Disusun Oleh
KELOMPOK 1
KELAS A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Metode
Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini yang telah diberikan oleh ibu
Dra. Hj. Tri Wahyuningsih, M. Si/Tiara Ferdiyanti, S.Pd, M.Pd tahun ajaran 2020.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk,
dan juga pedoman bagi para pembaca dalam mempelajari tentang Mengkaji
Metode Pengembangan Sosial Emosional Melalui Bermain Peran, Bercerita, Atau
Proyek. Semoga membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, sehingga dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
ke depannya dapat lebih baik lagi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran PAUD pada hakikatnya adalah pengembangan
kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah
pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan anak usia dini berdasarkan
potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka
pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak.
1
Pada kegiatan bermain social, mau tidak mau kondisi permainan menuntut
anak untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak yang lainyya.
Ada empat manfaat yang dapat diperoleh oleh anak dari kegiatan bermain
social, yaitu :
1. Bermain social membantu anak mengembangkan kemampuan
mengorganisasi dan menyelesaikan masalah. Anak-anak akan berfikir
mengenai apa yang harus dilakukan sesuai dengan tujuan bermain
mereka. Contoh anak-anak yang bermain kemah-kemahan, mereka
akan berfikir bagaimana cara mereka untuk mendirikan tenda dengan
berbagai peralatan yang telah disediakan.
2. Bermain social membantu mereka mengenali diri sendiri. Bermain
memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menjadi diri sendiri
dan membentuk desain kehidupan yang lebih baik.
3. Bermain social meningkatkan komptensi social anak dalam hal-hal
berikut :
Interaksi social yaitu interaksi dengan teman sebaya, orang dewasa,
dan memecahkan konflik.
Kerja sama yaitu interaksi saling membantu dan berbagi.
Peduli terhadap orang lain seperti memahami dan menerima
perbedaan individu.
”bagi anak, permainan adalah sesuatu yang menyenangkan, suka rela,
penuh arti, dan aktivitas secara spontan. Permaianan sering juga dianggap
kreatif, menyertakan pemecahan masalah, belajar keterampilan social baru,
bahasa baru, dan keterampilan fisik yang baru”.
B. Rumusan Masalah
1) Apa itu Perkembangan Sosial Emosional?
2) Bagaimana Tujuan Perkembangan Sosial Emosional?
3) Bagaimana Karakteristik Perkembangan Sosial Emosional?
4) Apa Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional?
5) Bagaimana Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini?
2
6) Bagaimana Cara Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional?
7) Bagaimana Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bercerita?
8) Bagaimana Pengembangan Sosial Emosional Melalui Metode Bermain
Peran?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui dan memahami Perkembangan Sosial Emosional.
2) Untuk mengetahui dan memahami Tujuan Perkembangan Sosial Emosional.
3) Untuk mengetahui dan memahami Karakteristik Perkembangan Sosial
Emosional.
4) Untuk mengetahui dan memahami Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Sosial Emosional.
5) Untuk mengetahui dan memahami Tahap Perkembangan Sosial Emosional
Anak Usia Dini.
6) Untuk mengetahui dan memahami Cara Meningkatkan Perkembangan
Sosial Emosional.
7) Untuk mengetahui dan memahami Pengembangan Sosial Emosional
Melalui Metode Bercerita.
8) Untuk mengetahui dan memahami Pengembangan Sosial Emosional
Melalui Metode Bermain Peran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dengan orang seumuran denganya, dan orang yang lebih tua darinya. Bertanggung
jawab atas dirinya sendiri dan berperilaku sopan dan baik kepada siapapun.
1. Belajar bertingkah laku dengan cara yang mampu diterima oleh masyarakat
2. Belajar bagaimana menunjukkan peran sosial dalam masyarakat
3. Membangun sikap dan tingkah laku kepada individu lain dan aktivitas sosial
bermasyarakat.
