Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
SOSIEMOSIONAL DAN KEPERIBADIAN ANAK”
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing:
Hardiyanti Rahmah, M.Psi

Oleh:
Mohammad Hidayat
Ridha Munawwir
Rahim Firdaus
Sandy

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “karakteristik perkembangan sosioemosional dan kepribadian anak ”
sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Psikologi Perkembangan program studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ)
Amutai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Ibu Hardiyanti Rahmah, M.Psi yang telah banyak memberikan bimbingan dan
petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah
memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-
literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do’a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 14 Februari 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 3

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 5

C. Tujuan .................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 5

A. Apa Pengertian Sosial Emosional? ...................................................................... 5

B. Bagaimana Memahami Karakteristik Sosial Emosional................................... 8

C. Metode-Metode Apa Saja dalam Pengembangan Sosial Emosional Anak .... 14

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 18

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut UU Sisdiknas 2003 anak usia dini adalah anak yang berada pada
usia 0-6 tahun dan antara 0-8 tahun menurut para pakar Pendidikan. Pada masa ini
anak mengalami pertumbuhan serta perkembangan sangat pesat yang tidak akan
tergantikan di masa mendatang sehingga masa ini disebut sebagai masa golden
age. Masa golden age ini sangat berpengaruh pada tahap tumbuh kembang
selanjutnya. Masa ini juga hanya berlangsung satu kali dalam seumur hidup setiap
individu.1 Maka dari itu proses tumbuh kembang pada masa ini harus sangat
diperhatikan oleh guru maupun orangtua.

Selain itu, masa usia dini ini disebut juga sebagai periode sensitif (critical
period). Dimana pada periode ini kematangan fungsi fisik dan psikis anak sudah
siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Oleh karena itu,
seluruh kebutuhan tumbuh kembang anak harus dipenuhi dengan baik agar
tumbuh kembang anak berlangsung dengan optimal.

Anak-anak memiliki beberapa aspek perkembangan, salah satunya adalah


aspek sosial-emosional. Meski sosial dan emosional adalah dua kata yang
memiliki makna yang berbeda, tetapi sebenarnya aspek sosial emosional ini tidak
dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan kedua aspek ini saling bersinggungan satu
sama lain. Perkembangan sosial emosional ini bertujuan agar anak memiliki
keprcayaan diri, kemampuan bersosialisasi, dan kemampuan mengendalikan
emosi. Optimalisasi perkembangan sosial emosional ini ditentukan oleh kualitas
kerjasama antara orangtua, guru, dan lingkungan.2

Untuk optimalisasi perkembangan sosial emosional ini dapat dilakukan


dengan mulai mengajak anak mengenal dirinya sendiri dan lingkungan. Proses

1
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi Dan Implementasinya Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, t.t.), hal. 7.
2
S Wahyuni, M Syukri, dan D Miranda, Peningkatan Perkembangan Sosial Emosional melalui
Pemberian Tugas Kelompok pada Anak Usia 5-6 Tahun (Pontianak: Universitas Tanjungpura,
2015), hal. 2.

3
pengenalan ini dapat berupa interaksi anak dengan keluarga yang akan membuat
anak belajar membangun konsep diri. Juga dapat dengan cara bermain bersama
teman sebaya yang akan melatih dan meningkatkan kemampuan sosialisasi anak.
Semakin sering perilaku sosial emosional anak dilatih, maka kemampuan problem
solving-nya pun akan semakin baik. Maka dari itu orangtua maupun guru harus
sesering mungkin mengajak anak bermain permainan yang dapat melatih
kemampuan sosial emosional anak.

Perkembangan sosial diartikan sebagai kemampuan anak dalam


berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan masyarakat luas agar dapat
meyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan Negara.3
Perkembangan sosial ini mengikuti suatu pola perilaku sosial. Dimana pola ini
berlaku pada semua anak yang berada dalam satu kelompok budaya.
Perkembangan ini dimulai sejak bayi mampu berinteraksi dengan keluarganya.
Pengalaman sosial yang dialami anak saat usia dini sangat memengaruhi
pembentukkan karakter anak di masa yang akan datang.4

sebagai generasi penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan


pengembangan yang optimal yang harus dilakukan sejak usia dini. Sumberdaya
manusia yang berkualitas tidaklah datang begitu saja, semua membutuhkan
persiapan yang matang. Sehingga tidak salah ungkapan bahwa sumber daya
manusia yang berkualitas harus dipersiapkan sejak usia dini. Adanya sumber daya
manusia yang berkualitas dapat menjadi aset bangsa yang menguntungkan.

