Dosen Pembimbing
Dr. Wisjnu Martani SU
Disusun oleh :
Erlyani Fachrosi
13/356716/PPS/2816
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang
Pendidikan Universitas Gadjah Mada.
Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SMA
Kolese De Britto, kepada Bapak Kepala Sekolah Ag. Prih Adiartanto, S.Pd.,
M.Ed., atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SMA
ini, kepada ibu B.M. Titisari Isdwiputranti, S.Pd selaku Supervisor Lapangan
yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP, serta
room, frater, guru kelas, dan pihak lain yang telah memberikan bantuannya untuk
melancarkan kegiatan PKPP selama di sekolah.
i
RAHASIA
Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada klien dan
keluarga yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini. Akhir kata,
penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk
dunia pendidikan, khususnya remaja.
Penulis
ii
RAHASIA
DAFTAR ISI
I. IDENTITAS ........................................................................................... 1
A. Identitas Klien ................................................................................... 1
B. Identitas Keluarga .............................................................................. 1
II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN .................. 1
III. ASESMEN .............................................................................................. 2
A. Tujuan Asesmen ................................................................................ 2
B. Prosedur Asesmen ............................................................................. 2
C. Hasil Asesmen ................................................................................... 4
1. Hasil Observasi ............................................................................ 4
2. Hasil Wawancara ......................................................................... 6
3. Hasil Tes Psikologi ...................................................................... 12
4. Dokumentasi ............................................................................... 14
D. Integrasi Data..................................................................................... 16
IV. DINAMIKA PSIKOLOGI .................................................................... 17
A. Riwayat Kasus ................................................................................... 17
B. Dinamika Kasus ................................................................................ 19
C. Penegakan Diagnosa .......................................................................... 23
D. Prognosis ........................................................................................... 23
V. INTERVENSI ....................................................................................... 24
A. Tujuan Intervensi .............................................................................. 24
B. Rancangan Intervensi ...................................................................... 24
1. Penetapan baseline ...................................................................... 24
2. Evidence Based ............................................................................ 25
3. Prosedur Intervensi ..................................................................... 26
C. Pelaksanaan Intervensi ..................................................................... 28
D. Hasil Intervensi ................................................................................. 35
1. Perubahan ABC .......................................................................... 35
2. Perubahan perilaku ..................................................................... 35
3. Perubahan pada diri target intervensi .......................................... 36
iii
RAHASIA
iv
RAHASIA
I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
Nama : ASTE
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan kelahiran : Ke 4 dari 4 bersaudara
Status : Anak kandung
Agama : Kristen
Suku : Jawa Papua
Pendidikan : SMA kelas X
Alamat : Celebon, Yogyakarta
B. Identitas Keluarga
Tabel 1. Identitas Keluarga
Keterangan Ayah Ibu Kakak Kakak Kakak
(Alm)
Nama EE PL FE YE FE
Jenis Klmn Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
Usia 54 tahun 54 tahun
Status Kandung Kandung Tiri Tiri Tiri
Agama Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen
Suku Papua Jawa Papua Papua Papua
Pendidikan S1 SMA S1 mahasiswa S1
Pekerjaan PNS Ibu rumah PNS - Dokter
tangga
Alamat Wamena, Celebon, Wamena, Wamena, Wamena,
Papua Yogyakarta Papua Papua Papua
1
RAHASIA
III. ASESMEN
A. Tujuan Asesmen
Tujuan dari asesmen yang dilakukan adalah mendapatkan data yang
akurat untuk menegakkan diagnosa dan menyimpulkan permasalahan yang
dihadapi klien.
