Anda di halaman 1dari 45

KASUS SISTEM

DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU NURUL ISLAM


YOGYAKARTA

Laporan Praktik Kerja Profesi Psikologi


Bidang Pendidikan

Dosen Pembimbing
Dr. Wisjnu Martani SU

Disusun oleh :
Erlyani Fachrosi
13/356716/PPS/2816

PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI


BIDANG PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
RAHASIA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Praktik Kerja Profesi Psikologi (PKPP) Magister Psikologi Profesi bidang
Pendidikan Universitas Gadjah Mada.

Penulis menyadari dalam penyelesaian PKPP ini tidak terlepas bantuan


dari berbagai pihak mulai dari praktik di lapangan sampai dengan penyelesaian
laporan ini. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Ibu Dr.Wisjnu Martani, SU, Psi selaku Dosen Pembimbing dan


Koordinator Bidang Psikologi Pendidikan yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk membimbing, memberikan masukan, dan dukungan
selama Praktik Kerja Profesi Psikologi.
2. Ibu Dr. Endang Widyorini, Psi selaku Dosen Penguji HIMPSI atas
masukan dan bimbingannya untuk penyempurnaan laporan ini.
3. Bapak Drs. Amrizal Rustam, SU, Psi selaku dosen internal yang telah
memberikan masukan saat penerjunan ke SD.
4. Orang tua dan adik penulis atas segala doa, dukungan, perhatian dan kasih
sayang setiap saat
5. Teman-teman Magister Psikologi Profesi Bidang Pendidikan Angkatan X,
khususnya teman-teman kelompok 1 PKPP yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama pelaksanaan PKPP.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan kepada pihak SD IT


Alam Nurul Islam, kepada Bapak Kepala Sekolah Muhammad Ariefuddin, S.Si,
atas izin yang diberikan kepada penulis untuk menjalankan PKPP di SD ini,
kepada mbak Novia Fetria Aliza, M.Psi, Psi., selaku Supervisor Lapangan yang
telah membimbing dan mengarahkan kami selama menjalankan PKPP

i
RAHASIA

Serta tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada wakil kepala
sekolah kurikulum dan kesiswaan, guru-guru kelas, serta staff dari Unit
Pelayanan Psikologi yang bersedia menjadi partner belajar dalam proses ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi untuk dunia pendidikan, berkaitan dengan sistem organisasi sekolah.

Yogyakarta, Juli 2015

Penulis

Erlyani Fachrosi, S.Psi

ii
RAHASIA

DAFTAR ISI

I. IDENTITAS......................................................................................1
A. Identitas Sekolah .........................................................................1
B. Profil Sekolah ..............................................................................1
1. Profil Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Nurul Islam........1
2. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Alam Nurul Islam........2
3. Profil Unit Pelayanan Psikologi Nurul Islam.........................4
4. Struktur Organisasi Yayasan Nurul Islam ............................8
II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN............9
III. ASESMEN........................................................................................10
A. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen............................................10
B. Hasil Asesmen.............................................................................12
1. Hasil Wawancara...................................................................12
2. Hasil Observasi .....................................................................16
3. Data Sekunder........................................................................17
4. Integrasi Data .......................................................................21
5. Formulasi Masalah.................................................................22
6. Fokus Intervensi ....................................................................24
IV. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................25
A. Bimbingan Konseling dan Konselor Sekolah .............................25
B. Pembentukan Tim/ Adhoc ..........................................................28
V. REKOMENDASI INTERVENSI SISTEM...................................30
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................37
LAMPIRAN .....................................................................................38

iii
RAHASIA

I. IDENTITAS
A. Identitas Sekolah
Nama : SD Islam Terpadu Nurul Islam
Alamat : Jalan Ringroad Barat cambahan nogotirto,
Gamping , Sleman, DIY 55292
Telepon : +62 274 627125
Email : sditalam@gmail.com
Website : http://www.sekolahalamjogja.com/
NSS : 102430205039
NSPN : 20404093
No. SK Pendirian : 071/KPTS/PEND.SLM/IV/2004 Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Sleman
Luas Lahan : 4.996 m2
Status Tanah : Sertifikat Hak Milik
B. Profil Sekolah
1. Profil Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Nurul Islam
Yayasan Pendidikan Islam Terpadu Nurul Islam berdiri pada tahun 1996
di Yogyakarta. Yayasan Nurul Islam mempunyai tiga unit di bidang
pendidikan yaitu, Taman Ksiswa-Ksiswa, Sekolah Dasar, dan Sekolah
Menengah Pertama. Berbeda dengan sekolah-sekolah lain, ketiga unit ini
merupakan sekolah yang berbasis religiusitas dan alam. Pada tahun 2004
yayasan memperluas bidang garapnya tidak hanya di bidang pendidikan tetapi
meliputi bidang keagamaan, sosial, dan kemanusiaan. Selanjutnya merubah
namanya menjadi Yayasan Nurul Islam berdasarkan Akta Notaris Mochamad
Ikhwanul Muslimin, SH, di Sleman, Yoykarta. No. 01 Tanggal 12 Agustus
2014. Pada tahun 2010 untuk menyelaraskan dengan peraturan pemerintah
tentang yayasan, akhirnya berdasarkan akte notaries No.04 Tanggal 7 Juni
2010 nama yayasan menjadi Yayasan Nurul Islam Yogyakarta.
Yayasan Nurul Islam mempunyai visi yaitu menyelenggarakan kegiatan di
bidang pendidikan, sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang terpercaya
dalam bingkai dakwah islamiyah. Visi tersebut dicapai dengan

1
RAHASIA

mendirikan/menyelenggarakan lembaga pendidikan formal dan non formal,


melakukan penelititan di bidang ilmu pengetahuan, menyelenggarakan majelis
taklim dan kajian rutin serta menerima dan menyalurkan zakat, infaq,
shadaqah, dan wakaf. Dalam hal pendidikan, yayasan Nurul Islam memilih
konsep sekolah alam karena melihat bahwa konsep sekolah alam memiliki
sisi-sisi yang berbeda dalam banyak hal termasuk juga kurikulum dan sistem
pembelajaran.
Sekolah Alam Nurul Islam merupakan sekolah alam pertama yang ada di
Yogyakarta. Konsep sekolah yang dipakai adalah konsep belajar aktif,
menyenangkan dengan menggunakan alam sebagai media langsung untuk
belajar. Para siswa belajar lebih banyak di alam terbuka. Sekolah alam lebih
banyak menggunakan metode belajar mengajar aktif (active learning) dimana
siswa belajar melalui pengalaman, dan siswa mengalami dan melakukan
langsung. Pengalaman langsung membuat siswa menjadi lebih sadar dengan
lingkungannya dan mengetahui aplikasi dari pengetahuan yang dipelajari dan
tidak hanya sebatas teori saja.
2. Profil Sekolah Dasar Islam Terpadu Alam Nurul Islam
SD IT Alam Nurul Islam berdiri tahun 2002, konsep belajar menanamkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, berpikir ilmiah, dan menumbuhkan
jiwa kepemimpinan. Kelas yang ada tidak seperti kelas-kelas sekolah formal
lainnya, yaitu satu sisi temboknya hanya setinggi pusar orang dewasa. Semua
kelas yang ada di SDIT Alam Nurul Islam adalah parallel A,B, dan C. Setiap
satu kelas berisi 25 siswa yang diasuh oleh dua guru, yakni guru pendamping
dan guru pembina. Meskipun memiliki kelas, pembelajaran tidak hanya di
kelas saja, tetapi juga pembelajaran di luar kelas, lapangan, atau kebun.
a. Visi
Menjadi sekolah yang membina dan mendampingi siswa dalam
mengembangkan potensinya menuju berkperibadian Islami dengan
mengembangkan potensinya menuju kepribadian Islami dengan keteladanan
melalui proses tadabur Al-Qur’an dan tafakur alam.

