Anda di halaman 1dari 46

RAHASIA

KASUS INDIVIDU SEKOLAH MENENGAH ATAS


DI SMA KOLESE DE BRITTO

Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi


Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing
Dr. Wisjnu Martani SU

Disusun oleh :
Erlyani Fachrosi
13/356716/PPS/2816

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


BIDANG PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
RAHASIA
RAHASIA
RAHASIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang
Pendidikan Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan


dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian
laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan


Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan
selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.
2. Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas
masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Ibu Prof. Dr. Amitya Kumara MS, Psi., selaku dosen internal yang telah
memberikan masukan saat penerjunan ke SMP.
4. Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih
sayang setiap saat
5. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X,
khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SMA
Kolese De Britto, kepada Bapak Kepala Sekolah Ag. Prih Adiartanto, S.Pd.,
M.Ed., atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SMA
ini, kepada ibu B.M. Titisari Isdwiputranti, S.Pd selaku Supervisor Lapangan
yang telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP, serta
room, frater, guru kelas, dan pihak lain yang telah memberikan bantuannya untuk
melancarkan kegiatan PKPP selama di sekolah.

i
RAHASIA

Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada klien dan
keluarga yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini. Akhir kata,
penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi untuk
dunia pendidikan, khususnya remaja.

Yogyakarta, Juli 2015

Penulis

Erlyani Fachrosi, S.Psi

ii
RAHASIA

DAFTAR ISI

I. IDENTITAS ........................................................................................... 1
A. Identitas Klien ................................................................................... 1
B. Identitas Keluarga .............................................................................. 1
II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN .................. 1
III. ASESMEN .............................................................................................. 2
A. Tujuan Asesmen ................................................................................ 2
B. Prosedur Asesmen ............................................................................. 2
C. Hasil Asesmen ................................................................................... 4
1. Hasil Observasi ............................................................................ 4
2. Hasil Wawancara ......................................................................... 6
3. Hasil Tes Psikologi ...................................................................... 12
4. Dokumentasi ............................................................................... 14
D. Integrasi Data..................................................................................... 16
IV. DINAMIKA PSIKOLOGI .................................................................... 17
A. Riwayat Kasus ................................................................................... 17
B. Dinamika Kasus ................................................................................ 19
C. Penegakan Diagnosa .......................................................................... 23
D. Prognosis ........................................................................................... 23
V. INTERVENSI ....................................................................................... 24
A. Tujuan Intervensi .............................................................................. 24
B. Rancangan Intervensi ...................................................................... 24
1. Penetapan baseline ...................................................................... 24
2. Evidence Based ............................................................................ 25
3. Prosedur Intervensi ..................................................................... 26
C. Pelaksanaan Intervensi ..................................................................... 28
D. Hasil Intervensi ................................................................................. 35
1. Perubahan ABC .......................................................................... 35
2. Perubahan perilaku ..................................................................... 35
3. Perubahan pada diri target intervensi .......................................... 36

iii
RAHASIA

E. Evaluasi Pelaksanaan Program ......................................................... 37


VI. REKOMENDASI ................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 39

iv
RAHASIA

I. IDENTITAS
A. Identitas Klien
Nama : ASTE
Usia : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Urutan kelahiran : Ke 4 dari 4 bersaudara
Status : Anak kandung
Agama : Kristen
Suku : Jawa Papua
Pendidikan : SMA kelas X
Alamat : Celebon, Yogyakarta
B. Identitas Keluarga
Tabel 1. Identitas Keluarga
Keterangan Ayah Ibu Kakak Kakak Kakak
(Alm)
Nama EE PL FE YE FE
Jenis Klmn Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
Usia 54 tahun 54 tahun
Status Kandung Kandung Tiri Tiri Tiri
Agama Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen
Suku Papua Jawa Papua Papua Papua
Pendidikan S1 SMA S1 mahasiswa S1
Pekerjaan PNS Ibu rumah PNS - Dokter
tangga
Alamat Wamena, Celebon, Wamena, Wamena, Wamena,
Papua Yogyakarta Papua Papua Papua

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN


Klien dirujuk oleh guru Bimbingan Konseling kelas X karena memiliki
ketakutan dengan pelajaran Matematika. Hal ini diketahui guru melalui riwayat
hidup yang ditulis klien. Riwayat hidup klien menceritakan pengalaman buruk di
bidang Matematika akibat beberapa kali mendapatkan perlakuan guru yang dirasa
mempermalukan dirinya di depan kelas. Sehingga perasaan tersebut
mempengaruhi nilai-nilai Matematika klien selama ini.

1
RAHASIA

Pengalaman ini mempengaruhi ketakutan klien terhadap pembelajaran


Matematika di SMA. Klien merasa khawatir terhadap keberhasilan Matematika
di SMA. Kekhawatirannya semakin bertambah karena beberapa kali hasil belajar
pelajaran Matematika tidak begitu memuaskan. Guru Matematika juga melihat
klien sebagai siswa yang pasif dan tidak berpartisipasi ketika berada di pelajaran
Matematika.
Tujuan dari pendampingan adalah:
1. Mengidentifikasi permasalahan klien untuk mengetahui faktor utama yang
menyebabkan klien takut terhadap pelajaran Matematika
2. Merancang program pendampingan dan melakukan intervensi terhadap
permasalahan yang dihadapi klien.

III. ASESMEN
A. Tujuan Asesmen
Tujuan dari asesmen yang dilakukan adalah mendapatkan data yang
akurat untuk menegakkan diagnosa dan menyimpulkan permasalahan yang
dihadapi klien.
B. Prosedur Asesmen
Tabel 2. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
No Aspek yang Diases Metode Sasaran Pelaksanaan Tempat
1. Kognitif
Riwayat akademik Dokumentasi: Sekolah 7 Okt 2014 Ruang BK
Rapor SMP
dan Nilai UN
Wawancara Klien, Wali 11,20,22,23 Ruang BK,
semi kelas, Guru Okt 2014 Kelas X-1
terstruktur
Kemampuan Wawancara Klien, wali 20, 22, 23 Okt Ruang BK,
kognitif semi kelas, guru 2014 Kelas X-1
terstruktur PPL, guru 3 Nov 2014
matematika
Dokumentasi: Sekolah 22 Okt 2014 Sekolah
Rapor Mid
Test
Dokumentasi: Sekolah 22 Okt 2014 Ruang BK
HPP Bakat

2
RAHASIA

Kemampuan Tes Psikologi: Klien 9 Nov 2014 Ruang BK


Inteligensi IST
Bakat Tes Bakat Klien 9 Nov 2014 Ruang BK
Berhitung (A5)

2. Emosi
Pengalaman Wawancara Klien, 7,11, 22, 30 Ruang BK,
kekhawatiran semi teman SMP Okt 2014 Kelas X-1
pelajaran terstruktur
Matematika di SMP
Respon emosi saat Wawancara Klien, 11, 22 Okt Ruang BK,
kesulitan/gagal semi teman 2014 Kelas X-1
dalam matematika terstruktur sekelas 26, 28 Nov
2014
Gambaran motivasi Wawancara Klien, Guru 20, 22, 23 Okt Ruang BK,
belajar matematika semi PPL, guru 2014 Kelas X-1
di SMP dan SMA terstruktur Matematika 3,4, 20 Nov
2014
Kondisi emosi Tes grafis Klien 28 Oktober Kelas
2014
3. Sosial
Interaksi klien Wawancara Klien, Guru 11,20,22,23 Ruang BK,
dengan guru semi Matematika Okt 2014 Kelas
Matematika di SMP terstruktur 3 Nov 2014
& SMA
Interaksi klien Wawancara Klien, Wali 20,22,23 Ruang BK,
dengan teman semi kelas, Guru Oktober 2014 Kelas
berkaitan kompetisi terstruktur PPL, big 26 & 28 Nov
akademik di SMA brother, 17 Des 2014
teman
Dinamika klien Observasi Klien dan 4-5 Okt 2014 Kaliurang
dengan teman- event sampling Teman-
teman di kelas X (anedoctal teman
record
Interaksi klien Observasi Klien dan 11 Nov 2014 Sekolah
dalam konteks event sampling teman
ekstrakulikuler (anedoctal
record)
4. Perilaku
Gambaran perilaku Observasi Klien dan 7 Oktober Halaman
belajar klien saat event Teman 2014 Sekolah
mata pelajaran sampling:
Matematika pengerjaan
tugas
matematika

3
RAHASIA

(anecdoctal
record)
Pelajaran Guru, klien 24 Nov 2014 Kelas
Matematika
Wawancara Klien, guru 20,22,23 Ruang BK
semi Matematika Oktober 2014
terstruktur SMA, guru 4 November
PPL
Gambaran perilaku Wawancara Klien 22 Okt 2014 Kelas
belajar klien di luar semi Teman
mata pelajaran terstruktur
Matematika
Perilaku Wawancara Klien 22 Okt 2014 Kelas
ketidakpercayaan semi Teman 26 28 Nov Ruang BK
diri saat terstruktur Klien 2014
Matematika
Pola dan frekuensi Wawancara Klien 11, 20, 22 Okt Sekolah
belajar klien di semi 2014
rumah terstruktur
5. Pola asuh dan Wawancara Klien 22 Oktober Kelas
dukungan orang tua semi Ibu 2014
terstruktur
6. Perencanaan karir Wawancara Klien 11 Okt 2014 Ruang BK
klien semi
terstruktur

C. Hasil Asesmen
a. Hasil Observasi
1) Observasi pengerjaan tugas matematika
Klien mengerjakan tugas matematika bersama dengan teman-temannya.
Klien membawa pekerjaan yang telah berisi beberapa soal yang mampu
dijawab sendiri. Namun beberapa soal dari 24 soal yang lain masih kosong.
Teman klien yang berada dengan cepat memindahkan jawaban dari laporan
temannya yang telah selesai. Klien juga ikut melihat jawaban yang telah
dikerjakan teman lainnya. Klien mengerjakan tugas tersevut lebih lambat
dibandingkan teman-temannya. Satu per satu teman klien mulai selesai
mengerjakan laporan, hanya klien yang belum menyelesaikan tugasnya. Klien
mengerjakan secara perlahan sambil mencoba untuk memahami jawabannya.
Saat klien masih mengerjakan tugas, teman-teman mendatangi klien dan

