaf buk,
Gaby buek ibuk manangih lo. Gaby izin pamit pulang yo ibuk. (sambil
132

bersalaman dengan subjek)”

N : “Iyo bi, ndak baa do Gaby. Hati – hati pulang yo Gaby.”

G :“Iyo buk.”
133

Wawancara : 2
Tanggal : 12-12-2017
Tempat : Ruang Perdata Pengadilan Negeri klas 1B Bukittinggi

G : “Assalamu‟alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh bu, hmm makasih


ibuk atas telah meluangkan waktunya untuk kembali Gaby lakukan
penelitian wawancara buk, jadi hmm..mungkin ada buk beberapa
pertanyaan yang, yang pernh Gaby tanyakan tahun lalu buk, untuk
kelengkapan informasi yang terbaru dari ibu. Jadi gini buk, Gaby boleh
nanya buk, jadi ibuk sebelumnya boleh minta tolong ceritakan bagaimana
orangtua mendidik ibuk dalam membina keluarga sebelum ibuk nikah gitu
buk?”

N : “Hmm..sebelum nikah. Sebelum nikah tu awak intinyo harus taat, patuh


pado suami tu patamo, tu awal patamo pas pernikahan yang dinasihatkan
jo urangtuo kan? Pandai – pandai iduik, patuah jo suami yo kan? A tu
iduik ndak paralu mangada – ada, itu nan takana dek ibuk nan disampaian
dek papa ibuk kan? Karano ibukkan pegawai, ndak paralu mangada – ada
do, bara ado pitih itu dipaian. Ndak paralu maonjak – onjak urang do,
pingin sesuatu, bagadaian SK, tu ndak buliah bana do. Tu nan takana na
dek ibuk dulu (dengan nada suara yang lebih tinggi) Tu dikecekannyo, jan
tiru apa, apa pinjam pitih Bank dulu untuak manggadangan anak –
anaknyo, dek ndak ado pegangan lain kan? Nah itu nan ditakanannyo ka
ibuk, pas ibuk jadi pegawai lah tibo siko kan? Ang nanti barumah tangga
jan sampai kalau ndak paralu banaa (sambil menegaskan suara) jan
minjam Bank. Soalnyo Bank ko samo jo rentenir, nyo akan menjerat awak
taruih, buek awak kecanduan. Alun tamaik lah apo, alun tamaik lah
bapapanjang a itu. Itu nasehat apa ibuk tu waktu ibuk ka nikah kan, ka Comment [D1]: Ayah subjek
mengatakan bahwa subjek harus
barumah tangga nanti. Ndak paralu mancaliak ka ateh do, caliak ka bawah. mematuhi suami, dan jangan berhutang
kepada Bank demi mendapatkan sesuatu.
Tu kecek papa ibuk, tu nasehat nan paliang utamo. Itu nasehat untuak ibu
karo dalam barumah tangga, ditunjuak kan baa caro – caro dalam iduik ko
ndak maada – ada, apo nan ado itu nan dipakai, ndak paralu wak mauruik
134

– uruik apo urang do. Katiko ado pitih baru babali, a mode tu.”

G : “Trus kalau latar pendidikan orangtua ibuk?”

N : “Oh ibunyo ibuk tamat SMP nyo, apa itu lo ndak ado sarjana do. Awam
pendidikannyo, cuma nyo pegawai, pegawai pengadilan lo kan? Tu urang
dulu kan ndak tamaik SMP bisa jadi pegawai.” Comment [D2]: Kedua orangtua subjek
juga pegawai dari Pengadilan.

G : “Ibuk tolong bisa ibuk ceritakan buk, ketika dinyatakan hamil oleh
dokter?”

N : “Sanang lah kan? Bahagia lah wak kan? Inti perkawinan tu kan kalau
ndak punyo anak kan rasonyo ndak lengkap kan? Kalau lah apo,
dinyatakan hamil tu jo wak lah bahagia wak lah punyo keturunan dari
buah pernikahan wak kan? Bahagia sangaik, sanang hati, maraso awak ko,
a tu? Lah lengkap sebagai wanita rasonyo yo kan? Baa tu lah lengkap
rasonyo sebagai wanita wak lah apo. Dulu tu waktu dulu tu..kato – kato Comment [D3]: Subjek merasa senang
dan bahagia ketika dinyatakan hamil oleh
mandua ko aa..Woi ndak baranak, oo mandua.. Diolok – olok dek urang dokter. Bagi subjek inti perkawinan tidak
lengkap jika tanpa anak dan merasa
dulu, kini yang ndak nyo urang lah modern kan? Diolok – olok, apolai lai lengkap sebagai wanita seutuhnya.

wak kawan sa sa karajo. Lai buk kawan jo buk K kan? Samo jo ibuk tu,
dulunyo nikah tapi ndak punyo anak do, jadi nampaknyo ibuk hamil, inyo
maraso cemburulah..raso a lah, inyo ndak marasoan itu. Mode itu dulu, yo
bana apo na lah urang manikah ko kalau ndak hamil, instilahnyo
dicemooh. Dicemooh “ndeeh baa ndak manolok ibuk tu? Yo banyak lah
gaya urang zaman dulu, kini ndak ado mode tu lai do kan? Kini lah
modern. Dinyatokan hamil bahagia, bahagia lah awak kan? Untuang –
untuang lah wak dapek anak yang elok, rancak, pengennyo awak kan?
Khayalan awak. Bahagia..bahagia bana wak tu dinyatakan hamil, sanang
banaa, baik suami, baik awak, sanangnyo. Taraso baa tu ha? Diagiah
hadiah terbesarnyo kan?” Comment [D4]: Ketika hamil subjek
merasa sangat bahagia, dan memiliki
harapan agar mendapatkan anak yang
G : “Trus apo se nan ibuk rasoan salamo prose kehamilan tu buk? Ado yang baik dan rupawan.

aneh atau apa gitu buk?”


135

N : “Waktu kehamilan iko ko? Si Ana – Ani ? Ndak ado, yo bana sehat ajo
ibuk hamilan inyo. Waktu patamo dulu iyo, waktu ibuk keguguran dulu Comment [D5]: Subjek merasa sangat
sehat ketika hamil Ana dan Ani.
iyo.”

G : “Pernah ibuk keguguran?”

N : “Iyo pernah ibuk keguguran. Waktu hamil Ana – Ani ndak ado do, malah
hamil raso susah do, santai se rasonyo, bahkan a nan dimakan lamak,
bajalan capek se ibuk nyo. Urang nan gali caliak ibuk, paruik gadang kan?
Badan ketek, bajalan tu. Pai karajo bajalan, kami kan pai karajo bajalan se
dulu kan? Paruik gadang, ndak nyangko anak wak duo do di dalam,
kironyo duo di dalam.” Comment [D6]: Alasan subjek merasa
sangat sehat karena, subjek merasa santai
bahkan nafsu makannya meningkat dan
G : “Sadarnyo ibuk duo tu pas bilo?” dapat berjalan dengan cepat. Sehingga
setiap orang yang melihat subjek
memandang lucu ketika subjek berjalan.
N : “Pareso, pareso USG..USG ka pak Fahrul waktu tu ampek bulan.
Kemungkinan, kemungkinan anak ibuk kembar, tapi kan baru
kemungkinan baru, soalnyo alun babantuak janinnyo lai, beko anam bulan
baliak lah ibuk kasiko baliak baliak. Kironyo ba cek baliak, kamba duo
mah buk, nampak mah. Nampaknyo dempet duo kan? Kamba anak ibuk,
siap – siap se ibuk nanti, soalnyo kamba ko sadiokan sadenyo duo kecek
dokter kan? Tu siap – siap se ibuk operasi, soalnyo operasi ado urang
baranak kamba ko. Ah iyolah pak. Anam bulan tu alah pasti. Itu kecek
apak tu. Pas ibuk sabalun malahiaan, manunggu sambilan bulan
malahiaan, ibuk kalau secaro medisnyo a, secaro manusianyo anak ibuk
kamba, kecuali kalau Tuhan berkehendak lain ndak kamba anak ibuk jan
kecewa ndak? Ndak pak, awak serahkan se ka nan SATU nyo kan?
Kironyo iyo kamba anak ibuk, ndak maleset dari perkiraan dokter do,
emang iyo, dari dokter iyo. Nyo emang ado kejadian Gaby, dokter Comment [D7]: Ketika diperiksa oleh
dokter pak Fahrul saat usia kehamilan 4
mangiro inyo kamba, tanyato ndak kamba do. Mang ado, tu mangkonyo bulan, beliau menyatakan dengan ragu
anak subjek kembar. Namun diminta oleh
dokter tu harus bakato duo nyo dek kamba ko, kalau ndak kamba bisuak dokter untuk menyiapkan mulai dari saat
itu segala perlengkapan untuk bayi
kembar. Ketika melahirkan, terbukti pada
jan kecewa ndak buk? Kalau manuruik ilmu ambo anak ibuk kamba, akhirnya subjek memang melahirkan anak
yang kembar
sadioan se peralatan sagalo duo. Lapan bulan barulang liak kan? Masih
136

kamba juo panglihatannyo di USG kan? Sadiokan se sagalo duo buk, kok
apo bagai, kok ndak kamba gai anak ibuk bisuak, balabiah lah. Balabiah
lah alat – alat perlengkapan bayinyo.”

G : “Hmm gitu buk, trus waktu melahirkan buk ado informasi dari dokter
kandungan mengenai kemungkinan kondisi kesehatan kedua anak ibuk ko
ka muko?”

N : “Ndak, mang lahia normal. Maksudnyo normal ndak ado gangguan. Nyo
sehat, cukup barek, ndak..ndak ado gangguan tu nampak do, ndak ado
gangguan yang buek nyo curiga tu do.” Comment [D8]: Tidak terlihat tanda –
tanda gangguan pada bayi subjek ketika
kedua bayi telah dilahirkan. Karena bayi
G : “Hmm gitu yo buk yo?” yang dilahirkan sehat, memiliki berat yang
cukup dan tidak ada gangguan pada yang
mencurigakan.
N : “Setelah anak – anak berumur satu tahun lebih, ibuk mulai cameh. Anak
urang satu tahun lebih lah pandai mangecek, baa anak awak alun juo lai
ngecek mama papa, sementara anak urang lah bisa. Waktunyo bayi
satahun kabawah ibuk aman se caliak nyo, capek manungkuik, capek
tumbuh gigi, capek bajalan, lapan bulan lah bajalan. Sementara nak urang
sataun duo bulan lah bajalan kan? Anak ibuk lah lapan bulan, lah bajalan.
Lah maegak egak nyo bajalan, ibuk disitu timbua raso, raso bangga na
dihati ibuk, mungkin itu tu ndak buliah do ndak? Raso dalam hati ko, yo
hebat na anak awak lai..Jadi dokter nyo bisuak, terbesit dihati ibuk tu. Ibuk
kecekan anak ibuk tu hebat sebabnyo lapan bulan alah pandai bajalan, ma
ado anak urang lapan bulan lah pandai bajalan? Dari..dari maelo paruik
langsuang duduak, indak ado manungkuik, ma..ma..apo tu? Mainsuik
paruik, marangkak ko ndak ado do a tu ebatnyo a. Nah dek itu ibuk
mancaliak. Ruponyo itulah ciri – ciri anak apo ko, anak yang inyo ndak Comment [D9]: Subjek merasa cemas
ketika kedua anaknya sudah setahun lebih
mamanuhi fase – fase apo ko perkembangan ko do. Inyo langsuang namun belum dapat berbicara bahkan
mengatakan kata mama dan papa. Namun
subjek merasa bangga dan berangan
maloncek – loncek se. Dari duduak langsuang tagak, dari duduak ndak ado memiliki anak calon dokter, karena pada
usia 8 bulan sudah dapat berjalan tegak
gai pacik – pacik dindiang gai do, dari tagak langsuang bajalan, baa dek bi tanpa melewati fase telungkup, merayap
dan merangkak. Setelah subjek sadar
tu? Patamo pak Yanuardin disiko a, nyo hakim tu, ibuk kan dakek jo makna Autis, subjek berasumsi bahwa,
anak – anak yang tidak memenuhi fase –
bininyo tu a, dek bininyo bidan. Pas nampak dek apak tu a, langsuang fase perkembangan seharusnya adalah
cikal bakal anak Autis.
137

manggia “Ana, Ani sini ! Padahal lapan bulan umuanyo baru tu ha, lah
mode- mode ko jalan. (subjek mempraktekkan gaya berjalannya sambil
merentangkan kedua tangannya). Yo baa ndak ka bahagia wak
mancaliaknyo tu ha? Lapan bulan lah pandai bajalan, takajuik urang. Comment [D10]: Ketika usia anak
subjek sudah setahun beberapa bulan
Ee..lah pandai se bajalan, lah bara bana umuanyo tu? Ma manyangko masih belum dapat mengatakan kata
mama dan papa. Tetapi anehnya sudah
awak kan? Bitu ruponyo. Lapan bulan labiah saketek lah, pokoknyo lapan dapat mengatakan, Minyak angin
Caplang, asli lo!
bulan, kan ndak ado urang nan mode tu do? Ndak ado lapan bulan,
satidaknyo sapuluah bulan itupun jarang. Ruponyo karano motorik
kasarnyo ko kecek urang memerintahkan di utak nyo ko motoriknyo ko
untuk bergerak, tu sabananyo yang acok ibuk danga – danga dari
terapisnyo kan? Itu awalnyo nan ibuk taunyo.” Comment [D11]: Subjek pun mulai
menganalisa keanehan pada
perkembangan kedua anaknya setelah
G : “Trus ibuk oo..apo ibuk ado merasa kelainan pada perkembangan kedua mendapatkan penjelasan dari terapis,
yaitu ketika usia 8 bulan telah bisa
anak ibuk tu, sebelum mendapatkan diagnosa autis dari terapis?” berjalan. Hal tersebut terjadi karena
motorik pada kedua anaknya yang terus
memerintahkan untuk segera bergerak.
N : “Ado, ado, baa ndak kelainan? Umua satahun sajo ibuk lah mulai ragu.
Baa kok indak nyo..indak juo nyo mangecek bantuak mode anak – anak
lain mama papa. Tapi iklan pandainyo. Nah tu ibuk heran, baa nyo iklan
bisa? Kan banyak iklan – iklan tu, minyak angin Caplang, taunyo
mangucapkan. Tu ndak bisu nyo do? Ndak bisu nyo do, baa mama papa
ndak bisa nyo maucapkan? Ndak bisa, bukannyo ndak bisa tapi ndak ingin
inyo manyabuikkan itu, tapinyo ndak fokus mancaliak awak do, yang inyo
fokus caliak tu TV. Ndak pernah nyo mancaliak mato awak ko do, ndak Comment [D12]: Subjek menganalisa
keanehan perkembangan kedua anaknya
amuah nyo menatap mato awak ko do, mato ibuk ndak pernah do! Ibuk yaitu, dapat mengucapkan kata – kata
pada iklan di TV namun tidak mau
heran, baa lo anak ko e? Kiro anak ibuk ko, o..apo ma, oo..masuakkan lah mengatakan kata mama dan papa.
Ternyata subjek berasumsi bahwa kedua
sakolah SLB mungkin kan? Ado kekurangan istilah dek ibuk kan?” A anak subjek sebenarnya mampu
mengucapkan kata mama dan papa,
namun hal tersebut tidak dilakukan
kironyo tibo di SLB A tu kironyo dikecekan, Anak ibuk tu ndak cacat do, karena kedua anak subjek tidak dapat
fokus menatap subjek saat diajak
tapi Autis ko.O..sosialisasinyo kanai ko, ndak biaso jo urang banyak, berbicara.

jadinyo komunikasi ko biaso jo TV sajo. O patuiklah siaran TV ko hapa


dek nyo dek inyo, hapa bana! Sampai kini dek Gaby a, siaran TV tahun
sembilaaan hm...sembilan anam, sambilan tujuah taunyo. Bayangkan dek
Gaby, iklan tahun sambilan tujuah, padahal nyo lahia sambilan limo kan?
138

Ingaiknyo Gaby, jan sambilan tujuah, sambilan anam taunyo. Iklan tu bisa
nyo mangana, padahal waktu tu alun taunyo mangecek, itu nan tasimpan
diutaknyo. Nah itu nan ndak tau dek awak dulu do, anak lah aman awak
tanang. Ruponyo ndak buliah do. Dibiasoan jo TV ndak buliah do, kini
ibuk agiah tau kalian o apo nantik, asik anak tu jo TV, jan lai, bahaya!
Anak tu yang ndak Autis jadi Autisnyo tu mah. A itu nan ibuk danga kan? Comment [D13]: Setelah subjek
mencari tau berbagai TK yang dapat
Kami acok oo..apo urangtua anak autis ko dikumpuan kan? Anak Autis menerima kedua anaknya, akhirnya kedua
anak subjek diterima di TK A. Subjek
bisa jadi Autis, kalau awak biaan se nyo jo komputer, jo TV. Sebabnyo mendapatkan informasi dari guru - guru
yang mengajar disana bahwa jangan
pernah membiasakan anak untuk
inyo ndak bakumpua jo lingkungan do, ndak bisa sosialisasi jo lingkungan menonton TV saja, karena anak yang tidak
Autis pun dapat menjadi Autis jika
do. Nyo asik jo TV, jo elektronik. Ndak nyio nyo bergaul do, ndak nyio dibiarkan asik dengan TV saja. Oleh
karena itulah anak subjek pun hapal iklan
nyo maota jo urang – urang do, ndak nyio nyo main – main jo anak – anak yang tayang dari tahun 1996 hingga saat
ini, meskipun pada tahun tersebut kedua
lain do. Nyo jo Gadget ko ha, ndak bisa do dibiaan surang do. Dibiaan anak subjek berusia masih 1 tahun.

bisa jadi Autis anak. Gangguan perilaku, oo..gangguan..(rekan kerja Comment [D14]: Kata guru – guru
yang mengajar di TK A, anak Autis bisa
subjek datang menemui subjek untuk membahas masalah pekerjaan). menjadi Autis jika dibiarkan didepan
Komputer dan TV. Hal tersebut terjadi
Lanjuikkan se lah Gaby, sambia wak karajo kan?” karena tidak diajak berosialisasi dengan
lingkungan sekitar.

G : “Yo buk, hm..jadi gitu buk?”

N : “Ado urang nan curiga, baa ko e? Baa anak ko ndak bisa ko sarupo anak
lain ko? A inyo malengah se, apo nan inyo inginkan, inyo irik se tangan
awak kan? Apo nan inyo inginkan, inyo irik tangan ibuk, tu nyo..nyo
dorong misalnyo inyo ka pai ambiak roti ka ateh lemari kan? Tu inyo
bituan a (sambil mempraktekkan subjek memegang tangannya yang
seakan – akan mencontohkan kepada peneliti, cara kedua anak subjek
menginginkan sesuatu sebelum didiagnosa terapis).” Comment [D15]: Pada usia 3 tahun
tersebut, ada juga orang yang curiga
dengan perkembangan kedua anak
G : “Umua - umua bara tu buk?” subjek, karena hanya dengan menarik
tangan subjek dan mengarahkannya
kepada objek yang diinginkan olehnya
N : “Hmm..umua – umua sataun tu lah, painyo o..o..ampek satangah taun tu, tanpa berbicara.

pai terapi tu kan? Sudah terapi tu mode itu juo nyo, tapi Cuma nyo lah Comment [D16]: Kedua anak subjek
mengikuti terapi pada usia 4,5 tahun.
pandai maucapkan. Kalau dulu kan inyo ndak pandai, nyo irik – irik se
tangan awak, Misal inyo ingin sesuatu diateh tu, ingin a nyo, ingin
e..majalah, inyo irik tangan wak ka majalah (sambil mempraktekkan).
139

Pingin a se nyo, inyo irikan tangan awak ko ha, a inyo onyokkan tu a


(subjek berdiri dan memegang tangan peneliti untuk memeragakan,
kemudian kembali duduk). Itu pakai bahasa isyarat se nyo, hm..taruihlah.”

G : “Hmm tu sudah tu buk, o..baokan, setelah ibuk tau nyo, inyo tarnyato
didiagnosa autis tu, o pertamo kali yang ibuk rasoan tu apo se buk?”

N : “A dulu ibuk ndak tau apo itu Autis, tu ibuk heran sajo, Ibuk ndak tapikia
autis do, dokter Metrizal dokter anak tu, ndak tau bahasan autis menjak tu
do (dengan nada suara yang lebih tinggi). Waktu ibuk baok anak ko umua
duo tahun, tu ampek tahun ka dokter, sangko apak tu anak ko capek pandai
bajalan, lambek mangecek. Memang alun dikenal waktu tu lai, emang di
Bukittinggi ko alun dikenal lai, di Padang waktu itu nyo, alun bara urnag
bana yang mengenal Autis ko lai do, baru bara urang se baru, dek langka
kan? Ibuk dek urangtua nan patamo tau ma disiko ma, yo ado beberapa Comment [D17]: Subjek pun juga
bingung bahwa seorang dokter anak pun
urang nan lain, tapi ibuk tamasuk yang patamo yang tau, diawal kan? A pada waktu itu belum mengenal istilah
Autis. Kemudian subjek berasumsi hal
mode itu dulu Gaby. A ibuk tu ndak jera, apo tu Autis ko? Ibuk pelajari, tersebut karena istilah Autis belum
dikenal di Bukittinggi.
ibuk sangko Autis ko semacam a tu masalah kecil sajo, ruponyo masalah
besar mah Gaby. Sebab anak Autis ko beda jo anak – anak nan indak
pandai bajalan, anak ndak pandai bajalannyo bisa duduak sajo, anak bisu
bisa duduak sajo, anak buto inyo ndak manggaduah do. Kalau anak Autis,
nyo lengkap sudah nyo, sudah aktif, sudah iko, sudah emosi, tantrum,
sagalo macam kan? Komplit nyo. Sosialisasinyo kanai, inyo ndak bisa
membedakan yang baik jo nan buruak do, nan babahayo jo indak
babahayo do. Diawal – awal anak Autis tu kan itu tu, ado lubangnyo
bajalan se taruih, dulu tu sabalun terapi. Setelah terapinyo baru mengenal
kan? Sababnyo terapi tu dimulai dari nol, dari dasar yang paliang bawah
sampai nan paliang ateh. Dari mulai pagi sampai lalok baliak terapi, awak
harus manerapinyo baliak. Dari jam lalok tu bakenalkan, bangun –
bangun, kenalkan kato – kato bangun tu kan? Ini selimut, ini bantal,
tampakkan benda – benda ko ha satelah inyo pandai mangecek, barunyo
Comment [D18]: Kedua anak subjek
tau sagalo benda ko ha. Dulu nyo mau tau benda ko? Dulu nyo tau menjalani terapi dari pagi hari hingga
sebelum tidur pada malam hari.
140

maarahkan se nyo? Inyo pengen tutuik pintu, inyo maarahkan se nyo, dek
inyo ndak tantu mangecek nyo mah. Kini nyo lah tantu dek nyo, nan
bantal ko iko, nan bangun ko iko, yang mandi ko iko, nyo tau tu setelah
diterapi, sabalun diterapi ma nyo tau? Nyo tau kalau pengen sesuatu, inyo
onyokkan se tu ha. Hmm..baa dek Gaby, mulai dari nol dek Gaby. Baa
caro maajaannyo tu pakai gambar tu mah Gaby, Ini sapu ! Bacaliakkan
gambar sapu, ucapkan sapu. Baru basonyo tau iko sapu dek inyo kan? Tu
gambar – gambar tu bapotong tu, gambar gelas misal, Ini apa? Gelas.
Mana gelas? Batunjuak. Itu caronyo Gaby, diacak gambar tu kan? Ko
gambar piriang, sapu, sendok, diambiak ciek dulu, misalnyo sapu kan? Ini
gambar apa? Sapu, sapu kan?Acak baliak. Tu tanyoan, mana gambar
sapu? Pandai nyo manunjuak berarti lah ngertinyo baso itu sapu. Bitu caro
maajonyo tu Gaby.” Comment [D19]: Cara subjek
menjalani terapi pengenalan benda
terhadap kedua anak subjek dengan
G : “Dari umua bara tu buk?” menggunakan metode gambar.

N : “Dari umua terapi, ampek satangah taun.”

G : “Berarti inyo tu terapi dimana buk?”

N : “Dirumah ibuk, datangnyo ka rumah ibuk. Waktu itu alun ado sakolah ko
lai do, alun ado urang mambuek sakolah lai, datang karumah ibuk urang
ko manarapi anak ibuk ko.”

G : “Tu baa caro ibuk mangarajoan karajo ibuk tu?”

N : “Ditentuan harinyo, hari a inyo nak karumah ibuk kan? Ditantuan jam
bara, jadi ndak tagaduah karajo wak do. (tiba – tiba rekan kerja subjek
menghampiri) A tu lanjuik lah.”

G : “Berarti tu ibuk waktu tu masih anam hari karajo kan? Liburnyo berarti
Cuma minggu sajo kan?”

N : “Minggu sajo, hm m..”

G : “Pas Minggu tu urang tu tibo buk?”


141

N : “Duo hari sekali seminggu nyo ado tu karumah ibuk nyo, ntah hari a se
tu, tapi batantuan jamnyo. Dulu kan urang ndak pulang jam ampek dulu
do, dulu urang pulang jam duo. Hmm..gitu dulu. Inyo mulai terapi ko
ampek satangah tahun taruihnyo terapi kan? Sabananyo anak autis ko dari
nol mulai terapinyo, dari bayi (menegaskan kata bayi) a tu capek
perkembangannyo, a iko ampek satangah tahun. A iyo awak dek ndak tahu
kan? A itu dulu tu Gaby.”

G : (Peneliti disapa salah satu rekan kerja subjek yang datang)

N : “A tu?”

G : “Awal – awalnyo terapi berarti lebih banyak pengenal kata dari benda jo
gambar nak buk nak? Setelah tu apo lai buk?”

N : “Terapi awal ndak di pengenalan benda do, terapi awal nama orangtua.
Pertamo kontak mata, sabulan tu kontak mata se terapinyo dulu. Lah
sabulan lah mantap kontak mata baru bisa diajak komunikasi, kalau anak
ndak mantap diajak komunikasi baru bisa diajak komunikasi do. Kalau
ndak bisa, nyo ndak akan mempedulikan kato – kato awak do. Setelahnyo
kontak mata jo awak sekian detik, aa..perdetik dietong tu harinyo, hari kini
sedetik, bisuak duo etik, dicatat tu harinyo. Ha lah mantap kontak mata,
baru..Ana! nyo caliakkan? Ana! Kalau alun nyo caliak, alun bisa tu lai do
nyo ajak ngecek. Lah kenal nyo kontak mata tu, baru dikenalkan kato,
mama, papa, gitu se dulu, baru dikenalkan huruf – huruf. Habis tu baru
dikenalkan huruf – huruf, a, b, c tu sabanta dek inyo nyo. A baru nyo
baraja bahaso lain selain kato mama, ruponyo paliang mudah nyo
mangucapkan kato – kato yang awalannyo B. Baju, batu, bata, dulu tu si
Ana tu. Baa kok inyo mudah maucapkan kato huruf yang berawalan B?
Samantaro yang lain agak – agak sulitnyo. Kalau kini dek lah bisa nyo
nyabuik kato – kato nan lain. Mama, papa, makan, minum, itu se kato –
kato nan nyo tau dulu nyo. Itu yang awal baru diajaan ka inyo dulu kan?
Satelah tu pengenalan benda, pengenalan oo..pengenalan anu,
142

oo..pertanyaan – pertanyaan sosial, siapa namamu? Dimana rumahmu?


Siapa nama orangtuamu? Tahun berapa kamu lahir?A tu kan, itu
pengenalan sosial namonyo tu. A setelah itu baru pengenalan,
oo..pengenalan apo, oo..pengenalaaan oo..apo namonyo ko? Pekerjaan –
pekerjaan ko a. Polisi tugasnyo apo? Guru tugasnyo apo? Perawat
tugasnyo apo? Tu bakenalan jo inyo sadenyo tu.. Bakenalan jo inyo jo
benda tu ado gambar – gambar binatang, ibuk ambiak sadenyo gambar –
gambar binatang ko misal kan, ado urang manjua tu potongan-
potongannyo tu kan? A tu ba pres kan? Jadinyo ndak ado bakarimuik
remok bagai do, ancak gambarnyo. Abih tu bakenalan gambar biantang tu Comment [D20]: Urutan terapi yang
diberikan subjek dan terapis kepada
ka inyo tu, a tu baacak. Ini gambar harimau, jerapah, babi iko, ee sadenyo kedua anak subjek adalah :
1. Terapi kontak mata selama 1 bulan.
nyo lah. Anjing, kucing sadenyo bakenalan kan? A lah kenal nyo, 2. Terapi pengenalan kata mama, papa,
makan dan minum.
3. Terapi pengenalan huruf abjad.
mungkin sahari tu bakenalan benda jo binatang, satelah tu apo lai, baacak 4. Terapi pengenalan kata benda
5. Terapi pengenalan profesi dan
gambar binatang tu, trus tunjuk Anjing! Ditunjuaknyo tu, ditunjuaknyo tugasnya

berarti lah pahamnyo tu. Tunjuk Kucing! Tunjuk Jerapah! Nyo suko,
langsuangnyo kenal kan? Jerapah sanang na nyo mancaliak, gajah sanang
lo nyo. Gajah, jerapah sanang katujo dek inyo mancaliak dulu tu. Tunjuk
kucing! A tu nyo tau tu kan? Lah kenalnyo jo binatang tu, barunyo kenal
kan nyo oo..apo lai? Oo buah – buahan, bapotong lo buah – buahan nyo tu,
bapres tu, bapres bana tu mah Gaby, banyak ibuk punyo dulu, kini tu lah
bapalantiangan tah kama nyo kini. Ntah kama ibuk bacampakan, ancak
ibuk simpan nak? Tuak anak urang lain, itu lah sejak buk pindah tah
kamanyo bacampakkan. Bakaruang – karuang, bakaranjang – karanjang
ibuk peralatannyo tu mah, basimpan bapres! Baa dak bitu dek Gaby?
Bapres bana. Padahal zaman dulu ndak tau, gadang na pitihnyo dulu tu
mah. Cuma ndak tau do, bapres sadenyo tu mah. Sudah tu bakenalan namo
keluarga, ado foto ibu, foto papa, foto kakek, nenek, tante, a babuek –
buek foto tu, baacak ka inyo, tunjuak dek inyo. Mana mama? Tunjuk
mama! Tunjuk papa! Tunjuk nenek! Tunjuk kakek! A mode itu
memperkenalkan keluarga ko. (rekan kerja subjek yang lain datang dan Comment [D21]: Anak subjek
menjalani terapi pengenalan anggota
menyapa peneliti).” keluarga besarnya.
143

G : “Tu mangenalkan apo, tu oo bentuk anggota tubuh, mulut, mata alis,


dagu, pipi, tu bakenalan sadenyo dulu tu. Tu diawal – awal tu Gaby, abih
tu barunyo tau kalau ingin Cuci rambut ni! Barunyo tau baso rambuik tu
nan iko (subjek menunjuk kepalanya) Pengenalannyo mode itu nan diawal, Comment [D22]: Anak subjek juga
menjalani terapi pengenalan anggota
kalau tau Gaby pengenalannyo nde antahlah. Istilahnyo bantuak anak nan tubuh.

baru lahia tibonyo kan? Bakenalan dari A sampai Z yo kan? Mana


rambut?Pegang rambut! Bantuak itu dulu bi. Pegang hidung! Pegang
telinga! Kalau saseknyo, ragunyo Pegang hidung! Ragunyo kan? Berarti
ulang baliak. Tu bakenalan baliak, ini hidung, mata, dagu, pipi, alis, jari,
o..o..telunjuk, tu apo lai? Bakenalan jo inyo tu, siku, paha, perut, sabuik
bakenalan jo inyo sadenyo tu, kini lah taunyo. Ana, rambut Ana basah tu.
Lap! Lah taunyo baso rambuik tu harus di lap. Soalnyo, nyo dari dasar lah
tau, lah diperintahkan nyo harus tau dari awal.”

G : “Baa perasaan ibuk buk, setiap nyo ado perubahan?”

N : “Oo..bahagia lah, kalau anak – anak mode itu sedetik sajo saketek sajo
parubahannyo tu, awak antah raso – raso dima raso. Raso dianak dapek
Insyinyur, co urang dapek anak Insyinyur lulus Insyinyur, co itulah wak
dapek anak lulus Insyinyur. Misal co anak dapek ngecek kato – kato
mama! Tu ndak tangguang bahagianyo tu do. Mungkin bagi urang nan
mancaliak, ndak ado artinyo do kan? Baru itu anaknyo pandai mangecek,
lah gadang hati. Itu kecek urang nan pesimis kan? Tapi bagi ibuk itu alah Comment [D23]: Subjek langsung
bahagia terhadap sedikit apapun
kebahagiaan tersendiri, lah bisa anak manyabuik kato mama, lah sorak perubahan yang terjadi pada kedua
anaknya. Kebahagiaan subjek layaknya
ibuk kecekkan ka urang tu, U inyo lah pandai nyabuik mama, lah pandai seperti mendapatkan anak Insinyur.

nyabuik papa ndeh bahagia bana Isak, lah pandai Nisak bueknyo ngecek.
Itu dulu Gaby. Tapi kecek urang, ma ado barubah? Gitu juo nyo, kecek
urang. Ibuk ndak peduli, sebab detik per detik, menit per menit, jam per Comment [D24]: Subjek merasa
sangat bahagia ketika perkembangan
jam ibuk yang mengalami perkembangannyo, ndak urang do, urang kedua anak subjek meningkat, seperti
mampu menyebutkan kata mama dan
sakilehnyo. Banta dibaok kamari, sajam dicaliaknyo, ndak nampak dek papa. Akan tetapi ada orang lain
meremehkan perkembangan anak subjek
urang kan? Awak tiok hari nampak. Dek inyo biasonyo ndak biaso yang dinilai lamban. Namun subjek tidak
peduli dan menilai karena orang lain
manyabuik rambuik, kini lah tau rambuik. Tu ndak biaso tau iduang, kini hanya melihat sebentar atau paling lama 1
jam saja perkembangan anaknya.
144

lah tau iduang. Tu bahagia awak? Sobana bahagia ibuk Gaby. Co baa
urang bahagia dapek anak sarjana, co itulah ibuk Gaby. Apolai dapek
sakola di TK, yo bahagia na ibuk. Tarimo di TK yo sanang bana hati ibuk,
sagalo peralatan – peralatannyo ibuk balian, pengen a sajo mainan, ibuk
balian, walaupun ndak katuju nyo dek mainan ko Gaby. Anak Autis ko
ndak sanang mainan ko do Gaby, dipahambuang – hambuangannyo. Inyo
pengen kuali tu kuali langsuang, ndak nyio kuali purak – purak plastik do,
teleponan teleponan langsuang, kalau ndak yo dihambuang –
hambuangnyo. Lai tau Gaby dihambuang?”

G : “Tau buk, dibuangnyo.”

N : “Bara teleponan dring..dring..tu ibuk bali kan? Ndak ado yang menarik
dek inyo do. Nyo ambiak, nyo campakkan nyo. Karano inyo ndak nyio,
nyo nyio langsuang. Dibaok nyo kamari dek Gaby kan, ka kantua pas
umuanyo sataun tu, abih telepon kan telepon lamo tu malingka hitam
mah? Nyo angkek – angkek tiok sabanta, sampai mode itu Gaby
(memeragakan dengan mengangkat tangan subjek dari meja hingga
ketelinganya sendiri). Rusak, rusak beko jo anak Isak. Indak, indak nyo
menarik di inyo mah, Halo, halo! Baa dek Gaby tu? A gitu banalah anak Comment [D25]: Reaksi lingkungan
kerja subjek sewaktu umur kedua anak
Autis ko, inyo ndak suka main purak – purak do ko ha. Ndak nyio inyo subjek setahun, subjek membawa mereka
ke kantor subjek. Kedua anak subjek
lado ko lado icak – icak do, nyo nyio lado ko lado langsuang. Kok ladoko senang memainkan telepon kantor,
namun rekan kerja subjek mengancam
dari bungo – bungo ndak nyio do, yo bana lado langsuang nan inyo tokok subjek, jika telepon dimainkan akan
menjadi rusak.
(memperagakan dengan memukul meja dengan kepalan tangan kanan
subjek). Jadi anak ibuk ko limo tahun lah pandai mamasak mie, limo tahun
bi, lah pandai mamasak mie, ndak manyangko. Eh limo tahun, duo tahun
lah pandai mamasak mie (meninggikan suara dan menunjukkan angka 2).”

G : “Duo tahun buk?”

N : “Iyo, alun terapi lai do karajonyo di dapua se. Ibuk ndak tau do a
sebabnyo mode itu se kan? Baa nyo suko na main-main di dapua?”

G : “Mie yang kayak pop mie atau mie..mie yang kayak Indomie?”
145

N : Mie mie yang kayak Indomie ko ha? Ibuk ma tau dulu kan? Ruponyo
ndak buliah do makan itu kan? Ruponyo itu karajonyo dulu. Di dapuaa se
karajonyo dulu, taminum nyo minyak tanah ko pernah dulu mah (dengan
suara lebih tinggi)”

G : “Oo..tu baa lai buk?”