Namun pada kenyataannya, sebagian besar pola pembelajaran masih


bersifat transmisif, seorang guru hanya mentransfer konsep-konsep secara
langsung kepada siswa tanpa melalui proses belajar yang bermakna. Hal tersebut
juga didukung dengan pernyataan Soedjadi dalam Trianto yang menyatakan
bahwa pengajaran selama ini masih menggunakan Persiapan yang harus dilakukan
dalam rangka mengembangkan sumber daya manusiaini di awali dengan
pemahaman tentang proses tumbuh dan berkembangnya seorang manusia,
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses tumbuh kembang tadi, dan

3
Farida Mayar, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan Bangsa,”
Jurnal Al-Ta’lim, Nomor 6, Vol. 1 (2013): hal. 459.
4
Zaenal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK (Bandung: Yrama Widya,
2009), hal. 40-41.

4
bagaimana cara mengembangkan aspek-aspek itu agar seluruh potensinya dapat
berkembang secara optimal. Anak merupakan makhluk individu yang sejak lahir
telah membawa berbagai potensi(fisik, Psikososial, bahasa, inteligensi). Seluruh
potensi yang dimiliki anak tersebut yang baru akan berkembang apabila mendapat
pengaruh dari lingkungan di mana anak tersebut berada.Ditinjau dari sudut
religianak merupakan mahluk Allah yang perlu ditumbuh kembangkanatau
dididik sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai makhluk Allah yang
memiliki keimanan, ketaqwaan pada-Nyadalam melakukan berbagai kegiatan
sebagai Khalifah dimuka bumi. 5

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian sosial emosional?
2. Bagaimana memahami karakteristik sosial emosional dan keperibadian
anak ?
3. Metode-metode apa saja dalam pengembangan sosial emosional anak?

C. Tujuan
1. Untuk memahami lebih jauh tentang sosial emosional
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik sosial emosional keperibadian
anak
3. Untuk mengetahui metode metode yang di gunakan dalam pengembangan
sosial emosional anak

5
Muhammmad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan , Pilar dan Implementasi.(Jakarta. Prenada
Media Group: 2014), hlm. 153

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosial Emosional


Makna sosial dipahami sebagai upaya pengenalan (sosialisasi) anak
terhadap orang lain yang ada di luar dirinya dan lingkungannya, serta pengaruh
timbal balik dari berbagai segi kehidupan bersama yang mengadakan hubungan
satu dengan lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Dalam
kajian sosiologis Soekanto memberikan definisi sosial ini yang disebut dengan
proses sosial yaitu: cara-cara berhubungan yang dilihat apabila perorangan dan
kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk-
bentuk hubungan ini, atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan
yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada.Proses sosial
yang dimaksudkan Soekanto ini memiliki ruang lingkup yang sangat luas,yakni
menyangkut berbagai segi kehidupan bersama, misalnya, memengaruhi antara
sosial, politik,serta ekonomi dan hukum. Namun dalam bahasa ini, proses sosial
yang dimaksud lebih ditujukan pada hubungan sosial anak dengan sesamanya atau
orang-orangyang ada di dalam lingkungannya. Bagaimana anak bersosialisasi
dengan orang lain, seperti dengan orang tua, anggota keluarga, guru, dan orang
lain yang ada di sekitar lingkungan dimana anak berada, baik di rumah, di
sekolah, maupun di lingkungan masyarakat sekitarnya.
Perkembangan sosial diartikan sebagai kemampuan anak dalam
berinteraksi dengan teman sebaya, orang dewasa, dan masyarakat luas agar dapat
meyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan harapan bangsa dan negara. Adanya
minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat
untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok merupakan sebagian tanda dari
perkembangan perilaku sosial anak.6

Sedangkan emosi adalah suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak


dalam diri seseorang yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan,

6
Farida Mayar, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa Depan Bangsa,”
hal. 459-460.

6
yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap
lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.7

Makna emosi banyak dikaji oleh para psikolog, dan banyak mendapatkan
tempat dari pengkajian mereka, karena dianggap sebagai bagian yang penting dan
menarik dalam kehidupan manusia ini. Sukmadinata misalnya, ia memberikan
definisi emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai
intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin.
Seperti hal nya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari
emosi positif hingga yang bersifat negatif.8