4
RAHASIA

mulai menggodai klien yang sedang menyontek. Klien tidak mendengarkan


guyonan tersebut dan masih tetap menulis jawaban yang dilihatnya dari
temannya. Klien fokus menulis tugasnya membuat teman-teman lain
mengisengi klien. Tas klien disembunyikan oleh teman-temannya, namun
klien tetap tidak menanggapinya. Setelah klien selesai dan mengumpulkan
tugasnya, barulah klien menananggapi guyonan dan pergi bermain dengan
teman-temannya.
2) Observasi saat pelajaran Matematika
Selama pelajaran Matematika wajib, klien duduk di bagian tengah agak di
belakang kelas. Selama guru menjelaskan klien cenderung diam tetapi
mendengarkan penjelasan guru dan mencatat apa yang ada di papan tulis.
Saat guru meminta siswa untuk menjawab soal di depan kelas, klien hanya
diam dan masih menulis materi yang ada di papan tulis. Klien tidak pernah
bertanya kepada guru. Saat tidak paham klien bertanya kepada teman
sebelahnya, dan beberapa kali keluar dari kursinya untuk berbicara ke teman-
teman sekelompoknya yang duduk di belakang. Saat guru menjelaskan, klien
lebih banyak duduk di kursinya tidak ikut serta seperti teman-temannya yang
memilih duduk lesehan di depan papan tulis. Beberapa kali guru meminta
siswa untuk mengerjakan soal yang ada di papan tulis, klien tidak inisiatif
untuk maju ke depan sementara teman-teman lain yang berebutan untuk
mengerjakan soal di depan kelas. Saat pengerjaan tugas klien sesekali
berbicara dengan teman lainnya di kelas.
3) Observasi Weekend Kelas
Selama weekend kelas yang diadakan sekolah, klien dapat berbaur dengan
teman-temannya. Beberapa kali teman klien bercanda dengan mengejek suku
klien ataupun warna kulit klien. Klien tidak terpancing emosi dan membalas
candaan tersebut tanpa rasa marah. Klien mampu berinteraksi dengan setiap
teman tanpa memilih teman-teman. Klien beberapa kali sering membuat ribut
di kelompok karena suka sekali berbicara. Klien juga selalu menjadi pemandu
bermain musik untuk teman-temannya. Saat acara sharing, klien
mengungkapkan kelemahannya di bidang Matematika yang disebabkan

5
RAHASIA

pengalaman buruk saat SMP tanpa menceritakan detail kepada teman-


temannya. Klien juga menyampaikan harapannya di kelas yang baru untuk
tidak mengejar nilai semata tetapi juga kebersamaan dengan teman sekelas
untuk naik kelas secara bersama-sama.
4) Kesimpulan hasil observasi
Perilaku klien selama pelajaran Matematika lebih cenderung pasif, tidak
pernah bertanya dan tidak berpartisipasi di kelas. Usaha klien saat tidak
paham hanya bertanya dengan teman dan menolak untuk bertanya kepada
guru. Klien juga tidak berinisiatif untuk mencoba menjawab soal yang
diberikan guru di depan kelas. Hubungan sosial klien dengan teman-
temannya cukup baik, klien memiliki banyak teman dan kerap kali bercanda
dalam interaksinya. Namun klien tidak terbuka dengan temannya mengenai
ketakutannya di bidang Matematika.
b. Hasil Wawancara
1) Wawancara dengan Klien
Berdasarkan hasil wawancara klien merasa khawatir dengan pembelajaran
di SMA ini. Klien merasa sulit mengikuti pembelajaran khususnya di bidang
Matematika. Di SMA terdapat dua bidang Matematika yakni Matematika
Wajib dan Matematika Peminatan. Klien merasa kesulitan pada mata
pelajaran matematika wajib dibandingkan peminatan. Klien melabel hal ini
disebabkan oleh pengalaman buruk saat di SMP mempengaruhi minat klien
terhadap bidang Matematika. Klien melihat guru Matematika Wajib mirip
sekali dengan guru saat di SMP.
Kejadian tersebut sangat melekat kuat di ingatan klien. Saat kelas 1 SMP,
klien menyukai pelajaran Matematika. Namun saat di kelas 2 SMP, kelompok
(geng) klien pernah dilabel oleh guru Matematika sebagai anak nakal di kelas.
Akibatnya selama mata pelajaran Matematika di kelas, klien dan teman
sekelompoknya selalu diminta maju ke depan untuk mengerjakan soal. Hal ini
membuat klien merasa dipermalukan oleh guru, dan merasa harga dirinya
jatuh. Klien menjadi tidak menyukai Matematika dikarenakan beberapa kali
merasa dipermalukan di hadapan teman-temannya.

6
RAHASIA

Semenjak kejadian tersebut, klien tidak menyukai pelajaran Matematika.


Saat SMP klien selalu menduduki ranking tiga besar di kelasnya, namun
untuk nilai Matematika tidak pernah memuaskan. Saat kelas 3 SMP, klien
diajarkan oleh guru yang berbeda dari kelas sebelumnya. Klien mampu
mengikuti pembelajaran dan nilai matematika klien mulai meningkat, namun
pengalaman tersebut masih sangat membekas sehingga Matematika menjadi
mata pelajaran yang dibenci klien. Label klien terhadap mata pelajaran
Matematika sebagai pelajaran yang sulit/susah. Klien selalu berpikir “belajar
sekeras apa pun nilai juga segitu aja”.
Label ini juga tidak terjadi pada Matematika di SMA. Klien merasa
khawatir dengan nilai Matematika yang akan ia dapatkan. Saat pelajaran
Matematika, klien menjadi kurang termotivasi dan saat mencoba belajar tapi
kesulitan untuk memahami materi. Hal ini menyebabkan klien mudah
menyerah ketika dihadapkan dengan soal yang sulit. Saat tes Matematika
klien pun sudah berpikir akan gagal. Walaupun klien sudah berusaha keras, ia
berpikir hasilnya akan tetap jelek.
Pemikiran dari pengalaman tersebut sering kali berulang di pikiran klien
selama ujian. Klien selalu khawatir sehing lama dalam mengerjakan dan
berulang-ulang di satu soal. Klien tidak bisa menyelesaikan seluruh soal ujian
matematika. Pengalaman remedial ulangan tengah semester di SMA,
memperkuat kebencian klien terhadap Matematika. Hal ini semakin
bertambah karena Matematika merupakan pelajaran pokok di jurusan MIA
dan keinginan klien untuk melanjut kuliah di kedokteran.
Klien mengaku perilakunya berbeda ketika belajar di mata pelajaran lain.
Klien menjadi pasif dan tidak berani bertanya saat mata pelajaran
Matematika. Namun, saat pelajaran lain klien sering bertanya, mudah dekat
dengan guru, dan nilai klien memuaskan tanpa melakukan usaha keras.
Sedangkan saat belajar Matematika, klien terkadang sengaja memilih duduk
di kursi barisan belakang sehingga mudah mengantuk ketika guru
menjelaskan, ataupun memilih mengobrol dengan teman. Klien juga tidak
berani bertanya kepada guru ketika kebingungan dengan materi pelajaran

7
RAHASIA

Matematika. Klien berpikir “kalau aku bertanya guru akan menilaiku bodoh”.
Pemikiran ini selalu muncul setiap pelajaran Matematika sehingga klien
enggan untuk bertanya.
Pada dasarnya klien merupakan orang yang percaya diri, namun untuk
urusan pelajar Matematika klien merasa kurang yakin dengan hasil yang akan
didapat. Harapan klien untuk bisa menembus peringkat lima besar di kelas
disertai keraguan dikarenakan Matematika merupakan pelajaran pokok di
MIA. Saat penerimaan rapor mid semester ini, teman-teman sekelas klien
merasa aneh dengan nilai matematika klien yang paling jelek. Klien
mendengar dari teman-temannya bahwa klien termasuk anak yang pintar di
kelas mereka dan tidak menyangka untuk nilai mata pelajaran Matematika
tidak tuntas.
2) Wawancara Wali kelas klien
Klien dikenal sebagai anak yang aktif bertanya serta suka bicara di
kelasnya. Pembicaraan klien di kelas tidak begitu mengganggu karena masih
relevan dengan materi yang diajarkan guru. Wali kelas klien yang juga
mengampu mata pelajaran Fisika, tidak menyangka bahwa klien takut dengan
pelajaran matematika. Selama kelas Fisika, klien termasuk anak yang aktif
bertanya, klien juga dapat memahami konsep pembelajaran yang diajarkan.
Klien juga tidak pernah melakukan aktivitas di luar dari aturan yang telah
mereka sepakati di kelas. Begitu pula penilaian dari guru lain, tidak ada
pengaduan berkaitan dengan tingkah laku klien. Semangat belajar klien saat
kelas Fisika terlihat dari rasa ketertarikan yang ditunjukkan klien dengan cara
mendengarkan secara saksama dan juga bertanya kepada guru ketika tidak
paham dengan konsep yang diajarkan.
3) Wawancara guru PPL Matematika
Selama latihan pengajaran di kelas, guru PPL melihat klien termasuk anak
yang memiliki potensi di bidang Matematika. Ketidakpahaman klien dengan
materi Matematika dikarenakan penguasaan yang kurang terhadap
pengetahuan sebelumnya. Klien pernah kebingungan saat diberikan soal
latihan matematika. Saat itu klien tidak berinisiatif untuk bertanya, sehingga

8
RAHASIA

guru mendatangi dan menanyakan keluhan yang sedang dialami klien.