N : “Tu ba baok ka bidan dulu, tu kato bidan minum susu banyak – banyak
dulu. Oo..tulah disangkonyo minyak tanah tu aia. Tulah babahayonyo anak
Autis ko ha, dima ka babaok hati – hati bana, dek inyo alun tau bahayo a.
Tulah dek kompleksnyo anak autis ko bi. Tapi ibuk ndak pikian itu do bi,
kini bahagia jo ibuk dengan perkembangan yang ado kini ko, bialah alun
sarupo jo anak lain, tapi ibuk lah maanggap nyo sarupo na. Mode tulah
nan ibuk rasoan bi, walaupun nyo ndak mode anak urang lain hebatnyo,
tapi saketek sajo nyo ibuk puji. Bagus, Ana pintar! Nyo anak Autis ko
butuh pujian ko, bia nyo tibo semangatnyo, maraso dihargai. Saketek se
nyo, ibuk kecekan nyo pintar. Oh bagus anak mama yo?O pintar yo, anak
gadis cantik yo? Cantik jelita, ba bituan tu mah. Bakecean, Ani jelek yo?
Tidak! Cantik jelita. Cantik apa? Cantik jelita! Jan dikecekan jelek, tidak!
Tidak! Cantk, cantik jelita.” Comment [D26]: Subjek bahagia
dengan perkembangan kedua orang
anaknya saat ini. Jadi subjek menganggap
G : “Trus siapa tu buk yang bilang jelek gitu buk?” kedua anaknya sama seperti anak normal
yang lain, sambil memuji dengan pujian
pintar dan cantik jelita.
N : “Ibuk nguji – nguji kan, haha..Ruponyo inyo ngarati, ndak nyio inyo
dikecekan jelek do, karano inyo acok di bitu – bituan, cantik anak mama
yo? Cantik jelita, gituan. Inyo cantik ko cantik jelita dek inyo. “Ana
cantik? Cantik jelita keceknyo langsuang. Misal wak apoan tu a, Ana
cantik?Iya. Cantik apa? Cantik jelita.”

G : “Hmm..gitu buk.”

N : “Hahaha, yo bana lucu bi..kalau mancaliak yo bi ha, antahlah e dulu tu


perjuangan ibuk yo bana dari nol. Mode itu bi sadenyo, dari nol (sambil
membereskan lemari dan buku.”
146

G : “jadi buk, tu terapinyo tu dari umua ampek satangah, tu pernah ndak


terapinyo tu baranti buk?”

N : “Tu ha pernah disuruah baranti, tu mangkonyo talaik. Kalau nyo dulu


lanjut terapi sampainyo mantap bana ha, mungkin nyo hebat kini. Baranti
a dek Gaby? Karano Nisak nyio nyo bagabuang jo urang banyak,
masuaklah ka sakolah umum. Sabananyo alun patut lai, nyo harus tuntas
terapi dulu baru bisa masuak sakolah umum. Ibuk marasonyo lah hebat,
atau lah bisa manuruik ibuk mambaco, mangecek, pinginlah masuaknyo
ka sakolah umum, bia bagaua jo anak – anak biaso, bitu maksud ibuk, ibuk
ndak nyangko itu yang akan mambueknyo rusak do. Ruponyo pergaulan
umum ko macam – macam kan? Ndak dipaduliannyo anak awak, dek anak
awak dak pandai bergaul kan? Kadang jadi olok – olok, diejek – ejek,
digaduah – gaduah, jadi itu nan marusak inyo, ndak berkembang inyo do.
Jo terapisnyo inyo pecut taruih, Ani ini, menulis ini! Baca ini! Samantaro
dirumah sakolahnyo dibiaan se taruih dibiaan se dek gurunyo
manggarayang kan? Manggarayang se taruih, bak ati dek guru se maaja
kan? Nah disitu lah kanai dek ibuk, manyasa sabananyo mah masuakkan
inyo ka P tu mah, ibuk ingin nyo sabananyo bia bagabuang jo anak – anak
lain nan banyak. Ruponyo sananyo alun buliah lai, sabalun nyo tuntas Comment [D27]: Subjek menyesal
karena pernah menghentikan pemberian
rasonyo alun lai, alun bisa anak Autis ko digabuangan jo urang banyak.” terapi kepada kedua anaknya, dan
memasukkan anak – anaknya ke sekolah
umum.
G : “jadi ampek satangah taun sampai uma bara nyo..”

N : “Sampai umua tujuah tahun, tujuah tahun labiah lah, baru masuak
sakolah umumnyo. Masuak sakolah umumnyo.”

G : “Tu lanjut terapi baliak umua bara buk?”

N : “Hmm..lah SD baliak, lah limo tahun lo nyo di Perwari ko ha, sampai


kini.”

G : “Sampai kini masih terapi buk?”


147

N : “Masih, satelah nyo baraja akedemik di sekolah langsuang terapi. Nyo


pulang sakolah jam tigo.” Comment [D28]: Kedua anak subjek
masih menjalani terapi setelah pulang
sekolah akademik.
G : “Tu karumah atau ka lokasi buk?”

N : “Indak, sakolah nyo kan ado kini. Kan nyo bisa langsuang terapi disitu.”

G : “Itu nan Ana kan buk?”

N ; “Indak, Ani yo juo. Ani terapi sakali saminggu.”

G : “Kalau Ani yo dek nyo lah dewasa gitu dek nyo lah pandai mode tu, yo
terapi perilakunyo se lai, Ani ndak boleh gitu, ndak boleh bitu. Terapi
sosialisasi, caranyo bergaul jo urang banyak juo lai, misal untuak
mambuek pr. Pr apa tadi belajar apa?Biologi. Mana pr nya?Liat catatan,
buat pr lagi. Beko dibuek guru – gurunyo catatan kan? Bekonyo antah baa
lah dek guru terapinyo tu, utaknyo cadiak tu, ntah baa lo dek guru
terapinyo. Mungkin dek guru rumah sakola caro manyampaikannyo tu
yang ndak pandai, kadang lain jaweknyo. Nilainyo dek guru terapi tu
ancak – ancak se nyo diagiah guru, nyo jo guru tu lain caronyo, nyo
bukakan bukunyo dulu, tu nyo buek soal lo dulu. Ani ko anaknyo
gampang mancontek, jadi yang ada pertanyaan ko yang ado dibuku ko
bisanyo mamasuakkan jawabannyo, bisa nyo manjawek mamasuakkan
jawaban tu, tu kelebihan Ani tu. Bisa gitu nyo. Nah tu ancak – ancak se
nilai terapinyo lai, dek gurunyo inyo tinggaan bukunyo, Ni, kerjaan soal
dibuku ni, jawab soalnya, liat jawabannya disini! Pandai nyo tu, ha..” Comment [D29]: Saat ini Ani tinggal
menjalani terapi sosialisasi dan belajar
untuk mengerjakan PR. Bagi subjek
G : “Ana baa terapinyo buk?” anehnya, Ani selalu mendapatkan nilai
yang bagus di sekolah, setelah belajar lagi
dengan guru terapis.
N : “Samo, samo bitu lo terapinyo. Cuma Ana terapinyo satiok hari kan,
terapinyo Senin – Kamis, kalau Ani sakali se seminggu Jumat se nyo.
Hmm..bitu..kalau ado pelajaran dirumah sakola, nyo diulang pelajarannyo
liak di tampek les. Inyo ndak amuah dikecekan terapi lai do, nyo
dikecekan les. Nyo terapi tu Autis, hihihihi. Inyo yang manciptakan surang
bahaso, tidak tidak terapi mama, tidak Autis lagi, sudah sembuh. Hari
148

anak Disabilitas patang bi, Ana kan dibaok nyo, ndak amuah nyo do. Ani
ikut yok besosk, kita nyanyi di RRI. Tidak tidak, Ana aja, Ani tidak Autis
lagi. Ana aja Autis lagi ya. Itu kececknyo bi, hahahaha.”

G : “Hahaha..”

N : “Galak – galak guru tu carito bi. Baa pas si Ana diajak dek It a? Lah
ancak mah tu buk, lah taunyo mambedaan tu mah, ndak Autis lai. Haha,
memang bitu anak – anak ko mah buk. Pas anak ngecek, tidak tidak Autis
lagi, Ana saja Autis Ani tidak. Hahahahaha, galak awak danganyo tu bi
sombong lo nyo. Padahal waktu terapi tu bi a, kama se namuah diajak pai
batandiang. Kini? Jan dicubo, Ni, nyanyi nanti ni di pentas ado hadiahnyo.
Ndak menarik dek inyo do, tidak ya, tidak Autis lagi ya? Hahahaha. Dulu
a pas nyo masuak sakola disitu, kama- kamanyo pai batandiang tu bi ha,
Padang, Payakumbuah, Padang Panjang, yo bana tiok sabant naiak pentas
si Ani tu. Nyo pintar nyanyi tu, walaupun ndak dapek juara, Cuma lah
macam – macam lombanyo tu. Lomba baco puisi dapek juara duo sa
Sumbar nyo tu. Hebatnyo waktu terapis dulu, tapi sejak di sakolah umum
ko ee..ndak amuah nyo disuruah nyanyi lai do. Ee hebatnyo waktu
disuruah nyanyi tu da Y. Baa kecek gurunyo, Áni hebat nyanyi, kon ndak Comment [D30]: Ketika masih SD di
YPPA, Ani sering mengikuti perlombaan
amuah nyo nyanyi yo? O nyanyi buk, o mungkin ibuk caronyo ndak buk? menyanyi di berbagai kota di Sumatra
Barat meskipun tidak mendapat juara.
Cubo ibuk apo..Indak, ndak amuah inyo do buk. Tidak tidak tidak, tidak Namun Ani berhasil mendapatkan juara 2
lomba baca puisi tingkat Sumatra Barat.
menyanyi, sudah selesai. Jadinyo manyanyi alah tu, waktu – waktu inyo
dulu se. Itu nan takonsep diutaknyo tu Gaby, waktu – waktu nyo Autis
dulu nyo manyanyi, kini nyo ndak Autis lai, itu mungkin di utaknyo.
Heran ibuk, ndak amuah lai bi gurunyo penasaran kan caliaknyo nyanyi di
pentas kan? Tidak tidak tidak, tidak nyanyi. Padahal nyo acok tadanga
basenandung – senandung surang kan? Tu tadanga dek guru, ancak se
suaronyo nyanyi kan? Baa dek Gaby? Baajak manyanyi payah lo kan?
Diajak les nyanyi pun ndak amuah lo do. Tidak ya ma ya, tidak les
menyanyi, Bahasa Inggris aja. Yo bana payah ibuk kini, padahal nyo
pandai manyanyi kan?”
149

G : “Manyanyi nyo Islami nak kan buk?”

N : „Islami, ancak – ancak klas tinggi se nyanyi nyo. Kalau dangdut ibuk tu
a, tutuik talingo nyo tu a, tu nyanyi mama tu a keceknyo. Kalau lah
dangdut acara di Tv tu a, ndak o..di Indosiar tu a, tutup pintu mama, tutup
pintu ma! Nyo tutup pintu tu Da Y, hahaha..Tutup pintu tutup pintu, tu
nyanyi mama tu. Hahahaha..Yo bana bi, lucu bi. Carito anak ko ibuk yo
bana ko, oh yo Tuhan lain lo sombong anak ko yo. Nyo kalau di ateh oto
tu, ndak amuah dakek awak tu do, nyo dianta apak ka sakolah tu, didakek
jo ibuk ndak amuah tu a, beko rimuak bajunyo. Tidak..tidak..tidak, geser
sedikit. Kalau ibuk minta cium, cium muach dari jauah se nyo tu nyo.
Hahahaha..Ndee anak kantuik ko, sombong Da T a..Yolah..yolah, jan
mamakak diateh oto ko, ya ampun mode tu Da Y a, hahaha. Awak kalau si
Ana tu namuah mintak paluak, kalau Ani ndak amuah do bana do. Kalau
Ana Na, mendakat sini a, peluk mama. Langsuang tu paguik tu, awai ko
awai ko (subjek menyentuh badannya). Dewasa bana nyo, nyo kalau
duduak tu langsuang ngecek, geser geser geser! Kalau Ana, Na ! (sambil
subjek memukul kedua pahanya) Langsuang Ana mangaja dan lalok di
paho ibuk. Ana bantuak anak – anak juo baru, kalau Ani ndak amuah tu
do. Kalau Ani cium mama dari jauah se nyo. Ondeh yo Tuhan anak ko,
hahaha..Mode itulah tu.”

G : “Oh gitu bu, haha..tu buk, kalau baliak ke yang dulu buk, oo waktu inyo
mengikuti terapi – terapi tu buk, taraso ndak? Kek hmm..maraso
mengeluarkan tenaga yang ekstra, samo memberikan perhatian yang
lebih?”

N : “Ha..iyo..de..mode a bi, de..yo barek – barek na hari yang awak lalui bi,
anak ibuk tu tabukak pintu akan tabang, yo mode itulah bana ibuk ma..ma
adoki iduiknyo. Ma..ma ajak painyo main – main kalua harus dipacik,
harus pakai pengawal wak. Ibuk ko dulu pai ka pasar ndak pandai baok
anak baduo se do, harus pakai pengawal, ibuk bayia urang untuak pai ka
150

pasa kalau ndak ado apanyo. Kini pai ka pasa pai batigo tigo se nyo, Comment [D31]: Sewaktu TK subjek
merasa menjalani hari – hari yang berat
bantuak jo anak gadih se batigo – tigo. Sampai ditanyo, adiak ibuk ko buk? bersama kedua anaknya. Hal ini karena
ketika subjek ingin mengajak anak –
Hahaha dek sanang ti wak a Da Y? Waktu patang pai ka pasa Banto anaknya bermain atau ke pasar, harus
menggunakan 2 orang pengawal.
untuak mangawanannyo untuak potong rambut. A kecek apak tu, Tu adiak
tu buk? Eh, tu samo gadang lo anak jo awak? Hahaha..Patuik lah, bitu na
lah dewasa nyo kini. Bajalan kami tigo tigo a, tulah kini, tigo tigo kami
maraton. Dulu bi ha, kalau ndak duo urang pai mangawanan ibuk tambah Comment [D32]: Subjek bahagia
ketika menikmati jalan bertiga dengan
jo apak, ndak kan bisa tu do bi. Mambaok anak ko harus pakai pengawal, kedua anaknya ke pasar atau ke salon.
Ditambah pula, sempat disangka kedua
soalnyo nyo kadang tabang kan? Misalnyo nampak makanan di ujuang anaknya adalah adik subjek.

jalan, langsuang se nyubarang atau a se nan menarik nampak dek inyo,


kadang itu nan babahayo. Kalau kini nyo ndak amuah lai do, kalau kini Comment [D33]: Alasan subjek
mengajak 3 orang pengawal, karena
kalau nyo bisa ditegur, tidak! Kini a lah salambek a ibuk kini, ndak ado kedua anak subjek akan mudah
berkeliaran di jalan jika tidak dikawal.
baok – baok apanyo main lai. Nyo ndak baok apanyo main lai, aponyo dek
banyak pantang, tidak! Keceknyo. Dek kebiasaan dulu, dek dak buliah ini
itu. Nyo berang tu kalau apaknyo pai tu, mama besok maraton pagi – pagi,
tidak bawa papa ya?”

G : “Hm..hehehe.”

N : “Jago apanyo pagi – pagi, keceknyo papa, bobok lagi – bobok lagi
(sambil memukul meja dengan tangan subjek) Hihihi, takuiknyo jo
apanyo, kalau jo induaknyo sanangnyo, bebasnyo, merdekanyo kan? Acok
bi, bahagianyo. Tu lah bi ndak buliah wak putus asa do kan? Dulu ibuk
merasa “ndeh bilo baok anak mode urang pai batigo-tigo raun – raun, yo
bana ati ibuk ko, caliak urang bajalan pai batigo baranam, barampek
baranak. Awak antah bilo bisa maajak anak mode tu tanpa pengawal.
Akhirnyo kejadian tu dapek (sambil mukul meja) kini bisa ibuk baok
anak.” Comment [D34]: Subjek dulu merasa
putus asa ketika merasa tidak akan bisa
bepergian dengan anak tanpa
G : “Sajak tahun bilo tu buk ?” pengawalan. Namun sekarang subjek
telah bahagia setelah dapat bpergian
dengan anak tanpa pengawalan.
N : “Lah lambek lah, sajak inyo umua bara tu ha, sajak lah SMP nyo..SMP
lah, SMP kelas 1 lah, itu lah bisa, lah SMP ko yo bana lah bisa
151

mambaoknyo. Samo – samo pai batigo kami kan? Makan, pai kama,
dengan catatan ibuk harus banyak baok pitih, ba co Ana nnyo langsuang se
ambiak, mambukak kan? Ndak bisa ndak babayia barang urang do, tu
harus banyak baok pitih, tu kalau ndak baok pitih ndak brani ibuk do,
soalnyo banyak kandaknyo. Ndak bisa ditagah do, banyak kandaknyo. Comment [D35]: Sejak kedua anak
SMP sudah kelas 1 SMP, subjek sudah bisa
Kalau dulu ibuk cameh bana, pa pai ka kabun binatang baok urang ko pai membawa mereka berjalan – jalan bertiga
tanpa pengawalan orang lain lagi. Namun
pengawal ko, ndak ado urang ndak bisa pai do, mode itu dulu Gaby, subjek harus membawa banyak uang,
karena Ana suka mengambil makanan
soalnyo inyo manggarayang ajo. Mode itu dulu ketek – ketek babaok ka jajanan tanpa membayar.

kebun binatang, babaok urang taruih tu, kok ndak anak urang, tetanggalah,
terapisnyo babaok dulu. Kini – kini ko ndak ado lai do, kama – kama nan Comment [D36]: Bahkan waktu dulu,
ketika hendak ke kebun binatang, subjek
katuju, kami pai se batigo, padahal jauah – jauh raun – raun pai batigo selalu mengajak pengawal untuk
mengawal kedua anak subjek.
kan? (latar suara rekan kerja subjek berbicara)”

G : “Baa respon lingkungan sekitar ibuk, misalnyo sekolah anak ibuk lah,
lingkungan kantua lah pas anak ibuk lah tau Autis limo tahunan tu?”

N : “Lingkungan ado yang menerimo, ado yang anu kadang, bertanya –


tanya kan? Maklum lah urang kan? Baa tu bitu tu? Baa tu bitu?Manusia
ko suko mode tu, pas tau sesuatu nyo pingin mengkaji kekurangan awak se
kan? Ado juo yang mansupport ado juo, tulah awak lah ka jaleh, ndak ado
nan ka mansupport taruih do. Ado nan ma apo, tu baa tu?a mode tu mode Comment [D37]: Subjek memaklumi
sikap orang lain yang menghina atau
tu? Banyaklah, tapi yang tetangga mode itu lo. Pas anak ibuk kalua, mencari-cari kekurangan anak subjek,
dikarenakan tidak semua orang yang
manutup pintu nyo, takuiknyo barangnyo beko rusak, nyo tau Ana Ani selalu memberikan dukungan.

lasak kan? Pas kalua Ana Ani tu, beko pas sore – sore tu buk kaluaan anak
kan? Dengan catatan ibuk siap ma apoannyo taruih kan? Nyo kan kalau
ibuk bukak pintu kan langsuang tabang, co ka rumah urang beko nyo awai
galeh urang tu pacah. Tu urang tu baawai makanyo rumah urang kunci
pintu, tutuik pintu. Mangkonyo itu nan ibuk rasoan waktu anak ko masih
umur- umur TK lah. Makan ati ibuk caliak, e..e..penerimaan urang, urang
mangelak, urang urang mangunci pintu, pas anak ibuk kalua, yo bana tabik
tangih ibuk, tapi yo baa la, awak ndak bisa manyalahan urang do kan?
Urang lah bitu mode raso takuik barangnyo rusak. Tapi ibuk takkan
152

mampadiaan barangnyo rusak barang urang dirusak do, tak taetong kali
ibuk mangganti galeh urang ko do, galeh ancak – ancak, nyo Ana ko ndak
amuah galeh buruak – buruak do, nyo suka mancaliak galeh – galeh
kristal, galeh – galeh rancak, beo galeh tu nyo pacahan, praang!! Bunyinyo
beatinyo, nyo senang. Tu nyo setelah ibuk mambaco majalah, memang ko Comment [D38]: Subjek sangat sedih
dan menangis ketika merasakan
anak – anak Autis ko memang sanang mandanga benda pacah ba bunyi penerimaan tetangga yang segera
mengunci atau menutup pintu rumah
praang!! Tu pantang tu, ndak galeh – galeh kaki limo tu do, pap! Gitu se ketika anak subjek bermain keluar rumah.
Namun subjek belajar memaklumi dan
segera mengganti barang – barang yang
bunyi nyo kan? Ndak badarai do. Prang! Ting! Tu sanangnyo andanga dipecahkan oleh kedua anaknya.
bunyinyo tu. Sanaang hati mancaliak pacah, suka mamakai galeh haluih –
haluih tu ha. Sanangnyo tu, tiok sabanta tu, bali salusin baganti ciek –
ciek, rumah sia nan pacah. Beko urang tu basa – basi jo ibuk, ndak
usahlah sak diganti Sak! Bia – bia bialah, iko kan anak Isak. Sudah tu
ndak amuah ibuk baok ka rumah urang tu lai do, takuik dek ibuk beko nyo
urang trauma kan? Tapi a ko dek barang urang ko, tetap ibuk ganti.
Keramik – keramik ketek urang, buk ganti. O saban hari tu ibuk
mangaluaan pitih untuak maapoan anak ko se ha, macahan gelas urang ko
do. Nyo ndak macahan, tapi nyo suka maangkek, memainkan bitu ha,
mode itu lah dek dulu. Kini Alhamduillah lai ndak ado mode tu lai do.
Alhamdulillah lah, la sairiang bajalannyo waktu, batambah usianyo kan?
Lai lah wak, ee..agak bisa menguasai inyo gitu a.”

G : “Tu kan tetangga ndak buk? Kalau misalnyo adiak – adiak ibuk.”

N : “Nyo adiak ibuk dek namonyo saudara awak, ndak ado maraso mode itu
do, malahnyo prihatin mancaliak anak awak mode itu nak? Ndak masalah
dek inyo, apopun nan pacah, nyo padiaan se tu nyo. Namonyo keluarga
awak kan? Ndak mungkin inyo dendam do, ndak mungkin. Pastinyo,
tetapnyo mansupport anak awak. Nak do gai inyo kan maraso, ondeh baa
ko anak ko? Abih barang den! Ndak akan pernah, urang lain nyo tu. Cuma
dek awak iyo ado raso – raso itu, buktinyo anak awak kalua, tutuik pintu.
Itu buktinyo. Kalau keluarga awak inyo mansupport, mangecek ka ibuk,
ibuk hebat ndee sanggup kau yo saaak?Mode itu anak bisa maapo nyo,
153

salut aden, dan kau yo tetap o badan lai sehaat, kalau den nyo ndak talok
mode itu do. Itulah kecek adiak – adiak ibuk marespon ibuk kan?
Mancaliak kau mode itu haa, dan kau ko tetap lo hapo, bahagia lo
keceknyo. Salut keluarga ibuk jo ibuk, aponyo dek inyo maraso ko, kalau
inyo sarupo ibuk, ndak kan sanggup inyo maasuah do. Dek alun inyo cubo Comment [D39]: Keluarga
memberikan dukungan dengan memuji
sabananyo, alun tibo pasak di kuduak tu lai do baa awak ka manjalani? kesabaran dan ketabahan subjek yang
memiliki anak autis kembar tetapi tetap
Kalau awak lah tibo kan? Sudah se nyo, jalan se nyo. Panjang se hari, sehat dan dinilai tetap dapat bahagia.

gadang lo nyo taro kan? Dulu ndak tapikia dek ibuk bisa ajaknyo pai main
– main dulu do. Dulu pakai pengawal taruih, ndak tabayia dek ibuk urang
do pakai pengawal taruih kan? Pakai pengawal taruih dulu, kalau lah
gadang pakai itu tu, tu bara lo biayanyo? Ibuk mambayia dulu apo ma a bi.
Khusus guru pengawal nyo di waktu Tk, ibuk bayia duo ratuih limo
puluah surang guru, gurunyo baduo bayangkan dek Gaby pangelaran ibuk
tiok bulan?” Comment [D40]: Saat sebelum SMP
dulu, subjek merasa pengeluarannya
besar ketika menggunakan jasa pengawal
G : “Limo ratuih?” untuk mengawal kedua anaknya saat
diajak bermain.

N : “Limo ratuih bi, tapi tahunnyo tahun bara? Tuhan ko maha kuaso bi,
ndak pernah ibuk maraso kekurangan do, makan juo ibuk, tabali juo susu
anak, bali juo roti nan maha – maha, ibuk ma nyio roti murah? Ndak
ngecek se do bi, anak autis ma nyio nyo roti murah? Nyo pamiliah, antah
sia nan maaja, antah itu tu bawaan dari Tuhan, ndak tau do. Nyo Roti M
tu ndak nyio nyo do. Nyo roti tu nampak dek nyo, langsuang baapoan dek
batu lado, ditumbuaknyo, inyo buek puyer (subjek sambil mengepalkan
tangan kanan dan memeraktikkan dengan memukul meja seperti
menumbuk). Padahal roti tu lamak dek anak – anak kan? A nyo roti tu
regal tu. Alun pernah ibuk balian nyo roti M susu lai do. Pas ibuk bali, e
alun pernah ibuk bali lai do, dibaokkan urang nyo. Dek urang ndak tau
baso anak ibuk ko ndak suko itu do. Aolah kawan – kawan ibuk karumah,
bunda nyo lah pensiun. Ado nyo baok roti ko duo bungkuih, nyo baok lah
tu sanang hati bunda ko. E langsuang nyo ambiak pai ka balakang. Tu di
belakang, nyo ambiak bato lado tu ditumbuaknyo. Haha.. Tu ibuk, dee baa
154

aka lai ko? Da T baa lai ko?Malu takuik wak jo bunda. A tu sak? A indak
do bunda?Kiro nampak dek bunda, O..dibuek puyer sak? Ndee iyo bunda,
maaf yo bunda..Nde bunda ndak tau nyo dek sangko suko roti ko do. Yo
bialah bunda de, maaf yo bunda. Nde ndak tau, kalau tau bialah bali se
roti nan lamak..Haha sampai takana. Haha Dayon, Bu Ratna nan
maningga Dayon. Kan Dayon tau dari carito bunda, kalau si Ani ndak
suko roti – roti murah ko kan?Gabin gai ndak suko dek inyo tu do. Tu
akhirnya dibaok buk Ratna Apel, Pir buah – buahan maha lah, itu nan
katuju dek inyo Apel tu (subjek bercerita kepada salah seorang rekan yang
ada di dalam ruangan). Saya tau dari orang – orang, Ani ni makananya
memilih, hihi..yo bana ancak – ancak yang dibaoknyo ka rumah, Oreo nan
gadang tu a, nan gadang tu nan bakotak atau bakaleng, itu nan dibaokan
urang tuak inyo. Aha salasai dek inyo, duduak sakali (subjek tertawa).
Tapi roti nan murah, jan diagiah – agiah ka inyo lai, ndak enak hahahaha.
Ondeh lai Tuhan anak ko, roti nan itulah yang manyebabkan nyo talampau
aktif bana ko ma, nyo makan roti atu taruih, roti Regal tu, tu kan banyak
susu, tu alun lo susu yang nyo minum tiok ari lai, itu nan mambueknyo
aktif bana tu sejak nyo disuruah terapi di e..di..a tu? Diet makanan ketat,
baru agak barubah nyo, barubahlah perilaku ko. Kalau ndak aktif bana
nyo, ndak amuah lalok ko do ha, mahambuang – hambuang tampek tidua
sampai jam satu malam, karano inyo ndak buliah makan itu, itu nan jadi
racun di utaknyo. Jadi jadi racun di utak tu, utak tu untuak istirahat, jadi
ndak bisa do inyo ka mahonjak – onjak se taruih. Yo, o enerji nyo ko
taruih banyak, takumpua dek vitamin banyak dalam badan kan? A itu, itu Comment [D41]: Subjek melakukan
diet makanan kepada kedua anak –
dek ibuk bi, wak ndak tau do dek roti Regal roti lamak, roti maha mah? anaknya yang berefek kepada perubahan
perilakunya menjadi lebih tenang. Subjek
Wak ndak tau itu sabananyo ndak buliah do, dek terlalu banyak protein berasumsi karena makanan yang
didietkan tersebut menjadi racun didalam
otak kedua anaknya yang membuat
nyo, aponyo gizinyo terlalu banyak, Susunyo didalam lengkap kan? Alun anaknya aktif hingga pukul 1 malam.
nyo minum – minum susu ko lai, tu dulu. Lain indak manggadangan ibuk
suruah nyo mode tu do, inyo dek pamiliah tu se. Setelah inyo gadang, lah
mangarati ndak ado pamiliah lai do Gaby. Nah itu hebatnyo kan? Karano
dulu itu inyo alun diajaan lai, baso makanan ko samo sadenyo. Dulunyo
155

ma suko karupuak – karupuak kuah ko? Kini nyo, (membesarkan suara)


wak disuruahnyo mambuek karupuak kuah. Mama, bikin kerupuk kuah
ye? Bahagia bana hati buk pas namuahnyo makanan kampuang tu, tahu isi,
bakwan. Namuah na nyo makanan tahu isi tu, makan lontong, sanaang na
hati ibuk. Dulu nan terkenal dek inyo makan coklat tiok hari, sagalo
makanan coklat yo bana bi, baa caro nyo maaja makan lontong? Baa cek
awak na? Tapi sudah bairiang waktu, itulah suatu keajaiban bagi ibuk, bisa
anak ibuk makan lontong kini, bakwan, tahu isi, karupuak kuah. Dulu
ndak kenal dek inyo tu dulu do, dulu ado tu nyo hambuang ka banda.” Comment [D42]: Subjek bahagia
ketika kedua anaknya sudah dapat
memakan tahu, lontong dan kerupuk
G : “Kiro – kiro bilo tu buk? SMP?” kuah. Meskipun dulu anak – anaknya
hanya mau memakan – makanan yang
mengandung coklat.
N : “Indak, sabalun SMP tu. Kakeknyo ka rumah tu baok makanan, tu nyo
pareso dulu, a baok makanan tu lai kue BB, lai coklat? A kecek apa ibuk,
yo kau suruah – suruah juo den baok godok, lah den baok godok tu baok
ka rumah lah langsuangnyo hambuang – hambuang ka banda dek inyo
kan? Kecek kakenyo. Yo nyo ndak buliah do pa makan – makan apo do,
makanan – makanan alami.Ano ndak amuah makan godok do, dek
den.(Subjek kembali berbicara dengan rekan kerja seruangannya) haha,
apa Da T Da Y, kan lah bakecekan ka apa ko ndak, Da T, baa caro
kecekan ka apa ko Da T, baa nyo masih balian makanan mode tu? Makin
aktif se anak ko do, ndak buliah kecek e..o terapisnyo do. Kecekanlah dek
Isak, pa bisuak apa kalau tibo lo kamari, jan babalian juo makanan ba itu
tu ndak? C, Kripik Kentang, kentang a namonyo tu bi?”

G : “Potato.”

N : “Potato, tu coklat – coklat Take It. Tu dibaokan apa taruih tu mah. Pa,
ado nan ka Isak kecekan ka apa a. A tuh? O si Ana bisuak jan apa baok –
baokan itu lai ndak? Baa bitu?Kecek terapisnyo inyo ndak buliah makan
itu tu do pa, soalnyo itu mambuek inyo aktif. Ha namuah inyo ka
dibalian?Apo ka nan dibalian?Coba apa balian misalnyo, goreng –
goreng pisang, godok tau apo?Cubo bisuak dulu. Tu dibaok dek gaek,
156

dijinjiang kan? Ketuk pintu, tok tok tok, langsuang dibukak ko, dipareso
saku gaek sakali, a isinyo? Biasonyo isi saku tu Beng – Beng, Take It,
Chiki, tu bacaliak, asoi hitam nampak dek inyo kan? Nyo caliak tu, oo tu
langsuang nyo hambuang – hambuang ka banda tu, haha (subjek tertawa),
ha gitu. Tibo pulang dari kantua langsuang diberangan dek apa tu, kamari
dulu! A pa? Basuruah – suruah juo den kamari baok o..o.. godok, ano
ndak nio makanan kampuang do! Ano modern, hahaha..Indak pa, kecek
terapis..Indak! Pitih den nan ka habis, kalian juo nan cameh nyo. Itu lo
keceknyo, hahaha. (Subjek bicara dengan suaminya) Baa caronyo ko Da
T? Pitih den nan ka habih, ndak pitih kalian do, itu keceknyo bi. Ndak
pitih do pa, ndak buliah dek terapis do. Ano ndak amuah, itu
dicampakannyo gorengan pisang diagiah, kek makanan a ko? (subjek
bicara dengan ayahnya) Dibaliannyo makanan tu baliak, hee baa ko?
Untuang gaek tu capek maningga, hahaha. Makasuiknyo dek ndak pandai
buk nmanagahan gaek ibuk tu do, nyo sayang ka cucunyo keceknyo mah?
Lah maningga ndak ado dibaoknyo lai, nyo dek dibaoknyo tiok hari
(subjek sambil tertawa). Mode tu dulu Gaby, lah sabaleh tahun apa
maningga, kalau waktu lun maningga dibaok taruih tu bi, nyo kalau ndak
mambaok ndak buliah dek Ana ko masuak do bi, disuruahnyo kalua.
Keluar kakek! Yo bana ditulaknyo kaki kakeknyo tu. Mode tu bana
penderitaan ibuk tu dulu bi, bilo lah anak ko bisa makan goereng ubi ko?
Bilo bisa makan tahu isi ko? Ndak o..pisang goreng, goreng pisang. Kalau
kini lai lah nyio nyo Gaby, kecuali kalau godok yo ndak nyio inyo doh.
Ubi sukonyo, ubi merah, sukonyo ubi. Goreng pisang suko, tahu isi, ubi,
tapi kalau godok sampai kini yo ndak nyio nyo doh. Yang nyio si Ani, si
Ana indak. Dulunyo bi, ndak kenal nyo doh, ee..makanan a ko ha? Pizza
ko bi ha, sukonyo. Makanan anu se lah, namuahnyo, nyo ndak amuah
makanan murah ko do. Kecek Gaby namuahnyo coklat – coklat nan
harago saratuih – saratuih tu? Jan lai, ndak kan ado dimakannyo tu do,
paliang bawah sibu ciek. Tulah penderitaan ibuk dulu diawal kan? Baa lah
anak ko bisa makan, gorenglah, tahu isi lah, makan karupuak kuah, yo
157

bana manggarayang . Pas lah bisa, yo bana bahagia hati ibu, anak den bisa
sarupo anak nan lain, maraso baa ko? Maraso lah normal na anak ko, bisa
makanan sarupo anak urang lain. Lah bisa makan bakwan, tahu isi, lah
bisa makan kupuak kuah, lah bisa makan lontong, pisang goreng. Dulu ma
nyo? Coklat ka coklat taruih se di utaknyo jadi racun. Sahinggo racun tadi
maendap dikapalonyo, jadi batumpuak mode tu ha, jadi nyo, jadi nyo ndak
bisa bapikianyo, sahingga maonjak – onjak anak tadi, manggarik se taruih
ndak ado duduak tanang do manggarayang se taruih, tu nan ibuk alami
dari ketek sampai sabaleh tahun, hmm..agak lewat lah dari sabaleh tahun
saketek. (terdengar suara adzan dan 2 orang rekan kerja subjek sedang
berbicara dalam ruangan yang sama)”

G : “Lah mulai normal makanannyo buk?”

N : “Yo lah bisalah nyo makan co bantuak urang lain, ndak ado hmm nyo
makan harus coklat coklat lai do. Kalau ndak coklat taruih, yo bana coklat
taruih.”

G : “ O, tu ibuk kan pernah carito mah, waktu tu dulu ibuk maraso perasaan
sadiah bana, tu kecek ibuk tu, bilonyo jadi normal baliak, nah tu baa caro
ibuk untuk menghilangkan perasaan – perasaan mode tu?”

N : “Aa..ado perasaan ibuk terkadang mode itu bi, ndee baa dek mode iko
anak?ko anak awak ko? Ee satelah wak can banyak mancaliak urang lain,
banyak mancaliak labiah parah anaknyo, disitu wak taapo, harus ado raso
bersyukur, anak awak ko ndak mode urang bana do, anak urang ado nan
labiah parah lai, kasitu wak maraso ambiak Gaby, soalnyo awak kan
maraso kakurangan taruih, maraso wak paliang susah, maraso anak awak
paliang pay.. payah. Nyatonyo pas ibuk mancaliak anak buk Teti ndak bisa
manga – manga kan? Lalok se, a disitu ibuk raso syukur ibuk tibo. Nah
disitu ibuk bisa bagaya – gayakan, bisa ibuk pakaian baju nan ancak –
ancak kan? Anak urang yo ancak, tapi ndak bisa dibaok main, nah disitu
lah ibuk bisa ma apo. Jadi ndak paralu awak menderita
158

taruih..ma..ma..ma..marotok kakurangan se taruih do, kan sampai bilo


awak maratok kakurangan taruih? Nyo kakurangan se beko nan diagiah
Tuhan. Nah disitulah Isak danga pengajian kan?” Comment [D43]: Rasa kebersyukuran
subjek timbul ketika melihat masih ada
orang lain yang memiliki anak lumpuh.
G : “Bilo ibuk mulai maraso bantuak itu buk?” Namun subjek memiliki anak yang masih
bisa diajak bergaya dengan pakaian.
Kemudian setelah mendengar pengajian
N : “Lah setelah ibuk mancaliak anak – anak urang lain banyak yang lebih yang membuat subjek berpikir bahwa
tidak ada gunanya jika terus meratapi
parah daripado inyo setelah ndak bisa manga – manga, tagolek sajo, ado kekurangan anak.

anak nan gadang kapalonyo, ado nan lumpuh, a disitu ibuk. Banyak awak
mancaliak anak – anka urang lain.”

G : “Pas umua Ana Ani bara tu buk?”

N : “Pas umua bara tu ha? Hmm..pas anak Teti ko lahia, yo ketek juo baru
mah.”

G : “SMP buk?”