B. Prosedur Asesmen
Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
No Aspek yang Diases Metode Sasaran Pelaksanaan Tempat
1. Kognitif
Riwayat akademik Dokumentasi: Sekolah 7 Okt 2014 Ruang BK
Rapor SMP
dan Nilai UN
Wawancara Klien, Wali 11,20,22,23 Ruang BK,
semi kelas, Guru Okt 2014 Kelas X-1
terstruktur
Kemampuan Wawancara Klien, wali 20, 22, 23 Okt Ruang BK,
kognitif semi kelas, guru 2014 Kelas X-1
terstruktur PPL, guru 3 Nov 2014
matematika
Dokumentasi: Sekolah 22 Okt 2014 Sekolah
Rapor Mid
Test
Dokumentasi: Sekolah 22 Okt 2014 Ruang BK
HPP Bakat
2
RAHASIA
2. Emosi
Pengalaman Wawancara Klien, 7,11, 22, 30 Ruang BK,
kekhawatiran semi teman SMP Okt 2014 Kelas X-1
pelajaran terstruktur
Matematika di SMP
Respon emosi saat Wawancara Klien, 11, 22 Okt Ruang BK,
kesulitan/gagal semi teman 2014 Kelas X-1
dalam matematika terstruktur sekelas 26, 28 Nov
2014
Gambaran motivasi Wawancara Klien, Guru 20, 22, 23 Okt Ruang BK,
belajar matematika semi PPL, guru 2014 Kelas X-1
di SMP dan SMA terstruktur Matematika 3,4, 20 Nov
2014
Kondisi emosi Tes grafis Klien 28 Oktober Kelas
2014
3. Sosial
Interaksi klien Wawancara Klien, Guru 11,20,22,23 Ruang BK,
dengan guru semi Matematika Okt 2014 Kelas
Matematika di SMP terstruktur 3 Nov 2014
& SMA
Interaksi klien Wawancara Klien, Wali 20,22,23 Ruang BK,
dengan teman semi kelas, Guru Oktober 2014 Kelas
berkaitan kompetisi terstruktur PPL, big 26 & 28 Nov
akademik di SMA brother, 17 Des 2014
teman
Dinamika klien Observasi Klien dan 4-5 Okt 2014 Kaliurang
dengan teman- event sampling Teman-
teman di kelas X (anedoctal teman
record
Interaksi klien Observasi Klien dan 11 Nov 2014 Sekolah
dalam konteks event sampling teman
ekstrakulikuler (anedoctal
record)
4. Perilaku
Gambaran perilaku Observasi Klien dan 7 Oktober Halaman
belajar klien saat event Teman 2014 Sekolah
mata pelajaran sampling:
Matematika pengerjaan
tugas
matematika
3
RAHASIA
(anecdoctal
record)
Pelajaran Guru, klien 24 Nov 2014 Kelas
Matematika
Wawancara Klien, guru 20,22,23 Ruang BK
semi Matematika Oktober 2014
terstruktur SMA, guru 4 November
PPL
Gambaran perilaku Wawancara Klien 22 Okt 2014 Kelas
belajar klien di luar semi Teman
mata pelajaran terstruktur
Matematika
Perilaku Wawancara Klien 22 Okt 2014 Kelas
ketidakpercayaan semi Teman 26 28 Nov Ruang BK
diri saat terstruktur Klien 2014
Matematika
Pola dan frekuensi Wawancara Klien 11, 20, 22 Okt Sekolah
belajar klien di semi 2014
rumah terstruktur
5. Pola asuh dan Wawancara Klien 22 Oktober Kelas
dukungan orang tua semi Ibu 2014
terstruktur
6. Perencanaan karir Wawancara Klien 11 Okt 2014 Ruang BK
klien semi
terstruktur
C. Hasil Asesmen
a. Hasil Observasi
1) Observasi pengerjaan tugas matematika
Klien mengerjakan tugas matematika bersama dengan teman-temannya.
Klien membawa pekerjaan yang telah berisi beberapa soal yang mampu
dijawab sendiri. Namun beberapa soal dari 24 soal yang lain masih kosong.
Teman klien yang berada dengan cepat memindahkan jawaban dari laporan
temannya yang telah selesai. Klien juga ikut melihat jawaban yang telah
dikerjakan teman lainnya. Klien mengerjakan tugas tersevut lebih lambat
dibandingkan teman-temannya. Satu per satu teman klien mulai selesai
mengerjakan laporan, hanya klien yang belum menyelesaikan tugasnya. Klien
mengerjakan secara perlahan sambil mencoba untuk memahami jawabannya.