Selama 3 minggu mengajar Matematika, klien memang tidak pernah
menggunakan kesempatan untuk bertanya. Guru melihat klien kurang aktif
ketika pelajaran Matematika.
4) Wawancara Guru Matematika
Guru Matematika kurang begitu mengenal klien lebih mendalam. Hal ini
dikarenakan guru lebih mudah mengingat anak-anak yang sering bertanya dan
anak yang cepat paham belajar. Guru memastikan bahwa klien termasuk anak
yang cenderung diam dan kurang aktif di kelas. Berdasarkan penjelasan guru,
klien hanya pernah sekali mendapatkan nilai Matematika di atas KKM untuk
setiap ulangan harian yang dilaksanakan selama ini. Ulangan harian klien
berkisar 78, 40,40, dan 66. Sedangkan ulangan umum klien mendapatkan
nilai 58 dimana KKM Matematika sekitar 75. Guru menyatakan bahwa
ulangan harian pertama selalu diberikan soal-soal yang mudah agar siswa
memiliki kepercayaan diri dan kesan yang baik saat pertama kali ujian
sehingga mampu memiliki efek yang baik untuk seterusnya. Namun ulangan
harian klien pertama hampir mendekati nilai KKM dirasa mengecewakan
dibandingkan nilai teman-temannya yang rata-rata mendapatkan nilai 80-100.
Nilai 40 untuk dua kali ulangan yang lain juga termasuk hasil penambahan
nilai untuk tetap memberikan semangat kepada klien. Hal ini dikarenakan
hasil nilai yang dibawah 40 dikhawatirkan dapat melemahkan motivasi siswa
Sikap klien terhadap mata pelajaran termasuk baik karena klien termasuk
anak yang tidak pernah melawan dan menanggapi secara baik walaupun
respon terhadap Matematika dan progress pembelajaran yang rendah. Klien
yang tidak pernah bertanya juga selalu menghindar jika guru memberi
pertanyaan. Guru membebaskan siswa untuk maju ke depan papan tulis untuk
berinteraksi lebih dekat dengan guru. Namun klien bukan termasuk anak yang
mendatangi guru untuk meminta penjelasan lebih atas kebingungannya.
Keterbatasan guru memegang satu kelas dengan 30-an anak membatasi guru
untuk lebih memahami klien, karena pada dasarnya guru menilai klien kurang
memiliki inisiatif dan proaktif terhadap pelajaran Matematika.

9
RAHASIA

5) Wawancara Teman SMP


Teman SMP menyatakan bahwa klien termasuk anak yang pintar. Hanya
saja klien terkadang dianggap “pekok” untuk urusan mengajari. Teman
pernah meminta klien untuk mengajari Matematika hanya saja sulit
memahami apa yang diajarkan. Menurut teman SMP, ketidaksukaan klien
terhadap matematika kejadian tidak mengenak dengan guru Matematika di
kelas VIII. Guru meminta klien memangkas rambutnya sambil menarik
rambut samping klien di hadapan teman-temannya.
Menurut teman klien guru tersebut sangat menyenangkan karena mampu
membuat siswanya paham. Namun, sifat guruyang suka memberikan kritik
kepada siswa di depan kelas. Saat itu guru mengevaluasi beberapa anak di
kelas. Guru menyatakan bahwa klien termasuk anak yang pintar hanya saja
kurang rajin dan malas belajar. Kritikan ini membuat klien malu dan
terkadang terdengar klien sering mengatai gurunya “asem”. Klien memang
lebih menyukai guru yang mengajar secara halus dan tidak mengkritik secara
langsung. Sehingga tipe guru Matematika di kelas VIII membuat klien tidak
menyukai pelajarannya. Klien juga menghindari bimbingan matematika di
jam ke-0 dengan alasan telat bangun.
Hubungan sosial klien termasuk sangat baik, karena memiliki banyak
teman dimana-mana. Kehadiran klien selalu menjadi penyemangat bagi
kelompoknya. Klien merupakan anak yang suka bercanda dan berbicara
apapun kepada orang lain. Sisi negatif klien adalah klien mudah sekali merasa
pesimis terhadap kemampuannya. Padahal teman klien melihat bahwa klien
memiliki kemampuan ataupun potensi yang mencukupi hanya saja terkadang
klien menjadi ragu-ragu dan kurang yakin. Menurutnya, klien selalu
mengatakan guru akan menilai dirinya bodoh karena terlalu banyak bertanya.
6) Wawancara teman sekelas
Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa perilaku klien selama di
pelajaran Matematika berbeda saat di pelajaran lain. Hal ini terlihat dari
perilaku klien yang cenderung pasif dan jarang bertanya saat pelajaran
Matematika dibandingkan saat mata pelajaran lain. Saat kebingungan dengan

10
RAHASIA

soal matematika klien lebih sering bertanya kepada teman-teman yang pintar
di kelas. Namun jika sudah tidak mengerti dengan penjelasan teman klien
enggan untuk bertanya dengan guru. Klien termasuk anak suka bicara di
kelas, sehingga mudah memiliki banyak teman. Klien termasuk anak yang
rajin bertanya langsung ke guru untuk pelajaran lain dan termasuk anak yang
pintar. Hanya saja nilai-nilai pelajaran matematika klien tidak begitu bagus.
7) Wawancara Big Brother
Big Brother menyatakan klien menyampaikan kegundahan untuk
mengatur waktu belajar saat di SMA yang dirasa berbeda ketika di SMP.
Euforia klien yang bisa diterima di sekolah ini dibarengi dengan kecemasan
tuntutan akademik yang tinggi. Klien tidak banyak menceritakan
permasalahan pribadinya. Klien lebih meminta tips untuk dapat mengatur
waktu antara mengerjakan tugas, aktivitas ekskul dan waktu bermain. Selama
berinteraksi dengan klien dalam aktivitas ekstrakulikuler, klien termasuk anak
yang mampu mengerjakan sesuatu yang diinstruksikan tanpa mengeluh.
Hubungan klien terhadap orang lain dinilai baik klien termasuk anak yang
mampu berinteraksi dengan siapapun.
8) Wawancara ibu klien
Ibu mengetahui mengenai kelemahan klien di bidang Matematika. Hal ini
diketahui ibu dari klien sendiri yang menceritakan pengalaman buruknya
sewaktu di SMP karena melihat teman yang nakal dibawa guru ke kelas 1
SMP jika mereka tidak mampu mengerjakan soal matematika kelas 2. Ibu
merasa heran dengan hasil belajar klien selama ini. Ibu memperhatikan dari
rapor klien bahwa nilai mata pelajaran matematika menjadi satu-satunya
pelajaran yang mendapatkan nilai jelek. Oleh karena itu ibu menyetujui
keinginan klien untuk les privat Matematika di rumah. Klien sendiri termasuk
anak yang rajin di rumah, ia selalu mengerjakan PR nya sampai larut malam
jika sore hari pergi keluar rumah. Semenjak SMA klien memang sering
pulang malam dengan alasan ektrakulikuler, kepanitiaan, tugas kelompok dan
bermain dengan teman. Sehingga mengerjakan PR menjadi larut malam dan
tak jarang pagi hari klien bangun terlambat.

11
RAHASIA

9) Kesimpulan hasil wawancara


Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa klien memiliki
pemikiran-pemikiran tertentu mengenai Matematika sehingga membatasi
klien memahami materi tersebut. Pada dasarnya klien adalah anak yang
percaya diri terhadap kemampuan atau kelebihan yang dimiliki. Hanya saja
untuk pelajaran Matematika, klien selalu merasa kurang yakin terhadap hasil
yang akan dia dapatkan. Anggapan klien terhadap pelajaran yang susah,
merasa akan selalu gagal saat ujian, mudah menyerah ketika soal sulit serta
memiliki ketakutan untuk bertanya kepada guru. Keaktifan klien di pelajaran
Matematika berbeda dibandingkan pelajaran lain. Klien menjadi lebih pasif
dan tidak ikut berpartisipasi ketika pelajara matematika. Saat pelajaran
matematika, klien merasa kurang termotivasi, lebih sering mengantuk, dan
lebih banyak berbicara dengan teman sebelahnya. Hal ini yang membuat klien
cenderung pesimis, sehingga hasil belajar di bidang Matematika cenderung
rendah. Klien juga merasa takut saat akan bertanya kepada guru, klien merasa
takut guru akan menilainya bodoh karena nilai-nilai klien yang tak kunjung
bagus.
c. Hasil Tes Psikologi
1) Tes Inteligensi
Praktikan menggunakan tes IST untuk mengungkap potensi
kecerdasan klien, didapatkan skor IQ 99 yang berada di kategori rata-rata. Hal
ini menunjukkan bahwa klien memiliki potensi kecerdasan yang cukup
memadai sehingga klien memiliki potensi untuk memahami, menerima serta
mengolah informasi (pelajaran) dengan cukup baik.

12
RAHASIA

Tabel 3. Profile IST


Aspek SW KETERANGAN
SE 122 Klien memiliki kemampuan yang tinggi untuk berpikir secara
praktis dan mandiri, serta tidak salah dalam memahami suatu
informasi
WA 111 Klien memiliki kemampuan yang baik dalam menangkap
makna dan rasa bahasa, berpikir secara induktif dengan
menggunakan bahasa, kepekaan dalam menyelami perasaan
dan empati sehingga memiliki kecepatan yang cukup baik
dalam menangkap perintah atau instruksi secara verbal
AN 106 Klien memiliki kemampuan yang cukup baik dalam berpikir
analitis, fleksibilitas dalam berpikir, kemampuan
mengkombinasikan atau menghubung-hubungkan, kelincahan
dan kemampuan untuk berubah dan berganti dalam berpikir,
resistensi atau kemampuan untuk melawan solusi masalah
yang tidak pasti (kira-kira)
GE 103 Klien memiliki kemampuan yang baik dalam bernalar secara
logis dan memiliki kemampuan membangun istilah yang baik
pula
ME 91 Klien cukup mampu dalam memperhatikan, ingatan jangka
panjang dan mengingat kata-kata yang telah dipelajari
RA 90 Klien memiliki kemampuan yang rendah baik dalam
memecahkan masalah praktis dengan hitungan dan berpikir
objektif
ZR 85 Klien memiliki kemampuan yang rendah dalam berpikir
teoritis dalam hitungan, kelincahan berpikir matematis,
fleksibel (sulit beralih dari satu cara ke cara yang lain)
FA 89 Klien memiliki kemampuan yang cukup baik dalam
berimajinasi dan berkreativitas dengan membayangkan secara
menyeluruh
WU 103 Klien memiliki kemampuan yang baik dalam hal daya bayang
ruang, analitis, antisipatif terhadap perubahan keadaan ruang,
kreativitas, imajinasi dan fleksibilitas.
Jlh 99 Kemampuan kognitif klien termasuk kategori rata-rata .

