Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

MENGKAJI METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI


BERMAIN PERAN, BERCERITA, ATAU PROYEK

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Metode Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Tri Wahyuningsih, M.Si/Tiara Ferdiyanti, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh
KELOMPOK 1

Maulidya Dewijannah Rachman 1905126004


Yulia Anisa Adha 1905126017
Friskila Aprilia 1905126019
Iqamah Rahmi Widari 1905126022
Ninarti 1905126028
Yindayati 1905126033

KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan
karunia-Nya, sehingga  kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Metode
Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini yang telah diberikan oleh ibu
Dra. Hj. Tri Wahyuningsih, M. Si/Tiara Ferdiyanti, S.Pd, M.Pd tahun ajaran 2020.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
dan juga pedoman bagi para pembaca dalam mempelajari tentang Mengkaji
Metode Pengembangan Sosial Emosional Melalui Bermain Peran, Bercerita, Atau
Proyek. Semoga membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
ke depannya dapat lebih baik lagi.

Meskipun kami berhasil menyelesaikan makalah ini dengan baik, kami


menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan adanya
kekurangan serta kekeliruan, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada. Sehingga
kami sangat terbuka saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kiranya
makalah ini bisa memberikan banyak manfaat bagi kehidupan kita semua
sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.

Tenggarong, 13 Oktober 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional...............................................


B. Tujuan Perkembangan Sosial Emosional.....................................................
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak.................................
D. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional..................
E. Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini............................
F. Cara Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional................................
G. Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bercerita......................
H. Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain Peran.............

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran PAUD pada hakikatnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan anak usia dini berdasarkan
potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.

Unsur utama dalam pengembangan program pembelajaran bagi anak usia


dini adalah bermain. Pendidikan awal dimasa kanak-kanak diyakini memiliki
peran yang amat vital bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan
selanjutnya. Albrecht dan Miller berpendapat bahwa dalam pengembangan
program pembelajaran bagi anak usia dini seharusnya sarat dengan aktivitas
bermain yang mengutamakan adanya kebebasan bagi anak untuk bereksplorasi
dan beraktivitas.

Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik seharusnya


dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi,
metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak
usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan
memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran
menjadi bermakna bagi anak usia dini. Ketika bermain anak usia dini
membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.

Dengan bermain, anak menjadi anggota masyarakat, mengenal dan


menghargai masyarakat. Sudah tentu hal ini akan dapat memengaruhi
perkembangan social dan emosional anak. Jadi, dapatlah dikatakan optimalisasi
perkembangan social dan emosi anak usia dini dapat dilakukan memlalui
keghiatan bermai social.

1
Pada kegiatan bermain social, mau tidak mau kondisi permainan menuntut
anak untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak yang lainyya.
Ada empat manfaat yang dapat diperoleh oleh anak dari kegiatan bermain
social, yaitu :
1. Bermain social membantu anak mengembangkan kemampuan
mengorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak-anak akan berfikir
mengenai apa yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan bermain
mereka. Contoh anak-anak yang bermain kemah-kemahan, mereka
akan berfikir bagaimana cara mereka untuk mendirikan tenda dengan
berbagai peralatan yang telah disediakan.
2. Bermain social membantu mereka mengenali diri sendiri. Bermain
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjadi diri sendiri
dan membentuk desain kehidupan yang lebih baik.
3. Bermain social meningkatkan komptensi social anak dalam hal-hal
berikut :
 Interaksi social yaitu interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa,
dan memecahkan konflik.
 Kerja sama yaitu interaksi saling membantu dan berbagi.
 Peduli terhadap orang lain seperti memahami dan menerima
perbedaan individu.
”bagi anak, permainan adalah sesuatu yang menyenangkan, suka rela,
penuh arti, dan aktivitas secara spontan. Permaianan sering juga dianggap
kreatif, menyertakan pemecahan masalah, belajar keterampilan social baru,
bahasa baru, dan keterampilan fisik yang baru”.

B. Rumusan Masalah
1) Apa itu Perkembangan Sosial Emosional?
2) Bagaimana Tujuan Perkembangan Sosial Emosional?
3) Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional?
4) Apa Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional?
5) Bagaimana Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini?

2
6) Bagaimana Cara Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional?
7) Bagaimana Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bercerita?
8) Bagaimana Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain
Peran?