B. Tujuan pengembangan sosial emosional anak usia dini
Menurut Maslihah tujuan dari perngembangan sosial emosional anak antara lain :
5
adalah kecerdasan. Karakteristikadalah kualitas tertentu atau ciri yang khas dari
seseorang. Anak usia dini mempunyai karakteristikumum sebagai berikut:
1. Unik, Artinya setiap anak tidak ada yang sama antara satu dan lainnya.
2. Egosentris,Anak akan melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri.
3. Aktif, Anak usia dini sangat lazim jika melakukan banyak aktivitas dan terlihat
bersemangat,namun waspadai ciri-ciri anak hiperaktif jika anak sama sekali
tidak bisa tenang.
4. Rasa Ingin Tahu,Anak usia dini ini mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
terhadap segalahal yang membuatnya antusias, namun mempunyai rentang
fokus yang pendek.
5. Eksploratif,Anak usia dini biasanya senang menjelajah dan mencoba berbagai
hal baru.
6. Spontan,Anak menampilkan perilaku yang tidak ditutupi sebagai cermin dari
apa yang dirasakannya pada saat itu. Sehingga terkadang kurang
mempertimbangkan akibat dari perbuatannya.
7. Imajinatif Anak menyenangi hal– hal yang sifatnya berkaitan dengan fantasi
atau khayalan.
D. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional
Faktor yang mempengaruhi sosial pada anak
1. Keluarga
2. Kematangan
6
Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat
orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional.
4. Pendidikan
7
1. Maturation atau kematangan
8
d) Pelatihan (training). Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas
pada aspek reaksi. Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima
jika suatu emosi terangsang.
e) Belajar dengan coba-coba. Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan
emosi dalam bentuk prilaku yang memberikan pemuasan terbesar
kepadanya dan menolak prilaku yang memberikan pemuasan sedikit.
E. Tahap Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan perpaduan antara Gejolak
fisiologis dan perilaku yang terlihat. Perkembangan sosialisasi dan emosi pada
anak merupakan kondisi emosi dan kemampuan anak merespon lingkungannya di
usia sebelumnya.Adapun beberapa tahapan perkembangan sosial emosional anak
usia dini yaitu:
Masa perkembangan bayi sampai memasuki sekolah menjadi target yang kuat
bagi anak dalam menggembangkan potensi sosial emosinya untuk bisa menjadi
lebih baik dan siap menghadapi tantangan yang lebih sulit dan rumit. Pada
tahap ini juga sel-sel yang dimiliki oleh otak berfungsi sebagai pengendali
setiap aktivitas dan kualitas manusia.
9
2. Tahap 18 bulan - 3 tahun
Pada tahap ini juga akan timbul pada anak rasa percaya diri diikuti dengan
perkembangan fisik kognitif dan Bahasa. Anak akan mulai berekplorasi
dengan lingkunganya mereka akan merasakan kebebasannya. Anak akan mulai
peka dengan sesuatu yang ada dilingkunganya.
Perkembangan sosial pada anak mulai agak kompleks ketika anak menginjak
usia 3 tahun diamana anak mulai masuk dalam lingkungan Pendidikan yang
paling dasar yaitu di taman kanak-kanak. Pada masa ini anak akan belajar
Bersama teman-teman baru yang seusia dengan mereka, pada usia taman
kanaka-kanak perkembangan sosial sudah mulai berjalan, hal ini terlihat dari
kemampuan mereka dalam melakukan kegiatan secara berkelompok seperti
bermain, mengerjakan tugas secara berkelompok dll.
Dengan demikian kita sebagai orang tua harus bisa mengenali sosial emosional
anak. Karena emosi anak sangat rentan timbul secara tiba-tiba. Emosi anak
biasanya ditandai dengan emosi rasa bangga malu dan rasa bersalah di mana
10
munculnya emosi pada anak ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai
memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai
perilaku mereka.
Dengan menjadi contoh yang baik, mengajarkan pengenalan emosi yang benar,
melatih pengelolaan emosi dan pengendalian diri, menerapkan konsep disiplin dan
empati, mengajarkan cara mengungkapkan emosi dengan kata-kata, dan melatih
keterampilan komunikasi pada anak. Hal yang harus diperhatikan dalam
perkembangan emosi anak. Usia berpengaruh pada perbedaan perkembangan
emosi anak, dengan bertambahnya usia anak akan semakin paham apa yang
dimaksud dengan emosi dan aka nada perubahan pemikiran pada anak.