2) Tes Bakat Berhitung (A5)


Untuk mengetahui kemampuan matematika klien, mala diberikan tes
kemampuan berhitung (A5)
Raw Score : 16
Persentil : 45

13
RAHASIA

Klien memiliki potensi berhitung (numerical ability) dalam kategori


di bawah rata-rata. Dengan kemampuan tersebut, klien mampu untuk
melakukan perhitungan sederhana namun kesulitan untuk menyelesaikan
hitungan dengan operasi kompleks.
3) Grafis
Klien termasuk anak yang memiliki motivasi berprestasi yang cukup
tinggi. Hanya saja terkadang klien masih sulit menerima kritikan orang lain.
Sifat klien yang cenderung reaktif, gelisah, dan mudah cemas, sehingga klien
mudah merasa tidak aman, tidak mampu, dan menjadi tidak produktif.
Keinginan klien berprestasi sebagai upaya mendapat sanjungan dari orang
lain. Hubungan klien dengan ibu cukup baik karena ibu dianggap sebagai
pelindung yang baik dan keterbukaan ibu terhadap orang lain. Hubungan
sosial klien cukup baik, hal ini menunjukkan klien mampu menyesuaikan diri
dengan baik.
d. Dokumentasi
1) Rapor SMP
Tabel 4. Rapor SMP
No. Mata pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
I II I II I II
1. Pendidikan Agama 87 83 87 94 97 97
2. Pendidikan Kewarganegaraan 92 89 89 91 87 82
3. Bahasa Indonesia 81 78 80 80 82 81
4. Bahasa Inggris 77 80 86 89 83 92
5. Matematika 77 73 75 77 86 94
6. Ilmu Pengetahuan Alam 83 91 91 87 87 84
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 89 87 91 90 94 98
8. Seni Budaya 86 88 88 90 92 90
9. Penjaskes 86 88 88 90 92 90
10. Keterampilan 85 87 89 89 85 84
11. TIK 95 93 89 87 91 93
12. Bahasa Jawa 82 83 81 78 82 80
Hasil belajar klien di bidang Matematika paling rendah jika dibandingkan
mata pelajaran lain. Saat kelas VII dan VIII nilai klien berada di sekitaran
KKM (nilai:75).

14
RAHASIA

2) Nilai Ujian Nasional SMP


Tabel 5. Nilai Ujian Nasional
No. Mata Pelajaran Nilai
1. Bahasa Indonesia 8.20
2. Bahasa Inggris 8.20
3. Matematika 6.00
4. Ilmu Pengetahuan Alam 8.75
Berdasarkan nilai ujian nasional dapat dilihat bahwa hasil belajar klien
berada di atas nilai standar ujian nasional yakni 5,25. Mata pelajaran
Matematika pun menjadi mata pelajaran dengan nilai terendah.
3) Nilai ulangan matematika di SMA
Tabel 6. Nilai Ulangan Matematika di SMA
Nilai ulangan matematika Nilai Keterangan
Ulangan harian 1 78 Ulangan harian pertama selalu
diberikan soal yang mudah untuk
menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
Rata-rata di kelas mendapatkan nilai
80-100
Ulangan harian 2 40 Nilai 40 sebagai hasil dari
Ulangan harian 3 40 penambahan nilai akibat nilai siswa
terlalu jelek
Ulangan harian 4 66 Nilai di bawah KKM 75
Ulangan umum 58
Berdasarkan hasil belajar klien di SMA ini, klien lulus tanpa remedial saat
ulangan harian yang pertama, selebihnya klien mendapatkan nilai di bawah KKM
sehingga harus remedial.
4) Rapor Mid Tes SMA
Tabel 7. Rapor Mid Tes SMA
No. Mata Pelajaran P K S
Kelompok A (Wajib)
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti B B+ B
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan A- A- SB
3. Bahasa Indonesia 91(A-) 91 (A-) 89 (B)
4. Matematika 57(D+) 75(B-) 75(B-)
5. Sejarah Indonesia A- B+ B
6. Bahasa Inggris 85(B+) 85(B+) 80(B)
Kelompok B (Wajib)
7. Seni Budaya (Seni Rupa) B B B-
8. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan B- B+ SB

15
RAHASIA

Kesehatan
9. Prakarya dan Kewirausahaan A A- B
10. Spiritualitas Ignatian - - -
11. Pengembangan Diri - - -
Kelompok C
12. Antropologi B B B
13. Bahasa Jerman 93(A-) 90(A-) 92(SB)
14. Biologi 77(B-) 80(B) 85(B)
15. Fisika 83(B) 77(B-) 75(B-)
16. Kimia 93(A-) 88(B+) 94(SB)
17. Geografi 89(B+) 96(A) 93(SB)
18. Ekonomi 96(A) 99(A) 99(SB)
19. Sosiologi 84(B) 88(B+) 88(B)
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa mata pelajaran klien yang
mendapatkan nilai terendah dan di bawah KKM hanya di pelajaran
Matematika.
5) Hasil Pemeriksaan Psikologi
Hasil pemeriksaan psikologi yang dilakukan 14 Agustus 2014, dalam hal
pemeriksaan potensi akademik kesesuaian program studi dari P2TKP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Kualifikasi umum kategori cukup.
Tabel 8. Kualifikasi Tes Klien
Jenis Tes Kualifikasi
Tanggapan Ruang (TR) Ragu-ragu
Berpikir Abstrak (BA) Lebih dari Cukup
Penalaran Mekanik (PM) Cukup
Kemampuan Numerik (KN) Tidak Cukup
Berpikir Verbal (BV) Tinggi
Perbendaharaan Kata (VOK) Cukup plus

D. Integrasi Data
1. Kognitif
Klien memiliki potensi intelektual yang baik, hal ini menunjukkan
klien mampu dalam menangkap maupun memahami informasi. Potensi ini
didukung dengan hasil belajar klien secara umum yang berada di kategori
baik. Hasil belajar klien di bidang Matematika cenderung rendah. Klien
mampu untuk melakukan perhitungan sederhana namun kesulitan untuk
menyelesaikan hitungan dengan operasi kompleks. Klien kerap memiliki

16
RAHASIA

pemikiran akan gagal dalam bidang matematika, melihat guru akan


melabelnya bodoh.
2. Emosi
Klien memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi. Klien termasuk anak
yang percaya diri untuk sesuatu yang ia yakini mampu dilakukan. Klien sulit
menerima kritikan terhadap dirinya dihadapan orang banyak. Klien merasa
mudah malu jika dipandang buruk oleh teman-temannya. Sifat klien yang
cenderung reaktif, gelisah, dan mudah cemas membuat klien mudah merasa
tidak aman, tidak mampu, dan menjadi tidak produktif. Klien cenderung
pesimis untuk pelajaran Matematika.
3. Sosial
Klien memiliki kemampuan sosial yang baik. Klien dapat dengan mudah
bergaul dengan teman-temannya. Klien mudah berinteraksi dengan orang lain
dengan cara bercanda dan ramah terhadap orang lain. Klien memiliki banyak
teman yang mengenalnya secara baik.
4. Perilaku
Perilaku belajar klien saat pelajaran Matematika cenderung pasif. Klien
menghindari guru bidang studi, sehingga kurang terlibat aktif saat di kelas.
Klien jarang bertanya ketika mengalami kesulitan di kelas. Saat menghadapi
hambatan di pelajaran matematika klien mudah putus asa, merasa Matematika
lebih sulit dibandingkan pelajaran lain. Sehingga saat di kelas klien
cenderung diam, mengantuk, dan terkadang berbicara dengan teman
sebelahnya.

IV. DINAMIKA PSIKOLOGI


A. Riwayat Kasus
Klien berasal dari keluarga dari dua suku budaya yang berbeda. Suku ibu
klien Jawa sedangkan ayah klien berasal dari Papua. Ibu klien merupakan istri
kedua dan klien merupakan anak satu-satunya. Perawakan klien yang mirip
sekali orang Papua membuat orang lain mengira klien berasal dari Papua asli.
Semenjak lahir klien berada di Yogyakarta dan mengenyam pendidikan mulai

17
RAHASIA

TK-SMA di Yogyakarta. Ayah klien yang bertugas di Papua, sesekali


menjenguk klien dan ibu di Yogyakarta.
Saat SD klien mengetahui kondisi pernikahan keluarganya bahwa ibu
merupakan istri kedua dari hasil poligami ayahnya. Kondisi klien dan ibu saat
SD dirasa sangat berat karena kondisi finansial keluarga yang minim akibat
kesulitan ayah menafkahi. Namun semenjak SMP kondisi keluarga mulai
membaik. Ayah menjadi lebih dekat dengan keluarga di Yogyakarta. Klien
mulai merasakan perhatian ayah terhadap kebutuhan dan pendidikan klien.
Hubungan keluarga mulai membaik, walaupun klien cenderung lebih
dekat dengan ibu. Ibu lebih terbuka terhadap diri klien sehingga klien lebih
percaya kepada ibu. Ayah klien cenderung tegas dan keras terhadap klien.
Ayah juga meminta klien untuk menjadi dokter seperti halnya kakak
perempuan klien yang sekarang berada di Wamena.
Ibu mengetahui ketidaksukaan klien terhadap pelajaran Matematika.
Pengalaman buruk klien saat kelas VIII membekas di ingatan klien. Klien
merasa tidak cocok dengan gaya mengajar guru saat itu. Klien merasa
dipermalukan guru di depan kelas akibat rambut yang tidak sesuai dengan
aturan. Selain itu klien selalu diminta ke depan kelas untuk mengerjakan soal
yang dibuat oleh guru. Klien merasa dipermalukan dan mulai membenci
pelajaran Matematika.
Saat kelas IX klien mulai sedikit menyukai belajar Matematika karena
guru bidang studi yang berbeda. Klien mulai mampu mendekatkan diri
dengan guru matematika. Guru matematika di kelas IX berbeda dengan guru
sebelumnya yang lebih banyak mengkritik klien. Peningkatan nilai
matematika mulai terjadi di kelas IX SMP. Klien mulai percaya diri kembali,
walaupun hasil ujian nasional bidang Matematika kurang memuaskan.
Setelah masuk ke SMA ini klien merasa mulai cemas dengan persaingan
yang ada di kelas. Tambahan pula, klien merasa takut akan pelajaran
Matematika yang akan mempengaruhi riwayat akademik klien di jurusan ilmu
alam. Karena klien ingin sekali menjadi seorang dokter. Klien melihat bahwa
ketakutannya terhadap matematika muncul kembali. Hal ini dirasa akibat