C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui dan memahami Perkembangan Sosial Emosional.
2) Untuk mengetahui dan memahami Tujuan Perkembangan Sosial Emosional.
3) Untuk mengetahui dan memahami Karakteristik Perkembangan Sosial
Emosional.
4) Untuk mengetahui dan memahami Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial Emosional.
5) Untuk mengetahui dan memahami Tahap Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini.
6) Untuk mengetahui dan memahami Cara Meningkatkan Perkembangan
Sosial Emosional.
7) Untuk mengetahui dan memahami Pengembangan Sosial Emosional
Melalui Metode Bercerita.
8) Untuk mengetahui dan memahami Pengembangan Sosial Emosional
Melalui Metode Bermain Peran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Sosial Emosional

Menurut American Academy of Padiatrics 2012 dalam Maria dan Amalia


(2016) menjelaskan perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah
kemampuan anak dalam mengelola dan mengekspresikan emosi secara lengkap
baik emosi positif maupun negatif. Anak mampu berienteraksi dengan teman
sebayanya atau orang dewasa disekitarnya secara aktif belajar dengan
mengeksplorasi lingkungannya. Perkembangan sosial emosional adalah proses
belajar anak dalam menyesuaikan diri untuk memahami keadaan serta perasaan
ketika berinteraksi dengan orang-orang di lingkungannya yang diperoleh dengan
cara mendengar, mengamati dan meniru hal-hal yang dilihatnya.

Menurut Nurjannah (2017) perkembangan sosial emosional anak usia dini


merupakan proses belajar pada diri anak tentang berinteraksi dengan orang
disekitarnya yang sesuai dengan aturan sosial dan anak lebih mampu dalam
mengandalikan perasaannya yang sesuai dengan kemampuannya dalam
mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaannya yang diperoleh secara
bertahap dan melalui proses penguatan dan modeling.

Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan perkembangan


sosial emosional anak usia dini adalah proses perkembangan anak dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya kepada orang tua, teman sebaya dan
orang dewasa. Serta proses perkembangan keadaan jiwa anak dalam memberikan
respon terhadap keadaan dilingkungannyan yang sesuai dengan aturan sosial yang
diperoleh melalui mendengar, mengamati, meniru dan dapat distimulasi melalui
penguatan dan modeling (contoh).

Sedangkan secara umum Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak


merupakan konteks emosi dan kemampuan anak dalam mererspon lingkungan
disekitarnya diusia sebelumnya. Para ahli juga setuju bahwa perkembangan sosial
emosional anak bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara anak berhubungan

4
dengan orang seumuran denganya, dan orang yang lebih tua darinya. Bertanggung
jawab atas dirinya sendiri dan berperilaku sopan dan baik kepada siapapun.

Hurlock mengatakan bahwa perkembangan sosial merupakan kemmapuan


dalam berperilaku sesuai dengan petunjuk sosial dan terbentuk menjadi individu
yang mampu demi bermasyarakat. Untuk menajlani kehidupan masyarakat
diperlukan tiga proses yaitu:

1. Belajar bertingkah laku dengan cara yang mampu diterima oleh masyarakat
2. Belajar bagaimana menunjukkan peran sosial dalam masyarakat
3. Membangun sikap dan tingkah laku kepada individu lain dan aktivitas sosial
bermasyarakat.
B. Tujuan pengembangan sosial emosional anak usia dini

Nugrah dan Rachmawati mengemukakan bahwa fungsi dan peranan emosi


pada perkembangan anak adalah sebagai bentuk komunikasi dengan
lingkungannya,sebagai bentuk kepribadian dan penilaian anak terhadap
dirinya,sebagai bentuk tingkah laku yang dapat diterima dilingkungannya,sebagai
pembentuk kebiasaan dan sebagai upaya pengembangan diri.

Menurut perkembangan sosial emosional pada anak prasekolah menunjukkan


arti sosialisai,yaitu proses dimana anak anak belajar mengenai nilai-nilai dan
berbagai perilaku yang diterima lingkungannya,hal ini berarti menjadikan anak
seorang yang kompeten dan memiliki kepercaaan diri.

Menurut Maslihah tujuan dari perngembangan sosial emosional anak antara lain :

1. Memperoleh pandangan tentang dirinya sendiri.


2. Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
3. Berperilaku prososial dengan menunjukkan empati,bekerja sama dan
menyesuaikkan diri dengn orang lain.
C. Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional Anak

Definisi karakteristik adalah fitur pembeda dari seseorang atau sesuatu.