N : “Ndak, sabalun SMP, SD. Lah ibuk caliak tu anak – anak urang banyak
nan parah – parah lai. Ibuk bersyukur se nyo Gaby pas oo anu..oo pas ado
perkembangan saketek, ibuk langsuang bahagia kan? Langsuang ibuk
carito di kantua, urang ko paliang oo galak – galak ko nyo ha, tu ibuk
bangga – banggaan tu, Isak bangga – banggaan.” Comment [D44]: Subjek langsung
bahagia ketika ada sedikit perkembangan
pada kedua anak subjek yaitu dengan cara
G : “Trus sudah tu buk, tanggapan urang kantua terhadap keadaan anak ibuk bercerita kepada rekan – rekan kerjanya.
Rasa bahagia tersebut muncul karena
tu baa buk?” menurut subjek masih banyak orang yang
memiliki anak yang lebih parah
dibandingkan kedua anaknya.
N : “Ado juo kawan kantua ko yang manarimo, nyoo..mansupport ibuk, ado
juo lah barapo urang. Nan jaleh ma manusia ko ma ndak akan nyo selalu
care jo awak do, tu adolah o..kok anu maraso o..manggaduahlah anak
awak ko, yo pasti lai. Awak se yang maraso, awak se yang maantisipasi
lai. Kalau dulu kan acok ibuk baok ka kantua, kalau kini ko apo lai, ibuk
jago kan, jarak ka apo lai. Kini nyo bitulah ndak manggaduah lai. Waktu Comment [D45]: Subjek merasa rekan
kerja di kantornya ada yang menerima
ketek nyo komputer ko nan paralu dek inyo mah. Waktu tu Gaby urang dan menolak keberadaan kedua anak
subjek. Oleh karena itu, untuk saat ini
alun sarupo kami pegawai ko alun mangenal komputer, inyo lah pandai subjek sudah jarang membawa kedua
anaknya.
159

main komputer, bayangan lah dek Gaby?” Ibuk alun tau dek komputer tu
lai ha, inyo lah bisa bukak komputer tu. Padahal ibuk dulu ka mambukak,
mambukak se ko kan? Kalau tutuik close kan? Kalau mambukak open, nah
inyo lah tau caronyo ma nan open, ma nan close tu, samantaro ibuk baru
baraja mambukak komputer tu dulu. Hebatnyo tu ha tanpa diaja tu, nyo lah
main komputer se tu ha, tibo di kantua nyo lah main komputer se tu
karajonyo. Tu waktu tu komputer buruaknyo tu, nan masih gadang tu, ha
inyo lah inyo bisa mainan tu ha. Tu lah asik se nyo main tu ha, abis tu
tabukak se nyo gambar – gambar, ntah sia nan mambukak gambar –
gambar tu, pasti ado nan mamasuakkan. Ado gambar – gambar padusi nan
batelanjang tu ha. Tu keceknyo, mama mama, foto foto! Astaghfirullah, sia
nan manyimpan ko?A kecek pak Evikson tu nak?Deh Isak, baa bisa
tabukak dek inyo?Tulah nak Isak ko jaleh inyo apo, ndeh baa caro
manutuiknyo tu? Bisa ndak tutuik – tutuik a capek ha (dengan nada Tggi
dan terkejut) Antah sia nan masuakkan ko, antah komputer siko ko ha?
Komputer mode iko, tapi nan gadang layarnyo. Pasti ado nan manyimpan,
tu ma ado bisa nyo bukak? Nyo jaleh anak Autis ko berani maacak – acak,
tu beda anak Autis jo anak nan lain. Kalau anak lain kan nyo takuik rusak
kalam maacak? Kalau anak Autis nyo ndak takuik rusak do, nyo acak
kalua sadenyo. O baa aka ko lai ko?Wak lah cameh, mama mama mama,
foto foto! Keceknyo kok foto – foto se, wak taruih se karajo, iya..iya!
Mama mama mama, foto foto ya?Astaghfirullah baa caronyo ko? Makiak
– makiak ibuk Gaby, citu bana ibuk Gaby.”

G : “Pas bilo itu buk? SD SMP?”

N : “Alun terapi nyo lai Gaby, alun SMP. Pas masih sakolah di Perwarinyo
tu mah. Pas SD tu mah. Cuman yo itu, nyo kalau ka kantua main komputer
taruih. Komputer nyo paralu, ndak tertariknyo yang lain do. Tibonyo
disiko nan inyo inginkan komputer se taruih tu. Tu kalau angek hatinyo
tibo Ani tu, nyo ka mancaliak Youtube. Iyo itunyo, ndak ka tertarik gai nyo
160

jo yang lain tu do. Caliaknyo iklan, Youtube, nyanyi – nyanyi, itu nan
katuju dek inyo. Tu gambar – gambar apo, ibuk perhatian di komputer,
pado umumnyo inyo, iklan, Youtube, tu gambar – gambar pem..tampek
wisata se dunia ko ha, tu apo ciek, oo model – model rumah, model –
model pagar, tu itu suko tu Gaby. Ibuk perhatian, oo sukonyo bukak itu.
Mungkin adonyo minek nyo kasitu ndak? Suko bana gambar - gambar
rumah, tu majalah – majalah tu banyak dirumah ibuk tu, disuruah balinyo.
Beli gambar rumah! Rumah ko bi ha, apo namo majalahnyo?A namono tu,
banyak dirumah ibuk tu. Model – model rumah, model – model kamar
mandi, mode apu tu suko na inyo.”

G : “Desain Interior rumah nak mungkin tu buk ndak?”

N : “Ha, iyo Desain Interior rumah, ha iyo tu bana nan tajadi. Desain interior
tu suko na inyo, tu apo tu ciek, make up make up ko ha badak – badak ko
ha di iklan. Kalau ado tu, dikambangannyo make up badak tu ha, nyo suko
mancaliak, dikambangannyo se tu. A itu daya tariknyo, ndak tertariknyo jo
nan lain tu do. Itu se nan tertarik, Ana bitu juo. Kalau iklan ko ndee yo
bana raso tertariknyo tu. Iklan tahun 2005, nyo cari tu. Iklan tahun 2004,
nyo cari tu. Taunyo, takananyo iklan tahun tu. A judul – judul sinetron
tahun – tahun dulu tu, takananyo. A judul – judul sinetron tu, Sinetron Jin
dan Jun ditayangkan dima dan tahun bara, takananyo tu , taunyo tu.
Dibueknyo dikarateh kan? Tayangnyo misalnyo di TPI ndak? Tahun bara,
taunyo dibueknyo tu. O..a judul sinetron nan lamo tu ha..Oh Do‟aku
Harapanku, tayangnyo disitu, tayangnyo tahun sekian. Nde ya Allah ya
Tuhan, kalau pelajaran nan inyo hapa sarupo ko, baa ndak kasanang hati
ibuk? Kan? Itu se nan mambuek bangga, bialah ndak pelajaran berarti nyo
hebatnyo iko kan? Baa wak ndak takanan, inyo bisa takana tahun sakian
nyo buek tu. O..a lai..o.. Tuyul dan Mbah Yul, inyo buek tahun sekian.
Ee..dilua kapalo bi, ndak ado nyo mikia tahun sekian. Ani, Tuyul dan
Mbak Yul tahun bara ni? Ndak ado gai nyo ee..keceknyo do, langsuang se
nyo kecekan, tahun sakian. Mang iyo sarupo kato Gaby, bantuak mambaco
161

se nyo kan? Ko sarupo ado gambar dimuko nyo mode tu Gaby, baa
caronyo de Gaby tu? Kok bisa gitu kan? Apo inyo ka dikecekan bodoh tu?
Ndak mungkin do kan? A kan ndak pernah buk kecekan anak ko bodoh.
Anak yang punyo kelebihan buk kecek, buk sabuik. Iyo, kalau bodoh ma
tantu dek inyo tu? Ma bisa nyo tu? Tetap tahun di utaknyo tu ha, tahun tu
kan paling sulit ma hapal tu kan? Sedangkan guru se kini batanyo ka Ani
kini mah, misalnyo tanggal lupa, tahun aa? Tanggal berapa sekarang ni?
Hari apa? Atau nanyo tanggal libur, tanyo nyo dek guru tu mah. Kawan –
kawannyo batanyo tu mah, nte – nte Ani kok hebatnyo tau tanggal jo tahun
nte?Eh baa bitu? Iyo kami takajuik, eh iyo mungkin dek itu kapandaiannyo
mah, gitu sekecek kawannyo kini. Dihargoi dek kawannyo kini tu mah dek
kapandaiannyo. Jadi pas sobok jo kawan, Ani Ani aku nantik ulang tahun
tanggal 18 o September 2018 ni, hari apa ni? Langsuang jaweknyo. Gitu
caro kawan nanyo, aku nantik ulang tahun, gitu cari ngujinyo yo, yo hebat
Ani ko yo? Bitu kawannyo muji. Jadi ibuk lah salut lo, baa tu? Lah
diharagoi lo kepandaiannyo khusus itu di kawan – kawannyo. Kini
kawannyo lah banyak mah bi, dek sayang ka inyo sadenyo. Dulu bi, Comment [D46]: Ani sering menjadi
tempat bertanya bagi guru – guru di
ndee..tabik – tabik tangih ibuk waktu masuak sakola, kini lah sobok sekolahnya tentang hari pada tanggal
kalender tahun lalu, sekarang dan 2 tahun
langsuang Ani! Tos ni! Tos ni! Aku nantik nonton Indosiar ni! Tu tu, kedepan.

untuak mujinyo, tapi kalau nyo lah bosan, sudah sudah! Ndak nyio nyo
ditanyo – tanyo, hahaha. Itu ka itu se tanyo mah, hihihi. Ani nyo e heran,
hari – hari libur dek nyo misal, kok misal hari libur wak mikia, hari libur a
yo? Tu hari a yo? Tanyo se ka Ani, ndak paralu wak mikia do, Ani, hari
besar apa tu ni? Langsuangnyo jawek, e maulid nabi! Eh iyo kiro mah,
Hahaha.”

G : “Hmm..terus ee..apo perubahan apa aja yang ibuk rasakan buk, ketika
ibuk mulai bersemangat jalani hari – hari ibuk bersama mereka?”

N : “Hmm..parubahan setelah inyo bisa diajak pai pai apo ko bi ha, bisa pai
jalan samo – samo, pai jo ibuk, itulah ibuk maraso hari – hari ibuk mulai
bersemangat. Soalnyo ibuk dulu bapikia, akan selalu pakai pendamping
162

anak ko e? Akannyo bisa indak pakai pendamping yang awak se baok inyo
ndak usah dibayia urang untuak mangawanan inyo pai raun – raun do? A
sejak itu tulah itu timbuak ibuk semangat, onde lah pandai anak den. A
lah bantuak anak gadih se batigo – tio pai maraton, jam limo pagi habih
sumbayang shubuah, batigo – tigo pai maraton. Urang ndak tau, ndak
nyangko urang do bi, pas inyo punyo apo itu tu kan? Kebutuhan itu tu.
Urang tau awak normal – normal se nyo batigo jalan jo awak, gapuak –
gapuak gadang. Bitu bi, mulai semangat ibuk. Dari segi makanan iek, dari
segi o o apo lo lah, yang buek ibuk lah mulai basumangaik, ndak putuih
aso lai do. Dulu yo putuih aso, manyabuik kato mama se ndak bisa do,
kalau kini lah banyak, mamasak tu lah lamo na nyo, tu ndak ndak apo ibuk
lai, ndak kejutan dek ibuk lai lah masak tu, lah pandai bana. A inyo ma ma
irih wortel tu haluih bana, mungkin kalah Gaby mungkin. Halus tu ha, si
Ana tu ha, biasonyo si Ana ko bantuaknyo aniang –aniang se, ruponyo
pandai nyo tu ha. Tu kadang wortel sisonyo sagadang tu ha, kan payah
marautnyo tu, tu dipotongnyo aluih – aluih.” Comment [D47]: Subjek merasa telah
menikmati hari bersama anak – anaknya
setelah kedua anaknya bisa diajak pergi
G : “Bikin bakwan gitu tuh buk?” berjalan – jalan ke pasar bertiga dan
maraton bertiga

N : “Bikin bakwan. Bakwannyo dari tapuang bareh, bukan tepung terigo do.
Langsuang se diagiahnyo taluak itiak limo, biar melekatnyo digoreng kan?
Kalau ndak pakai talua itiak ndak namuah do, inyo lo nan manciptakan
ndak ibuk lo do. Tu dek ibuk, baa lo rasonyo bakwan pakai tapuang bareh?
Dipikiran ibuk bacarai kan? Bacarai mode iko (mempraktikkan menepuk
kedua tangan subjek) Kironyo sudah diagiah talua itiak limo idenyo tu
mah. Mama, beli talua itiak lima! Baa kok limo kecek awak? Oo supayo
lakek digoreng a tu, ibuk mikia ndak ado ibuk maajaan do. Hmm
bayangan dek Gaby tu? Tu pikia dek awak kan? Ibuk mikia bacarai lah
bakwan, mode karupuak, krispi krispi kan?”

G : “Iyo buk, krispi krispi. Tapi lembutnyo de talua itiak.”

N : “A tu bi, langsuang digoreng. Lamak bi, pakai talua itiak tu digoreng bi,
163

lamak bana! Tapi ndak amuah nyo maagiah awak do, awak minta secubit
ndak nyio, wak minta sacubit na, diagiahnyo saketek. Kalau lamak dek
inyo, nyo ceke tu. Cubo kalau ndak lamak dek inyo, dipahambuang –
hambuangnyo ka awak, ni, ni untuka mama! Ni makan makan. Kalau inyo
ndak suko bi, dibuangnyo lai. Sarupo ayam hari tu bi ndak? Ibuk buek
sampadeh ayam tigo..tigo ayam silang tu ha, inyo bagian dado ndak nyio
tu do, nah tu nyo paso ibuk mambaok tu banyak – banyak. Tu kecek ibuk,
manga lo banyak – banyak ko dibaok ka kantua? Beko pulang kantua
dimakan. A tu pas caliak, ruponyo dibuangnyo! Nyo sangko wak ndak
amuah mambaok dek ndak suko, mangkonyo dibuangnyo, anggapannyo
mungkin. Pulang kantua dicaliak, ndak ado lai do, lah jilee ndek inyo
sadenyo kuali tu. Inyo dek ndak suko dek inyo ndak nyio inyo do.”

G : “Sampadeh ayam bukannyo suko kecek ibuk dulu yo?”

N : “Ha pahonyo sajo, dadonyo ndak suko. Inyo kan suko bagian paho se tu
nyo. Babali bagian paho taruih, nyio maagiah bagian dado ka awak
sadenyo se taruih, berabrti nyo ndak suko tu do, baoklah ka kantua taruih.
Ndak mungkin lo awak baok ka kantua do kan? Awak makan surang nyo,
babaok lah duo. Makasuik pulang kantua bamakan lo baliak, kiro pulang
kantua ndak ado lai do lah jileh sadonyo. Mana sampadeh ayam tu?Buang
– buang, dada saja. Berarti dado tingga lai, den ndak nyio do. Bitu
makasuiknyo, manga mama ndak amuah mambaok tadi? Tu bahaso
awaknyo, anak tu ndak pandai bahaso awak do, nyo spontan se ngecek.
Kalau anak lainnyo kan ngecek, ma, baoklah iko ma, Ani ndak suko do,
kalau ndak suko Ani buang. Kan bitu kalau anak biasonyo, kalau inyo
indak. Awak se nan mangartikan maksudnyo tadi, inyo ndak suko baoklah.
Dek imek ka imek se pikiran tu beko se lah bamakan, lah baliak kantua,
lah ndak ado lai do. Lah masuak dalam bak sampah tu, huhu. Ayam tu bi,
ndak akan ado dek nyo dapek do. Kalau ndak suko tu baok lah, atau
simpan bana. Pulang kantua se bakaluaan. A itu tu ibuk a lengah juo kan?
Nyo mode itu ndak suko jan diagiah – agiah ka inyo, atau diagiahnyo ka
164

awak, kalau indak dibuangnyo. Berarti awak indak suko, itu


tanggapannyo. Tu anggapannyo, perasaan – perasaannyo tu, awak harus
mangarati ajo. Berarti yo mama ndak suko ko do. Itu bahaso awak, pasti
itulah bahaso awaknyo nak? Kalau indak, babuang se lah lai. Sananyo
bukannyo ndak suko, Cuma mubazir se mambaok banyak kan gitu.
Ancaklah pulang kantua bamakan, haha. Kiro lah mangango pulang
kantua.”

G : “Haha perut lapar yo buk?”

N : “Paruik lapa, samba ndak ado. Ondeeh, hahaha. A itu bi.”

G : “A itu buk, harapan ibuk untuk, kalau untuak masa depan kaduo anak
ibuk tu baa buk?”

N : “Harapan tantu ado harapan, masa indak ado? Kadang – kadang ibuk
mamikia ndak, nde baa lah inyo nantik a?Baa nyo katiko ibuk ndak ado?
Ado perasaan tu nantik a, pikiran tu acok tibo dek ibuk, seandainyo wak
ndak ado, baa anak – anak ko nantik a?Jo sia lah inyo nantik a?Sia nan
ka maajaknyo makan – makan lamak, sia nan ka mambalian inyo? Inyo
mamasaknyo bisa, tapi sia nan ka pasa nyo beko nan mambali – balian?
Tapikia ibuk, apalagi harapan ibuk ciek se nyo, bisanyo mangarati baa nyo
caro ka pasa? Baa caro mambali makanan? Baa nyo caro mambali
kebutuhan sehari – hari? Tulah hebat dek ibuk daripado dapek Insyunyur
dek ibuk, a tu a. Anak autis ko parubahannyo tau nyo jo diri, itu se
parubahannyo. Jan awak baharap nyo jadi Insinyur nyo do. Anak autis tu Comment [D48]: Subjek berharap
pada nantinya kedua anaknya mampu
bisa jadi Insinyur, tapi nyo jo dirinyo ko nan ndak bisa a. Kan banyak anak membeli kebutuhan sehari – hari saat
subjek dan suami telah tiada.
– anak Autis ko yang inyo bisa jadi Insinyur, tapi nyo pas Autisnyo tibo,
nampaknyo lampu merah pas nyo tibo,nyo akan tagak di lampu merah tu,
tanpa pedulikan oto lewat. A lah banyak tu anak Autis tu jadi Insinyur atau
jadi a. Jadi dari segi akademik, nyo ndak diragukan do. Dari segi
kemampuan diri, bantu dirinyo ko ha, itu se ndak muluk – muluk harapan
ibuk do Gaby. Ibuk ndak ado do, bisanyo tau babahayo, tau jo dirinyo iko
165

ko ha, taunyo maurus diri, taunyo mambali kabutuhan sahari – hari, itu se
harapan ibuknyo. Bukannyo ibuk pesimis, tapi itu nan ibuk inginkan.
Taunyo jo diri ko dulu ha, taunyo mambalanjoan makanan, taunyo jo iko,
ba pe pengen mambali iko, masak iko dulu, nah itu a itu nan ibuk inginkan
sampai kini. Baa caro pai ka pasa surang? A yo bana bi, tu sampai kini
masih dalam pikiran ibuk, Baa nyo caro bisa babalanjo?Ndak ado nantik,
sia ka nan mambaliannyo bareh? Inyo lai pandai masak, tapi bareh ko
ndak ado kan? Pandai masak ndak ado bahan, baa jadinyo? A tu a, tapi
kalau nyo pandai babalanjo, pandainyo masak, lah aman awak. Nyo
pandai masak, tapi nan ka dimasakkan tu ndak ado? Nah itu nan jadi
pikiran ibuk, kadang ibuk manangih surang, mangana itu. Kadang laki –
laki kan beda jo awak caro pamikirannyo, Tuhan tu lah maha kuaso tu
mah, kecek Da T papanyo kan? Ndak ado awak, lah sudah lo dek Tuhan tu
nantik jalannyo tu mah, ndak paralu pikian kini do. Ibuk dek kecek baa,
baa lah mangkaji soal anak, ibuk lah aia mato ko lah baurai panjang se
mah. Ibuk kan ceria mode urang ko bi, tapi kalau lah manyangkuik anak
ko bi ha, aia mato ko ndee lah bakalua lo mah bi mangana itu mah. Apo
lah bakana bi ndak? Katiko ibuk ndak ado lai, katiko ibuk lah indak
didunia ko lai, a itu nan tapikia dek ibuk. A beko tibo aia mato takalua
mode itu. Kadang ibuk rumah sakolah gurunyo carito itu, kadang guru –
guru mamotivasi ibuk kan? Ndak paralu itu pikian do buk Isak, yang
penting awak bausaho. Memang mode itu, lah wajar awak pikian itu kan?
Pado umumyo anak punyo urang macam tu pasti nantik baa nantik bakaji
urang. Baa katiko wak ndak ado lai? Nan dimintak ibuk, katiko wak ndak
ado nyo barubah pulo lah, tapi kalau dapek barubahlah nyo dari kini.
Jadianlah nyo normal seperti anak – anak biasanyo, yang ngarati jo
dirinyo, nan ngarati caro manghidupkan dirinyo kan? Lataknyo ado awak
buekkan usaho nantik, untuk menjalankan usaho ko ha, dibaliannyo kadai,
ha baa caro manjalankan kadai ko ha? Kan itu nan paralu, jadinyo butuh
urang nan manyayangi inyo nantik. Yo itu sajo harapan ibuknyo, kan awak
harok ado urang nan tulus manarimonyo dengan segala kekurangannyo
166

dan kelebihan inyo, itu se nan harapan awak nyo. Mudah – mudahan
Tuhan maagiahan nan mode itu, yang mangarati jo inyo, nan manarimo
kakurangannyo, nan manarimo kelebihan inyo kan? Mudah – mudahan
adolah manusia yang mode itu nantik, a itu se harapan awak, ndak ado
muluk – muluk do. A a untuak anak awak ko, ndak ado awak pengen, O
inyo jadi dokter, ndak ado keinginan itu do. Basonyo tau jo dirinyo, tau jo
bantu dirinyo, taunyo dek iduik surang, taunyo ma ma iduikkan dirinyo
sorang. Nah itu harapan awak yang lain. Sia lo yang ndak ingin anaknyo
menjadi mode tu? Tapi kalau ndak tau jo dirinyo, baa nyo mode tu? Ndak
ado artinyo do kan? Contohnyo Insinyur – insinyur yang ibuk baco di
majalah tu, pasnyo mancaliak lampu merah, nyo dari ketek suko
mancaliak itu, nyo anak Autis ko ado kesukaannyo masing – masing ko.
Misal suko mancaliak bendda bulat, suko mancaliak nan warna – warna
merah, ha nampak dek inyo lampu merah tu, tagaak nyo ditangah jalan tu,
ndak peduli nyo urang ka lewat, Tiit tiit tiit, nyo tagak sampai nyo pueh.
Itulah anak Autis, padahal nyo lanh Insinyur ko ha? A itu ndak bisa do,
jadinyo harus tau jo dirinyo ko dulu.”

G : “Hmm trus untuak saat iko pas nyo lah SMA kini, apo usaho ibuk untuak
mewujudkannyo bia bisa sarupo tadi?”

N ; “Yo..oo..awak aja sarupo ibuk patang lah sempat ibuk lapeh-lapehan Ani
ko, ibuk agiah pitih saratuih ribu paliang bawah ko ndak? Ibuk kecekan ka
inyo, Ani nantik belanja itu segitu, itu segitu, nantik ga..a..uangnya mintak
kembalinya ya? Jangan dihabiskan, nantik gak ada ongkos pulang.
Pernahnyo ibuk aja sabulan, bisa nyo. Bisa nyo tapi pakai apo bi, pakai
kuitansinyo. Nyo selalu pakai kuitansi kalau balanjo ko. Beli bedak sekian,
bali ko sakian. Berapa baliknya? Kecek urang tu, ini baleknya Ani, simpan Comment [D49]: Ani diajarkan
berbelanja ke pasar sendiri dengan
ya baleknya. Tu nyo balanjo, ni uang! Berapa tu uangnya? Ditanyoannyo diberikan uang 100.00,00 dengan catatan
subjek mengikuti Ani dari belakang tanpa
ka urang tu kan? O ndak cukup ndak cukup! Oh ndak cukup, beli apa? Beli sepengetahuan Ani.

apa? Ma yang cukuik, itu bahaso nyo kan? A misalnyo nyo ka bali apo,
pitihnyo tingga tujuah ribu lai, ndak cukuik kecek urang ndak jadi bali do.
167

Tu dek urang ko dikecekan ka inyo, ndak cukup do! Orang ko mangarati


ko, soalnyo kan Ani ko acok ibuk baok ka pasa, banyak urang nan tau jo
inyo. Tapi urang nan ndak tau, baa lo paja ko ko? Itu kecek urang, urang
nan ndak tau jo inyo ko bi. A tu ibuk ikuik i nyo dari balakang, yo pacah
sabulan lah tu. Taranti ibuk maaja tu dek nyo tu hampia digiliang onda lai.
Tu trauma lah ibuk liak, hampia dilantak onda bi. Sudah tu ondee, ndak
talok malapehnyo do. Baa tu, dek nyo lah baraja sabulan kan? Pai ka pasa
surang lah ibuk caliaknyo tu, ibuk ikuti tu. Nyo pede se surang tu, sobok jo
urang, beli bedaknya. Berapa harga bedaknya? Tu kecek urang, sakian,
ini kembalinya ya ni bawa pulang ya ni. Tu bawa pulang, abih tu lah
balenggok – lenggok lo nyo naiak oto. Tu ibuk sewo lo oto, oto tu ibuk
modali ibuk sewo lo oto, nyo ndak tau tu do ibuk ikuik i dari balakang.
Jadi suatu kali itu ibuk lengah ko, dek ibuk oto dibelakang kan? Jadinyo
ndak tau, ado oto langsuangnyo manyolongsong, oto langsuang masuak ka
pakarangan rumah, onda lalu, hijau ikonyo kanai balantak jo onda (subjek
menunjukkan tangan kirinya untuk mengilustrasikan bagian tangan Ani
yang membiru cidera akibat ditabrak motor) Lah sajak tu trauma ibuk, lah
taraso manyasa saumua iduik ibuk kalau jadi kejadian nan labiah buruak
dari iko. Tu lah, untuang dek urang ko lambek lo nyo ko, anak gadih. Inyo
jatuah urang ko jatuah lo kan? Tasingguang jo iko, hijau ikonyo, tu trauma
ibuk, yo bana trauuma ibuk. Tu a kecek apanyo kan? Jan padia – padiaan
inyo surang lai! Ndak bisa do! Mulai ibuk down lai,manyasa yo lo, tu kini
baa caronyo? Sobab wak cubo caronyo mode itu, hampia lo inyo tarenggut Comment [D50]: Subjek juga pernah
merasakan down dan trauma saat Ani
nyawanyo, ibuk maraso ketakutan jadinyo, tapi ibuk apo juo taruihnyo ka sudah berusia 22 tahun saat ini ketika Ani
diajarkan subjek untuk dapat belajar
pasa taruih sampai inyo tau pasa ko mode – mode iko lingkungannyo, nan berbelanja ke pasar sendiri. Subjek
mengikuti Ani dari belakang angkot yang
dibalanjoan mode – mode iko ha. Yo meski ndak surang, tapi nyo tau kan? dinaiki Ani. Karena subjek ketika itu
mengizinkan Ani ke pasar jika subjek
mengikuti dari belakang tanpa
Taunyo baso di pasa ko, disiko urang manjua iko, disiko manjua iko, iko, sepengetahuan Ani. Nahasnya Ani
mengalami kecelakaan saat sudah dekat
iko, balinyo iko, tau situ salahnyo tu mah. Mudah – mudahan Tuhan dengan rumah. Akibat kecelakaan
tersebut, suami subjek sudah tidak
manunjukkan jalan ka inyo nantik bisanyo atau ado urang nan bisa mengizinkan lagi Ani ke pasar sendiri. Jadi
saat ini, Ani ke pasar berdua dengan
mambimbingnyo nantik. Itu se harapan ibuknyo, suaminyo kok nantik atau subjek. Pada akhirnya subjek berharap
agar nanti akan ada orang lain yang
baa? Menyukainyo dengan apa adanya, pai ka pasa nantik nyo lah tau membimbingnya untuk mandiri dapat ke
pasar sendiri
168

dima mambali ikan? Dima bali lado? Dima bali ayam? Nyo tau langganan
ibuk sadenyo, urang pasa umumnyo tau jo Ani, soalnyo acok ibuk
mambaok. Tau sakado umumnyo, mungkin surang – surang bana yang
ndak tau. Umumnyo tau jo Ani.”

G : “Pasa dima buk?”

N : “Pasa bawah, pasa ateh pun tu tau urang jo inyo, ibuk baok taruih. Urang
pasa lah kenal, si Ani tu mah. A pas surang nyo tu, ditanyo urang tu mah,
surang se Ani nyo? Ma mamanyo? Mode itu mah, oh lai mamanyo
dibelakangnyo mah. A nyo mandudu tu, om om beli ya? Beli plastik ya,
beli plastik ya? Lah pandai balanjo tu mah, Cuma pitih ko baa
mabaliakkannyo se. Kadangnyo ndak tau, pitih saratuih nyo agiah se
saratuih tu kan? A tu bakecekan, ni uangnya banyak ni ni, kalau satu
belanja berarti ada baliknya, terima ambil ya? Bitu dek awak, bekonyo
payah maagiah tau tu mah. Mode itu se nyo, bekonyo agiah se pai capek
kan? Ado kadang ibuk agiah se pitih saratuih limo puluah, bianyo balanjo
kali balanjo kosmetik, bahan – bahan untuak aponyo taruih ko, bahan –
bahan untuak mandi, untuak badaknyo kan? Tibonyo pasa ateh, om om!
Nyo ramah jo urang ko, basapo se taruih kan? Pasa ateh, pasa bawah
umumyo tau urang jo inyo sadonyo. Pasa ateh saparo tau jo inyo, ibuk tau
urangnyo sadolah. Beko ibuk ditanyo, ma si Ana buk? Lah tau urang
sadenyo, lai lah panggaleh ikan, panggaleh ayam, sadenyo tau, panggaleh
– galeh bumbu, manggaleh badak, manggaleh plastik – plastik o tampek –
tampek minum ko ha, galeh lado, tau urang

sadenyo.”

G : “Itu tu bilo ibuk terhenti buk?”

N : “Itu tu pas sudahnyo, hampia taantak tu habis pai les ko mah?”

G : “SMA?”

N : “Iyo SMA ko, baru – baru ko na kejadiannyo ko mah. Ibu padiaannyo pai
169

surang kan? Pai jo oto – oto lain, tu ado oto lain, ibuk naiak ka oto tu buk
bayia. Tu mancaliakkan anak ko, cek ibuk, bialah ndak usah banaiakkan
panumpang lain. Ibuk bayia limo puluah ribo oto tu kan? Namuah lah
urang, nyo payah cari penumpang kan? Baa tu buk, keceknyo kan. Oh
maajaan inyo, ancak tu mah buk. Maajaan inyo tu caliak – caliaknyo
manyubarang, lai elok – elok nyo manyubarang tu kan? Caliak kiri kanan.
Nyo awak kecekan tu mah, Ani mau nyebrang nanti lihat kiri, lihat kanan
ada mobil jangan menyebrang dulu nak, kalau sudah ndak ada mobil
sama honda lari cepat ya! A yo bitunyo pas ado oto nyo caliak se tu oto,
dari jauah nampak se nyo tagak, ndak ado langsuangnyo kisai se balari ha,
hahaha.. Tapi badagok – dagok darah ko bi, cameh ibuk tu, ibuk caliak se
nyo dari jauah. Tapinyo ndak tau wak caliakkan dari jauah tu do. Inyo lo
ngecek, ndak boleh mama menemani ya? Nyo pai surang, ndak nyio nyo
pakai dikawal – kawal tu do. Tapi awak nan indak pacayo, takuik kajadian
hampia balantak tu. Sabananyo inyo bisa, Cuma ibuk maraso ndak lamaak
bangkik nyo pulang do, nyo bisa tau nyo jalan ko ndak kan sasek gai inyo
do. Nyo awak se nan ketakutan, tibo sadang ndak konsen se langsuangnyo
tabang, oto lewat kan? A itu se nan ibuk takuikkan, sababnyo anak ko nan
ndak konsen dek inyo tibo – tibo se kan? Ndak konsen se nyo, tibo – tibo
oto gadang lewat kan? Ndak konsen se nyo beko, nyasa ibuk bi, ee asli
nyasa na ibuk waktu tu bi. Jaleh anak mode itu! Tu itu kecek urang ka
awak yo nak bi? Maupek kan? Jaleh anak mode itu dilapeh lo, jaleh awak
nyio maaja anak awak kan? Mang repot maaja anak surang tu yo na repot,
anak Autis ko ndak bisa surang, pasti ado kawannyo. Lah gadangnyo ado
lo kawannyo, tulah keadaan paliang sulik, komplit, komplit sampai kini.
Kalau anak buto, matonyo se nan ndak nampak, ndak ado
manggarayangnyo do. Bisu muluik se nyo nan ndak bisa mangecek, yo
kan? Kalau anak awak ko bisa nyo mangecek, Cuma inyo nan untuak
lingkungan ko nan payah. A itu se nan awak takuikkan nyo.” Comment [D51]: Bagi subjek hingga
saat ini, memang suatu hal yang
merepotkan sekali mengasuh anak Autis
G : “kalau Ana buk, upaya ibuk untuk mambueknyo jadi lebih mandiri apo jika dibandingkan dengan mengasuh anak
buta dan bisu.
170

buk?”

N : “Ana mandirinyo, mandi sorang. Cuma sorang kok pai – pai ka apo ko
alun bisa lai, ndak samo jo Ani do. Mandiri Ana tu, makan lai makan
surang, mandi mandi sorang, mancuci mancuci sorang, ndak ado dicucian
gai do. Baju ibuk nyo cuci surang, Cuma Ana ko itu lo nyo, aleh kasua
inyo cuci tiok hari, sampai lah puda – puda aleh kasua, mancuci tiok hari,
tiok hari bi. Ndak ado sakali kok sakali duo hari do, jadi bara banyak aleh
kasua ibuk puda sadenyo.” Comment [D52]: Ana mandiri dalam
hal mampu makan, mandi, dan mencuci
termasuk pakaian subjek sendiri. Namun
G : “Trus kalau Ani kan yang ka pasa tu ibuk cuboan buk, kalau yang Ana yang subjek sayangkan, Ana mencuci sprei
setiap hari hingga warna sprei kasurnya
buk?” sudah pudar.

N : “O ndak berani ibuk tu do, sebab Ana nyo masih aktif bana nyo. Nampak
se nyo dari jauah langsuang dikisainyo, kalau Ana ndak berani tu do,
bekonyo balantak ndak sanggup ibuk. Kalau Ana yo basarah se ibuk ka
Tuhan, barubah lah indak nyo, kalau balapeh surang ndak berani ibuk do.
Awak tau saban harinyo kan? Kalau Ani masih mancaliaknyo kiri kanan. Comment [D53]: Subjek tidak berani
mengajarkan Ana untuk mampu ke pasar
Pas Ani lah bisa, ndee bahagia na hati ibuk, ndee lah bisa anak ko surang sendiri sambil diintai dari belakang seperti
Ani. Karena Ana jika menyebrang tidak
pai ka pasa. Tu kecek urang angkot, yo sanang hati kami mode ko mah memerhatikan keadaan jalan raya.

buk. Tulah iyo, sanang urang ndak paralu ngetem – ngetemnyo lai kan?
Kalau ado urang banaikkan buliah, tapi yo ndak manunggu – nunggu do,
kalau naiak nampak dijalan. Tu minta sewo pitihnyo kaurang tu beko,
ndak paralu pikian pitih limo puluah ko do. A tulah bi, istilahnyo urangtuo
nan punyo anak mode ko kiamat dunia keceknyo, tapi ibuk ndak nyio
ngecekkan kiamat dunia do, ndak pernah ibuk ngecekan mode itu do, ibuk
baok bahagia se ibuknyo. Baa tu? Banyak urang nan lebih parah dari ibuk
lai, o itu se ibuk, bahagia jo sagalo kakurangan. Kelebihannyo nan ibuk
tonjolkan, ndak nyio ibuk kakurangannyo se taruih. Kelebihannyo acok
ibuk tonjolkan, ndak nyio ibuk nan buruaknyo do. Kadang dirumah sakola
lah, si Ani jo Ana bisa bitu, bitu mah buk! Kadang urang lah bosan
mandanganyo kan? Buk suruah lah buk inyo manyanyi mah buk, nyo
171

pandai banyanyi mah buk! Tu guru – guru tu sagan, baiyo iyo nyo se
awak, antahlah wak isi hati urang ko kan? Yo kadang tanggal lah taunyo Comment [D54]: Cara subjek
membahagiakan hatinya dengan
maingek mah buk, tahun lalu gai, 2014 bisa lo mah buk, 2019 taulo no membandingkan anaknya dengan anak
orang lain yang memiliki anak dengan
mah buk, padahal alun tu lai, tanyolah harinyo, ndak kan bapikia gai inyo kondisi yang lebih parah. Lalu
menonjolkan segala kelebihan anaknya
kepada orang lain dan guru di sekolah.
manjawek tu do. Kalau nyo diseriuskan ndak amuahnyo jawek tu do,
sambia bagarah se kan, Ni, mama ulang tahun tanggal 18 Januari ni, hari
apa tu ni? Langsuang bajaweknyo, tu ibuk raso e nyo. Asal diagiah kato
pengantarnyo, dek inyo maraso urang tu mauji – ujinyo kalau ndak pakai
kato pengatar tadi kan?”

G : “Oh alhamdulilah makasih banyak yo buk atas informasinyo yang lah


banyak ko buk, makasih juo yo buk atas waktu ibuk untuak Gaby
wawancara. Gaby izin pamit pulang yo buk.”

N : “Adih bi, lah banyak tu kato – kato nan bisa Gaby ambiak tu. Gaby ado
kama – kama satelah ko lai? Samo se wak pulang.”

G : “Oh yolah bu, makasih banyak yo buk.”


172

Wawancara : 3
Tanggal : 12-01-2018
Tempat : Ruang Perdata Pengadilan Negeri klas 1B Kota B

N : “A!”