Saat klien masih mengerjakan tugas, teman-teman mendatangi klien dan
4
RAHASIA
5
RAHASIA
6
RAHASIA
7
RAHASIA
Matematika. Klien berpikir “kalau aku bertanya guru akan menilaiku bodoh”.
Pemikiran ini selalu muncul setiap pelajaran Matematika sehingga klien
enggan untuk bertanya.
Pada dasarnya klien merupakan orang yang percaya diri, namun untuk
urusan pelajar Matematika klien merasa kurang yakin dengan hasil yang akan
didapat. Harapan klien untuk bisa menembus peringkat lima besar di kelas
disertai keraguan dikarenakan Matematika merupakan pelajaran pokok di
MIA. Saat penerimaan rapor mid semester ini, teman-teman sekelas klien
merasa aneh dengan nilai matematika klien yang paling jelek. Klien
mendengar dari teman-temannya bahwa klien termasuk anak yang pintar di
kelas mereka dan tidak menyangka untuk nilai mata pelajaran Matematika
tidak tuntas.
2) Wawancara Wali kelas klien
Klien dikenal sebagai anak yang aktif bertanya serta suka bicara di
kelasnya. Pembicaraan klien di kelas tidak begitu mengganggu karena masih
relevan dengan materi yang diajarkan guru. Wali kelas klien yang juga
mengampu mata pelajaran Fisika, tidak menyangka bahwa klien takut dengan
pelajaran matematika. Selama kelas Fisika, klien termasuk anak yang aktif
bertanya, klien juga dapat memahami konsep pembelajaran yang diajarkan.
Klien juga tidak pernah melakukan aktivitas di luar dari aturan yang telah
mereka sepakati di kelas. Begitu pula penilaian dari guru lain, tidak ada
pengaduan berkaitan dengan tingkah laku klien. Semangat belajar klien saat
kelas Fisika terlihat dari rasa ketertarikan yang ditunjukkan klien dengan cara
mendengarkan secara saksama dan juga bertanya kepada guru ketika tidak
paham dengan konsep yang diajarkan.
3) Wawancara guru PPL Matematika
Selama latihan pengajaran di kelas, guru PPL melihat klien termasuk anak
yang memiliki potensi di bidang Matematika. Ketidakpahaman klien dengan
materi Matematika dikarenakan penguasaan yang kurang terhadap
pengetahuan sebelumnya. Klien pernah kebingungan saat diberikan soal
latihan matematika. Saat itu klien tidak berinisiatif untuk bertanya, sehingga
8
RAHASIA
9
RAHASIA
10
RAHASIA
soal matematika klien lebih sering bertanya kepada teman-teman yang pintar
di kelas. Namun jika sudah tidak mengerti dengan penjelasan teman klien
enggan untuk bertanya dengan guru. Klien termasuk anak suka bicara di
kelas, sehingga mudah memiliki banyak teman. Klien termasuk anak yang
rajin bertanya langsung ke guru untuk pelajaran lain dan termasuk anak yang
pintar. Hanya saja nilai-nilai pelajaran matematika klien tidak begitu bagus.
7) Wawancara Big Brother
Big Brother menyatakan klien menyampaikan kegundahan untuk
mengatur waktu belajar saat di SMA yang dirasa berbeda ketika di SMP.
Euforia klien yang bisa diterima di sekolah ini dibarengi dengan kecemasan
tuntutan akademik yang tinggi. Klien tidak banyak menceritakan
permasalahan pribadinya. Klien lebih meminta tips untuk dapat mengatur
waktu antara mengerjakan tugas, aktivitas ekskul dan waktu bermain. Selama
berinteraksi dengan klien dalam aktivitas ekstrakulikuler, klien termasuk anak
yang mampu mengerjakan sesuatu yang diinstruksikan tanpa mengeluh.
Hubungan klien terhadap orang lain dinilai baik klien termasuk anak yang
mampu berinteraksi dengan siapapun.