2
RAHASIA

b. Misi
1) Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
2) Membiasakan berpikir ilmiah
3) Menumbuhkan jiwa kepemimpinan
c. Tujuan
1) Menanamkan dasar-dasar keimanan dan ketaqwaan sehingga siswa
memahami dan melaksanakan islam sebagai sistem hidup
2) Menanamakn dasar-dasar kecerdasan dan keterampilan belajar sehingga
siswa dapat memahami fenomena alam dan sosial serta dapat
menyelesaikan masalah sehari-hari
3) Menanamkan dasar-dasar kepemimpinan sehingga siswa dapat
memimpin diri dan orang lain
4) Mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi.
d. Pendirian Sekolah dan Akreditasi Sekolah
Tabel 1. Akreditasi Sekolah

No Instansi Pemberi Nilai yang Tahun Keterangan


. Akreditasi diperoleh
1. Dinas Pendidikan A 2004 Pendirian sekolah
Kabupaten Sleman
2. Dinas Pendidikan A 2007 Akreditasi sekolah
Kabupaten Sleman

e. Jumlah Karyawan
1) Guru
Tabel 2. Jumlah Guru

Kualifikasi Status kepegawaian Jumlah


pendidikan Tetap Tidak tetap Honorer
S2 0 0 0 0
S1 12 17 0 29
D3 0 1 0 1
D2 0 0 0 0
D1 0 2 0 2
SLTA 0 1 4 5

3
RAHASIA

Jumlah 12 14 4 37
2) Karyawan
Tabel 3. Jumlah karyawan
Kualifikasi Status kepegawaian Jumlah
pendidikan Tetap Tidak tetap Honorer
D3 0 0 0 0
D2 0 0 0 0
D1 1 1 0 2
SLTA 1 3 0 4
SMP 0 0 0 0
SD 0 0 0 0
Jumlah 2 4 0 6

3. Profil Unit Pelayanan Psikologi Nurul Islam


Unit Pelayanan Psikologi (UPP) Nurul Islam merupakan layanan psikologi
sekolah yang berdiri tanggal 1 Juni 2011 dan sebelumnya berada di dalam
Unit Profit Center Yayasan Nurul Islam.
a. Visi
Menjadi media layanan psikologis berbasis religiusitas untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat secara mental dan spiritual.
b. Misi
1) Membangun komunikasi dan kerjasama yang baik antara konselor dengan
klien
2) Memberikan fasilitas sesuai dengan kebutuhan klien
3) Membangun kerjsama dengan pihak-pihak yang mempunyai fungsi dan
peran dalam pendampingan klien serta memperbaiki lingkungan belajar
4) Memperluas jaringan dan aktif dalam memperluas wawasan SDM UPP
5) Berusaha untuk selalu meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan
SDM UPP
c. Tujuan
Memberikan pelayanan psikologi bagi civitas akademik internal maupun
eksternal dari Yayasan Nurul Islam berkaitan dengan hal-hal psikologis.
Bentuk layanan yang digunakan di internal Yayasan Nurul Islam adalah
bimbingan kelompok bersifat preservatif dan preventif serta kuratif. Upaya

4
RAHASIA

preservatif yaitu memelihara atau mempertahankan kondisi yang telah


kondusif atau baik, agar tidak terjadi keadaan yang tidak baik.
d. Deskripsi Tugas dan Fungsi UPP
1) Kerja Utama
a) Layanan bimbingan dan konseling Nurul Islam di berbagai unit
sekolah dari TK sampai SMP yang meliputi siswa, orang tua, dan
ustadzah
b) Mengadakan training pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia)
kepada siswa dan ustadzah
c) Pendampingan kasus siswa pada tiap unit sekolah
d) Melaksanakan program-program penunjang kegiatan yang sudah
direncsiswaan
2) Kerja Proyek
a) Pengembangan sumber daya manusia di bidang pendidikan
i. Rekruitmen guru dan karyawan sekolah (eksternal dan internal)
ii. Penempatan guru dan karyawan sekolah (eksternal dan internal)
iii. Jasa pelatihan/training berupa pembentukan sikap dan perilaku
yang dilakukan secara outdoor, indoor dan outbound training
(eksternal)
iv. Seleksi penerimaan peserta didik baru TK, SD SMP (eksternal
dan internal)
b) Konsultasi (eksternal)
Melakukan konsultasi untuk masalah pendidikan , tumbuh kembang
siswa, keluarga dan perkawinan serta masalah klinis.
i) Penelurusan minat bakat
ii) Masalah remaja
iii) Konseling kelompok (FGD)
iv) Penyuluhan

5
RAHASIA

e. Prosedur Operasional Penanganan Kasus siswa


Prosedur operasional dalam pelayanan psikologi di sekolah, dapat
dijelaskan melalui skema berikut ini

Kasus Anak

Kasus Kasus
Kelompok Individu

Guru Kelas Unit Unit Guru Kelas


Kesiswaan dan Pelayanan Pelayanan dan
Pendamping Psikologi Psikologi Pendamping

Orang tua Orang tua

Bagan 1. Prosedur Operasi Penanganan Siswa

Keterangan :

1) Kasus Individual
Prosedur penanganan permasalahan dilakukan melalui keluhan
walikelas dan guru pendamping. Wali kelas bersama guru pendamping
menganalisis permasalahan secara mendalam untuk ditindaklanjuti dengan
pendekatan personal . Wali kelas bersama pendamping kelas melakukan
penanganan terhadap siswa untuk menyelesaikan masalah. Jika
permasalahan yang sudah ditangani oleh wali kelas dan guru pendamping,
maka permasalahan dianggah sudah bisa ditangani dan dianggap selesai,
namun jika permasalahan dianggap perlu untuk ditangani tim psikologi,
maka wali kelas langsung menyampaikan permasalahan siswa secara
detail kepada tim psikologi untuk dianalisis secara mendalam dan segera
untuk ditindaklanjuti.

6
RAHASIA

Tim psikologi menganalisis masalah dan membuat rancangan


intervensi yang akan dilaksanakan untuk menyelesaikan permasalahan
secara tuntas. Tim psikologi melaksanakan intervensi terhadap siswa dan
melakukan kerjasama dengan wali kelas, pendamping kelas, dan orang tua.
Pihak wali kelas dan guru pendamping melakukan pelaporan kepada
pimpinan sekolah terutama bagian kesiswaan terkait dengan kasus siswa
dan proses penangannnya. Hal ini dapat dilakukan pada saat syura’
sekolah.
2) Kasus Kelompok
Penanganan kasus melalui wali kelas dan guru pendamping
berusaha untuk mengetahui akar permasalahan atau kronologis kejadian
mulai dari awal sampai akhir secar mendalam. Wali kelas dan pendamping
kelas bersama-sama untuk menganalisis masalah dan menyelesaikan
melalui pendekatan kepada siswa. Wali kelas berusaha melakukan
sosialisasi terhadap orang tua dan pihak terkait untuk menjali kerjasama
dalam menyelesaikan masalah
Jika permasalahan sudah bisa ditangani oleh wali kelas dan guru
pendamping, maka penanganan masalah dianggap selesai. namun, jika
permasalah itu belum bisa ditangani maka wali kelas menyampaikan
kepada pimpinan sekolah bagian kesiswaan untuk menindaklanjuti
penanganan masalah. Setelah itu kesiswaan melakukan sosialisasi dan
kerjasama dengan tim psikologi untuk bersama-sama merancang
intervensi yang akan dilaksanakan beberapa waktu sampai permasalahan
tuntas.
f. Proses Penanganan Tim Psikologi
Secara teknis proses penanganan yang dilakukan oleh tim psikologi
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Asesmen
a) Mencari informasi dari klien, keluarga, dan pihak sekolah
b) Membangun relasi dan sosialisasi dengan orang yang terlibat
dalam permasalahan

7
RAHASIA

c) Menangani siswa yang ditunjukkan dengan mendengarkan secara


aktif, berkomunikasi, dan memberikan saran
d) Merumuskan permasalahan secara tepat sesuai dengan sumber
yang diperoleh
e) Menjaga kerahasiaan dan menghargai klien
2) Diagnosa
a) Mengidentifikasi secara teliti dan cermat
b) Membuat kesimpulan berdasarkan gejala secara objektif
3) Intervensi
a) Melakukan tindak lanjut
b) Memberikan saran dan solusi
c) Melakukan pendampingan kepada klien/support
4. Struktur Organisasi Yayasan Nurul Islam
a. Susunan Tata Kerja Organisasi SDIT Alam Nurul Islam