Menurut row& Crow dalam Sunarto & Hartono, memberikan pengertian


emosi sebagai pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik, dan berwujud suatu tingkah laku yang
tampak. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa emosi adalah perasaan batin
seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan mental dan fisik yang
dapat muncul atau termani festasi ke dalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala
seperti takut, cemas, marah, murung, kesal, iri, cemburu, senang, kasih sayang,
dan ingin tahu. Dalam kaitannya dengan proses sosial, emosi dapat muncul
sebagai akibat adanya hubungan atau interaksi sosial antara individu, kelompok,
dan masyarakat.9 Emosi dapat muncul sebagai reaksi fisiologis, perasaan, dan
perubahan perilaku yang tampak. Emosi pada anak usia dini lebih kompleks dan
real, karena anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka.Secara umum emosi mempunyai fungsi untuk mencapai suatu pemuasan,
pemenuhan, atau perlindungan diri, atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat
keadaan tidak nyaman dengan lingkungan atau objek tertentu. 10
Dapat dijelaskan perilaku sosial dan perilaku emosional. Perilaku sosial
adalah kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, kegiatan yang berkaitan
dengan pihak lain yang memerlukan sosialisasi dalam hal bertingkah laku yang
dapat diterima oleh orang lain, belajar memainkan peran sosial yang dapat

7
Dewi Ginawati, Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini melalui Metode
Bermain Peran (Role Playing) (Bandung: STKIP Siliwangi, 2017).
8
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini,(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media : 2013),hlm. 92.
9
Muhammad Fadillah, Desain Pembelajaran PAUD,(Jogjakarta, Ar-Ruzz Media: 2012), hlm. 181
10
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya, (Jakarta,
Pernada Media Group: 2011) hlm. 134-136

7
diterima oleh orang lain, serta upaya mengembangkan sikapsosial yang layak
diterima oleh orang lain. Perilaku sosial pada anak usia dini ini diarahkan untuk
pengembangan sosial yang baik, seperti kerjasama, tolong menolong, berbagi,
simpati, empati,dan saling membutuhkan satu sama lain. Untuk itu, sasaran
pengembangan perilaku sosial pada anak usia dini ini ialah untuk keterampilan
berkomunikasi, keterampilan memiliki rasa senang dan periang, menjalin
persahabatan, memiliki etika dan tata karma yang baik. Dengan demikian, materi
pembelajaran pengembangan sosial yang diterapkan di taman kanak-kanak,
meliputi: disiplin,kerjasama, tolong-menolong, empati, dan tanggung jawab.
Menurut Shapiro kecerdasan emosional perlu diajarkan sejak dini agar
anak tumbuh menjadi seseorang yang dewasa, bertanggung jawab dan mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Selain itu, anak yang mempunyai
kecerdasan emosional tinggi akan terlihat lebih bahagia, lebih percaya diri dan
lebih berprestasi di sekolah.11

Perilaku sosial diartikan sebagai perilaku yang dilakukan secara sukarela


(voluntary),yang dapat menguntungkan atau menyenangkan orang lain tanpa
antisipasi reward eksternal.Perilaku sosial ini dilakukan dengan tujuan yang baik,
seperti menolong, membantu, berbagi, dan menyumbang atau menderma. Adapun
menurut Stang dan Wrightsman dalam Raven dan Rubin mengartikan perilaku
sosial sebagai suatu perilaku yang secara sukarela dilakukan dengan tujuan agar
dapat bermanfaat untuk orang lain.Dengan demikian, jelas bahwa perilaku sosial
adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong
orang lain tanpa memperdulikan motif-motif penolong. Jadi, aspek kesukarelaan
dan maksud dalam melakukan suatu tindakan tertentu dalam melakukan sesuatu
itu merupakan hal utama dalam perilaku sosial.Bentuk perilaku sosial yang paling
penting diterapkan pada anak usia dini pada tahun pertama yakni untuk
penyesuaian sosial yang memungkinkan anak dapat bergaul dengan teman-
temannya. Karena pada periode ini merupakan tahapan perkembangan yang kritis,
dimana sikap sosial dan pola perilaku sosial dibentuk.
Begitu selanjutnya, bahwa perilaku sosial yang berkembang pada awal
masa kanak-kanak merupakan perilaku yang terbentuk berdasarkan landasan yang