8) Wawancara ibu klien
Ibu mengetahui mengenai kelemahan klien di bidang Matematika. Hal ini
diketahui ibu dari klien sendiri yang menceritakan pengalaman buruknya
sewaktu di SMP karena melihat teman yang nakal dibawa guru ke kelas 1
SMP jika mereka tidak mampu mengerjakan soal matematika kelas 2. Ibu
merasa heran dengan hasil belajar klien selama ini. Ibu memperhatikan dari
rapor klien bahwa nilai mata pelajaran matematika menjadi satu-satunya
pelajaran yang mendapatkan nilai jelek. Oleh karena itu ibu menyetujui
keinginan klien untuk les privat Matematika di rumah. Klien sendiri termasuk
anak yang rajin di rumah, ia selalu mengerjakan PR nya sampai larut malam
jika sore hari pergi keluar rumah. Semenjak SMA klien memang sering
pulang malam dengan alasan ektrakulikuler, kepanitiaan, tugas kelompok dan
bermain dengan teman. Sehingga mengerjakan PR menjadi larut malam dan
tak jarang pagi hari klien bangun terlambat.
11
RAHASIA
12
RAHASIA
13
RAHASIA
14
RAHASIA
15
RAHASIA
Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan A A- B
10. Spiritualitas Ignatian - - -
11. Pengembangan Diri - - -
Kelompok C
12. Antropologi B B B
13. Bahasa Jerman 93(A-) 90(A-) 92(SB)
14. Biologi 77(B-) 80(B) 85(B)
15. Fisika 83(B) 77(B-) 75(B-)
16. Kimia 93(A-) 88(B+) 94(SB)
17. Geografi 89(B+) 96(A) 93(SB)
18. Ekonomi 96(A) 99(A) 99(SB)
19. Sosiologi 84(B) 88(B+) 88(B)
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran klien yang
mendapatkan nilai terendah dan di bawah KKM hanya di pelajaran
Matematika.
5) Hasil Pemeriksaan Psikologi
Hasil pemeriksaan psikologi yang dilakukan 14 Agustus 2014, dalam hal
pemeriksaan potensi akademik kesesuaian program studi dari P2TKP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Kualifikasi umum kategori cukup.
Tabel 8. Kualifikasi Tes Klien
Jenis Tes Kualifikasi
Tanggapan Ruang (TR) Ragu-ragu
Berpikir Abstrak (BA) Lebih dari Cukup
Penalaran Mekanik (PM) Cukup
Kemampuan Numerik (KN) Tidak Cukup
Berpikir Verbal (BV) Tinggi
Perbendaharaan Kata (VOK) Cukup plus
D. Integrasi Data
1. Kognitif
Klien memiliki potensi intelektual yang baik, hal ini menunjukkan
klien mampu dalam menangkap maupun memahami informasi. Potensi ini
didukung dengan hasil belajar klien secara umum yang berada di kategori
baik. Hasil belajar klien di bidang Matematika cenderung rendah. Klien
mampu untuk melakukan perhitungan sederhana namun kesulitan untuk
menyelesaikan hitungan dengan operasi kompleks. Klien kerap memiliki
16
RAHASIA
17
RAHASIA
18
RAHASIA
guru bidang studi memiliki kesamaan dengan gurunya saat di kelas VIII.
Klien merasa kurang yakin untuk berhasil di bidang Matematika.
B. Dinamika Kasus
Kondisi klien yang mudah cemas dan khawatir akan keberhasilannya di
bidang Matematika untuk di SMA ini. Klien merasa ragu-ragu ketika
menjawab pertanyaan saat ujian Matematika. Klien menjadi terlalu lama
mengerjakan dan beberapa soal tidak selesai dikerjakan. Menurut Kring,
Johnson, Davidson, & Neale (2010) menyatakan bahwa kecemasan
merupakan keprihatian yang berlebihan terhadap antisipasi suatu masalah
karena adanya ancaman terhadap masa depan yang muncul sehingga
menimbulkan konflik dalam diri individu.