BPH Yayasan

Kepala Sekolah
SDIT Alam Nurul Islam

Staf Administrasi Umum & Keuangan


Wakasek Bid. Kerumahtanggaan
Wakasek Bid. Kurikulum Wakasek Bid. Kesiswaan

Wali Kelas PJ/Koordinator Kegiatan Pegawai 5 K

Ustadz/Ustadzah

Keterangan : Garis Koordinasi


Garis Operasional
Garis Komando

Bagan 2 Susunan Tata Kerja Organisasi SDIT

8
RAHASIA

b. Hubungan Antara UPP dengan Unit Pendidikan

Yayasan Nurul Islam

Badan Pengurus Harian

Unit

Unit Pelayanan SMPIT Nurul SDIT Nurul TKIT


Psikologi Nurul Islam Islam Islam Nurul
Islam

Manajer
Kepala Sekolah

Koordinator
Wakasek Kesiswaan

Konselor
Koordinator level

Internal Eksternal Guru Kelas

Keterangan bagan 2: Garis Koordinasi


Garis Komando

Bagan 3. Hubungan Unit Pelayanan Psikologi dan Unit SD IT Alam Nurul


Islam

II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN PENDAMPINGAN

9
RAHASIA

Yayasan Nurul Islam memiliki Unit Pelayanan Psikologi (UPP) sebagai


bagian pendukung untuk membantu sistem pembelajaran di sekolah. Bagian ini
berguna untuk mendukung pendampingan siswa selama di sekolah ini. Pada
kenyataannya, UPP sering kali tidak termanfaatkan secara optimal oleh bagian
pengajaran di sekolah. Keluhan guru menyatakan selama ini koordinasi
pendampingan siswa melewatkan kerjasama dengan unit psikologi. Beberapa kali
guru tidak mengetahui tindaklanjut hasil penanganan beberapa siswa di sekolah
serta koordinasi yang kurang antara guru dan UPP di sekolah. Guru juga merasa
tindakan penanganan yang diajukan ke UPP selalu lambat dalam bertindak. Hal
ini juga disadari oleh Badan Pengurus Harian (BPH) Yayasan Nurul Islam, bahwa
selama ini belum ada mekanisme yang baku dalam hal koordinasi antara unit
pendidikan dengan UPP. Keluhan tidak hanya dari internal melainkan juga orang
tua menyatakan bahwa penanganan terhadap masalah siswa yang disadari oleh
UPP cenderung lambat. Kebanyakan orang tua tidak menyadari adanya peran dari
unit ini.
Tujuan asesmen yang dilakukan adalah untuk melakukan asesmen terhadap
koordinasi kinerja antara unit pendidikan SD dan UPP, sehingga dapat digunakan
untuk menyusun rekomendasi yang sesuai dalam rangka mengevaluasi atau
mengembangkan program tersebut.

III. ASESMEN
A. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
Tabel 4. Prosedur dan Pelaksanaan Asesmen
No. Data yang Sumber Metode Pelaksanaan
dibutuhkan
1. a. Profil Sekolah Dokumen Dokumen 10, 23
b. Job Description Oktober
tiap unit 2014
c. Arsip penangan 25 Maret
kasus UPP 5 Mei 2015
2. Proses penanganan Kepala Wawancara 10 Oktober
kasus siswa Sekolah semi 2014
terstruktur 11 Maret
2015
Wakasek Wawancara 16 Maret

10
RAHASIA

Kesiswaan semi 2015


terstruktur
Wakasek Wawancara 19 Maret
Kurikulum semi 2015
terstruktur
Guru Kelas Wawancara 21, 22
tidak Agustus 8,
terstruktu 30
September
2014
Staff UPP Wawancara 6 Nopember
semi 2014
terstruktur 13 Desember
Observasi 2014
Dewan kelas Observasi 18 Oktober
2014
25 April
2015
3. Mekanisme koordinasi Badan Wawancara 16 Maret
kerja dan komunikasi Pengurus semi 2015
antara unit pendidikan Harian terstruktur
dan unit pelayanan Yayasan
psikologi Tim Wawancara 11, 25 Maret
Psikologi semi 2015
terstruktur
Wakasek Wawancara 10 Maret
Kurikulum semi 2015
terstruktur
Wakasek Wawancara 16 Maret
kesiswaan semi 2015
terstruktur
Praktikan Dokumentasi 25 Maret
PKPP Laporan 2015
PKPP
4. Evaluasi koordinasi Kepala Wawancara 11 Maret
kinerja dan komunikasi Sekolah semi 2015
dalam penanganan terstruktur
kasus siswa Wakasek Wawancara 16 Maret
Kesiswaan semi 2015
terstruktur
Staff UPP Wawancara 26 Maret
semi 2015
terstruktur

B. Hasil Asesmen

11
RAHASIA

1. Hasil Wawancara
a. Bagian Pengurus Harian (BPH) Yayasan Nurul Islam
Bagian Pengurus Harian (BPH) merupakan bagian yang menjembatani
antara pihak yayasan dengan pihak unit yang dinaungi Yayasan seperti unit
pendidikan dan pembelajaran dan Unit Pelayanan Psikologi. Menurut hasil
wawancara, menyatakan UPP merupakan unit dukungan yang menunjang
adanya kegiatan yang ada di sekolah. UPP sedang mengalami perombakan
struktur organisasi yang dulunya berada di bawah Unit Profit Center menjadi
bagian tersendiri yang bertujuan untuk membanguan kesejahteraan (well
being) siswa di sekolah. Selama ini belum ada mekanisme yang mengatur
mengenai kerjasama dalam koordinasi kerja dan komunikasi antara UPP
dengan sistem di sekolah.
Yayasan memandang bahwa sekolah sudah memiliki keunggulan
tersendiri dibandingkan dengan sekolah lain dengan adanya UPP untuk
mendukung pembelajaran di sekolah. Hal ini membuktikan bahwa sekolah
menyadari pentingnya pendampingan terhadap siswa yang lebih menyeluruh.
Sedangkan pada tingkat SD tidak mewajibkan adanya bagian Bimbingan
Konseling (BK) sehingga untuk mengantisipasinya guru dibekali kemampuan
untuk menangani permasalahan siswa.
Belum adanya mekanisme baku yang mengatur koordinasi kerja antara
UPP dengan unit pengajaran dan pendidikan menimbulkan koordinasi kerja
bagian perunit yang cenderung bekerja secara individual. Kedua unit ini jarang
sekali bekerja dalam satu tim. Kinerja bawahan yang cenderung lepas tangan
dalam menilai suatu tugas tertentu membuat kinerja tidak maksimal.
b. Kepala Sekolah SDIT Nurul Islam
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah menyatakan
pendampingan terhadap siswa selama ini lebih diselesaikan oleh guru kelas
sendiri. Guru telah dibekali dengan kemampuan pendampingan terhadap siswa
sehingga penyelesaian terhadap permasalahan siswa sering kali diselesaikan
oleh guru kelas dan guru pendamping saja.

12
RAHASIA

Penggunaan bantuan dari UPP biasanya dilakukan jika penanggulangan


terhadap permasalahan siswa tidak mampu diselesaikan oleh koordinator
kelas. Mekanisme kinerja dilakukan melalui rapat bersama dengan pimpinan
sekolah yang diwadahi oleh bagian kesiswaan. Fungsi dan tugas dari UPP
sebagai tempat berkonsultasi perihal permasalahan psikologi setelah guru
melakukan identifikasi permasalahan siswa di kelas. Namun pada
kenyataannya hal ini jarang dilakukan karena kesibukan pada masing-masing
bagian. Sehingga pemanfaatan terhadap pelayanan psikologi terbatas pada
masalah-masalah yang besar seperti kasus bullying dan pencurian di SD.
Koordinasi kerja dengan UPP lebih sering berkaitan dengan pemberian
konseling kepada siswa secara klasikal, pelatihan kepada guru, ataupun
edukasi kepada orang tua saat dewan kelas. Pendampingan personal terhadap
siswa selama ini dilakukan oleh guru secara langsung.
c. Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa guru-guru di SD
ditekankan untuk mengembangkan keterampilan personal untuk mendekatkan
diri kepada siswa. Sehingga di tiap kelas terdapat ada dua guru yakni guru
pembina dan pendamping, dimana guru pembinaberorientasi pada akademik
sedangkan guru pendamping berorientasi terhadap pembentukan karakter
guru. Tetapi tidak memungkinkan kedua guru ini untuk saling membantu
dalam pekerjaannya masing-masiang. Sehingga guru ditekankan untuk
membangun karakter siswa melalui kedekatan personal terhadap siswa di
kelas. Guru memiliki kewajiban untuk membantu siswa yang mengalami
permasalahan.
Selama ini kesulitan dalam menangani permasalahan siswa dilakukan
dengan koordinasi kerja antar guru di kelas yakni guru pembina dan
pendamping, jika masih kesulitan akan dibawa ke rapat koordinator level.
Pada rapat ini guru satu level kelas akan memberikan masukan kepada guru,
jika perlu bantuan penerapan hukuman maka akan diserahkan kepada bagian
kesiswaan.