G : “Gaby langsuang jo yo buk yo, kini Gaby mananyoan tentang perasaan –


perasaan yang ibuk alami. Dulu kan perkembangan – perkembangan nak
buk? Kini labiah ka perasaan – perasaannyo terhadap nan ka Gaby tanyoan
buk. Jadi waktu ibuk m.. mangecekan patamo kali maraso apo o tau anak
ibuk tu kanai Autis dan ibuk raso kiamaik dunia, tu baa emosi yang ibuk
rasoan waktu itu..u baa ibuk gitu?”

N : “Raso..raso istilahnyo raso..maraso baa itu ketakutan ado, ketakutan dek


danga-danga carito tu kan? Autis ko raso kelainan yang sangat kompleks
kalau nan ibuk danga kan? Jadi ibuk maraso ketakutan, tapikia dek ibuk,
ndeeh baa lah nanti? Baa nyo lah gadang nanti? Sia nan ka mangasuahnyo
katiko wak ndak ado? Takuik tu kadang buk hilangkan, buk hilangkan Comment [D1]: Subjek merasa
ketakutan karena berpikir bahwa Autis
perasaan tu saolah – olah ndak tajadi apo – apo. Buk hilangkan perasaan adalah kelainan yang sangat kompleks.
Hal yang ditakutkan adalah pengasuh
itu saolah – olah ndak tajadi, seolah – olah anak ibuk ko normal tidak ado kedua anaknya ketika subjek dan suami
sudah meninggal.
kekurangan, a itu buek jiwa ibuk tanang.” Comment [D2]: Namun subjek
menghilangkan ketakutan dan
menenangkan jiwanya tersebut dengan
G : “Tu kan terhadap masa depan tadi tu ndak? Ketakutan yang lain ado ndak menghilangkan perasaan dan memikirkan
seolah – olah tidak terjadi apa – apa. Lalu
buk? menganggap anak subjek normal tanpa
ada kekurangan.

N : “Ndak, ndak pernah ado ketakutan lain do! Ketakutan yang paliang ibuk
camehkan waktu itu yo bilo nyo lah gadang nantik, katiko awak indak ado,
katiko awak ndak ado di dunia ko, a itu se nan ibuk pikian dari dulu.
Soalnyo dalam bayangan ibuk dulu nyo ndak bisa maiduikkan dirinyo dari
pancarian, dan bayangan ibuk dulu o wak ndak tau nan tajadi nanti nak?
Baa lah inyo iduik nantik? Baa nyo caro balanjo? Latakkanlah nyo pandai
masak, pandai tapi nan kadibali tu, baa caronyo? Itu nan paliang acok jadi Comment [D3]: Ketakutan subjek
hanya ketika membayangkan kehidupan
pikiran ibuk. Sahinggo kalau ibuk takana itu nangih.” kedua anaknya jika subjek dan suami
telah meninggal. Berupa ketakutan dalam
kemampuan menghidupi diri sendiri.
173

G : “Tu caro ibuk manunjuakkan raso takuik ibuk tu baa?”

N : “Raso takuik tu ndak ado ibuk tunjuakkan do, tapi ibuk acok tamanuang
pas katiko sorang, katiko pas anak ko lalok, tu tibo perasaan itu. Tu kalau
lah di kantua lah ilang lo wak kan? Lah..la..banyak yang lain nan
dikarajoan, lah lupo sorang. Tapi kalau lah tibo di rumah, tacaliak anak, Comment [D4]: Subjek tidak
menunjukkan ketakutannya. Namun
pas nyo tidua, pas nyo tidua tu, a tibo raso – raso bapikia. Nanti ya Allah ketakutan mucul disaat subjek sedang
sendiri dan saat melihat kedua anaknya
ya Tuhan, panjang lah umua wak sampai inyo dewasa, sampai nyo tau jo tidur. Saat subjek telah di kantor, rasa
ketakutan tersebut telah lupa karena
diri sampai nyo bisa mampu jadi diri sendiri. A tulah do‟a ibuk taruih.” pekerjaan.
Comment [D5]: Subjek berharap
kepada Tuhan agar memiliki usia yang
G : “Oo raso-raso itu yo buk yo?” panjang hingga kedua anaknya telah
dewasa dan mampu mengurus dirinya
sendiri.
N : “Raso – raso itu.”

G : “Trus baa tanggapan apak kalau mancaliak ibuk pas waktu itu?”

N : “Kadang – kadang laki – laki kan beda jo awak, ndak elok pikia mode tu
do, bitu lo Tuhan ko alun tau lai, Allah maha adil mah. Alun tantu bisuak
mode iko, antah a..antah ee..adoo.o...rahasio illahi dibaliak itu nantik,
antah inyo baa nantik. Ndak bisa dipikiaan nan ka balakang tu do, kecek
apa nyo kan? Apa nyo acok mode tu ka ibuk tu, kadang – kadang ibuk Comment [D6]: Suami subjek
menghibur dengan mengatakan bahwa
hmm ah iyo mungkin lah, a bitu ibuk kan? Baa tetap optimis a nan tajadi Allah itu maha adil, karena pasti ada
rahasiaNya dibalik masalah tersebut.
nanti wak ndak tau do, tulah apanyo.” Comment [D7]: Subjek menyetujui
alasan suaminya yang menyatakan bahwa
tidak baik pesimis dengan masa depan
G : “A tu sudah tu mengenai..oh yo buk, kalau urang terapisnyo tuh itu latar kedua anaknya, karena pasti ada
rasahasiaNya dibalik masalah kedua
belakang pendidikannyo apo buk?” anaknya.

N : “Latar belakang pendidikannyo, terapis ko lah pelatihannyo di Jakarta


samo dokter khusus anak autis, jadi guru – guru ko pado umumnyo
terapinyo diawal dulu nyo lah latihan jo ahli autis ko, dokter autis di
Jakarta pak Sutadi namonyo. Nyo salah satu dokter yang menemukan autis
ko di Indonesia. Jadi guru – guru ko lah dilatiah dulu, barunyo
berkembang, barunyo malatiah nan lain lo.” Comment [D8]: Latar belakang
pendidikan terapis adalah orang yang
telah dididik oleh pak Sutadi seorang
G : “Itu tu yang..urang nan mandiagnosa anak ibuk tu urang – urang tu?” dokter yang menemukan penyakit Autis di
Indonesia.
174

N : “A iyo nyo urang – urang nan lah talatiah tu. Lah inyo dilatiah pak Sutadi
tu, lah diagia lah ilmunyo sadenyo lah, ma nan ciri – ciri anak – anak autis,
ma nan indak? Ma anak sindrom ma nan indak, lah disabuik dek guru-
gurunyo tu dek lah baraja dari terapisnyo tu, itu pendidikannyo nyo.”

G : “Trus buk o.. waktu tu kan ibuk yang tau autis, awalnyo kan ibuk ndak
tau do itu tu panyakik samacam apo autis tu kan? Sudah tu, oo..ado ndak
ibuk samacam cari pembelaan mungkin, atau cari apo gitu ka urang lain,
yang lai ndak autis gai anak ambo tu kan?”

N : “A..pernah ibuk bitu dulu nak? Aa ndak mungkin anak awak mode iko
do, mungkinnyo dek acok apo se nyo, dek acok basimpan – simpan di
rumah, jadinyo jadi..ndak pandai bakomunikasi, a itu pikiran ibuk dulu. Comment [D9]: Awal didiagnosa Autis,
subjek masih belum percaya. Menurut
Tapi satelah dicaliak – caliak ado lo anak urang nan di rumah – rumah se subjek masalah kedua anaknya karena
anaknya sering tinggal didalam rumah. Hal
kan? Tapi nyo pandai ngecek, pandai komunikasi, ma malah ado anak itulah yang membuat anaknya tidak dapat
berkomunikasi
urang nan tingga di rimbo malah nyo tau komunikasi kan? Apolai wak
dilingkungan urang – urang banyak a, a disitu ibuk oo yo tanyato mah.
Patamo ibuk tepis juo ko mah, raso ketakutan tu ado tapi ibuk tepiskan,
ibuk tepis se, ndak ka ado se ko do. A kironyo banyak lo anak urang nan
takuruang ndak ado autis do. Baa dek anak awak autis? tibo pikiran itu.
Tapi satelah dicaliak dek anak urang kan? Anak urang takuruang tapi
pandai ngecek, anak awak takuruang tapi ndak pandai ngecek, o..baa
ndak pandai sosialisasi? O iko nan disabuik autis tu ndak? Baru ibuk
sadar kan? Banyak anak – anak urang ko tingga di tampek – tampek Comment [D10]: Subjek sadar bahwa
kedua anaknya mengidap Autis setelah
terpencil, ndak batamu jo urang – urang banyak kan? Sadang anak ibuk menyadari bahwa anak orang lain yang
juga sering didalam rumah juga dapat
batamu urang banyak taruih kan? Tapi nak urang tu pandai mangecek, berbicara. Namun tidak dengan kedua
anaknya.
pandai komunikasi, baa dek anak awak indak? Acuaa nyo jo lingkungan
ndak peduli jo urang, kok ka masuak urang ka rumah, ko kalua, nyio ndak
peduli, asik se jo dirinyo surang.”

G : „Tu buk, bara lamo proses ibuk nyo pas urang ngecek anak ibuk autis
sempat ndak picayo ibuk tadi ndak, sampai kini pacayo?”
175

N : A..lumayan lamo juo lah Gaby, lamo..oo apo juo lah ibuk maapoan diri
buk, satelahnyo terapi tu lah, baru ibuk nilai, satelah banyak lo anak urang
nan masuak balakangan satelah tu kan? Di terapi oh yo samo mah, dari
situ baru ibuk lah picayo lai. Lah mulai terapi, lah mulai anak – anak lain
masuak dengan ciri – ciri yang samo kan?” Comment [D11]: Subjek lebih yakin
bahwa anaknya pengidap Autis setelah
melihat anak – anak lain ditempat terapis
G : “Trus apo se pergolakan batin yang ibuk rasoan waktu alun pacayo tu yang subjek nilai memiliki ciri – ciri yang
sama dengan kedua anaknya.
buk?”

N : “Iyo, tantu awak berharap kan? O ndak mungkin ko do anak awak do,
talaik mangecek se nyo mungkin nyo, itu se pergolakan batin kecek ibuk
nyo. Karano ibuk yakin inyo ndak mode tu do, sabaik kalau mandanga
autis tu rasonyo, gawat bana rasonyo. Rasonyo o.. apo yang kompleks
bana o..kakurangannyo, paliang kompleks bana autis ko rasonyo. Sabaik,
gagal komunikasi, gagal di lingkungan, sadonyo, jadi rasonyo barek bana. Comment [D12]: Subjek sempat
menolak kedua anak pengidap Autis
Kalau nyo anak – anak lain buto, nyo sakedar duduak se nyo kan? Tapi karena merasa gangguan Autis memiliki
kekurangan yang sangat kompleks, seperti
nyo bisa nyo komunikasi jo urang, bisa nyo balanjo kan? Kalau anak awak gagal dalam berkomunikasi dan sosialisasi
lingkungan.
nyo mancaliak lengkap, tapi ndak bisa nyo ma..ma mampagunokan doh.
Misalnyo awak mancaliak ko ha, o..ado kaki bajalan kan? Tapi nyo ndak
bisa balanjo surang. Beda jo urang buto, urang buto bisa balanjo kan?
Urang lumpuh kalau balanjo bisanyo balanjo. Ondeh yo Tuhan, baa ko yo
Tuhan? Apo ndak bisa sembuh ko? Apo ka mode iko anak wak
salamonyo? Nan jadi pikiran tiok hari, tiok hari. Tiok hari jadi apo dek
ibuk, pikiran. Setelah diterapi lah mulai sakolah – sakolah umum, lai lah
taubek hati ibuk ko, lah mulai nyo komunikasi, lah mulai nyo ngecek –
ngecek jo urang, tanyo – tanyo urang, dulu kan nyo ndak paduli jo urang
do. Sarupo nyo sobok jo Gaby waktu ketek – ketek, e ndak ka ado gai nyo Comment [D13]: Saat subjek telah
menerima kenyataan mengenai penyakit
nanyo siapa namamu? Ndak kan pernah, yo cuek. Setelah nyo diterapi, lah yang diderita anaknya, subjek bertanya –
tanya dengan diri sendiri terhdap takdir
bisanyo lah..la mulai bagaua jo lingkungan nyo lah mulai – mulai bisanyo Tuhan mengenai kesembuhan dan kondisi
anaknya. Tetapi setelah kedua anak
kan? Lah mulainyo peduli jo urang – urang dakek inyo, siapa nama subjek sudah dapat berkomunikasi
dengan orang lain, hati subjek sudah
mulai terobati.
nenek? Dimana nenek tinggal? Lah mulai. Dulu nyo, masuak masuak lah
urang, kalua kalua lah urang, ndak ado raso kaingin tahuannyo doh, kalau
176

kini lah ado.” Comment [D14]: Setelah diberikan


terapi kedua anaknya sudah dapat bergaul
dengan lingkungan.
G : “Trus dulu ado waktu ibuk alun pacayo tu ndak, tu ibuk pikia – pikia
surang, tu ado ibuk carito ka sia gitu ka urang atau ka dokter baso ibuk
ndak picayo?”

N : “a..e.. raso itu o..ado juo ibuk ka dokter anak , ibuk baok taruih ko, baa
nan subana apo ko pak? Kalau dokter anak waktu tu yo ndak ngarati
juo..o..Gaby. Malah dokter ngecek, ndak baa do, anak nan capek pandai
bajalan, capek manungkuik sadonyo tu pandai ngecek, itu kecek dokter.
Jadi taubek hati ibuk ko saolah – olah batua kecek dokter tu, sahinggo ibuk
terlena kan? Terlena, itu se kecek dokter ndak baa do. Tanyato sia – sia se
nan dikecekan dokter tu kan?” Comment [D15]: Subjek mencari
pembenaran kepada seorang dokter anak.
Namun dokter anak menjelaskan kendala
G : “Oh gitu buk, jadi itu tu tau ibuk satelah dikecekkan autis tu atau alun?” terhadap kedua anaknya hanya karena
cepat mampu berjalan, mengakibatkan
keterlambatan bicara. Pernyatan dokter
N : “Setelah tau autis iyo juo, ibuk pai ka dokter baliak nak? Ndak baa do membuat subjek terlena.

inyo apo ko mah, inyoo hiperaktif ko, keceknyo. Hiperaktif kecek dokter,
ndak ado autis disabuiknyo do. Hiperaktif ko emang mode itu, anak
kamanakan ambo anam taun baru pandai ngecek. Dokter dek bapatokan
jo mangecek sajo bukan berpatokan jo perilaku lain. Tu kan disusunnyo
ubek – ubek dokter ko dek Ani yang hijau samo hijau, warna apo..tu caliak
lah, kan cerdas nyo tu, kecek dokter. Padahal itulah ciri – ciri anak autis,
nan ndak patut disusunnyo. Botol ubek untuak a nyo disusun kan? Kalau Comment [D16]: Bahkan dokter anak
mengatakan kedua anaknya hanya
anak biaso untuak a nyo disusun, ndak peduli nyo doh. Kalau inyo duduak Hiperaktif biasa. Bagi subjek, dokter anak
itu salah karena hanya berpatokan kepada
nyo dakek meja dokter, nyo ambiak tu nyo susun botol ubek dokter tu. A hendaya berbicara saja. Lalu dokter juga
memuji kedua anak subjek yang
menyusun obat – obat dokter.
tu a kecek apak tu ndak, apak Metrizal namonyo, kan cadiaknyo tu dek
ibuk a, beko nyo pandai mangecek tu nyo. Jadi yo awak diagiah harapan
semu, wak berharap nyatonyo indak do kan?”

G : “Pas ibu tau itu baa perasaan hati ibuk tu?”

N :“Kecewa baa ndak kecewa, kadang – kadang manangih se awak kan?


Sadiah, manangih, tabik tangih kan? Kadang anak – anak lah saumua
177

sagadang inyo lah bae bisa pai main – main, anak awak pai babaok, ka ma
pai bairiangan. Anak urang surang se pai main, anak awak indak. Kalua Comment [D17]: Subjek kecewa
dengan kondisi kedua anaknya setelah
nyo pai, bajalannyo wak bajalan lo. Ndak bisa awak lapeh, O mainlah, mengetahui didiagnosa autisme. Bentuk
kekecewaan subjek berupa tangisan. Hal
mama masak. Ndak kan pernah tu do, ndak pernah lapeh dari yang membuat subjek kecewa karena
mereka selalu butuh pengawasan subjek.
pengawasan.”

G : “Trus tu lah lamo ibuk marasoan, baa si perasaan ndak picayo tu, labiah
sataun atau bara buk?”

N : “Hmm..m..diawal – awal tu, ndak, ndak sampai sataun do. Diawal – awal
sajo nyo, lah mulai ibuk manterapinyo sakian kali, tigo bulanan lah , lah
mulai o..iyo mah iyo..Ruponyo nan disabuik terapis waktu mandiagnosa
dulu batamu sadenyo kan? Disitu ibuk, mudah – mudahannyo barubah
nyo lah, berharap ibuk kini barubahnyo, ndak ado nan indak di dunia ko,
ndak ado nan ndak mungkin, itu se harapan ibuknyo. Kalau Allah
berkehendak, mungkin sajonyo. Itu ibuk berharap harapan ibuk nyo,
uhuuk (subjek batuk). Dulu nyo waktu masih ketek apo, ndak tapikia dek Comment [D18]: Perasaan subjek
menolak kondisi kedua anaknya
ibuknyo sakolah SMA. Ibuk kiro nyo ndak kan bisa sakolah, ndak ka bisa membutuhkan waktu kurang dari 1 tahun
yaitu 3 bulan. Perasaan percaya subjek
bagaua jo urang banyak, pikiran ibuk dulu Gaby pas sempat putus asa, muncul setelah kedua anaknya mengikuti
beberapa kali terapi.
sahinggo ibuk bapikia nyo ikuik lingkungan terapis – terapis sajo, ndak
kan bisanyo ka sakolah umum. Itu sajo pikiran ibuk dulu, kironyo
nyatonyo seiring jalannyo waktu bisa nyo dilapeh di rumah sakola
meskipun dianta japuik, tapi nyo ndak wak hunian tinggaan lai do, bisa
nyo. Disitu lah ibuk manilai, o ado juo perkembangannyo kalau wak yakin Comment [D19]: Subjek sempat
berpikir dengan putus asa bahwa kedua
kan? Bisa ruponyo, malah nyo ndak amuah diunian tu diusiaanyo awak, anaknya takkan dapat bersekolah dan
takkan dapat bergaul dengan orang
mama, pergi! Pergi! Pergi! Nyo lah yakin nyo bisa, awak lah ndak cameh banyak serta tidak dapat ditinggalkan di
sekolah. Namun akhirnya saat ini kedua
anaknya telah mampu melakukan hal
lai kan? Sajak nyo masuak SMP tu mulai sanang hati lah bisa nyo bagaua, tersebut.
lah bisanyo ditingga tu. Kalau ndak kan ba unian taruih? Sakolah TK P ba Comment [D20]: Kedua anak subjek
sudah bisa untuk tidak ditunggu lagi di
unian, jam bara nyo masuak o.. baru o nyo bisa wak kalua kan? Tu kalau sekolah bergantian dengan suami.

lah kalua main, tu wak unian liak baganti – ganti ibuk jo apak kan?
Untuang wak waktu tu alun apo kan, o karajo alun ketat waktu tu tu lai,
lah sudah karajo ketat, anak lah mulai cadiak. Ado se apo nyo dek Tuhan,
178

jalanNYO.” Comment [D21]: subjek merasa


senang dan terberkati Tuhan dalam
menjalankan disiplin jam kerja kantor
G : “Alhamdulillah, tu waktu itu yang di SD TK P kan sempat gagal bu limo yang sudah ketat saat kedua anak subjek
sudah SMP.
tahun waktunyo buk, tu baa perasaan ibuk , ruponyo ndak ado perubahan
do?”

N : “Iyo, kecewa..kecewa awak, baa ndak kecewa awak kan? Limo tahun
waktu anak awak berlalu habis, umuanyo batambah tapi hasilnyo indak
ado do, kecewa ibuk tapi baa lai. Kecewa ibuk ko baubek sajo, bialah
untuak ka ganti a dek inyo, gantinyo mancari lingkungan lain, mancubo
lingkungan, suasana lain selain ditampek terapis. Bialah, tabuang wakatu
limo tahun tapi nyo lah pernah mangenal – ngenal urang lain, a itu dek
ibuk, ndak kawan – kawan samo tampek terapi se nan dikenal. A abis tu Comment [D22]: Subjek kecewa
dengan pihak sekolah SD P karena sudah 5
ibuk masuakkan ka sakolah khusus tu baliak, mudah – mudahan tahun bersekolah namun subjek menilai
tidak ada hasil yang berarti untuk
barubahnyo. E masuaknyo ka sakolah khusus, di di apo nyo baliak kan? akademik anaknya. Namun subjek
mengobati rasa kecewanya dengan
menganggap SD P sebagai ajang bagi
Diulang dari 0 baliak terapinyo, a InsyaAllah lah bisa lo nyo baliak, a itu kedua anaknya untuk mengenal
lingkungan lain selain lingkungan terapis.
tu mode itu. Di SD P tu inyo limo tahun nyo sakolah, lah pernah nyo
mangenal senam, mangenal ibuk gurunyo, mangenal kapalo sakolahnyo,
guru – guru. Cuma pelajaran ko ndak inyo apoan do, karano inyo guru tu,
baa dek kato inyo, ndak ado di parhatian dek gurunyo, yang penting aman
inyo. Inyo manjek – manjek lemari, manjek – manjek kursi, gurunyo
maaja juo, sananyo kan ndak buliah do, harusnyo duduak rapi nyo kan?
Nyo dibiaan se dek guru nan manggarayang. Guru nyo asik manarangan,
inyo manjek – manjek, itu se nan didapek di TK P nyo, ndak ado dapek
nan lain do. Jadi ilmu akademiknyo dapek di..di..di..terapinyo ko lah.” Comment [D23]: Bentuk pengenalan
lingkungan kedua anak subjek di SD P
tersebut berupa mengenal senam, guru
G : “Trus ibuk ado perasaan ka berang ka urang – urang TK P tu atau baa dan kepala sekolah. Sayangnya di SD P,
kedua anak subjek dibiarkan memanjat
gitu?” lemari dan kursi meskipun guru sedang
mengajar didalam kelas. Setelah keluar
dari SD tersebut, barulah kedua anaknya
N : “Ado, ado raso kecewa rasonyo giko a, nde urang ko yo bana. Sempat lo mendapatkan ilmu akademik di tempat
terapi.
ibuk carito – carito lo ka urang, di TK P ko asal nyo diagiah nyo lapeh se
anak awak, ndak paduli dek inyo kamajuan anak. Sempat kecewa ibuk
kan? Ndak paduli dek inyo. A satelah tu ibuk apoan lo lai, ibuk tarik lo
179

baliak. E ndak bisa wak harapkan urang mangarati anak awak, bialah
anak wak mode iko, bia se lah, lah namuah urang narimo bia se lah. Ibuk Comment [D24]: Subjek merasa
kecewa kepada pihak sekolah P karena
tarik baliak, Dulu ibuk kecewa lah diagiah pitih, ibuk agiah wali kelas tu berpikir bahwa pihak sekolah tidak peduli
dengan kemajuan kedua anaknya.
pitih, bu A tu supayo inyo senang, jo anak awak kan? Ibuk agiahnyo 250 Kemudian akhirnya subjek memaklumi
bahwa pihak sekolah tidak mengerti cara
mendidik kedua anaknya.
ribu sabulan, kadang ibuk agiahnyo baju, mode itu bia nyo sanang
manarimo anak awak kan? Ibuk dekati guru – guru tu, tapi kadang –
kadang ado raso kecewa saketek, dek inyo ndak tau saketek alah kan?
Ndak taunyo nyo main – main sajo nyo kan? Manulis pun asal – asalan se
waktu tu, tu ado raso kecewa, yola yo bana urang ko e, asa nyo apo se,
asa nyo sanang ajo. Tapi ndak bisa lo wak sesali do, kudian setelah Comment [D25]: Hal yang membuat
subjek kecewa karena subjek sudah
sabulan kalua dari SD P tu, wak kaji lo baliak kan? O ndak bisa wak memberikan uang 250 ribu/bulan kepada
wali kelas kedua anaknya, bahkan
salahan urang do, urang ndak, ndak ado ilmunyo dibidang itu kan? Tapi memberikan baju baru. Namun ternyata
kedua anak subjek tidak ada
perkembangan yang bagus dalam bidang
awak yang salah, manga masuakkan anak awak ka situ? Ndak bidangnyo akademik.
do, apolai TK P tu anak – anak nakal kan?” Comment [D26]: Sebulan setelah
kedua anaknya keluar dari SD P, subjek
berpikir bahwa tidak bisa menyalahkan
G : “Tu ka sia se ibuk carito soal tu buk?” orang yang tidak memiliki ilmu dalam
mendidik anaknya. Lalu subjek juga
menyalahkan dirinya sendiri yang
N : “Ka kaluarga ibuk, ka kaluarga ibuk carito. Tulah ibuk lah baelok – elok, memasukkan kedua anaknya di sekolah
yang memiliki banyak murid yang nakal.
ba sanjuang – sanjuang palo sakolahnyo tu ha ia bisa manarimo anak wak
ko. Bahagiaan hadiah, urang ka rayo bahagiaan baju. Jadi mambuek hati
urang sanang supayo anak ibuk ko ndak diusik urang, dikaluaan urang,
asal nyo ditarimo se dek urang bialah ibuk sanangan, ibuk dakekti guru –
gurunyo sadenyo. Sampai kini pado umumnyo guru – guru TK P tu sayang
ka inyo, jadi sahabat lo dek ibuk kan?” Comment [D27]: Pendekatan subjek
kepada pihak sekolah SD P dengan cara
memuji kepala sekolahnya, memberikan
G : “Oh gitu yo buk yo, jadi sahabat?” baju lebaran. Hal ini dilakukan agar pihak
sekolah senang dan anak – anaknya dapat
diterima dengan baik oleh pihak sekolah.
N : “Jadi sahabat, karano o..o urang tu ndak lo nyo bisa manghandle anak Hinga saat ini subjek masih berhubungan
baik dengan guru – guru dari SD P
tersebut.
awak ko do, sabab ilmunyo dek ndak ado dibidang itu. Sahinggo dari situ
ibuk apo, o sadar untuak ndak manuntuik urang tu untuak ngarati anak
awak. Sabab basic guru – guru ko ndak ado do bidang itu. Tu tibo lo urang
tu, jadi sahabat dek ibuk. Malah mancaliak kemajuan Ana Ani kini nyo
sanang.” Comment [D28]: Guru – guru SD P
telah dianggap sahabat oleh Subjek.
180

G : “Ooh, bilo terakhir kali ibuk mangontek – ngontek samo ibuk - ibuk di
TK P tu?”

N : “Taruih acok sobok jo guru – guru SD P tu, patang se ko sobok jo ibuk


gurunyo tu bu D ka rumah ibuk kan? Hari rayo gai ka rumah, lah jadi
sahabat dek ibuk guru tu, baa kaba si Ana Ani? Nde si Ana Ani nyo?
Bangga nyo caliak kan? Jadi sahabat dek ibuk. Yo raso kecewa tu pasti
ado.” Comment [D29]: Guru – guru SD P
sering datang ke rumah subjek sambil
menanyakan kabar kedua anaknya.
G : “O.. tu buk kalau dukungan keluarga, bantuak apo dukungan keluarga Meskipun masih ada rasa kekecewaan
subjek terhadap guru kedua anaknya.
ibuk saat ibuk menghadapi keadaan anak ibuk yang dulu gitu?”

N : “A yo dunsanak umumnyo pado apolah ka awak, baa lai tu kadang ado


juo nan manyesali, a tu lah anak basimpan juio dirumah. A tu lah badiam
– diam se nyo dirumah ndak dibaok – baok ka lua. Kadang ado nan
baciloteh gitu dunsanak, tu wajar kan? Bantuak ke khawatirannyo pulo ka
awak kan? Tapi buk tarimo ajo.Ado lo nan prihatin, tu baa lai? Syukuri se
lah dek kau tu, nak kau lai bisa dibaok main, anak urang baa tu? Ado nan
ndak bisa manga – manga do. Ado lo nan manghibur mode tu. Ado lo nan
maagiah kato – kato mode ibuk sabuik tadi tu. Tulah anak ko ndak bisa
bakuruang – kuruang di rumah do, harus dibaok kalua.” Comment [D30]: Bentuk dukungan
keluarga yang diberikan kepada subjek
berupa kata – kata yang menyalahkan jika
G : “Tu baa perasaan ibuk pas manarimo kato – kato urang tu buk?” anak sering didalam rumah. Kata- kata
lain berupa mensyukuri memiliki anak
yang masih bisa dibawa pergi bermain.
N : “Ndak baa do, biaso dek ibuk nyo. Ndak ado ibuk berang do. Iiyo – iyoan
se nyo, ibuk introspeksi diri lo dulu, mang anak ko jarang kalua, dek awak
ka kantua taruih kan? Nyo jo kakeknyo, kakeknyo lah gaek. A nan ka
tantu dek kakeknyo main Ciluk ba! Ndak tantu dek inyo do, nan tantu dek Comment [D31]: Subjek menganggap
hal yang biasa saja kritikan dari
inyo anak ko sanang, alah dek inyo tu. Tu baagiah makan, lah dek inyo tu keluarganya. Lalu subjek pun biasanya
selalu mengintrospeksi kata – kata dari
sajo kakeknyo dek lah urang gaek mah? Lah bara umua kakenyo, lah 70 keluarganya tersebut. Lalu kedua anak
subjek tersebut juga diasuh oleh kakeknya
tahun.” yang memang tidak mengerti bermain
ciluk ba!

G : “Tu keluarga ibuk tu adiak kakak gitu buk, nan ngecek – ngecek curhat
carito tadi tu buk?”
181

N : “Ooh, adiak, kakak.”

G : “Ibunyo ibuk?”

N : “Ibu lai juo, waktu itu masih sehatnyo, tapi yo dek awak bakaluarga tu
lah ndak maurus awak lo lai karajo ibuk tu do kan?”

G ; “Oh iyo buk, trus sudah tu selain dari kato – kato tadi, apo se lai buk,
bantuak dukungan dari keluarga ibuk untuak kaduo anak – anak ibuk tu?”

N : “Yo ndak ado do, dukungannyo gitu sajo. Ndak baa do sak, sakolahan
lah nyo taruih, bialah habih pitih yang penting anak awak sakolah, a nan
yang penting itu dek inyo. Inyo tau dek biaya sakolah anak ibuk tu gadang
kan? Ee ndak baa do, kami ngarati lo kau nyo, ndak lo kami apo do. Jadi
ndak berani urang tu minta – minta pitih ibuk do, nyo tau biaya anak ibuk
ko gadang. Jadi ndak berani adiak – adiak ibuk ko minta pitih ka ibuk do.
A itu se bantuak dukungannyo, dek inyo tau ibuk susah, nyo tau biaya
sekolah anak ko gadang, gaji ntah bara waktu dulu tu kan? Ndak amuah
minta – minta pitih do, ndak amuahnyo mambarekan ibuk do. Kalau kini
yo lah aman rasonyo kan?” Comment [D32]: Bentuk dukungan
lain yang diberikan keluarga berupa kata –
kata agar terus menyekolahkan anak -
G : “Trus, seberapa besar buk pengaruh bantuan keluarga tu bagi ibuk surang anak. Lalu, keluarga tidak pernah
meminta uang kepada subjek.
dari dulu sampai kini nan taraso dek ibuk untuk anak ibu tu?”

N : “Lai lah, lumayan juo lah. Bentuk dukungannyo bantuak nyo agiah
support jo awak tu la lah gadang dek awak tu, lah berarti dek awak tu ndak
baa do sak,anak urang baa dek sak tu? Tambah parah anak urang, anak
kau lai cadiak mah. Lai pandai mamasak mode itu. Anak urang sagadang
iko umua ndak pandai masak, anak kau duo tahun umua lah pandai bu
buek mie rebus. A disitu mambuek ibuk bangga, diagiahnyo ibuk kato –
kato itu mambuek ibuk sanang ati lo danga kato – kato mode itu.” Comment [D33]: Sudah sangat besar
bagi subjek bentuk dukungan keluarga
yang diberikan meskipun hanya berupa
G : “Hmm tu ibuk sanang ati ibuk, apo yang ibuk lakukan pas ibuk sanang kata – kata dan pujian bahwa kedua anak
subjek yang berusia 2 tahun sudah
itu buk, atau pas terhibur tu?” mampu memasak mie instan.
182

N : “Sanang yo sanang lah hati awak, o..ndak awak kana – kana yang buruak
do. Kana se yang elok – elok, kana se nyo baso anak ko sempurna.
Bahagia awak mah, ndak awak kana yang buruak – buruak do, ndak awak
kana yang ndak mungkin ndak mungkin tu do, anggap se inyo sempurna,
tu se di awak, hahaha (suara subjek lebih tinggi).” Comment [D34]: Bentuk ekspresi
kebahagiaan subjek ketika diberikan
dukungan semangat oleh keluarganya
G : “O tu buk, kalau misalnyo pas ado anak ibuk ikut terapi, trus ibuk ado ditunjukkan dengan tidak mengingat
segala kekurangan – kekurangan kedua
karajo sibuk di kantua, tu baa konflik pikiran ibuk?” anaknya, dan menganggap anaknya
sempurna dimata subjek

N : “O waktu inyo terapi tu dulu kan inyo ndak buliah dicaliak anak ko do,
inyo diterapi satu guru satu murid diruang tertutup jadi urang tuo ndak
buliah mancaliakan do, jadi lai ndak tagaduah ibuk karajo do. Tapi
waktunyo sakolah di TK P emang iyo, sahinggo waktu ibuk masuak karajo
ko iyo talaik taruih dek garo – garo la maunian inyo, lah setelah inyo
diterapi baliak aman ibuk sababnyo dihandle dek terapisnyo langsuang,
ndak ado ikut serta urang tuo, ndak buliah do. Sabab kalau anak nampak
urang tuonyo pikirannyo baralih tapacah fokusnyo, jadi ndak buliah do,
urangtuo memang diharuskan ndak buliah mancaliak do. Jadi memang
diharuskan urangtuo pai, khusus guru terapis se yang manghandle nyo.
Apopun nan tajadi guru terapisnyo ko, kok dicabiakannyo gai jilbab guru
terapisnyo, kok ka suntang baju gur terapisnyo, inyo se lai, wak danga
barita se beko lai, hehehe..”

G : “Trus waktu ibuk ado masalah talaik karajo buk, tu baa perasaan ibuk di
batin ibuk gitu kan?”

N : “Ado lah raso apo awak ndee karajo wak masuak jam 8 tapi jam 10 atau
satangah 10 baru wak tibo. Ado raso apo, ndak enak jo atasan, ndak enak
jo kawan – kawan, pasti tu yo ado perasaan itu, nyo dek wak ndak urang
nan suka mengabaikan o..o karajo. Ibuk surang ko yo tangguang jawab jo
karajo, jadi maninggakan karajo mode tu tasiksa ko apo ko batin ko,
Comment [D35]: Subjek sempat
manenggang atasan, kawan – kawan. Ndee ndak lamak rasonyo pai karajo merasa segan dengan atasan dan rekan –
rekan kerjanya ketika masuk kantor pada
tu talaik mode itu, tapi dek karano anak baa lai? Ditarimo se resiko itu. pukul setengah 10 pagi karena menunggu
anaknya di SD P
183

Sahinggo ibuk dulu tu saat masih anak ibuk di TK P tu, diagiah ibuk
jabatan jadi Kasub. Perdata (dipromosikan naik jabatan) tapi ndak amuah
ibuk tarimo, ibuk tolak dek keadaan itu tadi, sabab ibuk ndak bisa selalu di
kantor. Kalau indak, ndak pak Djas ko dulu Kasubnyo do, ibuk nan
diminta dulu. Jadi yo ibuk tolak langsuang ka pak Ketua tu, waktu tu pak
Ketua namonyo pak Iwit namonyo, karano Isak ndak bisa salalu di
kantua pak, karano anak mode – mode bitu a. InsyaAllah nantiklah kalau
anak ndak ado mode – mode bitu lai, baru InsyaAllah Isak mampu, bukan
Isak ndak amuah, Cuma untuak saat kini ndak bisa! Gitu waktu ibuk Comment [D36]: Subjek pernah
ditawarkan untuk menjadi Kasub Perdata
manyampaikan ka atasan, katiko ibuk diminta jadi Kasub apo ko, Kasub (dipromosikan naik jabatan), namun
ditolak dengan alasan tidak dapat selalu di
Perdata. Sabalum pak Djas tu, waktu itu Kasub Perdata lamo pindah. kantor karena mengawasi anak.

Memang iyo wak harus bakorban dulu, bialah wak bakorban karir demi
anak.”

G : “Tu baa perasaan ibuk tu buk, de baa yo dek wak ndak bisa jadi Kasub?”

N : “Ndak, ndak baa dek ibuk do. Ndak ado maraso ibuk de tingga wak dari
urang lain, ndak ado wak raso itu do, ndak ado saketek pun do, ikhlas ibuk
yo bana ikhlas ibuk, kok sia yang nanyo, baa buk Isah kalau ambo agiah
ka urang nan dibawah buk Isah? Ndak baa do pak, Cuma wak dek untuak
saat kini alun bisa lai pak untuak standbye di kantua taruih, dek wak
selalu maunian anak. Ndak ado do ikhlas se ati ibuk, salamo pak Djas ko
jadi Kasub ibuk taruih ibuk dukuang, ibuk bantu apo nan bisa ibuk bantu.
Ndak ado ibuk raso iri raso a do? Mang awak tu lah siap manarimo itu tu,
dek ndak mungkin rasonyo do.” Comment [D37]: Subjek ikhlas dan
tidak pernah memasalahkan untuk tidak
dapat naik jabatan karena kondisi kedua
G : “Tu satelah tu buk, waktu itu selain masalah ibuk tu acok talambek, ado anaknya

ndak buk hal lain yang kadang menganggu pencapaian target dalam kerja
ibuk gitu?”