Karakteristik didefinisikan sebagai kualitas atau sifat. Contoh dari karakteristik

5
adalah kecerdasan. Karakteristikadalah kualitas tertentu atau ciri yang khas dari
seseorang. Anak usia dini mempunyai karakteristikumum sebagai berikut:

1. Unik, Artinya setiap anak tidak ada yang sama antara satu dan lainnya.
2. Egosentris,Anak akan melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri.
3. Aktif, Anak usia dini sangat lazim jika melakukan banyak aktivitas dan terlihat
bersemangat,namun waspadai ciri-ciri anak hiperaktif jika anak sama sekali
tidak bisa tenang.
4. Rasa Ingin Tahu,Anak usia dini ini mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
terhadap segalahal yang membuatnya antusias, namun mempunyai rentang
fokus yang pendek.
5. Eksploratif,Anak usia dini biasanya senang menjelajah dan mencoba berbagai
hal baru.
6. Spontan,Anak menampilkan perilaku yang tidak ditutupi sebagai cermin dari
apa yang dirasakannya pada saat itu. Sehingga terkadang kurang
mempertimbangkan akibat dari perbuatannya.
7. Imajinatif Anak menyenangi hal– hal yang sifatnya berkaitan dengan fantasi
atau khayalan.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional
 Faktor yang mempengaruhi sosial pada anak

Berkaitan dengan hubungan interaksi antara satu individu dengan individu


lainnya, manusia juga pada umumnya saling membutuhkan. Berkaitan dengan hal
itu perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap


berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya.
Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosial anak.

2. Kematangan

6
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.

3. Status sosial ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan


keluarga dalam lingkungan masyarakat.Sehubungan hal itu, dalam kehidupan
anak senantiasa “menjaga” status sosial anak dan ekonomi keluarganya. Dalam
hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan yang tidak tepat.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Pendidikan dalam


arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupak keluarga, masyarakat dan kelembagaan.

5. Kepastian mental: emosi dan intelegensi

Kemampuan berfikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar,


memecahkan masalah, dan berbahasa.Anak yang berkemampuan intelektual
tinggi akan berkemampuan bahasa secara baik. Pada kasus tertentu, seorang
jenius atau superior, sukar untuk bergaul dengan kelompok sebaya, karena
pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih tinggi.
Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap”
dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.

 Faktor yang mempengaruhi emosi pada anak :

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak


prasekolah atau TK. Faktor ini dapat berasal dari dalam individu, konflik-konflik
dalam proses perkembangan, dan sebab yang bersumber dari lingkungan. Hurlock
(1991) dan Lazarus (1991), menyatakan bahwa perkembangan emosi pada anak
dipengaruhi oleh dua faktor penting, yaitu:

7
1. Maturation atau kematangan

Hurlock (1991), memandang pentingnya faktor kematangan pada masa kanak-


kanak terkait dengan masa krisis perkembangan (critical period), yaitu saat-saat
ketika anak siap menerima sesuatu dari luar.Kematangan yang telah dicapai
dapat dioptimalkan dengan pemberian rangsangan yang tepat (patmododewo,
1993). Contoh dalam perkembangan emosi, pengendalian pola reaksi emosi
yang diinginkan perlu diberikan kepada anak guna menggantikan pola emosi
yang tidak diinginkan, sebagai tindakan preventif.

2. Faktor lingkungan belajar.

Faktor lingkungan dalam proses belajar, berpengaruh besar untuk


perkembangan emosi, erutama lingkungan yang berada paling dekat dengan
anak khususnya ibu atau pengasuh anak. Thompson dan Lagatutta (2006),
menyatakan bahwa perkembangan emosi anak usia dini sangat dipengaruhi
oleh pengalaman dan hubungan keluarga dalam setiap hari, anak belajar emosi
baik penyebab maupun konsekuensinya. Hurlock (1991), mengungkapkan
proses belajar yang menunjang perkembangan emosi terdiri dari beberapa,
yaitu:

a) Belajar dengan cara meniru (learning by imitation). Dengan mengamati hal-


hal yang membangkitkan emosi tertentu orang lain, anak-anak bereaksi
dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang
diamati.
b) Belajar dengan mempersamakan diri (learning by identification). Disini
anak hanya meniru orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional
yang kuat.
c) Belajar melalui pengkondisian (conditioning). Metode ini berhubungan
dengan aspek ransangan, bukan dengan aspek reaksi. Pengkondisian terjadi
dengan mudah dan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan mereka, anak
kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi
secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka.

8
d) Pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas
pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima
jika suatu emosi terangsang.
e) Belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan
emosi dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar
kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.
E. Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara Gejolak
fisiologis dan perilaku yang terlihat. Perkembangan sosialisasi dan emosi pada
anak merupakan kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di
usia sebelumnya.Adapun beberapa tahapan perkembangan sosial emosional anak
usia dini yaitu:

1. Tahap 0-18 bulan

Pada tahap ini merupakan awal perkembangan bayi dalam memperlihatkan


rasa aman dan nayaman dalam keluarganya, dia akan merasa nayaman ketika
semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Untuk membangun dasar kepercayaaan
tersebut maka kita harus memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi yang
dilakukan dengan teratur. Kebutuhan yang dimaksud disini seperti kebutuhan
makanan, kebersihan badan maupun lainya, disamping itu dibutuhkan juga
cara-cara penanganan dalam merawat bayi tersebut.