Perubahan ekspresi wajah terhadap emosi, sangat ketara sekali jika seseorang
merasakan adanya emosi dalam suatu keadaan dengan ekspresi wajah, anak akan
mengenali ini dengan bertahap. Menunjukkan emosi yang beragam, emosi tidak
hanya marah, senang, menangis, dll. Bahasa tubuh juga bisa memperlihatkan
emosi apa yang kita rasakan, begitu juga suara dan kata.
11
Stimulus pada anak juga bisa diberikan untuk mengembangkan sosem anak,
contohnya dengan mainan. Dengan menemani anak bermain dan menunjukkan
rasa kasih sayang kepada anak, anak akan merasa diprioritaskan, dan tetap
memberikan penjelasan tentang hal yang ditanyakan oleh anak atau cerita agar
anak merasakan juga emosi pendamping bermainnya. Mendampingi anak dengan
maksimal dan selalu ajarkan sosem disela-sela bermain anak untuk
mengembangkan social emosional anak.
Menurut Hidayat yang dikutip dalam buku Apriyanti Yofita Rahayu bercerita
merupakan aktivitas menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan,
pengalaman atau kejadian yang sungguh-sungguh terjadi maupun hasil rekaan.
12
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK, artinya anak usia TK dapat
dirangsang, untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita
secara keseluruhan.
2. Melatih daya fikir anak TK. Untuk terlatih memahami proses cerita,
mempelajari hubungan bagian-bagian dalam cerita termasuk hubungan-
hubungan sebaik-baiknya.
3. Melatih daya konsentrasi anak TK, untuk memusatkan perhatian kepada
keseluruhan cerita, karena dengan pemusatan perhatian tersebut anak dapat
melihat hubungan bagian-bagian cerita sekaligus menangkap ide pokok dalam
cerita.
4. Mengembangkan daya imajinasi anak. Artinya dengan bercerita anak dengan
daya fantasinya dapat membayangkan ataumenggambarkan suatu situasi yang
berada diluar jangkauan inderanya bahkan yang mungkin jauh dari lingkungan
sekitarnya ini berarti membantu mengembangkan wawasan anak.
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana
hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia TK
senang mendengarkan cerita terutama apabila gurunya dapat menyaikan
dengan menarik.Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi
secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
Jenis-jenis cerita anak ada beraneka ragam judul cerita untuk anak, yaitu :
1. Cerita rakyat
Cerita rakyat berasal dari ciri khas daerah tersebut. Dongeng, legenda, mite,
dan sage adalah bagian dari cerita rakyat namun memiliki perbedaan pada
permasalahan cerita, tokok, serta anggapan tentang keberadaan cerita tersebut.
2. Cerita realistis
Cerita ini mengkisahkan tantang kehidupan nyata sesuai dengan apa yang
dialami seseorang. Manusia sebagai tokoh cerita menggambarkan kegiatan
sehari-seharinya dengan penyampaian moral.
3. Cerita sains
13
Cerita ini bersifat alamiah dan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perubahan zaman. Cerita sains yang
diperkenalkan pada anak, misalnya adalah tentang proses perubahan yang
terjadi di lingkungan.
4. Biografi
5. Cerita keagamaan
Cerita yang berisi tentang kisah dari agama tertentu. Cerita keagamaan dapat
menanamkan sikap dan prilaku yang baik pada diri anak.
1. Anak didik menjadi pasif, karena lebih banyak mendengar atau menerima
penjelasan dari guru.
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk
mengutarkan pendapatnya.
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehingga
sukar memahami tujuan pokok isi cerita.
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajiannya tidak menarik.
14
bercerita. Bentuk bercerita mana yang dipilih pada dasarnya langkah-langkah
kegiatannya sama. Sesuai rancangan tema dan tujuan maka ditetapkan langkah-
langkah sebagai berikut:
Secara umum pengertian metode adalah salah satu prosedur yang digunakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian tersebut didapat adanya unsur
tujuan. Metode pembelajaran ada lah cara-cara yang digunakan guru dalam
menyajikan suatu materi pembelajaran atau permainan dengan memperhatikan
keseluruhan situasi belajar dan bermain untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan yang
dimaksudkan adalah agar guru memahami benar bagaimana murid belajar yang
efektif dan model pembelajaran yang bisa dipilih dan digunakan harus sesuai
dengan situasi dan kondisi murid, materi, fasilitas, dan guru itu sendiri,
1. Metode merupakan suatu proses langkah yang akan digunakan oleh pendidik
dalam menyokong kegiatan proses pembelajaran sehingga berjalan secara
maksimal.