18
RAHASIA

guru bidang studi memiliki kesamaan dengan gurunya saat di kelas VIII.
Klien merasa kurang yakin untuk berhasil di bidang Matematika.
B. Dinamika Kasus
Kondisi klien yang mudah cemas dan khawatir akan keberhasilannya di
bidang Matematika untuk di SMA ini. Klien merasa ragu-ragu ketika
menjawab pertanyaan saat ujian Matematika. Klien menjadi terlalu lama
mengerjakan dan beberapa soal tidak selesai dikerjakan. Menurut Kring,
Johnson, Davidson, & Neale (2010) menyatakan bahwa kecemasan
merupakan keprihatian yang berlebihan terhadap antisipasi suatu masalah
karena adanya ancaman terhadap masa depan yang muncul sehingga
menimbulkan konflik dalam diri individu.
Menurut Bandura (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor individual dan
lingkungan tidaklah berfungsi sebagai determinan yang independen
melainkan saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor kondisi individu klien
dengan taraf inteligensi rata-rata namun memiliki konsep numerik rendah
serta konsep berpikir matematis dan pemecahan masalah dengan hitungan
yang rendah. Sedangkan faktor lingkungan dimana klien pernah memiliki
pengalaman buruk dengan guru dan nilai-nilai matematika tidak memuaskan.
Interaksi kedua faktor ini membentuk harapan-harapan yang memberi
kemampuan pada individu untuk memprediksi hasil dari perilakunya (Alsa,
2005)
Berdasarkan teori kognitif sosial (Bandura dalam Spiegler & Guevremont,
2010) yang membenarkan gagasan behavioral dimana konsekuensi respon
mengatarai perilaku dan mendukung bahwa perilaku secara luas diproses
secara kognitif. Bandura menekankan pada pentingnya peran dari kognisi
(seperti pemikiran, bayangan, dan harapan) memainkan fungsi psikologis
dalam perkembangan. Pemikiran otomatis pada diri klien sebagai pikiran
negatif (faulty thinking) ketika mengevaluasi kemampuan diri saat
menghadapi evaluasi matematika.
Jenis pemikiran catastrophizing dimana klien memprediksikan masa
depan secara negatif dan mempercayai bahwa keadaan akan menjadi buruk

19
RAHASIA

(Wilding & Milne, 2008). Selain itu klien juga memiliki pemikiran negatif
terhadap guru akan melabelnya bodoh ketika dia terlalu banyak di kelas. Hal
ini menunjukkan tipe pikiran negatif klien yang mind reader. Sehingga
pemikiran seperti ini termanifestasi terhadap rasa kepercayaan diri klien
terhadap kesuksesannya di pelajaran Matematika. Klien pun melabel
matematika sebagai pelajaran yang sulit, ia merasa sebesar apapun usahanya
belajar akan mendapatkan hasil yang selalu jelek.
Keyakinan klien terhadap kesuksesannya terhadap pelajaran matematika
mengarah kepada efikasi diri. Efikasi diri menurut Bandura (1997)
merupakan hasil dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau
pengharapan tentang sejauh mana individu memperkirakan kemampuan
dirinya dalam mengerjakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri tidak berkaitan dengan
kecakapan yang dimiliki melainkan berkaitan dengan keyakinan individu
mengenai hal yang dapat dilakukan dengan potensi kecakapan yang dimiliki.
Walaupun klien memiliki kemampuan numerik, berpikir konsep matematis
dan berhitung yang rendah, klien merasa pesimis sehingga cenderung tidak
mengoptimalkan kemampuannya akibat keyakinan yang selalu berpikir akan
gagal di Matematika.
Pajares & Kranzler (1995) menggambarkan bahwa efikasi diri
matematika sebagai penilaian situasional keyakinan individu tentang dirinya
atau kemampuannya agar berhasil melakukan atau menyelesaikan tugas
matematika atau suatu masalah tertentu. Menurut Bandura (1997)
menyatakan bahwa efikasi diri pada setiap indvidu berkembang dari
pencapaian akan kemampuan dan pengalamanan tertentu secara terus
menerus. Pengalaman akan kegagalan dapat mengurangi usaha-usaha tertentu
sehingga melemahkan motivasi pada diri seseorang dalam melewati
hambatan-hambatan sulit yang seharus bisa dilalui dengan usaha secara terus
menerus.
Pengalaman klien saat SMP yang dimana klien selalu disuruh
mengerjakan soal matematika di depan kelas karena dianggap sebagai siswa

20
RAHASIA

yang membuat keributan di kelas. Pengalaman ini menghancurkan perasaan


klien yang merasa dipermalukan guru. Selain itu riwayat akademik klien di
bidang Matematika yang tidak begitu memuaskan dibandingkan pelajaran
lain. Begitu pula dengan ujian nasional jenjang SMP dimana nilai Matematika
klien paling rendah diantara mata pelajaran lain. Pengalaman ini yang
melemahkan motivasi klien saat belajar matematika di SMA sehingga
menjadi khawatir terhadap keberhasilannya di SMA.
Mills, Pajares, & Harron (2006) menyebutkan bahwa kecemasan
merupakan manifestasi dari kepercayaan diri seseorang terhadap suatu tugas
atau aktivitas sehingga siswa memiliki efikasi diri yang rendah pada suatu
mata pelajaran. Selain itu Bandura (1997) menyatakan bahwa efikasi diri
berkombinasi dengan lingkungan perilaku sebelumnya dan variabel
kepribadian yang menghasilkan suatu perilaku. Sehingga efikasi diri akan
mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku. Kepribadian klien
yang cenderung reaktif terhadap kegagalan, mudah cemas, dan mudah merasa
tidak mampu ketika mendapatkan penilaian buruk dari orang lain. Hal ini
menyebabkan klien memiliki pemikiran akan dinilai bodoh jika bertanya
sehingga termanifestasi terhadap perilaku maladaptive di kelas seperti pasif di
kelas dan enggan untuk bertanya kepada guru. Serta menurunnya usaha yang
klien lakukan untuk berjuang untuk mengoptimalkan kemampuannya di
bidang Matematika.

21
RAHASIA

DINAMIKA KASUS

Potensi Internal Pengalaman klien

1. IQ Rata-Rata 1. Pengalaman buruk saat


2. Konsep numerik klien rendah SMP merasa dipermalukan
3. Konsep berpikir matematis dan guru di depan kelas
pemecahan masalah hitungan 2. Nilai Matematika tidak
rendah terlalu memuaskan saat
4. Kepribadian reaktif, mudah kelas 7 & 8
cemas, merasa tidak mampu, 3. Nilai UN matematika paling
sulit menerima kritikan rendah dibandingkan mapel
5. Tidak suka dengan pelajaran lain
Matematika 4. Nilai ulangan harian di
SMA sering di bawah KKM

Pemikiran automatis klien

1. Sering kali berpikir akan selalu gagal di pelajaran


Matematika ( tidak tuntas ataupun remedial)
2. Sering kali berpikir jika bertanya kepada guru akan
menilai bodoh

Perilaku

1. Enggan bertanya kepada guru Matematika


2. Pasif selama pembelajaran di kelas, tidak
berpartisipasi dalam menjawab latihan soal
3. Memilih duduk di kursi belakang

Mathematical low self-efficacy

Hasil belajar Matematika di SMA berada di


bawah KKM

22
RAHASIA

C. Penegakan Diagnosa
Berdasarkan hasil asesmen yang telah dilakukan, maka dapat melakukan
perbandingan dengan kriteria level efikasi diri menurut teori Bandura (1997):
Tabel 9. Penegakan Diagnosa
Kriteria level efikasi diri Kemunculan pada klien Checklist
Level Klien cenderung menghindari diri √
Apabila individu dihadapkan dari keaktifan selama di kelas
tugas yang disusun menurut pelajaran Matematika seperti ikut
tingkat kesulitan, maka berpartisipasi menjawab soal latihan
individu memungkinkan pada di depan kelas. Klien cenderung
tugas-tugas yang mudah. Jika menghindar bertanya langsung ke
tugas sulit individu cenderung guru.
menghindar karena merasa
memiliki kemampuan yang
kurang
Strength Klien yakin bahwa usaha keras yang √
Keyaninan atau pengharapan dilakukan di bidang Matematika
individu mengenai selalu mendapatkan hasil yang
kemampuannya dimana rendah dibandingkan mengusahakan
harapan yang melemah belajar di mata pelajaran lain yang
menggoyahkan individu dalam diyakini mampu mendapatkan hasil
berusaha yang memuaskan
Generalisasi Klien merasa pesimis dengan √
Keyakinan individu terhadap pelajaran Matematika. Generalisasi
kemampuan dirinya yang klien terhadap Matematika adalah
terbatas pada aktivitas dan pelajaran yang susah.
situasi tertentu
Berdasarkan hasil penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa klien
memiliki efikasi diri yang rendah dalam bidang matematika.

D. Prognosis
Berikut ini merupakan table kekuatan dan kelemahan internal maupun
eksternal yang digunakan untuk melihat prognosis klien:
Tabel 10. Prognosis
Faktor Pendukung Penghambat
Internal Memiliki kemampuan intelektual Kepribadian klien mudah cemas,
yang cukup baik reaktif merasa tidak mampu jika
Memiliki keinginan untuk dinilai buruk oleh orang lain
berubah
Memiliki kemauan untuk
mengikuti pendampingan

23
RAHASIA

Eksternal Ibu menunjukkan kepekaan Teman klien enggan menjadi


terhadap permasalahan klien tutor sebaya pelajaran
Matematika
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan klien di atas,
prognosis terhadap permasalahan klien adalah baik. Hal pendukung utama
adalah klien memiliki motivasi belajar yang tinggi dan mau untuk mengikuti
pendampingan.