Menurut Bandura (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor individual dan
lingkungan tidaklah berfungsi sebagai determinan yang independen
melainkan saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor kondisi individu klien
dengan taraf inteligensi rata-rata namun memiliki konsep numerik rendah
serta konsep berpikir matematis dan pemecahan masalah dengan hitungan
yang rendah. Sedangkan faktor lingkungan dimana klien pernah memiliki
pengalaman buruk dengan guru dan nilai-nilai matematika tidak memuaskan.
Interaksi kedua faktor ini membentuk harapan-harapan yang memberi
kemampuan pada individu untuk memprediksi hasil dari perilakunya (Alsa,
2005)
Berdasarkan teori kognitif sosial (Bandura dalam Spiegler & Guevremont,
2010) yang membenarkan gagasan behavioral dimana konsekuensi respon
mengatarai perilaku dan mendukung bahwa perilaku secara luas diproses
secara kognitif. Bandura menekankan pada pentingnya peran dari kognisi
(seperti pemikiran, bayangan, dan harapan) memainkan fungsi psikologis
dalam perkembangan. Pemikiran otomatis pada diri klien sebagai pikiran
negatif (faulty thinking) ketika mengevaluasi kemampuan diri saat
menghadapi evaluasi matematika.
Jenis pemikiran catastrophizing dimana klien memprediksikan masa
depan secara negatif dan mempercayai bahwa keadaan akan menjadi buruk
19
RAHASIA
(Wilding & Milne, 2008). Selain itu klien juga memiliki pemikiran negatif
terhadap guru akan melabelnya bodoh ketika dia terlalu banyak di kelas. Hal
ini menunjukkan tipe pikiran negatif klien yang mind reader. Sehingga
pemikiran seperti ini termanifestasi terhadap rasa kepercayaan diri klien
terhadap kesuksesannya di pelajaran Matematika. Klien pun melabel
matematika sebagai pelajaran yang sulit, ia merasa sebesar apapun usahanya
belajar akan mendapatkan hasil yang selalu jelek.
Keyakinan klien terhadap kesuksesannya terhadap pelajaran matematika
mengarah kepada efikasi diri. Efikasi diri menurut Bandura (1997)
merupakan hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan
dirinya dalam mengerjakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri tidak berkaitan dengan
kecakapan yang dimiliki melainkan berkaitan dengan keyakinan individu
mengenai hal yang dapat dilakukan dengan potensi kecakapan yang dimiliki.
Walaupun klien memiliki kemampuan numerik, berpikir konsep matematis
dan berhitung yang rendah, klien merasa pesimis sehingga cenderung tidak
mengoptimalkan kemampuannya akibat keyakinan yang selalu berpikir akan
gagal di Matematika.
Pajares & Kranzler (1995) menggambarkan bahwa efikasi diri
matematika sebagai penilaian situasional keyakinan individu tentang dirinya
atau kemampuannya agar berhasil melakukan atau menyelesaikan tugas
matematika atau suatu masalah tertentu. Menurut Bandura (1997)
menyatakan bahwa efikasi diri pada setiap indvidu berkembang dari
pencapaian akan kemampuan dan pengalamanan tertentu secara terus
menerus. Pengalaman akan kegagalan dapat mengurangi usaha-usaha tertentu
sehingga melemahkan motivasi pada diri seseorang dalam melewati
hambatan-hambatan sulit yang seharus bisa dilalui dengan usaha secara terus
menerus.
Pengalaman klien saat SMP yang dimana klien selalu disuruh
mengerjakan soal matematika di depan kelas karena dianggap sebagai siswa
20
RAHASIA
21
RAHASIA
DINAMIKA KASUS
Perilaku
22
RAHASIA
C. Penegakan Diagnosa
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan, maka dapat melakukan
perbandingan dengan kriteria level efikasi diri menurut teori Bandura (1997):
Tabel 9. Penegakan Diagnosa
Kriteria level efikasi diri Kemunculan pada klien Checklist
Level Klien cenderung menghindari diri √
Apabila individu dihadapkan dari keaktifan selama di kelas
tugas yang disusun menurut pelajaran Matematika seperti ikut
tingkat kesulitan, maka berpartisipasi menjawab soal latihan
individu memungkinkan pada di depan kelas. Klien cenderung
tugas-tugas yang mudah. Jika menghindar bertanya langsung ke
tugas sulit individu cenderung guru.