N : “Ndak, ndak ado gitu do. Inyo nyo talaik datang se nyo, tapi kalau nan
karajo salasai taruih, talaik datang ajo nyo. Kadang kan pagi tu ndak bara
karajo do, beko lah jam 10 ka ateh lah banyak karajo, ndak ado tagaduah
184

ibuk lai do. Ndak, ndak ado nan mambuek ibuk lalai, ndak ado do. Sabaik
pagi tu, urang tu kan zaman dulu alun apo bana lai do, alun mode kini.
Kini kan banyak harus wak karajoan kan? Banyak apo sadonyo, o
teknologi banyak, dulu ndak ado do dulu manual sadonyo, jadi ndak ado
manggaduah ka awak do. Yo bana ndak ado do, cuma talaik pai karajo se
nyo. Indak na dulu dulu, indak na ibuk urang lain banyak talaik masuak
karajo karano anak gai tu, karano zaman dulu kondisinyo mode itu, indak
disiplin urang ko do, ado masuak jam 9, zaman dulu tu ndak apo do,
soalnyo dek dulu tu ndak ado potongan gaji ko do. Sajak ado potongan
gaji ko pegawai tu ndak mungkin gajinyo dipotong taruih do, jadi artinyo
disiplin sendiri kan?”

G : “Hmm.. jadi kini kini ko buk sajaknyo SMP SMA, oo..apakah keadaan
ibuk kini ko menganggu pencapaian target kerja ibuk?”

N : “Ndak, ndak ado do. Ndak ado mangganggu dek ibuk do. Anak taurus
karajo salasai juo dek ibuk, bitu ibuk. Bitu juo pak Martin, ndak ado tu do,
ndak ado mambuek susah ibuk do, karano wak tarimo tu ikhlas kan? Ndak
ado do, InsyaAllah ndak ado itu sampai kini do, bahagia se ibuk. Malahan
urang indak picayo anak ibuk autis do, serius. Banyak urang maanggap
nde mungkinlah anak Isak ko mode iko ko? Urang nan ndak tau jo ibuk ko,
tapi setelah ibuk carito e, nyo caliak ibuk masih bagaya, penampilan ibuk
ndak sembrono do kan? Ndak picayo urang ibuk tu punya masalah yang
sangaik kompleks. A itulah yang mambuek ibuk tu ndak nan ibuk sabuik
tadi, ndak mambuek ibuk susah do. Soalnyo ibuk tarimo, ibuk ikhlas.” Comment [D38]: Pekerjaan subjek dan
suami tidak pernah terganggu oleh kondisi
kedua anaknya. Karena subjek merasa
G : “Jadi ibuk maraso prestasi – prestasi tadi ibuk raih dari sejak anak – anak ikhlas dan bisa membawakan diri untuk
bahagia. Bahkan ada orang yang tidak
ibuk SMP SMA kini tu? percaya dengan penampilan dan
pembawaan subjek, subjek memiliki anak
penyandang Autis yang sangat kompleks.
N : “Prestasi maksudnyo prestasi karajo?”

G : “Dalam karajo ko ibuk maksudnyo labiah a gitu?


185

N : “Ndak ado do, biaso se nyo. Ibuk ko kalau karajo semangaik se taruih,
ndak ado ibuk ko sifatnyo apo do Gaby, ibuk ko jo Pak M (suami subjek)
samo tu tipenyo, ndak ado karajo ko jadi pikiran do, meskipun anak bitu
e? Dari dulu karajo ko apopun salasai mode tu, ndak pernah tabangkalai
karajo ko do. Anak ko nomor satu, karajo ko nomor satu, buk gabuangan
se. Pandai – pandai se ibuk mambagi, ndak pernah ibuk tu o karano anak
karajo ndak salasai, belum pernah lai, belum pernah atasan tu
mamberangan ibuk soal karajo. Soalnyo karajo ibuk InsyaAllah salasai
taruih, capai target karajo taruih, ndak pernah talaik minutasi, pakaro
capek salasai, bisuak sidang berita acara lah salasai, karano ibuk tu
urangnyo apo istilahnyo ndak amuah malalai – malalaikan tu do, kalau
karajo, karajo. O duduak – duduak dulu galak – galak, ndak dek ibuk tu Comment [D39]: Subjek tidak pernah
melalaikan pekerjaan demi anak. Karena
do. Lah salasai karajo, baru ibuk galak – galak. Sabalun salasai karajo, bagi subjek anak dan pekerjaan sama –
sama hal yang utama. Bahkan subjek pun
ndak sanang gai ibuk galak – galak tu do. Beko urang pagi maota – ota, tidak pernah ditegur oleh atasan terhadap
kinerjanya.
ndak ibuk tu do, kalau ibuk tibo pagi langsuang karajo, nampak dek Gaby
tu kan? Langsuang duduk, langsung buka buku. Urang lain nan maota –
ota, itu ndak cocok dek ibuk tu do, ndak pernah ibuk nan mode itu do.
Ibuk galak katiko lah salasai karajo, atau sambia karajo, mode itu.”

G : “Trus baa perasaan ibuk, kalau tanyato ibuk berhasil menyeimbangkan


kaduo – duonyo gitu buk?”

N : “Bahagia sajo, cuma nan perasaan apo iko se nyo, pas baa kalau ibuk
ndak ado lai itu se nyo. Ndak ado perasaan lain tu do, selagi kini ko aman
se dek ibuk ko nyo. Anak tabaok juo jalan – jalan dek ibuk, ibuk karajo
salasai juo, Cuma nanti kadang – kadang yang namonyo manusia, nde baa
lah nanti anak awak ko? Katiko ndak ado tu yang jadi pikiran dek ibuk
taruih tu mah. Kadang – kadang apak berang tu, ndak elok pikia – pikia Comment [D40]: Subjek merasa
bahagia karena berhasil menyeimbangkan
mode tu do,nanti tu lah sudah se diatur dek Tuhan tu. Tapi ibuk kadangg – pekerjaan dan urusan anak, namun subjek
masih mencemaskan dan khawatir jika
kadang awak padusi ko kan pikiran mode tu, seandainyo wak ndak ado mengingat masa depan anak jika sujek
dan suami telah meninggal.
nanti lai,panjang se lah umua wak nanti di dunia ko lai. Acok pikia mode
186

tu kan? Paliang kareh 70 tahun umua awak kan? Indak lo bisa wak
bakameh lai do kan? Itu.”

G : “Trus buk, apo sajo yang membuat ibuk bersemangat dalam persiapan

penyembuhan anak ibuk dari dulu sampai kini gitu buk?”

N : “Maksudnyo?”

G : “Yang mambuek iuk tu bersemangat anak ko harus berubah jadi lebih


baik?”

N ; “Ooh, yo satelah awak caliak kadang – kadang di TV ndak? Kadang –


kadang ibuk baco – baco majalah, ado anak – anaknyo autis jadi ibuk
tertarik ibuk taruih tu, nde ado yo kemungkinan anak ko barubah yo? Yo
moga se si Ana Ani mode itu lo lah. Terpacu a tu, semangat awak tu
satelah mancaliak anak urang lain, a anak urang tu autis a, mudah –
mudahan anak – anak ko mode itu lo a. Dicaliak lo di Kick Andy beko,
anak autis ko pandai main..main apo alat musik, nak tibo lo keinginan,
mudah – mudahan si Ani bisa lo. Si Ani ko iyo bisa lo nyo manyanyi, Comment [D41]: Subjek mendapatkan
semangat untuk terus membuat anaknya
manyanyi kan pandai ko, cuman inyo mood – moodan, pas inyo amuah, menjadi lebih baik dari TV dan majalah
tentang anak – anak Autis yang memilki
amuahnyo, tibo nyo indak, indak lo nyo. Kalau ndak mood indak namuah keahlian. Salah satunya anak Autis yang
bisa bermain alat musik. Serta berharap
Ani pun bisa.
gai inyo tu do, paniang lo wak dek inyo. Moodan lai nampak dek Gaby tu?
Pas nyio, nyo nyio kan? Pas indak, tidak tidak tidak! Hehehehe..Bukannyo
ndak bisa, tapi inyo ndak nyio diatur – atur, atau diulang – ulang gitu. Nyo
kan bisa danga Gaby, suaronyo ancak kan? A tu kan? Bisa mah, Cuma
inyo ndak amuah diulang – ulang kegiatan yang sama diulang – ulang
ndak nyio nyo, itu panyakiknyo. Anak autis ko nyo mood- moodan.”

G : “Jadi ibuk tu dapek inspirasinyo dari majalah, dari TV..

N : “A iyo, dari carito – carito iyo lo.”

G : “Dari tokoh urang ado ndak buk?”


187

N ; “Lai juo dari carito – carito urang kan? Nde anaknyo autis lo a, kini lai
ndak baa lai. Jadi kan ta ta apo wak, satidaknyo dari kawan – kawan nan
anaknyo samo – samo autis kan? Yang dirumah sakolah tu kadang - Comment [D42]: Subjek juga
mendapatkan semangat dari orangtua lain
kadang kami kan bakumpua carito – carito tu, O si anu mode itu a, awak yang juga memiliki anak penyandang
Autis.
terapkan lo. O si anu mode itu a, dek kami dietkan 100%. Tu ibuk dee
dietkan lo lah 100% tu anak – anak bisa lo tu mah. Nah dari situ ibuk
mulai lo dietkan. Kecek kawan ibuk, o inyo lah tanang kini dek lah kami
dietkan, ndak ado nyo makan samo sakali nan makan – makan zat – zat
kimia ko do. Nah ado perasaan awak penen mancubo lo kan? Jadi dari
urang ka urang, dari majalah, dari TV, dari lingkungan awak yang punyo
anak autis, nyo kan kadang batamu masalahnyo tu. Si anu baa Comment [D43]: Subjek mendapatkan
semangat dari orang lain, TV, majalah dan
perkembangannyo?O bitu – bitu a, apo nan baagiah?E ndak ado baagiah lingkungan sekitar yang memiliki anak
penyandang Autis.
samo sakali do, yobana goreng ibu kayo se baagiahnyo kan? Atau goreng
karupuak se nyo, ndak ado baagiah kue, baagiah nan dar tapuang bareh
se sadenyo nyo. A kadang ado kainginan awak untuak mancubo untuak
itu, tapi kadang ndak terlaksana dek awak do kan? Karano diingkungan
awak tu dari tarigu banyak kan? Kalau seandainyo kalau ilmunyo Gaby,
bisa ibuk 100% mandietkan terigu InsyaAllah anak ko sembuh 75%.
Sembuh dalam artian kurang lah aktivitasnyo lai, indak terlau aktifnyo lai,
indak terlalu manggrayang nyo lai, labiah tanang. Labiah fokus, kalau
bisa. 100% dietnyo Gaby. Dietnyo nan patamo terigu jo susu gulo iyo juo,
a nan lain tu manurui se nyo tu, kok kedele ndak terlalu gadang pangaruh
ka utaknyo tu do, nan paliang gadang pangaruh ka utaknyo tu terigu jo
susu. A gadang bana pangaruhnyo untuak anak ibuk, kurang
mnaggarayang - garayangnyo. Tapi ndak seluruh anak autis do Gaby, ndak
seluruh anak autis ko dilarang minum susu jo terigu do, a apo ado lo
ketentuan anak autis ko ndak baa minum susu do. A tapi untuak si Ana
Ani, pada umunyo, pado umumnyo ko, Ana Ani dan pado umum anak
autis yo dilarang minum susu, terigu ado beberapa urang nan indak.
Karano kecek urang ko nyo lah pernah tes rambut ka lua nagari, ka
Amerika, ndak baa anaknyo mangonsumsi itu do. Kalau ibuk ndak paralu
188

tes rambuik do, diagiahnyo itu a reaksinyo. Kalau inyo bareaksi ndak
buliah tu do, a itu jo dek ibuk. A ibuk caliak satelah makan terigunyo, nyo
maonjak – onjak. Jadi yo gadang pengaruhnyo, itu se dek ibuk
mantesnyo.”

G : “Hmm, tu selain rasa semangaik tadi buk. Apo se yang ibu rasokan
setelah terapis yang diagnosa anak ibuk tu mengarahkan ibuk untuk
dilakukan terapi terhadap anak ibuk dulu?”

N : “Ado raso takuik ndak cukuik biaya, awak dulu gaji 700 ribu, apak 700
ribu. Uang sakola anak 800 ribu, ado raso nde baa caronyo ko? Jo a kami
makan lai? Tapi itu tu ndak buliah wak takuikkan do, ado se rahasia illahi
dibaliak itu. Cukuik jo wak makan juo wak, a lah terapi gaji ibuk 700 ribu
nyo, yang 100 ribu lai dari ma tu? Ndak tau ibuk do, lah sudah se jalan tu,
makan lo ibuk. Ntah sia se dulu tu? Untuak makan, sewo rumah dulu,
tabali juo kue untuak anak. A itulah rahasio Illahi tu nan ndak tau, ntah
dari ma datang pitih tu. Nan jaleh wak iduik dari bulan ka bulan, patamo Comment [D44]: Pada awalnya subjek
merasa takut akan kekurangan biaya
pas tau biayanyo baduo 800 ribu sabulan, langsuang kecek ibuk, ndee baa ketika diminta untuk menerapi anaknya
oleh para terapis. Ternyata setelah subjek
caronyo ko?Jo a awak makan lai? Gaji 700 ribu nyo ko, yang ka dibayia mengikutkan anaknya terapi, subjek tetap
merasa tercukupi kebutuhan hidupnya.
uang sakola anak 800 ribu. Gaji pak M lah yang kami padekan pitih ka
sewo rumah, untuak makan, untuak sakolah anak, a untuak ongkos sakolah
anak lah jaleh pitih ibuk kan? Ongkos kami bolak baliak, dulu kan ndak
punyo kendaraan do mah, barampek – ampek maantaan anak, a bara tu
bulak baliak? Dulu jauah sakolahnyo Gaby, ndak siko do, dulu di Jambu
Aia, dulunyo bana di apo lai, di..daerah PL. A bara kali naiak oto dek
Gaby tu? A gadang ongkos a, anta anak japuik lo baliak, a beko pai lo ka
kantua baliak. Dihetong biaya ko antah bara gadangnyo? Nyatonyo cukuik
juo, makan lo kami, tabali juo kue anak, tabali juo makan anak, iduik juo,
sewo rumah jalan juo. A tulah mode itu, kadang wak hetong juo matik –
matik awak ndak cukuik pitih ko do, yo kan? Nyatonyo cukuik juo, a tulah
baa caronyo tu? Ndak ngarati ndak bisa juo awak kana caronyo tu do, ado
se pitih tu, cukuik se. A bitu Gaby, dari segi matik – matik nyo ndak
189

cukuik pitih ko do, yo 800 ribu gaji 700 ribu, lataklah 100 ribu dari gaji
pak M. Bara tingga gaji pak M lai? Bara sewo rumah? Bara untuak bali
bareh makan kan? Nyatonyo tetap jalan se ibuk, hepi se nyo, pai karajo
basapatu tinggi juo ibuk, tabali juo kan? Haha..Waktu ado anak ibuk ko di
apo ko ha, di Adzkia kan inyo masuak lo sakolah umum di Adzkia, banyak
guru – guru tu yang ndak manyangko ibuk mampunyoi anak autis do.
Katiko ibuk manunggui anak ndak, kecek urang baa batunggui bana anak
buk? Nyo jampuik anaknyo pulo ko, tu kecek ibuk anak ambo autis. Masa
anak ibuk autis? Pas nampak dek nyo Ana kalua kelas lari ka kian, Ani
lari kamari, langsuang keceknyo, o iyo ma buk, ndak sangko ambo do buk,
hebat ibuk ma. Ibuk ko tetap penampilannyo, sepatunyo tinggi lo. Sapatu
tinggi takaja lo nyo dek anak, itu mungkin ka dikecekannyo, tu lah
penilaian urang ka ibuk. Satelah nyo caliak anak ibuk lari ka kian kamari
takajuik urang. Banyak urang tu nan kecekan salut, kadang ibuk malu
dikecekan urang salut. Padahal ibuk biaso – biaso se nyo kan? Ndeh salut
awak jo ibuk tu yo? Anaknyo duo bantuak itu a, tapi nyo masih mampu ,
masih juo nyo bagaya. Ibuk sapatu buk ndak ado randah - randah dari dulu
do Gaby, sapatu tinggi taruih, kini ko lah mulai sakik kaki ibuk pkai
sapatu tinggi kan? Jadi urang takajuik mancaliak, bisa e. A mode itu dulu
Gaby, waktu inyo masih ketek – ketek dulu e, masih lari ka kian kamari ko
a, hehehe.” Comment [D45]: Banyak orang yang
tidak menyangka subjek memiliki anak
penyandang autis. Hal ini karena subjek
G : “Tu buk setelah ibuk mendapatkan inspirasi dari urang lain, TV, majalah tetap mampu berpenampilan menarik
dengan bermake up dan mengenakan
dan dari anak – anak yang sukses tu, apo sajo perubahan yang ibuk alami sepatu hak tinggi bahkan saat kedua
anaknya masih TK.
dalam menyikapi anak ibuk tu?”

N : “A perubahan maksudnyo untuak anak – anak ko?”

G : “Dalam perasaan ibuk.”

N : “Oh iyo adolah raso harapan dek awak kan? Ado harapan lah nan taraso
dek awak. Nde anak urang autis a, bisa masuak SMA negeri a. Timbua
harapan dari awak ko, e nyatonyo iyo, ruponyo bisa lo si Ani sakolah
190

SMA 2, ndak nyangko ibuk dulu do. Ndak tapikia! Dek ibuk Ani ko baso
sakolah SMA do, serius Gaby, nan tabayang dek ibuk anak ko sakolah
anak autis tu se taruih, ndak tabayang dek ibuk nyo ka sakolah SMA do
kapai sakolah baantaan tu ibuk pai se lai pulang nyo baru japuik, ndak
tabayang dek ibuk do. Sababnyo selalu dakek ibuk, ibuk pai lai beko ka Comment [D46]: Subjek tidak
menyangka bahwa kedua anaknya dapat
pulang se dijapuik, a ndak tapikia dek ibuk tu do, ndak manyangko ibuk bersekolah di SMA Negeri, bahkan tanpa
ditunggu dan hanya perlu diantar dan
bisanyo mode itu do, dilapehan se abih tu nyo aman se dirumah sakola. jemput saja.

Dulu yo bana, kama pai bakawanan. Sahinggo waktu sakolah TK pai jo


guru, guru untuak mendampingi sorang Gaby, sorang 250 ribu
mambayianyo Gaby. Bayangkanlah Gaby, dari ma pitih nyo tu? 250 ribu
sorang anak dulu tu di Adzkia. Kalau indak, yo baa ibuk bisa pai – pai
karajo do soalnyo harus ditunggui lah, pai ka WC, pai ka ma kan?
Batungguan taruih gurunyo tu. Ibuk bayia anak – anak kuliah di PGTK
Adzkia, ibuk bayia tu, namuah ndak nunggu anak – anak ibuk? Kironyo
maningga guru tu surang mah, sampai kini alun ibuk caliak, si Nur
namonyo anak Pakanbaru, sayang – sayang anak tu ka inyo. Indah hari
jam sakolah se inyo nantian do, hari liburpun inyo mandampingi ibuk. Pai
kami ka kabun binatang, pai nyo anak urang ko kaduo – duonyo, pacik
ciek surang ibuk tingga pacik tas se lai. Pakai asisten ibuk taruih, a
bayangan lah tu, hehehe..”

G : “Nah tu baa perasaan ibuk mancaliak, ruponyo ado potensi yo anak ko


bisa interaksi jo urang lain buk?”

N : “Yo hmm..baa lah, tu ado keinginan awak anak mode itu kan? Kini
dijalani sajo, mudah – mudahan Tuhan izinkan? Jalani sajo, ruponyo
nyatonyo kini nyo bisa kan? O anak ko la bisa ma, la bisa nyo ka
lingkungan, interaksi jo urang banyak. Dulu Gaby, ndak tapikia do dek
ibuk baok anak ko sorang do Gaby, ibuk sorang anak duo, ndak tapikia do
Gaby, ndak tapikia dek ibuk caronyo do. Seiring bajalannyo waktu kini,
lah acok se ibuk mambaok anak sorang, lah ndak pai jo apanyo lai do, dulu Comment [D47]: Dulu subjek sempat
berpikir bahwa takkan mampu membawa
pai apanyo. Dulu ndak bisa sorang, sabaiknyo lari se sorang kancang na anak sendiri tanpa membawa suami
subjek.
191

ndak bisa wak do. Nan sorang lai ka sinan lo, nan kama wak kamehan?
Ndak tapikia dek ibuk baok anak ko surang dulu ko, ibuk sorang anak duo
ndak berani do. Kini, kama – kama lah batigo – tigo gadih – gadih, a kecek
urang lah samo gadih se jo anak, haha. Disitu ibuk maraso bangga, itu
rasonyo kelebihan yang ibuk rasokan kini. Lah bisa batigo – tigo pai jo
inyo raun – raun, batigo – tigo pai jo inyo kama – kama, a lah sanang ibuk
kini. Dulu ndak tapikia dek ibuk baok inyo surang pai baduo, ndak tapikia
dek ibuk do, raso baa lah dulu tu. Dulu tu pakai pendamping yang ibuk
kecekan kan? Pakai pendamping mambaoknyo dulu.” Comment [D48]: Subjek merasa
bangga karena dapat pergi berjalan – jalan
dengan anak – anaknya bertiga tanpa
G : “Tu bara lamo ibuk bisa bangkit dari raso kesedihan ibuk, sampai kini tu membawa pendamping. Bagi subjek itu
merupakan suatu kelebihan yang
lah bisa manarimolah bahkan lah sanang ibuk tadi?” dirasakannya saat ini.

N : “Lamo ndak lamo do, cuman kesedihan tu ndak datangnyo..kesedihannyo


dalam artian indak selalu ado do, nyo bakatiko bakatiko. Pas urang beko
carito anak, wak tibo sadiah, pas urang bacarito keberhasilan anak, tu tibo
lo pikiran awak itu. Ndak selalu lo do, kadang ndek kesibukan wak karajo
lah lupo kejadian tu kadang- kadang kan? Satelah awak surang, sadang
sunyi, pas anak sadang lalok, sadang indak ado karajo, a tu tibo pikiran itu
tu. Jadi kesedihan tu ndak berlanjut tiok sabanta sedih indak, a gitu
bakatiko sampai kini yo masih bitu” Comment [D49]: Perasaan sedih
subjek muncul secara tidak menentu.
Hingga saat kini perasaan sedih subjek
G : “Jadi sampai kini masih yo buk?” yang berujung pada tangisan muncul
ketika orang lain membahas anak atau
ketika subjek sedang sendiri pada suasana
N : “Masihlah, kalau tibo pas mancarito – caritoan anak urang nan saumua jo yang sunyi, seperti saat kedua anaknya
sedang tidur.
anak awakkan? Kadang awak nde anak awak tapi yo bialah Tuhan maha
kuaso, untuang –untuang lai lo kelebihannyo yag lain diagiah Tuhan, itu
se nyo ibuk kini. Cuma ibuk kini ko lah pandai ma, baa istilahnyo lah
mulai pandai bersabar, kan ndak – ndak emosi mode dulu wak, dulu yo
manangih panjang se wak karajo kan? Kini ko lah mulai baa lah, lah
tanang hati ko. Mungkin ado nanti, ado nanti rahasio illahi dibaliak itu, itu Comment [D50]: Subjek merasa untuk
saat ini telah bisa lebih bersabar dan tidak
ajo ibuk pikiaan nyo.” sering menangis lagi seperti dulu jika
membahas tentang anak. Kemudian
subjek juga berpikir bahwa ada rahasia
G : “Sajak bilo ibuk lah mulai tanang mode itu?” Illahi dibalik cobaan yang diberikan.
192

N : “Lah, lah mulai tanang sajak Ana Ani ko lah dewasa iko lah. Lah
mulainyo sakolah SMA, SMP, sajak SMP tu lah, lah mulai lah. Misalnyo Comment [D51]: Subjek sudah mulai
merasakan perasaan yang lebih tenang
lah pandainyo batinggaan untuak sakolah tu kan? Mancaliaknyo banyak dan sabar sejak kedua anaknya sudah
SMP.
kawan, lah banyak urang manegur inyo, lah punyo kawan nyo nan lain
selain anak – anak autis. Na disitu ibuk lah mulai sanang stek ati tu kan?
Lai punyo urang lain kawannyo, anak awak ndak ndak orang autis se do.
Urang lain lah kenal jo inyo, guru – gurunyo lah kenal jo inyo, iko
basobok manyapo, iko basobok manyapo, walaupun responnyo seadanyo
kan? Tapi hati ibuk sanang, punyo urang nan sahabat lain, tau jo urang
lain, ndak lingkungan – lingkungan terapis se nan inyo tau do, itu se nan
mambuek ibuk bangga. Lai SMP 6? Tau urang sadenyo nyo, malah ibuk Comment [D52]: Hal yang membuat
subjek mulai senang, ketika kedua
sakali mambaok inyo nyo patang waktu mandi – mandi di kolam ranang anaknya telah dapat ditinggal di sekolah,
memiliki teman di sekolah SMP, ditegur
Pusako kan, pas nampak gurunyo, Ani Ani, salam jo ibuk dulu! A mode oleh orang – orang dilingkungan sekolah,
dan anaknya mengenal lingkungan lain
selain lingkungan terapi.
itu, kalau seandainyo anak wak ndak pernah sakolah disitu, a tu tu ndak
kenal jo inyo do? Ndak kenal urang jo inyo do? Tantu urang – urang terapi
tu nan kenal jo inyo nyo? A disitu tu mambuek ibuk bahagia kan? Kama
pai basobok, dari pasa sadenyo urang tau jo inyo pasa bawah, sabaik dek
ibuk acok ibuk baok, yo bana tau! Ndeh ma mamanyo tadi tu? A itu kecek
urang. O nampak ibuk, O si Ani nyo? O bia se lah, basangajo tu mah.
Urang pasa pado umumnyo tau jo inyo, dek ibuk baok taruih, jadi urang
kenal dek inyo sadonyo. Ani Ani! A mode itu tu, jadi di tampek a se tau
urang sadenyo, kosmetik tampek kosmetik tau se dek nyo toko – toko tu.
Ani ingin beli kosmetik iko, bisuak iko lai. A tuka – tuka tokonyo, jadi
urang kenal jo inyo. Dek karano a? Dek karano acok ibuk baok, na disitu
se ibuk bangga, dulu ndak barani ibuk mambaok anak ko do Gaby, kalau
ndak pai apanyo, ndak berani ibuk mambaok. Kini? Kama katuju ibuk pai,
dek nyo larang apanyo ma ibuk pai juo. A ati – ati baok anak, ibuk tu pai
jo? Dek ibuk lah bisa manghandle nyo, ndak mode dulu lai do. Kalau dulu
yo ndak bisa do Gaby, taruih tarang. Banta se tabang kancang larinyo, kiri
kanan mah?”
193

G : “Hmm gitu buk, kalau dulu tu kan ibuk tabaok sadiah – sadiah gitu,
manangih kecek ibuk nak? Manangih tu baa se bantuak perasaan sadiah
ibuk tu, apo bacarito ka urang atau baa gitu?”

N : “Ado juo bacarito ka urang kan lai tu, curhat kan? Curhat, manangih
kadang – kadang, tibo – tibo manangih, a kadang – kadang bacarito jo
urang dulunyo manangih a mode itu, tibo – tibo sajo. Misalnyo batanyo se
gurunyo ndak? Tu agak mandalam jawek wak saketek, tu manangih ibuk
mode itu tu. Malah sampai kini ado lo ibuk mode itu, bae lah sarupo Comment [D53]: Subjek kadang –
kadang menangis ketika curhat kepada
patang SMA 2 kan? Bae bacarito jo kapalo sakolahnyo soal anak nan agak orang lain ketika membahas tentang
kondisi anaknya lebih dalam termasuk
mandalam stek, a ibuk manangih tu, a mode itu tipe ibuk. Itu perasaan kepada guru sekolah kedua anaknya.

emosi dari dalam tu mode itu bisa ibuk maluapkan kan? A ibo hati kan?
Acok mode itu, itu lah karakter ibuk dari dulu tu, indak barubah – rubah.
Baa tu, nan baibo hati, a nan ndak manentu perasaan awak, apo bana bo
hati tu manangih tu.”

G : “jadi selain nangih, carito jo urang ibuk baok manangih waktu dulu tu, tu
apo lai buk caro ibuk mengungkapkan raso sadiahnyo?”

N : “Ndak ado do, ndak ado, itu se nyo. Lai ndak sampai mambuek awak
stres, sampai awak lupo, ndak ado do, lai ndak do.” Comment [D54]: Subjek merasa tidak
pernah stres hingga sampai membuat
subjek lupa diri dalam menghadapi
G : “Kalau misalnyo kato – kato urang lain buk, kato – kato urang lain kondisi kedua anaknya.

menghina buk, baa ibuk menanggapi responnyo?”

N : “Ado, yo ibuk pura – pura ndak danga se ibuk, kadang balangsuang se


ibuk diateh oto kan? Diateh oto, nde baa lo ko anaknyo mode ko? Ibuk tu
antok ajo, ndak ado do.” Comment [D55]: Subjek pura – pura
tidak mendengar ketika ada orang lain
yang menghina kondisi kedua anak ibu
G : “Dalam hati baa ibuk marasonyo buk?” didalam angkot.

N : “A..e kik.. kesal tu awak kesal jo urang mode itu. Dalam hati awak, nde
urang ko dek inyo alun mancubo anak mode iko mah,kalau mancubo
antahlah. Tu keceknyo nde baa lo anaknyo ko? Dicaliaknyo bana – bana
sampai hilang anak awak kan? Dicaliak tu kan padiah wak sabananyo tu,
194

dicaliak dengan keanehan awak kan? Luko hati ko, tapi ibuk baok saba juo
dalam hati juo. Nde itu bana urang tu, dek alun dicubo nyo lai, lah
dicubonyo antahlah, mode itu ibuk. Kalau anak, anaknyo mode

awak ko antahlah.” Comment [D56]: Saat orang lain


menghina kedua anak subjek, subjek
sampai berkata – kata didalam hatinya.
G : “Itu pasnyo SD tu buk?” Ada pula orang lain yang selalu menatap
kedua anak subjek hingga hilang dari
pandangannya. Sikap tersebut juga
N ; “Ndak, lah gadang – gadang ko ado lo urang tu mode tu. Kadang anak – membuat subjek merasa pedih dan
membuat subjek berkata – kata didalam
hati.
anak ko kan ndak selalu nyo tanang do, kadang nampak mode aslinyo
kan? Bisa batingkah kok a nan nyo nampak diateh oto a, urang lah caliak
aneh, dek urang ndak ngarati. Kalau urang nan ngarati, urang cuek – cuek
sajo. Kalau urang dek ndak ngarati dicaliaknyo sampai habis, baa anaknyo
ko? Di Mall ado lo mode itu ibuk, dicaliak lo dek urang bana – bana kan?
E baa nyo ko buk? Ndak paralu ditarangan nyo mode tu do, saminggu
ndak cukuik, ibuk yo mode itu sajo, tegas – tegas se crito ka urang tu.
Banyak – banyak carito ka urang, naiak darah ibuk, labiah baiak ibu carito
mode itu se. Saminggu ndak cukuik manarangan do!” Comment [D57]: Subjek merasa
hampir marah dan menjawab bahwa
takkan cukup menjelaskan dalam waktu
G : “Oh gitu kecek ibuk, tu urang tu diam se nyo buk?” seminggu, ketika ada orang yang pernah
menanyakan secara terang – terangan
kondisi kedua anak subjek di Mall.
N : “Akhirnyo diam urang tu, pernah lo di apo dulu, di Mifan kan? Anak
ibuk ko baranang, nyo anak – anak ko sangka mainan se kan? Nyo tulakan
anak urang ka apo diapuaknyo dek urang anak ibuk ko. E kau gadang
manulakkan anak den! Yo ma urang tu tau kan? Tu ibuk tarangan lo, o
anak ambo mode – mode itu mah buk. o mode itu? Sangko kok baa tadi.
Tapi kalau macam – macam kecek urang tu, tu ibuk malengah jo lai, oh eh
maaf juo lah ibuk a, kecek se bitu. Dak, dak ka tamakan juo dek ibuk do,
mode itu se. Kalau ado urang nan lebih tajam aponyo kan, kato –
katonyo.”

G : “Kalau ka Mall tadi buk, kecek ibuk saminggu ndak cukuik


manarangannyo, tu pasnyo umua – umua bilo tu buk?”
195

N : “O waktu...umua umua sapo lah mode tu, umua – umua duo baleh
tahunan lah. Ibuk baoknyo ka mall R kan? Tu ado lo urangtu keceknyo,
nde manga lo anaknyo ko?Baa ko buk anak ibuk? Nde ndak bisa lo
ditarangan do buk, ndak cukuik waktu saminggu. Antok juo lah urang tu

lai.” Comment [D58]: Subjek bertemu


dengan orang yang menanyakan kondisi
kedua anaknya secara terang – terangan
G : “SMP atau SMA buk?” di Mall R ketika usia kedua anaknya 12
tahun.

N : “Tingkat SD lah, alun tamaiknyo lai.”

G : “Tu buk pas lah gadang – gadang ko baa reaksi ibuk ko?”

N : “Kini ndak ado urang nan mangecek tu lai do. Cuma urang mancaliak –
caliak keanehan tu sajo, ndak ado urang nan bakato – kato, caliak – caliak
jauah se. Tapi pado umunyo urang kini lah tau anak – anak mode tu, jadi
ndak bitu aneh dek urang lai do. Dulu iyo bana, ba apo stek dicaliak dek Comment [D59]: Karena pada zaman
sekarang sudah banyak orang yang
urang. Langka dek urang, kini lah biaso dek urang, mungkin dek lah mengenal istilah Autis, maka sudah tidak
ada lagi orang lain yang bertanya secara
banyak lo dek urang lah mulai tau juo mungkin, di TV ado jadi urang lah frontal kepada subjek tentang anaknya.
Meskipun masih ada orang yang
memerhatikan anaknya dari kejauhan.
mulai ngarati. O anak ko apo ko mah, jadi ndak jadi perhatian bana dek
urang lai do, ndak fokus urang mamparhatian lai do. Dulu diparhatian dek
urang, baa dek anaknyo ko? Tu komat – kamit se nyo kan? A tu kan? Tu
baa dek raso hati?”

G : “Tu berarti baa dek perasaan ibuk pas kini – kini ko lah baa buk, kalau
mancaliak saketek se gitu?”

N : “Ndak baa lai, ndak a, ndak baa dek ibuk do, ndak masalah do. Kadang
dek urang sadang mancaliak tu, pura – pura ndak tau se dek ibuk lai,
malengah juo buk, hehehe..Padahal diateh oto urang mancaliak mah, a pas
urang mancaliak ibuk malengah kan? Ibuk malengah – lengah juo, a lah a.
Pura – pura ndak tau se ibuk, tu beko ibuk ajak – ajak se Ani mangecek,
jadi urang baso taunyo awak mamanyo kan? Kalau ndak tu urang talanjur
maapoan inyo kan? Mancaliak panjang inyo. Ani, kemana kita ni? A tu
urang langsuang diam lai, ndak ado caliak – caliak lai, kadang ndak,
196

panjang caliak urang, a tu nampak dek urang mamanyo mah. A tu ndak


caliak dek uranglai, langsuang bantuak biaso lai, hahahaha.” Comment [D60]: Respon subjek ketika
ada orang yang melihat dari kejauhan
kedua anak subjek, subjek pura – pura
G : “Tu baa perasaan hati ibuk buk, kalau bantuak itu?” tidak tahu. Lalu mengajak anaknya
berbicara agar orang lain tahu bahwa
subjek adalah ibu dari anaknya. Sehingga
N : “Haha, ndak baa do sanang se ibuk, ndak apo urang lai (sambil tertawa), sikap subjek tersebut membuat orang
mengalihkan pandangannya.
ndak berlanjut keanehan tadi dek urang lai do, kadang urang tu kan ndak
tau baso ibuk mamanyo, dek ibuk duduak basubarang jo Ani atau Ana
duduak. Tu urang bacaliak, tu awalnyo buk cuek kan? Lah balain
caliaknyo kan? abis tu ibuk ajak se mangecek, Ani kemana kita nanti ni,
pergi les ni? Iya, beli apa ya mama? O iko mamanyo mah, langsuang
urang cuek se lai, hahaha (N tertawa terbahak – bahak) Mode itu ajo ibuk,
hehehe, oh induaknyo mah. Kalau indak tu langsuang pasang mental baja
kan? Tu langsuang antok – antok juo lai, caliak ka oto se urang lai. Siko
ciek! Hahahaha. Kadang anak – anak ko dek awak untuak lucu – lucu se, Comment [D61]: Subjek tertawa
ketika menceritakan kepada peneliti
keluaran untuak manghibur hati kan? Nan lucunyo.” bahwa orang lain yang memerhatikan
kedua anaknya mengalihkan pandangan
setelah anaknya diajak berbicara oleh
G : “Tapi ibuk pernah ndak, waktu dulu tu maraso o depresi atau randah diri subjek.
Comment [D62]: Bagi subjek tingkah
dibandingkan jo anak urang lain buk?” anaknya dianggap sebagai suatu hal yang
lucu untuk menghibur hatinya.

N : “Ndak, ndak.” Comment [D63]: Subjek merasa tidak


pernah mengalami rendah diri dengan
anak orang lain
G : “Jadi, raso sadiah ibuk nan paliang dalam tu bantuak apo buk?”