13
RAHASIA

d. Wakil Kepala Sekolah bagian Kesiswaan


Berdasarkan hasil wawancara menyatakan bahwa wakil kepala sekolah
(wakasek) kesiswaan selama ini belum pernah melakukan evaluasi kinerja
mengenai koordinasi antara tim unit pendidikan dan UPP. Selama ini akibat
kesibukan tiap guru menyebabkan pemanfaatan terhadap UPP belum optimal.
Wakasek kesiswaan mengaku belum mengatur pertemuan membahas kinerja
dan kerjasama dengan tim UPP yang baru.
Hal ini disebabkan oleh kesibukan peran wakasek kesiswaan sehingga
pelaksanaan koordinasi kerja antara pendidkan dan UPP belum terjalin.
Kesibukan ini dilatarbelakangi oleh peran ganda di sekolah, peran sebagai
guru pembina/pendamping serta pejabat sekolah.
e. Staff Unit Pelayanan Psikologi
Berdasarkan wawancara dua staff UPP menyatakan bahwa alur
komunikasi dalam hal penanganan kasus siswa di SD sudah dirancang dan
telah disosialisasikan kepada kepala sekolah. Hanya saja alur tersebut belum
sampai kepada tiap guru yang ada di kelas. Sehingga hanya beberapa guru
kelas yang aktif untuk berkonsultasi ataupun melaporkan kasus permasalahan
siswa ke unit ini.
Kenyataannya pengaduan ataupun konsultasi dalam hal penanganan siswa
selama ini hanya dilakukan oleh beberapa guru saja seperti guru kelas 1, 5,
dan 6. Selama ini terdengar kabar bahwa hambatan dalam terjalinnya
koordinasi kerja antara UPP dengan tim pendidik akibat keengganan yang
muncul dikarenakan jenjang hierarki kedudukan dari UPP. Ada keengganan
dari beberapa guru untuk menyampaikan keluhan atau permintaan konsultasi
akibat merasa UPP merupakan jenjang hierarki yang berada di atas unit
pendidik. Oleh karena itu , koordinasi kerja antara pendidik di SD cenderung
tidak aktif dan terjalin baik dalam hal penanganan kasus bersama.
Selama ini kurangnya sumber daya manusia (SDM) di UPP dalam
menyanggupi beban kerja yang ada. Jumlah SDM yang ada di UPP dengan
status karyawan tetap sebanyak 2 orang sedangkan sekitar 2 orang freelance
yang terkadang membantu kerja UPP. Keterbatasan jumlah karyawan ini

14
RAHASIA

membatasi UPP untuk melayani unit pendidikan dan pembelajaran mulai dari
TK sampai dengan SMP.
f. Guru Kelas
Guru kelas III selama ini kurang begitu memanfaatkan kerjasama dengan
UPP secara langsung. Banyak guru yang mencoba untuk datang ke ruang
Psikologi namun kondisi kosong. Selama ini, guru merasa perlu untuk
mendapatkan bantuan mengenai asesmen beberapa siswa terkait dalam hal
kemampuan intelektual dan kepribadian siswa. Identifikasi dan asesmen
terhadap siswa selama ini masih bisa ditangani oleh guru kelas, namun untuk
kasus tertentu guru merasa masih memerlukan bantuan dari UPP.
Selama ini hasil asesmen yang telah dilakukan terhadap kemampuan
intelektual siswa sewaktu masuk sekolah tidak diketahui oleh guru. Guru tidak
mengetahui gambaran intelektual dan kepribadian siswa. Catatan mengenai
perkembangan siswa hanya didapat melalui guru di kelas sebelumnya.
Guru kelas V menyatakan selama ini kerjasama dengan UPP berkaitan
dalam hal pendampingan dan konsultasi misal yang biasa dilakukan di dewan
kelas. Hal ini dikarenakan adanya kewajiban dewan kelas untuk mengundang
psikolog dari UPP untuk mengisi program dewan kelas yang biasa dilakukan
sebulan sekali. Guru kelas V juga menyatakan tidak pernah secara rutin
bertemu dengan tim dari UPP dan masih tidak mengenali orang-orang yang
bekerja di unit tersebut.
Guru kelas I menyatakan beberapa siswa di kelas pernah mendapatkan
penanganan dari unit UPP. Namun guru tidak pernah mendapatkan edukasi
mengenai keberlanjutan penanganan permasalahan siswa. Ketika dihadapkan
permasalahan siswa yang sama guru kelas masih tidak mengetahui cara
penanganan yang benar. Selama ini guru kelas tidak mengetahui mekanisme
kerja sama guru dengan unit UPP.
g. Kesimpulan Hasil Wawancara
Berdasarkan beberapa wawancara didapatkan hasil bahwa belum adanya
mekanisme kerja baku yang mengatur hubungan antara unit pendidikan
dengan UPP. Kurangnya koordinasi kerja antar unit ditenggari oleh belum

15
RAHASIA

terjalinnya kerjasama yang dijembatani oleh wakasek kesiswaan mengenai


penanganan atau pendampingan kasus siswa. Komunikasi yang kurang terjalin
antara guru sebagai pendidik di kelas dengan UPP terjadi akibat kurangnya
sosialisasi alur komunikasi penyampaian keluhan, asesmen, penanganan, dan
rekomendasi intervensi terhadap permasalahan kasus siswa. Permasalahan ini
muncul karena adanya anggapan hierarki UPP yang lebih tinggi sebagai
perpanjang yayasan bukan sebagai satu level koordinasi. Selain itu
keterbatasan jumlah staf UPP untuk menangani permasalahan di sekolah SD
hanya satu orang.
2. Hasil Observasi
a. Observasi Fisik Sekolah
SDIT Alam Nurul Islam memiliki tiga gedung kelas utama, yang terbagi di
wilayah timur, barat, dan selatan. Di wilayah timur terdapat gedung kelas 1
dan 5 yang bergandengan dengan gedung olahraga. Gedung wilayah barat
terdiri atas kelas 2 dan 4 yang bergandengan dengan ruangan kepala sekolah,
guru, dan UPP. Gedung wilayah selatan terdiri atas kelas 3 dan 6 yang
berdekatan dengan gedung perpustakaan, gedung yayasan, dan dapur.
Ruangan UPP semula berada di gedung yayasan, namun dikarenakan
keenganan guru untuk datang maka ruangan UPP di pindahkan ke gedung
wilayah barat. Semenjak semester genap ruangan UPP mulai dijaga oleh staff
UPP yang mengkoordinir unit SD. Ruangan UPP yang bersebelahan dengan
kelas 4 ini diperuntukkan sebagai ruangan dokumentasi, tes, dan konseling.
b. Observasi saat FGD “Who am I” kelas VI
Diskusi kelompok yang diadakan oleh UPP merupakan intervensi terhadap
kasus kelompok untuk kelas VI SD. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
intervensi terhadap siswa untuk lebih mengenali diri, teman, dan
lingkungannya yang meliputi guru dan staffnya. Seluruh konselor yang ada di
UPP bersama praktikan dari PKPP menjadi fasilitator dalam kegiatan ini
dengan peserta dari 3 kelas (A,B, dan C). Pendampingan terhadap siswa
cenderung kurang persiapan. Selama sesi diskusi guru kelas tidak ikut

16
RAHASIA

mengambil bagian didalam proses inti intervensi, guru menjadi penyedia


sarana media belajar selama proses kegiatan berlangsung.
c. Observasi dewan kelas
Berdasarkan observasi partisipasi di dewan kelas V, menunjukkan bahwa
salah satu program UPP adalah mengisi kegiatan dewan kelas yang berisikan
wali ataupun orang tua siswa. Dewan kelas biasa dilakukan sekali dalam
sebulan yang mendiskusikan mengenai agenda kegiatan siswa dan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi di kelas. UPP membawa program
psikoedukasi tentang permasalahan yang diminta oleh orang tua ataupun guru
terkait dengan kondisi siswa di kelas. Psikoedukasi biasa dilakukan dalam
bentuk sharing dan sesi diskusi tanya jawab antara orang tua dan pengisi.
Jadwal dewan kelas disesuaikan kesediaan dari staff UPP sesuai dengan
permintaan orang tua. Program ini diwajibkan minimal sekali pertemuan
mengundang staff UPP untuk memberikan psikoedukasi dalam waktu satu
semester.
d. Kesimpulan hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa penanganan masalah
kasus siswa biasa dilakukan atas permintaan dari guru kelas. Setelah itu pihak
UPP akan memberikan intervensi tanpa melibatkan guru kelas di dalamnya.
Sehingga kerja UPP dan pihak guru saling terpisah. Asesmen singkat yang
dilakukan melalui identifikasi guru terhadap kondisi siswanya.
3. Data Sekunder
a. Dokumentasi Kasus yang ditangani UPP
Beberapa data permasalahan siswa yang pernah ditangani oleh UPP SD
IT, yakni:
Tabel 5. Kasus Penanganan UPP
No Nama Permasalahan
.
1. SAC Siswa tidak patuh terhadap orang tua
Di sekolah dijauhi oleh teman
2. DPK Sulit berkonsentrasi dan pemahaman
3. MDK Sering melamun, konsentrasi rendah, dan sulit
memahami