2. Menurut Yulastri Anella (2017). bahwa metode merupakan salah satu cara-cara
yang digunakan guru dalam menyajikan suatu materi pembelajaran atau suatu
kegiatan guna untuk menunjang proses pembelajaran sehingga tercapailah
tujuan proses pembelajaran tersebut.
Menurut Hamalik (2004: 214), bahwa model role playing (bermain peran)
adalah "model pembelajaran dengan cara memberikan peran-peran tertentu
kepada peserta didik dan mendramatisasi kan peran tersebut ke dalam sebuah
15
pentas" Bermain peran (role playing) adalah salah satu model pembelajaran
interaksi sosial yang menyediakan kesempatan kepada murid untuk melakukan
kegiatan kegiatan belajar secara aktif dengan personalisasi. Oleh karen itu, lebih
lanjut Hamalik (2004: 214) mengemukakan bahwa bentuk pengajaran role playing
memberikan pada murid seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam
bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. "Selain
itu, role plaving sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas di mana
pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan
memainkan peran orang lain saat menggunakan bahasa tu tur. (Syamsu, 2000)
Adapun Uno (2008:25) menyatakan bahwa: Model pembelajaran an bermain
peran (role playing) adalah model yang pertama, dibuat berdasarkan asumsi
bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi autentik ke dalam suatu situasi
permasalahan kehidupan nyata, kedua bahwa bermain peran dapat mendorong
murid mengekspre sikan perasaannya dan bahkan melepaskan, ketiga bahwa
proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan kita serta mengarahkan
pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis.
16
laku dalam hubungan sosial, pada permainan ini titik tekan ada pada keterlibatan
emosional dan pengamatan indra ke dalam suatu situasi masalah yang dihadapi
secara nyata.
17
5. Menunjuk murid untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya;
6. Kelompok murid membahas peran yang dilakukan oleh pelakon
7. Presentasi hasil kelompok:
8. Bimbingan penyimpulan dan refleksi.
Prosedur bermain peran menurut Uno (2008: 26) terdiri atas sembilan langkah,
yaitu:
18
peran sudah terlalu jauh keluar jalur,guru dapatmenghentikannya untuk segera
masuk ke langkah berikutnya.
6. Diskusi dan evaluasi. Guru bersama dengan murid mendiskusikan permainan
tersebut dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilaku kan. Usulan
perbaikan akan muncul, mungkin ada murid yang meminta untuk berganti
peran atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah.
7. Bermain peran ulang. Permainan peran ulang seharusnya berjalan lebih baik,
murid dapat memainkan perannya lebih baik murid dapat memainkan perannya
sesuai dengan skenario
8. Diskusi dan evaluasi kedua. sesuai dengan skenario. Pembahasan diskusi dan
evaluasi kedua diarahkan pada relay tas. Mengapa demikian? Pada saat
permainan peran dilakukan banyak peran yang melampaui batas kenyataan,
sebagai contoh seorang murid memainkan peran sebagai pembeli, ia membeli
barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi.
9. Berbagi pengalaman dan diskusi, Murid diajak untuk berbagi pengalaman
tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan
membuat kesimpulan. Misalnya murid akan berbagi pengalaman tentang
bagaimana ia dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas
bagaimana sebaiknya murid menghadapi situ asi tersebut. Seandainya jadi ayah
dari murid tersebut, sikap perti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini,
murid akan belajar tentang kehidupan.
Manfaat yang dapat diambil dari model role playing, yaitu:
19
Menurut Shaftel (1967) mengemukakan sembilan tahap berma in peran yang
dapat dijadikan pedoman dalam pembelajaran:
1. Menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik dalam hal ini guru
hendaknya memberikan anak berbagai motivasi atau dorongan yang mengarah
pada apa yang akan anak-anak perankan.