V. INTERVENSI
A. Tujuan Intervensi
Intervensi dilakukan dengan fokus tujuan yaitu memperbaiki cara berpikir
klien mengenai kekhawatirannya terhadap pelajaran Matematika sehingga
dapat lebih aktif di kelas.
B. Rancangan Intervensi
1. Penetapan baseline
Penetapan baseline dilakukan berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dapat diformulasikan sebagai berikut melalui analisa fungsi
permasalahan model ABC menurut Ellis (dalam Corey, 1996):
Tabel 11. Analisa Fungsi Permasalahan ABC
A (Activating Event / Peristiwa) Saat tidak paham pelajaran Matematika
wajib di kelas
B (Belief/Keyakinan) “Matematika itu susah”
“Guru akan menilaiku bodoh jika
kebanyakan nanya”
“Belajar sekeras apapun nilai juga segitu
aja”
C (Consequence/Konsekuensi) Emosi:
- Deg-degan
- Takut jika tiba-tiba ditanya
- Cemas ketika ujian akan diadakan
Perilaku:
- Tidak aktif berpartisipasi di kelas
seperti bertanya atau menjawab
pertanyaan guru
Sehingga baseline dari kasus ini adalah

24
RAHASIA

Pemikiran berulang mengenai akan gagal dan guru akan menilai klien bodoh
saat pelajaran Matematika yang menyebabkan klien tidak aktif berpartisipasi di
kelas
2. Evidence Based
Berdasarkan penelitian Keshi & Basavarajappa (2013) bahwa intervensi
dengan Cognitive Behavioral Therapy pada siswa SMA berfokus untuk
menolong siswa memahami pola pikir yang mempengaruhi perilaku, bagaimana
mengontrol pikiran tersebut, dan mengaplikasikan intervensi untuk mendapatkan
perubahan. Menurut Kumar & Sebastian (2011) menunjukkan bahwa CBT efektif
untuk meningkatkan efikasi diri dan prestasi akademik pada remaja. Sesi CBT
dapat dilakukan meliputi :
Tabel 12. Sesi CBT
Sesi Keterangan
Efikasi diri Klien diberikan pengetahuan mengenai efikasi diri dan
pengaruhnya terhadap prestasi akademik
Relaxation Klien diajarkan untuk mampu relaks dengan cara memandu
training latihan pernafasan dan membayangkan
Pola pikir Klien diajak untuk mengidentifikasi pikiran otomatis,
keyakinan utama, dan bias kognitif yang ada di dirinya dan
mengerjakan tugas rumah untuk mengidentifikasi pikiran
negatif yang muncul otomatis untuk direview sesi
selanjutnya
Cognitive Klien menguraikan pikiran negatif yang otomatis muncul
Intervention: dan pernyataan diri negatif yang memunculkan efikasi diri.
Cogntive Klien diminta untuk mencatat apa yang mereka katakan pada
Restructuring situasi tertentu sebelum dan sesudahnya.
Role play Klien dilatih untuk mengubah pikiran/pernyataan diri yang
negatif menjadi lebih positif melalui role play. Klien
diberikan tugas rumah untuk menganalisa pikiran tidak
masuk akal mereka
Reality testing Klien dihadapkan dengan pertanyaan Socratic untuk
melawan pemikiran negatifnya melalui pertanyaan-
pertanyaan.
Coping Skill Berdasarkan hasil identifikasi terhadap situasi permasalahan,
klien diajarakan untuk mengatasi permasalahan melalui
brainstorming terhadap solusi praktis dan pada akhirnya
merencanakan tindakan untuk masa mendatang
Evaluasi Klien mengevalusi keseluruhan proses terapi dan
menyimpulkannya

25
RAHASIA

3. Prosedur Intervensi
a. Klien
Waktu : 8 kali pertemuan x 60 menit
Tujuan :
1) Membantu klien dalam mengetahui kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki
2) Membantu klien dalam mengidentifikasi atribusi disfungsi
3) Membantu klien untuk merubah atribusi yang disfungsional menjadi
fungsional dengan memberikan feedback
4) Memfasilitasi klien untuk mengembangkan pemikiran alternative
sehingga dapat berperilaku lebih adaptif
5) Melakukan evaluasi atas usaha-usaha yang telah dilakukan
Prosedur :
1) Sesi awal, klien diajak mengenali dirinya sendiri mengenai potensi dan
kesulitannya. Praktikan menjelaskan hasil asesmen sebagai penguatan
untuk mendukung klien dalam melihat kelebihan yang ada di dalam diri
klien. Kemudian klien diberi penguatan untuk melihat sisi sebaliknya
yakni sisi kekurangan klien.
2) Klien diberikan pemahaman mengenai efikasi diri yakni tentang
ketidakyakinan diri klien dalam bidang matematika yang dapat
mempengaruhi hasil belajar klien selama ini.
3) Klien diajak untuk merancang tujuan jangka panjang dan jangka pendek
yang ingin dicapai dalam bidang matematika sehingga mampu memahami
syarat-syarat yang harus diusahakan agar tujuannya tercapai.
4) Klien diajak mengidentifikasi pemikiran-pemikiran yang otomatis muncul
dalam situasi tertentu yang terkait dengan matematika. Praktikan
menjelaskan pengaruh dari proses berpikir klien yang mampu
mempengaruhi perilaku klien dalam belajar matematika.
5) Klien diajarkan cara merilekskan pernafasan sehingga dapat
mempraktikkannya ketika dalam situasi ujian sehingga dapat menurunkan
tingkat kecemasan klien.

26
RAHASIA

6) Klien menguraikan pikiran negatif yang otomatis muncul dan pernyataan


diri negatif yang memunculkan efikasi diri melalui lembar kerja CBT.
Klien diminta untuk mencatat apa yang mereka katakan pada situasi
tertentu sebelum dan sesudahnya.
7) Klien dilatih untuk mengubah pikiran/pernyataan diri yang negatif
menjadi lebih positif melalui role play. Klien diberikan tugas rumah untuk
menganalisa pikiran tidak masuk akal mereka.
8) Klien diajarakan untuk mengatasi permasalahan melalui brainstorming
terhadap solusi praktis dan pada akhirnya merencanakan tindakan untuk
masa mendatang
b. Ibu klien
Tempat : di rumah
Waktu : 90 menit
Metode : Konseling direktif
Tujuan :
1) Menjelaskan dinamika permasalahan klien
2) Memberikan pemahaman mengenai kekhawatiran klien di pelajaran
matematika dan cara memotivasi
Prosedur :
1) Praktikan menjelaskan dinamika permasalahan klien mengenai
ketidakyakinan klien terhadap bidang matematika yang disebabkan oleh
pengalaman buruk yang pernah dialami saat di SMP
2) Praktikan menjelaskan mengenai pengaruh distorsi pemikiran klien
terhadap bidang matematika berkontribusi terhadap hasil belajar yang
buruk. Praktikan menjelaskan penanganan yang telah dilakukan terhadap
klien untuk mengubah cara memandang pelajaran matematika
3) Praktikan mendorong ibu untuk memperhatikan kondisi belajar klien
selama di rumah dan memberikan motivasi terkait pelajaran klien
c. Wali Kelas
Tempat : di Sekolah
Waktu : 1 x 60 menit

27
RAHASIA

Metode : Psikoedukasi non pelatihan


Tujuan :
1) Menjelaskan dinamika permasalahan klien
2) Memberikan pemahaman mengenai kekhawatiran klien di bidang
Matematika dan penanganannya
Prosedur :
1) Praktikan menjelaskan dinamika permasalahan klien mengenai
ketidakyakinan klien terhadap bidang matematika yang disebabkan oleh
pengalaman buruk yang pernah dialami saat di SMP
2) Praktikan menjelaskan mengenai pengaruh distorsi pemikiran klien
terhadap bidang matematika berkontribusi terhadap hasil belajar yang
buruk. Praktikan menjelaskan penanganan yang telah dilakukan terhadap
klien untuk mengubah cara memandang pelajaran matematika
4) Praktikan mendorong wali kelas untuk memperhatikan lingkungan kelas
klien agar dapat menumbuhkan perasaan dukungan terhadap siswa-siswa
yang memiliki ketakutan terhadap bidang pelajaran tertentu.
C. Pelaksanaan Intervensi
1. Intervensi CBT klien
Tabel 13. Pelaksanaan Intervensi CBT Klien
Sesi / Kegiatan Uraian
Tanggal
Sesi 1 Penjelasan Tujuan :
7 Januari mengenai Membantu klien dalam mengetahui kelebihan dan
2015 Efikasi diri kekurangan yang dimiliki
Deskripsi :
1. Praktikan melaporkan hasil asesmen mengenai
potensi dan hambatan yang dialami klien yang
berkaitan dengan kecemasan klien terhadap
pelajaran Matematika, sehingga klien
mengetahui kelebihan dan kekurangannya
2. Praktikan mengklarifikasi pemikiran-pemikiran
klien yang muncul selama pelajaran Matematika.
Klien menjelaskan pikiran yang muncul selama
ini dikarenakan pengalaman terdahulu saat di
SMP sehingga mempengaruhi kondisi saat ini.
Selain itu klien menceritakan tentang

28
RAHASIA

pengalaman tersebut yang sangat membekas di


ingatan klien.
3. Praktikan menjelaskan pengaruh dari
ketidakyakinan diri klien terhadap potensi klien
yang biasa disebut sebagai efikasi diri. Sehingga
klien dapat menyadari bahwa kontribusi dari
ketidakyakinan diri klien terhadap hasil belajar
klien selama ini di bidang Matematika. Praktikan
menjelaskan bahwa klien mungkin saja memiliki
kelemahan dalam hal bakat numerik namun
bukan berarti klien tidak mampu mendapatkan
proses belajar agar mendapatkan hasil belajar
yang baik pula. Klien ditunjukkan fakta bahwa
klien mampu mengoptimalkan potensi diri klien
melalui riwayat hasil belajar klien yang
memuaskan. Sehingga klien dapat menyadari
bahwa usaha keras yang klien keluarkan dapat
menghasil nilai yang baik pula.
4. Praktikan menambahkan bahwa matematika
termasuk mata pelajaran yang tidak bisa klien
hindari. Klien akan tetap belajar matematika
selama di jurusan IPA. Klien juga diminta untuk
memikirkan bahwa Matematika merupakan
prasyarat mata pelajaran untuk kelulusan di
SMA. Selain itu matematika juga sebagai mata
pelajaran dasar yang juga digunakan sebagai
ujian untuk dapat masuk ke universitas
khususnya jurusan kedokteran yang dicita-
citakan klien selama ini. Praktikan juga
menjelaskan bahwa matematika tidak hanya
melatih seseorang untuk berhitung tetapi juga
melatih kemampuan untuk berpikir sistematis
yang dianalogikan kepada standar operasional
prosedur kerja seorang dokter.
5. Praktikan meminta klien untuk merancang tujuan
jangka panjang dan pendek khusus dalam bidang
Matematika. Praktikan juga menambahkan
pentingnya pelajaran Matematika terhadap
riwayat akademik klien untuk menggapai cita-
citanya.
Sesi 2 Penjelasan Tujuan :
10 mengenai Membantu klien dalam mengidentifikasi atribusi
Januari pola pikir disfungsi
2015 Deskripsi :
1. Praktikan mengajak klien untuk mendiskusikan
terlebih dahulu tujuan jangka panjang dan jangka