11
Dwilestari Ninin, Penelitian Kualitatif Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2013), hal. 50.

8
diletakkan pada masa bayi.Sebagian lagi merupakan bentuk perilaku sosial yang
baru dan mempunyai landasan baru. Banyak diantara landasan baru ini dibina oleh
hubungan sosial dengan teman sebaya di luar rumah dan hal-hal yang ditonton
dari televisi atau buku-buku cerita. Sehingga awal masa kanak-kanak perlu
diarahkan kepada bentuk perilaku sosial agar dapat menyesuaikan diri sesuai
dengan perkembangan anak dan kepentingan selanjutnya. Ada pun yang dimaksud
perilaku emosional ialah reaksi yang terorganisasi dan muncul terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan, ketertarikan, dan minat
individu.Perilaku emosional ini tampak sebagai akibat dari emosi seseorang.
Emosi didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang
menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku. Lebih lengkap
Daniel Goleman, menambahkan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan
pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan psokologi sserta serangkaian
kecenderungan untuk bertindak.Dengan demikian, emosi terlihat dari reaksi
fisiologis, perasaan dan perubahan perilaku yang tampak. Aspek emosional dari
suatu perilaku pada umumnya selalu melibatkan tiga aspek ini.Dimana dari ketiga
aspek emosional (reaksi fisiologis, perasaan, dan perubahan perilaku yang
tampak), tidak mungkin dapat diubah atau dipengaruhi atau diperbaiki oleh aspek
fisiologis, karena proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara mekanis.
Emosi pada tahap anak usia dini lebih terperinci dan terdiferensiasi dan anak
cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.
Karakteristik emosi pada anak usia dini ditandai dengan berbagai ciri,
misalnya emosi anak bersifat sementara dan lekas berubah. Jika anak bertengkar
dan saling mencaci maki pada pagi atau pada siang hari, maka pada sore hari
terhalang beberapa jam mereka sudah baikan dan main bersama lagi. Berbeda
dengan orang dewasa, sekali berseteru akan melekat lama bisaberhari-hari,
berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan sampai meninggal dunia belum berubah
masih tetap masih tetap bersi tegang. Ciri lainnya dari perilaku emosional anak
ialah reaksi yang kuat dan spontan terhadap situasi yang menimbulkan rasa
senang atau tidak senang. Anak akan mengutarakan perasaan,keadaan, dan
informasi yang mereka terima apa adanya, tidak ditutup-tutupi. Anak pada usia ini
dapat mengekspresikan perasaannya secara langsung, tentang perasaan senang
atau tidak senang, suka atau tidak suka, tanpa ada perasaan bersalah atau takut

9
menyinggung perasaan,orang lain. Kita biasanya menyebut kondisi ini dengan
sebutan “masih polos”. Anak selalu jujur
Mengemukakan sesuatu keadaan, perasaan dan kondisi yang sebenarnya,
tanpa ragu-ragu dan pandang bulu. Serta masih banyak ciri emosional lainnya
yang merupakan karakteristik anak usiadini, misalnya reaksi emosinya masih
bersifat individual, egois, berubah-ubah pendiriannya,tergantung pada situasi dan
kondisi, bahkan dapat dipengaruhi oleh teman, saudara, atau keluarga dan
guru.Perkembangan emosi pada anak usia dini mengikuti pola tertentu sesuai pola
yang berkembang dalam kelompok sosial dan kehidupannya. Pola perilaku
emosional anak masa ini, meliputi marah, takut, gembira, sedih, cemburu, dan
kasih sayang.12
B. Krakteristik Sosial Emosional Dan Keperibadian pada Anak
Karakteristik emosi anak usia dini yang sering terlihat seperti emosi anak
berlangsung singkat lalu tiba-tiba berhenti. Emosi anak usia dini sifatnya
mendalam, tetapi mudah berganti, dan selain sifatnya terbuka juga lebih sering
terjadi. Sebagai contoh, anak kalau sedang marah diaakan menangis keras atau
berteriak-teriak, tetapi kalau kemauannya dituruti atau terpenuhi, maka tiba-tiba
tangisannya berhenti dan biasanya langsung tertawa. Perkembangan emosi
diwarnai oleh kematangan dan lingkungan sekitar seperti kemampuan berpikir.
Kecemasan anak akibat dari perceraian orang tuanya akan sama reaksinya pada
semua anak usia dini, sama seperti saat anak-anak seusia tersebut ditinggalkan
ibunya saat awal masuk sekolah.
Emosi dapat memberikan dampak terhadap perilaku anak usia dini seperti
yang dikemukakan Willis yaitu:
1) emosi menambah kesenangan hidup anak, semua emosi dapat merangsang
dan membangkitkan gairah anak.
2) emosi dapat terlihat pada ekspresi anak seperti emosi yang menyenangkan
akan membuat anak bahagia atau sebaliknya.
3) emosi dapat mengganggu kualitas intelektual anak, dimana emosi yang
kuat menyebabkan anak sulit belajar dan sulit mengingat.
4) emosi dapat menurunkan keterampilan anak, misalnya anak yang
emosinya kuat akan menjadi gugup dan grogi saat berbicara.