17
RAHASIA

4. FFN Kurang empati, keinginan harus dipenuhi


5. AK Kurang mampu bersosialisasi dan pendiam
6. AFR Konsentrasi rendah, sering melamun, daya ingat rendah
7. AP Tidak disiplin saat di kelas
8. MAA Melanggar aturan, tidak disiplin dalam belajar
9. TH Tendensi ADHD, tidak displin dalam belajar
10. HM Tidak mengikuti aturan di kelas
11. H Agresivitas
12. MATK Mental retarded
13. Kasus Kelompok Kasus merokok
(R,F,A,I,H,D,H,
B,A,F)
14. N Regulasi emosi dan kepercayan diri

b. Deskripsi kerja (job description)


Adapun bagian yang terkait dengan pendampingan siswa yakni wakil
kepala sekolah bagian kesiswaan, koordinator level, dan guru .
1) Job Description Wakasek bidang Kesiswaan
a) Membuat dan menegakkan Tata Tertib Siswa, SOP serta pelanggaran
Tata Tertib Siswa
b) Merancang dan melaksanakan program dengan mengoptimalisasi minat-
bakat siswadan fungsi-fungsi pembentukan serta penjagaan karakter
siswa sesuai visi-misi sekolah
c) Merancang dan melaksanakan program optimalisasi peran/keterlibatan
orangtua siswa dalam proses pembelajaran/pembentukan karakter siswa
d) Merancang dan melaksanakan fungsi-fungsi konseling untuk siswa
e) Merancang dan melaksanakan program-program kompetisi/kejuaraan
internal baik akademik maupun non akademik sebagai wahana
pembentukan kepercayaan diri siswa serta bertanggung jawab
pencapaian/peningkatan prestasi siswa pada kompetisi/kejuaraan baik
lokal, regional, nasional, maupun internasional
f) Merancang dan melaksanakan kegiatan kesiswaan serta
bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan Ke-Pramukaan/ Kepanduan
g) Membuat anggaran terkait pelaksanaan program kerja.

18
RAHASIA

2) Job Description Koordinator Kelas


a) Bertanggungjawab terhadap pelaksanaan konsep SDIT Alam Nurul
Islam di setiap level kelas
b) Mengkoordinir rapat guru satu level kelas serta bertanggung jawab
kepada pemenuhan kewajiban guru
c) Merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi pencapaian
Kurikulum SDIT Alam Nurul Islam di setiap level kelas
d) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kurikulum di level kelas pada
syuro koordinator level kelas
e) Memahami problematika dan dinamika siswa di setiap level kelas
f) Mengumpulkan dokumen arsip kegiatan setiap level kelas setiap akhir
semester
3) Job Description Guru
a) Wajib mengikuti Syuro Guru
b) Mengikuti kegiatan pembinaan guru
c) Mengelola admnistrasi kelas, mengontrol kontrak belajar siswa,
mutaba’ah pencapaian muwashafat, mutaba’ah tahfidz dan sholat siswa
serta melakukan buka dan tutup kelas
d) Menjadi tauladan baik dalam penampilan, membuang sampah pada
tempatnya, kebiasaan membaca buku dan menjaga kebersihan kelas
e) Membuat dan melaksanakan tema pembelajaran, Lesson Plan, Weekly
Planning Sheet serta skenario pembelajarandengan metode Experiential
Learning serta tugas hari Sabtu (Krida) kemudian melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan berkebun dan beternak serta kegiatan calistung
(baca tulis hitung) untuk kelas 1 dan 2 serta kegiatan Diary Writing dan
Komputer untuk kelas 3 – 6 SD
f) Membuat, menilai dan mengarsip worksheet dan panduan pembelajaran
siswa

19
RAHASIA

g) Merencanakan dan melaksanakan outing, menjadi pembina kepanduan


dan fasilitator outbound
h) Melakukan evaluasi pembelajaran, analisis soal dan analisis nilai,
mengisi rapot dan perkembangan siswa
i) Melayani bimbingan konseling siswa, kunjungan ke rumah siswa (Home
Visit) serta mengawal pelaksanaan Dewan Kelas
j) Melaksanakan budaya guru dan mengawal pelaksanaan budaya Siswa
c. Dokumentasi analisis Sistem di SD IT Alam Nurul Islam
1) Hasil asesmen yang dilakukan oleh praktikan lain dalam intervensi kasus
sistem di SDIT Alam Nurul Islam (Aunillah, 2013)
Berdasarkan hasil asesmen Aunillah (2013) menyatakan bahwa prosedur
penanganan kasus yang telah dirancang saat tahun ajaran 2012/2013 belum
disosialisasikan kepada para guru dan pimpinan sekolah. Hal ini
menyebabkan prosedur penanganan kasus siswa belum dapat dilaksanakan
secara menyeluruh dan juga belum dapat dievaluasi keefektifan
pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil PKPP Aunillah (2013) yang menyoroti
penanganan kasus siswa secara kelompok di Unit SD belum optimal akibat
kurangnya SDM pada staf UPP yang saat itu diisi oleh 2 tenaga kerja.
Sehingga Aunillah (2013) mengusulkan adanya supervisor internal untuk
berkoordinasi dengan wakasek bagian kesiswaan serta wali kelas.
Rekomendasi dari Aunillai (2013) memberikan rancangan susunan
tata kerja baru di Yayasan Nurul Islam meliputi garis komando dan
koordinasi kerja antara staf internal UPP dengan wakasek kesiswaan dan
wali kelas.
2) Hasil asesmen yang dilakukan oleh praktikan lain dalam intervensi kasus
sistem di SDIT Alam Nurul Islam (Anindita, 2015)
Berdasarkan hasil asesmen Anindita (2015) menyatakan bahwa belum
optimalnya subsistem UPP di SD IT Alam Nurul Islam ini. Hal ini
diakibatkan oleh kurangnya komunikasi antara guru kelas dengan UPP,

20
RAHASIA

sehingga terhambatnya proses pengiriman dan penerimaan informasi


mengenai pendampingan siswa di sekolah.
Adapun rekomendasi dari Anindita (2015) dalam permasalahan ini
adalah membuat alur skema rujukan permasalahan siswa dan blanko rujukan
permasalahan siswa.
d. Hasil Analisis Dokumentasi
Berdasarkan data dokumen yang tersedia, menunjukkan bahwa belum
adanya uraian kerja (job description) yang jelas bagian internal dan eksternal
pada subsistem UPP. Hal ini menimbulkan ambiguitas kerja yang terjadi
dalam koordinasi secara internal dengan Unit Pembelajaran SD. Selain itu
visi dari UPP yang masih berorientasi sebagai media pelayanan yang
ditujukan kepada masyarakat (eksternal) menunjukkan belum adanya visi
yang selaras dengan unit pembelajaran SD yang berorientasi pada
kesejahteraan siswa.
Berdasarkan uraian kerja wakasek kesiswaan, koordinator level, dan
guru kelas memiliki tugas pokok untuk memberikan bimbingan dan
konseling untuk mengatasi permasalahan siswa. Hal ini selaras dengan tugas
dan fungsi dari UPP.
4. Integrasi Data
Integrasi data mengenai koordinasi kerja antara UPP dengan unit
pengajaran khususnya unit SD dilakukan dengan menggunakan analisis
SWOT. Analisis SWOT merupakan teknik analisis dalam menentukan
langkah pengembangan organisasi. Menurut Kearns (1992) SWOT merupakan
pendekatan perencanaan strategik yang merupakan akronim dari Strength,
Weakness, Opportunies, dan Threats. Dengan kata lain, SWOT adalah
perwujudan dari inti konseptual dan metodelogikal dari perencanaan strategik
yang memfokuskan perhatian pada tren lingkungan yang dapat mempengaruhi
misi dan strategi lembaga.
Analisis SWOT dapat dilihat pada table berikut ini:

21
RAHASIA

Tabel 6. Analisis SWOT


Strength Weakness Opportunity Threats
SD IT Alam Koordinasi antar Ketertarikan Permasalahan
Nurul Islam unit pendidikan masyarakat dan siswa yang
memiliki Unit (guru kelas & orang tua terhadap bervariasi tidak
Pelayanan wakasek konsep pendidikan hanya pada
Psikologi untuk kesiswaan) dan IT dan Alam yang masalah akademik
membantu guru UPP belum berfokus pada melainkan
dalam berjalan optimal. pembentukan dan meliputi
mendampingi Kurangnya SDM pengembangan permasalahan non
siswa UPP dalam karakter siswa akademik
memberikan
pelayanan secara
internal.