Bayi akan mengekplorasi melalui sentuhan, rasa, bau dll.dari mengekplorasi


tersebut bayi akan belajar mengenal orang disekitar lingkunganya. Ketika bayi
tidak diberi kesempatan untuk berekplorasi maka tidak ada kesempatan bayi
untuk belajar.

Masa perkembangan bayi sampai memasuki sekolah menjadi target yang kuat
bagi anak dalam menggembangkan potensi sosial emosinya untuk bisa menjadi
lebih baik dan siap menghadapi tantangan yang lebih sulit dan rumit. Pada
tahap ini juga sel-sel yang dimiliki oleh otak berfungsi sebagai pengendali
setiap aktivitas dan kualitas manusia.

9
2. Tahap 18 bulan - 3 tahun

Pada tahun pertama kehidupan manusia sangat penting bagi perkembangan


anak, anak mulai mampu mengembangkan motoric pancra indra, visual dan
auditori yang di stimulus melalui keluarga dan lingkungan sekitar.
Perkembangan sosial merupakan perkembangan tingkah laku anak diaman
anak harus mampu menyesuaikan dirinya dengan aturan yang berlaku dalam
lingkungannya.

Pada tahap ini juga akan timbul pada anak rasa percaya diri diikuti dengan
perkembangan fisik kognitif dan Bahasa. Anak akan mulai berekplorasi
dengan lingkunganya mereka akan merasakan kebebasannya. Anak akan mulai
peka dengan sesuatu yang ada dilingkunganya.

3. Tahap 3-6 tahun

Perkembangan sosial pada anak mulai agak kompleks ketika anak menginjak
usia 3 tahun diamana anak mulai masuk dalam lingkungan Pendidikan yang
paling dasar yaitu di taman kanak-kanak. Pada masa ini anak akan belajar
Bersama teman-teman baru yang seusia dengan mereka, pada usia taman
kanaka-kanak perkembangan sosial sudah mulai berjalan, hal ini terlihat dari
kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok seperti
bermain, mengerjakan tugas secara berkelompok dll.

Perkembangan sosial anak didapatkan dari kematangan dan kesempatan


belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak, perkembangan sosial
yang optimal dapat didapatkan dari respon sosial yang sehat dan kesempatan
yang diberikan kepada anak untuk mengembangkan rasa minat dan sikapnya
kepada orang lain. Sebaliknya aktivitas yang seharusnya dilakukan oleh anak
tetapi dilakukan oleh orang tua atau guru maak akan menghambat
perkembangan sang anak.

Dengan demikian kita sebagai orang tua harus bisa mengenali sosial emosional
anak. Karena emosi anak sangat rentan timbul secara tiba-tiba. Emosi anak
biasanya ditandai dengan emosi rasa bangga malu dan rasa bersalah di mana

10
munculnya emosi pada anak ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai
memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai
perilaku mereka.

F. Cara Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional


Mengembangkan social emosional pada anak sangatlah penting karena anak
akan mengembangkan dirinya dengan lingkungan disekitarnya, atau bahkan diluar
rumah. Pola yang ada pada tiap wilayah pasti berbeda, dengan mendidik anak
dengan mengembangkan social emosional akan mempermudah anak untuk
bergaul. Tentunya dengan mengembangkan social emosional harus dengan tepat
agar anak tidak salah dalam bersosial dengan lingkungan. Pembelajaran social
emosional pada anak prasekolah haruslah sangat hati-hati dan benar, karena anak
pada masa itu akan mencontoh semua perilaku yang kita lakukan. Sebagai orang
tua kita harus mengajarkan ini pada anak dengan tepat.

Dengan menjadi contoh yang baik, mengajarkan pengenalan emosi yang benar,
melatih pengelolaan emosi dan pengendalian diri, menerapkan konsep disiplin dan
empati, mengajarkan cara mengungkapkan emosi dengan kata-kata, dan melatih
keterampilan komunikasi pada anak. Hal yang harus diperhatikan dalam
perkembangan emosi anak. Usia berpengaruh pada perbedaan perkembangan
emosi anak, dengan bertambahnya usia anak akan semakin paham apa yang
dimaksud dengan emosi dan aka nada perubahan pemikiran pada anak.

Perubahan ekspresi wajah terhadap emosi, sangat ketara sekali jika seseorang
merasakan adanya emosi dalam suatu keadaan dengan ekspresi wajah, anak akan
mengenali ini dengan bertahap. Menunjukkan emosi yang beragam, emosi tidak
hanya marah, senang, menangis, dll. Bahasa tubuh juga bisa memperlihatkan
emosi apa yang kita rasakan, begitu juga suara dan kata.