12
Ibid, hlm. 137-142

10
5) emosi akan mencerminkan keadaan perasaan anak dari air mukanya,
perubahan gerak tubuh.
6) warna emosi akan tampak dalam kehidupan anak, hal ini dapat terlihat saat
emosi sedang hadir,menandakan kehidupan anak di keluarganya baik, dan
sebaliknya warna emosi tidak menyenangkan merupakan petanda
kehidupan di keluarganya tidak bahagia.
7) emosi dapat merangsang dan membangkitkan gairah anak, misalnya
menimbulkan kesenangan, cemburu, marah, takut, dan benci.
8) kehidupan keluarga memengaruhi gejolak emosianak, dimana keluarga
yang bahagia akan memberikan pengaruh pada kehidupan dan perilaku
anak.13
Perkembangan merupakan proses yang teratur yang berkaitan dengan
reorganisasi perilaku dan perubahan kualitatif pada diri seseorang. Perkembangan
anak usia dini merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan.
Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik kognitif,
bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan anak di perolehmelalui kematangan
dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam
berbagaisituasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak dengan manusia lain dan
lingkungan alam sekitar.Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan
tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungan. Memahami perkembangan anak, maka perlu memahami karakteristik
masing-masing perkembangan.
Anak-anak usia dini ini biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya.Umumnya anak usia ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini mudah berganti. Mereka umumnya mudah dan cepat menyesuaikan diri secara
sosial. Sahabat yang dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama,
kemudian berkembang ke jenis kelamin yang berbeda. Kelompok bermain anak
usia dini ini cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu
kelompok ini cepat berganti. Paten, mengamati tingkah laku sosial anak usia dini
ketika mereka sedang bermain bebas sebagai berikut :

13
Ibid, hlm. 136-137.

11
a). Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesungguhnya, ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang temannya tanpa melakukan
kegiatan apapun.
b). Bermain soliter. Anak bermain sendiri denga menggunakan alat
perminan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya.
Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.
c). Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati,
kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapu tidak
berusaha untuk bermain bersama.
d). Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan,tetapi tidak
sepenuhnya bermain besama dengan anak yang lain. mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e). Bermainasosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa
organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya
sendiri-sendiri.
f). Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok dimana ada
organisasi, ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain
dalam kegiatan bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-
lain.
Anak pra sekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia ini. Iri hati pada
anak usia dini in sering terjadi. Mereka sering memperebutkan perhatian guru.
Emosi yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh masalah psikologis di banding
masalah fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa
hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi. Di samping itu,
anak menjadi marah bila tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat di
lakukaknnya dengan mudah. Hurlock mengemukakan pola-pola emosi umum
pada awal masa kanak-kanak sebagai berikut :
1). Amarah. Penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran
mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebatdari
anak lain. anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai
dengan menangis berteriak, menggertak, menendang, melompat-lompat, atau
memukul.

12
2). Takut Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan berperanpenting dalam menimbulkan rasa takut seperti
cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan film-film yang
menakutkan. Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut ialah panik, kemudian
menjadi lebih khusus lagi seperti lari, menghidar, bersembunyi, dan menangis.
3).Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan
perhatian orang tua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik
yang baru lahir. Anak yang lebih muda dapat mengungkapkan kecemburuannya
secara terbuka atau menunjukkan dengan kembali berperilaku seperti anak kecil
seperti mengompol, pura-pura sakit atau menjadi nakal yang berlebihan.
Perilakuini semuanya bertujuan untuk menarik perhatian orang tuanya.
4). Ingin tahu. Anak mempunyairasa ingin tahu. Terhadap hal-hal yang
baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain. reaksi
pertama ialah dalam bentuk penjelajahan sensomotorik, kemudian sebagai akibat
dari tekanan sosial dan hukuman, anak bereaksi dengan bertanya.
5). Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemampun atau barang
yang dimiliki orang lain. Iri hati ini di ungkap kan dalam bermacam-macam cara,
yang paling umum ialah dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan
mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang
lain.
6). Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak
layak, bunyi ysng tiba-tiba atau yang tidak di harapka, bencana yang ringan,
membohongi orang lain, dan berhasil melakukan tugas yang di anggap sulit.
Anakm mengungkapkan kegembiraan denga tersenyum dan tertawa, bertepuk
tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang membuat bahagia.
7). Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang di cintai
atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda
mati seperti mainan. Secarakhas anak mengungkapkan kesedihannya dengan
menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya, termasuk
makan.
8). Kasih sayang. Anak-anak belajar mancintai orang lain, binatang, atau
benda yang menyenngkannya. Anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan

13
bila sudah besar tetapi ketika masih kecil anak meyatakannya secara fisik dengan
memeluk, menepuk, dan mencium objek kasih sayangnya. 14
Kajian tentang perkembangan emosi anak usia dini dalam bidang psikologi
masih relatifbaru. Penelitian di bidang ini baru dilakukan beberapa puluh tahun
yang lalu. Pada awal tahun1980-an, Caroll Izard dan kawan-kawannya
mempublikasikan penelitian tentang ekspresi emosipada bayi. Peneliti kemudian
mencoba melakukan berbagai pendekatan di bidang psikologi dariberbagai
perspektif, termasuk konstruksi sosial, teori emosi diferensial, dan teori sosial
belajar.Masing-masing pendekatan ini mengeksplorasi cara anak usia dini
berkembang secara emosional. Lalu apa yang dimaksud emosi? Kita sering
menyamakan emosi dengan rasa marah dan orang yang pemarah sering kita kenal
dengan orang yang emosional.
Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh perasaan-perasaan
tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, dan sedih atau
gembira. Perasaan yang selalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut
sebagai warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang tidak jelas. Warna afektif
ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, bahkan kadang-kadang tidak jelas.
Bila warana afektif tersebut kuat, perasaan seperti itulah yang dinamakan dengan
emosi. Beberapa contoh emosi antara lain gembira, cinta, marah, takut, cemas,
malu, kecewa, dan benci. Pada saat emosi, sering terjadi perubahan-perubahan
pada fisik seseorang antara lain:
a). Reaksi elestis pada kulit meningkat bila terpesona.
b). Peredaran darah bertambah cepat bila marah.
c). Denyut jantung bertambah cepat bila terkejut.
d). Bernapas panjang kalaukecewa.
e). Pupil mata membesar bila marah.
f). Air liur mengering bila takut atau tegang.
g). Buluroma berdiri jika takut.
h). Pencernaan menjadi sakit kalau tegang.
Jadi, dapat dikatakan emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai
oleh perubahan-perubahan fisik manusia. Lalu, bagaimana dengan perkembangan

14
Ibid, hlm 147-151.

14
emosi pada anak usia dini? Seperti apakah perkembangan emosi yang ditunjukkan
oleh anak usia dini?
Kekayaan ekspresi emosi manusia berkembang sesuai dengan tahap usia
dan pengalaman seseorang. Bayi yang baru lahir pada umumnya menangis. Pada
usia 6-10 minggu,senyum sosial muncul, diikuti dengan tindakan yang
menunjukkan kesenangan lain seperti menggumam dan mengunyah. Senyum
sosial ini muncul sebagai tanggapan dari senyum daninteraksi dengan orang
dewasa.
Bayi mulai dapat tertawa pada usia 3-6 bulan. Biasanya pada masa ini bayi
tertawa seperti karena dicium perutnya, permainan petak umpat, dan lainnya.
Tertawa juga meningkatkan perkembangan sosial karena memancing interaksi
sosial timbal balik. Saat bayi lebih besar (7-12 bulan), mereka mulai
mengekspresikan rasa takut, jijik, dan marah karena kematangan kognitif yang
dimilki. Kemarahan merupakan emosi yang ditunjukkan bayi dengan menangis.
Emosi kemarahan memiliki fungsi adaptif yang menunjukkan hal yang tidak
disukai bayi sehingga orang lain dapat mengetahui ada sesuatu yang harus diubah.
Beberapa bayi menunjukkan ekspresi kesedihan pada keadaan yang tidak
menyenangkan, tetapi kemarahan lebih sering. Ketakutan juga muncul selama
tahap ini jika melihat sesuatu yang tidak mereka ketahui. Wajah takut terhadap
orang dewasa asing dapat muncul pada usia 7 bulan. Orang tuamenjadi sumber
utama sosialisasi bayi untuk mengomunikasikan pengalaman emosinya dalam
budaya yang spesifik, melalui proses peniruan (modeling ), dan pengajaran
langsung. Selain itu,dalam tahap ini bayi juga mulai memiliki referensi sosial.
Bayi mulai mengenali emosi orang laindan menggunakan informasinya untuk
bereaksi pada situasi dan orang baru. Pada usia 1-2 tahun, bayi mulai
menunjukkan emosi sekunder seperti malu-malu dan kesembongan. Pada tahap ini
bayi mulai belajar bahasa yang memungkinkannya lebih memahami alasan suatu
emosi serta mengekspresikan secara verbal. Bayi yang berumur 20 bulan dapat
memahami berbagai emosi dan keadaan fisiologisnya seperti kelelahan, tidur,
sakit, tertekan, jijik,dan kasih sayang. Kemampuan ini merupakan langkah
pertama anak dalam tahap perkembangan untuk memiliki kemampuan mengatur
emosi di dalam dirinya (emotional self regulation skills). Anak-anak
membutuhkan orang tua untuk mempelajari hal ini, misalnya dengan bercakap-