Tabel 7. Matrix Analisis SWOT


Faktor Internal Faktor Eksternal
Opportunities Threats
Strengths Yayasan memfasilitasi Permasalahan siswa yang
pendampingan siswa dengan bervariatif dapat ditangani
membentuk subsistem UPP oleh guru kelas yang
sebagai support unit pada dibantu oleh UPP
bagian internal untuk
mencapai misi dalam
pembentukan dan
pengembangan karakter
siswa.
Weakness Pembentukan dan Pendampingan terhadap
pengembangan karakter permasalahan siswa yang
siswa belum berjalan optimal bervariatif akan terhambat
karena kurangnya koordinasi jika terdapat koordinasi unit
antara unit pendidikan dan pembelajaran dan UPP
UPP bagian internal bagian internal yang belum
operasional dan berjalan
optimal.
5. Formulasi Masalah
Berdasarkan hasil analisis SWOT, diperoleh gambaran mengenai
pendampingan permasalahan siswa yang belum optimal akibat belum
terjalinnya koordinasi antara unit pendidikan dan pembelajaran di SD dengan

22
RAHASIA

UPP. Tugas dan fungsi dari UPP sebagai pemberi pelayanan psikologis dalam
mendampingi kasus siswa baik secara individual dan kelompok. Begitu pula
dengan salah satu tugas guru kelas untuk memberikan bimbingan dan
konseling kepada siswa di kelas. Kedua pihak ini sama-sama memiliki tugas
untuk memberikan pendampingan terhadap siswa. UPP dinyatakan sebagai
subsistem yang menyokong ataupun memberi bantuan kepada guru yang
merujuk ataupun mengkonsultasikan permasalahan siswa.
Selama ini guru merujuk permasalahan siswa yang tidak dapat lagi
ditangani kepada UPP secara langsung. Sehingga pendampingan lebih berdiri
masing-masing tanpa kolaborasi. Hal ini diperparahh dengan SDM UPP yang
belum memadai untuk menangani kasus internal sekolah yang meliputi
jenjang pendidikan mulai TK sampai dengan SMP. Sehingga kinerja UPP
yang cenderung lambat dalam merespon keluhan guru di SD.
Program komprehensif yang dijelaskan oleh Johnson dan Dinnal (2009)
didesain berdasarkan kebutuhan siswa, pelayanan ini bersifat inklusif dan
konstan, mengikuti perkembangan, preventif, dan evaluatif. Langkah-langkah
konselor sekolah mulai dari identifikasi sampai dengan keberlanjutan program
penanganan siswa membutuhkan koordinasi pelayanan yang dapat bernilai
bagi siswa dan komunitas sekolah karena usaha untuk membuat perubahan
dari yang nyata bagi siswa dan menjaga lingkungan belajar yang nyaman dan
terstruktur.
Pihak sekolah, khususnya bagian kesiswaan yang menangani
pendampingan siswa cenderung belum menjalin koordinasi kerja yang baik
dengan UPP. Kolaborasi kerja di SDIT tidak berjalan optimal. Akibatnya
kedua subsistem ini berjalan masing-masing dalam menjalankan tugas
pendampingan siswa. Padahal Johnson dan Dinnal (2009) mengatakan tujuan
penyediaan pelayanan komprehensif ini dapat menguntungkan setiap siswa.
Hal ini dapat dilakukan dengan adanya kolaborasi antara konselor dan
administrator, guru, orang tua, dan anggota komunita yang berpartisipasi
dalam perencanaan sampai evaluasi.

23
RAHASIA

Pemahaman guru yang salah mengenai hierarki kedudukan UPP didalam


struktur organisasi menyebabkan terhambatnya koordinasi kerja antara pihak
guru dan staff UPP. Guru merasa UPP merupakan subsistem yang berada di
atas unit pendidikan sehingga minimnya komunikasi yang terjalin dengan
UPP dalam hal pendampingan kasus siswa. Dukungan dari setiap subsistem
sekolah belum terjalin satu-sama lain.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 111 Tahun 2014
menyatakan bahwa salah satu komponen bimbingan dan konseling adalah
layanan sistem dukungan. Hal ini di jelaskan Johnson dan Dinnal (2009)
dimana layanan sistem dukungan berisikan mengenai segala aktivitas yang
meliputi aktivitas menyusun, mempertahankan, dan meningkatkan program
konseling sekolah sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan, dan
dukungan ini meliputi partisipasi professional lain, kolaborasi dalam tim yang
melibatkan staff sekolah dan orang tua, komite sekolah, dan pelatihan melalui
workshop dan seminat.
Akibatnya koordinasi kerja yang belum optimal terjadi di sekolah ditandai
dengan lambatnya penanganan atas permasalahan siswa. Ada beberapa guru
yang tidak mengetahui mekanisme rujukan kepada UPP dan ada
permasalahan siswa yang tidak selesai. Menurut Johnson & Dinnal (2009)
mengatakan bahwa penanganan kasus khususnya di tingkat SD selain
membutuhkan pengembangan kurikulum pembelajaran (45%), siswa di
Sekolah Dasar membutuhkan pelayanan yang responsif (40%) dibandingkan
pelayanan individual (10%). Sehingga penanganan siswa membutuhkan
adanya kerjasama yang bersinergi antar subsistem terkait. Hal ini dapat
melibatkan guru kelas (guru pendamping dan pembina), bagian kesiswaan,
orang tua, serta staff UPP selaku konselor sekolah demi mencapai pelayanan
responsif terhadap kebutuhan siswa.
6. Fokus Intervensi
Berdasarkan formulasi masalah yang telah dijabarkan dapat diketahui
bahwa permasalahan yang dihadapi adalah kolaborasi dan koordinasi kerja
antara subsistem UPP dengan unit pendidikan dan pembelajaran di SD yang

24
RAHASIA

belum berjalan optimal. Selama ini program kerja yang dirancang oleh UPP
sering kali tidak tersampaikan kepada unit pendidikan dan pembelajaran.
Selain itu rujukan kasus permasalahan siswa sering ditangani secara terpisah
tanpa adanya kolaborasi sebagai tim untuk menangani permasalahan siswa di
unit SD. Pembentukan tim koordinasi kerja ini dapat dilakukan dengan
mengkolaborasikan antara staff UPP, guru kelas yang terpilih sebagai
koordinator level yang memahami dinamika kelas, berserta wakasek
kesiswaan yang dapat menaungi tim ini. Fokus intervensi yang ditetapkan
adalah membentuk tim konselot terintegratif dalam pendampingan kasus
siswa.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


A. Bimbingan Konseling dan Konselor Sekolah
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen,
pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur ( UU No. 20
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Berdasarkan salinan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 tahun 2008 mengenai
kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal
jenjang strata satu (S1) bidang Bimbingan dan Konseling yang bermuara pada
penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang
Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi professional merupakan
penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang
memandirikan ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan
kompetensi akademik yang telah di peroleh dalam konteks pendidikan profesi
konselor.
Hal ini dipatenkan oleh Peraturan Menteri Pendidikan mengenai
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling pada SD/MI atau yang sederajat
dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling (Permen No 111
tahun 2014 pasal 10 ayat 1). Upaya Bimbingan dan Konseling selain
dikerjakan oleh konselor sekolah, upaya ini dapat ditanggulangi guru kelas.