2. Memilih partisipan/peran, dalam bagian ini anak dipersilahkan memilih peran
apa yang akan ia perankan guru pun juga harus memberi bimbingan kepada
anak bagaimana ia memerankan tokoh yang ia pilih.
3. Menyusun tahap-tahap.
4. Menyiapkan pengamat.
5. Pemeranan.
6. Diskusi dan evaluasi.
7. Pemeranan ulang.
8. Diskusi dan evaluasi tahap dua.
9. Membagi pengalaman dan mengambil kesimpulan.
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas men jadi dinamis
dan penuh antusias.
20
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah. dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung di da lamnya dengan
penghayatan siswa sendiri.
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan. Membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
Saat bermain peran ini bisa menjadi ajang belajar bagi mereka, paik belajar
membaca, berhitung, mempelajari proses/alur dalam mengerjakan sesuatu,
mengenal tata tertib/tata cara di suatu tempat, yang semua ada dalam kehidupan
kita. Tentu saja kita hanya cukup memberikan informasi sebelum mereka mulai
21
bermain, dan atau lebih baik kalo kita terlibat dalam permainan tersebut agar kita
bisa menggali imajinasi dan mengenalkan informasi yang ingin kita kenalkan.
Dalam bermain peran langkah-langkah yang harus ditempuh itu ada empat
langkah sebagai berikut menurut (Hesti Dkk. 2004):
1. Membacakan naskah drama atau percakapan dengan intonasi jeda, lafal, dan
volume suara yang sesuai. Kalimat-kalimat dalam kurung tidak perlu dibaca,
karena kalimat-kalimat tersebut merupakan petunjuk laku.
2. Menentukan watak tokoh dan ekspresi yang tepat untuk meme rankan tokoh
tersebut.
3. Berlatih berulang-ulang sampai betul-betul dapat memerankan tokoh dengan
baik.
4. Menggunakan perlengkapan panggung dan kostum yang sesuai agar
percakapan yang diperankan lebih hidup.
1. Sikap sosial
2. Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak ha rus bisa
mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya. Hal ini mendorong anak untuk
belajar bagaimana berkomunikasi de ngan baik, bagaimana membentuk
22
hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
yang timbul dalam hubungan tersebut.
3. Belajar mengorganisasi
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan bel ajar
berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian peran di antara
mereka yang turut serta dalam permainan ter sebut, misalnya siapa yang
menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
secara umum Perkembangan sosialisasi dan emosi pada anak merupakan konteks
emosi dan kemampuan anak dalam mererspon lingkungan disekitarnya diusia
sebelumnya. Menurut Maslihah tujuan dari perngembangan sosial emosional anak
antara lain :
B. Saran
Semoga materi atau pembahasaan makalah Ini bisa berfanfaat bagi teman-
teman semua karena didalamnya terdapat berbagai ilmu yang dapat di petik
dan dapat di aplikasikan terhadap anak usia dini. Mungkin tidak masih banyak
kesalahan yang terdapat didalam makalah tersebut semoga saja dapat
bermanfaat bagi teman semua
24
DAFTAR ISI
http://repository.radenintan.ac.id/179/1/Skripsi_Lengkap.pdf
https://www.academi.edu/36784456/karakteristik_perkembangan_sosial-
emosional_anak_usia_dini_taman_kanak_kanak
file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/BAB%20II_3.pdf
https://kampusitahnews.iain-
palangkaraya.ac.id/sosok/mahasiswa/2020/01/13/perkembangan-sosial-
emosional-anak-usia-dini/
https://www.kompasiana.com/ruhi/5bd21e03c112fe24960de662/kenali-sosial-
emosional-anak-dan-tahap-tahap-perkembangan-anak
https://www.kompasiana.com/ditanurwijaya/5bd1d63caeebe160932e5f62/menge
mbangkan-sosial-emosional-pada-anak-dengan-tepat
https://www.kompasiana.com/shinta_nurkholila/566fd94f519373510740ad9c/metode-
pengembangan-sosial-dan-emosi-anak-usia-dini-melalui-kegiatan-bermain-sosial
25