29
RAHASIA

pendek dalam hal pelajaran Matematika. Tujuan


jangka panjang klien berkaitan dengan nilai
raport yang bagus di atas B- dan nilai UN bisa
mendapatkan poin 8. Sedangkan tujuan jangka
pendek klien berkaitan dengan mendapatkan
hasil ulangan Matematika lebih dari 75, berani
bertanya di kelas Matematika, berani maju ke
depan minimal 2 kali dalam sebulan, dan tidak
grogi ketika menghadapi ujian matematika.
2. Praktikan mengajak klien untuk mengkotak-
kotakkan peristiwa-peristiwa yang dirasa tidak
menyenangkan, pemikiran otomatis yang
muncul, sensasi fisik, emosi, dan perilaku klien
selama di pelajaran Matematika.
3. Berdasarkan hasil skema tersebut, beberapa
pemikiran otomatis negatif yang muncul berupa
“Takut gak bisa”, “Takut di ejek, dipermalukan,
dan dibedakan”, “Merasa dinilai bodoh”,
“Merasa nilai pasti tidak tuntas”.
4. Praktikan menjelaskan kontribusi dari pemikiran
otomatis negatif klien yang muncul
mendominasi dan mempengaruhi perilaku-
perilaku klien selama ini di bidang Matematika.
Klien menyadari bahwa ketidakpahaman (tidak
“dong”) dalam pelajaran matematika
menyebabkan klien merasa bingung (blank) saat
ujian, sering membuat keributan, ataupun
melamun saat belajar matematika.
5. Klien menyadari bahwa tidak hanya kekurangan
klien dalam hal bidang numeric yang
mempengaruhi nilai matematika klien, tetapi
juga pemikiran mengenai ketidakyakinan klien
untuk mampu berhasil di bidang matematika.
Sesi 3 Cognitive Tujuan :
19 Restructuring Membantu klien untuk merubah atribusi yang
Januari (1) disfungsional menjadi fungsional dengan
2015 memberikan feedback
Deskripsi :
1. Praktikan mengajak klien mengidentifikasi
kembali perasaan dan situasi klien yang
memuncul pemikiran otomatis saat pelajaran
matematika. Secara garis besar perasaan
dominan yang muncul adalah perasaan gugup,
takut dan panik saat ujian maupun saat ditanya
oleh guru. Sehingga pemikiran klien lebih
mengarah kepada merasa dinilai bodoh dan takut

30
RAHASIA

dipermalukan.
2. Klien mengidentifikasi seberapa besar keyakinan
tersebut berkontribusi terhadap perilaku klien
selama di pelajaran matematika. Kontribusi
pemikiran klien sebanyak 50-60%.
3. Klien diminta untuk memikirkan pemikiran
alternative yang muncul untuk menghancurkan
pemikiran-pemikiran negatif yang otomatis
muncul
4. Klien menemukan pemikiran-pemikiran baru
berkaitan dengan pengalaman klien di bidang
matematika, klien menyatakan bahwa iya
sebaiknya berpikiran lebih optimis seperti yakin
tuntas, pasti bisa, bahwa wajar dianggap bodoh
makanya perlu belajar. Klien mencoba
menanamkan pemikiran positif tersebut
membuat klien lebih merasa percaya diri.
Sesi 4 Cognitive Tujuan :
24 Restructuring Memfasilitasi klien untuk mengembangkan
Januari (2) pemikiran alternative sehingga dapat berperilaku
2015 lebih adaptif
Deskripsi :
1. Praktikan mengajak klien mereview sesi
sebelumnya mengenai pemikiran-pemikiran
alternative yang telah klien bentuk. Klien
memilih pemikiran alternative yang paling
mungkin diingat dan diterapkan dalam situasi
pelajaran Matematikan
2. Klien diajak untuk mengingat gambaran kejadian
yang mendukung pemikiran negatif klien selama
ini. Klien diajak menemukan alasan dibalik
kejadian buruk saat klien di kelas 8 SMP. Klien
menemukan pemikiran baru bahwa perilaku guru
sengaja untuk menertibkan klien untuk tidak
mengganggu teman lainnya. Kemudian klien
diajak untuk melihat gambaran perilaku guru
SMA klien, menanyakan fakta kejadian yang
tidak realistis dan hanya sebatas pemikiran klien
saja. Bahwa guru matematika di SMA tidak
pernah menghina siswanya di kelas.
3. Pemikiran alternative yang telah dibentuk klien
dicobakan dengan membayangkan kejadian-
kejadian yang mendukung pemikiran tersebut.
Bahwa pemikiran tentang jika dinilai bodoh guru
akan mengajarkan kesulitan yang dihadapi
siswanya.

31
RAHASIA

4. Klien dihadapkan fakta bahwa klien memiliki


hasil belajar di bidang Fisika yang baik. Karena
pada dasarnya Fisika menggunakan konsep
matematika dasar. Klien berpikiran bahwa jika
dirinya mampu mengerjakan soal Fisika begitu
pula dengan soal di mata pelajaran Matematika.
Sesi 5 Role play & Tujuan :
12 Self Mengajarkan klien menanamkan pemikiran
Februari Instruction alternative pada diri klien agar lebih berpikir positif
2015 Training Deskripsi:
2. Klien diminta mereview kembali pemikiran
positif yang telah dibentuknya dari sesi
sebelumnya. Klien mengambil beberapa kalimat
seperti “Aku pasti bisa”, “Saya sekolah untuk
belajar”, “Matematika pasti tuntas”.
3. Praktikan meminta klien mengartikulasikan
kalimat tersebut secara verbal beberapa kali,
kemudian meminta klien mengartikulasikan ke
dalam dirinya secara diam
4. Kemudian praktikan meminta klien
membayangkan situasi kelas saat guru mengajar
matematika dan klien ingin bertanya. Klien
terlebih dahulu diminta mempraktekkannya
5. Praktikan mengajak klien menilai matematika
sepeti “meme” gambar menarik yang pernah
dibuat klien di media sosialnya. Gambar tersebut
menyatakan bahwa “matematika tak garap
sambil merem”. Cara ini dilakukan untuk
menarik perhatian klien agar tidak berpikir
bahwa matematika itu susah.
Sesi 6 Reality testing Tujuan :
18 Klien dihadapkan pada fakta-fakta mengenai
Februari pemikiran negatif yang otomatis muncul saat
2015 pelajaran matematika
Deskripsi:
Praktikan mereview pemikiran-pemikiran positif
yang telah klien temukan saat sesi sebelumnya.
Kemudian menanyakan proses perjalanan selama
menerapkan pemikiran tersebut di kelas. Klien
mengaku sudah mencoba berpikir positif di kelas
sehingga memberanikan diri untuk bertanya
pekerjaan yang dia kerjakan sudah benar atau belum.
Pengalaman ini praktikan gunakan untuk
memberikan fakta di kelas, untuk mengkonfrontasi
pemikiran klien yang menyatakan bahwa guru akan
menilainya bodoh jika bertanya. Praktikan bertanya

32
RAHASIA

bagaimana respon guru, klien mengakui bahwa guru


merespon dengan baik dengan memeriksa apa yang
telah klien kerjakan dan guru tidak melabelnya bodoh
ketika bertanya. Klien juga merasa mulai melihat
guru lebih baik daripada sebelumnya.
Sesi 7 Melatih Tujuan:
24 kemampuan Klien diajarkan mengenai tips dan trik dalam
Februari bertanya bertanya
2015 Deskripsi :
Praktikan menyiapkan materi dengan tema “Tak
Perlu Takut Bertanya”. Praktikan dank lien bersama-
sama diskusi mengenai tips dan trik dalam bertanya.
Tips-tips tersebut meminta klien untuk berpura-pura
menjadi seorang pemberani, mengambil inisiatif,
bertanya dengan hati, perluas pengetahuan, dan
melakukan di luar kebiasaan klien. Klien memahami
tips tersebut dan mempraktekkan bersama dengan
praktikan dalam mengartikulasikan pertanyaan.
Sesi 8 Evaluasi Tujuan :
3 Maret Klien mengevaluasi proses pembelajaran selama
2015 terapi dilakukan.
& 18 Deskripsi
Maret Klien mengevaluasi bentuk-bentuk pemikiran negatif
2015 klien sebelum mengikuti terapi. Klien
memformulasikan permasalahan yang selama ini
dihadapi. Kemudian klien mengkritisi terhadap
permasalahan pribadi. Klien menilai pemikiran klien
yang berpikir bertanya di kelas akan dikira bodoh
oleh guru Matematika merupakan asumsi yang tidak
terbukti berdasarkan fakta. Klien menilai dirinya dulu
pengecut karena tidak berani bertanya dengan guru
Matematika. Klien mulai menanamkan pemikiran
mengenai matematika seperti pasti bisa, optimis, di
sini saya mau belajar dan berani. Klien mulai berani
bertanya karena saat bertanya di kelas, guru sama
sekali tidak menilai dirinya bodoh. Klien
memperkirakan pemikiran lamanya sebanyak 30%
dan pemikiran alternative yang baru dibangun
sebanyak 70%. Setelah ini praktikan meminta klien
untuk memonitoring dirinya dengan menghitung
partisipasi klien di kelas matematika setiap
minggunya.