Mengembangkan sosem pada anak perlu diajarkan secara rutin atau


membiasakan. Membiasakan sesuatu pada anak akan membawa dampak untuk
kehidupannya, semisal membiasakan anak untuk disiplin dalam waktu,
membiasakan anak sopan dengan siapapun, itu akan membawa pengaruh baik
bagi anak.

11
Stimulus pada anak juga bisa diberikan untuk mengembangkan sosem anak,
contohnya dengan mainan. Dengan menemani anak bermain dan menunjukkan
rasa kasih sayang kepada anak, anak akan merasa diprioritaskan, dan tetap
memberikan penjelasan tentang hal yang ditanyakan oleh anak atau cerita agar
anak merasakan juga emosi pendamping bermainnya. Mendampingi anak dengan
maksimal dan selalu ajarkan sosem disela-sela bermain anak untuk
mengembangkan social emosional anak.

G. Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bercerita

Metode bercerita adalah metode yang mampu menolong kemampuan sosial


anak. Bercerita secara lisan mendukung anak-anak untuk belajar membaca,
memahami pengetahuan dunia, dan menjadikan sosial-emosi baik. Selain itu
bercerita juga merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada
orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam
bentuk pesan, informasi, atau dongeng untuk didengarkan dengan rasa yang
menyenangkan.

Metode bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk


menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa
dilakukan secara lisan atau tertulis.

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran


secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan
dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang
hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan
berbagai kompetensi dasar anak.

Menurut Hidayat yang dikutip dalam buku Apriyanti Yofita Rahayu bercerita
merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan,
pengalaman atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan.

Manfaat metode bercerita bagi anak TK di antaranya adalah :

12
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita
secara keseluruhan.
2. Melatih daya fikir anak TK. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-
hubungan sebaik-baiknya.
3. Melatih daya konsentrasi anak TK, untuk memusatkan perhatian kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat
melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam
cerita.
4. Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan
daya fantasinya dapat membayangkan ataumenggambarkan suatu situasi yang
berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan
sekitarnya ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana
hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia TK
senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyaikan
dengan menarik.Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi
secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.

Jenis-jenis cerita anak ada beraneka ragam judul cerita untuk anak, yaitu :

1. Cerita rakyat

Cerita rakyat berasal dari ciri khas daerah tersebut. Dongeng, legenda, mite,
dan sage adalah bagian dari cerita rakyat namun memiliki perbedaan pada
permasalahan cerita, tokok, serta anggapan tentang keberadaan cerita tersebut.

2. Cerita realistis

Cerita ini mengkisahkan tantang kehidupan nyata sesuai dengan apa yang
dialami seseorang. Manusia sebagai tokoh cerita menggambarkan kegiatan
sehari-seharinya dengan penyampaian moral.

3. Cerita sains

13
Cerita ini bersifat alamiah dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan zaman. Cerita sains yang
diperkenalkan pada anak, misalnya adalah tentang proses perubahan yang
terjadi di lingkungan.

4. Biografi

Biografi berisi tentang riwayat hidup seseorang yang menceritakan tentang


pengalaman serta kesuksesannya. Biografi biasanya ditulis dengan tujuan
untuk memacu semngat dan pantang menyerah dalam menghadapu berbagai
masalah.

5. Cerita keagamaan

Cerita yang berisi tentang kisah dari agama tertentu. Cerita keagamaan dapat
menanamkan sikap dan prilaku yang baik pada diri anak.

Kelebihan metode bercerita antara lain :

1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak.


2. Waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efesien.
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.Guru dapat menguasai kelas dengan
mudah.
4. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

Sedangkan kekurangan metode bercerita yaitu :

1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengar atau menerima
penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk
mengutarkan pendapatnya.
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga
sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.

Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita, guru terlebih


dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus dilalui dalam

14
bercerita. Bentuk bercerita mana yang dipilih pada dasarnya langkah-langkah
kegiatannya sama. Sesuai rancangan tema dan tujuan maka ditetapkan langkah-
langkah sebagai berikut:

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak.