menghindar karena merasa
memiliki kemampuan yang
kurang
Strength Klien yakin bahwa usaha keras yang √
Keyaninan atau pengharapan dilakukan di bidang Matematika
individu mengenai selalu mendapatkan hasil yang
kemampuannya dimana rendah dibandingkan mengusahakan
harapan yang melemah belajar di mata pelajaran lain yang
menggoyahkan individu dalam diyakini mampu mendapatkan hasil
berusaha yang memuaskan
Generalisasi Klien merasa pesimis dengan √
Keyakinan individu terhadap pelajaran Matematika. Generalisasi
kemampuan dirinya yang klien terhadap Matematika adalah
terbatas pada aktivitas dan pelajaran yang susah.
situasi tertentu
Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klien
memiliki efikasi diri yang rendah dalam bidang matematika.
D. Prognosis
Berikut ini merupakan table kekuatan dan kelemahan internal maupun
eksternal yang digunakan untuk melihat prognosis klien:
Tabel 10. Prognosis
Faktor Pendukung Penghambat
Internal Memiliki kemampuan intelektual Kepribadian klien mudah cemas,
yang cukup baik reaktif merasa tidak mampu jika
Memiliki keinginan untuk dinilai buruk oleh orang lain
berubah
Memiliki kemauan untuk
mengikuti pendampingan
23
RAHASIA
V. INTERVENSI
A. Tujuan Intervensi
Intervensi dilakukan dengan fokus tujuan yaitu memperbaiki cara berpikir
klien mengenai kekhawatirannya terhadap pelajaran Matematika sehingga
dapat lebih aktif di kelas.
B. Rancangan Intervensi
1. Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dapat diformulasikan sebagai berikut melalui analisa fungsi
permasalahan model ABC menurut Ellis (dalam Corey, 1996):
Tabel 11. Analisa Fungsi Permasalahan ABC
A (Activating Event / Peristiwa) Saat tidak paham pelajaran Matematika
wajib di kelas
B (Belief/Keyakinan) “Matematika itu susah”
“Guru akan menilaiku bodoh jika
kebanyakan nanya”
“Belajar sekeras apapun nilai juga segitu
aja”
C (Consequence/Konsekuensi) Emosi:
- Deg-degan
- Takut jika tiba-tiba ditanya
- Cemas ketika ujian akan diadakan
Perilaku:
- Tidak aktif berpartisipasi di kelas
seperti bertanya atau menjawab
pertanyaan guru
Sehingga baseline dari kasus ini adalah
24
RAHASIA
Pemikiran berulang mengenai akan gagal dan guru akan menilai klien bodoh
saat pelajaran Matematika yang menyebabkan klien tidak aktif berpartisipasi di
kelas
2. Evidence Based
Berdasarkan penelitian Keshi & Basavarajappa (2013) bahwa intervensi
dengan Cognitive Behavioral Therapy pada siswa SMA berfokus untuk
menolong siswa memahami pola pikir yang mempengaruhi perilaku, bagaimana
mengontrol pikiran tersebut, dan mengaplikasikan intervensi untuk mendapatkan
perubahan. Menurut Kumar & Sebastian (2011) menunjukkan bahwa CBT efektif
untuk meningkatkan efikasi diri dan prestasi akademik pada remaja. Sesi CBT
dapat dilakukan meliputi :
Tabel 12. Sesi CBT
Sesi Keterangan
Efikasi diri Klien diberikan pengetahuan mengenai efikasi diri dan
pengaruhnya terhadap prestasi akademik
Relaxation Klien diajarkan untuk mampu relaks dengan cara memandu
training latihan pernafasan dan membayangkan
Pola pikir Klien diajak untuk mengidentifikasi pikiran otomatis,
keyakinan utama, dan bias kognitif yang ada di dirinya dan
mengerjakan tugas rumah untuk mengidentifikasi pikiran
negatif yang muncul otomatis untuk direview sesi
selanjutnya
Cognitive Klien menguraikan pikiran negatif yang otomatis muncul
Intervention: dan pernyataan diri negatif yang memunculkan efikasi diri.