N : “Nan paliang sadiah tu, bantuak tu lah nan ibuk kecekan tadi, pas katiko
takana yang nanti – nanti, tu ajonyo ndak ado do, ndak ado nan lain – lain
tu do. Kan awak ndak selalu pemikiran awak ko o bahagia se do, tibo
suatu saat tertentu awak kadang bapikia tabao renung kan? Nampak dek
awak, deh baa lah nanti? Badarai aia mato tu mah, takana nan alun tajadi,
alun tantu tu tajadi takana dek wak kan? Itu nan mambuek hati ibuk ibo tu
mah. A yang alun tajadi lai do, alun tau tajadi lai do, awak apo kan, Comment [D64]: Bagi subjek, rasa
sedih yang terdalam tentang kondisi
manangih wak kan? Manangih tu takana manangih surang. A itu se nyo kedua anaknya saat mengingat kondisi
kedua anaknya dimasa depan jika hidup
nan mambuek sadiah. Ndak ado ibuk nan mambuek randah diri bana tanpa subjek dan suami.

dibanding urang, alhamdulillah lai indak. Hmm dek di tolong Tuhan awak
197

mungkin, dek awak dibutuhkan dek anak baduo ko kan? Alhamdulillah lai
indak. Malah ibuk acok dimintak urang jadi apo mah, jadi pembicara, acok
diminta urang. Nampak dek urang tu ibuk tu tegar kan? Acok tu. SMA 2
kan ibuk tu acok jadi pembicara tentang anak – anak ko.” Comment [D65]: Subjek tidak pernah
merasa rendah diri dibandingkan dengan
orang lain, karena subjek merasa ditolong
G : “Setiap bilo – bilo se ibuk tu buk?” oleh Tuhan. Bahkan subjek sering diminta
menjadi pembicara tentang kedua
anaknya.
N : “Yo dulu diminta dek guru SMA, karano guru – guru tu jo urang tuo
banyak nan alun paham na anak – anak ko, dimintanyo ibuk pidato kan?
Pidato ibuk sekitar 1,5 jam, mengenai anak autis ko, dtarangan mode bitu
mode bitu. Jadi jan dianggapnyo bakal marusak atau apo, ibuk tarangan
sadonyo, kini guru – guru tu lah tau sadenyo, satelah ibuk pidato tu.
Sabalun tu sadenyo guru datang tu 150 urang guru di basement tu, ibuk
pidato, kebetulan ado ajang waktu tu, pengenalan mengenai anak Autis.
Disuruah diambiaklah o wali murid nan punyo anak autis untuak jadi
aponyo kan? O mambagi pengalamannyo, sharing kan? Gitu nyo tu.
Kadang guru – guru SMA tu ngecek jo ibuk tu pas salasai pidato tu, nde
ibuk ko yo bana lah yo, ibuk istimewa. Banyak lah kecek urang tu, muji
ibuk mode tu. Tapi ibuk ndak maraso do maapo ibuk do, mancaliak urang
tu gitu, ibuk Aamiinin sajo. Banyak guru – guru tu, tu wali murid nan apo
nan a istilahnyo, yang yang apo lah, tingkat kesabaran tinggi. Cukuiklah di
guru tu mamuji ibuk.” Comment [D66]: Subjek mendapatkan
dukungan dan pujian dari guru SMA Ani
yang mengatakan bahwa subjek adalah
seorang ibu yang istimewa dan memiliki
kesabaran tinggi.
198

LAMPIRAN 5

VERBATIM INFORMAN 1

Wawancara : 1
Informan :M
Tanggal : 24-01-2018
Tempat : Ruang Sidang Anak Pengadilan Negeri klas 1B Bukittinggi

G : “Makasih pak, jadi Gaby emang diminta juo dari penelitian tu untuak
wawancara apak juo sebagai suami ibuk kan, jadi Gaby disiko ingin
menanyakan beberapa pertanyaan sama bapak. Terimakasih atas
ketersediaan waktu bapak. Jadi yang patamo pak menurut bapak, ibuk tu
bagaimana orangnya pak?”

M : “Ibuk..ibuk N?”

G : “Iya pak selama bapak mengenal.”

M : “Ee..baik..e..baik..hmm..ya itulah.”

G : “E kira – kira baiknya tu biasanya gimana tu pak? Kalau ke anak gimana,


ke orang gimana, ke bapak sendiri gimana gitu..”

M : “Hmm..ya samalah..maksudnya gimana ya, oo..baiknya tu maksud


Gaby?”

G : “Sifat baiknya tu bersikap sama anak seperti apa gitu pak?”

M : “Penyayang, suka memerhatikan, suka memerhatikanlah setiap hari


gitulah.”

G : “Kalau ke bapaknya juga?”

M : “Sama..sama..”

G : “Kalau ke teman – temannya gitu pak? Rekan – rekan kantor?”


199

M : “Sama..sama.”

G : “Trus sudah tu, bagaimana management waktu ibuk pak, bapak nilai
ketika berperan menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu gitu pak?”

M : “Ya, kami kerjasama aja bi.”

G : “Hmm gimana tu pak kerjasamanya contohnya?”

M : “Kerjasama ya...kalau ibunya sibuk, kita yang jemputnya, kasih


makannya.” Comment [D1]: Bapak M dan subjek
bekerja sama dalam mengurus anak.
Seperti ketika subjek, bapak M yang
G : “Hmm terus pernah gak pak, kalau bapak merasa karena ibuk tu sibuk ke menjemput dan memberikan makanan
kepada kedua anak mereka,
anak, bapak merasa agak tercuekkan gitu a?”

M : “Indak pula do, sama- sama aja, hehehe.” Comment [D2]: Bapak M tidak pernah
merasa dicuekkan subjek karena
kesibukannya dalam mengurus kedua
G : “Oh gitu, jadi o terus sudah tu hal yang kurang bapak suka dari ibuk anak mereka.

gimana, kalau terhadap anaknya gitu?”

M : “Kurang sukanya, ya kadang – kadang ada juga ditegur, kan? Kadang dia
lupa juga kasih makan anak ya apa? Aa yang lain kayak makanan yang
dilarangnya kan ada tu kan? Makanan yang mengandung coklat dan terigu.
Kadang ibuk lupa juga.” Comment [D3]: Bapak M kurang suka
kepada ibu N saat lupa memberikan
makanan berupa coklat dan terigu.
G : “Tu reaksi ibuk gimana pak?”

M : “Ya gak papa kan?”

G : “Trus sudah tu pak, o..apakah bapak punya perbedaan pandangan dalam


memikirkan tentang kondisi anak gitu pak?”

M : “Rasanya engga.”

G : “Trus misalnya, kan ibuk tu kadang – kadang kan suka cerita atau bilang
sedang pesimis dalam memikirkan masa depan tentang anak – anak ketika
bapak dan ibuk tidak ada, terus gimana reaksi bapak ketika ibuk berbicara
seperti itu?”
200

M : “Ndak elok pikia mode tu do, ya itu kan udah diatur Tuhan itu, gak baik
bilang gitu. Kita kan untuk yang akan datang tu gak taulah kita.” Comment [D4]: Reaksi bapak M ketika
subjek pesimis menghadapi masa depan
kedua anaknya yaitu dengan mengatakan
G : “Trus apa reaksi ibuk pak, setelah seperti itu?” bahwa nasib anak mereka telah diatur
oleh Tuhan, oleh karena itu untuk nasib
pada masa depan kedua anak subjek,
M : “Ya..bagaimana reaksinya ya? Ya..kita pikirkan jugalah untuk masa tidak dapat diketahui untuk saat ini.

depannya, kata ibuk. Iyalah yang bisa kita pikirkan ya pikirkan, kalau
ndak kepikiran sama kita ya gak bisalah kita pikirkan.” Comment [D5]: Reaksi subjek
terhadap jawaban bapak M yaitu,
meminta bapak M juga bersama subjek
G : “Trus bapak sama ibuk pernah gak cek cok gak soal anak gitu pak?” untuk memikirkan masa depan yang dapat
dipikirkan saja.

M : “Hmm..cekcok..cek cok yang sampai marah – marah atau kata-kata kasar


gak ada, paling Cuma tegur – tegur aja kayak yang tadi.” Comment [D6]: Subjek dan bapak M
tidak pernah cek cok mengenai anak
sampai berkata – kata kasar. Hanya
G : “Trus sudah tu pak, kalau baak sendiri bagaimana cara mengekspresikan menegur seperti komentar D4.

perasaan sedih bapak melihat kondisi anak gitu pak?”

M : “ (diam sejenak) hmm..bagaimana ya? Kita gak ada sedih gitulah Gaby,
intinya ikhtiar aja kita, kita usahakan anak tu jadi lebih baik dari terapi dan
di sekolahnya. Itu aja lagi, intinya itu semua kan udah takdir dari ATAS.” Comment [D7]: Bapak M merasa tidak
sedih dengan kondisi kedua anaknya.
Karena bapak M hanya memikirkan untuk
G : “Hmm gitu..kalau misalnya pak pas ibuk lagi sedihnya nangis, atau misal terus berusaha menerapi kedua anaknya.
Bapak M menganggap keadaan kedua
e coba untuk menghibur diri, kalau bapak gimana misalnya?” anaknya adalah sudah merupakan suatu
takdir dari Allah.

M : “Kita kembali ajalah, kembali aja ke yang SATU lah. Berdo’a terus
dalam setiap sholat.” Comment [D8]: Cara bapak M
mengekspresikan kesedihannya dengan
berdo’a kepada Allah setiap selesai sholat.
G : “Trus bapak pernah gak misalnya pekerjaan kantor agak terabaikan demi
anak gitu pak?”

M :”Oh, ndak..ndak ndak. Pokoknya diusahakan siap. Ndak siap di kantor,


dibawa pulang.” Comment [D9]: Bapak M tidak pernah
mengabaikan pekerjaan dari kantor. Jika
pekerjaan kantor belum siap, bapak M
G : “Hmm dibawa pulang, dirumah pernah sempat diganggu gitu pak, sama membawa pekerjaannya ke rumah.

anak – anak?”

M : “Ada juga, hahaha.”


201

G : Tu reaksi bapak kalau diganggu pak?”

M : “Dilarang aja, Jangan!”

G : “Trus dia berhenti gitu pak, hmm..trus sudah tu hmm..perasaan bapak


selama dari mereka udah..dinyatakan Autis itu bagaimana perasaan awal
bapak?

M : “Ya perasaan kita bagaimana ya? Gitulah keadaannya kan? Diusahakan


aja cari jalan keluarnya kan? Supaya bagaimana dia Autisnya bisa kurang
gitu kan? Kita pun juga berusaha melatihnya dirumah kan?” Comment [D10]: Perasaan bapak M
setelah mengetahui kedua anaknya
mengidap Autisme itu langsung menerima
G : “Hmm..gitu, trus pak itu dari awalnya bapak langsung percaya, atau informasinya dan terus mencari cara
untuk mengobati kedua anaknya. Bahkan
masih nolak – nolak gitu? Atau udah langsung percaya?” ikut menerapi kedua anak nya di rumah.

M : “Ya kita kan waktu itu gak tau dia Autis kan? A..jadi itu dari diterangkan
baru kita ngerti kan? Jadi di terapi, baru bisa kan? Kita pun ikut juga
menerapi kan? Hahaha” Comment [D11]: Bapak M juga baru
memahami makna Autis ketika kedua
anaknya telah menjalani terapi.
G : “Hmm sudah tu, bapak pernah gak, marah sama anak pak?”

M : “Ya marahnya, marah gitulah. Kalau dia salah, Jangan! Jangan!


Hahaha.” Comment [D12]: Bapak M memarahi
kedua anaknya dengan mengucapkan kata
“jangan” sebanyak 2 kali.
G : “Trus anak – anak tu bagaimana reaksinya pak?”

M : “Ya kadang – kadang dia ada juga ano, o..apa namanya, hmm..ditokok
nya kita kan? Hahaha..si Ana tu, si Ani gak ada do. Jangan! Jangan!
Paling – paling dia e..berontak kesal dari kata – kata aja kita kan? Abis tu
pergi dia mengerjakan apa yang kita minta kan?”

G : “Cuman pak, kalau misalnya bapak melihat anak – anak lain kondisinya
normal, gimana perasaan bapak gitu? Jika dibandingkan dengan anak
bapak, apalagi pas masih awal – awal kenal Autis waktu 5 tahun 6 tahunan
gitu pak?”
202

M : “Ya..bagaimana ya? Kita pun pengen pula liat anak kita normal.
Makanya kita berusaha aja, supaya dia bisa mandiri kan?” Comment [D13]: Bapak M juga
menginginkan memiliki anak yang normal
jika melihat anak orang lain. Oleh karena
G : “Ee..trus sudah tu oo..selain tadi yang bapak bilang kelemahan ibuk tu itu, bapak M dan subjek terus
mengupayakan kedua anaknya agar dapat
kadang – kadang dia lupa ngasih makan?” mandiri.

M : Engga..engga bukan lupa ngasih makan anak, maksudnya kadang


terhadap makanan yang dilarang, dia kasih juga seperti coklat.”

G : “Lalu pak, kelemahan ibuk selama mendidik anak kalau bapak menilai
gitu pak?”

M : “Ya ndak da, biasa aja rasanya, hehehe. Kan nampak dek Gaby kan?
Dijalani aja haha.”

G : “Tu pak, ada gak hal yang membuat bapak jengkel terhadap sikap ibuk
dalam memperlakukan anak gitu pak?”

M : “Ndak, kita ngerti ajalah. Ya maklum mengurus anak – anak kami yang
Autis itu kan? Ngerti ajalah.” Comment [D14]: Bapak M memaklumi
subjek dalam mengurus kedua anak
mereka.
G : “Trus misalnya pak, kalau ibuk pergi bertiga – tiga sama anak tapi bapak
gak ikut, tinggal sendiri, itu gimana perasaan bapak?”

M : “Ya gak papalah mereka pergi main – main kan? Haha..Ya bapak tapi
kerja, nampak dek Gaby tu kan? Berladang coklat tu didepan rumah kan?”

G : “Oh iya ya pak? Hahaha..Tu pak, bagaimana cara bapak dapat


menyeimbangkan waktu antara memang membantu mengurus anak sama
pekerjaan gitu pak?”

M : “Ya..dibagi ajalah, diusahakan ajalah. Kalau bertumpuk dengan


pekerjaan, dalam menjemput anak misalnya, bisa minta tolong sama
eteknya tu kan? Kalau kita misal gak bisa keluar kan? Kalau lagi sidang.
Minta jemput sama eteknya.” Comment [D15]: Jika bapak M dan
subjek sedang sibuk dengan pekerjaan
kantor, bapak M meminta eteknya untuk
G : “Etek itu bisa bawa mobil gitu pak?” menjemput kedua anaknya.
203

M : “Bukan, dijemputnya apa pakai angkot.”

G : “Oh iya ya pak, ada angkot lewat depan rumah bapak pula.”

M : “Iya.”

G : “Hmm terus pak, harapan bapak untuk kedua anak bapak itu apa sama
istri bapak gitu untuk kedepannya?”

M : “Iya..mudah – mudahan dia bisa, bisa jugalah apa namanya, o..biasa


normal lah seperti biasa gitu a, harapannya kan?” Comment [D16]: Harapan bapak M
agar kedua anaknya dapat menjadi anak
yang normal.
G : “Hmm gitu pak, yalah pak.”

M : “Hahaha..”

G : “Hahaha.. Oh gitu, kalau gitu terimakasih ya pak atas kesediaan waktu


bapak dalam wawancaranya pak. Gaby izin pamit pulang dulu ya pak.”
204

Wawancara : 2
Tanggal : 01-02-2018
Tempat : Ruang Sidang Anak Pengadilan Negeri klas 1B Bukittinggi

G : “Assalamua’alaykum pak.”

M : “Wa’alaykumsalam, oh iyo Gaby? Baa kaba Gaby?”

G : “Iya Alhamdulillah sehat pak. Bapak bagaimana?”

M : “Ee..Alhamdulillah sehat juga.”

G : “Oh baik pak, kira – kira sudah bisa Gaby mulai wawancaranya pak?”

M : “Ya Gaby mulai aja.”

G : “Jadi bagaimana pak reaksi ibuk pas mengetahui kedua anaknya di


diagnosa Autis tu?”

M : “Reaksi ibuk apak caliak terkejut karena ya gimana ya, tu bagaimana


solusinya lagi? Iya ibuk tau juga pas tu dibawa apa ya? Dibawa ke sekolah Comment [D1]: Reaksi subjek terkejut
setelah mengetahui kedua anaknya
SLB, kata orang disana, bukan itu sekolahnya tu, ada teman kita yang pengidap Autis karena bingung
memikirkan solusinya saat itu.
bikin sekolah disini, tu datang Padang, datang ke rumah, sejak tu baru dia
sekolah.”

G : “Dulu ibuk kan sempat belum percaya kedua anaknya Autis tu pak, trus
ibuk gak percaya karena apa pak?”

M : “Ya gak percaya karena dia biasa aja, bisa niru – niru iklan di TV, bisa
bermain – main kayak anak seusianya seperti berlarian gitu a.” Comment [D2]: Menurut bapak M
alasan subjek belum percaya dengan
anaknya yang mengidap Autis karena
G : “Trus sudah tu, bagaimana akhirnya ibuk bisa percaya pak?” kedua anaknya bisa meniru kata –kata di
iklan dan masih dapat bermain – main
layak anak seusianya seperti berlarian.
M : “Setelah pihak terapis dari Padang tu datang, tu anak – anak diterapilah.
Kira – kria tiga bulanan lah, langsung ibuk tu akhirnya sudah percaya.” Comment [D3]: Menurut bapak M
subjek percaya setelah anaknya diterapi
selama lebh kurang 3 bulanan.
G : “Trus pak, bagaimana reaksi ibuk tu ketika cerita tentang lingkungan
tetangga yang menutup pintu waktu kedua anaknya keluar pak?”
205

M : “Ya orang – orang tu gimana pula ya? Dia takut tu kan karena kaca- kaca
rumahnya pecah kan? Cuma pas di ibuk menemui mereka, mereka pura –
pura ndak tau dan bilang kalau ndak tau itu anak ibuk. Ya ibuk tu dulu
nangis saja.” Comment [D4]: Bapak M mengatakan
bahwa subjek menangis ketika tahu
tetangga menutup pintu rumahnya saat
G : “Tu pas bilo ibuk tu dah mulai bisa lebih tenang dan ndak sering nangis anak subjek keluar, kemudian bersikap
pura – pura tidak tahu bahwa itu adalah
lagi pak dengan kondisi anak?” anak subjek.

M : “Pas..pas nyo SMP tu lah biaso se lai nyo, tu kito dirumah ikuik lo terus
menerapinyo kan? Setiap Minggu dibaok anak – anak ko jalan – jalan. Comment [D5]: Saat kedua anak sudah
SMP, bapak M menilai subjek sudah lebih
tenang dengan kondisi anaknya. Hal ini
G : “Oh yo pak, trus ibuk masih ado ndak pak sampai kini maagiah coklat jo karena kedua anaknya terus diterapi
dirumah dan dibawa jalan – jalan setiap
terigu tu pak?” Minggu.

M : “Sangajo maagiah coklat jo terigu ndak ado, tapi anak – anak payah
malarang, akhirnya dimnta juo. Biasonyo pas sadang wak jalan – jalan
kan? A tu nyo minta – minta langsuang makanan mode tu.” Comment [D6]: Bapak M melihat
bahwa subjek tidak pernah sengaja
memberikan makana coklat dan terigu
G : “Oh tu pak, pernah ndak apak mancaliak ibuk tu kelelahan dan kepada anak – anaknya. Namun makanan
itu didapatkan ketika kedua anaknya
kewalahan dek maurus anak jo apak dan karajo pak?” meminta – minta saat pergi jalan – jalan.

M : “Indak ado do Gaby.”

G : “Tu pak baa reaksi ibuk pas 5 tahun di Perwari tapi ndak do hasilnyo
pak”

M : “Yo ibuk tu kecewa, keceknyo minyak abih samba ndak lamak lah. Pitih
lah baagiah labiah tapi indak juo. Tu baa lai cek apak yo? A padiahan se
lah, baliak se tampek terapi nyo baliak.” Comment [D7]: Bapak M melihat
bahwa subjek kecewa karena tidak ada
hasilnya selama di Perwari.
G : “Tu bara lamo ibuk tu akhirnyo lah bisa saba lai pak?”

M : “Bara lamo yo? Ndak lamo na do Gaby, dek ibuk langsuang masuakan ka
terapi tu kan? Tu anak – anak lah berkembang, a ndak bituna ibuk lai. Comment [D8]: Menurut bapak M,
subjek merasakan kecewa dengan pihak
Mungkin sabulan atau labiah saketek lah e kiro – kiro bi.” Perwari dalam waktu lebih kurang sekitar
1 bulan, hal tersebut karena kedua anak
subjek sudah lebih baik saat diterapi di
G : “Oh yo pak, setelah ibuk tu manelpon saudaranyo carito tentang anak, tempat terapi.
206

baa reaksi ibuk pak?”

M : “Jadi biaso se lai, awalnyo berang atau kecewa jo guru nan alun paham
inyo, tu ibuk tu tanang se satelah tu lai.” Comment [D9]: Setelah subjek
bercerita kepada saudaranya mengenai
kekecewaan pada guru yang belum
G : “Oh gitu pak, sudah tu pernah ndak saudara ibuk tu berang ka ibuk memahami anaknya, subjek menjadi
tenang.
karano anak – anak ibuk ko?”

M : “Cakak jo sanak dek anak?”

G : “Iyo pak.”

M : “O..o..ndak pernah do, dengan saudara ko ndak nampak jo apak. Soalnyo


saudara ibuk ko kan jauah – jauah, jadi yo urang ko acok manelpon se
nyo.” Comment [D10]: Bapak M tidak
pernah melihat saudara subjek
bertengakar karena anak subjek. Karena
G : “Oh gitu pak, oh yo pak selain dari urang lain, ibuk ko dapekan semangat subjek dan saudaranya berkomunikasi via
telepon
dari siapo

lai?

M : “Selain dari urang, yo dari TV tentang anak Autis sukses lah, a tu a lai?
Ee.. majalah ko ha.” Comment [D11]: Subjek mendapatkan
inspirasi dari orang lain, menonton TV
tentang anak Autis sukses, dan setelah
G : “Abih tu baa reaksi ibuk ka apak?” membaca majalah

M ; “Yo keceknyo pengen nyubo lah.” Comment [D12]: Subjek ingin


mencoba hal yang membuatnya terinsirasi
dari TV atau majalah.
G : “Tu ibuk ado apak caliak manangih lai pak soal anak ko?”

M : “Nangis – nangis tu ndak nampak dek apak lai do. Hahaha..” Comment [D13]: Untuk saat ini bapak
M tidak pernah melihat subjek menangis
karena kondisi anak.
G : “Oh gitu pak, tu terakhir kali bilo apak nampak ibuk manangih soal anak
ko pak?”

M : “Yo ndak tau apak do, dek lah lamo na indak lai. Soalnyo kan aktivitas
kini ko, satelah pulang kantua, tu jampuik anak ka sakolah, abih tu pulang
ka rumah lai. Ee..apa ya..dirumah tu yo biaso se ibuk tu nyo, ndak ado
207

nangih atau sadiah – sadiah gitu soal anak yang apak caliak e.. Comment [D14]: Bapak M sudah lama
tidak melihat subjek menangisi anaknya.
Karena saat ini menurut bapak M
G : “Oh gitu pak, oke pak tarimo kasih atas waktunyo yo pak. Selamat mengatakan bahwa kegiatan mereka
fokus pada pekerjaan, jemput anak dari
bekerja pak lai yo pak. Assalamua’alaykum pak..” sekolah dan aktivitas dala mrumah
tangga.

M : “Haha, iyo bi. Wa’alaykumsalam.”


208

VERBATIM INFORMAN 2

Wawancara : 1
Informan :D
Tanggal : 26-01-2018
Tempat : Ruang Perdata Pengadilan Negeri klas 1B Bukittinggi

G : “Jadi bapak yang paling lama seruangan dengan ibu N kan pak?”

D : “Ya, hmm.”

G : “Jadi menurut bapak pribadi, ibu N itu bagaimana orangnya pak?”

D : “Ya orangnya pintar, o..o..juga teliti, baguslah orangnya, ceria. Pokoknya


orangnya dalam bekerja, semangat lah.” Comment [D1]: Bapak D menilai
Subjek adalah orang yang pintar, teliti,
ceria dan semangat dalam bekerja.
G : “Hmm gitu, pintarnya dalam hal gimana tu pak?”

D : “Ya kalau pekerjaan, umumnya jarang gak anu lah. Maksudnya..o


..umumnya yang eng..cepat selesai.” Comment [D2]: Bapak D menilai,
subjek pintar karena cepat menyelesaikan
setiap pekerjaanya.
G : “Hmm cepat selesai pak?”

D : “Maksudnya dalam arti kata, ya dalam arti kata, apa yang diperintahkan,
dari atasan kan, selalu dia ee..cepat dilaksanakan lah, cepat dikerjakan.
Gitulah.” Comment [D3]: Subjek langsung
mengerjakan tugas yang diberikan dari
atasan dengan segera dilaksanakan.
G : “Kalau dalam hal tadi bapak bilang ceria juga?”

D : “Haa..gitulah.”

G : “Cerianya gimana tu pak?

D : “Ya suka bergurau lah, orangnya suka bergurau, ini.” Comment [D4]: Bapak D menilai,
subjek orang yang suka bergurau.

G : “Trus kalau pendapat dari rekan – rekan bapak yang lain kan, tu gimana
ibuk tu pak?”
209

D : “Lain – lain orang, tu lain juga pandangan masing – masingnya ya kan?


Haha..haha.. kalau kita pandangan sama, tu gak mungkin kan?” Comment [D5]: Bapak D tidak dapat
menyebutkan penilaian rekan kerjanya
mengenai subjek, dengan alasan setiap
G : “Iya pak. Tu kalau misalnya orang yang kurang suka sama ibuk tu, apa orang memiliki pandangan yang berbeda

katanya

pak? Sebut aja misalnya ada ibuk A gitu misalnya gitu pak?”

D : “Iya kurang suka tu kadang – kadang kan, ndak. Kalau kadang – kadang
kan, kawan dalam satu ruangan sendiri bahkan ada yang gak mau
ngomong. Itu kan istilahnya pribadi, maksudnya ndak bisa. Bapak gak bisa
menilai orang lah gitu.” Comment [D6]: Setelah peneliti
mengarahkan pertanyaan, Bapak D malah
mengatakan bahwa dirinya tidak dapat
G : “Hmm..gitu pak, trus sudah tu ee selama bapak jadi atasan ibuk, apakah menilai orang lain.

ibuk tu pernah melalaikan pekerjaannya karena mengurus anak, pada awal


– awal anaknya masih kecil gitu pak?”

D : “Melalaikan tidak gak ada, dia tu gak ada melalaikan. Dia tu orangnya,
kalau ibu N itu bagus orangnya. Gak da, melalai – lalaikan tu gak ada dia.” Comment [D7]: Bapak D menilai
bahwa subjek tidak pernah melalikan
pekerjaan.
G : “Hmm..waktu ibuk tu pernah telat dulu masuk kantor, jam setengah 10
gitu pak waktu awal – awal anak umur 5 tahunan gitu pak, terus gimana?”

D : “Dulu ya ada terlambat, sekarang kan gak ada lagi. Kalau dulu mungkin
zaman dulu tu kan, sekarang kan dah zaman IT kan? Jadi sekarang kan
udah..ketahuan kan? Jadi sekarang kalau tahu terlambat, gajinya dipotong.
Jadi umumnya kalau orang terlambat, otomatis siapapun orangnya,
terlambat dipotong 1% dari remunnya. Jadi dalam arti kata, tu tu gak ada,
tu o...dalam, itu seluruhnya untuk pegawai, berlaku untuk seluruh
pegawai, kecuali hakim. Kalau hakim dia kan melekat dia, gajinya melekat
dengan tunjangannya.” Comment [D8]: Sejak ada peraturan
baru tentang pemotongan uang remun
1%,bagi pegawai yang terlambat, bapak D
G : “Hm.m..m..trus pak, pernah bapak melihat ibuk sama bapak M tu melihat tidak ada lagi subjek terlambat
masuk kantor.
berantem di kantor karena anak gitu pak? Yang bapak caliak se?”
Comment [D9]: Bapak D tidak pernah
melihat subjek dan suami bertengkar
D : “Ndak, ndak..ndak ada.” tentang masalah anak di kantor.
210

G : “Ooh gitu pak, tu sudah tu biasanya hal – hal apa yang diceritakan ibuk
ke bapak tentang anaknya gitu pak?”

D : “Hm..kalau anaknya, ya namanya orangtua anaknya Autis tu kadang –


kadang kan, gimana anaknya? Dah SMAN Ani sekarang kan, itulah yang
namanya anak SMA tu, ya tentu gurunya berikan perlakuan khusus lah,
ada seorang guru dia dekat dengan dia. Jadi dia maunya dengan guru itu
aja terus. Maksudnya dalam arti kata, o..o.. kalau anak Autis kan kadang –
kadang tergantung maunya, misalnya dia senang sama Gaby, jadi kalau
gak ada Gaby ya dia, merajukkan gitu?” Comment [D10]: Salah satu contoh
masalah yang diceritakan subjek kepada
bapak D adalah, cerita tentang Ani yang
G ; “Jadi hal – hal semacam itu yang diceritakan ibuk pak?” menyukai seorang guru di SMA nya.

D : “Haa..iya.”

G : “Trus bagaimana tanggapan bapak?”

D : “Biasa aja.”

G : “Sudah itu pak, mau nanya dikit lagi pak. O..o..berarti kalau misalnya
ibuk tu menangis gitu pak di kantor, pernah gak bapak melihat pak?”

D : “Ya menangis ya ada lah.” Comment [D11]: Subjek pernah


menangis di kantor

G : “Trus bagaimana tanggapan bapak, pak?”

D : “Ya ndak ditanggapi kali lah, dibiarkan aja.” Comment [D12]: Bapak D tidak
menanggapi ketika subjek sedang
menangis.
G : “O gitu pak, trus gimana kesan bapak sama ibuk pak?”

D : “Mantap, mantap. (subjek ibu N baru masuk ruangan dan tertawa Comment [D13]: Bapak D memiliki
kesan yang baik dengan ibu N.
terbahak – bahak) Haha, susah dilupakan yang satu ni.”

G : “Hmm..hehe..trus sudah tu bapak bilang ibuk cepat, tanggap gitu pak


ya?”

D : “Orangnya cepat, tanggap, selesai pekerjaan seluruhnya selesai. Ndak da


yang dalam arti kata yang nunggak, gak. Nunggaknya paling – paling
211

kalau cuti. Abis cuti besoknya langsung dikerjakan lagi. Hahahaha..(bapak


M tertawa dengan ibu M terbahak – bahak)” Comment [D14]: Subjek menunda
pekerjaan hanya saat cuti saja, namun
pekerjaannya dilanjutkan kembali setelah
G : “Jadi menurut bapak, ibuk termasuk orang yang pandai bagi waktu gitu selesai cuti.

pak?”

D : “Hmm iya.

G : “Oke pak.:

D : “Nah dah itu saja? Sambung lagi nanti ya, Gaby yak kalau masih
kurang?”

G : “Oh ya pak, mohon pamit Gaby lagi ya pak. Selamat jogging ya pak.”
212

LAMPIRAN 6
Koding Transkrip Wawancara dari Peneliti

Faktor Penerimaan Diri

Kategori Transkrip Deskripsi


“A yo dunsanak umumnyo pado Dukungan keluarga yang
Dukungan apolah ka awak, baa lai tu kadang diberikan berupa kata – kata
Keluarga ado juo nan manyesali, a tu lah yang mengingatkan bahwa,
anak basimpan juo dirumah. A tu subjek yang sering
lah badiam – diam se nyo meninggalkan anak didalam
dirumah ndak dibaok – baok ka rumah dan jarang diajak
lua. Kadang ado nan baciloteh keluar rumah dikarenakan
gitu dunsanak, tu wajar kan? subjek dan suami bekerja.
Bantuak ke khawatirannyo pulo Sehingga subjek diharapkan
ka awak kan? Tapi buk tarimo tetap bersyukur memiliki
ajo.Ado lo nan prihatin, tu baa anak autis kembar, yang
lai? Syukuri se lah dek kau tu, nak masih bisa diajak bepergian
kau lai bisa dibaok main, anak dan tidak seperti anak yang
urang baa tu? Ado nan ndak bisa lumpuh yang hanya berdiam
manga – manga do. Ado lo nan didalam rumah. Kemudian
manghibur mode tu. Ado lo nan subjek pun mengintrospeksi
maagiah kato – kato mode ibuk diri bahwa memang benar
sabuik tadi tu. Tulah anak ko ndak meninggalkan anak dirumah
bisa bakuruang – kuruang di bersama kakeknya karena
rumah do, harus dibaok kalua.” pekerjaan.
(N/W3/D30)
“Ndak baa do, biaso dek ibuk
nyo. Ndak ado ibuk berang do.
Iiyo – iyoan se nyo, ibuk
introspeksi diri lo dulu, mang
anak ko jarang kalua, dek awak
ka kantua taruih kan? Nyo jo
kakeknyo, kakeknyo lah gaek.”
(N/W3/D31)
“Kalau keluarga awak inyo Bentuk dukungan lain yang
mansupport, mangecek ka ibuk, diberikan oleh keluarganya
ibuk hebat, ndee sanggup kau yo yaitu dengan memuji subjek
saaak? Mode itu anak bisa maapo yang tetap memiliki badan
nyo, salut aden, dan kau yo tetap sehat dan tetap dapat
o badan lai sehaat, kalau den nyo menikmati hidup bahagia
ndak talok mode itu do. Itulah meskipun memiliki anak
kecek adiak – adiak ibuk autis yang kembar.
marespon ibuk kan? Mancaliak
kau mode itu haa, dan kau ko
tetap lo hapo, bahagia lo
keceknyo. Salut keluarga ibuk jo
213

ibuk, aponyo dek inyo maraso ko,


kalau inyo sarupo ibuk, ndak kan
sanggup inyo maasuah do.”
(N/W2/D39)
“Yo ndak ado do, dukungannyo Dukungan fisik yang
gitu sajo. Ndak baa do sak, keluarga berupa perkataan
sakolahan lah nyo taruih, bialah untuk tetap menyekolahkan
habih pitih yang penting anak anak subjek, beserta
awak sakolah, a nan yang penting tindakan keluarga untuk
itu dek inyo. Inyo tau dek biaya tidak meminta uang subjek.
sakolah anak ibuk tu gadang kan?
Ee ndak baa do, kami ngarati lo
kau nyo, ndak lo kami apo do.
Jadi ndak berani urang tu minta –
minta pitih ibuk do, nyo tau biaya
anak ibuk ko gadang. Jadi ndak
berani adiak – adiak ibuk ko
minta pitih ka ibuk do. A itu se
bantuak dukungannyo, dek inyo
tau ibuk susah, nyo tau biaya
sekolah anak ko gadang, gaji ntah
bara waktu dulu tu kan? Ndak
amuah minta – minta pitih do,
ndak amuahnyo mambarekan ibuk
do. Kalau kini yo lah aman
rasonyo kan?” (N/W3/D32)
“Lai lah, lumayan juo lah. Bentuk Segala bentuk dukungan
dukungannyo bantuak nyo agiah yang diberikan oleh
support jo awak tu la lah gadang keluarga terasa sangat
dek awak tu, lah berarti dek awak berarti bagi subjek. Hal ini
tu ndak baa do sak,anak urang dapat menimbulkan
baa dek sak tu? Tambah parah perasaan bangga dan
anak urang, anak kau lai cadiak membuat subjek senang
mah. Lai pandai mamasak mode mendengar pujian yang
itu. Anak urang sagadang iko diberikan.
umua ndak pandai masak, anak
kau duo tahun umua lah pandai
bu buek mie rebus. A disitu
mambuek ibuk bangga,
diagiahnyo ibuk kato – kato itu
mambuek ibuk sanang ati lo
danga kato – kato mode itu.”
(N/W3/D33)
“Sanang yo sanang lah hati awak, Dampak pada psikologis
o..ndak awak kana – kana yang terhadap segala bentuk
buruak do. Kana se yang elok – dukungan yang diberikan
elok, kana se nyo baso anak ko oleh keluarga subjek adalah
sempurna. Bahagia awak mah, dengan tidak mengingat
214

ndak awak kana yang buruak – segala kekurangan anak dan


buruak do, ndak awak kana yang menganggap anak sempurna
ndak mungkin ndak mungkin tu
do, anggap se inyo sempurna, tu
se di awak, hahaha (suara subjek
lebih tinggi)”(N/W3/D34)
“Katiko ibuk manunggui anak Subjek mendapatkan pujian
Prestasi ndak, kecek urang baa batunggui dari orangtua anak didik
bana anak buk? Nyo jampuik dari TK A ketika
anaknyo pulo ko, tu kecek ibuk menjemput anak sewaktu
anak ambo autis. Masa anak ibuk masih TK.Hal ini karena
autis? Pas nampak dek nyo Ana subjek tetap dapat
kalua kelas lari ka kian, Ani lari mengenakan sepatu tinggi
kamari, langsuang keceknyo, o dan menjaga penampilan
iyo ma buk, ndak sangko ambo do dengan tetap menjaga
buk, hebat ibuk ma. Ibuk ko tetap penampilan dengan
penampilannyo, sepatunyo tinggi dandanan yang menarik,
lo. Sapatu tinggi takaja lo nyo dek sambil mengejar kedua
anak, itu mungkin ka anaknya yang berlarian
dikecekannyo, tu lah penilaian keluar dari kelas di TK A.
urang ka ibuk. Satelah nyo caliak
anak ibuk lari ka kian kamari
takajuik urang. Banyak urang tu
nan kecekan salut, kadang ibuk
malu dikecekan urang salut.
Padahal ibuk biaso – biaso se nyo
kan? Ndeh salut awak jo ibuk tu
yo? Anaknyo duo bantuak itu a,
tapi nyo masih mampu , masih juo
nyo bagaya. Ibuk sapatu buk ndak
ado randah - randah dari dulu do
Gaby, sapatu tinggi taruih, kini ko
lah mulai sakik kaki ibuk pkai
sapatu tinggi kan? Jadi urang
takajuik mancaliak, bisa e. A
mode itu dulu Gaby, waktu inyo
masih ketek – ketek dulu e, masih
lari ka kian kamari ko a, hehehe.”
(N/W3/D45)
“Ndak ado ibuk nan mambuek Subjek tidak pernah merasa
randah diri bana dibanding rendah diri dibandingkan
urang, alhamdulillah lai indak. dengan anak orang lain,
Hmm dek di tolong Tuhan awak malah subjek sering diminta
mungkin, dek awak dibutuhkan menjadi pembicara di
dek anak baduo ko kan? sekolah anaknya mengenai
Alhamdulillah lai indak. Malah pengalaman selama
ibuk acok dimintak urang jadi apo membesarkan anak.Terakhir
mah, jadi pembicara, acok kali waktu subjek berpidato
215

diminta urang. Nampak dek urang dihadapan para guru dan


tu ibuk tu tegar kan? Acok tu. wali murid di SMA Ani,
SMA 2 kan ibuk tu acok jadi subjek mendapatkan pujian
pembicara tentang anak – anak sebagai ibu istimewa yang
ko.” (N/W3/D65) memiliki tingkat kesabaran
yang tinggi dalam
“Kadang guru – guru SMA tu membasarkan anak.
ngecek jo ibuk tu pas salasai
pidato tu, nde ibuk ko yo bana lah
yo, ibuk istimewa. Banyak lah
kecek urang tu, muji ibuk mode tu.
Tapi ibuk ndak maraso do maapo
ibuk do, mancaliak urang tu gitu,
ibuk Aamiinin sajo. Banyak guru
– guru tu, tu wali murid nan apo
nan a istilahnyo, yang yang apo
lah, tingkat kesabaran tinggi.
Cukuiklah di guru tu mamuji
ibuk.” (N/W3/D66)
“Ibuk ko kalau karajo semangaik Subjek menjelaskan bahwa
se taruih, ndak ado ibuk ko dirinya selalu bersemangat
sifatnyo apo do Gaby, ibuk ko jo dalam menyelesaikan setiap
Pak M (suami subjek) samo tu pekerjaan, sehingga setiap
tipenyo, ndak ado karajo ko jadi pekerjaan yang diberikan
pikiran do, meskipun anak bitu e? dapat selalu diselesaikan
Dari dulu karajo ko apopun tanpa melalaikan. Subjek
salasai mode tu, ndak pernah pun mampu mengutamakan
tabangkalai karajo ko do. Anak ko anak dan pekerjaan.
nomor satu, karajo ko nomor satu,
buk gabuangan se. Pandai –
pandai se ibuk mambagi, ndak
pernah ibuk tu o karano anak
karajo ndak salasai, belum
pernah lai, belum pernah atasan
tu mamberangan ibuk soal karajo.
Soalnyo karajo ibuk InsyaAllah
salasai taruih, capai target karajo
taruih, ndak pernah talaik
minutasi, pakaro capek salasai,
bisuak sidang berita acara lah
salasai, karano ibuk tu urangnyo
apo istilahnyo ndak amuah
malalai – malalaikan tu do, kalau
karajo, karajo.” (N/W3/D39)
216