2. Mengatur tempat duduk anak.
3. Merupakan pembukaan kegiatan bercerita.
4. Merupakan pengembangan cerita yang dituturkan guru.
5. Menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan
anak dengan cara memberika gambaran.
6. Langkah penutup kegiatan kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
H. Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain Peran

Secara umum pengertian metode adalah salah satu prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian tersebut didapat adanya unsur
tujuan. Metode pembelajaran ada lah cara-cara yang digunakan guru dalam
menyajikan suatu materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan
keseluruhan situasi belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang
dimaksudkan adalah agar guru memahami benar bagaimana murid belajar yang
efektif dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai
dengan situasi dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri,

1. Metode merupakan suatu proses langkah yang akan digunakan oleh pendidik
dalam menyokong kegiatan proses pembelajaran sehingga berjalan secara
maksimal.
2. Menurut Yulastri Anella (2017). bahwa metode merupakan salah satu cara-cara
yang digunakan guru dalam menyajikan suatu materi pembelajaran atau suatu
kegiatan guna untuk menunjang proses pembelajaran sehingga tercapailah
tujuan proses pembelajaran tersebut.

Menurut Hamalik (2004: 214), bahwa model role playing (bermain peran)
adalah "model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu
kepada peserta didik dan mendramatisasi kan peran tersebut ke dalam sebuah

15
pentas" Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran
interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karen itu, lebih
lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa bentuk pengajaran role playing
memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam
bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. "Selain
itu, role plaving sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas di mana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tu tur. (Syamsu, 2000)
Adapun Uno (2008:25) menyatakan bahwa: Model pembelajaran an bermain
peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi
bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi autentik ke dalam suatu situasi
permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong
murid mengekspre sikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa
proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan kita serta mengarahkan
pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.

1. Menurut Yulastri Anella (2017), berdasarkan beberapa pengertian di atas maka


dapat disintesiskan bahwa model role playing adalah model bermain peran
dengan cara memberikan peran-peran terten tu atau serangkaian situasi-situasi
belajar kepada murid dalam ben tuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya
yang dirancang oleh guru dan didramatisasikan peran tersebut ke dalam sebuah
pentas. Contoh bermain peran dapat kita lihat pada gambar di bawah ini.
2. Menurut kelompok, berdasarkan beberapa teori dan pendapat bah wa model
role playing atau bermain peran merupakan suatu kegiat an yang dirancang
oleh guru dengan menjadikan anak-anak sebagai pemeran tokoh tersebut.

Bermain peran adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan


masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja,
narkoba, gambaran ke keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya, Kaitannya
dalam pembela jaran di taman kanak-kanak, sosiodrama adalah suatu cara
mengajar dengan cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk ting kah

16
laku dalam hubungan sosial, pada permainan ini titik tekan ada pada keterlibatan
emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi masalah yang dihadapi
secara nyata.

Menurut para ahli bermain peran adalah:

1. Menurut Lilis Suryani (2008: 109). bermain peran adalah me merankan


karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali,
kejadian masa depan, kejadian yang masa kini yang penting, atau situasi
imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan
memahami peran un tuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan
karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah
ditentukan.Supriyati berpendapat dalam buku Metode Pengembangan Peri oku
dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini (2008: 109). bermain peran adalah
permainan yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak
sehingga dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan
terhadap bahan kegiat an yang dilaksanakan Bermain peran berarti
menjalankan fung si sebagai orang yang dimainkannya, misalnya berperan
sebagai dokter, ibu guru, dan nenek tua renta. Bermain peran sering digunakan
untuk mengajarkan masalah tanggung jawab warga negara, kehidupan sosial,
atau konseling kelompok. Metode ini memberikan kesempatan kepada anak
untuk mempelajari ting kah laku manusia.
2. Pengertian bermain peran menurut buku didaktik metode di taman kanak-
kanak (Depdikbud, 1998) adalah memerankan to koh-tokoh atau benda-benda
di sekitar anak dengan tujuan un tuk mengembangkan daya khayal (imajinasi)
dan penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.

Menurut Suherman (2009: 7), langkah-langkah pembelajaran role playing, sebagai


berikut:

1. Guru menyiapkan skenario pembelajaran


2. Menunjuk beberapa murid untuk mempelajari but:
3. Pembentukan kelompok:
4. Penyampaian kompetensi:

17
5. Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya;
6. Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon
7. Presentasi hasil kelompok:
8. Bimbingan penyimpulan dan refleksi.