15
cakapdengan orang tua mengenai emosinya. Kemampuan empatik juga muncul
pada anak yang berusia2 tahun. Perkembangan empati membutuhkan
keterampilan anak untuk membaca isyaratemosional orang lain, memahami
bahwa orang lain berbeda dengan dirinya, dan mencoba memahami posisi dan
perspektif orang lain. Anak akan menggunakan bahasa yang menyenangkan dan
kontak fisik dengan ibunya.
Pada usia 3-6 tahun, kemampuan anak untuk mengatur prilaku emosinya
meningkat. Orang tua membantu anak pada usia ini untuk menghadapi emosi
negatif dengan mengajarkan dan mencontohkan dengan menggunakan penalaran
dan penjelasan verbal. Anak yang mengalamikesulitan untuk mempelajari
keterampilan sering menunjukkan perilaku yang berlebihan (actingout) atau
sebaliknya menarik diri ketika berhadapan dengan situasi yang mengundang rasa
takutdan cemas. Anak pada usia 3 tahun juga belajar bahwa kemarahan dan
agresivitas harus dikontrol di depan orang dewasa. Di usia 4 tahun, anak mulai
menguasai kemampuan untuk meningkatkan emosinya yang disesuaikan dengan
aturan sosial yang ada. Keterampilan ini disebut aturan tampilan emosi (emotional
display rules), aturan khusus sesuai budaya setempat yang menunjukkan
kesesuaian mengekspresikan emosi pada situasi tertentu. Mulai 5-6 tahun, anak
dapat mengembangkan pengertian yang lebih dalam terhadap emosi orang lain
sejalan dengan kemampuan kognitifnya. Melalui pengalaman yang berulang-
ualng, anak mengembangkan konsepakibat dari emosi.
Ekpresi emosi pada anak udah berubah dengan cepat dari satu bentuk
ekspresi ke bentuekspresi emosi yang lain. Anak dalam keadaan gembira secara
tiba-tiba dapat langsung berubahmenjadi marah karena ada sesuatu yang di
rasakan tidak menyenangkan. Sebaliknya, apabilaanak dalam keadaan marah,
melalui bujukan dengan sesuatu yang menyenangkan bisa berubah menjadi riang.
Ekspresi emosi pada anak ini di pengaruhi oleh interaksinya dengan orang lain.
Sejak kecil, anak telah belajar cara berinteraksi sosial sesuai dengan
harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu ibu, ayah, saudara, dan
anggota keluarga yang lain. apayang telah di pelajari anak dari lingkungan
keluarga juga turut memengaruhi perkembangan sosialnya. 15

15
Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media: 2013), hlm 83-
87

16
C. Metode-metode Pengembangan Sosial Emosional Untuk Anak

Metode Bercerita

Anak usia dini mempunyai karakteristik perkembangan yang cukup unik


dan pesat. Perkembangan yang di alami anak sangat di pengaruhi bagaimana
pertumbuhanya. Bila anakmempunyai pertumbuhan baik, secara umum
perkembangannya pun akan berjalan dengan baik.

Metode cerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau


kejadian kepadapeserta didik. Kejadian atau peristiwa tersebut di sampaikan
kepada peserta didik melalui tuturkata, ungkapan dan mimik wajah yang unik.
Pendapat lain menyebutkan metode cerita merupakan metode pembelajaran ang
menggunakan teknik guru bercerita tentang suatu lagenda, dongeng,mitos, atau
suatu kisah yang di dalamnya di selipkan pesan-pesan moral atau intelektual
tertentu.

Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode
bercerita ini sebisamungkin diaplikasikan dalam pembelajaran. Selain untuk
memudahkan anak dalam memahamimateri yang diberikan, juga untuk
memberikan daya imajinatif dan fantasi, serta menambahkan wawasannya
terhadap nilai-nilai kebaikan. Diantara manfaat-manfaat cerita bagi anak usia
diniadalah sebagai berikut:

1). Membangun kontak batin, antara anak dengan orang tuanya maupun
anak dengan gurunya.

2). Media penyampai pesan terhadap anak.

3). Pendidikan imajinasi ataufantasi anak.

4). Dapat melatih emosi atau perasaan anak.

5). Membantu proses identifikasi diri(perbuatan).

6). Memperkaya pengalaman batin.

7). Dapat sebagai hiburan atau menarik perhatiananak.