Cogntive Klien diminta untuk mencatat apa yang mereka katakan pada
Restructuring situasi tertentu sebelum dan sesudahnya.
Role play Klien dilatih untuk mengubah pikiran/pernyataan diri yang
negatif menjadi lebih positif melalui role play. Klien
diberikan tugas rumah untuk menganalisa pikiran tidak
masuk akal mereka
Reality testing Klien dihadapkan dengan pertanyaan Socratic untuk
melawan pemikiran negatifnya melalui pertanyaan-
pertanyaan.
Coping Skill Berdasarkan hasil identifikasi terhadap situasi permasalahan,
klien diajarakan untuk mengatasi permasalahan melalui
brainstorming terhadap solusi praktis dan pada akhirnya
merencanakan tindakan untuk masa mendatang
Evaluasi Klien mengevalusi keseluruhan proses terapi dan
menyimpulkannya
25
RAHASIA
3. Prosedur Intervensi
a. Klien
Waktu : 8 kali pertemuan x 60 menit
Tujuan :
1) Membantu klien dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki
2) Membantu klien dalam mengidentifikasi atribusi disfungsi
3) Membantu klien untuk merubah atribusi yang disfungsional menjadi
fungsional dengan memberikan feedback
4) Memfasilitasi klien untuk mengembangkan pemikiran alternative
sehingga dapat berperilaku lebih adaptif
5) Melakukan evaluasi atas usaha-usaha yang telah dilakukan
Prosedur :
1) Sesi awal, klien diajak mengenali dirinya sendiri mengenai potensi dan
kesulitannya. Praktikan menjelaskan hasil asesmen sebagai penguatan
untuk mendukung klien dalam melihat kelebihan yang ada di dalam diri
klien. Kemudian klien diberi penguatan untuk melihat sisi sebaliknya
yakni sisi kekurangan klien.
2) Klien diberikan pemahaman mengenai efikasi diri yakni tentang
ketidakyakinan diri klien dalam bidang matematika yang dapat
mempengaruhi hasil belajar klien selama ini.
3) Klien diajak untuk merancang tujuan jangka panjang dan jangka pendek
yang ingin dicapai dalam bidang matematika sehingga mampu memahami
syarat-syarat yang harus diusahakan agar tujuannya tercapai.
4) Klien diajak mengidentifikasi pemikiran-pemikiran yang otomatis muncul
dalam situasi tertentu yang terkait dengan matematika. Praktikan
menjelaskan pengaruh dari proses berpikir klien yang mampu
mempengaruhi perilaku klien dalam belajar matematika.
5) Klien diajarkan cara merilekskan pernafasan sehingga dapat
mempraktikkannya ketika dalam situasi ujian sehingga dapat menurunkan
tingkat kecemasan klien.
26
RAHASIA
27
RAHASIA
28
RAHASIA
29
RAHASIA
30
RAHASIA
dipermalukan.
2. Klien mengidentifikasi seberapa besar keyakinan
tersebut berkontribusi terhadap perilaku klien
selama di pelajaran matematika. Kontribusi
pemikiran klien sebanyak 50-60%.
3. Klien diminta untuk memikirkan pemikiran
alternative yang muncul untuk menghancurkan
pemikiran-pemikiran negatif yang otomatis
muncul
4. Klien menemukan pemikiran-pemikiran baru
berkaitan dengan pengalaman klien di bidang
matematika, klien menyatakan bahwa iya
sebaiknya berpikiran lebih optimis seperti yakin
tuntas, pasti bisa, bahwa wajar dianggap bodoh
makanya perlu belajar. Klien mencoba
menanamkan pemikiran positif tersebut
membuat klien lebih merasa percaya diri.