Prosedur bermain peran menurut Uno (2008: 26) terdiri atas sembilan langkah,
yaitu:

1. Persiapan atau pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan murid pada


permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang
perlu mempelajari dan menguasainya. Hal ini bisa muncul dari imajinasi murid
atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan suatu
cerita untuk dibaca di depan ke las. Pembacaan cerita berhenti jika dilema atau
masalah dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan
pertanyaan oleh guru yang membuat murid berpikir tentang hal tersebut dan
membuat mereka untuk berimajinasi.
2. Memilih pemain (partisipan). Murid dan guru membahas karakter dari setiap
pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilih an
pemain, guru dapat memilih murid yang sesuai untuk memainkannya (jika
murid pasif atau diduga memiliki kete rampilan berbicara yang rendah) atau
murid sendiri yang meng usulkannya.
3. Menata panggung (ruang kelas), Guru mendiskusikan dengan murid di mana
dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang
perlukan.
4. Menyiapkan pengamat (observer). Guru menunjuk murid sebagai pengamat,
namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini harus juga
terlibat aktif dalam permainan peran,
5. Memainkan peran. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada
awalnya, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk ke langkah
berikutnya. akan banyak murid yang masih bingung memainkan perannya atau
bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan. Bahkan
mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika permainan

18
peran sudah terlalu jauh keluar jalur,guru dapatmenghentikannya untuk segera
masuk ke langkah berikutnya.
6. Diskusi dan evaluasi. Guru bersama dengan murid mendiskusikan permainan
tersebut dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilaku kan. Usulan
perbaikan akan muncul, mungkin ada murid yang meminta untuk berganti
peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah.
7. Bermain peran ulang. Permainan peran ulang seharusnya berjalan lebih baik,
murid dapat memainkan perannya lebih baik murid dapat memainkan perannya
sesuai dengan skenario
8. Diskusi dan evaluasi kedua. sesuai dengan skenario. Pembahasan diskusi dan
evaluasi kedua diarahkan pada relay tas. Mengapa demikian? Pada saat
permainan peran dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan,
sebagai contoh seorang murid memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli
barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi.
9. Berbagi pengalaman dan diskusi, Murid diajak untuk berbagi pengalaman
tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan. Misalnya murid akan berbagi pengalaman tentang
bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas
bagaimana sebaiknya murid menghadapi situ asi tersebut. Seandainya jadi ayah
dari murid tersebut, sikap perti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini,
murid akan belajar tentang kehidupan.
Manfaat yang dapat diambil dari model role playing, yaitu:

1. Role playing dapat memberikan semacam hidden practice, di mana murid


tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan atau isti lah-istilah baku dan
normatif terhadap materi yang telah dan sedang mereka pelajari.
2. Role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok untuk kelas
besar.
3. Role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role playing
pada dasarnya adalah permainan. Dengan ber main murid akan merasa senang
karena bermain adalah dunia murid. Masuklah ke dunia murid, sambil kita
antarkan dunia kita. (Bobby De Porter, 2000).

19
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap berma in peran yang
dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:

1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik dalam hal ini guru
hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang mengarah
pada apa yang akan anak-anak perankan.
2. Memilih partisipan/peran, dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran
apa yang akan ia perankan guru pun juga harus memberi bimbingan kepada
anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia pilih.
3. Menyusun tahap-tahap.
4. Menyiapkan pengamat.
5. Pemeranan.
6. Diskusi dan evaluasi.
7. Pemeranan ulang.
8. Diskusi dan evaluasi tahap dua.
9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.

Tujuan dari permainan bermain peran yaitu :

1. Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terka it dengan


kehidupan hubungan sosial. Sehubungan dengan itu, maka materi yang
disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan materi yang bersifat konsep-
konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta, nilai,
mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
2. Melalui permainan sosio drama, konseling diajak untuk mengenali, merasakan
suatu situasi tertentu sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan
yang tepat seandainya menghadapi situasi yang sama. Diharapkan akhirnya
mereka memiliki sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam meng adakan
penyesuaian sosial.

Kelebihan bermain peran yaitu :

1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas men jadi dinamis
dan penuh antusias.

20
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah. dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di da lamnya dengan
penghayatan siswa sendiri.
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan. Membuka kesempatan bagi lapangan kerja.

Ada pun kekurangan bermain peran yaitu :

1. Sosio drama dan bermain peranan memerlukan waktu yang relatif


panjang/banyak.
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
muri dan ini tidak semua guru memilikinya.
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk
memerlukan suatu adegan tertentu.
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik.
5. tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
6. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.

Ada dua jenis bermain peran, yaitu mikro dan makro :

1. Bermain peran mikro, anak-anak belajar menjadi sutradara, memainkan


boneka, dan mainan berukuran kecil seperti rumah rumahan, kursi sofa mini,
tempat tidur mini (seperti bermain bo neka barbie). Biasanya mereka akan
menciptakan percakapan sendiri;
2. Dalam bermain peran makro, anak berperan menjadi seseorang yang mereka
inginkan. Bisa mama, papa, tante, polisi, supir, pilot. dan sebagainya.

Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, paik belajar
membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu,
mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan
kita. Tentu saja kita hanya cukup memberikan informasi sebelum mereka mulai

21
bermain, dan atau lebih baik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita
bisa menggali imajinasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.