25
RAHASIA

Berdasarkan Permen No 74 tahun 2008 menyatakan guru mendapat tugas


tambahan sebagai guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan beban
kerja sesuai dengan beban kerja guru bimbingan dan konseling atau konselor.
Hal ini senada dengan deskripsi kerja dari guru kelas yang disusun oleh SD IT
Alam Nurul Islam.
Oleh karena itu, Bimbingan dan Konseling diartikan sebagai upaya
sistematis, objektif, logis, dan keberlanjutan serta terprogram yang dilakukan
oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam
kehidupannya (Permen No 111 tahun 2014 pasal 1). Tambahan pula
disampaikan oleh Johnson dan Dinnal (2009) pelayanan konseling sekolah
merupakan bagaian dari program komprehensif dan pengembangan yang
berfokus pada perkembangan akademik/edukasi, karir, keterampilan
personal/sosial, dan kompetensi yang diperlukan di sekolah yang disediakan
untuk setiap siswa serta personil sekolah, keluarga, dan komunitas.
Kontribusi dari konselor sekolah menurut Johnson dan Dinnal (2009)
adalah sebagai berikut:
1. Konseling
a. Mewujudkan hubungan kerja yang dapat dipercaya dengan siswa atau
kelompok siswa untuk membantu mencapai tujuan dan/atau membawa
perubahan perilaku
b. Fokus terhadap pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
pengembangan sosio-emosi dan isu personal yang berfokus pada
perkembangan pembelajaran
c. Mengaplikasikan teori konseling dan teknik untuk menolong siswa
mencapai kesuksesan akademik, karir, dan sosial/personal
d. Menganalisa dan mengeksplorasi perilaku dan sikap yang berdampak
pada kemampuan siswa mewujudkan kesuksesan pembelajaran dalam
komunitas
2. Koordinasi pelayanan

26
RAHASIA

a. Menentukan tujuan program konseling sekolah dan mengidentifikasi


mekanisme dan sumber daya untuk mencapai tujuan
b. Mengutamakan, mengorganisasikan, dan melaksanakan komponen
program baik individu, kelompok, panduan kelas, pelayanan
konseling, karir, akademik, nasihat, dan dukungan tersistematis.
3. Kepemimpinan
a. Melayani sebagai pemimpin yang terikat untuk membangun sistem
yang terus berubah untuk memastikan kesuksesan tiap siswa
b. Menolong setiap siswa untuk mendapatkan akses akademik yang
memberikan kesempatan dan peningkatan prestasi akademik
c. Mempromosikan kesuksesan siswa dengan menjaga kesenjangan
informasi, kesempatan, dan prestasi dimanapun
d. Berkolaborasi dengan professional lain di sekolah untuk
mengimplementasikan reformasi sekolah
4. Advokasi
a. Memastikan kebutuhan akademik, personal/sosial, dan karir bagi
setiap siswa
b. Bekerja secara aktif dengan setiap siswa untuk memusnahkan
hambatan dalam belajar
c. Mengenali perbedaan dan mengadvokasikan demi penerimaan dan
toleransi terhadap latarbelakang ras, etnik, status ekonomi,
kemampuan, dan gaya hidup.
5. Kolaborasi dan Tim
a. Memperkuat kolaborasi antar staf sekolah untuk bekerja bersama
mencapai tujuan yang sama, akses serta kesuksesan bagi setiap siswa
b. Bekerja dengan seluruh stakeholder untuk mendukung tercapainya
bagi setiap siswa
c. Membangun rasa memiliki terhadap sekolah melalui pemahaman dan
apresiasi terhadap kontribusi dalam mendidik setiap siswa
6. Mengatur Sumber daya

27
RAHASIA

a. Menggunakan kreativitas untuk mengidentifikasi dukungan internal


dan eksternal dan keterikatan seluruh stakeholder dalam
mengimplementasikan program konseling sekolah
b. Memanfaatkan waktu dan sumber daya secara efisien untuk melayani
seluruh siswa
7. Latihan Menginformasikan Data
a. Menganalisa dan menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi dan
merespon kebutuhan siswa
b. Mengggunakan data untuk membangun administrasi dan fasilitas demi
memperkecil kesejangan prestasi
c. Mengawasi kehadiran siswa dan performansi di kelas dan merancang
strategi yang menstimulasi kesuksesan bagi siswa
d. Mendemonstrasikan bagaimana program konseling sekolah yang
berdampak positif terhadap siswa untuk berbagi tentang akuntabilitas
demi pengembangan sekolah melalui koordinasi tiap pihak.
8. Penggunanaan teknologi
a. Menggunakan teknologi secara efektif dan efisien dalam
menyebarluaskan informasi dan menganalisis hasil
b. Mengaplikasikan keterampilan komputer dasar, pengetahuan
penggunaan internet, dan software yang terkait dengan konseling
sekolah
c. Memanfaatkan panduan virtual untuk menolong siswa mengakses
sumber daya terkait panduan karir dan dukungan panduan program
konseling
d. Menjaga kerahasiaan data atau informasi siswa
e. Berkolaborasi dengan pihak sekolah untuk mengajarkan siswa berlatih
menggunakan teknologi secara aman
B. Pembentukan Tim/ Ad hoc
Menurut Wursanto (2005) istilah tim sering disamakan dengan
istilah komite, komisi, gugus task (task force atau task group). Istilah ini
mengandung pengertian yang sama yaitu sekelompok orang dimana

28
RAHASIA

sejumlah persolan dibebankan. Jadi komite, tim, atau panitia merupakan


sekelompok orang yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
khusus yang tidak dapat diselesaikan pejabat/pimpinan atau oleh beberapa
orang dewan
Menurut Wusanto (2005) alasan penggunaan desain komite/tim
sebagai alat yang digunakan secara luas untuk segala corak organisasi.
penggunaan panitia dalam organisasi disebabkan karena berbagai
pertimbangan sebagai berikut:
1. Merupakan forum untuk saling bertukar pendapat di antara para anggota
sehingga sifatnya demokratis
2. Sebagai alat koordinasi
a. Untuk menyusun perencanaan dan penentuan kebijaksanaan (policy)
b. Untuk mengintegrasikan rencana dan kegiatan organisasi
c. Karena komplikasi, perubahan, kebutuhan akan penugasan berbagai
bagian, terutama masalah yang sulit diatasi, misalnya setiap
perencanaan dikoordinasikan terlebih dahulu dengan bagian lain,
demikian pula masalah penentuan kualitas dan kuantitas produk yang
akan dihasilkan
3. Dapat dipergunakan sebagai alat untuk menampung semua jenis informasi
4. Sebagai alat untuk konsolidasi wewenang
5. Merupakan alat yang sangat berharga untuk pemusatan wewenang dalam
penyusunan rencanan program
6. Pertimbangan dan keputusan kelompok lebih baik daripada pertimbangan
atau keputusan yang diambil secara perorangan
7. Meningkatkan motivasi melalui partisipasi aktif
8. Meningkatkan pengawasan karena tim dapat berhubungan langsung
dengan para pelaksana
9. Tim lebih menitikberatkan kepada keahlian
10. Dapat memainkan peran sebagai pendidik

29
RAHASIA

Tambahan dari Mangundjaya (2002) mengenai cara kerja tim Ad hoc


ini adalah sebagai berikut:
1. Pakar yang berbeda-beda bergabung dalam satu tim (proyek inovasi)
2. Menggunakan alat penghubung
3. Desentralisasi selektif pengambilan keputusan tersebar pada manager dan
staf
4. Manajemen puncak sebagai mediator dan penghubung dengan lingkungan
luar

V. REKOMENDASI INTERVENSI SISTEM


Permasalahan yang dihadapi adalah belum optimalnya koordinasi dan
kolaborasi dalam penanganan permasalahan siswa antara subsistem UPP
dengan sistem pendidikan dan pembelajaran Unit SD. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka rekomendasi intervensi yang dapat diberikan
yaitu:
A. Pihak sekolah mensosialisasikan fungsi dan tugas serta hierarki
kedudukan UPP kepada guru-guru serta mensosialisasikan alur rujukan
kepada seluruh guru menengenai bantuan dukungan dalam menangani
permasalahan siswa.
B. Pihak sekolah dapat membentuk Tim Konselor Sekolah yang
terintegratif yang berisikan berbagai ahli dari berbagai bidang dengan
melibatkan konselor sekolah dan psikolog dari subsistem UPP dan guru
kelas dari koordinator level kelas serta wakasek kesiswaan.
C. Pembentukan Tim Konselor Terintegratif sebagai upaya untuk
menjembatani koordinasi dan kolaborasi kerja antara subsistem UPP dan
Unit Pendidikan dan Pengajaran di SD dalam penanganan siswa
khususnya Bimbingan dan Konseling. Hal ini didasari visi sekolah yang
berfokus pada pembentukan dan pengembangan karakter siswa.
D. Pihak UPP dapat memperjelas uraian kerja (job description) baik bagian
internal dan eksternal untuk menghindari ambiguitas dalam tugas pokok
masing-masing bagian.