“Ooh, yo satelah awak caliak Subjek mengatakan


Inspirasi kadang – kadang di TV ndak? terinspirasi dari siaran TV
Kadang – kadang ibuk baco – Kick Andy dan majalah
baco majalah, ado anak – yang menceritakan
anaknyo autis jadi ibuk tertarik mengenai anak autis yang
ibuk taruih tu, nde ado yo sukses, misalnya seperti
kemungkinan anak ko barubah anak autis yang mampu
yo? Yo moga se si Ana Ani mode bermain musik. Karena
itu lo lah. Terpacu a tu, semangatsetelah itu timbul perasaan
awak tu satelah mancaliak anak subjek yang berharap agar
urang lain, a anak urang tu autis anaknya bisa sukses seperti
a, mudah – mudahan anak – anak dari media yang diikuti oleh
ko mode itu lo a. Dicaliak lo di subjek. Lalu subjek juga
Kick Andy beko, anak autis ko terinspirasi dari orangtua
pandai main..main apo alat anak autis yang lain yang
musik, nak tibo lo keinginan, saling bercerita, sehingga
mudah – mudahan si Ani bisa lo.” dapat membantu subjek
(N/W3/D41) untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang dihadapi
“Jadi dari urang ka urang, dari mengenai anak.
majalah, dari TV, dari lingkungan
awak yang punyo anak autis, nyo
kan kadang batamu masalahnyo”
(N/W3/D43)
“Hmm..m..diawal – awal tu, ndak, Subjek membutuhkan waktu
Waktu ndak sampai sataun do. Diawal – lebih kurang 3 bulan untuk
awal sajo nyo, lah mulai ibuk dapat memercayai hasil
manterapinyo sakian kali, satiok diagnosa autis dari terapis.
lah tigo bulanan lah, lah mulai Hal – hal yang membuat
o..iyo mah iyo.. Ruponyo nan subjek percaya setelah
disabuik terapis waktu membandingkan dengan
mandiagnosa dulu batamu anak orang lain yang
sadenyo kan? Disitu ibuk, mudah diterapi ditempat yang sama
– mudahannyo barubah nyo lah, dengan anaknya. Setelah
berharap ibuk kini barubahnyo, subjek percaya, mulailah
ndak ado nan indak di dunia ko, subjek dan suami pun juga
ndak ado nan ndak mungkin, itu ikut menerapi anak dirumah.
se harapan ibuknyo. Kalau Allah
berkehendak, mungkin sajonyo.
Itu ibuk berharap harapan ibuk
nyo, uhuuk (subjek batuk)”
(N/W3/D18)
“Kudian setelah sabulan kalua Subjek membutuhkan waktu
dari SD P tu, wak kaji lo baliak 1 bulan untuk memulihkan
kan? O ndak bisa wak salahan perasaan kekecewaan
urang do, urang ndak, ndak ado terhadap pihak sekolah SD
ilmunyo dibidang itu kan? Tapi P. Kemudian mengobati
awak yang salah, manga kekecewaannya dengan
217

masuakkan anak awak ka situ? berpikir bahwa memang


Ndak bidangnyo do, apolai TK P bukan disiplin ilmu dari
tu anak – anak nakal kan?” guru SD P untuk mendidik
(N/W3/D26) anak autis
“Nanti ya Allah ya Tuhan, Subjek berharap kepada
Harapan panjang lah umua wak sampai Allah agar dipanjangkan
inyo dewasa, sampai nyo tau jo usianya hingga kedua anak
diri sampai nyo bisa mampu jadi subjek sudah mampu
diri sendiri. A tulah do’a ibuk mandiri dengan kebutuhan
taruih.” (N/W3/D5) hidupnya sendiri. Sehingga
subjek terus berdo’a dan
“Tapi yo ibuk pacayo tu mah, belajar menanamkan
Allah tu ndak akan maagiah keyakinan bahwa Allah
cobaan diluar kemampuan tidak akan memberikan
umatnyo. Kini tu lah harapan memberikan ujian diatas
ibuk, kalau ibuk emang ndak ado kemampuan umatnya.
lai, inyo lah dalam keadaan kuat,
atau ado urang nan sayang dan
merawat inyo.” (N/W1/D56)
“Harapan tantu ado harapan, Subjek berharap agar kedua
masa indak ado? Kadang – anaknya pada masa depan
kadang ibuk mamikia ndak, nde sudah mampu ke pasar
baa lah inyo nantik a?Baa nyo sendiri, mengerti cara
katiko ibuk ndak ado? Ado membeli makanan dan
perasaan tu nantik a, pikiran tu membeli kebutuhan sehari –
acok tibo dek ibuk, seandainyo hari.
wak ndak ado, baa anak – anak
ko nantik a?Jo sia lah inyo nantik
a? Sia nan ka maajaknyo makan –
makan lamak, sia nan ka
mambalian inyo? Inyo
mamasaknyo bisa, tapi sia nan ka
pasa nyo beko nan mambali –
balian? Tapikia ibuk, apalagi
harapan ibuk ciek se nyo, bisanyo
mangarati baa nyo caro ka pasa?
Baa caro mambali makanan? Baa
nyo caro mambali kebutuhan
sehari – hari? Tulah hebat dek
ibuk daripado dapek Insyunyur
dek ibuk, a tu a. Anak autis ko
parubahannyo tau nyo jo diri, itu
parubahannyo.” (N/W2/D48)
“Raso campua aduak, banyak, Subjek berharap agar
raso dunia ko ka kiamaik, adonyo nantinya ada orang yang
nantik kejadian setelah wak ndak dapat melindungi dan
ado, baa inyo nantik. Soalnya mengawasi kedua anaknya.
ndak tapikia dek ibuk a nan tajadi Minimal orang tersebut
218

nantik barumah tangga, ndak dapat membantu anak


tapikia dek ibuk nantik tu do. Ibuk subjek untuk melengkapi
nan dipikiaan kini, baa inyo kebutuhan harian,
dewasa, bisa mandiri, bisa tau a membayarkan uang listrik
yang bahayo a yang indak. Kini dan PDAM.
ibu bapikia moga tibo se la bisuak
ko keajaiban lai kan? Keajaiban
kok bitu beko tibo se urang yang
apo ka inyo, atau baa? Atau inyo
yang bisa barubah, atau gitu?
Atau urang nan sayang ka inyo
kan? Bisa malindunginyo, itu
tapikia dek ibuk tu mah. Inyo yo
emang pandai, pandai mamasak,
pandai mancuci, pandai baa
misalnyo, tentang barasiahan
dalam rumah tangga ko nyo lai
bisa. Tapi sia yang ka
mangadakan untuak di rumah ko?
Gas abis sia nan ka mambali?
Kalau listrik mati, sia nan ka
mambayia? Aia mati, sia nan ka
mambayia? Kan iyo dek Gaby tu
kan?” (N/W1/D39)
“Cuma untuak apo ko ha, Subjek berharap kepada
sahinggo ibuk o.. samo – samo pemerintah agar
urangtua wali murid nak a, menyediakan panti khusus
pernah bapikia mode ko a, waktu untuk anak autis. Minimal
hari anak autis patang, samo – pihak panti tersebut
samo urangtua sempat mikia giko nantinya dapat mengawasi
a, ndeh mudah – mudahan dan menyediakan segala
pemerintah adolah, adolah apo kebutuhan hidup anaknya.
pemerintah, apo tu upaya
pemerintah untuak mambuekkan
panti anak – anak autis ko. Sebaik
untuak panti jompo lah ado,
untuak panti anak cacat lah ado,
panti anak autis tujuannyo untuak
mengawasi sajo, ndak paralu
untuak manolongannyo yang lain
do, nyo yang penting diawasi dan
diadokan kebutuhannyo. A itu kan
pikiran ibuk..oo..pesimis wak
namonyo tu nak? Manyangko nyo
takkan bisa, tapi tu perasaan
pesimis wak kan? Tapi nyo mudah
– mudahan dek mode tu nantik.
Sampai itu pikiran kami mah, dan
219

ado pemerintah pikiran untuak


itu.” (N/W1/D40)

Proses Penerimaan Diri Subjek sebagai Ibu

Kategori Transkrip Deskripsi


Penolakan “Raso.. raso istilahnyo raso.. Subjek merasakan berbagai
maraso baa itu ketakutan ado, ketakutan – ketakutan.
ketakutan dek danga-danga carito Disebabkan karena subjek
tu kan? Autis ko raso kelainan mendapatkan info bahwa
yang sangat kompleks kalau nan gangguan autisme
ibuk danga kan? Jadi ibuk maraso merupakan gangguan yang
ketakutan, tapikia dek ibuk, ndeeh sangat kompleks dan
baa lah nanti? Baa nyo lah ketakutan ketika
gadang nanti? Sia nan ka membayangkan anaknya
mangasuahnyo katiko wak ndak hidup tanpa subjek dan
ado?” (N/W3/D1) suami nanti.
“Iyo, tantu awak berharap kan? Subjek menyangkal hasil
O ndak mungkin ko do anak awak diagnosa tersebut dan
do, talaik mangecek se nyo berharap bahwa anaknya
mungkin nyo, itu se pergolakan hanya mengalami
batin kecek ibuk nyo. Karano ibuk keterlambatan bicara. Hal
yakin inyo ndak mode tu do, ini karena subjek merasa
sabaik kalau mandanga autis tu bahwa gangguan autis
rasonyo, gawat bana rasonyo. tersebut sangat berat, yang
Rasonyo o.. apo yang kompleks dapat menyebabkan
bana o..kakurangannyo, paliang penderitanya mengalami
kompleks bana autis ko rasonyo. gangguan dalam komunikasi
Sabaik, gagal komunikasi, gagal dan lingkungan.
di lingkungan, sadonyo, jadi
rasonyo barek bana”
(N/W3/D12)
“A..pernah ibuk bitu dulu nak? Aa Subjek merasionalisasikan
ndak mungkin anak awak mode kedua anaknya tidak dapat
iko do, mungkinnyo dek acok apo berbicara dan bersosialisasi
se nyo, dek acok basimpan – karena, sering tinggal
simpan di rumah, jadinyo didalam rumah bersama
jadi..ndak pandai bakomunikasi, a kakek mereka ketika subjek
itu pikiran ibuk dulu.” (N/W3/D9) dan suami bekerja.
Ditambah pula kakek juga
“Mang anak ko jarang kalua, dek tidak mengerti bermain
awak ka kantua taruih kan? Nyo ciluk ba. Jadi bagi subjek,
jo kakeknyo, kakeknyo lah gaek. A kedua anaknya tidak
nan ka tantu dek kakeknyo main mengidap autis seperti hasil
Ciluk ba!” (N/W3/D34) diagnosa terapis.
220

“A..e.. raso itu o..ado juo ibuk ka Subjek mencari


dokter anak , ibuk baok taruih ko, perbandingan dengan dokter
baa nan subana apo ko pak? anak. Hingga akhirnya
Kalau dokter anak waktu tu yo dokter anak menjelaskan
ndak ngarati juo..o..Gaby. Malah kendala terhadap kedua
dokter ngecek, ndak baa do, anak anaknya hanya mengalami
nan capek pandai bajalan, capek keterlambatan berbicara
manungkuik sadonyo tu pandai karena mampu berjalan
ngecek, itu kecek dokter. Jadi pada waktu yang lebih
taubek hati ibuk ko saolah – olah cepat. Hasil pernyataan
batua kecek dokter tu, sahinggo dokter anak tersebut
ibuk terlena kan? Terlena, itu se membuat subjek terlena.
kecek dokter ndak baa do.
Tanyato sia – sia se nan
dikecekan dokter tu kan?”
(N/W3/D15)
Patamo ibuk tepis juo ko mah, Subjek akhirnya percaya
raso ketakutan tu ado tapi ibuk dengan diagnosa terapis,
tepiskan, ibuk tepis se, ndak ka setelah membandingkan
ado se ko do. A kironyo banyak lo anak orang lain tetap dapat
anak urang nan takuruang ndak berbicara dan bersosialisasi
ado autis do. Baa dek anak awak meskipun juga sering
autis? tibo pikiran itu. Tapi ditinggal bekerja oleh
satelah dicaliak dek anak urang orangtuanya dirumah.
kan? Anak urang takuruang tapi
pandai ngecek, anak awak
takuruang tapi ndak pandai
ngecek, o..baa ndak pandai
sosialisasi? O iko nan disabuik
Autis tu ndak? Baru ibuk sadar
kan? (N/W3/D10)
“A jadi o baa tu, istilahnyo Subjek membandingkan
kiamat dunia lah bagi ibuk jo kondisi anak subjek dengan
urangtua yang mempunyai anak orang lain yang baru masuk
autis. Sebab anak autis ko dilokasi terapi memiliki ciri
kompleks sudah kelainannyo, – ciri yang sama dengan
yang istilahnyo akan menetap anaknya.
sampai inyo umua apopun,
sampai inyo menjabat apopun,
sifat autistiknyo tu akan nampak
terlihat juo, walaupun nyo
berubah tapi autistiknyo ndak
akan barubah sekali – sekali
menyukai lampu merah, nyo tagak
se di jalan tu, ndak peduli nyo
urang akan lewat do ko e.”
(N/W1/D11)
221

“Kecewa baa ndak kecewa, Perasaan yang subjek


kadang – kadang manangih se rasakan setelah mengakui
awak kan? Sadiah, manangih, diagnosa terapis tersebut
tabik tangih kan? Kadang anak – adalah kecewa dan
anak lah saumua sagadang inyo menangis karena tidak bisa
lah bae bisa pai main – main, mengajak kedua anaknya
anak awak pai babaok, ka ma pai bermain diluar rumah tanpa
bairiangan. Anak urang surang se pengawasan layaknya anak
pai main, anak awak indak” orang lain.
(N/W3/D17)
“Ndak, ndak pernah ado Subjek merasakan ketakutan
ketakutan lain do! Ketakutan yang yang paling besar adalah
paliang ibuk camehkan waktu itu ketika membayangkan cara
yo bilo nyo lah gadang nantik, agar anaknya dapat hidup
katiko awak indak ado, katiko mandiri tanpa suami dan
awak ndak ado di dunia ko, a itu subjek jika telah meninggal
se nan ibuk pikian dari dulu. . Meskipun anaknya sudah
Soalnyo dalam bayangan ibuk mampu memasak makanan
dulu nyo ndak bisa maiduikkan sendiri, namun subjek
dirinyo dari pancarian, dan mencemaskan bagaimana
bayangan ibuk dulu o wak ndak anaknya dapat mampu
tau nan tajadi nanti nak? Baa lah secara perekonomian dan
inyo iduik nantik? Baa nyo caro mengelola kebutuhan
balanjo? Latakkanlah nyo pandai hidupnya sendiri kelak.
masak, pandai tapi nan kadibali Subjek menangis ketika
tu, baa caronyo? Itu nan paliang sedang membayangkan hal
acok jadi pikiran ibuk. Sahinggo ini.
kalau ibuk takana itu nangih.”
(N/W3/D3)
“Raso takuik tu ndak ado ibuk Bentuk ketakutan yang
tunjuakkan do, tapi ibuk acok subjek tunjukkan dengan
tamanuang pas katiko sorang, cara bermenung saat sendiri
katiko pas anak ko lalok, tu tibo dan ketika anaknya tertidur.
perasaan itu. Tu kalau lah di Akan tetapi rasa takut
kantua lah ilang lo wak kan? tersebut dapat subjek
Lah..la..banyak yang lain nan hilangkan ketika sedang
dikarajoan, lah lupo sorang.” bekerja di kantor karena
(N/W3/D4) sedang memikirkan
pekerjaan yang banyak.
Marah “Tu ha pernah disuruah baranti, Subjek menyesal karena
tu mangkonyo talaik. Kalau nyo mengeluarkan anaknya dari
dulu lanjut terapi sampainyo sekolah terapi dan
mantap bana ha, mungkin nyo mendaftarkan ke SD P.
hebat kini. Baranti a dek Gaby? Subjek harapan agar
Karano Nisak nyio nyo anaknya dapat bersosialisasi
bagabuang jo urang banyak, dengan baik bersama anak
masuaklah ka sakolah umum. normal di sekolah umum.
Sabananyo alun patut lai, nyo Sayangnya malah anak
222

harus tuntas terapi dulu baru bisa subjek selama di SD P


masuak sakolah umum. Ibuk sering dihina, dibully dan
marasonyo lah hebat, atau lah diganggu. Bahkan guru-
bisa manuruik ibuk mambaco, guru di sekolah tetap
mangecek, pinginlah masuaknyo membiarkan anak subjek
ka sakolah umum, bia bagaua jo berlarian dan bermain
anak – anak biaso, bitu maksud didalam kelas saat proses
ibuk, ibuk ndak nyangko itu yang belajar mengajar
akan mambueknyo rusak do. berlangsung.
Ruponyo pergaulan umum ko
macam – macam kan? Ndak
dipaduliannyo anak awak, dek
anak awak dak pandai bergaul
kan? Kadang jadi olok – olok,
diejek – ejek, digaduah – gaduah,
jadi itu nan marusak inyo, ndak
berkembang inyo do. Jo
terapisnyo inyo pecut taruih, Ani
ini, menulis ini! Baca ini!
Samantaro dirumah sakolahnyo
dibiaan se taruih dibiaan se dek
gurunyo manggarayang kan?
Manggarayang se taruih, bak ati
dek guru se maaja kan? Nah
disitu lah kanai dek ibuk,
manyasa sabananyo mah
masuakkan inyo ka P tu mah, ibuk
ingin nyo sabananyo bia
bagabuang jo anak – anak lain
nan banyak.” (N/W2/D27)
“Di Mall ado lo mode itu ibuk,
Subjek pernah marah
dicaliak lo dek urang bana – bana
terhadap orang yang tak
kan? E baa nyo ko buk? Ndakdikenalnya di suatu Mall,
paralu ditarangan nyo mode tu
karena menanyakan kondisi
do, saminggu ndak cukuik, ibuk yo
kedua anaknya dengan sinis.
mode itu sajo, tegas – tegas se
Hingga membuat subjek
crito ka urang tu. Banyak –mengancam orang tersebut
banyak carito ka urang, naiak
untuk tidak perlu
darah ibuk, labiah baiak ibu
mempertanyakan kepadanya
carito mode itu se. Saminggu
mengenai gangguan autisme
ndak cukuik manarangan do!”tersebut. Disebabkan hal
(N/W3/D60) tersebut akan membutuhkan
waktu yang lama untuk
membuat orang tersebut
memahaminya dan dapat
memancing amarah subjek
saat itu.
Depresi “Ondeh yo Tuhan, baa ko yo Subjek pernah merasa putus
223

Tuhan? Apo ndak bisa sembuh asa dan bertanya – tanya


ko? Apo ka mode iko anak wak mengenai kesembuhan dan
salamonyo? Nan jadi pikiran tiok takdir Tuhan mengenai
hari, tiok hari. Tiok hari jadi apo anaknya yang mengalami
dek ibuk, pikiran. Setelah diterapi gangguan autis, sehingga
lah mulai sakolah – sakolah sempat menimbulkan beban
umum, lai lah taubek hati ibuk ko, pikirannya setiap hari.
lah mulai nyo komunikasi, lah Kemudian setelah anak
mulai nyo ngecek – ngecek jo subjek mendapatkan terapi
urang, tanyo – tanyo urang, dulu dan bersekolah di sekolah
kan nyo ndak paduli jo urang umum, akhirnya subjek
do.”(N/W3/D13) dapat lebih lega karena anak
telah dapat berkomunikasi.
“Dulu Gaby, ndak tapikia do dek Subjek pernah berputus asa
ibuk baok anak ko sorang do bahwa merasa takkan
Gaby, ibuk sorang anak duo, ndak mampu bepergian bersama
tapikia do Gaby, ndak tapikia dek anak tanpa suaminya.
ibuk caronyo do. Seiring
bajalannyo waktu kini, lah acok
se ibuk mambaok anak sorang,
lah ndak pai jo apanyo lai do,
dulu pai apanyo.”(N/W3/D50)
“Tu lah bi ndak buliah wak putus
asa do kan? Dulu ibuk merasa Tanpa pernah subjek
“ndeh bilo baok anak mode bayangkan, akhirnya subjek
urang pai batigo-tigo raun – sudah dapat bepergian
raun, yo bana ati ibuk ko, caliak dengan anak tanpa suami
urang bajalan pai batigo sejak kedua anak subjek
baranam, barampek baranak. SMP kelas 1 hingga saat ini
Awak antah bilo bisa maajak anak (kelas 2 SMA)
mode tu tanpa pengawal.
Akhirnyo kejadian tu dapek
(sambil mukul meja) kini bisa ibuk
baok anak.” (N/W2/D34)

“Sajak lah SMP nyo..SMP lah,


SMP kelas 1 lah, itu lah bisa, lah
SMP ko yo bana lah bisa
mambaoknyo. Samo – samo pai
batigo kami kan? Makan, pai
kama, dengan catatan ibuk harus
banyak baok pitih, ba co Ana
nnyo langsuang se ambiak,
mambukak kan? Ndak bisa ndak
babayia barang urang do, tu
harus banyak baok pitih, tu kalau
ndak baok pitih ndak brani ibuk
do, soalnyo banyak kandaknyo.”
224

(N/W2/D35)
“Nan ibuk buk ungkapan taruih Subjek sering bercerita
tu, jo sia ibuk batamu..jo sia ibuk kepada orang lain mengenai
curhat..ibuk ungkapan taruih bentuk kecemasan dan putus
tu..Baa lah nanti seandainyo wak asanya, ketika memikirkan
ndak ado? Baa seandainyo nanti masa depan sang anak jika
wak ndak di dunia ko lai? Sia nan subjek dan suami telah
ka mangamehan inyo? Sia nan ka meninggal. Bentuk
maagiah makannyo? Sia nan ka kecemasan subjek yaitu
maagiah balanjonyo? Latak nyo membayangkan orang yang
bisa masak, sia balian bahan akan mengurus anaknya,
makanan ko ha? ..Sia nan ka menghidupi kebutuhan
balian lampu? Sia nan ka balian hidup anaknya, orang yang
aia? Takana dek ibuk kini tu ma? akan membayarkan listrik,
Sia nan ka mambalian gas nantik? air dan gas. Meskipun orang
Bayangan kan bi? Kasitu ibuk lain mengatakan agar subjek
pemikiran ibuk bi, sampai kasitu mengingat bahwa Tuhan
pikiran bi. Walaupun urang akan memberikan
katoan, aa nantiklah sudah gai kemudahan nantinya, subjek
dek Tuhan mah. Tapi ibuk ndak tetap merasakan cemas dan
mode tu do, tetap ibuk marasokan sedih ketika membayangkan
cemas, kadang wak sorang tu masa depan anaknya
disitu sedih wak kan? Sedih wak tersebut.
mangana itu tu, mangana masa
depan anak ko.”(N/W1/D27)
“Surang – surang ibuk Subjek mendapatkan
tamanuang, takana itu. Sadang dulungan fisik dan sosial
tamanuang takana itu.. Baa lah dari keluarga, namun subjek
nantik, ibuk berharap keajaiban cemas ketika
(terdiam sebentar) timbul se membayangkan kedua
keajaiban Tuhan kan? Kadang anaknya hidup jika dirinya
Gaby, saudara ko alun tantu juo dan suami telah meninggal.
lai Gaby, saudara ko alun tantu. Disebabkan karena subjek
Lataklah lah sibuknyo jo dirinyo masih meragukan
kan? Ndak nampak gai dek anak kepedulian keluarganya
wak nyo tu do Kadang saudara ko untuk mengasuh anaknya
sibuk jo dirinyo surang – surang. kelak, dan berpikir bahwa
Tapi ibuk berharap yolah ado keluarganya tentu akan
urang yang ngarati. (subjek sibuk dengan kehidupan
menangis dan diam).” masing – masing.
(N/W1/D55)
“Lai ndak sampai mambuek awak Meskipun subjek pernah
stres, sampai awak lupo, ndak ado merasakan depresi, namun
do, lai ndak do.” (N/W3/D57) subjek menyatakan bahwa
tidak pernah setres hingga
sampai membuat hilang akal
dalam menghadapi kondisi
kedua anaknya.
225

Penerimaan Oo..bahagia lah, kalau anak – Subjek merasa sangat


anak mode itu sedetik sajo saketek bahagia dan menganggap
sajo parubahannyo tu, awak memiliki anak seorang
antah raso – raso dima raso. Raso Insyinyur, jika anaknya
dianak dapek Insyinyur, co urang mengalami suatu
dapek anak lulus Insyinyur, co perkembangan yang baik,
itulah wak dapek anak lulus seperti telah mampu
Insyinyur. Misal co anak dapek mengucapkan kata mama
ngecek kato – kato mama! Tu dan papa.
ndak tangguang bahagianyo tu
do. Mungkin bagi urang nan
mancaliak, ndak ado artinyo do
kan? Baru itu anaknyo pandai
mangecek lah gadang hati. Itu
kecek urang nan pesimis
kan?”(N/W2/D23)
“Tulah babahayonyo anak Autis Subjek juga mengakui
ko ha, dima ka babaok hati – hati memang sangat kompleks
bana, dek inyo alun tau bahayo a. kesulitan yang dihadapi
Tulah dek kompleksnyo anak autis ketika memiliki anak yang
ko bi. Tapi ibuk ndak pikian itu do autis. Akan tetapi saat ini
bi, kini bahagia jo ibuk dengan subjek merasa dapat
perkembangan yang ado kini ko, menikmati hidup dengan
bialah alun sarupo jo anak lain, baik meskipun memiliki
tapi ibuk lah maanggap nyo anak penyandang autis.
sarupo na. Mode tulah nan ibuk Bahkan subjek selalu
rasoan bi, walaupun nyo ndak memuji anaknya dengan
mode anak urang lain hebatnyo, pujian pintar dan cantik
tapi saketek sajo nyo ibuk puji. jelita jika mengalami
Bagus, Ana pintar! Nyo anak peningkatan suatu
Autis ko butuh pujian ko, bia nyo perkembangan. Hal tersebut
tibo semangatnyo, maraso karena subjek sadar bahwa
dihargai. Saketek se nyo, ibuk anak autis membutuhkan
kecekan nyo pintar. Oh bagus pujian agar tetap semangat
anak mama yo?O pintar yo, anak dan merasa dihargai.
gadis cantik yo? Cantik jelita, ba
bituan tu mah. Bakecean, Ani
jelek yo? Tidak! Cantik jelita.
Cantik apa? Cantik jelita! Jan
dikecekan jelek, tidak! Tidak!
Cantk, cantik jelita.” (N/W2/D26)
“Aa..ado perasaan ibuk Subjek menuturkan bahwa
terkadang mode itu bi, ndee baa kebersyukuran menjadi
dek mode iko anak? ko anak awak timbul saat membandingkan
ko? Ee satelah wak can banyak anaknya dengan anak orang
mancaliak urang lain, banyak lain memiliki kekurangan
mancaliak labiah parah anaknyo, yang lebih parah.
disitu wak taapo, harus ado raso Kekurangan tersebut seperti
226

bersyukur, anak awak ko ndak anak rekan kerjanya yang


mode urang bana do, anak urang tidak bisa diajak bepergian,
ado nan labiah parah lai, kasitu sedangkan anak subjek
wak maraso ambiak Gaby, dapat diajak bepergian dan
soalnyo awak kan maraso dapat diajak bergaya dengan
kakurangan taruih, maraso wak pakaian – pakaian yang
paliang susah, maraso anak awak bagus. Hal lainnya yaitu
paliang pay.. payah. Nyatonyo ketika subjek mendengarkan
pas ibuk mancaliak anak buk Teti pengajian yang
ndak bisa manga – manga kan? mengingatkan dirinya untuk
Lalok se, a disitu ibuk raso syukur tidak terus meratapi
ibuk tibo. Nah disitu ibuk bisa kekurangan yang diberikan
bagaya – gayakan, bisa ibuk Allah.
pakaian baju nan ancak – ancak
kan? Anak urang yo ancak, tapi
ndak bisa dibaok main, nah disitu
lah ibuk bisa ma apo. Jadi ndak
paralu awak menderita taruih..
ma..ma..ma..marotok kakurangan
se taruih do, kan sampai bilo
awak maratok kakurangan
taruih? Nyo kakurangan se beko
nan diagiah Tuhan. Nah disitulah
Isak danga pengajian kan?”
(N/W2/D43)
“Ndak, sabalun SMP, SD. Lah Subjek mulai berpikir
ibuk caliak tu anak – anak urang belajar untuk tidak meratapi
banyak nan parah – parah lai. kekurangan anak ketika
Ibuk bersyukur se nyo Gaby pas anaknya masih SMP dulu.
oo anu..oo pas ado perkembangan Jadi bentuk kebersyukuran
saketek, ibuk langsuang bahagia subjek yaitu ketika anaknya
kan? Langsuang ibuk carito di ada suatu perkembangan
kantua, urang ko paliang oo galak yang positif, subjek
– galak ko nyo ha, tu ibuk bangga langsung menceritakan
– banggaan tu, Isak bangga – kepada rekan – rekan kerja
banggaan.” (N/W2/D44) di kantornya dengan
bangga.