33
RAHASIA

2. Intervensi Konseling Direktif Ibu klien


Tabel 14. Tabel Pelaksanaan Konseling Direktif Ibu
Sesi Kegiatan Deskripsi
I Konseling Tujuan:
Jumat / 8 direktif Menjelaskan dinamika permasalahan klien serta
Mei 2015 Memberikan pemahaman mengenai kekhawatiran klien
di pelajaran matematika dan cara memotivasi
Deskripsi:
Praktikan menjelaskan mengenai faktor kegagalan klien
dalam hal pelajaran Matematika. Praktikan bertanya
mengenai ketidaksukaan klien terhadap pelajaran
Matematika yang diketahui ibu. Praktikan menjelaskan
bahwa penyebab utama adalah ketidakyakinan klien
terhadap kemampuannya. Praktikan menjelaskan kepada
ibu mengenai hasil asesmen berupa tes inteligensi
wawancara dan observasi. Ibu mulai paham bahwa klien
cenderung pesimis terhadap pelajaran matematika.
Praktikan meminta ibu memotivasi dan memfasilitasi
klien untuk mengembangkan kemampuan belajar
matematika. Ibu menyadari bahwa kelemahan klien di
bidang Matematika dan memberikan les privat untuk
pelajaran Matematika dan Fisika.
3. Psikoedukasi non pelatihan ke wali kelas
Tabel 15. Pelaksanan Psikoedukasi Wali Kelas
Sesi Kegiatan Deskripsi
I Psikoedukasi Tujuan:
Rabu non Menjelaskan dinamika permasalahan klien dan
13 Mei pelatihan memberikan pemahaman mengenai kekhawatiran klien
2015 di bidang Matematika serta penanganannya.
Deskripsi:
Praktikan menjelaskan mengenai penyebab nilai
Matematika klien paling rendah di antara pelajaran
lain. Penyebab utama klien yang cenderung pesimis
terhadap usaha dan keengganan klien aktif saat
pelajaran Matematika. Wali kelas mengetahui bahwa
klien memiliki pengalaman buruk waktu di SMP, serta
menyadari bahwa klien telah memiliki kemampuan
untuk berubah. Guru memberikan dukungan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri melalui sisi lain
seperti bakat klien di luar akademik. Wali kelas lebih
mengetahui kelemahan klien sehingga dapat mencari
solusi lain untuk memperhatikan klien di bidang
akademiknya terutama pelajaran Matematika.

34
RAHASIA

D. Hasil Intervensi
Berdasarkan intervensi yang telah dilakukan didapatkan hasil berikut:
1. Perubahan ABC
Tabel 16. Perubahan ABC
A (Activating Event / Peristiwa) Saat pelajaran Matematika wajib di kelas
B (Belief/Keyakinan) “Aku yakin pasti bisa”
“Wajar jika dianggap bodoh, makanya
perlu belajar”
C (Consequence/Konsekuensi) Emosi:
- Sedikit deg-degan
Perilaku:
- Mulai berani duduk di kursi bagian
depan
- Maju ke depan menjawab latihan soal
di papan tulis
2. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku tampak pada perilaku nyata yang muncul sebagai berikut
Grafik 1. Partisipasi di Kelas

Partisipasi di kelas
2.5

1.5

1
Partisipasi di kelas
0.5

Pengukuran perilaku partisipasi di kelas seperti bertanya atau menjawab


soal latihan ke depan kelas dihitung mulai saat klien sudah memasuki sesi 3
dimana klien sudah mulai belajar mengenali pemikiran alternatif baru.
Adapun penjelasan partisipasi klien di kelas didapat melalui keterangan
klien selama satu minggu pelajaran matematika yang dipelajari dari hari

35
RAHASIA

senin-rabu dalam seminggu. Jumlah partisipasi dapat dilihat dari table


berikut:
Tabel 17. Keterangan Partisipasi di Kelas
Minggu ke- Jumlah Jenis partisipasi Keterangan
Partisipasi
I 1 Maju ke depan Mengerjakan soal di
kelas papan tulis
II 2 Bertanya Memastikan jawaban
yang dikerjakan
III 0 - Hari senin dan rabu
libur
IV 0 - Ujian mid test
V 2 Bertanya Bertanya tentang
Trigonometri dan Luas
segitiga
VI 1 Maju ke depan Mengerjakan soal di
papan tulis
VII 2 Bertanya Bertanya tentang
Maju ke depan identitas trigonometri
Luas segitiga
3. Perubahan pada diri target intervensi
Tabel 18. Perubahan pada Diri Target Intervensi
Target Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Klien  Klien merasa tidak  Klien menyadari bahwa klien
termotivasi untuk tidak bisa menghindari
mengusahakan mengulang pelajaran Matematika jurusan
belajar Matematika IPA
 Klien selalu berpikir bahwa  Klien menyadari bahwa
guru akan menilainya bodoh selama ini teman-teman yang
ketika bertanya di kelas bertanya, guru tidak pernah
 Klien selalu menghindari memarahi atau mengejek
duduk di bangku depan dan siswa tersebut
sengaja memilih kursi di  Klien mencoba duduk di
belakang depan kelas dan merasa lebih
 Klien tidak pernah bertanya jelas walau terkadang masih
maupun ikut berpartisipasi merasa takut jika ditanya
saat menjawab ke depan kelas tidak bisa menjawab
 Nilai Matematika klien tidak  Klien mulai ikut menjawab
pernah di atas KKM soal yang diajukan guru di
depan kelas
 Nilai Matematika saat UTS
semester 2 di atas KKM (78)

36
RAHASIA

dan UAS (81)


Ibu  Ibu tidak mengetahui alasan  Ibu mengetahui bahwa klien
nilai matematika selalu buruk kurang percaya diri akibat
pengalaman buruk di SMP
Wali  Wali kelas tidak mengetahui  Wali kelas lebih mengetahui
kelas faktor yang menyebabkan alasan kegagalan klieen di
hanya nilai Matematika yang bidang Matematika
berada di bawah KKM

E. Evaluasi Proses dan Dampak Intervensi


Adapun evaluasi dari proses dan dampak evaluasi yang telah dilakukan
sebagai berikut:
Tabel 19. Evaluasi Proses dan Dampak Intervensi
Target Pendukung Penghambat
Klien  Klien termasuk anak yang  Klien memiliki banyak
mudah diarahkan dan aktivitas di luar akademik
memahami instruksi dalam sehingga sulit mengatur
program intervensi waktu untuk bertemu
 Klien memiliki keinginan secara periodik untuk
untuk berubah menjadi lebih melakukan sesi intervensi
baik di SMA ini agar bisa
bersaing dengan teman-
temannya di kelas sehingga
memudahkan klien menerima
masukan saat program
intervensi dilakukan
Ibu klien  Saat konseling ibu sangat  Beberapa kali didatangi di
kooperatif dalam memahami rumah ibu sedang tidak
diri klien dan berkeinginan berada di tempat
untuk memfasilitasi di rumah
sehingga memudahkan
praktikan memberikan
konseling kepada ibu
Wali  Guru memiliki kedekatan
kelas dengan siswa-siswa di
kelasnya. Program kewalian di
kelas mendukung guru
memahami kondisi siswa
sehingga dapat memahami
siswa secara menyeluruh.
Pada saat pelaksanaan tidak terdapat hambatan yang cukup berarti,
praktikan dapat melewati rintangan seperti menyesuaikan waktu praktikan

37
RAHASIA

dengan kesibukan Ardo dalam aktivitas non akademik. Praktikan juga dapat
bertukar pendapat dengan supervisor untuk mengetahui cara mendekati remaja
laki-laki. Praktikan mendapatkan izin untuk melakukan observasi saat jam
pelajaran, kegiatan ekstrakulikuler, dan aktivitas lainnya dari sekolah.

VI. REKOMENDASI

Guna mempertahankan dan meningkatkan kemajuan pada diri klien maka


rekomendasi yang dapat dilakukan sebagai berikut:

A. Bagi klien, agar klien meningkatkan frekuensi belajar matematika dengan


mengikuti bimbingan belajar privat secara berkala dan konsisten. Klien juga
dapat mengajak teman-teman yang memiliki potensi lebih di bidang
matematika untuk menjadi tutor sebayanya dalam memahami matematika.
B. Bagi orang tua, agar dapat terus memotivasi klien untuk menjaga semangat
belajar klien di bidang Matematika seperti halnya di mata pelajaran lain.
Selain itu, orang tua juga dapat selalu mengingatkan kelemahan klien untuk
teliti terhadap apa yang klien kerjakan.
C. Bagi sekolah, khususnya BK dapat memberikan edukasi mengenai
komunikasi guru-siswa untuk mengurangi persepsi negatif siswa terhadap
guru. Hal ini diharapkan dapat memfasilitasi siswa-siswa yang memiliki
ketakutan tertentu dalam pelajaran seperti bertanya dan berdiskusi langsung
kepada guru.

38
RAHASIA

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, A. (2005). Program belajar jenis kelamin, belajar berdasar regulasi diri, &
prestasi belajar matematika pada pelajar SMA negri di Yogyakarta.
Disertasi. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta.
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: toward a unifying theory of behavioral change.
Psychological Review. Vol 82 (2): 191-215.
Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Excersice of Control. New York: W.H.
Freeman and Company.
Keshi, A. K., & Basavarajappa. (2013). Effectiveness of cognitive behavior
therapy on self-efficacy among high school students. Asian Journal of
Management Science & Education. Vol. 2 No. 4: 68-79.
Kring, A. M., Johnson, S. L., Davidson, G. C., & Neale, J. M. (2010) Abnormal
Psychology (11th Edition). Danvers: John Wiley & Sons, Inc.
Kumar, V. G., & Sebastian, L. (2011). Impact of cbt on self-efficacy and
academic achievement in adolescent student. Journal of the Indian
Academy of Applied Psychology, 37,134-139.
Pajares F., & Kranzlre J. (1995). Self efficacy beliefs and general mental ability
in mathematical problem solving. Contemporary Educational Psychology,
20: 426-443.
Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J. L. (2012). Motivasi dalam
Pendidikan: Teori, Penelitian, dan Aplikasi. Jakarta: Indeks.
Spiegler, M. D., & Guevremont D. C. (2010). Contemporary Behavior Therapy
(5th ed). Belmont: Wadsworth Cengage Learning.
Wilding, C., & Milne, A. (2008). Cognitive Behavior Therapy. New York:
McGraw Hill Companies, Inc.

39

Anda mungkin juga menyukai