Sesi 4 Cognitive Tujuan :
24 Restructuring Memfasilitasi klien untuk mengembangkan
Januari (2) pemikiran alternative sehingga dapat berperilaku
2015 lebih adaptif
Deskripsi :
1. Praktikan mengajak klien mereview sesi
sebelumnya mengenai pemikiran-pemikiran
alternative yang telah klien bentuk. Klien
memilih pemikiran alternative yang paling
mungkin diingat dan diterapkan dalam situasi
pelajaran Matematikan
2. Klien diajak untuk mengingat gambaran kejadian
yang mendukung pemikiran negatif klien selama
ini. Klien diajak menemukan alasan dibalik
kejadian buruk saat klien di kelas 8 SMP. Klien
menemukan pemikiran baru bahwa perilaku guru
sengaja untuk menertibkan klien untuk tidak
mengganggu teman lainnya. Kemudian klien
diajak untuk melihat gambaran perilaku guru
SMA klien, menanyakan fakta kejadian yang
tidak realistis dan hanya sebatas pemikiran klien
saja. Bahwa guru matematika di SMA tidak
pernah menghina siswanya di kelas.
3. Pemikiran alternative yang telah dibentuk klien
dicobakan dengan membayangkan kejadian-
kejadian yang mendukung pemikiran tersebut.
Bahwa pemikiran tentang jika dinilai bodoh guru
akan mengajarkan kesulitan yang dihadapi
siswanya.
31
RAHASIA
32
RAHASIA
33
RAHASIA
34
RAHASIA
D. Hasil Intervensi
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil berikut:
1. Perubahan ABC
Tabel 16. Perubahan ABC
A (Activating Event / Peristiwa) Saat pelajaran Matematika wajib di kelas
B (Belief/Keyakinan) “Aku yakin pasti bisa”
“Wajar jika dianggap bodoh, makanya
perlu belajar”
C (Consequence/Konsekuensi) Emosi:
- Sedikit deg-degan
Perilaku:
- Mulai berani duduk di kursi bagian
depan
- Maju ke depan menjawab latihan soal
di papan tulis
2. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku tampak pada perilaku nyata yang muncul sebagai berikut
Grafik 1. Partisipasi di Kelas
Partisipasi di kelas
2.5
1.5
1
Partisipasi di kelas
0.5
35
RAHASIA
36
RAHASIA
37
RAHASIA
dengan kesibukan Ardo dalam aktivitas non akademik. Praktikan juga dapat
bertukar pendapat dengan supervisor untuk mengetahui cara mendekati remaja
laki-laki. Praktikan mendapatkan izin untuk melakukan observasi saat jam
pelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan aktivitas lainnya dari sekolah.
VI. REKOMENDASI
38
RAHASIA
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. (2005). Program belajar jenis kelamin, belajar berdasar regulasi diri, &
prestasi belajar matematika pada pelajar SMA negri di Yogyakarta.
Disertasi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change.
Psychological Review. Vol 82 (2): 191-215.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Excersice of Control. New York: W.H.
Freeman and Company.
Keshi, A. K., & Basavarajappa. (2013). Effectiveness of cognitive behavior
therapy on self-efficacy among high school students. Asian Journal of
Management Science & Education. Vol. 2 No. 4: 68-79.
Kring, A. M., Johnson, S. L., Davidson, G. C., & Neale, J. M. (2010) Abnormal
Psychology (11th Edition). Danvers: John Wiley & Sons, Inc.
Kumar, V. G., & Sebastian, L. (2011). Impact of cbt on self-efficacy and
academic achievement in adolescent student. Journal of the Indian
Academy of Applied Psychology, 37,134-139.
Pajares F., & Kranzlre J. (1995). Self efficacy beliefs and general mental ability
in mathematical problem solving. Contemporary Educational Psychology,
20: 426-443.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Spiegler, M. D., & Guevremont D. C. (2010). Contemporary Behavior Therapy
(5th ed). Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
Wilding, C., & Milne, A. (2008). Cognitive Behavior Therapy. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.
39