Dimensi Penerimaan Diri Subjek sebagai Ibu

Kategori Transkrip Deskripsi


Dukungan “Kalau Ana wajib tu, bikin PR tu Subjek membantu Ana
Emosional mamanyo taruih tu. Nyo bikin PR untuk mengerjakan PRnya.
taruih tu, mama bikin PR! Lalok Meskipun subjek
mamanyo, dijinjiangnyo taruih tu. menuturkan kadang
Kadang ibuk ndak tau do PR nyo mengalami kesulitan dalam
tu, kadang ibuk ndak manguasai mengerjakannya, namun
PR nyo tu lai do, payah ibuk subjek tetap berusaha
227

mancari, cari di Youtube di mencari jawabannya di


internet, payah ibuk ndak ngarati website internet.
gai kadang ibuk do manjawek
soal ko ndak? Kadang nyo harus
dibuek. Ana pun gitu lo, misalnyo
PR tu ado sapuluah, hmm..ndak
taroklah ado limo tu dulu, tu
misalnyo ibuk tau jawaban nomor
ampek, nyo harus nomor satu
dijawek dulu, ndak amuahnyo
dijawek nomor ampek dulu do.
Hilang aka ibuk nyo, samantaro
ibuk tau nomor ampek barunyo, tu
lewaik nomor satu, dua, tigo dulu
kan? Tu nyo ngecek, tidak..
tidak..nomor satu dulu ! Sehinggo
ibuk bia bisa aman, ibuk
suruahnyo asa – asa buek dulu,
misalnyo nomor satu tu suruah
asal – asal buek, pokoknyo yang
penting diinyo lah ado jawaban,
buek pensil dulu, beko kalau lah
dapek jawabannyo yang batua,
baru ibuk tuka, ibuk coret, ibuk
apuih liak, ibuk buek pakai pensil
eh pakai pena. Jadi ibuk selalu
buek PR nyo tu jo pensil.”
(N/W1/50)
“Tulah babahayonyo anak Autis Saat anak subjek
ko ha, dima ka babaok hati – hati menunjukkan suatu
bana, dek inyo alun tau bahayo a. perkembangan yang baik,
Tulah dek kompleksnyo anak autis subjek selalu memuji
ko bi. Tapi ibuk ndak pikian itu do anaknya dengan
bi, kini bahagia jo ibuk dengan mengatakan anak gadis
perkembangan yang ado kini ko, yang pintar dancantik jelita.
bialah alun sarupo jo anak lain, Meskipun subjek
tapi ibuk lah maanggap nyo menuturkan anaknya tidak
sarupo na. Mode tulah nan ibuk seperti anak orang lain yang
rasoan bi, walaupun nyo ndak normal, namun subjek
mode anak urang lain hebatnyo, menyadari bahwa
tapi saketek sajo nyo ibuk puji. menurutnya anak yang autis
Bagus, Ana pintar! Nyo anak membutuhkan pujian.
Autis ko butuh pujian ko, bia nyo Pujian bertujuan sebagai
tibo semangatnyo, maraso bentuk penghargaan dan
dihargai. Saketek se nyo, ibuk penyemangat yang
kecekan nyo pintar. Oh bagus diberikan.
anak mama yo?O pintar yo, anak
gadis cantik yo? Cantik jelita, ba
228

bituan tu mah. Bakecean, Ani


jelek yo? Tidak! Cantik jelita.
Cantik apa? Cantik jelita! Jan
dikecekan jelek, tidak! Tidak!
Cantk, cantik jelita.”(N/W2/D26)
Instruksi “Painyo o..o..4,5 taun tu, pai Kedua anak subjek
Orangtua terapi tu kan? (N/W2/D16) mendapatkan terapi pada
usia 4,5 tahun
“Pertamo kontak mata, sabulan tu Di tempat terapi, kedua
kontak mata se terapinyo dulu. anak subjek diberikan terapi
Lah sabulan lah mantap kontak kontak mata, pengenalan
mata baru bisa diajak komunikasi, mama dan papa, pengenalan
kalau anak ndak mantap diajak huruf, benda, pertanyaan
komunikasi baru bisa diajak sosial dan pengenalan
komunikasi do. Kalau ndak bisa, beberapa jenis profesi
nyo ndak akan mempedulikan beserta tugasnya bersama
kato – kato awak do. Setelahnyo guru terapis.
kontak mata jo awak sekian detik,
aa..perdetik dietong tu harinyo,
hari kini sedetik, bisuak duo etik,
dicatat tu harinyo. Ha lah mantap
kontak mata, baru..Ana! nyo
caliakkan? Ana! Kalau alun nyo
caliak, alun bisa tu lai do nyo
ajak ngecek. Lah kenal nyo kontak
mata tu, baru dikenalkan kato,
mama, papa, gitu se dulu, baru
dikenalkan huruf – huruf. Habis
tu baru dikenalkan huruf – huruf,
a, b, c tu sabanta dek inyo nyo. A
baru nyo baraja bahaso lain
selain kato mama, ruponyo
paliang mudah nyo mangucapkan
kato – kato yang awalannyo B.
Baju, batu, bata, dulu tu si Ana tu.
Baa kok inyo mudah maucapkan
kato huruf yang berawalan B?
Samantaro yang lain agak – agak
sulitnyo. Kalau kini dek lah bisa
nyo nyabuik kato – kato nan lain.
Mama, papa, makan, minum, itu
se kato – kato nan nyo tau dulu
nyo. Itu yang awal baru diajaan
ka inyo dulu kan? Satelah tu
pengenalan benda, pengenalan
oo.. pengenalan anu, oo..
pertanyaan – pertanyaan sosial,
siapa namamu? Dimana
229

rumahmu? Siapa nama


orangtuamu? Tahun berapa kamu
lahir?A tu kan, itu pengenalan
sosial namonyo tu. A setelah itu
baru pengenalan, oo.. pengenalan
apo, oo.. pengenalaaan oo.. apo
namonyo ko? Pekerjaan –
pekerjaan ko a. Polisi tugasnyo
apo? Guru tugasnyo apo?
Perawat tugasnyo apo? Tu
bakenalan jo inyo sadenyo tu.
Bakenalan jo inyo jo benda tu ado
gambar – gambar binatang, ibuk
ambiak sadenyo gambar –
gambar binatang ko misal kan,
ado urang manjua tu potongan-
potongannyo tu kan? A tu ba pres
kan? Jadinyo ndak ado
bakarimuik remok bagai do,
ancak gambarnyo” (N/W2/D20)
“Contohnyo perilakunyo tu Subjek selalu mendapatkan
misalnyo mangarayang kan ? laporan perkembangan
magarayang ndak namuah kedua anaknya dari buku
duduak bagus, suruahnyo duduak pencatatan perkembangan
bagus. Terapi duduak bagus, anak setiap selesai diberikan
duduak se nyo dalam duo jam tu terapi oleh terapis.
diajaan duduak bagus sajo,
sampai bara minik nyo bertahan,
catat tu. Misalnyo Ani sanggup
men me..oo..duduak bagus sekitar
lima menit, atau duduak bagus
sekitar oo..enam minit, wak catat
tu perkembangannyo, nanti hari
bisuak bara miniknyo bisa
bertahan duduak, jadi dari situ
wak caliak perkembangannyo tu
ado atau indaknyo,
perkembangannyo tiok hari wak
catat. Jadinyo punyo buku
panduan tu dulu tu, panduan
o..panduan terapinyo tu a,
misalnya hari Senin Ani duduak
bagus sanggup limo menit, Selasa
Ani duduak bagus sudah sanggup
duduak bagus delapan minit, hari
Rabu, bara bedanyo a gitu a..
disitu perkembangannyo, disitu
wak tau perkembangannyo a.”
230

(N/W1/D22)

“Mato nyo kan ndak namuah


mancaliak wak tu do, jadi fokus,
fokus, lihat, lihat, itu se terapinyo
tu nyo. Lihat – lihat mata, sampai
bara minik nyo sanggup maliek
wak, kok Gaby caliak ibuk bara
minik tu a, tu langsung dicatat dek
guru terapisnyo. Ani sanggup
melihat lima detik, atau lima
menit.” (N/W1/D23)
“Tu mangenalkan apo, tu oo Subjek dan suami pun juga
bentuk anggota tubuh, mulut, memberikan terapi dirumah
mata alis, dagu, pipi, tu melalui pengenalan binatang
bakenalan sadenyo dulu tu. Tu melalui kartu bergambar,
diawal – awal tu Gaby, abih tu pengenalan anggota tubuh,
barunyo tau kalau ingin Cuci dan pengenalan nama
rambut ni! Barunyo tau baso anggota keluarga besar
rambuik tu nan iko (subjek melalui foto.
menunjuk kepalanya)”
(N/W2/D22)

“Sudah tu bakenalan namo


keluarga, ado foto ibu, foto papa,
foto kakek, nenek, tante, a babuek
– buek foto tu, baacak ka inyo,
tunjuak dek inyo. Mana mama?
Tunjuk mama! Tunjuk papa!
Tunjuk nenek! Tunjuk kakek! A
mode itu memperkenalkan
keluarga ko.” (N/W2/D21)
Inyo yo emang pandai, pandai Untuk saat ini kedua anak
mamasak, pandai mancuci, subjek telah mampu
pandai baa misalnyo, tentang memasak, mencuci dan
barasiahan dalam rumah tangga mengerjakan pekerjaan
ko nyo lai bisa…”(N/W1/39) rumah tangga.
231

“Tu ibuk kini baaja – ajaan Ani tu Khusus untuk Ani, subjek
ka pasa, baagiahan pitih pas- memberikan tugas tambahan
pasan kan? Wak ajaan ka pasa, untuk mengajarkannya ke
ibuk intaian dari balakang, ibuk pasar sendiri sambil diintai
caliak supayo inyo bisa tu ka oleh subjek dari jauh tanpa
pasa.” (N/W1/15) diketahui oleh Ani. Subjek
tidak mengajarkan hal yang
“O ndak berani ibuk tu do, sebab sama kepada Ana,
Ana nyo masih aktif bana nyo. disebabkan oleh Ana yang
Nampak se nyo dari jauah belum mampu menyebrang
langsuang dikisainyo, kalau Ana jalan dengan baik,
ndak berani tu do, bekonyo sedangkan Ani sudah dinilai
balantak ndak sanggup ibuk. mampu.
Kalau Ana yo basarah se ibuk ka
Tuhan, barubah lah indak nyo,
kalau balapeh surang ndak berani
ibuk do. Awak tau saban harinyo
kan? Kalau Ani masih
mancaliaknyo kiri kanan.”
(N/W2/53)
“Tapi kalau sekedar terigu, susu, Dalam hal membatasi dan
gulo, itu lah acok, lah saratuih mengontrol makanan,
persen ibuk dietkan.” subjek mengatakan sudah
(N/W1/D44) mampu mengontrol
makanan dari terigu, susu
dan gula 100%.
“Kontrol alhamdulillah, tapi yo Subjek mengakui bahwa
ndak saratuih persen ibuk dietkan, dirinya belum mampu
ndak bisa do Gaby. Baa ndak bisa mengontrol penggunaan
nak? Contohnya samba, indak tomat, jeruk nipis dan
dibuek pakai tomat samba ko bawang putih dalam
tagang, pakai tomat inyo masakan yang akan
dilarang, kan? Ibuk agiah juo lah disajikan kepada anak,
tomat dari sabalah, banyak lado. karena hal tersebut akan
Biasonyo ibuk agiah tomat duo mengurangi citra rasa
atau tigo, itu ibuk agiah satangah masakannya.
juo, daripado lado tu asiang juo.
Nyo asam ndak buliah, ndak
diagiah asam do, tu kurang lamak
samba. Nyo asam ndak buliah,
tomat ndak buliah, bawang merah
ndak buliah tu ndak mungkin se
bawang putiah nan dimakan do. A
tu baagiah juo bawang merah, a
itu nan paliang payah
mangontrolnyo.” (N/W1/D43)
“Galehnyo harus galeh sendiri, Subjek belum mampu
ndak buliah galeh – galeh melakukan diet untuk
232

oo..Tupperware tu do. Nyo harus penggunaan Tupperware.


botol kaca galehnyo kan? Untuak Hal itu karena Tupperware
baok rumah sakola ko. Tapi wak dibutuhan untuk membawa
takuik botol kaca tu jatuah, kanai bekal bagi anak, sehingga
kaki nyo kan? Nyo harus boto tidak dapat menggunakan
kaca tu, Tupperware tu ndak peralatan kaca yang
buliah tu do, tu apo ciek, oo..apo dikhawatirkan dapat pecah.
namonyo ko? Oo..Softener, Lalu penggunaan softener
o..punyo pengharum – pengharum yang belum mampu subjek
ko lah, untuak baju..ndak buliah hentikan penggunaannya,
sabananyo do. Tapinyo ndak karena jika tidak diberikan
pakai tu heboh, nah dek itu alun akan membuat anaknya
bisa ibuk dietkan, dietnyo saratuih berteriak dengan keras.
persen. Alun bisa ibuk mandietkan
itu lai do. Lah ibuk cubo, inyo bae
makiak – makiak, softener –
softener ! Rapika – rapika ! Nyo
ndak bisa pakai itu do, nyo ndak
bisa baun harum – harum tu do,
nyo langsuang terangsang di
utaknyo tu, jadi ibuk ndak bisa
malarangnyo.” (N/W1/D45)
233

LAMPIRAN 7
Koding Transkrip Wawancara dan kesimpulan dari Interpreter
Data Interpreter
Inisial : DL
Pendidikan Terakhir : S1 Psikologi UNP 2011
Pengalaman meneliti : Gambaran Penerimaan Diri pada Istri yang Tertular HIV
oleh Suami

Kode Kategori Transkrip Deskriptif


(N/W1/D5) Proses Tu lama kelamaan lah Responden berusaha
batambah lo umua nyo, lebih mempercayai
Penolakan tetap lo siaran iklan yang hasil diagnosa dokter
(Denial) tau nyo mengucapkan, ko yang menyatakan
ndak pandai nyo do, tidak ada gangguan
mengucapkan kato – kato spesifik pada anak.
mama papa. Tu lah Dokter juga
ampek satangah taun lo mengatakan bahwa
umuanyo, a ibuk cubo anak dibawah usia 5
mananyo ka apo kan, ka tahun belum bisa
dokter anak. Kecek bicara adalah yang hal
dokter anak ko ndak baa wajar. Opini dokter
do buk, anak ibuk capek juga diperkuat dengan
pandai bajalan, lambek keponakannya yang
pandai mangecek, kan itu dapat berbicara pada
kecek urang jaman dulu, usia 5 tahun, dan anak
tapi itulah harapan ibuk. keponakannya dapat
Kironyo indak do, lah berbicara pada usia 6
umua bara ibuk baok ka tahun. Dokter pun
dokter, dari umua duo juga memuji
tahun tu a, anak urang kemampuan kedua
lah pandai ngecek inyo anak subjek yang
alun ndak? Sampai umua sudah mampu me-
ampek satangah tahun nyusun botol obat
kan? Tetap itu jawek dokter diatas meja.
apak tu, anak
kamanakan ambo ado
nan mode tu dulu mah,
o.. ampek o..lah umua 5
tahun baru pandai
ngeceknyo kan, dek inyo
capek bajalan.
(N/W3/D16) “Setelah tau autis iyo
juo, ibuk pai ka dokter
234

baliak nak? Ndak baa do


inyo apo ko mah, inyoo
hiperaktif ko, keceknyo.
Hiperaktif kecek dokter,
ndak ado autis
disabuiknyo do.
Hiperaktif ko emang
mode itu, anak
kamanakan ambo anam
taun baru pandai ngecek.
Dokter dek bapatokan jo
mangecek sajo bukan
berpatokan jo perilaku
lain. Tu kan disusunnyo
ubek – ubek dokter ko
dek Ani yang hijau samo
hijau, warna apo..tu
caliak lah, kan cerdas
nyo tu, kecek dokter.
Padahal itulah ciri – ciri
anak autis, nan ndak
patut disusunnyo.”
(N/W2/D27) “Tu ha pernah disuruah Setelah anak – anak
baranti, tu mangkonyo men-dapatkan terapi
talaik. Kalau nyo dulu Autis dan mulai dapat
lanjut terapi sampainyo berinteraksi sosial,
mantap bana ha, res-ponden memilih
mungkin nyo hebat kini. se-kolah umum untuk
Baranti a dek Gaby? anak -anak agar
Karano Nisak nyio nyo mereka bisa hidup
bagabuang jo urang normal. Namun
banyak, masuaklah ka responden menyesali
sakolah umum. pilihan tersebut.
Sabananyo alun patut
lai, nyo harus tuntas
terapi dulu baru bisa
masuak sakolah umum.
Ibuk marasonyo lah
hebat, atau lah bisa
manuruik ibuk mambaco,
mangecek, pinginlah
masuaknyo ka sakolah
umum, bia bagaua jo
anak – anak biaso, bitu
maksud ibuk, ibuk ndak
nyangko itu yang akan
mambueknyo rusak do.
Ruponyo pergaulan
235

umum ko macam –
macam kan? Ndak
dipaduliannyo anak
awak, dek anak awak dak
pandai bergaul kan?
Kadang jadi olok – olok,
diejek – ejek, digaduah –
gaduah, jadi itu nan
marusak inyo, ndak
berkembang inyo do. Jo
terapisnyo inyo pecut
taruih, Ani ini, menulis
ini! Baca ini! Samantaro
dirumah sakolahnyo
dibiaan se taruih dibiaan
se dek gurunyo
manggarayang kan?
Manggarayang se taruih,
bak ati dek guru se
maaja kan? Nah disitu
lah kanai dek ibuk,
manyasa sabananyo mah
masuakkan inyo ka SD P
tu mah, ibuk ingin nyo
sabananyo bia
bagabuang jo anak –
anak lain nan banyak.”
(N/W2/D23) Proses “Oo..bahagia lah, kalau Responden sangat
anak – anak mode itu senang saat anak
Penawaran sedetik sajo saketek sajo mulai mampu fokus
(Bargaining) parubahannyo tu, awak untuk menatap mata
antah raso – raso dima dan menyebutkan
raso. Raso dianak dapek berbagai kosakata.
Insyinyur, co urang
dapek anak lulus
Insyinyur, co itulah wak
dapek anak lulus
Insyinyur. Misal co anak
dapek ngecek kato – kato
mama! Tu ndak
tangguang bahagianyo tu
do. Mungkin bagi urang
nan mancaliak, ndak ado
artinyo do kan? Baru itu
anaknyo pandai
mangecek, lah gadang
hati. Itu kecek urang nan
pesimis kan?”
236

(N/W3/D42) “Lai juo dari carito – Saat bingung apa yang


carito urang kan? Nde harus dilakukan
anaknyo autis lo a, kini kepada anak,
lai ndak baa lai. Jadi kan responden aktif
ta ta apo wak, satidaknyo mencari informasi me-
dari kawan – kawan nan ngenai cara
anaknyo samo – samo menangani anak autis.
autis kan?”
(N/W3/D43). “Jadi dari urang ka
urang, dari majalah, dari
TV, dari ling-kungan
awak yang punyo anak
autis, nyo kan kadang
batamu masalahnyo tu.”
(N/W3/D41) “Ooh, yo satelah awak
caliak kadang – kadang
di TV ndak? Kadang –
kadang ibuk baco – baco
majalah, ado anak –
anaknyo autis jadi ibuk
tertarik ibuk taruih tu,
nde ado yo kemungkinan
anak ko barubah yo? Yo
moga se si Ana Ani mode
itu lo lah. Terpacu a tu,
semangat awak tu
satelah mancaliak anak
urang lain, a anak urang
tu autis a, mudah –
mudahan anak – anak ko
mode itu lo a. Dicaliak lo
di Kick Andy beko, anak
autis ko pandai
main..main apo alat
musik, nak tibo lo
keinginan, mudah –
mudahan si Ani bisa lo.”
(N/W1/D34) A tu bitu soboklah jo Responden merasakan
guru terapi ko baliak, penurunan yang signi-
baa buk Yet? Si Ani fikan saat anak
kurang ado nampaknyo dimasukkan ke
perkembangan di SD P sekolah umum.
ko, umuanyo lah abih juo Setelah 5 tahun berada
tapi ndak ado hasilnyo di sekolah umum,
do. Ndak baa do ni, akhirnya res-ponden
terapi lah baliak. Tu memutuskan agar
terapinyo baliak, jauah anak-anak kembali ke
perkembangan-nyo, bisa sekolah terapi untuk
237

nyo sagalo pelajaran ko memaksimalkan


kan? Terapinyo baliak, potensi mereka. Hal
tapi di terapi tu ado ini dilaku-kan
sakolah aponyo, untuak responden agar anak-
akade-miknyo, SD sakali anak dapat hidup
nyo disitu. Akhirnyo seperti manusia
sampai tamaiklah nyo SD normal pada
di YPPA ko.” umumnya.
(N/W1/D47) “Pdw, membantu diri
sendiri, pokonyo mem-
bantu diri sendiri. Baa
mandi surang, baa buang
aia surang, baa malakek
baju surang, baa pakai
badak surang, apa
memasak surang untuak
dirinyo, a itu nan dilatiah
dirumah sakola untuak
hari Sabtu kan? Bantuak
terapinyo tu, tiok Sabtu
nyo ma-masak surang,
se-karang bikin itu, bikin
mihun misalnya kan?
Sekarang masak itu,
masak makanan, ba-
ajaan anak tu tu, tu
mandi. Nyo program-nyo
ado tu taruih tu, aa.
.singkatannyo PMDS di
YPPA. Jadi nyo hari
Senin tu baraja mandi,
baraja mandi sendiri,
pakai baju sendiri, pakai
handuk sendiri, sudah
mandi Sholat, jam – jam
dzuhur tu taruih nyo tu
Sholat tu. Mangkonyo
babaok rumah sakola tu,
per-alatan PMDS, ta-
lakuang, sajadah. Jadi-
nyo sudah apo tu
sumbayang, diaja sum-
bayang.”
(N/W1/D15) “Tu ibuk kini baaja – Responden sangat se-
ajaan Ani tu ka pasa, nang saat anak sudah
baagiahan pitih pas- dapat menyeberang ja-
pasan kan? Wak ajaan lan dengan benar, se-
ka pasa, ibuk intaian dari hingga ia bersemangat
238

balakang, ibuk caliak untuk terus melatih


supayo inyo bisa tu ka anak pergi ke pasar
pasa.” tanpa ditemani.
(N/W2/D53) “O ndak berani ibuk tu
do, sebab Ana nyo masih
aktif bana nyo. Nampak
se nyo dari jauah
langsuang dikisainyo,
kalau Ana ndak berani tu
do, bekonyo balantak
ndak sanggup ibuk.
Kalau Ana yo basarah se
ibuk ka Tuhan, barubah
lah indak nyo, kalau
balapeh surang ndak
berani ibuk do. Awak tau
saban harinyo kan?
Kalau Ani masih
mancaliaknyo kiri
kanan.”
(N/W3/D24) Proses “Ado, ado raso kecewa Responden marah dan
rasonyo giko a, nde kecewa dengan guru
Marah urang ko yo bana. di sekolah karena
(Anger) Sempat lo ibuk carito – anak-anak mengalami
carito lo ka urang, di P penu-runan
ko asal nyo diagiah nyo keterampilan sosial
lapeh se anak awak, ndak yang signifikan.
paduli dek inyo Responden merasa
kamajuan anak. Sempat telah melakukan usaha
kecewa ibuk kan? Ndak mak-simal dalam
paduli dek inyo.” mem-berikan upah
(N/W3/D22) “Iyo, kecewa kecewa lebih agar para guru
awak, baa ndak kecewa dapat me-nerima,
awak kan? Limo tahun mendidik dan melatih
waktu anak awak berlalu anak-anak dengan
habis, umuanyo baik. Di sisi lain,
batambah tapi hasilnyo responden ber-usaha
indak ado do, kecewa untuk memahami
ibuk tapi baa lai.” bahwa guru-guru di
(N/W3/D25) “Dulu ibuk kecewa lah sekolah umum tidak
diagiah pitih, ibuk agiah memiliki kualifikasi
wali kelas tu pitih, bu A un-tuk mendidik dan
tu supayo inyo senang, jo me-latih anak dengan
anak awak kan? Ibuk autis.
agiahnyo 250 ribu
sabulan, kadang ibuk
agiahnyo baju, mode itu
bia nyo sanang
239

manarimo anak awak


kan? Ibuk dekati guru –
guru tu, tapi kadang –
kadang ado raso kecewa
saketek, dek inyo ndak
tau saketek alah kan?
Ndak taunyo nyo main –
main sajo nyo kan?
Manulis pun asal –
asalan se waktu tu, tu
ado raso kecewa, yola yo
bana urang ko e, asa nyo
apo se, asa nyo sanang
ajo.”
(N/W1/D37) “Limo tahun, si Ani yo
bisa mambaco. Tapi Ana
yang masih bata – bata
juo kan? Baconyo. Ani
limo tahun lah pandai
mambaco, di TK baru lah
pandai mambaco. No
pandai waktu di terapi
nyo, perkembangan ilmu
lainnyo ndak ado.
Misalnyo tambah –
tambah ndak ado do
baraja, o..o..ndak ado
nyo tau do. Tambah,
kurang, kali, bagi, ndak
ado nyo tau waktu tu do.
Taunyo manulis sajo, dek
inyo mambaco pandai, tu
manulis se pandai nyo.”
(N/W1/D36) “Tu guru ndak bitu apo
bana maapoan anak –
anak ko do, sebabnyo
ilmunyo dibidang tu ndak
ado lo kan? Ibuk
masuakkan lah ka sakola
terapi tu baliak, terapi jo
sakolah tu jo
akademiknyo sakali-
kan?Berhasilnyo disitu,
bisanyo matematik, bisa
nyo bahasa inggris kan?
Bisa nyo mambaco
lancar, a itu tu. Waktu di
apo, waktu di SD P indak
240

do.”
(N/W3/D26) “Kudian setelah sa-
bulan kalua dari SD tu,
wak kaji lo baliak kan? O
ndak bisa wak salahan
urang do, urang ndak,
ndak ado ilmunyo
dibidang itu kan? Tapi
awak yang salah, manga
masuak-kan anak awak
ka situ? Ndak bidangnyo
do, apolai SD P tu anak
– anak nakal kan?”
(N/W3/D13) “Ondeh yo Tuhan, baa Responden pernah
ko yo Tuhan? Apo ndak ma-rah dengan Allah
bisa sembuh ko? Apo ka ka-rena merasa tidak
mode iko anak wak Adil telah
salamonyo? Nan jadi memberikannya anak
pikiran tiok hari, tiok yang Autis.
hari. Tiok hari jadi apo
dek ibuk, pikiran. Setelah
diterapi lah mulai
sakolah – sakolah umum,
lai lah taubek hati ibuk
ko, lah mulai nyo
komunikasi, lah mulai
nyo ngecek – ngecek jo
urang, tanyo – tanyo
urang, dulu kan nyo ndak
paduli jo urang do. ”
(N/W3/D47) Proses “Dulu Gaby, ndak Responden merasa
tapikia do dek ibuk baok sedih saat melihat
Depresi anak ko sorang do Gaby, keluarga lain
(Depression) ibuk sorang anak duo, membawa anak jalan-
ndak tapikia do Gaby, jalan di tempat umum.
ndak tapikia dek ibuk Selain itu ia juga
caronyo do. Seiring pernah merasa iri
bajalannyo waktu kini, melihat orang yang
lah acok se ibuk memiliki anak-anak
mambaok anak sorang, normal.
lah ndak pai jo apanyo
lai do, dulu pai apanyo.”
(N/W2/D34) “Tu lah bi ndak buliah
wak putus asa do kan?
Dulu ibuk merasa “ndeh
bilo baok anak mode
urang pai batigo-tigo
raun – raun, yo bana ati
241

ibuk ko, caliak urang


bajalan pai batigo
baranam, bar-ampek
baranak. Awak antah
bilo bisa maajak anak
mode tu tanpa pengawal.
Akhirnyo kejadian tu
dapek (sam-bil mukul
meja) kini bisa ibuk baok
anak.”
(N/W3/D54) “Lai ndak sampai Responden juga
mambuek awak stres, merasa letih saat anak-
sampai awak lupo, ndak anak tidak
ado do, lai ndak do.” menunjukkan per-
kembangan yang
signi-fikan.
(N/W3/D19) “Ibuk kiro nyo ndak kan
bisa sakolah, ndak ka
bisa bagaua jo urang
banyak, pikiran ibuk dulu
Gaby pas sempat putus
asa, sahinggo ibuk
bapikia nyo ikuik
lingkungan terapis –
terapis sajo, ndak kan
bisanyo ka sakolah
umum. Itu sajo pikiran
ibuk dulu, kironyo
nyatonyo seiring
jalannyo waktu bisa nyo
dilapeh di rumah sakola
meskipun dianta japuik,
tapi nyo ndak wak
hunian tinggaan lai do,
bisa nyo.”
(N/W2/D24) U inyo lah pandai Pandangan orang lain
nyabuik mama, lah terhadap
pandai nyabuik papa perkembangan anak
ndeh bahagia bana Isak, yang lambat membuat
lah pandai Nisak responden merasa
bueknyo ngecek. Itu dulu kecewa.
Gaby. Tapi kecek urang,
ma ado barubah? Gitu
juo nyo, kecek urang.
Ibuk ndak peduli, sebab
detik per detik, menit per
menit, jam per jam ibuk
yang mengalami perkem-
242

bangannyo, ndak urang


do, urang sakilehnyo.
Banta dibaok kamari,
sajam dicaliaknyo,ndak
nampak dek urang kan?
Awak tiok hari nampak.”
(N/W2/D43) Proses “Aa..ado perasaan ibuk Dari semua gejala
terkadang mode itu bi, depresi yang
Penerimaan ndee baa dek mode iko dirasakan responden,
(Acceptance) anak? Ko anak awak ko? ia selalu berhasil
Ee satelah wak kan untuk bangkit dari
banyak mancaliak urang keterpurukan.
lain, banyak mancaliak Responden mengatasi
labiah parah anaknyo, keterpurukan dengan
disitu wak taapo, harus cara membuka diri
ado raso bersyukur, anak dengan semua orang
awak ko ndak mode dan terus memberikan
urang bana do, anak terapi dan perawatan
urang ado nan labiah yang terbaik untuk
parah lai, kasitu wak anak-anak. Hal lain
maraso ambiak Gaby, yang dilakukan res-
soalnyo awak kan ponden untuk
maraso kakurangan meredam perasaan
taruih, maraso wak sedih adalah
paliang susah, maraso mensyukuri apa yang
anak awak paliang pay.. telah ditakdirkan
payah. Nyatonyo pas Allah untuk dirinya.
ibuk mancaliak anak buk
Teti ndak bisa manga –
manga kan? Lalok se, a
disitu ibuk raso syukur
ibuk tibo. Nah disitu ibuk
bisa bagaya – gayakan,
bisa ibuk pakaian baju
nan ancak – ancak kan?
Anak urang yo ancak,
tapi ndak bisa dibaok
main, nah disitu lah ibuk
bisa ma apo. Jadi ndak
paralu awak menderita
taruih.. ma..
ma..ma..marotok
kakurangan se taruih do,
kan sampai bilo awak
maratok kakurangan
taruih? Nyo kakurangan
se beko nan diagiah
Tuhan. Nah disitulah
243

Isak danga pe-ngajian


kan?” (N/W2/D42).
(N/W2/D44). “Ndak, sabalun SMP,
SD. Lah ibuk caliak tu
anak – anak urang
banyak nan parah –
parah lai. Ibuk bersyukur
se nyo Gaby pas oo
anu..oo pas ado
perkembangan saketek,
ibuk langsuang bahagia
kan? Langsuang ibuk
carito di kantua, urang
ko paliang oo galak –
galak ko nyo ha, tu ibuk
bangga – banggaan tu,
Isak bangga –
banggaan.”
(N/W2/D26) “Tulah babahayonyo
anak Autis ko ha, dima
ka babaok hati – hati
bana, dek inyo alun tau
bahayo a. Tulah dek
kompleksnyo anak autis
ko bi. Tapi ibuk ndak
pikian itu do bi, kini
bahagia jo ibuk dengan
perkembangan yang ado
kini ko, bialah alun
sarupo jo anak lain, tapi
ibuk lah maanggap nyo
sarupo na. Mode tulah
nan ibuk rasoan bi,
walaupun nyo ndak mode
anak urang lain
hebatnyo, tapi saketek
sajo nyo ibuk puji.
Bagus, Ana pintar! Nyo
anak Autis ko butuh
pujian ko, bia nyo tibo
semangatnyo, maraso
dihargai. Saketek se nyo,
ibuk kecekan nyo pintar.
Oh bagus anak mama
yo?O pintar yo, anak
gadis cantik yo? Cantik
jelita, ba bituan tu mah.
Bakecean, Ani jelek yo?
244

Tidak! Cantik jelita.


Cantik apa? Cantik
jelita! Jan dikecekan
jelek, tidak! Tidak!
Cantk, cantik jelita.”

Kesimpulan Proses Penerimaan Diri

Proses penerimaan diri adalah tahapan berantai yang harus dilalui individu

hingga akhirnya dapat menerima hal-hal yang menjadi bagian dari hidupnya. Pada

kasus ini, responden memiliki anak kembar dengan diagnosa autis. Responden

sudah melewati masa-masa menolak dan menghindar akan diagnosis autis pada

anaknya. Responden berusaha mencari second opinion dengan dokter dan orang-

orang yang ia temui.

Setelah melewati masa-masa penolakan, responden mulai fokus

menemukan solusi agar anak-anak dapat berkembang optimal. Semua informasi

mengenai cara mengoptimalkan perkembangan anak autis mulai dilakukan oleh

responden. Responden mencari terapis khusus autis, mau belajar dengan terapis

anak untuk diterapkan di rumah, dan melakukan diet khusus untuk anak-anak.

Selama proses menolak dan bergaining, responden mengalami perasaan

marah, kecewa, takut, dan tidak berdaya. Repsonden membandingkan dirinya dan

keluarga lain yang dapat hidup normal. Namun semua itu dapat diredam dengan

cara membuka diri, terlibat aktif dalam perkumpulan orangtua yang memiliki

anak dengan autis, serta kegiatan sosial lainnya. Proses inilah yang membuat

responden akhirnya sampai pada titik menerima atas apa yang terjadi dalam

dirinya. Responden sampai pada titik bersyukur memiliki anak-anak autis. Ia

berhasil menemukan dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki anak-anak.


245

LAMPIRAN 8

Kesimpulan dari Peneliti terhadap Hasil Analisa Interpreter

Berdasarkan hasil dari kesimpulan peneliti pada BAB V dengan

membandingkan pula dengan kesimpulan yang dilakukan oleh interpreter,

terdapat beberapa perbedaan pandangan peneliti dan interpreter. Perbedaan

pertama yaitu menurut pandangan peneliti, subjek melewati hanya 4 proses

penerimaan diri saja yaitu penolakan, marah, depresi dan penerimaan. Sedangkan

menurut interpreter, subjek melewati semua proses penerimaan seperti penolakan,

penawaran, marah, depresi dan penerimaan.

Perbedaan kedua yaitu proses subjek mendapatkan motivasi dari siaran

TV, majalah tentang anak Autis dan dari orangtua anak penyandang Autis,

termasuk pada faktor Inspirasi yang terdapat pada tahap penerimaan. Akan tetapi

menurut pandangan interpreter, termasuk pada bagian proses penawaran.

Perbedaan ketiga yaitu interpreter menganalisa bahwa subjek telah

mencapai tingkat kebersyukuran, karena subjek meredam perasaan sedihnya

dengan cara mensyukuri takdir yang telah Allah berikan untuk diri subjek.

Sedangkan hasil analisa peneliti, subjek baru menuju tahap penerimaan diri

karena kesedihan dan tangisan subjek hingga saat ini masih datang secara tak

menentu.
246

LAMPIRAN 9

Triangulasi Teknik dengan Kuesioner

A. Skor Skala Keseluruhan Total skor skala penerimaan diri

No. Skor No. Skor subjek adalah 122 (tinggi)


1. 2 30. 3
2. 3 31. 4 Kategori Tingkatan
3. 2 32. 2 Lebih dari 136,5 Sangat tinggi
4. 3 33. 2
5. 3 34. 3 115, 5 – 136,5 Tinggi
6. 3 35. 3 – 115,5 Sedang
7. 3 36. 3 73,5 – 94,5 Rendah
8. 3 37. 3
Dibawah 73,5 Sangat rendah
9. 3 38. 3
10. 3 39. 3
11. 3 40. 3
12. 4 41. 3
13. 3 42. 3
14. 3 43. 3
15. 2 44. 3
16. 3 45. 3
17. 3 46. 3
18. 3 47. 3
19. 3 48. 3
20. 3 49. 2
21. 3 50. 3
Total 122
247

B. Statistik Skala

1. Reliabilitas item

Item valid mempunyai koefisien validitas corrected item-total correlation

bergerak dari 0,309 - 0,752 dan koefisien reliabilitas alpha = 0,913.

2. Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas pada variabel penerimaan diri diperoleh

nilai Kolmogorov-Smirnov Z = 0,692; signifikansi (p) = 0,725; (p> 0,05). Hasil

tersebut menunjukkan bahwa sebaran data variabel penerimaan diri memenuhi

distribusi normal.

3. Kategorisasi

Berdasarkan hasil analisis diketahui variabel penerimaan diri mempunyai


data sebagai berikut :

Minimal skor : 42 item x 1 = 42

Maksimal skor: 42 item x 4 = 168

Rata – rata skor :(42 + 168) / 2 = 105

Standar Deviasi : (168 – 42) / 6 = 126 / 6 = 21

Jadi, rentang skor yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

Rumus Kategori Skala Keterangan

( )
Sangat tinggi

Diatas 136, 5
Tinggi
248

( ) ( )
115, 5 < ≤ 136, 5
Antara 115, 5 – 136,5

( ) ( )
Sedang
< ≤ 115, 5
Antara – 115,5

( ) ( )
Rendah

Antara –

( )
Sangat rendah

Dibawah 73, 5
249

PETUNJUK PENGISIAN

Pada bagian ini Anda diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau

ceklis (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda. Semua

jawaban adalah benar dan tidak ada jawaban yang salah. Karena Jawaban yang

benar adalah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda.

Untuk setiap pernyataan disediakan 4 (empat) pilihan jawaban, yaitu :

SS : SANGAT SETUJU

S : SETUJU

TS : TIDAK SETUJU

STS : SANGAT TIDAK SETUJU

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya puas dengan penampilan saat ini miliki. √

atau

No Pernyataan SS S TS STS

Saya puas dengan penampilan yang saya


1. X
miliki.

Apabila Anda merasa kalau pernyataan diatas “Sangat Setuju” dengan diri

Anda, maka Anda dapat memberi tanda (X) atau (√) pada kolom “SS”. Bila

pernyataan “Setuju” dengan diri Anda, maka berilah tanda silang (X) atau (√)

pada kolom “S”. Bila pernyataan “Tidak Setuju” dengan diri Anda, maka berilah

tanda silang (X) atau (√) pada kolom “TS”, demikian seterusnya.
250

SKALA PENERIMAAN DIRI

PILIHAN
NO. PERNYATAAN
SS S TS STS
Saya menjadi andalan dalam
menyelesaikan setiap pekerjaan di kantor
1. √
meskipun memiliki anak yang mengidap
Autis normal.
Saya mampu menjalin komunikasi
2. dengan baik hanya dengan orangtua anak √
penyandang Autis.
Saya yakin mendapatkan kesan yang baik
3. √
dari lingkungan sekitar.
Saya dikucilkan oleh orang lain disekitar
4. √
lingkungan rumah.
Saya bersabar dengan segala kekurangan
5. √
yang dimiliki oleh anak.
Saya mengabaikan perkembangan anak
6. √
selama di sekolah dan ditempat terapi.
Saya sederajat di hadapan orang lain yang
7. √
memiliki anak normal.
Saya malu jika bergaul dengan orangtua
8. √
anak normal yang berprestasi.
9. Saya mampu melatih kemandirian anak. √
Lingkungan sekitar membicarakan hal-
10. √
hal negatif tentang saya.
Saya dapat menangani setiap masalah
11. √
yang dihadapi.
Selama ini saya direndahkan oleh
12. √
orangtua dari anak yang normal.
251

Saya menyelesaikan setiap amanah


13. √
sebagai ibu dengan rasa tanggung jawab.
Saya mampu menghadapi situasi yang
14. sulit dalam melewati hari – hari bersama √
anak.
Saya mudah menerima pendapat orang
15. √
lain.
Saya dapat memecahkan setiap persoalan
16. √
hidup yang dihadapi.
Saya mengisi waktu senggang untuk
17. melakukan aktivitas yang berkualitas bagi √
perkembangan anak.
Saya seperti orangtua yang lemah karena
18. √
memiliki anak penyandang Autis.
Saya rajin mencari informasi mengenai
19. anak Autis untuk menambah wawasan √
mengenai perkembangan anak.
Saya menolak untuk mencari ide-ide
20. kreatif lain demi meningkatkan √
perkembangan anak.
Saya kalah bersaing dengan orangtua dari
21. anak yang normal dalam mencapai √
kesuksesan hidup.
Saya mampu mengembangkan segala
22. √
potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Saya menyadari bahwa setiap orang
23. √
memiliki kekurangan masing-masing.
Ketika sedang sendiri, saya sering
24. memikirkan masa depan yang suram √
karena memiliki anak yang Autis.
252

Saya terhambat dalam mengembangkan


25. √
segala bakat dan keahlian yang dimiliki.
Saya mengajarkan kemandirian kepada
26. anak meskipun menyandang gangguan √
Autis.
Saya menyesali kondisi anak yang
27. √
menyandang gangguan Autis.
Saya menerima setiap kritikan yang
28. √
diberikan orang lain.
Saya langsung tersinggung ketika orang
29. lain terus menanyakan kondisi anak √
dengan sinis.
Saya mampu mengendalikan amarah
30. √
dalam menghadapi perilaku anak
Saya melemparkan kesalahan yang
31. √
dilakukan anak kepada orang lain.
Saya senang dengan perkembangan anak
32. √
saat ini.
Saya marah jika orang lain menolak
33. √
untuk memaklumi kondisi anak.
Saya mampu mengendalikan amarah
34. √
dalam menghadapi perilaku negatif anak.
Saya mudah mencemaskan
35. √
perkembangan anak yang lamban.
Saya membangga – banggakan segala
36. potensi dan prestasi anak kepada siapa √
saja.
Saya langsung memarahi anak ketika
37. √
melakukan kesalahan.
38. Hingga saat ini saya terus menjalin √
253

komunikasi dengan pihak sekolah dan


terapis anak – anak.
Saya mengabaikan segala kritikan orang
39. lain mengenai perbuatan buruk yang √
dilakukan anak.
Saya mencari informasi tentang
40. perkembangan anak dengan pihak √
sekolah dan terapis.
Saya rendah diri ketika orangtua
41. membangga – banggakan prestasi yang √
diraih anaknya.
Pujian yang diberikan orang lain hanya
42. √
untuk menghibur hati saya.
LAMPIRAN 12

FOTO KTP SUBJEK DAN INFORMAN PENELITIAN

SUBJEK PENELITIAN

INFORMAN 1 INFORMAN 2

Anda mungkin juga menyukai