Dalam bermain peran langkah-langkah yang harus ditempuh itu ada empat
langkah sebagai berikut menurut (Hesti Dkk. 2004):

1. Membacakan naskah drama atau percakapan dengan intonasi jeda, lafal, dan
volume suara yang sesuai. Kalimat-kalimat dalam kurung tidak perlu dibaca,
karena kalimat-kalimat tersebut merupakan petunjuk laku.
2. Menentukan watak tokoh dan ekspresi yang tepat untuk meme rankan tokoh
tersebut.
3. Berlatih berulang-ulang sampai betul-betul dapat memerankan tokoh dengan
baik.
4. Menggunakan perlengkapan panggung dan kostum yang sesuai agar
percakapan yang diperankan lebih hidup.

Sikap yang bisa dikembangkan dalam bermain peran yaitu :

1. Sikap sosial

Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berpikir egosentrisnya.


Dalam situasi bermain, anak bisa mem pertimbangkan sudut pandang teman
bermainnya sehingga egosentrisnya bisa sedikit demi sedikit berkurang. Dalam
permainan, anak belajar bekerja sama untuk tujuan bersama. Me reka belajar
untuk menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat
menunggu giliran bermain.lapun terdorong untuk belajar berbagi, bersaing
dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya dan
peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih lanjut ia pun akan belajar makna
kerja tim dan semangat tim.

2. Belajar berkomunikasi

Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak ha rus bisa
mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Hal ini mendorong anak untuk
belajar bagaimana berkomunikasi de ngan baik, bagaimana membentuk

22
hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam hubungan tersebut.

3. Belajar mengorganisasi

Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan bel ajar
berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian peran di antara
mereka yang turut serta dalam permainan ter sebut, misalnya siapa yang
menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.

4. Lebih menghargai perbedaan/perbedaan orang lain

Bermain memungkinkan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan


empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya
memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan
tokoh tersebut. Permainan (bermain peran) membantu anak membangun pe
pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta mampu
berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang dijumpai.

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

secara umum Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak merupakan konteks
emosi dan kemampuan anak dalam mererspon lingkungan disekitarnya diusia
sebelumnya. Menurut Maslihah tujuan dari perngembangan sosial emosional anak
antara lain :

 Memperoleh pandangan tentang dirinya sendiri.


 Bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.
 Berperilaku prososial dengan menunjukkan empati,bekerja sama dan
menyesuaikkan diri dengn orang lain.
Definisi karakteristik adalah fitur pembeda dari seseorang atau sesuatu.
Karakteristik didefinisikan sebagai kualitas atau sifat. Contoh dari karakteristik
adalah kecerdasan. Karakteristikadalah kualitas tertentu atau ciri yang khas dari
seseorang.
Faktor yang mempengaruhi social-emosional anak : keluarga, lingkungan,
kematangan, status social ekonomi dan oendidikan.

B. Saran
Semoga materi atau pembahasaan makalah Ini bisa berfanfaat bagi teman-
teman semua karena didalamnya terdapat berbagai ilmu yang dapat di petik
dan dapat di aplikasikan terhadap anak usia dini. Mungkin tidak masih banyak
kesalahan yang terdapat didalam makalah tersebut semoga saja dapat
bermanfaat bagi teman semua

24
DAFTAR ISI

http://repository.radenintan.ac.id/179/1/Skripsi_Lengkap.pdf

https://www.academi.edu/36784456/karakteristik_perkembangan_sosial-
emosional_anak_usia_dini_taman_kanak_kanak

file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/BAB%20II_3.pdf

https://kampusitahnews.iain-
palangkaraya.ac.id/sosok/mahasiswa/2020/01/13/perkembangan-sosial-
emosional-anak-usia-dini/

Dr. Nenny Mahyuddin,M.Pd. 2019. Emosional Anak Usia Dini. Jakarta


Prenadamedia Group

Hijriati. 2019. FAKTOR DAN KONDISI YANG MEMPENGARUHI


PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI.( Dikutip
dari https://jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/bunayya/article/download/6392/3878)

https://www.kompasiana.com/ruhi/5bd21e03c112fe24960de662/kenali-sosial-
emosional-anak-dan-tahap-tahap-perkembangan-anak

https://www.kompasiana.com/ditanurwijaya/5bd1d63caeebe160932e5f62/menge
mbangkan-sosial-emosional-pada-anak-dengan-tepat

https://www.kompasiana.com/shinta_nurkholila/566fd94f519373510740ad9c/metode-
pengembangan-sosial-dan-emosi-anak-usia-dini-melalui-kegiatan-bermain-sosial

25

Anda mungkin juga menyukai