30
RAHASIA

Rekomendasi sistem yang diberikan praktikan dalam bentuk struktur


organisasi mengenai kedudukan Tim Konselor Terintegratif di struktur organisasi
SD IT Alam Nurul Islam:
Yayasan Nurul Islam

Badan Pengurus Harian

Unit

Unit Pelayanan SDIT Nurul


Psikologi Nurul Islam Islam

Supervisor/Psikolog
Kepala Sekolah

Koordinator
Wakasek Kesiswaan

Koordinator level
Internal Eksternal

Guru Kelas

Tim Konselor
Terintegratif

Keterangan bagan : Garis Koordinasi


Garis Operasional
Garis Komando

Bagan 4. Hubungan Kerja Subsistem UPP dan Unit Pendidikan dan


Pembelajaran SD

31
RAHASIA

Fungsi dan Tugas Tim Konselor Terintegratif

1. Fungsi
Tim ini sebagai salah satu program konseling sekolah yang
komprehensif yang mengintegrasikan perkembangan akademik, karir,
personal dan sosial. Tim ini berisikan oleh staff dari UPP yang meliputi
konselor dan psikolog serta staff dari Unit Pendidikan dan Pembelajaran
SD yakni wakasek kesiswaan, koordinator level, dan guru kelas senior.
2. Tugas Pokok
a. Menerima keluhan dari permasalahan siswa yang berkaitan dengan
perkembangan akademik, karir, personal, dan sosial dari pihak yang
terlibat dengan diri siswa seperti guru dan orang tua.
b. Melakukan asesmen terhadap keluhan yang disampaikan melalui
wawancara, observasi yang dapat dilakukan guru, koordinator level ,
atau konselor. Serta asesmen psikologis dengan instrumen psikologi
yang dilakukan atas supervisei psikolog untuk mengases inteligensi,
minat, bakat, dan kepribadian.
c. Psikolog menegakkan diagnosa berdasarkan integrasi dari data-data
asesmen yang telah dikumpulkan oleh tim.
d. Memberikan intervensi dalam mengatasi permasalahan yang
ditemukan secara responsif, berkoordinasi, dan berkolaborasi dengan
guru, orang tua, dan pihak sekolah untuk mengawasi pelaksanaan
intervensi. Intervensi dapat berupa:
1) Layanan Individu
Intervensi yang berfokus pada aktivitas sistemik dalam setting
sekolah pada aspek akademik, karir dan perkembangan personal-
sosial. Melalui layanan individual ini, konselor dapat membantu
siswa dalam hal merencanakan, mengawasi, dan mengatur pola
belajar dan perilaku. Promosi dalam program layanan individual
seperti transisi sekolah (seperti dari TK-SD), transisi karir (SD-

32
RAHASIA

SMP). Layanan individual dikembangkan sesuai kebutuhan siswa


dari setiap level dapat dilakukan dengan cara:
a) Individual, bertemu langsung dengan siswa dalam
mengembangkan dan mengawasi layanan
b) Kelompok kecil, menyediakan layanan dalam kelompok kecil
yang berfokus pada perencanaan pengembangan, review, dan
implementasi
c) Kelas, konsultasi dengan staff pengajaran dalam
mengembangkan dan mengawasi keberlangsungan dan
keberlanjutan program
d) Manajemen kasus, mengawasi perkembangan siswa melalui
pertemuan dengan siswa, melalui monitoring nilai, asesmen dan
raport, dan konsultasi dengan staff pengajaran
e) Intervensi Krisis, menyediakan layanan intervensi krisis yang
responsif sesuai kebutuhan siswa melalui program manajemen
perilaku preventif
f) Orang tua: Menjalin dan berkoordinasi mengenai layanan
individual melalui pertemuan antara konselor dan siswa hal ini
dapat dilakukan di dalam dewan kelas
2) Layanan Responsif
Berfokus pada kebutuhan individual dan kelompok yang
mendesak, konselor sekolah melakukan konseling individu atau
kelompok, konsultasi kelompok, dan intervensi krisis dalam
menyediakan layanan proaktif dan response. Layanan responsive
memastikan respon yang sesuai, dalam waktu yang tepat, dan
tersedia untuk seluruh siswa. Layanan ini terjadi adanya rujukan
(referral) dari guru, staff, dan orang tua yang membutuhkan
bantuan segera. Strategi responsif dapat berupa:
a) Konseling individual, kesempatan untuk mengidentifikasi dan
mengklarifikasi pendampingan siswa dalam hal pengembangan
individual

33
RAHASIA

b) Konseling kelompok kecil, konseling kelompok berfokus pada


mediasi dan isu pencegahan
c) Rujukan (referral), mungkin saja dirujuk kepada bagian
internal atau eksternal dari sekolah untuk mencari layanan
bantuan terhadap permasalahan
d) Konseling krisis, pencegahan, intervensi, dan follow up kepada
siswa dalam situasi darurat
e) Konsultasi, proses diskusi dengan orang yang ahli di
bidangnya, orang tua dalam mengembangkan kesuksesan pada
siswa
f) Resolusi konflik, konselor menyediakan layaan langsung
kepada siswa dalam melatih siswa sebagai mediator sebaya
dalam resolusi konflik
e. Mengawasi proses perkembangan hasil intervensi dengan cara
melakukan pencatatan yang dibuat dalam bentuk laporan sebagai
dokumentasi perkembangan siswa yang dapat digunakan oleh guru
kelas untuk mengembangkan personal siswa.
f. Perwakilan tim menyampaikan proses intervensi dan hasil
intervensi kepada guru kelas siswa yang berkaitan di dalam syuro’
yang dilakukan untuk membahas dinamika perkembangan siswa
3. Tugas Tambahan
a. Mensosialisasikan alur rujukan mengenai penyampaian keluhan yang
sulit ditangani guru di dalam kelas
b. Mendokumentasikan hasil asesmen berupa ringkasan wawancara,
observasi, dan hasil psikodiagnostika serta hasil intervensi ke dalam
arsip perkembangan siswa
c. Melakukan perkembangan personal tim dalam menunjang layanan
sistem melalui layanan dukungan sistem untuk menjalin, menjaga, dan
meningkatkan program konseling dalam sistem pendidikan di sekolah
dengan melibatkan:

34
RAHASIA

1) Profesional lain dengan partisipasi dan diskusi dengan ahli melalui


workshop, seminar, pelatihan, dan penelitian
2) Konsultasi/kolaborasi/tim dengan staff, orang tua, anggota
komunitas untuk memenuhi kebutuhan siswa
3) Partisipasi dari komite sekolah
4) Workshop dan seminar dalam mengimplementasikan acara dari
program sekolah

35
RAHASIA

Alur Operasional Penanganan oleh Tim Konselor Terintegratif

Keluhan Orang Tua Guru kelas mengisi


blanko rujukan
(Anindita, 2015)
Deteksi awal guru

Tim melakukan
asesmen

Wawancara oleh Observasi guru kelas Psikodiagnostik


koordinator level/ supervise oleh
guru /konselor psikolog

Psikolog mengintegrasi
data dan menegakkan
diagnosa

Intervensi

Layanan Individu Layanan Responsif

Pengawasan dan
pencatatan
Perkembangan siswa

Mensosialisasikan
perkembangan dalam
rapat (syuro’)

Bagan 5. Alur Operasional Penanganan oleh Tim Konselor Terintegratif

36
RAHASIA

DAFTAR PUSTAKA

Aunillah, F. (2013). Laporan praktek kerja profesi psikologi pendidikan kasus


sistem school bullying di SD IT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Laporan
PKPP. Tidak Diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Anindita, D. (2015). Laporan praktek kerja profesi psikologi pendidikan kasus
sistem di SD IT Alam Nurul Islam Yogyakarta. Laporan PKPP. Tidak
Diterbitkan. Fakultasi Psikologi Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Johnson, Y.D., dan Dinnall, S.E. (2009). Comprehensive School Counseling
Program Guide. New York: Springfield
Kearns, K.P. (1992). From comparative advantage to damage control: clarifying
strategic issues using SWOT analysis. Nonprofit Management and
Leadership, 3 (1): 3-22.
Mangundjaya,, W.H. (2002). Organisasi, Struktur, Proses, dan Desain. Jakarta:
Pacu Cita Insani .
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lembaran Negara RI
Tahun 2003 Noo 78 Tambahan Lembaran Negara RI No. 4301. Sekretaris
Negara. Jakarta.
Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor. Lembaran Negara RI Tahun 2008. Sekretari Negara. Jakarta
Republik Indonesia. (2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74
Tahun 2008 Tentang Guru. Lembaran Negara RI Tahun 2008 No. 4941.
Sekretaris Negara. Jakarta
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014 Tentang Bimbingan dan
Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Berita
Negara RI Tahun 2014 No 1544. Sekretaris Negara. Jakarta.
Wursanto, I. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Andi Offset.

37
RAHASIA

LAMPIRAN

38
BLANGKO RUJUKAN PERMASALAHAN SISWA
(Anindita, 2015)
Level Kasus: Ringan/Sedang/Berat

A. IDENTITAS SISWA
1. Nama :

2. Kelas :

B. PERMASALAHAN ATAU KELUHAN

C. PENANGANAN GURU

Sleman,_______________
Guru,

(_____________________)

Anda mungkin juga menyukai