8). Dapat membentuk karakter anak.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa metode bercerita merupakan


salah satumetode pembelajaran anak usia dini yang dapat memberikan manfaat

17
positif bagi perkembangan anak, terutama perkembangan moral, bahasa, dan
sosial-emosional. 16

Metode Bermain Peran

Permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh,


benda-benda,binatang ataupun tumbuhan yang ada disekitar anak. Melalui
permainan ini daya imajinasi kreativitas, empati serta penghayatan anak dapat
berkembang. Anak-anak dapat menjadi apapun yang diinginkannya dan ia juga
dapat melakukan manipulasi terhadap objek, seperti yang diharapkannya. Jika ia
mengagumi ibunya, maka ia akan memerankan tokoh ibunya seperti yangbiasa ia
lihat.

Salah satu cara bagi anak untuk menelusuri dunianya, salah satunya adalah
denganmeniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada disekitarnya.
Ini merupakan bagian paling awal dari bentuk drama, yang tidak dapat disamakan
dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan.

Metode Hand Puppet

Hand puppet atau permainan dengan menggunakan boneka tangan,


merupakan salahsatu permainan yang digemari anak-anak usia Taman Kanak-
kanak. Melalui permainan ini anak akan belajar berkomunikasi, berimajinasi,
mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Untuk
melakukan permainan yang lebih menyenangkan anak membutuhkan kawan
untuk melakukannya, walaupun masih ada beberapa anak yang bermain sendiri
danberbicara sendiri memainkan bola tangannya. Namun, sekalipun permainan
dilakukan anaksendirian, itupun tidak menjadi masalah selama anak tidak
menolak teman-temannya. Dengan adanya manfaat yang cukup esar dalam
mengekspresikan emosi, sebagian terapis telah menggunakan permainan Hand
Puppet ini untuk terapi. Dengan permainan ini anak-anak yangmengalami
permasalahan emosionalpun akan terbantu.

16
MuhammadFadillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media: 2012) hlm, 172-
175

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makna sosial dipahami sebagai upaya pengenalan (sosialisasi) anak
terhadap orang lain yang ada di luar dirinya dan lingkungannya, serta pengaruh
timbal balik dari berbagai segi kehidupan bersama yang mengadakan hubungan
satu dengan lainnya, baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok.
Sedangkan makna sosial yaitu perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai
intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin.
Seperti halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari
emosi positif hingga yang bersifat negatif.
Anak-anak usia dini ini biasanya mudah bersosialisasi dengan orang
sekitarnya. Umumnya anak usia ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi sahabat
ini mudah berganti. Mereka umumnya mudah dan cepat menyesuaikan diri secara
sosial. Sahabat yang dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama,
kemudian berkembang ke jenis kelamin yang berbeda. Kelompok bermain anak
usia dini ini cenderung kecil dan tidak terorganisasi secara baik, oleh karena itu
kelompok ini cepat berganti.
Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak
membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian
besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongeng. Selain cerita metode
bermain peran juga sangat diperlukan untuk pengembangan sosial emosional anak
karena bermain peran dapat meningkatkan imajinasi dan kreativitas anak.
Permainan boneka tangan juga mempunyai peran penting dalam meningkatkan
sosial emosional anak karena dengan permainan ini anak akan belajar
berkomunikasi, berimajinasi, mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan
kepercayaan dirinya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Ginawati. Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini


melalui Metode Bermain Peran (Role Playing). Bandung: STKIP
Siliwangi, 2017.

Dwilestari Ninin. Penelitian Kualitatif Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2013.

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD Jogjakarta. Ar-Ruzz


Media.
Farida Mayar. “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk Masa
Depan Bangsa.” Jurnal Al-Ta’lim, Nomor 6, Vol. 1 (2013).

Fadillah, Muhammad & Khorida. Lilif Mualifatu. 2013. Pendidikan Karakter


Anak Usia Dini. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
S Wahyuni, M Syukri, dan D Miranda. Peningkatan Perkembangan Sosial
Emosional melalui Pemberian Tugas Kelompok pada Anak Usia 5-6
Tahun. Pontianak: Universitas Tanjungpura, 2015.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar Dalam


Berbagai Aspeknya Jakarta. Prenada Media Group.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi Dan Implementasinya
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, t.t.

Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini. Jogjakarta. Ar-Ruzz
Media
Yaumi, Muhammad. 2014. Pendidikan Karakter Landasan, Pilar, Dan
Implementasi. Jakarta, Prenada Media Group.
Zaenal Aqib. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB dan TK. Bandung:
Yrama Widya, 2009.

iii

Anda mungkin juga menyukai